Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 5
Dan karena tidak semua sumbangan dinikmati
Hek-i Kai-pang sendiri maka orang-orang atau
anggauta perkumpulan itu akhirnya bersikap
bengis kepada orang lain, tak perduli rakyat
atau ,kaum pemerintahan, tentu saja di
daerah.
"Kami menghidupi Gak-taijin, dari
dialah semuanya ini kita dapat. Maka
pertahankan sebesar-besar mungkin dana dari
penyumbang, anak-anak. Katakan pada
mereka bahwa imbalannya adalah
ketenteraman dan ketenangan bekerja!" Hek
sai Lo-kai berkata pada muridnya ketik? itu. Ia
hendak memberi tahu bahwa sebagian dari
hasil harus diserahkan menteri she Gak itu,453
bukan untuk mereka semua. Dan karena
pengaruh Gak-taijin benar-benar membuat
mereka ditakuti, hal ini menimbulkan bangga
sekaligus kesombongan akan sepak terjang
orang-orang Hek-i Kai-pang itu semakin kurang
ajar, berani. Dan puncaknya adalah pada saat
perkumpulan pengemis itu hendak merayakan
ulang tahun.
"Pinto dicegat dan dimintai
sumbangan, apa-apaan itu. Masa setiap orang
lewat dimintai uang!"
Begitu Giok Yang Cinjin berkata pada
Peng Houw. Waktu itu Peng Houw bertanya
apa sebabnya mula-mula tosu itu dimusuhi,
apakah sebelumnya ada persoalan lain yang
membuat orang-orang Hek-i-Kai-pang marah.
Tapi ketika Peng Houw bersinar dan berkerut
mendengar ini maka pemuda itu mengangguk
angguk kemudian menyelidiki sendiri.
Dan benar, setelah dia terjun dan pura
pura berpakaian pengemis seperti anggauta
Hek-i Kai-pang maka banyak yang dilihatnya.
Penjual sayur dan tukang loak pun didatangi,
semua dimintai sumbangan. Dan ketika Peng454
Houw menjadi marah namun ditekan
pergelangannya oleh supeknya itu maka Giok
Yang Cinjin memperingatkan bahwa belum
waktunya bertindak.
"Kita masih mempunyai urusan priba
di, kalau belum apa-apa mengamuk dan
marah-marah di sini jangan-jangan urusan
sendiri kacau. Tidak, tahan semua
kemarahanmu itu, Peng Houw. Lihat dan
dengar saja tanpa ikut campur. Kita masih
menunggu puncak keramaian itu untuk
mencari jejak anak isterimu!"
"Tapi mereka benar-benar terlalu. Ah
tukang sayur dan loakpun diminta
sumbangannya, supek, apa-apaan itu.
Bukankah menyakiti rakyat kecil. Apakah
walikota atau pasukan keamanan tak ada yang
dapat mencegah ini!"
Namun Peng Houw segera mendengar
itu, ular-ular ompong macam Lo-ciangkun dan
Sok-taijin.
"Walikota? Ah, sama seperti kami. Dia
dan siapapun tak ada yang berani menggugat
Hek-i Kai-pang, anak muda. Perkumpulan itu455
dilindungi Gak-taijin., kau siapakah bukankah
orang Hek-i Kai-pang!"
Peng Houw lenyap. Teman yang ?iajak
bicara adalah seorang kakek penambal sepatu,
nyerocos bicara dan tiba-tiba sadar bahwa
yang diajak bicara adalah seorang pengemis
juga, Hek-i Kai-pang. Maka ketika dia berhenti
namun secepat itu Peng Houw berkelebat
lenyap, membuat kakek ini terkejut namun
juga ketakutan akhirnya kakek itu malah
terbirit-birit dan meninggalkan emperan toko
itu. Untung hari sudah mulai gelap!
"Celaka. aku kelepasan bicara. Wah,
apa yang akan dilakukan anak itu kepadaku,
cucu-cucu. Mati aku kalau dicari dan ditangkap
Hek-i Kai-pang!"
Peng Houw bertemu lagi dengan
supeknya. la memencar di ujung jalan ketika
sang supek menunjuk kakek itu tadi, melihat
dari jauh. Dan ketika ia bercerita dan Giok Yang
Cinjin menghela napas maka tosu ini geleng
geleng kepala melihat kebobrokan itu.
"Siancai, sungguh sial. Kalangan bawah
selalu terjepit. Ah, begitulah hidup sehari-hari,456
Peng Houw, yang kuat menindas yang lemah
dan pinto tak terlalu heran. Hanya bagaimana
Gak-taijin itu dapat dirangkul Hek i Kai-pang.
Ini tentu ada rahasianya!"
"Rahasia atau tidak tak boleh seorang
menteri berbuat seperti itu. Rakyat ditindas
dan selalu dicelakai, supek, mana namanya
keadilan!"
"Eh, yang mencelakai adalah Hek-i Kai
pang, bukan Gak-taijin!"
Peng Houw. tertegun. Entah kenapa
tiba-tiba dia sudah menuduh begitu. Dia
memang mendengar bahwa menteri itu adalah
Ketua Kehormatan Hek-i Kai-pang. Tapi karena
sang menteri jauh di pusat kota raja sedangkan
orang-orang Hek-i-Kai-pang ini di Kwang-sin
maka dia berdiam diri dan tidak menyebut
nyebut menteri itu lagi. Giok Yang Cinjin
menghibur.
"Yang harus kita salahkan adalah
orang-orang dari perkumpulan pengemis ini ,
terutama Hek-sai Lo-kai, ketuanya.
Biarlah di puncak acara nanti kita
menegur dia."457
"Tapi rakyat terlanjur sengsara,
uangnya sudah diambil!"
"Untuk itu gampang, Peng Houw,
malam nanti kita dapat berbuat sesuatu."
"Maksud supek?"
"Mengambil kembali uang derma itu,
itu paksaan!"
Peng Houw berseri. Tiba-tiba ia girang
dan mengangguk dan saat itu lewatlah empat
pengemis Hek-i Kai-pang didepan mereka.
Melihat dua orang ini tak bekerja apa-apa
kecuali kasak-kusuk bicara sesuatu tak ayal lagi
empat orang itu mendatangi. Mereka
berteriak dan menanyakan kenapa dua
"rekan" ini tak bekerja, bukankah semuanya
sedang bertugas. Dan karena mereka sudah di
depan dan tak mungkin menghindar maka
Peng Hou buru-buru pergi menarik tangan
supeknya itu.
"Kami baru mengaso, sekarang
mencari derma. Maaf dan kalian
pergilah..duk!" Peng Houw menyikut dua yang
terdekat dan secepat itu merampas kantung
hitam di sebelah pinggang. Itulah kantung458
uang hasil meminta sumbangan. Dan ketika
dua yang lain terkejut tapi Giok Yang Cinjin
tertawa mengibaskan lengan bajunya maka
iapun menotok dua yang lain itu dan robohlah
mereka berempat.
"Heiii..!"
"Keparat!"
Peng Houw lenyap bersama Giok Yang
Cinjin. Mereka ini tak menghiraukan lagi
seruan dan bentakan lawan-lawan mereka itu.
Empat pengemis itu terkapar. Lalu ketika
mereka meloncat dan bergerak ke timur maka
Giok Yang Cinjin sudah mendengar di mana
markas pengemis itu berada.
"Kita dapat ke sana, sekarang. Tapi
hati-hati dan jangan sampai ketahuan!"
"Tunggu," Peng Houw berseru. "Uang
ini harus kubagi-bagikan dulu, supek. Ini milik
rakyat kecil!"
"Benar, dan cari penambal sepatu itu.
Ah, pinto juga teringat dan mari datangi
mereka itu!"
Akan tetapi Peng Houw tak
menemukan kakek ini. Emperan toko di mana459
tadi dia bercakap-cakap sudah sepi, kakek itu
tak kelihatan. Dan ketika Giok Yang Cinjin
mengajaknya ke pasar dan bertemu penjual
sayur atau buah-buahan maka sambil
membuka kantung hitam itu pemuda ini
melempar-lemparkan uangnya, logam dan
kertas.
"Nih, untuk kalian. Pergi dan cepat
menyingkir"
Perbuatannya tentu saja
menggemparkan isi pasar. Mereka yang
tertegun tapi girang meraup uangnya segera
terkekeh dan berseri-seri. Mereka hendak
melihat siapa penolong mereka itu akan tetapi
Peng Houw dan Giok Yang Cinjin sudah lenyap
berkelebat, dua orang ini tak mau diketahui
dengan jelas, bergerak dan sebentar kemudian
sudah meninggalkan tempat itu. Lalu ketika
Semua terbelalak. dan ada yang memanggil
namun tentu saja tak dihiraukan maka Peng
Houw dan tosu ini sudah melesat ke timur kota
tertawa-tawa.
"Heh-heh, nenek itu terkejut dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tercengang. Ah, puas pinto melihat mereka460
gembira, Peng Houw. Nenek tua penjual sayur
itu bengong"
"Dan penjual buah itu seakan masih tak
percaya. Aku juga puas, supek, sekarang kita
rampas yang lain dan kembalikan semua uang
rakyat!"
Giok Yang Cinjin mengangguk. Mereka
sudah meluncur menuju markas Hek-i Kai
pang dan di tengah jalan mereka bertemu
pengemis-pengemis lain yang setugas dengan
empat pengemis tadi, yakni mereka yang
membawa kantung-keantung uang hasil
penarikan derma. Lalu merasa gemas oleh
tingkah orang-orang ini tak ayal lagi Peng
Houw menyambar dan membuat mereka
kaget, berteriak dan mengejar namun Giok
Yang Cinjin mengibas. Sekali dorong atau
tamparan para pengemis itu terjengkang. Dan
ketika mereka melanjutkan perjalanan tak
perduli teriakan lawan, sebentar kemudian
sepuluh kantung hitam berada di tangan maka
Giok Yang Cinjin berseru agar menyimpan dulu
uang itu.461
"Masih banyak yang akan kita dapat.
Simpan dan cari dulu tempat yang baik, Peng
Houw. Kita cari sebuah kuil!"
"Kita tak menuju Hek-i Kai-pang?"
"Terlalu penuh tangan kita, nanti
berceceran. Baiklah membelok dulu den pinto
ingat sebuah kuil rusak di luar sana!"
Peng Houw mengangguk. Mereka juga
tak mungkin membagi-bagikan uang itu
sekarang juga, rakyat kecil tentu sudah pulang
ke rumah masing-masing. Maka ketika ia
setuju dan membelok menuju luar hutan
ternyata benar saja di sini terdapat sebuah kuil
rusak.
"Nah, kita simpan dan taruh di sini, Ha
ha, ada dua belas kantung, penuh semua!"
"Benar, kita cari tempat yang baik,
supek, barangkali di dalam gentong itu!"
Peng Houw melihat sebuah gentong
dan mereka sudah melompat di belakang kuil
ini. Giok Yang Cinjin mengangguk dan
menendang gentong itu. Lalu ketika ia
membalik gentong itu menaruh isinya di dalam
maka Peng Houw mengangguk puas melihat462
dua belas kantung hitam itu aman di
tempatnya.
"Kalau tak ada yang membalik gentong
ini tak akan ada orang tahu. Baiklah, mari kita
kembali, supek. Sekarang langsung ke markas."
Akan tetapi di markas Hek-i Kai-pang
terjadi perobahan. Banyaknya pengemis yang
"dibegal" Peng Houw dirampas uangnya telah
menimbulkan gaduh. Mereka melapor
pimpinan dan tentu saja tokoh tokoh Hek-i Kai
pang mencak-mencak. Mereka bertanya siapa
pembuat onar itu namun anggauta
menggeleng kepala, yang mereka lihat hanya
dua bayangan pengemis baju hitam, jadi
orang-orang seperti mereka. Akan tetapi
karena Giok Yang Cinjin adalah seorang tua
yahg jenggotnya kelihatan maka mereka
berkata bahwa satu di antara pembuat onar itu
seorang kakek.
"Kami tak dapat melihat jelas karena
bayangan mereka cepat sekali. Yang tua itu
mengibas dan membuat kami terpelanting.
Kami tak tahu siapa mereka kecuali seorang
kakek dan seorang pemuda, pangcu. Mereka463
juga mengenakan pakaian hitam-hitam seperti
kami, tapi jelas bukan anggauta Hek-i Kai
pang!"
"Bagaimana kau yakin."
"Pukulan mereka, pangcu, bukan
seperti kita. Pukulannya amat dahsyat dan di
sini tak ada yang memiliki pukulan seperti itu.
Kami dirobohkan begitu mudah!"
"Bodoh, kalian memang bodoh! Tarik
semua murid dan suruh mereka pulang.
Sumbangan sudah cukup dan biarkan yang
hilang itu. Jaga tempat kita dan awas jangan
sampai diserbu, keramaian tak boleh gagal,
Gak-tatjin akan datang!"
Hek-sai Lo-kai, pimpinan Hek-i Kai-pang
yang membawa tongkat mengetrukkan
tongkatnya kuat-kuat. Lantai marmer di
ruangan itu hancur, murid yang melapor malah
ditendang. Maka ketika Peng Houw dan Giok
Yang Cinjin tiba di sini maka yang mereka lihat
adalah penjagaan amat ketat di setiap sudut.
Peng Hou kagum dan terheran-heran oleh
markas yang amat megah dan luas itu, markas
pengemis yang lantainya marmer!464
"Bukan main, bener-benar mewah,
tidak pantas untuk perkumpulan sebuah
pengemis!"
"Hm, Hek-i Kai-pang ini benar-benar
menyimpan kekayaan dari pemerasan supek.
Pantas kalau mereka ditakuti dan disegani.
Para pengemis ini sesungguhnya pemalas yang
mengandalkan kepandaian saja!"
"Benar pinto juga melihatnya begitu,
Peng Houw. Awas ada yang melihat kita dan
cepat menyingkir!" Giok Yang Cinjin menarik
pemuda ini karena dari samping terlihat dua
pengemis memandangi mereka. Murid Hek-i
ai-pang ini terheran ada teman yang
mengintip, Peng Houw dan Giok Yang Cinjin
berada di semek-semak gerumbul. Tapi ketika
ia curiga dan hendak mendatangi ternyata tosu
ini sudah menarik Peng Houw dan berkelebat
lenyap.
Hal ini tentu saja juga dilaporkan ketua
Hek-i Kai-pang. Hek-sai Lo-kai mendelik,
betapa beraninya dua orang itu mendatangi
markasnya. Tapi karena orang sudah
dilaporkan kabur dan keramaian pesta juga465
semakin dekat akhirnya pengemis kulit hitam
yang brewokan seperti singa itu menyerukan
agar para murid menjaga sampai di luar
markas, seratus meter dari gedung itu.
"Kumpulkan semua tenaga, jaga rapat
rapat. Tangkap jahanam itu atau kalian panggil
aku!"
Hek-i Kai-pang benar-benar terkejut.
Mereka juga kaget dan marah selain kagum
akan keberanian lawan. Betapa nekatnya dua
orang itu. Maka ketika penjagaan diperketat
dan atas gedungpun dijaga banyak mata, tak
mungkin menerobos tanpa ketahuan akhirnya
Giok Yang Cin-jin tersenyum membatalkan
niatnya.,
"Biarlah, agaknya cukup dengan dua
belas kantung hitam itu.. Hm, Hek-i Kai-pang
telah siap menerima kita, Peng Houw, tak ada
gunanya menyerbu hanya untuk uang
rampasan. Nanti tak ubahnya kita perampok!"
"Benar, kita tunda sampai di sini dulu.
Lihat lampu-lampu juga ditambah, supek,
menyerbu tanpa ketahuan adalah sulit. Hek-i
Kai-pang telah mendengar sepak terjang kita."466
Dua orang itu akhirnya membatalkan
memasuki markas. Bukan maksud mereka
untuk menyerang, membuat ribut di situ.
Maka ketika mereka mundur dan
menunggu hari keramaian itu, Giok Yang Cinjin
akhirnya menyembunyikan jenggotnya di balik
saputangan hitam maka dua orang ini
berkesempatan masuk secara terang
terangan mengunjungi hari jadi perkumpulan
pengemis itu.
Ada keuntungan yang didapat dari
pesta keramaian ini, yakni bebasnya para tamu
mengunjungi ulang tahun Hek-i Kai pang,
terutama orang-orang kang-ouw yang
mendengar lalu singgah di situ, duduk dan
menikmati suasana keramaian tanpa kartu
undangan. Maka ketika Peng Houw dan Giok
Yang Cinjin juga memasuki keramaian itu,
tentu saja dengan melumuri wajah agar tak
dapat dikenal maka Peng Houw seperti
seorang kongcu yang mempertampan diri
dengan kopiah biru di atas kepala, memegang
kipaS. Sementara Giok Yang Cinjin, yang tak
mau duduk bersebelahan agar tak cepat467
dikenal menggelung rambutnya bercabang
tiga hingga kelihatan lucu dan menggelikan,
persis kakek pengembara yang konyol.
"Kita tak boleh berduaan lagi, berpisah
tempat duduk saja. Kau di belakang dan pinto
di tengah. Nah, sekarang masing-masing sudah
bukan seperti aslinya lagi, Peng Houw, kau
seperti kongcu pelajar yang berdarma-wisata.
Sementara pinto, ha- .. persis kakek konyol
tidak waras. Gelung rambut pinto ini Seperti
orang edan!"
Peng Houw tersenyum. Memang
supeknya ini seperti orang tidak waras, gelung
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja dicabang tiga. Tapi karena banyak orang
orang kang-ouw seperti itu, aneh dan bersikap
konyol maka tak ada kecurigaan ketika mereka
memasuki halaman Hek-i Kai-pang dan duduk
di kursi yang disediakan. Hek i kai-pang
membagi dua untuk tamu-tamu undangannya
ini. Yang tidak dikenal, seperti Peng Houw dan
Giok Yang Cinjin diletakkan di luar, sementara
mereka yang dikenal dan merupakan sahabat
perkumpulan pengemis itu ditaruh di dalam
dan duduk bersama pimpinan.468
Tamu sudah banyak berdatangan dan
Peng Houw lagi-lagi memaki. Bagaimana tidak,
lantai dan ruang dalam perkumpulan
pengemis ini seperti lantai dan ruangan istana
saja. Karpet biru dan merah menghampar di
situ, sementara di dinding, menempel rapi
berderet-deret tampak lukisan mahal yang
bingkainya dilapis emas. Hek-i Kai-pang
sungguh bukan pengemis!
Dan ketika Peng Houw mengepal tinju
teringat dari mana semuanya ini, hasil
pemerasan berkedok sumbangan suka rela
maka teman duduknya, seorang lelaki
bertubuh kurus tertawa ha-ha-he-he
menendangkan sepatu ke kaki kursi.
"Wah-wah, bukan seperti perkumpulan
pengemis lagi. Ha-ha, Hek-i Kai-pang ini kaya
raya, tapi minuman hanya air putih saja. Ah,
mereka tak adil dengan hidangan yang di
dalam. Di sana ada arak dan roti, di sini air dan
kompia beku. Wah, pelit!"
Peng Houw tersenyum dan menoleh.
Laki-laki , teman sebelahnya mengetuk kursi
hingga bengkok. Suaranya tak didengar. para469
pengemis karena suasana mulai bising, juga
tak begitu keras seolah berhati-hati, ! Dan
karena ia juga melihat itu sebagai pelayanan
berat sebelah, ada perbedaan antara luar dan
dalam iapun mengangguk dan berkata,
"Benar, Hek-i Kai-pang tidak adil, luar
dan dalam tidak sama. Tapi kita bukanlah tamu
undangan. Siapakah saudara dan apakah
datang hanya untuk menikmati santapan
pesta?"
"Ha- aku ingin menonton keramaian,
bukan hidangan ini. Tapi kalau seperti ini Hek-i
Kai-pang menyuguh tamu maka perlu juga
diprotes. Eh, aku Pemabok dari Kwang-cit,
saudara, Lai Pak namaku. Siapakah kau dan
apakah kau juga tamu tak resmi!"
"Hm, aku Boan-su, pengelana. Aku
memang tak resmi dan sekedar mampir ke sini,
menonton pesta. Apakah Hek-i Kai-pang tak
mengenalmu karena bukankah Kwang-cit tak
jauh dari sini."
"Ha-ha, benar, tapi aku tak kecewa.
Kalau Hek-sai Lo-kai sendiri melihatku pasti dia
buru-buru menyambut. Ah, aku Pemabok yang470
suka arak, tak tahan rasanya melihat arak-arak
di situ. Mari, kita ke dalam saja dan minta
terangan-terangan minuman yang baik!"
Peng Houw terkejut. Lai Pak si
Pemabok ini sudah bangkit dan menarik
tangannya, sekali cengkeram membuat ia
hampir mengaduh. Maklum, ia tak menyangka
apa-apa dan tidak mengerahkan sinkangnya.
Tapi ketika ia mengerahkan sinkangnya dan
lawan justeru kaget jarinya serasa terbakar,
Peng Houw marah kepadanya maka ia
berteriak dan melepaskan tangannya.
"Heii, kau orang hebat!"
Peng Houw buru-buru duduk dan tak
mau menjadi perhatian. Ia sudah membuat
lawan terkejut dan itu cukup. Tadi ia tak
menyangka dan disangka orang lemah, kini
Pemabok dari Kwang-cit itu tertegun, tahu
rasa. Tapi ketika ia mengharap orang itu pergi
dan tak usah mengganggunya tiba-tiba orang
ini tertawa dan duduk lagi di sebelahnya. Mata
berseri-seri.
"Boan-kongcu, kau memiliki sinkang
yang amat luar biasa sekali. Ah, tak kusangka471
dan kukira dirimu pelajar biasa. Ha-ha, Mari..
mari ikut aku dan kita duduk di dalam. Hek-sai
Lo-kai akan kutemui!"
"Tidak," Peng Houw menolak. "Aku
disini saja, saudara Lai. Kau jangan
mengganggu aku seperti aku juga tak
mengganggumu. Pergilah ke dalam kalau kau
ingin masuk."
"Tapi kau tak pantas di sini, ini tempat
duduk orang biasa. Mari bersamaku dan kita
duduk di tempat duduk kehormatan!"
"Tidak..!", sekali lagi Peng Houw
menolak., Aku bukan tamu resmi, saudara,
silakan masuk kalau kau ingin ke dalam. Jangan
menggangguku seperti aku juga tak
mengganggumu!"
Pemabok itu tertawa. la melihat sorot
tajam dari Peng Houw, sorot dingin dan tak
suka. Dan karena pemuda itu jelas tak mau dan
ia sudah merasakan kelihaian lawan maka
iapun bangkit dan berkata lagi,
"Baiklah, mungkin kau tak percaya
bahwa orang seperti Hek-sai Lo-kai akan472
menyambutku. Aku akan masuk ke dalam dan
araknya sudah membuat aku ngilar!"
Peng Houw mengerutkan kening tapi
lega melihat lelaki itu meninggalkan kursinya.
Ia sudah merasa tak senang dan siap-siap
setelah lawan mencengkeram tangannya.
Begitu saja lelaki itu hendak mencelakainya.
Dan ketika ia bersikap acuh dan malah lega
maka menyeruaklah seorang lain terkekeh
serak.
"Pemabok itu memang mahluk yang
suka memaksa orang. Bagus, kau sudah
terlepas dari tangannya, kongcu, aku gembira.
Hati-hatilah kalau berdekatan dengannya
karena ia sesungguhnya sahabat Hek-i Kai
pang!"
Peng Houw tertegun. Kakek di
belakangnya ini, seorang berusia limapuluhan
tahun tahu-tahu telah berpindah tempat
duduk di tempat yang tadi dipakai si Pemabok.
Kakek ini menawarkan keramahan meskipun
ada sesuatu yang tidak menyenangkan Peng
Houw, yakni sorot matanya yang berminyak
seolah kakek-kakek yang doyan paras cantik.473
Akan tetapi karena kakek itu sudah duduk dan
kata-katanya bersifat melindungi, benar saja di
dalam itu, si Pemabok tiba-tiba disambut dua
pengemis di kursi kehormatan, membungkuk
dan memberinya kursi bagus maka sekilas
Pemabok itu memandangnya lalu duduk
tertawa-tawa. Arak di meja sudah disambar
dan diminum isinya.
"Lihat," kakek itu berkata lagi. " Lai Pak
si Pemabok itu orang sombong, anak muda.
Mentang-mentang ditakuti di daerahnya ia
sewenang-wenang dan suka memaksa orang.
Syukur kau bebas darinya tapi tadi kulihat ia
kesakitan. Rupanya jarinya tersengat olehmu!"
Peng Houw menarik napas. "Ia
memaksaku tapi kutolak. Entah kenapa dia
berteriak mungkin karena ujung kakinya
kuinjak. Lo-enghiong siapakah dan berasal dari
mana".
Kakek itu tertawa. Peng Houw
menyebutnya lo-enghiong (kakek gagah) yang
membuat wajahnya berseri. Hal ini dilakukan
pemuda itu karena si kakek berkesan sahabat,
melindungi. Maka ketika ia tertawa dan474
menepuk paha sendiri kakek itu berkata
bahwa dia adalah Hong Ta si pengelana.
"Aku si tua Hong , perantau. Barangkali
kau pernah mendengar namaku. Eh, kongcu
bernama Boan-su, bukan? Tadi kudengar
percakapan kalian."
"Benar, aku orang she Boan". Peng
Houw berbohong. "Dan lo-enghiong adalah
pengelana juga? Sayang, wawasanku kurang
luas, aku baru kali ini mendengar nama lo
enghiong. Tapi melihat golok di pinggang lo
enghiong itu tentu lo-enghiong seorang lihai
yang ditakuti lawan!"
Kakek itu kaget. Ia terbelalak
memandang Peng Houw tapi Peng Houw
tersenyum mengangguk. Biarpun si kakek
menyembunyikan goloknya di pinggang
namun matanya yang tajam tahu. Kakek itu
melilitkan sebuah golok tipis di pinggang.
Maka ketika ia tersenyum sementara si kakek
hilang kagetnya maka kakek ini menepuk
nepuk pundaknya terkekeh-kekeh.
"Aduh, lihai sekali, bermata tajam! Ha
ha , Aku si tua. kagum kepadamu, kongcu. Kau475
benar-benar awas dan lihai sekali. Kau tentu
bukan orang sembarangan!"
Peng Houw tak menjawab. la
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menerima tepukan itu dan sebagaimana si
Pemabok iapun merasakan dirinya diserang.
kakek ini mengujinya! Tapi karena ia sudah
waspada dan mengisi pundaknya dengan
sinkang, jari si kakek bertemu kulit keras yang
membuat telapaknya pedas maka kekek itu
tertawa-tawa menghentikan tepukannya.
"Hah, benar. Kau bukan anak muda
sembarangan. Kau orang berisi. Ah, mari
minum untuk persahabatan kita!"
Peng Houw tersenyum menerima
gelasnya. Kakek itu mengangkat gelas dan
minum air putih, mengajak mengikat
persahabatan. Dan ketika ia akhirnya
menerima teman bicaranya ini segera kakek
itu memberitahukan bahwa Gak-taijin bakal
menjadi tamu agung di situ.
"Konon menteri ini hendak membagi
bagi hadiah buat rakyat kecil. Lihat kelompok
mereka itu yang sudah berharap sejak tadi!"476
Peng Houw memandang. Baru ia sadar
bahwa di samping gedung, hampir seratus
orang tampaklah tamu-tamu kusut berpakaian
sederhana. Ada pria dan wanita di situ, rata
rata cukup umur dan menilik wajah mereka
agaknya mereka pedagang kecil atau kaum
lemah. Peng Houw melihat bahwa mereka
adalah rakyat jelata. Lalu ketika ia
mengangguk melihat itu kakek ini bicara lagi,
"Hek-i Kai-pang perkumpulan yang
beruntung, yang, hebat sekali dapat
berhubungan dengan Gak-taijin. Eh, kau orang
muda apakah sudah mengenal Gak-taijin,
kongcu. Beruntung kalau kau bisa bekerja
padanya, aku juga ingin!"
"Aku tak pernah ke kota raja, tak
mengenal para pembesar atau menteri. Aku
enggan berhubungan dengan mereka-mereka
itu, lo-enghiong, aku orang kecil yang tentu tak
ada artinya bagi mereka."
"Ha-ha , salah. Berhubungan dengan
orang besar penting, bisa menunjang
kesuksesan kita. Eh, lihat itu laki-laki gemuk di
sudut sana, kongcu la Kwat-wangwe hartawan477
maju. Saudaranya Kwat taijin adalah bawahan
menteri Gak. Beruntung dia, usahanya
berkembang dengan cepat dan tambah kaya
raya!"
"Aku tak tertarik," Peng Houw
menggeleng. "Aku bukan pedagang atau
sebangsanya, lo-enghiong, aku orang biasa
saja. Aku tak berhasrat seperti mereka."
"Ha-ha, lihat itu. Wah, si raja catur
datang. Bakal ramai! la petaruh yang tak
pernah kalah!"
Si kakek menunjuk ke kiri ketika
seseorang datang. Seorang pria bermuka bulat
buru-buru disambut pengemis Hek-i Kai-pang
di halaman paling depan, laki-laki berpakaian
perlente dan membawa sebuah papan tioki
(catur). Laki-laki itu mengangguk sedikit saja
lalu masuk dengan langkah lebar, tak begitu
menghiraukan sambutan para pengemis dan
tiba-tiba bangkitlah si Pemabok Lai Pak di sana,
berseru dan menggapai. Lalu ketika laki-laki itu
melihat dan meloncat cepat tahu-tahu ia telah
berada di ruang dalam menepuk-nepuk
Pemabok ini.478
"Ha-ha, kau datang? Bagus, di mana
ada arak di situ pasti kau hadir, saudara Lai.
Hari ini aku mendapat undangan Hek-i Kai
pang tapi mana pimpinannya!"
"Pangcu sedang bebenah di dalam,"
Seorang tokoh pengemis menjura dan
memberi hormat. "Selamat datang dan silakan
duduk, Ki-ong. Nanti pangcu pasti keluar
menyambut cuwi semua."
"Wah, jual mahal. Tentu menunggu
Gak-taijin baru muncul. Ha-ha, bagaimana kau,
Pemabok. Apakah Hek-i Kai- pangcu juga
belum menyambutmu!"
"Aku duduk di sana", lelaki itu
menuding. "Baru saja pindah ke sini setelah tak
tahan bau arak. Ha-ha, kau sendiri bagaimana,
Ki-ong. Apakah rejekimu semakin besar .
Kapan terakhir kau menang dan berapa kau
menang!"
"Ha-ha tak ada lawan lagi. Eh,
bukankah itu kwa-kut-to (Golok Pengerik
Tulang)!"
Peng Houw terkejut, Sambil bicara dua
orang itu memandang ke tempat duduk479
mereka, si Pemabok memberi tahu tempatnya
tadi. Tapi ketika Raja Catur itu melihat mereka
terutama kakek di sebelahnya maka
meluncurlah seruan kaget itu dan Peng Houw
baru tahu bahwa kakek di sebelahnya ini
berjuluk Golok Pengerik Tulang.
Akan tetapi kakek itu tertawa-tawa
pula menyambar gelas lagi dan pura-pura tak
tahu, atau tak mendengar. Lalu ketika (Ki-ong
tertegun tapi sudah ditarik untuk duduk maka
Peng Houw mendengar bisikan yang
tertangkap telinganya.
"Sst, jangan perhatikan tua bangka itu.
Justeru anak muda di sebelahnya itu amat
hebat. Tahukah kau bahwa jariku Hoa-ciok
sinkang tak mampu meremas tubuhnya!"
Peng Houw menjadi tak enak. Sekilas ia
merasa tatapan si Raja Catur itu, melengos dan
mengambil gelas untuk pura-pura minum. Lalu
ketika dua orang itu kasak-kusuk dan terlibat
pembicaraan sendiri maka tamu sudah mulai
memenuhi halaman depan dan ruang dalam. la
terkejut mendengar Hoa-ciok-sin-kang
(Tenaga Peremas Batu) tadi, jelas bahwa si480
Pemabok bukan orang sembarangan. Dan
ketika Hong Ta kek di sebelahnya ini juga terus
mirnum sambil menyambar makanan kecil,
kacang dan lain-lain akhirnya dua jam
kemudian pimpinan Hek-i Kai-pang muncul.
Peng Houw belum mengenal ketua
pengemis ini. Akan tetapi ketika tamu di dalam
tiba-tiba bangkit dan memandang ke satu
arah, muncullah kakek brewokan berkulit
hitam maka Golok Pengerik Tulang berseru
menuding, tamu di luar juga menengok.
"Ha, itu pimpinan Hek-i Kai-pang.
Gagah dia, bukan main perlentenya!"
Peng Houw tertegun. Di pintu dalam, di
balik segala kembang kertas dan balon Warna
warni muncullah ketua Hek-i Kai-pang yang
gagah dan berwibawa itu. Pakaiannya serba
hitam tapi terbuat dari Sutera mahal, tidak
bertambal-tambal sementara pinggirannya
dihias benang emas, kuning gemerlap
gemerlap. Dan ketika ia datang sementara
para murid sudah membungkuk penuh
hormat, yang di luar bahkan berlutut maka
tongkat di tangan ketua diangkatnya tinggi-481
tinggi membalas salam para tamu, kesannya
sombong dan tinggi hati, mendorong empat
pengiring di belakangnya yang juga berpakaian
serba hitam tapi tak bertambal-tambal.
"Cuwi-enghiong (tuan-tuan sekalian),
selamat datang semuanya, selamat datang.
Terima kasih atas perhatian kalian tapi maaf
aku harus keluar dahulu!"
Peng Houw mengerutkan kening.
Kakek tinggi besar yang diiring murid-murid
Hek-Kai-pang itu ternyata tak duduk
menemanl para tamu, ia melangkah keluar
dengan langkahnya yang panjang sementara
tongkat digerak-gerakkan ke kiri kanan di atas
kepalanya. Anggukan para tamu hanya
disambut gerakan tongkatnya itu, sombong.
Lalu ketika Peng Houw tak mengerti kenapa
ketua Hek-i Kai-pang itu keluar tiba-tiba
terdengar derap kereta disusul teriakan parau,
"Yang mulia Gak-taijin datang. Harap
minggir dan beri jalan!"
Tahulah Peng Houw sekarang. Kiranya
ketua Hek-i Kai-pang itu menyambut tamu
agungnya lebih dulu, pantas tak menghiraukan482
yang lain dan meninggalkan ruang dalam. Lalu
ketika derap kereta disusul oleh suara kuda,
berturut-turut munul tiga kereta dikawal
puluhan kuda maka Hek-i Kai-pangcu
membungkukkan tubuhnya dalam-dalam di
depan kereta yang berhenti. Semua otomatis
minggir dan menyibak.
"Selamat datang untuk Gak-taijin dan
tamu-tamu yang terhormat. Sudah lama kami
menunggu dan mohon berkah!"
Terbukalah pintu kereta. Seorang
berpakaian serba mewah, gemuk dan
berambut tipis keluar dari kereta pertama.
Mukanya tembem dengan pipi tebal, mata
berseri-seri menyipit sementara murid-murid
Hek-i Kai-pang cepat menggelar permadani
hijau untuk menyambut tamu agung ini. Tepat
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menginjakkan kakinya yang pertama pria
gemuk itu tertawa, melambaikan tangan. Lalu
ketika Hek-i kai-pangcu membungkuk dan
sekali lagi memberi hormat maka musik
dibunyikan perlahan-lahank ketika dua kereta
yang lain terbuka dan berturut-turut
muncullah walikota Kwang-cit dan pembesar483
setempat, pria-pria gendut berpakaian serba
bagus.
"Ha-ha, selamat untuk ulang tahun
Hek-i Kai-pang. Aku tak membawa apa-apa
untuk hadiah bingkisannya, pangcu, tapi
sekedar bungkusan ini biarlah untukmu buat
mereka yang pantas menerima. Silakan terima
dan mudah-mudahan tak kecewa!"
Hek-i Kai-pangcu tersenyum lebar. La
menerima bungkusan itu ketika dua orang di
belakang menteri Gak ini menyodorkan
sumbangan, hanya dua bungkusan kecil
berpita merah, tampaknya bersahaja tapi
berat juga, terbukti ketika dengan kedua
tangan pimpinan pengemis itu menerima dan
hati-hati memberikannya kepada dua
muridnya yang sudah menyambut. Lalu ketika
ia mengucap terima kasih dan Gak-taijin
dipersilakan masuk, berjalan di hamparan
permadani itu maka tampaklah hanya kepada
Gak-taijin ini ketua Hek-i Kai-pang itu memberi
hormat. Walikota dan lainnya tak dipandang
mata, cuek!484
"Terima kasih, mari taijin memasuki
ruangan dan sudah kami siapkan segalanya
sebaik mungkin. Tapi pesta kami hanya begini
begini saja, harap taijin tak kecewa."
Menteri itu tertawa. Semua orang
bangkit berdiri ketika pembesar itu melangkah
pendek-pendek, musik mengalun lembut dan
masuklah semua rombongen itu ke ruang
dalam. Lalu ketika tempat duduk kehormatan
juga sudah dipersiapkan dan Hek-i Kai-pangcu
mempersilakan tamunya, permadani di luar
sudah digulung maka semaraklah pesta di
tempat ini. Tetabuhan mulai dipukul keras.
Peng Houw memperhatikan segalanya
dengan cermat. la sampai tak tahu betapa
supeknya Giok Yang Cinjin tiba-tiba tak ada di
kursinya lagi. Dua orang tiba-tiba menarik tosu
itu dan membawanya pergi. Lalu ketika Peng
Houw juga tak sadar betapa belasan murid
Hek-i Kai-pang tiba-tiba telah mengepung
tempat duduknya secara tidak kentara maka
Hong Ta, kakek di sebelahnya itu tertawa-tawa
mengedip pada belasan murid Hek-i Kai-pang
yang memandang penuh curiga kepada Peng485
Houw! Baru Peng Houw sadar ketika
tangannya ditangkap seseorang. Si Pemabok
Lai Pak tahu-tahu berbisik padanya apakah ia
sendirian di situ, tak ada teman.
Dan ketika Peng Houw terkejut melihat
tempat duduk supeknya yang kosong maka si
Pemabok itu berkata bahwa di belakang ada
seorang kakek yang dikeroyok murid-murid
Hek-i Kai-pang.
"Kulihat ada seorang tosu di sana,
apakah itu temanmu. Sst, tenang dan jangan
menarik perhatian orang, Boan-kongcu Kalau
tosu itu bukan temanmu biar saja ia
ditangkap!"
Peng Houw kaget. Otomatis ia menoleh
dan melihat Pemabok ini. Kalau saja ia diserang
tentu membalas. Tapi ketika orang bersikap
ramah dan justeru memberi tahu maka ia
berdiri dan bertanya,
"Betul, ia temanku. Kapan ia pergi dan
kenapa dikeroyok orang-orang Hek-i Kai
pang!"486
"Sst, jangan berisik. Kalau kau ingin
melihat mari ikuti aku, kongcu. Ada kejadian di
belakang yang membuat aku heran".
"He, ke mana!" Hong Ta kakek di
sebelah Peng Houw berseru, pemuda itu sudah
dibawa Lai Pak, bergegas menyeruak tamu
lain. "Ada apa, kongcu. Kenapa meninggalkan
tempat duduk. Kita belum melihat hadiah Gak
taijin!"
Peng Houw tak menggubris. Ia sudah
cepat mengikuti Pemabok ini dan tahu-tahu
kakek itupun menyusul. Langkah kakinya cepat
dan untung para tamu tak tertarik, maklum
mereka melewati samping gedung seperti
orang mau berhajat kecil, kencing misalnya.
Dan ketika Pemabok itu buru-buru membawa
Peng Hou melalui jalan gelap mendadak
belasan bayangan hitam meloncat dari kiri
kanan menyerang pemuda itu, disusul oleh Lai
Pak sendiri yang membalik dan mencengkeram
pemuda ini.
"Robohlah, kau calon pengacau!"
Peng Houw terkejut. la kehilangan
kewaspadaan kerena gelisah memikirkan487
supeknya itu, cengkeraman atau serangan
lawan mengenai tubuhnya. Akan tetapi karena
seluruh syarafnya sudah bergetar kencang dan
Hok-te Sin-kang melindungi tubuhnya maka
untuk kedua kalinya lagi cengkeraman lelaki itu
mengenai kulit atos pedas.
"Aiihhhh!"
Untuk kedua kalinya lagi si Pemabok itu
berseru. Jarinya terasa sakit mencengkeram
pemuda ini. la tak tahu siapa lawannya itu. Tapi
ketika ia mundur dan murid-murid Hek-i Kai
pang sudah menubruk, mereka membentak
dan menyerang Peng Houw maka pedang dan
golok menyambar bagai hujan.
"Keparat!" Peng Houw merasa tertipu
dan marah. "Kau menjebakku, orang she Lai,
bagus sekali tapi jangan kira aku takut. ....bak
bik-bukk!"
Peng Houw menangkis dan
membiarkan beberapa senjata mengenainya,
mental dan pemiliknya berseru kaget betapa
senjata mereka tertolak. Lalu ketika Peng
Houw membentak dan membalas mereka
kontan saja belasan murid-murid Hek-i Kai-488
pang itu roboh. Pemuda ini mengibas dan
membuat mereka berjengkangan. Akan tetapi
she Lai Pemabok itu sudah menyerang lagi.
Hoa-ciok-sinkangnya, Peremas Batu
dipergunakan lagi lebih hebat. Ternyata ia
mahir dengan ilmu mencengkeram, agaknya
itulah keahliannya. Namun ketika dua kali Peng
Houw mengelak dan mendorong gemas maka
orang itupun terpelanting dan roboh.
"Heiii."
Pemabok itu benar-benar terkejut. Ia
tak tahu siapa lawannya dan bergulingan
meloncat bangun. Belasan murid Hek-i Kai
pang juga terbelalak dan siap menyerang lagi.
Tapi ketika Golok Pengerik Tulang datang maka
kakek itupun menyambar Peng Houw. jangen
berdekatan dengan laki-laki itu, ia sahabat.
Hek-i Kai-pang. Mari kita keluar, Boan-kongcu,
rupanya tempat ini tidak aman!" akan tetapi
Peng Houw hendak meronta. Ia membalas
kemarahannya pada Pemabok itu namun dari
tempat-tempat gelap muncul bayangan
bayangan hitam yang lain, anggauta Hek-i Kai
pang yang rupanya mendengar itu. Maka489
ketika ia terpaksa menahan diri dan bukan
maksudnya untuk menghajar murid-murid
Hek-i Kai-pang ia pun membiarkan saja dibawa
tapi pemuda ini teringat supeknya.
"Nanti dulu, mau ke mana. Aku harus
mencari temanku yang katanya dikeroyok
orang-orang Hek-i Kai-pang!"
"Ah, bodoh. Orang she Lai itu
membohongimu, anak muda, keroyokan apa.
Kalau benar temanmu tak ada di Sana mungkin
dia di tempat lain, mencari sesuatu. Jangan
percaya omongannya dan ikuti aku!"
Peng Houw sadar. la tiba-tiba menepuk
kepalanya sendiri kenapa begitu mudah
diperdaya orang. Benar saja kenapa ia begitu
percaya. Maka ketika ia menganggap supeknya
sedang mencari-cari sesuatu, mungkin peti
uang milik Hek-i Kai-pang maka iapun berseru
bahwa kemungkinan itu ada.
"Betul, kau betul. Aku bodoh dan amat
terburu-buru, lo-enghiong. Terima kasih atas
bantuanmu ini dan sekarang di mana aku
mencari temanku itu!"490
"Kita tengok di ruang belakang itu. Ada
kulihat seseorang di Sana, kongcu, mungkin
dia. Kenapa kau tak memberi tahu bahwa kau
tidak sendiri," kakek itu tertawa.
"Temanku tak mau menimbulkan
curigaan, ingin duduk di tempat lain. He,
kemana kita mengapa memasuki ruang
belakang!"
Peng Houw terkejut, dibawa ketempat
terang dan tentu saja melepaskan diri. Hong Ta
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Golok Pengerik Tulang ini membawanya ke
bagian belakang gedung Hek i Kai-pang, gesit
dan seolah sudah tahu semua bagian-bagian di
situ tapi kakek ini tertawa. Lalu ketika ia
melompat ke sebuah meja dan lenyap di situ
Peng Houw pun dipanggilnya.
"Anak muda, lihat ini. Apa itu!"
Peng Houw berkelebat. Tadinya ia
ragu-ragu mencium sesuatu yang tidak enak,
perasaannya mengatakan bahaya. Tapi karena
temannya memanggil dan kakek itu jelas
membantunya, melindunginya dari orang
orang Hek-i Kai-pang iapun melompat dan
sudah di belakang kakek itu. Tapi begitu ia491
menginjakkan kaki tiba-tiba iapun terpeleset,
dan sebuah lubang menerimanya di bawah,
begitu kakek itu menarik sebuah rantai di
pinggir meja. masuklah, anak muda.
"Ha-ha..Kau dan temanmu kiranya
perampas kantung uang itu!"
Peng Houw kaget bukan main. la tak
menyangka kakek yang dianggapnya sahabat
ini berbuat curang. la terlempar kesebuah
sumur dan bergemalah tawa itu jauh ke
bawah. Dan ketika ia terpaksa menyambar ini
itu untuk pegangan tetapi gagal, dinding sumur
ternyata licin maka ia terbanting namun
seseorang menangkapnya.
"Kau, Peng Houw?"
Pemuda ini tertegun. Giok Yang Cin-jin,
supeknya ternyata berada di situ terjebak di
sumur dalam. Tahulah dia bahwa Hong Ta si
Pengerik tulang itu adalah musuh! Dan ketika
ia mengangguk namun lubang menutup
kembali, gelap gulita maka Giok Yang Cinjin
menyalakan sebuah lilin yang sinarnya
bergoyang-goyang kekurangan udara segar.
Tempat itu pengap dan pesing.492
"Kurang ajar, kita ditipu. Bagaimana
supek berada di sini dan benarkah dikeroyok
orang-orang Hek-i Kai-pang?"
"Hm, pinto terkecoh. Hek-i Kai-pang
benar-benar cerdik. Sialan, setua ini masih juga
kurang pintar, Peng Houw. Pinto tak waspada
akan orang-orang di sekeliling pinto!"
"Apa yang terjadi, apa maksud supek."
"Hek-i Kai-pang memasang mata-mata.
Para sahabatnya diminta berbaur ditempat
kursi-kursi biasa mengawasi tamu tak dikenal.
Dan kau serta pinto tak terlepas oleh mata
mereka yang tajam!"
"Supek dibawa Pemabok Lai Pak itu?"
"Benar, dan Ki-ong si Raja Catur. Dua
orang itu ternyata telah mencurigai kita.
Akhirnya mereka tahu bahwa kitalah
perampas uang dari tangan murid-murid Hek-i
Kai-pang!"
"Dan mereka mengenal supek sebagai
Giok Yang Cinjin?"
"Belum, Peng Houw, untung. Kalau
tidak tentu mengenalmu sebagai si Naga
Gurun Gobi pula!"493
Giok Yang Cinjin akhirnya bercerita. Ia
menceritakan betapa ketika Gak-taijin- muncul
mendadak Ki-ong dan Pemabok itu
mendekatinya. Mereka tahu-tahu telah berada
di kiri kanannya di saat semua orang tertuju
pada penyambutan Gak-tai Jin. Dan karena
mereka mencengkeramnya dan hendak
menotoknya roboh maka tosu itu mengelak
dan akhirnya keluar dari kursinya.
"Mereka menyuruhku ke dalam, di
sana menunggu sahabat-sahabat Hek-i Kai
pang yang lain. Mana pinto sudi? Maka ketika
mereka memeksa dan sudah menaruh curiga
apa boleh buat pinto membalas dan melawan
mereka itu,sampai akhirnya lari ke sini
diserang murid-murid Hek- Kai-pang yang lain.
Pinto tak dapat memberitahumu karena
kejadian begitu cepat. Dan ketika pinto tiba di
sini dan membuka lubang itu pintopun
terjeblos lalu kau menyusul. Apa yang terjadi
denganmu dan kurang ajar benar orang-orang
Hek-i Kai-pang itu!"
"Hm, akupun ditipu si Pemabok.
mengatakan bahwa kau dikeroyok orang-494
orang Hek-i Kai-pang, membawaku ke
belakang. Tapi begitu aku di sana tiba-tiba aku
diserangnya bersamaan dengan murid-murid
Hek-i kai-pang yang lain. Tapi yang paling
konyol adalah Kwa-kut-to Hong Ta itu. la
menjebakku ke sini dan menjebloskan aku!"
Giok Yang Cinjin mengangguk-angguk.
Akhirnya ia tahu bahwa Hek-i Kai-pang
ternyata dijaga amat ketat. Para sahabatnya
dikumpulkan dan mereka itu dipasang di
antara tamu-tamu undangan. Untuk mereka
yang tergolong baru dan tidak dikenal tentu
saja mendapat perhatian kuat, termasuk Peng
Houw dan Giok Yang Cinjin itu. Dan karena di
situ ada menteri Gak yang harus dilindungi
pula, penja-gaan tentu saja amat keras maka
jatuhlah kecurigaan mereka kepada dua orang
ini. Peng Houw menjadi perhatian utama sejak
si Pemabok terkejut oleh sinkangnya tadi,
sementara Giok Yang Cinjin karena tosu itu
sering menengok ke belakang memandang
Peng Houw.
"Baiklah, sekarang kita sudah di sini.
Apa yang hendak supek lakukan dan495
bagaimana cara kita keluar. Lubang ini dalam
sekali, licin!"
"Benar , pinto juga sudah mencobanya,
Peng Houw, dan agaknya tanpa senjata tajam
tak mungkin kita keluar. Pinto hanya
mempunyai tongkat ini!"
Peng Houw mendesis. la telah meraba
seluruh dinding sumur dan mendapat
kenyataan bahwa dinding itu dilumuri minyak.
Agaknya tempat ini memang khusus
mengurung orang-orang tertentu hingga tak
dapat keluar. Tapi ketika ia mengeraskan
jarinya dan menegang seperti baja iapun
menusuk dinding itu dan berlubanglah
sedalam tujuh senti.
"Hm. rasanya dapat keluar. Kubuat
lubang di dinding ini, supek, dan kita menaruh
ujung kaki kita untuk merayap!"
Giok Yang Cinjin kagum. la sendiri tak
mempunyai pikiran itu dan melihat perbuatan
Peng Houw. Maka ketika ia mencoba namun
berteriak tertahan, dinding itu luar biasa
kerasnya iapun menjadi terkejut dan kagum.496
"Kau dapat melubangi dinding sumur
ini?Jarimu tak sakit?"
"Tidak, apakah supek tak mampu?"
"Keparat, pinto tak mampu, Peng
Houw. Dinding ini campuran antara batu dan
baja!"
"Tapi. aku dapat melubanginya.
Marilah supek bantu aku dan kita sama-sama
naik ke atas."
Peng Houw ternyata tak merasa seperti
supeknya itu. Sebenarnya dinding sumur itu
benar-benar keras dan orang seperti Giok Yang
Cinjin tak mampu menusuk tembus. Hal ini
karena dinding itu dibuat khusus dari batu dan
logam kuat. Namun karena Peng Houw
memiliki Hok-te Sin-kang dan tenaga saktinya
itu memang luar biasa maka enak saja ia
melubangi dinding itu dan dibantu supeknya ia
terus merayap naik. Giok Yang Cinjin
terkagum-kagum dan untuk kesekian kalinya
lagi tosu itu menarik napas panjang, merasa
diri bodoh dan alangkah hebatnya pemuda itu.
Tinggi sumur ada sepuluh meter dan
untung lebarnya cukup. Setiap tusukan dipakai497
tempat berpijak, tiga kali jari Peng Houw malah
mengeluarkan api. Yang ditusuk adalah
lempengan baja! Tapi karena jari pemuda itu
benar benar kuat dan Hok-te Sin-kang yang
diwarisi adalah milik sesepuh Go-bi yang
ampuh akhirnya setengah jam kemudian
mereka berdua sudah sampai di tutup lubang
yang terbuat dari papan batu setebal sepuluh
senti!
"Hm, berhenti dulu, pinto lelah.
Pindahkan kakimu di pundak pinto yang lain,
Peng Houw. Pegal rasanya pundak ini. Istirahat
sebentar!"
Peng Houw meminta maaf. Dalam
mendaki dinding yang licin ini ia
mempergunakan pundak supeknya untuk naik
ke atas. Dinding amat licin dan ia tak mau
mengambil resiko. Maka ketika ia girang
mereka sudah tiba di atas, tinggal mengangkat
tutup lubang itu tiba-tiba supeknya minta
berhenti dan beristirahat.
"Baiklah, maafkan kakiku. Silakan turun
sedikit ke bawah, supek. Aku akan melempar
tutup ini ke atas!"498
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau sanggup?"
"Rasanya sanggup."
Giok Yang Cinjin lagi-lagi kagum. Tutup
lubang ada empat meter persegi dan beratnya
tak kurang dari tiga ribu kati. Mengangkat
benda seberat itu di atas tanah tidaklah sulit,
tapi di dalam lubang yang sempit dan tidak
begini luas ini? La menarik napas tegang. Kalau
Peng Houw gagal salah-salah pemuda itu jatuh
ke bawah, belum kalau di luar sana ada orang
menjaga! Maka ketika ia menyuruh pemuda
itu berhati-hati sementara ia sendiri lalu turun
ke bawah, Peng Houw memindahkan kakinya
di sepasang lubang yang kecil namun kokoh
tosu itupun berdesis khawatir.
"Hati-hati, Peng Houw. Kau harus dapat
mengangkatnya sekali dorong"
"Tentu, pasti kucoba. Begitu terang-kat
melompatlah keluar, supek. Siapa tahu jatuh
menimpa lagi."
"Siap." Tosu itu berseru. "Akan pinto
bantu begitu terbuka, Peng Houw, dan hati
hati kalau ada penjaga di luar!"499
Peng Houw sudah memperhitungkan
itu. Ia telah meraba papan batu itu dan
menaksir bobotnya, mengerahkan tenaga dan
batu itu sedikit terangkat. Lalu ketika ia
membentak dan mengerahkan sinkangnya
tiba-tiba tutup lubang itu mencelat dan
terbang ke atas.
"Braakkkk!"
Dahsyat sekali lontaran yang dilakukan
Peng Houw. Benda selebar dua meter itu
melesat ke atas, menghantam wuwungan dan
hancur serta bergemuruhlah suaranya. Begitu
keras hingga ruangan bergetar. Lalu ketika
Giok Yang Cinjin melompat keluar dan Peng
Houw sendiri berjungkir balik meloloskan diri
adalah tiga murid Hek-i kai-pang berteriak dan
kaget berlarian.
"He, tawanan lolos. Awas!"
Suara itu tertutup oleh kerasnya tutup
lubang jatuh ke lantai. Benda yang beratnya
tiga ribu kati ini berdebum, begitu hebatnya
hingga lantai di mana para tamu duduk
tergetar. Persis bagai seekor gajah terbanting
saja. Dan ketika ruangan itu roboh sementara500
Giok Yang Cinjin dan Peng Houw sudah
menyelamatkan diri di luar, gegerlah seisi
gedung maka murid-murid Hek-i kai-pang
berkelebatan dan Hek-sai Lo-kai sendiri kaget
oleh suara amat dahsyat itu, debum bagai
gunung ambruk.
"Apa itu, suara apa!"
"Robohnya ruangan belakang. Sumur
batu mencelat tutupnya, pangcu, dilempar
seorang pemuda. Kami tadi menangkap dua
orang tawanan tapi sekarang mereka lolos!"'
Hek-i Kai-pangeu terbelalak. Dia telah
menyambut Gak-taijin dan mulai bersuka-ria.
Rombongan pembesar ini diterima dan
keselamatan atau penjagaan diserahkan
pembantunya. Hek-tung Lo-kai, seorang
sutenya sekaligus penanggung jawab
penjagaan menjadi pucat. Ia telah diberi tahu
akan adanya dua tawanan tapi tak akan
melihat dulu. Nanti setelah semua usai baru
dilihatnya para tangkapan dan sementara ini
dia melempar tugas kepada murid-muridnya,
terutama murid-murid kepala yang jumlahnya
ada tujuh orang. Murid-murid inilah yang501
bergabung dengan para sahabat Hek-i Kai
pang mengawasi tamu-tamu tak dikenal,
mereka yang mencurigakan segera diamankan
dan nanti setelah semuanya berakhir baru
ditanya. Sumur di belakang adalah
penyekapan sementara. Maka ketika
terdengar laporan bahwa tutup sumur yang
berat itu didorong ke atas, jatuh dan menimpa
lantai hingga suaranya menggetarkan tempat
itu tiba-tiba orang nomor dua dari Hek-i Kai
pang ini berkelebat keluar. Disitu masih ada
seorang sutenya lagi Hek-Coa Lo-kai (Pengemis
Ular Hitam) yang berjaga di luar.
"Siapa keparat jahanam itu. Berani
benar mengganggu jalannya pesta!"
Pengemis ini lenyap di ruang belakang
dengan muka merah padam. Gak-taijin baru
saja menyatakan sambutan dan kata-kata
pujiannya, betapa Hek-i Kai-pang telah maju
dan menjadi sebuah perkumpulan yang kuat.
Maka ketika tiba-tiba ada pengacau di situ dan
Gak-taijin memandangnya terkejut, heran dan
aneh maka pandang mata suhengnya jauh
lebih tajam dan penuh teguran.502
Akan tetapi di ruang pesta tiba-tiba
terjadi keributan baru. Seorang pemuda, yang
tadi duduk dan berada di bagian tamu-tamu
biasa mendadak mencabut pedang berseru
keras. la melompat dan tahu-tahu berada di
ruang dalam, menuju ke tempat Gak-taijin dan
Hek-i Kai-pangcu itu. Lalu ketika ia berteriak
minta perhatian, menuding sang ketua dan
bicara gemetar maka pemuda itu berkata
bahwa ia menuntut tanggung jawab Hek-i kai
pang yang telah membuat ayahnya tewas.
"Aku Gu San minta perhatian dan
tanggung jawab Hek-i Kai-pang. Ayahku tewas
teraniaya. Ia menolak sumbangan kalian dan
kalian membunuhnya. Nah. Aku datang
menuntut keadilan, pangcu. Pembunuhnya
adalah muridmu Li Pang dan serahkan ia
kepadaku. Atau Hek-i kai-pang kuanggap
perkumpulan pemeras yang menginjak-injak
rakyat kecil!"
Empat pengemis Hek-i Kai-pang
berkelebat. Mereka kaget melihat pemuda ini
yang tahu-tahu menuntut dan menuding ketua
mereka, padahal di situ sedang ada tamu503
agung. Maka membentak dan menyerang
pemuda itu segera mereka hendak
merobohkan lawan yang tidak tahu diri ini.
"Trang-trang-tranggg!"
Ternyata ilmu pedang pemuda ini
cukup hebat. la memutar pedangnya
menyambut empat murid itu, membentak dan
menghalau mereka dan terkejutlah semua
tamu. Dan ketika ia membalas dan mendesak
akan tetapi Hek-i Kai-pangcu tiba-tiba
mengangkat tangannya maka ketua Hek-i Kai
pang itu menghentikan pertempuran.
"Berhenti, siapa kau. Tidakkah kau lihat
betapa sedang ada Gak-taijin di sini. Heh, ingin
mengadu kepandaian ada tempatnya, anak
muda. Kami sudah menyiapkan panggung
luitai dan lihat itu. Apakah matamu buta!"
"Bagus, Hek-i Kai-pangcu sendiri ada di
hadapanku. Heh, kutuntut keadilan dan
tanggung jawabmu, pangcu. Serahkan
muridmu bernama Li Pang dan biar aku
membawanya pulang. Mayat ayahku masih
belum dingin!"504
"Kau siapa," Hek-i Kai-pangcu menahan
marah. "Di hari bahagia Hek-i Kai-pang tak ada
pertumpahan darah, anak muda, kecuali
terpaksa.. Ada yang akan berurusan denganmu
masalah ini, Mana Hek-coa-sute!"
Seorang pengemis pendek hitam
berkelebat. Inilah Pengemis Ular Hitam yang
menjadi sute nomor dua dari Hek-i Kai-pangcu.
Ia tokoh nomor tiga dan Li Pang adalah
muridnya. Maka ketika pengemis itu
berkelebat dan berdiri di situ, tertawa dingin
maka ia menjura di depan Gak-taijin terlebih
dahulu sebelum menghadapi pemuda itu,
berkata kepada ketuanya.
"Suheng, bocah ini rupanya anak laki
laki Gu-lopeh. Kalau ia mencari Li Pang biarlah
aku yang menyelesaikannya. He,kau. !"
pengemis itu menuding si pemuda "Li Pang
adalah muridku, anak muda. Kalau kau ingin
berurusan dengannya mari kuantar. Kita keluar
dan kubawa kau kepada muridku!"
Pemuda itu terbelalak. la ragu
memandang pengemis ini namun wajahnya
yang terbakar jelas menandakan505
kemarahannya yang sangat. Sesungguhnya
sejak tadi ia mencari-cari musuhnya itu akan
tetapi orang yang dicari tak muncul. Ia tak tahu
bahwa beberapa murid yang terpaksa ribut di
luar "diamankan", artinya tak ditunjukkan di
luar biar suasana pesta tidak gaduh. Bukan
hanya dia melainkan seorang gadis dan dua
pemuda lain juga mencari-cari anak murid
Hek-i Kai-pang yang dirasa telah mencelakai
keluarganya. Maka ketika ia terbelalak
memandang pengemis pendek itu sementara
Hek-coa Lo-kai sudah tak sabar menggapaikan
lengannya mendadak berkelebatlah tiga
bayangan lagi dari seorang gadis dan dua
pemuda gagah.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, kami juga menuntut
penyelesaian dan tanggug jawab. Bibiku mati
ngenas. gara-gara tak memberikan
sumbangannya kepada kalian, Hek-i Kai-pang
cu. Aku mencari manusia bernama Son Tek dan
serahkan ia padaku!"
"Dan kami mewakili paman kami dari
rumah makan Le-hi pa. Mohon tanya kenapa506
Hek-i Kai-pang membiarkan murid-muridnya
membakar rumah makan paman kami!"
Terkejutlah semua orang. Hek-i Kai
pangcu sampai menghitam mukanya melihat
anak-anak muda ini. Empat orang muda telah
berturut-turut muncul di depannya, di
hadapan Gak-taijin! Tapi karena ia harus
menjaga gengsi dan menyerahkan itu kepada
sutenya maka Ia mendengus dan berkata
singkat,
"Sute, agaknya tugasmu masih
berceceran , bagaimana ini . Selesaikan mereka
dan jangan buat aku malu di depan Gak-taijin!"
Hek-coa Lo-kai juga terkejut. Belum
selesai dengan pemuda she Gui mendadak
muncul orang-orang lain yang menuntut Hek-i
Kai-pang. Bagaimana mereka ini boleh
dibiarkan begitu saja. Maka menghadapi gadis
dan orang-orang muda itu akhirnya pengemis
ini berseru.
"Anak-anak, semua yang kalian cari ada
padaku. Marilah ke belakang dan kita
selesaikan ini!"507
"Tidak! " dua pemuda itu tiba-tiba
berseru. "Kami justeru ingin di sini, Hek-Coa
Lo-kai, menyelesaikan urusan disaksikan para
tamu. Kami tak ingin Hek-I Kai-pang berbuat
curang lagi dan Gak-taijin sebagai saksinya!"
**"
Koleksi Kolektor Ebook508
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid IX
*
* *
TERKEJUTLAH pengemis itu. Ia sengaja
hendak membawa anak-anak ini ke belakang
untuk diselesaikan di sana, kalaupun Hek-i Kai
pang hendak berbuat curang tak ada yang
tahu. Maka ketika ia ditolak dan kedoknya
serasa dibuka, dua pemuda itu gagah
memandangnya maka pengemis inipun
menjadi marah dan naik darah.
"Bagus, kalau begitu di sinipun tak apa,
tapi kalian harus kutangkap karena menghina
di depan seorang pembesar..Wut " pengemis
itu berkelebat dan tahu-tahu tangan kirinya
menyambar pemuda di sebelah kiri, yang
kanan mencengkeram pemuda satunya akan509
tetapi dengan cepat dan gesit mereka ini
mengelak dan menyelamatkan diri. Serangan
pengemis itu luput. Akan tetapi karena Hek
coa-Lo-kai bukan pengemis sembarangan dan
ia adalah tokoh nomor tiga, membalik dan
menyerang lagi maka berturut-turut dua
pemuda itu akhirnya menangkis karena kaki
dan tumit pengemis itu juga menyambar.
"Duk-plak!"
Dua pemuda itu terhuyung dan
terbelalak marah. Hek-coa Lo-kai sudah
menyambar mereka lagi dan pedangpun
dicabut. Hanya dengan tangan kosong saja
pengemis itu ternyata mampu mendesak
mereka, cengkeraman atau tendangannya
cukup berbahaya, Dan ketika dengan pedang
ini dua pemuda itu menghadapi lawannya,
pengemis mendengus maka Hek-coa Lo-kai tak
takut dan ia menerima pedang dengan sisi
telapaknya yang kuat menampar dari samping.
"Plak-plak!"
Dua pemuda itu tergetar dan tetap
terhuyung. Nyata bahwa kepandaian
pengemis itu memang hebat, sebentar510
kemudian menyambar-nyambar dan
mengelilingi lawan disambut tepuk sorak
penonton. Pertandingan akhirnya berjalan
ramai. Dan ketika duapuluh jurus kemudian
pengemis ini menguasai pertandingan, dua
pemuda itu kebingungan tak mampu
mengikuti akhirnya pedang terlepas dan
mencelat dipukul pengemis lihai ini, disusul
sebuah tendangan dan dua pemuda itu
terlempar. Mereka terbanting dan mengaduh
di luar, satu di antaranya pingsan. Dan ketika
dua tubuh itu berdebuk tak dapat bangun
akhirnya meledak sorak-sorai tamu undangan,
terutama murid-murid Hek-i-Kai-pang sendiri.
Pucatlah dua orang muda lain di
tempat itu. Mereka adalah gadis baju kembang
dan pemuda pertama itu, Gu San. Tadi mereka
hanya menonton dan berdiri di pinggir. Maka
ketika pertandingan usai sementara dua
pemuda yang pingsan itu dibawa murid-murid
Hek-i Kai-pang, ditangkap maka gadis dan
pemuda ini tampak gentar. Satu di antara tiga
tokoh pengemis ini telah unjuk gigi.511
"Nah!" Hek-coa Lo-kai membersihkan
pakaian mengejek dua lawannya itu. "
Sekarang bagaimana kalian, anak-anak,
apakah hendak membuet onar dan ingin
seperti dua tikus tadi, Majulah kalau ingin
Maju!"
"Aku hanya mencari Li Pang!" pemuda
pertama akhirnya mengeraskan hati.
"Dan aku Son Tek!" gadis di sebelah
menggigit bibir. "Kalau kau melindungi
muridmu tentu saja aku tak perlu takut Hek
coa Lo-kai, betapapun aku ingin mencari
kebenaran. Kalah menang adalah biasa.
"Benar, kalah menang adalah biasa,"
pemuda itu akhirnya mendapat keberanian.
"Kalau kau melindungi orang yang kucari tentu
saja aku tak perlu takut, Lo-kai. Aku mewakili
ayahku yang mayatnya belum dingin!"
Pengemis itu tertawa mengejek.
Setelah ia memperoleh kemenangan maka
kesombonganpun muncul, sorak dan pekik
penonton mulai riuh. Bahkan Gak-taijin pun
tersenyum-senyum dan mengangguk, berbisik
dan mendekatkan mulut ke telinga ketua Hek-512
i Kai-pang dan ketua pengemis itu berseri-seri.
Entah apa yang dibicarakan tak ada yang tahu
tapi ketua itu tiba-tiba mengerahkan Coam-im
jip-bitnya kepada sang sute agar gadis itu
ditangkap hidup-hidup, jangan dilukai dan biar
ia roboh tertotok.Dan ketika pengemis itu
memandang suhengnya mengangguk
perlahan, inipun tak banyak diketahui orang
maka pengemis itu sudah menggapai
keduanya dengan suara merendahkan.
"Sebaiknya kalian maju saja berdua,
aku tak ingin berlama-lama. Nah majulah dan
kita selesaikan ini!!"
Pemuda itu menoleh ke kanan. Gadis
baju kembang mengangguk dan tiba-tiba
mereka seakan sudah teman sendiri, satu
tujuan dan satu keinginan. Dan karena maklum
bahwa Hek-coa Lo-kai bukan pengemis
sembarangan akhirnya gadis itu membentak
dan berkelebatlah dia menusuk lawannya itu.
"Bagus, kau sendiri yang menantang.
Jaga dan hati-hati perutmu, Lo-kai, aku
menyerang!"513
Bau harum menyambar bersaamaan
serangan ini. Pengemis itu menyeringai dan
menggerakkan tangannya menampar, pedang
ditangkis dari samping dan gadis itu terpental,
Lagi untuk kesekian kali tokoh Hek-i Kai-pang
ini membuktikan kehebatannya, ia membuat
gadis itu terpekik. Dan ketika ia berkelebat dan
balas menyerang maka pengemis ini lenyap
dan pemuda pertama yang tadinya ragu dan
agak jengah mendadak melompat dan
membentak mengeroyok pengemis ini pula.
"Hek-coa Lo-kai, jaga seranganku!"
Sang pengemis tertawa. Kesombongan
benar-benar menguasai hatinya dan ia
menangkis, pedang terpental dan pemuda itu
juga terkejut. Dan ketika ia berkelebatan dan
membalas dua pemuda ini segeralah tampak
bahwa kepandaian sang pengemis memang
tinggi, masih di atas dua orang mud? itu.
"Ha-ha, begini saja menantang Hek-i
Kai-pang. Lihat, kalian yang harus hati-hati dan
menjaga diri, anak-anak, atau pedang melukai
kalian dan jangan salahkan aku!"514
Dua orang muda itu gelisah. Ternyata
setelah mereka menyerang dan dibalas
tampaklah bahwa lawan benar-benar lihai.
Tangkisan atau tamparan pengemis itu
membuat telapak mereka pedas dan sakit,
gadis baju kembang malah menjerit ketika
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pedangnya lepas. Untunglah, dengan
kesigapannya dan berkat temannya pula ia
dapat berjungkir balik menyambar pedangnya
lagi, pemuda itu menyerang dan menghalangi
Hek-coa Lo-kai merobohkannya dengan cepat.
Dan ketika pertandingan berjalan lagi namun
mereka tetap terdesak, Hek-coa Lo-kai mulai
menujukan serangannya kepada pemuda itu
maka si gadis menjadi bebas dan tidak
setertekan temannya.
"Plak-duk!"
Lutut pengemis ini menghantam perut
si pemuda. Waktu itu pemuda ini
menggerakkan pedang akan tetapi dengan
cepat ditangkis, terpental dan saat itulah Hek
coa Lo-kai mengangkat lututnya. Cepat dan
ganas pengemis ini memasukkan lututnya, si
pemuda terjengkang dan pedangpun515
mencelat, mengaduh. Dan ketika pemuda itu
tak dapat bangun lagi karena isi perutnya
pecah, diam-diam pengemis ini membunuh
lawannya maka gadis baju kembang terkejut
dan melengking tinggi.
Namun Hek-coa Lo-kai memang
unggul. Dalam beberapa gebrakan setelah
pertandingan itu pengemis ini sudah dapat
melihat bahwa orang-orang muda yang
mengeroyoknya ini bukanlah tandingannya.
Itulah sebabnya ia menyuruh maju berdua,
kalaupun dugaannya meleset masih ada ketua
dan murid-murid Hek-i-Kai-pang di situ,
pendeknya ia yakin menang. Dan ketika ia
harus merobohkan pemuda ini agar si gadis
dapat ditangkap, hidup-hidup iapun tertewa
bergelak melihat muka pucat gadis baju
kembang ini.
"Ha-ha, temanmu roboh. Kalau tak
ingin terluka harap menyerah baik-baik, nona,
Kami orang-orang Hek-i Kai-pang bukan orang
kejam terhadap orang lain!"
"Keparat, kau melukai pemuda itu. Aku
tak akan menyerah, Hek-coa Lo-kai, kau516
pengemis busuk yang melindungi murid
muridmu yang busuk pula!"
"Ha-ha, kalau begitu kau menyusul
temanmu, Akan tetapi aku bukan orang kejam,
baiklah kau roboh dan lepaskan pedangmu!"
pengemis ini tak memberi hati setelah lawan
tak mau menyerah. la telah merobohkan
pemuda itu dan lebih gampang lagi baginya
merobohkan gadis ini. Maka ketika ia
menyambut dan menerima tusukan cepat, dua
jarinya menjepit mata pedang maka tiba-tiba
pengemis itu membentak dan tangan yang lain
menotbk pundak lawan.
"Tuk!" Terbeliaklah gadis ini. la kaget
ketika pedang tiba-tiba tak depat dicabut, dua
jari yang menjepit itu amat kuatnya hingga
sedikitpun tak dapat ditarik. Pedang itu seakan
menancap di celah batu yang amat dalam, kuat
dan kokoh. Dan ketika ia lebih terkejut lagi oleh
totokan lawannya, tak mampu menghindar
maka robohlah gadis ini dan Hek-coa Lo-kaipun
merampas pedangnya. Tepuk riuh mengiringi
kemenangan itu.517
"Ha-ha, sudah kubilang. Nah, apa
kataku, nona . Tapi kami orang Hek-iH Kai pang
bukan orang kejam seperti yang disangka
orang. Kau telah roboh dan menjadi tawanan
kami tapi kami tak akan berbuat sewenang
wenang. Biarlah sementara kami
membawamu ke belakang dan nanti kami
adili!"
Pengemis itu meloncat turun dan
menyambar tawanannya ini. la disambut dua
pengemis lain yang sudah mendapat bisikan
ketua, menerima dan membawa pergi gadis itu
sementara tiga pemuda yang roboh terkapar
diseret ke dalam. Pemuda yang terakhir tewas!
Dan ketika semua orang terkagum-kagum dan
mengira tawanan hanya terluka saja maka
kekacauan di depan yang sudah diatasi
pengemis ini mendadak digemparkan oleh
teriakan dan keributan di belakang. Dua
bayangan berkelebat dan muncul di situ.
"Sute, tangkap pemuda itu. Tahan
temannya dan jangan biarkan mereka lolos!"
Kiranya Peng Houw dan Giok Yang
Cinjin muncul di sini. Mereka baru saja keluar518
dari sumur rahasia dan dikeroyok murid-murid
Hek-i Kai-pang, satu di antaranya bahkan Hek
tung Lo-kai yang membawa tongkat. Tapi
ketika semua dapat dihalau dan dorongan
Peng Houw membuat semua terkejut, tongkat
Hek-tung Lo-kai bahkan mengemplang
kepalanya sendiri maka Giok Yang Cinjin yang
menyamar sebagai kakek bergelung tiga
meminta pemuda ini ke tempat pesta.
"Sudah waktunya, sudah saatnya. Heh
heh. ayo kita ke depan, Boan-su. Tegur Hek-i
Kai-pangcu kenapa ia menekan rakyat
menindas dan sewenang-wenang!"
Peng Houw, yang menyamar sebagai
seorang kongcu bernama Boan-su
mengangguk-angguk. Giok Yang Cinjin tetap
dipanggil supek atau paman-guru, berkelebat
dan lari keluar setelah mengangkat tutup
beton. Peng Houw menjadi marah k?rena ia
dicurangi orang-orang Hek-i Kai-pang itu,
terjeblos ke dalam sumur dan dicarinya Kwa
kut-to Hong Ta. Golok Pengerik Tulang itulah
yang menipunya dan membawanya ke situ,
juga si Pemabok Lai Pak yang menjebloskan519
supeknya. Maka ketika ia menghalau murid
murid Hek-i kai-pang dan juga Hek-tung Lo-kai
sute dari ketua Hek-i Kai-pang maka pemuda
ini mengangguk setuju dan ingin menghajar
perkumpulan pengemis itu, terutama
tokohnya.
Peng Houw sudah di sini ketika semua
orang terkejut, Giok Yang Cinjin juga
berkelebat dan datang dengan tawanya yang
berderai. Dan ketika semua tamu terbelalak
dan bangkit berdiri, para murid menghadang
jalan maka Hek-tung Lo-kai berteriak-teriak
bahwa dua orang itu adalah mereka yang
merampas uang derma.
"Awas, jangan sampai lolos. Anak muda
itu amat lihai. Tangkap dia!"
Belasan pengemis muda meloncat.
Mereka kaget dan juga heran bahwa lawan
demikian berani matinya, bukan melarikan diri
malah ke tempat ramai! Tapi ketika masing
masing sudah bergerak dan menghantam
pemuda itu, Peng Houw mengibaskan lengan
bajunya maka semua terpental dan senjata
menggebuk tuannya sendiri-sendiri.520
"Minggir, aku ingin menemui Hek-i Kai
pangcu.. .. buk-buk-bukk!"
Pengemis berteriak dan terlempar ke
kiri kanan. Mereka tak menyangka
kedahsyatan pemuda itu h?ngga sekali kibas
saja mencelat, bukan main kagetnya semua
anggauta Hek-i Kai-pang.
Tapi ketika Hek-coa Lo-kai membentak
dan berkelebat maju, suhengnya bertanding
dengan pengacau satunya maka pengemis ini
mencengkeram Peng Houw dengan tangan
kanannya.
"Kau kiranya perampas uang derma.
Robohlah, anak muda, Hek-i Kai-pang takkan
memberi ampun kepada orang-orang
semacammu ini!"
Peng Houw telah melihat pengemis ini.
Tadi, ketika ia duduk di kursi undangan dan
Hek-coa Lo-kai berada di luar maka pengemis
itu dilihatnya sebagai pengemis yang
berkedudukan tinggi. Murid-murid yang
mengangguk dan memberi hormat
memberitahukan kepadanya bahwa pengemis
itu seorang tokoh, terbukti bahwa Hek-tung521
Lo-kai menyebutnya sute atau adik
seperguruan. Maka ketika ia mendengus dan
melepas marah, cengkeraman itu diterimanya
saja maka pengemis ini menjerit karena kelima
jarinya bengkok-bengkok bertemu pundak
yang seakan baja.
"Aduh!"
Peng Houw tidak berhenti di sini. Ia
menggerakkan tangan dan tahu-tahu balik
mencengkeram pundak lawan, mengangkat
dan melempar pengemis itu hingga jatuh ke
dalam. Dan ketika Hek-i Kai-pangu benar
benar gempar karena seorang tokohnya
dirobohkan begitu mudah, Peng Houw sudah
maju lagi maka Hek-sai Lo-kai si pengemis
pimpinan berubah mukanya dan cepat
maklum adanya bahaya.
"Taijin sebaiknya menyingkir, langsung
saja ke dalam. Gadis itu ada di kamar
pribadiku!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sang menteri terbelalak dan pucat.
Datangnya dua orang ini membuat panik dan
kaget semua orang termasuk rombongan
pemerintah pusat. Menteri she Gak, yang522
bangkit dan berdiri dari kursinya buru-buru
diantar ke dalam oleh pengawal dan
pengiringnya. Tujuh murid Hek-i Kai-pang
melindunginya secara pribadi, lenyap dan
memasuki ruangan dalam tapi anehnya wajah
menteri ini berseri-seri. Dalam kepanikan itu
terbayang wajah si gadis baju kembang! Dan
ketika menteri ini lenyap sementara Peng
Houw juga tak menduga buruk menteri itu,
gadis baju kembang terancam bahaya
memalukan maka pemuda ini sudah
dikeroyok, tapi semua murid-murid Hek-i Kai
pang dilemparnya mudah. Lai Pak si Pemabok
tiba-tiba muncul dan menyerang Peng Houw,
begitu juga Kwa-kut-to Hong Ta yang menipu
pemuda itu . Dan begitu Peng Houw melihat
mereka dan girang bukan main segera pemuda
ini menyambar dean membentak dua orang
itu.
"Bagus, kalian masih di sini. Kau
menipuku, orang she Lai, dan kau juga.
Robohkan dan rasakan pukulanku!"
Dua orang itu bergerak di kiri kanan.
Mereka tak tahu lawan yang dihadapi dan523
menangkis ketika diserang, bahkan Golok
Pengerik Tulang mencabut senjatanya dan
secepat kilat memapak lengan Peng Houw. la
berharap lengan itu putus, goloknya tajam
bukan main. Tapi ketika kakek ini berteriak dan
menjerit keras, goloknya patah maka tubuhnya
terlempar tinggi dan menabrak dinding.
"Aduh!"
Kakek itu kelenger dan setengah
pingsan. Lai Pak si Pemabok juga bernasib
sama karena ketika laki-laki itu
mempergunakan Hoa-ciok-sinkangnya untuk
menangkis maka iapun menjerit merasa
jarinya patah-patah. Cengkeramannya tak kuat
menghadapi Hok-te Sin-kang. Dan ketika ia
terbanting dan terlempar bergulingan maka
ketua Hek-i Kai-pang benar-benar terkejut
karena pemuda itu merobohkan semua lawan
lawannya begitu mudah.
"Siluman dari mana ini berani
mengacau tempatku!" kakek pengemis itu tak
tahan lagi dan melompat ke depan. Suasana
akhirnya ribut dan para tamu berlarian.
Mereka yang sudah mendapat hadiah dari524
Gak-taijin cerai-berai, yakni bagian tamu
undangan terdiri dari pedagang kecil kaki lima.
Mereka itu sudah mendapatkan
kegembiraannya setelah secara menyejukkan
dan pandai menteri she Gak membagi-bagi
hadiah, yakni bungkusan,. yang tadi diberikan
Hek-i Kai-pangcu padahal nanti Hek-i Kai
pangcu bakal memberinya hadiah lebih besar,
upeti dari hasil "sumbangan" suka rela
penduduk Kwang cit. Siapa menduga terjadi
sogok-menyogok di tempat ini, pembelian
semacam nama jabatan dan kekuasaan., Dan
ketika ketua itu maju karena semua muridnya
terlempar ke kiri kanan, marah bukan main
maka Peng Houw sendiri sudah tiba di ruang
dalam yang besar dan luas ini mendekati Hek-i
Kai-pangcu.
"Wutt...!"
Tongkat di tangan ketua menyambar
dahsyat. Hek-sai-kang (Tenaga Singa Hitam)
dikerahkan pengemis ini menghantam Peng
Houw. Biasanya batupun remuk dihajar. Tapi
ketika Peng Houw mengelak memberikan525
pundaknya dipukul maka tongkat membalik
dan pengemis itu terhuyung.
"Desss!"
Hok-te Sin-kang memang luar biasa.
Tenaga seperti yang dikeluarkan Hek-sai Lo-kai
bukan apa-apa bagi Peng Houw, ia telah
membuat dirinya kebal dan senjata tajampun
tak akan mampu melukainya. Maka ketika
lawan terpekik dan kaget bukan main, Peng
Houw mengejar namun dihadang para murid
dan lain-lain akhirnya kakek tinggi besar itu
membelalakkan matanya meloncat bangun,
memeriksa tongkatnya tapi untung tidak apa
apa dan ketua Hek-i Kai-pang ini pucat. la
masih belum mengenal pemuda itu sebagai
Naga Gurun Gobi, kalau tahu semangatnya
tentu terbang. Dan ketika ia menerjang lagi
dan bersama yang lain mengeroyok pemuda
itu akhirnya keramaian pesta berobah menjadi
arena baku hantam yang membuat para
penggembira lari berhamburan, pemusik atau
para penarinya tergopoh melarikan diri untuk
menyelamatkan diri.526
Namun Peng Houw mendengar
teriakan supeknya. Lagi untuk kesekian kali
perhatiannya terpecah karena di sana sang
tosu dikeroyok puluhan murid dan Hek-tung
Lo-kai. Menghadapi Hek-tung Lo-kai sendiri tak
begitu berat bagi tosu ini karena ia mampu.
Bahkan Ki Ong si Raja Catur juga mengeroyok
di sini, membantu sahabatnya Hek-i Kai-pang.
Tapi karena para murid berdatangar semakin
banyak dan ruang gerak tosu ini kian
menyempit, ia tak memiliki Hok-te Sin kang
yang dapat melempar-lempar semua lawan
seperti Peng Houw maka tosu ini terdesak dan
akhirnya bak-bik-buk suara pukulan mendarat
di tubuhnya.
Giok Yang Cinjin memang memiliki
Soan-hoan-ciang (Kibasan Angin Puyuh)
namun, pukulan itu tak sehebat Hok-te-Sin
kang, apalagi tenaga sakti yang dimiliki Peng
Houw adalah warisan Ji Leng Hwesio,
dedengkot Go-bi. Maka ketika ia terkurung dan
ruang geraknya berkurang, kian lama
keroyokan bertambah banyak akhirnya tak
dapat dicegah lagi tosu ini mulai terhuyung-527
huyung oleh hujan tongkat dan senjata lawan,
terutama tongkat hitam di tangan Hek-tung
Lo-kai itu, senjata yang membuatnya sibuk dan
paling keras kalau menghajar. Dan ketiku tosu
ini mulai mengeluh dan teriakannya terdengar
Peng Houw, gelung itu akhirnya runtuh dan
jenggot panjang juga tergerai tiba-tiba satu di
antara para murid mengenal tosu ini sebagi
Giok Yang Cinjin yang merobohkannya di luar
kota Kwang-sin itu.
"Dia Giok Yang Cinjin, tosu bau itu!"
Terkejutlah semua pengemis. Akhirnya
mereka yang pernah bertanding dengan tosu
ini mengenal, berteriak dan menuding dan
terkekehlah tosu itu. la sudah tak dapat
menyembunyikan diri lagi setelah murid-murid
Hek-i Kai-pang mengenalnya, terutama
mereka yang pertempur dengannya di luar
kota Kwang-sin. Dan ketika ia mengangguk dan
tertawa bergelak, tongkat panjang dicabut dari
punggungnya maka tosu ini bergerak
menangkis semua senjata itu, ia tak mungkin
bertangan kosong lagi.528
"Ha-ha, benar, pinto adalah Giok Yang
Cinjin. Hayo kalian maju dan robohkan pinto!"
terbelalaklah Hek-tung Lo-kai. Berita
pertempuran muridnya dengan tosu ini tentu
saja sudah didengar. Tapi karena tosu itu pergi
dan melarikan diri, begitu laporan yang
diterima maka pengemis tinggi kurus ini tak
menyangka bahwa tosu ini datang lagi, bahkan
mengacau di tempatnya.
"Berani mati!" akhirnya pengemis itu
membentak. "Apa kesalahan Hek-i Kai-pang
kepadamu, Giok Yang Cinjin, kenapa membuat
onar dan ribut di sini. Dan kau pula kiranya
yang merampas uang derma Hek-i Kai-pang.
Keparat, kau mencari mati!"
"Ha-ha, pinto hanya mengikuti murid
keponakan pinto itu. Kesalahan pribadi Hek-i
Kai-pang tentu saja ada, Lo-kai, dan itu adalah
paksaan murid-muridmu meminta derma. Dan
sekarang kau dan sahabat-sahabatmu
menjebloskan pinto ke sumur rahasia, ini
membuat dosa semakin berat dan keponakan
pinto Naga Gurun Gobi tak bakal memberi
ampun!"529
"Apa? Naga Gurun Gobi?"
"Benar, itu murid keponakan pinto dari
bekas gurunya Giok Kee Cinjin, dan kalian telah
bermain-main dengan api.
"He-he , Siapa mau bersikap galak dan
mari main-main dengan pinto... . trak-trak!"
tongkat bertemu tongkat dan Hek-tung Lo-kai
terkejut. Tosu itu menyebut-nyebut si Naga
Gurun Gobi dan menuding pemuda di sana itu.
Giok Yang Cinjin akhirnya harus menggertak
orang-orang ini dengan nama besar Peng
Houw, setelah ia terdesak dan melihat
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
majunya anak-anak murid Hek-i Kai-pang lagi.
Dan ketika gertakannya berhasil dan nama itu
memang menggetarkan, apalagi ketika itu
Peng Houw mengibas dan membuat Hek-i kai
pangcu terbanting dan bergulingan maka
pengemis ini berubah dan seketika mukanya
pucat.
Akan tetapi pengemis ini kurang yakin.
Secara pribadi ia belum bertemu dan
mengenal Peng Houw, hanya nama pemuda
itu saja yang dikenalnya. Maka ketika ia
membentak dan maju lagi, si tosu terkejut530
maka Giok Yang Cinjin dikeroyok lagi dan
tongkat panjangnya harus diputar rapat
melindungi diri. Ada tiga puluh orang
mengeroyoknya!
"Bohong, kau coba menggertak kami.
Apa hubungannya Naga Gurun Gobi dengan
kami orang-orang Hek-i Kai-pang, Cinjin.
Meskipun kami pernah mendengar tentang
sutemu akan tetapi Gobi tak pernah
bermusuhan dengan kaum pengemis di sini,
Kau dusta!"
Giok Yang Cinjin mengelak dan
menangkis. la tak diberi kesempatan banyak
bicara lagi dan naik turun menyambar
nyambar. Papan catur Ki Ong tiba-tiba
menghantam punggungnya. Dan ketika tosu
itu terhuyung sementara Ki Ong tertawa
mengejek maka Raja Catur itu juga tak percaya
bahwa pemuda di sana itu adalah si Naga
Gurun Gobi.
"Heh-heh, gertak sambal. Kau tak
dapat membohongi kami di sini, tosu bau,
Naga Gurun Gobi tak pernah keluyuran Sampai
ke Kwang-sin, tempatnya jauh!"531
"Benar, dan aku hampir terpedaya. Ah,
keparat kau, tosu tengik. Rasakan tongkatku
dan kau mampus!"
Hek-tung Lo-kai lenyap
kekhawatirannya terganti kemarahan.
Omongan Ki Ong mendukungnya dan ia pulih
lagi. Tapi ketika tosu itu didesak dan kembali
berteriak menangkis hujan senjata maka Peng
Houw mengibas dan mendorong mundur
semua lawan-lawannya, supeknya memanggil.
"Peng Houw, tolong pinto. Mereka tak
percaya bahwa kau si Naga Gurun Gobi!"
Apa boleh buat, pemuda ini berkelebat
meninggalkan lawan-lawannya. Ia melihat tosu
itu menerima gebukan dan tongkat serta
papan catur membuatnya terhuyung-huyung.
Ruang yang sempit membuat gerak si tosu
semakin sempit saja. Tapi ketika Peng Houw
menyambar dan melepas pukulan jarak jauh
maka Hek-tung Lo-kai maupun Ki Ong
terpelanting dan roboh bergulingan, kaget
bukan main.
"Aihhh...!"
"Aduh...!"532
Tiga puluh orang terlempar ke kiri
kanan. Datangnya Peng Houw disert?i angin
pukulannya memang membuat murid-murid
Hek-i Kai-pang terpekik. Jangankan mereka,
Hek-tung Lo-kai sendiri sebagai tokoh nomor
dua tertiup, roboh dan terbanting menabrak
meja. Dan ketika pengemis itu bergulingan
meloncat bangun, pucat pasi maka Giok Yang
Cinjin terkekeh menyambar lengan pemuda
ini.
"Ha-ha apa kubilang. Bukankah ia
benar-benar si Naga Gurun Gobi!"
Peng Houw mengerutkan kening. Ia
telah membebaskan supeknya dan berbisik
kenapa supeknya harus membongkar rahasia,
kenapa harus memberi tahu diri sendiri. Tapi
ketika kakek itu tertawa dan berkata bahwa ia
telah dikenal, jenggot dan gelung palsunya tak
dapat disembunyikan lagi maka tosu itu
berseru bahwa semua sudah waktunya.
"Pinto dikenal satu di antara mereka,
yakni tikus-tikus busuk yang mengeroyok di
luar kota itu. Dan karena pinto terdesak dan
harus menyelamatkan diri maka namamu533
kupakai, Peng Houw, untuk menggertak dan
menyuruh mundur orang-orang ini. Tapi pinto
gagal, dan kau harus tetap datang ke sini!"
Peng Houw menarik napas. "Baiklah,
supek di belakangku saja dan kita beradu
punggung!"
"Heii, kau mau ke mana?"
"Menangkap Hek-i Kai-pangcu itu.Ia
mau bersembunyi!"
Ternyata kesempatan ini dipergunakan
Hek-sai Lo-kai sebaik-baiknya, ,sebab begitu
Peng Houw berkelebat ke arah sutenya iapun
menyelinap dan pergi. Ketua Hek-i Kai-pang ini
menjadi gentar setelah Giok Yang Cinjin
menyebut musuhnya. Ia percaya dan kaget
karena tujuh kali ia menghantam tongkatnya.
selalu membalik, padahal sekali pemuda itu
mengibas iapun terpelanting. Dan ketika
kejadian itu berulang tujuh delapan kali,
percayalah kakek ini maka ia menyingkir dan
pergi ketika pemuda itu meninggalkan dirinya,
menyuruh murid-murid tertua dan anggauta
yang lain mengeroyok pemuda itu.534
"Jangan pergi, aku menyiapkan sesuatu
di belakang. Keroyok dan robohkan pemuda
itu sampai aku kembali!"
Namun Hek-sai Lo-kai tak mungkin
kembali. la bergegas melarikan diri menuju
kamarnya di belakang, begitu sampai langsung
mengetuk pintunya. Tapi ketika pintu tak
dibuka dan ia menendang maka menteri Gak
terkejut telanjang bulat. Di pembaringan
tampak gadis baju kembang yang tersedu-sedu
dan terikat kaki tangannya di kaki
pembaringan.
"Ada apa, ah, kau mengejutkan aku.
Ada apa, Lo-kai. Kenapa masuk dan membuat
aku kaget!"
"Kita harus pergi dari sini!" ketua Hek-i
Kai-pang memerah melihat pemandangan di
kamar pribadinya itu, Gak-tai-jin menyambar
dan buru-buru memakai pakaiannya. "Pemuda
itu kiranya si Naga Gurun Gobi, taijin, dan tosu
itu Giok Yang Cinjin. Cepat kita lari dan
selamatkan diri dulu!"
"Gadis itu..?"
"Kita bunuh!"535
Menteri Gak terkejut. Belum hatbis
seruan ini pengemis tinggi besar itupun
meloncat dan menggerakkan tongkatnya
kepelipis gadis baju kembang. Gadis ini
telanjang bulat dan kiranya baru saja diperkosa
Gak-taijin. Seorang menteri memperkosa gadis
muda! Dan ketika gadis itu terbelalak tapi
tongkat menyambar pelipisnya, mengeluh dan
terkulai maka kakek ini telah membunuh
korbannya. Gadis itu tewas seketika!
"Kenapa kau bunuh, aku belum puas
mempermainkan korbanku!!"
"Bodoh!" pengemis itu berkelebat dan
memanggil seorang pengawal, Orangnya Sok
taijin. "Kejadian ini harus dilenyapkan, taijin,
atau gadis itu akan membalas dan kelak
merepotkan kita saja!"
Menteri ini sadar. "Tapi sebenarnya ia
akan kuambil selir, ia masih perawan dan
memenuhi seleraku...!"
Namun Hek-i Kai-pangcu tak
menjawab. Pengawal masuk dan disuruh
membawa mayat itu, pengemis ini telah
melepaskan semua tali ikatannya. Dan ketika536
pengawal itu terbelalak dan ragu-ragu,
memandang berganti-ganti ke arah menteri
Gak dan mayat itu tiba-tiba Hek-i Kai pangcu
mendorongnya dan membentak.
"Peluk dan bawa mayat itu, cepat".
Dorongan ini membuat ia terjatuh.
Pengawal terkejut dan tepat sekali menimpa
gadis baju kembang, akan tetapi begitu ia
merangkul dan terjelungup di atas mayat.
pengemis itupun menggerakkan tongkatnya
dan. . retaklah kepala pengawal itu.
"Prakk!"
Gak-taijin lagi-lagi kaget. Untuk kedua
kalinya ia melihat keganasan pengemis ini.
Bukan main kejamnya kalau sudah seperti itu.
Dan ketika ia bertanya kenapa hal itu lagi-lagi
dilakukan, kakek ini tertawa maka Hek-i Kai
pangcu berkata bahwa semua itu demi nama
baik Gak-taijin.
"Sekarang kita dapat berkata bahwa
gadis itu mati karena dibunuh tikus busuk itu,
diperkosa. Aku membunuhnya karena tak ingin
ada saksi hidup. Nah, bergegas dan kita lari,
taijin. Naga Gurun Gobi tak mungkin kita537
lawan. Kau harus cepat-cepat pulang ke kota
raja!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi berkesiur angin dingin.
seorang wanita berusia lima puluh lima tahun,
berbaju kembang muncul dan mengejutkan
ketua Hek-i Kai-pang ini, entah dari mana
datangnya wanita itu sang pengemis tak tahu,
ia begitu sibuk dan tergesa-gesa
menyelamatkan Gak-taijin. Menteri ini harus
dijaganya, dengan taruhan nyawa. Hilang nanti
keuntungannya kalau tak dapat berlindung di
balik kekuasaan! Maka ketika ia terkejut dan
membelalakkan mata, berhenti di luar pintu
maka wanita itu bertanya kepadanya di mana
muridnya Nan Bi.
"Aku mendengar ia tertangkap, kalian
orang Hek-i Kai-pang menawannya. Nah,
muridku Nan Bi, Lo-kai. Berikan padaku atau
aku menghalang jalan!"
Kakek pengemis ini terkejut. Untunglah
muncul anggauta yang lain dan kakek itu
membentak, tongkatnya menyapu dan
membahayakan wanita ini. Tapi ketika wanita
itu meloncat dan mudah mengelak, turun dan538
menghadang lagi maka murid-murid Hek-i Kai
pang itulah yang menyerangnya dari belakang
dan berteriak marah.
"Aku tak tahu siapa yang kau maksud.
Minggir dan hadapi murid-muridku!"
Wanita ini membentak. la hendak
mengejar Hek-i Kai-pangcu akan tetapi
serangan di belakang membuat ia mengelak
dan berkelit. Delapan golok dan tongkat
menyambarnya. Dan ketika ia melengking dan
menghadapi murid-murid Hek-i Kai-pang itu
maka sang pemimpin sendiri sudah melarikan
diri dan menyuruh anak buahnya membunuh
wanita itu. Hek-sai Lo-kai lupa-lupa ingat
kepada wanita ini.
"Kita harus pergi, atau taijin menemui
kesulitan!"
Gak-taijin mengangguk gemetar. Ia
sudah dibawa lari pengemis ini dan tak lama
kemudian kereta berderap kencang, Hek-sai
Lo-kai sendiri menjadi kusir dan menjaga
keselamatan menteri itu. Alangkah tingginya!
Dan ketika dua kereta lain menyusul dan itulah
rombongan Sok-taijin, walikota dan teman-539
temannya maka di Hek-i Kai-pang sendiri
keributan masih terus berlangsung dan Peng
Houw mengejar tapi dihadang para
anggautanya.
Akan tetapi bukan hal sukar bagi
pemuda ini meroboh-robohka mereka. Ki Ong,
si Raja Catur akhirnya terlempar dan
bergulingan. Lai Pak si Pemabok dan Hong Ta si
Golok Pengerik Tulang pingsan di sana,
akhirnya Ki Ong menyelinap dan melarikan diri.
Dan ketika semua mundur dan cerai-berai.
Peng Houw tiba di belakang maka dilihatnya
wanita baju kembang itu ganas menyambar
nyambar.
"Mundur atau kalian mampus. Mana
ketua kalian dan orang she Gak itu!"
Delapan murid roboh menjerit. Golok
dan senjata di tangan terlepas oleh amukan
wanita itu. Inilah Hwa-i Sin-ni alias Dewi Baju
Kembang, tokoh dari Tung-hai dan Nan Bi
adalah muridnya. Dan ketika mereka
terbanting dan bergulingan maka yang lain
mundur den akhirnya menyerang dari jauh,
berteriak-teriak.540
"Bunuh wanita itu, robohkan dia!"
Akan tetapi wanita ini menangkap dan
menyambar senjata lawan-lawannya. Ada
panah dan tombak pendek, Juga pisau yang
semua disambitkan dari jauh. Dan begitu
senjata ini ditangkap dan dilontar kembali
maka enam murid Hek-i kai-pang terpekik dan
roboh terbanting.
Peng Houw tertegun. Ia tiba di sini dan
melihat wanita itu, berkerut dan mencari
sekeliling tapi ketua Hek-i Kai-pang tak ada.
Lawan telah melarikan diri. Dan ketika ia
berkelebat melihat pintu kamar terbuka, itulah
kamar Hek-i Kai-pangcu maka pemuda in
melihat seorang gadis tewas di situ, tak
berpakaian dan ditindih seorang laki-laki, yang
juga tewas!
"Gadis itu diperkosa, keji!"
Giok Yang Cinjin berkelebat masuk.
Tosu inilah yang berseru dan Peng Houw
merah mukanya. Dia tak tahu apa yang terjadi
dan tak mengenal gadis ini, karena ketika itu ia
di belakang dan gadis ini bersama Gu San dan
dua pemuda lain menantang Hek-i Kai-pang541
menyuruh muridnya yang berbuat jahat
keluar. Nan Bi, gadis itu akhirnya dikalahkan
Hek-coa Lo-kai dan dibawa ke kamar Hek-i Kai
pangcu, di sini ditawan dan diikat tubuhnya
dan dipaksa Gak-taijin untuk menjadi selirnya.
Dan karena gadis itu menolak dan Gak-taijin
tentu saja marah, melakukan kekerasan maka
dipaksalah gadis itu dan baru kali ini ada
seorang menteri memperkosa gadis!
Orang tent? tak percaya bahwa
perbuatan itu dilakukan Gak-taijin. Siapa mau
percaya kalau Gak-taijin dikenal sebagai
menteri yang baik dan amat memperhatikan
rakyat. Jangankan gadis, kakek dan nenek
nenek pikunpun akan ditolongnya karena dia
adalah menteri yang dikenal pemurah. Maka
ketika orang dihadapkan pada peristiwa ini dan
Giok Yang Cinjin juga tak menduga, tosu itu
menganggap pengawal itulah yang berbuat
kurang ajar maka dia menendang mayat
pengawal itu dan menutupi tubuh gadis itu
dengan sebuah mantol lebar.
"Celaka, keparat jahanam. Keji benar
laki-laki ini mengganggu seorang gadis!"542
Peng Houw mengerutkan keningnya.
Ada sesuatu yang tak mudah dipercayanya
begitu saja, yakni bagaimana pengawal itu
mengganggu seorang gadis di kamar pribadi
Hek-i Kai-pangcu. Kamar ini besar dan mewah
dan ada pula baju seorang pembesar. Peng
Houw mengamati dan terkejut karena baju itu
adalah baju luar menteri Gak! Kiranya dalam
keadaan terburu-buru tadi menteri ini hanya
mengenakan baju dalamnya, baju luar
tergantung di sudut dan lupa diambil. Maka
ketika Peng Houw mengambil baju ini dan
menoleh keluar, terdengar suara keras orang
terbanting maka wanita di luar itu berkelebat
ke dalam dan menginjak murid Hek-i Kai-pang
yang baru dihajarnya ini.
"Ke mana pangcumu pergi, cepat. Dan
ke mana pula murid perempuanku Nan Bi!"
"Hwa-i Sin-ni!" Giok Yang Cinjin tiba
tiba berseru, mengenal wanita ini. "Apakah
bukan ini muridmu?"
Wanita itu terkejut. Kamar besar yang
luas itu kiranya menyembunyikan tempat tidur
setelah terhalang daun pintu. Dari luar ia tak543
dapat melihat. Tapi ketika ia mengenal tosu itu
dan meloncat girang, memanggil Giok Yang
Cinjin maka wanita ini terkejut dan berubah
melihat muridnya sudah membujur kaku.
"Nan Bi!" Wanita itu menyambar dan
mengeluarkan seruan tertahan. Mantol yang
dikenakan Giok Yang Cinjin disontek, tubuh
muridnya dilihat. Tapi ketika ia tahu apa yang
terjadi tiba-tiba wanita ini menjerit dan merah
padam.
"Jahanam!"
Peng Houw menutup mata. la tak tahan
melihat gadis di atas pembaringan itu, gadis
korban perkosaan. Tapi begitu ia menunduk
tiba-tiba wanita ini berkelebat dan menginjak
patah leher murid Hek-i Kai-pang yang tadi
dihajarnya
"perbuatan ketuamu, siapa lagi krek!"
Peng Houw membuka mata dan terkejut
melihat kejadian itu. Tanpa banyak mengeluh
lagi pengemis Hek-i Kai-pang itu tewas, ia
diinjak hancur oleh kaki Sin-ni. Tapi ketika
wanita itu memekik dan berkelebat keluar544
maka Giok Yang Cinjin berseru dan menuding
pengawal yang sudah menjadi mayat itu.
"Heii, yang melakukan perbuatan
kejam itu adalah tikus busuk ini. Ia telah
mampus!"
"Apa kau bilang?" Hwa-i Sin-ni
menoleh. "Jahanam pengawal itu? Tak
mungkin. Kamar pribadi Hek-i Kai-pangcu
bukanlah kamar yang boleh dimasuki
sembarang orang, Cinjin. Aku menduga kakek
itu pelakunya. Keparat, kubunuh dia!"
Wanita ini sudah meloncat dan
mengamuk di luar. Akhirnya murid-murid Hek
i Kai-pang berserabutan setelah pimpinannya
tak ada di situ. Hek-tung Lo-kai, dan juga Hek
coa Lo-kai akhirnya melarikan diri setelah
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suheng mereka tak ada di tempat. Naga Gurun
Gobi itulah yang membuat mereka gentar.
Maka ketika wanita itu mengamuk dan
memaki-maki Hek-i Kai-pangcu, mencari
namun tak menemukan musuhnya akhirnya
markas Hek-i Kai-pang menjadi lengang namun
seorang murid berhasil ditangkap dan di-suruh
mengaku.545
"Ketua ketua pergi ke barat. Pang cu
mengantar Gak-taijin. Aku tak tahu ke mana
mereka tapi tentu menyelamatkan taijin...
aduh!"
Pisau belati menancap di dada kiri
pengemis ini. Dalam kemarahannya melihat
muridnya tewas nenek atau wanita ini
melampiaskan kebenciannya kepada murid
murid Hek-i Kai-pang. Ia membunuh dengan
mata dingin murid yang sial itu, menendang
dan melempar mayatnya ke-luar gedung. Lalu
ketika ia mendapat petunjuk dan membawa
mayat muridnya segera wanita ini mengejar
namun Giok Yang Cinjin berseru, tempat itu
sudah berantakan.
"Heii, tunggu, Sin-ni. Siapa yang mau
kau cari dan balas!"
"Aku mencari ketua Hek-i Kai-pang itu.
la yang memperkosa muridku!"
"Tak mungkin. Waktu itu Hek-sai Lo-kai
bertempur dengan keponakanku ini, Sin-ni. la
ada di depan, bukan dia!".
"Kau tahu?" wanita itu membalik, tiba
tiba berhenti.546
"Tentu saja, tanya si Naga Gurun Go-bi
ini dan tak mungkin ia bohong!"
Wanita itu terkejut. Ia tak menyangka
bahwa pemuda di sebelah tosu ini adalah Naga
Gurun Gobi, tadinya ia memandang rendah
dan sinis. Tapi begitu tahu bahwa di depannya
adalah pemuda yang terkenal, itu tiba-tiba ia
menganggukkan kepalanya dan berkata,
"Maaf, aku tak tahu. Tapi rupanya tak
banyak kita dapat bicara karena betapapun
ketua Hek-i kai-pang harus bertanggung jawab.
Muridku terbunuh di tempatnya!"
Giok Yang Cinjin terbelalak. Wanita itu
membalik dan meloncat lagi dan
kemarahannya jelas tak terbendung. Sinar
matanya berapi dan penuh nafsu membunuh.
Dan karena kematian gadis itu memang di
kamar Hek-i Kai-pangcu, tosu ini juga heran
tiba-tiba Peng Houw menunjukkan sepotong
baju itu.
"Kau kenal ini?"
"Tidak, milik siapa itu," Giok Yang Cinjin
tertegun. "Dari mana kau dapatkan dan apa
artinya itu."547
"Coba supek ingat-ingat, adakah
seseorang mengenakan baju ini." Peng Houw
berkata lagi.
"Hm, pinto tak ingat. Tapi mari kita
kejar wanita itu, Peng Houw, kita lihat
bagaimana dengan dia. Kita bicara sambil
menyusul!"
Peng Houw mengangguk. Supeknya
sudah berkelebat dan segera dia memberi
tahu bahwa baju itu adalah milik menteri Gak.
Baju itu tertinggal di kamar Hek-i Kai-pangcu.
Lalu ketika tosu ini terbelalak dan melebarkan
matanya maka dia berseru apakah Peng Houw
hendak menuduh menteri itu.
"Gila, jadi kau maksudkan bahwa yang
melakukan itu adalah Gak-taijin? Seorang
menteri melakukan perkosaan?"
"Aku belum berani menuduh, supek,
hanya menduga-duga saja. Masa Gak-tai-jin
harus melepaskan bajunya kalau tidak
melakukan apa-apa. Aku curiga!"
Kakek ini terbelalak. la terkejut dan
kaget juga tapi masih kurang percaya. Menteri
itu dikenal rakyat sebagai menteri yang baik, ia548
telah meringankan beban rakyat dengan
kelonggaran pajak yang besar, juga di Hek-i
Kai-pang tadi memberikan bungkusan untuk
rakyat kecil. Maka bingung dan tak dapat
berpikir jauh ia hanya berkata pendek,
"Baiklah, simpan saja baju itu dan kita
selidiki belakangan. Yang penting kita kejar
orang-orang jahat itu. lihat bagaimana dengan
Sin-ni!"
Ternyata wanita ini sudah memasuki
hutan dan bertempur. Telinga Peng Houw yang
tajam mendengar itu, mengajak supeknya
datang dan melihat. Dan ketika mereka tiba
dan tertegun di situ maka wanita ini dikeroyok
oleh hampir lima puluh orang, tiga di
antaranya adalah Hek-tung Lo-kai dan sutenya
serta Ki Ong. Wanita itu terdesak hebat!
"Ha-ha, sekarang kau mampus. Jangan
sombong mencari-cari orang Hek-i Kai-pang,
Sin-ni. Kami bukan orang-orang penakut yang
harus menyingkir darimu. Robohlah!"
Tongkat dan ular di tangan dua
pimpinan pengemis itu menyambar Hwa-i Sin
ni. Wanita ini mengelak dan akhirnya549
mengeluarkan pedang tapi papan catur Ki Ong
menyambar punggung, tepat mengenainya
dan ia terpelanting. Dan ketika pedang serta
ular menyambar lagi, kali ini Hek-coa Lo-kai
melepas satu ularnya maka Giok Yang Cinjin
tak dapat menahan marah dan Peng Houw
mengerutkan kening melihat pengemis itu
sudah mengeluarkan ularnya. Di markas Hek-i
Kai-pang tadi pengemis ini belum
mengeluarkan ular hidupnya itu. "Jangan
takut, pinto menolongmu!" kakek ini
menyambar dan Hwa-i Sin-ni girang. Ia sudah
memekik dan melengking-lengking dan tiba di
hutan itu mengejar kereta ketika tiba-tiba anak
murid Hek-i Kai-pang ini bermunculan. Mereka
menghadang dan menyerangnya. Dan karena
di situ ada dua pimpinannya yang amat lihai,
terkepunglah wanita ini maka Hwa-i Sin-ni
terdesak dan kereta itu akhirnya menghilang di
luar hutan. Ia sendiri memaki-maki namun
keroyokan demikian banyak membuatnya tak
mampu berkutik, keadaannya memang
amatlah berbahaya. Untunglah bala bantuan
datang. Giok Yang Cinjin menggerakkan550
tongkat panjangnya dan ular yang menyambar
wanita itu ditangkis. Hal ini membuat marah
Hek-coa Lo-kai tapi pengemis itu terkejut
melihat adanya Peng Houw. Belum apa-apa ia
sudah menyelinap dan kabur. Dan ketika ia
membiarkan ularnya diinjak dan hancur, Hek
tung Lo-kai tak melihat Peng Houw maka kakek
ini bersama Ki Ong membentak tosu itu.
"Keparat, kau lagi-lagi mengganggu!"
Giok Yang Cinjin tertawa panjang. Kalau
tak ada Peng Houw di situ tentu saja ia berpikir
seribu kali, mungkin masuk dan segera keluar
lagi membawa wanita itu. Tapi karena Peng
Houw ada di situ dan melompat masuk,
mengangkat dan melempar murid-murid yang
mengeroyok Hwa-i Sin ni maka barulah Hek
tung Lo-kai dan Ki Ong terkejut melihat
pemuda itu.
"Trak-trakk!"
Tongkat bertemu papan catur dan
tongkat hitam di tangan Hek-tung Lo-kai.
Benturan ini membuat lawan terhuyung
sementara Giok Yang Cinjin sendiri tergetar.
Sesungguhnya tosu ini dapat melayani dua551
orang itu kalau saja tak ada keroyokan murid
murid Hek-i Kai-pang. Di markas tadi ia
terdesak karena dikerubut begitu banyak, juga
ruang gerak yang tak begitu bebas dan lega.
Maka ketika kini Hek-tung Lo-kai maupun Ki
Ong terhuyung menerima tangkisan, murid
yang lain maju dan menyerangnya pula tiba
tiba mereka itu dibuat kaget ketika pukulan
Peng Houw membuat mereka terangkat dan
terlempar.
"Pergilah, kalian tikus-tikus tiada
guna!"
Barulah Hek-tung Lo-kai dan si Raja
Catur pucat. Adanya pemuda ini tentu saja
membuat mereka gentar. Mereka melarikan
diri juga karena hadirnya si Naga Gurun Gobi
ini. Maka ketika mereka terlempar dan
bergulingan mengeluh segera dua orang ini
meloncat bangun dan melarikan diri. Peng
Houw bergerak ke sana-sini menolong supek
dan nenek baju kembang itu. Kedatangannya
benar-benar membuat Hwa-i Sin-ni tertolong.
Dan ketika semua melarikan diri
sementara hanya beberapa saja yang roboh,552
hutan itu menjadi tempat persembunyian yang
baik akhirnya wanita ini menghentikan
gerakan pedangnya dan tampak kelelahan,
menggigil mandi keringat.
"Keparat, Hek-i Kai-pangcu lolos.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jahanam itu tak dapat kukejar!"
"Sudahlah," Giok Yang Cinjin
menghibur. "Sekarang tak berhasil besok atau
lusa dapat dicari lagi, Sin-ni. Untunglah kami
datang dan kau tak sampai celaka."
"Ya, terima kasih "
"Bukan, bukan kepadaku. Kalau tak ada
pemuda ini akupun tentu tak dapat
menyelamatkanmu. Ha-ha, Naga Gurun
Gobilah yang menyelamatkanmu, Sin-ni, aku si
tua tak dapat berbuat banyak kalau tak ada
dia!"
Nenek ini memandang Peng Houw.
Sebersit warna merah membuat wajahnya
tersipu-sipu, tapi ketika ia menarik napas dan
membungkuk di depan pemuda itu maka dia
mengucapkan terima kasih dengan nada berat.553
"Aku Hwa-i Sin-ni telah berhutang budi.
Semoga dapat kubalas dan kelak membayar
hutang ini. Terima kasih atas pertolonganmu."
"Locianpwe tak usah begitu. Sesama
teman sendiri tak ada hutang dan bayar budi.
Sudahlah, aku tak mencatat ini sebagai
kebaikanku, locianpwe. Aku melakukan itu
semata membela kebenaran. Aku tak perlu
dibayar!"
Peng Houw melihat keangkuhan dan
agak tak senang dengan wanita ini. Kalau saja
ia tak melihat bahwa Hwa-i Sin-ni memusuhi
Hek-i Kai-pang yang jelas jahat mungkin dia
enggan bicara. Tapi supeknya Giok Yang Cinjin
justeru tertawa.
"Ha-ha, kalau mau bayar lebih baik
sekarang saja. Eh, bukan kebetulan kami
datang di markas Hek-i Kai-pang, Pemuda ini
ada keperluannya. Nah, mungkin kau bisa
tolong!"
"Tolong apa,?" nenek itu bersinar.
"Kalau dapat kubayar tentu senang, Cinjin.
Katakan dan apa yang harus kulakukan!"554
"Tidak berat, melainkan numpang
tanya. Apakah kau bertemu dengan isteri
pemuda ini karena Peng Houw sedang
mencari-cari isterinya, juga anaknya!"
Wanita ini berkerut kening."Seorang
wanita muda berbaju merah? Li Ceng
namanya?"
"Benar!" Peng Houw berseru dan tiba
tiba maju setindak. "Itulah isteriku, locianpwe.
Di mana kau melihatnya!"
"Hm!" wanita ini tertawa dingin, aneh,
sikapnya tiba-tiba tak senang. "Kalau itu
isterimu maka tak kusangka, anak muda.
Kebetulan saja aku bertemu dan ia
menceritakan semuanya kepadaku. Hanya ia
tidak menyebut suaminya, yang ternyata kau.
Aku tak tahu ke mana ia pergi karena setelah
itu melanjutkan perjalanannya lagi."
"Ke mana ia," Peng Houw gemetar,
matanya berkaca-kaca. "Aku mencarinya
karena aku memang telah berbuat salah
kepadanya!"
"Aku tak tahu," Hwa-i Sin-ni bersikap
dingin. "Memang ia telah menceritakan555
semuanya, anak muda, tapi bukan urusanku. Ia
ke barat dan katanya ke propinsi Ho-nan."
Peng Houw bersinar dan memandang
supeknya. Tiba-tiba harapan timbul, ia hendak
bicara tapi masih ragu, ada orang lain di situ.
Dan ketika nenek ini melihat ini iapun tiba-tiba
mengerti dan mengangguk. "Cinjin, agnknya
akupun harus pergi. Aku akan membalas
dendam kepada orang-orang Hek-i kai-pang
itu. Biarlah di sini saja perjumpaan kita dan
sampai ketemu lagi!" Kakek itu mengangguk.
Sin-ni berkelebat dan meninggalkan dua orang
ini, mayat muridnya tak ada lagi dan mungkin
sudah dikubur. Dan ketika ia menarik napas
dalam sementara Peng Houw menghadapi
supeknya itu maka pemuda ini berkata,
"Agaknya tugas kita harus dibagi. Aku
akan ke Ho-nan mencari jejak isteriku, supek,
dan kau harus kembali ke tempatku
mengawasi anak-anak itu. Berilah mereka
pelajaran dasar dan tunggu aku kembali.!"
"Baiklah, pinto ke sana. Akan pinto jaga
dan didik anak-anak itu, Peng Houw, tapi
cepatlah kembali dan beri pinto kabar."556
Peng Houw mengangguk. Setelah di
Hek-i Kai-pang ini mereka tak mendapat apa
apa dan justeru Hwa-i Sin-ni yang tahu jejak
isterinya maka pemuda itu bergerak dan
meninggalkan supeknya.
Giok Yang Cinjin juga mengangguk dan
harus kembali ke tempat anak-anak itu, Siao
Yen dan kakaknya Po Kwan. Dan ketika kakek
itu juga berkelebat dan pergi ke arah lain maka
masing-masing sudah bekerja sendiri dan Peng
Houw akhirnya bertemu dengan Hong Cu,
murid Sin-hong pang yang cantik jelita dan
hampir digagahi Ban-tok Wi Lo. Ternyata di Ho
nan inipun ia gagal dan Naga Gurun Gobi itu
memasuki sebuah guha, bersila dan duduk
bertapa mencari isteri atau anaknya dengan
getaran batin. Dengan cara ini ia berharap
dapat menemukan petunjuk-petunjuk tapi
celakanya malah mendapat peristiwa baru,
jatuh cintanya gadis Sin-hong-pang itu hingga
akhirnya berubah benci. Naga Gurun Gobi
menolak cintanya. Dan ketika Hong Cu
akhirnya pergi dan menangis tersedu-sedu557
maka gadis ini bertemu Chi Koan yang
sesungguhnya amat berbahaya!
***
Malam itu memang tak terjadi apa-apa
di kamar sebelah Ini. Hong Cu, yang tidur
dengan nyenyak dan tenteram akhlrnya pulas
dan merasa bahagia. Kepercayaannya mulai
penuh kepada si buta, Chi Koan memang
pandai membawa diri, pandai
menyembunyikan segala keganasan di balik
tutur kata halus dan sikap lemah lembut. Dan
ketika hari kedua juga dilewatkan dengan
gembira, tuan rumah dan seluruh pelayannya
begitu hormat kepada Chi Koan maka Hong Cu
benar-benar yakin bahwa bersahabat dengan
si buta ini justeru menguntungkan, apalagi
ketika si buta mulai memberikan Ang-see
ciang (Pukulan Pasir Merah) kepadanya!
"Pukulan ini harus dilatih dua tiga
tahun lamanya, bagi yang belum pernah
belajar silat. Tapi karena kau telah memiliki
kepandaian cukup dan hanya mengetahui558
dasar-dasarnya maka sebulan dua saja kau
sudah dapat menguasai ilmu ini, Cu-moi. Asal
rajin dan tekun belajar tentu berhasil. Di sini
kita bebas."
"Aku kagum!" Hong Cu tak sembunyi
sembunyi lagi. "Sui-taijin dan lain-lainnya itu
begitu hormat kepadamu, Koan-ko. Kau tiada
ubahnya seorang kaisar saja, segala
permintaanmu diturut!"
"Tentu saja," si buta tersenyum. Ia
kawan lamaku, Cu-moi, dan aku telah banyak
menolongnya. Apapun tentu akan di berikan
kalau aku yang minta. Eh, mana muridku Siauw
Lam!"
"Dia bermain-main di belakang,
merawat kuda. Apakah kau memerlukannya
dan boleh kupanggil."
"Tidak, jangan, aku hanya ingin tahu
saja dan biar ia di belakang. Hm, bagaimana
tidurmu semalam, Cu-moi, enak?"
"Enak," gadis ini memerah. "Aku tidur
hampir tanpa mimpi."559
"Ha-ha!" si buta tertawa bergelak. "Kau
tak ingat siapapun juga? Tidak juga
kepadaku?"
Hong Cu semburat. Ia tak menjawab
dan si buta memegang lengannya. Kali inipun
dengan lembut dan penuh perasaan si buta
meremas lengannya, jiwa Hong Cu terguncang.
Tapi ketika pemuda itu berbisik menanyakan
cintanya tiba-tiba dia menggigil dan
melepaskan diri.
"Aku aku tak tahu, Koan-ko, masih
bingung. Aku belum dapat menjawab."
"Hm, tapi sukakah kau kepadaku, atau
tidak."
"Aku suka "
"Kalau begitu cinta!"
"Ih, jangan pegang-pegang, Koan-ko,
kita di tempat terbuka, nanti ada orang!"
Gadis ini jengah ketika si buta kembali
menyambar dan memegang lengannya. Ia
khawatir ada orang di situ minimal Siau Lam,
bagaimana kalau anak itu tiba-tiba muncul.
Lalu ketika si buta melepaskan kembali
tangannya dan ia agak tak enak, si buta muram560
maka ia buru-buru berkata bahwa persoalan
mereka jangan dibicarakan di situ.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hm, kalau begitu di kamarku saja," si
buta mengajak. "Di sana tak ada orang dan aku
ingin tahu jawabanmu."
Hong Cu terkejut. "Di kamarmu?"
"Ya, atau di kamarmu, Cu-moi, sama
saja. Kamar kita bersebelahan!"
Hong Cu berdebar. "Tapi...tapi
bagaimana kata orang, Koan-ko. Kita.... kita "
"Kita dianggap suami isteri oleh Sui
taijin, tuan rumah tak akan banyak bertanya!"
Gadis ini memerah. Memang walikota
Ho-kian itu menganggapnya isteri si buta
ketika pertama kali masuk, ia jengah dan diam
diam kaget kenapa tiba-tiba berduaan saja
dengan seorang laki-laki, padahal Sin-hong
pang perkumpulan amat keras dan tak suka
laki-laki. Tapi karena ia sudah terlanjur dan
duduk sekereta berlama-lama iapun tak
merasa apa-apa diajak ke kamar, kecuali
bahwa jantungnya tiba-tiba berdegup dan
kencang.561
Chi Koan tersenyum lembut. Sebagai
pemuda matang murid iblis cabul seperti Kwi
bo sesungguhnya ia tahu bahwa cintanya tak
bertepuk sebelah tangan. Hanya karena gadis
ini merupakan gadis baik-baik dan belum
pernah bersentuhan dengan lelaki maka Hong
Cu maju mundur. Ia dapat merasakan betapa
gadis itu menyambut cintanya. Kekaguman
gadis itu sudah merupakan modal awal, cinta
biasanya berawal dari kagum. Tapi karena dia
harus berhati-hati dan memetik gadis ini agar
jatuh secara penuh, bukan paksaan maka
iapun menahan dirinya dari nafsu yang
sebenarnya sudah bergolak! Pandai sekali
pemuda ini bertutur. kata. Sikapnya yang
lembut dan tingkah lakunya yang serba halus
menyembunyikan semua isi jerohannya yang
kotor. Chi Koan memang benar-benar
mengekang diri. Dan ketika sore itu ia
mengajak gadis ini masuk kamar, menutup
pintunya tapi tidak mengunci maka iapun
bertanya lagi tentang cintanya itu. Dan Hong
Cupun akhirnya terisak.562
"Baiklah, aku menerimanya. Tapi ada
syarat dariku, Koan-ko, yakni aku harus dapat
membunuh musuhku itu. Dapatkah kau
membantunya dan beranikah kau
menghadapinya!"
Si buta tertegun. "Rupanya sudah
waktunya membuka kartu. Terima kasih dan
terlebih dahulu aku ingin menunjukkan ke
giranganku, Cu-moi, cintaku tak bertepuk
sebelah tangan. Biarkan sejenak rasa
bahagiaku ini dengan mencium tanganmu."
Hong Cu memejamkan mata. Betapa
sopan dan lembut si buta ini mencium jarinya,
perasaannya tergetar dan tiba-tiba ia
menangis digenggam erat. Lalu ketika si buta
memeluk dan mencium pipinya iapun tersedu
dan Chi Koan tiba-tiba mencium bibirnya
membuat gadis ini tersentak dan kaget.
"Uph!"
Chi Koan cepat melepaskan diri. Sekali
gerakan itu membuat ia tahu bahwa gadis ini
betul-betul kaget. Hanya seorang perawan
yang menunjukkan reaksi seperti itu! Maka
ketika diam-diam ia menjadi girang bahwa563
gadis ini masih suci, calon kekasih yang nikmat
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Lima Sekawan 9 Jo Anak Gelandangan Pendekar Rajawali Sakti 136 Singa Gurun
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama