Ceritasilat Novel Online

Kabut Di Telaga See Ouw 6

Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 6

maka ia pura-pura menunduk dan merasa

salah.

"Maafkan, aku lancang, Cu-moi, berani

menciummu. Aku tak tahan!"

Hong Cu merah padam. Baru kali itu ia

dicium laki-laki dan seluruh tubuh rasanya

tiba-tiba panas dingin. Ia sudah beberapa kali

dipeluk si buta tapi ciuman kali ini benar-benar

menyentakkannya, ada kaget dan malu tapi

juga marah. Namun karena si buta sudah

meminta maaf dan kemarahanpun lenyap,

kelopak yang berkejap-kejap itu membuatnya

haru maka iapun menarik napas panjang dan

berkata,

"Koan-ko, aku tak marah.

Hanya...hanya aku belum selesai bicara. Aku

belum mengajukan syarat!"

"Benar, sekarang katakanlah. Aku siap

mendengarnya, Cu-moi, dan raga serta nyawa

inipun siap untukmu!"

Tergetar gadis ini. Kalau saja yang

bicara itu adalah si Naga Gurun Gobi. Ah! Tapi

ketika ia mengepal tinju dan membayangkan564

Peng Houw penuh kebencian akhirnya ia

duduk dan membiarkan saja si buta kembali

menggenggam lengannya. Ia masih belum

bicara.

"Katakanlah," si buta mendesak. "Apa

yang harus kulakukan untukmu, Cu-moi.

Apakah harus menerjang barisan golok atau

laut yang mendidih!"

"Bukan, bukan itu, melainkan aku ingin

kau berhadapan dengan Peng Houw, si Naga

Gurun Gobi!"

Hampir saja si buta ini mencelat dan

mencengkeram kepala Hong Cu. Kalau saja ia

tak tahu bahwa gadis ini benar-benar

membenci seseorang dan suara itupun

sungguh-sungguh tentu dia menyangka gadis

ini utusan Peng Houw. Ia hendak diadu! Tapi

ketika ia sadar dan tertawa bergelak,

membuang semua syarafnya yang tegang

maka si buta ini bangkit berdiri dengan kata
kata meninggi, heran.

"Apa, kau hendak menyuruhku

bermusuhan dengan Naga Gurun Gobi Peng

Houw? Bukankah dia seorang pendekar yang565

mewakili kebenaran menumpas kejahatan?

Ah, sungguh mengejutkan. Kau bersungguh
sungguh atau main-main saja, Cu-moi, jangan

bikin kaget orang. Pemuda itu adslah orang

baik-baik, tokoh dan murid Go-bi yang gagah!"

Hong Cu mengakui. Memang siapa

tidak mengenal pemuda itu sebagai seorang

jago muda yang bernama harum. Murid Go-bi

ini adalah pendekar yang menentang

kejahatan membela kebenaran. Tapi karena

sakit hatinys jauh di atas pikiran jernih, patah

hati membuat orang mudah berpikiran pendek

maka ia mendengus dan mengejek.

"Aku tak perduli segala pujian orang.

Kepadaku ia jahat, Koan-ko, kejam. Aku

membencinya dan ingin membunuhnya

membalas semua sukit hati!"

"Hm-hm, apa yang dia lakukan,"

Chi Koan mengangguk-angguk, tentu

saja kaget tapi menyembunyikan semuanya

itu, masih harus menunjukkan diri bahwa

iapun pemuda baik-baik, golongan pendekar.

"Apa yang ia lakukan kepadamu hingga

sedemikian sakit perasaanmu, Cu-moi.566

Kejahatan apa yang ia lakukan hingga kau

membencinya sedemikian rupa."

"Ia..ia mempermainkan enciku. Ia

menghina dan merendahkan derajat kami

kaum wanita!" Hong Cu berbohong.

"Apa yang ia lakukan," Chi Koan benar
benar tertarik. "Dan kau rupanya masih

mempunyai seorang enci!"

"Hm, benar," gadis ini teringat suci-nya

Siang-mauw Sian-li (Dewi Rambut Harum),

ketua Sin-hong-pang. "Kejadiannya

menyakitkan, Koan-ko. Terus terang saja

masalah cinta!"

"Cinta?"

"Ya, enciku mencintai pemuda itu

namun ditolak dengan kasar dan keras. Tak

kusangka pemuda seperti itu tak tahu

perasaan wanita dan mencaci enciku habis
habisan. Aku membela tapi malah kena

getahnya!"

Hong Cu menangis dan Chi Koan

mengangguk-angguk. Ia jadi ragu juga namun

tersenyum, betapapun ia tak percaya begitu

saja cerita ini. Ada ditangkapnya nada bohong567

di situ, gadis ini tak semuanya benar. Maka

ketika ia mengangguk-angguk dan membelai

rambut itu, berkata bahwa ia akan membantu

gadis itu maka Hong Cu merasa besar hati

mendengar sebuah janji.

"Kau tak usah khawatir, aku pasti

datang dan mencari pemuda itu. Kalau benar

ia menghina encimu tentu akan kulabrak dan

kutuntut dia, Cu-moi. Tak pantas seorang

seperti itu menghina dan memaki-maki

wanita. Mana perasaannya!"

"Dan ia memaki-maki aku pula. Ah,

benci benar aku kepada pemuda itu, Koan-ko.

Kalau aku dapat membunuhnya tentu

kubunuh dia!"

"Aku membantumu, jangan tekut. Tapi

di mana sekarang encimu."

"Enci pergi, menghilang. Aku tak tahu di

mana tapi tentu ia pergi untuk membuang

malunya."

Chi Koan mengangguk-angguk,

senyumnya mengembang aneh. "Untuk semua

itu kau harus menambah kepandaian, Cu-moi.

Akan kuberikan nanti sebuah ilmu568

meringankan tubuh yang hebat. Sudahlah,

tidurlah dan besok kita bicara".

Hong Cu tertegun. Si buta ini bangkit

dan meninggalkannya setelah memberinya

kecupan mesra. Sekarang ia tak lagi menolak

dan Chi Koan sudah melangkah maju setahap.

Gadis itu semakin besar kepercayaannya. Dan

ketika malam kedua dilewatkan tenang dan

bahagia maka malam ketiga Hong Cu terjeblos!

Malam ini Chi Koan bersila di atas

pembaringannya. Sebatang dupa, menancap

di atas meja mengepulkan asapnya yang

harum mewangi. Asap ini keluar lewat celah
celah pintu dan memasuki kamar Hong Cu.

Getaran yang amat kuat dan penuh pengaruh

mengudara di sekeliling kamar itu, penuh

tenaga batin dan orang yang mencium bau

dupa ini serasa melayang-layang. Dan ketika

Hong Cu juga serasa melayang-layang dan

terbawa asap dupa itu, wajah Chi Koan muncul

tersenyum-senyum maka gadis ini tiba-tiba

melompat bangun dan seakan mendengar

suara pemuda itu, lembut berbisik-bisik.569

"Cu-moi, ke sinilah. Aku rindu kepada

mu!"

Gadis itu terkejut. Pintu ditutup rapat

dan tak ada pemuda itu. Ia hanya melihat

bayang-bayangnya saja. Tapi ketika ia tergetar

dan menghirup asap dupa lebih banyak, dupa

itu seperti dupa pengantin maka gadis ini

serasa kehilangan kesadaran ketika ia tiba-tiba

membuka pintu dan keluar.

"Koan-ko, kau di mana?"

Bisikan inipun seakan tak disadarinya.

Ia melihat pintu kamar pemuda itu tertutup

dan sejenak ada keragu-raguan di sini. Tapi

ketika suara itu kembali memasuki telinganya

dan si buta serasa memanggil, ia menggigil

maka tanpa terasa lagi gadis ini sudah

membuka kamar Chi Koan. Dan pemuda itu

tampak bersila tenang menghadap ke arahnya,

wajah itu tiba-tiba tampak luar biasa tampan

dan Hong Cu tertegun. Sinar gaib memancar

bagai dewa!

"Masuklah," Suara halus itu bukan

bisikan lagi. "Aku menunggumu di sini, Cu-moi,570

di pembaringan ini. Tutuplah pintu-nya dan

kunci."

Aneh, gadis ini menurut. Bagai tersihir

dan maju perlahan-lahan ia mendekati si buta

yang duduk bersila. Ada daya tarik kuat

menghisapnya dari depan. Lalu ketika gadis ini

berhenti dan diam di tepi pembaringan

mendadak Hong Cu mengeluh dan merasa

mukanya terbakar. Bau dupa merangsang

birahinya!

"Koan-ko, kau...kau memanggilku ke

sini?"

"Kalau kau mau, Cu-moi, dan ternyata

kau datang. Malam ini aku ingin menjadi

pengantin dan meresmikan hubungan kita.

Kau tampak cantik dan jelita sekali

"Dan kau tampan, gagah dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengagumkan. Ah, apa yang kulihat ini, Koan
ko, kau tidak buta lagi!"

***571

"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"

( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )

Karya Batara

Jilid X

*

* *

LUAR BIASA, Chi Koan tiba-tiba

memang mempunyai mata, jernih dan hidup.

Seperti sikapnya yang lembut dan penuh kasih

sayang maka sepasang mata pemuda inipun

juga begitu. Hanya sinarnya mencorong aneh,

kebiru-biruan! Lalu ketika pemuda itu

menggapai dan Hong Cu menggigil maka tanpa

dapat ditahan lagi gadis inipun terduduk dan

sudah dicengkeram pemuda itu,

"Aku ingin meresmikan pernikahan,

kita menjadi pengantin. Maukah kau, Cu moi.

Siapkah malam ini menjadi isteriku?"

"Aku. . aku mau," gadis itu tak sadar,

bau dupa semakin memabokkan.572

"Dan cintakah kau kepadaku."

"Aku cinta!"

"Bagus, kalau begitu lepaskan

pakaianmu , moi-moi, kita sama-sama

meresmikan diri sebagai pengantin!"

Hong Cu terkejut. Sedetik terbawa

perasaannya sebagai gadis baik-baik ia

tersentak ketika jari-jari Chi Koan melepas,

kancing bajunya. Pemuda itupun sudah

melepas kancing sendiri dan melempar

pakaiannya, jatuh di sudut. Tapi ketika suara

aneh mengiang lagi, asap dupa juga semakin

tebal akhirnya hilang sudah kesadaran gadis ini

dan tanpa terasa Hong Cu pun melepas

pakaiannya yang lain, sekejap kemudian sudah

telanjang bulat. Wajah gadis ini merah padam

sementara napasnya memburu.

"Bagus, ah, indah sekali. Tancapkan

dupa ini ke perapian, moi-moi, dan sedot dua

kali agar pikiranmu menjadi segar!"

Chi Koan kagum, meremas dan

membelai tubuh itu sementara Hong Cu

memejamkan mata terengah-engah. Nafsu

yang hebat menguasai dirinya. Ia telah573

memasuki alam sihir di bawah kekuatan batin

Chi Koan. Dan ketika ia gemetar menancapkan

dupa, chi Koan meraih dan menyambar

pinggangnya tiba-tiba gadis ini roboh di

pembaringan dan Chi Koanpun menciuminya

habis-habisan. Hong Cu telah menyedot dua

kali asap dupa dan ia berbangkis. la tak tahu

bahwa dupa itu adalah pembius yeng

melupakan pikiran hati manusia normal. Ia

terjebak oleh kepandaian Chi Koan. Dan ketika

si buta memadamkan lampu sementara bau

dupa terus membubung maka keluhan dan

erangan gadis ini ditutup dengus dan cumbu

birahi si buta.

Malam itu sumoi Siang-mauw Sian-Li

ini terhanyut tanpa sadar. Ia menyerahkan

dirinya dan merasa melayang-layang di bawah

alam nikmat yang membubungnya ke langit

dewa-dewi. Ia mabok dan terbius kelicikan si

buta. Chi Koan akhirnya tak mampu menahan

diri setelah tahap demi tahap dilalui dengan

berat. Ia benar-benar tertarik dengan gadis

cantik itu, gadis yang masih suci dan amat

menggiurkan. Tubuh yang padat dan penuh574

berisi. Tapi ketika keesokannya gadis ini sadar

dan menjerit lirih, hilanglah semua pengaruh

ilmu hitam maka dapat dibayangkan betapa

kaget dan malunya murid Sin-hong-pang ini

mendapatkan keadaan dirinya yang telanjang

bulat bersama Chi Koan. Pemuda itu dilihatnya

sebagai si buta yang tetap buta

"Iihhhhhh..!"

Chi Koan terbangun dan menyambar

pakaiannya. Semalam, memadu cinta dengan

nikmat dan mesra ia berhasil menjatuhkan

gadis ini. Hong Cu telah menyerahkan diri. Tapi

begitu gadis itu berteriak dan melompat

bangun maka Chi Koanpun otomatis terkejut

dan sadar.

"Apa... ada apa.... !" si buta meloncat

dan menyambar pakaiannya, buru-buru. Hong

Cu harus menutupi mukanya melihat tubuh

telanjang bulat itu, ngeri. Tapi teringat dirinya

sendiri yang juga tak berpakaian tiba-tiba gadis

ini menngguguk dan menyambar pakaiannya

pula. Sekarang ia ingat apa yang terjadi dan

tiba-tiba kemarahan gadis itu meledak. Ia

kecewa kenapa menyerahkan kegadisannya575

begitu mudah. Ia merasa bahwa sebuah ilmu

hitam dilancarkan kepadanya. Maka

membentak dan memaki-maki pemuda itu

iapun menerjang dan mencekik lawannya.

"Kau. kau iblis jahat. Kau merusak

aku...! Ah, kubunuh kau, Koan-ko... kubunuh

kau!"

Akan tetapi Chi Koan adalah si buta

yang hebat. Ia terkejut ketika pertama kali

gadis itu memekik. Ia mengira ada musuh, atau

orang datang. Tapi ketika gadis itu marah
marah karena kejadian semalam, Chi Koan

mengelak maka si buta ini tersenyum dan

menangkis, lega.

"Cu-moi, aku tak merusak siapa-siapa.

Aku mencintaimu. Kalau kau menganggap

kejadian semalam adalah salahku cobalah kau

sebutkan salah yang mana karena bukankah

kau menyerahkan dirimu secara tulus... . plak
plak!" si buta menangkis dan menangkap,

tentu saja mudah baginya karena Hong Cu

bukan apa-apa dibanding yang lain. Ia

menotok sekaligus menenangkan gadis itu.576

Dan ketika Hong Cu roboh dan pintu kamar

diketuk,

Siauw Lam muncul di situ maka Hong

Cu tertegun ?ementara Chi Koan membentak

muridnya.

"Keluar, tak ada apa-apa di sini!"

Lalu ketika Hong Cu merah padam

melihat anak itu meleletkan lidah, keluar dan

menutup pintu kamar lagi maka Chi Koan

sudah mengangkatnya bangun dan membujuk,

membebaskan totokan.

"Lihat, kita di rumah orang. Jangan

ribut dan membuat orang berdatangan

menengok kita, Cu-moi, apa yang terjadi tak

dapat ditarik lagi. Kita sudah menjadi

pengantin dan kau sadarlah."

Akan tetapi Hong Cu menangis

melayangkan tangannya. Ia menampar dua

kali dan Chi Koan terkejut, untuk ini tak sempat

ia mengelak. Lalu ketika gadis itu melompat

bangun dan menuding-nuding maka Hong Cu

berseru gemetar,

"Kau. .. kau memperlakukan aku secara

tak wajar. Kita menjadi pengantin tanpa saksi577

dan kebiasaan orang menikah. Kau, ah.. kau

menipu aku, Koan-ko. Ini perbuatan terkutuk!"

"Hm, kalau begitu pergilah!" Chi Koan

tiba-tiba berkata dingin. "Kalau kau

menganggap ini bukan bukti cintaku silakan

pergi dan buang kemarahanmu di luar,Hong

Cu. Aku hanya ingin menunjukkan diriku

sebagai laki-laki bertanggung jawab yang tak

ingin banyak tingkah!"

" Gadis itu pucat. Si buta menjadi kasar

dan memerahkan telinganya. Ia mengguguk

tapi tiba-tiba menerjang marah,menusuk, dan

menampar tapi dengan mudah dikelit. Dan

ketika ia terbanting oleh sebuah tangkisan

kuat, sadarlah gadis ini akan kepandaian lawan

maka Chi Koan tertawa dingin mengebutkan

pakaiannya.

"Hong Cu, kau bukan tandinganku.

Tunduk kepadaku atau silakan pergi!"

Kecewalah gadis ini. Ia tak menyangka

begitu mudah si buta mencampakkannya. Tapi

karena iapun sadar bahwa dirinya yang

menjadi sebab, si buta marah oleh

serangannya akhirnya ia menghentikan tangis578

dan tinggal terisak-isak di sudut.

Kehormatannya telah diserahkan semalam. Ia

harus tahu keadaan. Dan ketika ia menutupi

muka dan betapapun masih mengharap

pemuda ini menghadapi Peng Houw, orang

yang dibencinya akhirnya ia membiarkan saja

ketika Chi Koan mendekati dan mengusap

pundaknya.

Si buta akhirnya mereda juga. Kalau

saja seandainya gadis ini marah-marah dan

banyak tingkah bukan tak mungkin Chi Koan

justeru akan membunuh. Pemuda itu juga

marah karena Hong Cu memaki-maki. Namun

melihat gadis itu terisak dean sedih di sudut

kamar, sesungguhnya Chi Koan juga merasa
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sayang maka dibelainya dan diangkatnya Hong

Cu bangun. Kata-kata lembutpun meluncur

lagi.

"Maaf, aku bersikap kasar. Kalau kau

mengerti dan tidak membuatku marah tak

mungkin aku mengusirmu, , Hong Cu, semua

yang sudah terjadi tak mungkin ditarik lagi.

Mari, duduklah. Lebih nikmat berbicara cinta

daripada yang membangkitkan emosimu".579

Hong Cu menahan sedu-sedan. "Dan

aku bertanggung jawab," si buta berkata lagi.

"Lagi pula kau belum menerima janjiku, Hong

Cu. Aku ingin memberikan sebuah ilmu

ginkang untuk menambah kepandaianmu!"

Hong Cu terisak mendengarkan.

Betapapun ia luluh juga setelah Chi Koan

bersikap baik. Ia lega. Dan ketika pemuda itu

mencium bibirnya dan ia diam saja,berbisik

bahwa tak perlu bertengkar maka pagi itu

murid Sin-hong-pang ini membuang sesalnya.

Dengan bujuk rayunya dan kepandaiannya

menjatuhkan wanita akhirnya Chi Koan

berhasil menyadarkan gadis ini bahwa yang

sudah terjadi tak bakal ditarik. Ia bertanggung

jawab dan membisikkan cintanya lagi kepada si

gadis. Dan ketika perlahan-lahan Hong Cu

dapat menerima dan tenang lagi,

tersenyumlah Chi Koan meraih kekasihnya

maka pagi itu iapun membujuk dan mencumbu

gadis ini.

"Aku sayang kepadamu, aku cinta

kepadamu. Kalau kau baik-baik dan tetap

bersamaku tak mungkin aku menyia-580

nyiakanmu, Cu-moi, apalagi kita masih

pengantin baru Ah, masih kuingat kemesraan

kita semalam!"

Hong Cu semburat. Ia menyambut

sedikit ketika dicium, mengeluh ketika jari-jari

Chi Koan nakal merayap tubuhnya. Dan ketika

pemuda itu membaringkannya di

pemberingan dan lembut mengecup

keningnya maka robohlah gadis ini oleh cumbu

rayu si buta. Akhirnya Hong Cu berpikir bahwa

si buta inilah laki-laki pertama dan terakhir

yang menjadi tumpuan hidupnya. Ia tak

banyak rewel ketika Chi Koan melepaskan

bajunya. Dan ketika pagi itu percintaan

dilanjutkan lagi, hanyutlah gadis ini oleh

bisikan-bisikan si buta akhirnya pertengkaran

benar-benar lenyap dan sebagai gantinya

Hong Cu merasa kagum akan kepandaian

pemuda itu membangkitkan gairahnya!

Ia terlena dan mabok lagi dan hari-hari

berikut serasa menjadi miliknya sendiri. Chi

Koan juga mulai menurunkan Li-thian-to-jit

kepadanya, sebuah ilmu meringankan tubuh

yang membuat tubuhnya begitu ringan seakan581

walet menyambar-nyambar. Tapi ketika suatu

hari datang wanita yang membuatnya kaget

dan marah maka gadis ini bagai disambar petir

mengetahui siapa sesungguhnya si buta itu.

Hal itu terjadi di hari ke tujuh dari bulan

madu mereka. Hong Cu telah benar-benar

mabok dan menaruh kepercayaan lagi kepada

si buta ini. Tapi ketika malam itu berkelebat

sesossok bayangan dan berjungkir balik di

pintu kamar maka Hong Cu yang baru saja

berdandan sehabis berlatih di belakang dibuat

terkejut oleh bayangan ini, seorang wanita

berambut panjang yang langsung memasuki

kamar Chi Koan!

"Hi-hik, kucari-cari ternyata di sini. Heh.

apa yang kau lakukan di tempat Sui-taijin ini,

Chi Koan. Ayo bangun dan dengar sebuah

kabar baik. Ihh, ada bau harum tubuh wanita

di sini!"

Kwi Bo. Wanita itu mengejutkan Chi

Koan yang sedang bersila di tepi

pembaringannya. Ia juga baru masuk setelah

hampir sehari penuh memberikan Lui-thian-to

o-jit. Chi Koan merasa girang bahwa Hong Cu582

mulai patuh kepadanya, penurut. Dan karena

ia juga tak mengunci pintu kamarnya karena

sebentar lagi gadis itu akan memasuki

kamarnya, mereka akan bercumbu sambil

melepas lelah maka bukan main kagetnya si

buta ini ketika tahu-tahu bekas gurunya itu

muncul. Kwi-bo seperti kebiasaannya selalu

terkekeh-kekeh dan bersuara nyaring.

"Kau...." Chi Koan meloncat. "Ada apa

datang ke sini, Kwi-bo. Siapa menyuruhmu.

Keluarlah dan pergi sekarang karena waktunya

tak tepat untukmu!"

"Hi-hik,,,,!" wanita itu malah tertawa,

melihat si buta-itu berubah. "Mukamu pucat,

Chi Koan , ada apa. Apakah takut kalau pemilik

bau harum ini datang. Kau rupanya sudah

mendapatkan kekasih baru!"

"Pergilah," Chi Koan tak sabar. "Bukan

waktunya pertemuan ini, Kwi-bo. Jangan

ganggu aku dan besok di luar hutan saja!"

Kwi-bo menjerit. Ia berteriak karena

sambil mengibas Chi Koan melepaskan

pukulan jarak jauhnya dengan Hok-te Sin-kang,

ia mencelat, berjungkir balik di luar pintu583

kamar. Tapi karena ia benar-benar membawa

berita penting dan dianggap perlu, juga wanita

ini penasaran siapakah kiranya kekasih baru si

buta itu maka ia berjungkir balik dan melesat

lagi ke dalam

"Chi Koan, jangan sombong. Betapa

gampangnya kau melupakan bekas guru

sendiri. He, dengarlah bahwa aku mendengar

berita tentang Li Ceng. Kau mau bicara atau

tidak!"

Si buta hampir saja melepas pukulan

maut. Saat itu ia mendengar langkah kaki Hong

Cu dan tentu saja Chi Koan khawatir. Kwi-bo

dapat membuka rahasia dirinya dan ini yang

tak dikehendaki. Berkelebatlah bayangan

Hong Cu begitu mendengar kata-kata itu dan ia

tertegun maka Chi Koan berada di

persimpangan jalan ketika Kwi-bo dan Hong Cu

sama-sama berada di kamarnya. Yang satu

cantik berapi-api sementara yang lain genit

dan cabul, terkekeh.

"Hi-hi.., ini kiranya kekasih barumu i-tu.

Hm, tidak salah. Cantik dan muda, Chi Koan,584

menggiurkan. Tubuhnya padat dan ranum, tapi

kau tetap tak boleh melupakan aku!"

"Siapa kau!"

Hong Cu membentak, geraknya tadi

adalah ilmu meringankan tubuh Lui-thian-to
jit. "Bagaimana kau memasuki kamar seorang

pemuda, wanita tak tahu malu. Siapa dirimu

dan apa keperluanmu datang!"

"Hi-hik, galak, tapi gagah. Eh,

perkenalkan aku sebagai guru bekas muridku

ini, anak manis. la murid juga sekaligus

kekasihku. Chi Koan adalah pemuda yang

pertama kali belajar ilmu cinta dariku!"

"Kwi-bo!" Chi Koan melesat,

menampar dan tiba-tiba menyerang lawannya

itu. "Jangan banyak bicara di tempat ini dan

keluarlah... des-dess!"

Kwi-bo tak mungkin mengelak diserang

si buta yang amat lihai ini. Ia membuat Chi

Koan marah sekali namun berita tentang

didapatnya Li Ceng membuat ia menahan

pukulan. Kwi-bo mencelat dan terbanting di

luar sana, mengeluh sesak. Dan ketika ia

bergulingan meloncat bangun namun roboh585

lagi, Chi Koan menyambar dan mengejarnya

keluar maka wanita ini tercekik ketika si buta

meloncat dan membawanya terbang keluar.

"Koan-ko!" Si buta tertegun. Ia

mendengar panggilan Hong Cu dan saat itu

berteriaklah muridnya Siauw Lam. Anak laki
laki ini mendengar ribut-ribut itu dan menuju

kamar suhunya, memanggil dan melihat

suhunya memanggul seseorang. Dan ketika

Siauw Lam terkejut karena itulah Kwi-bo yang

dikenalnya, tentu saja ia tahu maka Chi Koan

tiba-tiba meloncat dan terbang lagi namun di

bawah tembok ia menabrak dinding karena

matanya yang buta tak dapat melihat apa-apa.

Chi Koan hanya mengandalkan

pendengarannya yang tajam untuk

menentukan arah dan jarak.

"Bressss!"

Si buta mengeluh dan sadar. Ia begitu

gugup dan marah oleh kejadian ini,

terpelanting ke bawah dan Kwi-bopun

terlepas. Wanita itu menjerit terlempar keluar,

untunglah totokannya terbuka dan berjungkir

balik menyelamatkan diri. Namun karena saat586

itu Hong Cu mengejar dan membentak marah,

gadis ini terpukul oleh kata-kata Kwi-bo maka

iapun mencabut pedangnya dan sudah

menusuk serta membacok wanita yang

bergulingan ini.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau siluman jahanam keparat!" Kwi
bo melecutkan rambutnya sambil bergulingan.

Wanita inipun juga marah atas perbuatan Chi

Koan. Baik-baik ia memberi berita penting Chi

Koan malah menghajarnya, semua ini tentu

karena gadis ini. Maka ketika pedang terpental

sementara Hong Cu terkejut, Kwi-bo sudah

meloncat bangun maka ia melengking dan

menerjang serta membalas lawan.

"Kaulah siluman jahanam. Gara-gara

dirimu Chi Koan tak mau menerima aku!"

Hong Cu menangkis dan segera

memekik pula. Ia telah mempelajari Lui-thian
to-jit dan tubuhnya bergerak menyambar
nyambar. Kwi-bo terkejut menyaksikan itu,

melotot kepada Chi Koan. Namun karena ia

harus membalas dan betapapun dirinya bukan

wanita lemah, ia adalah satu dari Tujuh587

Siluman Langit maka wanita inipun menerjang

dan berkelebatan mengimbangi Hong Cu.

"Plak-plak!" Rambut bertemu pedang

dan sama-sama terpental. Hong Cu tergetar

lengannya namun bergerak lagi, lebih cepat.

Namun karena lawan bukanlah musuh yang

ringan dan ia menggigit bibir maka balasan

atau serangan Kwi-bo juga membuat wanita

itu terbelalak karena dengan gesit dan cepat ia

menghindari semuanya itu dengan gerak kaki

Lui-thian-to-jit.

"Wut-plakk!"

Satu kali rambut bertemu pedang lagi.

Kwi-bo yang memiliki beragam ilmu dan

pengalaman segudang terpental ke belakang,

mengayun satu kakinya dan meloncat

menendang lawan. Ia bergerak begitu cepat

hingga Hong Cu terkejut. Namun karena Lui
thian-to-jit benar-benar luar biasa dan gadis ini

menjejakkan kaki meloncat tinggi-tinggi maka

tendangan itupun luput dan Kwi-bo melepas

jarum-jarum hitamnya.

"Keparat, ini Lui-thian-to-jit. Kau

rupanya sudah tergila-gila kepada gadis ini, Chi588

Koan. Aku sendiripun tak pernah kau beri. Ah,

kau pemuda tak kenal budi!"

Hong Cu menangkis dan meruntuhkan

jarum-jarum hitam itu. Ia terbelalak karena

dari sini segera tahu bahwa lawan bukanlah

orang baik-baik. Wanita itu jelas wanita sesat.

Dan karena ia sudah berkali-kali mendengar

pembicaraan itu, mukanya pucat dan merah

berganti-ganti akhirnya ia membentak siapa

sebenarnya wanita itu. Chi Koan masih

tertegun dan bingung di sana, dicekal

muridnya yang cepat membantu gurunya ini

setelah menabrak tembok.

"Aku Kwi-bo, satu di antara Tujuh

Siluman Langit yang masih hidup. Hi-hik, kau

sendiri siapa, bocah. Jangan cemburu karena

bekas muridku ini sudah biasa berganti-ganti

pacar!"

"Kau kau Kwi-bo? Jadi pemuda itu ?"

"Benar, ia adalah bekas muridku yang

amat lihai. Hi-hik, dia adalah Chi Koan yang

menggegerkan dunia kang-ouw itu.... plak
plak!"589

Kwi-bo yang membungkuk dan

melepaskan rambutnya akhirnya menghantam

pedang yang terpental kuat. Hong Cu kaget

bukan main hingga tenaganya hilang sebagian,

ia terbelalak memandang Chi Koan. Dan ketika

pedang terlepas dan mencelat dari tangannya,

Kwi-bo terkekeh dan menusukkan kuku jarinya

maka Hong Cu membanting tubuh

menyelamatkan diri.

"Cret!" Kuku itu menancap tanah dan

mengepul. Kwi-bo terkekeh mencabut

tangannya lagi sementara Hong Cu

bergulingan di sana. Sama sekali tak

disangkanya bahwa si buta ini adalah Chi Koan.

Dulu pemuda itu memperkenalkan dirinya

sebagai Jin Koan, dan ia selanjutnya

memanggil Koan-twako (kakak Koan)

kemudian terakhir ini Koan-koko (kanda Koan).

Hubungan mereka memang terjalin akrab dan

ia pun suka. Tak dapat disangkal bahwa mulai

tumbuh perasaan cinta di hatinya, setelah ia

dibuat hancur dan remuk oleh penolakan si

Naga Gurun Gobi Peng Houw. Maka ketika ia

terkejut bahwa si buta ini bukan Jin Koan590

melainkan Chi Koan, nama yang tentu saja

membuat hatinya terguncang maka Hong Cu

hampir saja terkena sambaran kuku lawannya

yang mengejar dan terkekeh itu. Tapi akhirnya

ia dapat melepaskan diri, meloncat bangun.

"Koan-koko, kau..kau she Chi? Kau

bukan she Jin? Jadi selama ini kau menipuku?"

"Hi-hik, tipu dan kecurangan bukan hal

aneh bagi Chi Koan. Tak usah menanyainya dan

mampuslah menerima seranganku, bocah

manis. Lebih baik mati dari pada mengenalnya

lebih baik...des-dess!" kali ini rambut Kwi-bo

menghantam cepat namun meledak mengenai

sebatang pohon. Hong Cu mengelak dan

memandang si buta. Ia benar-benar terpukul.

Dan ketika ia membentak meminta

jawabannya, mengelak dan memungut

pedangnya lagi maka Chi Koan menyeringai

dan tak perlu menyembunyikan diri lagi.

"Semuanya betul, tak perlu kusangkal.

Musuhmu dan musuh kita sama, Cu-moi. Peng

Houw si keparat itu. Hentikan seranganmu dan

akan kusuruh Kwi-bo mundur!"591

Akan tetapi jawaban ini membuat Hong

Cu menjerit. Ia telah mendapat kepastian dari

yang bersangkutan, ternyata si buta itu adalah

orang jahat yang amat keji. Siapa tidak tahu

sepak terjang Chi Koan. Siapa tidak tahu bahwa

ia berkhianat kepada Gobi dan gurunya sendiri.

Maka melengking dan kecewa serta marah,

tentu saja ia tak sudi bergaul dengan pemuda

seperti ini tiba-tiba gadis Itu melepaskan

pedangnya menyambar dada si buta. Adanya

Kwi-bo yang tak tahu malu itu cukup

membakar perasaannya.

"Kau penipu jahanam, kau kiranya

manusia keji itu. Terimalah!"

Pedang mendesing dan menyambar

cepat. Hong Cu menjadi putus asa dan hancur

untuk kedua kali, bahkan yang ini amat hebat

karena ia telah menyerahkan kehormatannya.

Ia terjebak ke seorang pemuda seperti itu. Apa

kata murid-murid Sin-hong-pang kalau tahu.

Tapi ketika Chi Koan tertawa dingin dan

menangkis perlahan, pedang patah bertemu

tangannya maka Kwi-bo girang berkelebat

berseru.592

"Bagus, gadis seperti ini tak perlu

diampuni lagi, Chi Koan. Biarlah ia mampus

dan kita bebas berdua!"

Akan tetapi Chi Koan membentak. la

tak mau Hong Cu dibunuh, ia masih merasa

sayang. Maka ketika tangannya kembali

bergerak dan menangkis serangan Kwi-bo,

wanita itu terbanting dan menjerit maka Kwi
bopun bergulingan memaki-maki. Hong Cu

terbelalak dan masih bengong memandang

pedangnya yang patah.

"Jangan bunuh dia, betapapun aku

masih suka. Biarkan ia pergi dan laporkan

beritamu, Kwi-bo. Jangan ganggu dan biarkan

ia hidup..plak!"

Kwi-bo memaki-maki dan meloncat

bangun. Kalau saja bukan Chi Koan yang

menangkis tentu ia akan mengamuk dan

menerjang lagi. Ia marah dan cemburu. Tapi

karena Chi Koan di atas kepandaiannya dan

iapun butuh perlindungan pemuda ini,

mengebut dan membersihkan pakaiannya

maka Hong Cu meledak tangisnya dan

meloncat pergi.593

"Chi Koan, kau kau membuatku benci.

Suatu hari kelak aku akan membalas

perbuatanmu!"

"Aku mencintaimu," Chi Koan berseru

menyesal. "Kelak kita dapat berbicara yang

lebih baik lagi, Hong Cu. Aku tak akan

menyakitimu kalau kau bisa menerima

semuanya ini!"

Akan tetapi mana mungkin Hong Cu

bisa dibujuk seperti itu. Gadis ini marah dan

kecewa serta terpukul hebat. Ia benar-benar

tak menyangka telah masuk ke mulut seekor

harimau. Maka mengguguk dan lenyap

melompati tembok gadis Sin-hong-pang inipun

meninggalkan tempat itu malam itu juga.

"Kau mengejutkan," Chi Koan menegur

kawannya. "Kalau kau hendak menemui aku

sebenarnya lihat keadaan dulu, Kwi-bo, bukan

nyelonong dan masuk begitu saja. Kau

membuatku tak senang."

"Eh, akulah yang tak senang! Jauh-jauh
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku datang semata demi kegembiraanmu, Chi

Koan. Mana lebih penting gadis itu atau Li

Ceng. Nah, mana yang kau pilih!"594

"Baik, kau juga benar. Sekarang

ceritakan kepadaku laporan yang kau bawa."

"hi-hik, begitu enak? Kau tak

mempersilakan aku masuk ke kamarmu?"

"Hm, baiklah. Aku tahu kebiasaanmu,

Kwi-bo. Marilah ke dalam dan kita bicara di

kamarku."

Chi Koan mendongkol, tahu maksud

bekas gurunya ini dan apa boleh buat

mengajak ke dalam. Ia cepat mengusir

muridnya dan Siauw Lam meleletkan lidah.

Dulu gurunya juga memerintah begitu ketika

wanita ini datang. Ia tertawa, namun hanya

gerakan bibirnya saja. Dan ketika Kwi-bo

menggandeng lengan Chi Koan dan terkekeh

memperoleh kemenangannya maka di dalam

kamar segera wanita ini bercerita, begitu asyik

hingga tak terasa dua jam lebih terbuang. Chi

Koan berkerut dan berkejap-kejap untuk

akhirnya menyeringai. Kwi-bo akan

membuktikannya besok. Dan ketika malam itu

wanita ini menagih janji, Chi Koan menarik

napas panjang maka tanpa sungkan atau ragu595

lagi bekas gurunya ini membuka kancing

bajunya.

"Kau telah siap, bagus. Tak ada gadis

itupun masih ada aku di sini. Hi-hik,

sebenarnya kita pasangan yang paling cocok,

Chi Koan. Akulah yang tahu melayani segala

keperluanmu. Hayo, buka!"

Chi Koan tersenyum. Gerakan gurunya

merangsang syaraf-syaraf halus, dia bergetar

dan bangkit gairahnya. Lalu ketika ia juga

membuka kancing wanita itu dan ditubruk

terkekeh maka Chi Koanpun terguling dan

malam itu si buta ini melewatkan cintanya

bersama si iblis yang haus birahi. Tak habis
habisnya Kwi-bo menyerang dan melumat

sampai si buta kewalahan. Kwi-bo memang

wanita panas yang tak kenal puas. Tapi ketika

semalam mereka memadu cinta maka

keesokannya ketika ayam jantan berkokok Chi

Koan telah berkemas dan menyambar

buntalannya.

"Tak ada waktu lagi, semuanya harus

dikejar. Bangun, Kwi-bo, antarkan aku ke sana

dan panggil muridku Siauw Lam!" Wanita ini596

menggeliat. Kebiasaannya terkekeh tak pernah

lenyap, Kwi-bo meloncat dan mencium Chi

Koan. Tapi ketika ia hendak menunduk dan

membuka kancing baju maka Chi Koan

mendorongnya.

"Cukup, tak ada waktu lagi, Kita pergi

dan antarkan aku!"

"Baiklah, hi-hik. Tapi apa janjimu kalau

wanita itu tertangkap, Chi Koan. Kau bisa

berbuat banyak dengan calon korbanmu!"

"Aku akan memberimu Lui-thian-to-jit.

Kau tak akan iri lagi kepada Hong Cu, Kwi-bo,

dan selanjutnya kau harus selalu bekerja

untukku!"

"Lui-thian-to-jit? Ah, hi-hik. Kau

bersungguh-sungguh, Chi Koan, atau hanya

menipuku saja!"

"Aku berjanji. Asal wanita itu

tertangkap dan kukuasai dirinya ilmu itu akan

kuberikan kepadamu. Sudahlah mana Siau Lam

dan mari berangkat!"

Kwi-bo girang. Ia melihat kesungguhan

pemuda ini dan mengecup pipinya, begitu

girang sampai ia mencubit paha Chi Koan. Tapi597

ketika ia meloncat dan mencari anak itu,

datang dan melemparnya kepada gurunya

maka Siauw Lam mengucek-ngucek matanya

dengan gugup, masih mengantuk.

"Wah, ada apa suhu. Benarkah kau

mau pergi sekarang. Apakah teecu memberi

tahu Sui-taijin!"

"Tak usah. Bawa buntalanku dan

siapkan buntalanmu, Siauw Lam. Kita hendak

melakukan perjalanan jauh. Kita ke Kun-lun."

"Hah, Kun-lun? Menghajar tosu-tosu

bau itu di sana? Bagus, aku senang, suhu. Aku

ikut. Hore, aku ingin tahu bagaimana tosu-tosu

itu kau ketuk kepalanya!"

Chi Koan tak tertawa. Kwi-bo terkekeh

tapi ia membentak agar muridnya mengambil

buntalan. Kwi-bo membawa anak itu dengan

pakaian kusut, Siauw Lam memang masih tidur

nyenyak ketika disambar. Dan begitu anak itu

lari dan memasuki kamarnya maka tak lama

kemudian iapun datang lagi dengan buntalan

di ujung tongkat.

"Ha-ha, siap. Mari, suhu. Aku akan

menggendongmu atau kita membawa kereta!"598

"Kereta hanya menarik perhatian orang

saja. Kita berjalan kaki, Siauw Lam. Aku juga

dapat menggendong gurumu kalau kau capai!"

Kwi-bo tertawa, geli melihat anak itu

dan Chi Koan mengangguk. Membawa kereta

di pagi seperti itu hanya menimbulkan berisik

saja, ia tak mau mengganggu tuan rumah.

Maka ketika ia mencelat di pundak muridnya

dan Siauw Lam tertawa-tawa, tubuh gurunya

begitu ringan seakan tak berbobot maka Kwi
bo berkelebat dan menjadi petunjuk jalan. Dan

begitu si buta menekankan tongkatnya

membuat Siauw Lam terkejut maka anak

inipun terangkat dan terbang mengikuti Kwi
bo!

"Mari, Siauw Lam, jangan tunda waktu

lagi!"

Anak ini terpekik. Ia merasa dilontarkan

tenaga amat kuat ketika tongkat gurunya

menekan lantai. Ia terdorong dan terbawa

naik. Tapi ketika ia meloncat-loncat sesuai

gerakan tongkat di atas tanah, Chi Koan

mempergunakan mata muridnya mencari jalan

maka Kwi-bopun kagum dan tersusul dengan599

amat cepatnya. Anak kecil itu sudah

berendeng dan mampu berlari cepat

mengimbangi dirinya.

"Hi-hik, hampir tak kupercaya. Kalau

sudah begini maka buta atau tidak tak ada

bedanya bagimu, Chi Koan. Kau seolah orang

melek saja!"

"Muridku pengganti mataku. Telingaku

juga terjaga dengan baik, Kwi-bo, apapun

dapat kudengar dari sini."

"Luar biasa, kau selamanya

mengagumkan. Ah, biarlah kuuji muridmu

sampai mana ia dapat mengiringi aku!"

Kwi-bo mengerahkan ilmu lari

cepatnya dan terbang seperti setan. Wanita ini

bukan orang sembarangan dan Siauw Lam

terpekik, dengan amat cepatnya ia tertinggal

jauh. Tapi ketika gurunya tersenyum dan

berkata tak usah khawatir, tongkat menekan

dan dipukul-pukulkan lagi maka anak inipun

terpental dan terbang meloncat-loncat. Sekali

loncat ada belasan tombak. Ia sampai takut!600

"Heii, jangan terlalu kuat, suhu, aku tak

dapat mengerem tubuhku. Heii, ada pohon di

depan!"

Namun Chi Koan memukul dan

mengangkat tongkatnya ke kiri. Dengan

gerakan luar biasa ia membelokkan laju

muridnya, pohon itu roboh dihantam. Dan

ketika sang murid tertawa meluncur senang

maka Kwi-bo yang hampir lenyap di tikungan

tersusul lagi, bahkan anak ini di depan.

"Ha-ha, aku menyusulmu, Kwi-bo, yang

mengendalikan diriku adalah suhu. Kau kalah!"

"Gurumu memang hebat," Kwi-bo

mendecak. "Tapi jelek-jelek ia pernah menjadi

muridku, Siauw Lam. Hayo kita bermandi

keringat dan menyongsong matahari pagi!"

Anak laki-laki itu terkekeh. Ia sudah digerakkan

gurunya lewat tongkat di tangan itu,

membelok atau lurus dialah yang memberi

aba-aba. Dan ketika Kwi-bo mempercepat

larinya namun Chi Koan tenang saja

mengendalikan muridnya maka ketika

matahari terlihat di ufuk timur wanita itu601

sudah basah kuyup sementara sang bocah

kelihatan segar-segar saja.

"Busyet, aku kalah. Kalau begini terus
menerus aku bisa kehabisan tenaga, Siauw

Lam. Kurang ajar benar gurumu itu. Aih, aku

memperlambat lariku asal sama-sama

sampai!"

"Terserah dirimu," Siauw Lam tertawa.

"Yang jelas aku dapat ke mana saja, Kwi-bo.

Tongkat guruku pengganti kakiku. Aku tak

capai!"

"Ya, tapi aku bakal kehabisan napas.

He,he nanti aku menggendong gurumu, anak

setan. Betapapun kita harus gantian!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak bisa, aku anak kecil!"

"Heh, jangan banyak bicara. Atau

kulempar kau nanti!" dan ketika mereka sama
sama tertawa sementara Chi Koan tersenyum
senyum, sepasang matanya berkejap

membayangkan Li Ceng maka ia tertawa pula

berseru melerai.

"Sudahlah, tak usah bertengkar. Kalau

saja sepasang mataku dapat melihat tentu

kalian berdua yang kugendong. Jangan bicara602

yang tak ada gunanya, Kwi-bo. Aku ingin cepat
cepat menangkap wanita itu!"

"Hi-hik, baiklah. Mari!" lalu ketika

wanita ini tancap gas dan berlari lagi akhirnya

iapun tak mau bicara dan menuju ke barat.

Kun-lun!

***

Baiklah kita ikuti sejenak ke mana

sebenarnya perginya Li Ceng. Wanita ini,

setelah hancur oleh sikap Peng Houw yang

begitu kasar tak dapat mengendalikan dirinya

lagi untuk menangis tersedu-sedu. Ia begitu

sakit oleh kata-kata suaminya yang amat

menusuk. Peng Houw menyamakan dirinya

dengan mendiang ibunya dulu. Ia dianggap

sama-sama me-nyeleweng! Dan ketika Li Ceng

menjerit dan menampar pemuda itu, hampir

saja menusuk dan membacok maka datangnya

uwak Kin dan dua anak itu membuat nyonya ini

menahan diri dan akhirnya berlari pergi. Li

Ceng mengguguk sepanjang jalan. Hatinya603

benar-benar hancur oleh sikap suaminya ini.

Dunia seakan kiamat dan kata-kata suaminya

itu terngiang-ngiang terus. Ia dianggap ternoda

oleh jari Chi Koan. Ia dituduh tidak suci lagi.

Dan ketika wanita ini menjerit menerima

pengalamannya akhirnya dua hari kemudian ia

roboh di luar sebuah hutan. Dan celakanya

datanglah gangguan baru, kaum perampok.

Kalau saja nyonya ini tidak sedang ditekan

penderitaan batin mungkin ia akan menghalau

belasan laki-laki kasar itu atau memilih pergi.

Ia tak suka membunuh orang. Tapi begitu

belasan laki-laki berkelebat dan mengelilingi

dirinya Sambil tertawa-tawa maka nyonya ini

berkilat dan bangkit duduk. Tujuh belas laki
laki kasar menjilat-jilatkan lidahnya ke bibir,

bergairah!

"Ha, heh-heh. Ada seorang wanita

cantik di wilayah kita, Su-ko. Ia menangis dan

rupanya ditinggalkan pacarnya. Ha-ha, mari

tolong dan angkat dia. Aduh, tubuhnya masih

harum meskipun belum mandi!"

Tiga orang maju tertawa-tawa hendak

mengangkat tubuh sang nyonya. Memang Li604

Ceng masih cantik dan kelihatan menarik

walaupun tak sempat membersihkan tubuh,

apalagi pakaiannya yang robek-robek itu

membuat semua perampok melotot. Mereka

tergetar oleh pundak dan kulit punggung yang

halus. Nyonya ini merangsang nafsu mereka.

Tapi begitu mereka membungkuk dan

menyentuh ujung baju tiba-tiba Li Ceng

mengangkat sebuah kakinya dan dengan cepat

serta kuat tiga dagu terkena tendangan.

Pecah!

"Kalian anjing-anjing busuk tak tahu

malu. Enyahlah!"

Tiga orang itu menjerit. Ujung kaki yang

mengenai dagu membuat mereka terjengkang

dan roboh, menggeliat dan akhirnya tewas.

Rahang mereka retak! Dan ketika yang lain

terkejut dan berseru keras, melompat mundur

maka nyonya ini meloncat bangun dengan

pandangan berapi. Belasan orang itu terkejut

juga dan gentar. Wanita ini ternyata seekor

singa betina.

"Siapa berani maju dia akan mampus.

Pergilah dan jangan ganggu aku!"605

Akan tetapi perampok-perampok ini

adalah orang-orang kasar yang tak tahu

tingginya langit dalamnya lautan. Mereka tak

tahu dengan siapa mereka berhadapan. Dan

justeru marah melihat teman terbunuh,

merekapun mencabut senjata dan

pemimpinnya yang bertubuh paling kekar dan

berkumis lebat mencabut golok dan berseru,

"Kawan-kawan, rupanya bukan sasaran

empuk wanita ini. Ia membunuh A-pek dan

Kui-sam. Hayo, serbu dan tangkap dia. Kalau

perlu bunuh!"

Li Ceng meledak. Kalau saja ia tak

sedang dihimpit duka barangkali ia akan

mengalah pergi dan meninggalkan orang
orang itu. Akan tetapi kali ini lain. Ia mudah

beringas. Maka ketika empat belas orang itu

maju dan serentak menyerangnya tanpa malu
malu mendadak iapun berkelebat dan kedua

tangannya menampar kiri kanan muka depan.

"Plak-duk-dukk!" Lima orang

terlempar. Mereka menjerit dan terbanting,

jari-jari si nyonya mengenai kepala dan retak

sampai ke belakang. Dan ketika yang lain606

terkejut dan berseru keras, senjata saling

berbenturan sendiri maka Li Ceng tak

mengampuni lawan-lawannya lagi dan iapun

meneruskan gerakannya meneruskan

serangan. Tiga orang lagi-lagi roboh dan golok

yang tertangkis malah terpental. Sisa

perampok berteriak. Dan ketika pemimpinnya

terkejut dan menjadi kaget maka iapun

memutar tubuh dan lari meninggalkan kawan
kawannya.

"Iblis, dia iblis betina. Mundur, kawan

kawan mundur!!"

Akan tetapi tiga belas orang telah

roboh. Empat sisanya memutar tubuh dan

meniru pimpinan, lari lintang-pukang. Dan

ketika Li Ceng tak mengejar dan memandang

dingin iapun menendang mayat-mayat itu dan

duduk menangis lagi. Sehari itu Li Ceng tak

meninggalkan hutan. Ia mengguguk dan

meratapi nasibnya. Sekali-sekali ia memanggil
manggil puteranya Boen Siong. Tapi ketika

malam menjelang tiba dan ia tak sadar

puluhan mata mengintainya bengis, itulah

kepala rampok yang mengundang kawan-607

kawannya yang lain maka Li Ceng baru terkejut

ketika belasan panah menyambar dan

menyerang dirinya.

"Plak-plak-plak!" Untunglah wanita ini

bergerak cepat dan refleks. Meskipun sehari

itu ia menangis terus akan tetapi

kewaspadaannya sebagai ahli silat tak pernah

ketinggalan. Ujung syaraf-syaraf itulah yang

bergetar memberi tahu. Dan ketika terdengar

pekik dan sorak-sorai, bayangan hitam keluar

dari mana-mana maka wanita ini baru

tersentak karena dirinya dikepung tak kurang

dari seratus perampok baru. Satu di antaranya

adalah si kekar berkumis lebat itu. Dan begitu

laki-laki ini meloncat dan menerjang maju

maka yang lainpun berteriak dan menubruk.

"Tangkap dia hidup-hidup, jangan

bunuh. Kita jadikan tumbal sebagai penebusan

arwah teman-teman kita!"

Li Ceng meloncat bangun dan

terbelalak. Anak-anak panah menyambar lagi

lebih berbahaya, ia mengelak dan menangkis.

Dan karena orang-orang itu sudah dekat dan

hujan panah dihentikan, bergeraklah wanita ini608

maka iapun mencabut pedangnya dan

membabat kepala rampok itu.

"Kau rupanya masih tak mengenal

puas. Marilah kuberi hukuman dan lihat

pedangku!"

Sinar hitam berkilat dan itulah pedang

pendek yang dimiliki nyonya ini. Li Ceng marah

sekali oleh keroyokan demikian banyak orang,

ia menusuk dan menyerang kepala rampok ini.

Dan ketika yang lain terpelanting dan si kepala

rampok menjerit, mengelak dan membanting

tubuh maka pedang hitam masih

menyerempet pundaknya dan terpangkaslah

sebagian kulit daging.

"Crat!" Li Ceng mengamuk dan

memburu perampok ini. Laki-laki itu ngeri dan

berteriak panjang dan sekali lagi pedang

meluncur cepat. Golok dan senjata lain dari

anak buah rampok terpental bertemu pedang

hitam, bahkan ada yang patah dan mengenai

pemiliknya sendiri. Tapi ketika menjeletar

sebuah cambuk bergerigi yang menangkis

serangan ini, Li Ceng terkejut maka muncullah609

seorang laki-laki kate menyeruak kerumunan.

Dialah pemegang cambuk itu.

"Jangan bersikap telengas. Berhenti

dan hadapilah aku!"

Para perampok mundur bersorak. Tadi

nya mereka bernafsu menyerang Li Ceng tapi

begitu dibalas dan melihat kelihaian wanita ini
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merekapun buyar berantakan. Yang

senjatanya patah-patah cepat menyelinap dan

bersernbunyi di balik semak belukar, itulah

tempat aman bagi mereka. Tapi ketika si kate

ini muncul sementara si kepala rampok

meloncat bangun dengan pundak berdarah

maka Li Ceng tertegun berhadapan dengan

orang kate ini, apalagi ketika berturut-turut

muncul empat kate lain dengan senjata

serupa, cambuk yang ujungnya diberi

bandulan bergerigi dan tampak ganas dan

mengerikan.

"Heh-heh, ini kiranya wanita yang kau

sebutkan itu. Eh, boleh juga wanita ini, Lai Su,

sekarang mundurlah dan Iihat kami

menangkapnya!"610

Li Ceng berhadapan dengan lima laki
laki pendek yang hanya sebatas dada-nya saja.

Mereka itu mengurung dan terkekeh-kekeh

sementara wanita ini terbelalak marah. Dari

tangkisan tadi ia maklum bahwa orang-orang

kate ini bukan orang sembarangan, pedangnya

digubat dan hampir terlepas. Tapi karena ia

dibokong dan menjadi marah, betapapun ia

tak takut maka ia membentak siapa lawan
lawannya ini.

"Bagus, kalian rupanyn juga perampok
perampok. Sebutkan nama kalian sebelum

mampus di ujung pedangku!"

"Heh-heh, kami Ngo-kee Hong-san

(Lima Jago Dari Gunung Hong-san). Kau siapa,

nona, masih gadis atau bukan!"

"Kalian tak perlu tahu namaku, kalau

ingin maju majulah, aku tidak takut!"

"Bagus, tapi kami tak ingin menangkap

korban kami tanpa diketahui namanya."

"Benar, dan kami paling malu kalau

mengeroyok. He, tangkap dan robohkan dia,

sam-heng, jangan biarkan pentang bacot

membuat telinga merah!"611

Li Ceng terkejut. Belum habis suara itu

tiba-tiba yang ada di belakangnya menyambar.

Loncatannya seperti katak dan tahu-tahu

cepat sekali pundaknya dicengkeram. Orang ini

bergerak tanpa suara dan rupanya adalah sam
suheng (kakak nomor tiga). Tapi karena dia

memasang kewaspadaannya dan memutar

tubuh maka pedang di tanganpun terayun dan

membabat. Tapi begitu ia membalik tiba-tiba

empat yang lain bergerak dan menyerang!

"Curang, pengecut! Mana bukti kalian

tak ingin mengeroyok, kate-kate busuk. Kalian

benar-benar manusia tak tahu malu yang hina

dan rendah.... cring-crangg!"

Li Ceng menangkis dan berkelebatan

mengelak serangan lawan. Mereka terkekeh

dan menubruk namun cambuk belum bekerja,

Li Ceng menangkis dan membuat mereka

terpental. Tapi ketika lima orang ini maju lagi

dan cambuk menjeletar maka Li Ceng dibuat

sibuk berkelebatan ke sana-sini. Dan oborpun

mulai di pasang orang untuk menonton.

"Bagus, robohkan dia. Aih, cambuk

pinggulnya, susiok. Wah, luput!"612

Lai Su, kepala rampok berteriak-teriak.

Ternyata Ngo-kee Hong-san ini adalah paman
paman gurunya yang amat lihai. Dia meminta

bantuan sementara teman-teman rampok

lainnya dikumpulkan. Laki-laki ini penasaran

dan menaruh dendam atas kematian kawan
kawannya. Dia tak jera dan mencari lima

paman gurunya ini.

Dan ketika lima orang itu bergerak dan

mengelilingi Li Ceng, wanita itu dibuat sibuk

oleh lima cambuk panjang yang meliuk, dan

naik turun bagai ular hitam maka akhirnya Li

Ceng menjerit juga terkena lecutan.

Pundaknya pedas terkupas. Benda tajam di

ujung bandul bergerigi menyengat tajam.

Namun karena ia membalas dan bukan wanita

sembarangan, Li Ceng adalah murid sekaligus

cucu seorang tokoh Kun-lun maka tiba-tiba

tangan kirinya mengibas dan keluarlah Lui
kong-ciang atau pukulan Geledek yang

menghantam satu dari lima orang kate itu.

"Aduh!"

Orang ini bergulingan. Setelah Li Ceng

menggerakkan tangan kirinya membantu613

pedang hitam maka lawanpun terkejut. Ngo-te

atau orang kelima menjerit, meloncat bangun

dan terhuyung serta terbelalak di sana.

Namun ketika ia maju lagi dan

mengeroyok, Li Ceng menggigit bibir maka

wanita ini mendapat kenyataan bahwa lawan

yang dihadapi adalah orang-orang tangguh.

Mereka itu pandai memainkan cambuk hingga

meledak-ledak. Sesekali lima cambuk itu

menyatu dan saling belit bagai rantai, terayun

dan siap meringkus tubuhnya bagai gelang.

Kalau ia tertangkap tentu sukar melepaskun

diri, cambuk itu menciut dan akan mengecil,

menjerat. Dan karena berkali-kall Ia tak dapat

Memutuskan cambuk, senjata itu lentur

melepaskan diri maka Li Ceng kewalahan juga

akan gerak lima orang yang dapat saling isi
mengisi ini.

Akan tetapi lima orang itupun kagum.

Mereka harus bekerja keras kalau ingin

menangkap wanita ini hidup-hidup. Tubuh Li

Ceng berkelebatan di antara lima cambuk

bagai kecapung menari-nari, sesekali kecapung

ini berubah menjadi elang betina, mematuk614

dan menyergap mereka dengan ujung pedang

mengancam kepala. Tak jarang mereka harus

melempur tubuh menghindarkan serangan

pedang yang amat cepat ini. Dan karena dari

tangan kiri wanita itu juga menyambar hawa

pukulan panas Lui-kong-ciang, inilah warisan

Lui-cu si Mutiara Geledek maka dengan ini

wanita itu dapat bertahan meskipun akhirnya

Li Ceng mandi keringat. Wanita ini memaki
maki.

Para rampok bersorak dan Li Ceng

benar-benar marah. Ia seakan tontonan

menarik bagi kaum hidung belang di situ,

apalagi ketika cambuk mulai mematuk dan

menghajar pakaiannya. Dengar sinkangnya ia

dapat bertahan namun baju yang tipis mulai

pecah-pecah. Li Ceng merah padam setiap kali

para perampok itu bersorak melihat

pakaiannya robek. Ia risi dan marah bukan

main. Tapi karena lima orang kate itu hebat

bukan main dan mengurung serta mengelak

pukulan tangan kirinya, terkekeh dan maju lagi

maka sadarlah wanita ini bahwa lawan hendak615

menghabiskan tenaganya. Mereka akan

menangkapnya hidup-hidup.

"Ha-ha , bagus, biarkan mengamuk,

Jangan bunuh si cantik ini, ji-heng. Kita tangkap

hidup-hidup. Ilmu silatnya hebat, pantas untuk

menjadi isteri kita!"

"Hmm, bagaimana dengan permintaan

Lai Su. la hendak membalas kematian kawan
kawannya, sam-te. Gadis ini hendak dijadikan

tumbal!".

"Wah, sayang, lebih baik kita peristeri

saja. Setelah melihat dan merasakan sendiri

aku merobah pikiranku. Sebaiknya ia untuk

kita berlima!"

Benar, yang botak berseru. "la untuk

kita, ji-te. Lihat betapa susah payah kita

robohkannya. Awas, pergunakan Ngo-heng-tin

dan biarkan ia kehabisan napas!"

"Cring-crangg!" bandul bertemu

pedang dan Li Ceng terhuyung. Dua serangan

menyambarnya dari kiri kanan dan ia

mengelak, dikejar dan menangkis namun

pedangnya terpental. Pucatlah wanita ini

karena tenaganya mulai merosot, ia hampir616

menangis. Dan ketika si botak terkekeh dan

rupanya merupakan orang tertua, yang lain

menurut dan mengikuti perintahnya maka

lima orang itu mulai menyerang dari-jauh dan

cambuk mereka berputar-putar di udara

menyambar dan menyengat kalau diperlukan.

Tersedulah Li Ceng. Ia tiba-tiba merasa

begitu hancur dan sakit hatinya oleh

pertandingan ini. Ia merasa betapa dirinya

dijadikan bahan sorakan laki-laki rendah dari

para perampok itu. Lima orang kate ini tak mau

bertempur dengan jarak dekat setelah

mengambil kesepakatan. Pedangnya tentu

saja tak dapat dipakai menyerang karena

selalu menangkis dan menghalau lima cambuk

yang meledak-ledak di udara. Dan karena ia

mulai terdorong dan terhuyung-huyung, lima

kate itu terkekeh-kekeh maka habislah

harapan wanita ini untuk memperoleh

kemenangan. Li Ceng malah bersiap untuk

bunuh diri kalau ia roboh!

Akan tetapi di saat perampok bersorakKabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sorai dan Li Ceng mendapat hajaran Cambuk

maka datanglah bintang penolong dari luar617

kepungan. Seorang nenek baju kembang

berkelebat masuk, ia membentak dan

langsung menghajar perampok-perampok ini.

Dan ketika perampok berteriak dan roboh

terpelanting, sebatang pedang menyambar
nyambar maka merekapun menjerit dan

roboh. Nenek itu terus merangsak ke depan

membuat perampok jatuh bangun menyingkir,

pedangnya amat hebat dan cepat sekali

diputar.

"Siapa ini tak tahu malu mengeroyok

seorang wanita muda. He, minggir kecoa
kecoa busuk. Ada apa kalian bersorak riuh

seakan mendapat tontonan menarik!"

Kagetlah Lai Su dan anak buahnya.

Mereka tahu-tahu. diserang dari belakang dan

roboh. Nenek itu dengan bengis menusuk dan

menikam mereka, pedang dicabut dan darah

segarpun muncrat. Dan ketika kepungan

menjadi buyar dan otomatis menyibak,

terbelalaklah nenek ini melihat pengeroyok Li

Ceng maka diapun berseru dan sudah masuk

ke arena pertandingan.618

"Kiranya iblis kate dari Hong-san.

He,,tak tahu malu benar kalian mengeroyok

seorang wanita muda, Ngo-kee Hong-san, tak

pantas kalian menyebut sebagai jago-jago

ternama. Lihat pedangku dan inilah lawanmu!"

Lima orang itu tentu saja terkejut.

Mereka sudah merasa girang bahwa sebentar

lagi lawan mereka ini akan roboh. Li Ceng

sudah terhuyung-huyung dan kehabisan

tenaga. Hanya berkat kekerasan hatinya saja

pedang itu masih tercekal erat-erat padahal

pergelangan tengannya sudah terluka. Maka

begitu nenek ini masuk dan memaki mereka,

pedang menyambar dan menusuk punggung

maka Ngo-te atau orang kelima berteriak

paling dulu.

"Heii, kau Hwa-i Sin-ni!"

Nenek ini tertawa dingin. Enak saja ia

menusuk dan menyerang lawannya, muncul

dari belakang. Dan ketika lawan mengelak dan

menangkis gugup tangan kirinyapun melayang

menampar pipi si kate itu.

"Plak!"619

Si kate terbanting dan bengap. Ia

bergulingan namun Hwa-i Sin-ni tak mengejar,

pedangnya justeru menusuk dan menikam

yang lain. Dan ketika berturut-turut empat

orang itu dibuat terkejut, menangkis dan

mengelak serangannya maka Li Ceng terlepas

dari kepungan dan bernapas lega. Kini nenek

itu berkelebatan dan menyerang sana-sini.

"Heh-heh, tua sama tua. Ayo, aku juga

masih segar!"

Ngo-kee Hong-san berubah. Mereka

telah bertanding memeras tenaga melawan Li

Ceng yang lihai, kini tahu-tahu nenek itu

muncul dan menyerang mereka. Dan ketika Li

Ceng juga membentak dan tak mau sudah,

menerjang mereka maka lima orang kate ini

pucat dan bingung. Pedang Hwa-i Sin-ni

menyambar naik turun bagai kilatan cahaya

yang menuju tenggorokan atau dada mereka.

"Keparat!" si botak membentak. "Kau

mencampuri urusan kami, Hwa-i Sin-ni. Sejak

kapan kami mengganggumu mencampuri

urusanmu!"620

"Hm, ini juga urusanku. Kau

mengganggu sesama wanita seperti aku, It
kee. Enyahlah Siapa bilang tidak mengganggu

kalian oergi atau roboh di ujung pedangku.

plak-brett!" pedang menghantam cambuk dan

diputar membelit, ditarik dan si botak terbawa

ke depan dan melayanglah tangan kiri nenek

itu. Tamparannya menuju ke kepala. Dan

ketika si botak menjerit dan menggerakkan

tangan kirinya pula maka bertemulah dua

tangan mereka dan kakek ini terjengkang.

"Aduh!"

Kiranya si nenek lebih kuat. Satu lawan

satu memang bukan tandingan Hwa-i Sin-ni,

dulu mereka pernah bertemu dan hanya

berkat keroyokan saja wanita itu berimbang.

Kalau kini mereka dapat mendesak Li Ceng hal

itu tidak lain karena wanita ini sedang

mengalami pukulan batin, juga karena

beberapa hari ini wanita itu tak mengurus

makan minumnya. la lemah. Maka ketika Hwa
i Sin-ni tiba-tiba muncul dan kebetulan lewat di

situ, mengenal pula Ngo-kee Hong-san ini

sebagai musuh lamanya maka tak ayal ia621

menimbrung dan membantu Li Ceng, marah

karena lima kakek itu menyerang dan

mengeroyok seorang wanita muda.

Kini pecahlah Ngo-heng-tin dari lima

kakek kate ini. Mereka memang lihai dan

berbahaya kalau maju berbareng, ilmu cambuk

mereka hebat dan mampu bekerja sama. Tapi

begitu diobrak-abrik Hwa-i Sin-ni dan Li Ceng

bangkit semangatnya, ia merasa seakan

mendapat tambahan tenaga maka wanita

itupun menyerang dan ganas membalas

lawan. Tak ampun lagi Ngo-kee terkena babat

pedang Hwa-i Sin-ni dan berteriak roboh.

Orang termuda dari lima kate ini tewas,

lehernya hampir putus. Dan ketika su-te atau

orang nomor empat juga berteriak oleh

tusukan Li Ceng, roboh dan menggeliat maka

dua dari kakek-kakek ini tergelimpang mandi

darah.

Paniklah tiga kate sisanya. la berteriak

menyuruh Lai Su dan anak buahnya maju.

Kakek itu memaki-maki dan marah sekali

karena para perampok tak ada yang maju,

mereka ketakutan oleh pedang di tangan dua622

orang itu. Dan ketika Lai Su memberanikan diri

dan membentak teman-temannya maka iapun

maju dan Li Ceng beringas melihatnya,

berkelebat

"Bagus, kau yang menjadi gara-gara.

Serahkan jiwamu, tikus busuk. Melayanglah ke

akherat!"

Laki-laki ini sebenarnya sudah terluka.

la terbabat pundaknya dan menyerang

berlindung di balik punggung temannya. Tapi

karena pedang hitam bukan lawan anak buah

rampok dan mereka itupun sudah gentar oleh

tandang wanita ini, juga nenek baju kembang

itu maka yang di depan menjerit dan terlepas

goloknya, dan pedang Li Ceng masih terus

menuju dada kepala rampok ini.

"Tidak, jangan... aughh!"

Pedang menancap dan dicabut keluar.

Li Ceng demikian benci kepada kepala rampok

ini hingga pedangnya menembus punggung.

Laki-laki itu tak sempat mengelak dan ia tak

mungkin mengelak. Ia menjerit menerima

kematiannya. Dan ketika laki-laki itu roboh dan

yang lain menjadi pucat maka anak buah623

rampok memutar tubuh dan lari berserabutan.

Tiga dari kakek kate ternyata sudah lebih dulu

lenyap menyambar mayat dua adiknya.

"Jangan lari!" Li Ceng mengejar dan

masih marah. Kalian tadi bersorak-sorak

mengejek aku, tikus-tikus busuk. Terimalah

kematian kalian dan susul kawan-kawan kalian

di akherat!" pedang masih membabat lagi tiga

perampok yang berteriak roboh, tertelungkup

dan hendak menyusul lagi namun Hwa-i Sin-ni

berkelebat menahan. Nenek itu berseru agar

sisa yang lain dibiarkan saja, mereka itu hanya

orang-orang rendahan. Dan ketika Li Ceng

tertegun mengusap pedangnya,banyak darah

di situ maka wanita inipun menangis dan

melempar pedangnya, mengguguk menubruk

nenek ini.

"Locianpwe siapa, terima kasih atas

bantuanmu. Tapi aku lebih baik mati,

locianpwe. . lebih baik mati!"

Nenek itu tersenyum dan menarik

napas lega. Ia terharu mendengar tangis dan

kata-kata ini dan maklumlah dia bahwa

sesuatu yang berat sedang menghimpit batin624

yang ditolongnya ini. Ia kagum akan

kepandaian Li Ceng dan sesungguhnya tertarik.

Maka ketika ia memeluk dan mengusap

rambut hitam halus itu, teringat muridnya

sendiri maka nenek ini berkata menyimpan

pedangnya.

"Aku Hwa-i Sin-ni, mereka tadi sudah

menyebutku. Siapa kau, anak baik. Ilmu

pedangmu sebenarnya bagus dan pukulan

tangan kirimu tadi luar biasa. Kau pasti murid

seorang pandai!"

"Aku. .. aku wanita malang. Aku sedang

mengalami nasib buruk, locianpwe. Suamiku..

. suamiku tak mau tahu aku. la mengusirku!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hm-hm, urusan rumah tangga.

Sebaiknya kita bicara yang enak, anak baik,

keluar saja dari tempat ini. Aku tak mau bicara

di tempat yang banyak mayatnya begini. Kau

telengas oleh sakit hati!"

Li Ceng tersedu-sedu. Dipeluk dan

diusap nenek itu mengingatkannya akan orang

tuanya sendiri, mendiang kongkongnya yang

lembut dan penuh sayang itu.625

Maka ketika ia diajak pergi keluar

hutan, nenek itu memungut dan

mengembalikan pedangnya maka di tempat

sepi mengeluarkan bungkusannya nenek ini

menawarkan makanan penangsal perut. Api

unggunpun dibuat.

"Kau mengingatkan akan muridku,

cantik dan pemberani. Ada persamaan di

antara kalian berdua, Li Ceng. Kiranya kau

murid Kun-lun. Hm, pantas lihai!"

Li Ceng telah memperkenalkan dirinya

dan percakapanpun dimulai. Ia menyebut

sebagai murid Kun-lun tapi tak menyebut

kakeknya, si Mutiara Geledek. Tapi karena

murid Kun-lun rata-rata lihai dan nenek itu

mengangguk maka Li Ceng ?itanya tentang

suaminya itu.

"Aku tak bermaksud mencampuri

urusan pribadi, tapi kalau kau ingin

melepaskan himpitan batin itu tentu saja aku

siap mendengar. Nah, ceritakanlah

permasalahanmu itu, anak baik, mungkin aku

dapat menolong. Apakah paman atau saudara
saudara seperguruanmu tak ada yang626

membantu. Siapa suamimu yang kurang ajar

itu!"

Li Ceng menutupi muka. Air matanya

masih juga mengalir dan nenek itu kasihan.

Dari sini ia tahu bahwa permasalahan betul
betul berat. Maka ketika ia membiarkan

wanita muda itu melepas tangisnya, tak akan

bertanya kalau belum dijawab akhirnya Li Ceng

mereda juga dan tinggal isak-isak kecil. Nenek

itu memberinya sepotong roti kering, juga

minum.

"Sebaiknya kau isI dulu perutmu,

pulihkan tenaga. Aku tak akan memaksa kalau

kau tak suka."

"Tidak, tidak.. .. kau telah

menyelamatkan nyawaku, locianpwe, telah

menolongku. Aku tak akan menyembunyikan

permasalahanku kepadamu. Aku percaya.

Semua kejadian ini sebenarnya bersumber

pada jahanam Chi Koan!"

"Chi Koan? Siapa yang kau maksud?"

"Bekas murid Go-bi itu, si terkutuk!"

"Astaga, maksudmu pemuda yang

mendapatkan Bu-tek Cin-keng itu? Dia?"627

"Betul, locianpwe, dan inilah sumber

penyakit utama. Ia mendatangi rumahku di

saat suamiku tak ada!"

Nenek itu tergetar. Sebagai orang kang
ouw dan dulu pernah juga beramai-ramai

mencari Bu-tek Cin-keng namun gagal tentu

saja nenek ini tahu siapa itu Chi Koan. dia

terkejut dan memandang Li Ceng lekat-lekat.

Siapa wanita muda di depannya ini

sebenarnya, kenapa Chi Koan sampai

mendatanginya. Dan ketika ia batuk-batuk dan

menaruh curiga maka nenek itupun tak dapat

menyembunyikan perasaannya.

"Maaf, pemuda itu kabarnya sudah

ditangkap dan dihukum di Go-bi, Li Ceng,

bagaimana kau mengatakan bahwa ia

mendatangi rumahmu. Apa keperluannya dan

siapa pula suamimu itu."

"Ia hendak membalas dendam, ia telah

lolos dari Go-bi. Maksud kedatangannya

memang hendak mengganggu aku, locianpwe,

tahu bahwa suamiku tidak di rumah".628

"Aneh, pemuda itu amat lihai. Kenapa

ia justeru datang di saat suamimu tak ada di

rumah. Agaknya ia takut kepada suamimu itu!"

"Benar, ia takut sekali. Suamiku ituah

yang menangkap dan menjebloskannya di Go
bi, locianpwe. la tak mungkin datang kalau

suamiku ada di sana!"

"Astaga, kalau begitu suamimu itu

adalah si Naga Gurun Gobi Peng Houw? Jadi. .

jadi kau ini isterinya?'

Hwa-Sin-ni terkejut bukan main, tak

menyangka bahwa yang ditolongnya itu adalah

isteri Naga Gurun Gobi. Ia sampai terbelalak

dan kaget namun Li Ceng menangis. Tak ada

kebanggaan disebut sebagai isteri seorang

tokoh terkenal, ia bahkan tersedu lagi. Namun

ketika nenek itu mengguncang pundaknya dan

maklum siapa wanita ini, tentu saja

hormatnya, semakin tinggi maka Li Ceng

erhenti menangis. tinggal isak-isak kecil saja.

"Kalau begitu kau adalah cucu si

Mutiara Geledek Lo Sam. Kakekmu itu orang

amat lihai di Kun-lun. Hm-hm, mengerti aku.

Pantas kalau tak ada tokoh-tokoh Kun-lun629

berani menolongmu, Li Ceng, tak tahunya yang

dihadapi adalah suamimu yang hebat itu. Siapa

berani memutar kumis si Naga Gurun Gobi!"

"Tapi ia suami yang buruk, aku benci. la

tak mengenal perasaan perempuan. dan ia

menyakiti aku begitu hebat locianpwe.

Dan...la...Ia...!"

"Sudahlah," nenek ini menangkap Li

Ceng yang hendak roboh. "Kalau sudah begini

laki-laki memang tak mau tahu perasaan

perempuan, Li Ceng, aku juga pernah muda

dan mengalami patah hati. Aku mengerti

perasaanmu. Jangan ceritakan lagi karena aku

maklum."

Li Ceng memejamkan mata. Ia hampir

tak kuat teringat Peng Houw menyamakannya

dengan mendiang ibunya dulu. la dianggap

keturunan isteri penyeleweng! Tapi ketika

nenek itu menghiburnya dan ia tabah, nenek

itu dipeluknya maka sekarang gilirannya

menceritakan puteranya Boen Siong.

"Semua ini masih ditambah

kemalangan baru. Aku benar-benar terhimpit.

Puteraku Boen Siong lenyap tak diketahui di630

mana, locianpwe. Aku serasa ingin bunuh diri

teringat semuanya ini!"

"Hm, ceritakan itu, ini lebih penting.

Aku juga tak suka mendengar kekejaman laki
laki dan bagaimana puteramu bisa hilang. Akan

kucari ?ia!"

Li Ceng menangis. Ia menceritakan asal

mula kejadian rumah tangganya lagi, betapa

Chi Koan mendatanginya dan membuat ia

menyembunyikan anaknya, berkat

pembantunya yang cerdik dan setia. Tapi

ketika ia tak mendapatkan puteranya lagi dan

panik serta cemas maka selanjutnya ia

bertemu suaminya itu.

"Cukup, untuk ini aku tak mau dengar.

Yang ingin kutahu adalah puteramu itu, Li

Ceng. Bagaimana pembantumu tak tahu siapa

penculiknya."

"Ia. hanya melihat Semacam mahluk

berbulu, besar. Selanjutnya ia tak tahu apa-apa

karena pingsan. Waktu itu semua dari kami

memang panik!"

"Hm, tak tahu apa-apa kecuali itu?

Mahluk besar berbulu? Repot, terlalu minim.631

Susah juga melacak jejak. Tapi aku akan

membantumu, kucari anakmu itu dan akan

kuantar kepadamu. Baiklah, aku juga harus

menyusul muridku, Li Ceng. Apa sekarang yang

hendak kau lakukan dan maukah kau

bersamaku."

Wanita ini menggeleng. "Aku tak mau

merepotkan orang lain, locianpwe, terima

kasih atas bantuanmu. Aku... aku hendak

mencari puteraku sendiri. Aku juga akan

menemukannya sampai dapat. Kalau kau

menemukannya biarlah aku yang datang dan

di mana kau biasanya tinggal".

"Aku tinggal di Tung-hai, sewaktu
waktu dapat kau temukan. Aku terharu dan

prihatin atas nasibmu, Li Ceng, mudah
mudahan puteramu selamat dan dapat kita

temukan. Biarlah malam ini kutemani kau dan

besok kita berpisah."

Li Ceng terharu. "Locianpwe hendak

mencari murid locianpwe?"

"Ya,,namanya Nan Bi. Anak itu ke

markas Hek i Kai-pang dan aku khawatir. Aku

hendak menyusulnya dan menjaganya.632

Katanya ia akan datang di saat perkumpulan

itu berulang tahun

"Ada urusan apa?"

"Membela bibinya yang katanya

diperas Hek-i Kai-pang. Ah, anak-anak

sekarang terkadang terlampau berani dan ia
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menantang tanpa melihat diri sendiri. Aku

harus datang dan akan melihatnya."

Malam itu Hwa-i Sin-ni menemani Li

Ceng. Mereka bereakap-cakap dengan lebih

banyak, wanita ini menangis, nenek itu berkali
kali menghibur. Tapi ketika malam semakin

larut dan Li Ceng disuruh tidur maka nenek

inipun mengecilkan api unggun menepuk

punggungnya.

"Sudahlah, semua kepahitan ini akan

mendewasakan seseorang. Sekarang mari

beristirahat, Li Ceng, besok aku harus

meninggalkan dirimu."

Malam itu mereka tidur. Tak ada apa
apa yang mengganggu sampai akhirnya ayam

hutan berkokok. Hamp?r berbareng dua orang

ini meloncat bangun. Dan ketika nenek itu

tersenyum dan mencuci mukanya maka iapun633

berkata bahwa masing-masing pihak harus

menjaga diri baik-baik.

"Kau tak mau ikut denganku, baiklah.

Jaga ?irimu baik-baik, Li Ceng. Terimalah

sedikit bungkusan ini untuk teman di

perjalanan. Kau tak boleh kelaparan atau

kehausan. Ingatlah puteramu menant?kan

ibunya".

Li Ceng mengangguk haru. "Locianpwe

akan ke Hek-i Kai-pang?"

"Ya, menjaga muridku, Li Ceng. Selamat

berpisah!"

Nenek itu berkelebat. Setelah ia

berpesan dan menyuruh wanita itu sabar maka

ia meninggalkan Li Ceng. Li Ceng memandang

kepergian nenek ini sampai akhirnya iapun

meninggalkan tempat itu. Dan ketika masing
masing berpisah dan wanita ini melanjutkan

perjalanan maka Li Ceng berpikir ke mana ia

mau pergi.

(Bersambung jilid XI.)634

"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"

( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )

Karya Batara

Jilid XI

*

* *

KUN-LUN

Tiba-tiba wanita itu berhenti. Ia

terhenyak dan tertegun di situ lalu membalik.

Li Ceng telah menemukan sesuatu untuk

persoalannya ini. Dan ketika ia menarik napas

dalam lalu berkelebat ke barat maka wanita

inipun menuju Kun-lun.

***

Kim Cu Cinjin adalah ketua Kun-lun

yang cukup disegani. Sejak Chi Koan

tertangkap dan dihukum di Go-bi maka Kun lun

, seperti juga partai-partai persilatan lain hidup635

tenang dan sejahtera tak diganggu persoalan
persoalan baru lagi, khususnya yang

menyangkut Bu-tek-cin-keng.

Pagi itu ketua Kun-lun ini bersila

dengan amat tenangnya. Sekelompok anak

murid membungkuk dan memberi hormat di

depan ketua mereka ini , karena Kim Cu Cinjin

bermandi matahari pagi melatih sinkangnya.

Adalah kebiasaan tosu ini sejak bertahun
tahun lalu duduk bersila di tengah taman,

menarik napas perlahan-lahan dan

meniupkannya secara perlahan-lahan pula.

Gerak dada yang hampir tak kelihatan

menunjukkan tingkat siulian (bersamadhi)

yang amat tinggi, apa lagi sepasang asap tipis

yang keluar masuk lewat hidungnya itu. Asap

ini bagai naga menari-nari, kadang terhisap

dan masuk lagi ke paru-paru tosu itu

memberikan udara segar. Itulah latihan Sin
ma-kang (Kuda Sakti) untuk menghimpun

pukulan tangan kosong. Kun-lun memiliki

Khong-san-jeng-kin (Gunung Kosong

Berkekuatan Seribu Kati) yang amat

diandalkan dengan cara latihan menghimpun636

sin-kang ini, sang ketua sedang melatih itu.

Maka ketika anak-anak murid kagum karena

asap putih itu keluar masuk tanpa dikendalikan

lagi, semua berjalan otomatis akibat latihan

yang lama dan teratur maka mereka yang

berada dekat diam-diam terkejut dan ngeri

karena setiap menghisap maka mereka tertarik

dan tersedot masuk ke dekat pimpinan mereka

itu!

Akan tetapi pagi itu gangguan datang.

Manusia hidup rupanya tak lepas dari

persoalan, terbukti ketika pintu gerbang baru

saja dibuka maka nyelononglah seorang

pemuda dan wanita minta menghadap Kim Cu

Cinjin, sikapnya mendesak dan memaksa.

"Kami sudah lama menunggu di luar,

kenapa baru buka. Kami ingin bertemu Kim Cu

Cinjin dan antarkan kami menghadap

padanya!" si wanita, berusia empat puluh

enam tahun berpakaian hijau muda berseru

dengan pipi kemerah-merahan.

Udara masih dingin dan sebetulnya

bagi Orang-orang biasa termasuk menggigit.

Akan tetapi wanita ini berpakaian tipis saja dan637

sikapnya seperti menantang, hal yang

membuat para murid marah. Dan belum

mereka berkata atau menjawab sepatahpun

maka si pemuda, gagah dan berkesan

sombong menyambung, lagaknya. tinggi hati,

"Katakan bahwa ibuku Leng Nio si

Pedang Merah minta bertemu, ketua kalian

pasti menyambut sendiri!"

Tertegunlah murid-murid itu. Di dalam

partai, kecuali untuk urusan yang betul-betul

penting maka memanggil atau meminta ketua

datang adalah tabu. Masih terdapat pimpinan
pimpinan lain yang merupakan tokoh di situ,

seperti para supek atau susiok (paman guru)

atau suheng tingkat senior. Maka mendengar

betapa pemuda itu sombong memperkenalkan

ibunya, padahal mereka tak mengenal nama

ini tentu saja murid-murid tertegun namun

juga tak senang, marah. Satu di antaranya

maju dan berkata,

"Maaf, ada keperluan apakah kalian

minta bertemu ketua, dari mana dan

membawa urusan apa. Kalau sekiranya638

penting biarlah kami yang menyampaikan dan

kalian tunggu di sini."

"Heh, masih banyak bacot? Kalau

begitu kami masuk, tosu bau. Minggir dan

jangan menghalang jalan!" wanita itu, yang

galak dan tidak menunggu waktu lagi tiba-tiba

mendorong dan meloncat ke dalam.

Gerakannya diikuti pemuda itu dan

berteriaklah tosu yang di depan. Ia

terpelanting dan roboh. Dan ketika dua orang

itu terkekeh dan sudah berkelebat ke dalam

maka mereka tak ragu-ragu lagi menaiki

undakan tangga menuju pendapa utama.

"Heii, tunggu , dilarang masuk!" para

tosu tentu saja mengejar, membentak dan

mencergkeram mereka namun dengan mudah

ibu dan anak berkelit, sang ibu malah

menendang dan tosu kedua terbanting. Dan

ketika mereka terus masuk sambil tertawa
tawa, tak menghiraukan kiri kanan maka Kun
lun menjadi gempar dan gentapun dipukul.

"Tang-tang-tang!"

Terkejutiah yang lain. Sudah sekian

tahun ini Kun-lun tak mendengar genta tanda639

bahaya. Kini tahu-tahu tanda itu dipukul dan

tersentaklah semua murid. Mereka yang

menyapu meloncat membawa sapunya

sementara yang di dapur berlarian dengan

garpu dan sendok di tangan. Dalam saat

seperti itu apapun dapat menjadi senjata! Dan

ketika semua berkelebatan menuju tempat

bahaya, tak pelak dua orang ini terkepung

maka di ruang penghubung yang menuju

pendapa dalam mereka tercegat.

"Berhenti, siapa kalian!"

Akan tetapi wanita ini terkekeh. Para

murid tertegun karena yang datang ternyata

adalah wanita, canggung juga menghadapi

lawan jenis. Namun karena pedang sudah

dicabut dan wanita itu menerjang, tak perduli

bentakan maka murid yang memegang sapu

atau sendok garpu menangkis.

"cring-trak-trikk!"

"Minggir!"

Tiga murid terpelanting. Mereka

berriak dan gagang sapu menghantam kepala,

yang memegang sendok kena kemplang

sendiri sementara garpu di tangan kiri640

menusuk teman. Hampir saja kena mata. Tapi

ketika berkelebat bayangan lain dan itulah

para pimpina utama, seorang sute dan murid

tertua maka Heng Bi Cinjin, tosu ini

mengebutkan lengan bajunya membentak
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlahan,

"Berhenti, siapa kalian dan ada urusan

apa!"

Wanita baju hijau terkejut. Pedangnya

ditangkis dan terpental, hampir mengenai

muka sendiri dan cepat ia mengelak kaget,

tubuhnya terhuyung dan berdirilah di situ tosu

gagah penuh wibawa. Dan ketika puteranya

juga terkejut ditangkis tongkat tosu kedua,

Ceng Tek si murid senior maka ibu dan anak

terkejut sementara mata mereka terbelalak

marah. Diri mereka terkepung sementara dua

Orang di depan ini begitu keren menceget.

"Kami mencari Kim Cu Cin mana dia dan

suruh keluar. Kami ada urusan pribadi!"

"Benar mana ayahku yang tak

bertanggung jawab itu. Suruh dia keluar!"

pemuda itu juga membentak.641

Terangkatlah alis Heng Bi Cinjin. Dia

adalah tokoh nomor tiga setelah ketua, masih

ada lagi suhengnya Bi Wi Cinjin. Maka

mendengar keta-kata dan sikap itu, ketuanya

dicari wanita dan pemuda ini yang mengaku

anak, tiba-tiba wajah tosu itu memerah maka

Heng Bi Cinjin membentak, jelas dia marah dan

terhina,

"Ketua kami adalah pertapa yang

seumur hidup tak pernah menikah. Kalian

setan-setan busuk dari mana berani bicara

seperti itu? Kun-lun bukan tempat untuk main
main, pergi dan enyahlah atau pinto

menghajar kalian!"

"Hi-hik!" wanita itu tertawa."Baju

pendeta bukan jaminan orangnya, tosu bau.

Itulah sebabnya temukan aku dengan ketuamu

dan biar Kim Cu Cinjin sendiri bicara. Kau siapa

dan tosu tingkat berapa di sini!"

"Pinto Heng Bi Cinjin, tokoh nomor tiga.

Cukup dengan pinto kalian bicara tapi pinto tak

percaya itu. Enyahlah dan cepat pergi!"

Wanita itu tertawa. Tiba-tiba ia

merogoh bajunya dan berkelebatlah jarum-642

jarum emas, bersamaan dengan itu

bergeraklah puteranya melakukan hal yang

sama. Dan ketika Heng Bi terkejut mengelak

serangan ini dan Ceng Tek yang menghalau

dan berseru keras maka dua orang itu

menyambar di kiri kanan menerjang para

murid, musuh yang lebih lemah.

"Minggir!"

Buyarlah kepungan di sini. Jarum itu

tidak hanya menyambar Heng Bi Cinjin

melainkan juga mereka, apalagi ketika jarum

terpental dikebut pimpinan itu. Benda-benda

itu menyambar membuat para murid berteriak

dan terbukalah lubang Kesempatan. Pedang

Wanita itu bergerak dan pemuda gagah itu

juga mengayun senjatanya, lawan menyibak

dan otomatis mundur. Lalu ketika dua orang

itu bergerak melarikan diri, terkekeh menuju

pendapa dalam maka Heng Bi Cinjin

mengerjapkan mata dan tahu-tahu berkelebat

di atas kepala lawan, juga Ceng Tek.

"Berhenti, atau pinto akan memberi

pelajaran!".643

Dua orang ini terkejut. Bagai dua

rajawali raksasa bayangan Heng Bi Cinjun dan

murid tertua menyambar turun. Mereka tepat

di depan ibu dan anak itu. Dan ketika pedang

menusuk namun d?tangkis, Heng Bi

mempergunakan ujung lengan bajunya yang

tiba-tiba keras terisi sinkang maka Leng Nio,

wanita itu menjerit, pedangnya terpental.

"Plak!"

Wanita 1ini berjungkir balik. Leng

Houw, puteranya juga terpekik ditampar ujung

lengan baju. Ceng Tek melakukan seperti

susioknya dan terkejutlah pemuda itu. Ia

terpental kuat, telapaknya pedas, pedang

nyaris pula terlepas. Dan ketika dua orang itu

terkejut betapa lihainya tokoh-tokoh Kun-lun

ini, Ceng Tek adalah murid Bi Wi Cinjin maka

selanjutnya ibu dan anak menerjang lagi

namun dengan gerakan cepat dan tenang

Heng Bi Cinjin maupun muridnya mengelak

dan menangkis tusukan-tusukan pedang itu,

berputar dan menambah tenaga hingga lawan

terpekik dan menjerit semakin keras. Akhirnya

pedang si pemuda benar-benar mencelat,644

terlepas dari tangannya. Dan ketika pemuda

itu melempar tubuh bergulingan melempar

amgi (senjata gelap) maka Ceng Tek

mengebutkan lengan bajunya dan jarum
jarum itu ada yang membalik, satu di

antaranya mengenai pundak pemuda ini.

"Aduh!"

Sang ibu terkejut. Saat itu tangkisan

Heng Bi Cinjin juga membuat pedangnya

terlepas. Akan tetapi karena wanita ini

meloncat berjungkir balik menyambar

pedangnya, menangkap dan turun dengan

muka pucat maka wanita itu menimpuk Ceng

Tek melihat puteranya dikejar.

"Awas!

Teriakan Heng Bi Cinjin membuat si

tosu terkejut. Tiga sinar keemasan menyambar

dari belakang, membalik dan menangkis dan

runtuhlah jarum-jarum itu. Tapi karena sang

ibu hendak menolong puteranya dan

menyambar lengan pemuda itu, juga pedang

yang jatuh di lantai maka wanita ini beriari ke

kiri menuju bangunan lain.645

"Kin Cu Cinjin, mana batang hidungmu

Keluarlah, ini aku Leng Nio minta tanggung

jawab!"

Marahlah Heng Bi Cinjin. Akhirnya ia

berkelebat lagi mengejar ibu dan anak, para

murid berteriak pula dan mengepung. Tapi

karena lawan sudah memasuki ruang samping

yang memiliki banyak pintu, menghilang dan

lenyap di sini maka tosu itu marah sekali dan

memerintahkan semua murid menyerbu.

Dan akhirnya ibu dan anak tampak

pula, keluar dan bingung mencari

persembunyian sementara ribut-ribut itu

menjalar ke dalam. Kim Cu Cinjin akhirnya

mendengar juga. Dan ketika tosu itu tampak

terkejut dan berubah mukanya, Bi Wi Cinjin

merangkapkan tangan di depan dada maka

sang suheng ditanya apa yang sebaiknya

dilakukan. Hanya tosu inilah yang tahu masa

silam ketua Kun-lun.

"Aku menyerahkannya kepadamu, tapi

rupanya Pinto harus keluar. Hm, bangkai

serapat apapun tampaknya tak dapat

disembunyikan, sute , akhirnya bau itu keluar646

juga. Biar pinto menyambut atau kau mewakili,

bawa mereka menghadap."

"Kalau begitu suheng tak perlu keluar,

pinto saja yang membawanya ke mari. Tak baik

nama Kun-lun dirusak orang suheng, dan lebih

tak baik lagi kalau perbuatan suheng diketahui

banyak murid. Biarlah dia pinto bawa ke sini

atau suheng masuk ke ruang dalam!"

Kim Cu Cinjin mengangguk. Pucatlah

wajah ketua Kun-lun ini dan tampak betapa dia

tergetar. Perobahan wajah itu terlihat benar.

Dan ketika ia masuk sementara wakilnya

bergerak menghilang, Kim Cu memasuki ruang

dalam maka disini ketua Kun-lun itu

meneteskan air mata. Aneh bahwa seorang

seperti ini bisa menangis!

Akan tetapi perbuatan masa lalu

memang tak dapat ditutup-tutupi lagi.

Sebenarnya, dua tigapuluh tahun yang lampau

sebelum ketua Kun-lun ini menjadi pendeta dia

adalah seorang biasa yang hidupnya

melenceng (baca: Prahara Di Gurun Gobi).

Tosu ini melakukan hal memalukan dengan

tiga kali menggauli isteri orang. Dia bahkan647

melarikun diri dengan membawa wanita
wanita itu. Tapi ketika akhirnya dia sadar

bertemu ketua Kun-lun yang amat sakti,

mendiang Kun-lun Lojin maka sepak terjeng

atau tingkah laku laki-laki ini berobah, bahkan

akhirnya menjadi murid Kun-lun lojin

kemudian sekarang menjadi tokohnya. Hal

begini tak dinyana bersambung hari itu. Kim Cu

Cinjin tentu saja teringat bekas kekasihnya

Leng Nio ini, wanita yang dulu minggat

bersamanya setelah membunuh suaminya

sendiri. Teringat di situ menggigil ketua Kun
lun ini. Ia menyesal dan ngeri, bagaimana dulu

bisa seperti itu. Maka ketika datang laporan

bahwa satu di antara bekas kekasihnya itu

mengamuk di situ, datang dan minta bertemu

dengannya maka Bi Wi Cinjin, satu-satunya

orang yang tahu tingkah laku dan masa silam

ketua Kun-lun cepat meminta pendapat dan

hanya wakil Kun-lun inilah yang memegang

rahasia dan merupakan satu-satunya orang
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengerti dan memaklumi suhengnya itu.

Heng Bi Cinjin dan murid-murid lain tak

tahu. Selama ini yang mereka tahu ialah ketua648

mereka itu orang baik-baik dan tekun

menjalankan ibadat serta berwatak bijak.

Justeru kebijakannya inilah yang membuat ia

dipercaya memimpin partai besar itu, sejak

sesepuh mereka Kun-lun Lo-jin meninggal

dunia, bentrok dengan Chi Koan. Maka ketika

tiba-tiba hari itu datang berita geledek tentang

Leng Nio, ketua dan Kun-lun terancam nama

baiknya maka Bi Wi Cinjin cepat-cepat

berkelebat membawa wanita ini.

Waktu itu si Pedang Merah Leng Nio

mengamuk lagi. Bersama puteranya ia kucing
kucingan menghadapi para tosu. Akan tetapi

karena Heng Bi Cinjin adalah seorang tokoh

lihai dan Ceng Tek murid keponakannya juga

cukup menghadapi Leng Houw, pemuda

sombong itu akhirnya ibu dan anak terjepit di

ruang tengah, tak dapat lari lagi karena

delapan penjuru sudah dikepung.

"Menyerahlah, atau pinto terpaksa

merobohkan kalian!"

"Kami akan bertanding sampai

mampus. Heh, kau tosu bau paling

memuakkan, Heng Bi Cinjin . Kalau ketuamu649

tidak muncul biarlah kami ibu dan anak

mengadu jiwa di sini".

Heng Bi Cinjin habis kesabarannya.

Telah dua kali ia membuat pefang di tangan

wanita itu terlepas akan tetapi dengan lihainya

lawan berjungkir .balik menyambar kembali.

Jarum akhirnya habis dan tibalah saatnya bagi

tosu ini untuk merobohkan lawan. la siap

melepaskan-jeng-kin yang amat hebat itu,

ujung lengan bajunya sudah berkibar dan siap

menindih wanita ini. Sekali dia meniup

robohlah lawan. Dan ketika wanita itu terdesak

di sudut sementara pedangnya menyambar

kian kemari, dijaga dan dikepung para murid

maka Beng Bi Cinjin yang sudah gemas dan

marah ini membentak.

"Baiklah, pinto akan merobohkan

kalian dan jaga serangan pinto!"

Wanita itu pucat. Ujung lengan baju si

tosu dikibaskan dan tiba-tiba berubah seperti

lempengan baja. Dari situ menyambar angin

dahsyat dan ia terpekik, pedang dibacokkan ke

depan tapi mencelat bertemu lengan baju itu.

Suaranya nyaring dan keras. Dan ketika angin650

pukulan itu masih menyambar juga

menghantam dadanya, wanita ini pucat maka

bahaya benar-benar datang dan Leng Nio

menggerakkan tangannya menangkis namun

ia terbanting.

"Dess!" Si wanita menjerit. Leng Nio

merasa sesak dan bergulingan namun dikejar.

Lawan habis kesabarannya dan benar-benar

marah. Namun ketika deru lengan baju itu

menghantam dan siap merobohkun wanita ini,

di sana Leng Houw juga berteriak dan

terlempar oleh Khong-san-jeng-kin yang

dilepas Ceng Tek maka berkelebatlah

bayangan Bi Wi Cinjin mengebutkan

lengannya.

"Tahan!"

Heng Bi Cinjin dan Ceng Tek tertegun.

Mereka tergetar oleh tangkis Bi Wi Cinjin ini

bahkan Ceng Tek terhuyung. Murid itu cepat

berseru menyebut suhunya. Dan ketika Bi Wi

berdiri memisah di depan, ibu dan anak

melompat bangun maka tosu bertubuh gemuk

ini berkata, keren, penuh wibawa, "Ketua Kun
lun siap menerima kalian. Ada urusan bisa651

dibicarakan, mari masuk tapi harap kalian tahu

sopan santun di rumah orang!"

Terkejutlah wanita itu. Tadinya

sombong dan tak takut menyatroni partai

persilatan ini, ia merasa bakal disambut Kim Cu

Cinjin sendiri. Bekas kekasihnya itu sudah

didengarnya berada di Kun-lun, bahkan

menjadi ketua. Maka disambut dan

menghadapi tosu-tosu lihai, ia mulai gentar

maka sikap tosu gemuk yang tampak

berwibawa ini membuatnya keder, apalagi

ketika pedangnya ditendang dan dirampas

murid-murid Kun-lun.

"Siapa kau," suara ini untuk membuang

rasa takut. "Aku tak mau bersama orang yang

tak kukenal!"

"Pinto Bi Wi Cinjin, wakil ketua Kun-lun.

Suheng sudah mendengar tentang dirimu dan

mari masuk".

Leng Nio melempar pandang dengan

puteranya. Sesungguhnya ia mulai pucat dan

gentar, tak disangkanya tosu-tosu Kun-un

begini lihai. Tahu begitu mungkin ia tak mau

datang, atau mungkin sembunyi-sembunyi652

saja asal berjumpa Kim Cu, ia akan menuntut

tanggung jawab. Tapi karena yang di depannya

adalah wakil ketua Kun-lun dan cukup untuk

dipercaya, iapun mengangguk akhirnya ia

bergerak dan minta tosu itu mengantar. Para

murid bergerak dan berjaga di empat penjuru.

"Baiklah, antarkan aku menghadap Kim

Cu Cinjin!"

Sikap ini membuat para murid melotot.

Mereka menganggap wanita itu tak tahu

hormat dan sombong, masih tinggi hati. Akan

tetapi karena urusan sudah dipegang tokoh

mereka dan Heng Bi Cinjin pun merasa tak

senang maka tosu ini bergerak di belakang ibu

dan anak itu.

"Yang lain sebaiknya mundur, kembali

ke tempat masing-masing. Biar pinto dan

susiok kalian membawa dua orang ini."

Berhentilah murid-murid itu. Mereka

sebenarnya ingin tahu dan mendengar

kelanjutan itu. Tuduhan kepada ketua mereka

terlanjur didengar. Masa ketua mereka pernah

berjina! Tapi begitu Bi Wi Cinjin mengusir dan

mengebutkan lengannya, mundurlah para653

murid ini maka hanya Heng Bi Cinjin yang

diperkenankan ikut, Ceng Tek saja disuruh

mundur.

Akhirnya bergeraklah lagi rombongan

ini. Leng Nio tiba-tiba tersenyum mengejek,

mendadak ia merasa di atas angin. Maka ketika

ia berjalan lagi, berendeng dengan puteranya

maka ia berbisik,

"Lihat, Kun-lun tahu malu. Kalau

ayahmu bersikap baik-baik biarlah kita lepas

semua dendam lama. Kalau tidak biarlah kita

keluarkan berita ini di luar!"

Leng Houw mengangguk, bersinar
sinar tak perduli dan cuek saja terhadap/Heng

Bi ?injin yang merah mendengar itu. Tosu

inipun tak percaya suhengnya pernah bermain

gila di luar. Masa ketua kun-lun harus berbuat

seperti itu. Tapi ketika mereka sudah di ruang

dalam dan siap membuka pintu tiba-tiba Bi Wi

Cin-jin berkata agar sutenya di situ dulu, hal

yang membuat tosu ini mengerutkan kening.

"Pinto akan masuk ke dalam, melapor.

apakah sekarang boleh masuk. Harap sute jaga

dulu mereka ini!"654

Kecurigaan Heng Bi Cinjin muncul.

Biasanya, kalau ada sesuatu tak pernah ia

ditinggal suhengnya itu. Sekarang tiba-tiba ia

disuruh di luar dan suhengnya masuk. Apakah

ada yang istimewa hingga ia tak boleh tahu?

Namun ketika Bi Wi Cinjin bergerak masuk

tiba-tiba saja terdengar seruan agar semua

yang di luar masuk saja ke dalam.

"Tak perlu meninggalkan sute di luar.

Silakan semua saja masuk, Bi Wi-sute, biarkan

Heng Bi-sute tahu!"

Bi Wi Cinjin terkejut. Sebenarnya ia

hendak melindungi muka suhengnya itu dari

sutenya sendiri, Biarlah rahasia ini tetap

diketahui mereka berdua, tidak orang lain. Tapi

ketika suhengnya sudah menyuruh seperti itu

dan tak ada alasan untuk menolak terpaksa

iapun membalik dan mempersilaken

semuanya masuk.

"Suheng meerintahkan kita. Baiklah

semua ke dalam dan dengarkan titahnya."

Leng Nio terkekeh. Tanpa sungkan
sungkan ia masuk dan terlihatiah Kim Cu Cinjin

di tengah ruang bersila dan duduk dengan655

tenang meskipun wajahnya sedikit pucat. Heng

Bi merasa heran melihat ketuanya itu sedikit

menggigil, ada tanda-tanda suhengnya tidak

beres! Tapi karena iapun masuk dan berempat

duduk di situ, menutup pintu ruangan maka

Leng Nio berseru denggan suaranya yang

nyaring melengking. Wajah Kim Cu cinjin sudah

menua namun bentuk dan garis-garis wajah itu

tentu saja tak dilupakan.

"Thian Cu, aku membawa puteramu
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Leng Houw. Lama kita tak bertemu tapi

kuharap kau bertanggung jawab atas

perbuatan kita duapuluh enam tahun lalu. Aku

membawanya untuk kuserahkan kepadamu!"

Berubahlah wajah Heng Bi Cinjin.Ia

melihat ketuanya tersentak dan menegang,

batuk-batuk tapi lalu menengadahkan

mukanya lagi. Dan ketika sejenak suhengnya

itu berkaca-kaca, tertegun dan memandang

wanita itu maka keluarlah kata-katanya yang

tersendat,

"Leng Nio, tak kusangka sekian tahun

kau ingat juga kepadaku. Sebenarnya aku

sudah merobah sepak terjangku yang lalu, kini656

hidup sebagai pendeta dan tak ada hubungan

dengan urusan rumah tangga. Tapi karena kau

menuntut tanggung-jawab dan apa maumu

selain ini biarlah kau katakan sekalian agar dua

suteku ini mendengar."

"Suheng.." melompatlah Heng Bi Cinjin.

"Kau. . kau mengakui kata-kata wanita ini? Itu

bukan fitnah?"

"Hik-hik, siapa bilang fitnah!" wanita

itu meiompat dan berseru pula. "Suhengmu

dan aku ada hubungan sejak lama, Heng Bi

Cinjin. Tanya saja kepadanya kalau aku dusta"

"Benar, itu bukan fitnah," Kim Cu Cinjin

mengangguk dan tampak lemah "Perbuatan

busuk selamanya memang tak mungkin

ditutupi, sute, sekali tempo ketahuan juga .

Sudahlah kau duduk kembali dan dengarkan

apa permintaan wanita ini!"

Heng Bi Cinjin pucat dan merah

berganti-ganti. Kini ketuanya mengakui sendiri

dan itu amat hebat sekali baginya, lain dengan

Bi Wi Cinjin yang memang sudah tahu,

termenung dan tampak diam akan tetapi

segera wakil Kun-lun ini menarik lengannya.657

Dengan bisikan lembut dan ketenangan

mengherankan tosu itu menyuruh sutenya

duduk, Heng Bi gemetar dan akhirnya duduk

lagi . Lalu ketika Kim Cu Cinjin meramkan mata

dan tampak terpukul, sungguh ini aib

memaluken maka Leng Nio justeru terkekeh

melihat ketua Kun-lun dan adik-adiknya itu

merah pucat berganti-ganti.

"Heng Bi, Kim Cu Cinjin dahulunya

adalah Thian Cu, kekasilhku. Kalau aku

sekarang datang adalah karena mengingat

nasib puteraku ini . la harus bertemu ayahnya,

meminta tanggung jawab. Kalau suhengmu

sudah menerima maka cukup bagiku dengan

semuanya ini. Aku tak minta apa-apa lagi!"

"Dan suheng menerima anak muda ini

?" Heng Bi terbelalak, masih merah padam.

"Aku tak dapat mengelak tanggung

jawabku, sute, apa boleh buat."

"Tapi suheng adalah ketua Kun-lun!"

"Pinto dapat melepaskan kedudukan

pinto.".

"Suheng!" Heng Bi dan Bi Wi sama
sama terkejut.658

"Apa artinya ini, masa untuk persoalan

begitu harus melepaskan kedudukan. Suheng

dapat menolak wanita ini, siapa tahu bukan

keturunanmu!"

"Apa kau bilang?" Leng Nio wanita itu

melengking. "Keparat, jaga mulutmu Heng Bi.

Puteraku adalah darah daging suhengmu.

Jangan mengelak tanggung jawab dengan

mencari sesuatu secara mengada-ada!"

Kim Cu Cinjin berkerut kening, sejenak

tertegun. Tapi melihat betapa Leng Nio hendak

menyerang sutenya, pemuda itu juga bersiap

dengan muka merah maka tosu ini

mengulapkan lengan.

"Sute, Leng Nio, berhentilah

bertengkar. Pinto tidak mengingkari perbuatan

pinto. Karena ini adalah urusan pinto biarlah

pinto selesaikan. Pinto sudah bicara , pinto siap

bertanggung jawab!" lalu melihat dua orang

itu terbelalak kepadanya tosu inipun berkata

lagi, kali ini kepada bekas kekasihnya itu,

"Dan kau, permintaanmu sudah

kupenuhi Leng Nio, tapi tak pantas sekarang

ini pinto menerimamu begitu . Pinto hendak659

bicara kepada semua murid, pinto tak ingin lagi

menyimpan rahasia. Kalau Kun-lun dapat

menerima ini maka pinto dan puteramu dapat

tinggal disini . Tapi kalau mereka menolak

maka pinto akan melepaskan jabatan dan

pinto menerimanya bukan sebagai ketua Kun
lun".

Tegaslah kata-kata ini. Heng Bi Cinjin

terbelalak memandang ketuanya itu

sementara Bi Wi Cinjin juga terkejut dan

berubah. Kim Cu Cinjin dengan gagah dan

jantan menerima hasil perbuatannya! Juga tak

malu dan tak segan untuk membuk? borok

sendiri di depan para murid. Betapa gagahnya

ketua Kun-lun-pai ini, betapa jarangnya

mencari pria seperti ini. Dan ketika tatapan

matanya tak dapat dipengaruhi lagi, kata
katanya tegas berwibawa maka dia berkata

bahwa sebaiknya ibu dan anak pulang dulu.

"Pinto hendak menyelesaikan ini

dengan murid-murid Kun-lun juga tokoh dan

pimpinan yang lain. Pinto akan membuka

kebusukan pinto yang sudah terbuka itu,660

pergilah dan pulanglah dulu dengan puteramu

nanti tiga empat hari lagi datang!"

"Kau tak akan melarikan diri. bukan?"

Heng Bi Cinjin bergerak, tahu-tahu

mencengkeram pundak wanita itu. "Jaga

mulutmu kalau bicara dengan suheng, wanita

siluman. Kim Cu-suheng bukan pengecut yang

melarikan diri dari perbuatannya. Lihat bukti

dan sikapnya sekarang ini!"

Leng Nio terkejut. la tak sempat

mengelak serangan ini dan nmenjerit.

Cengkeraman Heng Bi Cinjin seperti tanggem

api, tosu itu begitu marahnya hingga jari
jarinya berkerotok. Tapi ketika wanita itu

menendang dan Bi Wi Cinjin menarik

tangannya, terlepaslah wanita itu maka Leng

Nio terhuyung melihat baju pundaknya

terbakar, pucat!.

"Heng Bi, kau tosu busuk yang amat

kubenci. Kalau tidak ada ketuamu di sini tentu

aku mengadu jiwa denganmu. Jangan

sombong, aku boleh kalah tapi tak takut

kepadamu!"661

Bi Wi Cinjin mengebutkan lengan

bajunya. "Ribut-ribut ini tak perlu lagi, Suheng

sudah bicara. Mari keluar dan pinto antar

sampai pintu gerbang!"

Kim Cu Cinjin menggigil. Ia tak

menyangka hasil perbuatannya dua puluh

enam tahun lalu berakibat memalukan seperti

ini . Dalam kedudukannya sebagai ketua partai

terkenal tiba-tiba ia diseret ke lembah hina,

skandal cinta! Tapi karena ia tosu yang matang

dan wataknya bijak mengambil keputusan

maka guncangan itu diterima dengan lapang

dada meskipun pedih! Kim Cu Cinjin

membiarkan Bi Wi sutenya membawa wanita

dan puteranya , menahan Heng Bi agar tetap di

situ. Lalu ketika wanita itu berkelebat dan

keluar ruangan, merasa menang maka murid
murid Kun-lun yang melihat wanita ini

terheran-heran dan berkerut kening karena

wakil mereka tampak mengantar sendiri tamu
tamu pengacau itu.

"Biarkan mereka pulang, urusan sudah

selesai!"662

Tak ada yang mengganggu mendengar

kata-kata Bi Wi Cinjin ini. Leng Nio tertawa

mengejek dan berkelebat keluar pintu

gerbang, puteranya menyusul tapi begitu

mereka pergi segera tosu ini memerintahkan

agar pintu ditutup lagi. Semua murid disuruh

masuk ke dalam, berkumpul di pendapa. Lalu

ketika Bi Wi Cinjin berkelebat dan lenyap di

dalam maka Kim Cu Cinjin sudah memutuskun

bahwa aib itu harus dibongkar, tak ada

gunanya lagi ditutupi karena Leng Nio telah

mencoreng secara terang-terangan.

"Pinto bukan pengecut. Peristiwa dua

puluh enam tahun lalu telah diketahui anak
anak murid, sute, pinto tak perlu menyangkal.

Suruh semua murid berkumpul dan adakan

sidang darurat karena pinto tak mau

menyeret-nyeret Kun-lun!"

"Suheng mau berbicara apa. Kalau

masalah itu tak usah diketahui semua murid,

suheng, cukup beberapa saja di antara kami

sebagai pembantu-pembantu dekatmu.

Betapapun kami harus melindungi mukamu!"663

"Hm terima kasih. Tapi lama-kelamaan

borok ini terdengar juga, sute. Daripada

dibumbui dan bertambah yang tidak-tidak
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih baik pinto beberkan sekarang. Pinto

hendak menyerahkan apakah pantas atau

tidak menjabat ketua partai. Pinto pribadi

hendak meletakkan kedudukan!"

"Suheng!"

"Tidak , cukup, sute. Ini perintah.

Laksanakan dan beri tahu kalau semua orang

sudah berkumpul!"

Gegerlah murid-murid Kun-lun. Berita

itu menyebar dari mulut ke mulut dan semua

orang terguncang. Apa yang semula diragukan

ternyata benar, ketua mereka bukan orang

yang bersih, setidak-tidaknya dua puluh enam

tahun lalu. Lalu ketika sidang dibuka dan Kim

Cu Cinjin berdiri di tengah murid-muridnya ini

maka dengan suara serak dan muka sedih

ketua Kun-lun ini menyatakan pengunduran

dirinya.

"Pinto sudah dibeset kulit muka pinto

hari ini, pinto tak menyangkal bahwa

kedatangan wanita itu benar. Dan karena pinto664

tak layak memegang jabatan lagi maka hari ini

pinto putuskan untuk mengundurkan diri,

anak-anak. Pilinlah pengganti pinto

menduduki jabatan ketua partai yang pantas.

Pinto sendiri menunjuk Bi wi Cinjin!"

Meledaklah tangis dan jerit tertahan di

sana-sini. Bi Wi Cinjin yang sejak tadi tak

bersuara mendampingi ketuanya tiba-tiba

tergetar. Tosu ini melihat betapa suhengnya

adalah seorang laki-laki gagah, demikian gagah

dan jujur hingga tak malu-malu mengakui

kesalahannya di depan murid muridnya. Kalau

saja suhengnya bukan seorang ketua partai

tentu tak seberat ini jadinya, Kun-lun tak perlu

dibawa-bawa karena urusan dapat dipikul

sebagai pribadi bukan menyangkut ketua. Dan

Kun-lun adalah partai yang memegang teguh

peraturan . Sudah tertulis di situ bahwa ketua

partai hurus seorang yang bersih, bijak dan

pandai memipin anak murid serta memberi

contoh-contoh yang baik. Kini tiba-tiba saja

urusan itu mencoreng muka padahal

suhengnya sudah menduduki jabatan ketua

partai . Dan karena satu-satunya jalan utama665

harus mundur, Aib kalau masih memegang

jabatan maka semua murid tak dapat berkata
kata sementara penunjukan Bi Wi Cinjin tadi

tepat, tosu ini adalah wakil partai. Akan tetapi

Bi Wi Ci tiba-tiba bergerak. Membungkuk di

depan ketuanya, maka berkatalah tosu itu

bahwa dirinyapun tak pantas menduduki

jabatan ketua, dia bukan orang yang tepat.

Lalu ketika semua orang terkejut dan Heng Bi

memandangnya terbelalak maka tosu Inipun

memberikan alasannya.

"Sebenarnya pinto adalah satu-satunya

orang yang telah mengetahui masa silam

Ketua. Namun karena masa silam sudah

diperbaiki Kim Cu suheng dengan perbuatan
perbuatan baik yang nyata maka pinto tak

memasukkan itu sebagai ganjalan, apalagi

mendiang sesepuh kita supek Kun lun Lojin

membawa sendiri Kim Cu suheng , karena

pinto telah melindungi dan menyembunyikan

masa silam suheng maka sedikit atau banyak

pinto orang berdosa. Pinto bukan orang bersih

juga, karena itu pinto menolak jabatan ketua666

ini dan menyerahkannya kembali kepada yang

berhak"

Terkejutlah murid-murid Kun-lun. Heng

Bi Cinjin yang sejak mula heran dan aneh

kenapa di ruangan dalam tadi suhengnya

bersikap begitu tenang tiba-tiba menjadi

maklum bahwa kiranya oleh sebab inilah

suhengnya itu bersikap adem. Suhengnya

ternyata sudah mengetahui sepak terjang

ketua namun melindungi dan diam saja. Ini

bisa diterima sebagei rasa kesetiaan seorang

sute. Tapi karena semuanya suduh terbuka

dan betapapun itu salah, Heng Bi berkerut
kerut maka iapun bangkit menyatakan

pendapat, melihat bahwa sesungguhnya

suheng-suhengnya ini orang-orang bijak yang

jujur dan gagah.

"Ji-wi suheng (suheng berdua),

ternyata setelah kami mendengar semua ini

maka didapat kesimpulan bahwa

sesungguhnya ji-wi adalah orang-orang jujur

yang jantan. Di dalam peraturan kita terdapat

ketentuan bahwa seorang ketua partai

haruslah yang paling tinggi kepandaiannya,667

lalu bijak dan baik, jujur. Kalau terdapat

sesuatu yang mengganjel dengan ketua atau

tokoh partai maka diabil keputusan bersama.

Kini ada ganjalan dengan ketua kita, duri dalam

daging itu. Tapi kalau semua murid

menghendaki dan masih dapat menerima

ketuanya maka kedudukan tak perlu dilepas.

Nah , pinto ingin menyadarkan Kim Cu suheng

boleh saja melepaskan kedudukan namun

kalau para murid memilihnya kembali maka

ganjalan di anggap tak ada. Pinto sebagai

orang pertama yang ingin melantangkan suara

bahwa Kim Cu Suheng masih pantas

menduduki jabatannya. Kim Cu suheng

ternyata seorang laki-laki gagah yang ksatria

dan jantan serta mengakui tanggung jawabnya

. Pinto ingin menetapkarn bahwa jabatan

ketua biar tetap dipegang Kim Cu suheng saja!"

"Setuju...!"

"Akur..!"

Teriakan tiba-tiba menggegap
gempita. Para murid yang semula bingung dan

tak tahu harus berbuat apa mendadak

bersorak dan bertepuk tangan. Betapapun668

mereka melihat bahwa ketua mereka itu

memang orang yang jujur dan jantan, ini sikup

berbobot yang patut diperhitungkan. Maka

ketika semua berteriak dan Heng Bi Cinjin

berseri-seri, Bi Wi Cinjin juga terkejut namun

mengangguk-angguk gembira maka Kim Cu

Cinjin sendiri tertegun dan membelalakkan

mata.

"Ah, pinto tak merasa pantas lagi sute

menduduki jabatan ini"

"Semua murid sudah setuju. Perasaan

pribadimu harus dikesampingkan kalau semua

mendukung, suheng,kecuali kalau kau sakit

atau tak mampu melaksanakan tugas. Kau

sehat, kau mesih segar. Kami tetap

mendukungmu sebegai pimpinan kami. Hidup

Kim Cu suheng!"

"Hidup ketua...!"

Bengonglah ketua Kun-lun ini. Tiba
Tiba kedua matanya basah dan tak terasa tosu

ini meremas-remas kesepuluh jarinya.

Teriakan dan sorakan para murid

menggetarkan pendapa lagi. Dan ketika669

Bi Wi Cinjin bergerak dan memeluknya

pula maka wakil pimpin. inipun berseri-Seri.

"Suheng, pinto juga mengacungkan

tangan . Pinto setuju. Kau tetep memegang

tampuk pimpinan!"

Hampir saja Kim Cu Cinjin menangis. la

begitu terharu dan meramkan mata membalas

pelukan sutenya ini Ia begitu terharu oleh

sorak dan teriakan anak murid. Ia tetap dipilih

lagi. Dan ketika hari itu diputuskan bahwa Leng

Houw harus menjadi murid Kun-lun pula,

murid bukan tosu maka Kim Cu berdebar

menunggu kedatangan ibu dan anak itu. Kun
un ternyata telah dapat menghapus semua

kesalahannya dan menganggup peristiwa lalu

sebagai mimpi buruk saja.

Akan tetapi Kim Cu Cinjin benar-benar

sial. Dua hari sejak ia "diangkat" kembali

memegang tampuk kekuasaan datanglah

malapetaka baru. Kali ini adalah seorang gadis

muda bersama seorang pemuda baju hitam.

Waktu itu matahari sudah berada di tengah.

Pintu gerbang juga dibuka dan Kun-lunpun siap

menerima orang. Maka ketika dua orang muda670

itu datang dan bicara ingin bertemu ketua,

sikapnya kaku dan menimbulkan kecurigaan

maka tosu penjaga bertanya apa

keperluannya.

"Keperluanku tak dapat kuceritakan di

sini, amat pribadi. Katakan saja bahwa puteri si

Kupu Terbang Bwee Ci minta menghadap."

Berkerutlah alis tosu penjaga, saling

lirik dengan tiga temannya yang lain.

"Nona, " katanya tenang. "Kami murid
murid Kun-lun tak akan berani mengganggu

ketua kalau tidak mempunyai alasan tepat.

Bagaimana kami menyampaikannya kalau kau

tak mau memberitahukan maksud

kedatanganmu".

"Cerewet! " gadis itu tibu-tiba

membentak. "Bukankah sudah kukatakan

bahwa urusanku bersifat pribadi? Sampaikan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan katakan kepada ketua bahwa puteri Si

Kupu Terbang Bwee Ci minta menghadap, tosu

bau. Cukup dan ketuamu akan mengerti!",

Marahlah tosu penjaga ini. Gadis itu

bersikap kasar dan tidak baik-baik lagi. la

sebagai lelaki tentu saja merasa terhina. Maka671

ketika ia tertawa mengejek dan melintangkan

tangan, berkata bahwa sebaiknya gadis itu

kembali maka iapun membalas dengan kata
kata kasar, Ketua tak ada di sini, kalau ingin

urusan boleh dengan kami. Nah. pergi atau

katakan maksudmu, nona. Atau kami

menghajarmu dan mengusirmu keluar"

"Singg!" gadis itu mencabut pedang,

menyerang dan tiba-tiba menusuk. "Kalau

begitu kaulah yang enyah tikus busuk. Diminta

baik-baik ternyata banyak tingkah!"

Tosu ini terkejut. la mengelak akan

tetapi dikejar, mencabut senjatnya pula tapi

lawan tertawa mengejek. Dan ketika ia

menangkis dan pedang terpental, pemuda

baju hitam itu berkelebat maju maka pemuda

ini menampar pundaknya dengan amat cepat

sekali.

"Hui-moi, agaknya tak perlu lagi kita

melayani tikus-tikus busuk ini. Robohkan dan

masuk seccepatnya!"

Tosu itu berteriak. Bagai dipukul besi

panas ia tertampar pundaknya, roboh dan

terkena babatan pedang dan saat itu pemuda672

itu sudah berkelebatan ke tiga rekannya yang

lain. Berturut-turut dan cepat sekali pemuda

ini merobohkan kawan-kawannya. lalu ketika

mereka terbantirg dan mengeluh maka dua

muda-mudi itu berkelebat den masuk ke

dalam.

"Awas, ada maling masuk!"

Seorang murid lain, yang kebetulan

hendak mengantar makanan dan melihat itu

berteriak tergopoh-gopoh. Makanan dilempar

dan sebagai gantinya murid ini menyambar

sebuah toya kuning. Dari dalam muncul murid
murid lain dan dicegatlah dua muda-mudi itu.

Akan tetapi ketika dengan gampang gadis dan

pemuda itu merobohkan mereke, si pemuda

berseru agar temannya menyimpan pedang

maka dua orang ini terus masuk dan berlari

cepat, merobohkan dan meninggalkan murid
murid yang terpelanting.

"Kami mencari Kim Cu Cinjin, mana dia

dan suruh keluar!"

Ributlah para tosu mengejar dan

berteriak-teriak. Mereka jatuh bangun

menghadapi dua muda-mudi ini dan harus673

diakui bahwa mereka lihai. Dengan tangan

kosong saja gadis dan pemuda baju hitam itu

meroboh-robohkan mereka. Akan tetapi

karena yang dihadapi adalah murid-murid

biasa dan belum para pimpinan akhirnya dua

orang ini keluar masuk ruangan, tibalah

mereka di sebuah taman dimana Para murid

sudah mengepung dan tak memmbiarkan

mereka lolos. Ceng Tek murid Bi Wi Cinjin itu

muncul.

"Robohkan mereka, jangan biarkan

lolos!"

Dua orang itu tertawa dingin. Gadis

cantik itu mendoyongkan tubuh mengelak dua

batang pedang sementara pemuda baju hitam

menghantam dada seorang tosu. Yang

dihantam menjerit dan terjengkang. Tapi

ketika Ceng Tek berkelebat dan menangkis

serangan pemudai ini, yang mengejar dan

hendak membahayakan tosu lain maka Ceng

Tek murid Bi wi Cinjin yang lihai ini


Raja Naga 04 Rahasia Taman Kematian Raja Petir 22 Cinta Tokoh Sesat Pendekar Hina Kelana 25 Iblis Pulau

Cari Blog Ini