Ceritasilat Novel Online

Kabut Di Telaga See Ouw 7

Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 7

membentak,674675

"Siluman dari mana mengacau

perguruan orang. Berhenti dan lihatlah aku

Siapa kalian.. .. dukk!" dua lengan bertemu

kuat, pemuda baju hitam terpental dan

terkejut sementara lawan-lawan yang lain

mundur. Setelah Ceng Tek muncul dan

menghadapi dua orang ini maka pemuda dan

gadis itu terbelalak marah, pemuda itu masih

terhuyung du Namun ketika ia tegak kembali

dan bersinar-sinar, Ceng Tek mengerutkan

kening maka gadis itu, yang rupanyu lebih

berkepentingan menjawab, seruannya nyaring

dan tinggi.

"Kami ingin menghadap Kim Cu Cinjin.

Aku puteri si Kupu Terbang Bwee Ci. Siapa kau

apakah wakil pimpinan partai!"

"Hm Bukan, aku hanya murid biasa.

Nama pinto Ceng Tek. Kalian memaksa

menghadap ketua ada urusan apa, nona.

Betapa pun Kun-lun mempunyai peraturan

sendiri yang harus dihormati orang luar,

biarpun dia itu tamu agung!"676

"Bagus, aku mempunyai urusan

pribadi. Tak layak sebenarnya kukatakan di sini

dan harap kalian panggil saja ketua kalian itu!"

"Hm, Kun-lun tak gegabah menerima

tamu tak dikenal. Urusan pribadimu

kusangsikan, nona. sebutkon saja dan nanti

kusampaikan." Ceng Tek tertawa dingin.

"Kau memaksa?"

"lni peraturan kami"

"Baiklah, aku menuntut tanggung

jawab ketuamu yang dua puluh tahun lalu

melarikan ibuku Bwee Ci. Ibu mengandung,

aku dilahirkan. Sekarang aku ingin menemui

ayahku yang tak bertanggung jawab itu dan

cukupkah keterangan ini!"

Bukan main pucatnya Ceng Tek. Murid
murid lain, yang tak menyangka dan menduga

itu tentu saja k?get dan terkejut sekali.

Sungguh tak diduga bahwa pimpinan mereka

terlibat skandal lagi, padahal baru dua hari lalu

"diampuni". Maka ketika murid-murid

menjublak sementara Ceng Tek berubah

mukanya, gedis itu telah bicara blak-blakan

maka tosu ini tak dapat berkata-kata dan677

sejenak ia terpaku dan melotot ke depan. Akan

tetapi tiba-tiba tosu ini sadar. la mendadak

merasa berselah telah memaksa gadis itu

mengakui di depan banyak murid, tahu begini

mungkin ia membawa saja gadis itu ke dalam.

Kun-lun tak boleh menerima aib lagi. Maka

membentak la bersikap tidak percaya iapun

berkelebat dan menampar kepala gadis itu.

"Bohong, enak saja kau mengaku-aku,

menghina ketua kami. Robohlah, dan kuringus

menghadap pimpinan!"

Namun gadis ini tertaWa mengejek.

Melihat tosu itu menamparnya dan bergerak

cepat iapun mengelak dan meloncat ke kiri.

Gerakannya tak kalah cepat dengan tosu itu.

Dan ketika si tosu membalik dan menyerang

lagi maka pemuda baju hitam bergerak den

menghantam punggung Ceng Tek.

"Tosu bau tak tahu sopun santun. Kalau

kau tidak percaya sebaiknya hadapkan kami

kepada ketuamu, bukan menyerang dan

bersikap pengecut!"

Ceng Tek terkejut. la membalik dan

menangkis n?mun kali ini ia terhuyung,678

posisinyu kalah baik. Dan ketika gadis itu

melengking merasa marah, lawan tak mau

membawanya menghadap Kim Cu Cinjin maka

iapun menyerang dan menghantam pundak

tosu itu.

"Plak-dess!"

Ceng Tek terdorong. Diserang dari kiri

kanan membuat tosu ini kewalahan,

Untunglah gerakannya cepat dan sebagai

murid Bi Wi Cinjin ia cukup lihai. Ceng Tek

adalah murid kepala yang biasanya mewakili

guru atau paman gurunya kalau ada apa-apa

Maka begitu membentak dan mengatur

kedudukan kakinya iapun membalas dan

menangkis lewan, dikeroyok dan sudah

menghadepi lawan yang beterbangan

mengelilingi dirinya. Gerakan gadis itu benur
benar seperti kupu-kupu terbang dan

ringannya kaki itu berkelebatan menunjukkun

ilmunya yang matang.

Tak aneh karena si Kupu Terbang Bwee

Ci adalah wanita lihai dari selatan, dibujuk dan

menjadi kekasih Kim Cu kemudian

meninggalkan suaminya yang saat itu sedang679

tergila-gila dengan wanita lain. Inilah

kenakalan Kim Cu Cinjin semasa mudanya , ia

sekarang harus menerima akibat. Dan ketika

tiga orang itu bertanding namun Ceng Tek

akhirnya mampu melindungi diri , membalas

dan melepas pukulan-pukulan cepat maka dua

orng itu tak dapat mendesaknya dan perlahan

tetapi pasti tosu ini bahkan mendesak lawan.

"Keparat!" gadis itu mencabut pedang.

"Tosu ini sombong namun lihai. Yu-ko, cabut

senjata dan biar kita mengadu jiwa!"

Pemuda baju hitam mengangguk.

Setelah berkali-kali beradu tenaga dan merasa

lengannya pedas, bahkan kesakitan maka

maklumlah pemuda itu bahwa tosu di

depannya ini betul-betul lihai. la tak tahu siapa

sebetulnya lawannya ini dan ragu-ragu. Kalau

para pimpinannya belum maju padahal ini

hanya seorang murid saja maka dapat

dibayangkan kelihaian tokoh-tokoh Kun-lun.

Ceng Tek melakukan perlawanan dengan

Khong-san-jeng-kinnya, ia mendesak dan

menekan. Dan ketika ujung lengan bajunya itu

mulai melebar dan meniupkan angin pukulan680

kuat, inilah andalan Kun-lun maka Ceng Tek

merasa gembira lawan dibuat terpental.

Akan tetapi gadis itu tiba-tiba

mencabut pedang. Membentak dan

berseliweran naik turun gadis ini melengking

dan menyambar-nyambar. Gerak pedangnya

cepat dan hebat juga. Dan ketika pemuda baju

hitam itu juga mencabut pedangnya dan

mengeroyok dengan seruan keras, para murid

hendak maju namun Ceng Tek melarang adik
adiknya maka sebagai murid Kun-lun yang juga

memiliki Kun-lun Kiam-sut (Ilmu Pedang Kun
lun) tosu ini mengeluarkan senjatanya pula.

"Bagus-bagus,mari main-main dengan

senjata. Tapi awas senjata tak bermata...Cring
cranggg!" pertemuan dua pedang

memuncratkan titik bunga api, tosu ini

ternyata lihai pula dan lawan terkejut, gadis itu

terhuyung. Namun ketika ia maju lagi dan tak

memperdulikan telapaknya yang pedas, Ceng

Tek benar-benar murid pilihan maka tosu ini

melayani dan berkelebatan pula.

Tampaklah bahwa tosu ini benar-benar

lihai. Sebagai murid Bi wi Cinjin yang681

merupakan tokoh nomor dua maka tosu ini

dapat mengimbangi lawan. Bahkan pedangnya

mulai melebar dan mengurung dua pedang di

tangan lawan. Dan ketika tosu itu berkelebatan

cepat menekan dan mendesak lawan akhirnya

pemuda baju hitam terpukul keras dan

pedangnya terlepas.

"Tranggg..!"

Pemuda itu pucat. Melempar tubuh

bergulingan menyambar pedangnya kembali,

menyerang dan membalas namun kali ini gadis

temannya terpekik kaget. Pedang di tangan

gadis itu ganti mencelat. Dan ketika Ceng Tek

membentak dan dan memutar pedangnya dua

kali maka cahaya pedang menghantam dua

orang itu hingga si gadis cantik menjerit karena

baju pundaknya robek, pemuda baju hitam

mengeluh karena terpelanting dan melempar

tubuh lagi.

"Cukup!" sebuah bayengan berkelebat,

mengebut pedang di tangan Ceng Tek. "Gadis

ini benar, Ceng Tek, ia puteri si Kupu Terbang

Bwee Ci. Biarkan menemuiku dan hentikan

pertandingan ini!"682

Ternyata ketua Kun-lun muncul. Kim Cu

Cinjin tampak gemetar sementara bayangan
bayangan kembali berkelebat, itulah Heng Bi

dan Bi Wi Cinjin. Dan ketika gadis itu

memungut pedangnya sementera si pemuda

juga tertegun meloncat bangun, terhuyung

maka tampak wajah pemuda ini gentar.

"Pinto adalah Kim Cu Cinjin, orang yang

kalian cari. Dan kau persis ibumu si Kupu

Terbung. Baiklah, apa yang kau kehendaki dari

pinto, nona Siapa namamu dan apa yang kau

bawa."

Gadis ini tergetar. Murid-murid Kun-lun

memandang terbelalak sementara Kim Cu Cin

mengeraskan hatinya. Tampaklah tosu ini
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gemetar berdiri, Ia memandang gadis itu lekat
lekat. Lalu ketika gadis itu sadar dan

mengeluarkan sesuatu maka ia melompat dan

menyerahkan sebuuh surat kepuda tosu itu.

"Aku Bwee Hui yang merasa

ditelantarkan ayah. ibuku titip surat ini untuk

kau baca. Terimalah!"

Kim Cu menerima. la tak perduli sikap

si gadis yang kasar dan kurang hormat,683

kemarahan memang membayang diwajah

yang cantik itu. Lalu ketika tosu ini membuka

dan membaca surat itu, menggigil maka ketua

Kun-lun inipun memejamkan mata, bergoyang

dan akhirnya mendekapkan surat itu ke

dadanya.

"Tuhan Yang Maha Agung! Menanam

bibit akan menuai buahnya, Siancai, semua ini

pinto terima, Bwee Hui, ibumu menuntut

tanggung jawab pinto. Baiklah, datanglah dua

tiga hari lagi karena pinto akan menyelesaikan

urusan pinto dengan Kun-lun!"

Gadis itu tertegun. Tadinya matanya

berapi-api dan siap mengadu jiwa dengan

siapapun, Ibunya mengatakan bahwa ayahnya

kini menjadi ketua Kun-lun lari dari tanggung

jawab dan ia harus dituntut. Sebelum pergi

ibunya sudah memberi tahu tentang ayahnya

ini, seorang laki-laki yang digambarkan

pengecut dan lari dari tanggung jawab. Ia siap

mengadu jiwa dan menyerang ayahnya ini.

Tapi ketika sang ayah meramkan mata dan

justeru gemetar, dua titik air mata membasahi684

pipi yang kusut itu maka tergetarlah gadis ini

dan tak terasa ia menyebut lirih,

"Ayah...!"

Kim Cu memeluk dan menerima

puterinya ini. Lain Leng Houw lain pula Bwee

Hui. Gadis ini tersedu dan sudah menubruk

ayahnya itu. Bentuk hidung dan alisnya yang

mirip Kim Cu Cinjin tak diragukan orang. Maka

ketika Kim Cu juga merasa yakin dan menerima

puterinya itu, meledaklah keharuan murid
murid di situ maka sejenak tosu ini menerima

kebahagiaan sekaligus pukulan batin. Kim Cu

mengusap-usap rambut puterinya itu

sementara bibir berulang-ulang memuji nama

Tuhan.

Akan tetapi batuk Bi Wi Cinjin

menyadarkan tosu ini. Kim Cu terkejut dan

mendorong puterinya. Para murid terbelalak

dan ada heran serta tak senang. Masa ketua

mereka dua kali terlibat cinta. Sungguh

memalukan! Dan ketika tosu itu sadar lalu

membalik menghadapi sute dan murid
muridnya maka Kim Cu Cin-jin berseru bahwa

kali ini ia benar-benar meletakkan jabatan.685

"Pinto benar-benar memalukan Kun
lun. bagaimana kelak pinto bertemu arwah

leluhur dan sesepuh kita. Tidak, hari ini pinto

tak mau menduduki jabatan ketua lagi, sute.

Cukup berat pukulan ini bagi pinto. Sekarang

saja pinto katakan bahwa pinto mengundurkan

diri , kalian carilah pengganti baru dan pinto

memilih Bi Wi sute!"

Bagai tersentak murid-murid

membelalakkan mata. Kim Cu Cinjin sudah

mengakui dan hebat itu bagi mereka. Ekor dari

peristiwa lama tak terelakkan lagi. Dan karena

Kun-lun benar-benar tertampar dan para

murid bengong melenggong, Bi Wi menarik

napas panjang sementara Heng Bi Cinjin merah

dan pucat berganti-ganti maka tosu ini maju

membungkuk.

"Suheng, sungguh keterlaluan sekali

sikapmu dulu. Rasanya para murid tak dapat

menerima lagi. Maafkan kalau pinto

menyatakan penyesalan dan kekecewaan. Kau

benar, rasanya paling tepat memang harus

mengundurkan diri. Maaf!"686

"Aku sudah mengakui, dan justru

semakin berat. Terus terang saja pinto katakan

di sini bahwa di masa muda bukan hanya dua

wanita yang pinto kecewakan, Sute, melainkan

tiga. Pinto tak dapat menerima ini lagi kalau

masih menjadi ketua partai. Pinto ingin

mundur demi nama baik Kun-lun!"

Terpaku dan terkejutlah semua orang.

Kini Kim Cu Cinjin mengakui semua

perbuatannya, bukan dua wanita yang dilukai

melainkan tiga. Bagaimana kalau yang satunya

lagi muncul, betapa semakin malunya Kun-lun!

Maka tepat bahwa tosu itu mengundurkan diri,

kali ini tak ada alasan untuk mempertahankan

lagi akhirnya Kim Cu Cinjin resmi

mengundurkan diri, meletakkan jabatan.

"Sebaiknya kau pulang dulu, pinto

harus melakukan serangkaian upacara kepada

ketua baru . Kembalilah dua tiga hari lagi, Hui
ji (anak Hui), aku tak akan pergi dan

menunggumu di sini. Pinto akan menjadi

manusia biasa lagi!"

Bwee Hui tersedu-sedu. Sama sekali

tak disangkanya ayahnya ini adalah seorang687

laki-laki gagah perwira. Dengan ksatria dan

penuh kejujuran ayahnya itu melepaskan diri

dari kedudukan ketua partai. Ayahnya ternyata

seorang jantan! Dan ketika Ia menangis tak

mau pergi, pemuda baju hitam itu menyentuh

pundaknya maka Kim Cu teringat pemuda ini.

"Siapa kau, ada hubungan apa dengan

Bwee Hui".

"Siauwte Yu Kam tunangan Hui -moi

Siauwte mengantar gadis ini agar bertemu

denganmu, totiang, mewakili ibunya. Ternyata

kau begitu bertanggung jawab dan tidak kami

sangka. Maafkan siauwte yang semula

berprasangka buruk".

"Hm-hm, kau pemuda selatan juga?"

"Benar".

"Baiklah, bawa puteriku keluar dan tiga

hari lagi kalian kembalilah".

"Tidak, tidak! Aku tak mau berpisah lagi

denganmu, ayah. Kalau di sini akan ada

upucara penggantian ketua baru biarlah aku

menyaksikan. Aku tak mau pergi!"

"Puterimu dapat menjadi tamu,"688

Bi Wi Cinjin berkata dan menarik napas

dalam-dalam "Aku tak dapat menolongmu lagi

suheng, , maaf. Tapi kau dapat tetap tinggal di

sini lagi sebagai penasihat luar biasa. Peraturan

undang-undang masih memungkinkan itu!"

Kim Cu tertegun. Segera dia

mendorong puterinya memegang bahu

sutenya, Di antara semua maka Bi Wi Cinjin

inilah yang paling tahu, ia terharu. Dan karena

kata-kata itu juga mengandung maksud agar ia

tetap berdekatan di situ, membimbing dan

melindungi Kun-lun maka tosu ini berkata,

tersedak,

"Sute, kau sudah cukup banyak

menolong aku, terima kasih. Entahlah aku

merasa pantas untuk menerima tawaranmu

atau tidak. Aku meresa malu kepada murid
murid jangan-jangan nanti aku membuat

kekecewaan lagi!"

"Tidak, kau sudah melepaskan

kedudukanmu suheng, ingin menjadi manusia

biasa. Dan karena Kun-lun bukan perkumpulan

yang tak tahu budi maka kebaikanmu

betapapun masih dicatat. Aku mewakili semua689

yang di sini untuk meminta kau menjadi

penasihat luar biasa. Kau masih dapat

berpartisipasi kepada Kun-lun!"

"Benar. !" suara yang lain mendukung

"Kami tetap butuh bantuanmu, supek,

betapapun kau boleh tinggal di sini Kami

setuju!"

Kim Cu Cinjin semakin terharu. Para

murid bersahut-sahutan sementara Heng Bi

Cinjin mengangguk-angguk. Tosu ini berbinar
binar. Dan ketika hari itu diambil kesepakatan

untuk mengganti ketua baru, Bi Wi inilah yang

dipilih maka Bwe Hui boleh tinggal di situ

menemani ayahnya. Untunglah Leng Nio dan

puter?nya itu belum datang. Upacara

pengangkatan ketuapun dijalankan. Dan ketika

beberapa hari kemudian Leng Nio juga belum

muncul, Kim Cu tinggal di belakang gunung

maka setelah Bi Wi Cinjin resmi menjadi ketua

datanglah Li Ceng.

Tapi wajah si nyonya yang kusut dan

penuh duka tak diingat lagi murid-murid Kun
lun , apalagi pakaian Li Ceng pun tak keruan,

robek-robek. Dan ketika seperti biasa nyonya690

itu berada di pintu gerbang maka sambutan

yang diterima adalah sikap garang para murid

yang menyangkanya pengemis!

"He, kau. Pergi dan jangan mengotori

tempat kami. Pergi!"

Li Ceng terbelalak. la lupa bahwa

keadaannya kini jauh berbeda di waktu ia
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang bersama kong-kongnya. Waktu itu ia

masih gadis jelita yang ranum dan segar, tubuh

terawat baik. Sedangkan sekarang ini ia

membiarkan rambutnya riap-riapan dan tidak

perduli. Meskipun tubuhnya bersih akan tetapi

pakaiannya yang tidak keruan itu membuat ia

mudah dicap sebagai pengemis. Ia masih

cantik namun tertutup oleh kotor dan debu,

wajah itu benar-benar tak dihiraukan. Maka

ketika nyonya ini terbelalak dan gusar di

anggap pengemis, jelek-jelek ia murid Kun-lun

dari kakeknya Lui-cu Lo Sam maka tiba-tiba

tanpa ampun lagi nyonya ini berkelebat dan

menampar murid yang mengusirnya itu.

"Apa kau bilang, siapa pengemis. Tutup

mulutmu dan lihat baik-baik siapa aku. .. plak
plakk!" tosu itu terjengkang, menjerit dan691

menarik perhatian teman temannya dan pagi

itu pintu gerbang kembali geger. Untuk

kesekian kalinya lagi Kun-lun dibuat guncang.

Dan ketika wanita itu berdiri tegak sementara

sepasang matanya berapi-api, Li Ceng marah

sekali maka kedudukannya sebagai isteri Naga

Gurun Gobi bangkit.

"Siapa berani menghina aku. Maju dan

biar kutampar lagi!"

Bergeraklah murid-murid Kun-lun.

Sejak ada keributan di awal pertama para

pimpinan menambah penjagaan. Kalau dulu

dijaga empat murid saja maka kini delapan

orang. Hal ini untuk membuat musuh tidak

berani main-main dan mereka Ini diambil dari

murid-murid tingkat tiga. Tapi ketika dengan

begitu mudahnya seorang di antara mereka

dibuat terjengkang, wanita gila ini menantang

berkacak pinggang maka para tosu yang

terbelalak dan marah dibuat bertambah gusar

saja. Mereka benar-benar tak mengenal

wanita ini.

"Siapa kau, mau apa. Kenapa

menantang kami dan masuk ke sini!"692

"Aku mau bertemu dengan ketua

kalian. Kim Cu Cinjin. Awas kalau ia kuberi

tahu.

"Bah! " para tosu mendapat dugaan

jelek. "Kalau begitu wanita ini siluman nomor

tiga itu, kawan-kawan. Ringkus dan lempar dia

keluar!"

Li Ceng tak tahu peristiwa yang baru

saja dialami suhengnya. la terkejut dan heran

mendengar kata-kata murid Kun-lun itu, siapa

yang dimaksud. Tak tahu bahwa yang

dimaksud adalah bekas kekasih Kim Cu Cinjin

yang nomor tiga. Melihat Li Ceng mereka

menganggap wanita inilah orangnya. Dan

karena Kun-lun dua kali dibuat malu, mereka

marah dan menerjang maka delapan orang itu

menubruk dan langsung meringkus Li Ceng.

"Wut-wut!"

Marahlah wanita ini. Li Ceng benar
benar merasa tak dihargai dan sebagai cucu

Mutiara Geledek ia merase terhina. Murid
murid itu beberapa tingkat di bawahnya. Maka

ketika ia melengking dan berkelebat lenyap,

tentu saja tahu gerakan serangan mereka693

maka kakipun bergerak dan tiga di antaranya

mencelat dan terbanting.

"Pergi kalian... .. des-des-dess!".

Semua menjerit dan berteriak. Gerakan

Li Ceng adalah gerakan kilat dan dilakukan

dengan kemarahan pula. Wanita ini sudah

terhimpit oleh persoalan batinnya sendiri,

sesak dan mudah meledak dianggap seperti

itu. Maka ketika ia merobohkan tosu-tosu

penjaga itu dan berdiri lagi dengan tangan

berkacak pinggang delapan orang itu merintih
rintih sementara yang tiga tak dapat bergerak

bangun maka lima murid itu terbelalak dan

yang di atas tangga tiba-tiba melihat itu, lari

turun.

"Siapa dia. Apa yang dia lakukan!"

"Siluman ini merobohkan kami. Dia

siluman nomor tiga itu, suheng, mencar Kim Cu

supek. Awas kakinya lihai sekali dan panggil

kawan-kawan!"

Tapi yang lain sudah tahu. Tosu yang

menyapu halaman dan membersihkan rumput

melihat itu. Mereka berkelebatan dan

mengurung wanita ini, semua tak ada yang694

mengenal bahwa wanita adalah isteri si Naga

Gurun Gobi Peng Houw, Juga masih kerabat

sendiri karena kakek wanita itu adalah sute

mendiang Kun-lun Lo-jin. Dan karena mereka

sudah menduga jelek oleh dua peristiwa

berturut-turut maka wajah dan pakaian Li

Ceng sama sekali tak menimbulkan rasa

hormat tosu-tosu muda ini, apalagi karena

delapan diantara mereka dirobohkan dan

dihajar.

"Tangkap wanita ini, lempar keluar

pintu gerbang!"

Kemarahan Li Ceng semakin meledak.

Ia tadinya tak mau perduli dan hendak terus ke

dalam. la tahu. di mana pimpinan dan

suhengnya berada. Tapi melihat murid-murid

mengepung dan justeru berteriak menyerang

maka melengkinglah wanita ni menyambut

mereka.

"Baik, keroyoklah. Siapa yang akan

roboh dan keluar pintu gerbang!"

Tosu-tosu terkejut. Bagai siluman saja

lawan menghilang cepat. Li Ceng mengerahkan

ilmunya meringankan tubuh yang695

membuatnya bergerak begitu cepat. Dalam

pandangan para murid ia tahu-tahu lenyap.

Dan ketika kaki tangan wanit itu menampar

dan menendang, jerit dan pekik kesakitan

susul-menyusul maka terlemparlah orang
orang itu keluar pintu gerbang.

"Bluk-bluk-bluk!"

Li Ceng membuktikan omongannya . Ia

marah sekali dan menghajar murid-murid Kun
lun ini. Mereka tosu-tosu tingkat tiga yang

memang bukan tandingannya. Namun ketika

dari dalam muncul para tosu tingkat dua, juga

yang tingkat satu maka tak ayal lagi mereka

yang dihajar Li ?eng berteriak-teriak marah.

"Itu kekasih supek Kim Cu Cinjin yang

hendak mengacau. Robohkan dia, bunuh!"

Li Ceng terbakar. Tiba-tiba ia menjadi

gusar mendengar kata-kata itu. Kekasih Kim Cu

Cinjin? la dianggap sehina itu berhubungan

dengan suhengnya sendiri? Keparat, akan dia

sobek mulut-mulut busuk itu, akan dia tarik

lidahnya!

Maka ketika wanita ini melengking dan

berkelebatan menyambut keroyokan maka696

bakbik-buk suara pukulan disusul jerit dan

lolong kesakitan murid-murid Kun-lun. Mereka

ini menjadi bulan-bulanan dan Li Ceng bersikap

ganas. Ia menghajar dan merobek mulut orang

yang berteriak. Ia melampiaskan

kemarahannya dengan kepalan dan kaki. Dan

ketika Ceng Tek muncul dan celakanya tidak

mengenal wanita ini, rambut Li Ceng sudah

riap-riapan maka murid Bi Wi Cinjin itupun

membentak dan mencabut pedangnya. Lawan

yang ini dianggap berbahaya, gila!

(Bersambung jilid XII.)

Credit:

Sumber Buku Awie Dermawan

Edit OCR Yons

First in share Kolektor Ebook

Kabut Di Telaga See Ouw - Jilid 11697

"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"

( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )

Karya Batara

Jilid XII

*

* *

"IBLIS dari mana ini berani mengacau

kun-lun. Mampuslah!" Kemarahan Li Ceng

semakin meledak lagi. la ditusuk dan serangan

pedang terlihat ganas dan cepat. Untunglah

karena ia mengenal ilmu pedang Kun-lun dan

tahu segala gerak atau perkembangannya

maka ia berkelit dan tidak mundur melainkan

justeru maju ke depan, menyelinap dan

menghantam wajah tosu itu dengan siku

terlipat. Gerak atau balasan serangannya ini

mengejutkan Ceng Tek Tojin hingga tosu itu

berseru keras. Wajahnya tahu-tahu sudah

diancam siku lancip itu, sekali kena tentu ia

terjengkang. Maka ketika ia menarik

pedangnya namun Li Ceng bergerak698

mendahului, betapapun jelek-jelek ia adalah

murid Kun-lun juga maka sapuan nyonya ini

membuat sang tosu terjerembab. Kaki wanita

itu menendang pinggul luarnya.

"Dess!" Ceng Tek Tojin terguling-guling.

Tosu ini kaget dan juga marah melompat
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangun. Untunglah karena murid yang lain

menyerang Li Ceng maka nyonya itu tak

mengejar, juga bukan maksudnya untuk

menurunkan tangan besi atau membunuh

lawan. Maka ketika para tosu mengeroyok lagi

dan wanita ini juga habis kesabarannya tiba
tiba cucu Lui-cu Lo Sam itu melengking

berkelebatan, kaki tangan menendang dan

menampar.

"Kalian orang-orang busuk tak tahu

kawan. Biarlah kurobohkan dan mana suheng

Kim Cu Cinjin!"

Terlemparlah para tosu itu. Mereka

berteriak dan menjerit bergulingan ditampar

atau ditendang. Kali ini tamparan itu lebih

kuat, juga kaki yang menendang bagaikan

sepakan kuda liar yang sedang marah.

Pinggang atau pinggul seketika lebam. Dan699

ketika Ceng Tek Tojin juga bergulingen

terpental pedangnya, ia kaget dan mulai pucat

maka berkelebatlah bayangan Heng Bi Cinjin

yang mendengar ribut-ribut itu, juga seruan Li

Ceng yang menyebut suheng kepada bekas

ketua Kun-lun.

"Berhenti, Jangan serang-menyerang!"

Datangnya pimpinan Kun-lun membuat para

murid girang. Mereka meloncat bangun dan

yang kesakitan merintih-rintih. Ceng Tek

sendiri memungut pedangnya dengan tangan

menggigil, matanya kemerahan. Dan ketika

Heng Bi Cinjin telah berhadapan dengan

wanita itu, Li Ceng berapi dengan muka

terbakar maka terkejutlah tosu ini mengenal

siapa yang datang.

"Sumoi..!"

Tertegunlah semua orang. Heng Bi tiba
tiba melangkah maju dan menangkap pundak

Li Ceng. Tosu ini mengenal wanita itu

membuat kemarahan Li Ceng lenyap.

Tersedulah nyonya ini. Lalu ketika ia menubruk

dan memeluk kakek itu, Heng Bi Cinjin700

berkejap-kejap maka tosu ini berseru

menumpahkan keheranan.

"Siancai, kiranya Li Ceng-sumoi. Astaga,

apa yang membuatmu seperti ini sumoi, pinto

sendiri nyaris tak mengenal. Ah apa yang

terjadi dan kenapa kau mengamuk di sini!"

Li Ceng masih menumpahkan

tangisnya. Setelah ia dikenal dan kakek inilah

satu-satunya orang yang menyambut baik

maka ia menjadi lega sekaligus mendongkol. Li

Ceng masih tak sadar akan keadaannya yang

tak keruan, pakaiannya yang robek-robek dan

rambutnya yang pendek itu. Ia telah memapas

sebagian rambutnya ketika dulu bertengkar

dengan suaminya, bukti atau sumpah akan

kesuciannya. Dan ketika ia mengguguk

sementara murid-murid terkejut, Ceng Tek

sendiri mundur dan berseru tertahan maka

Heng Bi Cinjin mengusap-usap kepala wanita

ini yang tampak begitu penuh kesedihan.

"Sudahlah.. sudahlah, pinto tak akan

bertanya lagi. Kau kiranya ingin bertemu Kim

Cu-suheng. Marilah, pinto antar. Maafkan

anak-anak murid yang tak mengenal dirimu701

karena keadaanmu seperti ini " Lalu mengusir

para murid mengulapkan lengan bajunya

kakek ini membawa Li Ceng ke dalam. Ceng Tek

Tojin buru-buru berseru meminta maaf.

"Susiok (paman guru), ampunkan

teecu. Teecu benar-benar pangling kepada

sukouw (bibi guru)!" Heng Bi Cinjin tak

menghiraukan. Memang siapapun tak dapat

disalahkan kalau keadaan wanita ini seperti itu.

Siapa mengira isteri Naga Gurun Gobi riap
riapan seperti orang gila. Siapa menyangka

bahwa itu adalah bibi guru mereka. Maka

ketika Li Ceng dibawa ke dalam dan keluarlah

Bi Wi Cinjin maka tosu itu juga tertegun dan

merangkapkan kedua tangannya.

"Siancai, Siapa ini. Ada apa dan hendak

ke mana?"

"Ini Li Ceng-sumoi, saudara kita. Masa

kau tak mengenal, suheng. Lihat baik-baik dan

perhatikan dia."

"Ah, Tuhan Yang Maha Agung.. Benar,

Li Ceng sumoi kiranya. Siancai, apa yang

menyebabkan dirimu seperti ini, Sumoi, pinto

benar-benar tak mengenal. Maaf" Lalu702

memeluk dan menangkap pundak sumoinya

itu ketua Kun-lun inipun mengucap puja-puji,

tak mengenal dan benar-benar pangling

karena keadaan sang sumoi yang seperti itu.

Barulah Li Ceng sadar bahwa dirinya memang

tidak keruan, ia mengguguk dan menangis di

bahu suhengnya nomor dua ini. Tapi ketika

Heng Bi Cinjin berseru bahwa ia ingin bertemu

Kim Cu, justeru pengakuan itulah yang

membuat Heng Bi mengenal maka Bi wi Cinjin

melepas dan mendorong sumoinya

"Siancai, suheng di belakang gunung.

Kalau begitu biarlah Heng Bi sute

mengantarmu."

"Baiklah, kalau begitu permisi, suheng

Kuantar sumoi ke sana". Mereka bergerak lagi.

Kini para murid membungkuk sepanjang jalan

dan menundukkan muka dalam-dalam.

Setelah mereka tahu siapa wanita itu maka tak

ada lagi yang berani macam-macam. Pantas

begitu mudah mereka dirobohkan. Dan ketika

Li Ceng dibawa dan terus ke belakang gunung

maka wanita ini mulaisadar akan hal-hal yng

ganjil.703

"Tunggu, berhenti dulu. Kenapa kau

membawaku ke belakang gunung, sam-heng

(kakak ketiga). Bukankah Kim Cu suheng

seharusnya di depan!"

"Hm, twa-heng (kakak tertua) sudah

tak menduduki jabatan ketua Kun-lun lagi.

Twa-heng tinggal sendiri dan menyepi di

belakang, sumoi, karena itulah kau kubawa ke

sini dan pinto mengantarmu."

"Apa, Kim Cu suheng tak menduduki

kursi ketua? Jadi ia sudah melepaskan

jabatan?"

"Begitulah, Sumoi, dan twa-heng kini

menetap di belakang. la ingin tenang."

"Apa yang terjadi, kenapa begitu!"

"Tak ada apa-apa, hanya Kim Cu suheng

menghendaki ketenangan. Marilah, kita

berangkat lagi atau tidak." Li Ceng tertegun. la

tak menyangka sama sekali suhengnya itu tak

menjadi ketua Kun-lun lagi. Dipandangnya

sam-suheng ini lekat-lekat dan ia merasa

sesuatu yang disembunyikan. Dan ketika ia

meloncat dan memegang suhengnya itu maka704

ia bertanya bagaimana mungkin ketua Kun-lun

meletakkan jabatan begitu tiba-tiba.

"Aku merasa ada sesuatu yang kau

sembunyikan. Tak mungkin Kim Cu suheng

meletakkan jabatan tanpa memberi tahu

orang lain, apalagi aku sumoinya. Agaknya ada

sesuatu yang tidak kau katakan sam-heng,

sebutkan kenapa dan berterus terang sajalah!"

"Pinto tak dapat memberi tahu lebih

selain bahwa itu kehendak Kim Cu suheng

sendiri. Selanjutnya silakan tanya Kim Cu

suheng saja."

Li Ceng terbelalak. Ia melihat sikap yang

tiba-tiba dingin dari sam-suhengnya ini, tapi

karena sang tosu sudah menjawab dan ia tak

mungkin mendesak maka ia menarik napas

panjang dan berkata,

"Baiklah, agaknya ada sesuatu yang

harus kuketahui. Marilah kita lanjutkan

perjalanan dan antarkan aku kepadanya."

Heng Bi Cinjin melanjutkan langkahnya.

Kini ia bersikap agak dingin dan acuh mereka

sudah di puncak untuk akhirnya turun di

belakang. Lalu setelah melalui jalanan berliku705

sampailah mereka di depan sebuah guha, di

mana tosu ini berhenti.

"Twa-heng," suaranya nyaring

diarahkan ke dalam. "Mohon maaf pinto

mengantar Li Ceng-sumoi ke sini. la ingin

bertemu denganmu. Dapatkah kau

menemuinya dan bolehkah kami masuk!"

"Pinto sedang menunggu kalian. Masuk

dan bawalah ke dalam, sute. Pinto sudah

mendengar keributan di bawah."

"Suheng. !" Li Ceng berseru dan

meloncat ke dalam. "Kenapa kau tak mau

keluar dan menyambut aku!"

Heng Bi Cinjin juga melompat ke dalam.

Setelah Kim Cu Cinjin berseru pada mereka dan

diam-diam tosu ini kagum, sang suheng sudah

tahu maka tampaklah Kim Cu Cinjin bersila di

dalam guha. Pakaiannya bersahaja dengan

lengan baju gerombyongan. Wajahnya agung

dan sabar menunjukkan taraf

kebijaksanaannya yang tinggi. Dan ketika Li
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?eng sudah menubruk dan memeluk

suhengnya itu, menangis tersedu maka tosu ini

tersenyum mengusap rambut sumoinya.706

"siancai, rambutmu kau potong

pendek. Ada apa mencuri pinto dan mana

suamimu Naga Gurun Gobi, sumoi. Kenapa

menangis dan keadaanmu seperti ini. Tak aneh

kalau para murid menyangkamu orang gila."

"Aku bertengkar dengan suamiku, kami

mendapat cobaan. Sesuatu yang berat

menimpa kami, suheng, menghancurkan

rumah tangga kami. Aku dan Houw-ko

berpisah!" "Siancai..aoa yang terjadi. Rumah

tangga tak luput dari cobaan. Hm, keadaanmu

kusut dan meyedihkan, sumoi, pinto dapat

memuklumi kesungguhanmu. Duduklah,

ceritakan yang baik dan pinto akan

membantu."

Li Ceng tersedu-sedu. Dengan

suhengnya ini ia amat dekat dan akrab sekali.

Dengan Kim Cu Cinjin inilah ia tak malu-malu

berterus terang. Tapi ketika Heng Bi Cinjin

batuk-batuk dan mengingatkannya, ia sadar

maka tosu yang rupanya tahu diri itu berkata,

merangkapkan kedua tangan.707

"Suheng, Sumoi, rasanya cukup pinto di

sini dulu. Pinto masih ada kerjaan. Mohon

pamit dan pinto hendak kembali dulu!"

"Terima kasih," Kim Cu Cinjin

mengangguk. "Kau benar, sute, silakan pergi.

Nanti kalau sumoi ada perlu biarlah

bantuanmu diperlukan lagi".

Heng Bi mengangguk. la melihat

sesuatu yang serius hendak diceritakan Li Ceng

kepada suhengnya itu. Sebagai orang yang

mengenal etika ia harus mundur. maka ketika

ia mengebutkan lengan bajunya dan

berkelebat keluar maka tinggallah Li Ceng

berdua. Dan begitu suhengnya tersenyum

wanita ini mendadak menangis lagi,

mengguguk.

"Suheng, aku.. aku sedang ditimpa

bencana. Rumah tanggaku berantakan.

Tolonglah aku atau bunuh aku sekalian!"

"Hm-hm, omongan apa ini. Tak ada

yang tak dapat diselesaikan, Sumoi bicaralah

yang baik dan hentikan tangismu. Pinto adalah

kakakmu, sekaligus orang tua. Apa yang terjadi

dan ceritakanlah, pinto akan membantu."708

"Aku. . aku bertengkar dengan

suamiku!".

"Sudah kau katakan."

"Aku kehilangan anak!"

"Hm, ini berita mengejutkan. Apa yang

terjadi hingga semuanya begitu, Sumoi.

Bagaimana anakmu hilang dan ke mana

suamimu itu."

"Aku tak tahu, kami berpisah. Dan

anakku dia. dia, ah, kau harus bantu aku

mencarinya, suheng. Atau aku mati karena

gila!"

"Tenanglah, sabarlah," sang tosu

mengusap dan mengelus-elus rambut wanita

ini "Semuanya terasa begitu mendadak,

Sumoi, ceritakanlah dari awal. Bagaimana

pinto mencernanya kalau kau terus menangis

begini. Terangkanlah bagaimana mula-mula

begitu."

"Ini karena jahanam Chi Koan, dialah

gara-garanya!"

"Siancai, Chi Koan? Maksudmu

pemuda buta itu?"709

"Ya, dia suheng. Jahanam keparat itu.

Gara-gara dia maka rumah tanggaku

berantakan. Hidupku hancur!"

"Hm-hm, bagaimana ini. Bukankah

anak itu berada di Go-bi..!"

"Ia lolos, keluar sarang. Chi Koan

datang dan membuat gara-gara di rumahku!"

"Astaga, hebat ini. Tapi ceritakanlah

dari depan, , biarkan pinto mendengarnya

secara urut. Pinto bingung. Dan hentikanlah

tangismu."

Li Ceng masih tersedu-sedu. Bicara

tentang ini selalu membuat hatinya tercabik

dan terkoyak-koyak. Alangkah sakitnya

teringat semua itu apalagi tuduhan suaminya

yang begitu keji. Maka ketika ia justeru

mengguguk dan memukul-mukul tubuh

suhengnya maka Kim Cu Cinjin mulai terkejut

dan tergetar, pucat.

Akan tetapi tosu ini adalah kakek yang

kenyang asam garam kehidupan dunia. Iapun

telah merusakan pahit getir peristiwa. Maka

ketika ia menarik napas dalam dan

membiarkan sumoinya mengguguk sedih,710

membiarkan dirinya dipukul-pukul pula

akhirnya yang dilakukan tosu ini adalah

menunggu dan bersabar.' Sikapnya berhasil.

Betapapun Li Ceng butuh perhatian. Maka

ketika tosu itu diam saja sementara air

matanya terkuras habis akhirnya wanita

mengangkat wajahnya dan bertemu tatapan

lembut itu. Mata ini sejuk dan amat arif. Mata

itu begitu tenang dan dalam. Dan ketika ia

tersentak dan sadar, terbawa dalam

keheningan sebuah telaga yang sejuk akhirnya

Li Ceng mengangkat tubuhnya dan tinggal isak
isak kecil.

"Menangislah kalau masih ingin

menangis. Tangis dapat meringank?n

penderitaanmu, sumoi. Pinto akan

menunggumu dan mendengar semua

ceritamu."

Bangkitlah ketegaran wanita ini.

Betapapun ia adalah murid Kun-lun yang

gagah, cucu Mutiara Geledek Lo Sam yang

menjadi adik seperguruan mendiang Kun-lun

Lo-jin. Maka ketika Li Ceng menghapus air

matanya dan menggeleng menggigit bibir,711

mata dipejamkan akhirnya wanita ini berkata

bahwa air matanya telah terkuras habis.

"Aku letih menangis lagi, air mataku

habis. Baiklah kau dengarkan ceritaku, suheng,

tapi setelah itu tolonglah. Siapa yang kuharap

selain kau."

"Pinto adalah suhengmu,sumoi,

sekaligus 0rang tuamu. Mendengar tangismu

siapa tahan, Sumoi . Katakanlah dan pinto akan

membantu".

Tenanglah wanita ini. Kata-kata itu

terasa begitu sejuk dan menenangkan, Ia

mendapat kekuatan. Lalu ketika nyonya muda

ihi mulai bercerita dari awal sampai akhir,

betapa Chi Koan mengganggunya dan anaknya

diculik maka Kim Cu Cin-jin mendengarkan

dengan mata terbelalak sampai akhirnya

mengeluarkan seruan berkali-kali, apalagi

ketika mendengar Kwi-bo masih hidup.

"Astaga, jadi iblis betina itu belum

mati? Chi Koan lolos pula dari ruang

hukumannya? Hebat, dunia geger lagi,

Sumoi.Mengejutkan betul ceritamu ini.

Siancai, pinto benar-benar tak menyangka!"712

"Dan puteraku hilang diculik orang. Aku

tak tahu di mana dan siapa penculiknya,

suheng. Hanya katanya dibawa seekor mahluk

berbulu besar. Dan... dan suamiku menuduhku

seperti itu pula. Aduh, sakit hati ini Suheng".

"Hm, hm.... Tuhan Maha Agung!

Cobaanmu benar-benar berat, Sumoi sungguh

tak kukira suamimu dapat bersikap seperti itu.

Akan pinto cari, kutegur dia. Tak boleh Peng

Houw bersikap seperti itu!"

Li Ceng terisak, memandang suhengnya

penuh harap. "Suheng mau membantuku?"

"Tentu, aku membantumu, sumoi, ini

kewajibanku. Hm, akan kucari Naga Gurun

Gobi itu dan kutegur dia,Kalau dia tak mau

tahu pinto akan melabraknya, biarpun pinto

harus mati untuk ini!"

"Suheng!"

"Sudahlah, Kau tenanglah. Pinto sudah

tahu dan agaknya iblis betina itulah yang

menjadi gara-gara. Pinto akan turun gunung

dan kutemukan anak dan suamimu itu".

Nyonya ini terharu bukan main. la

mengeluh dan menubruk suhengnya itu dan713

Kim Cu Cinjin bergeter meramkan mata. Saat

itu berkelebat dua bayangan dan masuklah

seorang gadis cantik dan pemuda berbaju

hitam. Inilah Bwee Hui dan tunangannya, Yu

Kam. Lalu ketika Kim Cu Cinjn mendorong

tubuh Li Ceng maka pandang mata Bwee Hui

tampak marah dan tak senang.

"Ayah, siapa wanita ini. Kudengar ribut
ribut di bawah gunung!"

"Hm. ," Kim Cu Cinjin tanggap keadaan.

"Ini adalah sumoiku Li Ceng, Bwee Hui, isteri

Naga Gurun Gobi yang mencariku. Jelek-jelek

ia bibimu juga, berilah hormat!".
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu terkejut. Nyonya muda di

depannya ini paling lebih tua hanya tiga

sampai empat tahun saja, dan Ia harus

menyebutnya bibi. Dan ketika ia terkejut

membelalakkan mata, Li Ceng juga terkejut

bahwa suhengnya dipanggil ayah maka iapun

bangkit dan bertanya,

"Suheng, siapa gadis ini. Kenapa

memanggilmu ayah!"

"Duduklah, inilah hasil peristiwa masa

mudaku dulu. Ia puteriku Bwee Hui dari714

kekasihku Bwee Ci, Sumoi. Dulu duapuluh lima

tahun yang lalu sepak terjangku penuh

penyelewengan. Inilah buah yang kutanam,

pinto memetiknya sekarang."

Li Ceng tertegun."Jadi suheng...!"

"Ya, ingatlah wejangen Bu-beng Sian
Su dulu. Kejujuran menyakitkan memang tak

dapat diterima, tapi mau apa lagi, pinto harus

jantan menanggung akibat. Sudahlah jangan

omongkan itu, dan ini tunangan Bwee Hui, Yu

Kam."

Dua orang muda itu memberi hormat.

Setelah Bwee Hui tahu duduk persoalannya

maka tentu saja gadis ini terkejut juga. Tadinya

ia menyangka inilah wanita ketiga dalam hidup

ayahnya, iapun mulai marah. Tapi begitu tahu

bahwa ini adalah sumoi ayahnya, sekaligus

isteri Naga Gurun Gobi Peng Houw maka iapun

menunduk dan menyebut "bibi", suaranya

lirih, begitu pula Yu Kam. Dua muda-mudi ini

canggung. Sang bibi masih begitu muda,

sepantasnya sebagai enci!

"Hm. jangan panggil aku bibi. Usiamu

dan usiaku tak berbeda jauh, Bwee Hui,715

hubunganku dengan ayahmu tak ada

kaitannya dengan kalian. Panggil saja aku enci,

aku tak ingin kikuk!" Li Ceng rikuh dan

menangkap kecanggungan itu juga. Ia bicara

blak-blakan dan Bwee Hui berseri, segera gadis

itu menangkap sebuah keterbukaan. Dan

karena sang ayah kedatangan sumoi sendiri

akhirnya ia keluar memohon maaf.

"Baiklah terima kasih atas kerendahan

hati Ceng-cici. Aku hanya ingin menemui ayah

ada apa gerangan. Sekarang maafkan kami dan

biarlah kalian bercakap-cakap".

Dua orang itu meninggalkan guha. Kim

Cu Cinjin lega dan Li Cengpun tak merasa

terganggu lagi. la duduk dan berhadapan

dengan suhengnya. Dan ketika tiba-tiba ia

teringat kedudukan Kim Cu Cinjin maka Li Ceng

bertanya ini,

"Suheng, kudengar bahwa kau tak

menduduki kursi ketua lagi. Ada apa gerangan,

kenapa diam-diam dan tak memberi tahu

aku!"

"Hm, sebabnya ya itu tadi, buntut dari

peristiwa lama. Pinto tak mau mencoreng716

nama baik Kun-lun, sumoi, perbuatan pinto tak

boleh merendahkan derajat partai. Pinto telah

berdosa dengan mengganggu wanita semasa

muda pinto."

"Jadi suheng meletakkan jabatan

karena itu?"

"Ya, ini tidak berhenti di sini saja, Bwee

Hui adalah orang kedua yang mencari dan

meminta tanggung jawab pinto. Sebelumnya

telah datang orang pertama ibu dan anak, dan

untuk ini pinto sudah cukup malu. Padahal

masih ada orang ketiga yang mungkin datang

dan meminta tanggung jawab lagi. Karena itu

daripada berturut-turut memalukan Kun-lun,

pinto melepaskan kedudukan saja, Sumoi.

Pinto sekarang menjadi orang biasa dan tak

akan membawa-bawa partai!"

Kim Cu Cinjin lalu bercerita. Ia

menerangkan sebab musababnya

meningnggalkan kursi ketua, betapa Bwee Hui

dan Leng Nio mencarinya menuntut tanggung

jawab. Dan ketika Li Ceng mendengarkan itu

dengan mata terbelalak maka seketika

mukanya menjadi merah ketika dia ingat717

betapa dirinya disangka wanita ketiga kekasih

suhengnya ini.

"Hm, para murid langsung

menyerangku. Kiranya ini yang terjadi, suheng,

kaupun rupanya mendapat persoalan berat.

Dan aku mengganggumu. Ah, maafkan aku,

suheng, aku tak tahu!"

"Sudahlah, aku laki-laki. tabah

menerima persoalan. Dan ini salahku juga,

sumoi. Kalau dulu tak bermain api tentu tak

begini jadinya. Pinto menerima semua ini,

pinto memang harus menanggung akibat." Li

Ceng kagum. la memandang. Suhengnya

bersinar-sinar dan wajah lembut serta

pandang mata bijak itu membuatnya terpukau.

Sudah sedemikian tinggi gemblengan batin

yang diterima suhengnya , ia terharu. Dan

ketika ia mengangguk-angguk dan menarik

napas dalam maka Kim Cu Cinjin tersenyum

padanya.

"Sekarang persoalanmu. Cobaan yang

kau terima tak kalah berat, sumoi, bahkan

lebih berat. Kau seorang ibu yang kehilangan718

anak, tentu lebih pedih. Pinto akan

menolongmu dan besok pinto berangkat".

Nyonya ini tersentak. "Suheng akan

turun gunung?"

"Ya mencarinya. Pinto akan minta

bantuan ketua-ketua partai untuk menemukan

puteramu pula. Ada ketua Heng-san dan Hoa
san yang dapat pinto temui, kau tinggal di sini

saja."

"Ah, aku ikut. Masa kau bekerja sendiri,

suheng. Aku tak mau berpangku tangan!"

"Tidak, kau letih. Sekarang giliranku,

sumoi, kau beristirahat saja di sini. . Pinto tak

lama. Kau tak boleh ikut karena harus mewakili

pinto menjaga Kun-lun!"

Nyonya ini tertegun.

"Dan pinto akan membawa Bwee Hui

dan Yu Kam, mereka dapat kujadikan teman di

perjalanan."

Lalu ketika nyonya ini menunduk dan

merasa ada benarnya maka Kim Cu Cin-jin

berkata bahwa dia akan menemui sutenya

dulu, memberi tahu bahwa besok

meninggalkan guha, mulai bekerja.719

"Hari ini kau tinggal saja di sini, jelek
jelek kau murid Kun-lun juga. Karena besok

pinto berangkat bantulah kedua suhengmu

menjaga partai, Sumoi. Sekarang tunggulah di

sini, pinto akan menemui Bi wi sute dan Heng

Bi sute sebentar!"

Li Ceng juga mengangguk. la

membiarkan suhengnya berkelebat dan

termenung di situ, untunglah tak lama

kemudian datanglah dua muda-mudi itu, Bwee

Hui dan Yu Kam. Dan ketika dua anak muda ini

menemaninya dan bercakap-cakap, semakin

terhiburlah Li Ceng maka Bwee Hui berkata

bahwa ia telah mendengar perihal Boen Siong.

"Ayah telah memberi tahu kami, besok

kami diajak. Ceng-cici tak usah khawatir dan

kami akan membekuk penculik anakmu itu.

Akan kuhajar dia, dan kubawa ke mari!"

"Benar, kami tak akan tinggal diam

mendengar ini, cici. Percayalah kami akan

berusaha sungguh-sungguh!" Yu Kam pemuda

baju hitam itu juga bicara.

"Terima kasih", Li Ceng menjawab.

"Pernyataan dan bantuan kalian membesarkan720

hatiku, Bwee Hui, syukur kalau segera berhasil.

Tapi maafkan kalau aku merepotkan kalian."

"Ah, kehormatan besar bagi kami bisa

membantu Naga Gurun Gobi suami isteri.

Sudah lama kami mendengar tentang kalian,

enci, dan heran bahwa ada orang begitu berani

bermain-main kumis harimau. Bagaimana

kalau suamimu membekuknya lebih dulu,

tentu mampus dia!" Yu Kam kembali bicara.

"Apa yang dikatakan Kim-suheng

tentang suamiku." Li Ceng agak tak enak.

"Ayah tak bicara apa-apa, kecuali

bahwa kalian suami isteri saling berpisah untuk

menemukan putera kalian itu."

"Hm, memang benar," nyonya ini lega.

"Kami berpisah untuk mencari anak kami,

Bwee Hui, dan mudah-mudahan kami

menemukan secepatnya."

Selanjutnya mereka bicara lain lagi. Li

Ceng lega bahwa suhengnya melindungi

mukanya, artinya tak memberitahukan

pertengkarannya dengan suaminya itu. Dan

ketika mereka bicara ini-itu menghibur nyonya

ini maka Li Ceng segera tahu bahwa Bwee Hui721

sesungguhnya gadis yang baik, berwatak gagah

sementara pemuda tunangannya itu juga

gagah dan ringan hati. Yu Kam menceritakan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa gurunya adalah seorang tokoh kurang

terkenal bernama Peng Hoat Tojin, suka

mengelana dan bepergian meninggalkan

muridnya itu. Lalu ketika percakapan semakin

dalam dan jauh ke belakang muncullah Kim Cu

Cinjin memasuki guhanya, wajahnya berseri.

"Bi Wi sute den Heng Bi sute telah

mendengar ceritaku. Untuk sementara ini kau

berada di bawah perlindungannya, sumoi

tolong wakili aku membantu mereka pula.

Maaf pinto telah sedikit bercerita kepada

anak-anak ini!"

"Tak apa," Li Ceng bangkit dan

menyambut. "Justeru aku merepotkanmu,

suheng, tak enak rasanya membawa-bawa

orang lain pula. Ah, kalau saja penculik itu

segera ketemu!"

"Sudahlah, pinto akan berusaha, anak
anak juga akan membantu. Hanya ada sedikit

hal yang membuat pinto bingung."722

stop press!

Ssttt, udah tahu belum!

Dragon, detektif serba bisa muncul di

tengah-tengah kita. Yuk, baca bukunya. Cari

aja:

NAGA MERAH

( Detektif Serb? Bisa )

Murah meriah, rame ceritanya. Hanya

Rp 500,-- tebal 96 hal. Seru dan tegang. Dar
der-dor lawan pisau terbang. Kejahatan lawan

Kebenaran. Yuk, cari dan baca ceritanya. Karya

Batara yang satu ini lain dari yang lain.

Tanggung semua senang. Jangan sampai

kehabisan! Dan... bilangin sama termen
temen, ya?

Sobatmu,

Dhiananda723

"Apa itu?"

"Leng Nio dan Leng Houw..!"

"Siapa mereka ini?" Li Ceng

mengerutkan kening, heran.

"Mereka adalah yang kuceritakan itu,

Sumoi ibu dan unak yang datang pertama kali.

Pinto menunggu dan sebenarnya memberi

batas waktu, aneh bahwa tak muncul juga."

"Biarkan saja!" Bwee Hui tiba-tiba tak

senang dan marah. " Kalau mereka tak datang

di saat kau pergi bukanlah salahmu, ayah. Lagi

pula aku menyangsikan iktikad baik mereka.

Kudengar bahwa si Pedang Merah itu bukan

wanita baik-baik!"

Kim Cu Cinjin menghela napas. Li Ceng

teringat dan memerah mukanya. Kiranya yang

dimaksud adalah ibu dan anak itu, suhengnya

telah bercerita. Maka ketika ia diam saja

merasa bukan urusannya, Bwee Hui

membuang muka maka Kim Cu berkata

sebaiknya puterinya, itu membawa Li Ceng ke

belakang perumahan.724

"la lelah, pinto telah meminta sebuah

kamar tak jauh dari kamarmu. Bawa encimu

beristirahat, Bwee Hui, pinto akan

mengumpulkan tenaga. Bersiaplah besok."

Gadis itu mengangguk. Li Ceng telah

cukup bicara dan Kim Cu Cinjin memberinya

kesempatan. Dan ketika gadis itu berkelebat

disusul tunangannya, Li Ceng mengangguk dan

berterima kasih pada suhengnya maka hari itu

nyonya ini berada di Kun-lun dan Bwee Hui

memberikan seperangkat pakaian kepada

wanita ini.

"Ceng-cici harap ganti pakaian, yang itu

buang saja. Mandi dan bersihkan dirimu, Cici.

Pakailah ini!"

Kembali sang nyonya terhibur.

Ternyata puteri suhengnya ini memang gadis

baik-baik, dapat mengerti perasaan oranh lain

dan menyediakan yang diperlukan. Dan ketika

mereka semakin akrab dan malam itu sang

nyonya benar benar merasa tenang, maka

keesokannya seperti yang telah direncanakan

berangkatlah Kim Cu Cinjin bersama anak-anak725

muda itu . Kepergiannya hanya diketahui ketua

dan Wakil ketua Kun-lun, juga Li Ceng.

"Kalian tak usah memberi tahu para

murid bahwa pinto meninggalkan gunung.

Biasa-biasa sajalah. Dan sekali lagi harap jiwi
sute (adik berdua) melindungi dan menjaga

baik-baik sumoi kita ini. Pinto tak akan lama."

"Baiklah, pergilah. Kami akan menjaga

semuanya di sini sebaik mungkin, Suheng. Dan

masalah sumoi tanggung jawab kami berdua.

Pergilah!".

Namun Kim Cu Cinjin tiba-tiba

mendekat dan berbisik perlahan di telinga Bi

Wi Cinjin. Apa yang dikatakan tak ada yang

tahu namun ketua Kun-lun itu mengangguk
angguk. Lalu ketika tosu itu berkelebat pergi

disusul sepasang anak muda itu maka di saat

hari masih berkabut tiga orang ini

meninggalkan gunung.

"Suheng, hati-hati... " Li Ceng berseru

lirih. Kim Cu Cinjin mengangguk dan

melambaikan tangannya. Lalu ketika

berkelebat dan menghilang di tikungan maka726

Bwee Hui dan Yu Kam juga lenyap mengejar

kakek gagah itu.

***

Sebulan sudah Kim Cu Cinjin

meninggalkan gunung. Li Ceng yang sendirian

di situ merasa kesepian, juga gelisah. Sang

suheng berkata bahwa perjalanan paling

lambat dua tiga minggu saja, selebihnya akan

pulang dan melapor. Tapi ketika sebulan tak

ada tanda-tanda kembali sementara

kehidupan hanya itu-itu saja, para murid

berkebun dan bercocok tanam maka wanita ini

mulai tak betah dan ingin meninggalkan

gunung.

"Aku mulai tak kerasan," katanya

kepada Bi Wi Cinjin, ketua Kun-lun. "Berapa

lama lagi harus menunggu di sini, suheng.

Mana mungkin aku berpeluk tangan saja. Kim

Cu suheng tak pulang-pulang!"727

"Siancai, bersabarlah. Pinto tak dapat

membantu apa-apa, tapi cobalah seminggu

dua minggu lagi.. Tentu ada yang penting kalau

suheng belum juga pulang!".

"Tapi aku gelisah, khawatir. Jangan
jangan...."

"Apa yang kau pikirkan?"

"Jahanam Chi Koan bertemu

dengannya di tengah jalan!"

Alis putih itu terangkat. Bi Wi Cinjin

adalah seorang tosu yang sabar dan

kesabarannya hampir menyamai suhengnya

Kim Cu Cinjin. Batinnyapun juga kuat. Tapi

mendengar kata-kata itu mendadak mukanya

berobah dan sedetik warna pucat merona di

situ. Akan tetapi dia mengetukkan tongkat,

berdehem.

"Mati hidup di tengan yang Maha

Kuasa. Kalau itu yang terjadi maka ini adalah

nasib, sumoi, siapapun tak dapat mencegah.

Tapi mudah-mudahan tidak. Pinto berharap

lain."

"Lalu berapa lama lagi aku menunggu?"728

"Mana kutahu sumoi? Pinto juga di sini

tak tahu apa yang terjadi. Cobalah bersabar

seminggu dua minggu lagi."

"Kalau belum juga datang?"

"Hm.." kakek ini tertegun, "terserah

dirimu sumoi, Kim Cu suheng tak menepati

janjinya!"

"Aku akan pergi, aku tak mau

menunggu lebih lama lagi!"

"Baiklah kalau begitu, pinto hanya

dapat mengucapkan prihatin." Lalu ketika Li

Ceng hendak memutar tubuhnya mendadak

berkelebat bayangan Heng Bi Cin-jin, gemetar

dan mandi keringat. Dan ketika langsung saja

tosu ini mendekati dan berbisik-bisik di telinga

ketuanya tiba-tiba wajah Bi Wi Cinjin berubah.

"Sumoi, kita ke belakang!" serunya

sambil menarik tangan Li Ceng. Wanita itu

terkejut tapi Heng Bi Cinjin mengangguk,

berkelebat dan lari ke guhu Kim Cu Cinjin. Dan

ketika Bi Wi Cinjin tergesa dan gugup

membawa Li Ceng maka wanita ini bertanya

apa yang terjadi.729

"pinto tak dapat memberi tahu

sekarang, nanti saja di dalam guha. Mari

kesana dan kerahkan ilmu lari cepatmu!"

"Tunggu, ada apa ini . Kenapa kalian

tampak pucat, jiwi-suheng, kenapa seperti

orang ketakutan. Ada apa dan jawab dulu

pertanyaanku!"

"Tidak, nanti saja. Sekarang kau harus

turut kepada kami, Sumoi, karena ada sesuatu

yang harus kami kerjakan. Ingat Pesan Kim Cu

suheng bahwa kau harus meringankan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pekerjaan kami!"

Terpaksa nyonya ini mandah ditarik. la

sudah di puncak gunung dan turun dibalik

bukit untuk menuju guha Kim Cu Cinjin. Tepat

di atas ia mendengar ribut-ribut dan

menengok ke bawah. Tapi ketika Bi Wi Cinjin

mengetuk pundaknya dan menyeretnya lari

lagi maka Li Ceng berubah dan pucat. Ada apa
apa yang dirasanya tidak beres.

"Suheng, aku tak mau dipaksa-paksa

begini. Katakan dulu dan apa ribut-ribut di

bawah itu!"730

"Nanti di guha saja. Pinto terburu-buru,

sumoi, jangan menyulitkan pinto dan mari

cepat!"

Li Ceng ditarik dan tak diberi

kesempatan lagi. Kalau saja dua kakek ini tak

dipercaya sebagai orang baik-baik tentu

nyonya itu akan berontak dan marah

melepaskan diri. Bi Wi Cinjin bersikap setengah

kasar, menyeret dan menariknya dengan

cengkeraman kuat. Dan ketika mereka tiba di

dalam guha dan langsung menuju belakang

tiba-tiba saja ketua Kun-lun itu menotok

tengkuk si nyonya dan melempar wanita ini ke

dinding. Heng Bi memencet sesuatu dan

tampaklah sebuah ruangan rahasia.

"Sumoi, maafkan pinto berdua. Musuh

datang, Chi Koan mencari-cari dirimu!"

Kagetlah wanita ini . Totokan Bi Wi

Cinjin membuatnya terkejut dan marah sekali,

perbuatan itu sungguh tak disangka. Tapi

ketika ia mendengar keta-kata itu dan dua

suhengnya menutup pintu kamar, jeruji besi

menghalangi dirinya maka ketua dan wakil731

ketua Kun-lun itu berkelebat pergi, buru-buru

dan amat tergesa.

"Suheng.. !" hanya keluhan yang keluar

dari mulut wanita itu. Selanjutnya Li Ceng

bagai dicekik karena urat gagunyapun

dihentikan. la dibuat tak bersuara. Dan ketika

dua orang itu meninggalkan guha sementara

pintu ruangan merapat kembali, menutup

bagai semula maka Li Ceng terguling di sudut

guha tak mampu berbuat apa-apa. Ia benar
benar telah dilumpuhkan dua suhengnya

sendiri.

Bi Wi Cinjin dan Heng Bi Cinjin

berkelebat dan turun gunung. Tadi wakil

pimpinan itu berkata bahwa seorang pemuda

buta mendaki gunung, dituntun atau disertai

seorang bocah lelaki dan seorang wanita cantik

berambut riap-riapan. Murid di bawah gunung

yang bertemu mereka ini dikibas dan dibanting

roboh. Dan karena Kim Cu sudah memberi

tahu mereka lolosnya Chi Koan, betapa si buta

keluar dan mengganggu keluarga Gurun Gobi

maka belum tewasnya Kwi-bo juga diceritakan

Kim Cu Cinjin kepada sutenya.732

"Sumoi datang membawa berita, kita

harus berhati-hati. Kalau ada seorang pemuda

buta datang bersama seorang anak laki-laki

maka kita semua harus waspada, sute, karena

itulah Chi Koan yang lolos dari ruang hukuman.

Pinto terpaksa pergi, jaga dan lindungi Sumoi

baik-baik dan masukkan ia ke kamar rahasia

bila bahaya mengancam."

Dan pagi itu Heng Bi Cinjin menerima

laporan. Seorang murid bergegas memberi

tahu datangnya tiga orang mendaki gunung,

satu di antaranya buta dan yang lain seorang

anak laki-laki dan wanita cantik. Semua ini

merupakan ciri-ciri Chi Koan. Maka ketika Heng

Bi Cinjin berkelebat ke bawah dan melihat itu

maka segera ia membuktikan bahwa si buta itu

memang Chi Koan adanya. Cepat ia ke atas dan

diberitahunyalah sang ketua, kebetulan Li

Ceng ada di situ. Dan ketika ia berbisik dan tak

boleh didengar sang nyonya, bergeraklah Bi Wi

Cinjin maka ketua Kun-lun yang tahu betapa

lihainya musuh buru-buru menyimpan dan

menyembunyikan sumoinya itu. Peringatan

Kim Cu Cinjin telah datang:733

Tak perlu lama tosu ini turun gunung,

para murid berlarian ke atas. Mereka

ketakutan dan berteriak-teriak dan langsung

berlutut bertemu dua pimpinan ini. Bagai

burung cecowetan mereka melapor. Dan

ketika Bi Wi Cinjin tertegun dan berhenti, yang

masih di bawah menyusul dengan tubuh

gemetaran maka terdengar tawa bergelak

yang menggetarkan isi hutan. Permukaan

gunung bagai dipukul genta dahsyat, bergetar
getar.

"Ha-ha, mana Kim Cu Cinjin. Suruh ia

keluar, tikus-tikus busuk. Temukan aku

dengannya atau kalian mampus!"

Terdengar jerit dan pekik kematian.

Lima tubuh besar, para murid yang tertangkap

tahu-tahu meluncur dan menghantam Bi Wi

dan Heng Bi Cinjin. Lontaran itu begitu kuat

hingga ketua dan wakil ketua ini mengelak.

Lima tubuh itu menghantam dinding. Dan

ketika mereka berdebuk dengan kepala pecah,

gegerlah tempat itu maka seorang wanita

cantik berkelebat dan tahu-tahu sudah berdiri

di depan Bi Wi Cinjin dan sutenya.734

"Hi-hik, ada ini tosu-tosu berharga. Eh,

mana Kim Cu Cinjin ketua Kun-lunpai keledai

gundul. Siapa kalian dan kenapa ia tak mau

keluar. Heh, kami tak butuh kalian dan suruh

Kim Cu Cinjin menyambut!"

Kwi Bo wanita itu menyerang Heng Bi

Cinjin. Siapapun tak tahu bahwa ketua Kun-lun

sudah berganti. Hal ini disengaja Kim Cu Cinjin

agar skandalnya tak diketahui umum. Ia tak

mau Kun-lun harus menderita malu oleh

perbuatannya di masa silam. Maka ketika Heng

Bi diserang dan Kwi-bo melancarkan tamparan

maut, kelima jarinya mengancam dan

menampar kepala maka wakil Kun-lun yang

lihai ini tak mengelak. Heng Bi mendengus dan

justeru menangkis, menggerakkan lengan

bajunya menghantam telapak wanita itu. Dan

ketika Kwi-bo menjerit dan terpental,

berjungkir balik maka kagetlah wanita ini

karena ia tak mengenal lawan.

"Plak!"

Wanita itu memaki-maki meluncur

turun. la terbelalak dan berubah namun saat

itu sesosok bayangan mencelat lurus. Dari735

bawah melesatlah bayangan tinggi panjang,

turun dan tahu-tahu berhadapan dengan tosu
tosu Ku-lun ini. Dan ketika tawa seorang bocah

mengguncangkan tempat itu, ia memanggul

seorang buta yang membuat mereka tampak

tinggi dan panjang maka Chi Koan, S! buta ini

tertawa bergelak. Tongkat panjang di

tangannya itu bergetar-getar.

"Kwi-bo, kau bertemu lawan

kuat.Mundurlah, dia bukan lawanmu!"

Semua ngeri. Si buta ini yang mencelat

dari bawah menuju tempat itu tak kurang

harus melampaui dua tebing setinggi pohon

kelapa, padahal di sampingnya terdapat jurang

yang sekali meleset tentu membawa

kehancuran. Dan ketika Kwi bo terkekeh

penasaran namun membentak berani,

berkelebat dan mendahului si buta maka

wanita ini berseru mencabut senjatanya,

tongkat berkepala tengkorak.

"Aku tak mau kalah. Coba kulihat sekali

lagi dan apakah benar ia benar-benar kuat!"

Heng Bi tergetar. la kagum dan kaget

oleh cara si buta naik ke atas. Hanya dengan736

menjejakkan kakinya begitu saja mencelatlah

Si buta ini ke atas tebing. Sang murid

memanggul di kedua pundak. Tapi ketika Kwi
bo menyerangnya lagi dan tongkat berkepala

tengkorak itu menyambar dahsyat, mengaung

dan mengeluarkan bau busuk maka tosu ini

mengelak dan kali ini sambil menggeser

kakinya ia menampar dari samping.

"Plak!"

Tongkat tergetar dan melenceng. Kwi
bo terpekik tapi menyerang lagi, tubuhnya

berkelebat dan rambut di atas kepala

menyabet pula. Namun karena Heng Bi Cinjin

adalah tokoh kawakan dan sin-kangnya juga

tinggi maka menggerakkan kedua lengannya

menangkis dan menghantam rambut itu Kwi
bo terbanting dan bergulingan.

"Des-prat!"

Wanita itu berteriak marah. Ia hendak

maju lagi akan tetapi Chi Koan menggerakkan

tubuh muridnya. Tanpa dapat ditahan lagi

Siauw Lam meluncur ke depan, menabrak dan

menjerit mencengkeram wanita ini. Lalu ketika

suhunya memalangkan tongkat menahan737

wanita ini, Kwi-bo terhuyung bangun maka

tawa si buta itu menggetarkan dada.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cukup, kau bukan lawannya. Siapa

tosu ini dan serahkan padaku!" kemudian

menghadapi Heng Bi Cinjin dan miringkan

kepala, menghitung jumlah musuh maka Chi

Koan bertanya, mulutnya tersenyum

mengejek. "Kepandaianmu tidak jelek, tentu

kau sute Kim Cu Cinjin. Hm siapa kau, tosu bau.

Mana Kim Cu Cinjin kenapa ia tak keluar

menyambut."

"Pinto adalah Heng Bi Cinjin, wakil Kun
lun-pai. Kalau kau mencari Kim Cu suheng

maka ia tak ada di sini, Chi Koan, dan suheng

sudah tidak menjabat ketua lagi. Apa perlumu

datang ke sini!"

"Heh-heh, aku mendengar Kun-lun

menyembunyikan seorang wanita, dan

mencari ini. Kalau Kim Cu tak menjabat ketua

lagi sekarang siapa yang memimpin. Katakan

dan suruh ia ke mari."

"Pinto adalah pimpinan Kun-lun, Bi Wi

Cinjin. Kalau kau mencari seseorang siapa yang738

kau maksud, Chi Koan. Pinto tak tahu-menahu

dan seharusnya kau tak mengganggu Kun-lun.

"Bi Wi Cinjin? Heh-heh, aku ingat kau,

tosu bau. Kau adalah kakek gemuk sute Kim Cu

Cinjin. Bagus, kau kiranya!" lalu menepuk

pundak muridnya bertanya apakah

jawabannya betul Siauw Lam pun

mengangguk.

"Benar, gemuk pendek, suhu, seperti

kodok. heh-heh!"

Wajah para murid memerah. Kata-kata

anak itu membuat mereka melotot namun

Siauw Lam terkekeh-kekeh. Bi Wi Cinjin

sebenarnya tidaklah seperti kodok dan kata
kata itu tentu saja semacam ejekan saja. Akan

tetapi karena yang diejek adalah ketua Kun-lun

maka para murid tentu saja marah dan

melotot, terutama Ceng Tek. Namun Bi Wi

Cinjin tersenyum sabar, menahan semua

murid agar tidak bergerak.

"Pinto benar adalah sute Kim Cu

suheng, agaknya kau masih ingat. Bagus, Chi

Koan , di sini tak ada wanita yang kau maksud739

kecuali temanmu ini. Heran bahwa Kwi-bo

masih hidup!"

"Heh, jangan mendoakan supaya cepat

mati. Kau sendiri kalau macam-macam

umurmu bisa habis, Bi Wi Cinjin. Memangnya

kenapa kalau aku masih hidup!" Kwi bo

melengking.

"Siancai, pinto mendengar peristiwa di

Hek See-hwa (Bunga Pasir Hitam). Kalau kau

masih hidup adalah rahmat bagimu. Hm. pinto

juga tak merasa ada urusan denganmu, Kwi
bo. Kun-lun tak bermusuhan dengan siapapun

kecuali kalau diganggu!"

"Sombong, kami datang memang

untuk mengganggu. Chi Koan bertanya tentang

Li Ceng, Bi Wi Cinjin. Kau menyembunyikannya

di sini. Hayo serahkan wanita itu atau kau

hendak menggaulinya sendiri!"

"Tutup mulutmu"

Heng Bi Cinjin membentak. "Orang

yang kau katakan tak ada di sini , Kwi-bo. Kalau

kau bermulut kotor kubunuh nanti"

"Heh-heh, aku sudah menyelidiki, tak

mungkin keliru. Isteri Gurun Gobi itu ada di Sini740

atau kau sembunyikan. Hm, yang

berkepentingan adalah Chi Koan, kalau kau

berdusta hadapilah Chi Koan!"

Kwi-bo memang cerdik. Setelah tahu

kelihaian tosu ini tentu saja ia tak berani

gegabah lagi. Hanya karena ada Chi Koan di

situ ia besar hati, sombong. Maka ketika tosu

itu membentaknya dan Siap menyerang, kata
katanya tadi sungguh menghina Bi Wi Cinjin

maka cepat disodorkannye Chi Koan kalau tosu

ini mengamuk. Chi Koan tertawa.

"Benar, aku mencari Li Ceng. Nah,

serahkan wanita itu kalau Kun-lun tak ingin

kuobrak-abrik!"

"Tak ada wanita itu di sini!" Heng Bi

berseru. "Kalau kau tidak percaya terserah

dirimu, tapi kami tentu tak mau tinggal diam!"

"Bagus," Chi Koan lenyap senyumnya.

"Kalau begitu aku naik ke atas, tosu bau,

minggirlah atau kau boleh terima pukulanku!"

Berbareng dengan ini Chi Koan

menggerakkan kaki muridnya maju ke depan.

Siauw Lam meloncat dan menerjang tosu ini,

Heng Bi membentak dan menghantam si buta741

itu. Tapi ketika Chi Koan menggerakkan lengan

kirinya mengibas ke depan maka tosu itu

terbanting bergulingan berteriak kaget.

"Desss!"

Inilah Hok-te Sin-kang yang dilancarkan

si buta. Bi Wi Cinjin sendiri yang berada di

dekat sutenya terhuyung mundur oleh kibas?n

itu, padahal Chi Koan menyerang adik

seperguruannya. Dan ketika si buta terbang

dan membawa muridnya ke atas, Siauw Lam

terkekeh-kekeh maka Kwi-bo berkelebat dan

mengkuti temannya ini, bergerak di belakang

setelah Chi Koan mendorong mundur para

tosu itu.

"Hi-hik, jangan sendiri. Kubantu kau

mencari wanita itu, Chi Koan. Ayo kita naik dan

obrak-abrik perkumpulan tosu-tosu bau ini!"

Marahlah Heng Bi Cinjin dan

suhengnya. Meskipun mereka tahu kelihaian si

buta itu namun Kun-lun bukan partai

persilatan yang boleh diinjak-injak. Chi Koan

telah membawa muridnya ke atas, disusui kwi
bo yang berlari di belakang pemuda ini. Lalu

ketika dua pimpinan itu membentak dan742

mengejar lawan, dikuti murid-murid yang lain

maka gegerlah partai persiatan itu oleh sepak

terjang si buta.

"Chi Koan, berhenti. Pinto tak

memperkenankan kau naik ke atas!"

"Ha-ha, kejarlah. Muridku dan Kwi-bo

akan mencari wanita itu sampai dapat, Bi Wi

Cinjin, kau tosu bau penipu. Tempat ini akan

kuobrak-abrik, Kun-lun akan kuhancurkan!"

Bi Wi Cinjin marah sekali. Tosu yang

biasanya sabar dan lembut hati ini tiba-tiba

membentak gusar berkelebat ke atas. Ia

mendahului para murid dan sutenya Heng Bi

Cinjin, langsung menghantam Kwi-bo di

belakang si buta, karena wanita itulah yang

paling dekat. Tapi ketika Kwi-bo menjerit

berjungkir balik, pukulan menyambar Chi Koan

maka si buta menggerakkan tongkat ke

belakang dan terpentalah tosu itu bertemu

tongkat sakti di tangan si buta.

"Plak!"

Bi Wi Cinjin terpelanting meloncat

bangun. Chi Koan memang hebat namun ia

penasaran, .Kun-lun tak boleh dihina orang743

lain. Maka membentak dan berseru keras ia

menyerang lagi, kali ini sepasang kaki anak

kecil itu hingga Siauw Lam berteriak. Dari

belakang deru pukulan itu menghantam,

hampir saja Siauw Lam roboh. Tapi ketika Chi

Koan membalik dan lagi-lagi menggerakkan

tongkat maka ketua kun-lun itu terbanting dan

Chi Koan menyuruh muridnya berlari lagi.

"Ha-ha, bukan lawanku. Terus naik ke

atas, Siauw Lam, cari dan temukan wanita itu.

Tosu-tosu ini bagianku!"

Sang bocah meloncat dan lari lagi. La

agak terhuyung tapi bantuan gurunya

membuat ia senang, ketua Kun-lun itu malah

terbanting. Akan tetapi ketika dari mana-mana

muncul bayangan-bayangan lain, murid dan

tosu-tosu senior maka kwi-bo diminta untuk

menghadapi mereka itu.

"Yang cecunguk ini bagianmu, para

tokohnya untukku. Hayo sikat mereka, Kwi-bo.

Habisi!"

kwi-bo terkekeh. Pada dasarnya wanita

ini adalah seorang kejam yang paling senang

membunuh-bunuhi orang. Di dekat Chi Koan ia744

menjadi lebih ganas lagi. Maka ketika para tosu

itu bermunculan dan tongkat tengkoraknya itu

menyambar maka terdengarlah teriakan dan

jerit kaget di antara para tosu ini. Tiga

diantaranya terjengkang dengan pundak

remuk, yang lain terhuyung oleh angin

sambarannya. Dan ketika otomatis mereka

mundur dan Kwi-bo naik keatas lagi, terkekeh
kekeh maka Chi Koan sudah di puncak

mengandalkan muridnya ini, masih di atas

pundak.

"Masuk dan cari sekeliling penjuru, aku

menjagamu!"

Siauw Lam tertawa-tawa. Kakinya

sudah terlatih menahan beban, berminggu
minggu ini gurunya tak pernah turun. Maka

ketika ia melompat dan berlarian memasuki
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pendopo depan, masuk dan berlari-lari di

sepanjang lorong-lorong bilik maka di sini Chi

Koan menggerakkan tongkat panjangnya

merusak meja kursi.

"Ha-ha, senang sekali, Tempat ini luas

dan segar, suhu. Tosu-tosu bau itu pandai

memilih tempat!"745

"Hm, Kun-lun memang pegunungan

sejuk. Cari ruang utama dan kamar pimpinan,

Siauw Lam. Seingatku di sebelah kiri ada

bangunan merah!"

"Betul, itu yang kau maksud.

Tapi...hei,,,!"

Bi Wi Cinjin ada di situ Ternyata ketua

Kun-lun ini memotong jalan. Setelah ia

terbanting oleh tongkat Si buta maka kakek ini

mencabut pedang. Perlu diketahui bahwa

pimpinan atau tokoh-tokoh Kun-lun jarang

mempergunakan senjata, kalau mereka

sekarang mencabut pedang dapatlah diketahui

betapa hebatnya musuh yang datang. Bi Wi

dan Heng Bi Cinjin meluncur dari bangunan

merah, itulah tempat tinggal mereka sebagai

ketua dan wakil ketua Kun-lun. Maka ketika

Siauw Lam melihat mereka sementara teriakan

atau bentakan para murid ramai di situ, Kwi-bo

menjeletarkan rambutnya bertubi-tubi maka

tiga orang ini sudah dikepung dan Heng Bi

berseru pada ketuanya itu.

"Suheng, lumpuhkan dulu anak laki-laki

itu, baru gurunya!"746

Bi wi injin mengangguk. Ceng Tek

muridnya disuruh menghadapi Kwi-bo,

menyerang bersama murid-murid lain. Dan

karena Kwi-bo di belakang Chi Koan, tak

mungkin menempel terus maka jadilah wanita

itu terpisah dan kini mengamuk bersama

tongkat tengkoraknya, wanita itu menghadapi

sekian bayak murid Kun-lun.

"Chi Koan, bantu aku. Mereka ini tosu
tosu keparat yang tak malu mengeroyok

wanita!"

"Hm, tenang sajalah," si buta miringkan

kepala. "Musuhmu tak lebih dari lima puluh

orang, Kwi-bo, bermain-main sajalah dulu. Aku

hendak menghadapi pimpinannya dan

kupaksa mereka mengaku!"

Bi Wi dan Heng Bi Cinjin sudah

bergerak. Dengan pedang di tangan mereka

membabat kaki Siauw Lam, si bocah terkejut

dan berteriak ngeri. Tapi ketika Chi Koan

memukulkan tongkatnya ke bawah dan

pedang terpental bertemu senjatanya maka

anak itu tertawa girang berbesar hati.747

"Ha-ha, bagus. Tapi ketok kepala

mereka suhu, jangan biarkan menyerang aku.

Wah, berabe nanti, kakiku bisa putus!"

"Jangan khawatir," sang guru berkata.

"Sebelum mereka membabat kakimu mereka

akan roboh, Siauw Lam. Turuti perintahku dan

meloncatlah!"

Siauw Lam meloncat, persis ketika

babatan pedang menyambar lagi. Lalu ketika ia

turun dan gurunya menggerakkan tongkat

maka Bi Wi dan sutenya terdorong lagi,

mundur. Namun dua pimpinan Kun-lun ini

bukanlah orang-orang biasa. Heng Bi Cinjin

terutama Bi Wi memiliki Sin-ma-kang seperti

suhengnya Kim Cu Cinjin. Tenaga Kuda Sakti itu

merupakan latihan sinkang memindah tenaga,

dapat diatur semaunya dari kiri ke kanan, juga

atas ke bawah. Dan ketika pedang terpental

namun tangan kiri mereka bergerak, melepas

pukulan itu maka Siauw Lam sesak napasnya

dihantam angin pukulan kuat ini.

"Ugh! si anak terbatuk. "Sesak napasku,

suhu. Pukulan mereka kuat!"748

"Hm," Chi Koan repot juga. "Kalau

begitu bantulah Kwi-bo di sana Siauw Lam,

hajar tosu-tosu tengik itu. Rampas pedang

mereka dan pergunakan sebagai senjata!'

Anak ini adalah murid Chi Koan yang

lihai. Meskipun ia baru belasan tahun akan

tetapi gemblengan suhunya sejak di Go-bi

membuat Siauw Lam berfisik kuat. Bukti

bahwa ia mampu memanggul suhunya

berminggu-minggu sudah menyatakan itu. Di

sepanjang jalan latihan silat tak pernah pula

dilalaikan. Maka ketika tiba-tiba gurunya

melepaskan diri dan meloncat meninggalkan

pundaknya, melempar ia ke arah Kwi-bo maka

Siauw Lam ber-jungkir balik menendang

seorang tosu yang kebetulan jatuh terguling
guling.

"Kesinikan pedangmu!"

Sang tosu terkejut. Ia terlempar oleh

tendangan Kwi-bo dan kesakitan merasa

pahanya remuk, kini anak laki-laki itu

menyambarnya bagai seekor elang kecil,

meluncur dan merampas pedangnya dengan

cepat sekali. Dan ketika ia tak mampu749

mempertahankan pedangnya dirampas si

bocah, Siauw Lam sudah menginjak lantai

maka langsung saja anak itu membabat

lawannya.

"Hi- hi, sekarang kau mampus!"

Murid ini tak mampu mengelak lagi. la

terbabat perutnya dan roboh lagi, darah

memuncrat mengejutkan tosu-tosu yang lain.

Dan ketika selanjutnya anak itu membantu

Kwi-bo, menyerang dan tertawa-tawa maka

Ceng Tek, yang marah mengeroyok Kwi-bo

berseru agar para sutenya berhati-hati.

"Jangan sembrono menghadapi anak

setan itu. Awas..!"

Kwi-bo tertawa panjang. la meledakkan

rambutnya ketika menangkis dan membalas

serangan lawan. Lalu ketika ia berkelebatan

dibantu Siauw Lam, betapapun anak itu cukup

berbahaya maka di pihak lain, di tempat Bi Wi

Cinjin terjadi pertandingan seru yang

menegangkan. Chi Koan setelah melepaskan

muridnya bahkan menjadi berbahaya. Si buta

itu bertelinga tajam hingge tahu serangan
serangan pedang, juga pukulan Bi Wi Cinjin750

yang mempergunakan Sin-ma-kengnya. Tapi

ketika Hok-te Sin-kang menangkis dan kakek

itu terpental, Hok-te Sin-kang masih jauh di

atas Sin-ma-kang maka tosu ini terdesak dan

terhuyung-huyung, maju dan menyerang lagi

namun si buta bukanlah lawannya. Dan ketika

t?ngkat panjang menggebuk pundaknya, tosu

ini menggeliat maka Heng Bi Cinjin

terpelanting dan bahkan dua kali disambar

tongkat itu. Akan tetapi tokoh-tokoh Kun-lun

adalah orang-orang gagah. Chi Koan tahu

betapa lawan tak akan menyerah. Maka ketika

ia berseru menangkis lagi, tongkat menderu

berat tiba-tiba pedang di tangan Heng Bi Cinjin

patah.

"Krakk!"

Tosu itu terpelanting. Chi Koan

mengejarnya namun Bi Wi Cinjin membentak,

sang sute masih bergulingan. Dan ketika si

buta itu membalik dan menangkis kakek ni

maka pedang di tangan Bi Wi juga patah

namun sisanya masih dicekal erat, meskipun

telapaknya pecah berdarah.751

"Hmn, kalian orang-orang nekat. Kalau

aku tak menaruh belas kasihan jangan harap

kalian hidup, Bi Wi Cinjin. Yang aku perlukan

adalah wanita itu,bukan kakek-kakek seperti

kalian. Pergilah!"

Tangan Chi Koan mendorong dan

menyambarlah Hok-te Sin-kang ke tubuh

kakek itu. Ketua Kun-lun ini pucat namun ia

menangkis. Dan ketika ia mengeluh tangannya

patah, terbanting dan bergulingan maka

sutenya Heng Bi Cinjin sudah meloncat

bangun.

"Chi Koan, mati hidup di tangan Yang

Maha Kuasa. Kalau kami mati kami puas

karena membela kebenaran!"

"Hm, kau tosu busuk yang sama-sama

tak tahu diri. Pedangmu sudah patah, Heng Bi

Cinjin, tapi mulutmu masih bercuap-cuap

sombong. Terimalah, kaupun akan roboh!"

Tosu ini mengelak. la kehilangan

pedang tapi tak kehilangan keberanian.

Meskipun dirinya kalah lihai namun pantang

baginya menyerah, inilah kegagahan tosu Kun
lun yang rata-rata dimiliki pimpinannya. Maka752

ketika ia dikejar dan Hok-te Sin-kang

menghimpit dari delapan penjuru, tosu ini

sesak maka apa boleh buat ia mengangkat

kedua tangannya menerima pukulan itu.

"Dess-krakk!"

Heng Bi Cinjin terbanting dan berteriak.

Lebih hebat dari suhengnya yang hanya

menderita sebelah tangan adalah tosu ini

patah kedua-duanya. la tak kuat menerima
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hok-te Sin-kang itu. Dan ketika ia terbanting

dan roboh, pingsan maka Bi Wi Cinjin

terbelalak meloncat bangun, terhuyung.

"Chi Koan, kau pemuda keji!"

"Ha-ha, majulah. Sekalian kau

kubereskan, Bi Wi Cinjin. Majulah dan rasakan

kelihaianku!"

Sang kakek membentak dan berseru

marah. Meskipun sebelah tangannya patah

dihajar musuh akan tetapi ketua Kun lun ini

benar-benar gagah berani. Ia menyambar

pedang lain menusuk si buta itu. Tapi ketika Chi

Koan menangkapnya dan membetot pedang

itu, menarik maka Bi Wi Cinjin berseru pucat

terbawa ke depan.753

"Desss!"

Lambungnya terkena tendangan lutut.

Chi Koan mengangkat sebelah kakinya

menghantam perut kakek itu, Bi Wi Cin-jin

serasa pecah dan hancur ususnya. Dan ketika

kakek itu mengeluh dan terbanting roboh pula,

muntah darah maka tosu ini pingsan menyusul

sutenya.

Ributlah anak murid yang melihat itu.

Ceng Tek, yang belum dapat merobohkan Kwi
bo yang berkelebatan memainkan rambutnya

menjadi mata gelap. Tosu ini membentak dan

tiba-tiba melontarkan pedangnya ke dada Kwi
bo, yang saat itu dihujani senjata dan sibuk

menangkis serta membalas. Dan ketika desing

pedang tos ini menyambar cepat, Kwi-bo

terkejut maka wanita itu menjerit memanggil

Chi Koan.

"Tranggg!"

Chi Koan bergerak cepat di saat yang

tepat pula. Potongan pedang Bi Wi Cinjin

ditendangnya menghantam pedang itu, tepat

mengenai tengahnya hingga kedua pedang

runtuh. Pedang milik Ceng Tek patah. Dan754

ketika tosu itu terbelalak sementara kwi-bo

melotot marah, hampir saja ia roboh maka

menyambarlah jarum-jarum halus ke tubuh

tosu itu.

"Cep-cep!"

Ceng Tek mengeluh dan roboh. la

masih bengong oleh timpukan si buta, begitu

tepat dan cepatnya si buta menghantam.

Tentu pendengaran yang luar biasa tajam

itulah yang menuntun si buta. Dan ketika ia

terguling sementara para murid cerai-berai,

robohnya pimpinan dan murid tertua

meruntuhkan keberanian mereka maka tosu
tosu itu berlarian dan menghambur keluar.

Kwi-bo berjungkir balik melayang

turun. Ia telah menghajar tosu itu dan puas

berseri-seri, Siauw Lam bersimbah darah

pedangnya.pula. Lalu ketika wanita itu

meloncat dan mencium Chi Koan, terkekeh

maka wanita itu berseru agar Bi Wi Cinjin dan

sutenya dibunuh.

"Mereka orang-orang jahat, untuk apa

dibiarkan hidup. Biar mereka kubunuh, Chi

Koan, kemarikan pedangmu!"755

Yang terakhir ini ditujukan Siauw Lam

dan Kwi-bo sudah merampas pedang itu pula.

Namun ketika ia berkelebat dan hendak

menetak si tosu maka Chi Koan menangkapnya

dan berkata,

"Tidak usah, biarkan saja. Tujuan kita

mencari Li Ceng, bukan tua bangka-tua bangka

itu. Mari ke dalam dan kita lanjutkan pencarian

ini!"

Kwi-bo tertawa. Ia melempar pedang

itu dan Siauw Lam disambar gurunya, Si buta

sudah mulai masuk ke dalam. Dan ketika

mereka memeriksa tempat itu dan seluruh

ruangan ditendang pintunya, Li Ceng tak ada

maka Chi Koan mengerutkan alisnya marah.

"Kau atau tosu-tosu itu yang bohong. Ia

tak ada di sini, Kwi-bo, mana buktinya!"

"Nanti dulu, kita tangkap seorang

murid untuk dikompres. Tak mungkin aku

bohong, Chi Koan, untuk apa dan buat apa

main-main denganmu. Tua bangka itulah yang

bohong!"

"Baik, kalau begitu tangkap mereka dan

bawa ke sini!"756

Kwi-bo berkelebat dan masuk lagi. Tak

sukar baginya menangkap seorang murid yang

sedang terluka, yang merintih dan hendak

melarikan diri ketika ia terlihat. Dan ketika tosu

itu dibanting dan pucat berhadapan dengan si

buta, yang tersenyum tapi jelas

membayangkan kekejaman maka ia menggigil

meminta ampun

"Kau akan diampuni kalau membantu

kami. Nah, katakan di mana wanita itu dan

bicaralah atau telingamu kutusuk!"

"Ampun, . aku tak tahu, Kwi-bo. Tapi

supek membawanya di balik pinggang gunung.

Li Ceng-sukouw berada di belakang...

"Hm, sebelah mana!"

"Di sana!"

"Baik, kau antsrkan kami dan kuampuni

nyawamu!" Kwi-bo berseri, memandang Chi

Koan dan si buta berkejap-kejap. Itulah tanda

bahwa si buta merasa gembira. Lalu ketika

tosu ini dibangunkan dan disuruh berangkat

maka dengan tertatih namun takut-takut

murid itu menuju belakang gunung. letaknya

tersembunyi.757

"Aku. aku tak tahu persis. Tapi jiwi

dapat mencari di situ, ada sebuah guha..."

"Antarkan kami dan tunjukkan sampai

dapat, atau kepalamu kupancung!" Kwi-bo

menggertak. Terpaksa tosu ini beringsut lagi

dan Siauw Lam tertawa. Anak ini geli melihat si

tosu terpincang-pincang, kakinya luka. Lalu

ketika anak itu menendang dan menyuruhnya

cepat maka Chi Koan berseri mencium bau

wanita.

"Benar, tosu ini rupanya tak bohong.

Ada kucium bau harum seorang wanita, Kwi
bo, mudah-mudahan Li Ceng."

"Hm, kau!" Kwi-bo terkekeh gemas.

"Cintamu kepada wanita itu tak kunjung

padam, Chi Koan, iri aku. Ah, kalau saja aku si

betina itu!"

"Heh-heh, Nikmat bagiku kalau dapat

bermain cinta dengan isteri Peng Houw. Aku

dapat membalas sakit hatiku, Kwi bo, juga

hatimu. Kau tak perlu cemburu kalau ia

tertangkap!"758

"Dan aku akan menonton. Kau harus

menepati janjimu untuk mempermainkan

wanita itu di depan mataku!"

"Ya, jangan khawatir. Kau boleh

menontonnya dan ikut bersama pula kalau

suka!"

Kwi bo terkekeh cabul. Sang tosu yang

mendengar ini meremang tengkuknya dan ia

merasa ngeri. Keji benar orang-orang di

depannya ini.. Dan ketika ia disuruh jalan lagi

dan mulai gemetar, ini sebuah pengkhianatan

maka Kwi-bo mencium pipinya dan berkata,

"Kau pernah bermain cinta? Kau

seorang tosu muda yang masih murni?"

Tosu ini gagap.

"Hi-hik, jangan takut. Kalau kau dapat

menyenangkan hatiku maka akupun suka

kepadamu. Ayolah, temukan wanita itu dan ini

sekedar hadiah untukmu...cup!" sebuah

kecupan kembali mendarat dan kali ini di bibir!

Bukan main kelabakannya tosu muda itu dan ia

semburat merah padam. Siauw Lam yang

terbiasa melihat ini tertawa, tosu itu

blingsatan. Tapi ketika ia berjalan lagi dan759

menggigil tak keruan, dua kali ciuman itu

membuatnya panas dingin maka Kwi-bo

mengelus pantatnya bagai mengelus pantat

sapi.

"Kau masih murni, hi-hik.. masih jejaka.

Tentu sekuat kuda jantan kalau bermain cinta.

Ah, cepat temukan wanita itu dan kita

bersenang-senang, totiang. Siapa namamu dan

bolehkah kupanggil kanda!"

Tosu ini menggigil lagi. Kalau saja tak

ada orang lain di situ mungkin ia akan

menubruk dan memeluk wanita ini,

Rangsangan Kwi-bo membuat berahinya

terbakar sampai ke kepala. Tapi ketika ia jalan

lagi dan berhenti di bawah maka ia menuding

dengan suara gemetar, antara berahi dan

takut. Kwi-bo diam-diam telah memencet jalan

darah di punggungnya yang membuat lelaki

bakal mendidih.

"Itu, di sana guha sepengetahuanku..!"

(Bersambung jilid XIII.)760

"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"

( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )

Karya Batara
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jilid XIII

*

* *

WANITA ini memandang. Chi Koan juga

miringkan kepala mendengarkan sesuatu.

Siauw Lam mengikuti jari telunjuk tak melihat

apa-apa. Tapi ketika gurunya tertwa dan

berkelebat ke depan tiba-tiba si buta itu

berseru girang.

"Ada suara di Sana, isak tangis. Itu

suara Li Ceng!"

Terkejutlah Kwi-bo menyambar ke

depan. Tanpa banyak bicara lagi wanita ini

terkekeh membawa tawanannya, Siauw Lam

berteriak . mengejar dan menyusul dua orang

itu. Lalu ketika mereka tiba di depan sebuah

guha dan inilah tempat tinggal Kim Cu Cinjin, di

sinilah Li Ceng disembunyikan kedua761

suhengnya maka Chi Koan terbahak berkelebat

masuk.

"Li Ceng, di sini kiranya kau

bersembunyi!"

Wanita di balik dinding rahasia itu baru

saja terisak terkejut. Memang ia menangis dan

mengeluh memaki-maki Suhengnya, tak

disangka bahwa suara di balik dinding itu

terdengar Chi Koan. Betapa tajam telinga si

buta. Namun ketika Li Ceng menahan semua

suaranya dan si buta tertegun kehilangan

sasaran,di balik lubang kecil wanita ini melihat

Si buta maka Chi Koan berkejap-kejao

miringkan kepala. Kwi-bo sudah berkelebat

masuk dan heran tak melihat apa-apa, kecuali

sebatang lilin kecil yang hampir habis.

"Guha ini kosong, tak ada orangnya!"

"Tidak, kudengar jelas suara itu, Kwi
bo, ia ada di sini. lsaknya tadi kutangkap jelas,

ia Li Ceng!"

Kwi-bo terbelalak. Tadinya ia terkekeh

dan girang bahwa sasaran yang dicari sudah

didapat. Ia mengira wanita itu ada di guha ini

dan bersiap-siap menangkapnya. Chi Koan ada762

di depan dan ia akan mencegat kalau korban

lolos keluar. Tapi ketika tak ada apa-apa dan ia

ragukan pendengaran si buta ini, Sementara

tosu di tangannya melepaskan diri maka Siauw

Lam yang meloncat dan masuk ke dalam tak

melihat apa-apa pula.

"Tempat ini kosong, tak ada orangnya!"

"Tidak, aku yakin ada orangnya. Coba

kau ceritakan bentuk guha ini, Kwi-bo, adakah

ruangan lain yung masih ada?"

"Guha tidak dalam, hanya memiliki dua

buah ruangan. Dan kita sudah berada di ruang

kedua!"

"Hm-hm , kalau begitu coba kalian

diam" Chi Koan memasang telinga dan Kwi bo

serta muridnya terbelalak tegang. Mereka

sampai melupakan tawanan yang diam-diam

memberosot, matanya liar dan mencari

kesempatan. Lalu ketika Si buta menyeringai

dan mengetukkan tongkat tiba-tiba ia berseru

agar Semua mengetuk dinding.

"Coba cari tempat kosong vang kira
kira ada. Ketuk semua tempat!"763

Pucatlah Li Ceng. Sejak tadi ia menahan

napas dan memperhatikan semua gerak-gerik

si buta yang amat dibencinya itu. Semula ia

ingin berteriak dan menerjang lawannya,

biarlah si buta menjebol dinding rahasia dan

bertempur mati hidup. Tapi ketika ia tak

melihat Bi Wi Cinjin maupun Heng Bi Cinjin,

pastilah ada apa-apa dengan kedua suhengnya

itu maka tiba-tiba ia merobah pikiran dan ingin

menyelamatkan diri. Sungguh kasihan wanita

ini. Tadi memaki-maki dan menangis dikurung

kedua suhengnya di balik kamar rahasia. la

bukan penakut dan siap menghadapi siapapun.

Kedatangan Chi Koan telah didengar. Tapi

ketika ia ditotok dan dilumpuhkan suhengnya,

roboh dan terguling untuk akhirnya batas

totokan lenyap maka ia memaki dan melompat

bangun sambil menangis tersedu-sedu,

memukul-mukul dinding guha tapi ia tetap

terkurung, air mata habis sampai akhirnya

tinggal isak kecil dan keluhan, Suara yang

didengar telinga Si buta yang amat tajam dan

munculah musuhnya itu. Si buta datang

dengan sikapnya yang amat dibenci. Dan764

ketika ia tertegun dan menahan napas,: Si buta

miringkan kepala mendengar semua suara

tiba-tiba saja si buta itu telah memerintahkan

untuk mengetuk semua dinding mencari

tempat kosong. Berarti si buta yakin bahwa di

tempat ini ada kamar rahasia!

Habislah harapan Li Ceng. Ia hampir

saja menjerit memberitahukan dirinya ketika

tiba-tiba sebuah benda hitam men?rik

perhatiannya. Benda itu ada di atas ruangan

menempel langit-langit, tak kurang dari tiga

meter akan tetapi ia sanggup meraihnya. Dan

karena benda itu semacam bola berduri yang

dapat dipakainya sebagai senjata, meloncatlah

ia menyambar benda itu maka gerakannya ini

tertangkap si buta dan Chi Koan berseru

gembira.

"Ia ada di sini!"

Bersamaan itu tongkatnya mencoblos

lubang kecil pengantar suara. Dari lubang

inilah sesungguhnya isak tangis Li Ceng

terdengar. Maka ketika yang lain mengetuk

dinding guha namun seketika menghentikan

pekerjaan mereka, di saat itu loloslah si tosu765

muda maka Kwi-bo maupun Siauw Lam berseri

gembira melihat betapa lubung kecil yang

dicoblos si buta pecah dan memperlihatkan

sebuah celah lebar. Ruangan kosong yang

menjadi sebuah kamar rahasia di balik guha

ini!

Akan tetapi bersamaan itu terdengar

bentukan nyaring . Li Ceng yang sudah

meloncat dan meraih benda itu secepat kilat

menimpukkannya ke depan. Ia sudah tak dapat

menyembunyikan diri lagi, Si buta mengetahui

keberadaannya. Dan tepat si buta menusukkan

tongkatnya maka benda itu menyambar dan si

buta terkejut menyangka ditimpuk batu biasa.

"Blarrr!"

Ternyata ledakan dahsyat

menggetarkan isi guha. Benda itu meledak

mengenai tongkat si buta, hancur dan

terlemparlah si buta keluar guha. Kwi-bo dan

Siauw Lam juga berteriak karena ledakan ini

membuat guha itu roboh. Atapnya ambruk!

Dan ketika dua orang itu juga terlempar oleh

ledakan dahsyat, hawa di dalam guha tiba-tiba

begitu kuatnya melempar mereka maka Li766

Ceng sendiri tak kalah kagetnya karena benda

yang disambarnya itu ternyata sebuah

dinamit! la terlempar ke atas dan bersamaan

itu lantai guha pecah, sebuah lubang

menganga menerima tubuhnya dan

terjebloslah wanita ini ke sumur yang amat

dalam. Benturan sana-sini membuat wanita ini

pingsan , mengeluh tak sadarkan diri. Dan

ketika ia terus ke bawah dan lenyap memasuki

lubang yang seakan tak berdasar, di atas guha

itu roboh dengan suaranya yang gemuruh

maka orang tak tahu lagi nasib wanita itu

sementara Chi Koan dan muridnya serta Kwi
bo menyelamatkan diri dengan bergulingan

dan tiarap.

Ledakan masih terdengar beberapa kali

ketika batu-batu guha berdentum, jatuh di

bawah dan menimpa lereng terjal yang amat

mengerikan. Dan ketika semua suara-suara itu

hilang sementara Siauw Lam sudah ditindih

Kwi-bo, anaK laki-laki ini disambar dan untung

tak jauh dari wanita itu maka Kwi-bo bangkit

menggigil dan gemetar memandang debu767

tebal di atas guha yang roboh itu, mencari si

buta.

"Chi Koan, di mana kau?"

Sebatang tongkat muncul. Itulah

tongkat si buta den Chi Koan tampak berdiri di

antara reruntuhan puing. Mukanya penuh

debu dan pakaianpun tak keruan, Wajah si

buta ini pucat. Namun ketika Kwi bo bergerak

dan menyambar lengannya maka ia dipeluk

dan mendapat ciuman hangat.

"Syukur kau selamat, aku ngeri sekali!"

"Mana Siauw Lam, bagaimana anak

itu!"

"Aku di sini, suhu, babak-belur.

Kepalaku benjut!" anak itu muncul dan

terhuyung mendekati gurunya. Ia memar di

sana-sini dan kepalanya berdarah. Sebutir batu

menghantamnya tadi. Dan ketika Chi Koan

menyambar muridnye dan marah memandang

ke depan maka ia bertanya bagaimana dengan

guha itu.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hancur, tak tersisa. Apa yang terjadi

dan bagaimana bisa begitu, Chi Koan. Apa yang

kau lakukan!"768

"Aku menangkis dinamit, untung tidak

besar. Li Ceng menimpukkannya kepadaku.

Mana wanita keparat itu!"

"Ia di dalam guha, tentu tewas!"

"Hm kita cari mayatnya, Kwi-bo, atau

aku khawatir ia masih hidup. Mari bongkar

semua puing itu dan cari dia!"

Kwi-bo mengangguk. Sebenarnya ia tak

yakin bahwa korbannya masih hidup di dalam

guha yang runtuh itu. Bagaimana seorang

manusia tak akan tewas dikubur hidup-hidup.

Tapi karena tak mau membuat temannya

marah dan ia berkelebat menggerakkan

tangannya maka Siauw Lam terpekik

mendapatkan potongan lengan manusia.

"Ini ada lengan orang, putus!"

Kwi-bo menyambar. Ia memperhatikan

itu dan Chi Koan mendekatinya berkejap
kejap. Tampak si buta serius mendengarkan

keterangan. Dan ketika Kwi-bo berkata bahwa

itu lengan laki-laki, bukan perempuan maka

semua teringat tosu muda yang lolos

melarikan diri tadi.769

"Ini bukan lengan Li Ceng, ini milik

keledai muda tadi!"

"Hm, ia melarikan diri?"

"Benar, Chi Koan, kubiarkan. Toh kita

sudah mendapatkan jejak Li Ceng!"

"Kau sembrono, bagaimana kalau ia

melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui".

"Melakukan apa?"

"Mana kutahu? Ia dapat melakukan

yang tidak kita duga, Kwi-bo, misalkan

menginjak ranjau agar kita mampus!"

Wanita ini bergidik, tapi masih

membela diri. "Di tempat seperti ini kupikir tak

mungkin tosu baik-baik macam Bi Wi Cinjin

atau Heng Bi Cinjin melakukan perbuatan

curang. Mereka Orang-orang terkenal yang

pantang melakukan perbuatan kotor!"

"Tapi siapa menyangka ledakan di

dalam guha itu. Nyatanya di sini terjadi hal

begitu."

"Baiklah aku minta maaf, Chi Koan. Kita

cari lagi dan keruk timbunan batu-batu ini!"

Si buta tak jadi marah. Kalau saja

temannye masih membantah dan adu debat770

tentu ia gusar. Apa yang terjadi itu

mengingatkannya akan peristiwa di Heng-san
pai, ketika dulu dan gurunya melawan

dedengkot sakti Siang Kek Cinjin dan Siang Lam

Cinjin. Di lorong rahasia bawah tanah ia

bersama gurunya mengalami bahaya yang

nyaris merenggut nyawa, ledakan dinamit

bertubi-tubi. Tapi ketika Kwi-bo sudah

meminta maaf dan menggali reruntuhan guha

maka iapun tak jadi marah dan mencongkel

segala bebatuan dengan tongkatnya yang

panjang.

Akan tetapi tak ada yang didapat

kecuali seonggok tubuh yang lepas bagian

tubuhnya. Siauw Lam mendapat lagi sepotong

kaki dan Kwi-bo menemukan sebuah kepala.

Itulah jenasah si tosu muda yang tewas

berkeping-keping. Ledakan demikian dahsyat

hingga tosu yang berada di mulut guha itu

tertimpa lebih dulu. Ia terlempar dan tewas

menemui ajalnya. Dan ketika pekerjaan

dihentikan dengan muka terheran-heran, tak

ada jenasah Li Ceng yang mereka cari maka

lubang menganga tiba-tiba terlihat.771

"Itu ada sebuah sumur!"

Kwi-bo berkelebat. Sepotong papan

batu menimpa lubang dan wanita itu

memindahkannva. Siauw Lam tak melihat.

Kalah awas!. Dan. ketika wanita itu ngeri dan

pucat memandang ke bawah maka Chi Koan

berlutut menjulurkan tongkatnya.

"Amat dalam, gelap gulita. Dalam

sekali!" Kwi-bo berseru.

"Coba ambil sepotong batu," Si buta

tak perduli. "Lempar dan ukur kedalamannya,

Kwi-bo aku ingin tahu."

Wanita ini menyambar batu. Ia

langsung melemparkan itu dan Chi Koan

menempelkan telinga di pinggir lubang. Batu

meluncur dan tak terdengar suaranya. Tapi

ketika terdengar suara "plung" dan jauh di

bawah sana, tak kurang dari dua ratus meter

akhirnya si buta puas mengangguk-angguk.

"Dalam sekali, dan tak mungkin hidup.

Hm ini palung di atas gunung, Kwi bo. Li Ceng

pa?ti terjatuh di sana. la tewas".

"Ya, itu robekan bajunya, terjepit

batu!" Kwi-bo meloncat dan tiba-tiba melihat772

ini. Ia meraih dan memberikannya kepada si

buta dan Chi Koan mengangguk-angguk. la

telah mengukur kedalaman sumur itu, tak

kurang dari sepuluh pohon kelapa tingginya.

Dan karena ia yakin wanita itu tewas di bawah,

batu itu lama bertemu lantai dasar maka ia

bangkit dan menarik tongkatnya lagi. Mata itu

berkejap-kejap tapi betapapun wajah itu

kelihatan murung.

"Kita gagal, tapi biarlah. Mari kembali

dan kita turun."

Kwi-bo mengibaskan ujung rambutnya.

Ia membuang kengerian melihat Sumur yang

gelap gulita itu. Betapa dalam dan

berbahayanya sumur ini, Dan karena Ia juga

kecewa tak mendapatkan korbannya maka ia

mengangguk dan Chi Koan memanggil

muridnya untuk dipanggul lagi. Siauw Lam tak

banyak bicara pula. Anak ini masih terguncang

oleh robohnya guha itu, ledakannya begitu

dahsyat dan baru kali itu ia melihatnya. Maka

ketika gurunye minta turun dan ia memasang

tubuh tahu-tahu gurunya itu telah meloncat

dan hinggap di atas kedua pundaknya.773

Si buta menggerakkan tongkat dan

sang murid terdorong. Lalu begitu Siauw Lam

berkelebat dan membawa gurunya maka

tempat itupun ditinggalkan sementara di muka

gunung tubuh dan mayat murid-murid Kun-lun

masih bergeletakan.

***

Tewaskah Li Ceng terjeblos di sumur

amat dalam itu? Benarkah ia tak mungkin

hidup seperti dugaan Chi Koan? Tanpa

kehendak Yang Maha Kuasa tentu begitu, akan

tetapi Tuhan rupanya belum menghendaki

wanita ini tewas. Sesuatu yang ajaib terjadi.

Seekor mahluk berlengan panjang melongok

dari sebuah lubang di dinding sumur, tepat

ketika wanita in terjeblos dan meluncur ke

bawah dengan amat cepatnya. Dan ketika

mahluk ini menguik menjulurkan lengannya

maka tepat sekali tubuh wanita itu diterima.

"Bret!"

Mahluk ini terbawa ke depan. Beban

yang berat membuatnya tak mampu774

menguasai diri, tertarik dan terlempar keluar

akan tetapi tangannya yang lain menggapai

dan mencengkeram bibir lubang. Tepat sekali

ia menahan dirinya di sitU, menguik-nguik.

Tapi ketika ia tak mampu naik dan

bergelantungan bergoyang-goyang, suaranya

keras seolah memanggil-manggil seseorang

maka terdengar seruan perlahan dan seutas

tali panjang menyambar dan membelit

pergelangan tangan binatang ini.

"Hek-wan (Lutung Hitam), apa yang kau

lakukan!"

Binatang ini tersentek naik. Tali itu

mengedut dan Ia terbawa ke atas, LiCeng di

pelukan yang lain dan robohlah keduanya di

lubang dinding sumur itu. Lalu ketika binatang

ini meloncat bangun dan terhuyung

sempoyongan maka ledakan di atas

menggetarkan palung itu namun Li Ceng masih

pingsan. Nyonya ini selamat ketika secara

kebetulan hewan yang ternyata kera besar itu

melongok di luar lubang. Runtuhnya guha dan

suara hiruk-pikuk rupanya mengejutkan

binatang ini , melihat dan Saat itulah tubuh si775

nyonya terjerumus. Dan ketika secara

otomatis ia menangkap dan menerima,

selamatlah nyonya ini maka binatang ini sudah

terhuyung menuju ke tempat remang-remang

di mana sesosok bayangan gelap bersila di situ.

Hewan ini menangis.

"Hm , apa yang terjadi. Siapa yang kau

tolong dan tangkap itu, Hek-wan. Kenapa kau

membahayakan dirimu sendiri."

"Nguk-nguuk!" hewan ini berlutut,

perutnya menempel lantai dan air matapun

bercucuran. Ia mengeluarkan suara-suara

aneh namun sosok tubuh yang bersila itu
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengangguk-angguk. Berkali-kali terdengar

gumam dan suara jawabannya, agaknya ia

mengerti betul maksud binatang itu. Lalu

ketika ia mengangkat tangannya dan

menyuruh binatang ini membawa sang nyonya

maka si hitam berdiri dan sempoyongan

mengambil Li Ceng, memanggulnya di atas

pundaknya yang tebal.

"Baiklah, letakkan di situ. Biarkan aku

memeriksanya."776

Binatang ini mengeluarkan suara tanda

mengerti. la meletakkan nyonya itu di depan

sosok tubuh ini dan bayangan itumemeriksa

Peng-hujin. la bergumam dan mengangguk

lega, menotok dan mengusap kepala nyonya

ini yang terbentur batu. Li Ceng pingsan

terantuk benda keras.

Dan ketika nyonya itu sadar membuka

matanya, berkejap dan sejenak bingung

berada di mana mendadak ia menjadi kaget

melihat sebuah lengan berbulu terjulur dan

menjamah mukanya, teringat Chi Koan.

"Jahanam terkutuk!" langsung saja

nyonya ini meloncat bangun menghantam

lawan. mengira itulah si buta yang hendak

berkurang ajar, begitu siuman kejadian itulah

yang diingatnya. Tapi ketika dada tebal

dihantam mental dan Ia menjerit maka

binatang itu, Hek-wan mengeluarkan suara

nguk-nguk yang membuat ia ngeri. Mengira

berada di akherat!

"Siapa kau. Binatang bedebah dari

mana!"777

Hewan itu mundur. Di bawah cahaya

remang-remang yang tak begitu jelas nyonya

ini membelalakkan mata. Ia bertemu pandang

dengan sepasang mata kecil bulat merah,

benda itu berkedip dan membuatnya gentar

dan seram. Begini rupanya alam kematian itu,

roh manusia disambut mahluk hitam berbulu

yang amat menyeramkan. Tapi ketika

terdengar suara batuk-batuk dan helaan napas

panjang, sang nyonya terkejut dan membalik

maka ia lebih kaget lagi karena di belakangnya

duduk bersila sebuah mahluk lain yang entah

siapa.

"Iiihhhhhh.. " Li Ceng berseru dan

menyerang lagi. la begitu kaget dan seram

berada di tempat gelap itu. Sepasang mata

putih menyambarnya bagai sepasang gundu

bercahaya, begitu mengerikan dan

menganggap ia berhadapan dengan seorang

iblis lain. Tapi ketika mahluk itu menangkapnya

dan menerima serangannya dengan amat

lembut, sebuah telapak dingin menyambut

dan menahan pukulannya maka nyonya ini778

bagai melesat sukmanya oleh kengerian dan

rasa seram yang sangat.

"Plakk!"

Kelima jarinya tak dapat lepas dari

telapak dingin itu. la menarik dan berteriak

namun gagal. Bahkan dari telapak itu menyalur

hawa dingin yang membuat kepalanya

gemetar. Kemarahan dan rasa panas lenyap.

Dan ketika menggigil dan dilepaskan perlahsn,

jatuh terduduk maka orang yang bersila itu

berkata padanya bahwa ia tak usah takut.

"Tempat ini bukan neraka, bukan

tempat setan. Hek-wan telah menolongmu

dari bahaya kematian, hujin. Siapakah kau dan

ada apa ribut-ribut di atas itu. Bagaimana guha

pertapaan Kim Cu Cinjin roboh!".

Li Ceng terbelalak lebar-lebar. Setelah

ia terbiasa dengan gelap dan cahaya remang
remang itu memberinya petunjuk maka yang

duduk bersila itu ternyata seorang kakek yang

matanya buta. Bola mata itu masih ada di

tempat namun semua serba putih. Chi Koan

juga buta akan tetapi pemuda itu kosong

kelopaknya, bola matanya pecah ketika dulu779

ditusuk mendiang susioknya sendiri, peristiwa

Go-bi yang menggetarkan itu. Maka ketika ia

terkesima dan seketika sadar, berlutut dan

menangis tiba-tiba ia tak dapat bicara apa-apa

kecuali menumpahkan semua kesedihan dan

kemarahannya lewat air mata. Kakek di depan

itu juga tak bicara apa-apa kecuali membiarkan

nyonya ini menengis. la hanya menghela napas

dalam-dalam, tenang dan masih bersila

dengan sikapnya yang agung itu. Tapi ketika

nyonya ini sadar dan melompat bangun maka

ia berseru bahwa seorang iblis mengejar
ngejarnya dan membuat rumah tangganya

hancur berantakan.

"Aku adalah Li Ceng, sumoi dari

suhengku Kim Cu Cinjin. Seorang iblis mengejar

dan hendak menangkapku, locianpwe,

mempermainkan dan menghina aku. Siapakah

kau dan bolehkah kutahu bagaimana kau

berada di sini!"

"Aku adalah Pek-gan Hui-to (Golok

Terbang Mata Putih), sahabat sekaligus musuh

Ji Leng Hwesio ketua Go-bi. Siapa aku agaknya

tak akan kau kenal, hujin, tapi kalau kau sumoi780

Kim Cu Cinjin berarti kau mnurid Kun-lun. Hm.

apa hubunganmu dengan Kun-lun Lojin."

"la supekku, tapi sudah mendiang!"

"Kalau begitu kau murid siapa?"

"Kakekku sendiri Lui-cu Lo-Sam.

Apakah locinpwe mengenal dan tahu

kakekku!"

"Ah, kau isteri Si Naga Gurun Go-bi!"

"Benar, locianpwe, itu suamiku. Tapi..!"

Si kakek terkekeh-kekeh. Tiba-tiba ia

bangkit berdiri dan terkejutlah Li Ceng melihat

betapa jangkungnya kakek ini. Tingginya tak

kurang dari dua meter! Dan ketika ia tertegun

dan membelalakkan mata mendadak kakek itu

menggerakkan tangan dan meluncurlah

belasan sinar putih menancap di atas guha.

"Cep-cep-cep!"

Tujuh belas hui-to (golok terbang)

berjajar rapi membentuk barisan aneh. Li Ceng

memperhatikan dan terkejut karena itulah

huruf atau nama seseorang. Bunyinya adalah:

Jiong Bing Lip! Dan ketika ia tertegun dan kaget

serta kagum Juga gentar maka kakek itu duduk

lagi namun masih terkekeh-kekeh. Tawanya781

menggetarkan guha dan si lutung hitum

menguik ketakutan.

"Heh-heh-heh... ! Sungguh tak

kusangka bahwa kau adalah keluarga Si Naga

Gurun Go-bi, menantu Ji Leng Hwesio yang

sudah wafat. Ah, takdir sungguh membuat

orang menjadi gila, siauw-hujin. Kalau Ji Leng

Hwesio masih hidup mungkin ia

mentertawakan . Nasib, sungguh nasib benar
benar mempermainkan aku!" Menunduk dan

menutupi mukanya mendadak kakek ini

menangis. Lutung Hitam ikut menangis dan Li

Ceng pun menangis. Lucu keadaan itu! Tapi

ketika si kakek mengangkat mukanya dan

heran melihat nyonya muda itu menangis

maka iapun terbelalak dan tangispun tiba-tiba

terhenti. Hek-wan atau Lutung Hitam juga

menyeringai, tangispun lenyap.

"Ada apa kau menangis. Kenapa ikut
ikutan!"

"Aku menangis karena locianpwe

menangis. Kata-katamu tadi persis sama

dengan keadaanku, locianpwe. Nasib

membuat manusia menjadi gila dan782

mempermainkan seenaknya. Aku juga merasa

begitu!"

Kakek ini tertegun. "Kau menangis

karena persamaan pandangan?"

"Ya, aku juga merasa begitu. Nasib atau

takdir sungguh kejam!"

"Ha-ha! Tapi nasib atau takdir kadang

juga menyenangkan, hujin, bagaimana

pendapatmu kalau begini!"

"Tak mungkin. Nasib lebih banyak

buruknya daripada baiknya, locianpwe.

Aku/tak percaya!"

"Tapi baik buruk tergantung kita. Kali

ini buruk mungkin lain kali baik. Manusia juga

berubah-ubah. Nah, bagaimana pendapatmu

tentung itu!"

Sang nyonya diam.

"Heh-heh" kakek itu melanjutkan. "

Pandanganmu tidak sepenuhnya sama, hujin,

ada juga yang berbeda tajam. Bagiku nasib

atau takdir sana-sama membwa kebaikan atau

keburukan. Semuanya tergatung kita. Katakan

sekarang kenapa bagimu lebih buruk daripada

baiknya!"783

Li Ceng bersinar-sinar. Setelah ia

berhadapan dan bicara dengan kakek itu maka

ia menangkap sesuatu yang jujur dan blak
blakan. la tak tahu siapa Pek-gan Hui-to Jiong

Bing Lip ini akan tetapi kalau ia bersahabat dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenal dengan orang-orang seperti Kun-lun Lo
jin atau mendiang Ji Leng Hwesio tentu kakek

ini bukan orang sembarangan. Kelihaian hui-to

terbangnya menjadi bukti. Bukan hal mudah

menancapkan tujuhbelas golok terbang

membentuk nama! Maka ketika ia mulai

tertarik dan suka kepada kakek ini maju dan

berlutut maka sebelumnya ia mengucapkan

terima kasih dulu atas pertolongan yang

diberikan kakek itu.

"Sebelumnya baiklah teecu haturkan

terima kasih atas pertolongan locianpwe

menyelamatkan diriku. Tentang nasib buruk

yang menimpaku cukup panjang, tentu saja

aku akan bercerita...!"

"Heh-heh, bukan kepadaku. Yang

menolongmu adalah Hek-wan, hujin, binatang

sekaligus sahabat setiaku ini."

Li Ceng tertegun.784

"Kau enggan berterima kasih? Tak

apalah, itu hanya basa-basi!"

Nyonya ini terpukul. Tiba-tiba ia

bangkit dan mendekati binatang berbulu lebat

itu. Si lutung memandangnya bersinar-sinar

dan menguik. Dan ketika ia mengeraskan hati

membungkuk di depan kera besar ini maka ia

berkata tak mau disebut tak kenal budi.

"Hek-wan, tuanmu berkata tajam. Aku

bukan manusia tak kenal terima kasih. Baiklah

kuhaturkan kepadamu dan terimalah terima

kasihku ini!"

"Heh-heh, lucu! Kalau berterima kasih

seharusnya kepadaku, nyonya.Tanpa aku tak

mungkin binatang itu ada di sini!"

Li Ceng terkejut, membalik. "Kalau

begitu akupun berterima kesih kepadamu, tadi

sudah kukatakan!"

"Lucu, lebih lucu lagi! Dua-duanya tak

benar, nyonya. Apakah kakekmu Lui-cu Lo Sam

tak memberi pendidikan tentang Tuhan".

"Terima kasih, itu hanya untuknya, bukan aku

atau binatang ini!"785

"ha..ha.. " dan ketika nyonya itu

terbelalak dan mendongkol maka kakek ini

berseru lagi, "Aku di sini semata kemurahan

Tuhan belaka, tanpa Dia tak mungkin aku

hidup. Heh, kau harus berterima kasih

kepadanya. Kau tak mempelajari kitab suci?"

Merah padamlah wajah wanita ini.

Sebagai murid Kun-lun dan isteri seorang

seperti Peng Houw tentu saja ia tahu semua

itu. Bahkan suaminya adalah penghafal kitab

suci, jagoan membaca!. Tapi karena kakek ini

jungkir balik bicaranya dan aneh serta sukar

diikuti, terbelalaklah dia dengan marah

akhirnya Li Ceng diam saja dengan muka gelap!

Namun kakek itu terkekeh, terbatuk-batuk.

Lalu ketika ia menarik napas dalam dan bicara

lagi maka yang keluar adalah kata-kata sareh

dan bijak, sabar.

"Sudahlah, tak perlu marah-marah.

Hidup sudah dipenuhi berbagai persoalan yang

membangkitkan marah dan emosi, hujin, kalau

orang selalu marah maka cepat masuk kubur.

Marah tiada guna, kesabaran harus dilatih.786

Sekarang ceritakan apa yang ingin kau

ceritakan tapi agaknya aku sudah tahu semua".

"Apa yang locianpwe ketahui," Li Ceng

penasaran bertanya. "Kalau kau sudah tahu

maka tak ada gunanya aku bercerita. Bukankah

locianpwe sudah tahu!"

"Heh-heh, benar, kalau begitu

duduklah. Bukankah kau menderita karena

kehilangan anakmu."

Li Ceng mencelat bangun. "Locianpwe

tahu?" matanya terbelalak.

"Duduklah," kakek itu mengulapkan

lengannya. "Semuanya sudah kutahu, anak

baik. Bagaimana tidak tahu kalau di sini aku

sendiri tersangkut."

"Maksud locianpwe?"

"Hmn duduklah, tekan kemarahanmu.

Ingat bahwa aku telah menyelamatkan

dirimu".

Wanita ini sadar. Segera ia duduk dan

berdebar memandang kakek itu Pek gan Hui-to

Jiong Bing Lip ini benar-benar 0rang uar biasa,

pribadinya penuh misteri dan mengandung

teka-teki. Akan tetapi karena ia merasa telah787

diselamatkan dan Hek-wan di sampingnya itu

bersimpuh dengan sikap yang manis akhirnya

iapun duduk dan memandang kakek itu

dengan takut-takut gentar, juga gelisah.

"Tolong locianpwe jelaskan arti kata
kata tadi. Apa maksud locianpwe bahwa

locianpwe terlibat."

"Ini karena nasib, atau takdir tadi.

Ingatkah kau kata-kataku tadi?"

"Ya, lalu bagaimana?"

"Tidak bagaimana-bagaimana. Hek
wan itulah yang membawa anakmu..!"

Li Ceng mencelat bangun . Untuk

kesekian kalinya ia dibuat kaget lagi oleh sikap


Rajawali Emas 43 Pelarian Pulau Neraka Keris Pusaka Nogopasung Karya Kho Ping Berita Ekslusif Exclusive Karya Sandra

Cari Blog Ini