Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 8
dan kata-kata kakek ini. Tadi tentang anaknya
yang diculik dan sekarang penculiknya,
bagaimana tidak mencelos. Tapi ketika ia
ditepuk dan terduduk lagi maka iapun
menggigil ditahan sebuah tenaga yang amat
kuatnya.
"Itulah yang namanya tekdir, kadang
merugikan namun menguntungkan juga
tergantung penerima. Sekarang tenanglah
kuberi tahu bahwa binatangku itu tidak788
bersalah. la kebetulan saja menemukan anak
itu ketika pembantumu berteriak-teriak ,
mengambil dan memberinya kepadaku karena
perasaannya yang tajam memberi tahu bahwa
anak itu dalam bahaya.
"Di mana puteraku, di mana sekarang
Boen Siong!" nyonya ini tak kuat, berseru dan
memandang kakek itu dengan mata berapi-api
namun Si kakek tak melihatnya. Mata kakek
yang buta itu tak tahu pandangan berapi
nyonya muda ini namun perasaannya memberi
tahu. Maka ketika ia terbatuk-batuk dan
tersenyum bicara iapun menenangkan dengan
mengebutkan ujung lengan bajunya.
"Anakmu selamat, ia tak apa-apa. ia
telah menjadi muridku dan tentu saja tak
boleh kau bawa begitu saja."
"Locianpwe merampas anak dari
ibunya? Locianpwe merenggut kebahagiaan
ibu dengan anaknya!"
"Tenang, diamah. Rumah tanggamu
kacau dan sedang kalut, hujin . Apa gunanya
kembali kepada suamimu itu kalau ia
menghinamu seperti itu. Aku tidak merenggut789
kebahagiaanmu, justeru aku menolong kalian
ibu dan anak!"
Li Ceng . Tiba-tiba ia mengguguk dan
menutupi mukanya lagi teringat suaminya itu,
betapa Peng houw menghinanya dan
menuduhnya ternoda oleh Chi Koan. Betapa
sakit dan perihnya tuduhan itu. Betapa
kejamnya ayah Boen Siong itu. Maka ketika ia
tersedu dan menggUguk di situ iapun
membenarkan kate-kata kakek ini. Tapi karena
iapun ingin tahu puteranya maka iapun
menjerit minta dipertemukan dengan Boen
Siong.
"Kau tak boleh bersikap kejam
kepadaku. Kalau kau tak merenggut
kebahagiaan ibu kepada anaknya coba
tunjukkan puteraku, locianpwe. Di mana dia
dan berikan padaku. Tunjukkan iktikad
baikmu!"
"Hm, kemarahan membuat orang tak
dapat berpikir jernih. Kalau aku beriktikad
jahat kenapa menolongmu, hujin, bukankah
kubiarkan saja Kau mati di bawah sumur.
Tentang anakmu jangan khuwatir..inilah dia!"790
Si kakek menggerakkan tangan ke
belakang dan tiba-tiba seorang anak menangis
keras-keras. Entah bagaimana tahu-tahu Boen
Siong ada di situ, anak ini dipeluk dan dibelai
penuh sayang oleh kakek ini. Dan ketika Li Ceng
menjerit dan menubruk anaknya maka ibu
itupun menerima dan kakek ini
memberikannya, mendorong.
"Nah, itulah anakmu, lihat apa yang
kulakukan. Jahatkah perbuatanku, nyonya,
lihat apakah ia cacad atau berubah?".
Li Ceng tersedu-sedu. Pertemuannya
dengan buah hati tentu seja membuatnya
begitu gembira. la mengguguk saking haru dan
bahagia, berkali-kali diciumi dan didekapnya
anak tersayang itu. Tapi ketika ia teringat
kakek ini dan berlutut mengucapkan terima
kasih maka iapun menggigil bicara,
"Locianpwe telah menyelamatkan
buah hatiku, locianpwe telah menyelamatkan
aku pula dari kematian di bawah sumur. Aku
tak tahu apa yang harus kulakukan dan
membalas semua budi kebaikanmu,
locianpwe. Katakanlah sekarang apa yang791
hendak kau lakukan kepada puteraku ini dan
benarkah kau hendak mengambilnya sebagai
murid. Bagaimana dengan aku dan apa maksud
semua perbuatanmu itu".
"Hm, sebenarnya aku hendak
membalas Ji Leng Hwesio melalui suamimu.
Aku penasaran dan pernah dikalahkan hwe-sio
itu, hujin. Tapi melihat betapa hwe-sio itu
memiliki murid lain biarlah ini saja yang
kubalas. Aku hendak menggemleng puteramu
mewarisi semua kepandaianku!"
"Siapa yang locianpwe maksudkan
dengan murid lain itu?".
"Siapa lagi kalau bukan bocah she Chi
itu. Aku melihat kepandaiannya lebih lengkap
dibandi suamimu.
"Locianpwe tahu? Maksudku
locianpwe menonton kepandaian musuhku
itu?"
"Sebenarnya aku di sana melihat
semuanya yang terjadi. Tapi karena suamimu
dan bocah itu sama-sama murid musuhku yang
membuatku penasaran seumur hidup maka792
kubiarkan saja. Untunglah Giok Yang Cinjin
datang, kau selamat."
"Jadi. jadi locianpwe tahu semua itu?'
"Ya..". kakek ini terkekeh. "Tapi tiba
tiba aku kasihan kepada puteramu ini. dibawa
lari jatuh bangun, kupikir tak bakal selamat
kalau Chi Koan menemukannya. Maka ketika
Hek-wan kusuruh mengambil dan
membawanya ke mari maka diam-diam aku
hendak mengadu bocah ini dengan ayahnya
kelak. Ha-ha, ingin kulihat apakah murid Pek
gan Hui-to Jiong Bing Lip mampu menandingi
murid Ji Leng Hwesio. Tapi pikiranku berubah,
bocah she Chi itu ternyata keji!"
Li Ceng terbelalak dengan air mata
deras mengucur. .Tiba-tiba ia merasa sakit hati
juga kepada kakek ini. Puteranya hendak diadu
dengan sang ayah! Tapi teringat betapa Peng
Houw memperlakukannya secara kejam tiba
tiba ia beringas dan mengepalkan tinju.
"Tidak, bukan hanya Chi Koan.
Bapaknyapun harus diberi pelajaran,
locianpwe. Biarlah kau didik puteraku dan
hadapkan kepada ayahnya. Aku juga benci!"793
"Eh!" Si kakek melengak. "Kau
bersungguh-sungguh?"
"Aku bersungguh-sungguh. Kau telah
mengembalikan harapan dan jiwaku dengan
anakku. Gemblenglah dia dan tandingkan
dengan ayahnya, aku benci Suami yang tak
tahu kesetiaan seorang isteri".
"Ha-ha-heh-heh-heh! Pucuk dicinta
ulampun tiba, siauw-hujin, kalau begitu
bebaslah kemauanku menurunkan semua
kepandaian. Akan kuadu dia dengan bapaknya,
dan akan kuwarisi dia sinkang langsung yang
kupunyai. Ufh, Ji Leng Hwesio akan melihat
tenaga sekti siapa yang lebih unggul. Ha-ha,
bocah ini pewaris tunggalku!" lalu ketika kekek
itu terkekeh-kekeh dan tergelak gembira maka
Li Ceng pun mantap. menyerahkan Boen Siong.
la maklum dengan siapa ia berhadapan dan
sekali lihat ia percaya kakek ini , Kakek itu
musuh bebuyutan ketua Go-bi,
berkepandaiannya tinggi dan tentu
kesaktiannya tak perlu diragukan lagi. Maka
ketika ia rela menyerahkan Boen Siong dan
hari itu juga mendampingi puteranya dididik794
dan digembleng kakek ini maka sejak itu pula
wanita ini tak pernah keluar guha.
Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip ternyata
begitu gembira dan merasa mantap. Inilah satu
di antara tokoh-tokoh sakti yang masih hidup.
Li Ceng segera mendengar kisah kakek ini yang
penuh petualangan, betapa sejak muda sudah
sering bertanding dengan mendiang Ji Leng
Hwesio tapi kakek ini selalu kalah.
Kekalahannya selalu tipis dan akhirnya ia
meninggalkan Tiong-goan, masuk keluar Nepal
dan Bhutan untuk akhirnya bertapa di puncak
Himalaya. Di situ kakek ini memperdalam
ilmunya untuk suatu kali datang lagi menemui
Ji Leng Hwesio. Tapi ketika didengarnya kabar
betapa sesepuh itu meninggal dunia,
mewariskan sinkangnya kepada muridnya
terkasih sementara murid yang lain mencuri
dan mempelajari Bu-tek-cin-keng maka kakek
ini tiba-tiba kecewa dan masygul. Bukan
maksudnya menghadapi tokoh-tokoh muda. la
memiliki kesombongan sebagai tokoh tua,
tokoh yang selama ini tak dikenal orang lagi
saking lamanya ia meninggalkan dunia kang-795
ouw. Maka ketika tiba-tiba didengarnya
kematian hwe-sio itu dan juga Kun-lun Lo-jin,
Sepasang kakek sakti dedengkot Heng-san
maka kakek ini lemas semangatnya
ditinggalkan tokoh-tokoh seangkatan.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tak mau berhadapan dengan
orang-orang muda itu. Menang tak menambah
pangkat sementara kalah malah justeru
memalukan, seperti Siang Kek dan Siang Lam
Cinjin itu. Maka aku berpikir sebaiknya
mewariskan kepandaianku kepada murid yang
amat berbakat, hujin, dan kebetulan kulihat
puteramu yang bertulang baik. Aku ingin
menggemblengnya, kelak kuadu dengan
ayahnya. Bukan sebagai anak melawan bapak
melainkan sebagai murid Pek-gan Hui-to Jiong
Bing Lip melawan murid Ji Leng Hwesio. Dan
maksud hatiku kesampaian, tapi tak nyana kau
sebagai ibunya hadir mendampingi ditolong
binatang piaraanku Hek-wan si Lutung Hitam
ini. Ha-ha, takdir membuat orang susah dan
senang berbarengan, hujin. Siapa sangka
bahwa penculikmu sekaligus penolongmu!"796
Li Ceng bersinar-sinar. ia sekarang tak
perduli lagi penculikan anaknya. ia telah
bertemu Boen Siong dan bersyukur
berhadapan dengan kakek seangkatan
supeknya. Tapi ingin membuktikan apakah
kakek itu benar dapat menghadapi Chi Koan
iapun terus terang menyatakan keraguan.
"Maaf, locianpwe boleh bicara apa
saja. Tapi berhasilkah kiranya ia menghadapi
ayahnya. Suamiku memang betul hebatnya
memiliki Hok-te Sin-kang yang diwarisi dari
mendiang gurunya, sementara Chi Koan lebih
banyak lagi karena ia mendapatkannya dari
Beng Kong Hwesio yang merupakan gurunya
sebelum mendapatkan Bu-tek-cin-keng.
Apakah Boen Siong mampu menghadapi dua
orang itu dengan tingkat kemampuan yang
kelak dimiliki? Dengan lain kata apakah tak ada
kekhawatiran kalau ia selalu kalah seperti dulu
locianpwe menghadapi hwesio itu?"
"Hm inilah yang membuatku
penasaran. Aku tak dapat lagi menguji
kepandaianku dengan musuhku yang tangguh797
itu, hujin, tapi aku akan membuktikannya
dengan muridku kelak!"
"Bagaimana kalau locianpwe
mengadakan uji-coba dulu. Artinya bagaimana
kalau locianpwe menghadapi Chi Koan dan
mencari kelebihan serta kekurangannya."
"Hah, kau menyuruhku berhadapan
dengan bocah ingusan itu? Sudah kubilang aku
tak mau merendahkan diriku melayani anak
anak muda. Aku angkatan tua!"
"Salah, sikap seperti itu harus
ditinggalkan. Aku justeru sebaliknya berpikir,
locianpwe, jajakilah pemuda itu hingga tahu
kelebihan dan kekurangannya. Kau tak perlu
membunuhnya, tapi berbekal pertandingan
langsung kau dapat mendidik Boen Siong
sesuai kepandaianmu!"
"Tapi ia bukan Ji Leng Hwesio!"
"Sama saja. Atau locianpwe cari
suamiku karena Ji Leng Hwesio mewariskan
sinkangnya kepada suamiku!"
Kakek ini terbelalak. Tiba-tiba ia
tergerak dan gatal tangannya. Dan ketika
dengan berapi Li Ceng menceritakan798
kehebatan suaminya, sinkang atau tenaga
sakti yang diwarisinya langsung dari dedengkot
Go-bi maka kakek itu tertawa , bergelak. Li
Ceng menutupnya dengan kata-kata yang
membakar.
"Berhadapan dengan suamiku tiada
ubahnya berhadapan dengan mendiang Ji Leng
Hwesio sendiri. Chi Koanpun tak kuat menahan
pukulan suamiku itu, meskipun pemuda itu
lebih beragam ilmunya. Karena itu cari dan
hadapi suamiku, locianpwe, jajakilah
kepandaiannya biar tahu kelebihan dan
kekurangannya. Berbekal ini Boen Siong akan
lebih tangguh, tak perlu menderita kalah
seperti jamanmu dulu!"
"Ha-ha, kau membakarku hujin.
Sesungguhnya tua bangka macam aku tak
berminat menghadapi anak-anak muda seperti
mereka , Li Ceng, tapi karena suamimu
mewarisi langsung tenaga Ji Leng Hwesio
biarlah kucoba. Baik, besok kita cari dia!"
"Atau Chi Koan kalau si buta ketemu
dulu!".799
"Baiklah, baiklah, satu di antara
keduanya atau mungkin kedua-duanya, ha
ha!" dan ketika hari itu diputuskan bahwa Chi
Koan atau Peng Houw dicari dan akan dihajar
maka Li Ceng girang bukan main menerima
janji ini, bertanya dan akhirnya mendapat
jawaban kenapa kakek 1ini berada di Kun-lun.
Ternyata Pek-gan Hui-to ini selalu ditempatkan
di situ kalau bertamu ke Kun-lun, yakni ketika
mendiang Kun-lun Lo-jin masih hidup dan dua
tokoh sakti yang sering mengadu ilmu silat ini
tiada yang kalah atau menang. Dari situ dapat
diambil kesimpulan bahwa kakek ini benar
benar luar biasa, apalagi sekarang, yang
katanya telah lebih maju setelah bertapa di
satu di antara puncak-puncak Himalaya. Maka
ketika Li Ceng semakin mantap dan hanya ingin
membuktikan saja maka keesokannya diajak
keluar dan ternyata lorong bawah tanah itu
menembus perut gunung sampai di dekat
sebuah dusun, jauh di kaki Kun-lun.
Di sini Li Ceng tertegun dan teringat
suhengnya Bi Wi Cinjin maupun Heng Bi Cinjin.
Ia sebenarnya ingin melihat dua suhengnya itu800
setelah kepergian Chi Koan. Tapi karena kakek
itu tampaknya tak senang dan ia menahan
keinginannya maka tak jadi mengeluarkan
kata-katanya dan kakek itu mematung sejenak
di atas sebuah batu hitam, mencorat-coret.
"Menurut perhitungan seharusnya Chi
Koan lebih dulu ditemukan daripada suamimu.
Mana yang kau pilih, mencari pemuda itu dulu
atau suamimu."
"Biarlah jahanam itu. Bertemu diapun
tak ada jeleknya, locianpwe, asal kau hajar dan
syukur membunuhnya sekalian!"
"Heh-heh, tidak bisa. Itu bukan
tugasku, Li Ceng, melainkan muridku kelak.
keinginanmu hanya melihat aku mengalahkan
murid Ji Leng Hwesio."
"Baiklah, terserah locianpwe dan
kemana kita mencari".
"Hm, kulihat dulu. Biar kutabur bubuk
sakti ini untuk mencari jejak!" lalu ketika si
kakek menaburkan sesuatu di batu hitam dan
berkemak-kemik tiba-tiba bagian sebelah
timur meledak.801
"Heh-heh, di sini, tak jauh dari sini.
Arah timur. Mari ikut aku dan lihat pemuda itu
kuhajar!"
Li Ceng terpekik ketika tangannya tahu
tahu disambar. la terkejut memejamkan mata
ketika angin keras menerjang mukanya. Begitu
cepat si kakek bergerak dan terbang melesat.
Lalu ketika ie mem buka matanya namun tak
kuat menahan, berdesir merasa dibawa
melayang maka ia menjadi girang dan
berdebar menunggu bukti kakek lni, Mencari
dan menghajar Chi Koan!
***
Si buta memang ke arah timur. Setelah
mengobrak-abrik Kun-lun dan gagal
menemukan Li Ceng maka Chi Koan murung
sepanjang jalan. Hal ini dapat dimengerti
karena sesungguhnya diam-diam kecewa. Tak
dapat disangkal nafsunya akan selalu
mengggelegak membayangkan nyonya muda
itu. la tak akan puas sebelum mendapatkan
wanita itu , bentuk pelampiasan dendam dan802
sakit hatinya kepada Peng Houw. Maka ketika
perjalanannya ke Kun-lun gagal dan guha
roboh mengubur wanita itu maka si buta
merasa masygul dan ini diketahui baik oleh
Kwi-bo.
"Tak usah murung, kita dapat mencari
penggantinya di dalam perjalanan. Kalau kau
setuju di dusun itu kita beristirahat, Chi Koan,
kucarikan sekedar penghibur atau aku
melayanimu!"
"Hm, bersenang-senang denganmu
mulai jenuh. Carikan pengganti dan yang cocok
dengan seleraku, Kwi-bo. Siauw Lam biar
mencari buah-buahan atau makanan untuk
kita."
Mereka berhenti. Di luar dusun itu anak
laki-laki disuruh mencari makanan. Siauw Lam
mengangguk dan tahu kemurungan gurunya
pula. Maka ketika ia melepaskan gurunya dan
Kwi-bo memegang Si buta maka Chi Koan
miringkan kepala mencari-cari sesuatu.
"Apa yang kau dengarkan," Kwi-bo
bertanya, turut memasang telinga.803
"Aku mendengar tangis bayi, Kwi-bo,
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tiga orang."
"Bayi? Kau mencari bayi? Hi-hik, lucu
amat. Untuk apa seorang bayi!"
"Bodoh, bukan bayinya melainkan,
ibunya. Ayo antarkan aku ke sana dan cari yang
paling montok!"
Kwi-bo tertegun. Tiba-tiba ia sadar dan
terkekeh dan tentu saja tak membuang waktu
lagi mengantar SI buta ini. Teringatlah dia
bahwa Li Ceng juga seorang ibu muda yang
kencang dan montok payudaranya. Agaknya
dari sinilah timbul gagasan Chi Koan untuk
mendapatkan yang sama. Maka ketika mereka
masuk dan dusun itu terheran-heran seorang
buta diiringi wanita cantik maka Kwi-bo
tersenyum simpul menuju rumah besar yang
tentu milik kepala dusun. Tangis bayi
didengarnya pula di sana.
"Cocok, telingamu benar-benar tajam.
Tapi baru seorang yang kudengar, Chi Koan,
entah di mana dua yang lain. Tapi ini agaknya
cukup bagimu"804
"Dua yang lain tetap harus kau cari.
Kumpulkan mereka dan mintalah sebuah
kamar besar untukku."
"Dan untukku juga, untuk kita! Hi-hi
senangnya bercinta bersama-sama, Chi Koan.
Kita dapat saling menonton!"
"Kali ini tidak," si buta menggeleng.
"Kau cari kamar yang lain, Kwi-bo, aku ingin
bermain cinta secara halus. Aku tak ingin
menakut-nakuti mereka." lalu ketika wanita ini
tertegun dan kecewa langkah merekapun
sudah tiba di rumah besar itu.
Seorang lelaki tua menyambut
bersama wanita sebayanya. Melihat mereka
mudah diduga pasangan ini suami isteri, tentu
kepala dusun. Dan ketika benar saja kakek itu
kepala dusun maka Kwi-bo bersikap halus
sesuai keinginan Chi Koan, padahal sebenarnya
ia tak sabar dan ingin menampar serta
menendang suami isteri itu.
"Kami orang yang kelelahan di jalan,
dapatkah kalian memberikan sebuah tempat
untuk kami beristirahat, terutama temanku
ini."805
Kakek itu mengerutkan alis. Kwi-bo
dipandangnya terbelalak dan penuh.kagum.
Tiba-tiba lelaki tua itu terkekeh. Dan ketika ia
mengangguk-angguk sementara isterinya
berkerut curiga maka kepala dusun ini berseru,
"Jiwi dari mana jauh-jauh melakukan
perjalanan seperti ini. Ah, kasihan temanmu ni
, tampak letih dan kusut. Mari-mari , masuk
dan duduk dulu di ruang dalam beristirahat!"
kemudian menyuruh isterinya ke dapur kakek
itu memerintahkan menyiapkan minuman.
"Kau ambil penawar haus dan sekedar
makanan kecil, biarlah tamu kita ini
beristirahat sejenak di sini!"
Kwi-bo adalah wanita matang. Melihat
gerak-gerik dan pandang mata kakek itu diam
diam tertawa geli. Kakek yang usianya hampir
enampuluhan tahun ini jelalatan, matanya bak
seorang pemuda yang masih penuh gairah.
Sebal dia!
Tapi karena Chi Koan melarangnya
membuat ribut dan ketenangan serta sikap
halus harus diperlihatkan agar tak membuat
takut penghuni rumah maka wanita inipun806
bahkan mengerlingkan matanya dan membuat
gerakan menyambut. Senyum genitnya
membuet si kakek berdesir, terkekeh-kekeh.
Dan ketika saat itu muncullah seorang pemuda
tegap membawa cangkul maka kekek itu tiba
tiba berseru mengalihkan perhatian Kwi-bo
kepada pemuda ini.
"Eh, Hao-siu, cepat berangkat dan
awasi sawah kita. Jangan pemalas!" dan ketika
pemuda itu mengangguk namun tertegun
melihat Kwi-bo, rambut panjang memikat itu
membuatnya berdetak maka Kwi-bopun
melempar senyum yang membuat hatinya
berjungkir balik. Si kakek membentaknya agar
cepat pergi.
"Pemalas, bikin malu orang tua saja. Eh,
ini minumnya, nona. Siapa namamu".
Nyonya rumah datang diiring pelayan.
Kwi-bo melihat seraut wajah manis dan Chi
Koan cepat-cepat miringkan kepala pula.
Langkah dua orang itu didengar. Tapi ketika
Kwi-bo berbisik bahwa yang datang adalah
seorang gadis buruk, pelayan maka Chi Koan
mengangguk-angguk dan nyonya rumah duduk807
menemani mereka. Perasaannya tampak was
-Was , tidak seperti suaminya yang terkekeh
kekeh dan girang mendapat wanita cantik.
"Kami ingin beristirahat barang sehari
dua, bolehkah kami menginap dan adakah
kamar untuk temanku ini".
"Heh-heh, ada, ada! Maaf, apakah dia
ini suamimu, nona. Dan dari kota manakah
kalian berasal, hendak ke mana!"
"Kami dari kota raja, hendak
berkunjung menengok famili. Dan temanku
ini..hmm. .. kami bersaudara, bukan suami
isteri".
Kakek itu terkekeh-kekeh. Agaknya dia
gembira mendengar jawaban ini Sementara
isterinya semakin berkerut dan melihat
sesuatu yang tidak menyenangkan. Kerling dan
lirik Kwi-bo dirasanya terlalu berani, ia
menginjak kaki suaminya. Dan ketika suaminya
terkejut dan menahan diri maka laki-laki tua itu
sadar bahwa isterinya ada di sampingnya.
"Baiklah, baiklah. Kami akan
menyiapkan untuk kalian dua kamar tidur.808
Kalian rupanya kelelahan. Mari minum dan
nikmati teh hangat ini, juga penganan kecil ini"
Kwi-bo tertawa sebal. Kalau saja Chi
Koan tak mencegah perangainya maka yang
dilakukan adalah melempar dan membunuh
kakek itu. la dapat menguasai rumah ini
dengan kekerasan. Akan tetapi karena si buta
sedang mencari suasana lain, sementara tangis
bayi ?i dalam meledak nyaring tiba-tiba
bangkitlah nyonya rumah menowel lengan
suaminya.
"Cucu kita ingin didekati kakeknya,
cobalah kau tenangkan dia dan biar kubantu Bi
Leng!"
Sang kakek tertegun. Terpaksa ia
bangkit berdiri dan meninggalkan tamunya,
diam-diam Kwi-bo tersenyum melihat kakek
itu berkejap padanya. Tuan rumah ternyata
seorang kakek hidung belang. Dan ketika ia
juga berkejap dan kakek itu girang bukan main,
gayung bersambut maka sekilas bayangan
seorang wanita muda lenyap di balik pintu.809
"Hm, kakek itu tak tahu diri. Ia
mengerjap.padaku, Chi Koan, apa yang harus
kulakukan kepadanya."
"Biar saja keblingsatan, bukankah kau
mulai menaksir Hao-siu."
"Eh, kau tahu?"
"Wanita sepertimu tak biasa
membiarkan rumput muda, Kwi-bo , apa saja
dapat kau lakukan dan tentu saja aku tahu."
"Hi-hik, kau pintar. Tapi tentunya kau
harus mendapatkan dulu ibu bayi itu. masih
muda, segar!"
"Aku tahu, dan aku sudah mendengar
langkah kakinya. Paling tidak ia berusia tujuh
belas tahun."
"Astaga, telingamu seperti kucing saja.
Dugaanmu betul, Chi Koan, hanya tampaknya
kurang cantik!"
"Tak apa, asal segar. Dan aku tiba-tiba
haus wanita menyusui."
Kwi-bo terkekeh-kekeh. Untung Chi
Koan menginjak kakinya dengan cepat karena
nyonya rumah terkejut dan berhenti
terbelalak, heran dan kaget bahwa ada810
seorang wanita cantik tertawa begitu bebas,
kesannya urakan dan liar. Tapi ketika Kwi-bo
menghentikan tawanya dan wanita itu masuk
lagi maka Chi Koan berbisik agar mereka
menunjukkan sikap sebagai tamu baik-baik.
"Jangan mengumbar tawamu,
kendalikan. Jangan membuat takut calon
korbanku hingga kita harus bersikap kasar."
"Baiklah, maaf. Aku kaget akan
perasaanmu yang awas itu, Chi Koan, kau
seperti tidak buta saja!"
Dua orang itu lalu bersikap sopan., Kwi
bo mengendalikan dirinya namun nyonya
rumah terlanjur tak senang. Tawa tamunya
seperti tawa kuda, jalang. Maka ketika ia
berbisik pada suaminya agar berhati-hati, Chi
Koan mendengar itu dari luar maka si buta
mengetukkan tongkat berkata lagi.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nah, nenek itu sudah
memperingatkan suaminya. Hati-hatilah
sikapmu!"
"Apa yang dia katakan?"811
"Tawamu yang katanya seperti kuda
betina jalang itu. Bersikaplah sopan dan
jangan' membuat ribut."
Kwi-bo merah mengepalkan tinju.
Kalau saja ia tak ingat perintah ini tentu ia
sudah mencelat dan membanting wanita tua
itu. Ia dikatakan seperti kuda jalang! Tapi
menahan marah dan bersikap sopan iapun
pura-pura bersikap baik ketika tuan rumah
muncul kembali, tersenyum dan kakek ini
bersikap biasa-biasa saja. Tentu saja ia tak
mendengarkan kata-kata isterinya karena Kwi
bo membalas kedipannya ketika ia mengedip.
Tutup bertemu mangkoknya! Dan ketika hari
itu mereka beristirahat dan untunglah Siauw
Lam tak berkunjung ke situ, anak ini telah
diperintahkan untuk menunggu dan diam di
luar dusun maka malam harinya di saat makan
bersama dua orang mulai menjalankan siasat
masing-masing.
Bi Leng anak kepala dusun ternyata,
seorang wanita muda yang usianya sekitar
tujuh belas tahun, tubuhnya segar dan muda
dan berkali-kali ia harus mendiamkan bayinya812
dengan menyusui. Di hadapan orang buta ia
tak perlu malu-malu mengerjakan itu,
sementara Hao-siu, Suaminya adalah menantu
kepala dusun. Maka ketika dalam percakapan
ini Kwi bo memuji-muji tuan rumah, kakinya di
bawah meja menyentuh atau menyenggol kaki
Hao-siu maka pemuda petani yang menantu
kepala dusun itu berdesir dan dua kali
tersedak.
Isteri kepala dusun berkurang
kemarahannya setelah kwi-bo merobah sikap.
Ketidak senangannya mulai surut, meskipun
beberapa kali perasaannya masih kurang
sedap. Suaminya sering mengawasi Wanita ini
seperti orang lapar, atau harimau yang
layaknya ingin menerkam saja. Dan ketika saat
makan selesai dan mereka dipersilakan tidur
maka Kwi-bo mendapat tugas untuk
mengantarkan Bi Leng ke kamar Chi Koan.
"Bawa wanita itu kepadaku, minumkan
seteguk anggur. Dan kau sendiri, hmm...
terserah apa yang kau lakukan, Kwi-bo, tapi
sekali lagi jangan sampai membuat ribut!"813
"Aku sudah menggoda pemuda itu,
Hao-siu gelagapan."
"Ya, aku tahu, ia tersedak dua kali."
"Aku.. Hi-hik, kau mengikuti semua
gerakan!"
"Kita sama-sama tahu, Kwi-bo, dan
malam ini aku ingin bermain cinta dengan
halus. Bawalah Bi Leng ke sini dan tidurkan
kedua orang tuanya."
Kwi-bo terkekeh. Menidurkan pemilik
rumah berarti menotoknya hingga pagi, ia
berkelebat dan melaksanakan tugasnya. Dan
ketika tanpa sukar ia merobohkan suami isteri
itu, sang kakek menggeliat sementara isterinya
mengeluh dan terguling pingsan maka wanita
ini sudah bergerak ke kamar belakang di mana
suami isteri muda itu tidur.
Ternyata dua orang ini gelisah. Tanpa
sepengetahuan Kwi-bo diam-diam Chi Koan
melancarkan daya-pengasih. Ilmu ini adalah
ilmu batin dan dengan sikap serta gerak
geriknya ia mempengaruhi puteri kepala dusun
itu. Bi Leng tersentak ketika seakan tak sengaja
ujung kakinya disentuh kaki Chi Koan, terusap814
dan naiklah hawa dingin yang membuat
kepalanya pusing. Di bawah meja makan tadi
ternyata telah terjadi tukur-menukur gesekan
kaki. Bi Leng tiba-tiba mengeluh ketika yang
teringat adalah wajah si buta itu. Baginya
wajah ini tiba-tiba begitu memelas, ia merasa
haru dan kasihan bukan main. Dan karena Chi
Koan adalah pemuda tampan yang sanggup
menggeterkan hati wanita, kebutaannya
justeru menimbulkan rasa kasihan maka
perasaan ini dipergunakan baik-baik dan
mudah sekali daya-pengasih itu menembus
benteng pertahanan Bi Leng.
Akan tetapi wanita ini adalah seorang
ibu muda, sudah bersuami. Tentu saja ia
bingung kenapa tiba-tiba ia seakan jatuh cinta
kepada orang lain. Perasaan macam apa itu.
Maka ketika ia menekan dan coba membuang
pikirannya jauh-jauh ternyata semakin diusir
wajah si buta itu semakin melekat! Ia tak tahu
bahwa di dalam kamarnya si buta ini duduk
bersila, mengerahkan kekuatan dan bobolah
semua pertahanan. Jangankan wanita dusun
ini, Hong Cu gadis lihai dari Sin-hong-pang saja815
roboh! Maka ketika ia gelisah dan menggeliat
bangun, mengeluh dan meninggalkan
pembaringan tiba-tiba saja suaminya juga
mengalami hal yang sama akan tetapi yang
diingat adalah Kwi-bo!
Jadilah suami isteri ini meninggalkan
bilik. Bi Leng seakan orang tersihir menuju
kanmar Chi Koan, sementara suaminya yang
tertegun dan melihat Kwi-bo tiba-tiba muncul
di depannya tersentak. Belum lagi ia sadar
akan apa yang dilakukan tiba-tiba wanita itu
menotok dan menyambarnya keluar. Kwi-bo
membawanya ke kamar di sebelah si buta itu.
Lalu ketika ia mengeluh dan meneguk secawan
minuman manis, sama seperti isterinya di sana
maka masuklah suami isteri muda ini dalam
perangkap jahat. Mereka tak tahu apa yang
mereka lakukan sampai akhirnya jerit dan
keluhan tertahan terdengar di kamar Chi Koan.
Saat itu menjelang pagi dan Chi Koan
telah mendapatkan korbannya. Pengaruh
daya-pengasih lenyap dan wanita itupun
sadar. Dan ketika Bi Leng tersentak dan berlari
meninggalkan kamar maka hampir dalam816
waktu bersamaan suaminyapun meloncat dari
kamar Kwi-bo
"Bi Leng"
Suami ini menangkap isterinya. Sang
isteri menjerit dan meronta-ronta namun
tangis bayi menyadarkan mereka. Sambil
mengguguk wanita ini menubruk bayinva,
menyusui dan mendiamkan bayinya dengan
tangis tersedu-sedu. Lalu ketika si bayi diam
dan mereka kembali berpandangan maka sang
isteri terkejut karena suaminya telanjang
bulat, lupa ketika tadi mengejar dan menyusul
isterinya ini.
"Kau...!" Hao-siu terkejut. Ia baru
melompat keluar dari kamar Kwi-bo
mendengar jerit isterinya tadi, tak sadar bahwa
iapun masih dalam keadaan bugil. Semalam
dinina-bobok wanita cantik itu, terbang ke
awang-awang. Maka ketika isterinya menjerit
dan menubruk serta memukul-mukulnya maka
pemuda ini sadar dan cepat mencengkeram
isterinya itu.817
"Jangan menuduh sepihak. Kaupun
melakukan penyelewengan di kamar lain, Bi
Leng. Kau bersama si buta itu!"
"Aku. , aku tidak sadar. Aku seperti
tersihir!"
"Akupun juga. Aku tidak sadar dan tak
tahu apa yang kulakukan. Diam dan jangan
membuat ayah ibu bangun dan kita ketahuan!"
Tersentaklah Bi Leng. la tiba-tiba sadar
bahwa ayah bunya bisa bangun dan
mengetahui keadaan mereka. Betapa
memalukan dan rendahnya perbuatan mereka
itu. Dan ketika masing-masing sadar bahwa
mereka dikerjai lawan maka suami isteri itu
berjanji untuk tidak mengulang kejadian
semalam.
Akan tetapi mana mungkin! Yang
menguasai mereka adalah Chi Koan yang amat
lihai, juga Kwi-bo yang pandai merayu dan
bersikap genit. Maka ketika malam kedua
mulailah getaran daya-pengasih itu menyebar
kembali, menyedot dan membawa wanita itu
akhirnya Bi Leng tunduk dan menyerah di
bawah kekuatan si buta. Hao-siu juga terlena818
dan mabok di beiaian Kwi-bo dan kejadian ini
berlangsung empat hari berturut-turut. Dan
ketika kebosanan mulai menghinggapi Chi
Koan dan si buta minta agar kekasihnya
membawa dua ibu muda lain yang diingatnya
kembali maka puteri kepala dusun ini
terbelalak dan ngeri.
"Bawa mereka kepadaku, biar kuusap
kepalanya. Lalu semuanya boleh kau
tinggalkan dan tak perlu melayani aku lagi."
Pucatlah wanita muda ini.la akhirnya
tahu bahwa tamu yang berada di rumahnya ini
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan orang sembarangan. Empat kali ia telah
menyerahkan diri. Maka ketika dengan ngeri
dan rasa takut ia membawa kawannya yang
lain, Yan-kim dan Sui-ma maka dua orang
inipun terkena daya sihir Chi Koan di mana
secara bersamaan dua wanita muda itu berada
di kamar dan melayani si buta berbareng.
Gegerlah tempat tinggal kepala dusun.
Dua Suami yang kehilangan isteri dan mencari
mereka ternyata menemukan isteri masing
masing di rumah itu. Untunglah Bi Leng sigap
memberi tahu bahwa Yan-kim dan Sui-ma819
menemani dirinya untuk menenangkan anak
yang rewel. Tapi karena dua suami itu lama
lama curiga kenapa isteri mereka bergerak
seperti Orang lupa ingatan, dipanggil tak
menoleh dan membuat mereka marah maka
Kwi-bo muncul di sini meninggalkan Hao-Siu.
Cepat sekali wanita ini
mempergunakan kepandaiannya merobohkan
laki-laki muda itu. Kalau sang isteri berada di
kamar Chi Koan maka sang suami berada di
kamarnya. Dua lelaki sekaligus tak apa. Dan
ketika hal ini membuat Hao-siu tersinggung
dan marah akhirnya menantu kepala dusun ini
melapor kepada mertunya.
"Apa, mereka... mereka menggauli
isteri-isteri orang? Si buta itu menyihir Yan-kim
dan Sui-ma? Dan.... dan wanita itu
memasukkan dua laki-laki ke kamarnya?
Celaka, keparat jahanam. Kotorlah rumah ini,
Hao-siu. Panggil orang-orang dan bunuh
mereka itu. Mana cangkulmu, mana sabit dan
senjata tejam!" kakek kepala dusun marah
sekali berlari ke belakang. la marah bukan
sekedar cerita ini melainkan marah karena820
wanita ini tak mau melayaninya. Sebenarnya
ia, sudah menunggu-nunggu dan saling kedip
diantara mereka membuat tubuhnya panas
dingin. Siapa tidak meledak kalau tiba-tiba
wanita itu main gila dengan orang lain, di
rumahnya lagi. Maka ketika ia berteriak-teriak
dan kebetulan Kwi-bo baru saja mengerjai dua
petani muda ini maka pintu kamar yang
dibabat cangkul pecah berantakan.
"Gu Pin, keluar dan kuhajar kau. Juga
Luan-ho. Kalian berdua jahanam keparat yang
menodai rumah ini. Keluar......brak-braakk!' "
dua lelaki terlonjak di atas tempat tidur dan
mereka itulah suami dari wanita muda yang
berada di kamar Chi Koan. Yan-kim dan Sui-ma
terpekik ketakutan, gegerlah rumah itu. Pagi
itu dua wanita ini dibuat kaget oleh kemarahan
kepala dusun. Kakek itu membacok dengan
sabit dan cangkulnya di tangan. Pintu kamar itu
roboh. Lalu ketika dua pemuda ituenggigil
telanjang bulat di satu pembaringan maka
kakek itu tak dapat menahan marahnya lagi
dan membacok dua suami sial itu.
"Ampun, kami.. kami minta ampun!"821
Akan tetapi sabit dan cangkul di tangan
laki-laki yang kalap ini terayun deras. Pundak
dan paha lawannya terkena. Dalam keadaan
seperti itu tenagapun rasanya seperti anak
muda saja. Dan ketika dua petani itu menjerit
dan roboh terguling-guling maka isteri mereka
terpekik menjerit dari kamar si buta.
"Jangan bunuh suamiku.... !"
"jangan bunuh mereka..!" hao-siu juga
melakukan hal yang sama dan Bi Leng juga!
Tersentaklah tangan yang menggigil
itu. Wajah tua yang beringas ini terkejut, Hao
siu tiba-tiba dipandang dan mundurlah
pemuda itu. Ia tergetar oleh pandang mata
mertuanya yang seperti api. Mata itu seperti
membakarnya. Dan ketika kakek itu
membentak dan ia menyelinap,
berdatanganlah orang-orang lain dengan
senjata di tangan maka pagi yang cerah itu
menjadi pagi yang gaduh oleh teriakan dan
orang kena bacok.
Hao-siu sendiri melarikan diri dan tiba
tiba bersembunyi di balik punggung penduduk.
Semua orang gempar melihat ini, apalagi822
ketika kakek itu mengejar dan menyerang
menantunya. Dan ketika Semua itu ditambah
jerit dan teriakan wanita maka dengan
tenangnya Chi Koan tersenyum-senyum
keluar. Di belakangnya mengiring Kwi-bo dan
Siauw Lam. Wanita itu terkekeh-kekeh.
"Hi-hik , apa yang harus kulakukan
kalau sudah begini, Chi Koan. Apakah
mengumumkan kepada mereka bahwa laki
laki maupun perempuannya brengsek semua!"
"Mana Bi Leng, panggil ia ke mari.'
"Itu di sana... !" lalu ketika wanita ini
berkelebat dan menyambar puteri kepala
dusun maka wanita atau ibu muda ini menjerit.
"Lepaskan... lepaskan aku!"
"Hi-hik, kau rupanya yang menjadi
gara-gara. Tak apa.. pertanggungjawabkan
dulu perbuatanmu dan hadapilah Chi Koan!"
(Bersambung jilid XIV.)
Koleksi Kolektor Ebook823
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XIV
*
* *
Si BUTA menangkap dan menerima
wanita ini. Kejadian di pagi itu sungguh
menggegerkun dan mengejutkan semua
orang. Mereka terbelalak dan bingung di
depan rumah kepala dusun, senjata merunduk
ke tanah tak jadi digerakkan. Mereka tak tahu
harus berbuat apa. Lalu ketika Chi Koan
mencengkeram dan menotok puteri kepala
dusun, yang lunglai dan seketika tak mampu
bersuara maka si buta berseru agar Bi Leng
mengaku semu perbuatannya.
"Kau membuka rahasia di depan
umum, kau menelanjangi kami semua.
Katakan kepada mereka bahwa kaulah yang
mula-mula memasuki kamarku dan minta
dilayani sebagaimana hubungan pria wanita!".824
"Tidak, tidak..aku, ah.. lepaskan aku,
kongcu. Aku tidak mengatakan apa-apa
kepada siapapun. Suamikulah yang bicara, ia
cemburu temanmu tak memakai dirinya lagi"
"Apa? Hao-siu cemburu kepada Kwi
bo?"
"Benar , ia marah-marah kepadaku,
kecewa la melaporkan kepada ayah dan inilah
akibatnya. Lepaskan aku dan jangan sakiti!"
Chi Koan membelalakkan kelopaknya
yang kosong. Semula seperti Kwi-bo ia pun
menduga wanita inilah yang membuka rahasia.
Sungguh tak disangka kalau sang suami yang
cemburu, marah karena kwi-bo tak
memakainya lagi. Tapi ketika ia tiba-tiba
tertawa bergelak dan Kwi-bo terkekeh,
meliarlah wanita ini mencari petani muda itu
maka didapatinya laki-laki itu bersembunyi di
balik punggung penduduk.
"He, kau!" Kwi-bo memanggil dan
berseru. . "Ke sini, Hao-siu, kiranya kau yang
menjadi gara-gara!"
Akan tetapi petani muda itu ketakutan
di sana. la bahkan merunduk dan825
menyembunyikan diri, tiba-tiba sesal dan takut
muncul. Tapi ketika Kwi-bo berkelebat dan
penduduk berteriak didorong terpelanting,
mudah saja wanita ini menangkap maka laki
laki itu sudah disambar dan sekali berjungkir
balik wanita ini kembali lagi di dekat Chi Koan.
Geraknya yang mengejutkan seperti walet
menyambar membuat penduduk ngeri. Kwi bo
pulang balik seperti pandai menghilang saja.
"Kau!" wanita ini terkekeh menekan
tengkuk orang. "Kiranya gara-gara cemburu
dan marah membuat gara-gara di pagi ini, Hao
siu, kurangkah kenikmatan yang kau dapat
dariku hingga masih tidak puas. Hayo, katakan
kepada penduduk bahwa kaupun memasuki
kamarku dan minta dilayani!"
Petani muda ini gemetaran. la meronta
melepeskan diri namun cengkeraman Kwi-bo
membuat ia kesakitan. Semakin memberontak
semakin nyeri dan sakit. Maka ketika ia
menangis dan ketakutan setengah mati iapun
mengakui bahwa sesungguhnya ia lebih dulu
memasuki kamar Wanita itu.826
"Aku. .. aku bingung. Aku merasa jatuh
cinta. Lepaskan aku, kouwnio.. lepaskan aku.
Kuakui bahwa aku memasuki kamarmu dan
kau mau melayani aku. Lepaskan aku..!"
"Katakan dulu apakah nikmat bercinta
denganku atau tidak. Kau suka atau tidak!"
"Aku. . aku suka.. . nikmat!"
"Heh-heh-heh!" Kwi-bo sengaja
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggoda kepala dusun yang mendelik di situ.
Percakapan itu didengarkan Semua Orang dan
Gu Pin serta Luan-ho yang semula dianggap
biang keladi ternyata hanya merupakan orang
nomor dua dan tiga setelah Hao-siu ini. Petani
muda itu menyatakan betapa nikmat dan
sukanya bercinta dengan wanita itu, padahal
mertuanya mengincar lebih dulu dan ingin
bermabok-mabokan dengan si cantik. ketika
kakek itu tak dapat menahan marahnya dan
memekik serta menggerakkan sabit maka ia
menyabet menantunya itu dengan kata-kata
kotor.
"Kau jahanam tak tahu malu, sudah
punya isteri sendiri masih juga jelalatan
mencari lain!"827
Kwi-bo melempar petani muda ini ke
arah mertuanya. Semua orang menjerit ketika
sabit mengenai leher, Hao-siu menjerit
kemudian roboh. Luka di lehernya menganga.
Lalu ketika dengan kalap kakek ini dibakar
cemburu dan marah. Bi Leng menjerit-jerit
maka tanpa ampun lagi kakek itu mencincang
menantunya.
"Kau jahanam kurang ajar, kau manusia
tak tahu budi. Ah, mampuslah...mampuslah!"
Bertubi-tubi sabit merobek tubuh
petani muda itu. Kejadian berlangsung cepat
hingga penduduk terbelalak tak sadar, mereka
seakan dihipnotis iayaknya. Tapi ketika Bi Leng
dilepaskan si buta dan wanita itu menubruk
suaminya maka sadarlah penduduk dan
serentak mereka menangkap dan merampas
sabit di tangan lelaki tua itu. Tubuh Hao-siu
bersimbah darah dan gegerlah penduduk, para
wanitanya menjerit. Lalu ketika mereka
berhamburan pula menubruk korban maka
Kwi bo terkekeh dan tiba-tiba menyambar Yan
kim dan Sui-ma,828
"Mereka inipun juga tak tahu malu.
Bunuh dan hukum seperti si Hao-siu itu!"
"Dan ini juga!" Siauw Lam terkekeh
menangkap Gu Pin dan Luan-ho, melontarkan
ke tengah penduduk. "Hukum dan cincang
mereka, paman-paman. Mereka juga masuk ke
kamar bibiku secara tak tahu malu!"
Serentak kaum laki-laki beringas dan
memandang dua petani muda itu. Mereka
tiba-tiba juga cemburu betapa wanita secantik
Kwi-bo mau melayani rekan-rekan seperti ini.
Alangkah beruntungnya mereka itu, dan
alangkah rugi diri sendiri tak sempat
menikmati anggur segar. Tapi ketika mereka
hendak menubruk dan mencincang dua petani
ini mendadak isteri kepala dusun berteriak
menuding Kwi-bo juga Chi Koan.
"Jangan terhasut, dua orang ini iblis
iblis tak tahu malu. Kalau mereka orang baik
baik tak sudi membuka kebobrokan diri
sendiri. Aku sudah curiga sejak semula,
saudara-saudara. Bi Leng telah mengatakan
kepadaku betapa ia seakan disihir si buta itu. Ia
masuk tanpa sadar, dan Hao-siu juga. Tentu829
Luan-ho dan Gu Pin juga begitu karena mereka
diguna-guna. Tangkap dan bunuh mereka itu
mereka inilah iblis-iblis pengacau kampung!"
Bergeraklah para penduduk dusun itu.
Dua suami isteri di sana mengangguk-angguk
dan Sui-ma maupun Yan-kim mengiyakan kata
kata ini. Mereka seakan disihir dan diguna
guna, apa yang mereka lakukan adalah tanpa
sadar. Maka ketika penduduk tiba-tiba marah
dan membalik menghadapi si buta mendadak
mereka berteriak dan menyerang pemuda itu.
"Hi-hik, kau yang diserang, bukan aku.
Rupanya aku masih disayang mereka, Chi
Koan. Para pemudanya melotot kepadaku,"
Kwi-bo terkekeh, melihat orang-orang itu tak
menyerangnya karena mereka mungkin
merasa sayang. Wanita secantik ini tak boleh
dibunuh, biar ditangkap dan nanti diadili saja.
Kalau perlu "dipakai" beramai-ramai, ada
mata-mata nakal di antara para penduduk itu.
Maka ketika mereka menyerang dan hendak
membunuh si buta, justeru di sinilah celakanya
maka si buta tersenyum dan sekali ia
menggerakkan tongkat berteriaklah para830
penduduk itu ketika terangkat dan terlempar
ke belakang.
"Kalian tikus-tikus busuk tak tahu diri.
Pergilah!"
Perlahan saja gerakan tongkat itu
namun kesiur angin yang terbawa bukan main
hebatnya. Belasan terbanting dan patah
tulangnya, yang lain berdebuk dan menimpa
teman sendiri, terpekik. Lalu ketika mereka
berteriak dan roboh tak keruan maka Chi Koan
berkata pada muridnya agar meninggalkan
tempat itu.
"Mari pergi."
Siauw Lam tertawa. Ia sendiri gembira
oleh kejadian itu dan merasa geli melihat yang
terbanting dan mengaduh-aduh. Lucu sekali
serangan penduduk dusun itu, tiada ubahnya
laron menyerbu api. Maka ketika ia terkekeh
dan menyambar lengan gurunya iapun
melompat dan membawa gurunya pergi.
"Mari, suhu, kecoa-kecoa itu tunggang
langgang!"
Chi Koan tersenyum. la melangkah
tenang dan tak perduli kiri kanan lagi. Jerit dan831
pekik kesakitan itu bahkan mebuatnya berseri
Seri. Penduduk tentu saja gentar. Lalu ketika
Kwi-bo mengikuti dan terkekeh di belakang si
buta maka mereka yang mendapat hajaran
tentu saja ngeri dan pucat. Akan tetapi tidak
semua penduduk patah tulangnya. Mereka
yang hanya terlempar dan terbanting
menimpa tubuh teman sendiri dapat meloncat
bangun. Mereka inilah yang merasa penasaran
dan ingin menangkap pengacau-pengacau itu.
Namun karera si buta ternyata lihai dan.
mereka gentar maka Kwi-bo menjadi sasaran
dan wanita inilah yung sekarang hendak
ditangkap.
"Berhenti, kaupun tak boleh pergi.. ayo
tinggalkan teman-temanmu dan pertanggung
jawabkan dulu perbuatanmu!"
"Hi-hik, pertanggung jawaban apa.
Kalau aku tertangkap tentu kalian hendak
mempermainkan aku, tikus-tikus busuk. Mata
kalian telah bicara dan lahap menelan
tubuhku. Pergilah!"
Rambut wanita ini bergerak dan
pendudukpun menjerit. Mereka belum832
melihat kelihaian wanita ini kecuali
menangkap Hao-siu tadi. Maka ketika tiba-tiba
rambut meledak dan menghantam pecah pipi
mereka maka tiga orang mengaduh dan
bergulingan menjerit-jerit, tidak berhenti di
sini karena Kwi-bo berkelebat mendahului,
menggerakkan kaki tangannya dan
mencelatlah petani-petani itu berteriak ngeri.
Mereka terbanting dan pecah kepalanya, Kwi
bo memang keji. Dan ketika wanita itu
terkekeh dan berhenti bergerak maka dua
puluh penduduk malang-melintang tak
mampu bangkit lagi. Mereka patah tulang dan
paling sedikit pecah pipinya.
"Nah, siapa ingin maju. Mari kukirim ke
akherat!"
Buyarlah penduduk dusun. Mereka
cerai-berai melihat keganasan wanita itu. Tak
disangka begitu cepat teman-teman mereka
roboh. Dan ketika sekejap kemudi?n penduduk
melarikan diri ke rumah masing-masing,
bersembunyi dan ngumpet di situ maka Kwi-bo
berkelebat mengejar Chi Koan.833
Si buta sudah berada di luar dusun
tersenyum-senyum. Sepak terjang Kwi-bo
tentu saja diketahui, Chi Koan tertawa
mengejek sementara muridnya tertawa geli.
Dan ketika wanita itu bersama mereka kembali
maka Chi Koan berkata perjalanan dilanjutkan.
"Aku senang melihat seperti ini.
Marilah sepanjang jalan mencari korban lain."
"Hik-hik, kau masih senang wanita
wanita muda yang menyusui bayinya? Kau
belum puas dengan puteri kepala dusun dan
dua temannya itu?"
"Hm, aku baru puas kalau
mendapatkan Li Ceng. Sebelum itu gemuruh di
dadaku masih meledak-ledak, Kwi-bo. Cari
yang lain dan bikin onar baru."
"Baik, dan aku mempermainkan suami
suaminya. Hi-hik, nikmat juga
mempermainkan petani-petani muda itu, Chi
Koan. Mereka begitu kelaparan seperti kuda
jantan masih haus. Ih, terangsang nafsuku,
nikmat!"
Chi Koan tersenyum dengan kelopak
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkejap-kejap. Membayangkan Kwi-bo di834
kerubut dua petani muda tiba-tiba membuat ia
geli. Tentu petani-petani itu dipermainkan
dulu, kalau perlu satu sama lain diadu. Dan
karena Kwi-bo memiliki kebiasaan aneh
mempermainkan korban dengan cara
bermacam-macam, ada yang diikat dan
disuruh menonton menggelepar-gelepar maka
si buta ini geli dan tertawa gembira.
Kekecewaannya sedikit terobati dengan
peristiwa di dusun itu. Ia telah menikmati Bi
Leng yang berdada padat, juga Sui-ma dan Yan
kim. Akan tetapi karena berahi bagai madu
yang tak kenal surut, kebosanan mulai
membayang maka ia ingin mencari yang lain
dan melepas lagi kekesalannya tentang Li
Ceng. Akhirnya dusun demi dusun yang dilalui
dua orang ini selalu geger. suami dan isteri
kalap.. Dan ketika akhirnya beberapa hari
kemudian si buta tiba di sebuah telaga yang
beriak perlahan maka di tepi telaga itu ia
berhenti mendengar tawa riang beberapa
wanita mudai mencuci pakaian, saling
berkecipak.835
"Hm, berhenti di sini. Sampai di mana
kita sekarang, Kwi-bo, rasanya ada sesuatu
yang memikat hatiku."
"Hi-hik, kita mendekati kota Shan-yang,
kalau tidak salah inin telaga Le-Ouw. Banyak
gadis-gadis cantik di situ, Chi Koan, tapi mereka
rupanya bukan gadis-gadis dusun. Seakan dari
kota, wajahnya halus-halus!"
"Hm, coba lihat yang suaranya seperti
burung kutilang itu. Ah, nyaring dan penuh
keberanian."
"Dia scorang gadis baju merah, paling
cantik. Ah, tajam sekali indera rasa mu, Chi
Koan, dan di sebelah itu delapan pemuda
memancing ikan. Hi-hik, rupanya seperti para
pelajar!"
"Bagus, dekati mereka, lalu biarkan aku
sendiri. Dan kau boleh dekati pemuda-pemuda
itu."
Kwi-bo terkekeh. Mereka baru saja
datang dan kehadirannya tentu saja menarik
perhatian orang. Tawanya yang bebas lepas
mengejutkan pemuda dan gadis-gadis itu.
Mereka adalah kelompok sastrawan dari kota,836
sengaja menghibur diri di telaga itu untuk
mencari kesegaran. Inilah putera-puteri kaum
hartawan dan bangsawan, si baju merah
justeru puteri Ong-taijin walikota Shan-yang.
Maka ketika tiba-tiba si buta muncul dan Kwi
bo terkekeh begitu lepasnya, sikapnya yang
genit dan kerlingnya yang menyambar
nyambar membuat pera pemuda itu tertegun
berdebar maka wanita ini sudah mendekati
kelompok pelajar itu bicara nyaring.
"Maafkan kami yang mengganggu
sebentar. Temanku si buta ini merasa haus dan
lapar, adik-adik. Adakah di antara kalian
membawa bekal berlebih. Tolonglah dia, kami
belum mendapat makanan".
Gadis-gadis muda itu terharu. Chi Koan
tertatih dengan tongkatnya dan tentu saja
memasang sikap mengharukan. Dua kali ia
terpeleset. Dan ketika para gadis itu terpekik ia
hendak jatuh, Kwi-bo bersikap tak perduli
maka gadis baju merah itu berseru,
"Aku membawa sisa roti kering, kalau
kalian mau boleh ambil!"837
"Bagus, terima kasih. Berikan padanya
adik manis, dia yang lapar sementara aku ingin
memancing saja. Aku ingin ikan!" lalu ketika
gadis itu mengambil bungkusannya
memberikan kepada Chi Koan, tentu saja si
buta tak menyia-nyiakan kesempatan ini maka
seperti yang sudah-sudah cepat sekali Chi Koan
melepaskan daya pengasih lewat ujung jari itu,
bertemu dan mengontak dan selanjutnya gadis
ini seakan tertegun. la kehilangan akal, tiba
tiba Jari Si buta digenggam. Tapi ketika teman
temannya tertawa dan ia terkejut, sadar maka
gadis itu menarik tangannya dan Chi Koan
berbisik mengucap terima kasih. Kwi-bo sudah
di sana mendekati pemuda-pemuda itu.
"Terima kasih. Siapa namamu, nona.
Sungguh beruntung si buta mendapat belas
kasihanmu".
"Aku Ong Wi. Aku, ah.. sudahlah. Kau
makanlah roti itu agar tidak lapar lagi!" gadis
ini kembali kepada teman-temannya dan ia
tampak gugup dan bingung kenapa ia tadi
begitu mesra. Jari si buta digenggam seolah jari
kekasih saja. Wajahnya memerah namun838
untunglah si buta tak melihat, tawa teman
temannya juga berhenti. Lalu ketika tiga di
antara gadis-gadis itu meloncat keluar dari tepi
air, mereka inilah yang mencuci pakaian, maka
disana Kwi bo nelenggang dengan penuh pikat
menghampiri seorang dari delapan pemuda itu
yang rupanya belum mendapat ikan.
Pancingnya itu masih terbenam kosong.
"Hi-hik, coba kupinjam pancingmu
sebentar. Hei, itu ada ikan lewat!"
Pemuda ini tertegun. Kwi-bo yang tidak
malu-malu lagi mendekatinya dan minta
pancingnya membuat pemuda ini terkejut.
Tahu-tahu tangannya sudah dipegang dan jari
lembut itu mengusap perlahan, sedetik saja
namun cukup membat tubuhnya panas dingin.
Harus diakui jari Kwi-bo amat lembut dan
hangat, lagi-lagi wanita inipun melancarkan
daya pikatnya lewat kerling mata dan senyum
menyambar itu. Dan ketika ia sudah
menyambar pancing yang berpindah
tangan,menyendal dan mengangkat naik maka
tiba-tiba saja seekor ikan gemuk telah
tertangkap di ujung pancingnya.839
"Hi-hik, lihat. Kau bodoh tak cepat
menggerakkan batang pancingmu, kongcu.
Ikan demikian banyak dibiarkan berkeliaran
begitu saja. Ih, lihat. Ini lagi!" Kwi-bo sudah
membuang pancing menyentak lagi, dua kali
berturut-turut mendapatkan ikan yang gemuk
segar dan tentu saja perbuatannya ini
membuat kagum delapan pemuda itu. Mereka
bersorak dan memuji. Dan ketika sekejap
kemudian wanita ini mendapatkan delapan
ekor ikan dalam waktu begitu singkat,
gemparlah pemuda-pemuda itu maka mereka
menghentikan pancingnya dan malah
menonton Wanita cantik itu.
"Hebat, cici luar biasa. Bagaimana
begitu cepat menangkap ikan!"
"Dan semua besar dan gemuk-gemuk.
Ah, ajarkan kami memancing seperti itu, cici.
Kami sudah tiga jam di sini namun baru seekor
dua saja yang tertangkap!"
"Hik-hik!" Kwi-bo tertawa dan tak
menyia-nyiakan kekaguman para pemuda itu,
melihat Chi Koan di sana telah pula
mendapatkan 'ikannya'. "Pelajaran840
memancing mudah kuwariskan, cuwi-kongcu.
Tapi karena ikan di sini sudah tinggal yang
kecil-kecil marilah ikut denganku mencari yang
besar. Hei, Siauw Lam!" wanita itu memanggil
anak laki-laki itu. "Bantu kami membawa
keranjang ikan ini dan nmari ikut aku!"
Siauw Lam sudah terbiasa diperintah
wanita ini. Maklum bahwa gurunya sedang
ingin memikat gadis-gadis cantik itu, iapun
tahu harus membiarkan suhunya sendirian.
Tadinya ia bingung harus kemana, panggilan
Kwi-bo membuatnya girang dan ia bakal tahu
apa yang akan dilakukan wanita ini. Diam-diam
ia mulai tertarik kepada kekasih gurunya yang
satu ini, mata anak lelaki yang mulai nakal
menjelajahi tubuh lawan jenis. Maka ketika ia
melompat dan mengambil keranjang ikan
segera Kwi-bo bergerak mengajak delapan
pemuda itu menjauhi gadis-gadis temannya.
Dua buah kereta tersembunyi di antara
dedaunan.
"Hi-hik, marilah, kita mencari tempat
yang dalam!"841
Akan tetapi ada satu di antara delapan
pemuda itu yang menggeleng. Dia adalah
pemuda tinggi kecil yang alis matanya seperti
sepasang golok. Sejak Kwi-bo datang di situ ia
diam-diam mengerutkan kening. Pemuda
inilah satu-satunya pemuda yang tidak
bertepuk tangan ketika tadi Kwi-bo
mendapatkan ikan demikian mudah. la
memandang namun tidak mendekat. Dan
ketika Kwi-bo mengajak semua temannya
menjauhi tempat itu maka dialah yang berseru
dan tiba-tiba maju dengan suaranya yang
lantang.
"Teman-teman, kita di sini menjaga
Ong Wi dan yang lain-lain ini. Bagaimana kalau
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kita meninggalkan mereka dan ada apa-apa
dengan mereka. Bagaimana tanggung jawab
kita dengan keluarga mereka!"
Tujuh temannya terkejut, namun Kwi
bo tertawa. Eh. Si buta temanku menemani
mereka, kongcu, kenapa takut. Lagi pula aku
tidak mengajak meninggalkan tempat ini,
hanya di sudut itu. Kau kenapa begini takut!"842
"Aku tidak takut, tapi kita laki-laki tentu
harus menjaga dan melindungi yang wanita.
Kami belum mengenal siapa kalian, kouwnio.
Tak baik terlalu percaya karena kita belum
saling kenal!"
"Hik-hik, tapi aku hanya seorang
wanita, temankupun juga buta. Apa yang
dapat kami lakukan kepada kalian!"
Dua di antara pemuda tiba-tiba
berseru. "Tempat ini terbuka dan aman , Kiat
Seng. Tak ada apa-apa. Enci ini baik dan pandai
memancing ikan. Kalau kau tak suka biar di sini
saja, menjaga mereka itu!"
"Hm, kalau begitu baiklah. Bukan aku
takut melainkan semata teringat tanggung
jawab kita kepada orang tua Ong Wi dan lain
lain. Pergilah, aku di sini saja".
"Atau kau ingin bebas berpasangan
dengan satu di antara gadis-gadis itu. hik-hik
pandai benar akalmu mengelabuhi kita,
kongcu. Tak apa kau di sini kalau memang
berniat begitu. Jangan-jangan kau ingin
bermesraan dengan kekasihmu di sini" Kwi-bo
mengejek dengan kata-katanya yang pedas843
memerahkan telinga untuk membalas
kemendongk?lannya kepada pemuda itu.
Tentu saja ia tak setuju kalau satu di antara
pemuda-pemuda itu menjaga di situ, gerak Chi
Koan tentu tak bebas. Maka ketika ia
mengolok-olok dan membakar telinga lawan,
yang lain tertawa dan memerahkan wajah
pemuda ini maka Kiat Seng pemuda itu
akhirnya menggigit bibir.
"Aku tak kencan dengan siapapun
disini. Aku hanya ingin menjaga. Kalau aku
dianggap begitu baiklah aku ikut, hanya
tanggung jawab harap dipikul bersama!"
"H?k-hik, tentu saja, Seng-kongcu, tak
ada apa-apa di sini dan mari ikut denganku,
Kujamin tak ada apa-apa dengan teman
temenmu itu. Temanku si buta tak dapat
melihat!"
Kembali tujuh pemuda tertawa
bersama. Mereka menganggap teman mereka
itu terlalu berlebihan dan memang apa yang
perlu ditakutkan di tempat itu. Telaga ini aman
dan justeru mereka gembira ada seorang
wanita cantik mau menemani. Gadis-gadis844
teman mereka itu tentu saja tak sebebas
wanita ini dengan tawa dan kerling matanya
yang menyambar-nyambar. Sikap genit Kwi bo
sebentar saja sudah menarik perhatian
pemuda-pemuda itu, empat di antaranya
sudah merasa tergila-gila, apalagi pemuda
pertama yang disentuh jari-jari Kwi-bo tadi,
pemuda yang merasa panas dingin dan tak
melepaskan perhatiannya sedikitpun kepada
wanita matang ini. Gerak-gerik Kwi-bo
memang sungguh memikat. Maka ketika
wanita itu bergerak dan mengibaskan
rambutnya yang lebet harum, genit terkeke
kekeh maka wanita itu melompat dan
mengejarlah para pemuda itu serasa diajak
bergenit-ria.
"Ayolah, kita tak jauh-jauh, cuwi
kongcu Di tempat itu cukup dalam dan kita
beramai-ramai menangkap!"
Delapan pemuda ini bergerak. Kwi-bo
lenyap begitu cepat dan diam-diam para
pemuda heran. Mereka masih tak curiga
wanita ini adalah seorang iblis betina, maklum,
Kwi-bo ramah dan hangat kepada mereka.845
Namun karena suara wanita itu ada di depan
dan para pemuda mengejarnya maka wanita
ini ternyata sudah berada di atas sebuah batu
hitam di tengah telaga, duduk melipat kaki.
"Ayo, ayo ke mari. Naik dan
melompatlah!"
Para pemuda tertegun. Di tepi telaga
mereka berhenti, terbelalak karena bagaimana
wanita itu dapat berada di situ, delapan
sampai sembilan meter dari daratan. Namun
ketika mereka melihat dua batu kecil muncul
tipis di permukaan air, dari sinilah kiranya
wanita itu melompat maka pemuda-pemuda
itupun tertawa dan berseru gembira.
"Aih, enci sungguh berani. Bagaimana
kalau sampai tercebur!"
"Hi-hik, ada kalian. Masa delapan
pemuda membiarkan wanita tenggelam. Ayo,
ke sini, cuwi-kongcu. Lihat ikan begitu
banyak!" Kwi-bo menggerak-gerakkan
pancingnya dan benar saja dua ekor ikan
terjerat, menggelepar di ujung kail dan saat
itulah para pemuda itu berlompatan. Mereka
bagai ingin mendahului mendekati Wanita ini,846
batu besar itu agaknya cukup untuk sepuluh
orang Tapi ketika kwi-bo mengibaskan
pancingnya dan ikan di ujung kail menyambar
pemuda paling belakang maka pemuda ini
berteriak menyelamatkan kepalanya
memegangi teman di depan dan kagetiah
teman itu. pemuda inipun berteriak
memegangi yang lain, terpeleset dan akhirnya
terguling sementara pemuda paling depan
menarik bahu Kwi bo. Sambar-menyambar
terjadi dengan cepat dan seketika delapan
pemuda itu tercebur, Kwi-bo terjatuh pula.
Dan ketika wanita itu berteriak dan pura-pura
gelagepan, tenggelam di air telaga maka
justeru Seng-kongcu yang menolongnya
karena paling dekat dengan wanita itu.
"Heiii. .. byur-byuurrrr!"
Delapan pemuda terjatuh ke air.
Mereka tarik-menarik dan ribut sekali memaki
maki yang lain. Dua ternyata tak bisa
berenang, ditolong temannya sementara Kwi
sudah gelagapan disambar Seng-kongcu, naik
dan kembali ke batu hitam dan terbelalaklah
pemuda-pemuda itu dengan geli dan gemas.847
Sebagian besar tertawa-tawa. Tapi ketika tiba
tiba Semua melotot memandang Kwi-bo,
pakaian wanita itu basah kuyup melekat di
badan. maka berdesirlah delapan pemuda itu
melihat betapa segala lekuk-lengkung wanita
itu tampak begitu sempurna. Tonjolan
tonjolannya begitu padat menggairahkan!
Akan tetapi tiba-tiba Seng-kongcu itu
melepas baju luarnya. lapun basah kuyup
namun Kwi-bo yang menggigil kedinginan
disangka masuk angin, atau mungkin. likat
melihat wanita itu seakan telanjang bulat saja.
Pakaian Kwi-bo memang menempel begitu
ketat hingga; seakan tak berpakaian saja.
Bukan kebetulan kalau wanita ini sengaja
mendiamkan diri begitu rupa, seperti juga
bukannya tak sengaja kalau ia melempar ikan
di ujung kail menyambar pemuda paling
belakang itu, yang kemudian berteriak dan
menarik temannya hingga terjadilah sambar
menyambar di antara mereka, membuat
mereka tercebur dan sama-sama basah kuyup!
Maka ketika semuanya berhasil dengan baik
dan itulah maksud tujuan Wanita ini,848
mempertontonkan tubuhnya membuat darah
berdesir di hati anak-anak muda itu maka
sungguh tak disangka oleh wanita ini kalau
tiba-tiba Seng-kongcu memberikan pakaianya
untuk menutupi tubuhnya dari pandang mata
teman-temannya yang terbelalak. Jantung di
dada pemuda-pemuda itu memang berdegup
kencang.
"Maaf maaf..!" Seng-kongcu mewakili
teman-temannya bicara. "Kami semua tidak
sengaja, kouwnio. Hak Bun sembrono menarik
kita dan kita sama-sama tercebur. Pakailah
baju itu sampai nanti kering!"
"Hm..!" kwi-bo menarik napas dalam
dengan mata bersinar-sinar, kagum namun
juga penasaran kepada pemuda ini. "Kau telah
menolong aku, Seng-kongcu, terimai kasih.
Namun tubuhku tak akan cepat kering kalau
ditutupi bajum?. Biarlah aku begini saja agar
matahari memanaskan tubuhku."
Dengan gemulai dan penuh
kelembutan wanita ini mengambil baju itu
menyerahkannya kepada pemiliknya. Gerak
tubuh itu bukan sembarang gerak karena inilah849
gerak dari Thian-mo-bu (Tarian Hantu Langit).
Gerakan ini penuh pesona dan amat memikat
karena dilakukan Kwi-bo dengan amat
kuatnya. Gerak ketika mengangkat siku ke atas
memperlihatkan sepasang bukit dadanya dari
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
samping, menonjol dan penuh daya hipnotis
hingga tujuh pemuda menahan napas. Tapi
ketika Seng kongcu mengerutkan kening dan
justeru membuang muka, menerima bajunya
dengan sikap kurang senang maka pemuda ini
justeru tak tertarik dan seakan muak oleh
gerak itu. Pemuda ini merasa bahwa wanita itu
sengaja hendak merangseng selera rendah. la
menjadi sebal!
"Hm , baiklah," katanya tiba-tiba.
"Kalau begitu biar kau di sini bersama teman
temanku, kouwnio . Tempat ini serasa sesak
bagiku. Aku ingin jalan-jalan di situ dan silakan
kau dan teman-temanku di sini!"
Pemuda itu melompat dan pergi. Dia
tidak kembali ke tempat gadis-gadis temannya
itu melainkan berjalan-jalan menyusuri telaga,
sikapnya acuh, sungguh membuat Kwi-bo
tertegun. Dan ketika Wanita ini tiba-tiba850
menjadi merah dan gusar serta malu
mendadak ia berkelebat dan jarak sembilan
meter itu dilaluinya begitu mudah.
"He, berhenti!" para pemuda yang lain
terkejut dan berseru tertahan. Wanita itu telah
berjungkir balik di hadapan Kiat Seng. "Kau
telah menghina dan merendahkan aku, Seng
kongcu. Coba katakan kau pemuda normal
atau tidak!"
Pemuda itu terkejut. Kwi-bo telah
mengusap dan menotok urat halusnya di
belakang tengkuk, tempat yang membuat
darah laki-laki akan berdesir dan dibangkitkan
rasa nikmat. Inilah kebiasaan Kwi-bo kalau dia
menemui laki-laki yang tangguh, atau sekedar
menggoda kalau laki-laki di depannya akan
dipermainkan lebih dahulu. Dan ketika
pemuda itu terkejut merasa disengat sesuatu
yang aneh, hawa hangat memenuhi mukanya
maka mendadak ia tertegun dan pandang
matanya kepada wanita inipun berubah. Kwi
bo bertolak pinggang sambil membusungkan
dadanya yang sudah membusung itu.851
"Hm, aku.. ah maaf, kouwnio. Apa yang
kulakukan dan kenapa kau merasa
direndahkan!"
Kw?-bo tersenyum mengejek. la telah
melihat hasil usapannya berhasil dan pemuda
ini gugup serta merah. Namun karena pandang
mata pemuda itu masih tak mau langsung dan
melengos ke tempat lain, hal yang
membuatnya gemas maka ia berseru bahwa
dua kesalahan besar dilakukan pemuda ini.
"Kau jelas merendahkan aku, menghina
aku. Pertama adalah sikapmu menerima balik
bajumu dan kedua adalah kata-katamu yang
menusuk perasaanku. Kau seakan melihat aku
wanita buruk, jijik memandang. Sekarang
katakan dan lihat aku baik-baik apakah aku
buruk atau cantik!"
Pemuda itu terkejut, merah padam.
"Katakan!" Kwi-bo membentak. "Aku
buruk atau cantik, Seng-kongcu. Jawab dan
jangan Kau menghina aku lagi!"
"Maaf, kau cantik!"
"Bagus, kalau begitu kenapa
meninggalkan aku. Dengan pergi begitu saja852
berarti kau menyinggung peresaanku,
menganggap aku wanita menjijikkan. Nah,
maaf saja tidak cukup karena harus ditambah
satu perbuatan nyata!"
Tujuh pemuda berlompaten turun.
Tentu saja mereka kaget ketika melihat wanita
itu berjungkir balik melompati telaga. Jarak
sembilan meter dilalui begitu mudahnya.
Maka ketika mereka menjadi kagum dan
empat pemuda yang sudah tergila-gila tampak
menjadi semakin tertarik lagi, jatuh cinta maka
Kiat Seng yang dibentak dan dihadang wanita
itu membuat mereka girang. Bukan apa-apa
melainkan semata mereka dapat nimbrung
dan ikut-ikutan menyalahkan pemuda itu.
Usaha untuk menarik hati wanita yang dalam
pandangan mereka seperti bidadari. Apalagi
Kwi-bo masih dalam pakaiannya yang basah
kuyup!
"Benar, kau keterlaluan. Kau tak
menghormat enci ini, Kiat Seng, padahal ia
hendak mengajari kita ilmu memancing. Kau
perlu ditegur, kalau perlu dihukum!"853
"Ya, suruh ia mengelilingi telaga ini.
Sekali putaran cukup!"
"Atau ia berenang menyeberangi
telaga!"
"Atau aku menggantikan hukumannya
asal diberi sebuah cium!"
Semua kaget. Pemuda baju biru itu,
Hak Bun bicara dengan lantang tak malu-malu
lagi. Ia terang-terangan memandang Kwi-bo
dengan mata penuh gairah. Pemuda ini sudah
menjadi begitu tergila-gila. Namun ketika Kwi
bo terkekeh dan mendepat sesuatu yang
bagus mendadak wanita ini menggeleng.
"Cium boleh cium, tapi Kiat Seng harus
menjalani hukumannya dahulu!"
Riuhlah tujuh pemuda itu. Tiba-tiba
saja mereka menjadi berani sementara Seng
kongcu itu masih tertegun. la mengerutkan
kening meskipun darah mudanya tersirap.
Rupanya pemuda ini memiliki iman lebih tebal
dibanding lain-lainnya, mampu menindas
hawa nafsu yang naik dan tidak asal terkam. la
justeru memandang teman-temannya penuh
teguran, tempat itu seketika ramai. Dan ketika854
ia berkata bahwa mereka tak boleh bersikap
kurang ajar, mereka adalah para siucai
(mahasiswa) yang sebentar lagi menempuh
ujian maka pemuda ini mengeluarkan kata
katanya yang kembali membuat Kwi-bo
tertegun.
"Harap kalian ingat bahwa kita
bukanlah pemuda bergajulan. Delapan
pemuda menemani satu wanita sebenarnya
bukan perbuatan baik-baik, teman-teman,
jangan menambah lagi dengan omongan
kotor. Aku tak senang kalian begitu ingatlah
petuah Lie-sianseng (guru Lie)".
"Hm, hi-hik. Kau rupanya kutu buku
yang benar-benar patuh pada adat-istiadat.
Omongan seperti itu bukan hal tabu, Seng
kongcu, kalian bukan anak-anak kecil dan
sudah waktunya pacaran. Aku suka dicium,
kalau aku mau. Dan suka sama suka bukanlah
perbuatan aneh. Nah kembali pada
hukumanmu maka pernyataan maaf saja tidak
cukup. Teman-temanmu minta kau
menyeberangi telaga atau berlari mengelilingi
telaga, tapi aku tidak tega. Biarlah hukuman itu855
kujatuhkan yang ingan saja dan kau mencium
pipiku!"
Terkejutlah pemuda itu. Tujuh
temannya juga terkejut namun keterkejutan
mereka karena iri. Hak Bun yang menahan
nahan hatinya tiba-tiba nelotot. Enak benar
Kiat Seng! Maka ketika tiba-tiba ia melangkah
maju dan berseru kecewa mendadak saja ia
sudah menjulurkan kepala mencium pipi
wanita ini.
"Kiat Seng orangnya pemalu. Daripada
gagal biarlah kuwakili, kouwnio. Akupun suka
kepadamu dan jangan ditolak!"
Akan tetapi Kwi-bo mengelak marah.
Seng-kongcu itu mundur membelalakkan mata
sementara temannya yang lain-lain menelan
ludah. Justeru terhadap pemuda yang tampak
kemerahan dan ingin menolak ini ia menjadi
penasaran. berapa kuatkah daya tahan
pemuda itu. Semakin kuat justeru membuat Ia
semakin penasaran. Ia ingin melihat pemuda
ini mencium pipinya. Pemuda seperti ini
biasanya akun menjadi lawan bermain Cinta
yang menggairahkan, akan sekuat kuda liar856
kalau mampu ditundukkan. la sendiri sudah tak
tahan!.
Maka ketika tiba-tiba pemuda she Hak
itu nyelonong maju dan mencium pipinya
mendadak saja wanita ini melayangkan kaki
dan.. mencelatlah pemuda itu ke air telaga,
tercebur.
"Byuurrrr!"
Jerit dan kekagetan pemuda ini
mengejutkan teman-temannya. Kiat Seng dan
enam temannya terkejut melihat teman
mereka itu mencelat ke air telaga. Kaki halus
dan panjang indah itu kiranya menyimpan
kekuatan dahsyat. Akan tetapi ketika teman
mereka itu berenang menepi dan pucat serta
merah berganti-ganti maka Kwi-bo enteng saja
melepas tawanya.
"Aku hanya suka dicium Kiat Seng. Nah,
yang lain tunggu giliran!"
Kata-kata ini membuat mereka
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbelalak. Giliran? Jadi mereka akan
mendapat giliran? Dan karena pada dasarnya
mereka sudah dibuat jungkir balik oleh Kwi-bo
yang pandai merangsang laki-laki maka857
pemuda yang sudah menepi dan hendak
marah itu tak jadi memaki dan melompat lagi
dengan mata penuh harap. Sikapnya seperti
anjing melihat sepotong tulang yang digoyang
goyang di depan mulutnya.
"Kouwnio, kau tak adil. Kalau Kiat Seng
tak mau kenapa harus memaksa. Bukankah
masih ada yang lain di sini!"
"Hi-hik, ini hukuman untuknya. Diam
dan tinggal di sana dulu, Hak Bun, aku tak
bicara padamu. la harus membayar
kesalahannya dan kalian tunggu giliran!"
Tujuh pemuda menelan ludah.
Sekarang mereka tahu bahwa wanita di depan
mereka ini bukan hanya sekedar pandai
memancing akan tetapi, seorang ahli silat yang
berkepandaian tinggi. Gerak dan lompatannya
tadi sudah jelas.
Dan karena mereka hanya para siucai
yang mendalami buku-buku, bukan senjata
atau ilmu silat maka semuanya tak berani
bercuap-cuap dan tegang menanti giliran
untuk diberi cium. Laki-laki mana tak tergetar
melihat wanita seperti ini, wanita yang858
tubuhnya terbungkus pakaian tipis yang basah
kuyup nyaris telanjang bulat!
Akan tetapi Kiat Seng ternyata pemuda
yang santun dan teguh pendirian. Ia adalah
putera seorang guru sastra namun ayahnya itu
sudah meninggal dunia. Lie-sianseng adalah
sahabat ayahnya dan sama kakek itulah ia
mendapatkan pelajaran sastra. la memang tak
suka ilmu silat karena ilmu silat dianggapnya
identik dengan kekerasan. Pemuda ini hanya
hidup dengan ibunya yang lemah lembut
bekerja di tempat Ong-taijin dan karena itulah
ia bergaul dengan gadis baju merah itu yang
secara tidak langsung adalah majikannya pula.
Karena ia pemuda yang cerdas dan pandai
maka ia tinggal di belakang gedung Ong-taijin
itu, mendapat sebuah kamar besar bersama
ibunya.
Hari itu mereka sedang liburan untuk
menyiapkan diri menghadapi ujian, dipereaya
menjaga puteri majikan dan sesungguhnya
diam-diam puteri Ong-taijin itu jatuh cinta
kepadanya. Maka ketika tiba-tiba datanglah
wanita ini yang dinilai kurang santun, tertawa859
begitu lepas seperti orang tak tahu pendidikan
maka diam-diam pemuda ini sudah menaruh
rasa kurang suka dan itulah sebabnya tak mau
diajak menjauhi teman-teman gadisnya.
Akan tetapi Kwi-bo berhasil
memanaskan hatinya. la dianggap ingin main
mata dengan teman-temannya perempuan.
Sementara yang laki-laki mengikuti Kwi-bo.
Apa boleh buat terpaksa ia ikut meskipun
hatinya tak tenteram. Ia menangkap firasat tak
baik pada si buta dan wanita itu, apalagi Kwi
bo begitu genit seakan menggoda teman
temannya agar roboh di pelukan. Pelajaran
tata-susila yang diterimanya dari Lie-sianseng
tidak begitu. Wanita harus lembut dan sopan,
menjaga tingkah lakunya dan tidak berkesan
liar seperti wanita ini. Maka ketika tiba-tiba ia
melihat sikap yang lebih berani lagi, bajunya
dikembalikan sementara wanita itu
membiarkan tubuhnya ditonton teman
temannya yang terbelalak berdetak oleh desir
berahi pemuda ini sudah semakin tak senang
lagi dan ingin menjauhi Wanita itu.860
Akan tetapi ia dicegat. Pemuda ini
terkeiut betapa bagai burung walet
menyambar tahu-tahu wanita itu berjungkir
balik di depannya. Tahulah ia sekarang bahwa
wanita ini bukan wanita biasa, ia berhadapan
dengan seorang wanita lihai yang mungkin dari
golongan sesat. Hanya wanita seperti itulah
yang patut dijuluki wanita sesat, tak malu dan
mengobral kerling serta senyum nakal.
Maka ketika kini tiba-tiba saja ia
diminta mencium pipi wanita itu untuk sebuah
persoalan yang dianggap kurang ajar padahal
wanita inilah yang sebenarnya kurang ajar dan
tak tahu malu mendadak saja pemuda ini
mengedikkan kepala dan usapan di belakang
tengkuk kiranya kurang berhasil setelah
pemuda itu menindas dengan segala
pengetahuannya akan budi dan moral.
"Kouwnio, aku tiba-tiba saja ingin tahu
siapakah kau dan namamu. Selama ini kita tak
tahu masing-masing, mengenal hanya secara
kebetulan saja. Menurut pelajaran yang
kuterima dari guruku maka permintaanmu
amat tidak sopan, juga berbau cabul. Siapakah861
kau dan bukankah tadi kau bilang sendiri
bahwa dua belah pihak yang tidak sama suka
tak boleh dipaksa. Aku tak merasa bersalah,
sikapku adalah pendirianku pula, bebas.
Kalaupun aku bersalah maka hukuman cium
bukanlah hukuman, melainkan naluri rendah
yang sekedar diturutkan oleh orang-orang
yang biasanya bergelimang nafsu. Nah,
maafkan aku dan silakan kau cari lain saja!"
Marahlah wanita ini. Dua kali ia ditolak
dan kini pemuda itu memakinya. la dianggap
orang yang bergelimang nafsu rendah, kata
kata yang cocok untuknya akan tetapi tentu
saja tak dapat diterima. Maka ketika wanita itu
melengking dan berkelebat iapun sudah
menampar pemuda ini dengan amat
marahnya. Gairahnya lenyap terganti nafsu
untuk membunuh.
"Kau tak dapat dikasihani orang,
baiklah, masih banyak pemuda lain yang suka
mencium aku. Pergi dan mampuslah!"
Tujuh yang lain terkejut. Mereka dapat
pula merasakan bahaya di atas kepala pemuda
itu. Kwi-bo tak main-main lagi dan ingin862
melampiaskan kemarahannya. Meskipun
pemuda itu menarik hatinya namun kalau
bicaranya memanaskan telinga lebih baik dia
bunuh saja, di situ masih ada tujuh pemuda
lain yang siap melayani dirinya. Akan tetapi
ketika tangannya bergerak dan kepala pemuda
itu siap dipecahkan mendadak berkelebat
bayangan merah dan bentakan seorang
wanita.
"Selamanya kau memang kotor. Kalau
pemuda ini tak mau kau paksa jangan kau
paksa, Kwi-bo. Aku lawanmu dan jangan
menindas orang-orang lemah... dess!"
Sebuah lengan halus menangkis
tamparannya dan terpelantinglah wanita ini
berteriak kaget. Begai rajawali menyambar
munculah seorang wanita cantik berusia
duapuluhan tahun, matanya bersihar-sinar
memandang Kwi-bo yang bergulingan
meloncat bangun. Terkejutlah delapan
pemuda yang ada di situ. Lalu ketika di tempat
lain terdengar pekik dan bentakan nyaring
tiba-tiba saja di tempat para gadis itu
terdengar jerit dan suara gaduh.863
"Ada keributan, mari kita lihat!" para
pemuda itu tiba-tiba berhamburan menuju ke
teman-teman mereka di sana. Pekik dan jerit
teman-teman perempuan itu seperti sedang
ketakutan oleh sesuatu. Dan ketika mereka
tiba di sana ternyata Si buta yang mereka
anggap lemah dan perlu dikasihani itu
bertanding hebat dengan seorang kakek tua
setinggi galah. Para pemuda tertegun. Kiat
Seng, pemuda itu juga ada di situ setelah
dengan muka pucat diselamatkan wanita
cantik itu. Mendengar jerit Ong Wi dan lain
lain ia memburu berlari, lupa kepada wanita
itu dan lupa pula mengucapkan terima
kasihnya. Namun ketika ia melihat puteri Ong
taijin itu selamat di sana, bergerombol dengan
teman-temannya yang lain maka pemuda ini
lega dan tujuh temannya yang lain juga
bergerak dan sudah berkumpul dengan para
gadis ini.
"Apa yang terjadi, siapa kakek tinggi
kurus itu!"864
"Kami . kami disihir. Si buta itu ternyata
bukan orang baik-baik, Hak Bun. Ia mencium
kami semua!"
"Apa?"
"Benar, Ong wi hampir saja direnggut
kesuciannya. Dialah yang paling menderita,
lihat pakaiannya yang koyak-koyak itu!" lalu
ketika para pemuda terbelalak dan melihat
gedis itu menangis tiba-tiba puteri Ong-taijin
ini berlari ke kereta dan segera yang lain-lain
mengikuti.
"Si buta itu jahanam keparat, ia hendak
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperdayaiku. Mari pulang, Hak Bun, kita
pulang...!"
"Ha-ha, benar. Kalian pulang dan
tinggalkan tempat ini, anak-anak. Ini bukan
tempat kalian dan cepat masuk rumah!"
Delapan pemuda terkejut dan
memandang kakek setinggi galah itu. Mereka
melihat kakek itu berkelebatan dan akhirnya
lenyap. Si buta juga membentak dan mengejar
dan dua orang di sana itu sudah saling
berseliweran membentuk bayangan yang
amat cepatnya. Begitu cepatnya hingga865
mereka pusing. Lalu ketika mereka tak melihat
apa-apa lagi kecuali bayangan biru dan putih
yang saling belit mendadak terdengar
benturan dan. terpelantinglah delapan
pemuda ini ketika tanah yang mereka injak
seakan ditimpa gajah.
"Aahhhh. " semua kaget, bangun dan
jatuh lagi karena tempat yang mereka injak
berderak-derak. Tempat itu tiba-tiba seakan
tempat licin yang membuat mereka sering
terpeleset, jatuh dan bangun lagi dan sebentar
saja pakaian mereka penuh debu. Si buta
mengeluarkan suara melengking-lengking
yang membuat telinga sakit bukan main.
Gendang seakan pecah. Untunglah ketika
kakek itu tertawa bergelak dan tawanya ini
membungkus suara melengking-lengking tadi,
mereka terhuyung bangun maka di tengah
tengah pertandingan itu kembali kakek itu
berseru.
"Cepat kembali dan pulang ke rumah
masing-masing. Tinggalkan tempat ini"
Kuda meringkik dan para gadis di dalam
kereta menjerit-jerit. Kaget oleh lengking si866
buta yang tinggi menyakitkan, rupanya
binatang-binatang itupun tak tahan . Mereka
melonjak dan bereaksi, kalau tidak cepat
dikendalikan tentu kereta akan kabur dengan
gila, penumpangnya bisa celaka. Maka ketika
Hak Bun dan Kiat Seng melompat menyambar
tali kuda segera enam pemuda yang lain
bergerak dan masuk ke dalam kereta. Kuda
semakin sulit dikendalikan lagi, tali ikatnya
putus. Dan begitu dua pemuda itu menyendal
dan menyuruh kuda berlari maka dua kereta
itu berderap kencang meninggalkan telaga.
"Awas, hati-hati..Ting-teng-ting
..teng!" lonceng di bawah leher kuda
berdentang berkali-kali. Dua ekor kuda
dimasing-masing kereta membalap dengan
kencang, untunglah Hak Bun maupun Kiat Seng
sama-sama cekatan mengendalikan kuda. Dan
ketika mereka menghilang sementara gadis
gadis di dalam miring kiri kanan oleh gerakan
roda mengenai tanah berbatu maka di sana si
buta maupun temannya menghadapi lawan
lawan berat yang membuat masing-masing
menjadi marah. Kwi- bo, yang meloncat867
bangun dan sudah melihat siapa lawannya
tentu saja gusar dan memekik. Inilah Li Ceng
isteri Peng Houw, murid Kun-lun yang lihai itu
. Maka ketika ia hilang kagetnya setelah sesaat
membelalakkan mata maka ia menerjang dan
keget juga bagaimana wanita yang
disangkanya tewas tertimbun guha itu masih
hidup.
"Kau di sini, bagus. Kau ternyata masih
hidup. Mampus dan terima pukulanku, bocah,
dan robohlah!"
Akan tetapi Li Ceng mendengus. la
mengelak dan menangkis dan segera lawannya
berteriak terpental. Kwi-bo boleh hebat akan
tetapi wanita muda inipun lebih hebat. Setelah
menjadi isteri Si Naga Gurun Gobi tentu saja
kepandaian Li Ceng bertambah, sinkang dan
ginkangnya maju pesat. Maka ketika ia
berkelebatan dan sebentar kemudian Kwi-bo
terdesak dan menangkis serangan
serangannya maka lawan keteter dan
sesungguhnya wanita ini masih kalah bila
dibandingkan cucu Mutiare Geledek Lo Sam ini868
Akan tetapi Kwi-bo tentu saja tak mau
menyerah mentah-mentah. Ia mencabut
senjatanya tongkat berkepala tengkorak itu,
mengayun dan memencet gagangnya dan
menyambarlah jarum-jarum halus ke tubuh
lawan. Akan tetapi karena Li Ceng sudah
mengetahui kebiasaan lawannya ini dan
mengibaskan kelima jarinya maka semua
jarum runtuh dan kembali lawan didesak. Kwi
bo pucat.
"Kau benar-benar wanita busuk. Dulu
kau memfitnah suamiku, Kwi-bo, dan sekarang
menyerang curang. Aku akan membunuhmu
dan tak ada ampun lagi!"
Wanita ini mengeluarkan pukulannya
berhawa panas dan Kwi-bo melempar tubuh
bergulingan. Di balik hawa panas itu mencuat
sinar putih bagai petir, itulah Lui-cu-kang atau
Pukulan Mutiara Geledek yang amat ampuh, ia
tak berani menerima dan melempar tubuh
menyelamatkan diri. Dan ketika ia bergulingan
meloncat bangun disana, pucat maka wanita
ini berteriak pada Chi Koan agar cepat datang869
ke situ. Siauw Lam tak tampak batang
hidungnya.
Akan tetapi Li Ceng tertawa mengejek.
Ia gemas bukan main melihat wanita iblis ni
memanggil Chi Koan, kemarahannya
bertambah. Maka ketika ia membentak dan
mengejar wanita itu maka Kwi bo menangkis
akan tetapi kembali terpelanting.
"Chi Koan akan mampus menerima
hukumannya pula. Kau dan dia sama-sama
keji, Kwi bo , sekarang kalian di lubang
kematian dan sebentar lagi bertemulah
dengan Raja Akherat!"
Kwi-bo pucat dan melempar tubuh lagi.
Dulu ketika ia bertanding dengan wanita ini di
rumahnya iapun terdesak dan akan celaka
kalau tidak dibantu Chi Koan. si buta itu benar
benar segalanya bagi dia, tempat di mana ia
dapat berlindung kalau terdesak oleh musuh
yang kuat. Namun ketika kini seruannya tak
mendapatkan tanggapan dan justeru di
tempat lain terdengar benturan dan geraman
si buta maka Kwi-bo menjadi terkejut dan ingin
tahu juga apa yang menjadi sebabnya. Hal ini870
membuat ia berjungkir balik menjauhkan diri
dari lawan, memutar tubuh dan lari untuk
melihat Chi Koan bertanding hebat dengan
seorang kakek tinggi kurus seperti galah. Dan
ketika ia tertegun tak tahu siapa itu, melihat
kakek itu berkelebatan cepat di antara tongkat
temannya maka Kwi-bo menjublak akan tetapi
saat itu Li Ceng mengejarnya dan membentak.
"Jangan melenggong saja. Kematianmu
sudah dekat, Kwi-bo, terimalah!"
Kwi-bo berkelit. Ia mengelak dan sadar
nemun keyakinannya kepada si buta cukup
besar. Hanya terhadap Peng Houw si buta
mengaku kalah, yang lain tak masuk hitungan
dan karena itu wanita inipun bangkit
kemarahannya. Chi Koan pasti akan
menolongnya nanti. Maka ketika membalik
dan menerjang lawan segera dua wanita ini
bertempur sengit dan masing-masing memiliki
kepercayaan untuk menang.
Akan tetapi perhitungan Kwi-bo
meleset. Ia tak tahu siapa lawan Chi Koan
sebenarnya dan tentu saja tak tahu bahwa
tokoh seangkatan Ji Leng Hwesio muncul.871
Kakek itu bukan lain adalah Pek-gan Hui-to
Jiong Bing Lip, tokoh sakti yang dulu
bertanding sama kuat dengan mendiang Kun
lun Lo-jin, seusap di bawah Ji Leng Hwesio dan
yang akhirnya merantau meninggalkan Tiong
goan menuju Nepal dan Bhutan, bertapa di
puncak Himalaya dan setelah memperoleh
kesaktian tinggi lalu kembali ke daratan besar.
Sayang karena musuh-musuh seangkatannya
tak ada lagi maka kakek ini membuang kecewa
dengan tinggal di lorong bawah tanah, tempat
di mana ia biasa tinggal kalau bertamu di Kun
lun. Dan karena kakek itu akhirnya bertemu Li
Ceng dan mengangkat Boen Siong sebugai
muridnya maka permintaan nyonya itu untuk
mencari dan menghadapi Chi Koan dituruti,
dengan catatan bahwa kalau si buta dapat
dikalahkan maka ia tetap tak dibunuh, karena
ia hanya ingin menunjukkan kepandaiannya
kepada nyonya muda itu.
Begitulah hari itu kakek ini bertemu
orang yang dicari Sepanjang jalan tentu saja
mereka melihat bekas-bekas kekejaman Chi
Koan di dusun-dusun yang ditinggalkan. Ratap872
tangis isteri atau suami yang kehilangan
pasangannya membuat wajah wanita ini
berapi-api. Seperti itulah perbuatan si buta
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadanya, ia kehilangan suami. Dan karena
bekas-bekas kekejaman ini justeru mudah
ditelusuri, di situlah mereka mencari lawan
mereka maka di telaga itu Li Ceng menemukan
si buta.
Waktu itu Chi Koan sendirian saja
dengan gadis-gadis cantik yang merubunginya.
Wajahnya yang tampan dan gerak-geriknya
yang halus membuat gadis-gadis pelajar itu
tersentuh juga. Pandangan jijik yang semula
ditujukan kepada kelopak kosong yang
bergerak-gerak itu akhirnya lenyap, terganti
keharuan dan rasa iba yang dalam, apalagi
getar suara Chi Koan yang penuh kekuatan
batin membuat gadis-gadis itu dikuasai
sesuatu yang menghipnotis. Dan ketika
perlahan-lahan mereka masuk dalam jebakan
yang dilakukan si buta ini, percakapan dimulai
dengan pertanyaan-pertanyaan ringan sampai
ak?hirnya kenapa sepasang matanya buta
maka di sini tiba-tiba si buta menangis dan873
para gadis ikut menangis melihat betapa wajah
tampan namun buta itu basah oleh air mata.
Wajah itu berkerut-kerut.
"Aku. . aku dibutai sahabatku yang
berkhianat. Ah, hidup sungguh buruk bagiku,
cuwl-Siocia, langit seakan runtuh. Kekasihku
yang malang direbut sahabatku itu dan agar
tidak melihat wajahnya lagi ia menusuk
mataku dengan sepasang garpu".
"Keji, jahat sekali. Siapa nama
sahabatmu yang tak tahu diri itu, twako, dan
eh siapa namamu pula!"
"Aku she Koan, namaku Chi. Sahabatku
itu adalah Peng Houw dan ialah yang
menusukkan garpu ke biji mataku ini. la
mencintai kekasihku,ia ingin merebut secara
paksa. Padahal kalau dia minta baik-baikpun
pasti kuberikan. Ah, nasibku memang buruk!"
Chi Koan menangis dan terharulah
gadis-gadis itu oleh ceritanya yang menyayat.
Begitu pandai si buta ini bermain Sandiwara
hingga gadis-gadis itu semakin dekat, bukan
hanya secara fisik namun jiwa merekapun
tergetar. Haru dan iba mudah menimbulkan874
kasih sayang. Dan ketika seorang di antaranya
tiba-tiba memegang lengannya dan berbisik
agar ia tak usah bersedih maka Chi Koan
terkejut karena daya-pengasih yang
dikerahkannya ternyata menjerat gadis ini,
bukan Ong-siocia yang diincarnya itu.
"Kau. . kau tak usah bersedih. Kalau
nasibmu begitu malang biarlah kau tinggal di
rumahku, Koan-twako. Aku akan
membiayaimu dan membahagiakanmu!"
Yang lain terkejut. Akan tetapi karena
perasaan iba dan kasih sudah menjalar di hati
semua orang, gadis-gadis itu mengangguk
maka yang lain bicara juga dengan nada yang
sama,
"Atau kau tinggal di tempatku, orang
tuaku juga kaya!"
"Atau di tempatku saja, di samping
kamarku ada kamar kosong!"
Chi koan tertegun ketika gadis-gadis
cantik itu berebut terpengaruh daya
pengasihnya. Dari semua itu justeru Ong-siocia
belum menyatakan pendapatnya, ia tak tahu
bahwa gadis ini teringat Kiat seng. Maka ketika875
ia mengerutkan kening dan maklum bahwa
gadis itu rupanya sudah terpikat orang lain,
satu-satunya jalan ia harus memperkuat
pengaruh batinnya maka iapun tersenyum dan
tiba-tiba menghela napas, suaranya lirih ketika
bertanya kepada gadis baju merah itu.
"Dan kau sendiri, tidakkah kau
menaruh belas kasihan kepadaku, Ong-siocia?
Tidak adakah tempat bernaung bagiku si papa
ini?"
Gadis itu terkejut, merona wajahnya.
Getaran suara si buta amat kuat dan tiba-tiba
hilanglah wajah Kiat Seng. Temannya sudah
saling menawarkan jasa baik sementara ia
sendiri belum. Maka ketika ia terisak dan
menghapus air matanya gadis yang sudah
dipengaruhi daya pengasih ini maju mendekat,
gemetar memegang tangan si buta.
"Akup?n kasihan kepadamu, Koan
twako, akan tetapi entahlah ayah ibuku.
Mereka tentu harus diberi tahu, aku tak dapat
menjawab sekarang."
"Tapi kau dapat merajuk, ayah ibumu
tentu menurut!"876
'Ya ya, dapat kulakukan itu. Tapi, ah...
entahlah, aku bingung!"
Chi Koun tersenyum. la memperkuat
lagi kekuatan batinnya dan tiba-tiba iapun
menangkap lengan gadis itu. Yang lain
membelaiakan mata dan ada yang menangis
terisak-isak. Sandiwaranya berhasil benar. Dan
karena gadis inilah yang sebenarnya diincar
dan bukan gadis-gadis lain iapun menarik
lembut tiba-tiba ia telah menjatuhkan gadis itu
dipangkuannya, tanganpun membelai, suara
bergetar dan penuh daya sedot.
"Ong-siocia, gadis kekasihku itu
sepertimu . karena ia telah meninggalkan aku
maukah kau menggantikan. Bolehkah aku
menciummu?"
Gadis ini terkejut. Untuk sedetik ia
merasa kilatan menyambar, tubuhnya tahu
tahu sudah di pangkuan lelaki. Akan tetapi
karena kekuatan batin yang dikerahkan Chi
Koan amatlah kuatnya dan kesadaran itu
hilang lagi maka iapun mengangguk dan tanpa
sadar menjawab,
"Ya, aku mau...!"877
Chi Koan girang bukan main. Tentu saja
ia langsung mencium namun karena di situ ada
yang lain-lain maka iapun tak mau kepalang
tanggung. Biasanya para gadis tak akan banyak
cingcong lagi kalau semua mendapat
getahnya. Maka ketika ia bertanya apakah
yang lain di situ menaruh kasihan dan mau
menciumnya serentak gadis-gadis itupun
mengangguk. Mereka benar-benar sudah
seperti disihir.
"Aku. , aku mau..!"
"Akupun mau!"
"Kalau begitu ciumlah aku, lalu aku
mencium kalian!" dan ketika serentak gadis
gadis itu membungkuk mencium pipi Chi Koan
maka si buta hampir tertawa bergelak
mencium gadis-gadis itu. Mereka ini lembut
dan jinak-jinak terasa, satu demi satu dicium
pipinya dan Chi Koan merasakan kegembiraan
yang sangat. Satu demi satu ia merasakan pipi
pipi lembut , dan karena ia sudah terangsang
dan bergerak lebih jauh maka iapun meremas
bagian-bagian yang lain dan beberapa di
entaranya menjerit kecil.878
Akan tetapi gadis-gadis itu seperti
boneka-boneka indah yang benar-benar
kehilangan kesadarannya. Sebentar saja
mereka terkejut dan selanjutnya Chi Koen
mendorong, berahinya menggelegak. Dan
ketika ia melepas kancing baju Ong-sio-cia
dengan nefsu membubung, tiba-tiba gadis itu
tersentak dan menjerit mendadak ia mundur
dan pakaianpun robek. Chi Koan bangkit dan
menyambar lagi namun yang kena gadis lain,
gadis ini juga terkejut dan robek pakaiannya.
Lalu ketika si buta bertanya di mana Ong-siocia
itu, gadis ini menggigil terbelalak tiba-tiba
berkelebatlah bayangan tinggi kurus disertai
bentakan, membuyarkan pengaruh sihir atau
daya pengasih Chi Koan.
"Haiya, ini kiranya murid Ji Leng
Hwesio. Lepaskan mereka dan jangan ganggu.
gadis-gadis itu, bocah she Ci. Jahat sekali
perbuatanmu dan sungguh amat memalukan!"
Chi Koan terkejut. Kalau sambaran itu
hanya sekedar sambaran dan tidak
membuyarkar pengaruh sihirnya tentu ia tak
akan sekaget itu. Angin menderu dan879
membuyarkan segala-galanya, bahkan terus
menghantam dirinya dan dorongan amat kuat
membuat ia terkejut, menangkis akan tetapi
pukulan itu tiba lebih dulu. Dan ketika ia
terbanting bergulingan dengan muka kaget,
tongkat hampir saja terleps dari tangannya
maka Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip menepuk
kepala gadis-gadis ini menyadarkan mereka.
"Hayo. .. hayo pulang, jangan di sini. Si
buta itu berbahaya untuk kalian!"
Menjerit dan terpekiklah gadis-gadis
itu. Begitu pengaruh buyar serentak mereka
terkejut setengah mati. Masing-masing tiba
tiba sadar akan apa yang telah dilakukan. Dan
ketika mereka merah padam dan malu bukan
main, betapa si buta telah mereka cium dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
balas mencium mendadak mereka
berserabutan dan kancing baju yang terlanjur
dibuka lupa ditutup kembali, menjerit dan
berteriak-teriakan dan jeritan inilah yang
didengar Kiat Seng dan teman-temannya tadi.
Mereka melihat betapa teman-teman
perempuan itu jatuh bangun, histeris dan880
pucat sementara di sana seorang kakek tinggi
kurus berkelebatan menghadapi Si buta.
Deru angin pukulan membuat mereka
terpelanting. Dan ketika semua melarikan diri
dan di dalam kereta gadis-gadis itu mengguguk
sambil bercerita tentu saja para pemuda ini
meremang bulu tengkuknya karena di tempat
lain merekapun sesungguhnya juga
dipengaruhi Kwi-bo dan hampir melakukan
apa yang seharusnya tak boleh dilakukan.
Chi Koan mula-mula terkejut oleh
dorongan angin pukulan kuat itu. Ia terbanting
namun meloncat bangun dan menganggap
semuanya karena kurang siap. Ia diserang
begitu tiba-tiba . Maka ketika ia menancapkan
tongkat dan miringkan kepala meraba-raba
siapa lawannya itu maka suara tua seorang
kakek membuatnya tertegun.
"Heh-heh, kau kiranya bocah she Chi
yang luar biasa itu. Hm, kali ini aku akan
menghajarmu, bocah. Perbuatanmu di dusun
dusun sungguh keji sekali. Aku mewakili
gurumu memberi adat!"881
"Siapa kau!" Chi Koan membentak,
diam-diam mengerahkan tenaganya dan
memegang tongkat erat-erat. "Aku tak
mengenal dirimu tapi kau, mengenal aku,
orang. tua. Sebutkan namamu sebelum
tongkatku meremukkan kepalamu!"
"Heh-heh, sombong sekali. Aku kakek
buyutmu Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip, tak
mungkin kau kenal karena ketika aku sudah
menjadi kakek-kakek kau baru lahir. Hmh, kau
telah mewarisi ilmu kepandaian Bu-tek-cin
keng, bocah. Coba kau lontarkan kepadaku dan
menyeranglah. Aku memang ingin menjajal!"
Chi Koan mengerutkan alisnya. Ia tak
mengenal nama ini tapi mendengar lawan
menyuruh ia mengeluarkan ilmu Bu-tek cin
keng tentu saja ia berhati-hati. Kalau orang
sudah tahu tapi masih menyuruh
menyerangnya tentu kakek itu bukan orang
sembarangan. Angin pukulannya tadi sudah
membuktikan. Maka ketika ia berhati-hati dan
tidak segera menyerang, kakek itu terbelalak
maka ia menyuruh kakek itu maju dan nanti
dibalasnya.882
"Aku orang muda, kau sudah tua
bangka. Sebaiknya kau yang maju dan nanti
aku bergerak."
"Ha-ha, merendahkan orang tua?
Baiklah, terima ini dan jaga keselamatanmu! "
tujuh sinar berkeredep tamun Chi Koan tak
melihat ini, miringkan kepala dan tak
mendengar sesuatu sampai tiba-tiba tujuh hui
to atau golok terbang itu begitu dekat. Barulah
dalam jarak kurang dari semeter ia mendengar
dengung halus dari tujuh senjata rahasia ini,
terkejutlah si buta. Dan k?tika ia mengelak den
menangkis dengan tongkatnya maka tujuh hui
to itu terpental dan Chi Koan mengeluarkan
keringat dingin karena dari situ ia tahu bahwa
kakek di depannya ini benar-benar seorang
ahli lempar golok yang tidak kedengaran
suaranya!
"Trang-trang-trang!"
Si buta terhuyung dan berubah.
Telapaknya pedas tergetar dan tongkat terasa
hampir lepas. Terkejutlah dia karena sinkang
dari lemparan hui-to itu benar-benar hebat
sekali. Chi Koan tak tahu bahwa lawannya ini883
adalah seangkatan mendiang kakek gurunya Ji
Leng Hwesio, jadi tak aneh kalau
kepandaiannya memang tinggi. Dan ketika ia
terkejut dan kakek itu bukan lawan yang
enteng sebaliknya kakek ini juga kagum karena
dengan tepat dan jitu sekali si buta berhesil
menangkis hui-tonya, padahal jarak sudah
sedemikian dekat dan bagi orang lain tak
mungkin menghindarinya. Ji Leng Hwesio
sendiri mungkin tidak! Maka kagum oleh
pendengaran si buta yang luar biasa tiba-tiba
kakek ini tertawa bergelak, semangatnya
timbul.
"Ha-ha, tak biasanya aku melawan
orang-orang muda. Menang tak mendapat
apa-apa sementara kalah malah mendapat
malu seumur hidup. Heh, aku telah
menyerangmu, anak muda, sekarang balaslah
dan keluarkan Hok-te Sin-kangmu itu.
Langsung saja!"
Chi Koan menjadi marah. Setelah ia
tahu bahwa lawan di depannya ini benar-benar
bukan kakek sembarangan iapun tak mau
main-main lagi. la percaya bahwa kakek itu884
bukan orang gila yang begitu saja nminta
diserang Hok-te Sin-kang. Pukulan itu amat
dahsyat dan satu-satunya yang terdahsyat di
antara warisan Bu-tek-cin-keng. Maka ketika ia
membentak dan tiba-tiba mendorongkan
tangan kirinya iapun berseru agar kakek itu
berha-hati
"Baik, terimalah, tua bangka. Awas
kau.!" Dorongan Chi Koan disertai deru angin
menyambar. Pemuda menjadi marah dan
benar-benar mengeluarkan Hok-Te
Sinkangnya itu. Dan ketika si kakek terbelalak
berseri-seri namun sayang tak dapat dilihat si
buta ini maka kakek itupun berseru keras
mengangkat tangan kirinya pula.
"Desss!" Dua tenaga kuat bertemu dan
ChiKoan tertegun betapa pukulannya
tertahan, menambah kekuatannya dan kakek
itupun berseru keras, rupanya merasa
tambahan tenaga dari depan namun tiba-tiba
si kakek kehilangan sasaran. Cepat sekali Chi
Koan menarik pukulannya, bergeser ke
samping. Akan tetapi ketika kakek itu juga
menarik pukulannya dan bergeser ke samping885
maka Chi Koan kagum dan terkejut karena
sikapnya ditiru lawan. Ia tak berhasil menjebak
kakek itu agar terjerumus ke depan!
(Bersambung jilid XV.)
Credit:
Sumber Buku Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Kabut Di Telaga See Ouw - Jilid 14886
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XV
*
* *
"HA-HA-HEH-HEH-HEH! Kau cerdik dan
curang hendak mengelabuhi aku, anak muda.
Hok-te Sin-kangmu kau tarik agar aku
terjelungup. Ha-ha-heh-heh-heh, kau tak
terhasil!"
Si buta tertegun. Memang ia menarik
pukulannya itu agar Si kakek terbawa dan
terjelungup ke depan, dengan begitu gampang
saja baginya menghantam kakek itu,
tongkatnya siap bergerak. Tapi ketika ia gagal
dan tahulah dia bahwa kakek di depannya ini
memang betul-betul bukan sembarangan
akhirnya ia membentak dan maju lagi, kali ini
tak main-main atau memasang jebakan.887
"Bagus, kau lihai. Sekarang coba terima
lagi dan sambut pukulanku!"
Akan tetapi si kakek mengelak. Pek-gan
Hui-to Jiong Bing Lip terkekeh dan tongkat
menderu melewati samping kepalanya,
membalik dan dikelit lagi dan terkejutlah Chi
Koan lawan betul-betul lihai. Lalu ketika ia
membentak dan menggerakkan tangan kiri
memukul maka kakek ini menangkis dan dua
tenaga kali ini beradu.
"Dess!"
Chi Koan terhuyung sementara si kakek
tergetar. Hok-te Sin-kang menjadi dua bagian
karena yang satu dipakai dalam serangan
tongkat itu, Chi Koan penasaran dan tiba-tiba
ia berkelebat dengan ilmunya Lui-thian-to-jit
(Kilat Menyambar Matahari), sebuah ilmu
meringankan tubuh yang membuat tubuhnya
bergerak secepat kilat menyambar. Namun
ketika si kakek mengelak dan luput mengenai
angin maka Chi Koan berubah karena si kakek
berkelebatan pula dengan ilmunya yang hebat
dan lincah.888
"Ayo..., ayo keluarkan semua ilmu
kepandaianmu. Heh-heh, ini Lui-thian-to-jit
dari Go-bi. Bagus, keluarkan kepandaianmu
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan lihat si tua bangka ini mampu
menandingimu!"
Chi Koan terkejut dan benar-benar
penasaran. Ia berkelebat menyambar
nyambar namun kakek itu mengimbangi
dengan gerak tak kalah cepat. Semakin cepat
ia berkelebatan semakin cepat, pula kakek itu
mengimbangi. Dan ketika akhirnya tubuh
mereka menjadi bayangan yang luar biasa
cepatnya, saling belit dan sambar-menyambar
maka si buta benar-benar terkejut karena
kakek yang dihadapi kali, ini memiliki
kepandaian luar biasa yang tak mampu
dikejarnya. Gerakan kakek itu seperti angin
lesus, atau kadang-kadang seperti pipit yang
lincah menyelinap dan mengelak menghilang!
Sadarlah Chi Koan bahwa kakek ini
benar-benar tokoh tua seangkatan mendiang
kakek gurunya. Melihat betapa ilmu
meringankan tubuhnya mendapat tandingan
setimpal iapun lalu memusatkan perhatian889
pada pukulan tongkat dan tangan kirinya. Dua
kali ia melepas Hok-te Sin-kang namun kakek
itu berani menangkis, setiap menangkis
menyambutlah tenaga empuk seperti kapas,
menghisap atau menerima pukulannya sia-sia
dan Chi Koan tentu saja terkejut bukan main.
Ia tak tahu bahwa lawan mempergunakan Ban
bian-kang atau Tenaga Selaksa Kapas, semakin
dipukul semakin empuk pukulan itu.
Dan karena Hok-te Sin-kang menjadi
tak berdaya menghadapi pukulan seperti itu
maka biarpun si buta menyerang hebat tetap
saja Hok-te Sin-kangnya amblas tak berbekas.
Persis seperti orang memukul air atau
tumpukan kapas tebal!
Pucatlah si buta. Lawan terkekeh
kekeh dan kakek itu girang bukan main. Hok-te
Sin-kang, pukulan yang dahsyat itu berhasil
ditawarkannya dengan Ban-bian-kang. Tapi
karena pukulan Kapas ini bersifat menghisap
dan menerima, iapun tak dapat membalas
maka kakek itu juga tak dapat berbuat banyak
kecuali menghabiskan tenaga pemuda itu
sampai ia kelelahan890
"Heh-heh, ayo pukul.. pukul
lagi.Tenagamu kurang kuat, anak muda,.
seperti tenaga anak kecil. Ayo, pukul yang kuat
dan sungguh-sungguh!"
Chi Koan menjadi gentar. la tak tahu
bahwa kelemahan kakek itu adalah tak mampu
membalas. Ban-bian-kang hanya khusus
menerima dan menghisap, semakin dipukul
semakin melesak, persis kapas empuk. Dan
ketika ia berpikir bagaimana hebatnya kalau
kakek ini membalas akhirnya Chi Koan menjadi
ngeri dan gentar. Baru kali Hok-te Sin-kang
menjadi mandul! Maka ketika ia tiba-tiba
membentak dan mengayun tongkat di tangan
kanannya, tangan kiri mendorong dan
membalik maka Chi Koan menghantam kepala
lawan tapi saat itu juga belasan jarum merah
menyambar kakek itu.
"Kau tua bangka tak punya malu,
beraninya melawan anak kecil. Lain kali aku
datang lagi dan awas pembalasanku!"
Kakek ini terkejut. la menghentikan
tawanya ketika belasan sinar merah
menyambar tubuhnya dari atas ke bawah.891
Tangan kiri pemuda itu terbuka dan saat itulah
sinar-sinar merah meluncur. Namun karena ia
bukan kakek sembarangan dan Hok-te Sin
kang telah mampu dibuat mandul maka kakek
ini miringkan kepala dan hantaman tongkat
diterima pundaknya, tangan bergerak dan
secepat kilat tongkat dicengkeram, tangan
yang lain mengebut dan memukul balik jarum
jarum beracun itu.
Dan ketika si buta terkejut ditarik
tongkatnya, inilah yang tak diduga Chi Koan
maka jarum menyambar tubuhnya akan tetapi
si buta meniup dan runtuhlah jarum-jarum itu.
Bersamaan itu adu tarik terjadi di antara
mereka, tongkat tak kuat dan patah. Dan
ketika masing-masing sama terhuyung
memegang patahan tongkat maka Chi Koan
memutar tubuhnya dan melarikan diri.
Tertegunlah kakek ini. Lawan
berkelebat meninggalkan pertempuran
setelah tahu tak mungkin menang. Tapi ketika
ia sadar dan menggerakkan patahan tongkat
tiba-tiba kakek itu terkekeh menimpukkan892
benda ini, disusul gerakan lain ketika dua hui
to terbangnya menyambar tanpa suara.
"Hei.., senjatamu tertinggal, anak
muda. Kukembalikan!".
Chi Koan mendengar kesiur angin
tongkat namun tidak untuk dua hui-to kecil itu.
la menangkis dan terpekik ketika dua senjata
rahasia itu mengenai pundak dan belakang
punggungnya. Tongkat terpental namun dua
hui-to menancap, untunglah kekebalannya
masih melindungi dan si buta ini terhuyung.
Lalu ketika pemuda itu lari lagi membiarkan
dua hui-to menancap di tubuhnya maka
terdengar Seruan anak kecil memanggil si buta
itu.
"Suhu!"
Chi Koan menyambar. Siauw Lam,
muridnya muncul di sebelah kiri. Tanpa banyak
bicara lagi ia meloncat di pundak muridnya,
berseru agar murid itu keluar secepatnya dari
tempat berbahaya itu. Dan karena Pek-gan
Hui-to Jiong Bing Lip tak mengejar karena
bukan maksud kakek ini untuk membunuh
lawannya maka pemuda itu lenyap893
meninggalkan hutan sementera Kwi-bo tiba
tia melengking dan menjerit.
"Chi Koan!"
Bayangan wanita inipun meluncur.
Sama seperti si buta wanita inipun kewalahan
menghadapi Li Ceng, apalagi nyonya itupun
marah sekali kepadanya akibat perbuatannya
menghancurkan rumah tangganya. Li Ceng
bermaksud membunuh wanita ini akan tetapi
Kwi-bo berjungkir balik melarikan diri, melihat
si buta meninggalkan tempat itu dan tentu saja
ia ngeri menghadapi lawan. Di sana masih ada
kakek lihai yang entah siapa.
Namun ketika Li Ceng membentak dan
mengejar dihadang belasan jarum beracun,
menampar dan memukul balik jarum-jarum itu
maka Kwi-bo sempat menjerit karena
sebatang jarumnya menancap di pipi, lari lagi
dan akhirnya menghilang dan berdirilah
nyonya ini dengan mata berapi-api. Wajahnya
memerah dan tahu-tahu berkelebatlah kakek
itu di sampingnya. Dan ketika nyonya ini sadar
dan membalik maka Li Ceng menegur kakek itu
kenapa si buta dibiarkan lolos,894
"la jahat dan keji, seharusnya
locianpwe tak membiarkannya pergi!"
"Heh-heh, sudah kukatakan sejak mula.
Aku tak ingin membunuh pemuda itu, Li Ceng,
aku hanya menjajalnya dan menandinginya
saja. Dan aku berhasil mementahkan Hok-te
Sin-kang, he-he berarti aku mengungguli si
keledai gundul Ji Leng Hwesio!" ,
"Ah...!" Li Ceng berseru. Tiba-tiba ia
sadar bahwa kakek ini memang hendak
menguji coba saja, dan ternyata berhasil. Hok
te Sin-kang, Warisan Bu-tek-cin-keng yang
dahsyat itu ternyata berhasil dihadapi kakek
ini.
Percayalah Li Ceng bahwa puteranya
kelak dapat diandalkan. Nyonya dan kakek ini
lupa bahwa lain Chi Koan lain pula Peng Houw.
: Si buta itu memiliki Hok-te Sin-kang atas dasar
melatih secara buru-buru, maklum waktu itu
kitab curiannya dikejar-kejar. Sedang Peng
Houw yang mewarisi ilmu ini langsung dari
mendiang hwesio sakti itu, juga sekaligus
menerima tenaga saktinya maka tentu saja tak
dapat disamakan dengan si buta yang melatih895
ilmunya secara tak tenang. Dua orang ini lupa
bahwa mengalahkan Chi Koan belum berarti
mengalahkan Si Naga Gurun Gobi. Lain Chi
Koan lain pula Peng Houw. Maka ketika Li Ceng
mengangguk-angguk dan terdengarlah suara si
kera besar, muncul membawa Boen Siong
maka nyonya ini menyambar dan melupakan
kemarahannya kepada Kwi-bo.
"Bagus, kau berhasil. Aku sekarang
percaya kepadamu, locianpwe, percaya
penuh. Biarlah puteraku ini membunuh si buta
itu dan kelak mengalahkan ayahnya pula!
"Heh-heh, tentu. Aku juga semakin
percaya kepada diriku sendiri, Li Ceng, lihat aku
mampu meredam kedahsyatan Hok-te Sin
kang. Ban-bian-kang milikku ampuh, ha-ha!"
Dua orang itu puas. Li Ceng akhirnya
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyadari perjanjian mereka bahwa kakek ini
hanya sekedar menguji-coba. Yang kelak turun
tangan adalah puteranya ini, anak laki-lakinya
yang sudah diangkat murid oleh kakek sakti ini.
Maka ketika kakek itu berkelebat dan
mengajaknya kembali ke Kun-lun maka di
terowongan bawah tanah itulah nyonya ini896
tinggal dan mendampingi puteranya
digembleng kakek perkasa Pek-gan Hui-to
Jiong Bing Lip itu. Dan karena mereka
bersembunyi di perut gunung ini maka Peng
Houwpun tak menemukan jejak anak isterinya
ini, lenyap seolah di telan bumi saja.
***
Marilah kita kembali kepada Si Naga
Gurun Gobi itu. Setelah tahun pertama
dilewati sia-sia dan tahun kedua serta ketiga
juga tak membawa hasil akhirnya Peng Houw
teringat paman gurunya Giok Yang Cinjin. Dari
Laut Selatan ia kembali ke utara, berbelok
menuju tempat tinggalnya di tepi sungai
Huang-ho itu. Dan ketika ia tiba di disambut
uwak Kin dan anak-anak itu, juga supeknya
Giok Yang Cinjin maka di sini bertambah
seorang anak laki-laki lain yang tidak
dikenalnya.897
"Eh, guru kalian datang. Ha-ha, bagus
Peng Houw, bagaimana kabarnya dan kenapa
lama amat. Kau membuatku cemas serta
bingung dan kakak beradik ini selalu bertanya
di mana kau!"
Peng Houw kusut dan tidak bergairah.
Tiga tahun mencari anak isteri namun gagal
Kelembutan Dalam Baja Karya Sherls Wiro Sableng 092 Asmara Darah Tua Gila Pendekar Rajawali Sakti 213 Gadis
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama