Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 9
membuat ia benar-benar kehilangan
kegembiraan. Hanya karena ingat anak-anak
itu ia pulang. Janjinya kepada supeknya ini
membuat ia harus kembali dan datang ke situ.
Maka ketika sambutan Po Kwan dan Siao Yen
serta supeknya juga uwak Kin begitu
bersemangat, cepat sekali uwak ini
mengeluarkan makan minumnya maka Peng
Houw justeru tertegun melihat seorang anak
laki-laki sebaya muridnya berlutut di situ.
"Siapa ini " ia bertanya, dari mana dan
siapa namanya.
"Teecu Beng San, dibawa ke mari oleh
totiang Giok Yang Cinjin. Maafkan teecu kalau
kurang hormat, suhu. Teecu di sini atas
perintah Giok Yang totiang."898
Anak itu memberi hormat mendahului
Giok Yang Cinjin. Dahinya lebar dengan
sepasang alis golok dan langsung saja
menyebut Peng Houw sebagai suhu (guru),
halus dan lembut namun entah kenapa Peng
Houw merasa kurang senang. Mungkin karena
belum dikenal sudah berani menyebut Suhu.
Maka ketika Peng Houw mengerutkan kening
dan Giok Yang Cinjin tertawa maka kakek inilah
yang menyambung, berseru,
"Maaf, pinto menemukannya di luar
kota Kwang-sin, Peng Houw, dikeroyok anjing
anjing liar. Beng San berebut makanan dan
hampir mati, pinto menolongnya kemudian
membawanya ke mari. Dan karena ia sebaya
dengan murid-muridmu di sini dan sekalian
kuajari Soan-hoan-ciang maka kukatakan
kepadanya bahwa kaulah gurunya nanti. Pinto
orang perantau dan tak mungkin
membawanya ke mana-mana. Biarlah
menolongmu dan menemani anak-anak di sini,
Po Kwan dan Yen Piao rupanya cocok!"
"Hm! " Peng Houw kurang
senang,masih terbawa oleh kemurungannya.899
"Aku sebenarnya tak ingin mengambil murid
lagi, supek, dua sudah eukup. Kenapa kau
menyuruhnya begitu dan tidak tanya aku dulu.
Bukankah masih ada puteraku Boen Siong yang
belum kutemukan."
Giok Yang Cinjin tertegun, sadar.
Namun belum ia bicara tiba-tiba anak itu maju
lagi membenturkan dahinya. Totiang, sudah
kuberi tahu kepadamu bagaimana kalau aku
kena marah, dan hal ini sekarang benar terjadi.
Kalau keberadaanku di sini: mengganggu saja
biarlah aku pergi, Aku juga merasa lancang
menganggap diriku sebagai murid. Aku sudah
terbiasa hidup menderita, kalaupun aku keluar
dari sini juga tak apa-apa. Mohon totiang
berdua taihiap ampunkan aku, sekarang juga
aku pergi!"
Tanpa menunggu jawaban anak ini
bangkit dan mengundurkan diri. Wajahnya
tampak merah menahan malu karena kata
kata Peng Houw jelas tak menghendaki dirinya.
la terlanjur mengaku murid padahal sang suhu
tak mau, siapa tak terpukul. Dan ketika ia cepat
keluar dan melompat di sana, Yen Piao900
meneriakinya maka Peng Houw tertegun
sementara Giok Yang Cinjin juga berkelebat
dan tampak tak enak. Tosu inilah yang
bertanggung jawab.
"Hei, tunggu dulu. Kalau tuan rumah
tak mau menerimamu biarlah kau ikut aku,
Beng San. Maafkan kalau pinto terlalu percaya
diri. Pinto juga lancang, tapi pinto harus
membayar salah!"
Tosu ini sudah menyambar dan
menangkap anak itu. Beng San berkelit namun
bahu sudah dicengkeram, mana mungkin ia
menghadapi tosu ini . Namun ketika ia
membalik dan memberontak ternyata ia
berhasil juga melepaskan diri..
"Totiang, akupun tak mau merepotkan
dirimu. Lepaskan dan biar aku pergi!"
Giok Yang Cinjin membelalakkan mata.
Anak itu sudah lari lagi dan kini menangis,
rupanya ia terlalu sakit mendengar semuanya
itu, terutana kata-kata Peng Houw tadi.
Namun ketika seseorang berdiri di depannya
dan tanpa terasa lagi ditabrak. terkejutlah901
Beng San maka ia berseru tertahan karena
Naga Gurun Gobi nencegat di depannya.
"Kau anak keras hati, angkuh pula.
Karena supekku Giok Yang Cinjin menerimamu
baiklah kau ikut aku kalau suka, Beng San. Tapi
kalau tidak boleh juga kau pergi."
Anak ini tertegun. Peng Houw, Naga
Gurun Gobi itu memperbaiki kesalahannya
dengan sikapnya sekarang. la telah diterima.
Dan ketika ia tak kuat beradu pandang dan
menjatuhkan diri berlutut maka anak ini
mengeluh menyebut panggilan pertamanya
tadi.
"Suhu...!"
Peng Houw menghela napas. la melihat
kekerasan hati yang tak kalah dengan
muridnya Po Kwan. Anak seperti ini biasanya
berhasil kalau dididik ilmu silat. Maka ketika ia
mengangkat bangun dan membuang
perasaannya yang kurang sedap ia segera
memerintahkan sampai di mana pelajaran
yang diterima dari Giok Yang Cinjin.
"Coba kau mainkan Soan-hoan-ciang,
sampai di mana kepandaianmu."902
Anak itu girang. Tak ragu-ragu lagi ia
berdiri dan menggerak-gerakkan kaki
tangannya melakukan pukulan-pukulan itu.
Soan-hoan-ciang adalah ilmu mendorong dan
memukul serta mengibas, sesuai namanya.
Dan ketika Peng Houw memperhatikan dan
kagum bahwa jurus demi jurus dilakukan tanpa
salah, hanya tenaga anak itu masih terlalu
lemah maka ia mengangguk dan mengangkat
lengannya.
"Cukup, enam puluh dua gerakannya
telah kau kuasai, hanya tenagamu masih
lemah. Baiklah kita kembali dan berlatihlah
dengan Po Kwan dan Siao Yen."
Anak itu berlutut mengucap terima
kasih. Tampak bahwa ia girang bukan main,
siapa tidak bangga menjadi murid Naga Gurun
Gobi. Dan ketika Peng Houw kembali ke dalam
bersama Giok Yang Cinjin, yang lain diminta
keluar agar le-luasa bercakap-cakap maka di
sini tosu itu minta maaf, sekali lagi menyesali
kelancangannya.
"Kalau kau tak suka kepadanya boleh
serahkan kepada pinto, Peng Houw. Pinto903
minta maaf bahwa tanpa persetujuanmu
sudah menyatakan anak itu muridmu. Bukan
apa-apa, semata karena ia sebatangkara dan
pandai membawa diri. Kalau saja pinto punya
tempat tinggal tentu ia kubawa.
"Sudahlah, tak usah supek sesalkan. La
memiliki bakat seorang ahli silat, supek, hanya
sebetulnya terlalu banyak kalau ada tiga murid
di sini. Tapi sekarang sudahlah tak usah bicara
itu, ia pandai membawa diri. disamping
mempunyai harga diri. Aku kembali karena
isteriku dan anakku tak kutemukan di mana
beradanya. Aku putus asa"
"Pinto akan ganti mencari. Anak-anak
itu telah dua tahun pinto gembleng, Peng
Houw, di tanganmu tentu lebih hebat lagi.
Sekarang kau telah datang dan biarlah pinto
pergi!"
"Tak usah buru-buru, betapapun aku
tak ingin melatih anak-anak itu dalam waktu
dekat ini. Aku ingin beristirahat dan kau
lanjutkan dulu pekerjaanmu, Supek, baru
setelah itu aku mengambil alih karena terus
terang saja aku masih tak begitu gembira."904
Tosu ini mengangguk-angguk. Memang
ia tahu bahwa Naga Gurun Gobi ini murung.
Kegagalannya menemukan anak isteri
memang membuat pemuda ini malas, semua
terasa tak menyenangkan. Namun karena tuan
rumah sudah datang dan ia tak mungkin di situ,
sudah ada pelindung bagi anak-anak ini maka
kakek itu berkata bahwa ia akan melanjutkan
kesenangannya merantau.
"Pinto orang yang tak biasa tinggal di
satu tenpat, apalagi sampai selama ini. Hanya
semata bertanggung jawab menjaga anak
anak itu pinto menunggumu, Peng Houw,
setelah kau datang tentu saja pinto ingin
menikmati kebebasan. Biarlah pinto tinggal
tiga hari lagi dan waktu ini kugunakan untuk
memberi wejangan rohani pada anak-anak itu.
Setelah itu ijinkan pinto pergi."
"Baiklah, !" Peng Houw mengerti.
"Tanggung jawabku mendidik murid membuat
aku terikat, supek, ini tugasku dan sekarang
harus kujalankan. Kalau supek pergi tolong
dengarkan di mana anak isteriku dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beritahulah aku."905
Kakek itu mengangguk. Akhirnya.
malam itu diisi. percakapan yang ringan
ringan, anak-anak disuruh beristirahat dan
uwak Kinpun diminta mengaso. Di sini Peng
Houw mencari tahu tentang muridnya, Beng
San. Giok Yang Cinjin tersenyum dan memuji
anak itu seorang anak yang cerdas. Beng San
tahu membawa diri namun harus diakui
mudah tersinggung dan perasa. Mungkin
hidup yang penuh derita membuat anak itu
seperti itu, kadang terasa angkuh. Dan ketika
tosu itu menutup bahwa selama ini anak itu
baik-baik saja, rukun dan tak pernah
bertengkar dengan Po Kwan maupun adiknya
maka tosu ini seakan memberi jaminan bahwa
Beng San murid yang tahu budi.
"Selama ikut dengan pinto ia tak
pernah malas. Di tengah perjalanan sering
mencarikan makan atau minum. Ia anak yang
penurut dan sedikit manja, Peng Houw.
Kadang-kadang duduk di pangkuan pinto kalau
kusuruh memijat. Ha-ha, dasar anak, mungkin
dulunya keturunan orang berada!"906
"Tahukah supek siapa orang tuanya.
Kulihat anak itu seperti bukan anak biasa, raut
mukanya menunjukkan ketabahan besar".
"Benar, ia memang tabah, dan
pemberani. Lihat saja ketika ia dikeroyok
anjing-anjing liar itu. Sebelas anjing
menggigitnya sampai ia kesakitan, tapi sama
sekali ia tak mau melepaskan bungkusan
nasinya. la tabah dan siap mati membela
kebenarannya!"
"Dan orang tuanya?"
"Pinto tak tahu, Peng Houw, waktu itu
ia sudah menggelandang. Katanya ayah ibunya
mati ketika ia berusia empat tahun!"
"Hm," Peng Houw menarik napas,
teringat masa kecilnya sendiri. "Bocah seperti
itu biasanya kuat menghadapi kehidupan,
supek, baiklah ia menemaniku di sini tapi
mungkin setahun dua kutitipkan di Go-bi!"
"Maksudmu?"
Aku akan melanjutkan pencarian anak
isteriku ini, betapapun tak akan kuhentikan."
Giok Yang Cinjin mengangguk-angguk,
Sadar. Orang seperti pemuda di depannya ini907
tak akan sudah menemukan sesuutu. Kalau
sekarang berhenti adalah sekedar beristirahat,
atau karena adanya murid-muridnya itu. Maka
ketika ia berjanji bahwa sewaktu-waktu akan
kembali ke situ bila mendengar tentang isteri
dan putera Si Naga Gurun Gobi ini akhirnya
kakek itu beristirahat dan Peng Houw
memasuki kamarnya.
Sisa waktu tiga hari ?imanfaatkan betul
oleh tosu ini. Ajaran, kerohanian diperdalam
dan tentu saja sebagai penganut ajaran To
iapun mengarahkan wejangan-wejangannya
kepada agama itu. Kebenaran dan kasih sayang
berkali-kali ditekankan. Lalu ketika hari
terakhir ia berkata kepada anak-anak itu
bahwa waktu berpisah tiba iapun teringat
kata-kata Peng Houw bahwa suatu saat anak
anak itu akan dititipkan ke Go-bi
"Suhu kalian Peng Houw tak bisa
tenang sebelum menemukan anak isterinya.
Setahun dua mungkin ia akan pergi lagi, kalian
akan dititipkan ke Go-bi. Kalau ini terjadi maka
ingat-ingatlah bersikap yang baik di tempat
orang dan jangan membuat malu nama908
gurumu . Pinto akan pergi karena guru kalian
sudah datang, pinto hanya guru sementara
saja. Nah, jaga diri baik-baik dan ingat semua
nasihat pinto, anak-anak. Tiga hari ini pinto
sengaja memberi pelajaran rohani agar jiwa
kalian kuat. Jauhi kesesatan dan
ketidakbenaran dan tanamkan kepercayaan
kepada guru kalian karena pinto menyatakan
kalian anak-anak yang baik. Dan kau...". kakek
itu menunjuk Beng San, "kau adalah anak
terakhlr yang berada di slni, gurumu cukup
dengan tiga orang murid. Jagalah dirimu baik
baik dan jangan buat malu pinto karena
pintolah yang membawamu ke mari!"
"Teecu siap mendengarkan titah
totiang," anak ini membungkuk dan berlutut,
sikupnya cukup hormat. "Teecu selama hidup
juga tak akan melupakan budimu , totiang.
Karena kaulah teecu berumur pajang. Teecu
akan melakukan sperti apa yang totiang
katakan."
"Bagus, pinto lega. Sekali lagi ingatlah
nasihat pinto dan kalau suatu hari kalian di Go-909
bi jagalah dirl balk-baik dan jangan bersikp
memalukan"'
Tiga anak itu mengangguk. Dalam
perpisahan itu ketiganya berkaca-kaca, Giok
Yang Cinjin mengusup kepala murid-muridnya
lalu berkelebat keluar, la telah berpamlt
kepada Peng Houw. Dan ketika hari itu tosu ini
pergi dan guru mereka berganti orang, Naga
Gurun gobi membimbing mereka ternyata
Peng Houw hanya mematangkan saja apa yang
telah di terima anak-anak ini yakni
meneruskan ilmu Soan Hoan Ciang ( kibasan
angin puyuh ) itu. Pendekar ini membimbing
muridnya selama dua tahun dan ketika ia mulai
gelisah untuk mencari anak dan isterinya,
maka seperti yang dikatakannya kepada Giok
Yang Cinjin bahwa anak anak itu hendak
dibawanya ke gobi, tak tahu bahwa diam diam
Beng San tidak puas dihatinya.
" Aku hendak mencari subo dan sute
kalian Boen Siong, karena aku tak tega
meninggalkan kalian sendiri maka kalian akan
kutitipkan di gobi sampai aku menjemput
kalian!"910
Anak anak ini mengangguk, Po Kwan
sekarang berumur enambelas tahun
merupakan remaja tanggung, sedangkan
adiknya Siao Yen telah berumur empatbelas
tahun dan mulai mekar, gadis remaja ini
mengepang rambutnya di kiri kanan,pipinya
mulai kemerah merahan dan kesegaran
tubuhnya nampak. bibirnya tipis basah dan
sepasang matanya lebar jeli, tiga empat tahun
lagi gadis ini akan menjadi seorang gadis cantik
jelita, tubuhnya singsat padat. Sementara
Beng San yang juga berumur enambelas tahun
namun menyebut Suci ( Kakak seperguruan
perempuan ) kepada Siao Yen telah
berkembang pula menjadi remaja tanggung
dengan wajah yang tampan gagah dibanding
Po Kwan, anak ini justru lebih kekar, Po Kwan
berkesan tinggi tegap , sementara sutenya (
Adik seperguruan ) itu sefikit lebih pendek dan
kekar.
Dua tahun digembleng Giok Yang
Cinjin, dua tahun lagi dibmatangkan Peng
Houw mska kini mereka hendak dititipkan di
Gobi. Sangbsuhu hendak melanjutkan911
pencarian yang gagal dulu maka Po Kwan
berlutut mengajukan usul apakah mereka
tidak disitu saja, apa yang dikatakan Giok Yang
Cinjin mulai keluar.
" Maaf suhu,, untuk apa kami dititipkan
orang,kami merasa diri kami sudah besar.
Bertiga tentu dapat menjaga rumah, kalau
suhu khawatir tentang diri kami agaknya kami
sudah mampu menjaga diri. Bagaimana kalau
kami tetap di sini saja dan menanti suhu di
rumah!"
"Benar," Siao Yen menyambung,
suaranya melengking nyaring. "Kami sudah
cukup menguasai Soan-hoan-ciang, suhu.
Siapa berani mengganggu kami sikat. Biarlah
kami di sini saja tak usah dititip-titipkan!"
Peng Houw tersenyum, mengangguk
angguk. Terhadap kakak beradik ini ia sudah
merasa suka sejak dulu, sejak pertama kali
mereka datang. Kegagahan dan sopan-santun
anak-anak itulah yang menarik hatinya. Kakak
beradik ini cinta pula kepada Boen Siong, lain
dengan Beng San. Mungkin karena anak itu tak
mengetahui Boen Siong maka jarang anak ini912
bicara tidak seperti kakak beradik itu yang
tiada hentinya bertanya tentang Boen Siong.
Maklum dulu ketika bahaya datang Po Kwan
dan adiknya inilah yang berjuang mati-matian
mempertahankan Sute mereka yang kecil itu.
Betapa mereka jatuh bangun dan merasakan
benar pembelaan yang tinggi. Hal ini dapat
dimengerti karena selain sebagai sute Boen
Siong adalah juga majikn muda mereka, putera
suhu dan subo mereka. Maka ketika Peng
Houw merasa terharu mendengar itu, kakak
beradik ini masih menunjukkan sikapnya yang
berbakti maka dia menarik napas dalam
berkata menjawab,
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak, kalian harus tetap ke Gobi. Di
sana aku lebih aman meninggalkan kalian, Siao
Yen, kepandaian kalian memang sudah maju
pesat namun tetap saja tak dapat dipercaya
kalau orang seperti Chi Koan dan muridnya
yang jahat itu datang. Di samping itu karena
kalian hanya menguasai ilmu yang itu-itu saja,
Soan-hoan-ciang dan ilmu meringankan tubuh
yang diberikan supekku Giok Yang Cinjin maka
aku bermaksud agar selama di sana kalian913
menambah ilmu yang dimiliki Go-bi. Kalian
belajar di sana, akan kumintakan kepada Ji
hwesio dan yang lain agar kepandaian kalian
ditambah"
"Horee!" Beng San tiba-tiba bersorak.
"Terima kasih, suhu. Ini memang sudah lama
kuidam-idamkan. Masa kita hanya menguasai
ilmu yang ini ini saja !"
Po Kwan dan Siao Yen terkejut,
serentak mereka memandang sute mereka itu
dan anak ini tiba-tiba sadar, ia menunjukkan
kegembiraannya dinluar batas. Hal ini karena
sesungguhnya diam diam dia kecewa, masa
guru meteka itu tak pernah mengajarkan ilmu
lain, ilmu meteka itu itu saja, Doan Hoan Ciang
dan ilmu meringankan tubuh, maka ketija ia
terlepas bicara dan tiba tiba sadar, pandang
mata suheng dan sucinya membuat ia tertegun
maka anak itu buru buru berlutut didepan
gurunya meminta maaf.
" Suhu,,ampunkan teecu,teecu tak
mampu menguasai diri!"
"Hm..!" Peng Houw menarik muridnya
bangun berkerut dan tiba tiba sadar akan914
adanya sesuatu yang lain, anak itu terasa lebih
menggebu dibanding kakak beradik itu.
Nafsunya tinggi. "Bangun dan duduklah yang
baikBeng San, kenapa kau demilian girang
mendengar ku ajak ke gobi. tampaknya kau
kecewa janya diajari yang itu itu saja,
Jawablah!"
Anak itu pucat, ia tak berani
memandang gurunya dan menunduk, tapi
ketika untuk yang kedua kalinya sang duhu
menyuruh ia menjawab maka ia berkata lirih
juga.
"Ampunkan teecu suhu, tak daoat
teecu ingkari bahwa teecu pun ingin
menambah kepandaian dan ilmu setinggi
mungkin, Teecubteringat nasihat Giok Yang
Totiang bahwa kejarlah kepandaian samoai di
liang kubur sekalipun. manusia harus
selaluenambah ilmunya mengurangi
kebodohan. Ampunkan teecu kalau salah!"
Po Kwan da adiknya tertegun,memang
dahulu dalam sebuah nasihatnya tosu itu
pernah berkata kepada mereka bahwa selama
hidup manusia harus selalu mengejar dan915
menambah kepandaiannya, kebodohan dan
kekurangan harus dikikis, mereka harus
majubdan maju. Maka ketika kakak beradil ini
tak dapat bicara, apa yang dikatakan sute
mereka itu memang benar. maka Peng Houw
sendiri terkejut dan tak jadi marah, hanya tang
membuatnya kurang senang adalah tingkah
anak itu ketika bersorak seakan gola ilmu dan
haus kesombongan.
"Hm,,apa yang di katakan supekku
memang tidak salah. Orang hidup memang
harus selalu menambah kepandaian, Beng San,
sampai di liang kubur sekalipun. Tapi kita tak
boleh terjerumus oleh kesombongan dan
ambisi. Aku mengakui kekuranganku mendidik
kalian dan karena itulah hendak kubawa ke
Gobi. Di sana kalian dapat belajar, menambah
kepandaian. Tapi jangan sombong atau
tekebur"
"Ampunkun teecu, suhu. Mungkin saja
teeeu salah!"
"Kau tidak salah, hanya hati-hatilah
terhadap ambisimu yang meluap. Kepandaian
tak ada butasnya, dikejar setinggi apapun916
masih akan muncul yang lebih tinggi lagi.
Sudahlah kalian bersiap dan ikut aku ke Gobi!"
Anak itu mengangguk. la masih
ketakutan oleh pandang mata gurunya ini, juga
Po Kwan dan siao Yen. Tapi ketika mereka
biasa lagi dan kakak beradik itu tak ikut
menegur maka hari itu ketiganya bersiap dan
tahulah Peng Houw bahwa dalam hal meraih
ilmu nafsu Beng San jauh lebih duhsyat
dlbandlng Po Kwan dan adiknya. Anak ini
memiliki gemuruh gunung berapi yang
meledak-ledak!
Akan tetapi Peng Houw tak
memperpanjang urusan ini. la ingin buru-buru
secepatnya ke Gobi lalu mencari anak isterinya
lagi. Maka ketika ia mengumpulkan anak-anak
itu dan tertegun melihat uwak Kin berlutut
dengan air mata bercucuran maka teringatlah
ia bahwa pembantu wanitanya ini juga harus
dipikirkan.
"Aku tak mau meninggalkan rumah,
biar tetap di sini saja. Aku sudah tua dan tak
perlu ke man-mana, siauw-hiap, siapa tahu
hujin nanti datang dan kusambut mereka.917
Jangan suruh aku pergi dan biar kujaga rumah
ini.'
"Hm, maaf, tapi kau sendirian di sini,
uwak Kin, bagaimana kalau bahaya datang.
Tidakkah sebaiknya kau kembali ke dusun dan
nanti ke sini lagi setelah aku dan anak-anak
datang."
"Tidak, percuma bagiku. Rumahku
telah kujual, siauw-hiap, di sini adalah
penggantinya. Kecuali kau mengusirku tentu
saja aku pergi!"
"Ah, siapa mengusirmu. Kau telah
bertahun-tahun ikut kami, uwak Kin. Kalau
begitu kehendakmu baiklah kuterima, hanya
hati-hatilah mejaga diri. Aku akan menyesal
kalau ada apa-apa denganmu."
"Orang tua seperti aku tak takut
adanya bahaya. Kalaupun mati biarlah mati di
sini, siauw-hiap. Jauh lebih bahagia daripada
mati di lain tempat. Terima kasih kalau kau
mengijinkan dan berangkatlah antarkan anak
anak ini."
Peng Houw terharu. Lagi untuk
kesekian kali. wanita ini menunjukkan918
kesetiaannya. Maka ketika ia mengeluarkan
sepundi uang dan meminta wanita itu
berhemat sedapat mungkin tiba-tiba Siao Yen
menangis dan menubruk wanita tua ini.
"Suhu, biarkan teecu di sini saja. Teecu
akan menemani uwak Kin!"
"Hush, jangan bodoh. Kau pergi untuk
menambah kepandaianmu, Siao Yen, mana
mungkin itu. Aku tak apa-apa dan dapat
sendirian di sini. Suhumu tak boleh dikacau!"
"Tapi aku tak t?ga meninggalkanmu,
masa kau sendirian saja...!"
"Kau anak muda yang masih memiliki
masa depan, Siao Yen, lain dengan diriku ini.
Sudahlah kau cepat pergi jangan ganggu
gurumu itu. Lihat ia menunggumu!" nenek ni
bertangis-tangisan namun ia mendorong gadis
remaja itu. Peng Houw memang termangu di
sana dan berkerut kening. Ia bingung juga akan
pembantu perempuannya , Namun ketika Siao
Yen didorong dan harus pergi, nenek itu
membentak maka ia sadar bahwa murid
perempuannya itu tak boleh bersikap lemah.919
"Siao Yen, uwak Kin benar. Kalian
memiliki masa depan lebih panjang. Kita akan
kembali lagi ke sini dan mari sekarang
berangkat. Jangan cengeng!"
Gadis itu mengusap air matanya. la
masih tersedu-sedu namun kakaknya
menekan pundak. Sang kakak berkata bahwa
perintah guru lebih penting. Maka ketika gadis
itu terisak-isak dan swng nenek berlari ke
belakang maka Peng Houw berkelebat
membawa murid-muridnya.
"Kalian pergilah... pergilah..!"
Po Kwan hampir tak dapat menahan
runtuhnya air mata. Nenek itu bersembunyi di
belakang agar mereka sama-sama tak melihat.
Hanya Beng San yang tenang-tenang saja, anak
ini seakan tak terpengaruh. Tapi ketika mereka
sama-sama bergerak menyusul guru mereka
maka dalam perjalanan akhirnya anak-anak ini
dapat melupakan uwak Kin.
"Kuharap kalian mampu berpikir wajar.
Berkumpul atau berpisah adalah kejadian
biasa, Siao Yen. Mati hidup bukan sesuatu yang
istimewa. Aku bermaksud mencari anak isteri920
dua tahun lagi dan selama itu belajarlah baik
baik di Gobi. Nanti kita kembali dan bertemu
uwak Kin"
Gadis ini telah mampu menguasai
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirinya lagi. Sebagai perempuan memang
perasaan wanita terlebih halus. "Tapi setelah
perjalanan membangkitkan semacam
kegembiraan dan hutan atau gunung-gunung
segar merupakan pemandangan baru maka
Siao Yen melupakan nenek kin, apalagi setelah
melalui gurun. Gobi masih jauh di depan.
Peng Houw membawa murid-muridnya
itu tanpa henti dan inilah ujian bagi murid
muridnya. Ternyata dari tiga orang itu Beng
Sanlah yang paling kuat. Anak itu seakan tak
mengenal lelah dan paling menggebu. Setiap
berlari cepat di padang pasir dialah yang paling
bertenaga. Panas dan sengatan matahari
seakan tak dirasa. Dan ketika Peng Houw
mengakui bahwa dari tiga muridnya ini maka
anak itu adalah yang paling berbakat maka
diam-diam ia girang juga bahwa nuridnya
terbungsu itu menunjukkan tanda-tanda
seorang ahli silat luar biasa.921
Akan tetapi Po Kwan dan Siao Yen
bukan kakak beradik yang lemah. Dalam
perjaianan di atas gurun ini merekapun tak
pernah mengeluh. Hanya mungkin karena
watak kakak beradik ini lembut dan pengalah
maka kesan mereka seperti kurang bertenaga,
tidak seperti Beng San yang berlari-lari seperti
kuda liar itu. Anak ini tertawa-tawa dan
semangatnya di gurun yang luas membuat
kagum. Berapa kali ia berada di depan
meninggalkan Po Kwan dan Siao Yen, yang tak
mau mendahului guru mereka karena Peng
Houw juga tak tega melatih muridnya
terlampau berat. Dan ketika mereka akhirnya
tiba di Gobi dan di sini anak itu kagum
memandang pintu gerbang yang kokoh dan
besar maka Peng Houw melihat betapa Po
Kwan dan adiknyea bermandi keringat
sementara anak itu hanya mengusap sebagian
saja peluh yang membasahi rambut,
maka.Para murid Gobi tentu saja terkejut.
Mula-mula mereka melihat bayangan
empat titik di kejauhan, akhirnya melihat dua
anak lelaki dan seorang anak perempuan922
mendekati tempat mereka. Tapi ketika mereka
melihat Peng Houw maka segera pintu
gerbang dibuka dan berhamburanlah hwesio
hwesio muda dengan wajah berseri-seri.
"Suheng.!"
"Houw-sute!"
Peng Houw tersenyum. Dari tujuh
hwesio penjaga maka mereka adalah saudara
saudara seperguruannya pula. Karena ia
pernah menjadi murid Lu Kong Hwe-sio maka
hwesio-hwesio penjaga itu menyebutnya sute.
Akan tetapi karena ia di ambil mendiang Ji Leng
Hwesio dan dedengkot Gobi ini adalah
pemimpin tertinggi maka ia naik derajat dan
dapat pula dipanggil suheng, bahkan bisa juga
susiok atau paman guru!
Akan tetapi Peng Houw tak
mempersoalkan benar sebut-menyebut ini .
Sesungguhnya tak ada murid-murid Gobi yang
mampu menandinginya. Ji-hwe sio sebagai
pemimpin menggantikan ketua lama juga
tidak. Dan karena sikapnya demikian bersahaja
dan rendah hati maka banyak para murid
merasa kagum dan menaruh hormat. Ji-hwesio923
sendiri juga merasa dihargai karena ia tetap
dipanggil susiok, hanya karena pemuda itu
merasa sebagai yang lebih muda dan bekas
murid Lu Kong Hwesio yang dulu menjadi
suheng mereka.
Tak ada sambutan berlebih yang
diminta Naga Gurun Gobi ini. Siao Yen dan
kakaknya merasa kagum melihat suhu mereka
itu mengangguk sana-sini pada murid-murid
Gobi. Siapapun disapa. Begitu rendah hatinya
guru mereka ini. Dan ketika di ruang pendopo
munculah dua hwesio berjubah kuning, usia
mereka enampuluhan tahun maka Peng Houw
menyuruh murid-muridnya berlutut
sementura dia sendiri membungkuk dan
berseru,
"Selamat bertemu jiwi-susiok (dua
paman guru) yang mulia. Maafkan
kedatanganku yang mengganggu tanpa
adanya undangan. ini tiga muridku Po Kwan
dan siao Yen, susiok, dan itu Beng San. Kami
datang ada keperluan tertentu."
"Omitohud, selamat datang. Naik dan
masuklah ke mari, Peng Houw. Kau bukan924
datang di tempat asing melainkan tempat
tinggalmu sendiri. Omitohud, itu kiranya anak
anak muridmu itu, tapi kenapa tiga orang!"
"Yang ini murid baru, gemblengan
supek Giok Yang Cinjin. Kami datang untuk
sebuah keperluan penting."
"Ah, masuklah... . naik semua. Mari,
mari selamat datang dan bagaimana kabar
anak isterimu!"
Ji-hwesio, yang lembut dan penyabar
itu menerima tamu-tamunya dengan tergesa
gesa. Anak-anak itu diminta masuk dan Beng
San melihat betapa pimpinan Gobi ini bersikap
amat hormat. Para hwesio di bawah pendopo
juga membungkuk-bungkuk. Gurunya ternyata
orang besar! Dan ketika anak ini berseri dan
bangkit berdiri maka tanpa sungkan-sungkan
lagi ia mendahului dua saudaranya berjalan di
belakang gurunya, sedikit pongah. Po Kwan
memanggil Beng San dan bersifat menegur.
Tapi ketika sutenya itu tersenyum-senyum dan
tak menghiraukan ini maka Po Kwan menjadi
gemas sementara adiknya juga marah.925
Namun kakak beradik ini tak mau
membuat ribut. Di rumah orang tak boleh
mereka bertengkar, biarlah nanti saja sute
mereka itu didamprat. Dan ketika semua
masuk ke dalam disambut tuan rumah maka
sekali lagi dua hwesio itu memandang tak-anak
ini. Sekali lihat tahu bahwa anak-anak itu
adalah anak-anak berbakat, terutama anak
ketiga yang matanya begitu berani
menerawang Semua ruang dalam penuh
kagum. Berani dan tidak sungkan-sungkan.
"Omitohud, pinceng lupa lagi nama
nama mereka ini. Siapa mereka dan yang mana
yang tertua, Peng Houw. tumben sekali datang
seperti rombongan besar".
"Ini adalah Po Kwan " yang ditunjuk
memberi hormat. "Dia yang tertua sebagai
muridku, susiok, dan itu adiknya Siao Yen.
Sedang yang ini..." Beng San buru-buru
berlutut. "Dia adalah Beng San!"
Ketiga anak itu sudah melipat tubuh
dan Peng Houw tentu saja senang. Dua hwesio
itu berseri-seri dan menaruh kepercayaan
kepada Peng Houw tentu saja mereka926
menganggap tiga anak itu adalah pilihan. Mana
mungkin Naga Gurun Gobi salah mengambil
murid. Maka ketika mereka tersenyum dan
mengangguk-angguk maka dua hwesio itu
segera hapal mana Po Kwan dan mana Beng
San. Anak terakhir ini berdahi lebar dengan alis
seperti golok.
"Omitohud, semuanya sudah seperti
diisi. Ah, di bawah gemblenganmu tentu
mereka hebat, Peng Houw. Dan terus terang
pinceng kagum mereka mampu melakukan
perjalanan jauh!"
"Benar, dan yang ini tampaknya tidak
kelelahan. Hm, dia ini... eh, Beng San, bukan?
Omitohud, cerdik dan bertenaga besar!"
Anak itu kemerah-merahan. Ia
bukannya malu melainkan bangga. Siapa tidak
bangga dipuji di depan guru , Dan ketika sekali
lagi Siao Yen mengerutkan kening merasa tak
senang, gemas maka sang kakak menjawil
pinggangnya agar tak usah menunjukkan
kemarahan.
"Jangan melotot nanti disangka iri. Biar
dan bersikaplah tenang, Siao Yen, nanti saja di927
luar kita tegur dia. Agaknya nasihat Giok Yang
totiang lupa diingat."
"Aku gemas, sebal sekali. Tadi ia
mendahului kita, Kwan-ko, sekarang sombong
dipuji orang. Ih, amit-amit anak itu. Lupa diri!"
"Sudahlah, jangan berang. Betapapun
ia sute kita dan nanti dinasihati. Harus kita akui
bahwa ia luar biasa, daya tahannya lebih kuat
daripada kita."
"Kupikir bukan daya tahan, melainkan
semangatnya yang menggebu. la ambisius
sekali menambah ilmu!"
"Sst, jangan keras-keras dan lihat dua
locianpwe itu memandang kita." Po Kwan
cepat menunduk dan menyentuh adiknya agar
tak bisik-bisik. Mereka tak tahu betapa telinga
Peng Houw yang tajam mendengar ini, melirik
bahwa muridnya ketiga itu memang bangga
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali.
Tapi karena kebanggaan itu memang
miliknya dan Peng Houw tak melihat
kesombongan seperti yang dikatakan Siao Yen
maka dia tersenyum saja mendengar bisik
bisik ini, menganggp sesama anak memang928
suka bertengkar. Tak tahu bahwa dengan
cepat Beng San memperbaiki diri dengan
menahan kebanggaannya dan pura-pura
tersipu, yakni ketika melihat kakak beradik itu
terutama Siao Yen melotot gemas!
"Hm, sekarang ceritakan maksud
kedatanganmu," Ji-hwesio kini berkata lagi,
memandang Naga Gurun Gobi itu. "Bagaimana
kabar di luar, Peng Houw, juga tentang Chi
Koun."
"Semuanya masih gelap," Peng Houw
menarik napas dalam. "Chi Koan belum
kutemukan hingga sekarang, susiok, begitu
juga anak isteriku. Dan kini setelah kegagalan
dua tahun lalu aku hendak mencari mereka
dan menitipkan anak-anak di sini".
"Omitohud, maksudmu meninggalkan
mereka di Go-bi?"
"Benar, susiok, sekalian mohon
pengajaran karena terus terang saja aku hanya
memberikan mereka Soan-hoan-ciang dan
ilmu meringankan tubuh. Di sini aku hendak
memperdalum kepandaian mereka, biarlah929
dibimbing para suheng atau susiok sendiri yang
mungkin merasa tak keberatan".
Dua hwesio itu membelalakkan mata,
tak menyangka. Tapi ketika mereka sama
sama tertawa dan memandang geli maka
keduanya hampir berbareng berseru bahwa
kepandaian mereka tak ada artinya dibanding
pemuda itu.
"Ah, jangan main-main kau. Masa
muridmu kau berikan disini, Peng Houw, salah
salah ilmunya turun. Ha-ha, kau b?rgurau!"
"Benar, kau tentu main-main. Masa
murid Naga Gurun Gobi harus kami yang
mendidik, Peng Houw, tidak lucu!"
"Susiok jangan salah paham.
Kepandaianku boleh tinggi namun andalanku
hanyalah Hok-te Sin-kang, padahal ilmu ini tak
boleh diwariskan kecuali pemilik hendak
meninggalkan dunia yang fana ini. Aku tak
main-main kalau meninggalkan mereka di sini.
susiok. Jiwi tentu maklum pantangan pewaris
Hok-te Sin-kun (Silat Penakluk Dunia)!"
Dua hwesio itu tertegun. Tiba-tiba
mereka sadar bahwa kehebatan pemuda ini930
adalah mengandalkan warisan Bu-tek-cin-keng
itu. Hok-te Sin-kun adalah pemberian Ji Leng
Hwesio dan bahkan tenaga sakti kakek itu
diberikan kepada pemuda ini. Namun karena
Silat Penakluk Dunia tak boleh diwarisi oleh
lebih dua orang, padahal di sana ada Chi Koan
yang memiliki ilmu itu pula maka dua hwesio
ini mengangguk dan menarik napas dalam,
sadar.
Percakapan ini didengar tiga anak
remaja itu dan Po Kwan maupun Siao Yen
tertegun. Baru sekaranglah mereka mengerti
kenapa selama ini guru mereka tak memberi
pelajaran lain, kiranya Hok-te Sin-kun tak boleh
diwariskan, atau guru mereka akan mati! Maka
tergetar menundukkan muka tiba-tiba Siao
Yen dan kakaknya ngeri
Tapi lain dua anak ini lain pula Beng
San. Tak dapat disangkal diam-diam anak lelaki
ini kecewa terhadap gurunya kenapa pelajaran
ilmu sllat yang didapat hanya itu-itu saja.
Hanya karena pandainya anak ini membawa
diri maka kekecewaannya tak begitu
ditonjolkan, kalaupun diketahui maka931
segeralah alasan Giok Yang Cinjin yang
dikeluarkan, yakni bahwa manusia hidup harus
menambah ilmu mengurangi kebodohan.
Tak ada yang tahu bahwa Giok Yang
Cinjin sesungguhnya telah bercerita kepada
anak ini akan kehebatan Hok-te Sin-kun yang
dimiliki Peng Houw. Betapa warisan Bu-tek
cin-keng itu amat dahsyat dan tosu itu bukan
apa-apa. Tapi kalau tosu itu bermaksud
memuji Peng Houw dengan penuh
kebanggaan dan tulus adalah anak ini
menerima dengan perasaan lain di mana tentu
saja ia ingin mendapatkan ilmu itu agar ia
sehebat gurunya!
Hal ini tak disadari Giok Yang Cinjin.
Pujiannya yang begitu muluk membuat si anak
berkhayal hebat. Perlahan-lahan bangkitlah
nafsu keinginan yang besar menumpuk dan
terus ditambah oleh lamunan melambung.
Maka ketika dua tahun itu sang guru tak
memberikan apa-apa, Peng Houw hanya
mematangkan dan memoles Soan-hoan-ciang
yang telah diterima murid-muridnya dari Giok932
Yang Cinjin sesungguhnya diam-diam timbul
amarah anak ini kenapa sang guru begitu pelit!
Untunglah Peng Houw bersikap adil.
Karena tidak memberi apa-apa pula kepada Po
Kwan maupun Siao Yen maka anak ini
memendam kekecewaannya di dalam hati.
Kalau Naga Gurun Gobi itu pilih kasih entahlah
apa yang terjadi, mungkin anak ini akan
melakukan sesuatu yang mengejutkan. Namun
kerena kekecewaan semakin ditumpuk dan
tetap ada, inilah yang membuat Beng San
menyimpan tenaga dahsyat maka akibatnya
anak itu memancarkan energi di tubuhnya
lewat semangat dan hasratnya yang
menggebu, di mana ia seakan tak pernah lelah
dan dalam perjalanan ini ia kelihatan segar dan
sedikit berpeluh saja!
Ada sesuatu yang belum dilihat Peng
Houw, namun sudah dirasakan dan dilihat Po
Kwan, yakni betapa kadang-kadang sepasang
mata anak ini bersinar-sinar mencorong bagai
mata seekor harimau marah. Diam-diam Po
Kwan terkejut dan memperhatikan sutenye
itu, tapi ketika sang sute sadar dan lenyaplah933
semua tanda-tanda aneh itu maka anak ini
menjaga perasaannya dengan hati-hati di
mana sang guru tak tahu gejolak perasaannya,
sementara Po Kwan hanya kadang-kadang saja
melihat keganjilan sutenya itu.
Po Kwan adalah anak penyabar dan
lembut hati. Kedudukannya sebagai suheng
meskipun usianya dengan Beng San sebaya
tidak membuat anak ini tinggi hati. Justeru
Beng San yang kadang-kadang meremehkan
suhengnya ini seperti misalnya di tangga
pendopo Go-bi itu, mendahului suhengnya
mengikuti gurunya.
Dan karena hal-hal kecil begini
memang luput dari pengawasan Peng Houw, di
mana Po Kwan juga tak pernah memberi tahu
gurunya takut dianggap iri maka loloslah sikap
sikap ganjil dari anak lelaki itu. Kini mendengar
Hok-te Sin-kun bukanlah ilmu yang boleh
diwariskan karena akan membahayakan
pemilik lama bukannya anak ini terkejut
melainkan justeru semakin bergairah dan
berseri-seri. Hasrat untuk memiliki ilmu itu
menggebu lagi. Beng San memang bukan Po934
Kwan. Kalau anak yang dulu dihajar Siauw Lam
ini terkejut dan tergetar, ngeri dan baru
sekarang tahu kenapa gurunya hanya
memberikan Soan-hoan-ciang dan ilmu
meringankan tubuh adalah anak yang satu ini
menyala dan berkobar semangatnya. Beng San
justeru tertarik dan ingin sekali menguasai
Hok-te ?in-kun. Dia memang ingin menjadi
orang pandai, kalau bisa tak terkalahkan
seperti gurunya ini.
Maka ketika diam-diam timbullah
hasrat besar untuk memiliki ilmu itu maka
pembicaraan antara gurunya dengan dua
orang hwesio itu menjadikan anak in berkilat
sepasang matanya seperti dulu Po Kwan
melihatnya seperti seekor harimau marah. Kali
ini remaja tanggung itupun melihat lagi
sepasang mata sutenya yang aneh ini ,
mencorong berkilat-kilat. Dan ketika diam
diam Po Kwan tergetar dan ngeri lalu
menyentuh lengan adiknya maka segera ia
memberi isyarat agar adiknya itu melihat Beng
San. Dan Siao Yen tiba-tiba tertegun.935
Akan tetapi sebagaimana biasanya bila
seseorang diperhatikan orang lain maka
getaran atau gaya kekuatan pandang mata ini
mengusik sasarannya. Beng Sanpun terkejut
ketika tanpa sadar menoleh, beradu dengan
sucinya dan betapa pandang mata sucinya
melotot. Cepat sekali ia membuang pancaran
matanya tadi dan reduplah mata anak ini
seperti biasa Kilatan mencorong itu hilang. Lalu
ketika anak itu menunduk dan firasatnya
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memberi tahu agar berhati-hati, dua hwesio
itu memandang guru mereka sambil
mengangguk-angguk maka terdengarlah kata
kata mereka bahwa mereka baru sadar akan
keadaan yang dimiliki Naga Gurun Gobi itu.
"Omitohud, pinceng baru ingat.
Memang yang kau andalkan selama ini adalah
Hok-te Sin-kun, Peng Houw, dan ilmu itu
adalah warisan mendiang supek. Dan karena
supek menyerahkannya kepadamu dan
mengorbankan dirinya sendiri barulah pinceng
ingat bahwa ilmu itu tak boleh diwariskan
orang lain. Hmm.. pantas anak-anak ini hanya
mendapatkan Soan-hoan-ciang dan ilmu936
meringankan tubuh. Ilmu itu adalah milik
gurumu Giok Kee Cinjin, bukan mendiang
supek Ji Leng Hwesio. Kalau mereka hendak
kau titipkan di sini menerima ilmu-ilmu Gobi
yang lain tentu saja pinto tidak keberatan, tapi
bagaimana pendapat sam-susiokmu (paman
ketiga)!"
"Pinceng rasa tak ada yang perlu
dikhawatirkan. Semua ilmu Gobipun boleh
dipelajari anak-anak ini , suheng, toh tak akan
menang menghadapi Hok-te Sin-kun!"
Sam-hwesio, orang yang lebih berhati
hati dan mengangguk-angguk itu berkata. Dari
perkataan ini tersirat bahwa tak usah takut
menggembleng anak-anak itu, toh tak
mungkin mengalahkan Hok-te sin-kun yang
dimiliki Peng Houw. Kalau anak-anak itu
berobah jahat umpamanya maka masih dapat
?iatasi. Peng Houw tak mungkin tinggal diam.
Dan ketika Peng Houw mengangguk-angguk
sementara Ji-hwesio juga mengangguk-angguk
maka didapatlah kesepakatan bahwa
menambah ilmu remaja-remaja tanggung itu
tak berbahaya.937
"Kalau susiok menerima tentu saja aku
amat berterima kasih. Hanya inilah yang dapat
kuberikan kepada mereka."
Peng Houw gembira, melambai kepada
murid-muridnya agar mereka itu berlutut
mengucap terima kasih. Telah ada
pembimbing baru di situ. Dan ketika tiga anak
itu serentak melipat tubuh maka Beng San
yang agak berkerut kening, namun cepat
disembunyikan.
"Hm, berdirilah, kalian boleh main
main di belakang. Sekarang guru kalian telah
menyerahkan kalian kepada kami, anak-anak.
Boleh kalian pergi dan berkenalanlah dengan
para suheng di luar!"
Hwesio berkata seperti itu agar
selanjutnya pembicaraan tak didengar lagi
anak-anak ini. Po Kwan dan Siao Yen bangkit
memberi hormat diikuti Beng San pula. Lalu
ketika tiga anak itu keluar namun Beng San
melompat mendekati sekelompok hwesio
yang sedang berliam-keng (membaca doa)
maka Siao Yen yang siap menegur sutenya
untuk persoalan di pendopo menjadi gagal938
karena cepat sekali anak ini berbaur di tengah
kelompok hwesio-hwesio itu. Beng San
memang bukan anak pendiam. Dibanding Po
Kwan maka dia adalah remaja tanggung yang
suka bicara. Sebenarnya tandingan anak ini
adalah Siao Yen. Namun karena anak itu sudah
cerdik melepaskan diri dan kini berkumpul
dengan hwesio-hwesio muda, terjadi
pembicaraan dan senyum serta anggukan
maka para hwesio yang tahu bahwa anak-anak
ini adalah murid Peng Houw segera menyibak
dan memberi tempat. Duduklah anak itu
tersenyum-senyum!
"Maafkan aku, cuwi-siauw-suhu
sungguh merdu membacakan ayat-ayat suci.
Bolehkah aku di sini dan belajar bersama
kalian, siauw-suhu. Mohon maaf kalau kiranya
aku ngganggu!"
"Ah, siauw-hiante (saudara cilik)
sungguh ramah, juga rupanya senang
mendengarkan senandung doa. Marilah duduk
bersama kami namun boleh bermain-main
kalau bosan."939
"Ah, siauw-suhu (suhu cilik) ramah
pula. Kalau aku bosan sungguh tak pantas
berada di sini. Bukankah kalian membaca ayat
ayat Dhammapada yang begitu indah.
Teruskanlah, aku senang mendengarkannya!"
Kalau sudah begini mana mungkin
kakak beradik memenggil anak itu. Cepat sekali
Beng San berbaur diri dengan amat lihai.
Cerdik dan licin ia pura-pura mendengarkan
ayat-ayat kitab suci, padahal sebenarnya
hanyalah ingin menghindar dari kakak beradik
itu. Sikap teguran mereka sudah terasa. Maka
ketika Siao Yen melotot dan pergi disambar
kakaknya, mereka berkenalan dengan hwesio
hwesio dositu maka di ruang dalam Ji-hwesio
dan Sam-hwesio menanyakan lebih lanjut
tentang Chi Koan dan isteri serta putera
pemuda itu.
"Aku tak tahu di mana mereka, juga Chi
Koan. Anak isteriku lenyap seperti ditelan bumi
sementara si buta itu pandai menghindar diri.
Ah, entahlah, susiok, aku penasaran dan
bingung sekali. Karena itu akan kucari lagi dan940
itulah sebabnya kutitipkan anak-?nak itu di
sini."
"Hm, memang benar Pinceng juga
sudah mengutus murid untuk mendengar dan
menemukan jejak, si buta ini, Peng Houw, dan
terakhir ada berita dari Kun-lun bahwa
pemuda itu ke sana. Namun ia tak ada lagi."
"Kun-lun?" pemuda ini tiba-tiba
tertegun. "Hampir aku lupa itu. Ah, tolol benar
aku ini, susiok, kenapa tak mencari ke sana.
Bukankah isteriku murid Kun-lun!"
"Kau belum menjenguknya ke sana?"
"Belum!"
"Kalau begit? cobalah, siapa tahu ada
di sana!"
"Benar, dan terima kasih atas petunjuk
ini Aku benar-benar lupa!"
'Hm tapi tak perlu tergesa-gesa. Kau
baru saja datang, Peng Houw, beristirahatlah
dulu. Betapapun tempat itu amat jauh dari sini,
lebih jauh dibanding sungai Huang-ho!" Sam
hwesio mengingatkan dan lagi-lagi Ji-hwesio
mengangguk. Melihat betapa pemuda itu
begitu bersemangat besar kemungkinan941
pemuda ini akan pergi. Benar saja, pemuda itu
bangkit berdiri dan wajahpun bersinar-sinar.
Secercah harapan muncul. Lalu ketika Peng
Houw berkata cukuplah pertemuan itu maka
pemuda ini bergerak meninggalkan susioknya.
"Aku tak tenang kalau belum
menemukan anak isteriku. Maaf, jiwi-susiok,
sekarang juga aku pergi. Permisi dan tolong
jagalah murid-muridku!"
'Heii. pemuda itu berkelebat lenyap.
"Tunggu dulu , Peng Houw, masa kau tak
memberi pesan murid-muridmu!"
"Sudah kunasihati banyak di tengah
jalan. Selamat tinggal, jiwi-susiok, terima kasih
telah mengingatkan aku!" bayangan putih
menyambar dan tahu-tahu pemuda itu telah
melewati bangunan samping tembok yang
tinggi. Peng Houw sengaja tak mau lewat
depan agar tak mengejutkan murid-muridnya,
juga para hwesio bisa memanggilnya kalau
tahu ia pergi secepat itu.
Maka ketika ia melayang turun dan
mengerahkan kepandaiannya menyeberangi
gurun, Ji-hwesio dan Sam-hwesio berkelebat942
mengejar maka tertegunlah dua orang itu
melihat titik kecil di kejauhan.
"Pinceng menyesal," Ji-hwesio
mengeluh. "Kenapa pinceng harus memberi
tahu secepat itu, sute. Kalau tahu begini
kututup mulutku ini. Aih, ia terlampau cepat
pergi!"
"Sudahlah tak perlu disesali," Sam
hwesio meredup dengan pandangan sayu.
"Orang seperti dia tak mungkin ditahan juga,
suheng. Kalau ia mau pergi maka tentu ia tak
dapat ditahan. Sudahlah kita masuk ke dalam
dan lihat anak-anak itu.
"Benar , tapi pinceng menyesal. Biarlah
pinceng membaca doa dan kuhapus dosaku
dengan memujikan pemuda itu. Semoga cepat
menemukan anak isterinya!"
"Dan Chi Koan...!"
"Ya. Si buta itu. Ah, beban kita menjadi
berat gara-gara penjahat ini. Biarlah pinceng
berdoa dan kau awasilah anak-anak itu!" Ji
hwesio masygul dan kembali masuk ke
kamarnya. la menampar mulutnya dua kali
kenapa harus memberi tahu Kun-lun. Tapi943
ketika ia sadar pemuda seperti itu tak mungkin
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dicegah, datang atau pergi tak ingin terikat
maka di sana Naga Gurun Gobi itu telah
meninggalkan gurun dan meluncur menuju ke
barat dengan amat cepatnya. Kun-lun!
***
Tempat ini seakan menghentak
hentak. Kenapa ia melupakan itu dan tak
menengok ke sana? Bukankah isterinya murid
Kun-lun dan patut dicari ke sana? Maka ketika
pemuda itu mengerahkan kepandaiannya dan
kini perjalanannya jauh lebih cepat ketimbang
ia membawa murid-muridnya maka tak sampai
empat hari pendekar ini tiba di pegunungan
yang membujur dari barat ke timur itu. Akan
tetapi apa yang didapat? Semua orang
bersikap dingin!
Mula-mula Peng Houw bertemu
seorang tosu Kun-lun yang dimintanya
mengantar menemui ketua. Seingatnya ketua944
Kun-lun adalah Kim Cu Cinjin, suheng dari
isterinya sendiri. Tapi ketika tosu itu terkejut
memandangnya tajam, lalu acuh dan
meninggalkannya sendirian maka ia mendapat
jawaban bahwa Kim Cu Cinjin tak ada di situ.
"Ketua kami sudah berganti, pergilah
dan turun gunung saja. Kau tak akan
menemukan Kim Cu Cinjin, anak muda, ia tak
ada lagi di sini."
Peng Houw melompat, membelalakkan
mata menangkap pundak orang ini. " Berhenti,
tahukah kau siapa yang kau ajak bicara dan
kenapa sikapmu seperti itu kepada ketuamu
sendiri!"
"Hm, aku tahu bahwa yang di
hadapanku ini yang terhormat Naga Gurun
Gobi. Suami yang demikian bijak membiarkan
isterinya terlunta-lunta. Lepaskan aku, Peng
siauw-hiap, atau mungkin kau akan sewenang
wenang pula kepad? orang yang jauh di bawah
kepandaianmu."
Peng Houw pucat. la melihat orang
demikian meremehkan namun bersinar
mendengar kata-kata tadi. Perbuatannya945
kepada Li Ceng telah diketahui, buktinya tosu
Kun-lun ini mengejeknya. Tapi ketika ia
membentak kenapa sikap tosu itu berubah
terhadap Kim Cu Cinjin, orang yang dikenalnya
sebagai kakek baik-baik maka tosu ini tertawa
getir, melepaskan pundak dari cengkeraman
pemuda itu.
"Dunia sudah berubah, yang baik
belum tentu baik selamanya. Kau turunlah
pergi dari sini atau lanjutkan perjalananmu ke
atas kalau ingin menemui ketua."
Hampir Peng Houw mengibas tosu
ini.,Kalau tak ingat bahwa hubungannya
dengan Pimpinan Kun-lun selalu baik-baik saja
mungkin ia menampar atau melempar tosu ini
membuang kemarahannya. la dilecehkan
begitu dingin, siapa tidak marah. Namun ketika
ia menahan dan melompat ke atas maka ia
meninggalkan tosu itu untuk mencari atau
bertemu Kim Cu Cinjin. Dan beberapa orang
murid kembuli dijumpai. Akan tetapi
bagaimana jawaban atau sikap mereka? Sama
saja, acuh dan dingin!946
"Ketua kami sudah berganti, kalau yang
terhormat Peng-siauwhiap ingin menemui
silakan naik saja ke atas. Kami tak ada urusan."
Kata-kata dan sambutan ini membuat
pemuda itu terkejut. la semakin penasaran dan
marah. Dan ketika ia akhirnya berada di
puncak melewati tosu-tosu lain yang
terpincang atau tertatih-tatih barulah Peng
houw menyadari bahwa sebagian besar orang
terluka. Dan akhirnya ia bertemu seorang tosu
tinggi kurus yang kedua lengannya digantung,
patah!
Peng Houw tertegun pucat. Tosu ini
muncul menyibak anak-anak murid. Inilah
Heng Bi Cinjin yang dulu dilukai Chi Koan,
sementara suhengnya, Bi Wi Cin-jin berada di
dalam dengan luka-luka yang masih belum
sembuh. Tosu Kun-lun itu muntah darah oleh
pukulan Chi Koan dulu. Maka ketika datang
laporan para murid di mana tosu itu muncul di
gapura dalam, berdiri dengan kedua lengan
menggantung maka Peng Houw berseru
tertahan teringat tosu atau kakek tinggi kurus
ini.947
"Heng Bi totiang!"
Tosu itu acuh. Ia tak mengangguk atau
menyambut pemuda ini sebagaimana
biasanya dulu. Murid-murid ?i situ juga acuh.
Dan ketika Peng Houw meloncat dan menggigil
di depan tosu ini maka tiba-tiba gemetarlah
pemuda itu memandang sang tosu, bibir
berketrukan tak dapat bicara.
"To. . totiang, ap.. . apa yang terjadi?"
"Tak ada apa-apa. Kami Kun-lun tak
merasa mengundangmu, Naga Gurun Gobi,
untuk apa kau datang. Pergilah dan untuk apa
kau ke sini. Tak ada yang dapat kubantu."
"Heng Bi totiang!" Peng Houw tiba-tiba
berseru keras. Aku mencari isteriku dan
anakku yang hilang. Apakah mereka di sini.
Mana Kim Cu totiang!"
"Hmh, beginikah sikapmu di rumah
orang? Sudah cukup Kun-lun menderita, anak
muda. Aku tak tahu di mana isterimu .Dsn
anakmu itu. Kami juga sedang prihatin."
Peng Houw sadar. Cepat ia menahan
gejolak hatinya dan ditetapkanlah
perasaannya yang tidak keruan. Mungkin948
pihak Kun-lun sudah tahu kesalahannya
terhadap isteri. Maka ketika ia mengeluh dan
terhuyung menangkap tosu itu maka pemuda
ini terbata dengan air mata bercucuran.
"Totiang, aku datang untuk meminta
maaf. Aku datang untuk mencari dan
mengambil anak isteriku. Di mana mereka dan
kalian rupanya sudah tahu kemelut rumah
tanggaku. Beritahulah aku di mana anak
isteriku, totiang, di mana aku dapat
menemukan mereka, atau aku akan berteriak
dan menggetarkan gunung ini memanggil
mereka!"
(Bersambung jilid XVI)
Credit:
Sumber Buku Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Kabut Di Telaga See Ouw - Jilid 15949
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XVI
*
* *
TOSU itu berkerut, namun tiba-tiba
tertawa dingin.
"Kau boleh berteriak atau
menggetarkan gunung ini namun pinto tak
tahu di mana anak isterimu. Pergilah dan
jangan membuat ribut di sini Naga Gurun Gobi.
Kun-lun tak ada urusan denganmu dan juga tak
menghendaki kehadiranmu. Pergilah dan
jangan membuat kami yang sudah celaka ini
menjadi mata gelap."
Peng Houw benar-benar
membelalakkan mata. Sikap dan kata-kata
tosu ini betul-betul demikian dingin dan
menusuk perasaan. la seakan dianggap biang
penyakit. Kehadirannya tak dikehendaki oleh950
Kun-lun. la diminta pergi, diusir secara halus.
Dan ketika ia menjadi marah namun cepat
menekan kemarahannya itu, lengan yang
patah dari tosu ini mengingatkan ia
berhadapan dengan orang yang sedang
menderita maka pemuda ini tiba-tiba
mengeluh dan memejamkan mata, menggigit
bibir menguatkan hati namun tiba-tiba ia
membentak. Heng Bi Cinjin terkejut
menyangka diserang akan tetapi Peng Houw
berkelebat menuju ke dalam, melampiaskan
marah dan kecewanya pemuda ini memasuki
pendopo itu, berkelebat dan lenyap. Dan
ketika tosu itu sadar dan membentak maka
Heng Bi Cinjin mengejar disusul murid-murid
yang lain. Mengharukan sekali melihat tosu ini
lari dengan tangan terpegal-pegal.
"Naga Gurun Gobi, kembali kau. Jangan
kurang ajar!"
Namun Peng Houw lenyap ke dalam. la
merasa penasaran dan sakit hati sekali oleh
sikap orang-orang Kun-lun ini. Dari murid
sampai pimpinannya ternyata tak menaruh
hormat, sikap mereka begitu dingin. Maka951
ketika ia melesat dan lenyap ke dalam segera
pemuda ini memanggil-manggil Kim Cu Cinjin.
"Kim Cu totiang, di mana kau.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keluarlah!"
Akan tetapi Peng Houw tak bakalan
menemukan bekas ketua Kun-lun-pai ini.
Orang yang dicari sudah pergi dan yang
didapat malah seorang tosu gemuk ramah
bersila di lantai belakang, menghadap
tanaman rumput. Inilah Bi Wi Cinjin yang
sebelah lengannya juga digantung, patah.
maka ketika Peng Houw bertemu tosu itu dan
tertegun menghentikan teriakan, tosu ini
membuka mata dengan bibir digigit menahan
sakit maka pemuda itu terkejut dan
terdengarlah helaan napas panjang penuh
kecewa.
"Siancai, Peng-siauwhiap kiranya. Hm,
Kim Cu-suheng sudah tak menjabat di sini,
anak muda, pergi dan percuma kau berteriak
teriak memanggilnya. Pinto menggantikannya
dan mungkin kau ingat siapa pinto."
"Bi Wi totiang!" pemuda itu berseru
dan langsung ingat.952
"Ya, pinto adanya. Heran bahwa kau
sebagai orang muda berpendidikan harus
berteriak-teriak di rumah orang.
Siancai,..mungkin ada yang dapat pinto bantu,
anak muda, tapi setelah ini harap kau pergi
karena kami tak suka kedatangan tamu
asing!". Tosu itu bangkit berdiri dan
tertegunlah Peng Houw mendengar kata
katanya. Meskipun lebih halus daripada Heng
Bi Cinjin akan tetapi sikap dan kata-kata kakek
ini sama. Kun-lun tak menghendaki
kehadirannya dan ia dianggap orang asing,
padahal isterinya adalah murid partai itu. Tapi
karena orang menymbutnya lebih ramah dan
kakek itu berdiri dengan lemah, sesungguhnya
perut Bi Wi Cinjin masih terluka oleh
tendangan Chi Koan maka terhuyunglah tosu
itu mendekati Peng Houw. Pemuda ini m?sih
berdiri tertegun sampai akhirnya bayangan
Heng Bi Cinjin dan para murid berkelebat
datang.
"Peng Houw, kau tak punya adat.
Keluar dan jangan ganggu ketenangan kami!"953
"Siancai, semua mundur. Anak muda
ini sudah menemui pinto, sute, biarkan ia
bicara dan menyatakan maksudnya. Setelah
itu biarkan ia pergi dan kita tak menghendaki
siapapun merusak ketenangan Kun-lun, atau
kita mempertahankannya dan mengusir setiap
pengganggu."
Peng Houw merah dan pucat berganti
ganti. Cepat sekali puluhan murid Kun lun
mengepung. Kata-kata ketua mereka
membuat semuanya mundur, kecuali Heng Bi
Cinjin yang sudah berdiri di sebelah kiri
suhengnya. Lalu ketika tosu itu memandang
marah dan Peng Houw merasa dimusuhi
segera pemuda ini menarik napas dalam
dalam dan menjura di depan Bi Wi Cinjin,
menekan semua gejolak hatinya yang ingin
meledak-ledak.
"Maafkan aku, bukan maksudku untuk
membuat onar. Aku datang untuk mencari
isteri dan anakku, Bi Wi totiang, kalau tidak ada
biarlah Kim Cu Cinjin. Namun karena
semuanya tidak ada dan rupanya kalian sendiri
sedang tertimpa musibah biarlah aku pergi dan954
maaf kalau kedatanganku mengganggu. Tak
kusangka sambutan Kun-lun seperti ini dan
menganggapku seperti orang asing. Baiklah,
aku pergi dan sekali lagi maaf!"
Tanpa menunggu jawaban lagi pemuda
ini berkelebat keluar. Cukuplah baginya
melihat semua itu. Tak ada gunanya disitu lagi
kalau tuan rumah bersikap memus?hi. Maka
ketika Bi Wi Cinjin tertegun dan hendak
memanggil, tak jadi karena pemuda itu lenyap
dengan cepatnya maka pagi itu juga Peng
Houw meninggalkan Kun-lun dengan hati
terbakar. Ia tertusuk oleh sambutan murid
murid dan pimpinan partai persilatan itu
namun di kaki gunung tiba-tiba tosu pertama
dijumpai. Tiba-tiba ia menyambar dan
menangkap tosu ini. Dan ketika tosu itu
terkejut dan Peng Houw mencengkeramnya
marah, tosu itu berteriak maka Peng Houw
membentak untuk menceritakan kenapa sikap
murid Kun-lun tidak sehormat kepada bekas
ketuanya dulu.
"Katakan kepadaku apa alasan kalian
tak menghormat Kim Cu Cinjin seperti dulu955
lagi. Atau aku membantingmu dan
melemparmu sebagai hukumanmu tak tahu
adat kepada tetua!"
"Lepaskan aku...!" tosu ini meronta.
"Orang seperti itu tak perlu dihormat
lagi, Naga Gurun Gobi. Masa ketua Kun-lun
memiliki kekasih gelap!"
"Apa?
"Lepaskan aku!" orang itu meronta
minta dilepaskan. "Kim Cu Cinin berkekasih
gelap dengan tiga orang jumlahnya. Apakah
orang seperti itu pantas memimpin Kun-lun
lagi!" lalu ketika pemuda itu terkejut dan
tertegun. maka tosu ini mengebut-ngebutkan
ujung bajunya untuk kemudian ngeloyor pergi,
tak menghiraukan atau memperdulikan Peng
Houw lagi dan sikapnya yang ketus membuat
Naga Gurun Gobi ini merah padam. Tiba-tiba
teringatlah Peng tHouw kisah di atas gunung,
yakni ketika mereka bertiga, dia dan Kim Cu
Cinjin serta Li Ceng berhadapan dengan kakek
dewa Bu-beng Sian-su. Waktu itu kakek dewa
itu sedang memberi wejangan tentang
kejujuran yang tak dapat diterima orang, yakni956
kejujuran menyakitkan. Dan ketika Kim Cu
Cinjin itulah yang justeru pertama kali
mengerti wejangan kakek ini, mengakui
perbuatannya yang khilaf di masa muda maka
terigatlah Peng Houw akan pengakuan bekas
ketua Kun-lun-pai itu.
"Pinto bukan orang bersih, pinto juga
manusia lemah di masa muda. Kalau ibu Li
Ceng menyeleweng dengan laki-laki lain
adalah pinto yang melarikan isteri-isteri orang,
Peng Houw. Pinto manusia sesat sebelum
bertemu pimpinan Kun-lun yang membimbing
pinto!"
Itulah kata-kata' yang dulu pernah
diingatnya dikatakan Kim Cu Cinjin ini. Jadi
itukah sebabnya murid Kun-lun tak
menghormatinya lagi? Jadi itukah sebabnya
kakek ini tak berada di Kun-lun lagi?. Peng
Houw menarik napas. Alangkah banyaknya
manusia berbuat salah. Alangkah mudahnya
manusia terjerumus dosa. Dan satu di
antaranya adalah dia sendiri, menghina dan
merendahkan isteri. Maka ketika Peng Houw
menarik napas dalam-dalam dan mengerti957
tindakan murid itu akhirnya ia berkelebat dan
mengeluh meninggalkan tempat itu. Dosa,
manusia banyak melakukan dosa!
Naga Gurun Gobi ini terpukul berat. Ia
meninggalkan Kun-lun dengan perasaan getir,
tak tahu dan sama sekali tak menyangka
bahwa di perut gunung, di bawah terowongan
rahasia terdapatlah anak isterinya itu. Namun
karena ia sudah meninggalkan tempat itu dan
berjanji tak akan datang ke tempat itu maka
pencarian Naga Gurun Gobi ini tentu saja sia
sia dan seumur hidup ia tak bakal menemukan
isteri dan anaknya!
***
Tiga anak ini pandai menyesuaikan diri
di Go-bi. Karena mereka adalah titipan Peng
Houw dan murid si Naga Gurun Go-bi itu maka
tentu saja sikap para hwesio di tempat itu baik
dan hormat sikapnya. Bahkan Ji-hwesio sendiri
berkenan menurunkan kepandaian Go-bi
kepada tiga r?maja tanggung ini, seperti
misalnya pukulan Thai-san-ap-ting dan. Cui-958
pek-po-kie. Dua ilmu ini adalah andalan
mendiang Ji Beng Hwesio yang merupakan
sute Ji Leng, tokoh atau sesepuh yang dulu
Tujuh Siluman Langit sendiri tak mampu
menandingi. Dan karena Ji- hwesio suka
kepada anak-anak itu, terutama Beng San yang
cerdas maka anak inilah yang justeru
mengagumkan si hwesio, juga murid-murid
Gobi yang lain.
Betapa tidak Cui-pek-po-kian dan Thai
san-ap-ting yang sulit itu dilalap demikian
mudah oleh anak tanggung ini bahkan
melampaui Po Kwan suhengnya, enam bulan
saja jauh lebih mahir daripada suudara
seperguruannya itu. Dan ketika Ji-hwesio
memandang kagum sementara Siao Yen
mengerutkan kening, melihat kakaknya
menonton maka anak perempuan ini mendesis
menyenggol lengan kakaknya itu.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang kau pikirkan, kenapa malah
berseri-seri!"
"Hm," sang kakak tak tahu kalau
adiknya bersungut. "Aku kagum kepada anak
itu, Siao Yen. Cepat benar ia menguasa ilmu959
Thai-san-?p-ting, padahal enam bulan ini aku
sukar menghapal jurus-jurus yang sulit."
"Kagum apa!" sang adik malah
mendongkol. "Lihat ia semakin sombong,
Kwan-ko, masa seperti itu harus kau kagumi.
Beng San sudah mulai tidak memandang kita!"
"Tak usah iri," sang kakak masih tak
memandang adiknya, disana Beng San
menggerak-gerakkan kedua tangan dan kaki
bermain silat. "Kurase ia bangga terhadap
kemajuannya, Siao Yen, dan itu wajar. Akupun
akan bangga kalau dapat menguasai Thai-san
ap-ting ini secepat dia."
"Eh, kau menganggapku iri? Kau tak
melihat sinar matanya sekarang ini? La
merendahkan aku, Kwan-ko, juga kau. Ia
merasa dirinya lebih pintar!"
"Stt, itu Ji-losuhu datang. Jangan bicara
yang tidak-tidak dan cepat beri hormat!" sang
kakak menutup adiknya ketika tiba-tiba
munculah Ji-hwesio dari dalam pendopo.
Hwesio itu berseri-seri menuruni anak tangga
dan tampaknya sudah melihat latihan silat
Beng San ini. Ia bertepuk tangan dan memuji.960
Dan ketika dua kakak beradik itu memberi
hormat dan ia tertawa maka hwesio ini
mengebutkan lengan bajunya meminta agar
Po Kwan menunjukkan kemajuannya.
"Pinceng sudah melihat Beng San
berlatih, coba sekarang kau maju dan
perlihatkan kepandaianmu. Ayo, perlihatkan
kepada pinceng sampai di mana Thai-san ap
ting yang kau kuasai, Po Kwan, coba pinceng
ingin tahu dan biar sekarang Beng San
beristirahat!"
"Siauwte masih merasa bodoh
menguasai ilmu-ilmu Go-bi. Agaknya siauwte
masih kalah bagus dengan Beng San sute, lo
suhu, siauwte khawatir memalukan saja,"
Po Kwan merendah, selama ini
memang selalu bersikap hormat dan kepada
siapapun ia tak pernah tinggi hati. Justeru
sebagai murid Naga Gurun Gobi ia merasa tak
memiliki kepandaian berarti, hal ini karena
yang diajarkan suhunya hanyalah Soan-hoan
ciang dan ilmu meringankan tubuh, bukan
Hok-te Sin-kun yang dahsyat itu. Maka ketika
di sini ia mendapat tambahan ilmu namun961
merasa kalah pandai dengan sutenya, justeru
Beng Sanlah yang dinilai lebih maju maka ia
semakin rendah hati namun sedikitpun tak ada
rasa tak senang atau tak suka kepada sutenya
itu.
"He-ha " Ji-hwesio tertawa gembira "Di
sini kau selalu merendah dan menganggap diri
bodoh, Po Kwan, padahal sesungguhnya jelek
jelek kau murid Naga Gurun Gobi Peng Houw.
Hayo, perlihatkan Thai-san-ap-ting biar
pinceng lihat, kalau ada yang kurang sempurna
pinceng sempurnakan!"
Remaja tanggung itu mengangguk.
Setelah melirik agar adiknya mundur dan tidak
menunjukkan sikap kurang senangnya kepada
Beng San ia melangkah maju di depan ketua
Go-bi itu, membungkuk dan tiba-tiba bersilat.
Gerak kakinyai maju mundur disertai
dorongan-dorongan tangan, kuat bertenaga
dan berkesiurlah angin pukulan dari lengan
anak laki-laki ini. Tapi ketika Beng San tertawa
dan berseru bahwa kedudukan bhesi (kuda
kuda) suhengnya kurang kuat maka Po Kwan962
merah mukanya dan Ji-hwesio mengangguk
angguk.
"Kaki kirimu kurang ditekuk, lutut
kananmu terlalu membengkok. He, jurus Thai
san Membuang Tenaga bukan begitu suheng.
Kedudukan kedua kaki harus sama dan
seimbang!"
"Omitohud, benar sekali. Sutemu tidak
salah, Po Kwan, pinceng juge melihat itu.
Samakan kedudukan kaki dan lutut kanan
jangan terlalu membengkok!"
Anak laki-laki ini memerah mukanya.
cepat membetulkan kedudukan kaki dan
mengangguk, bersilat dan melanjutkan lagi
dengan gerakan-gerakan kuat dan mentap.
Tapi ketika beberapa kali sang sute menegur
dan menertawainya akhirnye Siao Yen tak
tahan dan membentak
"Beng San, kau jangan banyak omong.
Kalau benar merasa lebih pandai cobalah
hadapi kakakku dan lihat siapa yang betul!"
"Ha-ha boleh..!" Ji-hwesio menangkap
lain dari seruan anak gadis ini "Kalau Thai-san
ap-ting Sama-sama diadukan kelihatan yang963
lebih matang, Siao Yen. Boleh mereka
bertanding dan bia sutemu membuktikan pula
teguran-tegurannya tadi!"
Po Kwan terkejut. Dia melakukan
gerakan silat atas dasar permintaan hwesio itu,
melatih atau mematangkan Thai-san-ap-ting
yang menjadi andalan Go-bi. Maka ketika tiba
tiba ia disuruh bertanding melawan sutenya
dan sama-sama Mempergunakan Thai-san-ap
ting iapun terkejut dan serba salah, merasa
bahwa sesungguhnya dalam mempelajari ilmu
itu ia kalah cerdas dibanding sutenya. la
merasa bahwa teguran sutenya benar. Maka
ketika adiknya berseru seperti itu namun Ji
hwesio menangkap lain, seruan adiknya
sesungguhnya berdasarkan kemarahun maka
ia tak dapat menolak lagi ketika Sutenya
meloncat dan tertawa, justeru merasa senang.
"Baik, aku dapat menunjukkan
kesalahan-kesalahanmu, membuktikan bahwa
gerakanku tentu lebih baik daripada
gerakanmu. Mari, kita sama-sama
mempergunakan Thai-san-ap-ting, suheng,
dan benar adikmu melihat bahwa teguranku964
demi kebaikanmu juga!" lalu ketika anak ini
mendorong dan bergerak memukul suhengnya
segera Po Kwan menangkis namun terhuyung,
posisi kaki kurang kuat dan selanjutnya maju
dan merangseklah anak itu menggempur
suhengnya. .Beng San memang kokoh dan kuat
serta benar gerakan-gerakannya, hingga tiga
kali sang suheng kembali dibuat terhuyung, Ji
hwesio menonton dan berseri-seri namun
sebaliknya Siao Yen cemberut dan bermuka
gelap. Hanya dialah yang merasa betapa anak
laki-laki itu bersikap jumawa. Dan ketika
dalam gebrakan berikut kakaknya terdorong
dan terbenting maka berhentilah anak itu
memainkan Thai-san-ap-ting.
"Nah, kedudukan kaki seperti inilah
yang keliru. Kau masih terlalu membengkok,
suheng, sementara kaki kirimu tertarik ke
samping. Robohlah!"
Dorongan atau gempuran tenaga Thai
san-ap-ting membuat Po Kwan tak mampu
mempertahankan diri lagi. Anak ini terbanting
dan roboh. Dan ketika ia bangkit dengan muka965
merah maka Beng San tertawa gembira
sementara Ji-hwesio terkekeh pula.
"Bagus, cukup. Beng San telah
membuktikan kebenarannya dan suhengmu
harus memperbaiki dan menyempurnakan
gerakan-gerakannya. Kedua kakimu masih
tidak seimbang, Po Kwan, dengan begini kau
gampang dirobohkan!"
"Siauw-te mengaku bodoh," anak ini
tersipu-sipu. "Siauw-te memang kurang
menguasai Thai-san-ap-ting, lo-suhu, sute
memang lebih pandai."
"Dan Siao Yen boleh maju pula kalau
penasaran" Beng San tiba-tiba berseru.
"Suciku itu rupanya tak rela kalau aku
lebih dulu menguasai ilmu ini, locianpwe.
Bagaimana kalau kami main-main sebentar
dan kau menontonnya."
"Bagus!" anak perempuan ini sudah
melompat dan menerjang, kali ini Ji-hwesio
terkejut. "Kau tak boleh sombong menguasai
ilmu lebih dulu, Beng San, betapapun kami
adalah suheng dan sucimu!" dan ketika
langsung saja gadis ini memukul dan mengibas966
mempergunakan Soan-hoan-ciang dan Thai
san-ap-ting berganti-ganti maka hwesio Gobi
itu terbelalak berseru terkejut.
"He, kalian hanya mempergunakan
Thai-san-ap-ting, bukan yang lain. Pergunakan
ilmu itu, Siao Yen, jangan Soan hoan-ciang!"
Gadis ini menekan kemarahannya.
Karena yang memerintah adalah ketua Gobi
dan mereka memang harus bertempur
mempergunakan Thian San-ap-ting terpaksa ia
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merobah gerakannya mainkan ilmu silat itu.
Dibanding kakaknya gadis ini setali tiga uang,
maksudnya kecerdasan mereka masih di
bawah Beng San dan tertawalah anak itu
melihat lubang-lubang kelemahan Siao Yen.
Kalau Po Kwan lemah atau sering keliru kuda
kuda kakinya adalah gadis ini keliru gerakan
tangannya. Siku atau tekukan lengan acapkali
terlalu jauh. Maka ketika ia berkelit dan
membalas tak kalah cepat akhirnya dalam
sebuah adu tenaga gadis ini terpelanting.
"Duk!" Siao Yen berjungkir balik
meloncat bangun!. la melengking dan
menerjang lagi akan tetapi lawan melihat967
lubang-lubang kelemahan itu. Posisi tangan
yang terlalu keluar mudah dihalau dan
terdoronglah gadis itu oleh pukulan lawan.
Dan ketika dua kali ia terpelanting dan Siao Yen
semakin gusar maka Ji-hwesio tiba-tiba
bertepuk tangan menyuruh dua anak itu
berhenti, melihat bahwa pertandingan sudah
menjurus ke arah permusuhan.
"Cukup, berhenti. Pinceng tidak
menghendaki kalian bertempur sampai luka
dan menyakiti yang lain. Mundur dan cukup
sampai di sini!"
Dua anak itu melompat mundur. Wajah
Siao .Yen merah terbakar sementara anak laki
laki itu berseri dan tertawa. Jelas bahwa Beng
San lebih mahir daripada lawannya. Namun
karena anak ini cerdik dan tak ingin
memberikan kesan berlebih maka iapun sudah
berlutut di depan hwe-sio itu berkata
merendah,
"Lo-suhu telah melihat kemarahan suci
kepadaku, akan tetapi ini semata semangat
kami yang tak mau kalah. Kami berterima kasih
atas petunjuk dan pelajaran ilmu ini, lo-suhu,968
semoga yang lain dapat kami terima lagi untuk
menambah dan memperdalam kepandaian
kami."
"Omitohud, kau benar. Mereka
akhirnya akan memiliki tingkat yang sama
denganmu, Beng San. Betapapun ilmu yang
kalian peroleh sama. Kau boleh menerus-kan
Cui-pek-po-kian kalau Thai-san-ap-ting
semakin matang kau kuasai!"
Anak ini girang. Hari itu ia telah
menunjukk?n keunggulannya dan selesailah
pertikaian kecil antara dirinya. Dengan Siao
Yen. Po Kwan sendiri termangu-mangu dan
heran serta kagum akan kepesatan sutenya itu.
Beng San memang cerdas.
Dan ketika hari-hari berikut dilalui lagi
dengan latihan sungguh-sungguh tiga bulan
kemudian kakak beradik ini telah menguasai
Thai-san-ap-ting maka di Sana Beng San malah
telah menanjak dengan menguasai Cui-pek
po-kian!
Siao Yen berkerut kening dan merah
padam. Tidak seperti kakaknya yang sabar dan
pengalah adalah gadis ini berwatak keras dan969
tidak suka mengalah. Kalau dihitung-hitung
maka Beng San adalah adik seperguruan ,
mereka adalah suheng dan suci. Namun karena
Beng San memang cerdas dan inilah yang
menonjol pada anak laki-laki itu maka Siao Yen
melihat betapa pemuda tanggung ini mulai
sombong. Mungkin karena tidak adanya guru
mereka di tempat itu!
"Ha-ha, aku melaju di depan. Kau
ketinggalan, Siao Yen. Boleh main-main lagi
kalau kau penasaran!"
Gadis ini panas, matanya berapi.
"Jangan sombong, bentaknya. Kau boleh
mendahului kami, Beng San, akan tetapi satu
saat kamipun akan sampai ke sana!"
"Ha-ha dan aku akan menerima ilmu
yang lain, kau tetap saja kalah!"
Hampir saja gadis ini menerjang. Kalau
saja saat itu tak ada hwesio yang berseliweran
di antara mereka mungkin ia sudah
menyambar dan menyerang anak laki-laki ini.
Sikap sutenya semakin sombong. Dan karena
Beng San sering memanggil namanya begitu
saja kalau mereka hanya berdua, tidak970
menyebut suci sebagaimana mestinya maka
gadis ini merasa direndahkan akan tetapi harus
diakui bahwa anak yang menjadi sutenya itu
lebih lihai daripada dirinya. Akibatnya gadis ini
memendam rasa dan ditumpahkanlah semua
kekesalannya itu kepada sang kakak. Namun
ketika sang kakak mengangguk-angguk dan
menarik napas dalam maka ia merasa
disudutkan dan disangka iri.
"Kemajuan Beng San memang
mengagumkan, otaknye jeuh lebih cerdas
dibanding kita. Sudahlah jangan
membicarakan kelebihannya , Siao Yen, hanya
membuat perasaan tak puas saja. Ingatlah
nasihat Giok Yang totiang bahwa kita tak boleh
menaruh dengki atau marah kepada orang
lain. Bakat atau kecerdasan tiap-tiap orang
tidak sama, kita harus menyadari ini."
"Tapi aku bukannya iri, hanya tak
senang sikapnya yang sombong itu. Ia mulai
jumawa!"
"Kupikir bukan begitu, bukan sombong.
Hanya ia merasa bangga atas kemajuan yang
diperolehnya. Sudahlah biarkan begitu sampai971
nanti suhu kembali. Suhulah yang akan
menentukan benar tidaknya itu".
Siao Yen semakin tak puas. Akhirnya ia
menutup tentang kekurangojaran Beng San
yang memanggil namanya begitu saja, bukan
Suci (kakak seperguruan perempuan) Tapi
ketika kakaknya tersenyum dan tertawa lebar
maka sederhana saja jawaban anak laki-laki ini.
"Sebut-menyebut itu hanya basa-basi
antara pergaulan. Beng San sebaya denganku,
Siao Yen, tak heran kalau ia merasa canggung
menyebutmu suci, padahal kau pantas
menjadi adiknya. Sudahlah jangan pikirkan itu
karena bukan hal yang kelewat batas."
Habislah harapan gadis ini. Ia sama
sekali tak mendapat dukungan kakaknya dan
sebagai pelepas jengkelnya ia meloncat pergi.
Diam-diam ia memaki kakaknya itu. Dan ketika
hari demi hari dilewatkan lagi sampai akhirnya
dua tahun lewat belum juga suhu mereka
datang maka Beng San semakin lihai saja dan
kini usia anak-anak tanggung itu sudah
menginjak dewasa. Po Kwan dan Beng San
tujuh belas tahun, sementara Siao Yen berusia972
lima belas tahun dan tampaklah kecantikan
gadis ini yang mulai menonjol, terutama
sepasang matanya yang beralis hitam panjang
dengan sepasang pipi kemerah-merahan. Dan
berbareng dengan ini mulailah Beng San
merasa jatuh hati.
"Siao Yen, kau cantik' sekali. Ah, pagi ini
kau begaikan bidadari saja!"
Pagi itu anak laki-laki ini terbengng
kagum nemuji gadis ini. Siao Yen baru saja
muncul dari bilik belakang dengan rambut
basah. la masih mengurai rambutnya itu dan
pakaian longgar yang dikenakan dibelit sebuah
ikat pinggang hitam. Anak rambut di dahi
semakin menambah manis saja. Dua tahun ini
gadis itu mendapatkan kamar mandi khusus
untuk dirinya, di belakang dapur para hwe-sio
karena dialah satu-satunya wanita di situ.
Maka ketika tiba-tiba Beng San muncul di situ
memuji dirinya, terkejutlah gadis ini maka Siao
Yen yang memendam marah tak dapat
menahan diri lagi, langsung mendamprat.973
"Jangan kurang ajar di tempat orang.
Apa maumu datang ke sini, Beng San, apa
maksud kata-katamu itu"
"Hm! pemuda ini bersinar-sinar,
melangkah maju. "Aku, hmm.. aku hendak
menyampaikans sesuatu kepadamu, Siao Yen.
memberikan sesuatu. Kuikat sekuntum mawar
merah untukmu."
Gadis ini tertegun. Di tempat sepi itu, di
belakang dapur yang belum ada kegiatan maka
leluasa sekali Beng San mencegat dan
menghadang dirinya. Waktu itu para hwesio
sibuk di tempat lain membersihkan halaman
dan lain-lain, membakar daun-daun kering dan
biasanya menjelang tengahari nanti barulah
kesibukan dapur dimulai. Siao Yen sering
membantu para hwesio ini membuat bubur
dan masakan tanpa daging, tak heran ia bebas
keluar masuk pula di tempat ini, tidak seperti
Beng San yang hanya sekali dua datang. Maka
ketika tiba-tiba pemuda itu mengeluarkan
seikat bunga dan memberikannya dengan
tersenyum-senyum, ia tertegun dan
mengerutkan kening maka perobahan anak ini974
mengherankan sekaligus membuatnya
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdebar. Pandang mata Beng San adalah
pandang mata seorang pemuda yang sudah
mengenal berahi.
"Terimalah," kata-kata itu lembut dan
halus. "Kupersembahkan khusus untukmu,
Siao Yen, kucari di luar hutan sana. Masih
segar, harum. Aku akan mencarinya lagi kalau
kau suka."
Tak terasa seikat bunga itu sudah
disodorkan dan digenggamkan ke tangan gadis
ini. Siao Yen menerima seakan tanpa sadar
karena ia masih heran dan terkejut akan
perobahan sikap lawan. Beng San begitu halus
dan lembut sekali, pandang mata pemuda
itupun mesra. Tapi ketika ia berdebar dan
membelalakkan mata tiba-tiba saja anak muda
itu mendoyongkan tubuhnya dan... .. cup, pipi
kirinyapun dicium.
"Yen-moi, aku mencintaimu!"
Bukan.main kagetnya gadis ini. Tanpa
terasa lagi. ia membentak dan menampar
pemuda itu. , Bunga mawarpun dibuang. Dan
ketika dua kali tamparan diterima Beng San975
tanpa menghindar, pipi pemuda itupun
bengap maka gadis ini terisak memutar
tubuhnya.
"Beng San, kau kurang ajar"
Anak ini tertegun. Siao Yen lari
meninggalkannya sementara mawar hutan itu
tercampak di atas tanah. Sejenak ada rasa
panas dan sakit di hati. Ia marah.
Tapi ketika tiba-tiba terdengar tawa
seseorang dan Beng San terkejut mendongak
ke atas, seorang anak laki-laki bertengger di
dahan sebatang pohon maka ia membentak
merasa kaget.
"Siapa kau!" bentakan ini disusul
gerakan ke atas pula. Beng San kaget dan malu
karena perbuatannya tadi rupanya diketahui
orang lain, cepat sekali ia melayang naik
namun anak laki-laki di atas pohon itu
mendadak melayang turun. la berada di atas
sementara anak itu sudah di bawah. Dan ketika
anak itu terkekeh mentertawainya maka ia
mendengar kata-kata yang membuat dadanya
gemuruh.976
"Heh-heh, aku lebih dulu di sini. Kau tak
perlu cemburu meliat aku mengintai
kekasihmu, bocah. Akupun juga tertarik dan
ingin menyatakan cinta. Mari kita kejar dan
lihat siapa yang berhasil!"
Beng San terkejut. Anak itu tiba-tiba
lenyap dan tahu-tahu berkelebat mesuki
dapur, menyelinap dan memotong jalan dan
tiba-tiba terdengarlah jerit Siao Yen. Dan
ketika ia berjungkir balik melayang turun maka
dilihatnya anak itu sudah tertawa menghadang
gadis itu.
"Ha-ha, selamat bertemu. Kau dan
kakakmu rupanya di sini, Siao Yen, dan kau
semakin cantik saja. Aduh, kau sudah dewasa,
dan aku melihatmu di belakang tadi. Ah, kau
seperti setangkai mawar segar!"
"Siauw Lam!" gadis itu terkejut
mendekap mulut. "Kau... kau berani muncul di
sini? Kau jahanam keparat itu? Bagus, aku
punya perhitungan denganmu dan terimalah
ini... .wuutt!" gadis itu berkelebat, sejenak
membelalakkan mata dan kaget sekali
mengenal siapa anak laki-laki di depannya ini.977
Tentu saja mula-mula ia pangling akan tetapi
suara dan tawa itu. dikenalnya benar, apalagi
sikap yang selalu kurang ajar ini. Tapi ketika ia
menerjang dan anak itu bergerak lenyap maka
ia tertegun kehilangan sasaran. Hanya Beng
San yang melihat betapa anak itu berkelebat
demikian cepatnya di belakang Siao Yen.
"Aku di sini!"
Gadis ini membalik dan berseru keras.
la menghantam namun lagi-lagi lawan
menghilang. Itulah Lui-thian-to-jit yang amat
hebat. Dan ketika dua kali ia terbelalak dan
hanya Beng San yang melihat anak itu
menyelinap di bawah ketiak maka pemuda
yang terbakar dan panas hatinya ini
menerjang.
"Siao Yen, tikus busuk ini
mempermainkanmu. Marilah kita bunuh dan
hajar dia!"
Siauw Lam bergerak dan menangkis.
Setelah Beng San menyerangnya dan Siao Yen
melihat pula maka ia tak mungkin menghilang
lagi. Gadis itu membentak dan menerjangnya
pula. Dan ketika ia menangkis dan978
menggerakkan lengan kekiri kanan maka Beng
San kaget sekali karena anak laki-laki itu
mempergunakan Thai-san-ap-ting dan lui-pek
po-kian.
"Duk-plak!" Mereka terdorong dan
Siao Yen hampir terjengkang. Beng San
berseru keras dan menerjang lagi, Siao Yen
juga membentak dan menyerang anak yang
amat dibencinya ini. Dan ketika lawan
terkekeh dan berkelebatan mengelak sana
sini,maka Beng San yang belum mengenal
siapa lawannya tiga kali berseru tertahan
karena lawan mereka itu mempergunakan
ilmu-ilmu silat Go-bi yang mereka pelajari yaitu
Thai-san-ap-ting, ia menguasai Thai-san-ap
ting!
".... duk-plak!" benturan terjadi lagi dan
kali ini anak itu terbanting.
Dari tiga kali adu tenaga Beng San
terkejut sekali karena ia selalu terdorong, kali
ini bahkan terbanting. Dan ketika ia
bergulingan meloncat bangun dengan mata
terbelalak, pucat dan kaget siapakah
sebenarnya lawannya ini maka Cui-pek-po-979
kian kali ini menyambar dan ia berseru keras
menangkis dan mempergunakan ilmu yang
sama pula.
"Dukk!" Tetap saja ia terbanting dan
bergulingan. Dari benturan itu maklumlah dia
bahwa meskipun sama-sama Thai-san-ap-ting
ataupun Cui-pek-po-kian namun tenaga yang
mengisi ilmu itu tidak sama. Anak di depannya
ini hebat sekali, tenaganya begitu kuat. Dan
ketika di sana Siao Yen juga terpelanting dan
bergulingan mengeluh pucat maka ia tak tahan
untuk mengeluarkan pisau panjang di balik
punggungnya. Beng San senang
mempergunakan pisau ini untuk berburu atau
kadang-kadang mencari babi hutan.
"Wuut-wuuttt... !"pisau itu sudah
menyambar dan bergerak naik turun akan
tetapi lawan di depannya ini tertawa.
Siauw Lam mengelak dan meloncat
untuk akhirnya menampar pergelangan anak
itu, Beng San mengaduh dan hampir saja
senjata di tangannya itu terlepas. Dan karena
ribut-ribut ini diiringi bentakan dan lengkingan
Siao Yen, para hwesio mendengar dan980
berdatangan maka Siauw Lam tiba-tiba
melihat bayangan seorang anak lain tinggi
kurus.
"Siao Yen, siapa pengacau ini!"
"Ia Siauw Lam, bocah keparat itu.
Tangkap dan robohkan dia, Kwan-ko, jangan
sampai lolos!"
"Ha-ha!" Siauw Lam akhirnya mengenal
Po Kwan, tapi berbareng itu melihat
berkelebatnya bayangan para hwesio.
Kedatanganku ke sini bukan hendak bentrok
dengan kalian, Po Kwan. Kalau aku mau tentu
kalian semua dapat kurobohkan. Sudahlah lain
kali kita bertemu lagi dan minggir. .. duk-plak!"
Siauw Lam mendorong dua anak itu
untuk kemudian mengibas Po Kwan. Anak ini
tergetar dan terhuyung dan berkelebatlah
lawan melarikan diri. Dari kiri kanan telah
muncul hwesio-hwesio Go-bi. Dan ketika
mereka membentak namun didorong
terpelanting, Siauw Lam tertawa-tawa maka
anak itu lenyap melompati pagar tembok yang
tinggi.,981
"Cukup main-main di sini,lain kali aku
datang lagi!"
Siao Yen melengking dan mengejar.
Para hwesio yang terkejut dan hilang kagetnya
tentu saja ikut mengejar, mereka berseru siapa
anak itu. Dan ketika dijawab bahwa itulah
Siauw Lam, murid si buta yang hebat tiba-tiba
semua merandek dan menghentikan
pengejaran.
"Siauw Lam? Murid si buta Chi Koan?"
"Benar , kejar dan tangkap dia, siauw
suhu. Itu bocah yang kurang ajar itu!"
Akan tetapi para hwesio terlanjur
gentar membayangkan Chi Koan. Teringatlah
mereka anak laki-laki yang dulu dibawa
gurunya itu, bocah nakal yang kurang ajar pula.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan ketika mereka berhenti sementara Siauw
Lam sudah lenyap di luar tembok tinggi, Siao
Yen membanting-banting kaki di sini maka
kakaknya berkelebat dan Beng San menyusul
pula di situ.
"Bodoh, celaka sekali. Kita melepaskan
anak itu, Kwan-ko. Ia datang dan pergi
seenaknya. Kita kehilangan muka!"982
"Sabar, tenanglah," sang kakak
mengusap keringat dengan wajah berubah,
terkejut dan tergetar bahwa yang datang
adalah Siauw lam , anak yang dulu
mematahkan tangannya itu. "Para siauw-suhu
di sini tentu gentar terhadap gurunya, Yen
moi, bukan takut terhadap anak itu. Biarlah
kita kembali dan laporkan kepada Ji-Lo-suhu".
"Benar, !," seorang di antara para hwe
sio mengangguk, juga mengusap keringat.
"Yang kami takuti bukan anak itu Siao
Yen, melainkan Chi Koan. Kalau anak itu ada di
sini jangan-jangan gurunya datang pula.
Sudahlah biar pinceng melapor dan kembali
saja ke dalam. Biar penjagaan diperketat."
Beng San diam mendengarkan saja.
Selama ini ia tak mengenal Siauw Lam kecuali
si buta. la masih kaget dan kagum akan
kelihaian lawannya tadi. Baru sekaranglah dia
mengerti kenapa anak itu bisa mainkan Cui
pek-po-kin dan Thai-san ap-ting, kiranya murid
Chi Koan, bekas murid Go-bi . Maka ketika ia
diam dengan mata terbelalak sementara Siao
Yen tiba-tiba melihatnya marah, persoalan itu983
sebenarnya berasal dari mereka berdua maka
gadis ini mendengus dan memutar tubuh
melompat pergi.
Po Kwan menarik napas dalam. Tentu
saja ia tak tahu persoalan adiknya dengan Beng
San. la tak tahu bahwa Beng San sudah
menaruh hati dan mencintai adiknya. Maka
ketika ia melihat sutenya ini dan bertanya
bagaimana mula-mula Siauw Lam ada di situ
justeru Beng San menjawabnya dengan
gelengan kepala.
"Aku tak tahu, ia tiba-tiba saja sudah di
sini. Tadi ia mengganggu Siao Yen, suheng, dan
aku datang menolong. la lihai sekali, aku
kalaht"
"Hm, ia murid Chi Koan, musuh
bebuyutan suhu. Tentu saja ia lihai dan kita
bukan tandingannya, sute. Tapi kenapa ia
datang dan untuk apa."
"Aku tak tahu, mungkin kebetulan saja"
"Tak mungkin,,!" Po Kwan menggeleng,
tak percaya. "Anak itu suka membuat 0nar dan
ribut, sute. Kalau ia datang tentu ada apa-apa.
Marilah kita menghadap lo-suhu dan984
mendengarkan keterangannya, siapa tahu ia
tahu".
Beng San mengangguk. ia bergerak
ketika suhengnya itu melompat, kali ini tentu
saja ia mengisi kesempatan dengan bertanya
siapakah Siauw Lam itu, maksudnya apakah
anak itu murid Gobi atau bekas pelayan di situ.
Namun ketika Po Kwan menjawab bahwa anak
itu bekas pelayan gurunya sendiri maka tak
banyak yang didapat anak ini hingga Beng San
tak bertanya-tanya lagi.
Ji-hwesio yang diberi tahu terkejut dan
mengerutkan kening. Tak dapat
disembunyikan betapa wajah hwesio ini
berubah. Kalau Siauw Lam muncul di situ tentu
gurunya ada pula. Maka ketika ia berkata
bahwa penjagaan supaya diperketat, tak
banyak, kata-kata yang keluar dari pimpinan
Gobi ini maka para murid dan tiga anak muda
ini diminta waspada siapa tahu musuh datang
mengganggu lagi
"Pinceng tak tahu ada apa ia datang,
tapi baik atau bur?k iktikadnya kita perlu
menyambut dan mempersiapkan diri.985
Sudahlah kita berjaga-jaga lagi dan harap
semua waspada."
Beng San lagi-lagi termangu. Urusan
Siao Yen sudah dilupakannya dan ia benar
benar terkesan oleh kehebatan anak laki-laki
itu. Masih dirasanya kekuatan dahsyat anak
itu. Masih dirasanya rasa nyeri atau sakit di
persendian tulangnya. Dan ketika akhirnya ia
menyendiri dankebetulan ditegur seorang
hwesio kepala maka ia bersinar dan
b?rkejaplah matanya ingin mengorek tentang
sesuatu yang dirasanya penuh teka-teki.
"Ah, Kam-lo-suhu kiranys. Mari... mari
duduk. Aku sedang merenungkan penjahat
muda tadi, lo-suhu, hebat sekali dia. Kiranya
murid si buta Chi Koan. Dapatkah lo-suhu
menceritakan sedikit tentang dia dan berapa
lama ia pernah tinggal di sini. Bagaimana ia
mula-mula datang.?"
"Hm, ?nak itu dibawa Hui-bin si
pengkhianat. la diselundupkan dan akhirnya
menjadi murid si buta itu, Beng San,
kami tahu setelah terlambat."
"Hui-bin?"986
"Ya, bekas murid Go-bi, kini menjalani
hukuman",
"Ah, coba lo-suhu ceritakan itu. Di
mana terhukum menerima hukumannya,
sudah bebas atau belum!" anak ini tentu saja
tertarik dan kalau ia bukan murid Peng Houw
tentu hwesio limapuluhan tahun ini tak mau
bercerita. Suara anak itu menunjukkan
keinginan tahu yang besar, sayang hwesio
kepala ini tak melihat mata yang bersinar aneh
dari anak itu. Dan ketika ia bercerita bahwa
Hui-bin di hukum di atas bukit, tempat dulu di
mana Si buta menjalani hukumannya maka
Beng San berseri-seri dan otaknya yang cerdas
sudah dapat merangkai atau paling tidak
menangkap apa yang menyebabkan anak itu
datang.
"Pengkhianat itu menerima
hukumannya, pimpinan sudah mengurungnya
di atas bukit itu. Kalau ia dapat bersikap baik
baik dan mau bertobat mungkin lima enam
tahun lagi dibebaskan. Namun kalau ia tak
bertobat dan masih berkelakuan buruk tentu
tetap ditahan dan tak diperbolehkan keluar."987
"Hm!" Beng San memandang puncak
bukit di belakang Go-bi, mengangguk-angguk.
"Jadi dia ada di sana?"
"ya, tapi tempat itu merupakan daerah
terlarang. Siapapun tak boleh ke sana tanpa
ijin pimpinan!"
Beng San merasa cukup. Sekarang ia
melihat titik kecil, dalam teka-teki ini dirangkai
dan ditemukan kesimpulan dan berdebarlah
perasaannya memandang atas bukit itu.
Memang sudah diketahuinya bahwa siapapun
dilarang mendekati bukit itu, hanya tak
disangkanya bahwa di sana ada seorang
pesakitan. Hui-bin! Maka ketika ia
mengangguk-angguk dan menyembunyikan
kegirangannya melihat sesuatu, iapun
berpura-pura bersikap biasa hingga hwesio ini
tak curiga.
"Hm, , begitu kiranya," anak ini
mendamprat Hui-bin. "Pantas kalau ia
dihukum di sana, lo-suhu. Pengkhianat atau
pengacau memang perlu diberi pelajaran keras
Kalau tidak tentu nama Gobi bakal hancur!"988
Hari itu dilewatkan anak ini dengan
sebuah rencana diam-diam. Setelah ia
mendapat secuil keterangan dan dirasa cukup
iapun tertarik perhatiannya pada puncak bukit
itu. Kalau kemarin dan hari yang lain
perasaannya biasa-biasa saja terhadap bukit
itu kini ada sesuatu yang menggetar-getarkan
kalbunya. Ia ingin menjumpai pesakitan itu. la
yakin akan bertemu lagi dengan bocah
bernama Siauw Lam itu. Maka ketika malam.
itu kebetulan sinar bulan bersembunyi di langit
yang hitam maka secara diam-diam namun
amat hati-hati anak laki-laki ini berkelebat
keluar Go-bi untuk menuju kebukit larangan
itu.
Untunglah ia tahu tempat mana yang
dijaga dan mana yang kosong. Dengan ilmunya
meringankan tubuh, anak ini mendaki bukit,
sengaja memutar dan dari belakang agar tak
ketahuan para hwesio Gobi. Agak berbahaya
kalau ia mendaki dari depan, siapa tahu
bayangannya terlihat dari bawah, apalagi
setelah siang tadi Go bi dikejutkan hadirnya
Siauw Lam. Maka ketika ia mendaki dan989
memutar bukit itu menuju atas maka Beng San
tak tahu bahwa seseorang miringkan kepala
mengikuti segala gerak-geriknya dari puncak.
Orang ini sudah berada di sana sejak siang tadi,
duduk di depan guha sementara sepasang
matanya yang kosong berkejap-kejap
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelopaknya. ?iapa lagi kalau bukan Si buta Chi
Koan!
Maka ketika anak itu mendaki lewat
belakang sementara sibuta ini mendengarkan
dengan miringkan kepala, tersenyum dan
mengangguk serta tiba-tiba mengetukkan
tongkat maka berkelebatlah seseorang dari
dalam guha.
"Suhu memanggil teecu?"
"Benar, ada seseorang datang ke sini,
jalan belakang. Coba kau lihat siapa dia, Siauw
Lam, tapi melihat langkah kakinya tak begitu
berbahaya bagi kita. Hanya heran sekali siapa
orang ini, berani benar dia.!"
Siauw Lam, pemuda itu terkejut. Orang
akan lebih terkejut lagi melihat dirinya tahu
tahu telah berada di bukit itu , padahal di
bawah penjagaan para hwesio demikian ketat.990
Tapi ketika ia mengangguk dan berkelebat
melewati gurunya maka diam-diam Beng San
dipapak dan disambut dari depan.
"Tangkap dan bawa saja dia ke sini,
biarkan aku melihat!"
Pemuda itu mengangguk. Siauw Lam
telah melihat bayangan Beng San ketika anak
itu dengan cepat namun hati-hati mendaki
lewat belakang. Mula-mula pemuda ini
terkejut mengira Po Kwan, tapi setelah
dilihatnya bahwa bayangan di bawah itu
adalah anak yang siang tadi bertempur
dengannya, tubuhnya yang kekar dan sedikit
lebih pendek dibanding Po Kwan maka hampir
saja Siauw Lam tertawa.
Akan tetapi murid si buta ini berkelebat
di balik sebuah batu hitam. Jarak diantara
mereka tinggal beberapa tombak lagi dan
begitu Beng San melewati batu ini kontan saja
Siauw Lam menyambar.
Siang tadi ia berani dikeroyok dua,
apalagi sekarang. Maka begitu ia meloncat dan
dua jarinya menotok tiba-tiba saja Beng San
terkejut dan mengeluh.991
"Tuk!" robohlah anak ini. Beng San tak
menyangka dan tentu saja terkejut setengah
mati. Ia mengira diserang pimpinan Gobi. Tapi
ketika Siauw Lam berkelebat di depannya dan
tertawa bertolak pinggang, tertegunlah Beng
San maka anak itu mengejek dengan kata-kata
merendahkan.
"Heh-heh, kiranya kau. He, siapa
namamu tikus busuk. Kita sudah bertemu
siang tadi akan tetapi sekarang aku lupa!"
Aneh, Beng San tiba-tiba berseri. Rasa
terkejut hilang terganti rasa gembira, legalah
hatinya bahwa yang menotoknya ini adalah
anak lihai itu, orang yang memang dicari-cari.
Maka ketika ia tertawa dan coba bangun
namun roboh, ia tak perduli rasa sakit maka
Siauw Lam ganti terkejut dan terheran-heran.
"Bagus, kau disini. Aku ingin
menemuimu, Siauw Lam, tepat dugaanku
bahwa kau di bukit ini. Ugh... tolong bebaskan
totokanmu. kita bicara baik-baik.Kau tentu
ingin menghubungi Hui-bin siauw-suhu itu"
"Kau. . siapa namamu!" Siauw Lam
membentak, akhirnya sadar. "Apakah kau992
murid Gobi atau bukan. Kenapa bersama Siao
Yen!"
"Lepaskan aku, aku Beng San. Aku
murid Naga Gurun Gobi Peng Houw. Kau tak
perlu takut karena kepandaianmu masih lebih
tinggi daripada aku. Aku ingin bertemu
gurumu!"
Tercenganglah Siauw Lam. Sama sekali
tak disangkanya pemuda tawanannya ini
murid Peng Houw. Tapi ketika ia tertawa dan
menjadi beringas mendadak ia menampar
kepala pemuda itu berseru marah,
"Bagus, kau kiranya murid Naga Gurun
Gobi. Kalau begitu kau mampus dan biar
kuhajar di sini!"
Namun terdengar bentakan den
seruan. Chi Koan, si buta di depan guha
membentak muridnya agar Membawa anak itu
ke atas. Percakapan ini tentu saja
mengherankan si buta pula. Dan ketika Siauw
Lam sadar dan menendang tawanannya maka
Beng San dibawa ke atas seperti orang
menendang bola, bak bik-buk tak keruan. Dan993
akhirnya sampailah anak itu di puncak,
berdebuk babak-belur.
"Hm, jangan sakiti dan bebaskan dia.
Biarkan bicara dan lihat sekeliling, Siauw Lam.
Jaga jangan sampai orang lain datang!"
Beng San menyeringai menahan sakit.
Ditendang seperti bola menumbuk batu dan
kerikil-kerikil tajam membuat ia kesakitan.
Akan tetapi ia menggigit bibir dan menahan
semua rasa sakit, kagum memandang seorang
pria berusia tiga puluhan tahun yang bersila di
depan guha itu. Baru sekaranglah ia tahu.
bahwa di atas bukit ini ada sebuah guha, tentu
ini tempat hukuman bagi Hui-bin murid Gobi
yang berdosa itu. Dan ketika dari dalam
tertatihlah seseorang melangkah keluar,
lamban dan kedua lengan serta kakinya bekas
diborgol maka orang itu bertanya serak siapa
pemuda yang ditangkap itu.
"Beng San, murid Peng Houw. la
mengintai dan rupanya disuruh pimpinan
Gobi, paman. Sekarang suhu akan
menanyainya dan aku akan menggebuknya
kalau ia bohong!"994
"Hm murid Peng Houw? Bunuh saja,
dan kita cepat turun!"
"Suhu akan menanyainya dulu, dan
siang tadi aku telah menghajarnya berulang
ulang."
"Hm, bawa pemuda ini ke sini!" Chi
Koan mengangkat tangan menyuruh
muridnya. malam ini memang kita pergi, Hui
bin , tapi tak perlu tergesa-gesa. Biarpun
seluruh Gobi keluar kita tetap lolos. Mana anak
itu!" Lalu ketika Beng San didorong dan
dibebaskan totokannya, diam-diam Siauw Lam
khawatir maka Chi Koan menggerakkan
lengannya dan tahu-tahu anak ini lumpuh
kembali. Bahu dan kepalanya diraba-raba, jari
jari itu berkerotok.
"Siapa namamu tadi," SI buta bertanya
keren. "Dan benarkah kedatanganmu
diperintah tokoh-tokoh Gobi!"
Beng San sedikit gentar, akan tetapi ia
dapat menguasai rasa takutnya, bahkan
berlutut.
"Ampunkan siauw-te". anak ini
merendah. "Siauw-te datang atas keinginan995
sendiri, Chi-taihiap, bukan atas perintah
siapapun. Siauw-te dapat menduga Siauw Lam
ada di sini dan tentu bersama dirimu pula.
Siauw-te datang untuk mengecek kesimpulan
sendiri."
"Hm, sikapmu tenang, suaramupun
kuat. Kalau begitu apa maksudmu mengecek
tadi, bocah. Apa yang perlu kau ketahui dan
benarkah kau tidak bohong!"
"Siauw-te berani bersumpah....!"
"Aku tak perlu sumpah. Katakan apa
maksudmu dengan kata-katamu tadi!"
Beng San keder, akan tetapi menelan
ludah. "Begini..!" katanya. "Siauw-te menaruh
kagum kepada murid taihiap ini. Ingin
menemuinya dan berguru kepada taihiap yang
sakti!"
Chi Koan terkejut, hampir tertaWa
bergelak. Dari sikap dan kata-kata anak ini
segera ia tahu bahwa ia berhadapan dengan
seorang bocah pemberani. Bukti bahwa tanpa
takut-takut mengakui diri sendiri sebagai
murid Naga Gurun Gobi menunjukkan nyal?
anak itu, kecuali anak itu tak tahu bahwa996
gurunya dan dia bermusuhan. Maka ketika ia
menguasai dirinya lagi dan membentak bengis
segera ia bertanya apakah anak itu tidak gila
meminta dia sebagai guru.
"Kau adalah murid Naga Gurun Gobi,
gurumupun hebat. Apakah kau tak tahu bahwa
ia memusuhiku dan alasan apa yang
membuatmu berpikiran seperti ini!"
"Ampun. anak ini membenturkan
dahinya di batu hitam. "Terus terang siauwte
tak puas dengan guru siauwte itu, , taihiap. la
hanya mengajariku Soan-hoan-ciang dan ilmu
meringankan tubuh.
Sekarangpun dititipkan orang dan
hanya mendapatkan tambahan Thai-san-ap
ting dan Cui-pek-po-kian. Siauwte ingin maju,
namun tak mungkin kemajuan itu akan
siauwte peroleh kalau hanya menjadi murid
Peng Houw!"
Terkejutlah Chi Koan. Anak ini telah
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berani menyebut nama gurunya begitu saja.
Peng Houw! Betapa kurang ajar dan marahnya
kalau yang bersangkutan tahu. Bocah ini
seperti orang seangkatan saja, sungguh berani.997
Akan tetapi karena tentu saja ia tak menelan
mentah-mentah jawaban ini dan ia
menggerakkan tangan tiba-tiba anak itu
terlempar dan terbanting menumbuk dinding.
"Coba kauhadapi muridku dan kulihat
omonganmu!"
Beng San menahan sakit. la terhuyung
bangun dan bekas totokan lenyap. Si buta ini
hebat sekali dan melemparnya begitu mudah.
Sekali lengan bergerak iapun terbanting.
Dirinya benar-benar seperti anak kecil
berhadapan dengan si buta ini. Namun karena
ia sedang menaruh harapan dan sesungguhnya
ia mulai benci kepada gurunya itu, ilmu yang
dipelajari hanya itu-itu saja maka anak in
memang bertekad untuk meraih dan
memperoleh ilmu yang lebih tinggi. Beng San
tidak bohong kalau tiba-tiba ingin berguru
kepada si buta. la telah melihat betapa
kepandaiannya masih tak berarti menghadapi
Siauw Lam, padahal ia telah mendapat
tambahan Thai-san-ap-ting dan Cui-pek-po
kian. ia dapat membayangkan bagaimana
seandainya tak mendapatkan tambahan ilmu998
itu, sungguh kepandaiannya rendah sekali.
Maka ketika tiba-tiba timbullah keinginannya
untuk menyamai Siauw Lam, timbullah
harapannya kalau ia menjadi murid si buta ini
maka ia telah bersiap untuk mempertaruhkan
segala-galanya. Kalau perlu nyawapun siap
dikorbankan!
Anak ini memang anak yang penuh
keberanian, namun di samping itu Beng San
adalah anak yang cerdik dan dapat melihat
keadaan. Sekali bertemu si buta dan terjadi
tanya jawab segera ia tahu. bahwa meskipun
bengis dan keren namun sikap itu hanya
luarnya saja. Perasaannya mengatakan bahwa
si buta diam-diam tertarik kepadanya, kagum
akan keberaniannya dan inilah modal untuk
mendapatkan sesuatu. Ia telah merendahkan
gurunya sendiri begitu rupa, terang-terangan
menyatakan tak puasnya kepada Naga Gurun
Gobi itu. Maka ketika ia dibanting dan
terlempar menumbuk dinding, Si bute ingin
mengujinya dengan Siauw Lan iapun merasa
girang dan tidak takut, justeru malah
kebetulan!999
"Baik, aku akan membuktikan
omonganku, Chi-taihiap. Aku telah bertanding
dengannya dan siang tadi kalah. Akan tetapi
aku siap mengulang, babak-belur juga tidak
apa!"
Chi Koan kagunm. Dari sini ia dapat
menangkap keberanian luar biasa pada a-nak
ini. Ada persamaan antara anak ini dengan
Siauw Lam, dua-duanya sama berani. Maka
ketika ia tersenyum dan timbulah sesuatu di
pikirannya, betapapun ia tak begitu saja
percaya anak ini maka ia memerintahkan
muridnya agar menyerang dan membuat anak
itu mengeluarkan semua kepandaiannya,
kalau perlu dibunuh!
"Hajar dan habisi dia, betapapun dia
murid Peng Houw!"
Siauw Lam gembira. Betapapun ia
merasa disaingi melihat keberanian anak ini.
Beng San benar-benar anak luar biasa dan
sikapnya tenang, meskipun sedikit pucat.
Maka ketika ia meloncat dan menyerang serta
menusuk dahi lawan segera ia membentak
agar anak itu ?oboh.1000
"Heh, guruku sudah mengijinkan.
Mampus dan robohlah!"
Beng San mengelak. Suara dingin yang
didengarnya terakhir itu menggetarkannya
juga. Harapannya rupanya kandas. Akan tetapi
karena ia sudah bertekad dan mempersiapkan
segala-galanya maka ia menggigit bibir dan
ketika Siauw Lam mengejar dan melepas
pukulan cepat iapun menangkis dan kali ini
dipaksa adu tenaga.
"Duk!" Anak itu terpelanting. la telah
mengerahkan sinkangnya namun betapapun
lawan lebih kuat, selanjutnya ia dikejar dan
bergulingan ke sana-sini menghadapi tekanan
tekanan. Cepat sekali Siauw Lam mendesaknya
dengan kejam. Dua pukulan mengenai
pelipisnya. Namun ketika Beng San masih
mampu melakukan perlawanan dan benar
benar berjuang sekuat tenaga mengelak dan
menangkis sana-sini akhirnya ia mengeluh
ketika sebuah tamparan mengenai
tengkuknya.
"Plak!" Bintang bertaburan di langit
hitam. Anak ini seakan pingsan menerima1001
pukulan kuat itu, tulang lehernya seakan
patah. Akan tetapi ketika ia mampu
bergulingan menjauh dan melompat bangun,
menggeram dan marah kepada lawannya
maka Beng San menubruk dan membalas bagai
seekor kerbau gila. Soan-hoan-ciang dan Thai
san-ap-ting silih berganti Menyambar
nyambar, begitu pula Cui-pek-po kian yang
menjadi andalannya itu. Namun karena lawan
mengenal dan mempelajari pula ilmu ini,
tertawa dan berkelit maka dari samping Siauw
Lam membalas dan menampar tengkuknya
lagi.
"Plak!" Untuk kedua kali Beng San
terbanting. Kali ini mengeluh dan tak mampu
bergulingan merasa kepalanya berputar.
Kejaran dan balasan lawan ditangkisnya
sebisanya. Dan ketika terdengar seruan agar ia
dibunuh, habislah harapan anak ini maka Beng
San tak ingat apa-apa lagi ketika dadanya tiba
tiba merasa ditimpa palu godam dan napaspun
berhenti.
"Dess!" Anak itu roboh dan tidak
bergerak-gerak lagi. Siauw Lam benar-benar1002
hendak membunuhnya dengan satu tamparan
maut ke kepala, akan tetapi ketika gurunya
menjulurkan tongkat den menangkis pukulan
itu maka si buta berkata bahwa semuanya
cukup.
"Aku hanya ingin mengujinya saja,
ternyata ia benar. Cukup, bocah itu tak
bohong, Siauw Lam, ia hanya memiliki Soan
ciang dan ilmu meringankan tubuh".
"Tapi ia memiliki pula Thai-san-ap-ting
dan Cu-pek-po-kian!"
"Hmn, ia mempelajarinya di sini, di
Gobi. Tentu Ji-hwesio atau pimpinan lain yang
membimbingnya. Sudahlah bawa anak itu ke
sini dan kulihat keadaannya."
Chi Koan akhirnya memeriksa.
Hantaman ke dada yang dilakukan muridnya
tadi cukuplah berat. Untuk beberapa saat
napas pemudai ini terhenti. Maka ketika dia
mengurut dan tak lama pemuda itupun
bergerak lagi maka diam-diam ia kagum karena
hanya pemuda dengan daya tahan luar biasa
yang mampu bertahan seperti ini, dan untuk
ini Siauw Lam kalah!1003
Si buta berseri-seri. Ia melihat sesuatu
yang tak dimiliki muridnya. Ada sesuatu yang
mengejutkan sekaligus membuatnya heran,
yakni bahwa detak jantung di sebelah kanan.
Agaknya hanya satu di antara sejuta anak yang
memiliki kelainan begini! Maka ketika ia
berseri-seri dan melihat keajaiban ini maka
cepat ia menotok dan menyadarkan anak itu.
Kiranya inilah yang menyelamatkan Beng San,
ia dipukul dada kirinya bukan dada kanan!
Anak ini mengeluh. Beng San tentu saja
tak tahu letak kelainan jantungnya itu.
Sesungguhnya pukulan Siauw Lam tadi
mematikan. Untunglah karena jantungnya
bukan di sebelah kiri melainkan sebelah kanan
maka ia selamat dan hantaman itu hanya
membuatnya sesak napas saja. la membuka
mata ketika perlahan-lahan kesadarannya
pulih. Mula-mula ia melihat langit hitam
dengan bintang di sana-sini, bingung. Akan
tetapi ketika sepasang kelopak kosong
berkejap-kejap dan itulah wajah si buta maka
ia terkejut dan sadar serta tiba-tiba melompat
bangun.1004
"Eh!'" Siauw Lam merasa heran. "Ia
sehat, suhu. ia seakan tak apa-apa!"
Beng San terkejut. la menoleh dan
melihat lawannya itu dan menjadi marah. Tiba
tiba kemarahannya membubung dan siap
meledak. Akan tetapi ketika pundaknya
ditekan dan si buta menyuruhnya diam maka
ia tertegun dan menahan semua
kemarahannya itu, bahkan terheran-heran dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terkejut, lalu girang.
"Kau telah membuktikan omonganmu,
semuanya benar. Kalau kau ingin menjadi
muridku maka syaratnya sekarang bawalah
orang ini dengan selamat keluar Go-bi. Kami
menunggumu di luar."
"Suhu. !" Siauw Lam terkejut berseru
keras. "Kau. . kau menerima anak ini sebagai
murid? Kau menyerahkan pamanku Hui-bin
kepadanya? Ah, tidak, jangan. Ia tak akan
dapat menjaganya, suhu, kepandaiannya
rendah sekali. Biar pamanku bersamaku dan
aku yang melindunginya!"
"Hm murid harus patuh kepada guru.
Karena ia calon sutenmu maka ia harus dapat1005
menunjukkan kesetiaannya, Siauw Lam. Kalau
ia gagal maka gagal pula menjadi muridku. Hui
bin dapat kita urus nanti!"
Siauw Lam masih terkejut dan bingung.
akan kata-kata gurunya yang demikian
mendadak dan amat tiba-tiba membuatnya
tak senang, marah. Akan tetapi karena tak
mungkin ia membantah dan kata-kata gurunya
sudah diucapkan maka ia mengikuti saja ketika
suhunya berkelebat dan turun bukit,
sebagaimana biasa ia diminta sebagai
penunjuk jalan Keluar dan turun dari bukit.
"Ayo pergi dari sini!"
Tinggallah Beng San dengan laki-laki
muka hitam itu, hwesio murtad. Memang
kedatangan Siauw Lam ada kaitannya dengan
hwesio ini karena sebagaimana diketahui
hwesio itu adalah paman Siauw Lam. Pemuda
itu merasa kangen dan ingin tahu keadaan
pamannya, sekaligus membebaskannya dari
hukuman karena betapapun ia sekarang
merasa memiliki. kepandaian cukup. Gurunya
sendiri mula-mula acuh dan ogah-ogahan.
Akan tetapi ketika dia mengancam untuk pergi1006
menemui sendiri, di sinilah Chi Koan tertegun
mengerutkan kening maka gejala perlawanan
muridnya itu membuat alis Chi Koan berkerut.
"Betapapun dia keluargaku satu
satunya, orang yang masih hidup. Kalau kau
tak mau menemaniku ke sana biarlah aku
sendiri, suhu, dan kau boleh tunggu di sini
sampai aku datang!".
Si buta diam-diam geram. Muridnya
sekarang mulai berani dan menantang. Maka
ketika dia mengalah dan menuruti kemauan
itu, datang ke Gobi maka diam-diam ia ingin
memberi pelajaran muridnya itu. la belum
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pedang Mustika Karya Wahyu Suling Pualam Dan Rajawali Terbang
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama