Dewi Kelabang Hitam Karya Batara Bagian 13
dan wanita itu ditubruk.
"Tolong.....?"
Hang Cin tak berpikir lebih jauh. Dia berkelebat dan membentak, marah pada
harimau itu. Tapi persis dia meloncat dan menolong wanita itu mendadak dari depan
juga menyambar sesosok bayangan lain yang juga menyerang harimau itu.
"Bedebah keparat!"
Hang Cin terkejut. Pukulannya, yang ditujukan ke punggung harimau tiba-tiba
barsamaan dengan pukulan bayangan ini, yang berkelebat begitu cepatnya dan Hang
Cin tak menduga. Dan karena tak mungkin dia menarik pukulannya sementara wanita
muda itu sudah menjerit-jerit ketakutan maka pukulan mereka bersamaan
menghantam punggung si raja hutan itu.
"Bukk!"
Raja hutan ini memekik. Dua pukulan mereka menghantam keras punggung
harimau ini, yang tiba-tiba terlonjak dan kaget. Tubrukannya, yang sudah mengenai
wanita muda itu hanya berhasil merobek pakaian di punggung, yang semakin terkuak
dan memperlihatkan bagian tubuh yang mulus putih. Hang Cin melengos dan
kebetulan beradu pandang dengan bayangan ini, yang ternyata seorang gadis cantik
dan tiba-tiba Hang Cin terguncang. Begitu cantik dan luar biasanya gadis yang baru
tiba ini hingga Hang Cin bengong, lupa pada harimau yang baru dipukul. Dan ketika
dia terhenyak dan tertegun dengan muka merah tiba-tiba harimau itu membalik dan
kini menyerangnya.
"Awas !"
Hang Cin seakan tak mendengar. Dia sedang terkagum-kagum dan bengong
memandang wajah ayu itu, hilang kesadarannya dan entah kenapa Hang Cin tiba-tiba415
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
berobah seperti seorang pemuda linglung. Tubrukan dan geraman harimau tak
didengar. Tapi begitu teriakan itu disusul gerakan si gadis cantik dan Hang Cin
didorong sementara kaki gadis itu menendang si harimau loreng tiba-tiba Hang Cin
mencelat sementara raja hutan itu juga mengaum terlempar. Lalu, ketika Hang Cin
melongo dan masih kelihatan ndomblong tiba-tiba gadis itu berkelebat ke depan dan
tangannya terayun. Dan begitu terdengar suara "prak" yang keras mengejutkan maka
harimau itu sudah terkapar dengan kepala pecah, roboh mandi darah.
"Kau terlalu!" gadis itu mengomel. "Kalau tidak bisa menyelamatkan diri tak
usah menyelamatkan orang lain, sobat. Sikapmu baik tapi otakmu tolol!"
Hang Cin sadar. "Kau..... kau siapakah?"
"Perlukah bertanya? Tidakkah kau menolong isterimu ini dulu?"
"Apa....? Aku.....?"
"Bodoh, lain kali jangan meninggalkan isterimu jauh-jauh, orang tolol. Nih,
berikan baju ini kepada isterimu dan obati luka-lukanya!" gadis itu melempar
sepotong baju longgar, memberikan pula sebungkus obat dan berkelebat pergi. Dan
ketika Hang Cin melenggong dan bengong di tempat maka pemuda itu berteriak
sambil menerima semua pemberian itu.
"Hei, tunggu dulu!"
Namun si cantik tak menggubris. Hang Cin melihat gadis itu bergerak luar biasa
cepatnya, menghilang dan lenyap di luar hutan. Dan ketika dia tersentak dan mau
mengejar mendadak wanita muda itu merintih dan mengeluh.
"Kongcu, tolong. Aku..... aku tak dapat bangun berdiri.....!"
Hang Cin bingung. Dia mau mengejar si cantik tapi wanita muda ini merintih,
tentu saja dia tak dapat meninggalkan wanita itu dan apa boleh buat dia membalik.
Dan ketika Hang Cin herkelebat dan menolong wanita ini maka Hang Cin merah
padam melihat tubuh yang hampir tak berpakaian itu, luka di sana-sini namun harus
diakui amat mulus dan menggairahkan!
"Maaf, aku menolongmu....." Hang Cin melawan rasa jengah, membuka
bungkusan obat dan cepat menaburi luka-luka di tubuh wanita ini. Lalu begitu
pekerjaannya selesai dan pakaian itu diberikan pada si wanita muda maka Hang Cin
bangkit berdiri dan berkata, "Nah, kau selamat. Aku tak dapat lama-lama tinggal di
sini karena akan mengejar gadis itu!"
"Ah, nanti dulu, kongcu!" wanita itu terkejut. "Bagaimana aku dapat pulang
kalau duduk saja tak bisa. Bokongku sakit, aku.... aku tak dapat duduk!"
Hang Cin mengerutkan kening. "Rumahmu di mana?"
"Di seberang hutan, kongcu. Di luar pepohonan jati!"
"Baik, aku membawamn ke sana!" dan Hang Cin yang menyambar dan sudah
menbopong wanita itu tiba-tiba berkelebat dan meloncat pergi. Tapi baru beberapa
langkah tiba-tiba wanita itu berseru.
"Kongcu, nanti dulu. Harimau itu!"416
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hang Cin berhenti. "Mau diapakan?"
"Ah, sayang dibiarkan, kongcu. Lebih baik dibawa dan kumasak di rumah!"
"Hm, baik!" dan Hang Cin yang menyambar dan meletakkan harimau di pundak
sabelah tiba-tiba berkelebat pergi dan terbang ke tempat yang ditunjuk. Tapi lagi-lagi
wanita itu berseru.
"Nanti dulu..... nanti dulu....!" katanya. "Kayu bakarku juga tertinggal di sana,
kongcu. Sebaiknya satu per satu dulu kau membawa senmanya ini. Kutunjukkan dulu
kayu bakarku itu!"
Hang Cin tertegun. "Di mana kayu bakarmu?"
"Di sana....!" dan begitu si wanita menuding tiba-tiba Hang Cin berkelebat dan
menuju ke situ, melihat setumpuk kayu bakar dan tanpa banyak bicara lagi ia
menendang kayu bakar itu. Lalu begitu kayu bakar ini melompat dan dia menerima
dengan pundak sebelah kiri maka kayu bakar itu sudah tersusun dan menjadi satu
dengan bangkai harimau!
"Nah, ada lagi yang ketinggalan?" Hang Cin mendongkol. "Lebih baik
semuanya kubawa serta, niocu, Aku tergesa-gesa karena akan mengejar gadis itu. Dia
salah paham!"
"Salah paham bagaimana?"
"Eh, kenapa cerewet amat? Lebih baik sebutkan lagi benda-benda yang ingin
kau bawa, niocu. Aku tak mau berlama-lama lagi karena harus segera berangkat!"
"Oh, tidak.... ah, kau mangagumkan!" dan Hang Cin yang melesat dan
membawa beban begitu banyak di bahunya tiba-tiba sudah berkelebat dan keluar
hutan, mengerahkan lari cepatnya dan wanita muda di atas tubuhnya bengong.
Wanita itu takjub dan sering ah-oh-ah-oh kalau Hang Cin melewati atau melompati
tempat-tempat yang tinggi, pohon-pohon yang menghalang misalnya. Dan ketika
mereka tiba di luar hutan dan Hang Cin melihat sebuah rumah sederhana maka
wanita itu menuding dan berseru.
"Sudah sampai, itulah rumahku!"
Hang Cin berkelebat tiba. Dengan cepat dia menurunkan barang bawaannya,
harimau dan kayu bakar dilempar dan sudah jatuh di depan pintu, tidak ada yang
rusak sementara wanita itu sendiri sudah diturunkan hati-hati. Dan ketika Hang Cin
mengusap keringatnya dan wanita itu bengong maka Hang Cin meloncat dan
berkelebat meninggalkannya.
"Hei...!" Hang Cin tak menghiraukan. "Tunggu dulu, kongcu. Terima kasih....!"
"Sudahlah," Hang Cin bicara dari jauh. "Lain kali hati-hati, niocu. Jangan
sembrono lagi dan jaga dirimu baik-baik!" Hang Cin lenyap, tak mau dipersilahkan
duduk dan pemuda itu terbang ke timur. Dari situ ia dapat mengetahui bahwa si gadis
ayu tadi menghilang ke timur. Maka begitu tancap gas dan mengerahkan ilmu lari
cepatnya Hang Cin sudah berkelebat dan melesat seperti setan.
"Wut-wut!" dua lompatan panjang akhirnya membawa Hang Cin keluar dari
daerah berbatu karang. Dia sekarang memasang mata ke segala penjuru, berlari cepat417
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
dan tidak ingat lagi pada wanita muda yang bertubuh menggairahkan itu. Ingatan
Hang Cin hanya tertuju pada si cantik yang begitu jelita, gadis yang telah
mendahuluinya membunuh harimau itu. Dan ketika Hang Cin berlari cepat dan
telinganya yang tajam mendengar denting dan suara beradunya senjata tiba-tiba Hang
Cin mendengar bentakan dan pekik ribut di sebelah depan.
"Hei..... trang-trang-trang!"
Hang Cin terkejut. Sekali berkelebat ia tiba di tempat ini, sebuah lembah di
mana terdapat pertempuran. Dan begitu Hang Cin tiba di tempat ini dan melihat apa
yang terjadi ternyata gadis yang dicari-cari itu, si jelita yang ayu itu sedang dikeroyok
belasan laki-laki kasar yang bukan lain adalah para perampok.
"Keparat!" Hang Cin tiba-tiba berjungkir balik, turun ke bawah. "Kalian
manusia-manusia busuk, perampok-perampok hina. Robohlah..... des-plak-plak!"
Hang Cin menggerakkan kaki tangannya, menampar dan mendorong dan robohlah
delapan orang yang ada di dekatnya. Hang Cin membentak lagi dan robohlah tujuh
yang lain. Dan ketika Hang Cin berkelebat dan tiga yang terakhir ditendangnya
mencelat maka orang-orang itu terpekik sementara si gadis cantik tertegun
menghentikan gerakannya sendiri.
"Nah," Hang Cin berseri-seri. "Sekarang sudah kubantu kau, nona. Hutangku
lunas dan selamat bertemu lagi!"
"Kau pamer?" Hang Cin terkejut. "Kau kira aku tak dapat merobohkan mereka
ini secepat yang kau perlihatkan? Sialan, kau sombong dan pongah, manusia usil.
Aku sengaja tak merobohkan mereka karena ingin menghajarnya dulu. Lihat!" dan si
gadis yang berkelebatan membebaskan orang-orang itu yang tertotok Hang Cin tiba
tiba berseru, "Hayo, kalian maju lagi. Serang aku dan lihat berapa detik aku membuat
kalian roboh!" namun orang-orang itu yang keburu gentar melihat Hang Cin
sekonyong-konyong membalik dan melarikan diri, berteriak dan pemimpinnya
meloncat dan menyambar goloknya yang jatuh di tanah, mendahului sambil memberi
aba-aba. Dan begitu mereka berloncatan dan melarikan diri sambil berteriak ramai
maka gadis itu melotot dan marah-marah.
"Hei, kalian tidak mendengar omonganku?"
"Ampun..... tidak, nona.... ampun...!"
"Tidak, kalian harus menyerang!" dan gadis itu yang membentak dan berjungkir
balik di depan semuanya tiba-tiba menghadang dan tentu saja diserang, dua tiga kali
menangkis dan menendang namun yang lain memutar tubuhnya. Mereka tak mau lagi
menghadapi gadis itu dan berteriak ketakutan. Dan ketika lima di antaranya roboh
terlempar namun yang lain lari berserabutan tak keruan maka gadis itu memaki-maki
dan menghajar mereka, jatuh bangun dan akhirnya cerai-berailah para perampok itu.
Pemimpinnya sendiri sudah di banting mengaduh-aduh dan tidak dapat melarikan
diri, diseret dua pembantunya dan panik serta takutlah orang-orang itu. Dan ketika
Hang Cin menjadi geli dan berkelebat di samping gadis itu maka dia berkata.
"Sudahlah, jangan buat mereka ketakutan lagi, nona. Berhentilah!"
Para perampok berhamburan. Setelah gadis itu menghajar dan memaki mereka
maka semuanya lari lintang-pukang. Ternyata mereka menyembunyikan beberapa418
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
ekor kuda di balik semak belukar, berlarian ke sana-sini dan berloncatan di atas
punggung kuda, ada di antaranya yang menumpang dan berderaplah para perampok
itu menyelamatkan diri masing-masing. Dan ketika gadis itu tak mengejar dan kini
membalik menghadapi Hang Cin maka dia membentak berkacak pinggang, mata
berapi-api.
"Ada apa kau di sini? Siapa suruh kau merobohkan orang-orang itu?"
"Maaf," Hang Cin menjura. "Aku memang mencarimu, nona. Kebetulan
bertemu di sini."
"Untuk apa? Ada apa?"
"Aku...." Hang Cin menelan ludah, jungkir balik oleh mata si gadis yang begtu
indah dan bening memandangnya, meskipun marah-marah. "Aku mau
menyampaikan kesalahpahamanmu, nona. Bahwa aku....."
"Cerewet! Bawel seperti nenek-nenek!" gadis itu membanting kaki, membentak.
"Katakan saja inti persoalanmu, manusia usil. Aku ditunggu kakakku dan tak mau
lama-lama di sini. Dan mana isterimu!"
"Itulah," Hang Cin bersinar-sinar. "Aku hendak menjelaskan bahwa dia itu
bukan isteriku, nona. Maksudku, aku..... aku masih bujang!"
Sejenak mata bening itu terkejut. "Dia bukan isterimu?"
"Bukan, aku masih bujang...."
"Eh, apa perlumu berkali-kali menyatakan diri masih bujang? Memangnya ada
apa kalau kau belum beristeri? Aku tak perduli kau bujang atau tidak, manusia usil.
Sekarang katakan apa maumu di sini dan kenapa harus memamerkan kepandaianmu
itu!"
"Aku.... aku mau bicara tentang itu saja......"
"Tentang apa?"
"Tentang dugaanmu itu, bahwa wanita muda itu bukan isteriku!"
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu saja?"
"Ya, eh, tidak.....!" Hang Cin gugup, melihat gadis itu menjengek. "Aku, eh....
tunggu nona....!" Hang Cin mengejar, melihat gadis itu melompat jauh. "Aku mau
bicara tentang kau dan aku. Aku.... aku mau mengucapkan terima kasih!"
"Terima kasih apa?" gadis itu sudah terbang menjauh, tak perduli Hang Cin.
"Aku tak mau berurusan denganmu, laki-laki usil. Kau pemuda sok dan sombong!"
"Hei....!" Hang Cin berteriak. "Tunggu, nona..... tunggu!"
Namun gadis itu mengerahkan ginkangnya. Hang Cin melihat gadis itu melesat
secepat anak kijang, lenyap dan sudah jauh meninggalkan dirinya. Dan karena dia
masih ingin bicara, lagi dan entah kenapa dia tak mau kehilangan gadis ayu itu
mendadak Hang Cin mengerahkan ilmu lari cepatnya mengejar gadis itu, berkelebat
dan lenyap pula dan mendenguslah gadis di depan. Gadis ini mengeluarkan tawa aneh
dan dia mempercepat larinya. Dan ketika dua anak muda itu berkejar-kejaran dan419
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hang Cin terkejut melihat gadis itu tak dapat disusul maka pemuda ini berteriak dan
berseru dari jauh, mengerahkan suaranya.
"Nona, tunggu. Pita rambutmu jatuh!"
Gadis di depan sejenak tertegun. Larinya yang agak melambat memberi
kesempatan pada Hang Cin untuk memperpendek jarak. Tapi begitu Hang Cin tinggal
beberapa tombak dan siap melampauinya mendadak gadis ini tancap gas dan lari lagi,
dikejar dan Hang Cin berteriak berulang-ulang. Gadis itu menjengek dan Hang Cin
penasaran. Dan ketika lawan tak menghiraukan dirinya dan semakin mempercepat
larinya tiba-tiba Hang Cin mengerahkan segenap ilmu meringankan tubuhnya dan
melesat mengejar lawan, berhasil mendekati namun gadis di depan menambah
kecepatannya pula. Hang Cin kembali tertinggal dan kaget, mempercepat larinya lagi
dan gadis di depan. berhasil diikuti, Tapi ketika lawan menjengek dan kembali tancap
gas maka dua orang muda itu akhirnya susul-menyusul dan sebentar dekat sebentar
jauh, mereka berlari cepat hingga seperti siluman berkejaran. Dan ketika Hang Cin
berhasil mendekati lawan dan sedikit tetapi pasti dia mulai dapat menempel dan kian
memperpendek jarak maka terdengar makian dan kutukan lawannya itu, kejar
mengejar dan mereka berdua seolah dua harimau liar yang hampir berendeng. Gadis
itu akhirnya tersusul namun Hang Cin mandi keringat, lawan juga basah kuyup dan
akhirnya mampulah pemuda itu mendampingi lawan. Dan ketika gadis itu menoleh
dan mendengus marah tiba-tiba dia menggerakkan tangannya menampar muka Hang
Cin.
"Pergilah!"
JILID XVIII
HANG CIN mengelak. Lawan kembali menampar dan kali ini Hang Cin
menangkis. Tapi begitu Hang Cin terhuyung dan lawan berjungkir balik tiba-tiba
gadis itu memekik dan menyerang, menghentikan larinya dan kagetlah, Hang Cin
melihat tamparan dan pukulan bertubi-tubi. Gadis itu melengking dan Hang Cin
terpelanting. Dan ketika dua pukulan mendarat di pundaknya dan Hang Cin terlempar
maka pemuda itu berteriak.
"Tunggu...... nanti dulu!"
Namun lawan keburu gusar, Hang Cin diterjang dan apa boleh buat pemuda ini
terpaksa menangkis. Dan ketika dia mengerahkan tenaga dan gadis itu membentak
maka dua lengan mereka beradu dan dua-duanya terpental.
"Dukk!"
Hang Cin terkejut. Lawan memekik dan menyerang lagi, ditangkis dan segera
gadis itu berkelebatan mengelilingi dirinya. Dan ketika gadis itu membentak dan
pukulan panas mulai menyambar-nyambar maka Hang Cin terdesak dan kaget, tak
berani membalas karena takut lawannya itu semakin marah. Dan karena dia hanya
manghindar atau menangkis saja maka sebuah pukulan akhirnya mendarat di
tengkuknya.
"Dess!"420
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hang Cin jatuh bangun. Kalau tak cepat dia mengerahkan sinkang melindungi
tengkuknya tentu dia sudah pingsan, mungkin tengkuknya patah. Dan ketika Hang
Cin mengeluh dan melompat bangun maka lawannya terbelalak dan melengking.
"Kau masih kuat? Kau tidak juga roboh?"
"Tunggu!" Hang Cin pucat. "Jangan menyerang dulu, nona. Tahan ..!" namun
gadis itu yang membentak dan menerjang lagi ternyata gemas melancarkan
pukulannya, semakin berbahaya dan apa boleh buat lagi-lagi Hang Cin berloncatan,
mengelak dan menghindar sana-sini. Dan ketika satu pukulan miring mendarat di
pundaknya dan Hang Cin terpelanting maka pemuda itu membentak dan membalas
lawannya, menahan pukulan-pukulan panas itu dan lawan semakin gusar. Perlawanan
Hang Cin serasa tantangan, maju dan menerjanglah gadis itu dengan lebih hebat lagi.
Dan ketika Hang Cin kewalahan dan membentak membalas lawannya maka pukulan
mereka kembali beradu dan Hang Cin menggelincirkan lengannya di lengan gadis itu,
menghantam dada namun cepat dinaikkan ke atas, pundak.
"Plak!"
Gadis itu terhuyung. Sekarang Hang Cin membalas dan dapat memukulnya
sekali, gadis itu melotot marah namun tersipu. Hang Cin merobah pukulannya yang
seharusnya ke dada menuju pundak, jadi, pemuda itu sopan. Dan ketika Hang Cin
membentak dan meminta maaf tiba-tiba pemuda itu berkelebatan dan jadilah mereka
berdua gubat-menggubat, keliling-mengelilingi dan sekarang gadis ini terkejut
melihat pembalasan Hang Cin. Pukulan-pukulan panasnya tertahan dan kini dari
lengan Hang Cin muncul pukulan-pukulan dingin. Dan ketika dua tiga kali kembali
pukulan mereka beradu namun gadis itu mulai terhuyung maka Hang Cin dimaki
maki dan gadis itu mendelik.
"Jahanam, kiranya kau lihai, laki-laki usil. Pantas kalau sombong dan
memamerkan kepandaian. Sebutkan namamu sebelum pedang kucabut!"
"Tidak, jangan, nona." Hang Cin berseru. "Aku tak mau bertempur kalau tidak
kau serang. Berhentilah, aku tidak memusuhimu!"
"Bagus, tidak memusuhi tapi membalas ya? Tidak mau diserang tapi selalu
kurang ajar! 'Keparat, aku tak mau sudah, manusia usil. Sebutkan namamu dan
lihatlah pedangku.... sing!" Hang Cin terkejut, melihat sebatang pedang dicabut dari
sarungnya dan menyambarlah sinar berkilau yang menuju tenggorokannya. Hang Cin
mengelak namun pedang terus mengejar. Dan ketika apa boleh buat dia membanting
tubuh bergulingan dan mengeluh pusing maka pemuda ini sudah dikejar dan
mendapat tusukan atau tikaman bertubi-tubi, masih ditambah lagi dengan pukulan
pukulan tangan kiri yang menyambar-nyambar dari lengan gadis itu. Hang Cin
bingung dan berkelebatan. Dan ketika dia terbelalak melihat permainan pedang gadis
itu dan serasa mengenal tiba-tiba ia berteriak.
"Pek-liong Kiam-sut! Aih, bukankah itu Pek-liong Kiam-sut (Silat Pedang Naga
Putih), nona? Apa hubunganmu dengan keluarga sakti dari Magada?"
Gadis itu tertegun. "Kau siapa?"
"Aku Hang Cin, nona. Murid..... bret-bret!" Hang Cin kaget, tak meneruskan
kata-katanya karena lawan berkelebat melakukan tusukan, robek baju pundaknya dan421
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
bergulinganlah pemuda itu menyelamatkan diri. Dan ketika dia berteriak dan marah
melompat bangun maka gadis itu menjengek dengan tawa mengejek.
"Bagus, kalau begitu kau semakin kurang ajar, orang she Hang. Berani
mengelak berarti berani melawan. Hayo kau menyerah dan biar pedangku mencium
darahmu!"
"Ah," Hang Cin terbelalak. "Mana mungkin, nona? Itu berarti kau
membunuhku! Kau kejam. Kau....."
"Cerewet, kenapa tidak kau cabut pedangmu pula? Hayo, keluarkan senjatamu
itu, orang she Hang, tak perlu menyembunyikannya di balik pinggang!"
Hang Cin terkejut. Lawan mengetahui bahwa dia memiliki pedang, tanda betapa
lawan benar-benar awas dan lihai. Dan karena lawan terus mendesak sementara
pedang mulai bergulung-gulung naik turun maka Hang Cin melolos pedangnya
menangkis, tergetar dan bunga api berpijar di udara. Hang Cin mengerahkan
tenaganya dan gadis itu terdorong, memekik dan maju lagi. Dan ketika pedang
kembali menyambar-nyambar namun Hang Cin membalas dan menangkis maka dua
muda-mudi itu sudah serang-menyerang, dengan senjata.
"Crang-cring!"
Hang Cin kagum. Sekarang dia terbelalak karena lawannya benar-benar hebat.
Dia yakin itulah Pek-liong Kiam-sut dan minta agar lawannya berhenti, tak digubris
dan kini meluncurlah pukulan berganti-ganti dari tangan kiri gadis itu. Mula-mula
seperti cengkeraman atau patukan, kaget karena itulah seperti ilmu silat Rajawali,
atau Garuda. Dan ketika dia berteriak sambil menyebut nama-nama ilmu silat itu
namun si gadis sudah merobah gerakannya lagi maka Hang Cin terkejut melihat ilmu
silat Bidadari dimainkan tangan kiri gadis itu, dengan pedang yang melenggak
lenggok namun tetap ganas dan berbahaya.
"Soat-im Sian-li-kun (Silat Dewi Salju).....!" Hang Cin terbelalak, melihat
pukulan lawan berubah menjadi pukulan dingin dan gadis itu kian kaget juga.
Sebenarnya dia juga kagum dan sengaja menguji pemuda ini, mengerahkan segenap
kepandaiannya namun pemuda itu lihai sekali, dapat mengimbangi dan kini
tampaklah bawa dalam hal sinkang lawannya itu menang seusap. Hang Cin dapat
mengetahui ini namun gadis itu memiliki kelincahan gerak yang melebihi dirinya jadi
masing-masing memiliki kelebihan dan tentu saja gadis itu penasaran tak dapat
merobohkan Hang Cin. Dan ketika satu saat pedang mereka kembali bertemu dan
Hang Cin menggerakkan jarinya mendadak pemuda itu berhasil menotok pundak
lawan namun terpental.
"Aih!" Hang Cin terkejut. "Apakah ini Pi-ki-hu-hiat (Tutup Hawa Melindungi
Jalan Darah)?" pemuda itu terbelalak, menotok lagi dan dua tiga kali totokannya
selalu terpental. Dengan begitu dia tak dapat merobohkan gadis itu karena lawan
melindungi jalan darahnya. Hang Cin terkejut tapi sekaligus kagum. Dan ketika
lawan terkekeh dan gadis itu berseru nyaring tiba-tiba pedang berkelebat dan tangan
kiri menyambar.
"Robohlah, inilah I-kiong-hoan-hiat (Ilmu Memindahkan Jalan Darah ), orang
she Hang. Aku tak dapat kau totok melainkan kaulah yang kutotok..... tuk!" Hang Cin
terkena totokan, roboh terbanting namun pemuda itu melompat bangun. Hang Cin422
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
membalas dengan pengerahan sinkangnya hingga dia kebal. Dan ketika pemuda itu
ganti tertawa dan menerima dua tiga totokan lagi maka pemuda itu pun gembira dan
balas mengejek lawan.
"Bagus, kalau begitu inilah Tiat-jia-kang (Tubuh Besi), nona. Kau pun tak dapat
merobohkan aku karena aku juga tak mempan ditotok...... tuk-tuk!" jari si nona
mental, kaget berteriak marah dan sekarang Hang Cin dapat menduga siapa kiranya
lawannya ini, puteri seorang tokoh Magada. Dan karena dia tak mau bertempur
sungguh-sungguh lagi dan cepat memasukkan pedangnya maka dengan tangan
telanjang Hang Cin menghadapi senjata di tangan gadis itu, menangkis dan menerima
bacokan dan ternyata Tiat-jin-kang atau Tubuh Besi mementalkan pedang si nona.
Gadis itu terkejut dan berseru marah. Hang Cin berani pula mencengkeram
pedangnya. Dan ketika gadis itu melengking tinggi dan membuang pedangnya ke
tanah tiba-tiba dia membentak dan keluarlah Pukulan Api menyambar Hang Cin.
"Hei...... bret!"
Hang Cin kaget. Pukulan Api itu menyambarnya tak diduga, mengenai bahunya
dan seketika baju pundaknya terbakar, hangus. Dan ketika Hang Cin bergulingan
menjauhkan diri dan pukulan itu kembali menyambar-nyambar maka Hang Cin
berteriak keras menyelamatkan diri, mampu menahan dengan sinkangnya namun
pakaiannya yang tak tahan, cepat berjungkir balik dan melayang turun belasan
tombak. Dan ketika gadis itu menghentikan serangannya karena melihat muka Hang
Cin yang pucat maka dia tertawa mengejek memandang pemuda itu.
"Kau menyerah? Kau masih mau memamerkan Tiat-jin-kangmu itu?"
"Tidak, eh, aku..... eh, kau puteri Yo-taijin atau Han-locianpwe, nona?
Bukankah itu tadi Hwee-liong Sin-kang?"
"Benar, aku puteri ayahku, orang she Hang. Masalah Yo-taijin atau Han
locianpwe silahkan kau tebak sendiri!"
"Kalau begitu kau.... kau puteri Han-locianpwe. Kau memiliki pula Soat-im
Sian-li-kun. Aih, jangan menyerang lagi, nona. Aku Hang Cin murid Hong Sin Lama
dari Tibet!" Hang Cin buru-buru menggoyang lengan, meloncat ke kiri dan saat itu
berkelebat bayangan seorang pemuda. Dan ketika Hang Cin terkejut dan menoleh ke
kanan maka gadis itu, yang bukan lain Han Li adanya berseru nyaring.
"Koko, aku menemukan pemuda kurang ajar di sini. Lihatlah, dia murid
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keponakan Hong Beng Lama!"
Pemuda itu, yang baru datang tiba-tiba mengerutkan kening. Dia juga terkejut
melihat kehadiran Hang Cin, mendengar kata-katanya yang terakhir dan cepat dia
memperhatikan. Dan ketika dua pemuda itu saling pandang dan masing-masing
tertegun dan saling memperhatikan maka Hangga, pemuda ini menegur Hang Cin.
"Kau siapa? Dari mana? Kenapa bertempur dengan adikku?"
"Maaf," Hang Cin menjura. "Aku Hang Cin, sobat, benar Hong Beng Lama
adalah paman guruku namun aku memusuhinya. Apakah kau Han-kongcu putera
Han-locianpwe yang gagah perkasa?"
"Benar, aku Hangga. Dia itu adikku, Han......"423
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Tak usah sebut!" Han Li memotong. "Aku tak ingin diperkenalkan, koko. Biar
saja dia itu tak usah mengenal namaku!"
"Hm," Hangga mengangguk. "Baiklah, moi-moi. Tapi ceritakan kenapa pemuda
ini bertempur denganmu."
"Dia sombong, mengajak bertanding!"
"Tidak," Hang Cin terkejut, menangkis. "Aku tidak bermaksud begitu, Han
kongcu. Adalah adikmu ini yang menyerangku dan tidak mau berhenti!"
"Benarkah?"
"Tentu saja!" Han Li mengomel. "Dia itu mengikuti ke mana aku pergi, koko.
Apakah orang macam begini harus tidak kuserang dan kulabrak?"
"Hm, apa maksudmu?" Hangga jadi tak senang. "Kenapa kau mengikuti adikku
dan membuatnya marah? Sebagai pemuda baik-baik tak seharusnya kau melakukan
itu, sobat. Apalagi Hong Sin Lama kukenal sebagai tokoh agung yang banyak
dihormati orang!"
"Maaf," Hang Cin kebingungan. "Aku...... aku mau menjelaskan
kesalahpahaman yang terjadi, Han-kongcu. Masalah, eh..... wanita muda itu!"
"Wanita muda apa? Siapa?"
Hang Cin terpaksa menjelaskan dengan muka merah. Setelah Hangga bertanya
dan masing-masing mengenal siapa lawan maka pemuda itu tak mau mendapat kesan
jelek. Hang Cin bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan Han Li, ketika gadis
itu datang dan sama-sama menolong wanita yang diserang harimau, mengira dia
adalah suami wanita muda itu dan tentu saja Hang Cin ingin menjelaskan, bahwa dia
bukanlah suami wanita itu dan mereka sebenarnya tak kenal-mengenal. Dia kebetulan
saja berada di hutan itu seperti halnya gadis itu yang mendengar jeritan si wanita
muda. Dan ketika Hangga mulai mengangguk-angguk dan tersenyum mendengar
semuanya maka meliriklah dia kepada adiknya, mendengar Hang Cin menutup
ceritanya.
"Begitulah, aku ingin menjelaskan bahwa aku bukan suami wanita itu, Han
kongcu. Bahwa aku masih bujang dan, eh.... belum beristeri!"
Hangga tertawa. Tiba-tiba dia mendengar dengus adiknya, maklum apa yang
terjadi dan tahulah dia bahwa sebenarnya pemuda ini jatuh cinta kepada adiknya,
tertarik dan tentu saja sebagai sama-sama pemuda dia tahu apa yang terjadi di hati
murid Hong Sin Lama ini, nama yang mulai menarik perhatian pemuda itu karena
Hangga tahu betapa saktinya Lama Tibet itu, dua tingkat di atas Hong Beng Lama
yang amat kosen. Kini tiba-tiba dia tertarik untuk mencoba adiknya. Dan ketika
pemuda itu selesai dan dia mengangguk-angguk maka dia memandang adiknya dan
berkata.
"Kalau begitu kau yang buru-buru marah, Han Li. Pemuda ini tak bermaksud
jelek karena baik-baik dia ingin menjelaskan persoalannya."
"Kau memperkenalkan diriku?" Han Li membanting kaki. "Pemuda ini pamer
kepandaiannya, koko. Sewaktu aku dihadang perampok pun dia ti ba-tiba berlagak
pahlawan dan meroboh-robohkan tikus-tikus busuk itu. Dia sombong dan sok, suruh424
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
dia tak usah mengikuti aku lagi atau aku akan menyerangnya habis-habisan!" Han Li
meloncat pergi, mendongkol pada kakaknya karena kakaknya tak marah. Dan begitu
dia terbang dan meninggalkan dua pemuda itu maka Hangga terkejut dan berkelebat
lenyap.
"Maaf, jangan ikuti lagi, sobat. Adikku tak suka dan biarlah lain kali kita
berkenalan lagi!"
Hang Cin kecewa. Tiba-tiba dengan hadirnya Hangga mendadak dia merasa
terhalang, tak dapat mendekati gadis itu lagi karena sang kakak ada di sana. Tapi
mengetahui siapa nama gadis itu tiba-tiba pemuda ini tersenyum. Hm, Han Li
namanya? Ah, dia tak dapat melupakan gadis itu. Entah kenapa tiba-tiba Hang Cin
merasa kagum dan jatuh cinta. Wajah cantik tapi juga lihai itu tak dapat dilupakannya
sedetik pun. Dan karena cinta telah membetot sukma pemuda ini dan Hang Cin tak
dapat menahan tiba-tiba pemuda itu berkelebat dan mengejar dua kakak beradik itu!
*
* *
"Han Li, tunggu. Kenapa kau ini? Kenapa marah-marah kepadaku pula? Hei,
tunggu, Li-moi. Aku telah mendengar kabar Tan-susiok!" Hangga mengejar adiknya
sambil berteriak, mengerahkan ilmu lari cepatnya dan kini pemuda itu meluncur
bagaikan iblis. Sekali berkelebat dan menyambar pundak adiknya Hangga telah
menghentikan lari adiknya itu. Dan ketika Han Li cemberut dan membentak
kakaknya maka gadis itu berkacak pinggang.
"Koko, apa maumu? Kau membela murid Hong Sin Lama itu. Kau tidak
membelaku sama sekali!"
"Eh, eh.... sabar, tunggu dulu, adikku. Biarlah persoalan murid Hong Sin Lama
itu kita lupakan dan kita bicara tentang Tan-susiok. Aku telah menemukan jejaknya.
Dia menghimpun dan menundukkan perampok-perampok di selatan dan menjadi
wakil dari Dewi Kelabang Hitam!"
Han Li tertegun.
"Dengar dulu," kakaknya menyambung. "Tan-susiok dikabarkan kalah oleh
Kelabang Hitam ini, Han Li. Dan katanya dia tunduk lahir batin!"
"Siapa itu Kelabang Hitam?"
"Aku tak tahu, kita akan ke sana."
"Hm, seorang wanita?"
"Katanya masih muda, adikku, dan cantik!"
Bibir itu tiba-tiba mencibir. "Kau tertarik?" ejeknya. "Kau mau mencari
Kelabang Hitam ini atau Tan-susiok, koko? Kau mau mengajak aku mencari keluarga
sendiri atau mau mencari jodoh?"
Hangga tertawa, semburat merah. "Masalah jodoh agaknya sama, adikku. Kau
pun sudah dewasa dan pantas mendapat jodoh. Kalau tidak salah barangkali pemuda
murid Hong Sin Lama itu justeru tertarik padamu!" tapi, melihat adiknya melotot dan425
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
mau marah tiba-tiba Hangga tertawa dan menggoyang lengan. "Sabar.... sabar dulu!"
serunya. "Aku main-main, adikku. Karena itu jangan mengejek aku kalau tak suka
diejek. Aku tidak bermaksud mencari Kelabang Hitam ini untuk berpacaran, aku
sungguh-sungguh mencari Tan-susiok dan jejaknya kebetulan kutemukan di sarang
Kelabang Hitam itu!"
"Di mana?"
"Di Rawa Maut. Katanya di situlah paman kita menemani Kelabang Hitam!"
"Hm, siapa Kelabang Hitam ini?"
"Mana kutahu? Tapi kita akan ke sana, Han Li. Dan kabarnya paman bersumpah
setia kepada Dewi Kelabang Hitam itu!"
"Aneh," gadis itu mengerutkan kening. "Memangnya siapa Kelabang Hitam itu,
koko? Bagaimana paman bisa tunduk luar dalam?"
"Sebaiknya kita selidiki, adikku. Dan kita ke Rawa Maut!"
"Nanti dulu!" sang adik menahan. "Kau bilang para perampok di selatan
ditundukkan paman, koko? Kalau begitu apakah perampok-perampok yang tadi
menghadang jalanku adalah anak buah paman?"
"Aku tak tahu," kakaknya menggeleng. "Dan aku juga baru dapat menemukan
jejak Tan-susiok ini. Giam-susiok, paman kita yang lain belum kutemukan jejaknya.
Apakah kau mengetahui di mana paman kita yang satu itu?"
"Tidak, aku belum menemukan siapa-siapa, koko. Baru tikus-tikus busuk di
tengah jalan itu dan murid Hong Sin Lama!" Han Li bersinar-sinar, gemas tapi
sebenarnya kagum oleh kepandaian pemuda itu. Kalau saja kakaknya tak muncul
barangkali dia akan menyerang lagi pemuda itu, betapapun pertandingan di antara
mereka belum tuntas. Tapi kakaknya yang mengerutkan kening dan tidak menduga
kalau Hang Cin telah bertemu dengan pamannya yang lain, Giam-taijin, lalu
menyendal tangan adiknya dan berkelebat ke Rawa Maut.
"Sudahlah, kalau begitu kita tak perlu berpencar lagi, Li-moi. Jejak Tan-susiok
sudah kutemukan dan sebaiknya paman kita yang satu ini kita dapatkan dulu!"
Han Li mengangguk. Disendal dan dibawa terbang begitu ternyata dia tak
menolak. Mereka dulu berpencar tapi kini bertemu lagi. Han Li dan kakaknya
memang mendapat ijin untuk keluar Magada, mendengar selesainya perang namun
dua paman mereka yang terakhir, Giam Lun dan Hong Lok tak kembali ke Magada.
Mereka mencari dan kebetulan kakaknya menemukan jejak paman mereka nomor
tiga, Hong Lok atau menteri Tan. Dan ketika dua kakak beradik itu mengerahkan
ilmu lari cepat mereka maka dari jauh, membayangi dengan hati-hati tampaklah
berkelebat bayangan Hang Cin.
Murid Hong Sin Lama ini tergila-gila kepada Han Li. Pertemuan singkat disusul
pertandingannya yang seru menghadapi puteri Handewa itu membuat Hang Cin tak
dapat tidur nyenyak. Dua hari pemuda ini mengikuti perjalanan kakak beradik itu dan
akhirnya sampailah mereka di propinsi Kwang-tung. Dan ketika Hang Cin maju
mundur untuk menemui gadis itu dan tak talu kemana kakak beradik itu mengarahkan
perjalanannya maka siang itu Han Li dan kakaknya tiba di sebuah hutan lebat.426
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hangga memberi isyarat pada pencetan di telapak tangan adiknya. Rawa Maut,
menurut keterangan tak jauh terletak di daerah itu, barangkali saja di dalam hutan ini,
melihat sosok-sosok tubuh yang berkelebatan dan Hangga menyuruh adiknya
waspada. Dan ketika benar saja mereka memasuki hutan itu sudah dibentak oleh
seorang laki-laki tinggi besar disusul berkelebatnya bayangan di kiri kanan maka
kakak beradik itu sudah dikepung oleh tak kurang dari tigapuluh perampok.
"Berhenti, kalian mau ke mana!"
Hangga berhenti. Dia batuk-batuk dan mau bersikap ramah, tapi adiknya yang
sudah mendahului dan membentak si tinggi besar itu ternyata bersikap keras dan
lantang.
"Heh, kami mau ke mana apa perdulimu, tikus sombong? Mau apa kalian
menghadang perjalanan kami? Minta mampus?"
Laki-laki itu terkejut. "Kalian siapa?"
"Aku Dewi Kelabang Hitam, mau ke Rawa Maut!"
Tiba-tiba tigapuluh orang itu ribut. Mereka berteriak dan berseru keras, masing
masing tampak marah dan gusar. Dan ketika si tinggi besar itu terkejut dan merah
mukanya tiba-tiba dia melompat maju dengan seruan nyaring. "Gadis liar, Dewi
Kelabang Hitam adalah pimpinan kami. Kau tak berhak menggunakan nama itu!
Siapa kau dan mau apa? Tidak tahukah bahwa Rawa Maut pantang dikunjungi orang
luar?"
"Hm," Hangga mendahului adiknya. "Kami mencari seseorang, sobat. Tan
taijin. Katanya ada di Rawa Maut bersama Kelabang Hitam. Bolehkah kami
menemui?"
Semua orang tiba-tiba kembali ribut. Mereka bicara satu sama lain namun laki
laki tinggi besar ini, pemimpinnya, segera mengangkat tangan. "Diam, kalian semua
diam!" lalu menghadapi kakak beradik itu laki-laki ini bertanya. "Kalian siapa
sebenarnya? Ada urusan apa mencari Tan-taijin atau pemimpin kami?"
"Cerewet, perlukah kalian tikus-tikus busuk ini mengetahui maksud kami?
Panggil keluar pemimpinmu itu, kecoa busuk, atau kami ke dalam dan kalian
minggir!" Han Li membentak, mendahului kakaknya dan gadis ini tampak tidak
sabar. Dia sudah mau bergerak tapi kakaknya menahan lengannya. Dan ketika si
tinggi besar itu mendelik dan marah oleh kata-kata ini maka dia mencabut goloknya.
"Kalian kutangkap, kalian mencurigakan!" namun Han Li yang melepaskan diri
dan tiba-tiba bergerak meninggalkan kakaknya tahu-tahu berkelebat dan menampar
laki-laki itu, cepat dan luar biasa dan Hangga pun tak dapat mencegah adiknya. Dan
ketika laki-laki itu berteriak tapi terbanting roboh maka Han Li berkelebatan dan
berturut-turut orang-orang itu dihajarnya, ditampar atau ditendang dan terdengarlah
jerit atau pekik kesakitan di sana-sini. Sekejap kemudian Han Li sudah berdiri lagi di
tempatnya semula, berkacak pingging. Dan ketika orang-orang itu terbelalak dan
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merintih-rintih maka si tinggi besar terkejut melihat .kelihaian gadis ini, kaget bukan
main.427
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Nah, sekarang kalian tahu rasa," Han Li membentak. "Panggil pemimpin kalian
atau bawa kami ke dalam, tikus busuk. Atau kalian kuhajar lagi dan tidak seorang
pun kuampuni!"
"Tan-taijin tak ada di sini...." seorang perampok tiba-tiba meratap. "Pemimpin
kami sedang pergi, nona. Harap kau percaya dan tidak menghajar kami lagi!"
"Hm, siapa percaya?" gadis itu melotot. "Kalau tidak kubuktikan sendiri jangan
harap mendapat ampun, tikus-tikus busuk. Aku mau ke sana dan biar kakakku
menunggu kalian di sini...... wut!" dan Han Li yang lenyap memasuki hutan tiba-tiba
membuat kakaknya terkejut karena tidak meminta pertimbangannya dulu, menyuruh
kakaknya itu menunggu orang-orang ini dan gadis itu sudah lenyap di dalam hutan.
Dan ketika Hangga tertegun namun tentu saja tak mau membiarkan adiknya sendiri
tiba-tiba pemuda itu berkelebat dan lanyap pula.
"Li-moi, tunggn....!"
Hangga mengejar. Kesembronoan adiknya yang memasuki hutan membuat dia
khawatir, di samping marah. Mereka tak tahu apa saja isi hutan itu dan tigapuluh
perampok tiba-tiba bangkit berdiri. Mereka terhuyung dan saling pandang, si tinggi
besar memberi isyarat dan tiba-tiba berkelebatanlah pula orang-orang itu ke dalam
hutan. Dan ketika tempat itu sepi lagi dan Hangga memanggil adiknya maka Han Li
sendiri sudah menerobos dan mencari Rawa Maut.
Gadis ini tak kenal takut. Kepandaiannya yang tinggi dan kepercayaan dirinya
yang besar membuat Han Li meremehkan sekitar. Maka begitu sebuah jerat tiba-tiba
mengenai kakinya dan gadis itu terpekik maka dia berjungkir balik dan tangannya
bergerak memapas tali jerat yang menjerat kakinya itu.
"Tas!"
Han Li memaki-maki. Kalau tidak memiliki kepandaian tinggi dan gerak refleks
yang cepat barangkali dia sudah akan tergantung di atas pohon, kaki di atas kepala di
bawah. Han Li marah dan bersikap lebih waspada. Dan ketika dia meneruskan larinya
dan berturut-turut tiga empat jebakan hampir membuatnya roboh maka gadis itu
berhati-hati dan tidak berani gegabah lagi.
"Keparat, hutan ini penuh perangkap!"
Gadis itu melotot. Kalau saja perampok-perampok itu ada di depannya tentu dia
sudah melempar dan membanting semuanya, dijerat dan kalau perlu ganti
digantungnya di atas pohon. Dua tali penjerat dibabatnya putus dengan bacokan
tangan kirinya. Dan ketika dia mencaci-maki dan akhirnya tiba di tengah hutan maka
tertegunlah gadis itu di depan sebuah rawa yang luas namun menyeramkan, berbuih
dan menggelutuk seolah sedang menelan atau menghisap sesuatu.
"Hei!" gadis itu melengking. "Aku datang menemuimu, Kelabang Hitam.
Keluarlah! Dan bebaskan pamanku Tan-taijin........!"
Tak ada jawaban. Han Li berteriak lagi namun gema suaranya memantul sendiri,
di seberang rawa itu dia melihat sebuah gubuk beratap ilalang, tak ada jalan kecuali
menyeberang. Sekelilingnya rawa melulu dan gadis ini enggan memutar, terlalu jauh.
Dan ketika dia mengerutkan kening dan jengkel tak mendapat jawaban tiba-tiba
sepotong papan meluncur di permukaan rawa, entah dari mana dan disusul sepotong428
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
lagi. Rawa beriak diterpa angin, Han Li meloncat dan berjungkir balik di atas papan
itu, maksudnya mau menggunakannya sebagai perahu. Tapi begitu dia menginjak
potongan papan ini dan melihat banyaknya lintah yang melekat di situ tiba-tiba gadis
ini menjerit dan ilmu meringankan tubuhnya hilang, lenyap oleh rasa kaget yang tiba
tiba itu.
"Hei..... byur!" Han Li terperosok, jatuh ke rawa dan gadis itu pucat berteriak
tertahan, coba berenang tapi dia terhisap lumpur. Dan karena Han Li tak mengetahui
bahwa rawa itu berisi lumpur penyedot maka begitu dia bergerak dan mengerahkan
tenaganya tiba-tiba gadis ini tenggelam dan kaget bukan main.
"Aiihhh......!"
Han Li panik. Tersedot dan tenggelam di lumpur penghisap memang sungguh
mengejutkan sekali, gadis ini berteriak dan memanggil kakaknya. Tapi karena
Hangga tak ada di situ dan Han Li berontak menjejak-jejakkan kakinya sekonyong
konyong dia tersedot dan sebentar kemudian sudah tinggal leher ke atas.
"Nona, tangkap ini!"
Han Li hampir menangis. Saat itu dia berteriak-teriak dan gugup sekali, semakin
kuat dia mengerahkan tenaga semakin terhisap tubuhnya ke bawah. Han Li memaki
dan menjerit-jerit. Maka ketika suara itu memanggilnya dan entah kapan Hang Cin
tahu-tahu berkelebat dan muncul melontarkan tali tiba-tiba tali itu telah menjerat dan
tepat sekali melingkari lehernya.
"Tangkap, jangan panik. Aku menolongmu!"
Han Li serasa mendapat rejeki dari langit. Gadis itu berseru panjang dan
menggerakkan tangannya, tali disambar dan pemuda itu pun menarik. Dan persis
gerakan ini membuat gadis itu amblas ke bawah namun Hang Cin membetot dan
menyendal maka Han Li keluar dari Rawa Maut dan berjungkir balik menyelamatkan
diri.
"Rrt!"
Han Li selamat. Ditarik dan disendal dari tengah rawa membuat gadis ini hilang
takutnya. Han Li tak ingat lagi akan kemarahannya pada pemuda itu, juga pesannya
agar Hang Cin tidak mengikuti dirinya lagi. Saat itu hanya kegirangan dan rasa
syukurnya yang meluap-luap. Tapi begitu dia selamat turun di tanah dan melihat
ratusan lintah melekat di tubuhnya yang kuyup tiba-tiba gadis itu menjerit dan
melolong-lolong.
"Aduh.... ooh.... hiii.....!"
Han Li berteriak-teriak. Rasa syukur dan gembiranya mendadak lenyap lagi,
terganti oleh rasa ngeri dan jijik. Dia tadi merasa heran kenapa tubuhnya gatal-gatal
dan geli, seolah ada benda yang merayap-rayap. Tapi begitu dia mengetahui apa
sebabnya dan kiranya ratusan lintah melekat di tubuh tiba-tiba Han Li menangis dan
tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, berteriak dan mencabut-cabuti lintah itu
namun yang sudah terlanjur ke dalam tak mungkin dicabutinya di situ. Ada Hang Cin
yang terbelalak memandangnya, kaget dan juga kasihan. Tapi begitu pemuda itu
sadar dan teringat adanya tempat yang baik tiba-tiba pemuda itu menyambar
lengannya dan dibawa meloncat ke kanan. Dan begitu Hang Cin membentak429
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
menyuruh dia mencebur di sebuah sendang kecil tiba-tiba Han Li telah terpelanting
dan jatuh ke tempat yang jernih ini.
"Byurr!"
Hang Cin membalik. Gadis itu telah panik membersihkan dirinya, cepat
menanggalkan semua pakaian dan Han Li menyumpah-nyumpah. Hang Cin yang
berkelebat menjauhinya membuat Han Li bebas tak malu-malu, telanjang dan sudah
mencabuti semua lintah yang melekat di tubuhnya. Dan ketika gadis itu menangis
tersedu-sedu dan mengenakan pakaiannya kembali maka kakaknya muncul.
"Ada apa? Kenapa?"
Han Li meloncat naik, pakaian dan rambutnya basah kuyup.
"Ada apa?" kakaknya bertanya lagi. "Kenapa tubuhmu dan rambutmu basah, Li
moi? Kau mandi?"
Gadis ini merah padam. "Mana dia?" Han Li tak menjawab kakaknya, tak
melihat Hang Cin. "Kau melihat pemuda itu?"
"Siapa?"
"Hang Cin!"
"Heh, murid Hong Sin Lama itu?"
"Benar, dia.... dia menolongku, koko. Aku tercebur di Rawa Maut dan tersedot.
Lumpurnya berbahaya dan nyaris aku tenggelam!"
"Ah!" sang kakak terbelalak. "Kau sembrono, Li-moi. Kau tak mau mendengar
kata-kataku! Lalu apa yang terjadi? Bagaimana dengan pemuda itu?"
"Dia datang, menolongku. Aku ditariknya dari dalam rawa tapi.... tapi ratusan
lintah melekat di tubuhku!"
"Jagad keparat! Jadi karena itu kau lalu mandi?"
"Bukan mandi, koko, tapi mencabuti lintah-lintah itu di sini. Hang Cin
membawaku ke sini dan sekarang dia pergi!" Han Li mendongkol, marah pada
kakaknya karena bukan kakaknya itu yang menolong. Dan ketika dia menegur dan
melotot menyatakan itu maka kakaknya terkejut.
"Kau yang meninggalkan aku, Li-moi. Kau yang tidak ba-bi-bu lalu masuk
sendirian saja. Jangan salahkan aku kalau tidak keburu menolongmu. Bukankah itu
hasil kesembronoanmu sendiri?"
"Bagus, ya? Kau tidak menghiburku malah selalu menyalahkan? Baik, ini semua
gara-gara Kelabang Hitam, koko. Kau yang membawaku ke mari dan sekarang
menyalah-nyalahkan aku. Kalau begitu biar kau cari sendiri dan aku pergi!" Han Li
melompat, meninggalkan kakaknya dan menangis keluar hutan. Sesungguhnya Han
Li kecewa kenapa Hang Cin tak muncul lagi, pemuda itu lenyap ketika melihat
bayangan kakaknya. Dan begitu Han Li marah-marah dan meloncat keluar hutan
maka Hangga sadar dan meloncat menyambar pundak adiknya itu.430
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hei, tunggu. Maafkan aku, Li-moi. Tunggu.....!" dan Hangga yang cepat
tertawa dan minta maaf tak menunggu adiknya sewot lagi. "Maaf, aku salah. Biarlah
tak kuulang lagi dan kau boleh hukum aku kalau suka. Kita ke sini untuk
menyelamatkan paman kita, Han Li. Sendirian saja tentu aku tak sanggup!" dan
berhasil membujuk serta meredakan kemarahan adiknya pemuda ini menyambung.
"Sekarang tunjukkan padaku di mana rawa itu, biar kita lihat dan kuselidiki."
Han Li cemberut. "Kau tak menyalah-nyalahkan aku lagi?"
"O-o, tidak. Aku khilaf, adikku sayang. Biarlah kau tampar mulutku kalau
berani menyalah-nyalahkan kau lagi. Hayo, tunjukkan padaku!"
Han Li berkelebat. Dengan sikap uring-uringan namun tersenyum juga dia
membawa kakaknya ini, geli karena kakaknya merayu. Begitu Iah biasanya mereka,
cepat bermusuhan tapi juga cepat damai. Dan ketika Hangga dibawa ke rawa itu dan
pemuda ini tertegun maka adiknya me-nunjuk,
"Lihat, barangkali Dewi Siluman Hitam itu ada di sana, di gubuk itu. Aku tadi
mau ke sana tapi keburu jatuh!"
"Bagaimana bisa jatuh?"
"Papan itu!" Han Li menunjuk, masih melihat ujung sebuah papan mendongak
di permukaan lumpur rawa. "Tadi aku mempergunakan itu, koko. Tapi amblas dan
jatuh ke rawa karena kaget melihat lintah-lintahnya!"
"Hm, begitukah? Kalau begitu coba kupotong bambu!" Hangga bergerak,
menyambar dan memotong beberapa bambu yang ada di situ. Lalu begitu dia
berjungkir balik dan kembali ke situ maka dia menyerahkan dua batang bambu
kepada adiknya. "Kau berani menyeberang lagi? Kita gunakan ini ke sana, Li-moi.
Atau biar aku ke sana dan kau menjaga di sini."
"Aku tidak takut," gadis itu mendongkol. "Aku juga belum ke sana, koko. Hayo
kita berlomba dan lihat siapa yang lebih dulu.... wut!" Han Li berkelebat, melempar
sepotoag bambu dan dia sudah berjungkir balik di sini, mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya. Tentu saja tak kaget lagi pada lintah karena bambu itu masih
baru, kakaknya yang mengambil. Dan ketika dia menjengek dan menantang
kakaknya untuk berlomba maka Hangga tersenyum dan tertawa mengikuti adiknya,
berjungkir balik dan melempar pula potongan bambu. Hangga membawa dua bambu
lain untuk berjaga-jaga, di ketiaknya. Dan ketika pemuda itu berseru keras menerima
tantangan adiknya maka Han Li mendahului dan menggerakkan tangannya mengayuh
ke depan, bambu meluncur dan cepat serta ringan gadis itu berjalan di permukaan
rawa. Hangga menyusul dan dua kakak beradik itu berlomba. Dan karena mereka
sama-sama mengerahkan kepandaian dan cepat serta luar biasa mereka dahulu
mendahului maka sekejap kemudian dua kakak beradik itu sudah tiba di seberang
rawa, di depan gubuk ilalang itu.
"Aku dulu.....!"
"Tidak, aku dulu!"
Masing-masing berjungkir balik. Tidak menunggu rapat Han Li maupun
kakaknya sama-sama meloncat, mereka tak mau kalah namun Hangga lebih dulu431
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
menginjak tanah. Dan ketika pemuda itu tertawa dan adiknya cemberut maka Han Li
berkelebat langsung memasuki gubuk itu.
"Hei, hati-hati!" sang kakak kaget, kembali menegur namun untung tak terjadi
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa-apa. Adiknya telah memasuki gubuk itu dan benar saja tempat ini kosong. Han Li
berkelebat keluar dan mengomel, Hangga tertegun. Dan ketika mereka mau kembali
namun terdengar ramai-ramai di seberang ternyata tigapuluh perampok itu
menggebah binatang-binatang berkulit keras.
"Buaya!"
Hangga mengerutkan kening. Belasan ekor buaya, yang digebah dan diusir
perampok-perampok itu kini memasuki rawa, menyelam dan berenanglah mereka ke
tempat Han Li. Semuanya tak kurang dari empatbelas ekor dan Han Li terkejut. Di
belakang mereka hutan bambu. Tapi baru mereka menoleh ke tempat ini tiba-tiba
terdengar suara mendesis-desis dan ratusan ular merayap dari rumpun bambu itu,
diiring sebuah suling yang tiba-tiba melengking tinggi readah. Dan begitu Han Li dan
kakaknya melotot marah muncullah si peniup suling yang ternyata seorang kakek
tinggi kurus.
"Ha-ha, selamat datang, anak-anak. Masuklah kembali ke gubuk kalau tak ingin
celaka!"
Han Li membentak. Empatbelas ekor buaya sudah tiba di tengah, mereka
sebentar lagi mendekati gubuk dan gadis itu bersiap. Ada dua pilihan bagi mereka,
menghadapi buaya-buaya itu atau ular-ular di belakang. Dan ketika kakaknya
menggeram dan Han Li bertanya mana yang akan dihadapi maka kakaknya menunjuk
belakang, tiba-tiba membuat obor.
"Laki-laki itu berbahaya, sebaiknya kita serang dia dan pergunakan obor ini!"
Hangga melempar obor, kebetulan dua buah bambu dibawanya dan dengan benda itu
dia dapat membuat obor. Dan ketika Hangga membalik dan berkelebat memutar tiba
tiba pemuda ini sudah menghadapi ratusan ular dengan obor di tangannya itu,
mengayun-ayunnya kiri kanan dan segera ular-ular itu terkejut. Mereka tiba-tiba
berhamburan dan lari ke sana-sini, mendesis-desis ketakutan. Dan ketika suling
berhenti dan Han Li juga berkelebat maka gadis itu mendahului dan menghantam
kakek tinggi kurus ini.
"Keparat kau, kakek siluman. Kuhajar kau...... dess!" kakek itu menangkis,
roboh terpelanting dan barisan ularnya panik. Hangga menyerang ular-ular ini agar
adiknya mampu mendekati si kakek tinggi kurus. Dan ketika kakek itu berteriak dan
cepat bergulingan menjauh maka Han Li mengejar dan berturut-turut melancarkan
pukulan atau tamparan, ditangkis tapi kakek itu lagi-lagi terlempar. Dia adalah si
manusia ular Coa-jin, pawang ular yang baru-baru ini ditundukkan menteri Hong Lok
dan menjaga di situ, selain tigapuluh perampok yang menjaga bagian hutan di muka,
jadi kakek itu di belakang. Dan ketika Coa-jin terlempar dan kembali menjerit oleh
pukulan Han Li yang panas maka buru-buru kakek itu meniup sulingnya untuk
melindungi dirinya sekaligus menyerang gadis itu.
"Hayo, serang dia, anak-anak. Serang...!"
Ular-ular itu tertegun. Mereka menyerang lagi namun Hangga menggerakkan
obornya, suling ditiup semakin melengking dan ular-ular itu pun kalang-kabut.432
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Mereka bingung karena mana yang harus dituruti, suara suling ataukah gerakan obor,
yang membahayakan mereka. Dan ketika mereka berlarian sana-sini dan ada yang
ketakutan namun ada juga yang menyerang maka Hangga berteriak agar adiknya
merampas suling di tangan kakek itu.
"Robohkan dia, rampas sulingnya!"
Han Li mengangguk. Si kakek terkejut ketika gadis itu berkelebat ke arahnya,
melepas sebuah pukulan lagi dan apa boleh buat dia menghentikan tiupan sulingnya,
mencabut dari mulutnya dan mempergunakan senjata ini untuk menangkis, tentu saja
hati-hati karena lawan telah berniat untuk merampas sulingnya. Tapi ketika suling
bertemu tamparan dan Han Li gemas mengerahkan tenga tiba-tiba suling malah
hancur dihajar gadis itu.
"Krakk!"
Kakek ini berteriak kaget. Han Li, yang gemas dan marah pada tiupan sulingnya
sudah mengejar kakek itu. Coa-jin bergulingan melempar tubuh di tengah-tengah
barisan ularnya, cerdik. Dan ketika kakek itu berteriak-teriak dan Han Li tentu saja
jijik menghadapi binatang melata itu maka kakek ini mencabut sulingnya yang baru
dan menyuruh anak-anak buahnya menyerbu.
"Serang gadis itu! Gigit dia!"
Han Li terkejut. Si kakek yang mempunyai suling cadangan sungguh tak diduga,
dia melotot dan marah juga. Dan ketika dia memaki dan kakek itu tertawa bergelak
tiba-tiba kakek ini menyambar-nyambar ularnya dan belasan atau puluhan ular
dilempar ke Han Li untuk menggigit!
"Aih, keparat.....!" Han Li berjungkir balik, diserang ular-ular dari bawah dan
kakek itu terus melempar-lempar ularnya. Sekarang dari bawah dan atas gadis ini
diserang, tentu saja Han Li panik. Dan karena ular sama-sama menjijikkan baginya
seperti halnya lintah atau tikus maka seekor di antaranya akhirnya melingkar dan
menjadi gelang di kakinya.
"Koko, tolong...."
Hangga terkejut. Pemuda ini tahu kengerian adiknya, melihat adiknya
berkelebatan namun kakinya dililiti ular, kecil namun mungkin berbahaya. Dan
karena saat itu adiknya sedang menghindari semua lemparan ular dan kaget serta jijik
maka cepat sekali ular di kakinya itu menggigat.
"Aduh!"
Hangga berkelebat. Adiknya menggerakkan tangan ke bawah dan ular itu pun
hancur. Rasa marah akhirnya mengalahkan rasa jijik, Han Li meremas hancur ular di
kakinya itu dan membentak lawan. Tapi ketika gadis itu berdiri lagi dan mau
menyerang Coa-jin tiba-tiba kepalanya berputar dan gadis itu pun terhuyung,
mengetuh dan Hangga sudah berkelebat menolong adiknya. Puluhan ular yang
dilempar Coa-jin dikibas runtuh, sepasang obor di tangannya dilempar ke barisan
ular-ular itu dan rumput kering pun terbakar. Dan ketika ular-ular menjadi panik
karena mereka diserang api maka Hangga menyambar adiknya berkelebat ke arah
lawan.433
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Robohlah!"
Hangga marah sekali. Adiknya sudah roboh dan pingsan, Hangga tahu itulah
akibat racun, adiknya diserang ular beracun dan ketidak-pengalaman mereka
membuat mereka mudah dipecundangi lawan. Maka begitu dia membentak dan
menyerang kakek ini maka Coa-jin terkejut ketika pemuda itu terbang menyambar,
menampar tengkuknya dan anak buah kakek itu sudah menyingkir semua. Ratusan
ular yang ada di situ ketakutan oleh api yang cepat menyebar luas, Hangga telah
bertindak tepat dengan lemparan obornya tadi. Dan karena ular-ularnya panik dan
mau tak mau kakek itu menghadapi lawannya sendirian maka Coa-jin menangkis tapi
terlempar olah pukulan pemuda ini, dikejar dan menangkis lagi tapi kakek itu
terbanting. Coa-jin menjerit-jerit dan saat itu barisan buaya muncul. Mereka memiliki
pawang dan dari seberang rawa laki-laki tinggi besar mengeluarkan suara aneh
mengendalikan binatang-binatang ini, kiranya dia adalah pawang buaya. Dan ketika
kakek itu terguling-guling dan jatuh bangun menerima serangan Hangga maka dia
melompat melarikan diri di balik buaya-buaya itu, tak takut dan anehnya binatang
binatang berkulit keras ini tak menyerangnya. Mereka bergerak cepat dan sudah
menyerang Hangga, mulut dibuka lebar-lebar, siap mencaplok. Dan ketika Hangga
tertegun dan tentu saja mengelak serangan seekor buaya maka kakek itu tertawa
terkekeh-kekeh dan sudah melompat di punggung buaya yang terdekat.
Heh-heh, serang, anak-anak. Bunuh pemuda itu!"
Hangga geram. Buaya yang menyerang di tendang, mencelat dan terlempar. Dan
ketika buaya yang lain terkejut dan menerkamnya tiba-tiba dia berjungkir balik dan
menyerang kakek itu dari atas.
"Dess!"
Coa-jin terlempar. Kakek itu menjerit dan celaka sekali jatuh di rawa, tersedot
dan meronta-ronta di lumpur maut. Dan ketika kakek itu melolong dan Hangga harus
menendang atau menampar buaya-buaya lain maka tigapuluh perampok sudah
meluncurkan perahunya menolong kakek ini, melontar sebuah tali dan Coa-jin
menyumpah serapah. Pakaiannya basah kuyup dan penuh lintah, sama seperti Han Li.
Kakek itu sudah ditolong dan kini mereka menyerang Hangga, terhadap pemuda ini
mereka belum merasakan kelihaiannya. Dan ketika dari rawa mereka melepas tombak
atau panah-panah beracun maka Hangga menjadi sibuk dan marah, berjungkir balik di
udara dan sekali lagi dia membentak orang-orang itu. Sambil memanggul adiknya
pemuda ini mengibaskan lengan ke kiri kanan, menangkis dan memukul runtuh
semua senjata-senjata itu. Dan ketika dia melayang turun dan jatuh di perahu seorang
di antara perampok tiba-tiba Hangga menggerakkan kakinya dan lima orang
terlempar di rawa maut.
"Hei..... bress!"
Teman-temannya terkejut. Lima orang itu sudah berteriak dan menjerit-jerit tak
keruan, tubuh mereka disedot dan cepat yang lain menolong. Tapi ketika Hangga
menggerakkan kakinya lagi dan tujuh orang kembali terlempar maka orang-orang itu
pun menjauh dan Hangga sudah mendekati Coa-jin, kakek yang terbelalak di perahu
paling ujung, mau melarikan diri. Dan begitu Hangga membentak di sini dan turun
dengan muka merah maka pemuda itu mencengkeram tengkuk si kakek, dikelit tapi
kaki Hangga yang lain bergerak. Tak ayal kakek itu terpelanting dan hampir jatuh ke434
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
rawa, Hangga berkelebat dan telah menotok kakek itu. Dan ketika kakek itu
mengeluh dan roboh terkulai maka Hangga membentak kakek ini menyuruh
memberikan obat penawar, untuk adiknya, tak perduli pada tigapuluh perampok lain
yang sudah menyingkir dan menolong teman-temannya yang terlempar.
"Hayo obati adikku, atau kau kubunuh!"
"Ampun...... tobat!" kakek itu meratap. "Lepaskan aku, anak muda. Aku.... aku
tak memiliki obat penawar!"
"Bohong, kau mencelakai adikku, setan tua. Hayo obati dia atau kau kusiksa!"
Hangga menotok, memencet jalan darah di punggung dan segera Coa-jin berteriak.
Punggungnya tiba-tiba serasa digigiti ribuan semut api, tak tahan kakek itu. Dan
ketika dia berteriak-teriak dan minta ampun maka Hangga membebaskan totokannya
tapi dua ekor buaya menyerang perahunya, muncul di permukaan air dan perahu
terguncang. Hangga kaget dan menoleh, melihat dua binatang buas itu menggigit
pinggiran perahu dan mau menerkam dirinya. Dan karena dia marah dan gusar serta
cemas tiba-tiba Hangga meremas hancur sebuah dayung dan dengan serpihan besi
bercampur kayu ini dia menyambit kepala dua ekor buaya itu.
"Nguk!"
Dua ekor buaya itu mengeluarkan suara aneh. Serpihan kayu yang seperti jarum
menembus di kulit kepala mereka yang keras, amblas dan langsung ke otak. Dan
begitu dua binatang itu mengelepar dan terguling tiba-tiba mereka telah tewas dan
Coa-jin si manusia ular terbelalak.
"Nah, aku dapat membunuhmu seperti itu. Cepat sembuhkan adikku atau kau
menerima hukuman!"
"Tidak... tidak...! Tunggu dulu, kongcu. Tunggu! Aku dapat menolong
adikmu...!" tapi duabelas buaya yang lain yang tiba-tiba menyelam dan menghampiri
perahu Hangga muncul lagi di permukaan, menyerang dan membuka lebar-lebar
mulut mereka yang panjang. Hangga membentak dan kembali menggerakkan
tangannya, berturut-turut serpihan kayu menyambar buaya-buaya itu. Dan ketika
mereka menggelepar dan kaget oleh serangan itu maka duabelas buaya tiba-tiba
menyingkir dan Coa-jin ketakutan.
"Nah, cepat berikan obat penawar. Atau kau kubunuh!"
"Tidak.... jangan!" kakek ini cepat merogoh kantong. "Berikan ini pada adikmu,
kongcu. Minumkan bersama air!"
Hangga menyambar. Dia tak sabar menerima obat itu, bingung karena air rawa
kotor. Maka membentak menyuruh kakek itu menepi dia sudah menanyai kakek ini di
mana Kelabang Hitam dan pamannya, dijawab bahwa dua orang itu ke kota raja dan
Hangga tertegun. Coa-jin terbata-bata dan kakek itu pucat, perahu didayung dan cepat
mereka menepi. Dan ketika Hangga menendang kakek itu dan terbanting bergulingan
maka Hangga berkelebat dan lenyap mencari air. Tigapuluh perampok yang lain tak
kelihatan dan kakek ular itu sudah melarikan diri. Dan ketika Hangga membawa
adiknya ke tempat yang enak dan keluar hutan maka pemuda ini mengobati adiknya
namun gagal. Tertipu karena obat yang diberikan ternyata hanya tepung gandum!435
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
? O ?
"Keparat, jahanam kau, kakek siluman. Penipu!"
Hangga marah-marah, baru mendusin bahwa Coa-jin menipunya. Obat yang
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikira obat itu ternyata bukan obat, adiknya masih pingsan dan kini kuliht adiknya
mulai kebiruan. Dan ketika pemuda itu cemas dan gelisah maka berkelebatlah sebuah
bayangan dan Hang Cin muncul di situ.
"Maaf, aku mengganggu, kongcu. Tapi barangkali aku dapat membantumu."
Hangga tertegun.
"Adikmu keracunan, bukan?"
Hangga mengangguk.
"Jangan khawatir, aku dapat menolongnya, kongcu. Kalau saja kau percaya."
Hang Cin meminta ijin, mengeluarkan sebungkus obat dan Hangga sudah
mengangguk. Tanpa banyak bicara lagi murid Hong Sin Lama itu berlutut,
mengambil dan menyuruh Hangga membuka mulut adiknya. Dan ketika obat itu
diminumkan dan Hangga diminta mengerahkan sinkang di pundak adiknya maka tak
lama kemudian kulit kebiruan itu sudah lenyap dan muka pucat itu berobah kemerah
merahan.
"Benar, ini obat yang asli," Hang Cin berseri, tertawa. "Coa-jin menipumu,
kongcu. Karena itu lain kali harap jangan percaya begitu saja kepada orang lain."
"Kau bertemu kakek keparat itu?"
"Ya, dan sekarang dia kutangkap, kongcu. Kuikat di rumpun bambu. Aku
melihat gerak-geriknya yang mencurigakan ketika melarikan diri."
"Ah, mana kakek keparat itu?"
"Sebentar, akan kuambil!" dan Hang Cin vang berkelebat lenyap dan datang lagi
membawa yang itu akhirnya disambut Hangga yang kontan meloncat bangun dan
menyambar, mau menyerang tapi Hang Cin melindungi. Pemuda itu mengelak dan
selamatlah kakek ini dari tamparan Hangga. Dan ketika Hangga tertegun dan
bertanya kenapa pemuda itu melindungi kakek itu maka Hang Cin berkata, "Maaf,
aku berjanji padanya untuk melindunginya kalau adikmu sembuh, kongcu. Tapi akan
menghajarnya kalau dia menipu untuk kedua kali. Lihat, adikmu mulai bergerak!"
Benar saja, Han Li bergerak dan mulai siuman. Hang Cin gembira dan Hangga
pun girang. Obat yang diberikan ternyata betul dan tentu saja pemuda itu tak jadi
menyerang. Dan ketika Hangga bergerak dan menolong adiknya maka Han Li
mengeluh tak melihat Hang Cin.
"Di mana kita? Kenapa aku di sini?"
"Ah, kau digigit ular beracun, Li-moi. Pingsan dan aku membawamu ke sini."
"Benar," Han Li tiba-tiba teringat. "Mana kakek itu, koko? Bukankah dia yang
mencelakai aku?"436
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Dia di sana....!" namun Hangga yang tertegun tak melihat Hang Cin maupun
kakek, itu tiba-tiba terhenyak dan menurunkan jarinya, tadi menuding namun dua
orang itu lenyap. Entah kenapa Hang Cin agaknya ragu-ragu menghadapi Han Li,
masih takut kalau gadis itu marah-marah kepadanya dan karena itu lebih baik
menyingkir, membawa Coa-jin dan Han Li mengerutkan kening. Dia tak tahu siapa
yang dimaksud kakaknya ini. Tapi begitu kakaknya berkelebat dan dia meloncat
bangun maka Hangga kembali dan berseru. "Dia tak ada.....!"
"Dia siapa?" Han Li tertegun. "Kau seperti orang bingung, koko. Aku jadi ikut
bingung!"
"Ah, pemuda itu. Murid Hong Sin Lama!"
"Hang Cin?"
"Ya, dia, Li-moi, dan kakek ular itu, Coa-jin!"
Han Li terkejut. Mendengar kakaknya menyebut Hang Cin tiba-tiba gadis ini
tercekat, memandang dan segera kakaknya menceritakan. Dan ketika Hangga
memberi tahu bahwa pemuda itulah yang mendapat obat penawar dan Coa-jin
menipunya dengan memberi obat palsu maka gadis itu terhenyak kemerah-merahan.
"Hang Cin menolongmu untuk kedua kali, pemuda itu aneh!"
"Hm!" Han Li terbelalak tak dapat bicara. "Dan sekarang dia pergi, koko? Tak
ada di luar?" pertanyaan itu lirih.
"Tidak, entah ke mana, Li-moi. Dan aku menyesal belum mengucapkan terima
kasih padanya!" Hangga berkelebat lagi, mencari-cari namun gagal. Hang Cin tak ada
di situ lagi dan pemuda ini kecewa. Dan ketika dia kembali dan adiknya berkelebat
maka Hangga memberi tahu bahwa di situ tak ada siapa-siapa lagi. "Hang Cin
rupanya masih takut ancamanmu, dia tak berani muncul. Bagaimana kalau kita ke
kota raja, Li-moi? Kelabang Hitam dan paman katanya ke sana, kita mengejar!"
Han Li termangu-mangu.
"Eh, bagaimana pendapatmu?" gadis ini terkejut. "Kelabang Hitam tak ada di
sini, Li-moi. Katanya ke kota raja!"
"Mau apa dia di sana?" Han Li berhasil menguasai diri, tergetar oleh dua kali
pertolongan Hang Cin. "Dan apakah kita juga mau mengejar Kelabang Hitam?"
"Tentu, paman kita bersamanya, Li-moi. Kita terutama berusaha
mengembalikan paman kita itu, Tan-susiok dikabarkan seperti orang linglung!"
"Hm, kalau begitu terserah kau, koko. Aku tinggal mengikuti."
"Kalau begitu kita berangkat, mari.....!" dan Hangga yang sudah menyendal dan
menarik adiknya tiba-tiba berkelebat dan memanggil Hang Cin, berteriak mengucap
terima kasih dan minta agar pemuda itu muncul, tak ada dan terbanglah pemuda itu
meninggalkan hutan. Dan ketika adiknya mulai termangu-mangu dan beberapa kali
Han Li tampak melamun maka Hangga berseru menggoda. "Eh, jangan meleng, Li
moi. Hang Cin masih takut kepadamu!"437
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hm," wajah cantik itu semburat. "Aku tak memikirkan dirinya, koko. Aku
memikir Tan-susiok!"
"Ha-ha, begitukah? Siapa tahu? Eh, jangan mencubit, Li-moi. Aduh....!" Hangga
berteriak, ejekannya disambut cubitan gemas dan Han Li menampar kakaknya. Dan
ketika kakaknya mengelak dan gadis itu marah maka dia mengancam untuk tidak
mau bersama kakaknya lagi.
"Wah-wah, jangan!" kakaknya berseru. "Aku hanya main-main, Li-moi.
Sudahlah kita tak usah bergurau lagi dan mari terbang!" dua kakak beradik itu
mengerahkan ilmu lari cepat, terbang ke kota raja dan terpaksa mereka kembali ke
utara. Kalau tahu begini barangkali mereka tak usah ke selatan. Dan ketika siang itu
juga mereka meninggalkan Rawa Maut dan Han Li berkelebat bersama kakaknya
maka dua orang muda itu tiba di kota raja tepat ketika matahari terbenam, enam jam
melakukan perjalanan dan Hangga bermaksud mengendorkan larinya untuk
beristirahat. Betapapun mereka cukup lelah dan gerbang kota raja sudah tampak dari
kejauhan. Tapi ketika berkelebat beberapa sosok tubuh dari dalam pintu gerbang dan
tiga bayangan meluncur cepat tiba-tiba terdengar bentakan dan makian nyaring.
"Hei, berhenti, Kelabang Hitam. Kembalikan putera kaisar!"
Hangga terkejut. Di belakang tiga bayangan muncul bayangan-bayangan lain,
panglima atau perwira yang berteriak memaki dan bayangan di depan, seorang gadis
yang terkekeh-kekeh dan seorang laki-laki yang terbahak sambil menenggak arak.
Gadis itu membawa seorang anak laki-laki dan berkelebat meninggalkan lawannya,
seorang laki-laki gagah yang segera dikenal sebagai Hu-taijin. Dan ketika Hangga
mendelong dan kaget serta tertegun maka dua bayangan di depan, gadis dan laki-laki
setengah baya yang menenggak arak itu sudah tiba di depan mereka.
"Hei..... Tan-susiok!" Han Li berteriak lebih dulu, mengenal pamannya yang
kini bercambang, lebat, tadi sukar dikenali tapi akhirnya gadis itu tahu, setelah
memperhatikan dengan seksama. Dan ketika kakaknya juga terkejut dan mengenali
siapa laki-laki setengah baya itu maka Hangga berkelebat dan adiknya juga
menghadang.
"Paman, berhenti...!"
Laki-laki itu, yang bukan lain Hong Lok adanya tertegun. Dia berlari di samping
gadis cantik yang membawa bocah laki-laki itu, tertawa-tawa sambil menenggak
arak. Menteri ini memang sekarang doyan minuman keras, setelah kekecewaan dan
kemarahannya terhadap Giam-taijin, sutenya. Dan ketika dia berhenti dan otomatis
menghentikan minumnya maka dia terkejut melihat dua muda-mudi itu.
"Paman, kami mencari-carimu. Ini kami, Han Li dan Hangga!"
Namun gadis di samping orang tua itu tiba-tiba membentak. Menteri Hong Lok
disambar dan disuruh lari lagi, bayangan ketiga sudah mendekati mereka dan
Kelabang Hitam menghardik menteri ini agar tidak berhenti. Dan ketika menteri itu
sadar dan tertawa bergelak tiba-tiba dia menenggak araknya lagi dan berlari di
samping gadis cantik itu, yang bukan lain Kiok Lan adanya.
"Ha-ha, aku tak mengenal kalian, anak-anak muda. Pergilah!"438
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Han Li dan kakaknya tertegun. Mereka tak menyangka sambutan paman mereka
itu demikian rupa adanya, Han Li didorong dan orang tua itu berkelebat pergi. Dan
ketika dua orang itu berlari lagi dan mereka tancap gas untuk menjauhi taijin maka
menteri she Hu ganti berkelebat di depan mereka dan membentak Kelabang Hitam,
perduli pada dua muda-mudi itu.
"Hei, berhenti, Kelabang Hitam. Berhenti! Jangan bersikap pengecut!"
"Hi-hik!" gadis di depan. Kelabang Hitam terkekeh mengejek. "Aku tak mau
berhenti kalau bocah ini belum menangis, Hu-taijin. Dan lagi untuk apa aku berhenti?
Kau bukan lawanku, pergilah!"
"Keparat, itu putera kaisar, Kelabang Hitam. Aku akan mengejarmu kalau anak
itu tidak kau kembalikan. Atau aku mati untuk melaksanakan tugasku... wir!" sebutir
batu hitam disambitkan ke depan, menyambar punggung lawan namun Kelabang
Hitam mengelak, punggungnya seolah bermata. Dan ketika menteri itu membentak
lagi dan dua batu hitam berturut-turut menyambar cepat maka Kelabang Hitam
menggerakkan tangannya ke belakang dan batu hitam itu hancur.
"Plak!" Kelabang Hitam menyampok. "Jangan macam-macam, Hu-taijin. Anak
ini tidak kubunuh melainkan kupinjam. Kau kembalilah dan katakan pada kaisar
bahwa anaknya kupinjam!"
"Keparat, kau menculik, Kelabang Hitam. Aku akan membunuhmu.... wut!" dan
menteri Hu yang berjungkir balik mengejar lawan tiba-tiba melancarkan pukulan
jarak jauh, menghantam lawannya itu dan Kelabang Hitam gusar. Gadis ini berhenti
dan membalik. Dan begitu dia, membentak mengayunkan tangan kirinya maka
pukulan itu ditangkis dan Hu-taijin terpental.
"Dess!"
Menteri itu berjungkir balik. Hu-taijin berseru keras menjaga keseimbangan
tubuhnya, dan begitu dia melayang turun tiba-tiba dia sudah melancarkan pukulannya
kembali, tidak menjauh melainkan mendekat. Kelabang Hitam marah dan menyuruh
Hong Lok, pembantunya menangkis. Dan ketika Hong Lok terkekeh dan
mengebutkan lengan bajunya maka dua orang menteri itu mengerahkan sinkang
namun Hong Lok tergetar.
"Dess!" nyata Hu-taijin masih lebih kuat. Memang menteri Hu ini amat kosen
dan hanya terhadap Hwee-liong Sin-kang dia kalah. Pukulan Naga Api itu tak
dipunyai menteri Hong Lok dan tentu saja dia maju kembali. Dan ketika Hu-taijin
membentak dan Soat-kong-jiu atau Pukulan Sinar Salju menghantam dan menyambar
lawannya maka Hong Lok terpental dan kali ini terpelanting.
"Des-dess!"
Kiok Lan marah. Pembantunya itu kewalahan dan Hu-taijin sudah menyerang
bertubi-tubi. Cepat dan kuat menteri itu mendesak dan menekan lawannya. Dan
karena Hong Lok terus mundur-mundur sementara Hu-taijin merangsek dan penuh
semangat maka sebuah pukulan di pundak akhirnya membuat Hong Lok terbanting,
mengeluh dan Hangga serta adiknya berkelebat datang. Hong Lok tampak tak tenang
dan bangkit terhuyung, menggelogok araknya dan pukulan Hu-taijin, kembali439
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
menyambar. Tapi ketika Hong Lok tertawa dan mengegos setengah hati maka
Hangga berkelebat dan menangkis pukulan ini.
"Jangan desak pamanku. Pergilah. Hu-taijin, atau kami terpaksa mencampuri....
plak!" dan tamparan Hangga yang menangkis pukulan Hu-taijin tiba-tiba membuat
menteri itu terbelalak dan terdorong mundur, kaget karena tadi dia tak memandang
sebelah mata dua muda-mudi ini. Hangga maju dan menolong pamannya. Tapi ketika
pemuda itu mendekat dan Hong Lok terkekeh-kekeh mendadak Kelabang Hitam
sudah menyambar dan menarik pembantunya ini.
"Jangan menenggak arak saja. Pergi dan buang botol arakmu, Tan-taijin. Atau
aku akan menghajarmu dan tidak memperbolehkanmu minum arak lagi!"
Hong Lok ha-hah-he-heh. Disambar dan di tarik seperti itu dia mandah saja,
menurut dan Kelabang Hitam sudah membawanya pergi, melesat dan menjauhi
menteri Hu maupun Hangga, yang melongo dan bengong melihat kejadian itu. Tapi
begitu sadar dan tidak merelakan pamannya dibawa pergi tiba-tiba Hangga mengejar,
berkelebat.
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Paman, tunggu!"
Kelabang Hitam mendengus. Hu-taijin juga tiba-tiba mengejar dan memaki
mereka, panglima dan perwira yang ada di belakang tiba-tiba juga sudah menyusul.
Dan ketika Hu-taijin maupun Hangga melayang dan berjungkir balik di atas kepala
mareka tiba-tiba Hu-taijin menyerang Kelabang Hitam sementara Hangga
mencengkeram pundak pamannya.
"Paman, berhenti!"
"Kelabang Hitam, serahkan putera kaisar!"
Kiok Lan marah. Diserang dan dihantam menteri itu tiba-tiba dia mendorongkan
lengan, Hwee-liong Sin-kang menyambar dan menjeritlah menteri itu. Dan ketika
Hu-taijin terguling-guling dan Hangga tertegun maka pamannya juga menyampok
dan menyuruh dia pergi.
"Heh-heh, pergilah, anak muda. Aku tak mengenal dirimu.... plak!" Hangga
terhuyung, setengah hati mengerahkan tenaga karena dia melihat pukulan Hwee-liong
Sin-kang yang dilancarkan Kelabang Hitam itu. Pemuda ini tertegun dan mendelong,
tapi ketika adiknya berkelebat dan berteriak nyaring tiba-tiba Han Li telah menyerang
dan menghantam Kiok Lan.
"Ini gadis yang mencuri ilmu kita, kanda. Bekuk dan tangkap dia.... dess!"
tamparan Han Li mendarat di pundak, terpental dan gadis itu terkejut. Kiok Lan
menjengek dan balas melakukan tamparan pula. Dan ketika Han Li tertampar dan
gadis itu terpelanting maka Hangga terkejut berseru tertahan.
"Eh, itu Tamparan Naga Api!"
"Benar," adiknya terguling-guling meloncat bangun. "Gadis ini yang mencari
cari Bun Hwi, Hang-ko. Dan siluman ini pula yang menjadi musuh Mei Hong!"
"Apa? Dia ini?"440
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ya, dan dia rupanya menguasal paman kita pula. Hayo, terjang dan serang
dia....!" dan Han Li yang bangun berteriak marah tiba-tiba menerjang dan melepas
pukulan lagi, diegos dan membalik dan Hangga terkejut. Lawan tampak demikian
mudah dan berkelit dari semua serangan adiknya. Namun ketika lawan menampar
dan lagi-lagi adiknya terpelanting maka pemuda ini berkelebat dan menyerang Kiok
Lan, ditangkis dan Hangga mengerahkan Hwee-liong Sin-kang. Dua pukulan Naga
Api meledak dan membuat keduanya terhuyung, Kiok Lan marah namun dia tertawa
mengejek. Dan ketika pemuda itu tertegun dan Hong Lok menenggak araknya
tertawa-tawa maka gadis ini membentak dan membalas pemuda itu, ditangkis dan
Hangga terkejut karena Hwee-liong Sin-kang yang dimiliki lawannya setingkat
dengan pamannya, menteri Yonaga. Teringatlah pemuda itu akan cerita yang
didengar bahwa selain pamannya tak ada orang yang dapat menandingi gadis ini,
waktu dia datang di Magada dan mencari Bun Hwi, membuat onar. Maka begitu
lawan bergerak dan langsung menyerangnya bertubi-tubi Hangga cepat mengelak dan
menangkis. Tak berani main-main lagi dan tentu saja tenaga Hwes-liong Sin-kang
dipergunakan. Kiok Lan marah melengking tinggi. Dan ketika gadis itu menerjang
lawannya dan Hangga mengelak atau menangkis maka di sana Hong Lok tertawa
tawa menghadapi keponakannya.
"Hei, ikut aku, paman. Jangan menenggak arak terus!" Han Li, yang melihat
kakaknya melayani Kelabang Hitam menyambar pamannya ini. Hong Lok melejit
dan mengelak. Dan ketika Han Li penasaran dan marah membentak pamannya itu
tiba-tiba pamannya ini berseru pada Kelabang Hitam.
"Heh-heh, bagaimana sekarang, Kelabang Hitam? Haruskah aku menghadapi
mereka ini?"
"Tidak, kau kembali ke tempat kita, orang tua. Dan bawa anak ini.... wut!" Kiok
Lan melempar anak rampasannya, melayang dan tepat di terima pembantunya. Tapi
ketika Hu-taijin membentak dan menyerang kakek ini maka Hong Lok melempar lagi
bocah laki-laki itu pada majikannya.
"Heh, kerepotan, niocu. Sebaiknya kau saja yang bawa dan kita lari.... wut!"
Kelabang Hitam menerima anak ini, marah dan membentak Hangga dan menteri Hu
tiba-tiba menyerangnya. Siapa pun yang membawa anak itu menteri ini akan
menyerang. Dan ketika para perwira dan panglimanya sudah tiba di situ dan tentu
saja membantu menteri ini maka Kiok Lan dikeroyok dan Hangga tiba-tiba
mengerutkan kening.
"Hei, jangan mengeroyok. Serahkan dia padaku!"
"Tidak, gadis ini urusanku, anak muda. Kalau tidak man membantu minggirlah.
Aku lebih berkepentingan daripada kau.... plak!" dan Hu-taijin yang mendaratkan
pukulannya di pundak lawan tapi mental tertolak tiba-tiba menerima hentakan lawan,
balas ditampar dan menteri itu terbanting Naga Api kembali menyambar dan menteri
ini pucat, mengeluh namun nekat lagi menyerang. Dia bahkan membentak menyuruh
semua pembantunya maju, seratus perajurit tiba-tiba muncul dan mengepung
semuanya, baik Kiok Lan mau pun Hangga. Dan ketika pertandingan berjalan lagi
dan Hong Lok terkekeh-kekeh mendadak kakek ini menerjang dan menyerang
Hangga.441
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Mundurlah, jangan serang majikanku, anak muda. Atau kau kubunuh dan
kulempar dari sini.... dess!" Hangga terkejut, menerima serangan pamannya dan Kiok
Lan girang. Gadis itu berteriak dan menyuruh kakek ini menghadapi yang lain,
perwira dan panglima. Dan ketika kakek itu tertawa-tawa dan menyemprotkan arak
ke wajah lawannya maka perwira dan panglima pembantu Hu-taijin memaki-maki.
"Keparat, terkutuk kakek ini. Jahanam!"
"Heh-heh," kakek itu tertawa. "Siapa lagi yang ingin kusembur arak? Majulah....
maju, tikus-tikus busuk. Biar kalian tahu rasa dan tidak mengejar-ngejar majikanku
lagi.... des-dess!" dan Hong Lok yang berkelebatan membagi-bagi pukulan dan
tendangan akhirnya membuat lawannya mundur dan gentar, terbelalak memandang
Hu-taijin namun menteri Hu sendiri sedang kerepotan menghadapi Kiok Lan. Gadis
berjuluk Kelabang Hitam itu tak mau mengalah lagi dan menteri ini dihajar jatuh
bangun, pukulan Naga Api selalu meledak dan membuat menteri ini mengeluh,
bajunya hangus dan robek terbakar. Dan ketika Hong Lok dan Kiok Lan membuat
musuh jatuh bangun sementara Hangga dan adiknya bingung menonton tiba-tiba
Kiok Lan membanting menteri Hu hingga nyaris pingsan.
"Dess!"
Menteri ini kelengar. Hu-taijin tak dapat bangun dan beberapa detik ia
kehilangan kesadaran. Pukulan itu mengenai tengkuknya dan hampir dia semaput.
Saat itu juga ribuan bintang menari-nari di depan matanya dan para pembantunya
terkejut, mengira menterinya tewas. Tapi ketika menteri itu terhuyung dan melompat
bangun ternyata dengan gagah dan mengagumkan dia berteriak. "Tangkap siluman
betina itu, atau kita semua mati dibunuhnya!"
Kiok Lan gemas. Melihat mentari itu dapat bangun berdiri dengan sempoyongan
tiba-tiba dia memekik. Kemarahannya tak dapat ditahan lagi dan menyambarlah gadis
itu menghantam kepala Hu-taijin. Sang menteri sedang terhuyung dan tak mungkin
menangkis, semua terkejut namun Hangga berseru keras. Dan ketika menteri itu
dihantam dan Naga Api meledak maka dua orang muda ini terlempar dan sama-sama
terbanting bergulingan.
"Keparat!" Kiok Lan marah. "Kan jahanam tak tahu diri, anak muda. Kubunuh
kau!" dan Kiok Lan yang melengking meloncat bangun tiba-tiba menyerang Hangga,
sang adik bergerak dan membantu kakaknya. Han Li khawatir melihat kakaknya
terbanting tadi, maju dan dikerubutlah Kiok Lan. Dan karena kakak beradik itu jura
marah karena Kiok Lan dinilai kejam maka menteri Hu tertegun dan menonton di
pinggiran, ganti
?? Sebagian Teks Hilang ??
Sejak dulu pun memang dia tak dapat menandingi gadis itu. Maka begitu Kiok Lan
berjungkir balik dan melarikan diri membawa culikannya menteri ini hanya dapat
menggeram sambil terhuyung-huyung.
"Kejar..... kejar dia. Tangkap siluman betina itu!"442
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Pengawal ribut. Mereka yang dilampaui gadis ini ada yang terjungkal, kaki
gadis itu menendang dan mereka terbanting. Kepala mereka diinjak dan dibuat
permainan, sepatu gadis itu yang kotor bahkan mengusap wajah mereka pula. Dan
ketika semua berteriak-teriak namun Hu-taijin sendiri tak dapat mengejar cepat maka
Han Li membisiki kakaknya bahwa mereka diminta ke Rawa Maut, secara diam
diam.
"Apa? Kembali ke sana?"
"Benar. Tan-susiok yang menyuruhku begitu, Hang-ko. Aku pura-pura jatuh dan
tertotok olehnya!"
"Hah?"
"Benar, kau terkecoh, koko. Lihat aku tak apa-apa dan mari kita kejar mereka!"
Han Li bangkit berdiri, menunjukkan pada kakaknya bahwa ia tak apa-apa. Hangga
tertegun dan mendelong. Tapi begitu mendusin dan tertawa girang tiba-tiba pemuda
ini menyendal adiknya.
"Sialan, kukira kau sungguh-sungguh, Li-moi. Tak tahunya ada main dengan
Tan-susiok. Hayo, kita kejar! dan Hangga yang menyentak serta menarik adiknya
tiba-tiba terbang dan berkelebat melewati kepala para pengawal, kembali membuat
kegaduhan karena pengawal berteriak kaget. Tadi mereka dilompati Kiok Lan kini
ganti dilompati kakak beradik itu, bedanya Hangga tak sekurang ajar Kiok Lan yang
menciprati pengawal dengan lumpur kotor di bawah sepatunya, hal yang membuat
pengawal mengumpat dan mencaci maki. Dan begitu mereka terbang dan
meninggalkan tempat itu maka Hu-taijin terkesima dan jatuh terduduk.
"Hei, cegah mereka pula!"
Namun tak ada yang berhasil. Han Li dan kakaknya telah lenyap mengerahkan
ginkang mereka, meluncur dan hilang di depan. Dan ketika semua melongo namun
Hu-taijin marah-marah tiba-tiba menteri ini membentak, bangkit berdiri dan mengejar
sambil terhuyung-huyung. Yang diculik adalah putera kaisar, tak berani menteri itu
pulang ke kota raja. Maka mengumpat sambil memaki-maki menteri ini terseok dan
mengajak semua pembantunya mencari Kelabang Hitam.
*
* *
?? Sebagian Teks Hilang ??
"Hm, persoalan ini persoalan pribadi, sute. Gadis yang cantik dan gagah
memang banyak, tapi gadis yang baik dan berbudi luhur jarang didapat. Aku telah
menyelidiki dan mengamati gerak-geriknya, dan Mei Hong pantas menjadi
pendamping Hangga!"443
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
JILID XIX
"TAPI dia gadis asing, bukan bangsa sendiri! Tidakkah kau lihat betapa
Magada diserang Tiongkok? Tidakkah kau tahu bahwa dia bisa merupakan mata
mata yang mengawasi kita?"
"Hm, aku telah menyelidikinya, sute. Dan semua tuduhan itu tak berbukti!"
"Tapi Tiongkok menyerang kita!"
"Bukan, bukan Tiongkok yang menyerang kita, sute, melainkan kita yang
mendahului menyerang negeri itu. Kalau kita tidak termakan dan terhasut Hong Beng
Lama tentu semuanya ini tak akan terjadi!"
Mei Hong mendengar ribut-ribut ini. Yonaga dan suhengnya bertengkar, mula
mula menteri itu mencela dirinya sebagai gadis asing, bangsa Han. Bahkan
membawa-bawa pula peperangan yang terjadi, mengatakan bahwa Tiongkok
menyerang Magada. Tapi ketika Handewa membantah bahwa Magadalah yang lebih
dulu menyerang Tiongkok maka Yo-taijin tertegun dan terkejut, mendapat serangan
suhengnya dan Handewa malah menegurnya tentang hubungan yang tidak sehat
dengan Hong Beng Lama. Terang-terangan pendekar itu mencela sutenya dan Yo
taijin terpojok, terdesak dan akhirnya marah-marah. Dan ketika pertengkaran itu
dihentikan Handewa dengan penegasan bahwa masalah perjodohan sebaiknya tak
usah menteri itu ikut campur maka Yonaga meninggalkan rumah dengan muka merah
padam.
"Baiklah, semuanya ini tanggung jawabmu, suheng. Kalau ada apa-apa pasti aku
akan membunuh gadis itu!"
Mei Hong ngeri. Ancaman Yo-taijin yang diucapkan sungguh-sungguh dan tak
main-main membuat dia tak enak. Dia tidak takut terhadap menteri itu, yang dulu
pernah menjadi atasannya. Tapi karena kehadirannya menimbulkan pertengkaran
Handewa dengan Yo-taijin tiba-tiba Mei Hong tak ingin lebih lama lagi tinggal di
tempat itu, betapapun tenteramnya.
"Maaf, aku ingin pergi, locianpwe. Tak enak rasanya mengganggu hubunganmu
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan menteri Yo," suatu hari Mei Hong menetapkan sikap, menghadap pendekar
itu dan Handewa terkejut. Pendekar sakti ini tertegun dan memandang lekat gadis itu,
tapi ketika Mei Hong mengulang kata-katanya dan menahan isak maka pendekar ini
maju dan menarik napas dalam, memegang pundaknya.
"Kau kiranya yang bersembunyi di luar? Kau mendengar percakapan kami?"
Mei Hong mengangguk.
"Hm, kukira Han Li, Mei Hong. Tak tahunya kau. Baiklah, aku terkejut
mendengar kata-katamu ini dan terangkan kenapa tiba-tiba kau bicara seperti itu."
"Aku menimbulkan pertengkaranmu dengan Yo-taijin......"
"Hm, masalah itu? Tidak, aku tak merasa bermusuhan dengan suteku, Mei
Hong. Aku hanya menegurnya dan dia pulang baik-baik."
"Tapi dia mengancam untuk membunuhku!"444
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ha-ha, tak akan dilakukannya. Selama kau di bawah lindunganku suteku itu tak
akan berani banyak gertak, Mei Hong. Percayalah!"
"Tidak, aku terlanjur tak tenang, locianpwe. Aku ingin pergi!"
Pendekar itu mengerutkan kening. Sekarang ujian bagi Mei Hong apakah
pendekar nomor satu dari Magada ini akan memaksa kehendaknya. Dia tidak yakin
tapi perlu menguji. Dan ketika pendekar itu memandangnya tajam dan dua pasang
mata beradu maka Mei Hong mengedikkan kepala dan berkata tegas.
"Maaf, aku harus pergi, locianpwe. Terus terang aku tak enak lagi tinggal di
sini!"
"Hmm......!" suara itu sukar diduga sebagai pernyataan apa. "Duduklah, Mei
Hong. Dan ceritakan padaku apa sesungguhnya sebab yang mendorongmu nekat
begini. Kalau masalah urusanku dengan suteku agaknya tak mungkin, kau
menyembunyikan sesuatu. Dapatkah kau terangkan sejujur-jujurnya dengan
kemauanmu yang mendadak ini?"
Mei Hong tergetar. Beradu dengan sepasang mata yang mirip seekor naga sakti
itu dia terguncang juga. Jago tua ini orangnya terbuka dan jujur, tak suka plintat
plintut dan dia harus mengimbangi. Dan karena kebetulan Hangga dan Han Li tak ada
di situ maka Mei Hong berdebar menyatakan isi hatinya.
"Aku..... aku tak dapat menerima maksud baikmu....."
"Maksud baik apa?"
"Maaf, tentang.... tentang itu, locianpwe...... perjodohan...!"
Pendekar ini tak terkejut, bahkan tertawa. "Ah, masalah itu? Baiklah, kau sudah
mendengar semuanya, Mei Hong? Kau malu?"
"Bukan," Mei Hong menggeleng "Melainkan memang tak dapat menerimanya,
locianpwe. Aku terlanjur mencinta pemuda lain!"
Kini terjadi perobahan di wajah pendekar itu. Handewa tampak mundur dan
terkejut, surut tapi akhirnya batuk-batuk. Dan ketika Mei Hong bangkit berdiri namun
pendekar ini menekan pundaknya maka pendekar itu menahan kata-katanya, yang
agak gemetar. "....maaf, aku tidak salah dengar, Mei Hong? Kau.... kau tak suka
kepada puteraku?"
"Bukan begitu," Mei Hong jadi tak enak, berdebar. "Melainkan karena aku telah
lebih dulu jatuh cinta kepada pemuda lain, locianpwe. Dan pemuda inilah yang telah
mengikat hatiku!"
"Hm, kau jujur," pendekar itu menahan perihnya hati. "Coba kau sebutkan siapa
pemuda itu, Mei Hong, kalau aku boleh tahu."
"Perlukah locianpwe tahu?"
"Kalau kau tak keberatan, anak baik. Siapa tahu dia pemuda tak baik yang harus
kucegah. Maaf, aku bukan menghalangi melainkan semata rasa suka dan sayangku
kepadamu!" pendekar itu cepat-cepat menyambung, melihat Mei Hong berkilat dan
rupanya gadis itu marah. Mei Hong tersinggung dan mau membantah. Tapi ketika445
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
pendekar ini menekan pundaknya lagi dan lembut serta penuh perasaan pendekar itu
menyuruhnya duduk maka Mei Hong bersinar-sinar, merasa ditantang!
"Baiklah, kebetulan aku juga ingin tahu nasihatmu, locianpwe. Jahat atau
tidakkah pemuda ini!"
"Ya, beritahukan, anak baik. Dan kuharap saja bukan pemuda Magada."
"Ah, puteramu pemuda Magada!"
"Maaf, lainnya maksudku, Mei Hong. Kau tentu mengerti."
Mei Hong menarik napas dalam. Setelah ia melihat kesungguhan dan
keterbukaan pendekar ini dia merasa agak tenang. Tak ada rasa sakit hati atau marah
pada pandang pendekar itu, bahkan ada kesan pendekar ini hendak mengayominya,
melindunginya. Dan karena kebetulan dia tak mempunyai orang tua lagi dan suhunya
meninggal dunia maka Mei Hong berkata lirih.
"Dia adalah Bun Hwi....."
"Apa?" pendekar sakti itu tertegun. "Bun Hwi? Pangeran kerajaan Tang itu?"
"Benar, dan maaf, locianpwe. Tolong berikan penilaianmu tentang pemuda ini!"
Handewa tiba-tiba terhenyak. Pendekar itu membelalakkan mata tapi tiba-tiba
menarik napas dalam. Entah apa yang tersembunyi Mei Hong tak tahu. Tapi ketika
pendekar itu tertawa dan bangkit berdiri tiba-tiba dia berkata, "Aih, tak kusangka.
Kiranya di antara kalian sudah ada jalinan cinta, Mei Hong. Kalau begitu
kedatanganmu ke sini adalah pelarian! Eh, kenapa begitu? Ada apa di antara kalian?"
Mei Hong tiba-tiba menahan tangisnya.
"Maaf, Bun Hwi pemuda baik, Mei Hong. Dan aku setuju. Kau pantas menjadi
pendampingnya. Terangkan, kenapa kau datang ke Magada sebagai pelarian?
Bukankah aku sudah kau anggap orang tuamu sendiri?"
Mei Hong tiba-tiba tersedu. Teringat pengalamannya bersama Bun Hwi dan
usapan lembut di bahunya itu mendadak membuat dia diamuk bermacam perasaan.
Pendekar ini tak marah dan bahkan memuji Bun Hwi. Bukan main, jarang ada calon
mertua yang gagal yang dapat melakukan seperti apa yang dilakukan pendekar itu!
Dan ketika Mei Hong mengguguk, dan Handewa mengusap rambutnya tiba-tiba Mei
Hong menceritakan semua himpitan batinnya, betapa dugaan orang tua itu betul dan
dia datang ke Magada sebagai pelarian, tepatnya pelarian cinta. Ingin menguji Bun
Hwi dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pemuda itu untuk memilih
di antara dirinya dan Kiok Lan. Dan ketika Handewa mendengar dan kening
pendekar itu berkerut-kerut tiba-tiba ia mendorong pundak gadis ini dan mendecak.
"Bukan main... luar biasa sekali, Mei Hong. Kau mulia dan berwatak luhur. Ah,
tak kusangka. Kiranya kau berhasil mengesampingkan perasaan sendiri dan siap
berkorban!"
"Apa maksud locianpwe?" Mei Hong malah terbelalak.
"Hm, budimu itu," pendekar ini memuji. "Jarang ada gadis sepertimu, Mei
Hong. Biasanya kalau seseorang sudah jatuh cinta maka orang yang dicinta itu ingin446
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
dimilikinya. Tapi kau.... hm.....!" Pendekar ini menggelengkan kepala berkali-kali.
"Kau hebat, Mei Hong. Tak salah sesungguhnya pilihanku!"
"Maaf," Mei Hong menarik diri. "Jangan bicara tentang Hangga, locianpwe.
Melainkan tentang Bun Hwi ini saja!"
"Ya-ya," pendekar itu tahu. "Aku maklum, Mei Hong. Dan seratus persen aku
setuju. Bun Hwi baik, lagi pula dia seorang pangeran!"
"Aku tidak butuh kedudukannya!" Mei Hong menangkis. "Aku mencintanya
sejak kecil, locianpwe. Sejak dia masih luntang-lantung dan belum diketahui sebagai
pangeran!"
"Hm, ya-ya, aku mengerti. Maaf, aku tahu perasaanmu, Mei Hong. Tapi aku
bangga bersyukur kalau kau dapat menjadi pendamping pemuda itu. Bun Hwi
pangeran yang baik, dan aku percaya bahwa dia akan memilihmu!"
"Bagaimana locianpwe tahu?"
"Eh, bukankah dia sudah mencarimu sampai ke sini?"
"Benar, tapi Kiok Lan juga ke Magada, locianpwe. Dan dia mencari-cari Bin
Hwi!"
"Itu salahnya," pendekar ini termenung. "Cinta tak dapat dikejar-kejar, Mei
Hong. Cinta harus berjalan wajar dan benar. Kalau dikejar dan diburu-buru biasanya
malah membawa petaka."
Mei Hong terbelalak. Pendekar ini lalu menarik napas dalam dan mengangguk
angguk, sinar matanya masih tetap penuh cinta kasih dan Mei Hong terharu.
Pendekar sakti ini tak marah atau pun benci, Mei Hong melihat kejujuran dan
ketulusan di situ. Dan ketika Handewa memegang pundaknya dan mengusap perlahan
maka pendekar ini berkata. "Baiklah, aku sekarang mengerti, Mei Hong, dan
kuhargai perasaanmu itu. Kalau saja kau tak berterus terang dan keinginanku semakin
dalam barangkali luka ini akan terasa lebih nyeri. Hm, kau benar. Aku menghargai
kejujuran dan keterbukaanmu. Sayang, agaknya kita tak berjodoh!" dan memejamkan
mata sejenak lalu membukanya kembali pendekar ini tersenyum. "Eh, kenapa
melantur? Baiklah, aku mendorong keinginanmu, Mei Hong. Dan aku ingin
memberikan sesuatu kepadamu!"
Mei Hong berdebar. "Locianpwe mau memberikan apa?"
"Ilmu silat, bukankah kau tak menolak?"
"Ah, sudah cukup, locianpwe. Aku sudah banyak menerima dari keluarga ini!"
"Hm, belum begitu banyak. Aku mendengar gadis bernama Kiok Lan itu
berbahaya, Mei Hong. Dan dia telah mempelajari warisan keluarga Empat Pendekar.
Aku ingin mengimbanginya dengan memberikanmu Hwee-liong Sin-kang."
"Apa?" Mei Hong berjengit. "Hwee-liong Sin-kang?"
"Ya, kau tak menolaknya, bukan?"
"Tapi, ah......"447
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Tidak," pendekar itu memotong. "Aku berhak memberikan ilmu ini kepada
siapa pun, Mei Hong. Dan tentu saja tidak sembarang orang akan kuberi ilmu ini.
Kau termasuk yang kupercaya. kau jujur dan terbuka. Aku ingin memberikannya
untuk menandingi gadis bernama Kiok Lan itu!" dan, belum Mei Hong menolak atau
menerima tiba-tiba Handewa telah mengajaknya ke dalam, menyuruh dia tegak dan
tiba-tiba pendekar ini telah menyalurkan sebagian sinkangnya kepadanya. Mei Hong
terkejut karena itulah cara kilat untuk memberikan ilmu yang dahsyat kepada
seseorang, pundaknya dialiri hawa hangat dan segera dia merasakan masuknya
getaran tenaga sakti. Mau menolak tapi pendekar itu mencengkeram bahunya, kuat
dan tak lama kemudian ia sudah disuruh "menangkap" dan mengikuti aliran tenaga
sakti ini, yang terus masuk dan menjalar di seluruh tubuhnya. Dan ketika pendekar itu
bersila dan Mei Hong jatuh berlutut maka sejam kemudian pendekar ini menarik
tangannya dan duduk terengah.
"Setengah berhasil," pendekar itu tersenyum. "Kau sudah menerima sebagian
sinkangku, Mei Hong. Selamat!"
Mei Hong pucat, menggigil. "Locianpwe....."
"Sst, kau tak menolaknya, bukan? Jangan bicara macam-macam, anak baik.
Sekarang perhatikan kauw-koat (teori) ilmu silat ini!" pendekar itu memotong,
bangkit berdiri dan wajah Mei Hong kemerah-merahan. Sesungguhnya tak dapat
disangkal bahwa dia girang mempelajari dan menerima Hwee-liong Sin-kang ini,
ilmu itu amat hebat dan justeru karena kehebatannya inilah Yonaga ditakuti lawan.
Bahkan Handewa ini adalah pendekar sakti yang amat tinggi kepandaiannya berkat
ilmu silat Naga Api. Dan ketika pendekar ini menyuruhnya diam dan menurut saja
apa yang mau diberikan maka Mei Hong terisak dan akhirnya jatuh berlutut.
"Locianpwe, kau..... kau seperti guruku.....!"
"Sudahlah, bangun, anak baik. Perhatikan bentuk-bentuk pukulan dan cara
menyalurkan Hwee-liong Sin-kang (Tenaga Naga Api)."
"Aku ingin berterima kasih dulu!" Mei Hong tak mau ditarik. "Biarkan aku
mengucap terima kasih, locianpwe. Kau... kau sungguh baik!" dan Mei Hong yang
menangis memeluk kaki pendekar itu lalu membenturkan dahinya dan terharu,
mencium dan meremas kaki pendekar ini namun Handewa mengangkatnya bangun.
Dan ketika pendekar itu tertawa dan dia disuruh berdiri maka pendekar ini menepuk
pundaknya memberikan dasar-dasar teori pengerahan Hwee-liong Sin-kang, didengar
dan diterima dan Mei Hong merasa berhutang budi. Calon mertua yang gagal tiba
tiba malah memberinya hadiah! Dan ketika dua jam kemudian semua teori atau
kauw-koat ilmu silat itu telah selesai diberikan maka Handewa menarik lepas
tangannya dan mundur dengan muka berseri-seri, muka yang penuh keringat.
"Nah, selesai, Mei Hong. Kematangan selanjutnya tergantung padamu. Kian
tekun kau berlatih tentu kian cepat hasil yang akan kau peroleh!"
Mei Hong terharu. Tenggorokannya serasa tercekat oleh budi kebaikan pendekar
ini, baru kali itu keluarga Han memberikan ilmunya kepada orang luar, bukan murid
dan orang asing pula, gadis Han. Dan ketika Mei Hong mengucap terima kasih dan
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjatuhkan diri berlutut tiba-tiba orang tua itu malah menahan pundaknya dan
berkata,448
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Cukup, tak perlu berulang-ulang, Mei Hong. Sekarang kau boleh pergi dan
carilah kekasihmu itu."
"Ooh!" Mei Hong mengguguk. "Kau menanamkan budi kebaikan yang tak
dapat kubalas, locianpwe. Kalau saja Bun Hwi tak bertemu aku tentu dengan senang
hati aku menerima maksud perjodohanmu!"
"Sudahlah, jodoh tak dapat dipaksakan, Mei Hong. Sekarang kuminta kau pergi
dan biarkan aku beristirahat!" pendekar itu mendorong, memang harus memulihkan
tenaga dan Mei Hong tentu saja mengerti. Setelah mengerahkan sebagian sinkangnya
dan memberi petunjuk-petunjuk ilmu silat memang seharusnya pendekar itu
beristirahat. Maka begitu mengangguk dan menempelkan dahinya di lantai Mei Hong
membalik dan melompat pergi, tak tahan dengan air matanya yang deras mengucur
dan diam-diam dia menyesal. Budi kebaikan dan sikap yang demikian penuh cinta
kasih telah ditunjukkan pendekar ini kepadanya. Handewa tak mementingkan diri
sendiri dan berkelebatlah Mei Hong meninggalkan rumah itu, menahan tangis. Dan
ketika dia terus keluar dari Magada dan minta agar Han Li maupun Hangga di beri
tahu maka Mei Hong sudah berlari cepat keselatan dan ingin kembali ke Hwa-i Kai
pang.
Dia ingin menengok sejenak perkumpulan yang ditinggalkannya itu, masih
terharu dan melamun sepanjang jalan oleh kebaikan Handewa, calon mertua yang
gagal mengambilnya menantu itu. Tapi ketika di tengah jalan dia mendengar sepak
terjang Giam-taijin dan betapa ayah dan anak mempermainkan wanita-wanita cantik
maka Mei Hong marah membelokkan perjalanannya. Ia tak jadi ke Hwa-i Kai-pang
karena ingin mencari dua orang ini, mendengar berita-berita selanjutnya tentang
kekejaman perang, robohnya Hong Beng Lama dan tertangkapnya Hong Lam, juga
munculnya dua pemuda sakti yang membantu Hu-taijin, menteri yang gagah itu. Dan
ketika dia berjalan ke sana ke mari mendengar berita maka tiba-tiba dia bertemu Siu
Lan, puteri Yo-Shu Kie dari Magada itu.
Ketika itu Mei Hong berjalan di hutan. Baru saja dia mengisi perut di sebuah
warung, melenggang dan hendak menyeberang hutan. Tapi ketika terdengar
gemerincing senjata dan dia berkelebat tiba-tiba tampak seorang gadis dikeroyok
tujuh orang laki-laki kasar.
"Kalian tikus-tikus hina. Minggir.... plak-cring-dess!" Mei Hong melihat gadis
itu menendang dan menampar, semua senjata pengeroyok mencelat dan tujuh orang
laki-laki kasar itu mengaduh-aduh. Mestinya mereka mundur dan lari. Tapi, ketika
pemimpinnya, laki-laki tinggi besar bersenjata golok membentak dan marah
menerjang maju maka gadis itu kembali dikeroyok dan Mei Hong tertegun, melihat
bahwa itu adalah Siu Lan yang entah dikeroyok siapa. Tentunya sebangsa perampok
atan penyamun liar. Dan karena gadis itu memang lihai dan untuk menghadapi laki
laki macam begini saja tak usah dia takut maka benar saja lima gebrakan lagi gadis
itu pun melempar-lempar lawannya, kali ini memberi hajaran agak berat pada
pemimpin rampok itu dan laki-laki bersenjata golok terjungkal. Goloknya patah dan
lengannya pun sengkleh. Siu Lan telah membuat tujuh lawannya terlempar roboh,
bergulingan dan hanya si tinggi besar yang tak dapat bangun, dia mengaduh dan
merintih-rintih. Dan ketika enam yang lain lintang-pukang melarikan diri sementara
si tinggi besar ini pucat berseru ketakutan maka Siu Lan sudah menendangnya dan
orang itu pun terbanting.449
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Nah, pergi kau, tikus busuk. Sekarang enyahlah.... bress!"
Si tinggi besar itu pingsan. Dalam sakit dan takutnya tadi akhirnya dia malah
pingsan, keenam temannya melarikan diri namun Siu Lan berkelebat, menghadang
mereka. Dan ketika gadis itu membentak agar mereka menolong pemimpinnya maka
enam orang itu menjatuhkan diri berlutut mengiba-iba.
"Ampun.... ampun. lihiap. Ampun...!"
"Aku mengampuni, tapi jangan biarkan teman kalian itu di tengah hutan begini.
Bawa dia, nanti dimakan binatang buas!"
Enam laki-laki kasar itu mengangguk. Tadi mereka sudah kehilangan nyali
karena menyangka bakal dibunuh, tak tahunya malah disuruh menolong pemimpin
mereka yang patah tulangnya itu, pingsan. Dan karena Siu Lan telah merobohkan
mereka dan jelas gadis itu tak menyerang mereka lagi maka enam orang ini
Pendekar Mabuk 082 Kuil Perawan Ganas Pendekar Mabuk 022 Lentera Kematian Dewi Sri Tanjung 12 Aji Wisa Dahana
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama