Dewi Kelabang Hitam Karya Batara Bagian 20
kutuju lain, bukan manusia atau Negara!"
"Apa kalau begitu?"
"Tuhan! Aku ingin mempersembahkan malam pertama ini untuk Tuhan, Hong
moi. Dia Sang Pencipta yang telah memberi kebahagiaan dan nikmat kepada kita.
Aku hendak menandingi Ji Lan Nikouw!"
"Bun Hwi...!" pekik atau seruan keras itu terlontar begitu saja, tanpa sengaja,
antara kaget dan heran, juga marah. "Kau... kau mau memusuhi Kiok Lan? Kau tak
memberinya ampun?"
"Sst, jangan salah paham," Bun Hwi memeluk isterinya, mendekap penuh kasih,
bersinar-sinar. "Aku tak memusuhi Kiok Lan, moi-moi. Justeru aku serasa ditantang
melihat sikapnya. Aku harus malu. Dia wanita sedang aku laki-laki!"
"Bagaimana ini?" Mei Hong menggigil, melepaskan dirinya. "Aku... aku tak
paham, Bun Hwi. Aku bingung!"
"Sst, kau salah menyebut namaku," Bun Hwi tersenyum, mengecup bibir
isterinya. "Betulkan dulu sebutan itu, yang. Dan baru kuterangkan lagi."
Mei Hong merah padam. Kalau dia tidak begitu terkejut dan tersentak oleh kata
kata suaminya ini barangkali dia tak akan berteriak menyebut nama suaminya begitu
saja. Dia telah ditegur dan dikecup bibirnya. Ah, dia malu! Maka begitu Bun Hwi660
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
mengecup dan membetulkan letak rambutnya gadis atau wanita inipun menangis dan
terisak menyembunyikan mukanya di pelukan suami.
"Hwi-ko, aku... aku... ah, aku bingung. Bagaimana arti semua kata-katamu itu?
Apa yang kau maksud?"
"Hm, kau kira aku memusuhi Kiok Lan?"
"Benar."
"Kau salah..."
"Kalau begitu coba kau jelaskan!"
"Tentu, jangan marah dulu, moi-moi. Dengar dan lihat kata-kataku ini!" Bun
Hwi lalu mendorong isterinya, duduk berhadapan dan berseri serta bersinar-sinar
memandang isterinya itu. Mei Hong tertegun karena tiba-tiba wajah pemuda itu
mencorong. Semacam sinar aneh dan luar biasa memancar dari wajah Bun Hwi. Dan
ketika dia tertegun namun meminta agar suaminya itu lekas bicara maka Bun Hwi
menarik napas panjang.
"Aku harus malu kepada Kiok Lan. Aku serasa ditantang!"
"Kau sudah bilang itu, berkali-kali. Jangan diulang-ulang, Hwi-ko. Jelaskan saja
agar aku segera mengerti!"
"Hm, kau selalu memotong. Kenapa tidak sabar begini?" Bun Hwi tersenyum.
"Dengarlah dulu, Hong-moi, dan perhatikan baik-baik jangan memotong dulu!" lalu
mendorong kursi sedikit mendekat pemuda ini berkata, "Aku terharu sekaligus
terpukul oleh apa yang telah diperbuat Kiok Lan. Dan terus terang aku tak mau
kalah!"
"Maksudmu?"
"Lihat, bukankah dia telah mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan, moi-moi?
Bukankah dia telah melepas segala kesenangan dan nikmat duniawi? Nah, aku tak
mau kalah. Kalau dia mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan maka aku bertekad
untuk mempersembahkan malam pertamaku dan anak-anak cucuku nanti untuk
Tuhan pula! Aku ingin mengucap syukur dan rasa bahagiaku kepada Tuhan dengan
caraku sendiri. Mulai malam pertama ini dan malam-malam berikut aku ingin
mendidik generasi penerusku, keturunanku, agar mempersembahkan malam
pertamanya untuk Tuhan. Dan itu berarti mengendalikan diri dan mengekang hawa
nafsu sebelum saat pernikahan tiba!"
"Ooh!" Mei Hong terbelalak, mengerti. "Jadi... jadi..."
"Benar. Aku bersyukur bahwa, selama ini kita berdua tetap suci bersih, moi
moi. Bahwa aku tak pernah mengganggumu dan memenuhi syarat untuk
mempersembahkan malam pertama kita. Dan karena perkawinan ini juga atas
perkenan Yang Maha Kuasa karena tanpa kehendaknya tak mungkin kita bisa bersatu
maka aku hendak mengembalikan rasa syukur dan kebahagiaanku ini kepadaNya!
Kau mengerti?"
"Oh-ooh....!" Mei Hong mengguguk, tiba-tiba menangis lagi. "Kau mulia, Bun
Hwi. Kau berwatak luhur. Ah, aku telah salah paham kepadamu. Aku mengira yang661
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
tidak-tidak. Maaf, aku... aku tak tahu!" dan Mei Hong yang mengguguk dan
menubruk suaminya lalu lupa menyebut lagi, memanggil suaminya dengan nama
lama dan Bun Hwi tersenyum. Sinar dan cahaya mencorong itu semakin jelas saja
memancar di wajahnya. Malam itu Bun Hwi seakan dewa yang baru turun dari langit.
Dan ketika semuanya ini dijelaskan dan tentu saja Mei Hong mengerti maka
lenyaplah kecurigaannya kepada Bun Hwi, hilang segala syak-wasangkanya karena
Mei Hong mengira suaminya ini tadinya memusuhi Kiok Lan, membenci dan tak
senang karena Dewi Kelabang Hitam itu telah menolak usulnya. Maka begitu
mengerti kehendak sang suami dan Mei Hong tersedu serta terharu bukan main maka
wanita ini menciumi dan menyebut-nyebut suaminya dengan penuh kekaguman, juga
sekaligus kebanggaan karena Bun Hwi telah mulai menjadi pelopor dari generasi
penerus mereka kelak. Dengan begini akan lahirlah manusia-manusia berwatak luhur
dari keluarga Bun. Ah, dia mau melahirkan manusia-manusia macam itu, asal dari
benih suaminya tercinta ini! Dan ketika malam itu Bun Hwi mengajak isterinya
sembahyang dan menujukan persembahan mereka untuk Tuhan maka terdengarlah
ledakan dan suara petir di atas rumah.
"Omitohud, terpuji Yang Agung di antara segala yang agung, Bun-kongcu.
Sungguh luar biasa dan mentakjubkan sumpahmu ini. Segala dewa telah mendengar
kata-katamu!"
Bun Hwi terkejut. Di atas rumah terdengar bunyi menggelegar disusul desing
sebuah cahaya kekuning-emasan, langit sektika terang-benderang dan muncullah di
situ Lian Ing Nikouw di atas sebuah benda terbang, bukan lain Bokor Emas adanya di
mana di sebelah kanan nikouw itu tampak Ji Lan Nikouw, bekas Dewi Kelabang
Hitam yang siang tadi memercikkan air suci sebagai tanda perkawinan mereka,
sahnya perkawinan itu. Dan ketika Bun Hwi tertegun sementara Mei Hong juga
ternganga, takjub tapi juga kaget maka Lian Ing Nikouw tersenyum dan melambaikan
tangannya kepada mereka sementara Ji Lan Nikouw atau bekas Dewi Kelabang
Hitam itu berseru nyaring merangkapkan kedua tangannya di depan dada.
"Omitohud, semoga kalian bahagia, Bun-ongya (pangeran Bun). Pinni
mengucap syukur dan kagum bahwa masih ada orang macam dirimu di dunia ini!"
Bun Hwi terkejut. Sinar terang-benderang di langit tiba-tiba lenyap, keadaan
menjadi seperti biasa kembali dan mendesinglah Bokor Emas itu ke utara, hilang
dengan begitu cepatnya bersamaan dengan lenyapnya sinar benderang di langit yang
pekat. Dan ketika Mei Hong mengeluarkan keluhan lirih dan roboh disambar
suaminya tiba-tiba wanita ini menangis dan memanggil-manggil lagi nama Kiok Lan.
"Dia... dia ada di sana. Kiok Lan bersama gurunya!"
"Sudahlah, mereka sudah lenyap, Hong-moi. Tidak kusangka bahwa semua
pembicaraan kita didengar nikouw sakti itu!"
"Dan langit menggelegar! Ah, apa artinya semua ini, Hwi-ko? Apakah... apakah
dunia mau kiamat?"
"Aku tak tahu, aku tak mengerti. Tapi sudahlah, kita sembahyang dan setelah itu
kita bersamadhi!" Bun Hwi juga tergetar, tak tahu akan tanda-tanda di langit dan
mengajak isterinya sembahyang lagi, karena mereka tadi terpotong oleh suara dan
datangnya Lian Ing Nikouw. Dan ketika malam itu Bun Hwi mengajak isterinya662
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
duduk tenang dan bersila memusatkan diri maka malam itu pengantin baru ini
"puasa".
Tak ada yang mereka lakukan kecuali hening menghadap Sang Pencipta.
Mengucap syukur dan bahagia dengan jalan persembahan malam pertama itu,
menunda hasrat dan keinginan pribadi untuk Khaliknya. Dan ketika malam itu tak
ada gerakan namun perlahan tetapi pasti wajah pemuda ini semakin mencorong dan
bersinar-sinar akhirnya lampu maupun penerangan lain di kamar itu padam. Padam
dengan sendirinya karena tak kuat oleh sinar mencorong yang timbul dari wajah
pemuda itu, sinar atau cahaya yang tidak disadari Bun Hwi sendiri. Sinar atau
pancaran batin yang timbul dengan kuatnya dari dasar hati pemuda ini, yang muncul
ke permukaan dan akhirnya mengalahkan sinar-sinar yang lain, satu per satu roboh
dan jadilah sinar atau cahaya di wajah pemuda ini menjadi sinar tunggal di kamar itu.
Luar biasa dan mentakjubkan! Dan ketika Bun Hwi sudah mencanangkan bahwa
semua keturunannya kelak, baik laki-laki maupun perempuan diminta untuk
mempersembahkan malam pertamanya kepada Yang Maha Agung maka di empat
penjuru langit yang luas terlihat berkelap-kelipnya bintang-bintang yang luar biasa
banyaknya. Orang tak tahu tanda-tanda apakah itu. Tapi ketika kelak puluhan atau
ratusan tahun kemudian dari keturunan Bun Hwi ini lahir manusia-manusia istimewa
yang sepak terjang atau tindak-tanduknya selalu berkiblat dan dekat dengan
Khaliknya maka tak ada seorang pun dari keturunan pemuda ini yang menyeleweng
dari Kebenaran. Buah dari perbuatan bapaknya? Mungkin saja, atau mungkin oleh
faktor yang lain. Yang jelas, sejak malam itu Bun Hwi "mencanangkan" diri bahwa
dia dan anak keturunannya harus mempersembahkan malam pertamanya untuk Tuhan
maka pemuda ini dihormati dan dihargai oleh generasi penerusnya. Merupakan cikal
bakal dari tradisi yang aneh ini, aneh dan langka. Tapi karena tradisi atau kebiasaan
itu rupanya luhur maka semua keturunannya melaksanakan ini dengan baik,
meskipun berat. Berat karena syarat utamanya adalah kebersihan diri, kesucian diri,
lahir batin. Tapi ketika semua akhirnya tahu bahwa semua itu demi kebaikan mereka
sendiri, merupakan tanggul penahan bagi perbuatan-perbuatan amoral atau
bendungan kokoh untuk menghadapi perubahan jaman, dekadensi atau erosi moral
akhirnya semua anak keturunan Bun Hwi menjadi manusia-manusia luar biasa di
samping anak-anak keturunan dari tokoh-tokoh Magada yang juga hebat. Herankah
kita melihat ini? Tak perlu heran. Perbuatan baik selamanya menghasilkan buah yang
baik juga. Tak aneh! Dan ketika malam itu pancaran Bun Hwi memancar ke segala
penjuru Tiongkok maka di sana, di puncak Himalaya terjadi sebuah percakapan lain,
getar-balik dari apa yang telah diperbuat pemuda ini.
*
* *
"Omitohud, luar biasa. Pinni kagum dan takjub akan apa yang telah dilakukan
Bun Hwi, Ji Lan. Pinni merasa sebuah keagungan jiwa memenuhi alam jagad!"
begitu Lian Ing Nikouw berseru pada muridnya setelah mereka meninggalkan tempat
pemuda itu. Nikouw sakti ini berulang-ulang menyerukan seruannya yang nyaring
dan Ji Lan Nikouw atau bekas Dewi Kelabang Hitam itu mengangguk-angguk, mata
terpejam dan gumam doa terus-menerus meluncur dari mulutnya. Nikouw muda ini
menggigil dan tanpa terasa air matanya bercucuran mengalir. Siang tadi ia telah
memberkati pasangan itu, malamnya menyaksikan lagi sesuatu yang lain dan apa663
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
yang dilihat terasa lebih tinggi nilainya bila dibanding dengan tiga pasangan di
Magada, meskipun yang terjadi di Magada itupun bukanlah sesuatu yang tidak patut
dinilai. Bahkan Hangga termasuk yang paling hebat dibanding dua yang lain. Tapi
melihat Bun Hwi masih dapat "mengungguli" yang lain-lain itu karena memang yang
tertinggi adalah persembahan untuk penciptanya itu maka nikouw muda ini
gemetaran, doanya tersendat-sendat, terguncang oleh keharuan dan kekaguman yang
besar.
"Benar, aku... aku juga kagum, suthai. Bun Hwi memang luar biasa. Ah, dia
pemuda hebat!"
"Dan kau tak kecewa?"
"Apa maksud suthai?" Ji Lan Nikouw tiba-tiba membuka matanya, terkejut.
"Suthai bilang apa?"
"Hm, maaf. Maksudku bahwa kau tak jadi berjodoh dengan pemuda itu, Ji Lan.
Bahwa pemuda sehebat itu lepas dari tangan!"
"Ah, suthai menusuk perasaanku!" Ji Lan Nikouw tiba-tiba menangis. "Aku
telah mempersembahkan hidupku untuk orang lain, suthai. Untuk Tuhan dan
sesamanya. Kenapa suthai bicara seperti itu?"
"Maaf, aku hanya mencobamu saja, Ji Lan. Dan pinni bersyukur bahwa kau tak
terpengaruh. Baiklah, tekadmu telah teguh.Pinni girang."
"Aku ingin menebus dosa!" nikouw muda itu berseru. "Aku terlalu banyak
bersalah, suthai. Aku ingin mengorbankan sisa hidupku untuk menjalankan cinta
kasih!"
"Omitohud, bagus, anak baik. Bagus...!" dan ketika Lian Ing Nikouw
menyambar dan menangkap lengan muridnya nikouw sakti ini lalu mengajak
muridnya duduk. "Pinni percaya, dan pinni tak ragu lagi. Ayolah, kita lihat dan kupas
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejadian ini!"
"Suthai mau bicara apa?"
"Ah, tentang keputusan Bun Hwi, Ji Lan. Bahwa dia akan memelopori anak
cucunya dengan persembahan malam pertama itu. Untuk Tuhan! Menarik hikmah
dan keuntungannya!"
"Aku.... aku tak tahu...."
"Ah, kau belum mau belajar. Marilah, kita lihat ini!" dan ketika muridnya masih
menangis dan menahan isak maka nikouw itu mulai bertanya, "Coba kau sebutkan
apa kira-kira yang membuat Bun Hwi begitu!"
"Aku.... aku tak dapat berpikir!"
"Ah, cobalah, Ji Lan. Hentikan tangismu dan kita petik pelajaran berharga dari
peristiwa ini!"
"Mungkin saja dia malu kepadaku, seperti kata-katanya."
"Kau percaya?"664
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Mungkin, suthai. Dan kenapa tidak?"
"Ah, kalau begitu yang dilakukan keluarga Han juga kira-kira begitu? Hanya
ingin tak mau kalah dan malu dari orang lain?"
Ji Lan terkejut.
"Tidak," sang guru melanjutkan. "Kata-kata Bun Hwi jangan dipercaya
sepenuhnya, Ji Lan. Karena pinni melihat sesuatu yang lebih besar lagi, lebih
penting!"
"Apa yang suthai lihat?"
"Berasal dari keluarga Magada itu, cikal bakalnya!"
"Maksud suthai?" Ji Lan Nikouw terkejut. "Kisah Empat Pendekar?"
"Benar!" nikouw sakti itu berseru. "Bun Hwi bertitik tolak dari sini, Ji Lan.
Pinni merasa bahwa dari sinilah pemuda itu mendapatkan inspirasinya!"
"Aku bingung....."
"Nanti dulu," sang guru memotong. "Bukankah kau telah membaca kitab tebal
itu? Bukankah kau telah mengetahui segala isinya?"
"Ya."
"Dan apa yang kau dapat? Apa yang kau lihat?"
"Aku.... aku tak tahu apa-apa, suthai. Aku merasa tak mendapat apa-apa...."
"Ah, kau bodoh. Kau kurang mau berpikir. Coba ingat apa yang hampir
diperbuat Giam Khing kepadamu!"
Ji Lan Nikouw tiba-tiba tersentak. Ditanya dan diingatkan tentang itu tiba-tiba
saja dia berjengit, tubuhnya terangkat tapi sang guru menahan pundaknya. Dan ketika
nikouw muda itu memandang gurunya sementara sang guru tersenyum dan aneh
memandangnya maka nikouw sakti itu bertanya, mengulang.
"Nah, apa yang terjadi di situ, Ji Lan. Apa yang telah kau lihat dan kau
tangkap!"
"Giam Khing.... Giam Khing hendak memperkosaku!"
"Apa yang mendorongnya?"
"Ini.... ini...."
"Hm, teruskan, anak baik. Jangan ragu!"
"Dia.... dia didorong nafsu berahinya!"
"Bagus, dan apalagi yang kau lihat, Ji Lan? Hanya itu saja?"
"Aku.... aku.... ah, sebaiknya kau terangkan saja, suthai. Aku rasanya tak
sanggup dan berat menjawab ini!"665
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Baiklah, sekarang hendak pinni terangkan," nikouw itu berseri-seri. "Ada
sesuatu yang telah ditangkap oleh satu di antara tokoh utama Empat Pendekar, Ji Lan.
Dan tokoh itu adalah Han Bouw."
"Ada apa dengan pendekar ini?"
"Dia telah melihat bahwa hampir sebagian besar lelaki, kaumnya, lemah
terhadap nafsu berahi. Lihat keluarga Giam itu, lihat juga keluarga Tan maupun Yo.
Bukankah semua pernah menyeleweng dan menjadi hamba nafsu berahi? Nah,
bertolak dari sini maka pendekar hebat itu menyuruh anak keturunannya untuk
menahan diri pada setiap malam perkawinan, Ji Lan. Dan karena syarat utamanya
harus bersih dan suci maka setiap keturunan keluarga Han otomatis harus mengekang
dan mengendalikan nafsu berahinya kalau tak ingin mencemarkan nama leluhur!"
"Aku masih kurang mengerti...."
"Kau bakal mengerti," sang guru tersenyum, memotong. "Dan kini aku kagum
kepada pendekar Han ini, Ji Lan. Karena dengan cara dan keinginannya yang baik dia
berhasil melahirkan generasi-generasi penerus yang bermoral tangguh!"
"Aku masih bingung," sang murid kembali bicara. "Aku tak tahu ke mana kira
kira arah pembicaraanmu, suthai. Apa hubungannya itu semua dengan diriku!"
"Ah, banyak hubungannya!" sang guru berseru. "Dan bukan hanya kau, Ji Lan.
Melainkan semua orang yang merasa berkepentingan! Pinni justeru hendak
menerangkan ini agar kau mengerti. Dan karena ini cukup panjang maka jangan kau
memotong-motong!"
"Maaf, aku mengerti..." dan ketika Ji Lan Nikouw menunduk dan mendengarkan
maka gurunya bicara lagi.
"Lihat, tradisi turun-menurun keluarga Han ini menyelamatkan keturunannya, Ji
Lan. Dengan begitu mereka tak terjebak atau terjerumus seperti tiga keluarga yang
lain. Karena kalau keluarga Yo maupun Tan atau Giam tak pernah mendapatkan
warisan tradisi itu hingga mereka selalu terjerumus dan terjebak hawa nafsu
berahinya sendiri adalah orang-orang atau keturunan dari keluarga Han ini tidak. Dan
itu disebabkan oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah dimulai oleh kakeknya sendiri,
pendekar sakti Han Bouw yang gagah perkasa itu! Kau paham?"
Ji Lan Nikouw mengangguk-angguk, setengah mengerti. "Ya, aku paham,
suthai, mulai mengerti. Tapi apa hubungannya itu dengan semua ini?"
"Hubungannya kompleks, Ji Lan. Memberi tahu kita khususnya laki-laki bahwa
nafsu berahi adalah nafsu yang paling berat diperangi. Dengan tradisi atau
perintahnya itu sebenarnya Han Bouw hendak mencegah anak-anak keturunannya
berbuat dosa, melanggar hubungan susila sebelum nikah!"
Ji Lan Nikouw tertegun. "Sebelum nikah?"
"Ya, sebelum nikah, Ji Lan. Karena bagi pendekar itu pernikahan adalah sesuatu
yang sakral, suci!"
Ji Lan Nikouw mengangguk-angguk, memerah mukanya.
"Kau sudah mulai menangkap?"666
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ya, sebagian...."
"Nah, kuberi tahu lagi. Karena Han Bouw menganggap bahwa pernikahan
adalah sesuatu yang suci, sakral, maka dia menuntut kesucian dan kebersihan diri
anak-anak keturunannya. Dan itu dituntutnya dari malam pertama anak-anak
keturunannya. Siapa yang melanggar tak boleh mengikuti atau menjalankan tradisi
ini. Dan karena arwah leluhur dijadikan pegangan untuk persembahan malam
pertama itu maka hingga saat ini tak ada seorang pun dari keluarga Han yang berani
melanggarnya. Arwah leluhur adalah arwah yang harus disucikan. Dan disadari atau
tidak sesungguhnya tradisi kakek moyang keluarga Han ini menyelamatkan anak
keturunannya karena otomatis mereka diharuskan berbuat bajik, menjauhi pe
langgaran susila dan itulah sebabnya mereka merupakan orang-orang yang kuat
dalam menghadapi godaan nafsu berahi!"
Ji Lan terkejut, termangu-mangu.
"Kau mulai jelas?"
"Ya, semakin jelas, suthai. Tapi lanjutkan lagi, aku tergetar!"
"Hm, pinni juga tergetar. Dan sekarang pinni mengerti dari mana semuanya itu
didapatkan Han Bouw, Ji Lan. Bukan lain dari pengamatannya terhadap saudara
saudaranya sendiri. Pendekar itu melihat bahwa nafsu berahi adalah nafsu yang sukar
ditundukkan lelaki. Dan karena nafsu ini adalah musuh yang paling berat bagi lelaki
maka dibangunnya tanggul berupa tradisi atau persembahan malam pertama bagi
setiap perkawinan keluarga Han. Sungguh mentakjubkan!"
Ji Lan Nikouw mengangguk-angguk, menggigil. "Jadi itu kiranya, suthai? Dan
Bun Hwi...?"
"Nanti dulu. Pembicaraan ini belum tuntas, Ji Lan. Pinni masih hendak
melanjutkan lagi!" nikouw sakti itu mengusap keringatnya, tanpa terasa semakin
gembira. "Pinni sungguh kagum akan buah pikirannya ini. Karena dengan tradisi atau
perintahnya itu maka Han Bouw menyelamatkan anak keturunannya dari perbuatan
perbuatan asusila. Karena berahi, nafsu berahi, adalah sesuatu yang memang banyak
mencelakakan manusia, yang sering tanpa sadar atau bahkan sadar mudah
menjerumuskan dan menggelincirkan orang-orang gagah, laki-laki yang tak memiliki
tanggul tradisi atau semacamnya seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang
keluarga Han ini!"
Ji Lan Nikouw mengangguk-angguk, kagum. "Dan selanjutnya, suthai.
Bagaimana dengan Bun Hwi?"
"Pemuda itu juga melihat kenyataan ini, Ji Lan. Tapi yang dilihat adalah sepak
terjang Giam Khing dan ayahnya!"
"Hm, suthai yakin?"
"Ya, aku yakin, Ji Lan. Seperti juga keyakinanku dengan Han Bouw itu!"
"Lalu bagaimana?"
"Bun Hwi ingin mengikuti jejak. Tapi sebagai generasi muda dia telah
mengembangkan dan menyempurnakan inti persembahan itu. Bukan arwah leluhur
atau orang lain yang dituju melainkan Tuhan, asal dari segala muasal!"667
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Dan bukan karena malu atau ingin menandingiku?"
"Keinginan itu ada, Ji Lan. Tapi tanpa ditunjang watak yang baik atau budi yang
luhur belum tentu gagasan itu tercipta. Betapapun pemuda ini telah berhasil
menyempurnakan cita-cita atau tradisi keluarga Han, tapi tentu saja dengan resiko
dan tanggung jawab yang lebih berat!"
"Maaf, kau tadi mengatakan bahwa semuanya itu bersumber pada nafsu berahi,
suthai, persoalan sex. Apakah nafsu berahi ini tak dapat dibunuh? Bukankah dengan
membunuhnya maka segala macam kejahatan seperti yang dilakukan Giam Khing
atau ayahnya itu tak bakal terjadi?"
"Ah, nafsu tak dapat dibunuh, Ji Lan. Nafsu itu ada dan tetap tinggal di diri
manusia. Kalau nafsu itu dibunuh seandainya, maka manusia tak dapat melanjutkan
turunannya dan musnahlah mahluk bernama manusia ini dari muka bumi!"
"Tapi nafsu berahi menyeret manusia pada perbuatan-perbuatan jahat!"
"Tunggu, jangan melontarkan dakwaan itu, Ji Lan. Nafsu berahi, seperti juga
nafsu lain seperti tamak atau dengki misalnya adalah nafsu-nafsu yang tinggal
terserah bagaimana manusianya. Manusia telah diberi akal dan budi untuk
membedakan mana yang baik dan buruk. Pikirannya selalu terseret oleh baik dan
buruk ini. Tapi karena manusia telah diajar untuk mengenal semuanya itu maka
berahi atau nafsu-nafsu lain adalah pelengkap bagi manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan atau tingkat hidup yang lebih tinggi, tak dapat dibunuh dan memang tak
mungkin dibunuh!"
"Tapi berahi telah menyeret manusia...."
"Betul, bagi yang lemah, Ji Lan. Bagi yang tak kuat. Tapi kalau mereka telah
memiliki semacam tameng atau tradisi seperti keluarga Han ini maka kecelakaan atau
kejadian-kejadian yang mencelakakan manusia dapat dicegah!"
"Aku masih penasaran," Ji Lan Nikouw atau bekas Dewi Kelabang Hitam ini
berseru, matanya berbinar-binar. "Kalau nafsu berahi atau nafsu-nafsu buruk lainnya
mencelakakan manusia-manusia lemah kenapa tak boleh dibunuh dan tak mungkin
dibunuh, suthai? Bukankah jelas itu merugikan yang bersangkutan?"
"Ah, rugi atau untung bukan masalahnya, Ji Lan. Karena nafsu itu sudah ada di
situ, seperti juga nafsu-nafsu baik lainnya yang ada di diri manusia. Kalau yang jelek
tak mau kenapa menerima yang baik? Bukankah tak mungkin kepada Tuhan kita
berkata bahwa sebaiknya nafsu-nafsu baik saja yang diberikanNya kepada kita?
Semuanya itu sudah ada di situ, Ji Lan, tanpa dapat kita tolak atau menyingkirkannya
salah satu. Adalah tugas kita untuk mengenal semuanya ini dan dari sini kita
mencoba hidup yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain,
mempelajarinya!"
"Hm, dan suthai berkata bahwa nafsu tak dapat dibunuh, dalam hal ini adalah
nafsu berahi. Lalu bagaimana jadinya bila nafsu ini menghinggapi orang-orang yang
kebetulan lemah?"
"Mengalihkannya, Ji Lan. Melakukan seperti apa yang telah dilakukan cikal
bakal keluarga Han itu!"668
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Aku tak mengerti....."
"Kau akan segera mengerti. Dengarlah, lihatlah!" suara nikouw itu mulai
meninggi. "Aku berkata bahwa nafsu TAK DAPAT DIBUNUH, Ji Lan. Bahwa kata
kataku ini boleh kau buktikan kelak, baik dalam kehidupanmu sendiri maupun
kehidupan orang lain. Tapi ada cara untuk mengatasi datangnya nafsu-nafsu buruk,
yakni dengan mengalihkannya seperti apa yang telah diperbuat oleh Han Bouw itu.
Nafsu, dalam hal ini berahi, dapat dialihkan atau dibelokkan arahnya. Dan karena ini
adalah satu-satunya cara untuk mencari jalan selamat maka cara seperti yang
dilakukan keluarga Han itu adalah yang paling tepat!"
"Aku tak mengerti...."
"Aku tahu, tunggulah!" sang nikouw sakti mengulapkan tangannya. "Sudah
kukatakan jangan banyak memotong omonganku, Ji Lan. Dengar dan lihat sajalah.
Seperti telah kukatakan tadi bahwa nafsu tak dapat dibunuh, dan ini betul. Tapi
sesungguhnya nafsu dapat diperlemah atau "ditidurkan" sesaat. Maksudku begini, ada
sebuah kata-kata bijak. Nafsu, dalam hal ini berahi, dapat dijinakkan seperti halnya
orang menjinakkan binatang buas. Nafsu itu dapat dikendalikan, diatur. Dan karena
dia dapat diatur atau dikendalikan maka caranya ialah dengan merubah sasaran dari
yang diinginkan. Kalau dia ngin ke utara umpamanya, kita belokkan arahnya ke
timur. Atau kalau dia ingin ke timur maka kita belokkan dia ke barat, tentu saja
dengan perjuangan dan kesungguhan yang berat. Dan kalau kita sudah dapat
mengendalikan atau mengatur nafsu ini sedemikian rupa maka nafsu dapat kita
tunggangi seolah seseorang menunggangi kuda, bukan kuda menunggangi kita.
Dengan lain kata, kita dapat menguasai nafsu kalau kita mau, berusaha sekuat tenaga.
Tapi karena nafsu tak dapat dibunuh dan ada selama hidup maka perjuangan kita
tentu saja juga seumur hidup, pekerjaan yang memang berat. Atau kalau kita tak
berniat "membelokkan" atau mengalihkan nafsu ini maka caranya ialah dengan
menahan atau membentengi diri seperti keluarga Han itu. Karena dengan cara seperti
itu maka nafsu menghadapi tembok iman yang luar biasa tangguh!"
Ji Lan Nikouw mengangguk-angguk, semakin, mengerti. "Dan kalau kita tak
berhasil?" tanyanya bersinar-sinar. "Apakah kita harus mencobanya lagi, suthai?
Berjuang dan terus menguasai nafsu?"
"Nafsu sesungguhnya tak dapat dikuasai...."
"Bagaimana ini?" Ji Lan Nikouw terbelalak, memotong. "Kau tadi
mengucapkannya sendiri, suthai. Dan sekarang sudah berobah!"
"Dengarkan dulu, lihat ini," sang nikouw berkata sabar, mengangguk. "Yang
kumaksudkan adalah penguasaan sementara, Ji Lan, bukan selamanya. Karena begitu
nafsu terlepas dan lolos dari ikatannya maka orang pun gagal dan harus
menundukkannya lagi, menguasainya!"
"Jadi berjuang lagi?"
"Ya, karena nafsu itu hidup, Ji Lan. Bukan benda mati! Ia sesungguhnya tak
dapat dikuasai, dalam arti total, melainkan dapat dijinakkan dan dikendalikan sesaat.
Karena kalau membiarkan nafsu ini meliar dan bebas sesuka hatinya maka
berbahayalah keadaan. Ia memang harus diikat dan dikendalikan, atau orang akan
menjadi buas oleh hawa nafsunya yang tidak terkendali!"669
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Dan dibelokkan arahnya kalau ia melonjak-lonjak. Hm, bagaimana ini, suthai?
Bagaimana maksudmu?"
"Begini. Nafsu, taruh kata nafsu marah atau berahi memang harus dibelokkan
arahnya kalau datang di saat yang tidak tepat. Kita harus meredamnya sejenak dengan
cara sederhana. Misalnya saja ia datang, padahal suasana dan lingkungannya tidak
tepat. Maka apa yang harus dilakukan? Sederhana saja, Ji Lan, pikirkan sesuatu yang
lain yang tidak berhubungan dengan nafsu itu. Misalkan saja rasa marah datang,
padahal kita tidak menghendakinya. Maka pikirkan sesuatu misalnya bunga mawar
atau anggrek untuk peredam atau penangkal rasa marah ini. Cara ini memang bersifat
sementara, hakekatnya untuk meredam atau mengurangi rasa marah itu, sang nafsu.
Karena kalau hal ini sudah kita lakukan maka mencari sumbernya adalah jalan
terbaik. Tapi karena biasanya di saat nafsu itu datang kita sedang kehilangan kontrol
diri maka cara pertama atau mengalihkan perhatian nafsu itu pada sesuatu yang lain
adalah cara darurat yang harus diingat!"
"Jadi bersifat mengurangi?"
"Benar."
"Dan suthai mengatakan tentang nafsu yang tak dapat dibunuh! Ah, coba
terangkan ini, suthai, beri contoh!"
"Eh, bukankah Giam Khing atau ayahnya itu adalah contoh yang jelas? Lihat
mereka itu, Ji Lan. Lihat apa yang terjadi. Mereka telah tewas, nafsu itu juga ikut
pergi. Tapi apakah dengan tewasnya ayah dan anak itu lalu nafsu berahi atau nafsu
nafsu buruk lain tak ada? Tidak. Ingat saja gadis-gadis yang dihamili pemuda itu, Ji
Lan. Giam Khing telah tewas tapi nafsu buruknya yang diturunkan pada orang lain
kelak akan membakar dunia lagi. Dan inilah contoh bahwa nafsu tak dapat dibunuh.
Ia pergi dari orang yang satu namun hinggap atau berpindah ke orang yang lain.
Nafsu memang sesuatu yang hidup. Ia bukan barang mati, ia tak dapat dibunuh! Kau
jelas?"
Ji Lan Nikouw tersentak.
"Lihat, contoh-contoh lain dapat kau temukan, Ji Lan. Baik yang menyangkut
nafsu berahi atau tamak. Baik tentang nafsu marah atau angkara. Semuanya ini ada di
mana-mana, hinggap dan tak dapat dimusnahkan!"
"Baik," Ji Lan Nikouw tergetar. "Sekarang aku mengerti, suthai. Lebih
mengerti. Coba lanjutkan lagi wawasanmu tentang ini!"
"Aku merasa cukup, lain-lainnya dapat kau cari atau kau petik dalam
kehidupanmu nanti. Sebaiknya kita kembali pada keluarga Han di Magada itu atau
Bun Hwi!"
Ji Lan Nikouw tertegun.
"Lihat, mereka itu telah berhasil menameng anak-anak cucunya dengan
peristiwa indah itu, Ji Lan. Baik Bun Hwi maupun keluarga Han telah bertindak tepat
dan bijak dalam meredam nafsu berahi. Mereka telah mempunyai tradisi luhur dan
cita-cita mulia dengan caranya itu. Mereka telah membuat tanggul yang kokoh untuk
generasi berikutnya!"670
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Ji Lan Nikouw mengangguk-angguk, gemetar. "Ya, aku... aku melihat, suthai.
Keluarga Han dan Bun Hwi itu telah memagar betis anak-anak keturunannya kelak
dengan persembahan malam pertama! Tapi, bagaimana dengan yang sudah terlanjur,
suthai? Bagaimana dengan mereka-mereka yang sudah kotor?"
"Maksudmu?"
"Bun Hwi dan keluarga Han telah mencanangkan syarat mutlak akan kebersihan
dan kesucian diri, suthai. Bahwa mereka betul-betul harus bersih lahir batin sebelum
nikah. Mereka tak boleh melanggar susila, karena sekali pelanggaran itu dilakukan
maka tradisi malam pertama tak boleh dilakukan. Lalu bagaimana dengan yang sudah
terlanjur tidak bersih? Bagaimana dengan Hong Siu misalnya?"
Lian Ing Nikouw terkejut, tapi akhirnya tersenyum lebar. "Kukira boleh-boleh
saja, Ji Lan. Tapi dua hal yang harus diperhatikan!"
"Apa dua hal itu?"
"Pertama mereka harus tobat, menyesal. Lalu kedua harus MENGHENTIKAN
dan berjanji bahwa kebiasaan-kebiasaan buruk yang lama harus tidak diulangi. Nah,
kalau mereka sanggup melakukan ini dan berniat mengikuti jejak keluarga Han atau
Bun Hwi tentu mereka juga mendapat imbalannya sesuai dengan perbuatan baiknya!"
"Tidak terlambat?"
"Ah, Tuhan Maha Pengampun, Ji Lan. Dia Maha Pemurah dan Maha Mengerti.
Asal semuanya itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus tentu mereka akan
mencapai tingkatan hidup seperti Bun Hwi atau keluarga Han itu. Masalahnya,
adakah mereka memiliki niat dan kesanggupan untuk itu!"
Ji Lan Nikouw tertegun.
"Kau mengerti?"
"Ya, aku mengerti."
"Nah, kiranya cukup, Ji Lan. Kita tahu bahwa persembahan untuk leluhur
apalagi Tuhan haruslah bersih dan suci. Persembahan macam begini janganlah main
main. Atau kita terkena getahnya dan orang itu sendiri yang rugi!"
"Aku mengerti, terima kasih...."
"Apalagi yang hendak kita bicarakan?" nikouw itu merenung. "Ah, kiranya
cukup Ji Lan. Mudah-mudahan ada manfaatnya bagimu dan bagi orang lain kelak.
Pinni rupanya telah berbicara terlalu banyak, maaf kalau kau bosan."
"Tidak, aku justeru merasa berterima kasih, suthai. Pelajaran yang telah kau
berikan ini sungguh besar artinya bagiku. Semoga aku dapat menyerap lebih banyak
lagi pelajaran-pelajaran atau petuah darimu."
"Kalau begitu kita beristirahat. Kita berdoa untuk keselamatan generasi muda!"
"Suthai mau ke mana?"
"Ke puncak tertinggi pegunungan Himalaya, Ji Lan. Mari ikut pinni dan kita
berdoa di sana. Bun Hwi dan keluarga Han telah memulai niat luhur ini dan pinni671
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
ingin mendorong agar tradisi atau kebiasaan baik mereka itu menumbuhkan generasi
generasi baru yang kokoh dan tangguh!"
"Kalau begitu aku ikut...."
"Omitohud, mari!" dan begitu Lian Ing Nikouw menyambar dan berkelebat ke
atas tiba-tiba nikouw ini telah menghilang dan meninggalkan tempat itu, membawa
pergi muridnya namun gema atau pantul pembicaraan itu rupanya masih hangat
menempel di pucuk-pucuk daun, melekat di batang pohon dan bumi pun rasanya
tersiram dengan lembut. Percakapan nikouw sakti itu bersama muridnya serasa
mengiang di balik desir angin yang menyilir. Indah dan begitu bening. Dan ketika
nikouw itu lenyap dan orang ternganga memandang ke atas maka nun jauh di sana, di
puncak Himalaya yang tertinggi tampak dua orang duduk bersila menempelkan
tangan. Tak bergerak bagai arca dan samar-samar namun jelas memancarlah cahaya
cemerlang di atas kepala dua nikouw itu. Baik Lian Ing Nikouw maupun muridnya si
bekas Dewi Kelabang Hitam itu sama-sama tersenyum. Mereka menutup mata namun
mata batin mereka justeru terbuka lebar, penuh getaran dan siap menangkap
petunjuk-petunjuk dari langit. Dan ketika perlahan namun pasti cahaya cemerlang itu
semakin melebar dan menerangi kepala mereka mendadak tubuh keduanya terangkat
naik. Mula-mula hanya sesenti tapi akhirnya sejengkal. Dan ketika tubuh yang
terangkat naik itu semakin tinggi dan tinggi tiba-tiba Lian Ing Nikouw berseru.
"Ji Lan, kita ke tempat para Dewa. Kita diundang!" dan begitu nikouw itu
menghentikan seruannya dan terdengar ledakan menggelegar tiba-tiba nikouw itu
bersama muridnya lenyap, hilang ke atas seakan tersedot sesuatu. Dari bawah orang
akan melihat adanya semacam lorong putih turun dari langit, meluncur dan berhenti
di bekas tempat bersila dua orang itu. Dan ketika lorong ini lenyap namun bersamaan
itu pula Lian Ing Nikouw dan muridnya juga tak ada maka orang menamakan ini
sebagai peristiwa perjalanan ke Nirwana. Nikouw itu mendapat undangan dan para
dewa-dewi di puncak Himalaya rupanya gembira melihat nikouw sakti itu, bersama
muridnya. Dan begitu lorong itu lenyap membawa nikouw ini maka di langit yang
terang terlihat sekilas api bagai cambuk halilintar, merah kuning dan biru namun
indah bukan kepalang. Dan ketika orang masih tertegun dan tak mengerti ini tiba-tiba
muncul sebuah kereta di balik mega tebal, lari ditarik kuda terbang dan tampaklah
nikouw itu di sana, tersenyum, melambaikan tangannya ke bumi. Tapi ketika api
halilintar itu lenyap dan kuda terbang berikut kereta ini juga lenyap di langit yang
biru maka beberapa tahun kemudian muncul seorang nikouw sakti yang masih muda.
Berjubah putih dan bertopi putih dan nikouw itu sering mondar-mandir di antara
Magada dan Tiongkok. Orang tak dapat mengikuti gerak-geriknya karena dia tak
pernah berjalan biasa. Gerakannya adalah terbang dan orang menganggap wanita ini
sebagai Kwan Im Pouwsat, Dewi Kwan Im. Dewi yang datang dan memberi berkah
pada manusia, terutama orang-orang muda, khususnya mereka yang sering berbuat
bajik dan kebaikan. Dan ketika lama-kelamaan orang menyebut nikouw ini sebagai
Pek-i Sian-li atau Dewi Jubah Putih yang dianggap sebagai penjelmaan atau titisan
Dewi Kwan Im maka orang tak menduga atau lupa pada sebuah nama yang beberapa
tahun lalu mengguncang dunia kang-ouw. Dewi Kelabang Hitam! Nama ini sudah
terkubur dan akhirnya dilupakan orang. Dunia kang-ouw tak mengingat lagi nama itu
namun tokoh-tokoh Magada maupun suami isteri Bun Hwi dan Mei Hong tak
mungkin melupakan nama ini. Nama itu bagi mereka merupakan ikatan sejarah,
sejarah pribadi. Dan ketika orang banyak dibuat tercengang dan keheranan oleh
nikouw sakti ini, yang sering turun dan lenyap di istana maka tak ada seorang pun672
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
yang menduga bahwa nikouw itu berkunjung dan sering berbincang-bincang dengan
tokoh-tokoh muda di dua negara itu, sering dimintai tolong dan mengulurkan bantuan
bagi siapa saja. Tak segan-segan menyingsingkan lengan baju melepas perbuatan
perbuatan baik, seakan seluruh hidupnya ingin dibaktikan untuk sesama, demi cinta
kasih. Dan karena hanya tokoh-tokoh Magada atau Bun Hwi dan isterinya saja yang
tahu siapa kiranya Pek-i Sian-li itu maka nama ini tetap terjaga seumur hidup.
Maklum bahwa nikouw muda yang ingin merobah dan menghapus sepak terjangnya
di masa lalu itu ingin memperbaiki cara hidupnya. Berobah total dan sungguh
bertolak belakang dengan masa lalunya yang pekat, yang dulu penuh dengan coreng
coreng hitam. Dan ketika nama Dewi Kelabang Hitam terganti dengan nama Pek-i
Sian-li ini maka kekacauan atau keributan di dunia kang-ouw tak ada lagi.
Semua yang jahat telah menemui ajalnya. Sementara yang terakhir, Dewi
Kelabang Hitam atau Kiok Lan itu telah menjadi nikouw, menemui kesadarannya
setelah dibimbing gurunya, Lian Ing Nikouw yang sakti. Bukankah kebahagiaan
sudah diperoleh? Ah, kebahagiaan itu bukan hanya di rumah tangga saja.
Kebahagiaan itu bisa diperoleh di mana-mana. Dan yang paling nikmat adalah kalau
berdekatan dengan sesama, memberikan cinta kasih kepada sesama dan selalu dekat
dengan Tuhan. Bukankah Dia adalah sumber cinta kasih? Ah, dekat dengan sumber
cinta kasih ini agaknya yang paling membahagiakan. Dan bekas Dewi Kelabang
Hitam itu rupanya telah menemukan kebahagiaannya yang paling besar!
Pembaca yang budiman, kiranya cukup kisah ini sampai di sini. Kejadian
kejadian di Magada maupun tempat lainnya telah anda ikuti. Anda telah mengetahui
apa yang telah dilakukan keluarga Han dan Bun Hwi. Anda telah mendengar
perbincangan Lian Ing Nikouw bersama muridnya. Mudah-mudahan saja ada
manfaatnya, khususnya untuk sobat-sobat muda di mana sebenarnya menjadi tujuan
utama penulis, generasi penerus yang masih harus mengayunkan langkah lebih
panjang.
Mudah-mudahan ada gunanya. Mudah-mudahan bermanfaat. Tapi kalau ada
yang tidak berkenan di hati tentu saja penulis mohon maaf. Teriring salam dari jauh
dan sampai jumpa di kisah mendatang. Selamat untuk generasi muda ini!
T A M A T
solo, 08-10-1987
Isabella Karya Maulana Mohammad Saeed Eldest Serial Inheritance Cycle 2 Karya Goosebumps Suatu Hari Di Horrorland
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama