Dewi Kelabang Hitam Karya Batara Bagian 4
terhuyung. Pembagian tenaganya mantap dan sama kuat, baik lengan kiri atau lengan
kanan sama ampuhnya. Dan ketika dua pemuda itu membentak dan marah menerjang
lagi maka Hong Siu dan Giam Khing sudah berkelebatan menyerang menteri ini,109
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
mematuk dan mencengkeram dan Giam Khing melepas totokan-totokan pula, It
yang-ci, ilmu totok yang hebat itu. Tapi karena Hu-taijin mulai mengenal ilmu silat
mereka dan dengan sinkangnya yang tinggi menteri ini mampu membuat tubuhnya
kebal maka patukan atau cengkeraman yang dilakukan dua pemuda itu tak mampu
melukai dan hanya baju atau pakaian menteri itu yang robek diserang, berputar dan
berlompatan dan tak lama kemudian Giam Khing maupun kakaknya melengking
tinggi. Mereka itu penasaran dan juga kagum, tiba-tiba mengerahkan ginkang dan
lenyap berkelebatan. Hu-taijin mengimbangi dan segera menteri itu pun lenyap
melayani lawan. Dan ketika dua pemuda itu menyerang dan memukul tapi lawan
dapat menolak semua pukulan mereka maka Giam Khing dan kakaknya gusar, juga
terkejut.
"Dia hanya mempergunakan Soat-kong-jiu, tak mengeluarkan ilmu-ilmu lain!"
"Ya, dan menteri ini lihai, Khing-te. Agaknya kita harus mencabut senjata!"
Hong Siu mendahului adiknya. Pemuda yang lebih lembut ini mencabut pedang,
bergerak dan menerjang dan segera senjata di tangannya itu mendesing menusuk
lawan. Hu-taijin menyampok dan pedang terpental. Dan ketika Hong Siu berteriak
marah dan maju lagi dengan pedang di tangan maka Giam Khing pun juga mencabut
senjatanya dan pedang bergagang hitam sudah berada di tangan pemuda ini, menikam
dan membacok dan segera menteri Hu Kang dikerubut, lebih seru dan tentu saja
berbahaya dibanding tadi. Dan ketika Hong Siu berseru agar mereka mengeluarkan
segenap kepandaiannya dan pedang serta tangan kiri bergerak bertubi-tubi maka Hu
taijin dibuat sibuk dan menangkis serta membalas.
"Plak-plakk!"
Pedang kembali tergetar. Dua pemuda itu berseru penasaran karena tetap saja
mereka tak mampu mendesak. Lawan benar-benar lihai dan tangguh. Hu-taijin
bersikap tenang namun hati-hati, pengerahan sinkang ditambah dan kedua lengan pun
tiba-tiba mengeluarkan sinar berkeredap, itulah Soat-kong-jiu yang semakin hebat.
Dan ketika menteri ini berteriak perlahan dan tangannya mulai memasuki gulungan
pedang maka pukulan menteri ini menyambar dan mendorong bayangan pedang,
menolak dan saat itu melepas pukulan miring. Dari atas ke bawah menteri ini
membalas Giam Khing, pemuda itu kebetulan ada di dekatnya dan menggigil.
Pukulan Soat-kong-jiu yang dilancarkan menteri Hu ternyata berpengaruh, Giam
Khing mulai kedinginan. Dan persis pemuda itu mengelak namun lawan memburu
maka pundak terkena dan Giam Khing menjerit.
"Dess!"
Giam Khing untuk pertama kali merasakan pukulan langsung. Soat-kong-jiu
(Pukulan Salju) yang dikerahkan menteri ini membuat bagian yang terkena beku.
Giam Khing merasa pundaknya seolah menjadi es dan tak dapat digerakkan, tentu
saja dia tercekat. Dan ketika dia terhuyung dan menteri itu maju lagi maka sebuah
tamparan lain mengenai bahunya yang satu, menbuat pemuda ini mengeluh dan
terpelanting. Lawan mau mendesak tapi Hong Siu membantu, pemuda ini marah dan
menusuk dari samping, membentak. Dan ketika Hu-taijin menangkis dan sekaligus
mencengkeram tiba-tiba pedang tertangkap dan Hong Siu tersentak.
"Lepas!"110
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hong Siu tak mau. Dia berkutat dan coba menyelamatkan pedang dengan
tendangan dari bawah, diterima dan Hong Siu terpekik ketika merasa perut Hu-taijin
demikian keras. Menteri itu mengerahkan sinkangnya dan Hong Siu malah terdorong,
kakinya sakit, pedang tiba-tiba menjadi begitu dingin dan Hong Siu tak tahan.
Serangan Soat-kong-jiu yang menjalar di tubuh pedang membuat pemuda ini
menggigil. Dan ketika Hu-taijin tertawa dan mendorong serta melepaskan pedang
tiba-tiba Hong Siu terjengkang dan jatuh bergulingan.
"Ha-ha, kau nekat, anak muda. Sekarang terimalah dan tahan pukulanku.....!"
menteri itu berkelebat, mengejar dan menepuk dan kali ini Hong Siu tak dapat
mengelak. Tamparan atau tepukan menteri itu mengenai punggungnya, Hong Siu
mengeluh dan mencelat tiga meter, tanpa dapat dicegah lagi pedangnya pun terlepas
dan jatuh di lantai ruangan. Dan ketika Hu-taijin tertawa dan menyusuli dengan
sebuah totokan tapi Giam Khing membentak dan ganti menolong saudaranya maka
Hu-taijin terpaksa membalik dan menangkis pemuda itu.
"Plak!" Giam Khing terpelanting, mendesis dan mengeluh namun di sana
kakaknya sudah melompat bangun. Dua anak muda itu marah dan menerjang lagi.
Dan ketika Hong Siu menubruk dan sudah menyambar pedangnya lagi maka Hu
taijin kembali dikeroyok dan mendapat bentakan-bentakan dua anak muda itu,
ditusuk tapi menyampok dan pedang lagi-lagi terpental. Menteri ini memang hebat.
Dan ketika Hong Siu dan adiknya melengking penuh penasaran maka mereka sudah
menyerang dan menjaga diri dengan hati-hati.
Namun Hu-taijin tetaplah Hu-taijin. Menteri ini telah mengenal kepandaian
masing-masing, dengan Soat-kong-jiu dua pemuda itu masih nekat dan berani
menyerangnya. Giam Khing melepas totokan-totokan dan Hong Siu sang kakak juga
tak mau kalah, tangan kiri bergerak dan berkali-kali pukulan atau cengkeraman
dilakukan pemuda itu. Kalau bukan menteri ini tentu sudah kelabakan dibuatnya.
Namun karena Hu-taijin adalah menteri kosen dan dia gemas melihat kebandelan dua
anak muda itu akhirnya menteri ini mengerahkan Pek-in-ciang (Tangan Mega).
"Anak-anak, sekarang kalian harus roboh!" menteri itu merobah gerakan, tangan
kiri menampar dan pukulan panas kali ini menderu. Giam Khing menangkis tapi
pedangnya mencelat, kaget pemuda itu. Dan ketika lawan tertawa dan maju lagi
dengan pukulan tangan kirinya itu tiba-tiba pemuda itu terjengkang karena angin
pukulan itu membuat dia sesak napas dan seluruh tubuhnya lemas tak dapat
digerakkan.
"Hei....!"
Terlambat, Hu-taijin telah berkelebat disamping pemuda ini, menotok dan Giam
Khing tiba-tiba roboh. Dia tak dapat menahan pukulan Pek-in-ciang itu, kaget karena
dari Soat-kong-jiu yang berhawa dingin tiba-tiba menteri itu merobah pukulannya
dengan Pek-in-ciang yang berhawa panas. Tubuh Giam Khing kalah cepat
beradaptasi, tentu saja tersentak ketika tubuh tiba-tiba lemas. Hawa pukulan itu telah
membuat dia terguling. Dan ketika totokan Hu-taijin tak dapat dihindari dan pedang
pun terlepas dari tangannya maka Giam Khing terjungkal dan tidak berdaya lagi.
"Bluk!"
Pemuda itu diam tak bergerak. Dia melotot, marah tapi Hu-taijin telah
menghadapi kakaknya. Sama dengan pemuda ini menteri itu pun melepas Pek-in-111
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
ciang, Soat-kong-jiu dirobah menjadi pukulan panas yang mengejutkan Hong Siu,
pemuda itu pun kalah cepat bereaksi. Dan ketika pedang ditangkis dan senjata di
tangan pemuda itu mencelat, tak kuat menahan pukulan panas maka Hu-taijin
berkelebat pula menotok pemuda ini, dikelit dan Hong Siu berteriak kaget. Dia di
kejar dan akhirnya melempar tubuh bergulingan. Dalam saat yang gugup begitu dia
lupa mempergunakan Ilmu Temboknya, Hu-taijin tertawa. Dan karena menteri ini
telah menang di atas angin dan tentu saja mudah baginya mengejar dan merangsek
pemuda itu akhirnya di saat Hong Siu coba menyelamatkan diri dengan bergulingan
sebuah totokan mengenai pinggangnya.
"Tuk!" pemuda ini pun mengeluh roboh. Hong Siu tak berdaya lagi menghadapi
menteri yang lihai itu, Hu-taijin telah menyelesaikan pertempuran dan kini sambil
mengusap keringatnya menteri itu tertawa. Dua anak muda mengagumkan hatinya.
Kalau bukan karena pengalaman dan kepandaiannya yang tinggi tak mungkin dia
menghadapi anak-anak muda ini. Maka begitu lawan dibuat roboh dan Giam Khing
serta kakaknya tertegun memandang menteri itu maka Hu-taijin berkata.
"Nah, apa sekarang yang dapat kalian lakukan, anak-anak? Kalau aku
bermaksud kejam tentu kalian kubunuh, tapi hal itu tak kulakukan. Aku tak
menyimpan niat jelek kepada kalian. Lihatlah, kalian kubebaskan......!" dan Hu-taijin
yang menggerakkan tangannya dua kali menotok anak-anak muda itu akhirnya
membuat Giam Khing dan Hong Siu melompat bangun, pucat dan saling pandang
karena mereka telah dikalahkan telak. Menteri itu benar, mereka dibebaskan. Padahal
kalau mau tentu lawan dapat membunuh mereka dan mereka tak berdaya. Dan karena
mereka sudah pecundang dan Hu-taijin membebaskan mereka akhirnya Hong Siu
menahan malu berkata gemetar.
"Taijin, kau telah membuktikan keunggulan kepada kami. Kami kalah, kau
memang lihai. Tapi urusan peta tetap tak dapat kami habiskan dan saudara-saudara
kami yang lain yang akan datang. Terserah kau mau menangkap kami atau
bagaimana!"
"Hm, kalian tak mau mengerti," menteri itu tak puas. "Aku telah bicara jujur
dengan kalian, anak-anak muda. Tapi kalau kalian nekat dan ingin kembali tentu saja
aku akan menghadapi. Sekali lagi kupersilahkan kalian besok datang ke sini, kita
bicara setelah tamu-tamuku pergi. Atau kalian pulang dan kembali ke Magada!"
"Kami memang akan kembali," Hong Siu menjawab. "Kami telah gagal di sini,
taijin. Dan kami melaporkan ini pada saudara-saudara dan orang tua kami!"
"Silahkan," Hu-taijin tergetar, matanya berkilat marah. "Aku siap menerima
siapa saja, anak muda. Dan kalau orang tua kalian ada itu lebih baik lagi. Pergi dan
laporkan itu kepada mereka!"
"Baik!" dan Hong Siu yang mengangguk dengan marah dan memutar tubuhnya
tiba-tiba berkelebat menyambar sang adik, tak mau lagi berlama-lama di situ karena
terlalu kuat. Dan begitu mereka pergi dan Hu-taijin tampak mengerutkan keningnya
maka malam itu menteri ini meminta maaf pada tamu-tamunya. Sedikit gangguan itu
membuat pertemuan agak terganggu. Untunglah, pembicaraan hampir selesai. Dan
karena dua pemuda itu dibebasksn kembali dan Hu-taijin tak mau membicarakan ini
akhirnya menteri itu melanjutkan sisa pembicaraan dan Kao Cung serta menteri
menteri lain diam-diam saling pandang. Betapapun peristiwa itu membuat mereka112
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
heran, juga ingin tahu. Maklum, mereka tak tahu peta yang dimaksud. Tapi karena
Hu-taijin adalah menteri yang disegani dan tentu saja mereka tak berani bertanya
maka malam itu pertemuan dilanjutkan kembali dan akhirnya selesai. Kao Cung dan
lain-lain pulang kembali ke tempat masing-masing. Dan begitu suasana kembali
tenang dan aman maka keesokan harinya menteri ini pergi menemui seseorang, entah
ke mana dan hanya puterinya itulah yang tahu. Kerut di tengah kening menteri itu
menandakan kecemasannya, meskipun hampir tak nampak dan pandai
disembunyikan. Dan ketika semuanya berjalan seperti biasa dan dua pemuda itu tak
kembali ke gedung menteri ini maka Hu Lan diam-diam diutus ayahnya mencari Bun
Hwi, tak ketemu karena Bun Hwi mengurung diri di tempat rahasia. Pemuda itu tak
tahu apa yang terjadi di luar. Hu Lan coba menunggu dan menanti di luar. Tapi
karena Bun Hwi baru keluar setelah dua belas bulan dan Hu Lan tentu saja tak sabar
dan tak tahu di mana tepatnya Bun Hwi berada maka gadis ini akhirnya kembali dan
menemui sang ayah, disambut helaan napas dan menteri Hu Kang pun menyesal. Peta
yang diberikan kepada Bun Hwi itu hanya sebuah, jadi dia pun tak tahu di mana Bun
Hwi bersembunyi, kecuali diketahuinya pemuda itu di Bukit Pedang. Itu saja. Dan
karena persoalan lain banyak dihadapinya pula selain persoalan dua pemuda itu
akhirnya Hu-taijin melupakan ini dan tenggelam dalam kesibukan negara.
*
* *
"Hm, mana Mei Hong?" begitu Bun Hwi bertanya ketika tiba di Hwa-i Kai
pang. Hari itu dia ingin melepas rindunya, kebetulan Hwa-i Kai-pang berada di jalan
yang sama menuju ke kota raja, jadi sekalian mampir dan ingin mencari Mei Hong.
Tapi begitu dia menepuk dan si pengemis terkejut tiba-tiba pengemis yang djumpai
ini mengeluh.
"Ah, Bun-ongya kiranya!" pengemis itu, Bian-kai, menjawab terbata. "Pangcu
belum kembali, ongya. Dan kami anak buah menjadi bingung!"
"Belum kembali?" Bun Hwi tertegun. "Kau tak main-main, siauw-kai (pengemis
cilik)? Bukankah dulu dia janji akan datang?"
"Entahlah, aku tak tahu. Tapi, ah.... lepaskan cengkeramanmu, ongya. Sakit!"
pengemis itu meringis. "Jari-jarimu seperti baja!"
Bun Hwi melepaskan cengkeramannya, sadar. Lalu melihat pengemis itu
meringis menahan sakit cepat-cepat Bun Hwi bertanya di mana Cie-kai, itu pengemis
yang menjadi wakil pimpinan di situ, ditunjukkan dan kebetulan pengemis itu datang.
Cie-kai melihat gerakan Bun Hwi, juga seruan anak buahnya. Dan begitu dia melinat
siapa yang datang tiba-tiba pengemis ini membungkuk dalam-dalam.
"Ongya, selamat bertemu. Kau barangkali dapat membantu kami. Pangcu kami
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak pernah pulang!"
"Hm," Bun Hwi merasa didahului. "Ke mana dia, Cie-kai? Dan apa sebenarnya
yang dia cari?"
"Aku tak tahu, ongya. Tapi Hu-taijin beberapa waktu yang lalu ke mari. Kau
dicari-carinya!"113
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hu-taijin? Ada apa? Kebetulan, aku juga ke sana!"
"Itulah, kau dinantinya, ongya. Katanya ada sesuatu yang penting yang ingin
disampaikan kepadamu!"
"Apa itu?"
"Kami tak tahu, tapi katanya penting!"
"Hm, dan pangcumu juga tak diketahui ke mana perginya?"
"Begitu, ongya, dan kami cemas. Kami akan menyebar para angauta untuk
mencarinya." Cie-kai menceritakan kejadian itu, sejak Bun Hwi datang dan kini
muncul lagi. Mei Hong entah ke mana dan selama ini tak pernah gadis itu menengok
partainya. Cie-kai tak tenang dan khawatir. Dan karena Bun Hwi merasa
keperluannya di situ gagal dan pengemis itu mengulangi lagi pesan menteri Hu agar
ke sana tiba-tiba Bun Hwi mengangguk dan mengucap terima kasih, lenyap
berkelebat dan pagi itu juga dia langsung terbang ke kota raja. Hu-taijin tentu ada
perlu benar-benar dengannya. Dan ketika tiba di sana dan kebetulan menteri itu ada
maka pembesar ini girang sekali dan menyambut Bun Hwi.
"Aih, kau sudah datang, pangeran? Kau telah memperoleh semua warisan itu?
Mari duduk, kita ke dalam. Hebat benar sinar matamu sekarang, tenaga saktimu
rupanya maju pesat dan gerak tubuhmu nyaris tak kudengar!" menteri Hu memuji,
menarik Bun Hwi ke dalam dan segera Bun Hwi ditanya macam-macam, terutama
tentang pelajarannya di Bukit Pedang. Menteri itu belum menyinggung-nyinggung
urusannya sendiri. Dan ketika Bun Hwi menceritakan bahwa belum semua pelajaran
diwarisinya total maka pemuda ini mengerutkan kening menjawab.
"Aku tak sempat mempelajari semua warisan itu, paman. Aku kehabisan waktu
karena teringat padamu dan juga Mei Hong."
"Ah, Hwa-i Kai-pangcu (ketua Hwa-i Kai-pang) itu?"
"Ya, aku telah ke sana, paman. Dan kebetulan mendapat berita bahwa kau
menyuruhku ke mari. Aku datang dan ingin tahu."
"Benar, aku ke sana beberapa waktu yang lalu. Tapi gadis itu tak ada. Kau
bertemu dengannya?"
"Belum, gadis itu belum kembali, paman. Para anggauta Hwa-i Kai-pang cemas
dan bingung memikirkannya. Tapi biarlah, aku ingin tahu apa kepentinganmu dan
kenapa kau tergesa menyuruhku ke mari."
"Kau sudah bertemu ibumu?"
"Belum."
"Hm, sebuah peristiwa baru terjadi, pangeran. Ini persoalan penting dan serius!"
"Tentang apa?"
"Tentang peta yang kau bawa itu."
"Peta?"114
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ya, pewarisnya sah datang, pangeran. Keturunan atau anak-anak murid
keturunan kakek dewa Pek In Sian-su itu datang!"
"Keturunan Pek In Sian-su?" Bun Hwi terkejut. "Bagaimana ini, paman? Siapa
yang kau maksud itu?"
"Anak-anak murid atau keturunan Sheru Deva dan Mira Dewi, pangeran. Kau
tentu telah mendengar nama ini atau setidak-tidaknya membaca tentang mereka itu!"
Bun Hwi tersengat. "Sheru Deva dan Mira Dewi? Pencipta ilmu-ilmu hebat Pek
liong Kiam-sut dan lain-lain itu?"
"Benar, mereka, pangeren. Dan aku baru saja bentrok dengan dua keturunan
mereka, pemuda-pemuda lihai dari Magada!"
Bun Hwi tertegun. Dia segera meminta menteri itu menceritakan apa
sebenarnya, bagaimana terjadi dan kenapa keturunan Sheru Deva dan Mira Dewi itu
muncul. Dan ketika menteri ini menceritakan bahwa Hong Siu dan Giam Khing, dua
keturunan langsung dari Giam Hok dan Gi Siong datang ke situ meminta peta yang
sudah di berikannya pada Bun Hwi maka Bun Hwi mendelong dan terkejut.
"Mereka lihai, pangeran. Puteriku bukan tandingannya. Si Giam Khing itu
memiliki totokan It-yang-ci sementara kakaknya, Hong Siu, memiliki Ilmu Tembok!"
"Tapi mereka dapat kau kalahkan?"
"Semata karena aku menang pengalaman, menang matang."
"Hm, lalu bagaimana maksudmu, paman? Apa yang hendak kau minta dariku?
Apakah aku harus menyerahkan peta kepada mereka?"
"Ini yang ingin kubicarakan, pangeran. Bagaimana sebaiknya dan apa menurut
pendapatmu?"
"Aku tak tahu...." Bun Hwi termangu. "Aku juga tak tahu apakah mereka benar
keturunan orang-orang gagah itu, paman. Atau hanya mengaku-aku untuk
mendapatkan warisan."
"Tidak, aku percaya mereka. Mereka betul-betul keturunan Giam Hok dan Gi
Siong itu, anak-anak murid Sheru Deva!"
"Lalu bagaimana?"
"Begini, pangeran. Tahukah kau siapa sebenarnya kakek dewa Pek In Sian-su
itu?"
"Aku tak tahu," Bun Hwi teringat. "Dan aku juga menduga-duga siapa kira-kira
kakek dewa yang sakti itu."
"Menurut pendapatmu kira-kira siapa? Apakah kau tidak menemukan
jenasahnya?"
"Ada, dan aku nyaris celaka di ruang rahasia itu, paman. Tapi terus terang aku
masih gelap oleh siapakah sebenarnya kakek itu."
"Coba kau ceritakan pengalamanmu," menteri itu meminta. "Barangkali aku
dapat menemukan petunjuk di sini."115
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Bun Hwi lalu menceritakan. Dia bukan menceritakan ilmu-ilmu yang diperoleh
melainkan pengalamannya ketika di guha bawah tanah, ruangan demi ruangan dan
akhirnya tempat atau Ruang Semadhi itu, di mana kakek dewa itu mengubur diri.
Bahwa nyaris dia celaka di tempat ini kalau tidak bersikap baik, tak mau menjebol
tembok dan justeru itu yang menyelamatkannya. Dan ketika dia mengakhiri ceritanya
bahwa jenasah yang dilihat akhirnya amblong atau mengubur sendiri di lubang yang
rupanya sudah disiapkan maka Hu-taijin tertegun mengerutkan kening.
"Tak ada petunjuk siapa kira-kira jenasah itu?"
"Tentu Pek In Sian-su adanya, paman. Siapa lagi?"
"Bukan, bukan itu. Aku percaya bahwa itu tentu jenasah Pek In Sian-su adanya,
tapi maksudku, tak adakah peninggalan kitab yang menceritakan siapakah kiranya
kakek dewa ini? Sheru Deva sendiri atau salah seorang muridnya?"
"Ada, paman, sebuah kitab. Tapi bukan kitab seperti yang kau maksudkan
melainkan kitab pelajaran silat Hwee-liong Sin-kang dan Lui-kong-cat serta lain
lainnya itu, petunjuk penjelas bagi gambar-gambar yang ada di dinding guha."
"Ah, begitukah? Kalau begitu kita tak tahu, siapa sebenarnya kakek ini menjadi
gelap!"
"Ya, aku juga merasa begitu. Tapi kembali pada persoalan anak-anak muda tadi
lalu bagaimana, paman? Apakah aku harus mengembalikan peta?"
"Ini aku juga bingung. Tapi kau sekerang pewaris sah kakek dewa itu pangeran.
Kau telah mewarisi ilmu-ilmunya dan kau berhak menolak. Mereka tak boleh
memaksa dan kau di pihak yang lebih benar!"
"Hm, aku jadi repot. Coba ceritakan padaku bagaimana asal mula peta itu ada di
tanganmu, paman. Coba kudengar dan biar nanti kuputuskan. Kalau perlu tak apa aku
mengembalikan peta itu, toh mereka keturuna langsung, pewaris langsung!"
"Tapi kukhawatirkan masalah ini menjadi panjang, pangeran. Aku khawatir
mereka melibatkan politik dan ada hubungan dengan angkatan perang!"
"Aagkatan perang? Bagaimana ini?"
"Ya, lihat dari mana mereka berasal, pangeran. Mereka dari Magada dan
kudengar akhir-akhir ini negeri kecil itu berambisi untuk meluaskan daerah. Beberapa
wilayah akhir-akhir ini dicaplok, negeri itu seakan harimau cilik yang siap
berkembang dewasa. Rajanya, Urugata, konon ingin menjadi besar!"
Bun Hwi mengerutkan kening. "Adakah persahabatan antara kita dengan
mereka?"
"Tidak!"
"Lalu apa hubungannya dengan angkatan perang?"
"Begini, aku khawatir Magada menciptakan tokoh-tokoh sakti, pangeran.
Umpamanya dua anak muda tadi. Semisal mereka mendapatkan warisan nenek
moyangnya, mempelajari ilmu-ilmu yang ada di Bukit Pedang itu, bukankah mereka
akan menjadi tak terlawan dan bisa menyerang kita? Aku khawatir ada116
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
kecenderungan ke sini, pangeran, dan aku ingin minta bantuanmu agar menyelidik ke
Magada!"
Bun Hwi terkejut. "Menyelidik? Menjadi agen rahasia?"
"Ya, semacam itulah, seorang spion. Kau belum dikenal dan tentu mudah atau
bebas bergerak."
"Hm.....!" Bun Hwi jadi bingung, teringat urusannya akan Mei Hong. "Aku ada
urusan pribadi, paman. Berat rasanya menerima ini."
"Tapi ini urusan negara, pangeran. Bukankah jauh lebih besar dan lebih penting?
Kalau saja aku dapat meninggalkan kedudukanku dan pergi dengan bebas tentu tugas
itu sudah kulaksanakan!"
"Tak adakah orang lain yang dapat mengerjakan ini, umpamanya?"
"Siapa di istana ini yang memiliki kepandaian yang dapat diandalkan? Tahukah
kau?" menteri Hu balik bertanya, menjadikan Bun Hwi terbungkam dan memang tak
ada. Satu-satunya yang lihai dan dapat diandalkan adalah menteri itu saja, itu pun tak
mungkin dapat menghadapi semua persoalan karena betapapun tenaga menteri ini
tentunya terbatas. Dan Bun Hwi yang tak dapat menjawab dan teringat pertanyaannya
tadi tiba-tiba mengangguk, menindas keinginannya sendiri untuk mencari Mei Hong.
"Baiklah, dapat kuterima ini, paman. Tapi bagaimana dengan pertanyaanku tadi?
Bagaimana asal-usul peta itu hinga berada di tanganmu?"
"Aku mendapatkannya dari mendiang suhengku."
"Pek-mauw Sian-jin (Kakek Rambut Putih)?"
"Ya, dia, pangeran. Dialah yang memberikan peta itu kepadaku. Sedang dari
mana dia sendiri mendapatkan itu aku kurang jelas."
"Hm," Bun Hwi tiba-tiba teringat jenasah Pek-mauw Sian-jin di bawah jurang,
jenasah yang kini diingatnya belum dikubur! "Apakah paman menerimanya sudah
lama?"
"Sudah, pangeran, dua puluh tahun yang lalu ketika kau belum lahir!"
"Dan paman selama ini tak ke Bukit Pedang?"
Menteri itu menarik napas. "Pangeran, suhengku sendiri mendiang Pek-mauw
Sian-jin adalah pelayan dari kakek dewa Pek In Sian-su itu. Sedang aku sendiri
dengan suhengku itu tak ada hubungan langsung sebagai guru dan murid dengan
kakek dewa itu, hal ini sudah kuberitahukan. Jadi untuk apa aku mewarisi ilmu
ilmunya? Aku tak ditunjuk suhengku untuk mewarisi silat itu, pangeran. Begitu juga
Pek In Sian-su tak menunjuk suhengku untuk mewarisi ilmu di Bukit Pedang.
Suhengku hanya menyerahkan peta itu kepadaku dengan pesan singkat, yakni bila
aku mendapatkan seseorang yang cocok dan berwatak mulia maka peta itu boleh
diberikan dan biarlah orang itu yang mewarisi peninggalan majikannya. Dan orang
itu sudah kupilih, kau!"117
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Bun Hwi terharu. "Paman, kalau begini berarti kau membuang budi besar
kepadaku. Sungguh aku tak tahu harus berkata apa kecuali terima kasih. Jadi peta itu
kau dapat dari mendiang suhengmu?"
"Benar, dan dulu suheng pernah memberi tahu tentang keturunan atau anak-anak
murid Sheru Deva dan isterinya itu, pangeran. Menyuruh aku menyerahkan kalau
mereka ada, datang. Tapi karena sudah dua puluh tahun mereka tak ada kabar
beritanya dan waktu itu pun aku sibuk di sini maka tak ada waktuku pula untuk ke
sana menyelidiki dan akhirnya peta itu kuberikan padamu, apalagi kau telah memiliki
Cupu Naga!"
Bun Hwi mengangguk-angguk.
"Dan sekarang kau pewaris resmi kakek dewa itu," Hu-taijin melanjutkan. "Kau
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhak menolak atau mengenyampingkan mereka, pangeran. Biar pun mereka itu
adalah keturunan langsung dari Sheru Deva atau Mira Dewi!"
"Benar," Bun Hwi mengangguk. "Tapi enak rasanya bersikap begini, paman.
Betapapua aku akan melihat bagaimana mereka itu. Kalau baik, tidak jahat, rela aku
menyerahkan peta. Tapi kalau tidak, mereka itu buruk, tentu aku akan
mempertahankannya dan tak akan memberikan."
"Terserah kau," Ha-taijin sependapat. "Dan untuk itu semua kau dapat ke
Magada, pangeran. Sekalian selidiki benarkah berita yang kudengar tentang raja
Urugata itu."
"Baiklah, aku akan ke sana." Bun Hwi bangkit berdiri. "Tapi tolong cari tahu
tentang Mei Hong, paman. Terus terang aku jadi khawatir dan tidak enak. Jangan
jangan ada apa-apa dengannya. Kau mau membantu?"
"Tentu, aku akan menyuruh Hu Lan, pangeran. Tak perlu khawatir dan
percayalah."
"Terima kasih," dan Bun Hwi yang teringat sesuatu dan tiba-tiba mengeluarkan
peta mendadak berkata. "Paman, sementara ini biarlah peta kutitipkan dulu padamu.
Terimalah dan biarkan aku tenang dalam bepergian."
Menteri Hu terkejut. "Kau mau mengembalikannya?"
"Bukan begitu, hanya sekedar titip, paman. Atau...."
"Tidak, jangan!" menteri itu buru-buru menolak, "Aku telah berkata pada dua
anak muda itu bahwa peta tak ada di tanganku, pangeran. Kalau kini kau serahkan
dan kebetulan mereka tahu tentu aku jadi repot, disangka bohong! Sebaiknya kau
simpan saja dan jangan sulitkan aku!"
Bun Hwi tertegun, Dia melihat kesungguhan dan kebenaran omongan itu, tak
jadi memberi dan menteri ini jelas menolak. Terpaksa, Bun Hwi memasukkanna
kembali dan meringis. Dan karena memaksa tak bakal diterima dan Bun Hwi pura
pura mengerti maka pemuda itu menyimpan petanya kembali dan pergi, mengucap
terima kasih dan Hu-taijin menyuruhnya ke Magada. Menteri itu gembira dan tenang.
Bun Hwi adalah andalan yang dapat dipercaya. Tapi begitu pemuda ini berkelebat
dan disangka lenyap dari rumahnya maka secara lihai dan cerdik Bun Hwi menemui118
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hu Lan, yang segera dicarinya dan ada di belakang, menyerahkan peta itu pada gadis
ini.
"Apa? Kau gila? Ayah sendiri sudah menolaknya, Bun.... eh, pangeran. Masa
sekarang kau mau menyerahkannya kepadaku?"
"Sst, jangan berisik, Hu Lan. Dan jangan panggil aku dengan sebutan yang
membuatku cangguug itu. Kau sebut saja aku Bun Hwi, seperti dulu, atau Bun-ko
(kakak Bun). Kau tentu mau menolongku, bukan?"
"Tentu, tapi jangan ini, pa.... eh, Bun-ko. Aku tak berani dan terus terang takut
dimarahi ayuh!"
"Kau bodoh. Kau tak perlu memberi tahu ini pada ayahmu. Apakah kau
menghendaki peta hilang di tengah jalan?"
"Apa maksudmu?"
"Begini, Hu Lan. Ayahmu meminta tolong padaku untuk pergi ke negeri
Magada, dan ini merupakan perjalanan jauh. Aku khawatir peta hilang di tengah
jalan, atau hilang karena satu dan lain sebab, maklum, perjalanan demikian jauh tentu
bukannya tanpa bahaya. Maka daripada menanggung semuanya itu dan berjaga-jaga
peta ingin kutitipkan padamu dan jangan beri tahu ayahmu. Mengerti?"
Hu Lan tertegun.
"Atau kau ingin peta ini hilang dan jatuh di tangan otang jahat?"
"Tentu saja tidak."
"Nah, karena itu tolong aku, adik manis. Jangan biarkan aku membawa resiko
dan biarlah aku berjalan tenang dalam melaksanakan tugasku!"
Hu Lan tak dapat menolak. Alasan Bun Hwi tepat, pemuda itu akan melakukan
perjalanan jauh. Dan karena Bun Hwi dapat membujuk dan Hu Lan menerima maka
di luar pengetahuan Hu Kang, puteri menteri itu menyimpan peta dan menerimanya
barang titipan.
"Eh, satu lagi," Bun Hwi menyambung, tersenyum. "Kau boleh pula ke Bukit
Pedang, Hu Lan. Lihat dan pelajari satu dua ilmu silat di sana. Jangan takut dan
jangan sungkan agar pemuda-pemuda macam Giam Khing atau Hong Siu itu tak
merendahkanmu lagi."
Hu Lan merah mukanya. "Aku tak berani, Bun-ko. Agaknya terlalu lancang dan
tak enak bagiku."
Jawaban ini menunjukkan kejujuran seperti Hu-taijin, Bun Hwi kagum. Tapi
karena dia pewaris Pek In Sian-su dan sesungguhnya keberhasilannya itu pun berkat
bantuan menteri Hu, maka Bun Hwi membujuk dengan mengatakan bahwa Hu Lan
tak perlu takut, gadis itu diijinkan untuk menikmati pula ilmu-ilmu kepandaian di
Bukit Pedang. Dari sini pun dapat kita lihat bahwa Bun Hwi memang pemuda luar
biasa, berhati mulia dan tak tamak, ingat akan budi orang dan kini coba membalas
kebaikan budi Hu-taijin kepada puterinya, Hu Lan mula-mula menolak dan ragu. Tapi
ketika Bun Hwi mengingatkan kekalahannya dari Giam Khing dan Hong Siu dan
berkali-kali membuat gadis itu merah mukanya akhirnya Hu Lan menjawab.119
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Baiklah, gampang, Bun-ko. Banyak terima kasih atas ijinmu. Aku jadi merasa
berhutang budi, biarlah kulihat bagaimana nanti dan kalau aku cocok tentu aku akan
ke sana."
"Ah, hutang budi apa? Ayahmulah yang menberi banyak budi kepadaku, Hu
Lan. Kalau tidak atas budi ayahmu tak mungkin aku menjadi pewaris Sian-su.
Sudahlah, kapan-kapan boleh kau ke sana dan tingkatkan kepandaianmu. Warisan di
sana hebat, pelajari itu agar tak dihina lagi oleh pemuda-pemuda seperti Giam Khing
atau Hong Siu itu!"
Hu Lan terbakar. Berkali-kali Bun Hwi menyebut nama ini, panas dia. Dan
ketika Bun Hwi pergi dan dia mengangguk maka tak ada yang tahu bahwa peta telah
diserahkan oleh Bun Hwi kepada Hu Lan. Bun Hwi sudah meninggalkan tempat itu
dan mulai perjalanannya yang jauh ke Magada, tentu saja di dalam perjalanan Bun
Hwi mencari berita pula tentang Mei Hong. Dan karena Hu-taijin menyuruh
puterinya mencari Mei Hong pula dan kesempatan ini dipergunakan Hu Lan untuk
"beranjangsana" ke Bukit Pedang maka sesuatu yang di luar dugaan terjadi yang
sama sekali di luar perhitungan Hu Lan mau pun Bun Hwi!
*
* *
"Suthai, kau bunuh saja aku, biar aku mampus!" Kiok Lan tersedu-sedu ketika
malam itu dibawa Lian Ing Nikouw. Peperangan malam itu berakhir dengan
kekalahan Hong Lam dan pasukannya, Kiok Lan lebih dulu disimbar nikouw ini. Dan
ketika pagi itu nikouw ini menurunkan gadis itu dan Kiok Lan putus asa maka Kiok
Lan mengguguk minta dibunuh.
"Siancai, kau mata gelap. Sudah berulang-ulang pinni katakan padamu bahwa
pinni sayang kau, Kiok Lan. Kenapa bicara begini dan minta dibunuh? Ah, pinni
datang dengan kasih sayang, pinni ingin agar kau sadar dan tidak melakukan
perbuatan-perbuatan sesat lagi."
"Aku benci si Bun Hwi itu, aku ingin memusuhi dia dan teman-temannya!"
"Hm, kebecian hanya meracuni hati, anak baik. Kenapa tidak dengarkan nasihat
pinni? Hu-taijin dan Bun Hwi itu bukan orang sembarangan, kau tak dapat
mengalahkannya dan tak akan menang."
"Dan suthai membantu mereka, suthai selalu menyalahkan aku dan membela
mereka!"
"Hm, siapa bilang? Yang pinni bantu adalah kebenaran, Kiok Lan, dan yang
pinni lawan adalah ketidakbenaran. Pinni tidak memandang orangnya, siapa salah dia
harus ditentang dan siapa benar dia harus dibela. Bangunlah, pagi ini pinni ingin
mengajakmu berdoa..." nikouw itu menepuk halus pundak Kiok Lan, mengusap
rambutnya dan segera menarik bangun. Dan ketika Kiok Lan menangis namun mau
bangun berdiri maka nikouw itu memandang puncak gunung di depan mata. "Kau
lihat gunung Liu-san itu? Nah, di sana ada teman pinni, Kiok Lan. Kita ke sana dan
tenangkan diri sejenak."120
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Kiok Lan termangu. Air mata masih mengalir, tapi ketika nikouw itu
mengajaknya pergi dan Lian Ing Nikouw menyambar lengannya mau saja gadis ini
diajak pergi, ke gunung Liu-san itu dan di sini Kiok Lan tergerak. Hawa pegunungan
yang segar dan pohon-pohon cemara yang tinggi menyambut mereka, suasananya
sejuk, hati yang marah tiba-tiba reda dan Lian Ing Nikouw sudah mengajak masuk ke
sebuah kelenteng sederhana. Di situ tinggal Hwat Sien Nikouw, ketua kelenteng,
sahabat Lian Ing Nikouw dan segera mereka berdua disambut ramah. Terjadi
percakapan sebentar di antara dua orang nikouw ini. Dan ketika Hwat Sien Nikouw
mengangguk-angguk dan tersenyum memandang Kiok Lan tiba-tiba nikouw ini
menyiapkan sebungkus lilin dan mempersilahkan mereka sembahyang.
"Silahkan.... silahkan, pinni justeru merasa senang dan biar segala kekalutan hati
dapat dipadamkan...!"
Lian Ing Nikouw membawa Kiok Lan ke altar. Di sini lagi-lagi nikouw itu
berlutut, mengajak Kiok Lan sembahyang. Dan ketika perlahan namun tenang
nikouw itu mulai berdoa dan Kiok Lan mengikut tanpa sengaja maka malam harinya
nikouw ini mengajari gadis itu samadhi membersinkan paru-paru, tinggal dan
menginap di situ dan segera beberapa nikouw lain menjadi teman Kiok Lan. Gadis ini
menurut saja dan beberapa jam kemudian ia merasa terhibur. Betapapun, Lian Ing
Nikouw menaruh perhatian besar padanya. Dan ketika Hwat Sien Nikouw juga
menunjukkan kasihnya yang besar dan nikouw-nikouw lain yang lebih muda tampak
akrab dan ramah kepada gadis ini maka beberapa hari kemudian, dipenuhi perhatian
dan kasih yang sungguh-sungguh Kiok Lan menjadi kerasan.
"Pinni sudah bilang kepada Hwat Sien suthai untuk tinggal selama pinni suka.
Kalau kau mau boleh juga tinggal di sini dan berlatih beberapa ilmu silat pinni.
Kerasankah kau, Kiok Lan?"
Kiok Lan mengangguk. "Ya...." jawabnya lirih.
"Dan kau mau mempelajari kepandaian pinni?"
"Suthai mau mengangkat aku sebagai murid?"
"Tidak begitu, anak baik, mungkin kau tak suka. Pinni hanya ingin mengajarimu
beberapa tambahan ilmu silat lagi dan juga doa. Kau harus mulai sembahyang dan
sering mendekatkan diri kepada Tuhan!"
"Hm....!" Kiok Lan agak sinis, acuh. "Untuk ilmu silat aku mau, suthai, tapi
untuk sembahyang barangkali ogah."
"Jangan begitu, manusia hidup perlu mendekatkan diri dengan Yang Memberi
Hidup, Kiok Lan. Tuhan dan segala ciptaanNya ini harus membuka mata manusia."
"Terserahlah....." Kiok Lan masih acuh. "Aku cukup kerasan di sini, suthai. Tapi
kalau sewaktu-waktu aku ingin pergi tolong jangan dicegah."
"Baiklah, terserah kau," Lan Ing Nikouw yang tersenyum memaklumi isi hati
gadis itu lalu mulai memberi pelajaran silat, tentu saja yang lebih tinggi dari yang
dipunyai Kiok Lan dengan yang didapat dari mendiang gurunya Thian-san Giok-li
itu, beberapa tambahan ilmu silat yang lebih beraneka ragam. Di sini Kiok Lan
tampak bersungguh-sungguh dan menaruh perhatian besar. Sekilas gadis itu
tampaknya dapat melupakan Bun Hwi dan lain-lain, Lian Ing Nikouw girang. Tapi121
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
ketika setahun kemudtan gadis itu mendapat pelajaran silat dan tentu saja kepandaian
gadis ini lebih tinggi dibanding setahun yang lalu tiba-tiba saja suatu pagi Kiok Lan
menghilang!
"Aku ingin pergi," begitu gadis itu meninggalkan surat. "Harap suthai tidak
mencari dan ingat janji suthai sendiri untuk tidak mencegah. Banyak terima kasih atas
kepandaian yang suthai berikan dan mudah-mudahan kita dapat jumpa tagi dalam
suasana yang lebih baik."
Begitulah isi surat itu. Kiok Lan tidak memberi tahu ke mana dia pergi, dan Lian
Ing Nikouw yang terkejut serta tertegun melihat lenyapnya gadis itu tiba-tiba
merangkapkan tangan. "Siancai, pinni agaknya gagal. Berulang-ulang mengarahkan
tapi keadaan rupanya menghendaki lain. Baiklah, pinni tak akan mencegahmu, Kiok
Lan. Tapi harap berhati-hatilah akan segala sepak terjangmu sendiri."
Nikouw itu tak dapat berbuat apa-apa. Kiok Lan telah meninggalkannya, nikouw
ini sedih. Tapi karena gadis itu pergi atas kemauan sendiri dan jelas tak mau lagi
bersamanya maka ia pun menekan perasaan dan tidak mencari, merasa cukup segala
usahanya mengarahkan gadis itu dan tinggal gadis itu sendiri yang memperbaiki.
Nikouw ini berharap Kiok Lan berkurang keganasannya dan tidak mudah membenci
orang yang tak disukai, hal itu tak cocok bagi nikouw ini. Dan ketika nikouw itu
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik napas dan termenung ditinggal Kiok Lan maka Kiok Lan sendiri sudah jauh
meninggalkan tempat itu.
Ke mana? Kiok Lan mula-mula tak menetapkan arah. Malam itu dia pergi,
minggat. Betapapun bayangan Bun Hwi tak dapat dilupakannya dan Kiok Lan
menangis. Cinta sudah terlanjur dalam mencengkeram gadis ini, susah
menghapusnya. Dan ketika pagi menjelang tiba dan dia menuju ke selatan maka gadis
ini berlari cepat sambil merenungkan tujuan, ke mana kira-kira dia akan pergi dan
apa pula yang akan dibuat. Sehari itu Kiok Lan belum menemukan jawabannya dan
hanya menurutkan kaki ke mana langkahnya bergerak, tiga hari kemudian tiba di
sebuah bukit karang yang mencuat tinggi. Kiok Lan tertarik, berhenti di sini dan
menghapus peluhnya. Dia tak tahu bahwa hari itu dia tiba di Bukit Pedang, melepas
lelah dan memandang puncak bukit yang lurus ke atas, dari kejauhan terlihat pipih
dan Kiok Lan tiba-tiba tersentak. Ada sebuah bayangan di sana, di tengah-tengah
bukit yang terjal itu, naik dan merayap dan segera ia mengenal itulah bayangan
seorang wanita. Kiok Lan berkelebat dan tiba-tiba curiga, rasa lelah di buang dan
segera dia meluncur. Cepat namun hati-hati ia mendekati bayangan ini, yang sudah
setengah bagian di pinggang bukit dan tak lama kemudian tentu sampai di puncak.
Kiok Lan sudah mendekati dan membelalakkan matanya. Dan ketika dia cukup dekat
dan dilihatnya siapa bayangan itu mendadak gadis ini tertegun dan mata pun berkilat.
"Hu Lan, puteri Hu-taijin....!"
Kiok Lan berkeredep. Nafsu membunuh tiba-tiba muncul, pandangan pun
menjadi beringas dan Kiok Lan melesat. Hati-hati dan ringan dia menyusul gadis ini,
Hu Lan adanya, memang betul puteri Hu-taijin itu. Dan Kiok Lan berjungkir balik
dan memutar arah memapak itu dari depan tiba-tiba Kiok Lan menampakkan diri dan
bergeru mengejek, "Bocah siluman, apa yang kau cari di sini? Mana Bun Hwi?"
Hu Lan, gadis itu, kaget bukan main. Hari itu dia tiba di Bukit Pedang untuk
memenuhi ke hendak Bun Hwi, kebetulan disuruh ayahnya mencari Mei Hong dan122
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
perjalanan itu sekalian diarahkannya ke Bukit Pedang. Peta yang dititipkan Bun Hwi
dibawa, dia bermaksud melihat keadaan dulu dan nanti dapat dipikir langkah
selanjutnya, pokoknya dia tahu dulu tempat itu dan mengerti di mana pelajaran ilmu
disimpan. Maka begitu Kiok Lan muncul dan gadis ini tersentak kaget tentu saja Hu
Lan berteriak terkejut dan nyaris dia terpeleset dari tempat yang tinggi menuju ke
bawah.
"Heii...!" Hu Lan berjungkir balik, mencengkeram tonjolan batu dan gadis itu
mengayun tubuh. Sekali dia melayang dia sudah kembali di tempat semula, Kiok Lan
di depannya dengan mata mengejek. Dan ketika Kiok Lan tertawa dingin dan melihat
peta yang ada di tangan gadis itu tiba-tiba gadis ini menjengek melangkah maju.
"Kau mau mencari harta karun? Kau menyembunyikan apa?"
Hu Lan terkesiap, cepat melipat peta dan memasukkannya ke saku dalam. Dan
ketika Kiok Lan melangkah maju dan mau menyambar peta itu, Hu Lan sudah
mundur menjauhi dengan bentakan nyaring, "Kiok Lan, kau mau apa? Ada a pa ke
sini?"
"Hm, kau seharusnya menjawab pertanyaanku, bukan malah sebaliknya. Peta
apa yang kau bawa itu dan mencari apa kau di sini? Bocah siluman, coba kulihat
barangmu itu dan serahkan baik-baik. Kalau tidak aku akan melemparmu dari sini
dan kau mampus di bawah!"
"Keparat!" Hu Lan tiba-tiba marah. "Kau tak tahu aturan, Kiok Lan. Aku tak
membawa apa-apa dan jangan kau mengganggu diriku!"
"Tak apa-apa? Mana mungkin? Kau serius menaiki bukit terjal ini, bocah
siluman. Aku tak percaya dan biar kugeledah kau..... wutt!" Kiok Lan berkelebat,
tiba-tiba menyerang dan tangan kiriya menampar. Hebat dan cepat Kiok Lan
mengeluarkan sebuah jurus dari dua ilmu saktinya Sing dan Sien, Hu Lan menangkis
tapi terpekik, gadis itu terpental dan terpelanting. Dan ketika Kiok Lan tertawa
mengejek dan mengejar lagi dengan satu kepretan jari maka Hu Lan menjerit dan
bahu pun kena.
"Plak!"
Gadis ini terguling-guling. Kiok Lan berseru agar dia menyerah, Hu Lan melotot
dan tentu saja memaki. Dan ketika Kiok Lan berkelebat dan kembali menyerang
maka Hu Lan melempar tubuh ke kiri dan menangkis dari samping.
"Dukk!"
Hu Lan tetap tergetar. Kiok Lan sekarang sudah mendapat tambahan ilmu-ilmu
dari Lian Ing Nikouw, juga memiliki dua jurus sakti Sing dan Sien, sinkangnya kuat
dan kepandaiannya pun bertambah. Dan ketika Hu Lan mengeluh dan kembali
terdorong maka Kiok Lan tertawa-tawa menyerang lawannya itu, dielak dan ditangkis
Hu Lan pucat. Dia selalu terpental setiap beradu tenaga, cemaslah gadis ini. Dan
ketika Kiok Lan melakukan tusukan dan kelima jarinya bergerak mercicit-cicit maka
Hu Lan terdesak dan tak dapat membalas.
"Hik-hik, kau akan roboh, bocah siluman. Dan aku akan membunuhmu!"123
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Singg...!" Hu Lan mencabut pedang, membentak dan mengamuk dan segera
coba membendung serangan lawan. Dengan senjata di tangan gadis ini coba menahan
rangsekan lawan. Tapi ketika Kiok Lan berani menangkis dan pedang pun terpental
maka Hu Lan kaget setengah mati berteriak ngeri.
"Kiok Lan, kau iblis betina berhati keji...!"
"Hi-hi, kau tak perlu banyak mulut, siluman betina. Kau keluarkan petamu itu
atau mampus!"
"Tidak, aku.......... ah!" Hu Lan yang sibuk mengelak dan menangkis sana-sini
akhirnya terpelanting ketika satu tamparan mengenai pundaknya bergulingan dan
nyaris pedang di tangan lepas. Gadis ini menggigil dan merintih. Dan ketika dia
menyadari bahwa lawan terlalu kuat dan Kiok Lan sekarang lihai bukan main
akhirnya Hu Lan melepas tiga senjata gelapnya dan melarikan diri, meloncat turun
dan berjungkir baliki dari bukit terjal yang tak menguntungkannya itu. Kiok Lan
tertawa dan menangkis. Dan ketika senjata-senjata gelap itu runtuh dan Kiok Lan
mengejek bagaimana lawannya itu sekarang mahir dengan segala macam amgi
(senjata gelap) maka Kiok Lan sendiri mengeluarkan jarum-jarum halus dan
menyambit.
"Nih, kau rasakan punyaku, siluman betina. Coba cicipi mana yang lebih enak....
wut-wutt!" tiga jarum menyambar, Hu Lan baru turun dan pedang diputar cepat
menangkis. Dua yang pertama berhasil disampok tapi yang terakhir lolos, menancap
di pundaknya dan gadis ini mengaduh. Dan ketika Kiok Lan menyusul dan berjungkir
balik ke bawah maka puteri Hu-taijin itu dikejar dan diserang lagi.
"Hi-hik, sekarang kau boleh berteriak, bocah siluman. Tak ada yang
menolongmu dan mayatmu akan kukirim ke kota raja.... wut-plak!" satu tamparan
kembali mengenai Hu Lan, kali ini mengenai pelipis dan Hu Lan menjerit. Dia
melompat bangun dan melontarkan pedangnya, dengan penuh kemarahan tapi juga
ketakutan gadis ini menimpuk. Tapi ketika Kiok Lan mengibas dan pedang patah
menjadi dua maka Hu Lan menutupi mukanya dan menangis, melarikan diri lagi,
berjungkir balik lebih ke bawah.
"Kiok Lan, kau keji. Aku akan melapor ini pada Bun Hwi!"
"Hm, Bun Hwi, ya? Kau tergila-gila padanya? Boleh, tapi sayang nyawamu
berangkat duluan, bocah siluman. Dan kini aku benar-benar akan membunuhmu....!"
Kiok Lan berkelebat, turun dan berjungkir balik pula dan Hu Lan gemetar. Kiok Lan
tak melepasnya dan kemanapun dia pergi ke situ pula Kiok Lan mengejar. Lompat
melompat di antara mereka terjadi. Hu Lan bahkan terjun begitu saja ketika jarak ke
tanah tinggal beberapa tombak, masih cukup tinggi namun gadis ini nekat. Dan ketika
dia terjengkang dan jatuh bergulingan di bawah namun gadis itu melompat bangun
dan melarikan diri dengan muka penuh keringat maka Kiok Lan ternyata menempel
dan tetap mengikuti.
"Kau tak dapat lolos, aku akan membunuhmu!"
Hu Lan ngeri. Sekarang dia tak bersenjata, dengan pedang di tangan pun dia
tetap bukan tandingan lawannya. Kiok Lan benar-benar lihai dan Hu Lan mengeluh.
Dan ketika kejar-mengejar terjadi di antara mereka dan Kiok Lan membentak
melayang di atas kepala gadis ini maka Hu Lan putus asa menghantam ke depan.124
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Kiok Lan, kau mampuslah.... dukk!" Kiok Lan membalik, ditengah udara ia
menangkis dan Hu Lan mencelat. Puteri Hu-taijin itu memang bukan tandingan gadis
ini. Dan ketika Kiok Lan tertawa dan berkelebat serta melepas satu totokan miring
tiba-tiba Hu Lan tak dapat berkelit dan roboh terjerembab.
"Bluk!"
Hu Lan kini roboh tak berdaya. Kiok Lan menjengek dan menendang, gadis itu
mengeluh dan terlempar tiga tombak, jatuh dan terbanting tak dapat bergerak lagi.
Dan ketika Hu Lan pucat memaki lawan maka Kiok Lan sudah berdiri di depannya
bertolak pinggang.
"Kau tak menyerah?"
"Bunuhlah aku! Aku tak takut, Kiok Lan. Kau boleh bunuh aku!"
"Tentu, tapi aku ingin tahu dulu peta apa yang ada di tanganmu itu, bocah
siluman, dan setelah itu kau terbang ke neraka!"
"Oh, tidak...... jangan!" namun Kiok Lan yang mengulurkan lengan merogoh
saku baju tiba-tiba sudah mencabut dan menampar lawan, Hu Lan merintih dan pecah
bibirnya. Gadis itu melihat Kiok Lan mengamati peta, tertegun dan tiba-tiba tertawa.
Dan ketika Kiok Lan mendongak dan terkekeh dengan mata bersinar-sinar mendadak
dia berseru.
"Aha, kiranya simpanan ilmu silat, ya? Peninggalan Pek In Sian-su? Hi-hik,
terima kasih, Hu Lan. Aku tak jadi membunuhmu karena kau melepas budi. Baiklah,
kulempar kau ke jurang dan mati hidupmu biar ditentukan harimau..... des!" dan Kiok
Lan yang menggerakkan kaki tertawa gembira tiba-tiba membuat Hu Lan menjerit
dan terlempar ke sebuah jurang, lenyap dan pekiknya terdengar di sana namun Kiok
Lan tidak perduli. Dia tak menduga bahwa yang dibawa puteri Hu-taijin tadi adalah
peta tentang penyimpanan ilmu silat, tentu saja Kiok Lan girang luar biasa. Dan
begitu dia menendang lawan ke dalam jurang dan terkekeh memutar tububnya tiba
tiba Kiok Lan berkelebat dan telah menaiki Bukit Pedang, merayap dan tak lama
kemudian berlompatan dari satu tonjolan ke tonjolan lain. Dengan ginkangnya yang
tinggi. Kiok Lan mendaki bukit terjal itu. Dan ketika sejam kemudian dia tiba di atas
dan menemukan lubang di mana dulu Bun Hwi membuang batu besar penutupnya
maka gadis ini terkekeh-kekeh seperti orang gila.
"Heh-heh, ini keberuntunganku, Bun Hwi. Awas kau nanti....!" Kiok Lan
memasuki lubang, mengikuti petunjuk peta dan tak lama kemudian dia pun
menemukan ruang-ruang bawah tanah itu, Ruang Hijau dan Kuning, juga Ruang
Merah dan Biru. Dan ketika Ruang Samadhi juga dimasuki dan Kiok Lan terkejut
serta girang tiba-tiba gadis ini tertawa sendirian bagai orang tidak waras, melihat
peninggalan ilmu silat di situ dan tentu saja lahap bagai orang kelaparan. Tanpa
sengaja dia menuju ke pusat ilmu paling tinggi. Dia melihat bekas-bekas Bun Hwi di
situ, juga tulisannya, Dan ketika sehari dua hari kemudian dia menemukan bahwa
inilah puncak dari segala puncak kepandaian akhirnya Kiok Lan menutup lubang di
atas tadi, menggempur tanah dan bebatuan di sana sehingga tempat itu tertutup. Kiok
Lan telah menemukan jalan keluar yang di buat Bun Hwi, yakni jalan yang tembus ke
tengah jurang amat dalam itu, tempat di mana ratusan ular beranak-pinak. Sungguh
bukan main kegirangan Kiok Lan. Dan karena jalan di atas sudah ditutup dan satu
satunya jalan tinggallah lubang atau guha di tengah jurang itu di mana dia dapat125
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
melihat orang keluar atau masuk maka tak lama kemudian gadis ini mulai
mempelajari ilmu-ilmu silat di situ, tersenyum dan cepat bagai orang rakus dia
menirukan semua gerakan, mulai dari pelajaran di Ruang Hijau sampai di Ruang
Biru, jadi semua warisan manusia dewa Pek In Sian-su itu dinikmatinya. Tentu saja
Kiok Lan hebat bukan main. Dan ketika setahun dua tahun dia mengurung diri
mempelajari semua ilmu-ilmu silat di situ maka dunia kang-ouw terancam datangnya
seorang "rasaksi" yang bakal membuat heboh!
*
* *
Magada. Mari kita tengok negeri kecil ini. Sebagaimana diketahui, pada saat itu
yang memerintah negeri ini adalah raja Urugata. Raja ini masih muda, belum empat
puluh tahun umurnya. Tapi karena dia raja yang banyak bergerak dan memiliki
kecerdasan tinggi maka raja ini berhasil disegani rakyatnya dan merupakan raja yang
berani dan garang. Apalagi wakilnya, semacam patih, juga cerdik dan pandai. Raja
ini bersama pembantunya merupakan tokoh yang berpengaruh. Siapa tak kenal
Yonaga, pembantu atau "patih" raja Urugata? Dialah yang banyak berperan serta
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memajukan Magada, dan karena Yonaga, yang berarti "naga dari keluarga Yo" itu
adalah seorang yang berkepandaian tinggi dan hebat maka Magada cukup mendapat
tempat bagi negeri-negeri kecil di sekeliling Magada.
Yonaga inilah yang banyak dimalui lawan, tak ada yang berani mengusik
Magada dan selama ini rakyat aman dan tenteram. Yonaga atau pembantu paling
utama dari raja Urugata itu adalah seorang sakti dengan kepandaian tinggi. Dia
sebenarnya adalah keturunan Yo Siok Kun, tokoh nomor dua dari empat murid Sheru
Deva dan Mira Dewi (baca saja : Kisah Empat Pendekar). Dan karena Yonaga ini
memiliki kepandaian paling tinggi dan luar biasa maka musuh tak berani main-main
atau membuat onar di Magada.
Tapi benarkah Yonaga ini adalah tokoh paling sakti di Magada? Sebenarnya
tidak. Ada tokoh lain yang sebenarnya tak kalah hebat dengan tokoh ini, bahkan
mungkin melebihinya sedikit. Tapi karena tokoh yang satu itu tak menonjolkan diri di
Magada dan selama ini juga tak pernah muncul secara menyolok maka Yonaga
menjadi orang paling dikenal di situ, setelah rajanya, Urugata. Dan terhadap tokoh
yang satu ini justeru Yonaga menaruh segan.
Siapa dia? Namanya Handewa, tokoh sederhana yang kini hidup di sebuah
pegunungan di selatan Magada. Handewa inilah yang sebenarnya merupakan tokoh
"tua" di Magada, menurut urut-urutannya. Karena Handewa, tokoh itu, adalah
keturunan langsung dari Han Bun Hong, putera Han Bouw yang menjadi murid tertua
Sheru Deva itu. Sudah berdarah campuran karena ayahnya beristerikan wanita
Magada, setengah India dan Nepal, gagah dan kini berusia limapuluhan tahun. Dan di
samping tokoh ini, masih tardapat tokoh lain lagi yang bernama Yo Shu Kie,
keturunan Yo Kie dengan Hanisha, puteri Han Bouw atau adik perempuan dari Bun
Hong. Dan karena di Magada terdapat orang-orang sakti macam Yonaga atau
Handewa itu maka negeri ini hidup tenang dan damai.
Urugata, raja Magada itu sengaja mengumpulkan pembantu-pembantunya dari
keluarga-keluarga gagah ini. Yonaga diambil sebagai pembantu paling utama, sedang
Yo Shu Kie, adik misan dari Handewa dijadikan Menteri Penasihat. Handewa sediri126
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
sebenarnya diincar raja Urugata itu, disediakan kedudukan tinggi namun yang
bersangkutan menolak secara halus. Handewa tak suka pangkat. Dan karena didesak
berkali-kali tetap saja tokoh ini tak mau maka terpaksa tokoh ini berkata terus terang.
"Maaf bukan hamba tak suka, sri baginda. Melainkan semata hamba sekeluarga
ingin hidup tenang di pegunungan. Hamba tak suka di kota, keramaian kota. Kalau sri
baginda hanya ingin ketenteraman dan ketenangan negeri maka saudara hamba
Yonaga sudah lebih dari cukup dan adik Yo Shu Kie pun akan semakin memperteguh
ini. Biarlah hamba di luar tapi tentu saja hamba juga melindungi paduka dan negeri
Magada dengan cara hamba sendiri. Betapapun hamba adalah rakyat Magada dan
hamba tentu setia kepada negara!"
Begitulah, dengan begini raja tak dapat mendesak lagi. Sebenarnya raja
penasaran, ingin agar semua keturunan dari tokoh-tokoh luar biasa itu berada di
istananya, hidup dan terlindung di bawah tangan-tangan kokoh keluarga sakti itu.
Tapi karena Handewa menolak dan tokoh itu telah menyebut saudara-saudaranya
yang lain yang ada di istana dan raja tak berani memaksa maka Urugata terpaksa puas
dan menghibur diri.
Sebenarnya, kenapakah raja ini mendesak dan berkali-kali menyatakan
keinginannya pada Handewa? Benarkah semata agar terlindung dan terjaga oleh
seluruh keluarga perkasa itu? Tidak sepenuhnya begini. Raja sebenanya mengejar
karena khawatir kalau satu atau bebeapa dari keluarga sakti itu tak ikut dengannya
maka mungkin akan "ikut" orang lain, melindungi orang lain, beberapa raja di sekitar
Magada umpamanya. Jadi karena inilah raja Urugata hendak "memonopoli" semua
orang-orang gagah itu. Tapi karena Handewa menolak dan raja menyatakan
kekhawatirannya pada Yonaga, pembantunya paling dekat itu maka Yonaga
tersenyum.
JILID VI
"TAK mungkin, hamba mengenal baik watak kanda Handewa, sri baginda. Dia
setia pada negara dan junjungannya. Tak percaya hamba kalau dia sampai terbujuk
atau bekerja pada orang lain. Kanda Handewa boleh dipercaya dan paduka tak usah
khawatir!"
Begitulah, alasan sang raja diketahui. Sedang Handewa sendiri, benarkah semata
ingin tenang dan hidup tenteram di pegunungan? Sebenarnya juga sebuah dalih saja.
Tokoh atau orang gagah ini ada tak menyukai beberapa watak rajanya, di antaranya
gejala akhir-akhir ini, yakni raja ingin meluaskan daerah dan mengganggu wilayah
lain, berdalih melindungi rakyat di luar Magada tapi sebenarnya meluaskan wilayah
dengan mengusir suku nomad (bangsa perantau) untuk memperbesar wilayah negeri
sendiri!
"Itu tak benar, sri baginda mulai serakah," demikian tokoh itu suatu hari berkata
pada isterinya, seorang wanita cantik yang masih menarik. "Kalau ingin melindungi
rakyat kenapa harus mengganggu suku lain? Bukankah pengusiran terhadap kaum
nomad itu berarti menyengsarakan orang lain dan mempersempit ruang hidup
mereka? Ah, adik Yonaga harus diberi tahu, isteriku. Biar besok aku ke sana dan
menyatakan ketidaksenanganku."127
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Benar saja, tokoh ini lalu menemui adiknya, adik seperguruan. Tapi apa jawab
adiknya?
"Ah, kau keliru, kanda. Kami atau sri baginda tak bermaksud mempersempit
ruang hidup atau gerak orang lain. Kaum nomad itu sebenarnya sudah diperingati,
mereka suka mengganggu perbatasan, mendirikan kemah dan berburu di sana. Dan
kami yang justeru merasa terganggu dan ingin memperingati mereka lalu menyuruh
masuk dan bergabung sebagai rakyat Magada. Tapi apa jawab mereka? Sombong
sekali, kanda. Mereka bilang negeri kecil kita tak dapat menghidupi mereka,
wilayahnya terlalu sempit dan mereka bisa mati kelaparan kalau menjadi rakyat
Magada! Coba, apa ini bukan sebuah hinaan?"
"Hm, lalu?"
"Lalu kami usir, kanda, tentu saja terpaksa mempergunakan kekerasan. Kalau
mereka itu tahu diri dan mau bicara baik-baik tentu kami tak akan menggebahnya dan
mereka boleh bebas berkeliaran. Tapi mereka kurang ajar, terpaksa dikerasi dan
perbatasan tak boleh diinjak mereka!"
"Tapi kalian meluaskan wilayah, menjalankan hukum rimba!"
"Ah, jangan begitu, kanda. Wilayah selebar sepuluh kilometer itu adalah
wilayah padang rumput, tak bertuan. Kami justeru mempergunakannya untuk
kesejahteraan rakyat Magada! Coba, tidakkah kanda lihat bahwa ratusan peternak kita
mencari makannya di sana? Menggembala dan hidup dengan tenang? Kalau kami tak
melindungi atau menjaga tentu mereka diserang atau diserbu suku-suku nomad itu,
kanda. Tapi karena kami ingin menghidupi dan menyejahterakan rakyat maka kami
berjaga di sana dan wilayah kosong itu kami pergunakan. Itu bukan milik kaum
nomad, itu wilayah kosong dan siapa pun berhak memakai asal demi kepentingan
orang banyak!"
Di sini tokoh ini kalah. Dia memang kurang pandai bicara, Yonaga adalah
seorang pandai sekaligus "negarawan" besar, meskipun hidup di negeri kecil. Dan
ketika alasan itu dapat diterima dan perluasan wilayah memang mengenai tempat
kosong yang tidak bertuan maka Handewa pulang meskipun ganjalan tidak puas
mengganggu hatinya. Dia memang dapat menerima, tapi karena suku nomad terpaksa
menyingkir dan itu berarti suku pengembara itu harus berjuang lebih keras di tempat
lain maka semacam perasaan tidak tega hinggap di hati pendekar ini. Tahu Han
Bouw? Seperti itulah tokoh atau keturunan dari murid tertua Sheru Deva itu, lembut
dan lemah hati.
Dan bagaimana dengan Yonaga sendiri? Tenangkah perasaannya setelah
"ditegur" saudara tuanya? Tidak. Yonaga diam-diam khawatir. Betapapun dia merasa
tak enak akan teguran kakaknya itu, karena, pengusiran terhadap suku nomad itu
sesungguhnya berasal dari dia dan rajanya!
"Kita harus menjadi bangsa yang kuat, juga besar. Bagaimana kalau sri baginda
meluaskan wilayah dengan menggempur suku-suku di sekitar perbatasan?" begitu
mula-mula Yonaga memancing percakapan, memang akhir-akhir ini timbul semacam
"ide" untuk mengembangkan bangsanya, ingin Magada menjadi negara yang besar
dan kuat, seperti Tiongkok umpamanya, negara tetangga yang besar dan banyak
penduduknya itu. Dan raja Urugata yang terbelalak mendengar itu tiba-tiba tertawa.128
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Bagaimana keinginanmu bisa sama dengan keinginanku, Yonaga? Apa kau
bilang? Coba sebutkan lagi."
"Hamba ingin Magada menjadi negara yang besar dan kuat, sri baginda, juga
luas wilayahnya dengan menggempur suku-suku lain. Kalau paduka setuju barangkali
dapat kita kerjakan ini dengan rencana yang matang."
"Ha-ha. cocok! Aku pribadi ingin mencetuskan ide ini, Yonaga, tapi ragu dan
khawatir kalau banyak yang tak setuju. Kau umpamanya, atau saudara-saudaramu
yang lain yang barangkali menolak!"
"Ah, tidak. Hamba ingin Magada lebih maju lagi, sri baginda. Dan kalau ada
yang tak setuju tentun ya kita beri tahu alasan kita hingga mereka dapat menerima."
"Kau ada akal? Bagaimana kira-kira?"
"Hamba pribadi belum menemukan rencana yang matang, sri baginda, baru
sekedar gagasan kalau paduka setuju. Kalau tidak tentu saja hamba mencabut
gagasan hamba ini dan tidak hamba teruskanl"
"Ah, tidak. Aku setuju!" raja Urugata buru-buru tertawa, mengangkat
lengannya. "Aka setuju kalau demi negara dan bangsa kita, Yonaga. Coba kita
lanjutkan bagaimana maumu."
"Hm, kini bukan sekedar mau hamba, sri baginda, melainkan maunya paduka
juga!"
"Ya-ya, kau benar!" sang raja terbahak..." ini maunya kita berdua, Yonaga.
Coba bicarakan bagaimana baiknya dan apa kira-kira yang harus kita lakukanl"
"Hamba pikir suku nomad di dekat perbatasan itu harus diusir, wilayahnya kita
rampas dan masukkan ke wilayah kita."
"Tidak berbahaya?"
"Tidak, sri baginda. Paduka tak perlu takut!"
"Ah, bukan itu, menteriku. Maksudku apakah tidak ada yang protes kalau kita
melakukan ini!"
"Siapa yang protes? Kita berkuasa, paduka. Dan tak ada seorang pun di negeri
ini yang berani protes!"
"Hm, kau lupa. Saudaramu Handewa amat jujur tapi tegas, Yonaga. Aku
khawatir dia dengar ini dan menyatakan protes!"
"Kanda Handewa?"
"Ya."
"Hm!" dan Yonaga yang tiba-tiba tertegun dan diam mendadak mengerutkan
keningnya. Benar, kakaknya tertua itu bisa tak senang. Handewa terkenal sebagai
saudara tua yang ingin bersikap adil, jujur. Tak suka mengganggu dan diganggu.
Kalau dia mendengar tentang ini dan datang menegur tentu harus disiapkan
"segudang" siasat untuk menangkis. Bagaimana akal? Yonaga tiba-tiba tersenyum.
Dalam waktu relatip cepat dia telah menemukan jawabannya, berbisik-bisik pada raja129
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
dan Urugata pun terbeliak, kaget tapi akhirnya girang, bertepuk tangan. Dan ketika
Yonaga selesai bicara dan raja setuju maka raja terbahak menepuk pundak
menterinya.
"Bagus, cocok, menteriku. Lakukan itu dan kerjakanlah. Kalau suku nomad mau
bergabung dengan kita maka ada alasan kita untuk mengusir. Benar, mereka harus
dipojokkan dan buat supaya melawan!"
Kasak-kusuk selesai. Pembicaraan tingkat tinggi rampung, tak ada yang tahu apa
yang dibicarakan itu tapi keesokan harinya Yonaga, menteri yang sekaligus menjadi
panglima Magada itu memerintahkan "pembersihan". Suku-suku pengembara di luar
perbatasan dipaksa masuk, masuk sebagai rakyat Magada. Dan karena perintah ini
turun dengan tegas dan bawahan yang menerima juga melaksanakannya dengan tegas
maka ada kesan keras dan mau menangnya sendiri saja dari aparat yang
melaksanakan. Kaum nomad dibentak dan ditakut-takuti, jumlah mereka cukup
banyak, terdiri dari lelaki perempuan dan anak-anak, hampir tujuh ratus jumlahnya.
Tentu saja mereka menolak. Suku pengembara yang biasa hidup merdeka ini tak mau
menjadi suku yang di ikat, tak mau masuk sebagai rakyat Magada. Dan ketika ribut
ribut terjadi dan pasukan dari Magada bertangan besi akhirnya yang melawan
ditangkap dan dihajar. Perempuan dan anak-anak menjerit, ketakutan. Pemimpin
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka, Saguli, dibunuh! Bawahan Yonaga ini benar-benar keras dan tidak kenal
ampun. Dan ketika mereka hendak menyerang dan kepanikan terjadi antara suku
pengembara itu akhirnya kaum nomad ini melarikan diri dan kocar-kacir, tempat
mereka diduduki dan akhirnya begitulah, dikuasai dan Magada pun memperlebar
sayap. Dan karena semuanya itu berjalan cepat dan Handewa tentu saja tidak tahu
maka apa yang terjadi itu tak banyak teruar dan negeri kecil ini pun melebar sepuluh
kilometer di luar perbatasan.
Yonaga tersenyum puas. Dia telah menyuruh anak buahnya mengajak dulu suku
pengembara itu bergabung, satu perhitungan yang sudah diduga pasti ditolak. Kaum
pengembara itu adalah kaum yang biasa hidup bebas merdeka, tak mungkin
menerima dan tentu melawan. Dan ketika perhitungannya benar dan dia
memerintahkan agar mengusir saja kaum nomad itu kalau tak mau menjadi rakyat
Magada maka apa yang dikehendaki tercapai, Magada menjadi luas sedikit dan rakyat
pun diberi tempat yang lebih lega. Ratusan peternak dan petani mulai ditempatkan di
situ, tentu saja tidak cuma-cuma. Mereka dikenakan pajak. Jadi penghasilan raja dan
istana juga bertambah. Dan ketika semuanya berjalan mulus dan sesuai rencana maka
"ide" mulai dikembangkan dan ingin lebih diperbesar!
"Rakyat kita akan semakin terus bertambah, bagaimana kalau kita menundukkan
negeri-negeri lain yang berlebihan wilayahnya, sri baginda? Negeri Songa
umpamanya, atau Ili!"
"Hm!" raja terkejut. "Kau tak takut, Yonaga? Bagaimana saudara-saudaramu?"
"Dapat diatasi, sri baginda. Dan tentu saja semuanya ini harus dilakukan dengan
akal."
"Bagaimana maksudmu?"
"Kita buka dengan persahabatan. Kita ajak mereka berteman dan setelah itu kita
ajak meraka mengakui kebesaran kita."130
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Mengakui? Ha-ha, memaksa maksudmu?"
"Kurang lebih begitu, baginda. Tapi secara diplomatis kita katakan mengakui,
lebih enak didengar dan tidak kasar."
Raja tertawa bergelak. Apa yang diomongkan menterinya ini cocok dengan
keinginannya, pas sekali. Dia pun memang ingin Magada menjadi negara yang besar,
berpengaruh. Tak puas rasanya hidup sehari-hari dengan rakyat yang itu-itu saja.
Negerinya harus diperluas, rakyatpun ditambah. Dan ketika hari itu menterinya
mengajak meluaskan wilayah dan kali ini tetangga mereka, negeti Songa atau Ili
diincar maka raja terbahak gembira dan setuju. Pengakuan atas suatu negara lain oleh
negeri yang lebih kecil berarti pemasukan "income" pada saat itu, negeri yang
mengakui akan mengirim upeti setiap tahun. Jadi Magada akan semakin kaya dan
kuat. Dengan lain kata, Songa dan Ili akan menjadi negeri taklukan bagi Magada.
Diharap saja mereka takluk tanpa kekerasan. Kewibawaan dan pengaruh Magada
rasanya lebih dari cukup untuk "menggertak" dua negara tetangga itu, Yonaga cukup
ditakuti dan di segani. Dan ketika raja setuju dan kembali kasak kusuk dibicarakan
tanpa ada yang tahu maka tak lama kemudian raja mengutus menteri ini ke Songa dan
Ili berdalih mengikat persahabatan coba mempengaruhi dua tetangga itu. Banar saja
mereka gugup dan kaget melihat kedatangan Yonaga. Sang menteri bersikap ramah
dan lembut, mula-mula halus. Tapi ketika persahabatan mulai berjalan baik dan
perlahan tetapi pasti menteri ini mengadakan tekanan-tekanan terselubung maka
tanpa disadari atau dinyana mendadak hubungan mulai menguntungkan menteri itu,
menguntungkan Magada. Tukar-menukar di antara mereka berjalan tak imbang,
"impor-expor" membuat Magada surplus sementara Ili dan Songa minus! Dan ketika
mereka sadar tapi terlambat maka kesempatan ini dipergunakan menteri itu untuk
menjatuhkan mental lawan, meminta Songa dan Ili mengakui kebesaran Magada dan
tentu saja setiap tahun mengirim upeti. Magada yang berhasil menguasai ekonomi
kedua negara sahabat itu benar-benar sebagai raja-diraja, ditolak tentu akan segera
menjatuhkan sangsi ekonomi. Ini pukulan bagi dua negeri kecil itu, pukulan berat,
tentu saja Songa dan Ili tak berani. Dan ketika Yonaga tersenyum dan menang tanpa
perang maka Magada menjadikan tetangga itu sebagai "negara satelit"!
"Hebat, ha-ha, hebat sekali. Taktik dan akalmu luar biasa sekali, Yonaga. Baru
kali ini Magada menundukkan musuh tanpa kekerasan. Uwah, benar-benar hebat.....!"
Kekaguman dan pujian jatuh pada menteri ini. Yonaga tersenyum-senyum.
Memang begitu, sebuah negara kalau sudah dijatuhkan dulu ekonominya tentu
menyerah. Tak ada orang atau negara yang dapat hidup tanpa kekuatan ekonomi.
Kini tinggal Magada mengatur atau menyetel dari jarak jauh agar dua negeri itu tetap
di bawah kekuasaan, tak boleh mereka dibiarkan mendapat angin dan bangkit. Ini
dapat membahayakan negeri penguasa. Dan ketika kian lama cengkeraman Magada
kian kuat terhadap dua taklukannya maka Songa dan Ili benar-benar dibuat tak
berkutik, geram di belakang tapi tak dapat berbuat apa-apa. Kini mereka tahu atas
siasat siapa semuanya itu terjadi, kagum dan marah terhadap menteri sekaligus
panglima Magada itu. Yonaga memang cerdik. Dan ketika berjalan dari bulan ke
bulan maka Yonaga sendiri, bersama rajanya, siap-siap mengerjakan yang lain dan
mulai mengincar Tiongkok!
"Kau gila?" Urugata mula-mula terkejut. Di sana ada menteri Hu dan lain-lain,
Yonaga. Dan kabarnya negeri itu menyimpan banyak orang-orang pandai, jangan
disamakan dengan Songa dan Ili!"131
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ah, itu semua dapat diatur, sri baginda," Yonaga, sebagaimana biasa
tersenyum. "Hamba dapat mengatur itu dan yakin berhasil. Kaisar hanya memiliki
menteri Hu Kang itu saja, yang lain-lain kabarnya penjilat dan bangsa cecungguk.
Kalau menteri ini dapat dibereskan dan kita terus maju tentu semuanya mudah.
Hanya orang-orang kang-ouw (persilatan) itu yang tak gampang diatur, mereka
kabarnya cukup berbahaya dan biar hamba selidiki dulu!"
Sang raja tertegun. Yonaga lalu menceritakan bahwa Tiongkok hanya bertumpu
pada Hu-taijin menteri Hu Kang itu. Bahwa pejabat-pejabat yang lain tak memiliki
kelihaian seperti menteri itu dan hanya menteri inilah yang patut di perhatikan. Rata
rata pembantu kaisar hanya penjilat dan kaum rendahan, tak perlu ditakuti. Tapi
ketika Yonaga menceritakan tentang orang-orang kang-ouwnya di mana Tiong-goan
terkenal banyak menyembunyikan orang-orang pandainya maka menteri ini tidak
mengedipkan mata.
"Yang susah ialah orang-orang liar itu. Mereka dapat bersatu dan menghadapi
kita. Maka kalau kita mampu merangkul mereka dan bersahabat dengan mereka tentu
kaisar gampaug dijatuhkan dan kita berkuasa."
"Lalu bagaimana?"
"Hamba telah mengirim orang-orang hamba, sri baginda. Tapi rencana ini tak
bisa dikerjakan cepat-cepat. Kita harus hati-hati."
"Bagaimana kalau bersiasat seperti terhadap Songa dan Ili itu?"
"Mempergunakan senjata ekonomi?"
"Ya."
"Ah, bisa saja, sri baginda. Tapi menteri Hu Kang itu kabarnya pandai. Dia
segera waspada begitu kita membuat ketidakseimbangan. Tentu repot, dia akan curiga
karena menteri ini terkenal banyak pengalaman dan salah-salah memutuskan
hubungan dagang!"
"Tapi kita belum mencoba!" sang raja penasaran, bersinar-sinar, membayangkan
dapat menguasai negara besar itu dan menjadi kaisar, teringat keberhasilan
menterinya terhadap dua tetangga mereka, Songa dan Ili. "Barangkali dicoba saja
dulu, menteriku. Kalau perlu kau memulai perlawatan ke sana dan lihat keadaan
secara langsung!"
"Sabar," Yonaga tersenyum hati-hati. "Sasaran kita kali ini bukan kelas teri, sri
baginda. Melainkan kelas raksasa yang membuat kita harus hati-hati. Biar hamba
rundingkan ini dengan saudara-saudara hamba yang lain."
Begitulah, Yonaga mulai berhasil membuat rajanya berdegup kencang. Apa
yang direncanakan memang hebat, siap mencaplok negara besar, bukan main, ini
benar-benar pekerjaan raksasa. Dan Yonaga membicarakan itu dengan dua
saudaranya yang lain, Yo Shu Kie dan Tan Hong Lok, ayah Hong Siu, ternyata yang
menyambut baik hanya Tan Hong Lok itu.
"Aku tak ingin ditegur kanda Handewa, baiknya niat itu diurungkan saja dan
jangan mencari perkara," begitu Yo Shu Kie menolak, mengejutkan Yonaga. Tapi
Hong Lok yang sependapat dengan kakaknya, Yonaga, ternyata bersikap sebaliknya.132
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Tidak, aku setuju, kanda. Suheng Yonaga benar. Ini demi kebesaran dan
keagungan kita. Kalau Magada dapat menjadi besar dan kuat tentu dunia mengangkat
kita. Magada yang kecil harus menjadi negara yang besar. Keberhasilan kita terhadap
Songa dan Ili perlu dicobakan terhadap bangsa Han itu, Tiongkok harus kita
taklukkan!"
Yonaga, sebagaimana biasa tersenyum saja. Dia tidak buru-buru mengerutkan
kening mendengar tolakan adiknya paling dekat. Maklum, Yo Shu Kie ini memang
hampir mirip dengan kakaknya tertua, Handewa. Tapi karena dia mempunyai adik
lain lagi yang menjsdi Menteri Urusan Pangan bernama Giam Lun, ayah Giam
Khing, Yonaga tidak putus asa.
"Ini kehendak sri baginda," katanya bohong. Kalau adik Yo Shu Kie tak setuju
tentu boleh-boleh saja. Aku ingin menghubungi adik Giam Lun."
Giam Lun, ayah Giam Khing dihubungi. Ternyata tidak seperti Yo Shu Kie
justeru ayah Giam Khing melonjak girang. Apa yang direncanakan disambut baik.
Dan karena Yo Shu Kie menghadapi tiga lawan satu akhirnya Menteri Penasihat ini
menarik napas tak mau ikut campur.
"Aku pasip. Kalau sri baginda menghendaki begitu terserah kalian aku tak mau
campur tangan." Yo Shu Kie keluar ruangan.
"Bagaimana pendapatmu?" Yonaga menanya adiknya di sebelah kiri, Giam Lun.
"Apakah kita mesti memberitahu kanda Handewa?"
"Ah, tak usah. Kie-heng (kakak Kie) tentu bakal memberi tahu kanda Handewa,
suheng. Tapi karena ini rencana sri baginda kita sebagai bawahan hanya tinggal
menurut dan melaksanakan perintah!"
"Bagus, cocok! Aku setuju pendapatmu, Lun-te (adik Lun). Dan kuharap kita
bertiga kelak dapat menghadapi bersama ketidaksenangan kanda Handewa. Paling
paling Kie-te (adik Kie) yang berdiri di pihak sana, dua lawan tiga!"
"Hm, dua lawan tiga bukan untuk bermusuhan, suheng." Hong Lok, ayah Hong
Siu mengingatkan. "Kita semata bekerja demi keinginan sri baginda dan tidak
memecah keluarga sendiri!"
"Tentu.... tentu...!" Yonaga tertawa lebar. "Aku juga bukan maksudkan
permusuhan pribadi, Lok-te (adik Lok). Hanya menyatakan bahwa pihak kita ada tiga
sementara Yo Shu Kie dan kanda Handewa hanya dua. Kalau kita mengambil suara
maka kita lebih banyak, itu saja maksudku!"
"Baik," dan mereka yang segera berunding dan mencari kata sepakat akhirnya
setuju untuk pergi ke Tiong-goan, menyelidik.
"Sri baginda menghendaki aku, tapi aku tak ingin buru-buru dikenal. Bagaimana
kalau kalian atau seorang di antara kalian?"
"Tidak, aku mempunyai pikiran lain, suheng. Kita atur saja dua anak kita ke
kota raja!" Giam Lun menyatakan pendapat. "Kudengar bahwa peta peninggalan
leluhur kita dibawa menteri Hu Kang!"
"Ah!" Yonaga terbelalak, pembicaraan tiba-tiba beralih ke hal lain. "Kau yakin,
Lun-te? Kau tidak salah?"133
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Aku yakin, kanda. Dan aku merasa pasti. Karena itu kirim saja dua anak-anak
kita mendatangi menteri itu. Kalau dia mengaku dan menyatakan memegang maka
kita mempunyai alasan untuk berhadapan dengan menteri ini dan justeru permusuhan
dapat dikobarkan kalau dia melawan!"
"Hm, sri baginda tak menghendaki perang Lun-te. Ingat jumlah mereka yang
lebih banyak dibanding kita!"
"Benar, tapi kita dapat mendatangi secara pribadi menteri ini, suheng. Kalau dia
menolak dan mempersulit kita tentu kaisar dapat diminta keadilannya untuk
menghukum menterinya itu!"
Yonaga girang. Ini berita baru, Hu Kang ternyata menyimpan peta warisan
keluarga mereka. Sangguh tak disangka. Dan ketika hari itu mereka berunding dan
sepakat mengirim Hong Siu dan Giam Khing, yang telah kita kenal di muka, maka
dua pemuda itu ke kota raja manemui Hu-taijin. Dan kita tahu selanjutnya, Hong Siu
dan Giam Khing gagal. Dua pemuda itu akhirnya kembali ke Magada dan melapor
semuanya. Dan ketika Yonaga mendengar kelihaian menteri itu dan siap melabrak ke
sana maka peristiwa baru terjadi di Magada.
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
*
* *
Sore itu, di ibu kota Magada, Hindi, seorang gadis melenggang santai. Dia
berpakaian tambal-tambalan, cantik namun sederhana dengan tongkat di tangan. Kaki
bergerak dan tongkatpun mencokel-cokel, bebatuan dan kerikil kecil berhamburan di
muka kakinya. Aneh gadis ini, sejak siang tak pernah ia berhenti dan berkeliling saja
mengitari ibu kota kerajaan itu, tak makan tak minun. Tapi ketika matahari akan
tenggelam dan rupanya capai juga ia melenggang mendadak gadis ini berhenti dan
seolah tidak disengaja duduk di luar tembok istana.
"Hei, jangan di situ....!"
Seorang pengawal melihat, membentak dan mengusir namun gadis berpakaian
tambalan itu tersenyum. Ia menoleh tapi tak menggubris, dan ketika si pengawal
kembali membentak dan kini melangkah mendekati tiba-tiba gadis itu berdiri,
mengusap mukanya yang penuh debu dan justeru menanti pengawal itu dekat.
"Ada air? Aku haus...!" pertanyaan itu membuat si pengawal tertegun, kini
melihat seorang gadis asing yang jelas bukan bangsa sendiri, seorang wanita atau
gadis Han yang berkulit kuning bersih, pakaiannya kotor dan wajah sedikit kehitaman
kena panas. Dia tertegun. Dan ketika tongkat itu bergerak dan kembali sebuah
pertanyaan merdu memasuki telinganya akhirnya pengawal ini menyeringai dan
mengamati penuh perhatian.
"Kau siapa? Dari mana? "
"Aku perantau, li-kai (pengemis perempuan)......"
"Hm, aku tahu kau pengemis, tapi wajahmu terlalu cantik untuk pengemis! Hm,
kau mau apa, gadis aneh? Kenapa berhenti di sini? Daerah ini wilayah istana, tak134
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
boleh didekati orang dan kau pergilah. Kalau teman-temanku tahu tentu kau
mendapat kesulitan dan bisa ditangkap!"
"Aku tak bersalah, kenapa ditangkap?"
"Kau mendekati istana, ini kesalahanmu!"
"Hm, kalau begitu aku harus pergi?"
"Ya."
"Baiklah, tapi beri minum dulu, aku haus!"
Si pengawal melengak. Dia melihat mulut yang kering dan bibir yang berkecap
kecap, gadis itu memang benar-benar kelihatan haus. Dan karena tak curiga dan
mengangguk tersenyum lebar tiba-tiba dia membalik dan masuk ke gardu jaga,
mengambil air minum yang ditaruh di poci besar, persediaan untuknya. Tapi ketika
dia kembali dan mau memberikan itu mendadak gadis yang dilihatnya lenyap entah
ke mana.
"Eh!" pengawal terbelalak. "Ke mana dia?" lalu mencari dan menoleh di sekitar
akhirnya pengawal ini mengumpat dan memaki-maki, tak menemukan gadis yang
dimaksud dan di gardu yang lain pengawal di dalam ribut-ribut. Mereka, terdiri dari
tiga orang, melihat seorang gadis pengemis duduk di sudut, melenggut nikmat dan
tampaknya tidur-tidur ayam. Didekati tapi tiba-tiba lenyap. Dan ketika tiga pengawal
ini juga mencari sambil berkaok-kaok maka di pintu gerbang ke tiga, hampir di
pendopo istana gadis itu ternyata sudah ada di situ, berhadapan dengan tujuh
pengawal yang terbelalak kaget.
"Siapa kau?" bentakan ini sudah disusul dengan todongan tombak. Gadis
pengemis itu tahu-tahu muncul begitu saja, tak diketahui dari mana dan kini mereka
mengepung, yang dikepung senyam-senyum saja dan mereka tertegun. Dan ketika
seorang di antaranya menggetarkan tombak dan bertanya dengan suara keras maka
gadis itu menjawab lembut.
"Aku pengelana miskin, ingin bertemu paduka Yonaga."
"Untuk apa? Ada keperluan apa?"
"Melamar pekerjaan...."
"Heh!" pengawal bertombak terkejut. "Jangan kau main-main, gadis aneh. Tak
ada pekerjaan di sini dan tak bisa kau bertemu Yo-taijin (menteri Yo)!" dan
mendekatkan mata tombak menakut-nakuti gadis itu pengawal ini membentak,
"Sekarang pergilah, atau kami akan menangkapmu!"
Gadis itu, yang tetap tenang tiba-tiba tertawa. "Kalian demikian galak?"
katanya. "Apakah Yo-taijin mendidik kalian untuk bersikap kasar kepada rakyat
kecil? Eh, pengawal-pengawal rendahan, aku tak mau pergi kalau kalian tak
membawaku kepada Yo-taijin!" dan mendorong tombak yang didekatkan ke
lambungnya tiba-tiba gadis ini menekuk dan...... krek, mata tombak patah.
"Heii....!" si pengawal terkesiap, mundur dengan kaget. "Kau berani melawan?
Kau akan...." kata-katanya terhenti, gadis itu menggerakkan jari dan sebuah totokan
tanpa suara tepat mengenai jalan darah di bawah leher, pengawal ini mengeluh dan135
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
terguling. Dan ketika kawan-kawannya melihat tombak terlepas dan pengawal itu
roboh akhirnya seruan kaget dan panik terdengar di sana-sini.
"Siluman....!"
"Dia iblis!"
Tapi ketika mereka mendengar kekeh dan tawa yang merdu tahu-tahu gadis ini
berkelebat lenyap dan hilang dari tengah-tengah mereka.
"Hantu, dia peri...,!"
Keadaan menjadi lebih ribut. Tujuh pengawal ini tak tahu apa yang terjadi, siapa
dan ke mana pula gadis itu pergi. Tapi sementara mereka menolong teman mereka
yang tertotok dan mau melapor ke dalam ternyata di dalam, di pendopo istana itu
terdengar suara dentang senjata dan suara perkelahian, disusul jerit dan pekik kaget
serta terlemparnya beberapa tubuh yang terbanting keluar, mereka semua menjerit
menyatakan ada siluman. Tombak dan pedang patah-patah dan saat itu munculah Yo
Shu Kie, sang Menteri Penasihat. Dan ketika menteri itu berkelebat tapi siluman yang
dicari sudah masuk ke dalam dak entah ke mana lagi maka istana tiba-tiba menjadi
geger dan gaduh.
"Seseorang masuk ke dalam, seorang pengemis perempuan!"
"Bukan, seorang siluman, taijin, Hamba dilempar dan tahu-tahu roboh!"
"Siapa dia?"
"Iblis! Dia.... heii!" suara gaduh terdengar di dapur istana, jauh di belakang. Di
sana para pelayan dan koki lari berserabutan, masing-masing berteriak mencari
selamat sendiri-sendiri. Yo Shu Kie tentu marah. Dan ketika suara itu semakin ramai
dan piring serta gelas terdengar di banting dan pecah tak keruan akhirnya menteri ini
sudah melesat dan menuju ke tempat itu, melihat seorang gadis tertawa-tawa
menyambari makanan dan buah-buahan, melahap dan menelan begitu saja seperti
orang kelaparan. Gadis itu adalah pengemis jembel yang lusuh pakaiannya, itulah
gadis yang dilihat para pengawal. Dan ketika menteri itu berkelebat masuk dan
seorang lain lagi menyambar dari pintu samping maka seorang gadis gagah telah
berdiri di situ membentak gadis pengemis ini, di samping Yo Shu Kie.
"Gadis siluman, ka? siapa berani mengacau di tempat ini? Mau apa kau
membuat onar? Turun, kubunuh kau nanti!"
Gadis itu, si gadis pengemis tertawa-tawa di belandar istana. Dapur istana ini
cukup tinggi, dia nongkrong di sana dengan sebuah paha angsa. Tapi ketika Yo Shu
Kie dan seorang gadis cantik membentaknya di situ tiba-tiba gadis melayang turun
dan.... hinggap di depan dua orang itu dengan gerakan ringan, mulutnya berlepotan
minyak, melihat banyak pengawal sudah mengurung.
"Heh-heh, aku mencari menteri Yo. Tahukah kau di mana dia dan dapatkah
mempertemukan aku dengannya?"
"Aku menteri Yo," Yo Shu Kie, sang Menteri Penasihat maju dengan mata
bersinar-sinar. Ada apa kau mencari aku dan membuat ribut di sini?"
"Kau menteri Yonaga?"136
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Bukan, aku Yo Shu Kie. Yonaga adalah suhengku!"
"Ah, kalau begitu tak usah. Aku mencari Yonaga!" dan gadis pengemis itu yang
tertawa mengejek dan mencelat naik tahu-tahu sudah duduk lagi di belandar,
ongkang-ongkang kaki dan tak menghiraukan Menteri Penasihat itu, gadis di
sebelahnya marah dan mau bergerak, melayang naik dan menyerang gadis pengemis
itu. Tapi belum dia membentak tahu-tahu Menteri Penasihat ini telah berkelebat
dan.... hinggap di belandar itu pula, jari menyambar.
"Gadis aneh, kau rupanya keras kepala. Baiklah, turun dan mari kita bicara di
bawah...... siuit!" sang menteri sudah menyerang, dua jarinya bergerak dan langsung
menotok pundak. Gadis berpakaian pengemis mengelak tapi jari sang menteri tetap
mengejar juga, terkejutlah dia. Dan ketika jari tinggal seinci lagi dan Yo Shu Kie
yakin totokannya akan mengena mendadak gadis itu tertawa dan melempar tulang
angsa yang sudah habis digerogoti dagingnya.
"Jangan terburu-buru. Nih, terimalah..... plak!" dan tulang angsa yang hancur
bertemu totokan menteri itu tiba-tiba berhamburan dan menyambar wajah si menteri
sendiri, sebagian menyerpih dan menyambar si gadis pengemis. Tulang-tulang kecil
yang hancur beterbangan itu bukan main tajamnya, terpaksa menteri ini mengebut
dan menyampok. Tapi ketika dia menggeram dan menghalau serpihan tulang-tulang
itu mendadak lawan berjungkir balik dan menendang pahanya.
"Dess!" menteri ini terpelanting, jatuh kebawah tapi dengan gerakan
mengagumkan dia berjungkir balik, lawan yang menendang langsung di sambar. Si
gadis pengemis berseru kaget karena pergelangan kakinya tertangkap, saat itu dia
mau melayang naik, sang menteri justeru melayang turun. Dan karena mereka
bertemu di tengah udara dan mau tidak mau gadis ini terseret jatuh akhirnya dengan
bentakan nyaring ia menggerakkan kaki satunya menghajar muka menteri itu, sambil
berjungkir balik, terpaksa sang menteri melepas cengkeramannya dan masing-masing
meluncur ke bawah. Dan ketika dengan gerakan indah mereka sama-sama hinggap di
lantai, dapur dan Yo Shu Kie memuji kelihaian lawan maka dua orang itu sudah
berhadapan kembali dengan mata bersinar-sinar.
"Aih, hebat. Kau gadis Han yang lihai?"
"Han!" gadis itu agak berkeringat. "Dan kau pun pandai, Yo-taijin, tapi bukan
kau yang kucari!" lalu memandang menteri ini dengan senyum aneh gadis itu
menyambung. "Yo-taijin, aku ingin bertemu dengan menteri Yonaga. Kalau kalian
tidak menganggapku pengacau sebaiknya temukan aku dengan dia agar tak usah
ribut-ribut."
"Enaknya!" gadis di sebelah tiba-tiba melengking. "Kau telah membuat onar dan
ribut, gadis siluman. Mana bisa tidak dianggap pengacau? Kalau kau ingin bertemu
paman Yonaga sebaiknya kau hadapi aku dulu dan setelah itu bicara lagi!"
"Kau siapa?" si gadis pengemis bertanya.
"Aku Yo Siu Lan!"
"Puteri Yo-taijin ini?"
"Benar, dia ayahku, gadis siluman. Karena itu pertanggungjawabkan dulu
perbuatanmu di sini. Ayah, biar kuhadapi dia, lihat dan berdirilah di pinggir......137
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
wutt!" dan Siu Lan yang melejit menggerakkan tangannya tahu-tahu menampar dan
melakukan serangan ke kepala, tidak ditangkis tapi si gadis pengemis mengelak,
dikejar dan Siu Lan sudah menggerakkan kakinya pula. Dan ketika tujuh delapan
serangan bertubi-tubi menghantam gadis pengemis ini dan gadis itu berlompatan
menghindar terpaksa dia menggerakkan lengan kirinya dan untuk pertama kali suatu
benturan tenaga terjadi.
"Dukk!"
Siu Lan terpental. Puteri Yo Shu Kie ini terpekik, kaget dia marah serta
menerjang lagi. Kini dia mengelilingi lawan dan lenyap dengan serangannya yang
cepat. Tapi ketika lawan kembali menangkis dan suara "dak-duk" membuat Siu Lan
terdorong akhirnya gadis ini tertawa dan berseru.
"Awas, sekarang aku membalas, adik cantik. Hati-hati dan perhatikan kakiku.....
wut-wutt!" tongkat di tangan bergerak, menangkis dan menghalau dan kali ini Siu
Lan mengeluh. Dia terhuyung dan terdesak. Dan ketika tongkat diputar dan si gadis
pengemis melengking tinggi sekonyong-konyong kakinya bergerak silih berganti dan
berputaran cepat di antara bayang-bayang tongkat.
"Plak-dess!" Yo Siu Lan terpelanting, menjerit dan terlempar dan dalam
gebrakan begitu cepat tahu-tahu ia robog. Gadis ini melompat bangun tapi lawan
mengejar sambil tertawa, dua buah kaki turun naik dengan cepat, Siu Lan mau
mengelak tapi terkena juga, gadis ini terpelanting dan kembali roboh. Dan ketika ia
mengeluh dan lawan mau menyudahi pertempuran tiba-tiba Yo-taijin berkelebat ke
depan membentak garang.
"Berhenti.... dukk!" sepasang lengan menteri itu bertemu kaki si gadis
pengemis, ruangan tergetar dan gadis pengemis itu terdorong, menteri ini juga
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergetar. Dan ketika Yo-taijin terkejut melihat kehebatan kaki lawan maka Sin Lan,
gadis cantik ini telah ditolongnya bangun.
"Kau tak apa-apa?"
"Tidak."
"Minggirlah, gadis ini bukan lawanmul" dan Yo-taijin yang bersinar
memandang si gadis aneh lalu menyuruh pengawal mundur, melihat mereka mau
bergerak dan menyerang. Dan ketika dia memandang gadis itu dan Siu Lan gemetar
serta pucat maka menteri ini bertanya, keren, "Nona, kau siapa? Apa maksudmu
sebenarnya mencari suhengku? Dia tak ada di sini, kebetulan keluar."
"Hm, aku Mei Hong.... Can Mei Hong."
"Mei Hong? Dan kau, hmm.... berpakaian tambal-tambalan. Aku jadi teringat
pada Hwa-i Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Baju Kembang), ada hubungan apa
kau dengan partai pengemis itu? Apa hubunganmu dengan Hwa-i Sin-kai (Pengemis
Sakti Baju Kembang)?"
"Aku muridnya, kebetulan menjadi anggauta Hwa-i Kai-pang pula."
"Aha, begitukah? Lalu apa maksudmu ke mari?"
"Mencari pekerjaan."138
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hm, kau main-main," Yo-taijin menyelidik tajam, belum mendengar kematian
Hwa-i Sin-kai yang tewas, maklum Magada negeri kecil yang jauh dari kota raja.
"Kau tak jujur menjawab pertanyaan, nona. Aku tak puas dengan jawabanmu dan
ingin kepastian yang sungguh-sungguh."
"Aku tidak bohong," Mei Hong tertawa, ternyata gadis yang dicari-cari Bun
Hwi adanya. "Aku serius, Yo-taijin. Kalau kau percaya baik, tidak percaya juga tidak
apa."
"Mana bisa aku percaya? Lalu pekerjaan apa pula yang kau cari?"
"Aku ingin menjadi kepala pengawal, Yo-taijin. Boleh di mana saja asal di
istana!"
Menteri Penasihat ini tiba-tiba curiga. Selama ini Magada belum mengadakan
hubungan "diplomatik" dengan Tiongkok, mereka masih belum saling kenal
mengenal. Tapi melihat kelihaian gadis itu tiba-tiba menteri ini tertarik.
"Hm, untuk mencari pekerjaan tak perlu suhengku direpoti. Aku pun bisa, aku
juga berwenang. Tapi tahukah kau apa syarat ingin menjadi kepala pengawal?"
"Katanya harus bisa merobohkan keluarga Yonaga, apa betul?"
Menteri ini tersenyum. "Kau dengar dari mana?"
"Nama Yonaga cukup terkenal, taijin. Katanya dia pun lihai. Nah, aku coba
coba datang dan terus terang ingin menantangnya!"
"Ha-ha!" menteri ini tertawa, melihat keterbukaan lawan. "Kau jujur, nona, tapi
juga sombong! Mampukah kau sebagai murid seorang ketua pengemis menghadapi
dan merobohkan keluarga Yo? bagaimana kalau kau kalah?"
"Kalah menang soal biasa, taijin. Tapi kalau belum bertanding tak ingin rasanya
aku pulang dan meninggalkan negeri ini!"
"Bagus, kalau begitu kau boleh berhadapan dengan aku. Aku pun keluarga
Yonaga, mari main-main dan silakan menyerang. Kulihat kau mempunyai
keistimewaan dalam mempergunakan kakimu!"
Mei Hong ditantang, sang menteri sudah mengembangkan kedua lengannya dan
bunyi berkerotok tiba-tiba timbul. Kaki menteri itu direnggangkan dan Mei Hong
melihat lawan bersiap. Dan ketika Siu Lan, puteri Yo-taijin itu mendekati ayahnya
dan berbisik-bisik maka menteri ini tersenyum mengulapkan lengan.
"Jangan khawatir, dia tak dapat merobohkan aku!" begitu Mei Hong mendengar
kata-kata sang menteri ini, rupanya berupa jawaban untuk puterinya. Siu Lan
mengangguk dan tersenyum, lega. Mei Hong mengerutkan kening dan mendongkol.
Dan ketika menteri Yo memandangnya dan menyuruh dia menyerang maka Mei
Hong menggerakkan tongkat.
"Taijin," katanya sombong. "Aku tak biasa menyerang duluan. Kalau kau mau
silahkan kau saja menyerang dan biar kuberi kesempatan tiga jurus padamu."
"Ha-ha, bukan kau yang harus mengalah, nona, melainkan aku. Akulah yang
akan mengalah tiga jurus kepadamu. Kau seranglah, aku berada di rumahku sendiri!"139
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Tapi aku harus menghormatimu, kau tuan rumah!"
"Itulah, justeru kau yang harus menyerangku dulu, nona. Sebagai tamu dan
penantang yang baik mestinya kau menyerang dan maju dulu. Silahkan, tak perlu
sungkan!"
"Begitukah? Baik....!" dan Mei Hong yang menggerakkan tongkat siap
menyerang tiba-tiba menahan lagi. "Eh, kau keluarkan senjatamu!"
"Tidak, aku akan mengeluarkan kalau dibutuhkan, nona. Sebelum kau mendesak
aku senjata tak mungkin dicabut. Ayo, mulailah, jangan takut!"
Mei Hong melengking. Ejekan pada kalimat terakhir tadi membuat mukanya
merah, dia telah mengenal tenaga menteri ini dan berkelebat. Dan ketika lawan
menyuruh dia maju dan menteri itu tertawa tiba-tiba Mei Hong telah menggerakkan
tongkat memukul menteri itu, mempergunakan sebunah jurus dari ilmu tongkatnya
Hui-liong-sin-tung-hoat (Silat Tongkat Sakti Naga Terbang), tangan meliuk dan
tongkat pun tiba-tiba menyambar. Dan ketika menteri itu mengelak dan tongkat
dibalik tahu-tahu senjata tangan Mei Hong ini menghantam leher menteri itu dari
samping dengan gerakan luar biasa.
"Plak!" sang menteri menangkis, tongkat terpental dan Mei Hong terkejut.
Sinkang menteri itu membuat telapaknya pedas, dia membentak dan menerjang lagi.
Dan ketika lawan tersenyum dan Mei Hong melengking tiba-tiba gadis ini telah
berkelebatan dengan tongkat menyambar-nyambar, naik turun bagai naga dan Yo
taijin berlompatan. Ringan namun cepat menteri itu menghindari tongkat yang
mengejar tubuhnya, mula-mula mengelak dan sesekali menangkis. Tapi ketika
tongkat bergerak kian cepat dan menteri ini mengeluarkan seruan memuji akhirnya
sang menteri lebih banyak menangkis daripada mengelak.
"Plak-plak!"
Untuk kedua kali Mei Hong tergetar. Lawan tertawa dan kembali membuat
tongkatnya mental. Menteri ini mengejek dan Mei Hong panas. Dan ketika lawan
menangkis dan satu sambaran tongkat kembali menghantam menteri itu tiba-tiba Mei
Hong lenyap menyambar-nyambar mengeluarkan selutuh kepandaian tongkatnya, di
elak dan ditangkis dan segera menteri itu didesak. Yo-taijin terkejut ke dua tongkat
yang mental bertemu tangkisannya selalu membalik lagi bagai naga menukik, kian
lama sambaran tongkat kian berbahaya juga. Dan ketika menteri itu merasa lawan
menambah sinkangnya pula hingga tongkat hanya tergetar dan tidak terpental lagi
maka menteri ini kaget dan berseru memuji.
"Hebat, silat tongkat yang hebat. Luar biasa...!"
Mei Hong tertawa. Sekarang dia dapat mendesak sang menteri. Yo-taijin
kewalahan dan berkali-kali mundur. Tapi ketika dia mendesak dan tongkat
mengurung tubuh sang menteri dari segala penjuru mendadak menteri ini
mengibaskan lengannya ke kiri kanan dan jadilah dua batang lengannya sebagai dua
batang pedang yang mengeluarkan suara mendengung!
"Awas, ini ilmu silat keluargaku, nona. Hati-hati... sing-plakk!" tangan menteri
itu menyampok, tongkat terbacok ujungnya dan Mei Hong kaget. Tangan menteri itu
tiba-tiba seolah pedang pusaka yang bukan main tajamnya, tongkatnya buntung, Mei140
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hong terpekik dan menyerang lagi, ditangkis dan kembali sebagian ujung tongkatnya
terbabat. Bukan main! Dan ketika sang menteri tertawa dan desakan Mei Hong
otomatis kendor akhirnya Mei Hong pucat melihat cahaya berkeredepan menyambar
nyambar dari sepasang lengan menteri itu.
"Pek-liong Kiam-ciang (Tangan Pedang Naga Putih).....!"
"Ha-ha, sebenarnya bukan Pek-liong Kiam-ciang, nona, tetapi Pek-liong Kiam
sut (Silat Pedang Naga Putih)!" Yo-taijin menjawab, seruannya membuat Mei Hong
menggigil dan tiba-tiba gadis ini berseru keras. Dan ketika Yo-taijin merangsek maju
dan berani menyambut tongkat yang tentu bakal terbacok lagi mendadak gadis ini
mengangkat kakinya dan dengan gerakan lurus ke atas dia menyambut tangan pedang
lawannya.
"Dess!"
Yo-taijin kali ini tersentak. Dia melihat gerakan aneh dari kaki gadis itu, Mei
Hong menggerakkan kaki satunya lagi dan kembali tangan pedang Yo-taijin diterima,
Mei Hong tak apa-apa sementara menteri itu sendiri tergetar. Kagetlah menteri ini.
Dan ketika Mei Hong tertawa dan sang menteri tertegun tiba-tiba Mei Hong
membuang tongkatnya dan.... ganti-berganti mencuatkan sepasang kakinya yang naik
turun menyambar tubuh menteri itu.
"Des-dess!"
Yo-taijin kian terdorong. Sekarang dia berseru kaget melihat kehebatan
lawannya ini. Dengan kaki yang mencuat-cuat gadis itu seolah mendapat tambahan
tenaga mujijat, Yo-taijin terbelalak dan mengeluarkan suara aneh. Dan ketika
sepasang tangan pedangnya selalu mental bertemu sepasang kaki lawannya itu yang
tiada henti bergerak naik turun akhirnya menteri ini terdesak dan kembali mundur
mundur, tak mengenal ilmu apa yang dipergunakan gadis itu!
"Hebat, aneh sekali. Luar biasa...!"
Menteri ini berseru berulang-ulang. Dia memang tak mengenal ilmu yang
dipergunakan Mei Hong itu, tak tahu bahwa Mei Hong mempergunakan dua jurus
sakti warisan Cupu Naga, dua jurus yang bernama Siu Sien, berbeda dengan Kiok
Lan yang memiliki Sing Sien, jadi Mei Hong mahir mempergunakan kaki sementara
Kiok Lan mempergunakan tangan. Kini menyambar dan mencuat-cuat tak dapat
diduga sepasang kaki Mei Hong berganti-ganti menyambar atas dan bawah, bahkan
juga tengah. Semua gerakannya ini terlampau cepat dan dua kali menteri Yo
tertendang menteri itu terhuyung dan Siu Lan, puterinya mulai pucat. Gadis ini
melihat ayahnya terdesak. Dan ketika Yo-taijin kelabakan dan bingung menghadapi
dua kaki yang bergerak tiada henti tiba-tiba Siu Lan berseru agar ayahnya mencabut
pedang.
"Yah, cabut pedangmu. Gabungkan dengan Sin-tiauw-kun (Silat Rajawali)!"
Sang menteri mengangguk. Pada saat itu dagunya nyaris tersambar sebuah
tendangan tinggi, untung menteri ini melempar kepalanya dan kaki lawan pun lewat
dengan cepat, kini sang menteri membentak dan sebatang pedang berkelebat di
tangannya, pedang berwarna hijau dan memancarkan hawa dingin. Dan ketika Mei141
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hong menyerang lagi dan menteri ini menggerakkan tangan kirinya tiba-tiba dengan
seruan pendek Yo-taijin menampar sekaligus menangkap kaki Mei Hoag.
"Plak!"
Mei Hong terkejut. Ia saat itu mengeluarkan jurus yang disebut Kaki Menopang
Langit, kaki menuju hidung lawan tapi Yo-taijin menangkis. Sebenarnya dia hendak
melanjutkan dengan tendangan samping ke telinga, jadi siap mencecar gencar dengan
sikap yang indah, tubuh hanya di topang kaki yang lain. Tapi ketika Yo-taijin tidak
sekedar menangkis dan menteri itu bahkan mencengkeram kakinya tiba-tiba dalam
gebrak begitu cepat pergelangan kakinya tertangkap, diputar dan Yo-taijin
menggerakkan pedangnya di tangan kanan menusuk pahanya. Pedang itu pun
mendesing dan tak kalah bahaya dengan cengkeraman di kaki. Dan karena Mei Hong
setengah tak berkutik dan lawan mengunci gerakannya terpaksa Mei Hong
membentak dan.... melenting setengah putaran dengan kaki yang lain menghantam
pelipis menteri itu.
"Plak-dess!"
Yo-taijin berseru memuji. Dia terpaksa melepas cengkeramannya, kaki yang
diputar meronta kuat dan dia tertarik, mendapat tendangan dari kaki yang lain
otomatis tusukan pedangnya pun kacau. Jadilah menteri ini terputar oleh sentakan
Mei Hong. Dan ketika ia melepas cengkeramannya dan Mei Hong melenting
menghantam dengan kakinya terpaksa menteri ini membalik dan menggerakkan siku
kanan, menangkis dan terdorong tapi lawan berjungkir balik mematahkan daya
tangkisannya. Siku kanan tadi tidak sembarangan bergerak melainkan menyodok
jalan darah di telapak kaki Mei Hong, gadis itu terkejut dan cepat-cepat menjauhkan
diri, ia merasa "gringgingen", marahlah Mei Hong. Dan ketika lawan mengusap
keringat dan terbelalak memandangnya tiba-tiba Mei Hong berkelebat lagi dan
menyerang, mempergunakan dua kakinya itu tapi sang menteri kini menghadapinya
dengan pedang dan cengkeraman Mei Hong melengking dan menggerakkan kakinya
naik turun, coba mendesak tapi kali ini ditahan. Rupanya dalam beberapa jurus tadi
Yo-taijin mulai mengenal gaya serangan Mei Hong, melihat bahwa setelah tiga puluh
enam gerakan gadis ini selalu mengulang serangannya pada sikap pertama, itu-itu
saja dan karena itu Mei Hong seolah kehabisan bahan, gadis ini tak tahu melanjutkan
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa lagi dan karena itu sekarang mudah dikenal, tertawalah menteri ini. Maka ketika
Mei Hong menyerangnya gencar dengan tendangan bertubi-tubi tapi sang menteri
sudah mulai hapal ke mana gadis itu menyerang akhirnya menteri ini dapat
menghindar dan pedang serta cengkeramannya pun membalas, kini gebrak terakhir
tadi coba diulang, dia hendak menangkap dan mencengkeram kaki gadis itu. Dan
karena Mei Hong terbuka kelemahannya dan menteri yang lihai itu ternyata awas
benar hingga mengetahui bahwa Mei Hong hanya memiliki dua jurus ilmu sakti saja
akhirnya menteri ini tertawa bergelak mengejek lawannya itu.
"Ha-ha, kau hanya memiliki ilmu tendangan yang ini-ini saja, nona. Memang
hebat dan lihai kalau dapat diteruskan tapi agaknya kepandaianmu setengah matang.
Ha-ha, tahu aku. Sekarang kelemahanmu sudah kulihat dan hati-hatilah, aku akan
merobohkanmu dalam beberapa jurus lagi!"
Mei Hong pucat. Sekarang dia mengakui kelihaian menteri ini, matanya yang
awas dan otaknya yang cerdas. Kiranya tadi secara diam-diam menteri ini mengingat
semua serangannya. Dan karena ia memang hanya memiliki dua jurus itu-itu saja dan142
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
harus mengulang kalau gerakan atau sikap terakhir habis maka Mei Hong mengeluh
ketika gaya serangannya dikenali, dielak dan kini menteri itu selalu coba menangkap
kakinya. Sekali terpegang tentu dia mati kutu, memang itulah kuncinya. Inilah
kelemahan Mei Hong. Dia hanya mempergunakan kaki sementara tangan tidak
bekerja, kebalikan dengan Kiok Lan yang mahir mempergunakan tangan tapi kakinya
tidak bekerja. Ilmu yang diwarisi masing-masing gadis itu memang setengah bagian,
baru lengkap dan tak terkalahkan kalau masing-masing bersatu. Orang paling hebat
pun barangkali tak sanggup mengalahkan dua gadis itu bila mereka maju bersama.
Dan karena kelemahan Mei Hong terletak pada tangannya karena hanya kaki saja
yang bergerak menyerang karena jurus Siu Sien memang hanya mengajarkan begitu
akhirnya Mei Hong tersentak ketika sang menteri mulai menotok atau mencengkeram
kakinya, pedang bergerak ke arah pundak dan justeru ke daerah yang "tidak hidup"
itu, sang menteri mendesak. Mei Hong kacau dan akhirnya memaki. Dan ketika satu
tendangannya mengenai angin dan Yo-taijin membabat pundaknya tiba-tiba bajunya
robek dan untuk pertama kali Mei Hong mengeluh.
"Brett!"
Menteri Yo tertawa. Dia maju lagi menyerang lawan, Mei Hong menggerakkan
kaki tapi sang menteri siap menangkap, terpaksa Mei Hong menarik dan mengganti
serangan lain, tak boleh kakinya disentuh tangan menteri itu. Dan karena hal ini jelas
tidak menguntungkan Mei Hong dan gadis itu terdesak akhirnya kembali satu
tikaman pedang mengenai pangkal lengannya.
"Crat!"
Mei Hong terluka. Lukanya kecil, tapi ini cukup menciutkan nyali. Yo-taijin
Kitab Pusaka Karya Tjan Id Pendekar Naga Putih 01 Tiga Iblis Rajawali Merah Karya Batara
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama