Ceritasilat Novel Online

Ki Ageng Ringin Putih 4

Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat Bagian 4

mandi, kakek itu tetap tidak mau jalan, dan kembali

duduk di atas pundaknya.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

245

Ternyata tidak hanya sampai di situ

kemendongkolan pemuda ini, karena timbul lagi

tingkah kakek ini. Kakek kerdil ini menganggap

dirinya seperti kuda tunggang dan yang

dipergunakan sebagai kendali, sepasang

telinganya. Apabila memerintah kan belok ke

kanan, maka telinga kanan Ditya Margono ditarik

ke belakang. Sebaliknya kalau ke kiri telinga kiri

yang ditarik ke belakang. Untung sekali tidak lama

lagi matahari sudah silam di barat. Hingga

kemudian guru dan murid ini mengaso dalam

sebuah goa.

Begitu menggeletak di atas rumput kering yang

ditumpuk, dalam waktu singkat Ditya Margono tidur

pulas sekali

Tetapi di tengah malam Ditya Margono kaget dan

melompat bangun. Telinganya yang terlatih

mendengar suara deru angin pukulan orang yang

sedang berkelahi. Ia menjadi heran. Mengapa

malam begini gurunya berkelahi, dan siapa pulakah

lawannya itu?

Ternyata di luar goa tampak seorang kakek tinggi

kurus, berkepala gundul seperti gurunya, berkelahi

sengit melawan Danyang Ilu-Ilu. Di pinggir masih

terdapat seorang kakek bertubuh gemuk pendek,

berdiri sambil mengamati penuh perhatian. Diam
diam pemuda ini heran. Siapakah dua orang kakekKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

246

ini, dan mengapa pula sebabnya berkelahi dengan

gurunya?

Dua orang kakek ini kakak-beradik. Kakek tinggi

kurus berkepala gundul itulah yang tua, Hajar

Kertosari. Tempat tinggalnya di desa Blimbing,

sebelah timur Karta. Adapun kakek pendek gemuk

itu adiknya, bernama Kuda Sempati.

Kepergian mereka ini bukan kehendak sendiri.

Mereka pergi atas perintah Tumenggung

Brojokusumo, untuk mencari dan menangkap

orang buruan, Swara Manis dan muridnya yang

dituduh memberontak.

Malam ini mereka kemalaman di hutan ini. Kakak

beradik itu gembira menemukan goa. Akan tempi

menjadi masgul ketika melihat dalam goa sudah

ada orang.

Merasa datang terlambat dan tidak sepantasnya

mengganggu orang, kakak beradik itu urung

masuk. Mereka lalu mengaso di luar goa, kemudian

membuat api unggun. Mereka beranggapan,

mengaso tak jauh dari orang lain akan lebih aman

apabila terjadi sesuatu dan dapat saling membantu.

Dalam kesempatan melepas lelah ini, mereka

membuka bungkusan bekal yang dipersiapkan

sejak pagi. Bekal makan itu penting sekali bagi

mereka ini, agar tidak menderita kelaparan di

perjalanan.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

247

"Telah dua minggu lebih kita berkelana dan

mencari keterangan," kata Hajar Kertosari. "Namun

kita belum juga memperoleh keterangan

sedikitpun."

"Ya," sahut kuda Sempati sambil mengunyah.

"Agaknya mereka pergi jauh, lalu menyembunyikan

diri."

"Tetapi apakah engkau yakin Swara Manis benar
benar memberontak seperti tuduhan Tumenggung

Brojokusumo itu?"

Kuda Sempati menggelengkan kepalanya.

Sahutnya. "Sebenarnya aku sendiri kurang yakin.

Pertama dia sudah buntung dua kakinya, tidak

memiliki kekuatan, dan pada jaman Sinuhun Sultan

Agung malah menghamba kepada Mataram.

Bagaimanakah mungkin berani memberontak dan

memusuhi Mataram? Yang kedua, sesuai

keterangan yang sudah kita terima, antara Swara

Manis dengan Tumenggung Brojokusumo perlu

saling setuju untuk berbesan. Mengapa bisa jadi

secara tiba-tiba Swara Manis memusuhi? Menurut

dugaanku, agaknya ada sebab-sebabnya yang lain.

Agaknya kita perlu menyelam sambil minum air."

Yang dimaksud sambil menyelam minum air, di

samping melaksanakan tugas, merasa perlu juga

mencari keterangan jelas tentang duduk persosalan

sebenarnya.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

248

"Ya, engkau benar. Akupun berpikir seperti

engkau. Kalau Swara Manis benar-benar

bermaksud memberontak memang tidak mengapa.

Akan tetapi kalau tuduhan itu tidak benar,

bukankah berarti kita melibatkan diri di tempat

yang tidak tepat? Kita membela orang bersalah.

Bukankah hal ini bisa merugikan nama baik kita?

Kiranya lebih tepat kalau kita pulang saja dan tak

ikut campur urusan ini."

"Apakah kakang berani menghadapi akibat

pembangkangan kita ini?"

"Kiranya lebih baik binasa daripada harus

membela yang salah."

"Bagus! Aku sependapat dengan kakang.

Sungguh tidak patut kalau kita membela yang

salah."

Sambil makan mereka terus bicara, dan

menyebabkan lambat selesai. Namun mendadak

kakak beradik ini menjadi kaget, merasakan angin

kuat menyambar dari dalam goa. Sebagai orang
orang terlatih, kakak beradik ini cepat menghindar

sambil melompat ke samping.

"Uttt...!" kakak beradik ini berseru tertahan.

Mereka tak pernah menduga daun tempat nasi

akan disambar orang. Tahu-tahu nasi dan lauknya

ambyar berserakan di sekitarnya. Belum jugaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

249

hilang rasa kaget mereka, telah muncul seorang

kerdil dan ketawa terkekeh-kekeh.

"Kek-kek-kek-kek... heh-heh-heh....."

Kakak beradik ini mengamati si kerdil dengan

heran. Mengapa tanpa persoalan orang kerdil ini

sudah menyerang, hingga nasi yang belum selesai

mereka makan berhamburan di tanah.

"Kisanak, apa salah kami?" tegur Hajar Kertosari.

"Kek-kek-kek-kek, kamu mengganggu tidurku.

Mengapa masih bertanya?"

"Mengganggu?" Kuda Sempati heran. "Mengapa

bisa jadi?"

"Kek-kek-kek-kek, kamu tidak merasa? Kamu

makan sambil bicara keras seenak udelmu sendiri.

Aku jadi bising dan terbangun, tahu?"

"Ehhh, aneh!!" Hajar Kertosari melengak. "Kami

bicara perlahan sambil makan. Karena kami tahu

kisanak tidur di dalam goa. Itulah sebabnya kami

memilih tempat di luar untuk mengaso, agar tidak

mengganggu kisanak."

"Tetapi bicara kalian itu terlalu keras bagi

telingaku. Menyebabkan aku bising dan

terbangun."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

250

Hajar Kertosari yang tidak ingin berselisih

menahan marah dan mengalah. Sahutnya, "Kalau

begitu, sudilah kisanak memaafkan kami."

Sebenarnya Kuda Sempati tidak senang

kakaknya mengaku salah dan minta maaf, karena

nyatanya tidak salah. Namun karena menghormati

saudara tua, ia tidak membuka mulut.

Terapi celakanya Danyang Ilu-Ilu seorang kerdil

dan berwatak aneh, di samping suka sekali

berkelahi. Dan setiap bertemu dengan orang yang

belum ia kenal, tangannya terasa gatal sebelum

mencoba ilmu kesaktian. Itulah sebabnya siang tadi

Danyang Ilu-Ilu sengaja tidur melintang di tengah

jalan hingga Ditya Margono yang kurang hati-hati

telah menginjak perut kakek ini dan terjadilah

perkelahian.

Sekarang inipun timbul pula nafsu Danyang Ilu
Ilu untuk mencoba dan mengajak berkelahi. Lebih
lebih ketika melihat pinggang Kuda Sempati,

tampak dua batang golok. Tentu kakek gemuk itu

seorang jago dan ahli senjata golok. Maka

mendengar jawaban Hajar Kertosari yang

mengalah ini, Danyang Ilu-Ilu sengaja

membangkitkan kemarahan orang.

Katanya menghina, "Kek-kek-kek-kek, gampang

saia mengucapkan permintaan maaf. Tetapi aku

yang tidur pulas dan terganggu ini, harus terjaga diKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

251

malam larut, apakah cukup dengan permintaan

maaf macam itu? Huh, jika kamu benar-benar jujur

dan mengakui kesalahan, kamu berdua harus

berlutur di depanku dan menyembah tujuh kali.

Nah, setelah kamu melakukan semua itu, aku baru

benar-benar percaya kalau mengaku bersalah dan

mohon maaf."

"Kurang ajar!" Kuda Sempati tak kuasa menahan

marah dan membentak. "Engkau jangan

beranggapan kakang Kertosari mengucapkan

permintaan maaf tadi, karena takut kepada

tubuhmu yang kerdil. Kakang Kertosari minta maaf

karena kami memang tidak ingin berselisih kepada

siapapun. Hemm, engkau jangan kurang ajar. Kami

minta maaf bukan karena takut."

"Kek-kek-kek-kek, babo babo. Kamu berani
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menantang Danyang Ilu-Ilu? Heh-heh-heh-heh,

agaknya kepala kamu belum pernah merasakan

sepasang tinjuku ini. Mari, silahkan maju menerima

pukulanku. Agar kepalamu yang gundul itu tambah

benjol sebesar telor."

"Bangsat kerdil!" Kuda Sempati yang sudah

marah mulai mencaci. "Kami sudah siap mengalah,

tetapi engkau malah menghina. Agaknya engkau

memang belum pernah kenal "sepasang harimau

dari Blimbing," bernama Hajar kertosari dan Kuda

Sempati, hingga engkau berani besar mulut."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

252

"Kek-kek-kek-kek, heh-heh-heh-heh! Siapa

takut kepada sepasang kerbau gundul macam

kamu? Heh-heh-heh-heh, sungguh kebetulan

sekali. Telah lama sekali aku tidak memperoleh

kesempatan memukul kepala kerbau yang gundul.

Betapa senang hatiku malam ini. Hayo, apakah

engkau maju berbareng ataukah satu lawan satu?"

Kuda Sempati sudah akan menerjang maju dan

menghajar kakek kerdil itu. Akan tetapi sempat

dicegah Hajar Kertosari. Kemudian kakek ini

mengamati Danyang Ilu-Ilu penuh selidik. Katanya,

"Kisanak, apakah maksudmu sebenarnya? Kami

belum kenal dan tidak pernah berselisih. Mengapa

kisanak menghina kami?"

"Kek-kek-kek-kek, jangan banyak mulut."

Danyang Ilu-Ilu mengejek. "Jika tidak berani,

cukup berlutut dan menyembah tujuh kali. Silahkan

maju berdua atau satu persatu?"

"Setan alas!" Kuda Sempati tidak kuasa lagi

menahan marah. "Akupun sanggup melumatkan

kepalamu yang gundul kelimis itu!"

"Kek-kek-kek-kek, gundul kelimis?" Danyang

Ilu-Ilu meringis ketika teringat kepalanya sendiri

gundul kelimis. Diam-diam Danyang Ilu-Ilu

menyesal, mengapa tadi menyebut dua orang itu

sebagai kerbau gundul. Celaka! Berarti makiannya

tadi sama artinya memaki diri sendiri.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

253

Kuda Sempati sudah mau menerjang maju.

Tetapi Hajar Kertosari tidak mengijinkan. Ia sendiri

yang maju sambil berkata, "Hemm, kisanak,

engkau terlalu mennghina kami. Kendati kami

orang-orang bodoh terpaksa memberanikan diri

melayani tantanganmu. Mari kita coba, siapakah

yang unggul diantara kita."

"Kek-kek-kek-kek, awas pukulan!"

Tanpa menunda waktu Danyang Ilu-Ilu sudah

menerjang Hajar Kertosari dengan pukulannya.

Tangan si kerdil hanya pendek saja, malah hanya

hampir separo panjang lengan Hajar Kertosari.

Sesungguhnya berkelahi dengan tangan kosong ini,

Danyang Ilu-Ilu pada pihak yang rugi.

Akan tetapi Danyang Ilu-Ilu dapat menambal

kelemahannya ini dengan kecepatan bergerak, di

samping keuntungan dari tubuhnya yang kecil. Mau

tidak mau pukulan lawan selalu jatuh di tempat

kosong. Karena setiap memukul harus didahului

dengan tubuh membungkuk dahulu, hingga lawan

sempat menghindar sebelum dipukul. Kebalikannya

pukulan Danyang Ilu-Ilu sulit ditangkis oleh lawan

yang bertubuh tinggi. Sering sekali Hajar Kertosari

gugup dan harus menggunakan kaki untuk

menendang guna melindungi pusar atau bawah

perutnya yang selalu menjadi incaran lawan.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

254

Sayang pula Hajar Kertosari bukan ahli

menggunakan kaki untuk berkelahi, ditambah lagi

lawan ini dapat bergerak amat gesit dan licin seperti

belut. Tiap kali secara tiba-tiba lawan sudah

menghilang, dan tahu-tahu sudah menyerang dari

belakang.

Perkelahian dua orang itu sengit sekali. Danyang

Ilu-Ilu menggunakan kegesitannya bergerak sambil

bersiasat gerilya. Menjadikan Hajar Kertosari mati

kutu, hingga pukulan-pukulannya banyak luput.

Tiba-tiba pantatnya terpukul oleh tinju si kerdil.

Hajar Kertosari penasaran sekali. Pantat

dirasakan sakit sekali seperti remuk.

"Bangsat kerdil. Mampus kau!" sambil

membentak, Hajar Kertosari sudah menyepak ke

belakang, disusul oleh pukulan tangan kiri dan

kanan yang saling susul.

"Kek-kek-kek-kek, luput!" ejek Danyang Ilu-Ilu

sambil melesat gesit, dan tahu-tahu telah kembali

di belakang lawan sambil berusaha memukul

pantat.

Ejekan lawan ini menambah penasaran Hajar

Kertosari. Baru kali ini selama hidup, seperti tidak

berdaya melawan.

Kuda Sempati yang menonton di pinggir menjadi

marah melihat kakaknya dipermainkan. TetapiKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

255

terpaksa menahan marah dan tidak berani terjun

mengeroyok. Ia sudah faham watak kakaknya yang

selalu memegang teguh sifat ksatria. Apabila ia

maju dan mengeroyok berarti menurunkan derajat

kakaknya.

Justeru di saat mereka sedang berkelahi sengit

itu, Ditya Margono terjaga dan keluar dari goa.

Melihat gurunya berkelahi, pemuda ini menjadi

gembira, melihat lawannya tak berdaya. Hingga

diam-diam merasa beruntung, di saat dirinya

ketakutan kepada Kiageng Ringin Putih

memperoleh guru sakti mandraguna.

"Kek-kek-kek-kek... heh-heh-heh-heh."

Danyang Ilu-Ilu ketawa mengejek sambil

berloncatan gesit. "Kau mau mengakui

keunggulanku atau tidak? Lekaslah berlutut dan

mohon ampun, aku sedia mengampuni."

Seperti meledak dada Hajar Kertosari mendengar

ejekan lawan yang menghina itu. Mendadak orang

ini melepaskan tasbih yang semula tergantung di

leher. Disusul bentakan keras, "Hemm, engkau

terlalu menghina aku dan rasakan ini!"

Hajar Kertosari memutarkan tasbihnya. Tasbih

itu merupakan senjata andalan selama ini. Tasbih

yang panjang itu kadang dapat menyerang seperti

sebatang tombak, tetapi juga bisa dipergunakanKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

256

membabat sebagai golok dan sekaligus dapat

dipergunakan perisai.

Setelah Hajar Kertosari menggunakan tasbih,

keadaan cepat berubah. Kegesitan dan siasat

gerilya lawan sekarang terbentur oleh senjatanya.

Setiap lawan menyerang dari belakang, ia tidak lagi

memutarkan tubuh. Dengan mendengar sambaran

angin dari belakang, ia sudah tahu bagian tubuh

mana yang akan diserang lawan. Maka dengan

memutarkan tasbih sudah dapat menggagalkan

serangan lawan.

Tasbih Hajar Kertosari ini mempunyai kegunaan

ganda. Di samping sebagai senjata ampuh jarak

dekat juga menjadi senjata jarak jauh. Biji tasbih

itu terbuat dari buah pohon jali yang kulit bijinya

keras sekali. Apabila biji-biji tasbih ini dilepas dari

untaiannya, dapat meluncur satu-persatu tidak

bedanya senjata rahasia. Lawan yang tidak hati
hati bisa roboh. Maka menghadapi kegesitan lawan

ini, tak ada jalan lain kecuali menyerang dengan biji

tasbih.

Sementara itu Kuda Sempati yang sudah gatal

tangan, gembira melihat munculnya Ditya

Margono.

Teriaknya, "Bagus! Akulah lawanmu!"

Selesai berkata, Kuda Sempati sudah melesat

kearah Ditya Margono sambil memukul dengan duaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

257

tinju sekaligus. Walau tubuhnya gemuk pendek,

ternyata gerakan Kuda Sempati juga amat gesit.

Tahu-tahu tinju kakek ini sudah menyambar kepala

dan dada Ditya Margono.

"Plak plak... aih..." pemuda yang selalu

membanggakan kekebalan tubuh dan kekuatan

tenaganya ini tidak mau menghindar. Akibatnya

tinju bertemu dengan tinju dan tenaga mereka

berbenturan.

Kuda Sempati kaget bukan main hingga berteriak

tertahan, ketika tubuhnya terhuyung ke belakang

dua langkah. Lawannya masih muda dan ia tadi

sudah gembira sekali ketika lawannya tidak

menghindar.

Akan tetapi di luar dugaannya, lawan muda itu

tidak roboh, sebaliknya malah membuat dirinya

mundur dua langkah?

Memang benar akibat benturan tenaga itu, Ditya

Margono mundur sampai tiga langkah. Akan tetapi

hal ini membuat dirinya kaget dan tak habis

mengerti. Selama hidup baru kali ini ia mengalami

peristiwa yang sama sekali tidak diduga. Kalau

tidak mengalami sendiri, manakah mungkin ia

percaya? Ia terkenal sebagai seorang yang memiliki

tenaga gajah. Pukulannya telah dilatih puluhan

tahun lamanya. Sebatang pohon sebesar paha

manusia dewasa atau batu sebesar anak kerbau,Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

258

sekali pukul akan tumbang dan hancur. Tetapi

mengapa pemuda ini tidak menderita sesuatu,

sebaliknya malah ia sendiri terpental mundur?

Tiba-tiba saja Kuda Sempati marah dan
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggeram keras. Mendadak tubuh yang gemuk

pendek itu melesat ke depan, menerjang dengan

sepasang tinjunya yang ampuh.

Di pihak lain Ditya Margono juga marah. Ia

merasa bertenaga raksasa dan kebal. Mengapa

pertemuan tenaga tadi membuat kuda-kudanya

tergempur dan harus terhuyung tiga langkah ke

belakang?

"Plak... buk buk... auwww.....!"

Serangan ini pun tidak dihindari Ditya Margono.

Tinju kanan Kuda Sempati ditangkis dengan tinju

kiri Ditya Margono. Menyusul tinju kiri bersarang

didada Ditya Margono. Sebaliknya tinju kanan

pemuda itu juga bersarang ke dada Kuda Sempati.

Peristiwa yang sama sekali tidak terduga ini,

menyebabkan Kuda Sempati memekik tertahan.

Tubuhnya terhuyung lagi dua langkah. lsi dadanya

bergolak. Kendati dada telah dilindungi tenaga

dalam yang telah dilatih puluhan tahun, masih juga

goyah oleh pukulan lawan yang masih muda itu.

Di pihak lain Ditya Margono terhuyung sampai

empat langkah ke belakang. Dada pemuda ini jugaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

259

merasa bergolak, tetapi tidak luka. Semua itu oleh

perlindungan kekebalan tubuh dan perlindungan

hawa sakti ajaran Kiageng Ringin Putih.

Untuk sejenak dua orang ini saling pandang tidak

berkedip. Namun kemudian mereka telah terlihat

perkelahian sengit. Akan tetapi Ditya Margono

merasa tidak telaten lagi bertangan kosong ini,

karena tinjunya tak juga merobohkan lawan.

"Sring..." sebatang pedang terhunus dari sarung,

langsung menyambar lawan."Trang trang..."

benturan telah terjadi. Karena secara sebat luar

biasa, tangan kanan dan kiri Kuda Sempati telah

memegang golok. Begitu mencabut golok langsung

menangkis pedang lawan dan menyerang. Gerakan

Kuda Sempati hebat juga. Begitu senjata

berbenturan, telah meneruskan dengan serangan

susulan kepada lawan, membuat Ditya Margono

kaget dan menghindar.

Demikianlah, di malam gelap yang hanya

diterangi sinar api unggun ini, terjadilah dua

kelompok perkelahian yang sengit. Danyang Ilu-Ilu

merasa kaget dan kuatir melihat muridnya sudah

berkelahi dengan Kuda Sempati.

Ia tahu kulit tubuh muridnya kebal dan bertenaga

raksasa. Akan tetapi berhadapan dengan Kuda

Sempati tidak boleh gegabah. Kulitnya yang kebal

takkan sanggup menahan bacokan-bacokan yangKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

260

dilambari tenaga dalam, dan dapat membahayakan

jiwa muridnya.

Di samping kuatir akan muridnya, ia sendiri

sekarang menghentikan siasat gerilyanya.

Sambaran tasbih itu kuat sekali dan amat

berbahaya. Mau tidak mau dirinya harus

menggunakan pula senjata andalannya, dan

selama ini belum memperoleh tanding, Lawan yang

terpukul sedikitnya akan menderita luka dalam

yang parah dan keracunan.

Senjata andalannya ini adalah Aji "Kodok Brama"

(katak api). Sesuai dengan nama itu seniri maka

setiap melancarkan pukulan, ia harus berjongkok

seperti katak. Begitu terdengar suara kok tiga kali

dari perutnya, dua belah tangan akan memukul ke

depan. Walaupun pukulan itu tidak menyentuh

tubuh lawan, tetapi hawa pukulannya yang beracun

kuasa membuat lawan celaka, menderita luka

dalam dan beracun.

Begitulah, setelah tidak mungkin dapat memukul

dari jarak dekat lagi, Danyang Ilu-Ilu segera

melesat ke belakang dan langsung jongkok seperti

katak. Kemudian dari mulutnya terdengar suara

kok-kok-kok.

Hajar Kertosari yang belum pernah berhadapan

dengan lawan yang mempunyai aji kesaktian

seperti ini, tidak menduga sama sekali. Ia mengiraKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

261

lawan mengaso. Maka Hajar Kertosari tak mau

memberi kesempatan lawan bernapas, lalu

menerjang sambil melancarkan serangan dengan

tasbih. Justeru terjangannya yang membuat

jaraknya tamba dekat ini, Hajar Kertosari

mencelakakan diri sendiri. Tiba-tiba dua belah

tangan Danyang Ilu-Ilu memukul ke depan. Angin

dahsyat sekali menyambar ke arah Hajar Kertosari.

Hajar Kertosari kaget sekali tetapi tidak menjadi

gugup. Ia menjejakkan kaki melenting ke udara.

Dan masih terapung di udara ini ia melepaskan

tiga butir biji tasbih, dan menyerang lawan bertubi
tubi.

Danyang Ilu-Ilu kaget dan penasaran, ketika

pukulannya Aji "Kodok Brama" gagal dan malah

diserang dengan biji tasbih. Tetapi kakek kerdil ini

bukan orang lemah. Dengan meloncat seperti

katak, ia berhasil menghindari dua butir biji tasbih.

Akan tetapi sebutir yang lain, masih menyerempet

betisnya. Sekalipun tidak menimbulkan luka, tetapi

betis itu panas dan sakit. Justeru sambitan ini

membuat Danyang Ilu-Ilu tambah marah. Lalu

melancarkan serangan di saat lawan masih di

udara.

Hajar Kerosari kaget merasa disambar hawa

pukulan yang kuat dan panas. Di udara

kedudukannya lemah. Kendati begitu ia tidakKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

262

gugup. Ia menggunakan jari dan ibu jari kaki kanan

menjepit atas tumit kaki kiri, hingga tubuh yang

sudah meluncur turun itu, mendadak kembali

membal ke atas lalu berjungkir balik. Justeru di

saat kaki masih di atas dan kepala di bawah ini,

Danyang Ilu-Ilu melancarkan serangan Aji "Kodok

Brama" lagi. Hajar Kertosari berusaha menangkis

pukulan itu menggunakan dua tangan mendorong

ke depan. Akan tetapi justeru perbuatannya ini

malah mencelakakan diri sendiri.

Hajar Kertosari lupa kedudukannya sedang

terapung di udara. Ia tidak mempunyai landasan

pengerahan tenaga, Memang benar dengan tenaga

dorongannya ia berhasil mengurangi kedahsyatan

pukulan lawan. Namun demikian, tubuhnya

terdorong dan terapung lebih tinggi di udara.

Mendadak ia merasakan dadanya sesak dan kepala

pening. Pandang mata kabur dan badan panas.

Hajar Kertosari kaget sekali. Baru sadar ia

sekarang, pukulan lawan mengandung semacam

racun.

Hajar Kertosari marah bukan main. Masih

terapung di udara, kakek itu berseru, "Kuda

Sempati, mundur!"

Sambil berteriak Hajar Kertosari menghujani

serangan dengan biji tasbih ke arah lawan.

Danyang Ilu-Ilu tidak berani sembrono, lalu

berloncatan seperti katak untuk menghindarkanKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

263

diri, di samping pula menggunakan tangannya

untuk menangkap biji tasbih yang tak mungkin

dapat dihindari.

Di pihak lain Kuda Sempati kaget mendengar

seruan kakaknya itu. Ia hampir tidak percaya. Akan

tetapi setelah mendengar sambaran biji tasbih yang

seperti hujan itu, ia mengerti keadaan amat

berbahaya. Karena itu ia cepat melancarkan

serangan berantai kepada Ditya Margono, baru

kemudian mengikuti jejak kakaknya, melarikan

diri.

Ditya Margono yang masih penasaran ingin

mengejar. Tetapi gurunya mencegah.

"Kek-kek-kek-kek, jangan!"

Ditya Margono menunda langkah. Ia

membalikkan tubuh sambil bertanya, "Apakah

sebabnya? Dua orang bangsat itu perlu dihajar."

"Kek-kek-kek-kek, biarkan mereka pergi.

Setidaknya Hajar Kertosari harus mengaso

setengah bulan lamanya, untuk mengusir racun

pukulanku."

"Aihhh... guru memukul dia dengan apa?"

"Kek-kek-kek-kek, dengan Aji "Kodok Brama"

Hemm, tidak mampus saja masih untung."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

264

Sepasang mata Ditya Margono terbelalak

mendengar disebutnya Aji "Kodok Brama" itu.

Tanyanya "Tadi tanpa menyentuh tubuh lawan,

dapat membuat lawan celaka?"

"Kek-kek-kek-kek, kau benar. Asal saja pukulan

itu langsung menghantam bagian tubuh yang

lemah. Misalnya dada dan perut. Sebab orang akan

menderita keracunan hebat dan kemudian

mampus."

"Hebat! Guru harus mengajarkan ilmu itu kepada

murid."

"Kek-kek-kek-kek, tak kau mintapun akan aku

ajarkan kepadamu. Seluruh ilmu kesaktianku akan

aku kuras untuk menggembleng engkau menjadi

manusia tersakti di jagad ini, hingga tanpa lawan

lagi."

"Terima kasih guru..." tiba-tiba Ditya Margono

menjatuhkan diri dan berlutut.

Betapa gembira pemuda ini mendapat

kesanggupan gurunya itu. Ia bakal memiliki
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulan ampuh dan dapat membinasakan lawan

tanpa menyentuh tubuh lawan. Bukankah dengan

aji pukulan tersebut, dirinya takperlu takut lagi

berhadapan dengan siapapun? Termasuk

berhadapan dengan Kiageng Ringin Putih. Dunia ini

bakal menjadi miliknya. Kemudian timbul cita
citanya untuk memerangi raja dan adipati. SesudahKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

265

mereka kalah dan menyerah, dirinya yang bakal

menjadi raja diraja di bumi ini.

"Kek-kek-kek-kek, bangunlah anak baik. Hari

masih malam, marilah kita kembali tidur."

Tanpa menunggu jawaban, kakek kerdil ini sudah

meloncat masuk goa, dan langsung menggeletak di

tempat semula. Ketika Ditya Margono datang

menyusul, gurunya sudah mendengkur pulas

sekali.

Ketika bangun sinar terang telah menerobos

masuk lewat mulut goa. Ditya Margono bangkit,

tetapi gurunya masih melingkar seperti udang dan

masih mendengkur seperti babi. Ia tidak berani

mengganggu dan berjingkat keluar goa. Ia

langsung menuju sumber air mencuci muka.

Sesudah itu ia berburu mencari sarapan pagi.

Berkat kepandaiannya, dalam waktu singkat

mendapatkan seekor pelanduk.

Dengan cekatan pelanduk itu dikuliti dan

dagingnya dipotong-potong.

Pagi ini ia takkan membangunkan gurunya

sebelum dirinya kenyang. Pengalaman kemarin

tidak ingin terulang kembali, hingga dirinya harus

tersiksa dan kelaparan akibat daging ayam

dihabiskan gurunya.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

266

Sepotong daging paha bagian belakang yang

cukup besar sudah hampir matang dipanggang.

Sebentar lagi ia akan dapat menikmati daging

pelanduk yang gurih itu. Akan tetapi belum juga

daging itu sempat digerogoti, mendadak angin

menyambar

Tahu-tahu daging paha sudah lepas, beralih ke

tangan kakek kerdil sambil terkekeh dan duduk di

dekatnya.

"Kek-kek-kek-kek, engkau memang murid baik

dan rajin. Nyatanya sebelum gurumu bangun,

engkau telah mempersiapkan sarapan pagi.

Hwaduh, gurihnya, hwaduh sedapnya daging ini,

tidak bedanya daging kambing."

Sambil terus menggerogoti daging masih panas

mengepul itu, mulut Danyang Ilu-Ilu tidak hentinya

memuji gurih dan sedap. Membuat pemuda ini

mendongkol karena gagal menikmati dagmg paha

yang sudah membuat air liurnya mengucur.

Danyang Ilu-Ilu mengoceh terus, katanya, "Kek
kek-kek-kek, kalau saja hidungku tadi tidak

menghirup bau yang gurih dari daging yang kau

panggang ini, mungkin aku masih malas bangun.

Hemm, tulang tuaku terasa pegal setelah berkelahi

melawan kerbau gundul semalam....."

"Ha-ha-ha-ha..." Ditya Margono ketawa geli.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

267

"Kek-kek-kek, mengapa kau tertawa?"

"Guru sendiri yang menyebabkan murid ketawa."

"Mengapa aku?"

"Guru tadi memaki orang kerbau gundul. Tetapi

guru sendiri... ha-ha-ha, juga gundul...."

"Ait... celaka! Kau benar. Aku sampai lupa bahwa

kepalaku sendiri gundul. Tetapi ehh, apakah

engkau tahu sebabnya aku menjadi gundul seperti

ini? Kau jangan goblok, dia gundul karena dicukur,

sebaliknya aku ini gundul tanpa dicukur. Tahukah

engkau akan sebabnya aku menjadi gundul seperti

ini?"

"Tidak! Dan sesungguhnya sejak kemarin timbul

pertanyaan dalam hatiku, mengapa guru gundul

kelimis. Hanya saja murid tak berani bertanya."

"Kek-kek-kek-kek, mengapa soal sepele itu saja

engkau tak berani bertanya? Apakah engkau takut

aku marah? Hemm, yang sudah terjadi memang

diluar kemauanku. Kepalaku yang menjadi gundul

kelimis ini akibat kesalahanku sendiri."

Tanpa sadar kakek ini telah mengusap-usap

kepalanya yang gundul. Akibatnya kepala itu

tambah kelimis karena minyak. Ditya Margono

tersenyum.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

268

Tanpa diminta ia telah menyerahkan sepotong

daging yang baru matang. Kali ini ia ingin

mengalah, justeru hatinya tertarik sekali untuk

mendengar sebabnya kakek kerdil ini menjadi

gundm kelimis.

Sambil menggerogoti daging, ia bercerita, "Anak,

peristiwa itu terjadi kira-kira duapuluh tahun lalu,

akibat ditipu orang."

"Ditipu orang?" Ditya Margono berseru kaget.

"Kek-kek-kek-kek, begitulah yang terjadi. Ketika

itu aku bersama seorang sahabat berkelana di

dalam hutan. Bersama sahabat itu tibalah kami

pada sebuah kubangan yang luasnya hanya sedepa

persegi tetapi cukup dalam. Tetapi walaupun

kubangan itu dalam, dasar kubangan itu nampak

karena air dalam kubangan itu jernih sekali."

"Apakah sumber air ?"

"Kek-kek-kek-kek, mungkin bukan. Sebab tiada

air yang mengalir keluar dari kubangan. Dan

mungkin sekali sebuah kubangan biasa yang terisi

air hujan. Kemudian sahabat itu menantang aku

untuk bertanding menyelam dalam air. Dia

mengatakan apabila aku sanggup menyelam di

dalam air kubangan itu setengah hari penuh,

sahabat itu menyediakan diri menjadi budakku

selama sebulan penuh. Apa saja yang aku

perintahkan dan pekerjaan apa saja yang akuKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

269

berikan, akan dilakukan dengan senang hati.

Sebaliknya apabila aku tidak kuat menyelam

sampai batas yang ditentukan, akulah yang harus

tunduk perintahnya dan harus menjadi budak

selama satu bulan."

Kakek itu berhenti untuk menggerogoti daging.

Kemudian masih sambil mengunyah, ia

meneruskan, "Aku seorang jago renang dan ahli

menyelam. Aku biasa melatih diri berenang dan

menyelam di laut yang tak jauh dari tempat

tinggalku. Maka tantangan itu aku terima dengan

senang."

"Lalu bagaimana?"

"Kek-kek-kek-kek, esok pagi aku menyelam

dalam air itu, ketika matahari muncul di timur.

Ternyata air itu dingin menusuk tulang. Untuk

menahan rasa dingin dan menahan napas tidak

semudah orang mengira. Harus mengerahkan

kepandaian. Makin lama aku berendam dalam air

itu, rasa dingin makin berkurang oleh bantuan sinar

matahari. Akan tetapi sebaliknya menahan napas

yang terus-menerus dalam air memang menyiksa

sekali. Lebih lagi aku terlupa sarapan pagi, hingga

dalam air perutku makin lama makin lapar."

"Ha-ha-ha-ha," Ditya Margono ketawa

bekakakan.

"Hush. Mengapa engkau ketawa?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

270

"Aku ketawa karena geli. Guru memang kuat

sekali kalau makan. Tubuh guru kecil, tetapi

mengapa perut guru sanggup menampung

makanan cukup banyak?"

"Kek-kek-kek-kek... heh-heh-heh-heh," kakek

itu sendiri geli. "Semua manusia ini membutuhkan

makan untuk hidup terus. Di samping untuk dapat

mempertahankan hidup juga untuk memelihara

tenaga. Hanya seorang yang kenyang sajalah dapat

bertenaga cukup, dan itu pula sebabnya kita harus

makan."

"Tapi... perut guru sekecil itu?"

"Kek-kek-kek-kek, kecil dan besar sama saja

semuanya minta isi. Sudahlah, engkau jangan

membicarakan soal perut melulu. Engkau ingin

mendengar ceritaku apa tidak?"

"Ya ya, saya ingin mendengar, mengapa guru

sampai tertipu."

"Aku yang sejak kecil sudah berkecimpung dalam

air itu, percaya dapat menyelam sehari penuh.

Tidak pernah aku duga sama sekali, belum lama

menyelam perutku sudah lapar. Di samping itu

tiba-tiba saja air yang amat dingin itu dari sedikit

menjadi panas. Ketika masih hangat aku memang

merasa nyaman. Namun setelah air itu seperti

mendidih, aku tak kuat bertahan, lalu muncul diKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

271

permukaan air, dan ternyata belum cukup setengah

hari."

Kakek itu meneruskan, "Sahabatku itu bernama

Suka Rame. Begitu aku muncul dari air ia sudah

menyambut dengan ejekan. ?Ha-ha-ha-ha, tidak

mungkin engkau sanggup menyelam setengah

hari?."

"Dengan tubuh masih basah kuyup aku

mengamati kubangan. Aku kaget ketika melihat

kubangan itu mengepul."

"Mengapa air ini mengepul?" seruku hampir tak

percaya.
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suka Rame ketawa bekakakan, lalu, "ltu

keajaiban alam dan engkau tidak perlu heran. Air

ini memang aneh, apabila terkena sinar matahari

berubah menjadi panas dan mengepul seperti

mendidih. Heh-heh-heh-heh, ternyata engkau tak

sanggup menyelam setengah hari, berarti engkau

kalah. Engkau harus menjadi budakku sebulan

penuh, dan harus tunduk semua perintahku."

"Karena sudah kalah janji, aku tidak dapat

membantah lagi. Sejak hari itu aku harus menyerah

dijadikan budak oleh Suka Rame, dan selalu tunduk

perintahnya. Aku....."

"Guru. Benarkah air kubangan itu berubah

sendiri seperti mendidih, dan guru tidak curiga?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

272

"Sayang ketika itu aku tidak berpikir sejauh itu.

Aku percaya saja dan menurut diperbudak Suka

Rame. Aku amat menderita di bawah

kekuasaannya. Ternyata dia seorang keji dan aku

dianggap bukan manusia lagi. Ahh, tidak perlu aku

ceritakan apa yang harus aku derita selama

diperbudak Suka Rame. Yang jelas selarna aku

diperbudak, menyebabkan rambutku rontok

seluruhnya dan menjadi gundul....."

"Apakah sebabnya?" tanya Ditya Margono.

"Ternyata manusia kejam dan keji itu menipu

diriku. Dia bilang, aku harus membuat rambutku

lebih bagus dan tidak cepat ubanan. Kemudian aku

diharuskan membasahi rambutku dengan minyak

pemberiannya. Hidungku nyengir ketika itu, sebab

minyak itu harum sekali. Tanpa curiga lagi, dan

sesuai dengan janji aku harus selalu tunduk akan

perintahnya, rambut segera aku basahi dengan

minyak itu. Tetapi ahh, beberapa saat setelah aku

membasahi rambut dengan minyak itu, kepalaku

menjadi panas sekali seperti dibakar. Aku

berteriak-teriak saking tidak kuat. Akan tetapi Suka

Rame menghalangi aku ketika ingin mencuci kepala

dan rambutku. Dan apabila nekat, berarti aku

melanggar janji itu."

"Mengapa guru menurut saja? Kalau orang

melakukan perbuatan tidak pantas, mengapa guru

tunduk saja?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

273

"Kek-kek-kek-kek, ketika itu aku memang masih

terlalu jujur, anakku. Hingga tidak membantah

sekalipun harus menderita setengah mati. Kendati

kepala panas sekali seperti dibakar, aku

mempertahankan diri dan menahan derita. Akibat

dari penderitaan itu aku menjadi tidak sadar. Entah

sudah berapa lama aku pingsan, dan ketika sadar

kembali Suka Rame telah tidak nampak. Kemudian

pandang mataku terasa kabur dan tidak awas

seperti semula, di samping merasakan perubahan

yang aneh. Aih... aku menjadi amat terkejut, ketika

rambutku telah rontok semua dan kepalaku masih

amat sakit. Ternyata kepalaku telah terkelupas dan

perih. Akibat dari derita lain ternyata sepasang

mataku melotot keluar seperti sekarang ini, dan

hidungku pun berubah merah seperti terong....."

"Ha-ha-ha-ha."

"Hush, kurang ajar! Mengapa kau ketawa?"

bentak Danyang Ilu-Ilu.

"Murid ketawa karena bapa semudah itu ditipu

orang. Dengan begitu jelas sekali, bapa telah ditipu

orang dengan menggunakan racun?"

"Engkau benar. Suka Rame memang curang dan

licik."

"Mungkinkah dia memang sengaja membunuh

guru dengan racun?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

274

"Agaknya memang begitu. Untung kemudian

datang seorang penolong."

"Siapa yang menolong bapa?"

"Orang itu tidak mau memperkenalkan diri

maupun tempat tinggalnya. Tetapi kalau ketemu

aku takkan lupa lagi. Hemm, oleh kemujaraban

obat penolong itu, setengah bulan kemudian aku

sembuh. Tetapi celakanya walaupun sembuh,

kepalaku menjadi licin tanpa rambut yang tumbuh,

di samping mata dan hidungku tetap seperti ini."

"Kemudian, apa yang bapa lakukan?"

"Ketika itu aku amat penasaran. Timbul tekatku

untuk membalas dendam dan membunuh manusia

busuk itu. Tetapi lebih dahulu aku pergi ke tempat

kubangan air yang membuat aku celaka. Timbul

keinginanku untuk mengetahui, apakah sebabnya

air yang dingin itu kemudian berubah panas seperti

mendidih. Benarkah air itu keajaiban alam, atau

sengaja dibuat orang? Aihh... celaka....."

"Apa yang terjadi?" tanya Ditya Margono.

"Kek-kek-kek-kek, ternyata aku memang tolol.

Kubangan yang semula aku anggap asli itu,

ternyata hasil kerja Suka Rame yang ingin

menjebak dan mencelakakan aku. Dan perubahan

air yang semula dingin lalu menjadi panas seperti

mendidih itu tidak lain perbuatan Suka Rame,Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

275

karena kubangan itu dihubungkan dengan lubang

kecil yang dipanasi dengan kayu. Jelas sudah Suka

Rame memang sengaja merebus aku, sengaja

membunuh aku dengan licik dan curang. Setelah

aku tahu yang terjadi, aku bersumpah harus

membalas kecurangan ini. Aku takkan berhenti

berusaha sebeium berhasil membunuh dia, lalu....."

"Berhasilkah bapa membunuh dia?"

"Memang tidak segampang orang bicara. Suka

Rame licik sekali, dan tidak gampang dicari.

Agaknya dia sudah mendengar bahwa aku tidak

mampus hingga pergi jauh dan bersembunyi.

Tetapi aku berusaha terns tidak kenal lelah. Setelah

sepuluh tahun berlalu, baru cita-citaku ini terkabul.

Aku berternu dengan dia bersembunyi di ujung

barat pulau Jawa ini. Di sana dia berhasil mengikat

persahabatan dengan beberapa orang tokoh sakti.

Dan oleh perlindungan para tokoh sakti itu,

menyebabkan aku tidak gampang membalas

dendam. Manakah seorang diri aku mampu

menghadapi Suka Rame dan beberapa

sahabatnya?"

Danyang Ilu-Ilu berhenti. Setelah mengambil

napas, ia meneruskan, "Kemudian aku mencari

akal. kemudian aku tidak mencari dia, tetapi aku

bersembunyi dan menunggu saat baik. Namun

inipun memerlukan kesabaran. Sebab Suka Rame

yang licik itu amat hati-hati. Sebulan, dua, tiga danKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

276

seterusnya sampai setengah tahun, dia tidak juga

muncul. Kalau toh muncul, selalu bersama sahabat
sahabatnya, sehingga aku belum bertindak."

Danyang Ilu-Ilu berhenti lagi. Setelah mendehem

barulah ia meneruskan, "Tetapi agaknya dia

menjadi lengah setelah lewat delapan bulan, dan

beranggapan telah aman. Selama aku mengintai

dan menunggu kelengahannya itu, aku justeru

tidak tinggal diam. Aku menyelidik terus, dan

akhirnya aku mendapat keterangan bahwa Suka

Rame mempunyai hubungan rahasia dengan janda

muda kaya di desa Citeureup yang letaknya di tepi

pantai. Menurut keterangan yang aku peroleh,

Suka Rame mengunjungi selir gelap itu setiap dua

minggu sekali, dan berdiam di sana selama satu

minggu. Hemm, setelah jelas kemudian aku datang

ke rumah janda kaya itu lalu menawarkan diri

sebagai budak. Sungguh beruntung, aku diterima

dan ditugaskan sebagai penjaga keamanan

rumahnya di waktu malam. Justeru tugas ini amat

kebetulan, karena dengan tugas itu berarti aku

leluasa dalam menyelidik Suka Rame."

"Akhirnya apa yang aku tunggu datang juga,

sejak sore aku sudah mendapat perintah dari

majikan malam nanti akan datang majikan laki-laki.

Aku dilarang tidur dan harus menyambut

kedatangannya. Tentu saja perintah ini aku terima

dengan senang hati, justeru memang kesempatanKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

277

ini sudah lama aku tunggu. Pendeknya aku harus

dapat membalas dendam dan membunuh manusia

busuk itu. Dan sambil menunggu kehadirannya itu

aku menimbang-nimbang. Apa yang harus aku

gunakan untuk membalas dendam itu? Semula

akan aku gunakan golok, sekali tabas mampus.

Tetapi ketika teringat penderitaanku waktu itu, lalu

timbul niatku membalas dendam lewat derita. Aku

gunakan racun untuk membunuh dia dalam waktu

lambat. Racun itu lalu aku campur dalam air teh

untuk dia."

"Racun apa, bapa?"

"Aku sudah lupa. Tetapi kira-kira waktu

sembahyang isyak Suka Rame datang dikawal

beberapa orang anak buahnya. Anak buah itu

kemudian mangaso di tempat yang sudah

disediakan, dan telah tersedia pula perempuan
perempuan muda sebagai penghibur. Aku

penasaran dan marah sekali melihat itu. Ternyata

bukan saja Suka Rame memikat si janda kaya,

tetapi juga merusak gadis-gadis desa untuk anak

buahnya. Dalam penasaranku bukan saja Suka

Rame, tetapi anak buah itu pun harus aku sapu

bersih semua. Sesudah menyelesaikan semua anak

buah Suka Rame, aku baru puas. Sebab Suka Rame
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang minum teh campur racun, tentu segera akan

menderita, karena perutnya akan sakit sekali."

"Dan Suka Rame minum teh itu?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

278

"Ya. Terbukti majikan wanita itu kebingungan

melihat Suka Rame kelabakan di dalam kamar.

Majikan perempuan menyuruh aku mencarikan

tabib. Aku pergi juga, tetapi tidak kembali lagi.

Kemudian aku mendengar kabar Suka Rame

meninggal juga setelah satu minggu dan menderita

hebat."

"Bapa puas?"

"Sudah tentu. Dan akibat perbuatan Suka Rame

itu aku menjadi seperti sekarang ini. Dahulu

kendati aku kerdil, aku berambut seperti manusia

yang lain, hidung dan mataku pun biasa. Tetapi

akibat kecurangan Suka Rame, aku menderita

selama hidup."

Guru dan murid ini meneruskan makan pagi

sampai kenyang. Hari ini seperti kemarin. Danyang

Ilu-Ilu segera melompat ke pundak Ditya Margono,

hingga tidak bedanya anak kecil jenggotan duduk

di atas pundak seorang dewasa.

"Kita ke mana?" tanya Ditya Margono.

"Kek-kek-kek-kek, terserah ke mana engkau

mau pergi!" sahutnya. "Aku tidak punya rencana."

"Sebaiknya kita pulang saja bapa." ajak Ditya

Margono.

Ajakannya ini mengandung maksud, apabila

cepat sampai di rumah gurunya, dirinya akanKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

279

segera mendapat pelajaran dari gurunya yang baru

ini, dan dengan begitu, apabila bertemu dengan

Kiageng Ringin Putih, tidak perlu takut lagi.

"Kek-kek-kek-kek, apakah engkau punya

rumah?"

"Murid tidak punya rumah. Tetapi sebaliknya

guru mempunyai tempat tinggal. Dengan begitu

sambil menunggu waktu bertanding itu, guru dapat

mendidik murid agar tambah tangguh."

"Kek-kek-kek-kek, aku tidak punya rumah, Sama

dengan engkau. Heh-heh-heh-heh, dengan begitu

antara aku dengan engkau sama saja. Aku

bergelandangan dan engkaupun gelandangan."

"Tetapi bukankah guru bertempat tinggal di

pantai utara?"

"Itu dulu. Sekarang tidak lagi. Sudah lama aku

bergelandangan macam ini, dan tanpa keluarga

pula."

"Aihh, kalau begitu, bagaimanakah dengan nasib

murid?"

"Nasibmu yang mana?"

"Lalu kapankah bapa dapat mendidik murid?"

"Heh-heh-heh, mengapa engkau kuatir? Di

manapun aku dapat mendidik engkau menjadi

manusia sakti mandraguna. Apakah sangkamuKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

280

guru mendidik muridnya itu, ditentukan oleh ada

dan tidaknya tempat tinggal?"

"Oh, terima kasih bapa." Ditya Margono gembira.

"Tetapi kapankah bapa mulai mendidik murid

menjadi manusia sakti mandraguna?"

"Apakah engkau sudah menjadi tolol?" hardik

Danyang Ilu-Ilu. "Sekarangpun aku sudah mulai

memberi pelajaran kepadamu, tentang melatih

tenaga. Apakah engkau tidak merasa?"

Untuk sejenak Ditya Margono heran dan

mengerutkan alis. Ia tidak merasa telah dilatih

tentang tenaga. Tetapi mengapa gurunya

mengatakan telah memulai latihannya? Akan tetapi

sejenak kemudian ia terkejut. Ia sekarang dapat

merasakan, tubuh kakek itu yang semula ringan

seperti kapas, makin lama bertambah berat.

Merasakan ini insyaflah ia, gurunya benar-benar

sudah melatih dirinya secara aneh. Melatih tenaga,

tetapi dirinya dijadikan semacam kuda tunggang.

*****

Kita tinggalkan dahulu guru dan murid yang

tingkah lakunya sama anehnya ini. Kiranya lebih

tepat kita ikuti perjalanan Diah Kuntari yang diliputi

perasaan penasaran, akibat fitnah Jarot, puteraKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

281

Tumenggung Brojokusumo. Ia mengendarai kuda

hitam, kuda gurunya. Kuda itu tidak begitu besar,

namun bagus sekali dan dapat lari amat cepat.

Ketika matahari bergeser ke barat, gadis ini

sudah mencapai desa yang cukup ramai. Ia

meloncat turun dari kuda dan memberi kesempatan

kepada kuda itu agar mengaso, di tepi sungai tak

jauh dari desa.

Diah Kuntari duduk di atas baru sambil berkali
kali menghela napas panjang dan mengeluh.

Seakan ia menyesal akan nasib yang menimpa

dirinya, dan menyesal pula pemuda tunangannya

itu berwatak buruk.

Sesungguhnya perihal hubungan cinta gelap

antara Jarot dengan para selir ayahnya sendiri itu,

ia tidak perduli. Dengan terputusnya hubungan,

tidak ada hubungan apa-apa lagi. Akan tetapi

setelah pemuda itu memfitnah dirinya sebagai

seorang pencuri pedang pusaka, ia menjadi masgul

dan marah.

Timbul keinginannya untuk menghukum pemuda

jahat itu.

Tiba-tiba ia teringat kepada guru dan adik

seperguruannya. Mungkinkah guru dan

keluarganya tidak diganggu oleh Tumenggung

Brojokusumo yang berlindung pada kekuasaan raja

Mataram, Sunan Amangkurat?Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

282

"Hemm, apabila akibat diriku ini merembet

kepada guru sekeluarga, aku tak dapat memberi

ampun lagi kepada Jarot," desisnya.

Namun sesaat kemudian ia ingat akan

keadaannya sendiri. Ia menghela napas kemudian

mengeluh, "Apakah dayaku? Aku hanya seorang

diri. Manakah mungkin aku sanggup datang ke sana

dan membunuh Jarot?"

Untuk beberapa lama gadis ini terombang
ambing perasaan tak menentu. Antara penasaran

dan dendam kepada Jarot, dan perasaannya yang

tertindih karena tidak mempunyai kekuatan.

Diah Kuntari baru sadar akan keadaan ketika

kudanya datang dan menggosok-gosokkan

kepalanya ke tangan sambil meringkik. Diah

Kuntari tersenyum, mengusap leher dan menepuk

perlahan dengan tangannya yang halus. Sesaat

kemudian gadis ini sudah meloncat ke punggung

kuda, dan tak lama kemudian si hitam telah

berlarian menuju Dieng.

Ketika matahari hampir silam di laut, tibalah Diah

Kuntari di Dieng. Sepasang mata gadis ini

terbelalak melihat apa yang tampak. Rumah yang

teduh milik gurunya itu sekarang telah menjadi

puing. Rumah gurunya telah dibakar. Ia cepat

menduga tentu perbuatan Jarot.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

283

Dalam hatinya timbul rasa heran pula. Mengapa

bisa begitu? Apakah gurunya hanya berpeluk

tangan melihat rumah dibakar, dan tidak

melakukan perlawanan?

Kepala gadis ini berdenyutan dan tambah sedih,

disampihg hati terasa tertindih. Sekarang akibat

perbuatannya, gurunya telah ikut terseret dan

dianggap bersalah. Untuk beberapa lama ia

menangis dan merasa gelap, tak tahu apa yang

harus dilakukan.

Saking tenggelam dalam sedih dan

kemenyesalan, Diah Kuntari sampai tidak sadar

gelap telah menyelimuti bumi. Untung ia bukan

gadis cengeng. Setelah beberapa lama memeras air

mata, ia ingat tidak boleh terlalu lama berdiam di

tempat ini.

Di luar tahu Diah Kuntari, seorang penyelidik

Mataram telah mengetahui kehadirannya. Akan

tetapi karena penyelidik itu tak sanggup

menghadapi Diah Kuntari seorang diri, orang itu

secepatnya pergi memberi laporan tentang

hadirnya Diah Kuntari di bekas rumah gurunya.

Sepasukan prajurit Mataram yang bermarkas tak

jauh dari Dieng cepat bergerak. Prajurit itu dipimpin

seorang Tumenggung bernama Umbul Sari. Ia

merupakan bawahan Tumenggung Brojokusumo,

dan terkenal sebagai seorang ahli ilmu pedang dan

keris yang jarang tandingannya.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

284

Tetapi kehadiran prajurit ini sudah terlambat.

Diah Kuntari telah pergi, membuat Umbul Sari

marah dan penasaran. Ia memerintahkan beberapa

prajurit menyelidik, di samping memberi laporan

kepada Mataram. Sedang dirinya sendiri dikawal

beberapa prajurit. langsung mengejar Diah Kuntari

dengan maksud untuk menangkap.

Diah Kuntari meninggalkan Dieng dengan pikiran

kusut. Menjadi jelas sekarang, guru bersama

keluarganya terpaksa pergi mencari selamat.

Karena itu Diah Kuntari merasa tambah bersalah.

Malam ini Diah Kuntari menginap di atas pohon,

sedang kuda hitam dilepas bebas untuk mengaso.

Kuda itu memang sudah terlatih, apabila diperlukan

akan datang mendengar siulannya.
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hati yang sedih dan tertindih menyebabkan gadis

ini sulit tidur. Semula terpikir oleh Diah Kuntari

untuk menghubungi Rukmini yang berdiam di

Jepara bersama suaminya. Tetapi niat itu

secepatnya dihapus ketika ingat, suami Rukmini

juga seorang pejabat Mataram. Ia takut kalau

keluarga itupun takut terlibat persoalannya.

Untung juga Diah Kuntari segera ingat kepada

sahabat gurunya, suami isteri sakti yang bertempat

tinggal di Begelen, bernama Bayu Ketiga dan Ayu

Kirana. Lebih baik dirinya ke sana dan

menceritakan apa yang telah terjadi.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

285

Ketika fajar tiba dan selesai membersihkan tubuh

di sumber air dan berhias sekadarnya, Diah Kuntari

bersiul nyaring. Belum juga lenyap suara siulannya,

terdengar suara si hitam meringkik nyaring sebagai

jawaban. Sejenak kemudian munculah si hitam dan

menghampiri Diah Kuntari yang tambah cantik pagi

ini, sekalipun kurang tidur.

"Hitam, mari kita pergi ke Begelen," desisnya

sambil menepuk-nepuk leher si hitam. Entah tahu

atau tidak, kuda itu meringkik perlahan dan tak

lama kemudian sudah menuju ke barat.

Perjalanan ini amat tergesa. Karena itu gadis ini

tidak mempunyai pikiran lain, kecuali secepatnya

sampai tempat tujuan. Ia memacu kuda cepat
cepat, hingga gadis ini tidak memperhatikan

keadaan, bahwa larinya kuda seperti terbang itu

menarik perhatian orang.

Hari telah sore ketika gadis ini tiba di desa Loano.

Namun kendati desa, Loano tidak ubahnya sebuah

kota pada jaman itu. Dalam desa ini banyak

dibangun rumah-rumah besar dan kuat.

Membuktikan bahwa desa ini cukup makmur dan

merupakan pusat perdagangan. Pasarnya cukup

luas. Walaupun hari telah sore banyak pedagang

masih mendasarkan dagangannya. Dan karena

desa ini merupakan singgahan bagi orang yang

melakukan perjalanan jauh, maka di desa inipunKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

286

berserakan rumah makan dan penginapan

sekalipun hanya sederhana.

Jarak tidak berapa jauh lagi dengan Begelen.

Diah Kuntari tidak ingin menginap di desa ini.

Namun ketika Diah Kuntari memalingkan muka dan

mengamati sebuah rumah makan di kiri jalan,

perhatian gadis ini tiba-tiba saja tertarik akan

lukisan sederhana pada tembok rumah makan itu.

Lukisan itu hanya coretan bulat. Tetapi di

dalamnya tampak lukisan matahari dan bulan sabit.

Lukisan sederhana ini bagi orang lain tidak akan

menarik karena mempunyai arti khusus.

Diah Kuntari membatalkan niatnya meneruskan

perjalanan. Kemudian ia turun dari kuda dan masuk

ke dalam rumah makan.

Rumah makan yang merangkap penginapan ini,

bentuknya sederhana sesuai suasana desa. Rumah

ini berpagar tembok dan tingkat dua. Tetapi

sebagai tingkat dua, hanya kayu gelondong besar

yang diatur berjajar.

Apa sebabnya Diah Kuntari tertarik kepada

lukisan itu, dan kemudian singgah? Ingatan Diah

Kuntari cukup kuat. Ia belum lupa cerita gurunya,

bahwa suami-isteri sakti Begelen itu memiliki tanda

tanda dengan lukisan seperti itu. Apabila sebuah

rumah terdapat tanda seperti itu, sudah kuasaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

287

mengusir orang bermaksud jahat. Sebab dengan

ada tanda seperti itu, berarti rumah ini dilindungi

oleh suami isteri sakti Bayu Ketiga dan Ayu Kirana.

Diah Kuntari belum pernah kenal dengan Bayu

Ketiga maupun Ayu Kirana. Ia baru kenal lewat

cerita gurunya. Maka ia singgah di rumah makan ini

di samping ingin makan juga bermaksud agar

mendapat keterangan di manakah letak rumah

tinggal suami-isteri itu.

Dalam rumah makan ini duduk belasan orang

tamu. Tetapi yang aneh, walaupun jumlahnya

belasan orang, tidak seorangpun bicara keras.

Entah mengapa sebabnya, orang-orang itu lebih

suka berdiam diri atau berbisik, hingga keadaan

agak sepi.

Begitu masuk Diah Kuntari melihat seorang laki
laki berewok dan seorang laki-laki kurus

mengenakan pakaian bertambal-tambal seperti

seorang rudin. Tetapi karena merasa tidak kenal,

maka walaupun dua orang itu mengamati, ia tidak

perduli. Kemudian ketika ia mengalihkan pandang

mata ke meja lain, diam-diam gadis ini tercekat.

Seorang bertubuh gemuk, berkepala gundul duduk

seorang diri.

Sepasang matanya mengamati Diah Kuntari

penuh perhatian. Membuat gadis ini agak kikuk laluKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

288

membuang muka, kendati sekarang ini

mengenakan pakaian laki-laki.

Bagi orang yang tidak kenal, memang tentu

menduga sebagai seorang pemuda tampan. Tetapi

pembawaan naluri kewanitaannya sejak lahir,

begitu dipandang laki-laki, ia menjadi kikuk juga.

Diah Kuntari duduk seorang diri tidak jauh dari

jendela. Seorang pelayan menghampiri lalu

menanyakan ingin pesan apa. Kontan saja Diah

Kuntari minta jeruk panas dan nasi soto.

Sambil menunggu pesanan, Diah Kuntari

menyapukan pandang mata ke meja lain.

Mendadak gadis ini merasa heran. Mengapa

sebabnya tamu yang lain juga pesan nasi soto

seperti dirinya? Apakah rumah makan ini memang

lebih terkenal masakan soto dibanding masakan

lain?

Di saat dirinya heran ini, tiba-tiba ia kaget

mendengar laki-laki kepala gundul itu berteriak,

"Hai pelayan. Manakah pesananku?"

"Tuan pesan apa?" pelayan gugup tetapi

sikapnya hormat.

"Bah! Bukankah begitu masuk aku sudah pesan

makanan?" bentak si gundul marah. "Aku tadi

sudah minta nasi soto, ayem goreng dan jerukKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

289

panas. Tetapi mengapa tidak segera engkau layani?

Huh, dasar tolol. Baru dipesan sudah lupa lagi."

"Maafkan saya tuan," pelayan itu menjawab

halus. "Yang menerima pesanan tuan tadi bukan

saya, tetapi pelayan lain. Biarlah saya menegur dia,

agar segera melayani tuan."

Diah Kuntari heran dan tertarik. Siapakah

sesungguhnya si gundul ini? Tidak biasa seseorang

mencukur rambut sampai licin seperti itu. Baik laki
laki maupun perempuan, pada umumnya

memelihara rambut dan panjang. Tetapi kalau

orang ini mencukur rambut, hanya ada dua macam

dugaan saja.

Yang pertama seorang pendeta, dan kedua

seorang jagoan. Sebagai jagoan biasanya ingin

mempunyai bentuk lain daripada orang biasa.

Tetapi kalau dia benar pendeta, tentunya takkan

makan daging. Dan kalau sekarang pesan nasi soto

yang pakai daging, jelas laki-laki itu bukan

pendeta, tetapi jagoan.

Entah mengapa sebabnya, begitu si jagoan

membentak pelayan, sesaat kemudian dua orang

tamu bangkit dari tempatnya duduk, lalu pergi ke

tingkat atas lewat tangga. Bagi Diah Kuntari

kepergian dua orang itu tidak menarik. Siapa tahu

kalau dua orang tadi memang menginap di tempat

ini dan mendapat kamar di bagian atas? AdapunKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

290

yang kemudian menarik perhatian Diah Kuntari,

sikap laki-laki gundul itu. Mengapa begitu melihat

mereka pergi si gundul ketawa dingin?

Tak lama kemudian datanglah pelayan yang

membawa pesanan berisi air teh dan dua mangkuk

nasi soto yang masih mengepul. Tetapi pelayan itu

tidak menghampiri meja si gundul, melainkan

menuju ke meja si berewok dan kawannya yang

pakaiannya bertambal-tambal.

Baru saja makanan dan minuman itu diletakkan

di atas meja, tiba-tiba si gundul bungkit dan

berteriak, "Kurang ajar! Aku yang pesan makanan

dan minuman lebih dulu, tetapi mengapa tamu lain

malah dilayani dahulu?"

Si pelayan menjawab dengan halus dan

menghormat, "Sudilah tuan bersabar sedikit. Kami

sedang kehabisan jeruk, dan seorang teman

sedang pergi ke pasar untuk membeli. Apabila jeruk

yang tuan butuhkan dan ayam goreng itu sudan

siap, pesanan tuan akan segera kami hidangkan."

Laki-laki gundul itu tidak membuka mulut lagi.

Dia malah melangkah lebar. Semula Diah Kuntari

menduga tentu si gundul akan protes kepada

pengurus rumah makan, mengapa pesanannya

tidak segera di layani. Akan tetapi ternyata dugaan

Diah Kuntari salah. Si gundul bukan mencari dan

menegur pengurus, tetapi menghampiri si pelayanKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

291

dan meja itu, kemudian dengan gerakannya yang

seperti kilat telah menyiku si pelayan sambil

kakinya mendupak meja.

Si pelayan memekik kesakitan dan tubuhnya
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjengkang. Sedang si berewok dan si rudin

secepat kilat meloncat menjauhi meja. Tetapi

sekalipun begitu, tidak urung soto yang panas

menyiram pakaiannya.

"Bangsat gundul!" teriak si rudin marah. "Engkau

datang kemari ingin mengisi perut ataukah sengaja

bikin ribut?"

Sambil berteriak, tangan si rudin sudah

menyambar memukul si gundul.

"Ha-ha-ha-ha, tanganku memang sudah gatal,"

sahut si gundul sambil ketawa. "Aku memang ingin

menghajar engkau, tahu?"

Begitu bicara tangan kiri sudah bergerak

menangkap tinju lawan, sedang tangan kanan

dengan gerakan cepat telah menangkap siku orang

lalu didorong ke atas keras-keras.

"Wuutt!" tubuh si rudin terbang dan terdorong ke

arah pengurus rumah makan.

Pengurus rumah makan yang sudah tua tampak

kaget. Dua tangannya diangkat kemudian

mendorong sambil berteriak, "Aih, tuan, mengapa

tuan mengacau ketenangan warungku?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

292

Tampaknya saja dua tangan orang tua itu

mendorong tanpa tenaga. Namun ternyata tubuh si

rudin sudah terdorong membalik.

Diah Kuntari terkesiap. Sebagai seorang murid

guru sakti, tentu saja insyaf bahwa apa yang

dilakukan pengurus rumah makan tadi

menggunakan ilmu pinjam tenaga. Atas dorongan

itu, si rudin jungkir balik di udara dua kali, lalu

turun dan berdiri tegak tanpa menderita.

Tetapi si gundul menjadi kalap. Dengan tinju dan

kakinya ia sudah menyerang kalang-kabut kepada

para tamu yang belum sempat menyingkir.

Akibatnya para tamu segera berloncatan

menyelamatkan diri dan si gundul ketawa

bekakakan, "Ha-ha-ha, siapa yang berani silahkan

maju!"

Para tamu termasuk Diah Kuntari berdiam diri

tidak bertindak. Akan tetapi si rudin yang tadi telah

dilemparkan oleh si gundul sudah marah.

Teriaknya, "Bagus! Akulah yang menyambut

tantanganmu. Manusia gundul tak tahu aturan

seperti kau ini, memang pantas dihajar babak
belur."

Si rudin sudah mencabut tongkat, lalu menyabet

ke arah pinggang. Sesungguhnya saja si rudin ini

memang bukan sembarangan orang. Ia salah

seorang adik seperguruan Hajar Widosari, pertapaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

293

sakti di lereng gunung Tidar, namanya Gondang

Gandung.

Akan tetapi sebaliknya walaupun si gundul ini

bertubuh gemuk, gerakannya gesit sekali. Sambil

memutar tubuh, ia menangkis sambaran tongkat

itu dengan tangan kanan. Sedang tangan kiri sudah

bergerak seperti kilat secepatnya menepuk dada

lawan.

Gondang Gandung kenal bahaya. Dadanya bisa

hancur terpukul. Maka dengan gesit menghindari

pukulan itu, kemudian menyusuli serangan dengan

tongkat hingga tongkat itu berbunyi bercuitan.

Si gundul tetap bertangan kosong. Dan dalam

waktu singkat terjadi perkelahian sengit, membuat

para tamu kuatir juga.

Si gundul tadi memang sengaja memancing

keributan. Sebenarnya dia memang seorang

pendeta, dan bukan lain Kuda Sempati yang sudah

pernah berkelahi dengan Ditya Margono.

Seperti telah diceritakan di bagian depan, Kuda

Sempati bersama kakaknya, Hajar Kertosari,

mendapat tugas Tumenggung Brojokusumo untuk

menangkap Diah Kuntari, Swara Manis dan

keluarganya. Dalam perjalanan, mereka telah

bentrok dan berkelahi melawan Danyang Ilu-Ilu

dan Ditya Margono. Setelah terjadinya peristiwa itu

kemudian mereka sepakat untuk berpisah danKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

294

melakukan tugas sendiri-sendiri. Hingga kemudian

Kuda Sempati sampai di desa ini.

Baik Kuda Sempati maupun Hajar Kertosari

belum pernah mengenal Diah Kuntari. Untuk

menolong agar kakak beradik ini bisa mengenal

Diah Kuntari dan menangkap, seorang juru

sungging yang ahli di Mataram telah melukis. Dan

justeru Kuda Sempati menyimpan gambar Diah

Kuntari ini, ia tadi mengamati Diah Kuntari penuh

perhatian. Dari raut wajahnya dapat mengenal,

akan tetapi karena berpakaian pria, Kuda Sempati

ragu-ragu.

Peristiwa yang kebetulan ini menguntungkan

Diah Kuntari. Ia merasa tidak aman, maka dengan

menyamar sebagai laki-laki membuat Kuda

Sempati tidak mengenalnya.

Setelah dua orang itu berkelahi sengit, si

pengurus rumah makan berteriak ingin mencegah.

Akan tetapi celakanya dua orang yang terlibat

perkelahian itu tidak perduli.

Pada saat itu masuklah dua orang laki-laki. Yang

seorang sudah tua dan dilihat dari pakaiannya jelas

seorang desa. Ia mengepit tongkat warna hitam.

Sedang yang muda tubuhnya gemuk pendek

seperti bola. Begitu masuk, orang tua itu melirik

kearah yang sedang berkelahi. Lalu ia memandang

kepada pengurus rumah makan sambil berkata,Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

295

"Apa sebabnya orang berkelahi dalam warung kau

biarkan saja?"

"Kiageng, saya amat menyesal," sahut pengurus

rumah makan. "Kiranya Kiageng Danaraja

menyadari juga, bahwa sebagai pemilik warung,

saya harus menghormati setiap tamu."

Diah Kuntari mengerutkan alis dan berusaha

mengingat-ingat. Ia pernah mendengar nama ini

dari gurunya. Menurut gurunya, Kiageng Danaraja

hanya mempunyai seorang murid. Kalau demikian,

kiranya pemuda bertubuh gemuk seperti bola ini,

Karso Tani, murid tunggalnya.

Kiageng Danaraja mengerutkan alis. Kemudian

katanya dengan nada tidak senang, "Hemm,

apabila tamu baik-baik memang pantas dihormati.

Tetapi tamu yang membikin onar, harus diurus

sampai tuntas. Hayo lekas bereskanlah dan aku

yang akan bertanggung-jawab."

Untuk sejenak pemilik rumah makan itu ragu
ragu. Tetapi kemudian ia maju juga dan berteriak,

"Tuan-tuan yang terhormat, berhentilah kalian

berkelahi. Saya mohon kepada tuan-tuan, atas

perintah Kiageng Danaraja, kalian harus berhenti

berkelahi."

"Huh, apakah harganya orang bernama Kiageng

Danaraja itu?" sahut Kuda Sempati. "Tetapi apabila

engkau memang mau mohon maaf padaku danKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

296

agar aku menghentikan perkelahian ini, engkau

harus menuruti tuntutanku. Lekaslah engkau

berlutut di depanku dan menyembah tujuh kali.

Sesudah itu engkau harus membenturkan dahimu

tiga kali ke lantai sampai berbunyi duk duk. Dan

sesudah semua itu engkau lakukan, engkaupun

harus memanggil Gusti kepada diriku."

Mulutnya berkata, tetapi dua tangannya tetap

bekerja melayani serangan lawan. Tetapi justeru

ucapan kuda Sempati yang tidak mengindahkan

orang ini, membuat si berewok marah. Tanpa

perduli apapun lagi, Kromo Leyo sudah menerjang

mau membantu Gondang Gandung.

Majunya Kromo Leyo disambut oleh Kuda

Sempati dengan ketawa mengejek. Sesaat

kemudian terdengar suara cukup nyaring. Ternyata

dengan tangan kiri Kuda Sempati berhasil

menghajar Kromo Leyo yang berewok itu hingga

terjungkal. Sedang tangan kanan dipergunakan

menangkis tongkat Gondang Gandung, dan

membuat tongkat itu terbang.

Kiageng Danaraja tidak sabar lagi, sekalipun

diam-diam terkejut melihat ketangguhan si gundul.

Akan tetapi sebelum kakek ini sempat membuka

mulut, pemilik rumah makan sudah berteriak,

"Bapa pendeta, saya mohon agar bapa secepatnya

meninggalkan warung saya ini. Karena kehadiran

bapa hanya menimbulkan keonaran."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

297

Pemilik rumah makan itu sudah tua, tubuhnya

kurus dan kumisnya pun putih. Akan tetapi kendati

sudah tua, menjadi penasaran juga oleh tingkah

laku si gundul ini. Maka sambil berkata, dua lengan

nya sudah menyambar ke depan untuk

mencengkeram pundak orang.

Sebaliknya Kuda Sempati takkan sudi pundaknya

menjadi korban. Pendeta ini segera merendahkan

tubuh memunahkan serangan orang.

"Aihh!" hampir saja seruan tertahan keluar dari

mulut Kuda Sempati. Mimpipun tidak bahwa

usahanya menyelamatkan pundaknya kurang

berhasil.

Cengkeraman pemilik rumah makan itu masih

menyerempet, dan menimbulkan rasa panas.

Diam-diam Kuda Sempati menjadi kaget, tak

pernah menduga pemilik rumah makan yang
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampaknya lemah itu bukan orang sembarangan.

Sebaliknya wajah pemilik rumah makan itupun

tarnpak heran, cengkeramannya tak berhasil.

Kuda Sempati mendelik, lalu bentaknya, "Apakah

bedanya uang milikku dengan milik orang lain?

Kalau orang lain engkau layani, mengapa aku

tidak? Huh, jika engkau berani kurang ajar dan

mengusir aku, sebelum aku pergi, rumah makan ini

harus aku obrak-abrik dulu."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

298

Ucapannya diakhiri dengan serangan ke arah

pemilik warung. Walaupun tubuhnya gemuk,

gerakannya gesit sekali. Sekali serang telah

mengirimkan tiga serangan saling susul. Hingga si

pemilik warung tidak berani nekat.

Agaknya Gondang Gandung penasaran sekali. Ia

memungut tongkatnya yang tadi terlempar. Akan

tetapi ketika ia akan maju, ia melihat Kromo Leyo

tetap rebah. Ia kaget, kemudian menghampiri dan

menolong.

Sementara itu Karso Tani, murid tunggal Kiageng

Danaraja sudah tak dapat menahan sabarnya lagi.

Darahnya yang masih muda memberontak.

Kemudian ia melompat ke depan langsung

menyerang Kuda Sempati. Tetapi serangan ini

disambut oleh Kuda Sempati dengan ketawa

mengejek, dan tangannya bergerak menangkis.

Diah Kuntari yang menonton dengan hati tegang

melihat dengan jelas, tangan Kuda Sempati tidak

bersentuhan dengan lengan Karso Tani. Akan tetapi

gadis itu menjadi keheranan, sebab tiba-tiba Karso

Tani sudah terpental, lalu bergulingan di lantai.

"Hemm," Diah Kuntari mendengus. "Menurut

guru, baik Kiageng Danaraja maupun muridnya

merupakan orang-orang terkenal. Tetapi mengapa

begitu saja sudah roboh?"Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

299

Tetapi kemudian Diah Kuntari sadar, robohnya

Karso Tani memang disengaja. Sesuai dengan

tubuhnya yang gemuk seperti bola, Karso Tani

telah meyakinkan ilmu yang aneh. Ia berkelahi

sambil bergulingan di lantai. Tangan dan kaki

bergerak cepat sekali, menyerang tubuh lawan

bagian bawah. Tangan menyambar ke arah kaki

orang, sedang kaki mendupak lutut lawan.

Nyatalah sambil bergulingan ini tubuhnya dapat

bergerak cepat sekali dan sulit diikuti lawan.

Selama ini Diah Kuntari belum pernah menyaksikan

orang berkelahi macam itu. Perhatiannya tertarik,

dan ia mencoba memahami. Akan tetapi gerakan

Karso Tani Cepat sekali, banyak perubahan hingga

sulit dikenal.

Justeru menghadapi lawan yang menggunakan

ilmu berkelahi yang lain dari yang lain ini, tiba-tiba

Kuda Sempati menajdi repot. Beberapa kali bagian

tubuhnya terancam, hingga terpaksa main mundur.

Di saat Kuda Sempati terdesak oleh perlawanan

Karso Tani yang aneh ini, tiba-tiba terdengar suara

orang. "Putar kaki, tendang punggungnya. Geser ke

kiri, injak telapak tangan. Loncat ke kanan dan

tendang hidungnya."

Kiageng Danaraja heran dan mengerutkan alis

sambil memalingkan muka, mengamati arah suara,

Ternyata yang bicara tadi tubuhnya kecil. Diam-Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

300

diam kakek ini mendongkol sekali, sebab jelas

orang itu sengaja membantu Kuda Sempati.

Celakanya Kuda Sempati memang cerdik.

Mendengar itu segera pula dilakukan. Tangannya

terus bergerak dan perubahan kakinya tidak

terduga-duga. Akibat perubahan gerak kaki yang

mengikuti petunjuk itu, sekarang Karso Tani

terdesak. Ia menjadi repot dan kemudian harus

berjungkir balik akibat tendangan kaki Kuda

Sempati.

Kiageng Danaraja penasaran bukan main atas

perubahan ini. Tetapi sekalipun begitu masih dapat

menahan sabarnya. Kedudukannya cukup

terpandang hingga merasa malu kalau harus turun

tangan.

Di pihak lain Gondang Gandung amat marah.

Sesudah menolong adik seperguruannya, ia

melompat kearah lawan sambil berkata, "Jika

tanganmu memang gatal, aku sedia melayani

engkau."

"Hemm, engkau menantang aku?" sahut orang

itu. "Seorang bijaksana cukup menggunakan mulut

dan bukan dengan tangan."

Tetapi walaupun ia menjawab ucapan Gondang

Gandung, ia sudah meneruskan kata-katanya

memberi petunjuk kepada Kuda Sempati. "Nah

begitulah, geser kaki kiri ke belakang. Susul kakiKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

301

kanan menendang. Sekali tendang punggungnya,

dia takkan berkutik lagi."

Kuda Sempati cepat melakukan petunjuk itu,

hasilnya benar-benar bagus. Tubuh Karso Tani

yang seperti bola itu terlempar beberapa meter

jauhnya oleh tendangan Kuda Sempati. Celakanya

lagi ia terbentur tiang rumah, membuat orang itu

rebah tak bergerak lagi.

Tepat di saat Karso Tani roboh ini, terdengar

suara kaki menuruni tangga. Tiba-tiba semua orang

berdiri dengan sikap menghormat, membuat Diah

Kuntari melirik ke arah tangga. Dalam hati bertanya

tanya, siapakah sesungguhnya laki-laki dan

perempuan yang baru turun dari bagian atas itu?

Munculnya laki-laki dan perempuan itu membuat

si pemilik rumah makan agak gugup. Ia segera

mundur dengan maksud menghampiri tangga.

Akan tetapi Kuda Sempati tidak sudi memberi

kesempatan. Teriaknya, "Tua bangka! Engkau mau

ke mana?"

Sambil membentak ia sudah menerjang.

Akibatnya pemilik warung itu roboh terguling,

karena tak menyangka diserang orang.

Serangan itu jelas curang. Orang yang melihat

menjadi penasaran dan tiba-tiba Kiageng Danaraja

tak kuasa menahan sabarnya lagi. Akan tetapi

sabelum kakek itu sempat bergerak, laki-laki gagahKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

302

yang turun dari tangga itu berseru, "Ohh...

Kiageng, maafkan saya! Tentu saya takkan dapat

membiarkan Kiageng lelah."

Kiageng Danaraja urung bertindak dan merasa

malu. Ia memang sadar juga kedudukannya cukup

tinggi di mata orang. Maka kurang pantas kiranya

apabila dirinya menurutkan perasaan dan melawan

si gundul itu.

Dan laki-laki gagah itu, setelah tiba di bawah lalu

mengamati Kuda Sempati. Bibirnya menyungging

senyum ramah, lalu tegurnya halus, "Bapa

pendeta, saya mohon agar bapa dapat

menyabarkan diri. Tiada perkara yang tak dapat

diselesaikan, marilah kita duduk dan bicara.

Bukankah dengan jalan ini lebih menguntungkan

kita sekalian?"

JILID : IVKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

303

Tetapi Kuda Sempati yang sudah marah tidak

takut kepada siapapun. Kendati ia tahu laki-laki ini

dihormati semua yang hadir, ia tidak takut malah

menantang, "Huh, kamu sudah lancang tangan

membantu pemilik warung yang tidak urus itu.

Apakah sangkamu aku takut kamu keroyok?"

"Mengapa bapa berkata begitu?" sahut laki-laki

itu dengan wajah tetap berseri. "Siapakah yang

membantu pemilik warung? Aku hanya

menghendaki perdamaian dan terpeliharanya

ketenteraman. Apakah ucapanku ini salah?"

Tiba-tiba ada dua orang muda yang tidak sabar

lagi. Mereka melompat maju dan bermaksud

menarik si gundul keluar dari warung. Tetapi

celaka. Begitu tangan Kuda Sempati bergerak, dua

orang itu roboh terjungkal di lantai.

Melihat ini Kiageng Danaraja tak kuasa menahan

sabarnya lagi dan berteriak, "Kurang ajar!

Penghinaanmu terhadap aku si tua bangka masih

tidak mengapa. Akan tetapi engkau telah berani

menghina nakmas Bayu....."

Kata-kata Kiageng Danaraja terhenti sebelum

selesai, ketika laki-laki gagah itu menggerakkan

tangan memberi isyarat. Kiageng Danaraja sadar

agaknya orang itu tidak ingin memperkenalkan diri,

maka secepatnya mengalihkan perkataan, "Huh,Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

304

engkau datang ke mari hanya mengacau. Agaknya

engkau sengaja mau menghina aku yang tua ini."

Kuda Sempati hanya ketawa bekakakan

mengejek. Sedang Diah Kuntari yang sejak tadi

berdiam diri, hatinya menjadi besar dan gembira.

Walaupun Kiageng Danaraja baru mengucapkan

"nakmas Bayu" namun gadis ini sudah menduga,

tentu laki-laki dan perempuan itulah suami-isteri

yang sedang ia cari.

Nyata benar cerita gurunya, bahwa Bayu Ketiga

dan Ayu Kirana merupakan suami-isteri terkenal.

Banyak orang menghormati.

Sesudah Kuda Sempati puas mengejek,

sahutnya, "Hai, orang tua. Aku memang sengaja

ingin mencoba tongkatmu yang terkenal itu.
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah salahnya?"

Akan tetapi sebelum Kiageng Danaraja sempat

menyambut tantangan itu, tiba-tiba bayangan gesit

telah berkelebat. Ketika berdiri tegak di depan Kuda

Sempati, ia membentak, "Huh! Apakah sangkamu

engkau berharga melayani Kiageng Danaraja? Baru

berhadapan dengan aku saja engkau belum tentu

mampu."

Ucapannya ditutup dengan serangan gesit. Kuda

Sempati kaget dan terbelalak mengamati. Mengapa

serangan orang ini mirip dengan gerak

serangannya sendiri?Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

305

Kuda Sempati segera mengangkat tangan untuk

menangkis, disusul pula serangan balasannya.

Orang itu menghindar ke kiri dan berbareng itu

dengan jari tangan yang ditekuk sudah menyambut

serangan Kuda Sempati.

Kuda Sempati tambah heran. Mengapa serangan

lawan sama pula dengan gerak serangannya

sendiri? Justeru heran ia sedikit lambat. Akan tetapi

sedikit kelambatannya itu harus ditebus dengan

mahal. Gerakan kaki lawan yang menyapu secara

tiba-tiba sudah berhasil membuat tubuh Kuda

Sempati terguling roboh.

Siapakah orang yang menghadapi Kuda Sempati

itu? Bukan lain Diah Kuntari yang menyamar

sebagai laki-laki.

Kuda Sempati malu bukan main dapat disapu

roboh oleh pemuda itu. Ia meloncat bangun dan

mengamati Diah Kuntari dengan mata mendelik.

Tetapi justeru oleh peristiwa ini ia menjadi malu.

Karena hanya berhadapan dengan orang muda saja

sudah roboh sekali gebrak. Maka setelah bangkit

berdiri, ia melangkah pergi tanpa membuka mulut.

Tetapi celakanya Kiageng Danaraja tidak

memberi kesempatan. Ia sudah maju dan

menghalangi, tegurnya, "Tidak gampang engkau

pergi dari tempat ini."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

306

Kuda Sempati berhenti. Jawabnya, "Hemm,

terhadap si dia yang muda itu aku mengaku kalah.

Tetapi kepada engkau? Siapa yang takut? Jika

engkau melarang aku pergi, baik! Akan tetapi

engkau harus dapat menunjukkan kesaktianmu,

sehebat dia yang muda itu."

Yang dimaksud Kuda Sempati, tidak lain Diah

Kuntari. Di luar dugaannya Kuda Sempati, ia sudah

dapat diingusi oleh si perawan cerdik. Ia tadi dapat

meniru gerak-geriknya, berdasar kecerdikan. Dan

sebabnya ia dapat merobohkan Kuda Sempati

sekali gebrak, bukan lain oleh kecepatan gerak kaki

yang mengait.

Betapa marah kakek ini mendengar jawaban itu.

Alisnya berdiri, lalu menghardik, "Aku memang

tidak mempunyai kepandaian apa-apa. Sekalipun

begitu aku ingin mencoba. Jika benar engkau dapat

menyelamatkan diri dari tongkatku ini, aku berjanji

akan menyimpan tongkat dan selanjutnya aku akan

berdiam diri di rumah."

Diam-diam Bayu Ketiga heran mendengar

ucapan si gundul itu. Kalau benar orang itu datang

untuk mengacau, mengapa begitu jujur? Jika begitu

jelas pendeta ini seorang pendeta baik. Oleh sebab

itu timbullah keinginannya untuk menyelesaikan

persoalan dengan baik.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

307

Katanya sabar, "Tuan, bagaimanapun antara kita

ini merupakan saudara. Tiada urusan yang tak

dapat diselesaikan. Mengapa harus tarik urat dan

mengadu jiwa?"

Karso Tani yang tadi roboh sudah dapat merayap

bangun. Kemudian ia berdiri di samping gurunya

dengan napas masih tersengal. Tetapi pemuda ini

masih penasaran. Sambil menunjuk dengan jari ia

membentak, "Hai kerbau gundul. Engkau datang

kemari sengaja mengacau. Menurut pendapatku,

orang macam engkau ini tak perlu ditanya lagi."

Kuda Sempati tak mau mengalah. Ia mendelik

dan menjawab, "Siapakah yang mengacau? Semua

orang bebas datang ke warung ini untuk minum dan

makan. Akan tetapi mengapa pelayanan warung ini

membedakan antara yang satu dengan yang lain.

Hayo, aku ingin tanya kepada pemilik rumah makan

adakah aturan macam itu?"

Karso Tani tambah marah. Ia berteriak dan

mencaci-maki kalang-kabut. Sebaliknya Kuda

Sempati tak mau mengalah. Ia pun mencaci-maki,

menjadi keadaan tambah ribut.

"Agaknya yang menjadi sebab hanya soal kecil,"

kata Bayu Ketiga. "Sebaiknya sekarang saudara

pemilik rumah makan mengatur meja dan kursi

lagi, dan akulah yang bertindak sebagai tuan

rumah. Mari, aku yang rendah mengundang kalianKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

308

untuk makan dan minum. Mari-mari, saya mohon

agar kalian tidak menolak undanganku ini."

Ucapan Bayu Ketiga ini berpengaruh sekali. Kuda

Sempati lebih dahulu mengamati sahabat yang

menolong dan bertubuh kecil itu. Sesudah

mengedipkan mata, katanya kemudian, "Tuan-tuan

sekalian, kami baru saja berkenalan dengan kalian.

Rasanya menjadi kikuk, maka perkenankanlah aku

mohon diri sekarang saja."

"Ha-ha-ha," Bayu Ketiga ketawa. "Sahabatku, di

antara kita tidak ada rasa kikuk. Secangkir teh,

sesuap nasi, apakah arti. Demi persahabatan kita?

Karena itu saya berharap agar kalian sudi

memenuhi undanganku. Janganlah kalian malu
malu seperti perempuan."

Sepasang mata Ayu Kirana membelalak. Lalu,

"Apakah semua wanita sikapnya malu-malu seperti

anggapanamu?"

"Bagus, bagus! Kalau begitu akupun ingin ikut

serta makan dan minum!" suara itu terdengar dari

luar rumah makan. Belum lenyap gema suaranya,

dua orang laki-laki indah menyerbu masuk.

Blah! Kuntari kaget. Ia cepat mengenal bahwa

dua orang yang baru masuk itu, dua orang tokoh

Mataram. Yang seorang Tumenggung Umbul Sari,

dan yang seorang Tumenggung Kuda Karengan.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

309

Orang-orang di dalam warung ini berubah air

mukanya. Mereka tidak tahu maksud dua perwira

prajurit Mataram yang baru muncul ini.

Sebaliknya Bayu Ketiga bersikap tenang. Ia

membungkuk memberi hormat, lalu berkata,

"Betapa gembira kami semua ini, atas kesediaan

ndara Menggung di tempat ini. Kalau hamba

sengaia mengundang bendara Tumenggung,

kemungkinan besar para bendara takkan sudi

datang."

Pemilik rumah makan segera menyediakan dua

buah kursi, dan Tumenggung Umbul Sari maupun

Tumenggung Kuda Karengan duduk tanpa rasa

kikuk.

Namun setelah duduk, perhatian dua orang

Tumenggung itu tertuju kepada Bayu Ketiga.

Sebaliknya orang yang diperhatikan berlaku tenang

dan menguasai diri.

Jantung Diah Kuntari berdebar tegang. Ia dapat

menduga saat sekarang ini dirinya diuber para

ponggawa Mataram. Kiranya mustahil kalau

kehadiran Umbul Sari dan Kuda Kurengan ini hanya

secara kebetulan. Untung sekali Diah Kuntari

menyamar sebagai pria. Kalau tidak, dirinya tentu

berhadapan dengan bahaya.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

310

"Perkenankanlah saya mohon keterangan,

siapakah bendara berdua ini?" tanya Bayu Ketiga

bersikap sopan dan hormat.

"Ha-ha-hah," Umbul Sari ketawa bekakakan,

sikapnya amat sombong. "Aku Tumenggung Umbul

Sari. Sedangkan temanku ini Tumenggung Kuda

Karengan."

Jawaban ini membuat semua orang kaget.

Tentang jabatan Tumenggung, semua orang sudah

tahu dari pakaiannya. Akan tetapi penyebutan

nama Umbul Sari itu diluar dugaan semua orang.

Umbul Sari terkenal sebagai sakti mandraguna,

seorang ahli pedang dan keris. Sebaliknya Kuda

Karengan juga tokoh sakti dari Mataram.

Diam-diam mereka menjadi gentar. Di samping

itu juga menduga-duga, apakah maksud dua orang

Tumenggung ini melakukan perjalanan jauh? Lebih

lagi melihat dua orang Tumenggung itu memilih

duduk di dekat pintu, jelas mengandung maksud

kurang baik.

Orang bertubuh kecil sahabat baru Kuda Sempati

agaknya cerdik. Diam-diam ia menarik si gundul

dan memilih duduk di kursi dekat pintu pula.

Dengan begitu, seakan si kecil ini ingin bersaing

dengan dua orang Tumenggung ltu.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

311

Justeru suasana ini membuat Kiageng Danaraja

tidak puas. Dalam penasaran yang ditahan, berkali
kali ia terkekeh mengejek.

Tumenggung Umbul Sari menebarkan pandang

mata penuh selidik. Ketika pandang matanya

bertemu dengan sepasang mata Diah Kuntari yang

menyamar sebagai pria, Umbul Sari tampak heran.
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi gadis itu tidak gentar. Ia sudah terpojok, ia

pun menatap Tumenggung itu tajam-tajam.

Sejenak kemudian Tumenggung Umbul Sari

terkekeh. Lalu berkata seperti ditujukan diri sendiri,

"Sungguh aku gembira sekali hari ini. Kalau sengaja

dicari, kiranya akan sulit aku dapat bertemu dengan

kalian. Aha, sekarang telah terkumpul sejumlah

orang sakti."

Bayu Ketiga bangkit berdiri dengan sikap tenang.

Setelah memberi hormat, katanya, "Terima kasih

hamba ucapkan atas kesediaan bendara

Tumenggung hadir dalam perjamuan makan

minum yang hamba selenggarakan malam ini. Kala

mana bendara Tumenggung telah puas menghadiri

perjamuan sederhana ini, tiada kata lain hamba

hanya dapat mengatakan, semoga bendara

Tumenggung berdua selamat melakukan tugas."

"Heh-heh-heh, tugasku tidak berat dan malah

sudah mendapat bantuanmu," sahut Umbul Sari.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

312

"Dan sekarang hendaknya engkau berlutut sambil

memberikan sembah di depanku."

"Apakah sebabnya?" Bayu Ketiga kaget. "Apakah

maksud bendara?"

"Aku melaksanakan tugas sebagai utusan

Ingkang Sinuhun Amangkurat, raja Mataram.

Firman yang aku bawa ini menyebutkan, beliau

mengharapkan agar engkau segera memenuhi

panggilan ke Mataram."

Bayu Ketiga kaget bukan main. Mengapa bisa

terjadi seperti ini? Dirinya tidak pernah

menghamba kepada Mataram. Tetapi mengapa

sekarang tiba-tiba dipanggil raja?

"Hamba hanya seorang desa yang bodoh," sahut

Bayu Ketiga sesudah dapat menekan perasaan.

"Untuk apakah orang seperti hamba ini?"

"Heh-heh-heh, engkau jangan merendahkan diri.

Siapakah yang tidak kenal bahwa Bayu Ketiga dan

isterinya, merupakan suami isteri pilih tanding dan

besar pengaruhnya? Dan salahkah pilihan ingkang

Sinuhun terhadap dirimu?"

Tiba-tiba Kuda Sempati sudah menyela,

"Bendara Tumenggung, menurut penilaian hamba,

pemuda itupun bukan orang muda sembarangan.

Hamba berharap agar bendara mengundang

pemuda itu pula."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

313

Jantung Diah Kuntari berdebar. Mengapa si

gundul itu lancang? Sebagai seorang gadis cerdik ia

menduga-duga pula. Jelas kiranya antara Umbul

Sari dengan Kuda Sempati memang ada hubungan.

Memang belum diketahui oleh Diah Kuntari

bahwa Kuda Sempati maupun Umbul Sari

mempunyai tugas sama, untuk menangkap dirinya

dan juga gurunya.

Tumenggung Umbul Sari yang tidak lagi

mengenal Diah Kuntari ketawa lagi, "Ha-ha-ha,

engkau benar. Memang semua orang yang hadir di

sini tiada kecualinya, semua mendapat undangan

ingkang Sinuhun."

Di antara yang hadir, yang tidak kuasa

mengendalikan perasaan lagi, adalah Kiageng

Danaraja.

Umbul Sari berusaha mencegah. Akan tetapi

Diah Kuntari menghalangi. Kendati ia seorang Jago

pedang, menghadapi Diah Kuntari takkan dapat

mengalahkan dalam waktu singkat. Akibatnya baik

Bayu Ketiga maupun Ayu Kirana makin dekat

dengan pintu.

Gerakan Bayu Ketiga, Ayu Kirana dan Diah

Kuntari ini mempunyai dua tujuan. Di samping

berusaha merebut kedudukan pintu, juga

bermaksud membantu Kiageng Danaraja yangKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

314

masih terlibat perkelahian sengit dengan Kuda

Sempati.

Melihat gerakan tiga orang itu, Tumenggung

Kuda Karengan berteriak kepada Kuda Sempati,

"Sempati! Jangan takut, walaupun mereka

mengepung engkau. Sebentar lagi akan datang

bala bantuan, di samping aku dapat menghajar

mereka dengan senjata rahasia."

Kuda Sempati tidak membuka mulut. Dengan

dua tangannya ia menyerang Kiageng Danaraja

dengan hebat. Setelah mendesak mundur lawan, ia

bermaksud melancarkan serangan kearah Bayu

Ketiga.

Namun Kiageng Danaraja bukan tokoh

sembarangan. Ia tidak berdiam diri. Dengan

tongkatnya sudah menyodok perut Kuda Sempati

yang gendut.

Kuda Sempati memang alot. Ketika berhadapan

seorang lawan seorang dengan Kiageng Danaraja,

perkelahian itu sengit dan tidak diketahui siapa

bakal menang. Akan tetapi sekarang setelah Bayu

Ketiga dan Ayu Kirana membantu, Kuda Sempati

repot juga.

Di saat dirinya repot itu tiba-tiba bayangan gesit

telah melompat ke arahnya, langsung menangkis

serangan tongkat Kiageng Danaraja. AkibatnyaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

315

tongkat menyeleweng dan Kuda Sempati tertolong.

Penolongnya bukan lain Tumenggung Umbul Sari.

Ia tadi memang dihalangi oleh Diah Kuntari.

Namun karena sudah kaya pengalaman, akhirnya

dapat menipu Diah Kuntari lalu berhasil menolong

Kuda Sempati. Oleh perubahan keadaan ini,

membuat Bayu Ketiga gagal lagi dalam usaha

merebut pintu untuk keluar.

Dengan demikian pintu besar untuk keluar itu

telah dijaga oleh empat orang yang cukup tangguh

ialah Umbul Sari, Kuda Sempati, Branjangan dan

Kuda Karengan. Setiap orang yang berusaha

menerjang tentu mereka halau dengan kekerasan.

Umbul Sari menjadi bangga. Ia sudah merasa

pasti bahwa ikan yang sudah di dalam jaring ini tak

mungkin lepas lagi. Ia ketawa mengejek. Lalu

katanya, "Heh-heh-heh, Bayu Ketiga! Karena

engkau membangkang, aku tidak tanggung lagi

akan nasibmu!"

Lalu sambil memalingkan mukanya ke arah Kuda

Sempati, terusnya, "Sekarang tolong. Rebutlah

golok Bayu Ketiga."

Tetapi Kuda Sempati tidak menyahut dan belum

bergerak memenuhi perintah Tumenggung Umbul

Sari. Tiba-tiba saja timbul perasaan kecewa dalam

hati pendeta ini, menghadapi kenyataan tidak

pernah dibayangkan. Ketika itu, disaat dirinyaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

316

masih bersama Hajar Kertosari, sudah timbul

keraguannya tentang maksud Tumenggung

Brojokusumo menangkap Swara Manis dan

keluarganya. Benarkah Swara Manis telah

memberontak?

Sekarang keraguannya itu makin bertambah

setelah menghadapi kenyataan, bahwa Umbul Sari

bertindak kasar kepada Kiageng Danaraja, Bayu

Ketiga maupun yang lain. Walaupun ia belum

pernah kenal dengan orang-orang ini, namun

setidaknya pernah mendengar namanya.

Tiba-tiba saja ia teringat bahwa Bayu Ketiga

maupun Kiageng Danaraja ini merupakan sahabat

sahabat Swara Manis. Kalau demikian, apakah

peristiwa sekarang ini ada hubungannya dengan

Swara Manis? Dan benarkah mereka ini sudah

berserikat memberontak kepada Mataram? Ia tidak

percaya.

Timbul dugaannya bahwa di belakang semua ini

tentu terselip hal-hal yang tidak patut.

Mendadak saja Kuda Sempati membalikkan

tubuh. Diluar dugaan semua orang, pendeta ini

telah menghantam pintu hingga pintu besar itu

runtuh dan terbuka.

"Hai, apa kerjamu?" bentak Umbul Sari.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

317

"Hemm, aku tak sudi engkau seret melakukan

perbuatan salah!" sahut Kuda Sempati. "Dan aku

pun tidak sedia disuruh memusuhi Bayu Ketiga dan

Kiageng Danaraja."

Sepasang mata Umbul Sari menyala saking

marahnya. Tanpa membuka mulut lagi, ia

menggerakkan pedangnya untuk menikam Kuda

Sempati. Untung Diah Kuntari waspada. Gadis ini

sudah melompat kemudian menangkis, hingga

serangan Umbul Sari gagal.

Melihat perubahan sikap Kuda Sempati, tentu

saja Diah Kuntari tidak tega. Kalau dia sekarang

pada pihaknya, bukankah amat menguntungkan?

Bersamaan itu golok Bayu Ketiga memukul

Branjangan dengan punggung golok. Branjangan

yang tak menyangka roboh, lalu tubuh kecil ini

disambut Kiageng Danaraja dan dilempar keluar.

Penghalang di pintu jebol, maka mereka

menyerbu keluar.

Branjangan memang atos. Walaupun pukulan

punggung golok itu membuat tubuhnya sakit, tetapi

ia dapat bertahan. Tubuhnya berjungkir balik

memetahkan tenaga lemparan. Sedang di luar, dua

batang tombak sudah siap menvambut. Dengan

gerakan tangkas, dua tangan itu telah menangkap

batang tombak sambil menbentak.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

318

"Hai, apakah matamu sudah buta? Aku

Branjangan, bukan musuh!"

Sesungguhnya kehadiran kuda Sempati bersama

Branjangan di rumah makan ini memang sengaja

mengacau. Semua itu merupakan siasat

Tumenggung Umbul Sari yang cerdik. Desa ini tidak

jauh lagi dengan tempat tinggal Bayu Ketiga

maupun Kiageng Danaraja. Apabila orang telah

menimbulkan keonaran, orang yang dicari itu tentu

muncul sendirinya. Dan apabila orang-orang itu

sudah muncul, tidak sulit menangkap mereka.

Umbul Sari memang melakukan tugas

penangkapan, sesuai firman Raja Sunan

Amangkurat. Akan tetapi terbitnya firman itu

berkat siasat licik Tumenggung Brojokusumo.

Dan pada mulanya pendeta Kuda Sempati ini

memang terpengaruh. Akan tetapi setelah melihat

sikap dan sepak terjang Bayu Ketiga, pendiriannya

berubah. Ia dapat menilai Bayu Ketiga seorang

gagah. Mungkin benar sudah berserikat dengan

Swara Manis. Tetapi belum tentu Swara Manis dan

sahabatnya bersalah. Karena itu ia memberontak.

Kiageng Danaraja dan muridnya juga sudah

berhasil menerjang keluar. Sejumlah pasukan yang

berusaha menghalangi, melepaskan anak panah.

Bayu Ketiga, Ayu Kirana dan Diah Kuntari

berusaha mengikuti jejak Kiageng Danaraja untukKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

319

menerobos keluar. Akan tetapi mereka dihalangi

Umbul Sari dan Kuda Karengan. Bagi Umbul Sari,

yang terpenting dapat menangkap suami isteri ini

dahulu. Dan tentang Kiageng Danaraja masih dapat

ditunda lain waktu.

Tiga orang ini, Bayu Ketiga, Diah Kuntari dan Ayu

Kirana memang hebat. Akan tetapi sekarang ini

bukan hanya melawan Umbul Sari dan Kuda

Karengan, tetapi juga ratusan prajurit. Mereka

benar-benar terancam bahaya. Walaupun mereka

bertulang besi dan berkulit tembaga, manakah

mungkin sanggup bertahan dikeroyok orang

banyak? Baru menghadapi Umbul Sari dan Kuda

Karengan saja sudah sulit. Apa yang harus mereka

lakukan?

Untung sekali dalam bahaya ini, Diah Kuntari

teringat kepada si hitam. Kuda itu sudah terlatih

dan akan datang apabila ia bersiul. Tiba-tiba saja

Diah Kuntari bersiul nyaring. Lalu terdengar ringkik

kuda dari tempat agak jauh.

Kuda itu memang tangkas dan berani. Kendati

dihadang ratusan prajurit bersenjata, ia menerjang

maju. Kuda itu menggunakan kaki menyepak,

menendang dan menggigit.

Melihat kuda hebat itu, tiba-tiba selera Umbul

Sari timbul untuk memiliki. Betapa hebatnya kudaKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

320

itu untuk perang. Teriaknya nyaring, "Jangan kamu

lukai kuda itu. Tangkap hidup-hidup!"

Para prajurit itupun tunduk kepada perintah.

Mereka tidak berani menggunakan senjata. Mereka

menggunakan tangan dan tali untuk menangkap.

Tetapi oleh terjangan kuda itu, tali rantas dan

prajurit roboh. Akibatnya terjadi hiruk pikuk, dan si

hitam bergerak terus menghampiri Diah Kuntari.

Akan tetapi bagaimanapun, perintah Umbul Sari

tadi telah menolong kuda hitam itu. Mereka tak

berani melukai tetapi juga tidak berani mendekati.

Mereka kemudian hanya mengurung, dan apabila

diterjang mereka mundur.

Melihat kegagahan kuda itu, Kuda Karengan

panas. Ia meninggalkan lawan, lalu melompat dan

menangkap kuda itu. Sayang si hitam tak mau

ditangkap, dan terpaksa Kuda Karengan memburu

dan mengejar.

Kiageng Danaraja dan Karso Tani yang sudah

berhasil menerobos kepungan prajurit, menjadi

ragu melihat Bayu Ketiga dan yang lain belum

berhasil menyelamatkan diri. Tiba-tiba saja hati

Karso Tani tergerak. Katanya, "Bapa! Silahkan bapa

melindungi tamu yang lain. Biarkan murid kembali

menerjang untuk membantu paman Bayu Ketiga."Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

321

Tanpa menunggu persetujuan gurunya lagi,

Karso Tani sudah berbalik arah dan menyerbu. Ia

bergulingan cepat sekali dan dengan goloknya

menyerang siapapun yang menghalangi. Terjadilah

keributan baru. Pekik kesakitan para prajurit yang

kakinya terbabat menambah seramnya malam.

Dan akibatnya kepungan prajurit itu menjadi

kendor.

Hiruk-pikuk makin menjadi. Pada bagian lain

orang ketakutan menghadapi Karso Tani, sedang

bagian lain orang hiruk-pikuk membantu Kuda

Karengan menangkap si hitam.

Kuda Karengan telah berhasil mendekati si

hitam. Timbullah niatnya untuk memukul salah satu

kaki kuda itu, agar kegesitannya berkurang.

Menurut perhitungamya, apabila kaki yang terluka,

kemudian hari kaki itu akan dapat dipulihkan,

sehingga tidak mengurangi kegarangannya.

Akan tetapi sebelum maksudnya terlaksana, ia

melompat kaget melihat orang bergulingan cepat

sekali dan membuat para prajurti ketakutan. Kuda

Karengan menjadi repot menghadapi serangan itu.

Karena tidak biasa menghadapi lawan seperti itu,

serangannya luput. Sebaliknya gerakan kakinya

yang kurang gesit malah sudah terluka oleh golok.

Saking sakit, Kuda Karengan tak kuasa menahan

mulut, lalu mengaduh-aduh sambil berjingkrakan.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

322

Masih untung kakinya tidak terbacok putus.

Kakinya hanya senut-senut terpukul punggung

golok, dan kaki masih utuh. Setelah hilang

kagetnya, dengan marah ia mengerahkan

kepandaian. Kemudian dengan gerakan hati-hati,

setiap serangan Karso Tani dapat digagalkan.

Bagaimanapun tingkat Karso Tani memang di

bawah tingkat Kuda Karengan. Setelah Kuda

Karengan dapat menenangkan diri, ia dapat

melawan dengan baik. Malah kemudian setelah

dapat mengetahui titik kelemahan Karso Tani,

dengan gerakan yang tepat tendangannya berhasil

memukul tengkuk.

"Plak!" pukulan itu telak sekali, sehingga tubuh

Karso Tani yang seperti bola itu terlempar jauh dan

tak berkutik lagi. Serentak beberapa orang prajurit

datang meringkus, akibatnya Karso Tani

tertangkap.

Setelah Karso Tani tertangkap, kuda Karengan

mendapat kesempatan lagi mengejar si hitam.

Ketika itu antara Umbul Sari terlibat perkelahian

sengit melawan Bayu Ketiga, Ayu Kirana dan Diah

Kuntari. Akan tetapi ketika melihat sepak terjang

Kuda Karengan, tiba-tiba timbul kekuatiran Umbul

Sari, kalau kuda bagus itu dapat ditangkap Kuda

Karengan dan menjadi miliknya.Ki Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

323

Karena kuatir, perhatiannya terpecah. Lalu

sambil bersuit nyaring, ia bermaksud meninggalkan

lawan ini untuk menangkap si hitam.

Tetapi celakanya Diah Kuntari dapat menduga

pikiran Umbul Sari. Tiba-tiba Diah Kuntari

melenting tinggi. Pedangnya berkelebat

menyerang, kemudian melompat untuk mendekati

si hitam. Malah berbareng dengan gerakannya itu,

ia pun melancarkan serangan senjata rahasia pisau

kecil sebanyak tiga batang, menyambar punggung

Umbul Sari.

Akan tetapi Umbul Sari memang alot. Serangan

pisau itu ditangkis dengan pedang. Setelah pisau

belati runtuh, secepat kilat menyusul Diah Kuntari

yang mendekati kuda. Meskipun cepat gerakan

Umbul Sari, masih juga kalah cepat dengan gadis

itu.

Dengan gerak tubuh yang ringan, Diah Kuntari

sudah di punggung kuda.

Puluhan prajurit menyerbu dengan tombak.

Untung Diah Kuntari sebat. Tangan kiri menyebar

senjata rahasia, dan tangan kanan memutarkan

pedang. Menyusul jerit nyaring dan para prajurit itu

roboh.

Pada saat itu justeru Bayu Ketiga dan Ayu Kirana

sudah tiba. Umbul Sari yang berjauhan tak dapat

merintangi gerakan suami-isteri ini. Akan tetapiKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

324

karena jumlah prajurit itu cukup banyak, mereka

sulit juga bisa lolos.

"Kemarilah!" teriak Diah Kuntari kepada suami
isteri perkasa itu. Malah kemudian iapun memutar

kuda, menghampiri mereka.

Tetapi memang tidak gampang mereka lolos dari

kepungan prajurit yang ketat, masih dilindungi

Umbul Sari dan Kuda Karengan yang sakti. Dengan

gerakan cukup gesit, Kuda Karengan maju

menghadang Diah Kuntari.

Gerakan Kuda Karengan sebat sekali. Orang

tidak menyadari bagaimana caranya bergerak.

Tahu-tahu dua orang muda itu sudah roboh,

mengerang kesakitan, karena lengan mereka

patah.

Beberapa orang segera memberi pertolongan.
Ki Ageng Ringin Putih Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi Kuda Karengan tidak tinggal diam.

Orang yang berani maju disambut dengan dua

tangan yang bergerak amat cepat. Akibatnya telah

roboh beberapa orang.

Perabot rumah makan bosah-basih tidak keruan.

Banyak meja jungkir-balik dan dingklik patah.

Dalam rumah makan ini segera terjadi perkelahian

terbagi tiga kelompok. Kiageng Danaraja berkelahi

sengit melawan Kuda Sempati. Sedang Kuda

Karengan berusaha mempertahankan pintu danKi Ageng Ringin Putih | KOLEKTOR E-BOOK

325

memukul mundur setiap orang yang berusaha

mendekati pintu.

Dan kelompok lain, Umbul Sari menghadapi

keroyokan Bayu Ketiga dan Ayu Kirana.

Branjangan yang terluka lututnya sudah dapat

merayap bangun. Lebih dahulu ia mengobati

lukanya. membalut dengan robekan kain,

kemudian dapat berdiri. Dengan terpincang
pincang, ia mendekati Kuda Karengan membantu

menjaga pintu.

Dalam mempertahankan pintu ini Kuda Karengan

tidak lagi bertangan kosong. Untuk mendesak

mundur semua orang, ia melepaskan senjata

rahasia.

Pisau-pisau kecil menyambar ke arah lawan.

Hingga orang yang ingin menyerbu pintu maupun

bermaksud membantu Bayu Ketiga terpaksa

mundur.


Misteri Sittaford Sittaford Mystery Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Buku Catatan Josephine Crocked House

Cari Blog Ini