Ceritasilat Novel Online

Panglima Gak Hoei 1

Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem Bagian 1

GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

1GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

2

GAK HOEI - 01

Diterbitkan oleh :

Toko Buku HO KIM YOE

Semarang

Gubahan:

Liong Djwan Liem

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? editing pdf Text : Andy MullGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

3

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para

pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi

pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan

dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan

dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media

diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,

usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari

kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek

buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan

kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital

sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari

buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

4

GAK HOEI

Bagian : 01

Gubahan : Liong Djwan Liem

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

__________________________________

Di satu dusun di daerah Thong-im-koan, jang

dinamakan Gak-ke-tjhung, ada menetap satu

keluarga Gak, terdiri dari sepasang suami isteri.

Mereka sudah dekat usia 40 tahun, tetapi belum

ada anak. Suami isteri itu ada mulia budi
pekertinja, maka oleh tetangga-tetangganja

iaorang sangat dihargakan. Maski mereka tjukup

mampuh, tetapi iaorang senantiasa hidup dengan

sederhana.

Pada suatu hari di dusun itu telah datang seorang

asing jang berusia tua sekali. Orang tua itu berhenti

di depan rumahnja Gak Hoo, begitulah namanja itu

keluarga, oleh siapa ia lalu disilahkan duduk.

Meliat sikapnja itu tetamu jang gagah dan agung,

Gak Hoo hormatkan sekali padanja.

Sesudah disuguhi thee, lalu tuan rumah itu

menanjak kemana orang tua itu hendak pergi dan

dari mana kedatangannja.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

5

Tetamu itu njatakan, bahwa ia ada seorang

pengumbara, tidak ketentuan tempat tinggalnja.

Dimanapun ia bisa tinggal dan dimanapun ia tidak

akan merasa kesepihan.

Demikianlah mereka bitjara, sehingga sampai di

bahagian dimana tuan rumah njatakan

kemenjesalannja, bahua sampai pada usia begitu,

belum djuga ia beroleh turunan.

"Oh, tuan akan dapat djuga turunan itu," kata

orang tua tadi dengan suara sungguh
sungguh."Telah lama sekali tuan belum beroleh

ana^ lantaran saat itu belum tiba. Tetapi tjatatlah

dalam hati tuan, bila nanti anak itu sudah terlahir

dan telah berusia dua bulan lamanja, tuan harus

sedia djembangan besar jang tjukup untuk dipakai

duduk njonja tuan. Djembangan ini harus diletakan

di pinggiran pintu luar, agar disegala waktu njonja

dapat lindungi diri dengan duduk dalam

djembangan itu djika nanti satu waktu ada bahaja

air "

"Sekean sadja saja bitjara dan lebih dari itu

djanganlah tanjak " Begitulah tetamu tua itu

achirkan

perkataannja.

Gak Hoo ingin menanjak lebih djelas, tetapi

tetamu itu tidak mau bitjarakan soal itu lebih

banjak.

"Djanganlah menanjak lebih djauh, hal ini saja

tidak boleh bertahukan lebih djelas," kata pulaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

6

orang tua itu."Tuan ada seorang jang telah berbuat

banjak kebaikan, maka tuan akan dapatkan djuga

gandjaran buat kebaikanmu itu."

Sesudah utjapkan perkataan demikian, tetamu

itu ambil selamat berpisah.

Benar sadja. tak lama pula njonja Gak Hoo

berbadan dua.

Sembilan bulan kemudian ia melahir putera lelaki

(tahon Masehi 1103).

Di itu malam sebelum anak itu lahir. Gak Hoo

dapat mengimpi ada seekor burung garuda terbang

rendah sekali, maka anak itu lalu diberi nama Hoei,

artinja terbang, untuk inemperingeti impian tadi.

Seperti sudah dinasehati itu tetamu tua,

begitulah sesudah Gak Hoei berusia berapa

minggu, Gak Hoo lalu membeli djembangan besar,

dan djembangan itu lalu ditaro didekat pintu depan.

Berapa bulan kemudian tatkala musim hudjan

tiba, sungai Hong Hoo meluap dan menerbitkan

bandjir besar sekali. Air bah itu melulah kemana
mana, sekitarnja Thong-im-koan telah kelebuh.

Njonja Gak Hoo masih keburu bopong anaknja

dan masuk kedalam djembangan itu, kemudian

terapupgapung hanjut dibawa bandjir.

Gak Hoo telah tersapuh air dan hanjut ke lain

djurusan.

Isteri itu mendjerit-djerit treaki suaminja, Gak

Hoo hanja bisa ulap-ulapkan tangannja sebagaiGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

7

tanda memberi selamat djalan sembari tjoba

menolong dirinja dengan berenang melawan

santernja air.

Demikianlah isteri itu hanja bersama anaknja

menuruti mengalirnja air tak tahu kemana akan

dibawanja.

Sesudah lebih dari sepuluh mijl diumbang
ambingkan air, achir-achir djembangan itu kandas

di pinggirnja dusun Ki-lin-tjhoen.

Disitu telah berkumpul banjak sekali orang-orang

jang ingin menolong korban-korban bandjir. Di

antara orang-orang itu ada terdapat djuga seorang

mampu bernama Ong Bing.

Ini petani kaja setelah dapat lihat njonja itu

bersama anaknja jang masih ketjil terdapat dalam

djembangan, lalu menghampiri dan silahkan njonja

itu singgah sadja dalam rumahnja jang tak djauh

dari tempat itu.

Karuan sadja tawaran itu diterima oleh njonja

Gak Hoo dengan perasaan berterima kasih.

Begitulah njonja jang barusan hanjut itu diantar

ke rumahnja. disana ia bertemu pada njonja

rumah, siapa dengan ramah-tamah telah terima

kedatangnnnja, diberi tempat mengasoh di rumah

samping, karena rumah petani hartawan itu tjukup

lua3 dan punja djuga berapa pelajan.

Ong Bing suami isteri menghiburi njonja Gak Hoo

dan silahkan njonja itu berdiam sadja lebih dahuluGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

8

di rumahnja, sampai nanti ada kabar mengenai

suaminja.

Ong Bing tjoba sebar banjak orang untuk

serapserapi Gak Hoo akan tetapi sampai berbulan
bulan lamanja tak ada kabarnja.

Njonja Gak Hoo merasa amat sedih, tetapi suami

isteri itu senantiasa bisa menghibur, dan dengan

penuh perhatian berikan pondok kepada njonja

jang sengsara itu, maka njonja Gak Hoo djadi betah

djuga berdiam di rumah petani kaja tersebut, djuga

kebetulan tuan rumah belum ada turunan biarpun

umurnja telah sepantaran dengan Gak Hoo, maka

mereka pun tjinta djuga kepada Gak Hoei jang

mungil.

Aneh benar, setelah sudah menetap berapa

bulan lamanja di rumah Ong Bing, njonja rumah

jang sudah belasan tahun tak beroleh anak,

mendadak bisa hamil.

Tatkala sampai pada waktu lahirkan djabang
baji, njonja Ong Bing telah lahirnja satu anak lelaki,

jang diberi nama Koei. Girang sekali suami isteri

itu.

Demikianlah bulan dan tahun terus berdjalan,

sampai pada masa Gak Hoei berusia dekat delapan

tahun.

Ibunja berpendapat bahua anak itu harus djuga

dikasih masuk sekolah. Tetapi ia tak ada tjukup

uang, karena pada waktu itu orang harus ada

kemampuan tjukup guna panggil sendiri satu guruGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

9

sekolah atau sedikitnja kirim pada sala-seorang

jang pandai mengadjar dengan bajaran tinggi. Ia

hanja ada seorang djanda jang menumpang pada

orang, maka bagaimanatah ia ada kemampuhan

guna biajai anaknja.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari itu diam-diam ia berpikir, dengan djalan

bagaimana supaja anak itu dapat membatja. Njonja

Gak sendiri ada seorang jang berpengartian, dari

itu ia insjaf kepentingannja peladjaran.

la tidak ingin saban-saban mintak pertolongannja

tuan rumah. Ia anggap petani kaja itu sudah terlalu

baik memberi pondokan padanja bertahun-tahun

maka apatah pantas djika kembali ia musti

menggretjok segala-galanja kepada tuan rumah.

Maka setelah berapa hari berpikir achir-achir ia

ambil putusan untuk memberi peladjaran sendiri

sebisa-bisa. Lalu ia ambil pasir, kemudian diajak

sampai halus sekali. Ini pasir lalu digelar diatas

lantai, kemudian di tjorettjoret dengan sebatang

bambu. Demikianlah tjaranja saban hari ia

memberi peladjaran kepada anaknja membatja dan

menulis.

Berbulan-bulan ia mengadjar demikian rupa.

Sampai pada suatu hari ia diberi tahu oleh tuan

rumah, bahwa petani kaja itu akan memanggil

seorang guru dari lain tempat guna memberi

peladjaran kepada Ong Koei dan dua anak dari dua

keluarga petani kaja di dusun itu. Gak Hoei boleh

djuga menumpang berladjar jang biajanja akan

ditanggung oleh Ong Wan-gwee (Ong Bing).GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

10

Begitulah tatkala guru sekolah itu datang, Gak

Hoei pun ikut berladjar bersama Ong Koei, Thio

Hian anak dari petani nama Thio Tat, dan Thung I

?oay anak dari petani hartawan nama Thung Boen

Tiong.

Usia anak-anak itu pantaran semua, ternjata Gak

Hoei jang paling tua. Tetapi ini tjalon panglima tidak

terlalu banjak taro perhatian kepada peladjarannja.

Biia ia ada kesempatan, ia sering pergi kemana
mana seorang diri, kemudian berkelahi.

Banjak anak-anak jang kena dipukul dan dibikin

matang biru badannja oleh Gak Hoei, ajah
bondanja datang inengadu pada njonja Gak Hoo.

Dengan manis njonja djanda itu mintak maaf,

kepada mereka dan berdjandji akan beri hukuman

kepada anaknja jang bengal. Tetapi bila ibu itu

memberi teguran, ada sadja alasannja Gak Hoei

untuk membela diri, la berikan penuturan
penuturan jang menarik hati, misalnja ia tidak bisa

antapi djika dapat lihat satu anak jang lemah

diamaja oleh anak jang lebih besar, atau satu anak

jang tak bersalah dikrojok dan dipersakiti oleh

kawannja.

Pada satu hari Gak Hoei bilang pada ibunja

demikian :"Aku tidak sengadja tjari rusuh kepada

anak lain, aku sampai tahu diri. Aku tahu bahua

Boe-tjhin menumpang kepada Ong Wan-gwee

disini. tetapi sungguh aku tak bisa tinggal diam

djika dapat lihat satu anak begitu kedjam, begitu

tidak tahu malu untuk pedajai atau tjurangi anak

lain. Tjobalah Boe-tjhin pikir, apatah aku harusGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

11

tinggal diam dan pura-pura tidak melihat tatkala

pada satu hari ada anak petani miskin jang

membawa makanan guna ajahnja di sawah,

kemudian anak itu dengan tidak ada sebab-sebab

digoda oleh dua anak lain. Setelah anak petani

miskin itu marah, lalu anak itu dikerubuti oleh dua

anak jang lebih besar. Pantaskah perbuatan

sedemikian itu? Darahku djadi naik, aku lalu beri

hadjaran kepada dua anak tjurang itu".

Meliat anaknja ada itu bakat-bakat baik,

menandakan bernjali besar dan suka membela

kebenaran, njonja Gak diam-diam merasa senang.

Tetapi supaja djangan membikin Gak Hoei djadi lebi

berani atau djadi mangkak.

Maka ibu itu pun tetap njatakan, baiklah anak itu

djangan tjampur urusan lain orang.

Gak Hoei pun berdjandji, tetapi saban kali ia

ketemukan kedjadian tidak pantas diantara anak
anak, ia kembali lupa djandjinja dan kembali

berkelahi kepada anak-anak lain. Pernah sekali Gak

Hoei dikrubut oleh sembilan anak-anak, tetapi ia

tidak djadi keder, ia berkelahi terus sebagai anak

matjan kelaparan tidak kenal takut pula, sehingga

itu sembilan anak-anak semuanja djadi mundur.

Gak Hoei sendiri matang biru badannja, tetapi

anak-anak itu pun tidak ada satu jang tidak dapat

rasakan pukulannja itu tjalon orang besar.

Lantaran melihat tebeat anaknja luar biasa, dan

agar djika ada satu dan lain kedjadian diangan

sampai menjeret petani jang baik hati itu, makaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

12

pada suatu hari njonja Gak Hoo njatakan kepada

tuan rumah, bahua ia ingin tinggal di luar

gedungnja.

Ong Bing tahu apa jang mendjadi sebab-sebab

dari permintaan itu, maka ia pun tidak menjegah

Lalu ia berikan satu rumah ketjil, tidak djauh dari

kedungnia. Rumah ketjil ini ada kebunnja, hingga

njonja Gak Hoo bisa bertanam sajur-sajuran untuk

keperluannja. Djika terlalu sempat, njonja djanda

itu memintal benang atau menganjam. Begitu

dengan begitu sampai Gak Hoei berumur sepuluh

tahun lebih.

Sampai di ini umur, Gak Hoei telah berani masuk

hutan untuk mentjari kaju, bila itu ibu kekurangan

bahan bakar.

Orang merasa kagum kepada keradjinan dan

kesungguhan kerdja dari anak jang masih dibawah

umur itu.

II

Setelah sudah berumur 14 tahun ternjata Gak

Hoei sudah pandai djuga membatja. Kini

perhatiannja lebih banjak ditudjuhkan kepada

kepandaian silat. Hati Gak Hoei ketarik kepada

perdjoangan militer. Djuga Ong Koei, Thio Hian dan

Thung Hoay, suka sekali pada ilmu silat.

Pada suatu hari di rumah Ong Bing kedatangan

satu tetamu dari Tongking, seorang jang kenamaanGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

13

dalam ilmu silat, nama Tjioe Tong. Ia ini bekas guru

silat negeri jang mempunjai banjak pengalaman.

Setelah dapat lihat Ong Koei, Thio Hian, Thung

Hoay dan Gak Hoei, guru silat itu merasa

sympathie.

Tatkala Ong Bing tanjakan, apatah baik kalau

anakanak itu diberi peladjaran silat, Tjioe Tong

menjahut, itulah ada pada tempatnja.

Begitulah lalu diadakan pertemuan antara

ajahnja Thio Hian, Thung Hoay dan Ong Bing,

dimana mereka setudju buat angkat Tjioe Tong

sebagai guru mereka dalam hal silat (Boe Gee).

Dalam tempoh berapa bulan sadja anak-anak itu

telah dapatkan banjak keinadiuan dalam peladjaran

silatnja. Tetapi diantara mereka itu adalah Gak Hoei

jang paling mendjagoi, setiap Tjioe Tong memberi

peladjaran, tjepat sekali ia dapat apalkan.

Berapa tahun kembali selang. Anak-anak itu

telah dewasa.

Merasa dirinja tak ada turunan, sementara Gak

Hoei ada perhatikan sekali kepada sang guru, maka

Tjioe Tong djadi djatoh hati kepada anak itu.

Pada satu hari Tjioe Tong adjak murid-muridnja

naik pegunungan Lik-tjoan. Di sepandjang djalan

itu mereka dapat tampak pemandangan alam jang

indah sekali. Sekonjong-konjong Ong Koei kata

kepada Thio Hian demikian :GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

14

"Oh, pemandangan alam disini demikian

bagusnja, maka alangkah baiknja bila besok guru

kitu itu dapat dikubur di ini tempat "

"Apa jang kau bilang, Koei," mematahkan Gak

Hoei."Guru kita masih segar bugar, bagaimana kau

bisa bitjarakan urusan penguburan "

"Anakku, Koei tak salah, tiap-tiap orang

kapanpun bisa meninggal, kematian ada hukum

Alam jang tidak dapat disingkirkan," kata Tjioe

Tong dengan tersenjum,"maka djiiga bukan satu

perkataan tidak bagus bila ia njatakan itu. Akupun

merasa senang bila benar di hari besok aku bisa

dikubur ditempat ini."

"Baiklah djika guruku njatakan begitu, besok di

hari baik kita akan kubur guruku di ini tempat."

Kata Gak Hoei.

Sembari berdjalan sembari mereka bitjara.

Semingkin iaorang memandjat tinggi, semingkin

bagus pula pemandangan alam di tempat itu.

Dipuntjak gunung mereka ketemukan satu kuil

kuno dalam mana ada berdiam seorang paderi tua

bergelar Bing Tjie Tiangloo. Seperti kebanjakan

orang jang telah singkirkan diri dari pergaulan

umum pada dewasa itu kebanjakan ada mempunjai

pengartian tinggi dalam ilmu silat dan lain-lain,

begitupula Bing Tjie Tiangloo itu, siapa setelah

dapat pandang tampang dan pengawakannja Gak

Hoei lalu bilang kepada Tjioe Tong demikian :GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

15

"Anak ini ada berharga untuk meneljadi tiang

negeri, maka bila saudara latih kepadanja, sungguh

besar faedahnja."

Tjioe Tong berdiam berapa hari lamanja di

puntjak, dan selama waktu itu sang paderi tua

memberi djuga berbagai petundjuk kepada Gak

Hoei dan kawan-kawannja.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah tersiar kabar di afdeling Lwee-hong bakal

diadakan udjian untuk mentjari pemuda-pemuda

jang pandai boe-gee untuk dikirim ke Kota-radja

guna menempuh udjian tertinggi disana, Tjioe Tong

lalu berdamai kepada Ong Bing, Thio Tat dan Thung

Boen Tiong, untuk kirim anak-anak itu, kedalam

udjian afdeling. Ia jakin bahua anak-anak itu telah

sampai pandai buat ambil bagian. Tentu sadja

iaorang merasa setudju.

Begitulah guru dan murid-murid itu segera

adakan persiapan.

Tatkala sampai pada waktunja Thio Hian, Ong

Koei dan Thung Hoay telah berangkat satu hari

dimuka. Gak Hoei bersama Tjioe Tong barulah

tinggalkan dusun pada besok harinja.

Di waktu masih pagi sekali guru dan murid itu

telah bangun. Sesudah makan sedikit bubur, Gak

Hoei lalu sedlahkan kuda tunggang gurunja. Ia

sendiri berdjalan. kaki dengan menggendong

buntelan jang terisi pakean guru dan pakaiannja

sendiri.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

16

Disepandjang djalan guru dan murid itu bitjara

uplek sekali. Mereka persoalkan apa jang mengenai

keindahan alam, peladjaran, silat dan lain-lain lagi.

Gak Hoei senantiasa taro perhatian apa jang

gurunia bilang, maka guru itu djadi lebih ketarik

pada ini anak miskin dari pada jang lain-lain.

Biarpun perdjaldnan itu djauh, tetapi Gak Hoei

tak kelihatan tjapai. Ia senantiasa gembira. Diam
diam Tjioe Tong pudji bahua anak itu ternjata bisa

menahan segala penderitaan.

Lantaran usianja sudah landjuc, Tjioe Tong

mengasoh djuga di tengah djalan, dibawah

teduhnja pepohonan. Dalam tempoh jang

senggang, segala apa jang dirasa pantas diberi

tahu, guru itu berikan pituturnja kepada muridnja

itu.

Setelah sampai di Lwee-hong, Tjioe Tong

disambut oleh murid-muridnja. Mereka lalu bawa

sang guru ke rumah penginapan.

Besok paginja dilapangan tempat udjian

pertandingan silat itu sedjak masih pagi sekali telah

rame dengan orang-orang jang ingin menonton.

Pada djam delapan Ti-koan bersama

pengiringnja sampai dilapangan, kemudian naik

diatas panggung, untuk periksa satu-satunja tjalon

jang akan dikirim ke Kota-radja di lain hari.

Anak-anak muda jang datang dari berbagi-bagi

tempat lalu melaporkan namanja, kemudian

undurkan diri dengan berbaris di pinggir lapangan.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

17

Waktu nama-nama mereka sudah selesai

ditjatat, satu per satu mereka dititahkan

perlihatkan kepandaiannja gunakan gegaman jang

biasa dipakai. Penonton saban-saban bertepuk

tangan bila satu tjalon telah habis persaksikan

silatnja.

Tatkala sampai pada saatnja mereka harus

undjuk kepinteran memanah, ternjata tak banjak

pemuda jang pandai gunakan itu gegaman dalam

diarak 270 tindak. Djarang sekali satu pemuda

dapat memanah titik jang berada dibunderan itu.

Maka tatkala Ong Koei kasih lihat bagimana dalam

djarak sedjauh itu telah dapat toblosi titik

tengahnja, sambutan riuh dari seputar lapangan

telah terdengar sebagi pudjian dari kegapahannja.

Suara gemuruh kembali terdengar waktu Thio Hian

perlihatkan kepandaiannja memanah jtmg

menantjap presis di samping panahnja Ong Koei.

Kemudian penonton gempar pula tempOh Thung

Hoay punja panah djuga menantjap dibunderan itu,

sehingga tiga panah itu seolah-olah tergabung djadi

satu.

Lalu datang gilirannja Gak Hoei pentang

busurnja. Ini pemuda jang pakaiannja paling

sederhana, djika tidak mau dikata paling d jelek

dari semua pemuda jang ambil bagian menempuh

udjian, ternjata paling lihay dari semuanja. Sang

panah jang dilepas olehnja menantjap sama tengah

dari tiga panah jang sudah menoblos lebih dahulu.

Suara tepukan tangan dan tereakan dari

penonton lebih gempar dari jang sudah.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

18

Sampai disini udjian itu telah selesai. Lantaran

kepingin tahu lebih djelas asal-usulnja itu empat

pemuda jang ternjata pandai sekali gunakan

sendjata panah, Ti-koan (pembesar afdeling)

segera titahkan pengawal panggil mereka naik

diatas panggung.

Dari pertanjaan-pertanjaan jang dimadjukan

oleh pembesar itu, ia dapat tahu bahua mereka

berasal dari satu guru dan gurunja itu bukan lain

dari Tjioe Tong, sobatnja itu pembesar, tatkala

mereka masih sama-sama berdiam di Tong-king

pada belasan tahun berselang.

Maka tatkala mengetahui bahua Tjioe Tong pun

berada di kota itu. segera djuga Ti-koan titahkan

orangnja mengundang.

Sorenja Tjioe Tong datang digedungnja Lie

Tjhoen, namanja pembesar tersebut, siapa telah

terima kedatangannja dengan ramah sekali.

Mereka bitjara banjak, banjak sekali mengenai

kedjadian-kedjadian dahulu hari tatkala iaorang

masih sama berdiam di Tong-king. Kemudian

pembesar itu menanjakkan tentang anak-anak

muda jang mendjadi muridnja.

Tjioe Tong menuturkan apa adanja. Ia tjeritakan

bahua diantara empat muridnja jang sekarang ini,

adalah Gak Hoei jang paling pandai, paling gemar,

paling teguh hatinja dan paling suka berladjar. Dan

achirnja pun paling hormat terhadap diriniaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

19

Lie Tjhoen merasa ketarik pada penuturan itu.

Lalu ia tanjakan asal-usulnja. Tjioe Tong tjeritakan

apa jang ia tahu, jalah Gak Hoei telah sampai di

Kilin-tjhoen tatkala berumur berapa bulan, dibawa

hanjut oleh bandjir bersama ibunja, jang

menumpak djambangan besar. Kemudian ia

ditolong oleh Ong Bing Wan-gwee, siapa telah

perlakukan anak itu baik sekali. Dilihat laga-lagunja

njonja Gak dan menilik pula kelakuannja. keluarga

Gak itu tentunja bukan dari orang rendah. Njonja

Gak sendiri ada seorang terpeladjar, ternjata pada

sebelum anaknja dikasihmasuk dalam rumah

sekolah, terlebih dahulu ia sudah dapat memberi

peladjaran sendiri. Waktu Tjioe Tong berikan

penuturan bagaimana tjaranja njonja djanda itu

memberi peladjaran anaknja dengan gunakan pasir

halus digelar dilantai, Lie Tjhoen gojang-gojang

kepala.

Achir-achir pembesar itu menanjak :"Saudara,

apa boleh aku mohon bantuanmu?"

"Oh, boleh sekali, kenapatah tidak. Bilanglah apa

jang aku harus berbuat akan guna kau, pembesar

jang baik?"

"Aku ingin djodohkan anak perempuanku jang

kini berusia 20 tahun kepada Gak Hoei. Maka aku

harap bantuanmu agar njonja Gak bisa setudjuh

dengan maksudku tadi. Sukalah kiranja kau

memberi itu bantuan?"

"Tentu, Lie Tie-koan, tentu. Buat itu maksud jang

baik, aku nanti berbuat apa jang aku bisa. DanGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

20

malah aku berani bilang, aku tanggung njonja Gak

akan merasa setudju dengan perdjodoan itu.

Pertjajalah"

"Terima kasih buat bantuanmu, saudara." Kata

pembesar itu dengan perasaan senang.

Besok sorenja akan guna kehormatannja itu

sobat lama, Lie Ti-koan undang guru silat itu

bersama murid-muridnja datang bersantap didalam

gedungnja.

Sampai djauh malam mereka duduk bitjara.

III

Waktu besok harinja guru silat itu ambil selamat

berpisah kepada pembesar afdeling, Ti-koan

tersebut telah memberi hadlah kepada bakal anak

mantunja seekor kuda tunggang jang bagus dan

seperangkat pakaian indah.

Demikianlah rombongan guru dan murid itu

kembali ke dusunnja.

Begitu guru silat itu sudah mengasoh, segera ia

kundjungi kediamannja njonja Gak. Kepada ini ibu

guru silat itu bertahukan hadjat Ti-koan dari

afdeling Lweehong, jang mendjadi sobatnja, untuk

pungut mantu kepada Gak Hoei.

Tjioe Tong tuturkan bagaimana Lie Tjhoen ada

seorang jang djudjur, suka lindungi rakjatnja, maka

ia andjuri untuk terima baik itu usul.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

21

Karena mengetahui bahua Tjioe Tong pandang

Gak Hoei sebagai anak sendiri dan telah memberi

peladjaran dengan sungguh hati, maka ibu itu

bilang, silahkan guru itu berbuat apa jang dirasa

baik.

Besoknja Tjioe Tong memberi warta kepada Lie 1

iekoan, siapa lalu kirim peh-dji anak

perempuannja, sementara dari ibunja Gak Hoei pun

dikirim hari kelahiran anaknja.

Atas andjurannja Tjioe Tong, jang djuga
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimufakati oleh empat pemuda tadi, mereka lalu

angkat saudara Gak Hoei paling tua diantara

mereka, maka tjalon panglima itu diangkat sebagai

pemuka (twa-koo).

Berapa bulan lagi rombongan guru dan murid itu

adakan pula perdjalanan melihat keindahan alam di

gunung-gunung. Sehabis kembali dari perdjalanan

itu, kesehatannja sang guru telah terganggu, dan

satu minggu kemudian ia telah kembali ke zaman

baka. Ia wafat dalam usia 79 tahun.

Gak Hoei merasa amat duka atas wafatnja sang

guru.

Djenasahnja lalu dikubur di Lik-tjoan-san,

tempat dimana sang guru itu tempoh hari pernah

njatakan keinginannja.

Berapa hari sekali dengari seorang diri Gak Hoei

kundjungi kuburan gurunja. bikin bersih kuburan

itu.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

22

Di lain tahunnja di waktu Tjingbing bersama

saudara-saudara angkatnja itu tjalon pendekar

bikin sembahjangan kuburannja Tjioe Tong.

Sehabis sembahjang mereka lalu makan minum di

kaki bukit, ditempat jang teduh sembari merasakan

meniupnja angin sedjuk.

Sedangnja mereka bergembira, sekonjong
konjong kelihatan berapa orang berlari-lari sembari

panggul buntelannja.

Ong Koei jang ingin mengetahui ada kedjadian

apa, segera memburu dan pegang satu antaranja.

"Tay Ong. ampuni aku, ambillah apa jang kau

mau, tetapi lepaskan diriku. Dirumah aku masih

ada anak isteri, pada siapa mereka mengandal d

jika kau bunuh diriku " tereak orang itu.

"Aku bukan Tay Ong, bukan kepala begal, kau

tahu. Hanja aku ingin tanjak apa sebab kau-orang

berlari-lari. Kalau perlu aku nanti bantu kau-orang.

Djangan takut, bilanglah ada kedjadian apa?" Kata

Ong Koei.

Orang itu kelihatan senangan parasnja. Sesudah

mengelah napas lalu ia menutur :

"Kira-kira satu setengah pai dari sini ada satu

rimbu jang dinamakan Loan-tjhoo-kong. Di tempat

itu sekarang ada bersarang kawanan begal. Kita

orang habis dibegal. apa jang kita-orang angkut

sekarang ini adalah barang sisa kepunjaan kita.

Maka tentu sadja kitaorang sangat bersjukur djika

tuan-tuan suka menolong mengambil pulangGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

23

kepunjaan kita, karena kitaorang ini sebenarnja

ada saudagar-saudagar ketjil, pentjariannja sangat

susah pajah barulah bisa mendapat sesuap nasih"

"Baiklah," djawab Ong Koei dengan tidak pikir

pandjang pula."Kita orang empat bersaudara nanti

bikin mampus itu kawanan kurtjatji. Tunggulah

kauorang disini, kita nanti bikin perhitungan kepada

itu kawanan bangsat "

Lalu Ong Koei kembali pula kepada saudara
saudara angkatnja. tjeritakan apa jang rombongan

saudagar itu bilang, kemudian ia adiak mereka

satroni kawanan begal di Loan-tjoo-kong.

Dengan penuh semangat iaorang menudju ke

tempat itu.

Tidak lama pula dari djauh iaorang dapat lihat

satu kepala begal jang mukanja bengis,

pengawakannja tegap, tangannja membawa

sebatang tumbak, menaik kuda bulu merah sepah,

kulitannja semu hitam, sedang tuding-tuding

beberapa orang jang berlutut di hadapannja.

Di belakangan itu kepala begal ada berdiri dua

pengikutnja.

"Nah, itulah bangsatnja, ajolah kita serbu "

kata Ong Koei jang kelihatan lebih berangasan dari

jang lain.

"Nanti dahulu," kata Twa-koonja jang lebih

sabar." Biarlah aku ketemui dan bitjara sebentar

kepada itu kepada begal. Kalau ternjata kita bisa

urus dengan djalan damai, adalah lebih baik dariGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

24

pada kita musti tjari musuh. Kauorang tunggulah

disini. bila kau lihat aku keteter atau aku bertreak

minta kau datang, haruslah kau-orang segera

datang guna membantu. Tetapi djika aku tidak kata

satu apa, tunggulah, sampai nanti aku berikan

tanda."

Habis pesan demikian Gak Hoei parani itu kepala

begal.

"Siapa?" tanjak kepada begal itu setelah Gak

Hoei berada di hadapannja.

"Aku pun ada seorang saudagar seperti

orangorang ini," djawab Gak Hoei.

"Mana barangmu?"

Barangku dibelakang, sebentar akan sampai

djuga disini. Barangku itu ada diauh lebih banjak

dan lebih ada harganja dari pada kepunjaan orang
orang ini, maka lepaskanlah mereka, aku nanti

serahkan barangku kepadamu."

"Betulkah perkataanmu?" menegas penjamun

itu.

"Betul, aku kesian orang-orang ini jang tidak

mampu. Tetapi aku tjukup mampu, maka ambillah

barangku sadja "

Kepala begal itu lalu kasih tanda kepada orang
orang jang berlutut itu supaja bangun dan berlalu.

Sesudah berhadapan sendiri sadja, Gak Hoei

jang dapat tebak wataknja si kepala begal, bahua

orang itu hanja tunduk djika diomongi denganGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

25

perkataan manis, tetapi akan berkelahi mati
matian djika diperlakukan dengan kasar, lalu

bitjara dengan perkataan sabar :

"Sobatku, aku nanti serahkan barang

kepunjaanku kepadamu, tetapi dengan satu

perdjandjian jang sederhana, sukakah kamu

terima?"

"Dengan perdjandjian bagaimana?"

"Begini, aku dan kau berkelahi dengan tak

gunakan sendjata, djika aku ternjata kalah, aku

serahkan semua barangku padamu, tetapi djika kau

kalah, kau tidak ada hak buat ambil kepunjaanku.

Beranikah kamu terima perdjandjian ini?"

Sebab merasa dirinja lebih besar, kepada begal

itu manggutkan kepalanja.

Lalu ia turun dari kuda tunggangnja, lempar

tumbaknja, letakan pedangnja jang digantung

dipinggang ditanah.

Sehabis buka d jubah dan benahi pakaiannja, ia

tanjak lawannja, sudahkah sedia untuk mulai.

Gak Hoei berikan tanda sudah siap.

Kepala begal itu menjerang, Gak Hoei mengegos,

serangannja djatoh di tempat kosong, tetapi

sebelum bandit itu baliki badannja, satu tendangan

dari Gak Hoei telah membikin ia meloso Tay Ong itu

merasa amat malu. Dengan tidak kata satu apa lalu

ia samperi pedangnja, tarik sendjata itu dariGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

26

sarangannja, kemudian sembari mendongak keatas

ia kata :

"Sudahlah, buat apa aku hidup menanggung

malu, lebih baik ini hari djuga aku 'ambil selamat

berpisah dari dunia "

Lalu ia angkat pedangnja dan sedia buat gorok

lehernja sendiri.

Gak Hoei buru-buru rampas itu sendjata sembari

kata :

"Sobatku, kenapa kau berpikiran begitu pendek.

Djanganlah kau berbuat demikian! Bilanglah apa

jang mendjadikan sebab kau berlaku begitu nekat?"

"Kau tahu, belum pernah aku dibikin djatoh oleh

siapapun, tetapi hari ini aku tidak berdaja terhadap

kau,. maka aku merasa malu. Satu lelaki harus bisa

pegang diri barulah ada harga hidup didunia. Aku

merasa diriku hari ini amat ternoda, maka baiklah

aku binasa "

"Salah, sobatku, salah," kata Gak Hoei."Satu

lelaki memang djuga harus bisa pegang

kehormatan, barulah ada harga untuk hidup

didunia. Tetapi kau sendiri mendjadi kepala begal,

inilah sudah termasuk tidak bisa pegang

kehormatan. Maka aku mendjadi heran. Buat

mendjadi kepala rampok kau tidak segan, tetapi

lantaran satu tendangan dari aku, kau sudah

merasa dirinja tidak berharga. Sungguh kau sesat

amat "GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

27

"Oh, kau tidak tahu siapa aku, orang gagah.

Ketahuilah, aku ini bernama Goe Koo asal dari

Siamsee. Menurut pesan ajahku tatkala ia akan

wafat, djika aku ingin jakinkan silat lebih tinggi,

haruslah aku tjari guru jang pandai, dan guru itu,

menurut petundjuknja. bernama Tjioe Tong. Aku

telah datang di Tongking, tetapi menurut

keterangan jang aku dapat, Tjioe Tong Siansing kini

berada di Ki-lin-tjhoen. Maka itu aku lalu berangkat

kesini"

Kemudian ia landjutkan perkataannja :

"Berapa hari jang lampau, tatkala aku lintas

disini, aku telah dipegat oleh kawanan begal.

Kepala dari itu bangsat-bangsat sudah aku bunuh,

orang-orangnja aku titahkan tjari pengidupan jang

baik-baik, kemudian aku titahkan mereka bubar
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"

"Kemudian kau sendiri jang djadi kepala begal

" memutuskan Gak Hoei."

"Nanti dahulu, aku beium menutur habis.

Dengarlah aku tjeritakan riwajatku. bukankah tadi

kau menanjak?"

"Betul, silahkan, aku sedia buat mendengar."

"Menurut kebiasaan jang telah lasim, setiap

orang jang ingin berguru haruslah ia membawa

bingkisan untuk guru itu sebagai tanda hormat. Aku

ini miskin, aku datang dengan tangan kosong. Maka

setelah aku dipegat begal dan telah bunuh

kepalanja, dalam kalbuku lalu terbit satu ingatanGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

28

untuk mendjadi rampok sementara waktu sadja.

Begitu aku sudah mendapat barang sekira pantas

guna dipakai mendjadi bingkisan berguru, aku akan

tinggalkan pakerdjaan haram ini. Dan hari ini

adalah hari jang pertama aku bisa ketemukan

berapa korban, tetapi seperti kau bisa lihat sendiri,

aku tidak tegah untuk ambil semua barang dari

orang-orang itu, hanjalah aku ambil sebagian

sadja. Tetapi apa mau tari ini aku telah kena

dirobohkan oleilmu, maka aku tidak ada muka pula

buat ketemu sobat-sobatku "

"Tetapi kau sudah salah tindak. Kau mengambil

barang orang untuk dipakai sebagai barang

pengantar, itulah satu perbuatan tidak bagus," kata

Gak Hoei.

"Itulah aku tahu, tetapi lantaran aku tidak dapat

djalan lain, maka aku lakukan perbuatan djahat

ini."

"Djadi kau sedia buat kasih kembali

barangbarang jang kau telah rampas itu kepada

jang punja?"

"Ja, aku sedia, karena kini aku pun merasa

menjesal telah lakukan perbuatan ini. Sekarang aku

jakin, lebih baik aku ketemui Tjioe Tong Siansing

dengan tangan kosong dari pada aku berikan

barang bingkisan , tetapi barang itu bolehnja

merampok. Sungguh sekarang aku merasa salah

tindak!"GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

29

"Kau ada orang djudjur, sobatku. Aku harus

mengakuh, djarang orang jang segera insjaf atas

kesilafannja sebagai kau."

"Pudjiamnu membikin aku merasa lebih malu,

orang gagah. Melihat kau punja tjara gunakan

pukulan, aku jakin, kau nistjaja bukan sembarang

orang, maka djika kau tidak merasa terhina, aku

girang sekali bisa mendapat dengar nama dan

tempat tinggalmu," menanjak Goe Koo.

"Aku ini orang jang terlunta-lunta, namaku Gak

Hoei, asal dari Gak-ketjhung, sekarang berdiam di

Ki-lin-tjhoen."

"Oh, djika demikian kau nistjaja tahu

kediamannja Tjioe Tong Soehoe. Betulkah sekarang

ia berdiam disana?"

"Tjioe Tong Soehoe pada tahun jang lampau

telah meninggal, ia ada guruku" djawab' Gak Hoei

dengan suara duka.

"Aduh, tjelakalah aku! " tereak Goe Koo

sembari banting dirinja di tanah, kemudian

menangis sebagai anak ketjil.

"Kau kenapa sobatku?" menanjak Gak Hoei

sembari pegang-pegang pundaknja itu kepala

begal.

Berapa saat lamanja barulah Goe Koo dapat

mendjawab : "Seperti aku sudah kata tadi, aku

telah kelilingan. mentjari Soehoe Tjioe Tong. Lebih

dari setahun aku pergi dari satu ke lain tempat

untuk tjari padanja, barulah sekarang aku dapatkanGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

30

keterangan jang pasti. Tetapi apa mau kini ia telah

meninggal, maka habislah pengharapanku untuk

memertinggi pengartianku "

"Dengan kandung niatan bagaimana kau ingin

jakinkan silat?" menegas Gak Hoei.

"Dalam keadaan sekarang ini, negeri amat tidak

aman, seperti kamu telah ketahui sendiri," djawab

Goe Koo."Djika aku ada kepandean silat, sedikitnja

aku bisa gunakan untuk memberi perlindungan

kepada fihak jang lemah. Aku merasa tidak bisa

tinggal diam bila aku saksikan perbuatan

sewenang-wenang. Kedua djika negeri perlu

tenagaku, aku ridlah berkorban untuk negeri kita

Dalam keadaan sebagai sekarang ini.

biarpun aku mau dan aku sedia berkorban, apatah

gunanja? Tetapi djika aku ada pengartian lebih

tinggi, nistjaja tenagaku itu membawa faedah jang

lebih besar."

"Kau ada seorang gagah, sobatku," memudji Gak

Hoei,"kau ada harga untuk didjadikan sobat."

"Terima kasih, tetapi aku sebenarnja belum ada

harga untuk djadi sobatmu, orang gagah. Aku

harus ada pengartian lebih tinggi barulah setimpal

mendjadi sobatmu."

"Baiklah, aku nanti bikin kau sedikitnja lebih

faham dari sekarang. Aku bersama tiga saudara

angkatku, adalah murid-murid dari guruku Tjioe

Tong marhum. Boleh djadi kepandaian kita tidak

nempil kepandaian guruku, tetapi sedikitnjaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

31

bolehlah kita bagi itu pengartian kepadamu,

sobatku."

Goe Koo segera bangun berdiri, sembari angkat

tangan ia mendjura dalam dihadapannja Gak Hoei.

"Terima kasih, orang gagah, kau ada mulia

sekali. Djika kau ada itu kemurahan hati, aku sedia

untuk mendjadi budakmu."

"Tidak, kau tak akan djadi budak kita, kau akan

djadi saudara kita, seperti saudara kita jang lain
lain," kata Gak Hoei, siapa lalu kasih tanda kepada

saudara angkatnja supaja segera datang.

Mereka itu dikasih adjar kenal kepada Goe Koo.

Tiga saudara jang lain itu, setelah dengar tjeritanja

itu kepala begal, masing-masing njatakan mufakat

untuk sama angkat saudara.

Goe Koo lalu bawa iaorang samperi goanja,

panggil ibunja jang sudah tua keluar. Gak Hoei dan

lain-lain memberi hormat kepada njonja tua itu.

Setelah anaknja habis tjerita, ibu itu merasa amat

girang jang Goe Koo telah diadjak mereka angkat

saudara.

Thio Hian lalu panggil saudagar-saudagar jang

bekas dirampok dan kini masih menunggu ditempat

djauh, supaja ambil kembali barang-barangnja.

Begitulah sesudah beres semuanja, Gak Hoei

adjak Goe Koo pindah sadja ke Ki-lin-tjhoen

bersama ibunja. Dua orangnja lalu benahi barang
barangnja jang perlu dibawa, sementara goa itu

lantas dibakar.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

32

Kedatangannja ibu Goe Koo itu telah diterima

dengan senang oleh ibunja Gak Hoei. Njonja ini

merasa simpathie pada itu njonja tua, siapa telah

ikut anaknja berbulan-bulan dengan susah-pajah

mentjari guru silat.

IV

Demekianlah sedari itu hari Goe Koo bersama

ibunja berdiam didalam rumahnja Gak Hoei dengan

setiap pagi dan sore saling berladjar fahamkan boe
gee. Dengan sungguh hari Gak Hoei berikan

petundjuk kepada saudara angkatnja jang baru.

Dalam tempoh berapa bulan sadja Goe Koo telah

alamkan banjak kemadjuan dalam peladjarannja.

Tidak selang lama ketua dusun itu memberi

kabar kepada Gak Hoei bahua lagi sedikit hari

pembesar dari Siang-tjioe akan memberi ketetapan

kepada mereka jang tempoh hari menempuh udjian

di Lwee-hong untuk dikirim ke Kota-radja, maka ia

nasehati agar Gak Hoei dan saudara-saudaranja

lekas bikin persiapan mengundjungi kota itu.

Lantaran tempoh hari Goe Koo tidak ambil bagian

dalam udjian, maka besoknja Gak Hoei berangkat

ke Lwee-hong, dimana ia madjukan permohonan

supaja dalam list jang akan dikirim ke Siang-tjioe

dibubuhi djuga namanja Goe Koo, agar saudara

angkat ini bisa ikut dalam pertjobaan nanti di Kota
radja.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

33

Lie Ti-koan njatakan sedia buat memberi

pertolongan itu. Bahkan ia memberi djuga seputjuk

surat kepada bakal mantunja, guna disampaikan

kepada sobatnja jang mendjadi pegawai negeri di

Siangtjioe, nama Tjhie Djien. Ini sobat nistjaja

bakal memberi banjak bantuan kepada bakal

mantu dan kawannja disana nanti.

Sesudah njatakan terima kasihnja Gak Hoei

kembali pula ke Ki-lin-tjhoen.

Dua hari belakangan bersama empat saudaranja

ia berangkat ke Siangtjioe. Di kota ini mereka

menumpang dalam rumah penginapan Kang Tjien

Tjoe. Pertama kali ia ketemui Tjhie Djien jang

mendjadi Ti-koan di itu kota, untuk sampaikan

surat mertuanja. Itu pembesar terima kedatangan

Gak Hoei dengan manis serta djandjikan

bantuannja apa jang ia bisa. Ia silahkan pemuda itu

bawa semua saudara angkatnja mengadap agar ia

pun ketahui dengan mata-kepala sendiri,

bagaimana sikap dan roman tampangnja iaorang.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Esoknja dengan berlima Gak Hoei datang di

kantornja. Dengan teliti pembesar itu tanjak

masing-masing punja asal-usul dan kepandean

jang iaorang peladjari. Dari pembitjaraan itu,

pembesar tersebut telah dapat djuga djadjaki

bahua rata-rata pemuda itu ada mempunjai ambek

tinggi, tjinta negeri, berani dan tjukup peladjaran

boe-geenja.

Akan tetapi buat bisa datang mengadap kepada

pembesar jang tertinggi dari kota itu, Tjiat-touw-GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

34

soe Lauw Sie Kong, jang umum bahasakan Lauw

Touw Wan, haruslah terlebih dahulu mereka

laporkan namanja kepada pegawai kota berpangkat

Tiong-koen-koan, nama Ang Sian.

Ini Ang Sian ada seorang tjongkak, suka uang

tidak halal dan pintar bermuka-muka. Tatkala Gak

Hoei dan empat saudaranja datang mengadap dan

tidak membawa barang bingkisan, lalu ia kata

bahua mereka telah datang terlambat sekali, maka

untuk bisa mengadap kepada Lauw Tjiat-touw-soe,

haruslah menanti berapa hari lagi. Habis kata

demikian ia memberi titah supaja mereka mundur.

Hal ini membikin iaorang merasa amat

penasaran, maka iaorang segera kundjungi

gedungnja Tjhie Tikoan dan tuturkan apa jang tadi

ia denger dari Tiongkoen-koan.

Tjhie Djien tahu maksudnja Tiong-koen-koan

jang memberi itu alasan hanja agar supaja ia bisa

mendapat uang suapan sadja. Tetapi hal ini ia tidak

tjeritakan kepada rombongan pemuda itu untuk

menjingkirkan hal-hal jang tidak diharap.

Maka besoknja ia datang mengadap sendiri

kepada Lauw Touw Wan, tuturkan bahua dari Lwee
hong telah dikirim lima pemuda ke itu kota supaja

pembesar itu dapat menolong mereka untuk dikirim

ke Kota-radja.

Tjhie Djien njatakan bahua lijst nama mereka

telah dikirim lebih dahulu, dan kemarin lima

pemuda itu telah datang di kota tersebut.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

35

Lauw Touw Wan merasa heran bahua Tiong
koenkoan tidak hadapkan mereka itu. Maka segera

ia menanjak kepada pendjabat pangkat tersangkut,

apa sebabnja pemuda-pemuda dari Lwee-hong itu

tidak dihadapkan kepadanja.

Sedikitpun Tiong-koen Koan tidak dapat tahu bila

Gak Hoei dan kawannja terlebih dahulu sudah

datang bertemu kepada Ti-koan dan djuga ia tidak

tahu djika Ti-koan itu bakal melaporkan

kedatangan mereka, maka dalam keadaan apa
boleh-buat Ang Sian lalu mendjawab demikian :

"Paduka, lima pemuda itu sebenarnja tak ada

harga untuk dimadjukan namanja ke Kota-radja.

sebab itu saja tidak silahkan mengadap kepada

paduka disini."

Sebelum Lauw Touw Wan menanjak pula, Tjhie

Djien Ti-koan telah bantah perkataannja Ang Sian

dengan bilang :

"Saja sendiri telah njatakan. mereka ada harga

buat dimadjukan ke Kota-radja, malah saja mau

bilang mereka ada pemuda-pemuda jang gagah

dan susah ditjari bandingannja."

Lantaran ingin lihat sendiri kepandaian mereka

maka Lauw Touw Wan titahkan pengawalnja

panggil Gak Hoei dan kawannja datang di sidang

pagi itu.

Tidak lama kemudian pengawal itu telah datang

bersama Gak Hoei dan saudara-saudaranja.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

36

Disini Lauw Touw Wan lihat pemuda-pemuda itu

masing-masing sikapnja gagah, dengan lantas

orang bisa tahu bahua sedikitnja iaorang ada

berkepandaian djuga. Maka ia lalu tegur orang

sebawahan itu dengan berkata :

"Hei, Tiong-koen-koan, kamu bilang ini

pemudapemuda tidak ada harga untuk dimadjukan

ke Kotaradja, bagaimana kamu bisa tahu itu? Aku

lihat sekarang, mereka sedikitnja ada punja

pengartian "

"Pengartian mereka ada rendah sekali, paduka,"

djawabnja Ang Sian dengan terpaksa.

"Itulah tidak benar," membantah Tjhie Djien.

"Djika benar kepandaian mereka ada rendah,

beranikah kamu tjoba-tjoba adu kepintaran

padanja?" Tanjak Lauw Touw Wan.

"Dengan segala suka hati, paduka," mendjawab

Ang Sian.

Tjhie Djien beri tanda supaja Gak Hoei bersiap.

Sesudah Ang Sian buka pakaian luarnja dan

pakai sadja badju dalam, ikat kentjang

pinggangnja, lalu ia ambil sebatang tumbak

bertjagak dan putar itu di lapangan terbuka depan

kantoran.

Gak Hoei ambil sebatang tumbak lain.

Mereka dinasehati supaja djangan gunakan

sendjata dengan sesungguhnja, hanja merekaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

37

diperkenankan untuk perlihatkan sadja

kepandaiannja, lebih tidak.

Lalu Gak Hoei disilahkan mainkan tumbaknja.

Ini pemuda dengan gapah perlihatkan serupa

pukulan jang dinamakan Tan-hong Tiauw-thian-si.

Tumbaknja berlihat-kilat dan tjara mainnja bagus

sekali, membikin semua pembesar negeri jang

berhadlir dalam sidang merasa kagum.

Ang Sian sendiri didalam hati merasa keder. Ia

tidak mampuh untuk tandingi itu pemuda. Tetapi

lantaran satu kali sudah salah bitjara, maka ia tidak

bisa mundur kembali.

Tatkala Gak Hoei memberi tanda supaja lawan itu

madju menjerang, Ang Sian dengan terpaksa

gunakan sendjatanja menjamperi.

Kalau mau dengan setjara tjepat sekali Gak Hoei

bisa lantas bikin sang lawan djumbalitan, tetapi ia

ingin permainkan lawannja lebih dahulu. Maka

dengan berbagai tjara ia bikin musuh itu senantiasa

memukul di tempat kosong, dan saban kali Gak

Hoei berhasil dengan tipuhnja sidang itu tertawa

ramai.

Ang Sian merasa gergetan dan malu sekali.

Begitu dengan begitu sesudah puas bikin

musuhnja djadi buah tertawaan, dengan satu

pukulan jang sederhana Gak Hoei bikin Ang Sian

djumpalitan di tanah.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

38

Suara tertawa kembali terdengar dan ini kali

lebih riuh dari jang sudah.

Sesudah Ang Sian bangun dari tanah, lalu Lauw

Touw Wan panggil ini Tiongkoan-koan mengadap.

"Kamu bilang pemuda dari Lwee-hong itu

semuanja tidak berharga, pengartiannja masih

amat rendah, kenapa kamu kena dirobohkan

olehnja?"

Ang Sian tidak bisa mendjawab, tunduki

mukanja.

"Kalau aku tidak ingat kamu sudah berkerdja

lama didalam dinas nistjaja aku berikan hukuman

berat kepadamu, kalde. Tetapi lantaran aku masih

hargakan pekerdjaanmu jang dahulu, maka aku

berikan kelepasan sadja, dan sekarang djuga aku

silahkan kamu lekas berlaku dari sini. Semua tjap

kebesaran dan lainlainnja haruslah kamu serahkan

kepada Ti-koan" kata Lauw Touw Wan.

Sesudah mendjura, Ang Sian segera berlalu dari

ruangan.

Kemudian Lauw Touw Wan titahkan semua

pemuda bergiliran undjuk kepandaian silatnja.

belakangan barulah diudji memanah. Sebagai

djuka tatkala menumpuh udjian di Lwee-hong. pun

kali ini rombongannja Gak Hoei jang dapatkan

paling banjak pudjian.

Lalu Gak Hoei dipanggil mengadap pula oleh

Lauw Touw Wan.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

39

Dengan melit ia tanjak asal-usulnja itu pemuda.

Gak Hoei dengan tidak sembunikan sedikitpun

tjeritakan, bagaimana tatkala ia masih ketjii

terdampar bandjir, ditolong oleh Ong Bing Wan
gwee, diberi sekolah dan dikasih kesempatan untuk

berladjar silat dibawah pimpinannja Tjioe Tong.

Atas usahanja itu guru djuga kemudian ia

ditunangkan kepada puterinja Ti-koan di Lwee
hong.

Pembesar negeri itu manggutkan kepalanja. Lalu

ia kata, bahua bekas gurunja pemuda itu dahulu

ada djadi djuga sobat baiknja. Ia tahu

kepandaiannja Tjioe Tong jang tinggi, maka ia

merasa getun tatkala kini ia tahu bahua sobat baik

itu telah wafat. Ia njatakan, atas ongkos negeri

nanti akan dibangun sebuah rumah jang pantas

untuk Gak Hoei sebagai penghargaan negara

kepada pemuda jang gagah itu. Kepada Tjhie Ti
koan pembesar itu memberi titah untuk tjari tahu

ladang dan tanah-tanah jang dahulu mendjadi

kepunjaan Gak Hoo agar kini diurus dan

dikembalikan kepada jang berhak, jalah ibunja Gak

Hoei.

Pemuda itu njatakan terima kasihnja kepada

Lauw Touw Wan. Kemudian nama mereka ditjatat

dalam buku.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua tiga hari kemudian semua pemuda jang

turut ambil bagian dalam itu ulangan udjian

kembali pula ke masing-masing tempatnja,

menunggu sampai nanti diberi kabar kapan iaorang

harus berangkat ke Kotaradja.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

40

Selang berapa bulan rumah jang didirikan oleh

negeri untuk Gak Hoei telah selesai.

Sesudah memilih hari baik, ia bersama ibunja

dan Goe Koo pindah ke rumah baru di Gak-ke
tjung.

Atas nasehat Ong Bing, hari nikahnja Gak Hoei

dibikin lebih tjepat agar supaja ibunja ada jang

rawat.

Begitulah hari jang baik segera dipilih. Tidak

berselang lama pemuda itu lantas lakukan upatjara

menikah kepada puterinja Lie Ti-koan di Lwee
hong.

Tiga Wan-gwee jang mendjadi ajah saudara

angkatnja Gak Hoei, jaitu Ong Bing. Thio Tat dan

Thung Boen Tiong berikan banjak sekali

sumbangan kepada berdua penganten baru.

V

Tiga bulan kemudian Lie Ti-koan mengabarkan

kepada mantunja bahua kini telah sampai

tempohnja untuk mereka menempuh udjian di

Rota-radja. Ia titahkan agar pemuda-pemuda itu

segera berangkat.

Dengan tidak membuang tempoh lagi mereka

lalu bikin persiapan. Tidak usah ditjeritakan pula

mengenai perdjalanan mereka

Setelah iaorang sudah sampai di Ibu-kota, lalu

iaerang tjari rumah penginapan, tidak tahunja

iaorang ketemua pula pada pemilik RumahGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

41

Penginapan Kang Tjien Tjoe di Siangtjioe. Eigenaar

rumah penginapan itu masih kenal mereka dengan

baik. Ia tuturkan bagimana ia telah pindah dari

Siangtjioe ke Kota-radja lantaran takut dapat

pembalasan dari Ang Sian jang dipetjat dari

djabatannja.

Gak Hoei tjeritakan, Ang Sian telah dapat

kutukannja Allah. Itu pembesar jang dahulu banjak

memeras pada rakjat, setelah tidak pangku pula

djabatan negeri, pada suatu malam telah

kedatangan perampok, siapa telah gondol habis

harta bandanja, hingga kini iaorang musti hidup

dalam kemiskinan. Ia nasehati itu pemilik rumah

makan, supaja tidak selempang djika kita djalan

dengan sebenarnja, sebab Tuhan sampai tahu siapa

jang salah dan siapa jang benar. Tiap orang jang

djahat di belakang hari pasti akan terima

gandjarannja, sebab Wet Tuhan ada lebih rapat dari

wet bikinan manusia.

Sesudah mengasuh dua hari dan sudah serepi

keadaan kantor-kantor pembesar jang harus

dikundjungi, pada hari ketiganja Gak Hoei lalu

datang mengadap kepada pembesar militaie

tertinggi, jaitu Tay Goanswee Tjong Tik. Pembesar

inilah jang mendapat tugas menilik itu udjian.

Itu pagi Gak Hoei bersama empat saudara

angkatnja lalu kundjungi kantornja pembesar tadi.

Sebab pada zaman itu buat mengadap pada

pembesar jlmg tertinggi pun ada kalanja dapat

bentjana. maka Gak Hoei tidak idzinkan mereka

ikut masuk. Terlebih pula ia tahu bahua adatnjaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

42

Goe Koo dan Ong Kcei ada berangasan, selempang

nanti terbitkan salah faham. Dari itu ia poma-poma

pesan Thio Hian jang lebih sabar untuk berdiam di

Iuaran, sedikit djauh dari kantor itu, menantikan

sampai nanti ada kesudahannja dan dilarang

sembarangan bergerak.

Sesudah pesan poma-poma Gak Hoei lalu

melaporkan kepada pendjaga pintu untuk mohon

mengadap kepada Tay Goan-swee, dengan

undjukan suratnja pembesar Siang-tjioe Lauw Sie

Kong.

Pengawal itu segera masuk, tidak lama pula Gak

Hoei dapat panggilan. Mendapat lihat dandanannja

Gak Hoei mentereng, Goan-swee itu terbit tjuriga,

djangan-djangan pembesar di Siangtjioe itu dapat

suapan dari Gak Hoei, maka berikan pudjian tinggi

sekali dalam suratnja. Ia telah ketemukah banjak

pembesar jang dojan suap, maka Goan-swee itu

djadi taro persangkaan djelek. Ia tidak tahu bahua

pakaiannja itu pemuda sebenarnja berasal dari

mertuanja, sementara pemuda itu sendiri ada

seorang miskin.

Maka setelah Gak Hoei sudah berada di

hadapannja dan telah undjuk hormatnja, Tjong

Goan-Swee berlaga menjentak :

"Kamu berikan suap berapa banjak kepada

pembesar di Siangtjioe? Haruslah kamu bitjara

terus terang, djika kamu tidak mau mengakuh,

kamu akan dapat hukuman berat sekali."GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

43

Gak Hoei jang njalinja besar, lagi pula merasa

dirinja bersih, tinggal tenang, dengan suara tetap

menjahut:

"Sedikitpun hamba tidak memberi suap, karena

djika benar terdjadi demikian buat hamba sendiri

merasa malu, sebab bukan lantaran dari

kepandaian, hanjalah melulu mengandal dari uang

bolehnja hamba dapatkan kedudukan, itu hamba

anggap tidak selajaknja. Lagian hamba sendiri

bukannja seorang mampu, bagaimana hamba

dapat umpama kata memberi suapan"

Disini Gak Hoei lalu tuturkan perdjalan hidupnja,

sedari itu haiy ia hanjut dibawak bandjir, sampai

kemudian ditolong oleh Ong Bing, kemudian ia

berguru kepada Tjioe Tong dan belakangan

dipungut mantu oleh Lie Ti-koan di Lwee-hong.

Tjong Goan-swee manggutkan kepalanja, kini ia

tahu bahua Gak Hoei memang ada kepandaian,

djika tidak mustahil Ti-koan di Lwee-hong sudih

pungut mantu kepadanja. Lagipun ia pernah dengar

namanja Kauw-thauw Tjioe Tong jang tersohor,

maka ia djadi tidak sangsi pula.

Biarpun begitu ia ingin djuga saksikan sendiri

kepandaiannja, maka ia tanjak Gak Hoei gegaman

jang biasa dipakai, titahkan mainkan itu di depan

kantoran. Habis itu ia silahkan pemuda itu

memanah bunderan dari djarak 270 tindak.

Pertjobaan itu memuaskan hatinja Tjong Goan
swee. Kini ia buktikan dengan mata kepala sendiri

bahua pemuda itu memang ada kepinteran danGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

44

tidak sembarang orang sanggup tandingi. Maka

sikapnja lalu berobah manis dan njatakan bahua ia

merasa girang telah bertemu padanja.

Pembesar itu titahkan pengawalnja mengambil

thee dan silahkan Gak Hoei duduk.

Pada pembesar itu Gak Hoei tuturkan bahua ia

datang berlima dengan empat saudara angkatnja

jang kini berada di luar kantoran.

Tjong Gwan-swee bilang, baiklah lain hari sadja

empat saudara jang lain itu dibawak mengadap

karena ia masih ada urusan.

Mereka segera kembali ke tempat penginapan.

Karena membutuhkan pedang, sesudah

mengasoh iaOrang lalu kundjungi berbagai bengkel

jang djual sendjata. Dari banjak pedang jang

dikasih lihat tidak ada satu jang Gak Hoei penudju,

ia anggap pedangpedang itu semuanja bukan

gegaman jang harus dipakai oleh panglima. Sampai

kemudian ada satu pedagang sendjata jang bilang

padanja, bahua tidak djauh dari itu tempat ada satu

gedung kuno jang ditinggali oleh satu keluarga

Tjioe. Ini keluarga ada simpan banjak pekakas

perang, tidak tahu akan didjual atau tidak, maka ia

silahkan pemuda itu kundjungi padanja.

Dengan tidak hilangkan banjak tempoh iaorang

lantas datang ke gedung kuno jang diundjuk.

Sesudah mengetok berapa saat lamanja, pintu

segera dibuka oleh satu anak ketjil, siapa setelahGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

45

dapat lihat ada tetamu asing segera silahkan

masuk.

Dari dalam telah datang menjambut seorang

setengah tua, tampangnja alim sekali.

Gak Hoei segera memberi hormat, sesudah

saling kenalkan diri, pemuda itu njatakan maksud

bedatangannja, untuk menanjak, apa benar tuan

rumah ada simpan sendjata-sendjata perang jang

tidak terpakai pula.

Tuan rumah njatakan betul, sebab leluhurnja.

familie Tjioe dahulu telah mendapat banjak sekali

hadlah sendjata perang dari keisar Tong, siapa

sangat hargakan djasanja keluarga itu. Tetapi

sedari ajahnja tuan rumah, mereka tidak fahamkan

pula boe-gee, sebagai gantinja mereka jakinkan

sastra.

Tjioe Sam Oei lalu tanjak tetamunja, sendjata

jang dibutuhkan. Kemudian ia masuk kembali, dan

tidak lama ia keluar pula dengan membawa sebilah

pedang, silahkan Gak Hoei periksa.

Begitu ditarik dari serungannja, pemuda itu

lantas djuga mengetahui bahua sendjata itu betul

bagus sekali, satu poo-kiam jang djarang ada

bandingannja.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tuan rumah menanjak, bagaimana tetamunja

bisa kata bahua poo-kiam itu djarang ada

bandingannja. Dengan lantjar Gak Hoei tjeiitakan

peaang-pedang kuno jang tersohor, antaranja jalah

pedang jang kini berada dihadapannja. Ia bisaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

46

tjeiitakan djelas sekali, karena dahulu Tjioe Tong

pernah uraikan romannja poo-kiam-poo-kiam jang

baik.

Setelah ketahui bahua si tetamu betul mengarti,

ia menanjak apa kiranja tetamu itu suka pada

barang tersebut.

Gak Hoei njatakan, bahua ia suka sekali poo
kiam itu, tetapi ia tidak bisa membajar, sebab

pertama barang bagus tidak kenal harga, dan

keduanja itu ada barang turunan, tidak pantas ia

serakahi milik leluhur.

Tjioe Sam Oei bilang menurut pesan ajahnja,

barang tinggalan leluhur itu haruslah diserahkan

kepada orang jang mengarti dan bisa hargakan,

dengan tidak harus terima bajaran gang berupa apa

djuga. Kini ia lihat Gak Hoei betul mengarti dan pula

ada punja tjita-tjita tinggi, maka dengan senang ia

suka serahkan poo-kiam itu kepadanja.

Tidak bisa dituturkan alangkah berterima

kasihnja itu pemuda.

Satu dua hari belakang fihak pemerintah

mengumumkan bahua udjian untuk mentjapai

gelaran Boe Tjonggoan akan diselenggarakan pada

tanggal 15 bulan itu.

Halmana membikin beratus pemuda dari segala

pendjuru dari seluruh Tiongkok jang telah

menantikan di Kota-radja. lalu sama siap sedia.

Tempoh tanggal 15 sampai, di lapangan

Kotaradja jang luas pagi-pagi telah penuh denganGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

47

orangorang jang menonton dan pemuda-pemuda

jang mau turut ambil udjian.

Diatas panggung ada duduk empat pembesar,

jang ditengah adalah Tjong Goan-Swee, pengawas,

sementara di bagian kanannja Sin-siang (minister)

Thio Pang Tjhiang, di bagian kirinja Pir.g-Pow

Siangsi (minister perang) Ong Tok. sementara

d.'samping itu Yoe-koen Touw-tok (Generaai) Thio

Tjoen. Ketiga pembesar itu jang mendapat tugas

lakukan udjian.

Sebentaar datang mengadap Siauw Liang Ong

(Radja muda) Tjha Koei, turunan dari Radja-muda

Tjha Eng, jan
Tio Khong In.

Siauw Liang Ong bertempat di Lam-ling,

sebenarnja bagi ia tidak perlu lagi ikut merebut

gelaran Boe Tjonggoan, sebab sudah tjukup kaja
mulia. Tetapi dasar orangnja gila hormat dan gila

angkat, maka ia datang djuga di Kota-radja, ingin

merebut pangkat atau gelaran i tu, jang sebenarnja

djauh lebih rendah dari gelarannja sendiri.

VI

Waktu ia berangkat dari Lam-ling bersama

berapa pengikutnja, ditengah djalan, di

pegunungan Taij-hing, telah dipegat oleh

rombongan perampok jang dikapalakan oleh Ong

Sian. Siauw Liang Ong kena diringkus, tetapi

setelah mengetahui bahua korban itu adaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

48

turunannja Tjha Eng, telah dilepaskan lagi, bahkan

diberi kehormatan.

Dalam pembitjaraan mereka Tjha Koei mufakat

untuk berserikat kepada itu kepala rampok jang

banjak hulubalangnja. Djika nanti Tjha Koei dapat

rebut pangkat Boe-Tjong-goan, ia akan tjari

berhubungan kepada banjak orang jang bisa

dipakai mendjadi kakitangan guna terbitkan huru
hara di Kota-radja.

Dari luar nanti Ong Sian bersama kawannja

menjerbu masuk, sementara Tjha Koei akan

menjambut dari dalam. Keisar dikasih turun,

sementara Tjha Koei dinobatkan mendjadi kaisar,

Ong Sian dan kawan-kawannja akan diberi

kedudukan jang tinggi.

Tetapi diluar tahunja Tjha Koei, Ong Sian

bersama Koen-soenja, Ting Boe, telah berdamai.

begitu pemberontakan jang dirantjang itu selesai,

Tjha Koei akan diguling dan Ong Sian jang bakal

ganti kedudukannja sebagai orang jang dipertuan.

Tetapi Tjha Koei tidak dapat tahu dan tidak

mengarti, maka ia telah merasa girang dengan itu

perdjandjian jang diadakan kepada kepala begal.

Dari itu setelah sampai di Kota-radja, ia tempel

orang-orang jang dirasa penting dan mudah

diadjak sekongkol. Diantara orang-orang jang telah

diberi suapan adalah Thio Pang Tjhiang, Ong Tok

dan Thio Tjoen.

Maka tiga orang ini berkerdja dengan segala daja

buat bikin supaja Tjha Koei dapatkan djabatan itu.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

49

Tjha Koei sendiri telah hitung dengan pasti,

nistjaja ialah jang bakal dapat rebut itu pangkat,

karena bila para pengusaha (examinatoren) telah

sepekat kasih itu pangkat padanja, siapatah jang

berani rintangi.

Ketiga pembesar itu pun dengan setjara sama
sama telah bertahukan kepada Tjong Goan-swee,

supaja gelaran Boe Tjong-goan itu diberikan

kepada Tjha Koei dengan 1001 alasan.

Tetapi Tjong Goan-swee tidak kata satu apa itu

ketiga pembesar boleh pudji setinggi langit

kepandaiannja Tjha Koei. hanja Tjong Tik tidak

ambil pusing. Ia tahu ketiga orang itu nistjaja

sudah dapat gula dari Siauw Liang Ong% maka

senantiasa giat dan ingin berikan gelaran itu

kepadanja, malah kalau bisa iaorang ingin dengan

tidak bikin udjian atau upatjara pula. Tetapi

lantaran sudah djadi kebiasaan dan pula sudah

diumumkan, maka udjian itu dibikin djuga,

hanjalah, iaorang nanti bikin supaja Tjha Koei

seorang iang dianggap paling tjakap biarpun ada

pula lain-lain pemuda jang lebih tjakap dan lebih

bisa.

Tjong Tik Goan-swee sudah hitung-hitung

bagaimana harus berbuat bila nanti ada lain

pemuda jang lebih pintar dari Siauw Liang Ong.

Buat musuhi dengan terang-terangan kepada itu

tiga pembesar. Tjong Tik pun keder, sebab

pengaruh mereka tidak ketjil diantara pembesar

jang lain, dan mereka pun punja banjak kaki

tangan.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

50

Maka tatkala pagi itu semua pembesar telah

berduduk dan silahkan orang-orang jang ingin

ambil udjian berdjedjer di sekitar lapangan, terlebih

dahulu mereka jang mendapat surat pudjian

diperkenankan kundjungi panggung untuk

perkenalkan diri kepada djuru pengudji.

Mula-mula Siauw Liang Ong naik dipanggung.

Merasa dirinja bergelar Radja-muda, ia tak mau

berlulut dihadapan para pembesar itu.

Tjong Tik jang ingin tindas kesombongannja

Siauw Liang Ong didepan umum dan buat kasih

lihat bahua ia bukannja orang jang gampang

dipengaruhi dengan harta-benda atau pengaruh,

lalu tegur itu Radja-muda sembari kata :

"Tjha Koei. dalam kedudukan sebagai sekarang

ini, dimata undang-undang negeri kamu ada

rahajat biasa, sebab kamu ikut merebut udjian Boe

Tjong-goan, maka haruslah kamu pun berlutut

dihadapan kitaorang. Djika kamu tidak mau

lakukan itu adat kebiasaan. Kita-orang tidak bisa

terima kamu sebagai satu antara orang jang ikut

ambil udjian"

Tjha Koei terpaksa berlutut dengan perasaan

mendongkol.

Kemudian di ikuti oleh Gak Hoei. karena pemuda

ini ada dipudjikan oleh berapa pembesar negeri.

Suratsurat pudjian jang dibawa olehnja diterimakan

kepada Tjong Goan-swee, siapa lalu berikan itu

kepada Thio Pang Tjhiang. Dan oleh ia ini sesudah

diperiksa lantas diserahkan kepada jang lain-lain.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

51

Sekarang tiga pembesar jang sudah terima uang

suap dari Siauw Liang Ong itu mengarti, bahua Gak

Hoei ada mendjadi saingan jang terberat dari Siauw

Liang Ong. Djuga diliat dari sikapnja, saingan itu

ada berbahaja. Dari gerak-gerakannja Tjong Goan

Swee, mereka pun dapat lihat bahua pembesar

tertinggi itu tjondong kepada Gak Hoei.

Akan tetapi Thio Pang Tjhiang jang merasa

kedudukannja sampai kuat, tidak mau putus asa,

lalu ia tanjak Gak Hoei melit-melit, asal-usulnja,

peladjarannja dan lain-lain lagi. Sesudah itu laiu ia

kata :

"Kamu terniata belum tjukup peladjarannja, buat

bisa menempuh udjian ini kali, seharusnja kau kudu

berladjar lebih landjut."

Buat bikin supaja Gak Hoei tidak djadi keder,

Tjong Goan Swee bilang :

"Menurut kejakinanku, ia ada sampai tjukup

kepandaian, ternjata dari surat-surat jang ia

bawak. ada tiga pembesar negeri jang memberikan

surat pudjian padanja. Lagipula kitaorang belum

tahu bagaimana eandidaat-eandidaat jang lain.?
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena pertjaja bahua Siauw Liang Ong ada

tjukup pandai silatnja, Thio Pang Tjhiang

menitahkan supaja mereka berdua bergiliran kasih

liat kepandaiannja di-bawah panggung.

Terlebih dahulu Siauw Liang Ong mainkan

gegaman golok. Penonton saksikan satuGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

52

pertundjukkan jang bagus djuga, hingga dapat

sambutan dari seluruh lapangan.

Lalu gilirannja Gak Hoei. ia mainkan tumbaknja

tidak kalah bagusnja dengan pertundjukkan jang

diberikan oleh Siauw Liang Ong, maka kembali dari

seluruh lapangan disambut dengan tepukan

tangan.

Segera mereka dititahkan memanah. Thio Pang

Tjhiang jang ketahui bahua Tjha Koei tidak ada itu

kepandaian, silahkan Gak Hoei tjoba

kepandaiannja, dan titahkan pengawalnja pasang

bundaran dalam djarak 250 tindak, dengan dugaan

itu pemuda tak nanti mampu toblosi itu bunderan.

Ia memberi titah Gak Hoei lepaskan 7 panah

beruntun.

Ternjata dugaannja Thio Pang Tjhiang melesetr

tudjuh panah jang dilepas pemuda itu semuanja

mengenai titik hitam jang berada di bundaran itu.

Panah tudjuh itu tergolong mendjadi satu seolah
olah digabung. Penonton seluruh lapangan

memberi pudjian dengan tepukan dan surakar:

gemuruh.

Thio Pang Tjhiang dan kawannja tidak duga sama

sekali, begitupula Tjha Koei, maka setelah

mengetahui apa jang terdjadi itu, mereka merasa

bahua buat rebut itu gelaran harus didapat satu

daja supaja Gak Hoei mau mengalah.

Thio Pang Tjhiang panggil Gak Hoei mengadap

dan padanja ia menanjak, apa ia berani diadu untuk

melawan Siauw Liang Ong.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

53

Pemuda itu menjaut, djika dititahkan oleh

pembesar tentu sadja ia tidak berani menolak.

Begitulah mereka lalu turun dilapangan pula.

Mereka naiki kudanja masing-masing, kemudian

madju ditengah lapangan, setelah berdekatan Tjha

Koei membudjuk Gak Hoei dengan bilang :

"Tuan, padamu aku mau madjukan usul.

Mengenai ini udjian baiklah kamu mengalah kasih

aku madju dimuka, djika kau menurut, aku akan

berikan kau kedudukan baik, aku sedia untuk

memberikan kau uang mas, sutera-sutera dan lain
lain pula sehingga kau tidak usah merasa rugi"

"Terima kasih, Ong-ya, tetapi aku tidak bisa

terima usul itu, bukan lantaran aku pandang itu

pemberian terlalu sedikit, hanja kau harus

mengarti, udjian ini ada penting sekali bagai kita
orang dari golongan rahajat biasa agar dapat

kedudukan jang genah dan agar memberi dorongan

kepada mereka untuk mengedjer kepandaian.

Tetapi bagai kau, pangkat atau udjian ini tidak ada

artinja. Kau sudah dapat kedudukan sebagai Radja
muda, dimata rahajat kau sudah mendjadi orang

jang dipertuan, maka seharusnja kaulah djangan

merebut ini udjian jang sebenarnja ada djauh.

Lebih rendah dari kedudukan Radja-muda. Kau

harus kasih kans kita orang, tetapi dengan ikutnja

kau dalam udjian ini, kau djadi menghalang-halangi

kita. Inilah tidak baik."

Siauw Liang Ong bukan djadi insjaf bahkan

mendjadi gusar. Lalu angkat goloknja dan serangGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

54

Gak Hoei. Pemuda ini gunakan tipu jang dinamakan

Tong-tjoe Phao sim-sie, jalab sekedar mendjaga

sadja, semua pukulan dari Tjha Koei dapat

ditangkis.

Gak Hoei lantas dapat tahu kepandaiannja Siauw

Liang Ong sampai dimana. Djika ia mau dengan

sekali gebrak Siauw Liang Ong dapat dirobohkan,

tetapi ia masih ingin lindungi itu Radja-muda supaja

tidak ilang muka di tempat umum.

Sajang Siauw Liang Ong tidak mengarti maksud

lawannja, malah ia kira itu pemuda tiak bisa

menjerang, hanja bisa mendjaga sadja. Maka

semangkin seruh ia lakukan serangannja, tetapi

selalu tinggal sia-sia.

Sesudah dari atas pangung diberi tanda, lalu

mereka mengadap pula kepada mereka.

Baik Tjha Koei maupun Thio Pang Tjhiang dan

kawan-kawannja, kira kepandaiannja Gak Hoei

melainkan sebegitu sadja, belum bisa tandingi

Siauw Liang Ong, maka mereka tidak, taro mata.

Begitu mereka sudah berada diatas panggung.

Thio Pang Tjhiang segera buka mulut:

"He, Gak Hoei, kepinteranmu hanja begitu sadja,

en toch kamu berani datang di Kota-radja untuk

menempuh udjian. Aku lihat kamu melainkan

sanggup menangkis serangannja Siauw Liang Ong,

dengan pengartian itu lebih baik kamu kembali ke

desamu"GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

55

"Sri paduka, lantaran saja merasa ada perbedaan

tingkatan antara saja dan Siau Liang Ong maka saja

tidak berani sembarangan gunakan sendjata, sebab

djika salah tangan, mungkin saja mendapat salah

besar, hingga bukannja mendapat gelaran atau

pangkat, hanja saja bisa beroleh hukuman. Dari itu

djika sri paduka sungguh-sungguh mau aduh

antara saja dan Siauw Ling Ong, baiklah, akan

tetapi saja mohon dibikin satu perdjandjian, djika

salah satu binasa, haruslah djangan dipandang

sebagai kedjahatan dan tidak harus didjatuhi

hukuman, hanja demikian sadja saja berani

bertempur lawan Siauw Liang Ong "

Tjong Goan swee njatakan bahua itulah ada

djalan jang baik.

Thio Pang Tjhiang njatakan setudju, pun Siauw

Liang Ong sendiri tidak keberatan.

Lalu iaorang masing-masing menulis, mengakuh

dengan suka sendiri aduh sendjata bila kena

dibunuh oleh lawannja, tidak mendjadi tanggung
djawabnja sang lawan lagi, sebab masing-masing

sudah ichlas. Lalu surat perdjandjian itu ditandai

tangan.

Surat jang ditulis oleh Gak Hoei diserahkan

kepada Siauw Liang Ong, sementara suratnja

Radja-muda itu dikasih kepada Gak Hoei.

Siauw Liang Ong lalu berikan surat itu kepada

Thio Pang Tjhiang agar disimpannja, sedang Gak

Hoei samperi medjanja Tjong Goan-swee dan

mohon supaja surat itu diterima.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

56

Tetapi Tjong Gwan-swee jang dalam hal ini tidak

ingin kena getahnja bila di hari nanti ada terdjadi

satu dan lain hal, telah menolak.

Gak Hoei segera turun dari panggung, samperi

saudara-saudara angkatnja, jang menanti di bawah

panggung. Kepada mereka pemuda itu tjeritakan

tentang perdjandjiannja kepada Siauw Liang Ong,

kemudian ia sambung perkataannja begini.

"Saudara-saudara, kalau andai kata aku kena

dibunuh oleh Tjha Koei, bawaklah majatku kedesa

dan kubur disana baik-baik, kau tidak usah merasa

sakit hati. Tetapi bila aku dapat robohkan Tjha Koei

nistjaja bakal gaduh besar. Maka aku harap Thung

Hian-tee simpan baik-baik ini surat perdjandjian,

dan kau harus mendjaga disebelah panggung

bagian kanan dimana kau lihat disitu ada tenda dari

orang-orangnja Tjha Koei. Djika iaorang lihat Tjha

Koei binasa, tentu iaorang menjerbu dan krubuti

aku, maka Goe Hian-tee harus membantu. Ong

Hian-tee bersama Thio Hian-tee harus mendjaga di

bagian panggung kiri, dimana ada lain tenda jang

kelihatannja ada orang-orangnja Thio Pang Tjhiang

komplot dari Tjha Koei. Kau orang harus awasi

gerak-gerik mereka, kalau perlu harus turun

tangan djangan sampai terlampau kasep"

Habis pesan demikian Gak Hoei kembali pula ke

tengah lapangan, dimana ia menanti

kedatangannja Tjha Koei jang masih kasak-kusuk

kepada Thio Pang Tjhiang. kemudian kepada orang
orangnja.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

57

Begitu berhadapan, lagi sekali Tjha Koei

membudjuk pula, tetapi lagi sekali Gak Hoei

tetapkan perkataannja bahua ia tidak bisa mundur

pula, sebab disitu ada tergantung nasibnja nanti.

Radja-muda itu angkat goloknja dan rnenjerang.

Gak Hoei ambil sikap menangkis, dan ini berdjalan

berapa menit lamanja. Semingkin lama kelihatan

Tjha Koei semingkin sengit, maka disini Gak Hoei

lalu bilang :

"Tjha Koei, sebegitu lama aku mengambil sikap

mengalah, tetapi kau kelihatan tidak mendusin dan

bahkan tidak kenal diri pula, maka djanganlah kau

menjesal djika sekarang aku sungguh-sungguh

bertempur padamu "

Mendengar itu perkataan Tjha Koei meluap

darahnja.

"O, anak pedjadjaran, anak desa, setan alas, kau

berani sebut namaku sadja, kau kira kedudukanmu

sudah terlalu tinggi "

"Bukan aku merasa terlalu tinggi, tetapi kau

sendiri jang tidak ingin orang taro indah. Kau sudah
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diberi makan diatas medja dengan makanan jang

sedap enak, tetapi kau masih ingin gegares tulang

dibawah medja. Pada orang demikian siapatah jang

ingin taro indah ?" kata pula Gak Hoei.

Radja-muda itu sebagai dibakar mukanja. Lalu ia

menjerang lebih sengit. Tetapi semua serangan itu

dapat ditangkis. Seperti sudah dinjatakan terlebih

dahulu, begitulah kali ini Gak Hoei tidak main-mainGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

58

pula. Maka begitu ia sudah kasih liwat berapa

serangan lawannja, dengan segera ia kasih kerdja

tumbaknja. Ini sendjata telah menjamber tjepat

sebagai kilat dibadannja Tjha Koei, siapa lalu

menjerit dan terbanting ditanah dengan sekali

kerdja tumbaknja Gak Hoei telah menantjep

didadanja itu Radja-muda.

Meliat tuannja telan binasa orang-orangnja Tjha

Koei lalu sama bersiap, tetapi sebelum mereka

menjerbu Goe Koo Thung Hoay telah menjelak

diantara mereka sembari kata :

"Awas, siapa jang tjoba membela orang jang

tidak tahu diri, aku nanti bikin tidak bernjawa pula!"

Meliat sikapnja itu dua pemuda jang gagah dan

badannja jang tegap, orang-orangnja Siauw Liang

Ong tak berani turun tangan.

Djuga di lain tenda orang-orangnja Thio Pang

Tjhiang jang sudah dikasih pesanan tidak berani

tjampur tangan, berkat ketangkasannja Ong Koei

dan Thio Hian jang telah memberi peringatan

kepadanja untuk djangan bergerak.

Tetapi Thio Pang Tjhiang tentu sadja tidak mau

berhenti sampai disitu, lalu ia memberi titah kepada

pengawalnja ikat Gak Hoei dan beri hukuman

bunuh.

Dua algodja segera turun dari panggung,

samperi Gak Hoei, kasih tanda supaja menjerah. Ini

pemuda jang merasa dirinja bersih, tidak mau

melawan.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

59

Lalu ia dibawa kebawah panggung untuk menanti

titahnja Thio Pang Tjhiang lebih djauh. Ini

pembesar mata duitan, beri tanda supaja algodja

panggal kepalanja Gak Hoei.

"Itu tidak bisa, mereka sudah saling berdjandji

buat tidak tarik wet negeri djika terdjadi ketjilakaan

kenapa sekarang mendadak Thio Taydjin mau

bunuh Gak Hoei?" kata Tjong Gwan-swee.

"Biarpun demikian, Tjong Goan-swee djangan

lupa bahua Siauw Liang Ong ada orang bangsawan,

tidak boleh sembarangan sadja dibunuh dengan

tidak hukum si pembunuh itu," membantah Thio

Pang Tjhiang.

"Thio Tay-djin salah duakali," kata Tjong Tik

"selainnja mereka sudah bikin surat perdjandjian,

dengan beri hukuman pada orang jang tidak

bersalah, nistjaja akan membikin semua kandidaat

djadi tidak merasa puas dan mereka bisa terbitkan

kegaduhan"

Sedangnja Thio Pang Tjhiang bertengkar pada

Tjong Gwan-Swee, dibawah panggung Goe Koo

telah bikin ribut dengan ajun sendjatanja, robohkan

bendera jang ada disampiug panggung, kemudian

bertreak dengan suara keras :

"Ajolah kita bunuh pembesar jang tidak adil, jang

terima suapan buat eloni orang jang sudah terang

bersalah. Kalau kita tidak beri hadjaran. nistjaja

dunia akan kalut dan orang tidak bisa mendapat d

jabatan setjara genah"GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

60

Ong Koei, Thio Hian dan Thung Hoay bertreak
treak, memaki dan mengutuk Thio Pang Tjhiang

dan kawan-kawannja, disambut oleh pemuda
pemuda jang merasa ketjewa dengan terdjadinja

itu insiden. Maka seluruh lapangan djadi gaduh.

Meliat keadaan telah kalut dan suasana djadi

berbahaja bagi dirinja. barulah Thio Pang Tjhiang

mau mengarti, lalu ia minta supaja Tjong Tik bitjara

kepada orang banjak, supaja keadaan djadi tenang

lagi.

"Kalau tadi Thio Tay-djin tidak ambil tindakan

gegabah, nistjaja hal seperti sekarang ini tidak

terdjadi," kata Tjong Tik, siapa lalu berdiri diatas

panggung dan mengadap kepada orang banjak,

dengan perkataan sabar ia nasehati agar orang
orang itu berlaku tentang, ia berdjandji akan

berusaha buat ulangkan pula soal udjian Boe Tjong
goan itu di lain hari. Karena dalam keadaan sebagai

sekarang ini ternjata sudah katjau "

Orang banjak mulai diam.

Itu ketika telah digunakan oleh saudara-saudara

angkatnja Gak Hoei guna lepaskan ia dari ikatan,

bawakan lagi kuda tunggangannja kemudian

mereka berlima lalu tinggalkan lapangan.

Mereka menudju ke rumah penginapan, ambil

bawakannja masing-masing dan bajar uang

sewanja. Dari sini iaorang menudju ke aedungnja

Tjong Goan-swee, satu per satu turun dari kudanja,

siapa lantas sama bongkokan badannja di hadapanGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

61

gedung itu. Lantas iaorang menudju ke pintu kota

sebelah Timur untuk kembali ke dusunnja"

VII

Setelah keadaan di lapangan sudah reda, Thio

Pang Tjhiang dan kawan-kawannja baru tinggalkan

itu tempat dan menudju ke astana keizar. Kepada

itu djundjungan iaorang tjeritakan tentang

dibunuhnja Siauw Liang Ong oleh Gak Hoei.

Kawanan dorna itu sengadja karang tjerita bahua

Gak Hoei adalah orang jang termasuk komplotnja

Tjong Tik.

Jang menuturkan tjerita itu adalah Ong Tok,

kemudian dibenarkan oleh Thio Pang Tjhiang. Dan

lantaran ada ini kedjadian mereka bilang, udjian itu

djadi gagal.

Lantaran dihasut oleh kawanan dorna itu, keisar

djadi gusar, turunkan pangkatnja Tjong Tik dan

untuk sementara waktu tak boleh mengadap

kepada keisar.

Besluit (singtji) itu lalu dikirim ke gedungnja

Tjong Tik.

Ini Goan-swee terima itu besluit dengan adam

sadja, ia tidak menjesal, karena ia tahu atas

pengaduan siapa besluit itu dikeluarkan.

Sesudah itu utusan keisar berlalu, segera Tjong

Tik titahkan orangnja pasang kuda, bawak satu

buntelan pakaian dan dengan orangGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

62

kepertjajaannja, Tjong Goan-swee segera

mengedjar Gak Hoei dan kawannja.

Waktu orang kepertjajaan itu menanjak, kenapa

itu pembesar begitu perlu susul anak-anak muda

tersebut, Tjong Goan Swee mendjawab, pemuda
pemuda itu ada kans djadi tiangnja negeri, dan

orang-orang jang begini sukar ditjari, maka ia

harus ketemui mereka untuk memberi semangat

kepadanja agar mereka tidak merasa ketjewa atas

kedjadian hari ini.

Dengan setjepat-tjepatnja Tjong Goan-swee

bedal kudanja. Setelah melalui berapa djam, achir
achir pemuda-pemuda itu telah ketjandak d juga.

laorang sedang mengasoh dipinggir dialan. Maka

tatkala iaorang tahu kedatangannja Tjong Gwan
swee, buru-iaorang sama memberi hormat dan

raintak maal jang mereka telah pergi tanpa

pamitan.

Dengan tersenjum Tjong Goan-swee

mendjawab, bahua itu semua ia tidak ambil

menjesal, malah ia andjuri supaja kawanan

pemuda itu terus menanti sampai di lain ketika bila

nanti ada pula udjian sebagai itu.

Banjak lagi perkataan-perkataan baik jang

Goanswee berikan kepada kawanan pemuda tadi.

Sesudah mereka bertjakap-tjakap tjukup lama.

Tjong Goan-swee lalu serahkan kepada Gak Hoei

seperangkat pakaian perang tersulam indah.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

63

Gak Hoei sambut pemberian itu dengan

pernjataan terima kasih.

Begitulah mereka lantas berpisah.

Tjong Goan-swee kembali pula ka Kota-radja.

sedang Gak Hoei dan saudara-saudaranja

melandjutkan perdjalanannja.

Waktu iaorang hampir sampai dusun Tjiauw
hongtien, mendadak Ong Koei mendapat sakit. Lalu

iaorang menginap di sala-satu rumah penginapan

didusun itu untuk menanti sehingga Ong Koei djadi

sembuh.

Biarlah kita tunda dahulu mengenai Ong Koei dan

saudara angkatnja.

Sekarang marilah kita kembali pula kepada

kawanan begal Ong Sian jang telah bersepekat

kepada Siauw Liang Ong.

Mata-matanja itu kepala brandal lalu memberi

lapuran kepada madjikannja tentang dibunuhnja

Tjha Koei dan dischorsnja Tjong Tik.

Warta tadi telah membikin kawanan brandal itu

merasa girang, sebab dengan dischorsnja Tjong Tik

di Kota-radja tidak ada pula panglima jang tjakap

untuk menahan terdjangannja. Maka setelah

berapa hari lakukan persiapan kawanan brandal itu

lalu berdujundujun menudju ke Kota-radja.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terpisah beberapa li dari kota mereka berdirikan

kubu-kubu.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

64

Kedatangannja itu kawanan brandal segera

djuga diketahui oleh pendjaga kota, siapa lalu

bertahukan itu kepada Baginda Kaisar.

Jang dipertuan lantas panggil bersidang menteri
menterinja.

Baginda menanjak, siapa diantara mereka jang

sanggup melawan kepada kawanan brandal itu.

Tidak ada satu dari mereka jang buka mulut,

sebab mereka hanja kawanan budak, jang pandai

berkata-kata, tetapi tak pandai berbuat.

Baginda Kaisar djadi mendongkol sekali.

"Kini negeri berada didalam bahaja, kenapa

diantara kamu orang tidak ada satu jang madjukan

usul atau berdaja bagaimana harus hindarkan

bentjana ini?" Menanjak keisar Song Hoei Tjong.

Satu menteri nama Lie Kong madju sembari kata

:

"Djika ini masa masih ada Tjong Tik Goan-swee

nistjaja semua perkara djadi beres, sebab ia bisa

tangani. Tetapi Tjong Goan-swee telah disehorst,

maka haruslah orang jang djadi bijangkladi dari

sehorsing

itu jang bertanggung-djawab. Pihe (Seri

Baginda) baiklah titahkan orang itu pimpin pasukan

guna lawan itu kawanan brandal .

Sebelumnja Kaisar mendjawab Thio Pang Tjhiang

jang takut dirinja akan diwadjibkan pimpin

pasukan, buru-buru madju sembari kata :GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

65

"Pihe. orang jang djadi bijangkladi dari

dischorsnja Tjong Tik, adalah Ong Tok, maka ialah

jang tanggung-djawab."

"Hamba bukannja tidak mau pikul tanggungan,

hanjalah hamba tidak ada kemampuhan untuk

djadi panglima perang," kata Ong Tok sebelum

kaisar memberi titah.

Melihat sana sini menteri-menterinja tidak ada

jang berani pikul tanggungan, Song Hoei Tjong

djadi semingkin gusar.

"Kalau kamu orang hanja bisa bitjara sadja,

tetapi tidak ada satu jang sanggup menolong

negeri, sedangrja negeri ada didalam bahaja, ada

apatah gunanja kamu berkerdja disini?" Kata keisar

sembari gebrak medja.

"Hamba usulkan buat pekerdjaan kembali Tjong

Tik kedalam djabatannja jang lama, tetapi orang

jang bertanggung-djawab dengan dischorstnja

Tjong Tik haruslah diberi hukuman," kata pula Lie

Kong jang sebisa-bisa ingin djebloskan Thio Pang

Tjhiang dan kawannja kedalam neraka dunia.

Tetapi ini kepala dorna litjin sekali, sebelum keisar

menegas dan sebelum orang tuding dirinja, ia lebih

dahulu sudah madju pula dengan usulnja.

"Orang jang djadi bijangkladi dari dischorsnja

Tjong Tik adalah Ong Tok, maka untuk sementara

ini baiklah Baginda masukan ia kedalam pendjara,

kemudian kita lihat pula di lain hari, kalau Ong Tok

ada djasa, biarlah ia tebus pula dosanja."GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

66

Thio Pang Tjhiang sengadja dorong dirinja Ong

Tok, ia nanti berdaja guna menolongnja, dan

dengan berbuat demikian ia kelihatan bersih.

Kaisar mufakat, lalu beri titah itu saat djuga

masukan Ong Tok kedalam bui.

Lalu kaisar perintah membawa firman angkat

kembali Tjong Tik kedalam djabatannja jang lama

sebagai Goan-swee.

Besoknja Tjong Tik datang mengadap ke

singgasana.

Dalam sabdanja kaisar bilang, bahua kini ia

angkat pula Tjong Tik kedalam djabatannja jang

lama, ia harap supaja itu panglima bekerdja

sungguh-sungguh untuk menolong negeri dari

serangannja kawanan brandal. Kaisar lalu tanjak

kepada Thio Pang Tjhiang berapa banjak tentara

jang sekiranja setimpal untuk tempur itu kawanan

bangsat.

Thio Pang Tjhiang jang sangat membentji Tjong

Tik dapat pula djalan untuk pasang randjaunja, lalu

mendjawab : "Lima ribu tentara sudah tjukup."

Lie Kong membantah :"Lima ribu terlalu sedikit,

menurut apa jang hamba dengar djumlahnja

kawanan brandal itu lebih kurang 50.000 orang,

maka bagaimana Sinsiang mau suruh Tjong Goan
swee pimpin satu pasukan jang begitu ketjil buat

pukul kawanan brandal jang besar djumlahnja. Ini

terang Sinsiang mau bikin Tjong Goan-swee

tjelaka"GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

67

"Bukan begitu," membantah Thio Pang

Tjhiang,"menurut kabar jang hamba terima

djumlahnja pasukan brandal itu kira-kira sadja

10.000 djiwa. Tetapi pasukan brandal bukan

pasukan jang teratur, maka dengan pasukan 5.000

hamba anggap sudah tjukup guna gempur itu

kawanan, lebih banjak tentara hamba kira tidak ada

guna, hanja berarti sia-siakan tenaga sadja."

Thio Pang Tjhiang memang sengadja bikin

seketjilketjilnja djumlah pasukan brandal, supaja

Tjong Tik tidak membawa pasukan lebih besar,

dengan demikian ia mudah binasa dimedan perang.

Kaisar jang lebih pertjaja kepada Thio Pang

Tjhiang njatakan setudju, maka ia titahkan Tjong

Tik bawak 5.000 serdadu guna terdjang barisan

brandal.

Baik Tjong Tik maupun Lie Kong tidak kata satu

apa, hanja setelah sidang bubar, di depan astana

mereka bitjara satu sama lain demikian :

"Seri Baginda pertjaja sadja kepada Thio Pang

Tjhiang, inilah berarti Goan-swee sebagai

dimasukan dimulut matian," kata Lie Kong.

"Apa-boleh-buat. saja serahkan sadja nasibku

kepada Thian," djawab Tjong Tik.

Besoknja Tjong Goan-swee pimpin pasukannja

menudju ke djurusan Selatan, sesampainja

ditandjakan iang dinamakan Bow-too-kong, ia

berdirikan kubukubunja. Dari atas tandjakan iniGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

68

orang bisa memandang kubu-kubunja pasukan

brandal jang pandjangnja berlerot-lerot.

Kedatangannja pasukan kaisar itu dapat djuga

diketahui oleh Ong Sian, siapa lantas berunding

pada kawan-kawannja.

Waktu mata-mata brandal bertahukan bahua

besarnja pasukan kaisar hanja 5.000 sadja dan

dipimpin oleh Tjong Tik sendiri bersama anaknja,

pahlawan brandal jang bernama Tian Kie lalu

tertawa

"Si tua bangka Tjong Tik rupanja tjari kematian,

maka ia hanja datang berdua sadja. Kita tidak usah

menjerang, tungguh sadja disini, nistjaja ia akan

datang tjari penggebuk sendiri," kata itu pahlawan.

Apa jang diduga oleh itu brandal tidak salah.

Tjong Tik memang sengadja tjari bentjana,

lantaran ia gemes sekali kepada Thio Pang Tjhiang.

Maka dua hari kemudian lalu bertahukan kepada

anaknja, Tjong Hong, bahua ia ingin menjerang

ketangsi musuh dengan seorang diri.

"Kenapa ajahku begitu nekat?" tanjak Tjong

Hong dengan heran.

"Sebab Seri Baginda lebih pertjaja kepada

kawanan dorna, maka dari pada aku hidup terlebih

baik aku binasa," djawab Tjong Tik.

"Ajahku salah, kalau Baginda lebih pertjaja

kepada mereka, buat apa kita belah kepadanja.

Lebih baik kita antapi sadja," kata sang anak.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

69

"Itulah tidak harus, bertahun-tahun kita telah

makan gadjih negeri, masalah kita tega hati lihat

negeri didalam bentjana," membantah ajahnja.

"Betul, tetapi djika negeri tidak hargakan tenaga

kita, apa harus kita bela mati-matian? Menurut

pendapatku. ajah tidak benar dengan berbuat

seperti sekarang ini"

Tetapi Tjong Tik tidak mau mengarti, ia bentak

anaknja, hingga Tjong Hong tak berani bitjara pula.

Lalu ia selai kudanja, dengan sebatang tumbak dan

naik kuda tunggangnja ia madju ke tangsi musuh.

Dapat lihat ada panglima tua seorang diri madju

ke barisannja. pasukan brandal lalu kurung

padanja. Maski demikian tidak seorang bisa dekati

itu panglima, karena begitu orang madju, begitu

lekas djuga tumbaknja dikasih kerdja, hingga

bukan sedikit serdadu brandal jang luka dan binasa.

Ong Sian setelah dikasih tahu ini kedjadian lalu

titahkan panglima-panglimanja sebisa-bisa

tangkap hidup Tjong Tik, dengan pengharapa?! itu

panglima tua nanti mau berkawan padanja.

Disitu Tjong Tik dikurung, maski begimana djuga

ia tjoba menerdjang tidak djuga bisa lepaskan diri.

Ini panglima memang sengadja tjari kematian,

tetapi terlebih dahulu ia ingin bisa binasakan

sebanjak bisa panglima musuh. Hanja fihak brandal

tidak mau melawan dengan sungguh hati, mereka

melawan bergiliran, maka tenaganja Tjong Tik

makin lama makin pajah.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

70

VIII
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kita kembali pula kepada Gak Hoei dan kawan
kawannja.

Setelah liwat berapa hari, Ong Koei mulai

sembuh dari sakitnja. Ia djalan-djalan kesekitarnja

rumah penginapan, untuk bikin pergerakan badan.

Mendadak ia lihat eigenaar rumah makan itu

bersama anak isterinja djadi ripuh setelah bitjara
bitjara seketika lamanja kepada sebelah tangganja.

Ong Koei lalu menanjak apa jang mendjadikan

sebab mereka gelisah.

Pemilik rumah makan tadi bertahukan, bahua

kini Kota-radja bagian sebelah Kidul sedang

dikurung oleh pasukan brandal Tay-hing-san jang

besar djumlahnja, sementara fihak negeri tak ada

seorang jang boleh diandalkan, maka banjak anak

negeri dari Kota-radja mengungsi ke lain tempat,

antara ke pedusunan Tjiauwhong-tien. Tetapi

penduduk di Tjiauw-hong-tien sendiri telah merasa

kurang sentosa, mungkin sekali kawanan brandal

itu akan menjerbu djuga dusun itu. Demikianlah

telah ada berapa penduduk jang siap mengungsi ke

lain tempat.

Mendengar itu kedjadian Ong Koei lalu masuk

pula ke dalam rumah dan bertahukan kabar itu

kepada Gak Hoei dan lain-lain saudaranja.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

71

"Djika demikian halnja, nistjaja tidak bisa lain

dari pada Tjong Goan-swee dipanggil kembali oleh

Baginda, aku selempang berhubung usianja jang

sudah landjut, Goan-swee tidak pula bisa melawan

itu kawanan brandal. Maka besok sebelum matahari

terbit aku akan berangkat ke Selatan guna serap
serapi siapa adanja panglima jang diberi tugas

melawan musuh. Djika Tjong Goan-swee, apa boleh

buat, haruslah kita membantu" kata itu Twa-koo.

Kepada pemilik rumah makan pemuda-pemuda

itu mintak disediakan bubur diwaktu sebelum

terang tanah, karena mereka akan pergi menolong

Kota-radja.

Besok sebelum fadja'r Gak Hoei dan saudara
saudaranja telah selesai bersantap. Tetapi Ong Koei

berhubung dengan kesehatannja jang belum baik

betul akan ditinggal seorang diri.

"Wah, Twako, djangan toch kau begitu tegah

tinggalkan aku sendirian disini, sedang kauorang

mau makan enak " kata Ong Koei dengan

perkataan makan enak dimaksudkan berperang,

bagai seorang jang dojan sablang-sablangan

sebagai ia, berperang itu dianggapnja satu

pekerdjaan senang, gumbira dan tidak beda dapat

undangan bersantap.

"Bukan begitu, Hiantee. Lantaran kau belum

sehat betul, maka baiklah kau berdiam disini

terlebih dahulu. Tetapi agar supaja kau d jangan

kesepihan, maka baiklah aku tinggalkan Goe

Hiantee temeni kau "GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

72

"Wah. djangan toc?n Twako begitu tegah." kata

Goe Koo dengan suara sebagai orang kepagut

ular. "Dengan berdiam disini sendirian ibarat kau

hukum aku masuk dalam bui"

"Sudahlah kau-orang djangan membantah,

bukan maksudku buat bikin kauorang merasa

kesepihan." kata lagi Gak Hoei.

Ong Koei jang sudah pikir apa-apa kasih mata

kepada Goe Koo. supaja ia djangan membantah

pula. Tetapi itu bekas kepala rampok peranginja

kasar sekali, mau tjoba membantah pula, tetapi

Ong Koei keburu bangun dari tempat duduk dan

tank tangannja sembari kata :

"Kau djangan banjak omong, nanti aku kasih kau

pekerdjaari baik, mengarti. Kalau Twakoo sudah

berangkat, aku ada apa-apa jang baik buat kau

atau buat kita."

Goe Koo dengan penasaran tidak kata ana-apa

lagi.

Gak Hoei bersama Thio Hian dan Thung Hoay

tinggalkan kamar, selai kuda-kudanja dan

berangkat, mereka ambil djalanan jang lebih dekat

menudju ke Kota-radja bagian Selatan.

Begitu Twakoonja suelah tidak ada. lantas sadja

Goe Koo menanjak :

"Kau barusan bilang mau kasih pekerdjaan baik,

apa itu?"GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

73

"Kau betul terlampau goblok, Twakoo sudah

pergi mari sekarang kita berangkat menjusul. Kita

djangan berdekatan kepadanja. Bila Twakoo

mengaduk di bagian kanan, kita hantam bagian kiri,

tahu-tahu kita-orang nanti bertemu didalam

barisan musuh. Ha. ha, apa itu tidak lebih baik?"

Kata Ong Koei.

"Ha, pikiranmu terlalu baik," memudji Goe Koo

dengan girang.

Sebentar pula iaorang sudah selahi kudanja,

kemudian bedal ka djurusan kidul djuga.

Tidak selang berapa lama Gak Hoei dan dua

saudaranja telah sampai di daerah Bouw-too-kong.

Waktu ia dapat lihat tangsinja Tjong Tik didirikan

diatas gunung, Gak Hoei golengkan kepala dan

bilang kepada kedua saudaranja :

"Aku tidak mengarti bagaimana Tjong Gwanswee

bisa dirikan kubu-kubunja ditempat begitu. Kalau

musuh kurung itu gunung, dengan tidak usah

berperang, mereka jang berdiam diatas akan mati

sendirinja".

Dengan kaburkan kuda-kudanja mereka

menudju ke atas gunung. Disitu mereka disambut

oleh Tjong Hong.

Gak Hoei tanjakan Tjong Tik dan sebab-sebabnja

panglima tua itu herdirikan tangsinja diatas

gunung.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

74

Tjong Hong bertahukan bshua nagi tadi dengan

.seorang diri sadja ajahnia telah menjerbun ke

tangsi musuh, bukan untuk berperang hanja untuk

tjari mati. Maksudnja ia dirikan tangsi diatas

gunung itu pun serupa sadja. Hal itu sudah terdjadi

lantaran ajahnja gemas sekali kepada kawanan dc
rna.

Gak Hoei hitung-hitung telah lebih dari dua djam

Tjong Tik bertempur di kalangan kawanan brandal,

maka tidak tempoh pula itu tiga pemuda tjamplak

lagi tunggangannja dan menjerbuh ke tangsi

musuh.

Di waktu mereka sampai Tjong Tik kelihatan

sudah lelah sekali. Ia sedang bertempur kepada

panglima nama Tian Kie, Thio Hian serang itu

pembantu brandal, tetapi kedatangannja disambut

oleh Ting Sing, siapa lantas berantam,

Ong Hoay mau membantu, tetapi ia dipegat oleh

lain panglima.

Kepala penjamun Ong Sian setelah dibertahukan

bahua didalam barisan telah menjerang pula

pemuda-pemuda jang gagah, tidak tempoh lagi

segera naiki kudanja akan membuktikan dengan

mata kepala sendiri.

Ong Koei dan Goe Koo jang menjusul mengaduk

di bagian belakang. Mereka menjerang

kalangkabut, banjak sekali serdadu brandal jang

luleak binasa. Dari situ iaorang menjerbuh

kemedan pertempuran. Dapat lihat Gak HoeiGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

75

sedang ajun tumbaknja untuk mendjaga

serangannja Ong Sian. Ong Koei segera berseruh :

"Twakoo kasih tumbakku berkerdja lajani ini

kepala bangsat "

Ong Sian jang sekali-kali tidak duga diserang dari

belakang, tak sempat lindungi dirinja, maka ia

terdjungkal dari kudanja dan Ong Koei lagi sekali

kasih kerdja tumbaknja untuk bikin tamat

lelakonnja Ong Sian.

Lain-lain panglima brandal. setelah dapat tahu

Twakoonja binasa, merasa keder. Thio Hian telah

dapat binasakan Ting Sing, sementara Tian Kie

kena dibikin terdjungkal oleh tumbaknja Thung

Hoay

Begitulah berapa panglima brandal telah ditamati

oleh Gak Hoei dan saudaranja.

Saksikan ini semua, kedjadian Tjong Tik merasa

kagum sekali.

Kawanan brandal jang djumlahnja lebih dari

sepuluh ribu mintak menaluk. Oleh Tjong Tik

mereka di-nasehati, djika mereka masih ada sanak

saudara, baiklah mereka kembali sadja ke desanja.

Sementara mereka jang telah tidak ada pula sanak

saudara bolehlah ikut ke Kota-radja

Sebagian dari mereka lalu bubar, kembali lagi ke

tempat masing-masing.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

76

Sesudah bermalam semalam di tangsinja Tjong

Tik, Gak Hoei dan saudara-saudaranja ikut ke Kota
radja.

Tjong Goan-swee kasih mereka menginap dalam

gedungnja, besuknja lalu ia bawak mengadap ke

astana kaisar. Mereka dititahkan menunggu di luar

pintu menanti panggilan.

Terlebih dahulu Tjong Goan-swee berdjumpah

Seri Baginda dan tuturkan pengalamanja di medan

perang.

Ia tjeritakan bila tidak ada lima pemuda itu
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nistjaja telah binasa dan mungkin pasukan brandal

itu telah madju kurung Kota-radja. Maka Tjong Tik

mohon supaja djasanja itu lima pemuda

diperingati.

Kaisar titahkan panggil Gak Hoei dan kawannja.

Pemuda itu lalu datang mengadap. Baginda senang

melihat sikap tubuh mereka jang gagah.

Kaisar akuhi djasa mereka, maka ia ingin

memberi kurnia kepadanja. Lalu ia menanjak

kepada Sin-siang Thio Pang Tjhiang, gandjaran

bagaimana harus diberikan kepada mereka.

Itu dorna mer.djawab :"Djanganlah Seri Baginda

lupa, bahua mereka itu telah bikin katjau waktu

udjian Boe Tjong-goan serta telah bunuh Siauw

Liang Ong, hingga udjian itu djadi gagal. Ini

sebenarnja ada dosa besar sekali. Maka buat ini kali

baiklah djasa mereka itu dipakai untuk menebus

elosanja itu, nanti lain kali bila mereka lakukan pulaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

77

satu dan lain djasa barulah diberi gandjaran jang

pantas."

Seri Baginda setudju, maka lalu dimahlumkan

bahua ini kali mereka dibebaskan dari dosanja,

lantaran iaorang telah membuat djasa menolong

negeri. Lain hari bila iaorang berbuat pula

pekerdjaan baik, nistjaja negeri akan memberi

kurnia.

Tjong Tik, Gak Hoei dan saudara-saudaranja

membilang banjak terima kasih.

Sesudah undur dari istana, Tjong Tik kembali

pula ke gedungnja bersama lima tjalon panglima

itu.

Disini kembali Tjong Tik njatakan menjesalnja,

bahua Baginda lebih pertjaja kepada dorna-dorna

jang pandai puter lidah dari pada orang jang setia.

Ia harap sadja pemuda-pemuda itu suka tungguh

lain ketika, sampai nanti ia dapatkan tempoh untuk

madjukan mereka.

Tidak lain Gak Hoei njatakan terima kasihnja.

Sesudah bermalam pula lima pemuda itu

memintak diri.

Dengan perasaan tidak puas mereka berangkat

menudju ke dusunnja.

Lantaran merasa senggang, mereka ambil

djalanan memutar. Tatkala iaorang liwat di

pegunungan Kangloo-san telah dipegat oleh satuGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

78

begal jang menunggang kuda membawa sebatang

tumbak dan kelihatannja masih muda remadja.

Thung Hoay madjukan kudanja.

"Kamu mau apa dengan melintang ditengah d

jalan ini " Menanja ia.

"Aku maui kudamu jang sebagus itu," kata itu

kepala begal.

"Boleh, tapi tjobalah terlebih dahulu, apa

tumbakku lebih puntul dari tumbakmu " Sembar

kata demikian Thung Hoay kasih kerdja

sendjatanja.

Mereka berhantam seruh sekali lebih dari dua

puluh djurus. Si kepala begal kelihatan pandai

djuga gunakan sendjatanja, maka Thung Hoay tak

dapat djalan bikin roboh.

Goe Koo merasa penasaran, lalu madjukan

kudanja, tetapi dari djauh telah madju djuga lain

kepala begal jang berkaok: "Kau djangan begitu

pengetjut mau krubuti saudaraku, mari kau

bertanding kepadaku"

Tumbaknja Goe Koo disambut oleh ini begal jang

baru datang.

Mereka kelihatan sama unggulnja.

Ong Koei lalu geraki kudanja, akan membela

Thung Hoay, tetapi fihak begal pun madju pula satu

kepala lain, siapa dengan segera pegat madjunja

Ong Koei.GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

79

Thio Hian tidak bisa antepi diri melihat sadja, ia

mau ambil bagian djuga dalam pertempuran itu,

tetapi kembali dari fihaknja begal djuga keluar lain

pemuda jang pegat kudanja Thio Hian.

Begitulah empat pemuda itu telah terlibat dalam

pertempuran jang heibat sekali. Tidak bisa dikata

mana jang berada difihak diatas angin.

Gak Hoei lihati sadja saudara-saudaranja

berantam. ia sendiri diam-diam pudji

ketangguhannja itu kawanan begal jang djauh lebih

baik kwaliteitnja darj orangorangnja Ong Sian.

Sesudah berpikir seketika lamanja, Gak Hoei

ambil putusan mengaduk disarangnja penjamum

itu, diatas gunung. Ia ingin tahu ada berapa banjak

kawanan begal jang sembunikan diri di Kang-loo
san.

Segera ia bedal kudanja menandjak ke atas,

tetapi dari atas gunung djustru telah turun lain

kepala begal jang menunggang kuda hitam sembari

membawa Hongthian-kek.

Begitu ia berpapas kepada Gak Hoei, ia awasi

baikbaik tampangnja, kemudian berkata :

"Saudara, kasih aku bitjara sedikit sebelum kita

saling hantam dengan sendjata. Kepadamu rasartja

aku pernah bertemua muka, tetapi tidak tahu dan

tidak ingat pula dimana, maka kalau suka

sebutkamah namamu, supsia aku dapat tahu".GAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

80

"Aku ini Gak Hoei, jang baru sadja kembali dari

Kota-radja, setelah dapatkan banjak sekali

rintangan dari kawanan derna," djawabnja.

"O, kiranja saudara jang telah membunuh Siauw

Liang Ong di lapangan Kota-radja "

"Betul, bagaimana kau bisa tahu itu "

"Aku pun baru kembali dari sana. Sekarang

biarlah kita djangan bitjarakan urusan ini, marilah

kita hentikan terlebih dahulu pertempuran saudara
saudara kita"

Lalu pemuda kepala rampok itu treaki kawan
kawannja :

"He, saudara-saudara, djangan kau-orang terus

bertempur, kita kini bertemu kepada kawan

seperdjoangan. Disinilah menunggu saudara Gak

Hoei jang baru kembali dari Kota-radja."

Mereka lantas hentikan sendjatanja masing
masing, pemuda jang bertreak itu lalu tampil

kedepan sembari kata :

"Aku ini disebut Sie Tjoan, jang ini Tio In, jang

itu Tjioe Tjhing, jang sana Kiet Tjhing. dan jang

belakangan ini Nio Hien. Kita merasa ketjewa

dengan adanja insident di Kota-radja itu, maka

dengan perasaan sangat tidak puas akan kembali,

tetapi sesampainja di ini tempat ada kawanan

brandal tjoba satroni kita, maka kita telah bunuh

mereka itu dan kita gantikan kedudukannja.

Kedudukan ini sebenarnja kita sangat tidak setudju,

sebab bukan maksud kami untuk djadi kepalaGAK HOEI 01 - KOLEKTOR E-BOOK

81

rampok, hanja lantaran keadaan di Kota-radja amat

katjau maka untuk sementara kita akan menunggu

waktu dan lihat gelagat"

Perkataan ini dibenarkan kawan-kawannja.

Mereka lalu disilahkan naik keatas gunung.

Disitu mereka makan minum. Sembari bersantap

iaorang bitjara kebarat-ketimur. Achir-achir

iaorang saling setudju buat angkat saudara sepuluh

orang. Dua tiga hari kemudian mereka bakar

sarang penjainun itu, sementara pasukan brandal

itu disilahkan bubar, dinasehati untuk djadi orang
orang baik-baik, sementara lima pemuda saudara

angkat baru itu, lalu ikut kembali ke dusun Gak
ketjung, dimana iaorang setiap hari melatih

kepandaiannja.

[ BERSAMBUNG BAGIAN II ]GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

1GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

2

GAK HOEI - 02

Diterbitkan oleh :

Toko Buku HO KIM YOE

Semarang

Gubahan:

Liong Djwan Liem

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? editing pdf Text : Andy MullGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

3

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para pecinta

Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan

pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan

buku-buku yang sudah sulit didapatkan dipasaran dari kpunahan,

dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media

diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia,maupun

kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari

kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek buku yang

bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk

teks dan dikompilasi dalam format digital sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari buku
buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

4
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

GAK HOEI

Bagian : 02

Gubahan : Liong Djwan Liem

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

__________________________________

I

Pada suatu hari negeri Kiem jang pernahnja beradadi

sebelah Utara Tiongkok, telah serbuh kota Hoei-an,

Sesudah mahlumkan pertempuran lebih dari sebulan

lamanja, pendjaga kota tersebut tidak mampu pula

menahan serangannja itu kawanan bangsa. Panglima itu

telah binasa dalam pertempuran, sementara kota itu kena

diduduki.

Dari situ kawanan bangsa Kiem segera menudju ke

kota Liang-long-kwan.

Pendjaga kota ini adalah Generaal Han Sie Tiong.

Generaal ini gagah perkasa dan pandai berperang.

Isterinja. njonja Liang Hong Giok, pun terkenal sebagai

wanita jang berani dan pandai pula gunakan sendjata.

Memang sedjak zaman dahulu, anak-anaknja panglima di

Tiongkok, baik lelaki maupun perempuan, diberi didikanGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

5

militair, maka tak heran njonja Liang Hong Giok ada


Goosebumps Bergaya Sebelum Mati 2 Dewa Arak 40 Gerombolan Singa Gurun Putri Bong Mini 01 Sepasang Pendekar

Cari Blog Ini