Ceritasilat Novel Online

Panglima Gak Hoei 2

Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem Bagian 2

keberaman hadapi peperangan.

Tatkala mereka menerima kabar bangsa Kiem serbu

kota Hoei-an, suami isteri itu telah bermufakat untuk

menangkis serangan itu. Maka tatkala musuh mendatangi

iaorang segera atur barisannja dan mahlumkan

pertempuran.

Dalam pertempuran berkali-kali untuk undurkan musuh

ternjata Han Sie Tiong tak sanggup memberi pukulan
pukulan jang membikin bangsa itu melarikan diri.

Kawanan bangsa Kiem ternjata ada tangguh dan punja

pasukan jang besar sekali, maka dalam peperangan

berkali-kali, bukannja musuh semangkin lemah padahal

fihak Tiongkok sendiri jang kurang kekuatannja.

Dalam pertempuran paling belakang Han Sie Tiong

mendapat luka, maka pendjagaan kota lalu terserah

kepada njonja Liang Hong Giok (Han Sie Tiong). Siang

malam njonja ini mendjaga kota jang diserang heibat

sekali oleh kawanan bangsa Kiem. Ia tjakap sekali

memberi perintah ini dan itu guna memperteguh

pendjagaan. maka berulang-ulang serangan musuh dapat

ditolak mundur.

Kian hari keadaan dalam kota itu kian susah, karena

rangsum dekat habis, maka Han Sie Tiong jang itu masa

mulai sembuh, telah ambil putusan guna lepaskan sadja

kota itu.

Sesudah ditimbang masak-masak, Han Sie Tiong

segera atur barisannja.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

6

Pada masa hari masih pagi sekali mereka menerdjang

kepungan musuh jang berlapis-lapis tebalnja. Generaal

Han dan njonja, barulah bisa menoblos barisan Kiem

setelah berperang mati-matian berapa djam lamanja.

Tidak sedikit serdadu Song jang binasa dalam perang itu,

karena bangsa Kiem jang biadab berani sekali bertempur.

Dengan sisa barisannja jang tidak berapa banjak Han

Sie Tiong laki-bini menudju ke Kota-radja (atau Pian-king,

sekarang Kota Kai-feng).

Kabar tentang djatohnja Hoei-an dan Liang-longkwan

itu lekas djucja sampai di Kota-radja. Baginda Khiem

Tjong lantas himpunkan menteri-menterinja.

Ini kaisar jang terlalu pertjaja kepada Thio Pang

Tjhiang, menanjak pikirannja itu orang kepertjajaan.

Thio Pang Tjhiang madjukan usul untuk angkat Lie

Kong sebagai panglima tertinggi (Tay Goan-gwee), dan

Tjong Tik sebagai Sian-hong guna tahan madjunja

musuh.

Kaisar jang senantiasa pertjaja kepada Thio Pang

Tjhiang. dengan tidak timbang-timbang pula, segera

keluarkan besluit seperti usul itu.

Setelah sidang bubar, diluar astana Lie Kong berkata

kepada Tjong Tik.

"Aku heran sekali bagaimana baginda bisa angkat diriku

satu menteri civil sebagai panglima besar. Guna tjoret
tjoret kertas aku sampai pandai, tetapi untuk mengangkat

golok, bertempur kepada musuh, itulah bukan

pekerdjaanku"GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

7

"Ja, itulah ada bisanja Thio Pang Tjhiang jang ingin

djerumuskan kita orang, maka ia usulkan sadja orang
orang jang tidak disuka olehnja."

Keduanja itu segera bikin persiapan.

Besoknja Tjong Tik kirim sala-satu orang

kepertjaiaannja datang di Thong-im-koan guna panggil

Gak Hoei dan kawan-kawannja. Dalam suratnja Tjong Tik

bertahukan tentang kesusahan negeri pada masa itu, dan

ia harap supaja Gak Hoei berserta saudara-saudara

angkatnja bisa membantu hindarkan bentjana jang

berada di depan mata.

Berapa hari kemudian orang suruhan itu telah kembali

dengan membawa kabar, bahua Gak Hoei berada didalam

sakit, saudara-saudaranja tak sampai hati untuk

tinggalkan twa-ko itu.

Mendengar kabar ini Tjong Tik mengelah napas sembari

bilang :

"Njatalah nasibnja negeri sedang buruk sekali. Dengan

tidak adanja tenaga-tenaga muda jang kita butuhkan, kita

tidak tahu pula tjara bagaimana kita melindungi negeri

ini"

Dengan hati tidak senang Tjong Tik landjutkan

persiapannja. Berapa hari lagi barisan pelopor itu sudah

selesai, Tiong Tik segera berangkat dengan dikawal oleh

puteranja.

Sekarang kita tengok pula kepada barisan musuh.

Pasukan Kiem setelah dapat rebut Liang-long-kwan.

lalu berdaja untuk seberangi sungai Kuning (Honghoo).GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

8

Bila ia telah ada di lain tepi, bolehlah dikata Kota-radja

sudah ada ditelapakan tangannja.

Pemimpin pasukan Kiem, jang disebut Kiem Goet Toet

segera titahkan orang-orangnja membuat kapal guna

seberangi sungai besar.

Masa itu sedang bulan Pee-gwee, tak kira sekali hudjan

angin telah menderu keras sekali. Hudjan beruntun turun

berapa hari, kemudian tertjampur dengan saldju. Kira

seminggu belakangan sungai Honghoo telah beku.

Setelah hal ini diketahui oleh pemimpin pasukan Kiem,

maka ia girang sekali, sebab dengan tak usah gunakan

kendaraan air, mereka bisa seberangi sungai itu. Maka

setjepat mungkin iaorang bikin persiapan dan berapa hari

belakangan pasukan Kiem jang besar djumlahnja telah

berada di lain tepi.

Lie Kong dan Tjong Tik setelah dapat tahu kedjadian ini

merasa sangat heran. Mereka tadinja berhadjat akan

pukul mereka diwaktu menjeberang, tetapi mendadak

seolah-olah alam membantu iaorang untuk liwati

kesukaran itu.

Melihat barisan musuh besar sekali, pasukan Song

telah tjopot njalinja, sebagian besar dari

serdaduserdadunja Lie Kong telah melarikan diri. Itu

Generaal bersama pembantunja, tentu sadja tidak bisa

berdaja. Sesudah berdamai pada Tjong Tik, kedua

pemimpin pasukan itu lalu tarik mundur pasukannja.

Disepandjang djalan ke Kota-radja keadaan sudah djadi

kalut sekali.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

9

Rahajat telah sama mengungsi dengan buru-buru.

Pembesar-pembesar di Kota-radja pun djadi gaduh. Lie

Kong dan Tjong Tik sesampainja di Ibu-kota segera

dipetjat djabatannja, maka mereka lantas pindah berserta

keluarganja ke lain tempat.

Kaisar tidak bisa berdaja, hanja ia beri perintah supaja

semua pembesar berlaku taat untuk belakan Kota-radja

dari serangan musuh.

Setelah pasukan Kiem tiba dan berdirikan kubukubunja

20 mijl dari Ibu-kota, baginda lalu panggil berkumpul

semua menterinja. Ia tanjak dengan djalan apa jang

paling baik ditempuh guna hadapi musuh.

Thio Pang Thjiang usulkan supaja kaisar mintak damai,

karena tak ada djalan lain pula. Kalau musuh suka tarik

pasukannja sampai di seberang Honghoo nanti kita tjari

daja upaja lain guna gebah pasukan Kiem dari Tiongkok,

kata ia.

Kaisar tanjak sjarat-sjaratnja.

Menteri itu mendjawab, bahua kaisar harus kirim

utusan sembari membawa mas satu gerobak, perak satu

gerobak, perempuan tjantik 50, gadis-gadis tukang

menjanji dan menari 50, berapa gerobak arak, sutera

jang indah sedikitnja 1.000 gulung, berapa ratus kuda

jang indah-indah, berapa ratus babi, berapa ratus pula

kambing gemuk.

Kaisar menanjak siapa diantara mereka jang suka

mendjadi utusan?

Tak ada satu diantara mereka jang menjahut.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

10

Thio Pang Tjhiang njatakan suka tanggung kewadjiban

itu.

Kaisar girang sekali. Maka lantas djuga diadakan

persiapan.

Besuk Raginja barang-barang jang dibutuhkan itu

sudah siap sedia, Thio Pang Tjhiang dengan dikawal oleh

orang-orangnja lalu menudju ke pesanggrahan musuh.

Ia menudju ke tangsi jang terdepan. Ia tidak tahu

bahua tangsi ini ada kediamannja panglima musuh

bahagian Sian-hong (pelopor).

Itu Perdana menteri tidak bisa bahasa Kiem, pula tidak

ada djuru bahasanja, tetapi kedatangannja diterima

dengan baik. Lantaran tidak ada djurubahasa jang tjakap,

maksud kedatangannja Thio Pang Tjhiang tidak dapat

diketahui sebenar-benarnja.

Sumbangan itu diterima dengan sepuluh djari oleh

Sianhong dari bangsa Kiem, tetapi ia kurang djelas apa

jang dimaksudkan, dan ia main terima sadja lantaran

disitu ia dapat lihat banjak sekali nona-nona tjantik.

Sesudah bitjara ke Barat ke Timur, jang tidak tjukup

dimengarti oleh pemimpin barisan pelopor, Thio Pang

Tjhiang lalu kembali ke dalam kota. Ia tuturkan

sumbangannja telah diterima baik, dan menurut katanja

itu dorna musuh berdjandji akan tarik mundur pasukannja

Tetapi besoknja barisan musuh menjerang pula, jang

menjerang ini kali adalah pasukan lain dari bangsa itu.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

11

Kaisar djadi kaget sekali, lalu Thio Pang Tjhiang

dipanggil, ditanjak sebab-sebabnja musuh masih

menjerang.

Ini dorna lalu putar lidahnja.

"Oh, mungkin sekali bingkisan jang Tuanku berikan

belum tjukup, maka masih ada lain panglima jang mengiri

baiklah Tuanku berikan pula sedjumlah bingkisan seperti

kemaren, nanti hamba antarkan pula itu bingkisan.

Tanggung ini kali akan beres." kata Thio Pang Tjhiang.

Baginda Khiem Tjong seperti menangis, bingkisan

kemarin sebetulnja sudah dikeduk habis dari gudang
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

negeri, maka kalau ini kali dikuras pula, kaisar betul

dibikin terindil. Tetapi lantaran keadaan sudah sampai

begitu djauh, apa-boleh-buat kaisar titahkan pula

seadanja gudang negeri diangkut guna diantarkan kepada

musuh.

Esoknja Thio Pang Tjhiang kundjungi lain tangsi dan

mintak berdjumpah kepada pembesarnja. Ternjata kali ini

ia ketemu pada Oh-kok-how, panglima musuh pada

bagian tengah. Kembali Thio Pang Tjhiang utarakan

maksud kedatangannja.

Panglima itu terima djuga bingkisan itu dengan senang

dan ia manggut2 njatakan mengarti apa jang

dimaksudkan.

Besoknja benar ia tidak menjerang, tetapi pasukan

besarnja ini kali bikin pengurungan heibat sekali.

Baginda Khiem Tjong kembali ripuh dan panggil Thio

Pang Tjhiang mengadap. Ini dorna gunakan pula

kepandaian lidahnja dengan bilang, mungkin masih adaGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

12

lain panglima jang belum kebagian bingkisan itu, maka ia

harap supaja Baginda berikan pula untuk ketiga kalinja.

Baginda bertjutjuran air-matanja. Ia merasakan sedih

sekali.

"Dari mana pula kami bisa dapatkan begitu banjak

barang?" Kata Baginda kepada perdana menteri itu.

"Kalau baginda mau berdaja nistjaja bisa dapat djuga.

Paling penting Baginda haruslah sedia tjepattjepat, sebab

kalau Kota-radja petjah dan musuh dapat masuk, nistjaja

ia akan bikin susah kita semua. Berikanlah kepada musuh

apa jang kita ada punja, tertimbang nanti terlambat,

semua tidak bisa dibikin betul lagi."

Kena digertak demikian baginda djadi lebih kusut pula

pikirannja.

Apa-boleh-buat ia kumpulkan apa sadja jang dirasa

baik untuk dipakai sebagai bingkisan. Besoknja ia titahkan

Thio Pang Tjhiang pergi ke tangsi musuh lagi. Ini kali,

baginda pompa-pompa bilang agar supaja perdana

menteri itu tidak bikin salah lagi, sebab djika sampai gagal

sungguh baginda tidak tahu bagaimana harus berbuat.

Thio Pang Tjhiang dikawal oleh orang-orangnja kembali

kuudjungi tangsi musuh, ini kali ia menudju ke tempat

jang benar, jalah tangsiuja pemimpin besar Kiem Goet

Toet.

Ini panglima terima kedatanganuja itu dorna dengan

baik.

Lalu ia kasak-kusuk kepada penasehatnja nama Ha-bi
djie.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

13

Sesudah (bitjara banjak sekali, barulah Kiem Goet Toet

njatakan pikirannja dengan perantaraannja djurubahasa

bahua ia akan terima baik usul damai dari fihak Tiongkok

djika ia diberikan tanggungan sala-satu keluarganja

kaisar.

Thio Pang Tjhiang tidak bisa berbuat lain dari pada

manggutkan kepalanja. Selainnja dari itu Kiem Goet Toet

pun njatakan harapannja kepada Thio Pang Tjhiang bahua

perdana menteri itu haruslah mau berkerdja untuk

kepentingan pasukan Kiem. Bila nanti berhasil, padanja

akan diberikan gandjaran besar sekali, kini untuk

mendjadi satu keseksian Kiem Goet Toet berikan gelaran

Tjhow-ong (Radja-muda) kepada penghianat.

Perdana menteri itu girang sekali, ia berdjandji akan

bersetia kepada itu kawanan pengatjau.

Sesudah bitjara lain-lain hal pula itu perdana menteri

berangkat masuk ke dalam kota, ini kali ia bawak dua

orang kepertjajaannja musuh, untuk menjaksikan

pekerdjaannja si dorna.

Begitu sampai Thio Pang Tjhiang lantas ketemukan

baginda Khiem Tjong.

Pada ini djundjungan Thio Pang Tjhiang gunakan pula

lidah beratjunnja dengan kata, bahua musuh mau

berdamai dan bersedia akan tarik mundur nanti djika ia

sudah mendapat tanggungan kuat jang berupa putera

mahkota atau salah satu keluarga kaisar jang terdekat.

Diika tidak ada tanggungan, musuh akan terdjang Kota
radja sekeras-kerasnja.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

14

Perdana menteri itu dengan berbagai perkataan gertak

djundjugannia sehingga kaisar Khiem Tjong kutjurkan

pula air-matanja deras sekali.

"Kami tak sanggup ambil putusan sendiri, baiklah nanti

kami berdamai lebih dahulu kepada Seri paduka

ajahanda," kata kaisar.

"Baiklah, tetapi baginda harus tjepat ambil putusan

sebab musuh tidak bisa menanti lebih lama," mendasak

dorna itu.

Kaisar lalu masuk ke dalam astana, djumpahi

ajahandanja, jaitu kaisar Hoei Tjong serta tuturkan

kehendak musuh.

Kaisar tua lalu bilang, djika demikian baiklah Tiong-ong

(Radja-muda) sadja didjadikan barang tanggungan.

Radja-muda itu jalah adindanja kaisar jang baru berusia

15 tahun.

Atas maunja panglima musuh jang mengantar,

haruslah saudara kaisar itu lantas berangkat. Dengan

menangis itu pangeran dan kaisar tua saling memberi

selamat.

Pada ketika itu di astana ada hadlir d juga seorang

Tjong-goan lulusan baru, bernama Tjien Kwee. Ini tjalon

penghianat besar njatakan sedia djadi pengantarnja Tio
ong ke tangsi musuh. Maka dengan dikawal oleh Thio

Pang Tjhiang dan Tjien Kwee. itu pengeran menudju ke

tangsi musuh sembari naik kuda.

Sesampainja di hadapan tenda pasukan Kiem, sala

seorang panglima musuh jang romannja bengis telah

gebrak kudanja Tio-ong. sangking kagetnja Tio-ongGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

15

terdjungkal dari kuda tunggangnja dan binasa pada saat

itu djuga.

Thio Pang Tjhiang dan Tjien Kwee kaget sekali, tetapi

iaorang tidak berani utjapkan sepatah kata.

Djenasah itu iantas dikubur.

Kemudian Kiem Goet Toet titahkan berapa panglimanja

masuk di Kota-radja buat tangkap kaisar tua (Song Hoei

Tjeng) dan kaisar muda (Song Khiem Tjong). untuk

dikirim ke Hong-Iiong-hoe, dihadapkan kepada Radja

Kiem jang bergelar Longtjoe. Dalam barisan jang

menjerbu kedalam Kota-radja itu ada ikut serta Thio Panu

Tjhiang dan tjalon dorna besar Tjien Kwee.

Ini dua dorna telah saling berdjandji kepada Kiem Goet

Toet untuk membantu dengan setia kepada musuh itu.

Waktu masuk kedalam kraton Thio Pang Tjhiang

bertahukan apa jang telah terdjadi atas dirinja Tio-ong.

Tentu sadja kaisar tua merasa sedih sekali. Tetapi belum

habis ia tumpahkan air-matanja, dorna besar itu sudah

kasih tahu bahua pasukan Kiem jang kini mengantar

padanja masuk kedalam ibu-kota itu akan bawak kedua

kaisar itu mengadap kepada radja negeri Kiem.

Alangkah kagetnja kedua djndjungan itu, tidaklah bisa

dituturkan pula. Mereka menangis, tetapi tangisan itu

tentu sadja tidak ada faedahnja. Thio Pang Tjhiang

bertahukan bahua keadaan sudah keliwat mendesak,

kedua radja itu haruslah selekasnja mengikut kepada

pasukan Kiem jang mendjumputnja.

Dengan air-mata berlinang-linang keduanja keluar dari

astana. Disitu telah menunggu menteri Lie Djiak Soei jangGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

16

njatakan hendak mengiring kemana sadja kedua

madjikan itu akan pergi.

Begitulah dengan bertiga mereka dibawak ke tangsi

Kiem Goet Toet, oleh ini panglima mereka dititahkan bawa

ke Hong-liong-hoe, untuk dihadapkan kepada radja Kiem.

Dalam perdjalahan ke tempat baru itu, sungguh tidak

menjenangkan sekali. Dengan menumpak kendaraan

jang mirip gerobak, mereka harus melintasi ratusan li

djauhnfa.

Berapa hari kemudian mereka sampai ditempat jang

ditudjuh. Setelah dapat tahu radja Song dapat ditawan,

radja Kiem girang sekali. Ia lalu adakan pesta besar

dimana semua hulubalangnja didjamu.

Di satu tempat terbuka lebih dahulu telah dinjalahkan

api besar sekali, sehingga tanah itu djadi amat panas.

Sesudah itu radja Kiem titahkan pengawalnja bawa kedua

kaisar itu ke hadepannja. Pengawal tadi diberi titah, kasih

lalu pakaiannja kedua kaisar, ditukar dengan pakaian

sebagai wajang. di bahagian belakang dan samping ada

digantungi berapa genta-genta ketjil (klenengan).

Sesudah sepatunja kedua kaisar ditjopoti, segera mereka

didorong ketempat lapangan jang amat panas itu.

Keruan sadja mereka djadi berdjingkrak-djingkrak,

dengan demikian klenengan-klenengan jang berada

dipakaian mereka djadi sama berbunji.

Radja Kiem dari hulubalangnja pandang dengan

bertepuk tangan dan tertawa riang. Mereka pandang itu

ada serupa pertundjukan jang djenaka.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

17

Lie Djiak Soei djadi marah sekali. Dengan melupakan

bahaja ini menteri setia segera menjerbu ketengah pesta.

Kedua kaisar itu didukung satu per satu diletakan di

tempat jang tidak panas. Sesudah itu ia segera samperi

radja Kiem dan gigit kupingnja sehingga putus.

Radja Kiem bertreak-treak. Lie Djiak Soei lantas

ditangkap dan dibunuh.

Kemudian kedua kaisar itu lantas dikirim ke Ngo-kok
shia dikasih masuk didalam lubang jang dalam tjukup

untuk dua orang berduduk.

Dari dalam lubang ini mereka hanja bisa dapat lihat

langit, tak tahu apa-apa lagi.

Liwat hampir sebulan pula, Kiem Goet Toet telah

kembali pula ke Hong-liong-hoe. Ia bertahukan

kemenangannja kepada Radja Kiem. Menurut sedjarah
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiem Goet Toet itu ada anak radja Kiem jang pertama,

jalah orang jang berhak untuk menggantikan mendjadi

radja kelak.

Ia tidak terus duduki Kota-radja, karena mereka itu

setelah puas jang merampok barang-barang dan apa jang

mereka senang ambil, mereka bawa semuanja ke Hong
liong-hoe. Terutama barang jang berapa rangsum.

.barang pakaian, heiwan-heiwan, sendjata. sutera dan

sebagainja pula tidak ada dikasih tinggal.

II

Setelah Kaisar Hoei Tjong dan Khiem Tjong ditangkap,

prins Khong Ong, jaitu saudara muda dari kaisar KhiemGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

18

Tjong lalu melarikan diri ke Kiem-ling {sekarang Nanking)

diikuti oieh bekas pembesar-pembesar jang setia sebagai

Tjong Tik, Lie Kong, Han Sie Tiong dan lain-lain.

Di Kiem-ling prins itu lalu dinobatkan mendjadi kaisar

olph pengikut-pengikutnja dengan bergelar Maharadja

Song Koo Tjong.

Hari penobatan itu djatoh pada bulan Gouw-gwee,

tanggal 1.

Berhubung dengan kedjadian ini oleh sedjarah

dinamakan negara Song Selatan (Lam Song), sementara

negara Song jang telah diduduki oleh pasukan Kiem,

disebut Song Utara (Pok Song).

Untuk memperkuat kedudukannja, radja baru lalu

mengangkat Thio See sebagai panglima besar, dibantu

oleh Tjhie Djien dan lain-lain lagi. Dengan segala daja

ditjari djalan untuk mengumpul pula sedjumlah pasukan

guna mengusir bangsa Kiem dari daerah Tiongkok.

Tjhie Djien jang kenal baik kepada Gak Hoei pada suatu

hari madjukan usul guna panggil itu pemuda bekerdja

kepada negeri.

Usul itu diterima oleh kaisar dan silahkan Tjhie Djien

kerdjakan apa jang dirasa baik guna kepentingan negeri.

Supaja berhasil usahanja pembesat itu lantas bikin

persiapan untuk kundjungi Gak-ke-tjung sendiri, guna

panggil Gak Hoei berkerdja kepada negeri.

Sekarang baiklah kita tinggalkan dahulu Tjhie Djien

jang akan bikin kundjungan. Marilah sekarang kita tengok

pula kepada Gak Hoei jang telah kita tinggalkan.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

19

Sedari pemuda itu mendapat pula lima saudara angkat,

mereka lebih giat jang memperdalam ilmu silatnja.

Tetapi apa mau dikata. berapa bulan kemudian di

daerah Thong-im-koan dan sekitarnja terbit bahaja

kering, kemudian menjusul musim patjeklik, lantas terbit

bahaja penjakit menular heibat.

Ong Wan-gwee, ajahnja Ong Koei suami isteri telah

meninggal, begitupun ajah-bondanja Thung Hoaij.

Berhubung dengan itu kesukaran-kesukaran jang

susah diatasi, Goe Koo telah lakukan perbuatan
perbuatan tidak genah. Gak Hoei berdaja untuk bikin

sedar itu saudara angkat dengan bilang, bahua manusia

hidup baiklah berlaku menerima, djudjur, djangan sekali

berbuat jang melanggar garis. Tetapi Goe Koo tidak mau

mengarti. Biarpun tidak membantah, tetapi tetap ia

lakukan tindakan-tindakan jang bertentangan dengan

kesutjian, maka Gak Hoei bertahukan itu kepada ibunja.

Njonja tua itu dengan segala daja tjoba bikin sedar

anaknja, tetapi Goe Koo terlalu keras kepada, maka

achirnja njonja tua itu telah meninggal lantaran djengkel.

Pertentangan antara Gak Hoei dan saudara-saudara

angkatnja semingkin lama semingkin sangat, maka pada

suatu hari guna mengachiri itu keadaan jang tidak

menjenangkan kedua fihak, Goei Hoei telah bilang kepada

mereka demikian :

"Saudara-saudara, menurut kejakinanku, milik jang

kekal dari kita-orang ini jalah nama, djika nama kita

tjemar, sampai kapanpun orang senantiasa masih ingat

dan kita saban-saban diupat-tjatji. Begitupula djika namaGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

20

kita baik dan bersih, sampai kapanpun orang tak akan

lupakan. Dari itu aku selalu pegang tetap sembojan :

Terlebih baik kita tinggal bersih biarpun kita kekurangan

djanganlah berbuat tjurang biarpun kita dapatkan

kekajaan. Maka untuk pengabisan kali aku njatakan, bila

kamu-orang tetap pada kejakinanmu sebagai jang sudah,

biarlah mulai, saat ini kita-orang berpisah, aku pilih

djalanku, dan kau pilih djalanmu"

"Twako, aku membilang banjak terima kasih buat

pituturmu itu. Akan tetapi kita tak bisa turut pada

perkataanmu, sebab kita jakin bahua hidup kita ini sekali

sadja. Lain orang bisa hidup mewah, tetapi kita

senantiasa serbah kekurangan dan dengan susah pajah

dapatkan sesuap nasih, maka kita telah ambil putusan

untuk djalankan apa jang kita rasa baik." saut Ong Koei.

"Baiklah, aku pun tidak memaksa kau-orang harus

turut perkataanku, sebab kaupun ada tudjuan dan

pemandangan sendiri. Maka baiklah hari mi kita berpisah,

ini tumbak akan mendjadi satu bukti putusnja

perhubungan kita, hingga kesananja djanganlah kira
orang saling sesalkan" Habis kata demikian Gak Hoei lalu

ambil sebatang tumbak jang berada di dekatnja dan

putuskan itu mendjadi dua.

Setelah mengetahui itu kedjadian. sembilan saudara

angkatnja itu masing2 lantas mendjuara kepada itu

Twako untuk ambil selamat berpisah dari padanja.

Begitulah iaorang hari itu tinggalkan Thong-im-koan

untuk mengumbara ke lain tempat.

Gak Hoei tetap berdiam di dusunnja dengan serbah

kekurangan dan hidup seada-adanja.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

21

Satu kepala begal di bilangan Tong-ting-ouw telah kirim

seorang utusan sembari bawak banjak sekali barang

bingkisan jang berupa mas-intan, sutera dan sebagainja,

untuk budjuk Gak Hoei agar mau membantu

padanja"padamkan keadaan jang kalut dimasa itu", tetapi

Gak Hoei menolak dengan bilang, bahua ibunja telah

berusia tinggi, ia tak sampai hati akan tinggalkan dirumah

seorang diri.

Tatkala itu hari Tjhie Djien kundjungi padanja, Gak Hoei

sedang membatja buku dipertengahan rumah. Ia terima

dengan hormat kedatangannja itu pembesar jang baik,

jang dahulu pernah menolong djuga padanja.

Sesudah bitjara-bitjara sebentar, pembesar itu

utarakan maksud kedatangannja serta terimakan

bingkisan jang kaisar kirim kepada tuan rumah. Gak Hoei

silahkan ibunja tanggapi itu barang antaran kehormatan

dari kaisar.

Berhubung dengan keadaan jang meminta sangat

tenaganja itu panglima muda, maka pembesar itu

njatakan, bahua baiklah Gak Hoei selekas mungkin

datang di Kim-ling guna terima djabatan jang bakal

diberikan.

Ibu tua itu njatakan bahua puteranja akan menjusul

satu dua hari belakangan.

Begitulah sesudah bitjara-pula ini dan itu Tjhie Djien

tinggalkan Gak-ketjung dan kembali ke Kota-radja.

Tatkala sudah berada berdua sadja dengan anaknja,

njonja tua itu lalu berkata demikian kepada Gak Hoei.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

22

"Anakku, hari ini rasa hatiku barulah puas benar,

karena kamu telah dapat panggilan dari Seri Baginda

Kaisar, tegasnja kamu telah dapat tempat jang betul.

Kuharap sadja tjita-tjitaku jang telah kubenam didalam

dada nanti berwudjud dengan tidak ketjiwa. Biarpun apa

bakal terdjadi, kamu harus setia kepada negeri. Maka

sebentar aku akan lukis penggungmu dengan empat huruf

besar, agar supaja kamu tak akan lupa apa jang mendjadi

pesanku"

Lalu njonja tua itu panggil anak mantunja, titahkan

ambil tempat tinta dan pit (pena) besar, kemudian suruh

Gak Hoei berlutut dihadapan medja sembajangan leluhur,

sesudah itu titahkan anaknja buka badju dan ia lantas

tulis di gegar anaknja empat huruf besar jang berbunji :

TJIN TIONG POO KOK, artinja Dengan setia membela

negeri.

Punggung itu segera ditjatjak dengan djarum, dengan

demikian empat huruf itu tak bisa hilang lagi.

Ibunja sediakan apa jang perlu bagai anaknja dan

banjak-banjak perkataan ia sampaikan kepada Gak Hoei,

supaja tak akan lupa kewadjibannja nanti.

Besoknja Gak Hoei ambil selamat berpisah kepada

ibunja, ia berlutut di hadapkan orang tua itu, k^hudian

sembari angsurkan segelas arak ia membilang :

"Hari ini aku mohon idin kepada bundaku untuk

menerima panggilan Baginda. Aku menjesal tidak bisa

rawat terus ibuku punja hari tua, diharap sadja ibuku

senantiasa mendapat berkah selamat segar dan tak

kurang satu apa"GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

23

Sesudah ibu itu minum habis, lalu Gak Hoei angsurkan

lagi segelas arak kepada isterinja sembari kata :

"Isteriku, hari ini aku ambil selamat berpisah

kepadamu, karena disana telah menanti kewadjibanku.

Aku tak ada sanak saudara, maka segala apa hanja aku

mengandal sadja kepadamu. Maka setelah aku pergi,

segala urusan rumah-tangga semua mendjadi

tanggunganmu. Aku pertjaja penuh kau nanti mendjaga

ibuku jang sudah tua sebagai djuga kau merawat ibumu

sendiri. Aku tidak bisa tinggalkan banjak pesanan

kepadamu, karena apa jang bakal terdjadi toch kita tidak

akan bisa mengetahui terlebih dahulu, hanjalah aku

pertjaja kamu akan bisa berlaku taktis menurut apa jang

kamu rasa baik"

"Suamiku, sebagai isteri aku hanja mendjundjung tjita
tjitamu, maka djalankanlah kewadjibanmu sebaikbaiknja,

aku nanti urus segala apa sebagaimana biasa, tak usah

kamu pikir-pikir pula disini."

"Aku girang dan legah hatiku setelah mendengar
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

djawabmu!" kata pula Gak Hoei, kemudian ia silahkan

istermfa minum untuk keselamatan rumah-tangga,

kuwarasan ibunja dan djuga kuwarasan isterinja.

Sesudah semua siap, ibu itu lalu panggil Thio Poo,

pelajannja Gak Hoei jang setia. Thio Poo ini tadinja ikut

Tjong Tik di Kota-radja, tempoh Gak Hoei akan kembali

ke Thong-im-koan ia titahkan Thio Poo ikut itu penmda,

sebab menurut pandangannja itu generaal tua, dengan

ikut Gak Hoei Thio Poo mendapat tempat jang lebih benar.

Thio Pop itu masih muda, gagah, pandai berdjalan

tjepat, hatinja kaku tetapi setia.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

24

Pelajan itu diberi nasihat supaja membantu Gak Hoei

apa jang ia bisa.

Sesudah memberi hormat kepada ibunja Gak Hoei

menumpak kudanja. menudju ke Kiem-ling.

Di Ibu-kota baru itu terlebih dahulu Gak Hoei djumpahi

Tjhie Djien.

Oleh ini pembesar esoknja Gak Hoei dibawa mengadap

kepada Baginda.

Kaisar merasa girang mendapat panglima muda itu,

maka untuk sementara itu ia dikurniakan pangkat

Hoetjhong-tji, dapat kuadjiban sebagai Sian-hong untuk

mengusir bangsa Kiem dari Tiongkok.

Gak Hoei dapat kewadjiban setiap pagi melatih orang
orang jang masuk serdadu. Begitu dengan begitu sesudah

berdjalan dua tiga bulan lamanja dan ia telah dapat

persatukan kekuatan tentara besarnja lebih dari seribu

orang, lalu memberi lapuran kepada Kaisar, bahua

pasukan untuk barisan pelopor telah siap.

Berapa hari kemudian, sesudah persediaan rampung,

barisan jang dipimpin oleh Gak Hoei dapat titah oleh

Gwan-swee Thio See untuk berangkat lebih dahulu.

Berapa hari belakangan, tempoh lintas disatu hutan,

barisan pelopor itu dipegat oleh kawanan begal. Gak Hoei

madju kedepan dan bilang kepada kawanan begal itu

untuk panggil kepalanja datang.

Setelah kepala begal itu madju kedepan dan telah

kenali ia berhadapan pada siapa, lalu buru-buru lepas

tumbaknja, bongkoki badannja diatas sela sembari kata :GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

25

"Twako, aku sudah lama serep-serepi kau, tetapi tidak

dapat kabar, sungguh aku beruntung hari ini ketemu

padamu. Bila Twako tidak keberatan aku ingin sekali

dapat ikut dalam barisan ini untuk sama-sama

menghantjurkan pasukan musuh"

Sesudah awasi sebentaran Gak Hoei pun kenali Kiet

Tjhing.

"Ha, kamulah jang djadi bangsat disini. Menurut hukum

negeri aku harus potong kepalamu, tetapi mengingat

persaudaraan kita tempoh hari, maka kali ini aku memberi

ampun kepadamu, diharap sadja lain kali kau bisa berbuat

djasa untuk tebus dosamu, tetapi dengan satu

perdjandjian kamu harus setia pada kewadjibanmu dan

djangan sekali lagi kau pikir djadi bangsat!" Kata Gak

Hoei.

"Terima kasih buat kebaikan Twako, aku berdjandji aku

nanti setia pada kewadjibanku," kata Kiet Tjhing.

Begitulah itu bekas saudara angkat lalu ikut dalam

pasukannja Gak Hoei.

Selang berapa puluh hari pasukannja Gak Hoei telah

sampai di tepinja sungai Hong-hoo. tempat jang harus

didjaga untuk menjegah mendaratnja pasukan Kiem.

Di tepi-tepinja sungai ini Gak Hoei lalu dirikan kubu
kubu guna mendjaga datangnja pasukan musuh.

Dalam tempoh berapa hari telah dilakukan pertjobaan
pertjobaan oleh fihak musuh untuk sebrangi itu sungai,

tetapi saban kali dapat dipukul mundur oleh pasukannja

Gak Hoei, maka tatkala pasukannja Thio See datang dan

mendapat kabar bagaimana Sianhong itu telah bikin gagalGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

26

berkali-kali pertjobaan musuh, Goan-swee merasa amat

puas.

III

Sekarang kita menindjau pula ke Kota-radja lama.

Pian-king, dimana Thio Pang Tjhiang dan kawan
kawannja pegang kuasa. Ini penghianat, setelah kaisar

tidak ada, merasa"kesepian". Ia mentjari daja-upaja

untuk menjusul kaisar baru di Kiem-ling. tetapi buat dapat

mengadap kepada itu djundjungan baru ia harus dapat

membawa apa-apa jang berharga untuk dipakai sebagai

bingkisan.

Begitulah sesudah berapa hari lamanja gunakan

pikirannja. achir-achir ia dapat djuga satu djalan jang

bagus sekali.

Lalu ia ketemui Ibu suri, (permeisuri dari kaisar tua

Song Hoei Tjong). Kepada ini wanita berkuasa bekas

perdana menteri itu menuturkan tentang dinobatkannja

Pangeran mendjadi kaisar jang bergelar Song Koo Tjong

di Kota Kiem-ling. Untuk memperlengkapi pernobatan itu

masih kurang sebuah benda, jalah tjap kebesaran kaisar

Song jang masih disimpan di dalam peti baginda kaisar

tua. Maka Thio Pang Tjhiang dengan gunakan lidahnja

jang pandai memutar mintak agar supaja tjap itu

diserahkan kepadanja. untuk dipersembahkan kepada

putera Ibu Suri jang .telah diangkat mendjadi Jang

dipertuan di Kiem-ling.

Ibu-suri lalu berikan apa jang dipinta. Demikianlah

pada esok harinja Thio Pang Tjhiang dengan tak berpamitGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

27

pula kepada Ibu-suri, segera bojong semua rumah

tangganja ke Kiem-ling.

Setelah berapa hari dalam perdjalanan, sampailah ia

orang ke Ibu-kota baru.

Lalu ia mohon mengadap kepada baginda Kaisar. Tentu

sadja agar kedatangannja dapat perhatian dan pula agar

dapat mengadap kepada itu djundjungan baru, ia

bertahukan kepada pendjaga astana, bahua ia datang

atas namanja Ibu-suri dengan membawa tjap kebesaran

kaisar.

Baginda perkenankan Thio Pang Tjhiang mengadap dan

tatkala ia persembahkan tjap kebesaran itu. girangnja

baginda bukan buatan.

Kepada para menteri baginda bersabda bahua benar

dahulu Thio Pang Tjhiang itu telah berbuat jang tidak

pantas di Ibu-kota lama, akan tetapi kini ia berdjasa besar

mempersembahkan tjap kaisar itu, maka haruslah diberi

gandjaran apa.

Atas usul dari Lje Kong, Thio Pang Tjhiang dikurniakan

djabatan Yoe-sin-siang.

Si dorna membilang banjak-banjak diterima kasih. Ia

diberi djuga tempat tinggal jang berupa gedung besar.

Thio Pang Tjhiang mengetahui bahua biarpun kini ia

telah dapat kedudukan baik, ^anja masih berari

kedudukan kosong, karerta ia belum dapat mempengarui

kaisar, maka ia putar pula otaknja untuk mentjari akal

dengan djalan bagaimana ia beroleh pengaruh kepada

kaisar baru itu.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

28

Sedang ia duduk melajangkan pikirahnja, tiba-tiba

telah datang seorang budak perempuannja, nama Hoo

Hiang, jang masih muda remadja, sodorkan setjangkir

thee dihadapannja. Sekutska itu djuga ia dapat pikiran

bagus sekali.

Ia awasi itu pelajan dengan sungguh-sungguh,

kemudian ia berkata padanja : "Hoo Hiang, bilanglah,

bukankah kamu ingin djuga satu kali mendjadi njonja

besar? Eh, bukan, bahkan aku mau kata, mendjadi njonja

jang paling besar dan paling berpengaruh di ini dunia,

dengan punjai puluhan sampai ratusan pelajan? Bilanglah

Hoo Hiang, bukankah kau ingin mendjadi njonja

sematjam itu?"

Budak itu tunduki sadja kepalanja, mungkin ia anggap

madjikan tua bangka itu mendadak telah mendjadi gila.

Tetapi sebenarnja madjikan tua gila bahasa itu tidak

terganggu pikirannja, malah kini ia sedang mejakinkan

satu usaha ke arah jang ia anggap bagus sekali.

Lalu ia bangun dekati budak muda remadja itu, pegang

pundaknja, kemudian dengan perkataan pelahan sekali ia

bitjara lebih banjak dan lebih banjak pula kepada itu

wanita muda. Si tua itu terus bitjara, tetapi Hoo Hiang

tidak menjahut satu apapun.

Sesudah puas bitjara dan kiranja tjukup dimengarti

oleh si budak muda, Thio Pang Tjhiang lalu berkata :

"Nah, mulai besok, kamu harus bahasakan aku ajah,

mengarti? Setiap sore kamu harus menjambut kepadaku

djika aku masuk kedalam astana, mengarti dan kamu

harus tundjang semua usaha jang aku nanti katakan

kepadamu, tahu?"GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

29

Hoo Hiang menggutkan kepalanja.

Besok paginja Hoo Hiang telah diberi pakaian indah
indah, hingga semua pelajan jang lain mengiri kepadanja.

Kini nistjaja tidak ada seorangpun jang berani bilang

bahua ia ada satu budak, padahal satu nona bangsawan

jang tjantik muda remadja

Lalu ia dikasih naik kedalam djoli, oleh Thio Pang

Tjhiang dibawa kedalam astana kaisar. Kepada itu

djundjungan si tua njatakan ia ingin persembahkan

puterinja jang semanggah-manggahnja untuk mendjadi

pelajannja Seri Baginda.

Setelah kaisar melihat bagaimana tjantik nona itu,

merasa sangat girang. Sedari hari itu ia berada sadja

didalam ruangan astana dimana ada berdiam puteri

antaran Thio Pang Thjiang.

Berapa hari lamanja kaisar tidak pernah bersidang

pula. Ia kesengsam kepada puteri antaran itu. Njata

benar apa jang Thio Pang Tjhiang "nasihati" kepada Hoo

Hiang, telah diperhatikan.

Sedjak waktu itu si dorna bisa leluasa masuk keluar

astana dengan tidak ada pula jang berani melarang.
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setiap kali ada kesempatan ia bitjaa kepada puterinja.

Disitu ia berikan pula banjak"nasihat" bagaimana Hoo

Hiang harus melajani kepada kaisar. Ternjatalah kaisar

semingkin ketarik kepada puterinja Thio Pang Tjhiang

jang tjantik djelita.

Dua bulan liwat, Thio Pang Tjhiang telah dapatkan

angin baik. Lalu ia diam-diam bikin sintji (firman) palsuGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

30

dan suru sala-satu orang kepertjajaannja, panggil Gak

Hoei kembali ke Kota-radja untuk satu urusan penting.

Itu bangsat sudah sedia akal bagaimana ia kudu turun

tangan terhadap Gak Hoei, jang ia masih ingat baik-baik

mendjadi satru besarnja.

Tatkala Gak Hoei mendapat terima itu firman palsu

buru-buru bikin persiapan untuk kembali ke Kota-radja.

Pendjagaan di tepi sungai Hong-hoo ia serahkan kepada

Kiet Tjhing.

Lantaran telah mengetahui wataknja itu saudara

angkat, Gak Hoei telah pesan poma-poma sebelum

meninggalkan tempat djaganja, bahua saudara itu harus

tidak minum biarpun setetes arak atau barang jang bisa

bikin mabuk, kudu menanti sampai itu Twako sudah

kembali pula.

Kiet Tjhing njatakan akan turut itu perintah dengan

setia.

Begitulah hari itu djuga Gak Hoei tinggalkan tempat

djaganja, berangkat bersama Thio Poo. Biarpun Gak Hoei

naik kuda dan Thio Poo itu berdjalan kaki, ini pengawal

jang setia senantiasa bisa ikuti djalannja sang kuda

dengan baik.

Dua hari kemudian sampailah mereka di satu tempat

dimana ada terdapat satu sungai besar, airnja dalam.

Waktu berapa bulan lampau mereka berangkat menudju

ketepi Hong-hoo disitu masih terdapat satu djembatan.

Tetapi tidak djauh dari situ orang ketemukan satu prau

dimana ada seorang jang menunggunja. Thio Poo treaki

orang itu minta disebrangkan.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

31

"Boleh, boleh, tetapi kamu harus membajar baik

kepadaku, dengan bajaran murah aku tak nanti mau

kerdjakan"

Melihat sikapnja itu tukang prau menengil, Thio Po djadi

mendongkol.

"Kamu ini ada manusia kurang-adjar, aku mintak

dengan baik, tetapi kau undjuk sikap sombong. Kamu

boleh mintak bajaran tinggi, tetapi berlakulah pakai

aturan"

"Oh, aku tidak biasa dengan segala aturan, kau mau

terima perkataanku -baik, tidak suka terima, sudahlah,

aku tidak membutuhkan kepadamu, kamu boleh tjari lain

tukang prau".

Thio Poo darahnja naik. Lalu ia samperi tukang prau itu,

kemudian pegang tangannja dan diberikan berapa

pukulan. Ternjata ia tidak mampuh tandingi tenaganja

Thio Poo.

"Bilanglah, kau mau atau tidak sebrangkan kitaorang?"

tanjak Thio Poo.

Merasa tidak ungkulan melawan, tukang prau itu

mangguti kepalanja.

Lalu Thio Poo silahkan Gak Hoei naik. Kemudian ia

tuntun kudanja sang madjikan, akan dikasih naik djuga.

Tetapi tukang prau jtu menjegah sembari kata : "Kuda itu

belakangan sadja"

"Tidak, ia pun harus sama-sama kita-orang," djawab

Thio Poo jang menduga tukang prau itu tentu ada

bermaksud lain.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

32

Ia diam, silahkan ketiga-tiganja naik praunja, tetapi ia

tidak gijat menggajuh, dari matanja kelihatan bahua ia

ada taro dendam. Thio Poo senantiasa perhatikan gerak
gerakannja si tukang prau.

Tatkala prau sampai ditengah sungai, mendadak

tukang prau itu djatuhkan diri kedalam air dan lalu

tenggelam.

"Ha, ini badjingan mau bikin pembalasan dengan

gulingkan prau dari dalam air," kata Thio Poo seorang

diri,"boleh tjoba djika kau bisa"

Ia pegang penggajuh dan gajuh sendiri sang prau,

sembari awasi gerakan-gerakannja air. Lantaran Thio Poo

perhatikan djalannja air maka tukang prau itu tidak dapat

kesempatan untuk dekati kendaraannja. Ia tahu djika

dekat nistjaja tidak ampun lagi Thio Poo akan hantam

dengan penggajuhnja.

Setelah sampai di sebrang Thio Poo silahkan Gak Hoei

mendarat lebih dahulu, lantas ia tuntun kudanja.

Sesudah keduanja berada di daratan, kelihatan tukang

prau itu muntjul dari dalam air.

"Aku pudjih kau ada seorang jang pandai melihat

saratan, maka aku tidak dapat kesempatan bikin

pembalasan," memudji itu tukang prau pada Thio Poo.

"Itulah lantaran bodohmu, tidak melihat siapa

musuhmu."

"Siapa kamu?" tanjak pula si tukang prau.

"Aku Thio Poo, pelajan dari madjikanku, Gak Phing Kie

alias Gak Hoei."GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

33

"Gak Hoei jang tempoh hari membunuh Siauw Liang

Ong di Kota-radja?"

"Betul"."

Tukang prau itu lalu mendekati Gak Hoei, kemudian

memberi hormat.

"Aku menjesal tidak dapat tahu lebih dahulu bahua Loo
va akan datang dan sebrangi sungai ini. Bila aku tahu

nistjaja aku telah bersedia-sedia untuk melajani Lo-ya,

bukannja aku musti bikin susah sebagai hari ini. Haraplah

Loo-ya maafkan".

"Siapa kamu ini?" tanjak panglima kita.

"Aku bernama Ong Hing, tiga-empat tahun dahulu aku

telah tahu nama Loo-ya tatkala aku datang di Kota-radja

untuk menjaksikan perdjuangan merebut gelaran Boe
tjong-goan, dimana itu tempoh aku dapat tahu dengan

mata-kepala sendiri waktu Loo-ya bunuh Siauwliang Ong.

Itu waktu djuga aku telah berhadjat untuk, ikut kepada

Loo-ya, tetapi tak dapat ketika bertemu muka. Kini aku

merasa beruntung bisa berdjumpah maka djika Loo-ya

tidak tjelahan, aku ingin sekali bisa menghamba Loo-ya"

"Baiklah djika kau ada itu niatan, tetapi aku tidak ada

banjak tempoh untuk menanti kepadamu, maka silahkan

kau selekasnja menjusul," kata pula itu panglima muda.

"Oh, tidak perlu aku pakai banjak terapoh, sebab segala

apa aku sudah siap sedia terlebih dahulu. Kini aku akan

pamitan sadja kepada anak isteriku. jang bertempat tidak

djauh dari sini, lekas djuga kembali lagi."GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

34

Dengan berlari-lari Ong Hing menudju kesepandjang

pinggiran sungai.

Tidak djauh dari situ ada terdapat satu gubuk. Dalam

gubuk ini ada berdiam isterinja dan seorang anak lelakinja

jang masih ketjil.

Kepada isterinja ia tuturkan hari itu telah bertemu

kepada Gak Hoei, jang telah lama ia inginkan untuk

berhamba, maka hari itu djuga ia ambil selamat berpisah

dan diharap tidak lama pula ia bisa bojong rumah

tangganja.

Dengan membawa satu buntelan ia datang pula kepada

itu panglima.

Mereka bertiga segera landjutkan perdjalanannja.

Ternjata Ong Hing pun adu seorang jang pandai djalan

sebat, sembabat dengan Thio Poo. Dalam perdjalanan itu

senantiasa Gak Hoei diapit oleh Thio Poo jang berada di

bahagian depan, sedang Ong Hing di sebelah belakang,

maka sehingga di dja'tnan belakang masih terdapat itu

peribahasa jang membilang : Ma Tjian Thio Poo, Ma Hauw

Ong Hing, disebelah depan sang kuda Thio Poo, di sebelah

belakang kuda Ong Hing.

Berapa hari setelah berada di perdjalanan, pada satu

sore sampailah mereka di Ibu-kota Kiem-ling.

Thio Pang Tjhidhg jang terlebih dahulu sudah sebar

mata-matanja, telah dapat tahu kapan dan di waktu apa

Gak Hoei akan masuk kedalam kota. Maka tempoh

panglima muda itu melintasi pintu kota, lekas djuga ia

bertemu kepada djolinja Thio Pang Tjhing. Ini dornaGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

35

gapein Gak Hoei, hingga itu panglima mau tidak mau

harus menjamperi.

Sesudah memberi hormat panglima jtu menanjak

keperluannja ibu perdana menteri memanggil padanja.

"Baginda panggil padamu ada keperluan penting Sekali.

Marilah ikut kepadaku untuk menemui Baginda sekarang

djuga." Kata Pang Tjhiang.

Gak Hoei jang tadinja ingin kundjungi rumah Tjhie Djien

terlebih dahulu, terpaksa ikut itu perdana menteri.

Thio Pang Tjhiang menudju ke astana. Pengawal jang

sudah tahu siapa adanja itu dorna, silahkan ia masuk,

diiring oleh Gak Hoei. Thio Poo dan Ong Hing dititahkan

menunggu di luar astana.

Begitu sampai di dalam Gak Hoei disuruh menanti di

samping gedung tempat jang rada gelap. Pang Tjhiang

bilang ia akan menemui Baginda dan Gak Hoei di larang

pergi sebelum ia dapat panggilan.

Si dorna menudju ke astana besar, tetapi ia tidak

masuk hanja memutar akan kembali ke gedung sendiri.

Berdjam-djam lamanja Gak Hoei menunggu di tempat

gelap, dari duduk kemudian berdiri dari berdiri kemudian

duduk pula, tetapi tidak djuga ada panggilan datang.

Liwat tengah malam ada pelajan astana djalan ronda,

disitu ia ketemukan Gak Hoei di tempat gelap, maka lalu

ditangkap, dituduh pendjahat besar, sebab diamdiam

telah masuk kedalam astana.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

36

Besoknja hal ini dibertahukan kepada kaisar. Atas usul
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thio Pang Tjhiang Gak Hoei harus lantas dihukum bunuh.

Malam-malam masuk didalam astana dengan sembuni

ditempat gelap, terang bermaksud djahat, maka

hukuman itu harus didjalankan lekas.

Algodjo lalu bersiap dan bawa Gak Ooei ke tengah

lapangan.

Lie Kong, Tjhie Djien, Han Sie Tiong dan lain-lain

pembesar djadi ripuh, karena ia tidak pertjaja Gak Hoei

ada niatan djahat, djuga ia orang tidak bisa mengarti

bagaimana Gak Hoei bisa masuk kedalam astana. Maka

mereka mohon ditunda lebih dahulu hukuman itu, karena

mereka ingin dengar keterangan dari Gak Hoei.

Disini Thio Pang Tjhiang menentang. Ia njatakan tidak

perlu untuk dengar pula keterangannja Gak Hoei, sebab

bukti-bukti sudah terang ia berhadjat djahat dengan

masuk kedalam astana diwaktu malam buta.

Dalam sidang pagi itu terbit debat ramai. Para menteri

njatakan sedia untuk menanggung Gak Hoei dengan

keluarganja masing-masing. Mereka tidak pertjaja Gak

Hoei berniat djahat. Lantaran ada itu tanggungan, maka

hukuman bunuh itu ditunda.

Para menteri lalu berdamai satu sama lain untuk

menemui Gak Hoei didalam pendjara, tapi hal itu bukan

satu kedjadian gampang, karena satu pendjahat besar

dan dipendjara didalam astana, didjaga luar biasa tertip

dan harus mendapat idzin istimewa dari kaisar.

Supaja bisa dapat banjak sokongan, maka para menteri

itu bikin beratus-ratus surat selebaran jang dibagai-GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

37

bagaikan kepada orang banjak, dalam mana ditjeritakan

kedjadian-kediadiau jang mengenai panglima itu.

Beberapa hari kemudian barulah mereka bisa bertemu

kepada Gak Hoei didalam pendjara. Dari keterangan jang

mereka dapat, iaorang kini tahu bahua semua itu ada

perbuatannja Thio Pang Tjhiang

Setelah selang berapa hari diadakan sidang diastana,

para menteri memberikan laporan tentang halnja Gak

Hoei jang dituduh mau membunuh atau setidaktidaknja

akan berbuat djahat, dibeber seterang-terangnja.

Disitu segala hal djadi terang duduknja hal, bahua

kembalinja Gak Hoei dan raasuknja ia kedalam astana

semua ada titahnja Thio Pang Tjhiang.

Kaisar djadi gusar sekali kepada Thio Pang Tjhiang,

lantaran ia tidak tega hati memberi hukuman bunuh,

maka kini ia dipetjat dari semua djabatannja dan

didjadikan pula rahajat biasa. Dalam sidang itu Thio Pang

Tjhiang tak berani buka mulut. Maka setelah sidang

bubar, ia keluar dari astana dengan tunduki kepala .

IV

Surat selebaran jang disiarkan oleh para menteri

dimana ada ditjeritakan halnja Gak Hoei jang dituduh mau

berbuat djahat, telah berani masuk kedalam astana

diwaktu malam, dan berani tinggalkan kewadjibannja,

djatoh djuga selembar ditangannja kepala brandal di Tay
hing-san.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

38

Itu kepala brandal dipegunungan tersebut sebenarnja

bukan lain dari Goe Koo, Ong Koei, Thung Hoaij, Sie

Tjoan. Tjioe Tjhing, Tio In dan Nio Hien, 7 orang, semua

bekas saudara angkatnja Gak Hoei.

Tatkala mereka dapat batja itu mereka lalu bersidang.

Dengan suara bulat telah diambil putusan untuk

menolong Gak Hoei selekasnja, baik dengan djalan alus

maupun djika perlu gunakan kekuatan sendjata.

Begitulah dengan semua pasukannja mereka segera

berangkat menudju ke Kiem-ling. Setelah berapa hari

kemudian mereka sampai di Ibu-kota, ternjata sidang

diastana baru sadja bubar, Thio Pang Tjhiang telah

ketahuan kedjahatannja dan sudah dipetjat.

Pendjaga kota begitu mengetahui bahua kawanan

brandal mengurung kota, lalu bertahukan itu kepada

kaisar. Ini orang jang berkuasa bingung sekali, lalu tanjak

siapa diantara panglima jang berani madju bertempur

lawan pasukan brandal.

Seorang panglima nama Thio Tjoen njatakan sedia

menerdjang musuh. Begitu Kaisar memberi titah, ia lalu

membawa pasukan dan keluar kota.

Goe Koo madju kedepan sembari kata :

"Djangan kamu kira kita-orang datang akan menjerbu

kota, kita hanja akan mintak supaja Twako Gak Hoei

segera dilepaskan dari pendjara. Djika permintaan ini

diluluskan, kita nanti undurkan pasukan ini. tetapi kalau

kauorang membantah, ini kota akan kita obrak-abrik

sampaikan kaisar djangan harap bisa dapat ampun dari

kita, maka pulanglah dan bertahukan ini kepada kaisar"GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

39

Thio Tjoen kembali pula ke kota dan bertahukan kepada

djundjungannja apa jang Goe Koo kata.

Song Koo Tjong jang masih menanti kesudahannja

peperangan bersama samua menteri, lantas tanjak

pikirannja mereka, bagaimana Gak Hoei bisa berkawan

kepada kawanan brandal, apa tidak bisa djadi bahua Gak

Hoei dengan sesungguhnja itu malam diam-diam masuk

di astana atas maunja sendiri dan berniat djahat?

Lie Kong dan lain-lain madjukan usul buat panggil Gak

Hoai dan tanjak sebabnja bersaudara kawanan brandal,

serta titahkan ia undurkan itu pasukan.

Setelah Gak Hoei datang, lalu memberi keterangan

bahua benar ia dahulu angkat saudara kepada Goe Koo

dan lain-lain d jumlah 10 orang, tetapi lantaran

kejakinannja berbeda, maka telah saling berpisah, sudah

lama tahun ia tidak tahu-menahu lagi kepada mereka.

Djuga ia tidak tahu apa dengan sesungguhnja mereka

datang berhadjat menolong dirinja, dari itu ia minta

perkenan djumpahi mereka.

Kaisar kabulkan. Maka dengan satu pasukan jang

djumlahnja tidak besar Gak Hoei keluar kota.

Goe Koo dan saudara-saudaranja setelah mengetahui

Twakonja datang, segera sama memberi hormat sembari

bongkokkan badannja diatas masing-masing

tunggangannja.

"Kita mendapat tahu Twako berada didalam susah,

maka siang malam kitaorang berdjalan untuk memberi

bantuan apa jang kita bisa, sjukurlah hari ini kita saksikan

Twako tidak kurang satu apa. Kita merasa girang djikaGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

40

Twako suka memberi tahu sebabsebab dari kedjadian

itu," kata Thio Hian.

"Terima kasih banjak buat sijmpathie kauorang

memang djuga baru sadja aku alamkan kedjadian tidak

enak, tetapi atas berkah Jang Kuasa aku telah dapatkan

kebebasan." Djawab Gak Hoei, jang lalu tuturkan dari

awal sampai achir kedjadian-kedjadian jang telah ia

alamkan.

Sesudah ia habis tjerita, saudara-saudaranja berkata :

"Kini kalau Twako tidak keberatan kita ingin sekali bisa

sumbangkan tenaga kita-orang untuk usir pula kawanan

bangsa Kiem dari Tiongkok."

"Djika saudara-saudara ada itu niatan mulia, tentu

sadja aku terima bantuan itu dengan kedua tangan, tetapi

supaja aku tidak melanggar kewadjiban maka haruslah

aku bertahukan lebih dahulu niatan kauorang kepada Seri

Baginda."

Gak Hoei dengan barisannja lalu kembali ke kota

sesudah silahkan iaorang menunggu sampai besok.

Keruan sadja kaisar telah terima usul jang Gak Hoei

madjukan, maka besok itu saudara-saudara angkat

diterima didalam astana dan masing-masing dikurniakan

djabatan Hoe-tjhong-tjie, sementara Gak Hoei diangkat

mendjadi Hoe-gwan-swee.

V

Berapa hari kemudian Gak Hoei bersama saudara
saudaranja berangkat pula ke tepi Hong-hoo. denganGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

41

pasukan tambahan jang berupa barisan dari Tay-hingsan.

Tentu sadja Thio Poo dan Ong Hing tidak ketinggalan, ini

dua pengawal jang setia, selama madjikannja berada

didalam susah, senantiasa serap-serapi dengan

senantiasa bergiliran menunggu di depan astana.

Tidak selang berapa bulan sedjak Goei Hoei terima

kembali pekerdjaannja jang diserahkan kepada Kiet

Tjhing, Thio See telah meninggal dunia, maka kaisar lalu

angkat Gak Hoei sebagai gantinja dengan kepangkatan

sebagai Goan-swee.

Sedang menahan madjunja bangsa Kiem belum selesai,

mendadak di Tiongkok tengah telah terbit kekatjuan jang

diterbitkan oleh kawanan berandal di Rawa Tong-ting.

Ini kawanan brandal kuat sekali, banjak kota telah

dapat diduduki, maka kaisar titahkan Gak Hoei bikin aman

ini darah jang mengantjam Kota-radja.

Sebab itu Gak Hoei terpaksa tinggalkan pula tempat

djaganja dan bikin perdjalanan ke Tiongkok Tengah

dengan membawa pasukan besar.

Untuk bikin aman ini daerah ada sukar sekali, lantaran

djumlahnja kawanan pengatjau terlalu bear. Tapi anggap

tidak begitu penting untuk tjeritakan tjaratjaranja Gak

Hoei membasmi kawanan brandal itu, biarpun oleh hikajat

ada dialeuh bahua perlawanan jang diberikan olehnja kuat

sekali, hingga tidak mudah Gak Hoei menindasnja.

Berbulan-bulan Gak Hoei berkerdja keras untuk sapuh

ini kawanan, tetapi tidak djuga kekatjauan itu dapat

diatasi.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

42

Sedangnja Gak Hoei ripuh menjapuh kawanan brandal

di Tong-ting-houw, adalah itu ketika jang baik telah

digunakan oleh kawanan bangsa Kiem untuk menjerbuh

Tiongkok Utara dan Tengah dengan berbareng. Kiem Goet

Toet petjah lima barisan dan madju berbareng sebrangi

sungai Hong-hoo, dengan lompati bagian pendjagaannja

Gak Hoei.

Lantaran di lain-lain daerah tidak bikin pendjagaan,
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka serbuan kali ini telah berhasil. Kemudian lima

barisan itu saling pentjar menudju ke TiongkokTengah.

Lima pasukan itu, di bahagian tengah dipimpin sendiri

oleh Kiem Goet Toet, dan ternjata paling tjepat madjunja.

Hampirlah boleh dikata, setiap kota jang diterdjang tjepat

sekali menjerahnja. pasukan Tiongkok tidak bisa tandingi

atau tjegat madjunja pasukan musuh. Terutama jang

paling lihay adalah pasukan berkudanja. Pasukan ini

masing-masing terdiri dari tiga orang dan dipalang

potongan besi. Dengan pasukan ini bangsa Kiem telah

bikin barisan Song kalang-kabut tidak bisa melawan.

Maka tjepat sekali ia bisa samperi sungai Yang-tjoe.

Apa mau panglima jang diserahi kewadjiban untuk

bendung madjunja musuh di Kioe-kang, Tjhong-ting Touw

Djiong ada satu panglima jang tidak kenal kewadjibannja.

Begitu bergebrak satu kali lalu ia minta menaluk.

Kiem Goet Toet merasa girang sekali, maka panglima

hianat itu lantas dikurniakan gelaran Radja-muda dan

dititahkan djadi pelopor untuk gempur kota Kiem-ling.

Itu masa Gwan-swee Tjong Tik telah meninggal

berhubung dengan usianja jang sudah landjut, buat

gantinja belum ada.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

43

Maka djuga tatkala barisan musuh mendekati ibukota,

kaisar Koo Tjong djadi bingung sekali, karena tidak ada

orang jang boleh diandali tenaganja.

Bersama Ong Yan dan lain-lain pembesar civiel kaisar

melarikan diri ke Hay-yam.

Touw Djiong sesudah masuk Kiem-ling lalu silahkan

Kiem Goet Toet naik di singgasana dan keluarkan

mahlumat bikin aman kota.

Di antara selir-selifnja kaisar jang ditinggal terdapat

djuga Hoo Hiang, anak angkatnia Thio Pang Tjhiang.

Tempoh Kiem Goet Toet masuki astana, ia disambut

djuga oleh Hoo Hiang. aneh sekali ini bangsa bigadab

tidak djadi tergila-gila kepada ketjantikannja, bahkan

sesudah ia ketahui bahua Hoo Hiang ini ada ketjintaannja

kaisar, Kiem Goet Toet telah bilang demikian kepada

orang-orangnja :

"Ini perempuan ditjintai kaisar, tetapi tempoh kaisar

Song pergi tidak mengikut, njatalak ia bukan orang jang

setia, perempuan begini tidak ada harga dikasih hidup"

Dengan pedangnja ia tusuk dadanja Hoo Hiang

sehingga binasa.

Lalu ia titahkan Touw Djiong uber kaisar Song ke Hay
yam.

Tempoh pasukan musuh hampir sampai, kaisar telah

tinggalkan tempat itu dan menudju ke Tjiang-tong.

Touw Djiong terus mengedjar. Tempoh tahu bahua

kaisar belum berlalu lebih djauh,GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

44

ia segra kurung kota itu. Serdadunja dititahkan treaki

orang-orang jang mendjaga kota, barang, siapa mau

serahkan kota itu dan tangkap hidup kaisar Song, akan

diberi gandjaran, tetapi djika bentahan nistjaja tahu

sendiri akibatnja kalau nanti kota itu sudah dipukul pitjah.

Untunglah pendjaga kota bukannja orang temaha

sematjam Touw Djiong, ia menahan sebisa-bisa kota itu.

Semua pasukannja dikerahkan sambil berdaja agar kaisar

bisa berlalu dari tempat itu.

Begitulah dengan menggunakan taktik di satu fihak

panglima pendjaga kota itu melawan perang, di lain fihak

ia buka pintu kota lain guna silahkan kaisar dan para

pengiringnja melarikan diri.

Kaisar dengan menunggang kuda bersama 2

menterinja jang setia berhadjat menjusul Gak Hoei ke

Siantjioe.

Dengan menanggung banjak kesukaran mereka

landjutkan perdjalanannja.

Sesampainja mereka di Goe-tbauw-san telah dipegat

oleh kawanan brandal. Untunglah kepala begal itu nama

Thio Koo kena diadjak berdamai oleh Lie Kong, maka

kaisar tak dapat susah, malah dapat meneduh di gunung

itu.

Kaisar diberi tempat di rumah berhala jang terdapat

diatas bukit.

Setelah Gak Hoei mendapat kabar bahua kota-radja

diduduki musuh, kaisar melarikan diri bersama berapa

pembesar dam kini berada di gunung Goe-thauw-san, lalu

berunding kepada saudara-saudara angkatnja.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

45

Buat sementara waktu pembersihan itu terpaksa

dihentikan, karena Gak Hoei bersama berapa saudaranja

akan sambangi kaisar, sementara Sian-tjioe diserahkan

kepada Kiet Tjhing.

Demikianlah dengan satu barisan besar Gak Hoe

berangkat menudju ke Goe-thauw-san, bersama Ong

Koei, Goe Koo, Thio Poo, Ong Hing dan berapa panglima

lagi.

Berapa hari kemudian setelah Gak Hoei sampai,

diterima dengan perasaan terharu oleh kaisar, siapa lalu

kurniakan gelaran Boe-tjhiang Khay-kok-kong Siauwpoo

merangkap d abatan Ping-pow Siang-si Tow-tok Tay
gwan-swee.

Begitupun semua saudara-saudara angkatnja dan lain
lain panglima diberikan kenaikan pangkat.

Sedengnja orang bikin persediaan akan bojong kaisar

ke Liem-an, barisannja Kiem Goet Toet telah datang

mengurung pegunungan itu.

Disitu telah dilakukan pertempuran berkali-kali, karena

fihak kaisar ingin dapat djalan keluar, sebaliknja fihak

bangsa Kiem sebisa-bisa ingin menumpas dan tawan

kaisar Song Koo Tjong dan hulu-balangnja.

Saking rapat dan saking banjaknja tentara Kiem, maka

terdjangan Gak Hoei dan saudara-sudaranja tidak djuga

bisa bikin mundur Kiem Goet Toet. Sementara daja
upajanja bangsa Kiem buat menjerang keatas pun

senantiasa gagal, karena perlawanan keras dan nekat dari

fihak panglima Song.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

46

Dari sehari ke sehari sampai sebulan, dan dari sebulan

sampai dua bulan, terus-terusan kedua fihak berhantam,

tetapi tidak djuga mendapat keputusan.

Gak Hoei tak bisa berdaja pula guna undurkan musuh

jang sebanjak itu fihak Kiem Goet Toet pun tidak dapat

djalan untuk membikin lemah lawannja.

Goe Koo jang senantiasa nekat, berapa kali menjerang

musuh, tetapi ia saban kali musti kembali pula keatas

gunung, karena musuh jang tangsinja berlapis, tidak

dapat ditobloskan.

Lantaran ransum dekat habis, Gak Hoei djadi sedikit

bingung bila bahan makanan sampai putus, nistjaja tak

bisa tidak akan terbit kekalutan besar, maka untuk

mendjaga itu ia memberi perintah agar ransum dipakai

sehimat-himatnja.

Baiknja diwaktu berangkat kegunung terlebih dahulu

Gak Hoei sudah bikin persiapan sebaik-baiknja, membawa

ransum berapa kali lebih banjak dari jang perlu dipakai,

karena ia telah jakin benar, dalam keadaan sebagai itu

ketika, pasukan perang harus sedia tjukup barang

santapan untuk menghindari kedjadian-kedjadian jang

tidak dapat disangka. Maka kendati kini telah dikurung

berapa bulan lamanja, barang santapan itu belumlah

putus.

Atas usulnja Touw Djiong, Kiem Goet Toet kirim dua

panglimanja ke Thong-im-koan guna tangkap ibu, isteri

dan anaknja Gak Hoei, tetapi dua panglima jang dikirim

itu telah pulang kembali dengan keadaan luka-luka,

mereka telah dilabrak kalang-kabut oleh Gak In, anaknja

pahlawan gagah itu, jang pada itu ketika sudahGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

47

merupakan djedjaka muda. Seperti djuga ajahnja, pun

Gak In jakinkan silat, tempoh hari telah dilatih sendiri oleh

sang ajah, maka di waktu panglimanja Kiem Goet Toet

sampai dan ingin ringkus padanja, telah dapat hadjaran

matang-biru.

Sesudah memberi labrakan kepada dua panglima Kiem

itu, Gak In lantas bojong ibu dan mama-besarnja ke lain

tempat, dititipkan kepada keluarga Tjhie Djien,

sementara ia sendiri dengan seorang diri menjusul ke

gunung Goe-thauw-san,

Diwaktu masih djadi petani Gak Hoei telah sedia dua

tiga kuda, kadangkaii kuda itu dipakai untuk melatih

anaknja, maka sekarang setelah berada didalam keadaan

penting Gak In bisa menjusul orang tuanja.

Berapa hari kemudian Gak In sampai dibawah

Goethauw-san. Ia lihat disekitarnja gunung itu terdapat

tangsi-tangsi Kiem jang berderet-deret. Untuk dapat

menjerbuh keatas bukan satu pekerdjaan gampang.

Sesudah memandang seketika lamanja dari lain bukit

Gak In dapat lihat bahagian jang paling lemah, maka

disini ia lantas menerdjang. Maski demikian karena

seorang diri, lekas sekali ia berada didalam kepungan

pasukan Kiem.

Untunglah itu tempo Goe Koo sedang meronda diatas

bukit. Tatkala ia lihat dibawah gunung bahagian Timur

gaduh dan kelihatan terbit peperangan, dengan

tak pikir pandjang pula lantas bawa barisan dan

menjerbuh kebawah. Disini ia berhantam sampai sekeanGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

48

lama barulah dapat menolong Gak In keluar dari

kepungan.

Itu djedjaka jang sudah tjapai, setelah lihat Goe Koo

datang dapat pula semangat baru, ia keluarkan lagi

tenaganja sebisa-bisa dan hantam serdadu Kiem jang

berdekatan dengan gembolannja.

Sesudah bertempur pula berapa saat lamanja achir
achir Goe Koo dan Gak In bisa loloskan diri dari kepungan

dan berbareng naik keatas gunung.

Sesudah ketemui ajahnja dan tuturkan keadaan

rumah-tangganja, oleh Gak Hoei anak itu lalu dibawa
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengadap kehadapan Kaisar, siapa lalu ingin memberi

pangkat kepadanja. Tetapi ajahnja menjegah, sebab ia

anggap Gak In masih terlalu muda untuk diberi tugas

sebagai panglima.

Sesukaran kaisar Song Koo Tjong diatas Goe-thauw san

itu telah tersiar kemana-raana, maka berapa panglima

negeri jang mendapat tugas diberbagi tempat lalu sama

siapkan pasukannja untuk menolong. Demikianlah dari

Lam-ban telah datang Gwan-swee Thio. Tjoen bersama

berapa ribu serdadunja, dari Soentjhiang telah sampai

djuga Gwan-swee Lauw Kie, dari Soe-tjhwan panglima

Gouw Kay, dari Ting-hay panglima Ouw Tjiang, dari

Tjhiang-san panglima King Siang, dari Ngauw-thong-koan

panglima Kiem Tjiat, dari Kioe-kang panglima Yo Kie

Tiong, dari Houwkhow panglima Tjia Khoen.

Itu berapa pasukan dari berapa panglima telah datang

beruntun-runtun sebagai saling djandji, hingga dari

mengurung pasukan Kiem kini sebagai dikurung. Pasukan

Kiem jang tadinja kelihatan besar terhadap pasukanGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

49

Song, sekarang merupakan pasukan ketjil kapan

dibandingkan dengan pasukan-pasukan dari berbagai

panglima itu.

Sesudah saling djandji. pada suatu hari itu berbagai

panglima telah lakukan serangan berbareng, hingga Kiem

Goet Toet dan panglima-panglimanja tidak bisa ladeni

mereka. Dari berbagi fihak pasukan musuh itu diterdjang.

Pertempuran heibat telah terdjadi disekitar Goe-thauw
san.

Lantaran serangan mendadak itu pasukan Kiem tidak

pula bisa lakukan serangan dengan barisan berkudanja

jang digandeng tiga-tiga dan dipalang besi.

Bukan sedikit kerusakan pasukan Kiem ini kali, maka

dengan tergesa-gesa Kiem Goet Toet tarik pasukannja,

dikedjar oleh pasukan Song. Waktu iaorang mau liwati

sungai Yang-tjoe, Kiem Goet Toet titahkan prau-prau

perangnja berbaris dengan rapi, untuk mendjaga

terdjangan dari fihak Song.

Tetapi Generaal Han Sie Tiong jang senantiasa awas

meronda di sekitarnja Kioe-kang, setelah mengetahui

kekalahan jang diderita oleh musuh, segera atur

pendjagaan untuk memberi pukulan kepada musuh jang

nistjaja akan sebrangi sungai itu guna menghindari

kerusakan lebih heibat.

Maka setelah ia dapat tahu bagaimana musuh

mengatur prau perangnja, lalu ia herdamai kepada

isterinja untuk menggunakan tjara paling baik memberi

hadjaran kepada musuh.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

50

Pada suatu malam sedang tjuatja terang, suami isteri

Han Sie Tiong siapkan prau-prau perangnja, kemudian

serbuh angkatan laut musuh. Disini pertempuran heibat

telah terbit, dimana untuk membikin gembira pasukannja

njonja Liang Hong Giok memukul tambur sendiri.

Menurut sedjarah, pertempuran di sungai Yangtjoe ini

adalah jang terbesar sedjak ajaman Sam-kok. atau sedari

perang di Tjhik-phik. Kerusakan jang diderita oleh

pasukan Kiem bertambah besar. Han Sie Tiong dapat

rampas banjak sekali alat perang musuh.

Kiem Goet Toet, bersama adviseurnja. Ha Bie Tjhie,

beruntung bisa loloskan diri dari bentjana berkat

ketangkasan para panglima Kiem jang melindungi mereka

setjara mati-matian.

Lantaran dapat ini labrakan. Kiem Goet Toet terpaksa

tarik pasukannja keluar pula dari perbatasan Tiongkok.

Kaisar Song Koo Tjong lalu berikan gandjaran kepada

semua hulu-balangnja.

Kira setengah bulan kemudian, setelah keadaan sudah

reda kembali, kaisar njatakan pula niatannja akan

pindahkan kedudukannja ke Liem-an.

Berbagai pegawai madjukan usul agar kaisar kembali

sadja ke Kiem-ling, tetapi ia keras kepada niatannja. Ia

anggap Kiem-ling telah bernoda berhubung

penjerbuannja pasukan Kiem. maka ia tidak mau

bertempat pula di itu ibu-kota.

Karena keadaan dalam negeri sudah kelihatan aman,

Gak Hoei dan lain-lain pembesar madjukan permohonanGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

51

untuk kembali ke masing-masing tempat tinggalnja.

Kaisar memberi perkenan.

Demikianlah itu panglima berserta saudara-saudara

angkatnja bojong ke Thong-im-koan. Setelah berdiam

berapa bulan lamanja Gak In diberi nikah kepada

puterinja seorang dari famili Kong.

Tidak selang lama ibunja Gak Hoei pulang ke djeman

baka dengan perasaan tenang dan puas.

Setelah mengalami tiga tahun berdiam di Liem-an,

kembali pada suatu hari kaisar dibikin terkedjut dengan

adanja berita-berita jang disampaikan dari berbagai

daerah. Dari bilangan Shoatang (Shantung) Yo Tjay Hien

terbitkan pemberontakan, daerah Hong-tjioe pun terbit

kerusahan, kepala pembrontak di Tong-ting jang berapa

tahun lalu dapat ditindas kini undjuk pula aksinja, berapa

kota telah direbut. Ini kabar-kabar jang tidak

menjenangkan, keruan membikin kaisar merasa sangat

terganggu pikirannja.

VI

Kita telah lama tinggalkan Tjien Kwee, orang jang bakal

pegang rol penting dimasa katjau itu.

Tjonggoan tadi setelah berdiam berapa tahun lamanja

di Pianking dengan tidak ada ketentuan tudjuannja,

berhubung dengan pindahnja kedudukan ibu-kota ke

Kiem-ling, merasa sangat kesal.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

52

Setelah kaisar pindah pula ke Liem-an dalam kalbunja

terbit tjita-tjita baru. Maka ia segera bojong rumah

tangganja kesana.

Lantaran kaisar membutuhkan tenaga-tenaga orang

pandai, kedatangan Tjien Kwee itu adalah kebetulan

sekali. Dalam pembitjaraan kepada kaisar Tjien Kwee

temjata pandai memberi uraian muluk dan alasan-alasan

jang menjenangkan, maka kepadanja lantas diberikan

kedudukan sebagai Sien-siang (Perdana Menteri).

Lantas djuga orang dapat mengenali siapa sebenarnja

Sien-siang ini, jalah tak lain dan tak bukan hanja ular

kepada dua. Ia bisa bitjara baik-baik dihadapan kaisar,

memberikan 100 alasan, tetapi di belakang ia gunakan

kekuasaannja untuk kepentingannja sendiri. Ia suka uang

sogokan dan mau lakukan segala pekerdjaan djahat atau

kedjam kalau sadja disitu ia bisa mendapat keuntungan.

Maka tatkala disana-sini terbit kegaduhan, Tjien Kwee

gunakan tempoh itu untuk memantjing di air butak.

Sedangnja kaisar bingung. Tjien Kwee pakal ketika jang

baik guna dapatkan kekajaan haram.

Menteri-menteri lain tak berani buka resianja Tjien

Kwee, karena ia banjak komplotnja. dan selainnja dari itu

orang sangat takut kepadanja, lantaran kaisar sangat

pertjaja kepada ular kepada dua itu.

Apa mau selagi pemberontakan itu belum dapat

ditindas, bangsa Kiem kembali mengaduk pula di

perbatasan Tiongkok Ini bangsa jang tiga tahun lampau

telah dilabrak kini adjukan lagi pasukan-pasukannja,

serbuh pula negeri Song.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

53

Kota-kota di bahagian Utara dapat diduduki olehnja,

karena tidak ada panglima tjakap jang dapat menahan

madjunja pasukan musuh. Sesudah berdamai kepada

menteri-menterinja kaisar menitahkan pengawal astana

panggil Gak Hoei di Thong-im-koan.

Ini panglima jang sudah sekean lama mengasoh.

segera bersiap-siap, bersama saudara-saudaranja

kundjungi pula kota-radja.

Kaisar memberikan kepada Gak Hoei kekuasaan lebih

besar, diserahi pimpinan sebagai Goan-swee untuk bikin

tentram keadaan dalam negeri dan pukul mundur

pasukan Kiem. Selainnja dari itu kaisar pun menitah

kepada generaal Han Sie Tiong dan lain-lain pembesar

militair agar memberi bantuannja kepada Gak Hoei untuk

bikin aman keadaan negeri jang katjau itu.

Setelah bikin persiapan berapa hari lamanja, Gak Hoei

lalu madjukan pasukannja ke daerah Shoatang. Disini ia

gunakan tenaganja dengan heibat. hingga dalam tempoh

tak lamanja keadaan itu sudah pulih lagi. Dari sini ia

pindahkan pasukannja ke daerah Tong-ting, jang dahulu

ia belum bikin amau benar.

Kini ia tidak kasih banjak tempoh lagi kepada kawanan

pemberontak, la hadjar keras mereka itu. Maka belum

berapa bulan keadaan di Tiongkok-Tengah pun telah reda

kembali. Kawanan pengatjau satu demi satu kena

diringkus.

Dari sini ia tudjuhkan tindakannja ke Utara untuk

menghadapi lawannja jang lebih tangguh jaitu bangsa

Kiem.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

54

Berkat kerdja sama jang erat antara berbagai-bagai

pemimpin militair, jaitu Generaal Han Sie Tiong, Generaal

Lauw Kie dan lain-lain lagi, maka pasukan Kiem itu dapat

diusir keluar dari perbatasan Tiongkok, kemudian Gak

Hoei madju lebih djauh dan lebih djauh pula, masuk

kedalam daerah bangsa itu sendiri.

Kemadjuan Gak Hoei jang luar biasa itu telah

menerbitkan perusahaan djelus dalam hatinja Tjien Kwee.

Ini manusia hina jang hanja kenal kepentingan diri sendiri

merasa kuatir, bila di satu hari Gak Hoei mentjapai succes

dan dapatkan kedudukan lebih baik, dirinja nistjaja tak

bisa duduk senang, bahkan mungkin sekali akan dapatkan

tjelaka. Manusia jang hina dan djahat memang senantiasa

selempangi bajangannja sendiri, sebab peri bahasa ada

bilang : Siapa jang tanam dialah jang bakal pungut

hasilnja. Lain peribahasa Tionghoa jang terkenal ada kata

: Tanam katjang hasilnja katjang, tanam semangka pun
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan panen semangka.

Menurut sedjarah dahulu, Tjien Kwee dapat banjak

suapan dari bangsa Kiem, maka dalam kalbunja terbit itu

niatan bikin tjelaka Gak Hoei. Tetapi menurut kejakinan

orang belakangan, perbuatan itu telah dilakukan berdasar

kejakinan dari dorna itu sendiri, jang selempang dirinja

tak akan selamat bila Gak Hoei berhasil atas usahanja,

sebab ia tahu akan gorok dirinja.

Dengan kaki-tangannja ia lalu atur komplotan untuk

amaja itu pemuka militair jang terkenal. Lalu Tjin Kwee

bikin pirman nalsu dan didalam satu hari ia kirim dua

belas utusan untuk menitahkan Gak Hoei tarik kembali

pasukannja. Lebih dahulu Gak Hoei harus berdiam diGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

55

Tjoo-sian-tien, lalu kembali ke Kota-radja. Titah itu

ditandai dengari perkataan selekas-lekasnja.

Gak Hoei selagi bersiap-siap akan gempur lebih djauh

pasukan musuh agar djangan saban kali mengganggu

daerah Tiongkok ketika ia mendapat terima panggilan

jang pertama.

Baru sadja ia njatakan sedia akan penuhkan titah

kaisar, telah menjusul utusan jang kedua.

Utusan kedua baru sadja mundur telah sampai utusan

atau titah jang ketiga. Begitulah seharian itu

terusmenerus Gak Hoei ripuh terima kedatangannja

utusanutusan palsu dari kaisar, atau kaki-tangan Tjien

Kwee.

Lantaran harus bikin persiapan akan tarik mundur

pasukannja, hal mana sebenarnja Gak Hoei merasa

sangat sajang, sebab succes sudah ada di depan mata,

maka barulah sepuluh hari kemudian Gak Hoei tarik

pasukannja ke Tjioe-sian-tien.

Generaal-generaal jang lain sama njatakan supaja Gak

Hoei madjukan permohonan kepada kaisar agar dapat idin

melandjutkan gerakannja, tetapi Gak Hoei jang

bertanggung-djawab. dan jang telah diberi titah oleh

ibunja supaja menurut apa jang kaisar titahkan, tak

berani berbuat.

Setelah sampai di Tjoe-sian-tien dan telah berdiam dua

hari lamanja. Gak Hoei dapat panggilan datang di Ibu
kota, dalam firma kaisar (palsu) dinjatakan bahua Gak

Hoei telah tarik pasukannja terlalu ajal, tak hiraukan titahGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

56

kaisar dan ini dipandangnja ada satu kesalahan, maka ia

harus lekas datang untuk bertanggungdjawab.

Sebelum berangkat terlebih dahulu ia panggil Thio Poo

mengadap.

Kepada ini orang kepertjajaan Gak Hoei njatakan, ia

akan angkat kedalam kedudukan Tjong-ping di Hooliang

sebagai satu hadlah jang ia telah belasan tahun berkerdja

dengan setia. Tetapi Thio Poo menolak sembari kata :

"Aku ada seorang kasar, nistjaja tak sanggup untuk

pegang itu pekerdjaari, lebih pula aku lebih senang

berada dibawah perintah Loo-ya, maka haraplah Loo-ya

perkenankan aku berdiam terus disini, disamping Loo-ya"

"Kau keliru." djawab Gak Hoei. "Aku berikan kedudukan

itu padamu, bukan kata aku tidak senang pula kepadamu,

pun bukannja aku tidak hargakan tenagamu. Sangat aku

hargakan, maka sebagai satu pembalasan dari aku,

djanganlah kau membantah pula. Aku tahu kau sampai

tjakap untuk pegang kedudukan itu"

Thio Poo mendjura. la utjapkan banjak terima kasih

buat itu kurnia.

Lalu ia gapain Ong Hing.

"Aku pun ingin pakerdjaan kau mendjadi Tjongping "

kata Gak Hoei, bukankah kau suka terima itu djabatan?"

"Terima kasih, Loo-ya, tetapi aku tidak suka pangku

djabatan itu. Aku ini ada seorang kasar, lebih kasar dari

Thio Poo, maka djanganlah paksa aku pangku djabatan

itu. Djika Loo-ya paksa djuga, aku akan bunuh diriGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

57

dihadapan Loo-ya sekarang ini djuga." kata Ong Hing

dengan suara sungguh-sungguh.

Gak Hoei diam, ia awasi tampangnja itu pegawai

dengan tenang.

Ternjata Ong Hing bitjara dengan sepenuh hati, maka

Gak Hoei tidak memaksa lagi.

Habis itu lalu Gak Hoei duduk berunding pada saudara
saudara angkatnja.

Ia titahkan saudara-saudara itu mendjalankan

kewadjiban masing-masing dengan baik, karena besok ia

akan berangkat ke Kota-radja.

Saudara-saudara itu menjegah sembari menjatakan

kekuatirannja, bahua kali ini d jika Gak Hoei berangkat

lebih banjak bentjanar.ja dari pada untungnja, karena

kawanan bangsat jang berada dibawah pimpinannja Tjien

Kwee terlebih d jahat dan kedjam dari pada kawanan

badjingan dibawah pimpinannja Thio Pang Tjhiang.

Tetapi Gak Hoei tidak kena dibikin gontjang hatinja

dengan itu berbagai omongan.

"Biar apa jang akan djadi, aku harus berangkat dan

mengadap Seri Baginda. Ibuku telah menitahkan

kepadaku agar aku membela negeri, maka aku tidak bisa

menjingkir dari apa jang ibuku sudah menitahkan

kepadaku."

Malamnja ia berunding dengan generaal-generaal jang

lain.

Besoknja bersama Ong Hing ia berangkat ke Liem-an.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

58

Setelah dua hari di perdjalanan, hari ketiganja ia

dipapaki pula oleh utusan dari Kota-radja jang membawa

firman kaisar (palsu). Dalam firman ini kepada Gak Hoei

dibertahukan, bahua ia telah berbuat satu kesalahan

dengan tidak lekas-lekas tarik pasukannja ke Tjoe-sian
tien seperti jang dititahkan. Ini perbuatan dipandangnja

satu pelanggaran, maka kini Gak Hoei diangap satu

pendjahat. ia harus dilutjuti kebesarannja dan harus pula

dilutjuti pakaian kebesarannja.

Dengan pakaian setjara orang biasa Gak Hoei

landjutkan perdjalanannja.

Besok paginja ia dipapaki pula oleh tiga utusan kaisar,

kini mereka membawa firman jang menitahkan supaja

Gak Hoei tukar pakaian persakitan jang sudah

disedlahkan.

Melihat ini semua kedjadian, Ong Hing tidak bisa

menahan pula kesabarannja. Ia anggap itu ada

penghinaan sangat besar bagai tuannja, maka ia bilang

kepada utusan tadi:

"Gak Loo-ya telah berbuat djasa-djasa besar dengan

bikin aman berbagai tempat, pukul mundur kawanan

berandal Kiem, dan sebagai penghargaan dari djasanja,

ia dilutjuti dan dipandangnja sebagai penghianat,

bagaimanakah artinja ini semua? Ini toch ada satu tanda

bahua orang jang pegang pimpinan di Kotaradja tidak bisa

indahkan ketjakapan dan djasa orang, Tjara demikian

bagaimana negeri bisa mendjadi makmur dan madju"

"Diam, Ong Hing, djanganlah kau tjampur urusan ini"

kata Gak Hoei.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

59

Ong Hing tidak bitjara pula.

Ini kesempatan digunakan oleh tiga orang suruannja

Tjien Kwee untuk menjerang dengan sendjata mereka.

Ong Hing baliki badannja dan tjabut pedangnja, sedia

balas menjerang, tetapi Gak Hoei kembali memberi titah

untuk Ong Hing djangan bergerak.

"Djangan kau turun tangan, Ong Hing, aku tak suka kau

melawan utusan Baginda Kaisar"

Karena ada ini perintah dari madjikannja Ong Hing

tidak membalas menjerang atau menangkis

terdjangannja itu tiga utusan, maka gampang sadja Ong

Hing dibinasakan dengan tak berdaja satu apa. Seantero

tubuhnja ini hamba jang setia penuh dengan lobang
lobang sendjata.

Sesudah Ong Hing rebah dengan tak berdjiwa barulah

utusan-utusan itu merasa puas. Lalu mereka silahkan Gak

Hoei mengikut dan kini ia dititahkan masuk kedalam

kereta pesakitan.

Sesampainja di-ibu kota, panglima itu terus dikasih

masuk kedalam pendjara, dengan tidak diketahui oleh

siapapun ketjuali Tjien Kwee dan komplotannja.

Cipir bui atas titahnja Tjien Kwee berulang-ulang beri

titah supaja Gak Hoei menulis pengakuan bahua ia

sengadja lambatkan menarik pasukannja, karena

berhadjat berontak.

Gak Hoei tentu sadja menolak. Maka itu ia diberi

hukuman berat-berat, saban hari dihadjar dengan rottan

sehingga belakangnja luka-luka. Kemudian kakitangannjaGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

60

di-ikat dengan rante. Tetapi ini semua siksaan Gak Hoei

tahan sadja dengan tidak mengeluh.

Saban hari cipir bui panggil Gak Hoei menaadap dan

titahkan ia menulis pengakuan seperti jang dimaksudkan

oleh Tjien Kwee, tetapi ia tetap menolak.

"Kau boleh siksa aku sampai mati, tidak nanti aku

berbuat seperti jang kamu titahkan. Geger belakangku

telah ditulis oleh ibuku, bahua aku harus bela negeri,

maka bagaimana aku diwadjibkan mengaku mau

berontak melawan kaisar." demikian Gak Hoei bilang pada

suatu hari kepada cipir itu.

Lalu ia disiksa lebih heibat pula. Gak Hoei tangannja

didjepit dengan besi, kulit tangannja dikeset, sehingga

berlumuran darah. Berapa kali panglima itu djatoh

pangsan, tetapi ia tetap tidak mau mengaku apa jang ia

tidak berbuat.

Setelah lebih dari sebulan lamanja disiksa begitu rupa,

dan saking tidak tahannja, pada suatu hari Gak Hoei

mengeluh sembari kata; "Apa jang aku alamkan ini

baiklah aku sendiri jang pikul, djanganlah anakku

mendapat siksaan jang sekedjam ini"

Perkataan ini dapat didengar olehi salah-satu pendjaga

pendjara jang mendjaga kamarnja Gak Hoei. Ini orang
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera bertahukan kepada cipir. Ini pembesar bui kaget,

karena kini ia baru dapat ingat bahua Gak Hoei masih ada

satu anak jang sudah dewasa dan termasuk satu

panglima matjan djika ini pemuda mengetahui ajahnja

diamaja nistaja lain hari bikin pembalasan. Maka cipir ini

lalu beri titah kepada pendjaga tadi supaja berpura-pura

dan memudji-mudji Gak Hoei andjuri ia menulis keGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

61

rumah, surat ini nanti akan diserahkan kepada Sien
siang, siapa tahu ada faedahnja.

Oppas bui itu menurut. Malamnja ia datang dalam

kamar tutupannja Gak Hoei. Ia berlaga bilang demikian :

"Aku tahu Goan-swee diamaja orang, maka dapat ini

nasib djelek. sedang Goan-swee ada berdjasa sekali. Aku

tidak bisa lihat ini semua kedjadian, maka aku ingin

berkorban untuk kebaikan Goan-swee. SilahJean Goan
swee menulis surat ke rumah, aku nanti kirim seorang

sanakku ke Thong-im-koan untuk sampaikan surat itu

kepada Hoe-djien. agar ia mengetahui apa jang terdjadi

disini."

Gak Hoei kira itu opas bui ada seorang tulus hati, maka

ia bilang banjak terima kasih. Lalu esoknja ia minta

pindjam kepada opas itu perabot tulis, kemudian menulis

surat kepada Gak In, puteranja.

Dalam surat itu ia paparkan tentang

pengalamanpengalaman selama ini sampai ia kini disikap

dalam pendjara, semua itu nistjaja ada perbuatannja

orang djahat. Ia pesan poma-poma anak itu djaga ibunja.

Kemudian pada penutupnja ia tidak lupa menitahkan anak

itu memberi hadlah berapa tail perak kepada pembawa

surat itu, jang dinamakan seorang baik.

Tentu sadja Gak Hoei tidak kira djika surat itu bakal

djatoh ditangannja kawanan dorna. Begitu pendjaga

kamar itu dapat surat tersebut, lalu ia serahkan kepada

cipir, siapa malamnja terimakan itu kepada Tjien Kwee.

Ini manusia titahkan salah satu orang kepertjajaannja

jang pandai meniru tulisan orang palsui itu surat. Dalam

surat palsu itu disebutkan bahua kini Gak Hoei diberiGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

62

anugrah besar oleh kaisar, maka ia silahkan Gak In

berkundjung ke Liem-an untuk sama-sama njatakan

terima kasihnja kepada kaisar. Lebih djauh dalam surat

palsu itu diminta Gak In selekasnja berangkat.

Baik itu anak muda maupun ibunja, tidak mengarti

djika surat jang diterima itu bukan surat tulen. Maka

iaorang merasa girang dan Gak In buru-buru berangkat

ke Kota-radja bersama-sama dengan utusan.

Sesampainja di Liem-an, orangnja Tjien Kwee sudah

siap menjambut kedatangannja, siapa tidak tempoh lagi

lalu bawa ia ke pendjara, ditjampur dengan ajahnja.

Barulah sekarang Gak Hoei tahu, bahua orang jang

mengaku akan berkorban untuk sampaikan suratnja

kepada Gak In, ada kawanan bangsat d juga. Tidak bisa

dilukiskan alangkah mendongkolnja mereka itu. Tetapi

semua telah kasep

Sepagai djuga ajahnja, dalam pendjara itu pun Gak In

.dianija, setiap hari dihadiar dengan rottan. Ajah dan anak

itu tidak bisa berbuat lain, dari pada terima nasib, karena

dalam pendjara itu, merupakan dunia sendiri, tidak ada

keadilan dan tidak ada pula erang jang sanggup

menolongnja.

Tetapi Gak Hoei ada satu laki-laki benar, ia tidak pernah

menjesal jang ia tak mau menurut nasihat saudara
saudara angkatnja atau panglima-panglima lain. Ia

pandang semua itu sudah nasibnja.

Sesudah berdaja dan tidak berhasil djuga untuk

membikin Gak Hoei mau mengaku berhianat atau

berhadjat berhianat, supaja dengan itu surat pengakuanGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

63

si dorna bisa adjukan kedepan kaisar sebagai bukti, pada

suatu malam, pada tanggal 29 bulan Tjap-djiqwee, ajah

dan anak itu telah dibikin tamat lelakonnja dengan didjiret

lehernja.

Panglima itu masuk usia 39 tahun, sementara Gak In

22 tahun.

Perbuatan djahat dari kawanan durdjana tadi rupanja

telah menerbitkan djuga gusarnja alam, maka itu malam

hudjan telah turun deres sekali, angin meniup keras,

sedang guntur menjambar-njambar, seolah-olah

memberi antjaman kepada manusia-manusia busuk itu,

bahua diatas kita orang, masih ada "Tangan" jang lebih

berkuasa.

VII

Sedari itu hari Thio Poo berpisah kepada Gak Hoei

dimana ia pada esoknja berangkat ke Hoo-liang untuk

pangku djabatan Tjong-ping, hatinja merasa sangat tidak

enak, karena ia dapat perasaan bahua berangkatnja

panglima itu di ini kali ke Kota-radja berhadapan dengan

marah-bahaja.

Maka sebulan belakangan ia kundjungi Thong-imkoan

dimana ia ketemui njonja Gak Hoei. Njonja ini bertahukan

tentang kedataugannja utusan dari suaminja jang minta

Gak In segera datang di Ibu-kota.

Setelah dengar kedjadian ini, Thio Poo semingkin

merasa tidak enak. Maka besok paginja ia berangkat ke

Liem-an untuk serap-serapi apa jang terdjadi atas diri

bekas madjikannja.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

64

Waktu ia sampai di Ibu-kota dan dapat tahu Gak Hoei

didjerumuskan dalam bui, ia merasa sangat terkedjut.

Dengan gunakan banjak suapan ia berhasil bisa tengok

kedalam bui.

Tatkala ia ketemui Gak Hoei dan anaknja berada

didalam keadaan begitu tjelaka, pegawai jang setia ini

menangis sedih sekali. Dari penjelidikan jang ia lakukan

sebelum ia bisa masuk kedalam bui, ia telah ketahui siapa

adanja orang jang musuhi panglima tersebut. Maka

harapan untuk Gak Hoei bisa keluar pula dari pendjara,

sangatlah tak mungkin.

Dari itu ia pun membawa banjak makanan ledzat, akan

guna bekas madjikannja, supaja bisa makan enak. Tetapi

Gak Hoei dan anaknja jang didalam siksaan dan

keadannja lebih banjak mati dari pada hidup, lantaran

tubuhnja mendapat banjak luka-luka, dimana bisa telan

itu semua makanan. Biarpun begitu, supaja, tidak

membikin ketjewa perasaannja Thio Poo jang setia,

mereka telah tjoba makan djuga sebisanja.

Sesudah liwat dua tiga djam lamanja, pendjaga bui

kasih tahu supaja Thio Po lekas berlalu, karena ia

selempang dapat diketahui oleh Tjien Kwee.

Thio Poo jang kini jakin bahua Gak Hoei susah lolos dari

tjengkeremannja dorna, merasa sedih sekali. Dengan

tidak kata satu apa lalu ia benturkan kepalanja ditembok

pendjara, hingga pada sat itu djuga pegawai jang setia itu

telah binasa

Gak Hoei dan anaknja merasa terkedjut hadepi ini

kedjadian. Mereka kutjurkan air-mata atas kesetiaannja

itu pegawai lama.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

65

Begitulah berapa hari kemudian telah datang itu waktu

Gak Hoei dan puteranja dibikin tjelaka oleh kawanan

manusia kedji .

Belum merasa puas sudah amaja Gak Hoei dan

puteranja, Tjien Kwee lalu titahkan orang kepertjaannja

tangkap semua keluarganja itu panglima dan bawa ke

Liem-an.

Lebih dari tiga ratus orang dibojong kesana, hanjalat

anaknja Gak Hoei kedua, nama Gak Loei, lebih dahulu

telah bisa loloskan diri, hingga ia tidak ikut ketangkap.

Gak Loei itu masa telah berumur 15 tahun, tadinja ia

tidak mau menjamar melarikan diri, tetapi atas desekan

ibu dan lain-lain sanak keluarga, maka ia mengumbara ke

lain tempat, untuk sembunjikan diri dari tjenkeraraannja

kawanan dorna.

Ia telah beruntung bisa lolos.

Selainnja njonja Gak Hoei, menantu perempuannja

(njonja Gak In), ada pula anak ketiga dari Gak Hoei, nama

Gak Tjien, jang ikut ditangkap.

Setelah sampai di Ibu-kota itu semua keluarga lalu

dibuang ke In-lam (Junnan).

Meliat kawanan dorna bisa berlaku sewenang-wenang,

sementara kaisar hampir tidak berdaja satu apa, hingga

seolah-olah jang bertachta di korsi naga itu Tjien Kwee

seorang, maka generaal Han Sie Tiong lalu madjukan

permintaan berhenti dari djabatannja. Lalu ia berdiam di

See-ouw (telaga Sihu) dimana suami isteri itu dirikan

peseban, setiap pagi mereka tjari hiburan di gunung
gunung di sekitarnja telaga jang indah itu. KadangkaliGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

66

mereka bawa teman-temannja, makan minum di

peseban, bikin sahir, bunjikan musiek dan lain-lain

hiburan pula.

Ia tidak lagi mau openi urusan dunia jang kelihatan

semingkin katjau.

Goe Koo dan saudara-saudaranja jang senantiasa

menantikan kabar dari Kota-radja, tatkala dapat tjium

warta desas-desus tentang meninggalnja sang Twako

atas perbuatannja Tjien Kwee, merasa sangat penasaran.

Ini panglima jang tebeatnja kasar, segera njatakan

ingin berontak melawan kaisar, jang ia katakan tidak

gunanja pula. Ini pemjataan ditundjang oleh Ong Koei,

siapa pun setudju sekali lakukan pemberontakan.

Ini dua panglima dengan gusar ingin membalas

dendam kepada Tjien Kwee dan semua komplotnja.

Tetapi mereka ditjega oleh lain-lain saudara angkatnja

jang lebih sabar, sebagai Sie Tjwan, Thio Hian, Nio Hien,

Kiet Tjhing dan lain-lainnja. Ini golongan jang lebih dingin

hatinja bilang, mereka tempoh hari pun pernah njatakan

kepada Twakonja supaja djangan ke Liem-an, tetapi Gak

Goan-swee tidak mau mengarti. Ia kata, djika dapatkan

bentjana pun sudah, bahkan saudara-saudara itu telah
Panglima Gak Hoei Karya Liong Djwan Liem di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diminta djandjinja, biarpun apa sadja jang terdjadi,

mereka harus setia kepada kewadjibannja, sekali-kali

djangan lakukan pemberontakan terhadap kaisar.

Lantaran demikian Goe Koo dan Ong Koei dapat

ditjegah kehendakannja. Tetapi pada itu waktu djuga

mereka lalu letakan djabatan masing-masing. MerekaGAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

67

kembali lagi ke gunung Goe-thauw-san untuk melihat

gelagat.

Tjien Kwee sedari itu hari dapat puaskan hatinja

dengan amaja Gak Hoei dan anaknja, djanganlah dikira ia

bisa hidup senang. Dorna ini lalu sering terganggu

kesehatannja. Ia kurus kering dan sakitan. Pada satu hari

tatkala sedang bersidang dengan orangorangnja,

mendadak djatoh pangsan. Mulutnja sabankali bertreak :

"Ampunilah aku, Gak Lo-ya"

Berapa hari kemudian dorna ini meninggal dunia.

Menurut tjerita, Tjien Kwee gigit lidahnja sendiri sendiri

sampai hampir putus, sementara darahnja berketesan.

Tidak selang lama isterinja pun menjusul ke d jaman

baka.

Berapa bulan belakangan kaisar Koo Tjong wafat,

sebagai gantinja diangkat keponakan dari Koo Tjong, jang

telah dinobatkan sebagai putera makota, nama Ting,

dengan bergelar Song Hauw Tjong. Masehi tahun 11Itu

tempoh pasukan Kiem kembali mengaduk Tiongkok
Utara, kaisar baru tanjak pikirannja menteri-menteri tua,

dengan daja bagaimana agar dapat undurkan pasukan

musuh.

Atas usul menteri Thio Sien dimadjukan lima atjara

guna bikin aman negeri, tenteramkan pikiran rakjat jang

tidak puas. Lima atjara itu diterima oleh kaisar.

Pertama, tangkap semua kambratnja kawanan dorna,

masukan kedalam pendjara dan diberi hukuman setimpal.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

68

Kedua, pindahkan kuburannja Gak Hoei ketempat lebih

baik, beri gelaran kepadanja selaras dengan djasanja,

dirikan kelenteng guna peringati kesetiaannja.

Ketiga, tjabut hukuman buang keluarga Gak. berikan

pula kedudukan jang setimpal kepada mereka, serahkan

kembali semua miliknja dan ganti kerugian kepadanja,

angkat Gak Loei djadi panglima besar guna undurkan

musuh.

Keempat, panggil semua saudara-saudara angkat Gak

Hoei di Goe-thauw-san, berikan pula djabatan kepada

mereka dan titahkan mereka bantu undurkan musuh.

Kelima, memberikan pula kedudukan dan pangkat

kepada para pegawai dan menteri jang tempoh hari telah

dilepas dengan tidak ada kesalahan.

Begitulah kaisar lalu keluarkan firman seperti usul

tersebut.

Dengan dibantu oleh Sie Tjwan, Kiet Tjhing, Goe Koo,

Ong Koei. Thio Hian dan lain-lain panglima, Gak Loei

pimpin pasukannja menudju ke Utara untuk memberi

labrakan kepada pasukan Kiem.

Berkah ketangkasannja pasukan perang jang berada

dibawah pimpinannja panglima muda, musuh kena

dipukul mundur sampai terlempar keluar batas Tiongkok.

Sesudah keamanan kembali pula, Gak Loei tarik

pasukan perangnja untuk memberi ketika kepada semua

panglima dan serdadu beristirahat.GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

69

Tatkala pasukan itu sampai di Liera-an, kaisar sendiri

keluar kota menjambut kedatangannja Gak Loei dan para

panglimanja.

Didalam astana lalu diadakan pesta besar. Kaisar

mengeluarkan mahlumat dimana ia njatakan, bahua

dalam penjelidikan jang telah dilakukan dengan seksama

sudah ternjata, bahaua Gak Hoei dan puteranja, Gak In,

bukari sadja tidak berdosa, bahkan mereka itu telah

berdjasa. Tetapi atas fitenahannja Tjien Kwee dan

seturuhnja, iaorang menemui adjal jang menjedihkan,

maka untuk membetulkan kesalahan jang lampau itu, kini

baginda dirikan sebuah kuil untuk memperingeti

kesetiaan dan djasanja Gak Hoei, serta diberi kurnia

gelaran Radja-muda (Boe Bok Ong). Djuga Gak In, Thio

Poo, Ong Hing dan lain-lain pula jang langsung mendjadi

korbannja kawanan dorna, diberikan gelaran.

Gedungnja Tjien Kwee disita negeri, dibongkar, disitu

didirikan astana untuk mendjadi tempat kediamannja Gak

Loei. Begitu pula lain-lain gedong kawanan dorna semua

diambil negeri dan diberikan kepada para panglima atau

menteri jang berdjasa pada negeri.

Disampingnja kuburan Gak Hoei orang bikin patungnja

Tjien Kwee suami isteri. Kalau orang datang disitu

atau habis sembahjang, biasa orang ludahi atau

kentjingi patung itu. Sampai sekarang kebiasaan itu

masih terus berdjalan.

*?*GAK HOEI 02 - KOLEKTOR E-BOOK

70

Sedjak waktu itu rahajat di Liem-an dan lain-lain

tempat, dari saking gemasnja kepada Tjien Kwee suami
isteri, diwaktu lalukan upatjara sembahjangan di

kuburannja Gak Hoei. membawa sadji kue-kue jang

terbikin dari gandum, dibikin dua orang-orangan jang

digulatkan djadi satu dan dinamakan Yoe-tja-kwee,

artinja"Minjak menggoreng (Tjien) Kwee," atau Gorengan

Tjin-kwee, laki-bini.

Sampai sekarang diberbagai tempat, sampaipun di

Indonesia, orang bisa dapatkan Yoe-tja-kwee. hanja tidak

merupakan dua orang-orangan jang digulatkan tetapi dua

gelintiran jang digulatkan, untuk mempermudah

membikinnja. Pada djaman belakangan dan djuga

sekarang ini, Yoe-tje-kwee itu tidak lagi merupakan

barang sadji sembahjang, hanja djadi serupa barang

dagangan umum.

Di Semarang. Gang Lombok umpamanja, orang bisa

membeli Gorengan Tjien Kwee setiap hari

sebanjakbanjaknja.

Dus mau atau tidak, kalau orang lihat digorengnja Yoe
tja-kwee atau Yoe-tja-kwee, orang mendjadi ingat kepada

perbuatan duraka dari Tjien Kwee jang telah amaja Gak

Hoei tanpa dosa.

[END]


Dewa Arak 31 Perkawinan Berdarah Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Dewa Arak 05 Banjir Darah Di Bojong

Cari Blog Ini