Ceritasilat Novel Online

Pedang Maut 1

Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja Bagian 1

PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

1PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

2

PEDANG MAUT - 01

Penerbit Toko Buku Pangkalan Brandan

Pedjagalan ? Djakarta Kota

Dituturkan oleh:

Kiam Ong Indradjaja

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? editing pdf Text : Andy MullPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

3

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para

pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi

pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan

dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan

dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media

diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,

usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari

kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek

buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan

kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital

sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari

buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

4

PEDANG MAUT

Jilid : 01

Dituturkan Oleh : Kiam Ong Indradjaja

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

__________________________________

Didjaman berkuasanja kaisar Kian Liong dari

dynasti Boan (kira2 pertengahan abad ke-18

masehi). Menurut tjerita orang, diperbatasan

antara In-lam dengan Birma pernah muntjul

seorang pendekar wanita berpakaian merah.

Riwajat hidup Lie Hiap itu penuh dengan kedjadian2

jang menggemparkan dan menakdjubkan, maka

tak heranlah kisahnja mendjadi buah bibir orang

banjak jang berdiam didaerah itu, bahkan

menghiasi lembaran sedjarah.

Tjerita ini dimulai pada tahun 1760 atau tahun

Kian Liong jang ke-25. Pada suatu malam ditahun

itu, seorang pemuda kira2 berumur 25 tahun

memakai seperangkap pakaian berburu dengan

menunggang kuda perlahan2 madju kedepan.

Dibahunja tampak tergantung sebuah busur,

sedang dipinggang nampak tergantung pula sebilah

pedang. Disamping pemuda itu ikut 2 orang,PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

5

rupanja mereka adalah orang-orang jang

mengiringi sipemuda.

Disepandjang djalan mereka selalu menikmati

keindahan alam jang terbentang disepandjang

perbatasan antara In-lam (Hoen-lam) dengan

Birma itu. Bukit2 jang tersusun rapi, bagaikan

pagar jang membatasi wilajah kedua negeri itu,

jang diselingi pula dengan rimba2 jang pada

menghidjau, maklum kala itu adalah musim semi.

Pada suatu ketika orang setengah umur jang

berdjalan disisi pemuda itu mendadak

menghentikan kudanja

sambil kemudian menundjuk kebawah gunung.

"Lihat ! Apa jang telah terdjadi dibawah gunung itu

?"

Si-pemuda, jang kala itu tengah memandang

kebatu karang jang banjak terdapat disitu, ketika

mendengar perkataan itu mendjadi sangat kaget,

matanja segera dialihkan dari batu karang kebawah

gunung. Ditengahdjalan ketjil terlihat ada lima atau

enam kereta dorong jang pada malang melintang.

Keadaan disekitar tempat itu sunji senjap, sedang

bendera2 ketjil jang ditantjapi didepan kereta itu

pada berkibar diembus angin.

"Apa jang telah terdjadi " Teriaknja kemudian.

Tapi biar bagaimana ia ber-teriak2, tak djuga

terdengar ada balasan, jang menjahut adalah

gema-suaranja sendiri. Melihat keadaan itu, si
pemuda segera melarikan kudanja untuk turun

kebawah gunung dengan tjepatnja.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

6

Didjaman Boan-tjioe pemuda ini ternama djuga.

Ta lahir dan dibesarkan di Birma. Maka tak heran

namanja djuga agak berbau .nama orang Birma. Ia

bernama Kionglie-eng dan memakai she Kwie.

Pemuda ini adalah turunan dari Kaisar Eng Lek-tee,

itu kaisar terachir dari Dynasti Beng. Sebagaimana

diketahui, sebelum naik keatas tachta keradjaan

Lek-tee bergelar Kwie-ong.

Ketika Beng-tiauw djatuh ketangan musuh Eng

Lektee sekeluarga melarikan diri ke Birma. Tapi

kemudian radja ini dapat ditawan oleh Gouw Sam

Koei dan digiring balik ke Tiongkok, jang kemudian

dihukum mati.

Sedangkan keluarga Kwie-ong ini takut kembali

kenegeri leluhurnja, mereka terus menetap di

Birma. Disamping itu, untuk memperingati Kwie
ong, seterusnja keturunan Lek-tee ini memakai she

Kwie.

Leluhur Kionglie-eng ini berdiam di Po-tong-san.

Disana mereka membuka hutan dan membangun

sebuah pertambangan perak, hasil jang didapat

setiap tahun

tidak sedikit. Ketika sampai ditangan Lie-eng,

perusahaan pertambangan itu semakin madju.

Pertambangan perak itu diberi nama Po Liong.

Lie-eng melemparkan hasil pertambangannja ke

Inlam atau tukar beli dengan intan serta barang2

berharga lainnja dari hasil bumi Tiongkok.

Sekarang didalam perdjalanan pulang ke Po-tong
san dengan barisan jang mengangkut barang2 dariPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

7

Tiongkok. Tapi tidak dinjana bahwa kereta2 iang

djalan duluan pada berantakan disebuah pinggir

djalan, sedang orang2 jang ditugaskan untuk

mengiringnja sudah tidak terlihat lagi batang

hidungnia, entah kemana. Keadaan itu tentu sadja

membuat Lie-eng mendjadi sangat terkcdjut.

Sebetulnia di Birma tengah nama perusahaan

perak Po Liong itu sangat masjhur. Sebab

pertambangan itu menduduki daerah pegunungan

iang amat luas, buruh disitu berdjumlah lebih dari

seribu. Disamping itu terdapat barisan keamanan

jang terdiri dari orang2 gagah serta nendekar2 jang

berani, pendek kata pertambangan itu didjaga

dengan kuatnja.

Pertambangan2 lain jang ada disekitarnja bila

diserang oleh gerombolan, selalu meminta bantuan

kepada pertambangan Po Liong guna menghalau

serangan2 pengatjau itu. Lie-eng adalah seorang

gemar akan ilmu silat. Dulu ia pernah mengikuti

Soat Leng Siang-djin di Djin Hoed-sie jang terletak

digunung In-yam. Achirnja setelah beladjar dengan

susah pajah serta tekunnja, ia beihasil menguasai

suatu ilmu, jaitu seperangkap "Tjhittiap-djie-louw

Eng Goat Hian Kong Kiam". Selain ilmu itu, Lie-eng

djuga pandai memanah dan ditambah pula dengan

tenaga jang amat besar, sehingga disepandjang

perbatasan antara kedua negara itu ia belum

pernah menemui tandingan. Achirnja ia digelari

sebagai

Sam Kiat Tjhiu. Adapun jang dimaksud Sam Kiat

Tjhiu adalah gabungan dari ketiga kepandaianPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

8

chusus Lie-eng, jaitu ilmu pedang, ilmu memanah

jang ditambah dengan tenaganja jang besar luar

biasa.

Kali ini Lie-eng memang sengadja membiarkan

keretanja berdjalan duluan, sedang ia dengan

ditemani oleh sekretaris serta pesuruh setiania

mengikut dari belakang dengan per-lahan2,

disepandjang dialan mereka teras menikmati

panorama jang indah jang banjak terdapat

disepandjang perbatasan kedua negara itu.

Kini ketika ia melihat kereta2nja pada malang

melintang ditcngah-djalan, ia lantas menginsjafi

bahwa pasti ada apa2 jang tidak beres. Maka

tiepat2 ia larikan kudania menudju ketempat itu

dan dilain saat ia telah tiba ditempat jang

dimaksud.

"Rupanja ada begal jang sengadja hendak

membikin susah kepada kita !" Kata Lie-eng dengan

agak gugup.

Selagi Kionglie-eng bingung, mendadak ia

mendengar rintihan orang, rintihan itu datang dari

kedjauhan. Tjepat2 ia turun dari kuda dan

menghampiri asal rintihan tadi. Sesaat kemudian

terlihat olehnia seorang pekerdia jang tadi

mengepalai rombongan kereta tersebut, pada saat

itu tangannja terikat. Lie-eng ketika melihat

keadaan itu segera mentjabut pedangnja dan

menabas tali pengikat diri buruhnia itu. Belum

sempat ia menania sebab musabab terdjadinja

peristiwa itu, mendadak dari belakang merekaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

9

terdengar suara orang tertawa besar. Pemuda shc

Kwie ini segera berpaling dan tampaklah olehnia

bahwa di-tengah2 d jalan tersebut berdiri dua

orang laki2, jang ke-dur.2nja berbadju kuning.

Salah seorang diantarania bertubuh diangkung dan

tubuh jang seorang lagi sebaliknja, jaitu tjebol.

Si-djangkung beralis Iantjip, djidatnja sempit

dan berdjenggot. Umurnja ditaksir telah mentjapai

40 tahun lebih. Sedangkan si-kate tak berdienggot,

hanja pada alisnja terdapat sebuah tahi-lalat jang

agak besar. Umurnja ditaksir tiga puluh tahun lebih.

Kala itu kedua orang tersebut tengah memandang

kearah Lie-eng sambil berpeluk tangan.

Sedangkan si-pekerdja jang baharu sadja

dibebaskan dari tali pengikatnja, ketika menampak

kedua orang itu, wadjahnja segera berubah. "Harap

Sam-ya hati2 menghadapi kedua orang itu !" Kata

pekerdja itu kemudian kepada Lie-eng.

Kionglie-eng-pun insjaf bahwa kedua orang itu

pasti tidak mengandung maksud baik, tapi ia tidak

takut, sebab ia pertjaja bahwa dengan

kepandaiannja jang sekarang, ia merasa bahwa

dirinja masih dapat menghadapi kedua orang itu.

"Kalau boleh saja bertanja, apa maksud Djie-wie

mentjegat barisan kereta dari perusahaan perak Po

Liong ini ?" Tanja Lie-eng kemudian sambil

memberi hormat.

"Hmmm, perusahaan perak Po Liong ?" Kata si
kate seraja mengeluarkan djengekan. "Baik

kuterangkan maksud kami mentjegat keretaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

10

perusahaanmu. Tadi ketika kami lewat diwilajah ini,

kebetulan bekal kami habis, maka terpaksa kami

memberanikan diri untuk memindjam sedikit uang

dari barisan kereta saudara ini."

Lie-eng mendjadi sangat gusar ketika

mendengar perkataan si-kate. "Bila saudara

memerlukan uang, mengapa kalian tidak pergi ke

Po-tong-san untuk mentjari diriku, djdalam batas

kemampuanku, aku pasti akan memberi bantuan

kepada Djie-wie. Maka perlu apa Djie-wie

mentjegat barisan kereta dari perusahaanku ?

Lekas kalian katakan, dimana orang2ku berada ?"

Kata Lie-eng dengan marahnja.

"Ha ha ha " Si-djangkung tertawa

mengedjek. ".Barisan gentong nasimu telah kami

sekap didalam sebuah goa. Kami berdua saudara

memang tengah menantikanmu. Baik aku

terangkan maksud kami jang sebenarnja, kami

tidak bermaksud merampas barang2 jang berada

didalam kereta itu, tapi kami hanja mengingini

suatu barang !"

Perkataan itu membuat Lie-eng djadi semakin

panas hatinja, ia segera membentak: "Kamu

sungguh tidak tahu aturan, setelah menangkap

orang2ku kini masih mau minta uang lagi !" Kata

si-pemuda she Kwie dengan marahnja.

Kala itu si-djangkung telah mentjabut

pedangnja, lalu sambil mengatjungkan pedangnja

ia berkata: "Serahkan Houw Pa Soen kepada kami,

nistjaja kami akan melepaskanmu !"PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

11

Heran bertjampur kaget Lie-eng ketika

mendengar perkataan orang itu, mengapa orang itu

mengetahui bahwa dirinja membeli barang itu.

Disamping itu ia segera menginsjafi bahwa dirinja

tentu telah diikuti sedjak dari Koen-beng.

Houw Pa Soen adalah barang pemberian radja

Tan Ho Tjoe dari keradjaan Lam-pak jang diberikan

kepada gundik kesajangannja. Setelah beberapa

keturunan perhiasan ini djatuh ketangan keluarga

Kwie dan kemudian hilang pula, karena ditjuri

orang. Baharu pada saat2 jang terachir ini Lie-eng

mengetahui bahwa benda itu berada dikota Koen
beng, maka sehabis mendjual barang dagangannja,

sengadja ia mampir kekota Koen-beng dan achirnja

dengan susah pajah ia berhasil djuga mendapatkan

benda itu dan membelinja dengan 20 tail perak.

Tapi tidak sangka kini kedua orang itu

menghendaki benda jang merupakan barang

perhiasan itu. Keadaan

itu tentu sadja membuat si-pemuda she Kwie itu

menj djadi sangat gusar, kemudian sambil

mentjabut pedang ia membentak: "Kalian sungguh

kurang adjar, lihat pedang !" Sehabis berkata

demikian Lie-eng segera madjukan kaki kanannja,

sambil memainkan pedangnja kian kemari dengan

hebat serta ganasnja, tapi musuhnja djuga tidak

tinggal diam.

Pada suatu saat itu Lic-eng segera menjerang

dengan | menggunakan gerakan .,Kic Pan Tioan

Tjin" at:*u "Kie i Pan ditembusi djarum", gerakanPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

12

itu adalah salah satu dari ilmu "Tjhit-tjap-djie-louw

Hian Kong Kiam". Sej rangan itu ditudjukan kedada

si-kate. Pedangnja dimainkan demikian rupa dan

hebat sekali, sehingga orang biasa djangan harap

bisa mengelakkannja.

Tapi si-kate sambil tertawa berkakahan

mengangkat Thiat Tjian-nja, kemudian dengan

menggunakan gerakan "Tjay Hong ICie Hie" atau

"Pelangi menambah hudjan", si-kate telah berhasil

mengelakkan serangan tersebut, malah kemudian

ia balas menjerang dengan menggunakan tipu

"Tjiak Ie Lian Hwie" atau "Sajap merah berkibas

terus", menghantam keulu-hati Kionglie-eng,

memaksa pemuda she Kwie itu diadi mundur

setindak.

Sedjak meninggalkan Djin-hoed-sie, Kionglic-cng

sudah sering bertempur melawan musuh, tapi

selama itu ia belum pernah bertemu orang jang

setangguh si-kate ini.

Maka kini ketika melihat dirinja diserang, tjepat2

ia mengelakkan dirinja seraja menarik pulang

pedangnja. Kemudian ia balas menjerang pinggang

sebelah kanan si-kate. Malah kemudian setjara

beruntun ia bentangkan tipu2 jang terdapat

didalam Hian Kong Kiam, jaitu "Tong Kie Lian Tje"

atau "Dengan mengerahkan napas beruntun

memutuskan ranting", "Leng Hoei Tjian Soei" atau

"Ikan terbang menggunting air" serta "Hoa Eng

Foen Beng" atau "Mentjari dibawah bajangan

bunga". Serangan2 ini selain digunakan untuk

menggempur pun berfungsi untuk mendjaga diri.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

13

Serangan jang beruntun itu membuat si-kate

diadi agak repot untuk menangkis. Kionglie-eng

jang telah bertahun2 mcndjagoi daerah Birma

tengah, gerakan tadi adalah kepandaian jang

chusus bagi dirinja.

Namun kini si-kate tidak mendjadi gentar,

dengan gerakan jang lintjah serta indah ia berhasil

mengegosi ketiga serangan tersebut.

Lie-eng jang telah lama ikut pada diri Soat Leng

Siang-djin berkelana keseluruh wilaiah Tiongkok,

baik utara maupun selatan dan menjelidiki serta

memperladjari ilmu2 silat dari seluruh golongan

jang terdapat didalam wilajah itu, jang membuat

dirinia dapat menggunakan kedelapan belas

matjam sendiata. Maka kini begitu melihat tjara

musuh menjerang, ia lantas mengetahui bahwa

lawannja tengah membentangkan ilmu "Goan Kah

Kian Tjap Peh Pian" atau "Kian agung dengan

delapan belas perubahan" dari Eng Tong-san Hoa

Yan Sian-sne. Sebuah gerakan kian dapat dirubah

menurut permainan kedelapan belas sendiata,

serta menjerang dan menangkis dengan menuruti

kehendak hati. Scndjata ini memang sangat liehav,

sehingga mau atau tidak hati Kionglie-eng djadi

agak tjemas. "Pendiahat ini ternjata sangat liehav,

pantas ia berani mentjegat rombonganku. Tapi aku

djuga tidak akan membiarkan nama harum jang

telah kupupuk selama ini disapuh bersih dengan

tjara begini !" Pikir Kionglie-eng. Maka kemudian

dengan semangat jang me-njala2 pedangnja

diputar demikian tjepatnja, jang memaksa ThiatPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

14

Kiam lawan memukul tempat kosong, disamping itu

Lie-eng segera mengeluarkan Lian-hoan-twienja,

setjara beruntun kakinja disepakkan kearah lawan

dengan gerakan jang selalu berubah, namun ia

tetap tak mampu untuk mendjatuhkan si-kate.

Begitulah, walaupun pertempuran itu telah

berdjalan sampai ber-djam2 lamanja, tapi satu

dengan lainnja belum djuga dapat mengalahkan

lawannja masing2.

Si-djangkung jang sedjak tadi menonton

disamping, kini ketika melihat kawannja masih

belum mampu mendjatuhkan lawan, ia segera

melemparkan pedang pandjang jang dapat

dirampas dari barisan kereta tadi, dan mentjabut

Kong-pian atau tjambuk badja-nja. Kongpian ini

terdiri dari sembilan ruas. "Djie-tee, serahkan

orang ini kepadaku !" Katanja kemudian.

Lie-eng ketika mendengar perkataan itu, ia

mengetahui bahwa ada seorang musuh jang akan

menerdjang dirinja. Maka ia putarkan sendjatanja

demikian rupa, guna menjambuti kedatangan si
djangkung.

Kala itu si-djangkung sambil menjabetkan KangPedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

piannja kedepan, berbareng dengan itu tubuhnja

menerdjang madju sambil menggunakan gerakan

"Liauw Thian San TouwM atau "Menjebar bibit

keudara", si-djangkung mentjeburkan diri kedalam

medan pertempuran.

Kionglie-eng ketika melihat serangan lawan itu,

ia tegakkan pedangnja kebawah lalu membarengiPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

15

menjabetkan pedangnja kebawah guna

menghindarkan diri dari serangan tersebut, malah

kemudian ia balas menjerang dengan

menggunakan gerakan "Tong-san Tjhe Houw" atau

"Menusuk matjan digunung timur, mengarahkan

pedangnja ketenggorokan lawan.

Sekarang terdjadilah suatu pertarungan jang

amat dahsjat, dimana dua orang mengerubuti

seorang lawan.

Permainan pian atau tjambuk si-djangkung

ternyata sangat hebat, ia sabetkan piannja selalu

memberi suatu tekanan terhadap diri lawan.

Adapun ilmu jang dibentangkan adalah "Thay Khek

Pian Hoat" atau "Ilmu tjambuk dari Thay-khek",

ilmu itu ia dapat dari Tjeng Hong Tookoan jang

terletak di Kioe Ie-san. Gerakan2 tjambuk itu

demikian aneh serta hebatnja.

Pajah djuga Lie-eng menghadapi kedua orang ini,

sehingga lama kelamaan gerakan pedangnja djadi

agak tertekan oleh kedua sendjata lawan, sehingga

achirnja ia hanja bisa menangkis tanpa dapat balas

menjerang. Maka achirnja pemuda ini mentjoba

untuk meloloskan diri dari kepungan kedua

lawannja.

Dengan menggunakan tenaga jang masih ada

padanja, ia mainkan pedangnja demikian rupa,

pedangnja itu disabetkan kian kemari dengan

hebatnja, kemudian dengan menggunakan gerakan

"Thiat Shan Jan Hong" atau "Kipas besi

menghembus angin". Dengan begitu ia memaksaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

16

lawannja untuk menangkis. Dengan menggunakan

kesempatan kedua lawannja sedang membela diri,

Lie-eng segera menotolkan kakinja sambil

membarengi membentangkan ilmu mengentengi

tubuhnja guna melompat keluar dari kalangan itu.

Tapi si-djangkung temjata tidak mau mengasi

hati kepada lawannja, sehabis menangkis serangan

tersebut, kaki kanannja segera digeser sedikit

kesamping, kemudian dengan menggunakan tipu

"In Liong Nih Lee" atau "Berpesiar ditengah awan",

kaki kirinja digaetkan kekaki kanan Kionglie-eng,

disamping itu ia membarengi menjapukan kaki

kanannja ketumit musuh.

Pemuda she Kwie ini tjepat2 menggunakan gaja

"Pat Tjoc Lian Hoan" atau "Delapan huruf berputar",

dengan begitu, walau dengan susah pajah, Lie-eng

berhasil djuga mengelakkan serangan lawannja itu.

Tapi berbareng dengan itu, segera terdengar suara

"peletak", berbareng pergelangan tangannja d jadi

terasa kesemutan dan bersamaan dengan itu

terdengar suara "tranggg jang disusul dengan

terlepasnja pedang Lie-eng dari tangannja.

Ternjata tadi ketika Kionglie-eng sedang mengegosi

diri dari serangan si-djangkung, si-kate telah

membarengi menggunakan kian-nja ia memukul

pedang Lieeng.

Kionglie-eng insjaf bahwa dengan tanpa sendjata

sukar untuk dirinja melawan kedua musuhnja ini,

maka kemudian sambil memberi hormat kepada

kedua orang lawannja ia berkata: "Harap Djie-wie

menghentikan serangan, aku menjerah kalah!"PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

17

Kedua orang itu ketika mendengar Lie-eng sudi

menjerah kalah, mereka lantas menghentikan

serangan masing2. "Bila engkau berlatih 10 tahun

lagi, mungkin kau baharu bisa menandingi diriku.

Kenalkah engkau akan "Chen Sie Siang Pa" atau

"Sepasang djago dari Kwietjioe barat" Wie Tjoen

Yong?"

Agak terkcdjut djuga Lie-eng ketika mendengar

orang itu menjebutkan dirinja sebagai salah

seorang djago dari Chen-sie, sebab ia pernah

mendengar perihal diri mereka ini. Kedua djago dari

Kwie-tjioe barat ini sebenamja adalah begal besar.

Maka Kionglie-eng menduga bahwa jang seorang

lagi, jaitu orang jang bertubuh tjebol pasti adalah

si-radja iblis Tan Eng Sin.

Menurut kabarnja, mereka berdua selamanja

berkeliaran di-daerah2 Tjhit Seng Kwan dan Tan
kee-tjay, pekerdjaan mereka tiada lain, jaitu

merampok dan membegal. Dan menurut berita

terachir, mereka berdua telah menakluk serta

mengabdi kepada pemerintah Boan-tjioe dan

ditugaskan untuk mcndjaga perbatasan In-lam,

disamping itu mereka djuga bertugas untuk

mendjaga keamanan dikota Kcen Beng.

Tidak sangka kini mereka membuntuti diri Lie
eng dan mentjegatnja diperbatasan. Mengapa

mereka menghendaki perhiasan Houw Pa Soen itu?.

Tiba2 si-kate berkata: "Toako, untuk apa kita

membuang waktu, lekas minta Houw Pa Soen-nja

!"PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

18

Kini Kionglie-eng tidak berdaja untuk menolak

permintaan mereka. Maka kemudian dengan

perasaan berat ia serahkan djuga "Houw Pa Soen"

kepada kedua orang itu. "Bila ini djuga kehendak

saudara berdua, ambillah !" Katanja kemudian.

Tjoen Yong segera mengangsurkan tangannja

guna menjambuti barang itu, kemudian ia

menelitikan. "Inikah barangnja ?" Tanja-nja

kemudian kepada kawannja sambil mengangsurkan

benda itu kehadapan Eng Sin.

Si-radja iblis pentjabut njawa atau Tau Beng Mo

Ong Tan Eng Sin segera menjambuti barang itu.

Setelah menelitikan sedjenak, ia segera memberi

isjarat kepada kawannja, seraja menjerahkan

kembali benda itu.

"Aku ampuni njawamu kali ini, lekas kau enjah

dari sini !" Kata Tjcen Yong dengan nada

mengedjek.

Walau hati Kionglie-eng sangat mendongkol, tapi

ia insjaf bahwa dirinja takkan menang melawan

kedua orang ini, maka ia segera hendak berlalu dari

situ.

Namun mendadak si-iblis pentjabut njawa telah

membentak: "Toako, tadi seharusnja engkau tidak

menjebutkan nama kita. Maka kini baik kita beresi

sadja njawa orang ini !" Sehabis berkata demikian

ia segera mentjabut Thiat-kian-nja dan

menghampiri diri Kionglie-eng. Lalu ia hantamkan

sendjatanja itu kekepala Kionglieeng dengan

menggunakan tenaga penuh.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

19

Lie-eng jang pada saat itu baru sadja hendak

berlaludari situ, mendadak ia mendengar bentakan

dan berbareng dengan itu ia melihat bahwa dirinja

telah diserang oleh lawan, tjepat2 ia menggunakan

gerakan "Lang Lie Hoan Sin" atau "Didalam

gelombang membaliki tubuh", untuk mengelakkan

serangan itu.

Tapi baharu sadja kakinja mengindjak tanah,

Thiatkian lawan kembali telah menjerang dirinja,

serangan kali ini ditudjukan kepinggang pemuda

kelahiran Birma itu. Mau atau tidak si-pemuda

kembali mengegoskan diri. Namun lawannja tidak

mau mengasi hati kepadanja.

Dalam pada itu Tjoen Yong rupanja agak

menjesal bahwa tadi didalam gembira ia telah

menjebutkan nama aslinja, maka kemudian ia

djuga menggabungkan diri dengan kawannja untuk

mengerubuti lawannja, jang pada saat itu telah tak

bersendjata lagi. Tjambuk-badja berantai

dimainkan demikian rupa, sehingga mengeluarkan

suara "peletar" "peleter", amat membisingkan

telinga. Namun sebegitu djauh mereka masih

belum berhasil mengalahkan lawan mereka.

Bilain pihak Kionglie-eng djuga mendjadi sangat

repot, sebab se-bentar2 ia harus melompat kekiri

dan kekanan, sehingga achirnja napasnja djadi

memburu dan keringatnja mengutjur dengan

derasnja.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

20

Didalam keadaan jang kritik serta berbahaja bagi

diri Lie-eng, mendadak dari pinggir sebuah djalan

ketjil terdengar langkah kaki jang ringan.

"Berhenti ! Mengapa kalian bertempur disitu !"

Demikian terdengar suara bentak jang empuk lagi

halus.

Begitu mendengar bentakan halus itu, kedua

orang jang mengerubuti Lie-eng segera

menghentikan serangan mereka dan segera

berpaling kearah suara itu berasal. Segera terlihat

oleh mereka bahwa jang membentak tadi adalah

seorang nona jang berparas tjantik-molek, jang

kala itu tengah berdiri didjalan ketjil tersebut. Nona

itu memakai mantel jang berwarna biru muda,

sedang ditangan kanannja memegang sekuntum

bunga, nona ini bukan sadja sangat elok parasnja,

tapi kelihatannja sangat agung.

Tidak sangka didalam hutan belantara itu bisa

terdapat seorang nona jang tjantik seperti bidadari
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jang baharu turun dari Kahjangan. Keadaan itu

membuat Siang Pa djadi bengong, tak terketjuali

diri Lie-eng.

Selama hidupnja Siang Pa sudah sering

berdjumpa dengan wanita tjantik, tapi mereka

belum pernah berdjumpa dengan nona setjantik

jang berada dihadapan mereka sekarang.

Siang Pa terkenal sebagai orang2 jang kemaruk

akan paras tjantik, maka kini ia tidak mau

melepaskan kesempatan itu dengan begitu sadja.

"Nona tentunja tidak tahu, pemuda ini hutang kami,PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

21

tapi telah sampai waktu jang telah ditetapkan, ia

mungkir tidak mau membajamja." Kata Tjoen

Yong, sehabis berkata demikian ia lantas

memandang ketubuh si-nona jang langsing itu.

Ketika mendengar perkataan itu, si-nona

memandang sebentar kearah orang itu, kemudian

sambil berpaling kearah kereta2 jang berserakan

disitu. "Apa jang telah terdjadi ? Berapa kau hutang

kepada mereka ?" Tanja nona itu kemudian kepada

diri Kionglie-eng.

"Harap nona djangan mentjampuri urusan kami

ini !" Kata Lie-eng. Kionglie-eng makanja berkata

demikian sebab ia tidak mau membikin diri si-nona

terlibat didalam perkara itu.

Dalam pada itu si-nona ketika melihat tingkah
laku Lie-eng jang aneh dan disamping itu ia melihat

bahwa si-djangkung terus memandang kedirinja

dengan mata bangsatnja, ia djadi semakin tjuriga

dan aneh. "Kalian sungguh aneh. Ada peribahasa

jang mengatakan bahwa hutang uang dibajar

dengan uang, sedang hutang djiwa dibajar dengan

njawa. Namun ku belum pernah mendengar dan

melihat bahwa ada hutang uang jang harus dibajar

dengan njawa!" Kata nona itu kemudian kearah

Tjoen Yong berdua.

Si-orang she Wie ketika melihat nona itu tjoba

membela diri Lie-eng, ia mendjadi kurang senang,

tapi ketika melihat kemanisan serta keredupan

wadjah dan senjumannja jang menawan hati, iaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

22

djadi tak kuasa untuk mengumbar

kemendongkolannja.

"Nona sungguh baik hati. Kami akan

membebaskan orang ini bila sadja Kouw-nio sudi

memanggil diriku sebagai "Tjeng-ko" atau "Kakak

jang tertjinta". Kata si-djangkung.

Perkataan itu membuat wadjah si-nona djadi

merah padam, bahwa gusarnja, jang membuat ia

djadi tak dapat mengutjapkan sepatah katapun.

Kala itu Wie Tjoen Yong telah mengulurkan

tangannja untuk menangkap tangan si-nona.

Kedjadian itu membuat si-wanita muda mendjadi

sangat terkedjut, sambil berkelit ia berkata:

"Bangsat jang tak tahu malu!" Dalam pada itu Tjoen

Yong jang melihat dirinja tak berhasil menangkap

diri si-nona, ia sudah madjukan dirinja lagi, kali ini

ia mengulurkan tangannja untuk memeluk tubuh

orang.

Tapi si-nona ternjata dapat berlaku sebat, sebab

sebelum si-orang she Wie itu mentjapai maksudnja,

tubuh nona itu telah berhasil lolos dengan melalui

ketiak Tjoen Yong.

"Nona, lekas lari, kedua orang ini adalah begal

besar !" Kionglie-eng meneriaki nona itu. Sehabis

berteriak demikian, Lie-eng menghadang didepan

Tjoen Yong seraja membentak: "Bangsat rendah,

tak malukah engkau mengganggu seorang wanita

?."PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

23

Mendengar bentakan orang itu, Tjoen Yong

lantas mendongakkan kepalanja sambil tertawa

berkakahan. Kemudian ia pandang si-pemuda

dengan roman gusar.

"Botjah hina, rupanja engkau sudah tidak

menghendaki lagi djiwamu, sehingga berani

menghalangi perbuatan Tay-ya. Baik kuberesi dulu

djiwamu, botjah !" Kata Tjoen Yong dengan

gusamja. Sehabis berkata demikian ia sabetkan

piannja kearah lawan dengan menggunakan

gerakan "Tok Pek Hoa-san" atau "Membela gunung

Hoa dengan tangan tunggal", tjambuknja diarahkan

kemuka Lie-eng.

Kionglie-eng jang menginsjafi bahwa serangan

tjambuk itu hebat luar biasa, tak dapat dirinja

mengegos atau menjambuti serangan itu, maka tak

ada djalan lain baginja selain untuk mengegosi

serangan tersebut. Sedang Tan Eng Sin dengan

menggunakan kesempatan itu menjerang ketubuh

si-pemuda kelahiran Birma dengan menggunakan

gerakan "Kang Teng Sau Soat" atau "Menjapu

saldju ditengah sungai", sendjata Kian-nja

ditudjukan ketulang rusuk kanan Lie-eng.

Dalam pada itu Tjoen Yong djuga sudah merubah

serangannja, kali ini sendjatanja dihantamkan

kepipi Lie Eng. Dengan begitu diri Kionglie-eng kini

diserang oleh pian serta kian lawan didalam waktu

jang bersamaan. Biar Lie-eng mempunjai

kepandaian silat jang bagaimana djuga, tapi sukar

untuk dirinja menghindari kedua buah serangan

tersebut dengan sekali gus.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

24

Didalam keadaan jang berbahaja ini, mendadak

terlihat si-nona menerdjunkan diri kedalam medan

pertempuran seraja menggunakan gerakan "Oe

Liang Han Kang" atau "Itik menjeberangi sungai

jang berair sedjuk", serangan itu dilakukan tjepat

sekali dan diarahkan kedada Tjoen Yong.

Mendapat serangan jang mendadak itu, Tjoen

Yong djadi mengeluarkan teriakan tertahan dan

berbareng dengan itu ia terpaksa harus menarik

sendjatanja jang digunakan untuk menjerang diri

Kionglie-eng tadi.

Tapi pada saat itu Thiat-kian si-kate telah dekat

sekali dengan rusuk di-pemuda she Kwie itu, nona

itu insjaf bahwa untuk melompat kedepan guna

menghalangi perbuatan si-kate sudah tidak keburu,

maka tjepat2 nona itu melontarkan bunga jang

tengah dipegangnja kearah kian lawan,

menjebabkan sendjata si-kate djadi terpental d

jatuh dan berbareng dengan itu tubuh siapa djatuh

terdjengkang dan tak dapat bergerak lagi. Dengan

demikian dapatlah diketahui betapa hebat tenaga

dalam serta tinggi kepandaian nona itu. Dengan

demikian pula djiwa Lie-eng djadi ketolongan,

Kionglie-eng merasa sangat berterima kasih serta

kagum akan pertolongan serta kegagahan si-nona.

Tak ia sangka nona setjantik dan seaju itu ternjata

mempunjai kepandaian jang begitu tinggi. Pemuda

ini tahu bahwa bila seseorang jang belum

mempunjai tenaga dalam jang amat tinggi, tak

dapat orang itu menggunakan kembang sebagaiPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

25

sendjata rahasia dan kenanja tepat di "Tay Leng

Hiat" lawan.

(Tay Leng Hiat terletak dibagian bawah djari

tengah dan dibawah tulang telapak tangan,

sehingga seorang jang belum mempunjai Tiam Hiat

Hoat atau ilmu menotok djalan darah jang

sempurna, djangan harap bisa mengenai djalan

darah ini).

Baharu sekarang Tjoen Yong mengetahui bahwa

nona jang berada dihadapannja tidak dapat dibuat

gegabah. Tapi ia djuga tidak sudi menelan

kekalahan dengan

begitu sadja. Maka kemudian sambil memutar

pian-nja ia menjerang lawannja dengan

menggunakan gerakan "Thiat Ma Tjiauw Koan" atau

"Kuda besi mengetuk (menggempur) pintu

gerbang", jang ditudjukan kebahu si-nona.

Diserang begitu si-nona segera menundukkan

kepalanja. Lalu dengan ketjepatan luar biasa ia

balas menjerang pergelangan tandan lawan.

Keadaan itu memaksa Tjoen Yong menarik Pian
nja, begitu berhasil mengelakkan serangan lawan,

ia menjerang lagi.

Demikianlah diantara kedua orang itu ? jang

seorang menggunakan tjambuk sedang jang

seorang lagi bertangan kosong ? terdjadilah suatu

pertempuran jang dahsjat.

Kionglie-eng jang mendapat bantuan si-nona,

mendjadi sangat gembira. Ia segera menghampiriPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

26

gunung batu dimana pedangnja tadi dipukul djatuh

oleh Eng Sin.

Setelah memungut pedang, pemuda itu lantas

memandang lagi kegelanggang pertempuran. Kala

itu si-nona tengah menggunakan tendangan

berantai merangsek lawannja, jang membuat

tubuh nona itu se-akan2 tergantung di-udara.

Se-umur hidup Kionglie-eng belum pernah ia

menjaksikan ilmu sehebat itu, disamping itu Lie
eng djuga tidak tahu bahwa ilmu apa jang

digunakan si-nona.

Walaupun pertempuran itu telah berlangsung

agak lama, tapi diantara kedua orang itu masih

tetap tak berdaja untuk mcndjatuhkan lawannja

masing2.

Lama kelamaan Tjoen Yong merasa bahwa

dirinja iak kuasa untuk melawan diri noiia itu, maka
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian sambil mengeluarkan bentakan ia

menjerang diri si-nona dengan menggunakan

perakan "Koe Lok Juan Hoei"

atau "Burung Koe djatuh, garuda buas terbang

melajang", berbareng dengan itu tubuhnja lantas

melompat kesisi tubuh Eng Sin. Begitu sampai ia

segera menggerakkan tangan kirinja dan

mendjudju ke "Kie Koe Hiat" kawannja. Dengan

tjara itu ia berhasil membebaskan kawannja dari

pengaruh totokan.

"Kie Koe Hiat" atau "Djalan darah tulang besar"

ini terletak dipundak kanan dari tubuh manusia.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

27

Dalam pada itu Tjoen Yong telah meng
gerak2kan tjambuk begitu hebat, sehingga dengan

demikian ia berhasil memaksa si-nona djadi tak

dapat madju terlebih djauh. Disamping itu, sambil

bertempur ia terus main mundur, sampai suatu

ketika ia meneriaki kawannja: "Saudara, angin

kentjang !"

Angin kentjang ada bahasa rahasia dari kalangan

Liok-lim jang berarti "lari", disebabkan karena

keadaan jang tidak menguntungkan kedudukan

mereka.

Kionglie-eng ketika melihat kedua pendjahat itu

hendak melarikan diri, ia segera, mau majukan diri,

lalu sambil melintangkan pedang didadanja ia

membentak: "Bangsat, kamu hendak lari kemana ?

Lekas kembalikan Houw Pa Soen-ku !"

Wie Tjoen Yong jang menginsjafi bahwa mereka

tak dapat menandingi si-nona, apa lagi kini

ditambah dengan diri si-pemuda kelahiran Birma

itu, mereka pasti akan berada didalam posisi jang

terlebih buruk lagi. Maka Tjoen Yong segera

merogo kantongnja, kemudian ia mengeluarkan

Houw Pa Soen. "Nih, aku kembalikan !" Katanja

kemudian seraja melemparkan benda itu kearah

Lie-eng.

Kionglie-eng tjepat2 menjambuti benda itu.

Dengan menggunakan kesempatan itu sepasang

djago dari Kwie-tjioe barat lantas menerobos kesisi

tubuh Lie-PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

28

eng dan kemudian mereka membentangkan

ginkang (ilmu entengi tubuh) dan lari kebawah

gunung.

Kionglie-eng setelah berhasil menjambuti Houw

Pa Soen, segera hendak mengedjar kepada kedua

orang lawannja, tapi telah keburu ditjegah oleh si
nona, jang sambil memperdengarkan tertawa

berkakahan.

Pemuda she Kwie ini djadi membatalkan

maksudnja.

(II)

"Kau-kan telah mendapat kembali benda jang

telah diramnas tadi, mau apa engkau mcngedjar

mereka lagi. Bukankah orang2 zaman dulu djiuga

pernah mengatakan bahwa rampok jang menderita

djangan dikedjar ?" Kata si-nona kemudian.

Beeitu mendengar perkataan itu, Kionglie-eng

segera meneinsjafi bahwa memang benar

perkataan nona itu, andai kata nanti ia berhasil

meniandak kedua orang itu, dirinia belum tentu

dapat mengalahkan kedua orang itu, malah

kemungkinan besar dirinjalah jang dikalahkan oleh

kedua lawannja, bukankah tadi dirinia hampir2

djatuh ditangan kedua orang itu ? Maka kemudian

Lie-eng menghampiri si-nona dan mengucapkan

rasa sjukur serta terima kasihnja dan achirnja ia

menanjakan nama sinona.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

29

Kouw-nio (nona) itu ternjata adalah seorang jang

periang, ini njata dari wadjahnia jang selalu

tersenjum dan tertawa dengan manisnja. Kemudian

nona ini baru menerangkan bahwa dirinia she Hna

bernama Tjiam Nio, berasal dari Sie-tjoan.

Leluhumja dulu pernah mengikuti Kaisar Eng Beng

mengungsi ke Birma. Namun belakangan ia kembali

memasuki w?Jajah Tiongkok dan beladjar silat

digunung Ngo Bie Tapi belakangan ini karena

seorang sanaknja djatuh sakit,maka ia sedang

merawat si-sakit didekat daerah itu, jang membuat

ia djadi berdiam agak lama ditempat itu. Tidak

sangka hari itu, ketika ia sedang ber-djalan2, ia

bertemu dengan kedua orang begal jang telah

merebut "H?uw Pa Soen"nja Kionglie-eng. Sampai

achirnja ia berhasil menolongi djiwa si-pemuda. Si
nona kemudian menanjakan hal ichwal benda

perhiasan "Houw Pa Soen" itu.

Kionglie-eng jang bukan sadja kagum akan

kepandaian silat si-nona jang tinggi itu, tapi

pemuda ini djuga sangat tertarik akan ketjantikan

si-nona. Maka begitu mendengar bahwa nona ini

agaknja sangat tertarik akan benda pusaka itu,

maka pemuda she Kwie ini segera berkata: "Budi

nona jang besar itu takkan kulupakan seumur

hidupku. Entah dengan apa aku bisa membalas

budi itu, maka, sudilah kiranja nona mengambil

benda ini sebagai tanda peringatan atas pertemuan

kita pada hari ini." Kata Kionglie-eng seraja

menjodorkan Houw Pa Soen kehadapan si-nona.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

30

Kaget djuga Tjiam Nio ketika melihat dirinja

sekon jong2 dihadiahkan barang perhiasan itu oleh

pemuda jang baru dikenalnja, sebab ia tahu harga

perhiasan itu sedikitnja 20.000 tail perak.

"Harap saudara djangan salah mengerti, aku

membantumu se-mata2 karena terdorong dari rasa

pri-keadilan sadja. Maka bila kini aku menerima

hadiah saudara ini, bukankah aku nanti akan

dikatakan sebagai seorang jang memantjing diair

keruh ? Itulah sebabnja aku tak dapat menerima

hadiah ini, silakan saudara menjimpannja kembali

!" Kata nona itu sambil memperlihatkan sebuah

senjuman manis.

Tapi Kionglie-eng djuga tidak mau mengerti,

maka ia segera berkata: "Hari ini bila nona tidak

datang membantu diriku, bukan sadja barang ini

akan lenjap malah djiwaku sendiri pasti sudah

tewas ditangan mereka. Maka sudilah kiranja nona

mengambil benda ini sebagai tanda rasa terima

kasihku."

Begitulah diantara kedua orang muda-mudi itu

terus main shedjie2an.

Kala itu para pembantu Lie-eng pada memberi

selamat atas diri pemuda itu. Lalu mereka

membereskan barang2 serta kereta2 jang masih

pada berserakan didjalan itu.

Tjiam Nio ketika melihat banjak orang pada

datang ketempat itu, tak enak untuknja main

shedjie2an lagi, maka ia segera berkata: "Saudara

sudah demikian baik hati untuk menghadiahkanPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

31

barang ini kepadaku. Sekarang begini sadja, baik

untuk sementara aku pindjam barang ini, nanti

setelah sanakku sembuh dari sakitnja, aku akan

pergi ke Po-tong-san untuk mengembalikan

perhiasan ini. Dengan tjara ini kita akan sama2

puas !" Sehabis berkata demikian Tjiam Nio segera

memasukkan Houw Pa Soen kedalam djubahnja

dan berpamitan kepada pemuda she Kwie itu.

Kwie Kionglie-eng ketika mendengar nona itu

hendak berkundjung ke Po-tong-san, hat-nja djadi

sangat girang, tapi disamping itu ia menjangsikan

perkataan si-nona.

"Kouw-nio tinggal dimana ? Dapatkah aku

mengantarkanmu pulang ?" Tanja Lie-eng

kemudian.

Nona itu ketika mendengar perkataan tersebut,

ia segera meng-geleng2kan kepalanja dan berkata:

"Tak usah saudara mentjapaikan diri. Mengenai

tempat tinggalku baik kuterangkan kepadamu. Kini

aku tinggal dikuil Tji In Am, jang terletak

dibelakang gunung" ini. Sekarang karena sanakku

itu tengah menderita sakit, maka tak leluasa untuk

aku menerima tamu. Nanti pada suatu ketika kita

akan berdjumpa lagi dan mengenai Houw Pa Soen
mu akan kukembalikan di Po-tong-san. Nah sampai

bertemu lagi !"

Kionglie-eng djuga tidak mau mendesak diri si
nona, maka jang mendjadi harapannja kini ialah

supaja sinona tjepat2 datang ke Po-tong-san.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

32

Terlihat kemudian Tjiam Nio berlalu dari situ

sambil menggunakan ginkangnja, sebentar sadja

tubuhnja telah sirna (lenjap) dari pandangan mata.

Kedjadian hari itu membuat kesan jang

mendalam dihati si-pemuda kelahiran Birma ini,

terutama sekali terhadap diri nona Hoa itu.

Keadaan Kionglie-eng tadi dapat diumpamakan

seperti sebuah perahu didalam pelajaran,

mendadak ditengah perdjalanan bertemu badai
taufan, tapi dasai takdir tidak menghendaki perahu

itu musnah ditengah lautan, maka mendadak

datanglah seorang Dewi-laut jang menolong perahu

itu, sehingga achimja bisa mentjapai suatu daratan

dengan selamat.

Lie-eng membiarkan kudan ia ma d iu terus

kedepan dengan per-lahan2, sedang didalam benak

pemuda she Kwie ini masih terbaiang akan kr d

jadian tadi, dan achirnja ia djadi menjanjikan 2
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baris sair kesukaannja.

Angin dan awan jang menghembus lalu,

kemanisan dan keindahan mendjelma dihadapan

mata.

Sehabis melagukan siair itu, Lie-eng djadi

teringat lagi pada diri si-nona. Sudah ada jang

punjakah nona itu ? Kalau benar sudah ada, siapa

pulakah orang jang bahagia dapat mempersunting

wanita aju lagi "gagah itu ? Lie-eng sebagai seorang

jang telah kenjang makan asam garam didalam

kalangan Kang-ouw, tapi sampai pada saat itu

dirinja masih belum mendapat seorang tjalon jangPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

33

sesuai dengan dirinja. Namun kini ia begitu melihat

nona Hoa itu, entah mengapa hatinja selalu teringat

akan diri nona itu, inikah jang disebut tjinta

selajang pandang, It-kian-tjiong-kin ?.

Begitulah setelah djalan pula sebentar,

rombongan Kionglie-eng telah sampai dikota Wie

Tin, jaitu sebuah kota jang terletak didepan Lek-ie.

Maka rombongan itu segera bermalam disitu.

Kionglie-eng karena sangat lelah dan ditambah

pula dengan pikiran jang sedang risau, ia djadi

enggan untuk menemui kenalannja didaerah itu. Ia

terus menguntji diri didalam kamarnja dengan

pikiran jang tak menentu.

Tak lama kemudian, dengan tanpa terasa ia djadi

kepulesan. Namun mendadak pintu kamarnja

diketuk orang, membuat pemuda ini jang baru

sadja pules djadi terbangun lagi. Berbareng dengan

itu Lie-eng mendjadi sangat tjuriga, sebab

bukankah siar-g tadi rombongannja telah ditjegat

oleh Chen-sie Siang Pa ? Djadi kemungkinan besar

jang datang kini adalah kedua djagoan itu. Setelah

berpikir demikian, pemuda she Kwie ini segera

menjamber pedangnja jang digantung ditembok,

lalu dengan langkah perlahan serta waspada ia

dekati pintu. Lalu dengan, tjepat ia membuka pintu

sedang Lie-eng sendiri telah siap untuk

menerdjang. Tapi siapa sangka, bahwa orang jang

berdiri didepan pintu itu ternjata bukanlah Chen-sie

Siang Pa, tapi adalah si-nona she Hoa.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

34

"Maafkan aku jang telah mengagetkan saudara"

Kata Tjiam Nio sambil tertawa.

Heran Lie-eng mengapa nona ini bisa datang

kesitu, malah mengetahui kamarnja lagi. "Ah tidak,

tapi mengapa selarut malam ini nona datang

kemari ? Tentunja ada urusan penting, mari silakan

masuk !" Pemuda ini menjilakan.

Dibawah penerangan sang Dewi malam,

terlihatlah wadjah si-nona berubah mendjadi

merah, makin tjantik dan makin sedap dipandang.

Kemudian sambil menggelengkan kepalanja ia

berkata: "Tidak usahlah, dapatkah saudara keluar

sebentar untuk datang ketempatku ?"

Kwie Kionglie-eng ketika mendengar undangan

mendadak ini, untuk sedjenak lamanja ia tak

berkata. Sesaat kemudian ia baru dapat

menenangkan dirinja. Dari keterangan si-nona Lie
eng mengetahui bahwa jang sakit didalam kuil itu

adalah Piauw-tjienja.

"Piauw-tjieku ketika melihat Houw Pa Soen

lantas terseduh-sedan, katanja ia ingin bertemu

denganmu, maukah engkau menemuinja ?" Tanja

nona Hoa kemudian.

Lie-eng ketika mendengar keterangan itu, ia

djadi sangat heran, siapakah gerangan saudara

misanan Tjiam Nio itu ? Mengapa ia menangis

ketika melihat Houw Pa Soen? Maka kemudian

Kiong) a segera menanjakan sebabnja.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

35

"Mana aku tahu, tadi begitu Piauw-tjie melihat

perhiasanmu, ia telah menangis dengan sedihnja,

membuat aku d jadi tak bisa bertanja. lebih baik

kau sadja jang datang kesana, mungkin kau kenal

padanja !" Si-nona kata lagi.

Ketika mendengar keterangan itu, Lie-eng

tjepat2 mengenakan pakaian luamja dan keluar

kamar. Sebelum ia pergi mengikuti si-nona,

terlebih dahulu ia pergi kekamar pengurusnja dan

memerintahkannja supaja memimpin rombongan

itu guna melandjutkan perdjalanan besok, ia akan

menjusul kemudian.

Begitulah, sesaat kemudian dibawah penerangan

sang Bathara Tjandra jang masih berbentuk sabit

"itu, terlihat ada 2 orang pemuda-pemudi jang

sedang melarikan kudanja dengan tjepat sekali.

Mereka tak lain tak bukan adalah si-pemuda she

Kwie dengan nona Hoa, sesaat kemudian Tji In Am

telah berada didepan mata mereka.

Dalam pada itu Tjiam Nio dengan menggunakan

tjambuknja telah menundjuk kebawah djurang:

"Lihatlah ! Bagaimana pendapatmu mengenai

panorama disitu p Piauw-tjie telah berdiam disitu

telah lebih dari 10 tahun guna mendjadi pengikut

sang Buddha jang setia ! Disamping itu ia rupanja

hendak menggunakan keindahan alam jang ada

disekitarnja untuk menghibur hatinja jang tengah

terluka parah !" Menerangkan si-nona.

Kionglie-eng jang tidak tahu kesusahan apa jang

tengah diderita oleh Piauw-tjie nona Hoa, makaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

36

sukar untuknja menduga betapa berat kesusahan

jang dideritanja oleh wanita malang itu.

"Menurut pendapatku, Piauw-tjiemu pasti adalah

seorang jang pandai akan ilmu silat, sebab bila

tidak, ia takkan berani tinggal didalam pegunungan

sematjam ini, jang penuh dengan binatang buas

serta gerombolan !" Lie-eng mengutarakan

pendapatnja.

Mendengar perkataan itu Tjiam Nio diadi

tersenjum, lalu sambil menganggukkan kepalanja

ia berkata: "Tepat dugaanmu, ilmu silat Piauw-tjie

memang hebat luar biasa, tapi ia adalah seorang

jang tak suka menondjolkan diri, karenanja ia djadi

djarang atau boleh dikata tidak ada orang jang

mengetahui perihal dirinja. Kini diangan kau kira ia

sedang sakit, tani bila ia marah, sebuah pukulan

Shia-mo-kong-nja telah tjukup untuk mematahkan

tulang rusuk orang. Nanti bila ia telah sembuh dari

sakitnja, kau boleh minta ia supaja memamerkan

ilmu silatnja, aku tanggung engkau akan mendjadi

kagum dibuatnja."

Pemuda she Kwie itu ketika mendengar

perkataan Shia-mo-kong, diam2 hatinja djadi

sangat tertjekat. Namun pada saat itu si-nona telah

melarikan kudanja kedepan kuil, maka terpaksa

Lie-eng mengikutinja dari belakang.

Kemudian Tjiam Nio mengadjak Kwie Kionglie
eng masuk kedalam sebuah ruang dibagian timur

kuil itu, disitu terdapat sebuah bale2 jang dikiri
kanannja tampak anglo obat, udara didalam kamarPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

37

tersebut penuh diliputi oleh bau obat. Disitu

terdapat sebuah djendela, sinar fadjar jang baru

sadja menjingsing menerobos kedalam ruang

kamar itu dan djatuhnja tepat disisi bantal sisakit.

" Tjiam Nio-kah itu? Mana Kwie Kongtioe ? "

Kionglie-eng ketika mendengar suara itu, tubuh

siapa segera djadi menggigil, rasanja ia kenal akan

suara itu, disamping roman si-sakit ia

menegenalnja. Walau kini roman si-sakit telah

kurus-kering dan putjat parasnja, namun mukanja

jang pandjang serta alisnja jang lantjip lentik itu

masih merupakan tanda bagi Kionglie-eng. Pada

sepuluh tahun jang telah silam, ia bersumpah untuk

mentjari enso durhaka serta kedji ini, tapi selama

itu ia belum djuga djadi menemui wanita jang telah

membunuh kakaknja setjara kedji. Kini dengan

tidak disengadja ia dapat mendjumpai enso

kedjinja itu. Walau kini wanita itu telah memotong

rambutnja mendjadi Tookouw, tapi dari suara serta

roman Kwie Kionglie-eng masih mengenalinja

dengan pasti bahwa orang ini adalah enso jang

menghianati kakaknja. Maka tangan kanannja

segera mentjabut pedang, lalu sambil menundjuk

dengan tangan kirinja, Lie-eng membentak: "Budak

busuk, kiranja engkau bersembunji disini !"

"Benar Sam-ya, baik2 sadjakah Sam-ya selama

ini ?"

Tanja Tookouw jang sedang berbaring, jang

temjata memang benar enso Lie-eng itu.

(enso = isteri kakak)PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

38

Lie-eng tidak menghiraukan perkataan wanita

itu, ia sudah lantas membentak lagi: "Aku tahu

bahwa Shiamo-kong-mu memang liehay, tapi aku

tidak djerih ! Mari kita bertanding !"

Tiiam Nio jang tidak mengerti duduk persoalan,

ia diadi sangat bingung, sekali-kali nona ini tidak

menjangka bahwa Kionglie-eng jang dipanggil

tengah malam tadi atas perintah Piauw-tjienja,

achirnja hendak membunuh si-orang jang

memanggilnja.

Terdengar kemudian iPauw-tjie nona Hoa lantas

bertanja kepada Piauw-movn ja: "Apa, Shia-mo
kong ? Tadi kau pernah mengatakan aoa padania,

Tjiam Nio ?"

"Tidak !" Djawab Tjiam Nio sambil

menggelengkan kepala. Kemudian ia berpaling
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kearah Lie-eng: "Aku pernah mentjeritakan apa

padamu ?" Tanja-nja kemudian.

Sebagaimana diketahui bahwa Kionglie-eng

memang telah menaruh hati kepada diri nona itu.

Namun kini setelah ia mengetahui bahwa nona itu

adalah Piauwmovn ja orang jang ia dendam selama

10 tahun lebih. Mau apa malam2 si-nona

memanggil dirinja datang kctempat itu, timbullah

rasa tiuriga didiri Lie-eng. Maka kini begitu

mendengar pertanjaan nona Hoa itu, ia lantas

membentak: "Kau tidak usah ber-pura2 lagi. Kini

setelah engkau menipuku untuk datang kemari,

aku rasa engkau tentunja tidak mengandung

maksud baik. Tapi hari ini setelah aku bertemuPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

39

denganmu, diangan harap aku bisa melepaskanmu

!" Sehabis berkata demikian, Kionglie-eng

djudjukan pedangnja ketubuh enso-nja jang pada

saat itu masih berbaring diatas tempat tidur.

"Sudah gilakah engkau ?" Katanja kemudian seraja

berusaha untuk berbangkit dan mengebaskan

selinutnja guna menghalau serangan tersebut.

Kionglie-eng ketika melihat wanita itu tjoba

menangkis serangannja, ia lantas teringat akan

perkataan Tjiam Nio, bahwa Piauw-tjie nona itu

walaupun sedang sakit, namun dapat djuga

melukai orang. Karenanja Lie-eng djadi tidak berani

bergerak sembarangan. Maka kemudian ia batal

menjerang. Tapi ia tidak berhenti sampai disitu,

sebab setelah berdiam sesaat, ia menjerang lagi

dengan menggunakan gerakan "Tjoe Ong Hoat Tee

atau "Kaisar Tjoe menggores tanah", serangannja

ditudjukan kepergelangan musuh. Sambil

menjerang begitu mulutnjapun membentak: "Siapa

jang gila ? Aku hendak membunuhmu, enso jang

berhati binatang !"

Si-sakit begitu melihat ada bahaja jang

mengantjam dirinja, tjepat2 ia bergulingan

ketengah bale2, dengan begitu serangan Lie-eng

kembali mengenai tempat kosong. Dalam pada itu

Kionglie-eng sudah melakukan serangan jang

berikutnja, jaitu dengan menggunakan gerakan

"Lek Sie Kay-san" atau "Orang kuat membelah

gunung".

Wanita jang mendjadi enso Lie-eng walaupun

adalah seorang liehiap, namun kini ia beradaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

40

didalam keadaan sakit, dengan sendirinja napasnja

djadi pendek dan kurang tenaga untuk menjanggah

ataupun mengelakkan serangan2 jang dilakukan

setjara berantai itu. Sehingga tak disangsikan

bahwa tak lama lagi ia pasti akan mengalami suatu

kebinasaan diudjung pedang si-pemuda she Kwie.

Tapi tak disangka, pada suatu kali ketika pedang

Lie-eng hampir mengenai sasaran, mendadak

terdengar suara "Traaannnggg".

Ternjata Tjiam Nio jang sedjak tadi berdiri

disamping, begitu melihat Piauw-tjienja berada

didalam keadaan bahaja, tjepat2 ia mengambil

sepotong besi jang agak pandjang dan

menjanggahkan tusukan pedang Liceng, sehingga

menimbulkan suatu bentrokan keras sebagaimana

telah dituturkan disebelah atas. "Tahan Kongtjoe,

kalau ada apa2 baik kita selesaikan setjara damai

!" Kata nona Hoa kemudian.

Lie-eng ketika melihat Tjiam Nio membela enso
nja jang ia sangat bentji, hatinja djadi tambah

tjuriga. Ia sambut perkataan si-nona dengan

sebuah tusukan pedang, jang membabat

kepinggang wanita jang tengah berbaring itu

dengan mengunakan tipu "Toh Shan Kim Tjian"

atau "Menjebar uang emas".

Tjiam Nio ketika melihat Kionglie-eng masih tidak

mau menghentikan serangannja, maka dengan

tidak terasa ia mendjadi sangat gusar, ia lantas

menggunakan besi pandjang itu, jang ternjata

adalah semprong api jang terbikin daripada besi,

guna menjanggali serangan pemuda itu. DisampingPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

41

gerakan nona itu tidak berhenti sampai disitu,

setelah berhasil mcnjanggah, semprong besinja

diarahkan langsung kebahu si-pemuda.

Dengan adanja kedjadian itu, Kionglie-eng

tjepat2 menarik pulang sendjatanja, kemudian ia

menghalau serangan nona itu dengan

menggunakan gerakan "Hwie Wie Tjioe Tio" atau

"Mendjaga Wie melindungi Tio". Maka didalam

kamar jang sempit itu terdjadi suatu pertempuran

jang sengit. Pada saat itu si-sakit paksakan diri

untuk duduk. Ia begitu menampak kedua orang itu

tengah bertempur dengan seruhnja, ia djadi

kerutkan alisnja. Kemudian dengan menggunakan

sisah tenaga jang ada padanja, ia sabetkan

selimutnja kearah kedua scndjata orang jang

sedang bertempur itu. Sungguh hebat gerakan

wanita itu, sebab begitu selimut itu disabetkan

kedepan, telah berhasil membetot sendjata

kedua orang jang lagi berperang tanding, sehingga

kedua sendjata itu djadi djatuh kelantai. ,,Berhenti

!" Demikian terdengar wanita membentak.

Berbareng dengan itu terdengar pula djatuhnja

tubuh seseorang.

Sebetulnja Kionglie-eng sudah hendak

memungut pedangnja kembali, tapi begitu melihat

ensonja djatuh pingsan dan terguling dari atas

pembaringan, tanpa terasa ia djadi menghentikan

langkahnja.

Kala itu Tjiam Nio telah merangkul dan

memanggilmanggil Piauw-tjienja. Keadaan ituPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

42

membuat hati Kionglie-eng jang tadinja panas,

djadi redah. Kemudian ia menghampiri kedua orang

tersebut. "Kenapa pingsankah ?" Tanja-nja

kemudian sambil menundukkan kepalanja.

Tjiam Nio begitu mendengar pertanjaan itu

segera mengangkat kepalanja, kemudian dengan

roman gusar ia pandang si-pemuda.

"Kau sungguh tidak tahu adat. Piauw-tjieku

dengan baik hati mengundang dirimu. Tapi

kebaikan itu kau balas dengan tjara ini, ? kau

hendak bunuh dia ? apa salahnja ?" Kata nona itu

kemudian.

"Tanpa sebab ia telah minta tjerai dengan

kakakku, lalu dengan diam2 dan setjara kedji ia

menganiajai Toakoku itu dengan mengunakan

Shia-mo-kong. Setelah berbuat demikian ensoku

jang berhati binatang ini segera menghilang.

Sebulan kemudian Toako muntah2 darah dan tak

lama kemudian meninggallah ia. Tjoba kau pikir,

patutkah seorang demikian diberi ampun ?"

Kionglie-eng kata dengan suara agak gusar.

Keterangan Kionglie-eng ini membuat Tjiam Nio

djadi sangat terperandjat, ia segera memandang

kediri Piauwtjienja. "Betulkah perkataanmu itu ?

Mungkinkah Piauw-tjieku begitu sampai hati

membunuh suaminja dengan tjara sehina dan

sekedji itu ?" Kata Tjiam Nio kemudian.

Lie-eng ketika mendengar Tjiam Nio tjoba

membela Piauw-tjienja, ia segera berkata lagi:

"Kakakku dengan sesungguh hati mentjintainja.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

43

Memang pada mulanja mereka hidup dengan rukun

dan damai. Tapi pada suatu ketika mendadak enso

laknat ini pergi bersembahjang kekuburan ajahnia.

Tapi sepulangnja dari situ, ia lantas minta tierai.

Kedjadian ini tentu sadja membuat kakakku djadi

merasa sangat sedih dan meminta padanja supaia

membatalkan maksudnja itu, tapi ensoku ini tetap

berkeras minta tjerai. Walau dengan hati jang berat

dan sedih, achirnja kakakku melepaskannja djuga.

Tapi begitu kakakku mengantarnja sampai diluar

pintu, dengan diam2 enso kedji ini menepuk bahu

Toakoku. Setelah terdiadi peristiwa ini, beberapa

hari kemudian mendadak bahu Toakoku bengkak

dan sebulan kemudian meninggallah ia. Ada jang

bilang bahwa ensoku telah mempuniai kekasih

baru, sehingga ia minta tjerai. Tapi itu aku tidak

pusingkan bila ia tidak berlaku begitu kedji

terhadap Toakoku."

"Ngatjo !" Kata Tjiam Nio seraia menggelengkan

kcpalanja. "aku tak pertjaja bahwa Piauw-tjieku

bisa berbuat sekedji itu."

Kwie Kionglie-eng jang melihat bahwa Tjiam Nio

tidak mau mempertjajai keterangannja, maka ia

djadi sangat panasaran, maka kemudian ia berkata

lagi: "Baik kuterangkan sedjelasnja. Adapun

maksud membunuh Toakoku ialah untuk

mengambil Houw Pa Soen-nja, sehingga achirnja

dengan susah pajah aku baru bisa mendapatkan

perhiasan pusaka itu setelah mengeluarkan uang

sebanjak 20 ribu tail perak. Dan didalam

perdjalanan pulang aku telah kena ditjegat olehPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

44

Chen-sie Siang Pa jang rupanja menghendaki

benda itu djuga.

Tjiam Nio ketika melihat si-pemuda bitjara

dengan roman sungguh2, mau djuga ia

mempertjajai keterangan pemuda itu. Tapi

kemudian ia d jadi merasa sangsi lagi, maka

kemudian ia berkata: "Bila benar2 Piauw-tjie

melakukan tindakan sekedji dan sehina itu, walau
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku mendjadi Piauw-movnja, untuk seterusnja aku

takkan mau mengenalnja. Tapi mengapa tadi

begitu ia melihat Houw Pa Soen ia djadi menangis

ter-seduh2, malah kemudian menjuruhku untuk

memanggilmu kemari ?".

Perkataan Tjiam Nio ini memang beralasan,

membuat Lie-eng djadi tak dapat mendjawab untuk

sesaat lamanja. Namun kemudian ia berkata djuga:

"Barang kali baharu sekarang Liangsimnja terbuka

!"

"Walaupun begitu, tindakanmu tadi sungguh

tidak patut, sebab aku melihat didalam perkara ini

terselip suatu jang meragukan. Aku rasa Piauw-tjie

tidak akan berbuat begitu durhaka dan kedji

terhadap suaminja. Maka aku harap kini untuk

sementara engkau menenangkan dirimu, baharu

nanti dengan per-lahan2 engkau tanjakan perihal

itu, supaja duduk perkara djadi terlebih djelas !"

Kionglie-eng ketika mendengar perkataan itu, ia

djadi tambah tjuriga, maka ia lantas bertanja:

"Bukankah engkau sehaluan dengan Piauw-tjiemu

?".PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

45

Mendengar dirinja turut ditjurigai, Tjiam Nio

lantas mengerlingkan matanja. "Kau mungkin

belum mengetahui sifatku, aku adalah seorang jang

sangat membentji pada kedjahatan, bila kemudian

ternjata benar Piauwtjieku bersalah, aku takkan

menolongnja. Tapi bila engkau jang sembarang

menuduh orang baik2, hati2 kau !" Kata Tjiam Nio

dengan tenangnja.' Sehabis berkata demikian nona

Hoa lantas membuka pintu kamar dan meneriaki

salah seorang penghuni kuil itu. Tak lama kemudian

tampak seorang Tookouw berdjalan masuk sambil

ditangannja mendjindjing sebuah waskom air

peranti tjutji muka. Tookouw itu mendjadi sangat

heran ketika melihat bahwa didalam kamar itu

terdapat seorang laki2.

Tjiam Nio tahu akan keheranan Tookouw

tersebut, tapi didalam keadaan itu tak sempat

untuknja memberi keterangan, ia segera berkata:

"Tolong kau ambilkan wedang d jahe, lekas !"

Tookouw itu segera pamitan dan sesaat

kemudian ia telah kembali lagi, tapi kini tidak hanja

ia seorang, namun dibelakangnja mengikuti

seorang wanita tua, jang rupanja mendjadi perawat

si-sakit selama ini. Kemudian mereka ber-sama2

mengangkat si-sakit keatas tempat tidur dan

mereka mentjekoki si-sakit dengan wedang djahe

itu.

Tak lama kemudian tampak enso Lie-eng mulai

membuka matanja dan meng-gerak2kan bibirnja

tanpa dapat mengeluarkan suara. Lalu ia menghela

napas dan mengutjurkan air mata.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

46

Tjiam Nio ketika melihat Piauw-tjienja telah

siuman dari pingsannja, segera memerintah supaja

wanita tua dan Tookouw itu keluar dulu dari kamar

tersebut. "Piauw-tjie, Siok-siokmu ada sedikit

perkataan jang hendak ditanjakan disini !" Kata

Tjiam-nio kemudian sambil merangkul tubuh

Piauw-tjienja.

Ketika mendengar perkataan Tjiam Nio itu,

Piauwtjie ini segera membentangkan matanja

lebar2, kemudian dengan suara jang perlahan ia

berkata: "Sam... Samya mengapa engkau djadi

begitu gusar ketika melihat diriku, apa salahku ?"

"Kata Samya dulu engkau pernah mentjuri Houw

Pa Soen dan membunuh kakaknja, jaitu suamimu

sendiri!" Timbrung Tjiam Nio.

"Apa ? Membunuh suamiku ? Oh alangkah

kedjinja tuduhan itu !" Sehabis berkata demikian

enso ini pandang Lie-eng dengan mata jang

ngembeng. "Kau bilang Toako telah meninggal ?"

Katanja kemudian dengan nada sedih.

Lie-eng jang melihat bahwa ensonja masih pura2

tidak tahu perihal kematian Toakonja, ia djadi

tambah mendongkol. "Kau sungguh litjin wanita

busuk, tapi kau takkan dapat mengelabui diriku.

Baik kini aku beberkan peristiwa itu didepan nona

Hoa." Demikian pikir pemuda she Kwie itu. Maka

kemudian sambil tertawa mengedjek ia berkata:

"Enso kedji, sampai saat ini engkau masih tjoba

hendak mungkir dari perbuatanmu jang kedji itu.

Toako ketika mengantar dirimu sampai keluarPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

47

pintu, bukankah engkau telah menepuk bahunja ?

Beberapa hari kemudian bahu Toako jang kau tepak

itu mendjadi bengkak, walau telah diusahakan

untuk mengobati dengan tiara apapun, bengkak

toako itu masih tetap tak dapat disembuhkan,

sehingga sebulan kemudian ia djadi

menghembuskan napasnja jang terachir."

Perkataan Kionglie-eng itu membuat wanita jang

sedang sakit itu djadi menangis sesengukan.

"Hanja tuhan jang tahu bahwa diriku, Yo Tjoei In,

adalah seorang jang putih bersih, belum pernah

aku berbuat dosa terhadap siapapun. Mengenai

pertjeraian dengan suamiku, aku terpaksa harus

berbuat begitu. Aku hanja dapat menjuali nasibku

jang selalu dirundung malang ini." Kata wanita itu

dengan sedihnja.

"Menurut katamu, engkau belum pernah

menganiaja suamimu sehingga mati. Tapi

bukankah ketika engkau hendak berlalu dari

rumahku engkau telah menepuk bahu Toako,

bukankah engkau djuga mengerti ilmu Shia-mo
kong ? !" Tanja Lie-eng dengan gemasnja.

"Betul, aku memang paham akan ilmu Shia-mo
kong, tapi sedjak aku masuk kedalam keluargamu,

belum pernah aku menggunakan ilmu itu terhadap

siapapun. Benar ketika aku hendak berlalu dari

rumahmu aku pernah menepuk bahu Toako, tapi

sekali tidak disertai dengan tenaga dalam." Enso ini

tjoba mendjelaskan dengan suara sedih.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

48

Tjiam Nio ketika mendengar bahwa Piauw-tjienja

benar pernah menepuk bahu Toako Lie-eng, ia

djadi turut merasa tjuriga, maka kemudian ia djadi

menimbrung: "Piauw-tjie, didalam keadaan seperti

sekarang ini seharusnja kita berbitjara

sedjudjumja. Mungkin dulu engkau karena berada

didalam keadaan gusar, engkau djadi kelepasan

menggunakan Shia-mo-kongmu itu, ini toch

mungkin terdjadi !"

Yo Tjoe In, enso Kionglie-eng, begitu mendengar

perkataan Piauw-moynja, ia djadi bertambah sedih

bertjampur terperandjat. "Tjiam Nio, kau rupanja

djuga mentjurigai diriku. Tapi kau tentu telah

mengetahui sifatku bukan, aku takkan sembarang

membunuh orang, apa lagi djiwa suami jang

kutjintai itu !" Kata njonja itu.

Kionglie-eng ketika mendengar perkataan

ensonja jang terachir ini, ia djadi tertawa

berkakahan. "Perkataanmu sungguh enak didengar

dan mengharukan. Kau kira kami anak ketjil jang

dapat kau bohongi setjara demikian. Hmmm, masih

berani mengatakan suami jang kutjintai lagi. Kalau

memang benar kau dengan sesungguh hati

mentjintai Toako, mengapa engkau berkeras minta

bertjerai dengannja ? Apa maksudmu berbuat

demikian ?" Tanja Lie-cng kemudian dengan

gusarnja.

Tjiam Nio ketika mendengar perkataan Kionglie
eng ini, djadi menganggukkan kepalanja, tanda ia

membenarkan pendapat pemuda she Kwie itu.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

49

Pada saat itu Tjoei In djadi semakin sedih. "Ini

semua memang harus disesalkan kepada hidupku

jang selalu dirundung malang ini. Andai kata kini

Toako belum meninggal, aku takkan mentjeritakan

duduk perkara jang sebenarnja dari pertjeraian

kami. Aku tidak dapat hidup berdampingan dengan

Toako sampai dihari tua, sebab ia adalah pembunuh

ajahku, walaupun itu dilakukan tanpa sengadja !"

"Apa, pembunuh ajahmu ?" Tanja Kionglie-eng

dan Tjiam Nio dengan serentak. Kemudian mereka

mendesak Tjoei In guna mentjeritakan kedjadian

itu.

Kala itu Tjoei In menangis semakin sedih. Tjiam

Nio tjepat2 menuangkan setjawan obat jang terus

diberikan kediri njonja malang itu.

Setelah berdiam sedjenak, dengan

menjandarkan kepalanja ditepi pembaringan, Tjoei

In segera mentjeritakan sekelumit riwajat hidupnja

jang selalu dirundung malang itu.

Sedjak masih ketjil Yo Tjoei In telah ditinggal

mati oleh ajah bundanja. Kemudian nona Yo ini

meninggalkan kampung halamannja dan pergi ke

Birma tengah. Kebetulan pada saat itu Yo Kok Sin,

kotio (paman) Tjoei ini datang ketempat itu. Dan

tanpa disengadja ditengah djalan ia bertemu

dengan Tjoei In, si-keponakan perempuannia. Kok

Sin ketika melihat keadaan keponakannja jang

begitu mengeneskan, ia djadi iba-hati. Maka

kemudian ia ambil diri si-nona danPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

50

memperlakukannja dengan penuh kasih sajang dan

menganggapnja sebagai anak kandungnja sendiri.

Setelah Tjoei In agak besaran, Kok Sin ? jang

terniata pandai silat ? lantas menurunkan ilmu
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

silatnja. Disamping itu, paman ini sering membawa

Tjoei In pergi menemui guru2 silat ternama guna

diberi petundjuk, malah ada beberapa guru silat

jang sudi menurunkan ilmunja kepada nona Yo ini.

Tak lama kemudian, Tjoei In diadiari ilmu Shia-mo
kong, jaitu ilmu jang dapat mematahkan badja

serta menghantjurkan batu2 atau logam2 lainnja.

Nona Yo ini temjata bukan sadja seorang anak

jang tjerdas, tapi iapun seorang jang ulet, sehingga

tak heran kiranja achimja kepandaian silatnja djadi

terlebih tinggi bila dibandingkan dengan

kepandaian ajah angkatnja.

Sedjak ditinggal mati oleh isterinja Kok Sin terus

berkelana didalam kalangan Kang-ouw dan tidak

mau beristeri lagi. Itulah sebabnja segala kasih

sajangnja ia tjurahkan kcdiri si-keponakan jang

merangkap sebagai anak angkatnja djuga. Segala

kepandaiannja diturunkan seluruhnja kediri anak

pungutnja itu.

Dalam hal memilih menantu Kok Sin djuga

sangat ber-hati2. Banjak sudah pemuda2 jang

mengadjukan lamaran terhadap diri Tioei In, tapi

karena tiada seorang dari mereka jang sesuai

dengan keinginan Kok Sin, maka lamaran mereka

semuania ditolak.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

51

Sebagaimana diketahui bahwa masiarakat nada

masa itu (zaman Boan-tjioe) adalah masjarakat

dalam bentuk feodal, dan disamping itu Tjoei In

telah banjak menerima budi ajah angkatnja ini.

maka ia selalu menurut segala kehendak ajah

angkatnja itu, sedikitpun tidak mau

membantahnja.

Pada suatu malam Kok Sin pergi kerumah

seorang sahabatnja jang tengah mengadakan pesta

perkawinan. Kemudian didalam keadaan setengah

sinting guru silat she Yo ini berdjalan pulang

kerumah. Tapi tak disangka ditengah djalan ia telah

dibunuh orang. Baharu pada keesokan harinja

majat Kok Sin ini diketahui orang, namun jang aneh

ditubuhnja tidak terdapat tanda2 bekas luka atau

dianiaja, sehingga susah dipastikan kematian guru

silat she Yo ini mati karena apa. Semasa hidupnja

Kok Sin sangat terkenal di Birma tengah akan

kegagahannia, sehingga ada orang jang

berpendapat bahwa kematian Kok Sin ini

disebabkan karena dianiaja oleh orang jang iri

dengannja. Tapi utjapan itu tidak ada bukti jang

kuat. Dengan adanja kedjadian itu, Tioei In kembali

djadi sebatangkara, tak tahu ia harus dengan tjara

bagaimana mengurus penguburan dienazah ajah

angkatnja, sebab pada saat itu didirinja tidak

terdapat uang barang sepeser-pun. Walau ia telah

menggadekan seluruh barang2 jang masih ada

padanja, tapi uang hasil pendjualan barang2 itu

belum lagi mentjukupi untuk menutupi ongkos

penguburan diri ajah angkatnja. Maka kemudian

Tjoei In terpaksa mentjari pindjaman kepada sanakPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

52

serta kaum kerabat mendiang ajahnja. Namun

mereka enggan untuk memberikan pindjaman uang

kepada nona Yo ini. Sebab mereka anggap bahwa

Tjoei In pasti takkan dapat membajar pindjamannja

itu.

Pada saat itu ajah Kionglie-eng masih hidup, ia

kenal diri Kok Sin sepintas lalu, tapi ia adalah

seorang jang dermawan, begitu mendengar berita

itu, dengan tanpa diminta ia lantas mengulurkan

tangannja guna membantu Tjoei In dan

menjanggupi untuk menanggung semua ongkos2

penguburan. Dan achirnja Tjoei In diadjak tinggal

bersama serta diperlakukan sebagai sanaknja

sendiri.

Tjoei In merasa berhutang budi serta berterima

kasih sekali kepada ajah Kionglie-eng ini,

bersamaan saatnja dengan itu, kakak Kionglie-eng

telah berhasil menamatkan peladjarannja di

Tiongkok dan kembali kerumah orang tuanja.

Toako ini begitu melihat paras Tjoei In jang tjantik

serta halus budi bahasanja, membuat setiap orang

jang melihatnja djadi tertarik, maka dengan tanpa

terasa Toako Lie-eng djadi djatuh tjinta kepada diri

si-nona.

Dilain pihak Tjoei In d juga sangat tertarik akan

keramah-tamahan Toa Kongtjoe dari keluarga Kwie

ini, pemuda itu walaupun tak pandai akan ilmu silat,

namun rupanja sangat simpatik. Maka lama
kelamaan perasaan tertarik ini berubah mendjadi

suatu perasaan tjinta. Tak lama kemudian,

sepasang pemuda-pemudi menghadap kepada LooPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

53

Sian-seng, ajah Kionglie-eng, guna menjatakan

bahwa mereka berdua telah sepakat guna

membangun sebuah mahligai rumah tangga.

Ajah Kionglie-eng ketika melihat keadaan itu,

djadi sangat gembira. Memang selama ini ia hendak

mengamproki Tjoei In dengan seorang pemuda.

Tapi sampai pada saat itu ia belum djuga menemui

pasangan jang setimpal untuk diamproki dengan

diri si-nona.

Begitulah setelah memilih bulan baik dan hari

baik, dilangsungkanlah pernikahan diantara

sepasang merpati ini. Pesta perkawinan itu

dirajakan setjara meriah sekali. Para pengundjung

tak putus2nja pada memudji dan mengagumi akan

pesta jang diadakan setjara meriah itu dan

terutama sekali terhadap sepasang mempelainja,

jang satunja tjakap serta simpatik dan jang lainnja

tjantik dan halus budi bahasanja.

Sehabis menikah, keadaan mereka seperti djuga

ikan jang memperoleh air, hidup dialam bahagia

dan kenikmatan. Saat itu adalah zaman keemasan

bagi Tjoei In.

Beberapa tahun kemudian mertua Tjoei In, jang

telah berusia landjut itu, djatuh sakit. Segala

urusan perusahaan perak diserahkan kepada

anaknja beserta menantunja.

Kala itu Kionglie-eng belum lagi kembali dari

Imyam-san.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

54

Sedang Djieko (kakak jang kedua) Kionglie-eng

ada lah seorang jang tidak menghiraukan soal2

perusahaan perak itu. Maka praktis kini perusahaan

itu berada ditangan Toako Lie-eng beserta isterinja.

Pada tahun itu, tatkala Tiong-tjioe, Toako Lie-eng

bersama isterinja duduk diserambi muka rumah

guna memandangi sang Dewi malam jang sedang

bulat2nja dan memantjarkan tjahaja jang penuh.

Disitu mereka, sepasang suami isteri ini, ber
tjakap2 dengan penuh kasih sajang serta dengan

suara jang perlahan.

"Andai kata aku seperti Loosam (jang dimaksud

ialah diri Kionglie-eng) pandai silat, tidak perlu

siang malam kau mendjadi keamanan pabrik kita."

Kata sang suami dengan mesranja.

Tjoei In ketika mendengar suaminja me
njandjung2 dirinja, ia segera berkata: "Ah, sama

sadja. Tjoba kalau dulu aku dikirim kcsekolah,

sekarang kita boleh bersjair, saling sambut."

"Daripada kita bertanding dengan sjair, lebih

menjenangkan kiranja kalau kita bertanding

dengan menggunakan sendjata. Dengan terus

terang kukatakan padamu, bahwa kalau aku pandai

silat sepertimu, aku takkan melakukan perbuatan

jang kedji, walau itu tidak sengadja kulakukan !"

Kata suami ini.

"Apa, kau pernah melakukan suatu perbuatan

kedji ?" Kata Tjoei In tak sabar.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

55

Ditanja begitu si-suami menganggukkan

kepalanja. Lalu Toako Kionglie-eng ini

mentjeritakan peristiwa rahasia jang terdjadi pada

beberapa tahun jang lalu. Temjata pada 2 tahun

sebelum mereka menikah, suami Tjoei In pernah

minta perlop (libur) dari sekolah guna pulang ke

Birma untuk mendjumpai orang tuanja.

Sesampainja dirumah ia lantas mendengar kabar

bahwa disekitar Po-tong-san terdapat banjak

rampok, sedang dirinja sedikitpun tak mengerti

ilmu silat, maka setiap berdjalan malam hatinja

selalu berdebar, takut2 kalau berdjumpa dengan

kawanan pcndjahat begal.

Pada suatu malam, ketika Toako Lie-eng tengah

berdjalan pulang dari suatu pesta, ditengah-djalan

mendadak ia berpapasan dengan seorang jang

bertubuh tinggi besar. Keadaan itu membuat

pemuda she Kwie ini djadi sangat takut dan tjuriga,

djangan2 orang itu adalah salah seorang pendjahat

jang banjak terdapat disekitar tempat itu.

Berbareng dengan itu, orang tinggi besar tersebut

memanggil diri Toako Kionglie-eng ini. Keadaan itu

membuat pemuda ini djadi semakin takut, ia djadi

mempertjepat langkahnja. Namun orang itu

mengedjarnja dan sebentar sadja dirinja sudah

hampir ketjandak. Pemuda she Kwie ini ketika

melihat dirinja takkan berhasil meloloskan diri dari

kedjaran si-orang tinggi besar, maka ia lantas

pura2 djatuh. Sementara itu orang tinggi besar itu

telah sampai didepannja. Begitu sampai orang itu

lantas menundukkan kepalanja guna memandang

wadjah si-pemuda. Kwie Toa Kongtjoe denganPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

56

menggunakan kesempatan itu meremas benda

terlarang dari orang itu, jang membuat si-orang

tinggi besar djadi djatuh pingsan. Dalam pada itu

Kwie Kongtjoe telah melompat bangun, lalu

membersihkan debu jang melekat dibadjunja,

setelah itu berlalu dari situ.

Pada keesokan harinja, didekat pertambangan

tersebut terdapat sebuah majat orang laki2 jang

mati setjara mysterius. Alat2 negara sibuk mentjari

pembunuhnja, tapi sebegitu djauh mereka tetap

tak dapat menangkap pembunuhnja. Dalam pada

itu Kwie Kongtjoe djuga pergi ketempat djenazah

itu berada, ia lantas mengenali bahwa majat itu

adalah orang jang kemarin malam mengedjar

dirinja. Keadaan itu membuat hatinja djadi sangat

tjemas dan takut, sampai ajahnja sendiri tidak ia

beritahu. Beberapa hari kemudian, setelah masa

liburnja habis, Kwie Toa Kongtjoe segera balik ke

Tiongkok guna meneruskan peladjarannja.

Yo Tjoei In ketika mendengar tjerita suaminja ini,

ia djadi sangat terkedjut, maka ia lantas

menanjakan umur serta roman orang jang

dimatikan dengan tak sengadja oleh suaminja, tak

lupa pula ia menanjakan waktu dan tempatnja.

Walau Kwie Toa Kongtjoe merasa agak aneh

ketika mendapat pertanjaan itu, tapi ia

menerangkan djuga.

Setelah selesai mendengar keterangan suaminja,

mengertilah Tjoei In perihal kematian ajahnja jang

selama ini dianggap sangat mysterius itu.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

57

Kini didalam lubuk hati Tjoei In berketjamuk

matjam perasaan. Perasaan pertama ialah rasa

tjinta terhadap suami, sedang perasaan jang ke-2

adalah rasa sajang terhadan ajah-angkatnja

almarhum. Entah ia harus menempuh dialan jang

mana. Mulai dari saat itu ia tak mau ber-kata2 lagi

terhadap suaminja. Walau suaminja telah berdaja
upaja untuk menggirangkan hati njonja-nja, tapi

usahania itu selalu gagal.

Keadaan itu berlangsung sampai beberapa hari,

pada suatu hari Tjoei In pergi kekuburan ajahnja,

disana ia meratapi kematian ajahnja jang malang

itu.

Untuk membalaskan dendam ajahnia, Tjoei In

tak berdaja. Maka kemudian ia mengambil djalan

tengah, jaitu minta tjerai dengan suaminja, walau

dengan tindakannja ini agak bertentangan dengan

bathinnja. Dengan hati jang sedih ia mengembara

didalam kalangan Kang-ouw dan achirnja ia sampai

kekuil itu dan medjadi Too-kouw.

Sampai pada kemarin, Piauw-mcynja pulang

dengan membawa Houw Pa Soen dan menjebut

djuga nama keluarga Kwie, Tjoei In d jadi teringat

lagi terhadap suaminja jang tertjinta jang terpaksa

ia tinggalkan. Kemudian terdorong oleh rasa ingin

tahu keadaan suaminja selama sepuluh tahun ini.

ia lantas meminta Piauwmoynja untuk memanggil

Kicnglic-cng datang. Tapi tidak sangka begitu

berdjumpa dengan Kionglie-eng djadi sangat gusar

dan menuduhnja sebagai pembunuh suaminja.

Keadaan itu membuat hati Tioei In diadi sangatPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

58

pedih, sehingga achirnja ia djadi mcngutjurkan air

matanja.

Kionglic-cng ketika mendengar penuturan

ensonja, hatinja djadi turut merasa sedih dan

kemudian meminta maaf akan kesembronoannja

tadi, kemudian berkata: "Hatimu sungguh mulia,

enso. Tapi ada satu hal jang tetap mendjadi teka
teki didalam benakku. Sebab bukankah ketika

engkau meninggalkan Toako, kau-kan pernah

menepuk bahunja, menurut penjelidikan, Toako

mati karena serangan itu. Namun kini kau

mengatakan kau tidak berbuat begitu kedji, habis

Toako mati karena apa ?"

Begitu mendengar pertanjaan ini Tjoei In djadi

semakin sedih, kemudian dengan nada jang pilu ia

berkata: "Dulu makanja aku menepuk bahu Toako

semata2 karena hatiku sangat pilu. Bila benar ia

mati karena luka dipundaknja, walau sebenarnja

bukan aku jang membunuhnja, tapi ia mati karena

aku."

Perkataan "tapi ia mati karena aku!" membuat

Kionglie-eng bersama Tiiam Nio djadi sangat heran.

Mereka segera menanjakan makna dari perkataan

itu.

"Soalnja mudah sadja, hampir semua orang

disekitar Po-tong-san mengetahui bahwa aku dapat

menggunakan Shia-mo-kong. Mungkin ada orang2

tertentu dengan menggunakan kesempatan ketika

aku bentrok dengan Toako lantas menggunakan

Lweekang melukai bahu Toako. Itulah makna dariPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

59

perkataanku tadi." Mendjelaskan Tjoei In dengan

nada sedih.

Kionglic-cng ketika mendengar penuturan

ensonja, ia djadi agak bingung djuga, sebab ia

mengetahui kakaknja jang begitu ramah-tamah

serta baik budi terhadap siapapun, maka siapakah

gerangan jang sudah berlaku begitu kedjam

dengan menggunakan kesempatan ketika Toako
nja sedang bentrok dengan isterinja terus

menurunkan tangan djahat ? Apa pula maksudnja

? Berpikir sampai disitu, pemuda ini lantas bertanja

lagi: "Maaf enso, masih ada satu hal jang saja

belum djelas. Jaitu menurut katamu, ketika engkau

meninggalkan rumahku engkau telah

mengembalikan semua uang serta perhiasanmu

guna mengganti ongkos jang telah dikeluarkan oleh

ajahku almarhum ketika beliau mengurus

penguburan ajah angkatmu dulu. Tapi ada

maksudmu Houw Pa Soen kau ketjualikan ?"

"Kapan aku membawa Houw Pa Soen ? Aku

walaupun berasal dari anak seorang jang miskin,

tapi tak nanti aku melakukan tindak serendah itu !"

Kata enso itu dengan suara jang keren, tapi tetap

bernada sedih.

"Aneh !" Gumam Kionglie-eng seraja

menundukkan kepala, ia se-akan2 sedang

memikirkan sesuatu.

"Dulu begitu aku menerima berita tentang

kematian Toako, tjepat2 aku balik kc Birma dan

ketika aku memeriksa barang2 peninggalannja,PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

60

hanja Houw Pa Soen sadja jang tidak terlihat, maka

kami semua menjangka bahwa barang itu

engkaulah jang membawanja." Kata Lie-eng

kemudian.

"Ketika kau membeli barang2 itu dikota Koen

Beng, pernahkah engkau menanjakan asal usul

barang ini ?" Timbrung Tjiam Nio.

"Sudah, katanja barang ini berasal dari seorang

Souwtjiang (pembesar jang bertugas untuk

mendjaga keamanan sesuatu kota) dari Poe-djie
shia, jang bernama The Tjie Kie. Pembesar itu

menghadiahkan barang ini kepada In-kwie

Tjongtok. Tapi kemudian Tjongtok ini

menghadiahkan barang ini kepada selir

kesajangannja.

Namun disebabkan karena keadaan rumah

tangga isteri piaraan itu sangat miskin, maka

achirnja ia djadi mendjual barang pusaka itu."

Kionglie-eng mendjelaskan.

(In-kwie = nama gabungan dari propinsi2 In-lam

dan Kwie-tjioe. Tjongtok = Gubemur-d jenderal).

Tjoei In ketika mendengar perkataan Kionglie
eng itu, mendadak ia teringat sesuatu hal, segera

berkata: "The Tjie Kie, rasa2nja aku pernah

mendengar nama ini. Oh ja, bukankah ia sahabat

kakakmu ketika beladjar di Tiongkok Ketika aku

minta tjerai dengan Toakomu, ia sedang berlibur di

Po-tong-san dan iapun pernah melihat Houw Pa

Soen. Hanja sajang waktu itu aku tidak

memperhatikan apakah dia memindjam Houw PaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

61

Soen atau tidak ? !" Tjoei In mengemukakan

pendapatnja.

"Aku merasa pasti bahwa Houw Pa Soen ditjuri

olehnja, ia pula jang harus bertanggung djawab

atas kemati
an Toakomu, saudara Kwie " Timbrung

Tjiam Nio. Sehabis berkata demikian, mungkin

saking gemasnja ia djadi mengeprak medja.

"Kau tahu pasti nona Hoa ?" Tanja Kionglie-eng

dengan heran.

"Aku dulu karena pernah bertempur dengannja,

aku djadi mengetahui bahwa ia bisa ilmu weduk

Thiat Po San, seseorang kalau telah bisa

memahami ilmu weduk sematjam itu, Lweekangnja

pasti amat dalam. Itulah sebabnja mengapa aku

mengatakan bahwa si-orang she The inilah jang

harus bertanggung djawab atas kematian

kakakmu, saudara Kwie." Tjiam Nio menerangkan.

"Mengapa kau bisa bertempur dengan pembesar

she The itu ?" Tanja Tjoei In perlahan.

Tjiam Nio segera mentjeritakan kedjadian jang

pernah ia alami tempo hari.

* * *

Sebagaimana diketahui bahwa Souw-tjiang dari
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kota Poe-djie adalah The Tjie Kie. Dulu ia karena

tak sanggup melandjutkan peladjaran disekolah,

djadi berubah ihaluann.ja untuk beladjar silat.

Orang she The ini sangat gemar bcrdjudi, jangPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

62

membuat dirinja djadi berkenalan dengan orang2

bawahan Tjongtok. Kemudian dengan perantara

orang2 itu ia berhasil kenal dan menidekati

gubcrnur-djcndcral itu. Demikian pandainja ia

mengambil hati pembesar itu, sehingga achirnja ia

diangkat mendjadi Souw-tjiang.

Pada suatu ketika, karena suatu hendak

menjambang famili, Tjiam Nio djadi lewat dikota ini.

Disebabkan karena keadaan hari jang sudah tidak

mengidjinkan, nona Hoa ini lantas menginap

semalam dikota itu. Pada malam harinia mendadak

nona Tjiam Nio mendengar bahwa disebelah

kamarnja terdengar suara tangisan seorang wanita.

Pada keesokan harinia Tiiam Nio lalu menjelidiki

kediadian itu. Maka tahulah ia, bahwa dikamar

sebelahnia tinggal sekeluarga iang terdiri empat

orang. Si-ajah karena sudah tua usianja bermaksud

hendak melewati hari tuanja ditanah leluhurnja,

jaitu Tiongkok.

Tani tidak sangka ketika mereka berempat

sampai dikota Poe-djie dari Birma, kebetulan The

Tiie Kie melihat mereka, dasar ia seorang laki2

hidung belang, begitu melihat gadis si-orang

Tionghoa perantauan jang berparas lumajan, ia

djadi sangat tertarik. Ia segera rnengadjukan

lamaran iang disertai antjaman. bahwa si-orang

she The ini hendak mengambil nona Tionghoa

perantauan untuk didiadikan gundiknja jang

keenam.

Lamaran itu ditolak dengan getas oleh keluarga

Hoakiauw itu. Tapi setelah diberi peringatan kerasPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

63

serta antjaman bahwa bila sadja keluarga itu tetap

menolak permintaan Souw-tjiang itu, ajah nona itu

akan dituduh sebagai seorang pendjahat.

Melihrt itu, nona Hoakiauw itu rela

mengorbankan dirinia demi keselamatan djiwa

sekeluargania. Maka tak lama lagi akan

dilangsungkan pernikahan. Itulah sebabnja

keluarga Hoakiauw jang telah tak berdaja itu hanja

bisa mengeluh dan menangis sadja. '

Tjiam Nio ketika mendengar kisah itu, ia

menjatakan kesediaannja untuk menggantikan

nona Hoakiauw itu. Kcdjadian itu tentu sadja

membuat keluarga itu mendjadi sangat girang dan

bersjukur serta berterima kasih sekali kepada nona

Hoa itu.

Begitu tiba pada hari jang telah ditentukan, Tjiam

Nio segera menjuruh keluarga Hoakiauw itu supaja

lekas berkemas dan supaja tjepat2 buron

keperbatasan, sedang ia (Tjiam Nio) segera

menjamar sebagai mempelai wanita.

Tak lama kemudian Tjie Kie datang mendjemput

mempelai wanita itu, tapi begitu melihat, Tjie Kie

lantas mengetahui bahwa penganten wanita lagi

wanita Hoakiauw itu. Namun wanita jang berada

dihadapannja sekarang ternjata djauh lebih tjantik,

kcdjadian itu tentu sadja membuat pembesar shc

The ini mendjadi sangat girang, sehingga ia lupa

untuk mengedjar keluarga Hoakiauw jang kabur.

Pada malam harinja, setelah keramaian telah

bubar, Tjie Kie lantas masuk kekamar mempelaiPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

64

wanita. Ia segera menampak bahwa pada saat itu

nona penganten telah menukarkan pakaiannja

dengan pakaian jang biasa untuk melatih silat.

Kcdjadian itu membuat Tjie Kie sangat terkcdjut.

Kala itu Tjiam Nio telah memaki pembesar hidung

kapur ini, jang dengan menggunakan kekuasaannja

sering menindas rakjat baik2.

Tjie Kie ketika melihat gelagat buruk itu, untuk

menakluki, si-nona, orang she The ini lantas

menggunakan Thiat Po San-nja.

Didalam kamar itu segera terdjadi suatu

pertempuran jang amat dahsjat, membuat orang2

jang berdiam didalam gedung itu pada datang

kesitu untuk menolong Tjoekong mereka.

Tjiam Nio dengan menggunakan ketika itu

menerobos diantara barisan orang jang tengah

mendatangi itu dan kemudian malam itu djuga ia

keluar dari perbatasan kota Poe-djie.

* * *

"Seenaknja sadja engkau menggantikan orang

lain untuk djadi pengantin, mungkin nanti engkau

akan berat djodoh!" Goda Tjoei In setelah

mendengar habis penuturan Siauw-moynja.

"Bila mendengar keterangan nona Hoa tadi,

memang kemungkinan besar dialah orangnja jang

melukai kakakku sehingga membawa sampai

keadjalnja. Akan kutjari dia !" Kata Kionglie-eng

dengan gemas. Kemudian dengan roman menjesal

ia minta supaja ensonja kembali ke Po-tong-san.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

65

"Tidak mungkin ! Samya tidak usah memikiri

diriku. Dan kau djuga, Tjiam Nio. Kini kau djuga

tidak perlu mendampingi diriku lagi, sebab sakitku

sudah berangsur sembuh. Kamu berdua baik pergi

ke Poe-djie-shia untuk mentjari pembunuh jang

sebenarnja. Setelah kamu berhasil menangkapnja,

bawalah pendjahat itu ke Po-tongsan supaja

tubuhnja didjadikan barang sadjian untuk

menjembahjangi arwah Toako. Kala itu aku pasti

akan hadir kesitu." Enso ini berkeras.

Kionglie-eng ketika mendengar ensonja berkeras

tidak mau pulang ke Po-tong-san, ia djuga tidak

memaksa. Maka kemudian ia memberikan sedikit

uang kepada pengurus kuil itu, sebagai balas djasa

merawati sakit ensonja selama ini.

Pada sore harinja, Tjiam Nio beserta si-pemuda

kelahiran Birma masing2 menunggang seekor kuda

meninggalkan kuil jang ditinggali enso serta Piauw
tjie sepasang pemuda-pemudi itu.

Jang per-tama2 mereka lakukan ialah mengcdjar

barisan Po Liong. Kemudian setelah Kionglie-eng

menjerahkan segala urusan kepada wakilnja, ia

dengan diiringi oleh nona Hoa berlalu dari

rombongan itu dan terus menudju keutara, kekota

Poe-djie jang terkenal sebagai daerah penghasil teh

jang terkenal.

Setengah bulan kemudian sampai Lie-eng dan

Tjiam Nio ke Poe-djie-shia. Lalu-lintas dikota itu

ternjata sangat ramai. Kedua orang itu begituPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

66

masuk kedalam kota, lantas menjewa dua kamar

disebuah hotel.

Dikala scndja, mereka lantas pergi keruang

makan untuk bersantap. Disitu mereka lantas

merundingkan tjara bagaimana untuk mentjari

Teng Tjie Kic.

Waktu itu Kionglic-cng duduk menghadapi djalan

besar, pada suatu ketika dengan tidak sengadja ia

melihat kedepan, mendadak terlihat olehnja bahwa

ada sebuah bajangan jang berkelebatan. Lie-eng

jang sudah terlatih mata dan kuoingnia, begitu

melihat potongan bajangan itu, ia bagaikan telah

pernah bertemu dengan seorang jang mempunjai

bentuk tubuh seperti itu. Maka tjepat ia menarik

tangan Tjiam Nio sambil berkata: "Lihat ! Siapa itu

?"

"Siapa ?" Tanja Tjiam Nio, jang lantas berpaling

kearah jang dimaksud oleh si-pemuda. Tapi nona

ini tidak melihat sebuah bajanganpun.

Baharu pada saat itu Kionglie-eng engah bahwa

ia telah berlaku kurang sopan terhadap diri si-nona,

ia djadi djengah sendiri, tjepat2 ia melepaskan

tjekalannia dari tangan si-nona. Kemudian dengan

ia berkata dengan suara perlahan: .,Ada seseorang

jang tengah mengamatamati diri kita. Bila dilihat

dari potongannja, bajangan itu seperti Tan Eng Sin.

Heran, mengapa dia djuga bisa datang kekota ini ?"

Tjiam Nio ketika mendengar perkataan itu,

tjepat2 ia meninggalkan tempat duduknja dan

mengikuti si-pemuda keluar pintu untuk memeriksaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

67

keadaan. Tapi diluar pintu hotel itu tidak terdapat

sebuah bajangan orangpun. Kediadian ini membuat

kedua orang itu djadi bertambah tjuriga.

Mereka rupanja masih penasaran, terus

memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu

dengan teliti, tapi tidak tampak ada suatu

pergerakan, mereka hanja melihat bahwa djalan

pandjang jang terdapat dimuka hotel itu ada

beberapa orang anak jang sedang main petak.

"Apakah tadi engkau telah melihat dengan tegas,

bahwa ada orang jang mengawasi gerak-gerik kita

? Betulkah orang itu adalah Tan Eng Sin ?" Tanja

Tjiam Nio.

"Aku tidak akan salah melihat potongan tubuhnja

jang kate itu !" Kata Kionglie-eng. "Dulu aku pernah

bertempur dengannja untuk sesaat lamanja, maka

gerakan serta potongan tubuhnja masih terlukis

djelas didalam otakku. Kedjadian tadi sungguh

mentjurigai !" Tjiam Nio ketika melihat si-pemuda

berbitjara sungguh2, membuat ia diadi tertegun

sedjenak. Baharu kemudian ia berkata: "Bila betul

orang itu mengikuti kita, ia pasti takkan mempunjai
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maksud baik. Walaupun benar kita tidak takut

kepada mereka, tapi kini kita harus membereskan

tudjuan kita dulu. Menurut hematku, sebaiknja

untuk sementara kita djangan bentrok dengan

mereka. Bagaimana pendapatmu ?"

Kionglie-eng merasa bahwa perkataan si-nona

beralasan djuga, maka ia lantas menganggukkan

kepalanja, tanda menjetudjui usul itu.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

68

Bertepatan dengan itu, se-konjong2 terlihat ada

seorang djongos jang menghampiri mereka dengan

roman ter-gesa2, begitu sampai dihadapan kedua

orang ini ia

berkata: "Mengapa Djiewie Khek-koan berdiri

disini ? Madjikanku mengundang Djiewie. Sampai

tjape aku mentjari Djiewie !"

Undangan itu tentu sadja membuat kedua orang

itu djadi agak terperandjat, tak tahu mereka apa

maksud orang mengundang mereka. Sebab

biasanja bila tidak ada sesuatu hal jang amat

penting, si-madjikan pasti takkan mengundang

mereka.

Setelah sepasang pemuda pemudi ini saling

pandang untuk sesaat lamanja, lalu didalam waktu

jang hampir bersamaan mereka menganggukkan

kepala dan kemudian mengikuti si-djongos masuk

keruang dalam.

Pemilik losmen itu terniata telah menunggu agak

lama dikamar sebelah dalam. Ia begitu melihat

kedua orang itu masuk, segera memberi hormat

dan menjilakan duduk. Pengusaha rumah

penginapan itu menunggu sampai ketika djongos

keluar dari ruang itu, dengan roman sungguh2 ia

berkata: "Kalau boleh saja bertanja, nonakah

orangnja jang dulu pernah menimbulkan kerusuhan

digedung Tjiang-koen dan menjamar sebagai

seorang nona pengantin ?"

Sekali-kali Tjiam Nio dan Lie-eng tidak

menjangka bahwa orang itu bisa bitjara langsungPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

69

begitu, tanpa djalan memutar dan djuga tanpa

tedeng aling2 lagi.

Tjian Nio segera memperhatikan keadaan Tiam
tjoe atau madjikan losmen itu. Dilihat dari roman

serta disisinja djuga tidak terdapat sebilah alat

sendjatapun, ini membuktikan bahwa pengusaha

losmen ini tidak mengandung maksud djahat. Tapi

sebegitu djauh si-nona tetap tidak mengetahui

maksud jang sebenarnja dari Tiam-tjoe ini. Maka

kemudian sambil memaksakan diri untuk tersenium

nona itu mendjawab: "Betul, tapi jang mendjadi

keherananku, Tjoen-kah mengapa bisa kenal

dengan diriku ?" (Tjoen-kah <= panggilan hormat

kepada seseorang laki2 jang baru dikenal)

Si Tiam-tjoe ketika mendengar keterangan nona

itu, tjepat2 ia memandang keluar sebentar,

kemudian menguntji pintu dari dalam. Baharu

setelah itu ia berkata "Aku walaupun belum pernah

berdjumpa dengan nona, tapi siapakah jang tidak

tahu mengenai perbuatan nona tempo hari ? Semua

orang pada membenarkan perbuatan nona itu. Tapi

kini mengapa nona datang pula kemari. Tahukah

engkau bahwa begitu Djiewie sampai disini telah

diawasi oleh orang. Dan kabarnja sebentar lagi dari

gedung djenderal akan diutus tentara guna

menangkap kalian. Maka aku harap Djiewie

sebaiknja lekas berlalu dari sini !"

Kaget djuga kedua orang itu ketika mendapat

berita itu dari si-pengusaha losmen. Kionglie-eng

sudah segera berkata: "Kami sangat berterima

kasih atas kesudian Lootiang memberitahukan halPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

70

ini kepada kami. Tapi, maaf, kalau boleh saja

mengetahui, dari manakah Loo-tiang mengetahui

hal itu sampai sedemikian djelas ?"

Tiam-tjoe tadi ketika melihat tetamunja merasa

agak sangsi, ia segera bertanja: "Kami sebagai

seorang jang mentjari makan dengan d jalan ini,

sedikit banjak harus mempunjai hubungan dengan

alat2 negara. Mengenai berita ini, saja rasa sangat

beralasan dan dapat dipertjaja."

Tjiam Nio tahu bahwa si-Tiam-tjoe mentjeritakan

keadaan itu dengan sedjudjurnja, sedikitpun tidak

terlihat bahwa ia mengandung maksud djahat,

maka nona itu merasa sangat bersjukur. Setelah

mengutjapkan terima kasih kepada madjikan

losmen itu, Tjiam Nio segera berpaling kearah

Kionglie-eng dan berkata: "Rupanja kau tidak salah

lihat tadi. Kini kalau kita masih main lambat2an

disini, pasti akan terdjadi sesuatu jang tidak

diinginkan. Dan dengan begitu pula kita d jadi

memukul rumput mengedjutkan ular, sebab si
orang she Teng itu pasti akan melakukan

pendjagaan jang terlebih keras dan teliti terhadap

dirinja.

Kionglie-eng merasa perkataan nona itu

beralasan, maka ia segera menganggukkan

kepalanja tanda menjetudmi usul si-nona.

Tapi ketika mereka sedang membereskan barang

bawaan mereka, mendadak datang si-djongos jang

tadi memanggil mereka, dengan ter-gesa2. Begitu

masuk diongos itu sudah segera memberi laporanPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

71

kepada madjikan: "Utusan dari Tjiangkoen-hoe

telah sampai disini, utusan itu hendak bertemu

dengan tuan ini, tapi tidak tahu kita

mengundangnja masuk kemari, ataukah ...?"

Tiam Siauw-tjie sambil berkata demikian

matanja terus ditatapi kewadjah Kionglie-eng.

Kionglie-eng dan Tjiam Nio ketika mendengar

bahwa ada utusan jang sedang menunggu didepan

untuk bertemu dengan diri pemuda itu. Urusan

sudah diadi demikian rupa, sehingga tak bisa bagi

mereka berdua untuk menghindarkan diri lagi.

Maka kemudian sambil tersenjum pahit Tjiam Nio

segera berkata kepada si-pengusaha losmen:

"Djangan undang dia kemari, biar sebentar kami

jang akan menemuinja. Ini untuk menghindari hal2

jang tidak diingini oleh kalian !"

Dalam pada itu Kionglie-eng sudah mengibaskan

tangannia, tanda supaja si-djongos segera keluar.

Sedang ia sendiri segera balik kekamamja. Per
tama2 ia mengambil Tiang-kiam atau pedang

pandjang dan kemudian diletakkan kebawah

bantal. Lalu ia mentjoba guna menekan

perasaannja untuk berlaku tenang, sambil

memainkan sebuah pisau ketjil mc-motong2

kukunja.

Tak lama kemudian terdengar si-djongos

membuka pintu kamar dan terlihat ada seorang

pradjurit sambil menenteng sebuah benda

mengikuti si-djongos masuk kedalam.PEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

72

Begitu masuk pradjurit itu segera menekuk lutut

dihadapan pemuda kelahiran Birma itu dan

menjerahkannja sehelai surat undangan kepada

Kionglie-eng.

Melihat sikap si-pradjurit jang begitu

menghormat dirinja, dengan tanpa terasa Kionglie
eng djadi sangat heran, ia segera menjambuti surat

undangan itu.

Orang jang mengundang ternjata adalah Teng Tji

Kie, itu djenderal jang hendak diselidiki sepak

terdjangnja. Adapun isi surat itu mengharap

dengan sangat kedatangan Kionglie-eng. Mendapat

undangan itu si-pemuda she Kwie ini djadi

mengerutkan keningnja.

Walaupun benar bahwa Teng Tji Kie adalah

kawan kakaknja. tapi mereka diarang berhubungan

satu dengan lainnja. Entah apa maksudnja bahwa

pada hari itu ia bisa oerlaku begitu shedjie terhadap

dirinia ? Kemudian Kionglie-eng berpikir:

"Kedatanganku kekota Poe-djie ini dilakukan

setjara diam2, maka menurut aturan Teng Tji Kie

pasti takkan dapat mengetahui. Andai kata bahwa

orang2nja menguntit diri Tjiam Nio, tapi mereka

mengapa bisa kenal dengan diriku ?" Demikianlah,

walau otak Kionglie-eng telah dikasi bekerdja

keras, tapi ia tetap tidak dapat menerka maksud

jang terkandung didalam undangan itu.

Setelah berdiam lagi beberapa saat lamanja,

baharulah Kionglie-eng berkata: "Tolong saudaraPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

73

sampaikan kepada atasanmu, bahwa sebentar lagi

aku pasti akan datang kesana !"

"Baik, tapi disamping itu Tjiangkoen djuga

memerintah hamba, bila Siangkong menerima

undangan ini, sudilah kiranja tuan datang kesana

bersama Hocdjin (=njonja) !" Kata si-pradjurit

ketika hendak pamit.

Kionglie-eng ketika mendengar perkataan itu, ia

djadi agak djengah. sesaat kemudian baru berkata:

"Ja, aku tahu. Tolong kau sampaikan kepada

Tjiangkoen, bahwa biar bagaimana aku mesti

datang kesana. Kita adalah kawan lama, tak usah

berlaku begitu shedjie !" Lie-eng berkata begitu

sebab ia tahu bahwa Tji Kie telah salah menerka

hubungan antara dirinja dengan Tjiam Nio.

Pembesar itu mengira bahwa mereka adalah suami

ister.

Setelah pradjurit utusan itu pergi, Tjiam Nio
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera masuk kedalam kamar si-pemuda dan

segera menanjakan maksud kedatangan utusan

itu.

Begitu habis mendengar penuturan si-pemuda,

tanpa terasa wadjah si-nona djadi bersemu merah,

saking djengahnja. "Orang itu mendadak berlaku

baik mengundangmu untuk datang kegedungnja

guna makan minum, ia pasti mengandung suatu

maksud iang tertentu, tapi entah apa maksudnja itu

? Kini Tan Eng Sin d juga beiada ditempa t ini, maka

menurut pendapatku, perdjamuan kali ini pasti

lebih banjak merugikan kita daripadaPEDANG MAUT 01 - KOLEKTOR E-BOOK

74

menguntungkan !" Tjiam Nio mengemukakan

pendapatnja.

Kionglie-eng djuga mempunjai pendapat jang

sama dengan pikiran si-nona, tapi bukankah

maksud kedatangan mereka dari tempat djauh

kekota itu ialah untuk mentjari Teng Tji Kie.

Sehabis berpikir demikian, Lie-eng kemudian

menghampiri pembaringan guna mengambil

pedangnja. Dengan membawa sendjata itu pemuda

ini lantas meninggalkan hotel untuk pergi kegedung

djenderal.

(Bersambung)PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK

1PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK

2

PEDANG MAUT - 02

Penerbit Toko Buku Pangkalan Brandan

Pedjagalan ? Djakarta Kota

Dituturkan oleh:

Kiam Ong Indradjaja

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? editing pdf Text : Andy MullPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK

3

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para

pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi

pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan

dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan

dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media

diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,

usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari

kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek

buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan

kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital

sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari

buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK

4

PEDANG MAUT

Jilid : 02

Dituturkan Oleh : Kiam Ong Indradjaja

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

__________________________________

Setelah bertanja sana-sini aChirnja sampailah pemuda

kelahiran Birma ini didepan gedung Tjiang-koen.

Adapun Teng Tji Kie begitu mendapat kabar bahwa

Kionglie-eng telah sampai, ia segera keluar menjambut.

Kemudian Tji Kie mengadjak Lie-eng masuk keruang

dalam. Seraja memerintahkan orangnja untuk

mempersiapkan medja perdjamuan, ia berkata kepada

Kionglie-eng: "Sudah lama kita tak bertemu. Kabarnja kini

saudara telah beristeri. Tapi mengapa tidak saudara adjak

kemari ? Apakah orang sematjam aku ini tidak patut

bertemu dengan isteri saudara ?"

Pertanjaan2 itu membuat Lie-eng djadi bengong, saking

herannja. Namun begitu ia djawab djuga pertanjaan orang:

"Ah Tjiang-koen ternjata suka merendah diri. Dengan

sedjudjurnja kuterangkan disini, bahwa sampai saat ini aku

belum beristeri, entah Tjiang-koen mendapat kabar itu dari

siapa ?"PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK

5

Agak kaget djuga Tji Kie ketika mendengar keterangan

si-pemuda, kemudian tjepat2 ia berkata: "Bila saudara

belum beristeri, wanita jang ikut saudara masuk kedalam

kota pasti adalah sanak dekat saudara ! Sebab tadi ada

orang jang memberitahu kepadaku, bahwa hubungan

antara wanita itu dengan saudara ternjata sangat akrab."

"Orang ini sungguh aneh sekali, apa maksudnja terus

menerus ingin mengetahui soal pribadi orang lain ?"

Pikir Kiongiie-eng. Tapi pikirannja itu tidak ia utarakan

diwadjahnja. Sambil memaksakan diri tersenjum pemuda

she Kwie ini berkata: "Dugaan Tjiong-koen ternjata salah

sama sekali. Kami bukan suami isteri, djuga bukan telah

bertundangan, hubungan kami hanja terbatas pada

hubungan antara kawan sadja."

Ketika mendengar berita ini, mata Tji Kie djadi bersinar.

Ia lalu pandang si-pemuda she Kwie untuk sesaat lamanja,

ia bagaikan menjangsikan keterangan si-pemuda. "Oh

begitu. Ada beberapa patah perkataan jang hendak

kusampaikan kepada saudara." Kata Tji Kie kemudian

seraja menghela napas. Bertepatan ketika Tji Kie berkata

sampai disitu, pelajann ja telah berhasil menjiapkan

sebuah medja perdjamuan.

"Mari, mari kita minum arak ! Sedjak dulu orang telah

mengatakan, bahwa bila ada seorang kawan datang dari

tempat djauh, haruslah disambut dengan hangat dan

gembira, maka itu sekarang pertemuan kita ini harus

dibuat se-gembira2nja." Kata Tiie Kie seraja duduk.

Kionglie-eng sama sekali tidak mengetahui maksud jang

dikandung oleh si-orang she Teng ini. tapi ia djuga tidakPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK

6

mau bertanja. Ia segera mengiringi kehendak sipembesar

untuk mengangkat gelas dan meminum isinja.

Kala itu mendadak Tji Kie menepuk tangannja 2 kali dan

berbareng dengan itu terlihat dari ruang dalam keluar

sebaris penjanji jang tjantik2.

Setelah memberi hormat kepada tuan rumah dan

tetamu, sebagian dari mereka mulai menjanji, sedang

sebagian lagi menari. Demikian indah dan merdu tarian

serta njanjian mereka, membuat Kionglie-eng djadi

terpaku dibuatnja. Disamping itu pemuda kelahiran Birma

ini djadi heran dan tjuriga, mengapa pembesar sematjam


Putri Bong Mini 08 Runtuhnya Kerajaan Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka

Cari Blog Ini