Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja Bagian 2
Teng Tjie Kie ini menjambul serta melajaninja sampai
begitu hebat, apa maksud jang sebenarnja ? Hati Lie-eng
d jadi tak tenteram.
Baharu sesaat kemudian rombongan penjanji dan penari
itu keluar dari ruang tersebut. Bersama dengan itu Tji Kie
segera memerintah keluar kepada semua pelajannja.
Setelah itu berkata kepada Kionglie-eng: "Hari ini aku
hendak mohon supaja saudara sudi mentjapekan diri guna
menjampaikan pesanku terhadap teman wanitamu. Entah
saudara sudi atau tidak ?"
"Didalam batas2 kemampuan saja, dengan senang hati
saja pasti akan meluluskan kehendak Tjiang-koen. Maka
silakan Tjiang-koen sampaikan pada saja pesan apa jang
hendak Tjiang-koen katakan kepada teman wanita saja itu?
". Kata Kionglie-eng dengan tjepat.
"Begini, tolong saudara sampaikan pengharapanku
supaja bisa merubah Kan Hoat mendjadi Giok Tjeng!" Kata
Tji Kie.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
7
Kionglie-eng djadi semakin bingung ketika mendengar
perkataan "merubah Kan Hoat mendjadi Giok-tjeng" itu,
maka ia segera bertanja: "Maafkan, Tjay-hee
(membasakan diri, saja) tidak dapat menangkap makna
jang terkandung didalam perkataan Tjiang-koen itu !"
Teng Tji Kie ketika mendengar bahwa Kionglie-eng tidak
mengerti maksudnja, ia djuga tidak berlaku shedjie2 lagi.
"Urusan ini sebenarnja sangat sederhana. Kawan
wanitamu itu dulu pernah datang kekota Poedjie ini dan
djuga pernah main2 dengan diriku. Kini ternjata ia berani
datang lagi kekota ini, entah apa maksudnja ? Mungkin
djuga ia akan menjusahkan diriku atau ... " Berkata
sampai disitu pembesar ini mendadak menghentikan
perkataannja. Sesaat kemudian ia baharu meneruskan
perkataannja: "Tahukah saudara apa maksud
kedatangannja kali ini?"
"Aku tidak tahu menahu perihal ini !" Djawab Lie-eng
tegas. Kemudian sambil memperdengarkan tertawa dingin
pemuda ini meneruskan perkataannja: "Tapi kalau
sekiranja kedatangannja kemari memang benar2 untuk
menjusahkan diri Tjiang-koen, lalu bagaimana ?".
Agak tertjengang djuga Tji Kie ketika mendengar
perkataan teraehir dari si-pemuda, baharu sesaat
kemudian ia berkata: "Bila benar maksud kedatangannja
kali ini untuk menjusahkan diriku, maka djangan salahkan
aku nanti berbuat sesuatu jang tidak patut ! Tjoba pikir
sadja, dulu ketika ia mengatjau untuk pertama kalinja, aku
telah menderita kerugian jang bukan sedikit. Sebetulnja
aku sudah hendak menangkapnja ketika mendapat laporan
mengenai kedatangannja kemari. Tapi kemudian aku
menerima kabar lain jang mengatakan bahwa ia datangPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
8
bersama saudara, maka aku segera membatalkan
maksudku jang semula. Sebab aku mempunjai hubungan
jang baik dengan keluarga saudara dan tidak mustahil
bahwa wanita itu adalah isteri saudara. Maka aku djadi tak
mau sembarang bertindak, guna menghindari aku
melakukan suatu kesalahan terhadap kawan lama. Itulah
sebabnja mengapa malam2 aku mengirimkan orang
bawahanku untuk mengundang saudara datang kemari.
Sebab aku mengharap mendapat suatu keterangan jang
pasti dari saudara !"
Ber-turut2 Kionglie-eng menganggukkan kepalanja
setelah mendengar keterangan Tji Kie. "Perkataan Teng
Tjiang-koen memang beralasan. Aku sangat setudju kita
membereskan urusan ini setjara damai jaitu merubah Kan
Hoat mendjadi Giok-tjeng." Kata si-pemuda she Kwie jang
rupanja telah menginsjafi akan maksud hati orang.
Djenderal itu ketika mendengar Kionglie-eng sudi
mendjadi orang perantara, ia segera berkata: "Bila saudara
sudi berbuat demikian, aku tak bisa berbuat lain selain
mengutjapkan terima kasihku jang se-besar2nja kepada
saudara. Tapi masih ada satu hal jang aku hendak minta
pertolongan saudara. Entah saudara sudi tidak ?" Kionglie
eng jang melihat sikap orang itu sangat aneh, ia segera
bertanja "Urusan apakah itu?"
"Sebelumnja aku hendak bertanja dulu, setelah wanita
itu bukan isteri dan djuga bukan kekasih saudara, tapi ia
mungkin gadis idaman saudara ?" Tanja Tji Kie tjepat.
Pertanjaan ini sangat aneh bagi pendengaran Kionglie
eng. Maka kemudian sambil tersenjum pahit Lie-eng
mendjawab: "Semuanja bukan !"PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
9
Wadjah Tjie Kie djadi kembali d jadi ber-seri2 ketika
mendengar djawaban itu. "Bila demikian halnja, kini aku
akan minta kepada saudara untuk menjampaikan
perkataanku kepada nona itu. Nona itu dulunja pernah
melakukan upatjara pernikahan dengan diriku. Maka kini
setelah ia datang pula kemari, sudah seharusnja aku
menjambut kedatangannja itu dengan tangan terbuka.
Maka sudilah saudara menjampaikan maksudku ini
kepadanja !"
Baharu pada saat itu Kionglie-eng mengetahui maksud
jang sebenamja dari pembesar she Teng ini. Dengan ber
turut2 pemuda ini memperdengarkan tertawa dinginnja
dan kemudian berkata: "Teng Tjiang-koen, nona itu sangat
liehay, mengenai hal ini engkau tentunja djuga telah
mengetahuinja. Andai kata nanti aku menjampaikan
maksud hatimu kepadanja, aku takut nanti dia datang pula
kemari untuk meribut, bukankah kedjadian sematjam itu
akan memberabekan diri Tjiang-koen ?" Tji Kie djadi
tertawa berkakahan ketika mendengar perkataan itu, lalu
katanja: "Dalam hal ini engkau tidak usah chawatir.
Dengan sedjudjurnja kukatakan disini, bahwa dulunja
makanja ia bisa melarikan diri dengan begitu mudah,
disebabkan karena kala itu aku belum mengadakan
persiapan sama sekali. Berlainan halnja dengan hari ini, kini
baik didalam maupun diluar kota telah diatur pendjagaan
jang amat rapat. Sampaipun tempat menginap kamu djuga
telah ada beberapa orang bawahanku jang tengah
mengawasinja. Mereka hanja tinggal menunggu perintah
dariku untuk turun tangan. Karenanja aku minta tolong
kepada saudara guna mcnjampaikan perihal ini, supaja ia
berlaku lebih waspada !"PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
10
Njata perkataan djenderal ini disamping budjukan djuga
merupakan suatu antjaman, jang membuat wadjah
Kionglie-eng djadi berubah seketika. Baharu sadja ia
hendak berkata, mendadak dari luar masuk seorang
dengan roman jang ter-gesa2.
Si-pemuda she Kwie djadi terpaku ketika mengenali
siapa orang jang masuk itu.
Temjata orang jang baharu datang itu adalah Wie Tjoen
Yong. Orang she Wie ini agak tertjengang djuga ketika
melihat Lie-eng sedang didjamu oleh Tji Kie. Tanpa terasa
wadjahnja segera berubah mendjadi merah.
Sedang Kionglie-eng djuga tidak kurang herannja,
hatinja segera berkata: "Sungguh aneh sepak terdjang
Chen-sie Siang Pa ini. Bukankah mereka mendjadi alat
negara dikota Koen Beng. Tapi anehnja mengapa mereka
bisa berada disini ? Dan apa maksudnja datang kegedung
Tjiang-koen ini ?" Sambil berpikir demikian ia sudah hendak
turun tangan guna menangkap padanja. Tetapi kemudian
ingat fungsi dirinja pada saat itu, jaitu sebagai seorang
tamu, tak leluasa untuk sembarang bergerak.
Tji Kie walaupun tidak menjangkah bahwa Tjoen Yong
bisa menerobos masuk pada saat itu, tapi ia bagaikan tidak
tahu bahwa Chen-sie Siang Pa sudah pernah bertempur
dengan pemuda she Kwie diperbatasan Birma dulu. Maka
ia sudah segera berdiri, maksudnja hendak
memperkenalkan mereka. Tapi Tjoen Yong sudah segera
berkata: "Tjiang-koen ada tamu, baik saja menanti diluar
sadja !"
Tji Kie merasa heran ketika melihat kelakuan Tjoen Yong
jang aneh itu. Maka kemudian ia berkata kepada Lie-eng:PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
11
"Silakan saudara menunggu sebentar, Tjay-hee karena ada
sedikit urusan, djadi terpaksa harus meninggalkan saudara
sebentar, harap saudara maafkan." Sehabis berkata
demikian Tji Kie segera menjusul Tjoen Yong.
Kala itu ada beberapa orang jang segera mengantar
Kionglie-eng pergi kesebuah bangunan. Pemuda she Kwie
jang memperhatikan keadaan belakangnja, ia segera
melihat bahwa dibelakangnja terdapat 4 orang jang
bertubuh tinggi besar. Dipinggang mereka masing2
tergantung sebatang golok. Beberapa orang ini namanja
sadja untuk melindungi keselamatan tetamu, tapi
sebenarnja mereka sedang mengawasi sepak terdjang
tamu madjikannja itu.
Kionglie-eng djadi tersenjum ketika melihat mereka,
pemuda ini sama sekali tidak pandang mata kepada
mereka.
Setelah para pelajan pergi, para tentara pada berdiri
didepan ruangan. Kionglie-eng segera memanggil seorang
jang kerdjanja memegang lentera: "Hai, hai, dapatkah
lentera itu diletakkan lebih dekat ? Keadaan disini kelewat
gelap !"
Pelajan jang memegang lentera itu tidak berani berbuat
suatu kesalahan terhadap tamu madjikannja, maka ia
segera datang mendekat. Setelah dekat. Kionglie-eng
segera mengulurkan tanganja, lalu sambil menangkap
pergelangan tangan orang ia berkata: "Tolong kau angkat
lebih tinggi, ja begitu."
"Sudah tjukupkah !" Tanja si-pelajan.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
12
"Ja, tjukup !" Djawab Kionglie-eng seraja tertawa.
Kemudian tangannja lantas memidjit djalan darah "Hakok
hiat", berbareng dengan itu ia segera mengangsurkan
sebuah tangannja dan langsung menepuk ke "Pihkin-hiat"
si-pelajan seraja berkata: "Nah begitulah seharusnja !"
Si-pelajan jang telah kena ditutup kedua djalan darahnja
djadi tetap berdiri disitu tanpa dapat bergerak.
Sedang Kionglie-eng sudah segera melompat keatas
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tembok. Sedang para tentara mengira bahwa si-pemuda
masih tetap berada didalam ruang tersebut. Sebab
bukankah didalam ruang itu ada seorang Kee-teng
(pelajan) jang tetap memegang lentera. Sekali-kali mereka
tidak menjangkah bahwa orang jang sedang didjaga itu
telah keluar melalui djendela.
Adapun Kionglie-eng begitu sampai diatas tembok
segera mendjadi sangat terperandjat. Ternjata gedung
djenderal itu telah dikurung dengan sangat rapatnja oleh
para tentara. Disamping itu dimulut beberapa djalan
penting telah didjaga oleh beberapa orang tentara
berkuda, rupanja segala itu diatur untuk menghadapi
dirinja. "Teng Tji Kie ternjata seorang jang sangat litjin.
Tadi perkataannja didalam perdjamuan itu sungguh enak
didengar, tapi njatanja aku telah masuk kedalam
perangkapnja." Demikian kata hati Lie-eng.
Pemuda ini karena takut dirinja diketahui oleh para
pendjaga, maka ia segera membentangkan ilmu
mengentengi tubuh terus melompat keatas genting dan
langsung menudju keatas thia. Lalu dari atas genting katja
ia memandang kedalam. Segera terlihat olehnja bahwa
didalam thia ini masih terang benderang. Disitu nampak TjiPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
13
Kie sedang ber-tjakap2 dengan Tjoen Yong. Pada waktu itu
terdengar Tji Kie sambil mem-banting2 kakinja memaki:
"Kamu sungguh tidak tahu malu. Masakah kamu berdua
tidak sanggup menghadapi seorang wanita ?"
"Waktu itu karena kami berlaku agak tjeroboh, sehingga
achirnja Djie-tee kena diserang oleh tangkai bunga jang
sedang dipegangnja. Disamping itu kami sekalikali tidak
menjangkah bahwa gerakan kakinja bisa begitu tjepat."
Tjoen Yong menerangkan.
Ber-turut2 Tji Kie menganggukan kepalanja ketika
mendengar keterangan itu. Baharu pada achirnja ia
berkata: "Bukankah hari ini kalian telah melakukan
pendjagaan, tapi mengapa kamu tidak djuga berhasil
menangkapnja ?"
Ditanja begitu untuk beberapa waktu lamanja Tjoen
Yong tak dapat mendjawab. Setelah lewat beberapa saat
lamanja ia baharu bisa mendjawab: "Kini Djie-tee tengah
mengikutinja setjara diam2. Tapi jang saja chawatirkan bila
pada suatu ketika mereka bertempur, mungkin Djie-tee
akan menderita kerugian."
"Gentong nasi," bentak Tji Kie seraja berdiri. Kemudian
ia meneruskan perkataannja: "Bila demikian halnja
terpaksa kita harus menangkap si-pemuda she Kwie itu.
Baharu setelah itu kita mentjari daja lain untuk menangkap
si-wanita liar." Sehabis berkata demikian ia segera
meninggalkan ruang itu.
Heran djuga Lie-eng ketika melihat bahwa Chen-sie
Siang Pa tunduk dibawah perintah Djenderal she Teng itu.
Disamping itu, dari pertjakapan mereka tadi, Kionglie-eng
tahu bahwa Tjiam Nio telah berhasil meloloskan diri dariPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
14
kepungan lawan. Tapi kemudian ia ingat bahwa dirinja
hendale ditawan oleh d jenderal she Teng itu. Kala itu
Kionglie-eng d jadi serba salah. Hendak melawan
merekakah atau melarikan diri untuk mendjumpai Tjiam
Nio, tapi dimanakah ia bisa berdjumpa dengan si-nona,
jang dikabarkan sudah buron itu. Selagi ia berpikir
bulakbalik, mendadak dibelakangnja menjamber angin
dingin, berbareng dengan itu ia mendengar bentakan
seseorang: "Sungguh besar njalimu bangsat ! Rupanja
engkau bersembunji disini untuk mentjuri dengar
pertjakapan orang"
Dengan tidak banjak pikir lagi, Kionglie-eng segera
melompat bangun seraja melompat sampai semeter lebih.
Kemudian ia lekas2 mentjabut pedangnja dan
membalikkan tubuhnja. Segera terlihat olehnja bahwa
dibawah sinar sang Dewi Malam terlihat Tan Eng Sin berdiri
tidakberapa djauh dari dirinja.
Eng Sin ketika melihat serangannja jang pertama tidak
membawa hasil, kembali ia menjerang lagi, kali ini
menggunakan sendjata kian (rujung) dengan mengambil
tjara menjerang dari bagian bawah terus keatas.
Melihat serangan itu, Kionglie-eng tjepat2
menggunakan udjung pedang untuk menahan sendjata
lawan. Berbareng dengan itu pemuda kelahiran Birma ini
segera melompat sampai tiga atau empat langkah
djauhnja. Dengan demikian serangan Eng Sin kembali
gagal.
* *
Sebetulnja Tan Eng Sin ber-sama2 dengan Tjoen Yong
mendapat perintah untuk menangkap diri Tjiam Nio.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
15
Setelah menunggu sampai kira2 kentongan kedua,
mendadak dari djendela kamar nona Hoa melompat keluar
sebuah bajangan, jang langsung naik keatas genting. Eng
Sin segera mengedjar bajangan itu, tapi se-konjong2
didepannja terdapat sebuah bajangan lain lagi. Kedua
bajangan itu terus menudju kebagian barat. Dalam pada
itu, sebagaimana telah dituturkan dibagian atas, bahwa
Tjoen Yong sudah segera pergi kegedung Tjiang-koen,
guna melaporkan kedjadian tersebut kepada si-djenderal
she Teng.
Adapun Eng Sin jang mengedjar kedua bajangan
tersebut, tak lama kemudian kedua bajangan jang berada
didepannja hilang didekat sebuah rumah penduduk jang
terletak disisi gedung djenderal. Si-orang she Tan ini
karena takut kedua bajangan itu hendak meribut digedung
djenderal, ia segera melompat keatas genting. Apa mau
begitu naik ia segera melihat Kionglie-eng jang sedang
mendekam, sehingga achirnja terdjadilah pertempuran
diantara mereka. Pertempuran itu telah mengagetkan
orang2 jang berada disebelah bawah. Mereka segera
menjalakan obor, sehingga achirnja keadaan disekitar
tempat itu djadi terang benderang. Disamping para
pengawal gedung itu sudah lantas berteriak: "Ada
pendjahat, ada pendjahat "
(V)
Kionglie-eng jang tahu bahwa kepandaian Chen-sie
Siang Pa dan Tji Kie tidak dibawah kepandaian dirinja, ia
djadi agak gugup, maka ia perhebat serangannja. Sekali
menjerang ia pakai gerakan jang berantai. Maksudnja
ialah, pemuda ini hendak menggunakan ketika Eng Sin
sedang terdesak mundur lantas hendak meloloskan diri.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
16
Tapi tidak sangka: bahwa permainan "Goan-kah
kian"nja Eng Sin selain liehay pun selalu ber-ubah2, jang
membuat pemuda she Kwie itu djadi gagal untuk
mendesak lawannja. Tak lama kemudian, mendadak
Kionglie-eng merasa dibelakangnja telah menjamber angin
dingin. Temjata waktu itu Tjoen Yong dan Tji Kie d juga
telah sampai disitu. Tjoen Yong menggunakan Kongpian
atau tjambuk badja, sedang Tji Kie memakai pedang.
Didalam waktu jang hampir bersamaan, kedua orang ini
terus menggempur kekiri dan kanan tubuh pemuda
kelahiran Birma itu.
"Kau orang jang tak tahu balas budi, dengan hangat aku
sambut kau untuk makan minum. Tapi mengapa engkau
malah berada disini untuk berbuat sesuatu jang tidak patut
?" Bentuk Tji Kie setelah serangannja dapat diegoskan oleh
si-pemuda.
"Untuk apa Tjiangkoen berkata begitu, saja memang
sedang menunggu Tjiangkoen membalikan muka guna
menangkap diriku." Kata KiongLie-eng seraja tersenjum.
Teng Tji Kie ketika mengetahui rahasianja telah
diketahui oleh Lie-eng, dari malu kemudian berubah
mendjadi gusar, sambil mengibaskan pedangnja ia
madjukan diri, kemudian membentak : "Hai orang jang tak
tahu diuntung, engkau masih tidak lekas2 melemparkan
sendjatamu untuk minta ampun!"
KiongLie-eng tidak menghiraukan perkataan pembesar
jang berhati binatang itu.
Melihat itu Tjoen Yong dan Eng Sin tidak dapat sabarkan
diri, mereka segera menjerang diri Kionglie-eng masing2
dari sebelah kiri dan kanan tubuh si-pemuda.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
17
Tapi pemuda kita tidak mendjadi gugup karenanja,
dengan pedang jang dimainkan demikian rupa ia berhasil
memusnahkan serangan2 itu.
Demikianlah diatas genting segera terdjadi suatu
pertempuran jang dahsjat, tapi lak adil, sebab 3 lawan 1.
Walaupun Kionglie-eng mahir dalam memainkan
Enggoat-hian-kong-kiam-hoat, tapi setiap gerak pedangnja
selalu daapat dipunahkan oleh permainan pedang Tji Kie,
jang kala itu membentangkan ilmu pedang gabungan dari
ilmu2 pedang Boetong dan Siauw-lim jang diberinama
Siang Eng Kie Boen Kiam Hoat. Pemuda she Kwie ini masih
ingat, dulu ketika ia masih beladjar silat di In-yam-san,
gurunja, Soat Leng Siangdjin pernah mengatakan bahwa
bila seseorang hendak mempeladjari, ilmu pedang
gabungan Boetong dan Siauw-lim ini, bukan sadja
memerlukan tempo kira2 30 tahun lamanja, disamping itu
ilmu ini sangat sukar dipahami, tidak sangka kini bahwa Tji
Kie dapat mempeladjari ilmu sematjam itu. Dulu ketika
KiongLie-eng melawan Chetisie Siang Po sadja sudah
berada dibawah angin, kini ditambah pula oleh seorang
lawan jang tangguh, malah kepandaian orang itu se-akan2
berada diatas Chen-sie Siang Pa, maka dapat dibajangkan
posisi pemuda kelahiran Birma ini pada saat itu.
Pertempuran itu baharu berdjalan kira2 20 djurus,
permainan pedang Kionglie-eng sudah mulai katjau.
napasnja telah senin kemis. Sedang dikeningnja tampak
keringat mengutjur dengan derasnja. Sebaliknja dengan
Chen-sie Siang Pa dan Teng Tji Kie, mereka semakin
bertempur djadi semakin bersemangat dan gagah.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
18
Didalam keadaan jang sangat bahaja bagi diri pemuda
she Kwie ini, mendadak dari tembok sebelah barat telah
lompat sebuah bajangan. Sebelum tubuh bajangan itu
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai, suaranja telah mendahului : "Mana ada aturan 3
orang mengerojok seorang ?!"
Kionglie-eng lantas mengenali bahwa itu adalah suara
Hoa Tjiam Nio, tanpa terasa semangatnja pemuda ini djadi
bertambah, sebab ia mengetahui bahwa telah datang
seorang bintang penolong. Tapi disamping itu pemuda ini
agak berkawatir djuga, sebab ia takut kalau2 kepandaian
mereka berdua tidak dapat menandingi ketiga lawan
mereka.
Waktu itu Tji Kie sambil menjambuti kedatangan Tjiam
Nio terus mengedjek: "Kedatanganmu sungguh tepat,
Siauw Nio-tjoe !" (Siauw Nio-tjoe t= isteri muda )
Marah Tjiam Nio ketika mendengar edjekan itu, ia
segera menjerang dengan dahsjatnja. Njatanja kini sinona
telah membentangkan ilmu pedang dari partai Ngobie jang
tertinggi, jang diberi nama Bie Tjong Kiam jang terdiri dari
108 djurus.
Dulu dengan bertangan kosong Tji Kie pernah
bertempur dengan Tjiam Nio, tapi itu terdjadi didalam
"kamar penganten" dan disamping itu waktu itu dirinja
dalam keadaan setengah mabok. Maka walaupun
kemudian ia kena didjatuhkan oleh lawannja, tapi Tji Kie
masih tetap tidak memandang mata kepada nona itu,
sebab ia mengira karena saat itu ia berlaku tjeroboh jang
menjebabkan dirinja dapat didjatuhkan oleh lawan. Sekali
kali ia tidak menjangka bahwa permainan pedang nona itu
begitu hebat, maka ia djadi tak berani berlaku ajal lagi,PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
19
segera membentangkan Siang Eng Kiam Hoat guna
menghadapi Bie Tjong Kiam-nja si-nona.
Adapun keistimewaan Bie Tjong Kiam ialah bahwa setiap
menjerang 10 djurus lebih, pedangnja bisa dipindahkan
ketangan lain. Maka se-bentar2 terlihat orang jang
memainkannja selalu me-mindah2knn pedangnja dari
tangan jang satu ketangan jang lainnja. Disamping itu
djalannja permainan pedang itu selalu berlainan, ini bisa
mengakibatkan lawan jang berkepandaian se-tengah2
djadi ber-kunang2 matanja.
Tjiam Nio adalah seorang wanita, dengan menggunakan
ilmu pedang ini ia djadi memperoleh suatu keuntungan.
Sebab dengan selalu bertukar tangan, memungkinkan ia
djadi tidak lekas tjape, sehingga dapat menghadapi lawan
dalam waktu jang lama.
Namun kali ini begitu menghadapi Siang Eng Kie Boen
Kiam Hoat-nja Tji Kie, nona ini tak dapat berbuat banjak.
Tapi sebaliknja Tji Kie djuga tak berdaja untuk
mendjatuhkan diri si-nona didalam waktu jang singkat.
Keadaan itu membuat mereka djadi sama2 terperandjat,
jang membuat mereka bertempur terlebih
Dengan adanja Tjiam Nio menghadapi diri Tji Kie,
dengan sendirinja tekanan terhadap diri Kionglie-eng djadi
agak kurangan. Sehingga walaupun diri pemuda itu masih
tetap berada dibawah angin, tapi didalam tempo jang
pendek Ghen-sie Siang Pa takkan dapat mendjatuhkannja.
Demikianlah diatas genting itu terdjadi hati2. Suatu
pertempuran dahsjat jang terbagi dalam 2 rombongan.
Keadaan Kionglie-eng semakin lama djadi semakin
berbahaja. Keadaan itu membuat hati Tjiam Nio djadiPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
20
sangat tjemas. Djusteru pada saat itu Tji Kie mulai
mendjalani siasatnja untuk mendjatuhkan si-nona. Ia
pura2 menjerang Tjiam Nio, ketika nona Hoa mengegos, ia
segera undurkan diri, kemudian dengan laku seperti tidak
sengadja ia indjak udjung genting rumah, jang membuat
dirinja tak ampun lagi tubuh djcnderal ini djadi djatuh
kebawah.
Tji Kie sengadja berbuat demikian untuk memantjing diri
Tjiam Nio supaja menerdjang kepadanja, ia hendak
menggunakan ilmu Thiat-po-shan menangkap diri sinona.
Tapi sekali-kali tidak ia insjafi bahwa maksud
kedatangan Tjiam Nio kesitu se-mata2 untuk menolongi
Kionglie-eng, bila pemuda itu berada didalam bahaja.
Sebab dari hotel tadi, nona ini telah menduga bahwa Tji
Kie mengundang Lie-eng tentunja mempunjai suatu
maksud kedji, ternjata dugaannja kemudian terbukti. Kini
begitu melihat Tji Kie djatuh, ia anggap bahwa itu adalah
kesempatan jang paling baik untuk melarikan diri. Maka ia
tidak menerdjang atau mengedjar Tji Kie, hanja sambil
menjanggah Kong-pian Tjoen Yong ia teriakan Kionglie
eng: "Mari kita lekas berlalu dari sini !"
Namun Kionglie-eng jang sudah sangat panas hatinja,
begitu melihat Tji Kie djatuh, sedang Tjiam Nio tidak
mengedjarnja, ia segera melompat turun, maksudnja
hendak membunuh si-pembesar she Teng jang litjik.
Tji Kie ketika melihat bahwa jang mengedjar dirinja
bukan seorang wanita, hatinja djadi agak ketjewa. Tapi
disamping itu ia gembira djuga, sebab umpannja memakan
djuga.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
21
Adapun Kionglie-eng sebelum kakinja mengindjak
tanah, pedangnja telah ditusukkan kedada musuh dengan
menggunakan gerakan "Han Kang Sin Soei" atau "Sungai
dingin berair dalam".
Sekali-kali pemuda ini tidak menduga bahwa pembesar
itu tengah mendjalankan siasatnja jang litjik. Sebab
sebelum pedang pemuda kelahiran Birma itu mengenai
sasaran, pembesar she Teng itu sambil menahan
keseimbangan dirinja dengan tangan kiri, sedang pedang
jang berada ditangan kanannja lantas disapukan, sehingga
menimbulkan suatu bentrokan jang amat hebat,
menjcbabkan udjung pedang Kionglie-eng djadi putus.
Kedjadian itu membuat pemuda she Kwie itu mendjadi
sangat terperandjat. Tubuhnja segera melompat kesebelah
kanan. Dengan berbuat begitu Kionglie-eng djadi tidak
bersiaga akan serangan telapak tangan kiri lawan jang
dilakukan dengan ketjepatan luar biasa, diarahkan
langsung kebahu kanannja.
Biar Kionglie-eng telah berusaha sekuat tenaga, tapi ia
tak dapat menghindarkan diri dari serangan tersebut. Maka
tak ampun lagi belakang bahu kanannja kena diserang oleh
Thiat-tjiang-nja Tji Kie. Tempat jang kena diserang itu
disamping merasa sakit pun nieri sekali. Sedang bekas
kelima d jari tangan kanan Tji Kie tampak njata melekat
dibadju si-pemuda.
Hampir bersamaan waktunja diri Lie-eng sudah kena
ditjengkerain oleh si-djenderal. Sedang para tentara jang
sedjak tadi berdiri disamping sudah lantas beramai-ramai
madju sambil membawa tambang dan mengikat diri
sipemuda.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
22
Tjiam Nio ketika hendak menolong diri Lie-eng sudah
terlambat, sebab kala itu Tji Kie telah melompat pula
keatas genting, guna bertempur lagi dengan si-nona
manis.
Setelah Kionglie-eng kena ditawan, kini seorang diri
Tjiam Nio melawan Chen-sie Siang Pa dan Tji Kie. Nona ini
menginsjafi bahwa bila bertempur terus dengan tjara
begitu pasti tidak akan menguntungkan dirinja. Maka
achirnja ketika mendapat sualu kesempatan baik, ia segera
melarikan diri.
Tji Kie tidak mengedjar. Hanja berkata kepada Chensie
Siang Pa: "Kini kita telah berhasil menawan pemuda ini,
berarti kita sudah mempunjai suatu tanggungan. Tak usah
kita chawatirkan lagi diri si-ikan dujung jang manis itu, ia
pasti akan datang sendiri untuk masuk kedalam djaring !"
Malam itu djuga Tji Kie lantas memeriksa diri Kionglie
eng. Tapi mereka menitik beratkan pada pertanjaan apa
maksud pemuda she Kwie kini datang kekota Poedjie ?
Disamping itu mengapa diam2 Kionglie-eng hendak
menjelidiki rahasia tuan rumah ?
Waktu itu Kionglie-eng telah mendjadi sangat gusar, ia
bukannja mendjawab pertanjaan orang, malah sebaliknja
memaki: "Kamu semua adalah bangsat rendah. Dengan
menggunakan kekuasaan, entah telah berapa banjak rakjat
baik2 jang tjelaka ditangan kamu." Kemudian, saking
panas hati, KiongLie-eng segera menelandjangi perbuatan
Chen-sie Siang Pa serta bagaimana Tji Kie setjara
pengetjut telah melukai kakaknja, jang achirnja membawa
kakaknja sampai keadjalnja."PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
23
Perkataan jang diutjapkan Kionglie-eng membuat Tji
vKie dan Chen-sie Siang Pa disamping mendongkol pun
mendjadi malu sekali. Sehingga achirnja Eng Sin tak dapat
mengendalikan amarahnja, siapa sambil memukul medja
sudah lantas mentjabut sendjata kian-nja guna segera
menghabisi njawa Kionglie-eng.
Tapi Tji Kie jang sangat litjin sudah segera
mentjegahnja: "Sudahlah Tan Djie-ko, kita tidak usah
meladeninja. Biarkan sadja ia menuduh kita apa djuga,
toch ia tidak mempunjai bukti. Kalau sadja kita kini
membunuhnja, mungkin nanti orang lain mengatakan
bahwa kita sengadja membunuhnja untuk menutup
mulutnja. Maka menurut pendapatku, baik kita menunggu
sampai teman wanitanja dapat kita tawan, kita boleh
serahkan mereka kepada Tjongtok dengan tuduhan
mereka adalah mata2 musuh. Kalau tidak begitu, untuk
apa ia malam2 datang kemari ? Aku rasa dengan alasan
jang demikian sudah tjukup untuk memisahkan kepala
mereka dari tubuhnja masing2 "
"Betul, ia pasti telah disuruh oleh organisasinja untuk
menjelidiki keadaan kita. Disamping itu mungkin organisasi
itu mempunjai banjak anggota. Sebab tadi ketika aku
sedang mengawasi wanita itu, njata kemudian ia mengikuti
sebuah bajangan orang. Diam2 aku segera mengikuti
mereka, tapi sesampainja didepan gedung ini aku lantas
kehilangan djedjak mereka. Walaupun kita tidak tahu akan
maksud mereka, tapi mereka kebanjakan tidak
mengandung maksud baik. Terbukti dengan kuketemuinja
orang ini jang tengah mengintai diatas genting. Maka tak
dapat tidak kita harus berlaku terlebih waspada." Eng Sin
membenarkan pendapat kawannja.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
24
Kionglie-eng ketika mendengar perkataan si-orang she
Tan, ia bermaksud hendak mengageti mereka. Maka
sambil memperdengarkan tertawa dinginnja pemuda ini
berkata: "Teman2ku boleh dikata terdapat disegala
pelosok. Aku rasa kamu takkan sanggup menghadapi
mereka !"
Tji Kie mendjadi sangat marah ketika mendengar
perkataan itu, ia segera menampar muka Kionglie-eng
seraja membentak: "Diam ! Sebentar lagi aku pasti akan
dapat membasmi komplotanmu !"
Pada saat itu tanpa diperintah Chen-sie Siang Pa sudah
lantas menggeladah tubuh Kionglie-eng, maksu mereka
ialah hendak merebut Homv-pa-soe. Tapi achirnja mereka
djadi ketjewa, sebab benda itu ternjata tiada terdapat
ditubuh pemuda itu. Maka achimja ia menjerahkan diri
pemuda she Kwie kepada seorang tentara guna ditahan
didalam sebuah gudang kaju bakar.
Demikianlah, dengan sekudjur tubuh diikat, tubuh
Kionglie-eng terus berbaring dilantai gudang jang keras itu.
Keadaan itu berlangsung term. entah telah lewat beberapa
lama, mendadak telingannjo mendengar ada orang
berbisik: "Hai, hai, lekas bangun, waktu telah sangat
mendesak !"
Ketika pemuda ini membalikkan tubuhnja, ia merasa
bahwa bagian mukanja dingin dan bagian atas tubuhnja
basa. Tjepat2 ia membuka matanja, segera terlihat olehnja
bahwa dipinggir tubuhnja berdjongkok seorang pemudi
jang berbadju hidjau, jang kala itu tengah menjiiram muka
si-pemuda dengan air.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
25
Pada saat itu terlihat sinar masuk melalui selah*
djendela gudang itu. "Sudah siapkah ?" Tanja Kionglie-eng
dengan nada jang rendah.
"Kau telah tertidur sampai sehari penuh. Kini hari telah
lewat sendja. Lekas kau bangun untuk segera buron!"
Nona badju hidjau itu mendjelaskan.
Begitu mendengar perkataan "buron", hati Kionglieeng
djadi tergerak, ia segera memandang wadjah si-nona.
Nona itu ternjata mempunjai raut maka "telur ajam",
ditambah dengan matanja jang bening, hidung jang bangir
serta bibirnja jang seperti delima merekah itu, membuat
dirinja djadi sedap dipandang dan tak membosankan.
Kionglie-eng tidak kenal kepada nona ini, jang membuat
ia djadi tertegun untuk beberapa saat lamanja.
Dalam pada itu terlihat nona berbadju hidjau itu
mengeluarkan sebilah pisau kctjil dan memutuskan tali
pengikat diri si-pemuda. Sambil berbuat begitu nona itu
berkata : "Pendjaga gudang ini telah kubikin tak berdaja
dengan Beng-yo. Apakah sekarang kau masih dapat
melompat keatas rumah ?"
(Beng-yo adalah sematjam obat bius guna membikin
orang tak sadarkan diri).
Ditanja begitu Kionglie-eng segera menggerakkan kaki
dan tangannja. Walaupun ia merasakan balnva dirinja
masih letih, tapi masih bertenaga. Kemudian sambil
melompat bangun ia segera beitanja : "Siapa kau ?
Mengapa engkau sudi menolong diriku ?"
Nona itu tidak mendjawab, hanja tjepat2 mengeluarkan
2 putjuk surat. Lalu sambil memberikan surat itu kepadaPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
26
si-pemuda ia berkata dengan suara perlahan: "Kau tidak
usah banjak bertanja. Serahkan sadja surat ini kepada
Souw Looya, dia pasti akan mengetahuinja!" Perkataan itu
membuat Kionglie-eng djadi bertambah heran. "Souw
Looya, ini ?" Kata Lie-eng kemudian.
Tapi sebelum ia habis berkata, wanita itu telah bertanja
dengan roman kaget: "Bagaimana ? Bukankah engkau
menginap dilosmen Hin Liong ? Kau ...?"
Kionglie-eng ketika melihat roman wanita itu, ia djadi
bertambah pusing, tak tahu ia akan duduk soal jang
sebenarnja. Ia betul berasal dari Birma dan tak salah kini
ia menginap dilosmen Hin Liong. Tapi ia sama sekali tidak
kenal dengan orang jang dipanggil Souw Looya itu.
"Maksudmu hendak meminta tolong aku menjerahkan
surat ini kepada tuan madjikankah ?" jang Kionglie-eng
maksudkan dengan "tuan madjikan ialah simadjikan
losmen dimana ia menginap. Sebab si-pengusaha losmen
itu pernah memberi kisikan kepadanja, jang meminta
supaja ia lekas berlaku dari tempat itu.
Si-wanita badju hidjau ketika mendengar Kionglieeng
menjebutkan "tuan madjikan", sudah segera berkata:
"Betul, betul dia. Kau serahkan sadja surat ini kepada tuan
madjikan !"
Selagi kedua orang ini ber-tjakap2, mendadak dari
kedjauhan terdengar bunji tambur. "Lekas kau berlalu dari
sini ! Tak lama lagi para pendjaga akan lewat disini. Mereka
tak boleh melihat aku." Kata wanita itu dengan nada tjemas
seraja mendorong diri si-pemuda. Sehabis berkata
demikian, ia mendahului berlalu dari gudang itu.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
27
Sambil tetap memegang 2 putjuk surat itu, pemuda she
Kwie ini djadi berpikir: "Lebih baik aku sekarang lekas
buron, setelah itu baharu per-lahan2 aku mentjari diri
orang jang dipanggil Souw Looya." Sehabis berpikir
demikian, ia segera melangkah keluar gudang kaju bakar
itu. Nampaklah olehnja bahwa diluar gudang tersebut
terdapat 2 orang pendjaga jang sedang tidur dengan
njenjaknja.
Dengan menjusuri tembok itu Kionglie-eng telah
berhasil melewati 2 buah gang. Ketika ia memasang
telinganja, keadaan disekitar itu sunji-senjap. Kemudian
pemuda kelahiran Birma ini lantas melompat keatas
tembok. Temjata tembok itu sebagai batas penghalang
antara ruang dalam dengan taman bunga.
Sedang disehclah luar tembok itu terdapat sebuah
bangunan bertingkat. Dari kedjauhan tampaknja rumah
bertingkat itu tiada berpenghuni. Maka pemuda kita sudah
lantas lompat kesana dengan menggunakan gerakan "Yan
Tjoe Tjoan Lin" atau "Burung walet menembusi rimba".
Begitu ia sampai diatas loteng itu, ia djadi sangat
terperandjat, sebab ruang jang terdapat didalamnja
merupakan suatu Hoed-tong, sebuah ruang pemudjaan.
Disitu terdapat sebuah medja sembahjang. Diatas medja
sembahjang terdapat beberapa piring buah2an segar.
Disitupun terdapat sebuah Bok-hee dan sedjilid kitab sutji.
Disamping itu terdapat pula sebuah Hiolo model kuno. Tapi
jang paling menarik perhatian serta mengherankan
perasaan Kionglie-eng, ialah di-tengah2 medja
sembahjang tergantung sebingkai lukisan seseorang, jang
dilukis setengah badan. Jang tertera dalam lukisan itu
sedikitpun tidak menjerupai lukisan dewa. Sedang dipinggirPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
28
sebelah kanan medja sembahjang terdapat sebuah kursi.
Kursi itu ditutupi oleh sebuah djubah jang berwarna
kuning. Didekat lengan kanan djubah itu terdapat sebuah
telapak tangan dan bentuk serta rupanja sama benar
dengan telapak tangan jang tertera dibahu Kionglie-eng.
Heran dan kaget Kionglie-eng ketika melihat keadaan
itu. Tidak ia sangka bahwa didalam rumah djenderal she
Teng ini terdapat sebuah ruang pemudjaan jang demikian
menjeramkan. Disamping itu telapak tangan jang tertera
didjubah kuning tersebut bisa begitu sama dengan telapak
tangan jang melekat didjubah kanan bahunja sendiri. Tapi
Kionglie-eng tak sempat untuk berpikir terlebih lama.
Sebab mendadak terdengar langkah seseorang jang
sedang menaiki anak tangga. Ini menandakan bahwa
sebentar lagi pasti akan ada orang jang naik kcatas loteng
itu. Keadaan ini membuat hati Kionglie-eng djadi sangat
tjemas. Ia segera menudju kedjendela untuk lompat
kekebun. Tapi apa mau didalam kebun ada sebaris tentara.
Keadaan itu membuat Lie-eng djadi serba salah. Didalam
gugupnja mendadak ia mendapat suatu pikiran, ia segera
menudju kesamping medja sembahjang dan lantas
menutupi dirinja dengan hordeng jang terdapat disitu.
Pada saat itu dari bawah loteng terlihat mendatangi
seorang wanita setengah baja, siapa memakai
seperangkap pakaian jang gelap warnanja. Ditangannja
memegang serentjeng Liam-tjoe (tasbe). Begitu berada
diatas loteng ia lantas duduk didepan medja sembahjang
dan mengetok Bok-hee serta Liam-keng.
Keadaan itu tentu sadja membuat Lie-eng, jang
mengintip dari sela2 kain hordeng, mendjadi heran
berbareng terperandjat.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
29
Ternjata wadjah perempuan itu kurus memandjang,
kulitnja putih putjat, disudut bibir sebelah pipi kanannja
terdapat sebuah tahi-lalat.
Begitu melihat letak tahi-lalat, Kionglie-eng segera dapat
mengenali bahwa wanita itu adalah bekas teman sekolah
kakaknja, sebab dulu, ketika ia bersama kakaknja pergi ke
Koen Beng, engkonja itu pernah memperkenalkan dirinja
kepada teman wanitanja itu. Malah Kionglie-eng masih
ingat, bahwa kakaknja pernah menanjakan kepadanja,
bagaimana pandangannja terhadap wanita itu ? Disamping
itu kakaknja setjara diam2 pernah bilang bahwa nanti ia
akan melamar wanita itu untuk didjadikan isterinja. Namun
tidak sangka, tak lama kemudian kakaknja ternjata telah
menikah dengan Yo Tjoe In. Sedang tentang diri wanita itu
sudah tidak terdengar lagi kabar-beritanja. Kini setelah
wanita itu tinggal didalam gedung Teng Tji Kie, siapa pasti
telah mendjadi njonja rumah dari keluarga djenderal itu.
Kionglie-eng masih ingat, dulu ketika wanita itu masih
gadis, begitu tjantik, lintjah serta ramah. Tidak sangka
setelah berpisah tidak sampai 10 tahun, wanita ini telah
berubah mend jadi seorang wanita jang kurus-kering serta
suka bersunji diri.
Selagi pikiran Kionglie-eng bekerdja keras untuk
mentjari suatu djawaban jang konkrit atas diri wanita itu,
mendadak ada siuran angin, jang meniup kain hordeng
tempat Kionglie-eng bersembunji. Keadaan itu memaksa
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si-pemuda harus mundur sedikit.
Adapun wanita setengah tua itu begitu mendengar
hordeng berkeresek, disamping itu ia djuga mendengar
geseran kaki. Ia segera berhenti Liam-keng dan segeraPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
30
berdiri, jang langsung menudju kehordeng serta
menjingkapnja sekali, jang membuat Kionglie-eng djadi tak
dapat menjembunjikan dirinja lagi.
Kionglie-eng ketika melihat dirinja telah kena dipergoki
orang, ia segera hendak menerdjang madju guna menutup
mulut si-wanita supaja djangan berteriak.
Tapi waktu itu si-wanita telah melihat telapak tangan
jang tertera dibahu si-pemuda, siapa sudah segera mundur
dua langkah. "Oh, engkau !" Katanja kemudian dengan
suara perlahan, sedang romannja segera berubah
mendjadi sangat putjat.
Sedang Kionglie-eng jang melihat sudah tak dapat
bersembunji lagi, maka terpaksa ia madjukan diri, lalu
sambil tersenjum ia berkata: "Ja, aku !"
Siapa tahu begitu ia melangkah madju, wanita itu djadi
berdiri bengong. Malah kemudian dengan tidak
mengatakan suatu apa ia segera membaliki tubuhnja dan
Kionglie-eng jang takut wanita itu djatuh sehingga lari.
Tapi bahana sadja ia melangkah 3 tindak, mendadak tubuh
wanita itu tergetar keras dan pingsan, bisa mengedjutkan
para tentara jang berada dibawah loteng tersebut, pemuda
ini segera menggunakan ilmu entengi tubuh menangkap
tubuh wanita tersebut, sesaat diri perempuan itu telah
berada didalarn pelukan si-pemuda.
"Nona Oey, nona Oey !" Panggil Kionglie-eng perlahan
seraja meletakkan tubuh wanita tersebut keatas kursi.
Makanja Kionglie-eng memanggil demikian, sebab ia masih
ingat akan she wanita itu. Karena dulu kakaknja djuga
memanggil wanita itu sebagai nona Oey.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
31
Setelah kepala wanita itu ditjatjapkan dengan air teh, si
nona Oey per-lahan2 siuman kembali.
Wanita itu begitu siuman, ketika melihat Kionglie-eng
berada disampingnja, sambil berteriak kaget ia segera
melompat bangun dan hendak melarikan diri lagi, tapi telah
keburu ditangkap oleh Kionglie-eng.
"Nona Oey, sudah tidak kenalkah engkau akan daku ?
Mengapa tampaknja engkau begitu takut Krhadap dirij ku
?'5 Tanja si-pemuda dengan suara jang lemah lembut.
Wanita itu jang biasanja dipanggil "njonja", kini ketika
mendengar dirinja dipanggil sebagai nona Oey, jaitu
panggilan jang lazim terhadap dirinja ketika ia masih gadis,
ia mendjadi semakin takut. "Kau, kau ... Tolong kau
djangan salahkan aku ! Semua itu adalah perbuatan Teng
Tji Kie seorang. Semestinja engkau mentjari dia untuk
membalas sakit hatimu !" Kata wanita itu dengan gemetar.
Perkataan jang tak berudjung pangkal itu membuat
Kionglie-eng djadi semakin heran. "Nona Oey, kenapa kau
? Engkau anggap aku sebagai orang apa ?" Tanjanja
kemudian.
Ketika mendengar perkataan "orang apa", wanita
tersebut bagaikan seorang jang baharu mendusin dari
tidurnja. "Kau sebetulnja orang atau setan ? Mau apa
engkau menakuti-nakuti diriku ?" Tanja wanita itu
kemudian dengan tjuriga.
Kionglie-eng jang memangnja bukan sengadja untuk
mengagetkan diri wanita itu, ia memperkenalkan dirinja,
disamping itu ia djuga mendjelaskan bahwa pada 10 tahun
jang lalu mereka pernah bertemu di Koen Beng.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
32
Pendjelasan itu membuat si-wanita djadi mengutjurkan
air mata, achirnja dengan suara sedih berkata: "Ternjata
engkau adalah adik jang ketiga dari Tiesiangeng, pantas
rupamu sama dengan romannja. Kematian Tiesiang-eng
sungguh menjedihkan. Sebagai saudara, tahukah engkau
akan sebab keinatian dari kakakmu itu ?"
(Tiesiang-eng adalah Toakonja Kionglie-eng)
Ditanja begitu Kionglie-eng segera menggeleng
gelengkan kepalanja.
Nona Oey segera mentjeritakan serba sedikit tentang
dirinja serta hal2 jang menjangkut tentang kematian
Tiesiang-eng.
Dimasa remadja puteri perhubungan antara Tiesiangeng
dengan nona Oey ini sangat akrab, sampai achirnja kedua
orang muda ini saling mengeluarkan isi hati masing2 dan
berdjandji bahwa kelak hendak melangsungkan
pernikahan, perkenalan mereka dimulai ketika Tiesiangeng
beladjar disekolah paman nona Oey, sedang si-nona djuga
beladjar ilmu surat dipintu perguruan pamannja. itu. Tidak
sangka, ada seorang murid paman nona itu jang setjara
diam2 mentjintai diri nona Oey. Orang itu tak lain dari pada
Teng Tji Kie. Pada suatu waktu, dengan menggunakan
ketika Kwie Tiesiang-eng sedang berlibur pulang
kekampung halamannja, Tji Kie memaksa keluarga Oey
untuk mengawini nona Oeyv kepadanja. Saking takut dan
tak berdaja, achirnja ket luarga Oey menjerahkan djuga
nona Oey untuk diperistri oleh Tji Kie.
Ketika Tiesiang-eng balik ketempat perguruan, begitu
mengetahui bahwa diri nona Oey telah mendjadi isteriPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
33
kawan sekolahnja, ia mendjadi sangat sedih, tapi ia tak
berdaja untuk melakukan suatu apa.
Tapi Teng Tji Kie adalah seorang Siauw-djin, ia sete1 lah
berhasil mendapatkan diri nona Oey, tak selang beberapa
lama, bosanlah ia kepada isterinja itu. Malah mulai dari saat
itu, bila isterinja melakukan sedikit kesalahan, ia segera
memaki serta memukulnja dengan sesuka hatinja.
Keadaan itu tentu sadja membuat nona Oey mendjadi
sangat pilu. Ia bermaksud hendak bertemu muka sekali lagi
dengan Tiesiang-eng, untuk mentjeiitakan keadaanI nja
setelah menikah dengan Tji Kie kepada kekasih lamanja.
Kebetulan pada saat itu Tji Kie telah kelepasan tangan
membunuh orang. Maka nona Oey jang kini telah mendjadi
njonja Teng segera mengandjurkan kepada suaminja
untuk pergi ke Birma, guna sementara waktu berdiam
disana. Nanti setelah perihal pembunuhI an itu telah redah,
mereka baharu balik lagi kekota Poedjin itu. Mau Tji Kie
mendengar andjuran isterinja. Maka sepasang suami isteri
ini segera pergi ke Birma dan mengundjungi Tiesiang-eng.
Di-Birma mereka tinggal berdekatan dengan rumah
keluarga Kwie. Dalam pada itu didalam rumah keluarga
Kwie timbul suatu konflik rumah tangga, antara suami isteri
Tiesiang-eng. Karena mulai beberapa saat jang lalu
mendadak Yo Tjoei In, isteri siang-eng tidak mau
bertjakap-tjakap dengan suaminja lagi. Tiesiang-eng jang
tidak tahu sebab jang sebenarnja, djadi mengira bahwa
isterinja telah digosok2 oleh nona Oey, si-bekas
kekasihnja. Sampai waktu dirinja terpaksa bertjerai dengan
Tjoei In, Tiesiang-eng masih terus menjangkah bahwa
njonja Teng jang mendjadi gara2 keberantakan rumah
tangganja. Maka beberapa kali ia mentjari diri nona OeyPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
34
untuk menanjakan serta membitjarakan sesuatu setjara 4
mata.
Apa mau kedjadian itu diketahui Tji Kie, jang membuat
ia djadi sangat tjemburu. Sebab menurut dugaan Tji Kie,
kedua orang bekas kekasih itu hendak main gila terhadap
dirinja. Disamping itu, pada saat itu hutang Tji Kie telah
menumpuk kepada diri Tiesiang-eng, jang rasanja takkan
dapat dibajar. Maka demi kehormatan dirinja, didalam hati
orang she Teng ini segera timbul Suatu maksud kedii untuk
membunuh d jiwa Tiesiang-eng.
Mengmai Yo Tjoei In paham akan ilmu Shia-mokong
bukan lagi mendjadi rahasia bagi orang2 di Po iTong-san.
Disamping itu ketika njonja Tiesiang-eng hendak
meninggalkan keluarga Kwie, ia pernah menepuk bahu
bekas suaminja itu. Kedjadian itu djuga telah disaksikan
oleh orang banjak.
Pada suatu pesta, Tji Kie pura2 menepuk-nepuk bahu
Tiesiang-eng, jang dulu pernah ditepuk oleh Tjoei In,
sambil diam2 mengerahkan Bian-tjiangnja. Beberapa hari
kemudian Tiesiang-eng mendadak d jatuh sakit dan
sebulan kemudian ia telah menemui adjalnja.
Semua orang di Po Tong-san menjangka, bahwa Tjoei
In-lah jang berbuat kedji terhadap bekas suaminja.
Dalam pada itu Tji Kie sudah setjara diam2 mengambil
badju Tiesiang-eng jang bertanda lima djari akibat
tepukannja itu. Djubah tersebut adalah jang dibeberkan
diatas kursi, didalam ruang pemudjaan itu.
Pada suatu hari Tji Kie pernah mentjeritakan kedjadian
itu kepada isterinja, malah kemudian menjerahkan djubahPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
35
itu kepada isterinja itu. Dengan begitu nona Oey djadi
mengetahui dengan djelas kedjadian tersebut.
Hoed-tong atau ruang pemudjaan sengadja dibuat oleh
nona Oey untuk menjenibahjangi arwah bekas kekasihnja
jang mati setjara begitu menjedihkan.
"Teng Tji Kie sungguh seorang jang sangat kedji,
kedatanganku kemari djusteru karena bertalian dengan
kedjadian itu. Biar bagaimanapun aku harus membalaskan
sakit hati kakakku itu." Tukas Kionglie-eng setelah
mendengar habis penuturan nona Oey.
"Dia walaupun adalah suamiku, tapi selama hidupnja ia
selalu mentjelakai orang baik2. Aku doakan semoga
usahamu berhasil. Bila kau bisa bunuh padanja, kau bukan
sadja telah membalaskan sakit hati Toakomu, tapi
disamping itu kau berarti djuga telah menolong rakjat
baik2 untuk melenjapkan seorang berhati binatang dan
lalim!" Kata nona Oey dengan girang.
"Terima kasih atas doa nona itu. Dapatkah aku
memindjam djubah jang digantung dikursi itu untuk
sementara waktu?" Tanja Kionglie-eng.
Njona Teng jang mengetahui maksud si-pemuda itu,
segera menganggukkan kepalanja dan berkata : "Silahkan
Barang ini memang milik kakakmu!"
Kionglie-eng djadi sangat girang ketika bisa
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendapatkan benda itu sebagai bukti. Ia segera
mengambil djubah tersebut dan dimasukkan kedalam
djubahnja sendiri. Kemudian baru sadja ia hendak pamit
kepada nona Oey, mendadak dari kedjauhan terdengar adaPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
36
seseorang jang sedang naik keloteng dengan tindakan
tergesa-gesa.
Kedjadian itu membuat Kionglie-eng djadi sangat
terperandjat. Siapa segera mengangkat kursi, jang terus
hendak dihantamkan kearah orang jang baru datang itu.
Tapi ketika ia melihat siapa jang masuk, ia djadi batal
menjerang. Siapakah gerangan jang naik keatas loteng itu
?.
Temjata orang jang baru naik adalah wanita jang
membebaskan diri Kionglie-eng dari gudang kaju tadi.
Wanita itu begitu melihat Kionglie-eng ada disitu,
wadjahnja djadi berubah. "Mengapa kau masih berada
disini. Mereka telah mengetahui bahwa engkau telah
buron. Rasania sebentar lagi pasti akan ada orang jang
menangkap diriku. Lekas kau berlalu dari sini!" Kata wanita
itu dengan suara jang agak ter putus2, rupanja ia sedang
berada didalam keadaan gugup.
Kionglie-eng jang tidak tahu asal-usul wanita itu, kini
ketika mendengar bahwa sebentar lagi diri perempuan itu
akan ditangkap, ia djadi semakin tidak mengerti. Sehingga
untuk beberapa saat kemudian ia djadi termangu-mangu
disitu. Adalah kemudian dari atas tembok terdengar
sematjam siulan jang tadjam dan njaring. Pemuda she
Kwie ini segera mengenali bahwa itulah siulan Tjiam Nio.
Baharu sekarang Kionglie-eng sedar, bahwa saat itu jang
terpenting adalah menjelamatkan dirinja dulu. Maka ia
segera mengcndjot kakinja dan berbareng dengan itu
tubuhnja lantas melajang keatas tembok jang berada
diseberang loteng tersebut.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
37
Tapi setelah pemuda kelahiran Birma berada diatas
tembok, dimana suara siulan tadi berasal Tjiam Nio
ternjata sudah tak berada disitu. Tapi mendadak
Kionglieeng melihat bahwa diluar tembok Tjiangkoen-hoe
ada 2 buah bajangan jang saling kedjar. Gerakan mereka
temjata amat lintjah. Salah sebuah bajangan, jang
berdjalan disebelah muka mempunjai potongan tubuh
seorang laki2. Sedang bajangan jang mengikuti
dibclakangnja bertubuh langsing ketjil. Walau dari
kedjauhan, tapi sudah tjukup bagi Kionglie-eng untuk
mengenali, bahwa bajangan jang ada disebelah belakang
adalah Tjiam Nio. Keadaan itu membuat Kionglie-eng djadi
merasa semakin heran. "Tak salah lagi siulan Tjiam Nio tadi
ditudjukan untuk menolong diriku, tapi mengapa
mendadak ia djadi mengrubah haluan untuk mengikuti
bajangan lain ?"
Selagi Kionglie-eng bingung memikirkan kedjadian jang
aneh itu, mendadak dari dalam gedung djenderal orang
memukul kentongan serta keadaan segera mendjadi
terang-benderang. Dengan tak banjak pikir lagi Kionglie
eng segera lompat keluar gedung djenderal dan menjusul
ke-2 bajangan jang berada didepannja.
Dengan sekuat tenaga Kionglie-eng terus mengedjar,
sampai pada suatu saat, ketika mereka sampai disebuah
tikungan djalan pegunungan, mendadak kedua bajangan
jang berada didepannja lenjap. Keadaan itu membuat diri
sipemuda djadi menghentikan langkahnja. Ketika ia
berpaling kebelakang, tiada terlihat ada seorang
tenterapun jang mengedjar dirinja. Baharu pada saat itu
pemuda kita ini merasa tjape. Maka ia duduk disebuah batu
jang terletak dibawah sebuah pohon jang besar lagiPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
38
rindang daunnja. Selagi Kionglie-eng mengasoh, tiba2
terasa bahunja ditarik orang. Kedjadian itu membuat
sipemuda djadi melompat bangun. Lalu sambil
membalikkan diri ia hendak menjerang dengan pedangnja.
"Hai, hai, kenapa kau ?" Demikian terdengar orang
berkata dengan suara jang merdu serta halus.
Begitu mendengar suara itu itu, Kionglie-eng lantas
mengenali, bahwa itu adalah suara Tjiam Nio, jang
membuat ia batal menjerang.
"Oh kau ..., mengapa kau bersembunji disitu ?" Tanja
pemuda she Kwie ini sambil membalikkan dirinja.
Tjiam Nio segera menggajang-gojangkan tangannja,
sebagai tanda supaja si-pemuda djangan berkata keras2.
"Aku sedang menunggu seseorang. Biar bagaimana aku
harus melihat wadjahnja!" Menerangkan si-nona dengan
suara perlahan.
"Wadjah siapa ?" Tanja Kionglie-eng.
"Wadjah dari sebuah bajangan hitam !" Mendjelaskan
Tjiam Nio dengan suara hampir berbisik. Sehabis berkata
demikian ia segera duduk disamping diri pemuda.
"Bajangan hitam jang mana ?" Tanja Kionglie-eng.
Tjiam Nio tidak mendjawabnja, wadjah nona ini
menundjukkan roman tegang. Melihat itu Kionglie-eng
djadi tidak mengadjukan pertanjaan lagi. Dengan demikian
kedua orang itu djadi berdiam diri untuk sesaat lamanja.
Sampai achirnja Tjiam Nio berkata dengan suara perlahan:
"Aku tadi dengan tegas melihat bajangan itu berada
didjalan pegunungan ini. Disebelah depan tempat ini sudahPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
39
tidak terdapat djalan lagi. Disitu hanja terbentang sebuah
lembah-ngarai jang dalam. Entah dia bersembunji dimana
?"
"Aku rasa ia lompat kedalam lembah itu !" Kionglieeng
mengutarakan pendapatnja.
"Tidak mungkin, sebab lembah itu disamping tjuram pun
sangat dalam. Andai kata orang itu mempunjai ilmu
entengi tubuh jang tinggi, tapi bila lompat turun kedalam
lembah itu, bila tidak mati ia pasti akan menderita luka
parah !" Tjiam Nio menerangkan.
"Siapa bajangan itu sebenarnja ? Mengapa kau terus
menunggui dia ?" Tanja Kionglie-eng.
jang sebenarnja dari orang itu. Sebab gerak-geriknja
sangat aneh. Dan kau sendiri bagaimana bisa lolos dari
tangan lawan ?" Tjiam Nio balas bertanja.
Kionglie-eng segera mentjeritakan pengalamannja
selama ia ditahan sampai ditolong oleh wanita jang
misterius itu dengan djclas sekali. Achirnja ia
menambahkan : "Jang paling aneh ialah sikap wanita jang
menolong diriku itu. Ia terus2an memperingati aku supaja
surat jang diberikan kepadaku agar diserahkan kepada
seorang jang dipanggil Souw Looya. Tapi aku tidak tahu
Souw Looya itu tinggal dimana. Sehingga rasanja tak
mungkin untuk aku menjampaikan surat ini kepada orang
jang berhak menerimanja !" Sehabis berkata demikian, dari
dalam djubahnja Kionglie-eng lantas mengeluarkan 2
putjuk surat.
Tjiam Nio segera menjambuli, kedua surat itu, tapi
karena pada saat itu hari sedang gelap bulan dan ditambahPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
40
pula bahwa kala itu mereka berada dibawah sebuah pohon
jang rindang daunnja. Maka biar bagaimanapun Tjiam Nio
tetap tak dapat melihat surat jang tertera disampul surat
itu.
"Tolong kau ambil beberapa ranting kering !" Kata Tjiam
Nio kemudian.
Kionglie-eng segera berdiri dan mengumpulkan
beberapa ranting kering, jang kemudian diletakkan
didepan Tjiam Nio.
Nona Hoa segera mengeluarkan batu api dan dilain saat
disitu telah diterangi oleh api unggun.
Dibawah penerangan api unggun, Tjiam Nio dan
Kionglie-eng dapat melihat dengan djelas apa jang ditulis
dikedua sampul surat itu. Salah sebuah diantaranja
berbunji: Untuk Teng Tjiang-koen, dikota Poe-djie. Sedang
jang sehelai lagi bertulisan: ? Kedua alat negara dari Koen
Beng, Wie Tjoen Yong serta Tan Eng Sin kini dalam
perdjalanan menudju kekota Poe-djie.
Setelah melihat itu, mendadak Tjiam Nio teringat
sesuatu, ia segera bertanja: "Tadi ketika wanita itu
menjerahkan kedua helai surat ini, dia pernah mengatakan
apa kepadamu ?"
"Dia tidak bilang apa2, hanja menanjakan, apakali aku
berasal dari Birma dan menginap dilosmen Hiu Liong."
Djawab Kionglie-eng, walaupun ia agak heran akan
pertanjaan nona Hoa itu.
"Apa djawabmu ?" Tanja si-nona lagi.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
41
"Aku hanja menganggukkan kepala." Kata Tjiam Nio
girang.
Perkataan Tjiam Nio jang tak berudjung pangkal itu
membuat si-pemuda djadi semakin heran. Baharu sadja ia
hendak menanjakan sesuatu, tnpi se-konjong2 terdengar
Tjiam Nio berkata dengan suara keras: "Untuk apa kita
bersusah pajah mentjari orang jang berhak menerima
surat ini. Menurut pendapatku, lebih baik kita bakar sadja,
beres !"
Perkataan Tjiam Nio itu membuat Kionglie-eng djadi
sangat terperandjat, ia tjepat2 mentjegah. Tapi tubuhnja
telah dihalangi oleh tangan kiri si-nona: "Mau apa engkau
repoti kepada surat ini ? Kita toch tidak mempunjai banjak
waktu untuk mentjari orang jang berhak guna
menerimanja sampai dapat. Maka itu, sebaiknja kita bakar
sadja, habis perkara !" Sehabis berkata demikian, ia segera
menggerakkan tangannja dan hendak melemparkan kedua
putjuk surat itu kcdalam api.
Tapi sebelum si-nona berbuat demikian, tiba2 dari atas
pohon melompat turun seorang jang berpakaian serba
hitam.
Kedjadian itu membuat kionglie-eng djadi sangat
terperandjat. Ia segera bersiap untuk menerdjang orang
jang baru turun itu.
Tapi dilain pihak Tjiam Nio malah djadi tertawa be,sar.
"Ha, ha, ha! Achirnja engkau toch terpaksa harus
memperlihatkan diri djuga." Kata nona itu. Sehabis berkata
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demikian, ia segera memasukkan kedua putjuk surat itu
kedalam djubahnja.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
42
"Tjay-hee telah mendengar dengan djelas apa jang
diperbintjangkan oleh Djiwie tadi. Aku djuga datang dari
Birma dan djuga tinggal dilosmen Hin Liong. Tong Djiwie
serahkan kepadaku surat-surat jang dialamatkan kepada
Souw Looya." Kata orang itu perlahan.
Melihat usahanja berhasil, jaitu memantjing kepada
orang jang sedang diikutinja supaja keluar dari tempat
sembunji, Tjiam Nio djadi sangat gembira. Memang sedjak
tadi ia telah menduga bahwa bajangan hitam itu
mengumpat diatas pohon. Tapi karena pohon itu besar dan
lagi rindang daunnja, susah untuk memastikan orang itu
bersembunji dibagian mana dari pohon itu. "Gerakan Souw
Looya ternjata sangat hebat, sehingga susah untuk aku
mengedjar dirimu!" Kata Tjiam Nio kemudian seraja
tersenjum.
Orang jang memakai tutup muka ketika mendengar
orang memanggil dirinja sebagai "Souw Looya", tjepat2 ia
meng-gojang2kan tangannja seraja berkata: "Aku bukan
Souw Looya, tapi teman Souw Looya !"
"Bila demikian, siapakah gerangan nama serta gelaran
saudara jang mulia ?" Tanja Kionglie-eng.
"Namaku Gouw Tjeng, kawan2ku pada menggelari
diriku sebagai "Sie-hai Touw-loei" atau "Si-buaja dari Sie
hai"."
Ketika mendengar gelaran orang, Kionglie-eng djadi
sangat terperandjat. Ternjata Gouw Tjeng adalah salah
seorang gagah dari kalangan Boe-lim didaerah pantai Sie
hai, didalam wilajah Birtna. Si-orang she Gouw ini bukan
sadja sangat hebat kepandaiannja, tapi iapun seorang jang
sangat tjerdik, perhitungannja boleh dikatakan selaluPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
43
tepat. Disamping itu ia djuga seorang pendekar jang
budiman, jang selalu menolong jang lemah dan menindas
jang kuat tapi djahat. Baik didarat maupun diatas
permukaan air, belum pernah ada orang jang dapat
mendjatuhkan diri Gouw Tjeng jang gagah itu. Sehingga
achirnja ia diberi gelaran sebagai Sie-hai Touwloei atau si
buaja dari Sie-hai.
(Touw Loei adalah nama lain dari Ok Hee atau buaja).
Adapun maksud kedatangannja kali ini kekota Poedjie
adalah atas permintaan seorang duta keliling dari Birma,
jaitu orang jang dipanggil Souw Looya untuk melakukan
suatu usaha besar. Urusan itu menjangkut kediri Teng Tji
Kie dan Kionglie-eng. Tapi mengenai kedjadian ini akan
kami tuturkan dibagian belakang dari tjerita ini.
Sehabis Gouw Tjeng memperkenalkan diri, kini
sampailah giliran bagi Kionglie-eng dan Tjiam Nio jang
harus memperkenalkan dirinja masing2.
Gouw Tjeng ketika mendengar nama Kionglie-eng, djadi
sangat terperandjat dan segera berkata: "Oh kiranja
saudaralah jang bergelar Sam Kiat Tjhiu, jang telah
menggetarkan wilajah Birma utara itu ? ! Sungguh
beruntung hari ini saja bisa bertemu dengan saudara !"
Berkata sampai disitu Gouw Tjeng berhenti sebentar,
kemudian ia meneruskan, "apakah kedatangan Dji-wie
kemari karena mendapat surat rahasia dari kami ?"
Perkataan Gouw Tjeng itu membuat Kionglie-eng dan
Tjiam Nin djadi heran sekali. Maka mereka segera
menggelengkan kepala.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
44
"Apakah Dji-wie tidak menerima surat rahasia jang
dikirimkan oleh duta Souw Oen Na ?" Gouw Tjeng bertanja
lagi.
Kionglie-eng segera menggelengkan kepalanja pula.
"Pantas kami selalu sia2 menunggu balasan dari saudara
!" Gouw Tjeng bilang, "mari, mari, aku akan
memperkenalkan kalian kepada seorang kawan. Kedjadian
jang kita urus ini adalah suatu peristiwa besar jang
menjangkut akan keselamatan rakjat ber-laksa2. Bila kita
berlaku sedikit keliru sadja, bisa menimbulkan suatu
peperangan antara Tiongkok dan Birma. Disamping itu
urusan ini mempunjai sangkut-paut jang besar sekali
terhadap dirimu, saudara Kwie !"
Baharu sadja Gouw Tjeng habis berkata begitu, men,1
dadak Tjiam Nio menjerang diri si-orang she Gouw dengan
pedangnja seraja membentak : "Djaga !"
Sekali-kali Gouw Tjeng tidak menjangka bahwa dirinja
bisa diserang begitu, jang membuat ia djadi sangat
terkedjut. Baiknja ia mempunjai ilmu entengi tubuh jang
sangat tinggi, sehingga didalam keadaan jang demikian
berbahaja ia masih dapat meloloskan diri dari tusukan
pedang si-nona dengan melompat kebelakang. Lalu
siorang she Gouw ini segera mentjabut pedangnja dan
balas menjerang. Tjiam Nio djuga tidak tinggal diam.
Dengan demikian diantara kedua orang ini terdjadi suatu
pertempuran jang dahsjat.
Setelah lewat kira2 20 djurus, mendadak nona Hoa
berpaling kearah Kionglie-eng dan bertanja: "Kenalkah
engkau akan gerakan jang dimainkan oleh saudara ini ?"PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
45
"Kenal, itulah ilmu In Liong Hoat, jaitu kepandaian
chusus dari saudara Gouw !" Djawab Kionglie-eng jang
memang sedjak tadi telah mengenali permainan pedang
orang.
Mendengar ini Tjiam Nio segera melompat keluar dari
kalangan pertempuran dan berteriak: "Kini aku baharu
pertjaja bahwa saudara adalah Gouw Tay-hiap !"
Baharu kini Gouw Tjeng mengetahui mengapa si-nona
mendadak menjerang dirinja. Maka tanpa terasa ia merasa
kagum akan ketelitian si-nona. Sambil memasukkan
pedangnja kedalam sarungnja ia berkata: "Permainan
pedang nona sungguh sangat hebat. Bila kita bertempur
beberapa saat lagi, aku pasti akan kena didjatuhkan
olehmu !"
"Kau bisa sadja, Gouw Tay-hiap !" Kata Tjiam Nio seraja
tersenjum manis. Sambil kemudian ia mengeluarkan 2
putjuk surat jang dialamatkan kepada Souw Looya itu dan
terus diangsurkan kearah Gouw Tjeng.
"Mari kita temui Souw Looya !" Kata Gouw Tjeng setelah
menjambuti kedua putjuk surat itu.
"Mari !" Kata Kionglie-eng dan Tjiam Nio dengan suara
hampir berbareng.
"Kini kami menghadapi suatu persoalan jang amat besar
sulit untuk diselesaikan, maka aku bermaksud hendak
meminta bantuan dari Kwie Kong-tjoe." Demikian kata duta
Souw Oen Na kepada Kionglie-eng, setelah mereka saling
memperkenalkan diri, sambil menjilahkan duduk.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
46
Duta itu ternjata adalah seorang jang telah berumur,
kumis serta djenggotnja telah memutih. Pada saat itu ia
memakai sebuah djubah.
"Bila Tay-djin memerlukan bantuan saja, dengan
sukarela saja akan menjumbangkan tenaga saja jang tak
berarti ini." Kata Kionglie-eng tjepat.
"Rupanja Kong-tjoe tidak tahu, bahwa kedatangan kami
atas perintah dari Sri Baginda dari negara kita ! " Kata duta
Souw. Sehabis berkata demikian ia segera mentjeritakan
sebabnja.
Ternjata sedjak seribu tahun lebih bahwa Birma harus
membajar upeti kepada Tiongkok. Tapi pada achir2 ini
setiap upeti jang dikirimkan, selalu hilang ditengah djalan,
jaitu disekitar kota Poe-djie. Sedang orang jang diutus
turut lenjap tak tentu parannja.
Pada suatu ketika ada salah seorang utusan pengiring
upeti jang berhasil kembali ke Birma dengan tubuh jang
telah terluka parah. Tapi sebelum orang itu dapat memberi
laporan apa jang telah terdjadi, orang itu telah keburu
menghembuskan napasnja jang teraehir. Ketika diperiksa,
dibahu kanan tubuh utusan tersebut terdapat, tanda bekas
5 djari tangan.
Maka achirnja radja Birma mengirimkan utusan untuk
pergi kekota Poe-djie guna melakukan suatu penjelidikan.
Tapi demi untuk menutupi maksud jang sebenarnja,
pemerintah Birma sengadja mengatakan utusan itu
sebagai duta keliling dari negaranja. Adapun orang jang
terpilih sebagai utusan, djatuh pada diri Souw Oen Na jaitu
suatu Sinshe kenamaan dari daerah. Birma.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
47
Sengadja kemudian duta Souw ini berdiam agak lama di
Poe-djie-shia, dengan memakai alasan kesehatannja
terganggu. Setelah melakukan penjelidikan untuk
beberapa saat lamanja, achirnja duta ini dapat
memetjahkan rahasia jang menjebabkan barang2 upeti
tidak sampai kekota radja Tiongkok, jaitu Pakkhia
(sekarang Peking).
Ternjata semua itu adalah perbuatan Teng I'ji Kie
dengan komplotannja. Tji Kie sengadja berbuat demikian
ialah untuk menimbulkan amarah dari pemerintah pusat
Tiongkok, supaja mereka memerangi Birma. Jaitu dengan
alasan bahwa pada achir2 itu Birma tidak mau membajar
upeti lagi kepada Tiongkok ? jang sebetulnja,
sebagaimana telah diterangkan diatas, pemerintah Birma
mengirimkan upeti, tapi telah dirampok ditengah djalan
oleh komplotan Tji Kie c.s.
Disamping itu, dengan menggunakan ketika pemerintah
Tiongkok menjerang ke Birma ? hal ini jang dikehendaki
oleh Tji Kie ? si-djenderal she Teng bermaksud hendak
mengambil alih pertambangan perak di Po Tong-san milik
Kionglie-eng itu.
Demikianlah penuturan duta she Souw itu.
"Maka kami bisa memperoleh keterangan ini sampai
demikian djelas, adalah berkat djasa dari 2 orang. Sewanita
dan seorang pria bekas orang kepertiajaan Tji Kie. Tapi
achirnia pembantu kami jang laki2 itu harus mengorbankan
diiwania itu, karena tugas jang dipegangnja itu. Mari kalian
ikut aku, aku akan memperlihatkan sesuatu kepada kalian
!" Duta Souw ini menambahkan. Sehabis berkata demikian,
sambil menenteng tempat lilin, Souw Oen Na memimpinPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
48
orang banjak pergi keruang muka. Diruang muka ternjata
terdapat sebuah peti mati. Mendadak terdengar Gouw
Tjeng berteriak : "Siapa jang membuka tutup peti ini ?"
Mendengar itu duta Souw mendjadi sangat terperandjat.
Ia segera menghampiri peti mati itu dengan diikuti oleh
Tjiam Nio dan Kionglie-eng.
Setelah menampak djelas apa isi peti mati itu, duta
Souw dan Gouw Tjeng djadi semakin terperandjat. Sebab
kalau tadi isi peti itu adalah seorang laki2, tapi kini telah
berubah mendjadi majat seorang wanita.
Sedangkan Kionglie-eng segera mengenali majat itu, j a
itu wanita jang menolong dirinja dari gudang kaju bakar
tadi.
"Lagi2 perbuatan kedji dari Teng Tji Kie !" Kata Souw
Oen Na dengan suara sedih bertjampur marah.
"Dia adalah orang jang penolong djiwaku. Kematiannja
pasti gara2 diriku"
"Djanganlah Kwie Kong-tjoe bersusah hati, dia adalah
orang kami. Kematiannja bukan karena diri Kongtjoe, tapi
disebabkan karena tugasnja seperti kawannja jang telah
berpulang terlebih dahulu !" Kata duta Souw dengan tjepat.
"Apa artinja semua ini ?" Timbrung Tjiam Nio.
Souw Oen Na mengetahui bahwa kedua orang itu tidak
mengerti duduk hal jang sebenamia, maka ia segera
mendjelaskan: "Gadis ini adalah keponakan saudara Gouw,
jang kebetulan bekerdja dirumah Teng Tji Kie. Sehingga ia
mendjadi mata2 kami jang boleh diandalkan."PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
49
Baharu sekarang Kionglie-eng mengerti mengapa dulu
nona itu menolong dirinja serta menjerahkan 2 putjuk surat
untuk diserahkan kepada Souw Looya.
Tjiam Nio djadi terharu berbareng kagum kepada diri
nona itu.
Sedang Gouw Tieng tak berkata suatu apa, ia hanja
menghela napas sadja.
Mendadak terdengar duta Souw berteriak kaget:
"Saudara Kwie, kau rupanja djuga telah kena diserang oleh
bangsat she Teng itu ?"
Kionglie-eng segera menganggukkan kepalanja tanda
membenarkan pertanjaan orang.
"Aneh, setelah kena diserangoleh ilmu ini, kau masih
segar-bugar sampai sekarang !" Kata duta Souw lagi.
Souw Oen Na jang takut Kionglie-eng luka didalam, ia
segera memeriksa nadi Kionglie-eng, untuk keheranannja,
nadi pemuda hartawan ini tetap normal.
"Heran." Gumam Sinshe kenamaan jang kini mendjadi
duta keliling. Kionglie-eng tersenjum sadia.
Memang sebenarnia bila seseorang jang kena diserang
oleh Bian-tjiang-nja Tji Kie, orang itu kalau tidak mati pasti
akan menderita tjatiat. Untuk bagi Kionglie-eng, ketika Tji
Kie menjerang kedirinja, tidak menggunakan sepenuh
tenaganja dan disamping itu serangan tersebut tidak
mengenai tepat pada sasaran. Ditambah lagi KiongLie-eng
adalah seorang jang memiliki Lwee-kang iang tinggi djuga,
sehingga serangan Bian-tjiang itu tidak membawa efekPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
50
apa2 bagi diri si-pemuda kelahiran Birma itu. Hanja dibadju
bahu kanannja sadja jang masih tertera 5 djari.
Kemudian mereka balik lagi keruang dalam dan
merundingkan tjara untuk menghadapi diri Teng Tji Kie
jang gagah tapi litjik itu.
Pada suatu ketika Kionglie-eng menjerahkan supaja
mereka langsung menjerang kegedung djenderal untuk
menangkap diri Tji Kie.
"Walaupun saran ini bagus, tapi menurut pendapatku
susah untuk kita laksanakan. Kesatu kita kurang begitu
mengetahui keadaan gedung lawan, disamping itu gedung
djenderal itu pasti didjaga dengan rapatnja, sehingga tak
mudah untuk kita turun tangan." Kata Souw Oen Na.
Kionglie-eng merasa, bahwa benar djuga apa jang
dikatakan oleh duta itu, sebab kini mereka berdjumlah
sedikit. Sedang duta Souw sendiri tak paham akan ilmu
silat.
Demikianlah, walaupun mereka berunding untuk
beberapa saat lamanja, namun mereka belum djuga dapat
mengambil suatu keputusan jang konkrit untuk
menghadapi diri Teng Tji Kie serta kontjo2nja.
Pada suatu ketika Tjiam Nio ingat akan diri Piauwtjienja,
Tjoei In, kalau sadja njonja Tie Siang-eng ini dapat
disembuhkan, mereka pasti akan mendapat seorang
pembantu lagi jang boleh diandalkan. Dan disamping itu,
bukankah Souw Oen Na adalah seorang sinshe, mungkin
dapat mengobati penjakit Piauw-tjienja itu.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
51
Maka kemudian nona Hoa lantas mengutarakan
pikirannja itu kepada orang banjak, jang sudah lantas
disetudjui.
"Tapi kita harus pergi setjara diam2 dari sini. Dan
disamping itu kita harus membagi diri ! Rombongan
pertama terdiri dari Kwie Kong-tjoe dan nona Hoa boleh
djalan terlebih dahulu. Rombongan berikutnja terdiri dari
aku, saudara Gouw dan seorang pelajan tua sebagai
penundjuk djalan !" Duta ini menambahkan lagi.
"Baik, kita atur begitu sadja !" Kata Kionglie-eng dan
Tjiam Nio dengan suara jang hampir bersamaan.
Begitulah, pada malam itu djuga Kionglie-eng dan Tjiam
Nio meninggalkan kota Poe-djie. Setengah djam kemudian
menjusul rombongan duta Souw. Mereka semuanja
memakai kuda djempolan.
Beberapa hari kemudian, sepasang pemuda-pemudi ini
telah berhasil sampai di Tjin In Am. Ketika merek masuk
keruang dalam kuil itu, mereka bertemu dengan 2 orang
niekouw iang beroman sangat tegang. Kedua orang
niekouw ini ketika melihat kedatangan Tjiam Nio, salah
seorang diantaranja dengan roman sedih telah berkata:
"Kau datang didalam waktu jang sangat tepat, Sie-tjoe.
Sakit Yo Toa-tjie 2 hari belakangan ini sangat
mengawatirkan !"
Pilu serta kaget hati Tjiam Nio ketika mendengar
keterangan itu, ia segera menarik tangan Kionglie-eng dan
terus menudju kekamar Piauw-tjienja.
Waktu itu keadaan Yo Tjoei In nampaknja sangat
mengawatirkan, napas siapa telah satu2, sedang tubuhnjaPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
52
telah berubah mendiadi kurus kering, hanja tinggal kulit
pembalut tulang sadja.
Tak lama kemudian Souw Oen Na, Gouw Tjeng serta si
orang tua penundjuk djalan telah sampai kesitu.
Kionglie-eng djadi sangat girang ketika melihat
kedatangan Souw Oen Na dan lain2nja itu.
"Dapatkah Souw Looya menolong djiwa ensoku ini ?"
Tanja Kionglie-eng dengan roman memohon, ketika
mereka telah berada didepan pembaringan Tjoei In, jang
kala itu telah dipindahkan keruang besar.
Souw Oen Na tidak segera mendjawab pertanjaan
Lieeng, siapa hanja mendekati pembaringan dan
memeriksa nadi Tjoei In.
Setelah lewat sesaat kemudian ia baharu mengangkat
kepalanja dan bertanja kearah Tjiam Nio: "Piauw-tjiemu
pasti adalah seorang jang paham akan Lwee-kang !"
Tjiam Nio menganggukkan kepala tanda membenarkan.
"Selama hidupnja ia tentu sering bahkan mungkin terus
menerus menanggung penderitaan bathin, betulkah?"
Tanja duta Souw lagi.
Kali ini Kionglie-eng jang menganggukkan kepala.
"Pantas. Disamping itu selama didalam keadaan sakit, ia
telah memakan obat jang kurang sesuai dengan sifat
nenjakitnja. Sehingga achirnja ia djadi begini rupa." Kata
Souw Oen Na lagi.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
53
Tjiam Nio ketika mendengar bahwa duta she Souw ini
dapat mengetahui sebab penjakit Piauw-tjienja, ia segera
bertanja: "Masih dapat diobatikah ?"
Souw Oen Na tidak mendjawab pertanjaan Tjiam Nio,
hanja berpaling kearah beberapa niekouw jang berada
disitu dan bertanja: "Apakah didekat sini ada rumah obat
?"
"Tak usah pergi djauh2, sebab kami disini selalu
membikin obat2. Bila tuan memerlukan beberapa matjam
obat, tolong tuliskan resepnja sadja !" Djawab salah
seorang Niekouw.
"Itulah jang terbaik. Lekas ambil kertas dan alat tulis
kemari !" Kata duta Souw ini.
Orang banjak ketika mengetahui bahwa djiwa Yo Tjoei
In masih ada harapan untuk ditolong, mereka djadi
mengundjukkan roman girang.
Setelah selesai menulis resep, lalu sambil menjerahkan
kepada salah seorang Nie-kouw duta Souw memesan:
"Setelah obat ini dikumpulkan, segera godok, lekas, lekas
!"
Setelah menjambuti resep, salah seorang Niekouw
segera berlalu dari situ.
Sedang Tjiam Nio jang sangat chawatir akan
keselamatan Piauw-tjienja, sudah segera bertanja:
"'Apakah Piauw-tjie dapat sembuh seperti keadaan asalnja
?"
"Itu aku masih belum dapat memastikannja, kita harus
menunggu sampai ia tiap obat, bagaimana reaksinja.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
54
Baharu setelah itu aku dapat memastikannja. Kalau kita
bisa membujarkan Goankong-nja jang telah menggempal
itu, ia pasti akan dapat disembuhkan." Menerangkan Oen
Na.
Mendengar itu Tjiam Nio dan Kionglie-eng d jadi sangat
gembira. Tapi mendadak terdengar Souw Oen Na telah
berkata lagi: "Tjuma, setelah ia dapat disembuhkan,
seluruh ilmu jang pernah dimilikinja akan musnah, ia akan
mendjadi seorang biasa. Bila hendak beladjar Lwee-kang,
mesti dari permulaan lagi."
Tak lama kemudian terlihat niekouw jang membawa
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
resep obat tadi telah kembali senda membawa semangkok
obat.
Tjoei In lantas ditjekoki obat itu.
Tak ketjewa Souw Oen Na sebagai sinshe kenamaan
dari Birma, sebab tak lama setelah Tjoei In memakan obat
itu, napasnja jang tadinja sesak, kini telah berubah
mendjadi teratur kembali. Berbareng dengan itu,
sekonjong2 Tjoei In djadi memuntahkan sematjam air jang
berwarna hitam. Sehabis muntah, Tjoei In djadi mandi
keringat dan pcr-lahan2 Tjoei In mulai sadarkan diri.
Semua orang jang berada didalam kamar itu djadi
sangat girang ketika melihat keadaan diri Tjoei In itu.
Rata2 mereka kagum akan keachlian sinshe Souw.
Dalam pada itu Oen Na telah menjuruh si-penundjuk
djalan tua : "Lekas kau ambil 2 tahang air gunung jang d
jernih !"PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
55
Penundjuk djalan itu segera mentaati perintah tersebut.
Dalam pada itu sinshe Souw Ini sudah segera minta
beberapa matjam obat lagi kepada salah seorang Niekouw.
Setelah obat jang diingini telah disediakan, sinshe Souw
ini segera menjuruh Tjiam Nio menggunakan kekuatan
telapak tangannja untuk menghantjurkan obat itu,
sehingga mendjadi sematjam tepung.
Tak lama kemudian si-orang tua jang disuruh
mengambil air gunung telah kembali sambil menenteng 2
tali ang air.
Kemudian Souw Oen Na dengan menggunakan sendok
menjendok obat bubuk dan diangsurkan kearah diri Tjoei
In serta meminta supaia enso Kionglie-eng memamah obat
bubuk itu. Setelah itu, sinshe tua she Souw ini meminta
kepada salah seorang Niekouw supaia memajang diri Tjoei
In kepinggir pembaringan. Lalu kedua belah kaki Tjoei In
dimasukkan kedalam sebuah tahang. Sedang sebuah
tangan lainnja. dengan bantuan sebuah bangku,
dimadjukan kedepau pembaringan. Kemudian duta Souw
menjuruh Piauw-tjie Tjiam Nio itu supaja memasukkan
tangannja kedalam tahang air itu.
Semua orang jang berada disitu pada berdiam diii, guna
menunggu perkembangan selandiutnja. Dalam pada itu
wadjah Tjoei In jang tadinia telah bersemu hitam ke
biru2an, kini per-lahan2 telah berubah mendjadi bersemu
merah. Sedang tulang2 jang terdapat didalam tubuhnja
terdengar berkeretekan. Makin lama keadaan Tjoei In diadi
berangsur baik. Sedang dari kedua tahang air itu terlihat
ada uap jang naik keatas.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
56
Mendadak terdengar Souw Oon Na meneriaki pelajan
tua, jang tadi telah mendjadi penundjuk djalan: "Lekas
ambil lagi 2 tahang air, lekas !"
Si-pelajan tua segera berlalu dari tempat itu, tjepat
langkahnja, maka didalatn waktu jang amat singkat tubuh
siapa telah lenjap dari pandangan orang banjak.
KiongLie-eng jang dengan tidak sengadja melihat
keadaan itu, hatinja d jadi berkata: "Orang tua itu rupanja
mempunjai Ginkang jang sangat tinggi !" Walaupun hati
Kionglie-eng berkata demikian, tapi ia tidak mengutarakan
perasaannja itu.
Kala itu Tjoei In telah dapat berbitjara setjara biasa lagi.
Siapa sudah segera ber-tjakap2 dengan diri Tjiarn Nio. Tapi
ketika ia mendengar tjerita Tjiarn Nio perihal kematian Tie
Siang-eng jang amat menjedihkan itu, mendadak Tjoei In
djadi djatuh pingsan kembali.
"Tjelaka, sungguh tjelaka, djerih pajahku tadi ternjata
sia2 belaka !" Kata Souw Oen Na ketika melihat kedjadian
itu.
Hampir bersamaan waktunja dengan itu, si-pelajan tua
jang disuruh mengambil air gunung tadi telah balik lagi
seraja menenteng 2 tahang air dengan langkah jang tetap
dan kuat.
Kionglie-eng jang telah mulai menaruh perhatian kepada
si-empe pelajan, djadi bertambah heran serta tjuriga akan
diri si-pelajan tua dari duta Souw itu. Tapi pemuda itu tetap
berlaku seperti biasa.
Kali ini tjara mengobat diri Tjoei In agak berlainan
dengan jang tadi. Untuk ini Souw Oen Na memintaPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
57
pertolongan Kionglie-eng dan diri si-pelajan tua, jaitu
mereka masing2 diminta untuk memasukkan salah sebuah
kaki dan tangan Tjoei In kedalam tahang. Setelah lewat
beberapa saat, kaki serta tangan jang dimasukkan itu
diganti dengan sebelah jang lainnja.
Kedua orang ini menurut perintah itu.
Tak lama kemudian tampak Tjoei In telah siuman
kembali Tapi ia berdiam diri sadja ketika diperlakukan
demikian, sebab ia tahu bahwa orang sedang berusaha
untuk mengobati penjakitnja.
Pada suatu ketika, dibawah penerangan lilin, Tjoei In
melihat si-pelajan tua membungkukkan tubuhnja,
maksudnja ialah untuk tolong mengangkatkan tangan
kanan Tjoei In dari dalam tahang, guna digantikan dengan
tangan kirinja.
Sedang Tjoei In ketika melihat tjara membungkuk empe
pelajan itu, ia d jadi teringat akan ked jadian tempo hari,
jaitu ketika Teng Tji Kie habis didjamu oleh Tie Siang-eng.
Waktu si-orang she Teng hendak pamit, siapa sudah
membungkukkan tubuhnja kepada Tie Siang-eng. Kini tjara
membungkuk si-pelajan tua begitu sama dengan tjara
membungkuk diri Tji Kie. Tapi bedanja ialah kalau Tji Kie
seorang jang masih muda, sedang peiajan itu adalah
seorang jang telah berumur. Mendadak Tjoei In mendapat
suatu pikiran, ketiak orang tua itu sedang mengangkat
tangan kanannja, sengadja ia sentuhkan telapak tangannja
jang basah itu kekepala sipelajan tua, lalu telapak
tangannja itu didekatkan kclilin. Ternjata ditelapak
tangannja jang basah itu melekat sematjam bubuk jang
putih warnanja. Dalam pada itu, dikepala si-pelajan tuaPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
58
jang bekas disentuh oleh tangan Tjoei In tadi telah berubah
mendjadi hitam.
Waktu itu si-pelajan tua masih belum menginsjafi bahwa
rahasianja telah diketahui orang.
Dengan adanja kedjadian itu, hati Tjoei In djadi
tergerak, kemudian dengan ketjepatan luar biasa, ia
menarik djenggot orang, sebab ia hendak melihat, bahwa
apakah d jenggot orang tua itu djuga bisa luntur warnanja
seperti halnja rambutnja tadi.
Tapi se-kali2 Tjoei In tidak menjangka, begitu ditarik, d
jenggot orang tua itu djadi terlepas, ternjata itu adalah
djenggot palsu.
Dengan terlepasnja djenggot pelajan itu, Tjoei Tn sudah
segera dapat mengenali siapa sebenarnja pelajan tua, jang
membuat ia djadi sangat gusar. Berbareng dengan itu dia
sudah mengerahkan sisah tenaganja jang langsung
dihantamkan kebelakang orang itu.
Si-pelajan tua, ? jang tak lain tak bukan samaran dari
Teng Tji Kie ? karena tidak menjangka akan serangan jang
mendadak itu, tak ampun lagi bebokongnja djadi kena
dihadjar oleh telapak tangan Tjoei In.
Tji Kie begitu melihat penjamarannja telah diketahui
orang dan disamping itu kini bebokongnja telah kena
dihadjar dengan telak sekali oleh Tjoei In, jang membuat
ia djadi terluka didalam tubuhnja. Kedjadian itu
menjebabkan si-orang she Teng ini djadi sangat marah. Ia
segera mendorong diri Tjoei In dengan tangan kanannja,
berbareng dengan itu ia pukulkan telapak tangan kirinja
kebelakang tubuh Tjoei In, diurus ulu hatinja. JangPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
59
membuat djanda jang melang itu djadi pingsan seketika itu
djuga.
Dalam pada itu Kionglie-eng dan Tjiam Nio ketika
melihat tindakan kedjam dari Tji Kie, mereka djadi sangat
gusar dan segera menerdjang. Sedang Gouw Tjeng jang
tadinja berdiam diluar kamar, ketika mendengar didalam
kamar terdjadi keributan, ia segera masuk kedalam. Begitu
masuk, ia lantas melihat bahwa kala itu Tjiam Nio dan
Kionglie-eng sedang mengerubuti seseorang. Tapi
tampaknja didalam waktu singkat kedua orang itu takkan
dapat mendjatuhkan lawan mereka. Maka Gouw Tjeng
sudah segera menerdjunkan diri kedalam medan
pertempuran itu.
Dikerubuti oleh tiga orang jang masing2 berkepandaian
tinggi, Tji Kie djadi sangat kewalahan. Didalam keadaan
demikian, mendadak Tji Kie bersiul, begitu njaring serta
pandjang siulan itu, sehingga memekakkan telinga.
Hampir bersamaan dengan itu, mendadak diluar
terdengar derap kuda dan dilain saat tampak ada 2 orang
jang menerobos masuk. Kedua orang itu tak lain tak bukan
daripada Wie Tjoen Yong dan Tan Eng Sin. Mereka begitu
menerobos kedalam, terus menerdjunkan diri kedalam
medan pertempuran guna membantu Tjoekong (madjikan)
mereka.
Tji Kie djadi sangat girang ketika melihat kedatangan
kedua orang pembantunja, ia segera meneriaki diri Eng
Sin: "Lekas serahkan pedangku !"
Eng Sin sudah segera melemparkan pedang pusaka
milik Tji Kie seraja berseru : "Sambutlah tuan !"PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
60
Setelah Tji Kie menjambuti pedang pusakanja itu, ia
bagaikan matjam jang tumbuh sajap.
Dalam pada itu Tjiam Nio jang mengetahui kehebatan
pedang itu, jang dapat memotong besi seperti memotong
tanah liat sadja, ia segera berkata kepada kedua kawannja:
"Orang she Teng ini serahkan padaku. Baik kalian
menghadapi kedua bangsat lainnja."
Kala itu Teng Tji Kie sambil menggunakan Tjeng San
Pokiamnja, telah membentangkan Kie Boen Kiam Hoat-nja,
jaitu ilmu pedang gabungan dari partai2 Boetong dan
Siauw-lim. Sedang Tjiam Nio djuga tidak tinggal diam, ia
mainkan pedangnja demikian rupa, sehingga tubuhnja se
akan2 dilindungi oleh beribu-ribu pedang. Namun begitu,
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia tak leluasa menggunakan Bie Tjong Kiam Hoatnja, sebab
ia takut kalau2 pedangnja bentrok dengan pedang musuh.
Pada saat itu Souw Oen Na menghampiri diri Tjoei In
jang masih pingsan diatas pembaringan, ia chawatir kalau2
Tjoei In mati akibat pukulan Tji Kie tadi. Tapi untuk
keheranannja, begitu ia sampai kedepan pembaringan, ia
melihat bahwa wadjah Tjoei In telah bersemu merah. Ia
tahu bahwa gumpalan Goankong jang tadinja diderita oleh
Tjoei In, dengan tak usah bersusahpajah kini telah dapat
dibujarkan akibat pukulan Tji Kie tadi. Maka Oen Na tjepat2
mengeluarkan djarum emasnja dan ditusukkan kedua buah
djalan darah penting dari tubuh Tjoei In, jaitu masing2
kedjalan darah "Siauw Heng" dan djalan darah "Tiong
Heng".
Tak lama setelah itu, terlihat Tjoei In mulai membuka
kedua kelopak matanja. Ketika ia melihat keadaan kamar
itu, ia djadi sangat terperandjat. Sebab didalam kamarPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
61
sampai keluar kamar terdjadi suatu pertempuran jang
amat dahsjat.
Adapun pertempuran antara Tjiam Nio dan Tji Kie masih
berlangsung terus dengan hebatnja. Pada suatu ketika
mendadak terdengar bentrokan kedua sendjata, jang
disusul kemudian dengan putusnja pedang Tjiam Nio
mendjadi 2 potong.
Kedjadian itu membuat Tjiam Nio djadi sangat
terperandjat. Tji Kie tidak mau me-njia2kan kesempatan
itu, ia sudah segera menjerang kediri Tjiam Nio dengan
menggunakan gerakan "Tok Liong Yao Souw" atau "Ular
naga beratjun menggojangkan kepalanja". Hebat serangan
ini, sebab sebelum pedang Tji Kie sampai, anginnja telah
mendahului.
Tapi Tjiam Nio djuga bukannja seorang jang lemah,
siapa sudah tjepat2 membentangkan ginkangnja guna
melompat kesamping. Tapi sebelum dirinja dapat berdiri
tetap, se-konjong2 terasa ada angin jang menjamber,
begitu hebat datangnja samberan angin itu, sehingga tak
memungkinkan bagi Tjiam Nio untuk menjingkir atau
menangkis. Maka Tjiam Nio hanja memedjamkan matanja
untuk menerima kematian. Tapi mendadak terdengar
pedang Tji Kie djatuh kelantai, sedang Tji Kie
sendiri terdengar berteriak sambil memegangi dadanja,
menjusul mana tubuhnja sudah segera djatuh terguling.
Ketika Tjiam Nio memperhatikan orang jang menolong
dirinja serta jang menendang djatuh Tji Kie, tak lain tak
bukan adalah Yo Tjoei In. Ternjata tadi Tjoei In ketika
melihat diri Tjiam Nio terantjam bahaja dengan
memaksakan diri ia segera melompat bangun dan terusPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
62
membentangkan ilmu jang paling diandalkannja, jaitu ilmu
Tjap-djie Yen Yang Twie atau sepak berantai jang dapat
digunakan dengan beruntun sampai 12 kali, dan
tendangannja didjudjukan kebagian dada Tji Kie serta
tepat mengenai sasaran.
Tji Kie jang telah bertempur agak lama dan ditambah
pula dalam tubuhnja tengah menderita luka akibat
gempuran telapak tangan Tjoei In. Disamping itu
perhatiannja sepenuhnja ditudjukan untuk menghadapi diri
Tjiam Nio, sehingga tendangan Tjoei In mengenai tepat
pada dadanja.
Tjiam Nio ketika melihat Tji Kie djatuh, ia tidak mau me
njia2kan kesempatan jang baik itu, siapa sudah segera
madjukan diri dan menotok kedjalan darah Tji Kie, jang
membuat orang she Teng ini djadi tidak dapat bergerak
lagi. Sehabis berbuat demikian, Tjiam Nio segera
membantu diri Gouw Tjeng guna sama2 menggempur
kediri Eng Sin.
Sebagaimana diketahui bahwa Eng Sin adalah bekas
petjundang nona Hoa. Maka kini begitu melihat
kedatangan Tjiam Nio, si-orang she Tan djadi sangat
gugup dan putus harapan, maka achirnja ia djadi ambil
putusan nekat, jaitu menerdjangkan dirinja kepedang
Gouw Tjeng, sehingga tak ampun dirinja djadi ditembusi
oleii pedang si-orang she Gouw dan mati seketika itu djuga.
Dalam pada itu Wi Tjoen Yong jang melawan diri
Kionglie-eng, ia ketika melihat niadjikan serta kawannja
telah tewas, ia djadi tak bersemangat untuk bertempur
terlebih lama. Otaknja dikasi kerdja keras, dengan
demikian gerakannja djadi agak ajal. Kionglie-eng tidakPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
63
mau membuang kesempatan jang baik itu, maka kemudian
dengan ketjepatan luar biasa ia mentjengkeram Iawannja
dan tepat mengenai sasaran. Tak ampun lagi tulang bahu
Wie Tjoen Yong djadi patah dan Kongpiannja segera djatuh
dilantai. Dengan menahan rasa sakit Tjoen Yong segera
melarikan diri. Sedang Kionglie-eng tidak mengedjarnja, ia
segera membalikkan tubuhnja masuk kedaiam kamar,
maksudnja untuk menolong kawan2nja, tapi siapa sangka,
disitupun pertempuran telah selesai. Terlihat olehnja
bahwa Tjiam Nio tengah memajang diri Tjoei In, sedang
Gouw Tieng dan Oen Na telah mengikat diri Tji Kie.
Napas Tjoei In djadi memburu setelah menggunakan
Tjap-djie Yen Yang Twie, sedang Tjiam Nio sudah segera
membaringkannja keatas pembaringan.
Sedang Souw Oen Na setelah selesai mengikat diri Tji
Kie segera berdiri dan menghampiri pembaringan serta
terus memeriksa nadi Tjoei In. "Penjakitnja kini telah
sembuh sama sekali !" Kata Oen Na kemudian dengan
girangnja.
Mendengar perkataan itu, semua orang jang berada
disitu djadi agak tertjengang berbareng gembira.
Dalam pada itu Tjiam Nio sudah segera bertanja:
"Apakah bebokongnja jang kena dihadjar tadi tidak apa2
?"
"Bukan sadja tidak, tapi malah sebaliknja menolongi
dirinja membujarkan " Goangkong jang berkumpul di
bagian dadanja. Ditambah pula tadi ia telah menggeraki
sepasang kakinja, dengan begitu kisah Goankong jang
masih menggumpal djadi pada bujar seluruhnja.PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
64
"Tapi sekarang ia masih harus mengasoh untuk
beberapa hari lamanja. Dengan begitu penjakit akan
mendjadi sembuh betul." Oen Na menerangkan.
Semua orang jang ada disitu mendjadi sangat gembira.
Tapi kemudian perasaan itu djadi berubah mendjadi
perasaan marah dan sedih, kapan mereka teringat akan
nasib malang dari Tie Siang-eng, keponakan perempuan
Gouw T jeng jang kesemuanja mati ditangan djahat Tji Kie.
Achirnja mereka mengambil keputusan untuk membawa
Tji Kie ke Po Tong-san.
"Pantas segala rentjanaku selalu diketahui terlebih
dahulu oleh bangsat she Teng ini, rupanja ia jang
menjamar sebagai budjang tuaku." Kata batin Oen Na.
Dua bulan kemudian di Po Tong-San diadakan suatu
upatjara sembahjang didepan kuburan Tie Siang-eng.
Adapun barang sadjian untuk sembahjang (Samsheng) kali
ini sangat istimewa, jaitu kepala orang, kepala Teng Tji Kie.
Untuk beberapa hari lamanja Oen Na, Gouw Tjeng,
Tjiam Nio dan Tjoei In pada berdiam di Po Tong-san.
Setelah tinggal beberapa hari, Oen Na beserta Gouw
Tjeng mengatakan bahwa mereka hendak pulang kekota
radja Birma guna melaporkan hasil kerdja mereka kepada
Sri Baginda. Walau Kionglie-eng telah berusaha keras
untuk menahan mereka, tapi mereka tetap pada pendiri
mereka. Jang membuat Kionglie-eng djadi tak dapat
memaksa terlebih djauh.
Sewaktu mereka memberesi bekal, mendadak datang
seorang pelajan wanita dari keluarga Kwie. "Lekas tuan2PEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
65
datang ketaman, entah mengapa, tuan muda kami djadi
bertempur dengan nona Hoa !" Kata pelajan itu kemudian.
Mendengar laporan ini, kedua orang jang sudah hendak
berangkat itu djadi sangat terperandjat. Mereka segera
mengikuti pelajan wanita itu pergi ketaman. Benar sadja,
didalam taman itu tengah berlangsung suatu pertempuran
seruh antara Kionglie-eng dengan Hoa Tjiam Nio. Mereka
bertempur dengan menggunakan pedang.
Disitu djuga tampak berdiri Tjoei In jang kini berpakaian
seperti wanita biasa lagi. Ia begitu melihat Souw Oen Na,
Gouw Tjeng mendatangi, segera menghampiri mereka.
Sedang Gouw Tjeng selelah dekat dengan gelanggang
pertempuran, sudah segera membentak: "Lekas berhenti
!" Sehabis berteriak begitu, Gouw Tjeng sudah hendak
madjukan diri guna djadi d juru pemisah, tapi telah keburu
ditarik oleh Tjoei In. "Biarkan mereka, sebentar lagi kita
akan minum arak kegirangan !" Kata Tjoei In kemudian.
Walau Souw dan Gouw tidak tahu akan maksud
perkataan itu, tapi mereka tidak menanjakannja, hanja
turut menjaksikan pertempuran itu dari sebelah samping.
Permainan pedang antara Kionglie-eng dengan Tjiam
Nio djadi bertambah hebat, pertempuran djadi semakin
seruh dan menarik. Sampai pada suatu ketika, mendadak
terdengar "Trraannnggg", jang dibarengi dengan putusnja
pedang Tjiam Nio mendjadi 2 potong. Ternjata Kionglie
eng bertempur dengan menggunakan Tjeng San Pokiam
milik Tji Kie dulu.
Terlihat sekarang bahwa wadjah Tjiam Nio bersemu
merah, kemudian sambil melemparkan potongan pedang
nja nona itu berkata: "Aku menjerah kalah !" SehabisPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
66
berkata demikian, sambil menundukkan kepala ia tjepat
berlalu dari taman itu.
Melihat ini Kionglie-eng hanja tersenjum, kemudian
menghampiri diri Tjoei In dan berkata: "Terima kasih atas
bantuan jang sangat berharga ini, enso !"
"Bagus, aku doakan supaja nanti kalian dapat hidup
rukun dan damai sampai dihari tua !" Kata Tjoei In dengan
wadjah ber-seri2.
Baharu sekarang Oen Na dan Gouw Tjeng insjaf akan
maksud pertempuran itu, mereka djadi turut merasa
gembira dan ikut memberi selamat.
Pedang Maut Karya Kiam Ong Indradjaja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ternjata sedjak pertemuan pertama dengan Tjiam Nio,
Kionglie-eng telah djatuh hati kepada si-nona dan ketika
mereka beramai tinggal di Po Tong-san, Kionglieeng segera
minta bantuan Tjoei In untuk melamar diri nona Hoa. Tapi
karena sebelumnja Tjiam Nio pernah berkata atau tepatnja
bersumpah, bahwa ia baharu akan menikah dengan
seorang laki2, bila laki2 itu dapat mengalahkan dirinja.
Tjoei In kemudian memberi petundjuk kepada Kionglie
eng, menjuruh pemuda she Kwie itu menggunakan Tjeng
San Pokiam dan menantang kepada si-nona dan njata
bahwa Tjiam Nio achirnja terpaksa, atau memang
disengadja, menjerah kalah. Dengan begitu pula Kionglie
eng dapat menikah dengan nona Hoa.
Tak lama kemudian di Po Tong-san diadakan perajaan
jang meriah sekali, jaitu perajaan pernikahan antara
Kionglie-eng dengan Hoa Tjiam Nio.
Sedang dikemudian hari dengan membekal Tjeng San
Pokiam, Kionglie-eng terus mendjalankanPEDANG MAUT 02 - KOLEKTOR E-BOOK
67
kependekarannja, banjak sudah kaum pendjahat jang
djatuh dibawah tangannja dan pedang si-pemuda itu,
sehingga pedang itu merupakan pedang maut bagi para
pendjahat.
KiongLie-eng dan Hoa Tjiam Nio terus hidup rukun,
damai serta bahagia sampai diachir hajat mereka.
Yo Tjoei In ?..Ia pergi mengasingkan diri lagi di Tji In
Ani, hanja se-kali2 suka berkundjung ke Po Tong-san.
TAMAT
Sepasang Remaja Karya V Lestari Putri Bong Mini 08 Runtuhnya Kerajaan Pendekar Pulau Neraka Perisai Kulit Naga
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama