Ceritasilat Novel Online

Pukulan Geledek 1

Pukulan Geledek Karya L T B Bagian 1

Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

1

Pukulan geledek 01

Di tjeritakan oleh:

L.T.B

Penerbit : Dasa Warga Djakarta

Sumber Pustaka : Gunawan AJ

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? convert pdf Text : Tan WillyPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

2

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba

bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi,

berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit

didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara

mengalih mediakan dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih

media diklasifikasikan berdasarkan kriteria

kelangkaan, usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku

diperoleh dari kontribusi para donatur dalam

bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan,

yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk

teks dan dikompilasi dalam format digital sesua?

kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan

finansial dari buku-buku yang dialih mediakan

dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

3

PUKULAN GELEDEK (LUI KONG SIN PIAN)

Nun djauh disana, di sebuah daerah pegunungan

jang luas, gunung2 jang sarnbung menjambung,

saking tingginja gunung2 itu, hampir disetiap

puntjaknja diselubungi oleh awan putih. Itulah

daerah pegunungan Siauw Sit-san, dengan

puntjaknja jang terkenal seperti Siauw In Hong, Pit

Siauw Hong, Tang In Hong, Wan Kioe Hong dan

sebagainja. Konon menurut kabar dipuntjak Pit

Siauw Hong terdapat machluk halus dan binatang

gaib. Sebab hampir disetiap malam terang bulan,

terlebih lagi pada hudjan jang diselingi guntur,

penduduk desa In Hon Tjun, jaitu sebuah desa jang

terletak dikaki gunung Pit Siauw Hong itu, melihat

dan mendengar teriakan jang menusuk

pendengaran, dengan disertai bergeraknja

bajangan putih kian kemari.

Begitu tjepat bajangan putih itu bergerak dan

melajang-lajang di tjakrawala. Pada mulanja

penduduk desa itu tidak tahu akan hal diatas. Tapi

pada suatu malam, tanpa disengadja, salahPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

4

seorang penduduk jang telah berusia agak landjut

melihat kedjadian ter-sebut. Segera d'tjeritakannja

kepada kawan2 sekampungnja, sudah tentu

dengan ditambah bumbu untuk lebih menjeram
kan dan menarik perhatian setiap orang jang

mendengarkan-nja. Sehingga didalam waktu

singkat penauduk desa telah mengetahui hal itu.

Maka setiap malam terang bulan atau pada

hudjan jang diselingi guntur, banjak orang jang

berkum-pul di sebuah tempat guna menjaksikan

kejadian tersebut. Peristiwa itu lalu dihubung
hubungi dengan tachajul, ada jang mengatakan

diatas puntjak itu berdiarn seorang dewa, tapi ada

pula jang mengatakan bahwa ada djedjadian atau

orang halus jang menetap disana. Pendek kata ada

ber-matjam2 pendapat tentang benda putih jang

bergerak kian kemari dengan tjepatnja diatas

puntjak Pit Siauw Hong.

Ada beberapa orang diantara penduduk desa

jang bernjali besar, mendaki puntjak gunung itu,

akan tetapi tiada seorang diantara mereka jang

kembali. "Sehingga kemudian para penduduk desa

djadi menduga keras bahwa diatas puntjak itu

didiami oleh machluk halus jang djahat. Malah

kemudian ada beberapa orang penebang kaju

dibawah Pit Siauw Hong tiada kembali kerumahnja.

Mulai dari saat itu, tiada seorang penduduk In Hoo

Tjun jang berani lagi pergi ke Siauw Hong, baik

untuk inenjelidiki keadaan, maupun untuk

menebang kaju. Mereka lebih suka menebang kajuPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

5

digunung lainnja, wa-laupun letaknja agak djauh

dari tempat kediaman mereka. Bajangan putih

tetap muntjul diatas puntjak Pit Siauw Hong di

malam terang bulan ataupun dikaIa turun hudjan

jang diselingi oleh geledek !

Disebelah selatan desa In Hoo Tjun terdapat

sebuah djalan, jang dapat dikatakan tjukup lebar.

Djalan inilah jang menghubungi desa itu dengan

kota Shiang Sin-shia, sebuah kota ketjil jang tjukup

ramai. Pada suatu Mari, terlihat seorang pemuda

jang berdjubah biru, dengan menunggang seekor

kuda jang dilarikan dengan tjepatnja, sebentar
sebentar berpaling kebelakang, seperti orang jang

takut diikuti atau dikedjar oleh musuh. Sehingga

panorama indah jang terdapat disepandjang djalan

dilewatinja tak sempat diperhatikan. Umur pemuda

itu kira2 20 tahun, dipinggangnja tergantung

sebilah pedang jang berwarna putih berkilauan.

Masih sadja pemuda itu melarikan kudanja dengan

kentjangnja. Pada suatu ketika ia bertemu dengan

seorang Penduduk In Moo Tjun jang berusia agak

landjut. Sambil mena-han kudanja si-pemuda

bertanja : "Kalau boleh saja bertanja Loopek,

dimanakah letak puntjak Pit Siauw Hong. Masih

djauhkah dari sini ?" Orang tua jang ditanja tidak

segera mendjawab.

Diperhatikan wadjah si penanja beberapa saat

larnarija. "Siangkong hendak mentjari siapakah

dipuntjak its ?" Balik tanja si-orang tua, tiada

seorangpun jang berani menetap disana, karenaPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

6

angkernja!" "Maaf, aku tak dapat mernberitahukan

maksudku kepada Loopek. Sekarang jang hendak

aku tanjakan ialah, puntjak Pit Siauw Hong masih

djauhkah dari sini ?" pemuda itu meng-ulangi lagi

pertanjaannja sambil bersodja. "Lebih balk

Siangkong batalkan maksudmu " Kata em-pe itu,

jang mentjoba mentjegah si-pemuda untuk tidak

meneruskan maksudnja.

"Bila Loopek tak dapat memberi keterangan, tak

apa2 biar nanti aku tanjakan kepada orang lain."

kata pemuda itu dengan tak sabar, kemudian ia

hendak berlalu. "Tunggu dulu Siangkong !" teriak

si-kakek. "Ada apa Loopek?" "Bila itu djuga jang

mendjadi kehendakmu, baiklah. Akan

kutundjukkan kau djalan jang agak dekat untuk

pergi kesana. Semoga kau sampai di tempat jang

ditudju dengan selamat. Dari sini kau boleh djalan

terus, nanti, setelah djalan lebih kurang 1 lie, kau

akan sampai di sebuah persimpangan. Kau harus

membelok kekiri, lalu djalan terus kemuka dan

setelan djalan kira2 seperempat djam, kau akan

sampai di kaki puntjak jang kau maksudkan."

Sehabis mengutjapkan terima kasih, tanpa

menghiraukan si-kakek lagi, pemuda itu melarikan

kudanja dengan menurut petundjuk orang tua tadi.

Dikala sendja, ia telah sampai dibawah bukit jang

ditudju. Keadaan bukit ini agak beda dengan bukit2

lainnja. Dan bawah sampai kepuntjaknja ditumbuhi

oleh pohon2 besar jang rimbun daunnja. Tak aneh,Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

7

bila sendja tiba, keadaan disitu telah mendjadi

gelap betul.

Disana-sini mulai terdengar suara binatang

malam. Tertegun juga si-pemuda ketika melihat

keadaan itu untuk beberapa saat lamanja ia

bimbang. Akan madju teruskah dia atau kembali

dulu ke desa In Hoo Tjun. Tapi kebimbangannja

segera lenjap manakala ia ingat bahwa diri-nja kini

telah mendjadi sebatang-kara. Kembali ia

bersemangat, dengan menuntun kudanja, pemuda

mulai mendaki gunung.

Djalan untuk mentjapai puntjak Pit Siauw Hong

makin lama makin sukar ditempuh. Tjuatjapun kian

lama kian meng-gelap. Saking lelahnja, ia duduk

mengasoh dibawah pohon dan melibatkan pelana

kudanja disebuah dahan. Sekonjong-konjong

berkelebat sebuah bajangan hitam sambil.

memperdengarkan suara "Gok, gok, kok, kok, gok",

jang terus menjamber kudanja. Kuda itu karena

dalam keadaan terikat, tak dapat mengelakan

serangan tersebut tak ampun lagi binatang

tunggangannja djatuh tersungkur dan tak bangun

lagi. Si pemuda djadi amat gusar ketika melihat

kedjadian itu, ia segera mentjabut pedangnja.

Didalam keadaan gelap, pedang tersebut, jang

rupanja sebilah pedang pusaka, mengeluarkan

tjahaja terang, sehingga ia dapat melihat tegas

binatang apa jang berada dihadapannja.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

8

Berbareng dengan itu djantungnja djadi

memukul keras serta pedangnja hampir terlepas

dari genggamannja. Sebab, seumur hidupnja baru

kali ini ia melihat binatang jang begitu gandjil dan

menakutkan. Bentuk badan binatang itu

menjerupai burung hantu, tapi keadaan-nja
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa kali lebih besar dari burung hantu biasa.

Sama dengan binatang lainnja, binatang itupun

mempunjai sepasang mata, tapi letaknja tidak dikiri

dan kanan, namun jang satu disebelah atas dan

lainnia berada dibawahnja. Bulu sajapnja pendek2.

Jang paling aneh adalah sepasang kakinja, jaitu

jang kiri lebih pandjang dari pada jang kanan.

Ditelapak kakinja jang berbentuk segi tiga, terdapat

kuku jang amat pandjang lagi runtjing.

Hidung binatang itu walaupun seperti bentuk

hidung burung hantu, tapi nampaknja 5 kali lebih

pandjang dari hidung burung hantu biasa. Sama

halnja dengan kukunja hidung binatang itupun

sangat runtjing. Sambil mengibaskan pedangnja,

si-pemuda menerdjang binatang aneh itu dengan

hebatnja. Akan tetapi setiap serangan pemuda itu

dapat dielakkan dengan mudahnja. Dan jang

mengherankan ialah, tjara mengegosnja binatang

itu bagaikan menggunakan gaja dari suatu tipu silat.

Sehingga walaupun pemuda jang menjerangnja

telah mandi keringat ,ia tetap tak dapat

mendjatuhkan binatang itu.

Pada suatu ketika pedang si pemuda tepat

mengenai tubuh binatang aneh tersebut, berbarengPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

9

dengan itu, si-pemuda djadi sangat terperandjat

dan heran, karena pedangnja bagaikan tertumbuk

badja, menerbitkan suara jang amat njaring. Dilain

pihak binatang aneh itupun rnulai melantjarkan

serangan, jang semakin lama djadi semakin dahsjat.

Setiap serangannja kelihatannja dilakukan dengan

teratur, bagaikan seseorang jang tengah

menggunakan tipu2 silat. Sebentar-sebentar

sajapnja ditamparkan, dan dilain saat dibentangkan

kukunja jang tadjam mentjengkera.m tubuh si
pemuda, sehingga makin lama makin hilang

keseimbangan permainan pedang serta

ketenangan dirinja, achirnja ia terdesak sampai

ketepi djurang dan apa mau, kakinja mengindjak

sebuah batu berlumut, jang membuatnja djatuh

terlentang di tepi djurang. Kesempatan sebaik ini

rupanja tidak mau disia-siakan oleh burung aneh

itu. Dengan sekali melompat, burung itu telah

berada diatas tubuh si-pemuda.

Sebelum tubuhnja turun, dipentangkan patuknja.

Si-pemuda sudah tidak keburu menjingkir, tapi

iapun tidak mau mati setjara pertjuma tanpa dapat

membalasnja. Maka, ia tidak menunggu sampai

patuk burung aneh itu mengenai dirinja, tjepat2 ia

menusukkan pedangnja kedalam mulut binatang

aneh itu dengan sekuat tenaga. Ka-rena tidak

menjangka kepada serangan jang begitu mendadak,

tak ampun lagi pedang si-pemuda menembusi

langit2 mulut burung aneh itu. Sambil

mengeluarkan teriakan jang mengerikan, binatang

itu terpental sampai beberapa langkah-djauhnjaPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

10

dan tak berkutik lagi. Sebelum menghembuskan

napasnja jang terachir, nampak burung itu

mengibas-ngibaskan sajapnja ke-arah matanja

jang sebelah atas.

Kam Siauw Tjeng, demikian nama pemuda jang

berdjubah biru, tak begitu memperhatikan gerakan

terachir dari burung aneh itu. Siauw Tjeng

menjenderkan tubuhnja kesebuah dahan pohon

jang agak besar. Saking lelahnja ia tertidur. Entah

telah lewat berapa lama, ketika ia bangun, fadjar

sudah mulai menjingsing dan hidungnja mentjium

sematjam bau jang amat harum. Pemuda she Kern

berpaling kekanan-kiri, tapi ia tidak melihat ada

pohon bunga jang tumbuh disitu.

Terdorong oleh rasa aneh dan ingin tahu, la pergi

kesekitar tempat itu untuk mentjari dari mana asal

bau harum itu. Tapi meski ia telah mengelilingi

tempat itu sampai beberapa kali, Siauw Tjeng tetap

tidak melihat apa2 Jang aneh, bau harum itu

semakin lama djadi semakin menusuk hidung.

Tiba2 ia ingat sesuatu, diperhatikannja arah angin

untuk mengetahui dari mana bau harum itu berasal.

Kiranja bau harum itu keluar dari sekitar tubuh

binatang aneh. Lagi suatu keanehan nampak oleh

Siauw Tjeng, bahwa setelah mati, hanja sebelah

matanja sadja jang terkatub, jaitu jang sebelah

bawah. Sedangkan ,mata jang sebelah atas, bukan

sadja tidak tertutup, tapi kini warnanja telah

berubah, dari putih kekuning-kuningan mendjadi

merah djambu, semakin dipandang semakinPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

11

menarik. Tanpa terasa Siauw Tjeng

menghampirinja dan berdjongkok didekatnja, bau

harumnja semakin santer masuk kedalam hidung

Siauw Tjeng, jang membuat-nja djadi ingin

mengambilnja. Tapi walaupun ia telah meng

gunakan banjak tjara, namun tetap meta binatang

jang sebelah atas itu tak dapat dikorek keluar.

Sebetulnja bila Siauw Tjeng hendak

mengeluarkan dengan paksa, bisa djuga ia

mendapatkan benda itu, tapi ia takut dengan

berbuat demikian, akan merusak keutuhan mata

jang aneh itu. Didalam keadaan demikian, si
pemuda djadi serba salah. Sampai pada suatu

ketika, tanpa disengadja pedangnja terlepas dari

tangannja dan menimpa kepala burung itu,

berbareng dengan itu, bola mata sebelah atas dari

burung aneh itu melompat keluar dari rongganja.

Dengan kesebatan luar biasa, Siauw Tjeng

menanggapinja.

Begitu benda tersebut berada ditangannja,

terasa oleh-nja ada hawa jang amat sedjuk

mengalir keseluruh tubuhnja. Hampir bersamaan

dengan itu, perutnja dirasakan amat lapar Tapi apa

mau, ketika ia memeriksa bekalnja, ransom kering

nja telah habis sama sekali. Keadaan ini membuat

Siauw Tjeng mendjadi masjgul. Disenderkan

tubuhnja di sebatang pohon jang agak besar.

Perutnja terasa semakin lapar, kepalanja mulai

terasa pusing dan berat, mungkin ini disebabkan

karena laparnja jang sangat. Tapi semua ituPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

12

ditahannja dengan kekerasan hati, dikeningnja

mulai nampak keluar keringat. "Mungkinkah aku

ditakdirkan harus mati setjara begini ?" kata Siauw

Tjeng dalam hati, sambil menjeka keringatnja jang

mulai deras mengalir dengan menggunakan telapak

tangannja.

Tiba2 ada bau harum jang meresap masuk

kedalam hidungnia, hampir bersamaan dengan itu

semangatnja djadi agak pulih darahnja dirasakan

mengalir kembali dengan de-rasnja keseluruh

tubuhnja dan rasa kaku pada tubuhnjapun hilang

seketka. Keadaan ini membuat Siauw Tjeng djadi

sa-ngat girang, ditjiumnja benda harum itu ber
ulang2. Semakin ditjiumnja, ia djadi lebih

bersemangat. Sampai pada suatu ke-tika, tanpa

disadari, ia mengitjipi benda itu. Segera terasa

olehnja manis bertjampur sedikit rasa asam.

Semakin ditjitjipi, Siauw Tjeng djadi semakin

ketagihan, sehingga berkali2 ia mengulanginja.

Sampai achirnja, dikulum-kulumnja benda itu

kedalam mulutnja. Hingga dilain saat, seluruh

benda itu telah berada didalam perutnja. Berbareng

dengan itu hilang pula rasa laparnja.

Kedjadian ini diluar dugaannja, jang membuatnja

djadi sangat gembira. Tapi keadaan itu tak

berdjalan lama, karena sesaat kemudian ia merasa

kepalanja pening dan berat, tak dapat ia

mempertahankan dirinja lagi dan pingsan!Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

13

Setelah lewat beberapa saat lamanja, barulah

pemuda she Kam ini siuman dari pingsannja dan

bersamaan dengan itu, perutnja terasa amat sakit,

tjepat2 la pergi kesebuah kali jang mengalir

digunung itu untuk membuang hadjat Setelah itu,

tubuhnja djadi terasa amat ringan dan gerakan2nja

mendjadi gesit. Siauw Tjeng djadi sangat girang.

Namun sekonjong-ko-njong terdengar orang

membentak: "Siauwtju, kiranja kau berada lisini.

Sekarang djangan harap kau bisa lolos lagi dari

tangan kami !" Lalu muntjul seorang laki2 besar,

mukanja hitam dan lebat alisnja, berbibir tebal dan

berewokan, amat seram nampaknja. Menjusul

kemudian beberapa orang lagi jang rata bertubuh

tinggi besar meiompat dari arah jang sama.

Roman mereka semua sangat menakutkan.

Pemuda she Kam ini djadi terperandjat ketka

melihat kedatangan mereka. Tapi keadaannja itu

hanja berdjalan sedjenak, karena di lain saat,

ketenangannja telah pulih pula sebagai semula.

"Apa maksud kalian datang kemari?" tanja Siauw

Tjeng. "Mentjari kau" djawab si-berewok. "Untuk

apa ?" "Untuk mengambil kembali barang kami jang

kau tjuri " Oh hanja itu? Harus kau ketahui, bahwa

aku djuga tidak mengetahui dimana benda itu."

kata Siauw Tjeng dengan sikap jang tenang. "Dusta!

Kau masih hendak mentjoha mengelabui kami,

Djangan mimpi kawan." kata si-berewok lagi,

dengan senjum mengedjek.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

14

"Siapa jang mendustaimu. Bukankah kitab

pusaka berada ditangan ketuamu, si-orang she

Loa ?" kata Siauw Tjeng. "Hmmm, kau masih mau
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkir?!" "Kau terlalu mendesak orang. Baik,

kalau kalian tidak mau pertjaja keteranganku, aku

djuga tidak takut kalian." bentak Siauw Tjeng jang

segera mentjabut pedangnja dan tanpa

mengutjapkan sepatah katapun, ditusukkannja

pedang tersebut keulu-hati si-muka hitam, hebat

dan tjepat serangan itu. Si-muka hitam tetap

berdiri ditempatnja jang semula, sikapnja sangat

tenang, seperti djuga tak pandang mata pada

tusukan itu. Sampaipun ketika pedang lawannja

hampir mengenai dirinja, ia masih tetap tidak

bergerak. Adalah Siauw Tjeng jang ketika

pedangnja hampir mengenainja, ia merasa

bagaikan ada suatu tenaga gaib jang menarik

pedangnja, menjebabkan pedangnja terlepas dari

genggamannja dan melekat ditubuh si-muka hitam.

Wadjah Siauw Tjeng djadi berubah mendjadi

putjat-pasi ketka mengalami kedjadian itu.

"Mungkinkah dia paham djuga iimu jang dipunjai

oleh ketuanja ?" kata si-pemuda didaiam hati.

Teringat olehnja pada beberapa saat jang lalu,

ketika ia hendak membalas dendam terhadap ketua

si-hitam, didalam sedjurus pedangnja telah kena

disedot oleh tubuh lawannja, untung kemudian ia

ditolong oleh seorang pendekar. Ingat akan hal itu,

hilanglah rasa ragu2 atau takutnja, ia bertekad

untuk mengadu djiwa ditanan mereka.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

15

Tanpa mengutjapkan kata kata digerakkan kaki

dan tangannja dengan sambil menggunakan

gerakan In Hong piauw Boo" atau "Burung Hong

menari". Si-muka hitam kini tidak mau tinggal diam,

setelah mengegos dari serangan dengan melompat

kesamping, ia balas me-njerang dengan

menggunakan gerak-pukul. "Yap Tee Touw Toh"

atau "Memetik buah Toh dibawah daun". Mendapat

serangan, si-pemuda tjapit, melompat kesamping

untuk segera balas menjerang, digunakannja Lian

Hoan Tui atau tendangan berantai. Tapi tendangan

berantai itu dapat dielaki oleh si-berewok dan dia

djuga tidak mau tinggal diam, segera balas

menjerang lagi.

Maka diantara kedua orang itu terdjadilah suatu

pertempuran dahsjat, jang dalam waktu singkat tak

dapat diketahui siapa jang bakal kalah dan siapa

jang lebih unggul. Melihat ini si-muka hitam djadi

habis sabar, ia lantas bersiul dan berbareng dengan

itu kawan2nja lantas terdjun kedalam gelanggang

pertempuran mengerubuti Siauw Tjeng.

Dikerubuti oleh banjak musuh jang

berkepandaian tinggi, perlahan-lahan Siauw Tjeng

berada dibawah angin. Pertempuran tak seimbang

dengan tangan kosong masih terus berlangsung

sampai heberapa saat lamanja, sampai pada suatu

ketika kaki Siauw Tjeng kena dikait oleh salah

seorang lawannja, tak ampun lagi tubuhnja djatuh

terguling. Dalam pada itu si-muka hitam telah

mentjabut pedang jang melekat didadanja, laluPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

16

ditusukkan keulu-hati si-pernuda she Kam. Namun

sebelum udjung pedang mentjapai sasaran,

mendadak si-berewok menarik kembali

serangannja, rupanja ia mendapat suatu pikiran

lain.

"Lao-djie, lekas kau totok djalan darah Djoan
hiat Siauw-tju ini !" Perintahnja kepada salah

seorang kawannja. Orang jang dipanggil Lao-djie,

seorang jang berhidung pesek, bermata sipit,

segera mendjalankan apa jang dikehendaki oleh

saudara tuanja. "Siauwtju, lebih baik kau mengaku

terus terang, dimana kau sembunjikan kitab pusaka?

Lekas katakan ! Kalau tidak, hmrnm, kau dapat

bajangkan sendiri tindakan apa jang akan kami

ambil " kata si-berewok sambil tertawa mengedjek.

"Bangsat, tulikah kalian ? Bukankah tadi telah

kukatakan bahwa aku sama sekali tidak tahu
menahu perihal kitab pu-saka jang, kalian tjari ?

Tak guna kalian memaksakul" bentak Siauw Tjeng

dengan berani. Muka si-hitam berubah djadi

terlebih hitam lagi ketika mendengar kata2 Siauw

Tjeng, sedang berewoknja bagaikan berdiri bahna

gusarnja. "Baik budak, djangan salahkan aku

berlaku keterlaluan, kau sendiri jang mentjari

penjakit I" bentaknja kemudian, lalu ia berpaling

kepada kawan2nja dan berkata : "Saudara2ku,

mari kita hadjar Siauwtju ini." "Baik, mari !" sahut

saudara2nja. Si-hitam lalu menendang dekat ulu
hati Siauw Tjeng, jang membuat tubuh si-pemuda

djadi melajang keudara, sedang dari mulutnjaPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

17

segera menjemburkan darah segar. Karena takut

ketjipratan darah, tanpa berdjandji terlebli dahulu,

mereka melompat kepinggir. Hampir bersamaan itu

terlihat sebuah bajangan hitam berkelebat dengan

tjepatnja bagaikan kilat menjamber tubuh Siauw

Tjeng. Dengan ringannja bajangan itu turun

ketanah.

Kedjadian tersebut membuat kakak-beradik

angkat ini djadi amat terkedjut. Tapi sesaat

kemudian mereka djadi amat gusar, mereka

menganggapnja bahwa orang jang baru datang itu

sengadja hendak meng-halang2i mereka. Orang

jang menolong Siauw T'jeng tadi adalah seorang

tua jang bertubuh kurus-tinggi. Dilihat sepintas

sadja, dengan se-kali pukul, tubuh orang tua itu

pasti akan djatuh terpelanting dan mungkin ia akan

tak bangun lagi untuk se-Iama2nja.

Kakek itu, setelah meletakkan tubuh Siauw Tjeng

dia.tas tanah, segera mengeluarkan sebutir pil

merah dan dimasuk-kannja kedalam mulut si
pemuda. Setelah itu, ia memandang kearah

rombongan si-muka hitam. Dipandang setjara

demikian, si-berewok dan kawan2nja djadi tergetar

hati mereka. "Apa salahnja sehingga kalian berlaku

begitu kedjam terhadapnja ?" tanja kakek itu

kemudian. "la mentjuri kitab kami. Pada mulanja

kemi minta dengan sabar, tapi dia berkeras kepala,

sampai achirnja kami terpaksa mengambil djalan

tadi."Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

18

"Dusta, kapan aku mentjari kitab Italian ? Mana

buktinja ?" bentak Siauw Tjeng, jang kala itu telah

siurnan dari pingsan-nja. "Hmmm, kau tetap tidak

mau mengaku. Apa maksudmu datang ke rumah

ketua kami pada beberapa hari jang lalu, kalau

bukannja untuk mentjuri kitab tersebut ?" balas

tanja si-hitam sambil bersenjum mengedjek.

"Untuk membalas dendam !" "Balas dendam

katamu? Sungguh lutju. Seorang jang hendak

membalas dendam bukannja langsung mentjari

musuh, tapi menggeledah rumah orang dulu.

Itukah jang kau nama-kan hendak membalas

dendam ?" si-hitam mengedjek lagi. "Pada waktu

itu maksud kedatanganku kesitu pertama ialah

hendak membalas dendam dan kedua untuk

mengambil kembali kitab pusaka jang diarnbil oleh

orang she Loa dari tangan ajahku dulu."

"Baru sekarang kau mengaku. Mana kitab jang

kau ambil itu?" tanja si-muka hitam. "Hei bangsat

busuk, bukankah kau telah mengetahuinja bahwa

sebelum aku berhasil mendapatkannja, aku telah

kena dipergoki oleh ketuamu ?" Siauw Tjeng balas

membentak. Setelah berdiam sekian lama, orang

tua jang sedjak tadi berdiam diri sadja, lantas

berkata : "Sudahlah, urusan itu baik kita selesaikan

sampai disini sadja.

"Tidak bisa. Sebelum Siauwtju ini menjerahkan

kitab pusaka itu kepada kami, kami belum mau

sudah." bentak si-hidung pesek. "Bukankah anakPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

19

muda ini telah menerangkan bahwa dia tidak

mengambil kitab itu ?" kata si-kakek. "Kami tak

pertjaja. Kau tak mentjampuri urusan kami !"

bentak si-hitam, "ini bukan urusanmu!" "Memang,

menurut aturan aku tak berhak mentjampuri

arusan kalian dan sebetulnja aku djuga tidak ingin

mentjampurinja. Tapi kini, entah mengapa, hatiku

tiba2 ingin mengetahui kelandjutan dari kedjadian

ini." "Hei kakek kurus, lebih baik kau djangan ikut

tjampur urusan kami. Kalau tidak, hmmm " si-muka

hitam mengantjam.

"Sungguh sombong kau. Begini sadja, kalian

boleh madju serentak mengerubuti aku, bila kalian

dapat menjentuh badju-ku sekali sadja, aku akan

berpeluk tangan, takkan mentjam-puri lagi urusan

kalian, bagaimana tuan pantat kuali ?" Si-muka

hitam jang dikatakan sebagai pantat kuali,

mendjadi sangat gusar dan tanpa berpikir lagi

lantas mendjawab "Baik, kuterima usulmu itu,

empe kurus. Tapi dapat diper-tjajakah kata2mu

itu ?"

,,Sebagai seorang laki2 sedjati, takkan kutarik

lagi kata2 jang telah kuutjnpkan." kata kakek itu

dengan menundjukkan roman mendongkol.

"Bagus," kata si-muka hitaps, jang kemudian

berpaling kepada saudara2nja danberkata : ..Mari

adik2, kita tangkap kakek kurus ini!" "Baik, mari,

kita ringkus dia !" adik2 angkatnja menjambut-nja

dengan serentak. Lalu mereka menerdjang si
kakek. Jung aneh, walaupun nampaknja kakek ituPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

20
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak bergerak dari tempatnja, tapi begitu diserang

lawan, tubuhnja segera lenjap dari hadapan

lawan2nja. Keadaan itu berlangsung te-rus sampai

beberapa saat lamanja, sehingga membuat

lawan2-nja djadi ber-teriak2 bahna mendongkolnja.

Sampai pada suatu ketika si-muka hitam djadi

seperti orang kalap, menjerang dengan tjepat dan

hebat, tapi tak teratur! "Sabar hitam, tak sajangkah

bila berewokmu hilang ?" Olok si-kakek. "Djangan

banjak omong, hati2 kau, bila sekali kena ku-hadjar,

tulang igamu pasti akari rontok semua."

"Tjoba kalau kau bisa," edjek kakek itu, "hati2

berewokmu!" baru sadja habis suara itu, lantas

terasa oleh si-muka hitam bahwa berewoknja telah

kena ditarik orang sehingga tjopot sebagian. Saking

sakit dan mendongkolnja, ie djadi ber-djingkrak2

dan ber-teriak2. Dalam pada itu telah menjusul

pula sebuah tamparan jang tepat mengenai

mukanja dan gi-ginja tjopot 2 buah. Keadaan

kawan2nja sama seperti jang dialami oleh si muka

hitam, dipermainkan oleh si-kakek. Ada jang

hidungnja keluar "ketjap", ada jang kupingnja

ditampar, ada jang rambutnja ditarik sampai tjopot

sebagian, sehingga keadaan mereka djadi amat

lutju.

Sebegitu lama mereka tetap tidak berhasil me
njentuh tubuh si-kakek kurus, walau hanja sekali.

"Apa kataku, kalian takkan berhasil menjentuhku.

Kalian memang seperti ubi, gentong nasi,Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

21

ornongmu sadja jang besar, tapi tak berguna

sedikitpun." edjek si-kakek sambil menampar pipi

si-muka hitam. Si-berewok jang kembali kena

digaplok, kepalanja djadi tudjuh keliling dan segera

berteriak : "Angin kentjang, djalan selatan !"

Sehabis berteriak demikian, ia segera melompat

ke-luar dari kalangan pertempuran dan mengambil

langkah seribu. Saudara2nja menelad perbuatan

Toako mereka. Kakek kurus itu tidak mengedjarnja,

hanja berdiri meng-awasi mereka sambil tertawa

besar.

Sesaat kemudian ia mem-balikkan tubuh dan

menghampiri Siauw Tjeng, jang kala itu telah

duduk menjender di batang pohon. Wadjahnja

telah ber-semu merah kembali, hanja tenaganja

jang belum pulih. , Kamu harus beristirahat

beberapa saat Iagi. Malam ini baik kau menginap

dirumahku." kata si-kakek. Terima kasih

Lootjianpwee, dengan apa harus kubalas budi

Loodjinkee ?" kata Siauw Tjeng dengan perasaan

sjukur. ..Tak usah kau mengatakan demikian,

menolong orang jang berada didalam kesukaran

adalah keharusan bagi setiap manusia."

"Tapi tak semua orang jang berpendapat seperti

Lootjianpwee, misalnja sadja si-berewok tadi Awas

Lootjittn-pwee, sendjata rahasia!" teriak Siauw

Tjeng. Tanpa berkata, sambil menarik pemuda she

Kam, kakek itu melompat kesamping. Lalu, entah

ia menggunakan ilmu apa, tahu2 tubuhnja telah

lenjap dari hadapan Siauw Tjeng dan berdiriPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

22

didepan si-penjerang, jang tak lain dari pada si
muka hitam beserta si-hidung pesek. "Hmmrn,

dasar manusia jang berhati binatang, manusia kedji,

rendah! Tadi sengadja aku memberi ampun kepada

kalian, karena aku menganggap dengan mengalami

kedjadian tadi, kalian akan insjaf dan memperbaiki

kelakuan kalian jang dulu2. Tapi dasar orang jang

berperangai rendah, setelah diberi ampun masih

hendak mentjelakai orang setjara pengetjut. Kini

takkan kuberi ampun lagi " kata si-kakek.

"Siapa jang meminta ampun padamu ?" Kata si
muka hitam, mengedjek. "Houw-tee, mari kita

mampuskan kakek kurus ini !" "Bagus. Memang

tanganku sudah mulai gatal," djawab orang jang

dipanggil Houw-tee, atau adik Houw. Lalu iapun

segera menerdjang si-kakek dibantu oleh saudara

tuanja. Tapi sebagaimana djuga tadi, pukulan

kedua saudara ini bukan sadja tidak bisa mengenai

sasaran, menjentuh tubuh si-kakekpun tidak. "Aku

beri peringatan terachir, lekas kutungkan kelima

djari tangan kanan kalian. Setelah itu lekas berlalu

dari sini." Demikian kata si-kakek dari belakang

mereka. Dengan serentak kedua kakak beradik itu

berpaling, be-berapa depa dari tempat mereka

diam, berdirilah si-kakek de-ngan roman tetap ber
seri2. Untuk sedjenak kedua saudara itu saling

pandang. "Bagaimana ? Lekas djawab !" kata si
kakek pula. "Hmmm, kau keliwat menghina kami,

kau kira kami seperti binatang jang akan menuruti

segala petundjuk tuannja. Lebih balk kami mati

dari pada mendapat hinaan." djawab si-muka hitam.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

23

"Rupanja hari ini aku terpaksa harus membuka

pantangan-ku untuk membunuh orang lagi." kata

kakek itu perlahan.. "Tjobalah kalau dapat !" kata

si-berewok bersama adiknja dengan suara hampir

berbareng. "Djagalah seranganku !" Sehabis

membentak begitu, dengan serentak mereka

menerdjang si-kakek. Kakek kurus itu tetap

berdiam ditempatnja menanti kedua serangan

tersebut hampir mengenai tubuhnja, barulah ia me
ngibaskan tangannja dan entah ia menggunakan

gerakan apa, tahu2 kedua orang kakak-beradik itu

telah terpental keangkasa. Hebat tenaga kakek

kurus itu, jang membuatnja kedua tubuh itu terus

melajang sampai melewati putjuk pohon tje-mara

jang tumbuh disitu. Sebelum kedua tubuh kakak
ber-adik itu djatuh, sambil mengeluarkan bentakan

jang njaring, kakek itu menghantamkan kedua

tangannja dan berbareng terdengarlah teriakan

jang mengerikan. Disusul dengan djatuhnja kedua

tubuh manusia kedji itu jang ternjata sudah tidak

bernapas lagi

"Rupanja takdir telah menentukan bahwa kalian

harus mati ditanganku !" kata si-kakek sambil

menghela napas. Se-konjong2 terlihat beberapa

bajangan hitam jang menerdjang si-kakek, salah

seorang dari bajangan itu membentak ..Sungguh

kedjarn kau kakek kurus, apa saiah kedua kakak

kami sehingga kau menurunkan tangan kedji

terhadap mereka ?" "Sudah tahu masih bertanja

lagi, aku kira tak perlu didjelaskan lagi apa jang

telah dilakukan oleh kedua saudara-mu terhadapPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

24

diriku. Hanja aku minta kenangkanlah kelakuan

kalian se-hari2, nah itulah djawabanku !" kata si
kakek meng-edjek.

Mendapat edjekan demikian. dari malu mereka

berubah mendjadi gusar. Dengan serentak mereka

menjerang si-kakek.

Si-kakek kini rupanja tidak mau berlaku murah

hati lagi, dengan gerak jang tjepat dan hebat, satu

persatu dari mereka ditangkap dan dilemparkan

keatas. Ketika djatuh, tubuh mereka disambut

dengan angin pukulan si-empe. Mereka segera

berteriak dengan suara jang amat memilukan. Tiga

diantara ke-4 orang djahat itu sesampainja ditanah

telah tidak bernapas lagi. hanja tertinggal seorang,

jang walaupun terluka parah, tapi tidak

membahajakan djiwanja.

Kakek itu sudah lantas menghampirinja dan

berkata : "Se-betulnja aku tidak mau membunuh

orang, tapi karena sudah lama aku mendengar

akan perbuatan kalian jang kedji dan rendah

melebihi perbuatan binatang, maka terpaksa aku

ber-buat demikian. Tapi kalau aku bunuh kalian

semuanja, orang pasti akan mengatakan bahwa

aku berbuat keterlaluan. Maka sengadja kubiarkan

kau seorang jang hidup dan aku harap kau insjaf

dan djangan mengulangi lagi perbuatanmu jang

dulu2. Disini aku ada tiga butir pil dan sekarang kau

boleh telan sebutir. Selang dua hari kau telan

sebutir lagi dan terachir harus kau telan pada

empat hari kemudian. Djangan salah, karena bilaPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

25

kau tidak menuruti petundjukku ini, pil ini takkan

ada gunanja. Mengenai majat saudara2mu ini, se
rahkan sadja padaku. Nah kini kau boleh pergi dari

sini !"

Tanpa mengutjapkan sepatah kata, orang itu

menjodorkan tangannja menjambuti pemberian

obat itu. Dengan ter-pin-tjang2 dia berlalu dari situ.

"Siauwtju, lekas kau bantu aku !" kakek itu

memanggil Siauw Tjeng. Si-pemuda lantas

menghampirinja dengan melewati ma-jat2 jang

terkena angin pukulan kakek tadi. Ia djadi sangat

terkedjut karena didapatkan pada tubuh majat2 to

telah berubah mendjadi hitam-pekat bagaikan

pohon jang habis disam-ber geledek. Tak

disangkanja seorang kakek jang bertubuh kurus
kering mempunjai kepandaian jang demikian tinggi.

Dan bersamaan dengan itu, ia djadi ingat sesuatu

dan segera. berlutut dihadapan sikakek seraja

berkata : "Lootjianpwee, terimalah homatku." ,,Hei

Untuk apa kau berlutut dihadapanku ?" "Bukankah

Lootjiapwee Lui Kong Taysu Tong It Sam ?"

"Betul, aku bernama Tong It Sam dan orang

menggelarkan aku sebagai Lui Kong Taysu. Dan

siapa kau tahu nama ku ?" "Dari seorang Insu."

"Siapa nama Insumu ?" "Aku tak tahu, karena
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedjak ditolong olehnja sampai beliau

mengadjarkan aku beberapa djurus ilmu silat dari

tjabangnja, beliau tidak mau menjebutkan namanja.

Hanja pada achirnja beliau mengatakan bila akuPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

26

hendak beladjar silat, hendaknja datang kemari

untuk menemui Taysu."

"Bagus Siauwtju, kau hendak mendustai aku !"

bentak si-kakek jang gusar mendadak dan terus

menjerang pada djalan darah Yao-hu-hiat dibagian

pinggang Siauw Tjeng. Serangan jang mendadak

itu membuat si-pemuda she Kam djadi sangat

terkedjut. Tapi ia tjepat2 memindahkan kaki kirinja

kebelakang, tangan kanannja menjampok tangan

si-ka-kek, sehingga kedua tangan itu djadi bentrok

satu sama lain. Bentrokan itu membuat Siauw

Tjeng tak dapat mempertahankan diri lagi, ia

terpental sampai beberapa depa. Tapi karena ia

mempunjai dasar latihan jang baik, selagi tubuhnja

masih belum mengenai tanah, is lantas

berdjumpalitan dan dengan demikian tubuhnja

telah terhindar dari djatuh terbanting, tubuhnja

turun dengan kaki terlebih dahulu.

Agak kagum djuga si-kakek melihat kesigapan

pemuda ini, tapi ia rupanja tidak mau memberi

kesempatan. Baru sadja si-pemuda mendjedjakkan

kakinja, kakek itu sudah lantas menerkam lagi.

Hebat terkamannja, sambil menerkam ia men
tjengkeram. Sebelum serangannja sampai,

anginnja telah mendahului. Tak berani Siauw Tjeng

menjambuti serangan si-kakek, tjepat2 .

Bersambung ke bagian 2Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

27

Pukulan Geledek bagian 2

ia bergulingan ditanah. Tapi karena kurang hati2,

kepalanja terbentur batu gunung jang menondjol

keluar, keras benturan itu sehingga matanja

berkunang2 dan pusing kepalanja! "Ha, ha, ha,

sekarang aku baru pertjaja bahwa kau adalah

suruhan Insumu, si tua bangka jang awet muda.

Mengapa tidak sedjak tadi kau memberikan surat

ini kepadaku ?" tanja si-kakek sambil mengibas
ngibaskan seputjuk surat. "Tadi aku lupa !" djawab

Siauw Tjeng, jang semakin heran dan kagum akan

ketjepatan tangan kakek kurus itu.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

28

Baru ini ia insjaf bahwa tadi ia rupanja sedang

didjadjal. "Kau kemarilah, anak muda. Tahukah

sebabnja mengapa tadi ketika kau menjerang si
muka hitam, pedangmu mendadak kena disedot

oleh dadanja ?" Siauw Tjeng menggelengkan

kepalanja. ..Kedjadian itu se-kali2 bukanlah

d!sebabkan dia telah mempunjai Lweekang jang

tinggi dan sernpuma, tapi dibagian dadanja dilapisi

oleh besi berani. Besi berani itu dibuat demikian

tipisnja, sehingga tidak mengganggu pergerakan

tubuh Setiap sendjata penjerang jang ditudjukan

kedadanja, pasti akan tersedot dan tak terketjuali

dengan sendjatamu tadi." Setelah mendjelaskan

demikian, si-kakek membuka badju si-Hitam. jang

ternjata memang benar terdapat selapis besi berani

jang tipis.

Siauw Tjeng menge!uarkan seruan tertahan.

Ternjata besi berani jang dipakai oleh si-berewok

kini telah me-lesak kedalam tubuhnja. Akibatnja,

sebagian besar tulang2 jang terdapat disekitarnja

hantjur-luluh. Maka tak heran, begitu djatuh ia tak

dapat bangun lagi, mati ! Maka dapat di-bajangkan

betapa hebatnja angin pukulan kakek itu. ..Baru

sekarang aku mengerti ketika dulu aku menjerang

dada pemimpinnja, dia hanja ketawa dan

sendjataku kena disedotnja. Lootjianpwee, kalauPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

29

baleh aku bertanja, blla bertemu dengan orang

matiam begini. kita harus mengguna-kan tjara apa

untuk menghadapinja ?" "Dengan tangan geledek

seperti apa jang kulakukan tadi, tapi orang jang

hendak mejakini ilmu ini, bukan sadja harus

mempunjai dasar jang kuat, tapi djuga harus

mempunjai ketekunan, ketabahan dan radjin

melatih diri. Dengan adanja unsur Itu, dia baru bisa

mempeladjari ilmu ini dengan sempurna."

menerangkan si-kakek.

"Aku ingin sekali mempeladjarinja guna

membalaskan den- dam ajahku. maukah

Lootjianpwee menerima aku sebagai muridmu ?"

tanja Siauw Tjeng sambil berlutut dihadapan si
kakek. "Soal itu balk nanti sadja kita bitjarakan.

Tjoba sekarang tuturkan riwajat hidupmu sampai

kau bisa bertemu dengan si-tua bangka jang awet

muda, Insumu itu." Dengan roman sedih Siauw

Tjeng mulai menuturkan: "Sebagai seerang bekas

keturunan menteri pensiunan keluargaku dapat

hidup dalam serba ketjukupan. Sedjak ketjil ajahku

gemar akan ilmu slat, sehingga ketika dewasa,

beliau telah mempunjai kepandaian lumajan.

Ajahku seorang jang suka bergaul, sehingga

mempunjai banjak kenalan. Salah se-orang

kena]annja adalah si-orang she Loa, jang tinggalPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

30

sekota dengan kami, jaitu di kota Hang Tjiu djuga.

Demikian akrab-nja hubungan mereka, sehingga

mereka sering pergi berdua sadja, untuk berburu

atau untuk bertamasja. Diwaktu seng.-gang, aiah

selalu mengadjarkan aku ilmu silat. Sedang iimu

surat, aku mempeladjarinja dari seorang guru jang

sengadja diundang oleh ajah. Pada suatu hari, kala

itu umurku telah 19 tahun, teman ajah jang paling

akrab, Loa Sam Ie, datang membawa kabar buruk

bagiku. Dia mengatakan bahwa ajah telah

mendapat ketjelakaan, jaitu kena diterkam matjan

sam-pai tewas. Alangkah sedihnja hatiku

kehilangan seorang ajah jang paling kukasihi.

Sedjak ketjil aku sudah ditinggal mati oleh ibu, jang

dapat kulakukan pada saat itu hanjalah meng-urus

pemakamannja. Memang kenjataannja, ditubuh

Ajah memang terdapat bekas2 luka akibat

terkaman matjan. Be-beberapa hari kemudian aku

mendapat kabar jang sangat mengedjutkan dan

menggemaskan, bahwa kematian ajah bukan

disebabkan oleh harimau, tapi dianiaja oleh Sam Ie

dan kawan2nja dengan menggunakan tjakar

harimau jang dibuat daripada badja. Semula aku

masih ragu2, namun setelah aku menjelidiki

dengan teliti dengan tjermat, kabar itu ternjata

benar. Adapun sebab utama dari pada

penganiajaan kedji ter-sebut ialah Sam Ie

bermaksud hendak memiliki kitab pusaka kepunjanPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

31

ajah. "Ajah memperoleh kitab pusaka itu dari

seorang paderi jang pernah ditolohg olehnja ketika

sedang sakit pajah karena keratjunan. Atas

bantuan serta rawatan ajah, sakit paderi itu djadi

sembuh. Untuk membalas budi, Hweeshio tersebut

menjerahkan kitab pusaka itu pada ajah. Akan

tetapi karena huruf2 jang terdapat didalam kitab

tersebut tak dapat dibatja, dipahami oleh ajah,

maka achirnja buku itu hanja disinapan sadja di

almari buku sebagai benda kenang2an. "Sam le

jang rupanja seorang jang tamak, setelah

mengetahui ajah mempunjai sebuah kitab pusaka

dia djadi ingin memilikinja. Untuk rnengambil

setjara terang2an ia tak berani, maka dia minta

kepada teman2nja untuk menganiaja ajah ketika

mereka sedang bersama2 berburu kehutan. Tak

lama berselang, setelah ajah terbunuh, buku

tersebut ikut lenjap dari tempatnja." "Dengan

adanja bukti2 ini, tak sangsi lagi aku berpendapat

bahwa Sam Ie-lah. jang bertanggung djawab atas

kematian ajah.

Pada malam harinja aku pergi kerumah si-orang

she Loa. Keadaan dirumahnja telah sunji-senjap.

Aku masuk ke-kamar perpustakaannja guna

mengambil kembali kitab pusaka jang telah

direbutnja. Tanpa susah pajah, karena sebelumnjaPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

32

aku telah sering datang kesitu, aku berhasil berada

diruang tersebut. Buku2 didalam kamar itu diatur

sangat rapi. Aku terus menggeratak untuk

mentjarinja, arhirnja buku ter-sebut aku

ketemukan disudut rak buku. Tjepat2 kumasukkan

kedalam djubah. Hampir bersamaan, ada jang

menjapa kepada-ku 'Hiantit, sedang berbuat apa

kau?'

Agak terkedjut djuga, tapi begitu aku mengenali

suaranja, timbullah amarahku. Aku segera

mentjabut pedang jang me-mang sengadja kubekal

dan lalu menabaskannja seraja mem-bentak

'Hendak mengambil djiwa andjingmu, bangsat !'

'Tahan dulu Hiantit, apa salahku?' kata orang itu.

'Djangan banjak bitjara, kau harus membajar

hutang djiwa ajahku, djagalah pedangku!' Sambil

membentak aku menjerang lagi. Sam Ie hanja main

kelit, sampai pada suatu waktu ia berhasil

melompat keluar kamar dan lari keruang lain,

sambil lari ia berteriak : 'Lao-toa, Lao-djie, Iekas

datang kemari, tolong lajani dulu anak ini. Segera

djuga melompat masuk dua orang, jang Iantas

menghadang aku, malah kemudian menjerang.

Pada waktu itu keadaanku seperti orang jang

kemasukan setan, sedikit-pun aku tak gentar
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapi kedua orang ini. Disamping itu akuPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

33

merasa agak ketjewa karena dengan datangnja

kedua orang ini, maksudku untuk membalaskan

sakit hati ajah terhalang. Kepandaian mereka

sangat hebat clan serangan2nja selalu teratur.

Kalau jang seorang menguntji sendjataku, jang

lain-nja segera membarengi menusuk dengan

pedangnja. Maka lama kelamaan aku djadi berada

dibawah angin, napasku sudah mulai memburu.

Meski demikian, mengingat sakit hati ajah, aku

melawan terus dengan sekuat tenaga, tak mau aku

menjerah dengan begitu sadja. 'Lao-toa, Lao-djie,

berhenti !' Sam le meneriaki kawan2nja. Kala itu ia

telah menukar pakaian, kalau tadi memakai djuba,

kini ia mengenakan pakaian ringkas dengan

tangannja menggenggam sepasang sendjata

bertjagak atau Tjhee. 'Hiantit, apa salahku

sehingga knu hendak membunuh aku ?' Tanjanja

kemudian kepadaku. 'Sungguh litjin kau. Siapa

jang menganiaia ajahku sampai mati kalau bukan

kau dan komplotanmu ? Kau tak usah me
ngungkirinja. Djaga!' Sehabis membentak, aku

lantas menusukkan pedangku kedadanja dengan

menggunakan gaja Tok Tjoa Sin Keng atau Ular

berbisa mengulurkan leher. "Walau dirinja telah

aku serang, namun dia tetap diam sadja. Jang aneh

lalah ketika pedangku telah dekat dengan dadanja.

tiba2 bagaikan ada sematjam daja-penarik jang

menje-dot pedangku, sehingga lepas dariPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

34

genggamanku dan melekat didadanja. ,,Kedjadian

itu membuat aku djadi sangat terperandjat, namun

perasaan itu hanja berdjalan sekedjap, karena

terdorong oleh rasa ingin membalas dendam, aku

segera menjerangnja lagi, dengan tangan kosong.

Sambil mengegos ke-samping, Sam Ie melepaskan

pedangku jang melekat didada-nja, lalu

dilemparnja kesamping bersama sendjata Tjhee
nja. Dia tahu, bahwa rahasia kediahatannja telah

ciiketahui olehku. Untuk menutupi kedjahatannja

hanja ada satu djalan, jaitu membunuh aku guna

menutup mulutku untuk se-lama2nja. Maka dia

lantas melantjarkan ilmu pukulan Wie Tjong Tjiang.

Baik didalam kepandaian maupun pengalaman, aku

kalah djauh dari padanja. Maka didalam beberapa

gebrakan sadja aku telah berada didalam keadaan

jang tidak me-nguntungkan. Keringatku telah

mengutjur dengan derasnia, napaskupun telah

memburu. Sampai pada suatu saat, bahuku telah

kena hantam, hebat pukulannja itu, sehingga aku

tak dapat memper-tahankan diri lagi, aku djatuh

terpelanting. Sam Ie tidak mau men-sia2ka.n

kesempatan itu, disusulkannja serangan berikut
Serangan itu lebih tjepat dan lebih hebat dari pada

serangan jang pertama. Karena aku mengetahui

takkan dapat mengelakkan atau menangkis

pukulan itu. maka aku segera memediamkanjmata

menunggu kematian. Tapi benar djuga kata orang,Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

35

manusia punja bisa tapi Tuhan jang berkuasa.

Rupanja Tuhan belum mau mengambil djiwaku,

karena ketika serangan itu akan mengenai aku,

tiba2 aku rasakan hembusan angina jang

ditudjukan ke dirinja Sam le. Andai kata Sam Ie

meneruskan djuga serangannja, walaupun benar

dia berhasil melukai atau membunuh aku, tapi dia

takkan luput dari angin pukulan jang datang

menjerang itu.

Sam Ie tak mau mengambil risiko jang

merugikan dirinja. Maka tjepat2 dia melompat

kesamping. Hampir berbareng, terlihat dari

wuwungan berkelebat sebuah bajangan orang dan

menjamber aku jang sudah tidak berdaja serta

menerdjang tembok kamar sampai tembus.

Peristiwa ini terdjadi dalam waktu singkat,

membuat orang jang berada didalam kamar

tersebut djadi terbengong2 bahna heran dan

kagum. Aku djatuh pingsan didalam pelukan orang

itu.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

36

"Ketika aku siuman, terasa olehku bahwa

badanku sedang diurut orang. "Kau tak boleh

banjak bergerak, lukamu sangat parah, kau harus

mendapat pengobatan dan perawatan jang agak

lama dan teliti'. "Saja hanja menganggukkan

kepala. Selama lebih kurang sebulan aku dirawat

oleh Insu (tuan penolong) tersebut. Setelah

sembuh, aku segera mengutjapkan terima kasih

serta rasa sjukurku jang tak terhirigga pada beliau,

seraja menanjakan nama serta gelarannja. Tapi

beliau tak mau memberitahukannja. Setelah lewat

pula beberapa hari, Insu itu mengatakan hendak

berlalu dan rnenjuruhku pergi kemari untuk

menjampaikan suratnja kepada Loodjinkee.

Sebelum berangkat, beliau mengadjarkan

beberapa jurus ilmu silat dari tjabangnja kepadaku,

katanja supaja aku bisa mendjaga diri bila didjalan

terdjadi sesuatu jang tak kuingini. Dan betul sadja,

ketika sampai ditempat ini, aku telah ditjegat oleh

kawan2 Loa Sam Ie, jang rupanja bertekad hendak

merebut kembali kitab pusaka ajah. Baiknja aku

ditolong oleh Loo-tiianpwee."

Demikianlah Siauw Tjeng mengachiri tjeriteranja.

Tapi kemudian ia menambahkan, bahwa tadi ia

pernah memakan mata burung aneh di tengah

gunung itu. Achirnja, sekali lagi ia minta supaja LuiPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

37

Kong Taysu sudi menerimanja sebagai muridnja.

Dalam pada itu Tong It Sam, si-pendeta pukulan

geledek, lantas membuka surat itu dan

membatjanja. Setelah selesai, It Sam berdiam diri

seketika lamanja sambil memandangi Siauw Tjeng.

"Benarkah kau telah makan saiah sebuah mata dari

binatang aneh jang kau bunuh?" tanja-nja

kemudian. ,,Betul." "jang sebelah mana jang telah

kau telan." "Sebelah atas." "Ah sungguh beruntung

kan anak muda. Engkau telah dikaruniai hadiah

jang maha berharga bagi kemadjuan mu dalam

melatih ilmu, terutama didalam hal Lweekang. Bila

orang lain harus mempeladjari Lweekang didalam

tempo lima tahun, kau tjukup hanja setahun sadja.

Tapi dengan adanja hal itu, kau sekali2 tidak boleh

sombong atau malas, karena rasa sombong atau

malas adalah pangkal keruntuhan. Binatang jang

matanja kau makan adalah sedjenis burung kakak
tua, jaitu hasil tjampuran antara burung kakak-tua

dengan burung bangau. Menurut tjeritera, binatang

itu tadinja dipelihara oleh seorang gaib.

Orang gaib itu, entah siapa namanja dengan

tjermat mengadjarkan pelbagai ilmu silat kepada

sang binatang. Setiap harinja binatang tersebut

diberi makan buah serta kikisan badja dan

kuningan, sehingga achirnja tubuh binatang itu

mendjadi kebal terhadap sendjata tadjam. TapiPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

38

pada hari2 belakangan ini, entah bagaimana,

binatang tersebut itu berada dIsekitar tempat ini,

sedangkan orang gaib itu sudah tak terdengar lagi

kabar-beritanja.

Binatang tersebut pernah beberapa kali

mentjelakai beberapa orang penduduk In Hoo Tjun

jang sedang mentjari kaju, sehingga achirnia

penduduk desa itu tak ada jang berani mengambil

kaju disekitar tempat ini.

"Sudah berapa kali aku bermaksud

membunuhnja, tapi usahaku selalu gagal, karena

aku tidak tahu bagian jang le-mah dari tubuhnja.

Disamping keburukan ada pula kebaikan serta

faedahnja, jaitu matanja jang sebelah atas bisa

mem-bantu memperlantjar bagi seseorang jang

mernpeladjari Lwee-kang. Tak kusangka bahwa

kau bisa membunuhnja, rupanja mata binatang

aneh sudah mendjadi djodohmu. Aku karena

melihat kebaktianmu terhadap orang tua,

disamping itu aku djuga telah membatja surat

Insumu, aku akan menerimamu sebagai muridku,

tapi dengan sjarat, bahwa disamping tidak boleh

membanggakan ilmumu, pula harus tekun danPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

39

radjn beladjar, sanggupkah kau ?" "Sanggup suhu."

kata Siauw Tjeng jang sudah lantas memanggil

suhu, guru, kepada Lui Kong Taysu.

Mulai dari saat itu Siauw Tjeng beladjar Gwakang

(ilmu djasmaniah) dan Lweekang (ilmu bathin)

dibawah penilikan Lui Kong Taysu. Ia memang

seorang jang radjin lagi tjerdik, sehingga tak heran,

didalam waktu singkat ia telah memper-oleh

kemadjuan jang amat pesat. Pada suatu malam,

setelah setahun sesudah Siauw Tjeng dididik oleh

Tong It Sam, turun hudjan lebat jang diselingi oleh

suara halilintar jang memekakkan telinga. Kala itu

wadjah Lui Kong Taysu djadi lebih bersemangat

dari pada hari biasa. "Tjeng-djie, mari kita berlatih

diluar!" "Dihudjan lebat begini ?" tanja Siauw Tjeng

heran, "Ja, memang kesempatan ini jang sedang

kutunggu-tunggu guna menurunkan ilmu Lui Kong

Tjiang kepadamu. Menurut kebiasaan dari partai

kita, bila seorang anggota dari In Tjeng Pay hendak

mengadjarkan ilmu ini kepada muridnja, harus

dilakukan didalam tjuatja jang demikian.
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Disamping itu, seseorang jang telah berhasil

mempeladjari ilmu Lui Kong Tjiang, takkan

melewati kesempatan seperti saat ini untuk melatih

diri guna memperdalam peladjarannja. Mari kau

ikut aku keluar, aku akan menurunkan ilmu iniPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

40

kepadamu. Tapi kau harus tahu, aku mewariskan

ilmu ini kepadamu bukan untuk melakukan

perbuatan djahat atau se-wenang2, tapi hendaknja

kau menggunakannja demi kebaikan umat manusia

dan demi keadilan." "Ja, aku mengerti." "Mari ikut

aku!" mengadjak It Sam sambil menarik tangan

muridnja.

Diluar hudjan makin deras turunja, kilat dan

guruh saling bersaing. Maka tak heran, belum lama

mereka berada diluar rumab, pakaian mereka telah

mendjadi basah-kujup. Siauw Tjeng jang tidak

biasa dengan keadaan itu djadi menggigil saking

dinginnja. "Dingin?" tanja It Sam. Siauw Tjeng

mengangguk tanda mengiakan. "Kuatkan hatimu,

nanti djuga kau akan mendjadi biasa dengan

keadaan ini." kata gurunja, "mari kita mulai

berlatih !" Sehabis berkata demikian, It Sam duduk

dan bersemadhi diatas batu jang datar. Siauw

Tjeng terpaksa mengikuti perbuatan gurunja,

bersemadhi dihadapannja. Mereka berbuat

demikian sampai kira2 setengah djam lebih, waktu

itu hudjan masih turun terus dengan lebatnja. Ke
tika geledek menjamber, Lui Kong Taysu segera

membarengi membentak seraja memukulkan

tangan-nja keatas. Walau pada mulanja Siauw

Tjeng agak terperandjat, tapi kemudian di-Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

41

tjontohnja perbuatan gurunja. Tapi baru sadja dia

berbuat begitu, tiba2 kepalanja terasa berat dan

matanja gelap, dilain saat tubuhnja djatuh

terguling dan pingsan. It Sam ketika melihat

muridnja djatuh pingsan, tjepat2 memajangnja

masuk dan dibaringkan diatas tempat tidur batu

dan memasukkan 2 butir pil kemulut muridnja.

Seperempat djam kemudian, Siauw Tjeng baru

siuman dari pingsannja. Ketika ia hendak bangun,

kepalanja masih terash sangat berat. It Sam pun

rnentjegahnja: "Djangan banjak ber-gerak. Kau

harus beristirahat selama seminggu, barulah pe
njakitmu ini akan sembuh. Dasar seorang anak

hartawan, air hudjan sebegitu sadja kau tak tahan.

Nanti setelah sembuh, kau harus berlatih lebih giat

lagi, apapula kalau diwaktu hu-djan jang diiringi

oleh halilintar." Siauw Tjeng mengiakan dengan

suara perlahan

Perkataan Lui Kong Taysu ternjata sangat tepat,

karena seminggu kemudian kesehatan Siauw Tjeng

telah pulih seperti biasa. Pemuda she Kam ini

menginsjafi bahwa dirinja masih terdapat banjak

kekurangan, maka ia beladjar lebih giat dan tekunPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

42

dari pada sebelumnja. Terlebih lagi dikala hudjan

jang diselingi geledek, tak mau ia lewati dengan

be-gitu sadja. Disamping itu It Sam pun tak

bosan2nja memberi petundjuk2 kepadanja. Maka

tak heran, didalam beberapa tahun sadja

kepandaian Siauw Tjeng telah madju djauh dan

dapat dikata sebagian besar dari kepandaian

gurunja telah berhasil dipeladjarinja.

Pada suatu hari sang guru memangilnja "Tjeng
djie, kini tibalah waktunja untuk kau meninggalkan

tempat ini. Dengan kepandaian jang kau miliki

sekarang, djarang ada orang jang dapat

menandingimu. Tapi walaupun demikian, aku harap

dan minta dengan sangat supaja kau tidak

mendjadi sombong, karena orang jang suka

membanggakan kepandai-annja, nanti djatuhnja

akan terlebih sakit." Menasehati sam-pai disitu, It

Sam mendjemput sebilah pedang dan ketika

Pokiam dikeluarkan dari serangkanja, mata Siauw

Tjeng djadi slau terkena tjahaja pedang pusaka

Tubuhnja djadi meng-gigil akibat hawa dingin jang

keluar dari pedang tersebut.

"Tjeng-djie, pedang ini adalah pedang pusaka

turunan dari pintu perguruan kita, siapa jang

memiliki pedang ini, dialah jang mendjadi ahli-Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

43

waris. Kini akan kuserahkan pedang ini kepadamu,

harap kau djaga dan memeliharanja baik2. Harus

kau ketahui, bahwa kau mash mempunjai seorang

Susiok (paman guru). Susiokmu itu bernama Keng

Thian Lam, ber-gelar si-tjambuk sakti. Perangainja

sangat aneh dan kepan-daiannja jang chusus ialah

menggunakan tjambuk, itu pula-lah mengapa ia

digelari sebagai si-tjambuk sakti. Tapi dia dja-rang

menggunakan sendjata tjambuknja kalau bukan

dalam keadaan terdesak, tjiri jang chas pada dirinja

ialah pada ta-ngankanannja memakai gelang

kabarnja kini dia telah mempunjai seorang murid,

tapi karena kami djarang berhubungan, aku tak

ketahui siapa nama muridnja. Kini aku hendak

minta supaja kau menjampaikan seputjuk surat

pada-nja. Kau boleh berangkat besok. Eh ja,

hampir aku lupa, Susiokmu itu sering berkeliaran

disekitar Tibet dan Tjeng Hal (Koko Nor)."

"Suhu " kata Siauw Tjeng dengan roman susah.

"Sudah djangan membantah, tak ada perdjamuan

jang tak bubar, lama atau tjepat, kita harus

berpisah. Kepergianmu kali ini sebetulnja bukan

untuk mengantar surat se-mata2, tapi djuga untuk

mentjari pengalam.. Karena pengalaman akan lebih

berharga dari pada ilmu2 jang kau dapat dariku

sekarang. Nah inilah suratnja untuk Susiokmu."Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

44

Setelah menjambuti surat tersebut, Siauw Tjeng

mengundurkan diri.

Malam harinja Siauw Tjeng tak dapat tidur. Baru

setelah hampir subuh ia tertidur. Tapi begitu fadjar

menjingsing, ia telah bangun lagi. Tjepat2 ia pergi

kekamar gurunja dan me-ngetuk pintu kamarnja

per-lahan2. Namun, walaupun ia telah

mengetuknja sampai beberapa kali, tak terdengar

suara dari dalazn Dari mengetuk per-lahan2 sampai

dia mengetuknja sambil me-manggi12, tapi tidak

djuga ada djawaban dari da-lam. Sampai achirnja

Siauw Tjeng mendobrak pintu. Terlihat olehnja

bahwa gurunja tengah bersemadhi diatas

pembaring-annja. Melihat keadaan itu, Siauw Tjeng

agak menjesal, karena menganggap dirinja telah

mengganggu semadhi gurunja. Dengan tindakan

per-lahan2, ia kembali lagi keruang tengah untuk

sarapan pagi. Akan tetapi, setelah ditunggunja

sampai tengah hari, gurunja belum djuga

terbangun dari semadhinja. Hati Siauw Tjeng mulai

merasa tjemas, namun ia masih tetap berdaja
upaja untuk menenangkan dirinja, ia terus

menunggu. Tapi orang jang di-tunggu2 tak djuga

kundjung datang, sampai matahari telah tjondong

kebarat, gurunja masih tetap tidak keluar dari

kamarnja.Pukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

45

Inilah hal jang baru pertama kali Siauw Tjeng

alami. Ia tidak dapat menguasai perasaannja lagi,

segera masuk kedalam kamar gurunja dan

menghampirinja. Ia dapatkan dada dan perut

gurunja sudah tidak bergerak, hal ini menandakan

bahwa gurunja sudah tak bernapas lagi. Bila

seorang jang tak bernapas, berarti bahwa njawanja

sudah meninggalkan raganja. iDengan adanja

kedjadian itu, sambil berteriak sedih ditubruklah

tubuh gurunja, jang kala itu telah dingin bagaikan

es. Saking sedihnja Siauw Tjeng djadi djatuh

pingsan. Ketika ia siuman, disana-sini telah

terdengar suara binatang malam. Keadaan dikamar

itu telah mendiadi gelap gulita. Tapi Siauw Tjeng

tidak memperdulikan segala2nja, dengan sedihnja

ia menangis dipangkuan djenazah gurunja.

Lama Siauw Tjeng berbuat demikian, sampai

suatu ketika tiba2 ia seakan2 mendengar suara

gurunja: "Tjeng-djie, djangan kau menangis, aku

berpulang atas kehendak jang Maha Kuasa

djangan kau menangis muridku " Suara itu

bagaikan ter-dengar ber-ulang2 oleh Siauw Tjeng.

"Suhu , suhu dimana kau ?" teriak Siauw Tjeng

sambil lari keluar, karena ia seperti mendengarPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

46

bahwa suara itu datangnja dari luar. Tapi

sesampainja diluar, hanja kegelapan malarn sadja

jang tertihat olehnja. Dengan langkah lesu Siauw

Tjeng batik lagi kekamar gurunja.

Ia insjaf bahwa tak guna ia meratapi gurunja

jang telah meninggal dunia Sebaiknja ia mengurus

penguburan djenazah gurunja itu. Kini

ketenangannja berangsur pulih. Nampak olehnja

di-atas medja, jang berada disudut ruang itu,

terletak seputjuk surat jang ditudjukan kepada

dirinja beserta sedjilid buku, jaltu buku pusaka

ajahnja almarhum, jang sedjak ia beladjar telah

dititipkan kepada gurunja. Walaupun sang guru

telah berdjandji bila kelak Siauw Tjeng telah rnahir

benar akan ilmu Lweekang maupun Gwakang, dia

akan mengadjarkan rahasia untuk mengenali huruf

jang terdapat didalam buku itu. Tapi sangat

disajangkan, sebelum gurunja menenati djandji-nja

beliau telah berpulang kealam baka.
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Tjeng lantas membuka surat itu dan

membatja isi-nja. Adapun isi surat itu sangat

singkat, jang pada hakekatnja meminta kenada

Siauw Tjeng mengantarkan surat itu kepadaPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

47

Susioknja. Disamping itu sang gurupun

rnenjampaikan rasa sajang dan penjesalannja

bahwa dia tidak sempat menga-diarkan Siauw

Tjeng untuk mengenali huruf2 serta memaha-mi isi

buku pusakanja. Tapi dimintanja supaja Siauw

Tjeng djangan putus-asa, karena didalam surat

jang ditudjukan kepada Susioknja, sang guru telah

minta kepada adik seper-guruannja untuk

mengadjarkan Siauw Tieng huruf2 itu. Saba-gai

penutup Lui Kong Taysu minta supaja Siauw Tjeng

mem-bakar djenazahnja berikut rumahnja. Walau

Siauw Tjeng merasa sangat sedih, tapi ia

mengeraskan hati untuk tidak bersedih lebih djauh.

Setelah manggut tiga kali didepan djenazah

gurunja mem-beri hormat untuk jang penghabisan

kali. Siauw Tieng mem-bereskan barang2nja.

Kala itu rasa kantuknja menjerang dirinja

demikian rupa, sehingga ia tak dapat

mempertahankan diri lagi dan tertidur Ketika

Siauw Tjeng bangun, matahari telah berada diatas

kepalanja. Selesai mandi dan makan, Siauw Tjeng

membawa Pauw-hok (ransel)nja. Sebelum berlalu

dari tempat itu, Siauw Tjeng memberi hormat jang

terachir dihadapan djenazah gurunja jang masih

tetap bersila dipembaringan. Lalu dengan hati pedih

Siauw Tjeng melangkah keluar dan membakarPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

48

rumah kaju itu, jang dalam sekedjap telah musnah

dimakan api. Dengan langkah jang berat dan hat

jang dirasakan hantjur, Siauw Tjeng meninggalkan

tempat itu.

Berhari2 Siauw Tjeng melakukan perdjalanan,

pada suatu ketika sampailah ia dikota Siang Yang,

propinsi Ouw-pair. Kota itu terletak ditepi sungai

Han Sui. Tak heran bila se-bagian besar

penduduknja terdiri dari nelajan. Perut Siauw Tjeng

telah menagih, ia segera menudju kesebuah kedai,

baru sadja ia hendak melangkah masuk, men
dadak dirinja diterdjang orang, jang membuatnja

mundur beberapa langkah. Orang jang menubruk

Siauw Tjeng adalah seorang pemuda tampan

berumur kira2 18 tahun. Sehabis menubruk. tanpa

berkata pemuda itu berlalu. Walau Siauw Tjeng

agak men-dongkol, tapi sebagai seorang jang

sopan, tak mau ia menarik pandjang kedjadian tadi,

ia terus melangkah masuk. Selagi Siauw Tjeng

makan, tiba2 pemuda tadi masuk kembali dengan

roman ter-gesa2 dan tanpa diperslakan dia duduk

dihadapannja. Siauw Tjeng heran akan kelakuan

pemuda jang aneh itu, namun ia tetap berdiam diri.

Wadjah pemuda itu nampaknja sangat tegang,

agaknja ada sesuatu jang dichawatirkan. Tak

berselang lama, dari luar masuk beberapa orangPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

49

jang beroman galak dan rata2 bertubuh tinggi

besar. Begitu masuk mereka langsung menudju

kearah si-pemuda jang duduk di-hadapan Siauw

Tjeng.

"Hai botjah, susah djuga kami mentjari kau!

Lebih baik kau kembalikan barang kami." bentak

salah seorang dari mereka jang botak kepalanja,

rupanja ia mendjadi permimpin dari rombongan itu.

"Hei botak, kau djangan sembarang menuduh

orang." si-pemuda balas membentak. "Hmmm, kau

masih mau menjangkal lagi, sudahlah, aku takkan

menarik pandjang urusan ini, asal kau kembalikan

barang kami." "Barang apa ?" tanja dengan roman

gusar. "Kau sungguh keras kepala. Apabila tidak

diberi sedikit hadjaran, kau tentunja takkan man

mengaku." "Tjoba kalau bisa." Si-kepala botak

berseru dan menjerang. Namun serangan-nja

dengan mudahnja diegosi oleh si pemuda, malah

sebaliknja pinggulnja kena ditendang. Baiknja

kepandaian silat si-botak tjukup baik, kalau tidak,

dia pasti akan tertendang djatuh.

Kedjadain tersebut membuat si-botak djadi

sangat gusar, ia lantas menjerang denganPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

50

membabi-buta. Diserang setjara demikian,

bukannja mendjadi gentar, malah si-pemuda lebih

mempermainkan si-botak. Sebentar2 di-ketuk

kepala botaknja, disusul kemudian dengan

mernentjet hidung atau menendang kibulnja.

Perbuatan itu membuat si-botak djadi kewalahan

dan sebentar2 berteriak kesakitan. Sampai achirnja

ia meneriaki kawan2nja untuk mengerojok si
pemuda.

Walau dikerubuti oleh banjak musuh, tapi

pemuda itu tidak mendjadi gentar, dikeluarkannja

ilmu jang diandalkan. Maka didalam sekedjap,

lawan2nja pada melarikan diri. Sebelurn berlalu, si
botak masih sempat berkata "Djika kau benar2

seorang laki2, djangan kau pergi dari sini." "Kau tak

berhak melarangku, botak. Tapi baiklah, aku

menantimu disini sampai kau datdng lagi dengan

membawa bala-bantuan." kata pemuda itu

mengedjek, dan ia kembali duduk dihadapan Siauw

Tjeng.

Dalam pada itu para djongos dari kedai tersebut

sibuk membetulkan kursi dan medja jang

terdjungkir balik akibat pertempuran tadi. SiauwPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

51

Tjeng kagum melihat kepandaian si-pemuda, ia

djadi bermaksud hendak berkenalan dengannja.

Maka achirnja ia berkata: "Kau sungguh hebat Loo
heng." Si-pemuda tidak mendjawab, sikapnja atjuh

tak atjuh. Agak mendongkol djuga Kam Siauw

Tjeng ketika melihat lagak orang jang demikian

tinggi diri. Maka iapun tak berkata2 lagi.

Setelah dahar selesai, baru sadja S'auw Tjeng

hendak memanggil pelajan untuk membereskan

rekeningnja. se-konjong2 dari Iuar terdengar suara

gaduh. Ter-njata si-kepala botak beserta

teman2nja telah kembali lagi dengan diikuti oleh 2

orang bertubuh tinggi besar.

Sambil menundjuk dihadapan Siauw Tjeng, si
botak berkata "Inilah orangnja. Susiok !" Salah

seorang dari Hweeshio itu. jang menenteng Shian
thiang, pentungan jang biasa digunakan oleh kaum

paderi, sudah lantas madjukan diri. Setibania

dihadapan si-pemuda, sambil merangkapkan

sepasang tangannja Hweeshio itu

berkata ..Omietohud, kalau boleh pintjeng bertanja,

siapakah nama serta gelaran Sietju jang

terhormat ?" "Aku tak mempunjai nama maupunPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

52

gelaran. Apa maksud-mu datang kemari ?" si
pemuda balas bertanja dengan sikap menantang.

"Sietju tentunja telah mengetahui akan maksud

kedatang-an Pintjeng, tak lain untuk meminta

kembali barang jang telah kau ambil dari

keponakan muridku."

"Kau djangan sembarang menuduh orang.

Dapatkah kau membuktikan bahwa akulah jang

mentjuri barang keponakan muridmu?" "Harap

Sietju djangan bergurau. Sudilah kiranja kau me
mandang muka Pintjeng untuk mengembalikan

barang itu. Djika kau tertarik akan benda lainnja

jang terdapat didalam ransel, kau boleh

mengambilnja, asal surat itu kau kembalikan

kepada kami." "Buat apa aku memandang mukamu

jang djelek itu, jang semakin dipandang semakin

memuakkan. He kepala keledai, dengar baik2, aku

takkan sudi menukarkan namaku dengan ransel

bau itu. Nah sekarang kau masih mau apa lagi ?"

tantang si-pemuda. "Sudahlah, Susiok, pertjuma

kita adu mulut dengannja. Lebih baik kita adjar

adat padanja, biar dia tahu rasa." kata si-botak.

"Hei kepala botak, djangankan baru kau panggil

seorang Susiokmu, walau kau panggil 10 Sukong

dan seratus Sutjouw-mu sekali, aku masih tidakPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

53

takut." Panas djuga hati si-Hweeshio ketika

mendengar kata2 ter-achir dari pemuda itu.

Sebenarnja, demi deradjatnja, tak mau ia melajani

orang jang terlebih rendah tingkatannja. Tapi kata,

si-pemuda sangat pedas dan mentjatji orang

melewati batas, maka ia mendjadi gusar, kemudian

ia berkata "Sie-tju, maukah kau meluluskan

permintaan Pintjeng untuk ber-main2 beberapa

djurus dipekarangan rumah makan ini?"

"Djangankan baru beberapa djurus, meski

sampai laksaan djuruspun akan kulajani." edjek si
pemuda. Wadjah paderi itu djadi berubah, namun

begitu ia masih dapat mengendalikan perasaannja,

tanpa mengutjapkan sepatah katapun, sambil

mendjindjing Sianthiangnja, ia menudju

kepekarangan kedai. "Silakan Sietju mulai." "Baik,

djagalah !" kata si-pemuda dengan tidak sungkan2

lagi. la lantas menjerang si-paderi dengan

pedangnja seraja menggunakan gerakan "Hang

Sau Tjian Kun" atau "Menjapu ribuan tentara", tapi

serangannja dengan mudah dapat dielak-kan oleh

lawannja. Malah kemudian si-Hweeshio balas

menje-rang dengan menggunakan gerakan "Ta

Tjoa Pang Hoat" atau "Memukul ular dengan
Pukulan Geledek Karya L T B di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pentungan", serangan itu dilakukan sangat tjepat

dan hebat. ,,Bagus !" teriak si-pemuda sambilPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

54

melompat kesamping, tap! baru sadja ia

mendjedjakkan kakinja, telah terasa pula olehnja

ada angin dingin menjamber belakang kepalanja.

Agak ripu djuga si-pemuda menghadapi serangan2

jang luar biasa tjepatnja. Sampai pada suatu ketika,

ia tak dapat mengelak-kan lagi sabetan tongkat si
paderi, kakinja kena disabet sehingga tubuhnja

djatuh terrguling. Ketika hendak bangun, tubuhnja

sudah kena diindjak oleh jang sudah lantas

mengantjam : lekas kau kembalikan surat itu

kepadaku. Tak guna kau menjembunjikannja,

karena tidak berfaedah bagimu.

"Apa jang harus kukembalikan. Bukankah telah

kukatakan padamu bahwa aku tidak mengambil

surat jang kau maksud-kan?" "Kau masih hendak

mungkir ? Hmmm, kalau kau tetap tidak mau

mengembalikan, akan kubikin tjatjad kau !" Seha
bis berkata demik:an, si-Hweeshio betul2 hendak

membukti-kan perkataannja, ia ,mengangkat

tongkatnja dan bersiap un-tuk dipukulkan ketulang

kering kaki kanan si-pemuda. Pemuda itu lekas

berteriak. Si-Hweeshio telah mulai meng-gerakkan

tojanja Tapi sebelum toja atau pentungan itu

mengenai sasaran, tiba2 ada angin dahsjat

menjamber kepergelangan tangan si-paderi. Paderi

itu jang tidak menjangka akan datang seranganPukulan Geledek | KOLEKTOR E-BOOK

55

mendadak, tak ampun lagi tojanja djadi terlepas

dari ja, terkena sampokan angin pukulan tersebut.

Kejadian itu membuat si-Hweeshio djadi gusar,

ia lantas berteriak: "Siapa jang hendak main2

dengan Pintjeng ?" "Aku!" terdengar suara dari

rombongan penonton dan segera tampak seorang

melompat kedalam gelanggang per-tempuran.


Goosebumps Manusia Serigala Di Ruang Roro Centil 14 Manusia Beracun Asmara Berdarah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini