Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne Bagian 2
berpengaruh kuat.
Cepat-cepat aku mengangguk setuju, bahwa aku me?
mang butuh pasangan. "Oh ya, tentu saja. Aku bersedia.
Hanya saja aku ingin melakukannya dengan caraku sen?
diri."
"Kami berpikir untuk mengirimmu ke tempat per?
lindungan lain. Kita memiliki tempat perlindungan yang
tersebar di segala penjuru dunia. Bisa saja, seperti hal?nya
ibumu, pasanganmu tidak berada di sini. Ibumu mene?
mukan pasangan di Eropa."
Mulutku ternganga. Cepat-cepat aku mengatupkannya
kembali. Ibuku sama sekali tak pernah menyinggungnyinggung soal ini. Tadinya kukira ayahku berasal dari
dekat-dekat sini. Jadi, itukah alasan ibuku selalu pergi ke
Eropa setiap musim panas? Untuk menemuinya? Mengapa
dia tak pernah menceritakannya? Dan yang lebih penting
lagi, mengapa dia tidak pernah mengajak aku menemui
68
ayahku? Mungkin dia tidak pergi menemuinya, mungkin
dia hanya berusaha mencarinya. Ibu sangat misterius
menyangkut ayahku, sepertinya dia malu atau semacamnya.
Tapi mengapa dia tidak mau terbuka? Ayahku tak pernah
berada di sini.
Walau pengungkapan jati diri ibuku mengejutkan, aku
lebih mengkhawatirkan apa yang disarankan padaku. "Aku
tidak mau pergi dari sini, terlebih sekarang ini"?karena
Connor tidak lagi terikat pada Lindsey?"Bio-Chrome
mengancam kita. Keberadaan kita tengah terancam."
"Sudah kukatakan kepada yang lain, kamu pasti akan
merasa seperti ini," kata Tetua Mitchell. "Kau salah satu
calon yang paling setia."
"Tentu saja. Kita harus melindungi perkumpulan ini.
Walau harus dengan pengorbanan." Sekalipun pengorbanan
itu harus menunggu sampai aku menemukan jawaban
atas apa yang terjadi pada diriku. "Jangan mengirimku ke
tempat lain."
"Ini bukan hukuman, Brittany," kata Tetua Wilde.
"Kamu nanti akan sangat kesepian, karena semua orang di
sekelilingmu punya pasangan."
"Perkumpulan yang lebih utama."
Tetua Wilde menghela napas, seolah aku menyarankan
sesuatu yang akan membuatku mendapat hukuman. Para
tetua saling berpandangan, mengangkat alis, dan meng?
angguk. Aku tahu benar, dalam wujud serigala para Shifter
bisa saling membaca pikiran. Tapi kurasa, para tetua tetap
bisa melakukannya ketika mereka tidak berwujud serigala.
69
Semoga saja mereka tidak bisa membaca pikiranku. Hanya
untuk berjaga-jaga, aku pun berusaha mengosongkan
pikiran.
"Anda tidak akan menemukan orang yang lebih setia
daripada aku," kataku. "Biarkan aku membuktikannya."
"Kami tidak meragukan kesetiaanmu," kata Tetua Wilde.
"Kami hanya menginginkan yang terbaik buatmu."
"Tetap di sini adalah yang terbaik bagiku."
Sekali lagi mereka saling menganggukkan kepala.
Akhirnya Tetua Wilde menghela napas, seolah kalah
berdebat. "Kami setuju. Kami membutuhkanmu ketika
terancam oleh Bio-Chrome. Tapi takdir yang menentukan
pasangan kita. Kalau pasanganmu ada di tempat lain, ini
tidak adil bagimu?atau baginya?karena kami mena?
hanmu di sini selamanya."
Hampir saja terlontar dari mulutku bahwa jodohku itu
tidak jauh-jauh dari sini. Dan jelas sekali, ikatan itu tidak
segera terbentuk karena terhalang oleh kekurangan dalam
diriku. Agaknya aku harus menemukan pasangan dengan
cara manusia?dengan membuatnya jatuh cinta padaku.
Semoga berhasil dengan usahamu itu, Brittany.
Aku telah siap untuk segera menyingkir dari sini, dan
tindakan terbaik adalah mencari alasan untuk mengakhiri
pertemuan ini. Kutepuk jam tanganku. "Lucas mengundang
rapat Dark Guardian. Sepertinya aku harus pamit."
Tetua Wilde tersenyum. "Satu pertanyaan lagi."
Aku mengangguk dan menunggu. Sejauh ini mereka
tidak terlalu memaksa.
70
"Apakah kau telah menemukan apa yang kaucari dalam
buku kuno itu?"
Yah, seharusnya aku sudah menduganya. Aku merasa
semua udara keluar dari diriku seperti balon kempis.
Aku hendak menyangkalnya, tapi aku sendiri bahkan
bisa mencium bauku yang tertinggal di sini semalam.
Walaupun mungkin itu hanya perasaanku saja, atau
rasa bersalah telah membuatku merasakan hal-hal yang
seharusnya tidak mungkin bisa kurasakan. Aku meng?
geleng.
"Maukah kau mengatakan pada kami apa yang sedang
kaucari? Barangkali kami bisa membantumu."
"Bukan sesuatu yang penting untuk merepotkan Anda
semua."
Aku menunggu pertanyaan mereka apakah itu cukup
penting sehingga harus melanggar peraturan, namun
sebaliknya, Tetua Wilde hanya memandangiku, menge?
sankan kalau dia tahu persis apa yang sedang kucari. Aku
menunggu dia memperingatkan aku, atau menghukumku,
atau membuatku mengakui yang sebenarnya terjadi pada?
ku.
Akan tetapi, dia hanya berkata, "Yah, kamu benar, kita
harus menghadiri rapat tepat waktu. Rapat pertamamu
sebagai Dark Guardian sepenuhnya. Membuktikan keter?
tarikanmu."
Walaupun terpukau, aku tetap berekspresi pasif. Hanya
itu?
71
Ketika aku berdiri, Tetua Wilde berkata, "Ingat,
Brittany, pengingkaran mungkin memenuhi apa yang kita
inginkan saat ini, tapi pada akhirnya tidak."
Sesaat lamanya kupikir dia mengatakan sesuatu yang
telah dibacanya dalam fortune cookie, tapi akhirnya ku?
sadari dia sangat serius.
"Apa yang sedang Anda bicarakan?" tanyaku gugup.
Apakah mereka tahu yang sebenarnya?
"Kuharap kau tidak akan pernah tahu."
Ketika aku mengikuti mereka keluar ruangan, firasatku
mengatakan bahwa aku tengah diuji. Namun ujian terberat
adalah Bio-Chrome. Aku pasti bisa membantu para Dark
Guardian mengalahkan mereka?hanya saja kalau aku ini
juga Dark Guardian.
Kalau aku belum juga berubah pada purnama beri?
kutnya, aku akan mengakui semuanya kepada para tetua,
meminta petunjuk dan bantuan mereka.
Namun untuk sekarang ini, aku bertekad menjadi
apa yang selalu kuinginkan sejak dulu: seorang Dark
Guardian.
Begitu kami sampai di ruang rapat, aku melangkah
mun?dur, menunggu dengan sopan sampai para tetua
mengambil tempat di meja bundar besar di tengah-tengah
ruangan. Dua belas kursi tambahan mengelilinginya.
Sebelas Guardian sedang berdiri di belakang kursi mereka.
Kayla berdiri di samping Lucas. Rafe, tangan kanan Lucas,
ada di sisi satunya lagi. Lindsey berdiri merapat pada Rafe,
72
dengan bahu menempel rapat. Jemarinya terus-terusan
menyentuh jemari Rafe, lalu ditarik lagi, seolah tidak bisa
menahan diri untuk tidak menyentuhnya, tapi tahu itu
tidak pantas dilakukan di sini, di ruang rapat. Mata emas
Lindsey tertuju padaku, seolah hanya aku yang berada
di ruangan ini. Matanya memohon padaku untuk buka
mulut, mengungkapkan rahasia kelamku, agar dia terbebas
dari beban yang ditanggungnya.
Maaf, Lindsey. Tidak bisa kulakukan.
Kursi di antara Connor dan Daniel masih kosong.
Kupandangi kursi itu, tahu kalau itu disediakan untukku.
Aku menelan ludah dengan susah payah. Pada rapat-rapat
sebelumnya, aku selalu duduk di kursi panjang dekat
dinding yang disediakan untuk para calon. Dark Guardian
yang belum tersentuh purnama. Pentingnya rapat ini
membuatku tersadar kembali. Akhirnya aku memenuhi
syarat untuk duduk di meja besar. Atau setidaknya begitulah
yang mereka pikirkan.
Seharusnya aku melangkah maju, tapi kakiku terasa
seolah dilem kuat-kuat ke lantai. Berat rasanya melangkah
maju, dan aku tahu Lindsey benar. Aku harus mengakui
rahasia terburukku, yang paling kelam. Aku memang
harus melakukannya. Aku tak pantas mendudukkan
pantatku di kursi yang seharusnya menjadi hak seorang
prajurit. Seharusnya kujilat ludahku, dan menerima
kenyataan?
Lucas tersenyum padaku dengan mata peraknya
yang menggoda. "Ayo, Brittany. Tak ada orang lain yang
73
menginginkan?atau pantas mendapatkan?momen ini
selain kamu."
Benar sekali. Tak ada orang lain yang menghabiskan
latihan berjam-jam seperti yang kulakukan. Tak ada
orang lain yang selalu makan makanan sehat?dan mem?
bosankan?seperti aku. Bertahun-tahun mulutku tak
pernah kumasuki cokelat. Pendek kata, aku ingin menjadi
Dark Guardian terbaik sepanjang masa. Tak ada alasan aku
tidak bisa. Aku pintar dan kuat. Aku sudah terlatih dalam
seni bela diri. Aku mengenal seluk-beluk hutan ini sebaik
aku mengenal setiap lekuk wajah Connor. Aku rela mati
demi kaum Shifter?tanpa keraguan atau penyesalan.
Apakah akan menjadi masalah kalau aku belum berubah?
Aku telah mempersiapkan diri untuk melaksanakan
tugasku sebelum purnama tiba. Kesetiaanku, kesiapanku
belum berubah.
Sambil menarik napas dalam, aku melangkah maju
dan berdiri di belakang kursi kosong di samping Connor.
Wajahnya ditumbuhi jenggot pendek berwarna pirang
gelap, seolah dia tidak mau repot-repot bercukur sejak
purnama kemarin. Rambutnya disisir ke belakang seperti
biasa, tapi agaknya disisir begitu saja dengan jari. Belum
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pernah dia terlihat lebih seksi dari ini. Seperti biasa,
hanya berdekatan dengannya saja, aku seperti men?da?
pat?kan kekuatan, seolah kehangatan tubuhnya meng?
hangatkanku.
Diiringi derit kursi menggesek lantai batu, semua orang
duduk.
74
Connor mendekatkan badan dan tercium olehku
aroma uniknya yang berbau tanah. "Selamat datang di
meja besar," bisiknya pelan.
Sambil balas menatap mata birunya, aku berusaha
keras tidak nyengir seperti orang bodoh, bukan hanya
karena aku sedang duduk di meja besar, tapi karena dia ada
di sini, di sampingku, mengakui keberadaanku. "Terima
kasih. Bagaimana lenganmu?"
Matanya memancarkan amarah, dan barulah kusa?
dari bahwa itu bukanlah pembuka percakapan yang baik.
Seharusnya aku memulainya dengan, "Apa yang kau?
temukan terkait jebakan itu?"
"Sudah pulih," jawabnya pendek, dan rasa persahabatan
yang mungkin sedang tumbuh di antara kami lenyap
seketika. Dia mengalihkan perhatiannya kepada Lucas.
Karena aku merasa Daniel sedang memandangiku,
aku tersenyum padanya. Dia mengacungkan jempol. Dia
benar-benar baik. Hanya saja di antara kami tidak timbul
ketertarikan.
"Seperti yang sudah kita ketahui," Lucas memulai,
dan aku segera mengalihkan perhatian kepada pemimpin
kami, "baru-baru ini kami menemukan laboratorium yang
didirikan Bio-Chrome di timur laut hutan ini. Mereka
menangkap Connor, Kayla, dan aku?tetapi kami berhasil
melarikan diri berkat pertolongan Lindsey dan Rafe."
Aku mengalihkan pandangan kepada Lindsey dan Rafe.
Rambut Rafe segelap rambutku, tapi hanya itu kesamaan
di antara kami. Mata cokelatnya penuh pemujaan kepada
75
Lindsey, yang membuatku terpukau begitu menyadari
betapa besar kekuatan dari dalam dirinya yang harus
dikerahkan untuk menyembunyikan luapan emosi itu. Tapi
apakah ada bedanya ketika itu menyangkut perasaanku
terhadap Connor?
Kami percaya pada takdir, bahwa pasangan adalah
belahan jiwa kami. Kulayangkan pandangan pada Connor,
dan kami bertemu pandang. Ditatap seperti itu, jantungku
berdetak keras sekali, seolah memukul rusukku. Apakah
dia memperhatikanku karena tiba-tiba dia tertarik padaku,
atau karena dia mulai merasa bahwa seharusnya aku tidak
berada di meja ini?
Belahan jiwa seharusnya mampu saling membaca
pikiran. Apakah aku bisa memiliki seorang pasangan
sekarang? Atau akankah hatiku selalu tertutup bagi Shifter
lainnya?
"Lalu dalam perjalanan kembali ke Wolford, Brittany
melewati sebuah jebakan," kata Lucas.
Aku mendengar tarikan napas dalam saat para Guardian
lain memandangku dengan penuh harap. Selama aku ingin
berbohong soal itu, aku tahu dengan sikapku itu aku akan
membahayakan para Shifter. "Aku tidak tahu apakah BioChrome yang memasangnya," aku mengakui.
"Merekalah yang memasangnya," kata Connor.
"Semalam aku memeriksanya. Aku mencium baunya."
Kepanikan membuat perutku mulas. Bagaimana aku
akan menjelaskan kenapa tidak mencium bau itu? Haruskah
kujelaskan apa yang tidak terjadi selama purnama?
76
"Bau Mason?" tanya Kayla. Dulu dia dan Mason pernah
dekat selama musim panas, sampai akhirnya dia tahu apa
yang direncanakan Mason dan kawan-kawannya terhadap
para Shifter.
"Bukan," jawab Connor, sebelum akhirnya saling
berpandangan dengan Lucas. "Tapi bau salah satu tentara
bayaran yang disewa Bio-Chrome untuk mencari kita.
Kurasa Brittany tidak menyadarinya, karena dia tidak
bersama kami ketika kami tertangkap."
Aku berusaha keras menyembunyikan kelegaanku
mendengar penjelasan itu. Ketika mereka tertangkap, aku
tengah berkemah di hutan bersama sekelompok gadis.
"Aku menemukan tiga jebakan lain," lanjut Connor.
"Mereka menyusuri sungai. Aku tidak menemukan bukti
mereka mengintai di dekat-dekat sini, tapi itu hanya
masalah waktu."
Lucas mengangguk. "Bagus, Brittany."
Biasanya aku senang dipuji, tapi kini aku merasa seperti
penipu yang menerima pujian atas sesuatu yang kutemukan
begitu saja. "Aku hanya beruntung saja."
"Untung Bio-Chrome tidak ada di sana," gumam
Daniel.
"Jadi apa yang akan kita lakukan dengan laboratorium
itu?" tanyaku.
Lucas tersenyum sabar. Dia juga berkulit gelap, tapi
rambutnya beraneka warna: cokelat, hitam, perak, dan
putih. Itu membuatnya mudah sekali dikenali sebagai
serigala maupun manusia. "Skenarioterbaik: kita hancurkan
77
laboratorium itu, tapi cukup rumit. Kalau kita bakar akan
membahayakan hutan. Walaupun letaknya tidak di dalam
hutan lindung, tetap saja tempatnya dikelilingi hutan. Api
tidak mengenal perbatasan. Tapi kita kenal seorang Shifter
pemilik perusahaan yang bergerak dalam bidang perobohan
bangunan dengan bahan peledak. Aku akan menemuinya.
Ingin tahu apa sarannya."
Kakekku, ayah dari ibuku, dulu pernah mengajakku
melihat sebuah hotel tua yang dirobohkan. Tempatnya
di tengah-tengah kota dan dikelilingi bangunan. Mereka
meratakannya dengan tanah tanpa merusak apa pun di
sekitarnya. Keren banget untuk ditonton.
"Jangan berharap banyak para kutu laboratorium itu
akan berada di dalam saat bangunan dihancurkan," kata
Connor.
"Apakah kita harus membunuh mereka?" tanya Lucas.
"Itu harus kita pikirkan lagi."
"Kalau kita hanya merobohkan bangunannya, mereka
bisa membangun kembali di tempat lain?mungkin di
tempat yang lebih sulit kita jangkau," terang Connor. "Dan
mereka akan terus memburu kita."
"Mungkin sudah waktunya kita mengungkapkan jati
diri," kata Kayla.
Sebuah komentar yang terhitung berani dari seorang
yang baru saja tahu kalau kaum kami ini memang ada.
"Aku tidak yakin dunia telah siap menerimanya," kata
Lucas. "Bisa jadi malah akan menimbulkan masalah baru
bagi kita."
78
"Menurutku, kita hadapi saja," kataku bersungguhsungguh.
Di sampingku, Connor tertawa kecil. Aku mendapatkan
satu lagi momen merasa-senang, karena kurasa aku sudah
bisa membuatnya benar-benar melupakan Lindsey, bisa
jadi aku punya kesempatan untuk jadian dengannya.
Lucas memandang para tetua seolah menunggu petuah
mereka.
Tetua Wilde berdiri. "Mungkin saja telah tiba saatnya
menyatakan keberadaan kita pada dunia, tapi itu bukan
keputusan yang bisa dibuat dengan terburu-buru. Dan itu
akan mendatangkan dampak. Kita tidak bisa melupakan
bagaimana kita disiksa pada zaman dulu ketika keberadaan
kita diketahui. Waktu itu pemburu yang terlatih ditugaskan
untuk memusnahkan kita. Kita bersembunyi dalam jangka
waktu yang lama sampai kaum kita hanya diingat sebagai
mitos. Tak bisa kita pungkiri kalau dunia telah berubah,
namun apakah cukup berubah untuk bisa menerima kita?
Kita belum tahu, tapi kami akan mempertimbangkan
usulanmu." Dia duduk dan melipat tangan di atas meja,
menandakan dia telah selesai bicara.
Lucas kembali mengarahkan pandangannya kepada
kami.
"Menurutmu kapan kita akan mulai bertindak?"
tanya Rafe, dan aku merasakan tubuh Connor menegang.
Aku memujinya karena dia tidak menggeram. Tak bisa
kubayangkan, betapa besar keberanian yang di?kum?
pulkannya untuk berada di sini, karena setiap orang di
79
ruangan ini pasti mengharapkan Lindsey akan menjadi
pasangannya. Kaum kami punya ritual. Dengan melihat
Lindsey bersama Rafe, setiap orang pasti tahu kalau Rafe
telah menantang Connor?dan Connor kalah.
Itu yang tak pernah terpikir olehku. Selama ini kukira
mereka adalah lawan yang seimbang. Apakah Connor sengaja
mengalah? Semalam aku tidak sempat menanyakannya.
Kalau itu seharusnya menjadi pertarungan sampai mati?
kali ini pasti ada salah satu yang berbelas kasihan. Aku
percaya, pasti Connor-lah yang melakukannya.
"Kupikir, kesempatan terbaik agar kita berhasil ada?
lah pada saat bulan tidak bersinar," kata Lucas. "Kita
diuntungkan oleh penglihatan yang baik dalam gelap."
"Dan mereka punya kacamata untuk melihat dalam
kegelapan," terang Connor.
"Bisa jadi. Tapi malam tanpa bulan akan membuat kita
dapat menyamarkan diri."
Connor mengangguk, seolah menyetujuinya dengan
terpaksa.
"Baiklah, kalau begitu aku akan membagi kita semua
dalam kelompok-kelompok kecil. Beberapa akan tinggal
di sini, di Wolford, beberapa lagi akan mengintai di hutan
untuk mencari tanda-tanda kehadiran Bio-Chrome, dan
tim lain akan menuju ke laboratorium. Sekarang ini kalian
boleh bersantai dulu. Aku akan membagi tugas besok pagi.
Besok kita mulai bekerja. Ada pertanyaan?"
Aku memandang berkeliling. Semua orang sepertinya
bertekad bulat. Ketegangan menyebar di segala penjuru
80
ruangan, tapi menurutku itu karena kami semua ingin
sekali melindungi kaum kami.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baiklah kalau begitu," kata Lucas. Lalu dia mengangguk
ke arah Tetua Wilde, menyerahkan kendali pertemuan
kepadanya.
Tetua Wilde berdiri. "Kalian semua memikul beban
berat. Kami selalu menunjuk kaum muda untuk tugas
perlindungan karena kalian lebih kuat, lebih bersemangat,
lebih berhasrat untuk menunjukkan harga diri. Namun
kebijaksanaan muncul karena pengalaman. Kalau ka?
lian membutuhkan nasihat, datanglah kepada kami,"
matanya tertuju padaku dan aku berusaha keras agar tidak
menunjukkan rasa bersalah. "Kami di sini untuk melayani
dan membimbing. Tapi kalianlah pelindung kami dari
kejahatan yang berasal dari umat manusia. Pergilah."
Dia menggerakkan tangan membentuk lingkaran besar,
mengisyaratkan kami boleh meninggalkan ruangan.
Ketika semuanya mulai bangkit, aku tetap duduk,
berusaha memikirkan sesuatu yang tepat untuk dikatakan
kepada Connor. Aku merasa kuncirku ditarik dan aku
menoleh. Daniel.
Dia tersenyum. "Kamu Dark Guardian yang tang?
guh."
"Terima kasih."
Bahkan tanpa melihat, aku tahu Connor telah pergi.
Dengan jelas aku bisa merasakan kepergiannya. Aku ini
kacau: sesaat sangat mengharapkan, tapi kemudian mene?
rima kenyataan. Cepat atau lambat, akan tiba waktunya
81
yang mengharuskan aku berubah wujud. Apa yang akan
dipikirkan Connor tentang aku dan kebohonganku selama
ini? Apakah sekarang aku hanya menunda rasa muaknya
yang tak terelakkan terhadapku? Kalau dia sampai jatuh
cinta padaku, akankah dia memaafkan aku? Ataukah dia
malah akan semakin membenciku?
Lucas memanggil Daniel agar datang ke tempat dia,
Connor, dan Rafe sedang berbicara. Mungkin dia hendak
menugaskan mereka untuk berjaga.
"Lain kali saja kita ngobrol lagi," kata Daniel.
Aku mengangguk. "Ya."
Setelah dia melangkah pergi, terbersit keinginan untuk
memperkenalkan dia pada salah satu dari antara para calon
atau seseorang. Dia orang baru di lingkungan kami dan
perlu memperluas lingkup pertemanannya agar tidak
hanya mengenal aku.
Aku berjalan di koridor dan bertemu Kayla.
"Jadi apa yang diinginkan oleh para tetua?" tanyanya.
"Mengirimku ke tempat lain."
"Maksudmu? Kembali ke Tarrant, begitu?"
Tarrant adalah kota kecil yang terletak di dekat pintu
masuk hutan lindung. Sebagian besar dari kami dibesarkan
di sana.
"Bukan, maksudku, ke hutan lain, wilayah lain, ke
tempat para Shifter lain berada. Menurut mereka, bisa jadi
pasangan sejatiku berada di sutu tempat di luar tempat ini
sedang menungguku."
82
Dia melongo. "Benarkah yang kaukatakan?"
"Ya. Pernah dengar yang namanya kakek comblang?"
"Mungkin mereka mengkhawatirkan perkembangan
spesies kita."
Aku menggeleng. "Nggak, kurasa hari ini mereka baru
saja menyelesaikan teka-teki Sudoku dan merasa bosan,
makanya mereka memutuskan untuk mencampuri urusan
orang lain."
"Mungkin mereka peduli padamu."
Kata-katanya membuatku merasa bersalah karena ber?
pikiran jelek tentang usaha mereka untuk menjadi Cupid.
Sejak zaman dulu, kami telah diajari untuk menghormati
mereka. Tapi siapa yang mau dijodohkan oleh orang-orang
yang mungkin sudah lupa bagaimana rasanya pertama kali
jatuh cinta?
Aku menengok ke belakang dan melihat ke dalam
ruang rapat. Connor, Lucas, dan Rafe sepertinya terlibat
pembicaraan serius. Tak kuragukan lagi, mereka bertiga
adalah Dark Guardian yang paling berpengaruh. Namun
Connor-lah yang paling menarik perhatianku. Entah topik
apa yang tengah dipikirkannya dengan serius. Tapi, yang
jelas wajahnya menampakkan ekspresi kemarahan. Aku
justru ingin dipandang seperti itu olehnya.
"Jadi kau mau pergi ke suatu tempat dan bicara?" tanya
Kayla, mengalihkan perhatianku dari Connor.
Perutku mengejang, memikirkan kemungkinan akan
diinterogasi lebih lanjut. "Bicara soal apa?"
83
"Masalah perempuan, mungkin. Atau masalah serigala.
Aku masih harus menyesuaikan diri dengan semua gaya
hidup baru ini."
Masalah perempuan bisa kuatasi. Masalah serigala
aku tak terlalu yakin bisa membicarakannya tanpa
memberikan kesan kalau aku belum pernah mengalaminya.
"Aku akan lari dalam wujud manusia saja."
Mungkin dia hendak mengajakku berlari dengan
empat kaki, tapi sejauh ini aku belum pernah melihatnya
berolahraga lari.
Dia mengerutkan kening. "Apakah kau harus tetap
mempertahankan kondisimu sekarang setelah kau bisa
berubah wujud?"
"Aku suka berlari dengan dua kaki. Akan membuat
adrenalinku mengalir."
Sebelum dia sempat menyanggah pernyataanku?
karena sebenarnya aliran adrenalin ketika berlari sama
saja dengan ketika berubah wujud?aku bergegas menaiki
tangga menuju kamarku, lega karena dia tidak mengikutiku.
Aku bergegas mengganti baju dengan celana pendek dan
memakai sepatu kets. Setelah meraih iPod, aku bergegas
keluar sebelum ada yang menghalangiku, lalu aku mulai
berlari.
Begitu tenggelam dalam irama yang sudah akrab,
pikiranku melayang pada Connor. Seharusnya kuraih
tangannya. Meremasnya. Tanpa harus mengatakan bahwa
aku akan mendampinginya. Ke manakah Brittany yang
kuat dan pemberani, yang menentang para tetua dan pergi
84
menghilang untuk menghadapi purnama sendirian itu? Ya,
Connor mungkin belum siap untuk memulai hubungan
baru, tapi bukan berarti dia tidak bisa memanfaatkan
teman yang lebih dari sekadar mengaguminya.
Lalu pikiranku teralih pada Bio-Chrome dan rencana
kami untuk menghancurkan mereka. Dr. Keane yang
memimpin penelitian bersama anaknya, Mason, ingin
mengetahui apa yang membuat kaum Shifter bisa berubah.
Mereka ingin menirunya dan menciptakan sejenis serum
yang bisa membuat kaum Static mampu menyembuhkan
diri dan berubah seperti halnya kaum Shifter, sekalipun
hanya sementara. Namun, dalam proses penciptaan produk,
mungkin saja mereka akan menghancurkan semua yang kami
miliki. Mereka ingin menangkap salah satu Shifter. Kami
tak bisa menjamin siapa pun yang mereka tangkap akan
selamat dari percobaan itu. Dan celakanya lagi, me?reka akan
mengungkapkan keberadaan kami kepada dunia. Bahkan
sekalipun pendapat Kayla benar, bahwa sudah tiba saatnya
kami mengungkapkan keberadaan kami kepada manusia,
kami harus bisa melakukannya dengan cara kami?bukan
dengan cara Bio-Chrome. Aku tidak terlalu yakin kaum
Static telah siap menerima keberadaan kaum Shifter. BioChrome tidak memperlakukan kami sebagai manusia yang
punya hak asasi. Dulu, ketika me?nangkap Lucas, mereka
mengurungnya di kandang dan menyiksanya.
Mereka tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa
yang mereka inginkan?rahasia yang menyebabkan kami
bisa berubah.
85
Telah lama sekali aku menunggu datangnya bulan yang
tepat, dan sekarang kesempatan yang kutunggu itu berlalu
begitu saja. Aku masih harus menunggu kedatangan
purnama berikutnya, sambil berharap-harap cemas akan
terjadinya sesuatu yang berbeda.
Di tengah waktuku menunggu, Bio-Chrome tak akan
segan membunuh demi mendapatkan apa yang mereka
inginkan.
86
ENAM
Sekembali dari berlari-lari, aku melihat Lucas telah me?
masang daftar kelompok. Connor ditugaskan untuk
mengepalai satu regu. Aku tidak heran. Lucas bergantung
padanya sebesar pada Rafe. Connor pandai membaca
situasi. Dia tidak gentar menghadapi apa pun. Dia akan
menjadi pemimpin yang hebat. Pemimpinku, karena
namaku terpampang dalam daftar itu setelah namanya.
Tubuhku dialiri getaran halus. Kami akan bekerja sama
dengan saling berdekatan. Aku hanya berharap, semoga
apa pun yang ditugaskan kepada kami, bisa kami lakukan
tanpa berubah wujud.
Karena masih menyimpan segudang energi yang butuh
pelampiasan, aku pun turun ke ruang olahraga. Beberapa
87
waktu lalu, ruang bawah tanah Wolford ini telah diubah
menjadi ruang olahraga: dua sisi dinding dipasangi cermin,
dua sisi lain tetap dari bata merah, tanpa jendela untuk
masuknya sinar matahari.
Rupanya bukan hanya aku yang butuh melampiaskan
energi. Beberapa orang sedang mengangkat beban, ter?
masuk Connor. Beberapa mengangguk menyambut ke?
datanganku, tapi sebagian besar tak mengacuhkanku.
Aku hanyalah salah satu dari sedikit gadis yang pernah
menginjakkan kaki di ruang bawah tanah ini. Mungkin
itulah alasan yang menyebabkan tidak ada laki-laki yang
menyatakan aku sebagai pasangan, sebab mereka merasa
aku menantang persaingan tidak seperti kebanyakan gadis
lain.
Aku mengambil handuk dari rak di dekat pintu dan
berusaha meredakan kegugupanku. Belum pernah aku
berada di ruang olahraga bersama Connor.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tadinya aku berencana berlatih angkat beban, tapi
satu-satunya yang kosong berada di samping Connor, dan
aku tak berani pergi ke sana. Aku menuju ke treadmill di
dinding yang letaknya tegak lurus dengan deretan bangku.
Connor tidak lagi dalam garis pandangku. Karena aku
baru saja kembali dari berlari-lari dan tubuhku masih
berkeringat, aku langsung memilih mode berlari. Semua
masalahku seolah langsung mencair begitu kukeraskan
volume iPodku dan larut ke dalam iramanya.
Beberapa orang berhenti untuk memandangku, lalu
kembali asyik pada kegiatan mereka. Setahuku, tak seorang
88
pun yang telah tersentuh purnama akan berlatih aerobik.
Setelah mereka memiliki kemampuan untuk berubah
wujud, berlari dengan empat kaki benar-benar menjadi
permainan yang berbeda. Di dinding bata seberangku,
tertempel stiker besar-besar yang bunyinya, "Shifter sejati
melakukan ini semua dengan empat kaki."
Treadmill jelas-jelas menjadi pilihan bodoh, Brit.
Kalaupun ada yang mencemooh, aku akan beralasan
bahwa ini sudah menjadi kebiasaanku. Tiba-tiba aku
marah pada diriku sendiri, mengapa harus selalu mencari
pembenaran atas tindakanku? Sebelumya aku tidak
begitu. Dan sekarang pun tidak akan. Aku suka berlarilari. Jadi apa masalahnya kalau aku memilih lari dengan
dua kaki?
Kutambah kecepatan, dan kudengar entakan kaki?ku
di atas bantalan karet meningkahi suara Carrie Under?
wood yang sedang bernyanyi di speaker miniku. Dia
tengah menyanyikan lagu tentang seorang cowok yang
tidak menelepon, dan spontan aku menoleh ke arah
Connor. Sebelah tangannya memegang halter besar, yang
digerakkan naik-turun dengan gerakan mulus. Aku nyaris
tak memercayai penglihatanku ketika kulihat sisi beban
itu bertuliskan 40 LBS. Connor memakai celana pendek
dan kaus hitam yang lengannya telah dirobek. Menilik
pinggirannya yang kasar, kurasa itu dirobek dengan gigi.
Ko
nyol sekali kalau berpikir kaus gembel usang itu seksi,
tapi itulah yang kupikirkan. Dia berotot, tentu saja, seperti
lelaki kebanyakan.
89
Agaknya Connor telah berlatih cukup lama, sebab
kulitnya telah dipenuhi kilauan keringat. Dia masih tak
peduli untuk bercukur, dan rambutnya bahkan terlihat
semakin acak-acakan. Dia terlihat kasar dan berbahaya,
seseorang yang terlatih untuk selalu menang. Agak aneh
juga melihat dia tidak dalam suasana hati riang sejak
purnama kemarin.
Beberapa orang sedang mengobrol, dan sesekali ter?
dengar suara tawa menggema di ruangan itu. Tapi, tak
seorang pun yang bicara pada Connor, tak ada yang berani
mengganggunya.
Dia menoleh ke arahku, dan aku buru-buru membuang
muka. Rasanya bola mataku nyaris melompat keluar. Aku
menyesali kelakuanku. Memangnya kenapa kalau ketahuan
sedang memandanginya?
Lalu aku jadi teringat semalam, ketika tatapannya
tertuju ke bibirku. Aku juga ingat waktu sarapan, saat
aku melihat dia tengah memperhatikan aku. Dan aku jadi
teringat ketegangan di antara kami selama rapat. Sengatan
listrik yang sebelumnya hanya kualami di satu pihak,
rasanya kini mengalir dari dua arah.
Begitu pikiran itu menghinggapiku, bulu roma di
lenganku sedikit menegak. Kulirik Connor. Dia sedang
memandang cermin di hadapannya, tapi jelas-jelas dia
memandangku, bukan pantulan dirinya. Dia tidak berpaling
atau membuang muka; pikirannya terpusat padaku. Sambil
terus mengangkat beban, rahangnya mengeras, mungkin
dia sedang tegang menghadapi sesuatu. Dan menurutku,
90
itu bukan karena beban halternya. Baginya, benda itu
seperti mainan anak-anak saja.
Aku ingin memikirkan sesuatu yang tepat untuk di?
katakan, sesuatu yang akan menyatakan bahwa aku bisa
menerima dia atau meninggalkannya?atau akan me?
nyatakan ketertarikanku kalau dia memang tertarik. Aku
belum pernah memainkan permainan yang menggoda
begini. Sepertinya aku harus melakukan penelitian kecilkecilan untuk mengetahui trik-trik menjadi perempuan
menarik seperti Kate Hudson atau Drew Barrymore. Tapi
apa gunanya? Lebih baik aku bertindak.
Sebelum purnama kemarin, aku selalu jujur dan
terbuka pada orang lain. Tapi, belakangan ini seolah aku
tidak menjadi diriku sendiri.
Aku tak berhasil menemukan kata-kata untuk ku?
katakan pada Connor. Baik aku dan dia sama-sama
tak berusaha memalingkan wajah. Dia memperlambat
gerakannya, dan aku bisa melihat getaran halus ototnya.
Mungkin seharusnya dia menyudahi latihannya, tapi
dia terus berlatih. Melihatnya tegang seperti itu, ada
sesuatu yang mengusik diriku. Tiba-tiba aku sesak napas.
Kutekan tombol cool down dan kuperlambat langkahku,
menyesuaikan diri dengan mesin yang bersiap untuk
berhenti.
Aku sama sekali tidak berusaha mengalihkan pandangan
dari Connor. Setelah alat itu berhenti, kulepas speaker dari
telingaku dan kusimpan di saku celana pendekku. Setelah
menyekanya dengan handuk, kututup wajahku dengan
91
katun lembut itu dan mempersiapkan mental untuk
menghadapi apa yang tengah kurencanakan.
Dengan sangat hati-hati, aku berjalan menghampiri
bangku kosong di samping Connor, lalu duduk dan
melepaskan kausku, menikmati udara dingin yang menyerbu
kulitku yang basah di sekitar bra olahragaku. Dari cermin,
kulihat gerakan Connor seolah tampak ragu. Matanya
menyipit. Lalu dia menggerakkan tangannya naik-turun
lebih cepat. Aku menikmati momen gila ini. Agaknya aku
telah membuatnya terganggu, dan terbuka kemungkinan
bahwa akhirnya dia benar-benar memperhatikan aku.
Aku menjangkau ke bawah, dan mengenggam beban
seberat sepuluh pon. Aku mulai menirukan gerakannya.
Jelas-jelas tatapannya menelitiku. Tubuhku terasa hangat
dan kehilangan tenaga, persis yang kurasakan ketika pergi
ke spa bersama ibuku dan memanjakan diriku dengan
pijatan batu panas.
"Apa yang kaulihat?" akhirnya kuberanikan diri untuk
bertanya.
Dia menggeleng, tapi tidak memalingkan wajah.
"Tidak ada gadis yang berolahraga segiat kamu."
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau mereka itu malas
berolahraga. Aku ingin menjadi Dark Guardian yang
terbaik, dan itu berarti tetap menjaga kondisi tubuh."
"Laki-laki akan selalu menjadi Guardian yang lebih
baik daripada perempuan," timpal seseorang.
Aku menoleh ke arah suara itu, yang ternyata Drew,
seorang calon, yang sedang melakukan latihan kaki. Aku
92
selalu mendapat kesan bahwa para calon biasanya agak
terlalu sombong, padahal semua orang tahu, seorang
Guardian sejati bisa saja menendang mereka sampai ke
bulan.
"Aku bisa berlari mengalahkanmu," kataku.
"Itu namanya stamina, bukan kekuatan."
"Lalu apa yang ingin kaulakukan? Mau tahu siapa yang
bisa mengangkat beban lebih berat?"
Sambil nyengir, dia menggeleng. Drew terkenal suka
main fisik, menyulut perkelahian. Aku ragu, apakah dia
bisa menjadi Dark Guardian. Dia punya masalah cepat
naik darah dan dia harus bisa mengendalikannya. Di sekitar
Drew, beberapa cowok menghentikan kegiatan mereka dan
memandang kami.
"Jangan ganggu dia, Drew," kata Connor.
"Aku bisa mengatasinya sendiri," kataku.
Drew memutar bola matanya, menunjukkan ketidak?
sabarannya.
"Bukankah itu yang harus dilakukan Guardian?" tanya?
ku.
"Kalau harus bertarung bersama kelompok," kata
Connor.
Kata-katanya itu benar, aku tahu. Dan itu membuatku
jengkel. Namun perintahnya untuk tidak mengangguku
itu membuat semua orang kembali berkonsentrasi pada
kegiatan mereka. Saat Connor mengecam, biasanya yang
lain akan menghindar. Kurasa kalau dia bukan sahabat
baik Lucas, kalau dia tidak berpegang bahwa kaum kami
93
harus berkelakuan lebih beradab, mungkin dia sudah
menantang Lucas untuk memperebutkan kedudukan
sebagai pemimpin perkumpulan. Tak kuragukan, dia pasti
akan menang.
Walaupun dia suka bercanda, yang kini tersimpan
rapat-rapat sejak pengkhianatan Lindsey, dia adalah salah
satu Guardian yang paling tangguh.
Lalu mengapa dia tidak mengalahkan Rafe?
"Jadi ada apa antara kau dan Daniel?" tanya Connor
dengan suara pelan.
Hampir saja aku kehilangan iramaku. Kupindahkan
beban ke tangan yang lain, dan dia melakukan hal yang
sama. "Kamu ini ngomong apa, sih?"
"Pagi tadi waktu sarapan, dari sikapmu. Sepertinya
kamu mempertimbangkannya lagi sebagai pasangan."
"Cemburu?" tanyaku. Tiba-tiba saja aku tersadar itu
taktik yang salah.
"Penasaran saja."
"Dia orang yang baik, hanya itu."
Ada yang berubah di antara kami yang tak bisa ku?
jelaskan dengan tepat. Connor mempercepat gerakannya,
mendengus lebih keras, menggerakkan tangan lebih kuat.
Matanya tertuju pada bayanganku di cermin. Aku mulai
bergerak mengikutinya. Udara dipenuhi uap panas, seolah
kami tengah terlibat dalam sebuah perlombaan ketahanan
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan beban. Keringat berkilau di kulitku. Aku merasakan
setetes keringat bergulir ke pusar, dan melihat Connor
memandanginya sampai jatuh ke lingkar pinggang celana
94
pendekku dan terserap oleh kain. Napasnya semakin
memburu, semakin keras. Kilatan liar terpancar dari
matanya. Untuk pertama kali, dalam wujud manusianya,
dia menyerupai wujud serigalanya yang buas. Entahlah,
apa yang membuatku semakin sesak napas. Cara Connor
memandang atau berat halter yang sedang kuangkat.
Sayangnya, lenganku keram. Sebal rasanya karena harus
menyerah. Sambil terengah-engah, kujatuhkan beban itu
ke lantai. Connor masih terus berlatih. Begitulah.
Aku melangkah menjauhinya, mengambil posisi di
atas matras terdekat dan mulai berlatih mengencangkan
otot perut. Setelah diistirahatkan, lenganku tidak geme?
taran lagi. Aku pun menuju palang, melompat dan
menggenggamnya dengan jari-jari mengarah ke dalam.
Sambil menghadap ke dinding bata, aku menggerakkan
tubuhku naik-turun. Terdengar suara napas berat di seke?
lilingku, desah napas berat saat kami bekerja keras mem?
persiapkan diri secara fisik dan mental untuk berperang
melawan Bio-Chrome.
Dengan mengerahkan segenap kekuatan, kuangkat
daguku mencapai atas palang, lalu kuturunkan tubuhku.
Begitu terus, dan kupercepat gerakan sampai lenganku tak
kuat lagi. Kuperlambat gerakan. Dan itu suatu kesalahan.
Tanpa momentum, itu terlalu sulit kulakukan. Aku men?
jatuhkan diri ke lantai. Sambil membungkuk dan menum?
pukan tangan ke paha, kuhela napas dalam-dalam, menik?
mati perasaan puncak yang timbul akibat latihan sampai
maksimum.
95
"Seharusnya kau selalu siap menghadapi serangan,"
kata Connor dengan suara pelan, napasnya yang hangat
mengembus leherku.
Aku menoleh dan memelototinya. "Itu yang sedang
kupersiapkan."
"Kau tidak pernah benar-benar siap."
Sebelum aku sempat menjawab, dia mengalungkan
lengannya, mengangkatku, dan membantingku ke matras
gulat di dekat situ. Dia mengangkangiku. Seketika ruang
olahraga berubah hening. Bagaimana aku tidak menya?
darinya? Kini yang terdengar hanyalah helaan napas berat
dan tajam Connor dan aku. Yang lain berkerumun untuk
menonton.
Connor kuat, luar biasa kuat. Aku tak bisa menandingi
kekuatannya, tapi kurasa aku masih lebih gesit. Dengan
kecepatan daya dorong kakiku, kuangkat tubuhku dan
meluncur dari bawahnya, berguling dengan aman ke
samping. Di satu pihak, aku ingin lari saja. Itu selalu menjadi pilihan yang paling tepat.
Tapi di pihak lain, pihak yang sangat menginginkan
diriku bisa berubah wujud, memerintahkan untuk mener?
kamnya.
Aku melompat ke atas punggung Connor, membelitkan
lenganku ke dadanya. Naluriku memerintahkan untuk
menyapukan kaki ke lututnya, membuat dia kehilangan
keseimbangan. Begitu kami terjatuh, dia berbalik tepat
pada waktunya, membuatku berada di bawah. Tapi itu
96
tidak jadi masalah, karena aku yang memegang kendali
pertarungan, dan dia tahu itu.
Badan Connor menegang, otot-ototnya mengeras.
Dengan satu gerakan cerdik, dia mengambil alih kendali.
Dalam beberapa menit kami telah berubah posisi. Tanpa
berkata-kata, tubuh kami saling bertumpang-tindih.
Kadang-kadang sulit untuk mengatakan mana batas kulitku
dan batas kulitnya. Tubuh Connor licin setelah berolahraga
tadi, membuatnya sulit dipegang. Sama halnya dengan
tubuhku. Tangannya yang besar dan kuat meluncur turun
ke punggungku dan melewati pahaku. Jari-jariku tertanam
ke bahunya.
Kami memisahkan diri dan segera berdiri. Dengan
napas tersengal, kami saling memutar. Matanya berkilat
bak predator, bersama dengan sesuatu yang lebih dari itu.
Aku bisa merasakan ketegangan mengambang di udara?
tapi tak ada hubungannya dengan persaingan. Semua
itu tentang lelaki dan perempuan. Kesadaran seksual
mendengung di antara kami berdua.
"Kamu memang hebat," kata Connor, dan aku men?
dengar nada hormat dalam suaranya.
Ingin rasanya membusungkan dada dengan bangga,
tapi aku tak berani mengendorkan pertahananku.
"Sudah kubilang dia memang seperti itu." Suara Lucas.
Aku tidak melihat dia masuk. Entah sudah berapa lama dia
menonton.
Samar-samar Connor mengangguk, lalu kembali me?
nyerangku. Dia menyerang ke atas dan aku menyerang
97
ke bawah, mencekal kakinya dan memanfaatkan berat
badannya untuk menumbangkannya ke lantai. Pada saat
yang sengit itu, aku berbalik, mencekal lengannya, menahan
sikunya dengan pahaku, dan memuntirnya. Itu gerakan
mengunci lengan, padahal aku jarang sekali memperhatikan
teknik-teknik dasar. Aku hanya tahu kalau gerakan seperti
itu memberiku keuntungan ketika mendapat lawan yang
jauh lebih besar. Connor mengerang, binatang buas dalam
dirinya sama sekali tidak senang dikekang.
Kurasakan otot-ototnya mengendor, tahu dia hendak
menyerah. Kulonggarkan cengkeramanku?
Dia berbalik menimpaku di lantai, dalam sekejap
tubuhnya menekan tubuhku. Kutatap mata birunya.
Mungkin pikirnya dia telah menempatkan aku pada
posisi yang diinginkannya, tapi sebenarnya akulah yang
menempatkan dia pada posisi yang selalu kuinginkan?
begitu dekat, kulit bergesekan dengan kulit.
Aku memandanginya, dan tatapannya nanar mene?
lusuriku, seolah hendak mengungkapkan siapakah diriku
ini sebenarnya. Dia merendahkan kepala, cuping hidung?
nya mengembang, dan aku tahu dia sedang mengen?dus
bauku. Aku terdorong untuk mengucapkan sesuatu yang
bodoh, seperti, "Mari bercinta saja, jangan bertarung."
Sepertinya aku hanya akan merusak momen dengan satu
kata murahan itu.
Tapi untunglah, naluri pertahanku sedang waspada
penuh, sehingga mampu mengendalikan bagian dari
98
otak yang mengatur kemampuan bicaraku. Aku hanya
mengatakan, "cukup sampai di sini."
Tatapan Connor yang membara tertuju ke bibirku,
lebih lekat daripada semalam. Lalu beralih ke mataku.
Alisnya mengerut. Akhirnya dia mengangguk dan
berguling dari tubuhku. Dia mengulurkan tangan, dan aku
menyambutnya, merasakan genggamannya yang kuat dan
telapak tangannya yang kasar. Keduanya mendatangkan
rasa senang dalam diriku, sementara dia menarikku ber?
diri.
"Oke," kata Connor sambil memandang ke belakangku.
"Dia lulus."
"Apa?" Aku menoleh dan melihat Lucas sedang me?
nonton kami dengan tangan terlipat di dada, tampak puas.
Kayla berdiri di sampingnya, tersenyum padaku.
"Connor mengetuai kelompok Guardiannya sendiri,"
kata Lucas.
"Ya, aku sudah melihat daftarnya di dinding," kataku.
"Setiap pemimpin membutuhkan wakil yang dapat
diandalkan," kata Lucas. "Aku menyarankan Connor
untuk memilihmu, tapi dia ragu. Kurasa kau baru saja
mencampakkan keraguan itu ke tanah."
Aku memelototi Connor. Dia sedang menyeka ke?
ringat dengan handuk, seolah tak mau tahu seperti apa
rasanya terkunci di lantai di bawah tubuhnya: degup
jantungku berdetak lebih kencang daripada yang sudahsudah, padahal tadinya aku mengira dia benar-benar
99
tertarik padaku sebagai seorang gadis. Aku berbalik dan
meninju lengannya.
"Hei!" dia menggosok-gosok lengannya. "Apa-apaan,
sih?"
"Kamu mengujiku? Menguji aku? Astaga, Connor,
kukira kau sudah lama mengenalku, tapi kau meragukan
aku?"
Kemarahan berkobar di matanya. Tapi, kurasa itu
tidak akan sebanding dengan kemarahan yang berkobar
di mataku. "Sori kalau kamu tersinggung, tapi aku belum
pernah melihatmu dalam sikap prajurit, jadinya, yah, aku
ingin memastikan seperti apa kemampuanmu."
Aku berdiri tepat di hadapannya. "Jangan beraniberani kamu mengujiku dalam wujud serigala. Kalau
kaulakukan juga, kau tidak akan bisa bangun dari matras."
Sebuah kebohongan, sesumbar yang tak bisa kubuktikan,
tapi aku tak peduli. Aku tak akan membiarkan siapa pun
memaksaku membuka rahasia kecilku yang kotor itu.
Tantangan itu semakin membuat wajahnya muram,
mengubah kemarahan menjadi sesuatu yang primitif?dan
tubuhku bereaksi kuat terhadap pesan yang dikirimnya.
Tiba-tiba napas kami memburu, seolah mendekati
akhir sebuah latihan. Tangan kami terkepal membentuk
tinju?bukan untuk bertarung, melainkan mengendalikan
dorongan hati untuk menyentuh. Aku harus mengerahkan
setiap jengkal tekad yang kumiliki agar tidak menerjangnya
dan membuat kami berdua jatuh ke lantai. Bisa kukatakan
dia pun tengah mengalami pergumulan yang sama. Dia
100
mengendus aromaku lagi, dan aku khawatir bauku akan
bercampur dengan hasrat yang membara.
"Oooke," kata Lucas sambil menekan dada Connor
dan mendorongnya mundur. "Kami mengerti. Tak ada lagi
ujian."
Kami berdua kembali tersadar. Aku merasa seperti baru
sadar dari kerasukan.
"Aku serius," gertakku, lalu melangkah cepat mening?
galkan ruangan. Para Shifter menyingkir dan memberiku
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jalan, seolah aku ini makhluk yang terbuat dari perak.
Di koridor aku mendengar langkah yang terburuburu.
"Brittany, tunggu," kata Kayla.
Aku berbalik dengan sangat cepat, sampai-sampai
Kayla terhuyung mundur. Aku hanya bisa membayangkan
seperti apa ekspresi wajahku: sakit hati, marah, kecewa.
"Kurasa kamu sudah tahu soal ini ujian atau apa
pun namanya."
Dia terkesiap kaget melihatku berapi-api. Setahuku,
tidak ada Guardian yang pernah diuji. Lalu kenapa aku?
Apakah mereka dapat merasakan bahwa bulan telah meng?
khianatiku? Apakah mereka takut aku akan mela?kukan hal
yang sama terhadap mereka?
Kayla merasa tidak enak hati. "Sedikit banyak aku
memang tahu. Aku tahu kalau Connor hanya akan mene?
rimamu setelah dia diberi kesempatan untuk mengukur
kemampuanmu."
101
"Dan kamu tidak berniat untuk membocorkannya
padaku?"
"Tadinya mau kulakukan," katanya datar. "Tapi kamu
mau pergi berlari-lari."
Sial. Dia sudah berusaha. Jadinya aku merasa bersalah
karena menimpakan kekecewaanku padanya. Dia orang
baru dalam masyarakat kami. Dia tidak dibesarkan di
lingkungan kami. Dia tidak memahami seluk-beluknya,
tidak tahu apa-apa soal kemampuan kami. Amarahku tak
terbendung lagi. "Masalah perempuan, masalah serigala?
Nggak bisa lebih jelas lagi ngomongnya?"
"Aku nggak mau ada yang mendengar dan tahu kalau
aku telah melanggar peraturan. Semua orang di sini punya
pendengaran yang sangat peka. Entah bagaimana orangorang itu menyimpan rahasia."
Aku mengangguk, ketakutanku bakal ketahuan muncul
lagi. "Biasanya mereka tidak begitu." Kini giliran aku yang
merasa tidak nyaman. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak
melampiaskan kemarahanku terhadap Connor padamu."
"Nggak apa-apa. Aku juga akan begitu. Tapi, hei, kau
bisa mengendalikan diri lebih baik daripada siapa pun."
Hasil ujian itu akhirnya keluar. Aku lulus. Connor
memberiku kedudukan dengan tanggung jawab yang besar.
Aku telah membuatnya terkesan?tapi sampai berapa lama?
Sampai nanti dia mengharuskan aku berubah wujud. Dan
ketika ternyata aku tidak bisa, semua penghargaan yang
kudapatkan dengan kerja keras itu akan lenyap seketika.
Kupikir, sebaiknya aku kembali ke ruang olahraga saja
102
dan mengatakan yang sebenarnya. Tapi aku ini kuat. Dan
itu baru saja kubuktikan. Aku bisa menjadi aset yang
berharga?asalkan keadaan tidak menuntut kami untuk
berubah wujud. Aku tidak mau kehilangan kesempatan
untuk bersama Connor, jadi aku bersikap seolah tidak ada
apa-apa, berusaha menyembunyikan kegugupanku. Aku
nyengir. "Aku mengalahkannya."
"Hampir pada akhirnya."
Aku diam saja. Memangnya aku harus berkata apa?
Menyangkal apa yang sudah dilihat semua orang?
"Jangan biarkan itu membuatmu sedih," kata Kayla.
"Kau bertarung dengan baik. Kau harus keluar bersama
Lucas dan aku malam ini."
"Ya, menjadi kambing congek saat kalian berdua
bersenang-senang."
Dia tersenyum sabar. "Kami akan menjaga sikap. Lucas
pernah cerita padaku tentang ruangan media?di sana ada
layar datar yang besar dan terhubung dengan DVD player.
Sebagian besar dari kita akan pergi nonton malam ini. Aku
pengin nonton film Brad Pitt."
"Semoga beruntung. Orang-orang di sini lebih suka
nonton film paling jelek yang pernah ada."
Dia mengangkat bahu, menganggap kata-kataku
itu sebagai olok-olok. "Begitu juga nggak apa-apa. Yang
penting adalah menjadi bagian dari perkumpulan."
Dan tak diragukan lagi, bisa bermesraan begitu cahaya
diredupkan.
103
Pintu menuju ruang bawah tanah terbuka, dan
Connor melangkah keluar. Dia mengangguk hormat saat
melewatiku.
Sekujur tubuhku gemetar. Selalu begitu sehabis
berolahraga. Tapi, aku tahu ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kelelahan otot. Semua itu karena
Connor.
Aku pernah melihatnya bertarung dalam wujud
serigala ketika kami menghadapi ancaman seekor binatang
di hutan. Dia terlihat elok, tapi mematikan. Namun aku
belum pernah melihatnya bersikap sebagai prajurit dalam
wujud manusia. Dia juga terlihat seksi, bahkan lebih
berbahaya.
Terlebih karena aku melihat ke dalam matanya, bahwa
dia tahu apa yang sebenarnya telah kulakukan. Aku sengaja
membiarkannya menang.
104
TUJUH
Begitu kembali ke kamar, aku mandi berlama-lama di
bawah pancuran air panas, dan itu membuat tubuhku
rileks. Tapi, ketika mengeringkan badan dengan handuk,
kudapati memar di paha dan lengan atasku. Dengan
kesal kupukulkan kepalan tanganku ke meja. Setiap
Shifter yang memiliki harga diri akan berubah dan segera
menyembuhkan luka seperti ini. Satu-satunya jalan keluar
aku harus memilih pakaian yang tidak terlalu terbuka.
Itu tidak akan terlalu menarik perhatian Connor.
Sulit dipercaya, dalam waktu kurang dari satu jam
setelah ujian konyolnya itu, aku mencari dia lagi. Tak
bisa kupungkiri, bergulat dengannya benar-benar meng?
gairahkan?bahkan untuk alasan yang konyol.
105
Setelah pergulatan yang begitu dekat di atas matras,
aku sadar akhirnya mendapatkan perhatian penuh darinya,
membuatku lebih bersemangat daripada diberi kekuasaan.
Dia telah mencium feromon tubuhku dengan begitu dekat.
Entah apa yang akan terjadi seandainya kami tidak ditonton
orang-orang di dalam ruang bawah tanah itu. Apakah dia
akan menundukkan kepala lebih dalam dan menciumku?
Apakah dia keberatan kalau aku menyusupkan tanganku
ke balik kausnya dan mengelus otot punggungnya yang
perkasa? Akankah dia menekan?
Ketukan keras di pintu kamar mandi membuat
jantungku hampir copot.
"Hei, Brittany, boleh aku masuk?" tanya Lindsey.
Kapan sih dia balik ke kamar? Tidak bisakah dia
menunggu sampai aku menyelesaikan lamunanku? "Aku
belum pakai baju," jawabku.
"Pakai handuk saja. Aku harus bersiap-siap mau pergi
dengan Rafe, nih."
"Tunggu sebentar." Aku sama sekali tidak berusaha
menyembunyikan kegusaranku. Dan aku tidak punya
waktu lagi untuk melihat ke mana lamunanku akan ber?
akhir. Mungkin nanti malam sebelum tidur. Sekilas
kuperiksa sekujur tubuhku. Tak kutemukan memar yang
lain.
Kubalut tubuhku dengan handuk, tapi memar di paha?
ku terlihat jelas, seperti memar yang pernah dialami anak
nakal yang pernah kuasuh dulu. Hebat. Semoga Kayla tidak
akan melihatnya. Lindsey sudah tahu yang sebenarnya,
106
jadi lukaku ini tidak akan membuatnya kaget. Aku meraih
handuk lain dan melangkah keluar sambil menyekakan
handuk itu ke lenganku, agar terkesan aku baru mulai
mengeringkannya?hanya untuk menyembunyikan me?
mar itu.
"Thanks," kata Lindsey saat dia bergegas melewatiku
dan menutup pintu.
Kayla sedang menarik ritsleting rok denim pendeknya
ketika aku melemparkan handuk ke atas tempat tidur dan
mulai mengaduk-aduk ranselku. Lenganku yang memar
tersembunyi dari pandangannya. Aku mengeluarkan celana
jins. Dan untuk atasannya?
"Itu memar, ya?" tanya Kayla.
Aku pura-pura kaget sambil melihat ke arah pahaku.
"Hah. Kayaknya, sih."
"Kalau begitu, berubahlah dan sembuhkan." Dia
memakai atasan hijau berendanya. "Itu salah satu yang
paling keren menjadi seorang Shifter. Mudah sekali kita
sembuh."
Dia meraih sisir dan mulai menyisir rambut merahnya
yang bergelombang.
"Biar nanti kuurus kalau kalian sudah pergi." Tapi
bukan dengan cara seperti yang dipikirkannya.
Dia berhenti menyisir. "Aku akan menutup mata kalau
kau malu berubah di depanku."
"Thanks, tapi nanti saja kuurus."
"Iya, aku ngerti," katanya pelan.
Aku meragukannya. "Ngerti apa?"
107
"Itu pengalaman pribadi. Pertama kali aku berubah di
depan orang lain selain Lucas, aku gugup sekali, sampaisampai nggak yakin bisa melakukannya. Tak terbayangkan
olehku seperti apa rasanya tumbuh besar dan tahu kalau kau
memiliki kemampuan yang menakjubkan ini. Entahlah,
apakah aku punya kesabaran untuk menunggu."
"Yah, ini bukan seperti pilihan."
"Benar." Dia menyingkirkan sisirnya, menuju pintu,
dan berhenti. "Yakin kau tidak mau kutunggu?"
"Ya. Lagian, kau dan Lucas mungkin sudah berciuman
seratus kali sebelum aku selesai."
"Atau satu ciuman yang panjang dan lambat. Yang
paling kusukai." Dia membuka pintu sambil tersenyum
cerah. "Hei!"
"Hei," balas Lucas, suaranya mencerminkan betapa
senangnya dia bertemu Kayla.
Kayla menutup pintu. Alangkah senangnya punya
seseorang yang menungguku di koridor. Hanya saja kalau
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang itu adalah Connor.
Buru-buru aku berganti baju sebelum Lindsey keluar
dari kamar mandi. Aku tidak butuh nasihat panjang lebar
tentang cara menangani memarku, dan kurasa jalan keluar
yang diberikannya termasuk mengguruiku bahwa sudah
saatnya aku mengaku.
Kugoyang-goyangkan kepalaku dan kubiarkan rambut?
ku terurai. Aku membayangkan Connor menyisirkan
jema?rinya ke rambutku, berulang-ulang sampai rambutku
kering.
108
Aku harus berhenti memikirkan dia dan melanjutkan
hidupku. Mungkin para tetua benar. Mungkin belahan
jiwaku berada di negara bagian lain, bahkan negara lain.
Oke, jadi aku belum berubah, dan segala sesuatunya
agak berbeda bagiku. Tapi, bukan berarti aku tidak pantas
mendapatkan belahan jiwa?atau setidaknya seorang
pacar. Aku tidak membutuhkan komitmen seumur hidup.
Tapi sebuah ciuman akan menyenangkan. Lidah Connor
meluncur di lidahku?
Aku menghela napas dalam. Entahlah, apakah aku bisa
bahagia bersama orang selain Connor. Bisakah dia bahagia
dengan orang selain Lindsey?
Pintu kamar mandi terbuka. Lindsey melangkah keluar,
terlihat cantik seperti biasa. Dia langsing bak supermodel.
Aku belum pernah sekurus itu. Dulu kakekku pernah
bilang kalau struktur tulangku bagus. Yah, seperti itulah
pujian yang diinginkan setiap gadis.
"Kudengar kamu satu regu dengan Connor, ya," kata
Lindsey sambil melemparkan buntalan baju kotornya ke
sudut dekat tempat tidurnya.
"Itu bukan rahasia. Tertempel di dinding luar ruang
rapat."
"Semoga semuanya lancar bagi kalian berdua, sungguh.
Tapi Connor kelihatannya agak jauh hari ini."
"Oh, ya? Kau mempermainkan dia, Linds. Sesuatu
yang tidak akan pernah kulakukan."
Pipinya merona merah sekali. "Seharusnya aku menjadi
sekuat dirimu lebih cepat?begitu aku menyadari Rafe109
lah orangnya. Aku hanya tidak mau menyakiti Connor.
Maksudku, semua orang berpikir kami ditakdirkan untuk
berjodoh. Hanya saja kami tidak."
Aku tidak menanggapinya. Tidak ada yang bisa ku?
katakan untuk membuatnya merasa lebih baik. Lalu dia
pergi begitu saja. Sambil duduk di atas tempat tidur,
aku masih bingung mau melakukan apa sore ini. Teman
jalanku?Kayla dan Lindsey?akan sibuk berduaan
dengan pasangan mereka. Satu-satunya anggota kelompok
kami yang belum terikat pada seseorang tinggallah?
Connor. Tapi keinginan untuk bertemu dengannya sama
besar dengan kejengkelanku padanya, dan aku sedang
tidak ingin mengejarnya. Aku mulai merasakan sengatan
kekecewaan karena ternyata dia tidak cukup mengenalku,
dia tidak tahu betapa aku berusaha mati-matian untuk
menjadi Dark Guardian terbaik.
Malam ini aku sendirian.
Setelah menyendok popcorn hangat dari mesin di koridor
dan membubuhkan banyak sekali mentega, aku menyelinap
masuk ke ruang media yang sangat mirip bioskop kecil.
Lampu sudah dipadamkan, film sedang diputar. Hampir
saja aku meraih senter kecil yang selalu kubawa di saku,
lalu aku teringat bahwa seharusnya aku telah memiliki
penglihatan yang baik dalam gelap.
Hampir semua tempat duduk telah terisi oleh para
Guardian, beberapa calon, pengurus rumah tangga, dan
para tetua. Mereka semua menatap layar. Dan tentu
110
saja, seolah telah diatur oleh takdir, pada saat yang tepat
pahlawan kami terhuyung-huyung di tengah hutan yang
lebat berusaha untuk mengejar purnama. Ya, film manusia
serigala berada di posisi teratas dalam daftar film yang
wajib kami tonton. Hollywood menganggap kami ini jenis
makhluk menyimpang yang menyenangkan. Jadinya aku
semakin kesulitan untuk mendapatkan kursi kosong. Aku
mendengar pintu terbuka dan tertutup dengan cepat, tapi
membuatku cukup mendapat penerangan untuk melihat.
Lalu seseorang menyentuh lenganku, dan gelombang
kegembiraan mengaliriku. Kejengkelan yang tadi kurasakan
terhadap Connor lenyap seketika. Bahkan dalam keadaan
hampir gulita tanpa bisa melihat jelas, aku tahu itu Connor.
Aku mengenali baunya.
"Sedang menunggu seseorang?" Connor berbisik di
dekat telingaku, menimbulkan getaran senang di leherku.
Hanya kamu yang kutunggu, kata-kata picisan seperti
biasa yang muncul di kepalaku. "Oh. Nggak."
"Kalau begitu duduklah bersamaku."
Sebelum aku sempat menanggapi, Connor meng?geng?
gam tanganku dan jari-jari kami saling bertaut. Jantungku
terkesiap merasakan betapa panjang dan kuat jari-jarinya
dibandingkan dengan jariku. Aku pernah merasakan
sentuhan jari itu di tubuhku saat kami bertarung, tapi
untuk beberapa alasan, sentuhannya kali ini agaknya jauh
lebih mesra. Connor beberapa senti lebih tinggi dari aku
dan sedikit lebih kekar?dan aku ingat bagaimana tubuh
itu pernah menekan tubuhku.
111
Film di layar tiba-tiba semakin terang ketika terfokus
pada bulan purnama, dan aku bisa melihat sedikit lebih
jelas. Connor membimbingku menuju tempat duduk
di depan Kayla dan Lucas. Belum pernah kulihat Kayla
terang-terangan menunjukkan ekspresi di wajahnya seperti
sekarang. Matanya terbelalak kaget, yang kurasa bukan
disebabkan oleh pertunjukan di film.
Aku berusaha keras untuk menepiskan rasa kehilangan
ketika Connor melepaskan genggamannya di tanganku.
Setelah duduk, aku merasa nyaman dan menawarkan
popcorn padanya. Sambil nyengir, dia mengambil segeng?
gam, lalu bersandar kembali dan menonton film. Agaknya
perkelahian sengit kami sore tadi telah terlupakan.
Entah, sebenarnya apa yang kuharapkan. Lengannya
memelukku, bibirnya menempel ke bibirku. Aku
mengunyah popcorn yang rasanya seperti serbuk kayu?
bukan salah popcorn-nya. Aku hanya kehilangan selera.
Lelaki dalam film tiba-tiba ditumbuhi rambut yang
agak aneh di wajah dan tangannya. Special efek yang
buruk mulai memanjangkan moncongnya. Kurasa film ini
langsung menjadi video.
"Yang benar saja," gerutu Connor dan mulai melempar
popcorn ke layar. Dia bukan satu-satunya yang melakukan
itu. Ejekan dan bisik-bisik terdengar di mana-mana.
"Siapa yang menemukan film ini?" teriak Lucas.
"Daniel!" teriak seseorang.
"Ini pasti bisa menang."
112
Ada lomba tak tertulis untuk menemukan film manusia
serigala terburuk yang pernah ada. Kami memiliki selera
yang tidak lazim berkenaan dengan apa yang tergolong
sebagai hiburan. Biasanya aku tertawa bersama yang
lainnya dan mengejek apa yang kami anggap sebagai
parodi kaum kami. Tapi malam ini, menonton perubahan
wujud?sekalipun melenceng jauh dari kenyataan seperti
disengaja untuk melucu?membuatku terpukul lumayan
telak.
Sejauh yang mampu kuingat aku telah menetapkan
diriku akan menjadi seperti apa ketika berumur tujuh
belas tahun dan menghadapi purnama pertamaku. Semua
kegelisahan yang kurasakan karena tidak ada lelaki yang
menaruh perhatian padaku telah mencair. Dalam wujud
serigala, aku pasti memiliki kecantikan, rasa percaya diri,
dan kekuatan. Aku tak akan pernah lagi mengkhawatirkan
seorang lelaki akan menelantarkan aku seperti halnya
ayahku menelantarkan ibuku dan aku.
Tiba-tiba aku merasakan lengan Connor berada di
punggung kursiku, buku-buku jarinya menari di pipiku.
Sentuhan itu sangat mengejutkan, membuat sekujur tubuh?
ku kaku.
"Hei, ada apa?" suaranya berat dan dalam, bibirnya
sangat dekat ke telingaku sampai-sampai aku bisa men?
dengarnya dengan mudah di tengah suara teriakan ejekan
dan siulan ketika manusia serigala di layar telah berubah
total?tanpa menanggalkan pakaiannya. Trik yang rapi.
Aku menggeleng. "Nggak apa-apa."
113
Dia menggerakkan tangannya perlahan di belakang
leherku dan mulai mengusap bawah daguku dengan ibu
jarinya. Perutku terasa panas. Aku sadar betul dia tengah
memandangiku, sementara aku berusaha agar terkesan
sedang memperhatikan layar. Aku sering memimpikan
saat-saat seperti ini bersama Connor. Namun, begitu
menjadi kenyataan, rasanya sulit untuk memercayainya.
Beberapa malam yang lalu, dia telah bersiap menyerahkan
seluruh hidup, hati, jiwa, dan raganya kepada Lindsey
untuk selamanya. Sekarang dia memberikan perhatiannya
padaku, seolah Lindsey tidak pernah ada, seolah dia belum
menyandang simbol namanya, yang tertoreh di kulitnya
melalui sebuah ritual kuno yang semestinya menunjukkan
mereka adalah pasangan. Dan dia masih memandang
perlu untuk mengujiku. Mungkin seharusnya aku balas
mengujinya.
Bibirnya menyentuh telingaku dan keyakinanku
semakin kuat ke mana perhatiannya tertuju. Aku menarik
napas gugup. Rasanya aku hampir meleleh di kursiku.
"Keluar, yuk," ajaknya.
Sebelum aku menyatakan keberatan?tapi memang
tidak akan kulakukan?dia berdiri dan meraih tanganku,
menarikku berdiri, dan menggandengku keluar dari ruang
media. Di koridor dia menatapku. "Ada yang nggak beres.
Aku tahu kamu bukannya masih marah soal sore tadi,
karena kalau tidak, kau pasti tidak mau duduk bersamaku.
Ada hal lain yang mengganggumu. Apa itu?"
114
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suaranya mengandung kekuatan dan perintah.
Ingin aku mengatakan yang sebenarnya. Aku ingin dia
meyakinkanku bahwa di suatu tempat aku akan mene?
mukan jawaban, bahwa aku akan menjadi serigala elok
seperti yang selalu kuimpikan. Aku jadi teringat tatapan
aneh ketika aku melompat ke atas treadmill. Tatapantatapan itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan
tatapan yang akan kudapatkan jika kebenaran tentang
diriku terbongkar.
"Aku memikirkan soal Bio-Chrome." Sebagian benar.
"Aku lagi nggak minat nonton film yang mengejek kita.
Mason dan ayahnya memandang kita sedikit lebih tinggi
daripada tikus percobaan untuk dibedah dan dipelajari,
dan digambarkan seperti itu"?kugerakkan kepala ke
arah teater?"tidak membantu upaya kita. Kita adalah
stereotip."
"Bukan, Brittany. Tak ada yang tahu keberadaan kita.
Yah, kecuali Bio-Chrome. Film itu hanyalah rekaan, ber?
dasarkan imajinasi atau ketakutan seseorang. Kita tahu itu
sama sekali tidak akurat. Tapi kita tidak bisa digambarkan
dengan akurat kalau tidak bersedia keluar dari hutan."
Kata-katanya mengejutkanku. "Apakah menurutmu
kita harus begitu?" tanyaku.
"Beberapa di antara kita sudah membicarakannya,
tapi kaudengar pendapat para tetua. Mereka percaya ada
keselamatan dalam kerahasiaan."
"Apakah kamu percaya juga dengan itu?"
115
"Lebih baik aku menghadapi badai." Dia menjangkau
wadah popcorn dan meraup segenggam penuh. "Ayo kita
pergi dari sini."
"Mau ke mana?"
"Jalan-jalan saja."
Dia meraih wadah popcorn yang masih kupegang, lalu
melemparkannya ke tong sampah. Dia menggenggam
tanganku dan menggandengku keluar. Biasanya aku tidak
sedemikian penurut, tapi malam ini ke mana pun dia
membawaku pergi, ke sanalah aku akan pergi.
Kami sampai di pinggir pelataran yang mengarah
ke hutan. Connor bersandar di batang pohon, menaruh
tangannya ke pinggulku dan menempatkanku sejajar
dengannya. Jantungku bergemuruh, mata kami beradu
dan bertautan. Perlahan dia mengelus lenganku, dan aku
menyesal karena harus memakai baju lengan panjang
untuk menutupi memarku sehingga tidak bisa merasakan
sentuhannya di kulitku. Dia menautkan jemarinya ke
jemariku, dan sepercik aliran listrik menyengat kami. Lalu
dia mengangkat tanganku, menjilati mentega dan garam
yang masih melekat di ujung jariku. Barangkali itu hal
yang lebih sensual yang pernah kualami. Namun itu tak
terasa entahlah. Tulus.
"Aku nggak mau jadi tempat pelarianmu," kataku,
memaksakan kata-kata itu keluar dari tenggorokanku.
Dia kaget mendengar nadaku yang kasar. "Lindsey
memberitahuku kalau kamu tertarik padaku."
116
Aku menutup mataku dan mengerang. Dia tidak
berhak mengatakannya. Aku membuka mata dan melihat
dia masih memandangiku.
"Ya?" tanyanya.
Aku menggertakkan gigi, berharap dia tidak sedang
mempermainkan aku. Tapi ini Connor. Teman sekolahku.
Orang yang kujagokan di lapangan sepak bola. Orang
yang memanggul peralatan para pekemah menuju hutan
dan tidak pernah mengeluh. Orang yang senyumnya seksi.
Orang yang?kalau boleh jujur?cukup peduli dengan
kaum kami sehingga harus memastikan dia memilih orang
yang tepat sebagai tangan kanannya. "Kalau ya, lalu?"
"Seberapa besar?"
"Ini bukan sesuatu yang bisa kuukur dengan skala satu
sampai sepuluh." Terlebih apa yang kurasakan terhadapnya
di luar grafik itu.
"Apakah rasanya seperti kau suatu hari memandangku
dan bam!?kau disambar petir?"
"Tidak."
"Begitulah yang dikatakan Lucas ketika dia melihat
Kayla. Bahwa saat bertemu pasangan takdir kita, rasanya
seperti terkena tendangan di perut."
"Yah, romantis banget," kataku sinis. "Kenapa harus
seperti itu? Kenapa kita tidak bisa jatuh cinta secara
bertahap? Seperti manusia biasa."
"Karena kita bukan manusia." Dia menarikku lebih
dekat sampai pinggulku menempel ke pinggulnya. "Kau
sengaja membiarkan aku menang sore ini. Kau melong?
117
garkan peganganmu sebelum aku menunjukkan sikap mau
menyerah. Kau bisa melakukan yang lebih baik daripada
itu."
Aku telah salah menduga keinginannya. Dan sekarang
aku menyadari dia sudah mendekati ambang kemarahan,
atau mungkin dia kecewa karena aku telah dengan sengaja
membiarkannya menang. Kutelan ludah dengan susah
payah. "Kurasa egomu terpukul saat Rafe mengalahkanmu.
Aku tak bisa melakukan itu padamu lagi?tidak di depan
semua orang."
"Kaupikir Rafe mengalahkanku?" tanyanya, mengeja
setiap kata dengan pelan, seolah itu kata-kata yang sulit
dipahami.
"Yah, ya, aku tahu bagaimana yang seharusnya. Sebuah
tantangan selalu berarti pertarungan sampai mati, dan
kalian berdua tidak ada yang mati, tapi Rafe akhirnya
mendapatkan si gadis, yang berarti dia menang tapi bermurah
hati." Aku sadar betapa mengerikan kedengarannya, dan
bahwa aku meracau. Bukan diriku yang sebenarnya, tapi
aku sangat ingin menjelaskan mengapa aku mengalah.
"Percayalah, kalaupun aku bertaruh dengan uang, aku akan
mempertaruhkannya untukmu. Kau tidak terlihat agresif
seperti Lucas atau mengancam seperti Rafe, tapi kau kuat
dan hebat, dan menurutku kaulah yang terbaik dari?"
"Jangan teruskan," erangnya, lalu membungkam mulut?
ku dengan bibirnya.
Aku telah menunggu saat-saat seperti ini sepanjang
hidupku?mencium Connor. Dan ciuman itu begitu
118
hangat dan liar seperti yang kubayangkan. Betapa tidak,
karena salah satu dari kami cukup beruntung untuk
membebaskan binatang liar dalam dirinya?
Pikiranku menjadi gugup begitu teringat bahwa
binatang liarku belum terbebaskan, tapi kubuang jauhjauh pikiran itu agar bisa berkonsentrasi pada ciumannya.
Kulitku tergelitik ketika jenggot pendek di wajahnya
menyentuh daguku. Ada kerinduan dalam ciumannya,
hasrat yang membara, dan kelembutan yang tak terkira.
Tangannya yang kekar mengelus punggungku, menyelinap
ke dalam kausku, dan membelai punggungku sampai ke
lekukan pinggang. Aku mengerang pelan. Aku ingin
dia melepaskan kausnya. Aku ingin membelai dadanya.
Tangannya mengapit pinggulku, dan tiba-tiba saja dia
mendorongku menjauh.
"Dia tidak mengalahkan aku," tukasnya. "Aku pergi
meninggalkannya karena aku tidak mencintai Lindsey."
"Tapi?"
"Ya, aku tahu. Tato di pundakku. Pernyataan di depan
umum kalau dia pasanganku. Yah, ternyata bukan. Kau
tidak mau menjadi tempat pelarianku? Baik, tapi jangan
menggodaku dengan tubuhmu yang terlatih itu."
Sebelum aku sempat menanggapi, dia telah berlari
sambil melepaskan pakaiannya. Ketika dia menghilang
ditelan rimbunnya pepohonan, dia telah berubah men?
jadi serigala, cahaya bulan menari di atas bulunya yang
keemasan, sama seperti yang diinginkan oleh jemariku.
119
Apakah dia berharap aku juga melepaskan pakaian,
berubah wujud, dan mengikutinya? Apakah itu yang
seharusnya kulakukan untuk membuktikan bahwa aku
tadi tidak mempermainkan dia, bahwa aku ingin lebih dari
sekadar ciuman darinya? Dengan mengejarnya?
Dengan napas sesak, aku berbalik dan menyandarkan
punggung ke pohon. Apa yang baru saja terjadi? Apakah
ujian di ruang olahraga tadi bukan karena Connor melihat
kesempatan untuk menguji kemampuanku, tapi karena
yah, karena dia tertarik padaku? Dia ingin mengenal lebih
dekat?dan dengan menantangku dia telah memanfaatkan
kesempatan dengan alasan yang bisa diterima?
Dia tidak mencintai Lindsey. Kata-kata itu terus ter?
ngiang di benakku, seperti lagu yang tidak bisa ku?keluarkan
dari kepalaku. Kalau dia tidak mencintainya, tidak ada
pelarian. Dan kalau tidak ada pelarian?
Mungkinkah dengan keadaanku ini aku bisa memiliki
Connor?
Ya, sampai dia menyadari aku belum berubah men?
jadi serigala, bahwa aku tidak bisa melompat-lompat di
sampingnya. Bahwa dia mengisyaratkan aku untuk meng?
ikutinya tapi aku tak bisa menyusulnya. Itulah sebabnya,
untuk sementara ini, aku hanyalah separuh dari siapa
dirinya.
Tidak ada keajaiban yang mengikat dua pasangan
selamanya. Tanpa berbagi cahaya bulan.
Aku tidak bisa terus-terusan begini. Aku tidak mau
mengakuinya di depan para tetua, tapi ibuku?aku bisa
120
mengatakan padanya. Dia akan pulang dari Eropa besok.
Dia mungkin tahu apa yang sedang terjadi. Mungkin dia
juga terlambat berkembang sepertiku.
Dengan hati gundah karena kenyataan yang kuhadapi
ini, aku berjalan kembali menuju rumah induk. Kali
ini kuputuskan untuk lewat pintu depan saja. Ketika
aku memutari sudut rumah, hampir saja aku menabrak
pasangan yang tengah berpelukan mesra. Punggung si lelaki
menempel ke dinding bata dan si perempuan menempel
padanya. Saat mereka berciuman, si lelaki mengerang dan
si perempuan mendesah. Mereka mengingatkan aku pada
apa yang baru saja terjadi padaku.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walau aku tak bersuara, mereka berdua tiba-tiba
memisahkan diri. Lindsey tertawa kaget. "Ya Tuhan,
kupikir aku mencium bau Connor."
Tanpa berkata-kata, aku terus melangkah. Lindsey
mencekal lenganku dan memutar tubuhku. "Aku memang
mencium baunya," katanya. "Kamu baru saja bersamanya
seperti, menempel padanya."
Aku mulai jengkel, karena banyak sekali yang bisa
mereka ketahui melalui bau. Tidak ada rahasia di sini.
"Jadi?" hardikku. "Kau telah mencampakkannya. Apa
yang kulakukan bersamanya bukan urusanmu lagi."
"Memang bukan. Maksudku, kurasa ini bagus. Aku
ingin dia melanjutkan hidupnya. Hanya saja aku sama
sekali tak menyangka akan secepat ini."
"Yah, itu pandangan yang berbeda."
"Maksudmu?"
121
Rafe mendekat di belakang Lindsey, melingkarkan
lengan ke pinggangnya, dan menempelkan dagu di atas
kepala gadis itu. Mereka begitu serasi, seperti potongan
puzzle "Over the Moon". Apakah mereka harus selalu ber?
sentuhan? Bisakah mereka mulai memahami bahwa walau
aku ikut bahagia untuk mereka, hatiku masih terasa sakit
ketika melihat mereka memiliki apa yang tidak ku?miliki?
Aku memelototi Rafe, berharap setidaknya membuat
dia mundur beberapa langkah. Aku tidak akan membahas
tentang Connor dengan Lindsey kalau Rafe berada di
dekatnya. Padahal aku bahkan belum memutuskan apakah
akan menceritakan semuanya pada Lindsey atau tidak.
Lindsey mengangkat sebelah bahunya. "Teruskan saja,
dan katakan di depan dia. Dia bisa membaca pikiranku."
"Hanya ketika dia berwujud serigala."
"Tidak, sebenarnya, hampir setiap saat," kata Rafe.
Aku menatap Lindsey. "Setiap saat semuanya?"
"Ya, tapi dia sudah bersumpah padaku untuk menjaga
rahasia."
Bagus. Bagus sekali. Akhirnya semua orang akan tahu.
"Jadi apa yang terjadi dengan Connor?" desak Lindsey.
Aku membuat gerakan mengusir. "Aku nggak peduli
apakah dia bisa membaca pikiranmu. Aku tidak bisa
mengatakannya kalau dia memandangku."
Aku berharap Lindsey bersikeras, sehingga aku juga
bisa bersikeras dan melangkah pergi. Namun dia berbalik,
mengulurkan tangan, dan mencium pipi Rafe. "Nanti aku
akan menemuimu."
122
Tidak diragukan dengan hidung menakjubkan yang
dimilikinya sekarang. Tanpa sepatah kata pun, Rafe segera
berbalik dan melangkah pergi. Lindsey menghadap padaku
dan menunggu, sementara aku berusaha memutuskan
seberapa banyak yang akan kukatakan padanya.
"Ayo," akhirnya dia berkata sambil meraih tanganku,
menggandengku melewati tangga batu besar yang mengarah
ke pintu. Di setiap ujung tangga terdapat patung serigala
sedang menggeram yang terbuat dari batu. Entah kenapa
semua serigala di sini harus menggeram. Kurasa itu simbol,
yang menyatakan bahwa kami tak boleh diremehkan.
Lindsey dan aku duduk di tangga. Terasa keras di
pantatku, yang menguntungkan karena kami tidak akan
nyaman untuk mengobrol berlama-lama.
"Jadi dia menciummu?" tanya Lindsey ragu.
"Itu"?aku menghela napas dalam mengingat peristiwa
itu?"menakjubkan. Lalu Connor lari. Dia pikir aku hanya
menggodanya. Kenapa kau mengatakan padanya kalau aku
tertarik padanya?"
Dia terlihat malu. "Mungkin aku hanya mencoba
menebus apa yang telah terjadi selama purnama. Itu
mengerikan, Brit. Aku tidak ingin menyakitinya seperti itu,
dan kupikir kalau dia tahu ada seseorang yang menyukai
dia, mungkin dia akan merasa lebih baik."
Aku menimbang-nimbang seberapa jauh yang harus
kuungkapkan. Aku juga tidak ingin menyakiti hatinya,
tapi?
"Dia bilang tidak mencintai kamu."
123
Dengan tangan bertumpukan ke lutut, dia mencon?
dongkan badan ke depan. "Ya, dia juga mengatakan begitu
padaku. Tadinya kupikir dia hanya ngomong sambil lalu.
Kau tahu betapa besar harga diri yang dimiliki laki-laki
di sini." Dia menoleh ke belakang dan memandangku.
"Menurutmu dia serius?"
Kurasa begitu. Tapi, apa pun hubungan di antara
mereka dulu dan sekarang, itu urusan mereka. "Entahlah."
Aku menepuk pundaknya. "Hei, terima kasih karena tidak
membocorkan rahasiaku dalam rapat tadi pagi."
"Aku sudah janji untuk menjaga rahasiamu. Tapi cepat
atau lambat itu bisa membahayakan kita."
Kalau bicara soal politik, mungkin itu benar. Aku
tahu dia juga ingin mengatakan aku?diriku?akan
menempatkan kami semua dalam bahaya. Aku juga sadar
tengah menempatkan yang lain dalam bahaya. Apakah aku
benar-benar egois?
"Besok ibuku sudah pulang. Mungkin kau benar.
Mungkin akte lahirku salah. Bisa saja salah tahun atau
semacamnya. Nanti kutanyakan padanya."
"Mereka tidak akan mengeluarkanmu dari perkumpulan
kalaupun kamu berbeda." Dia meyakinkan aku.
"Tapi aku tidak bisa menjadi Dark Guardian."
"Memang membatasimu kalau kau tidak bisa berubah,"
dia mengakui.
"Ya, aku tahu. Aku tidak bisa mencium siapa yang
bermesraan dengan siapa."
124
Dia menyenggol bahuku main-main, seolah memahami
bahwa aku berusaha untuk meringankan keadaan yang
buruk ini. "Lebih dari itu."
"Aku tahu," kataku, kembali serius. "Kalau ibuku tak
bisa menjawab, kalau pada purnama berikutnya tidak terjadi
apa-apa aku akan mengundurkan diri. Meninggalkan
perkumpulan ini."
"Kurasa tidak harus sejauh itu. Pasti ada sesuatu yang
bisa kaulakukan. Mengoperasikan komputer, misalnya."
"Lindsey, seumur hidupku aku telah mempersiapkan diri
untuk menjadi prajurit. Aku belum pernah menginginkan
sesuatu sebesar menjadi serigala. Berat rasanya berada di
sini sekarang. Malam ini ketika Connor berubah wujud,
aku merasa takjub karena dia memiliki kemampuan untuk
berubah menjadi makhluk yang mulia, dan pada saat yang
sama, aku merasakan kehilangan yang amat sangat karena
belum mengalaminya. Aku jenuh menjadi Brittany yang
biasa-biasa saja dan membosankan." Kuhentikan katakataku sebelum aku sampai mengakui bahwa aku paham
mengapa muncul ide membentuk Bio-Chrome. Pastilah
mereka seperti aku, merasa iri pada sesuatu yang tidak
dapat mereka capai.
Bisa jadi Lindsey kehilangan kata-kata. Penghiburan
apa yang bisa ditawarkannya? Kami berdua sama-sama
tidak tahu apa yang terjadi padaku. Lalu aku berdiri.
"Selamat malam."
Kamar masih kosong ketika aku masuk. Kurasa Kayla
masih menonton film manusia serigala secara maraton,
125
atau menyelinap keluar bersama Lucas untuk berduaduaan seperti halnya Lindsey dan Rafe. Berani taruhan,
mereka pasti pergi. Ah, cinta anak muda. Konyol.
Tapi aku juga menginginkannya.
Setelah bersiap tidur, kupandangi cahaya bulan yang
menembus jendela dan kuamati pola-pola yang dibuatnya
di kakiku. Purnama telah berlalu, menuju bulan baru,
bulan gelap.
Kubayangkan kulitku tergelitik oleh sentuhan cahaya
bulan, seperti ketika Connor menyentuhku dengan ujung
jarinya. Jari-jarinya kasar dan kapalan akibat kegiatan alam
bebas yang digelutinya, tapi sentuhannya membisikkan
sesuatu ke punggungku. Hanya memikirkannya saja
tubuhku dijalari rasa hangat, masih sama hangatnya seperti
ketika itu terjadi. Aku berusaha menepiskan bayangannya
dari pikiranku.
Tapi ketika aku terlelap, seperti biasa, dia telah me?
nunggu di dalam mimpiku.
126
DELAPAN
Keesokan paginya ketika turun untuk sarapan, aku tidak
melihat Connor. Karena sedang enggan bersosialisasi,
aku duduk di sebuah meja kosong di pojok. Kunikmati
sarapanku, begitu asyiknya sampai-sampai tak melihat
kedatangan Lucas yang tiba-tiba sudah duduk di sam?
pingku.
Kusambut kedatangannya hanya dengan mengerutkan
alis. Kuteguk kopi pahitku, sadar bahwa sebentar lagi aku
harus membersihkan gigi dengan pemutih. Dia terlihat
geli melihat tingkahku.
Namun begitu kutaruh cangkirku, sikapnya berubah
serius sekali. "Kita harus bicara."
Aku mengangkat bahu. "Bicara saja."
127
"Mungkin ini bukan tempat yang tepat."
Aku memandang berkeliling. Beberapa orang dengan
terang-terangan memandang, sementara orang yang sopan
berusaha menyembunyikan ketertarikan mereka. Mungkin
aku menjadi paranoid, tapi aku merasa seolah mereka
semua memandangiku sebagai orang yang aneh.
"Kalau begitu di mana?" tanyaku, berusaha agar suaraku
tidak terdengar tidak nyaman.
Kami pergi ke atas atap. Rasanya begitu bebas berada
di atas sini. Sejauh mata memandang, yang terlihat ada?
lah hutan yang terbentang di cakrawala dan langit di
kejauhan.
"Setiap kali aku lupa pada apa yang seharusnya kita
lindungi, aku naik ke sini," kata Lucas dengan rasa hormat.
"Aku memikirkan titik balik matahari musim panas saat
kaum kita berkumpul di sini untuk merayakan keberadaan
kita. Aku memikirkan betapa rapuhnya ini. Betapa
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
banyak yang bisa hilang dari kita kalau keberadaan kita
di??ketahui."
Jadi dia berbagi keprihatinan yang sama dengan para
tetua. Nggak heran, sebab salah satu dari tetua itu adalah
kakeknya.
"Seperti Kayla, Connor juga berpendapat bahwa kita
seharusnya mengungkapkan keberadaan kita," kataku.
Dia tersenyum. "Ya, aku tahu. Mungkin saja mereka
benar. Tapi kalau mereka salah, kita tidak bisa menariknya
kembali."
128
Dilema itu mirip dengan pergulatan batin yang tengah
kualami: apakah aku harusnya mengatakannya kepada para
tetua atau tidak. Tapi tanpa tahu bagaimana reaksi mereka
nanti, berarti aku mengambil risiko untuk dicopot dari
posisiku sebagai Dark Guardian. Begitu mengumumkan
bahwa aku belum berubah, aku tak akan bisa menariknya
kembali.
Aku duduk di pinggir tembok bata yang rendah. "Jadi
itukah yang ingin kaubicarakan denganku?meyakinkan
Connor bahwa kita harus tetap merahasiakan diri?"
Senyumnya melebar. "Bukan. Aku sendiri ragu keya?
kin?an Connor bisa diubah, tapi aku juga percaya dia tidak
akan mengkhianati kita seperti yang dilakukan kakakku."
Kakak laki-lakinya, Devlin, pernah menceritakan kepada
Mason tentang keberadaan Shifter. Lucas berubah serius.
"Semalam aku dan Connor berbicara di sini. Kami sepakat
untuk melakukan beberapa perubahan dalam kelompok.
Aku sudah memindahkanmu ke kelompokku."
Perlahan aku menjauhkan diri dari dinding. "Apa?
Bukannya aku sudah lulus ujian konyol itu."
"Ini nggak ada hubungannya dengan ujian itu." Dia
mengernyitkan alis. "Yah, tapi mungkin juga. Connor
berpikir keberadaanmu dalam kelompoknya membuat dia
terganggu. Aku setuju."
Aku menyumpah kasar. "Nggak ngerti, deh. Apakah
gara-gara aku tidak mengikutinya masuk hutan?"
Lucas terperangah. "Wah, aku nggak tahu apa-apa soal
itu."
129
"Kalau begitu aku mau bicara padanya, meyakinkan
dia?"
"Dia dan kelompoknya sudah berangkat semalam."
Aku duduk kembali, kakiku terasa agak sakit karena
tergesek bata. Aku tak habis pikir. Seharusnya kukatakan
pada Connor bahwa aku tidak sedang mempermainkannya,
bahwa aku sadar bukanlah pengganti Lindsey. Kalau saja
kami punya lebih banyak kesempatan untuk bersama,
untuk saling mengenal?
"Aku telah menugaskan Rafe untuk memimpin kelom?
poknya sendiri. Kau akan menggantikan dia sebagai
wakilku," kata Lucas.
Aku menatapnya tajam. "Ini seperti hadiah hiburan?"
"Bukan begitu. Kamu lebih tekun dari siapa pun dalam
menyiapkan diri untuk menjadi seorang Guardian. Kau
akan menjadi aset bagiku."
Andai bukan pada kesempatan seperti ini, mungkin aku
akan senang mendapat penilaian seperti itu dari pemimpin
perkumpulan kami. Tapi saat ini, yang bisa kupikirkan
hanyalah Connor dan bagaimana aku bisa memperbaiki
semuanya di antara kami.
"Jadi ke mana perginya kelompok Connor?"
"Kembali ke Tarrant, bergerak diam-diam."
Bergerak diam-diam. Itu artinya mereka menempuh
perjalanan dalam wujud serigala. Mungkin dikeluarkan
dari kelompok Connor bukanlah hal yang buruk.
"Mungkin malam ini mereka akan berada di Sly Fox."
Sly Fox adalah tempat nongkrong penduduk setempat.
130
Makanannya tidak enak dan musiknya jelek, tapi suasa?
nanya menyenangkan. "Nanti aku akan menugaskan me?
reka mengintai laboratorium itu, sementara kita bersiapsiap."
Aku mengangguk. Mungkin aku masih sempat bertemu
Connor malam ini, untuk mencari tahu bagaimana
tepatnya hubunganku dengan dia. Kalau tidak ada apaapa, aku harus tahu. Kalau masih terbuka kemungkinan
adanya sesuatu di antara kami, aku juga harus tahu itu.
"Kau bisa menerimanya jauh lebih baik daripada yang
kukira," kata Lucas.
"Kalau begitu, kau membawaku ke atas sini untuk
memberiku kesempatan. Bisa saja aku memutuskan untuk
terjun bebas dari atap."
Dia tertawa. "Bukan kamu. Kalaupun ada, janganjangan malahan kau yang akan melemparku dari sini."
Aku tersenyum menanggapi leluconnya. Kurasa aku
memang punya reputasi sebagai orang kuat. "Lalu sekarang
bagaimana?"
"Aku akan menemui seseorang yang bisa memberikan
saran kepada kita tentang cara memusnahkan laboratorium
Bio-Chrome tanpa menimbulkan kebakaran. Lalu
Kayla dan aku akan kembali ke Tarrant naik mobil. Aku
mem?bawa ransel-ransel milik para penjaga yang harus
kuturunkan di pintu masuk hutan lindung. Bersama
barang lain yang harus diangkut. Tapi masih ada tempat
di jip-ku kalau kamu mau ikut bersama kami. Kalau tidak,
kau bisa kembali sendiri."
131
Sebagai seorang pejalan kaki?hanya satu-satunya
pilihanku?akan makan waktu terlalu lama, jauh lebih
lama daripada seekor serigala. Serigala bisa lari dengan
kecepatan penuh sampai 40 mil per jam, tapi tidak bisa
bertahan terlalu lama. Para Shifter pun tidak. Untuk
mencapai pintu masuk kebun raya dalam wujud serigala
bisa memakan waktu lebih lama daripada menggunakan
mobil. Jadi itu memberiku alasan yang tepat untuk mene?
rima tawarannya. "Aku lebih suka pergi bersama kalian.
Kurasa ibuku sudah pulang bepergian hari ini. Aku sudah
nggak sabar mau menemuinya."
Entah berapa banyak kebohongan dan alasan yang bisa
kuberikan sebelum Lucas menjadi curiga. Dia bukan orang
bodoh.
***
Aku mulai menyesal karena memutuskan untuk tidak
berjalan kaki saja saat aku naik ke jip di belakang Lucas
dan Kayla. Aku seperti menonton orang yang baru jadian
dari tempat duduk paling depan, melihat mereka saling
tersenyum dan berpegangan tangan sesering mungkin
sepanjang perjalanan. Bukannya aku sakit hati karena
kedekatan mereka, tapi melihat mereka seperti itu selalu
mengingatkan aku pada apa yang tidak kumiliki. Aku lebih
sering menatap ke luar jendela, mengamati pemandangan
yang berkelebat.
132
Suatu ketika, aku bertanya, "Bagaimana pertemuanmu
dengan ahli peledak itu?"
Lucas memandangku lewat kaca spion tengah. "Dia
memberikan banyak usulan. Tapi entahlah, apakah itu yang
akan kita lakukan. Dia membutuhkan denah bangunan.
Kalau itu fasilitas rahasia, kita tidak akan bisa menemukan
apa-apa dari dinas tata kota."
"Kalau begitu, apa yang akan kaulakukan?"
"Melakukan beberapa penelitian. Mungkin
mengirimkan mata-mata. Entahlah. Aku akan bicara
dengan ayahku."
Ayahnya pernah menjadi pemimpin Dark Guardian.
Lalu dia menyerahkan tampuk pimpinan kepada putra
sulungnya, yang mengkhianati kami dengan meng?
ungkapkan jati diri kami kepada Bio-Chrome. Menurutku,
Lucas merasa dia harus membuktikan diri, menunjukkan
kepada semua orang bahwa dia sama sekali tidak seperti
kakaknya.
Kayla menoleh ke belakang. "Jadi semalam. Di bioskop.
Kamu dan Connor."
"Itu bukan kencan, kok. Kami berdua hanya kebetulan
sampai di sana bersamaan." Aku mengangkat bahu seolah
itu bukanlah masalah besar. "Makanya kami duduk
bareng."
"Dan kalian keluar bareng."
Aku menghela napas. "Apakah kau sedang menyin?
dir?"
"Cuma ingin tahu bagaimana perasaanmu padanya."
133
"Asal kau tahu, aku benar-benar tidak tahu." Aku tidak
akan mengakui betapa aku memperhatikan dia, karena
Lucas ada di sini. Banyak hal dalam hidupku yang tidak
berjalan sesuai dengan apa yang telah kurencanakan. Aku
sedang berusaha untuk membatasi kerusakan yang semakin
parah, betapa banyaknya orang yang hendak memberikan
simpatinya padaku.
"Well, kurasa kalian serasi, lho," kata Kayla.
Memberikan dukungan.
"Akan kupikirkan," kataku sambil nyengir.
Lalu Kayla mengalihkan perhatian kembali ke Lucas,
dan aku kembali melihat pemandangan di luar. Ini
pertengahan musim panas, dan dedaunan sangat lebat.
Cahaya matahari menembus pepohonan, menciptakan
mozaik cahaya dan bayangan. Semuanya sangat indah.
Lalu sesuatu?gundukan berambut??sempat terlintas
dalam pandanganku dengan begitu cepat sehingga aku
sendiri tak yakin.
"Tunggu! Lucas, berhenti!" teriakku.
"Ada apa?" tanyanya.
"Berhenti saja. Aku melihat sesuatu di belakang sana."
Sebelum jip itu benar-benar berhenti, aku keluar dan
berlari kembali ke arah kami datang. Aku melompati
sebuah parit. Daun dan ranting kering berderak terinjak
sepatu botku saat aku mencari apa yang kulihat tadi dengan
panik. Di mana tepatnya tadi?
Lalu aku melihatnya, dan jantungku hampir copot.
Aku berhenti dengan kaget dan berlutut di samping serigala
134
yang terbujur itu. Serigala itu diam tidak alami, dadanya
naik sedikit setiap kali ia bernapas pendek-pendek.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang terjadi padanya? Apa dia sekarat?" tanya
Kayla ketika dia dan Lucas berjongkok di sampingku.
"Entahlah," bisikku. Kuelus bulunya dengan lembut,
kuusap bulu hitamnya dan aku merasakan sesuatu yang
keras. Dengan hati-hati, kusibakkan bulunya.
"Panah bius," kata Lucas marah, dia meraih panah itu
dan mencabutnya. Sambil menengadah, dia menghirup
udara dalam-dalam. "Bio-Chrome. Aku mencium bau
Mason. Orang itu busuk."
Perlahan, kami memandang berkeliling. Aku tidak bisa
membaui mereka, tapi aku benar-benar bisa merasakan
ketidakselarasan di hutan ini.
"Kenapa mereka melakukan ini?" tanya Kayla.
"Mungkin mereka mengira serigala ini Shifter," jawab?
ku.
"Tapi kenapa mereka meninggalkannya?" tanyanya.
Aku tidak punya jawaban untuk itu. Begitu juga
Lucas.
"Bisa saja mereka masih di dekat sini," kata Kayla.
Lucas menggeleng. "Baunya tidak cukup tajam."
"Sepertinya masih banyak yang harus kupelajari," kata
Kayla.
Lucas meraih tangannya. "Kau sudah cukup baik.
Masalah Bio-Chrome ini?bukan sesuatu yang biasanya
harus kita khawatirkan."
135
"Apa yang akan kaulakukan dengan serigala ini?"
tanyaku. "Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja,
mudah diserang predator."
"Aku akan berubah dan menemaninya," kata Lucas.
"Lalu aku mau melakukan penyelidikan. Melihat apa
lagi yang bisa kuketahui. Kalian kembalilah ke jip, bawa
sampai kota, dan aku akan menemui kalian di Sly Fox
nanti malam."
"Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian," kata
Kayla.
"Aku akan baik-baik saja," Lucas meyakinkannya.
Kalau saja aku bisa berubah, dengan sukarela aku akan
tinggal. Aku segera berdiri. Aku harus pergi agar Lucas bisa
berubah. Aku juga ingin memberi mereka waktu berduaan
saja untuk saling mengucapkan selamat tinggal. "Kutunggu
di jip. Hati-hati, ya," kataku.
Lucas nyengir. "Tentu."
Baru selangkah berjalan, kudengar bunyi di bawah
sepatu botku. Sambil menunduk, kupungut sebuah kaca
preparat mikroskop yang berlumuran darah. "Oke, ini
bukan barang yang semestinya kita lihat di hutan."
Aku menunjukkannya kepada Lucas dan Kayla.
"Hah," kata Lucas. "Mereka pasti melakukan perjalanan
sambil membawa semacam peralatan laboratorium agar
bisa melakukan tes darah. Itulah sebabnya mereka mening?
galkan serigala ini. Mereka bisa memastikan ini serigala
betulan."
136
"Lalu mereka meninggalkannya begitu saja, dalam
keadaan lemah." Aku tidak bisa menahan kemarahan
yang menyeruak dari dalam diriku. Tadinya mereka hanya
mengejar para Shifter, tapi sekarang mereka membahayakan
serigala-serigala yang tak berdosa.
Serigala itu mulai bergerak pelan.
"Dia tidak akan senang waktu dia sadar," kata Lucas.
"Kalian harus pergi."
"Seperti yang sudah kubilang, hati-hati, ya," aku
mengingatkannya sebelum melangkah pergi.
Beberapa saat kemudian, Kayla menyusulku ke jip
dengan pakaian Lucas di tangannya.
"Sulit kupercaya tadinya kupikir Mason itu orang yang
baik," katanya.
"Tadinya kupikir juga begitu," kataku. "Dia hanya
terobsesi."
Kayla duduk di belakang kemudi, sementara aku duduk
di kursi penumpang. Setelah melempar pakaian Lucas ke
belakang, dia menghidupkan mesin dan kami berangkat.
"Mereka semakin dekat," katanya pelan. "Aku bisa
merasakannya. Kamu merasakannya, tidak?"
"Ya." Bahkan sekarang, aku merasa seolah mereka
sedang mengawasi.
"Bagaimana caranya untuk membuat mereka mening?
galkan kita?" tanya Kayla.
"Aku tak tahu apakah kita bisa melakukannya. Kurasa
Connor benar. Kalau kita memusnahkan laboratoriumnya,
kita hanya menghambat, bukan menghentikan mereka.
137
Kurasa ini bukan seperti kita merencanakan untuk
menghabiskan liburan musim panas."
Kayla tertawa lepas. "Sama sekali bukan. Sebelum
musim panas kemarin aku bahkan tidak tahu kalau Shifter
itu ada." Dia berubah serius. "Tapi aku akan melakukan
apa saja untuk melindungi mereka sekarang."
"Kau dan aku."
"Menurutmu, apakah kita akan menang?" tanyanya.
Aku tidak menjawab. Aku sudah mencapai titik
puncak kebohonganku hari ini. Kenyataannya adalah
mereka melanggar batas hutan kami, hidup kami. Kurasa
tidak ada yang bisa menghentikan mereka sampai mereka
mendapatkan salah satu dari kami dalam genggaman
mereka.
138
SEMBILAN
Sesampai di Tarrant, aku menunjukkan arah rumahku
kepada Kayla. Kupandangi rumah berlantai dua kelas
menengah itu. Ibuku telah bekerja keras untuk membeli
rumah ini. Aku sadar bahwa diriku memang tidak ditak?
dirkan untuk menjadi pemimpin perkumpulan ataupun
pacaran dengan pemimpinnya. Aku terima itu. Aku
baik-baik saja dengan kehidupan yang diberikan ibuku.
Menjadi Dark Guardian terbaik sebisaku adalah satusatunya yang kuinginkan. Yah, baik, menemukan pasangan
sejatiku berada di posisi atas dekat puncak, tapi aku tak
bisa mengaturnya. Yang bisa kulakukan adalah mengasah
kemampuanku sebagai seorang Guardian.
Kuraih ranselku. "Makasih ya, atas tumpangannya."
139
"Malam ini kami ada di Sly Fox," kata Kayla. "Datanglah
kalau kau sempat."
"Ya, aku akan ke sana. Aku ingin tahu apa yang dite?
mukan Lucas."
Aku keluar dari jip dan mulai melangkah, lalu ku?
perlambat langkahku saat mendengar Kayla menjalankan
mobil menjauh. Mobil ibuku ada di halaman, berarti dia
ada di rumah. Aku melihat tirai jendela bergoyang. Sambil
melangkah ke pintu aku bertanya-tanya apakah ibuku
mengharapkan aku berubah. Kami selalu cocok, walaupun
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Wiro Sableng 131 Melati Tujuh Racun Aneh Tapi Nyata Spooky Kids Karya Bruce
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama