Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne Bagian 3
dia berpendapat bahwa aku harus hidup melebihi apa
yang dilihatnya sebagai obsesiku dengan menjadi Dark
Guardian.
"Itu bukan segalanya," begitu yang sering dikatakannya
padaku.
Biasanya aku menjawab, "Ibu ini dari planet mana,
sih?"
Pintu masih tertutup. Ibu tidak berlari menyambut
kedatanganku. Jelas sekali ini bukan menjadi momen yang
tak terlupakan.
Aku baru saja hendak menutup pintu ketika Ibu
bergegas menyambut dan memelukku. "Oh, Sayang, kamu
baik-baik saja?"
Aku tidak suka dia memanggilku sayang. Sangat ke?
kanakan. Aku bukan anak kecil lagi. Biasanya aku akan
melepaskan diri dari pelukannya yang erat, tapi sekarang
aku sedang ingin dipeluk. Sekali lagi aku berjuang
140
membendung air mata. Ya Tuhan, emosi ini sangat
mengganggu.
Akhirnya Ibu mendorongku, tangannya masih meme?
gang bahuku seakan dia tengah menimbang-nimbang untuk
menggoyangku. Matanya yang hijau seperti daun musim
semi, menatap ke dalam mataku. Rambutnya berwarna
cokelat kemerahan yang selalu kudambakan diturunkannya
padaku. Aku belum pernah melihat foto ayahku, tapi Ibu
bilang aku mewarisi rambut gelap darinya.
Mata Ibu yang khawatir diliputi kesedihan. "Kamu
tidak berubah wujud."
Dan mataku telah digenangi air mata. "Bagaimana Ibu
tahu?" isakku.
Dia menarikku mendekat dan membuaiku. "Oh,
Sayang, aku ikut sedih."
Aku mendengar rasa bersalah dalam suaranya. Aku
melepaskan diri dari pelukannya, menyilangkan tangan di
dada, dan menatapnya tajam. Setidaknya rasa ingin tahuku
membuat air mataku berhenti mengalir. "Untuk apa? Apa
yang telah Ibu lakukan?"
"Duduklah," kata Ibu.
"Nggak usah duduk. Katakan saja padaku."
Ibu mengangguk, tapi dia tidak mau menatap mataku.
"Pada musim panas ketika aku berumur tujuh belas, aku
pergi ke Eropa. Aku bertemu seseorang di Prancis.
Antonio. Aku jatuh cinta."
Shifter Eropa yang pernah disebut-sebut oleh para
tetua. "Ayahku, kan?"
141
Akhirnya dia menatapku. "Ya. Aku selalu mengatakan
padamu kalau dia menemaniku melewati perubahan?tapi
sebenarnya tidak."
"Jadi Ibu melewatinya sendirian dan selamat?"
"Tidak, aku bersama seorang teman. Michael. Dia
menemaniku melewati perubahan, tapi kami berdua tahu
bahwa kami tidak ditakdirkan sebagai pasangan. Lalu aku
bertemu ayahmu?"
"Tapi dia tidak mau menemani Ibu menjalani per?
ubahan. Memangnya dia itu apa? Pecundang sejati?
Kenapa Ibu bisa mencintainya? Dan apa hubungan
dengan?"
"Dia itu manusia."
Kurasa bom nuklir nyasar ke ruang tamu kami pun
tidak akan mampu menghancurkanku lebih dari ini.
Bintik-bintik hitam menari di depan mataku, dan napasku
serasa terhenti. Aku tidak ingin bernapas lagi. Tapi tubuh
yang telah mengkhianatiku selama purnama kemarin
mengkhianatiku lagi. Aku menarik napas dalam.
"Ibu tidak berpikir Ibu tidak"?aku kehilangan
kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang masuk akal,
dan merangkainya menjadi kata-kata?"bahwa sebaiknya
Ibu mengatakan padaku sebelumnya?"
"Aku berharap kau tidak akan pernah tahu soal ini.
Aku berharap kau mewarisi gen-ku dan kau akan berubah.
Terlebih saat kau menjadi semakin dewasa dan satusatunya mimpimu adalah menjadi Dark Guardian. Aku
tidak ingin merenggut mimpi itu darimu kalau aku tidak
142
perlu melakukannya." Dia mengulurkan tangan padaku.
"Sayang, aku?"
"Jangan memanggilku begitu!" jeritku sambil menepis
tangannya. Aku mondar-mandir di ruangan itu. "Aku
bukan anak kecil. Aku akhirnya menjadi Dark Guardian?
tapi aku tidak bisa berubah. Semua kerja keras yang telah
kulakukan, semua persiapan."
"Aku tahu. Aku tahu betapa kau sangat mengingin?
kannya. Aku berharap dalam perjalanan ke Eropa ini aku
akan bertemu Antonio, kalau-kalau kamu membutuhkan
dia."
Aku berbalik dan menatapnya tajam. "Kenapa aku
harus membutuhkan dia sekarang?"
"Kupikir barangkali kau membutuhkan tempat
untuk pergi. Saat kau mendekati waktumu, aku tidak me?
rasakan." dia tak menyelesaikan kata-katanya.
"Bahwa aku adalah Shifter?"
Dia mengangguk malu.
"Bagus sekali, Bu. Tadinya kupikir Ibu akan selalu
mendampingiku?tapi di saat aku paling membutuhkan
Ibu, Ibu tidak ada. Tega-teganya Ibu tidak menceritakan
semuanya padaku?"
"Aku malu. Seorang manusia. Tak ada yang tahu. Aku
tak pernah memberi tahu siapa pun."
Kalau ibuku saja malu karena pacaran dengan manusia,
bagaimana perasaannya sekarang begitu tahu pasti bahwa
putrinya adalah manusia? Apakah setiap Shifter akan
bereaksi sama terhadapku kalau kenyataan yang mengerikan
143
ini terungkap? Mereka tidak akan menginginkanku. Aku
bukan lagi bagian dari mereka.
"Aku berhak untuk tahu." Aku menuju pintu.
"Kamu mau ke mana?"
"Mau menghadapi semua ini, seperti aku menghadapi
semuanya akhir-akhir ini?sendirian."
Sambil berjalan menuju Sly Fox, kusadari betapa jahatnya
diriku. Memang, pada akhirnya nanti aku akan memaafkan
dia. Kami akan bicara, dan kembali ke dalam peran
keluarga kami yang aneh: aku menjadi yang kuat dan Ibu
mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa diubah. Namun
saat ini, aku sedang marah, terluka, sekaligus kecewa.
Padanya. Dan pada diriku sendiri.
Tanggal lahirku tidak salah. Genku yang salah. Aku
adalah Static. Aku tidak akan pernah berubah. Dan aku
sadar, aku tidak bisa mengakui apa yang menurutku
merupakan keadaan mengerikan ini kepada siapa pun. Ini
bukan hanya sebagai bahan renungan bagiku, tapi juga
buat ibuku. Bukankah itu jelas dalam kata-katanya saat dia
memberi tahu aku tentang ayahku?
Apa pun yang mungkin dirasakan Connor semalam
ketika kami berciuman, mungkin dia akan segera mencuci
mulutnya dengan sabun kalau tahu telah mencium seorang
Static. Aku pun akan melakukan hal yang sama.
Senja mulai turun. Tarrant seperti sebuah kota wisata
kecil dengan toko cenderamata murahan, hotel untuk
tidur dan sarapan, dan tempat penyewaan peralatan yang
144
berderet di sepanjang jalan utama sampai ke pusat kota. Aku
sedang tidak ingin berurusan dengan wisatawan, maka aku
mengambil jalan belakang yang berbatasan dengan hutan.
Akhirnya aku sampai di Sly Fox. Tempat ini dibangun di
pinggiran kota, sehingga kalau ada pertunjukan band secara
langsung tidak akan mengganggu orang di kota. Aku akan
bertemu teman-temanku, tenggelam dalam keriuhan. Tapi
sebelum itu terjadi, pengakuan ibuku telah membakar
sampai ke ubun-ubun.
Kepalaku sakit. Begitu juga hatiku.
Mengapa aku tidak bisa menduganya? Kaum kami
hidup berpasangan. Laki-laki tidak pergi meninggalkan
pasangannya begitu saja. Tapi seperti halnya dalam
masyarakat, ada juga orang-orang yang tidak taat. Tadinya
kupikir ayahku adalah seseorang yang bengal yang tidak
mau terikat. Walaupun terasa menyakitkan karena dia tidak
pernah datang menengok, kubayangkan dirinya semacam
tipe pahlawan tanpa teman. Aku jadi merasa seperti orang
bodoh saja.
Kulangkahkan kaki menyusuri jalanan menuju Sly Fox.
Seharusnya Connor ada di sana sekarang untuk menemui
Lucas. Aku benar-benar sangat ingin bertemu dengannya.
Aku tidak ingin mengulangi kejadian semalam, dan
mungkin kami bisa mengobrol. Aku tak bisa lagi mengejar
segala bentuk hubungan dengannya atau dengan Shifter
mana pun.
Besok aku akan kembali ke Wolford. Aku akan men?
jelaskan kepada para tetua bahwa aku tidak bisa menjalankan
145
tugas sebagai Dark Guardian. Aku belum tahu apakah aku
akan mengatakan alasannya kepada mereka. Aku sendiri
ragu mulutku bisa membentuk kata-kata itu.
Aku bukan Shifter. Aku adalah Static.
Namun kenyataan itu tidak mengubah ancaman
terhadap Shifter. Bagaimanapun, aku masih bisa membantu
mereka. Aku tidak akan melangkah pergi ketika mereka
terancam bahaya.
Sungguh ironis bahwa aku ingin terlibat dalam pemus?
nahan suatu hal yang justru berujung pada keselamatanku.
Aku nyaris tersandung kakiku sendiri karena sibuk
memikirkan itu.
Benarkah apa yang mereka inginkan itu sangat egois?
Atau kami ini yang egois? Mengapa kami tidak menyatakan
diri kami yang sebenarnya kepada dunia? Kalau serum itu
bisa membuatku menjadi sama seperti semua temanku,
apakah aku akan membiarkannya disuntikkan ke tubuh?
ku?
Dalam sekejap.
Tiba-tiba terdengar suara ranting yang patah. Aku terlalu
larut dalam pikiranku sampai-sampai tidak waspada.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku berbalik tepat pada saat seseorang mencekalku,
membelitku dengan lengannya yang besar, sehingga aku
nyaris tak mampu bergerak. Aku merasakan tusukan
jarum di leherku. Seketika tubuhku lemas dan mataku
mulai berat. Aku berusaha keras untuk memaksakan
mataku tetap terbuka dan memahami apa yang tengah
terjadi.
146
Lalu aku melihat sepasang mata hijau dan rambut
cokelat berikut cengiran penuh kemenangan. Semua itu
membentuk seraut wajah yang kukenal. Mason.
"Jangan melawan," katanya dengan lemah lembut.
Tapi aku melawan. Bio-Chrome ada di sini! Aku
berusaha untuk berteriak minta tolong, tapi mulutku tak
mau bergerak.
Lalu dunia menjadi gelap.
Begitu tersadar, sakit kepala yang kurasakan sepuluh kali
lebih parah daripada ketika aku marah tadi. Ingin kuusap
pelipisku, tapi tanganku terikat di belakang. Aku bisa
merasakan tali plastik yang keras membelit pergelangan
tanganku. Barulah pada saat itu aku teringat sengatan
jarum dan rasa sakit yang lain: Mason.
Mataku langsung terbuka. Aku duduk dengan pung?
gung menyandar di sebatang pohon, bau tanah yang
tajam menusuk hidungku. Aku bisa melihat sesuatu yang
seperti plastik membelit pergelangan kakiku. Sangat tidak
menyenangkan.
"Hei, dia sadar," seseorang berteriak.
Aku menoleh dan melihat lelaki yang seperti se?
orang Neanderthal tengah memegang senapan. Kepala?
nya gundul dan kelihatannya dia punya kebiasaan
meregangkan otot-ototnya sesekali, seolah mencoba
menarik perhatian orang pada otot bisepnya yang luar
biasa. Aku tidak bisa melihat cahaya dari kota, tapi aku
bisa melihat bahwa lampu beberapa kendaraan telah
147
ditempatkan sedemikian rupa agar aku berada dalam
sorotan. Ini bukan pertanda baik.
Aku melihat sepasang sepatu bot mendekat, lalu Mason
berjongkok di hadapanku.
"Hei," katanya, seolah kami ini teman baik yang akan
bertukar jawaban PR.
Dia menjambak jalinan rambutku. Aku menyentakkan
kepalaku ke belakang, berusaha melepaskan pegangannya.
Tapi rambutku terlalu panjang, dan yang kudapat adalah
salah urat karena kepalaku tersentak ketika Mason mena?
rikku ke arahnya lagi.
"Bersikaplah baik," katanya.
"Kenapa? Kamu sendiri tidak."
"Itulah sebabnya kau harus bersikap baik." Dia meng?
amati jalinan rambutku seolah belum pernah melihat
rambut. "Jadi, inikah warna bulumu?"
"Maksudmu bulu yang melapisi jaketku? Tidak,
warnanya cokelat keemasan." Jawabanku membuatku
teringat pada Connor. Kalau aku berkonsentrasi padanya,
mungkin aku bisa melewati cobaan berat ini.
Mason menjambak rambutku semakin keras.
"Aduh!"
"Aku nggak suka jawaban yang sok tahu," katanya
dengan suara tak sabar, membuatku penasaran janganjangan kesabarannya sudah habis.
"Aku tidak suka pertanyaan yang bodoh. Buluku? Aku
tak mengerti apa yang kaubicarakan."
"Kamu bilang bukan manusia serigala?"
148
Aku memutar mataku. "Kau masih berpikir mereka itu
ada?"
"Aku tahu mereka ada. Kau kenal Devlin?"
Siapa yang tidak kenal dia? Dia kakak Lucas. Orang
yang telah mengkhianati kami. Dia sudah mati sekarang,
tapi Mason agaknya belum tahu itu. Aku tidak akan
berusaha menjelaskan padanya. "Tentu saja aku kenal. Dia
dicap sebagai orang gila."
Mason tersenyum. "Dia memberi tahu aku kalau ada
manusia serigala yang hidup di daerah ini. Kami menangkap
satu. Lucas."
Aku menaikkan sebelah alis, senang bisa menunjukkan
wajah sombong padahal sebenarnya aku sangat ketakutan.
"Lucas manusia serigala? Kamu sudah, seperti, apa? Melihat
dia tiba-tiba berbulu?"
Ekspresi Mason berubah menjadi bermusuhan dan tak
acuh. "Tidak, tapi Devlin yang mengatakan padaku. Dan
bulu serigala itu coraknya sama dengan rambut Lucas,
yang harus kauakui merupakan perpaduan warna yang
tidak lazim."
"Bukan berarti itu Lucas. Maksudku, sungguh, perca?
yalah pada dirimu sendiri. Manusia serigala?"
"Aku tahu para sherpa adalah manusia serigala.
Kau adalah sherpa, jadi jangan sangkal itu. Aku tahu
itulah cara kalian menjaga rahasia kalian di hutan lin?
dung, bagaimana kalian mencegah orang-orang luar
me?masukinya. Kalian mengendalikan ke mana para
pengun?jung boleh pergi."
149
Ternyata dia tahu jauh lebih banyak daripada yang
kusangka.
"Berapa kali aku harus mengatakannya? Manusia
serigala itu tidak ada." Itu adalah mantra yang harus di?
ulang-ulang oleh para Shifter. Bagaimana lagi mereka bisa
menjaga rahasia keberadaan mereka?
"Kau akan berubah untukku, mau tak mau atau
ka?"
"Dia itu manusia," kata seseorang.
Mason berbalik. "Benarkah?"
Aku memandang ke belakang Mason dan melihat
Ethan berjalan mendekat. Dia anggota kelompok yang
dulu pernah kami pandu masuk hutan pada musim
panas. Karena wajahnya sangat pucat, kami langsung
menganggapnya tipe orang rumahan, sampai Dr. Keane
menyatakan bahwa dia sedang mengajak para mahasiswa
biologinya untuk mempelajari hutan.
"Darah tidak bisa bohong," kata Ethan. "Darahnya
adalah darah manusia."
Mereka mengambil darahku tanpa sepengetahuanku?
Bajingan! Kurasa aku tidak pernah merasa sebersyukur ini
karena ibuku telah tidur dengan seorang Static.
"Tapi yang satu lagi"?Ethan nyengir?"bingo!"
"Yang satu apa?" tanyaku, perutku mengejang karena
ketakutan.
Dengan senyum selebar senyum Ethan, Mason melirik
ke samping. Kuikuti arah pandangannya. Pada saat itulah
aku melihat tawanan mereka yang lain, terbaring di tanah,
150
dengan tangan terikat di punggung, kedua pergelangan
kakinya terikat, dan matanya tertutup.
Connor!
151
SEPULUH
"Kita sudah mendapatkan manusia serigala," kata Ethan.
"Kau yakin?" tanya Mason lagi.
"Oh, ya. Ada sedikit unsur manusia, tapi sebagian besar
serigala."
Perasaanku tenggelam dalam keputusasaan.
"Kelihatannya kamu tidak kaget mendengar pernyataan
bahwa dia adalah manusia serigala," kata Mason.
Aku menengadah menatapnya. Kalau dipikir-pikir,
seharusnya tadi aku menunjukkan reaksi kaget, me?
nahan napas, dan mengatakan "astaga," tapi aku terlalu
mengkhawatirkan Connor. Sebaliknya, Connor akan
membela diri karena dianggap sebagai manusia serigala. Dan
dia adalah Shifter. Kukumpulkan segenap keberanianku.
152
"Aku sampai kehilangan kata-kata. Kelompok kecilmu itu
sudah terlalu sakit jiwa?"
Mason mengibaskan tangan ke udara, hampir saja
mengenai hidungku, menukas kata-kataku. "Simpan katakatamu itu," katanya. "Buktinya ada di dalam darahnya."
Darah yang diharapkan bisa dijelaskan sebagai aku
tidak tahu apa, tapi yang jelas sebagai sesuatu. Hanya itu
yang mereka miliki. Aku tahu Connor tidak akan berubah
di hadapan mereka. Dia tidak akan pernah membuktikan
kecurigaan mereka. Apa pun yang mereka lakukan
terhadapnya.
Darahku tiba-tiba berdesir memikirkan apa yang
mungkin akan mereka perbuat terhadap Connor.
"Baiklah kalau begitu. Ayo berkemas," perintah Mason
tiba-tiba.
"Bagaimana dengan yang perempuan?" tanya laki-laki
Neanderthal tadi. "Membiarkan dia pergi?"
"Jangan," kata Mason dengan nada seolah sedang bicara
dengan orang idiot. "Dia akan memberi tahu yang lain.
Bawa dia. Selain itu, kurasa kita bisa memanfaatkan dia
untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari manusia
serigala itu."
Ketika tangan kekar si Neanderthal mencekal lenganku
dan menarikku berdiri, aku dicekam ketakutan. Connor
bukanlah satu-satunya yang terancam bahaya. Aku bahkan
tidak ingin memikirkan apa yang mungkin dilakukan
Mason terhadapku.
153
Mereka melempar kami ke belakang sebuah van, mem?
banting pintu, lalu menguncinya. Pintu-pintu lain ditutup
setelah mereka masuk. Mason menoleh ke belakang dari
tempat duduknya, memandang kami. Ekspresi wajahnya
mengingatkanku pada para pemburu yang tengah menaksir
rusa yang hendak mereka tembak. "Jangan coba-coba,
ya. Johnson membawa senjata setrum dan senapan obat
bius."
Aku bisa melihat bagian belakang kepala Johnson. Aku
sudah menyangka kalau dia adalah si Neanderthal tadi.
Seorang lelaki yang cocok dibilang saudara kembarnya
tengah menyetir. Ethan duduk di kursi penumpang
depan.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita mau ke mana?" tanyaku pada Mason.
"Laboratorium. Di sana akan lebih mudah untuk
mempelajari lelaki serigala."
"Apa yang ingin kaupelajari?"
"Kayla belum memberitahumu?"
Sudah, tapi aku berharap bisa mengulur waktu.
Mungkin seseorang akan lewat sebelum mereka berangkat.
Aku menggeleng dan berharap terkesan menyedihkan.
"Apa pun yang menyebabkan dia berubah"?dia
menggerakkan kepala ke arah Connor?"aku ingin tahu
bagaimana cara kerjanya dan menciptakannya kembali.
Itu akan sangat berarti untuk cabang ilmu pengobatan
dan militer. Belum lagi untuk kepentingan hiburan. Kalau
dengan menelan sebutir pil kamu menjadi manusia serigala
selama satu jam saja, mau?"
154
Aku membuang muka, jangan sampai dia melihat
betapa aku sangat menginginkan apa yang mungkin akan
ditawarkan olehnya suatu hari nanti.
"Ayo berangkat," katanya.
Mesin mobil van itu dihidupkan dan tak lama kemudian
berguncang-guncang di jalan. Mereka menurunkan kaca
mobil dan angin berembus masuk, membuatku sulit
menangkap pembicaraan mereka. Sekalipun aku berusaha
keras, yang terdengar hanyalah dengung suara mereka.
Lalu aku mendengar, "Apa-apaan i?"
"Stt," bisikku, wajahku hanya beberapa senti dari wajah
Connor. Muncul garis-garis cahaya yang entah berasal dari
bulan, bintang, atau mungkin lampu jalanan entahlah.
Atau mungkin mataku telah mulai terbiasa dalam remang,
sehingga aku bisa melihat sosoknya di tengah kegelapan.
"Brittany?" tanyanya dengan suara pelan.
"Ya." Aku melihat warna putih matanya ketika dia
melirik ke atas, berusaha untuk melihat. "Mason," kataku,
berusaha tetap setenang mungkin. Embusan angin menelan
suara kami, memberi keuntungan jika kami menyusun
rencana untuk melarikan diri tanpa kedengaran oleh me?
reka.
Kulihat Connor berusaha keras melepaskan ikatannya.
"Simpan tenagamu," saranku.
Sambil mengerang pelan, dia menyerah. "Tak percaya
rasanya mereka bisa menangkapku."
"Aku juga." Tentunya dia akan mencium bau mereka
sebelum mereka mendekat. "Bagaimana?"
155
"Mereka menembakku dengan sesuatu."
Aku jadi teringat serigala di hutan tadi. Mungkin
mereka juga menggunakan panah bius untuk menangkap
Connor. Aku tidak tahu mengapa mereka memutuskan
untuk menangkapku dari dekat. Mungkin mereka
telah kehabisan panah. Aku geram karena mereka bisa
menyergapku dengan sangat mudah. Connor benar.
Sebesar apa pun aku mempersiapkan diri, ternyata aku tak
sepenuhnya siap.
"Punya ide untuk lari dari sini?" tanyaku.
"Kurasa kita harus berusaha meyakinkan mereka bahwa
kita bukanlah manusia serigala."
Mereka sudah tahu mengenai aku, tapi Connor belum.
Sebenarnya aku berniat memberitahunya, tapi aku masih
pening karena malu dengan asal-usul orangtuaku. "Mereka
menguji darah kita. Hasilnya bukan manusia." Satu benar,
satu bohong. Miliknya bukan manusia. Aku belum siap
untuk mengatakan bahwa hasil tes darahku adalah darah
manusia.
Dia mengerang dengan nada frustrasi. Lalu aku benarbenar menyadari perubahannya. Bukan menjadi serigala,
melainkan sikapnya yang berubah menjadi prajurit.
Mungkin dia bisa melarikan diri jika berubah wujud
menjadi serigala. Tapi itu berarti menegaskan kepada
mereka tentang keberadaan kaum kami. Lagi pula, akan
sulit sekali berubah wujud dalam keadaan terikat, dan aku
juga tidak yakin bisa membebaskannya dari ikatan. Aku
melihat Connor tengah mempelajari situasi dan mengakui
156
kesia-siaan keadaan kami sekarang. Mungkin akan tiba
waktunya bagi kami untuk melarikan diri, tapi bukan
sekarang.
"Sia-sia saja," desis Connor. Lalu dia memandangku.
"Kamu terluka?" suaranya mencerminkan keprihatinan
yang tidak dibuat-buat.
"Harga diriku yang terluka."
Dia nyengir, dan aku kagum karena dia sanggup
melakukannya dalam kondisi yang buruk ini. "Kau akan
selamat."
Aku memikirkan harga dirinya yang terluka karena
Lindsey pacaran dengan Rafe. "Kita berdua akan selamat."
Dengan satu atau cara lain.
"Berapa?" tanyanya, dan aku tahu yang dimaksudnya
adalah orang-orang yang menawan kami.
"Empat. Mason, Ethan, dan duaorang yang bertampang
sangar."
"Pasti tentara bayarannya."
Walau dalam remang cahaya, aku dapat melihat
kebulatan tekad yang terpancar di wajah Connor saat dia
memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menghadapi
mereka.
"Mereka bawa senapan," aku terpaksa memberita?hu?
nya.
Dia mengangguk kecil. Sama sekali tidak kaget.
"Kurasa kita terperangkap di sini sekarang, sampai
kita sampai ke tempat tujuan. Mereka membawa kita ke
laboratorium."
157
Connor mengangguk lagi, walaupun aku tahu dia tidak
senang dengan pengakuanku. Aku sendiri juga tidak suka,
tapi kami harus menghadapi kenyataan kalau masih ingin
tetap hidup.
Aku khawatir Mason bisa mendengar percakapan
kami?walau agaknya tidak, karena tersamar deru suara
angin. Tapi aku tidak percaya padanya. Connor pasti juga
merasakan hal yang sama, sebab dia buru-buru bergerak
mendekat di tempat sempit yang memisahkan kami, lalu
menempelkan keningnya ke keningku.
"Semuanya akan baik-baik saja, Britanny." Dia menge?
cupkan bibirnya ke pipiku. Kehangatan akan kedekatannya
mampu mengusir rasa takut yang mencekamku sejak aku
tahu kalau Mason juga menangkap Connor. Aku sangat
khawatir dengan apa yang menimpaku, tapi aku tidak mau
sesuatu yang buruk menimpa Connor.
Terlebih saat kami berbaring bersama dengan sangat
dekat. Waktunya benar-benar tidak tepat. Tapi, aku
tak tahan membayangkannya. Apa yang akan terjadi se?
andainya kami hanya berduaan dalam keadaan begini,
tanpa kehadiran orang lain dan tangan kami tidak terikat.
Kubayangkan tangannya melepaskan jalinan rambutku.
Aku menggerak-gerakkan kepala untuk menggeraikan
rambutku. Kubayangkan kami melakukan hal yang tidaktidak, yang sering diperingatkan oleh ibuku untuk tidak
kulakukan sebelum benar-benar dewasa dan menjalin
hubungan istimewa. Dalam jeda waktu yang singkat ini,
dalam keadaan kami berbaring tak bergerak, aku merasa
158
seolah apa pun bisa saja terjadi di antara kami. Betapa
ingin rasanya terlepas dari ikatanku sehingga aku bisa
menyentuhnya.
Bibirnya sangat dekat dengan bibirku, sehingga
kalau aku memutar kepala sedikit saja, kami bisa ber?
ciuman. Kupejamkan mata. Bagaimana mungkin aku
memikirkan untuk bermesraan sementara kami sedang
mempertaruhkan nyawa? Mungkin karena kami akan
mati, itu justru membuatku tiba-tiba ingin mengalami
semua hasrat kehidupan yang belum pernah kurasakan
sampai sekarang.
Aku menginginkan semuanya: ciumannya, sentuhannya
semuanya.
Kami tetap berdekatan, kening kami bersentuhan, yang
rasanya seperti sudah berjam-jam. Badanku mulai terasa
sakit, tapi aku tidak berniat bergerak menjauhi Connor
untuk mencari posisi yang lebih nyaman. Aku ragu ada
posisi yang lebih nyaman. Betisku kram dan sakit, dan
aku bergerak sedikit semampuku untuk meregangkannya.
Leherku menjadi kaku.
Connor adalah yang paling terancam bahaya, karena
dia adalah makhluk yang mereka inginkan.
Dia adalah Shifter.
Aku tertidur dan waktu terus berjalan. Aku ingin isti?
rahat sebanyak mungkin, siap untuk bertarung secepat
mungkin.
Hutan lindung ini luasnya berjuta-juta ekar. Setidaknya
butuh waktu semalaman untuk mencapai laboratorium itu.
159
Waktu sudah menjelang fajar ketika mobil van berhenti.
Pintu dibanting. Lalu pintu belakang terbuka. Johnson
menodongkan senapannya padaku. Terdengar bunyi pluk
dan pahaku terasa sakit yang tajam menyengat. Kulihat
anak panah kecil itu.
Aku berusaha keras tetap membuka mataku.
Aku mendengar Connor meraung?
Lalu bunyi pluk yang lain.
Lalu semuanya menjadi gelap lagi.
Begitu tersadar, aku telah terbaring dalam kurungan
besi besar di tempat yang sepertinya ruang bawah tanah.
Sebuah jendela kecil yang letaknya tinggi di dinding balok
semen membuat sinar matahari bisa menerobos masuk.
Jeruji itu berderak-derak. Aku berguling berbalik dan
merasa lega begitu melihat Connor berada satu kurungan
denganku?tengah menguji kekuatan kurungan kami.
Kurungan itu cukup tinggi sehingga kami bisa berdiri tegak
di dalamnya, namun pintunya hanya setengah dari tinggi
kurungan. Aku belum tahu bagaimana cara kerja pintu itu,
tapi kelihatannya digeser. Aku membayangkan Mason dan
orang-orangnya menggulingkan kami yang tak sadarkan
diri ke dalam sini. Aku berdiri, mengenggam jeruji, dan
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggoyang-goyangkan kurungan. Kokoh sekali.
Connor memukul jeruji itu dengan telapak tangannya.
"Nggak ada gunanya."
Dia menjatuhkan diri di sudut, dan menaruh tangan
di atas lututnya. Dia sudah siuman duluan dan memeriksa
160
segala sesuatunya. Perlahan aku memandang berkeliling.
"Tahu, nggak, kira-kira jam berapa sekarang?" tanyaku.
"Tidak, mereka mengambil arlojiku. Mungkin itu
strategi yang dipelajari Mason dalam Taking Prisoners Oneoh-one."
Kulihat kamera-kamera di sudut.
"Dan ya, mereka mengawasi kita," kata Connor tanpa
berusaha menyembunyikan rasa muaknya.
Aku menelan ludah dengan susah payah, berusaha
keras supaya terdengar berani. "Ini melanggar privasi."
"Aku punya firasat privasi kita akan dilanggar lebih
buruk lagi dari ini."
Aku berniat duduk di sampingnya, tapi aku terlalu
resah sehingga hanya mondar-mandir. "Menurutmu,
apakah mereka bisa mendengar pembicaraan kita?"
"Tidak kalau kita bicara pelan-pelan."
"Aku benar-benar marah pada diriku sendiri," kataku
sambil menggertakkan gigi dengan frustrasi. "Kau telah
memperingatkan aku untuk selalu waspada, dan aku
berjalan tanpa memerha?"
"Brittany, tak ada cara untuk bisa mengantisipasi yang
ini. Kau telah mempersiapkan diri, tapi pada akhirnya?
serangan mendadak selalu mengalahkan persiapan."
Aku ingin tersenyum mendengar usahanya untuk
menghiburku. Tapi aku tahu kebenarannya. Aku terlalu
larut dalam masalahku sendiri.
"Dulu mereka menangkapmu seperti ini juga?" tanya?
ku.
161
Dia mengangkat bahu. "Mason mengeluarkan ancaman,
membanggakan cara dia mendapatkan apa diinginkannya
dari kami. Kami di dalam gua. Siapa yang akan mengira
dia akan menemukan kami di sana? Medannya terlalu sulit
untuk dilalui kendaraan, dan mereka berjalan kaki mencari
kami." Dia memandang berkeliling. "Kurasa inilah tempat
tujuan akhir kita."
"Apakah dia melakukan sesuatu saat itu?"
"Terus menanyai kami bagaimana kami berubah.
Kami katakan padanya kalau kami tidak mengerti apa
yang sedang dibicarakannya." Dia menatap ke salah satu
kamera. "Tapi dia tetap tak mau mendengar."
Sebuah pintu terbuka, bunyi engselnya yang berderit
menunjukkan kalau pintu itu berat. Mason melangkah
masuk bersama Ethan, seorang kutu laboratorium yang
pernah bertemu kami musim panas lalu, dan Tyler,
yang mengapit Mason bagaikan dua orang bodoh yang
menurut saja setelah digertak di sekolah. Tapi di belakang
mereka Johnson dan kembarannya membawa senjata.
Mason pastilah benar-benar takut akan kemampuan
Shifter.
"Bagus. Putri Tidur dan Pangeran Tampan sudah bangun
rupanya," kata Mason, ketika dia bersama pengiringnya
berhenti beberapa meter dari kurungan. Kurasa dia telah
menatap lekat-lekat ke monitor untuk menunggu tandatanda aktivitas.
Perlahan-lahan Connor meregangkan badan dan ber?
diri dengan sikap seekor predator yang tidak takut pada
162
mangsanya. "Lepaskan kami, Mason, dan kami akan
membiarkanmu hidup."
Mason tertawa mengejek. "Itu terdengar seperti dialog
dalam film yang jelek."
"Kau pasti berpikir mungkin aku akan mengalahkanmu,
kalau tidak, kau pasti tidak akan membawa si Bodoh dan si
To
lol itu kemari sambil membawa senapan."
"Hal yang kutahu mungkin adalah: manusia serigala
benar-benar ada. Pada awal musim panas ini, kami me?
nangkap Lucas yang berwujud serigala."
"Ya," kata Connor mengejek. "Aku masih ingat kau
menyebut-nyebut soal itu ketika kau menangkapku dulu
itu."
Mason memang berhasil menangkap Lucas yang tengah
berwujud serigala, tapi dia belum pernah melihat Lucas
berubah kembali ke wujud manusia atau menjadi serigala,
sehingga dia hanya berpegang pada keyakinannya saja.
"Bulunya seperti rambut Lucas," kata Mason, rasa
frustrasi dan marah membuat suaranya meninggi.
"Serigala memang punya banyak warna. Kalau tak
percaya, periksalah Wikipedia atau Google. Ada yang
warnanya hitam, cokelat, merah, kelabu, putih. Dan
be?berapa serigala memiliki perpaduan semua warna.
Serigala telah bercampur baur selama beberapa generasi.
Aku berani bertaruh, kita bahkan bisa menemukan
serigala yang bulunya sewarna dengan rambutmu. Kalau
tak percaya, ayo kita jalan-jalan, kita lihat apa yang bisa
kita temukan."
163
"Lucu banget. Aku tahu apa yang kutahu. Darahmu
membuktikannya."
"Apa yang dibuktikan oleh darahku adalah bahwa
seseorang telah ceroboh, contoh darahnya telah tercemar
sesuatu, mungkin. Atau barangkali kau melihat sesuatu
yang ingin kaulihat."
"Baiklah. Terserah kau mau bilang apa." Mason
meng??ulurkan tangan ke belakang dan menjentikkan jari?
nya. Ethan berjongkok ke lantai seperti seekor serigala
penurut, membuka koper yang dibawanya, mengulurkan
kepada Mason secarik kain penyeka bergagang panjang.
Mason mengulurkannya ke arah Connor. "Seka mulutmu.
Pastikan banyak air liur yang terseka."
Connor menyeringai kasar padanya dan melangkah
mundur supaya Mason maju. "Masuklah dan seka saja
sendiri."
Mason membuat isyarat dengan tangannya. "Wilson."
Kembaran Johnson melangkah maju dan mengarahkan
senapan itu padaku. Jantungku berdetak keras, rasanya
rusukku bisa-bisa patah dibuatnya. Aku mengangkat dagu
dengan sikap menantang dan melirik Mason. "Kau benarbenar sudah kalah."
Tapi perhatiannya tertuju ke arah Connor. Dia
mengangkat jarinya seperti seorang guru yang sedang men?
jelaskan. "Temanku, ini bukan senjata pembius. Ini berisi
peluru."
"Nggak masalah," kataku kepada Connor. Kalau
kami menyerah, kami tahu mereka pasti akan mulai
164
dengan permintaan yang lain. Jelas-jelas Mason hanya
menggertak.
Sambil menggeram, Connor mengulurkan tangannya
lewat celah jeruji dan merenggut kain itu dari Mason.
Dia menyeka mulutnya dan melemparkan kain itu
keluar. Ethan melompat untuk meraihnya, tapi dia tidak
memiliki kegesitan refleks seperti yang dimiliki Shifter. Dia
memungutnya dari lantai.
"Apakah itu cukup?" tanya Mason.
"Seharusnya. Hanya sedikit kotor." Dia menjatuhkannya
ke dalam botol yang bersih.
"Sekarang kami mau sedikit darah." Mason menepuk
siku dalamnya. "Barang bagus."
"Connor?" aku baru saja hendak angkat bicara.
"Cuma darah." Tanpa melepaskan pandangan dari
Mason, dia melipat lengan baju hangatnya dan mendorong
lengannya di antara jeruji. Kurasa Connor sedang mem????
bayangkan bagaimana rasa Mason kalau dia bisa menan?
capkan giginya ke tubuh orang itu. Ethan pastilah cukup
pintar membaca nafsu membunuh di mata Connor, sebab dia
mundur sampai Mason meneriakkan perintah padanya.
Aku benar-benar penasaran, mengapa Mason tidak
mengambil contoh yang diperlukannya ketika kami tak
sadarkan diri, tapi lalu aku sadar dia sedang berusaha
menunjukkan sesuatu?menunjukkan kepada kami, tepat?
nya, siapa yang berkuasa.
Aku ingin bergerak mendekati Connor, meraih
tangannya, tapi aku tidak mau menempatkan dia di garis
165
tembak?walaupun sebenarnya kemungkinan dia bisa
selamat dari peluru lebih besar daripada kemungkinanku
sendiri. Tapi selama mereka tidak pernah melihat Connor
berubah, semua hasil lab yang mereka dapatkan tidak bisa
membuktikan apa-apa.
"Senjata yang mengagumkan," kata Mason mengo?
mentari otot bisep Connor.
"Semakin baik kalau dipakai untuk berkelahi dengan?
mu."
Mason menyeringai. "Kau hanya punya kata-kata
buruk, ya?"
"Maaf, tapi aku mengalami kesulitan melayani per?
mainan kecilmu ini dengan serius."
"Ini bukan permainan. Kau lihat saja nanti. Kalau
kami sudah punya serum yang disempurnakan, dan aku
berubah menjadi serigala, mungkin kau dan aku bisa
bertarung."
"Kenapa harus menunggu? Sekarang saja kita ber?
tarung."
"Nanti saja. Lalu otot-otot itu, apakah kaudapatkan
dari hasil berubah secara terus-menerus?"
"Angkat beban. Tak ada perubahan."
"Kata-kata itu benar-benar basi. Aku tahu apa yang
kutahu."
"Yang ternyata bukan apa-apa."
Aku yakin Mason masih ingin mengatakan lebih
banyak, bahwa dia jengkel menghadapi sikap Connor.
Tapi di mataku, aku kagum Connor bisa bersikap begitu
166
tenang dan tak acuh?sepertinya hidup kami tidak sedang
terancam dan bisa berakhir kapan saja.
Saat Ethan selesai mengambil darah, dia mengambil
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beberapa helai rambut Connor dan mengikis kulitnya.
Dia kelihatan tidak yakin saat menutup punggung tangan
Connor yang berdarah dengan perban. Ketika Ethan
beranjak membawa barang berharganya, Tyler mendekat
sambil membawa termos. Dia menempatkan botol berisi
air di celah jeruji.
"Apa ini? Nggak ada bir?" tanya Connor sinis.
Sulit dipercaya, pada awal musim panas dulu kami
pernah minum bir bersama di hutan.
Pipi Tyler merona merah, tapi dia tidak berkata apa-apa
ketika menaruh bungkusan sandwich, batangan protein,
dan beberapa butir apel ke dalam kurungan.
"Baiklah," kata Mason. "Nikmatilah makanan kalian.
Kita akan ketemu lagi." Dia berbalik dan pergi.
"Hei, Mason," Connor memanggilnya dengan enteng,
seperti memanggil temannya.
Mason berbalik.
"Kau benar-benar nggak mau aku jadi musuhmu,
kan," kata Connor tajam, dengan sikap mengancam yang
membuatku bergidik ngeri.
Wajah Mason memucat sesaat sebelum mendapatkan
kesombongannya kembali. "Begitu juga aku."
Sebelum Mason dan pengiringnya benar-benar mening?
galkan ruangan, buru-buru aku mendekat dan memeluk
Connor. Dia balas memelukku, mendekapku erat-erat.
167
Sejak menghadapi bulan purnamaku sendirian, baru kali
ini aku merasa begitu ketakutan.
"Setidaknya mereka tidak mengambil apa pun darimu,"
kata Connor pelan.
Kupejamkan mata. Mereka punya alasannya tidak
melakukan itu, tapi aku tidak bisa mengatakan padanya
kalau mereka sudah tahu aku bukanlah Shifter. Bukannya
aku mendukung kemenangan orang-orang jahat itu, hanya
saja aku tak bisa mengenyahkan pikiran bahwa keberhasilan
Mason, kalau dia benar-benar bisa membuat serum atau
pil atau semacamnya?dan kalau aku meminumnya,
Connor tidak akan pernah tahu tentang kekuranganku.
Secara naluriah aku tahu bahwa ikatan antar-Shifter-lah
yang telah mengarahkannya padaku. Dia pikir kami adalah
spesies yang sama. Shifter bergaul sebatas kaumnya. Bahkan
di dunia luar, Shifter menjaga jarak, sangat berhati-hati
terhadap kaum non-Shifter. Aku masih tak percaya ibuku
bisa jatuh cinta pada manusia.
"Semuanya akan baik-baik saja," Connor meyakin?
kanku.
Sambil menelengkan kepala, kuamati raut wajahnya.
Sama sekali tak ada keraguan di matanya. "Bagaimana kau
bisa begitu yakin?"
"Karena aku tahu, kalau ada kesempatan untuk mela?
rikan diri, kau pasti bisa mengalahkan dia."
Sambil tertawa, aku berusaha keras menahan tangis,
suatu hal yang selalu dilakukan manusia perempuan. Aku
ingin sekuat Shifter untuk Connor.
168
Dia membelai pipiku lembut, lalu merunduk dan
mendaratkan bibirnya di dekat telingaku sambil berbicara
pelan. Suaranya sangat sensual. "Sungguh, ini tidak akan
lama. Kita harus bertahan sampai teman-teman lain
datang."
"Bagaimana kau tahu mereka akan datang?" bisikku.
"Karena kelompokku seharusnya datang untuk meng?
awasi daerah ini, dan ketika aku tidak muncul, mereka
akan mencari Lucas. Mungkin butuh waktu beberapa
hari sampai mereka tahu di mana aku sekarang. Tapi,
kalau kelompok pertama sudah datang, yang lain juga
akan menyusul untuk menyelesaikan misi. Mereka akan
menyelamatkan kita."
Aku tahu waktunya tidak tepat, tapi kapan lagi waktu
yang tepat? Aku masih terpukul oleh keputusannya
mengeluarkan aku. "Kenapa kau mengeluarkanku dari
kelompok?"
Sambil menegakkan badan, dia mengusap bibir
bawahku dengan ibu jarinya. "Soalnya aku tidak bisa
berkonsentrasi kalau ada kamu. Sejak kamu menantangku
tanpa bersuara di ruang bawah tanah itu, setiap kali
melihatmu, aku merasa perutku seperti ditonjok, seperti
kata Lucas. Dan yang kuinginkan hanyalah?"
Dia menciumku dengan bernafsu, dengan nekat.
Mungkin kami takut tidak dapat mengendalikan diri
seperti biasa, apalagi dalam keadaan seperti ini. Tapi kami
saling merapat, seolah enggan melepaskannya. Jauh dalam
benakku, aku tahu ini gagasan yang buruk. Ini hanya akan
169
membuat Mason mendapat lebih banyak alasan untuk
melawan kami.
Pastilah Connor berpikiran sama. Buru-buru dia
menjauh dan melirik salah satu kamera. "Waktu yang
tidak tepat."
"Kurasa di antara kita selalu begitu."
Sekali lagi dia mengusap bibirku dengan ibu jarinya.
Kini bibirku mengembang dan tergelitik. "Ya, aku bernafsu,
dan tidak hanya padamu."
Dia melangkah menjauh, lalu menghentikan langkah.
"Hei, apa itu?"
Aku mengikuti arah pandangannya dan mendapati
lengan bajuku yang robek. "Pasti sobek saat mereka
memasukkanku ke kandang. Bukan masalah yang serius."
"Bukan itu," katanya dengan suara tegang. Dia
menyelipkan jarinya ke dalam robekan itu. "Itu. Apakah
Mason menyakitimu?"
Barulah aku sadar kalau dia melihat memar aki?bat
pertarungan waktu itu. Tapi aku tidak sanggup meng?
akuinya. Pasti dia akan bertanya-tanya mengapa aku tidak
menyembuhkannya dengan cara Shifter.
"Ya, mungkin. Tapi nggak parah, kok. Tidak meng?
ganggu."
"Orang itu harus mendapat balasan yang setimpal,"
erangnya sambil melepaskan lenganku, tapi meraih tangan?
ku. Dia menarikku ke lantai dan kami duduk ber?sandar ke
jeruji. Dia membuka sebotol air dan mengendusnya, lalu
mengulurkannya padaku.
170
"Menurutmu ini aman?" tanyaku.
"Aku tidak mencium bau sesuatu yang tidak semestinya.
Skenario yang terburuk, mereka memasukkan sesuatu ke
air atau makanan untuk membuat kita tertidur. Jujur saja,
kurasa Mason akan lebih senang menembak kita dengan
senapan bius. Dia bukanlah Tuan Licik dalam menjalankan
rencananya. Sungguh, dia hanya berusaha untuk tetap
pegang kendali."
Aku nyengir, "Aku suka dengan pikiranmu bahwa dia
hanya berusaha."
"Hei, aku sudah sering melihat karakteristik orang
untuk sekadar tahu bahwa orang baik selalu menang."
"Kamu tidak takut sama sekali, ya?"
Bukannya menjawab, dia malah meraih sepotong
sandwich.
171
SEBELAS
Hati-hati dengan apa yang kauharapkan, begitu ibuku
selalu memperingatkan aku. Aku menginginkan kesem?
patan untuk berduaan dengan Connor, dan sekarang
terkabul.
Berjam-jam matahari bersinar. Kami menduga ada
mic yang dipasang di suatu tempat untuk menguping
pembicaraan kami. Kalau kami tidak berbicara dengan
berbisik ke telinga yang lain, kami harus menghindari
pembahasan apa pun yang bisa membuat Mason berpikir dia
berada di jalur yang benar. Penelitian lebih lanjut mungkin
akan memastikan bahwa Connor adalah Shifter?tapi
kami berpegang pada harapan bahwa hal itu masih bisa
dijelaskan, selama hanya bukti itu yang mereka miliki.
172
Kami duduk di sudut yang berseberangan, sebab kami
juga tidak ingin hasrat kami terekam di video. Bagi kami,
berdekatan tanpa menyerah pada godaan sangatlah sulit
dilakukan.
"Film terbaik sepanjang masa?" tanyaku.
"300. Tentu saja. Kamu?"
"Shawshank Redemption."
Mulutnya melongo. "Bercanda, ya. Memangnya kita
sudah lahir ketika film itu keluar?"
"Aku menontonnya di video."
Dia nyengir. "Seharusnya aku sudah tahu kalau kamu
tidak menyukai film cewek. Film seperti itu nomor dua
dalam daftarku."
"Dan kau menyuruhku berpikir?"
Dia mengangguk ke arah jendela. "Siang masih panjang
untuk kita lewati."
Aku memandang berkeliling. Kurungan yang lebih kecil
dan kosong tersusun di sepanjang sisi salah satu dinding.
"Menurutmu mereka membuat ruangan ini khusus untuk
kita?"
"Kurasa mereka berpikir akan menyimpan banyak
spesimen."
"Apakah kau percaya pada serum yang dibicarakan
Mason?apa yang ingin dilakukannya?apakah kau per?
caya itu mungkin?"
"Aku kurang pintar soal biologi. Tapi kalau harus
menebak"?dia menggeleng pelan?"Peringatan: ilmuwan
gila sedang bekerja."
173
Aku mengangguk. Entahlah, apakah aku harus kecewa
atau memiliki harapan. Apa pun yang akhirnya berkembang
di antara Connor dan aku?akankah berakhir tiba-tiba
kalau aku mengatakan kebenarannya?
"Serial TV favorit," desaknya seolah dia tahu pikiran?
ku sedang melayang ke tempat-tempat yang tidak
seharusnya.
"24."
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia nyengir, senang bukan main. "Cewek laga."
Aku mengangkat bahu, agak malu karena jawabanku
mungkin tidak jatuh pada pilihan gadis-gadis kebanyakan.
"Apa yang bisa kukatakan? Beberapa ledakan bersamaan
dengan situasi yang tak terbayangkan, itu membuatku
senang."
"Aku kasihan pada Bauer. Dia tidak pernah punya
kesempatan untuk makan dan tidur."
"Aku suka itu, tidak peduli di mana pun dia dibutuhkan,
dia hanya butuh lima menit untuk datang."
Connor tertawa. Suaranya dalam dan serak. Tak pernah
terpikir olehku kalau aku benar-benar bisa menikmati
keadaan ini.
"Kita pasti membuat Mason gila," kataku.
"Kenapa? Karena kita tidak berjalan merangkak seperti
binatang-binatang yang menurutnya adalah kita?"
"Karena kita bersikap seolah kita bersenang-senang."
"Aku bersenang-senang, kok." Dia membuka per?
bannya. Mungkin dia jengkel karena tidak bisa berubah
dan menyembuhkan luka gores itu. "Ini agak lucu, tapi
174
aku belum pernah punya waktu tenang bersama Lindsey.
Kami selalu sibuk, selalu melakukan sesuatu. Jangan salah
sangka. Aku senang melakukan banyak hal bersamanya."
Dia memandangku. "Tapi menyenangkan juga tidak
melakukan apa-apa bersamamu."
"Aku akan pura-pura menganggapnya sebagai pujian."
"Itu memang pujian, kok. Aku akan memberimu lebih
dari itu kalau kau tidak bisa membuat Mason tergetar."
Aku tak bisa menahan diri untuk tersipu malu dan
tersenyum dalam waktu yang sama. "Kurasa dia butuh
pacar."
"Semoga berhasil. Pacarnya itu harus benar-benar tidak
menyadari betapa sintingnya dia itu."
Sesekali Connor menyindir, kalau-kalau Mason mengu?
ping. Bisa kubayangkan dia menggertakkan gigi kalau
mendengarnya lewat headphone.
"Menurutmu, ke mana ayahnya?" tanyaku.
Connor mengangkat bahu. "Aku selalu mendapat
kesan Mason-lah yang mengendalikan kekuatan di balik
perbuatan yang berisiko ini. Ayahnya hanya muncul untuk
memberi kewenangan."
"Menurut Kayla, Mason itu genius. Umurnya tak jauh
lebih tua dari kita, tapi dia sudah menyelesaikan kuliah
di perguruan tinggi, dan bekerja di laboratorium BioChrome."
"Orang itu benar-benar butuh gairah hidup."
Gairah hidup yang mendorongnya untuk menemukan
cara memindahkan kemampuan Shifter pada dirinya.
175
Kami kembali ke permainan kecil kami tentang yang
terbaik. Aku tertarik untuk mengetahui hal-hal yang
disukai Connor: olahraga yang paling suka ditontonnya?
bisbol; olahraga yang paling suka dimainkannya?basket;
makanan kesukaannya: sirloin setengah matang.
Bayang-bayang mulai merayap masuk?matahari
mulai terbenam. Tak lama kemudian kami mendengar
bunyi gemerincing pintu dibuka. Monique masuk sambil
mendorong kereta perak.
Dia juga anggota kelompok Bio-Chrome yang kami
pandu ke hutan waktu itu. Dia luwes, anggun dengan kulit
yang bagus berwarna cokelat susu. Kesan pertama ketika
melihatnya, dia cukup manis. Tapi melihat dia sekarang
membuatku bertanya-tanya, manusia macam apa dia,
mau-maunya bergabung dalam kegilaan ini.
"Hei, teman-teman. Senang bertemu kalian lagi,"
katanya dengan keriangan yang dibuat-buat sambil
menghentikan kereta yang didorongnya. "Aku bawakan
makan malam untuk kalian."
Dia menekan sebuah tombol pada alat dalam geng?
gamannya, dan pintu kurungan terangkat sedikit. Dia
menyorongkan dua piring yang tertutup melalui celah
yang terbuka.
Connor mengambil satu piring dan membuka tutup?
nya. Isinya sirloin, setengah matang, dan apa yang telah
kukatakan pada Connor tentang sayuran kesukaanku,
walaupun aku jarang memakannya karena tidak sehat?
kentang goreng yang renyah.
176
"Bagus, jadi Mason ingin mengatakan kepada kita
kalau dia mendengarkan," kata Connor. Dia mengangkat
sebelah alis kepada Monique. "Pisau dan garpu?"
Monique menyeringai. "Upaya yang bagus. Tapi, kami
rasa kau akan memakainya untuk melarikan diri atau
melukai kami. Aku juga membawakan serbet, saus sachet,
dan air."
Dia menyorongkan semua itu ke dalam kurungan
kami, lalu cepat-cepat menutup pintu.
"Adakah kemungkinan kami diberi selimut?" tanya
Connor. "Pasti akan dingin di sini malam ini."
Raut wajahnya yang cantik menunjukkan penyesalan.
"Maaf. Sebetulnya aku ingin membawakannya untuk kalian.
Kalau kedinginan, kalian kan bisa menjadi berbulu."
Aku memelototinya. "Dan kalau kami membiru?
Apakah kau akan kemari dan menghidupkan kami lagi?"
"Meringkuklah padanya. Dia bisa membuatmu tetap
hangat."
"Nggak nyangka kamu begitu tak berperasaan,"
kataku.
"Dengar, teman-teman, aku hanya dibayar untuk
melakukan pekerjaan. Bekerjasamalah dan akan menjadi
lebih mudah bagi kita semua. Lalu kita semua bisa pulang.
Aku tidak punya kehidupan sosial di sini." Setelah berkata
begitu, dia melangkah pergi.
Aku berpindah, duduk di samping Connor, dan
mengambil piring yang disodorkannya. "Setidaknya me?
reka memotongnya dulu," gerutuku.
177
"Mungkin mereka berharap kita mencabik-cabiknya
dengan gigi kita yang kuat."
Dia menghela napas. "Membuat kita lebih cepat men?
jadi tua."
* * *
Kegelapan datang bersamaan dengan udara malam yang
dingin. Mungkin mereka berencana untuk mengurung
binatang di sini, maka mereka tidak mau membuangbuang uang untuk melengkapi bagian dari laboratorium ini
dengan pemanas. Atau barangkali?sepertinya?mereka
tidak menghidupkannya karena berharap bisa memaksa
kami?atau Connor, setidaknya?untuk berubah.
Setelah selesai makan, kami tidak melanjutkan
permainan kami. Kami kembali ke sudut kami masingmasing dan tenggelam dalam pikiran kami sendiri.
Secercah cahaya bulan menerobos masuk. Aku bertanyatanya, apakah kami masih berada di sini saat bulan gelap
tiba, saat bulan tidak terlihat di langit malam. Kulepas
jalinan rambutku agar menutupi bahuku. Kulipat lengan
di dada dan mendekapkannya erat-erat agar tubuhku
tetap hangat. Kupejamkan mata. Mungkin kalau aku
membayangkan api unggun yang besar di tengah tanah
lapang, cahaya yang memercik, bara api yang meng?
geliat?
Aku membuka mata begitu mendengar suara gerakan.
Connor berjongkok di sampingku. Aku bisa melihat dia
178
sejelas dia melihatku, tapi keremangan cahaya bulan cukup
terang untuk melihat bayangan wajahnya.
"Nih, kaupakai saja baju hangatku," katanya sambil
mengulurkan bajunya.
Aku mencengkeram tangannya untuk mencegah.
"Semen?tara kamu sendiri kedinginan? Aku tak bisa mela?
kukan itu."
"Ayolah, Brit. Dari sana aku bisa mendengar gigimu
gemeletuk. Selain itu, suhu tubuhku tinggi. Aku selalu
panas."
Dia belum pernah memanggilku dengan nama
pendekku. Bagaimanapun itu kedengarannya lebih akrab.
"Oke, terima kasih."
Aku segera memakai baju hangatnya. Rasanya lembut
sekali dan masih menyisakan kehangatan dan baunya.
Setidaknya beberapa menit kemudian, tubuhku tidak
gemetar lagi.
Connor duduk di sampingku, menyelipkan sebelah
lengannya di bawah lututku, dan lengan satu lagi melingkari
punggungku, lalu menarikku ke pangkuannya.
"Apa yang kaulakukan?" tanyaku.
"Menempellah padaku sebisa mungkin. Itu akan mem?
bantu menghasilkan panas."
Kulingkarkan lengan ke dadanya dan kususupkan
wajah ke lekukan lehernya.
"Ah, hidungmu dingin," katanya.
Aku tersentak mundur. "Maaf."
179
Dia tertawa pelan, menempelkan tangannya ke pipiku,
dan mengembalikan posisiku. "Tidak apa-apa. Nanti akan
menjadi hangat."
Aku menghirup baunya yang alami.
"Tahukah kamu, apa yang benar-benar bisa meng?
hasilkan panas?" tanyanya sesaat kemudian, lalu men?
jawabnya sendiri. "Kalau kita bermesraan."
"Menurutmu Mason tidak akan mengirimkan videonya
ke YouTube?"
"Mungkin saja. Atau dia akan menggunakannya sebagai
ancaman kalau kita tidak menuruti permintaannya. Tentu
saja, gambarnya mungkin tidak jelas dalam kegelapan
seperti ini."
"Menurutmu kenapa dia tidak menyalakan lampu?"
siang tadi aku sempat melihat lampu di langit-langit.
"Mungkin mereka tidak bisa. Mungkin mereka belum
bayar tagihan listrik."
"Bukan, serius, nih. Kenapa dia membiarkan kita
dalam gelap?"
"Mungkin berpikir kita akan melakukan hal-hal
dalam kegelapan yang tidak akan kita lakukan di bawah
terang." Dia menyusup ke leherku, dan aku mendengar dia
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghirup aromaku. "Baumu wangi."
"Bagaimana mungkin."
"Esensi dirimu, bagian dirimu yang unik yang berbeda
baunya dari yang lain. Bagian yang membuat pemangsa
melacakmu." Selama dia bicara, mulutnya mengembuskan
180
kehangatan ke kulitku. "Baumu seperti"?dia menghirup
lebih dalam lagi?"daun mint yang diremas."
"Baumu seperti hutan: kaya, tajam, dan kuat."
"Aku suka itu."
Dia mengecup rahangku, lalu kami berciuman, meng?
hasilkan panas yang menyaingi api dari tungku perapian.
Saat kami sedekat ini, aku tidak takut apa yang akan terjadi
besok. Yang penting adalah sekarang.
"Katakan padaku kalau aku bukan tempat pelarianmu,"
perintahku saat kami berhenti untuk mengambil napas.
"Kau bukan tempat pelarianku. Kau tidak akan pernah
menjadi tempat pelarian."
Kami berciuman lagi. Tangannya merayap ke atas dan
telapaknya menempel di perutku. Bagaimana bisa terasa
begitu hangat padahal tanganku masih dingin?
Saat bibirnya meninggalkan bibirku untuk mengecup
lekukan leherku, aku berkata, "kau tidak pernah meme?
dulikan aku sebelumnya."
Dia terdiam, seolah harus memikirkan jawabannya.
"Aku peduli, kok. Hanya saja aku tidak menyimak apa
yang kupedulikan itu."
"Mungkin apa yang kita rasakan di sini, di antara kita,
adalah Stockholm Syndrome atau sejenisnya. Mungkin
kita hanya bereaksi pada situasi. Aku pernah dengar ketika
disandera?"
"Kita bukan sandera. Dan apa yang sedang terjadi di
antara kita, apa yang kurasakan padamu"?dia mengusap
wajahku dengan kedua belah tangannya?"telah dimulai
181
jauh sebelum Mason menembakku dengan panah pem??
bius itu. Aku sedang menjauhi Sly Fox, menuju rumah?
mu, karena aku ingin bertemu denganmu, aku harus
men?jelaskan apa yang kurasakan padamu, Brit, terasa
jauh lebih kuat daripada yang pernah kurasakan pada
siapa pun. Dan ya, aku tidak begitu nyaman dengannya,
tapi aku mau memastikannya dulu. Melihat ke mana
arahnya."
Kedengarannya dia sedang membicarakan tentang
jatuh cinta. Aku tersenyum serba salah dan mengangguk
lemah. Lalu kami berciuman lagi.
Malam ini setidaknya, kurasa kami akan tetap hangat.
Aku terbangun keesokan paginya dan Connor terbaring
di atasku, melindungiku dari udara dingin. Kugerakkan
tangan di punggungnya, merasakan kulitnya yang dingin,
dan mulai menggosoknya kuat-kuat.
"Nyaman rasanya," gumamnya.
Kami sudah menghabiskan sepanjang malam dengan
berciuman, berpelukan, dan mengobrol. Sampai akhirnya
kami jatuh tertidur dalam pelukan satu sama lain. Aku
mengangkat kepalaku dan menggigit bahunya dengan
gigiku.
"Hei, hati-hati." Dia menyuruk tepat di bawah telinga?
ku. "Ingat, gigitan Shifter akan lama sembuh dan ber?
bekas."
Semua keceriaan meninggalkanku. Aku bisa meng?
gigitnya seharian, tapi dengan perubahan wujud sekali
182
dan sekejap saja, semua bukti itu akan hilang. Aku sadar
harus mengatakan padanya kebenaran tentang diriku,
tapi aku tidak mau kehilangan ikatan rapuh yang sedang
berkembang ini. Sudah lama sekali aku menginginkannya
dan sekarang terlalu banyak yang harus dipertaruhkan.
Tapi aku juga sadar, semakin kami menjadi dekat,
semakin sulit untuk menjaga rahasiaku.
"Kau tahu apa yang kuinginkan?" bisiknya dengan
suara rendah dan seksi.
"Apa?"
"Berubah bersamamu."
Aku benar-benar terdiam dan heran mengapa jantungku
masih berdetak. Dia bangun, nyengir ke arahku, dan
mengusap pipiku. "Hei, jangan kelihatan takut begitu. Aku
tahu itu tidak akan sama seperti waktu pertama kalinya,
tapi kalau kita mau menunggu sampai bulan purnama
dan membuatnya istimewa, kita masih bisa menciptakan
ikatan."
Aku menjilat bibirku, hatiku hancur karena tidak bisa
melakukan itu untuknya. "Mungkin sebaiknya kita tidak
membahasnya sekarang."
Alisnya mengerut. "Ya, mungkin kamu benar. Maaf.
Tidak bermaksud terburu-buru."
Dia hendak berdiri dan aku mengunci lehernya dengan
lenganku, menahan dia di tempatnya. "Bukan, bukan itu.
Aku bersumpah padamu, Connor, tidak ada yang lebih
kuinginkan."
183
Dia nyengir. "Oke, kalau begitu. Sudah diputuskan.
Tapi yang utama harus didahulukan, bukan? Kita harus
keluar dari sini."
Aku mengangguk. Ya, itulah yang utama. Baru kemu?
dian aku bisa menghadapi rusaknya hubungan kami akibat
terkuaknya kenyataan tentang diriku.
184
DUA BELAS
Monique mengantarkan sarapan untuk kami. Lucunya, dia
terlihat sangat gugup dan bahkan tidak mau memandang
kami.
"Coba kulihat apakah bisa membawakan selimut untuk
kalian nanti malam," katanya pelan sebelum pergi.
"Apa maksudnya itu?" tanyaku sambil makan sosis
dan biskuit. "Apakah menurutmu melihat kita semalam
membuat mereka malu?"
Connor menggeleng. "Aku tidak melihat alasannya.
Maksudku, yah, kita sedikit terhanyut oleh ciuman, tapi
kita tidak berbuat terlalu jauh seperti yang kuinginkan."
Aku merasa pipiku hangat, lalu aku mematahkan
biskuit dan mengulurkan padanya. "Dasar anak nakal."
185
"Kalau kita tidak bisa keluar dari sini, aku akan
jadi anak nakal." Setelah menghabiskan makanannya,
dia membersihkan tangan dan mulai berjalan pelanpelan mengitari pinggiran kurungan. "Pasti ada jalan
keluarnya."
"Begitu keluar dari kurungan, kita harus melewati
pintu yang terkunci."
Dia mengedipkan mata padaku. "Dari kurungan ke
kurungan lain."
Pintu terbuka dan Mason melangkah masuk bersama
rombongan yang sudah tak asing lagi dan dua orang yang
tidak kukenal. Mereka lebih berotot daripada orang-orang
laboratorium itu, tapi tidak sekekar orang-orang yang
menyandang senapan.
"Ah, tamu," kata Connor. "Dan aku di sini belum
berganti baju."
Aku masih memakai baju hangat Connor.
"Tidak apa-apa," kata Mason. "Lalu apa arti tato di
pundakmu itu? Aku tahu Lucas dan Rafe juga punya."
"Inisiasi persaudaraan."
Itulah yang pernah dikatakan Rafe kepada Mason pada
musim panas lalu saat dia menanyakannya.
"Dengar, aku tidak percaya. Tapi, tidak apa-apa. Setelah
mempelajari contoh yang kauberikan kemarin terbukti
sudah bisa menjelaskan. Tapi yang benar-benar kuinginkan
adalah melihatmu berubah wujud menjadi serigala."
"Aku khawatir kau hanya akan dikecewakan, karena
aku tidak bisa berubah."
186
"Tidak bisa atau tidak mau?" tanya Mason.
"Tidakkah terpikir olehmu kalau aku memang mampu
berubah menjadi serigala, tentu sudah kulakukan ketika
kau menangkapku waktu itu? Kau tahu, ketika aku
melarikan diri?"
"Serigala menyerbu perkemahan kami. Apakah mak?
sudmu kau adalah juru bisik serigala?"
"Sudah kubilang aku bukan manusia serigala."
Mason menyeringai. "Hanya satu cara untuk memas?
tikannya."
Aku mendengar suara denting dan menoleh ke arah
Ethan, Tyler, dan dua orang baru itu sedang membuat
sesuatu yang kelihatannya seperti terowongan besi. Ingin
sekali aku menanyakan pada Mason apa yang sedang
terjadi, tapi aku tidak mau membuatnya puas diri.
Connor pasti menyadari kalau Mason tengah meren?
canakan sesuatu yang tidak menyenangkan, oleh karenanya
dia mendekat padaku, menggenggam tanganku, dan
meremasnya. Aku membalas remasan tangannya.
"Menurutmu apa yang direncanakannya?" tanyaku.
"Entahlah, tapi aku tidak menyukainya."
Mereka mendorong terowongan itu mendekat sampai
salah satu ujungnya menutupi pintu kurungan kami.
Kudengar bunyi derit roda dan melihat sebuah kandang
didorong masuk?kandang berisi seekor puma.
"Sial," gumam Connor.
"Apakah itu Shifter?" bisikku. Beberapa dari kaum
kami memang berubah dalam wujud binatang lain.
187
Connor menggeleng, "Bukan, yang ini binatang
betulan."
Untunglah dia tidak bertanya mengapa aku tidak bisa
merasakan yang sebenarnya tentang puma itu. Kurasa dia
terlalu sibuk memikirkan strategi. Sayangnya, kalau apa
yang kupikir akan terjadi memang terjadi?dia hanya
punya satu pilihan.
Mereka menempatkan kandang itu di ujung terowongan
yang satu lagi dan menguncinya.
Connor memelototi Mason. "Mason."
Terdengar jelas sekali nada mengancam dalam suara?
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nya.
"Ini demi kebaikan umat manusia."
"Omong kosong. Yang kauinginkan hanyalah menjadi
sesuatu yang bukan dirimu. Kau sangat menginginkannya
sampai-sampai bersedia memercayai sesuatu yang segila
ini, sampai berbuat sejauh ini untuk mendapatkannya."
"Aku tidak perlu jadi orang jahat kalau aku hanya
mengambil keuntungan pribadi."
Pembohong! Kami sudah tahu dia punya rencana demi
kepentingannya sendiri.
"Lihat bibirku," kata Connor. "Lihat ke dalam mataku.
Aku bukan manusia serigala. Kalau kau memasukkan
puma itu ke sini, dia akan membunuh kami."
Untuk sepersekian detik, hanya sekejap, Mason nampak
ragu. Dia menggeleng, lalu mengangguk seolah tengah
berperang batin. "Aku tahu apa yang kutahu," katanya
tegas.
188
"Setidaknya keluarkan Brittany dari sini, jadi kau tidak
akan membuat dua orang mati di tanganmu."
"Dia adalah jaminanku supaya kau bertarung dan
tidak menyerah," kata Mason, dan pada saat itu pula aku
membencinya setengah mati.
"Ya Tuhan," bisikku saat Mason mengarahkan remotenya dan pintu kurungan kami terbuka perlahan.
Connor menyumpah-nyumpah, dan aku tahu dia
hanya menggertak, karena dia tidak akan rela menerima
kematian di tangan Mason. Tapi tetap saja, aku takut sekali
membayangkan apa yang akan terjadi.
Connor melepaskan sebelah sepatu botnya dan melem?
parnya ke jeruji. Dia melakukan hal yang sama dengan
sepatu yang satu lagi.
Aku mundur, memberikannya tempat untuk bergerak.
Lalu dia juga melepaskan kaus kaki dan mengambil ikat
pinggangnya.
Pintu kandang yang satu lagi mulai terbuka. Puma itu
menggeram, suaranya membuat telingaku ngilu, membuat
gigiku gemeretuk. Punggungku menabrak sudut dengan
keras dan membuat kurungan berderak.
Connor mengalihkan perhatiannya padaku. "Brittany,
bersiaplah untuk berubah."
Aku menggeleng, air mataku terasa panas menggenangi
mataku. "Aku tidak bisa."
"Apa?" Connor melangkah mendekatiku, melambaikan
tangan ke arah Mason dan teman-temannya. "Lupakan
mereka, abaikan saja mereka. Keselamatan kita sedang
189
dipertaruhkan. Mungkin aku bisa mengalahkannya, tapi
kalau dia sampai menyerangmu, kau berada dalam posisi
yang lebih menguntungkan untuk mempertahankan diri
dalam wujud serigala."
Aku tahu telah menghancurkan semua harapan yang
dimilikinya untuk menghadapi ini bersama-sama. "Aku
tidak bisa berubah. Maafkan aku, Connor, aku bukanlah
Shifter. Aku manusia."
Itu kata-kata tersulit yang pernah kuucapkan. Dan
menilik kekagetan yang tergambar di wajah Connor, katakata itu adalah yang terburuk yang pernah didengarnya.
Puma itu meraung sambil melompat ke terowongan.
Naluri bertahan Connor langsung mengambil alih. Dia
mundur ke sudut yang jauh agar bisa bergerak dengan
leluasa dan mulai melepaskan jinsnya.
Aku berbalik, menggenggam jeruji erat-erat, karena tak
tahan menyaksikan pertikaian itu. Kurungan itu bergetar
ketika puma itu memasukinya, lalu aku mendengar
lolongan serigala.
Aku berbalik. Serigala dan puma itu terlibat dalam
pergulatan maut, mirip dengan apa yang kami alami saat
bergulat waktu itu. Mula-mula yang satu di atas, lalu yang
lain. Kemudian mereka memisahkan diri dan kembali
menyerang. Gigi dan cakar beradu, menimbulkan lukaluka, darah pun mengalir dan mulai meninggalkan jejak
di lantai.
Sesekali tatapanku beralih kepada Mason. Kelihatannya
dia sangat bergairah. Aku bisa melihat ketamakannya,
190
berhasrat untuk memiliki kekuatan yang diperlihatkan
oleh Connor sekarang.
Tapi aku lebih banyak memperhatikan Connor ber?
juang mempertahankan hidupnya, dan menyadari aku tak
bisa berbuat banyak. Aku tak punya senjata. Aku tak punya
cara untuk membantunya mengalihkan posisi puma itu
agar dia bisa menancapkan gigi ke tenggorokannya. Aku
melompat-lompat di dalam kurungan, berusaha agar tidak
menghalangi, sambil berpikir andai saja aku bisa mencapai
pintu, aku bisa berlari cepat ke terowongan agar Connor
lebih leluasa bertarung tanpa harus mengkhawatirkanku.
Sekarang seolah dia mengkhawatirkanku. Tapi mungkin
saja dia berharap puma itu menyerangku duluan sebagai
makanan kecil.
Tiba-tiba kemarahanku meluap melebihi sebelumnya.
Marah kepada ibuku yang membuatku yakin kalau
diriku ini Shifter. Marah kepada Mason yang memaksaku
mengungkapkan bahwa aku bukanlah Shifter. Aku ingin
menghajarnya.
Lalu kupikir persetan dengan dia dan perbuatannya
yang curang. Hanya karena aku bukan Shifter, bukan
berarti Connor harus bertarung sendirian. Tendangan
menyam?pingku lumayan keras.
Sambil mengepalkan tangan, memasang kuda-kuda,
aku memusatkan perhatian pada perkelahian yang tengah
berlangsung di hadapanku, menunggu saat yang tepat untuk
melancarkan serangan. Aku hafal gerakan Connor karena
pernah berhadapan dengannya secara langsung. Gerakan
191
serigalanya tidak akan berbeda jauh, karena walau dalam
wujud serigala dia tetaplah Connor. Aku memperhatikan,
melihat kesempatan, merangsek masuk, dan menendang
pantat puma itu?keras-keras.
Keras sekali sampai membuatnya mendeking. Cukup
keras untuk mengalihkan perhatiannya.
Aku cepat-cepat mundur.
Connor mendapat kesempatan dan dia tak menyianyiakannya. Dia bergerak untuk mengakhiri dengan me?
nancapkan giginya ke pembuluh darah puma itu.
Tidak seperti Mason, Connor bukannya senang harus
mengakhiri hidup makhluk lain. Para Shifter menghormati
segala aspek alam. Bahkan musuh pun dibunuh dengan
penuh penyesalan.
Puma itu mengejang lalu tak bergerak lagi. Connor
mundur, tersandung, dan jatuh. Barulah pada saat itu aku
sadar kalau dia terluka parah.
Aku berlari menghampirinya, berlutut di sampingnya,
dan membaringkan kepalanya ke pangkuanku dengan
hati-hati.
Ketika Shifter berubah, rambutnya menjadi bulu,
tangan dan kaki menjadi cakar, gigi menjadi tajam dan
memanjang, hidung berubah menjadi moncong?tapi
matanya, matanya tak berubah. Jika seseorang memandang
mata Shifter, dia akan melihat mata manusia, bukannya
mata serigala.
Maka sekarang, saat aku menatap wajah serigala itu, aku
melihat ke dalam mata Connor. Connorlah yang sedang
192
kupandang, Connorlah yang sedang kuajak bicara. "Aku
minta maaf. Seharusnya aku mengatakannya padamu."
Aku menyisir bulunya dengan jari. "Aku sangat, sangat
menyesal." Aku tahu hanya mengulang-ulang, tapi tidak
ada kata-kata lain yang bisa mengungkapkan kesedihan
dan penyesalanku. Juga rasa maluku.
Aku membuatnya kecewa. Hal yang tak pernah
kuduga akan kulakukan. Tak peduli apa pun keadaannya,
aku selalu berpikir dapat melindungi kaum kami, aku bisa
memenangkan akhir dari setiap pertikaian.
Aku mendengar suara gerakan dan mendongak. Mason
dan Wilson tengah berdiri di dekat kandang, Wilson
mengarahkan senapan panah. Aku mengangkat sebelah
tanganku. "Tidak, kau harus memberinya kesempatan?"
Wilson menembak. Connor tersentak saat anak panah
itu menancap di pundaknya. Dia berusaha mengangkat
kepalanya, tapi di matanya bisa kulihat obat bius itu
bekerja. Dia pingsan di pangkuanku.
"Sialan kau, Mason! Seharusnya kau memberinya
kesempatan untuk memulihkan diri." Aku melepaskan
baju hangat yang kupakai, dan tepat ketika kuselimutkan
ke tubuh Connor, dia telah kembali ke dalam wujud
manusia.
"Hah," kata Mason. "Mereka kembali ke wujud manu?
sia saat tak sadarkan diri?"
Aku sedang tidak berminat menjawab pertanyaannya.
Darah merembes di baju itu. "Dia terluka parah. Dia mem?
butuhkan dokter."
193
"Kamu bukan manusia serigala, tapi kamu tahu
tentang manusia serigala." Kata-katanya itu lebih sebagai
pernyataan bukan pertanyaan.
"Shifter. Mereka menyebut diri mereka Shifter.
Panggil dokter untuknya, nanti aku ceritakan semua yang
kutahu."
"Tanpa kebohongan?"
"Tanpa kebohongan."
Dia mengangguk dan melirik sekilas ke balik bahunya
"Ethan, pergi jemput ayahku."
Aku tidak mau pergi sampai Dr. Keane selesai mengobati
Connor. Sejak terakhir aku melihatnya, kini rambutnya
hampir memutih semua. Terbayang olehku, bekerja sama
dengan anaknya yang lepas kendali itu dapat membuat dia
cepat tua.
"Jadi aku harus menjahitnya seperti biasa, seolah dia
itu manusia biasa?" tanya Dr. Keane.
Kujawab pertanyaannya dengan anggukan. Kepala
Connor berada di pangkuanku dan aku menyisir ram?
butnya dengan jari-jariku. Puma itu melukainya di pun?
dak, pinggang, dan paha. "Ketika dia sadar, dia akan
menyembuhkan dirinya sendiri"
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi dia bisa berubah sesuai kemauannya," kata Mason.
"Tidak hanya kalau terancam bahaya. Maksudku, dia
tidak membutuhkan dorongan andrenalin untuk memicu
perubahannya?"
194
"Dia berubah sesuai kemauan," aku menegaskan,
perutku terasa sakit setiap kali mempertegas fakta yang
ada.
"Ketika kami menembak Lucas dengan panah bius, dia
tidak berubah wujud lagi."
"Mungkin dia tidak benar-benar pingsan."
"Jadi Lucas adalah serigala beraneka warna itu."
Sebal rasanya karena tanpa sadar aku telah mengkhianati
Lucas akibat tidak menyimak pertanyaannya. Sekalipun
aku telah berjanji untuk mengungkapkan semuanya kepada
Mason, aku hanya berencana mengatakan segala sesuatu
yang membuatnya tidak bisa memanfaatkan Shifter.
Memang aku bukan bagian dari mereka, tapi kesetiaanku
yang paling utama dan terbesar adalah kepada mereka.
"Ya."
"Lalu apakah hanya sherpa laki-laki yang Shifter?"
tanya Mason.
Aku menelan ludah dengan susah payah. "Tidak, ada
juga yang perempuan."
"Tapi kamu bukan?"
Aku menggeleng.
"Percobaan kami telah membuktikan bahwa itu di?
turun?kan secara genetika, dan Connor mengira kamu
adalah Shifter, jadi bagaimana ceritanya?"
Kurasa tak ada salahnya menceritakan tentang ibuku
yang Shifter dan ayahku yang manusia, jadi kukatakan
saja.
"Kalau begitu gen Shifter itu resesif," katanya.
195
Aku mengedikkan bahu. "Kamu yang ilmuwan, bukan
aku."
"Sepertinya begitu; kalau tidak, akan lebih banyak
Shifter daripada manusia."
"Mungkin kamu hanya tidak bisa mengenali Shifter
ketika melihatnya." Aku tak mampu mencegah komentar
sinis itu meluncur begitu saja dari mulutku, tapi aku
langsung menyesalinya ketika Mason berkata, "Kau tahu
kami bisa saja merobek jahitan Connor. Kami bahkan bisa
menambahkan beberapa luka lagi kalau kami mau, luka
yang lebih parah."
Aku menggertakkan gigi. "Jumlah manusia lebih
banyak daripada Shifter."
"Terima kasih. Lihat betapa mudahnya kalau kita
semua bekerja sama?"
Syukurlah, dia tidak bertanya lebih jauh lagi sampai
aku puas dengan hasil kerja ayahnya merawat Connor.
Memang itu bukan jahitan terbaik yang pernah kulihat,
tapi aku tidak berencana untuk membingkainya dan
menggantungnya di dinding. Yang penting jahitan itu
melakukan tugasnya?menghentikan pendarahan sampai
Connor siuman dan bisa merawat lukanya sendiri.
* * *
Hal yang paling mengejutkan, Mason mengijinkan aku
mandi untuk membersihkan semua noda darah. Monique
bertugas mengawalku dan berjaga di kamar mandi untuk
196
memastikan aku tidak berusaha kabur. Tapi kehadirannya
benar-benar tidak diperlukan. Aku tidak akan pergi
meninggalkan Connor.
"Kau tahu aku tidak pernah benar-benar memercayai
kalau itu bisa terjadi," seru Monique dari balik tirai kamar
mandi. "Kemampuan untuk berubah ke wujud lain.
Kelihatannya sangat mustahil, sesuatu yang lebih cocok
ditayangkan di channel SciFi."
Sambil menggosok badanku kuat-kuat, aku tidak
menjawab.
"Tapi asal kau tahu, upahnya sangat besar. Aku anak
tertua dari tujuh bersaudara. Orangtuaku bukan orang
kaya. Aku hanya berusaha melakukan apa yang bisa
kukerjakan untuk meringankan beban."
Kalau dia sedang berusaha meminta maaf karena turut
andil dalam penelitian ini, dia datang ke tempat yang
salah.
Monique lebih tinggi daripada aku, tetapi karena baju
hangat bisa sedikit disesuaikan, maka dia meminjamkan
padaku sepasang yang tidak pernah dipakainya di tempat
umum dan hanya dipakainya di rumah. Dia menyukai
pakaian yang besar supaya nyaman. Kedodoran kalau
dipakai olehnya, tapi pas di tubuhku.
Dia juga menaruh beberapa selimut dan meminjamkan
baju hangat dari Johnson untuk Connor. Kurasa Connor
tidak akan mau memakainya. Ada lambang Bio-Chrome
yang tercetak di atas semboyan mereka: "Mempelajari
kromosom untuk hari esok yang lebih baik."
197
"Waktu mengantarkan sarapan tadi pagi, kau sudah
tahu apa yang telah mereka rencanakan," kataku.
Dia terlihat sangat sedih saat mengangguk. "Ya. Apa
pun hasilnya, kami semua menganggap itu gagasan yang
buruk?tapi Mason terobsesi dengan cabang medisnya.
Tidakkah kaumengerti kalau usaha kami ini bisa menye?
lamatkan nyawa?"
"Shifter tidak punya penangkalnya. Apakah kau benarbenar percaya kalian mampu memindahkan kemampuan
dengan begitu mudahnya? Ada makhluk hidup yang
punya kemampuan untuk menumbuhkan kembali
anggota tubuhnya yang hilang. Apakah kaupikir mereka
akan memberikan kalian kemampuan seperti itu kalau
kalian mengisap kehidupan mereka dan memasukkannya
ke dalam tabung percobaan?"
"Mereka tidak mirip dengan kita ataupun manusia
serigala."
"Shifter," ralatku.
Tadinya aku mengira dia akan membawaku ke ruang
interogasi seperti yang sering kulihat di film-film: sebuah
meja, sebuah kursi keras, sebuah bola lampu redup yang
tergantung di kabel.
Namun sebaliknya, dia membawaku ke ruangan mewah
yang semua perabotannya berwarna putih dengan dekorasi
hitam. Mason dan ayahnya duduk di kursi besar yang
mahal. Wilson dan Johnson berdiri di dekatnya, dengan
senapan bius siaga di tangan. Mungkin mereka khawatir
aku akan melawan mereka. Tapi yang kuinginkan hanyalah
198
menyelesaikan wawancara ini dan kembali menemani
Connor.
Mason menunjuk ke sofa. "Duduklah dengan nya?
man."
Setelah semua yang terjadi, momen ini bagaikan mimpi.
Aku berusaha untuk tidak mengerang pada kenyamanan
mewah yang kurasakan ketika aku duduk. Kontras sekali
dengan lantai beton tempat aku menginap semalam dan
tempat Connor terbaring saat ini.
"Silakan," kata Dr. Keane sambil melambaikan tangan
ke arah meja kopi di hadapanku, dan di situ telah terhidang
gelas-gelas sampanye dengan gelembung-gelembung kecil
yang naik ke permukaan, juga makanan pembuka yang
tersaji di atas piring- piring hitam.
"Langsung saja," kataku tak sabar, ingin segera kembali
ke tempat Connor?walau mungkin dia tidak ingin
bertemu denganku lagi setelah tahu kenyataan tentang
diriku.
"Baiklah." Mason mencondongkan badan ke depan.
"Jadi Shifter itu dilahirkan."
"Ya."
"Apakah mereka selalu punya kemampuan untuk
berubah?"
"Tidak."
Dia mengangkat sebelah alisnya mendengar jawabanku
yang pendek-pendek itu. "Jelaskan."
"Kemampuan untuk berubah itu belum muncul sam?
pai seorang gadis berumur tujuh belas dan yang laki-laki
199
berumur delapan belas. Perubahan pertama terjadi pada
purnama pertama setelah tanggal ulang tahunnya. Itu tidak
bisa dicegah. Tidak bisa dikendalikan. Setelah itu, seorang
Shifter bisa berubah sesuai kemauannya."
"Apakah semua orang di Tarrant adalah Shifter?"
"Bukan." Banyak wisatawan,orang yang berkemah, dan
pencinta alam yang datang, jadi aku tidak berbohong.
"Tato yang pernah kulihat?menandakan apa itu?"
"Shifter berhubungan dengan serigala dan serigala
punya pasangan seumur hidup. Ketika seorang lelaki
menemukan pasangannya, dia menyandang simbol Celtic
yang mewakili nama pasangannya?atau yang melam?
bangkan itu?tertato di bahunya. Itu tradisi."
"Celtic. Apakah kalian berasal dari Inggris?"
"Kami tidak tahu pasti. Kami rasa begitu, tapi" Ini
sulit. Terlalu banyak yang kuungkapkan.
"Tapi?" desaknya.
"Shifter hidup di seluruh dunia. Berbeda klan."
"Apakah semuanya serigala?"
"Tidak, tapi aku belum pernah melihat yang bukan
serigala."
"Jadi binatang yang berbeda tidak berbaur?"
Aku mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Aku belum
pernah melihat yang bukan serigala."
"Menarik." Dia menggerakkan jari di wajahnya seolah
membayangkannya berubah menjadi serigala. Kelakuannya
membuatku merinding.
200
Dia menyipitkan mata. "Lalu apa yang dilindungi oleh
para sherpa di hutan?"
"Gua persembunyian kecil seperti tempat kau mene?
mukan Connor dan yang lainnya beberapa minggu
lalu."
"Hanya itu?" tanyanya tak percaya.
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu belum cukup?"
"Kurasa mungkin ada sebuah desa atau kota tersem?
bunyi."
Tidak mungkin aku menceritakan tentang Wolford
padanya. "Shifter adalah pencinta alam. Mereka suka
berjalan-jalan di hutan. Seperti yang kaulihat pada Connor,
mereka melepaskan baju ketika berubah wujud. Itulah
sebabnya mereka punya tempat untuk menyembunyikan
barang-barang?makanan cadangan, pakaian. Benda-ben?
da semacam itu."
Dia memajukan badannya, matanya mengamati wajah?
ku. "Ceritakan padaku semua yang kau tahu yang belum
kutanyakan."
Aku tidak akan membeberkan bahwa dalam wujud
serigala, Shifter bisa berkomunikasi melalui telepati dengan
sesama Shifter yang juga berwujud serigala. Itu senjata
rahasia Connor. Itu menjadi satu-satunya kesempatan
yang dimilikinya untuk menyelamatkan diri. Satu-satu?
nya kesempatan yang dimiliki Shifter untuk mencegah
tersiarnya berita tentang keberadaan mereka di luar BioChrome.
201
Namun aku tahu harus memberinya informasi lagi.
"Saat seorang lelaki berubah untuk pertama kalinya, dia
melaluinya sendiri. Tapi seorang gadis harus didampingi
pasangannya. Kalau tidak, dia akan mati."
"Kenapa?"
"Entahlah. Mungkin itu hal yang evolusioner. Bisa
berdampak pada eksperimenmu."
Dia tersenyum padaku, membuatku merasa seolah
ada semut yang merayapi kulitku, seolah tiba-tiba saja aku
menjadi salah satu anggota timnya, bagian dari kelompok
intinya. "Itu informasi yang bagus untuk diketahui. Terima
kasih, Brittany."
"Bolehkah aku pergi sekarang?"
"Ya, tentu. Kau akan tinggal sekamar dengan
Monique."
"Tidak, aku mau menemani Connor."
"Kenapa kau ingin kembali ke kurungan berlantai
semen yang tidak nyaman? Selain itu, tidakkah kaulihat
cara Connor memandangmu? Dia kelihatannya jijik."
Aku telah melihatnya. Itu adalah sebagian alasan aku
harus kembali padanya, berusaha menjelaskannya. Dan
kalaupun dia masih membenciku, itu tidak akan lebih
daripada aku membenci diriku sendiri saat ini. "Ayolah,
Mason. Biarkan aku kembali. Aku sudah mengatakan
semua yang kutahu."
"Semuanya?"
"Semuanya."
"Lalu apa lagi yang bisa kautawarkan?"
202
Mason dan aku kembali melakukan tawar-menawar
sampai akhirnya kami membuat satu kesepakatan lagi.
Kesepakatan yang mungkin bisa mendatangkan keba?
hagiaan atau kematian.
203
TIGA BELAS
Diiringi rombongannya, Mason membawaku kembali ke
ruang penjara, dia mencekal lenganku seolah aku berusaha
kabur. Aku membawa selimut dan baju hangat yang
diberi oleh Monique. Matahari mulai terbenam, membuat
bayangan memanjang.
Connor sedang duduk di dalam kurungan, dia memakai
celana jinsnya. Satu-satunya tanda kalau dia tadi terluka
hanyalah baju hangat bernoda darah yang dilemparkannya
keluar dari celah jeruji. Baju itu teronggok di lantai.
Dengan tangan terlipat di dadanya yang telanjang, dia
menatap tajam begitu kami mendekat.
"Jadi kau sudah menyembuhkan dirimu sendiri," kata
Mason.
204
Connor masih menatapnya tajam.
"Apa? Tidak ada sambutan ramah?" desak Mason.
Kalau saja tatapan mata bisa membunuh, Mason
pastilah sudah mati di tempat dalam dua detik saja.
"Aku tahu tindakanku agak ekstrem, tapi kami membuat
kemajuan yang luar biasa, dan aku penasaran apakah yang
akan kami lihat pada ferret*) percobaan kalau kami suntik
serum itu, apakah bereaksi sebagaimana mestinya."*)(ferret:
binatang mamalia dari keluarga musang, red).
Aku menoleh dan menatapnya. "Kau mengubah ferret
menjadi serigala?"
Dia membuat isyarat membentuk celah kecil dengan
telunjuk dan ibu jarinya. "Serigala yang kecil sekali.
Kadang berhasil, kadang tidak." Dia menepuk kepalanya.
"Kurasa kesadaran akan membuat perbedaan. Kau harus
bisa berpikir seperti serigala untuk menjadi serigala."
"Kami baru beberapa hari di sini, dan kau sudah punya
serumnya?" Aku terperangah heran. Dia belum mengatakan
padaku kalau mereka sudah hampir menyempurnakan
serumnya.
"Kami sudah lama sekali mengerjakan formula itu.
Hanya saja ada sedikit bagian yang kurang. Dan sekarang
teka-teki yang kami kerjakan hampir selesai." Dia kembali
mengalihkan perhatiannya kepada Connor. "Aku harus
mengembalikan cewek ini ke kurungan, dan aku ingin
melakukannya tanpa ada masalah sekecil apa pun. Aku
harus membuka pintu ini untuk melakukannya. Kalau kau
beringsut maju sesenti saja, Wilson akan menembakmu."
205
Connor tidak bergerak. Bahkan beringsut pun tidak.
Setelah aku merangkak masuk, pintu kurungan segera
berdentang menutup.
"Nikmatilah sedikit waktu kalian untuk bersama," kata
Mason.
Aku berdiri. "Apa kaubilang?"
"Semua hal yang baik haruslah berakhir."
"Apa maksudnya?"
Dia tak mengacuhkanku dan melangkah keluar dari
ruangan, diikuti kelompok kecilnya. Aku memukul jeruji
dengan telapak tanganku. "Dasar bajingan."
Kugenggam jeruji logam yang dingin itu dan ku?
tempelkan keningku. Kupikir aku telah siap menghadapi
Connor, tapi ternyata aku belum siap menghadapi kema?
rahan yang terpancar darinya. Banyak sekali yang ingin
kujelaskan, tapi tak tahu harus memulainya dari mana.
Sambil menghela napas dalam, kujulurkan tangan dan
meraih buntalan yang tadi kujatuhkan.
Aku berbalik. Connor masih berada di tempatnya
semula.
"Ini kubawakan baju hangat bersih buatmu, dan
sekarang kita punya selimut."
Dia mengamatiku seolah tidak kenal siapa aku. Kurasa
dia benar-benar tidak mengenali aku.
"Tapi kurasa yang benar-benar kauinginkan adalah
seorang Shifter, bukan?"
Perlahan dia melepaskan lipatan tangannya. Dia meng?
angkat sebelah lututnya dan menumpukan pergelangan
206
tangannya di situ, tapi dia tidak terlihat santai karena
kedua tinjunya terkepal kuat-kuat sampai buku-buku
jarinya memutih. "Kapan kau tahu kalau kau bukan
Shifter?"
Mendengar suaranya, jantungku terasa seperti tertohok.
Kata-katanya sama sekali tak mengandung kehangatan, tapi
juga tidak sedingin es. Suaranya dingin, seolah dia tengah
melakukan ujian besar padaku. Kugenggam erat selimut
itu. "Pada purnama kemarin. Bulannya datang. Dan
pergi. Aku masih tetap sama. Bahkan aku tidak merasakan
apa-apa. Pada malam saat Mason menangkapku, aku
sedang kacau. Aku baru saja bicara dengan ibuku. Dia
memberitahuku kalau dia bertemu ayahku di Eropa." Aku
tertawa getir. "Seorang manusia biasa. Selama bertahuntahun ini dia mengatakan laki-laki itu menemaninya
melewati perubahan pertamanya, lalu pergi ... tapi semua
itu bohong. Ternyata dia melewati perubahan pertamanya
bersama seseorang bernama Michael. Tapi dia juga tidak
tinggal di sini." Ibuku dan aku agaknya punya satu
kesamaan?tidak ada laki-laki yang mau mendekati kami.
Tatapannya bergerak lambat menelitiku. Sekali. Dua
kali. Tiga kali.
"Katakan sesuatu," pintaku.
"Baumu seperti Monique."
"Mereka mengijinkan aku memakai peralatan mandi?
nya. Ini bajunya. Darahmu mengotori pakaianku."
Percakapan ini hanya basa-basi belaka. Mengapa dia tidak
207
membentakku? Meneriaki aku? Mengatakan padaku betapa
dia membenci aku?
Aku tak sanggup lagi memandangnya, terlalu berat.
Aku mulai memandang berkeliling dan pandanganku
tertumbuk pada tiang jeruji yang bengkok di dekat tempat
duduknya tadi. "Apa yang terjadi di situ? Apakah itu akibat
perkelahian dengan puma tadi?" Pastinya begitu tapi aku
terlalu asyik memperhatikan hal lain.
"Bukan."
Aku kembali memperhatikannya. "Lalu apa?"
Perlahan dia beringsut dengan sikap predator yang di?
milikinya dan berdiri di hadapanku. Sekali lagi tatapannya
mengembara kepadaku. Dia menghirup bauku, lalu
menggeleng. "Bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu?
Mengapa tak satu pun yang menyadari kenyataan ten?
tangmu?"
Aku menarik napas gugup. "Entahlah. Mungkin
sifat ibuku menurun padaku untuk membohongi semua
orang."
Dia mengelus pipiku dengan buku jarinya. "Selama
ini, kamu percaya kalau dirimu adalah Shifter?"
Aku mengangguk. Bagaimana aku harus mulai men?
jelaskannya? Bagaimana mungkin dia akan percaya?
"Setelah bulan purnama, kau pasti?"
"Hancur."
Dia melingkarkan lengannya padaku, menarikku men?
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dekat. Kehangatan dan kekuatannya menular padaku. Aku
menikmati kenyamanan yang ditawarkannya.
208
Entah berapa lama dia memelukku. Akhirnya, ketika
kami duduk, dia menarikku ke pangkuannya dan tetap
melingkarkan lengannya padaku.
"Lalu apa yang terjadi dengan kurungan itu?" akhirnya
aku bertanya.
"Waktu tersadar dan kau tidak ada di sini, aku menga?
muk dan berusaha untuk keluar supaya aku bisa membunuh
Mason."
"Ya Tuhan, Connor, maafkan ak?"
"Bisakah kau berhenti meminta maaf untuk sesuatu
yang bukan salahmu? Pikiranku buntu. Aku takut kau mati
atau terluka. Aku bahkan sempat kehilangan akal sehatku
saat kupikir kau dan Mason" Suaranya terhenti.
"Mason? Aw!"
"Yah, aku juga tidak bisa membayangkannya begitu
bisa berpikir dengan akal sehatku lagi. Jadi kupikir kamu
antara sekarat atau mati. Saat kau melangkah masuk lewat
pintu itu, aku berusaha keras menyembunyikan dari Mason
betapa senangnya aku melihat kau baik-baik saja. Tapi dia
menguping, jadi sekarang dia sudah tahu."
"Aku takut sekali kau akan marah padaku karena tidak
mengatakan padamu kemarin-kemarin."
Dia menarik tubuhnya ke belakang, mengamati
wajahku, dan mengelus pipiku. "Aku kaget. Dan waktu?
nya tidak tepat. Tapi aku paham pasti berat sekali untuk
mengatakannya padaku?untuk mengatakan pada se?mua
orang?kalau kau bukanlah Shifter. Aku merasa seper?
tinya aku baru saja menemukanmu. Mengapa kau mau
209
memercayakan rahasia terbesarmu kepada seseorang yang
baru kaukenal?"
"Sudah seharusnya. Aku memercayaimu dengan
seluruh hidupku."
Matanya menghangat. "Saat akhirnya aku menyadari
kalau dengan membentur-benturkan badanku ke jeruji
tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali mendatangkan
memar dan harus disembuhkan, aku mulai memikirkan
banyak hal. Memar di lenganmu. Itu bukan perbuatan
Mason. Tapi aku. Saat kita bergulat waktu itu."
Aku hendak menyangkalnya, tapi kalau aku ingin
mendapatkan kesempatan untuk menyelamatkan apa
yang tersisa dari perasaan Connor padaku, aku harus
benar-benar jujur. Aku mengangguk. "Masih ada lagi
memar di paha. Tapi itu terjadi ketika seseorang bergulat
dengan sangat agresif. Bukan karena kau bermaksud
melukaiku."
"Saat kau berdiri di ruang media?"
"Terlalu gelap bagiku untuk melihat bangku kosong.
Aku sedang menunggu mataku menyesuaikan diri."
"Saat aku menciummu dan berlari dalam wujud
serigala, kau tidak mengikutiku karena kau tidak bisa."
Aku malu sekali sampai-sampai hampir tak sanggup
mengakuinya, tapi aku bergumam, "Yah."
"Hei," katanya lembut.
Barulah aku menyadari kalau air mataku mengalir. Aku
mendengus dan mengusap air mataku yang menyebalkan
itu. "Maafkan aku."
210
"Sudah kubilang jangan meminta maaf untuk apa yang
tidak bisa kaukendalikan."
"Aku hanya kesal menjadi perempuan cengeng."
"Aku senang karena kau seorang perempuan." Dia
menyelipkan rambut ke belakang telingaku. Aku tidak
mau repot-repot menjalinnya setelah mandi. "Aku sangat
menyukainya."
Dia mencium sudut bibirku, lalu sudut bibir yang satu
lagi. Sentuhannya selembut kupu-kupu yang hinggap di
kelopak bunga.
Dia menyapukan bibirnya ke bibirku, dan diikuti
dengan lidahnya. Kehangatan berputar-putar merayapi
diriku.
"Aku tak peduli kau tidak bisa berubah," katanya pelan,
lalu mengecup bibirku.
Terlalu mudah untuk diucapkan ketika hanya kami
berdua yang berada di dunia yang kecil ini, hanya berdua
saja, tanpa tahu apa yang akan terjadi esok. Tapi nanti begitu
kembali ke dunia nyata, ketika dia menyadari betapa aneh
dan memalukannya aku ini, dia tidak akan merasakan hal
yang sama.
Tapi malam ini adalah milikku dan aku berencana
untuk menikmatinya.
Maut melayang dalam bayang-bayang. Cahaya bulan yang
redup menerobos masuk lewat celah jendela. Aku selalu
terpikat oleh kenyamanannya, namun malam ini Connor
menawarkan penghiburan padaku.
211
Dalam penjara kami, tumpukan selimut menyediakan
alas yang lembut di lantai. Sehelai selimut menutupi kami.
Connor tidak pernah mau repot-repot memakai baju
hangat yang kubawakan untuknya, jadi jemariku leluasa
menari-nari di atas dadanya yang telanjang.
"Jangan takut, Brittany," suara Connor pelan dan
lembut.
Tapi bagaimana mungkin aku tidak takut? Kami berdua
tahu bahwa besok bisa saja kami akan mati. Menghadapi
kematian justru memberi dorongan yang kuat untuk tetap
hidup. Segala sesuatu yang kita tunda, segala sesuatu yang
tidak berani kita hadapi tiba-tiba terbayang di depan
mata bagaikan mimpi yang mungkin tak akan pernah
terwujud.
Connor memelukku erat, bibirnya yang hangat
mengecup pelipisku. Telapak tanganku dapat merasakan
detak jantungnya yang teratur. Bagaimana detak jantung?
nya bisa setenang itu sementara jantungku menggelepar
bagai?kan burung yang terperangkap dalam sangkar?
Dia menggerakkan bibirnya ke pipiku. Aku men??
dengar?nya menarik napas dalam, menghirup aromaku. Aku
menempelkan wajahku ke lekukan lehernya dan mencium
aromanya yang unik ke dalam paru-paruku. Bahkan di
sini, dalam bangunan tempat kami ditawan ini, dia masih
berbau seperti alam bebas: kehijauan, wangi tanah, nektar
yang manis, tajamnya aroma dedaunan. Dia memancarkan
semua aroma yang kusukai lebih dari apa pun.
212
Sudah lama aku menunggu seperti apa rasanya belaian
tangannya yang bergerak pelan di punggungku, menarikku
lebih dekat. Aku tidak ingin saat-saat seperti ini cepat
berakhir.
"Jangan takut," bisiknya lagi.
Lalu binatang liar dalam dirinya, yang selalu me?
nung?gu di dekat permukaan, membebaskan diri dan
mengenyahkan kelembutannya. Dia menciumku dengan
bernafsu, dengan menggebu-gebu, seolah dengan
keliaran ini kami dapat menahan kedatangan musuh
kami. Aku membalas ciumannya dengan menggebugebu. Aku ingin mengalami hidup dengan gairah yang
tak pernah kukenal sebelumnya. Tak kusangkal bahwa
dalam keadaan normal mungkin kami tidak bisa saling
mengasihi atau saling membelai. Tapi ini bukan keadaan
normal.
Kami sudah melepaskan semuanya, kecuali keinginan
kuat untuk merasakan segala sesuatu yang akan segera
kami ingkari.
"Aku mencintaimu, Brittany," bisiknya.
Tubuhku dijalari getaran hebat. Detak jantungku
memukul dadaku begitu kuat, sampai-sampai aku takut
tulang rusukku akan retak dibuatnya. Dengan kata-katanya,
dia telah memberikan apa yang selalu kudambakan, apa
yang sama sekali tidak pantas kudapatkan.
Akankah esok cintanya berubah menjadi benci begitu
mengetahui bahwa aku telah mengkhianatinya?
213
Bahwa aku telah mengkhianati semua Shifter?bahwa
aku telah memberikan Mason informasi terakhir yang
dibutuhkan untuk menyempurnakan penelitiannya?
214
EMPAT BELAS
Keesokan paginya aku menyipitkan mata memandang
silaunya sinar matahari. Aku tertidur dalam pelukan Connor,
tapi sekarang aku sendirian. Sesaat aku panik, ketakutan
merasukiku karena mengira Mason telah membawa
Connor pergi. Namun ketika aku duduk, kulihat dia berdiri
di tengah-tengah kurungan, dalam wujud serigala, tengah
menatap ke jendela. Kini dia tidak punya alasan lagi untuk
menyembunyikan kemampuannya berubah wujud karena
Mason sudah tahu semuanya. Dengan senyum bodoh, aku
hanya duduk sambil mengaguminya.
Dia luar biasa indah.
Dia memutar kepalanya dan memandangku.
"Tetaplah seperti itu dulu," kataku sambil bergegas
mendekatinya. Aku menyusupkan wajah, juga jari-jariku
215
ke dalam bulunya. Aku menghirup aroma binatang, aroma
Connor.
Kuelus punggungnya. Dia menggeram pelan menerima?
nya.
"Tahukah kamu, betapa cantiknya kamu?" tanyaku.
"Semua Shifter?dalam wujud serigala?sangat luar biasa,
tapi menurutku kamulah yang paling memesona. Betapa
aku sangat menginginkan bisa seperti ini."
Dia menyuruk leherku. Aku tahu dia berusaha meng?
hiburku. Dengan semua kedekatan yang terbina di antara
kami selama masa sulit ini, aku tahu kami tidak akan bisa
sedekat Kayla dan Lucas atau Lindsey dan Rafe. Mereka
memiliki segalanya. Saling memiliki dan sama-sama
memiliki kemampuan untuk berubah. Untuk selalu hidup
berdampingan. Untuk berlari bersama-sama menembus
hutan. Untuk bermain-main dalam wujud serigala. Untuk
berbicara melalui telepati. Untuk merengkuh semua yang
Dark of The Moon Dark Guardian 3 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka miliki.
Connor dan aku hanya akan memiliki sebagian dari
itu. Sangat tidak adil baginya. Aku tahu, aku harus pergi
darinya begitu kami bebas.
Dia menyentuh pundakku dengan moncongnya.
Dengan enggan, kulepaskan pelukanku. Dia melangkah
pergi. Aku tidak mengikutinya dengan pandanganku. Aku
menarik lututku, memeluk kakiku, dan menumpukan
daguku di atas lutut. Kuhela napas dalam. Dapatkah dia
benar-benar memahami keajaiban yang dimilikinya?
216
Aku tak bisa menyalahkan Mason yang menginginkan
hal ini, karena aku juga menginginkannya.
Connor, yang kini telah berwujud manusia kembali,
duduk dan merangkulku. Dia telah memakai celana
jinsnya lagi dan sekarang memakai baju hangat. "Mereka
ada di sini," bisiknya.
Aku memutar kepalaku, sadar kalau yang dimaksudnya
adalah Shifter lain. "Begitu cepat?"
Dia mengangguk.
"Berapa banyak?"
"Mereka membawa seluruh pasukan. Bahkan semua
Shifter dewasa yang bisa dihimpun berada di sini. Yang
harus kita lakukan hanyalah berpura-pura bersikap seperti
biasa dalam penjara kecil kita hari ini?lalu malam ini kita
akan bebas. Dan kalau beruntung, bisa menghancurkan
Bio-Chrome." Dia mengepalkan tinjunya. "Semoga mereka
segera menemukan kita, sehingga kita punya kesempatan
untuk ikut terjun ke dalam pertarungan."
Perutku menegang. Aku tidak akan bisa bertarung
seperti mereka. Bisa kubayangkan mereka semua berbisikbisik dengan telepati, "Mengapa gadis itu tidak berubah?"
Seolah bisa membaca pikiranku, Connor menempelkan
jarinya di bawah daguku dan mengangkat wajahku ke
arahnya. "Kau punya tendangan samping yang hebat. Kau
akan berguna."
Aku memaksakan seulas senyum. "Aku akan berusaha
sekuat tenaga."
217
Dia menciumku lembut, lebih seperti menggigit dan
bukannya bergairah.
Di layar monitor yang sedang mereka amati, mungkin
kami hanya terlihat seperti sedang meringkuk. Tapi
Dewa Linglung 4 Mengganasnya Siluman Pendekar Pulau Neraka 44 Pendekar Tanah Suling Pualam Dan Rajawali Terbang
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama