Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana Bagian 3
pergi!
Begitulah Wein memberl bormat dan mengu capkan terima
kasih, Cin Siok Poo dan Souw Lo Ji si bapak tua penjual sayuran
meninggalkan dusun Ji Hien Cung.
Setelah keluar dari gedung Ji Wangwee, Cin Siok Poo lain
merogoh kedalam sakunya dan memberikan satu tail perak kepada
Souw Loo Ji.
?Bapak terirnalah persenan yang kujanjikan!?
Bapak tua penjual sayuran itu kegirangan satengah mati, Selama
berpuluh tahun berjualan sayur belum pernah mendapatkan uang
sebanyak ini ?satu tail perak? bukan main bahagianya!
Setelah berpisahan dengan souw Lo Ji, Cin Sin Ciok Poo
mempercepat jalannya membelok ke selatan.
Waktu itu matahari sangat terik, kira-kira sudah jam dua tengah
hari. Tidak heran bila tenggorokan seperti terbakar karena haus dan
perut berkeruyukan saking lapar. Coo Siok Poo lalu masuk kesebuah
rumah makan dan memesan makanan dan arak.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
129
Ia mengambil tempat duduk di ruang tengah dan di pojokan
untuk menghindari perjumpaan dengan kenalan-kenalan. Ia malu
karena keadaan dirinya yang persis seperti Kiciak (pengemis).
Pelayan rumah makan atau Ciu Po memberi hormat dan menanyakan
pesanan apa yang di pesan.
?Sediakan satu cawan arak Liangkak ciu dun nasi putih serta
Puyong Hay satu porsi! Agak cepatan ya, aku akan lekas-lekas
berangkat keluar kota.?
?Balk tuan, balk!? Dan Ciu Po itu lalu menyampaikan pesanan
pesanan kepada koki.
Tidak menunggu terlalu lama, masakan yang di pesan sudah di
sajikan di hadapan Siok Poo, Dengan lahap ia makan Puyoug hay
dan nasi putih.
Tatkala hidangan sudah di santap habis dan baru mengangkat
cawan untuk mengeringkan arak, tiba-tiba di pintu masuk tersembul
sesosok tubuh yg sudah dikenal baik oleh Cin Siok Poo.
Yang baru memasuki rumah makan itu adalah Ong Pek Tong di
kawal oleh pelayan-pelayan dan pengawal-pengawalnya.
Cin Siok Poo cepat-cepat membalikkan tubuh dan berlindung di
balik sebuah pilar supaya tidak terlihat oleh Ong Pek Tong,
Siapakah orang yang di segani oleh Cinn Siok Poo itu?
Ia bernarna Ong Pek Tong berasal dari Kim Sau, badannya
sangat tinggi dan cerdik serta berpengaruh. Dihulu pernah menjabat
sebagai BU CONG MOAN atau Kepala staf ungkatan perang.
Senjanya yang ampuh dan sangat di segani lawan maupun kawan
adalah sebatang tombak bercagak atau Hong Thian Hoa Khek. Di
samping ilmu tombak ia juga merupakan ahli pemanah yang ulung
dan mahir.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
130
Melihat keadaan negeri yang kalut, kalangan pemerintahan
banyak di kuasai orang yang lalim, korup dan sewenang-wenang,
maka ia lebih suka mengundurkan diri dan mengembara kemana
mana untuk bersahabat dengaa orang-orang gagah di kalangan
Kangauw.
Sedangkan kawannya yang bertubuh tinggi jangkung adalah Cia
Eng Teng berasal dari kola Tiangciu. Cia Eng Teng juga memiliki
badan yang cukup tiuggi, senjata yang di andalkan adalah sebatang
tombak pendek atau CIN CIO.
Waktu itu Eng Teng sedang dalam perjalanan hendak menengok
keluarganya di San See. Akan tetapi di tengatt perjalanan bertemu
dengan Ong Pek Tong dan diajak masuk rumah makan untuk
bersama-sama tangsel perut sambil pasang omong.
Usaha Cin Siok Poo untuk menghindar, pagi-pagi sudah di
ketahui oleh Ong Pek Tong, yang mana ia segera menegur sambil
menghampiri, ?Hoohan (orang gagah) yang duduk di situ apa
bukannya Cin Twako? Apakah yang sedaang kau perbuat Cin
Twako, ha - haa ? haa.?
Bukan main malu hati, tidak ada kesempatan untuk
mengumpatkan diri lagi, maka Cin Siok Poo lalu berbangkit dari
kursinya dan mengangkat tangan untuk memberi hormat.
?Ongheug benarlah Siautee Cin Siok Poo dari Cee Lamhu.?
Ong Pek Tong menghampiri Cin Siok Poo dan menggeleng
gelengkam kepala demi melihat keadaannya.
?Cin Twako kenapa engkau sampai menjadi sedemikian rupa?
Apa yang terjadi atas dirimu??
Ong Pek Tong melepas jubab luar yang bersulam emas dan di
kenakan ketubuh Cin Siok Poo.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
131
Oleh Cin Siok Poo di tuturkaalah apa yang telah di alaminya di
Lauw Ciuhu dari awal sampai akhir.
Pada akhir ceritanya Cin Siok Poo menekankan. ?Oleh karena
itulah pagi tadi aku telah menjual kudaku ke Ji Hian Cug dengan
harga tiga puluh tahil. Hal ini kulakukan karena terpaksa. Orang
bilang Coe Im Kauw Phi (ibarat air meluap sudah sampai di batas
hidung), tidak bergerak akan mati konyola.
Ong Pek Tong dan Cia Eng Tang sangat terharu dan berulang
kali menarik napas paniang.
?Mengapa Cin Twako tidak menerangkan asal-usul dan nama
terang? Sian Hiong Sin terkenal sebagai hartawan yg sosial dan suka
bergaul dengan orang gagah kalangan Kangauw.
?Dalam keadaan seperti sekarang ini malu rasauya untuk
berkenalan, nanti orang mengira karents ada pamerih baru mau
berkenalan.
?Ah, mengapa Cin Twako berpandangan sejauh itu? Andaikata
Sian Hong Sin mengetahui siapa Twako, tidak nanti ia membeli
kudamu. Marilah kita bersama-sama kembali kerumah Sian Hiong
Sin! Aku akan memperkenalkan Twako kepadanya.
?Apa maksudmu Ongheng? Tadi aku telah memalsukan diriku,
apa pula maksudnya untuk kembali pula kepadanya? Sudah
kukatakan saya merasa malu dalam keadaan seperti ini berkenalan
dengau Sian Hong Sin yang kaya raya.
Sudah terlalu lama aku tinggalkan ibuku seorang din di Cee Lam,
maka setelah bisa melunasi hutang dan sisanya untuk ongkos jalan,
aku mau segera pulang.?
Ong Pek Tong dan Cia Eng Teng tidak berdaya, Cin Siok Poo
bersikeras tidak mau menjumpai Sian Hing Sin dalam keadaan
seperti Kiciak (Pengemis) itu, ia menjaga nama dan harga dirinya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
132
?Kalau Cin Twako berkeberatan, sekarang Cin Twako hendak
kemana??
?Sehabis makan aku hendak membereskan uang sewa hotel dan
terus pulang.?
?Di mans hotel yang twako tempati??
?Siauw Ji Thiam, miliknya Ong Siauw yang letaknya persis di
depan kantor Thu.?
?Baikiab, Cin Twako semua makanan dan minutnan aku yang
traktir, Cin Twako tidak usah seji-seji (sungkan-sungkan).?
?Bila dernikian, aku mohon diri, Ongheng dan Ciaheng terirna
kasih dan selamat berpisah.?
Cin Siok Poo bangkit, memheri hormat dan bergegas keluar.
Ong Pek Tong dan Eng Teng, menghela napas dan manggeleng
gelengkan kepata.
Sepeninggal Cia Siok Poo, merekapun lalu membereskan
rekening dan berangkat kedusun Ji Hian Cung untuk menemui Sin
Thong Sin.
Sementara itu Cin Siok Poo telah sampai di rumah penginapan,
si pemilik hotel yang jiwanyanya rendah dan mata duitan, demi
melihat Cin Siok Poo pulang tidak menuntun kuda wajabnya menjadi
terang, dengan mulutnya yang merongos, ia cengar cengir menegur
Sin Siok Poo.
?Cinya, agaknya kudamu telah laku, hari ni pasti akan kau
bereskan hutangmu? Hahaaaa baaa ? halm ?
Cin Siok Poo tidak banyak bicara dan tidak meladeni manusia
yang berjiwa rendah itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
133
?Keluarkan surat balasan dari Coa Ciatsu yang kau simpan dan
berapa semua hutangku? Hari ini akan kulunasi dan aku akan segera
berangkat.?
?Buru-buru amat Cinya? Bukankah hari hampir malam?
Bagaimana kalau kemalaman di tengan jalan??
?Itu urusanku, kau tidak usah memusingkan.?
Ong Siauw Ji cengar-cengir dan masuk ke dalam kamarnya.
Tidak lama kemudian ia telah muncul kembali dengan membawa
bon-bon dan segulungan surat balasan dari Coa Ciatsu yang
dititipkan oleh Cin Siok Poo selama hutangnya belum terbayar. Jadi
surat balasan itu dipakai sebagai tanggungan oleh Ong Siauw Ji.
Semua hutang setelah di total sejumlah dua puluh dua setengah
tail. Cin Siok Poo menjual ku danya seharga tiga puluh tail dan
mendapat tarnbahan persenan tiga. Kini di potong dua puluh
duasetengah tinggal sisa sepuluh tail lebih setengah.
Dengan uang sisa itulah ia lalu membenahi barang-barangnya,
Kim kiamnya di gendol di punggungnya, kemudian berpamit dengan
Liu Sie (isteri Ong Siauw Ji yang baik hati), mengucapkan terima
kasih dan mohon diri.
Mengapa Cin Siok Poo begitu tergesa gesa seperti orang yang di
kejar setan? Tidak lain karena ia malu dan khawatir kalau Ong Pek
Tong membawa Sian Hiong Sin menyusul ke hotelnya.
Maka walaupun hari telah sore ia meninggalkaan Lauw Ciuhu
untuk terus pulang kekampungnya, Apa yang di khawatirkan oleh
Cin Siok Pou mernang terbukti. Ong Pet Tong dan Cia Eng cepat
cepat berangkat ke Ji Hian Cung sepenniggal Cin Sick Poo.
Begitu bertemu dengan Sian Hiong Sin segera saja Ong Pek
Tong menegurnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
134
?Sian Jiko, hari ini engkau telah berbuat suatu perbuatan yang
tiduk diperkenankan oleh Thian, suatu kekeliruan yang cukup
besar.?
Sian Hiong Sin tidak mengerti teguran dari temannya cecara
tiba-tiba itu. dengan gelagapan ia balas menanya.
?Kesalahan besar apakah? Selamanya aku tidak pernah berbuat
jahat, melakukan hal-hal yang tidak pantas dan menyakitkan pada
orang lain. Kenapa Ongheng menuduhku yang bukan-bukan??
?Bukankah hari ini kau telah membeli seekor kuda berbulu
kuning Sian Jiko??
?Ya, benar, engkau tahu darimana Ongheng??
?Pemilik kuda itu sendiri yang menceritakan kepadaku. Hm,
karena Sian Jiko temaha dan mengincar kuda bagus itu lalu menawar
seenaknya.
Dan kebetulan sekali karena pemilik kuda itu dalam keadaan
kepepet dan habis daya, maka kuda bagus itu dijualnya dengan harga
yang ditetapkan oleh Han Jiko. Betul tidak omonganku ini??
?Ah, jangan memberatkan tuduhanmu Ongheng! Aku menawar
dengan harga pantas, sebab kuda itu walaupun termasuk kuda bagus
tetapi sangat kurus dan memerlukan perawatan dan pemeliharaan
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam jangka waktu yang cukup lama.
Lagipula ia adalah seorang anggota polisi biasa, bagaimana aku tahu
kalau dia dalam keadaan kepepet??
?sudahkah Sian Jiko tanyakan nama dan asal usulnya??
?Sudah, dia bernama Ong Lay Po katanya dan berasal dari
Shoantang Ceelambu. Dengan Sein Siok Poo katanya sahabat baik
dan teman kesatuan dalam Korps keamanan polisi kota bagian
barat.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
135
Mendengar keterangan itu Ong Pek Tong tertawa gelak-gelak,
sehingga hal ini membuat Sian Hong Sin melengak dan tidak habis
mengerti. Apakah yang dianggap lucu dan perlu ditertawakan itu?
?Oleh karena itulah Sian Jiko, aku mengatakan bahwa hari ini
engkau telah membuat suatu kekeliruan yang cukup besar.
Ketahuilah bahwa yang datang dengan pakaian tak karuan dan
menjual kuda Oey Piauw Ma itu adalah SIAUW BENG SIANG CIN
SIOK POO sendiri!?
Demi mendengar keterangan Ong Pek Tong ini bagaikan
mendengar halilintar disisinya. Siang Hiong Sin sangat terkejut dan
segera menanya.
?Hah? Siauw Beng Siang Cin Siok Poo sendiri? Kenapa ia tidak
mau memperkenalkan diri yang sesungguhnya? Dimanakah Cin
Toako sekarang??
?Cin Toako tinggal di rumah penginapan Siauw Ji yang letaknya
persis di depan kantor Ti hu.?
?Hem, bila demikian marilah kita segera menyusul kesana. Aku
merasa tidak enak dan meminta maaf atas ketidak mengertianku!?
Namun Ong Pek Tong dan Cia Eng Teng mencegahnya
mengingat cuaca sudah mulai gelap.
?Besok masih ada waktu, kamipun malam ini bermalam di sini
dan begitu terang tannah kita sama-sama berangkat keSiauw Ji
Thiam untuk menemui Cin Toako.?
?Ya, begitupun baik. Sian Hiong Sin lalu memerintahkan
pembantu-pembantunya untuk mengatur meja makan.
Mereka berjamu sambil berkongkauw keselatan, keutara dan
asyik sekali sampai larut malam.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
136
Pada keesokan harinya mereka bertiga diiringkan dengan
beberapa pengawal berangkat ke kota untuk mencari Cia Siok Poo.
Akan tetapi kembali betapa kecewa dan menyesalnya hati mereka,
sebab yang dicari sudah tiada lagi di situ.
?Ciuya dari Shoatang Kemarin malam sehabis menyelesaikan
uang makan dan sewa kamar langsung berangkat ke Shoatang.?
Menerangkan sipemilik hotel yang merongos mulutnya dan berjiwa
rendah itu. Sian Hiong Sin memutuskan hendak mengejar sampai di
luar kota.
?Lebih baik kita kejar, barangkali masih dapat kita temukan.
Bukankah ia berjalan kaki??
Ong Pek Tong dan Cia Eng Tang menyatakan persetujuannya.
Akan tetapi sebelum niat itu dilaksanakan dari kejauhan nampak
serombongan orang dari dusun Ji Than Cung.
Kesernuanya adalah pengawal-pengawal yang berangkat kekota
raja beberapa waktu berselang mengantarkan Twakonya Sian Hiong
Sin membeli vita dan alat-alat sembahyang dan pertanian.
Melibat datangnya rombongan ini hati Sian Hong Sin bercekat
dan jantungnya berdebar-debar. Belum sampai rombongan itu datang
dekat, Ia sudah menegurnya.
?Siapa yang mengalasi bencana di parjalanan??
Kepala rombongan datang lebih dekat dan dengan bercucuran air
mata memberikan keterangan.
?Nasib malang telah menimpa Toaya. Pada waktu rombongan
karni sampai di Leng Tongsan, di sana telah terjadi partempuran
hebat antara rombongan Tongkong Lie Hian dan para penjahat yang
hendak merampok harta benda keluarga Tongkong Lie Man.
Sungguh tidak tersangka, Tongkong karena mengira bahwa ToayaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
137
adalah gerombolan perampok yang datang hendak membantu rekan
rekannya, lalu dipanah sehingga putus jiwanya.?
?Oh, Thian Thian jadi Twa-koku yang menutup mata??
?Tidal salah Ji Wangwee, kini peti jenasah itu telah sampai di Ji
Hian Cung.
Sian Hiang Sin menekap mukanya dan menangis menggerung
gerung.
?Toako oh toako kenapa engkau bernasih sedemikian
malang dan kematianmu amat menyedihkan.
Penyusulan terhadap Cin Siok Poo menjadi batal dan ketiga
sahabat itu turut pulang ke Ji Hian Cung untuk mengikuti upacara
penguburan jenasah kakak dari Sian Hong Sin.
(Pembaca masih ingat bukan ? Waktu rombongan Tongkong
Lie Hian di hadang oleh Thaycu Jin Ong Yo Kong di Lengtongsan
dan hendak di tumpas seluruh keluarga she Lie itu karena
menentangnya).
Peti Jenasah di letakkan di ruang tengah dan di depan pintu
besar. Di adakanlah upacara secara besar-besaran yang khidmat,
kemudian di carikan hari yang baik untuk dibacakan Cee Bun (surat
kematian untuk penyerpurnaan roh bagi si mati), Untuk pebacaan
Cee Bun ini di tunjuk pendeta Kelenteng Tong Gak Bio diluar kota
Lauw bagian utara.
Sian Hiong Sin lalu memeriutahkan orang-orangnya untuk
mengirimkan uang dan memerintahkan semua kelenteng dan ruangan
di bersibkan untuk keperluan tersebut.
? ooOoo ?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
138
BAB VI
MANUSIA TAK DAPAT
MELAWAN TAKDIR.
KARENA merasa main Kati maka biarpun cuaca sudah beranjak
petang Cin Siok Poo bertekad untuk meninggalkan Lauw Ciuhu saat
ini juga. Untung pada waktu hendak keluar kota pintu gerbang baru
saja hendak di kerek naik. Maka dengan empos semangat ia berlari
lari dan berbasil keluar kola.
Semalaman suntuk Cin Siok Poo berjalan kaki, dan menjelaug
subuh kepalanya di rasakan sangat pening. Tenaganya lemas keduu
kaki dan urat-urat sekujur badan di rasakan linu sekali.
Betapapun ia paksakan diri uncut terus berjalan, Akan tetapi
lewat lagi sepuluh Li sudah tidak tahanlah rasanya. Pandangan gelap
keringat dingin barderaian dun tubuhnya gemetar lemas sekali.
?Aiya .. celaka! Mengapa aku terserang penyakit seperti ini?
Aiii untung didepan itu ada Kelenteng besar, baiklah aku mengaso ke
sana!
Cin Siok Poo menguatkan hati dan mengumpulkan sisa tenaga
untuk merayap mendaki undak-undakan Kelenteng itu dan masuk
keruang depan. Begitu kakinya menginjak lantai ruaagan kelenteng,
matanya menjadi kabur pandangannya, ke palanya pusing tujuh
keliling, maka tanpa dapat di kuasai lagi, ia jatuh pingsan.
Brulk kelontang prat blekk preekk ..
Tubuh tinggi besar dari Cin Siok Po tumbang bagaikan sebatang
pohon pisang yang roboh tak tahan menahan tiupan angin lesus
Sepasang Kim-kiannya yang berat jatuh pula menghantarn ubin
lantai sehingga menimbulkan suara gedombrangan yang keras dan
beberapa buah ubin pecah karenanya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
139
Para Toojin (rokhaniawan, pendeta) yang pagi hari itu sedang
Liankheng (membaca surat doa harian) menjadi terkejut dan
beberapa yang sudah selesai langiung berlari keluar untuk melihat
apa yang seating terjadi.
Para Toojin sangat terkejut metibat sesosok tubuh manusia yang
berbaring kaku.
?Omitohud Omitohud siapakah gerangan orang muda yang
jatuh pingsan ini? cepat lapor kepada Coancu (ketua pendeta) dan
meminta pendapat.
Beberapa Hweshio lalu melaporkan peristiwa itu kepada
Koancu.
Pejabat ketua Kelenteng pada saat itu adalah Gui Tin. Seorang
gagah dan berbadan cukup tinggi dan berasal dari Wi Yang. Sebelum
memasuki kehidupan sebagai pendeta, ia pernah menjabat sebagai Ti
Ciu di daerah Ki An.
Melihat negeri kalut, pemerintahan dikuasai oleh orang-orang
yang korup, lalim dan sewenang-wenang, ia kecewa dan
meninggalkan jabatannya dan memasuki dunia keagamaan.
Sebelum Gui Tin menjabat sebagai Koancu atau ketua
Kelenteng, yang duduk sebagai ketuanya adalah Ci Hong Khek. Saat
itu Ci Kong Khek sedang mencari obat-obatan di pegunungan, maka
jabatannya diwakilkan kepada murid utamanya yaitu Gui Tin.
Setiap pagi dari jam empat sampai jam enam biasanya Koancu
Gui Tin duduk bersemedhi melatih tenaga dalam.
Pada pagi hari itupun ia sedang duduk bersemedhi. Ia
memusatkan konsentrasi pikiran dan jalannya pernafasan. Tiba-tiba
ada yang mengetuk puntu kamarnya dengan gugup. Gui Tin lalu
mengakhiri latihannya dan menegur.
?Ada keperluan apa pagi-pagi mengetuk puntu kamarku??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Scan/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
140
?Koancu, celaka! Diruangan muka ada seorang muda yang jatuh
pingsan, bila tidak lekas mendapat pertolongan teecu khawatirkan
keselamatan jiwanya lekaslah Koancu keluar melihatnya!?
Gui Tin meloncat bangun dan bergegas keluar untuk melihat
pemuda tak dikenal yang jatuh pingsan itu.
Waktu itu Cin Siok Poo keadaannya sangat parah. Mulutnya
menganga, matanya mencilak manya terlihat putihnya saja. Nafasnya
terhenti dan sekujur tubuhnya kaku dingin.
Gui Tin lalu meraba dada, urat nadi dan perut. Kemudian
memerintahkan para Liolo untuk memapah dibawa masuk ke salah
satu kamar.
?Anak muda itu terlalu capai, telat makan sehingga angin malam
masuk ke ruas-ruas tulang dan usus, bila tidak mendapatkan
pertolongan pengobatan yang cepat, jiwanya bisa melayang. Untung
di jatuh pingsan di sini, kalau di tengah jalan yang sepi, apa
jadinya??
Lekaslah masakkan obat minum Kim Gin Hoa Thung Hong Jao
(ramuan obat dari daun dan akar tumbuhan ini bisa juga untuk
menembuhkan angin duduk). Yang diderita Cin Siok Poo ini lebih
hebat dari angin duduk.
Setelah diurut-urut dan dimunumkan Kim Gin Hoa Thung Hong
Jao, maka Cin Siok Poo sadara dan pernafasannya normal kembali
dan dapat berkata-kata.
?Hengtiang (saudara) berasal darimana dan bertujuan hendak
pergi kemana? Siapakah nama hengtiang yang mulia??
?Saya adalah anggota polisi dariCeelam Hu. Namaku Cin Siok
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Poo. Setelah selesai mengurus surat laporan dan mendapatkan surat
balasan dari Coa Ciatsu, saya berkeinginan segera pulang. Tetapi
malang nasib yang kualami di Lauwciuhu ini sangat sengsara!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
141
Dan Cin Siok Poo menuturkan pengalamannya yang penuh pahit
getir di rumah penginapan Siauw Ji Thiam.
?Kalau begitu, baiklah Hengtiang tetirah di dalam klenteng ini,
tunggu sampai kesehatan Hengtiang pulih barulah pulang ke
Shoatang. Pinto kira hal ini tidak akan terlalu terlambat.?
Cin Siok Poo menyatakan setuju dan menghaturkan terima kasih
atas perhatian dan perawatan yang begitu terbuka dari para pendeta
Tong Gak Bio itu.
Begitulah setiap pagi, sore dan malam Gui Tin selalu memeriksa
dan meminumkan obat-obatan sehingga tidak berselang lama
kesehatan Cin Siok Poo sudah tujuh bagian membaik.
Pada suatu hari, surat dari Ji Hian Cung datang. Isi surat itu
mengabarkan bahwa hari ini Ji Wangwe akan datang untuk
menjalankan sembahyangan dan mendengarkan pembacaan Ceebun
untuk menyempurnakan arwah kakakya yang mati terpanah di
Lengtongsan.
Semua meja sembahyang dipasangkan lilin-lilin besar. Para
Hweshio lalu berbaris rapi di ruang Ceng Keng Tong. Tidak
berselang lama, seorang Wangwe tinggi besar bermuka semu hijau,
rambut semu merah dan mengenakan pakaian berkabung maju
sembahyang terlebih dahulu. Dialah Sian Hiong Sin yang terkenal
itu.
Selesai sembahyang Sian Hiong Sin lalu menanya kepada Gui
Tin, kapan pembacaan Ceebun itu dimulai. Tengah Hiong Sin dan
Gui Tin bercakap-cakap, di belakang terdengar orang ribut mulut.
Tidak berselang lama seorang pelayan Hiong Sin datang
mendekati majikannya dan melaporkan bahwa, disalah-satu kamar
kelenteng yang telah dikontrak selama berlangsung sembahyangan
oleh Sian Hiong Sin itu ternyata tidak dibersihkan karena untuk tidur
seorang asing yang jatuh sakit.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
142
Sian Hiong Sin menjadi kurang senang dan menegur Gui Tin.
?Koancu, apa maksudmu dengan membiarkan orang
pelancongan yang sedang sakit berdiam di kelenteng ini? bukankah
dalam perjanjian selama kupakai untuk sembahyangan, semua kamar
harus bersih? Kenapa engkau gunakan untuk merawat orang sakit?
Apakah ini kelenteng merangkap rumah pengobatan??
Dengan sabar dan penuh welas asih pendeta itu menjawab.
?Harap wangwe tidak menjadi marah! Yang terbaring sakit dan
numpang bertetirah disini itu adalah seorang Hokiat (pendekar gagah
pembela keadilan dan kebenaran). Pada tujuh hari yang lalu dipagi
buta, Hokita tersebut karena telat makan dan terlalu capai sehingga
terserang angin duduk dan jatuh pingsan di kelenteng ini.
Sebagai kaum agama mana pinto berani tidak menolongnya?
Membiarkan Hokiat ini bersengsara dan putus jiwanya di sini. Pinto
ikut bertanggung jawab dan merupakan dosa besar juga.?
?Seorang Hokiat? Siapakah dia dan berasal darimana? Semua
orang-orang gagah di kalangan kangouw tidak satupun yang tidak
kukenal, cobalah Koancu jelaskan!?
?Tatkala sadar dan bisa diajak bercakap-cakap, ia menerangkan
asalnya dari Shoatang. Ceelam Hu namanya Cin Kiong alias Cin
Siok Poo .. entah Wangwe pernah mendengar nama itu atau
belum??
Demi mendengar keterangan yang diberikan oleh Gui Tin ini,
seketika lenyaplah kemurkaannya Sian Hiong Sin. Dengan wajah
berseri-seri ia bangkit dan minta ditunjukkan kamar mana yang
dihuni oleh Cin Siok Poo itu.
?Nama itu aku kenal baik, dia merupakan sahabat yang sangat
kukagumi. Koancu, hayolah segera antarkan aku ke kamarnya!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
143
Pembantu yang tadi ribut mulut menjadi melongo dan menyesal
atas terjadinya pertengkaran barusan.
Waktu itu Cin Siok Poo sudah bisa berjalan jalan dan sering
duduk-duduk diatas bale-balenya. Tatkala dari kejauhan melihat ada
Wangwee yang mendatangi dan samar-samar mengenal suara nya,
bukan main kecut hatinya. Andaikata ia mempunyai sayap akan
segera terbang menyusup awan. Sebab Wangwee yang datang itu
tidak lain adalah Sian Hiong Sin yang diseganinya.
Begitu berada diambang pintu Sian Hiong Sin dengan segera
menegurnya.
?Siok Pooko, apakah engkau akan membuat Sian Tong mati
karena kesal dan penasaran? Mengapa engkau tempo hari tidak mau,
memperkenalkan nama sesungguhnya? Dan mengapa pula tidak mau
berternu muka denganku, apakah artinya ini?
Cin Siok Poo cepat berbangkit dan merangkapkan tangan
menmberi hormat.
?Siautee karena dalam keadaan miskin dan sengsara maka
meraca malu untuk memperkenalkan diri, Jin Heng dengan ini
Siautee mobon maaf telah membuat kesal hati Jinheng dan
mengelabuinya. Harap Jinheng tidak menuruh dalam hati!?
?Jangan terlalu pusing dengan tata peradaban, tidak usah Siok
Poo Ko memberi hormat, bangunlah, bangunlah! Bukankah engkau
baru saja sembuh dari sakit??
Sian Hiong Sin lain memerintahkan para Keeteng (pengawal
pengawal) nya membimbing Siok Poo bangun. Disuruhnya
membawa ketempat mandi dan dimandikan dengan air hangat.
Pakaian, sepatu, topi semuanya serba baru dan dikenakan kepada
Siok Poo.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
144
Sian Hiong Sin menyatakan kepada Koancu Gui Tin bahwa
untuk memulihkan kesehatan Cin Poo maka akan diboyong ke Ji
than Cung.
?Pinto akan merasa girang sekali dan, sebab disana pasti akan
lebih terawat dan kopen.
Maka pada malam itu selesainya upacara sembahyang dan
mendengarkan pembacaan surat Cee Bun, Sian Hiong Sin lalu
membawa Cin Siok Poo yang dinaikkan disebuah joli dibawa
kekampungnya.
Dirumah Sian Hiong Sin ini pengobatan unttuk Siok Poo sangat
diperhatikan. Tabib setiap pagi dan sore datang untuk memeriksa dan
memberikan obat-obatan. Maka belum sampai satu bulan, kesehatan
Siok Poo telah sembuh seperti sediakala.
Untuk kegirangan ini Sian Hiong Sin lalu mengadakan pesta
yang sangat meriah karena Imam buhan Sitik Poo sahabat yang
sangat dikagumi.
Disini Cin Siok Poo menceritakan semua hal ihwalnya bingga
jelas. Demikian juga Sian Hiong Sin menuturkan musibah yang
menimpa keluarganya. Dimana kakaknya mati terpanah oleh
Tongkong Lie Hian dalam pajalanan pulang dari kota raja didaerah
Leogtong San. Dua sahabat itu sangat cocok satu sama lain,
bubungan mereka boleh dibilang seperti saudara putusan satu perut
saja.
? ooOoo ?
Marilah kita menengok kembali dengan perjalanan Hoan Hauw
yang mengawal persakitan ke Engciu daerah Yang Ek.
Setelah tiba di tempat, persakitan lulu diserahkan kepada yang
berwajib dan sepenerima surat balasan ia langsung kembali ke
Ceelam. Hoan Hauw mengira bahwa Cin Siok Poo terlebih duluKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
145
pulang mengingat jaraknya lebih jauh dan momutar, Dan lagi
memang tidak ada janji untuk pulang bersama. Oleh karena itu begitu
selesai tugasnya ia tidak menyusul ke Lauw Ciu Hu, tetapi langusng
pulang ke Ceelam Shoatang
Tatkala tiba di Ceelam dan mendengar kabar bahwa Cin Siok
Poo belum kembali. Hoan Hauw sebagai rekan karib dan kawan
seperjalanan menjadi kurang enak. Ia langsung mengunjangi ibu Cin
Siok Poo dan mengatakan tidak nanti mendapatkan bencana ataupun
hal-hal yang tak diinginkan.
Hoan Hauw menekankan bahwa orang berhati jujur, baik dan
bijaksana akan sulit untuk menemui malapetaka. Cin Lo Thay thay
(ibu Cin Siok Poo) bagaimanapun juga tetap merasa cemas dan amat
berkhawatir.
Lewat lagi belasan hari dan Cin Siok Poo belum juga kembali,
smakin cemas hati Cin Lo Thay thay. Ia menyuruh bapak Cin An
(pembantu tua yang sangat setia) pergi kerumah Hoan Hauw untuk di
mintai tolong menyusul Cin Siok Poo ke Lauw Ciuhu.
?Siauwji (sebutan nama kecil Siok Poo) telah tiga bulan pergi ke
Lauwciu, dan sampai sekarang belum ada kabar beritanya. Lojin (ibu
yang tua ) merasa sangat berkhawatir takut kalau kalau Siauw Ji
jatuh sakit di Lauw Ciu Hu. Lojin menulis sepucuk surat, minta
kesediaan Toaya untuk menyampaikannya kepada Siauw Ji di Lauw
Cu, bagaimana pendapat Toaya??
?Apa yang Lo Pekbo (wak atau bibi besar) pikirkan memang
wajar, maka Siautit akan berangkat besok menyusul Toako ke
Lauwciu Hu. Lama-lama Siautit merasa kawatir juga, jangan-jangan
Cin Toako sakit didaerah orang,?
Cin Lo Thay thay agak terhibur hatinya mendengar kesediaan
Hoan Hauw untuk menyusul puteranya ke Lauwciu. Ia laluKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
146
menyerahkan surat dan sepuluh tail perak sebagai ongkos perialanan.
Hoan Hauw menyambuti surat itu tetapi mengernbalikan uangnya.
?Lo Pekho, uang Cia Toako masih tertinggal dipondok Siautit
cukup banyak, mana berani Slauwtit menerima lagi uang dari Pekbo?
Cin Lo Thay thay menerima uangnya kembali dan berkata.
?Bila demikian pakailah uang Siauji, jangan seji-seji (sungkan
sungkan). Terima kasih sekali atas bantuan Toaya ini!?
?Mengapa Lo Pekbo berkata semikian? Sudah wajar sebagai
sahabat karib saling tolong menolong. Kenapa Pekbo sungkan
sungkan??
Setelah menghirup tehnya Hian Hauwpun lalu bangkit dan minta
diri.
?Selamat jalan dan sekali lagi Pekbo berterima kusih atas
perhatian Toaya.?
?Pu Kan Tang, Pu Kan Tang (tak apa-apa dan terima kasih
kembali).? Hoan Hauw memberi hormat dan berlalu.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Hoan Hauw sudah
bercokol di atas kudanya dan berangkat ke Lauwciuw. Berhari-hari
Hoan Hauw mengendarai kudanya tanpa mengenal lelah. Dan dalam
perjalanan itu tak di temuiuya aral rintaogan sehingga setelah
melewati daerah Lengtong, ia sudah memasuki wilayah Lauw Ciuhu.
Tatkala mendekati kota tiba-tiba awan berubah menjadi getap
pekat. Tanpa terasa Hoan Hauw mendongak kelaugit.
?Aaah, sudah tiba musim dingin, begitu cepat hari berlalu dan
kini musim telah berganti. Sebentar lagi salju turun aku harus cepat
cepat-mencari tempat untuk barteduh.?
Di lihatnya di depan tidak berapa jauh ada bangunan Kelenteng
besar. Hoan Hauw lalu mengarahkan kudanya kesana.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
147
Kelenteng besar itu tidak lain adalah Tong Gak Bio di mana Cin
Siok Poo pun pernah mengaso di situ. Hoan Hauw loncat turum,
menghampiri pintu telenteng dan minta menumpang untuk berteduh.
Kebetulan Koancu Gui Tin sendiri yang berada di muka, Kepala
pendeta itu membukakan pintu dan mempersilahkan Hoan Hauw
masuk. Hoan Hauw di ajak duduk, di suguhi teh hangat dan saling
bertegur sapa.
?Hengtiang datang darimana? Dalam cuaca buruk ini baiklah di
sini, perlu bermalamlah. Hari telah mutat gelap, barangkali pintu
kotapun sudah tutup.?
?Siautee dari Shoatang, Ceelamhu, nama Siautee Hoan Hauw
bekeija sebagai polisi kola Ceelam. Kedatangan Siautee ke
Lauwciuhu untuk mencari seorang sahabat yang telah dua bulan
tinggal di Lauwciu dan sampai kini tidak ada kabar beritanya.?
?Siapakah Khekhoan (tamu yang terhormat ) punya teman itu?
Pinto banyak juga berkenalan dengan orang-orang gagah dalam
kalangan kangauw, barangkali saja bila nama itu disebutkan,
mungkin juga pernah mendengar atau syukur-syukur mengenalnya.?
?Sahabatku itu shenya Cin bernama Kiong aliasnya Cin Siok
Poo.?
Gui Tin terbeliak matanya dan menegaskan dengan nada girang.
?Oh? Cin Toaya! Dikatakan jauh beribu-ribu Li jauhnya,
dikatakan dekat seolah-olah berada diambang mata?
Hoan Hauw terkesiap dan menjadi amat bergirang hati.
?Kalau begitu Lotiang mengenalnya juga, di manakah sekarang
Cin Toako berada??
BERSAMBUNGKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
148
Bagaimana pertemuan Hoan Hauw dan Cin Siok Poo?
Mengapa Sian Hiong Sin menahan kepergian Cin Siok Poo?
Kapankah Cin Siok Poo bisa pulang untuk menjenguk ibunya?
Malapetaka apakah yang di temuinya dalam lain perjalanan nanti?
Mengapa ia di jatuhi hukum buang dan harus menjalani sebagai
tentara rodi ?
Bacalah Jilid ke Lima
SEGEA TERBIT!
JILID 5
The path of the just ia the shining that shineth more and more unto
the perfect day.
JALAN Keadilan itu seperti sinar yang bercahaya-cahaya, makin
lama makin terang sampai akhirnyat seperti hari yang terang
benderang.
KEBENARAN yang telah diakui umum tidaklah semuanya benar.
Lihatlah sekelilingmu, acapkali terdapat kebenaran yang PALSU!
(Kiriman Dhyana)Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
149
?BULAN yang lalu diruangan ini pula telah datang seorang
pemuda gagah yang menggendol sepasang Kimkian dan jatuh
pingsan dilantai ini. Pinto lalu merawatnya dan setelah bisa berkata
kata ia mesperkenalkan nama dan asal usulnya, Dan pemuda itu tidak
lain adalah yang Khekhoan cari yaitu Cin Kiong alias Cin Siok Poo.
Sekarang Cin Toaya diboyong oleh Cungcu dari Ji Hian Cung yang
bernama Sian thong Sin, kampung itu dengan sini kira-kira lima
belas Li jauhnya.
Sekarang hujan tengah turun dengan derasnya, lebib baik Khekhoan
berteduh disini, besok pagi-pagi baru pergi ke Ji Hian Cung untuk
menemui Cinya.?
?Hah?, jadi Cin Toako berada di Ji Hiau Cung? Kalau hanya
sejauh belasan Li, biarlah Siautee susul kesana sekarang juga
Totiang, Siautee menghaturkan banyak terima kasih dan minta diri.
Gui Tin buru-buru mencegahnya dan menarik jubah, luar Hoan
Hauw.
?Khek Koan, hujan salju turun begini lebat bagaimana engkau
dapat rnelanjutkan perjalanan??
?Tidak apa, sekian lama karni tidak saling beremu, Siautee rasa
hujan yang bagaimanapun lebatnya tak akan mengobati rasa rindu.?
Gui Tin tidak berdaya untuk menahan lagi, ia hanya
mengucapkan selamat jalan dan memesan supaya berhati-hati di
jalan. Maklurn dalam hujan salju orang akan sukar mengenali
jalanan.
Hoan Hauw sekali lagi menehaturkan terima kasih, atas
kebaikan dan perhatian kepala pendeta itu dan segera menuntun
kudanya turun kejalan raya lagi. tidak di hiraukan hujan salju yangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
150
begitu lebat, ia cemplang kudanya dan berjalan hati-hati menuju ke Ji
Hian Cung.
Kira-kira jam setengah delapan malam, sampailah Hoan Hauw
di perkampungan Ji Hian Cung. Untuk mencari gedung Ji Wangwe
tidak banyak menjumpai kesulitan. Bukan saja gedung itu paling
menyolok, semua penduduk di situ baik jauh selipun tidak ada yang
tidak mengenal saudagar kaya raya yang berbudi buik itu.
Hoan Hauw lalu mernasuki pekarangan gedung Ji Wanwee dan
minta Centeog di situ untuk menyarnpaikan akan kedatangannya.
?Permisi bapak, tolong sampaikan kepada Ji Wangwee bahwa
ada seorang tamu dari Soatang, Celamhu hendak bertemu!?
?Ada urusan penting apakah yang Toaya akan selesaikan??
?Mencari seorang sahabat yang tinggal di sini namanya Cin
Kiong.?
?Baik silahkan masuk dan tunggu dulu!? Centeng (penjaga
keamanan gedung hartawan) itu bergegas masuk dan menyampaikan
kepada Ji Wangwee.
?Wangwee, seorang tetamu yang datang dari Soatang, Celamhu
datang hendak menjumpai, katanya ia adalah sahabat dari Cinya.?
Sian Hiong Sin dan Cin Siok Poo yang saat itu sedang duduk
berminum-minum arak untuk menghangatkan badan sambil
bercakap-cakap, demi menerima laporan Cengteng ini mereka segera
betbangkit dan bergegas keluar.
Cin Siok Poo demi melihat siapa yang datang segera
menegurnya .
?Kian Wie Heng (Kian Wie adalah panggilan sehari-hari Hoan
Hauw), mengapa baru hari ini engkau kembali? Wah aku disini
sangat menderita, kehabisan uang dan tidak bisa bayar sewa rumahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
151
penginapan. Bila tidak Sianjiko yang mengulurkan tangan
menolongku, mungkin sudah lama aku mati!?
Hoan Hauw agak jengah mukanya, ia dengan suara rendah
menjawab.
?Saya dari Ekciu, Yang Ek Koan begitu selesai menjalankan
tugas langsung pulang ke Celam, aku sangka Cin Toako sudah
mendahului pulang, tidak tahunya menunggu Siautee di Lauwciu.
Besar permohonan maaf Siautee atas kesalahan ini Toako, Siautee
telah membuat Toako banyak bersengsara..?
?Miri masuk, hawa diluar dingin silahkan, silahkan!
Sian Hong Sin menarik tangan Hoan Hauw dan diajak duduk
didalam. Tiba diruangan dalam, mereka lalu saling memberi hormat
dan memperkenalkan diri. Kemudian Cin Siok Poo menanyakan
lebih lanjut. ?Kenapa bisa menyusul sampai kesini??
?Pekbo merasa sangat khawatir sebab ditunggu-tunggu sampai
hampir tiga bulan Cinkoko tidak ada kabar beritanya, maka minta
Siautee untuk mencarinya. Inilah surat dari Pekbo harap Toako
terima!?
Cin Siok Poo menyambuti sepucuk surat dari ibunya dan
membacanya dengan penuh perhatian. Sementara Sian Hiong Sin
menanyakan kepada Hoan Haute kok bisa mencari ke Ji Hian Cung.
?Semuanya serba kebetulan Wangwee. tatkala sampai dibagian
utara kota, tiba-tiba hujan salju turun dengan mendadak. Siautee lalu
numpang berteduh dikelenteng Tong Gak Bio dipinggiran jalan yang
menuju kekota. Koancu kelenteng tersebut yang bernama Gui Tin.
Beliaulah yang memberikan keterangan dan petunjuk bahwa Cin
Toako berada disini.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
152
?Hm ya.. ya semuanya serba kebetulan.? Dan Sian Hong Sin
pun mencernakan bagaimana bisa bertemu lagi dengan. Cin Siok Poo
sehingiga diboyonglah sampai ke rumahnya sampai saat ini.
Sementara itu Cin Siok Poo telah selesai membaca surat dari
ibunya. Surat itu di lipat dengan pelan-pelan, kernudian ia
menyatakan maksudnya untuk bersama sama Hoan Hauw pulang ke
Shoatang.
?Entah bagaimana keadaan ibu, sungguh aku hanya membuat
pikiran orang tua saja.?
?Cin Siokko, keadaan badanmu belum sehat betul, maka bila dalam
udara buruk ini kau tekadkan untuk menempuh perjalanan yang
begitu jauh, akan berakibat yang tidak baik.
Penyakit yang belum baik betul dan kambuh lagi akan lebih berat
daripada sakit yang pertama mula di derita. Lebih baik Hoanheng
pulang terlebih dahulu dan mengabarkan kepada Lo Pekbo, bahwa
keadaan Cin Koko sudah sehat dan nanti bila musim semi tiba,
barulah Cin Koko menyusul pulang.
Siautee rasa ini tidak akan merisaukan hati Pekbo, bahkan akan di
benarkan! Pekbo akan mengatakan bahwa puteranya bisa berlaku
hati-hati, cermat menjaga kesehatan dirinya. Bukannya bersedih
tetapi Pekbo akan bergirang hati. Beliau tahu inilah sifat seorang
anak yang berbakti, berhati-hati dalam menjaga diri dan tidak dapat
membuat rusak atau sakit sthingga menyusahkan orang tuanya.?
Hoan Hauw yang ikut inendengarkan merasa sangat setuju, ia
lalu menimbrung.
?Cin Toako apa yang' di katakan Sian Jiko seratus persen benar.
Kesehatan Toako belum sembuh betul, dalam cuaca buruk
menempuh perjalanan ribuan Li, kalau kambuh lagi akan berat-
jadinya. Biarlah Siautee pulang dahulu dan menghibur Pekbo. Nanti
muslin semi Toako boleh menyusul pulang. Yang terang setelahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
153
Siautee pulang dan memberikan kabar yang baik, tidak nanti beliau
bersusah hati.?
Pada akhirnya. Cin Siok Poo kena terbujuk. Maka Sian Hiong
Sin lalu menitipkan uang sebanyak lima puluh tail dan sutera Pangsi
lima kayu (lima gulung ) untuk di sampaikan kepada Cin Lo Thay
thay.
Pada keesokan harinya Hiong Sin menyelenggarakan pesta
perpisahan. Sebelum matahari naik tinggi, Hoan Hauw telah minta
diri dan pulang kembali ke Shoatang.
Waktu sangat cepat berlalunya, tidak terasa muslin dingin telah
lewat dan musim Semi telah tiba. Sesuai dengan keputusan, Cin Stok
Poo lalu ia ngutarakan maksudnya untuk bisa segera pulang ke
Shoatang.
Sian Hiong Sin pun yang sudah siap segala sesuatunya dengan
senang hati meluluskan keinginan Cin Siok Poo. Hari menjelang
keberangkatan Cin Siok Poo di gedung Sian Hong Sin di
selenggarakan pesta meriah untuk perpisahan.
Pada waktu itu Hiong Sin menyerahkan hadiah-hadiah untuk
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kenang-kenangan bagi sahabat yang sangat di kagumi dan di
hormatinya ini. Hadiah-hadiah itu berupa kuda Oey Piauw Ma yang
dulu dijual oleh Siok Poo.
Kini kuda itu telah tumbuh begitu gemuk, kokoh dan gagah
sekali. Di lengkapi dengan sebu ab pelana yang di lapis mas. Indah
dan gemerlapan.
Cin Siok Poo sama sekali tidak tahu kalau di bawah pelana
bagian dalam itu masih di isikan uang perak sejumlah 360 tail. Siok
Poo tidak terkatakan betapa terima kasihnya, sampai sukar
mengeluarkan kata-kata.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
154
?Hengtiang begitu memperhatikan kehidupan Siautee, budi
kebaikan yang tiada taranya ini dengan cara apa Siautee dapat
membalasnya??
?Ah, mengapa Cin Siokko mengucapkan kata-kata begitu?
sebagai sahabat sudah selayaknya memberikan kenang-kenangan
untuk persahabatan kita yang abadi, mengapa pakai seji-seji seperti
orang luar saja??
Dan pada hari keberangkatannya, Sian Hiong Sin membekali
ongkos perjalanan sebanyak lima puluh tail perak dan sutera
Lauwciuhu yang terkenal sebanyak sepuluh gulung.
Cin Siok Poo menolak, ia merasa hutang budi sudah terlampau
besar, mengapa masih di tambah-tambah pula. Akan tetapi Sian
Hiong Sin bersikeras memaksanya. Sehingga dengan apa boleh buat
pemberian itu di terimanya.
Sian Hiong Sin menghantarkan sampai di perbatasan wilayah,
baru melepas Siok Poo pulang. ?Selamat jalan, berhati-hati menjaga
diri dan sampai bertemu pula!?
Siok Poo dengan berlinang air mata memheri hormat dan
mengucapkan selamat berpisah ..
? ooOoo ?
BAB VII
UNTUNG TAK DAPAT DIRAIH,
MALANG TAK DAPAT DI TOLAK
CIN SIOK POO DI TUDUH
SEBAGAI PEMBUNUHNYA.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
155
SEKELUARNYA dari wilayah Ji Hian Cung, Cin Siok Poo lalu
keprak kudanya dan berlari bagaikan terbang layaknya. Dalam
sekejap beberapa buah dukuh, kampung dan dusun telah di laluinya.
setelah melalui jarak-sejauh sembilan puluh Li, cuacapun mulai
berubah gelap.
Cin Siok Poo lain mempercepat lari kudanya dan memasuki
sebuah kota kecil yang bernama Co Kiat Lim.
Dicarilah sebuah rumah penginapan untuk melewatkan sang
malam. Jongos hotel lalu menuntun kuda Siok Poo kedalam kandang.
Kemudian pelana dan pauhoknya di panggul untuk di bawa kedalam
kamar.
Jongos hotel ini merasa sangat heran, sebab baru kali ini ia
melihat pelana yang demikian bagusnya. Di selaput dengan mas dan
beratnya bukan main.
Di samping itu ia juga takjub melihat senjata Kirnkian yang
berselaput emas pula. Di dalam hati jongos hotel tersebut membatin
?Jangan-jangan tetamunya ini seorang Lioklim yang lihay.?
Setelah meletakkan barang-barang itu kedalam kamar, ia dengan
tajam mengawasi tetamunya. Tubuhnya tinggi tegap, raut mukanya
kuning mulus dan sinar matanya tajam. Dengan hormat si jongos lalu
menanyakan makanan dan minuman apa yang mau di pesan.
?Sediakan nasi goreng satu porsi dan arak Liangkak sebotol!?
?Baik tuan, balk .. perlukah tuan aku ambilkan air hangat
untuk cuci muka dan membasuh badan??
?Ya, itupun baik!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
156
Si jongos mermheri hormat dan ngeloyor pergi. Setelah
menyampaikan pesan-pesan itu kepada tukang masak, jongos tadi
langsung menernui majikannya di kantornya.
Majikan atau boss dari hotel di Co Kat Lim ini bernama Gouw
Kong.
?Lauyek (majikan), tamu yang datang malam ini sangat
mencurigakan.?
?Mencurigakan bagaimana? Cobalah terang kan lebih laujut?
?Pelananya terbuat dari kulit termahal dan dilapis dengan mas.
Beratnya entah berapa ratus kati, Siauwjin memanggulnya sampai
hampir tidak kuat. Di samping itu ia juga membekal senjata Kimkian
yang berlapis emas pula.
Kota di depan selalu di ganggu oleh perampok lihay sehingga
yang berwajib dibikin mati kutu. Kehidupan rakyatpun kacau dan
selalu tidak tenteram. Jangan-jangan perampok ulung yang sangat di
takuti rakyat dan di cari-cari oleh yang herwajib itu tetamu kita ini.?
?Ssssttt - - - jangan keras-keras kalau begitu! Tunggu kalau
engkau nanti menghantarkart masakan yang di pesannya jangan
rapatkan pintu kamarnya! Aku akan mengintipnya!?
?Baik Lauyek, baik!? Dan jongos itupun berlalu.
Jongos melaksanakan perintah majikannya. Ia menyajikan
masakan dan minuman dan meninggalkan Cin Siok Poo dengan tidak
merapatkan pintu kamarnya.
Gouw Kong si majikan hotel itu dengan berindap-indap
mengintip kekamar Siok Poo yang pada saat itu makan minum
dengan lahap.
?Hm, melihat roman mukanya yang luar hi asa. tubuhnya yang
kokoh kuat dan kilatan mata nya yang bersinar tajam, .janganKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
157
jangan dia itulah penjahat ulung yang memusingkan alat negara dan
ditakuti rakyat ? membatin Gouw Kong dengan mata tetap
mengintip.
Cin Siok Poo tidak tahu kalau di luar kamarnya ada sepasang
mata yang selalu mengikuti gerak geriknya.
Sehabis makan minum ia lalu mengambil pauhoknya dan
mengeluarkan kain kamli (kemul penghangat hadan pada waktu
orang tidur). Apa mau pauhok itu tertinh pelananya.
?Hei, berat amat pelana ini, apa isinya gerangan? Pelana itu di
singkirkan, apa mau dari datam pelana bagian bawah yang ada
kantongannya merosot keluar benda-benda logam berat yang
menerbitkan suara berdentang gemerincing.
?Eih, apa-apaan ini, semacam batu bata tetapi mengkilap putih??
Cin Siok Poo menurunkan lilin dan menyuluhi benda-benda
yang merosot jatuh kelantai. Setelah di terangi dan di amat-amati
dengan jelas.
?Ya Thian, kiranya uang lempengan. Setiap lempeng bobotnya
seharga sepuluh tail. Jumlahnya tiga paluh enam batang, jadi jumlah
kalau di uangkan sama dengan 360 tail perak.?
?Eih, Hiong Sin kenapa tidak memberitahukan hal ini
kepadaku?!
Cin Sick Poo menggeleng-gelengkan kepala dan terheran-heran ..
yah, kalau secara terus terang ia takut aku menolaknya, maka di
berikan secara sernbunyi-sembunyi. sungguh orang itu aneh dan
hatinya mulia. Hutang budi ini besar amat dam akan terbawa sampai
matiku ..?
Si majikan hotel tidak tahu apa yang tengah di pikirkan
tetamunya. Demi melihat tumpukan uang yang sangat banyak itu, ia
segera menjatuhkan vonis. Benar, inilah penjahat ulung yang selaluKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
158
mengacau ketenteraman rakyat dan memusingkan alat-alat negara.
Perlu di laporkan kepada kantor polisi setempat.
Gouw Kong lalu meninggalkan kamar Siok Poo, mengumpulkan
para centeng untuk memasang jerat dari tali dan masing-masing di
haruskan membantu untuk meringkus penjahat yang masuk kandang
ini.
Sementara Gouw Kong lalu berlari ke kantor polisi memberikan
laporan bahwa di hotelnya telah kedatangan penjahat ulung yang
selama ini dicari-cari oleh yang benvajib.
?Dia belum sempat membawa kabur uang basil rampokannya
karena terlalu banyak. Uang itu di tumpuk di atas meja dalam kamar
yang dihuninya malam ini di hotel kami.? Menambahkan Gouw
Kong dengan bangga.
?Baiklah, aku akan segera mernimpin operasi pengepungan
untuk membekuk penjahat itu. Bapak Gouw Kong dan orang
orangmu harap di siapkan Pula untuk membantu suksesnya
pcnggerebegan ini!?
?Jangan khawatir, untuk keamanan dan tenteraman kota kita
mana berani saya berpeluk tangan? Pagi-pagi orang-orangku telah
kuperintahkan untuk membawa senjata dan memasang jerat-jerat
untuk menjebaknya.?
?Bagus, bagus, nah secepatnya aku datang!?
Komandan polisi kota Co Kak Lim mengucap terima kasih dan
segera menyiapkan anak buahnya untuk mengadakan penggerebegan
menangkap penjahat yang di laporkan pernilik hotel tadi. Sebelum
meninggalkan kantor kepolisian, Gow Kong si pemilik hotel yang
grasa-grusu menambahkan pesannya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
159
?Harap, bapak komandan berlaku hati-hati. Penjahat ini
nampaknya sangat tinggi ilmunya, ia membekal sepasang Kimkian
yang berat. Jangan sampai nanti ia lepas dan kita yang celaka!?
?Terima kasih, aku akan kerahkan seluruh anak buahku yang
bertugas malam ini!?
Gouw Kong lulu memberi hormat dan bergegas meninggalkan
kantor kepolisian kota Co Kut Lan.
Tiba di hotelnya lampu di kamar Siok Poo sudah di kecilkan,
pertanda penghuninya sudah berangkat tidur. Bukan main girang dan
bangga hati Gouw Kong. ?Kalau aku berhasil membekuk penjahat
ini, namaku akan harum dan mendapat tanda penghargaan dari
pemerintah. Barangkali hadiah-hadiah besar juga menantiku! hm
mudah-mudahan berhasil!?
Ia lalu mengumpulkan centeng-centengnya dan memberikan
instruksi-instruksi untuk meringkus tetamunya yg di anggap penjahat
kaliber kakap.
?Begitu komandan polisi bersama anak buahnya datang kita
segera bertindak. Aku akan mengetuk pintu kamarnya dan
memancingnya keluar, tali-tali untuk menjeratnya sudah di siapkan??
?Sudah Lauyek, sekeliling jalan yang menuju kekamarnya telah
kami pasang jerat-jerat itu.
Maka harap Lauyek juga berlaku hati-hati, jangan-jangan nanti
senjata makan tuan??
?Hm . bagus, sekarang sudah pukul sepuluh lebih lima menit.
Sebentar lagi bapak komandan akan datang, nah berpencarlah dan
siap mendengarkan aba-aba kami!?
?Baik, baik? para centeng itu lalu berpencaran mencari posisi
yang menguntungkan. Tidak berselang lama komandan polisi kota
sudah datang bersama kurang lebih empat puluh anak buahnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
160
Mereka setelah menemui Couw Kong dan berbisik-bisik beberapa
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saat lamanya, lain berpencar dan bersikap mengurung. Semua jalan
jalan keluar sudah ditutup. Jadi kemungkinan untuk lolos sudah
tertutup rapat.
Gouw Kong lalu menyalakan lampu besar sebagai isyarat
seluruh anak buahnya mulai penggerebegan. Ia sendiri dengan
membawa sepasang kapaknya (mirip senjatanya Lie Kui si Angin
puyuh dalam kisah 108 Pendekar gunung Liangsan atau yang sudah
di layar perakkan dengan judul ALL MEN ARE BROTHERS ).
Gouw Kong dengan napsu yang meluap-luap menghampiri daun
pintu kamar Cin Siok Poo dan menggedornya dengan keras door
door doorr!
?Penjahat yang molor didalam, keluarlah! Bagus benar
perbuataninu hah! Merampok harta benda, mengganggu ketentratnan
hidup rakyat dan sekaraug mengeram di hotelku, hayo keluar dan
serahkan dirimu!?
Pintu karnar didupak Gatsw Kong sehiogga lepas engselnya dan
jatuh bergedombrangan. Hal ini membuat Siok Poo yang sudah
riyem-riyem tidur menjadi terkejut setengah mati, Ia mengira yang
datang adalah kawanan penjahat yang hendak mengincar uangnya.
Maka dengan sebat Ia meloncat bangun
Pada saat itu Gouw Kong maju melancarkan serangannya.
kilatan kapak membuat Siok Poo berseru tertahan dan dengan gesit ia
mengegos. Kamudian dengan jurus Sun Swe Thue Joan atau
mengikuti aliran air mendorong perahu ia tebak dada Gouw Kong
sekuat tenaga jiiaatt
Bagaikan setangkai daun kering yang terbang melayang ditiup
angan, tubuh Gouw Kong kontan melayang keluar jatuh menubruk
tembok. Ptibahasa mengatakan malang tak dapat ditolak, untung tak
dapat diraih. Kepalanya telah tertatap keras schingga pecah. Otak danKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
161
darah bertulahan dan putuslab jiwa Gouw Kong, si pemilik hotel
yang sembrono, bertindak tanpa penyelalikan yang cermat.
Cin Siok Poo melihat keluar banyak orang-orang yang
mengurungnya dengan menggenggam senjata beraneka ragam. Ia lari
ke bale-balenya dan mengambil kimkiannya. Dengan Kimkiannya itu
ia meloncat menerjang keluar untuk menghadapi kawanan
pengepung itu.
Apa celaka! Begitu kakinya menginjuk tanah, jerat-jerat yang
dipasang telah membelit sepasang kakinya dan ditarik kuat-kuat, rett
? reetti.
?Hoayauuw. celaka aku! Bruukk bum klontangg. Tubuh
Cin Siok Poo dan Kiankiannya terbanting jatuh kelantai. Pegawai
pagawai rumah penginapan meluruk dan meringkus tubuh Cin Siok
Poo. Kaki tangan nya di belenggu dan lehernya di kalungi papan yg
kokoh kuat.
Tatkala polisi mernasuki kamar Siok Poo, mereka rnenyita
semua barang yang terdapat di situ. Uang, pelana berlapis emas,
surat-surat keterangan dan pauhok Cin Siok Poo.
Isteri dan keluarga Gouw Kong menangis rnenggerung-gerung,
mereka minta komandan kepolisian, Co Kak Lim untuk mencatat
proses verbal atas kematian suaminya dan kerusakan barang-barang
dalam hotelnya.
?Ya, perkara pembunuhan dan ngendonnya penjahat besar ini
akan kucatat dan besok sudah harus tiba di tangan Coa Ciatsu di kota
Lauwciu Hu. Uruslah mayat suamimu dan kumpulkan barang-barang
yang rusak untuk bukti kalau ada peninjauan.?
Setelah membereskan parkara di hotel itu, komandan polisi dan
anak buahnya lalu menggiring Cin Siok Poo kekantor untuk di tahan
dalam sel.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
162
Semalaman Cin Siok Poo tidak dapat memejamkan mata, ia
merenungi nasibnya yang malang. ? haaahhaaa manusia tidak
dapat meiawan takdir apakah ini Thian sedang menguji hidupku??
Cin Siok Poo duduk memandangi kegelapan ma'am melalui
celah-celah jeruji besi. Tanpa terasa air matanya meleleh deras
dikedua pipinya. ?Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak,
sungguh malang nasibku ini.?
Pada keesokan harinya Cin Siok Poo digiring di bawa kekota
Lauwciu Hu untuk disidangkan perkaranya. Semua saksi turut serta.
Pegawai-pegawai, polisi-polisi Co Kak Lim yang ikut menggerebeg
dan membekuk malam itu, Barang-barang Siok Poo, uang, pelana
berlapis emas dan juga kuda Oey Piauw Ma serta sepasang Kimkian.
Peinbesar Lauwciuhu tidak lain adalah Coa Kian Tek yang
pernah menulis surat balasan kepada Siok Poo. Tatkala melihat siapa
persakitan yang dipidanakan, bukan main herannya. Ia menatap Siok
Poo dengan tercengang.
Isteri dan keluarga Gouw Kong dengan menangis melaporkan
kematian Gouw Kong didukung oleh semua pegawai hotel.
Kemudian komandan polisi kota Go Kak Lim beserta segenap
anak buahnya mempersembahkan proses verbal atas peristiwa yang
terjadi di kotanya.
?Aku masih ingat dan mengenali engkau, bukankah engkau
perutusan dari Shoatang Ceelam hu? Mengapa engkau menjadi
perampok dan membunuh orang??
Cin Siok Poo maju berlutut dan dengan suara lemah menjawab.
?Memang benar Siaujin (saya yang rendah) memang benar
adalah perutusan dari Shoatang Cealamhu. Dengan keterangan yang
sesunguhnya Coa Ciutsu, hamba bukanlah perampok sebagaimana
yang mereka tuduhkan.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
163
?Hm, binatang bernyali besar! Semua barang bukti berada di sini.
Saksi-saksi hidup diperkuat dengan komandan kepolisian kota Co
Kak Lim bersama semua anak buahnya, masih juga engkau berani
menyangkal Binatang! Sungguh besar nyalimu!
Coba lihat dalam buku catatanku, pada bulan sepuluh tahun lalu,
engkau telah menerima surat balasan. Sekarang bulan dua engkau
masih berada di daerah ini, apa kerjamu kalau bukan merampok?
Dalam sebulan seharusnya engkausudah berada di Shoatang, bukan
berkeluyuran di Lauwciuhu lagi. Masihkan engkau akan
menyangkal??
?Memang benar Tayjin (yang mulia), pada bulan sepuluh Siaujin
meminta surat balasan dan bermaksud segera pulang, apa mau
kehabisan bekal dan jatuh sakit, sehingga dirawat di rumah seorang
sahabat.
Baru musim semi kemarin kesehatan hamba puluh dan berniat
pulang ke Shoa-tang. Tidak terduga di Co Koa Lim, malam-malam
ada orang yang mendobrak pintu, dan secara tidak sengaja hamba
dorong orang itu sehingga tertumbuk tembok kepalanya dan mati.
Alangkah terkejut Siaujin, ternyata yang mati itu pemilik hotel yang
saujin tumpangi.
Duduk perkara sebenarnya, pemilik hotel mencurigai hamba sebagai
perampok dan melaporkan kepada polisi Co Kak Lim karena melihat
hamba membawa banyak uang. Harap Tayjin memeriksa perkara ini
secara benar dan adil!?
?Hem, melihat roman mukamu, tidak seperti orang yang baru
sembuh dari sakit, tetapi alasanmu ini kau buat-buat untuk mencari
keringanan atau mengelak sama sekali dari tuduhan, hah? Lalu siapa
temanmu yang kau tumpangi selama ini? dimana kediamannya? Baik
hati benar ia memberikan kamu banyak uang sampai sejumlah tiga
ratus enam puluh tahil lebih? Coba katakan terus terang!Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
164
Didesak secara demikian CinSiok Poo menjadi gelagapan
dansegera berpikir. ?Celaka kalauaku merembet-rembet nama Sian
Hiong Sin yang telah banyak menanam budi atas diriku dan
keluargaku, sunggh tidak pantas. Biarlah aku mengelak dan
kutanggung sendiri perkara ini. atas pertimbangan ini Cin Siok Poo
segera menyimpangkan jawaban yang diberikan.
?Tayjin, teman yang menolong hamba itu juga orang luar
daerah. Sekarang sudah kembali kekampung asalnya yaitu San See
Doordoordoorbumm
?Naco belo! Masakan ada seorang teman dari luar daerah yang
begitu lama menunggui sakitmu di sini! Bohong,dusta. Semua
alasanmu tidak masuk akal. Bukti kematian Gouw Kong, tumpukan
uang yang tak tahu asal-usulnya, sudah cukup kuat untuk
menghukum mati padamu, tahu! Hayo, mengakulah, supaya sedikit
ada keringanan dan melancarkan jalannya sidang!?
Cin Siok Poo tidak dapat menjawab dan tutup mulut seribu
bahasa.
Ciatsu Cian Kian Tek, lalu mencatat proses di pengadilan dalam
menangani perkara Cin Siok Poo. Kemudian perkara ini dinaikkan ke
pengadilan yang lebih tinggi yaitu di kantor Cam Kun Thia. Hakim
tinggi disini adalah Cam Kun Beng Hong, orangnya tegas, agak
bengis dan disiplin sekali.
Dalam sidang lanjutan ini, Cin Siok Poo tidak dapat mengajukan
bukti-bukti pembelaannya, maka dijatuhi hukuman rangket empat
puluh kali pukulan rotan. Kulit-kulit di tubuhnya matang biru. Ada
beberapa bagian kulitnya yang pecah dan mengeluarkan banyak
darah. Ia lalu digotong, dijebloskan kedalam penjara untuk menanti
keputusan pengadilan pusat. Hasil perkaranya dikirimkan kepada
pengadilan pusat.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
165
Perkara Cin siok Poo sebagai polisi Shoatang yang terlihbat
perkara pembunuhan dan dituduh sebagai perampok kakap yang
tertangkap di Co Kak Lim dan dijebloskan di rumah penjara Lauw
Cihu. Dalam waktu yang singkat telah tersebar luas dan menjalar
jauh dan tersiar kemana-mana.
Kabar ini sampai juga ke dusun Ji Hian Cug. Tatkala Sian Hiong
Sin mendengar kabar ini, bukan main terkejutnya, seperti juga ia
mendengar suara gledek di siang bolong.
Pada sore hari itu juga dengan membekal uang dan makanan, ia
masuk ke dalam kota Lauwcihu dan mencari Siok Poo di rumah
penjara Cam Kun Thia.
Sipir bui disogok dengan beberapatahil sehingga Sian Hiong Sin
dengan mudah dapat memasuki rumah penjara itu dan menemui Siok
Poo.
Disalam tahanan yang sempit dan kotor, duduk meringkuk Cin
Siok Poo, kaki tangannya dirantai kuat-kuat, dan pakain robek-robek
dibeberapa bagian bercak-bercak darah yang telah mengering
nampak nyata.
Melihat pemandangan ini, tanpa terasa Sian Hiong Sin
mengucurkan air mata.
?Siok Pooheng, sungguh tidak kusangka bahwa perbuatanku
telah membuatmu bersengsara dan menderita sampai sedemikian
rupa? Sampai matipun aku akan berusaha membela dan
membebaskanmu dari hukuman mati!?
Siok Poo memandang kepada Ji Wangwe yang menangis sedih
dan menyahut.
?Sian Jiko inilah nasibku, ada sangkut paut apa dengan engkau?
Manusia tidak dapat melawan takdir, bintangku sedang gelap, aku
kemalangan bersusun tindih menimpa diriku. Dekatlah kemari SianKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
166
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jiko, siaute ada sedikit perkataan yang perlu kusampaikan. Sian
Hiong Sin meghampiri jeruji besi dan memasukkan sayuran, daging
kuah, nasi putih dan kue-kue. Cin siok Poo dipersilakan makan
minum dan Hong Sin menemaninya. Dalam makan minum ini, Cin
Siok Poo dengan sedih berkata.
?Perkara perampokan, dengan adanya Jiko trut campur, masih
bisa menjumpai titik terang dan keringanan hukuman. Akan tetapi
prihal kematiannya pemilik hotel kota Co Kak Lim aku tidak dapat
mengelak, ah sungguh malang nasibku ini.?
Jiko, bila aku sampai menjalani hukuman mati, tolonglah jiko
sering sambangi ibuku dan ikut merawat dari jauhh. Beliau banya
berputera tunggal saya ini dan familipun tak tahu dimana termpat
tinggalnya?.
Cin Siok Poo tidak dapat menahan perasaan hatinya, ia
menangis sedih.
?Jangan terlalu bersedih Siok Pooheng, aku akan menghadap
kepada Ciatsu dan minta perkara ini diperiksa lagi dengan benar
benar. Aku akan berdaya upaya untuk meringankan hukuman Siok
Poo-heng. Ada uang barangkali bisa meringakan perkara ini!?
Sehabis makan minum dan bercakap-cakap lagi beberapa saat
lamanya. Sian Hong Sin lulu minta diri. Ia meninggalkan pesan
supaya Siok Po tabah dan tidak terlalu bersedih yang ukibatnya akan
merusakkan jiwa raga saja.
Hong Sin lalu mengeluarkan lagi sepulub tail innate diberikau
kepada sipir bui dan anak buahnya. Minta supaya mereka merawat
dan melayani Siok Poo dengan baik.
?Dia adalah kawan karibku dan bakannya perampok. harap
Lauwhia rawat baik-baik!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
167
Sian thong Sin lalu bergegas keluar. Ia tidak terus pulang tetapi
langsung menghadap Cain Kua Hong dan memberikan penjelasan
atas diri Ciu Siok Poo.
Pembesar She Cam ini mau meneliti dan mengulangi
pemeriksaan. Dan demi mendengar keterangan-keterangan yang di
berikan oleh Sian Hiong Sin, Cam Kun Hong mau merobah
keputusag yang telak di jatuhkan.
Ia ubah proses verbal itu dan menyertakan tanda tanganuya
untuk memperkuat kesaksiannya. Di mana di tulis bahwa Cin Siok
Poo alias Cin Kiang, polisi dari Celamtm Shoatang, benar-benar
bukan perampok. Kesalahannya adalah membunuh dengan tidak
sengaja pemilik hotel di kota Co Kak Lim yang beruarna Gouw
Kong.
Surat protes itu lalu di kirimkun kepada pusat. Selang beberapa
hari, turunlah keputusan dari pu sat, menjatuhkau hukuman buang
untuk Cin Siot Poo.
Cin Siok Poo di buang ke daerah Ho Pak kota Yu Ciu dengan
hukuman menjadi tentara seumur hidup, di bawah kesatuan yang di
kepalai Jenderal besar Yan San Lo Goan Swi.
Ciatsu Coa Kian Tek sepenerima surat keputusan dari pusat
segera menghadapkan Cin Siok Poo dan menyampaikan vonis itu.
Coa Kian Tek mempersiapkan keberangkatan hukuman pembuangan
Siok Poo dua hari lagi dan sebagai pengawal-pengawalnya
ditugaskan opas kota Lauw Ciuhu yang terkenal akan kejujuran dan
kegagahannya. Kedua opas yang di tunjuk itu adalah Kim Kak alias
Kok Cun dan Tong Hoan alias Pwee Cin.
Sungguh sangat kebetulan seperti ?Bliss from Heaven; atau ?Si
Jung Thian Sang Lay? ( Rakhmat itu datangnya dari Tuhan ), kedua
opas itu adalah sahabat-sahabat baik Sian Hiong Sin.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
168
Mengctahui kedua sahahat itu yang bakal mengawal Siok Poo ke
Ho Pak Yu Ciu, maka Sian Hong Sin lalu penults sepucuk surat.
Minta kepada dua kawan itu supaya membebaskan Siok Poo
sementara sebelum keberangkatannya, setusigga Ia dapat bertemu
muka dan berbicara secara leluasa.
Kim Kak dan Tong Hoan segera juga memenuhi permintaan
kawan baik hati itu. Cin Siok Poo dibebeskan sebelum hari
keberangkatannya.
?Cin Toako, hari ini engkau kubebaskan sementara karena Sian
Jiko menunggumu di sebuah rumah makan dalam kota ini. Harap
Toako pergi kesana!
?Apakah cuwi tidak takut kalau nanti aku merat??
?Kami percaya akan pribadi Toako.?
Cin Siok Pon girang sekali, ia dilepas rantai-rantainya dan keluar
dari rumah tahanan menuju ke rumah makan dalarn kota Lauwciuhu.
Dirumah makan itu Sian Hiong Sin telah lama menunggu.
Melihat kedatangan Siok Poo, hartawan yang baik hati dari Ji Hian
Cun segera bangkit dan menyonngsongnya. Mereka sarna sama
duduk dan memesan makanan dan minuman.
?Pergi ke Yan San. propinsi Ho Pak kota Yu Ciu juga ada
baiknya untuk diri Toako. Di Yan San ini siautee mempunyai banyak
sahabat yang nantinya dapat membantu Cin Siok Heng. Antara lain
Thio Kong Kin, ia adalah Kic Pay (salah seorang jenderal
terkernuka) dari Jenderal besar Lo Goanswe.
Ada lagi dua saudara Uti, yaitu Uti Lam dan Uti Pak mereka adalah
Tiongkun dari Lo Goan-swe atau Mayor Jenderal.
Siaute telah menulis sepucuk surat untuk Thio Kong Kin, ia berdiam
di Sun Go Cun. Jadi setibanya toako di daerah Yan San. kunjungilahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
169
Thio Koang Kin terlebih dahulu dan serahkan surat siaute ini. Baru
kenudian bersama-sama dengan Thio Kong Kin menghadap Lo
Goanswe di Yu Ciu.
Dengan rasa syukur dan sangat berterima kasih, Cin Siok Poo
menerima surat titipan itu.
?Budi kebaikan Sian Jiko terhadap siautee sedemikian besarnya.
Sian Jiko tidak sayang-sayang mengeluarkan banyak uang untuk
menolong jiwa siautee. Hutang budi ini akan siautee baw sampai
mati. Tidak ada cara bagaimanapun untuk membalas budi kebaikan
Jiko ini.?
?Siok Poo-heng mengapa mengucapkan kata-kata demikian? Untuk
kepentingan seorang sahabat sejati, kita harus saling tolong
menolong, berdaya upaya seberapa bisa tanpa menghiraukan untung
rugi. Mana bisa sebagai seorang sahabat aku lalu sayangi harta
benda, berpeluk tangan, tutup telinga, rapatkan mata pura-pura tidak
tahu?
Apalagi peristiwa yang menimpa diri Siok Poo heng ini adalah gara
garaku, sehingga nyaris jiwa Siok Poo-heng melayang. Dosa yang
besar ini siautee ikut bertanggung jawab dan sebisa mungkin harus
menebusnya.
Kepergian Siok Pooheng kali ini, jangan berkecil hati dan bersusah
hati. Cin Pekbo akan siautee rawat dan pelihara hidupnya.?
Mendengar pernyataan sahabatnya yang tulus, perasaan Siok
Poo sangat terharu. Ia tak kuasa lagi menahan keharuan hati dan
menitikkan air mata.
Sehabis membereskan rekening, Hiong Sin lalu bersama-sama
Cin Siok Poo menuju ke rumah tahanan Cam Kun Thia. Disana
kapten polisi yang bakal menjadi pengawal Siok Poo sudah menanti.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
170
Hiong Sin lalu berjabat tangan dan berterima kaih atas perkenan
mereka sehingga ia dapat berjumpa dengan Siok Poo.
?Besok, pagi-pagi sebelum matahari terbit, kami sudah harus
berangkat, supaya tidak terlalu kepanasan di tengah jalan. Ada titipan
apa lagi Sian Jiko yang bisa kami baw ke Ho Pak??
Kim Kak memberikan keterangan mengenai waktu
keberangkatan esok hari.
?Hanya sepucuk surat untuk Thio Kong Kin yang telah
kutitipkan pada Siok Poo heng.?
?Harap saja Sian Jiko tidak berkecil hati dan berkhawtir,
ditangan kami berdua kami menjamin keselamatan jiwa Siok Poo
heng.
?Itulah yang kuharapkan. Dan mungkin esok hari tidak ada
kesempatan untuk berjumpa lagi, disini saja saya mengucapkan
selamat jalan, selamat berpisah dan sampai bertemu lagi!?
Cin Siok Poo membalas penghormatan itu, demikian juga kedua
kapten polisi itu.
Mereka berempat bersalam-salaman dengan penuh keharuan.
Sebelum meninggalkan rumah tahanan, Sian Hiong Sin memberikan
uang sebanyak lima puluh tahil perak kepada Cin Siok Poo dan
masing-masing dua puluh tahil perak kepada Kim Kak dan Tong
Hoan.
Mereka bersikeras menolak, akan tetapi Hiong Sin pun
bersikeras memaksa, sehingga pada akhirnya mereka mau mengalah.
Setelah bercakap-cakap lagi beberapa saat, saling berpesan dan
berpisahanlah mereka.
Pada keesokan harinya, sebelum matahari terbit di ufuk timur,
kedua polisi itu telah berangkat dengan mengapit seorang pesakitanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
171
yang menjalani hikuman buang ke daerah Hopak Yu Ciu. Ia adalah
mantan polisi Shoatang, yaitu Cin Kong alias Cin Siok Poo.
Bila hari terang dan cuaca baik, mereka melanjutkan perjalanan,
dan bila malam atau cuaca buruk, mereka mengaso di rumah
penginapan. Didalam perjalanan, mereka satu sama lain saling sangat
cocok dan terjalinlah suatu persaudaraan yang akrab dan intim sekali.
Waktu sangat cepat berlalunya. Para pujangga sering melukiskan
bagaikan kilat, ataupun bagaikan anak panah yang melesat dari
busurnya, atau juga bagaikan mengalirnya air sungai yang gemercik,
siang malam tanpa mengenal saat, terus berlalu tak akan kembali
lagi. (The river of no return)
Tidak terasa sudah hampir sebulan ketiga orang dari Lauwciuhu
itu berjalan dan pada suatu hari sampailah mereka di sebuah dusun
dekat perbatasan daerah Yan San.
Tatkala itu cuaca sudah mulai gelap. Mereka bertiga lalu
mencari rumah penginapan untuk melewatkan sang malam. Sebelum
memasuki kamar tidur, mereka bertiga memesan makanan dan
minuman untuk tangsel perut. Cin Siok Poo sempat juga
menanyakan kepada pelayan hotel tentang dusun Sun Gi Cun.
?Ada tuan, memang di daerah Yan San ini ada kampung yang
bernama Sun Gi Cun. Dari sini sudah tidak berapa jauh lagi, kira-kira
dari sini lima atau enam Li jauhnya.
?Adakah di kampung itu tinggal seorang perwira yang bernama
Thio Kong Kin?? Menanya pula Cin Siok Poo lebih lanjut kepada
pelayan hotel itu.
?Ya, beliau adalah Kie Paynya Swee Hu.?
?Oh, terima kasih, terima kasih sekali atas keterangan yang
lauwhia berikan.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
172
?Pu Kan Tang, Pu Kan Tang (tidak masalah, never mind) Tuan
tuan. Bulan ini Goanswe hendak mengangkat seorang kuat untuk
menjabat sebagai Jenderal Tiong Leng Kun. Dan sebagai calonnya
adalah seorang gagah yang berkepandaian tinggi yang bernama Su
Tay Nay.
Maka bila tuan-tuan tiba di dusun Sun Gi Cun, tuan-tuan akan dapat
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyaksikan di depan klenteng Tauw Tee Bio dibangun sebuah
panggung Luitay untuk adu kepandaian yang tingginya lebih dari
enam tombak dan luasnya tiga tombak persegi. Sudah menjadi tradisi
sweehu, bahwa orang yang akan menjabat pangkat tinggi dalam
kemiliteran harus diuji terlebih dahulu kelihaiannya. Selama seratus
hari Su Tay Nay harus menghadapi tantangan-tantangan yang datang
dari khalayak ramai. Bila dalam waktu seratus hari ia dapat
mempertahankan diri, maka ia akan naik pangkat menjadi panglima
Tiong Leng Kun. Sebaliknya bila ada yang dapat merubuhkan, orang
itulah yang hendak menduduki jabatan tinggi itu.
Bapak Thio Tong Kin yang tuan tanyakan tadi adalah ketua panitia
pertandingan di panggung Luitay itu. sehari-hari beliau disana untuk
mengurus dan mengatur segala sesuatunya. Maka bila tuan-tuan
hendak menjumpai beliau, datang sajalah ke kelenteng Touw Tee
Bio. Tuan-tuan pasti dapat bertemu!?
Mendengar keterangan ini, bukan main gembiranya Cin Siok
Poo. Ia tak henti-hentinya mengucapkan kamsia, kamsia (terima
kasih) dan makan minum dengan penuh selera.
Pada keesokan harinya, Cin Siok Poo bertiga setelah sarapan dan
membereskan rekening mereka lalu melanjutkan perjalanannya
menuju ke dusun Sun Gi Cun. Didepan klenteng Touw Tee Bio
mereka melihat panggung Luitay, persis dengan apa yang dituturkan
pelayan hotel kemarin. Sekeliling panggung Luitay dihiasi dengan
Twelian-twelian warna merah dengan huruf-huruf hiasan dengan
benang emas.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
173
Disekeliling panggung, manusia berjubel-jubel, seperti dalam
keramaian Sekatenan ataupun Pasar Malam. Bukan saja yang datang
itu khusus untuk menonton pertandingan saja, tetapi juga tidak
sedikit yang memanfaatkan keramaian itu dengan berdagang. Ada
penjual kacang, soto, bakso, bakpao, cakwe janggelut, mainan anak
anak dan lain sebagainya.
Pagi itu belum kelihatan munculnya orang yg dicari. Ketiga
pendatang dari Lauwciu Hu itu lalu cuci mata, putar kayun
mengelilingi seluruh halaman kelenteng untuk melihat lihat. Kira
kira jam sembilan pagi dari jurusan timur mendatangi tiga
penunggang kuda. Mereka adalah Thio Kong Kin, Su Tay Nay dan
Pak Hian To.
Ketiga pembesar itu loncat turun dari kudanya dan mengatur
meja sembahyang. Bertiga menjalankan Sam Kui Kiu Khao, berlutut
tiga kali dan memanggutkan kepada sembilan kali untuk menyatakan
sujud kepada Thian.
Selanjutnya penonton mulai berdesak desakan, mereka telah
mengetahui bahwa piebu diatas panggung akan segera dimulai lagi,
Sun Tay Nay lalu melepas buja luarnya. la meringkaskan pakaian
dalam yang berwarna hitam-hitam. Loncat keatas panggung,
memberi hormat kepada khalayak ramai dan demontrasi Hoajio.
Jurus-jurus tangan kosong yang dimainkan adalah Lohan Kun,
Patkwa Ciang dan yang terakhir Pat Sian Kwee Hay.
Tepuk tangan para penonton bergema hagaikan gunung
meledak. Cin Siok Poo bertiga juga bergegas keluar dari ruangan
kelenteng dan ikut berdesak-desakan dengan para penduduk untuk
dapat tempat menyaksikan yang lebih dekat.
Waktu itu Demontrasi silat yang dimainkan Su Tay Nay sudah
selesai. Kini ia berdiri diatas panggung dan meugucapkan pidato
pengantarnya,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
174
?Saudara-saudara pengunjung yang terbormat. Hari ini adalah
hari yang terakhir untuk penetapannya jabatan panglima Tiong Leng
Kun dalam kesatuan angkatan perang di bawah komando panglima
besac Lo Goanswe. Selama sembilan puluh sembilan hari, belum
juga ada orang yang dapat merubuhkanku. Maka hari yang terakhir
ini bila tidak ada penantang yang berani naik panggung, berarti
berakhirlah pertandingan ini dan akulah sebagai Tiong Leng Kun.
Akan tetapi bila pada hari yang terakhir ini muncul orang gagah yang
berhasil rnerubuhkan dengan dada lapang dan hati terbuka jabatan itu
kuserahkan. Nab, untuk mempersingkat waktu dan mempercepat
vonis, silahkan diantara saudara-saudara yang ingin menunjukkan
kelihayannya tampil keatas pauggung saya Su Tay Nay sudah siap
menunggu!?
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Scan/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
Nanum sambutan dari khalayak ramai tidak ada. Sehingga Su
Tay Nay sampat mengulangi pidato pengantarnya itu berulang ulang.
Kapten polisi yang sikapnya berangasan menjadi tidak senang hati
mendeugar kata-kata ulangan itu. ia melepas baju seragamnya, dan
berkata kepada rekannya.
?Kim Kak, orang isi sungguh Jamawa, Sama seperti tidak
memandang sebelah mata pada kita sekalian. Biarlah aku coba-coba
ajar adat padanya!?
Tanpa menunggu persetujuan kawannya, ia sudah enjot
tubuhnya naik ke atas panggung. Penonton menjadi bersorak-sorak.
bertepuk tepuk kegirangim Sebab dengan munculnya orang baru di
atas panggung berarti pertandingan akn berlangsung.
Tanpa banyak komentar, begitu kakinya tertancap di atas papan
panggung Luitay, kontan Tong Hoan melancarkan serangannya
dengan jurus Beng Hauw Kun Yo (macan buas menerkam kambing)
?Hiatttt .. wusss ..!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
175
Su Tay Nay jeli sekali matanya, ia mengeos dan meugirimkan
tendangan kilat kearah lambung Tung Hoan dengan jurus Jit Goat
That, bluuk - hoayauww .. bluuuk!. Naas bagi Tong Hoan, hanya
terdorong emosi dan memandang ringan musuh, sehingga ia
keselomotan. Baru saja turun gelanggang sudah terdepak
lambungnya sehingga jatuh terbanting mencium papan Luitay.
Tepuk sorak bergemuruh dari para penonton. Mereka geli dan
gembira sekali melihat lawan yang berangasan seperti Buto dalam
lakon wayang. Kelihatannya begitu kuat, teriak-teriak dan
gerakannya keras dan dahsyat. Akan tetapi baru saja beberapa jurus
sudah roboh.
?Pong pong pong ? bende dan tambur dibunyikan, tanda
penantang yang kalah harap turun panggung.
Dengan muka merah karena amat malu, Kapten Tong Hoan
meloncat turun dan menyelinap dibelakang Cin Siok Poo dan Kim
Kek.
Kim Kek panas dingin melihat rekannya dirobohkan demikian
mudahnya. Tanpa berunding dengan Siok Poo, ia menggeram keras
dan menggenjot tubuhnya menggantikan kawan yang dirobohkan.
?Tunggulah! Aku akan bikin pembalasan!? teriaknya kepada Su
Tay Nay.
?Silakan, silakan! Saya selalu siap melayani!?
Dan kembali digelanggang Luitay berlangsung pertarungan yang
cukup seru dan mengasyikkan. Taktik lawan taktik, kegesitan
diimbangi dengan kegesitan dan jurus demi jurus cepat berlalu.
Dibawah panggung para penonton bersorak-sorak memberikan
semangat dan membakar hati kedua jago yang tengah bertarung
supaya lebih dahsyat dan seru.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
176
Ternyata Kim Kak pun bukan tandingan Su Tay Nay. Lewat dua
puluh jurus, ia hanya bisa mundur dengan nafas sengal-sengal. Dan
sebelum ia tahu apa yang harus diperbuat, tendangan kilat Su Tay
Nay, dikirimkan secara jitu mengenai lambungnya. bluk wuss
brukk kembali seorang kapten polisi jatuh terbanting mencium
papan panggung.
Para penonton kembali bersorak-sorak kegirangan. Dan pujian
pujian riuh dari mulut ke mulut. Mereka tetap menjagokan Su Tay
Nay yang dibanggakan sebagai jagoan Yan San yang tak
terkalahkan.
Tatkala Cin Siok Poo melihat kedua pengawal yang kini sudah
terjalin erat sebagai sahabat itu dirobohkan oleh Su Tay Nay. Ia
merasa tidak enak hati bila tinggal diam berpeluk tangan. Maka ia
melepas baju luarnya dan disambuti oleh kedua kawannya.
Kemudian ia mengenjot tubuhnya naik keatas Luitay.
Menyaksikan kelebatan dan roman yang gagah dari pendatang
baru ini, para penonton bersorak-sorak memuji. Su Tay Nay sendiri
agak bercekat hatinya. Orang ini sugguh gagah.
?Marilah kita soancang, soancang (mengadakan perhitungan).
Aku atau engkau yang lebih unggul! Menantang Cin Siok Poo
dengan nada gagah.
?Ha ha ha, sudah menjadi tugasku untuk melayani siapapun.
Maka silakan tuan turun tangan!?
Siok Poo lalu menerjang dengan jurus Hek Hoo Tauw Sim (rase
hitam mencuri hati). namun SU Tay Nay dengan gesit memunahkan
serangan dahsyat itu dengan Kwan Kong Kay Ie (jendral KwanKong
melepas jubahnya).
Prakk prak tangan benterok dengan tangan, sepakan
ditangkis dengan sepakan. Suara beradunya kaki tangan yang dahsyatKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
177
membuat kedua jago itu saling mengawasi dengan peerasaan kagum.
Baru kali ini Su Tay Nay menemui tandingan yang tangguh.
Menyaksikan pertarungan yang benar-benar hebat, persis
Brucelee melawan Chuck Noris dalam pertarungan maut The Way of
The Dragon. Penonton bersorak-sorak, bertepuk tangan, menjerit
jerit histeris saking kagumnya.
Jurus demi jurus cepat berlalu, dan lewat tiga puluhan jurus,
kelihatan Su Tay Nay ripuh dan terdesak. Pengawas pertandingan
gugup dan lari masuk Klenteng, melaporkan jalannya pertandingan
itu kepada Thio Kong Kin.
?Jiya, celaka! Agaknya bintang Su Ciangkun gelap dan mau
jatuh. Dalam pertandingan babak terakhir ini, ia telah menemukan
lawan yang sangat gagah, sehingga Su Ciangkun keteter dan hampir
kalah.?
?Hah? Masa iya? Siapakah lawannya yang tangguh itu??
Thio Kong Kin juga terperanjat, dan segera bangkit untuk keluar
menyaksikan jalannya pertandingan.
Benar saja laporan pengawas pertandingan itu bukan main-main.
Thio Kong Kin lalu menghampiri khalayak ramai dan menanya.
?Congwe sekalian, siapakah hohan yang sedang bertarung
melawan Su ciangkun itu??
Orang-orang yang ditanya segera menundukkan kepada Kapten
Polisi dan mengatakan.
?Dia datang bersama dua polisi itu, cobalah Jiya tanya kepada
mereka!?
Keadaan di panggung semakin gawat. Su Tay Nay semakin
kritis dan main mundur memutari kalangan. Orang-orang yang
menonton semakin girang dan berteriak-teriak histeris.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
178
?Hantam terus, jangan kasih hati dan jatuhkan dia!?
Thio Kong Kin bercekat dan sempat menengok ke atas. Benar
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja, keadaan Su Tay Nay begitu memelas, dihajar terus dan
berputar-putar tak tahu cara bagaimana menghadapinya.
?Hemm, honan ini benar-benar gagah dan lihay ilmunya. Thio
Kong Kin cepat-cepat menghampiri kedua polisi, dengan hormat
menanya.
?Cuwi Ciangkun, siapakah honan yang naik ke Luitay itu??
?Ia adalah Cin Kiong alias Cin Siok Poo dari Ceelanhu, propinsi
Shoatang.? menjawab Tong Hoan dengan bangga.
Dikala mendengar keterangan Tong Hoan, Thio Kong Ki
menjadi girang. Ia mengucapkan terima kasih dan mendekati
panggung.
?Siok Pooheng! Tahanlah dan turunlah! Tidakkah ?Siok
Pooheng berpikir bahwa cita-cita seorang lelaki harus berhasil?
Dikala mendengar seruan ini, Cin Siok Poo menjadi tersadar
pikirannya.
?Waah, naikku ke panggung, hanya karena melihat Kim Kak dan
tong Hoan dirubuhkan, apa artinya aku mendesak sampai roboh dan
ia kehilangan pangkatnya?.
Karena memikir demikian, maka Cin Hiok Poo lalu minggir dan
selanjutnya meloncat turun dari panggung.
Para penonton merasa kecewa dan menyesal sekali pertarungan
hebat yang tidak ada kesudahannya itu. mereka menyayangkan
belum ada jatuh salah satu kok sudah diakhiri.
Setibanya di bawah, Cin Siok Poo segera bertanya, ?Tidak tahu,
siapakah yang telah memanggil nama siautee??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
179
Dan matanya mengawasi ke sekeliling untuk mencari-cari,
siapakah gerangan yang memanggilnya tadi.
?Itulah aku Siautee Thio Kong Kin yang telah memanggil Siok
Pooheng.?
Seorang bertubuh sedang dan mengenakan jubah kebesaran
maju merangkapkan tangan. Demi mendengar pengakuan pernbesar
itu Siok Poo deugan ramah menjura, membalas penghormatan.
Thio Kong Kin lalu rnengajak Siok Poo dan dua kawannya
masuk kedaIarn kelenteng dan diperkenalkan dengan Su Tay Nay
dan Pek Hian To. Dihidangkan makanan dan minuman dan mereka
dijamu dengan hangat.
Sementara Thio Kong Kin memberikan Pengumuman bahwa
telah genap seratus hari jalannya pertandingan. Dimana Su Tay Nay
teteap dapat mernpertahankan diri dan tidak ada Hohan yang
merubuhkannya. Dan pangkat Tiong Leng Kun adalah hak dari Su
Tay Nay.
Para penonton tidak dapat berbuat apa apa, walaupun dalam hati
merasa sayang dan sangat kecewa.
?Sesungguhnya siautee berharap dapat bertemu dengan
Thioheng,maka perjumpaan ini membuat hati siautee girang tak
terkirakan.?
?Ada keperluan apa Siok Pooheng mencariku??
Siok Poo lalu memberikan surat dari Sian Hiong Sin.
Dengan cermat Thio Kong Kin membaca surat itu sehingga
tahulah dia hal-ihwal sampai Cin Siok Poo datang ke Hopak ini.
Selesai membaca surat itu Thio Kong Kin mengangguk
anggukkan kepalanya dan dengan wajah tenang berkata.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
180
?Siok Pooheng tidak usah khawatir dan berkecil hati, urusan ini
serahkan pada siautee, tidak nanti Siok Pooheng mengalami
kesulitan-kesulitan yang bakal dialami.?
?Saya harus mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian
Thioheng ini. Haah, bintang kalau sedang gelap, nasib malang selalu
mengintil seperti bayangan.?
Dan Cin Siok Poo mengulangi kisahnya sehingga membuat
Kong Kin dan Tay Nay serta Hian To merasa sangat terharu.
Sehabis makan minum dan saling berkenalan, Thio Kong Kin
lalu memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan kuda
mereka, juga ditambah tiga ekor kuda lagi untuk Siok Poo dan tiga
Kapten Polisi. Mereka dibawa ke gedungnya Thio kong Kin dan
disediakan kamar untuk beristirahaat.
Pada keesokan harinya, Siok Poo diajak menuju ke Tiong Kun
Hu (markas besar kemiliteran daerah Yan San). disini disambut
dengan hangat oleh dua saudara Uti. Uti Lam dan Uti Pak, Han Sit
Tiong, Lie Kong Tan dan jenderal-jenderal lainnya.
Mereka saling berkenalan dan Thio Kong Kin menceritakan
kepada Hokiat dari Shoatang ini sampai menjalani hukuman buang
dan harus dinas sebagai serdadu seumur hidup karena kesalahan
membunuh pemilik hotel kota Co Kak Lim.kedua saudara Uti
mengerutkan jidatnya demi mendengar penuturan itu. kata mereka,
?Tabiat dan sifat Lo Goanswee sangat keras. Setiap orang
hukuman yang hendak dinas sebagai serdadu seumur hidup selalu
dirangket dengan rotan sebanyak seratus kali.
Diantara sepuluh orang hukuman yang selamat paling-paling dua
atau tiga. Kebanyakan mereka tidak tahan dan menghembuskan nafas
dalam rangketan. Hiong Sinheng pasti tidak mengetahui watak,
karakter dan tabiat dari Lo Goanswee, maka menitipkan Siok PooKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
181
Heng ketangan kita. . Aih, sekarang bagaimana kita mengatur
urusan ini??
Mendengar sua penjelasan dari dua saudaaaaara Uti itu, semua
menjadi bingung dan saling pandang karena tak tahu apa yang harus
diperbuat.
Tiba-tiba Lie Kong Tan dengan penuh semangat berkata,
?Liatwe sekalian jangan khawatir! Aku biasa mendampingi
Goanswe dalam menjatuhkan hukuman rangket. Selamanya
Goanswee paling takut dengan orang-prang yang kena penyakit Lo
Un Peng(sakit kuning dan Thayko). Maaf lho ini, wajah dan kulit
Siok Pooheng kebetulan sekali kekuning-kuningan dan mengkilat
seperti orang yang terkena penyakit alo Un Peng itu. nah, kita bisa
gunakan siasat. Laporkan saja pada Lo Goanswee besok bila disuruh
menghadap, bahwa pesakitan ini menderita penyakit Lo Un Peng.
Pasti tidak disuruh menghadap dan bisa terhindar dari hukuman
rangket.?
Thio Kong Kin dan yang lain-lainnya menjadi girang demi
mendengar keterangan Lie Kong tan ini. mereka lalu makan minum
dan bercakap-cakap dengan girang.
Malam ini Cin Siok Poo diminta bermalam di gedung dua
bersaudara Uti. Disana mereka dijamu sampai larut malam. Tatkala
kentongan berbunyi satu kali (jam dua belas) perjamuan baru diakhiri
dan masing-masing menuju kekamar tidurnya untuk beristirahat.pada
keesokan harinya, mereka bersama-sama pergi ke Swee Gu markas
Panglima Besar untuk menghadap.
Waktu tiba di depan markas besar panglima, terdengar tambur
dan meriam berbunyi tiga kali dungg dung dung bum
bum bum.
Pintu markas dikerek naik. Jenderal Thio Kong Kin dan sekalian
Kie Pay lalu berbaris dengan disiplin di sebelah kiri.sedang LengKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
182
Kong ciangkun Uti Lam, Uti Pak bersama Tiongkun Khoa Han Sit
Tiong, Lie Kong Tan dan lain-lain berdiri di sebelah kanan.
Jenderal besar Lo Goanswee muncul dan mengangkat tangan.
Jenderal-jenderal yang berbaris di kanan kiri, serempak maju
berbareng dan berlutut memberikan penghormatan. Di belakang
mereka berlutut turut pembesar-pembesar Wun Mui Khon. Teng Su
Khoa dan semua komandan Huciang dan Gee Ciang maju berlutut
memberikan hirmat. Hanya seorang yang berdiri di ruanga besar itu
dan belum mendapat pangkat yaitu Su Tay Nay.
Dibelakang Su Tay Nay adalah dua kapten polisi dari Lauwciu
Hu yaitu Kim Kak dan Tong Hoan yang mengapit pesakitan yaitu
Cin Kiong atau Cin Siok Poo. Setelah pemberian hormat itu selesai,
masing-masing segera berdiri kembali begitu jenderal besar itu
duduk di atas kursi kebesarannya.
Tubuh jenderal besar itu tinggi besar, kumisnya bagus, sinar
matanya galak. Dikawal oleh ajudan-ajudan yang bersenjata lengkap.
Sungguh angker sekali nampaknya. Kemudian secara berturut-turut
para komandan kesatuanmaju memberikan laporan.
Paling akhir, jenderal Thi Kong Kin, maju menghadap
memberikan laporan, hasil dari panggung Luitay yang dibuka di Sun
Gi Cun.?Selama seratus hari Siuwjin mengawasi jalannya
pertandingan di panggung Luitay Sun Gi Cun dan terbukti akan
kekuatan Su Tay Nay. Ia sanggup menghadapi penantang
penantangnya dan berhasil mempertahankan diri. Kini kami serahkan
kepada keputusan Goanswe.?
?Hmm, bagus, bagus, berarti ia seorang gagah yang surup
untuk menjabat sebagai komandan Yu Lengku. Panggil dia
menghadap!?
Ajudan lalu keluar dan membawa masuk Su Tay Nay.dengan
penuh gembira Su Tay Nay berlutut dihadapan Goanswe menantikanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
183
perintah dan keputusan lebih lanjut.?Su Tay Nay, dihadapan semua
staf engkau kuangkat menjadi panglima Yu Leng Kun. Bangunlah!?
Su Tay Nay memaanggut-manggutkan kepalanya tiga kali,
kemudian berdiri dan berbaris di sebelah kanan.
?Ada laporan-laporan apa lagi yang harus kuselesaikan hari ini??
Tho Kong Kin maju menghadap dan melaporkan akan
datangnya dua alat negeri dari kota Lauwciu dengan membawa
pesakitan dengan kesalahan salam menbunuh orang. Hukuman
pesakitan itu dibuang ke Hopak dan harus menjalani hukuman
sebagai serdadu seumur hidup.
?Coba bawa menghadap itu kedua polisi supaya aku bisa
mendengar laporan langsung dari mereka!?
Ajudan keluar dan membawa Tong Hoan dan Kim Kak masuk.
Kedua kapten polisi ini maju dihadapan panglima dan berlutut.
Surat dari Coa Ciatsu dipersembahkan, yang mana segera disambuti
oleh Thio Kong Kin dan dibacakan isinya.?Hadapkan kemari
pesakitan itu!? memerintahkan Lo Goanswe setelah mendengarkan
bunyi surat yang dikirim oleh Coa Ciatsu.?Lo Goanswe, pesakitan
Cin Siok Poo, karena diperjalanan kesalahan makan minum yang
berdebu sehingga terserang penyakit Lo Un Peng.?
Kapten Polisi Kim Kek dengan berlutut memberikan keterangan
keadaan pesakitan yang dikawalnya.
?Oleh karena itu, tatkala hamba berdua diminta menghadap,
pesakitan itu hamba suruh berada di luar, khawatir mendapat
kemarahan dari Lo Goanswe.
Selama hidupnya Lo Kong memang paling jijik dan takut kepada
orang yang berpenyakit Lo Un Peng, maka demi mendengar
penjelasan opas dari Lauwciuhu itu ia bercekat agak berubah
mukanya. Akan tetapi ia memang jenderal didiplin dan tidak mauKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
184
bertindak teledor, bagaimanapun juga ia ingin membuktikan
kebenarannya.
?Hmm, suruh dia masuk sampai di ambang pintu, ingin melihat
bagaimana rupa pembunuh itu!?
?Baik, baik yang mulia!? Kim Kak dan Tong Hoan bangkit dan
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergegas keluar ruangan mendapatkan Cin Sok Poo.
Baru saja memasuki ruangan, Lo Kong sudah mengangkat
kepala dan mengawasi dengan tajam. Karena Cin Siok Poo memang
berkulit kuning dan air mukanya kuning mengkilap, maka sepintas
lihat orang akan mengira bahwa ia benar-benar berpenyakitan.
BERSAMBUNG
Terhindarkah Cin Siok Poo dari bukuman rangket seratus rotan yang
berat itu?
Mengapa Jenderal Lo Kong tidak memerintahkan Siok Poo untuk
datang lebih dekat ?
Benarlah Cin Siiik Poo berpenyakit Lo Un Peng ?
Mengapa istri Jenderal Lo Kong menangis tersedu-sedu?
Impian apakah yang rnembuat istri jenderal Lo Kong bersedih
sampai sedemikian rupa?
Benarkah Cin Siok Poo itu keponakan jenderal Lo Kong sendiri?
Bacalah jilid yang ke Enam.
SEGERA TERBIT ! !Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
185
JILID 6
The path of the just ia the shining that shineth more and more unto
the perfect day.
JALAN Keadilan itu seperti sinar yang bercahaya-cahaya, makin
lama makin terang sampai akhirnyat seperti hari yang terang
benderang.
KEBENARAN yang telah diakui umum tidaklah semuanya benar.
Lihatlah sekelilingmu, acapkali terdapat kebenaran yang PALSU!
(Kiriman Dhyana)
TERMASUK juga Yan San Lo Kong Goan Swe, begitu melihat
ia segera memanggutkan kepala dam mengibaskan tangan sebagai
perintah untuk segera membawa keluar lagi pesakitan itu.
?Masukkan dulu kedalam rumah penjara dan obatilah
penyakitnya. Nanti bila sudah sembuh barulah kita adili!?
Thio Kong Kin lalu memerintahkan anak buahnya mengambil
alih persakitan itu dari tangan Tong Haan dan Kim Kak, kemudian
dibawa masuk kerumah tahanan.
Lo Goanswe lalu menulis surat balasannya dan diserahkan
kepada kedua Kapten polisi itu yg pada hari itu juga mohon diri dan
kembali ke Lauw Cu Hu.
Setelah semua perkara hari itu diselesaikan Lo Goanswe lau
mengakhiri sidang itu dan kembali ke gedungnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
186
Thio Kong Kin cs gembira sekali, mereka bersama kawan
kawannya mendapatkan Siok Poo dan mengucapkan, Kionghi,
Kionghi.
Siok Poo dibawa kerumah jenderal Uti Lam dan diselenggarakan
pasta meriah untuk ucapan selamat karena ia terluput dari hukuman
rangket yang mengerikan.
Tatkala panglitna besar Lokong turun dari ke keretanya di
ambang pintu ia disambut oleh puteranya yaita Kongcu Lo Seng.
Menurut alkisah, Lo Seng adalah penjelmaan dari Pek Hauw Sin
(bintang hrimau putih dari langit). Perawakannya tinggi tegap,
wajahnya keren, giginya putih, bibir merah terang, cerdik dan
tangkas dalam segala hal. Walaupun saat itu baru berumur empat
belas tahun, akan tetapi kepintarannya melebihi orang-orang dewasa
pada umumnya.
Kelak ia adalah raja muda atau Cap Pep Lo Hoan Ong.
?Ayah, kau sudah pulang??
?Ya, dimana ibumu? Apakah sesiang ini masih juga belum
bangun??
?Ibu berada dalam kamar dan mengucurkan air mata. Entah apa
yang disedihkan, semenjak bangu pagi-pagi sudah kelihatan sangat
berduka, segan keluar dan menangis terus.
Yan San Lo Kong bercekat hatinya. ?Apakah yang disedihkan
oleh isterinya ini??. Ia cepat-cepat memasuki kamar isterinya dan
benarlah laporan puteranya itu. dengan lemah lembut Lo Kong
menegurnya.
?Isteriku, mengapa engkau menangis? Apakah yang kau
sedihkan??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
187
?Suamiku, sesungguhnya Ie Sin (isterimu) juga tidak pernah
melupakan saudaraku, akan tetapi karena tidak tahu dimana tinggal
mereka, dia masih hidup atau sudah meninggal, Ie Sin tidak tahu!
Semalaman Ie Sin telah mendapatkan impian, ternyata
saudaraku itu ternyata telah tiada. Ia gugur sebagai kusuma bangsa
didalam peperangan mempertahankan nusa dan bangsanya.
Dengan mengenakan pakaian serba putih dan wajah pucat, ia
mengunjungi Ie Sin untuk meninggalkan pesan, katanya,
?Cici, Titiji (keponakanmu) dalam keadaan susah dan menderita,
ia berada dalam tangan suamimu. Mengingat hubungan famili,
tolonglah perhatikan nasib Titji dan mantulah. Aku yang sudah tiada
akan merasa sangat berterima kasih dan bersyukur. Dengan demikian
dapatlah aku memeramkan mata dengan tenang di alam baka.Ie Sin
lalu terjaga dari tidurnya, dan sangat sedih mengenang impian yang
mengharukan ini. suamiku, bila datang orang baru di Yan San ini,
hendaknya engkau perhatikan dan berlakulah agak sabar, siapa tahu
itu keponakan kita sendiri.?
?Hmm, siapakah nama Lengtit (keponakanmu) itu??
?Ie Sin hanya mengetahui nama kecilnya saja, yaitu Tay Peng
Long.?
Jenderal Lo Kong mengerutkan jidat dan berpikir keras.
Beberapa saat kemudian ia berbicara pula kepada isterinya.
?Tadi pagi di kantorku datang dua orang opas dari Lauwciuhu
yang menyerahkan seorang pesakitan karena salah membunuh. Ia
bernama Cin Kiong atau Cin Siok Poo dan bukannya Tay Peng
Long. Akan tetapi she Cin ini ada sama satu she dengan kau isteriku.
Apakah pesakitan ini putera mendiang saudaramu yang telah
meninggal dan memberikan impian kepadamu??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
188
?Oh, suamiku, jika benar pesakitan yang datang itu adalah Titji
(keponakanku) dapatkah ia bertahan dari hukuman rangket yang kau
jatuhkan atas dirinya?
Kalau benar keponakan kita sendiri, celakaalah! Kita telah berbuat
suatu kedosan yang besar, menganiaya sanak saudara sendiri.?
Dan Hujin menekap mukanya dengan kedua telapak tangannya,
menangis sesenggukan, sangat pilu.
?Isteriku, untunglah pesakitan itu belum menjalani hukuman
rangket. Karena pada waktu dihadapkan, wajah pucat kuning dan
menurut keterangan polisi yang membawanya, katanya ia terkena
penyakit Lo Un Peng, maka kuperintahkan untuk memasukkan
kedalam rumah penjara supaya penyakitnya diobati sampai sembuh
terlebih dahulu.?
Agak terhibur hati Cin Hujin, ia membuka matanya dan
menanya lagi.
?Suamiku, pesakitan itu bermarga Cin seperti juga aku dan
saudaraku, sudahkah kau tanyakan jelas asal-usulnya??
Waktu dilaporkan ada juga diterangkan asal usulnya, akan tetapi
Hekhoa (suamirnu) kurang memperhatikan. yang jelas ia datang dari
Lauwciuhu dan berbuat kesalahan di Co Kak Lim? Tentang asal usul
yang sebenaraya aku kurang memperhatikan.?
?Oh Loya, masih mujur kita belum menurunkan kekejaman.
Akan tetapi cara bagaimanakah supa paya aku dapat melibat
mukanya dan mendengarkan dengan jelas asal usulnya??
?Hal itu mudah sekali Hujin. Kita dapat memerintahan Kie Pay
sekarang juga untuk memanggil keluar persakitan itu dan di periksa
di ruang belakang gedung kita ini.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
189
Nanti di sebelah ini kita pasangkan Kree (anyaman dari barnbu)
Hujin bisa bersembunyi di beta kang kree dan mendengarkan serta
mengamat-amati wajahnya dengan jelas.?
Tatkala mendengar ide suaminya ini bukan main girangnya hati
Cin hujin, Siapa segera memerintahkan bujang-bujang perempuan
untuk memasang kree hambu dan ia duduk bersembunyi di sebelah
belakang.
Sementara itu jenderal Lo Kong lalu menyerahkan Lengciam
(surat perintah) kepada Kee Ciang (ajudannya) yaitu jenderal Lo
Cun.
?Perintahkan kepada Kie Pay yang bertugas di rumah penjara,
suruh segera membawa menghadap pesakitan dari Lauweiu San See
yang bernama On Kiang untuk di adakan perneriksaan lanjutan di
gedung Goanswe.?
?Siap menjalankan perintah!?
Jenderal Lo Cun lalu membawa Lengciam itu menemui Kie Pai
Khoa Co Gan Pin. Co Gan Pin bersartta Lu Cun lalu menemui Uti
Lam.
Pada waktu itu di gedung jenderal Uti ini tengah berpesta pora
karena merasa suka cita sekan baiknya terhindar dari hukuman
rangket. Siapa tahu tiba-tiba datang kedua jenderal yang
menyampaikan Leng Ciam dari panglima. Mereka semua menjadi
pucat dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat ? Mereka saling
pandang dan dalam pikiran bertanya-tanya. Mau diapakan Cin Siok
Poo nanti? Cin Siok Poo sendiri menjadi khawatir, ia pucat pasi dan
bergelisah, Kee Ciang Co Gin Pin memberikan penghiburan.
?Biasanya persakitan yang diperiksa didalam gedung bagian
belakang Lo Goanswe itu tidak di anggap orang yang berbahaya,
percayalah tidak nant Siok Poo Heng mengalami hal bal yang tak
diinginkan.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
190
Dengan hati berat kawan-kawan melepas Cin Siok Poo dengan
penuh prihatin. Mereka sama-sama berdoa mohon kemurahan Thian
untuk rnelindungi sabahat yang tak bersalah dosa ini.
Siok Poo lalu dikawal oleh Co Gan Pin dan Lo Cun dibawa
masuh ke gedung Swehu.
Dari keiauhan Sink Poo sudah dapat melibat jenderal besar She
Lo itu duduk diatas kursi kebesarannya yang berlapiskan kulit
harimau. Di kanan kiri serdadu-sedadu pengawal berseragam hijau
dan ditangan memegang tombak panjang.
Nampaknya jenderal besar ini tidak seangker pada waktu
dikantor kemarin pagi. Diwajahnya tergores sedikit senyunan yang
ramah.
Cin Siok Poo bagaimananun juga bergetar hatinya, menyadari
hahwa ia adalah seorang persakitan, jantungnya menjadi berdebar
debar.
?Surublah persakitan yang beruama Cin Kiong itu maju
mengbadap!?
Perintah ienderal terdengar tidak sebengis kemarin juga. Maka
Sick Poo membesarkan hatinya majukan diri dan berlutut.
?Kernarin tidak sempat aku untuk mengadakan pemeriksaan
secara teliti. Maka sekarang ada kesempatan untuk memoriksa lebih
jelas. Cobalah kau terangkan asal usulmu, leluhurnm dan sebab
musababnya sehingga engkau bisa dijatuhi hukurnan buang ke
Hopak Yuciu.
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Heran sekali, berpikir Gin Siok Poo, kenapa bukan dampratan
dan caci maki tetapi asal usal dan nama leluhurku, pasti ada sebab
musababnya. Cin Siok Poo dengan jelas lalu memberikan kete
rangan keterangan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
191
?Hamba yang berdosa berasal dari Lamhu, Shoatang. Cauhu
(ahmarhurn kakek) bernama Cin Hiok beliau adahh paaglima perang
negeri Pakcee atau Pakcee Cikun. Sedangkan ayahanda almarhum
bernama Cin Ie, berpangkat sebagai Hok Lie Ciangkun negeri
Pakcee. Sayang beliau tidak berusia panjang, telah gugur dalam
medan peperangan untuk mempertabankan nusa bangsanya.
Adanya peperangan dan huru hara dinegeri Pakce, ibu lalu
memhawa hamba mengungsi ke Shootang, Celamhu. Pada waktu itu
hamba masih kecil, usia hamba masih kanak-kanak, usia hamba lima
atau enam tabun. Setelah usia dewasa, hamba menuruti anjuran ibu,
memasuki kepolisian dan diangkat sebagai komandan polisi kota
Celamhu. Tanun kemarin mendapat tugas dari Lauw Ciatsu untuk
mengawal orang persakitantan ke Lauw ciuhu, malang hamba telah
mengalami penderitaan-penderitaan dan kesulitan sampai salah
membunuh orang di Co Kak Lim dan dijatuhi hukuman buang ke
Hopak ini.
?Ya, ya tentang sebab musabab engkau dijatuhi hukuman buang
dan harus berdinas sebagai serdadu seurnur hidup di bawah
komandoku itu aku telah membacanya dalam surat laporan yang di
kirim Coa Ciatsu dari Lauwciuhu. Cin Kiong, di dalarn menceritakan
asal-usul dan leluhurmu tidak kau sebut-sebut nama ibumu, Siapakah
gerangan nama ibumu itu??
?Ibu hamba bernama Leng Sie Hujin.
?Hmm, lalu siapakab nama kecilnu ?
?Waktu masih kecil ibu sering memanggil bamba dengan nama
Tay Peng Long.?
Agak teperanjat jenderal Lo Gee mendengar disebutnya nama
Tay Peng Long, tidak salah keponakannya sendiri,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
192
Demikian juga Cia Hujin yang bersernbunyi di balik Kree,
hatinya bercekat dan mengawasi tcrus persakitan itu dengan
pandangan tak berkedip.
?Apakab ibumu tidak pernah menceritakan bahwa ia masih
mempunyai saudara sekandung??
?Ya, ibu masih mempunyai seorang cici, menurut cerita ibu,
pada waktu usia hamba baru tiga tahun bibi hamba (Ko) telah
menikah dengan seorang pembesar she Lo. Setelah huru-hara itu
tidak ada lagi kabar beritanya, entah Ko hamba itu tinggal dimana??
Demi mendengar keterangan yang sangat jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan akan kebenarannya ini jenderal Lo Gee lalu
tertawa gembira.
?Ha ha hah jauh tidak sejauh puluhan ribu li, dekat bagaikan
di depan mata, ha haha.. Hujin, keponakanmu berada di sini.
Lekaslah keluar untuk mengenalinya!?
Cin hujin memang sudah tidak sabar lagi. Setelah mendengar
seruan suaminya, ia segera menyingkap kree dan berlari menubruk
Siok Poo.
?Titji, Tay Peng Long oh, kau adalah keponakanku sendiri.
Ko (bibi) mu ada disini!?
Dengan berderaian air mata Cin Hujin memeluk dan mengelus
elus kepala Cin Siok Poo. Kagetnya bukan alang kepalang, Cin Siok
Poo hammpir saja terjengkang dan tubuhnya bergemetaran seperti
kena sengatan listrik tegangan tinggi.
?Hu hu hujin salah melihat orang, hamba adalah
Pendekar Bodoh 8 Pusaka Pedang Naga Bidadari Dari Sungai Es Peng Tjoan Pendekar Rajawali Sakti 208 Ancaman
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama