Ceritasilat Novel Online

Dendam Membara 4

Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana Bagian 4

pembunuh, pesakitan yang berdosa, dan mukannya keponakan Hujin

lepaskan lepaskan!?

Dengan tergagap-gagap Cin Siok Poo berusaha menghindar dari

rangkulan nyonya jenderal Lo Gee itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

193

Jenderal Lo Gee segera bangkit dan menghampiri Cin Siok Poo

yang berkutet hendak melepaskan diri dari pelukan Cin Hujin.

?Hiantit (keponakanku) kau jangan takut kaget dan menghindar

lagi, aku adalah Lo Gee, pembesar she Lo yang menikah dengan

bibimu. Jadi lohu adalah Kothiomu dan ini Ko mu! Setelah

mendengarkan keteranganmu, sedikitpun tidak keliru dan kami tidak

bersangsi lagi, engkaulah keponakan kami. bangunlah!?

Jenderal Lo Gee lalu memerintahkan ajudan-ajudan.

?Dan siautit mendengar bahwa kedua Kapten Polisi Tong dan

Kim masih mermalam di gedung Uti Ciangkun.

Kothio bisa menulis surat segera dititipkan kepada Tong dan Kim.

Dengan demikian tidak terlalu membuang waktu dan tenaga.?

?Saranmu baik sekali Hiantit, baiklah lohu tulis surat sebentar.?

?Siautitpun hendak mengirim kabar kepada Sian Jiko, akan

memberikan kabar bahwa Siautit sudah terhindar dari malapetaka

dan bertemu dengan Kothio dan Ko di Hopak ini.

?Hmm, baiklah, aku siapkan suratmu itu, nanti biar Keeciang

mengantarkan ke gedung Uti ciangkun!?

Cin Siok Poo lalu masuk ke dalam kamarnya, ia segera menulis

surat untuk sahabatnya yang budiman itu. Tatkala sudah selesai

ditulis, ia lalu keluar mendapati pamannya dan menyatakan bahwa ia

sendiri yang akan mengantarkan surat itu ke rumah Uti Lam, sekalian

ia akan menyampaikan pesan secara lisan kepada dua opas

sahabatnya itu.

?Baiklah, baik-baik di jalan dan jangan terlalu malam

pulangnya!?

?Baik paman, baik, siautit minta diri!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

194

Cin Sok Poo dengan penuh kegembiraan lalu mencemplak kuda

tunggangan kepunyaan adik sepupunya dan menuju kegedungnya

jenderal Uti Lam, Jenderal Lo Gee lalu memerintah ajudan-ajudan

mernpersiapkan air dan membawa Sik Poo mandi.

Pakaian baru di berikan dan di geduag Lo Gee di selenggarakan

pesta besar-besaran karena perjumpaan antara paman, bibi

keponakan yang sudah sekian lamanya tidak pernab saling mengenal,

berhubungan dan surat menyurat satu sama lain.

Cin Siok poo di perkenalkan dengan semua staf, juga dengan

adik sepupunya yaitu Lo Seng yang cakap dan gagah.

Tatkala berita gembira ini tersiar sampai diluaran, Thin Kong

Kin dan kawan-kawannya yang menanti dengan cemas di gedungnya

Uti Lam menjadi sangat gembira. Mereka bersam-sama lari ke

gedung jenderal Lo Gee untuk ikut serta berjamu dan memberikan

ucapan selamat.

Begitulah jalannya takdir yang telah di gariskau Tuhan, manusia

tidak dapat meogubahnya.

Pautun sering menyanyikan :

Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit

dahulu, persenang-senang kemudian.

Setelah mengalami penderitaan, kesengsaraan dan kepahit
getiran yang hampir-hampir mematahkan semangat dan cita

hidupnya. Kini Cin Siok Poo hidup bahagia karena di rawat eleh

paman dan bibinya. Hidup manusia tidak menentu, tidak selalu

mandek dan ajeg. Selain berubah, bergerak bagai kan COKRO

MANGGILINGAN.

? ooOoo ?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

195

BAB VIII

CIN SIOK POO MEMPERTARUHKAN

KEPALANYA UNTUK MEMANAH

ELANG YANG SEDANG TERBANG

Setelah mandi dan mengenakan pakaian baru Cin Siok Poo

kembali keruangan untuk menjalankan tata peradaban sebagai

seorang keponakan ter hadap parnan dan bibinya.

Cin Hujin hapus sama sekali kepedihan dihatinya. Wajahnya

cerah dan selalu nampak berseri-seri. Didalam duduk-duduk dan

saling menuturkaa riwayat masing-masing! jenderal Lo Gee sempat

menanyakan akan ilmu keluarga Can yang tersohor itu.

?Hiantit, Leng Siangcun (mendiang ayahmu) sungguh sangat

kita sayangkan kematiannya. Ia gugur disaat membela nusa

bangsanya dengan usia yang masih sangat muda. Pada waktu itu

Hiantit sendiri masih kanak-kanak sehingga tidak tahu senjata pusaka

keluarga Cin yang berupa Kim Cong Kian entah jatuh ke tangan

siapa?

Juga Ilmu keluarga Cin yang termasyur yang disebut Cin Kee

Kian Hoat tidak ada keturunan yang mewarisinya. Aih, sungguh

sayang sejuta sayang.?

Cin Siok Poo segera berkata dengan terus terang.

?Kothio (paman) siautit tidak berani tidak berkata terus terang

terhadap Kothio dan Ko. Pada waktu ayahanda dalam bahaya dan

menyadari bahwa beliau tidak akan dapat lolos dari kepungan

balatentara Swietiauw, ayah lalu menyerahkan Kim Cong Kian itu ke

tangan ibu, dengan pesan supaya kelak diserahkan kepada siautit.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

196

Ibu lalu membawa Kim Cong Kian, siautit yang masih bayi dan

bapak Cin An mengungsi ke shoatang. Setelah siautit beranjak

dewasa, senjata pusaka itu diberikan ke tangan siautit. Dan kepada

bapak Cin An siautit meminta gambaran, garis besar dan intisari dari

Cin Kee Kian Hoat, sehingga dapatlah siautit mewarisi ilmu keluarga

Cin walaupun tidak sempurna!?

Agak lega jenderal Lo Gee mendengar keterangan Cin Siok Poo

itu. Berarti ilmu silat turun temurun yang ampuh dari keluarga Cin

itu tidak punah.

?Hiantit, apakah Kom Cong Kiammu itu kau bawa serta?

?Semua barang-barang, kuda Oey Piauw Ma, pelana berlapis

emas dan uang sejumlah empat ratusan tail pemberian Sian Jiko dari

dusun Ji Hian Cung telah disita dan disimpan di kantor Coa Ciatsu di

Lauwciuhu.?

?Hemm, untuk mengambil barang-barangmu itu tidak sukar.

Baiklah aku menulis surat kepada Coa Ciatsu minta barang
barangmu itu dikirim kemari!?

?Oh, alangkah bahagianya hati siautit bila dapat menemukan

kembali benda-benda itu. sebab yang satu warisan leluhur,

sedangkan yang lain adalah kenang-kenangan pemberian sahabat

karib.?

Dugaan Siok Poo ternyata benar-benar, kedua opas itu belum

berangkat dan masih mengaso di gedung Uti Lam. Cin Siok Poo lalu

ikut duduk dan bercakap-cakap.

?Sungguh kebetulan sekali Jiwi Toaya belum kembali ke

Lauwcihu. Kothio menitipkan surat untuk Coa Ciatsu, dan siautee

juga menitipkan surat untuk Sian Jiko di Ji Hian Cung, harap suka

menyampaikan!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

197

?Sebentar lagi kami akan berangkat, untunglah Siok Pooheng

datang agak pagi. Kiriman-kiriman itu pasti kami sampaikan

setibanya di Lauwcihu, harap tidak mengkhawatirkan hal itu.

Dan mereka lalu bersama-sama mengantarkan Tong Hoan dan

Kim Kak sampai di perbatasan kota.

Tengah hari, CinSiok Poo sudah kembali ke gedung Swehu.

Jenderal LoGee, isteri dan puteranya sudah menanti Siok Poo di

ruang makan.

Siok Poo masuk dan melaporkan bahwa surat kiriman telah

dibawa kedua polisi yang pagi tadi sudah berangkat ke Lauwciu.

?Syukur, syukur, dengan demikian tidak lama lagi barang
barangmu itu pasti sudah sampai di Hopak ini. hayolah makan

bersama, sayurnya sudah hampir dingin!?

Mereka lalu makan minum dengan penuh kegembiraan. Dalam

beromong-omong, jenderal Lo Gee memuji pengetahuan Cin Siok

Poo prihal pengetahuan ilmu perang dan ketentaran.

Ternyata puter keturunan jenderal Cin Ie ini tidak

mengecewakan. Semua soal dan pertanyaan dijawab dengan lancar

dan tepat. Diam-diam jenderal Lo Gee memuji kecakapan

keponakannya itu.

Pada waktu Siok Poo minta diri untuk mengaso, Lo Gee

melanjutkan omong-omong dengan isterinya.

?Hujin, kulihat Lengtit (keponakan kita) adalah seorang anak

yang cukup tinggi ilmu ketentaraan dan taktik peperangan. Semua

soal dan pertanyaan yang kuajukan dijawabnya dengan lancar dan

tepat.

Kedatangannya kemari sebagai tentara buangan dan belum

menanam jasa apapun, sehingga sulit untuk begitu saja memberikanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

198

pangkat dan kedudukan yang layak untuknya. Khawatir jenderal
jenderal dan perwira iri dan tidak senang.

Oleh karena itu, lohu ingin mendirikan panggung Luitai, dan

menyuruh Lengtit mengeluarkan seluruh ilmu kepandaiannya

sebagai ujian. Kalau semua orang menyaksikan dan membuktikan

akan kelihaaiannya, barulah mereka mau menerima pengangkatan

Lengtit sebagai Yu Lengkun atau Kee cing misalnya.

Bagaimana pandangan dan pendapat hujin dalam hal ini??

?Ide siongkong (suamiku) sangat tepat, dengan jalan ini, orang
orang tidak akan menuduh kita, karena famili lalu diberikan

kedudukan begitu mudah. Jadi kita menghindari tuduha-tuduhan

famili sistim.?

?Ya, bagus sekali, bila demikian, marilah kita atur!?

Jenderal Lo Gee lalu mengumpulkan stafnya dan memberikan

instruksi bahwa esok hari, segenap kesatuan harus apel di tengah

lapang. Lo Gee akan mengangkat seorang panglima Yu Lengkun.

Dan malam harinya dia memanggil Cin Siok Poo dan

memberikan penjelasan prihal maksudnya itu.

?Kothio, sayang sekali Kim Kian siautit masih berada di

Lauwcihu.? berkata Siok Poo agak menyayangkan dan menyesalkan

bahwa senjata pusaka leluhurnya masih tertinggal di Lauwciuhu.

Mendengar keluhan Cin Siok Poo ini, Lo Seng yang hadir juga

pada malam itu lalu menyeletuk.

?Jangan khawatir Piauheng (kakak sepupu) piautee pun

mempunyai senjata serupa itu. dalam pibu nanti bolehlah Piauheng

memakai senjata piautee (adik sepupu)!?

Menyela Lo Seng dengan semangat dan riang gembira.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

199

Cin siok Poo menjadi girang sekali demi mendengar

pengutaraan adik sepupunya itu.

?Bagus, piautee, besok aku pinjam senjatamu untuk mengadu

nasib.?

Dan percakapan itu lalu diakhiri, masing-masing masuk ke

kamarnya untuk tidur.

Pada keesokan harinya, jenderal Lo Kong dengan mengenakan

pakaian kebesarannya sebagai panglima besar angkatan perang
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daerah Yan San, dikawal oleh ajudan dan pasukan istimewa,

mengadakan inspeksi barisan segenap angkatan di tanah lapang

Hopak.

Melihat munculnya panglima besar itu, tambur dan meriam

segera dibunyikan, Dung dung dung buumm gleger

buum gleger buum gleger

Semua staf dan serdadu dari segenap angkatan lalu berlutut

memberi penghormatan. Jenderal Lo Kong lalu turun dari kudanya

dan diiringkan ajudan-ajudannya naik ke Yan Bu Thia (Podium).

Diumumkan untuk semua angkatan mengadakan defile,

kemudian dilanjutkan dengan latihan berperang. Defile dan latihan

baris-berbaris, perang-perangan memakan waktu yang cukup lama.

Setelah semua acara itu selesai. Protokol memberikan pengumuman

untuk beristirahat ditempat.

Sesaat jenderal Lo kong kembali tampil di Yan Bu Thia dan

memberikan pengumuman penting.

?Hari ini Punswe sengaja hendak melihat dimana keangkeran

angkatan perang kita dan kecakapan dari para panglima dan

perwira.

Dalam kesempatan ini pula, Punswe hendak mengangkkat seoorang

panglima Touw Lengkun. Oleh karena itu para panglima, perwira,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

200

bintara dan serdadu, tidak terkecuali serdadu buangan dan

hukuman, siapapun yang bisa menunjukkan keahliannya dalam

bidang kemiliteran, berbadan tinggi, pintar memanah dan naik kuda,

bisa kuangkat menjadi Louw Lengkun.

Maka diharap saudara sekalian, maju satu demi satu yang merasa

memiliki kepandaian untuk mendemonstrasikan disini!?

Selesai berpidato sang jenderal, riuhlahdi suasana dikalangan

tentara itu.

Mereka yang merasa memiliki kepandaian segera mencaplak

kuda perang yang telah disediakan, mementang busur dan melarikan

kudanya berputar-putar dan kemudian mengincar sasaran bulan
bulanan, ser. ser

Bila ada yang memanah kena, sorak sorai dan tepuk tangan

bergemuruh memuji kepandaian si pemanah. Akan tetapi

kebanyakan sasaaran kurang tepat. ada yang di pinggir lingkaran,

garis bulan-bulan dan ada satu yang nyerempet ketitik ditengah

bulatan itu.

Karena sudah tidak ada lagi yang berani tampil ke tengah

gelanggang, jenderal Lo Gee lalu memerintahkan untuk

menghadapkan Cin Kiong.

?Hadapkan tentara buangan itu dan suruh ia menunjukkan

kepandaiannya. Tidak peduli dari kalangan apapun, siapa yang bisa

menunjukkan kelihaian, akan kuangkat sebagai panglima Touw

Lengkun.

Cin Siok Poo lalu dibawa menghadap, disediakan kuda perang

dan setelah memberi hormat ia mendemonstrasikan bugenya.

Ia larikan kudanya kesana kemari, berputar-putar, kemudian

melolos sepasang Kian pinjaman dari Lu Seng dan memainkan jurus
jurus ilmu pedang dari keluarga Cin yang tersohor itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

201

Mula-mula perlahan-lahan, akan tetapi semakin lama, permainan

itu semakin cepat dan gencar. Sehingga kuda dan tubuh Cin Siok

Poo terbungkus rapat oleh gulungan sinar emas dari sepasang pedang

yang seser itu.

Sorak sorai dan tepuk tangan para tentara gegap gempita memuji

kehebatan Cin Kiong si tentara buangan itu. Lo Gee sendiri memuji

dalam hati, surup sekali ia untuk menempati panglima Touw

Lengkun, kepandaiannya jarang mendapat bandingan.

Sehabis mendemonstrasikan senjata, ia lalu selipkan Kim

Congkian ke punggungnya lalu melanjutkan dengan demonstrasi

memanah. Kudanya dilarikan kencang-kencang kesana-kemari

sambil mementangkan busur.

Suatu saat ia berteriak kena ! Ser ser cratt.

Anak panah yang dilepaskan itu tepat menembus persis di

tengah-tengah titik hitam dalam lingkaran garis merah. Baru kali

inilah ada pemanah yang tepat telak pada sasarannya.

Tepuk tangan dan sorak sorai pujian bergema bagaikan gemuruh

robohnya gedung pencakar langit seperti apa yang digambarkan

dalam film The Towering Inferno.

Selesai mendemonstrasikan permainan senjata, naik kuda dan

memanah. Cin Kiong lalu meloncat turun dari kudanya. Dengan

wajah tenang dan nafas tidak memburu ia serahkan kuda perang

kepada Hokwi dan maju berlutut memberikan hormat kepada Yan

San Lo Kong.

?Bangunlah wahai prajurit Cin Kiong, setelah membuktikan

akan kelihaianmu, maka Punswe akan mengangkatmu sebagai

panglima Touw Lengkun. Apakah cuwe sekalian setuju?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

202

Thio Kong Kin Uti Lam dan kawan-kawan segera menyahut

karena mereka memang mendukung dan girang sekali bila Cin Siok

Poo mendapat kedudukan yang baik.

?Setuju setuju !?

Akan tetapi sebelum Goanswe Lo Kong memutuskan dan suara
suara yang pro Siok Poo itu berhenti, tiba-tiba saja muncul seorang

panglima yang berseru keras.

?Hamba tidak setuju!?

Semua mata berpaling dan mengawasi panglima yang tinggi

besar itu.

Tubuhnya kira-kira delapan kaki, air mukanya semu ungu dan

rambutnya lebat kaku, topinya bertaburkan emas dan mutiara

gemerlapan. Cianka atau pakaian perangnyapun bertaburkan emas

dan mutu manikan.

Semua segera mengenali bahwa panglima itu adalah Ngo Kui,

komandan Sianhong yang diangkat langsung oleh kaisar Swei Bun

Te. Panglima ini adalah saudara kandung dari perdana menteri negeri

Sweitiauw yang bernama Nio Kian Ciang.

Tatkala Goanswe Lo Kong mengetahui siapa yang

menentangnya, mukanya panas dan darahnya bergolak. Dengan

penuh kemarahan ia bertanya.

?Apa alasanmu menentang keputrusan yang disukung banyak

panglima dan perwira ini?

?Sebab keputusan Goanswe salah!? menjawab panglima

Sianhong itu dengan tenang. ?Cin Kiong adalah tentara hukuman

yang dibuang, sedikitpun ia belum pernah menanam jasa. Bila

Goanswe mengangkat dia menjadi panglima Tauw Lengkun, kami

semua yang pernah bertempur di medan peperangandengan mandiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

203

darah dan menyabung nyawa, sudah selayaknya mendapat

kedudukan sebagai Raja-raja Muda atau Cu Hauw.

Dan lagi Goanswe memuji kepandaian Cin Kiong begitu hebat

sampai mengaung setinggi langit, akan tetapi menurut pandangan

Siauw Ciang, kepandaiannya itu biasa saja, disana-sini masih banyak

kelemahan dan kekurangan-kekurangan.

Mendengar alasan jenderal Ngo Kui, Goanswe Lo Kong tak

dapat segera memberi keputusan. Ia berpikir, ?Apakah ilmu

keturunan keluarga Cin ini memang sudah berkutrang banyak? Atau

ilmu Siok Poo hanya belajar dari bujang setianya bapak Cin An

Barangkali juga memang tidak dapat mewariskan seratus persen.

Maka jenderal Lo Kong lalu menegur Cin Siok Poo,

?Dihadapah Punswe mengapa engkau berani mempertunjukkan

permainan Kim Cong Kian secara setengah-setengah?

Cin Siok Poo sendiri terperanjat, ia berpikir apakah ilmu Cin

Kee Kian Hoat ini masih ada yang mengunggulinya?

Cepat-cepat ia menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan

Goanswe.

?Hamba menyadari, sebagai orang hukuman, akan tetapi mohon

kemurahan hati Goanswe untuk memberikan ampun!

Dalam kedudukan seperti ini, Lo Kong menjadi serba sulit. Jika

tidak jadi mengangkat Siok Poo wibawanya akan merosot, tetapi jika

mengangkatnya, ada panglima yang menentangnya. Bila diteruskan

akan timbuk kontradiksi dan antipati. Dan akan timbul pertentangan

yang akan meruncing menjadi perpecahan dan keretakan.

Lo Kong lalu menatap keponakannya dengan tajam.

?Hei Cin Kiong prajurit buangan, masih adakah kepandaianmu

yang istimewa??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

204

?Ya Goanswe, hamba masih mempunyai kebisaan untuk

memanah benda bergerak, seperti burung yang terbang di udara,

hamba sanggup memanahnya jatuh!?

?Bagus, coba demonstrasikan kepandaianmu itu!?

Kun Ceng Khoa lalu menyerahkan busur dan panah ke tangan

Siok Poo dan sebelum Siok Poo beraksi, kembali jenderal tinggi

besar bermuka ungu dan berambut kasar mengejeknya.

?Hai, Cin Kiong, serdadu buangan, sungguh besar nyalimu. Kau

berani mengelabuhi Goanswe dengan ilmu Kim Cong Kiammu, kini

tekebur mengatakan bisa memanah burung yang sedang terbang,

kalau sampai semua mata menyaksikan bahwa engkau gagal, apa

taruhanmu??

?Bicara saja apa artinya? Nio Ciangkun, biarlah semua

mendengar, bila aku gagal, biarlah kepalaku sebagai taruhannya!

Sebaliknya karena Nio Ciangkun selalu ikut campur dalam hal ini,

Siaujin bertanya pula, sebagai laki-laki sejati apakah taruhan

ciangkun??

?Kau akan mempertaruhkan kepalamu? Ha ha ha sebentar lagi

batok kepalamu akan menggelinding seperti buah kelapa layu. Dan

dengarkanlah taruhanku. Bila kau menang dan terbukti akan

kelihaianmu, aku rela menyerahkan cap komandan Sianhong

pemberian Hongtee ini berikut berikut kedudukanmu kepadamu!

Jenderal besar Lo Gee segera memutuskan pembicaraan itu.

?Didalam kalangan ketentaran, tidak ada kata-kata main-main.

pertaruhan kalian kusetujui, dan harap dicatat dan cuwe sekalian

berlaku sebagai saksi!

Segenap panglima, perwira dan tentara menyatakan setuju

keputusan Lo Goanswe itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

205

?Nah Cin Kiong, tunjukkanlah keahlianmu dalam ilmu

memanah, sebagaimana yang kau katakan tadi!?

Cin Siok Poo lalu mengangkat kepalanya dan menengadahkan

muka ke langit. Kebetulan pada waktu itu ada dua ekor burung elang

yang sedang berkejar-kejaran. Elang yang di depan mencengkram

seekor anak ayam yang baru saja disambarnya dari kampung didepan

tanah lapang. Yang dibelakang hendak merebutnya dengan bercuit
cuit. Elang dan anak ayam itu terbang laju.

Cin Siok Poo lalu merentangkan busurnya dan mengincar tepat
tepat. sesaat ia berseru kena! Ser .. ser .. ser .. dua batang anak

panah yang dilepas secara beruntun telah mengenai sasarannya

dengan jitu. Burung-burung elang itu tertembus batang lehernya,

melayang turun dan jaaaatuh diatas rumput dengan nyawa melayang.

Anak ayam itupun turut jatuh, tetapi nasih hidup. Dengan
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpiyik-piyik anak ayam itu lari mencari induknya.

Para panglima, perwira dan segenap prajurit bersorak-sorak

memuji kelihaian Siok Poo dalam hal ilmu memanah.

?Sungguh lihai ? sungguh sakti ? hebat sekali ?

Beberapa ajudan lalu memunggut burung elang dan membawa

Siok Poo menghadap Goanswe.

?Lo Goanswe, kepandaian Cin Kiong dalam hal ilmu panah

memang lihai sekali. Inilah bukti dari hasil memanahnya!?

Lo Kong dan Lo Seng diam-diam sangat bergirang. Lo Goanswe

berpaling kepada Ngo Kui dan meminta janjinya.

Nio Ciangkun, sekarang telah terbukti akan kebenaran kata-kata

Cin Kiong dalam hal memanah, maka seperti apa yang kau telah

pertaruhkan, serahkanlah segera Cap Sianhong dan lepaskan baju

kebesaranmu!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

206

Akan tetapi jenderal yang congkak dan sifatnya pengiri ini tidak

mau menepati janjinya, dengan aseran ia menjawab seenaknya.

?Lo Goanswe, engkau telah melakukan kesalahan besar sekali.

Mana bisa cap komandan sianhong dan jubah kebesaran pemberian

Kaisar diberikan begitu saja kepada prajurit buangan? Bagaimanapun

juga pemberian baginda ini akan kupertahankan dengan segenap jiwa

ragaku. Siapa yang akan merenggutnya dari tanganku, harus dapat

terlebih dahulu mengalahkan golok besarku ini!?

?Nio ciangkun, seharusnya engkau harus menerima hikuman

mati. Sebab engkau telah berani melanggar undang-undang

kemiliteran, kata-katamu bersifat pengecut dan tidak bisa dipercaya.

Mengingat dan menghormati pada Baginda, maka usulmu kuterima!?

Lo Goanswe dengan geram lalu memerintahkan ajudannya untuk

menyediakan Cianka dan kuda tunggangan untuk Cin Siok Poo.

?Cin Liong, engkau kuijinkan untuk pibu dengan Nio Ciangkun.

Aku hanya ingin melihat kau menang dan jangan kalah!?

Cin Siok Poo berlutut menerima perintah sang paman.

? ooOoo ?

BAB IX

JENDERAL SOMBONG ITU MEMETIK BUAH

HASIL PERBUATANNYA SENDIRI

CIN SIOK POO lalu didandani, pakaian berlapis baja dikenakan

dan ia dinaikkan keatas punggung kuda perang. Dengan sepasangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

207

Kian pinjaman adik sepupunya ia maju ketengah gelanggang.

Melihat musuhnya telah siap, Ngo Kui dengan sombongnya berseru.

?Hei Cin Kiang serdadu buangan, kesinilah untuk menerima

kematianmu. Golok besar tuan besarmu sudah lama tidak minum

darah, maka kebetulan sekali hari ini menemui mangsanya, ha-haa..?

Dan jeoderal Ngo keprak kudanya langsung membabat batang

leher Siok Poo. Cin Siok Poo segera kemudikan kuda tunggangannya

dan rnemutarkan sepasang Kiannya sedemikiaan rupa ? trang ? trang

? ? !

Serangau-serangan Ngo Kui yang datnyat selalu tersampok Kian

dari Siok Poo. Pijar dari lelatu api senjata itu membuat mata para

penonton silau karenanya. Ngo Kui baru sadar bahwa musuh yang

dipandang ringan itu ternyata berbuge tinggi dan teuaganya kuat

sekali.

Semula ia memikir bahwa dirinyalah jenderal yang paling kuat

dan gagah perkaaa. Telah banyak kali ia mernimpin kesatuannya

terjun kedalam medan peperangan besar maupun kecil. Maka

memandang Siok Poo sebagai katak, serdadu buangan yang tidak

rnengenal Ilmu Perang dan berkepandaian biasa. Siapa tahu ternyata

serdadu buangan ini tidak boleh dibuat mainan.

Lewat lagi beberapa jurus semakin keteter keadaan Ngo Kui,

tapak tangannya pecah-pecah dan darah berlelehan keluar. Suatu

ketika bacokan itu mengenai tempat kosong dan nyaris tubub Ngo

Kui terpelanting dari kudanya. Melibat kesempatan yang bagus ini,

Siok Poo tidak menyia-nyiakan. Ia ayunkan Kian di tangan kanannya

dan menghantam dada Ngo Kui dengan telak ? dass ? blukk ?

boayuuoohhn

Kaca pelindung ulu hati jenderal Ngo Kui hancur terkena

hajaran yang begitu dahsyat, tenaga Siok Poo memang luar biasa

kuatnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

208

Dengan memuntahkan darah jenderal yang sombong itu

terpelanting dan kakinya yang sebelah tersangkut pijakan kaki pelana

yang terikat di perut kuda. Dan kuda tunggannya saking kagetnya

lalu lari menyeret majikannya ? praak ? prak ? praak ? Karena

kencangnya kuda itu berlari, tubuh dan kepala Ngo Kui terseret dan

terhantam batu-batu yang bertongolan di tanah lapang. Tidak ampun

lagi kepala Ngo Kui pecah, otak dan darah berlelehan mengerikan

sekali. Perlis seperti dalam film-film Coboy atau Indian apache,

commanche dan film film Western lainnya. Ngo Kui seperti

persakitan atau tawanan yang di siksa, matinya sangat mengerikan

dan memelas.

Menyaksikan keadaan rnusuhnya ini, Siok Poo semlengeren dan

tidak berani momberikan laporan. Ia turun dari kudanya dengan

tubuh lemas dan menundukkan kepala.

Keeciang maju menghadap dan melanorkan tentang kernatian

Nia Kui yang mengerikan itu.

?Riwatlah jenasahnya dan besok sehabis kita adakan upacara

kemiliteran kita kuburkan Ngo Kui ciangkun. Ia mati karena

perbuatatnya sendiri, dan kita tidak dapat berbuat suatu apa dalam

hal ini.?

Para panglima, perwira, dan segenap serdadu bungkam seribu

bahasa, sernua menyadari bahwa kematian Ngo Kui adalah

kesalahannya sendiri. Setelah suasana hening dan senyap itu, tiba
tiba terdengar jeritan seorang panglima yang histeris.

?Tidak adil. kacau dan sewenang-wenang. Saya menuntut

kernatian kokoku ! Goanswe. Mengapa engkau mengeloni serdadu

buangan, pembu nuh yang kejam? Goanswe harus membekuknya

dam menjatuhi hukurnan mati!Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

209

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Scan/foto image : Awie Dermawan

Distribusi & arsip : Yon Setiyono

Serdadu buangan berani membunuh seorang panglima Sianong,

dosanya kelewat besar, maka Goanswe harus bertindak. Bi1a tidak

Aka Ngo Liang akan mcnuntut balas!

?Besar sekali nyalimu hei Ngo Liang? Ngo Kui mati karena

perbuatannya sendiri, dan lagi di dalam Pibu, siapa yang kalah dan

mati itu adalah resikonya sendiri. Ada hubungan dan sangkut paut

apa dengon On Kiong? Kau beani mcnuduh aku sebagai atasan yang

sewenang-wenang? Kun Kho tangkap Ngo Liang dan dilucuti

paugkatnya, usir dia keluar dari kalangan kemiliteran ini!?

Ngo Liang di bekuk dan di lucuti pangkatnya, ke mudian diusir

pergi. Menyadari bahwa seorang diri tidak akan dapat berbuat apa
apa. Maka ia laiu ngeloyor pergi. Diperjalanan ia bertekad untuk

menuntut pembalasan kematian kakaknya, dendamnya demikian

membara.

Ngo Liang walaupun hari mulai gelap, ia lanjutkan terus

perjalanannya. Bukannya kernbali kekoto raja akan tetapi ia

menyeberang ke negeri Wan Kio Koan dan menghasut bangsa asing

untuk menyerang negeri Tengah.

Dengan bantuan orang asing, kelak pada suatu hari aku pasti

dapat meratakan Yan San, meringkus Lo Gee dan On Kiong,

rnencacah-cacah tubuh mereka seperti bubur, barulah dendamku ini

terpenuhi!

Begitulah angan-angan jenderal Ngo Liang, adik dari jenderal

Ngo Kui yang congkak, iri dan kemaruk.

Sernentara itu setelah kepergian No Liang, apel besar di

bubarkan. Cin Siok Poo tetap diangkat sebagai panglima Touw Leng

Kun.

Kembali kita ikuti Jenderal Lo Gee, setelah apel besar di

bubarkan ia dengan naik kuda pulang bersama Siok Poo. Lo Seng

dan ajudan-ajudan. Semenjak dari tanah lapang sampai di rumahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

210

wajah Lo Kong tetap murung dan berdukal sekali. Cin Hujin melihat

wajah suaminya yang muram segera menegurnya.

?Toaya ada peristiwa apakah sehingga membuat Toaya

berduka??

Lo Kong lalu menceritakan insiden yang terjadi di tanah lapang

tadi pagi. Cin Hujin terperanjat demi mendengar penuturan itu.

?Ah. celaka ! Paristiwa ini akan merupakan bencana bagi Titji

dan kita Toaya, apa yang harus kita lakukan??

Semua menjadi bungkam dan pikiran masing-masing berjalan

tak tentu arah.

Tiba-tiba seorang Thiong Khoa datang memberikan laporan

bahwa Ngo Liang bukannya lari kekota raja akan tetapi lari

menyeberang kenegeri See Tho Kok. Ia menakluk kepada Goanswe

Nio Ji dan menghasutnya untuk memukul Yan San.

Mendengar laporan ini Lo Kong berjingkrak kegirangan, ?Ah,

inilah Hokhi besar, kalau Ngo Liang brontak kepada kita urusan ini

akan beres dan tidak akan sampai ke pusat. Titji engkau akan

terbebas dari peristiwa kernatian Ngo Kui, Khe Khoa (sayapun) juga

tidak tersangkut tidak terlibat apa-apa lagi.

Inilah Rakhmat Thian ? syukur ? syukur ?

Atas perubahan situasi ini Lo Kong menjadi gembira sekali dan

menyelenggarakan perjamua untuk menyambut kegembiraan ini.

Lewat lagi beberapa hari dua polisi Lauwciuhu datang mernbawa

semua barang-barang Cin Siok Poo yang ditahan di sana.

Sernenjak hari itu Cin Siok Poo tinggal di gedung Swehu dan

hidup rukun dengan adik sepupunya. Mereka setiap hari berrnain
main, berburu, berlatih silat, tukar rnenukar pengetahuau dan satu

sama lain cocok sekali.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

211

Di mana ada Lo Seng, di situ ada Cin Sio Poo, kerukunan

mereka ini melebihi saudara kandung sendiri.

? ooOoo ?

BAB X

LO SENG DAN CIN SIOK POO

BERSUMPAH UNTUK TUKAR MENUKAR

ILMU WARISAN LELUHURNYA.

PADA suatu hari, kedua kakak beradik saudara sepupuini,

seperti hari-hari biasa, setelah sarapan pagi mereka pergi ke Lian Bu

Thia untuk tukar pikiran dalam hal ilmu silat.

Masing-masing sangat mengagumi ilmu dari warisan leluhurnya.

Maka sebabis menjalankan jurus-jurus ilmu tombaknya Lo Seng

berkata kepada Siok Poo.

?Piauwheng, siaute punya ilmu tombak warisan leluhur yang

dikalangan kangouw disebut Lo Kee Ciang. Ini sangat tersohor dan

tidak ada lain marga dan perguruan yang dapat mengetahui kunci
kunci rahasianya.

Sebaliknya siaute melihat ilmu kian dari piauwheng yang orang
orang menyebutnya Cin Kee Kian Hoat juga demikiankeadaannya.
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua ilmu warisan leluhur ini, bila kita gabungkan, siaute percaya

di duania ini pasti sukar dicari bandingannya. Oleh karena itu, siaute

mempunyai pendapat, bagaimana kalau kita saling bertukar ilmu dan

menurunkan semua kunci itu. Lo Kee Ciang akan siaute ajarkan pada

piauwko, sebaliknya Cin Kee Kian Hoat piauwheng ajarkan pada

siaute. Bagaimana pendapat piauwheng??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

212

Cin Siok Poo merenungkan sesaat dan dengan gembira

menyetujui ide adik sepupunya itu.

?Piauwte, aku sangat merasa gembira mendengar idemu ini, saya

setuju sekali. Hanya supaya kita benar-benar menurunkan ilmu itu

dan tidak ada kunci-kunci yang disimpannya, maka sebaiknya kita

bersembahyang dan menyatakan sumpah. Bagaimana pandangan

Piauwte??

Mereka lalu mengatur meja sembahyang dan menyediakan alat

dan sajian, kemudian menyulut lilin dan memasang supa.

Kedua kakak beradik sepupu ini menjalankan sembahyang pada

Thian dan mengucapkan sumpah-sumpahnya.

Sumpah Lo Seng antara lain sebagai berikut:

?Bila Siaute menyimpan salah satu kunci dari ilmu tombak Lo Kee

Ciang, buarlah kelak siaute menemui kematian yang tidak wajar,

tubuh siaute biarlah menjadi ajangan panah. Dikerocok panah sewu

(ditembusi panah seribu).?

Seperti sumpahnya Raden Abimanyu, putera penengah Pandawa

Lima dalam cerita babad Bharata Yudha Jaya Binangun.

Cin Siok Poo pun, setelah berlutut dan memanjatkan doa, ia lalu

mengucapkan sumpahnya.

?Kalau aku tidak menurunkan seluruh Cin Kee Kian Hoat dan

menyimpan satu kunci saja, biarlah kelah matiku muntah-muntah

darah!?

Kedua saudara sepupu itu lalu mengakhiri sembahyangnya dan

minum arak yang disajikan sebagai klimaksnya persumpahan itu.

Mereka tidak mengira kalau sumpah-sumpahnya ini kelak

numusi (terbukti) sebab sumpah ini telah didengarkan oleh para rohKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

213

suci, malaikat dan sampai kepada Thian. Kelak akan menemui

kematian seperti apa yang mereka ucapkan sendiri. Hal ini terjadi

karena masing-masing setelah menyaksikan ilmu dari keluarga Cin

dan Lo merasa khawatir dan menyembunyikan salah satu jurus

simpanannya.

Begitulah tatkala Cin Siok Poo menurunkan ilmunya dan sampai

jurus Sat Siu Kian ia lalu berpikir. ?kalau ilmu leluhurku ini dapat

dipahami oleh Lo Seng seluruhnya, di dunia ini tidak akan ada Cin

Kee Kian Hoat yang dimiliki Cin Siok Poo. Ada dua yang bisa

menguasainya, hm, mana bisa jurus yang terhebat ini kuturunkan??

Maka Cin Siok Poo lalu menghentikan pelajarannya dan secara

diam-diam masih menyimpan kunci-kunci yang terhebat dari

ilmunya.

Lo Seng mengulang-ulang pelajaran Kian dari Cin Siok Poo.

Setelah merasa ingat dan bisa menjalankan, ia berganti menurunkan

pelajaran Tombak Lo Kee Ciangnya kepada kakak misannya.

Seperti juga halnya sang kakak misan, tatkala ia sampai pada

jurus Hwee Ba Cio, Lo Seng berpikir, ?Wah, kalau semua kunci

maut kuturunkan kepadanya, di dunia ini tidak hanya Lo Seng yang

tombaknya menggetarkan jagat, ada pula yang merendengi yaitu

kakak misanku, tidak bisa jadi ? tidak bisa!?

Dan Lo Seng pun melanggar sumpahnya dan menyimpan kunci

terhebat dari ilmu tombak warisan leluhurnya.

Kedua-duanya merasa sumpah yang diucapkan itu hanya basa
basi dan tidak ada sanksi apa-apa. Begitulah setiap hari mereka

menyakinkan ilmu-ilmu yang ditukarkan itu secara sungguh-sungguh

dan giat.

Pada suatu hari, jenderal besar Lo Kong memasuki kamar buku

dimana Siok Poo tinggal. Saat itu ia dapat mendengar bahwaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

214

puteranya juga sedang berada di kamar perpustakaan itu, tengah

bercakap-cakap dengan saudara misannya itu.

Baru saja kaki sang jenderal itu melangkah di ambang pintu

ruangan, matanya tertarik oleh baris-baris tulisan yang berbentuk

syair.

Lo Kong menghentikan langkahnya dan membaca syair-syair

itu.

Larinya sang waktu membuat

jarak kepergianku semakin jauh

bagaikan burung tunggal

yang tinggal di dalam hutan

walaupun kehiduan disini

jauh lebih menyenangkan

pemandangan jauh lebih indah

dan mempesonakan

akan tetapi kampung halaman

tetap terkenang senantiasa!

Membaca bunyi syair ini, perasaan Lo King menjadi kurang

senang. Ia tahu pasti itulah buah tangan keponakannya, yang mana

melahirkan perasaannya bahwa ia tidak kerasan dan betah tinggal

bersamanya di Swehu ini. ingatannya kepada keluarga dan kampung

halamannya selalu terpeta di pikirannya.

Lo Kong membatalkan menemui Siok Poo, ia memutar tubuh

kembali dan pergi ke ruangan belakang.

Cin Hujin yang duduk menyulam, tatkala melihat suaminya

datang lalu menegurnya.

?Loya pergi ke perpustakaan memeriksa pelajaran Loji dan Titji.

Bagaimana kemajuan mereka berdua? Banyak maju atau malahan

mundur?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

215

Lo Kong menghempaskan tubuhnya di sebuah kursi dan tidak

segera menjawab.

Cin Hujin mengangkat kepala dan memperhatikan suaminya. Ia

menjadi terheran-heran dan segera menanya pula.

?Mengapa Loya kelihatan muram, dan seperti ada hal yang

menyakitkan perasaan??

Lo Kong menghela nafas dalam-dalam dan menjawab

pertanyaan isterinya.

?Hujin, semenjak Titji tinggal di sini, aku selalu mencurahkan

kasih sayang dan memperlakukannya seperti juga anak kandung

sendiri.

Menjadi angan-angan pengharapanku, bila ada tugas dalam medan

peperangan, ingin aku serahkan dia,supaya dapat menanam jasa dan

mendapatkan pangkat kedudukan yang lebih mulia. Pada saat itu,

kalau dia bermaksud hendak pulang ke kampung halamannya, aku

tidak berkeberatan, sebab boleh dibilang ia sudah menjadi orang.

Aih, sungguh tidak kuduga perasaan Titji lain sekali. Ia tidak puas

menerima budiku dan seakan-akan berdiam disini seperti paksaan,

akulah yang menahan dan mengurungnya.

Bunyi sajak yang ditulis dalam kamar tidurnya itu, sungguh

menyakitkan hatiku.

?Apa yang ditulisnya Loya??

?ia mengumpamakan dirinya sebagai burng tunggal di dalam

hutan, walau pemandangan indah dan kehidupan jauh lebih

menyenangkan, tetapi kampung halaman selalu terkenang. Semakin

tambah hari, katanya semakin jauh dengan kampung kelahirannya.

Coba kau bayangkan Hujin, apakah ini bukannya menyindir aku??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

216

Mendengar penuturan suaminya ini Cin Hujin menekap

mukanya dan mengeluarkan air mata dengan deras.

?Loya, engkau sesungguhnya kurang dapat menyelami hati

seseorang. Sianheng (saudaraku) gugur dalam medan perang dalam

usia muda, sehingga meninggalkan Keeso seorang diri. Titji adalah

anak satu-satunya yang sudah sekian tahun lamanya. Mereka anak

dan ibu tidak saling bertemu. Oleh karena itu betapa besar rasa rindu

dan kangennya ibu dan anak itu?

Oleh karena itu, sebaiknya Loya suruh Titji pulang. Walaupun Loya

berikan pangkat keas satu dalam kemiliteran, hidup serba kecukupan,

tetapi perasaan rindu pada orang tua tidak akan tertutup oleh

kesenangan, kemewahan dan pangkat yang tinggi itu tadi.?

Cin Hujin tidak dapat lagi melanjutkan kata-katanya, semakin

lama perasaannya semakin hanyut dan tenggelam dalam keharuan

yang tiada terbatas. Maka air matanya bgaikan hujan deras yang tak

terbendung.

Jenderal Lo Kong gelisah dan sedih sekali. Ia lalu bangkit dan

berkata,

?Sudahlah! Jang berduka Hujin, aku akan segera menyuruh Titji

pulang ke kampungnya!?

Lo Kong lalu memerintahkan pelayan untuk masak-masak dan

mengatur meja perjamuan untuk perpisahan dengan keponakannya

itu.

Setelah semuanya siap dan segala sesuatunya telah beres,

barulah memerintahkan seorang ajudan untuk memanggil Cin Siok

Poo menghadap.

Waktu Siok Poo sudah tiba di ruangan belakang, Lo Kong lalu

membuka bicara.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

217

?Titji, Kothio (pamanmu) sering melihat engkau duduk melamun,

bertopang dagu dan tidak ada selera makan dan kegembiraan.

Pastilah engkau kangen akan kampung halamanmu. Dan dalam

hatimu selalu rindu dan mengkhawatirkan kehidupan ibumu yang

telah sekian tahun kau tinggalkan.

Maka pada hari ini setelah berembug dengan Ko mu, aku lalu

mengatur meja perjamuan untuk resepsi perpisahan.

Tatkala mendengan kata-kata pamannya ini, tergetarlah hati Siok

Poo, bagaikan orang buta yang dpat melihat, ia sangat bersyukur dan

tak tahu apa yang harus diperbuatnya sekarang. Cin Siok Poo

menjatuhkan diri dan berlutut dihadapan Ko dan Kothionya dengan

mengucurkan air mata. Tentu saja air mata kebahagiaan.

?Bangunlah Lengtit! Semula memang aku sengaja menahan

untuk tinggal beberapa saat di sini, supaya dapat menanam jasa dan

menerima kenaikan pangkat. Dengan demikian, bila engkau pulang

ke kampung kelihatan mentereng dan tidak memalukan.

Kepergianmu itu orang akan bilang ada hasilnya.

Tadi aku mendengar cerita Ko mu, bahwa Lengtong (ibumu) telah

berusia lanjut, di rumah hanya tinggal dengan isterimu, tidak ada

laki-laki yang mengawasi dan melindunginya. Maka Lohu lalu

melapangkan hati, memiarkan engkau pulang ke kampung halaman.

Barang-barangmu telah kusiapkan. Kim Congkian dari Coa Ciatsu,

uang dan Paohok.

Disamping itu Khotio juga menitipkan sepucuk surat, tolong kau

sampaikan kepad Shoatang Tay Heng Tay Ciat Tok Su Tong Pek.

Beliau termasuk juga Lengtitku (keponakanku), dalam surat itu

kunyatakan supaya Titji dapat diangkat sebagai Kie Pay Khoanya

(ajudan) dengan pangkat Letnan Kolonel.

Kalau dalam tugas dan kewajiban titji dapat tekun, rajin dan
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh-sungguh, pastilah kelak juga bisa mendapatkan kemajuan.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

218

Cin Siok Poo menerima barang-barang itu dan menghaturkan

terima kasih. Mereka lalu berjamu sebagai resepsi perpisahan.

Selesai perjamuan, Cin Siok Poo lalu berdandan, kemudian ia

ber Kui dihadapan Kothia dan Ko nya dan memberi hormat kepada

adik sepupunya.

Sekeluarnya dari gedung Swehu, ia lalu cemplak kudanya ke

gedung rekan-rekannya, Thio Kong Kin, Uti Lam, Uti Pak, Pek Hian

To, Co Gan Pin dan lain-lain untuk mengucapkan selamat berpisah.

Tidak sampai dua hari, Siok Poo telah sampai kembali di

Lauwciuhu. Kota yang penuh kenang-kenangan pahit getir yang tetap

akan teringat sepanjang masa.

Siok Poo langsung memasuki kota dan mampir di sebuah rumah

makan untuk tangsel perut. Rumah makan dimana Siok Poo singgah,

tepat didepan rumah penginapan Ong Siauw Ji. Majikan rumah

penginapan yang jiwanya rendah dan mata duitan itu. demi melihat

pembesar yang makan minum dekat jendela itu adalah polisi yang

dulunya diperas sehingga sengsara, menjadi ketakutan dan lari

ketakutan dan segera lari ke belakang untuk mendapatkan isterinya.

?Liu Sie! Liu Sie!? memanggil Siauw I kepada isterinya dengan

gugup dan tergopoh-gopoh.

?Ada apa suamiku? Mengapa engkau pucat dan gugup sekali??

?Celaka! Polisi dari Shoatang yang dulu rudin itu, sekarang

sudah bebas dan malahan menjadi pembesar berpangkat.

Kedatangannya kemari, pastilah hendak menangkap aku yang telah

melakukan hal-hal yang tidak pantas terhadapnya di jaman dulu.

Oleh karena itu, bila nanti ia datang kemari mencariku, katakan saja

bahwa Ong Siauw Ji sudah lama mati karena menderita sakit hati

yang penuh penyesalan itu!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

219

Karena Liu Sie adalah seorang isteri yang berhati penuh welas

asih dan bijaksana, kemauan suaminya dituruti.

Tidak lama kemudian, Cin Siok Poo benar-benar datang mencari

Ong Siauw Ji selesainya makan di restoran besar itu.

Liu Sie lalu berlutut dihadapan Siok Poo sambil menangis

menceritakan bahwa suaminya sudah lama meninggal karena

menyesal atas segala perbuatannya yang tidak pantas.

?Kedatanganku kemari bukannya menuntut balas atas kelakuan

suamimu yang rendah, akan tetapi untuk membalas budi

kebaikanmu.?

Liu Sie Hujin, bangunlah! Dahulu ketika aku hidup bersengsara

dan sangat menderita di kota ini, engkau pernah menolong dan

memberikan budi kebaikan kepadaku. Walaupun aku tidak dapat

berlau seperti Han Sin yang membalas budi kebaikan Piao Bo

dengan ratusan tail uang emas, tetapi aku tidak bisa melupakan

budimu itu. kini terimalah ini!?

Dan Cin Siok Poo memberikan beberapa ratus tail uang perak.

Liu Siu Hujin sangat girang dan bersyukur sekali. Akan halnya

suaminya sama sekali tidak disinggung-singgung, sungguh orang ini

berjiwa luhur dan mulia.

Setelah membalas kebaikan yang pernah diterimanya, Siok Poo

memanggutkan kepala dan minta diri.

Hari itu juga walaupun matahari sudah doyong ke barat, namun

Siok Poo tetap congklangkan kudanya menuju ke dusun Ji Hiang

Cung.

? ooOoo ?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

220

BAB XI

CIN SIOK POO BERLUTUT

DIHADAPAN SANG ISTERI

A Country can not rise above the

level og the position of its women.

Tinggi rendahnya derajat negara tidak

lepas dari martabat kaum wanitanya.

BERSAMBUNG

Mengapa ibu Cia Siok Poo menyuruh puteranya berlutut kepada

isttinya?

Bagaimana Ong Siuw Ji tatkala melihat kedatadgan Siok Poo?

Kenapa Siok Poo tidak betah tinggal bersama paman dan bibinya di

Yan San?

Syair yang di ditulisnya itu menimbulkan bagaimana atas perasaan

pamannya?

Mengapa dalam tukar menukar ilmu itu Siok Poo dan Lo Seng

menyembunyikan jurus-jurus mautnya?

Apakah mereka termakan oleh sumpahnya?

Bacalah Jilid ke 7 (Tujuh)

SEGERA TERBIT !Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

221

JILID 7

Syum Brasthaag kalanilang kadirikana rinadijiang durat maka.

? Hancur dan binasalah orang-orang jahat sehingga dunia bersih

seperti pada sebelumnya. Mereka memang harus disapu bersih dari

permukaun ini !

? Menangislah maka dunia akan mentertawakanmu, tertawalah maka

dunia akan ikut bergembira danganmu !

? Seotang bijaksana dan pandai tujukkan pikirannya kepada soul soal
soal yang agung dan tinggi, seorang rendah budi menujukan pikiran

kebawah ke ha-hal yang rendah.

? ooOoo ?

Sulam mesra, Untuk Eddy di kota Malang.

Kiriman Windy Asmara di Semarang.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

222

KABAR kedatangan Cin Siok Poo cepat sampai ketelinga Sian

Hiong Sin. la lalu perintahkan bujang dan pelayan untuk mengatur

meja perjamuan. Masak-masak besar dan mengeluatkan arak

simpanan yang terkenal harum dan wangi.

Sementara itu kuda Siok Poo yang telah menempuh jarak ribuan

Li kelihatannya sangat Ietih dan jalannya amat pelan. Maklum kuda

ini adalah kuda biasa dan bukannya kuda Oey Piauw Ma yang

dimiliki dahulu itu.

Bulan telah tinggi barulah Siok Poo memasuki pedusunan Ji

Hian Cung.

Sian Hiong Sin dengan pengawal ?pengawalnya waktu itu

menunggu di perbatasan dusun, maka tatkala mendengar suara tapak

kuda yang berjalan pelan-pelan, setera Hiong Sin menegurnya

dengan gembira.

?Apakah yang datang ini Siok Pooheng?

?Tidak salah! Siaute datang untuk menghaturkan terima kasih

atas budi Sian Jiko yang tiada terbatas.?

?Ha ha haa dibawah sinar bulan purnama, kita saling bertemu

lagi. Sungguh tiada kebahagiaan di dalamdunia ini seperti malam

ini.?

Sian Hjong Sin lalu menepuk Siok Poo mdan mereka saling

memberi hormat. Kemudian dengan para pengawal berjalan bersama

memasuki gedung Hiong Sin.

Siok Poo seturunnya dari kuda langsung dibimbing oleh Hiong

Sin dan diajak duduk di ruangan perjamuan. Dua sahabat itu, makan

minum dengan semangat penuh kegembiraan. Secara singkat

masing-masing lalu menceritakan kehidupan selama perpisahan itu.

Beberapa saat kemudian Sian Hiong Sin dengan serius berkata.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

223

:Selama Siok Pooheng berada di Yan San lebih dari dua tahun.

Lengtong Lo Pekho (ibuunya Cin Siok Poo), telah mengirim surat

kemari sebanyak tiga belas pucuk. Dua belas pucuk surat yang

tersahulu adalah tulisan tangan Lo Pekbo sendiri. Akan tetapi surat

yang ketiga belas atau yang terakhir bukannya tulisan Lo Pekbo,

akan tetapi tulisan isteri Siok Pooheng.

?Apakah ibuku ibuku dan Cin Siok Poo menitikkan air

mata, tidak menyelesaikan perkatannya itu. hatinya berdebar-debar

memikirkan ibunya yang bukan-bukan.

?Jangan terlalu cemas dan berkhawatir Siok Pooheng, di dalam

surat terakhir itu ditulis bahwa Lopekbo dalam keadaan sakit

sehingga tidak dapat dengan tangannya sendiri menulisnya. Oleh

karena itu, cepat-cepatlah Siok Pooheng berangkat sehingga cepat

dapat bertemu dengan Lo Pekbo!?

?Bila demikian, aku akan berangkat malam ini juga, sayang

kudaku sudah terlalu lelah.?

?Jangan takut Siok Pooheng, kuda Oey Piaauw Ma mu berada di

sini. Sepeninggalmu, kuda yang ada di kantoran itu kubeli lagi.?

Sian Hiong Sin lalu memerintahkan bujangnya untuk menuntun

keluar kuda itu dan pelana berlapis emas dipasangkan sekalian.

Tatkala kuda kuning itu melihat Siok Poo, ia berjingkrak
jingkrak, berbenger keras girang sekali. Andaikata ia bisa berkata
kata, mungkin ?Oh alangkah girang hatiku dapat bertemu kembali

dengan majikanku!?

Siok Poo tidak dapat mengucapkan kata-kata apa yang tepat

untuk pernyataan terima kasihnya ini. Dengan berlinang air mata dan

mengangkat tangan ia berkata pelan.

?Budi kebaikan Sian Jiko, tak akan kulupakan, terima kasih dan

sampai berjumpa lagi!Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

224

?Baik-baik di jalan dan selamat jalan!?

Sekeluarnya dari dusun Ji Hian Cung, Cin Siok Poo lalu pacu

kudanya bagaikan terbang layaknya. Kuda Oey Piauw Ma memang

kuda istimewa yang kekuatannya luar biasa dan larinya kencang.

Dalam waktu yang singkat Cin Siok Poo telah memasuki

daereah Shoatang dan tak lama kemudian dia telah memasuki kota

Ceelamhu.

Begitu tiba di rumahnya, Siok Poo segera turun dan lari

menghampiri pintu. Tangan kiri masih memegang tali les kuda,

sedangkan tangan kanannya mengetuk daun pintu dengan gugup.

Took ? took ? took ?

?Niocu, niocu (isteriku) bukakan pintu! Lekas! Aku telah

datang, bagaimana keadaan ibu??

Thio Sie (isteri Siok Poo) demi mendengar suaminya segera

meloncat menghampiri pintu.

?Kau telah datang Toaya, masuklah! Keadaan Popo (ibu mertua)

belum sembuh betul, beliau perlu istirahaat dan ketenangan pikiran.?

?Hem, mana bapak Cin An, lekaslah panggil suruh membawa

kudaku ke kandang!?

Thio Sie berjingkrak lari kecil ke belakang untuk memanggil

Bapak Cin An.

Begitu kudanya sudah dituntun ke keandang, Cin Siok Pn

mengikuti isterinya dengan jalan berjinjit memasuki kamar ibunya.

Di atas bale-bale jelas tertampak tubuh ibunya yang kurus pucat.

Mukanya menghadap ke dinding bambu dan nafasnya berat.

Melihat keadaan ibunya ini yang kurus pucat, Cin Siok Poo tidak

dapat lagi menahan perasaan hatinya. Ia menjatuhkan diri berlutut

dan memanggil-manggil ibunya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

225
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Mujin, mujin, Ibu oh ibu, demikian menyedihkan.?

Dengan bercucuran air mata, Cin Siok Poo membangunkan

ibunya.

Pada waktu ntu Cin Lo Thay tay (ibu Cin Siok Poo) sedang

bermimpi. Didalam impiannya itu seakan puteranya telah datang dan

memanggil-manggil kepadanya.

Maka merasakan kakinya ada tangan yang perlahan-lahan

merabanya, dan suara ibu ? ibu itu masuk ke telinganya, ia menjadi

terjaga dari tidurnya dan memanggil-manggil menantunya.

?Thio Sie, Thio Sie kemana engkau menantuku??

?Popo, Thio Sie berada di sini!?

?Oh, aku tertidur tadi, didalam kepulasanku aku bermimpi.

Uhuukk ? uhuukk ? Tay Peng Long datang dan memanggil-manggil

ibu oh dia benar-benar telah tiada dan yang datang tadi adalah

rohnya ? Thio Sie, sungguh malang hidup kita ini dan Cin Thay thay

menangis menggerung-gerung. Ia menduga puteranya telah mati,

sebab sudah tida tahun lebih tidak ada kabar beritanya.?

?Popo, suamiku tidak mati, ia benar-benar telah kembali, kini

berlutut dikaki popo. Lihatlah Popo, Cin Koko telah pulang!?

?Ma, Tay Peng Long telah pulang dan menyampaikan hormat

pada mama ? ??

Sesungguhnya ia memang tidak mempunyai penyakit berat

apaun, sakitnya ini adaalah karena rindu memikirkan putera satu
satunya yang pergi jauh dan tidak ada kabar beritanya. Maka demi

meyakinkan bahwa yang datang itu adalah benar-benar Siok Poo,

seketika delapan bagian penyakitnya telah sembuh. Segera ia bangun

dari duduk dan memegangi erat-erat tangan puteranya. Mata

terbeliak ;lebar dan mulut ternganga-nganga tak ada suara.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

226

Saking gembiranya sampai-sampai ibu Cin Siok Poo ini tidak

dapat menangis dan mengucurkan air mata.

?Ma ? ma, berbaringlah untuk beristirahat!?

Baru beberapa saat terdengar isak tangisnya.

?Ooh anakku, ibu kira kau sudah tiada, begitu lama engkau pergi

dan selama itu tidak kau kirimkan surat untuk memberi kabar kepada

ibu !?

?Ma, kini Tay Peng Long sudah pulang dan dalam keadaan

sehat, harap ibu bergembira, dan terimalah hormat anakmu yang

puthaw ini.

Cin Siok poo kembali menjatuhkan diri untuk melakukan

penghormatan selaku anak berbakti.

Cin Bo cepat-cepat mencegah dan menarik tangan puteranya.

?Jangan memberi penghormatan begitu rupa kepada ibumu,

berlututlah dihadapan isterimu. Ketahuilah nak, bila tidak ada

menantuku yang setia dan tulus hati ini, mungkin sudah lama ibumu

berpulang. Oleh karena itu berilah penghormatan kepadanya!?

Cin Siok Poo tidak membantahsang ibu. Ia berlutut dan memberi

hormat kepada isterinya. Karuan saja sang isteri menjadi terperanjat

dan cepat-cepat menjatuhkan diri pula membalas penghormatan

suaminya. Mereka saling barkui empat kali dan memanggut
manggutkan kepada satu sama lain.

Setelah anak dan menantunya mengambil tempat duduk barulah

sang ibu menegur dengan penuh kasih sayang.

?Begitu lama engkau pergi Peng Long, apa saja yang telah

terjadi dan kau lakukan selama itu di daerah lain??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

227

?Cin Siok Poo dengan jelas mengisahkan kembali apa yang

dialaminya, sampai ia bertemu dengan paman, bibi dan adik

sepupunya di Hopak. Yan San.

Mendengar disebut-sebutnya Kothio dan Ko, ibu Cin Siok Poo

sangat gembira, ia bertanya dengan gembira.

?Berpangkat apakah Khotiomu itu, dan perempuan atau laki-laki

adik sepupumu itu??

?Kothio berkuasa penuh di daerah Yan San sebagai Soanswe,

putera beliau adalah laki-laki yang bernama Lo Seng, jadi piaoteeku.

Cin Lo Rhay tay girang sekali, dengan deras ia menghujani

pertanyaan-pertanyaan bagaimana sikap paman dan bibinya,

hidupnya bagaimana, keponakannya umurnya berapa dan

sebagainya.

Sang ibu juga menceritakan bagaimana ia telah menerima

kebaikan budi dari Hong Sin, tidak tahu bagaimana harus membalas

budi yang besar itu!.

Siok Poo sama halnya dengan ibunya. Ia juga selalu mengingat

dan memikirkan, bagaimana kelak dan dengan cara bagaimana dapat

membalas budi kebaikan yang tiada taranya itu.

Pada keesokan harinya, kawan-kawan Siok Poo bermunculan

untuk memberikan ucapan selamaat datang.

Karena banyaknya handai-tolan yang datang, sehingga agak

siang barulah Cin Siok Poo dapat menyampaikan surat titipan

pamannya untuk disampaikan kepada Thay Teng Thay Soatang. Ia

mengenakan pakaian kebesaran, menggendong sepasang kiannya dan

naik kuda pergi ke Tong Swehu.

Tong Pek adalah orang yang berasal dari Kang Tauw. Karena

jasanya cukup besar, berhasil dengan anak buahnya menaklukkanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

228

negeri Tin, maka dia dianugerahi pangkat sebagai Ciat Touw Su,

berkuasa penuh di daerah Thay Heng Tay di Shoatang ini.

Ketika ajudan memberikan laporan bahwa ada perutusan Yan

San yang datang hendak menyampaikan sepucuk surat, Tong Ppek

lalu menyambut dengan upacara kebesaran.

Tambur dan meriam bergemuruh, kemudian Tong Pek duduk di

kursi kebesarannya dan memerintahkan para ajudannya untuk

membawa menghadap perutusan itu.

Cin Siok Poo dibawa masuk di ruang Gui Tay dan berlutut

memberuikan Hormat kepada Tong Pek Swehu.

Tong Pek yang duduk di kursi kebesarannya, segera mengawasi

dengan tajam kepada perutusan ini.

Tinggi Siok Poo kira-kira delapan kaki (hampir setinggi Kwat

Kong) menggendol sepasang Kim Ciang Kian yang berkeredepan.

Romannya gagah bersinar terang. Alis dan matanya bagus sehingga

pantaslah bila menjadi panglima perang.

Melihat hal ini Tong Pek girang sekali dan dengan ramah

menegur.

?Apa yang akan kau sampaikan kepada Lohu??

Siok Poo lalu menyerahkan dua pucuk surat. Yang sebuah

titipan jenderal Lo Kong dari Ya San. sedangkan yang sebuah lagi

adalah surat prive (pribasi) dari Siok Poo sebagai surat lamaran atau

permohonan menjadi tentara.

Tong Pek menyambuti surat-surat itu, dan satu persatu

dibacanya. Kemudian dengan ramah berkata.

Di markas besarku ini, semua panglima, baik yang berpangkat

tinggi, menengah dan rendah, kesemuanya adalah berdasarkan jasa
jasa yang ditanamnya. Dan kau saudara Cin Kiong memandangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

229

kepada pamanku di Yan San dan juga keangkeran serta pribadimu,

walaupun belum menanam jasa apapun, aku percaya penuh dan suka

mengangkat engkau sebagai Kie Pay koa. (komandan pasukan

kawal)

Cin Siok Poo mengucapkan banyak terima kasih dan berlutut.

Tong Pek lalu memerintahkan bawahannya untuk disumpah dan

dikenakan pakaian seragam komplit dengan tanda-tanda pangkatnya.

Pesan Tong Pek hendaknya dapat berdisiplin, setia dan tekun.

Dengan demikian, kemajuan-kemajuan itu akan pesat jadinya.

Setelah upacara penyumpahan selesai, sidangpun dibubarkan.

Dengan hati gembira, Siok Poo lalu keluar dari markas besar itu dan

pulang kembali ke rumahnya.

Walaupun pangkatnya hanya sebagai komandan pasukan kawal,

akan tetapi Tong Pek memperlakukan Cin Kiong begitu hormat.

Setiap hari sehabis apel, sering diajak bercakap-cakap soal

pengetahuan kemasyarakatan, politik negara, peperangan, silat dan

lain-lain.

Selama empat bulan semenjak berdinas sebagai Kie Pay Khoa,

belum ada tugas yang dikerjakan Siok Poo. Jadi hanya apel, omong
omong dan bila tutup bulan meneerima gaji.

Walaupun sangat cepat lalunya. Tidak terasa musim dingin

sudah tiba pula. Jadi sudah empat bulan Siok Poo kembali ke

dusunnya dan bekerja sebagai tentara.

Pada suatu hari, sehabis apel dan absen, Tong Pek telah

memanggil Siok Poo ke kantoran privatnya. ?Ada urusan apa

Ciangkun memanggilku??

?Ya ada tugas yang hendak kurundingkan denganmu. Duduklah

dan dengarkan! Sudah empat bulan kau menjabat sebagai Kie Pay

Khoa dan selama itu belum ada tugas satupun yang kau jalankan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

230

Memang selama ini aku melihat sepak terjangmu dan tindak
tandukmu sebagai penelitian. Dan seetelah terbukti akan

kejujuranmu, aku akan memberikan tugas yang cukup berat

kepadamu.?

?Ciangkun, tugas macam apakah yang akan kujalankan itu??

?Tahun depan, bulan satu tanggal lima belas, Wat Ki Kong Yo

Siok di kota raja Tiangan akan merayakan hari ulang tahunnya yang

ke enam puluh. Sebagai rekan sejawat, maka undangan yang datang

itu harus kupenuhi setidak-tidaknya wakil yang terpercaya. Maka

wakil yang kutunjuk adalah engkau!?

Tong Pek Swehu berhenti sebentar dan menatap tajam air muka

Cin Siok Poo.

?Perjalanan ke kota raja sangat jauh dan banyak para begal,

rampok dan para kaum Liok Lim. Oleh karena itu, bingkisan ini

harus dikawal oleh seorang yang kuat dan berilmu tinggi dan orang

yang kuat itu adalah engkau. Maka dapatkan engkau menerima tugas

ini??

?Melatih tentara berpuluh ribu, mengasuh anak buah bertahun
tahun, toh pada suatu hari harus dipergunakan. Mana berani hamba

menolak tugas itu??

Kata-kata yang gagah dan jantan ini telah membuat hati Tong

Pek begitu bangga dan puas, ia menggebrak-gebrak meja dan tertawa

gelak-gelak.

?Bagus, aku bangga dan puas mempunyai orang kuat seperti

engkau. Baiklah, esok pagi-pagi, engkau datang ke markasku ini.

semua surat-surat, bingkisan dan dua pengiring yang akan

menemanimu dalam perjalanan telah kusiapkan. Kau boleh pulang

dan beritahukan kepada keluargamu!?

Cin Kiong memberi hormat dan berlalu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

231

Siapakah Wat Kong Yo Siok itu sebenarnya? Sesungguhnya ia

adalah orang asing dan bukan famili dari raja Swie Bun Tee. Akan

tetapi karena jasa-jasanya sangat besar terhadap kerajaan Sweitiauw,

maka ia telah diberi she atau marga Yo. Semua raja-raja ?Swietiauw

adalah bermarga Yo (Yo Kong, Yo Pa, Yo Yong, dan lain-lain).

Yo Siok ikut juga gerakan Jin Ong Yo kong memencet Thaycu

yang asli dan mengangkat Yo Kong (anak kedua). Oleh karena itu
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikalangan pemerintahan yang baru, namanya lebih tersohor,

kekuasaannya lebih luas dan berpengaruh sekali.

Sudah menjadi tradisi dan di jaman kinipun masih berlaku,

bahwa seorang pembesar yang berulang tahun, pastilah dari segala

lapisan datang, atau mengirim wakilnya untuk memberikan hadiah
hadiah dan bingkisan.

Maka tidak heran maka Tong Pek Swehupun memilih wakil

yang dapat dipercaya untuk menghaturkan bingkisan itu.

Tatkala Cin Siok Poo tiba di rumah dan menceritakan kepada

ibu dan isterinya prihal tugas yang akan dijalankannya itu, Sang ibu

mengucurkan air mata dan menangis sedih sekali.

?Tay Peng Long anakku, ibu sudah tua dan alangkah bahagianya

nak, bila kita dapat hidup selalu berkumpul. Berat rasa hati ibu dan

merasa khawatir bila engkau tinggalkan ibu nak. Baru saja beberapa

bulan engkau pulang, kenapa kau sudah harus pergi lagi? Membuat

ibu jadi bersedih dan seakan tak ada anak yang dibuat andalan.?

?Ibu, kepergian anak kali ini tidak lama. Tahun depan bulan dua

anak sudah kembali. Tabahkan hati, dan mohon ibu memberikan doa

restu sehingga anak tidak mendapat halangan dan rintangan apapun

selama menjalankan tugas itu.

Begitulah kata-kata hikmat jaman purba mengatakan :Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

232

Tong hauw Put Leng Liang Joan (antara tugas dan bakti itu

seringkali tak dapat dilakukan berbarengan).

Deinikian pula di dalarn kisah' muda mudi antara tugas dan cinta

acap kali bersimpang jalan. Mana lebih utama, mana yang lebih

berat, mana yang suoi, pribadi-pribadi dan jiwa perseorangan itu

sendirilah yang berhak memilih, akan tetapi sejarah akan mencatat

mana sesungguhnya yang lebih utarna, suci dan mulia??

? ooOoo ?

BAB XII

TONG KONG LIE HIAN MEMBANGUN KELENTENG

DAN MEMBUAT PATUNG BINTANG PENOLONGNYA

DENGAN ditemani dua serdadu perwira menengah yang cukup

kuat bugenya, pada suatu hari Siok Poo dengan menunggang kuda

Oey Piao Ma meninggalkan daerah Shoatang, dan kota Tong Koan.

Selewatnya Tong Koan ketiga utusan itu menerobos hutan dan

daerah pegunungan yang sunyi. Tatkala mencapai daerah Hoa Im

Koan mereka menyusuri daerah pegunungan yang angker namanya

Siauw Hoa San. Empat peujuru daerah ini kelihatan sepi dan tidak

kelihatan manusia lain daam daerah itu

Rumah penduduk satupun tak nampak sejauh mata memandang

banyaluh pepohonan semak dan batu-batu terjal yang seram,

Melihat suasana yang angker ini Cin Siok Poo lalu

memerintahkan kedua perwira itu berjalan di belakang, sedangkan ia

berjalan dimuka. Jadi bila terjadi sebuatu yang tak dnnginkan, ia

segera dapat mengatasinya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

233

Baru saja berjalan setengah Li, tiba-tiba ditempat tanjakan yang

tinggi dan ernpat penjuru semak beIukar yang lebat terdengar suara

teriakan-teriakan yang gemuruh. Bersamaan dengau jeritan-jeritan

histeris itu di kanan kiri, belakang dan depan muncul kira-kira empat

ratusan Lio Lo (kawanan begal kroco belo).

Mereka berpakaian singsat, kepala digubat dengan kain hitam

dan di tangan masing-masing membawa senjata. Ada golok,

pentungan, kapak, tombak, pedang, rantal, ruyung trisula dan lain
lain.

Diantara penghadang ini tampil seorang besar menunggang

kuda, Dialah yang meajadi kepala pengbadangan ini. Tinggiaya

kurang lebih de!apan kaki, matanya bulat besar, berewoknya ketel

dan turnbuh lebat menutupi sebagian mukanya. Dengan golok

bergagang panjang ia menegur Siok Poo,

?Kalian bamba negeri hendak mengirimkan bingkisan kekota

raja bukan? Nah berikan utang sewa jalan, bila kalian ingin melewati

Siaw Hoa San ini dengan aman. Bna tidak jangan harap kalian bisa

tingsalkan daerah ini dengan masib bernyawa!?

Kedua perwira mencngab itu pueat pasi dan menggigil amat

ketakutan,

?Cin ? Cin ? Cinya, mereka adalah kawanan begal, apa yang

bisa kita perbuat??

?Jangan takut, aku akan membereskannya!?

Berkata Siok Poo sambil melolos sepasang Kim Kiannya dan

keprak maju kudanya langsung menyerang kepala begal itu.

Kepa!a begal itu juga segera mengangkat Pweetonya untuk,

mengadakan perlawanan. Maka terjadilah pertarungan yang hebat

dan mempesonakan Masing-masing mengeluarkan tenaga, jurus
jurus maut dan kegesitannya, Semakin lama pertarungan itu semakinKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

234

seru, sorak surai para Liolo yang memberikan semangat

pemimpinnya menyelingi jalannya pertarungan. Akan tetapi tiga

puluhan jurus telah berlalu, pemimpin begal itu tidaj mampu berbuat

apapun terbadap Siok Poo.

Apalagi setelah Siok mengeluarkan jurus-jurus mautaya,

sebingga yang nampak hanyalah gulungan sinar kuning keemasan

dari kilatan Kiannya yang di putarkan sedemikian rupa.

Sambaran-sambaran angin bergemuruh, mendesir-desir

mendebarkan hati, dan pernimpin begal itu tidak dapat membalas

menyerang, melainkan hanya mundur keteter sambil berusaha

menangkis secara awut-awutan. Melihat kejadian ini beberaou Lioio

lalu keprak kudanya dan naik kepesanggrahan.

Di dalam pesanggraban itu masih ada dua pemimpin yang saat

itu tengah minum-minum sambil omong-omong. Kedatangaan

beberapa Lioto segera menegurnya.

?Ada kejadian apa? Mengapa kalian begitu gugup dan camas??

?Toaya, celaka! Cee ya sedang bertarung dengan harnba negeri

yang mengawal bingkisan ke kola raja. Setelah bertarung lebih dari

lima pulub jarus, golok besar Ceeya tidak mampu berbuat suatu apa,

beliau terdesak dan dalam keadaan gawat. Harap Toaya lekas turun

gunung untuk membantu nya!?

Kedua tokoh Lioklim itu tidak lain adalah Lie Ji Kwi dan Ong

Pek Tong. Ong Pek Tong adalah kawan kental Cin Siok Poo, dialah

yang mengajarkan ilmu memanah sehingga Siok Poo begitu libay

cara memanahnya.

Semenjak pertemuan dengan Siok Poo di Lauwciuhu, Ong Pek

Tong bersama Cia Eng Teng lalu berpencar.

Tatkala Pek Tong melewati pegunungan Siauw Hoa San, ia telah

dihadang oleh dua kepala begal yaitu Lie Ji Kwi dan Cee Kok Wan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

235

Karena badan Oag Pek Tong sangat tinggi, kedua pemimpin begal itu

merasa kagum dan tunduk. Mereka mengundang Pek Tong tiaggal

bersama sama mengepalai kawanan Liolo itu di Siauw Hoa San.

Begitulah sernenjak hari itu Ong Pek Tong meajadi salah satu

pemimpin kawanan begal gunung Siauw Hoa San. Begitu mendengar

laporan ini, Ji Kwi dan Pek Tong segera menyambar senjatanya,

mencemplak kuda dan menuruni gunung.

Ketika tiba dilamping pegunungan. Ong Pet Tong menjadi

terperanjat, la dapat mengenali bahwa hamba negeri yang sedang

menempur rekannya itu adalah sahabatnya jugaa yaitu Cin Kiong.

Maka dengan mengerahkan tenaga ia berseru.

?Cin Toako! Cee Hengtee! Kita adalah kawan sendiri. Hentikan

perkelahian itu dan jangan terus berhantam!?

Tinggi gunung tu lebih dari dua pulub Li, Ong Pek Tong berada

dilambung atau tengahtengahnya pegunungan, sehingga jaraknya

kira-kira sepuluhan Li Walaupun ia kerahkan tenaga dalam dan

seruannya bergemuruh, mana dapat didengar kedua jago yang sedang

bertarung? Hanya dua pengawal Siot Poo dan kawanan Liolo itulah

yg dapat ruenaugkap seruau itu.

Ong Pek tong mencoba mengulangi lagi saruanaya,

?Cin Toako! Cee Hengtee! Kita adalah kawan sendiri. Hentikan

perkelahian itu dan jangan terus berhantam!?

Suara itu bergelombang bergemuruh, akan tetapi kedua jago

yang tengah mati-matian bertarung itu masih tidak dapat mendengar.

Mereka masih berkutat dan saling berbaku hantam seru sekali.

Pek Tong dan Ji Kwi larikan kudanya mendekati dua jago yang

bertarung mati-matian itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

236

?Cin Toako! Cee Hengtee! Kita adalah kawan sendiri. Hentikan

pertarungan itu!?

Begitu mendengar seruan Ong Pek Tong, keduanya lalu

meloncat menaha diri. Mereka saling pandang dan masing-masing

bertanya-tanya. ?Kawan sendiri ??

Ong Pek Tong lalu memberi hormat dan memperkenalkan satu

sama lain. Kemudian mengajak Siok Poo singgah dulu di

pasanggrahan.

Semula dua orang perwira menengah itu bersangsi dan takut
takut, akan tetapi Siok Poo dengan tenang berkata,

?Jangan takut, Ongheng adalah sahabat karibku! Ong Pek Tong

pun tersenyum melihat muka dua perwira itu yang sangsi dan maju

undur.

?Kalian jangan khawair, kami adalah sahabat akrab.?

Mereka lalu bersama-sma naik ke puncak pegunungan Siauw

Hoa San.

Tiba di puncak, mereka lalu diajak masuk melalui pintu

pesanggrahan Wan Ci Shin yang dijaga ketat. Terus ke dalam ke

ruanga Ci Gie.

Di sini telah diatur meja besar yang lengkap dengan hidangan

dan arak untuk menjamu dan memberikan penghormatan bagi Cin

Siok Poo.

Mereka makan minum dengan gembira dan saling menceritakan

riwayatnya.

?Semenjak tahun permulan Jinsiu (501 masehi) pada tanggal

satu bulan kesepuluh kita berpisahan di Lauwciuhu. Keesokan

harinya dengan saudara Cia Eng Teng, siaute pergi ke Ji Hian Cung

menjumpai Sian Jiko dan menceritakan hal ihwal Cin Toako. TengahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

237

hari kami bersama-sama pergi ke rumah penginapan Siauw Ji Thiam,

sayang toako sudah pergi kemarin malamnya. Kami tidak dapat

mengejar Toako, karena saat itu pula pengawal-pengawal Jiko yang

membawa warta buruk. Kakak Jiko telah terpanah mati di daerah

Leng Tong Koan. Jiko lalu pulang untuk mengurus jenazah

kakaknya. Siaute dan saudara Eng Teng pun lalu berpisahan pula.

Bagaimana dengan pengalamanmu Toako, hayo ceritakanlah!?

Cin Siok Poo lalu menceritakan pengalaman hidupnya yang

penuh pahit getir, sampai tiba di Yan San dan akhirnya dibebaskan.

Di Cee Lam ia menjabat sebagai Kie Pay Khoa.

?Kini mendapat tugas dari Tahy Couw Touw Su Tong Pek untuk

mengantarkan bingkisan ulang tahun kepada Wak Kok Kong Yo

Siong ke kota raja.?

Mendengar ini, Ong Pek Tong mengutarakan ia ingin ikut pula

untuk melihat pesta Hoa Teng dan keramaian dikota raja.

Kedua pemimpin begal itupun serempak menyatakan ingin ikut
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

uga.

Melihat roman dan tingkah laku mereka yang kasar, Siok Poo

tidak segera menjawab. Ia khawatir manusia-manusia kasar ini nanti

bisa mencurigakan hamba-hamba negeri disana. Dan kalau sampai

erjadi onar, ia bisa kena rembet. Oleh pemikiran inilah Siok Poo

menjadi bungkam dan tidak segera menyahut.

?Cinheng diam saja dan tidak menyahut karena melihat roman

dan tingkah laki u siaute sebagai kawanan Lioklim. Akan tetapi

Cinheng hendaknya tidak mengkhawatirkan kami. kami jamin bahwa

selama di kota raja tidak nanti berbuat binal dan membuat onar.?

Mendengar janji ini, Siok Poo tidak enak untuk bersikeras

menolak. Maka dengan terpaksa Cin Siok Poo meluluskan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

238

?Bila Liautwee bisa mengindahkan undang-undang dan

peraturan, sayapun tidak ada niat untuk menolaknya...?

Cee Kok Wan dan Lie Ji Kwi girang sekali mendengar jawaban

ini. Mereka lalu mengumpulkan anak buahnya dan meninggalkan

pesan, selama ia pergi hendaknya gunung ini di jaga baik-baik. Di

larang sembarangan menghadang baik orang perorangan, hamba

negeri, maupun pauwpio yang lewat.

Begitulah malam itu Siok Poo dan dua pengawalnya bermalam

di pesanggrahan Siauw Hoa San. Pada keesokan harinya mereka

bersarna sema berangkat kekota raja. Rombongan ini terdiri dari Sino

Poo bertiga, Lie Ji Kwi, Cee Kok Wan, Ong Pek Tong di tambah dua

puluh Liolo yang kosen-kosen.

Mereka sepanjang jalan ngobrol dan tukar pikiran, sehingga

sampai didaerah Siam See. Dari sini untuk kekota raja sudah tidak

jauh lagi, tinggal kira-kira enam puluh Li.

Dekat perbatasan ada bangnunan kelenteng besar yang sedang di

Up Grade (diremajakan, didandani ), Melihat jarak sudah dekat

kembali pikiran Siok Poo cemas karena melihat roman muka para

kawanan begal yang mencurigakan para penduduk.

Cie Kok Wan dan Lie Ji Kwi bersama dua puluh anak buahnya

tingkah laku dan roman mukanya sangat menyolok dan mudah

menimbulkan kecurigaan penduduk. Kalau tinggal lama2 didatam

kota pasci bisa menimbulkan perkara atau hal-hal yang tidak

diinginkan.

Sekarang baru tanggal lima belas bulan dua belas. Hari ulang

tahun Wat Kok Kong Yo Siok masih kurang satu bulan penuh, oleh

karena itu lebih baik sementara ini tinggal diluar kota saja. Kebetulan

didepan ada sebuah kelenteng besar. Baik aku menemui kepala

pendeta disitu dan mohon menumpang sambil menantikan datangnya

hari ulang tahun Wat Kok Kong.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

239

Walaupun dalam hati tetah ada keputusan akan tetapi betum juga

berani mengutarakan, takut nanti menyinggung perasaan Lie Ji Kwi

dan Cee Kok Wan bersanaa anak buahnya, Jadi la masih berdiam diri

saja. Tatkata rormbongannya sudah dekat dengan Kelenteng besar

itu, barulah secara tiba-tiba Siok Poo mengatakannya.

?Cuwe sekalian melihat kelenteng ini, saya jadi memikirkan

rombongan kita ini. Di kota raja pendudukknya sangat padat, rumah
rumah penginapan sukar di dapat, apalagi menjelang hari ulang

tahunnya Wat Kok Kong. oleh karena itu daripada kita mingalami

kesulitan, toh harinya masih cukup jauh, lebih baik kita menumpang

di kelenteng ini. sekaligus kita duapuluh orang ini bisa ditampung

dan leluas. Hawanya sejuk, lapangan untuk berlatih juga luas, tetapi

tidak tahu bgaimana pandangan cuwe sekalian??

Ong Pek Tong memikirkan wajah rombongan Lie dan Cee ini

memang seram-seram dan sangat menyolok, maka dengan antusias ia

menyambut pandangan Siok Poo.

?Saya setuju, disamping biayanya jauh lebih ringan dan lagi kita

bisa hidup bebas. Klenteng ini terpencil. Seandainya kita berlatih

sambil berteriak-teriak, juga tidak akan mengganggu tetangga.?

Lie dan Cee pun menyetujui usul ini. mereka lalu pada turun dari

kudanya dan menghampiri pintu kelenteng untuk masuk halaman

dalam.

Siok Poo lalu minta kedua puluh Lolo dan dua perwira itu

menjaga kuda kuda dan barang bawaan. Sedang mereka berempat

memasuki kelenteng untuk menjumpai kepala pendetanya.

Tatkala keempat orang gagah ini memasuki ruangan yang kedua,

mereka dapat melihat bahwa salah satu kamar dari ruangan kedua itu

sedang diperbaiki. Banyak sekali buruh-buruh, tukang batu, tukang

kayu yang sedang giat mengerjakan bangunan yang sedang

diperbaiki itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

240

Di dekat panggung Gwat Tay dibawahnya Hong Lo San terlihat

seorang muda sedang duduk mengawasi yang bekerja. Ia diapit oleh

enam Hokwi yang romannya cukup angker.

Melihat ini, Siok Poo menghentikan langkahnya dan berunding

dengan ketiga kawannya.

?Samwe Hengtian sekalian, kulihat yang duduk di bawh ayung

Hong Lo San itu pastilah pembesar negeri. Maka kalau kita melewati

Gwat Tay harus terlebih dahulu berlutut di hadapan pembesar negeri

tersebut untuk memberi hormat, agar tidak terjadi kerewelan. Oleh

karena itu, daripada buang-buang waktu, nanti ditanya ini dan itu,

lebih baik kita jalan melalui lorong kecil disamping ini saja dan

menghindari pertemuan dengan pembesar itu.

Ong Pek Tong melirik ke arah pembesar itu dan mendukung ide

Siok Poo.

?Apa yang toiko utarakan memang benar, toh kita tidak ada

sangkut pautnya dengan pembesar itu, perlu apa kita menenui dan

memberi hormat kepadanya? Maka marilah kita berbelok melalui

jalan samping ini untuk menjurnpai Tiang loo (ketua kelenteng) dan

meminta ijin numpang bermalam.?

?Ya, ya, kamipun setuja sekali. Perlu apa memberi hormat pada

pembesar yang belum kita kenal dan tak ada sangkut pautnya? Lie

dan Ceepun mendukung, Mereka berempat lalu membelok kelorong

kecil dan melalui jaIan samping langsung menuju ke Tay Hiang Po

Thian.

Di dalarn ruangan inipun banyak sekali kuli-kuli batu yang

sedang bekerja keras. Ada yang sedang mengaduk semen dengan

pasir, ada yang mengajak batu kerikil, ada menyusun batu merah dan

lain sebagainya.

Cin Siok Poo menjadi tertarik dan ingin tahu siapa yang ujar

kaul dan memperbaiki kelenteng ini. la mengajukan pertanyaan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

241

?Bapak, numpang bertanya, siapakah sih orang yang bergaul

membikin betul kelenteng tua ini??

Tukang batu itu menghentikan adukan semennya dia

memandang Siok Poo dengan penuh hormat.

?Yang memperbaiki kelenteng tua ini adalah Tong Kong Lie

Hian dari kota Tay Goan. Tuan datang dari mana?:

Sico Poo memberikan horrnat dan menerangkan asal usulnya.

Selanjutnya Siok Po mengajukan pertanyaan pula.

?Saya mendengar heberapa tahun yang lampau, katanya.

Tongkong menderita sakit dan cuti pulang kekampung, mengapa ia

malanan memperbaiki kelenteng yang letaknya dekat dengan kota

raja ini??

Bapak tua tukang batu itu menggulung rokok kawungnya dan

dengan mata terpicing menyalakan korek. Kemudian menjawab

pertanyaan Siok Poo.

?Itulah karena pada waktu Tongkong menerima firman baginda

untuk cuti dan melewati kel lenteng ini. Hujin sedang hamil tua dan

tak dapat di tahan lagi. Di dalam kelenteng ini metahirkan seorang

putera, menurut ceritera yang lahir di sini putera yang kedua.

Tongkong tidak dapat melupakan kebaikan hati dan budi dari para

Tiangloo disini, maka setibanya di Tay Goan, beliau mengeluarkan

banyak emas dan memerintahkan menantunya untuk mengawasi

peremajaan kelenteng ini sebagai tanda balas budi. Pemuda yang

duduk dibawah payung Hong Lo San mengenakan jubah ungu itu

adalah Kunmanya (menantunya), Shenya Ca namanya Ciauw, orang
orang sering memanggilnya Sie Ciang, Ada beberapa bangunan yang

sudah jadi bila tuan-tuan akan melibat silahkan!?

Dan bapak tua itu menujukkan kesebuah ruangan disebeluh

kanan Tay Hiong Po Thian. Siok Poo mengucap terima kasib dan

bersama ketiga kawaanya menuju kesebuah bangunan yang ditunjuk.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

242

Sehuah ruangan bertingkat, pintu-pintunya dihiasi dengan ukiran

harimau. Diatas pintu harimau itu terdapat tulisan yang hunyinya :

PO TEK SU artinya Ruangan peulujaan untuk balas budi.

Cin Siok Poo seperti juga ada tangan gaib yang menuntun, ia

melangkah masuk dan melihat-lihat keadaan didalam. Dirnana

terdapat pula tiga buah ruangan.

Di ruang tengah berdiri sebuah patung yang tingginya kira-kira

delapan kaki. Mengenakan jubah warna hijau, topi hijau dan pakaian

lapis Ma Kwa warna kuning emas. Sepatunya berwarna cokelat

seakan terbuat dari kulit menjangan. Didepan patung itu tardapat

tulisan yang bunyinya ; IN KONG KIONG NGO SENG WIE, Enam

huruf yang artinya Tuan penolong yang budirnan Kiang Ngo. Di

kanan kiri tulisan besar ini masih terdapat lagi beherapa bait syair

tulisan tangan Tongkong Lie Hian sendiri. Cin Siok Poo mendekati

patung itu dan mengamat-amati sampai lama. Kemudian dengan

tersenyurn ia memanggut-rnanggutkan kepala.

Mengapa Cin Siok Poo tersenyum dan memanggutkan kepala?

Ia terkenang puluhan tahun yang lalu, di daerah Leng Tong Koan

telah memukul buyar gerombolan perampok yang hendak

mengganggu keluarga Tong Kong. Setelah geromboIan perampok itu

buyar, ia bertanya kepada salah satu begal yang dapat di tangkapnya,

Dari mulut begal kroco itulah di peroleh keterangan, bahwa

perampok-perampok ini sesungguhnya adalah serdadu-serdadu yang

menyarnar.

Mereka semua mendapatkan perintab dari Jin Ong Yo Kong

yang bermusuhan dengan Tongteng Lie Than untuk menyapu bersih

koluarga Lie than. Saat itu kedudukan Siok Poo menjadi susah maka

cepat-cepat ia larikan kudanya supaya tidak terlibat persoalan yang

keruh itu. Apa mau, justru Tongkang mengejarnya terus, sehingga ia

tidak tega.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

243

Sejauh puluban Li, Siok Poo menghentikan kudanya dan

mengatakan namanya Kiong sambil menggoyang-goyangkan tangan

supaya Tongkong tidak mengejarnya terus.

Karena jaraknya cukup jauh yang terdengar Tongkong hanyalah

Kiong dan goyangan tangan di kira Ngo. Maka dalam tulisan di

depan patuing ini berbunyi In Kong Kiong Ngo Seng Wie. Tuan

penolong, Kiong Ngo dan bukannya Cin Kiong. Itulah sebahnya Siok

Poo tersenyum dan memanggut-manggutkan kepala, Cie Kok. Wan

dan Lie Ji Kwi dua kepala begal Siauw Hoa San yang tidak

mengenal huruf alias buta huruf, setelah mengamat-amati patung itu

sagera bertanya kepada Ong Pek Tong.

?Pek Tongheng, apakah ini patunguya Wan Hok??

Yang ditanya menjadi tertawa geli, dan jawabnya.
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Ini bukannya patung Wan Hok, akan tetapi orang yang dipahat

dan dipetakan dalam patung ini masih hidup dan berada didekat

kita.?

?Hah? Masih hidup dan berada didekat kita??

Kedua dedengkot begal itu menjadi terheran-heran dan matanya

jelilatan mencari kesekelilingnya. Ong Pek Tong mengharnpiri Cin

Siok Poo dengan tersenyum, Kedua dedengkot begal itupun jadi

mendekati dan memperhatikan dengan teliti.,

?Ah.. iya, kok mirip benar dengan Cin Toako, lucu .. lucu ha

ha ha..!?

Ong Pek Tong segera menghujani pertanyaan kepada Siok Poo.

?Pada waktu Cin Toako keluar dari Lauwciuhu, apakah pakaian

yang dikenakan persis seperti ini??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

244

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Scan/foto image : Awie Dermawan

Distribusi & arsip : Yon Setiyono

?Sedikitpun tidak ada yang menyirnpang, persis seperti apa yang

terlukis dalam patung itu.? Menjawab Siok Poo pelan dan matanya

tak lepas-lepas memperhatikan patung dirinya itu.

?Apa sebahnya diri Toako dipahat dan di petakan menjadi

patung pujaan ini?

Cin Siok Poo lalu menceritakan kisah pengalamannya sewaktu

memukul geramholan perampok didaerah Leng Tong Koan puluhan

tahun yang lulu sehingga bertemu dengan Tongkong. Ce Ciauw itu di

tuturkan dari awal hingga Siok Poo tidak mengetahui kalau selama

itu ada orang-orangnya Ca Ciauw yang di suruh menguntit dan

mendengarkan apa yang mereka percakapkan serta mengawasi gerak

gerik empat sekawan itu.

Maka tatkala pesuruh-pesuruh Ca Ciauw mendengarkan cerita

Siok Poo, segera mereka mendapatkan tuannya dan melaporkan apa

yang mereka dengar. Begitu mendengar laporan ini menantu Tong
kong itu gegera berangkit dan menghampiri keempat sekawan itu. la

menjura dengan penuh hormat dan bertanya.

?Saya yang rendah mengucap Selarnat bertemu, dan tidak tahu

yang manakah diantara tuan berempat sebagai penolong mertuaku??

Keempat sekawan itu agak terkejut di tegur secara tiba-tiba.

Mereka dengan gugup cepat-cepat membalas penghorrnatan itu.

Kemudian Ong Pek Tong dengan gembira menunjuk kearah Siok

Poo.

?Saudara Cin Kiong inilah penoloNg Lo Cianswe. Waktu itu Lo

Cianswe telah salah dengar karena jaraknya cukup jauh. Beliau

mengira nama saudara ini Kiong Ngo, sehingga dalam tulisanan yang

terakhir itu salah, Lihatlah sepasang Kian yang ada di gendol di

punggungnya, dan kuda yang di pahatkan ini juga dibawa serta,

sekarang kuda Oey Piauw Ma itu berada di halaman luar.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

245

?Ah, Su Wie Kiat Su (empat tuan yang budiman) bagairnana

karni tidak akan mernpercayai, toh bukti dan wujud sudah demikian

jelasnya?

Ca Ciauw lalu memerintabkan pengawal-pengawalnya untuk

menyediakan arak dan makanan di meja besar. Mereka berjamu

sambil ngobrol-ngobrol. Begitulah Siok Poo dan ketiga kawan serta

pengrkutinya diam di kelenteng itu. makan dan keperluan-keperluan

lain sehari-hari dicukupi oleh Ca Clauw. Sebab Ca Ciauw memang

sengaja untuk menahan tuan penolongnya ayah mertuanya itu. secara

diam-diam iapun telah mengutus beberapa pengawalnya untuk

memberitahukan pelada ayah mertuanya di Tay Goan.

Waktu lewatnya sangat cepat, sehingga tidak terasa telah sampai

pada tanggal empat belas bulan kesatu. Padahal tanggal lima belas

adalah hari ulang tahun Wak Kok Kong Yo Siok tinggal satu hari

saja. Maka Cin Siok Poo lalu mengutarakan niatnya dengan kawan
kawnnya dan juga dengan Ca Ciauw untuk masuk ke dalam kota

raja.

Ca Ciauw camas sekali, kenapa pesuruh yang, memberi tahukan

kepada ayah mertuanya itu belum juga datang? Untuk menahan lagi

sudah tidak mungkin, maka ia lalu menyatakan suka turut serta untuk

dapat mengintil tuan penolong mertuanya itu. Ditambah dengan Ca

Ciauw dengan empat Ke eteng (pengawal) maka rombongan ini

jumlahnya menjadi tiga puluh satu orang.

Mereka hari itu juga meninggalkan kelenteng dan masuk kekota

raja, rombongan ini lalu menginap di hotel Thio Kee Tiam. Karena

perjalanan cukup jauh dan tiba di hotel sudah tengah malam, maka

sebabis makan minum mereka lalu pergi tidur.

Sebelum terang tanah, Cin Siok Poo sudah membangunkan dua

pengikutnya yaitu Tho Yong dan Tho Hoat untuk borsiap-slap.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

246

Mereka mernbawa bingkisan dan meninggalkan hotel menuju ke

gedung Wat Kok Kong Yo Siok di pintu Bang Tek Mui.

? ooOoo ?

BAB XIII

CIN SIOK POO DINASEHATI SEORANG SAKTI

YANG TAHU APA YANG BAKAL TERJADI

WAT KOK KONG YO SIOK mengetabui jelas babwa para

tamu sebagai perutusan pernbesar-pembesar negeri di daerah-daerah

banyak yang datang dan jauh-jauh hari sudah pada tinggal di hotel.

Maka tatkala kentongan subuh berbunyi dua kali, ia telah

memerintahkan perwira-perwira kawal untuk mernbukakan pintu

Beng Tek Mui sehingga memberi kesernpatan para tamu dan

perutusan itu masuk deagan tidak berdesak-desakan.

Di pintu gedung Wat Kok Kong ada seorang pembesar yang

bertugas mencatat nama para tamu. Ia adalah Ie Bun Hoa Kit putera

terbesar menteri le Bun Seng Touw yang tenaganya kuat, berbadan

tinggi dan mahir memainkan senjata berat yang disebut Liu Kim

Tong.

Menurut alkisah le Bun Hoa Kit adalab nomor dua dijamannya

Sweitiauw. Tatkala kentongan berbunyi lima kali, Wat Kok Kong

sudah dandan rapi, Mengenakan jubah kebesaran, memakai topi Jit

Po Koan, baju lapis luarnya disebut An Liong Po masuk keruangan

istananya diiringi oleh sekalian dayang-dayang dan pengawal.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

247

Barisan dayang disebelah kiri dikepalai oleh adik perempuannya

raja negeri Tin. Nama wanita ini adalah Lok Ciang Kongcoe. Wanita

itu sebenarnya adalah istri Huma (Menantu Kaisar) Ci Tek Gan.

Kernudian karena negeri Tin yang kecil itu di serbu Sweitiau

dan bancur, Suarni istri yang benar-benar setia dan saling mencinta

itu lalu berpisahan suami istri itu memecahkan kaca pengilon.

Masing-masing memnbawa separoh dari pecahan kaca dengan janji,

kelak bila kaca itu dapat dipersatukan, itulab terangkapnya

perjodohan mereka.

Mengetahui hal ihwal dari pecahan kaca itu. Wat Kok Kong

terharu dan sangat menghargai cinta suci yang sejati. Ia meminta

pecahan kaca Liak Ciang Kongcu dan memerintahkan serdadu
serdadunya untuk mencari laki-laki yang membawa pecahan kaca itu.

Akhirnya diketemukanlah Ci Tek Gan sehingga suami isteri itu

dapat berkumpul kembali. Barisan dayang disebelah kakanan

dikepalai oleh Hong Hut Thio Bi Jin. Wanita ini kecantikannya tiada

bandingan, disamping itu hatinya mulia, suka menolong orang yang

sedang dirundung kesusahan dan kesengsaraan.

Disamping ini ada pula seorang sakti mondraguna yang ngerti

sak durunge winarah, la bernama Lie Ceng alias Yak Su, berasal dari

Teng Tiauw Sam Goan, murid dari pertapa sakti Liam Tarn Jam.

llmunya sangat tinggi, terutama dalam hal hal ilmu gaib. Bisa

mengundang hujan, memanggil angin dan mengetahui apa yang

bakal terjadi.

Lie Ceng bertugas di istananya Wat Kok Kong Yu Siok sebagai

kepala pembukuan, pemeriksa anggaran, konsumsi dan pengawal

istana. Para pembesar kelas satu, dua dan tiga, langsung boleh

menghadap raja muda Wat Kok Kong di ruangan tengah dan

memberikan ucapan selamat. Sedangkan pembesar-pembesar dan

para perutusan dari tingkat kelas empat kebawah hanya diterima di

bagian bawah.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

248

Cin Kiong sebagai perutusan dari Tong Pek Swiehu, termasuk

kelas empat. Jadi dia diterima di bawah. Justeru Lie Ceng si orang

sakti yang weruh sakdurunge winarah yang menyambut.

Tatkala menerima bingkisan dari tangan kanan Cin Kiong, Lie

Ceng mengawasi dengan tajam. Roman perutusan ini angker dan

gagah sekali. Ia akhirnya dapat mengetahui dengan mata batinnya

babwa Siok Poo adalab penjelmaan dari bintang Thian Hong Jia.

Oleb karena itu ia segera menjura dan menghormat dengan ramah.

Barang-barang Siok Poo di terima dengan baik dan ia dibawanya

kedalam untuk di jamu. Dalam makan minum itu Lie Ceng tak lepas
lepasnya memandangi tubuh, air muka dan gerak-gerik Siok Poo

Beberapa saat kemudian dengan bersungguh-sungguh ia berkata.

?Dari air muka dan sinar mata Loheng ada tanda-tanda bahwa

nasib Loheng saat ini keruh bagaikan langit bersih yang tertutup

awan mendung. Hari ini Loheng datang sebagai perutusan kekota

raja, membawa berapa banyak kawan??

Siok Poo agak bercekat hatinya secara tiba-tiba ditanya oleh

pembesar yang berkuasa itu. ia tidak berani berterus terang

menceritakan berapa banyak kawan-kawannya yang ikut serta, maka

dengan gelagapan ia menjawab.

?Hamba datang ke kota raja ini hanya dengan dua perwira

pengawal.?

Mendengar jawaban ini, Lie Ceng tersenyum dan menatap tajam

pada Siok Poo.

?Kata-kata Loheng ini bisa dipercaya oleh orang lain, akan tetapi

siaute dapat melihat apa yang sesungguhnya dengan jelas. Bukankah

Loheng datang ke kota raja ini dengan rombongan tambahan dari

Siauw Hoa San dua puluh lebih dan dari luar perbatasan lima lagi.

Sehingga kawan-kawan Loheng lebih dari tiga puluh orang??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

249

Begitu mendengar kata-kata Lie Ceng ini, terkejut sekali Siok

Poo bagaikan ada guntur didekatnya. Ia cepat-cepat bangkit dan

memberi hormat kepada Lie Ceng.

?Sungguh tepat apa yang Sianseng katakan. Hamba mohon

kiranya rahasia ini tidak disebarkan!?

?Mana ada waktu untuk usil dan mengurusi urusan orang lain?

Ha ha ha, jangan khawatir, aku tidak mengutik-utik persoalanmu itu,

duduklah!?

Deagan agak lega Siok Poo kembali duduk di kursinya dan

memandang kepada pembesar itu dengan rasa kagum.

?Menurut penglihatan dari kekuatan mata bathinku, sebenarnya

biatang Loheng sedang jaya-jayanya. Akan tetapi ada titik-titik hitam

yang mengeruhkan keadaan itu, Bahaya sedang mengintil dibetakang

Loheng maka sebagai orang yang mengetahui tidak dapat tidak aku

harus mengatakannya. Oleh karena itu saya anjurkan selesainya

Loheng harap segera kembah ke Shoatang, Jangan melihat Hoa

Teng, kawan-kawan Loheng begini banyak dan katakternya berbeda
beda, siapa tahu bencana itu datang dari kawan-kawan Loheng,
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga akan terlibat dan susah untuk melololoskan

?Tetapi tayjin bagairnana dengan surat balasan dari Wat Kok

Kong? Sebagai parutusan sebelumnya menerima surat balasan mana

hamba berani pulang begitu saja??

?Soal surat balasan bukanlah hal yang sulit Sekarang juga

Loseng bisa memberimu balasan itu.?

Cin Siok Poo terlebih keheranannya mendengar bahwa surat

balasan dari raja muda yang saat ini sedang sibuk dikerumuni para

tamu itu bisa memberikan surat balasan dengan segera.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

250

?Loheng tidak usah heran, saya dapat menulis surat dan

menandatangani persis dengan gaya tulisan Wat Kok Kong,

tunggulah sebentar!?

Lie Ceng lalu masuk ke dalam kamarnya, sebentar kemudian

sudah keluar lagi dengan memberikan surat balasan. Waktu diteliti

Siok Poo persis seratus persen, maka dengan gembira ia lalu

memberi hormat dan minta diri. Waktu sampai dimuka pintu, Lie

Ceng kembali mengulangi pesannya.

?Harap terus pulang dan jangan melihat Hoa Teng!?

Cin Siok Poo memanggutkan kepala dan mengucapkan terima

kasih. Kemudian melanjutkan langkahnya. Akan tetapi sebelum

keluar dari pintu halaman kembali Lie Ceng memanggilnya.

?Loheng kembalilah sebentar!?

Can Siok Poo menghentikan langkahnya dan memotar balik

tubuhnya.

?Aku melihat dalam wajahmu, engkau kurang senang

mendengar peringatanku, oleh karena itu bencana itu sukar

dihindarkan.

Sebagai orang yang tahu aku tidak bisa berpeluk tangan

membiarkan Loheng dalam bencana. Ini kau terimalah bungkusan

ini dan bila suatu saat engkau menjumpai bahaya, taruhlah

bungkusan ini di badanmu. Tengadahkan muka ke langit dun

berserulah :

Keng Tiauw San Goan Lie Ceng.

dan pada waktu itu engkau akan terhiadar dari lolos dari bahaya

maut itu.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

251

Cin Siok Poo menerima bungkusa kecil itu dan menghaturkan

terima kasih kemudian berlalu. Bersama dua perwira yang

menunggunya di luar istana, Siok Poo lalu berjalan ke hotel.

Sepanjang jalan Siok Poo berpikir, ?Waktu berada di Siauw Hoa

San aku mengatakan jangan melihat-lihat Hoa Teng, maka mereka

dengan bernafsu ingin turut. Juga Kunmanya Tongkong juga ingin

bersma-sama melihat keramaian pesta Hoateng. Sekarang tugasku

sudah beres. Cara bagaimana aku dapat meninggalkanteman
temanku dan pulang begitu saja? Apa alasanku kepada teman
temanku ini? apakah akan berterus terang karena di istananya telah

bertemu dengan orang sakti yang memberikan peringatan kepadaku

akan adanya bencana lalu cepat-cepat pulang? Hmm, apakah

tindakan ini bukannya suatu sikap yang rendah dan pengecut?

Melihat bakal ada bencana lalu mengingkari janji dengan teman
teman, ah, aku tak hendak berbuat demikian.?

Begitulah keputusan Siok Poo telah bulat, bagaimana besar

bahaya dan bencana yang bakal menimpa, ia akan tetap menerjang

demi kesetiaan dalam persahabatan dan janji.

Tatkala sampai di hotel, teman-temannya sudah berdandan rapi.

Demi melihat datangnya Siok Poo, mereka segera memapak dan

menegurnya.

?Siok Pooheng, kenapa engkaunilapkan (meninggalkan) kami?

kenapa kita tidak sama-sama masuk ke dalam kota dan bermain

bersama??

?Aku berangkat subuh supaya urusanku cepat-cepat selesai.

Dengan demikian, bisa kembali lagi ke kota bersama-sama dengan

kalian dengan bebas.?

Semua merasa puas mendengar jawban ini.

?Apakah Hengtiang sekalian sudah makan??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

252

?Sudah, sudah, sudah. Cin Toako sendiri apakah sudah

bersarapan??

?Sudah tadi dijamu di istana Wat Kok Kong.?

?Bagus, bila demikian ayolah kita segera berangkat!?

Ca Ciauw lalu membereskan uang sewa hotel dan bersiap-siap

bersama kawan-kawnnya. Ketiga puluh lebih orang-orang itu

menuntun kuda masing-masing dan menggendol pauhoknya.

Melihat keadaan ini Cin Sok Poo menggeleng-gelengkan kepala.

?Kita masuk ke dalam kota ini bermaksud apa? Bukankah kita

bermaksud melihat-lihat Hoateng, melihat keramaian dan bermain
main? Kakau menunggang kuda dan jumlah kita sekian banyaknya

apakah tidak membuat sesaknya jalan dan menimbulkankecurigaan

penduduk kota?

Oleh karen itu sebaiknya kuda-kuda ini kita titipkan saja. Soal

pauhok dan senjata, mau dibawa juga tidak ada buruknya. Tetapi

kuda lebih baik kita tinggalkan.

Ketiga puluh orang itu menjadi berhenti dan saling pandang.

Cin Siok Poo memikirkan peringatan dari Lie Ceng. Kalau

ramalan itu benar-benar terjadi. Kita dalam kota tidak berkuda akan

celaka. Dengan apa kita dapat melarikan diri? Akan tetapi ramalan

Lie Ceng uga tidak boleh dipercaya seratus persen hmm

bagaimana jadinya keputussan yang diambil? Setelah berfikir

bebeerapa saat, Siok Poo lalu mengajukan usul dan menentang ide

Pek Tong.

?Menurut pandanganku, bila di dalam kota ada apa-apa, maka

tanpa berkuda kita akan mengalami banyak kesukaran. Oleh karena

itu, kuda dan barang tetap kita bawa, dengan berpencar kita masuk ke

dalam kota.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

253

Ong Tok Peng mendebat usul Siok Poo.

?Berpencar memang bisa, akan tetapi bagaimana untuk

berkumpulnya. Kode apa dan apakah tidak lebih kacau lagi bila ad

huru hara dan kekacauan di dalam kota? Lebih baik kita tetap

bersama-sama dan kuda kita titipkan.?

?Ini repot sekali, tanpa kuda berada dekat kita tak dapat lari bila

di dalam kota timbul hal-hal yang tidak kita inginkan. Percayalah,

lebih sip kalau kita tetap menunggang kuda dan masuknya

berpencaran. Nanti setelah berada di dalam kita berkumpul dan

sama-sama melihat keramaian.

Ong Pek Tong tidak mau mengalah, ia tetap mempertahankan

prinsipnya. Maka terjadilah perdebatan yang sengit dan tidak putus
putus. Setelah sekian lama tidak juga berkesudahan, masing-masing

sama ngototnya, Lie Jie Kwi lalu menyela.

?Jiwe Hengtiang, jangan berdebat terus. Cobalah dengarkan

saran siautee yang bodoh ini.

Kedua pendebat berhenti dan semua juga merubung

mendengarkan usul baru.

?Siaute tidak menyetujui Ongheng dan juga tidak menuruti Siok

Pooheng. Saran siaute, barang dan kuda tetap kita bawa, tetapi tidak

terus masuk ke dalam kota.

Setelah sampai di intu kota, kita tinggalkan kuda-kuda ini di dekat

sungai pelindung. (setiap benteng pasti ada jembatan gantung dan

dilingkari sungai pelindung). Kita bergiliran menjaga kuda dan

paohok. Sedang yang lainnya boleh sebebasnya bermain dalam kota.

Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yang menjaga kuda harus

cepat-cepat memasang celana dan bersiap-siap untuk membantu yang

berada di dalam. Dengan demikian kita ada kesempatan lari.?

Demi mendengar usul Lie Ji kwi ini, semuanya merasa lebih

sempurna. Mereka berteriak-teriak, setuju! setuju! setuju! Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

254

Siok Poo dan Ong Pek Tongpun menyetujui ide yang lebih

bagus ini. Mereka lalu menaiki kuda masing-masing dan berangkat

ke kota raja. Setibanya diluar kota gerbang, mereka turun dan

menyerahkan kuda-kuda itu kepada petugas yang mendapatkan

giliran berjaga. Kemudian dengan riang gembira, mereka bersama
sama memasuki kota.

Pada hari itu tidak hanya ulang tahunnya Wat Kok Kong saja

yang menjadikan kota raja menjadi ramai. Akan tetapi bertepatan

juga dengan Pek Gwee Cap Go, hari peringatan Tongciu Phia. Oleh

karena itu semua jalan-jalan kota raja dihiasi, dipajang dengan

pajangan-pajangan yang indah. Dipasang Hoateng-hoateng yang

beraneka ragam dan beraneka ragam coraknya.

Rumah-rumahpun dikapur bersih, dihiasi dengan pajangan
pajangan dan memasang Hoateng-hoateng yang indah-indah. Ada

yang berbentuk naga-nagaan, ikan-ikanan, bintang, berbagai macam

bunga, hewan dan aneka ragam.

Para Liolo dan pengawal-pengawal Ca Ciauw berpencar.

Mereka mencari hiburan sendiri. Sedangkan kelima pemuda gagah

ini, bersama-sama berjalan-jalan melihat-lihat istana-istana pembesar

yang sangat dikagumi.

Pertama-tama mereka menuju ke gedung Suma. Istana menteri

negara ini indah dan besar. Di muka dan di belakang terdapat

lapangan luas dan didalamnya banyak terdapat bola-bola dan bulan
bulanan. Lapangan ini diberi nama Pauw Kiu Ciang (semacam

bowling) untuk orang-orang bermain melempar bola.

Di setiap patok bola selalu ada serdadu yang menjaga. Di

tengah-tengah lapangan terpancang bulan-bulanan sebagai sasaran

melempar bola itu. Mainan ini yang membangun adalah putera

bungsu dan putera yang disayang oleh menteri Ie Bun Sut. Namanya

Ie Bun Hwa Kit.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

255

Permainan ini hanyalah untuk cari setori dan iseng. Kalau ada

yang melempar kena, akan diberi hadiah dua puluh tahil dan kain

sutera dua kayu (dua balok). Biaya setiap pelempar sebanyak dua

tahil. Yang tidak bisa mengenai selalu diejek, ditertawakan dan

dijadikan bulan-bulanan.

Tidak heran bila di lapangan ini kian lama kian sepi. Sebab

orang-orang jera dan takut bermain lemparan bola yang konyol itu.

entah ada alat rahasia apa yang dipasang sebab lebih banyak yang

meleset daripada yang kena.

Menteri negara Ie Bun Sut ini mempunyai empat orang putera

yang gagah-gagaj dan rata-rata berpengeetahuan tinggi dan berbadan

tegap. Putera pertama adalah Ie Bun Hoa kit, saat ini menjabat

sebagai Gisu (komamdan pasukan istana). Putera kedua bernama Ie

Bun Su Kit, menjadi Lam Yang Kiong Huma.

Putera ketiga Ie Bun Tie Kit, menjabat komandan kawal istana

kaisar. Dan yang keempat adalah Ie Bun Hui Kit. Putera yang

keempat tidak mempunyai pangkat dan jabatan apa-apa. hanya

mengandalkan pengaruh orang tua dan kakak-kakanya ia bisa

malang-melintang dan berbuat sewenang-wenang tanpa ada orang

yang berani menggangunya. Perbuatan-perbuatannya sangat sesat,

selalu ugal-ugalan, sangat kurangajar dan suka mempermainkan

rakyat jelata. Terlebih dari itu, ia adalah pemuda pemogor, bajul

buntung nomor wahid. Setiap hari selalu mencari daun muda untuk
Dendam Membara Cap Pek Loo Hoan Ong Karya Dhiyana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilalapnya. Tidak peduli orang itu anak bangsawn, ningrat, anak

pembesar, sudah bertunangan, akan menikah, bahkan yang sudah

bersuami sekalipun asal wajahnya cantik dan tubuhnya menggiurkan

akan diambilnya secara paksa dan diperkosanya.

Inilah karakter putera terkecil menteri negara Ie Bun Sut yang

kelewat sesat dan bejat. Pada waktu itu, kelima orang gagah telah

tiba di pinggiran lapangan lempar bola. Diantara mereka berlimaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

256

yang tertarik untuk bermain hanyalah Ca Ciauw. Sedang yang lain
lainnya tidak tertarik sama sekali.

Lie Ji Kui misalnya, ia sesungguhnya putera seorang saudagar

kaya raya, sehingga untuk pelesiran dan permainan semenjak kecil

sudah kenyang. Oleh karena itu ia melihat lapangan lempar bola ia

tidak tertarik.

Cee Kok Wan sejak kecil dididik di kalangan berandal. Ia buta

huruf dan tidak mengenal permainan macam apapun. Tahunya hanya

angin kecil angin besar, hujan turun dan dikegelapan malam

merampok dan membunuh. Dengan lemparan bola ia tidak tertarik

sama sekali.

Ong Pek Tong bekas menteri kerajaan Sweitiauw. Iapun tidak

tertarik. Demikian juga Siok Poo yang bekepandaian tinggi, tidak

mau memamerkan kepandaiannya hanya untuk bermain bola.

Keempat orang gagah ini sudah memutar badan hendak

meninggalkan lapangan itu, tetapi Ca Ciauw menahannya.

?Tunggu dulu, selamanya saya belum pernah bermain lemparan

bola. Cobalah saya adu nasib, siapa tahu dapat tambahan ongkos

untuk berjalan-jalan.?

Terpaksa keempat kawannya menunggu.

Ca Ciauw lalu membeli karcis tiga lembar untuk tiga kali

lemparan. Ia mengeluarkan modal enam tahil. Lemparan pertama

meleset, kedua juga. Akan tetapi yang terakhir kena.

Sorak sorai para penduduk yang menonton di pinggiran

lapangan itu bergemuruh. Mereka memuji ketangkasa Ca Ciauw.

BERSAMBUNGKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

257

Mengapa Cin Siok Poo tidak mengindahkan peringatan orang sakti

itu ?

Bencana apakah yang bakal terjadi di kota raja?

Apakah dalam peristiwa ini Cin Siok Poo terlibat?

Dapatkah ia bersama-sama kawan-kawannya meloloskan diri?

Khasiat apakah yang dimiliki bungkusan kecil pemberian orang sakti

itu?

Bacalah jilid yang ke Delapan.

SEGERA TERBIT ! !

JILID 8

Syum Brasthang kalanilang kadirikana rinadirang duratmaka.

? Hancur dan binasalah orang orang jahat sehingga dunia

bersih seperti pada sebelumnya. Mereka memang harus disapu bersih


Jago Pedang Tak Berjago Pedang Tak Bernama Bu Beng Kiam Hiap Karya Kho Ping Hoo Bu Beng Kiam Pendekar Naga Putih 63 Duel Jago Jago Mustika Lidah Naga 7

Cari Blog Ini