Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne Bagian 1
Dark Guardian: FULL MOON
Copyright ? 2009 Jan L. Nowasky
Published by arrangement with HarperCollins Publishers.
188101934
ISBN: 978-979-27-8358-2
Alih bahasa: Kartika Sari
Editor: Rina K. Agata
Hak cipta terjemahan Indonesia ? 2010
PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan.
iii
Untuk Brandon,
Penasihat paranormal yang luar biasa.
Terima kasih untuk semua ilham pada waktu sarapan.
Dan membiarkan aku memunculkan berbagai skenario
dari dirimu.
Kau menakjubkan! Penuh cinta, Ibu
ebook by
http://facebook.com/indonesiapustaka
1
PROLOG
Purnama telah menjadi musuhku.
Aku berada dalam sebuah gua, bersiap diri menghadapi
malam terpenting dalam hidupku. Beberapa hari yang lalu
umurku telah genap tujuh belas tahun. Malam ini purnama
akan menghiasi langit. Ketika aku berdiri di bawahnya, cahaya
bulan akan membasuhku, dan aku?Lindsey Lancaster?
akan berubah.
Menjadi serigala.
Aku adalah Shifter, salah satu spesies makhluk hidup
yang selama ribuan tahun telah memiliki kemampuan untuk
berubah dari wujud manusia ke wujud binatang. Binatang
yang ditakdirkan pada kaumku adalah serigala.
Sepanjang yang kuingat, aku sudah tak sabar menunggu
malam ini. Namun dalam beberapa minggu terakhir,
2
aku malah ketakutan akan datangnya malam ini, karena
segalanya tiba-tiba menjadi sangat membingungkan dan
rumit. Perasaanku, emosiku?mengembara ke mana-mana.
Hatiku mengatakan suatu hal, tapi kepalaku mengatakan
hal yang lain.
Connor dan aku telah menjadi sahabat karib selamanya.
Keluarga kami selalu pergi bersama-sama di dunia luar, tempat kami semua berpura-pura tidak memiliki kemampuan
istimewa ini, dan kami berpura-pura seperti para Static,
yang tidak bisa berubah wujud. Orangtua kami yakin bahwa
Connor dan aku ditakdirkan untuk bersatu.
Kadang-kadang aku takut kalau Connor dan aku terperangkap dalam mimpi-mimpi mereka untuk kami dan
memutuskan mimpi-mimpi itu juga milik kami. Suatu
malam, di depan semua orang, Connor menyatakan aku
sebagai pasangannya. Aku tergetar mendapati dia memiliki
perasaan yang begitu kuat terhadapku, karena kupikir aku
juga merasakan hal yang sama terhadapnya. Keluarga kami
berpesta untuk merayakannya. Dalam tradisi kaum kami,
dia mentatokan namaku dalam simbol Celtic pada bahu
kirinya?cara kami untuk bertunangan. Nasib kami sudah
disegel.
Tapi kemudian Rafe pulang pada musim panas ini setelah setahun pergi untuk kuliah di perguruan tinggi, dan
aku mulai menaruh perhatian padanya dengan cara yang
tidak biasa. Waktu dia berbicara, suaranya yang dalam dan
sedikit serak?sangat seksi. Dia tak banyak bicara, hanya
3
kalau ada hal-hal penting untuk dikatakan, dan kalau dia
sudah bicara, jari-jari kakiku rasanya tergelitik. Matanya
yang gelap mampu menawanku, membuat jantungku
bergemuruh bagaikan guntur. Dan ketika dia menjatuhkan
pandangannya yang berbahaya ke bibirku, aku ingin meleleh
dalam pelukannya dan menarik bibirnya ke bibirku untuk
merasakan sesuatu yang terlarang.
Dia berdarah liar, memilih untuk menjalani hidup menyerempet bahaya. Dia adalah serigala besar yang jahat?eh,
bukan. Dan sesuatu di dalam dirinya memanggil keliaran
dalam diriku tapi panggilan itu tak bisa kujawab.
Connor adalah takdirku.
Dia dua tahun lebih tua dariku, dan sudah mengalami
perubahannya. Malam ini dia akan menuntunku menjalani
perubahanku. Aku memaksa diri untuk memusatkan perhatian pada Connor: rambut pirangnya, mata birunya,
cengiran miringnya yang membuatku tersenyum. Dia sedang
menungguku sekarang, menunggu untuk berbagi malam
terpenting dalam hidupku. Dia akan menggenggamku,
membimbingku melewati perubahan ini, dan memastikan
keselamatanku. Kami akan terikat kuat selamanya karena
kami melewati pengalaman ini bersama. Seperti itulah yang
seharusnya terjadi.
Aku mengamati bayanganku di cermin. Mataku cokelatkehijauan, walaupun warnanya cenderung berubah sesuai
suasana hatiku. Malam ini entah kenapa berwarna biru
bukannya hijau atau cokelat. Mataku terlihat sedih di saat
4
seharusnya dipenuhi semangat menghadapi peristiwa ini,
seperti layaknya seorang gadis yang hendak pergi ke pesta
dansa sekolah.
Rambut pirangku yang pucat tergerai di bahuku. Jubah
putih lembut yang kukenakan mengusap kulitku, dan kegugupan menyergap begitu menyadari bahwa sebentar lagi
sinar bulan akan menyentuhku?sinar bulan dan Connor.
Aku berpaling dari cermin dan berjalan ke pintu masuk
gua, tempat sebuah air terjun menyembunyikan sarang
kami dari orang yang tidak mengetahui keberadaannya?
keberadaan kami. Aku menyelinap keluar dari belakang
tirai air dan mengitari kolam berair tenang yang akan segera
memantulkan sinar bulan yang meninggi.
Aku melihat Connor menungguku dengan sabar. Dia
mengenakan jubah hitam dan mengulurkan tangannya,
dan aku menekankan telapak tanganku ke tangannya.
Jemarinya?sangat panjang, sangat yakin, sangat kuat?
menggenggam tanganku, yang tiba-tiba saja terlihat terlalu
lemah dan rapuh untuk menghadapi apa yang akan terjadi.
Seolah merasakan ketakutanku, dia menarikku mendekat.
Keakraban darinya memberiku penghiburan. Dialah orangnya. Hanya dialah orangnya.
Sambil menunduk, dia menyapukan bibirnya ke bibirku.
Hatiku berdegup oleh kebesaran yang akan kami lalui.
Sambil menggenggam tanganku, dia menuntunku ke
tanah terbuka, ke arah bulan yang sedang menunggu, menuju
keabadian sebagai pasangannya.
5
Dan aku hanya bisa berharap, aku tidak membuat pilihan
yang salah. Sebaliknya, aku sedang berjalan lurus ke satusatunya kesalahan terbesar dalam hidupku.
6
SATU
Menurut dugaan, mimpi merupakan cerminan ketakutan
dan hasrat rahasia kita yang terpendam, yang bergejolak
menuntut perhatian. Mimpiku semalam sangat nyata,
sehingga sampai saat ini, ketika petang menjelang, mimpi
itu masih membuatku resah di tempat dudukku. Aku
duduk membelakangi tembok dalam ruang rapat, tempat
para tetua dan Dark Guardian?pelindung masyarakat
kami?sedang membahas cara terbaik untuk memastikan
keselamatan kami. Karena aku belum mengalami perubahan
pertamaku, jadi aku baru dianggap calon dan tidak diijinkan
untuk duduk dalam lingkaran meja bundar besar bersama
yang lain. Itu tidak masalah bagiku, karena itu memberiku
kebebasan untuk membiarkan pikiranku berkelana?tanpa
seorang pun yang tahu kalau aku tidak menyimak.
7
Dalam mimpiku, aku sedang berdiri di tanah terbuka
bersama pasanganku yang telah diumumkan, Connor, dan
kami saling berpelukan erat sampai-sampai kami nyaris tak
bisa bernapas. Bulan purnama bertindak bagaikan lampu
sorot.
Tiba-tiba awan hitam menghalangi cahaya bulan, dan
segalanya menjadi gulita. Masih tetap mendekapnya, aku
benar-benar menyadari lekukan otot-otot dan tulang-tulang
di tubuhnya yang menempel padaku bergerak. Tiba-tiba
tubuhnya lebih tinggi dan kekar. Jari-jariku kususupkan ke
dalam rambutnya, dan aku merasakan untaian rambutnya
menebal dan memanjang. Mulutnya menutupi mulutku,
tapi bibirnya lebih penuh daripada sebelumnya. Ciumannya
lebih lapar daripada yang pernah dilakukannya. Membuat
tubuhku menghangat dari ujung kepala sampai ujung kaki,
dan kurasa aku jadi tahu bagaimana rasanya menjadi lilin,
yang meleleh karena terbakar. Aku tahu, seharusnya aku
bergerak menjauh, namun aku berpegang erat padanya
seolah aku akan tenggelam ke dasar laut keraguan kalau
aku melepaskannya.
Awan yang mengambang itu melayang pergi, dan
cahaya bulan kembali menyinari kami?hanya saja aku
tidak lagi berada dalam pelukan Connor. Sebaliknya,
aku malah merapatkan tubuh pada Rafe, menciumnya,
mendambakan sentuhannya.
Aku bergerak gelisah di kursiku begitu ingat betapa
aku sangat mendambakan Rafe. Seharusnya Connor yang
8
kudambakan. Namun aku terbangun dengan seprai yang
kusut, menuntut sentuhan Rafe lagi?sekalipun itu hanya
dalam mimpi.
Aku menggeliat lagi, dan merasakan sikutan tajam di
rusukku.
"Bisa diam, kan?" bisik Brittany Reed agak keras di
sampingku. Seperti halnya aku, dia baru akan berusia tujuh
belas tahun dan akan mengalami perubahan pertamanya
pada bulan purnama berikutnya.
Aku kenal Brittany sejak TK. Kami berteman, tapi
aku tak pernah merasa dekat dengannya seperti aku dekat
dengan Kayla?yang baru saja kukenal musim panas lalu,
ketika orangtua angkatnya mengajak dia ke kebun raya
untuk menghadapi masa lalunya. Kami langsung merasakan
ikatan yang dalam begitu pertama kali bertemu. Setahun
belakangan kami saling bertukar pengalaman melalui email,
SMS, dan telepon.
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada purnama yang lalu dia telah menemukan
kenyataan bahwa dirinya adalah salah satu dari kami, dan
bahwa Lucas Wilde adalah pasangan takdirnya. Tak bisa
kubayangkan betapa takutnya hanya punya sedikit waktu
untuk mempersiapkan diri. Kami, para Shifter, tidak bisa
mengendalikan perubahan pertama kami. Ketika purnama
muncul, tubuh kami akan bereaksi pada panggilannya.
Namun, sekarang Kayla duduk di meja bersama yang
lainnya.
9
Titik balik matahari, hari terpanjang dalam setahun,
biasanya merupakan kesempatan bagi kaum kami untuk
berkumpul bersama dan merayakan keberadaan kami.
Namun tahun ini, selimut kabut meliputi ketika kami
berkumpul di Wolford, sebuah desa tersembunyi jauh
di dalam hutan lindung besar dekat perbatasan Kanada.
Dulunya di sana terdapat masyarakat yang dinamis, namun
kini yang tersisa hanyalah beberapa bangunan kecil dan
sebuah bangunan besar menyerupai mansion, yang dijadikan
tempat tinggal bagi para tetua yang memimpin kami.
Tempat itu juga merupakan tempat tinggal kami semua
ketika kami merayakan titik balik matahari di sini.
Kami selalu menjadi sekelompok masyarakat rahasia.
Walaupun kami hidup di tengah masyarakat luas, kami
hanya membuka jati diri kepada sesama kami. Namun
belakangan ini, kami baru tahu kalau kakak Lucas telah
mengkhianati kami dengan menceritakan keberadaan kami
kepada orang luar. Kini para ilmuwan yang bekerja untuk
perusahaan penelitian kesehatan bernama Bio-Chrome
berniat menangkap kami untuk mengetahui apa yang
membuat kami kuat?atau yang lebih penting lagi, apa
yang membuat kami bisa berubah wujud. Mereka ingin
mematenkan kemampuan ini, mengembangkannya, dan
memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan.
Namun dibedah dan dipelajari bukanlah hal yang kami
inginkan untuk melewatkan liburan musim panas kami.
10
Walaupun belum terlihat tanda-tanda kehadiran para ilmuwan Bio-Chrome sejak Lucas dan Kayla melarikan diri dari
cengkeraman mereka, tak seorang pun yakin kalau mereka
telah menyerah begitu saja. Kami semua cemas karena kami
bisa merasakan pertikaian yang mungkin saja terjadi?
seperti cara binatang merasakan datangnya badai. Alam
telah membuat kami terbiasa menghadapi bahaya. Itulah
alasannya kenapa kami belum punah seperti dinosaurus.
Brittany benar. Aku memang harus duduk dengan
tenang. Aku harus berhenti memikirkan mimpi gila itu dan
lebih memperhatikan diskusi di meja. Malangnya, ketika
aku mengedarkan pandangan pada kelompok itu, mataku
bertumbukan dengan mata Rafe. Dia sedang menatapku
tajam, yang membuatku berpikir dia tahu tentang mimpi
yang menggangguku. Mata hitamnya mengandung
tantangan, menantangku untuk tidak memalingkan wajah,
menggodaku untuk mengambil risiko tertangkap basah
sedang menatapnya, bukannya memusatkan perhatian
untuk melindungi kami dari Bio-Chrome. Pada saat khusus
seperti ini pun, aku tak percaya bahwa para ilmuwan itu
lebih berbahaya bagiku daripada Rafe.
Dia mengamatiku dengan satu tujuan dalam pikirannya.
Aku hampir bisa merasakan sentuhan dari tatapannya pada
kulitku. Aku tahu, seharusnya aku berpaling, namun aku
tak mau kehilangan hubungan yang kuat ini. Aku belum
pernah merasakan sesuatu yang sangat kuat seperti ini.
Pandangan mataku kabur; kata-kata yang kudengar tak
jelas, seolah aku berada dalam air. Jantungku berpacu dalam
11
sedetik, lalu menjadi pelan pada detik berikutnya?sama
bingungnya dengan diriku. Ingin aku berdiri dan berjalan
menghampirinya. Aku ingin lari dari ruangan ini.
Rafe tak banyak bicara selama sesi ini?tapi sebenarnya,
dia memang jarang bicara. Dia adalah tangan kanan Lucas,
lebih banyak berbuat daripada bicara. Dia selalu terlihat
seolah lupa bercukur pada pagi harinya, dengan seberkas
jenggot pendek yang seksi tersisa di dagunya. Rambutnya
yang tebal dan lurus tergerai di bahunya dengan warna
segelap malam tanpa bulan, hampir serasi dengan warna
matanya yang cokelat tua. Ketika dia berubah wujud, dia
sangat indah dan mematikan.
Musim panas lalu aku melihatnya mengalahkan seekor
puma ketika kami sedang meninjau lokasi sebelum membawa
beberapa pengunjung ke sana. Puma itu menyerang, Rafe
berubah wujud, dan aku melihat dari dekat apa yang
sanggup dilakukan oleh kaum kami ketika terancam. Kami
agresif dan mematikan.
Bahkan dalam wujud manusianya, Rafe membuatku
takut pada kekuatan yang belum dilepaskan dari dalam
dirinya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia mulai menarik
perhatianku?walau menarik adalah kata yang kurang
begitu kuat. Aku tak bisa melewatkan barang lima detik
tanpa memikirkannya; tanpa memandang berkeliling untuk
mencari-cari di mana dia. Aku penasaran padanya dengan
cara yang belum pernah kurasakan terhadap cowok lain,
tidak juga terhadap Connor. Aku ingin tahu jenis film
12
yang disukainya dan buku apa saja yang dibacanya. Aku
ingin mendengarkan lagu-lagu di iPodnya dan mengetahui
musik kesukaannya. Tapi yang lebih membuatku penasaran
adalah bagaimana rasanya kalau dia memelukku seperti
yang dilakukannya dalam mimpiku. Aku ingin merasakan
bara ciumannya.
"Dua minggu lagi kita akan bisa main bareng cowokcowok dewasa," bisik Brittany, membuyarkan lamunanku
tentang Rafe dan menyalakan sepercik rasa bersalah di
dalamnya. Apakah dia tahu ke mana perhatianku tertuju,
"laki-laki dewasa" mana yang membuatku terpesona?
Ataukah dia juga sedang mencari-cari di sekitar meja itu,
berharap mendapatkan perhatian seseorang? Menurut
legenda, seorang gadis tak akan bisa bertahan pada
perubahan pertamanya kalau dia melaluinya sendirian.
"Tidakkah kau takut?" tanyaku. "Maksudku, belum
ada yang menyatakan dirimu sebagai pasangan." Begitu
mengatakannya, aku jadi kaget sendiri. Mungkin saja
Brittany sudah sangat mengkhawatirkannya tanpa harus
kuperingatkan dengan kasar seperti ini.
Tapi dia hanya memutar mata birunya dan mengangkat
kepalanya, mengibaskan jalinan rambutnya yang tebal
sehitam batu bara ke belakang bahunya. "Itu sih kuno
banget. Aku nggak harus menunggu seseorang untuk
berdiri dan datang menghampiriku. Kalau itu lelaki
yang kuinginkan, aku harus bisa memintanya menjadi
pasanganku. Nggak ada salahnya sedikit menjadi perempuan
alfa. Lagi pula ini kan abad ke-21."
13
"Jadi, siapa yang akan kaupilih?kalau itu diijinkan?"
Dia ragu sesaat, dan selama beberapa saat yang singkat,
kupikir dia akan mengatakan sebuah nama padaku, tapi
kemudian dia hanya mengangkat bahu seakan dia belum
memutuskan. "Seseorang yang tidak disodorkan dengan
paksa oleh orangtuaku."
Aduh! Aku tahu kata-katanya itu lebih ditujukan pada
bagaimana orangtuaku dan orangtua Connor yang begitu
mendorong kami untuk berjodoh. "Orangtuaku tidak
memilih Connor."
"Sadarilah. Liburan keluarga, senam, pesta ulang tahun?
keluarga kalian telah melakukan semuanya bersama-sama
sejak kalian dilahirkan."
Aku tidak bisa membantah kebenaran itu. Connor selalu
ada dalam setiap kesempatan istimewa dalam hidupku. Aku
punya foto Connor dan aku yang sedang jatuh di Tower of
Terror di Disney World, boogie boarding di ombak Hawaii,
bermain ski di dusun terpencil di Aspen dan masih
banyak lagi. Kami telah menghabiskan banyak musim panas
dengan teriakan dan tawa ketika kami naik permainan
yang menantang dan menikmati pertunjukan-pertunjukan
setempat kemana pun orangtua kami mengajak kami
berlibur. Aku ingat bagaimana kesepiannya aku saat
liburan ketika aku berumur lima belas tahun dan Connor
menghabiskan liburan pertama musim panas dan musim
dinginnya dengan bekerja di hutan lindung sebagai
sherpa?sebutan kami untuk orang-orang yang memandu
para pengunjung ke jantung belantara dan memastikan
14
mereka tidak mendatangi tempat-tempat di dekat persembunyian kami. Musim panas berikutnya aku melamar
untuk mengikuti program sherpa.
"Kami selalu bersenang-senang bersama," kini aku
mengatakannya pada Brittany. "Kami cocok."
"Cocok? Kayak memilih sepatu untuk dipakai dengan
rok baru saja. Menerima pasanganmu mungkin menjadi
satu-satunya keputusan terpenting yang akan kaubuat dalam
hidupmu."
"Kenapa kau mempertanyakan pilihanku?" Dan
membuatku mempertanyakan pilihanku dalam prosesnya,
pikirku. Atau apakah mimpi itu yang menciptakan keraguan
bodoh ini?
"Karena ini nggak adil buat Connor kalau kau tidak
benar-benar mencintainya."
"Dan kenapa ini semua menjadi urusanmu?" balasku.
Mulutnya terkatup rapat. Dia sudah cekcok denganku
terkait hubunganku dengan Connor sejak awal musim
panas, menyindirku secara tak langsung kalau aku ini
bukanlah pacar yang baik. "Ya Tuhan. Apakah kau jatuh
cinta padanya?"
Sebelum dia sempat menjawab?setidaknya begitu
anggapanku?Lucas Wilde, pemimpin kelompok kami,
berbalik dari tempatnya di meja dan memelototi kami. Tanpa
bersuara dia memperingatkan kami, aku segera menutup
mulut, mengangguk padanya, dan akhirnya memusatkan
perhatian pada apa yang sedang dibahas di meja. Setelah
15
perubahan kami nanti, Brittany dan aku akan membuat
jumlah Dark Guardian menjadi dua belas. Namun Kayla,
Lucas, Connor, Rafe, Brittany, dan aku adalah satu tim
sherpa. Kami bekerja bersama untuk membawa para
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengunjung ke hutan belantara. Pekerjaan kami sebagai
pemandu inilah yang membuat kami bertemu dengan
kelompok Bio-Chrome dan menyadari tujuan sebenarnya
dari kelompok itu.
"Kurasa tak banyak yang bisa kita lakukan saat ini," kata
Connor, dan aku merasakan kebanggaan bahwa dia tidak
takut angkat bicara kepada tiga tetua yang duduk bersama,
membentuk sebuah rantai kebijakan dan sejarah. "Dr. Keane
dan timnya telah meninggalkan hutan dua minggu yang lalu.
Mungkin saat ini mereka telah menghentikan pencarian."
Dr. Keane adalah kepala ilmuwan di Bio-Chrome dan
salah satu otak di balik rencana untuk mempelajari kami.
Orang yang lain adalah anaknya, Mason.
"Tapi kemungkinan mereka akan membentuk kembali
kelompoknya. Aku tidak akan kaget kalau mereka muncul
lagi suatu hari nanti," kata Lucas.
"Aku setuju," kata Kayla.
Lucas tersenyum hangat kepadanya dan, tanpa terlihat
oleh para tetua, meraih tangannya di bawah meja. Dengan
rambut merahnya yang tergerai di bahu, dia terlihat
menonjol, tapi dari caranya menyambut perhatian Lucas
membuatnya memesona.
"Percayalah padaku, Mason terobsesi untuk menangkap
salah satu dari kita dan menemukan kunci dari kemampuan
16
kita untuk berubah. Mereka akan kembali, jadi kita harus
siap," lanjut Kayla. "Dia tidak akan menyerah."
Waktu itu, di awal musim panas, Kayla pernah tertarik
pada Mason?mungkin sebagai pacar yang berpotensi. Tak
perlu dikatakan lagi, ketertarikannya lenyap seketika begitu
dia tahu kalau di mata Mason, Kayla adalah umpan untuk
menjebak Lucas. Tak terbayangkan kalau dia bersama seseorang yang bukan Lucas saat ini.
Tetua Wilde, kakek Lucas, berdiri. "Kita akan tetap
waspada. Hidup kita bergantung pada keterampilan dan
kecerdasan Dark Guardian kita. Aku percaya penuh pada
kemampuan kalian untuk melindungi kita semua. Sekarang
tiba saatnya untuk merayakan titik balik matahari musim
panas, karena banyak kaum kita yang berdatangan kemari
untuk tujuan itu." Dia merentangkan tangannya seolah
hendak merangkul semuanya. "Lupakan masalah kita.
Nikmatilah malam ini."
"Dia cuma main-main, kan?" tanya Brittany sambil
menghela napas.
"Tetua Wilde belum pernah ketemu Mason dan ayahnya. Dia tidak mengerti betapa bahaya atau terobsesinya
mereka," jawabku.
"Apakah menurutmu itu bisa dilakukan? Pembuatan
serum yang akan menyebabkan lycanthropy?"
"Entahlah. Tapi bukannya ada virus yang mengalir
dalam darah kita. Ini genetik. Kau bisa memiliki gen itu
atau tidak."
17
"Ya," gumam Brittany. "Sulit bagi orang-orang yang
tidak mewarisinya."
"Setidaknya kita nggak perlu khawatir soal itu. Kita akan
segera berubah bersamaan dengan segala kebaikannya." Aku
bangkit berdiri dan melangkah menjauh darinya saat Kayla
mendekat sambil tersenyum cerah, mata birunya yang pucat
memancarkan kegembiraan.
"Jadi apa yang kalian berdua gosipkan di sini? Aku merasa
benar-benar diabaikan."
"Nggak ada yang penting, kok," kataku.
"Nah, itulah yang membuktikan maksudku," kata
Brittany.
Maksudnya bahwa aku tidak benar-benar memikirkan
untuk memilih pasanganku. Aku mulai terganggu dengan
pemikiran itu. Dia benar-benar harus mengubah nada
bicaranya. Mungkin kalau dia tidak terlalu terobsesi dengan
pilihanku, dia akan menemukan seseorang untuk dirinya.
"Maksud apa?" tanya Connor ketika dia datang
menghampiri dan berdiri di sampingku. Aku mematung,
ingin tahu bagaimana reaksinya atas tuduhan Brittany kalau
kami ini dijodohkan oleh orangtua kami.
Namun Brittany hanya berkata. "Nggak ada apa-apa."
Aku lega. Dia tidak akan membeberkan pendapatnya
bahwa perasaanku kepada Connor tidaklah tulus. Aku tak
ingin Connor meragukan cintaku, karena aku benar-benar
memperhatikannya?tak peduli apa yang dipikirkan
Brittany. Connor dan aku selalu tahu kami ditakdirkan
untuk bersama.
18
Lucas muncul di belakang Kayla, merangkul Kayla, dan
menariknya merapat ke sampingnya, seolah dia tak tahan
untuk tidak menyentuhnya. Kenapa aku dan Connor tidak
memiliki dorongan gila untuk merapat manja setiap saat?
Tiba-tiba dengan sadar aku mencari berkeliling ruangan
dan mendapati Rafe telah pergi. Aku tidak kaget. Tak peduli
kami semua sedang bekerja, berpesta, atau melindungi perkumpulan bersama-sama, dia adalah penyendiri.
"Jadi apakah kita sudah siap untuk berpesta?" tanya
Lucas.
"Kamu bercanda, ya? Ini kan perayaan titik balik matahari
pertamaku. Aku mau berdandan sedikit," kata Kayla.
Tatapan Lucas menyapunya. "Kupikir sekarang pun kau
sudah cantik."
"Pernahkan dia membuat pacarnya kecewa," kata
Brittany dengan nada menggoda.
Aku memandang Connor. "Aku mau ganti baju juga."
"Oke. Nanti aku akan mencarimu."
Betapa beda nada bicaranya dengan Lucas! Aku meyakinkan diriku bahwa itu karena Lucas dan Kayla baru
saling bertemu, sementara Connor dan aku telah bersama
sejak lama. Walau begitu, mau tak mau aku percaya
seharusnya kami masih merasakan percikan kegembiraan
ketika kami saling berdekatan.
"Aku tidak pernah berhenti mengagumi betapa luasnya
tempat ini," kata Kayla ketika kami berjalan menyusuri
lorong menuju serambi, meninggalkan para lelaki di ruang
rapat. Semua yang kuabaikan selama ini masih menjadi hal
19
baru baginya. Itu membuatku memandang segala sesuatu
melalui mata segarnya.
Semua temboknya ditutupi panel kayu gelap. Lantai
batunya telah usang dan tergores di tempat-tempat yang
pernah dipijak oleh cakar. Potret para leluhur kami,
baik dalam wujud manusia maupun serigala, berjajar di
dinding.
"Seluruh klan dulunya tinggal di sini," kata Brittany.
Dia menikmati sejarah kami, sementara biasanya tak terlalu
memedulikannya. "Kami sanggup memenuhi kebutuhan
sendiri. Lalu industrialisasi mulai mengambil alih, dan
kami menyadari betapa banyak yang akan kami lewatkan
seandainya kami tetap mengasingkan diri."
"Jadilah kita keluar ke dunia luas, dunia yang kejam,"
selaku.
"Nggak seburuk itu," kata Brittany.
"Lalu, kenapa kita harus tetap merahasiakan keberadaan
kita?" tanyaku.
"Karena kalau kita mencoba mengungkapkan jati diri,
kita disiksa dan dibakar bagaikan penyihir dan iblis," jawab
Brittany.
"Aku tahu itu terjadi pada zaman dulu," kata Kayla. "Tapi
tidakkah menurutmu manusia lebih terpelajar sekarang?"
"Apa reaksimu begitu tahu bahwa kami ini ada?"
tanyaku.
Wajahnya merona merah sampai-sampai bintik-bintik
pudar di pipinya menghilang. "Kaget. Dan aku sebenarnya
20
benci mengakuinya, tapi aku ngeri begitu tahu kalau aku ini
salah satu dari kalian. Tapi sekarang aku paham kalau kita
bukanlah manusia serigala yang kejam dan bermaksud
jahat, kurasa ini cukup mengagumkan. Itu saja yang
bisa kukatakan. Kalau manusia diberi kesempatan untuk
memahami apa kita sebenarnya, mungkin mereka akan
menerima kita."
"Atau mungkin mereka inginmenangkap danmempelajari
kita. Seperti yang dilakukan Bio-Chrome."
"Tapi kalau orang-orang tahu tentang kita, pemerintah
akan melindungi kita."
"Kita melindungi diri sendiri," kata Brittany keras-keras.
"Kita selalu begitu. Kita akan selalu begitu."
"Aku hanya berpikir bahwa mendapatkan pertolongan
bukanlah hal yang buruk."
"Ini bukan keputusan yang bisa kita buat," kataku
begitu kami mendekati tangga utama yang lebar, yang
akan membawa kami ke ruangan atas yang kami tempati
bersama. "Selain itu, kita punya keputusan yang jauh lebih
penting untuk dihadapi?seperti misalnya apa yang akan
kita kenakan malam ini."
21
Tidak seperti Kayla, aku sudah sering menghadiri perayaan
titik balik matahari musim panas. Perayaan itu ditandai
dengan melimpahnya makanan dan diputarnya musik jadul
yang membuat orangtua kami menari?dan kami bukannya
tak bisa berkutik dengan hanya mendengarkan. Para remaja
seusiaku akan berkumpul, kebanyakan dalam kelompokkelompok kecil untuk mengobrol, sambil menghindari
anggota yang lebih tua yang suka mencubit pipi kami dan
mengingatkan betapa lucunya kami dulu.
"Jadi aku harus berdandan seperti apa?" tanya Kayla
sambil mengaduk-aduk isi tas bepergiannya.
"Seksi," kataku sembari menarik tank top bertali dari
dalam tasku. Malam menjadi dingin di bagian utara sini,
DUA
22
jadi aku berencana untuk memakai jaket denim putih untuk
menutupnya.
Aku melangkah masuk ke kamar mandi dan di sebuah meja panjang Brittany tengah meluruskan rambut
hitamnya dengan pelurus rambut. Ketika kami berada di
hutan, biasanya kami mengikat rambut ke belakang atau
mengepangnya?berupaya untuk mengurangi kekusutan.
Namun malam ini, aku akan membiarkan rambut pirang
pucatku tergerai di bahu.
Aku mendekatkan badan ke arah cermin dan memakai
maskara. Kulitku yang berkilau sehat kudapat dari semua
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
waktuku yang kuhabiskan di alam bebas. Menantikan
datangnya sore ini sudah membuat mata cokelat kehijauanku berubah menjadi agak lebih hijau.
"Apakah ada kegiatan aneh yang berlangsung selama titik
balik matahari ini? Apakah aku perlu mempersiapkan diri
untuk segala sesuatunya? Maksudku, para lelaki tidak akan
menanggalkan pakaiannya dan berubah, kan?" tanya Kayla
ketika dia memasuki kamar mandi mengenakan rok denim
dan atasan pink berenda yang lucu.
"Semoga," kata Brittany. "Menurutku mereka terlihat
paling baik ketika berwujud serigala."
"Benarkah?" tanyaku.
"Ya, bukankah begitu?"
Aku memikirkannya sesaat. Bagaimanapun yang
dikatakannya itu kelihatannya sangat penting, tapi aku
tidak tahu kenapa. Entah kenapa seolah dia memandang
kami dengan cara yang berbeda daripada cara pandang
23
kebanyakan Shifter pada diri kami sendiri. "Tidak, bagiku
terlihat sama saja, dalam wujud mana pun. Bagaimana
menurutmu, Kayla?"
"Kurasa, aku tidak bisa memilih salah satu. Lucas adalah
Lucas. Apa pun yang terjadi. Itu hanyalah wujud."
"Tepat sekali," kataku.
"Mungkin kalian berdua hanya tidak menghargai serigala
sebagaimana mestinya," kata Brittany dengan sebersit nada
getir dalam suaranya. "Aku mau keluar duluan."
Dia melangkah keluar ruangan. Kayla mengangkat
sebelah alisnya ke arahku. Aku mengangkat bahu. "Suasana
hatinya sedang kacau."
Kayla mengerutkan keningnya. "Apakah kau pernah
merasa kalau dia." suaranya terhenti.
"Kalau dia apa?"
"Entahlah. Berbeda. Aku merasa terhubung denganmu,
seperti ada ikatan alamiah di antara kita, tapi aku tidak
merasakan yang seperti itu terhadap Brittany."
Itu membuatku merasa tidak setia kepada Brittany untuk
mengakui bahwa kadang-kadang aku merasakan getaran
ganjil darinya. "Kau hanya belum cukup mengenalnya."
"Kurasa begitu."
Ketika Kayla telah siap, kami keluar ke tempat
perayaan akan diselenggarakan. Daging sapi sedang
dimasak perlahan di atas sebuah lubang besar. Berbagai
sayur-mayur dan makanan penutup terhidang di atas
beberapa meja. Orang-orang berjalan hilir-mudik, makan,
dan mengobrol.
24
"Kayak piknik ramai-ramai saja," kata Kayla.
"Reuni keluarga, kurasa. Mungkin kita tidak berhubungan darah secara langsung, tapi kita dihubungkan melalui
sebuah kutukan kuno."
"Kau benar-benar berpikir kalau serigala pertama adalah
akibat kutukan?"
"Mungkin saja."
"Menurut Lucas kita sudah ada sejak permulaan
zaman."
"Itu juga sebuah kemungkinan, kurasa. Brittany mungkin
tahu. Dia telah mempelajari sejarah dan seluk-beluknya."
"Seluk beluk apa?" tanya Connor ketika dia dan Lucas
bergabung bersama kami. Connor menggenggam tanganku.
Sudah lama sekali sejak kami terakhir berpegangan tangan.
Aku tak tahu apakah dia juga memperhatikan kedekatan
antara Lucas dan Kayla. Dengan kemeja hijau lembut yang
dimasukkan ke dalam celana jeans gelapnya, dia terlihat
keren.
"Dari mana kita berasal," kataku.
"Menurut naskah kuno kita selalu ada," kata Lucas
sembari melingkarkan tangannya ke pinggang Kayla dan
menariknya merapat ke sampingnya.
"Naskah kuno yang sangat rahasia?" tanya Kayla sambil
menatapnya dengan ekspresi penuh cinta. Jelas sekali kalau
mereka memang cocok satu sama lain.
"Hanya bagi para tetua. Naskahnya disimpan dalam
ruangan khusus." Lucas menelengkan kepalanya. "Ayo,
mari kita berpesta."
25
Aku hendak mengikutinya, namun Connor menahan
dan menarik tanganku.
"Kayaknya Lucas membawanya melihat-lihat berkeliling,"
kata Connor. "Berdua saja." Kata-katanya bernada
menyarankan.
"Oh. Benar." Aku tak kuasa menahan rasa pedih karena
iri. Kayla dan Lucas hampir-hampir tak pernah lepas
bergandengan tangan, sementara Connor dan aku hanya
bersikap seperti sahabat lama.
Dia tersenyum hangat padaku. "Kamu manis sekali."
"Memangnya biasanya tidak?" godaku.
"Kau selalu tampak hebat. Kau tahu itu. Itulah salah
satu alasan kenapa Rafe tak bisa memalingkan matanya
darimu."
Aku merasa perutku sakit dan bertanya-tanya apakah
dia menyadari kalau akhir-akhir ini aku sulit mengalihkan
pandanganku dari Rafe. "Aku nggak tahu," kataku
berbohong.
"Untungnya kau adalah milikku, kalau tidak, aku akan
cemburu," katanya.
Diam-diam aku bertanya dalam hati, apakah sedikit rasa
cemburu itu pertanda baik. Aku ingin percikan kehangatan
dalam hubungan kami juga terlihat jelas seperti hubungan
Kayla dan Lucas.
"Yuk. Kita cari sesuatu untuk dimakan," kata Connor
sambil tetap memegangi tanganku dan menarikku menuju
ke tempat pemanggangan. Aku tak kuasa menahan geli atas
26
semangatnya itu. Sudah berapa kali dalam bertahun-tahun
dia akan terburu-buru menuju ke suatu tempat karena
lapar?
Setelah mengisi piring dengan daging yang cukup masak
sampai darahnya berhenti merembes keluar, Connor dan aku
duduk di tanah di bawah sebatang pohon, makan ditemani
keheningan.
"Apakah ini hanya perasaanku atau memang ada sesuatu
yang hilang tahun ini?" tanyaku setelah beberapa saat.
"Ya, memang ada yang hilang. Itu yang namanya
tawa."
Begitu dia mengatakan hal itu, aku tahu yang dikatakannya
benar. "Jadi apakah menurutmu Bio-Chrome benar-benar
suatu masalah?" tanyaku, berharap dia akan mengatakan
tidak.
"Kurasa begitu. Mereka tidak akan menyerah begitu saja."
Dia berhenti sesaat. "Tapi kita harus kembali melakukan
kegiatan seperti biasa, membawa para pengunjung ke
dalam hutan. Kita hanya perlu waspada, bisa jadi beberapa
pengunjung adalah mata-mata mereka."
Sejenak aku memikirkannya. "Menurutmu, selain Lucas,
apakah mereka mencurigai orang lain dalam kelompok kita
sebagai Shifter?"
"Sulit dikatakan."
"Kurasa Mason kebanyakan baca komik sewaktu kecil.
Dia mungkin percaya kalau digigit laba-laba radioaktif akan
mengubahnya menjadi Spider-Man."
Connor nyengir. "Memangnya tidak, ya?"
27
Aku memukul lengannya main-main. Dia pengagum
berat kisah superhero. Iron Man adalah favoritnya, karena dia
tidak benar-benar memiliki kekuatan super. Tiba-tiba saja
bagiku terasa aneh karena Connor memilih seorang yang,
tanpa baju besinya, sama "normal"-nya dengan sebagian
besar umat manusia di dunia.
"Apakah kau merasa nyaman menjadi Shifter?" tanyaku
keceplosan.
"Nggak pernah benar-benar memikirkannya. Kenapa?"
"Hanya memikirkan bagaimana kamu mengagumi Iron
Man. Mungkin seharusnya aku memercayakan analisa
psikologi kepada ahlinya."
"Pastinya."
Pikiranku beralih kembali kepada Bio-Chrome.
"Mungkin seharusnya kita menempatkan seorang mata-mata
di markas mereka."
Connor menatapku.
"Apa?" tanyaku, merasa jengah dipandangi seperti itu.
"Itu bukan ide yang buruk."
"Nggak, kok, aku cuma bercanda. Selain itu, siapa sih,
yang cukup gila dan mau jadi sukarelawan?"
"Seseorang yang nggak punya beban apa-apa."
"Brittany, mungkin," kataku pelan. Aku menyentuh
lututnya. "Connor, kamu kan berteman dengan para
lelaki. Kenapa kok kayaknya nggak ada yang menunjukkan
ketertarikan padanya?"
Dia menggeleng pelan. "Siapa yang tahu? Hanya saja ada
sesuatu tentang dirinya."
28
Aku mengerutkan alis. "Maksudmu?"
Sambil menghela napas dia menggigit sepotong daging
dan mengunyahnya sejenak, seolah dia harus mencerna
pikirannya. "Sulit menjelaskannya. Dia itu seksi?dan
bodinya bagus. Maksudku, astaga, dia berlari dua mil setiap
pagi menjelang fajar, masih ditambah melakukan push-up
dan sit-up dan bahkan latihan beban?yang kupikir itu aneh
bagi seorang perempuan karena kita secara genetik punya
kecenderungan punya bentuk tubuh yang bagus. Jadi kenapa
harus olahraga?"
"Kamu berolahraga," aku mengingatkannya.
"Ya, beda kalau buat laki-laki. Ini karena kami
laki-laki."
"Perempuan juga berolahraga."
"Tapi tidak sekeras yang dilakukan Brittany."
Dia terdiam sesaat, mencari kata-kata. "Tapi ini lebih dari
itu. Kalau memandangmu, aku merasakan ikatan jiwa yang
dalam. Serigala kepada serigala. Bahkan ketika aku bertemu
Kayla, aku merasakan getaran yang artinya dia adalah salah
satu dari kita. Tapi dengan Brittany, aku tidak merasakan
apa-apa. Seperti melihat gadis Static di kampus dan tahu
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalau mereka itu orang luar.
"Tapi Brittany adalah salah satu dari kita," tegasku.
"Aku tahu. Itu tidak masuk akal, tapi aku bukan
satu-satunya laki-laki yang merasakan gelombang Static
darinya."
"Tapi nggak mungkin dia itu Static. Orangtuanya adalah
Shifter." Memang begitulah mereka. Aku kenal ibunya.
29
Kalau ayahnya, aku tak pernah ketemu. Tak seorang pun
yang pernah bertemu dengannya sejauh yang kutahu. Dia
tinggal di Eropa, menjadi anggota klan lain. Yang ada hanya
Brittany dan ibunya. Tapi tetap saja, aku tak bisa membayangkan kalau ibunya berpacaran dengan orang yang
bukan Shifter. Aku bahkan tak yakin pada kemungkinan
itu. "Mungkin dia mengalami sejenis mutasi atau semacamnya." Aku menggeleng, menepis jauh-jauh pikiran itu, dan
mengulangi kata-kataku, "Dia salah satu dari kita."
"Hei, Connor!" panggil salah seorang laki-laki, menyela
pembicaraan kami tentang Brittany. Bukan karena
menurutku masih banyak yang harus dibicarakan soal topik
ini. Gagasan bahwa dia bukanlah Shifter sangat aneh bahkan
untuk direnungkan. Sejauh yang kutahu, tak pernah ada
kejadian yang seperti itu. "Para orangtua menantang kita
untuk bermain bola. Ayah lawan anak. Mau ikut?"
"Tentu."
"Temui kami lima menit lagi, ya. Di lapangan." Dia
berlari pergi.
"Kau mau nonton kami main bola?" tanya Connor.
"Tentu saja."
"Kalau begitu, beri aku ciuman keberuntungan."
Aku tersenyum padanya, yang kupikir itu cengiran seksi.
"Seolah kau harus memintanya."
Dia menunduk dan menciumku. Aku selalu takjub
pada betapa hangat mulutnya, dan betapa menyenangkan
dicium Connor. Bukan karena aku punya pengalaman lain
30
untuk dibandingkan?dialah satu-satunya yang pernah
kumiliki.
Sambil menjauh, dia tersenyum lebar. "Aku ingin lebih
dari itu setelah aku mengalahkan ayahku."
Aku tertawa ketika dia membantuku berdiri. Kami meninggalkan piring kami dan berjalan menuju ke lapangan.
Dia menciumku sekilas sebelum berlari memasuki area
tempat Lucas dan beberapa Dark Guardian lain sedang
menunggu. Connor benar-benar tangkas dan anggun. Aku
suka melihat caranya bergerak. Dia luar biasa sempurna.
Aku berpikir untuk mencari Kayla dan Brittany di antara
orang-orang yang telah berkumpul untuk menonton,
tapi aku lagi nggak mood untuk berurusan dengan sikap
Brittany yang sedang mengalami sindrom premenstruasi
atau apa pun yang terjadi padanya. Lagian saat ini aku
juga nggak mood untuk mendengarkan kebahagiaan Kayla
yang berlebihan setelah dia dan Lucas jalan bareng. Aku
ikut senang, tapi mungkin aku juga agak iri karena dia
sama sekali tak meragukan perasaannya terhadap Lucas,
sementara ketidakpastian perasaanku terhadap Connor telah
menjangkitiku.
Aku bersandar ke sebatang pohon, menikmati
kekokohannya. Aku selalu menyukai alam; aku menghargai
setiap aspeknya, dan aku mendapat kenyamanan darinya.
Aku memerlukan sedikit kenyamanan. Ketika aku
memandang berkeliling, dengan sedih aku menyadari bahwa
yang dikatakan Connor benar. Tak ada banyak tawa seperti
31
biasa. Semua orang kelihatannya sadar bahwa dunia kami
sedang di ujung perubahan?dan kami hanya tidak nyaman
dengan aspek perubahan yang tidak berhubungan langsung
dengan tubuh kami. Mungkin itulah alasannya kenapa kami
masih menggunakan istilah pasangan dan hanya laki-laki
yang menyatakan maksudnya di depan umum. Kami masih
kolot dengan cara yang aneh seperti itu.
Ketika hari mulai gelap, beberapa obor dinyalakan
untuk membantu kami yang belum mengalami perubahan
wujud kami yang pertama. Mereka yang sudah bisa berubah
memiliki penglihatan malam yang tajam seperti serigala,
bahkan ketika mereka tidak sedang berwujud serigala.
Setelah perubahan pertama, banyak kemampuan kami
yang meningkat ketika kembali ke wujud manusia. Di satu
sisi, aku sudah tak sabar menunggu. Di sisi lain, aku masih
ketakutan. Sebenarnya seperti apa rasanya? Dan bagaimana
kalau aku membuat kesalahan dalam memilih pasangan?
"Jadi siapa yang menang?"
Jantungku berpacu mendengar suara serak yang tak
asing itu di telingaku. Aku tak tahu apakah ada orang lain
yang bergerak setenang Rafe. Sambil menoleh, berharap dia
tidak mendengar debaran liar jantungku, aku tersenyum
santai padanya. "Anak-anak, kurasa. Kenapa kamu nggak
ikut main?"
Terlintas ekspresi aneh di wajahnya?dan aku baru ingat
kalau ayahnya sudah meninggal. "Eh, maaf. Aku tadi asal
ngomong?"
32
"Bukan masalah besar. Sepertinya bukan kehilangan yang
besar bagi klan."
"Tapi itu besar bagimu."
"Nggak juga. Jadi, apakah ini perayaan titik balik
matahari paling sepi yang pernah kita lewati, atau apakah
aku hanya membesar-besarkannya?"
Jelas sekali dia ingin mengalihkan topik pembicaraan.
Ayahnya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil karena dia
menyetir dalam keadaan mabuk. Aku menyambut topik
barunya itu dengan senang hati. "Oh, ini jelas yang paling
menjemukan."
"Kamu mau kabur sebentar? Aku bawa motor."
Aku merasakan sebersit kegembiraan menyambut
ajakannya, dan tiba-tiba saja aku sadar betapa tak pantasnya
reaksiku. "Thanks, tapi aku nggak bisa."
Karena aku tidak bisa menyingkirkan mimpi itu dari
pikiranku, atau caranya memandangku ketika sedang rapat
tadi. Dan kalau kami hanya berdua saja, jauh di dalam
hutan.
Kebenarannya adalah bahwa aku tidak memercayai
diriku sendiri. Apakah aku akan jatuh dalam godaan? Rafe
memanggil beberapa bagian diriku, sesuatu di dalam diriku
yang tak kumengerti. Dia membuatku membayangkan
bisa menjadi lebih intim dengannya?dan Connor telah
meminta hak istimewa itu dariku.
Aku kembali menonton pertandingan, melihat ketika
Connor berlari mengejar operan dari Lucas. Hanya be33
berapa orang yang bersorak. Itu seolah semua orang ingin
memastikan bahwa tak seorang pun di hutan yang bisa
mendengar kami?seolah kami telah dikembalikan untuk
menjadi sangat rahasia. Dari cara kami bertindak, kami
mungkin sama takutnya pada bayangan kami sendiri.
"Kau tahu, mereka akan terus main sampai beberapa
jam lagi," kata Rafe. "Kita ini melegenda karena stamina
kita. Bahkan para orang tua pun seperti kelinci Energizer.
Mereka terus bergerak dan bergerak."
"Aku tahu, tapi?"
"Ayolah, Lindsey. Aku cuma ngomongin soal membonceng
motorku. Itu akan jauh lebih menyenangkan daripada hanya
bersandar di pohon."
Dan di sinilah aku selalu berpikir bahwa dia itu orang
yang pelit ngomong.
Tapi dia benar. Aku sudah bosan sekali. Rafe dan aku
berteman. Aku bisa pergi bersamanya dan tidak berbuat
sesuatu yang mengkhianati Connor, kan? Tentu saja. Aku tak
pernah berniat menyakiti Connor. Itulah salah satu alasan
kenapa aku terus mengubur begitu banyak keraguanku
tentang hubungan kami. "Connor dan aku?"
"Aku tahu," katanya dengan murung. "Kalian ditakdirkan
untuk bersama. Dia mentatokan namamu di pundaknya."
Aku menyipitkan mata. "Kau juga punya tato. Nama
siapa itu?"
Biasanya seorang laki-laki mengumumkan pasangannya
sebelum membuat simbol yang mewakili nama pasangan itu
34
di kulitnya, namun Rafe tidak mengikuti peraturan. Baru
akhir-akhir ini kami tahu kalau dia punya tato.
"Ayo, ikutlah denganku," tantangnya. "Mungkin nanti
akan kuberi tahu."
"Aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak disukai
Connor."
"Aku tidak akan memintamu melakukannya."
Suaranya mengandung kepasrahan yang tidak begitu
kumengerti. Itu membuatku bertanya-tanya lagi apakah
dia merasakan ketertarikan yang sama padaku seperti yang
kurasakan terhadapnya. Di samping itu, tak bisa kupungkiri
kalau aku penasaran dengan tatonya.
"Aku nggak bisa pergi lama-lama," kataku pelan. Begitu
pertandingan selesai, Connor akan mencariku. Aku tak
mau memberinya alasan apa pun untuk mempertanyakan
kesetiaanku. Dan semakin banyak waktu yang kuhabiskan
bersama Rafe, semakin besar pula peluangku untuk
melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kulakukan. Seperti
mencari tahu apakah ciumannya dalam kenyataan sama
hebatnya dengan dalam mimpiku.
"Hanya boncengan kilat. Bahkan tak akan ada yang
menyadari kepergian kita," janjinya.
Aku memandangnya dan mengangguk. Lebih mudah
melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kulakukan jika
aku tidak benar-benar berusaha untuk menghentikannya.
35
TIGA
Ketika angin menerpa rambut pirangku, yang melambai
bagaikan sutra, aku merasa riang, tak terbebani oleh masa
depan. Aku mempererat pelukanku di pinggang Rafe dan
menempelkan pipiku ke punggungnya yang lebar dan kuat.
Lampu besar motornya masih belum dinyalakan. Aku tahu
mungkin itu gila, tapi aku percaya dia tidak akan membuat
kami celaka ketika dia memacu sepeda motornya menembus
kegelapan hutan. Bahkan bagi kaum Shifter, dia memiliki
penglihatan malam yang sangat baik.
Aku menertawakan kegilaannya, lebih karena aku bisa
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melakukannya karena tidak ada yang bisa mendengarku
kecuali Rafe, dan suaraku memantul di antara pepohonan,
bergema dan menghilang ditelan rimbunnya dedaunan.
36
Ledakan tawa Rafe menenggelamkan tawaku. Sangat
menyenangkan mendengar tawa yang bahagia lagi. Aku
benci karena Bio-Chrome telah merenggutnya dari kami,
telah mengubah perayaan kami menjadi kewaspadaan.
Rafe dan aku dibesarkan di Tarrant, sebuah kota kecil
dekat pintu masuk hutan lindung. Walaupun dia dua
tahun lebih tua dariku, kami masuk sekolah yang sama.
Kami bahkan pernah sekelas dua kali. Aku adalah pelajar
yang unggul; sementara dia tidaklah istimewa. Apa yang
terdepan bagiku adalah hal yang normal baginya. Aku
lebih mengandalkan otak, sementara dia mengandalkan
tangannya.
Aku menggigil begitu teringat mimpiku?cara tangannya
yang besar mengusap punggungku dan memelukku erat.
Di kalangan para lelaki, Rafe terkenal karena keahliannya
menangani mesin bermotor. Bukti dari keahliannya sedang
berdengung di bawahku sekarang saat kami berpacu di atas
tanah tanpa jalanan yang sesungguhnya. Ini adalah prototipe
yang sedang dikerjakannya; sebuah kendaraan segala medan
beroda dua yang bisa memotong jalur rapi menembus hutan
tanpa susah payah melalui tanah yang tidak rata. Dia adalah
seorang ahli mesin yang genius.
Dia membelok membentuk garis lengkung mengitari
sebatang pohon, dan posisi kami pun miring. Aku
mempererat pelukanku, menahan diri untuk menjerit, tapi
jantungku berpacu. Ini benar-benar cepat. Dia tertawa lagi,
dan aku tahu itu karena dia hidup untuk menantang bahaya.
Dia tidak takut apa pun.
37
Dia membelokkan motornya dan tergelincir berhenti
di bibir jurang yang pasti akan membuatku ketakutan
setengah mati kalau tahu?tapi wajahku menempel ke
punggungnya, dan yang kulihat hanyalah pepohonan tinggi
yang berkelebatan.
Dia mematikan mesin dan suasana hening seketika.
Aku ingin memasang telinga, jadi aku bergerak turun dari
boncengan motor, tak menyangka kakiku terasa seperti
jelly setelah perjalanan tadi. Aku terhuyung-huyung
dan nyaris jatuh tapi Rafe menarik lenganku. Aku tak
melihatnya bergerak, itu juga merupakan hasil perubahan
pertama: ketangkasan yang melebihi manusia. Dia
melingkarkan lengannya padaku, menarikku ke dadanya,
dan menyanggaku. Seharusnya aku mendorongnya
menjauh, membiarkan diriku jatuh ke tanah. Aku tahu
berdiri begitu dekat dengannya adalah sebuah kesalahan,
tapi dia terasa begitu menyenangkan, begitu kuat. Mengapa
rasanya sangat berbeda ketika Connor memelukku? Connor
adalah seorang Dark Guardian. Dia bukan seseorang yang
bisa kaupermainkan. Tapi aku merasa sangat nyaman dalam
pelukan Rafe, seolah tak akan ada yang bisa menyakitiku.
"Beri waktu semenit pada kakimu untuk istirahat,"
kata Rafe pelan, aku mendengar dia menghirup aromaku.
Penciuman adalah salah satu indra Shifter yang paling kuat.
Kami tidak memakai parfum atau pewangi buatan. Feromon,
hakikat yang utama dari seorang manusia, merupakan daya
tarik bagi kami.
38
"Kenapa kakimu tidak goyah?" tanyaku, heran kenapa
suaraku terengah-engah, padahal aku tidak berlari. Berada di
dekatnya membuatku sesak napas, ditambah lagi dengan rasa
maluku yang tiba-tiba karena tak mampu berdiri tegak.
"Karena aku terbiasa naik sepeda motor."
Aku bisa mencium aromanya yang membumi. Lebih
kaya, lebih kuat daripada apa pun yang bisa dibeli di toko.
Dia memakai kaus ketat yang menempel seperti kulit
kedua, dan aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya yang
menenangkan menerobos keluar dari kaus itu. Walaupun
hari ini matahari menghangatkan Bumi lebih lama daripada
hari-hari lain dalam setahun, di hutan sini, di dekat
perbatasan Kanada, malam terasa dingin.
Aku ingin tetap meringkuk dalam pelukannya semalaman,
tapi banyak alasan kenapa aku tidak boleh melakukannya.
Atau mungkin hanya ada satu alasan yang kuat: Connor.
Aku tak pernah bisa menduakan dia, dan aku berjuang
untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa sekarang aku berada
di sini bersama Rafe bukanlah suatu pengkhianatan. Aku
tak melakukan sesuatu yang memalukan. Di mana letak
bahayanya berboncengan motor, sekalipun itu bersama
seorang lelaki seksi yang hadir dalam mimpiku semalam?
Bukankah aku tak bisa mengendalikan mimpiku?
"Aku sudah baikan sekarang," kataku sambil mendorong
dia menjauh sedikit.
Aku merasakan keengganannya melepaskanku ketika
pelan-pelan dia melepaskan pelukannya. Tiba-tiba aku takut
39
bahwa aku berada dalam posisi yang jauh lebih berbahaya
daripada yang kusadari. Mungkin bagi Rafe aku bukan
hanya jalan keluar yang tepat pada malam yang membosankan.
Mengitari Rafe, aku berjalan pelan dan hati-hati di
bibir tebing, menekan tanahnya dengan jari kaki untuk
memastikan kekuatannya sebelum menumpukan seluruh
berat badanku. Aku dibesarkan di dekat hutan ini. Di
sinilah taman bermainku. Aku merasa nyaman di sini. Saat
memandang ke bawah, aku hanya melihat ngarai yang gelap,
tapi aku tahu pepohonan dan semak belukar tumbuh di
sepanjang lereng curam yang menurun ke lembah. Hanya
bintang-bintang yang menerangi tanah dari langit malam
yang sangat luas, yang membuatku merasa sangat kecil.
Dengan langkah tak bersuara, Rafe menghampiri dan
berdiri di sampingku. "Kurasa sudah terlambat untuk
membuat permohonan pada bintang pertama," katanya
pelan, namun suaranya yang dalam masih terbawa dalam
embusan angin ringan yang mengacaukan rambutku.
"Bintang pertama sudah muncul berjam-jam yang
lalu."
"Menurutmu yang mana?"
Rafe adalah seorang prajurit, seorang pelindung, seorang
Dark Guardian. Dia tidak terkesan sebagai seorang yang
percaya pada hal konyol memohon pada bintang. Tapi tetap
saja, aku menunjuk ke atas. "Itu, yang di sana, dekat ekor
Bintang Biduk."
"Oh, itu. Aku memohon?"
40
Cepat-cepat aku menekan jari telunjukku ke bibirnya
yang hangat. "Kalau kau mengatakannya keras-keras, nggak
akan terkabul, lho."
"Karena ini menyangkut kamu, bagaimanapun nggak
akan terkabul, kecuali kau tahu apa itu."
Ini bukan pertama kalinya aku menyesal telahmeninggalkan
perayaan itu, menyesal karena aku menempatkan diri dalam
posisi ini. Aku senang menjadi petualang, tapi sekarang aku
telah keluar dari zona nyamanku. Kami sedang berkelana ke
wilayah yang belum pernah dijelajahi, yang mendebarkan
sekaligus menakutkan.
"Jangan mengatakan sesuatu yang nantinya akan
kausesali," aku memperingatkan.
"Aku menghabiskan banyak waktuku dengan
membayangkan untuk menciummu."
Bukan kata-kata yang ingin kudengar. Oh, siapa yang
kupermainkan? Semua gadis pasti ingin memercayai seorang
laki-laki hebat yang berniat menciumnya. Masalahnya
sekarang, aku tahu harus segera membereskan ini.
"Sepatutnya tidak," kataku tegas, berusaha tetap
mengendalikan keadaan ini saat aku mulai merasa goyah.
"Seharusnya aku juga tidak menginginkanmu menjadi
pasanganku, tapi itulah yang kuinginkan."
Kejutan akan pengakuannya yang muram itu membuat
kepalaku terasa ringan. Ya, kami sering saling berpandangan,
tapi dia tidak pernah benar-benar menunjukkan bahwa dia
memandangku sebagai seseorang yang lebih dari anggota
41
kawanan. Aku merasa seolah tanah yang kupijak bergoyang.
"Bagaimana dengan gadis yang namanya ditato dibahumu
itu?" Simbol Celtic selalu rumit dan tak terbaca, hanya bisa
diuraikan oleh si laki-laki sampai dia memberitahukannya
kepada si gadis.
"Astaga, Lindsey, seharusnya sekarang ini kau sudah
tahu."
Aku merasa seolah semua udara tersedot keluar dariku.
"Itu namaku? Kenapa kau melakukannya? Kau tahu Connor
dan aku kalau kami sudah kenapa kau memilihku?"
"Karena kaulah orang yang kuinginkan."
Suaranya menggandung kepastian?tanpa keraguan
sedikit pun. Bagaimana dia bisa begitu yakin?
"Kau tidak kau nggak bersungguh-sungguh, kan.
Ayolah Rafe, kau tahu kan, aku sudah bersama Connor."
"Kenapa? Karena kau selalu bersamanya? Bagaimana
kalau dia bukanlah orang yang tepat? Bagaimana kalau dia
bukan pasangan sejatimu?"
Aku marah mendengar dia mengatakan semua keraguan
yang kusimpan belakangan ini. "Itu nggak adil, Rafe. Kenapa
kaukatakan ini sekarang? Kenapa bukan tahun lalu sebelum
Connor mengumumkan aku sebagai pasangannya?"
"Karena tahun lalu aku tidak tahu kalau aku akan merasa
seperti ini. Pertama kali melihatmu setelah aku kembali dari
perguruan tinggi, aku merasa seolah sebatang pohon telah
menimpaku. Aku berusaha untuk melawan ketertarikan
42
ini. Kau harus percaya itu. Tapi perasaanku justru tumbuh
semakin kuat."
Aku tak tenang. Aku tidak mampu berpikir. Aku tak
tahu harus berkata apa.
Dalam keheningan, dia bertanya, "Apakah kau pernah
membayangkan untuk menciumku?"
Mimpi itu berputar-putar di kepalaku. Alam bawah
sadarku memang pernah membayangkan untuk mencium
dia, tapi aku tak mau mengakuinya.
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku sudah bersama Connor," ulangku tegas. Aku
sudah bersamanya sejak menginjak umur enam tahun.
Dia seperti jubah usang yang terus kupakai bahkan sampai
menjadi berjumbai dan gembel, karena dia sudah memberi
bentuk sendiri selama bertahun-tahun sampai pas sekali
untukku."
"Itu bukan jawaban," tuntut Rafe.
"Ini tidak akan adil buat Connor." Saat itu, hampir saja
aku mengakuinya, bahwa tak ada yang lebih kuinginkan
selain mencium Rafe.
Dia menghela napas dalam. "Kenapa Connor nggak jadi
bajingan saja? Itu akan membuat semuanya lebih mudah.
Aku tinggal menantangnya?"
"Jangan coba-coba!" hampir saja aku berteriak, setengah
panik. Kami adalah manusia, tapi kami juga binatang buas,
dan dalam dunia kami tantangan bukan masalah enteng.
Tantangan berarti pertarungan sampai mati.
"Jadi kau benar-benar peduli padanya," katanya seolah
kaget oleh pencerahan ini.
43
"Tentu saja aku peduli padanya."
"Tapi apakah kau mencintainya?"
Aku tahu seharusnya kujawab keras-keras iya, namun
lagi-lagi keraguanku muncul ke permukaan. Aku sungguh
mencintai Connor, tapi apakah cintaku padanya cukup
dalam?
Aku menatap Rafe tajam, sementara dia sedang menatap
ke langit seolah mencari jawabanku di sana. Cahaya bulan
sabit dan bintang yang samar menegaskan raut wajahnya,
menampakkan garis dagunya yang kuat, hidungnya yang
mancung. Bayangan garis tubuhnya kuat, sekuat dirinya.
Dia selalu terlihat lebih tua, lebih kuat daripada yang lain.
Mungkin karena dia pernah bekerja di bengkel ayahnya
sebelum menjadi sherpa. Sampai larut malam, dia masih
bekerja. Aku sering melihat lampu menyala dalam gudang
tua itu ketika aku lewat. Kadang terpikir olehku untuk
berhenti dan mampir, tapi seperti sekarang ini, aku tahu itu
gagasan yang buruk. Lalu, kenapa aku mau saja naik motor
bersamanya? Untuk menyalurkan jiwa petualanganku?
Untuk memanfaatkan kesempatan terakhir dengan
melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kulakukan?
Pekerjaan kami di dunia luar sama saja dengan yang
dilakukan oleh orang-orang lain. Ayahku seorang pengacara,
begitu juga dengan ayah Connor. Mereka bersama-sama
menjalankan perusahaan advokat yang sukses. Aku tak
pernah kekurangan apa-apa; aku selalu memiliki apa saja yang
kuinginkan. Sementara Rafe, dia hanya bisa menginginkan
44
apa yang tidak bisa dimilikinya, barang-barang yang tidak
akan mampu dibayarnya. Apakah ketertarikannya padaku
yang tiba-tiba ini karena aku tak bisa digapai?
Bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah
membuat skenario sendiri. "Mungkin kau menginginkan
aku karena kau tidak bisa memiliki aku. Hal yang terlarang
selalu lebih manis, kan?"
Dia berbalik dan memandang tepat ke arahku. "Kau
benar-benar berpikir itu alasannya?"
"Entahlah. Mungkin saja."
"Kalau mau tahu, mudah saja cium aku," tantangnya.
"Kalau alasannya seperti itu, satu ciuman akan memuaskan
rasa dahagaku akan dirimu."
"Dahaga? Kedengarannya seolah kau hendak
melahapku."
"Itu bahkan belum bisa menjelaskan apa yang kurasakan,
Lindsey. Ini primitif. Ini seperti serigala yang berkeliaran
mencari mangsa di dalam diriku, menunggu kemunculan
serigalamu."
"Jadi ini hanya serigalanya?"
"Kau tidak bisa memisahkannya. Ini bukan dua
kehidupan yang berbeda. Akulah serigalanya. Dan
akulah orangnya. Aku memikirkanmu sepanjang waktu,
membayangkan untuk menciummu?aku ingin bersamamu
pada purnama pertamamu."
Kekuatan dalam suaranya membuatku takut. Connor
menyenangkan. Dia selalu tertawa dan bercanda. Rafe serius,
gelap, dan terlarang.
45
Aku berbalik menghadapnya.
Tanah yang kupijak tiba-tiba runtuh. Aku menjerit,
tanganku menggapai-gapai ketika aku merasa diriku
terjatuh. Rafe menangkapku, tapi aku sudah jatuh terlalu
jauh. Dia tidak bisa menarikku ke tempat aman.
Hal yang bisa dilakukannya hanyalah menarikku ke
dalam dekapannya ketika kami berdua terjatuh ke dalam
ngarai yang gelap.
46
Herannya, jatuhnya tak sesakit yang kubayangkan. Aku
hanya merasakan empasan angin. Entah bagaimana, Rafe
berhasil memutar tubuhnya sehingga membantali jatuhku.
Aku menimpanya. Salah satu lengannya memelukku erat.
Wajahku terbenam dalam lekukan lehernya, dan aromanya
yang menyenangkan memenuhi hidungku.
Sambil berbaring tanpa bergerak-gerak, dia mengerang
pelan.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku.
"Ya."
Kedengarannya dia memaksakan suaranya, dan
aku sadar bahwa dengan aku di atasnya, mungkin dia
mengalami kesulitan untuk bernapas. Aku tahu seharusnya
EMPAT
47
aku segera berguling dari atasnya. Namun aku bergeming,
menikmati kekuatan tubuhnya di bawahku walau seharusnya
aku tidak melakukannya. Kalau dia memutar kepalanya
sedikit saja dan aku mengangkat kepalaku, bibir kami akan
bertemu dan.
"Seharusnya kau tidak mengatakan apa pun yang tadi
kaukatakan di atas sana, Rafe," bisikku. Aku seharusnya
mengomelinya, tapi kata-kata yang keluar dari bibirku
cenderung tenang, bukannya keras.
"Kupikir kau harus tahu."
"Sudah terlambat."
"Belum," katanya dengan suara keras. "Sebelum purnama
tiba."
Aku tidak bisa melakukannya terhadap Connor, dan
apa pun yang kurasakan terhadap Rafe?yah, mungkin itu
hanya kegilaan sesaat.
"Aku sering melihatmu sedang memandangiku," katanya
pelan. "Kurasa mungkin kau merasakan seperti apa yang kurasakan."
"Jujur saja, Rafe, aku tak tahu sebenarnya apa
yang kurasakan." Selain takut, aku juga tidak mau
mengakuinya.
Aku berusaha bangun dan merangkak ke sampingnya.
Gelap sekali di bawah sini, tapi aku mendengar gerakan, jadi
aku tahu kalau Rafe telah duduk. Dia mengerang lagi.
"Benar, kamu nggak apa-apa?" tanyaku.
"Agak nggak apa-apa, sih."
48
Apa maksudnya? Tapi suaranya terdengar marah, jadi
aku tidak bertanya-tanya lagi. Egonya pasti terluka. Aku
ingin menceritakan padanya tentang mimpiku, mengatakan padanya bahwa aku memperhatikan dan memikirkan dia akhir-akhir ini, tapi pengakuan itu hanya akan
memperburuk keadaan, dan itu akan semakin menyulitkan
kami berdua. Hal yang terbaik adalah melupakan kejadian
malam ini. Dan jalan terbaik untuk mengakhirinya adalah
kembali ke Wolford sebelum ada yang menyadari kalau
kami menghilang.
"Bagaimana kita akan keluar dari sini?" tanyaku.
"Aku bisa melihat. Aku akan menunjukkan jalan."
Aku bangkit berdiri. Dia meraih tanganku dan
menempatkannya ke punggungnya.
"Pegang ikat pinggangku supaya kau lebih mudah
mengikutiku."
"Tidakkah lebih mudah kalau kau berubah menjadi
serigala?"
"Tidak sampai aku membawamu ke tempat yang
terang?kau bisa memakai lampu motorku."
"Aku nggak ngerti maksudmu."
"Lindsey, aku tadi jatuh dengan posisi yang salah. Kurasa
lenganku patah."
"Astaga, Rafe! Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?"
"Karena itu tak akan mengubah apa pun, dan aku nggak
mau kamu jadi khawatir."
"Astaga. Kadang-kadang kau begitu jantan."
49
Dia benar-benar tertawa, sementara aku ingin menjerit.
Kini aku memahami ketegangan dalam suaranya. Dia
sedang menahan sakit. Aku tak tahu apakah harus
merasakan momen aw-tidakkah-itu-manis-karena-tidakingin-aku-mengkhawatirkan-mu atau momen kenapa-kaubisa-begitu-bodoh-karena-jelas-jelas-kau-butuh-pertolongan,
karena dia berusaha untuk melindungiku dengan cara yang
aneh. Aku berusaha mengendalikan suaraku bahkan ketika
aku bertanya, "Separah apa?"
"Cukup parah sehingga kau harus menahannya untuk
beberapa saat setelah aku berubah wujud supaya pulih."
Salah satu keuntungan dari kemampuan berubah wujud
adalah peremajaan sel yang cepat. Kecuali luka di kepala atau
jantung yang fatal, atau terkena senjata yang terbuat dari
perak, kami dapat menyembuhkan diri dengan cepat.
"Seharusnya kita mengurusnya dulu sebelum mendaki
ke atas," kataku.
"Kau tak akan bisa melihat."
Mungkin lebih baik begitu karena dia harus melepaskan
bajunya sebelum berubah.
"Aku bisa menyentuhnya. Lengan yang mana?"
"Kiri."
Bagus. Aku tahu dia kidal. Jadi dia akan berusaha
mendaki dengan tangan kanan, dan itu bukan tangan
andalannya. Karena dia telah memindahkan tanganku ke
ikat pinggangnya, aku bisa mulai dari titik yang bagus. Aku
menarik kausnya keluar dari celana jeansnya, lalu dengan
50
hati-hati sekali menggerakkan tanganku di punggungnya
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengarah ke bahunya, lalu ke lengannya?
"Ya Tuhan, Rafe!" jeritku ketika tanganku menemukan
ujung keras yang pasti adalah tulang. Dia menarik napas
dalam. Aku bisa mencium aroma logam dari darahnya
dan merasakan cairan hangat melumuri jari-jariku. Tulang
itu mengoyak kulitnya. "Kau pikir lenganmu mungkin
patah?"
"Aku nggak mau membuatmu khawatir," ulangnya.
Air mataku merebak. Dia pasti kesakitan. Dengan
hati-hati, aku mengeluarkan kaus dari kepalanya sementara
dia mengerang tertahan. Untuk pertama kalinya dalam
beberapa minggu ini, aku mendapati diriku mengharapkan
bulan purnama agar aku bisa melihat dengan lebih jelas.
Sepotong bulan dan beberapa bintang yang bertebaran di
langit malam tak ada gunanya. Dan itu sama sekali tidak
membantu karena kami berada di dasar jurang, dengan
semak-semak dan pepohonan mengelilingi kami.
Begitu kausnya terlepas, dia berkata, "Selebihnya
aku nggak bisa mengurus. Duduk saja di situ dan ketika
aku kembali, kau harus mencari tempat yang patah dan
mendorong kedua tulang yang patah itu agar menyatu."
"Oke." Sambil masih memegangi kausnya, aku
menjatuhkan diri ke tanah dan melipat kakiku untuk
bertumpu. Rencana kami menyelinap pergi sebentar menjadi
terlalu lama. Mungkin kami sudah dalam perjalanan pulang
kalau aku membiarkan dia menciumku.
51
Aku mendengar suara semak gemerisik ketika Rafe
melepaskan sepatu bot dan jinsnya. Aku nggak mau
melihatnya telanjang dan berubah wujud menjadi serigala.
Perubahan itu memang hanya sekejap, lebih cepat daripada
yang kubayangkan.
Aku hampir tak melihat bayangannya saat dengan
terpincang-pincang dia menghampiriku, dalam wujud
serigala. Aku bersyukur karena cahaya bulan tidak cukup
terang sehingga aku tak bisa melihat kesakitan yang
terpancar di matanya. Dia membaringkan kepalanya di
pangkuanku. Dengan lembut, aku menyusupkan jemariku
ke dalam bulunya dan mengikuti garis bahunya sampai
aku mencapai kaki kiri depannya.
"Aku tahu ini akan sakit sekali, maaf, ya," kataku sambil
berusaha menekan tulang yang patah itu kembali ke
tempatnya. Dia menegang, namun tak bersuara. Bahkan
dalam wujud serigala, dia masih macho. "Akan baik-baik
saja sekarang." Aku tertawa malu sendiri. "Nggak tahu
kenapa aku harus ngomong padamu. Kau bisa membaca
pikiranku, kan? Aku juga ingin bisa membaca pikiranmu.
Atau mungkin tidak. Sekarang pikiranmu mungkin
dipenuhi oleh rasa sakit."
Ketika kami berubah, kami bisa bertelepati. Itulah cara
kami berkomunikasi satu sama lain ketika berwujud serigala.
Sebagai bonus, kami juga bisa membaca pikiran orang-orang
yang tidak dalam wujud serigala.
52
Rafe menjilat tanganku, mungkin untuk menghentikan
ocehanku atau memberi tahu kalau dia baik-baik saja.
Ingin rasanya menyusupkan wajahku ke dalam bulunya
dan menangis. Aku benci dia harus mengalami ini. Aku
merasa tak berdaya. Tidak banyak yang bisa kuperbuat. Dia
menjilatku lagi.
"Curang," kataku. "Jangan kira aku nggak tahu itu cara
serigala mencium." Aku berusaha mengosongkan pikiranku
sehingga dia tidak akan tahu betapa aku menikmati
kedekatan dengannya, bahkan dalam wujud serigala. Aku
sadar darahnya sudah tidak mengucur lagi. Kuberanikan
diri untuk menggerakkan ibu jariku ke atas, ke tempat luka
yang tadinya terbuka. Sudah rata sekarang, sudah sembuh.
Mungkin otot dan tulangnya butuh waktu lebih lama untuk
pulih kembali.
Kemampuan penyembuhan kami itulah yang menjadi
alasan Bio-Chrome tertarik pada kami. Tapi aku tak mau
memikirkannya. Bahkan saat aku berusaha mengosongkan
pikiran, aku bisa menjauhkan pikiran bahwa betapa
indahnya Rafe dalam wujud serigala. Sebelumnya aku
sudah pernah melihatnya dalam wujud serigala, jadi
walaupun dalam remang cahaya bulan, aku tahu seperti apa
rupanya. Bulunya sehitam rambutnya, saking hitamnya di
sudut-sudut tertentu terlihat biru tua. Sangat menawan,
bulu terindah yang pernah kulihat.
Bulu Lucas adalah perpaduan warna hitam, putih, perak,
dan cokelat. Connor, yang berambut pirang sewarna pasir,
53
berbulu keeemasan. Rambutku pirang pucat nyaris putih.
Aku penasaran seperti apa rupaku sebagai serigala. Apakah
akan menyerupai serigala putih Kutub Utara? Apakah aku
akan terlihat cantik? Ataukah tidak akan ada yang istimewa
dariku?
Aku telah cukup banyak mengkhawatirkan rambut,
dandanan, dan pakaianku, agar selalu tampil menarik, namun
sekarang aku mulai mengkhawatirkan penampilanku
sebagai serigala.
Rafe menyundul lenganku dengan moncongnya, dan aku
sadar bahwa dia sedang memberitahuku bahwa aku tak perlu
lagi memegangi kaki depannya. Aku mengusap leher dan
bahunya, menikmati sensasi sentuhan bulunya di jari-jariku.
"Aku tahu penyembuhan, tanpa menyinggung perubahan
wujud, memang melelahkan. Istirahatlah sebentar."
Kurasa aku berbicara keras-keras tidak seperti kebiasaanku.
Kau cantik, pikirku. Itu yang tak akan pernah kukatakan
keras-keras. Sama seperti aku tak akan pernah mengatakan
padanya kalau dia itu tampan?seksi, tepatnya?dalam
wujud manusia.
Pikiranku berkelana ke tempat yang tidak seharusnya.
Aku mulai menyenandungkan lagu Nine Inch Nail dengan
pelan, berusaha mengisi pikiranku dengan irama kacau yang
menenggelamkan pikiran lain.
Rafe bergerak menjauh dariku. Seketika aku kehilangan
kehangatan dan rasa di jariku ketika mengusap bulunya.
54
Ingin aku memanggilnya untuk kembali. Tapi, aku malahan
mulai bersenandung lebih keras.
Sesuatu jatuh ke pangkuanku.
"Bajuku. Dibundel saja." Dia telah berubah kembali ke
wujud manusia untuk berbicara padaku, untuk mengatakan
padaku kalau lengannya sudah sembuh. "Berpeganglah
pada buluku. Aku sudah lebih kuat, lebih cepat dalam
wujud serigala."
Begitu selesai membundel pakaiannya dan mengepitnya
dengan sebelah lenganku, dia telah berubah kembali dan
menyundul kakiku dengan hidungnya. Aku mencengkeram
bulunya dan membiarkannya menuntunku. Kami bergerak
lamban karena dia mencari-cari tonjolan tanah yang
bisa kujadikan pijakan. Beberapa kali aku kehilangan
keseimbangan dan meluncur turun sedikit, tapi dia
selalu siaga, menahanku dengan moncongnya, memaksaku
berusaha lagi tanpa bersuara.
Akhirnya kami berhasil juga sampai ke atas tebing. Aku
menjatuhkan pakaiannya begitu berhasil melewati bibir
tebing. Aku berjalan ke arah sepeda motor; tahu kalau
dia sedang berubah dan berpakaian di belakangku. Aku
berusaha untuk tidak membayangkan bagaimana rupanya
tanpa pakaian.
"Jadi, hei, terima kasih, ya, atas pertolonganmu
membetulkan tulang yang patah."
Aku kaget, tertawa, dan berbalik. "Aku selalu dikagetkan
oleh betapa tenangnya gerakanmu."
55
"Itu hal yang alamiah bagi kita untuk bergerak diam-diam.
Tak pernah tahu di mana pemangsa bisa menyerang secara
tiba-tiba." Aku bisa merasakan tatapannya padaku. "Kurasa
kau tidak mau mencoba teori ciumanku sebelum kita
kembali."
Lebih dari yang berani kuakui. "Nggak. Itu pikiran yang
buruk."
"Tergantung dari cara pandangmu, kurasa." Sambil
bergerak melewatiku, dia naik ke atas motornya dan
menghidupkan mesin. Dia juga menyalakan lampunya.
"Ayo naik. Sebaiknya kita kembali sebelum dicari-cari."
Aku khawatir mungkin sudah agak terlambat. Aku naik
ke atas boncengan motornya, menempel padanya, dan
melingkarkan lenganku dengan aman ke pinggangnya.
Dia memutar kepalanya ke samping. "Lindsey?"
"Ya?"
"Menurutku kau juga cantik."
Dia membuka standar motornya, memutar gas, dan
menjalankan motor sebelum aku menjawab. Baguslah,
soalnya aku tak tahu harus bilang apa. Tapi sepanjang jalan
kembali ke rumah para tetua, aku menyenandungkan lagu
riang di kepalaku.
56
Sesampai di Wolford, Rafe menggesekkan kartu elektronik
ke pintu gerbang untuk membukanya. Itu adalah tambahan
yang baru dipasang untuk pertahanan kami, bukti dari
tempat kami yang aneh di dunia, antara kuno dan
modern.
Dia memutar ke tempat beberapa jip dan berbagai
kendaraan segala medan terparkir. Hari sudah malam.
Perayaan sudah berakhir. Tak terdengar suara apa pun ketika
kami berjalan menuju rumah besar.
"Kau masuk duluan," kata Rafe sambil berhenti. "Kita
kan nggak mau terlihat bersama."
"Benar." Akan menjadi bencana kalau sampai bertemu
Connor sekarang. Bagaimana aku akan menjelaskannya? Aku
tidak bisa. "Oh, dengar, terima kasih sudah menjauhkanku
dari semua malapetaka dan kesuraman sesaat."
LIMA
57
"Hampir membuatmu kehilangan nyawa adalah
pengganti yang hebat."
Aku tersenyum. "Itu salahku, sepenuhnya. Aku telah
cukup sering melakukan hiking di hutan ini dan tahu kalau
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seharusnya aku tidak berdiri di bibir tebing," kataku, walaupun aku merasa seolah masih berdiri di bibir tebing. Hanya
kiasan. "Apakah kau pernah mempertimbangkan Brittany?
Kau tahu, sebagai pasangan? Dia masih lowong, lho."
Dia tertawa keras. "Apa yang kaulakukan?"
"Hanya memberi pilihan," kataku bersungguhsungguh.
"Aku tak menginginkan pilihan. Aku tak merasakan
ketertarikan yang sama pada Brittany. Aku nggak
merasakan apa-apa padanya selain sedikit rasa ingin tahu
dan persahabatan yang menyenangkan. Aku tidak penasaran
bagaimana rasanya mencium dia. Aku tidak merasakan
keinginan untuk berbaring sambil memeluknya. Aku
tidak"?dia menunduk dan mendekatkan bibirnya ke sisi
wajahku, sambil menghirup saat dia bergerak, menyebabkan
tekanan panas melingkar-lingkar dalam diriku?"Aku tidak
menikmati aromanya. Aku tidak memimpikan dia. Aku
menginginkanmu."
Sebelum aku sempat menjawab, dia sudah memutar
tumitnya dan melangkah pergi. Jantungku berdetak tak
keruan dan mulutku kering. Dia mengatakannya seolah
dia belum menyerah. Entahlah, apakah aku harus merasa
tersanjung atau khawatir.
58
Nyaris saja aku mengejarnya. Aku harus berusaha
mengatakan sesuatu yang bisa diterima akalnya. Namun aku
membiarkannya berlalu, mengingkari bahwa sebagian kecil
dari diriku merasa senang karena dia menolak kemungkinan
bersama Brittany. Apakah aku ini sudah kacau atau apa?
Di dalam rumah, beberapa cahaya menyala redup,
tapi sepi sekali. Kurasa semua orang sudah tertidur. Aku
melangkah menuju tangga.
"Lindsey?"
Jantungku nyaris terhenti mendengar suara Connor. Aku
berbalik perlahan dan melihatnya sedang berdiri di ambang
pintu ruang tamu. Aku menelan ludah dengan susah payah
sebelum berkata, "Hai."
Dia berjalan menghampiriku. "Kau menghilang ke
mana? Aku tak bisa menemukanmu."
Aku mengangkat bahu. "Aku hanya ... semua orang
sangat sedih dan khawatir, jadinya aku ingin menyendiri
beberapa saat."
Dia mengamatiku dengan mata birunya yang dalam,
dan sesaat dia terlihat sedih. Jantungku nyaris berhenti
berdetak. Ingin aku minta maaf padanya karena telah
pergi begitu saja bersama Rafe, namun aku takut itu malah
akan memperburuk keadaan. Aku benar-benar tidak
ingin menyakiti Connor. Dan kebenaran sudah pasti akan
menyakitinya. Akhirnya dia mengangguk. "Begini, para
sherpa akan kembali ke pintu masuk kebun raya besok
pagi agar kita bisa kembali tepat waktu untuk memandu
59
kelompok pramuka yang menyewa kita. Kurasa kita akan
numpang mobil Lucas. Dia datang dengan jipnya."
"Aku siap."
"Oke. Sampai ketemu besok."
Aku tahu, seharusnya aku mengatakan sesuatu, namun
rasa bersalah menggerogotiku. Aku bergegas menaiki tangga
dan menyusuri lorong yang panjang, melewati pintu demi
pintu yang tertutup. Setelah berbelok, sekilas aku melihat
Kayla dan Lucas saling berjalin seperti pretzel, berciuman
di depan jendela, diterangi temaram cahaya bulan. Menilik
dari panas yang mereka hasilkan, aku heran jendelanya tidak
berembun. Mereka sedemikian terhanyut sampai-sampai tak
mendengar kedatanganku.
Diam-diam aku menyelinap kembali ke belokan tadi,
merunduk, dan merapatkan punggung ke dinding. Aku
mendapat dorongan aneh untuk menangis. Aku hampir tak
pernah menangis, namun tiba-tiba saja aku merasa tersesat
dan sangat kesepian.
Mengapa Connor dan aku tidak pernah menyelinap
diam-diam ke pojokan untuk berciuman singkat? Atau lama,
dalam hal ini? Di mana gairah kami? Akankah itu muncul
setelah perubahanku? Akankah kami menjadi tidak sanggup
untuk melepaskan tangan satu sama lain setelah itu?
Aku memikirkan Rafe dan betapa aku ingin dia
memelukku, menyentuhku, menciumku dan betapa
sulitnya untuk melangkah menjauhinya ketika aku ingin
menghambur kepadanya. Tapi itu hanyalah nafsu, kan?
60
Hanya reaksi ragawi belaka. Cinta lebih dari itu. Cinta
adalah batiniah. Cinta adalah jantungmu dan jiwamu. Itu
adalah segala yang penting. Itu adalah?
Pikiranku terhenti begitu Lucas berbelok dan nyaris
tersandung olehku. "Waa! Lindsey, sori!"
"Lain kali carilah ruangan, kenapa tidak kau lakukan?"
aku mengodanya sambil berdiri.
Dia mengerang malu karena sudah ketahuan sedang
berpelukan mesra. Kalau bukan karena keremangan lorong,
mungkin aku bisa melihat wajahnya yang merona. Dia selalu
menjadi orang yang paling tertutup yang kukenal. Aku sama
sekali tak menyangka kalau dia tertarik pada Kayla sampai
mereka menjadi pasangan yang terikat.
Aku sadar sekali dia sedang mengamatiku dengan
saksama. Dia bisa melakukan interogasi tingkat tinggi
tanpa kata-kata. Aku tidak sedang dalam suasana hati yang
mendukung. "Selamat malam," kataku.
Namun sebelum sempat aku melangkah pergi, dia
mencekal lenganku. "Apakah kau baik-baik saja?Kelihatannya
kamu lagi kacau."
Bagaimana reaksinya kalau aku mengakui bahwa aku
meragukan perasaanku terhadap Connor? Mengingat
dia adalah teman baik mereka berdua, Rafe dan Connor,
akankah itu menempatkannya pada posisi yang canggung?
Semakin sedikit orang yang tahu akan semakin baik,
kurasa.
61
"Aku hanya terhalang dalam sebuah pertemuan di
bawah pengawasan orangtua. Aku berusaha untuk tidak
membayangkannya. Dan sekarang aku mau tidur."
Sungguh lega rasanya ketika dia membiarkanku pergi.
Sebagai pemimpin perkumpulan, dia merasa harus
mengawasi kami semua, tapi kurasa dia tidak bisa membantu
menyelesaikan masalahku.
Aku masuk ke kamar yang kutempati bersama Kayla dan
Brittany. Kayla sedang duduk di ranjangnya. Sementara
Brittany menjulurkan kaki di atas matrasnya, sedang
melakukan sit-up. Menilik keringat di keningnya, kurasa
dia telah hampir mendekati hitungan keseratusnya. Aku?
Aku lebih memilih untuk meringkuk dan membaca sebuah
buku bagus.
"Dari mana saja kamu?" tanya Brittany. Napasnya menjadi
embusan kecil yang pendek ketika dia mempertahankan
temponya.
"Memangnya menurutmu aku di mana? Bersama
Connor, lah."
"Jadi kau ini apa, sherpa yang nggak kelihatan? Soalnya
tadi dia mencari-carimu."
Aku menjatuhkan diri ke atas tempat tidur dan
melepaskan sepatu kets dengan kakiku. "Aku cuma ingin
menyendiri."
Dia menghentikan latihannya dan mulai melakukan
peregangan. "Lalu kenapa nggak langsung saja ngomong
begitu dari tadi?"
Merasa bersalah. "Mungkin aku nggak suka ditanyai."
62
"Ini kan cuma satu pertanyaan."
Sambil berusaha melepaskan ketegangan, aku memutar
bahuku. "Sori. Kekacauan Bio-Chrome ini membuatku
gelisah." Aku melirik Kayla, yang kini tengah menyikat
rambut merahnya yang panjang. "Biasanya perayaan titik
balik matahari sedikit lebih meriah."
"Aku benar-benar bersenang-senang," katanya dengan
ceria. "Aku mengobrol dengan semua orang yang
mengenal orangtuaku. Orangtua angkatku mengagumkan
dan segala-galanya, tapi sebelum musim panas ini, aku tidak
pernah merasa seakan aku benar-benar menjadi bagian dari
manapun, kau tahu? Tapi di sini, aku merasa seperti pulang
ke rumah."
Orangtua Kayla tewas terbunuh ketika dia masih kecil,
dan dia diangkat oleh keluarga yang bukan Shifter. Sebelum
musim panas ini, dia bahkan tak menyadari kalau kaum
kami ini ada. Ini berkenaan dengan penghancuran konsep
akan kenyataan. Aku bahkan tak bisa membayangkan
guncangan itu.
Aku mengambil ransel dari kaki ranjang, mengaduk-aduk
isinya sampai menemukan celana pendek katun dan sebuah
tank top untuk kupakai tidur. Begitu selesai berganti baju,
aku duduk bersila di ranjang. Brittany telah selesai dengan
latihannya dan bersiap untuk tidur. Kurasa ini saatnya untuk
melakukan obrolan intim sesama cewek. "Dengar, Kayla
para cowok nggak akan pernah mau membicarakan
bagaimana rasanya ketika mereka berubah. Mereka semua
63
penuh rahasia soal itu. Sebenarnya, seperti apa rasanya?
Untuk pertama kalinya?"
"Oh, astaga, itu sulit dijelaskan." Dengan punggung
bersandar ke kepala dipan, dia memejamkan mata dan
menangkupkan kedua tangannya. "Itu sangat kuat. Rasanya
seperti campuran antara nyaman dan sakit, dan kau tidak
tahu apa yang seharusnya kaurasakan, lalu tiba-tiba saja?
bam! Seperti kelebihan muatan dan tiba-tiba tubuhmu sudah dalam bentuk berbeda dan pikiranmu lebih sadar."
Sambil tersenyum lembut, dia membuka matanya. "Itu
mengagumkan."
"Aku pernah dengar, katanya sakitnya bukan main," kata
Brittany.
Kayla mengangguk. "Begitulah?kalau kau melaluinya
sendirian. Seperti yang harus dilakukan oleh para lelaki, tapi
ketika Lucas bersamaku, dia terus mengalihkan pikiranku,
jadi rasa sakitnya hanya seperti sengatan."
"Apakah menurutmu akan lebih menyakitkan kalau kau
tidak mencintainya?" tanyaku.
"Aku tak akan mau melaluinya bersama seseorang yang
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak kucintai. Ini benar-benar sangat pribadi."
Bukan jawaban yang ingin kudengar. Aku sungguh
mencintai Connor, tapi apakah itu cukup? Maksudku
dengan sungguh-sungguh, rasa cintaku seperti hidupkuakan-berakhir-kalau-dia-tidak-mencintaiku?
"Kayaknya aku sudah berakhir," kata Brittany. "Aku
akan melaluinya sendirian?dan mungkin saja mati dalam
64
prosesnya?atau kalau tidak, aku akan melalui sesuatu
yang intim bersama seseorang yang tidak kucintai, yang
kedengaran menjijikkan dan lebih buruk daripada
melaluinya sendirian."
"Seseorang akan memilihmu Brittany," aku meyakinkannya.
"Waktuku hanya dua minggu! Nggak ada waktu lagi.
Selain itu, aku nggak mau hanya dengan orang sembarangan.
Aku menginginkan seseorang yang memandangku seperti
halnya Lucas memandang Kayla, seolah dia itu bulan dan
bintang-bintang."
Kayla tertawa ringan. "Memangnya Lucas memandangku
begitu, ya?"
"Astaga, dia tak pernah seperti itu," kataku. Aneh
memang melihat Lucas yang kuat dan pendiam itu jatuh
cinta begitu mendalam. Namun seperti semua gadis
lainnya, aku mengharapkan seorang cowok yang berpikir
aku ini takdirnya. Menakutkan sekaligus romantis. Dalam
masyarakat kebayakan, para gadis seumuran kami masih
dianggap terlalu muda untuk jatuh cinta, tapi kami bukanlah
masyarakat kebanyakan. Masyarakat kami diatur oleh
takdir.
"Tentu saja, kau memandangnya dengan cara yang sama,"
aku memberi tahu Kayla.
Dia tersenyum ceria. "Mungkin begitu. Aku sangat
tergila-gila padanya."
"Jadi mungkin pasangan sejatimu belum melihat65
mu, Brittany," kataku, berusaha bersikap positif. Pada
kenyataannya, jarang sekali bagi seorang gadis yang telah
mendekati waktu perubahannya tanpa seorang lelaki yang
datang untuk mengutarakan perasaan padanya.
"Ya, benar. Dan dia akan muncul begitu saja di
hadapanku suatu saat dalam dua minggu ini? Yang benar
saja. Aku mau tidur," kata Brittany sambil menjulurkan
tangan dan mematikan lampu di dekat tempat tidurnya,
membuat kami diliputi kegelapan.
Aku merasa sedih melihatnya, tapi aku juga sadar bahwa
dia tidak menginginkan belas kasihanku. Dia selalu berusaha
untuk membuktikan betapa tegarnya dia.
Aku terlalu gelisah untuk menyusup ke dalam selimut
dan mencoba tidur. Aku takut mimpi lain seperti mimpiku
semalam tangah menungguku. Aku berjalan ke jendela dan
menatap keluar jendela dari celah tirai. Untuk beberapa
alasan, semua pembicaraan tentang menemukan pasangan
sejati, tentang melalui perubahan pertama bersama seseorang
yang benar-benar kita cintai meninggalkan perasaan
hampa dan bingung dalam diriku. Aku akan melaluinya
bersama Connor. Mengapa aku tidak merasa tenang dengan
kenyataan itu?
Aku mendengar langkah ringan kaki yang tak beralas.
"Kamu nggak apa-apa?" bisik Kayla ketika dia
menghampiri dan berdiri di sampingku.
"Ya," kataku dengan suara sama-sama pelan. Biasanya
tak terlalu lama bagi Brittany untuk terlelap, tapi aku
tidak mau ambil resiko untuk mengganggunya. Dia tidak
66
akan menghargai kebingunganku, tidak akan menawarkan
penghiburan. Tapi Kayla sebaliknya.
"Kau tahu satu hal yang terjadi setelah perubahan
pertama adalah semua kemampuan indramu meningkat,"
kata Kayla lembut.
"Ya, aku pernah mendengarnya." Aku ingin tahu apa
maksudnya. Tidak seperti Kayla, semua ini bukanlah
hal baru bagiku. Kedua orangtuaku adalah Shifter. Aku
dibesarkan di kalangan Shifter.
"Penciuman adalah salah satu yang paling kusadari. Kau
tahu bagaimana kau masuk ke dalam restoran kesukaanmu
dan mencium aroma yang begitu menyenangkan?"
"Ya."
"Nah, sekarang seakan aku bisa mencium bau setiap
orang. Aku tidak lagi mencium bau lasagna. Aku mencium
bau tomat dan bawang serta mie dan mozzarella. Aku
mencium aroma setiap bahan dengan jelas. Ketika memasuki
ruangan yang dipenuhi orang, aku mencium bau setiap
orang. Seperti sekarang ini. Aku mencium sedikit bau
Connor dan lebih banyak bau Rafe."
Sial!
"Apakah kau mau mengatakan sesuatu?" tanyaku,
terganggu dengan indra penciumannya dan sedikit panik
memikirkan bahwa mungkin saja Connor juga telah
mencium bau Rafe padaku. Mungkin itu alasannya dia
menjaga jarak dan tidak menarikku ke sudut untuk
menciumku.
67
"Kau bersama Rafe jauh lebih lama daripada kau
bersama Connor malam ini. Ini bukan urusanku, tapi
kalau kau mau membicarakannya"?dia menyentuh
pundakku, meremasnya?"kau adalah sahabatku. Aku di
sini untukmu."
"Entahlah, Kayla. Aku tak tahu apa yang kurasakan saat
ini. Aku tahu ketika kau mengalami perubahan pertamamu,
kau terikat dengan seseorang?"
"Kurasa ikatan itu harus ada terlebih dulu, Lindsey. Ya,
ikatan itu akan tumbuh lebih kuat setelah apa yang
kaulalui, tapi perasaan membutuhkan sebuah sauh."
"Connor adalah lelaki yang baik. Dia selalu kuat. Aku bisa
bergantung padanya." Tapi apakah itu berarti apa yang kami
rasakan satu sama lain sudah benar, sedalam yang seharusnya
terjadi? Kalau kukatakan pada Connor aku menyimpan
keraguan, akankah aku kehilangan persahabatannya?
Mampukah aku menanggung rasa kehilangan persahabatan
yang telah kumiliki hampir seumur hidupku?
"Tapi apakah kau mencintainya?" tanya Kayla.
Kenapa pertanyaan itu seperti menjadi tema utama
malam ini? Dan kenapa pula aku tak tahu jawabannya?
Pagi keesokan harinya aku sarapan bersama ayah dan ibuku.
Di ruang makan itu terdapat banyak meja bundar kecil yang
bertaplak, sehingga setiap keluarga dapat duduk bersama
dan terlibat dalam percakapan yang akrab. Namun, apa yang
kudapatkan adalah interogasi habis-habisan.
68
"Kami tidak melihatmu semalam," kata ayahku dengan
sikap biasa-biasa saja, tapi aku tahu siasat seorang pengacara
seperti yang pernah kudengar. Rambutnya yang gelap mulai
berwarna kelabu di pelipisnya. Itu membuatnya terlihat
berbeda, bahkan dengan mata cokelatnya yang menatap
langsung ke arahku seolah dia adalah seekor serigala yang
sedang membaui kelinci.
"Aku jalan bareng teman-temanku, seperti biasa."
"Connor mencarimu," kata Ibu. Bahkan dalam hutan
belantara begini, ibuku berlaku seolah hendak minum
teh bersama sang ratu. Ya, keluargaku?seperti keluarga
Connor?adalah kaum elit klan kami. Kami tidak mengotori
tangan kami dengan pekerjaan yang bisa dilakukan dengan
mesin; kami mempekerjakan orang untuk urusan seperti itu.
Kami bahkan pernah mempekerjakan ayah Rafe, sampai dia
jatuh dalam cengkeraman minuman keras dan menjadi tak
bisa diandalkan dan suka bertengkar.
"Dia menemukanku," aku meyakinkannya.
"Ibu nggak tahu, kenapa dia harus menjadi orang pertama yang mencarimu," kata Ibu sambil membetulkan
untaian rambut pirangnya yang terlepas dari simpul prancis
yang dikenakannya.
"Aku bosan menonton pertandingan bola, jadinya aku
berjalan-jalan sebentar."
"Tahukah kau, ketika seseorang berbohong, aroma
kulitnya akan berubah?" tanya Ayah sambil dengan santai
mengoleskan mentega pada roti panggangnya.
69
Aku mengeluh dalam hati. Tak mungkin menyimpan
rahasia di sini. Aku memutuskan untuk mengubah topik
pembicaraan.
"Apakah itu sebabnya Ayah sangat berhasil dalam
persidangan? Karena Ayah tahu kapan si saksi berbohong?"
"Itu salah satu alasannya. Jadi apakah kau ingin mencoba
jawaban lain?"
"Tidak. Aku senang dengan jawabanku tadi."
Dia menyipitkan mata ke arahku. Cara memandangnya
yang mengancam mungkin alasan lain kenapa dia sangat
berhasil. Kalau saja aku tidak tumbuh besar bersama ini
semua, aku pasti gemetaran dalam posisiku saat ini. Aku
tahu dia hanya menggertak, bukannya menyerang?yah,
kecuali ketika dia berwujud serigala. Dia bisa merobek leher
tanpa ampun. Ada kabar angin yang mengatakan bahwa
dia pernah melakukan itu sekali?pada seorang lelaki yang
membunuh sepasang remaja dan dibebaskan bersyarat. Tapi
sekalipun itu benar, Ayah tak akan pernah mengakuinya. Dia
percaya pada hukum rimba, tapi dia selalu bekerja dalam
batas hukum Static.
"Aku melihatmu bersama bocah laki-laki Lowellsemalam,"
katanya dengan suara tenang yang mengancam.
Aku merasakan kemarahanku mendidih.
"Bocah laki-laki? Rafe adalah seorang Dark Guardian,
melindungi bo?"
"Jaga bicaramu, gadis muda."
Terkadang orangtuaku bisa menjadi sangat yah, sangat
70
orangtua. Menjengkelkan. "Kenapa Ayah tidak langsung saja
menanyakan tentang dia dari tadi, daripada memperlakukan
aku seperti orang jahat di kursi saksi pengadilan?"
Otot-otot di pipi ayahku berkedut. "Percayalah padaku,
Sayang, aku sedikit lebih kejam kepada orang jahat. Kau
tidak akan mau berada dalam posisi itu."
"Kami hanya khawatir, Sayang," kata Ibu, mengembalikan
ketenangan di meja. Dia sangat pintar dalam hal itu. Dia
memiliki spa kelas dunia di kota kecil kami. Sikapnya
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu dengan mudah menarik wisatawan sebanyak yang
mengunjungi hutan lindung. "Aku pernah mengalami seperti
posisimu sekarang. Aku tahu kadang-kadang semuanya bisa
menjadi menakutkan ketika kau telah mendekati waktumu,
tapi kau punya Connor. Dan dia lebih pantas untukmu."
Lebih pantas? Aku jadi teringat tentang komentar sepatu
Brittany kemarin. Kedengaran seperti orangtuaku dan aku
sedang memilih hiasan pelengkap. Itu sejenis pelecehan,
baik untuk Connor maupun aku.
"Maksudnya ?" desakku.
"Connor memiliki latar belakang yang sama
denganmu. Keluarga Rafe agak kasar."
"Ayahnya seorang pemabuk, tapi dia tidak."
"Rafe pernah dipenjara karena mencuri mobil," kata
Ayah.
Dia pernah menghidupkan sebuah mobil tanpa kunci
beberapa tahun berselang?aku malah sudah lupa soal
itu. "Ketika dia masih enam belas tahun. Tepat setelah
71
ayahnya meninggal karena kecelakaan yang mengerikan itu.
Mungkin dia cuma pamer. Dia tak pernah berbuat hal-hal
yang salah lagi sejak saat itu."
"Maksudmu dia tidak tertangkap basah sedang melakukan
hal yang salah."
"Baik. Rafe adalah temanku. Dia juga teman Connor.
Kalau Ayah mau menjelek-jelekkan dia, aku akan pergi
dari sini."
"Apakah kau bersamanya semalam?" tanya Ibu.
"Tak terjadi apa-apa." Aku tahu itulah yang sebenarnya
hendak mereka tanyakan. Apakah aku mengkhianati
pacarku? Mengkhianati Connor yang sempurna? Aku
mendorong kursiku ke belakang. "Aku harus berangkat
bersama yang lain. Senang sekali ketemu Ayah dan Ibu."
Tidak. Tidak pernah. Mereka ingin aku menjadi seperti
mereka: kaya, berhasil, yakin akan diri mereka sendiri.
Sebelum sempat melangkah pergi, Ibu mengulurkan
tangannya dan memelukku sekilas; kami hampir tidak pernah
bersentuhan. Aku pernah mendengar beberapa keluarga
Shifter benar-benar berguling-guling bersama di atas lantai
seperti anak serigala. Tapi orangtuaku tidak. Terkadang
aku penasaran apakah mereka merasa tidak terlalu nyaman
dengan sisi binatang yang kami warisi.
Ayah berkata, "Kamu butuh uang?" Itulah caranya
mengatakan aku sayang padamu.
"Tidak. Setiap minggu aku mendapat gaji." Aku
memeluknya karena aku tahu keluarga lain mungkin
72
memperhatikan. Semboyan keluarga kami adalah jangan
pernah memperlihatkan kepada orang lain kalau ada masalah.
Mungkin suatu hari nanti ayahku akan mencalonkan diri
menjadi gubernur. Tak satu pun dari kami yang boleh
membuat skandal. Mungkin itulah alasannya mengapa
mereka lebih senang kepada Connor daripada Rafe.
Connor adalah seorang Eagle Scout (Elang Pramuka). Rafe
menghabiskan waktu di penjara remaja.
Aku mengambil ranselku dan berjalan keluar, menyapukan
pandangan dengan cepat ke tempat parkir. Motor Rafe
sudah tidak ada. Kurasa dia sudah pergi.
Connor sedang berdiri di undakan terakhir, memandang
ke arah belantara.
"Selamatkan aku dari sarapan lain bersama orangtuaku,"
aku mengomel ketika bergabung dengannya.
"Ceritakan padaku. Ayah dan aku juga terlibat dalam
percekcokan," katanya lesu.
"Soal apa?"
"Nggak ada yang perlu kau khawatirkan."
Tapi bukankah seharusnya kita berbagi saat-saat yang
sulit seperti ini?
"Aku tidak melihatmu di ruang makan," kataku.
Dia tersenyum mengejek. "Bertemu dengan mereka
pagi-pagi. Para tetua mengadakan rapat khusus dengan
beberapa dari kita setelah itu."
"Aku tidak mendengar tentang itu."
Dia mengangkat bahunya. "Hanya kaum laki-laki."
73
Brittany benar sekali. Kami adalah kelompok yang sangat
membedakan gender. Aku tak bisa menyembunyikan
kegusaran dari suaraku. "Apa yang kalian lakukan?
Merencanakan operasi rahasia yang terlalu berbahaya untuk
melibatkan perempuan?"
"Itu rahasia, tapi hanya berbahaya kalau sampai Brittany
tahu."
"Dia bukan satu-satunya yang akan marah karena tidak
dilibatkan."
"Ini bukan seperti yang kaupikirkan."
"Lalu soal apa itu?" desakku.
Dia mengalihkan pandangannya kembali kepada
entah apa yang dipandangnya sebelum aku berada di sini
bersamanya. "Connor? Ada apa?"
"Tapi kau harus janji tidak akan mengatakannya kepada
siapa-siapa."
Kedengaran sangat kekanak-kanakan, tapi ya sudahlah.
Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi. "Ya sudah, nggak
usah dikatakan lagi."
Kutukan Bangsa Titan Percy Jackson And Pendekar Naga Putih 32 Kumbang Merah Hina Kelana Balada Kaum Kelana Siau Go
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama