Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS Bagian 2
bersenjatakan belati itupun tidak mau kalah pula hebatnya. Sebentar
sebentar melejit, kemudian dengan cepatnya segera memotong arah
serangan lawan. Dengan demikian, orang yang bersenjatakan rantai32
itupun terpaksa harus memperhitungkan pula setiap serangan lawan.
Kini pertempuran itu menjadi semakin bertambah seru. Sedang
Buntar Watangan memperhatikan dalam jarak kurang lebih 10 langkah.
Ketika orang yang bersenjatakan belati itu meloncat surut untuk
menghindari serangan yang datang beruntun, Buntar Watangan mulai
dapat mengenalnya. Ternyata orang yang bersenjatakan belati itu adalah
Darpa. Sedang lawannya, yang bersenjata rantai adalah anak buah
Srengga, yang tadi dilihatnya ketika ia menonton gambyong dirumah
Santa.
Ternyata kedua orang itu dalam keadaan yang seimbang. Mereka
saling menyerang dan bertahan dengan kemampuannya masing2. Namun
lama kelamaan Darpa mulai kelihatan terdesak. Ia ternyata kalah
pengalaman dalam hal menghemat tenaga.
Buntar Watangan yang bersembunyi tidak jauh dari tempat
perkelahian itu diam2 menjadi kawatir melihat keadaan Darpa. Karena itu
iapun mulai bersiap pula untuk sewaktu2 dapat memberi pertolongan.
Ketika anak buah Srengga berhasil menghadapkan lawannya kearah
sasaran yang salah, cepat ia segera menyabetkan rantainya kearah leher
Darpa. Namun sebelum ujung rantai itu berhasil menyentuh leher lawan.
Cepat secepat tatit Buntar Watangan segera melempar batu yang berada
didalam genggamannya dan tepat membentur pergelangan tangan anak
buah Srengga itu. Maka dengan disertai pekikan nyaring, orang itu
terpaksa melepaskan rantainya terus meloncat mun dur. Namun sebelum
anak buah Srengga itu sempat bergerak lebih jauh lagi. Dengan gerakan
yang cepat pula Darpa segera menikamkan belatinya kearah iambung
lawan. Tetapi rupa2nya orang itu tidak mau mati konyol. Maka dengan
nekatnya, ia segera menghantam belati yang meluncur kearah
lambungnya itu dengan sekuat tenaga. Dengan demikian meskipun
tangannya terluka parah, namun belati itupun terkpas pula dari tangan
Darpa.
Mengalami perlakuan semacam itu Darpa menjadi penasaran. Maka
cepat iapun segera meloncat menerkam lawan. Dan kemudian segera
terjadilah pergumulan sengit antara kedua orang itu.
Tetapi perkelahian semacam itu tidak berlangsung terlalu lama.
Sebab akibat luka2 ditangannya itu, membuat anak buah Srengga
menjadi kehilangan tenaga. Maka sesaat kemudian orang itupun segera
dapat dikuasai oleh Darpa.
? Ayo! Sebutkan namamu, sebelum kau mati!? teriak Darpa
dengan nafas ter-engah2.
Namun orang itu tidak menjawab.
Maka Darpapun menjadi semakin marah. Teriaknya ? Setan! Sebut
namamu atau lehermu aku patahkan!?
? Apakah gunanya aku menyebut namaku kalau akhirnya toh akan
mati juga ? jawab orang itu dengan nafas tersengal sengal.33
? Hmmm ! ? Terdengar Darpa menggeram. Ia sudah tidak dapat
lagi mengendalikan kemarahannya. Maka dicekik nya orang itu pelahan2.
Buntar Watangan menjadi cemas pula. Sebab kalau orang itu mati,
ia tidak akan mendapat keterangan tentang gerombolan Srengga. Kecuali
itu, iapun ingin mengetahui pula siapa anak buah Bekel Simpingan yang
bekerja sama dengan gerombolan itu.
Kemudian kembali terdengar Darpa berkata ? Bangsat! Mungkin
aku masih akan mempertimbangkan kalau kau mau mengaku secara
berterus terang! ?
? Tidak! Kau pasti akan membunuhku. Karena itu, bunuhlah aku
sekarang juga! ?
Terdengar Darpa menghela nafas dalam2. Kemudian katanya ?
Mati memang tidak enak. Apa lagi kalau mati dengan secara lambat2.
Karena itu, dari pada kau harus kubunuh. adalah lebih baik kau mengaku
saja.?
? Tetapi, adakah kalau aku mau mengaku, aku akan kau
lepaskan??
? Ya jawab Uarpa setelah mempertimbangkan bahwa lebih
berharga untuk mengetahui tujuan orang yang di-kerjakannya dari pada
harus membunuh orang itu.
? Adakah ucapanmu itu dapat dipercaya? ? orang itu masih tetap
beragu.
? Kalau aku sudah mengatakan, ya. Aku tidak akan mengkhianati
apa yang telah aku ucapkan ? jawab Darpa sambil melepaskan
lengannya yang menyekap leher orang itu.
? Sekarang sebutkan siapa namamu!?
Orang itu berpikir sejenak. Namun akhirnya iapun berkata pula ?
Namaku Kerta. Kerta Rijal. Kau disuruh apa oleh pimpinanmu gerombolan
Srengga itu??
? Mencuri rontal yang disimpan oleh Bekel Simpingan. ?
? Rontal apa??
? Rontal gambar tempat penyimpan harta Hariya Panangsang.?
? Orang yang kukejar tadi kawanmu??
? Ya jawab Kerta Rijal.
? Siapa namanya??
? Namanya .. ? baru saja Kerta Rijal hendak menyebut nama
orang yang dikejar Darpa tadi, tiba2 sebatang anak panah telah
menancap kedadanya tembus sampai kejantung. Dengan demikian,
matilah orang itu seketika.
Buntar Watangan terkejut. Cepat ia segera melesat menuju kearah
datangnya anak panah. Tetapi mendadak terdengarlah sebuah pekikan
ngeri. Buntar Watangan menoleh. Ternyata Darpa telah jatuh terkapar
ditanah. Maka Buntar Watangan itupun cepat kempali kearah Darpa.
Darpa mengerang kesakitan. Ternyata sebatang anak panah telah34
menancap kepahanya.
? Berbaringlah ? perintah Buntar Watangan ? Anak panah itu
akan kucabut.
Darpapun segera berbaring. Maka sesaat kemudian segera
terdengarlah Darpa meraung. ?
? Untunglah anak panah ini tidak beracun ? kata Buntar Watangan
sambil mengamat-amati anak panah yang telah dicabutnya dari paha
Darpa itu.
Maka luka Darpa itupun oleh Buntar Watangan segera diobati dan
dibalut dengan sobekan kain milik Darpa sendiri
Sambil membalut luka - luka Darpa, bertanyalah Buntar Watangan
? Mengapa sampai terjadi begini??
Terdengar Darpa mendesis menahan sakit. Kemudian menjawab ?
Ketika aku baru saja pulang dari sungai, tiba-tiba aku dengar Marsini
menjerit. Karena itu, dengan tidak pikir panjang lagi aku segera masuk
keruang tengah. Tetapi diruang itu aku hanya melihat Marsini seorang
diri. Dan Marsini mengatakan, bahwa baru saja seorang lelaki masuk
kerumah itu dengan berkedok secarik kain. Karena itu, aku segera
melesat keluar. Dan kemudian dihalaman muka aku masih sempat
melihat sesosok bayangan yang melesat melewati regol. Maka akupun
segera mengejarnya. Tetapi ditempat ini, ketika oramg itu hampir dapat
aku tangkap, mendadak aku diserang oleh orang yang mati ini.
Meskipun sebenarnya Buntar Watangan sudah tahu, namun ia pura
pura bertanya pula. ? Apa kira2 maksud orang berkedok itu masuk
kerumah Ki Bekel??
? Entah, aku tidak tahu ? jawab Darpa sambil menggigit bibirnya.
? Mungkin pula orang itu hendak mencuri.
Mendengar jawaban Darpa itu, Buntar Watangan tersenyum dalam
hati. Pikirnya ? Apa pula tujuan Darpa menyembunyikan soal rontal itu.
Adakah ia mencurigai aku, atau ia sendiri sebenarnya mempunyai
pamrih??
Setelah Buntar Watangan selesai membalut luka2 Darpa itu, maka
dengan dipapah, Darpa segera diantar pulang.
Sesampainya dirumah, Buntar Watangan segera disambut oleh
Marsini. Dan perempuan itupun menjadi terkejut ketika melihat keadaan
Darpa.
? Oh! kau terluka, kakang?? tanya Marsini gugup.
? Ya. Tapi tidak berbahaya ? sahut Buntar Watangan.
Kemudian Darpa itupun segera dipapah masuk kedalam biliknya
sendiri dengan diantar oleh perempuan itu pula.
Sesaat setelah membaringkan Darpa diatas balai2, maka Buntar
Watangan itupun segera meninggalkan Darpa.
Begitu berada diluar Buntar Watangan segera menebar pandang.
Namun keadaan disekitar rumah Bekel Simpingan itu terasa sangat sepi35
? Aneh ? pikirnya ? Kalau Marsini betul-betul melihat orang yang
berkedok itu, mengapa tidak memberi tahukan kepada tetangga ataupun
menyusul Bekel Simpingan? ?
Selagi Puntar Watangan sedang sibuk berpikir, kemudian datanglah
Marsini menghampiri. Perempuan itu adalah perempun yang tadi pagi
menegurnya ketika ia hendak menuju kebelik tempat Ayu Ratri mandi.
? Kau tidak nonton tayub, kang? ? tegur Marsini mulai membuka
pembicaraan.
? Sudah ? jawab Buntar Watangan ? Tetapi yang ditonton tidak
kelihatan. Karena itu aku segera pulang.
? Mengapa tidak kelihatan? ? tanya Marsini pula.
? Penontonnya terlalu banyak. Aku segan ber-desak2an. ?
? Segan berdesak-desakan atau memang ingin pulang. Karena ..
? Karena apa? ? tanya Buntar Watangan mendesak.
? Karena ..... Karena Ya, karena ... Kau kan lebih tahu dari
padaku? ? kata Marsini sambil melempar senyum.
Buntar Watangan segera dapat menebak kearah perkataan Marsini
itu. Maka iapun segera bertanya ? Apakah Ayu Ratri sudah pulang? ?
? Sudah. Baru saja. Sebelum kau datang. ?
? Dengan Ki Bekel? ?
? Tidak. Diantar oleh mBok Santa dan Wagiman. ?
? Adakah kau sudah memberi tahu tentang orang berkedok itu
kepadanya? ?
? Belum ? jawab Marsini.
? Mengapa? ? tanya Buntar Watangan menyelidik
? Kakang Darpa melarangku untuk memberitahukan kepada
siapapun. ?
Buntar Watangan mengangguk-anggukkan kepalanya. Kini barulah
ia menjadi jelas. Tetapi iapun menjadi keheran-heranan pula. Apa
sebenarnya tujuan Darpa itu?
? Kau memang orang baru yang beruntung, kang ? kata Marsini
menyindir.
? Beruntung bagaimana? ?
? Ah, kura-kura dalam perahu. Pura pura tidak tahu ? kata Marsini
sambil mencibirkan bibirnya.
Buntar Watangan mendekat. Kemudian berbisik ditelinga Marsini ?
Aku lebih tertarik dengan perempuan seperti kau.? .
? Bohong! ? damprat Marsini sambil mencubit ? Itu namanya
menghina. ?
? Auuuh! lepaskah ? Buntar Watangan merintih ? aku berkata
yang sebenarnya.
? Bohong! Apa buktinya ? ?
? Kau ingin tahu buktinya? ?
Marsini tidak menjawab. Hanya mata dan bibirnya yang berbicara.36
Matanya yang menjadi semakin redup. Dan .
Tiba-tiba terdengarlah Buntar Watangan berkata ? Ah, tidak,
Marsini. Nanti aku dimarahi Darpa. ?
Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Marsini tersentak ? Hhh! Darpa?! Jangan kau persamakan aku
dengan .Aku ini masih hijau, kang. ?
? Hijau? ? tanya Buntar Watangan sambil tersenyum.
? Ya ? jawabnya sambil melengos. Kau tidak percaya? ?
? Bagaimana aku bisa percaya kalau aku belum membuktikan. ?
? Ah! Dasar! ? kata Marsini sarnbil melangkah pergi.
? Dasar apa? ?
Marsini tidak menjawab. Ia hanya berpaling sesaat, meleletkan
lidahnya terus berlalu.
Buntar Watangan masih tertegun ditempatnya. Namun sesaat
kemudian iapun kembali teringat dengan belati yang gagangnya
berbentuk kepala seekor ular bersirip yang hilang dikamarnya kemarin
malana. Maka Buntar Watangan itupun cepat menuju kekamarnya.
Setelah ia menutup pintu dan menyalakan pelita, cepat segera
diperiksanya kembali ruangan itu dan segala perlengkapannya. Namun
keadaannya masih tetap seperti kemarin malam tiada sesuatu apapun
yang mencurigakan.
Tiba-tiba dalam benak kepala Buntar Watangan timbul ingatan
bahwa masih ada sesuatu yang belum diperiksanya. Ialah dibawah balai2.
Balai-balai itu dibuat dari kayu yang seluruh sisinya tertutup.
Dengan demikian, bentuknya menyerupai sebuah kotak yang
tertengkurap.
Namun setelah diangkat, mendadak Buntar Watangan menjadi
terperanjat bukan alang kepalang. Sebab ternyata dibawah balai2 itu
terdapat sebuah lobang kebawah yang cukup besar.
? Bedebah! ? Buntar Watangan mengumpat didalam hati ?
Rupa2nya lobang inilah yang dipergunakan oleh pencuri itu masuk
kedalam bilik ini?
? Tetapi lubang ini sampai kemana? ? pikir Buntar Watangan ?
Baiklah, akan kuselidiki. ?
Maka Buntar Watangan itupun segera mempersiapkan dirinya untuk
memasuki lobang itu. Tetapi ketika ia baru saja memasukkan kakinya,
tiba-tiba dari dalam lobang itu terdengarlah suara berisik seperti suara
orang yang sedang bergerak, karena itu, cepat Buntar Watangan menarik
kakinya kembali. Dan mendadak timbul suatu pikiran dalam benak
kepalanya, bahwa seseorang akan memasuki kamarnya melalui lobang
itu.
Mendapat pikiran itu, Buntar Watangan segera mengembalikan
balai2 seperti keadaan semula dan memadamkan pelita.
Dengan belati terhunus Buntar Watangan siap menghadapi setiap
kemungkinan ? Hmmmm ! Siapa orang itu ? ? pikirnya ? Jaya Ireng,37
Warigalit, Kolil atau . Ah ! Persetan dengan segala macam dugaan.
Siapapun yang tampak, akan kuhadapi. ?
Sesaat Buntar Watangan menunggu. Jantungnya terasa menjadi
semakin berdentang. Digenggamnya belati ditangan erat2. Ia menunggu
dan menunggu. Urat syarafnyapun menjadi semakin tegang. Namun yang
ditunggunya itu belum juga nampak.
Buntar Watangan mulai menjadi gelisah. Untuk meredakan debar
jantungnya, ia menghela nafasnya dalam dalam. Namun hingga sekian
lamanya ia menunggu, tiada sesuatu apapun yang mencurigakan. Karena
itti, Buntar Watangan segera mengambil keputusan untuk memasuki
lobang itu.
Cepat balai-balai itu segera disingkirkan dan kemudian ia segera
masuk, meskipun demikian sama sekali ia tidak mau meninggalkan
kewaspadaan. Sebab siapa tahu didalam lobang itu seseorang telah
menunggu dengan senjata terhunus, atau barangkali binatang binatang
berbisa yang dapat mematikan.
Lobang itu ternyata tidak terlalu sempit. Namun untuk berjalan,
seseorang terpaksa harus menunduk. Digigitnya belati itu dimulutnya.
Sedang kedua belah tangannya merayap2 didalam kegelapan.
? Gila ! ? Buntar Watangan mendesis ? Tempat ini tempat setan
atau sarang hantu. ?
Kemudian timbul pula dalam pikirannya ? Jangan2 didepan sana
telah dipasang sebuah jebakan. ?
Lobang itu sangat gelap, namun Buntar Watangan terus merayap.
Dan tiba-tiba ia menjadi bingung, ketika kemudian lobang itu bercabang
dua. Tetapi Buntar Watangan tidak mau terlalu lama berpikir. Cepat ia
mengambil keputusan. Dan memilih lobang yang membelok kekiri.
Tidak lama kemudian sampailah Buntar Watangan pada akhir
lobang itu. Pelahan-lahan ia merayap naik. Ternyata diatasnya adalah
sebuah balai-balai, persis seperti keadaan didalam biliknya sendiri.
? Tetapi bilik siapa ini ? ? bertanya Buntar Watangan didalam hati.
Setelah Buntar Watangan melihat beberapa potong pakaian dan
barang-barang yang terdapat didalam bilik itu, ia segera dapat
mengenalnya, bahwa barang barang itu adalah milik Warigalit.
Cepat Buntar Watangan memeriksa seluruh ruangan dan perabot
perabot yang terdapat didalam bilik itu. Namun Buntar Watangan tidak
dapat menemukan apa-apa.
? Setan ! Buntar Watangan mengumpat Atau mungkin belati dan
pisau-pisau pengukir itu disimpan ditempat lain.?
Buntar Watangan berpikir. Namun iapun segera kembali masuk
kedalam lobang itu. Untuk kemudian merayap kelobang yang membelok
kearah lain.
? Adakah lobang ini akhirnya akan menuju keluar?? pikir Buntar
Watangan ? Atau mungkin Ah ! Biarlah! lbarat orang menyeberang38
sungai sudah terlanjur basah. Karena itu, akupun harus berjalan terus. ?
Dalam waktu yang tidak terialu lama, maka Buntar Watangan
itupun telah mencapai mulut lubang itu pula. Seperti juga mulut lubang
yang terdapat didalam biliknya sendiri, maupun yang berada didalam
biliknya Warigalit.
Maka pada mulut lubang itu telah tersedia pula sebuah tangga
pendek untuk merayap naik.
Pelahan-lahan Buntar Watangan menaiki tangga itu. Namun tiba
tiba telinganya menangkap suara orang bercakap-cakap diatas. Karena
itu, maka iapun terpaksa berhenti pula.
Buntar Watangan segera mempertajam pendengarannya. Dengan
demikian suara itu menjadi semakin jelas terdengar.
Dan kini Buntar Watangan segera dapat mengenalnya, bahwa mereka
yang sedang bercakap-cakap itu tidak lain adalah Warigalit dan Ayu Ratri.
Kemudian terdengarlah Warigalit berkata ? Sesaat sebelum kakang
Werani meninggal, ia masih sempat berpesan kepadaku. ?
? Apa pesannya ? ? terdengar Ayu Ratri bertanya.
? Aku dimintanya untuk mendampingimu. ?
Ayu Ratri tidak segera menjawab. Rupa-rupanya perempuan itu
sedang menimbang nimbang.
Buntar Watangan menjadi heran pula mendengar ucapan Warigalit
itu. Sebab ia sendiri melihat bagaimana Werani itu mati. Meskipun jarak
antara Buntar Watangan tidak terlalu dekat, namun ia tahu benar bahwa
Werani tidak menyampaikan suatu pesan apapun kepada Warigalit.
Dalam keheningan itu kembali terdengar Warigalit bertanya
Mengapa kau diam ? ?
Terdengar Ayu Ratri menarik nafas dalam-dalam. Kemudian kata
perempuan itu seterusnya ? Aku tidak menyangka kalau umur Werani
hanya sependek itu.
? Ya ? kata Warigalit ? Tetapi sekarang masih ada aku. Dan aku
bersedia menggantikan kakang Werani. ?
? Tidak, Galit. Aku tidak dapat melupakan Werani. ?
? Bohong ! bentak Warigalit ? Aku tahu betul, bahwa pada saat ini
nama Werani telah terhapus dari ingatanmu. ?
? Kau keliru, Galit. ?
? Tidak. Aku tidak keliru. Kau pasti memilih orang baru itu untuk
menggantikan kakang Werani. ?
? Raga Lelana, maksudmu. ?
?Ya. Siapa lagi kalau bukan dia. ?
Ayu Ratri tidak menjawab. Karena itu, yang terdengar kemudian
adalah suara Warigalit ? Kau akan keliru kalau kau memilih Raga Lelana.
Sebab orang semacam dia itu, aku yakin pasti tidak dapat melaksanakan
keinginanmu. ?
? Aku tidak mempunyai keinginan apa-apa ? jawab Ayu Ratri39
? Bohong ! Jangan coba mendustai aku. Aku tahu apa yang telah
kau rencanakan selama ini bersamna kakang Werani
? Jangan mencari-cari, Galit. Sebentar lagi Ki Bekel datang. Karena
itu, lekas tinggalkan tempat ini. ?
Terdengar Warigalit menggeram. Kemudian katanya.
? Ternyata kau terlalu rakus Ratri. Meskipun kau bersama Raga
Lelana dengan secara licik dapat membunuh suamimu situa bangka Bekel
Simpingan itu, tetapi selama aku masih ada, jangan harap kau dapat
memiliki harta karun itu sekepingpun. Akulah yang nantinya akan
memiliki harta itu seluruhnya. Karena itu, kalau mulai sekarang kau tidak
mau bekerja sama dengan aku, kelak kau pasti akan menyesal.?
Apabila pada saat itu tiba tiba sebuah petir datang menyambar
telinganya, maka adalah tidak sekaget seperti ketika Buntar Watangan
mendengar ucapan Warigalit itu. Ia tidak menyangka sama sekali kalau
Ayu Ratri sebenarnya adalah isteri Bekel Simpingan. Sebab kecuali
perbedaan umur diantara mereka terpaut terlalu jauh, juga sikap kedua
orang itu tidak seperti sikap terhadap suami isteri.
? Adakah kira-kira suatu rahasia yang tersembunyi dibalik
perkawinan mereka itu ? Dan benarkah Ayu Ratri hendak membunuh
suaminya ? ? pertanyaan itu terus melingkar-lingkar dalam benak kepala
Buntar Watangan.
Dalam pada itu, terdengarlah Ayu Ratri berkata ? Jangan
mengigau, Galit. Tinggalkan tempat ini. Lekas !?
? Tidak. Aku tidak akan meninggalkan tempat ini. Sebelum kau
mau menjawab, bahwa kau bersedia menjadi isteriku. ?
Aku adalah isteri Bekel Simpingan. Sebentar lagi suamiku datang.
Kalau kau tidak ingin mendapat kesulitan. Lekas, tinggalkan tempat ini !
?
? Kau jangan coba menggertak aku, Ratri. Suamimu tidak akan
pulang sebelum tayuban itu selesai ?
Untuk sesaat tiada terdengar suara apapun, kecuali helaan-helaan
nafas panjang
? Kau memang cantik, Ratri ? kembali terdengar Warigalit berkata
? Aku akan berbahagia sekali kalau kau mau menjadi isteriku. Dan
kemudian, dengan harta itu, kita dapat membuat istana yang besar. Aku
yang menjadi rajanya dan kau menjadi permaisuriku.
? Meskipun seandainya kau berhasil menjadi raja, tetapi aku tidak
akan mimpi menjadi isterimu. ?
? Bodoh ! ?
? Tutup mulutmu ! Pergi! ? teriak Ayu Ratri semakin keras.
Warigalit mendengus.
Tiba-tiba terdengarlah suara berderak. Ayu Ratri mendesah ?
Jangan. Jangan .. Lepaskan aku ! ?
Namun sebagai jawabannya, terdengarlah dengus nafas Warigali40
menjadi semakin keras.
? Setan! ? teriak Ayu Ratri pula ? Lepaskan aku ! Lepaskan ..
Auuuuk
Kemudian sekali lagi terdengar suara berderak lebih keras. Seolah
olah seperti suara benda jatuh yang kemudian menimpa benda yang lain.
Setelah itu, terdengarlah Ayu Ratri membentak ? Galit! Kalau kau tidak
mau meninggalkan tempat ini. Aku akan berteriak se-keras2nya. ?
Terdengar sekali Warigalit menggerarn. Kemudian katanya ?
Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baiklah. Kalau sekarang kau tidak mau memenuhi permintaanku kelak
kau pasti akan menyesal ?
Ayu Ratri menghela nafas dalam- dalam. Namun perempuan itu
tidak berkata sepatah katapun.
Sesaat kemudian, terdengarlah derap kaki menuju kearah mulut
lubang dimana Buntar Watangan berada.
Buntar Watangan terkejut mendengar derap kaki itu. Pikirnya ? Kalau
Warigalit keluar melalui lubang ini, celakalah aku. Sebab kalau aku lari
dalam lorong yang sesempit ini, ia pasti dapat mendengar derap kakiku.
Hmm . . . kalau begitu. Baiklah aku bersembunyi dibawah tangga ini saja.
Kini, derap kaki itu, terdengar semakin dekat dan semakin dekat.
Sedang Buntar Watangan yang telah bersembunyi dibawah tangga itupun
menjadi semakin tegang pula. Belati yang semula digigitnya, kini telah
kembali berada didalam tangan kanannya.
? Kalau Wargalit melihat aku, maka sebelum ia sempat berteriak,
secepatnya belati ini harus aku sarungkan ketubuhnya ? pikir Buntar
Watangan.
Tidak lama kemudian, maka tampaklah kaki Warigalit mulai
menginjak anak tangga. Pelahan-lahan ia turun anak tangga demi anak
tangga. Sedang buntar Watangan itupun untuk sesaat terpaksa harus
menahan nafas.41
Tempat persembunyian Buntar Watangan itu sebenarnya terlalu
sempit sekaii. la berada diantara dinding - dinding tanah dan tangga
pendek yang letaknya miring. Dengan demikian, untuk rnenyembunyikan
tubuhnya yang besar itu, terpaksalah Buntar Watangan harus melipat
tubuhnya hingga sekecil mungkin.
Sambil tidur melingkar, mata Buntar Watangan terus mengikuti42
setiap gerak kaki Warigalit. Hampir saja kaki Warigalit itu tergelincir
ketika menginjak anak tangga yang ketiga. Dan hampir saja tangan
Buntar Watangan itupun ber gerak menikamkan belatinya.
Tiba tiba, diatas kaki Buntar Watangan, terasa ada sesuatu yang
bergerak-gerak. Setelah diperhatikan, ternyata yang bergerak itu adalah
seekor anak tikus. Pelahan-lahan anak tikus itu merayap ketubuhnya.
Terasalah ia menjadi semakin geli. Namun ia tetap bertahan.
? Setan! ? Buntar Watangan mengumpat didalam hati. Namun
anak tikus itu terus merambat keatas. Kalau anak tikus sampai merayap
ketengkuknya, pastilah ia tidak dapat menahan geli. Karena itu, diam
diam ia mulai bersiaga untuk menghadapi setiap kemungkinan.
Setelah Warigalit menginjakkan kakinya diatas dasar lubang itu,
sekali lagi ia menengadah. Namun tidak lama kemudian, orang itupun
segera berjalan membungkuk didalam lorong lubang yang gelap. Semakin
jauh dan semakin jauh. Dan akhirnya derap kakinyapun tiada lagi
terdengar. Maka Buntar Watangan mulai dapat bernafas lega. Cepat
ditangkapnya anak tikus yang merayap ditengkuknya itu, kemudian terus
dibantingnya keras keras. Mampus sekarang! ?
Sesaat setelah Buntar Watangan menunggu dan tiada terdengar
suara apapun yang mencurigakan, maka iapun segera merayap naik
Pelahan-lahan Buntar Watangan menjengukkan kepalanya. Ternyata
ruangan diatas itu adalah bilik Ayu Ratri. Namun perempuan itu sama
sekali tiada nampak.
Setelah Buntar Watangan berada didalam bilik itu, tiba-tiba
matanya melihat sesuatu benda yang sangat menarik terletak diatas
meja, benda itu adalah sebuah patung kecil yang berbentuk kepala
seekor ular, bersirip.
Buntar Watangan segera memeriksa patung itu ? Persis seperti
gagang belati yang hilang kemarin malam ? pikirnya.
? Adakah orang yang membuat patung ini pula yang membuat
gagang belati itu? Kalau begitu, mungkin pula benar, bahwa yang
membunuh Hambara adalah Bekel Simpingan. ?
Selagi Buntar Watangan sedang asyik mengamat - amati patung
itu, tiba-tiba terasalah dipunggungnya melekat sebuah benda tajam.
? Jangan bergerak! ? terdengar suara dibelakang Buntar
Watangan ? Atau belati ini akan menembus punggungmu. ?
Namun Buntar Watangan tetap bersikap tenang. Apa lagi setelah
dikenalnya bahwa suara itu adalah suara Ayu Ratri.
? Mengapa kau memasuki bilikku dengan tanpa meminta ijin? ?
bertanya Ayu Ratri.
Buntar Watangan menoleh. Ia hanya tersenyum.
? Mengapa kau tersenyum. Kau belum menjawab pertanyaanku.?
Sekali iagi Buntar Watangan tersenyum. Kemudian katanya ?
Baiklah. Sekarang aku minta ijin. ?43
? Aneh. ?
? Apanya yang aneh? ?
? Kau sudah berada didalam. Tetapi kau baru meminta ijin.
Bukankah itu suatu hal yang aneh??
? Kau marah? ?
? Ya. ?
? Baiklah kalau begitu aku akan keluar, dan kemudian aku akan
meminta ijin.?
?Enak saja kau berkata. Duduk! ? perintah Ayu Ratri sambil
menunjuk kearah balai-balai. Dan Buntar Watangan itupun segera duduk
pula diatas balai-balai itu.
? Apa maksudmu memasuki bilikku? ? Ayu Ratri terus mendesak.
? Aku sendiri tidak tahu ? jawab Buntar Watangan ? mengapa
aku memasuki bilik ini. ?
? Bohong!?
? Kau tinggal percaya atau tidak. Aku berkata yang sebenarnya ?
Ayu Ratri mengangkat alisnya. Sedang matanya yang penuh gairah
itu menatap wajah Buntar Watangan. Kemudian sambil duduk diatas
balai-balai bertanyalah Ayu Ratri ? Adakah Raga Lelana itu namamu
yang sebenarnya!?
Buntar Watangan terkejut mendengar pertanyaan Ajur Ratri itu.
Namun sesaat kemudian iapun segera dapat menguasai perasaannya.
Karena itu, iapun segera menjawab ? Ya. Nama itu adalah nama
pemberian dari orang tuaku. Mengapa ? ?
? Tidak apa apa ? jawab Ayu Ratri sambil tersenyum. Senyum
yang bagi Buntar Watangan mengandung ber-bagai2 pertanyaan.
Sehingga karenanya, terasalah dada Buntar Watangan berdesir. Pikirnya
Adakah Ayu Ratri sudah tahu siapakah sebenarnya aku ini ? ?
Ketika Buntar Watangan sedang menduga-duga, kemudian kembah
terdengar Ayu Ratri berkata ? Kau adalah seorang lelaki yang hebat. ?
Sekali lagi Buntar Watangan terkejut. Namun sebagai seorang
prajurit petugas sandi yang telah banyak makan asam garam, Buntar
Watangan tidak mudah termakan oleh kata2 sanjungan. Maka iapun
segera menjawab ? Terima kasih atas sanjunganmu itu. Tapi sayang,
aku tidak sehebat seperti yang kau sangka.
? Ucapan dan sikapmu yang kau buat-buat itu akan dapat
menutupi sinar matamu yang tajam dan bening. Sehingga karenanya,
setiap perempuan yang kau pandang, hatinya pasti tergretar. ?
Buntar Watangan tidak mau menjawab pertanyaan itu. Maka iapun
segera mengalihkan perhatian Ayu Ratri kearah persoalan yang lain.
Sambil mengamat-amati patung kecil yang berada ditangannya,
berkatalah ia ? Patung ini amat bagus. ?
? Kau tertarik dengan patung itu ? bertanya Ayu Ratri.
? Ya ? jawab Buutar Watangan berpura-pura ? Sebab aku juga44
seorang pemahat. ?
Ayu Ratri menatap tajam. Seolah-olah ia sedang menafsir
kebenaran ucapan Buntar Watangan itu. Namun belum lagi Ayu Ratri
sempat membuka mulutnya, Buntar Watangan cepat mendahului ? Siapa
yang membuat patung ini ? ?
Ayu Ratri tampak beragu. Untuk sesaat ia terdiam. Namun akhirnya
ia menjawab juga ? Werani. Werani yang membuat patung itu. Mengapa
? ?
? Aku tertarik dengan patung ini ?
? Werani memang seorang pemahat yang baik. Tetapi sayang,
umurnya tidak panjang. ? kata Ayu Ratri sambil menunduk.
? Apa saja yang telah dibuat oleh Werani ? ? tanya Buntar
Watangan menyelidik.
Namun Ayu Ratri tidak menjawab. Perempuan itu masih tetap
menunduk. Seolah-olah kematian Werani itu benar-benar mengesan di
hatinya.
? Kau bersedih karena kehilangan Werani ? Ayu Ratri
mengangguk.
? Bukankah kau masih mempunyai suami, Ki Bekel itu ? Tetapi
mengapa kau mengadakan hubungan dengan laki-laki lain ? ?
? Kau heran, mengapa suamiku tidak curiga atau marah kepadaku
? ?
? Ya. Mengapa? ? tanya Buntar Watangan.
Sebelum menjawab, terlebih dahulu Ayu Ratri menengadah
menatap langit-langit. Kemudian menatap wajah Buntar Watangan.
Katanya ? Antara aku dengan suamiku ada suatu perjanjian. ?
? Perjanjian ? Perjanjian apa itu ? ?
? Kau tidak perlu tahu. ? jawab Ayu Ratri.
? Mengapa ? ? tanya Buntar Watangan mendesak.
? Rahasia pribadi. ? jawab Ayu Ratri tegas ? Siapapun tidak boleh
mengetahui perjanjian itu, kecuali aku dan suamiku. ?
Buntar Watangan tidak mau mendesak. Sebab sebagai seorang
petugas sandi, ia telah cukup mengenal watak-watak perempuan seperti
Ayu Ratri. Perempuan itu pasti tidak mungkin mau menarik ucapannya
kembali dalam waktu yang bersamaan. Karena itu Buntar Watangan
hanya terdiam.
? Bagaimana penilaianmu terhadap diriku ? ? tiba-tiba Ayu Ratri
bertanya.
? Kau cantik .. dan menarik. Sehingga setiap lelaki yang kau
hadapi, pasti akan tunduk dibawah telapak kakimu.?
? Adakah kau sekarang sudah tunduk dibawah telapak kakiku ?
tanya Ayu Ratri sambil mengerling. ?
? Mungkin. ? jawab Buntar Watangan.
? Mengapa rnungkin ? ?45
? Sebab sekarang belum. ?
Ayu Ratri tersenyum. Dan Buntar Watanganpun juga tersenyum.
Sesaat mereka saling beradu pandang. Kemudian kembali terdengar
suara Ayu Ratri memecah kesunyian ? Kau memang seorang lelaki yang
aneh. Baru sekarang aku menjumpai seorang lelaki seperti kau.
? Maksudmu ? ?
? Dari luar tampaknya lunak. Tetapi sebenarnya pribadimu sangat
kuat. Sekokoh karang baja yang sukar ditembus oleh jarum-jarum
asmara yang paling lembut sekalipun. Sebab hatimu sudah membeku. ?
? Aku adalah laki-laki seperti juga laki-laki yang lain. ?
? Mudah-mudahan .... ? kata Ayu Ratri sambil menguap.
? Mudah-mudahan bagaimana ? sahut Buntar Watangan.
? Ah, sudahlah ? jawab Ayu Ratri sambil berbaring dibelakang
Buntar Watangan.
Buntar Watangan melirik. Tetapi ketika dilihatnya tumit Ayu Ratri
yang putih bersih seperti telur burung merpati, tiba-tiba hatinya tergetar.
Malam menjadi semakin dingin. Dikejauhan sayup-sayup terdengar
suara gamelan mengalun lemhut. Namun sesaat kemudian irama itu
segera berobah menjadi semakin cepat dan bersemangat. Gending
GODRIL2 tidak asing lagi untuk mengiringi tayuban. Semakin cepat dan,
semakin cepat. Setelah itu berhenti. Kembali hening. Sepi.
Keesokan harinya, ditengah hutan yang dirahasiajan, Bekel
Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Simpingan mengumpulkan semua anak buahnya. Mereka itu seluruhnya
terdiri dari 20 dan 14 orang diantaranya adalah orang-orang baru yang
belum dikenal oleh Buntar Wataangan.
Setelah menebar pandang berkatalah Bekel itu kepada Jaya Ireng
? Adakah orang-orang baru ini semuanya dapat dipercaya ? ?
? Dapat Ki Bekel ? jawab Jaya Ireng ? Mereka itu semuanya
sudah kami beri penjelasan. Dan bersedia mentaati setiap perintah serta
berjanji untuk tidak membocorkan rahasia kita kepada siapapun. ?
? Bagus ! ? dengusnya. Kemudian berkatalah Bekel Simpingan
kepada orang-orang itu ? Kalian tahu, apa akibatnya kalau kalian berani
membocorkan rahasia kita itu ??
? Tahu, Ki Bekel ? jawab orang-orang itu hampir berbareng.
Tiba-tiba Kolil menyahut ? Siapapun yang berani membocorkan
rahasia itu akan dipenggal lehernya. ?
? Tidak hanya itu ? sambung Bekel Simpingan ? Tetapi seluruh
keluargamu akan aku ikut sertakan. Tidak peduli itu anak-anak
perempuan atau bayi-bayi yang masih merah. Pendek kata semuanya
akan aku tumpas sampai habis. ?
Orang-orang itu hanya saling berpandangan. Tidak seorangpun
yang berani membuka mulutnya. Kemudian kembali terdengar Bekel itu
berkata ? Tugas kalian tidaklah ringan. Sebab setiap saat kalian harus
berhadapan dengan gerombolan Srengga. Tetapi aku yakin kemenangan46
pasti dipihak kita. Dan kemudian kita akan mendapatkan harta yang kita
idam2 kan itu. Harta itu tidak sedikit jumlahnya. Tetapi banyak, banyak
sekali. Pendek kata dengan harta itu kita semua akan menjadi orang kaya
raya. ?
? Ki Bekel ? tiba-tiba terdengarlah salah seorang diantara mereka
itu mengajukan pertanyaan ? bagaimana mengenai pembagian harta itu
kemudian ? ?
Bekel Simpingan mengerutkan keningnya. Ditatapnya wajah orang
itu tajam-tajam. Katanya ? Kau kira aku akan menguasai harta itu
seorang diri ??
? Bukan itu maksud kami, Ki Bekel ? jawab orang itu dengan
sikap tegap ? Tetapi kami ini semua setidak2nya harus tahu berapa
bagian yang hendak diberikan kepada kami. ?
Meskipun yang tahu tempat penyimpanan hanya aku seorang diri,
tetapi percayalah bahwa aku tidak akan berbuat serakah. Sebab dengan
tanpa bantuan tenaga kalian aku tidak akan dapat mengambil harta itu.
Karena itu, kemudian harta itu akan aku bagi dengan secara adil. Tiada
seorangpun yang aku bedakan.
Mendengar ucapan Bekel itu, mendadak wajah orang2 itu tampak
menjadi berseri-seri. Seolah-olah dalam pelupuk matanya telah terbayang
masa depan, yang gemilang. Kekayaan yang melimpah limpah Hidup
serba senang tiada kekurangan sesuatu apapun.
Namun berbeda dengan Buntar Watangan yang pernah mendengar
rencana keji Bekel itu. Ia benar-benar mengumpat didalam hati ? Goblok
! Kalian tidak tahu apa yang bersembunyi dibalik ucapannya yang manis
itu. Racun ! Kalian akan diracun, setelah Bekel itu mendapatkan apa yang
diidam. idamkan. ?
Meskipun pada saat itu Buntar Watangan menunduk, namun
matanya tidak pernah terlepas dari gerak gerik seseorang yang tampak
mencurigakan. Orang itu bentuk mukanya hampir pesegi. Matanya yang
cekung bersembunyi dibawah alisnya yang tebal kelihatan mengerikan
seperti mata hantu. Perawakannya sedang agak sedikit kurus, namun
sepasang tangannya yang penuh bulu itu tampak lebih panjang apabila
dibandingkan dengan tangan orang-orang yang lain.
Sesaat lamanya barulah Bunbar Watangan ingat, bahwa orang itu
pernah dilihatnya di Pajang. la adalah salah seorang petugas sandi
kepercayaan Adipati Pati, seperti halnya Dandang Satru yang telah
dibunuhnya di Kademangan Randu Sanga.
Meskipun dalam hal ilmu tata bela diri orang itu berada dibawah
Dandang Satru, namun kecerdikan tangannya dalam hal melempar pisau
benar benar sangat mengagumkan. Tidak saja tangan kanannya yang
dapat bergerak secepat tatit, terapi tangan kirinyapun tidak kalah pula
hebatnya. Pernah pada suatu saat Buntar Watangan menyaksikan orang
itu menghadapi 4 orang lawannya. Dengan 4 buah pisau yang ditimpukan47
dengan tangan kanan dan kiri, dalam waktu yang hampir berbareng
orang lawannya itu rebah dengan 4 buah pisau yang masing masing tepat
mengejak jantungnya. Maka dapatlah dibayangkan betapa cepatnya
gerakan tangan orang itu.
Diam-diam Buntar Watangan mulai mempertimbangkan kecepatan
gerak tangannya sendiri dengan petugas sandi dari Pati itu. Meskipun
Buntar Watangan berhati tabah, namun ia merasa ngeri pula ketika ia
membayangkan apabila pada suatu saat ia harus berhadapan dengan
orang itu.
Namun ketika Buntar Watangan melirik kearah lain, mendadak
dadanya berdesir. Ternyata selama ini iapun diawasi pula oleh Kolil
dengan pandangan yang mencurigakan.
? Apa pula maksud orang ini ? pikir Buntar Watangan ? Adakah
Kolil sebenarnya juga salah seorang kaki tangan Adipati Pati, dan telah
mengetahui siapakah aku ini yang sebenarnya ? ?
Dalam pada itu, kembali terdengar Bekel Simpingan berkata ?
Adapun maksudku mengumpulkan kalian ditempat ini kecuali aku ingin
mendengar kesanggupan kalian, juga aku ingin mengadakan latihan
bersama sebagai persiapan dalam menghadapi lawan yang tidak sedikit
jumlahnya nanti.?
Tidak lama kemudian, maka latihan itupun segera dimulai. Bekel
Simpingan membagi anak buahnya menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama adalah kelompok yang mempergunakan senjata jarak dekat.
Pedang, kampak, tombak, canggah dan lain sebagainya. Sedang
kelompok kedua adalah kelompok yang mempergunakan senjata jarak
jauh, panah dan bandil.
Dalam latihan itu Bekel Simpingan memberi petunjuk bagaimana
cara bertempur diatas punggung kuda dengan mempergunakan senjata
pedang dan tombak maupun panah serta bandil.
Setelah matahari tegak ditengah. maka latihan itupun segera
diakhiri. Orang orang itu segera dibawa kesebuah perkemahan yang
terletak tidak jauh dari tempat latihan itu. Sedang Bekel Simpingan masih
berada dibelakang bersama Wangsa Gembrik.
? Saudara saudara sekalian? kata Jaya Ireng setelah berada
didalam perkemahan itu ? Untuk sementara, sebelum kita berangkat, Ki
Bekel memerintahkan agar saudara-saudara beristirahat ditempat ini. ?
? Kapan kita berangkat? ? terdengar salah seorang di.antara
mereka bertanya.
? Aku masih belum dapat memastikan kapan kita harus berangkat
? jawab Jaya Ireng ? Ki Bekel sedang memperhitungkan saat yang
paling baik. Meskipun demikian, namun kita harus selalu siap siaga, dan
tiada seorangpun diperbolehkan meninggalkan tempat ini dengan tanpa
ijinku.
Mendengar ucapan Jaya Ireng itu, Kolil yang berada disamping48
Warigalit mencibirkan bibirnya ? Mentang2 yang diberi kuasa. Aku tidak
sudi minta ijin kepadanya. ?
? Tunggu saja kesempatan yang paling baik, Lil ? sahut Warigalit
sambil melangkah pergi ? Nanti aku sendiri yang akan menyelesaikan
monyet hitam itu. ?
Rupa-rupanya Jaya Ireng mendengar percakapan antara Kolil
dengan Warigalit itu. Namun sama sekali ia tidak mau menoleh. Seolah
olah percakapan mereka itu hanya dianggap seperti angin lalu.
Sehabis makan, maka orang2 itu mulai berkelompok2 dengan
temannya masing - masing. Sedang Buntar Watangan bergabung dalam
kelompok anak muda yang belum dikenalnya. Kemudian terdengarlah
salah seorang diantara mereka bertanya kepada temannya ? Bagaimana
rencanamu setelah kau mendapat bagian harta yang tidak sedikit
jumlahnya itu??
? Aku akan segera kawin ? jawab seorang anak muda yang
berwajah muram ? dan aku akan membikin rumah yang bagus untuk
tempat tinggal bersama isteriku yang aku cintai.?
? Hanya itu? ?
? Kecuali itu ? kata anak muda itu pula ? orang tuaku serta
mertuaku akan kubikinkan rumah yang baik pula. Dan tidak aku
perbolehkan bekerja keras seperti sekarang ini.
? Hanya itu? ? tanya temannya terus mendesak.
? Ya. mau apa lagi? ?
? Ah, cita2mu terlalu sederhana. Tidak sesuai dengan kesulitan
yang harus kita alami untuk mendapatkan harta itu.
?Kalau kau bagaimana? ?
?Kalau aku setelah aku mendapatkan harta itu, aku akan
mengawini 10 orang gadis yang cantik2. Gadis-gadis itu akan
kukumpulkan didalam sebuah rumah yang bagus. Dan kemudian aku
akan ..
? Sssst! Siapa perempuan yang datang itu? ? tanya salah seorang
temannya tiba2.
Semua serentak menoleh. Buntar Watanganpun juga menoleh.
Kemudian kembali terdengar orang itu bertanya ? Siapa perempuan itu?
Anak muda yang berwajah murung menjawab ? Yang cantik itu
namanya Ayu Ratri. Isteri Ki Bekel Simpingan.
? Uh? Hebat ? gumamnya ? Dan yang satu itu??
? Yang manis itu namanya Marsini. Dia pembantu isteri Ki Bekel
itu.?
? Lumayan ? katanya.
? Apanya yang lumayan??
? Kepalaku sudah pening. Gila! Jangan main2 ? teriak temannya
? Kau bisa dihajar oleh Jaya Ireng. ?
Namun temannya yang lain menyahut ? Kaiau kau bisa49
mendapatkan perempuan itu, aku berani bertaruh?
? Apa taruhannya? ? bertanya anak muda yang berwajah bulat itu
pula.
? Kalau kau berhasil, lauk paukku nanti malarn aku berikan
untukmu semua Tetapi kalau kau gagal, lauk-paukmu harus kau berikan
kepadaku.?
? Bagus! Aku setuju ? kata anak muda yang berwa-jah bulat itu
sambil berdiri.
Kebetulan sekali pada saat itu Ayu Ratri bergegas-gegas menemui
Bekel Simpingan yang baru saja datang bersama Wangsa Gembrik.
Sedang Marsini membawa alat-alat dapur menuju kesungai. Maka anak
muda yang berwajah bulat itupun segera mengikuti. Demikian pula
teman2-nya. Dalam jarak yang agak jauh mereka ber-bondong2
mengikuti.
Buntar Watangan menjadi kawatir melihat perbuatan anak2 muda
yang ugal2-an itu, maka iapun segera mengikuti pula.
Setelah berada ditepi sungai diantara pohon2 ilalang yang lebat,
anak muda yang berwajah bulat itu segera mempercepat langkahnya
menyusul Marsini. Sedang yang lain segera mengendap-endap ingin
melihat apa yang bakal terjadi.
Tiba-tiba terdengar Marsini menjerit.
Anak-anak muda itu menjadi semakin bernafsu untuk melihat apa
yang telah diperbuat oleh temannya. Namun mendadak mereka menjadi
terkejut ketika seseorang melesat melampaui kepalanya. Dan sebelum
mereka sempat melihat wajah orang itu, tiba2 terdengarlah suara
temannya mengaduh.
Anak-anak muda itu cepat meloncat berbareng, kemudian
Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampaklah anak muda yang berwajah bulat itu telah tercebur didalam
sungai.
Ternyata sebelum anak muda yang berwajah bulat itu sempat
melaksanakan niatnya, dengan tanpa diketahui arah datangnya tiba-tiba
tangannya telah dipilih oleh Buntar Watangan terus didorong hingga
terpelanting kedalam sungai.
Anak muda itu menjadi marah sekali. Selama hidupnya ia belum
pernah mendapat perlakuan sedemikian memalukan. Apa lagi kejadian itu
disaksikan oleh teman-temannya.
Maka sambil terdiri terdengarlah ia menggeram ? Setan! Kau
mengganggu kesenanganku!?
Buntar Watangan tidak segera menjawab. Ditatapnya pandangan
anak muda itu. Baru kemudian ia berkata.
? Sayang, kau adalah anak muda yang mempunyai harapan untuk
masa depan yang gemilang. Mestinya kau dapat menyumbangkan
tenagamu untuk membangun kampung halamanmu. Tetapi kau tidak.
Kau hanya menuruti nafsumu yang akhirnya akan menyeretmu kedalam50
lingkaran setan yang paling gelap. Kembalilah sebelum kau terlambat.
Masa depan kampung halamanmu terletak didalam tanganmu. Didalam
tangan anak2 muda sebaya kau ini. Karena itu kembalilah.
Tinggalkan tempat ini! ?
? Bangsat! ? teriak anak muda itu menjadi semakin marah ?
Tutup mulutmu! Tidak perlu kau menggurui aku.
Buntar Watangan mengusap dada ? Sayang ? gumamnya.
Namun anak muda itu benar2 sudah menjadi kalap. Dengan tanpa
pikir panjang lagi, cepat ia segera mencabut pisaunya, terus menerkam
Buntar Watangan.
Marsini menjerit. Gadis itu membayangkan kalau Buntar Watangan
pasti akan mati terkoyak perutnya. Namun yang terjadi kemudian benar2
mengejutkan. Anak muda itu kembali terlempar kedalam sungai. Sedang
belatinya telah pindah kedalam tangan Buntar Watangan.
Dalam pada itu, tiba-tiba muncullah Darpa dan Kolil. Marsini segera
menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi. Namun Darpa
mempunyai tanggapan yang berbeda. la menjadi cemburu terhadap
Buntar Watangan. Sebab Marsini sebenarnya adalah kekasih Darpa. Apa
lagi ketika didengarnya Kolil mengipasi api yang telah menyala itu. Maka
seketika itu juga kemarahan Darpa meledak.
? Raga Leiana !? teriak Darpa dengan pandangan membara ?
Jangan kau merasa bangga dapat melindungi Marsini !?
Buntar Watangan menjadi terkejut mendengar ucapan Darpa itu,
apa lagi ketika kemudian didengarnya Darpa berkata ? Apa maksudmu
melindungi Marsini kalau bukan dengan pamrih untuk merebut hatinya.
Karena itu, kalau kau memang ingin merebut gadis itu, berbuatlah
dengan secara jantan. Langkahi mayatku terlebih dahulu, baru kemudian
kau berhak mengambil Marsini! ?
? Kakang ! ? teriak Marsini tiba-tiba ? Raga Lelana telah
menolongku. Mengapa kau marah kepadanya? ?
? Diam! ? Bentak Darpa. Kemudian kepada Buntar Watangan ?
Kau kira meskipun kakiku sakit aku tidak sanggup membunuhrnu?! ?
Buntar Watangan tidak menjawab. Namun yang berkata kemudian
adalah Kolil ? Darpa! Apa pula yang harus kau tunggu. Kalau bangsat itu
kita biarkan terus, akhirnya ia pasti akan menginjak kepala kita. ?
? Hmm! ? terdengar Darpa menggeram. Ia benar2 sudah tidak
dapat mengendalikan kemarahannya. Maka begitu ia melihat Buntar
Watangan membawa belati, iapun segera meregut belatinya pula.
Buntar Watangan sadar, bahwa Darpa pasti tidak mau diajak
berbicara lagi. Karena itu iapun segera menggeser kakinya surut
selangkah. Menunggu apa yang bakal dilakukan oleh Darpa.
Kini apa yang ditunggu itupun segera terjadi. Mendadak Darpa
segera melesat melancarkan serangan. Belatinya berqerak cepat sekali
mengarah lambung. Namun Buntar Watangan adalah bukan Buntar51
Watangan apabila dalam menghadapi serangan itu ia menjadi gugup.
Ketika belati itu tinggal sejengkal dari lambungnya, dengan kecepatan
yang mengagumkan Buntar Watangan segera melejit sambil menghantam
pergelangan tangan Darpa. Darpa terkejut. Ia tidak menyangka kalau
lawannya dapat bergerak secepat itu. Tetapi terlambat. Belati itu telah
terlepas dari tangannya.
Sekali lagi Darpa menggeram. Kemarahannya benar-benar telah
membakar seluruh urat nadinya. Ditatapnya wajah Buntar Watangan
tajam-tajam. Kemudian segera mencabut pedangnya.
Sementara itu, Kolilpun telah mencabut belatinya pula. Sambil
melangkah terdengarlah ia berseru kepada anak-anak muda yang semula
hanya berdiri menonton ? Tangkap pengkhianat ini! Hidup atau mati!
Atau kalian akan digantung hidup-hidup oleh Ki Bekel Simpingan. ?
Dengan serentak, anak-anak muda itupun segera mencabut
senjatanya masing-masing dan mengepung Buntar Watangan.
Kini Buntar Watangan benar-benar dalam keadaan yang sangat
berbahaya. Dan sudah tiada jalan lain kecuali membunuh atau dibunuh.
Karena itu, ketika orang - orang yang mengelilinginya itu telah siap untuk
menyerang, Buntar Watangan itupun telah siap pula dengan sikap
terakhir. Tangan kirinya terjulur kedepan. Sedang tangan kanannya per
lahan2 ditarik kesamping lambung. Ketika orang-orang itu mulai
bergerak, Buntar Watangan telah mengangkat kakinya siap untuk
meloncat melancarkan pukulan maut. Bajra Pamungkas? Ilmu pukulan
yang hebatnya tak terkirakan!
Melihat sikap Buntar Watangan itu, beberapa orang berloncat
loncatan mundur. Sedang Kolil serta Darpa itupun menjadi cemas pula.
Tetapi tiba tiba, muncullah Bekel Simpingan dan Jaya Ireng
memasuki lingkaran itu.
Apa yang telah terjadi? ? tanya Bekel Simpingan kepada Kolil.
? Orang itu akan mengacau rencana kita ? jawab Kolil sambil
menunjuk kearah Buntar Watangan.
Terdengar Bekel Simpingan mendesah. Kemudian ditatapnya wajah
Buntar Watangan ? Raga Lelana! Benarkah perkataan Kolil itu? ?
Buntar Watangan geleng kepala ? Tidak ? jawabnya.
? Jangan mungkir! ? Teriak Kolil. Kemudian kepada Bekel
Simpingan ? Raga Lelana menghasut orang-orang itu agar kembali
kerumah masing2. ?
Bekel Simpingan menatap wajah anak anak muda itu satu-persatu.
Sedang wajah2 anak2 muda itupun kelihatan menjadi semakin tegang.
Sambil menunjuk kearah Buntar Watangan, terdengarlah Bekel itu
bertanya ? Benarkah orang ini telah menghasutmu? ?
Anak-anak muda itu tidak segera menjawab. Mereka hanya saling
berpandang-pandangan. Karena itu Kolil segera membentak ? Jawab!
Atau aku terpaksa harus membuka mulutmu satu-persatu. ?52
Salah seorang diantara anak-anak muda itu maju selangkah.
Namun sebelum ia sempat membuka mulutnya tiba - tiba Marsini telah
mendahului berkata. ? Tidak benar, Ki Bekel. Kakang Raga Lelana tidak
menghasut siapapun. ? dan kemudian, Marsini segera menjelaskan apa
yang telah dialaminya. Sedang Ki Bekel Simpingan, mendengarkan
ceritera Marsini itu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
? Bah! Perempuan setan! ? teriak Kolil. Kemudian sambil
melangkah pergi berkatalah ia kepada Darpa ? Kau sekarang sudah
menyaksikan sendiri. Apa yang telah diperbuat oleh kekasihmu itu,
Memuakkan! ?
Wajah Marsini mendadak menjadi merah. Dengan disertai isak
tangis tertahan, terdengarlah gadis itu membentak ? Kolil! Jangan asal
saja kau membuka mulutmu! Kaulah yang sebenarnya pengkhianat yang
hendak memecah belah orang-orang ini semuanya. ? Kau kira aku tidak
tahu, siapa orang berkedok yang kemarin malam masuk kebilik Ki Bekel
itu? ?
? Perempuan Setan ? teriak Kolil dengan pandangan berkilat-kilat
? Mulutmu terlalu lancang. Kau sengaja hendak memutar balikkan
kenyataannya.
? Cukup!? bentak Bekel Simpingan tiba-tiba ? Kembalilah
ketempatmu masing-masing! Siapapun yang tidak mentaati perintahku,
dan siapapun yang berani mendahului, aku sendiri yang akan
menghukumnya. ?
Mendengar ancaman Bekel Simpingan maka dengan tanpa
menjawab, orang-orang itupun segera pergi meninggalkan tempat itu.
Namun sambil melangkah, Darpa masih sempat melirik kearah
Buntar Watangan. Katanya didalam hati ? Setiap ada kesempatan, orang
itu akan kubunuh ! ?
Setelah berada didalam perkemahan, Buntar Watangan segera
beristirahat. Namun dengan tanpa disengaja, tempat Buntar Watangan itu
berdekatan dengan seseorang yang dikenalnya sebagai seorang petugas
sandi dari Pati. Dengan demikian, sekejappun ia tidak mau kehilangan
kewaspadaan.
Menjelang petang, Bekel Simpingan kembali mengumpulkan seluruh
anak buahnya didepan perkemahan. Bekel itu segera rnenghitung anak
buahnya satu persatu. Dan setelah lengkap semuanya, baru kemudian
Bekel itu berkata ? Sekarang tibalah saatnya apa yang kalian nanti
nantikan. Periksalah barang-barang serta senjata kalian. Sebentar lagi
kita berangkat.
Mendengar keterangan Bekel Simpingan, maka orang2 itupun
segera bersorak kegirangan. Mulailah mereka sibuk mempersiapkan alat
alat perlengkapannya masing-masing.
Dalam pada itu, tiba tiba Buntar Watangan melihat Kolil membawa
busur dan anak panah menyelinap dibelakang perkemahan. Buntar53
Watangan menjadi curiga. Diam-diam ia segera mengikuti. Namun ketika
ia telah berada, diluar, tiba-tiba tampaklah anak panah berapi meluncur
membubung keudara.
Sebagai seorang petugas sandi, Buntar Watangan tahu benar apa
artinya anak panah berapi itu. Dan kini iapun tahu pula bahwa Kolil
ternyata adalah kaki tangan gerombolan Srengga.
Cepat Buntar Watangan mengumpat didalam hati. Sebab meskipun
pemberitahuan tentang keberangkatan itu disampaikan dengan secara
mendadak, namun ternyata Kolil masih sempat memberi kabar kepada
gerombolan Srengga dengan anak panah berapi.
Cepat Buntar Watangan kembali kedalam perkemahan. Dan iapun
segera mempersiapkan alat perlengkapannya pula. Diam-diam dalam
benak kepalanya telah tersusun sebuah rencana. Kini ia harus benar
benar telah siap untuk menghadapi saat-saat yang paling berbahaya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dan setelah orang2 itu siap
diatas punggung kudanya masing masing, maka rombongan itupun
segera berangkat. Namun Buntar Watangan menjadi terkejut, ketika
dilihatnya Ayu Ratri dan Marsini ikut serta didalam rombongan itu.
Tetapi Buntar Watangan tidak sempat berpikir banyak. Karena tidak
lama kemudian, rombongan itu segera dipecah menjadi 4 kelompok.
Sedang Buntar Watangan berada didalam kelompok yang dipimpin oleh
Jaya Ireng Dimana petugas sandi dari Pati yang memperkenalkan dirinya
dengan nama Candra Mawa itu berada pula didalam kelompoknya.
Malam menjadi semakin kelam. Sedang perjalanan itu menjadi
semakin sulit pula. Dengan demikian rombongan itu tidak berani bergerak
terlalu cepat.
Sekali-kali mata Buntar Watangan melirik kearah Candra Mawa.
Namun orang itu tetap bersikap tenang. Seolah-olah ia benar benar yakin
dengan kekuatan dirinya.
Ketika rombongan itu mulai memasuki hutan belantara, tiba tiba
terdengarlah Jaya lreng berbisik ? Kita sekarang harus mulai waspada
Aku melihat sesuatu yang mencurigakan. ?
Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? Adakah kita sekarang sudah berada didalam daerah gerombolan
Srengga ? ? tanya salah seorang yang berkuda disebelah kiri Buntar
Watangan.
Jaya Ireng tidak menjawab. Pandangan matanya terpancang lurus
kemuka. Kemudian katanya ? Raga Lelana dan kau Candra. Periksalah
apa yang berada didepan itu. Tetapi kau jangan berkuda. Berhati-hatilah.
Setiap ada sesuatu yang mencurigakan lekas beritahukan dengan bersiul
dua kali. ?
Dengan tanpa menjawab, Buntar Watangan dan Candra Mawa
segera turun dari kudanya terus berjalan mengendap-endap didalam
kegelapan malam. Namun begitu jauh mereka berjalan, ternyata tiada
sesuatu apapun yang mencurigakan. Keadaan disekelilingnya tetap sepi.54
Sesepi tanah perkuburan.
Tetapi mendadak Buntar Watangan menjadi terkejut, ketika terasa
ujung belati Candra Mawa telah melekat dilambungnya
? Jangan coba melawan ! kata Candra Mawa ? Setiap kau
membuat gerak yang mencurigakan, belati ini akan mengakhiri hidupmu!
?
Buntar Watangan berpikir sesaat. Kemudian dengan sikap tenang ia
menjawab ? Hhhh ! Ternyata tidak sesuai dengan berita yang pernah aku
dengar, Candra Mawa. ?
? Diam! Tutup mulutmu ! ? bentak Candra Mawa.
Namun Buntar Watangan berkara terus ? Aku tidak menyangka,
bahwa seorang yang mengaku bernama Candra Mawa, atau yang lebih
dikenal dengan nama Sampar Angin seorang petugas sandi kepercayaan
Adipati Pragola, ternyata tidak lebih dari pada seorang pengecut yang
paling hina. ?
? Jangan membual, Buntar Watangan. Kau sekarang sudah berada
didalam kekuasaanku. ?
? Dan kau akan membunuhku sekarang? ?
? Ya ? jawab Candra Mawa ? Kalau kau tidak mau menuruti
perintahku. ?
Buntar Watangan tertawa kecil. Namun diam-diam ia mencari
kesempatan untuk dapat melepaskan dirinya dari cengkeraman maut itu.
? Sekarang jawablah pertanyaanku ! ? kata Candra Mawa ? Kau
menyelundup didalam rombongan Bekel Simpingan ini, atas kemauanmu
sendiri atau sebagai petugas sandi dari Mataram ? ?
Buntar Watangan tidak menjawab. Namun bahkan bertanya ? Dan
kau ? ?
? Setan ! Jawab dulu pertanyaanku ! ? bentak Candra Mawa.
? Apa maksud pertanyaanmu itu? Buntar Watangan masih tetap
bertanya.
? Jangan berlagak bodoh. Kau bukan bayi kemarin sore ! ?
? Maksudmu, yang berhubungan dengan harta itu ? ?
? Bagus ! Ternyata otakmu cukup cerdik. ?
? Lalu ? ?
? Harta itu tidak sedikit jumlahnya. Dengan harta itu kita dapat
menjadi orang kaja raya. ?
Setelah berpikir sesaat, kemudian terdengarlah Buntar Watangan
bertanya ? Maksudmu, kau ingin mengajak aku bekerja sama untuk
mendapatkan harta itu ??
? Ya ? jawab Candra Mawa ? Setelah tempat penyimpanan harta
itu diketemukan, kemudian orang - orang itu kita bunuhi semuanya. ?
? Dan kemudian akupun akan kau bunuh pula ? ?
Candra Mawa tertawa, Kemudian katanya ? Kau berprasangka
demikian ? ?55
? Tentu ? jawab Buntar Watangan tegas.
? Baiklah. Kepadamu aku akan berkata terus terang. Sebab aku
percaya bahwa kau pasti berani bertindak sebagai seorang laki2 yang
berjiwa jantan. ?
? Maksudmu ?
? Setelah harta itu dapat kita kuasai sepenuhnya, kemudian kita
tentukan siapa diantara kita yang berhak memiliki harta itu. Siapa yang
masih tinggal hidup, itulah yang menang. ?
? Baik ? jawab Buntar Watangan ? Aku setuju dengan caramu
itu. ?
Sekali lagi Candra Mawa tertawa. Sambil menyarungkan belatinya
terdengarlah ia berkata ? Untuk sementara kita berkawan. ?
Buntar Watangan tersenyum. Terbayanglah dalam benak kepalanya
betapa banyaknya harta Hariya Panangsang itu. Kalau ia sendiri dapat
memiliki harta itu, pastilah ia akan menjadi orang yang terkaya. Namun
tiba--tiba hatinya berbisik ? Dengan harta itu mungkin kau akan menjadi
orang yang kaya raya. Tetapi bagaimana pangabdianmu terhadap tanah
kelahiranmu ? Pengabdianmu terhadap rajamu serta seluruh kawula
Mataram ? Adakah dengan keinginanmu untuk memperkaya dirimu
sendiri itu kau masih berhak disebut sebagai seorang prajurit yang baik ?
Tidak Buntar Watangan. Kau akan tersesat. ?
Untuk sesaat Buntar Watangan termenung. Pergolakan itu menjadi
semakin hehat menghantam relung-relung kesadarannya. Namun sejurus
kemudian pergolakan itu segera berakhir. Dan berkatalah Buntar
Watangan didalam hati.
? Ya, Tuhan. Dengan menyebut nama-MU mudah-mudahan aku
tidak menjadi silau karena harta itu. ?
Demikianlah malam itu tiada terjadi sesuatu apapun. Rombongan
Bekel Simpingan terus bergerak menyelusupi hutan belantata. Setelah
fajar pagi menyingsing, barulah mereka sampai disekitar lembah maut.
Ketika perjalanan itu menjadi semakin dekat ketempat yang dituju,
Bekel Simpingan menjadi semakin ber-debar2. Demikian pula orang
orang yang terdapat didalam rombongan itu. Sehingga kerap kali pula
terdengar suara - suara orang mendesah.
Bekel Simpingan meng-amat2i rontal gambar tempat penyimpanan
harta itu. Namun tangannya tampak menjadi gemetar. Se-kali2 ia
menebar pandang. Kemudian menengadah kelangit.
Setelah itu menghela nafas dalam dalam, dan kembali meng-amat-amati
rontal itu.
? Menurut gambar ini ? berkata Bekel itu dalam hati ? harta itu
terkubur diantara ketiga pohon beringin yang berjajar dan batu yang
bentuknya pesegi.?
Sekali lagi Bekel Simpingan menghela nafas dalam-dalam.
Kemudian menebar pandang. Ia sedang mencocokkan gambar itu dengan56
keadaan disekelilingnya.
Sesaat kemudian maka Bekel itupun segera menemukan tempat
yang dicarinya. Dan anak buahnya segera diperintahkan untuk berpencar
menghadapi setiap kemungkinan. Sedang untuk menggali tempat
penguburan harta itu Bekel Simpingan hanya memerlukan dua orang
anak buahnya.
Kini penggalian itu segera dimulai. Bekel Simpingan mengawasi
dengan mata yang berkilat kilat. Setiap cangkul yang meluncur
menggusur tanah, terasa bagaikan menghetak-hentak jantungnya. Bekel
itu telah membayangkan apa yang tersimpan didalam tanah itu. Emas,
intan, jamrut dan barang-barang yang serba gemerlapan yang tidak
sedikit jumlahnya. Dalam angan-angannya telah terpancang sebuah
istana yang indah.
? Hmmm! ? tiada terasa Bekel itu menggeram. Sedang
nafasnyapun menjadi semakin sesak.
Demikian pula Ayu Ratri dan Marsini. Kedua orang perempuan
itupun menunggu hasil penggalian itu dengan nafas yang melonjak
lonjak.
Ternyata yang mempunyai angan-angan demikian, bukan hanya
Bekel Simpingan, Ayu Ratri dan Marsini. Tetapi kedua orang yang sedang
mengerjakan penggalian itupun telah membayangkan hidupnya didalam
hari-hari yang cerah.
Salah seorang diantara kedua orang itu adalah seorang anak muda
yang pernah ditolak cintanya oleh seorang gadis. Karena itu, dalam angan
angannya telah tersusun sebuah rencana, setelah ia menjadi orang kaya,
gadis itu pasti akan datang mencium telapak kakinya dan memohon
ampun seribu ampun atas kesalahannya yang telah diperbuat.
Mula mula gadis itu akan diterimanya, namun ia tidak ber-sungguh
sungguh. Gadis itu hanya akan dipermainkan saja. Dan kemudian ia akan
kawin dengan gadis lain yang lebih cantik.
Angan2 itu tiba2 berhenti ketika cangkulnya melanda batu. Setelah
diamat - amati ternyata batu itu adalah sebuah batu putih yang
berbentuk pipih. Maka batu itupun segera didongkelnya dengan sekuat
tenaga.
Bekel itu menjadi gemetar ketika dilihatnya didalam lubang itu
terletak sebuah peti besar.
? Cepat ! Angkat peti itu ! ? perintahnya.
Dengan hati yang ber-debar2 maka peti itu segera diangkat naik.
Tetapi begitu peti itu diterima oleh Bekel Simpingan, tiba2 meledaklah
pekik serangan dari segenap penjuru.
Bekel Simpingan menjadi terkejut. apa lagi ketika sebuah anak
panah meluncur hampir menyayat lengannya. Maka cepat peti itu segera
diletakkan dan segera mencabut pedangnya.
Serangan itu memang telah diperhitungkan oleh gerombolan57
Srengga atas nasehat Kolil. Mereka tidak akan menyerang sebelum
mengetahui bahwa harta itu benar2 telah berada di-dalam tangan Bekel
Simpingan. Karena itu, begitu gerombolan Srengga mendapat isyarat dari
Kolil. Dengan mendadak mereka segera melancarkan serangan hebat.
Namun anak buah Bekel Simpingan itupun telah ber-siaga pula.
Dengan demikian maka pertempuran itu segera berkobar dengan
hebatnya.
Dengan tangkasnya Jaya Ireng segera melesat memapaki serangan
lawan Pedangnya diputar semakin gencar. Setiap lawan yang berani
menghadang pasti terbabat putus lehernya. Kali ini Jaya Ireng benar
benar mengerahkan seluruh kemampuannya. Sebab keinginannya untuk
ikut serta memiliki harta itu demikian meluap-luap.
Namun sesaat kemudian Jaya Ireng segera berhadapan dengan
lawannya yang tangguh. Srengga, Pemimpin gerombolan itulah yang kini
berada dihadapannya. Tetapi Jaya Ireng benar-benar tidak memilih
lawan. Maka begitu Srengga berada dihadapannya, cepat ia segera
melancarkan serangan.
Kini, kedua orang itu, telah terlibat dalam suatu pertempuran
sengit. Bergulat antara hidup dan mati. Namun lama kelamaan Jaya Ireng
terpaksa harus mengakui keunggulan Srengga. Sedang Srengga itupun
semakin lama semakin mempercepat serangannya. Dengan demikian
Jaya Ireng benar2 menjadi keripuhan.
Ketika bekel Simpingan melihat Jaya Ireng semakin terdesak, cepat
ia segera menyusup diantara pertempuran itu mendekati Jaya Ireng yang
telah hampir kehabisan tenaga.
Pada saat lameng Srengga dengan derasnya mengancam leher,
sedang kaki Jaya Ireng tergelincir sehingga tidak mungkin lagi untuk
menghindar, tiba tiba muncullah Bekel Simpingan melancarkan serangan.
Dengan demikian pimpinan gerombolan itu terpaksa harus meloncat surut
selangkah dan cepat memutar lamengnya untuk memapaki pedang
lawan.
Ternyata disudut lainpun, pertempuran itu tidak kalah pula
hebatnya. Dengan pedang ditangan Buntar Watangan segera mengaduk
pertahanan lawan. Tetapi kini lawannya bukan hanya sedikit. Buntar
Watangan dikeroyok oleh sepuluh orang. Karena itu, sekalipun ilmu
pedang Buntar Watangan benar2 mengagumkan, namun sulitlah untuk
dapat menyelesaikan pertempuran itu dalam waktu yang se-cepat2nya.
Kabut Di Lereng Tidar Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Meskipun demikian, namun mata Buntar Watangan masih sempat
juga mengawasi ketempat lain. Ketika itu, tiba - tiba dilihatnya Kolil
merangkak mendekati peti.
? Setan! terdengar Buntar Watangan mengumpat. Cepat ia segera
meloncat surut kearah Kolil. Tetapi tiba2 ia menjadi sangat terkejut,
ketika dengan tiba2 pula Kolil memekik kemudian rebah. Dan setelah
diperhatikan ternyata sebilah belati telah mengoyak dadanya tembus58
sampai kejantung. Buntar Watangan cepat menebar pandang. Kemudian
tampaklah Candra Mawa tertawa ter bahak2.
? Sebuah hadiah yang menyenangkan ? katanya ? Mari kita
habiskan seluruh kurcaci ini! ?
Belum lagi Candra Mawa sempat mengatubkan mulutnya, tiba2
dalam jarak sepuluh langkah tampaklah salah seorang anak buah
Srengga membidikkan panahnya kearah Candra Mawa. Namun sebelum
orang itu sempat melepaskan anak panahnya, dengan kecepatan yang
mengagumkan Candra Mawa .. telah mencabut belatinya terus
ditimpukan kearah orang itu dan tepat menyayat lehernya. Dengan
demikian, tiada ampun lagi orang itu segera jatuh tersungkur.
Pertempuran itu semakin lama menjadi semakin bertambah hebat,
membunuh atau dibunuh. Hanya itu yang menjadi semboyan mereka.
Mereka sudah tidak berpikir lagi tentang59
rasa belas kasihan, tentang cinta kasih antara sesama manusia. Sebab
yang terpancang dalam dadanya hanya nafsu yang melonjak - lonjak.
Nafsu yang selalu menyeret manusia kedalam lingkaran setan yang paling
gelap.
Anak buah gcrombolan Srengga itu benar-benar menjadi semakin
kalap. Mereka bertempur dengan secara membabi buta. Dengan
demikian, meskipun Buntar Watangan mempunyai kelebihan. Namun
akhirnya, sedikit demi sedikit tenaganya menjadi semakin berkurang. Apa
lagi ketika dirasanya lengan dan kakinya telah mengalir banyak darah.
Maka begitu ia dapat menyelesaikan lawannya yang terakhir, pandangan60
matanya menjadi semakin gelap dan semakin gelap, dan akhirnya rebah
kehabisan tenaga.
Kini dering bentrokan senjata sudah tidak terdengar lagi. Hanya
rintihan dan erangan yang menyayat hati. Disana - sini mayat-mayat
bergelimpangan tiada terurus. Seolah-olah nyawa manusia ini tiada
harganya. Medan pertempuran yang semula gemuruh kini menjadi sepi.
Sepi yang memilukan.
Meskipuh Bekel Simpingan telah terluka parah, namun ia masih
teringat dengan harta itu. Karena tu, dengan tubuh menggigil pelahan
lahan ia segera merangkak, merangkak mendekati peti itu. Kemudian peti
itu segera dipeluknya erat-erat. Dan tiba tiba saja ia menangis, menangis
karena gembira, menangis karena kini impiannya telah berada didalam
tangannya.
Dengan air mata yang berlinang linang segera dibukanya peti itu.
Tetapi apa yang terdapat didalam? Kosong! Kosong! Tiada sebutir
intanpun yang terdapat didalam peti itu.
? Oh! ? Bekel itu mengeluh. Dan tiba2 saja meluncurlah kata kata
dari mulutnya ? Ratri! Ayu Ratri! Ternyata Hambara telah menipu kita.
Hambara telah menipu kita. ?
Begitu mendengar nama Hambara disebut oleh Bekel Simpingan,
Buntar Watangan yang telah sadar dari pingsannya dengan langkah
gontai segera mendekati Bekel itu dan mencengkeram lengannya.
? Siapa yang membunuh Hambara, he? Siapa? ? teriak Buntar
Watangan dengan kemarahan yang me-lonjak2.
Bekel Simpingan mengecang. Kemudian ditatapnya wajah Buntar
Watangan. Dengan nafas tersengal sengal terdengarlah Bekel itu berkata
? Kau . kau..... Apa hubunganmu dengan Hambara? ?
? Ketahuilah ? jawab Buntar Watangan ? Hambara adalah kakak
seperguruanku. Dan aku adalah Buntar Watangan petugas sandi dari
Mataram. ?
? Oh! ? Bekel Simpingan terkejut. Kemudian katanya ? Tetapi
. tetapi .. bukan... bukan aku yang membunuh kakak seperguruanmu
itu. Aku hanya .. hanya membunuh Jayuda. Kakakku sendiri . kakakku
sendiri telah kubunuh dengan tanganku ini. ?
? Apa hubungannya antara Jayuda dan Hambara. Dan siapa yang
membunuh kakang Hambara, he? Jawab! ?
Bekel Simpingan menundukan kepalanya. Kemudian katanya ?
Setelah aku membunuh Jayuda, tiba-tiba datanglah Hambara merebut
rontal gambar tempat penyimpanan harta Hariya Panangsang itu, ?
? Dan kemudian kau segera membunuh kakang Hambara dengan
caramu yang licik? ? tanya Buntar Watangan yang sudah menjadi tidak
sabar lagi menunggu jawaban Bekel Simpingan.
? Tidak . . . Tidak! Bukan aku yang membunuhnya. ?
? Siapa? Siapa? Tidak perlu kau membelit - belit. Sebutkan, siapa61
yang membunuh kakang Hambara? ?
? Akulah yang membunuh Hambara ? tiba-tiba terdengar suara
dibelakang Buntar Watangan.
Cepat Buntar Watangan menoleh. Namun mendadak ia menjadi
sangat terkejut. Sebab ternyata orang yang berada dibelakangnya itu
adalah Ayu Ratri.
Dengan belati terhunus, Ayu Ratri segera berdiri dan pe-lahan
lahan mendekati Buntar Watangan. Tetapi baru saja perempuan itu
berjalan beberapa langkah, tiba-tiba segera rebah kembali. Karena itu
Buntar Watangan segera menghampiri. Namun mendadak ia menjadi
sangat terkejut. Sebab ternyata dipunggung Ayu Ratri itu telah menancap
tiga batang anak panah.
Buntar Watangan segera mendukung perempuan itu. Dan dengan
nafas terengah-engah kemudian terdengarlah Ayu Ratri berkata ? Aku . .
. . aku . . . . yang membunuh Hambara. Dan aku pula . . . yang
menghasut Bekel Simpingan agar membunuh Jayuda. Dengan belati ini
kakak seperguruanmu itu aku bunuh. Akulah . . . . yang mengambil belati
ini dari bilikmu ? suara Ayu Ratri menjadi semakin lirih ? Aku . . . . aku
sekarang . . . me . . . menyesal Buntar Watangan . . Karena aku . . aku .
. . . berangan - angan . . . . untuk menjadi manusia yang paling . . . . Oh
. . . . Maafkan aku. ... Maafkan aku . . . Bukankah kau mau memaafkan
aku? ?
Buntar Watangan mengangguk. Dan sesaat kemudian, dengan bibir
tersenyum Ayu Ratri segera menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sesaat Buntar Watangan menunduk. Namun mendadak ia
tersentak, ketika didengarnya suara orang mendengus, Karena itu Buntar
Watangan segera menebar pandang. Kemudian tampaklah Candra Mawa
bangkit dongan tubuh berlumuran darah.
Sejurus lamanya ditatapnya wajah Buntar Watangan. Sambil
melangkah terdengarlah orang itu berkata ? Sampai bertemu lagi dalam
kesempatan lain, Buntar Watangan. Kita sekarang sama sama sedang
terluka. ?
Selesai mengucapkan kata-kata itu Candra Mawa segera
menghilang dibalik semak-semak.
Buntar Watangan menghela nafas dalam2. Peristiwa itu
menggoncangkan perasaannya.
Sekali lagi Buntar Watangan memandang kearah peti itu. Kemudian
terdengarlah mulutnya bergumam ? Mungkin Hambara telah
memindahkan harta itu ketempat lain. Tetapi dimana? Ah, mudah2an,
kelak orang2 disekitar bukit Tidar ini yang berhasil menemukan harta ini.
TAMAT
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Pendekar Rajawali Sakti 198 Iblis Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama