Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS Bagian 2
bahwa yang membunuh kakang Jaya Kimpul adalah ?
? Cukup! ? potong Buntar Watangan ? Sekarang pertanyaan lain.
Sudah kenalkah Nyai dengan orang yang bernama Seca Ireng??
Nyai Jaya Kimpul tampak beragu, namun akhirnya menjawab juga:
? Sudah. ?
? Seca Ireng itu adiknya siapa? ?
? Adiknya Jaga Reksa.?
? Kalau Jaga Reksa mati, semua harta warisan peninggalan Jaga
Reksa itu jatuh kepada siapa??
? Tentunya kepada anaknya. Suwarsih. Anak satu2-nya.?
? Kalau Suwarsih mati, lalu harta warisan itu, jatuh kepada siapa?
?
?Tentunya jatuh kepada isterinya. Nyai Jaga Reksa.?
? Tidak mungkin! ? bantah Buntar Watangan ? Harta kekayaan
Jaga Reksa itu bukan hasil jerih payah Jaga Reksa suami isteri. Tetapi
adalah peninggalan dari orang tua Jaga Reksa. Dengan demikian, kalau
Jaga Reksa dihukum gantung dan Suwarsih mati, harta warisan Jaga
Reksa itu akan jatuh ketangan Seca Ireng. Bukankah begitu??
Nyai Jaya Kimpul mengangguk.
? Nah, sekarang aku ingin bertanya lagi ? kata Buntar Watangan
pula ? Tapi jawablah yang benar. Ada hubungan apakah antara Nyai
dengan Seca Ireng? ?
Mendadak wajah Nyai Jaya Kimpul menjadi pucat. Namun da!am
waktu yang hanya sekejap perempuan itu telah berhasil menguasai
perasaannya kembali. Kemudian menjawab; ? Tidak ada hubungan apa
apa, Tuan. ?
? Jangan berdusta, Nyai! ? bentak Buntar Watangan ? Bapak
Soma Gamber itu sebagai saksi. ?
Nyai Jaya Kimpul menundukkan wajahnya. Seolah-olah ia hendak
menyembunyikan mukanya dari tatapan mata Buntar Watangan.
? Coba, pak Soma. Ulangi keteranganmu tadi. ?
? Keterangan yang naana, tuan? ? tanya Soma Gamber.
? Keterangan mengenai hubungan antara Nyai Jaya Kimpul dengan
Seca Ireng. Sudah berapa lama dan apakah mereka semalam menginap
disini? ?
? Anu . . . . anu, tuan. Sudah kurang lebih 3 bulan, Dan semalam
mereka memang menginap disini. ?
Kemudian tanya Buntar Watangan kepada Nyai Jaya Kimpul: ?
Apakah sekarang Nyai masih tetap mau berdusta?33
Nyai Jaya Kimpul masih belum juga mau menjawab
? Nyai ? kata Buntar Watangan pula ? pada waktu suami Nyai
masih hidup, Nyai sudah mengadakan hubungan dengan Seca Ireng.
Apakah sebagai seorang isteri perbuatan Nyai itu baik? Coba jawab! ?
? Tidak ? jawab Nyai Jaya Kimpul dengan suara yang dalam.
? Kalau tidak. mengapa Nyai lakukan perbuatan terkutuk itu? ?
? Karena karena ..
Nyai Jaya Kimpul tidak melanjutkan kata-katanya, maka Buntar
Watangan terus mendesak: ? Karena apa?! ?
Kini tampaklah perempuan itu mulai menangis, dan diantara isak
tangisnya ia berkata: ? Karena . karena . selama 2 tahun akhir akhir
ini . suamiku tidak memenuhi syarat sebagai seorang laki-laki. Kecuali
itu, sudah lama pula aku merindukan kehadiran seorang anak.
Tetapi, apa yang aku rindukan itu tidak pernah kunjung datang. Maka
dapatlah tuan bayangkan betapa hancurnya perasaanku pada waktu itu.
Kesepian, kekecewaan, dan hampir-hampir aku menjadi putus asa.
Karena itulah maka ketika kemudian datang Seca Ireng menggodaku, dan
ternyata dapat memberikan apa yang aku harap-harapkan,
sesungguhnyalah aku merasa dapat hidup kembali dari saat-saat
kematian yang telah lama aku derita. ?
Kembali Nyai Jaya Kimpul tidak dapat melanjutkan kata-katanya,
karena tangisnya menjadi semakin meledak. Sedang Buntar Watangan
itupun menjadi terharu pula mendengar keterangan Nyai Jaya Kimpul itu.
Namun sebagai seorang petugas penegak keadilan. ia sadar pula akan
tugas kuwajibannya. Maka dengan menekan perasaan harunya, kembali
ia bertanya: ? Jadi sekarang Nyai telah mengandung?
Nyai Jaya Kimpul mengangguk.
? Sebenarnya pembunuh suami Nyai itu sudah berhasil aku
tangkap ? kata Buntar Watangan.
Nyai Jaya Kimpul menjadi terkejut. Serentak ia mengangkat
wajahnya. Ditatapnya pandangan Buntar Watangan. Seolah-olah ia tidak
percaya mendengar keterangan itu.
? Karena itu ? kata Buntar Watangan selanjutnya ? jangan
hendaknya Nyai memberi keterangan yang bertentangan dengan
keterangan yang diberikan oleh pembunuh itu. Karena dengan demikian,
Nyai dapat dijebloskan kedalam penjara karena telah menyampaikan
laporan palsu. Sebab menurut keterangan pembunuh itu, bahwa Nyai
tidak menyaksikan ketika orang itu menikam suami Nyai. Tetapi Nyai
hanya menyaksikan ketika pembunuh itu mencabut kerisnya dari
lambung suami Nyai yang sudah mati. Bukankah begitu yang
sebenarnya? ?
Kini wajah Nyai Jaya Kimpul yang sudah pucat tampak menjadi
semakin pucat. Namun akhirnya ia mengangguk juga.
? Nah. sekarang Nyai sudah mengaku ? kata Buntar Watangan 34
Tetapi aku masih ingin mendengar pengakuan Nyai lagi. Coba jawab
pertanyaanku ini. Bukankah selama Nyai bergaul dengan Seca Ireng, laki
laki itu pernah mengatakan ingin mengawini Nyai setelah Nyai bercerai
dengan Jaya Kimpul? Tetapi Nyai menolak, karena dengan demikian
berarti Nyai kehilangan kesempatan untuk dapat mewarisi kekayaan
suami Nyai apabila kemudian suami Nyai itu meninggal? Benar apa tidak?
?
Nyai Jaya Kimpul kelihatan menjadi bingung. Namun karena dugaan
Buntar Watangan itu tepat, maka tiada alasan lain kecuali Nyai Jaya
Kimpul terpaksa mengangguk.
Melihat anggukan Nyai Jaya Kimpul itu, Buntar Watangan
tersenyum. Kini ia merasa mulai dapat menyingkap rahasia pembunuhan
itu. Maka Buntar Watangan terus saja mendesak:
? Nyai. Bukankah demikian, karena alasan Nyai itu, Seca Ireng
mengatakan akan membunuh suami Nyai dan Nyai setuju?
? Tidak, tuan. Itu tidak benar! Aku tidak setuju ? jawab Nyai Jaya
Kimpul tampak menjadi semakin gugup.
? Meskipun demikian, namun Seca Ireng tetap melaksanakan
keinginannya. Ya, apa tidak? ?
? Mengenai hal itu aku tidak tahu, tuan. Sungguh, tuan. ?
Sekali lagi Buntar Watangan tersenyum Katanya : ? Sekarang
tinggal pertanyaan terakhir. Dimana sekarang Seca Ireng? ?
Mungkin kembali kerumahnya, tuan. Sebab ketika ia pergi aku
masih tidur. ?
? Baiklah. Terimakasih ? jawab Buntar Watangan. Kemudian
kepada Demang Selayuda dan 2 orang pembantunya ? Mari kita tangkap
Seca Ireng. Mudah-mudahan ia masih berada dirumahnya. ?
? Mari, tuan ? jawab Demang Selayuda. Dan kemudian mereka
itupun segera menuju kerumah Seca Ireng.
Namun ketika mereka sampai kerumah Seca Ireng, ternyata rumah
itu dalam keadaan kosong.
? Kemana kira-kira Seca Ireng pergi? ? tanya Buntar Watangan
kepada Demang Selayuda.
? Entah, tuan ? jawab Demang Selayuda ? Tetapi apakah tuan
sudah dapat memastikan bahwa yang membunuh Jaya Kimpul itu Seca
Ireng. ?
? Aku belum dapat memastikan. Tetapi aku menduga demikian.
menurut jalan pikiranku. yang membuat surat tantangan kepada Jaga
Reksa itu Seca Ireng. Kemudian oleh Seca lreng, surat tantangan itu
disampaikan lewat Sanepa. Maka untuk menghilangkan jejaknya, Sanepa
segera dibunuh. ?
Demang Selayuda mengangguk anggukan kepalanya:
? Dan bagaimana sekarang rencana tuan? ? tanya Demang itu.
Buntar Watangan berpikir sesaat, kemudian menjawab: ? Aku kira35
Seca Ireng pasti berusaha menemui Nyai Jaya Kimpul. Karena itu, maka
kepada 2 orang pembantu Bapak ini, aku minta untuk membayangi Nyai
Jaya Kimpul. ?
? Baiklah, tuan ? Jawab salah seorang anak buah Demang
Selayuda ? Tetapi bagaimana tugas yang harus kami kerjakan
selanjutnya? ?
Kalau kalian melihat Seca Ireng menemui Nyai Jaya Kimpul.
tangkap orang itu! ?
? Kalau orang itu melawan? ? tanya yang seorang.
? Apakah kalian takut? ?
? Tidak, tuan. Maksud kami, apakah kami diperbolehkan
mempergunakan kekerasan? ?
? Tentu. Asal jangan sampai mati. ?
? Baiklah, tuan. Kami akan segera mengerjakan perintah tuan.
?
? Bagus. ? kata Buntar Watangan ? Kalau orang itu tertangkap,
lekas beritahu aku kerumah Jaga Reksa. ?
? Ya, tuan ? jawab 2 orang pembantu Demang Selayuda itu
hampir berbareng, kemudian mereka itupun segera berangkat. Dan
sesaat kemudian, Buntar Watangan dan Demang Selayuda segera
berangkat pula kerumah Jaga Reksa36
Sementara itu, dirumah Jaga Reksa, Jaka Pameling sedang asyik
bercumbu-cumbuan dengan Suwarsih. Gadis itu oleh ibunya didesak
supaya mencinta kepada Jaka Pamding yang disangkanya Buntar
Watangan agar segera meresmikan perkawinannya. Dan oleh Suwarsih,
desakan ibunya itu telah disampaikan pula kepada Jaka Pameling.
? Bagaimana, tuan? ? kata Suwarsih dengan pandangan meminta.
Meskipun hanya dengan secara sederhana, ibu meminta supaya
perhubungan kita ini segera diresmikan. ?
Jaka Pameling tidak segera menjawab. Tampaklah anak muda itu
menjadi beragu. Sebenarnya ia setuju pula dengan permintaan Suwarsih37
itu. Tetapi ketika ia memikirkan apabila kemudian Suwarsih mengetahui
bahwa ia sebenarnya bukan Buntar Watangan, apakah gadis itu tidak
akan menuduhnya bahwa ia sengaja telah menipu?
Jaka Pameling sebenarnya adalah seorang anak muda yang jujur.
Terapi karena sangat dimanjakan oleh orang tuanya dan semenjak kecil
dijauhi oleh gadis2 maka untuk menebus kekalahannya itu kadang2 ia
berbuat hal hal yang ber-lebih2an. Tetapi kini dalam menghadapi
Suwarsih. tiba2 sifat pembawaannya itu timbul kembali. Namun ia masih
beragu pula apa yang sebenarnya. Sebab ia takut kehilangan Suwarsih.
Dengan demikian dalam dada anak muda itu timbul pergolakan hebat.
Ber-bagai2 persoalan kini saling desak-mendesak dalam dada anak
muda itu. Takut, sedih, gembira, bangga, terharu, semuanya saling
berebut untuk dapat menguasai sikap Jaka Pameling. Sehingga karena
itu, bahkan mulut Jaka Pameling se olah2 terasa bagaikan terkunci.
? Bagaimana, tuan? Mengapa tuan diam saja? ? terdengar suara
Suwarsih mendesak.
Namun karena desakan itu. akhirnya Jaka Pameling menjawab: ?
Baiklah, Warsih. Kita segera kawin, meskipun hanya dengan upacara
yang sangat sederhana. ?
Mendapat jawaban itu, betapa gembiranya perasaan Suwarsih tak
dapat dilukiskan. Maka dengan tanpa disadarinya ia segera menjatuhkan
dirinya dihadapan Jaka Pameling. Diciuminya kaki laki2 pujaannya itu
berulang kali, dan air matanyapun mengalir seperti banjir.
? Mengapa kau demikian, Warsih? ? Tanya Jaka Pameling sambil
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjongkok dihadapan gadis itu.
Pe- lahan2 Suwarsih mengangkat wajahnya. Pipinya masih basah
oleh air mata, dan gadis itu tersenyum. Tetapi ketika ia hendak
menyampaikan isi hatinya, terasa tenggorokkannya bagaikan tersumbat.
Sehingga karena itu yang terdengar hanya nafasnya yang berkejaran.
Dalam pada itu, masuklah Buntar Watangan bersama Demang
Selayuda kedalam pendapa. Maka Jaka Pameling itupun ter-gopoh2
segera menyambutnya. Namun ketika dilihatnya orang yang bersama
Buntar Watangan itu adalah orang yang telah dikenal dan mengenalnya
dengan baik, mendadak wajah Jaka Pameling menjadi pucat.
Dengan sikap sebagai seorang bawahan yang hendak
menyampaikan laporan kepada atasannya, Buntar Watangan berkata: ?
Tuan, perkenankanlah aku mengganggu sebentar. ?
Jaka Pameling tidak segera menjawab. Kini tampaklah anak muda
itu tampak menjadi bingung. Sebab ia takut kalau Demang itu akan
mentertawakan. Dengan demikian akan terbongkarlah rahasianya
didepan Suwarsih.
Namun ternyata Demang itupun menjadi bingung pula. Bahkan ia
menjadi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sehingga karenanya
timbullah pertanyaan dalam hati Demang itu:? Apakah aku salah lihat.38
apakah orang ini hanya serupa dengan Jaka Pameling ? ataukah Jaka
Pameling memang seorang pimpinan petugas Sandi dari Mataram ??
? Ah, tidak mungkin ? bantah dalam hati Demang itu pula ?
otang ini pasti hanya serupa. ?
Meskipun demikian, namun Demang Selayuda masih beragu. Karena itu
maka untuk meyakinkan dugaannya, ia bermaksud hendak mengajukan
pertanyaan. Tetapi belum lagi maksud hatinya itu terucapkan, Buntar
Watangan telah kembali berkata.
? Ma'af, tuan. Karena kami hendak menyampaikan laporan yang
sangat penting, maka kami mohon agar tuan memerintahkan kepada
Suwarsih untuk meninggalkan tempat ini, ?
Namun sebelum Jaka Pameling sempat membuka mulutnya,
Suwarsih telab menyahut: ? Baiklah, tuan. Aku akan segera pergi. ?
Dengan perasaan kecewa Suwarsih segera meninggalkan pendapa
itu. Se-kali2 ia berpaling. Sebenarnya ia merasa tidak senang dengan
sikap Buntar Watangan yang disangkanya hanya seorang pembantu itu.
Namun akhirnya ia dapat menyadari pula, bahwa sebagai seorang calon
isteri yang baik, ia harus tidak mencampuri pekerjaan mereka.
? Tuan. Aku mendapat berita yang sangat penting. Penting sekali
untuk tuan ketahui ? kata Buntar Watangan masih bersikap sebagai
seorang bawahan.
Jaka Pameling mengerutkan alisnya. Namun sama sekali ia tidak
berani memandang kearah Demang Selayuda.
? Begini, tuan ? kata Buntar Watangan selanjutnya ? Menurut
berita itu, pada saat ini keselamatan Suwarsih sangat terancam. ?
? Oh: ? Jaka Pameling menjadi sangat terkejut : ? Mengapa .
mengapa . sebabnya? ?
? Sekarang aku belum dapat mengatakan apa sebabnya. Tetapi
untuk menghindari bahaya itu, pada saat menjelang senja nanti Suwarsih
harus diungsikan. ?
? Diungsikan? Kemana? ?
? Ya. Harus diungsikan: ulang Buntar Watangan memberi tekanan
pada ucapannya ? Tetapi untuk itu tuan tidak usah khawatir. Akulah
yang akan mengatur pengungsian Suwarsih itu, ? kemudian kepada
Demang Selayuda ? Bapak, Apakah bapak dapat menyediakan sebuah
rumah kosong yang letaknya tidak jauh dari rumah Soma Gamber? ?
? Dapat, tuan ? jawab Demang Selayuda ? Aku kira tidak jauh
dari rumah Soma Gamber itu memang ada sebuah rumah kosong. ?
? Disebelah mana? Bagaimana keadaan rumah itu? ?
? Disebelah barat. Rumah itu terpencil diujung desa. ?
? Bagus. Siapkan rumah itu, agar nanti sore dapat dipergunakan
untuk mengungsikan Suwarsih. ?
? Baiklah. Kalau begitu aku berangkat sekarang saja. ?
? Ya. Itu lebih baik ? jawab Buntar Watangan.39
Setelah Demang Selayuda pergi, kembali Buntar Watangan berkata:
? Pameling. Beaitahukan soal pengungsian Suwarsih ini kepada Jaga
Reksa, Supala dan Wahana. Suruhlah mereka nanti sore mengungsikan
Suwarsih kerumah yang telah dipersiapkan oleh Demang tadi. Tapi gadis
itu hanya boleh diantar dan ditemani oleh Saniyem, perempuan
pembantu Nyai Jaga Reksa. Tekankan kepada mereka, bahwa ini atas
perintahmu. Buntar Watangan. Yang harus dilaksanakan dan tidak boleh
dibantah. Nah katakan kepada mereka juga, bahwa soal pengungsian
Suwarsih ini harus dirahasiakan. Jangan sampai orang lain tahu, kecuali
mereka itu. Tahu ?!
? Ya . Ya jawab Jaka Pameling gugup
? Tetapi apakah aku tidak boleh menemani Suwarsih dalam pengungsian
itu ? ?
? Tidak ! Kau harus tetap berada disini. Jangan se-kali2 kau pergi
kemanapun juga kecuali ada perintah dariku.?
? Baiklah. Tetapi ....?... tetapi tetapi
? Tetapi apa ? ?
Jaka Pameling tersenyum. Kemudian katanya: ? Tadi Suwarsih
mendesak aku supaya segera mengawininya. ?
? Apakah soal itu tidak dapat ditunda ??
? Mestinya bisa. Tetapi permintaan Suwarsih itu atas anjuran
orang tuanya, dan akupun telah menjanggupi pula.?
? Kalau begitu, terserah kepadamu. Syukur kalau mereka mau
menunda. sampai besuk atau lusa. ltu lebih baik. Tetapi yang terpenting,
soal pengungsian Suwarsih itu harus dilaksanakan. ?
? Baiklah. Akan aku beritahu mereka. ?
? Kumpulkan mereka kemari. ?
Ter-gesa2 Jaka Pameling segera mengumpulkan orang2 yang
diminta oleh Buntar Watangan itu. Dan setelah seluruh penghuni rumah
itu terkumpul semuanya, dihadapan mereka. Jaka Pameling segera
mengatakan apa yang telah dipesankan oleh Buntar Watangan tadi.
? Mengapa Suwarsih harus diungsikan, tuan ? ? bertanya Jaga
Reksa dengan wajah cemas.
? Karena keselamatan Suwarsih terancam ? jawab Jaka Pameling.
?Ya. Tapi siapa yang hendak mengancam. Aku sanggup
menghadapi orang itu. ?
Jaka Pameling menjadi bingung untuk menjawab. Karena itu Buntar
Watangan segera menyahut: ? Bapak tidak akan sanggup menghadapi
orang itu. Akupun tidak. Sebab orang itu sakti sekali. ?
? Apakah tuan juga tidak sanggup menghadapi orang itu? ?
bertanya Jaga Reksa kepada Jaka Pameling.
Jaka Pameling mengangguk.
? Kalau memang demikian kehendak tuan, terserah. Asal Suwarsih
selamat. ?40
? Mengenai soal itu bapak jangan kawatir ? kata Buntar Watangan
? Akulah yang akan menanggung anak bapak. ?
Meskipun demikian namun ibu Suwarsih tampak menjadi semakin
cemas. Tetapi cemas bukan se-mata2 karena memikirkan keselamatan
Suwarsih, sebab menurut dugaannya, pengungsian Suwarsih itu hanya
merupakan siasat yang dibuat oleh Jaka Pameling yang disangkanya
Buntar Watangan untuk menjauhi Suwarsih. Maka per-lahan2 ia
mendekati Suwarsih dan berbisik ketelinga gadis itu.
Suwarsih mengangguk. Kemudian melangkah mendekati Jaka
Pameling dengan suara setengah berbisik ia berkata ? Tuan.
Kesanggupan tuan tadi telah aku sampaikan kepada ibu, dan ibupun
sudah bersenang hati karennya. Tetapi kalau nanti sore aku diungsikan,
apakah berarti perkawinan itu harus ditunda ? ?
Jaka Pameling menundukkan wajahnya. Sesaat ia menunduk,
kemudian menjawab : ? Lalu bagaimana kehendak orang tuamu ? ?
? Ibu menghendaki supaya perkawinan itu dapat dilaksanakan
sebelum aku diungsikan. ? kata Suwarsih
? Kalau itu memang sudah menjadi kehendak orang-tuamu,
baiklah. Sekarangpun juga aku menurut. ?
Wajah Suwarsih tampak menjadi ber-seri2. Kemudian ter-gesa2
segera memberitahukan kepada ibu dan ayahnya.
Jaga Rekia meng-angguk2kan kepalanya. Setelah mendekati Jaka
Pameling, maka orang tua itupun segera mengajukan pertanyaan ?
Benarkah apa yang dikatakan oleh Suwarsih itu, tuan ? ?
? Benar bapak ? jawab Jaka Pameling.
? Kalau begitu apakah perkawinan itu dapat dilaksanakan sekarang
? ?
Jaka Pameling mengangguk.
Maka setelah berunding dengan isterinya, Jaga Reksa segera
memberi perintah kepada Wahana: ? Panggil bapak Penghulu kemari! ?
?Untuk apa bapak ? ? tanya Wahana ke - heran2an. Sebab anak
muda itu memang belum mengerti apa maksud Jaga Reksa.
? Untuk meresmikan perkawinan Suwarsih dengan Raden Buntar
Watangan. ?
Wahana terkejut, namun ia segera tersenyum. Karena keinginannya
untuk menghancurkan hubungan antara Suwarsih dengan Supala kini
nyata2 telah berhasil. Maka dengan tanpa bertanya lagi ia segera
melangkah pergi.
Berbeda dengan Supala. Begitu ia mendengar ucapan Jaga Reksa
itu mendadak tubuhnya menjadi gemetar. Ia menjadi marah sekali
terhadap semua orang yang berada didalam pendapa itu. Namun ketika
disadarinya bahwa untuk menghadapi mereka ia tidak mungkin akan
mendapat kemenangan. Maka akhirnya dengan secara diam2 ia segera
meninggalkan pendapa itu.41
Sementara itu, 2 orang anak buah Demang Selayuda yang
ditugaskan oleh Buntar Watangan untuk membayangi Nyai Jaya Kimpul,
telah semenjak tadi bersembunyi didalam semak-semak tidak jauh dari
rumah Soma Gamber.
Kedua orang itu masing-masing bernama Nitipraya dan Danukerti.
? Hmm . mengapa Seca Ireng belum datang ? kata Nitipraya
mulai gelisah.
? Tetapi aku yakin orang itu pasti akan datang ? sahut Danukerti.
? Jangan2 orang itu bahkan sudah berada didalam rumah Soma
Gamber, atau mungkin juga bahkan sudah pergi bersama Nyai Jaya
Kimpul. ?
? Tidak. Tidak mungkin. Kalau Seca Ireag datang kita pasti
melihatnya ?
? Tetapi siapa tahu, ketika kita pergi orang itu datang, kemudian
diajaknya Nyai Jaya Kimpul pergi meninggalkan rumah Soma Gamber. ?
? Kita meninggalkan rumah itu hanya sebentar. Tidak mungkin.
Orang itu kini pasti masih berada disuatu tempat. ?
Ketika mereka sekali lagi melempar pandang kearah pintu,
kebetulan dilihatnya Nyai Jaya menjenguk keluar.
? Nah, lihatlah ! ? kata Danukerti ? Perempuan itu masih berada
dirumah.
? Ya. Kita tunggu saja. Mungkin sebentar lagi Seca Ireng datang.
Perempuan itu pasti menunggu kedatangannya.
? Kedua orang itu diam sesaat. Namun wajah2 mereka kelihatan
menjadi cemas. Kemudian kembali terdengar salah seorang diantara
mereka berkata ? Apakah kau sudah yakin bahwa yang membunuh Jaya
Kimpul itu Seca Ireng? ?
? Ya. Yakin sekali ? jawab Nitipraya ? Apalagi sekarang. Coba
perhatikan, hubungan bagaimana antara Nyai Jaya Kimpul dengan Seca
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ireng. Kau sendiripun mendengar juga, bahwa menurut pengakuannya
perhubungan mereka itu sebenarnya sudah lama. Sedang antara Jaya
Kimpul dengan Jaga Reksa saling bermusuhan. Karena itu dengan secara
licik Seca Ireng mempergunakan kesempatan itu untuk membunuh Jaya
Kimpul, dengan demikian yang dituduh membunuh itu pasti Jaga Reksa.
? Tetapi mengapa Sanepa juga dibunuh ??
? Karena hanya Sanepalah yang mengetahui rahasia Seca Ireng.
Orang itu yang disuruh oleh Seca Ireng untuk menyampaikan surat
tantangan kepada Jaga Reksa. Dengan demikian kalau Sanepa tidak
dibunuh, ia khawatir apabila kemudian rahasianya akan terbongkar. ?
Danukerti meng-angguk2kan kepalanya. Namun sebenarnya ia
masih belum dapat memahami apa yang dikatakan oleh Nitipraya itu
Sebab menurut bukti2 yang ada, yang membunuh Jaya Kimpul itu adalah
Jaga Reksa.
Kini kedua orang itu semakin lama menjadi semakin tegang. Namun42
tidak demikian dengan apa yang terjadi dirumah Jaga Reksa. Ternyata
untuk meresmikan perkawinan anaknya, Jaga Reksa mengundang juga
tetangga terdekat dan sanak saudaranya. Dengan demikian, maka
keadaan didalam rumah Jaga Reksa itu kelihatan menjadi sibuk.
Jaga Reksa dan isterinya menyambut para tetamunya dengan
senyum bangga. Betapapun tidak. Sama sekali sepasang suami isteri itu
belum pernah memimpikan apabila mereka akan mendapat menantu
seorang perwira yang pilih tanding. Sehingga karena itu dalam hatinya
mereka berkata:
? Inilah Jaga Reksa. Siapa diantara orang orang desa ini yang
dapat menyamai aku. Kekayaanku sudah lebih dari cukup. Menantuku
seorang perwira Mataram yang terkenal dan disegani. Dengan demikian
aku pasti dapat menguasai seluruh penduduk desa ini. Kalau aku
menginginkan, mudahlah bagiku untuk menjadi Demang?
? Tetapi aku tidak ingin menjadi Demang? kata dalam hatinya
pula ? Aku hanya ingin mengendalikan Demang Selayuda yang keras
kepala itu. Akan aku suruh Demang itu melaksanakan setiap keinginanku.
Setiap orang yang tidak mau tunduk dengan kemauanku akan aku usir
dari desa ini. Kalau perlu aku dapat mempergunakan kekuasaan
menantuku. ?
Namun tidak demikian dengan apa yang sedang bergolak dalam
dada Jaka Pamefing. Ketika para tetamu itu mulai berdatangan, terasalah
hatinya menjadi kecut, sebab ia takut apabila diantara mereka itu ada
satah seorang yang mengetahui siapakah ia yang sebenarnya, Apa lagi
kalau orang itu sengaja membuat malu dengan membuka rahasianya
dihadapan orang banyak. Maka dapatlah dibayangkan apa yang bakal
terjadi kemudian. Karena dengan demikian bukan saja para tetamu itu
akan menertawakan dan menghinanya, tetapi Suwarsih dan orang tuanya
yang menjadi kecewa dan menanggung malu itupun pasti akan
menumpahkan kemarahannya kepadanya.
?Ah. Tapi apa boleh buat kata Jaka Pameling dalam hati ? Kalau
nasibku baik, pastilah tidak ada orang yang mengetahui. Tetapi kalau
nasibku jelek, Ya apa mau dikata. Biarlah aku mampus ditempat ini juga
itu lebih baik. ?
Namun untuk membesarkan hatinya. dalam hati anak muda itupun
berkata pula: ? Mudah2an tidak ada seorangpun yang mengenalku, dan
mudah2-an Demang itu tidak kembali kemari. ?
Ternyata diantara para tetamu itu ada yang telah mengenalnya,
Tetapi orang itu ragu-ragu. Kemudian berbisik kepada temannya: ?
Penganten laki laki itu rupanya mirip seperti Jaka Pameling. ?
? Ya, memang. Mirip sekali ? jawab temannya.
? Jangan jangan orang itu benar2 Jaka Pameling??
? Ah, mana bisa. Sudah jelas penganten laki-laki itu Raden Buntar
Watangan. ?43
? Apakah kau sudah pernah melihat wajah Raden Buntar Watangan
sebelum ini? ?
? Ya belum. ?
? Nah, karena itu. siapa tahu pengantin laki laki itu benar-benar
Jaka Pameling. ?
? Maksudmu Jaka Pameling mengaku-aku dengan nama Raden
buntar Watangan? ?
? Ya, itu mungkin juga. ?
? Ah, sudah jelas itu tidak mungkin. Meskipun Jaka Pameling suka
berbuat hal-hal yang berlebih - lebihan. tetapi aku berani bertaruh anak
itu pasti tidak akan berani mempergunakan nama Raden Buntar
Watangan. Kecuali kalau ia sudah kepengin mampus. ?
Orang itu tidak menjawab. Namun dalam hatinya ia berkata: ?
Aneh. Apa mungkin Raden Buntar Watangan rupanya mirip seperti Jaka
Pameling? ?
Dalam kelompok yang lain ada juga seorang tetamu yang berbisik
kepada temannya: ? Hhh! Ternyata orang yang bernama Raden Buntar
Watangan itu tidak sesuai dengan berita yang pernah aku dengar. ?
Temannya yang diajak bicara menyahut: ? Apanya yang tidak
sesuai? ?
? Menurut berita yang pernah aku dengar, Raden Buntar Watangan
itu bertubuh tegap dan berwajah tampan. Tetapi pengantin laki-laki itu,
coba kau perhatikan. Dengan aku saja masih tampan aku?
? Huh! Apa kau merasa lebih tampan? ? tanya temannya sambil
melempar muka.
Namun temannya yang lain cepat menyahut. ? Tapi yang jadi kan
pangkatnya? Orang itu berpangkat tinggi. Sedang kau, apa? Kayapun
tidak. Kedudukan tak punya. Tampanpun tidak tampan. Lalu apa yang
dapat kau banggakan? ?
? Soalnya bukan itu. Tapi aku hanya kasihan dengan Supala ?
jawab orang yang pertama itu tidak mau kalah ? Coba pikir. Supala
bekerja disini dengan tekun dan sungguh sungguh. Seolah-olah semua
yang dikerjakan itu adalah miliknya sendiri. Karena apa? Karena ia
berharap untuk bisa diambil menantu oleh Jaga Reksa. Dan sebenarnya
menurut gelagat, Suwarsihpun juga sudah menaruh hati dengan anak
muda itu. Tetapi kemudian tiba-tiba datang Raden Buntar Watangan
mengawini Suwarsih. Coba, bayangkan kalau kau jadi Supala. Bagaimana
perasaanmu? ?
? Ya, itulah yang namanya nasib. Supala bernasib jelak, sedang
Suwarsih dan orang tuanya bernasib baik. ?
? Soalnya bukan nasib. Tetapi Jaga Reksa memang sengaja
memasang perangkap. Kecuali ia dan anaknya berharap untuk mendapat
menantu dan suami orang yang berpangkat. Juga dengan demikian agar
Jaga Reksa terbebas dari tuduhan membunuh. ?44
Apa sudah jelas, kalau yang membunuh Jaya Kimpul itu Jaga
Reksa? ?
? Menurut keterangan yang aku dengar dari Seca Ireng memang
demikian. Itulah sebabnya Jaga Keksa memasang perangkap. Ia
menyuap petugas yang mengusud perkaranya itu dengan
mempergunakan anaknya.
? Hhh! Kalau para pemimpin masih pada doyan suap, kapan
hukum ini bisa ditegakkan ?
Ternyata yang membicarakan sepasang mempelai itu bukan saja
para tetamu yang duduk didalam pedapa, namun orang-orang yang
berada didapur dan diluarpun demikian pula.
Seorang perempuan muda yang berbaju merah berbisik kepada
suaminya: ? Orang itu kalau mau untung tidak kurang jalan. Sebutir
batupun kalau berada didalam tangannya bisa menjadi emas. ?
? Siapa yang beruntung? ? tanya suaminya belum juga mengerti
apa yang dimaksudkan oleh isterinya.
? Suwarith ? jawab isterinya ? Suwarsih itu kan beruntung.
Ayahnya dituduh. tetapi justru karena itu malahan ia diambil isteri oleh
orang yang berpangkat. ?
? Hhh! Belum tentu Suwarsih beruntung ? bantah suaminya ?
Siapa tahu Suwarsih hanya menjadi isteri yang ke 7 atau ke 10. ?
? Meskipun hanya menjadi isteri yang ke 27 pun, tetapi kan masih
bisa merasa bangga? Sebab suaminya orang yang berpangkat tinggi? ?
Perempuan berbaju biru yang berada dibelakangnya menyahut: ?
Kalau aku mau. Lebih baik menjadi isterinya orang miskin tetapi tidak
dimadu, dari pada menjadi isterinya orang yang berpangkat tetapi
kerjanya cuma menunggu nyamuk. ?
Perempuan yang berbaju merah itu mendaprat: ? Itu namanya
tolol! Kalau aku tidak. Meskipun dimadu tapi kan terhomat dan tidak
kekurangan sesuatu apapun, ?
Mendengar ucapan isterinya itu, suaminya merasa tersinggung.
Betapapun tidak. la adalah orang melarat. Sedang kata-kata isterinya itu
dirasanya sebagai penghinaan. Maka dengan suara setengah membentak
ia segera menyahut: ? Hanya perempuan perempuan yang tidak punya
harga diri, mereka akan menyetujui keinginanmu itu. ?
? Harga diri?! ? bentak isterinya karena iapun merasa tersinggung
pula. Bahkan kemudian ia menjadi cemburu karena beranggapan bahwa
suaminya menaruh hati kepada perempuan yang berbaju biru.
? Apa kausangka aku tidak punya harga diri? ? kata isterinya
selanjutnya ? Selama aku menjadi isterimu apakah kau pernah memberi
sesuatu yang berharga kepadaku? Apakah aku pernah mengemis?
Apakah aku pernah merengek? Sedang barang - barang yang aku miliki
itupun adalah hasil jerih payahku sendiri. Jangan asal saja kita bisa
bicara. Apa kau sangka kalau tidak menjadi isterimu aku tidak bisa45
makan? ?
? Jangan banyak mulut: ? bentak suaminya dengan suara
tertahan ? Kalau kau memang ingin seperti Suwarsih, bilang saja terus
terang. Aku tidak keberatan mengembalikan kau kepada orang tuamu ?
? Baik. Aku memang ingin seperti Suwarsih. Kau mau apa? ?
tantang istrinya ?
? Ayo. Sekarang juga kau akan kukembalikan. ?
? Mentang-mentang yang jadi laki-laki Aku bisa kembali sendiri.
Tidak perlu kau antar. ?
Suaminya itu menjadi semakin marah. Namun ia masih dapat
menyadari bahwa ia berada diantara orang banyak. Maka dengan tanpa
berkata sepatah katapun laki-laki itu segera pergi.
Dalam pada itu, laki-laki yang menyangsikan bahwa mempelai laki2
itu adalah Buntar Watangan, telah keluar dari pendapa untuk mencari
Wahana.
Kemudian setelah orang yang dicarinya itu diketemukan, laki2 itu
segera berkata: ? Wahana. Apakah kau yakin bahwa mempelai laki2 itu
benar2 orang yang bernama Buntar Watangan? ?
? Maksudmu? ? tanya Wahana menjadi ke-heran2-an.
? Aku pernah berjumpa dengan orang itu, tapi namanya bukan
Buntar Watangan. ?
? Lalu siapa? Jaka Pameling. ?
? Uh Jaka Pameling? ? ulang Wahana terkejut ? Apakah
omonganmu itu dapat dipercaya? ?
? Mengapa tidak? ?
? Ah. Tapi bagaimana cara membuktikan: Sulit ? desah Wahana.
Seorang perempuan setengah tua yang mendengar percakapan
kedua orang itu tiba2 menyahut: ? Kalau omonganmu itu benar, akulah
yang akan membuktikan. Aku muak dengan lagak Nyai Jaga Reksa.
Sikapnya sekarang benar2 sombong. Tadi ia menghinaku. Karena itu aku
harus membalas sakit hatiku. Rahasia itu akan aku buka dihadapan orang
banyak. ?
Sebenarnya perempuan itu memang sudah lama menaruh iri hati
terhadap Nyai Jaga Reksa apalagi ketika diketahuinya bahwa Nyai Jaga
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peksa mempunyai menantu orang berpangkat dan sengaja menyanjung2
menantunya itu dihadapannya. Maka seketika itu juga, perasaan iri dan
dengki menjadi semakin menyala membakar seluruh urat nadinya. Tetapi
karena ia takut apabila Nyai Jaga Reksa mempergunakan kekuasaan
menantunya, terpaksalah ia berusaha menahan diri. Namun kini, setelah
diketahuinya bahwa menantu Jaga Reksa itu sebenarnya bukan Buntar
Watangan maka seperti air bah yang datang dengan secara mendadak,
akhirnya jebollah tanggul2 kesadaran yang semula mengekang perasaan
perempuan itu. Maka dengan tanpa pikir panjang lagi, perempuan itu46
segera melangkah mencari Nyai Jaga Reksa untuk menumpahkan
kemarahannya.
? * ?
B A G I A N IV.
Sementara itu, Nitipraya dan Danukerti yang menjadi semakin
gelisah karena orang yang ditunggunya belum juga datang, menyumpah2
tiada habis2nya.
? Setan! ? desis Nitipraya ? Apakah kita harus menunggu sampai
nanti malam? ?
? Kalau perlu bagaimana lagi ? jawab Danukerti
?Yang penting Seca Ireng harus berhasil kita tangkap. ?
Kembali mereka saling membisu. Pe-lahan2 Nitipraya
menengadahkan wajahnya. Dipandangnya langit yang tampak bersih
tiada berawan. Sedang mataharipun kini telah condong kebarat. Namun
ketika ia melempar pandang kearah selatan tampaklah awan hitam ber
gulung2 ditiup angin.
? Mudah2an tidak turun hujan ? gumam Nitipraya.
? Aku kira baru nanti malam akan turun hujan ? sahut Danukerti.
Nitipraya menarik nafas dalam2. Sebenarnya ia telah hampir
kehilangan kesabarannya. Maka untuk menghilangkan kejemuannya,
kemudian ia merebahkan tubuhnya diatas rumput, Sambil menggeliat ia
berkata: ? Karena aku mau tidur. ?
? Gila! ? desis Danukerti ? Bagaimana kalau nanti Seca Ireng
datang ? ?
? Bangunkan aku. ?
? Tidak. Jangan tidur. Mungkin sebentar lagi ia datang,?
? Kalau aku tidur, apakah kau takut menangkap Seca Ireng
seorang diri. ?
? Soalnya bukan takut. Tetapi itu adalah kuwajiban kita bersama.
?
? Sebentar saja. Aku sudah biasa tidur siang, ?
?Tidak. Bangunlah! ?
Nitipraya mendengus, namun akhirnya ia bangun pula, kemudian
duduk disamping Danukerti.
? Setan benar Seca Ireng itu ? umpat Nitipraya ? Apakah barang
kali orang itu sudah mendapat firasat jelek??
? Tutup mulutmu ! ? bentak Danukerti ? Siapa yang berjalan dari
arah timur itu? ?
Nitipraya memandang kearah timur. Kemudian tampaklah
seseorang berjalan diantara semak-semak.
? Coba perhatikan ? kata Danukerti ? Siapa orang itu ? ?47
? Kalau tidak salah, bukankah orang itu Seca Ireng? ?
? Nah, benar tidak apa kataku tadi. Sebentar lagi orang itu pasti
datang dan sekarang orang itupun benar-benar telah datang.
? Mari kita cegat. ?
? Jangan. Kita tunggu saja sampai ia masuk kerumah Soma
Gamber. Baru kemudian kita sergap?
? Bagaimana kalau orang itu lari melalui pintu belakang ? ?
? Aku masuk melalui pintu depan, kau mencegat dari pintu
belakang. Dengan demikian orang itu pasti berhasil kita tangkap,
Ketika Seca Ireng menjadi semakin dekat dengan rumah Soma
Gamber, kedua orang itu menjadi semakin tegang. Sehingga kemudian
terdengar Danukerti mendesah lirih.
? Aku yakin Seca Ireng pasti melawan ? kata Nitipraya
? Itu sudah pasti, Tetapi bagaimanapun juga hebatnya orang itu,
kita harus berhasil menangkapnya. ?
Nitipraya tidak menjawab, namun nafasnya terdengar menjadi
semakin berkejaran.
? Nah, sekarang Seca Treng sudah. Mari kita sergap. Aku melalui
pintu depan dan kau menjaga dibelakang rumah. Kalau ada kesulitan
lekas berilah tanda. ?
? Baik ? jawab Nitipraya sambil melangkah. Dan temannya itupun
segera mengikuti pula. Kemudian setelah mereka tinggal beberapa
langkah dari rumah Soma Gamber, kedua orang itu, segera berpencar.
Nitipraya terus menuju kebelakang rumah, sedang Danukerti masuk
melalui pintu depan.
? Hemm. Sepi ? pikir Danukerti. Tiada seorangpun yang nampak
didalam pendapa itu.
Sesaat Danukerti berhenti. Tampaklah ia beragu. Rupa2nya ia sedang
memperhitungkan setiap kemungkinan. Karena apabila ia tergesa2 masuk
keruang dalam, siapa tahu Seca Ireng yang telah bersembunyi dibalik
pintu segera menerkamnya.
Kemudian setelah yakin, bahwa dibelakang pintu tidak ada
seorangpun, barulah ia melangkah. Namun belum lagi ia melangkahi
telundak pintu ruang tengah, dari dalam tampaklah Nyai Jaya Kimpul
menyambut kedatangannya.
? Nyai ? kata Danukerti ? Mana Seca Ireng? Suruhlah ia keluar.
Nyai Jaya Kimpul mengerutkan alisnya. Ia tidak menjawab namun
bahkan bertanya ? Apakah kakang Seca lreng kemari ? ?
? Baru saja ia masuk. aku sendiri melihatnya. Jangan coba menipu
aku. ?
? Aneh ? desah Nyai Jaya Kimpul.
? Apanya yang aneh? ?
? Tetapi aku tidak melihatnya. ?
? Bohong! Tidak mungkin! Suruhlah orang itu keluar. ?48
? Kalau tidak percaya, carilah sendiri. ?
? Baik. ? kata Danukerti dengan geramnya. Namun ia belum juga
melangkah. Tampaklah ia sedang me-nimbang2.
Dalam pada itu, Danukerti melihat Soma Gamber keluar dari dalam
bilik. Maka orang itu segera dipanggilnya: ? Pak Soma ! Kemari ! ?
Soma Gamber berpaling, kemudian mendekat.
? Pak Soma. Suruhlah Seca Ireng keluar. Aku hendak bicara
padanya. ? kata Danukerti.
? Aku tidak tahu ? jawab Soma Gamber.
? Bohong! Kau mesti tahu! ?
? Benar, aku tidak tahu. Aku baru saja bangun tidur.?
? Apakah kau bermaksud melindungi orang itu? Hh ! ! ! Kalau
memang begitu, baik. Kau akan kutangkap sama sekali. ?
? Tidak .. tidak .. Aku tidak melindungi orang itu. ?
? Kalau kau tidak ingin aku tangkap, sekarang panggil orang itu. ?
perintah Danukerti menjadi semakin marah.
Belum lagi Soma Gamber sempat memutar tubuh tiba dari belakang
runaah terdengar suitan nyaring, maka cepat Danukerti segera
menerobos masuk.
Ternyata setelah Seca Ireng mendapat keterangan dari Nyai Jaya
Kimpul orang itu bermaksud melarikan diri lewat pintu belakang. Tetapi
tiba2 ia menjadi terkejut ketika diketahuinya Nitipraya telah
menghadangnya.
? Jangan lari Seca lreng. Menyerahlah! ? perintah Nitipraya sambil
ber-siap2 menghadapi setiap kemungkinan.
? Mengapa aku harus menyerah? tanya Seca Ireng.?
? Jangan banyak mulut. Menyerahlah! Atau aku terpaksa harus
mempergunakan kekerasan ! ?
? Uh! Enak saja kau berkata ? dengus Seca Ireng.
? Apa alasanmu menangkap aku? ?
Jangan pura2 tidak tahu. Kesalahanmu sudah jelas. ?
? Tetapi aku tidak merasa bersalah?
? Setan! Kaulah yang membunuh Jaya Kimpul. Karena itu sekarang
juga kau harus aku tangkap. ?
? Kau keliru. Aku tidak merasa membunuh Jaya Kimpul. ?
? Tidak. Aku tidak keliru! Sekarang kau tinggal memilih. Menyerah
dengan secara baik2, atau aku terpaksa harus menangkapmu dengan
kekekasan. ?
? Jangan terlalu sombong Nitipraya. Cobalah kalau kau bisa ?
tantang Seca Ireng sambil bersiaga.
Nitipraya sudah tidak sabar lagi menunggu terlalu lama, maka
dengan garangnya cepat ia segera melancarkan serangan. Namun
ternyata Seca Ireng telah menduga sebelumnya. Sama sekali ia tidak
mau dikenai oleh serangan yang pertama. Karena itu, ketika dengan tiba249
dilihatnya sebuah serangan, cepat ia segera meloncat kesamping dan
kemudian balas menyerang. Dengan demikian segera terjadilah
perkelahian sengit.
Namun dalam beberapa saat kemudian Nitipraya mulai kelihatan
terdesak, Tetaoi Seca Ireng tidak mau memberi kesempatan lagi kepada
lawannya. Tangannya terus bergerak dengan cepatnya menghujani
serangan. Ketika Nitipraya menjadi lengah, tiba2 sebuah pukulan tangan
kanan berhasil mendarat kerahangnya, kemudian disusul pukulan tangan
kiri mengarah perut. Karena itu seketika itu juga Nitipraja menggeliat
menahan sakit. Namun Seca Ireng belum puas dengan hasil serangannya.
Dengan geramnya ia segera menyusuli serangan yang ketiga. Kali ini ia
mengincar lambung kanan lawan. Tetapi belum lagi tinju Seca ireng itu
berhasil menyentuh tubuh lawan. tiba2 sebuah tendangan dari belakang
terasa menghantam lambungnya.
Untunglah serangan itu tidak begitu keras. Meskipun demikian,
namun Seca Ireng terhuyung-huyung hampir saja rebah. Ternyata ia
berhasil menguasal keseimbangannya. Namun belum lagi ia berhasil
menegakkan tubuhnya, kembali sebuah tendangan dengan derasnya
mengancam dada. Karena itu, satu-satunya jalan yang dapat dilakukan,
hanyalah dengan melintangkan kedua belah tangannya untuk melindungi
dada. Tetapi serangan itu dilancaran dengan sekuat tenaga, sedang Seca
Ireng belum bersiaga sepenuhnya. Maka ketika kemudian terjadi sebuah
benturan, tiada ampun lagi Seca Ireng sagera menjelepak terdoroog
surut. Dan pada saat itu juga, terasalah sebuah tebasan sisi telapak
tangan Nitipraya menghantam pelipisnya. Dengan demikian, dengan
disertai serangan pendek Ireng segera rebah.
? Tangkap bangsat itu! Ikat tangannya! ? teriak Danukerti dengan
nafas terengah-engah.
Oieh Nitipraya, tangan Seca Ireng itu segera diikatnya, Meskipun
orang itu sudah tidak lagi melawan. namun matanya masih tampak
menyala memancarkan kemarahannya.
? Bangsat! ? Rasakan sekarang! ? bentak Nitipraya ? Kalau kau
tadi tidak melawan, nasibmu pasti tidak seperti sekarang ini. ?
? Cih! Pengecut ? desis Seca Ireng sambil meludah.
? Setan! ? teriak Nitipraya sambil mendepakkan kakinya kewajah
Seca Ireng. seketika itu juga orang itu terjengkang.
Setelah Seca Ireng berhasil ditangkapnya, kemudian Danukerti
segera memanggil Soma Gamber.
Dengan wajah pucat orang segera mendekat. Kemudian terdengar
suara Danukerti setengah membentak: ? Kalau kau tidak ingin turut
dihukum cepat beritahukan tertangkapnya Seca Ireng itu kepada orang
yang tadi pagi kemari bersamaku. ?
? Ya . ya ? jawab Soma Gamber ketakutan.
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? Tetapi . tetapi . kemana aku harus memberitahu?50
Dirumah Jaa Reksa lekas! Tetapi mengenai tertangkapnya Seca
Ireng ini jangan sampai kau beritahukan kepada siapapun. ?
? Baik ..... baik. Aku akan segera berangkat ? jawab Soma
Gamber sambil melangkah.
Sambil menunggu kedatangan Buntar Watangan, maka Seca Ireng
itupun segera disuruh masuk kedalam rumah.
Setelah cukup lama mereka menunggu, akhirnya datang juga
Buntar Watangan. Kemudian petugas sandi itu sesaat setelah menerima
laporan dari Danukerti dan Nitipraya, segera mengajukan pertanyaan
kepada Seca Ireng:
? Kau kenal dengan perempuan itu? ? tanya Buntar Watangan
sambii menunjuk kearah Nyai Jaya Kimpul.
? Kenal ? jawab Seca lreng.
? Siapa namanya? ?
? Nyai Jaya Kimpul. ?
? Menurut keterangan Soma Gamber dan pengakuan Nyai Jaya
Kimpul, kau sudah lama mengadakan hubungan dengan perempuan itu
dan kerap kali bertemu disini. Ya, apa tidak? ?
? Ya. ?
? Dan kau mencintainya? ?51
? Ya, aku mencintainya ? jawab Seca Ireng jujur. ? dan
perempuan itupun mencintai aku pula. Soal ini sudah bukan rahasia lagi.
Kami saling cinta mencintai. ?
Buntar Watangan mengangguk-anggukkan kepalanya, namun
sesaat kemudian segera mengajukan pertanyaan lagi:
? Menurut keterangan Nyai Jaya Kimpul, perhubungan semacam
itu tidak akan terjadi, kalau kau tidak menggodanya? ?
? Dengan disertai senyuman kecut, Seca Ireng menjawab
? Tuan. Meskipun aku menggodanya, tetapi apabila Nyai Jaya Kimpul
sendiri tidak menghendaki, apakah mungkin
hubungan semacam itu bisa terjadi. Karena itu, dalam persoalan ini.52
jangan hendaknya tuan hanya menimpakan kesalahan kepadaku.
? Maksudmu, karena kedua-duanya memang sama-sama
menghendaki, bukan? ?
? Benar, tuan. ?
? Tetapi bukankah kau yang memulai? ?
? Untuk menentukan siapa yang memulai, dengan secara jujur
sebenarnya sulit. ?
? Mengapa sulit? ? Tanya Buntar Watangan mendesak.
? Aku tertarik, karena ia menarik. Kalau ia tidak menarik, tidak
mungkin aku tertarik. Kalau ia tidak sengaja menarik. tidak mungkin ia
mau. ?
Buntar Watangan tersenyum geli. Kemudian kembali bertanya ?
Selama kau bergaul dengan Nyai Jaya Kimpul kau pernah mengatakan
apa? ?
? Ah, banyak sekali tuan. Aku tidak dapat menyebutkan satu
persatu. ?
? Apakah kau belum pernah mengatakan ingin mengawini
perempuan itu? ?
Sesaat Seca Ireng mengingat-ingat, kemudian menjawab: ? Ya.
tuan. Aku memang pernah mengatakan itu. ?
? Bukankah Nyai Jaya Kimpul sudah bersuami, tetapi mengapa kau
ingin mengawininya? ?
? Karena kami saling cinta mencintai. ?
Tetapi karena Nyai Jaya Kimpul menolak, maka kemudian kau
mengatakan akan membunuh suaminya bukan??
? Seca Ireng terkejut ? Ti dak, TFidak tuan! ?
? Jangan berdusta ? bentak Buntar Watangan. Atau aku terpaksa
harus membuka mulutmu dengan kekerasan. ?
Seca Ireng tidak menjawab.
? Hmmm! ? Buntar Watangan menggeram. ? Jawab pertanyaanku
? bentaknya sambil memukul sebuah meja kayu jati yang berada
dihadapannya. Maka seketika itu juga, meja yang kuat dan tebal itu
pecah berserakan.
Seca Ireng menjadi ketakutan. Betapapun tidak. Pukulan itu tidak
terlalu keras. Tetapi hasilnya benar-benar membuat Seca Ireng menjadi
ngeri. Kalau seandainya pukulan itu jatuh kekepalanya, lalu bagaimana
akibatnya? Kepalanya pasti akan pecah seperti meja itu juga. Karena itu,
maka akhirnya terpaksalah ia menjawab: ? Ya, tuan. Aku memang
pernah mengatakan kepada Nyai Jaya Kimpul. ?
? Dan kemudian keinginanmu itu kau laksanakan? ?
? Tidak, tuan. Tidak! Aku ? aku berkata yang sebenarnya. Ketika
terjadinya pembunuhan Jaya Kimpul itu, sehari aku dirumah kakang Jaga
Reksa. Nyai Jaga Reksa, Suwarsih, Saniyem dan Wahana sebagai
saksinya. ?53
Sekali lagi Buntar Watangan tersenyum. Menurut kesaksian orang
orang itu yang telah didengarnya, pada saat terjadinya pembunuhan Jaya
Kimpul itu sehari-harian Seca Ireng memang berada dirumah Jaga Reksa.
Tetapi sebagai seorang petugas sandi, ia tidak mudah percaya begitu
saja. Sebab siapa tahu, untuk membunuh Jaya Kimpul itu Seca Ireng
mempergunakan tangan orang lain.
? Seca Ireng ? kata Buntar Watangan ? Apakah pada siang itu
Wahana juga meninggalkan rumah Jaga Reksa??
? Benar tuan?
? Kemana ia pergi? ?
? Menurut keterangannya ia hendak pergi kepasar. ?
? Kalau begitu kau bercakap-cakap dengan orang itu? ?
Seca Ireng mengangguk.
? Apakah bukan orang itu yang kau suruh membunuh Jaya Kimpul?
?
? Tidak, tuan. Tidak! Aku tidak menyuruh siapapun. ?
Buntar Watangan menghela nafas dalam-dalam. Dikerutkannya
keningnya. Kemudian setelah mendapat akal, barulah ia berkata ?
Caramu memang cerdik. Tetapi sayang, kau belum berhasil menghapus
jejak kejahatanmu seluruhnya.?
Ternyata siasat Buntar Watangan untuk menggertak Seca Ireng itu
berhasil, mendadak tampaklah perobahan2 pada wajahnya. Maka Buntar
Watangan itupun segera mendesak:
? Bagaimana? Apakah kau belum menyadari kesalahanmu? ?
Wajah Seca Ireng yang sudah pucat itu tampak menjadi semakin
pucat. Dengan ter-gagap2 ia segera berkata:
? Aku Aku tidak mengerti. Bagaimana maksud tuan??
Sambil melempar senyum kemenangan Buntar Watangan
menjawab : ? Untung tadi pagi aku tidak terlambat ? Buntar Watangan
berhenti sejenak untuk melihat hasil ucapannya itu. Kini tampaklah wajah
Seca Ireng itu menjadi tegang Kemudian kata selanjutnya ? Sebelum
Sanepa menghembuskan nafasnya yang terachir, ia masih sempat
memberi kesaksian kepadaku, kepada Demang Selayuda dan kepada
ibunya. Bahwa yang hendak membunuhnya itu adalah ..
Sekali lagi Buntar Watangan berhenti. Ditatapnya wajah Seca Ireng
tajam-tajam. Tetapi justru karena itu Seca Ireng menjadi semakin
ketakutan Maka dengan tanpa disadarinya, terlontarlah kata-kata dari
mulutnya ? Tetapi . tetapi soalnya karena ia hendak memeraskan aku.
Aku disuruhnya memberi apa yang ia minta. Kalau tidak, maka rahasiaku
mengenai surat tantangan kepada kakang Jaga Reksa itu akan
disampaikan kepada tuan. Karena itu, terpaksalah ?
? Terpaksa Sanepa kau bunuh ? Bukankah begitu? ?
Setelah menyadari ucapannya, Seca Ireng menjadi menyesal.
Namun semuanya telah terlanjur. Ia tidak dapat menarik kata2nya54
kembali. Karena itu tiada alasan lain kecuali harus menjawab : ? Ya Ya,
tuan. Tetapi semula aku tidak bermaksud demikian. ?
? Nah, sekarang kau telah mengaku ? kata Buntar Watangan ?
Bahwa yang membunuh Sanepa itu adalah kau karena kau takut kalau
rahasiamu mengenai surat tantangan yang kau buat akan terbongkar.
Tetapi mengenai pembunuhan terhadap Jaya Kimpul itu, kau belum juga
mau mengaku. ?
? Bagaimana aku harus mengaku tuan, kalau aku benar-benar
tidak tahu. ?
? Baiklah ? kata Buntar Watangan sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya ? Untuk sementara pemeriksaan ini aku akhiri sampai disini.
Tetapi ?
Belum lagi Buntar Watangan selesai mengucapkan kata- katanya,
tiba-tiba telah terdengar Nyai Jaya Kimpul menyahut ? Ma'af, tuan. ?
Buntar Watangan berpaling. Ditatapnya wajah Nyai Jaya Kimpul.
Kini tampaklah olehnya. perempuan itu menitikkan air mata.
? Tuan ? Kata Nyai Jaya Kimpul diantara isak tangisnya ?
Hukuman apakah yang hendak tuan jatuhkan kepada kakang Seca Ireng?
?
? Aku tidak tahu ? jawab Buntar Watangan ? Sebab bukan aku
yang berhak memutuskan. Kecuali itu, perkara ini juga belum selesai.
Nyai Jaya Kimpul kembali menundukkan wajahnya. Namun
tangisnya terdengar menjadi semakin keras.
Seca Ireng menarik nafas dalam2. Dengan suara penuh penyesalan
ia berkata: ? jadi kalau aku dihukum mati itu sudah selayaknya, Sebab
aku seorang pembunuh. Karena itu jangan se-kali2 kau risaukan nasibku.
Lupakanlah segala apa yang telah terjadi. ?
? Tidak, kakang. Akti tidak akan dapat melupakan dan kaupun
tidak mungkin dapat aku lupakan. ?
? Mengapa Nyai ? Bukankah semula kita juga tidak saling
berkenalan ? ?
? Tetapi .? kata Nyai Jaya Kimpul dengan suara ter putus2 ?
apa yang berada didalam kandunganku ini akan mengingatkan kau. ?
? Oh ? Seca Ireng terkejut. Sama sekali ia tidak menyangka kalau
Nyai Jaya Kimpul tetlah mengandung. Karena perempuan itu memang
belum pernah mengatakan kepadanya. Baru kemudian setelah Seca Ireng
berhasil menguasai perasaannya. maka berkatalah ia:
? Tetapi anak yang kau kandung itu bukan anakku.
? Kakang ! ? teriak Nyai Jaya Kimpul dengan suara tertahan.
?Apakah kau bermaksud mengingkari kenyataan ? ?
? Smasekali tidak. ?jawab Seca lreng dengan kepala menunduk.
Pada hakekatnya anak yang kau kandung itu memang anakku. Namun
secara resmi, tidak. Sebab selama ini kau masih menjadi isteri kakang
Jaya Kimpul. Karena itu, alangkah baiknya kalau namaku kau hapus dari55
ingatanmu. Ini demi kepentinganmu dan anakmu kelak.
Dengan mata yang masih basah, ditatapnya wajah Seca Ireng
dengan hatinya pedih. Kemudian, perempuan itupun kembali tenggelam
dalam tangisnya yang menjadi semakin meledak2
? Hmmm . Kasihan ? desah Buntar Watangan dalam hati.
Namun ia berusaha menindas perasaannya. Setelah menghela nafas
panjang. kepada Nitipraya dan Danukerti ia berkata: ? Bawa Seca Ireng
kekademangan. Sebentar kemudian aku menyusul.
Senjapun kini menjadi gelap. Hujan angin yang tercurah dari langit,
dan suara petir yang menggeletar sabung menyabung diudara, membuat
suasana yang kelam menjadi semakin bertambah seram.
? Benar2 aku tidak habis mengerti, mengapa Denrara harus
diungsikan ditempat seperti ini.?
? Akupun heran pula ? jawab Suwarsih ? Tetapi aku tidak dapat
menolak. Sebab menurut keterangan kakang Buntar Watangan,
pengungsian ini untuk menyelamatkan aku.?
? Apakah Denrara tidak tahu, siapa yang hendak mengancam
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keselamatan Denrara itu? ?
?Tidak. Aku tidak tahu. Dan kakang Buntar Watanganpun tidak
mau mengatakan. Hanya menurut keterangan yang aku dengar, orang itu
sakti sekali. ?
Tetapi apakah kesaktian orang itu melebihi Raden Buntar
Watangan! ?
? Kakang Buntar Watangan adalah scorang perwira kepercayaan
Kanjeng Panembahan Senapati. Dengan sendirinya mengenai soal
kesaktian, belum tentu orang itu sanggup menandinginya. ?
? Tetapi mengapa Denrara harus diungsikan? ?
? Mungkin karena pertimbangan2 lain, atau mungkin pula orang itu
berlaku curang. ?
Saniyem meng-angguk2an kepalanya.
Wajah Suwarsih yang pucat, sebentar2 berubah menjadi tegang.
Apa lagi ketika dipandangnya langit2 rumah yang tampak ber-gerak2.
Jantungnya menjadi semakin ber-debar2.
? Apakah kau melihat itu? ? bertanya Suwarsih dengan bibir
gemetar sambil melempar pandang kearah langit2.
Saniyem mengangguk. Sama sekali ia tidak menjawab. Karena
nafasnya terasa sesak, dan mulutnya yang terkatub rapat se-akan2 sukar
digerakkan.
Sebenarnya sudah semenjak tadi Saniyem memperhatikan langit2
itu. Mula2 ia beranggapan langit2 itu ber-gerak2 karena ditiup angin.
Namun setelah ber-kali2 diperhatikan bahwa langit2 yang hanya kadang2
bergerak itu tidak seirama dengan gemuruhnya suara angin, maka
kemudian timbul dugaannya yang bukan2 :
? Apakah yang berada diatas langit2 itu? ? pikir Saniyem menjadi56
semakin takut ? Apakah orang2. Apakah hantu ? ?
Berpikir demikian, kini tiba2 Saniyem teringat bahwa tidak jauh
disebelah utara rumah itu terdapat sebuah kuburan. Dan menurut
ceritera orang, setiap malam Jum'at dari kuburan itu keluar hantu ular
hijau bermata satu sebesar pohon kelapa.
Teringat ceritera itu mendadak tubuh Saniyem menjadi gemetar.
Sehingga sama sekali ia tidak berarti memandang kearah langit2. Karena
takut apabila kemudian hantu ular hijau itu menjenguk kebawah melalui
lubang langit2 yang tepat herada diatasnya.
Namun angan2nya itu dibantahnya sendiri. Dengan tanpa
disadarinya ia bergumam lirih: ? Tidak. Tidak mungkin! ?
? Apa yang tidak mungkin? ? tanya Suwarsih dengan suara
berbisik.
Saniyem masih membisu. Baru setelah menarik nalas panjang
terdengar ia berkata: ? Aku takut Denrara. ?
Untuk sesaat mereka saling berpandangan. Se-akan2 terpukau oleh
suatu kekuatan gaib yang mereka tidak tahu. Meskipun demikian namun
Suwarsih mencoba menghibur diri. Desahnya dalam hati: ? Ah,
mudah2an tidak terjadi sesuatu apapun. ?
Tidak lama kemudian hujanpun telah mereda. Kini suasana didalam
rumah itu terasa menjadi sepi. Hanya dikejauhan kadang2 terdengar
suara anjing hutan yang melolong mengerikan. Sehingga malam yang
sepi itu menjadi semakin bertambah seram.
Dalam keheningan malam itu, tiba2 telinga Suwarsih menangkap
sesuatu yang datang dari luar rumah. Ketika Suwarsih pe-lahan2
mengangkat wajahnya dan mempertajam pendengarannya, kemudian
terdengar sayup2 derap langkah ringan mendatang. Derap itu semakin
lama terdengar semakin jelas. Kemudian se-akan2 berhenti didepan
pintu.
? Denrara. Diluar seperti ada orang ? kata Saniyem dengan wajah
tegang.
? Ssssttt! ? Suwarsih memberi isyarat agar Saniyem menutup
mulutnya.
Kini derap itu kembali terdengar lagi. Se-akan2 mengitari rumah.
Kadang2 berhenti, kemudian kembali melangkah pula.
? Rupa2nya orang yang berada diluar itu mengintai kita ? bisik
Saniyem.
? Ya ? jawab Suwarsih dengan berbisik pula ? Tetapi siapa kira2
orang itu? ?
? Entah. ? jawab Saniyem ? Jangan2 orang yang hendak
mengancam keselamatan Denrara?
? Oh! ? Suwarsih menggigil ketakutan ? Tetapi . tetapi . aku,
bagaimana ? ?
? Denrara. Supaya orang yang berada diluar itu tidak melihat kita,57
bagaimana kalau pelita itu aku matikan ??
? Jangan, Jangan! Aku takut gelap. ?
Kembali Saniyem berbisik; ? Tetapi orang itu akan melihat kita.
Suwarsih menjadi semakin bingung. Semenjak kecil ia memang
takut berada didalam gelap. Nanmub kini ia takut pula dengan orang
yang berada diluar.
? Bagaimana Denrara? ? tanya Saniyem mendesak.
? Taruh saja dibawah balai2 ? jawab Suwarsih dengan suara yang
hampir tidak terdengar.
Dengan berjingkat Saniyem segera melangkah kearah pelita yang
terletak diatas meja. Kemudian pelita itu segera ditaruh dibawah balai2.
? Yem. Apakah pintu belakang sudah kau kancing? ?
? Sudah, Denrara.?
? Coba tengok lagi. ?
? Aku takut. ?
? Jangan2 kau lupa mengancingnya. Orang itu masuk melalui pintu
belakang. ?
? Tidak Denrara. Percayalah. ?
Ketika terdengar pintu belakang berderak, dada Suwarsih menjadi
ber-debar2.
? Rupa2nya orang itu mencoba membuka pintu ? bisik Saniyem.
? Oh! ? desah Suwarsih. Kemudian terdengar ia bergumam: ? Ya
Tuhan, lindungilah hambamu ini. ?
Sesaat kemudian terdengar pintu itu diketuk.
? Orang itu mengetuk pintu ? bisik Saniyem.
Suwarsih tidak menjawab. Sedang pintu itu diketuknya semakin
keras.
Karena tiada seorangpun yang menyahut, terdengar orang yang
berada diluar itu berkata: ? Warsih. Buka pintu ini.?
Saniyem memandang kearah Suwarsih. Namun Suwarsih dengan
tubuh menggigil masih tetap duduk terpaku ditempatnya.
Kemudian kembali terdengar orang yang berada diluar itu berkata :
? Saniyem. Bukalah pintu ini. Atau kaupun terpaksa aku bunuh pula.
Mendengar ancaman orang itu Saniyem menjadi ketakutan, maka
tiba2 saja terloncatlah jawaban dari mulutnya:
? Ya, Ya. Sebentar. ?
? Gila: Jangan kau buka: ? bentak Suwarsih.
? Tapi . . . . tapi .. aku akan dibunuh. Denrara?
? Apakah sangkamu kalau pintu itu kau buka kau tidak akan
dibunuh? ?
? Ya, Ya. mungkin begitu. ?
? Tidak, tidak mungkin. Kalau aku dibunuh kaupun pasti dibunuh
juga. Sebab orang itu pasti tidak menghendaki ada orang lain yang
menjadi saksi. ?58
? Sejurus lamanya Saniyem beragu. Namun akhirnya ia
membatalkan juga niatnya. Kemudian kembali duduk didekat Suwarsih.
Karena pintu itu belum juga dibuka, rupa2nya orang yang berada
diluar itu menjadi marah. Kemudian didobraknya pintu itu hingga jebol.
Suwarsih dan Saniyem menjadi terkejut. Namun belum lagi mereka
menyadari apa yang sebenarnya telah terjadi, tahu2 dihadapan mereka
telah berdiri seseorang.
? Hmm: - terdengar orang itu menggeram.
Ternyata wajah orang itu ditutupi dengan secarik kain hitam.
Dengan demikian Suwarsih dan Saniyem tidak segera dapat mengenal
siapakah orang itu.
? Suwarsih ? kata orang itu dengan suara di-buat2. Aku tidak
akan berbicara terlalu lama. Kedatanganku disini hanya untuk menjemput
kau. ?
Suwarsih tidak menjawab. Tubuhnya masih menggigil karena takut.
? Ayo, Warsih. Ikut aku. Sekarang juga: ? ajak orang itu.
? Tidak tidak: Aku tidak mau: Siapa kau? ?
Terdengar orang itu menggeram. Katanya ? Baiklah. Aku tidak
akan berteka teki. Tetapi kalau aku membuka kedokku, Saniyempun
harus mengikuti aku, atau terpaksa kubunuh.?
Saniyem menggigil ketakutan, sedang Suwarsih menjadi semakin
tegang.
Ketika orang itu membuka kain hitam yang menutupi wajahnya,
tiba tiba Suwarsih memekik: ? Oh! kakang Supala! ?
? Ya. Akulah Supala ? jawab orang itu yang tidak lain adalah
Supala. Kemudian kata selanjutnya ? Mari ikut aku Cepat! Kemudian kita
segera kawin. ?
? Tidak: Aku sudah bersuami. kaupun tahu juga. ?
? Aku tidak pednii. Apakah kau sudah bersuami atau belum. Mari
ikut aku. Sekarang juga. Waktunya sudah mendesak. ?
? Tidak. kakang. tidak mau. Aku sudah bersuami. ?
? Hmmm: ? sekali lagi Supata menggeram: ? Kau sama saja
dengan ayahmu. Manusia2 yang tidak mengenal budi. Manusia2 yang
hanya mengejar kekayaan dan gila hormat. Sudah ber-tahun2 aku mnjadi
budak ayahmu. Dengan mencurahkan segenap tenaga dan pikiran
sepenuh hati. Aku tidak pernah menolak setiap perintah ayahmu.
Meskipun harus melanggar hukum sekalipun. Karena aku hanya
menginginkan kau menjadi isteriku. Dan kaupun pada waktu itu selalu
memberi harapan kepadaku. Tetapi apa hasilnya? Apa hasilnya? :
Hmmm ..Setelah petugas sandi itu datang, oleh orang tuamu kau
diserahkan kepadanya. Dan ternyata kaupun gila juga dengan orang yang
berkedudukan tinggi. ?
?Tetapi itu adalah kesalahanmu sendiri. ? jawab Suwarsih ? Ayah
menerima kau menjadi pembantunya bukan unruk diambil menjadi59
menantu, tetapi untuk bekerja. Kau terlalu perasa. Aku tidak pernah
memberi harapan kepadamu. Kalau aku bersikap baik kepadamu, itu
adalah wajar.
Karena kau pembantu ayahku yang terdekat. Tetapi jangan se-kali2
kau beranggapan bahwa aku menaruh hati kepadamu. Itu salah! ?
? Setan: Jangan banyak mulut: Ayo ikut aku: ?
? Tidak: Aku tidak mau: ?
? Bagus: ? dengus Supala ? Sekarang kau tinggal memilih. Kau
mengikuti aku bersama Saniyem itu, atau kau menghendaki agar ayahmu
mati digantung? ! ?
? Hhh: Jangan coba menggertak aku. ?
? Sama sekali tidak. Ketahuilah Suwarsih, siapakah yang
sebenarnya membunuh Jaya Kimpul? siapa ?! ? Supala berhenti sejenak.
Kemudian katanya : Ayahmu Ayahmulah yang membunuh Jaya Kimpul:
?
? Bohong ! ?
? Kau tidak percaya ? Boleh. Ketahuilah Suwarsih. Ketika ayahmu
menerima tantangan Jaya Kimpul, aku diajaknya serta, sebab sebenarnya
ayahmu takut melawan Jaya Kimpul seorang diri. Akulah yang membantu
ayahmu membunuh Jaya Kimpul. Orang itu aku pukul tengkuknya
terlebih dahulu, baru kemudian ditikam oleh ayahmu. Tetapi aku masih
sempat meloncat keluar sebelum Nyai Diaja Kimpul. Sanepa dan orang2
Menyingkap Rahasia Tabir Hitam Karya Danang HS di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
desa pada datang. Sedang ayahmu, terlambat. Karena terpaksa masih
harus mencabut kerisnya. Nah karena itu, sekarang kau tinggal memilih.
Mengikuti aku, atau ayahmu akan dihukum gantung. ?
? Tidak, tidak mungkin! Tak ada scorangpun yang berani
menggantung ayahku. ?
Supala tersenyum kecut Kau keliru: ? Suwarsih. Sangkamu
suamimu akan dapat melindungi ayahmu ? Tidak Suwarsih, tidak. Aku
tidak sebodoh itu. Aku tidak akan menyampaikan laporan itu kepada
suamimu. Tetapi aku akan menyampaikan laporan itu kepada
pimpinannya. Untuk itu supaya aku tidak dihukum, aku telah membuat
surat laporan selengkapnya ? kata Supala sambil merogoh saku bajunya
dan kemudian memperlihatkan selembar lontar kepada Suwarsih.
Kemudian kata selanjutnya ? Dengan surat ini, kecuali ayahmu akan
dihukum gantung, juga suamimu akan dipecat karena melindungi orang
yang bersalah. ?
Menyadari ucapan Supala itu, Suwarsih menjadi ketakutan. Sesaat
ia menimbang2. Kini ia dihadapkan kepada persoalan yang sangat sulit.
Mengikuti Supala dengan meninggalkan suaminya yang di-idam2kan atau
mengorbankan ayahnya asal tuntutan hatinya untuk menjadi isteri orang
yang terhormat tetap bisa tercapai. Namun kemudian timbul pikiran
dalam benak kepalanya, bahwa setidak2nya suaminya pasti dapat
memperingan hukuman ayahnya. Maka dengan pikiran itu ia segera60
menjawab ? Tidak. aku tidak mau! ?
? Setan: Kau perempuan setan! Kau lebih memberatkan suamimu
dari pada ayahmu Karena kau gila hormat. Meskipun demikian, namun
aku masih dapat memaksamu?
Tiba2 terdertgar suara dibelakang Supala ? Tidak ada seorangpun
yang dapat memaksa Suwarsih. ?
Supala terkejut. Cepat berpaling. ? Jaka Pamcling ? desisnya.
? Ya. akulah Jaka Pameling ? jawab orang itu yang tidak lain
adalah Buntar Watangan.
Dan bersamaan dengan saat itu pula, Demang Selayuda yang
semula bersembunyi diatas langit2 telah turun pula dan mencegat kalau2
Supala melarikan diri mclalui pintu depan.
Supala menggeram. Kini ia telah merasa terjepit. Sebab untuk
melawan kedua orang itu pastilah ia tidak akan menang. Namun dalam
saat yang singat genting itu ia masih sempat memeras otaknya.
Pikirnya ? Hmm .Aku harus mempergunakan Suwarsih sebagai perisai.
?
Dengan pikiran itu cepat Supala bermaksud hendak mencabut
pisaunya Namun terlambat Sebelum Supala sempat meraba gagang
belatinya yang terselip dipinggang, dengan kecepatan yang
mengagumkan terlebih dahulu Buntar Watangan telah berhasil melempar
pisaunya dan tepat menancap kepergelangan tangan Supala.
Supala memekik. Dan bertepatan dengan saat itu pula, Demang
Selayuda telah meloncat menerkam dari belakang. Maka tiada ampun lagi
Supala segera dapat diringkusnya.
Setelah luka2 Supala dibalut, berkatalah Buntar Watangan ? Bapak
Demang. Mari Supala kita bawa kerumah Jaga Reksa. Malam ini juga
orang itu kita tangkap. ?
Mendengar ucapan Buntar Watangan itu Suwarsih terkejut. Namun
setelah ia berfikir, bahwa suaminya pasti dapat memperingan hukuman
ayahnya, maka Suwarsih itupun tidak menjadi terlalu gelisah.
Dalam perjalanan menuju kerumah Jaga Reksa. berkata Buntar
Watangan kepada Demang Selayuda: ? Perempuan-perempuan itu
jangan boleh masuk kedalam rumah sebelum Jaga Reksa berhasil aku
tangkap. ?
? Baik ? jawab Demang Selayuda.
Maka kemudian dengan menggandeng tangan Supala, Buntar
Watangan segera berjalan mendahului.
Kini pintu rumah Jaga Reksa itu segera diketuknya, Sekali, dua kali,
tiga kali, baru kemudian pintu itu dibuka dari dalam. Ternyata yang
membuka pintu itu adalah Jaga Reksa sendiri.
Namun orang itu mendadak menjadi terperanjat bukan alang
kepalang ketika dilihatnya tangan Supala telah terikat erat.
? Apakah bapak masih mau mengelak ?? bertanya Buntar61
Watangan kepada Jaga Reksa.
Jaga Reksa menggeleng lemah. Kemudian menyerahkan tangannya
untuk diikat.
Dalam pada itu masuklah Suwarsih bertepatan dengan keluarnya
Nyai Jaga Reksa dan Jaka Pameling.
Dengan disertai tangis yang me-ledak2, Suwarsih segera menubruk
Jaka Pameling: ampunilah kakang. Ampunilah ayah. kakang. Jangan
biarkan ayah dihukum gantung. ?
? Ma'af Warsih. Aku tak dapat ? jawab Jaka Pameling dengan hati
yang pedih.
? Mengapa, kakang ? Mengapa ? Bukankah kakang dapat
mempergunakan kekuasaan kakang ? ?
? Tidak Warsih. Kau keliru. Sebenarnya aku bukan Raden Buntar
Watangan. Aku hanya Jaka Pameling. Laki2 yang sama sekali tidak
berharga. ?
? Suwarsih menjadi bingung. Apalagi ketika didengarnya Demang
Selayuda berkata ? Benar Warsih, suamimu itu bukan petugas sandi dari
Mataram. Inilah yang Raden Buntar Watangan sebenarnya ? kata
Demang itu sambil menunjuk kearah Buntar Watangan.
? Oh! ? Suwarsih memekik, kemudian mundur selangkah. Sambil
menuding wajah Jaka Pameling, perempuan itu mengumpat: Kau kau
telah menipuku ! Kau jahanam ! Setan ! Iblis ! Terkutuklah kau ! ?
Dengan hati yang pedih Jaka Pameling menundukkan wajahnya.
Sama sekali ia tidak berkata sepatah katapun. Sedang yang terdengar
kemudian adalah suara Buntar Watangan:
? Maaf Warsih. Suamimu tidak bersalah. Akulah yang bersalah.
Akulah pangkal peristiwa ini.
Tangis Suwarsih menjadi semakin keras. Ditutupinya wajahnya
dengan kedua belah tangannya. Demikian pula Nyai Jaga Reksa.
Perempuan itupun menjadi menyesal karena merasa telah mendorong
anaknya kearah impiannya.
Dalam kesedihan yang memilukan itu terdengar Jaga Reksa
berkata: ? Warsih. Suamimu tidak terlalu jelek. Tidak perlu kau
menyesal. Terimalah kenyataan hidup ini dengan hati terbuka. Kita hanya
dapat berusaha, namun Tuhan yang menentukan. ?
T A M A T
segera akan menyusul:
Seri BUNTAR WATANGAN
? KARENA FITNAH ?62
(Bantar Watangan difitnah oleh sahabat2 sendiri yang merasa iri hati).
Animorphs 42 Petualangan Journey Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Pengemis Binal 02 Kemelut Kadipaten
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama