Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 1
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
4
Yoe hiap eng hiong
01-04 tamat
(seri i)
Pertentangan Kaum Persilatan
Keng Po ? Pintubesar 86
Djakarta Kota
Ditjeritakan oleh:
O.K.T
//facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Kontributor - Scanner : Awie Dermawan
OCR ? editing pdf Text : Andy Mull
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
5
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para
pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan
dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan
dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media
diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,
usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari
kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek
buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan
kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital
sesua? kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari
buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Team Kolektor Ebook
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
6
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)
Jilid : 01
Ditjeritakan Oleh : O.K.T
//facebook.com/groups/Kolektorebook/
___________________________
Hari sudah mendekati magrib ketika didjalan besar
dikaki gunung Ngo Tay San, dlpropinsi Shoasay, lewat
sambil berlari keras dua penunggang kuda, jang dldepan
berkuda putih, dandanannja sebagai madjikan, jang
dihelakang mirip dengan pengiring. Penunggang kuda
putih itu dandan sebagai boe-seng, orang jang mengerti
ilmu silat, pakaiannja ringkas, ikat kepalanja hidjau ditabur
sebutir kumala, ikat pinggangnja kuning, dipunggungnja
terselip sebilah pedang. Mukanja bersemu merah, usianja
kira2 baru dua-puluhlima tetapi kumis halus sudah tumbuh
dibibimja sebelah atas. Romannja tjakap dan gagah.
Dipinggangnjapun tergantung sebuah kantong piauw,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
7
sedang pada pelauanja terikatkan sebuah kantong
pandjang jang agak berat tampaknja. Sarung pedangnja
terbungkus tjita hidjau serta dihiasi dengan pita atau
kuntjir kuning.
"A Tan, mari kita singgah sebentar diwarungnja Lie
Djie!" kata sianak muda sambil menoleh kepada
pengiringnja, telundjuknja terus menundjuk kearah depan,
ketepi djalan umum, diantara pohon2, tampak sebuah
warung teh merangkap rumah makan.
Pengiring jang dipanggil A Tan itu mendjawab sambil
mengangguk.
Ketika itu didjalan umum ada banjak orang jang
berlalulintas, dan ada djuga keledai2 jang membawa
barang kedalam kota. Mereka ini memberi djalan kepada
dua penunggang kuda itu.
Sekedjab sadja, dua orang ini telah sampai didepan
warung.
"Oh, Ong Kongtjoe!" seru pemilik warung sambil
menjambut dengan segera. "Silakan masuk!" Ia memimpin
masuk tamu2nja sambil perintahkan pegawainja supaja
merawat kedua ekor kuda.
Didalam warung ada beberapa tetamu lainnja.
Pemuda itu minta dua tjawan teh, lalu pesan makanan.
Selesainja bersantap, jang ia lakukan dengan tjepat, ia
minta kuda2 nja disiapkan. Kepada Lie Djie, sipemilik
warung, ia lemparkan sepotong perak. Kemudian, dengan
menunggang kudanja, melanjutkan perjalanan bersama
pengiringnja itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
8
"Bukankah dia itu Djie-kongtjoe Ong Tjong Beng?" kata
seorang tamu kepada Lie Djie. "Mengapa sudah sesore ini
dia baru keluar kota dan agaknja ter-gesa2 sekali?"
"Memang dia!" djawab Lie Djie. "Untuk di Ngo-tay ini,
siapa tidak kenal Djiekongtjoe itu, putera kedua dari
keluarga Ong? Entah siapa sudah berani main gila
sehingga, rupanja dia hendak pergi untuk mengadjar adat"
"Bukankah dia puteranja In Tiong Kiam jang
termasjhur?" tanja seorang tamu lain.
"Kau sudah tahu, saudara, mengapa kau masih tanja
aku?" kata Lie Djie pada tetamunja itu. "Bagi penduduk
disini, tidak ada jang tidak kenal kedua kongtjoe itu! Sedjak
In Tiong Kiam menutup mata, dua saudara itu telah perluas
pergaulannja, sehingga mereka hamburkan harta
warisannja. Sedjak beberapa tahun, katanja toakongtjoe
telah pergi ke Thay Hong San untuk beladjar silat pada
Leng Khong Tiangloo di Ngo Tay San. Dia pulang seketika
ajahnja menutup mata. Mungkin sekarang dia hendak
tengok gurunja di kuil Pek Lok Wan."
Memang benar Ong Tjong Beng bersama pengiringnja
itu, berada dalam perdjalanan untuk mendaki gunung Ngo
Tay San dimana terdapat paling banjak kuil imam atau
toosoe, sedang kuil atau geredja untuk pendeta hanja ada
dua, diantaranja ialah Pek Lpk Wan itu, suatu bangunan
sedjak ahala Song, jang selama ahala Beng dan Tjeng
senantiasa dirawat terus. Begitulah sampai achir2 ini,
pendetanja, Leng Khong Tiangloo, seorang ahli silat
tjabang Siauw Lim atau Siauw Lim Pay, ada bersahabat
kekal dengan In-tiong-kiam Ong Wie Yang si Pedang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
9
dalam-Awan, ajahnja Tjong Beng, seorang ahli ilmu silat
Thay Kek Pay.
Karena sangat kekalnja persahabatan antara Leng
Khong dan Wie Yang, mereka tak segan2 lagi gabung
kedua tjabang ilmu silat mereka untuk dipersatukan, untuk
difahamkan terlebih djauh, sehingga keduanja
memperoleh kemadjuan dan kesempurnaan.
Leng Khong Tiangloo hanja terima tiga murid
seluruhnja, ialah Ong Tjong Beng, murid kepala, Han Tam.
murid kedua. dan Pan Kee, murid ketiga. Han Tam itu, asal
she Tio, suka mendjadi pendeta (hweeshio atau hoosiang),
sedangkan Pan Kee, jang seperti anak pungut, adalah
seorang pemuda tjakap dan tjerdas. Tidak perlu disebutkan
lagi bahwa Leng Khong paling sajang murid kepalanja itu,
jang ia didik sedjak umur lima tahun, jang selama kira2
dua-puluh tahun telah ia wariskan pelbagai ilmu pukulan
Siauw Lim dan Thay Kek Pay. Setelah ajahnja menutup
mata, barulah Tjong Beng pulang kerumahnja akan tetapi
sedjak itu, ia masih sering2 kundjungi gurunja itu, untuk
menerima peladjaran lebih djauh.
Han Tam djudjur dan tertarik pada Hoed Kauw, agama
Buddha, karena itulah, ia diterima mendjadi murid
pendeta. Pan Kee tjerdas dan litjin, maka dalam ilmu silat
ia tak lebih lemah daripada Tjong Beng. walau sebenarnja,
dalam hal memberi peladjaran, gurunja terpaksa
mengadakan perbedaan. Pan Kee pandai mengambil hati,
ia baiki toasoehengnja, Tjong Beng, jang ia suka adjak
berlatih mengadu tangan, sehingga dengan sendirinja, ia
bisa pantjing banjak matjam ilmu pukulan berfaedah dari
soeheng ini. Karena ini, ia djadi tahu bagaimana gurunja
membeda2kannja maka setjara diam2 ia suka mengintai
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
10
diwaktu gurunja mengadjar soehengnja itu. Dilain pihak, ia
gemar bergaul dengan orang2 kang-ouw atau kaum
Sungai-Telaga. Dan untuk itu, tangannja terlepas, tetapi
uangnja ia peroleh dari Tjong Beng jang dermawan.
Terhadap soetee, adik seperguruan ini, memang soeheng
itu suka sekali membantu.
Demikianlah sore itu, sesampai Tjong Beng di Pek Lok
Wan. ia segera disambut Han Tam dan Pan Kee, jang
memberitahukannja bahwa guru mereka telah djatuh sakit
sedjak beberapa hari jang lalu, bahwa guru Itu sedang
mengharapkan datangnja murid kepala ini. Maka sambil
ber-lari2. Tjong Beng pergi kekamar hongthio, kamar
gurunja, disitu ia mendapati guru itu sedang duduk
bersamedhi. didalam tjahaja api, tampak wadjahnja jang
putjat.
"Soehoe!" ia memanggil seraja terus berlutut memberi
hormat.
"Omie-toohoed!" sang guru memudji ketika ia dengar
suara muridnja, sambil membuka kedua matanja. "Kau
datang, Tjong Beng, baik sekali! Aku tahu, tak dapat aku
lolos dari takdir, maka tidak lama lagi rohku akan
meninggalkan ragaku jang kasar. Aku panggil kau karena
ada banjak pesanku untuk kau"
Guru ini berpaling kepada Han Tam dan Pan Kee, jang
masuk bersama soehengnja.
"Kamu berdua boleh undurkan diri," perintahnja. "Ada
banjak hal jang ingin aku bitjarakau dengan soehengmu
inL Malah malam ini tidak usah kamu temani aku"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
11
Dua murid itu mengangguk, mereka berlalu, tetapi
diambang pintu, Pan Kee menoleh, tindakannja tertahan,
sehingga
Leng Khong Tiangloo dapat melihat sinar matanja jang
bertjahaja.
Segera guru ini perintah muridnja menutup pintu dan
menurunkan djendela. Ketika Tjong Beng menengok keluar
djendela. tertampak olehnja banjak pohon, sinar rembulan,
guram-muram, dan suara nja kutu2 mulai terdengar.
Leng Khong menjandarkan tubuhnja dipembaringan,
raatanja mengawasi muridnja.
"Tjong Beng", kata guru ini kemudian, "diantara ketiga
muridku, mengenai sifat dan peladjaran, kaulah jang
terbaik. Nan Tam polos dan hatinja kosong, maka
tjotjoklah ia sutjikan diri. Sajang dalam hal ilmu silat, ia
kalah dari Pan Kee. Aku sudah menulis surat wasiat,
apabila sampai saatnja aku mesti meninggal, Han Tam jang
akan gantikan aku mengurus kuil ini. Sebab kau dan Pan
Kee tidak tepat untuk mewarisinja. Kau tahu sendiri,
selama beberapa puluh tahun, aku menanggung suatu
tugas berat, jang belum sanggup aku mewudjudkannja.
Tugas itu harus dibebankan kepadamu".
Sesaat gurunja berhenti bitjara, Tjong Beng ambil
tempat duduk.
"bagaimana pendapatmu tentang Pan Kee?" guru itu
tanja.
"Dia tjerdas dan njalinja besar," djawab sang murid.
"Sudah lama dia turut soehoe, dia telah terdidik baik".
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
12
Guru itu menghela napas.
"Pan Kee tjerdas dan bisa bekerdja, itulah benar."
udjarnja. "Akan tetapi dia litjin. Pepatah bilang: 'Mengenal
anak tak melebihkan ajah, dan hendak aku tambahkan,
'Mengenal murid tak melebihkan guru'. Selama aku masih
ada, tidak nanti dia berani berbuat diluar garis, tetapi aku
chawalir, setelah aku meninggal, kau dan Han Tam tidak
akan sanggup mengendalikan dia. Aku rawat dia seeljak
masih ketjil, maka tahulah aku segala sifatnja. Kau tahu,
sering dia geser2 barangku. untuk tjari rahasia, dan achir2
ini, banjak kenalannja orang2 kang-ouw bukan dari
golongan baik2. Dia dustakan aku bahwa dia banjak
bersahabat untuk udjl kepandaiannja, guna menambah
pengetahuan. Banjak kali, dengan samar2 dia desak aku
untuk berikan dia pelbagai rahasia ilmu pukulan.
Kepandaiannja itu tak beda banjak dengan kepandaianmu,
melainkan kau berbakat lebih baik dan kau adalah
achliwaris Thay Kek Pay. Kau telah wariskan semua
kepandaianku. Mungkin dia nanti minta peladjaran dari
kau, maka ingatlah, kau harus berwaspada. Aku chawatir
sekali dia bukanlah murid baik2 dari Pek Lok Wan"
Tjong Beng manggut2 tak berani ia mengutarakan
sesuatu. Ia terlalu djudjur untuk bertjuriga, ia anggap
gurunja ini berchawatir berlebih-lebihan.
Leng Khong menghela napas.
"Mari bantu aku," mintanja pada muridnja, untuk bantu
ia berbangkit dan turun dari pembaringan, bertepatan
dengan itu, ia djemput golok kayloonja. Kemudian ia
memerintahkan: "Kau naik kelangit2 rumah, hitung balok
loteng jang kelima-belas, geserlah itu".
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
13
Tjong Beng tak mengerti akan maksud gurunja, akan
tetapi biasanja ia senantiasa dengar kata2 guru itu. ia
menengadah, sehingga tampak olehnja langit2 jang tinggi,
tudjuh atau delapan tumbak. Segera ia memupuk
semangatnja, ia kerahkan tenaganja, ketika ia mendjedjak
dengan kedua kakinja, tubuhnja mentjelat naik dengan
tipu-lorapat "Poan-toan Hoei-in-tjiong" atau "Terbang
keawan" Sekedjak sadja ia lelah merangkul sepotong
balok, hingga tubuhnja djadi bergelantungan. Iapun mulai
menghitung, dibantu oleh gurunja dari bawah, tubuhnja
sendiri turut bergeser, sampai ia pegang balok jang kelima
belas itu.
"Geser kekanan!" perintah sang guru.
Tjong Beng menurut, tatkala ia gunakan tenaganja,
dilantai terdengar sesuatu suara, dan tampaklah dimuka
pembaringan, dua potong batu bata bergesei dengan
sendirinja, membuat sebuah lubang.
Dengan isjarat tangan, Leng Khong perintah muridnja
lompat turun. Kemudian dengan goloknja, ia mengorek
kedalam lubang dibawah lantai itu dimana ada lapisan atau
tutup terbuat dari besi lempengan. Dari bawah itu ia
djemput keluar sebuah peti kaju.
Dengan memajang gurunja, Tjong Beng bawa guru itu
kembali kepembaringannja.
Leng Khong buka tutup peti, lalu dengan roman
sungguh2, ia pandang muridnja.
"Tjong Beng," katanja, "sekarang ini aku hendak
serahkan beberapa rupa barang kepadamu, adalah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
14
kehendakku agar kau melakukannja dengan seksama satu
demi satu"
Guru ini ambil suatu sampul surat, jang ia berikan pada
muridnja.
"Surat ini aku ingin kau sampaikan kedanau Hian Boe
Ouw di Lamkhia dalam tempo tudjuh hari," katanja. "Di
tengah2 danau itu ada beberapa pulau ketjil. Satu
diantaranja ialah jang banjak pohon yangtjiu. Disitu ada
belasan rumah nelajan. Dlsana kau tjari seorang she Phoa
jang didepan rumahnja ada tiga buah sumur. Asal kau
sebut namaku, nanti ada orang jang terima surat ini.
Apabila kau telah bertemu dengan satu njonja tua dan satu
nona ketjil didalam rumah itu, mereka bisa djelaskap
sesuatu kepadamu, hingga kau djadi ketahui, siapa adanja
mereka".
Hweeshio tua ini, djemput pula sebatang pedang
pendek, jang indah buatannja. Ketika pedang itu dihunus,
sinarnja berkilauan menjilaukan mata. Dengan kedua
tangannja, guru ini mengangsurkan sendjata itu kepada
muridnja.
"Muridku, kau terimalah pedang ini," kata pula guru ini.
"Setelah sampai di Hian Bee Ouw dan sudah serahkan surat
ini kau katakan kepada njonja tua itu bahwa kau ingin
menemui pendeta wanita tua jang bernama Tjeng In.
Mereka nanti antar kau kesebuah kuil ketjil didekat kuil Koe
Beng Sie dimana terdapat sekelompok pohon bambu. Kuil
itu bernama Tam Touw An. Tjeng In Itu adalah
adikseperguruanku. Bila kau perlihatkan pedang ini sebagai
tanda, dia nanti pandang kau sebagai tjutju-keponakan.
Tidak ada halangannja untuk kau beritahukan soemoayku
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
15
itu bahwa tak lama lagi aku akan pergi kedunia lain.
Katakan padanja, bahwa aku menjesal tak dapat
memenuhi djandji kita akan pertemuan di Beng Hauw-leng,
makam radja2 ahala Beng. Sampaikan pesanku agar
supaja, walauj pun tanpa aku, djanganlah dia siasiakan
kesempatannja, supaja selandjutnja dia mesti bekerdja
lebih radjin untuk kaum kita. Tentang kedudukan ketua
dihina propinsi Utara, kaulah jang akan mewariskannja.
Tjong Beng, inhah pedang bukti untuk kau nanti gantikan
aku mendjadi ketua itu, maka pedang ini, kau simpanI lak
baik-. Tjeng In ketahui kau adalah muridku. Dia nanti
mendjelaskannja kepadamu segala aturan dan hal
ichwalnja kaum kita itu".
Leng Khong perintah muridnja ambil setjawan air
djemih, sehabis irup teh itu, ia melandjutkan pesannja;
"Kau ingat, Tjong Beng. Setelah selesai melakukan tuI gas
ini, dalam tempo setengah bulan, kau mesti kembali
padaku. Sudah sedjak beberapa hari, aku telah memupuk
semangatku, supaja bisa menunggu kau djalankan tugas
ini. Nanti kau urutilah aku, untuk perkuat djantung dan
nadiku, hingga bisa aku nantikan kembalimu"
Pendeta tua ini orang beribadat, tetapi walaupun
demikian setelah mengutjapkan kata-nja Itu ia terharu
hingga air matanja ber-linang2. Sambil tunduk, ia
perdengarkan helaan napas pelahan.
Berdiri mendampingi guru itu, Tjong Beng meneteskan
air matanja.
Leng Khong merogo pula kedalam peti, dan lapisan
bawah, ia tarik satu bungkusan ketjil dari saputangan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
16
sutera ketjil. Ia pegangi itu, ia awasi muridnja, agaknja ia
ragu2 untuk bitjara kepada muridnja.
Meliliat sikap gurunja, Tjong Beng segera tekuk lutut
"Soehoe hendak pesan apa lagi?" tanjanja "Silakan
soehoe bitjara, djangan sangsi, meskipun mesti serbu air
mendidih dan indjak api tak nanti muridmu menampiknja!"
Guru itu angkat kepalanja, ia pandang simurid dengan
mata bersinar. Ia tarik bangun muridnja itu.
"Baiklah!" katanja. "Tjong Beng aku pertjaja
kedjudjuranmu. Hal ini mengenai hari depan bangsa kita.
Apabila persoalannja diserahkan bukan pada orang jang
tepat, akan hebat kesudahannja. Tadinja aku pikir untuk
beritahukan kau sepulangnja kau dari Ilian Boe Ouw, akan
tetapi siapa tahu akan djalannja peristiwa? Maka baik
sekarang sadja aku petjahkan rahasia. Ini adalah soal
suatu harta karun, dan orang jang mendahului kita belum
pernah berhasil mendapatkannja. Harta itu bisa dipakai
untuk mengongkosi limapuluh Laksa serdadu berikut
pelbagai matjam sendjata dan rangsumnja. Harta itu
disimpannja ? dipendamnja ? diatas gunung Ngo Tay San
ini. Asal-mulanja, harta ini adalah rampasan Lie Tjoe Seng
di Kwantiong berikut rampasan dari Pakkhia ketika dia
berhasil menerdjang kedalam kota radja Ketika kemudian
Lie Tjoe Seng kena dipukul mundur tentera Boan dan di
kedjar2 sampai di Shoasay, harta ini disembunjikan oleh
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu djenderal pembantunja jang ia pertjaja. Djenderal ini
bunuh semua serdadu jang menggali lubang pendaman
harta itu. Dia pun tjerdik, untuk menandai letaknja
pendaman, ia bikin dua potong batu kumala dengan
tjukilan rahasia. Kedua kumala ada hubungannja 2satu
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
17
dengan jang lain. Tanpa kedua kumala ditjotjoki, sulit
untuk tjari harta itu. Kalau kedua kumala itu dipadu, maka
akan terlihat tegas gambar tempat pendaman itu. Pada
kedua kumala djuga diukirkan pelbagai huruf2
pendjelasan, diambil dari nama2 Tee-kie jalah Tjoe, thlo,
in, bauw, sin, sie, ngo, bie, sin, yoe, soet, ha jang dipetjah
dua dan perlu diakurkan djuga. Maka kalau orang hanja
mempunjai sebuah kumala, tak ada artinja, Dari dua
potong kumala itu, sidjenderal simpan sendiri jang satunja,
jang lalnnja ia masukkan kedalam peti besi dan dipendam
disuatu tempat rahasia diatas gunung. Mungkin, karena
beralihnja waktu jang lama, tempat Itu bisa tidak
teringatkan lagi, karena, sidjenderalpun membuat suatu
tanda rahasia lalnnja, jang hanja ia sendiri jang
mengetahuinja. Njatalah dia telah memikir djauh dan
sempurna sekali"
Leng Khong segera buka bungkusan itu, jang berisikan
sepotong kulit serupa dompet sebesar telapakan tangan.
Didalam tjahaja api, Tjong Beng lihat kulit itu
berlukiskan sebuah puntjak persegi tiga, dengan sebuah
bundaran ketjil diatas, ada dua garis turun kebawah
dimana terdapat banjak titik2 ketjil. Gambar itu mirip
dengan lukisan seorang botjah.
Leug Khong lihat muridnja tertjengang mengawasi kulit
rahasia itu, maka katanja: "Kau tahu, Tjong Beng, untuk
kumala dan kulit ini, aku membutuhkan tempo belasan
tahun. Aku telah asah otak. Aku telah mendjeladjah
seluruh Ngo Tay San, maka achirnja insjaflah aku, bahwa
puntjak itu adalah puntjak Tiang Djin Hong dan dua
garisnja menundjukkan selokan Lok Gan Kian, sedangkan
bundaran diatas itu dimaksudkan rembulan, jang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
18
berbajang keselokan, dan titik2 itu adalah batu2 gunung.
Diantara titik2 itu ada bundaran saling susun, mungkin itu
adalah tempat simpan kumala jang kedua itu. Aku telah
perhatikan ber kali2 bulan purnama untuk bisa
menjesuaikan bajangan siputeri malam itu, hingga achirnja
tahulah aku, lukisan itu ada lukisan bulan purnama dibulan
keempat, Sle-gwee"
Pendeta ini berhenti sebentar, baharu ia melandjutkan :
"Pernah aku mentjoba tjari tempat pendaman itu untuk
digali, tapi selama dua malam, aku mendapatkan kenjataan
ada orang lain jang mengintai aku dari lereng gunung.
Inilah kedjadian pada dua tahun jang lalu. Pengintai itu
mengenakan pakaian hitam. Karena dia terpisah djauh dari
aku, tak dapat aku tjandak dia. Karena itu, aku hentikan
usahaku itu, sampai pada tahun jang baharu lalu. Untuk
tjegah orang intai aku dalam bulan ke-empat itu, aku pergi
beberapa hari sebelum tanggal lima-belas. Pernah dua kali
aku pergi padamu, bukankah kau masih ingat Itu ?"
Sang murid manggut.
"Adalah pada malaman bulan purnama itu, dengan
diam2 aku pulang" melandjutkan sang guru. "Aku gembira
sekali, karena bulan bersinar permai. Dengan intjar tudjuan
bajangan, aku menggali. Njata aku gagal, aku tak
mendapatkan apapun. Tapi aku tidak putus asa, djusteru
tempouja masih ada. aku bekerdja terus, gali sana dan
bongkar sini didekat-dekat situ. Masih aku tidak peroleh
hasil, tetap aku tidak mendapatkan peti besi berisikan
kumaln rahasia itu. Tetapi disebelah itu, aku menemukan
suatu benda lain didjarak setumbak lebih dari batas
bajangan. Itu adalah sepotong kuntji kuningan, jang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
19
ukirannja sudah lenjap karena patah. Kuntji itu bagus,
hingga aku tak pertjaja adanja disitu karena djatuh dari lain
tempat. Sewaktu aku memikir untuk mentjari lebih djauh,
tiba2 aku dengar suatu suara jang dibarengi dengan
berkelebatnja satu bajangan, maka tahulah aku, diatas
sebuah pohon kaju. ada orang sembunji dan mengintai
aku. Dengan satu gerakan Tjeng-teng Tiam-soei, Tjapung
Sambar Air, aku nentjoba monghampirkan pengintai itu,
tapi djaraknja ada dua-puluh tumbak lebih dan dia gesit
sekali. Dia berhasil melenjapkan diri didalam lebatnja
pohon2 didekat situ.
Tidak berani aku berlaku sembrono untuk menjusul, tapi
aku pun tidak segera angkat kaki. Aku mondar-mandir
diluar hutan itu, sampai ada serangan dua batang piauw
kearahku. Aku menjambut piauw itu, tidak kupakai
membalas menjerang, karena orang sembunji ditempat
gelap. Sebaliknja, aku segera lari pulang, keruraahmtL
Ketika itu, ajam djago masih belum berkokok."
Tjong Beng tertarik sekali dengan penuturan gurunja ini.
"Sebenarnja, bagaimana tjaranja soehoe dapatkan
kumala ini?" ia tanja, melupakan gurunja sedang sakit dan
letih.
"Mengenai itu, ada hubungannja dengan ajakmu," Leng
Khong d jawab. "Baik kau tak usah sibuki itu. Hanja ingat
sadja kepada tugasmu selandjulnja untuk tjari harta besar
itu. Ada satu hal jang baik djuga aku djelaskan, agar kau
ketahui sepak-terdjangnja beberapa menteri setia dari
ahala Beng. Selagi tentera Boan memasuki Sanhay-kwan,
Kok-pou Soe Ko Hoat bergerak di Yangtjioe. Ternjata
banjak sambutan dari sana-sini. Jang suiit adalah hal
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
20
keuangan dan rangsum. Sampainja di Utara, orang ingat
pada hartanja Lie Tjoe Seng itu. Setelah bekerdja susah
pajab. orang berhasil dapati kuttuda rahasia itu dari
tangannja sidjenderal muda jang sembunjikan harta karun
itu. Tatkala orang berniat ramai2 pergi mentjari ke Ngo Tay
San, malamnja sidjenderal terbinasa karena dibokong
orang. Maka tanpa penundjuk djalan. hanja dengan
mempertjajai kantong kulit ini sadja, tak dapat orang
berbuat banjak. Tidak lama kemudian, Soe Kok-pou gagal
dan terbinasa, suasana djadi sangat kalut, sehingga
rombongan patriot itu tak berminat untuk melandjutkan
mentjari harta itu, jang seterusnja djadi perebutan diam2.
Kemudian, sampai pada djamannja rombongan Kam liong
Tie, Pek Tay Koao dan In Soe Nio, jang hendak
merobohkan ahala Tjeng dengan membangunkan ahala
Beng. Kepada mereka ini diserahkan kumala rahasia itu
supaja mereka mentjarinja dan memakainja untuk beajai
gerakan pembela negara. Dan leluhurmu adalah salah satu
dari rombongan Kam Hong Tie itu. Ia jang simpan kuraala
ini sampai diturunkan kepada ajahmu."
Tjong Beng mendengari terus tanpa berkata2, ia sangat
tertarik dan darahnja bergelora.
"Malam ini kau temani aku," kata Leng Khong sambil
rebahkan diri. "Besok pagi baharulah kau berangkat.
Darahku sudah beku, maka aku mengandal sadja pada
semangatku, maka djikalau kau sanggup kembali dalam
tempo setengah bulan, mungkin aku dapat bertahan untuk
bisa bertemu pula denganmu. Sekarang mari kau uruti aku.
untuk mendatangkan tenaga bagiku, hingga ada harapan
aku dapat bertahan Segera pendeta ini buka djubahnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
21
Tjong Beng segera naik dipembaringan memulai
mengurut dengan menggunakan Ie-kin-keng, ilmu
"menukar urat", guna memperbaiki djalan napas. Maka
selang setengah djam. muka putjat sipendeta mendjadi
bertjahaja segar pula, dadu scmuanja, karena darahnja
mengalir pula seperti biasa.
Kemudian, sesudab menjaksikan muridnja menjimpan
pedang, kumala rahasia dan kantong kulit dengan baik,
Leng Khong perintah muridnja naik pula ke-langit untuk
geser-kembali balok tadi, hingga lantai pun terlutup pula
seperti sediakala. Setelah itu, murid ini pentang djendela.
"Djikalau kau berhasil memperoleh kumala lainnja,"
pesan Leng Khong Tiangloo kepada muridnja, "untuk
bekerdja, kau harus tjari dua saudara angkatmu, guna
bekerdja sama. Kamu harus membuka peti, untuk periksa
isinja dan saksikan bersama.",
Tjong Beng terima baik pesan ini.
Guru dan murid Ini ber-tjakap2 diatas sebuah
pembaringan, sampai penerangan padam sendirinja.
Sebagai gantinja sinar Puteri Malam menembusi lubang
djendela, sehingga mega pun tertampak lewat melajang,
tapi djusteru itu, satu bajangan kelihatan berkelebat lewat.
"Ada orang!" berkata Leng Khong, jang lihat bajangan
itu.
Hanja dengan satu gerakan tubuh "Tongpoan kie-goat"
atau "Dengan nenampan tembaga mengangkat rembulan",
Tjong Beng telah mentjelat kedjendela, dan terus lompat
keluar. Akan tetapi setjepat kilat, setibanja dlluar, antara
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
22
sinar rembulan permai, ia tidak lihat apa2 ketjuali pohon2
serta bajangannja dan bunjinja kutu2.
"Dia lenjap," kata murid ini sekembalinja
kepembaringan.
Leng Khong tidak kata suatu apa.
Keesokan paginja, ketika ajam2 mulai berkokok saling
mendjawab. Tjong Beng sudah perintah A Tan.
pengiringnja, jang sebenarnja bernama Shie Tan, pulang
untuk beritahukan Phoa-sie, ensonja (isteri kakak) bahwa
ia harus pergi melantjong. Kemudian ia beri hormat pada
gurunja, untuk berpisahan. Dan dilain saat ia kabur dengan
kuda putihnja menurun gunung, akan menudju ke Yang
kiok, ke Selatan. Beberapa hari kemudian, sampailah ia
diwilajah Kim-leng.
Danau Hian Boe Ouw berada disebelah utara kota KimPertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
leng. luasnja sepuluh lie, sekitarnja penuh pohon yang-lioe.
Pulau-nja besar dan ketjil, semuanja ada lima buah,
diantaranjn adalah Eng Boe Tjioe dan Pek Louw Tjioe jang
menjambung dengan gili2 pandjang, dekat pada kuil Kee
Beng Sie.
Tjong Beng mempunjai tugas, tak sempat ia
memandang keindahan alam disitu. Malah segera ia tjari
pulau ketjil jang tefkurung pohon yanglioe. Setelah itu ia
panggil sebuah perahu pelesiran untuk disewanja, guna
menjeberang kepulau itu. Ia dapatkan belasan rumah
bambu tertutup atap diantara pohon2 dengan burung2nja
asjik bernjanji. Saat itu satu nona sedang menimba air
disitu. Ia tertjengang menjaksikan tjara menimbanja si
nona.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
23
Nona itu berdiri dipinggir sumur, timbanja pakai dadung
pandjang, jang ditjantel pada sebuah pohon besar, sedang
djambangan air terletak disamping rumah. Sesudah
menimba, si nona tidak mendjindjing timba kedjambangan,
tetapi selekas timba muntjul diatas mulut sumur, ia dupak
dengan sebelah kakinja, timba segera mental, terajun
kearah djambangan, dan bila timba telah berada diatas
djambangan air itu, ia monjentak dadung, timba terbalik
dan airnja tumpah tepat kedalam djambangan.
Demikianlah seterusnja. Djarak antara sumur dan
djambangan ada dua tumbak lebih. Pekerdjaan luar biasa
itu pun menandakan kuatnja kaki si nona dan pandainja ia
mengendalikan tambang.
Tjeng Beng tahu, itu adalah kepandaian jang dinamakan
"Hoei in to soh", atau "Tambang terbang", jang meminta
tenaga lengan serta latihan lwee-kang dan gwakang,
tenaga dalam dan luar. Dan dalam delapan-belas matjam
alat-sendjata, ilmu tambang adalah jang paling sukar
dipeladjarinja.
Segera pemuda ini hampiri nona itu, untuk menanja
sambil memberi hormat: "Nona, numpang tanja, adakah ini
rumah keluarga Phoa ? Aku ada bawa surat untuk Njonja
Phoa itu."
Nona itu tidak mendjawab, hanja sesudah mengawasi,
ia letakkan dadung dan timbanja, dan lari masuk kedalam
rumah.
Tjong Beng diam sadja, ia hanja mengikuti sampai
didepan pintu.
Sebentar sadja, satu njonja umur limapuluh tahun
muntjul diambang pintu. Tatkala ia lihat sianak muda, ia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
24
mengawasi dengan matanja terbuka lebar2, ia seperti
mengenali pemuda ini.
Tjong Beng memberi hormat sambil mendjura kepada
njonja itu seraja beritahukan bahwa ia datang dari kuil Pek
Lok Wan Sian im dari Ngo Tay San, bahwa ia membawa
surat Leng Khong Tiangloo buat njonja itu, jang ia panggil
pehbo, sedangkan untuk dirinja sendiri, ia gunakan kata2
boan-seng.
"Mari masuk, mari duduk didalam!" njonja itu segera
mengundang.
Tjong Beng ikut masuk, ia serahkan surat gurunja.
Njonja itu mengawasi surat Leng Khong, lalu ia
perhatikan pemuda ini
"Djie-khoadjin !" katanja tanpa merasa.
Ketika itu, sinona keluar dengan air teh.
"Eh, Siam In, ini adalah kanda-angkatmu, Kongtjoe Ong
Tjong Beng. Lekas kau beri hormat padanja !" kata
sinjonja.
Nona itu menurut.
Tjong Beng mendjadi heran, hingga ia berdiam sadja.
Sinjonja rapatkan pintu, kemudian ia tjekal tangan
orang.
"Djie-khoadjin, pasti kau sudah tidak kenal aku !"
katanja pada pemuda jang ia bahasakan djie-khoadjin,
atau tuan muda jang kedua. "Kau telah djadi begini besar
dan tjakap, sungguh aku girang sekali I"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
25
Masih pemuda itu belum mengerti, maka setelah simpan
suratnja Leng khong, njonja Phoa segera berikan
keterangannja.
Nona ketjil itu adalah turunan dari Toksoe Wan Tjong
Hoan dari propinsi Kwietang. Wan Tjong Hoan itu adalah
seorang panglima keradjaan Beng, jang berperang paling
hebat menentang serbuan bangsa Boan. Hasilnja tentu
sangat memuaskan kalau tidak ada dorna jang fitnah ia
bersekongkol dengan musuh, sehingga ia diditangkap dan
dihukum mati sampai pada sembilan keturunan
keluarganja. Nasibnja mirip dengan nasibnja Gak Hoei
didjaman Song, maka orang pudji dan pudja dia. Karena
kebinasaannja, banjak sebawahannja jang bubar, untuk
menjembunjikan diri atau hidup berkelana dalam kalangan
kang-ouw. Diantaranja, ada seorang bawahannja jang
berhasil menolong tjutju perempuamija, jang dilindungi
dlrumahnja seorang piauwsoe, sampai tjutju ini menikah
dan memperoleh seorang putera. Tapi pada suatu malam,
tjutju perempuan itu terbokong orang hingga binasa.
Pelindungnja mengetahui, bahwa sipembunuh seharusnja
adalah pahlawan rahasia dari istana Boan. Tetapi sjukurlali
putera itu telah dilahirkan sebagai turunan satu2nja, jang
diberi nama Boe Tjioe.
Bujut Toksoe Wan Tjong Hoan itu dididik tentang ilmu
silat. Ia masih tetap dimusuhi pemerintah Boan. Ia
senantiasa ditjari, sehingga untuk melindunginja, ia harus
disembunjikan dibeberapa tempat jang berlainan. Dapatlah
ia tertolong djuga. Achirnja ia dilindungi In-tiong-kiam Ong
Wie Yang, jang rawat ia sampai dewasa, sampai ia
dinikahkan dan peroleh seorang anak perempuan. Selama
itu. ia masih tetap dilindungi. Ia bersembunji diketjamatan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
26
Ngo-tay-koan, Shoasay. Ketjuali Ong Wie Yang, Leng
Khong Tiangloopun bantu melindunginja.
Pada suatu malam. Boe Tjioe dapat djuga ditjari oleh
empat pahlawan Boan, sehingga terdjadilah satu
pertempuran hebat, tetapi untunglah, mereka bertiga bisa
pukul mundur empat musuh itu. Oleh karena kedjadian itu,
Boe Tjioe djadi insjaf akan antjaman malapetaka diatas
dirinja. Maka malam itu djuga ia menjingkir keperbatasan
Inlam, sampai belasan tahun lamanja ia hidup diantara
suku Yauw. Sedangkan anak-perempuannja, jang diberi
nama Siam In, dititipkan pada Ong Wie Yang, dan dirawat
oleh wanita kuasa rumah. Pada waktu itu, dalam usia
tudjuh atau delapan tahun, Tjong Beng sudah beladjar silat
di Ngo Tay San.
Masih sadja pihak pemerintah Boan tjari turunan Wan
Tjong Hoan itu. Beberapa kali telah datang pengintaiuntuk
membunuh. Maka dengan suatu permupakatan diantara
Len 2 Khong Tiangloo dan Ong Wie Yang, Siam In serta
Phoa-sie, jaitu njonja jang ditugaskan merawatnja, setjaro
diam2 dibawa ke Lamkhia, Hian Boe Ouu Mereka
bertempat tinggal disuatu pulau ketjil diantara kaum
nelajan. Sebehimhja itu, Siam In menumpang di Tan Touw
Am pada Tjeng In Niekouw. Setelah berumur lima atau
enam tahun, pendeta wanita itu mulai mendidiknja tentang
ilmu silat. Supaja tidak menimbulkan ketjurigaan, nona ini
dipindahkan kepulau ketjil itu. Dan Tjeng In sering2 datang
kesitu untuk mendidik dan mengawasinja.
Demikianlah sampai kedatangannja Tjong Beng hari itu.
Samar2, Phoa-sie masih kenali pemuda ini. Tidak demikian
dengan sipemuda, jang sudah lupa njonja tua itu. Sesudah
mendengar keterangan sinjonja, baharulah dia mengerti.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
27
Ia tidak sesalkan gurunja, jang tidak dari siang2
mendjelaskan hal Phoa-sie itu, ia insjaf akan pentingnja
rahasia.
"Djie-khoadjin," kata pula Phoa-sie kemudian, "aku
menjesal sekali mendengar Tiangloo akan meninggalkan
dunia fana ini. Kau sendiri, malam ini kau tinggallah
bersama kami. Besok baharu kau berangkat pula."
Kata2 ini membuat Tjong Beng ingat urusannja jang
lain, maka segera ia beritahukan Phoa-sie bahwa ia ingin
mendjumpai Tjeng In, buat sampaikan pesan Leng Khong
Tiangloo.
"Kalau begitu, khoadjin," kata sinjonja. "baiklah
sekarang, sebelum magrib, Siam In pergi mengantar kau."
Tjong Beng setudju, ia manggut2.
Siam In segera salin pakaian. Dan setelah itu, ber-sama
' sianak muda, ia pamitan dari babunja.
Sudah diterangkan, danau Hian Boe Ouw mempunjai
lima pulau. Diantaranja ada dua, ialah Eng Boe Tjioe dan
Pek Louw Tjioe, jang menjambung satu dengan lainnja,
oleh sebuah gili2 pandjaug. Maka perhubungan dengan
jang tiga lainnja, dibutuhkan kendaraan air. Akan tetapi
Siam In, jang sudah biasa. Tidak inginkan perahu. sebab
dipermukaan air telaga itu terdapat banjak pohon teratai
atau lengkak, sedang djaraknja dengan Pek Louw Tjioe
hanja belasan tumbak sadja. Ia bisa gunakan ilmu enteng
tubuhnja. "Teng peng touw soei" ? "Menjerang dengan
indjak kapu". Untuk itu, tjukuplah baginja berlompatan
dengan gerakan "Yan-tjoe hoei in", atau ,burung walet
terbang keawan". Tiap tindakan mengindjak daun teratai,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
28
lalu disusul dengan mendjedjak untuk lompat pula.
Demikian seterusnja.
Tjong Beng mengikuti sepak-terdjangnja sinona, ia
kagum akan entengnja tubuh dan kegesitannja. Maka
iapun perlihatkan kepandaiannja, dengan gerakan "lt lioo
tjiong thian" atau "Seekor burung hoo terdjang l2ngil",
suatu gerakan ilmu silat "Wan-kauw Tjiong Yauw" atau
"Kera berlompatan".
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bagaimanapun, Siam In ingin saksikan kepandaian
Tjong Beng. Inilah kebetulan sekali, karena sebagai
pengantar, ia dapat berdjalan didepan. Ia berlompatan
dengan tetap dan tjepat, kedua lengan badjunja ber-kibar
karena tiupan angin. Tapi belum lama, tiba2 ia merasakan
sambaran angin disampingnja: suatu tubuh melesat lewat,
dan ternjata sianak muda telah melombainja ! Dengan
diam2 ia mendjadi kagum, sesaat itulah timbul rasa
sajangnja
Kuil Kee Beng Sie didirikan dikaki gunung Tjie Kim San,
ditepi danau Hian Boe Ouw, atau lebih tegas, didjurusan
timur-laut dari kota tua Kang-leng. Orang jang pernah
kundjungi Lamkhia, sedikit sekali jang tidak pesiar kekuil
itu. Dibelakangnja, merupakan daerah pegunungan, lebat
hutan bambunja, djalannja penuh dengan rontokan daun
bambu jang ter-serak2. Didalam hutan bambu ini berdiri
sebuah kuil lain, jang ketjil-mungil, tenteram suasananja,
dan pekarangan luarnja dipagari bambu serta pohon rotan.
Dari kedjauhan sudah terdengar suara genta sajup2.
Tatkala Siam In telah sampai didepan pintu kuil, ia
segera menolaknja dengan per-lahan2. Ia disambut oleh
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
29
seorang niekouw tjilik jang masih memelihara rambut umur
dua atau tiga-belas tahun.
"Soe-tjie!" memanggil nona tjilik itu.
"Yan Goat, apa soehoe ada?" tanja Nona Wan.
"Kebetulan, soe-tjie!" tertawa sinona ketjil. "Soehoe
sedang ber-tjakap2 dengan Lie Soe-siok".
Kemudian dengan mata terbuka lebar2 ia mengalasi
Tjong Beng, seorang pemuda jang masih asing baginja.
Siam In memberi isjarat pada sipemuda dan terus
bertindak kedslam. Ia masuk kedalam sebuah pintu bundar
merupakan rembulan Ia djalan disebuah lorong jang
banjak tikungannja. Dan achirnja tibalah dimuka sebuah
kamar jang didalamnja tampak seorang pendeta wanita
tua sedang berduduk, jang sikap dan wadjahnja tenang
tetapi kedua matanja bertjahaja sedang menghadapi
seorang laki2 bertubuh tinggi dan besar, Mereka ini melihat
kedatangannja sinona jang diikuti oleh seorang pemuda
asing. Tampaknja merekapun heran.
Segera Siam In hampirkan gurunja, untuk beri hormat.
"Soehoe, ini adalah Kongtjoe Ong Tjong Beng dari Ngo
Tay" ia perkenalkan. "Dia datang dari Pek Lok Wan Sianlim
untuk menemui soehoe".
Tjong Beng segera berlutut untuk memberi hormat.
"Soe-kouw Naynay, terimalah hormatja soe-tit Ong
Tjong Beng", ia bilang. (Soe-kouw Naynay berarti bibi jang
tua.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
30
Niekouw tua itu, ialah Beng In Loonie. Segera ia pimpin
bangun sianak muda. Dan sesaat itulah terlihat wadjahnja
bersedih.
"Pasti ada urusan penting maka gurumu kirim kau
kesini", katanja. "Selama beberapa hari ini, memang hatiku
kurang tenteram. Aku tahu, lagi beberapa hari adalah
saatnja gurumu itu berpulang ketanah baka untuk
menjempurnakan tugas keibadatannja Semua orang disini
adalah orang2 sendiri. Tit-djie, kau boleh bitjara dengan
merdeka". (Artinja tit-djie adalah keponakan\
Niekouw tua ini segera memperkenalkan orang jang
dipanggil Lie Soe-siok itu ? paman guru she Lie. ? ialah
Lie jin, ahli silat kaum Liok Hap Pay dari Hoolam.
Tjong Beng bersama Siam In segera beri hormat
mereka.
"Djangan pakai banjak adat-istiadat. Tak sanggup aku
menerimanja!" kata orang she Lie Itu dengan suaranja
jang njaring sekali.
Setelah berbangkit, Tjong Beng sampaikan pesan
gurunja kepada bibi-guru ini. Untuk membuktikan dirinja,
ia keluarkan pedang hadlah gurunja. Dengan kedua
tangan, ia angsurkan itu kepada siniekouw tua. Ia terus
menambahkan: "Soehoe kirim titdjie kesini untuk mohon
pelbagai petundjuk dari soekouw naynay. supaja
selandjutnja bisalah titdjie ikuti sekalian tjianpwee dan
mengetahui asalusul mereka. Sesudah itu, titdjie diperintah
segera kembali".
Tjeng In sambut pedang itu, jang ia usap2
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
31
"Omie-toohoed!" memudjinja. "Gurumu utus kau
dengan membawa pedang ini. Ini artinja dia menghendaki
kau mewariskan kedudukan dan tugasnja. Baik ! Kau
memang berhak memperoleh kedudukanmu. Tahukah kau
asal-usulnja pedang Liong-gim-kiam ini ? Pedang Naga
Menggerang ? Ini adalah pusaka partai Tjeng Liong Pang
? Partai Naga Hidjau dilima propinsi Utara. Dulu, bersama?
ajahmu dan beberapa kawan lainnja, aku telah
mendjeladjah diseluruh wilajah sungai Yang Tjoe Kang
Selatan dan Utara". Ia berpaling kepada Lie Tjin. "
Begitulah ajah dari Lie Soe-siokmu ini adalah salah seorang
kawan seperdjoangan kami itu. Kamu, anakmuda harus
ketahui halichwal kami. Kau telah datang, bagus sekali,
djusteru sekarang ada pamanmu ini. Mari kita djalankan
upatjara kaum kita. Setelah hari ini, selandjutnja kau
adalah pedjabat ketua kami dari lima propinsi Utara !"
Kemudian niekouw ini perintah Yan Goat siapkan
lentera.
Diikuti oleh Tjong Beng dan Lie Tjin, Tjeng In
meninggalkan kuil nja. Yan Goat d jalan dimuka bersama
Siam In sambil membawa lentera. Mereka pergi
kehelakang, kearah gunung, sampai sedjauh beberapa
puluh tumbuk, berdampingan dengan gunung, ada sebuah
kuil tua dan rusak.
"A Lim !" Tjeng In memanggil didepan kuil.
Diantara gonggongan andjing, pintu kuil dibuka seorang
setengah tua, jang melihat niekouw tua itu, segera
memberi hormat
"Pergi buka pintu guha!" Tjeng In perintah. Kemudian ia
adjak Tjong Beng semua mengikuti nendjaga kuil tua ini.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
32
Didalam pendopo, orang tidak menemukan patung jang
dipudja. tjuma medja sadja berikut sin-tjie. A Lim tolak
medja itu, diatasnja terbukalah sebuah pintu rahasia, pintu
batu jang memimpin orang kedalam sebuah guha. A Lim
masuk lebih dahulu.
Penerangan hanja dari pelita.
Tjong Beng lihat sebuah lorong batu gunung serta
beberapa lubang jang menembus keatas. Dari situ tampak
sedikit sinar bintang-. Terowongan itu pandjangnja dua
tumbak lebih. Batas udjungnja adalah sebuah medja batu
jang dibelakangnja tergantung sehelai kelambu kuning.
Ketika Tjeng In menjingkap kelambu itu, tertampak satu
patung, dengan koplah dan djuba kebangsaan djaman
Beng. Djubanja tersulam naga2an, dan kedua tangan
patung memegang gee-hoet, tjaling kebesaran.
Memandang wadjab patung itu, sianak muda
terperandjat. Ia seperti lihat seorang hidup bukannja
boneka. Tjuma wadjah itu sedikit mengkilap karena
sinarnja api.
A Lim segera menjalakan lilin dan memasang hio, dan
Tjeng In serta Liap-haptjhioe Lie Tjin segera lekuk lutut
didepan patung itu untuk memberi hormat sambil raanggut
beberapa kali. Setelah berbangkit, masih mereka
mengawasi patung dengan sikap menghormat.
A Lim mengerti tugasnja, tanpa diperintah lagi, ia bawa
sebuah kursi kedepan medja, dan sepotong papan
berukiran huruf2 dan sebuah bantal-pengalas bersarung
tikar buat berlutut, jang semuanja diletakkan didepan
kursi.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
33
Lie Tjin segera adjak Tjong Beng tjutji tangan disebuah
tempajan air didepan medja. Tjeng In sendiri duduk dikursi
jang baharu dibawa itu. Kemudian sianak muda disuruh
tekuk lutut diatas bantal menghadapi siniekouw, dan
sipaman sendiri terus berdiri didampingnja.
Tjeng In angkat pedang Liong-gim-kiam, menghadapi
Tjong Beng.
"Ong Tjong Beng !" katanja, "sekarang ini kau sedang
berlutut dihadapan Tok-soe Soe Kok-pou dari Ahala Beng
jang terbesar, untuk membatjakan sumpah guna bersetia
dengan djiwa-raga, untuk memimpin Tjeng Liong Pang
dilima propinsi Utara! Kau mesti sumpah akan usir bangsa
Boan, guna membangun pula Ahala Beng, dan pedang
Liong-gim-kiam ini adalah pusaka dari berhasilnja
usahamu! Bagaimana kalau dikemudian hari kau
mengingkari sumpahmu hari ini?"
Tjong Beng mendengar dengan njata, karena ia tunduk
iapun lihat huruf2 ukiran diatas papan itu. Maka segeralah
ia mengerti segala2nja. Tidak ajal lagi ia djawab niekouw
itu sambil membatjakan huruf2 merah diatas papan hitam
itu: "Aku Ong Tjong Beng telah masuk Tjeng Liong Pang,
aku akan mentjontoh teladan semua pendekar almarhum,
untuk berikan tenagaku seumur hidupku, bersumpah untuk
menjingkirkan budak Tartar! Apabila aku langgar
sumpahku ini, biarlah aku terbinasa dibawah tjintjangan
berlaksa golok " Setelah angkat sumpah, ia manggut tiga
kali.
Tjeng In hunus Liong-gim-kiam, sampai pedang itu
menerbitkan suara bersereset dan mengeluarkan tjahaja
berkilauan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
34
"Ulur lenganmu !" katanja, dan segera menggores
tangan orang hingga darahnja bertjutjuran keluar, jang
dengan sebat ditadahi oleh Lie Tjin, jang sudah siapkan
sebuah gutji jang tutupnja ia buka.
"Gutji ini memuat darah semua saudara dari Tjeng Liong
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pang," sang niekouw mengatakan pula. "Selandjutnja kau
adalah orang dalam, kita beramai mesti bersatu hati dan
bersatu tenaga, untuk bekerdja bersama!"
Sedjenak kemudian niekouw ini angsurkan pedang pada
Lie Tjin, jang menjambutnja setjara hormat dengan kedua
tangan. Setelah pedang itu dibawa kemuka patung untuk
memberi hormat, dia terus mengembalikan nja pada Tjeng
In. Ia menerima kembali pedang pusaka itu untuk segera
ditekankan pada kepala Tjong Beng. Kemudian ia
memasukkan pula pedang itu kedalam sarungnja, untuk
achirnja diserahkan pada sianak muda.
Tjong Beng menerima dengan kedua tangan. Ia beri
hormat dan mengutjapkan terima kasih kepada siniekouw,
pun kepada Lie Tjin ia beri hormat. Setelah itu ia
berbangkit. Dan achirnja, berlima mereka keluar dari guha
itu, kembali kekuil Tam Ton wam.
Tjeng In sudah berusia landjut, berkat ilmu silatnja, ia
tetap sehat dan segar, malah sepasang matanja tadjam
sekali. Tjong Beng pernah dengar bagaimana, selama
didaerah sungai Yang Tjoe Kang, niekouw Ini telah
menggetarkan wilajah Selatan dan Utara dengan tongkat
Tat-mo-thung dan sendjata rahasia mutiara Thie-liam
tjoenja, sehingga selama beberapa puluh tahun, kaum
kang-ouw segan terhadapnja, sehingga kuat dan amanlah
kedudukannja sebagai tjiang-in, pemegang tjap partai,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
35
atau ketua partainja itu. ("Thung" ? "tongkat" disuarakan
seperti "teung" dari teungku).
Kira2 djam tiga sampailah mereka didalam kuil. Yan
Goat segera masak air untuk seduh teh, dan menjediakan
makanan tak berdaging. Maka sambil makan dan minum,
mereka bisa ber-tjakap2. Tjeng In gunakan kesempatan
untuk menuturkan riwajat Tjeng Liong Pang atau Tjeng
Liong Hwee, supaja Tjong Beng dan Siam In
mengetahuinja dengan djelas. Pemuda dan pemudi ini
djadi gembira dan bersemangat.
Setelah bangsa Boan memasuki Tionggoan, dia desak
pangeran2 Koei, Hok dan lain2 hingga buntu djalan,
sampaipun Toksoe Soe Ko Hoat di Yangtjioe, habis
perlawanannja dan terbinasa karenanja. Tapi seorang
perwiranja jang setia telah juri kepalanja, jang direndam
dalam air obat pengawet. Setelah peperangan berhenti,
kepala itu disambung dengan tubuh dari kaju tjendana.
Dipudja dalam sebuah kuil rahasia. Achirnja, pihak Boan
mentjium bau, maka segeralah "patung" itu disembonjikan
didalam guha. Sedjak itu si perwira menjembunjikan diri
digunung Louw San. Iapun merahasiakan she dan
namanja, sehingga orang hanja tahu gelarnja sadja jaitu
Oey Bwee Kie-soe, Oey Bwee si penjendiri.
Oey Bwee paham ilmu silat Siauw Lim Pay, jang didapat
dari warisan Liok-tjouw lloei Leng. Selama bersembunji di
Louw San, setiap tahun ia menjelundup ke Kimleng, untuk
ziarah keguha Sot Ko pou untuk beri hormatnja. Sementara
Itu, u mempunjai tiga murid ialah Liok Goan Hoa murid
kepala, Yan Ie Lam murid kedua, dan Hoa Siang Boe murid
ketiga, iaok Goan Hoa beladjar paling lama, ialah jang
kemudian sutjikan diri sebagai Leng Khong Tiangloo. Yan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
36
Ie Lam berasal keluarga kenamaan dikota Kim-lang. Hoa
Siang Boe adalah seorang wanita, puteri seorang kotua
perkumpulan Hong Tjiang Hwee, Tumbak Merah, di Tiang
Kang, ialah Tjeng In Loo-nie sekarang.
Sesudah usianja landjut, Oey Bwee Kiesoe menghendaki
murid2nja merantau. Sebelumnja itu, ia adjak mereka
keguha Soe Kok-pou, untuk angkat sumpah, berdjandji
bekerdja bersama, untuk menentang pemerintah Boan.
Disitu ia keluarkan dua benda pusaka, ialah pedang Liong
gim-kiam serta Giok-in, tjap kumala. Pedang diserahkan
pada Liok Goan Hoa, supaja ia membawanja pada Thay
kek-tjioe Ong Wie Yang, ketua dari Tjeng Liong Hwee
untuk ikat persahabatan dan bekerdja-sama. Tjap
diberikan pada Yan Ie Lam, guna murid ini bawa sebagai
bukti mengikat persahabatan dengan lain2 perkumpulan
rahasia jang satu tudjuannja. Hanja Hoa Siang Boe jang
disuruh pulang pada ajahnja.
Ketika itu dipelbagai propinsi ada perkumpulan
rahaslanja raasing2, umpama Tjeng Liong Hwee di Utara.
Ang Teng Kauw di Shoatang, Djim Tong di An-hoei. Tiiian
Tee Hwee di Hokkian dan Kangsay, dan Sam Tiam Ilwee di
Kwietang. Diwilajah Tiang Kang ada Hong Pang dan Tjeng
Pang, golongan Merah dan Hidjau. Dari Gie-tjiang sampai
keseluruh propinsi Soetjoan, bagian hulu, masuk Tjeng
Pang dan dihilir masuk liong Pang, jang mana asalnja ialah
Hong Tjiang Hwee,
Ketua dari Hong Pang, golongan Merah, ada Sin-tjhioe
Ang-eng-tjhio Hoa Tjeng In, djago Tumbak Merah, jang
kaum kang-ouw biasa sebut setjara singkat Hoa Laohie,
ketua Hoa. Ia berasal golongan Tjeng Pang. ia tidak kenal
mata surat tapi kosen dan pandai bekerdja, hatinja mulin.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
37
Ia telah tjiptakan ilmu tumbak Boe-kek Tjeng In Tjhio-hoat,
Jang ia gabung dari Liok-haptjhio, Siauw-auw-tjhio dan
Pat-kwa-tjhio.
Setelah angkat namanja, ia dirikan Hong Tjiang Hwee
(Ang Tjhio Hwee), sehingga namanja makin termasjhur.
Banjak orang suka djundjung padanja.
Walaupun sudah mentjapai usia setengah abad, Tjeng
In hanja memperoleh seorang puteri jang diberi nama
IToei Hong. Puteri ini gemar ilmu silat dan biasa membantu
ajahnja pegang pimpinan, maka luaslah pengetahuannja.
Karena biasanja ia berdandan sebagai orang laki2, Hoei
Hong pakai djulukan Siang Boe Kongtjoe, suatu nama laki.
Kemudian Hoei Hong dikirim pada Oey Bwee Kiesoe, untuk
melandjutkan ilmu silatnja.
Beberapa tahun telah lewat sedjak Oey Bwee Kiesoe
menjuruh ketiga muridnja keluar dari perguruan. Hoa
Siang Boe telah kembali pada Hong Tjiang Hwee. dan ia
masih tetap dandan sebagai seorang pemuda. Ia gemar
mengembara dan bergaul, sehingga banjak sahabatnja.
Berbareng dengan itu Yan Ie Lam telah angkat nama
dipropinsi Shoatang. Ia sudah berhasil mendjalankan tugas
gumr.ja. untuk mengikat banjak persahabatan. Mula2 ia
pulang kerumahnja, jang bersuasana kuno. Ia merasa
tidak merdeka, maka dengan bawa Giok-in. ia pergi tjari
seorang turunan keradjaan Beng. jang djadi pemimpin Ang
Teng Kauw, partai agama Lampu Merah, jang memudja
Pek Lian Tjouwsoe, kuil Teratai Putih, jang mempunjai
anggota beberapa ribu djiwa, tersebar didua propinsi
Shoatang dan Titlee. Tjoe Hoan namanja ketua Ang Teng
Kauw itu. Dengan menundjukkan Giok-in, ia bisa bikin Tjoe
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
38
Hoan suka bekerdja sama, hingga Ang Teng Kauw djadi
madju pesat. Maka dalam tempo beberapa tahun sadja.
Ia bisa duduk ditompat nomor tiga. Hanjalah anggota2
Ang Teng Kauw tak tersaring sempurna diantaranja ada
bangsa tidak keruan, dan segera perkumpulan itu
membangkitkan ketjurigaan pembesar negeri. Antara lain
Yan Ie Lam pun terlukis dan tersiar gambaruja sebagai
orang jang ditjari untuk ditangkap.
Pada suatu waktu Yan Ie Lam berniat menemui Hoa
Tjeng In. ketua Hong Tjiana Ilwee hulu sungai. Ketika
dalam perdjaIanannja ke Selatan ia sampai di Pouukauw,
ditempat penjeberangan. pendjagaan tentera negeri keras
sekali, tapi ia madju terus, menempuh penggeledahan. Ia
bekal belasan potong perak, dua potong diantaranja
"ditjomot" serdadu pendjaga. Menghadapi peristiwa itu ia
diam sadja, ia djalan terus, tetapi baharu dua tindak, ada
satu perwira jang menegurnja supaja ia berhenti. Baharu
ia menoleh, tiba2 satu tamparan membikin mukanja sakit
dan merah, sehingga ia gusar sekail Ia masih dapat
sabarkan diri, kaiena ia insaf pentingnja tugas.
Perwira itu segera menggeledah pula sampai
kipasnjnpun jang terbuat dari besil ditjurigainja. Kemudian,
kipas rahasia itu tergerak pesawat rahasianja. sehingga
terbuka mendjadi dua potong. Didalamnja tertampak
bungkusan surat2, jang memakai tjap Hong Teng Kauw,
serta sepotong lengkie ketjil (bendera ketjil jang dipegang
oleh komandan tentara).
"Pendjahat! Tangkap dia!" berseru perwira itu.
Segera sedjumlah serdadu madju mengurung.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
39
Menampak demikian, dengan tiba2, tjepat dan tangkas,
Yan Ie Lam sambar surat itu, untuk dimasukkan kedalam
sakunja lalu sambil memutar tubuh, ia endjot dan
melompat tinggi, melewati serdadu jang mengurungnja.
Kemudian dengan satu sa1 betan pedang Pek-lian-kiamnja,
ia babat serdadu jang kedjar padanja hingga bcberapa
tubuh rubuh serta kepala8nja djatuh bergeluntungan,
sebab ia telah bergerak dalam "Tay peng tian tjle" atau
"Garuda besar pentang sajap".
Si perwira terkedjut, dia lompat madju dengan satu
serangan pedangnja.
Ie Lam menangkis, baharu melajani dua djurus, ia sudah
berseru, berbareng dengan itu pedang si perwira terbabat
kutung. Sewaktu perwira itu kaget, ia ulur sebelah
tangannja, untuk menjambar tenggorokan dengan
gerakannja Biauw tjhioe tak seng" atau "Tangan liehay
mendjambret bintang".
Perwira itu lompat berkelit untuk mundur dan kabur,
akan tetapi dengan satu lontjatan, Ie Lam bisa tjandak
padanja, hingga ia kena ditjekuk, dikempit.
Semua serdadu kaget dan djerih, maka seraja putar
pedangnja jang tadjam, Ie Lam tobloskan kurungan dan
memperoleh kemerdekaannja. Dilain pihak, ketika
rombongan serdadu itu mengedjar, ditempai jang terpisah
seratus lie, mereka mendapatkan perwira mereka rubuh
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditepi djalan, djiwanja melajang, dadanja berlubang
boboran darah.
Malam itu diluar kota Tin-kang, didusun Hoa-kay-tjhung,
pada sebuah rumah jang pekarangannja luas dan
terkurung kali ketjil, serta beberapa pohon beringin, jang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
40
seperti menutupi rumah besar Itu, ada orang datang
mengetuk pintu, memohon bertemu dengan Nona Hoa
Siang Boe. Sebab itu adalah rumahnja Iloa Tjeng In, ketua
liong Tjiang Hwee. Ketika orang itu ditanja tjhungteng ?
pendjaga pintu pekarangan ?, apa she dan namanja, ia
hanja djawab, "Kau beri tahu sadja pada Siotjia bahwa
djiesoehengnja datang."
Hoei Hong sedang duduk berkumpul bersama ajahnja
dithia, pendopo, ketika ia dengar laporan tjhungtengnja,
segera ia lari keluar, untuk menjambul Kegirangannja tak
terkira ketika ia tampak Yan Ie Lam, djiesoehengnja, jalah
kakak leperguruan jang kedua.
Kalau Liok Goan Hoa, sang toa-soeheng, kakak
seperguruan tertua, djauh lebih tua usianja, adalah umur
Hoei liong dan Ie Lam sepantaran dan mereka berdua pun
paling tjotjok satu sama lain, sebab walaupun Ie Lam
berasal keluarga hartawan, ia tidak djumawa. Sudah sekian
lama sl soemoay, adik-perempuan seperguruan, menaruh
hati kepada djie-soeheng itu, akan tetapi sebab sama2 ahli
silat, tak berani ia sembarangan utarakan rasa hatinja itu,
sebagaimana Ie Lam sendiri pun kendalikan diri, hingga
tjuma didalam hati sadja mereka tak bisa saling melupai.
Segera Hoei Hong pimpin soeheng itu masuk, untuk
diperkenalkan kepada ajahnja, jang menjambutnja dengan
baik. Sebagai orang kang-ouw, Hoa Tjeng In tak pitjik
pandangannja, malah seballknja, ia gembira dengan
pertemuan Ini, ia menjesal tak dapat bertemu terlebih
siang dengan le Lam.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
41
Tjeng In perintah budjangnja sediakan barang
hidangan, untuk djamu tetamu ini Ia pun suruh puterinja
duduk menemani dan ia sendiri djuga duduk bersama,
untuk bersantap sambil pasang omong. Dengan segera ia
berikan djandjinja akan berserikat dengan Ang Teng Kauw,
untuk bekerdja sama.
Yan Ie Lam tuturkan kepada tuan rumah bagaimana ia
telah bunuh sedjumlah serdadu Boan serta perwiranja,
jang rintangi ia, dan bahwa ia berniat pergi ke Gie-tjiang
untuk menemui Pian Kim Kong. Dalam urusan menemui
orang she Pian itu, ia mohon bantuannja tuan rumah ini.
Mendengar keterangan jang belakangan ini, Hoa Tjeng
In kerutkan alis.
"Perkara membunuh tentera Boan ada perkara ketjil,"
katanja Sin Tjhioe Angeng-tjhio, "akan tetapi soal menemui
Pian Kim Kong, itulah urusan berbahaja. Rupanja kamu dari
pihak Ang Teng Kauw belum tahu dengan seksama bahwa
Pian Kim Kong adalah satu manusia litjln dan litjik. Dia beda
djauh sekali dengan Pian In Liong, ajahnja Jang gagah dan
mulia. Benar aku dan dia telah membagi daerah hulu dan
Ilir, akan tetapi, sampai sebegitu djauh, baharu satu kali
sadja kami pernah bertemu satu sama lain, sehingga
diantara kita tidak ada persahabatan rapat. Malah
Lootjianpwee Ong Wie Yang, pernah didjebaknja, hingga
dia ditjela kaum kangouw sekaumnja. Kau berniat pergi
pada Pian Kim Kong, inilah aku kualir, tak dapat akil bantu
padamu. Maka lebih baik kau batalkan niatmu itu. Atau
kalau toh kau pergi djuga, mesti kau waspada."
Yan Ie Lam merasa seperti digujur air dingin.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
42
"Tapi aku telah keluarkan kata2 untuk berserikat dengan
Hoa Tjeng In dan Pian Kim Kong, tjara bagaimana aku
dapat tarik pulang kata2 itu?" pikirnja. Karena ini, ia
tanjakan halnja kaum Tjeng Pang serta keadaannja pihak
Pian Kim Kong.
Njatalah Pian Kim Kong berkedudukan diselat Puan San
dlutara Gietjiang. Hanja dua djurusan timur dan barat jang
berhubungan dengan dunia luar, lainnja semua tempat2
penting sedangkan didalam selat ada seratus lebih
kampung, jang semua berada dibawah Tjeng Pang,
golongan Hidjau. Pian Kim Kong mempunjai empat saudara
angkat, jang semuanja berkedudukan sebagai djie
liongtauw, atau ketua kedua. Mereka ini semua djahat,
sampaipun pembesar negeri djerih terhadap mereka.
Bahkan banjak serdadu negara dan pegawai negeri
sebawahan adalah anggotanja. Bila Pian Kim Kong setiap
tahun keliling melakukan penilikan, dia disambut lebih
ramai daripada satu pembesar berpangkat tinggi.
Yan Ie Lam tidak gentar hati mendengar keterangan itu.
malah dia sudah lantas tetapkan, besok dia hendak pergi
pada
Pian Kim Kong, toaliongtauw dari Tjeng Pang itu,
sehingga dengan diam2 Tjeng In pudji keberanian serta
semangatnja Ie Lam jang berapi-api.
Orang she Hoa ini tetap tidak dapat membantu, maka ia
hanja dapat pesan orangnja untuk siapkan sebuah perahu
lajar, buat mengantar Ie Lam. Dan kepada Ie Lam sendiri
ia pesan untuk berhati-hati.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
43
Sewaktu Ie Lam berangkat, Hoei Hong antar ia sampai
diperahu, dan didoakan supaja ia berhasil dan dipesan
supaja lekas kembali.
Sedjak itu, beberapa bulan telah lewat, dari Yan Ie Lam
tidak terdengar kabar suatu apa, sehingga si nona jang
disebut-nja Kong Oe Hoa Siang Boe mendjadi bingung dan
chawatir.
Aehir2nja kembali djuga anak2 perahu, jang pernah
mengantar Ie Lam. Mereka membawa warta bahwa
pemuda itu sudah terdjebak kedalam mulut harimau dan
beberapa hari lagi, dia akan diantar ke Ilankauw, untuk
didaratkan dan dikirimi terus ke Utara
Tentu sadja Tjeng In, terutama Iloel Hong, mendjadi
heran dan terperandjat.
Sebenarnja, apakah jang sudah terdjadi?.
Begini kisahnja :
Yan Ie Lam telah sampai di Gie-tjian dan berhasil
mentjari pusatnja Pian Kim Kong dalam selat Poan San.
Untuk dapat bertemu, lebih dulu ia serahkan kartjis
namanja jang didalamnja menjebutkan dirinja sebagai
ketua muda Ang Teng Kauw.
Alis Pian Kim Kong ber-gerak2 ketika ia batja kartjis
nama itu. Ia tidak segera mendjumpai tamu ini. Ia hanja
perintah orangnja menjampaikan: karena semui liong-tauw
kebetulan tidak ada dirumah didjandjikan pertemuan besok
sadja. Tapi tamu ini dipersilakan menanti disebuah kamar
tetamu jang indah dengan pelajanan manis.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
44
Ie Lam tidak djeri, ia pun tidak mennjangka djelek, suka
ia menantikan sampai besok.
Kim Kong sendiri segera kumpulkan semua saudara
angkatnja, jang ia sebut Hongtauw ? kepala naga ? jang
berarti ketua atau pemimpin. Ia tjari tahu asalusulnja Yan
Ie Lam, hingga ia djadi ketahui, orang she Ie ini djusteru
sedang ditjari pembesar negeri untuk ditawan dengan
Hadiah uang besar. Untuk menawannja, mereka djeri
terhadap Oey Bwee Kiesoe, terhadap Liok Goan Hoa,
terhadap Hoa Siang Boe dan Hoa Tjeng In. Maka itu,
segera mereka damaikan daja-upaja jang sempurna,
supaja "daging kambing gemuk" ini tidak sampai lolos dari
mulut mereka. Terhadap Ie Lam sendiri, mereka takut
djuga, sebab ketika itu, Ie Lam pun telah dapat djulukan
Pat-pie Longkoen si Tangan Delapan. Maka achirnja
mereka ambil putusan menggunai akal "membunuh
dengan pindjam golok".
Besoknja Pian Kim Kong sambut Yan Ie Lam di toa-thia,
ruang besar. Ia me1 njambut dengan manis dan
melajaninja sebagai tamu agung. Ie Lam perlihatkan surat
keterangannja dan tantjap lengkie diatas medja untuk
membuktikan diri sebagai utusan jang sah. Tuan rumah
djandjikan untuk beri putusan keesokan harinja, dan
malamnja, ia mengadakan perdjamuan besar. Hingga
karenanja, Ie Lam mau pertjaja bahwa Hoa Tjeng In sudah
terlalu mempertjajai mulut orang luar.
Dilain harinja, Pian Kim Kong berikan djawabannja:
Bahwa ia suka berserikat dengan Ang Teng Kauw
dan djandjikan bantuan apabila dibutuhkan. Malah surat
perserikatan segera dikarang dan dibubuhi tanda-tangan
kedua pihak. Sebagai penutup, mereka angkat tjawan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
45
berisi arak untuk dikeringkan, guna saling memberi
selamat dan mendoakan berhasil.
"Yan Tauwnia," kata Pian Kim Kong kemudian, "ada satu
urusan jang perlu aku mohon bantuanmu, entah kau
sanggup menolongnja atau tidak"
"Apakah itu, Toaliongtauw Pian Lauwhia?" tanja Ie Lam.
"Asal jang aku sanggup, tidak nanti aku menolaknja."
"Aku lihat inilah tugas jang tjotjok untuk Yan Tauwnia,"
kata Kim Kong. "Urusan ini siang-malam menindih hatiku,
jang telah mendatangkan kemenjesalanku. Aku pertjaja,
tauwnia pasti pernah dengar urusan ini."
"Apakah itu, lauwhia?" Ie Lam minta.
"Beberapa tahun jang lalu," Kim Kong terangkan,
"karena hasutan orang luar, aku telah pantjing
Lootjianpwee Thay-kektjhioe Ong Wie Yang datang ke
Han-soei dan aku berhasil perdajakan batu kumalanja jang
membuat pendjeiasan rahasia satu harta karun besar.
Belakangan aku dapat tahu, dengan sepotong batu kumala
itu sadja, harta itu tak bakal bisa didaoatkan. Sedjak itu,
aku djadi sangat menjesal. Telah timbul niatku untun
mengembalLkannja, hanja sajahg, sampai sebegitu djauh,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum dapat aku mentjari orang jang tepat untuk
mengantarnja kembali serta membeber pendjeiasan
perbuatanku jang sesat itu. Sebenarnja ketika itu, aku tidak
bekerdja sendiri, dibelakang. ku ada orang lain, ialah Leng
Siang Sie, pembesar setempat jang berpangkat tooin.
Sekarang batu kumala itu masih berada pada dia itu, jang
sudah pulang kekampung halamannja. Dia pun rela
mengembalikannja untuk habiskan gandjalan. Demikian
hal jang mendukakan aku. Bagaimana anggapan tauwnia?"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
46
Didalam hatinja, Ie Lam pikir: "Hoa Tjeng In bitjara hal
Ong Wie Yan ditipu, kiranja begini duduknja hal." Karena
anggap urusan itu ketjil, ia lantas menjanggupi untuk
bantu tuan rumah.
"Terima kasih," kata Pian Kim Kong, jang lantas
serahkan surat untuk bekas too-in she Leng itu, agar si too
in serahkan batu kumala pada orang she Yan ini.
"Leng Slang Sie Itu tinggal di Gle-touw, seperdjalanan
satu hari dari sini," Kim Kong djelaskan. "Aku nanti kirim
beberapa orang untuk mengiringi tauwnia."
Pembitjaraan Itu ditutup oleh pengeringan setjawan
arak lagi.
Oleh karena kedjudjurannja, Yan le Lam tidak
menjangka djelek, ia tidak bertjuriga, tidak tahunja ia
sudah kena didjebak. Ia tidak tahu, bekas too-in itu
djusteru adalah soe-ya, achli pemikir, dari Tjeng Pang,
rombongan Hiujau uari Pian Kim Kong Itu. Soe-ya itu
tinggal di Gietouw, dlbagian Gie-tjiang, hidup sebagai
seorang jang berpengaruh besar, sebab dia usahakan
petjandon gelap dan pendjudian, djadi penjelunciup,
sedang gedungnja jang besar dan berdampingan sungai,
terkurung tembok pekarangan tinggi dan kuat, terdjaga
oleh banjak orangnja berikut belasan ekor andjing galak.
Dengan njalakan lampu terang-benderang, Leng Siang
Sie sambut Yan le Lam didalam gedungnja. Dia adalah
sahabat tjandu, kedua matanja tjelong, mata itu dilapis
dengan katja mata untuk orang kinsie, mata lamur. Kalau
ia tertawa, tampak njata wadjahnja jang tidak wadjar.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
47
"Bagus sekali, Yan Tauwnia, bahwa toaliongtauw telah
minta bantuanmu untuk kembalikan batu kumala itu
kepada Ong Lootjianpwee," katanja dengan roman
sungguhi. "Kapan kiranja tauwnia akan kembali ke Utara?"
"Niatku akan kembali besok," djawab le Lam.
Siang Sie angkat katja matanja, untuk mengawasi
tamunja.
"Bagus!" katanja pula. "Nanti aku ambil batu kumala Itu,
untuk tauwnia simpan. Mari tauwnia ikut kekamar tulis."
Ia berbangkit, untuk bertindak kedalam.
Ie Lam mengikuti. Katanja ia diadjak kekamar tulis,
sebetulnja ia dibawa kesebuah kamar rahasia, jang
pintunja terbuat dari besi, kamarnja terkurung tembok
batu diempat pendjuru, djendelanja jang ketjil diperkuat
dengan djerudji besi, hanjalah perabotannja lengkap dan
indah. Maka mau atau tidak, Ie Lam djadi tjuriga dan
waspada.
Siang Sie keiuarkan anak kuntjl dari sakunja, dengan itu
ia hampirkan sebuah lemari besi, unluk buka pintunja.
Ie Lam berdiri mengawasi seraja tangannja merabah
pisau belatinja dipinggang.
Slang Sie putar anak kuntjl, tetapi daun pintu lemari tak
dapat ia tarik untuk dibuka. Ketika ia berpaling, napasnja
sengal2.
"Dasar sudah tua, tak berguna aku," katanja. "Peti besi
ini rupanja sudah berkarat"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
48
Ia tarik pulang tangannja, jang gemetaran. Ia
mengawasi tamunja, seperti orang jang memohon
bantuan.
Ie Lam suka membantu. Ia lihat, disitul ia tjuma berada
berdua dengan tuan rumah jang lemah itu, ia tak berkuatir.
Ia bertindak hingga berdampingan dengan Siang Sie, ia
ulur tangannja kearah pintu. Dengan sekali betot sadja
dengan kuat, ia bikin pintu lemari terpentang. Tapi
berbareng dengan itu, asap menjembur dari dalam lemari,
seperti petjahnja bola , asap itupun mengeluarkan bau lada
dan obat lainnja. Hebatnja, asap menjembur kemuka le
Lam, sampai ia tak sempat menutup mata, sedang bau
asap jang keras itu menjerang hidungnja, sehingga ia tak
kuat menahannja.
"Tjelaka !" ia berseru seraja ia memutar tubuh sambil
tangannja menjambar kearah Leng Siang Sie.
Tapi tuan rumah ini litjik, selagi pinta lemari terbuka, ia
sudah mundur sambil1 bekap hidungnja, hingga ia tidak
kena disambar. Sedangkan dilain pihak, menjusul
sambaran Ie Lam satu suara keras terdengar, dan dari atas
turunlah selembar papan besi, jang memisahkan tuan
rumah itu dari tetamunja, hingga Ie Lam djadl terkurung.
Dengan pisau belatinja, Ie Lam serang penghalang
papan besi itu, tetapi ia tidak peroleh hasil. Ia pun masih
terganggu asap. Ia insjaf bahwa ia telah masuk perangkap.
Tjelakanja, ketika ia menjedot napas beberapa kali,
kepalanja pusing dan berat, segera ia rubuh tanpa ingat
suatu apa lagi.
Dipelabuhan Gie-tjiang masih menanti perahu Hoa
Tjeng In, jang ditumpangi Yan Ie Lam. Untuk beberapa
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
49
lamanja Tjeng In itu menantikan Ie Lam tapi ia masih
belum kembali. Maka kemudian mereka pergi ke Poan San,
untuk men1 tjari keterangan. Disini mereka didjawab oleh
orang-nja Pian Kim Kong: "Benar Yan Tauw-nia telah
datang kemari tetapi ia sudah segera menudju kc Gie
touw". Mereka menunggu terus, hingga beberapa hari.
Achirnja mereka pergi ke Gietouw, untuk mentjari
keterangan terlebih djauh. Sebagai orang2 liong Tjiang
Hwee, mereka tahu bagaimana harus mentjari "endusan",
sebab diantara hambanegeri ada kawan dan sahabat
mereka. Maka bukan main kagetnja ketika mereka sudah
peroleh kabar jang sebenarnja.
Menurut rahasia jang dibotjorkan pihak pegawai negeri
sebawahan, pembesar di Gie-touw sudah berhasil
membekuk seorang anggauta Ang Teng Kauw, jang
dipandang sebagai pemberontak, jang dikatakan sudah
menjelundup masuk ke Gietouw untuk mengantiam dan
memeras bekas too-in Leng Siang Sie, dan bahwa lagi
beberapa hari, orang tangkapan itu akan diangkut kekota
radja, guna diperiksa perkaranja.
Orang2nja Hoa Tjeng In itu mendjadi kaget. Karena
mereka tidak bisa menolong, lekas2 mereka berlajar
pulang, untuk memberi laporan pada ketuanja. Mendengar
peristiwa itu, Tjeng In dan gadlsnja seperti dengar guntur
disiang hari. Tak tahu mereka duduknja hal, hingga untuk
sementara mereka ambil tindakan membuat penjelidikan
terlebih dahulu. Mulanja mereka tidak menjangka tangan
gelap dari Pian Kim Kong. Setelah melakukan penjelidikan,
mereka dengar duduknja hal jang sebenarnja. dan mereka
ketahui djuga, siapa sebenarnja sibekas too-in.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
50
Hoa Tjeng In segera kirim kabar kepada Tjongtauwbak
Tjoe Hoan, ketua Ang Teng Kauw, sedang Hoei Hong kirim
surat ke Utara kepada toasoehengnja, Liok Goan Hoa dari
Tjeng Liong Hwee, untuk minta datang saudara itu guna
menolong djiesoehengnja. Selama menantikan toasoeheng
itu. ia djadi sangat berduka.
Hoa Tjeng In bineung melihat kedukaan puterinja. Ia
djadi berniat keras akan bantu tolongi Yan Ie Lam. Untuk
ini, ia kirim warta pada beberapa sahabat kang-ouw guna
minta bantuan mereka.
Sedjak ia terdjebak dan tertawan, Yan Ie Lam terus
ditahan dalam kamar rahasia jang tangguh dari Leng Siang
Sie. Bekas too-in ini menunggu keputusan dari pembesar
negeri, buat ambil dan angkut Ie Lam. karena ia telah
segera beri laporan pada pembesar negeri bahwa ia sudah
bekuk satu pemberontak jang ditjari negara. Ia tahu, Ie
Lam adalah orang penting dari Ang Teng Kauw, karenanja
ia melakukan pendjagaan keras, disamping sedjumlah
orang2 polisi biasa, ada djuga beberapa jang pandai ilmu
silat, jang merupakan suatu barisan tjinteng atau pahlawan
istimewa. Barisan ini didirikan setelah berselang satu
bulan.
Pada suatu hari, Pian Kim Kong datang bersama
beberapa saudaranja. Siang Sie sambut ketua itu dikamar
tulisnja.
"Leng Taydjin, aku telah usulkan sebuah kereta
kerangkeng, sudahkah kereta itu dlbuatnja ?" lanja toa
hongtauw dari Tjeng Pang. "Seperti aku telah katakan,
sebelum dimasukkan kedalam kereta, orang tawanan itu
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
51
harus diberi obat tidur, supaja tangan dan kakinja bisa
dirantai."
"Semua sudah siap, toaliongtauw," djuwab Siang Sie.
"Sekarang aku tinggal tunggu datangnjn utusan dari kota
radja untuk ambil dia"
Selagi mereka bitjara. pintu kamar diketok dari luar dari
mana terdengar laporan :"Leng Taydjin, ada surat dari
Tjongtok-hoe"
Tjongtok-hoe adalah gedung tjongtok, gubernur.
"Masuk !" Leng Siang Sie beri idjin.
Seorang bertindak masuk dan menjerahkan surat
dengan sikap hormat.
"Bagus, toaliongtauw !" kata Leng Siang Sie sehabis
membatja. "Hengpou telah siapkan dua-ratus serdadu
tangsi Sin-pok-eng untuk iringi orang tawanan dan
keberangkatannja ditetapkan lusa"
Kemudian ia suruh orangnja panggil Lie Soehoe, tjinteng
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepala.
Tidak selang lama terdengar tindakan kaki dan seorang
muda muntjul dengan romannja jang tjakap dan gagah,
kulitnja putih, sepasang matanja djeli, pakaiannja ringkas.
Pian Kim Kone mengawasi dengan heran, karena ia
menjangka satu tjinteng dengan tubuh tinggi-besar dan
roman bengis, tidak tahunja satu "botjah" umur baharu
dua puluh lebih.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
52
"Ada titah apa, taydjin ?" tanjn si tjinteng setelah ia beri
hormat pada madjikannja. Ia likat karena Pian Klm Kong
awasi padanja.
Dari sebuah latji Siang Sie djeraput satu bungkusan.
"Kamu semua mundur." perintah bekas too-Ln ini
kepada semua hambanja. Kemudian ia melandjutkan pada
si Lie Soehoe Xie Hong, "lusa tentera negeri akan datang
untuk ambil orang tawanan, maka kau siap kan obat tidur
bong-han-yo. setelah dia tak sadar akan dirinja, lantas kau
beritahukan aku"
Anak muda itu menjambuti bungkusan itu, serta
mendjawab:"Ja" ber-ulang2.
Setelah memberi hormat, ia segera undukan diri.
Pian Kim Kong tertawa.
"Leng Taydjin," katanja, "kau benar2 masih berhati
muda, sekalipun tjintengmu seorang botja manis !"
Tuan rumah itu agaknja malu.
"Kau pandai menggoda, toa-liongtauw!" katanja.
"Sesungguhnja botja itu memang punja kepandaian jang
berarti, hingga tjintengku jang lama, It Kie Hoa, telah
rubuh ditangannja. Apakah kau lupa apa jang kukatakan
bahwa guru silat Gouw Tjit di Tjhongtjioe telah
memudjikan seorang padaku ? Nah, botja ini adalah orang
itu. Semula aku djuga memandang dia rendah. Suatu hari
ia benterok dengan It Kie Hoa. Dengan mataku sendiri, aku
melihat beberapa kali It Kie Hoa dibikin pegang tanah.
Dalam gusarnja, It Kie Hoa mengambil golok. Aku ingin
menjaksikan lebih djauh kepandaian botja ini, aku biarkan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
53
dia. Diluar dugaanku, dengan tangan kosong kembali ia
berhasil mengalahkan tjintengku itu. Pertama ia tendang
terlepas golok It Kie Iloa dan selagi It Kie Hoa bingung,
tubuhnja disambar dan diangkat tinggi2. Diika aku tidak
segera mentjegah, pasti It Kie Hoa sudah dilempar djatuh.
Sedjak waktu itu, semua orang tunduk padanja. Keliru
djlkalau toaliongtauw melihat orang dari romannja sadja !"
Pian Kim Kong ragu2.
Bitjaramu menarik hati, akan tetapi mendengar lain
dengan kalau melihat sendiri," katanja. "Baik, aku nanti
mentjari kesempatan untuk men-tjoba2 botja itu, untuk
membuktikan apa jang kau katakan"
Tidak keliru kalau Pian Kim Kong menjangsikan bekas
too-in itu. Ia mengenalnja baik sebagai seorang litjin, dan
ia tahu djuga, Leng Siang Sie punja kesukaan seperti
beberapa hartawan lain, jalah menggemari pemuda2 atau
orang bantji, untuk didjadikan gula2nja.
Memang benar, terhadap Lie Hofeg, Siang Sie suka main
mata, tangannja gatal tetapi, karena Lie Hong tidak
meladeni, ia tidak bisa berbuat apa2 dan hanja mengharap,
satu hari, ia toh bakal mendapatkan tjinteng jang tjakap
ganteng itu.
Leng Siang Sie mengadjak Pian Kim Kong pergi
ketempat tahanan Yan Ie Lam. Dari djauh sudah terlihat
Lie Hong asik mendjalankan tugas mendjaga diluar kamar
tahanan. Mereka tidak menghampirkan pintu kamar
tahanan itu, mereka hanja pergi kesebuah ruangan jang
berada diatas kamar tahanan, dari mana mereka bisa
mengintai kedalam kamar tahanan itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
54
Yan Ie Lam berada disuatu podjok kamar itu, pisau
belatinja diletakkan disampingnja.
Plan Kim Kong berpendapat bahwa tidak nanti Ie Lam
bisa terbang kabur dari dalam kurungan itu. Maka itu ia
bersenjum puas.
Mendadak suatu sinar berkeredep menjambar kearah
mereka ? kearah Leng Siang Sie. Pian Kim Kong
terperandjat. ia tak sanggup melindungi lagi soeya itu, ia
sendiri harus segera berkelit.
"Minggir !" tiba2 suatu bentakan, selagi sendjata rahasia
itu mengarah tenggorokan Leng Siang Sie.
Se-konjonga satu tubuh lompat madju dan sebelah
taangannja diulur menjambar sebatang piauw. Sebenarnja
itu adalah sebatang pisau belati.
Leng Siang Sie kaget bukan kepalang, semangatnja
seperti terbang, waktu Lie Hong pepajang ia kembali
kekamar tullsnja, baru ia mendjadl tenang lagi.
Memang si tjinteng muda dan tjakap itulah penolongnja.
"Hebat serangan gelap orang tahanan itu," kata Pian
Kim Kong kemudian, "kalau tidak ada Lie Soehoe, Leng
Taydjin terantjam malapetaka hebat sekali."
"Tidak ada artinja," kata Lie Hong. "Memang tugasku
untuk melindungi keselamatan taydjin",
Dengan wadjah bersemu merah tjinteng ini
mengundurkan diri.
Ie Lam sendiri mesti mendekam terus didalam kamar
tahanan. Setiap hari diantar makanan dan kalau hari
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
55
mendjadi malam, kamar mendjadi gelap gelita. Ia tidak
memperhatikan, sudah berapa lama ia tertahan, hanja
pada hari itu diantara barang makanan ada menjelip satu
bungkusan. Sewaktu ia buka, ia mendapatkan batu
tekesan berikut dua batang lilin, kertas dan arang. Ia
heran. Segera ia njalakan api. Dikertas bungkusan terdapat
tulisan serta gambar setangkai bunga. Tulisan itu berbunji:
"Besok magerib, kau akan ditolong."
Ie Lam kaeet berbareng girang sebab ia mengenali
huruf2 tulisannia Hoa Siang Boe dan bunga itu adalah
tanda dari sang soemoay. Hanja ia heran, tjara bagaimana
saudara seperguruan itu bisa datang kekamar tahanannja.
Adalah pada saat itu. Ie Lam melihat orang mengintai
padanja. maka dengan pisau belatinja. ia melakukan
penjerangan. Akan tetapi ia tidak berhasil karena Lie Hong
melindungi Leng Sian Sie.
Besoknia lohor. Ie Lam menjalakan sepasang lilin. Tak
tahu ia berapa waktu telah lewat. Mendadak terdengar
suara pelahan diatas kamar tahanan, lantas djendelanja
terbuka. Sepotong batu dilempar kedalam. Ie Lam tahu,
itulah tanda agar ia bersiap.
Kemudian terdengar suara berisik, lalu kelihatan
selembar ubin lantai bergerak, naik dengan pelahan2.
Dari djendela muntjul tjahaja terang. Sekarang Ie Lam
bisa melihat tegas bahwa ia sebenarnia berada dikamar
dengan lantai ubin besi. Sepotong ubin jang naik keatas
itu, lalu diam seperti tergantung. Setelah ini, tembok besi
pun terangkat naik. Adalah tembok besi jang pada hari
pertama telah mengurung dirinja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
56
Dengan lenjapnja tembok besi itu, mata Ie Lara
benterok dengan sinar terang berasal dari api, lantas
nampak didepannja satu anak muda dengan pakaian
ringkas serba hitam, kepalanja dlbungkus pelangi hitam
djuga, tangannja monjekal sebatang pedang. Romannja
keren sekali. Tapi ia segera mengenali Hoa Siang Boe,
soemoaynja. hingga tak terkira kegirangannja.
"Selagi djie-soeheng ini hendak bitjara, Hoa Siang Boe
alias Lie Hong segera mentjega dengan gerakan tangan.
Tangannja menundjuk kepodjok. Apabila Ie Lam menoleh
kepodjok itu, ia lihat satu tubuh rebah dengan mandi
darah, roman mukanja menjeramkan.
Itulah tubuh Leng Siang Sie, jang baru terbunuh.
Ie Lam menghampirkan tubuh Itu. untuk didupak
terbalik, kemudian ia merogo saku majat itu dan
mengambil serentjeng anak kuntji. Dipodjok lain dari
kamar rahasia itu ia membuka lemari besi. Akan tetapi,
didalam lemari itu tidak terdapat batu kumala jang
dimaksudkan. Maka mengertilah ia bahwa hari itu ia telah
dibohongi Leng Siang Sie, dengan memakai alasan, agar
bisa membokong ia dengan asap dan obat pulas.
Waktu itu mendadak terdengar ketokan pintu.
"Siapa ?" tanja Hoa Siang Boe.
"Lu Tjoan, Lie Soehoe," djawab dari luar. "Tolong
beritahukan taydjin, sekarang sudah mendjelang djam
tudjuh, supaja taydjin bersedia."
Siang Boe tarik pintu sedikit
"Aku tahu," sahutnja. "Kamu tunggu sadja diluar "
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
57
Lu Tjoan menjahut dan pergi, lantas Siang Boe
merapatkan pintu. Pada Ie Lam ia menjerahkan
seperangkat ya-heng-ie, pakaian malam agar dipakai. Ia
sendiri terus menudju kepodjok untuk menekan tembok.
Lemari besi berkisar sendiri dan memperlihatkan sebuah
pintu ketjil.
Sementara kawannja selesai dandan, Lie Hong
mengambil lilin, lalu sambil menun. tun Ie Lara, ia
bertindak kepintu rahasia itu, turun ditangga belasan
undak, terus djalan diterowongan jang membawa mereka
sampai ditempat dimana keadaan mendjadi agak terang
sekitarnja.
Disini Yan Ie Lam memperoleh kemerdekaannja.
Bersama Hoa Siang Boe mereka berlari-lari kearah sungai,
dimana sudah menantikan sebuah perahu lajar. Begitu
lekas keduanja telah lontjat keatas perahu itu, perahu
segera menggeleser pergi, mengikuti aliran air, tertolak
angin baik, hingga ladjunja sangat pesat.
Waktu Siang Boe sudah adjak Ie Lam masuk kedalam
perahu, djiesoeheng Ini segera dengar suara jang ia kenal
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
baik, Itulah Hoa Tjeng In, ajah sinona, jang mendjemput
mereka dengan kendaraan air itu.
Setelah pertemuan ini, Yan Ie Lam mendapat tahu
bagaimana orang sudah berdaja menolonginja.
Hoa Tieng in punjakan seorang saudara angkat di
Hoolam. jalah Liok-hap-tjhioe Lie Tjoan. ahli silat Liok Uap,
jang telah pergi ke Liok-an dipropinsi An-hoei dimana ia
mendirikan perkumpulan rahasia Djim Tong. Ia adalah
salah seorang, jang menerma surat Tjeng In. jang
memohon bantuan. Kebetulan sekali, Lie Tjoan dapat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
58
menawan seorang, jang menjebut dirinja Jang diutus guru
silat Gouw Tjit Tjeng Untuk Leng Sian Sie. Karena Lie Hong
ternjata ada hubungannia dengan orang she Leng itu, Lie
Tjoan mengirimnja pada Hoa Siang Boe.
Lie Hong mengaku asal Hoa Siang Boe mengawasi
kapan itu, sampai ia mendapat orang tanpa suatu akal.
Dengan berani ia menjamar sebagai Lie Hong Itu, dan
pergi pada Leng Siang Sie, sedang ajahnja terus
mengikutinja.
Dalam waktu beberapa hari sadja, Tjeng In bertiga
sudah kembali dirumahnja, setelah menlnggalkannja dua
bulan. Sewaktu mereka belum pulang, diruraah mereka
telah datang tiga orang, jalah Liok Goan Hoa bersama
Thay-kek-tjhioe Ong Wie Yang dan It Tim Kie-soe Shie
Liang.
Seperti sudah diketahui. Ong Wie Yang adalah dari
Tjeng Liong Pang di lima propinsi Utara, sedang Shie Liang
ketua muda Ang Teng Kauw.
Selama ini Liok Goan Hoa, jang mengikuti Poan Liong
Kiam-hian dari Tjeng Liong Pang, sudah berhasil
meneanekat nama, hingga orang mendjulukinja Tiat Ene
Tjoe si Garuda Besi. Ia telah mengangkat saudara dengan
Ong Wie Yang, maka saudara itu turut bersama. Shie Liang
sendiri datang atas titah Tjong-tauwbak Tioe Hoan.
ketuanja, guna membantui Hoa Tieng Tn berdaja
menolong Yan le Lam. Dalam Ang Teng Kauw. ia diandali
karena kepandaian ilmu silatnja berbareng pandai
menjurat.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
59
Ketika baru sampai di Hoa-kay-tjhung dan mendengar
Hoa Tjeng In serta puterinja, Hoa Siang Boe, sudah pergi
ke Gietouw, Goan Hoa dan Wie Yang, jang tidak dapat
bersabar, lantas naik perahu untuk meniusul. Shie Liang
sendiri diminta menantikan dirumah. Menurut perhitungan
seharusnja mereka bersomplokan ditengah djalan. tetani
kenjataannja mereka tak saling berdjumpa.
Ie Lam bersiukur mengetahui soehengnja dan Ong Wie
Yang sudah bekerdja untuknja. Ia lantas mau menjusul dua
saudara itu.
"Djangan, Yan Hiantee" mentjeeah Shie Liang. "Densan
Hoa Siotila berhasil menolongi kau, dua propinsi Ouwlam
dan Ouwpak pasti mendjadl gempar sekali, hingga
sekarang belum tiba saatnja untuk kau memperlihatkan
diri. Saudara Liok dan Ong pun pergi belum lama, entah
dimana adanja mereka sekarang. Maka baiklah hiantee
tunggu sadja dislni, biar aku jang pergi menjusul."
Ie Lam setudju, ia menurut.
Beberapa hari setelah perginja Shie Liang, Hoa Tjeng In
merajakan pesta ulang tahunnja jang lcc-60. Hari itu dari
pagi sampai malam, datang tauwbak Hong Tjiang Hwee
dari pelbagai tjabang dan tempat serta sahabat2 kang-ouw
lainnja. Hoa-kay-tjhung dihiasi didalam dan luar,
tengloleng dan tjaykie digantung dan dipadjang, tukang2
musik tak henti2nja memperdengarkan lagu2.
Didalam ruang besar digantung sebuah huruf besar
"Sioe" ? "Umur" jang tersulam air emas dengan dasar
sutera merah. Didepannja Hoa Tjeng In duduk untuk
menerima pemberian selamat dengan puterinja
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
60
mendampinginja untuk membantu ajahnja menjambut dan
melajani sekalian tetamu.
Sudah lama Hoa Tjeng In ditinggal mati isterinja, maka
ia duduk tanpa pasangan.
Suasana ramai tetapi Yan Ie Lam tidak menundjukkan
diri, ia hanja sembunji diruang belakang dimana ia
sebenarnja turut djuga berpesta.
Diantara tetamu2nja terdapat orang2 jang Hoa Tjeng In
sendiri tidak mengenalnja, maklum ia ketua suatu partai
besar dan mesti ada orang2 kang-ouw jang mengaguminja
dan menggunakan ketika ini untuk menghundjuk hormat
sambil berkenalan. Itu adalah kebiasaan jang umum. Dan
karena perdjamuan dilandjutkan sampai sore, tidak heran
kalau ada sedjumlah tetamu djauh jang djuga masih belum
pulang.
Dibelakang, waktu penerangan baru sadja dinjalakan,
tiba2 Yan Ie Lam melihat satu bajangan berkelebat diluar
ruangan. Ia mulanja menjangka ada tetamu luar, jang
kesalahan masuk, akan tetapi sesaat kemudian, ia melihat
lain bajangan lagi, segera disusul suara genteng diatap
rumah. Karena heran, ia segera lompat keluar mengendjot
tubuhnja naik keatas genteng, kewuwungan. Ia masih lihat
dua bajangan bergerak lenjap kearah depan.
"Tak dapat aku menjusul mereka," pikirnja, walaupun ia
sangat tjuriga. "Didepan ada terlalu banjak tetamu.
Dengan mentjampurkan diri, mereka mudah segera
menghilang"
Maka ia turun kembali terus pergi keruang besar
didepan. Disini ia mengintai kedepan diantara sekosol,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
61
hingga ia tampak beberapa puluh medja jang penuh
dengan tetamu2 jang masih asik berdjamu dan minum.
Setelah mengintai sekian lama achirnja ia memikir untuk
balik kedalam. Tiba2 ia dengar letusan diluar gedung,
mungkin didepan pintu. Letusan itu disusul dengan
muntjulnja beberapa puluh orang dari kedua lorak thia.
Semua menghunus golok2 jang berkilauan, dan meluruk
kethia. Diluar pun segera menjarabut teriakkan riuh. Dari
sana masuk sebarisan orang jang dikepalai dua orang
bertubuh besar jang masing2 bersendjata golok besar dan
tameng.
Sekedjab sadja beberapa tjhungteng berturut2 telah
dibikin rubuh!
Dalam kagetnja, le Lam segera mengerti antjaman
bahaja itu, maka ia segera lari kekamarnja untuk
mengambil pedangnja berikut dua tumbak berkuntjir
merah. Sambil bawa sendjata itu, ia lari kembali kedepan.
Tatkala itu Hoa Tjeng In sudah menendang medja
didepannja sehingga terlempar dan menjambar kursi untuk
menangkis beberapa serangan.
Diantara hadirin ada orang2 Hong Tjiang Hwee. Mereka
ini sudah segera mentjari sendjatanja masing2 ataupun
kursi untuk melakukan perlawanan.
Kelihatan njata, semua penjerang mengintjar tuan
rumah seorang.
Dalam kekalutan itu, Hoa Siang Boe menjambar potji
arak dan tjangkir, jang ia pakai untuk menimpuk padam
pelbagai penerangan diruang itu, hingga tinggallah lilin2
disebelah luar, sehingga ruangan mendjadi suram.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
62
Yan Ie Lam segera menjerang mereka jang mendesak
Hoa Tjeng In. Sekedjap mata sadja ia rubuhkan beberapa
orang diantaranja, sehingga ada kepala2 manusia jang
terpental dan djatuh kelantai. Sewaktu musuh tak dikenal
itu berkurang, tiba2 datang serbuan serombongan lain.
"Ini tumbak!" kata Ie Lam kepada Tjeng In sambil
serahkan sepasang tumbak jang ia bekal.
Maka dengan bersendjatakan gegamannja jang tjotjok
itu, tuan rumah djadi bisa berkelahi dengan baik, sehingga
segera terbuka suatu lowongan disebabkan rubuhnja
beberapa penjerang.
Toa Siang Boe, jang telah merampas sebatang golok,
sudah lompat kesamping Ie Lam. Disitu ia mainkan
sendjatanja itu guna tangkis serbuan baru, jang
merupakan damparan gelombang: jang didepan rubuh,
jang dibelakang menjusul.
Dalam keadaan sulit seperti itu, sulit untuk membedakan
kawan dan lawan.
Yan Ie Lam tjerdik, ia ingat kepada "boan-tiang", kain
langit2 ruang pesta. Kesempatan baik digunakannja untuk
mentjelat keatas buat membabat "boantiang" dengan
pedangnja. Dilain saat, kain penutup langit2 itu djatuh
menutupi kepala musuh, sehingga mereka djadi bingung.
"Saudara2 huruf akur, semua kemari!" teriak Ie Lam,
jang menggunakan kata2 rahasia. Itulah andjuran untuk
kawan berkumpul dalam satu rombongan.
Benar sadja, segera banjak orang Hong Tjiang Hwee
dekati Tjeng In, sedang mereka, jang tidak mengerti silat,
ambil ketika untuk menjembunjikan diri.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
63
Sekarang ini Yan Ie Lam menggunakan kesempatan
jang baik untuk menerdjang musuh setjara hebat sekali,
sehingga kemana sadja ia mengajunkan sendjatanja,
disitulah tubuh rubuh atau kepala djntuh bergeluntungan
dilantai. Serangan hebat itu mendjadiknn lapisan musuh
mendjadi tipis.
Didekat pintu, Hoa Siang Boe menahan serbuan
serombongan musuh jang dipimpin oleh dua orang
bertubuh besar. Kedua orang ini pandai menggunakan
golok, agaknja mereka dapat mendesak sinona. Maka Ie
Lam lompat kearah mereka untuk bantu soemoaynja.
Sambil lompat dan berseru, ia menjerang dengan gerakan
"Gan lok peng see" atau "Burung belibis turun dipasir rata".
Seorang jang tjoba merintanginja, kutung batang
lehernja.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tatkala Ie Lam mendekati pintu besar, dimana musuh
saling menubruk, ia dengar djeritan seram disampingnja.
Ketika ia menoleh, tampak olehnja Hoa Siang Boe berhasil
menabas kutung sebelah tangan dari salah satu lawannja,
sehingga lawan satunja lagi kaget dan mundur, tetapi dia
mundur kedekat sang djie-soeheng, maka gampang sadja
Ie Lam tabas djuga sebelah lengannja sehingga dia rubuh.
Hoa Tjeng In terus mengamuk dengan sepasang
tumbaknja jang llehay. Ia berhasil memukul mundur
musuh, jang menemui saat naasnja, sebab sewaktu
mereka lari mundur, mereka diserbu hebat oleh Slang Boe,
jang berlaku bengis karena sengitnja.
Ie Lam djuga turut melabrak dengan tak kurang
dahsjatnja. Dia desak musuh sampai mereka mundur
keluar gedung dhn kabur sipat-kuping.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
64
Penjerang2 terhadap Hoa-kay-tjhung terdiri dari tak
kurang dari lima-puluh djiwa, mereka telah menjebabkan
kebinasaan dan terlukanja belasan orang dari pihak tuan
rumah.
Setelah pertempuran berachir, Hoa Siang Boe agaknja
mengenal orang jang bertubuh besar itu jang rubuh
dengan sebelah lengannja hilang, sedjenak sadja ia ingat,
bahwa orang itu adalah salah satu tjinteng Leng Siang Sie.
Atas pertanjnannja, orang itu mengaku bahwa mereka
datang atas perintah Pian Kim Kong, dan didalam
rombongannja turut serta pouw-koay, ialah orang2 polisi
dari Gie-tjiang. Pian Kim Kong memperoleh keterangan
bahwa Yan Ie Lam ditolong orang Hong Tjiang Hwee, maka
ia gunakan kesempatan Tjeng In sedang berpesta, dan
melakukan serbuan setjara tiba2 itu.
Tidak kepalang gusarnja Hoa Tjeng In mendengar
pengakuan ini.
"Sudah puluhan tahun aku mendjedjak kaki disini, belum
pernah ada orang jang berani menghina aku setjara
begini," kata djago tua ini, "sekarang Pian Kim Kong,
simurtad. berani berlaku begini hina, maka aehirnja dia
pasti akan bertemu denganku untuk merasakan sepasang
tumbakku!"
Setelah itu Tjeng In segera perintah soeyanja menulis
laporan untuk pembesar negeri di Tinkang. Ia tuduh Hoa
kay-tjhung digarong sewaktu ia mengadakan pesta ulang
tahunnja itu.
Ie Lam merasa tak enak sendirinja. Ia tahu ialah jang
mendjadi gara2nja. Untuk kepenlingannja, Liok Goan Hoa
dan Ong Wie Yang, begitupun Shie Liang, mesti pergi ke
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
65
Ouw-pak. Ia berniat pergi tetapi sudah seharusnja kalau ia
nantikan mereka itu. Dalam ke-ragu2annja itu, ia utarakan
niatnja kepada Hoa Siang Boe untuk meninggalkan Hoa
kay-tjhung.
Nona Hoa tidak suka Ie Lam pergi, tetapi ia pun insjaf
bahaja jang mengantjam pemuda itu. Setjara diam2 ia
telah djatuh tjinta kepada soeheng jang kedua ini.
Maka, dengan terpaksa, dengan menahan malu, ia pun
beber isi hatinja bahwa kemana sadja Ie Lam pergi, ia suka
ikut.
Ie Lam pun mentjintai sang soemoay, tak dapat ia
menolaknja.
Besoknja, Hoa Siang Boe memberitahukan ajahnja
tentang hasratnja untuk turut Ie Lam. Ia mengatakan
dengan demikian rupa, sehingga Tjeng In bisa menerka
hati puterinja itu. Demikian berkatalah ia kepada
sipemuda:
"Anakku kehilangan ibunja sedjak ia masih ketjil, tak
dapat ia terus mengikutiku. Akan tiba saatnja untuk ia
memilih rumah lain untuk tumpangi dirinja. Maka itu,
apabila Yan Tauwnia tidak mentjela roman djelek dari
anakku itu, baiklah djodoh kamu ditetapkan sekarang.
Inilah perkataanku!"
Ie Lam mengerti, ia segera berlutut didepan bakal
mertua itu.
Sekarang hanja menunggu dipilihnja hari jang baik
untuk pemuda dan pemudi itu merajakan pernikahannja.
Oleh karena ini dilain harlnja, Ie Lam bisa adjak
tunangannja pamitan dari bakal mertua atau ajahnja untuk
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
66
ia pulang ke Kim-leng. Ini lah jang pertama kali ia pulang
sedjak ia berguru kepada Oey Bwee Kie-soe. Girang ajah
dan ibunja, engko dan ensonja, melihat ia pulang bersama
satu tjalon kawan hidup jang tjantik dan kosen.
Ie Lam lantas pesan semua orang dirumahnja supaja
tidak menjiarkan bahwa ia sudah pulang untuk tjegah
pembesar negeri mengetahuinja. Tapi ia sendiri, bersama
tunangannja, hampir setiap hari pergi pesiar untuk
menikmati hari2 jang bermadu.
Pada suatu hari pasangan ini pesiar didanau Hian Boe
Ouw, tiba2 mereka ingat pesan guru mereka supaja pada
suatu waktu mereka pergi keguha batu di Tam Touw Am,
untuk angkat sumpah. Maka dengan segera mereka
menudju kekuil itu.
Pendjaga kuil adalah Llm Tek Seng, seorang bekas
perwira rendahan dari Kok pon Soe Ko Hoat. Ia kenal
pasangan ini, maka sewaktu menjambut, ia berkata: "Tidak
gampang2 Yan Kongtjoe dan Hoa Siotjia kembali ketempat
asal ini! Mari kita pergi menghadap dulu kepada roh sutji
didalam guha. baharu kita duduk minum teh."
Bakal suami-isteri itu djadi terharu, mereka turut masuk
kedalam guha.
Ternjata didalam terowongan telah ada satu orang
sedang duduk bersamedhi. Ketika Ie Lam dan Siang Boe
mengenalinja, mereka kaget dan girang dengan
berbareng. Itulah guru mereka, Oey Bwee Kiesoe. Maka
lekas2 mereka memberi hormat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
67
"Bagus! Kamu telah datang!" berkata sang guru seraja
buka kedua matanja. "Memang aku berniat memesan
sesuatu kepada kalian."
"Perintah sadja. soehoe, pasti kami akan turut pesanan
itu " Ie Lam djawab. "Sudah beberapa hari kami pulang ke
Kimleng, kami tak tahu soehoe ada dlsini, harap maafkan
kami karena tidak segera menemui soehoe."
"Djangan pikirkan itu " kata sang guru. "Aku tahu kau
telah bertunangan dengan Siang Boe. seharusnja aku beri
selamat padamu. Hanja!"
Guru ini mengawasi murid perempuannja, agaknja ia
terharu. Tapi kedua murid itu tak memperhatikan sikapnja
ini.
"Hanja apa, soehoe?" Siang Boe menegasi.
"Hanja nanti, selang sepuluh tahun, kau ingat untuk
kembali kemari menemui aku," djawab sang guru.
Setelah itu Ie Lam tuturkan halnja ia terdjebak Pian Kim
Kong, karena mana ia djadi terpisah dari Liok Goan Hoa,
hingga tak tahu ia diraana adanja soeheng itu sekarang.
"Aku tahu semuanja jang telah terdjadi," kata Oey Bwee
Kiesoe. "Goan Hoa dan Ong Wie Yang aiean berhasil, tjuma
kesalah fahaman kang-ouw akan terdjadi, tapi kalian tak
usah berkuatir."
Lega hatinja Ie Lara dan Siang Boe. Mereka tahu bahwa,
guru itu memang mengerti ilmu petangan.
"Bila kelak kalian bertemu toasophengmu itu dan Ong
Wie Yang," sang guru memesan, "ingatlah untuk
sampaikan pesanku bahwa aku gagal menolong si orang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
68
she Wan, tetapi Boe Tjioe telah dititipkan dlnimah Keluarga
Ong di Ngo-tay, maka perlu mereka lindungi orang she
Wan itu sehingga dewasa. Selandjuinja mereka berdualah
jang mesti bertanggung-djawab, maka mereka mesti djaga
agar tidak terdjadi kegagalan sebagai aku. Ingatkah kalian
?"
"Ingat, soehoe"
"Sekarang pulanglah, lain waktu kita akan bertemu
pula," kata guru itu achirnja.
Kedua murid ini memberi hormat pula, habis itu, lalu
mereka memberi hormat kepada arwahnja Kok-pou Soe Ko
Hoat. Sesudah itu, mereka pamitan dari gurunja itu.
Baharu Ie Lam melangkah dipintu guha, gurunja telah
memanggil ia, maka lekas2 ia menghampirinja.
Guru ini mengawasi, agaknja ia ragu2 untuk bitjara.
Ie Lam tidak menduga suatu apa, ia mengira gurunja
hendak memesan sesuatu pula padanja.
Achirnja, dengan tampang muram Oey Bwee Kiesoe
tepuk2 pundaknja murid itu.
"Anak, tidak apa2. Nah, pergilah" katanja.
Ie Lam menurut, ia berlalu pula, meningalkan guha itu.
Selagi Ie Lam dan Siang Boe berdiam di Lamkhia, mari
kita tengok Liok Goan Hoa dan Ong Wie Yang sesudah
mereka meninggalkan Hoa-kay-tjhung untuk susul Ie Lam.
Tentu sadja mereka tidak ketahui Ie Lam sudah dapat
ditolong, karena ditengah djalan mereka tidak bertemu
satu dengan lain.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
69
Pada mulanja ajahnja In-tiong-kiam Ong Wie Yang, ialah
Thay Kek Ong dari Thay Kek Pay, jang ber-sama2 Poan
Liong Tay-hiap, Oey Bwee Kiesoe, Sin-tan-tjoe Lie Goan
dari Tjhongtjioe dan Siok San It-Hoo Pian In Liong jang
mendirikan Tjeng Liong Hwee berlima angkat Poan Liong
Tay-hiap sebagai tjiang-in (pemegang tjap) mendjadl
tjongto atau ketua. Kemudian setelah Thay Kek Ong, Lie
Goan dan Pian In Liong meninggal dunia saling susul, Ong
Wie Yang-lah jang mewakili mendjadi ketua Tjeng Liong
Hwee bagian lima propinsi Utara dengan menerima
petundjuk2 dari Poan Liong Tay-hiap, baharu setelah itu
Ong Wie Yang bersahabat dengan Liok Goan Hoa.
Persahabatan ini terdjadi dikala Goan Hoa terima tugas dari
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gurunja, Oey Bwee Kiesoe, untuk turun gunung dan sambil
membawa pedang Liong-gim-kiam menemui Poan Liong
Tayhiap. Lekas sekali mereka mendjadi sahabat2 karib.
Poan Liong Tay-hiap puas sekali melihat sifatfnja Liok
Goan Hoa. Ia jang andjurkan Goan Hoa dan Wie Yang
angkat saudara, walau kedua orang itu berlainan golongan
silat, ialah Wie Yang dari Thay Kek Pay dan Goan Hoa dari
Siauw Lim Pay.
Sementara itu Wie Yang telah wariskan dari ajahnja
sebuah giok-tjio, atau batu kumala, jang terbungkus
kantong kulit, kumala mana bergambarkan sesuatu, jang
sebegitu djauh orang tak mengerti maksudnja, melainkan
Wie Yang tahu ada pula sebuah kumala lainnja jang
bersamaan dengan itu, jang berada ditangan lain orang,
entah siapa dan dimana adanja, bahwa kalau kedua batu
kumala dapat dipersatukan, orang akan ketahui tempat
simpannja satu harta karun.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
70
Pian KIm Kong, sebagai puteranja Pian In Liong, ketahui
hal batu kumalanja Wie Yang ini, maka pada suatu tahun
jang telah lampau, dia kirim seorang kepertjajaannja
kepada Wie Yang untuk memberitahukan Wie Yang bahwa
salah seorang anggautanja ada mempunjai sepolong batu
kumala lainnja itu dan Wie Yang diundang datang ke
Hankauw untuk suatu pertemuan, guna akurkan kedua
batu, umpama kedua batu akur dan mereka berhasil
memperoleh harta karun itu, Kim Kong njatakan puas
untuk ia peroleh satu pertiga bagian sadja.
Ong Wie Yang tidak menjangka djelek, iapun pertjaja
akan kegagahannja, maka dengan adjak beberapa
pengiringnja, dengan bawa kumala itu, ia pergi ke
Hankauw untuk memenuhi undangan Pian Kim Kong.
Njata Pian Kim Kong kandung maksud buruk. Ia tahu
bahwa Ong Wie Yang akan berpindah perahu di Toh-sian
tin, disitu ia siapkan sebuah perahu rahasia, jang ia
pertjajakan kepada satu pembantunja, Tjoei-lay-tjoe
namanja, si Andjing Air. Perangkapnja ini berhasil, karena
kebetulan Wie Yang sewa perahunja itu.
Ong Wie Yang berlaku waspada, meskipun pintu dan
djendela perahu kuat, ia tidak lepaskan kumalanja dari
tubuhnja.
Dimalam pertama Tjoei-lay-tjoe, dari tempat
sembunjinja didasar perahu, masuk dengan diami
kekamarnja Wie Yang, ia menggeratak, tetapi ia tidak
peroleh hasil, maka dilain malamnja ia gunakan kekerasan,
ialah lebih dahulu ia sulut hio obat pules, sesudah Ong Wie
Yang tidur njenjak bagaikan majat, ia geledah tubuhnja
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
71
Wie Yang, hingga ia dapatkan kumala Itu, jang terus ia
bawa lari dengan berenang.
Keesokannja Ong Wie Yang sedar dengan segera ia
ketahui lenjapnja batu kumala berharga itu. Ia desak
tukang perahu. Tukang perahu Itu berkeras mengatakan
tak tahu suatu apa sambil undjuk bahwa pintu dan
djendela perahupun tidak terganggu. Djuga Wie Yang tidak
dapat mengadu pada pembesar negeri, sebab bukti dan
saksi tidak ada. Ia lantas menduga pada akal busuknja Pian
Kim Kong. Ketika ia kirim orang untuk menanjakannja,
orang she Pian ini bersihkan diri bahkan balas menuduh
Ong Wie Yang sebenamja niat kangkangi sendiri harta
karun itu.
Dengan mendongkol Ong Wie Yang pulang ke Ngo-tay,
ia mendendam untuk membuat pembalasan. Maka itu, ia
sekarang ikut Liok Goan Hoa, kesatu untuk menolong Yan
Ie Lam, kedua guna tjari ketika untuk dapatkan kembali
balu kumalanja itu.
Sesampainja di Hankauw, Goan Hoa dan Wie Yang ambil
hotel terbesar, Hoet Hong An.
Hankauw termasuk daerah pengaruhnja Hong Pan g dan
Tjeng Pang, tapi pun terdapat pengaruhnja partai lain,
maka suasana disitu tjampur-aduk, hingga untuk tjari
keterangan tidaklah terlalu sukar.
Begitulah, dalam pembitjaraan kepada kuasa hotel, Wie
Yang dapat ketahui halnja Sim Tiong Kiang, ketua dari
Tjeng Liong San, jang bergelar Hek Thay-swee si Dato
Ilitam. ia memang tahu si Dato ini, hanja diwaktu itu ia
tidak lantas ingat. Maka ia segera kirim kartjis namanja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
72
Iapun perkenalkan diri sebagai ketua Tjeng Liong Hwee di
Utara.
Sim Tiong Kiang berada dihotel itu, ia terus undang
tetamunja, jang ia sambut dengan hormat. Setelah saling
perkenalkan diri dengan gunakan kata2 rahasia sekaum,
mereka berdua lantas ber-tjakap2. Wie Yang ada dari
tingkat muda tapi ia mendjabat ketua di Utara, Tiong Kiang
adalah dari tjabang di Ouwpak, kedudukanuja terlebih
rendah daripada Wie Yang. Maka itu, atas kehendak Wie
Yang, mereka nmbil sikap sama deradjat.
Segera Wie Yang dan Goan Hoa menuturkan maksud
kedatangannja ke Ouwpak itu.
"Djlkalau begitu, tak usah djiewie pergi terus ke Gie
tjiangkata Sim Tiong Kiang. "Sedjak beberapa hari jang
lalu, saudara Yan itu sudah ada jang menolonginja.
Menurut keterangan jang baharu sadjn aku peroleh, si
penolong adalah puterinja Sin-tjhioe Ang Eng Tjhio dari
Tinkang. Leng Siang Sie telah mereka bunuh, hingga kini
pembesar negeri sedang tjari mereka itu."
Wie Yang dan Goan Hoa masih ragu2.
"Djangan sangsi, djiewie, kami biasanja peroleh
keterangan tepat" Tiong Kiang mendjelaskan. "Baik djiewie
legakan hati, mari tinggal bersama aku, supaja sebagai
Wiro Sableng 056 Ratu Mesum Bukit From Darkest Side Karya Santhy Agatha Si Pedang Kilat Karya Gan K L
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama