Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 2

Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 2

tuan rumah aku bisa lajani kalian. Lagi beberapa hari

baharulah djiewie pulang ke Tin-kang."

Wie Yang kerutkan dahi, dalam kesangsiannja itu ia

tuturkan djuga maksud lainnja, ialah akan kepergiannja ke

Poan San, untuk dapatkan kembali batu kumalanja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

73

"Tak dapat batu itu aku biarkan terus lenjap!" ia

mengachiri kata2nja.

"Poan San suatu tempat berbahaja, di sana di-mana2

ada kuping dan matanja Pian Kim Kong, aku kuatir djiewie

sukar turun tangan," menjatakan Sim Tiong Kiang. "Ada

satu orang, apabila djiewie dapatkan bantuannja, mungkin

dapat menolong djiewie."

"Siapakah dia itu, saudara Sim ?" tanja Wie Yang.

Tiong Kiang segera sebutkan Keng San It-Loo, salah

satu dari Tiang Kang SamHiap, Tiga Djago Tiangkang, jang

sudah sedjak lama tinggal menjendiri di In Bong San. Dua

orang lainnja adalah Tjoan-inyan Poei Kong dari Boe Tong

San dan Pian In Liong, ajahnja Pian Kim Kong.

Wie Yang sudi minta bantuannja Keng San lt-Loo, untuk

itu, Sim Tiong Kiang lantas tulis surat perantaraannja.

Maka dilain harinja, dengan menunggang kuda jung Tiong

Kiang telah siapkan, Wie Yang dan Goan Iloa pamitan dari

Hek Thay swee Itu, untuk pergi ke In Bong. Dan untung

bagi mereka, mereka berhasil menemui Keng San It-Loo,

Tetua Tunggal dari Keng San, jang bernama Kim Tiong

Hoa.

Sudah lama Kim Tiong Hoa dirikan gubuknja digunung

In Bong San untuk hidup menjendiri, tapi sekarang dia

terima suratnja Sim Tiong Kiang, dia menghela napas.

"Dengan ajahnja Pian Kim Kong aku bersaudara
angkat," katanja, "sebenamja aku tidak ingin mentjampuri

salah-satu pihak, tetapi perbuatannja Pian Kim Kong

keterlaluan, dia memalukan kaum Rimba Persilatan, maka

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

74

kalian pergilah ke Poan San. Disana kalian harus bertindak

begini"

Keng San It-Loo djelaskan siasatnja, lalu ia

menambahkan: "Tjara begini, tidaklah sampai kita

menggunakan kekerasan, tjukup asal kita dapat pulang

batu kuraala itu. Soal dapat atau tidaknja bantuannja

njonja tua itu, inilah terserah kepada untung baikmu

berdua."

Kim Tiong Hoa lantas tulis suratnja, untuk Wie Yang

berdua Goan Hoa bawa ke Poan San. Malah mereka

berangkat hari itu djuga.

Wie Yang dan Goan Hoa kembali ke Hankauw, dari sini

dengan naik perahu mereka menudju ke Gie-tjiang. Mereka

dandan sebagai pedagang untuk njelundup masuk ke Poan

San, lembah terkenal untuk Ouwpak, jang empat

pendjuruuja semua gunung tinggi, dan hubungan hanja

diarah Timur dan Barat. Disitupun ada sebuah kali ketjil,

jang sumber airnja dari atas gunung. Gedungnja Pian Kim

Kong, jang besar dan ber-tingkata mendampingi gunung,

temboknja tinggi dan kuat, pekarangannja jang luas

terkurung pohon2 dimanapun terdapat banjak ranggon

pengintai jang terdjaga keras. Dibelakang gedung ada

aliran kali jang deras sekali.

Demikian, kira2 djam permulaan malam itu, dua

bajangan lompat dibelakang gedung, masuk kedalam

pekarangan, naik di-para2 pohon jang lebat daunnja, terus

mereka merajap hingga didepan loteng tanpa dipergoki

orang. Dengan ilmu mengentengkan tubuh mereka

mendaki loteng itu, mereka tjari beberapa kamar, tapi

mereka tidak mendapatkan Pian Kim Kong hingga achirnja,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

75

dari arah belakang mereka dengar suara bok-hie, sebuah

tambur teroktok alat sembahjangnja pendeta.

IV

Dua bajangan itu ialah In-tiong-kiam Ong Wie Yang dan

Tiat-eng-tjoe Liok Goan Hoa jang njelundup masuk

kedalam gedungnja Pian Kim Kong. Karena liehaynja kedua

orang itu, jang bertubuh enteng dan gesit, mereka bisa

lewati sesuatu pendjagaan, hingga achirnja mereka bisa

naik diloteng kedua dari mana mereka dapat dengar suara

bok-hie.

Diantara sinar rembulan, dua orang ini lihat loteng jang

memakai merek empat huruf: "Tjoat Tim Tjeng Sia," jang

berarti rumah bersih (sutji), dari manapun sang angin

menghembuskan bau harumnja dupa. Mereka

menghampiri loneng, untuk bisa melihat lebih tegas

kedalam kamar.

Didalam kamar, dengan tubuh membelakangi mereka,

duduk bersila satu njonja tua. Dialah jang sedang liam
keng, atau membatja kitab sutji, sambil menabuh bok-hie.

Maka Wie Yang dan Goan Hoa menduga kepada ibunja

Pian Kim Kong atau Poei-sie ? njonja she Poei ? isteri

kedua marhum Pian In Liong.

Dua orang ini tidak berani lantjang masuk. karenanja,

tindakan mereka djadi tertahan.

"Siapa itu diluar ?" tiba2 teguran dari dalam. "Mari

masuk, tak usah sembunji2!"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

76

Dua saudara angkat itu terperandjat, tapi hanja

bersangsi sebentar, Ong Wie Yang segera berikan

penjahutannja akan perkenalkan diri, serta utarakan

maksud2 nja mohon bertemu njonja tua itu. "Kalau begitu,

masuk sadja!" kembali suara dari dalam kamar.

Wie Yang dan Goan Hoa lewati loneng, mereka tolak

pintu untuk masuk kedalam, diwaktu mana, si njonja sudah

berbangkit dan memutar tubuh menjambut mereka. Njonja

itu berdiri tegak, kedua matanja bersorot tadjam.

Dua tetamu tak diundang ini segera undjuk hormat.

"Kami jang muda datang dengan perantaraan suratnja

Keng San It-Loo Kim Tiong Hoa untuk sambangi soe-thay,"

kata pula Wie Yang. "Djikalau kami datang diwaktu siang,

kami kualir nanti membuat kaget kepada putera soe-thay,

karenanja kami datang sekarang diwaktu malam. Harap

soe-thay maafkan kami."

Njonja itu membalas bormat sambil membungkuk

sedikit, lantas ia menundjuk kursi.

"Silakan duduk!" ia mengundang. ia menoleh

kepedalaman rumah. "Siauw Hoan, ada tetamu!"

Segera satu budak perempuan muntjul dengan air teh.

Njonja itu dengan tadjam kembali memandang kedua

tetamunja.

"Djadinja kau adalah In Tiong Kiam, puteranja Thay-Kek

Ong?" tanja dia kemudian. "Tentang maksud

kedatanganmu, aku sudah bisa menduga delapan atau

sembilan bagian. Mari surat jang kau bawa itu"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

77

Dengan tjara menghormat, Wie Yang angsurkan

suratnja Kim Tiong Hoa.

Njonja itu membatja dengan tjepat.

"Baiklah" katanja, "dengan memandang Keng San It
Loo. suka aku bantu padamu. Batu kumala itu ada ditangan

anakku, aku mesti berdaja untuk mendapalkannja. Besok

diwaktu begini kalian boleh datang pula."

Dua orang itu berbangkit dengan segera.

"Terima kasih, soe-thay" kata mereka, perkenankan

kami pesrgi, untuk besok kami menggeret pula."

Njonja tua Itu manggut, terus ia menundjuk kebelakang

loteng.

"Disana ada sebuah kali, besok malam aku nanti

titahkan budakku membawa api untuk sambut kalian," ia

kasi tahu.

Wie Yang berdua manggut, lantas mereka berlalu.

Ketika mereka pergi kebelakang, mereka lihat kali ketjil,

atau selokan gunung. Dairi situ mereka lantas kembali

malamke Gie-tjiang.

Dimalam kedua, dua saudara itu kembali njelundup

masuk ke Poan San. Kali ini mereka langsung menudju

kekali ketjil, mereka tjari bambu dan ojot rotan untuk

membuat getek atau rakit, maka beranjut dengan rakit itu,

dengan gampang mereka sampai dibelakang rumahnja

Pian Kim ,Kong. Pada djam jang didjandjikan, mereka lihat

tjahaja api dia tas loteng, lalu selembar dadung dikasi

turun. Maka dengan melapaj naik didadung itu, keduanja

bisa mentjapai loteng. Disini budak perempuan jang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

78

kemarin, jang membawa tengloleng atau tanglung, antar

mereka kesebuah kamar dibawah loteng itu dimana ibunja

Pian Kim Kong sudah menanti. Lantas mereka mengundjuk

hormat,

"Djiewie hiantit, sjukur aku tidak mensiasiakan

pengharapanmu," kata si njonja begitu lekas ia lihat dua

tetamunja itu. "Batu kumala itu telah dapat aku ambil, akan

tetapi apabila anakku dapat ketahui, dia pasti tidak mau

mengerti, maka itu baiklah kalian lekas2 berlalu dari

Gietjiang, djangan berajal lagi."

Njonja itu lantas keluarkan satu bungkusan, jang setelah

dibuka, memperlihatkan sebuah kantung kulit ketjil. Ong

Wie Yang lantas kenali miliknja, hingga ia girang tak

kepalang. Dengan diturut Goan Hoa ia berlutut didepan

njonja tua Itu, untuk haturkan terima kasihnja.

Poei Thaykoen pimpin bangun kedua orang itu.

"Aku telah nasehatkan anakku untuk membajar pulang

kumala itu, sajang dia lebih suka dengarkan omongan

kawan2, nja jang tidak keruan," kata si njonja dengan

wadjah berduka, "karena dia tidak sudi dengar nasehatku,

akupun tidak suka tjampur lagi segala tindak-tanduknja..

Sekarang lekaslah kalian berangkat!"

Poei Thaykoen ini adalah isteri kedua dari Siok San It
Hoo Pian In Liortg, pernikahan mereka terdjadi setelah

mereka berdua pie-boe ? adu kepandaian ilmu silat ?

hingga kisah asmara mereka mendjadi buah-pembitjaraan
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan pudjian kaum kang-ouw. Ia memang berasal dari

keluarga persilatan, karena kedua adiknjapun, gelar Boe

Tong Siang-Yan, Sepasang Walet dari Boe Tong, jakni

Tjoan-in-yan Poei Kong si Walet Tembusi Mega dan Tiat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

79

ek-yan Poei Tjeng si Walet Sajap Besi, adalah dua orang

kang-ouw jang dimalui karena ilmu silatnja jang kesohor,

Tjoei-po-koen atau Gelombang Air.

Setelah pamitan dari njonja rumah, baharu sadja sampai

dipekarangan luar, dari samping jang gelap, Wie Yang dan

Goan Hoa segera ditjegat oleh seorang jang

bersendjatakan golok kangtoo, jang terus membentak:

"Bangsat litjik, djangan pergi! Besar njalimu sudah berani

datang kemari mentjuri batu kumala" Lalu bentakannja itu

disusul pula dengan batjokannja jang hebat.

Dengan berbareng Wie Yang dan Goan Hoa lompat

kesamping untuk segera hunus sendjatanja masing2, Wie

Yang pun segera berseru:"Pian Kim Kong, batu kumala itu

adalah milikku! Thaykoen telah serahkan kepadaku,

kenapa kau omong tentang pentjurian?"

Pian Kim Kong ? demikian penjerang gelap itu ? tidak

suka banjak bitjara

lagi, dengan sepasang goloknja, golok Bwee-hoa-too, ia

landjutkan penjerangannja dengan gerakan jang

dinamakan "Lok hoa tay tjioe" atau "Bunga rontok

menantikan sapu" jang menudju ketenggorokan,

tusukannja sangat tjepat.

Ong Wie Yang angkat pedangnja melindungi

tenggorokannja. Ia bergerak dengan tipu silat "Hoan sin

tee tauw" atau "Membalik tubuh sambil menenteng

gantang." Iapun berlaku sangat sebat, hingga kedua

sendjata bentrok keras memuntjratkan lelatu api.

Dengan gerakan Pay-sie ? "Kalah" ?, Pian Kim Kong

lompat mundur untuk ambil ketika akan periksa goloknja,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

80

setelah dapat kenjataan sendjatanja tidak rusak, ia kembali

madju, akan mengulangkan serangannja dengan "Thay
peng thian kie" atau "Garuda pentang sajap". Kedua

batang golok membatjok dengan berbareng.

"Bagus!" berseru Ong Wie Yang sambil berkelit

kesamping kiri dari mana dengan satu batjokan "Hoen
tjhioe in hoei" atau "Mementang bendera," ia balas

membabat lengan kanan penjerangnja itu, si tuan rumah

jang ganas.

Dengan tarik pulang tangannja, Pian Kim Kong

keluarkan keringat dingin. Ia insjaf liehaynja ilmu silat

musubnja jakni Thay Kek Koen, atau Thay Kek Sip-sam-sie

? Tiga-belas Gerakan ?, jang terus dimainkan saling-susui

tak hentinja. Hingga walau ia bukan orang sembarangan,

ia toh repot djuga, tak sanggup ia untuk rebut

kemenangan. Dipihak ampun, Ong Wie Yang mengerti

bahwa musuh ini, dengan goloknya jang berat, tidak

mudah didjatuhkannja.

Selagi kedua pihak bertempur dengan dahsjatnja,

mendadak ada gerakan sebuah sendjata bagaikan naga

hitam jang menjelak diantara mereka, hingga mau atau

tidak, keduanja terpentjar, sedang Ong Wie Yang pun

segera hentikan gerakannja lebih djauh, karena ia lantas

mengenali Poei Thaykoen, djuru-pemisah itu.

Dengan roman murka, njonja tua itu berdiri diantara dua

lawan ini. Demikian besar kemurkaannja, hingga tubuhnj

bergetar.

"Binatang!" njonja ini damprat puteranja, jang ia tuding

dengan tongkat besinja. "Dihadapanku kau berani berlaku

begini kurang adjar?"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

81

Pian Kim Kong mendjadi kuntjup, ia bungkam.

"Pergilah kalian!" kata njonja itu kepada Wie Yang dan

Goan Hoa. Terang ia tak sudi omong banjak.

Wie Yang dan Goan Hoa dapat ketika sebaik ini, tanpa

mengutjap suatu apa lagi segera mereka lari ketembok,

untuk lompat naik.

Pian Kim Kong lihat orang hendak berlalu, ia bergerak

untuk mengedjarnja, akan tetapi Poei Thaykoen sambar

plnggangnja.

"Hai, binatang poethauw!" si njonja mendamprat pula.

Belum sempat Poei Thaykoen tutup mulutnja, ia sudah

tertolak rubuh, karena sang putera sikut padanja diluar

dugaan] nja, sampalpun tongkatnja terlepas dan djatuh

ketanah.

Ong Wie Yang dlatas tembok lihat perbuatannja orang

she Pian ini, jang kurang adjar terhadap ibunja, ia djadi

sangat murka hingga tak dapat mempertahankan

kesabarannja lagi, ia segera lontjat menjerang dengan

sendjata rahasia Lioe-yap-piauw, atau piauw "Daun

yanglioe." Ia menjerang beruntun tiga kali.

Pian Kim Kong benar llehay, tubuhnja gesit, tangannja

sebat, matanjapun sangat awas. Ia mendek diri untuk

piauw Jang pertama, lalu dengan tangan kanannja ia

sambuti dua piauw lainnja. Kemudian, dengan sangat

sebat ia ajun tangan kanannja, balas menjerang dengan

piauw itu djuga. Akan tetapi serangannja ini sangat litjik

Sebuah piauw melesat ketembok didepannja, akan tetapi

jang lainnja ditimpukkan kebelakangnja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

82

Wie Yang lihat serangan membalas, ia lompat berkelit.

Dibelakang, Poei Thaykoen telah dipimpin bangun oleh

budaknja, jang susul padanja; selagi ia angkat tubuh,

piauw jang ketiga menjambar ia tanpa menerbitkan suara

karena sangat dekatnja djarak diantara ia dan puteranja

itu, Lioe-yap-piauw telah nantjap ditenggorokannja, maka

dengan tak dapat mendjerit lagi ia rubuh pula, malah

djiwanja melajang seketika.

Satu njonja jang gagah telah terbinasa ditangan anaknja

sendiri. Ong Wie Yang, djuga Liok Goan Hoa, gusar tak

kepalang, akan tetapi merekapun insjaf bahaja mereka

untuk berdiam lamaa disitu, maka dengan terpaksa mereka

terus angkat kaki, meninggalkan selat Poan San itu.

Pian Kim Kong puas atas kebinasaan ibunja itu, akan

tetapi pada wadjahnja ia undjuk roman kaget dan berduka,

dengan tjepat ia pondong Poei Thaykoen, dibawa masuk

kedalam kamar, agaknja ia ingin tolongi ibunja itu.

Ketika itu budjang lainnjapun sudah datang berkumpul.

Pian Kim Kong tjabut piauw dari tenggorokan ibunja,

hingga darah lantas ngutjur keluar, akan tetapi djiwa si

njonja sudah lama melajang. Pian Kim Kong menangis,

sambil memeluki tubuh ibunja ia mentjatji kalang-kabutan

pada Ong Wie Yang dengan sumpahnja untuk menuntut

balas.

Slauw Hoan, si budak tjilik, ketahui apa jang terdjadi

sebenamja, akan tetapi ia takut, ia tutup mulut.

Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa baharulah berlega hati

setelah mereka sampai di Hankauw, diluao2 daerah

pengaruhnja Pian Kim Kong. Mereka lantas menudju

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

83

kehotel Hong An, untuk temui Hek Thayswee Sim Tiong

Kiang, tapi dislni mereka djusteru bertemu It Tim Kie-soe.

Shie Liang, jang sudah susul mereka, bahkan tibanja

pemimpin kedua dari Ang Teng Kauw ini sudah sedjak

beberapa hari jang lampau, dengan demikian ia telah dapat

ketahui kemana perginja Wie Yang dan Goan Hoa, maka ia

lantas menantikan.

Wie Yang diberi selamat karena didapatkannja kembali

batu kumalanja itu, namun setelah Shie Liang dituturkan

hal kebinasaannja Poei Thay-koen, ia kutuk Pian Kim Kong

jang kedjam itu.

"Ong Hiantee, kau telah terdjebak Pian Kim Kong!" kata

Shie Liang kemudian. "Dengan bunuh Poei Thaykoen itu,

ia hendak timpakan kedosaan kepadamu. Maka dibelakang

hari pasti kau akan hadapi kesulitan hebat"

"Ini benar" mengatakan Sim Tiong Kiang. "Lioe-yap
piauw istimewa kepunjaan golonganmu, waktu itupun

tidak ada saksi, sulit bagimu untuk menjangkal dari

tuduhan. Sekarang baiklah kau segera pulang kepada Kim

Tiong Hoa di Ngotay, biarlah aku jang tulis surat untuk

berikan pendielasan, diharap semoga dia pertjaja kita"

Wie Yang mengerti hebatnja urusan, tetapi belum

didapatkan daja lain untuk membereskannja, terpaksa ia

terima baik usulnja Sim Tiong Kiang, maka keesokannja ia

adjak Goan Hoa pamitan, untuk lekas2 pulang ke Utara.

Shie Liang tidak turut, ia ingin susul Yan Ie Lam di Tinkang.

Seberlalunja tiga tetamu itu, Sim Tiong Kiang tulis surat

untuk Kim Tiong Hoa, hanja sajang, waktu orang

suruhannja sampai di In Bong, si orang she Kim sudah

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

84

pergi kelain tempat, surat itu tidak dapat diterimakan

kepada alamatnja.

Dan It Tim Kie-soe Shie Liang, sekembalinja ke Hoa-kay
tjhung, ia telah dapat tahu bahwa Yan Ie Lam sudah pergi

ber sama Hoa Slang Boe ke Kimleng, tanah kelahirannja.

Ketika itupun, tindakan pembesar negeri untuk menangkap

Ie Lam sudah mulai reda, maka Hoa Tjeng In terus minta

pertolongan Shie Liang menjusul Ie Lam dan Siang Boe di

Kimleng untuk diadjak pulang, untuk langsungkan

pernikahan mereka. Shie Liang suka membantunja, ia

sudah lantas berangkat ke Kimleng.

Ketika itu Pat Pie Long-koen Yan Ie Lam dan Hoa Siang

Boe sedang itjipi kesenangan di Kimleng. Selang dua hari

dari pertemuan dengan guru mereka, kembali mereka

pergi ke Tan Touw Am akan menjambangi pula, tetapi kali

ini mereka diberitahukan bahwa guru mereka baharu sadja

pergi. Mereka menjesal, akan tetapi mereka tahu bahwa

gurunja itu mempunjai tugas penting, mereka tidak pergi

menjusul. Adalah setelah itu, Shie Liang datang kepada

mereka, hingga mereka dapat ketahui Goan Hoa dan Ong
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wie Yang sudah pulang dengan berhasil dan mereka

diminta lekas pulang oleh Hoa Tjeng In.

"Mari kita pesiar dulu disini " Ie Lam adjak Shie Liang.

Untuk beberapa hari Shie Liang turut menjaksikan

keramaian dan keindahan kota Kimleng dan sekitarnja,

sesudah mana baharulah dengan ber-sama2, mereka

kembali ke Tinkang.

Ketika ketiga orang ini sampai di Hoakay-tjhung, mereka

disambut beberapa tjhungteng dengan wadjah bingung

dan berkuatir, sedang dithia, ruang besar, ada berkumpul

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

85

pelbagai tauwbak besar dan ketjil. Segera Hoa Siang Boe

menduga telah terdjadi sesuatu. Maka bersama Ie Lam ia

segera lari kedalam, terus kekamar ajahnja.

Tjeng In sedang rebah dengan muka putjat sekali, pada

pundaknja terdapat balutan luka.

"Ajah, kau kenapa?" berseru Siang Boe dengan kaget

sambil lompat menghampiri.

Tjeng In jang sedang meram dan rebah itu buka kedua

matanja, jang lantas berlinang air mata.

"Orang telah bokong ajahmu" sahut ajah ini dengan

lemah.

Tak kuat Siang Boe menahan pedihnja hati, segera ia

mendjerit menangis.

"Tjongtauwnia terkena piauw beratjun," berkata satu

tauwbak ketjil pada si nona, puteri ketuanja. "Semua tabib

disini tidak punja obat jang dapat memunahkan ratjun jang

sudah bekerdja dalam lukanja itu, maka kemarin telah

dikirim orang ke Kimleng untuk panggil pulang siotjia"

Dalam bingung dan kuatirnja, Siang Boe minta keterangan

akan duduknja kedjadian, jang ada sebagai berikut:

Pada suatu malam sedjak berangkatnja Shie Liang ke

Kin-leng, selagi Tjeng In belum tidur pules, ia dengar suara

diluar djendela seperti daun rontok tertiup angin. Ia bisa

membedakan, ia segera ketahui datangnja seorang jang

biasa keluar malam. Maka ia berbangkit, dengan tjekal

golok Tjit-seng-too ia keluar dengan djalan memutar.

Ketika baharu sadja ia hendak lompat naik keatas genteng,

mendadak satu bajangan berkelebat dan sebilah pedang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

86

menjambar kepadanja. Ia lantas menangkis sambil terus

mundur dua tindak.

"Kau sahabat dari golongan mana?" ia tanja. "Djikalau

aku Hoa Tjeng In telah berbuat sesuatu jang tak lajak,

harap kau menerangkannja dahulu."

Orang itu belum mendjawab, seorang temannja jang

baharu lompat turun dari atas genteng, lantas sadja

menjerang. Dia berpakaian serba putih dan sendjatanja

sepasang kikir Ngo-leng-tjo. Tjeng In menangkis.

Penjerang itu menjerang sambil mendamprat:

"Djahanam, kami dari pihak Tjeng Pang tidak punja

sangkutan denganmu, bagaikan air kali tidak ganggu air

sumur, kenapa kau djusteru berserikat dengan Ang Teng

Kauw dan menjatrukan kami? Andjing tua, agaknja kau

sudah bosan hidup!"

Lantas ia bersama kawannja jang bersendjatakan

pedang menjerang pula.

Tjeng In mendjadi gusar. Belum pernah ia terima hinaan

setjara demikian, apa pula sekarang ia dikerubuti berdua,

terpaksa ia mainkan goloknja, dengan Pek Wan Too-hoat

atau ilmu golok Lutung Putih, uhtuk melakukan

perlawanan. Setelah berkelit dan menangkis, ia madju

balas menjerang, dengan gerakan "Geng hong sauw tim"

atau "Memapak angin, menjapu debu." Dikala kedua

musuhnja menangkis, kakinja naik menendang beruntun

saling susul, dibarengi pula dengan batjokannja ber
ulang2. Inilah desakan hebat, kedua musuhnja mendjadi

repot.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

87

Lima atau enam djurus setelah desakannja itu, Tjeng In

dapat sampok terlepas sebatang kikirnja musuh, selagi

musuh itu kaget, tangan kiri Tjeng In menjambar pinggang

dan goloknja membatjok kemukanja musuh itu. Sebat

sekali ia lakukan berbareng dua gerakannja itu.

Selagi musuh jang disambar kena dikempit, adalah jang

lainnja berkelit sambil lompat djumpalitan, untuk terus

lompat naik keatas tembok.

Tjeng In tidak merasa puas, ia segera totok musuh jang

terkempit itu, tubuh siapa ia gabrukkan ketanah, sesudah

mana, ia endjot kedua kakinja lompat kearah tembok,

untuk susul musuh jang litjik itu. Ia bergerak dengan It

tjiong thian" atau "Burung hoo serbu langit".

Baharu sadja djago tua ini taruh kakinja diatas genteng

? karena ia langsung melewati tembok pekarangan ?

sekonjong2 tiga sinar putih menjambar ia saling-susul,

datangnja dari arah kiri, sinarnja berkeredepan. Dengan

tjepat ia mendek menghindarkan diri dari sendjata gelap

jang pertama, sedang jang kedua dan ketiga ia sampok

dengan goloknja.

Musuh jang dikedjarnja telah menggunakan saat itu

untuk melenjapkan diri.

Dengan buka matanja, Tjeng In meneliti keempat

pendjuru, djusteru waktu itu datanglah suara berisik

bagaikan mengaungnja tonggeret, disusul oleh sinar putih

menjambar dari empat pendjuru. Ia kaget, ia lantas putar

goloknja, hingga beberapa batang piauw, jang berat,

tersampok terpental dan djatuh. Jang paling hebat adalah

serangan jang datang dari kanan, hingga ia mesti

berlompat tinggi untuk meluputkan diri. Menjusui itu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

88

datang serangan dari kiri, beruntun tiga kali. Dengan

tangan kirinja ia sambut semuanja itu. Selagi ia

menjambutl sendjata jang terachir itu, ia kaget, sebab

sendjata rahasia itu perdengarkan suara. Sebelum ia tahu

apa2, atau ia rasakan pundaknja sakit seperti tertusuk

djarum, dan sesaat kemudian dirasakan mendjadi beku.

"Tjelaka!" seru ia dalam hatinja. Tahulah ia sekarang

bahwa piauw jang terachir itu adalah "Tjoe-bo-piauw" atau

piauw "ibu dan anak". Inilah piauw bersuara jang

mempunjai pesawat rahasianja, apabila piauw ini kena

tertjekal, pesawat rahasianja akan bekerdja sendirinja, lalu

dari dalam piauw itu menjambar tiga batang lainnja, jang

ketjil dan halus, jang pula telah direndam dalam ratjun.

Tentu sekali sangat sulit untuk berkelit dari serangan gelap

sematjam ini. Sendjata liehay demikian itu hanja beberapa

golongan sadja jang mempunjainja.

Sedangnja Tjeng In berdiri dengan tertjengang, dari

tempat dua tombak djauhnja ia dengar suara tertawa

dingin serta edjekan: "Tua-bangka, apakah kau masih

belum mau rubuh? Aku hendak lihat, sampai berapa lama

lagi kau masih dapat hidup!"

Menjusui edjekan itu, empat bajangan berkelebat pergi,

lenjap ditempat gelap.

Tjeng In tidak niat mengedjar pula musuhnja itu. Lekas

ia lompat turun, akan dapatkan musuhnja jang tertawan

tadi telah lenjap. Teranglah sudah, bahwa tawanan itu

telah dapat ditolong kawannja. Lantas ia bunjikan

kelenengan tanda bahaja untuk kumpulkan orangnja, guna

tjari tawanan itu, tetapi hasilnja nihil. Karena ini ia

menduga musuhnja sedikitnja ada berenam.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

89

Djago tua ini kembali kedalam rumah, segera ia buka

badjunja, untuk tjabut piauw jang menantjap dipundaknja,

jang terdiri dari dua batang seperti djarum, sehabis me
mentjet lukanja untuk keluarkan darah berikut ratjunnja, ia

lantas memakaikan obalnja. Ia pertjaja bahwa ia telah

dapat lewatkan antjaman bahaja maut. Maka itu, dengan

tenang ia periksa teliti tjoe-bo-piauw jang berbentuk tiga

persegi dan tadjam, beratnja kira sepuluh tail, ada tiga

lobang rahasianja. Kemudian piauw itu ia simpan dalam

latji lemarinja.

Masih Tjeng In tidak kuatirkan lukanja itu, sampai dihari

kedua, ia dapatkan luka itu bengkak dan merah warnanja

sampai kepada dadanja. paharu sekarang ia kaget, lantas

ia perintah orangnja undang tabib, siapa datang untuk

menggeleng-geleng kepala, sebab sudah terlambat

katanja, ratjun itu sukar dipunahkan lagi.

Benar sadja, selang lagi dua hari Tjeng In se-waktu tak

sadar akan dirinja hingga, ketika puterinja pulang, puteri

ini lantas menangis tak sudahnja.

"Sudahlah, sekarang bukan waktunja menangis sadja,"

Ie Lam budjuk bakal isterinja itu. "Mari kita minta pikirannja

Shie Djieko!"

Baharu sekarang Siang Boe ingat, Shie Liang masih

menantikan diluar. Maka ia lantas suruh orang undang

sahabat itu masuk.

Shie Liang adalah djuru-pemikir dari Ang Teng Kauw,

iapun berpengalaman.

la minta lihat tjoe-bo-piauwnja penjerang gelap itu,

apabila ia telah memerlksanja, ia terperandjat.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

90

"Pantaslah piauw ini berat, kiranja kepunjaannja Boe

Tong Siang Yan," katanja.

"Kalau begitu," menjatakan Yan Ie Lam, "ini adalah

akibat dari kepergiannja Toasoeheng dan Ong Wie Yang ke

Gietjiang. Sekarang menolong oranglah jang paling utama,

maka Shie Tauwnia, bagaimana kami harus bertindak?"

"Meski piauw ini kepunjaannja Boe Tong Siang Yan,

namun aku sangsi mereka berdua jang datang sendiri

kemari," Shie Liang undjukkan dugaannja. "Biasanja

mereka bekerdja berdua sadja, belum pernah mereka

adjak lain orang. Kim Tiong Hoa mempunjai obat pemunah

piauw ini, maka kini perlu kita pergi ke In Bong San.

Sekarang luka itu baharu berdjalan tiga hari, kalau kita bisa

pergi1 pulang dalam tempo empat hari, pertolongan masih
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat diharapkan. Ratjun piauw itu hanja dapat

dipertahankan selama tudjuh hari"

"Nanti aku jang pergi!" kata Hoa Siang Boe.

"Tunggu dulu, Hoa Siotjia," Shie Liang mentjegah.

"Harap kau tidak katakan aku omong sembarang, tetapi

Kim Tiong Hoa dan ajahnja Pian Kim Kong, jaitu Siok San

It-Hoo Pian In Liong, bersama Poei Kong dan Poei Hong

adalah jang disebut Tiang Kang Sam Hiap, sedang ibu
tirinja Pian Kim Kong, jaitu Poei Thay-koen, adalah kakak

dari Boe Tong Siang Yan. Pian Kim Kong sudah bunuh ibu
tirinja, untuk itu ia menuduh In-tiong-kiam Ong Wie Yang,

maka dapat dipastikan Kim Tiong Hoa tentu berniat

mentjari balas terhadap kedua saudara Liok dan Ong.

Hingga karenanja, tentulah Kim Tiong Hoa tidak akan suka

kasikan obatnja itu. Aku lihat"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

91

"Djikalau begitu," memotong Yan le Lam, "andalkan aku

tak dapat memintanja dengan baik, terpaksa aku akan

gunakan kekerasan!"

Shie Liang menghela napas.

"Ja, rupanja tak dapat tidak keonaran akan timbul pula"

katanja dengan duka. "Marilah kita pergi bersama.

Sekarang air sungai sedang pasang, mari kita naik kuda,

pulangnja baharu kita naik perahu, mungkin kita bisa pergi
pulang dalam tempo empat hari"

Putusan lantas diambil: Siang Boe berdiam dirumah

untuk djagai ajahnja, Shie Liang pergi berdua Yan Ie Lam.

Shie Liang dan Ie Lam kaburkan kudanja, mereka djalan

siang malam. Dari kauwyong mereka menudju Tong-touw,

mengikuti sepandjang tepi danau Tjauw Ouw, lalu masuk

kewilajah Ouw-pak. Satu hari satu malam mereka telah

melalui seribu lima-ratus lie, maka dihari kedua, diwaktu

malam, mereka sampai di In Rong San.

Malam itu, gunung seperti diliputi awan, rimba tjemara

tertampak bagaikan lautan, sjukur masih ada tjahaja

rembulan jang suram, maka Ie Lam dan Shie Liang jang

mengenakan pakaian malam, terus mendaki hingga

achirnja mereka berada dimuka kuil Tjie Yang Koan.

"Yan Tauw-nia, Keng San It-Loo tak dapat dibuat

permainan," Shie Liang per ingatkan kawannja. "Mari kita

meneliti dahulu, baharu kita lihat gelagat untuk turun

tangan."

Ie Lam setudju, dengan hatia mereka lompat keatas

genteng kuil, akan merajap naik sampai diloteng Lu Sian

Kok. Disini mereka mendekam dibawah djendela, akan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

92

mengintai kedalam kamar jang ada tjahaja apinja. Dua too
tong atau katjung imam, umurnja masinga empatatau

lima-belas tahun, dengan pedang dibebokongnja asjik

duduk bertjakap2.

"Mungkin tjouwsoe-ya pulang besok," kata too2tong

jang satu. "Selama beberapa hari Ini semua telah pergi,

hingga tinggal kita berdua. Diwaktu malam aku rasakan

hatiku berdebar sadja"

"Mungkin tjouwsoe-ya pulang beberapa hari lagi," kata

too-tong jang lainnja. "Aku dengar, tjouwsoe-ya bersama

si orang she Pian, berniat mendaki Boe Tong San. Kita

mendapat beban berat, kita mesti ber-djaga2 untuk banjak

malam"

Shie Liang dan kawannja menduga dua too-tong itu

adalah tjutju-muridnja Kim Tiong Hoa.

"Djadinja tjouwsoe-ya tidak pergi berbareng bersama

soehoe?" Shie Liang dengar pula. "Kenapa mereka pergi

semua?"

"Kau tidak tahu, soetee," kata too-tong jang ke-dua.

"Kali Ini semua paman-guru diperintah tjouwsoe-ya pergi

ke Tinkang, mungkin untuk suatu pertempuran. Beberapa

hari jang lalu Tio Soesiok suruh aku membersihkan

sendjatanja sehingga setengah harian, sampai tanganku

pegal dan sakit"

"Sudahlah, soeheng, aku ingin tidur lebih dahulu" kata

si soetee, terus dia menguwap, lantas dia letaki kepalanja

diatas medja.

Ie Lam tarik udjung badjunja Shie Liang, untuk diadjak

kebelakang, dimana ada beberapa kamar bersih jang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

93

kosong. Disitupun terdapat kamamja tukang masak atau

budjang. Kemudian mereka pergi kependopo, didepan.

Mereka lihat suatu lorong pandjang dengan sebuah pintu

model rembulan. Mereka buka pintu ini dan masuk

kedalaninja, suatu ruang lain. Disitu ada sebuah loteng

ketjil, ada gunung2an, ada pohon2 bambu jang terawat

baik. Disebuah kamar dibawah loteng ada dua too-tong lain

sedang tidur diatas medja.

Tanpa sangsi Shie Liang berdua naik keatas loteng

dimana ada dibakar dupaKamar itu kosong dan sunji. Ie

Lam buka djendela dan lompat masuk kedalam kamar. Shie

Liang njalakan api untuk menjulut lilin, hingga mereka lihat

sebuah peti kaju.

Ie Lam hendak segera buka peti itu.

"Sabar dahulu!" Shie Liang mentjegah. le Lam tidak

mengerti maksud kawannja mentjegah padanja, ia awasi

kawannja iitu.

Shie Liang tarik tambang sero djendela, udjungnja jang

satu ia ikat pada tutup peti, udjung lainnja ia pegang,

kemudian ia tarik Te ia m untuk menjingkir keatas para2,

setelah itu baharulah ia tarik tambangnja. Menjusul

terbukanja tutup peti, beberapa batang panah menjambar

keluar, langsung kedepnn, menantjap ditembok.

le Lam bergidik hingga ia ulur lidahnja.

Shie Liang adjak kawannja lompat tu run akan hamplri

peti kaju didalam mana ada dipasangkan djebakan tjoe-bo
piauw jang liehay, disamping itu ada dua botol jang

memuat bubuk warna merah dan putih, jang merah

dituliskan tanda obat luar, jang putih adalah obat makan.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

94

le Lam segera kantongi dua botol obat itu, sedang Shie

Liang djemput dua batang piauw, segera keduanja berlalu

dari loteng itu. Bahna girangnja, mereka lupa

memadamkan lilin, djendelapun tidak mereka rapatkan.

Seberlalunja mereka itu. disitu telah terdjadi kebakaran

disebabkan meniup masuknjo angin dari djendela jang

terbuka itu. Tambang dan seronja jang pun belum

dikembalikan pada asalnja, karena tertiup angin telah

terdjilat api lilin dan menjala mendjadi besar. Maka dilain

saat, terbakar musnahlah loteng itu. Sjukur api tidak

menjambar kependopo. Shie Liang dan le Lam tidak tahu

bahwa mereka dengan tidak langsung sudah bakar

lotengnja Kim Tiong Hoa itu.

Sin-tjhioe Ang Eng-tjhio dapat obat mandjur, djiwanja

tertolong, maka selang dua hnri ia telah sembuh, ketjuali

tjatjat pida sebelah tangannja, karena ratjun telah

bekerdja terlalu lama. Maka selandjutnja, ia melainkan

dapat menggunakan hanja sebelah tangannja.

Selang lagi beberapa hari, le Lam dan Siang Boe

dinikahkan dengan upatjara sederhana, tanpa undangan

banjak tetamu, ketjuali orang2 Hong Tjiang Hwee jang

kebetulan berada dirumah.

Beberapa hari setelah menikah, le Lam adjak isterinja

pulang ke Shoatang, kepada partainja, Ang Teng Kauw.

Sudah lama ia berada diluaran. Tjeng In merasa berat

tetapi ia tak dapat tjegah keberangkatan anak-menantunja

itu, ia membekalkan pesalin.

It Tim Kiesoe Shie Liang turut bersama berangkat ke

Utara.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

95

Sementara itu, Liok Goan Hoa dan Ong Wle Yang sudah

pulang kepropinsl Titlee, menghadap pada Poan Liong Tay
hiap, tjiang-in atau ketua Tjeng Liong Hwee di Tjhong
tjioe. Pada ketuanja mereka tuturkan perbuatan mereka

sampai Pian Kim Kong bunuh ibu-tirinja dengan

membokong.

Poan Liong Tay-hiap kerutkan dalii.

"Ong Hiantit, kau telah terdjebak muslihatnja orang she

Pian itu," kata ketua Tjeng Liong Hwee ini. "Kau tahu

liehaynja Boe Tong Siang Yan, dua adiknja Poei Thay-koen.

Pasti Tjeng Liong Hwee akan belai kau, tetapi sekarang aku

belum dapat memikirkan dajanja, maka kalian tinggallah

dahulu beberapa hari disini"

Ong Wie Yang terima usul itu, iapun halurkan terima

kasihnja.

Selama berdiam di Poan Liong, setiap pagi djam lima

Wie Yang dengar suara orang berlatih silat ditaman

dibelakang kamarnja, sering ia dengar suara njaring, ia

djadi heran, maka disuatu pagi, ia sengadja djalan

menudju ketaman. Ia dapatkan satu botja umur dua atau

tigabelas tahun tengah berlatih silat dilapangan rumput,

mendjalankan ilmu silat Liok Hap Koen, geraknja rapi dan

sebat, tindakan kakinja enteng. Itulah ilmu silat tjiptaan

Oey Bwee Kie-soe, jang dapat dipetiknja dari Liok Hap

Tjiang, untuk murid baru.

"Heran, kenapa botjah ini mengerti ilmu silat itu?"

pikirnja.

Wie Yang tidak mau ganggu botjah itu, ia berlalu untuk

terus minta keterangan dari Poan Liong Tay-hiap.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

96

"Botjah itu?" katanja Poan Liong. "Dia dikirim kemari

oleh Oey Bwee Kie-soe, kau berdua Goan Hoa ditugaskan

untuk merawat dan mendidiknja sehingga dia dewasa,

kalian mesti djaga supaja dia tidak dapat gangguan apapun

djuga. Disini ada suratnja Oey Bwee untukmu, kau lihat

dan batjalah, kelak kau akan mengerti sendiri duduknja hal

"

Wie Yang terima surat dari Poan Liong, setelah ia batja

itu, baharu ia ketahui bahwa botjah tadi adalah bujutnja
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wan Tjong Hoan dari Tong-wan, namanja Boe Tjioe,

bahwa ajahnja botjah ini tadinja diperlindungkan oleh dua

pembantunja Oey Bwee Kiesoe, jakni Sip gouw-tan Lim

Giok dan Tiat-see-tjiang Ghak Djie Siong, dan sekian lama

kedua orang ini melindungkannja didalam kantor Bin Houw

Piauw Kiok. Lim Giok adalah keponakannja Lim Tek Seng

dari Tan Touw Am. Anaknja Tjong Hoan itu bernama Touw

Tjie Wan, didalam piauwkok itu tjuma tiga orang jang

ketahui rahasianja. Tjie Wan sudah menikah tetapi isterinja

tak tahu djelas siapa dia sebenarnja. Karena dia memakai

she Touw, anaknjapun dinamakan Touw Boe Tjioe. Tjie

Wan peladjari djuga ilmu silat, tapi hanja sekedar untuk

bela diri. Ia utamakan ilmu surat. Tak ada orang jang

ketahui untuk belasan tahun Tjie Wan tinggal bertetangga

dengan Bin Houw Piauw Kiok. Meski piauwkok itu peroleh

kemadjuan, namun kalau mengantarkan piauw, Lim Giok

dan Djie Siong selalu pergi bergantian, mereka tidak berani

tinggalkan Tjie Wan seorang diri.

Pada satu tahun, Bin Houw Piauw Kiok terima angkutan

jang berharga, ialah barangnja tjongtok untuk pangeran

Penglam-ong Siang Ko Hie di Kwietang, jang hendak

rajakan ulang-tahunnja kelimapuluh, ketjuali barang jang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

97

biasa, djuga ada sepuluh peti matjam2 permata dan

mutiara. Selagi rerotan piauw ini lewat dibatas Oey Kong,

dari dalam rimba mengaung njambar tiga batang panah.

"Siap!" menitah Lim Giok kepada dua piauwsoe

pembantunja guna melindungi barang, semua kuda dan

kereta dikumpulkan dalam satu kalangan bundar, ia sendiri

madjukan diri menjambut begal.

"Tinggalkan semua barang permata, kalian semua boleh

lewat!" demikian suara pihak berandal.

Lim Giok tahu bahwa ia sedang hadapi musuh tanggu,

ia turun tangan lebih dahulu dengan melepaskan pelurunja

beruntun2. Lim Giok dapat djulukan Sipngo-tan, si

Limabelas Peluru.

Dipihak begal seorang jang menunggang kuda madju

kemuka, sambil mengangkat sematjam benda jang

menjerupai kantong atau djala, jang dilepasnja seperti

orang mendjala, semua peluru masuk kedalamnja.

Menjusul itu dari belakang begal ini muntjul dua kawannja

sambil melepaskan panah saling susul.

Lim Giok putar busurnja, akan pukul djatuh semua

panah itu, setelah itu ia hunus pedangnja dan gentjet perut

kudanja, untuk madju mendekati.

Kedua begal masih terus memanah, sebatang panah

mengenai kudanja Lim Giok, hingga piauwsoe ini ngusruk

bersama tunggangannja. Ketiga begal itu segera meluruk

dengan tombak pandjang mereka.

Sambil berlompat Lim Giok mengelakkan diri dari

serangan hebat itu, tapi ketiga musuh madju terus

mendekati kereta jang bermuatkan peti2 berharga.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

98

Lim Giok kehilangan kudanja, terpaksa ia berlari dengan

ilmunja mengentengkan tubuh, akan susul tiga pendjahat

itu.

Beberapa pegawai piauwkok telah dapat dilukai oleh

ketiga begal itu, malah dua piauwsoe pembantupun turut

terluka, hingga begal2 itu dengan tiada rintangan bisa

lompat kekereta, jang mereka segera keprak kudanja

membawa kabur kereta itu.

Lim Giok tak dapat menghalaunja, terpaksa ia

menjerang pula dengan pelurunja, tetapi lagi2 begal itu

menggunakan bendanja jang luar biasa, hingga semua

peluru terdjaring masuk pula.

"Tjelaka, rubuhlah aku kali ini!" seru Lim Giok dalam

sibuknja.

Selagi Lim Giok dalam keadaan putus asa itu, dari depan

kelihatan debu mengepul dan satu penunggang kuda

mendatangi, dia mentjegat kereta permata serta tiga

begalnja. Dia adalah seorang setengah tua bersendjatakan

sepasang bandring Kioe-tjie Lian-tjoe-twie, dia menjerang

dengan sendjatanja itu, hingga tombaknja begal pada

terhadjar patah, begal2 itu mendjadi kaget dan lantas

melarikan diri meninggalkan kereta rampasannja.

Penunggang kuda itupun larikan kudanja mengedjar.

"Sudahlah, hoohan!" teriak Lim Giok. "Barang tak

hilang!"

Baharu setelah itu, sipenunggang kuda balik kembali.

Lim Giok memberi hormat, ia merasa berhutang budi,

maka itu, ia minta beladjar kenal. Tak lupa ia haturkan

terima kasihnja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

99

Penunggang kuda itu perkenalkan diri, Ban Kong

namanja, ahli silat Ngo Bie Pay, bahwa ia sedang dalam

perdjalanan ke Kwietang untuk tjari sanaknja, guna

berichtiar mentjari pangkat.

Lim Giok gembira dapat sahabat penolong ini, maka

setelah serahkan piauw dengan baik, ia adjak Ban Kong

pulang ke piauwkiok, untuk diadjar kenal kepada ketuanja,

Tiat-bin-kauw Tio Boe Wie, hingga kesudahannja,

penolong itu dipekerdjakan sebagai piauwsoe. Dia sudah

berusia mendekati lima-puluh tahun tetapi tabiatnja polos

dan djenaka, semua pegawai piauwkiok suka bergaul

kepadanja.

Selama setengah tahun Ban Kong bekerdja dalam

piauwkiok, Bin Houw Piauw Kiok peroleh kemadjuan terus,

maka ia lantas undang adik seperguruannja dari

Tjhongtjioe, Kim-tjhio Pek Peng si Tombak Emas, untuk

bekerdja-sama.

Tio Boe Wie penudju Pek Peng, jang belum berumur

tiga-puluh, ilmu tombaknja liehay, sedang dengan Lim Giok

kedua saudara itu lantas sadja bergaul rapat, seperti

saudara2 angkat.

Pelindung lain dari Touw Tjie Wan ialah Tiat-see-tjiang

Ghak Djie Siong, setiap kali bertugas mengantar piauw, ia

mesti lewati gunung Louw San, maka sekalian lewat, ia

perlukan mampir kepada Oey Bwee Kiesoe. Inipun

kebiasaannja kaum Tjeng Liong Hwee, untuk mereka

sekalian saling menjampaikan kabar mengenai sepak
terdjang atau pengalaman masing2 serta warta2 lainnja

jang mereka dapatkan.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

100

"Kalau nanti kau pulang," pesan Oey Bwee Kiesoe,

"djangan lupa kisikkan Lim Giok bahwa kaum kita di Utara

telah dengar selentingan bahwa Mo Ong sudah kirim empat

pahlawan liehay dari istana untuk mentjari Wan-ya, sedang

seorang dibawah tjiang-in Poan Liong, jakni Tjoh Siang

Hoei, telah dapat tahu ada kuku garuda jang sudah

menjelundup ke Hokkian dimana mereka itu katanja sudah

berhasil memasuki sebuah piauwkiok, entah Bin Houw

Piauw Kiok atau bukan, tapi jang penting adalah kau

berdua djangan berlaku alpa. Terutama djagalah Wan-ya

supaja djangan pergi ke-mana2."

Dengan Mo Ong, si Radja Iblis, dimaksudkan kaisar

Boan, dan kuku-garuda adalah kaki-tangannja kaisar itu.

Dan Wan-ya, tuan Wan, adalah Touw Tjie Wan.

Djie Siong terima baik pesan itu, maka sekembalinja

segera ia kasi kisikan pada Lim Giok, malah seterusnja

mereka berhenti mengiring piauw, supaja mereka

senantiasa bisa melindungkan Touw Tjle Wan.

Kemudian ada lagi antaran piauw untuk Tjee-lam. Kali

Ini gllirannja Ban Kong. Akan tetapi satu hari sebelumnja,

mendadak Ban Kong mendapat sakit, maka ia undang Lim

Giok kekamarnja dan ia minta supaja rekan she Lim ini jang

mewakilkan mengantar piauw. Tak dapat Lim Giok

menampik, terpaksa ia gantikan kawan itu.

Beberapa hari seperginja Lim Giok, pada suatu malam

selagi Ghak Djie Siong tidur dldalam piauwkiok, ia dengar

tiga kali ketokan pada djendela. Ia lompat turun dari

pembaringan, ia lihat bajangan orang diluar djendela,

bajangan mana mengangkat tangannja di-gerak2i sebagai

tanda rahasia. Maka ia ambil pedangnja, dengan sarung

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

101

pedang itu ia mengetok medja beberapa kali sebagai

djawaban, sesudah mana, ia buka djendela.

Gesit sekali satu orang berlompat masuk. Dan ia adalah

Oey Bwee Kie-soe.

Belum sempat Djie Siong menanja, Oey Bwee sudah

tarik tangannja untuk diadjak keluar, terus naik keatas

genteng, kewuwungan.

"Dikamar jang mana berdiamnja dua piauwsoe jang akui

diri orang1 Ngo Bie Pay?" Oey Bwee segera menanja,

suaranja perlahan.

Ghak Djie Siong menundjuk kearah belakang.

Segera Oey Bwee lari kearah jang ditundjuk itu, dimana

ada tiga buah kamar. Djie Siong mengundjukkan sebuah

kamar jang kiri.

Mereka lantas mengintai kedalara kamar. Didalam

terdapat dua pembaringan jang kelambunja telah

menutup, dimuka pembaringan pada lantainja masing2

ada sepasang sepatu.

Oey Bwee buka djendela jang ternjata tidak dikuntji,

dengan berani ia lompat masuk kedalam kamar, dengan

udjung pedangnja serta dengan ber-hati2 pula ia singkap

kedua kelambunja dengan bergantian. Ia dapatkan dua

pembaringan kosong, hanja bantal dan selimut jang diatur

begitu rupa seperti orang tidur meringkuk.

"Kita terlambat!" seru Oey Bwee. "Lekas antar aku

ketempatnja Wan-ya!"

Ghak Djie Siong terkedjut tetapi segera ia adjak Oey

Bwee lari kebelakang piauwkiok, kesebuah loteng dengan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

102

kamar tanpa djendela. Sulit untuk masuk kesitu, pun orang

tak bisa ambil djalan dari atas. Tapi Djie Siong menudju
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesebuah sumur dibelakang, ia lantas buka penutup

sumur, ia merogo kedalam dan menariknja, lantas

terdengar satu suara njaring, dan gambar sansoei (gambar

pemandangan alam) ditembok terus berkisar, membuat

satu lobang pintu. Keduanja terus masuk kedalam pintu

rahasia itu, untuk turun ditangga, jang membawa mereka

kesebuah kamar jang buntu, temboknjapun berlapiskan

papan besi.

Ghak Djie Siong baharu lompat masuk kedalam kamar

atau ia sudah mentjelat keluar pula sambil keluarkan

seruan tertahan. Ketika Oey Bwee menjusul masuk, ia lihat

Touw Tjie Wan dan isterinja rebah ditanah dengan tiada

bernapas pula, tapi tubuh mereka tidak terluka.

"Pembunuh itu bekerdja belum lama!" kata Oey Bwee

setelah ia lihat api diatas medja. "Tjoba periksa, kita dapat

menolong atau tidak"

Djie Siong segera lari balik kepiauwkiok untuk

mengambil obat.

Oey Bwee Kiesoe geser lampu ketanali, untuk periksa

tubuhnja Tjie Wan beserta isteri, achirnja ia dapatkan

sebuah lobang ketjil di-embun2an mereka masing2, lobang

itu tak mengeluarkan darah. Ia lantas sadja geleng2 kepala

dan mengeluh.

Sebentar kemudian, Djie Siong kembali dengan

obat2an.

"Sudah kasep," Oey Bwee kata. "Otak mereka telah

dibolongi oleh Thie-liam-tjoe! Mo Ong mempunjai

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

103

pahlawan Tiat-tjie-sian Liok Hong jang liehay sekali,

muridnja Boe Tim Toodjin dari Thian San Pay, pasti dia jang

telah datang kemari. Dia ada didalam istana, dia adalah

pahlawan golongan utama. Sekarang pastilah dia jang

telah menjaru djadi Ban Kong!"

Ghak Djie Siong ternganga.

Oey Bwee lantas adjak piauwsoe ini memeriksa tangga,

diundakan terlihat dua tapak kaki lainnja.

"Njatalah mereka ketahui pesawat rahasia disini!" kata

Djie Siong jang tertjengang.

"Kenapa tidak? Mereka toh telah berdiam disini hampir

satu tahun, mustahil mereka tidak ketahui segala apa? Kau

dan Lim Giok-lah jang sudah kurang waspada!"

Bukan main menjesalnja Djie Siong.

Kemudian dengan adjak Oey Bwee, piauwsoe ini ambil

djalan dari depan, dimana ia mengetok pintu. Disini letak

kamar palsunja Tjie Wan dan isterinja.

Satu njonja tua dengan mata kesapkesip membukakan

pintu.

"Telah terdjadi ketjelakaan diatas loteng!" kata Djie

Siong. "Mana siauw khoadjin Boe Tjioe? Lekas katakan!"

Njonja itu kaget.

"Sedjak kemarin dulu, siauwkhoadjin dapat tjatjar air"

sahutnja. "Orang mengatakan bahwa dia tak dapat

dikumpul bersama orang-tuanja, dari itu dia telah

ditumpangkan pada mak-tua-luarnja."

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

104

Mendengar itu, Oey Bwee segera berikan perintahnja

kepada Djie Siong:

"Djangan lambat lagi! Lantas kau ambil Boe Tjioe, kau

bawa dan serahkan dia pada Tjiang-in Poan Liong di

Tjhongtjioe."

Disitu djuga Oey Bwee tulis dua putjuk surat, satu untuk

Poan Liong Tayhiap, satu lagi buat Ong Wie Yang dan

Liok Goan Hoa, untuk wadjibkan mereka berdua lindungi

Boe Tjioe.

Djie Siong tidak berani lambat2an, ia simpan kedua

surat itu, ia tanja si njonja tua letaknja rumah mak-tua dari

Boe Tjioe, malam itu djuga ia berangkat, akan ambil bujut

Wan Tjong Hoan itu, jang sambil menjamar, ia bawa terus

ke Utara.

V

GUNUNG Boe Tong San dipropinsi Ouwpak adalah

tempat asalnja ilmu silat Iwee-kee, ahli dalam, disitu

terdapat banjak kuil atau kelenteng, diantara imam2 nja

banjak jang mempunjai ilmu silat sempurna, hingga nama

Boe Tong San atau Boe Tong Pay djadi sangat kesohor.

Begii tulah dikaki gunung itu, didusun Tjauwtiam jang

ketjil, ada bertinggal satu ahli silat Djioe-koen, ahli lunak

atau lemas. jang bernama Poei Yong. Sebab gerak

kepalannja lemas bagaikan kapas, ilmu silat itu djuga

dinamakan Bian-lie-koen, atau Koentauw Kapas. Serangan

ilmu silat ini, kendomja bisa merubuhkan, kerasnja bisa

merusak anggauta2 dalam tubuh. Sedjak dipermulaan

djaman Beng, ilmu silat ini sudah tersiar sampai di

Djepang.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

105

Untuk beberapa puluh tahun Poei Yong tinggal di Tjauw
tiam, kaum Rimba Persilatan tidak ada jang tidak ketahui

ilmu silatnja jang liehay itu, melainkan ia tidak suka terima

murid, ilmu kepan daiannja hanja diwariskan kepada ketiga

anaknja, jaitu seorang puteri dan dua putera: Poei Goat

Kiauw sang kakak dan kedua adiknja, Poei Kong dan Poei

Tjeng. Orang jang keempat, jang turut beladjar bersama,

adalah satu botjah jatimpiatu, jang dirawat sedjak masih

ketjil, jakni Kim Tiong Hoa. Karena botjah ini berotak

terang, berbakat baik serta radjin beladjar, maka

kepandaiannja lebih liehay setingkat daripada Poei Kong

dan Poei Tjeng.

Kemudian setelah Poei Yong meninggal, Poei Kong dan

Poei Tjeng keliru bergaul dengan pemuda2 jang tidak baik

kelakuannja, mereka gemar berdjudi dan lain2 kesukaan

jang sesat, maka dalam waktu dua tahun, habislah warisan

peninggalan orang-tuanja, sedang Poei Goat Kiauw sudah

pergi kerumah mak-luarnja di Gie tjiang. Maka untuk

hidupnja selandjutnja, kedua saudara Poei itu mendjual

silat.

Kim Tiong Hoa, sang soeheng, tidak puas melihat

kesesatannja dua soetee jang muda tetapi tidak

bersemangat itu, maka satu kali ia singgung kehormatan

mereka, untuk memperpanas hati mereka Ia katakan

bahwa kepandaian mereka belum sempurna, belum

mewarisi semua ilmu silat ajahnja.

Benar2 engko dan adik itu gusar, mereka menantang

soehengnja.

Kim Tiong Hoa melajani, mereka adu tenaga khie-kang.

engko dan adik berdua mengerubuti kakak-seperguruan itu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

106

Kim Tiong Hoa keluarkan tenaganja, ia bertahan terhadap

dua lawan itu, tubuhnja berdiri tegak bagaikan tumbuh

akar Selang tidak lama, kakak-beradik itu rasakan kedua

kakinja beku atau baal dan mendjadi kaku, maka ketika

sang soeheng kerahkan tenaganja, mereka rubuh terpental

dua tumbak lebih, muka dan kulit tubuhnja berdarah dan

babak-belur

"Kalian dua machluk jang tak berguna!" sengadja Kim

Tiong Hoa berkata dengan ketus. "Kalian tak mampu

mewarisi kepandaian ajahmu! Sekarang pergi kalian tjari

lain guru, sesudah beladjar pula dengan baik, baharu kalian

datang pula menemui aku!"

Poei Kong dan Poei Tjeng djadi malu, tapi mereka tidak

berani lawan soeheng itu, terpaksa mereka pergi untuk

tjari guru. Sekarang mereka berkehendak keras. Mereka

pergi mendaki Boe Tong San, mereka melalui djalan jang

sukar dan berbahaja didalam rimba lebat. Mereka datangi

beberapa kuil, tapi imam2 disitu biasa sadja

kepandaiannja, hati mereka tak puas. Mereka sering mesti

tidur diatas pohon dengan mengikat tubuhnja pada

tjabang, supaja tak terdjatuh. Paling achir, disebuah

lembah, mereka bertemu satu imam jang bertjokol diatas

pohon, putih rambut dan kumis-djenggotnja, tangannja

menjekal kebutan. Mereka per tjaja bahwa orang tua itu

tentunja seorang berilmu, mereka lantas berlutut memberi

hormat, sesudah perkenalkan diri, mereka memohon

diberikan peladjaran ilmu.

Imam tua itu tanja asal-usulnja Poei Kong dan Poei

Tjeng, setelah ketahui mereka keturunannja Djioe-koen

Poei Yong, dia kata: "Kalian bangun dahulu Aku bukan

dewa, aku tidak punja ilmu. Tapi kalian bisa datang kemari,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

107

mungkin ini ada djodoh jang disebutkan golongan imam.

Aku adalah Tjoat Tim Kiesoe, asal dari gunung Lauw San

di Shoatang, sudah beberapa tahun aku hidup menjendiri

disini. Aku ada punja ilmu silat Tjiong-kie-koen, jang

djusteru memerlukan kalian untuk diudji dengan ilmu silai

Djioe-koen darimu. Ilmu silatku memang istimewa utuk

memetjahkan Noei-koen kepunjaanmu itu. Apabila kalian

sanggup bertahan, baiklah, kalian boleh berdiam disini

untuk beladjar padaku."

Semula ketika mengetahui orang tua itu bukannja dewa,

kakak-beradik itu putus harapan, tetapi setelah mendengar

orang tua itu mempunjai ilmu silat istimewa jang dapat

mengalahkan ilmu silatnja sendiri, timbullah harapan

mereka untuk mengalahkan Kim Tiong Hoa, guna

menuntut balasMereka lantas ambil putusan akan terima

tawaran itu. Demikian sedjak itu, mereka tiinggal bersama

Tjoat Tim Kiesoe untuk menuntut Ilmu silat,

Tjoat Tim ini ialah Tong Long Koen Taysoe, imam dari

kuil Siang Tjeng Klong dl2 gunung Lauw San, ahli ilmu silat

Tong-long atau Tjangtjorang. Tong Long Koen hidup

tenteram dan aman dipropinsi Shoatang, kesohor untuk

kegesitannja, seperti tjangtjorang pandai berlompat dan

menubruk Apa sebabnja kemudian ia berdiam di Boe Tong

San adalah kerena kedjadian jang berikut :

Pada suatu tahun dari See-tjhong, Thibet ada datang

Bwee Hoa Siangdjin, satu pendeta berilmu ia utamakan

ilmu silat Bian-lie-koen tapipun paham Liong Koen dan

Houw Koen ilmu silat Naga dan Harimau, hingga gerakan
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjambaruja gesit bagaikan liong naga dan tubrukannja

bebat bagaikan houw (harimau). Kedjadian dia adu

kepandaian dengan pihak Tong Long Koen, jang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

108

mengadjukan Tjoat Tim sebagai pahlawan Baharu dua

gebrak, Tjoat Tim sudah rubuh. Benar sadja, Bwee Hoa

mempunjai sikap gerakan naga dan harimau, serangannja

bertubi2 bagaikan gelombang. Sjukur mereka hanja

mengadakan pertandingan persahabatan

Karena ragu2 akan kelemahannja Tong Long Koen jang

ia anggap liehay. Tjoat Tim penasaran, ia mendesak minta

Bwee Hoa Siangdjin berdiam di Siang Tjeng Kiong, untuk

mereka berdua mentjoba te rus2an kepandaiannja, tapi

selalu imam Ini kalah dan si pendeta. Meski demikian, si

pendeta tidak mau wariskan kepandaiannja. ia melainkan

mengandjurkan Tjoat Tim memahaminja dengan

menggabung dua rupa ilmu silat itu. Kemudian setelah

Bwee Hoa Siangdjin meninggalkan Lauw San, Tjoat Tim

pun turun gunung untuk merantau, guna tjari kepandaian

terlebih djauh. Kali ini ia tidak peroleh hasil Maka diachirnja

ia berangkat ke Boe Tong San, Ouwpak Djuga distni ia lidak

dapat kelemukan imam jang liehay.

Pada suatu hari Tjoat Tim saksikan sedjumlah burung

garuda terbang melajang-lajang berputaran, dengan

kadang-kadang turun menjambar kebawah kepada seekor

srigala dengan kesudahannja srigaia itu mati daja, tak

dapat melawan kawanan garuda itu. Tjoat Tim lihat tjara

menjerangnja burung2 itu mirip seperti gerakannja Bwee

Hoa Siangdjin. Segera ia dapat ilham akan perhatikan

gerak-geriknja burung2 garuda, jang ia tjampur dalam

Tong Long Koen, jang kemudian ia dapat menirunja. Dan

untung baginja, karena gemar kelajapan digunung,

achlrnja ia peroleh sebuah pohon obat jang mandjur, ialah

jang kita kenal sebagai sioe-ouw.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

109

Untuk memalangkan lebih djauh ilmu2 nja, Tjoat Tim

piara beberapa ekor garuda, hingga ia dapat kesempatan

memperhatikan gerak-geriknja burung2 Itu dengan

saksama ia peroleh hasil memuaskan. Belakangan ia

tiiptakan suatu ilmu silat baru, jang mempunjai iiga-pulub

dua gerakan, jang ia namakan Tjoei-po-koen ? koentauw

Gelombang Air Ia memahaminja selama tiga tahun, ia

hidup dari ubi dan buah2an sadja, hingga tubuhnja djadi

kuat sewadjarnja. Pernah ia pikir mentjari lawan untuk udji

kepandaiannja ini, maka kebetulan sekali, djusteru hari itu

ada da] tang dua saudara Poei itu, maka setelah suatu

pembitjaraan, ia tahan mereka untuk didjadikan kawan,

guna udji kepandaiannja sendiri. Walau kedua saudara itu

tidak memintanjapun, ia memang niat menahan mereka.

Sedjak tinggal bersama, Poei Kong dan Poei Tjeng seria

Tjoat Tim sering adu kepandaian setjara latihan untuk

mengudji masing2 kepandaiannja Dua saudara Poei

keluarkan semua kepandaiannja, Tjoat Tim undjukkan

antero kebisaannja. Selama itu ternjata bahwa Tjoat Tim

lebih unggul, dengan Tjoei-po-koen ia dapat

mempunahkan sesuatu serangannja dua saudara Poei jang

selalu mula kena didesaknja. Sebetulnja dua saudara Poei

sudah dapat mewarisi kepandaian ajahnja. mereka hanja

Kalah Kejakinan dari Tjoat Tim jang berlatihnja luar biasa

sungguh2. Tapi disebabkan mereka sering berlatih

bersama adjar-mengadjari, kedua saudara itu dapat

menjangkok djuga Tjoei-po-koen jtu jang benar lengkapnja

adalah Shatjapdjie-sie Tjoei-po-koen.

Pada suatu hari Tjoat lim kata kepada kedua saudara

Poei itu : "kalian berdiam disini sudah satu tahun lebih

Tjoei-pokoen telah kalian jaklni sempurna, aku pertjaja

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

110

dalam kalangan Boe Tong Pay kalian tidak akan ada

tandingannja, tetapi disebelah itu, aku djuga peroleh

kebaikan dari Djioe-koenmu. Sekarang aku berniat tjari

Bwee Hoa Siangdjin dari See-tjhong, untuk tjoba2 tempur

pula padanja, untuk membuktikan Tjoei-pokoen bisa

mengalahkan dia atau tidak. Dan itu kita berpisah sampai

lain waktu kita bertemu pula."

Poei Kong dan Poei Tjeng setudju pikiran Tjoai Tim itu

Merekapun lantas turun gunung dan berpisahan.

Kemudian ternjata Tjoat Tim berhasil mengalahkan

Bwee Hoa Siongdjin, setelah mana ia kembali ke Shoatang

akan hidup menjenditi digunung Lauw San sama sekali ia

tidak wariskan Tjoei-po-koen kepada siapapun djuga.

Dan Kedua saudara Poei, sepulangnja mereka ini, lantas

mereka dapat tahu bahwa entjie mereka, jakni Poei Goat

Kiauw sedang tjari djodoh dengan djalan adu silat, hingga

kedjadian itu telah menggemparkan kaum Rimba

Persilatan dari beberapa propinsi, dengan Kesudahannja

Goat Kiauw mendjadi isteri ke-dua dari Siok San it-Hoo Pian

Liong jang berhasil mengalahkan padanja sementara itu

mereka dengar bahwa soeheng mereka, Kim Tiong Hoa,

sudah pergi kepropinsi Inlam, akan ikuti pendeta wanita

tua Tam In mempeladjari piauw rahasia Tjoe-bo-piauw,

Tadinja mereka niat tjari Kim Tiong Hoa guna "menuntut

balas, sekarang terpaksa mereka batalkan niat itu,

sebaliknja. mereka menudju ke Gie-tjiang untuk tjari entjie

dan tjiehoe mereka.

Siok San It-Hoo Pian In Liong, sl Burung Hoo Tunggal

dan Slok San, adalah ahli silat Khong Tong Pay sempurna

ilmu silatnja bahagian luar dan dalam, dengan kumpulkan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

111

banjak orang gagah di Utara, ia telah dirikan Tjeng Liong

Hwee ? perkumpulan Naga Hidjau ?, dengan ia sendiri

mendjadi llong-tauw pemimpin dari tjabang di Tiang Kang

ia sangat polos aan terbuka, maka setelah bertjakap

mengenal ilmu silat, kedua saudara Poei tjotjok dengan

tjiehoenja ini. In Liong ingin tolong kedua engkoe atau ipar

itu supaja dapat kedudukan, djuga ia ingin ketahui sampai

dimana kepandaian kedua iparnja itu. Maka beberapa hari

kemudian, In Liong telah mengadakan loeitay (panggung

jang diperuntukkan adu kepandaian), di Boe-han, untuk

kedua ipar Itu mendjadi taytjoenja, ialah orang2 jang

mengepalainja dengan maksud ikat tali persahabatan

kaum kang-ouw. Selama kiraa dua bulan, Poei Kong dan

Poei Tjeng telah rubuhkan banjak orang ternama,

karenanja, terkenallah ilmu silat mereka. Tjoei-po-koen,

hingga selandjutnja, orang gelarkan mereka Boe Tong

Siang-Yan atau Sepasang Walet dari Boe Tong, jaitu Poei

Kong sebagai Tjoan-inyan ? Walet Tembusi Mega, dan

Poei Tjeng sebagai Tiat-ek-yan ? Walet Sajap Besi. Inilah

sebab sikap-geraknja Tjoeipo-koen, mirip djuga dengan

me-njambar2nja burung walet.

Selama dua-puluh tahun lebih kemudian, memang

benar Boe Tong Siang Yan belum pernah menemui

tandingan jang setimpal, karenanja, kaum Rimba

Persilatan menginsjafi benar" liehaynja Tjoei-po-koen,

Koentauw Gelombang Air. Dan selama belasan tahun

mendjadi piauwsoe, kakak beradik itu belum pernah

mengalami kegagalan. Kemudian, Poei Kong undurkan diri

dari piauwkioknja, untuk bersama Pian In Liong dan Kim

Tiong Hoa mengurus pengangkutan dihulu Tiang Kang,

dari mana ia peroleh penghasilan besar, hingga mereka

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

112

dapat djulukan Tiang Kang Sam Hiap ? Tiga Djago Tiang

Kang.

Demikian riwajatnja 2 saudara Poei serta entjienja, In

Liong dan Kim Tiong Hoa. Ketika Pian In Liong menutup

mata, kedua saudara ini sudah memasuki umur setengah

abad, mereka tinggal menjendiri di Tjauwtiam dengan

hidup aman-tenteram, sedang untuk entjienja, Goat Kiauw

mereka bangunkan sebuah rumah sunji di Poan San,

rumah mana diberi nama Tjoat Tim Tjeng Sia, untuk

memperingati kebaikannja Tjoat Tim Toodjin. Sedang Kim

Tiong Hoa, jang terkenal sebagai Keng San Itloo, Tetua

Tunggal dari Keng San, telah mendirikan kuil Tjie Yang

Koan di In Bong San dengan memudja Too Tek Tjin Koen,

dimanapun dibuat sebuah kamar jang sunji dan

terpelengkap sempurna untuk dlrlnja sendiri. Ia telah ambil

beberapa murid, jang pun mendjadi imam pula seperti

gurunja itu, murid2 ini mempekerdjakan katjung2 pelajan,

untuk rawati mereka dan urus kebersihan kuil.

Pada suatu hari anaknja Pian In Liong, jaitu Toa
liongtauw Pian Kim Kong, tiba2 datang ke In Bong San,

didepannja Kim Tiong Hoa, ketua Tjeng Pang ini lantas

sadja mendekam menangis. Kim Tiong Hoa merasa heran,

ia menanjakan sebabnja. Menurut katanja Pian Kim Kong

bahwa ibu-tirinja, Poei Giok Kiauw, sudah binasa

ditangannja In-tiong-kiam Ong Wie Yang dengan sendjata

Lioe-yap-piauw, jang telah mengenai tenggorokannia

ibutiri itu hingga tak dapat ditolong lagi.

Kim Tiong Hoa periksa piauw itu, ia kenali benar piauw

buatannja keluarga Thay-Kek Ong. Ia mendjadi heran,

dalam hatlnja ia kata: "Ong Wie Yang bersama Liok Goan

Hoa pernah datang kepadaku untuk minta tolong

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

113

kutuliskan surat untuk Poei Thaykoen, aku tak sangka dia

telah turunkan tangan djahat. Dengan demikian ini,

tidakkah sama djuga aku jang kasi djalan bagi

kebinasaannja Poei Thay-koen itu? Tak dapat tidak aku

mesti tjampur tahu urusan ini!"

Lantas Kim Tiong Hoa tanjakan keterangannja Pian Kim

Kong mengenai tjara datangnja Ong Wie Yang pada malam

kedjadian itu dan Pian Kim Kong segera karang tjeritera

bohong tapi masuk diakal, dan menuturkannja sambil terus

menangis dan kadang2 tumbuki dadanja, hingga Kim Tiong

Hoa pertjaja akan kebenarannja penuturan itu. Maka

achirnja Kim Tiong Hoa kata: "Baiklah, besok kita pergi ke

Boe Tong San menemui kedua pamanmu untuk
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merundingkan tjaranja menuntut balas. Kau mengatakan

bahwa Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa telah mengatur

akal bersama Hoa Tjeng In dari Hong Tjiang Hwee untuk

mentjelakai ibumu, mengenai ini, kita harus membuat

penjelidikan dahulu. Aku akan titahkan beberapa muridku

pergi menjelidikinja ke Hoa-kay-tjhung, sekalian intai

gerak-gerik mereka, terutama untuk mentjari tahu apakah

Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa masih bersembunji

disana atau tidak."

Dimulut, Pian Kim Kong menjahul "Ja," akan tetapi

didalara hatinja berakal lain. Begitulah malam itu, diluar

tahunja Kim Tiong Hoa ia tjuri dua buah Tjoe-bopiauw,

jang ia simpan ditjampur dalam sebuah kantong piauw,

setelah itu, ia bawa kantong piauw itu kekamarnja Hian

Tjeng dan Hian Tjin, dua muridnja Kim Tiong Hoa dan

berkata kepada mereka itu: "Soeheng, gurumu suruh aku

serahkan kantong piauw ini kepadamu, dan kau berdua

diperintah besok pergi ke Hoa-kaytjhung, untuk awasi Hoa

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

114

Tjeng In. Gurumu berkuatir untuk liehaynja ilmu silat dari

Hoa Tjeng In serta puterinja, jakni Hoa Siang Boe, maka

gurumu memesan kalian, djangan sekali kalian bentrok

dengan mereka ajah dan puteri, hanja kalian bersama

beberapa orang umpetkan diri sadja diempat pendjuru,

untuk menjerang dengan piauw setjara menggelap. Setjara

demikian, kalian tidak akan terdjatuh ditangan mereka itu.

Ten tang tugas ini, besok tak usah kalian tanja2 lagi

gurumu."

Hian Tjeng dan Hian Tjin tahu hubungan diantara guru

mereka dan Pian Kim Kong, mereka pertjaja pesan itu,

maka ketika keesokannja benar? gurunja memerintahkan

mereka mengadjak beberapa saudara lagi ke Hoa
kay.tjhung guna intai Hoa Tjeng In, mereka terima tugas

tanpa tanja ini-itu lagi, mereka berangkat dengan segera,

tak lupa mereka dengan kantong piauwnja masing2.

Adalah Hian Tjin jang malam itu bentrok dengan Hoa

Tjeng In, hingga ia kena ditawan dan ditotok rubuh, dan

kemudian Hian Tjeng serta tiga saudaranja, dengan

serangan pelbagai piauw, bisa rubuhkan Tjeng In dengan

Tjoe-bo-piauw tanpa mereka sadar bahwa mereka sudah

meng gunakan piauw beratjun jang liehay itu. Begitulah,

hampir sadja Tjeng In tewas karenanja.

Dilain pihak, Kim Tiong Hoa bersama Pian Kim Kong

telah pergi ke Tjauwtiam di Boe Tong, dimana mereka

telah temui Poei Kong dan Poei Tjeng.

Ketika itu kedua saudara Poei telah bangunkan sebuah

gedung, jang diberi nama Yong Wan, Taman Kegagahan

untuk peringati ajah mereka. Didalam taman itu dibuat

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

115

sebuah lapangan jang diperuntukkan beladjar silat serta

sebuah ruangannja untuk pelbagai alat-sendjata.

Dua saudara Poei ini, jang ilmu silatnja telah mentjapai

batas kesempurnaan, sudah adjarkan silat kepada anakr

muda dirumah mereka, anak dan keponakan itu didjadikan

barisan "Tjiong-kie-pan" atau barisan penjerbu. Adalah

maksudnja kedua saudara ini, supaja Tjoei-po-koen dapat

diwariskan kepada anak-tjutju mereka setelah dengan

susah-pajah mereka tjari dan mempeladjarinja sehingga

sempurna.

Waktu ia berdjumpa dengan kedua engkoenja itu, Pian

Kim Kong lantas berlutut dihadapan mereka sambil

menangis sedih, hingga mereka djadi heran dan

menanjakan sebabnja kenapa keponakan ini menangis

demikian sedihnja. Setelah Poei Kong dan Poei Tjeng

diberitahukan hal kematian entjie mereka, menurut

karangannja Pian Kim Kong, hampir mereka pingsan bahna

kaget dan sedihnja. Sebenarnja mereka tahu bahwa dalam

kalangan kang-ouw, Pian Kim Kong tidak utamakan

kehormatan, akan tetapi kali ini, mereka pertjaja

keterangannja keponakan ini. Inilah disebabkan karena

ketjintaannja kepada kakak mereka. Mereka anggap tidak

selajaknja Ong Wie Yang bokong entjie mereka hingga

entjie itu terbinasa.

Poei Kong genggam Lioe-yap-piauw, jang Pian Kim Kong

undjukKan sebagai bukti, dengan alis berdiri dan mata

mendelik, ia timpuk menantjap dipenglari, lalu dengan

njarlng ia bersumpah : "Djikaiau aku tidak dapat bunuh

Ong Wie Yang, aku sumpah tidak akan turunkan piauw ini!"

Setelah itu, ia perintah orangnja siapkan pauwhoknja, guna

segera berangkat ke Ngo-tay

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

116

"Djie soetee sabarlah," Kim Tiong Hoa membudjuk.

"Ketika aku berangkat dari In Bong, aku telah utus Hian

Tjeng dan beberapa saudaranja pergi ke Tinkang untuk

intai Ong Wie Yang, maka baiklah kalian ikut aku kembali

dahulu ke Tjie Yang Koan akan lihat Hian Tjeng sudah

pulang atau belum, setelah itu baharu kita berangkat

bersama."

Dua saudara Poei itu suka turut pikiran ini, mereka ikut

Kim Tiong Hoa ke Tjie Yang Koan, tetapi diluar dugaan

mereka, djusteru telah timbui lain kesulitan, hingga

menambah gelombang.

Kita sudah ketahui, ketika Hian Tjeng beramai satroni

Hoa-kay-tjhung, mereka tak sadar bahwa mereka sudah

lukai Hoa Tjeng In dengan Tjoe-bo-piaw jang berbahaja,

hingga Yan Ie Lam mesti pergi ke In Bong untuk tjari obat

pemunah ratjum, tetapi karena mentjuri obat itu, Ie Lam

dan Shie Liang membuat kuilnja Kiro Tiong Hoa terbakar

musnah tanpa mereka ketahui. Maka sepulangnja Kim

Tiong Hoa sakit hatilah ia akan saksikan kuilnja telah

mendjadi korban api. Tapi ia masih belum tahu siapa

pembakarnja kuil itu. Djusteru itu Hian Tjeng berenam

kembali dari Hoa-kay-tjhung. Hian Tjeng duga lukanja Hoa

Tjeng In tidak berbahaja, meski begitu, dilain harinja,

dalam pengintaiannja itu mereka tampak Ie Lam dan Shie

Uang berlalu setjara kesusu, maka mereka segera

menguntit, namun ditengah djalan mereka ketinggalan,

mereka tak sanggup merabajangi Ie Lam jang sempurna

ilmu mengentengkan tubuhnja. Karena mereka menduga

Ie Lam hendak pergi ke Ouwpak, mereka langsung balik ke

In Bong, untuk berikan laporan kepada guru mereka.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

117

Setelah mendengar laporannja Hian Tjeng, Kim Tiong

Hoa merasa pasti, bahwa Yan Ie Lamlah jang membakar

kuilnja, karena ini, ia semakin pertjaja tjeriterakarangannja

Pian Kim Kong perihal kebinasaannja Poei Go-at Kiauw

ditangan Ong Wie Yang. Maka ia kata: "Djiewio soetee,

mari kita berangka2 dahulu ke Ngo-lay untuk bunuh Ong

Wie Yang, kemudian baharulah kita bereskan Hoa Tjeng ln.

machluk tua itu"

Pian Kim Kong girang ketika mendengar kata2 ini,

didalam hatinja ia kata: "Sebenarnja akulah jang binasakau

ibutu-iku, tetapi dengan begitu aku bisa bikin mereka ini

murka, dan akan mewakili aku menjingkirkan Ong Wie

Yang, musuhku. Puaslah hatiku"

Kim Tiong Hoa buktikan perkataannja, berempat mereka

berangkat ke Utara pada keesokan harinja.

Selama itu, Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa sudah

pulang ke Tjhongtjioe, mereka ketemukan Wan Boe Tjioe,

kemudian mereka adjak Boe Tjioe ke Ngotay. Di waktu

mereka hendak berangkai, Poan Liong memperingatkan

mereka: "Kalian telah pergi ke Gie-tjiang, meski kalian

telah dapat pulang batu kumala itu, namun disebelah itu

kalian sudah timbulkan permusuhan hebat, jang sulit untuk

diatasinja, maka kalian harus waspada. Aku pertjaja betul

bahwa Pian Kim Kong jang djahat itu tentu meng-obotf

Boe-Tong Siang Yan. Dengan sebenarnja, aku sendiri tidak

berani lantjang lajani Tjoei-po-koen dan Tjoe-bo-piauw

dari Boe Tong Sian-Yan. Apabila benar mereka tjari kalian,

ingatlah, permusuhan harus dilenjapkan, djangan

diperbesar, supaja kalian djangan menjebabkan kesulitan

bagi Tjeng Liong Hwee kita"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

118

Wie Yang dan Goan Hoa terima pesan itu, bersama Boe

Tjioe mereka lantas pamitan. Mereka naik kereta keledai

menudju ke Nio-tjoe-koan, di Tjie-yang mereka membeli,

tiga ekor kuda, untuk terus menudju ke Utara.

Boe Tjioe baharu berumur tiga-belas tahun tapi ia

bertubuh tinggi dan besar, ia sudah mengerti djuga ilmu

silat, muka ia bisa djalankan kudanja berendeng dengan

Wie Yang dan Goan Hoa.

Berselang dua hari, mereka sudah mendekati Ngo-tay

kira2 beberapa puluh lie lagi. Ketika itu mendekati magrib,

mereka tengah berada ditanah pegunungan dengan

rimbaanja jang lebat Wie Yang dan Goan Hoa djalan terus,

mereka ingin dapat memasuki kota sore itu djuga.

Selagi mereka larikan kuda mereka, tiba2 nda piauw

menjambar sambil perdengarkan suara halus sekali.

"Ada sendjata gelap"In Tiong Kiam teriaki kedua

kawannja, ia dapat mengenali suaranja sendjata rahasia,

iapun mendekam diatas bebokong kudanja.

Goan Hoa djalan belakangan, ia tidak dengar suaranja

Wie Yang, tapi ia sudah berkuatir bagi keselamatannja Wan

Boe Tjioe. Maka ia telah keprak madju kudanja untuk

merendengi Boe Tjioe.

Botjah she Boe itupun tjerdik, ketika sebatang piauw

menjambar kepadanja, ia segera berkelit. Piauw jang

kedua kena disampok tjambuknja Goan Hoa, akan tetapi

piauw jang ketiga, jang menjusul sangat tjepatnja,

mengenai lehernja kuda Boe Tjioe, binatang itu kaget dan

kesakitan. sambil meringkik dia berdjingkrak, maka tak

ampun lagi tergulinglah Boe Tjioe. Sjukur Goan Hoa telah

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

119

berada didekat Boe Tjioe, ia sambar tubuhnja botjah itu

keatas kudanja sendiri. Kuda jang kena sendjata rahasia
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu terus rubuh tak dapat bangun pula.

Menjusul melajangnja tiga sendjata panah itu, empat

orang muntjul dari dalam rimba, jang semuanja bertopeng,

mereka meluruk kepada Ong Wie Yang dan terus

menjerang kaki kudanja.

Wie Yang berlaku waspada dan gesit, sambil hunus

pedangnja ia mendahului lompat turun dari kudanja, belum

ia indjak tanah, ia sudah sampok pergi-dotang sendjatanja

empat penjerang itu, setelah mana, ia balas menjerang.

Satu orang lain, jang berada disebelah belakang,

tinggalkan Ong Wie Yang untuk hampiri Liok Goan Hoa

jang melindungi Wan Boe Tjioe, atas mana, Goan Iloa

mendahului lompat turun dari kudanja untuk dapat

melajaninja ditanah sebagai Wie Yang.

Boe Tjioe tjerdik, ia lompat turun dari kuda, ia lari

sembunji dibelakangnja sebuah pohon besar, dari mana

sambil sembunji ia bisa tonton djalannja pertempuran.

Lawannja Goan Hoa bersendjatakan golok Bwee-hoa
too, setelah melajani beberapa djurus, hingga ia ketahui

golok musuh jang berat, ia mulai ingat bahwa ia agak

mengenali musuh ini. Ia tidak usah men-duga2 lama

segera ia ingat kedjadian pada malam ketika ia dan Wie

Yang pergi ke Poan San dimana Wie Yang bertempur

dengan Pian Kim Kong. Maka segera ia keluarkan ilmu

pedang Siauw Lim Pay adjarannja Poan Liong untuk lajani

orang she Pian itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

120

Ong Wie Yang dipihak lain dikepung tiga lawan akan

tetapi mereka itu tidak bisa lantas rebut kemenangan,

karena mereka kurang leluasa dengan serangan nja, maka

satu diantara mereka lantas sadja lompat mundur sambil

berseru: "Djiwie soetee, aku berdiri diluar untuk

mengawasi, kau berdua sadja lajani binatang ini!"

Kedua orang jang disebut soetee2 itu sekarang

mengepung Wie Yang dikiri dan kanan.

Wie Yang andalkan pedang mustikanja saban2 ia

membabat sendjata kedua lawannja, akan tetapi mereka

Ini tjerdik dan gesit, senantiasa mereka berlompat dan

berbareng balas menjerang dengan seru, hingga selang

sedikit lama nampak nja Wie Yang berada dalam

kedudukan jang tidak menguntungkan.

Setelah bertempur lima atau enam djurus, se-konjong2

Wie Yang menjerang dengan "Tjian sim it-djie-kiam," ialah

mo mutar tubuh sambil membabat, sesudah mana, ia

lompat keluar kalangan, kemudian dengan berdiri diam

snmbil lintang kan pedang didepan dada, ia buka suaranja:

"Tunggu dulu! Aku Ong Wie Yang tidak bermusuh dengan

kalian, kenapa kalian tjegat aku ditengah d Jala n ini dan

lantas menjerangnja? Seharusnja kalian bitjara dahulu biar

terang!"

"Kau, manusia litjik!" demikian salah satu penjerang,

dengan menuding dan kertak gigi dengan sengitnja,

"ketjewa kau mendjadi aehliwaris dari Thay-Kek Ong,

sedikitpun kau tidak punjakan sifat satu laki2! Kenapa

sekalipun terhadap seorang perempuan tua, kau begitu

kedjam untuk membokongnja? Kenapa dengan berkomplot

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

121

rombongan srigala dan andjing, kaupun bakar kuil orang?

Apakah kau hendak sangkal ini?"

"Saudara, pertjuma banjak bitjara untuk mengotori

mulut kita!" kata lawan jang kedua. "Baik kita tjingtjang

binatang ini, untuk lampiaskan penasaran kita !"

Dengan berbareng dua orang itu lompat madju

mengulangi serangannja, golok mereka saling sambar,

mirip dengan serbuannja gelombang.

Ong Wie Yang mendjadi repot, belum pernah ia saksikan

desakan ber-tubi2 demikian itu, ia insjaf bahwa lama2 ia

bisa tjelaka. Maka dengan tiba2 ia lompat mundur untuk

bersedia menubruk musuh. Itulah pertjobaannja jang

terachir.

Akan tetapi diluar dugaannja Wie Yang, kedua musuh

itupun memisahkan diri, dan selagi madju pula, mereka

tidak rapatkan diri, hanja kedua golok mereka jang dipakai

menggentjet pedangnja!

Repot Wie Yang karena gentjetan itu, ia mesti kerahkan

tenaganja untuk melepaskan diri dari gentjetan itu. Tapi

djuga kedua musuhnja telah empos semangatnja. Maka

diachirnja, setelah keluarkan antero tenaga, ketiganja telah

bikin terlepas pedang dan goloknja masing2 djatuh

ketanah.

Kedua musuh benar liehay, begitu lekas goloknja djatuh,

mereka madju dengan kepalannja, sambil menjerang,

mereka berlompat.

Wie Yang pasang kuda2nja, ia mau menggunakan

gerakan "Loan Kiong sia houw" atau "Melengkungkan

busur memanah harimau" guna ringkus kepalan kedua

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

122

musuh, tetapi dengan mendadak, musuh batalkan

serangannja, untuk segera diganti dengan rangsekan

lainnja.

Baharu Wie Yang tangkis kepalan jang satu, atau

kepalan jang lainnja sudah mengantjara mukanja, hingga

ia kaget dan menjangka, kali ini habislah ia. Selagi In Tiong

Kiam dalam keadaan terantjam itu, tiba2 musuhnja

perdengarkan suara kaget, tangannja jang sedang

menjerang itu terus ditarik pulang, dia seperti terkena

serangan gelap. Menjusul itu dari tanah mundjul didekat

mereka bertempur, keluar satu orang disertai suaranja

jang njaring: "Jang banjak menghina sedikit, inilah tidak

adil!"

Semua orang lantas berpaling, hingga mereka lihat satu

hweeshio atau pendeta jang Kepuianja besar, memakai

hanja sebelah tjauw-eh (sepatu rumput), karena sepatunja

jang sebelah lagi, telah digunakan sebagai sendjata

menimpuk lawannja Wie Yang, jang menjebabkan

pertempuran tertunda, hingga Wie Yang lolos dari bahaja.

Wie Yang segera kenali pendeta itu, padri kepala dari

Pek Lok Sian-lim di Ngo Tay San, ialah Twie-hong Mo-tjhioe

Hoat Hong si Tangan Iblis Pengedjar Angin, satu djago

Khong Tong Pay jang kesohor dengan ilmu silatnja

menerkam dan menangkap tangan lawan. Ia segera

berlega hati, ia berdiri diam dipinggiran, dari mana ia lirik

Goan Hoa, jang masih bertempur seru dengan seorang

bertopeng lainnja. Iapun tjoba tjari pedangnja, tapi

sendjatanja itu telah hilang, entah siapa jang sudah

mengambilnja, hingga ia djadi sibuk dan mendongkol

djuga.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

123

Dua musuh itu sudah lantas bitjara kepada sipendeta,

jang mereka pun kenal:

"Hoat Hong Taysoe, harap kau djangan tjampur urusan

Ini!" demikian kata jang satu. "Djahanam ini sudah bunuh

entjieku, diapun telah perintah orang pergi bakar kuilnja

soehengku! Bagaimana kau bisa tjegah kami membuat

perhitungan dengannja ?" Dia tuding Wie Yang, agaknja

dia sangat gusar.

Ketika itu Liok Goan Hoa dan lawannjapun telah berhenti

berkelahi, keduanja sama2 datang menghampiri.

Sipendeta madju lebih dekat, ia rangkap kedua

tangannja.

"Sedari tadi aku umpetkan diri, dari ilmu silat jang kalian

perlihatkan, sudah lantas aku kenali djiewie hiantit,"

berkata ia. "Didalam dunia ini tidak ada urusan jang tidak

dapat dibereskan, umpama kekerasan mesti digunakan, itu

haruslah didjelaskan terlebih dahulu. Itulah aturan umum

dalam dunia Rimba Persilatan jang kalianpun telah

mengetahuinja. Apalagi dalam hal mereka dari pihak Tjeng

Liong Hwee, jang mempunjai aturan keras. Seharusnja

urusan ini kalian sampaikan dahulu kepada Poan Liong

Tjiang-in. Apabila kedua tuan Ong dan Liok ini benar2

bersalah, diwaktu itulah aku tanggung Poan Liong Tjiang
in akan biarkan kalian hukum mereka."

Dua orang bertopeng itu mendjadi ragu2. Mereka adalah

Boe Tong Siang-Yan, sedang orang jang berdiri mengawasi

pertempuran adalah Kim Tiong Hoa, dan orang jang lajani

Goan Hoa memang Pian Kim Kong adanja Dua saudara

Poei ini bersangsi oleh karena Hoat Hong Hwee shio itu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

124

adalah saudara angkalnja Tjoat Tim Toodjin dan mereka

tahu baik ke liehayannja pendeta ini.

Kim Tiong Hoa tahu aturan, ia mendekati dan kata pada

kedua soeteenja itu. "Djiewie soetee, baik kalian terima

usulnja Hoat Hong Taysoe ini, marilah kita djandjikan Poan

Liong Taysoe untuk mengadakan pertemuan guna

membereskan urusan ini. Pada waktu itu kita nanti lihat

bagaimana dia ambil putusan. Kalian toh tidak usah ku tir

kedua binatang ini bisa lolos, bukan?"

Poei Kong dan Poei Tjeng lihat tiada lain djalan, terpaksa

mereka terima baik usulnja Hoat Hong Dibalik itu, Pian Kim

Kong djadi sangat ketjele dan masgul. te tapi iapun tidak

berani buka suara, sebab ia mesti hormati orang jang

dipandang lebih tua.

Hoat Hong pun tanja Ong Wie Yang dan Lian Goan Hoa,

apa mereka akur dengan usul itu.

Tentu sadja Wie Yang dan Goan Hoa setudju.

"Baiklah," kata Hoat Hong kemudian, "sepuluh hari lagi,

kita nanti bertemu di Ong-kee-tjhung di Ngotay. Akulah

jang nanti undang Poan Liong Tjiang-in, untuk dia

mewakilkan pihak Tjeng Liong Hwee."

Setelah itu, Kim Tiong Hoa kembalikan pedangnja Ong

Wie Yang, njatalah ia jang djemput pedangnja In Tiong

Kiam.

Wie Yang dan Goan Hoa lalu tjari Boe Tjioe, mereka kasi

hormat dan pamitan pada Hoat Hong, sedang Boe Tong

Siang Yan berlalu bersama dua kawannja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

125

Sang hari djalan tjepat sekali, dengan tak terasa,

sampailah sepuluh hari jang didjandjikan itu.

Poan Liong Tay-hiap telah terima surat undangannja

Hoat Hong Hwee-shio, jang dikirim dengan perantaraan

pihak Ongkee-tjhung. Ia insjaf bahwa urusan benar2 telah

djadi hebat, maka sebagai ketua Tjeng Liong Hwee, tak

dapat tidak ia mesti hadir.

Dihari jang didjandji, Hoat Hong Hweeshio sampai di

Ong-kee-tjhung ber-sama2 Boe Tong Siang Yan, Kim Tiong

Hoa dan Pian Kim Kong. Poan Liong datang bersama Wie

Yang dan Liok Goan Hoa.

Segera setelah kedua pihak ambil tempat duduk

masing2 dan Hoat Hong mengadakan pembukaan, Pian

Kim Kong madju bitjara akan tuturkan djalnnnja

bagaimana Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa menjelundup

ke Poan San dimana Wie Yang serang ibunja dengan lioe
yappiauw mengenai tenggorokannja sehingga ibunja

binasa karenanja. Untuk memperkuat tuduhannja, Kim

Kong serahkan bukti piauw kepada Poan Liong Tay-hiap.

Sehabis Pian Kim Kong, lalu Kim Tiong Moa madju

kemuka, mentjeritakan bagaimana selagi ia meninggalkan

kuilnja, Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa sudah utus Yan

Lam datangi kuilnja dan melepas api sehingga kuilnja

musnah, lapun tun djuk Hian Tjeng muridnja, jang telah

melihat Yang Lam dan kawan menudju ke Ouw-pak.

"Sekarang mari kita bikin terang dahulu perkara darah

di Poan San," kata Poan Liong Tay-hiap setelah ia dengar

kedua tuduhan itu "Perkara tuduhanmu saudara Kim,

adalah mengenai Hong Tjiang I-Twee dengan Ang Teng

Kauw, dalam hal itu kami pihak Tjeng Liong Hwee tidak

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

126

merdeka untuk mentjampurinja, sedang tuduhan Ong

Hiantit menjarah orangpun tidak ada buktinja."

Lantas Poan Liong suruh Ong Wie Yang tuturkan perihal

pertemuannja kepada Poei Thay-koen hari itu.

Ong Wie Yang tjeriterakan djelas duduknja hal sesudah

mana, ia beber rahasianja Pian Kim Kong siapa setelah sam

buti piauw, sudah teruskan sengadja bokong Poei Thay
koen, melulu untuk fitnah padanja. Untuk ini, ia madjukan

Liok Goan Hoa sebagai saksi.

Mendengar itu. Pian Kim Kong ber pura2 menangis.

"Djahanam!" katanja seraja menuding Wie Yang. "Kau

tuduh aku bunuh ibu sendiri, semua orang dikolong langit

tak akan ada jang mempertjajainja ! Kau lihat, bukti lioe
yap-piauw toh ada disini Sangkalanmu ini terlalu aneh dan

tak masuk diakal!"

Sampai disitu perundingan mendjadi kalut, masing2

pihak perkuatkan keterangannja sendiri, melihat mana,

Hoat Hong mendjadi bingung. Ia sebagai pihak luar tak

dapat ia tjampur bitjara, raaksudnjapun hanja untuk

mengakurkan mereka.

Poan Liong djuga bersangsi, apapula disamping itu ia

ingat tugasnja untuk melindungi Wan Boe Tjioe.

"Begini sadja" kata ia achirnja sambil berbangkit. "Kalian

semua boleh tempur Ong Wie Yang. Tapi kita kaum kang
ouw ada punja aturan sutji, ialah bertempur satu lawan

satu, begitu baharu tjaranja satu hoohan!"

"O-mie too-hoed!" Hoat Hong menjebut.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

127

Poei Kong tidak tunggu sampai pendeta itu bitjara, ia

sudah lantas hunus goloknja, terus ia lompat kedepan

paseban, dan mana ia berseru: "Ong Wie Yang, lekas

keluar untuk terima binasa!"

Ong Wie Yang djuga tidak sudi mengalah, dengan bawa

pedangnja ia bertindak kepenantangnja itu, maka dalam

sekedjab mereka sudah bertempur.

Semua orang turut berbangkit akan pergi kepaseban,

mereka berdiri dikedua sisi, untuk menjaksikan

pertempuran mati-hidup itu.

Pian Kim Kong mempunjai niat kedji, ia tempatkan diri

didekat tihang, diam2 ia merogo sakunja mengeluarkan

sebatang tjoe-bo-piauw jang ia dapat tjuri dari Kim Tiong

Hoa. Ia menunggu saatnja kedua lawan bertarung hebat,

mendadak ia ajun langannja menjerang Wie Yang dengan

bokongannja.

Poan Liong Tay-hiap ambil tempat menghadapi pihak

Boe Tong Siang Yan, ia memasang mata kepada pihak

lawannja Wie Yang itu, maka ia dapat lihat gerakan

tangannja Pian Kim Kong, begitu lekas sendjata rahasia

berkelebat, ia segera lompat untuk menjambutinja, tapi

begitu lekas djuga ia dengar suaranja tjoe-bopiauw, ia

terperandjat, ia ubah gerakan langannja, bukan untuk

menangkap tetapi ia bentur sendjata itu kelain djurusan, ia

sendiripun segera berdongko. Maka ketika piauw itu

bekerdja, tiga djarumnja jang beratjun menjambar kelain

arah, dan piauwnja sendiri djatuh disatu podjok.

Kedjadian ini dapat dilihat djuga oleh semua orang.

Djusteru itu, Pian Kim Kong mendjadi gusar, sambil hunus

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

128

goloknja ia lompat kepada Poan Liong, untuk serang ketua

Tjeng Liong Hwee ini.

"Pian Kim Kong, djangan turunkan tangan djahat!"

membentak Liok Goan Hoa, jang lompat bersama

pedangnja merintangi orang she Pian ini, hingga berdua

mereka djadi bertarung.

Karena pertempuran terdjadi dalam dua rombongan,

suara beradunja sendjata bertambah seru.

Djusteru itu, dari loteng tertampak berkelebatnja dua

bajangan turun kegenteng depan. Dengan matanja jang

awas, Poan Liong lihat satu bajangan mengempit orang,

ialah Wan Boe Tjioe, sedang bajangan jang belakangan

mengiringi kawannja itu.

Dalam kagetnja Poan Liong berseru: "Kuku garuda tjulik

orang!"

Tahulah semua orang bahwa kuku garuda adalah

orang2nja pembesar negeri.

Menjusul teriakannja itu, Poan Liong pun sudah lantas

lompat memburu keatas genteng, dibelakangnja menjusul

Poei Kong. Kuku garuda adalah musuh umum kaum kang
ouw.

VI

Tjoan-in-yan Poei Kong sedang tempur Ong Wio Yang

tetapi ia dengar seruannja Poan Liong Tay-hiap, ia lantas

ingat botjah tjakap jang kudanja rubuh dipanah ketika

pihaknja tjegat Ong Wie Yang ditengah djalan, maka itu, ia

lompat menjusul Poan Liong, untuk mana terlebih dahulu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

129

ia tahan satu serangannja Wie Yang sambil ia serukan:

"Sabar dulu!"

Poan Liong lihat dua bajangan telah sampai

dipekarangan depan, dengan lompatan "Yan-tjoe twie in"

atau "Burung walet mengedjar mega", segera ia mendekati

bajangan jang terbelakang, disaat ia hendak menjerang

dengan pedangnja, Djoan-kong-kiam, tiba2 bajangan itu

membalik tubuh dan sebelah tangannja diajun, suatu

(jahaja kuning emas inenjam bar kearah mukanja Poan

Liong.

Itulah sendjata rahasia. Tak sudi Poan Liong

menjambuti sendjata itu atau menangkisnja, ia tak ingin

mensiasiakan waktu, ia teruskan berlompat madju, hingga

serangan lewat dibawahan kaklnja. Ka rena kelitan ini,

tjahajn jang merupakan seperti beberapa bintang itu,

menjambar terus kearah Poei Kong jang ber-lari2

dibelakang ketua Tjeng Liong Hwee ini.

Tjoan-in-yan, si Walet Tembusi Mega, lihat sambarannja

beberapa sinar itu, de ngan sebnt ia menangkis dengan

sendjata rahasianja sendiri jaknl piauw badja tjh lee kong
piauw, hingga sendjata rahasia sikuku garuda, jaitu kim
tjhie-piauw atau piauw uang langtjhie. terpukul djatuh dan

djatuh berserakan diatas genteng dengan menerbitkan

suara berisik.

Dan Poan Liong dengan lompataniija jang pesat, sudah

mendekati kedua bajangan didepannja itu, lagi2 bajangan

jang terdekat membalik tubuhnja, kali ini dla membabat

dengan batjokannja.

Dengan satu lompatan kesamping kiri, Poan Liong

luputkan diri dari batjokan itu, berbareng iapun.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

130

menangkis, hingga kedua sendjata beradu memuntjratkan

lelatu api.

Menggunai ketika kawannja menjerang. orang jang

menggendong Wan Boe Tjioe berlompat kedalam sebuah

gang ketjii, untuk menjingkir terus.

Poan Liong tahu ia dirintangi, supaja sitjuiik dapat lolos,

selagi ia hendak mengedjar, kembali ia dibatjok

penjerangnja, hingga ia mendjadi sibuk dan kewatir.

Boe Tjioe kena dibawa menjingkir.

Selagi ia menangkis, ia lihat seorang lompat turun dari

atas genteng mentjegat tjulik jang melarikan Boe Tjioe itu,

iapun lantas mengenali pentjegat itu adalah Tiat-ek-yan

Poei Tjeng si Walet Sajap Besi. Karena ini, halinja mendjadi

sedikit lega.

Tjulik Itu segera diserang Poei Tjeng, dia berkelit sambil

mendek diri, lalu dia berbangkit sambil balas menjerang,

hingga Poei Tjeng mesti berlompat dari serangan itu.

Sebagai ahli silat Tjiong-kiekoen, orang she Poei ini

undjukkan kegesitan tubuhnja. Begitulah ia lompat kekiri,

dari situ ia keluarkan kedua tangannja menjerang iganja

tjulik itu agar dengan demikian Boe Tjioe terlepas dari

kempitannja.

Akan tetapi tjulik itu sangat tjerdik dan litjik, atas

serangan itu, ia djusteru tjekal Boe Tjioe, tubuh siapa

dimadjukan sebagai perisai, untuk tangkis serangan lawan.

Menampak ini, terpaksa Poei Tjeng batalkan serangannja,

untuk ubah itu dengan gerakan "Pek Gee boe kim" atau
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pek Gee menabuh kim", diteruskan menjerang bebokong

musuh dengan Tiat-see-tjiang, pukulan "Tangan Besi".

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

131

Apabila serangan tangan ini mengenai sasarannja,

tjelakalah orang jang diserang nja, akan tetapi pentjulik itu

njata seorang liehay, ia sudah lantas bisa lihai perubahan

gerakan lawannja, dengan tidak kalah gesitnja ia berkelit

sambil memutar tubuh, sebelah tangannja dimadjukan

kemuka lawan, untuk dengan dua djarinja menjambar

sepasang matanja lawan itu. Inilah jang disebut ilmu

pukulan "Djte liong tjhio tjoe" atau "Dua ekor naga

memperebutkan mutiara", suatu d urus dari Tjap-djie-sie

Kim-na-hoat, ialah "Duabelas djalan menangkap
menjekal".

Terpaksa Poei Tjeng tarik pulang tangannja, menjusul

mana, pentjulik itupun segera mundur tetapi bukan untuk

lari, maka kembali mereka madju untuk saling tempur pula.

Segera Poei Tjeng kenali ilmu silat sipentjulik itu, ialah

dari golongan Thian San Pay, karena mana, ia segera

keluarkan ilmu silatnja, Tjiong-kie-koen, untuk dapat

melajani dengan sungguh2. Satu rintangan baginja ialah ia

harus berkelahi dengan hati2 sekali, karena musuh itu

terus pegangi Boe Tjioe dan ada kalanja pula digunakan

sebagai perisai untuk menjelamatkan dirinja, sedang Tiat
ek-yan tak ingin tjelakai botjah itu, jang djusteru ia hendak

tolongnja.

Sesudah bertempur sekian lama, Poei Tjeng nampaknja

terdesak, hingga ia mesti mundur, setelah mana,

musuhnjapun mendadakan lompat mundur, untuk terus

memutar tubuh dan lompat lari.

Menampak larinja sang musuh, Poei Tjeng berlompat

dengan pesat, untuk mengedjar pula. Tadi memang ia

sengadja main mundur untuk tjari ketika jang baik. Dalam

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

132

ilmu enteng-tubuh, atau lari dan berlompat tjepat, si Walet

Sajap Besi memang sangat andalkan kepandaiannja ini,

apapula ia tahu bahwa musuhnja lari sambil mengempit

satu botjah.

Begitulah mereka kedjar-mengedjar, mereka telah

lewati sebuah loteng didepan mana ada sebuah kuil.

Dengan lantas tjulik itu lompat naik kepajon diudjung kuil,

agaknja dia hendak naik kegenteng pendopo. Dia

berlompat dengan tjepat sekait Akan tetapi se-konjong2

dari sampingnja, Tiat-ek-yan Poei Tjeng telah dapat

menjusul, malah sambil dibarengi serangan tangan kanan

dengan tangan kirinja dipakai melindungi dada. Itulah ilmu

silat "Tjoeipo-koen" jang Poei Tjeng dengan susahpajah

dapat peladjari selama tiga tahun dibawah pimpinan Tjoat

Tim Toodjin di Boe Tong San, salah satu dari tiga-puluh

dua djurus jang liehay, jang dinamakan "Tjiong-koen go
tjiang" atau "Kepalan serbuan, telapakan tangan rebah".

Sang tjulik baharu menaroh kakinja atau serangan

sudah sampai, ia dapat melihat serangan itu walaupun

dalam keadaan terdesak sebagai itu, maka segera ia

memutar tubuh, ia membabat kebawah. ia pertjaja, setelah

tangkisan ini jang berbarengpun merupakan serangan,

musuh tak akan dapat tjapai maksudnja. Akan tetapi ia

menduga keliru, ia tak tahu bahwa Tjoei-po-koen. ilmu silat

"Gelombang Air", djusteru mempunjal gerakan salingsusul

seperti gelombang saling menjambar dan saling menindih.

Demikian serangannja Poei TJeng mendjadi ber-tubi2,

sekedjab sadja sudah mentjapai dua-puluh djurus. Karena

ilmu silat inipun mirip dengan "Pek Hoo Koen" atau ilmu

silat "Burung Hoo Putih".

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

133

Baharu setelah didesak ber-ulang2, tjulik itu mendjadi

repot, hingga beberapa kali tubuhnja terkena seransan,

walaupun lubuhnja tanggu, toh achimja ia merasakan sakit

djuga, maka satu kali terpaksa ia mesti lepaskan Boe Tjioe

dari tjekalannja. Dan ini terdjadi djusteru selagi ia berada

dipinggir pajon, hingga, tubuh stbotjah terdjatuh kebawah

genteng. Kalau botjah ini djatuh mengenai tanah,

remuklah tentu tubuhnja jang muda-lemah itu.

Poei Tjeng bingung sekali melihat botjah itu terlepas dari

tjekalan musuh selagi ia menjerang hebat, tak sempat ia

menolongi botjah itu, bahna kagetnja, sampai ia mendjerit

"Tjelaka!" dan mengeluarkan keringat dingin.

Djuga Poan Liong Tay-hiap tak dapat datang menolongi,

ia sedang sangat "digeretjoki" musuhnja jang teruskan

merintangi nja.

Dalam saat segenting itu, se-konjong2 kelihatan

muntjulnja satu orang dibawah pajon, orang mana keluar

dari tempat jang gelap tepat dibawahnja Boe Tjioe, hingga

ketika tubuh sibotjah itu djatuh, dengan mudah orang itu

ulur kedua tangannja menjanggapi dan memeluknja.

"Bagus kau datang, koko!" serunja Poei Tjeng, jang

segera kenali orang itu, jang memang bukan lain daripada

Poei Kong.

Tapi djusteru itu, Poei Kong telah diserang piauwnja

sitjulik siapa, selagi Poei Tjeng berseru, sudah gunai ketika

itu lari naik keatasan genteng darimana dia menjerang

dengan Kim-tjhie-piauw beruntun-runtun, sampai dua
belas kali.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

134

Poei Tjeng terkedjut menampak kakaknja dibokong

setjara demikian, selagi sikakak itu memeluki Boe Tjioe.

Dalam keadaan sebagai itu, tak sempat ia menolongnja.

Akan tetapi Tjoan-in-yan Poei Kong benar liehay, ketika

ia dengar sambaran angin sendjata rahasia itu, ia segera

berkelit sambil membuang diri ketanah dan bergulingan,

tubuhnja Boe Tjioe ia lindungi dengan tubuhnja sendiri, lalu

dengan kakinja ia sampok beberapa batang piauw jang

menjambar itu.

Ketika Poei Tjeng berpaling kearah musuh, musuh itu

sudah tak kelihatan meski bajangannja pun, maka

sekarang ia tak kepalang lega hatinja. Ia bersjukur kepada

saudaranja, jang datang disaat sepenting itu. Ia tidak tahu

bahwa sedjak tadi kanda itu tanpa rintangan sudah

membajanginja, untuk dimana perlu segera dapat

membantunja. Maka datangnja tepat selagi Boe Tjioe

terantjam bahaja maut.

Karena lebih perlu melindungi sang botjah, Poei Kong

dan Poei Tjeng tidak pikir untuk kedjar musuh mereka.

Dipihak lain, Poan Liong Tay-hiap sudah desak

musuhnja, ia kirim satu babatan berbahaja, jang disusul

satu suara menjereset. Itulah hasilnja serangan "Badai

menjapu daun," jang mengenai ikat kepala musuh, siapa

masih bisa berkelit, hingga kepal2nja luput berkenalan

pedangnja ketua dari Tjeng Liong Hweeitu.

Meskipun demikian, kawan pentjulik itu masih tidak

mendjadi takut, sebaliknja dengan suara dingin dia kata:

"Kau beruntung, binatang ! Hari ini tuanmu kasi tempo

kepalamu tinggal tetap dibatang lehernja, untuk dititipkan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

135

dahulu!" Lalu, setelah tertawa mengedjek, ia melenjapkan

diri ditempat gelap.

Poan Liong tidak niat menguber, karena ia lihat sibotjah.

Boe Tjioe, sudah ketolongan.

Achirnja, bertiga mereka balik ke OngKee-tjhung dimana

mereka disambut oleh Kim Tiong Hoa, Pian Kim Kong dan

Liok Goan Hoa. jang datang menjusul, lalu ber-sama

mereka balik kerumah.

Pertempuran mereka jang sedang menghebat tadi,

tertunda karena muntjulnja Kawanan pentjulik, tapi

sekarang, setelah Boe Tjioe ketolongan, mereka timbulkan

pula soal pertempuran mereka Itu.

Kali ini, Pian Kim Kong sibuk sendirinja. Dialah biang

gara2 pertempuran itu, ia ingin supaja dua saudara Poei

dan Kim Tiong Hoa bikin perhitungan denean Ong Wie

Yang. Ia mengerti bahwa apabila perdamaian dapat

penjelesaian, tjelakalah ia sedikitnja ia akan dapat malu

besar. Bukankah dengan demikian rahasianja akan

terbuka? Apa daja sekarang? Ia segera dapat akal.

"Ong Wie Yang!" ia lantas berseru sambil lebih dahulu ia

gebrak medja dengan goloknja ? golok Bwee-hoa-too.

"Kuku2 garuda sudah kabur, maka marilah kau keluar

untuk terima binasa! Kau harus ingat, kau telah binasakan

ibuku dengan membokong!"

Kata2 djumawa ini dikeluarkan tanpa Pian Kim Kong

perdullkau djusteru waktu Poan Liong Tay-hiap sedang

haturkan terima kasihnja kepada Poei Kong dan Poei Tjeng,

jang sudah bantu ia menolongi Wan Boe Tjioe. Mendengar

itu, Poan Liong tidak mendjadi gusar, sebaliknja ia tertawa.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

136

"Sabar, Toa-liongtauw," kata Poan Liong kepada ketua

Tjeng Pang dari Tiang Kang itu. "Urusan kita kedua pihak

bukannja tak ada dajanja untuk didamaikan, mengapa kita

mesti andalkan tenaga kekerasan sadja untuk

membereskannja? Sekarang aku sedang memikir untuk

mohon Hoat Hong Tiangloo mendjadi pihak ketiga untuk

mengirimkan wakilnja pergi kerumahmu membuat

penjelidikan atas kedjadian malam itu, nanti hasilnja

penjelidikan itu kita rundingkan pula untuk didjadikan

dasar siapa benar dan siapa salah"

Pian Kim Kong tidak tunggu sehingga orang bitjara

habis, ia sudah memotong: "Poan Liong!" bentaknja, "aku

bukannja satu botjah tjilik, tak dapat kau gunai lipu-dajamu

untuk memperlambat penjelesaian! Sekarang, dihadapan

kedua iparku, aku sumpah hendak binasakan musuh dari

ibuku!"

Kembali Pian Kim Kong menghantam kan goloknja

dimedja, hingga udjung medja kena dibatjok terpapas!

Ong Wie Yang berdiri berdampingan Liok Goan Hoa, ia

tak dapat menahan sabar pula, maka sambil hunus

pedangnja ia berseru: "Pian Kim Kong, kau telah sembur
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang dengan darah! Apakah kau sangka aku takut

kepadamu?"

Lalu dengan satu lontjatan pesat, Wie Yang pergi

kedepan.

Suasana djadi sangat tegang, tetapi djusteru disaat itu

diatas loteng kembali terlihat berkelebatnja dua bajangan,

satu diantaranja sambil mengempit orang, kedua bajangan

itu agaknja hendak lontjat turun.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

137

Semua orang terkedjut, lebih2 Poan Liong Tay-hiap,

jang hatinja djadi bimbang. Karena segera ia ingat Boe

Tjioe! Mungkinkah orang tjulik pula botjah itu? Apa benar

musuh, setelah pergi jang satu, datang pula jang lain?

Djuga Boe Tong Siang-Yan dan Kim Tiong Hoa sudah

lantas lompat keluar, sedang kedua bajangan itu bergerak

sangat tjepat, bagaikan menjambarnja dua ekor serak atau

burung malam.

Djusteru itu terdengar suara dalam bahasa rahasia:

"Saudara2 huruf 'akur', inilah Kim-leng Yan!"

Belum suara itu dikeluarkan semua, Goan Hoa sudah

menjambuti:

"Yan Hiantee disana?"

"Ja!" sahut suara itu, disusul dengan lompat turunnja

orang itu sendiri.

Liok Goan Hoa sudah lantas lintangkan goloknja didepan

orang banjak, untuk mentjegah semua orang mendekati

bajangan itu.

"Tenang, saudara2!" demikian orang she Liok ini. "Inilah

soetee Yan Ie Lam dari Kim-leng!"

Turunnja Yan le Lam jang telah berdiri didepan orang

banjak itu disusul oleh bajangan jang kedua, maka orang

lihat njata dihadapannja berdiri satu pemuda umur dua
puluh tahun lebih, mukanja bersemuh merah, dengan

seorang pemuda tjakap-ganteng berdiri pula

dibelakangnja, kulit mukanja putih, tanpa kumis atau

djenggot. disebelah lengannja ada mengempit seorang

perempuan jang mukanja terselubung ikat-kepala. Kedua

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

138

pemuda ini mengenakan ya-heng-ie ? pakaian untuk

keluar malam.

Semua orang, kenal atau tidak, heran atas datangnja Ie

Lam serta kawannja itu jang bukan lain orang daripada Hoa

Siang Boe, jang menjamar sebagai satu pemuda. Pihak

jang kenal baharulah dapat mengenali Siang Boe sesudah

mereka mengawasi sekian lama.

Segera djuga Liok Goan Hoa memperkenalkan dua

orang ini kepada semua hadirin disitu, terutama kepada

mereka jang belum mengenalnja. Antara lain Boe Tong

Siang-Yan, Kim Tiong Hoa telah kenal Ie Lam karena Liok

Goan Hoa pernah adjak saudara seperguruan ini

mengundjungi padanja diwaktu Goan Hoa mohon

dituliskan surat perantaraan untuk Poei Thaykoen. Adalah

Pian Kim Kong jang menghadapi Ie Lam ini mendjadi mata

merah kalau mereka bukan berada diantara orang banjak,

pasti ia sudah lantas menerdjang musuhnja ini.

Dipihak Ong-kee-tjhung sendiri, mereka merasa heran

atas kedatangannja Pat Pie Long-koen, merekapun men
duga2, siapakah wanita jang dikempit Hoa Siang Boe itu.

Sudah diketahui, setelah menikan di Tin-kang, Ie Lam

dan Siang Boe telah ikut It Tim Kie-soe Shie Liang

berangkat pulang ke Shoatang. Dalam perdjalanan ini,

selagi mereka melewati Lamkhia. ditengah djalan mereka

telah bertemu Tiat-seetjiang Ghak Djie Siong si Tangan

Pasir Besi, jang sudah antarkan Wan Boe Tjioe ke

tjhongtjioe, dari mana ia terus pergi ke Tong San menemui

Oey Bwee Kie-soe seperti didjandjikan.

"Bagus kau telah datang!" berkata Oey Bwee kepada

orang she Ghak ini. "Djusteru ada urusan penting untuk

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

139

mana perlu kau jang mengerdjakannja! Sekarang telah

terbit kedjadian sulit dalam Tjeng Liong Hwee, aku kuatir

Poan Liong Tjiang-in tidak dapat menjelesaikannja dalam

waktu pendek. Sekarang pergilah kau ke Sioetjian, disana

kau menantikan Ie Lam dan Siang Boe suami-isteri. kau

mesti adjarkan mereka berbuat begini" Lantas ia berikan

pendjelasannja. "Setjara begini, urusan sulit itu akan dapat

dibikin terang Aku telah menghitung2, dalam perdjalanan

pulang ke Shoatang. Ie Lam berdua akan lewat di Sioe
tjian. Maka kau lekaslah segera pergi!"


Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah Animorphs 12 Kuman Pengacau Rachel Senja Di Himalaya Inheritance Of Lose

Cari Blog Ini