Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 10
menghalangi ketua neraka dunia itu.
Tjian Leng muntjul pula bersama si boe soe jang ia terus
bawa berenang menghampirkan geteknja Tjong Lioe
hingga sasterawan itu bisa membantu ia mengangkat naik
orang2 tawanan itu, jang sudah seyengah mati.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
614
Selagi melajani orang berkelahi, In Teng masih sempat
menoleh pada Houho.
"Djie tee apakah kau djuga memusuhkan aku ?" tegor
ia.
Tjong Lioe tertawa.
"Aku tidak membantu pada pihak mana pun djuga,"
sahutnja. "Apakah tak boleh aku menonton kamu dua
saudara bertempur satu dengan lain ?"
In Teng terkedjut.
"Mungkinkah dia ini Thian Tie KoayHiap adanja ?"
pikirnja. "Tjong Lioe toh bilang, aku berkelahi dengan
saudara sendiri"
Pihak lain sudah menjerang seru, dengan ilmu silat
kaum Tiang Pek Pay. Tjoba lawan bukannja Tiat-ma
Sinkang, dia pasti sudah tak sanggup melajaninja Sebagai
ahli dari Heng-Liong Go-Houw Pay dan dengan pedang dari
Ngo Bie Pay. In Teng bisa melawan dengan baik.
Pedangnja pun tak usah kalah dengan pedang Tjeng
hongkiam dari Ong In Liong, ialah orang jang muntjul dari
dalam telaga itu.
Diam2 Tjong Lioe kagum dan merasa sajang menampak
ilmu silatnja orang she Soe itu jang mentjoba mendesak
Thian Tie Koay-iiiap.
Sambil bertempur. In Teng pun berpikir.
"Memang aku tahu aku mompunjai satu saudara
kandung seibu bernama Ong In Liong jang untuk banjak
tahun aku tak tahu dimana boradanja. Apabila lawanku ini
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
615
benar dia adanja, dia pasti Thian Tie Koay-Hiap atau
sebaliknja"
Memang tidak ada orang Kwan-gwa jang tidak tahu
Thian Tie Koay-Hiap, tapi nama benarnja tjuma beberapa
djago silat jang berdekatan sadja tahu dia adalah Ong In
Liong. Malah Beng-sie Sam Eng sendiri membutuhkan
penjelidikan sekian lama, baharu mereka ketahui siapa
sebenarnja Thian Tie Koay-Hiap itu.
"Tahan dulu " dia berseru, setelah mentjoba memutar
pedangnja akan putar djuga pedang lawan, hingga
keduanja mundur sendirinja. "Adakah kau Ong In Liong?"
Orang itu mementang kedua malanjal jang tjeli
"Memang aku Ong In Liong, ialah kakakmu !" sahutnja
dengan keren. "Sudah sememijak beberapa puluh tahun,
dimatamu tidak ada kakakmu ini ! Benarkah baharu
sekarang sadja kau mengenal aku?"
"Bagaimana dapat aku tidak memikirkan kau ?" sahut In
Teng dengan pelahan. "Tjuma suasana jang membikin tak
dapat aku segera mengenalimu...."
"Angin busuk!" In Liong berseru. "Ketika dulu kau mulai
turun gunung, guru mu Seng Siauw Toodjin, telah pesan
kau untuk pergi ke Thian Tie menemui aku. Akan tetapi kau
djusteru telah pergi ke Inlam dimana kau telah bikin tjelaka
saudaramu seperguruan Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng !
Sekarang tak usah kau banjak omong ! Kau mesti
menjerah, manda kasi dirimu dlbelenggu, baharu kau
adalah saudaraku!"
Teguran Ini disusul dengan tikaman "Peh tjoa touw sin"
? "Ular putih muntahkan bisa."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
616
In Teng sedang masgul, mendongkol dan heran, mana
dapat dia dinasehatkan dengan tegoran sematjam itu.
Maka sambil menangkis, ia mendjawab: "Aku lakukan
tugasku sendiri, ada sangkutannja apa denganmu? Kenapa
kau berdengki untuk kedudukanku jang tinggi dan mulia
ini, hingga kau membantu pihak luar menghina aku ? Kau
harus ketahui, pedangku dari Ngo Bie San ini tidak kenal
kau sebagai saudaraku!"
Dan ia lantas balas menjerang, merangsek setjara hebat
dan telangas.
Tjong Lioe tetap menonton, ia sudah bilang tidak akan
membantu salah satu pihak, maka hatinja gelisah djuga
melihat Thian Tie Koay-Hiap didesak setjara demikian.
Tapi djuga In Teng, beberapa kali tak menggunakan
ketikanja jang baik, untuk menikam atau membabat kakak
sekandung itu.
Didesak setjara demikian, tiba2 Thian Tie Koay-Hiap
berseru, membarangi melesatnja tubuhnja ia lontjat
menjambar dadung djembatan, setelah mana dengan
mendjumpalitkan tubuh sedjenak sadjn, ia sudah berdiri
diatas dadung itu. Ia tidak lari. Itulah ilmu lontjat istimewa
dari Tiang Pek Pay.
In Teng tidak mau hundjuk kelemahan, in djtiga
mengapungkan diri mendjambret dadung, hingga dilain
saat, setelah tekuk tubuhnja, ia pun dapat berdiri diatas
dadung seperti kakaknja ttu.
Kembali mereka saling serang-menjerang diatas dadung
itu, hingga mereka nirip dengan orang2 jang bertempur
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
617
diatas pelalok2 Bwee-hoa-tjhung. Siapa terpeleset dia
mesti rubuh.
TJong Lioe kagum dan berkuatir akan menjaksikan tjara
bertempur itu.
Selagi pertempuran berlangsung terus, ada seorang lain
iang mendatangi kearah mereka. Apabila Soe In Teng telah
dapat melihatnja, ia lihat satu nikeuw tua jang tangannja
menjekal sepotong tongkat besi.
"Tjeng In Soe-thay kau hadjarlah ini machluk berhati
srigala berpeparu andjing supaja dia ketjebur kedalam
danau!" Ong In Liong berseru kepada pendeta wanita itu.
Bertjekat hatinja In Teng mendengar namanja niekouw
tua itu. Ia tahu ketua dari Tjeng Liong Hwee ang iiehay,
jang tak ada seorang kang-ouw berani memandang
enteng. Tapi ia tidak takut.
"Kamu, sekawanan srigala dan andjing!" dia berseru,
"apakah kamu menjangka aku Soe In Teng djerl kepada
kamu semua? Hmmmm..."
Tjeng ln pentang lebar kedua matanja mendengar suara
terkebur itu.
"Sauaara Ong, kau berhenti dulu!" katanja kepada In
Liong. "Kau biarkan aku jang bereskan ini andjing tak
berbudi!"
Kata2 itu memDangkitkan hawa-amarah In Teng, tapi
ini djusteru adalah kehendaknja In liong dan Tjeng In, jang
memang telah merentjanakannja memantjing orang she
Soe Itu mendatangi tempat tanah embel.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
618
In Liong mundur, tetapi ia tidak angkat kaki Tjeng In
sebaliknja sudah lantas menghadapi In Teng, untuk
memulai pertempuran. Orang she Soe ini, dalam murkanja
sudah menghampirkan si niekouw tua, jang ia niat berikan
hadjaran. Selagi ia bertindak, mendadak ia tampak
berkelebatnja dua sinar kearah dadung. Sebagai
kesudahannja, dadung itu terbabat kutung. Itulah dua
buah golok-terbang.
Tidak ampun, tjongya dari neraka dunia itu djaluh
tertjebur kedalam danau.
Tjeng In Loo-nie dan Thian Tie KoayHiap turut tertjebur
djuga, akan tetapi mereka tertjebur dilain bahagian, sebab
ketika itu, mereka terpisah dari In Teng kira dua tumbak
lebih. Mereka bukan berada dialas tanah embal air telaga
pun tjetek, tak ada sependirian orang sedang dilain pihak,
sebuah perahu sudab lantas muntjul dari dalam hutan
gelaga, untuk menjambut mereka, guna diangkut ketepian.
Aaalah In Teng, jang ketjebur diembal sekali. Ia
terpendam tak ada sete.ngah kaki, tapi setiap kali ia
mengerahkan tenaganja, setiap kali djuga ia terpendam
semakin dalam
Waktu itu Tjong Lioe telah menjuruh Tjian Leng menolak
geteknja ketengah telaga. Ia sendiri dengan menggondol
kantong dibebokongnja lontjat ketelaga, dibagian embal.
Saban2 ia melemparkan sepotong papan jang ia bekal buat
indjakan. Diantara kawannja, hanja ia berdua Tjoen Beng
jang bisa djalan diembal setjara demikian, karena, mereka
telah mejakinkan Pat-pou Kan-siam dengan sempurna.
In Teng lihat Tjong Lioe, sambil mengangkat kedua
tangannja, ia berseru: "Djietee ! tolong! aku !"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
619
"Aku menjesal toako! "Tjong Lioe djawab, wadjahnja
ber-sungguh2. "Ketika dulu aku menolongi kau, aku telah
ditjatji kaum Rimba Persilatan, aku telah ditegor kenapa
aku menolongi seorang jang tak berbudi dan tukang
mentjelakai sesama manusia ! Maka kali ini, mukaku tak
setebal dulu lagi akan menerima pula tjatjian umum "
In Teng habis daja, ia bergelisah. Ia telah terpendam
semakin dalam, mulut dan hidungnja mulai terkena air.
Tanpa merasa, air matanja mengembeng.
Nampaknja Tjong Lioe tergerak djuga hatinja.
"Baiklah, karena kita bersaudara, tak tega aku
menjaksikan kematianmu" kata dia. "Mustahil kau tidak
berniat memesan sesuatu ? Nanti aku hindarkan sedikit
padamu, asal kau lekas2 bitjara, supaja kau dapat
melepaskan napasmu dengan meram...."
In Teng tidak mendjawab, ia pun menghadapi saat
kematiannja.
Tjong Lioe lantas melemparkan tali bung bandrlngnja
pada batang leer Soe In Teng setelah mana, ia menarik
dengan pe-lahan2.
In Teng pegang tambang itu, tubuhnja mulai tertarik
naik. Ia ingin merabet segera, supaja ia bebas dari lumpur
jan berbahaja itu.
Tjong Lioe bisa menduga hati orang.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Manusia litjin!" ia membentak. "Djangan harap kau bisa
gampang2 ,meloloska diri! Djikalau kau tetap memegangi
tambang, djangan kau menjesalkan aku, djika aku
membiarkan kau disitu".
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
620
Benar2 ia melepaskan tjekalannja. hingga tambang
terpendam dialr.
Maka, tanpa ada jang menarik, In Teng kembali
terpendam pula.
"Djietee, djangan lepas!" ia berseru. Mengertilah ia
sekarang, tak dapat ia main gila. "Aku tidak akan pegang
tambang pula. Bilang apa jang kau kehendaki, pasti aku
akan menurut...."
Ia benar2 melepaskan tangannja.
Tjong Lioe menarik pula, hingga orang tak djadi
tenggelam.
Waktu itu, In Liong dan Tjeng In mendatangi dengan
getek balok. Tjong Lioe lantas lontjat naik keatas geteknja
kawan itu.
"Toako, disini telah datang kakakmu, maka kau
dengarlah apa katanja," kata Houho Hotek kemudian. "Kau
dengarkan putusannja."
Tetapi In Liong masih gusar.
"Too-heng, buat apa kau menolongi dia?" Ia tanja Tjong
Lioe. "Dia ada satu manusia tidak berbudi, kalau dia
ditolongi, nanti dia bunuh padamu ! Baik antap sadja dia
mati terpendam."
"Kau dengar bukan, toako ?" TJong Lioe bilang.
"Sampaipun saudaramu sendiri tidak ingin menolongi kau!
Bagaimana sekarang"
In Teng meringis.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
621
"Koko, aku tahu salahku!" kata dia. "Aku minta, dengan
mengingat tulang dan daging kita jang sama, kaii ini kau
mengampuni aku "
la mengangkat naik kedua tangannja, untuk memberi
hormat.
TJong Lioe kuatir orang membetot tambang, ia
meletakkannja pula.
"binatang, baru sekarang kau kenal kokomu!" Thian Tie
membentak. "Tadi toh kau masih berniat merampas
djiwaku. Tidak, tidak nanti aku kena kau pedajakan. Kau
telah bikin tak sedikit kedjahatan ! Kau telah membuat
gurumu, Seng Siauw Toodjin, mati karena djengkel. Kau
djuga telah bunuh saudara2mu seperguruan ! Kenapa kau
bokong Leng Khong Tiangloo dengan pukulan Tjoan
intjiangmu? Kenapa kau kesudian mendjadi kuku
garudanja Mo Ong, si Radja Iblis ? Umpama kau anakku,
hari ini mesti aku bunuh padamu, supaja dapat aku
membuat perhitungan terhadap kaum Rimba Persilatan"
Tergedor liangsimnja In Teng, hingga ia menangis.
"Koko, sekarang aku telah menjesal sekali" meratap ia.
"Aku minta kamu melupai segala perbuatanku jang dulu
Sekarang, asal djiwaku tertolong, aku nanti
menjembunjikan diri ditanah pegunungan, tak nanti aku
muntjul pula. Tolongi aku.... koko...."
In Liong berpaling pada Tjeng In, ia seperti meminta
putusan.
"Pinnie tidak dapat mempertjajai kau" berkata pendeta
ini sambil ia menuding dengan tongkatnja. "Aku baharu
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
622
mau pertjaja kau, sesudah kau bikin tjatjad tubuhmu,
hingga tak dapat kau mengguakan lagi ilmu silatmu"
In Teng berpikir keras. Njata ia takut mati, masih ia
menjajangi djiwanja.
"Aku bersedia menurut, asal aku ditolong" ia djawab. ia
manggut2.
Mendengar itu, Tjong Lioe kata pada kawan2nja: "Toako
ini kepandaian silatnja tak ada tandingan, djika ia dibikin
tjatjad, sajang sekali, maka itu, baiklah diatur tjara begini
sadja. Aku mempunjai serupa obat, siapa makan itu, ia
bakal mati dalam tempo satu tahun, akan tetapi obat
berbahaja itu masih ada obat pemuanahnja, asal obat ini
dapat dimakan pada waktunja jang tepat dia bisa
ketolongan dari bahaja maut. Tjuma kendati demikian,
ratjunnja obat itu tak lenjap. Maka, supaja ia bisa hidup
terus, setiap tahun dia harus makan obat pemunah itu
dengan tentu. Obat itu pada mulanja Hek San Pat-Tjoen
dapat membelinja dari orang Rusia. Tadinja dipakai untuk
pengangkatan sumpah persaudarjan, untuk mentjegah
salah satu anggauta jang sesat. Karenanja, untuk
membikin tetap hati kita semua, baik disuruh toako ini
minum obat itu."
Tjeng In setudju.
"Begitu pun baik" katanja.
"Kau dengar tidak ?" In Liong segera lanja adiknja. "Kau
suka atau tidak makan obat itu ? Kita tidak hendak
memaksanja. Kau mesti segera ambil putusan, djangan
kau memperpandjang waktu dengan apa kau mengharap
nanti ada orang datang menolongmu."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
623
In Teng terpaksa memberikan persetudjuannja.
Tjong Lioe lantas mengeluarkan satu botol ketjil dari
dalam sakunja diraana berisi barang tjair kental. Setelah ia
menarik tambangnja, hingga In Teng muntjul pula sebatas
dada, ia melemparkan botol itu.
"Kau sambut Ini !" katanja.
In Teng sambut betul itu.
"Kau makan itu sekarang djuga, di dapan kita beramai,"
Tjeng In bilang.
Tjongya neraka dunia itu menurut. Ia buka tutup Botol
dan tenggak isinja, lalu ta atjungi botol itu, untuk
diperlihatkan. Ia djuga mementang mulutnja akan
menundjukkan mulutnja jang telah kosong, tandanja obat
sudah ditelan habis.
Diam2, Tjong Lioe tertawa dalam hatinja. Lantas
bersama In Liong, ia menarik In Teng naik keatas getek.
Nampaknja djago ini telah habis tenaganja.
Ketika getek ditolak ketepian, dari daLam kota muntjul
Tjoen Beng dan Tjong Beng beramai. Diantaranja ada Beng
Pioe dan Lina, janp telan menjusul kekota neraka ini
setelah melakukan tugas mereka meraantjing In Teng
meninggalkan kota kurungannja itu.
Semua orang puas melihat djago itu telah menjerah.
Setelah In Teng selesai salin pakaian, ia kata pada orang
banjak : "T&di aku telah mengirim boesoe untuk mohon
bnla-bantuan, mungkin lusa mereka bakai sampai maka
baik kamu semua bersiap-siap untuk berangkat dari sini."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
624
Semua orang lantas berdamai, merundingkau daja
untuk mengundurkan diri.
"Sebenarnja paling baik aku mengantar kamu, tetapi
aku kuatir orang nanti bertjuriga," In Teng bilang. "Aku
punjakan satu tjap kebesaran, apabila aku merabu bahkan
Itu atas sepotong surat keterangan, dimana djuga kamu
tiba, tidak akan ada tentara pendjaga jang bakal
merintangi kamu. Setudjukah kamu menggunakan tjap itu
?"
Beng Siang setudju, malah segera ia perintahkan semua
orang bersiap, terutama majat2 hidup. Setelah mereka
diberikan pakaian, lalu dipetjah dalaim enam rombongan,
mereka disuruh pergi berkumpul di Thian Tie. Mereka itu
menjamar sebagal tukang petik djinsom.
Ang Song Tong dapat tugas mendaftarkan dan
memuatkan semua uang, perak dan mutiara kedalam
kereta, diangkut pergi. Itulah harta jang In Teng
kumpulkan selama beberapa tahun dan disimpan setjara
rahasia.
Tjoen Beng bersama Tjong Beng, Tjioe, Beng Pioe, Seng
Tong dan Beng, berkewajiban mengepalai si rombongan.
In Teng diadjak bersama, aa dimestikan rebah didalam
pembaringan, menjamar sebagai orang sakit.
Setiap rombongan telah dapat surat keterangan jang
bertjapkan tjap kebesaran kemala dari In Teng.
Jang djalan dibelakang, sembil mengiringi keretanja In
Teng, adalah In Liong bersama Tjong Lioe, Tjeng In, Siam
ln, Beng Kong, Beng Kiang, Beng Siang sendiri, Lana, Lina
dan Hoa Tjoe Hong. Mereka berdjumlah sepuluh orang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
625
Ketika mereka hendak berangkat, kota kurungan itu
dibakar, hingga tjahajana seperti berkobar dimuka danau.
Boesoe pengiring In Teng telah diikat, ditinggalkan ditepi
djaian dan dibiarkan sampai nanti ditolongi oleh orang jang
datang kesitu.
Benar seperti In Teng kata, dimana mereka lewat,
rombongan ini tidak dihalang-halangi tentara negeri, sebab
tjap kebesaran dari tjongya itu berpengaruh sebali.
Achir2nja, pada suatu hari sampailah semua orang di
Thian Tie, Tiang Pek San. Segera In Liong menitahkan
semua orang bekerdja. Menebang kaju dan lainnja, guna
mendirikan rumah. Lebih dahulu daripada itu, orang
beristirahat beberapa hari, hingga semua majat hidup
dapat pulang kesehatnnnja delapan atau sembilan bagian,
hingga mereka djadi bisa bekerdja dengan tenaga penuh.
Thian Tie telah mendjadi ramai dengan penduduk baru.
Semua penduduk itu adalah pentjinta2 negara.
Pada suatu hari, In Liong mengadakan perdjamuan.
Disitu ia menjuruh In Teng menghaturkan maaf kepada
semua bekas korbannja. Siapa sebaliknja, karena
memandang Thlan Tie Koay-Hiap, suka memberikaa maaf
mereka.
Habis berdjamu, In Liong mengadjak semua kawannja
pergi keruang Tjie-gie-Thia. Itulah ruang dimana dia sedjak
ketjil mengikuti gurunja, Ong Liak, belajar silat, disebelah
itu, ia telan mendirikan sebuah ruang lain, jang ia beri
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nama "Kie in Tong" (ruang Ingat Budi) untuk memperingati
kebaikan gurunja. Disitu berduduk enam-belas orang
dengan mengambil tempat menurut deradjat masing2 atau
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
626
umur mereka. In Teng dan Pan Kee masing2 mendapat
tempat dikedua podjok.
Baharu orang selesai duduk, atau Pan Kee
menghampirkan Tjong Beng. Didepan siapa ia tekuk lutut
dengan tiba2, seraja menangis menggerung-gerung.
Orang she Ong itu terkedjut, lekas2 ia memimpin
bangun.
"Kau kenapa, soetee ?" soeheng ini tanja. "Disini ada
banjak orang2 tertua, djika kau mau bitjara, silakan. Mari
bangun !"
Pan Kee tidak lantas bangkit, hanja ia memutar tubuh,
ia menuding In Teng.
"Soeheng, binatang itu membuat aku sangat
menderita," katanja sambil masih menangis terus. "Dialah
jang membudjuk aku, dialah jang membunuh soehoe,
hingga aku mendjadi satu manusia terkutuk. Dia pun telah
memaksa aku untuk mentjuri kemala mustika soeheng.
Setelah aku tak dapat melakukannja, dia pantjing aku
kependjara neraka dimana dia bikin aku mendjadi salah
satu majat hidupnja. Sjukur soeheng semua menolong aku,
djika tidak, seumurku aku bakal hilang semangat. Djadi
manusia bukannja manusia, djadi setan bukannja setan !
Soeheng, aku mohon kau djangan lepas binatang itu, guna
membalaskan sakit hati soehoe !"
Kali ini Pan Kee mendelik terhadap In Teng, giginja
bertjatrukan.
Mendengar disebut kematian gurunja, matanja Tjong
Beng bertjahaja seperti menjala, tangannja merabah
gagang pedangnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
627
"Saudara2 !" tiba2 berkata Ong In Liong, ketika ia
tampak gelagatnja Tjong Beng itu. "Saudara2! Bukanlah
karena Soe In Teng sedarah-sedaging denganku maka aku
hendnk membelai dia. Saudara, benar apa katanja saudara
Pan Kee barusan, memang tidak selajaknja In Teng
berbuat demikian. Akan tetapi, mari kita ingat akan
pepatah, Djika seekor kerbau tidak minum air, mana dia
bisa menundukkan kepala. Demikian dengan saudara Pan
Kee ini. Djika bukannja dia temaha akan harta besar, tidak
nanti dia mengadjak srigala masuk kedalam rumah! Maka
itu, tanggung-djawab tidak dapat diberatkan kepada satu
pihak sadja. Bagaimana anggapan saudara2 mengenai
kata2ku ini ?"
Meskipun In Liong bitjara dengan sabar tetapi sikapnja
keras. Disamping sana, hawa-amarahnja Tjong Beng tidak
segera reda. Menampak demikian, Beng Siang segera
berbangkit.
"Para tjianpwee, perkenankanlah aku berbitjara !"
berkata ia. "Dalam perkara ini, aku adalah orang luar, akan
tetapi aku suka memberikan keteranganku. Sebab sewaktu
kedjadiannja, aku menjaksikan dengan mata sendiri. Pada
waktu itu saudara Pan Kee ini mendjaga diluar kamar
tiangloo, maka dia tak dapat membebaskan diri dari
tuduhan bekerdja sama. Tidakkah Ini adil?"
Melihat suasana itu, Tjeng In Loo-nie mengetrukkan
udjung tongkatnja. Dengan suaranja itu, ia membuat ruang
mendjadi sunji.
"Saudara!" katanja dengan sabar, "mengapa hari ini kita
berkumpul dlsini ? Bukankah ini disebabkan Soe In Teng
seorang? Memang, perbuatan In Teng itu, tidak ada
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
628
seorang pun jang bisa membebaskan ia dari kematian.
Akan tetapi, kita harus ingat sebaliknja. Bukankah kita
telah memberi keampunan kepadanja dan diapun telah
menghaturkan maafnja, sebab dia telah menjesal atas
segala perbuatannja dulu hari itu ? Maka aku anggap
perkara jang sudah, tinggal sudah, djangan kita
menimbulkannja pula, haruslah diingat, bahwa kita kaum
Rimba Persilatan paling menghargai kehormatan. Kita pun
harus dapat berlaku rela. Leng Khong Tiangloo adalah
kakakku seperguruan, djadi tidak ada alasan untuk aku
melupakannja. Tetapi Soe In Teng sudah menjerah, dia
sudah bersumpah, maka apa lagi jang hendak diperbuat
atas dirinja. Umpama Tjong Beng dan Pan Kee masih
belum puas, bolehlah aku beritahu. Andaikata hari itu
Tiangloo tidak binasa ditangan In Teng, dia bakal mati
djuga karena sakitnja. Paling lama dia dapat bertahan
beberapa hari sadja. Pasti Tjong Beng ketahui ini. Dengan
See In Teng membunuh padanja. Tiang Loo djadi tak usah
menderita lebih lama. Maka ini aku anggap urusan baik
dibikin habis sadja"
Niekouw ini tidak berhenti sampai di situ, dia menoleh
pada Pan Kue dan menuding dengan tongkatnja.
"Pan Kee. aku adalah saudara seperguruan dari gurumu,
maka aku berhak untuk mengatakan beberapa patah kata
kepadamu". katanja menambahkan "Semua perbuatanmu
jang dulu adalah hinaan bagi kaum Kimba Persilatan. Maka
djuga kau telah merasai akibatnja. Ini dia jang dinamakan
karma. Mulai hari ini kau mesti beladjar dari baru untuk
mondjadi manusia. Djika tidak, masih ada harinja jang kau
bakal djadi bersesat pula"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
629
Kataini membuat Pan Kee bungkam dan mukanja
merah-padam. Tanpa berani bilang suatu apa lagi, ia
kembali kekursinja.
Tjong Beng insaf akan kata2nya nie kouw itu, ia pun
berdiam.
XXIII
Setelah suasana mendjadi reda, In Liong menitahkan In
Teng berlulut kearah selatan, kearah Ngo Tay San, untuk
dia memberi hormat pada arwahnja Leng Khong Tiangloo
dan menghaturkan maaf.
In Teng menurut tanpa membantah lagi. Tapi djusteru
dia lagi bertekuk lutut mendadak salah satu hadirin lontjat
kepadanja. Dengan pedangnja dia itu menikam kearah
bebokong In Teng.
Semua orang lainnja kaget.
Djusteru dalam keadaan sangat mengantjam itu,
tubuhnja Tjeng In Loo-nle mentjelat dan tangan badjunja
jang gerombongan dikibaskan, hingga pedang si penjerang
kena terlibat udjung tangan hadju. Hingga si penjerang
mendjadi terTjengang!
Sekarang mereka bisa melihat tegas siapa penjerang itu,
ialah Beng Pioe, putera Beng Yap marhum. Maka
mengertilah mereka mengapa anak muda ini melakukan
serangannja itu. Sebab Beng Yap adalah saudara
seperguruan dari In Teng dan In Teng telah membuat dia
bertjatjad seumur hidupnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
630
Selagi Tjong In merampas pedangnja Beng Pioe. In
Teng pun telah bangkit berdiri. Umpama kata si pendeta
tua tidak turun tangan, tidak nanti Tiat-ma Sin-kang rubuh
karena serangan gelap itu Dia ada terlalu liehay untuk
dapat dibokong. Malah sehenarnjn Tjeng In nutdjukan diri
karena ia kuntir Beng Pioe bakal dirubuhkan oleh orang
jang hendak diserang itu. Ia sengadja pertontonkan
kibasannja itu ialah tipu2 silat "Kong liong tjiang-hoat" atau
angin mengulak naik agar In Teng tidak berani
memandang enteng terhadapnja.
Beng Pioe masih penasaran, ia hendak mengulangi
serangannja. Akan tetapi Beng Siang lontjat madju seraja
menghunus sepasang pedangnja, berdiri menghalang
diantara Beng Pioe dan In Teng.
"Semua djangan bergerak! Siapa melanggar, dia aku
bunuh!" dia berseru dan Boe Tjioe lantas menghampirkan
Beng Pioe, dan mengadjak dia kekursinja, sedang In Teng
sudah lantas balik ke medjanja.
Beng Pioe lantas menangis bergerungan.
"Dengan begini sakit hatiku djadi tak terbalas...."
katanja.
Boe Tjioe, dibantu Siam In dan Lani lantas
menghiburnja.
"Beng Pioe, keponakanku, disini tak dapat kau tidak
mentaati tata-tertib." In Liong berkata. "Tunggu lain
waktu, apabila sudah datang ketikanja, aku nanti bawa In
Teng kepada ajahmu supaja dia menghaturkan maafnja.
Kau sabarlah."
Beng Pioe masih penasaran, tetapi ia diam sadja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
631
Kembak suasana mendjadi sunji sampai mereka
bubaran.
Sampai besoknja pagi. In Liong melihat, bahwa semua
orang masih kalis terhadap Soe In Teng, maka ia memikir
akan mengadjak saudara itu menjingkir kekuil Pek In Soe
di Shoatang. Akan tetapi Tjeng In Loo-nie mentjegah kata
niekouw ini, masih ada urusan penting, jang harus
diselesaikan dulu.
Segera setelah itu, Thian Tie Koay-Hiap berdamai
dengan Beng Siang. Setelah mana, hari itu djuga ia
menghimpun semua bekas majat2 hidup. Ia kata pada
mereka itu: "Aku adalah tuan rumah disini akan tetapi,
sedjak dulu aku tidak pernah mendirikan pasanggerahan
disini. Tempatku ini tjuma mendjadi tempat
bersembunji dari orang kaum kita. Selain daripada itu
selama beberapa tahun ini aku sering2 merantau hingga
aku tak tentu berdiam digunungku ini. Sebenarnja aku
girang dapat berkumpul sama saudara2 tetapi buat
mengatakan terus2 terang, tempatku ini bukannja tempat
jang aman, maka sekarang aku mengambil putusan,
begini. Putusan terachir terserah kepada saudara2. Jang
pertama ialah: Andai-kata saudara2 hendak pulang
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekampung halaman saudara masing2, terserah kepada
saudara2. Nanti kita akan membagikan uang dan mutiara
dari rampasan kita. Saudara dapat pulang dengan merdeka
kerumah masing2. Kedua: Andaikata saudara2 suka
berdiam terus disini, silakan saudara2 turut tiga saudara
Beng ke Hek San, untuk tinggal disana. Sekarang baiklah
saudara mengadakan pemilihan."
Usul itu disambut dengai tampik-sorak. Njatalah pikiran
orang banjak itu berlainan. Mereka jang sudah terlalu lama
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
632
berlalu dari rumah, jang masih ingat anak isteri dan orang
tua, dnn mereka, jang tubuhnja lemah, berniat pulang
sadja. Maka kepada mereka itu, Beng Siang menitahkan
Seng Tong berikan uang dnn mutiara.
Sisanja masih ada seratus orang, jang tidak berniat
pulang. Mereka ini kebanjakan sudah tidak punja rumah
tangga lagi dan perkaranja pun besar. Mereka takut nanti
ditangkap pembesar negeri kalau mereka pulang. Maka
mereka lantas didaftar dalam satu rombongan. Mereka pun
didjandjikan persenan bila nanti mereka sudah sampai di
Hek San.
Selesai itu, malamnja Tjeng In mengundang berapat.
"Kita dapat berkumpul disini, inilah satu pertemuan jang
langka" berkata niekouw. "Sekarang pinnie hendak bitjara
sebagai ketua Tjeng Liong Hwee, pinnie Ingin
memberitahukan suatu hal, untuk mana pinnie djuga
mengharap bantuan saudara2. Ini mengenai harla besar
Tjeng Liong Hwee jang lelah disimpan untuk banjak tahun.
Harta itu dipendam digunung Ngo Tay San. Tadinja harta
itu berada dibawah pengawasan Poan Liong TayHiap
bersama Oey Bwee Kiesue, kedua tjianpwee kita.
Kemudian djatuh ditangan In-tiong-kiam Ong Wie Yang,
sampai paling belakang kepada Leng Khong Tiangloo.
Tentu sadja, sekarang harta itu berada dibawah
pengawasannja Ong Tjong Beng. Tentang harta itu, tidak
ada orang kang-ouw jang tidak mengetahuinja. Jang
mendjadi teka-teki adalah djmnlah jang sebenarnja. Sebab
sampai sekarang ini harta itu masih belum dapat digali.
Jang dibuat harapan Tjeng Liong Hwee adalah sepotong
kemala putih serta sebuah dompet kulit, jang mempunjai
tandas aneh, seperti kemalanja berpeta tempat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
633
tersimpannja harta itu. Adalah sepotong lainnja dari
kemala putih itu, jang masih belum didapat, tak ketahuan
dimana adanja, sedang untuk melengkapi peta itu, kedua
kemala mesti dipadukan djadi satu. Karena harta jang
diperebutkan itu, banjak terdjadi peristiwa2 sedjak
beberapa tahun jang lampau hingga sekarang ini. Semua
itu sangat memusingkan kami pihak Tjeng Liong Hwee.
Turut pengumpul harta, harta itu tak dapat dipunjai oleh
pihak perseorangan. Leng Khong Tiangloo sendiri telah
memesan, harta tjuma boleh digali apabila sudah kumpul
orang2 kangouw paling kenamaan. Sekarang menurut
pinnie saatnja sudah sampai, maka pinnie berniat
mengeluarkan kemala itu. Pinnie minta saudara2 bantu
mentjari kemala jang lainnja itu. Asal itu sudah didapat,
selesailah sudah tugas Tjeng Liong Hwee mengawasi harta
itu. Lain tahun ada tahun rapat, jang ditetapkan setiap lima
tahun. Maka waktu itu pinnie minta saudara2 suka
berkumpul, unuk mengatur harta itu. Terserah kepada
rnpat nanti untuk memutuskannja Harta itu hendak dipakai
untuk apa. Hatiku baru tenang apabila urusan telah selesai.
Sekarang bagaimana pikiran saudara?"
Habis bitjara, Tjeng In duduk, Tjong Beng berbangkit
akan menguraikan pesan Leng Khong Tiangloo
pengalamannja tiangloo itu selama mentjari tempat harta
karun itu. Jang diduga adalah kali Eng Tjioe Kian, hanja
disebabkan ada jang mengintai, usaha terhenti setengah
djalan.
Ketika Tjong bitjara sampai disitu, wadjahnja Soe In
Teng tidak tenang. Akan tetapi tidak ada orang jang
mengetahuinja karena semua orang lagi memasang sang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
634
kuping dengan penuh perhatian mendengarkan uraian
Tjong Beng itu.
Diantara hadirin. Tjong Lioe dan Boe Tjioe adalah jang
paling tertarik hatinja. Hampir berbareng mereka tanja,
kenapa tiangloo menduga demikian dan apa jang tertera
pada dompet kulit kambing itu. Atas pertanjaan ini, Tjong
Beng tidak dapat mendjawab setjara djelas, iapun tidak
membawa kemala rahasia itu.
Setelah dapat djawaban dan Tjona Beng, Tjong Lioe
berbisik dengan Beng Siang, lalu ia pandang In Teng
sambil bersenjum.
"Toako, kau pasti tahu suatu apa mengenai harta itu,"
dia kata. "Sekarang sudah djelas dari pengutaraan Tjeng
In Soe-thay bahwa harta karun itu tidak akan dikangkangi
Tieng Liong Hwee. Maka djika kau suka memberikan
bantuanmu pasti kau bakal meninggalkan kesan baik bagi
orang banjak. Kami sendiri pasti akan bersikap lain sekali
terhadapmu."
Wadjahnja In Teng merah dan putjat bergantian.
Menampak Itu, In Liong mendekati saudaranja itu.
"Adik jang baik," katanja. "Sekarang kita telah djadi
orang sendiri, maka umpama ada kala2mu jang kurang
tepat.
Orang pasti akan memakluminja. Djika kaumengetahui
suatu pa mengenai harta itu, marilah omong dengan
sebenarnja tak usah kau bersahgsi-sangsi lagi."
Mendengar Itu, In Teng terbangkit, ia memberi hormat
pada semua hadirin.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
635
"Dengan sebenarnja, kesalahanku jang dulu? tak
harusnjn memperoleh keampunan, " berkata dia. "Bitjara
terus terang, dulu hari itu memang dua kali aku telah
mengintai Leng Khong Tiangloo. Sebenarnja, sebabnja
kenapa aku menempel Pan Kee adalah untuk mentjari
harta itu. Setelah jang pertama kali aku mengintai tiangloo
aku telah menjogok Pan Kee, supaja dia memperlihatkan
aku dompet kulit itu. Pan Kee tidak berani mentjuri kemala,
sedang dompet itu ia tjuma salin sadja. Dengan itu sadja
sudah aku dapat menduga-duga maka jang kedua kali,
dimalam bulan terang dari bulan ke-empat aku mendahului
tiangioo pergi ke Eng Tjioe Kian. Dengan mengikuti
bajangan puntjak aku telah berhasil mendapatkan peti besi
jang berisi batu kemala. Djusteru itu, tiangioo datang,
maka aku lantas bersembunji dipepohonan lebat. Malam
itu tiangloo mengalami kegagalan, ia tjuma mendapatkan
peti jang rusak itu..."
Thian Tie Koay-Hiap nampaknja kurang senang.
"Djadinja, karena hendak mengkangkangi harta Tjeng
Liong Hwee itu kau telah mentjelakai Tiangloo?" dia tanja
saudara mudanja.
Dengan likat, In Teng manggut.
"Aku menjesal waktu itu aku sudah menurunkan tangan
djahat," ia aku.
"Sebenarnja tidak ada niatku akan membunuh Tiangioo.
Sama sekali aku tidak tahu dia sedang sakit berat, bahwa
adjalnja tinggal menunggu waktu sadja. Aku menjuruh Pan
Kee memasang mata diluar kamar. Aku masuk sendirian,
untuk mentjuri kemala jang satunja. Begitu aku masuk. aku
kepergok. Aku mengguani Tjoan in Tjiang untuk mentjegah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
636
Tiangioo dapat berbangkit, tetapi aku tak sangka, ia tak
dapat bertahan dari seranganku itu ia terpukul mati. Aku
lantas bikin penggeledehan, aku tidak peroleh hasil. Aku
tak tahu, waktu itu kemala sudah diserahkan pada saudara
Tjong Beng, untuk dibawa ke Kimteng. Setelah itu, aku
menjesal sudah mendjadi orang jang rendah martabatnja".
"Jang sudah tinggal sudah," kata Tjong Lioe dan Tjeng
In jang melihat orang menjesal "Sekarang di mana kau
menjimpan kemala itu ? Maukah kau menjerahkannja ? Ini
ada soal paling penting."
"Tentu aku suka menjerahkannja," sahut In Teng.
"Kemala itu aku simpan diluar pekarangan Pek Lok Sianlim.
Aku akan mengantarkan saudara2 pergi mengambilnja."
In Teng sembunjikan kemala itu, sambil menantikan
kembalinja Tjong Beng, guna merampas kemala lainnja,
tetapi ia gagal, sebab Tjong Beng kena dipantjing
persaudaraan Beng dan tidak segera kembali.
Tjeng In semua berlega hati mendengar keterangan In
Teng ini. Tjong Beng diam2 bersjukur jang ia kena
dipantjing pergi. Kalau ia pulang, mungkin lapun bertjelaka
ditangan Tiat-ma Sinkang.
Sampai disitu, In Liong mengadakan perundingan.
Sebab untuk sementara, diantara mereka ada jang ingin
pulang dulu.
Begitulah diputuskan In Liong bersama Tjeng In dan
Tjong Lioe, dengan mengadjak In Teng dan Pan Kee, pergi
ke Ngo Tay San, guna mengambil kemala jang disimpan In
Teng itu. Karena Tjoen Beng dan Tjong Beng tinggal di
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
637
Ngotay, mereka ikut bersama. Karennnja, Siam In dan Hoa
Tjoe Hong djuga djadi turut mereka itu.
Jang lainnja, bersama persaudaraan Beng, pulang ke
Hek San dimana Bengsie Sam Eng terutama hendak
memperkenalkan rombongan bekas majat hidup jang suka
bekerdja sama dengan mereka.
Telah ditetapkan, lain tahun diharian Tiong Tjioe?bulan
delapan tanggal limabelas?mereka bakal berkumpul di
Ngo Tay San, untuk muntjari harta karun itu.
Demikian mereka berpisahan. Masing2 berangkat dalam
rombongannja sendiri.
<<((<<<=====
//facebook.com/groups/Kolektorebook/ -- Mull
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
=====>>>))>>
Pada suatu hari, rombongan Ong In Liong sampai di
Ngo-tay. Dari situ mereka memidju kedusun Ong-kee
tjhung dimana dua saudara Ong, Tjoen Beng dan Tjong
Beng mendjadi tuan rumah jang ramah-tamah. Besoknja
dengan menunggang kuda, mereka pergi mendaki gunung
Ngo Tay San, mengundjungi kuil Pek Lok Sian-lim, maka
disana mereka disambut Han Tam, pendeta jang mendjadi
adik seperguruan jang kedua dari Tjong Beng.
Bukan main girangnja pendeta ini melihat soeheng itu
datang bersama orang banjak terutama Pan Kee, adik
seperguruan jang ke-tiga, jang telah terhilang. Ia sampai
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
638
memudji "Omietoohoed." dan bersjukur untuk gurunja
marhum jang dikatakannja telah melindunginja.
In Liong dan Tjong In memikirkan tak lain daripada batu
kemala. Maka itu setelah menanti sampai matahari sudah
dujong dan dikuil itu tak ada datang orang lunr mereka
mengadjak Tjong Lioe dan lainnja, terutama In Teng pergi
kepekarangan luar. Ketempat jang djauhnja beberapa
puluh tindak dari pintu dimnna ada didirikan tugu jang
berukiran lima huruf "Pek Lok Wan Tjong Lim," jang hernrti
"kuli Pek Lok Wan" atau Pek Lok Sian-lim. Kelima huruf
besar, dan berwarna air emas. Dikiri-kanannja ada
sepasang tjio-say. smga?an batu, jang romannja mirip
dengan tjio-say diluar pintu Thian An Moei di Pak-khia.
Buatannja pun bagus hingga kedua singa itu mirip dengan
singa hidup. Kalau batu diatas mana singa2an ditjokolkan
tingginja beberapa kaki, singanja sendiri beratnja berapa
ribu kati.
Tanpa berajal lagi, Soe In Teng menghampirkan satu
tjio-say, untuk bekerdja. Lebih dahulu ia menggulung
tangan badjunja. Iapun lontjat naik keatas batu tatakan
sebelumnja ia menggeser tjio-say itu.
Tjeng In beramai mengawasi sadja.
Sesudah mengulur kedua tangannja sambil kuda2nja
dipasang, In Teng kerahkan tenaganja. Untuk itu, urat
dldjidatnja sampai berpeta djelas. Ia menggunai tenaga
setjara teratur, maka pe-lahan2 tubuh tjio-say djadi
berkisar, hingga lain saat, dibawah itu kelihatanlah sebuah
liang.
Segera Tjeng In semua bergirang hati.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
639
In Teng merogo kedalam liang itu, akan menarik keluar
sebuah peti besi, jang mana terus ia menjerahkan pada In
Liong. Peti itu sudah karatan, kuntjinja pun sudah rusak.
Dihadapan Tjeng In beramai, In Liong membuka tutup
peti didaiam mana kedapatan giok tjio, batu kemala
rahasia itu jang ukuran dan romannja mirip kemala jang
disimpan Tjong Beng.
In Liong girang aampai ia memudji sedang In Teng, jang
masih berdiri di samping singa dialas batu tatakan pun
nampak gembira.
Selagi orang she Soe ini niat menggeser kembali singa
batu itu, Tjeng In berpaling kepadanja dan meneriaki: "Soe
Laotee, bukan ketjil jasamu ini! Silakan turun untuk
beristirahat."
Sambil mengutjap demikian. pendeu wanita itu
menghampirkan batu tatakan lalu dengan tongkatnja
(sian-thung), ia menolak tubuh singa batu. Begitu ia
mengerahkan tenaganja, singa batu itu berkisar balik
ketenpat asalnja.
Diam2 Iu Teng mengulur lidahnja. Bahwa sekarang ia
insaf liehaynja niekouw tua ini.
Dengan didapatnja kemala itu, semua orang bergirang
sekali, maka itu semua menantikan dengan gembira
datangnja bulan delapan, Pee-gwee, dan tanggal lima
beias, Tjap-gouw. Selama itu, dengan beruntun, telah
datang kawan2 mereka seperti jang didjandjikan di Siauw
Thian Tie. Lebih dulu orang datang ke Ong-keetjhung. Dari
situ mereka baru diadjak oleh dua saudara Ong ke Pek Lok
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
640
Sianlim, untuk kumpul dikuil diatas gunung Ngo Tay San
itu.
Tepat dimalaman Tiong Tjioe (pertengahan musim
rontok), semua orang berkumpul mengadakan upatjara
sembahjang bagi Leng Khong Tiangloo. Setelah itu,
mereka berkumpul didalam hong-thio, kamar pendeta
kepala. Disini Tjong Beng menjerahkan pada Tjeng In
kemala jang ia simpan, dan Tjeng In memperlihatkan itu
kepada orang banjak. Untuk achirnja diakurkan dengan
kemala jang disimpan In Teng, jang sekarang beradu
ditangan In Liong.
Kedua kemala diletakkan diatas2 medja. Bersama Han
Tam disitu berkumpul semuanja delapan-belas orang.
Mereka ini mengawasi sepasang kemala itu, jang putih
mulus dan litjin. Dikeempat pinggirannja berukiran huruf-.
disatu podjok bawahnju ada ukiran pat-kwa. Lalu
mendjulang ketengah dimana ada ukuran persegi empat,
diatas itu sebelah kanan, ada sebuah titik tebal.
"Sebagai ketua dari Tjeng Liong Hwee pinnie pernah
mendengar keterangan lisan mengenai huruf pada kedua
potong kemala ini," berkata Tjeng In Loo-nie. "Katanja
huruf itu tak dapat dibatja beruntun tetapi harus
berselingan. Ini pun sesudah kedua kemala dirangkap
mendjadi satu. Maka itu sekarang baik kita ambil dulu huruf
tjelakannja kedua kemala ini."
Han Tam lantas diminta mengambil bak jang kental,
untuk mentjap kedua kemala.
Dilain saat, mereka sudah mendapatkan tjetakan huruf
kedua potong kemala itu, hingga daput terbatja tegas
sekali.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
641
"Taysoe, tjoba kau tolong membatjakan bunjinja," Beng
Siang minta pada Tjong Lioe, agar semua dapat
mendengarnja. "Han Tam Soeheng, tolong kau mentjatat
apa jang taysoe batjakan, untuk kami memahamkannja."
Tjong Lioe dan Han Tam bersedia menerima permintaan
itu.
"Huruf terdapat diempat pendjuru. Setiap pendjurunja,
ada sembilan hurufnja" kata Tjong Lioe, "maka itu, djumlah
huruf ada tiga-puluh dua. Sekarang aku akan batjakan
mulai dari pendjuru kanan."
Selagi Oee-bin Koay-Kek membatjakan. Han Tam
mentjatat. Beginilah :
Kanan : Koen san kie poan tjio siang sie kho kan.
Bawahnja : Kan tauw djie sip kioe kioe sin sie kioe.
Kiri : Kioe tek kan eng tjie lie pa kwa tjioe.
Atasnja : Tjioe tiong kha soen tee hee tjoet kian koen.
Pembatjaan itu dimulai dari kanan, dari atas kebawah
(kanan), lalu dari kanan mendatar kekiri (bawahnja), habis
itu, jang kiri, dari bawah keatas (kiri), akan achir nja, dari
atas mendatar kekanan (atasnja). Setiap kalinja, huruf2
terachirnja diulangi pula mendjadi seperti huruf kepala
(kan, kioe dan tjioe), akan diachirnja huruf "koen" pertama
kali, dibatja lagi mendjadi jang terachir (koen dari kian
koen). Dengan begitu djumlah huruf mendjadi tiga-puluh
enam.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
642
Setelah pembatjaan itu semua orang berpikir.
"Kalau sembilan huruf dari setiap garis dibatja terus,
tidak ada artinja", kata Beng Siang. "Umpama baris
pertama kita batja jang lima, jaitu koen san kie poan tjie,
artinja masih ada, tetapi bagaimana dengar jang empat
lainnja ? siang sie kho kan ?"
Tjong Lioe berpendapat sama seperti Nona Beng itu.
Tapi ia memahamkannja terus. Maka kemudian ia kata
"Karena setiap huruf terachir dibacanja diulangi, hingga
sendirinja huruf itu mendjadi huruf kepala. Kenapa Kita
tidak hendak mengambil huruf tjio terachir dari koen san
kie poan tjio itu mendjadi huruf kepala djuga hingga empat
huruf sambungannja itu pun mendjadi lima huruf djuga,
jaitu tjio siang sie kho kan ? Tidakkah itu djadi ada artinja
?"
Pikiran ini mendapat persetudjuan. Dari itu setelah Hong
Lioe mengulangi membatja empat garis tadi, lalu berubah
mendjadi sepuluh huruf setiap garisnja. Bukan lagi
sembilan huruf.
Dan batjaannja mendjadi begini:
Koon san kie poan tjlo ? t j i o siang sio kho kan
Kan tauw djie sip kloe ? k i o e kioe sin sie kioe.
Kioe tek kan eng tjlo ? t j i o lie pat kwa tjioe.
Tjioe tiong kam soen tee ? t e e hee tjoet kian koen.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
643
Dengan begitu, tiga-puluh enam huruf itu lalu berubah.
Bertambah pula, mendjadi empat-puluh huruf. Maka
sekarang, orang bisa memahamkannja dengan seksama.
Artinja itu pun kira2 begini :
Digunung Koen san batu kie-poan-tjio ? atas batu
didirikan gala tinggi
Gala itu duapuluh sembilan ? sembilan2 djam sin-sie
tjari.
Tjarl tempat bajangan ? tempat kota pat-kwa.
Dalam kota kedudukan Soen ? Dibawah tanah ada kian
koen.
Beng Siang duduk bersama-sama Tjong Lioe Ong Tjong
Beng dan Han Tam. Mereka bersama-sama mengasa otak.
Setelah
sekian lama, Tjong Lioe mengeprak medja dengan tiba2.
"Rasanja aku dapatt membade sekarang!" katanja.
"Empat garis dari empat puluh huruf itu mestinja berarti
Diatas gunung Koen San, diatas batu Kie-poan tjio ada
didirikan sebatang tiang gala jang lurus dan tinggi. Gala itu
berukuran dua-puluh-sembilan kaki. Kata2 kioe kioe ?
sembilan sembilan, artinja sembilan kali sembilan djadi
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
delapan puluh satu. Itulah dimaksudkan delapan puluh
satu hari. Diharian mana pada djam sin-sie ? lohor djam
3-4 kita harus mentjari bajangan dari gala itu. Dan itulah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
644
tempat keletakan harta disimpan tjoba lihat peta itu
tidakkah itu tjotjok sama taksiranku ini?" Tjong Lie bitjara
dengan lagak-lagu sebagai seorang sastrawan kutu buku,
ia membuat Beng Siang tersenjum "Tetapi, taysoe masih
ada jang kurang djelas bagiku !" kata nona ini. "Kau sebut
gunung Koen San dimana letaknja gunung itu? Laginja kata
kioe-tjioe itu mungkin bukan berarti delapan-puluh satu
hari. Dan itu pat kwa tjioe ? kota pat kwa apakah artinja?"
Ditanja begitu, Tjong Lioe bungkam. Ia djadi mesti
berpikir pula.
Han Tam, jang terdiam sekian lama, mendadakan
mengingat suatu apa "Soeheng," kaianja pada Tjong Beng,
"disebelahnja puntjak Tiang Djin Hong digunung Ngo Tay
kita ini bukankah masih ada satu Lie Djie Hong puntjak
Anak Perempuan? Aku kira kata2 koen dari kian koen itu
harus diartikan wanita. Sajang aku belum pernah mendaki
puntjak itu hingga aku tak tahu disana ada atau tidak kie
poan-tjio, batu bagaikan papan tjatur itu...."
Taksiran Ini mendapat persetudjuan dari orang banjak.
"Tetapi, saudara2," Soe In Teng turut bitjara, "dengan
kioe kioe itu, aku kira, hendak diartikan bulan sembilan
tanggal sembilan, jaitu harian Tiong Yang Tjiat Mungkin
diharian itu kita harus mendaki puntjak tersebut. Diharian
itu, pada lohor djam sin-sie, matahari pasti menjebabkan
gala tinggi itu membuat bajangan, dan dimana bajangan
itu berpeta, itulah tempat harta disimpan."
Taksiran In Teng im dapat persetudjuan umum, malah
pun persetudjuan jang terachir. Dan ditetapkan besoknja
orang akan mendaki puntjak Lie Djie Hong, untuk
memeriksa. Maka keesokan harinja setelah sarapan,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
645
mereka menudju ke puntjak Lie Djie Hong itu. Puntjaknja
sangat sukar didaki tapi untung semua orang dapat
mengatasinja.
"Inilah pasti dia jang dinamakan kie poan-tjio!" kata
Tjong Beng. Waktu ia dan beberapa orang lainnja
menampak sepotong batu lebar, jang mirip dengan papan
tjatur (kie-poan).
Mereka tidak berdiam lama dipuntjak itu. Semua orang
gembira, sebab lagi belasan hari, mereka akan sudah tiba
pada harian Tiong Yang. Untuk itu, mereka mulai
menjiapkan segala kebutuhan. Terutama Tjoen Beng, dia
harus menjiapkan sebatang gala dengan ukuran duapuluh
sembilan kaki, untuk dipendam didalam batu kie-poan-tjio.
Batu mana sudah lantas ditjongkel guna tempat menantjap
gala itu.
Sang hari berlalu dengan tjepat, hari Tiong Yang jang
di-nanti2kanpun sudah tiba. Pagi2, semua orang sudah
mengisi perut, lalu bersama2, mereka mendaki puntjak.
Mereka membekal rangsum kering. Kali ini mereka pasti
bakal mengambil banjak waktu.
Begitu sampai dipuntjak, Tjoen Beng menantjap
galanja. Setelah mana, mereka menantikan sang waktu.
Djam2 telah lewat, dirasainja lambat, tapi karena mereka
berdjumlah banjak, mereka bisa menungkuli itu sambil
memasang omong.
Achirnja, setelah djam bie-sie, sampailah djam sin sie
jang ditunggui itu. Benar waktu itu sang gala telah
mempetakan bajangan. Dojong kearah kaki puntjak,
dimana ada banjak pohon siong (tjemara), jang lebat
bagaikan hutan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
646
Selagi Tjong In mengadjak kawan2nja memperhatikan
keletakan bajangan, Han Tam sendiri asjik mengukur
dengan pesawatnja, Lo-phoa, untuk menentukan tepatnja
bajangan itu. Hingga walaupun tak ada matahari,
keletakan tempat itu tidak bakal terhilang.
Orang dapat kenjataan, pohon siong itu bukan seperti
tumbuh wadjar, dan usianja pun pasti sudah beberapa
puluh tahun.
Paling radjin adalah Siang-kiam-hong Beng Siang, dia
ber-lari2 melintas puntjak, mondar-mandir. Matanja terus
mengawasi kearah pepohonan siong itu. Setelah itu, ia lari
turun, akan mondar-mandir dibawa h pohon Malah
beberapa kali, ia naik keatas pohon jang paling tinggi,
untuk melihat kesekitarnja. Achirnja, ia menarik Tjeng In
dan Tjong Lioe, akan menundjuki mereka ini kearah pohon
seraja berkata : "Lihat, djiewie, tidakkah letaknja pohon2
ini mirip dengan pat-kwa ? Pasti pohon2 ini sengadja
ditanam setjara teratur begini. Aku kira, inilah jang
dipanggil pat kwa tjloe ? kota patkwa. Sekarang kita harus
mentjari kedudukan kham-soen, itulah nistjaja jang
dinamakan kian-koen." (Kian-koen = langit dan bumi, atau
prija dan wanita, atau singkatnja, dunia).
"Kau benar, sam-tjeetjoe !" kata Tjeng In beramai,
sesudah mereka pun memperhatikannja. "Pasti kau tidak
keliru ! Pantas kalau kau mendjadi Tjoe-kat Liang jang
mendjelma pula !"
"Kamu tjuma memudji " Beng Siang merendahkan diri.
Lantas ia memanggil Han Tam, untuk, menentukan petaan
bajangan, guna mentjari kedudukan kham-soen itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
647
Sesudah mana, ia memberi tanda untuk mereka memulai
menggali tanah.
Mereka bekerdja dengan teratur: ada jang menggali,
ada jang menjingkirkan tanah galian dan ada iang
mengangkut itu ketempat jang berdjauhan Sebentar sadja,
mereka telah dapat menggali lebar dan da lam beberapa
kaki, sampai terdengar paijul membentur barang kera2
hingga menerbitkan suara membeletuk njaring.
Njata patjul telah membentur batu hidjau.
"Inilah batu penutup liang!" seru Tjeng In. "Tjoba
bongkar lagi tanahnja, lantas angkat batu ini !"
Pendeta ini menduga benar. Sedjenak kemudian,
setelah batu itu dapat disingkirkan, dibawahnja terbuka
sebuah liang. Semua batu ada empat potong, lebarnja
masing2 lima atau enam kaki serentak, mereka berseru
kegirangan.
Setelah memperhatikan liang itu ternjata ada tudjuh
atau delapan kaki dalamnja dan ada terowongannja djuga
Uanja karena gelap, mereka tidak dapat melihat njata.
Sebelum mereka mulai turun kedalam liang, In Liong
perinlah menjuJut dulu obat pasang dan bahannja. jang
dikasi masuk kedalam liang itu. Hingga sebentar sadja,
terdengar suara ledakan dan terlibat api berkobar.
Tindakan membakar ini adalah usul Beng Siang. Sebab
ia bilang, lobang lama biasa ada hawanja jang busuk dan
djahat karena itu perlu hawa djahat itu digempur dulu
dengan bahan peledak.
Tjeng In menanti sekian lama, baharu ia mengadjak
mereka turun diundakan tangga, masuk kedalam liang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
648
melalui terowongan sampai dirunng dlmana ada terdapat
delapan buah peti hitam jang besar dan berat. Setiap peti
ditaruh diatas tatakan batlu, In Liong tjoba menggeser
sebuah peti, maka tahulah ia bahwa peti itu terbuat dari
logam.
Tanpa ajal, mereka mulai bekerdja dengan menggunai
dsdung, hingga semua peti dapat diangkat naik keatas
liang.
Sesampainja diatas, In Liong menggunai pedangnja,
akan menahas udjung peti. Untuk herannja, girangnja ia
mendapat kenjataan, peli itu bukan terbuat dari besi. Hanja
dari emas tjuma tadlinja, bagian luarnja sengadja dibikin
hitam seperti besi belaka.
Menampak itu, orang kagum dan gemgbira.
Tjeng In ingin tahu isinja peti itu, ia rusaki kuntjinja dan
lantas ia buka tutupnja. Setelah mana mereka semua
berdiri tertjengang peti itu berisi pelbagai batu permata,
mutiara, kemala dsb, jang menjilaukan mata.
"Jang lainnja tak usah dibuka lagi, isinja mesti tak salah"
kata In Liong. "Sekarang mari kita lekas membawa pulang
kekuil ! Kita mesti selesai bekerdja malam ini, atau nanti
kita menampak keruwetan."
Kata2 itu benar, maka lagi sekali mereka bekerdja
menggotong pergi delapan peti itu. Maka hari itu djuga
selesailah usaha mereka. Harta itu disimpan, ditetapkan
untuk mengongkosi pelbagai gerakan kebangsaan. Untuk
membuat alat2 sendjata dan lainnja, jang berfaedah bagi
gerakan mereka. Selelah itu untuk sementara, mereka pun
berpisahan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
649
Ditahun kedua setelah itu, setelah musim rontok, Tjong
Leng dan Siam In menikah. Maka pada satu hari kelihatan
Tjong Beng diantar A Tan, pengiringnja naik kuda pilihan
melakukan perdjalanan. Dengan berdandan sebagai
seorang njonja Siam In muntjul memberi selamat djalan
pada suaminja itu. Tjong Beng mengeendol pedang Tjeng
liong-kiam dibebokong dan menggantung kantong piauw
dipinggangnja.
Tjong Beng hendak menudju ke Kimleng memenuhi
undangan Tjeng In Loonie, jang telah mendjandjikan ia
untuk menghadiri rapat besar di Kimleng, jang bakal dibikin
diharian Oeh-lan-Tjiat, jaitu harian sembahjang Tjitgwee
Tjap-gouw, bulan tudjuh tanggal lima belas. Ia mesti hadir
sebagai ketua Tjeng Liong Hwee dari lima propinsi Utara.
Sambil meluaskan pemandangan dan menambah
pengetahuan, sebab si pendeta sendiri merasa, ia tak
dapat lebih lama lagi memimpin partainja itu.
"Selandjutnja, segala sesuatu tergantung pada kau
seorang sebagai achliwaris." kata si pendeta.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selang beberapa hari, Tjong Beng bersama A Tan sudah
sampai di Pouwkauw. Selelah menjeberangi sungai Tiang
Kang, mereka sampai diwiiajah Kimleng. Mereka langsung
menudju kedanau Hian Boe Ouw, kekelenteng Tan Touw
Am. jang berada dibelakang kuil Kee Beng Sie. Disitu
terdapat rimba bambu. Disitu dia dapat berdjumpa dengan
Tjeng In. Setelah itu, dia bersembahjang dihadapan sintjie
Soe Ko Hoat.
Yan Goat, niekouw tjilik pelajan Tjeng In, melajnni
tetamu ini. Dia telah tambah usianja, dia nampuknja agak
likat tapi dia menanjakan djuga kesehatannja Siam In.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
650
Dihari kedua, Tjeng In mengadjak Tjong Beng kekamar
hongthio.
"Hiantit, lusa malam adalah malaman rapat." kata
pendeta tua ini. "Itulah rapat kaum Rimba Persilatan, jang
ditetapkan tiap lima tahun sekali untuk kita golongan
Selatan dan Utara. Sudah tentu, sifatnja adalah rahasia,
maka untuk pergi menghadirinja orang dilarang djalan
berombongan. Dia mesti datang setjara seorang demi
seorang. Inilah guna mentjegah ketjurigaan pembesar
negeri. Maka itu pinnie tak dapat djalan bersama kau.
Sekarang pergilah kau ke Tang-moei, pintu kota timur,
mentjari pondokan disana. Lusa malam djam satu, baharu
kau pergi kebukit Tjie Kim San. Diudjung timur selatannja,
di Beng Houw Leng, makam radja2 Ahala Beng, disitu kau
mentjari aku. Apabila kau mendengar atau melihat sesuatu
gerakan, kau djawab itu dengan gerakan tangan dan
tanda2 rahasia. Nanti pada waktunja aku akan tjari
padamu"
Lantas pendeta ini mengadjarkan segala tanda rahasia.
Tjong Beng menurut, ia adjak A Tan lantas
meninggalkan kelenteng.
Pada malam jang didjandjikan, Tjong Beng berdandan
rapi, pakaiannja hitam dan ringkas. Ia tinggalkan A Tan
dipondokannja. Seorang diri ia menudju kemakam Beng
Hauw Leng. (Sekarang Ini orang harus keluar aari Chung
San Gate. Nanking, lalu djalan menudju ke Sun Yat Sen
Mausoleum, ditinur-utara sana, dimana ada bukit, itulah
makam Beng Hauw Leng itu.).
Sewaktu Tjong Beng sampai, keadaan sekeliiingnja
sudah gelap-gulita. Terketjuali desiran angin dan suara
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
651
pelbagai matjam kutu, keadaannja sangat sunji. Disana
sini hanja terlibat berselarakannja tubuh pelbagai patung
dan kudapan. Maka ia merasa heran, tetapi ia bersabar dan
menantikan djuga.
Tidak selang lama, tiba2 sepotong batu menjambar
lewat, djatuh dirumput disamping dia, lalu terdengar suara
pelahan: "Saudaranja si orang she Ang, pergi memutar
kearah utara !"
Tjong Beng memasang mata, ia tidak melihat orang, lalu
ia mendjowab menurut adjaran Tjeng In: "Orang
jang menjambangi makam sudah sampai."
Terdengar suara suitan mulut, lalu sunji pula.
Tjong Beng menudju keutara, dimana ia harus memutari
bukit, ia lantas dapatkan sebuah tanah datar, ditengahnja
ada tanah mundjul bagaikan bukit ketjil. Di situpun tidak
ada orang, ia ingat pesan Tjeng In, ia lantas mendekam
kira2 satu djam kesunjian tetap memerintah disitu.
Masih lagi setengah djam Tjong Beng terus mendekam,
sampai tiba2 ia merasa ada orang menepuk pundaknja dari
belakang. Ia pun segeia mendengar pertanjaan : "Apakah
kau tak sabar menantiku ?"
Walaupun ia kaget, tetapi hati Tjong Beng toh tenang,
karena ia mengenali suara Tjeng In. Ia hanja heran,
mengapa ia tak sadar entah kapan datangnja. Itu djuga
membuktikan liehaynja niekouw tua ini.
Tjeng In segera memberi tanda mentjegah kawan ini
buka suara. Ia hanja me nundjuk kebukit ketjil ditengah
tanah datar Itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
652
Tjong Beng menoleh, ia tidak melihat suatu apa, ketjuali
samar2 gumpalan rumput. Ia mengawasi terus, sampai
tiba2 terlihat sinar terang dibelakang bukit itu. disusul
sama muntjulnja bajangan dari satu tubuh jang besar dan
djangkung tapi tak terlalu lama, tjahaja terang muntjul pula
dari pelbagai djurusan, hingga diatas bukit itu menojadj
terang.
Sebelum Tjong Beng tahu bagaimana harus berbuat,
Tjeng In sudah menarik tangan badjunja mengadjak ia
berbangkit. Berbareng dengan mana ia tampak orang?
muntjul disana-sinl disekitar bukit itu. Djumlahnja seratus
lebih. Semua mereka itu mengangkat tangan dan berseru
riuh, hingga berkumandang ditanah datar itu. Njata orang2
itu muntjul dari gombolan rumput, dari belakang
pepohonan belakang batu dan lain2nja. Mereka laki2,
wanita, pendeta dan imam. Dandanannja berbeda-beda,
dan wadjah mereka menundjukkan bahwa mereka bukan
sembarang orang
Setelah berseru2 mereka berdiri diatas bukit itu sambil
mengangkat sebelah tangannja Tjong Beng bisa lihat
sekarang orang itu berumur belum berumur tiga puluh
tahun, romannja tjakap gagah dan berpengaruh, ia merasa
ia sendiri pun kalah tjakap walaupun orang2 menganggapi
ia tjakap nan gagah sekali.
Kapan orang itu perdengarkan suara suaranja itu terang
dan njaring, ia pun menggerak-gerakkan tangnanja
dengan mengesankan. Ia menjebutkan nama2 setiap
hadirin berikut nama partai2 nja. Dan setiap ia
menjebutkannja, orang, jang disebutkan menjahut "Ja".
Umpamanja ia panggil "Soe In Teng dari Ngo Bit Pay, Ong
ln Liong dari Tiang Pek Pay, Tjong Lioe dari Peng Tjong Pay
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
653
dan lainnja. Dari sebab ini Tjong Beng dapat mengetahui
kawan2nja sudah datang. Pun disebut nama Tjeng In dari
Tjeng Liong Hwee, Ong Tjong Beng dari Thay Kek Pay di
Ngotay dan Tan Hin Beng dari 2Thay Kek Pay di Lan-kee
kauw.
"Hidup ketua kita" begitu mereka berseru-seru
sehabisnja suara orang diatas bukit itu bitjara. Orang itu
terus lontjat menjusul mana, api padam seluruhnja,
hingaga bajangannja sadja kelihatan berlontjatan, terus
lenjap ditempai gelap.
Hatinja Tjong Beng bersemangat, tapi ia masih gelap
mengenai pertemuan itu. Dengan berdiam sadja, ia turut
Tjeng In turun gunung. Ditengah djalan, ia mendengar
suara tertawa dibelakangnja. Kapan ia menoleh, ia melihat
In Liong dan In Teng, ia memberi hormat pada mereka itu.
Achirnja mereka djalan sama2 sambil memasang omong.
Njata In Liong telah membawa In Teng ke Koen-beng
untuk menemui Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng, guna
menghaturkan maaf, hingga permusuhan di antara ketiga
saudara perguruan itu dapat diredakan. Beng Pioe dan Lina
pun suka memaafkan.
Menurut In Liong, ia pun sudah merangkapkan djodoh
Kioe bwee ho Hoa Tjoe Hong, dengan bekas Kaisar Soen
Tie.
"Tjong Lioe " kata Thian Tie Koay hiap, "sudah pulang
kepada suku-bangsaja dimana dia diterima sebagai yoe
thio ketua. Sedang Tan Hin Beng di lan-kee kauw sudah
mulai menjiarkan ilmu silat Thay Kek Pay, tak lagi dia
mendjadi Lioklim Rtmba Persilatan"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
654
"Siapa ketua tadi ?" Tjong Beng tanja aehirnja.
"Bitjara tentang dia, dia adalah seorang luar biasa pada
djaman ini" sahut In Liong "Untuk kaum kita... Selatan dan
Utara, dialah jang duduk dikursi pertama. Tidak ada jang
tidak tunduk kepadanja"
"Siapakah namanja.. Bagaimama bila dia dibandingkan
dengan kau sendiri, loodjinkee ?" Tjong Beng tanja pula.
Loo-djinkee orang tua jang terhormat.
"Aku si tua tak dapat dibandingkan dengannja" djawab
Thian Tie Koay Hiap. "Dia masih muda tapi berasal-usul
luhur. Nanti setelah hidup lagi sekian lama dalam kalangan
Rimba Persilatan, kau bakal mengetahui sendiri tentang
dia".
Sampai disini bagian pertama tjerita silat
bersambung ini berachir....
Pendekar Mabuk 047 Rencong Pemburu Tabib Anak Harimau Karya Siau Siau Siluman Ular Putih 01 Misteri Bayi Ular
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama