Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 9
hal orang she Wan Itu telah pergi ke Kimleng. Lana sangat,
menjintai suaminja, keselamatan siapa ia senantiasa
memikirkan, maka sering ia pergi kepada dukun Salipo.
Satu kali, samar2 ia tampak suaminja asjik berdjalan
bersama satu pendeta wanita, maka tidak ajal lagi ia
mengadjak kakak dan adiknja meninggalkan Inlam
menudju keperbatasan Shoatang dan Hoopak untuk
monjusul
Pada suatu hari, tiga saudara Ini kesasar di Pok-yang,
ditanah pegunungan perbatasan antara ketiga propinsi
Shootang, Hoolam dan Tio-cio (Hoopak), mendjadi tempat
solulup-timbulnja orang2 djahat. Mereka djusteru bertemu
sama satu rombongan ketjli kawanan begal, jang terus
turun tangan, maka Beng Pioe seorang diri menghadjar
mereka, jang terdiri dari belasan orang, hingga mereka
berteriakan dan sesambatan dan kabur sipat-kuping.
Seekor kudanja djatuh ter guling kedalam djurang.
Berbareng sama kedjadian Itu. Tan Hin Beng dan
kawan2nja, jang bertempat di Sam-tjetjoe, desa tjagak
tiga, sedang berdjalau dikaki gunung. Hin Beng melihat ada
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
545
kuda djatuh. Kedjadian itu biasa sadja. Kedjadian jang
menjusul membikin ia tertjengang.
Dialas djurang ada tiga orang, satu pria dan dua wanita,
dandanannja sebagai suku-baugsa le. Mereka Itu rupanja
sedang mengawasi kedjurang ketika kuda mereka
kedjeblos dan terdjatuh. Tapi si prija tjerdas dan gesit.
tjepatia mengeluarkan dadungnja dan membandring kuda
itu, jang kena terlasa, hingga kuda Itu dapat ditarik naik
kembali. Njata prija itu bertenaga besar sekali.
Sesudah pindahkan buntalannja dari kuda itu ke kuda
lainnja, pemuda itu melempar lagi dadungnja ke seberang
djurang, untuk dibikin terikat kepada sebuah pohon besar.
Lalu dia tarik dengan keras, terus dia ikat udjungnja
kepada sebuah pohon.
Setelah itu, kedua nona dengan saling susul berdjalan
diatas dadung itu, untuk turun dilain seberang, tjaranja
mereka berdjalan mirip dengan aksinja nona2 tukang
dangsu berdjalan dialas tambang. Keduanja sampai
dengan selamat dilain tepi.
Jang hebat adalah tjaranja si pemuda. Dia tidak turun
sebagai si nona2, dia hanja berlarian diatas dadung sambil
memanggul seekor kuda.
Perbuatan pandai tetapi berbahaja itu ia ulangi sampai
tiga kali, untuk menjeberangkan ketiga kuda mereka.
Satelah selesai, pemuda itu menggentak lolos dadungnja,
untuk digulung dan disimpan.
Alangkah kagumnja Oey Sie Kok si Djenggot Kuning.
Oraug bertenaga besar dan liehay sekali. Tapi melihat
ketiga orang itu tidak dapat mentjari djalan keluar, sedang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
546
hari sudah mendekati magrib, dia menteriaki mereka, akan
menundjukkan djaian. Suaranja berkumandang dan
didengar oleh ketiga orang itu ialah Beng Pioe serta kedua
adiknja.
Dengan susah-pajah, achimja Beng Pioe bertiga dapat
menghampirkan Hln Beng jang lagi menunggui mereka.
Lantas mereka beladjar kenal. Sesudah mana, orang she
Tan ini mengundang mereka kekampungnja.
Tiga saudara Beng itu, walaupun mereka bangsa ie,
dapat berhitjara dalam bahasa Tionghoa, Hin Beng bisa
omong. lebih banjak dengan mereka, hingga ia dapat
mengetahui, mereka mempunjai hubungan rapat dengan
keluarga Ong. Karena itu Hin Beng lebih telaten melajani
mereka.
Kebetulan sekali, Lana djatuh sakit, hingga ia harus lebih
lama berdiam didesa itu.
Lana tahu hubungannja Hin Beng dengan Tjoen Beng,
ia memberitahukan halnja Boe tjloe. Lantas ia minta tolong
Hin Beng menitahkan orang2nja mendengari kabar
diperbntosan Shoatang ? Hoopak.
Pengaruhnjn Ong Sie Kek tersebar sampai dlbeberapa
propinsi daerah sungai Hong Hoo ia lantas dapat kabar
halnja Tjeng In Soe-thay berhasil menindas kaum Ang
Teng Kauw di Laytjioe, maka setiap hari ia mengutus
orangnja kedjalanan untuk masuk ke Hoopak. Sampai hari
itu, ia sendiri jang mengadjak sebarisan pengikutnja
menjambut tjeng In. Hingga kesudahannja, Boe tjioe dapat
berkumpul bersama Isteri dan Ipar2nja,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
547
Tjeng In Soe-thay girang melihat djalannja urusan
mereka jang demikian litjin itu. Waktu itu, ia masih belum
tahu hal pertemuannja Tjong Beng sama In Liong di Tay
San dan ia tak menjangka Tjong Lioe sudah berhasil
mengundang Thian Tie Koay-Hiap turun gunung,
untuk membantu mereka. Tudjuannja adalah lekas pergi
pada tiga saudara Beng di Hek San.
Hin Beng gemar bergaul, ia menjatakan suka turut
niekouw ini. Untuk itu ia menjerahkan orangnja kepada
wakilnja.
Dalam tempo jang singkat, pada suatu hari sampailah
rombongan in! di Hek San, Kwan-gwa. Beng-sie Sam Eng
menjambut mereka dengan girang. Mereka pun girang
bertemu sama Beng Pioe, Lana dan Lina dengan siapa
mereka lalu memanggil engko dan adik.
Tjong Lioe tidak buang tempo akan memberitahukan
Tjeng In Soe-thay bagaimana dengan akalnja ia dapat
memantjing Ong In Liong turun gunung, bahwa Koay-Hiap
bakal lekas berkumpul bersama mereka.
Tidak terkira girangnja tjeng ln, sampai ia mendjabat
tangannja Tjong Lloe.
"Oh, tooyoe, sungguh kau satu kawan jang berharga!"
ia memudji.
Lantas Tjeng In minta Beng-sse Sam Eng menjiapkan
kamar untuk Ong In Liong, supaja semua siap-sedia
menjambut datangnja orang she Ong itu.
Digunung Tay San, Ong In Liong tanja Tjong Beng
perihal perdjalanannja ke Shoatang dan tjong Beng
menuturkan bagaimana ia dan Tjeng In Soe-thay sudah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
548
berhasil menawan Biauw Hoat ljmdjin, dan menindas
kawanan Ang Teng Kauw jang tersesat. Hal Ini membuat
Koay-Hlap bersusah-hati, karena ia mesti menepati
djandjinja. Sebab ia telah kalah bertaruh dengan Tjong
Lioe mau atau tidak, ia mesti menjaterukan Soe in Teng,
saudaranja itu. Ia bingung djuga sebalik ia mesti
meningalkan Soen Tie jang ia mesti lindungi.
"Koko," achirnja ia berkata kepada Soen Tie. "Sudah
banjak tahun sedjak kau hidup sebagai pendeta, ketika
dulu kau meninggalkan istana, tak lain tak bukan melulu
untuk menjingkir sadja. Sekarang ini, umpama kau
mendjadi orang biasa pula, tidak nanti kau disambut
pulang untuk diangkat meddjadl radja pula. Puteramu itu
jang telah mendjadi kaisar telah datang mentjari kau ber
ulang2. Diluar kelihatannja dia sangat berbakti terhadap
orang tua, tetapi sebenarnja dia berbuat demikian karena
andjurannja beberapa menteri sadja untuk melihat koko
masih punjakan berapa banjak tahun lagi untuk hidup
terus, sebab orang menguatirkan kita nanti bekerdja sama,
untuk keradjaan kita. Maka bagus sekali, aku telah
menolaknja."
Soen Tie manggut
"Kata2mu itu benar, hiantee," katanja. "Mustahil aku
tidak mengetahui hati mereka ? Hanja aku menganggap
tidak selajaknja kau memberitahukan bahwa kau hendak
menjerbu pendjara rahasia, mereka djadi dapat ketika
untuk bersiap-sedia" (Hiantee = adik jang bidjaksana.)
Ong In Liong menghela napas.
"Itulah aku tahu," katanja. "Biar bagaimana, Soe In
Teng dan aku tetap ada sedarah sedaging. Ketika dulu aku
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
549
menolongl Beng Eng, In Teng masih belum tahu aku
adalah kakaknja. Sekarang umpama radja petjahkan
rahasia, itulah baik. Karena ia dapat mengetahui bahwa
aku adalah saudaranja. Untuk perikemanusiaan, tidak
dapat aku tidak menjaterukan kedjahatan, meskipun mesti
menjlngkirkan saudara sendiri. Aku mengharap In Teng
mempunyai Liangsim, kesadaran dirinja, hingga dia
memberi tahu terlebih dahulu, itu artinya golok terang dan
tombak terang, itu pun bisa mengubah tjara hidupnja,
mentjutji tangannja. Andaikata dia tetap sesat, maka kau
telah menunaikan kewadjibanku sebagai saudara, jang
telah memberi nasihat kepadanja. Lagi pula, dengan
tjaranja kami kaum Rimba Persilatan. Umpama kata dia
rubuh dlitanganku, biarlah dia rubuh aetjara ichlas."
Mendengar peznbitjaraan itu, Tjong Beng ingat benarnja
dugaan Ang Seng Tong bahwa diantara bekas Kaisar Soen
Tie, Ong In Liong dan Soe In Teng mesti mempunjal
hubungan darah istimewa.
"Hiantee, aku berpendapat sama denganmu," kata Soen
Tie selang sedjenak. "Itu sebabnjn mengapa tadi aku minta
kepada saudara Ong, andai-kata dia berhasil menawari Soe
In Teng, supaja Soo In Teng diserahkan kepadaku untuk
mematuskannja"
"Sudah, koko, baik kita tidak omong lagi tentang dia,"
kata In Liong kemudian, dengan air matanja mengembang
"Mari kita bltjara lentang kau sendiri. Sudah dua-puluh
tahun koko mendjadi pendeta. Koko berbuat begitu, melulu
untuk menjingkirkan diri, setelah sekarang halmu bukan
rahasia lagi. Sesudah sekarang kau berusia setengah abad,
aku menganggap perlu kau mempunjai orang untuk
merawat kau. Aku pikir untuk mentjarikan seorang nona
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
550
jang tjotjok untukmu, sebagai isteri supaja koko tidak
mendjadi terlalu kesepian."
Bekas Kaisar Soen Tie tertawa. "Kau mimpi, hiantee!"
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
katanja.
"Jangan kata jang sudah banjakbanjak
tahunhatiku tawar, walaupun aku memikir berumah
tangga, setelah usiaku jang landjut ini, mana
ada nona jang sudi menikah denganku si pendeta tua
bangka?"
In Liong memandang koko itu, ia pun tertawa.
Tjong Beng dan Siam In turut tertawa.
Besoknja In Liong hendak ikut Tjong Beng dan Siam In
balik ke Kwan-gwa untuk turut serta dalam penjerbuan
neraka dunia, maka ia pamitan dengan bekas Kaisar Soen
Tie.
Dalam perdjalanan ini, In Liong bertiga menggunakan
ilmu mengentengi tubuh "tjauw siang hoei" (Djalan
terbang diatas rumput), dgn. begitu dalam tempo singkat,
mereka sudah lantas melalui beberapa puluh lie. Ditanah
pegunungan Itu. mereka tidak kualir nanti ada orang jang
melihat dan mentjurigainja. Akan tetapi ditanah
pegunungan sering terdapat kabut atau bawa jang djahat.
Kebetulan sekali, selagi mereka ber-lari2. Siam In kena
terserang hawa beratjun itu, segera sadja ia terhujung
kearah djurang.
Ong In Liong lari dibelakang si nona. Melihat demikian,
dia lontjat menjambar tubuh nona itu, hingga Siam in
ketolongan. Tubuhnja udak sampai terguling kedalara
djurang jang dalam itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
551
Tjong Beng lantas menghampirkan. ia kaget sekali,
sebab ia melihat muka si nona mendjadi merah dan
napasnja memburu.
In Liong menjerahkan si nona kedalam pelukan si
pemuda.
"Hiantit." kata dia "berbahaja andaikata kita terlambat
menolongnja."
Siam In tak taban serangan hawa djahat itu, disebabkan
dia bertubuh agak lemah karena sudah sekian lama dia
tertahan didalam kullnjn Biauw Hoat tjindjin dimana makan
dan tidurnja tidak tjukup. Sedang gara2nja Hoa Gouw Nio
membuat hatinja mendongkol.
"Bagaimana sekarang?" tanja Tjong Beng,
"kembali kekuil kita memerlukan tempo." In Liong
bilang. "Begini sndja. Mari kita pergi kesebuah desa di
depan sana, kerumahnja satu sahabatku. Satu ahli silat
Tong Long Pay, tjiat Tim namanja Dulu dia pernah datang
ke Thian Tle. Tapi sekarang ini dia sedang pesiar. Klta
dapat singgah disana sedikitnja untuk satu malam." ia
menundjuk kedepan.
Tjong Beng setudju, maka mereka berangkat ketempat
jang ditundjuk itu. Didalam hatinja, pemuda ini merasa
kurang enak. Sebab ia melihat, tempat itu letaknja dekat
dengan sarangnja Kioe Bwee Ho. ia tidak berani
mengutarakan perasaan nja itu kepada kawannja ini. Ia
kuatir nanti dikatakan bernjali ketjil.
Di rumahnja Tjiat Tim ada dua pendjaga rumah, In Liong
perkenalkan diri sambil mengutarakan maksudnja
memohon singgah, untuk merawat sinona. Dua pendjaga
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
552
itu suka menerima tetamu, meski madjikannja tidak ada.
Mereka mengundang masuk.
Tjong Beng melihat sebuah rumah besar tapi kurang
rawatan, temboknja sudah ada jang gugur, segala
perabotannja pun tua-tua. Tapi ia tidak sempat perhatikan
itu. Ia lantas meletakkan Siam In dialas pembaringan.
Tubuh si nona mendjadi berhawa panas, dia ngotjeh
karenanja napasnja pun memburu.
Pemuda itu mendjadi bingung.
"Kongtjoe, disekitar sini, sampai seratus lie, tidak ada
tabib." kata satu pendjaga rumah. "Biasanja, siapa terkena
hawa djahat. dia pergi minta air sumber dlkuil Tjoe Hoei
Sie, untuk mentjegah hawa menjerang kedalam, setelah
itu, perlu kita undangi tabib. Ketika pendjahat perempuan
nama Hoa Gouw Nio jang digelarkan Kioe Bwee Ho
menduduki kuil itu, dia telah berusaha mentjari obat untuk
lawan hawa djahat itu. Usahanja itu berhasil tempo satu
imam dari gunung Lauw San datang membuat obat pil
yang diminumnja mesti pakai air sumber di Tjoe Hoe Sie
itu. Obat itu telah menolong banjak orang. Tjuma untuk
mendapati obat itu jang minta mestinja orang lelaki".
Memang air sumber itu sumber Boe yap tjeng namanja
sumber tak berdaun mustadjab airnja untuk mentjegah
menghebatnja serangan hawa djahat.
Tjong Beng tidak bersangsi buat pergi ke Tjoe Hoei Sie,
sebab ini perlu utnku menolong SIam In. Ia minta In Liong
tolong mendjagai kekasihnja itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
553
"Kaj djangan kuatir suatu apa" In Liong bilang. "aku
dengar pendjahat wanita itu belum pernah bunuh orang
lelaki"
Tjong Beng djengah sendirinja. In Liong tidak tahu, ia
memangnja kenal nona she Hoa itu. Iapun tidak hendak
memberitahukannja.
Belum sempat tjuatja gelap Tjong Beng telah sampai di
Tjoe Hoei Sie.
Gouw Sian pendeta jang mendjaga kuil itu heran melihat
ia kembali.
"Apakah kongtjoe kangen sama Nona Hoa?" tanjanja
"Mana Nona Wan?"
Tjong Beng tahu, pendeta ini salah menduga, maka ia
segera memberitahukan maksud kedatangannja.
"Kongtjoe datang kebetulan sekali." kata si pendeta
kemudian. "Sedjak hari itu kongtjoe berdua berlalu, Gouw
Nio pulang utnuk terus menutup pintu dan minum arak
sepuasnja. Kemarin pagi-paig dia pergi, sampai sekarang
dia belum kembali. Sjukur air sumber di sini boleh diambil
setjara merdeka, tjuma obatnja di simpan Gouw Nio
sendiri. Kau harus menunggu sampai dia sudah pulang"
Tjong Beng bingung djuga.
"Apakah air sumur sadja tjukup utnku menjembuhkan
penjakit itu?" dia tanja.
(Bersambung djilid ke 4)
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
554
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)
Jilid : 04
Ditjeritakan Oleh : O.K.T
//facebook.com/groups/Kolektorebook/
___________________________
"Untuk serangan jang tidak hebat, mrmang menolong"
sahut si pendeta. "Tapi kalau tubuh korban ada panasnja,
dia mesti dapat bantuan obat jang diaduk dengan air
sumur ini."
Karena Siam In perlu ditolong, terpaksa Tjong Beng
meminta air sumur sadja. Ia memindjam holouw (buli-buli)
dari si pendeta. Ia segera pulang hawa panasnja Siam in
bertambah hebat, matanja sampai bersemu merah. Maka
lekas-lekas si nona ditjekoki.
Tidak lama berselang nona itu nampaknja baikan,
walaupun panasnja belum lenjap seluruhnja.
Tjong Beng menuturkan keterangannja Gouw Sian.
"Kalau begitu, perlu kongtjoe kembali ke Tjoe Hoei Sie,
untuk menemui Hoa Gouw Nio." In Liong menjarankan.
"Aku pertjaja, setelah melihat kau, dia bakai memberikan
obatnja."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
555
Tjong Beng tidak menampik, maka kembali ia berangkat
ke Tjoe Hoei Sie.
In Liong tak tidur malam itu untuk gadangi Siam In.
Tjong Beng balik diwaktu fadjar, roman nja kutjel. Ia
tidak bawa obat, tjuma air luntur sadja. Ia lelah, napasnja
masih memburu, tapi ia sudah lantas menuturkan pada In
Liong mengapa ia tidak mendapatkan obat.
"Hoa Gouw Nio ditangkap pembesar negeri," katanja
berduka.
Memang benar, Kioe Bwee Ho telah mendjadi orang
tawanan pembesar negeri.
Sedjak pertemuannja sama Tjong Beng dan ia gagal
mengambil hatinja pemuda itu, Hoa Gouw Nio menjesalkan
dirinja sendiri, jang malang dalam urusan asmara, ia tidak
bersakit hati terhadap anak muda itu, jang gagah, jang ia
malah hargakan. Maka tempo ia berlalu, ia pesan Gouw
Sian untuk membiarkan kamarnja sendiri dipakai si anak
muda dan nona kekasihnja. Kemudian ketika ia pulang,
karena berduka ia sekap dirinja dalam kamar. Tjuma arak
jang mendjadi kawan satu-satunja. Ia menenggak sepuas
puasnja. Ia tjoba melagakan hati dengan menangis
seantero malam. Besoknja, pagi2 dengan tindakan berat,
ia turun gunung. Setiap ia menemui rumah makan, ia
minum arak. Setelah sinting, seorang diri ia bernjanji-njanji
dan bersilat pedang bagaikan orang tak beres ingatan. Ia
membikin setiap orang ketakutan dan menjingkir djauh
djauh. Rupnnja dengan djalan itu ia hendak menungkuli
hatinja. Dirumah makan jang terachir, ia menenggak
segutji arak. Setelah itu, ia bertindak keluar badjunja telah
kesiram air kata-kata. Tindakannja berat sekali, djalannja
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
556
limbung. Tepat dibawah sebuah pohon hoay ditepi djalan
ia rubuh, terus ia tertidur.
Dusun dikaki gunung itu adalah dusun Louw-tin, disitu
terdapat beberapa buaja darat jang tak pantang mentjuri,
berdjudi, dan main perempuan. Hari itu mereka habis kalah
berdjudi, tempo mereka niat minum arak dirumah makan,
mereka tam pak si nona tidur njenjak sekali. Mereka segera
mengenali Kioe Bwee Ho dipinggang siapa tergantung
pedang.
K"enapa bangsat ini tidur disini ?" kata satunja, jang
bernama Lie Toa, kepada kawan2nja. "Baik kita
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengguna!
dia untuk memperoleh uang"
"Djangan main gila, Loa-toa!" kata kawannja, Siauw
Hat-tjoe. "Kalau dia mendusi, inilah hebat..."
"Dia toh sedang mabuk?" kata buaja darat jang ke-llga,
Siauw Hek Sam. "Tjoba kita dekati."
Mereka madju dengan ber-indap2.
Hoa Gouw Nio tidak mendusin, ia tidur terus meski orang
me-manggil2 namanja sambil ber-teriak2.
Hatinja Siauw Hek Sam mendjadi besar. Ia memang
kenal baik sama kawanan hamba negeri
"Kau ingin memperoleh harta karun ?" katanja pada dua
kawannja. "Kita sekarang lagi rudln. Didepan kita tersedia
duaribu tail perak! Apa kamu mempunjai njali untuk
membekuk perempuan ini ?"
Djumlah itu menggiurkan hati.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
557
"Eh, Hek Sam, kau mabuk ?" tegaskan mereka.
"Tidak, sahabat!"
Hek Sam menarik dekat kedua kawannja, untuk dibisiki.
Mereka ini manggut2. setetelah itu, ketiganja ngelojor.
Tapi belum lama mereka sudah kembali. Hek Sam
membawa selembar tambang, selagi mendekati Hoa Gouw
Nio, ia men-dehem?, dan batuk2. Tetapi si nona tidur terus.
Maka sedjenak sadja, dia sudah kena diringkus kaki dan
tangannja. Dan terus digolong pergi oleh ketiga tuaja darat
Itu, jang membawanja ke Siauw-tong-eng (tangsi ketjil)
dari sioe-pie, pembesar militer jang berkuasa didesa itu.
Disitu ada beberapa puluh serdadu dibawah pimpinan satu
komandan.
Mulanja komandan itu tidak pertjaja Hek Sam bertiga
mampu menawan Hoa Gouw Nio, sesudah sinona dipadu
sama gambarnja, baharu dia tidak sangsi lagi. Segera dia
mengirim empat serdadu, akan menjampaikan warta pada
sioe-pie, sepnja. Hek Sam bertiga dipudji. Untuk
sementara, mereka dapat uang dimuka masing2 dua-puluh
tail, hingga mereka girang tak kepalang.
Diantara penduduk Louw-tin, tidak sedikit orang pernah
menerima kebaikan Hoa Gouw Nio. Mereka ini merasa
kasihan, diantaranja lantas ada jang naik kuda kabur ke
Tjoe Hoei Sie, akan menjampaikan kabar pada Gouw Sion.
Kebetulan waktu Itu, Tjong Beng ada bersama. Maka
pemuda ini mendjadi dapat tahu halnja sinona tertangkap.
"Harap kau menolongi dia, kongtjoe." pendeta itu
memohon. "Kalau kita terlambat, asal dia kena diambil
sioe-pie sulit untuk menolongnja."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
558
Tjong Beng sangsi, ia lantas lari pulang, akan
menjampaikan warta pada In Liong.
Thian Tie Koay-Hiap suka menolong Hoa Gouw Nio. Ia
menganggap kasihan kalau sampai nona itu dibawa ke
Tjeelam. Itu artinja djiwanja tidak bakal ketolongan. Lagi
pula Siam In membutuhkan obatnja nona Itu.
"Mari kita pergi ke Tjoe Hoei Sie, akan melihat apa jang
kita bisa bikin" katanja.
Tjong Beng mendekati kekasihnja, nona itu masih tidur
njenjak, mukanja masih merah, panasnja pun belum lenjap
semuanja, tapi dia nampaknja tenang. Maka ia tidak
keberatan untuk meninggalkannja untuk sementara waktu,
ia tjuma minta kedua pendjaga ramah tolong melihatnja.
Dengan girang Gouw Sian menjambuti kedatangannja
Tjong Beng berdua Thian Tie Koay-Hiap. Segera ia dapat
harapan Gouw Nio bakal ketolongan. Ia mengutarakan
kagumnja pada djago dari Thian Tie itu, jang ia sambut
dengan manis.
"Siapa swbenarnja Kioe Bwe Ho itu?" in Liong tanja.
"Memang baik djiwie ketahui duduknja hal si nona,"
sahut pendeta itu. "PinTjeng seorang pendeta, tempat ini
pun adalah sebuah kuil, maka kenapa pinTjeng
membiarkan seorang nona berdiam disini? Itulah ada
sebabnja. Nama Hoa Gouw Nio sebenarnja ialah Hoa Tjoe
Hong. Dia adalah anaknja seorang hartawan di Tjiong-kioe.
Hanja sajang setelah ibunja meninggal dunia dan ajahnja
menikah pula, ia tersia-sia. Ia diperlakukan kedjam oleh
ibu-tirinja tanpa ajahnja dapat berbuat sesuatu apa. Malah
dalam usia tigabelas tahun, ia telah dinikahkan pada
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
559
seorang tukang tauwhoe, jang mengambil ia sebagai
gundik. Tukang tauwhoe itu tua dan tuli. Setelah menikah
belum lama, dia menutup mala. Tjoe Hong tidak disukai
anak tirinja, ialah anak perempuan dari njonja tukang
tauwhoe itu. Dia dikatakan sial dia diperlakukan kasar
seperti dititah menggiling tauwhoe dan lainnja pekerdjaan
berat seperti budak sadja. Sjukur untuk Tjoe Hong, ada
satu kuli laki2, jang umurnja sepantaran suka membantu
dia.
"Pada suatu malam turun hudjan, atap kandang babi
botjor. Si anak tiri menjuruh Tjoe Hong membikin betul.
Untuk itu dilarang memakai badju hudjan dan bawa
lentera. Si kuli jang baik budi tahu Tjoe Hong lagi bekerdja,
ia menolongi mengambil lentera, untuk menjuluhkan. Si
anak tiri mengetahui hal itu dia lantas menuduh Tjoe liong
berdjina sama kuli itu. Dia menjuruh suaminja mengadjak
beberapa tetangganja menangkap Tjoe Hong dan kuli itu.
Besok paginja, Tjoe Hong ditambat ditiang diluar rumah
abu. Disitu orang mentjatji ia, meludahi dan menimpuki
dengan batu, hingga ia terluka dan pingsan. Selama itu, ia
djuga tidak pernah diberi makan. Malamnja, si kuli dianiaja,
lantas dia diusir. Tjoe Hong pun dibelesaki kedalam
kerandjang babi, dan dilempar ke kali.
"Mestinja Tjoe Hong sudah mati kelelap, apamau selagi
hanjut, dia dapat ditolong Tiat-ya-tjee Giam Liok Po, satu
kepala badjak wanita, jang malang-melintang di djasirat
Poet-hay. Sarangnja berada dikepulauan Tiang San To.
Perampok ini mempunjai beberapa ribu pengikut serta
seratus lebih perahu. Tjoe Hong dirawat sampai sembuh,
lalu dididik, diadjari ilmu silat. Waktu itu, ia baharu berumur
lima belas tahun."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
560
"Giam Liok Po adalah gadisnja Giam Tjee Tjoan, itu achli
silat Pat-Kek Imyang Pay, suatu tjabang dari Siauw Lim Pay
jang kesohor dl Hoopak dan Shoatang. Ilmu silat itu mirip
dengan ilmu silat Tong Long Pay. Giam Liok Po mahir
dalam ilmu silat itu. Ia beroman djelek, bagaikan hantu
malam, maka ia mendapatkan gelarannja Tiat Ya Tjee, si
Hantu Malam Besi, sebab ia pun pandai sekali menggunai
sepasang gaetan hoeitjee. Bukan main sajangnja Giam Liok
Po pada Tjoe Hong, maka nona ini dipandang sebagai
mustika, dididik sungguh2. Tjoe Hong, jang berniat
menuntut balas, beladjar radjin sekali. Selang lima tahun,
benari dia dapat mewudjudkan pembalasan sakit hatinja
itu. Malah dengan herani dia menulis nama dan gelarannja
ditembok rumah abu. Dia akui dialah jang membunuh
musuh2nja. Dia menulis Kioe Bwee-Ho, gelarannja jang ia
ambil dari tjatjian jang pernah diberikan kepadanja. Sebab
dia dikatakan rase ekor sembilan.
"Belakangan Giam Liok Po terdesak oleh tentera negeri.
Sebab dalam beberapa pertempuran ia kena dikalahkan.
Kerugiannja banjak, maka itu ia menjingkir ke Tjiatkang.
Sebaliknja Hoa Gouw Nio diberi harta besar, diperintah
tantjap kaki di Shoatang, untuk mendjadi kawan serikat.
Begitulah Hoa Gouw Nio djadi sering muntjul didaerah
Kiok-hoe dan Tay-an. Sebab sakit hatinja, ia membentji
sesama wanita. Orang lelaki, asal jang mau memanggil dia
"Hoa Gouw Nio", tentu selamat."
Bertjerita sampai disitu, Gouw Sian mengawasi dua
tetamunja.
"Buat omong terus-terang," katanja, "tadinja pinTjeng
pun salah satu orangnja Hoa Gouw Nio. Sudah belasan
tahun pinTjeng mengikuti dia. Baharu tahun jang lalu
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
561
pinTjeng masuk mendjadi pendeta, untuk menjelamatkan
diri. Dan melindungi Gouw Nio, Jang lagi bekerdja
mengumpulkan rangsum dan alat-sendjata untuk Giam
Liok Po. Tapi sedjak datangnja Ong Kongtjoe, hatinja
sinona berubah. Begitulah ia menangis, ia minum
mabok2an, sampai ia kena ditawan tentera negeri.
PinTjeng barap djiewie kasihani dia, supaja dia ditolongi"
In Liong dan Tjong Beng terharu mendengar kisah
orang, maka mereka mengambil putusan untuk
memberikan pertolongan.
Sebelum mereka berangkat, Gouw Sian mendjamu dua
tetamu ini, jang pun menanjakan tentang keletakannja
dusun Louw-tin serta tangsi Siauw-tong-eng.
Selagi tjuatja mulai gelap, In Liong dan Tjong Beng
sampai dikota dusun, jang ramai walaupun itu adalah suatu
tempat ketjil. Inilah sebabnja disitu ada tentera, ada
kawanan penjelundup dan sarang djudi.
Setelah perhatikan orang jang mundar mandir, In Liong
menghampirkan sebuah kereta keledai, jang berhenti
didepan sebuah rumah penginapan merangkap restoran.
Ia tanja situkang kereta kalau di rumah makan itu ada
tempat berdjudi.
Kusir itu mengawasi, lalu ia mendjawab. "Asal kau punja
uang, siapa akan melarang kau masuk? Buat apa kau
menanja lagi?"
In Liong tidak mau melajani orang kasar itu, ia tarik
tangannja Tjong Neng, untuk diadjak masuk, terus naik
kelauwteng.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
562
Menghadapi sebuah medja jang berkumpul banjak
orang jang sedang mengadu peruntungan. Kebetulan,
sang bandar lagi meneriaki seorang jang mukanja hitam,
jang dipanggil Hek Sam. untuk memasang. "Tentu kena!"
katanjn.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hek Sam memasang dilain nomor, ketika bandar
membuka bidjinjn. ia mendjadi lesu.
"Buat apa masgul, Siauw Hek Sam!" kata seorang, jang
tubuhnja djangkung. "Kalau besok siajam botina dibawa
pergi, selang dua hari kau bakal dapat harta besar!"
In Liong mengawasi orang itu, terutama si Hek Sam,
lantas ia mengadjnk Tjong Beng turun dari lauwteng.
Disitu-ada banjak orang, tetapi tidak ada
memperhatikan dua orang ini In Liong mengadjak
kawannja keudjung tembok dimana mereka berhenti
bertindak, Tidak terlalu lama, kelihatan Hek Sam
mendatangi bersama dua orang lain.
"Dasar uang sial! Beruntun aku kedjeblos dua kali!" si
Hek Sam menggerutu.
Thian Tie Koay-Hiap tidak menunggu sampai orang
mengotjeh lebih djauh. Begitu lekas Hek Sam sudah datang
dekat, tiba2 sadja ia lontjat, untuk menjambar batang leher
orang, dimuka siapa ia lantas balingkan sendjatanja jang
mengkilap-tadjnm.
Hek Sam kaget dan gugup hingga ia tidak berdaja. Dua
kawannja pun kaget, mereka hendak menghunus sendjata,
tetapi Tjong Beng lontjat kepada mereka masing2 dengan
sebelah tangan, pemuda ini mentjekuk leher mereka itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
563
Berdua mereka menggusur tiga orang itu kepodjok.
Thian Tie mengedipi mata pada Tjong Beng. Pemuda ini
lantas kerahkan tenaganja, untuk mengadu kepalanja dua
orang Itu satu dengan lain, hingga mereka mengeluarkan
djeritan tertahan terus mereka rubuh pingsan. Thian Tie
sendiri tanpa bersangsi. terus menabas batang leher
mereka.
Tinggallah Hek Sam, jang semangatnja terbang pergi.
"Kau antar kita ke Siauw-tong-eng!" kata In Liong, tanpa
mempeduUkan orang mengeluh, memohon ampun.
"Djikalau kau menurut dan diam, aku nanti bebaskan." kata
In Liong
"Baik," sahut Hek Sam jang berdjanji suka menurut.
"Mari!" mengadjak Thian Tie jang terus menaruh
tangannja dipundak orang, hingga mereka berdjalan
seperti sahabat karib sadja. Tjong Beng pun mengikuti ,
Hek Sam menradjak djalan didjalan besai terus membelok
dibeberapa gang ketjll sampai disebuah tempat lebar
dimana ada terdapat tembok tanah didepan mana
meudjaga dua serdadu.
"Itulah Siauw-tong-eng," Hek Sam memberi tahu.
"Lepaskan aku hoohan "
Thian Tie bertindak madju. Djusteru itu, si hitam
berdjongkok kakinja mcnjengkit, hingga mau atau tidak, In
Liong terdjerumuk. Diluar dugaannja, ia terbokong dengan
"Lao sio poan kim," atau "Pohon tua tertjabut akarnja."
Tapi tangannja masih menjekal ia menarik, maka si hitam
ini turut terbetot berdua mereka rubuh bersama. Akan
tetapi djago itu segera lontjat bangun, tangannja di
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
564
samparkan, hingga tubuh Hek Sam terangkat, terbanting
kejalan besar, hingga lehernja tertekuk.
"Kau mesti dapat rasa!" bentak Tjong Beng, jang
menjambar rambutnja untuk diangkat bangun tubuhnja dia
itu. Terus diputar, hingga tiga putaran, lalu disemparkan
pula.
In Liong lontjat, akan menjambar tubuhnja orang itu.
Kali ini dengan pedangnja dia terus menikam, Hek Sam
rubuh tak bernjawa lagi, menjusul roh kedua kawannja.
Hingga tiga majat bergelimpangan ditengah djalan.
Setelah itu, bersama kawannja, In Liong lari ke tangsi.
Waktu itu beberapa serdadu memburu keluar, mereka
melihat perkelahian itu, hingga bersomplokan dengan
Thian Tie berdua. Tanpa ampun, Thian Thie menjerang,
merubuhkan serdadu2 itu.
Tjong Beng sendiri terus menerobos masuk, sampai
didalam, dimana berbaris tangsi jang bertembok tanah.
Disamping mana terdapat kamar tahanan, jang terbuat
dari batu dan berdjerudji balok.
Sepintas lalu, In Liong melihat seorang perempuan
meringkuk didalam kamar tahanan itu. Ia segera menduga
pada Hoa Gouw Nio, maka ia menteriaki kawannja: "Kau
rintangi kawanan bantong itu, aku akan menggempur
pendjara!"
Waktu itu, belasan serdadu sudah menerdjang kearah
mereka, maka Tjong Beng tidak mensia-siakan tempo,
akan menghalangi mereka. Ia terus menerdjang dengan
bengis. Dengan menggunakan ilmu pedangnja Thay-Kek
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
565
Sim-sam-aie. Maka sebentar sadja mereka pada rubuh
atau terpelanting.
Ong In Liong dimuka kamar tahanan sudah lantas
merubuhkan dua serdadu pendjaganja. Lalu dengan
menggunai tenaga besar, ia menggempur rubuh sebatang
djerudji balok. Ia terus menerdjang kedalam kamar.
Kaki dan tangan Hoa Gouw Nio dirantai. Ia sedang
muramkan mata. Ketika ia mendengar suara berisik, ia
membuka kedua malanja. Ia menjaksikan masuknja
seorang jang bertubuh tinggi-besar. Belum sempat ia
menanja apa2, orang itu sudah merusaki belengguannja.
Setelah mana, ia diangkat, untuk dipondong bawa lari. Ia
tahu bahwa orang hendak menolong padanja, ia manda
sadja.
Diluar, Tjong Beng telah melabrak setiap serdadu jang
berani menghalangi dia, Nona Hoa segera mengenali anak
muda itu. Karena sangat girang, ia sampai mengutjurkan
air mata.
"Ong Kongtjoe !" serunja. "Ong Kongtjoe, oh, kau
menolongi aku !"
Tjong Beng tidak menjahuti si nona, ia antap In Liong
menjingkir. Sesudah itu, ia pun segera mengangkat kaki
dengan tinggal kabur sisa serdadu2. Tetapi disebelah
depan, ia dipegat oleh satu pasukan, jang merupakan bala
bantuan. Ia tidak djeri malah dengan tiba2, ia menjerang
opsirnja jang madju di muka. Sekali sadja, ia telah
membikin rubuh opsir itu, sesudah mana, ia lontjat naik
keatas bekas kudanja opsir itu. Kemudian ia merubuhkan
beberapa serdadu lain, akan achirnja merampas seekor
kuda lagi, jang Ia terus bawa lari, untuk menjusul In Liong.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
566
Maka dilain saat, Thian Tie Koay-Hiap, jang masih terus
pondong Hoa Gouw Nio dapat bersama-sama kabur
dengan naik kuda.
Mereka lari belum djauh atau dibelakang mereka terlihat
menjusulnja satu pasukan serdadu terlebih besar.
"Rupanja moreka pasukan dari tangsi sioepie!? in Liong
bilang.
Mereka melihat debu mengepul, sebab pasukan itu
membawa banjak obor.
"Indjin, kita ambil djalan ketjil !" berkata Gouw Nio. "Aku
kenal baik tempat Ini. Ke sana !" (In-djin = tuan penolong.)
In Liong putar haluan, menuaju kesebuah tandjakan.
Tjong Beng mengikuti disebelah belakang, melarikan
kudanja.
Setelah melewati dua pentolan, mereka menghadapi
sebuah kali ketjil, kira2 dua tumbak lebarnja. Gouw Nio
menundjuki djalan lebih landjut. Maka setelah melewati
tempat banjak pepohonan, mereka sampai ditepi kali jang
djembatannja terbuat dari kaju.
Keduanja segera melewati diembatan itu. Setelah itu
mereka merusaki dan merubuhkannja keair. Sed;enak
kemudian, mereka menoleh keoe!akang. Mereka tampak
serdadu2 pengedjar pada bernenti diDinggir kali persis
dibekas djembatan itu, sebab mereka tak dapat
menjeberang.
Dengan si nona jang mendjadi penundjuk djalan dan
selama mana nona itu telah dapat pulang tonaganja, tidak
lama kemudian sampailah mereka di Tjoe Hoei Sie. Disini
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
567
Tjong Beng segera memperKenalkan nona itu pada In
Liong, penolongnja.
Gouw Nio memberi hormat dan menghaturkan terima
kasihnja jang hangat.
Tjong Beng tidak dapat melupakan Siam In, maka ia
tidak membuang tempo lagi akan mengutarakan
permononannja. buat pinta obat ia kata, ia mau terus
pulang.
Gouw Nio tidak berkeberatan akan memberikan obatnja.
"Tunggu sebentar" katanja, jang teras pergi
kekamarnja, akan salin pakaiannja, setelah mana, ia
mengadjak Tjong Beng pergi ke Toa-thian, pendopo
depan. Disini ia menolak medja didepan patung Buddha,
maka dikolong itu terlihatlah satu lobang. Dalam mana
disimpan emas, perak dan mutiara. Disitu pun ada sebotol
obat pulung, jang asal pembuatannja imam dari Kuil Siang
Tjeng Kiong di Lauw San. Itulah obat mustadjab, jang
pernah menolong banjak djiwa korban hawa gunung jang
dtjahat.
Setelah menerima obat itu. Tjong Beng hendak lantas
berangkat pergi.
"Tunggu dul" Gouw Nio bilang, seraja dia menarik Tjong
Beng. "Aku nanti turut kamu, supaja aku bisa bantu
rnerawati kamu suami-isteri!"
Tjong Beng heran dan ragu2, hingga ia berdiam sadja
"Ong Hiantit djangan kau mensia-siakan kebaikannja
Gouw Nio," berkata In Liong. "Mari kita pulang bersama."
Tjong Beng tidak bersangsi lebih djauh.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
568
"Marilah !" ia mengadjak.
Gouw Nio lantas meninggalkan Tjoe Hoei Sie. Bertiga,
malam2 mereka berlari-lari ditanah pegunungan Itu.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tjong Beng lari sekeras-kerasnja, begitu ia sampai
dirumah, ia menerobos terus kedalam, sampai didepannja
Siam In, jang sedang rebah dengan tenang. Sang budjang
tetap mendjaga nona In, jang sabana dikasi minum air
sumur adjaib. Hawa panasnja masih belum mau menurun.
Kebetulan Siam In membuka matanja. Apabila Ia
melihat Tjong Beng, ia lantas memanggil: "Engko Tjong 1"
Air matanja pun lantas mengutjur deras.
Tjong Beng berlutut didepan pnribaringan
"Adik, aku telah dapat obat" katanja menghibur. "Asal
kau makan obat ini, panasmu akan lantas menurun "
Ia lantas mengeluarkan obatnja, untuk ditaruh dalam
sebuah tjangkir.
Hoa Gouw Nio monolongi si anak muda, akan mengaduk
obat itu hingga hantjur rata, setelah Itu ia menjerahkan
pada si anak muda. Maka Tjong Beng lantas mentjekokl
kekasihnja.
Pil itu benara mustadjab. Diwaktu terang tanah,
panasnja Siam In telah lenjap. Maka lagi sekali Tjong Beng
kasi makan pula setjangkir obat itu.
Setelah itu pemuda ini aan Ong In Liong djuga heran
mendapatkan Hoa Gouw Nio tidak ada diantara mereka.
Ketika mereka tanja budjang dia ini djuga tidak
mengetahuinjakemana pergi nja nona itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
569
Sebentai kemudian, ketika matahari merah sudah
memantjar luas kelihatan Hoa Gouw Nio muntjul dipintu
pekarangan. Kedua tangannja membawa satu buntalan
besar sekali, ialah selimut dan bantal serta dua bungkus
barang makanan.
Sekarang baharulah Tjong Beng tahu Nona itu telah
puiang sendiri ke Tjoe Hoe Sie, untuk mengangkut barang2
itu. Diam2 pemuda im merasa bersjukur.
Siam In sudah bisa menggeraki tubuhnja untuk
berduduk. Segera ia mengeluh perutnja lapar.
"Mari dahar " kata Hoa Gouw Nio jang lantas membuka
bungkusannja akan mengeluarkan barang2 makanan jang
ia bawa ialah bubur tjampur bidji Teratai jang masih panas,
dan djuga kuwe. Bungkusan jang kedua berisi bakpauw
dan daging kering.
Rupanja malam itu djuga nona ini masak didaiam kuilnja
akan matangi semua makanan itu.
Siam In dahar habis dua mangkok bubur lama2 ia
merasa segar.
Tjong Beng duduk disimpmg pembaringan akan
menuturkan kekasihnja ini bagaimana dia rubuh karena
terkena hawa
djahat sampai orang menolongi padanja. Untuk mana,
mereka mesti lebih dahulu menjerbu tangsi lentera, guna
membebaskan Hoa Gouw Nio pemilik dari obat mustadjab
dan air sumur penawar, ia mengutarakan bagaimana besar
pertolongannja Ong In Liong dan nona Hoa itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
570
Siam In bisa berpikir maka tidak lagi ia tjemburu pada
Gouw Nio. Sekarang ia mengerti, nona sne Hoa itu belum
rusak bathinnja.
"Mari beladjar kenal " kata Ong In Liong, jang
menghadapkan Gouw Nio kepada nona itu.
Maka keduanja lantas beladjar kenal. Siam In
mengutarakan terima kasih nja, terutama terhadap Thian
Tie Koay-Hiap.
Dengan Gouw Nio, ia mengaku kakak dan adik.
Biar bagaimana Siam In masih lemah. Maka itu, ia mesti
terus beristirahat, sampai dua hari selama mana Gouw Nio
terus menemani ia. Pergaulan ini ada baiknja mereka diadi
dapat mengenal satu pada lain terlebih baik.
Hoa Gouw Nio merasa berhutang budi terhadap Ong In
Liong dan Ong Tjong Beng tanpa mereka pasti ia tidak
bakal hidup lebih lama ia djuga kagumi Thian Tie Koay
Hiap, jang ia tahu liehay aan tersohor.
Di hari ke-tiga, Siam In telah dapat pulang kesehatannja
Tjong Beng segera mengutarakan niatnja untuk lantas
pulang ke Utara Si nona merasa berat untuk berpisahan
dari Gouw Nio, Jang telah merawat ia mirip seperti
rawatannja seorang ibu. Ketika itu Gouw Nio lebm tua kira2
sepuluh tahun.
Melihat persahabatan dua orang itu, In Liong ingat suatu
apa. Maka ia kata pada nona Hoa: "Gouw Nio kau hidup
dislni sebagai orang rimba Hidjau, aku lihat itu tidak ada
faedahnja. Untuk dirimu sendiri, untuk lain orang djuga.
Disebelah itu, pasti pihak Siauw-tong-eng bakal tjari
padamu, hingga kedudukanmu disini tidak tenteram. Aku
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
571
pikir baik kau turut kita. Kesatu untuk kau menjingklrkan
diri, kedua supaja kau dapat meluaskan pemandanganmu.
Bagaimana kau pikir?"
Gouw Nio berpikir untuk tawaran itu. Ia memang tahu,
tentera negeri tentu bakal mensaterukan padanja. Tapi ia
pun berat untuk meninggalkan tempatnja ini. Sebab itu
berarti djuga, ia mesti tinggalkan Tiat Ya Tjee, gurunja.
Disamping itu inilah ada ketikanja jang baik.
"Baiklah." kata ia achirnja, jang bisa tjepat mengambil
putusan. "Aku suka ikut kamu."
Lantas Gouw Nio pergi ke Tjoe Iloei Sie. akan
memberitahukan Gouw Sian tentang putusannja itu. Dan
minta sipendeta mewakilkan ia. Kemudian dengan
membawa hartanja. ia kembali pada In Liong bertiga,
untuk segera berangkat. Ia djuga jang mendjadi
penundjuk djalan. Mereka mengambil djalan ketjil sampai
ditepi laut, dimana dengan naik perahu, mereka
menjeberangi Poet-hay, untuk achirnja mendarat di Liauw
tong.
Di Hek San. Tjeng In Soe-thay mengharapkan
kedatangannja Ong In Liong. Sudah beberapa hari, mereka
menantikan dengan sia-sia, hingga mereka mulai
menduga2 apa sebabnja kelambatan itu. Disaat mereka
mulai gelisah, mendadakan datang laporan liauwlo hal
datangnja dua penunggang kuda. Dengan lekas orang
pergi keluar, untuk menjambut.
Dua penunggang kuda itu Tjong Beng dan Siam In. hal
Ini membuat hati Tjeng In semua lega.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
572
Tjong Beng dan Siam In memberi hormat pada Tjeng
In. Mereka ketemu Bengsie Sam Eng dan Tjong Lioe
beramai. Dan Siam In memberi hormat pada ajahnja, Boo
Tjioe. akan kemudian ia memberi hormat djuga pada Lana,
ibu-tirinja.
Pertemuan Ini sangat menggirangkan sebab Siam In
telah lolos dari bahaja.
Karena Ong In Liong tidak turut datang Tjeng In Soe
thay lantas menanjakan apa sebabnja.
"Saudara Ong itu datang bersama," Tjong Beng kasi
keterangan, "akan tetapi sebab ada suatu urusan, ia
berpisahan dari kita. Ia tjuma meninggalkan pesan"
"Mungkinkah dia melanggar djandji taruhannja?" tanja
Tjong Lioe.
"Bukan begitu," sahut Tjong Beng. "Sekarang ini dia ada
bersama Kioe-bwee-ho Hoa Gouw Nio dari Shoatang, jang
dapat kita talukkan. Setelah menjeberangi Poet-hay, kita
berpisahan. Ia mengdjak Gouw Nio pulang dulu ke Tian
Pek San. Ia mengundang kita semua berkumpul di Thian
Tie sadja, dimana ia bersiap mnjambut kita. Dia bilang,
digunungnja itu lebih tepat untuk berkumpul, sebab di
sana tidak terlalu terbuka sebagai Hek San ini. Ia ingin
supaja rahasia kita tidak sampai botjor."
"Itulah melulu disebabkan keagungan-2nja Ong In
Liong," Tjong Lioe bilang. "Dia agak agung2an. Bagaimana
pikiran sam wie tjeetjoe?" Dia tanja Beng-sie Sam Eng
ketiga tuan rumah.
"Aku kira bukan begitu maksudnja Thian Tie Koay-Hiap,"
bilang Tjeng In., "Memang djuga disini kita berdjumlah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
573
terlalu besar, sedang dipihak sana, Soe In Teng sangat
liehay, Thian Tie benar untuk berlaku hati2. Djikalau kita
berkumpul diatas Tiang Pek San, memang tidak gampang2
untuk orang mengintai kita."
Beng Kong, Beng Kiang dan Beng Siang menganggap
pendeta ini benar.
"Baiklah, mari kita pergi kesana !" menjatakan mereka.
"Maksud kita pun asal kita berhasil menumpas neraka
dunia itu."
Karena tuan rumah sudah setudju, jang lninnjn tidak
memikir lain. Maka hari itu lantas diambil putusan. Mereka
akan berangkat dalam tiga rombongan, supaja kopergian
mereka tidak terlalu menjolok mata.
Tiga rombongan itu adalah: Pertama. Tjong Lioe
bersama Boe Tjioe, Lana, Lina, Beng Pioe dan Tan Hin
Beng; ke-dua Tjeng In Loo-nie, Ong Tjoen Beng, dan Siam
In ; dan ke-tiga, tiga saudara Beng bersama Ang Seng
Tong.
Telah ditetapkan pula, persaudaraan Beng djadi
rombongan terachir, sebab lebih dahulu dari itu, mereka
mesti mengaitur persiapan untuk meninggalkan
pasanggerahan mereka, jang diwakilkan kepada beberapa
sebawahan jang dipertjaja.
Perdjalanan dari Hek San ke Tiang Pek San mesti
melintasi propinsi Liauw-leng, dari barat menudju ketimur.
Waktu jang diambil, paling tjopat tiga sampai empat hari.
Rombongan Beng-sie Sam Eng tidak berani mengambil
djalan melewati Hong thian (Shenyang), maka dari Sin
shia-tjoe mereka menudju ke Boe-soen. Ketika mereka lagi
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
574
berdjalan digunung pertambangan Boe Soen, Seng Tong
mentjurigai dua penunggang kuda, jang djalan djauh
dibelakang mereka. Sikapnja seperti sedang menguntit
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka, ia lantas mengedipkan mata pada Beng Siang.
Mendekati magrib, rombongan ini singgah disebuah
pondokan ditepi djalan, kuda mereka ditambat diluar pintu
pekarangan.
Beng-sie Sam Eng ber-pura2 sangat letih, mereka duduk
dengan meletaki kepala dimedja, seperti orang kepulasan.
Seng Tong sendiri ber-pura2 hendak membuang air dan
pergi kebelakang.
Segera djuga Tiauwyang Hoei-too melihat dua orang
muntjul dari antara pepohonan lebat dekat pondokan.
Mereka itu menghampirkan kudanja Beng-sie Sam Eng,
setelah tjelingukan, mereka buka buntalannja tiga saudara
Beng, untuk menggeruduk entah mereka mentjari apa.
"Bangsat, djangan lari!" berteriak Seng Tong, jang
muntjul dengan tiba2 membarengi bentakannja itu.
Dua orang itu kaget, mereka lari kepepohonan lebat,
dlbagian jang mana ada dua ekor kuda sedang ditambat.
Itulah kuda mereka dan hendak lari kepada kodua binatang
tunggangan itu. Mereka adalah kedua penguntit tadi.
DisaaU kedua orang itu hendak lontjat naik keatas kuda
mereka, mendadakan ada barang berkilauan berkelebat
mendahulukan mereka, membikin putus les kuda, jang
ditambatkan pada pohon. Karena mana, kedua ekor kuda
itu kaget dan berdjingkrak.
Barang berkelebat itu adalah golok liehay dari Ang Seng
Tong.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
575
Kedua orang itu mendjadi gusar, mereka menghunus
golok, hendak menjerang orang jang merintangi mereka.
Tetapi Seng Tong mendahulukan lontjat naik keatas
sehuah pohon, dari mana ia mainkan sembilan buah
goloknja (hoei-too, golok-terbang), hingga dua orang itu
djadi seperti terkurung, sampai mereka tak dapat.mc
loloskan diri. Waktu itu. Beng-sie Sam Eng sudah lantas
muntjul. Maka tjepat sekali, mereka berdua kena dikepung
dan ditawan.
Seng Tong turun dari pohon. Ia ringkus dua orang itu,
jang ia terus ikat, dibebokong kuda mereka sendiri.
Sesudah mana ber-sama2 mereka melandjutkan
perdjalanan menudju ke Tiang Pek San. Ketika achirnja
mereka sampai rombongan pertama dan kedua sudah
sampai dengan selamat.
Tjong Lioe kenal Thian Tie Koay-Hiap maka ialah jang
memperkenalkan rombongannja kepada tuan rumah. Dua
hari kemudian, ketika rombongan kedua sampai, ia djuga
jang memperkenalkan mereka satu sama lain. Tjeng In dan
In Liong girang sekali dengan pertemuan Itu Sebab sudah
selang dua-puluh tahun sedjak pertemuan mereka dahulu,
hingga sekarang rambut mereka sudah berubah putih
.
Tiang Pek San terletak diudjung timur Liauw-leng, dia
mendjadi perbatasan antara propinsi Kitlim dan Korea.
Pegunungannya luas dan puntjaknja tinggi IJipuntiak Tiang
Pek San. iiir gunung berkumpul dalam sebuah danau ketjil
Inilah danau jnng merupakan surnber dari aliran sungai
Siong Hoa Kang (Sungari). Inilah danau Thian Tie. jang
terpetjah pula mendjadi Thinn Tie dan Siauw Thian Tie
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
576
(Thinn Tie Ketjil). Dnn Ong In Liong mendirikan gubuknja
ditepi Siauw Thian Tie.
Danau Thian Tie Ketjil ini dalam satu tahunnya ada
beberapa bulan jang saldjunja tidak pernah lumer maka
pemandangan alam disitu permai sekali. Ditepi danau ada
rimba pohon tjemara, jang mendjadi tempat mondoknja
burung2 air serta mandjangan2.
Ketika Beng-sie Sam Eng sampai In Liong menjambut
dengan manis seperti terhadap lain2 tetamunja. Memang
tiga saudara Beng ini berusia lebih muda tetapi mereka
adalah tetamu. Mereka djuga ketua dari Hek San Tjee.
Sudah selajaknja mereka diperlakukan dengan hormat.
Seng Tong segera memberitahukan hal dua orang
tawanan mereka.
"Biar mereka ditahan dahulu, nanti pelahan2 kita dengar
keterangannja" kata In Liong.
Lewat dua hari. In Liong memeriksa dua orang tawanan
itu. Tidak sukar untuk bikin mereka ini membuka mulut.
Mereka mengaku sebagai sebawahannja Toako In Geng.
Mereka ditugaskan mengintai Bengsie Sam Eng. Maka itu,
mereka menguntit tiga saudara itu. Mereka pun mengaku,
diwilajah Liauwleng, mereka ada punja dua-puluhempat
pos. Setiap nosnta berhak membekuk orang untuk
diserahkan pada pembesar setempat.
Orang umumnja murka mengetahui, In Geng adalah In
Teng.
Malam Itu mereka berapat di Sia Thian Tie umum
mengusulkan Ong In Liong dan Tjeng In berdua
memegang pimpinan, guna menjerbu neraka dunia. Tjeng
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
577
In menolak dengan alasan, disebelah mereka, masih ada
Tjong Lioe jang berhak, sedang disitu masih ada Beng-sie
Sam Eng jang pertama kail mengichtiarkan berkumpulnja
mereka. Lalu ia mengusulkan wakil jaitu Siang-kiam-hong
Beng Siang bersama Ong In Liong. Benar nona ini masih
muda tapi dia tjerdik bagaikan Tjoe-kat Liang, buktinja
dialah jang mengatur penjerbuan pada Ang Teng Kauw.
Ong In Liong, jang pernah mendengar ketjerdikannjs
Beng Siang, menjetudjui usulnja Tjeng in. Karena ini, jang
lainnja lantas sadja menjalakan akur.
Beng Siang menampik, tetapi ia kalah desak achirnja ia
terpaksa menerima djuga memegang pimpinan sebagal
wakilnja Tjeng In.
"Karena terpaksa, baiklah," kata si nona, "Tapi,
mengingat pentingnja usaha ini, aku minta semua orang
suka melakukan tugas dengan seksama, kalau tidak pasti
gagallah usaha kita ini."
Semua orang menjatakan setudju.
"Terima kasih" kata Nona Beng, jang memberi hormat
pada orang banjak sambil ia bersenjum.
In Liong pun turut menghaturkan terima kasihnja.
Sebab ini bukan usaha main2, Beng Siang minta
diadakan upatjara menghormati bendera putih dengan
darah dan mengangkat sumpah ditepi danau. Mereka
berdjumlah enam-belas orang.
Setelah itu, Beng Siang minta dua saudara Ong, Beng
Kong dan Tan Hin Beng pergi meronda dlsekitar gunung
mereka, meliputi luas sepuluh lie.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
578
Titah itu lantas dilakukan. Empat orang itu mesti berlari2
dengan keras. Sekian lama baharu mereka pulang dengan
laporan tidak ada tertampak orang2 jang mentjurigakan.
Beng Siang manggut sambil mengutjap terima kasih.
Untuk memulai upatjara, Ong In Liong lantas
menjebutkan nama2 setiap hadirin, mulai dari dirinja
sendiri sampai pada nama Tjeng In Taysoe, Tjong Lioe
Taysoe, Ang Seng Tong, Wan Boe Tjioe, Tan Hin Beng,
Ong Tjoen Beng, Ong Tjong Beng, Wan Siam In, Beng
Kong, Beng Kiang, Beng Siang, Beng Pioe, Lana, Lina, dan
Hoa Tjoe Hong. Kemudian ia menjuruh hadapkan kedua
orang tawanannja dan meminta Tjong Beng mendjadikan
mereka korban. Darah siapa hendak dipakai untuk
menjembahjangi bendera.
Tjong Beng mendjaiankan kewadjiban itu dengan
menggunai pedang Tjeng-liongkiam. Setelah mana pedang
itu diserahkan pada Ong In Liong, untuk dia ini memulai
dengan pimpinannja.
XXI
Banjak waktu telah lewat, musim telah berganti musim,
sampai pula dipermulaan musim panas. Untuk di Utara,
itulah waktunja turun hudjan maka hawa udara didanau
Pweedjie mendjadi dingin. Ditanah datar Hek liong kang,
diselatan Hapdjiee, rumput tumbuh tinggi, lebat dan
hidjau. Selama itu, beberapa bulan telah berlalu sedjak dua
saudara Ong untuk pertama kalinja menjelidiki kota iblisnja
Tiat Mo Sin-kang Soe In Teng, jang dimatanja kaisar Boan
adalah In Geng, kepala dari rombongan pahlawan istana.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
579
Rombongan jang dimatanja kaum kang-ouw Sungai
Telaga, adalah kuku garuda, gundal2 belaka, sebab
mereka melakukan segala matjam kedjahatan asal
diperintah madjikan mereka. Begitulah Soe in Teng, dia
membekuk dan menjekap setiap orang jang dia
mentjurigai. Sebab pokok-tudjuannja : "Lebih baik
membikin orang penasaran daripada sembarang
memerdekakannja".
Soe In Teng heran ketika pada suatu hari ia mempergoki
orang jang mengintai neraka dunianja demikian liehay. Ia
bisa ber-lari2 dipermukaan danau sambil mengempit dua
orang. In Teng tidak berani mengedjar terus, sebab ia
kapok dengan pengalamannja jang pertama dimana ia
hampir mati terpendam dalam lumpur. Sekembalinja dari
pengedjaran jang gagal itu, ia memeriksa kota iblisnja,
maka ia dapatkan terowongan rahasianja orang telah
dimasukinja. Beberapa orangnja telah terbinasa. Pintu besi
dan djaringnja telah dirusak. Karena ini, ia menitahkan
membuat pembetulan dan penambahan, supaja lain kali
tidak ada orang jang bisa datang menjerbu pula. Selain itu,
ia menugaskan mata2nja mentjari tahu siapa sebenarnja
penjerbu jang liehay itu, untuk dibekuk dan diberi
hadjaran.
Selang beberapa bulan dari kembalinja Kaisar Kong Hie
dari Tay San, ia mengutus enam-belas boesoe dari istana
membawa firmannja kekuil Kam Tjoe Sie di Hek liong kang,
kepada Soe In Teng.
Kam Tjoe Sie itu, jang terpisah beberapa puluh lie dari
danau Pwee-djie, adalah markas rahasia dari Soe InTeng
Dlsinidla biasa memanggil orang2 sebawahannja untuk
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
580
diberikan pelbagai titah Dan disinilah pula ia menerima ke
enambelas utusan itu.
Soe In Teng berlutut sewaktu ia mendengar
dibatjakannja firman, jang memesan supaja dia mendjaga
kuat kota Iblisnja. Dan ke-enambelas boesoe (pahlawan)
itu diberikan kepadanja sebagai tenaga bantuan. Tetapi
jang membuat ia mengeluarkan keringat dingin adalah
tambahan firman, jang menjatakan radja telah mengetahui
In Geng adalah nama palsuuja, tapi meskipun demikian,
radja suka mengasi ampun. Ia penasaran dan heran.
"Mengapa Sri Baginda bisa mengetahui namaku ?"
"Mungkinkah Sri baginda mengetahui dari mulutnja
orang jang telah menjerbu kedalam kota... ?"
Tentang ini In Teng tidak menanjakan keterangannja
sekalian pahlawan itu. Ia hanja menegaskan ilmu silat
mereka, sesudah mana ia membawa mereka keneraka
dunia, untuk diberikan tugasnja masing2. Dengan demikian
pendjagaan djadi terlebih kuat. Diluar danau, dipesisir ia
menambah pengawasan.
Pada suatu hari datang dua orang hendak berziarah
kekuil Kam Tjoe Sie. Mereka adalah prija dan wanita,
dengan masing2 menunggang seekor onta.
Tie-kek-Tjeng, jaitu pendeta tukang melajani tetamu,
adalah Tjian Gay, orangnja Soe ln Teng. Ia menjambut
tetamunja dan mengundang mereka duduk diruang
tetamu, lalu ia menanjakan she dan nama serta maksud
kundjungan mereka.
Si prija, jang berbitjara dengan lidah Inlam, mengaku
bernama Yap Lie. Dari Ie San datang ke Mongolia Luar
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
581
untuk mendjual obat1an, kebetulan sekali mereka lewat
dikuil ini dan mampir.
Tjian Gay mentjurigai dua orang itu. Sambil terus
melajani dengan sabar, ia pun mendjamu mereka dan
dengan diam2 ia mengirim kabar kilat pada Soe In Teng.
Kedua tamu itu kemudian mohon pamitan.
"Baiklah djiewie bermalam disini," Tjian Gay
membudjuk, mentjegah keberangkatan mereka. "Kita
disini mempunjai kamar jang terawat baik dan tenang.
Untuk wanita pun ada kamar istimewa"
Kedua tetamu itu berdamai dalam bahasa Ie. Mereka
mengambil putusan untuk bermalam, maka itu, mereka
mengamalkan serenTjeng mutiara untuk Sang Budha.
Bagian belakang dari kuil adalah pekarangan jang luas
dengan bangunannja jang berlauwteng. Benar2 tempat itu
njaman.
Malam itu sang tetamu tidur dalam kcsunjian, tjuma
diluar djondela terdengar siuran angin diantaraq daun
bambu dan bunjinja binatang2 malam.
Selagi keadaan sunji itu katja besar di tembok tiba2
tergeser sendirinja perlahan2 memperlihatkan sebuah
pintu rahasia. Dua orang segera muntjul disitu. Jang
pertama seorang pendeta, ialah Tjian Gay dan jang kedua,
jang djangkung dan besar, memakai topeng pada mukanja
dengan lantas mereka ini memeriksa bungkusannja tetamu
itu. Siapa lagi tidur dengan kadang menggeros seperti
orang jang sangat letih setelah melakukan perdjalanan
djauh.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
582
Orang iang djangkung dapatkan seputjuk surat, jang ia
bawa kedjendela untuk dibatja diantara tjahaja rembulan.
Setelah membatja sampul surat itu, ia agaknja terkedjut
sebab itu adalah surat dari Peng-see-ong Gouw Sam Koei.
radja muda dipropinsi Inlam, untuk dibawa ke Ya Kek San.
Lantas ia bawa itu kekamar bongthio, pendeta kepala
Bunjinja, begini :
"Telah aku batja suratmu, aku pudji kau, jang ingat
kepada Keradjaan Beng dan berniat melakukan suatu jang
besar.
Aku nanti hukum mati pada Lao Hong, itu utusan
istimewa, untuk bikin kamu pertjaja isi hatiku dalam hal
membangun pula Keradjaan kita.
Utusanku ini adalah Beng Pioe biar dia dapat
berhubungan dengan semua pentjinta negara lainnja. Dia
keturunannja Beng Yap, dia dapat dipertjaja sepenuhnja.
Kepada mereka aku membekalkan dua peti emas
dan mutiara untuk belandja mereka.
Satelah menerima suratku ini, lekas kau mengatur
persiapan guna penyerbuan ke Ya Kek San."
Orang ini, jang bukan lain daripada Soe In Teng, kaget
sekali. Disitu pun di-sebut2 nama Liok Hong, satu
pahlawan jang mendjadi rekannja jang telah diutus ke
Inlam, pada beberapa bulan jang lalu. Kabarnja telah
nampak bahaja di Koen-beng, ibu-kota Inlam, dan
pemerintah sampai mengirim mata2 guna menjelidikinja.
"Teranglah sudah, Gouw Sam Koei niat berontak," pikir
In Teng, jang terus merapikan surat itu dan menjuruh Tjian
Gay taruh kembali dalam bungkusannja. Ia sendiri lantas
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
583
berpikir keras. Beng Yap jang disebutkan itu, adalah
saudara seperguruannja, jang diwaktu turun gunung, ia
bikin bertjatjat. Siapa sangka, dua tetamu inadalah
anak2nja orang she Beng itu. ia merasa tidak sukar untuk
membunuh mereka itu. Tapi mereka adalah utusan-nja
Gouw Sam Koei. Ia anggap baik ia bersabar, sampai ia
menjerbu ke Ya Kok San. untuk sementara dulu Sebab dua
orang ini perlu dikasi hidup.
Tidak lama, Tjian Gay telah kembali, ia meutjeritakan,
bahwa benar si tetamu wanita membawa emas dan
mutiara seperti disebutkan dalam surat itu.
Soe In Teng benar2 tidak mengganggu dua orang itu.
Malam itu djuga ia menulis laporan untuk kaisar. Keesokan
harinja, ia memerintahkan orangnja bawa surat itu kekota
radja, supaja Kaisar Kong Hie segera dapat mengetahui
rahasia itu. Ia djuga mengirimkan surat kepada tjongpeng
dari Tjeeljee-hapdjie (Tsitsihar), supaja pada waktu jang
direntjanakan, tjongpeng ini pergi melakukan
penggerebekan dan penangkapan di Ya Kek San.
Sorenja, kedua orang le jang menumpang dikuil itu
menjatakan bahwa mereka hendak berangkat. Tjian Gay
tidak menahan lagi, hanja diam2 ia menitahkan beberapa
orang polisi menguntit mereka itu.
Setelah Beng Pioe berlalu, Soe in Teng balik ke pendjara
rahasianja. Ia sekarang memikirkan hal Ya Kek San, jang
menurut kabar sarangnja Thian Tie Koay-Hiap jang kosen,
kawan dari Hek San Pat Tjoon. Ia menduga Koay-Hiap
mengumpulkan orang2 gagah lainnja. Ia pertjaja tak bisa
ia mengandal pada tentara negeri sadja. Ia bakal gagal
kalau ada seorang sadja jang lolos, dan radja pasti bakal
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
584
menegur padanja. Maka achirnja in menganggap perlu
turut-serta dalam penjerbuan itu.
Begitulah in memanggil keenam-belas pahlawan serta
orang2nja jang dipertjaja. Mereka dipesan bagaimana
harus membuat pendjagaan. Setelah mana, ia mengadjak
dua pahlawan. Empat-belas lainnja ia tugaskan mendjaga
pendjara rahasia itu.
Semua pahlawan itu melakukan kewadjlban mereka. Di
hari pertama segala apa berdjalan dengan tidak kurang
suatu apa.
Didepan pendjara rahasia itu ada lagi pendjara air, jang
mempunjai terowongan keluar. Itulah terowongan jang
digunakan Tjong Lioe meloloskan diri. Pendjaga pendjara
itu ialah Tjian Leng. salah seorang pahlawan, jang In Teng
pilih sendiri dianlara banjak pahlawan istana. Tjian Leng
adalah orang jang In Teng hendak menghukum mati
dengan hiat-tek-tjoe, tetapi batal karena Tjong Lioe
memohonkan keampunan baginja. Dia djaga pendjara air
itu sudah setahun lebih sedjak kaburnja Tjong Lioe.
Dengan tugas ini, Tjian Leng mesti menebus dosanja.
Selain itu masih ada satu djalanan rahasia lainnja
didalam pendjara itu. Ini adalah djalanan pribadi In Teng
sendiri, apabila ia merasa perlu mesti menjingkir dari kota
iblis itu.
Malam itu seperti biasanja, Tjian Leng berdiam ditempat
djaganja. Tadinja, sering2 ia melalaikan tugasnja. Ia sering
menenggak air kata2 sampai mabuk dan kalau sudah
demikian ia tidur, membiarkan tugasnja begitu sadja.
Tetapi sekarang, ia mendjaga dengan sungguh2.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
585
Inilah disebabkan karena pendjagaan diperhebat dan
penilikan diperkeras. Senantiasa ada sadja orang jang
menilik dia. Hingga ia mesti bisa memberikan djawaban
andaikata ada pemeriksaan ia biasa melihat keatas tempat
penjagaan jang tingginja enamtudjuh tumbak, dimana ada
tanda dari lampu beling warna mirah dan putih. Lampu itu
bisa memberikan tanda kalau ada terdjadi sesuatu.
Sewaktu Tjian Leng mengawasi tanda dari atas itu, tiba2
ia mendengar sesuatu jang berkeresek dlbelakangnja. lalu
satu bajangan orang berkelebat. Ketika ia berpaling, ia
kaget, sampai ia berdjingkrak. Sebisanja ia hendak
mengendalikan diri.
"Eh. kau... kau toh Houhoo Djieya ?" tanja ia dengan
heran. "Kenapa, kenapa kau datang kemari ? Ah, tentu,
tentu djieya kembali hendak membantu toako, bukan?"
Memang, dimatanja pendjaga pintu air ini, Tjong Lioe
adalah Houho Hotek. Dia dipanggil djie-ya, tuan jang
kedua, karena dia adalah orang kedua setelah sang toako
In Geng. Dia pun masih dandan seperti dahulu, sebagai
satu sasterawan. Tjuma sekarang sidjieya ini mem-bawa2
sebatang pedang tadjam dltangannja.
"Tjian Leng, salah dugaanmu" Tjong Lioe beri djawaban.
"Kali ini aku datang hendak menjingkirkan toakomu jang
kedjam itu ! Kau lihat, dengan gampang aku bisa masuk
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesini. Kau tahu, aku dapat berbuat seperti aku berbitjara.
Djangan kau bergerak! Djangan kau nanti mengatakan aku
tak berbudi. Dulu kau telah menolong aku, sekarang ingin
aku menolong kau, atau kau bakal terbinasa bersama
toakomu !"
Tjian Leng heran, hingga ia terdiam sadja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
586
"Djieya, baiklah kau pikir masak2" katanja kemudian.
"Sekarang ini, keadaan disini beda daripada dahulu.
Pendjagaan telah diperkuat. Malah dari istana telah dikirim
bantuan dua-beias pahlawan. Dengan menentang toako,
djieya ada bagaikan selaru menjambar api. Aku takut nanti
bisa turut kehilangan djiwa djuga."
Tjong Lioe tertawa. "Tjian Leng... kau benar bagaikan
kodok dalam tempurung!" dia kata "Baik aku mendjelaskan
padamu, Aku datang bersama djago2 utama dari Selatan
dan Utara. Mereka pasti dapat menjingkirknn kepala kuku
garuda itu, dan menolong korban2 nja jang tak terhitung
djumlahnja itu. Sekarang kau putuskan, kau turut kami
atau tidak !"
Tjian Leng bungkam, ia bingung.
"Apa mesti di-ragu2kan, Tjian Leng?" Tjong Lioe desak
sambil dengan pedangnja menikam medja. "Apa benar kau
hendnk berdiam dikota iblis ini seumur hidupmu, akan
menjaksikan terus menerus pelbagai kekedjaman itu ?
Apakah benar kau tidak punja liangslm?"
Tjian Leng kena terdesak berbareng terbudjuk.
"Baiklah" dia memberikan djawabannja. Untuk
menetapkan hatinja Tjian Leng, Tjong Lioe menjebutkan
nama2nja dari orang jang turut menggempur neraka dunia
itu.
"Apakah djieya masuk dari terowongan?" kemudian
Tjian Leng tanja "Dipintu air, selain terdjaga kuat, ada roda
goloknja. Disana pun ada djala kawatnja, jang asai
terbentur, akan merupakan tanda rahasia untuk
pendjaga2nja."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
587
Tjong Lioe tertawa.
"Memang aku mengambil djalan dari sana !" djawabnja.
"Sekarang aku telah mempunjai tambang-terbang. Aku
dapat turun dan naik dengan merdeka. Tak usah aku
tempuh lagi djalan jang berbahaja itu. Untuk djalan diatas
air, aku bekal papan2 indjakan. Aku menggunakan ilmu
mengentengi tubuh dan lari tje*pat Pat-pou Kansiam,
sedang kawan2ku bekal bor dan lainnja, untuk
menggempur tembok beton dan membuat djalan baru. Tak
usah kita melewati roda golok dan djala kawat."
Tjlan Leng heran dan kagum.
"Tapi, djieya, bagaimana kau buka pintu rahasia disini?"
dia tanja pula "Untuk masuk dari sebelah luar, itulah sukar"
"Kau lupa Tjian Leng! Bukankah di waktu kau
memberikan aku perahu kulit, kau telah buka pintu rahasia
itu? Aku telah lihat bagaimana bekerdjanja pesawat
rahasia. Sekarang pun aku bekal dua perahu kulit, untuk
kami berlajar masuk kepintu air. Disini tidak ada tangga
tapi kita bisa mandjat tinggi dengan kita saling-susun diri"
Kembali pendjaga pintu air Itu mendjadi kagum.
"Giliranku mendjaga setiap delapan jam," kemudian dia
memberitahu. "Bosok siang bakal ada orang menggantikan
aku. Bagaimana djleya?"
"Kita harus menggunakan tempo setjepat mungkin"
Tjong Lioe djawab. "Kita hendak turun tangan sebelum
fadjar menjingsing. Sekarang kawanku lagi mengatur
djembatan tambang, menjambul kawan2 dari luar.
Sebentar mereka bakal djadi berkumpul."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
588
Belum Tjong Lioe menutup mulutnja. in sudah lantas
mendengar tanda rahasia kawannja. Menjusul mana,
muntjullah tiga kawnnja itu, jang pertama seorang dengan
berewokan kuning, jang dua masih muda dan gagah
romannja.
Tjong Lioe segera memperkenalkan mereka, maka
tahulah Tjian Leng sekarang, bahwa tiga orang itu adalah
Tan Hin Beng serta dua saudara Ong, Tjoen Beng dan
Tjong Beng.
Kalau tadinja ia masih ragu2, sekarang tetaplah hatinja
Tjlan Leng. Ia pun mengetahui, masih tiga atau empat hari
lagi, baharu si toako, In Geng dapat kembali. Maka ia lantas
mengambil peta neraka itu dan memberikan kepada Tjong
Lioe beramal. Dari peta itu mereka dapat perhatikan setiap
rahasia jang ada.
Tjong Lioe girang bukan main memperoleh peta rahasia
Itu.
Kira2 djam dua rombongan Beng Siang, Tjeng In dan
Ong In Liong tiba.
Tjong Lioe lantas memberikan peta jang diperoleh dari
Tjian Leng itu.
Beng Siang segera memperhatikan peta itu. Lalu ia
memberikan tugas pada Tjoen Beng, Tjong Beng dan Hin
Beng.
Tjian Leng membukai pintu rahasia air itu, buat mereka
berlalu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
589
"Tugas mereka paling sukar dan berbahaja. Gagal dan
berhaslinja kita mengandal kepada mereka" Tjong Lioe
bilang.
Mendengar ini, hatinja sipendjaga pintu air kebat-kebit.
Dilapangan tempat kerdja, ratusan majat hidup bekerdja
dari siang sampai malam. Pada djam dua, kapan
kentongan telah dibunjikan, setelah sipir2 pendjara
membuka tiga pintu kamar, dengan berbaris ber-ilerot2
kawanan majat hidup itu kembali kekamar mereka masing2
jang dinamakan "gudang Iblis". Semasuknja mereka,
penerangan dipadamkan. Umpama ada majat hidup jang
bangun berdiri selagi api padam, dia bakal kepergok.
Karena sebentar2 mereka ditilik dengan lampu penjorot.
Asal ada jang kepergok, dia pasti diserang dengan anak
panah. Beberapa ratus majat hidup itu tidak dapat bitjara,
dan pikiran mereka sudah agak terganggu. Mereka kerdja
berat setiap hari, tapi makan mereka hanja beberapa
tjegiukan bubur sadja. Tidak heran kalau tubuh moreka
seperti tinggal kulit dan tulang sadja, persis majat2 hidup.
Sekalipun orang jang tubuhnja kekar, paling lama dalam
tempo lima tahun, adjalnja bakal sampai.
Sudah pernah diterangkan, kawanan majat hidup itu
kellhatannja bekerdja tanpa peniliknja, tanpa titah atau
diperintahkan ini dan itu. Bahwa mereka tidak malas2an.
Hal Jang benar tidak demikian. Sebetulnja, setiap lima
puluh majat hidup, ada seorang mandornja. Mandor2 ini
adalah orang2 kepertjajaannja Soe In Teng bahwa mereka
tidak kelihatan, itulah di sebabkan selagi mendjalankan
tugas, mereka menjamar sebagai majat2 hidup itu dan
hidup bertjampuran. Merekalah jang djalan dimuka dan
merekalah pula jang memberikan tjontoh pekerdjaan pada
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
590
setiap majat hidup, jang hilang kesadarannja. Mereka
hanja bisa meniru sadja apa jang disuruh mereka lakukan.
Misalnja ada majat hidup, jang karena badannja kuat,
dapat bergerak mirip orang sehat, segera dia bakal dipanah
mati oleh penillknja. Di setiap "gudang" ada dua mandor.
Mereka tidur didekat pintu diatas permadani. Disamping
mereka ada alat rahasia, asal mereka menekan itu lantas
bekerdjalah pendjaga2 lampu penjorot.
Tjian Leng mengetahui semua rahasia digudang majat
itu, sebab ia pernah mendjadl penilik majat hidup itu. Maka
sekarang, ia bisa menerangkan semua itu kepada Tjong
Lioe beramai.
Sementara itu Tjoen Beng bertiga dapat keluar dari
pintu air, mereka menghampirkan kaki tembok. Selagi sinar
api guram, mereka merajap bagaikan ular, mendekati
lapangan kerdja, hendak menjaksikan penderitaan majat2
hidup itu. Setiap majat hidup dibelenggu pada pergelangan
tangannja.
Tjong Beng siap-sedia, disana ia menghadapi anggota
terachir dari satu rombongan majat hidup jang melaluinja.
Ia melemparkan tambang bandringnja, membandring
korban itu dan terus tarik ke podjok tembok. Segera ia
merusaki belengguan. Selagi ia berbuat demikian, simajat
hidup tjuma mengawasi, tidak ada aksi lainnja.
Tjong Beng bekerdja tjepat sekali, ia meloloskan kalung
dan ampok2 kulit dari majat hidup itu. Lantas ia buka
pakaiannja sendiri dan memakai pakaian jang ia rampas
itu. Ia pun memakai rambut palsu. Mukanja ia poles
dengan sawang api maka dalam sekedjab sadja, ia telah
menjamar sebagai majat hidup itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
591
Tjoen Beng dan Hin Beng jang berdiam disatu podjok,
bekerdja pula seperti Tjong Beng, hingga mereka djuga
dilain saat sudah menjamar sebagai majat2 hidup itu.
Untungnja ketiga majat hidup diam sai dja, hingga
perbuatan mereka tak dikej tahui oleh simandor.
Tidak lama kemudian, mereka mendengar kentongan
jang kedua, tanda baliknja majat2 hidup kegudang
mereka.
Tjong Beng telah masuk kegudang jang kedua. Ia
pertjaja, Tjoen Beng dan Hin Beng tentu telah memasuki
gudang jang ketiga. Ia merebahkan diri didekat pintu, dia
memasang mata kesekitarnja. Di sebelah kiri, daun
djendela jang dua tumbak tingginja, sering2 terbuka.
Itulah djendela untuk lampu penjorot.
Ruang tetap sunji. Dengan merajap Tjong Beng
mendekati pintu, menghampirkan kedua mandor jang
mendjaga gudang itu. Ia dapat mendekati tanpa dua orang
itu dapat mengetahuinja Setelah dekat ia segera dengan
sebat sekali menublas perutnja mandor jang pertama
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan pefangnja, tanpa dia ini dapat berkutik lagi, fengan
tangan jang lain, ia mentjekek mandor jang kedua,
sewaktu dia ini kaget dan berontak, tahu2 lehernja telah
tertikam pedang dan djiwanja pun melajang menjusul roh
kawannja.
Tjong Beng menjusuti darah pada pedangnja, lantas ia
lontjat ketembok kiri dengan ilmu "Pek-houw yoe tjhong"
? "Tjetjak memain ditembok". Sebentar sadja ia sudah
sampai dlmulut djendela. Ketika ia melongok kedalam, ia
lihat dilain bagian ada dua pendjaga satu diantaranja lagi
duduk ngelenggut, jang lainnja sedang mendjaga.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
592
Tanpa ajal, pemuda ini lontjat turun kedalam. Belum
sempat sipendjaga menjambar pedangnja, dia sudah
didahulukan tikaman pedangnja sipemuda.
Pendjaga jang lagi tidur mondusin dengan kaget, dia
lontjat bangun, menerdjang dengan tendangan. Tjong
Beng berkelit seraja sebelah tangannja menjambar kaki
penjerangnja itu hingga dia rubuh dan mendjerit kesakitan
Sesudah mana, dia ditjekek dan diantjam dengan udjung
pedang.
"Ampun..." dia meratap.
"Djikaiau kau sajang djiwamu. buka pintu ini!" Tjong
Beng bentak seraja menggusurnja kepintu.
Orang itu menundjuk kemedja.
"Di...di.... di..sini...." katanja.
Tjong Beng tidak melihat sesuatu apa maka ia
menggusur orang tawanannja, kedekat medja dengan
masih mentjekek keras.
Orang itu mengulur tangannja kemedja. Njata medja itu
berlapis dua, jang dibawah ada tulisannja jang merupakan
rahasia untuk membuka pintu, tanda2 untuk lampu, dan
rahasia berlindung dari serangan sendjata rahasia.
"Kau tidak dapat ampun!" kata Tjong Beng seraja
pedangnja menikam kebebokong orang, hingga orangnja
In Geng itu terus rubuh binasa.
Selagi men-duga2 kakaknja, Tjoen Beng, berhasil atau
tidak, Tjong Beng memeriksa lebih djauh medja rahasia itu
Untuk kegirangannja, ia mendapatkan selembar peta, jang
menundjukkan djalan dari gudang kesatu kegudang ketiga.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
593
Maka ia lantas memahamkan aturan2 membuka pintu.
Setelah itu, ia menarik tjantelan pintu dengan keras. Atas
ini. disampmg, tembok lantas menggeser membuka
sebuah lobang jang membawa ia kesebuah ruang, dlraana
ada tangga batunja Dengan berani ia bertindak ditangga
itu. Kemudian dengan pedangnja, ia membabat djerudji,
hingga dilain saat, ia sudah berada diluar ranggon
pengawas. Disini ia dapatkan sebuah djembatan, jang
menghubungkan gudang ketiga.
Djaraknjn kedua gudang itu tjuma dua tumbak lebih.
Maka dengan tjepat Tjong Beng sampai digudang ketiga
itu Ketika ia melongok kedalam gudang, ia terkedjut tidak
terkira. Ia lihat Tjoen Beng terkurung djerudji, dan Hin
Beng separo tubuhnja terdjepit dimulut djendela. Dan
kedua mandor jang mendjaga gudang itu djusteru hendak
mengerdjakan pesawat rahasia.
Dalam kagetnja, Tjong Beng ajun sebelah tangannja
menimpuk pedangnja pada orang jang hendak kasi
bekerdja pesawat rahasia itu. Ia sendiri terus lontjat
menerdjang mandor lainnja, jang hendak menjingkirkan
diri. Mandor itu hendak melintasi djembatan dan kabur
kegudang pertama. Tetapi ia gagal. Tjong Beng bekap
mulutnja, mentjegah dia mendjerit sambil terus
menggusur dia masuk kedalam gudang ketiga itu.
"Saudara, baiknja kau keburu datang " seru Tjoen Beng
dengan girang. "Kita kepergok. hingga kita kena terdjebak"
Dengan sambil mengantjam simandor, Tjong Beng bikin
Tjoen Beng lolos dari kurungan. Sesudah mana, mereka
lantas menolong Hin Beng.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
594
"Sungguh berbahaja !" kata Hin Beng jang dapat
bernapas lega.
Tjong Beng hadjar simandor sampai pingsan, lalu dia
meringkus dan meletakkan dipinggir tembok.
"Kita telah berhasil digudang kodua dan ketiga ini, kita
mesti lekas bekerdja terlebih djauh!" Hin Beng bilang.
"Baik kita mentjari Pan Kee dulu" Tjong Beng kata. "Apa
mungkin benar dia berada....?"
Tjoen Beng setudju, maka mereka lantas mulai mentjari
kesekitarnja.
Benar2 Pan Kee diketemukan disuatu podjok.
Rambutnja pandjang dan tak terurus, sampai sukar
dikenalinja.
Tanpa ajal, TJoen Beng totok tiga-puluh enam djalan
darah pada tubuhnja soetee itu (adik seperguruan). Ilmu
mana ia telah memperoleh dari Tjong Lioe. Kemudian ia
urut Pan Kee, akan achirnja menotok djuga pusat asabat,
urat sjarafnja.
Pan Kee mendusi dengan tiba2 bagaikan seorang jang
baru sadar dari mimpi. Segera ia tampak Tjong Beng, sang
soeheng (kakak seperguruan). Ia letih tetapi dengan lekas
ia mulai dapat pulang kesegarannja.
"Kau telah dipermainkan Soe In Teng" kata Tjong Beng,
jang membeber rahasianja In Geng. "Kau makan obat ini."
Tjong Beng mengeluarkan sebutir pil dari dalam rambut
palsunja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
595
Obat itu membantu tambah kesegarannja Pan Kee jang
tubuhnja memang kuat, hingga pulihlah semangatnja.
"Mari kita tjari kawan" mengadjak Tjong Beng. Lalu,
dibantu Tjoen Beng dan Hin Beng djuga Pan Kee, ia
menolong semua majat2 hidup. Kemudian kepada mereka
itu ia berikan sekop dan patjul.
Waktu itu Ong In Liong bersama Beng Siang, Tjeng In
dan Tjong Lioe, telah berada dikamar diatas pintu air, Lana
bersendirian disebelah luar, sebagai pengawas. Beng Siang
beber petanja Tjian Leng, supaja semua kawan ingat baik
segala rahasia, agar mereka masing2 dapat bekerdja
sendiri.
Beng Siang menduga, kapan Tjong Beng sudah berhasil,
tak sampai dua djam, pemuda itu bakal dapat mengetahui
rahasianja semua pesawat atau perangkap didalam kota
iblis itu.
Lalu Tjong Lioe diminta mengambil djalan dari atas
tembok, memasuki pintu rahasia Jang menudju kedalam
terowongan sambil memesan boleh menghadjar setiap
musuh jang Hendak merintangi.
Beng Kong dan Beng Kiang dapat tugas untuk menjapu
bersih musuh dan mendjaga disebelah luar. Mereka
dipesan, apabila mereka melihat tanda panah api, mereka
mesti bekerdja sama Tjong Lioe, menjerbu djembatan
gantung jang mendjurus kependjara.
Seng Tong bersama Boe Tjioe diminta pergi menjerbu
ranggon tempat kediamannja Soe In Teng. Setelah
berhasil, mereka mesti melepas api, lalu kembali ber
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
596
sama2 dengan jang lainnja menerdjang kebawah,
kemarkas neraka dunia itu.
Achirnja Beng Siang menetapkan, dia sendiri bersama
Ong In Liong, Tjeng In Loo-nie, Siam In dan Hoa Tjoe
Hong, akan menerobos kemarkas pusat dari neraka dunia
Itu.
Dengan demikian, ke-empatbelas orang mereka itu,
sudah dapat tugasnja masing2. Tjuma Beng Pioe dan Lina
jang tidak turut serta, karena merekalah jang bertugas
memantjing Soe In Teng berlalu dari neraka dunianja.
Pusat neraka dunia itu, adalah markas jang disebut Beng
Siang. Markas ini berada didalam tanah dan mempunjai
hubungan kesegala pendjuru. Dsitu ada terowongan untuk
sesuatu tudjuan baik kepelbagai ruang maupun ketembok
kurungan. Kamar rahasia In Teng sendiri adalah ranggon
undak ketiga. Disini ada tangga rahasia untuk naik keatas
dan pintu rahasia jang menembus kemarkas. Tembok
kurungan seperti sudah diketahui, ada beberapa
ranggonnja sebagai pos2 pendjagaan, dimana orang2nja
Soe In Teng mendjaga dari situ. Gudang iblis letaknja
dipodjok. Disitu ada empat pendjara batu, dimana diatas
setiap pendjara pun ada pengawasnja.
Tjong Lioe dan In Liong sudah kenal neraka dunia ini,
maka walaupun pendjagaan kuat, mereka toh bisa
mengadjak kawan2 mereka nelusup masuk sampai mereka
bisa mempengaruhi Tjian Leng.
Dari siapa mereka dapat mengetahui adanja pelbagai
rahasia dan alat2nja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
597
Didalam pendjara ketjuali tudjuh bu-soe jang bertugas
menilik setiap malam, ada lagi jang bertugas di-ruang
dalam tanah djumlah mereka lebih dari seratus orang.
Biasanja mereka itu pada setiap satu djam, memberikan
tanda rahasia satu sama lain. Untuk ini ada pusatnja jang
menghubungi mereka itu.
Tjian Leng Ijuma menanti tanda, ia tidak memberi isjarat
ketjuali ada bahajn, maka berdiamnja ia sekian lama, tidak
berarti apa2. Tapi dari gedung ke-dua dan ke-tiga, setelah
Tjong Beng berhasil, belum ada tanda apa2, maka pihak
penghubung lantas beri tanda menanja dengan lampu
penjorotnja. Ia tidak dapat djawaban. Ia tidak tjuriga,
tjuma menduga mandor gudang alpa, maka ia tidak
mengambil tindakan lain ketjuali mentjatat kealpaan itu.
Selang satu djam, penghubung itu masih tidak
mendapat djawaban. Benar digudang kedua kelihatan
tjahaja api tapi itu bukan nja tanda. Maka kali ini,
penghubung itu menjampaikan laporan kepada
pemimpinnja, siapa ada salah-satu tangan kanan Soe In
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Teng.
Pemimpin ini lantas menekan alat rahasia, sebentar
sadja muntjui beberapa boesoe, jang mendjaga bahagian
bawah. Ia lantas perintah dua orang pergi melihat gudang
kedua dan ketiga, dan seorang lagi pergi memperingati
ketudjuh boesoe penilik, agar mereka itu menambah
pendjagaan dlsemua pos pengawasan.
Dengan membekal sendjatanja, kedua boesoe Itu
membawa lentera angin menudju kegudang dari pintu
rahasia mereka menudju keterowongan. Mereka baharu
djalan belum lama disatu tikungan, berbareng dengan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
598
samberan angin, lentera mereka kena terserang suatu apa,
lalu padam setjara tiba2.
"Eh, Teng, apa kau membawa korek api ?2 tanja jang
djalan didepan.
Orang itu tidak dapat djawaban hanja ia mendengar
djentan jang disusul dengan rubuhnja kawan itu. Didalam
kegelapan itu, ia tidnk dapat melihat suatu apa, tapi karena
tjuriga, ia lantas menghunus sendjatanja dan bersilat tanpa
tudjuan. Tiba2 ia merasa sakit pada lengannja, entah
terkena apa, lalu disusul tikaman pada bahunja begitu
sakit, sampai ia mesti melepaskan goloknja. Disaat Ia
memutar tubuh hendak berlalu merasai ada orang
mendjambret badjunja. Dia hendak berteriak, tetapi
sebelum suaranja keluar, satu serangan keras pada
kepalanja membuat ia rubuh pingsan.
Itulah hasil pekerdjaannja Tjong Lioe, jang melihat
datangnja dua boesoe itu. Mulnnja ia menimpuk lentera
dengan dua potong piauw, jaitu piauw bidji buah angtjoh.
Berbareng sama padamnja lentera itu, ia membandring
orang jang pertama, hingga dia itu djatuh, terus ia bunuh.
Menjusul mana ia menimpuk boesoe she Teng itu, jang ia
hadjar kepalanja dengan batu sampai pingsan dan
meringkusnja.
Sang pemimpin jang melihat dua boesoe pergi tanpa
warta isjaratnja mendjadi heran, lantas ia beri tanda
rahasia, menanja kepelbagai pos pendjagaan ?
diantaranja pos Tjian Leng. Tjian Leng lantas kisiki Beng
Siang tentang isjarat itu, suatu tanda bahwa pihak pusat
sudah mengetahui adanja sesuatu kedjadian. Isjarat itu
pun menitahkan memperkuat pendjagaan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
599
"Djawablah bahwa disini tidak terdjadi suatu apa" Beng
Siang menitahkan.
Tjian Leng turut titah itu.
Nona Beng lihat, sang waktu sudah tak siang lagi, ia
tjabut panah-apinja, ia pergi keranggon pendjagaan, disitu
ia melepaskan panahnja. Api kelihatan menjambar
keudara, terlihat dari pelbagai pos didalam pendjara
rahasia. Sebagai susulan tanda api ini, suara riuh terdengar
dari sana-sini.
Pintu besi dari gudang ke-dua dan ketiga terpentang
dengan mendadak, dari situ menjerbu keluar dua-ratus
mnjat hidup dengan masing2 membawa balok, sekop dan
patjul. Beberapa puluh orang pergi menjerbu gudang ke
satu, jang pintunja digempur dengan balok, jang lainnja
mementjar dalam belasan rombongan, memandjat ke-pos2
pengawasan. Ada djuga jang mentjoba gempur tembok
hingga keadaan mendjadi katjau sekali.
Pemimpin pertama dan pembantunja, jang mewakilkan
Soe In Teng, kaget menampak pemberontakan Itu. Mereka
lantas mengerahkan alat rahasia, menghudjani dengan
anak panah. Berbareng dengan mana, mereka djuga bikin
meledak parit di pintu gudang nomor satu. Belasan majat
hidup terlempar rubuh. Tanda bahaja meminta bantuan
diberikan djuga supaja disebelah mereka jadi menumpas
pemberontakan, ada djuga jang datang kepusat, memberi
bantuan.
Ang Seng Tong dan Wan Boe Tjioe menjerbu
kekantorannja Soe fn Teng. Baharu mereka mendatangi
boesoe jang mendjaga ranggon sudah lantas merintangi.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
600
Selagi pertempuran berlangsung dari atas ranggon djatuh
djala besar, jang terus menungkrap kedua penjerbu itu.
Seng Tong kaget sekali. Asai mereka kena terdjala pasti
mereka habis daja. Sedang ia berkuatir, dari ranggon
pengawas menjambar satu sinar pesat bagaikan
melesatnja bintang. Begitu mengenai djala sinar itu
bersuara dan berkobar. Sedjenak sadja djala itu petjah
terbakar.
Kapan Seng Tong berpaling keranggon pengawasan itu
ia tampak Tjong Lioe disana. Djadi kawan itu telah berhasil
merampas ranggon itu dan dari sana menjerang dengan
lioe-seng tan peluru peledaknja. Maka setelah merdeka
pula ia menjerang hebat si boesoe, jang menghalangi
padanja malah dengan tjepat ia bisa membabat putus
batang lehernja musuh itu.
Wan Boe Tjioe lantas membandring dengan
bandringannja jang ia telah jakinkan selama ia berdiam di
Ie San. Setelah bondring itu menjambar diranggon
pengawasan. Seng Tong mendahulukan menjambarnja
untuk dipakai melapai naik keatas, lalu disusul oleh Boe
Tjioe, Ia putar enam-belas batang golok Tiauwyang
Hoeitoo, akan melindungi diri dari serangan anak panah,
jang me-njambar2 kearah mereka.
Dengan tjepat, dua orang ini mendekati ranggon undak
ke-tiga, satu pendjaga mengajun goloknja untuk
membabat tambang bandring. Boe Tjioe lihat itu, ia
mendahului menimpuk dengan pisau belatinja. Maka
dengan mengeluarkan djeritan hebat, musuh itu rubuh.
Begitu lekas bisa naik diranggon ketiga itu dua orang ini
melabrak beberapa pendjaga lainnja. Terutama Seng
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
601
Tong, ia mengumbar hoeitoonja. Boe Tjioe sendiri lantas
menjalakan api, membakar tirai dan lainnja.
Disebelah sana, Beng Kong dan Beng Kiang djuga
berhasil dengan serbuan mereka, jang dilakukan setjara
tiba2 sekali. hingga pihak pendjaga2 terbokong, belum
mereka sempat bersiap. Setelah berhasil dengan usahanja,
kedua saudara itu njelusup kembali kedalam kota. Mereka
pondjat tembok dimana Tjong Lioe asjik ber-siap2 akan
menjerbu lebih djauh.
Diatas ranggon kota itu ada dua boesoe serta sedjumlah
orang bawahannja. Mereka berdua lagi menitahkan
menudjukan tiga buah meriam mereka kearah majat2
hidup. Djikalau kaum pemberontak itu kena ditembak,
tjelakalah mereka. Maka melihat itu, Tjong Lioe pentang
pajung besinja. Ia lontjat keluar dari tempat sembunjinja,
dan menjerang pendjaga2 itu. Ia berbasil segera
merubuhkan beberapa serdadu.
Kedua boesoe jang bersendjatakan tumbak tjagak
maslnga madju menerdjang Boe Tjioe, tapi mereka
disambut setjara sangat hebat, malah untuk kagetnja
mereka, tahu2 tombak mereka kena dihadjar patah.
Sebelum mereka sempat berpikir, mereka sendiri sudah
kena diserang rubuh.
Setelah mematahkan perlawanan, Boe Tjioe
menggempur rantai dari djembatan gantung. Djembatan
itu djatuh dengan menerbitkan suara hebat. Dan sewaktu
ada musuh jang datang menjerang si orang she Wan, dua
saudara Beng lantas mendahulukan melabrak mereka.
Dibawah dalam penjerbuan kegudang nomor satu,
Tjoen Beng dan Tjong Beng menjaksikan peledakan parit,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
602
Jjang mominta korban. Mereka sendiri sjukur keburu
lontjat mundur, djika tidak, mereka pun mendjadi salah
satu korban. Dan atas tembok terus menghudjam dengan
anak panah, hingga lagi sedjumlah majat hidup terbinasa.
"Lekas berlindung !" Tjong Beng berteriak, mentjegah
pengorbanan lebih banjak.
Lima boesoe segera muntjul bersama satu barisannja.
Mereka menjerang dengan hebat menindas
pemberontakan itu. Akan tetapi belum lagi mereka
berhasil, dari atas tembok datang tembakan meriam, jang
membikin mereka berlima rubuh binasa beserta
orangmereka. Malah djala perangkap, jang dikasi turun
turut tertembak hantjur djuga.
Menampak demikian, dua saudara Ong kembali
menjerukan barisan majat hidupnja menjerbu lebih djauh.
Masih ada majat2 hidup, jang belum sadar sempurna.
Mereka itu menjerang lebih hebat daripada rekan2nja.
Tjong Lioe telah menguasai tiga meriam, dengan itu ia
bisa merdeka menembak setiap rombongan musuh jang
muntjul menindas majat2 hidup. Sewaktu ia melihat pintu
gudang nomor satu belum terbongkar djuga. Ia
menitahkan dua saudara Beng membantu ia menembak
pintu pendjara2 itu. Kali Ini mereka berhasil menggempur
pintu itu.
Pan Kee telah menjerbu kedalam gudang nomor satu
itu, tidak lama ia telah keluar pula sambl tangannja
menengteng dua kepalanja si mandor. Dibelakangnja turut
seratus majat hidup jang belum sempat disadarkan, karena
mana mereka menerdjang keluar dengan menelad tindak
tanduknja Pan Kee seorang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
603
Penjerangan kaum pemberontak Iini dilakukan
kepelbagai djurusan dimana ada orang2nja Soe In Teng,
hingga pertempuran herlangsung terus: Pihak jeng satu
menerdjang, pihak jang lain melawan, menumpas
pemberontakan itu.
Dipihak rombongan Ong In Liong, jang bergerak
mengikuti tanda panah-api dari Beng Siang. Tjian Leng
adalah jang membuka djalan. Mereka senantiasa
menjingkir dari antjaman bahaja, tapi kalau mesti
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menerdjnng pintu besi, In Liong adalah jang
mengandalkan pedangnja jang tadjam. Tjeng In selalu
mendampingi si peundjuk djalan, dengan tongkatnja ia
menghalau setiap serangan gandewa dan lainnja. Dengan
tjepat mereka sudah sampai dimuka pintu kamar dalam
tanah, jang pintunja berlapis besi.
Tjeng In Loo-nie menghadjar daun pintu dengan
tongkatnja. Pintu itu tidak bergerak. Maka Thian Tie Koay
Hiap menggantikannja. Dengan sabetan pedangnja disusul
sama dupakan keras. Kali ini daun pintu dapat dibikin
mendjeblak.
Pendjaga pintu ada empat boesoe serta beberapa puluh
orangnja, mereka itu kaget tetapi mereka madju
menerdjang. Tjeng In sendirian melajani ke-empat boesoe,
jang ia desak hebat Perlawanan pihak pendjaga dilakukan
djuga dengan anak2 panah jang dilepaskan dari tempata
mengintai.
Siang-kiam-hong Beng Siang murka, ia lontjat naik
keatas, menerdjang setiap pemanah gelap itu,
mematahkan perlawanan mereka.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
604
Wan Siam In dan Hoa Tjoe Hong menerobos masuk
kedalam kamar.
Ada dua boesoe inng lagi menjiapkan asap beratjun,
mereka hendak menggunakan asap itu, supaja mereka
semua mati bersama. Tetapi Siam In merangsak mereka
dengan hebat hingga mereka dapat dirubuhkan.
Ong In Liong melabrak setiap musuh. Achirnja ia
membuat musuh djeri dan sisanja kabur semua. Tidak
terketjuali keempat boesoe itu. Tetapi empat boesoe ini
tidak dapat meloloskan diri. Tahu2 djalan mundur mereka
terpegat Seng Tong dan Wan Boe Tjioe. Dengan antjaman
golok-terbangnja, si orang she Ang membikin mereka
ketakutan dan berteriak. "Ampun !"
Ong In Liong memang tak Ingin membunuh kalau tak
terpaksa.
"Siapa menjerah dia dapat ampun !" dia berteriak.
Inilah sematjam pengampunan umum. Lantas semua
orang2nja Soe In Teng meletakkan sendjata mereka dan
bertekuk lutut.
"Kamu semua berdiri dipinggir !" menitah In Liong, Jang
segera menghitung djumlah mereka. Semua berdjumlah
tudjuh-puluh lebih termasuk djuga jang terluka. Seng Tong
lantas mengawasi mereka itu.
Melihat sepak-terdjangnja sudah berhasil, Beng Siang
melepaskan sebatang panah-bersuara, jang mengaung
keudara. Waktu suara panah tu terdengar oleh kawan2nja
diluar, mereka ini menjambul dengan tampik-sorak mereka
jang riuh-rendah.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
605
Ong In Liong dan Beng Siang lantas bertindak lebih
djauh. Mereka lontjat naik keatas lauwteng kota,
menitahkan supaja Tjong Lioe bersama Beng Kong, Beng
Kiang dan Wan Boe Tjioe pergi keluar, menjambut Lana,
guna menjapu semua pengawas diluar itu. Hoa Tjoe Hong
diperintah menjiapkan semua perahu kulit kambing.
Ong Tjoen Beng dapat titah bersama Pan Kee membawa
kembali semua majat hidup kegudang mereka. Untuk
mentjegah mereka menerbitkan kekalutan tanpa perlunja.
Inilah untuk sementara, sampai nanti mereka sudah sadar
sepenuhnja. Tan Hin Beng diperbantukan kepada Tjoen
Beng.
Tjeng In Loo-nie diminta mengadjak Tjong Beng,
dengan Tjian Leng sebagai pengantar, memeriksa semua
gudang uang, rangsum dan pakaian. Harta berharga dari
In Teng djuga diperiksa sekalian. Semua itu akan dibagi
kepada semua majat hidup apabila sudah datang waktunja
untuk membubarkan mereka.
Semua petugas itu dapat tempo seten sah djam.
Siam In diperintah pergi mengadjak Seng Tong,
menggiring semua musuh ke tanah-lapang.
Menjaksikan semua pengaturan itu, semua orang
mengagumi Beng Siang. Nona ini, walaupun ia berada
bersama In Liong, adalah jang memberi titah2 itu. Dilain
pihak telah ditaati oleh semua kaumnja.
Sebentar kemudian, sesudah Seng Tong selesai dengan
tugasnja, Beng Siang memeriksa semua musuh, dari mana
ia memilih sepuluh orang, untuk dititahkan memadamkan
api. Seng Tong dapat tugas mengepalai mereka itu. Semua
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
606
tawanan2 lainnja dirantai kakinja, lantas diberi tempat,
supaja mereka tidak mengatjau. Tjong Beng bersama Siam
In dapat kewadjiban menilik mereka semua.
Sebentar kemudian Tjong Lioe datangi dengan laporan,
bahwa semua musuh diluar sudah kabur atau tertindas,
maka Beng Siang lantas menitahkan kedua kakaknja pergi
mendjaga dijembatan gantung.
Beng Siang kemudian mengadjak In Liong, Tjong Lioe
dan Boe Tjioe mendatangi semua majat hidup dari gudang
kesatu, untuk In Liong dan Tjong Lioe menolong totok
mereka akan memulihkan kesadaran dan tenaga mereka.
Dan majat2 hidup jang telah ditolongi Tjong Beng, sudah
mulai bisa bekerdja. Setelah ditotok semua majat hidup itu
diberi obat.
Nampaknja gampang sekali penjerbuan keneraka dunia
itu, jang tangguh dan terdjaga kuat. Semua itu adalah
karena djasa Beng Siang, jang mengatur rentjana.
Terutama bahagian dipantjingnja Soe In Teng keluar dari
sarangnja itu. Kegampangan lain adalah mudahnja Tjian
Leng dipengaruhi, hingga boesoe ini suka membuka
rahasia dan turut membantu. Jang tidak beruntung adalah
korban diantara majat hidup tiga-puluh orang lebih.
Sampai sore lagi, baharu In Liong dan Tjong Lioe dapat
menolong semua orang dan Tjong Beng mentjatat nama2
mereka. Diantara siapa terdapat Hoei-thian Sintjhioe Liok
Leng dan Tiat-piepee Kie dari liek San Pat Tjoei. Semua
majat hidup adalah kaum pentjinta negara. Mereka telah
dikasi pakaian dan bubur supaja mereka dapat makan
tjukup.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
607
Sebaliknja semua orang tawanan di jebloskan ke dalam
gudang.
Masih Beng Slang menitahkan Tjoen Beng bersama Boe
Tjioe. Seng Teng, Beng Kong, Tan Hin Beng, pergi
menjerbu kuil Kam Tjoe Sie. Tugas mereka ialah
nmerampas, dan Tjong Beng bersama Siam In dan Beng
Kian jang menjambat, untuk membakar habis kuil itu.
Mereka dimestikan kembali sebelum fadjar menjingsing.
Dari tiga ratus majat hidup, mereka jang terluka dan
sakit, sudah lantas di kirim ke kampung nelajan untuk
dirawat selandjutnya. Hoa Tjoe Hong dan Lina diperintah
mengatar mereka itu. Mereka jang sehat dlpetjah dalam
beberapa rombongan, untuk melakukan pendjagaan diluar
dan dalam.
Tjeng In mengepalai pemusnaan pada semua alat
rahasia, jang mereka tidak sudi menggunakan. Mereka
repot dan memerlukan waktu sampai dua hari.
Beng Siang sendiri, sesudah datang laporan Kam Tjoe
Sie telah dibakar, bahwa separo pendeta2nja lelah kabur,
lalu mengadakan perdamaian untuk nanti melajani Soe
Teng In andaikata pemimpin neraka dunia itu datang.
XXII
Soe In Teng berangkat ke Ya Kek San bersama dua
boesoe, ia merasa bertetap hati karena lebih dulu daripada
itu, ia sudah memberitahukan tjongpeng dari Tsitsihar
untuk menjrrbu dan menawan semua pemberontak Ya Kek
San dan Beng Pioe kakak-beradik. Iapun telah menjuruh
orang lain menguntit mereka berdua itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
608
Ya Kek San terletak dt timur-utara telag a Pwee-djie
kira2 empat-ratus lie lebih. Diselatannja dekat dengan
Houloen, diutaranja dengan Sohloen. Itulah gunung
disebelah barat gunung Hin An Nia (Hsingan).
Baharu djalan satu hari, In Teng sudah ketemu idengan
dua orangnja jang mengintai Beng Pioe kakak beradik.
Mereka ini sambil berlutut mengaku sudah kena dipedajai
oleh kakak beradik itu
"Andjing2 tak berguna !" bentak Soe In Teng dengan
gusar. "Tjara bagaimana kamu dapat diakali?"
"Ketika kita menguntit sampai dldekat Ya Kek San, hari
sudah mulai petang," kata seorang. "mereka turun dari
kuda mereka, rupanja si nona niat buang air. Tidak lama
kedua penunggang kuda keluar dari tempat lebat. Kita
lantas menjusul. Waktu itu remang2 Kemudian kedua
penunggang kuda berhenti ditepi djalan. Sewaktu kita
menghampirkan sampai dekat, baharu kita melihat tegas,
bahwa penunggangnja bukan manusia, hanja dua anak2an
terbuat dari rumput diberi pakaian dan kopia mereka itu.
Pantas kedua kuda dapat lari keras sekali. Mengetahui kita
telah terpedaja, kita kembali ketempat lebat tadi, tetapi
dua orang itu sudah lenjap."
In Teng mendongkol bukan main.
"Mari!" ia mengadjak, akan kabur ke arah Ya Kek San.
Mereka ini sampai dimulut gunung dimana tenternnja
tjongpeng dari Tsilsihar sudah bersanggerah bersama llma
ratus serdadunja, sedang digunung belakang ada
barisannja sioepie dan Sohloen.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
609
Tjongpeng Sat Haptouw ketemui In Teng,
memberitahukan bahwa ia telah mengurung gunung
sedjak tengah hari. Bahwa Selama itu belum pernah ia
melihat orang berlalu dari gunung itu.
"Mari kita periksa !" mengadjak Soe In Teng.
Maka seribu lebih serdadu dari pasukan berkuda lantas
bergerak, In Teng menggunai ilmu mengentengi tubuh dan
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
madju dimuka. Sesampainja mereka diatas,
pasanggerahan sudah kosong, malah pintu pasanggerahan
dan ranggon telah dibakar habis. Melihat bekas2 itu,
ternjata orang sudah berlalu sedjak beberapa hari jang
lalu.
"Tjoba periksa lebih djauh !" In Teng penasaran. Malah
ia menitah membakar hutan.
Hasilnja tetap kosong belaka, tjuma binatang2 hutan
jang lari seratutan.
"Ah, aku tertipu!" seru In Teng achirnja dalam hati.
"Mesti ada terdjadi apa2 didanau Pweedjie."
Oleh karena hatinja sangat tidak tenteram, bersama
kedua boesoe, In Teng kabur pulang. Mereka sampai
menukar kuda disetiap pos. Dihari kedua, belum tengah
hari, mereka telah sampai ditanah datar gili sungai
Hapdjiehap. Dikedjauhan kuil Kam Tjoo Sie mulai berpeta.
Kemudian sewaktu mereka mulai melihat njata, mereka
kaget tidak terkira api telah memusnakan kuil jang besar.
Asap masih mengepul, baunja sangit. Disitu tidak ada Tjian
Gay dan orang2nja. Rupanja kuil terbakar, atau dibakar
kemarinnja. Ia menduga kepada perbuatannja Thian Tie
Koay-Hiap. Terpaksa ia kabur pula, menudju ke danau
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
610
Pweedjle, ditepi mani ia sampai sela' air pasang. Ketika itu
adalah hari2 perin laan musim panas.
Selagi mengawasi kearah kota iblis, tiba2 In Teng
melihat seorang muntjul diantara pohon gelaga jang lebat.
Dia terus berlutut didepan kuda tunggang ketua ini, jang
telah menghunus pedangnja, untuk bersiap sampai ia
mengenali orang itu adalah Tjian Leng pendjaga pintu
airnja. Tetapi penjaga ini pakaianna robek disana-sini dan
berlepotan darah. Orang pun berlutut sambil menangis.
"Kenapa kau ada disini?" tanja In Te dalam kagetnja
"Kenapa kota kita? lekas bitjara!"
Tjian Leng menangis lagi, tetapi ia dapat bertjerita.
"Dua hari sedjak Tjongya berangkat serombongan orang
datang menjerbu," demikian penuturannja "Mereka semua
gagah, mereka bikin kita tidak berdaja. Diantara kita ada
jang terbinasa, terluka dan tertawan. Ketika mereka
mendesak sampai dipintu air, karena tidak berdaja aku
menjingkir. Sjukur aku masih dapat meloloskan diri...."
Pusing kepalanja In Teng, ia menggigil sendirinja,
bagaikan digujur dengan air dingin.
"Apakah kau bitjara benar, Tjian Leng?" ia menegaskan
kemudian "Apakah benar empat-belas boesoe kiriman Sri
BaRtnda demikian tidak punja guna ?"
"Aku omong dari hal jang benar, Tjongya " Tjian Leng
manggut2. "Dari semua boesoe2 itu, separo telah
terbinasa. Semua gudang telah digempur dan majat2 hidup
sudah merdeka semuanja."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
611
Kembali In Teng berenam, ia tak dapat bitjara karena
mendongkol dan bingung.
Kedua boesoe pun melongoh sadja.
"Taydjin... mari kita pulang dulu kekota," kemudian
mereka itu mengadjak.
In Teng turun dari kudanja ia minum air baharu setelah
ini, ia dapat menenangkan diri ia merobek sepotong udjung
badjunja dan dia tjap itu dengan tjap kemalanja.
"Bawa Ini kepada Sioepie Siang Kong Tek di Sohloen."
ia menitahkan salah satu boesoe "Minta ia segera
membawa pasukan, jang mesti sampai disini dalam waktu
dua hari"
Boesoe itu menerima perintah.
"Tjian Leng bisakah kau mentjari getek ketjll?" In Teng
tanja pembantunja.
"Aku telah mentjuri sebuah perahu kulit, dengan itulah
aku bisa meloloskan diri " Tjian Leng djawab. Ia lantas
mengerobok diair akan menghampirkan pepohonan
gelaga. Dari dalam mana ia menjeret keluar perahu
kulitnja.
Tanpa ajal lagi In Teng turun dari kudanja. dan lontjat
keperahu kulit itu. Boesoe pengikutnja turut ia naik
keperahu itu, jang Tjian Leng lantas menolak dari pinggiran
digaju ketengah danau.
In Teng memandang kekota iblisnja, ia dapatkan
keadaan sunji sadja. Djembatan gantungnja dikasi turun,
isjarat apa2 tidak ada, maka maulah ia pertjaja, Tjian Leng
tidak mendjustakannja. Ia menjesal dan mendongkol,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
612
pikirannja seperti orang sedang melamun. Selama itu ia tak
tahu kemana Tjian Leng telah menggaju perahu kulitnja
sampai tahu ia heran, perahu itu lelah sampai ditempat
jang dangkal.
"Eh.... kenapa kau menudju kemari ?" tanjanja.
"Air pasang, tjongya." sahut Tjian Leng
"Tapi djangan datang kemari, disini ada pasir embal!" In
Teng bilang.
Djusteru itu, Tjian Leng ngusruk tertjebur keair. Ia
seperti telah bikin terlepas penggajunja dan hendak
menjambar itu.
"Tjongya, tolong ! " ia pun mendjerit. Ia tjuma
bersuara dua kali, lalu ia tenggelam.
"Aneh..." pikir In Teng Ia, tak mengerti mengapa, tidak
keruan-ruan pembantunja itu ketjebur.
Tanpa tukang kemudinja. perahu kulil itu lantas sadja
berputar arah.
Tiba2 In Teng tampak selembar dadung membudjur dari
arab tembok kelain tepi. Tempat dimana ia berada adalah
bahagian danau jang sempit djadi dadung itu bisa dilintangi
melewati air ia segera kenali, itulah dadung eretan udara,
atau dadung djembatan, jang biasa dipakai oleh orang2
gunung di Soe-tjoan menjeberangi djurang kalau seorang
duduk didalam sebuah kerandjang, kerandjang itu dengan
njelosor bisa membawa ia kelain djurusan ia pun lihat
tingginja dadung tjuma setumbak lebih, asal ia melontjat
agak tinggi dapatlah ia merdjambretnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
613
Kembali In Teng memandang kesekitarnja, sampai ia
melihat sebuah getek srdang mendatangi. Getek itu berada
dibshagian air jang dangkal, ia mengawasi sampai ia
melihat seorang dialas getek itu. Orang mana dandan
sebagai seorang sasterawan. Ia pun segera kenali orang
Ku adalah Ooy-bin Koay Kek Tjong Lioe jang telah berpisah
banjak tahun daripadanja.
"Saudara Houho disana ?" ia lantas monegor walaupun
ia merasa heran.
"Ja, toako " ada penjahutan dari Houho Hotek.
Waktu itu mendadak In Teng merasai perahu kulitnja
bergerak. Waktu ia menoleh kepada boesoe pengiringnja,
ia dapatkan boesoe ini djusteru djayuh tertjebur keair.
Disamping si boesoe muntju kepala seseorang ialah Tjian
Leng.
"Setan!" bentak tjongya ini dalam murkanja jang tak
terhingga Dengan pedangnja, ia menikam mata orang.
Tapi Tjian Leng berkelit dengan menjolulup menjusul
mana seorang lain muntjul menggantikan dia. Orang ini
berumur lima-puluh lebih, karena ia lantas bangun berdiri
kelihatan djelas ia bertubuh besar dan tinggi. Gerak
geriknja sangat gesit dengan satu gerakan sadja, ia telah
mentjelat naik keperahu kulit, untuk dengan podangnja
Pendekar Hina Kelana 25 Iblis Pulau Pedang Amarah Serial Pendekar Sejati Siluman Ular Putih 01 Misteri Bayi Ular
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama