338
Tjong Beng sementara itu ingat Pan Kee, soeteenja jang
telah mendjadi majat hidup itu, ia bersedih hingga air
matanja ber-linang2.
Seng Tong tahu kedukaannja ketua ini, ia kata
"Siauwtotjoe, Pan Kee itu makan buah-hasil perbuatannja
sendiri. Mengapa dia berhubungan dengan Soe In Teng ?
Itu sama sadja dengan orang jang bersahabat kepada
harimau!"
"Sekarang kita bergelisahpun tak ada artinja," Tjong
Lioe bilang. "Tentang Pan Kee, aku dengar sendiri Soe In
Teng mengatakannja hendak menghabiskan djiwanja,
sesudahnja itu, baharulah dia hendak membuat
perhitungan kepadamu berdua saudara. Kau berdua bisa
lolos, pasti Pan Kee akan didjadikan sebagai gantinja
kalian."
Sampai disitu orang bitjarakan bantuan jang dibutuhkan
dari Thian Tie KoayHiap, dan tjaranja untuk dapat
mengundang djago dari Thian Tie itu.
"Bukankah Ang Lootiang telah mengatakan, kalau bisa
didapatkan bantuannja Tjeng In Soe-thay misainja, baharu
ada harapan kita mengundang Thian Tie Koay Hiap?" kata
Tjong Beng.
"Meski demikian, perlu djuga kita ketahui adanja
hubungan diantara Thian Tie Koay-Hiap dan Soe In Teng
itu," Tjong Lioe njatakan. "Kita harus ketahui, ada atau
tidak minat dari Thian Tie KoayHiap untuk menjingkirkan
Soe In Teng. "Bukankah soehoe pernah mengatakan hal
hubungan antara Thian Tie KoayHiap dan Soe In Teng ?"
tanja Tjoen Beng. "Mengapa soehoe tidak hendak
mendjelaskan untuk kita memahamkannja lebih djauh ?"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
339
Tjong Lioe pandang Seng Tong, baharu ia djawab
muridnja. Ia kata: "Tadinja aku tidak menjangka, bahwa
kepala neraka dunia itu adalah Soe In Teng, tapi tentang
asal-usulnja, pernah aku mendengarnja. Turut kata
guruku. Tiat In Siansoe, In Teng dengan Thian Tie
KoayHiap adalah saudara satu ibu lain ajah. Mengenai ini,
mungkin Ang Lootiang ketahui lebih djelas. Karena kita
bukan lagi orang luar, aku pertjaja lootiang tidak
berkeberatan memberikan keterangan." Seng Tong duga
Tjong Lioe telah ketahui asal-usulnja Thian Tie Koay-Hiap,
gurunja itu, maka ia tidak sangsi lagi untuk berikan
keterangannja. Beginilah penulurannja:
Bagian timur laut diri Liauw-leng, Manchuria. tempat
bertemunja perbatasan dengan Korea adalah pusat dari
pegunungan Tiang Pek San. Diatas gunung itu ada sebuah
telaga jang dinamakan Thian Tie. artinja pengempan
langit. Setiap musim semi sewaktu banjak saldju, disaat
saldju lumer, airnjn mengalir ketelaga ini, kemudian
mengalir lebih djauh kebeberapa tempat. Air itu
merupakan air terdjun. Gabungan air terdjun itu ialah
disungai Siong Hoa Kang, sungai Sungari.
Thian Tie mempunjai pemandangan alam jang indah
tapi karena bersaldju dan hawanja dingin seluruh tahun,
djarang ada orang jang mendaki, ketjuali rombongan
pemburu. Akan tetapi tak lama dari berdirinja keradjaan
Tjeng, selagi kaisar Thay Tjong beberapa kali suka
berperang dengan keradjaan Beng. keatas gunung itu ada
datang seorang laki2 jang terus membuat gubuk untuk
ditlnggalinja. Ia berumur empat-puluh lebih, tidak ada
orang jang kenal dia siapa.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
340
Pada suatu waktu pernah kedjadian beberapa pemetik
djinsom dikedjar dua ekor matjan tutul. Selagi mereka
terantjam, dua butir batu menjambar dari atas pohon,
tepat mengenai matanja kedua matjan itu, Jang djadi
kesateuan dan rubuh bergulingan, menjusul mana,
seorang Iom pat turun dari atas pohon dengan seba tang
toja dia hadjar remuk kepalanja dua ekor binatang buas
itu. Dia bergerak gesit bagaikan kera. Tukang2 petik
djinsom itu bersjukur dan menghaturkan terima kasih, tapi
waktu mereka menanjakan namanja penolong itu, dia tidak
suka memberitahukannja, dia tidak mau terima
pembalasan budi. Karena kedjadian inilah, kemudian
banjak orang ketahui halnja penghuni dari telaga Thian Tie
itu. Kalau orang datang padanja untuk beladjar silat, ia
menolak, katanja ia tidak mengerti iimu itu.
Orang itu sebenarnja seorang Han, Ong Liak namanja,
asal dari propinsi Shoatang, akan tetapi la dibesarkan di
Kitlim. Manchuria. Gurunja adalah satu in-soe. seorang
pertapa jang hidup menjendiri, jang tinggal di Sam-seng.
In-lam tempat bangunnja Aishin Gioro, pendiri dari
keradjaan Boan. Insoe itu adalah dari golongan Tiang Pek
San.
Dimasa Nuerhacha, Thay-tjouw dari ahala Tjeng belum
naik atas tachta, ajahnja kirim ia beladjar silat kepada insoe
itu. Apa jang Nuerhacha peladjarkan, ketjuali ilmu panah
dan pedang, djuga terutama ilmu perang dan menaik kuda.
Ia bertenaga besar, tjotjok dengan peladjarannja itu.
Disaatnja Nuerhacha keluar dari perguruan, Ong Liak
datang ke Sam-seng, iapun angkat insoe itu mendjadi
gurunja. Ia mempeladjari Ilmu silat umum terutama alat2
sendjata rahasia.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
341
Berselang sepuluh tahun semendjak Nuerhacha naik
ditachta, karena dia kuatlr gurunja ambil lain murid jang
llehay, hingga murid itu bisa saingi padanja, dia undang
gurunja keistana dimana kemudian guru itu diratjuni
hingga binasa. Dia tahu bahwa gurunja telah mempunjai
satu murid, dia kuutir murid itu akan mentjari balas untuk
gurunja, ia perintahkan pahlawannja tjari murid itu untuk
disingkirkan djuga. Ong Liak menjingkir dari bahaja dengan
pergi ke Tiang Pek San mengumpetkan diri di Tblan Tie.
Berbareng dengan itu di Tjie-houw, Shoatang, ada
serombongan tukang petik djinsom jang dikepalai oleh Ong
Kho jang tubuhnja tinggi tudjuh kaki, romannja gagah dan
bertenaga besar, ilmu silatnjapun sempurna. Ong Kho ini.
dalam umur dua-puluh delapan tahun masih belum
menikah. Ketika itu, panen djinsom di Kitlim gagal, maka
Ong Kho masuk terus ke Pehtuna, daerah pedalaman.
Waktu itu, kebetulan Hauw Tjhong Honghouw, jaitu
permaisuri Liap-tjengong To Djie Koen, djuga berburu di
Kitlim. Hauw Tjhong Honghouw adalah seorang permaisuri
jang sangat elok, seluruh tubuhnjapun menjiarkan bau
harum. Tiba2 serombongan mandjangan lari melewat
didepan permaisuri ini. Dia tahan kudanja dan segera
memanahnja, sampai tiga kali, namun semuanja gagal.
Ong Kho djusteru berada diatas gunung, ia lihat
rombongan mandjangan itu, la lantas gunakan panah
djepretannja beruntun beberapa kali, menjusul mana,
beberapa ekor mandjangan rubuh.
Menampak demikian, Honghouw suruh pahlawannja
bawa Ong Kho menghadap padanja, diam2 hatinja girang
melihat orang jang tjakap dan gagah itu. Sesudah ia tanja
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
342
she dan namanja, ia bawa Ong Kho pulang keistana. Ia
angkat pemetik djinsom ini mendjadl sie-wie, pengawalnja
lalu sedjak itu, Honghouw tidak pernah ketinggalan
pahlawannja ini. Dan Ong Kho, mimpipun tidak bahwa ia
bisa demikian beruntung.
Ditahun kedua, Honghouw melahirkan Sie-tjouw, ialah
Kaisar Soen Tie jang dibelakang hari masuk ke Tionggoan
memerintah seluruh Tiongkok.
Soen Tie mempunjai roman jang gagah, slkap-dedaknja
dapat dinamakan "djalannja naga dan bertindaknja
harimau,dalam umur tudjuh tahun, tenaganja sudah besar
luar biasa.
Thaytjouw Hongtee, Nuerhacha, kemudian sangsikan
darahnja botjah ini, maka dengan satu akal, la beri presen
kepada Ong Kho diidjinkan pulang kekampungnja, akan
tetapi belum sampai orang keluar dari perbatasan, Ong
Kho telah dibunuh, majatnja dibawa pulang untuk
didjadikan bukti.
Suatu hal aneh telah terdjadi. Ketika majat Ong Kho
dibawa keistana dan hendak dimasukkan kedaiam peti,
tiba2 dia bangkit berdiri, tak dapat orang merubuhkannja.
Honghouw lantas sadja insjaf, ia perintahkan orang
panggil Soen Tie, jang ia titahkan mengenakan pakaian
berkabung dan berlutut didepan majat Ong Kho, untuk
paykoei sampai dua kali. Setelah ini baharulah majat itu
rubuh sendirlnja Karena kedjadian ini, dibelakang hari
kalau keluarga kaisar Boan pergi sembahjang leluhur di
Kwan-gwa, selamanja Ong Kho dlsembdhjangi lebih
dahulu. Hingga kemudian muntjul kata2: "Lebih dahulu
sembahjangi Ong Kho, baharu sembahjangi makam
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
343
keradjaan." Hingga kini, diatas Tiang Pek San masih ada
kuburannja Ong Kho dengan bongpaynja (batu nisan)
berdiri tegak.
Sedjak terbunuhnja Ong Kho, didalam keraton kaisar
Boan lenjap satu dajang bernama Slauw Goat Djie jang
romannja tjantik djuga. Dia asalnja satu nona dari suku
bangsa jang ditawan dan dibawa pulang ketika Nuerhacha
serang "Houma" (Fuma). Nona ini kangen akan kampung
halamannja, djemu ia tinggal diistana, djusteru itu ia lihat
Ong Kho, ia djatuh hati, dan Ong Kho pun ketarik
kepadanja maka keduanja lalu ikat perhubungan setjara
diam2. Ketika Ong Kho dianiaja, Siauw Goat Djie sedang
hamil, dia tahu akan bahajanja, apabila rahasianja petjah,
maka itu diam2 dia bebenah, dengan menjamar sebagai
rakjat biasa dia minggat dari istana, buron sampai di Utara
Tsi-sihar, di Houma, tempat suku-bangsanja, jaitu suku
bangsa Gok-loen-tjoen (Wolunchun), jang berkedudukan
di Utara gunung Hin An Nia luar, terkurung dengan gunung
dan berdekatan sebuah rimba besar.
Gokloentjoen adalah suatu suku-bangsa jang masih liar,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
laki2 dan wanitanja mengenakan pakaian dari kulit, mereka
tidak punja rumah, hidupnja dari berburu, hingga
penghidupannja setiap hari bergulat dengan binatang2 liar
dan ular berbisa. Tidak perduli prija atau wanita, mereka
masing2 mempunjai seekor kuda, semua pakaian dan
barang-milik lainnja ditaruh diatas kuda. Diwaktu siang,
selagi berburu, biasa mereka lakukan perdjalanan seratus
lie kurang-lebih, dan mengambil tempo tiga hari, baharu
mereka kembali kekampungnja. Diwaktu malam mereka
dirikan kemah, laki2 dan perempuan tidur sama2 didalam
kemah itu. Atau ada kalanja mereka memasang tangga
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
344
atau palangan untuk tidur diatas pohon2. Mereka biasa
pergi berburu samas, mereka hidup rukun sesama bangsa,
saling sajang-menjajangi, tidak pernah berebutan hasil,
mereka tidak sebagai sukubangsa lainnja jang suka
bentrok dan saling bermusuh sesama suku. Musuh mereka
melainkan hanja binatang beburonan.
Sebagai suku-bangsa, mereka tidak punja undang2
tertulis. Dan satu kebiasaan lagi dari mereka adalah: Kalau
seorang isteri melahirkan baji, suami-isteri sama2 pergi
tjari makanan untuk bajinja sampai kenjang, sesudah
mana, baji itu diikat demikian rupa dan digantung diatas
pohon, ajah dan ibunja lantas pergi, sampai beberapa hari
baharu mereka kembali. Selama itu tidak pernah baji itu
mati kelaparan, karena setiap ada orang bangsanja jang
lewat dibawab pohon, tentu pihak wanitanja turunkan baji
itu untuk diberi makan, baharu ditinggal pergi pula. Tidak
pernah ada wanita jang melihat baji demikian lewat terus
sadja dan tidak memperduiikannja.
Ketika pemerintah Boan menjerang dan kalahkan suku
bangsa Houma ini, mereka tidak menempatkan pembesar
negeri disitu, maka bangsa Houma itu tidak takluk terus
kepada bangsa Boan. Karena ini, ketika Siauw Goat Djie
kembali kekampung-halamannja, ia tetap tuntut
penghidupan biasa seperti umumnja bangsanja itu.
Kemudian ia melahirkan satu anak laki2. Sebenarnja
pemerintah Boan tjari dia untuk ditangkapnja, tetapi tidak
ada orang pemerintah jang berani datangi suku-bangsa itu.
Setelah tinggal bersama bangsanja, Siauw Goat Djie
mesti turut adat-kebiasaan bangsanja itu, ialah dengan
meninggalnja suaminja, ia harus menikah pula. Satu tahun
kemudian, dari suami jang baru la peroleh lagi satu putera.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
345
Untuk memperingati Ong Kho, maka anak sulungnja diberi
nama leleh dengan tetap memakai she Ong, mendjadi leleh
Ong namanja. Anaknja jang kedua ia berikan nama Puleh,
karena suaminja she Soe, anak itu djadi bernama Puleh
Soe. Karena sudah umumnja Siauw Goat Djie harus ikut
berburu djuga, maka leleh dan Pulehpun seperti anak2
lainnja digantung dipohon.
Akan tetapi bentjana tak di-sangka2 telah menimpa
dirinja Siauw Goat Djie. Hari itu hawa udara sangat panas,
mendadak datang guntur jang mendatangkan api, hingga
hutan terbakar dan membakar habis rombongannja Siauw
Goat Djie jang terkurung api itu.
Banjak bangsa Gokloentjoen jang berdekatan datang
menolong memadamkan api, bahna repotnja, mereka tidak
ingat kepada dua anak jang digantung dipohon. Kedua
anak itu telah menangis terus2an hingga setengah harian.
Karena hutan kebakaran, buronannja pada lari
serabutan. Tapi serombongan srigala berkumpul dibawah
pohon dimana leleh dan Puleh digantung. Semua
mengawasi kepada kedua botjah itu, ada djuga jang
berlompatan menubruk2, ada djuga jang mentjakari
pohon. Djumlah srigala itu semakin bertambah. Kedua
anak itu terus menangis, mereka tidak tahu bahwa mereka
sedang terantjam bahaja maut.
Achirnja datang bintang penolong berupa seorang
penunggang kuda. Dia datang karena dia tampak
berkobar2nja api. Dia seorang dari usia pertengahan,
tubuhnja kekar, dandanannja seperti satu boe-soe,
seorang jang mengerti ilmu silat. Segera dia dengar
tangisan kedua botjah, hingga ia perhatikan serombongan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
346
srigala Itu. Njatalah dia seorang pemberani, dia turun dari
kudanja mendjemput batu, dengan itu dia menimpuk
kepada binatang? buas itu. Luar biasa timpukannja jang di
lakukannja ber-ulang2. Setiap batu bagaikan mempunjai
mata, sesuatunja tepat mengenai kepala srigala jang lantas
rubuh dengan kepala petjah, rubuh sebagai bangkai,
hingga dilain saat habislah semua andjing hutan itu.
Setelah menghela napas lega, orang itu lompat naik
keatas pohon, untuk kasi turun kedua botjah. Ia ketarik
menampak kedua botjah itu mempunjai muka jang
persegi, kupingnja besar. Itulah suatu roman tak
sembarang. Ia pondong kedua botjah itu dibawa
kekudanja untuk ia mengambil susu, ia segera susui kedua
botjah itu, jang lantas berhenti menangis.
Tidak antara lama datang sedjumlah orang
Gokloentjoen, jang hendak memadamkan api, melihat
seorang ang tak dikenal dan kedua botjah itu, tahulah
mereka apa jang telah terdjadi, maka mereka segera
hampiri orang asing itu untuk memberi hormat dan
menghaturkan terima kasih. Merekapun berikan
keterangan bahwa kedua botjah itu sudah tidak mempunjai
ibu bapak lagi.
Orang asing itu hendak serahkan kedua botjah itu,
tetapi orang2 Gokloentjoen itu menampik, karena mereka
anggap tidak leluasa berburu dengan bawa2 kedua botlah
itu, maka achirnja, orang asing ini suka memeliharanja.
Lebih dahulu ia menanjakan djelas tentang kedua botjah,
hingga ia ketahui duduknja hal. Njatalah botjah sulung itu
berasalkan darahnja Ong Kho.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
347
Orang asing ini tidak lain daripada Ong Liak. Ia tidak
berlenteram hati untuk sembunji terus dl Tiang Pek San.
Tjeng Thay-tjouw terus kirim orang mentjari padanja,
terpaksa dia menjingkir ke Houma, karena ia ketahui
dengan baik bahwa pengaruh Boan tidak sampai kepada
suku-bangsa Gokloentjoen itu. Ia tidak menjangkanja dislni
ia ketemukan dua botjah itu, jang djusteru sesama she
dengan dia. Ia keluarkan uang untuk dirikan rumah, serta
pekerdjakan satu wanita untuk rawat leleh Ong dan Puleh
Soe.
Beberapa bulan telah lewat, lalu terdjadi hal aneh
diantara penduduk Houma ini, ialah dalam satu malam
orang kehilangan belasan botjah, semua jang berumur
kira2 empat-lima tahun. Malam itu Ong Liak kebetulan
sedang kepergian, sepulangnja baharu ia dapat ketahui hal
itu. Segera ia melakukan penjelidikan dgn kesudahan ia
menduganja kedjadian itu tentulah perbuatannja orang2
pemerintah Boan. Hal ini ia beritahukan kepada orang
Gokloentjoen, dan ia utarakan dugaannja bahwa
pemerintah Boan mungkin sedang mentjari anak-nja Siauw
Goat Djie.
Beberapa hari Ong Liak berpikir keras, achirnja ia pergi
kepada soesioknja (paman guru), jakni Seng Siauw Toodjin
di Ngo Bie San, untuk tuturkan hal kedua botjah dan bahaja
jang mengantjam mereka.
Seng Siauw Toodjin adalah seorang ahli silat Liong Houw
Pay, dia sangat kenamaan, sehingga Ang Sin Tioe dan
beberapa pembesar Beng lainnja jang telah menakluk pada
pemerintah Boan, pernah undang padanja untuk mendjadi
guru tentera tetapi dia menolaknja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
348
Setelah mendengar keteraugannja Ong Liak, Seng
Siauw Toodjin segera mengadjak keponakan murid ini
pergi ke Hongthian untuk melakukan penjelidikan. hingga
mereka mengetahui duduknja kedjadian.
Memang benar botjah2 Gokloentjoen jang lenjap itu
ditjuri pahlawan2 Tjeng Thaytjouw. Radja ini masih
penasaran. Semua botjah itu ditahan, untuk ditjari tahu,
siapa keturunan Ong Kho. Dia pun memikirkan tjara untuk
pemetjahan soal sulit itu. Achirnja satu dukun adjarkan
padanja membongkar kuburan Ong Kho. guna
mengeluarkan majatnja, kemudian meneteskan darahnja
setiap botjah itu ditulangnja Ong Kho. Katanja, darah siapa
njerap ditulang itu, ia tentu adalah anaknja Ong Kho.
Tadinja Tjeng Thay-tjouw niat bunuh sadja semua
botjah itu, habis perkara, akan tetapi niatnja diketahui
Hauw Tjhong Honghouw. Permaisuri ini mentjegah dengan
menjuruh menteri2 menasihatinja, katanja, djangan
bangsa Gokloentjoen dipersakiti, kuatir mereka lari
kerangkulannja bangsa Russia. Thay-tjouw djerih djuga,
maka ia batalkan perlakuan kedjam itu.
Pada suatu malam, dikuburannja Ong Kho digunung
Tiang Pek San, terlihat dua bajangan. Kuburan itu memakai
bongpay jang terukirkan kata2: "Thay Tjeng Kok Hok-kee
Tjiangkoen Ong Kho tjie bok" jang berarti kuburannja Ong
Kho, djenderal dari Keradjaan Tjeng jang besar.
Kedua bajangan itu menggali disamping kuburan,
hingga mereka membuat satu lobang besar, sesudah
mana, berdua mereka geser peli mati, untuk dibongkar
tutupnja, hingga mereka dapatkan majat Ong Kho ? majat
jang belum lumer, tjuma mukanja bengap dan tumbuh
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
349
rambut putih, hingga romannja djadi sangat menakutkan.
Tapi dua bajangan itu tabah, dan tahu djuga mereka,
bagaimana harus berbuat. Keduanja memudji majat Ong
Kho itu, katanja "Aku adalah Ong Liak, aku datang mentjuri
majatmu untuk menolongi darah-dagingmu, maka kau
djanganlah ganggu kami".
Habis itu, Ong Liak angkat tubuh Ong Kho, untuk
diletakkan diatas tanah, sedang kawannja, jalah Seng
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siauw Toodjin, menurunkan bungkusan jang ia gendoP dan
membuka. Isinja ialah tulang2 rerongkong lengkap. Ong
Liak buka pakaian Ong Kho, pakaian itu dipakaikan kepada
rerongkong bawaan Seng Siauw Toodjin, sesudah mana,
rerongkong itu dimasukkan pula kedalara peti. Setelah
tutup peti dipasang lagi dengan baik, peti Itu dipendam
pula. Kemudian majat Ong Kho dikubur dilain tempat.
Setelah selesai, Ong Liak berdua menjingkirkan diri.
Karena kedjadian itu, ketika kemudian orang2nja Tjeng
Thay-tjouw membongkar kuburan Ong Kho, mereka
mendapatkan rerongkong jang palsu, maka sewaklu
darahnja belasan botjah diteteskan kepada tulang2 itu,
tidak ada jang njerap. Selagi Thay-tjouw tjuriga, permaisuri
Hauw Tjhong menitahkan supaja semua botjah
dikembalikan pada bangsa Gokloentjoen di Houma.
Karenanja, setengah bulan kemudian, leleh Ong dan Puleh
Soe telah kembali kepada Ong Liak. Ong Liak segera
menjerahkan Puleh Soe pada Seng Siauw Toodjin, untuk
dibawa pulang ke Ngo Bie San, sedang dia sendiri
membawa leleh Ong pulang kc Thian Tie.
Seng Siauw Toodjin girang melihat Puleh Soe tjerdas.
Dia ubah namanja mendjadi Soe In Teng, dengan tetap
memakai hanja shenja ? she Soe. Terus sampai besar, In
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
350
Teng diadjarkan ilmu silat, selama mana, tidak pernah ia
turun gunung.
Ong Liak pun ubah nama leleh Ong mendjadi Ong In
Liong. Dia rawat botjah itu seperti botjah sendiri, dia pun
mengadjarkan ilmu silat. Dia adalah achliwaris Tiang Pek
Pay. Bisa dimengerti djikalau dia pandai sekali ilmu
mengentengkan tubuh, terutama sendjata rahasia.
Delapan-belas tahun In Liong beladjar, dia mendjadi
Ilehay. Selama itu, sering In Liong menanjakan gurunja
perihal adiknja, atas mana sang guru mendjawab Adikmu
itu, Soe In Teng, beladjar silat di Ngo Bie San diselatan
Soe-tjoan, terpisah dari sini tudjuh-atau delapan-ribu lie.
Karena kau belum pernah keluar pintu, tak gampang
bagimu pergi kesana. Maka tunggu sadja lagi beberapa
tahun, nanti djuga adikmu datang kemari untuk menemui
kau. Sekarang ini tenangkan dirimu. dan beladjarlah terus
dengan sungguh1."
"Perkataan soehoe tentulah murid dengar," kata In
Liong, "akan tetapi aku telah berpisah sedjak ketjil dari
adikku itu, sampai romannja pun aku lupa. Andai-kata
belakang hari kami bertemu, mungkin kami sukar saling
mengenali."
"Anak tolol, apa sih artinja soal dapat mengenali atau
tidak !" kata sang guru sambil tertawa. "Adikmu itu beladjar
pada, paman guruku, Seng Biauw Toodjin. Kabaruja dia
berhasil memperoleh kepandaian. Paman guruku itu telah
mentjiptakan ilmu pukulan jang dinamakan HengLiong Go
Houw Koen, jaitu koentauw Naga Djalan ? Harimau Tidur.
Ilmu itu tidak pernah diwariskan dan sulit djuga
dipeladjarinja tapi sekarang ilmu itu telah diturunkan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
351
kepada adikmu. Kau harus ketahui, paman guruku itu
adalah pemimpin dari Ngo Bie Pay, dia paham betul kedua
Ilmu silat Heng Liong Pay dan Go Houw Pnv Tiuma ada
beberapa djago Rimba Perrilatan jang mengerti kedua ilmu
silat itu, maka siapa jang pandai silat Itu, djaranglah ada
tandingannja. Soesiok mempunja, djuga satu ilmu pukulan
lain jaitu Tjoanin-tjiang, Tangan Menembusi Mega untuk
menotok dan mengusap djalan darah. Aku perhatikan
adikmu pun telah memahamkan"
"Kalau begitu, soehoe," kata In Liong, "Mungkin aku
bukan tandingannja adikku. Mengapa tadinja soehoe tidak
menjuruh aku beladjar sama2 pada Seng Siauw Soekong
itu, agar aku pun mendapat serupa kepandaian seperti dia,
jaitu Heng-Liong Go-Houw Koen itu?"
Ong Liak tepuk2 pundak muridnja, dia tertawa.
"Djangan pikir terlalu banjak, anak!" katanja. "Kau harus
insaf peladjaran kami kaum Tiang Pek Pay. Golongan kami
mejakinkan ilmu entengkan tubuh, ilmu mengempos napas
djuga, peladjaran Ini hampir mirip dengan peladjaran
kaum Too-kauw jang dinamakan peladjaran mengempos
semangat untuk melatih wudkud dan melepaskan raga.
Peladjaran kami ini akan membuat kita pandjang umur.
Sedang dalam ilmu silat, kami mengutamakan ilmu lompat
dan berkelit, ilmu melindungi diri berbareng menjerang,
hingga lintjah tubuh kita, sulit untuk musuh mengenainja.
Dengan kelintjahan ini, biasa kita tiari kelemahan pihak
lawan. Disebelah itu, ilmu pedang kita istimewa, begitu pun
ilmu sendjata rahasia. Dalam hal ilmu mengentengkan
tubuh, tidak ada lain kaum jang dapat menjamainja. Maka
itu, asal kau ber-sungguh2, kau pasti akan berada
disebelah atas adikmu."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
352
Ia djadi girang sekali, djadi tambah jua kepertjajaannja
kepada Tiang Pek Pay. Sedjak itu, ia terus beladjar denga
lebih ber-sungguh2, hingga dibelakang hai dia mendjadi
achliwaris dari Tiang Pek Pay di Kwan-gwa.
Berselang lagi tiga tahun, maka Ong In Liong sudah
masuk umur dua-puluh satu. Selama itu, ia telah beladjar
silat lamanja enom belas tahun. Disamping itu, Ong Liak
mengadjarkan dengan tak kurang kesungguhannja, sebab
guru ini ingin muridnja mendiadi achliwarisnja.
Waktu itu Ang Sin Tioe sudah menakluk pada
pemerintah Boan, setelah satu peperangan lama sama
pihak Beng Tiauw, Tjeng Thay-tjouw terkena panah dan
binasa, setelah mana, Soen Tie naik mendiadi radja. Kaisar
inilah jang dinamakan Tjeng Sie-tjouw. Dia mendjadi radja
akan tetapi pemerintahan tetap dikendalikan oleh Tiap
tjeng-ong To Djie Koen, prinsregent. Hauw Tjhong Hong
houw sudah lantas naik dari permaisuri mendjadi ibusuri,
Thay-houw. Ibusuri ini, nama asalnja adalah Poeritsiehi.
Dia sudah berumur tigapuluh lebih tetap karena bisa
merawat diri, dia tampak tetap muda, seperti umur dua
puluh lebih, bukan sadja tjantik, kulitnja putih, tubuhnja
pun menjiarkan bau wangi.
Ketika itu, To Djie Koen djuga belum berumur tiga-puluh
tahun, ia pegang pimpinan atas tentera. Ia menjerbu ke
KwanLwee Tionggoan. Lebih dulu dia labrak Lie Tjoe Seng,
baru dia rampas keradjaan Beng, hingga kedudukannja
djadi semakiib agung, kekuasaannia besar sekali. Namun
dia belum puas. Sebab dia belum punja kawan hidup jang
tjantik. Dia sebenarnja menaruh hati kepada ibusuri, jang
mendjadi ipamja lenso). Adalah kemudian, derngan usulnja
Hoan Boen Teng, ibusuri dinikahkan dengan Liap-tjeng
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
353
eng. Usul ini disetudjui sekalian menteri lainnja dan Soen
Tie, jang tidak berkuasa, terpaksa mensahkannja.
Begitulah dikeluarkan firman :
"Thay-houw masih muda telah mendjadi djanda, beliau
adalah bagaikan bunga dimusim semi, rembulan dimusim
rontok. Maka walaupun kami agung sebagai kaisar, setiap
hari tampak Thayhouw berduka. Beliau bisa merawat diri
tetapi tak bisa memelihara hati, maka tjara bagaimana
kami dapat mendjadi teladan bagi rakjat untuk
memadjukan kebaktian ? Disamping itu Liap-tjeng-ong
adalah duda, besar sekali djasanja, maka kalau Thayhouw
dinikahkan dengannja, dapatlah kami mewudjudkan sedikit
kebaktian kami "
Inilah firman jang mendjadi tjatjat dalam pemerintahan
Boan, jang mendjadikan buah-tertawaan umum, karena
bunjinja tak sesuai dengan kenjataan.
Sementara itu di Ngo Bie San, Soe-tjoan, dalam
kelenteng Tjie In Koan, Seng Siauw Toodjin dengan
sungguh2 telah mendidik Puleh Soe atau Soe In Teng, jang
ia sukai karena ketjerdikannja. Anak ini mempunjai bakat,
dia pun radjin. Apa sadja jang diadjarkan, lantas
dimengerti, maka, setelah belasan tahun In Teng sudah
madju pesat.
Pada suatu hari Seng Siauw mengadjak muridnja masuk
sebuah rimba tjemara, disini ia berkata pada muridnja "In
Teng, mari kita berlatih ilmu Tjoan-in-tjiang. Kita masing2
berdiri sedikit djauh, untuk melihat, siapa jang lebih
bertenaga"
In Teng mengiringi kehendak gurunja, keduanja
membuka badju masing2, lalu mereka berdiri masing2
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
354
dibawah pohon jang rindang, untuk mulai mengeluarkan
ilmu silat Hong-Liong Go-Houw Koen. Segera angin
serangan2 mereka membikin pohon2 bergojang,
menerbitkan suara gemuruh. Pada achirnja baru mereka
menggunakan Tjoan-in-tjiang, pukulan Tangan Tembusi
Mega, menekan batang pohon. Waktu Seng Siauw
mendekati pohon, disitu terdapat tapak tangan jang dalam.
Waktu guru ini menggunakan pisau untuk mengorek,
babakan pohon djatuh hantjur berhamburan. Sebaiiknja
ketika In Teng memeriksa serangan gurunja, tapak tangan
guru itu tidak sedalam punjanja. Maka diam2 guru itu
mengeluarkan lidahnja saking kagum.
"In Teng, kau berbakat lebih baik daripadaku," guru ini
mengakui, "kau djuga berusia lebih muda, maka kau lebih
kuat. Maka sekarang dan selandjutnjna, kau boleh malang
melintang di Selatan dan Utara sungai Besar, sukar untuk
mentjari orang jang lebih liehay lweekangnja daripada
kau." Soe In Teng merasa sangat puas.
Beberapa waktu kemudian Seng Siauw Toodjin
menjuruh muridnja turun gunung. Kepada murid itu ia
menjerahkan sebatang pedang sambil memberi tahu:
"Inilah Tjeng-hong-kiam, jang berada pada kaum kita Ngo
Bie Pay sudah lima turunnan, maka kau ingat, satu
achliwaris mesti taat kepada adjaran gurutua kita.
Pertamaorang mesti mulia hati dan gemar berbuat baik,
djangan temahai kekajaan, keagungan dan harta. Siapa
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendjadi panglima perang, menteri atau pembesar negeri
seumumnja, dikuatirkan dia nanti lupa diri-asalnja! Kedua,
dia mesti untuk selamanja menundjang anak-tjutjunja
Kcradjaan Han jang terbesar, dia dilarang bekerdja untuk
bangsa lain! Kita harus ingat, pendiri dari kaum kita adalah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
355
turunan dari Kaisar Keradjaan Song jang terbesar. Maka
adjaran ini tak dapat dilupakan"
Setelah memesan segalanja, supaja simurid ingat
wanti2 dan mendjundjungnja, Seng Siauw menjuruh
muridnja tidur siang2, supaja dia bisa berangkat besok
pagi2.
Malam itu sewaktu Seng Siauw Toodjin duduk
bersamedhi dialas pembaringannja, ia mendapatkan pintu
kamarnja ada jang menolak, lalu tampak seorang bertindak
masuk. Segera ia mengenali Soe In Teng, muridnja. Kedua
matanja bersinar luar biasa, sikapnja pun tidak lagi
menghormat seperti biasanja.
"In Teng, perlu apa kau datang kemari?" tanjanja.
Baru sekarang In Teng tunduk, terus dia berlutut.
"Sudah lama ada soal jang seperti mengikat hatiku,"
sahut murid ini. "Sekarang selagi aku akan meninggalkan
soehoe, sengadja malam2 aku datang pada soehoe, untuk
mohon diberi keterangan."
Seng Siauw Toodjin sudah bisa menduga pikiran
muridnja ini, akan tetapi dia ber1 pura2 heran, dia tanja:
"In Teng, kau ingin tanja soal apa? Mungkinkah selama
belasan tahun, diwaktu mengadjarkan kau silat, ada
bagian2 jang aku sembunjikan ?"
"Bukannja itu, soehoe," sahut murid itu. "Aku tahu
soehoe telah mewariskan semua kepandaian soehoe,
kepadaku. Apa jang aku ingin ketahui adalah asal-usul
diriku."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
356
Mulanja Seng Siauw Toodjin tidak niat memberitahukan
duduknja hal sebenarnja, akan tetapi ia berubah pikiran
setelah mendapatkan sinar mata lain dari simurid, siapa
djuga membawa pedang pusaka Ngo Bie Pay itu. Maka ia
mendjadi sangat menjesal bahwa ia "kenal manusia,
wadjah dan mulutnja, tetapi tidak tahu hatinja."
Ia menjesal sesudah kasep. Ia mendjadi kuatir, apabila
ia tidak memberi keterangan, mungkin terdjadi lelakon
murid memaksa guru. Maka achirnja. ia menghela napas.
"In Teng, karena padamu telah timbul kesangsian,
baiklah, aku nanti beri keterangan padamu." berkata guru
ini. "Hanja, sebelumnja, mesti kau berdjandji, walaupun
kau mengetahui asal-usulmu, kau mesti ingat bahwa telah
belasan tahun aku memelihara dan mendidik kau. Djangan
kau lupakan adjaran guru. Setjara demikian baru kau
mendjadi satu murid baik dari Ngo Bie Pay".
Soe In Teng manggut, tandanja ia suka menurut nasihat
itu.
Seng Siauw lantas menuturkan bagaimana dia pergi ke
Tiang Pek San memindahkan majat Ong Kho, guna tolong
botjah* Gokloentjoen jang ditjulik kaisar Boan, bagaimana
dia pergi ke Houma, untuk menolong murid ini. Dia
mentjeritakan semua dengan djelas.
Tak puas Soe In Teng dengan keterangan jang sudah
diberikan itu, dia menanjakan sbe dan nama ajah dan
ibunja, hingga, Seng Siauw menuturkan keterangnnnja
Ong Liak sebagaimana jang didapatnja dari orang
Gokloentjoen.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
357
"In Teng" berkata guru ini, "nama asalmu adalah Puleh
dan she ajahmu Soe. Kau bersama Ong In Liong dari Thian
Tie adalah asal satu ibu. Ajah dari kakakmu adalah Ong
Kho. Dia telah binasa ditangannja Mo Ong, si Radja Iblis.
Maka sekarang aku ingin supaja kau pergi ke Tiang Pek
San, untuk menemui kakakmu itu dan sekalian menemui
soehengmu. Ong Liak, soetitku".
Mendengar itu, Soe In Teng tunduk sekian lama, ia tidak
berkata-kata. Iianja kemudian, ia berkata pada dlrinja
sendiri: "Aneh ! Kiranja Kaisar Soen Tie jang sekarang ini,
masih berasal satu darah degan kami berdua saudara...
Mulanja ibuku, Siauw Goat Djie, montjintai Ong
Kho. Dia melahirkan kakak, akan tetapi Ong Kho sendiri,
sebelum dia mentjinta ibu, dia sudah bertjintaan dengan
Hauw Tjhong Hong-houw, permaisuri itu jang melahirkan
putera mahkota, ialah putera jang sekarang mendjadi
Kaisar Soen Tie. Kemudian, setelah Ong Kho dibinasakan,
ibuku berlalu dari istana, dia pulang ke Houma dimana dia
menikah dengan seorang she Soe hingga aku dilahirkan.
Djadi kita adalah anak2 dari satu ibu dan lain ajah,
sebaliknja kakak dengan kaisar sekarang adalah bersatu
ajah dan berlainan ibu. Toh, kami bertiga, kami tetap ada
dan satu darah! Dengan demikian, bukankah aku pun
keturunan radja ? "
Seng Siauw Toodjin mendengar kata2 itu, walaupun
muridnja mengatakannja dengan pelahan. Ia mendjadi
tidak senang.
"In Teng, djangan kau berpikir demikian ln guru ini
menegur. "Tahukah kau perbuatannja Nuerhacha, si Radja
Iblis? Sedjak banjak tahun jang lampau, dia telah
memerintahkan orang mentjari kamu dua saudara, untuk
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
358
dibinasakan. Djikalau tidak ada aku dan soehengmu, Ong
Liak, jang melindungi, sudah pasti sekarang kau sudah
tidak bernjawa. Mengapa kau masih memikirkan keturunan
darahmu itu ? Apakah kau ingin mengandalkan pada
kenjataan itu untuk mentjari pangkat? Ingat, perbuatan
demikian dibelakang hari akan menjebabkan kaum Rimba
Persilatan tidak akan memberi ampun kepadamu !"
Menampak gurunja gusar, In Teng tidak berani banjak
omong. Besoknja, pagi2 sekali dia sudah siap dengan
buntalannja, lalu tanpa ambil selamat berpisah lagi dari
gurunja, dengan diam2, dia turun gunung dan angkat kaki.
Sewaktu Seng Siauw Toodjin mengetahui kepergian
muridnja itu, ia menjesal dan berduka hingga ia
melinangkan airmata.
"Ketjewa tjapai-hatiku seumur hidup!" dia mengeluh
"Dia pergi sadja, masih tidak apa, akan tetapi aku sangat
kuatir mahluk berhati andjing ini nanti melakukan sesuatu
jang bisa merusak nama Ngo Bie Pay, Djikalau itu sampai
terdjadi, sungguh malu aku untuk menemui sahabata dari
Rimba Persilatan"
Guru ini habis daja, hingga ia tjuma bisa berduka sadja.
Piklrannja terus diganggu kekuntiran bahwa Soe Tn Teng
nanti berbuat buruk dan djahat.
XIV
Dalam kedukaannja itu, Seng Siauw Toodjin masih ingat
pesannja kepada muridnja supaja ia pergi ke Tiang Pek San
untuk menemui kakaknja. Ong ln Liong. Maka ia
mengharap2 murid ini masih mempunjai liangsira,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
359
perasaan jang murni, untuk menemui saudaranja itu.
Karena itu ia segera menulis surat kepada Ong Liak, sang
keponakan-murid, supaja kalau nanti keponakan-murid ini
bertemu dengan In Teng, dia berdaja memberi nasehat
pada muridnja agar murid itu jang baru turun gunung dan
masih hidjau, tidak sampai kepintjuk harta dunia dan
pangkat mulia, supaja simurid djangan sampai mendjadi
anggauta busuk dari Rimba Persilatan. Guru ini masih ada
pengharapan, tapi ia tidak mengetahui ketjerdikan murid
jang sudah mendjadi sangat litjin itu.
Perhubungan Ialu-lintas dahulu sulit sekait Perdjalanan
dari Soe-tjoan Selatan ke Kwan-gwa membutuhkan waktu
beberapa bulan, demikian pula surat Seng Siauw Toodjin
ini, tatkala sampai ditangan Ong Liak, Ong In Liong sendiri
sudah berangkat ke Ngo Bie San, Soe-tjoan. Sebab dahulu
telah dibuat perdjandjian dlantara Seng Siauw Toodjin dan
Ong Liak, untuk mempertemukan In Teng dan In Liong,
tapi sekarang, karena Ong Liak menantikan siasia
datangnja In Teng, ia telah mengirim muridnja itu.
Beda daripada In Teng, In Liong orang nia djudjur, dia
taat kepada gurunja. Maka dia berangkat ke Soe-tjoan
tanpa ubah tudiuan. Meskipun demikian, setelah beberapa
bulan, barulah dia sampai di Ngo Bie San dan menghadap
soesiok tjouw itu, paman-guru-besar. Barulah Seng Siauw
memperoleh kepastian bahwa benar2 muridnja tidak pergi
ke Thian Tie, hingga tambahlah kedukaan dan
kekuatirannja.
Tapi, melihat In Liong datang dengan penuh
kegembiraan, Seng Siauw tidak hendak mengganggu
kegembiraannja itu, maka tak mau ia membeber kelakuan
In Teng, apapula waktu itu masih belum terbukti In Teng
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
360
berbuat djahat. Ia hanja memberitahukan bahwa ia telah
menjuruh murldnja pergi menemui pelbagai djago Rimba
Persilatan, untuk menambah pengetahuan.
In Liong pertjaja ketegangan ini, maka ia menjesal
bahwa ia telah datang terlambat. Karena itu selandjutnja
ia hanja mengharap2 mendengar hal adiknja Itu, agar la
dapat menjusui dan menemuinja.
Memang Soe In Teng setelah turun gunung tidak
berpikir untuk pergi ke Thian Tie, guna menemui kakaknja.
Ia hanja segera memikirkan djalan bagaimana dapat
membuktikan kepandaian silatnja, dan membuktikan lebih
djauh kata" gurunja bahwa ia "sulit ada tandingannja."
Maka ia berpendapat asal ia dapat merubuhkan satu djago
kenamaan, pasti ia segera dapat mengangkat nama.
Walaupun tak berpengalaman, Soe In Teng bisa
menggunakan pikirannja. Demikian, sesudah berpikir, ia
menudju ke Tay Liang San, diperbatasan Soe-tjoan,
kemudian menudju lebih djauh ke Koen-beng, Inlam. Ia
insaf, kalau ia menjeleweng dari adjaran gurunja, ia bakal
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bentrok dengan orang" kaumnja sendiri Ia tahu, gurunja
masih punja beberapa murid jang Hehay, diantara siapa,
dua jang paling kenamaan berada di Inlam. Satu di Koen
beng, ialah seorang suku-bangsa Ie, namanja Beng Yap,
kerdjanja sebagai piauwsoe, dan jang satunja lagi seorang
pertapa jang mendjadi kepala kuil Tay Thong Sie diluar
kota Koen-beng, nama sutjinja Lian Hoa Tjeng. Sedjak
meninggalkan Ngo Bie Pay, mereka belum pernah ada jang
mengalahkan, dan. untuk diwilajah Barat dan Selatan
Inlam, namanja sangat tersohor.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
361
Beng Yap, jang bertubuh tinggi tudjuh kaki, didjuiuki
Siauw Kie Boe Pa atau Kie Boe Pa Ketjil. Sering dia
mengangkut p:auw ke-perbatasan Birma. Belum pernah ia
mendapat kegagalan. Merek piauwkioknja pun memakai
namanja sendiri: Beng Yap. Kalau Beng Yap
mengutamakan Heng Liong Koen, Lian Hoa Tjeng
mejakinkan Go Houw Koen. In Teng mengetahui dengan
baik hal Ini. Maka ia ingin mentjoba dua orang itu, dan
setelah mendapat bukti kataa gurunja, baru ia hendak
mentjoba orang Uin dari lain kaum.
Sesampainja di Koen-beng, di-musim rontok, segera In
Teng mendengar kabar Beng Yap sedang mengiringi piauw
lagi, Hal Ini adalah diluar kebiasaannja. Bahwa sekarang
Beng Yap turun tangan sendiri, adalah sebab piauw itu
kepunjaan Peng see-ong Gouw Sam Koei untuk radja An
nam dan radja muda itu menundjuk Beng Yap sendiri.
"Pasti aku dapat menjusulnja", pikir In Teng, karena,
angkutan piauw tidak dapat djalan tjepat. Maka besoknja
dia beli seekor kuda pilihan dan lantas ia meajusul.
Djalanan menudju Annam, ialah dari Koen-beng, meialui
Bong-tjoe, sampai di Hoo-kauw. Setelah empat hari, ia
sampai &i Bong-tjoe, djalan penting di Inlam Selatan. Ia
girang, sebab sewaktu ia mentjari tahu, ia mendengar
bahwa Beng Yap belum lewat. Ia menginap satu malam,
lantas ia melandjutkan perdjalanan, ke Hookouw. Itulah
satu djaian pegunungan. Ia memilih satu mulut gunung
jang mesti dilewati Beng Yap dlsitu ia menunggu. Selang
dua hari tampak olehnja lerotan Beng Yap Piauw Kiok.
Kereta berdjumlab lima buah, ketjuali pengendaranja
jang duduk di depan, ada lagi delapan orang pengiring jang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
362
menunggang kuda. Pemlmpinnja adalah seorang bertubuh
besar dan bermuka berewokan.
"Dia tentunja Siauw Kie Boe Pa sendiri," pikir In Teng.
"Dia benar bertubuh tinggi dan besar".
Tiba2 terdengar suara suitan. Semua kereta berhenti
segera. Lalu Beng Yap madju keaepan, memandang keatas
untuk tmemeriksa keadaan. Kemudian Beng Yap memberi
titah dan lerotannja mulai memasuki mulut gunung. In
Teng mendekam, memasang mata.
In Teng menutup mukanjo dengan setjarik kain dan ia
keprak kudanja turun guna memegat.
Beng Yap melihat orang datang. Dengan satu tanda, la
menjuruh keretanja berhenti. Ia sendiri madju kedepan
untuk memapak penunggang berkuda jang bertopeng itu.
Ia menjekal sebatang toja besi, maka tahulah In Teng
bahwa ia bertenaga besar. Tetapi dia tidak takut. Setelah
berhadapan, dia menegur: "Beng Yap, bagus usahamu ini!
Aku harap sukalah kau berbuat baik dengan meninggalkan
sedikit untuk orang ditengah djaian..."
Melihat orang menutup muka dan perkataannja bukan
seperti perkataan kaum Rimba Persilatan, Beng Yap tidak
memandang mata.
"Machiuk tidak melihat orang, kau dari Golongan Hitam
mana?" dia menegur. "Apa kau belum pernah dengar nama
Beng Yap maka sekarang berani menjalakan api sendiri?"
Soe In Teng tertawa berkakakan. Segera ia menghunus
pedangnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
363
"Tuanmu tidak kenal Beng Yap atau Yap Beng!" katanja
dengan djumawa. "Djikalau kau tidak meninggalkan
separuh dari barangmu, walaupun kau kaisar, djangan kau
harap dapat lewat dlsini!" Dan ia madjukan kudanja terus
menerdjang.
Dengan terpaksa Beng Yap menjambut musuh tidak
dikenal ini. Setelah menangkis, ia membaias menjerang,
dengan "Heng Tjia Koen" atau ilmu silat Soen Heng Tjia
(Soen Gouw Knong). Serangannja mengarah dua tempat,
orang dan kudanja.
In Teng tidak berani menangkis dan membenturkan
pedang dengan toja, karena kuatir ia kena tersampok
hingga pedangnja terlepas dan terpental, la menggunakan
kelintjahannja, hingga Beng Yao tidak dapat lantas
merebut kemenangan Tapi sesaat kemudian, murid Seng
Siauw ini mengingat pesan gurunja mengenai pedangnja
itu, pusaka Ngo Bie Pay. Maka inginlah ia mentjoba pedang
itu. Keinginannja ia wudjudkan segera Ia menusuk dari
samping dengan tipunja "Yap tee touw hoa" atau "Dibawah
daun mentjuri bunga".
Beng Yap berkelit sambil melakukan gerakan "Kiang
Siang tim kauw" atau "Kiang Tjoe Gee menenggelamkan
pantjingnja". Tojanja diturunkan, kemudian dengan tjepat
ia mengangkatnja dan dari atas diturunkan lagi, menjerang
dengan "Lek pek Hoa San", atau "Dengan sekuat tenaga
menggempur gunung Hoa San".
Inilah serangan jang ditunggu In Teng. Sambil berseru,
dia menangkis dan membabat maka terdengarlah satu
suara keras. Beng Yap terkedjut, sebab meskipun tojanja
kuat, toh toja itu terkutung udjungnja. Tidak sampai disitu
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
364
sadja, tapi tjepat luar biasa, lawannja menjerang terus
hingga terpaksa dia mesti memutar tangannja, untuk
menangkis.
Untuk kedua kalinja kedua sendjata bentrok dengan
memperdengarkan suara. Dan sekali lagi tojanja Beng Yap
terputus, hingga dari asalnja jang pandjang itu, toja telah
mendjadi pendek, merupakan poankoan-pit, alat sendjata
jang berupa sebagai pit, alat menulis. In Teng telah
mengadu pedangnja dengan berani.
Meskipun kaget, Beng Yap tidak mendjadi djerih. Dia
tahu kini bahwa orang tidak mengandung maksud baik.
Sekarang ia melajani musuh tidak dikenal ini dengan "Heng
Liong Koen", atau koentauw "Naga Djalan," untuk memberi
adjaran. Ia tahu pasti di Inlam, tidak ada orang dari lain
kaum jang mengenal ilmu silat nja ini. Begitulah, dengan
sisa tojanja, ia menimpuk lawan, kemudiun ia melontjat
turun dari kudanja terus kedepan kuda lawannja. Dalam
hal lontjat turun naik kuda, setiap orang bangsa Ie adalah
ahli. Satu serangan dilontarkan.
In Teng terkedjut untuk Kegesitan piauwsoe ini.
Terpaksa ia membuang diri dari atas kudanja hingga
kudanja jang kena terserang kepalanja. Binatang itu
terpental rubuh. Sekarang ia tahu benar, Beng Yap dapat
memainkan Heng Liong Koen sama sempurnanja seperti ia
sendiri, maka ia memikir, dengan Go Houw Koen ia
memenangkan piauwsoe ini.
Setelah serangan pertama tidak memberi hasil
memuaskan, Beng Yap melantjarkan serangan jang kedua,
sama sebatnja, sama hebatnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
365
In Teng mundur dua tindak, ia memasang kuda2nja, lalu
sebelah kakinja dimajukan kesamping seraja dua
tangannja diulur, untuk mendjaga dan menjerang
sekaligus.
Beng Yap melihat perutnja diarah. Ia memunahkan
serangan itu dengan "Pek tjek tjiang," atau "Tangan
penggempur," jang berupa satu papasan kepada lengan
lawan. Tapi lawannja sudah mendahului membebaskan diri
dan sekali lagi ia memadjukan kedua tangannja. Ia
bergerak sambil mendekam lebih dahulu. Repotlah Beng
Yap. Ia harus berlaku sangat gesit dan mesti bergerak
sambil membungkuk djuga. Guna dapat membalas
mendesak, segera ia menendang saling susul.
Go Houw Koen djusteru menginginkan tendangan
lawan. Pelbagai tendangan djusteru membuatnja dapat
mengintai lowong. Oleh karena itu, ketika didesak, In Teng
mendjatuhkan diri dan berkelahi sambil bergulingan,
sebentar mundur, sebentar raadju, hingga ia mendapat
ketika untuk menjambar sebelah kaki lawan, dan ditarik.
Beng Yap kaget. Dengan kuda2nja tinggal sebelah,
gampang sekali ia dibikin rubuh. Akan tetapi lawan
bukannja menarik, tetapi ia menekan dengkul menurut
ilmu totokan kaum Heng-Llong Go-Houw Pay. Maka tidak
ampun lagi, selagi tubuhnja mendjadi kaku tiba2, Beng Yap
segera rubuh sendirinja. Seluruh anggauta badan nja
dirasakan lemah tak bertenaga, hingga ia tidak mampu
berbangkit. Hanja dengan kedua matanja, ia dapat
menjaksikan lawan itu lompat naik keatas kudanja,
kemudian melabrak beberapa piauwsoe pembantu dan
pegawainja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
366
In Teng merampas sedjumlah barang angkutan. Semua
kereta lalu dibakarnja, sesudah mana, dengan tjambuk
kudanja, dia melarikan diri.
Beberapa saat kemudian, baru Beng Yap mendapat
pulang tenaganja dan menolongi orang2nja, antaranja ada
jang patah tulang2nja. Mengalami kedjadian ini ia
mendjadi nekat, hingga ia tjabut goloknja untuk
membunuh diri.
"Djangan !" mentjegah satu piauwsoe pembantu
"Memang kau telah gagal, dan kau tidak dapat menemui
lagi Peng-see ong. akan tetapi apakah kau tidak berniat
mentjari musuh itu. untuk menuntut balas ?" Beng Yap
sadar.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari.. " ia mengadjak pulang. Ia menutup rahasia
perampasan itu. Diam2 ia pergi mengundjungi Lian Hoa
Tjeng, soehengnja, dan menuturkan kedjadian itu dan
memperbintjangkannja.
Piauwsoe ini menjimpan rahasia setjara baru, akan
tetapi besoknja, seluruh Koenbeng telah mendapat tahu
terdjadinja perampasan piauw itu, hingga Beng Yap dan
Lian Hoa Tjeng mendjadi heran.
Tengah hari lohor, tie-kek-tjeng masuk dengan tersipu2,
menjampaikan berita bahwa utusan Seng Siauw Toodjin
mohon Bertemu.
"Lekas suruh masuk !" Lian Hoa Tjeng menitah. Sesaat
kemudian ia berhadapan dengan satu pemuda umur dua
puluh lebih. Roman dan sikapnja gagah, suatu tanda ia
mengerti ilmu silat. Orang itu memberi hormat sambil
membungkukkan badan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
367
"Soeheng siauwtee adalah Soe In Teng," pemuda itu
memperkenalkan diri. "Soehoe mengirim aku kemari untuk
menemui kedua soeheng berdua dan menjampaikan suatu
urusan penting."
Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng bordua sudah lama
berpisah dari guru mereka akan tetapi mereka tahu bahwa
belasan tahun jang lampau, guru itu telah menerima
seorang murid baru bernama Soe In Teng, maka giranglah
mereka.
"Mari duduk!" soeheng ini mengundang, kemudian ia
memperkenalkan Beng Yap.
"Aku tidak menjangka soetee jang datang !" kata
pendeta itu. "Kapan soetee sampai ?"
"Baru sadja hari ini," sahut Soe In Teng dengan roman
sungguh2. "Aku datang atas titah soehoe, buat meminta
agar supaja besok pagi soeheng berdua bertemu di Kim Ma
San. Katanja ada urusan penting untuk diberitahukan."
"Soetee, urusan penting apakah itu?" Beng Yap tanja.
"Bisakah soetee memberi keterangan? Pasti aku dan Lian
Hoa Soeheng akan pergi bersama."
"Tak dapat aku memberi keterangan," sahut In Teng.
,inilah pesan soehoe. Nanti sadja di Kim Ma San kau akan
diberitahukan."
Dua2 Lian Hoa Tjeng dan Beng Yap mendjadi tidak
tenteram. Mereka menduga2, urusan apakah itu. Maka
besoknja, keduanja tjepat pergi kebukit Kim Ma San, jang
letaknja belasan lie diluar kota Koen-beng.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
368
Sesampainja mereka dibawah bukit, kabut masih belum
bujar. Mereka segera melihat Soe in Teng berdiri
menantikan ditempat tinggi dan rata. Mereka heran melihat
disana pun banjak orang lain. Tapi jang mengedjutkan
mereka ialah setelah datang dekat, mereka melihat orang
ba njak itu adalah orang2 Rimba Persilatan dari kota Koen
beng, ada guru silat tentera, ada guru2 silat biasa, ada
djuga piauwsoe2, banjak jang mereka kenal.
(LANDJUTAN DJILID KE 3)
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
369
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)
Jilid : 03
Ditjeritakan Oleh : O.K.T
//facebook.com/groups/Kolektorebook/
___________________________
Sesampainja dua soeheng itu In Teng lantas berkata:
"Djiewle soeheng, aku ingin bitjara terus-terang.
Aku datang kemari atas titah soehoe. Kamu berdua telah
bertindak menjalahi adjaran soehoe. Bagus perbuatan
kamu itu, maka aku dititahkan membawa kamu pulang
untuk dihukum."
Dua2 Lian Hoa tjeng dan Beng Yap kaget bagaikan
mendengar guntur disiang hari bolong.
"Entah botjah ini sedang memainkan sandiwara apa ..."
pikir mereka. "Pasti dia ada orang palsu "
"Soe Soetee," Beng Yap lantas berkata, kita belum
pernah bertemu satu dengan lain, sekarang kau datang
tanpa surat soehoe. Bagaimana kami dapat lantas
mempertjajaimu? Tapi tidak apa, nanti kami berangkat
sesudah urusanku selesai..."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
370
"Djangan banjak omong!" In Teng membentak. "Kamu
telah berbuat busuk, kamu masih berpura2! Beng Yap,
hendak kutanja padamu: Kau telah mengantar piauw ke
Annam, mengapa kau pulang setjara diam2? Dihadapan
banjak saudaraRimba Persilatan ini, kau mesti memberi
pendjelasan!"
Beng Yap heran dan berpikir.
"Binatang ini mengatakan dia baru kemarin sampai
disini, mengapa dia mengetahui urusan piauwku? Terang
dia ada hubungannja dengan terampasnja piauwku itu."
Adalah hal umum dikalangan piauwkiok, bahwa kalau
piauw lenjap, pengaduan mesti segera disampaikan
kepada pembesar negeri, dan kalau pihak piauwkiok tidak
dapat mentjari kembali, kerugian mesti diganti lipat ganda.
Atau kalau keri jadian dirahasiakan, piauwkiok akan ditutup
untuk selama2nja.
Dalam murkanja, Beng Yap berseru "Memang benar
piauwku kena dirampas! Tapi apakah itu berarti
penjelewengan terhadap adjaran soehoe? Djikalau aku
tidak sudi turut kau bagaimana?"
Ia segera membuka badju luarnja untuk siap bertempur.
Soe In Teng tertawa.
"Djikalau begitu, djangan menjalahkan aku djika aku
turun tangan!" katanja mengedjek.
Beng Yap segera lompat madju menjerang. Lian Hoa
tjeng berniat mentjegah tetapi tak sempat.
Soe In Teng menangkis serangan dan membuat
perlawanan. Baru bertempur beberapa djurus, Beng
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
371
Piauwsoe lantas berteriak : "Dia inilah siperampas piauw !
Soeheng, madju!"
Lian Hoa tjeng tahu, soetee ini tidak nanti sembarang
menuduh, maka tanpa berkata suatu apa, ia mentjelat
menjerang kebelakang Soe In Teng, In Teng tidak takut
walaupun ia dikepung, malah inilah keinginannja, supaja
orang banjak menonton dia merubuhkan dua orang
kenamaan Itu. Ini pun sebabnja mengapa ia telah
mengundang banjak orang, katanja untuk menjaksikan ia
mewakili gurunja menghukum dua murid durbaka. Tentu
sadja, orang suka datang menjaksikan. Pun dialah jang
mengeluarkan rahasia dirampasnja piauw Beng Yap itu.
Dalam pertempuran, Beng Yap menggunakan Heng
Liong Koen dan Lian Hoa tjeng ilmu silatnja Go Houw Koen.
In Teng tahu karena tubuh Beng Yap besar, kelemahan
piauwsoe ini ialah ia kurang gesit hanja sekarang, ia dngin
menjaksikan dulu si-soeheng pendeta itu jang gerakannja
sangat gesit, hingga ia kagum. Karena sudah mahir Heng
Liong Go-Houw Koen, In Teng bisa melajani dengan
sempurna, hingga Lian Hoa tjeng terkedjut melihat
kegagahan orang jang mengaku soetee ini, adik
seperguruan.
Kepandaian ketiga orang ini tidak beda djauh. In Teng
menang bakat dan tangkas, menang tenaga dan keulatan,
sebab ia telah menggabungkan Heng Liong Koen dan Go
Houw Koen. Dengan kedua tangannja, ia memainkan dua
matjam ilmu silat: Go Houw Koen dengan tangan kiri, Heng
Liong Koen dengan tangan kanannja dengan Go Houw
Koen ia melajani Heng Liong Koen dari Beng Yap, dengan
Heng Liong Koen ia menempur Go Houw Koen dari Lian
Hoa tjeng.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
372
Sebentar kemudian, permainan Beng Yap sudah mulai
kalut, tidak demikian halnja dengan si-pendeta, jang lebih
banjak bersamedhi dan berlatih.
Satu hal In Teng masih meragukan, jaitu apakah
gurunja telah mengadjarkan tjoan-in-tjiang atau tidak
kepada Lian Hoa tjeng. Untuk mentjoba, ia menggunakan
akal. Ia mundur kesamping, dari situ, ia menggempur bahu
si pendeta. Kalau Lian Hoa tjeng mengerti tjoan-intjiang, ia
dapat memeriksa bagaimana pendeta itu akan
mengelakkan diri. Tetapi soeheng ini mengulur tangannja
dengan niat menangkap lengan si soetee, guna bisa
membetot, dan menggempur bee-sie, kuda2.
Melihat gerakan soeheng ini, sambil dengan tangan kiri
menahan Beng Yap, In Teng mengumpulkan tenaga
dilengan kanan, kudaSnja ditantjap, maka hasilnja. tidak
sadja pendeta ini gagal, sebaliknja, dialah jang merasakan
seluruh tubuhnja mendjadi seperti kaku. Djusteru ia
sedang gelisah, In Teng menarik tangan kirinja Beng Yap.
Dengan tangan itu akan menekan pundak kakak pendeta
ini!
Lian Hoa tjeng melihat antjaman bnhaja, ia kaget tidak
terkira. Segera ia mengerahkan tenaganja, sambil mendek
dengan "Beng houw tjoen sin," atau "Harimau galak
nongkrong," ia mengegos diri dari totokan, terus ia madju,
untuk membentur lawannja.
Soe In Teng tidak sudi menempuh bahaja, apapula
waktu itu Beng Yap, jang ia lepaskan sudah madju
menerdjang, maka terpaksa ia berkelit, hingga Lian Hoa
tjeng mendjadi merdeka. Akan tetapi pendeta ini insjaf
bahwa mereka berdua bukan lawannja soetee ini. Ia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
373
memberi tanda dengan suitan mulut, tanda untuk mundur.
Ia sendiri mendahului melontjat angkat kaki, lari turun
gunung.
Beng Yap djuga insjaf, ia turut teladan soeheng itu.
Tanpa sangsi lagi, In Teng mengedjar dua soeheng itu.
"Djikalau hari ini aku tak dapat mem bereskan mereka,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibelakang hari mereka bakal mendjadi gelombang hebat,"
pikirnja sambil mengedjar terus. Ia mengerahkan
tenaganja untuk lari pesat. Memang ilmunja
mengentengkan tubuh telah sempurna.
Lian Hoa tjeng dan Beng Yap sampai disatu tikungan
ketika mereka merasaj kan samberan angin, jang
membikin tubuh mereka limbung. Mereka menduga pada )
angin kepalan. Keduanja lari terus.
Soe In Teng tidak memandang lagi saudara seperguruan
itu. Ia menggunakan tjoan-in-tjiang, pukulan Kepalan
menembusi Mega jang liehay, maka sekedjab sadja, Beng
Yap dan Lian Hoa tjeng rubuh saling-susul. Soetee ini
seterusnja menotok djalan darah selagi kedua soeheng itu
tidak berdaja. Maka habislah tenaga Beng Yap dan Lian
Hoa tjeng, malah tenaga otak mereka pun ditotok djuga
sehingga mereha tak ingat apa lagi. Inilah permulaan dari
lelakonnja In Teng mentjiptakan rombongan majat
hidupnja
Sebagai akibat tindakan In Teng, kendati mereka tetap
hidup, tetapi hidup Beng Yap dan Lian Hoa tjeng tidak
keruan, hilang kesadarannja, mengatjo segala
omongannja, lupa mereka pada ilmu silat mereka. Ketika
kemudian Seng Siauw Toodjin mendengar perihal
ketjelakaan kedua muridnja ini, dan dia datang ko Boen
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
374
beng, untuk mentjari In Teng, simurid murtad sudah pergi
Kepropinsi Ouwpak. Saking mendongkol dan berduka, guru
ini djatuh sakit, dan kedukaannja bertambah apabila ia
menjaksikan kedua muridnja mendjadi sebagai boneka
hidup".
Soe In Teng tidak pertjuma pergi ke Ouwpak. Disini ia
merubuhkan Kim Tiong Hoa, tjabang atas Boe Tong Pay
itu. Kemudian in mentjari Boe Tong Siang-Yan. Akan tetapi
Poei Kong dan Poei tjeng tidak suka menemuinja. Maka ia
pergi ke Soe-tjoan dimana ia menantang guru8 silat kaum
Djioe Boen Pay dari Tjongtokhoe, kantor gubernur
djenderal.
tjongtok Sioe tjeng sendiri turut menjaksikan pieboe itu
? pertarungan adu kepandaian, hingga ia dapat
menjaksikan belasan guru sllatnja, satu demi satu,
didjatuhkan orang baru itu.
Sioe tjeng bersanak dengan Siang Ko Hiet Tjongtok dari
Kwietang dan Kwiesay, dia memudjikan Soe In Teng
kepada sanaknja itu, maka In Teng dikirim ke Kwietang
dimana ia diangkat mendjadi Tjongkauwtauw, guru silat
kepala, dari Pat Kie Eng, tangsi Pat Kie atau Delapan
Bendera, jaitu tangsi tentara Boan.
Adalah karena kegagahannja ini, Soe In Teng
mendapatkan djulukannja itu: Tiat Ma Sin-kong, si Djago
Kuda Besi.
Sementara itu Ong In Liong, jang mentjari keterangan
tentang adiknja, telah mendengar kabar hal adik itu sudah
merubuhkan Lian Hoa tjeng dan Beng Yap Ia menjangsikan
kabar ini. Untuk mendapat kepastian, ia berangkat ke
Koenbeng, tapi disini In Teng sudah tidak ada. Ia menjusul
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
375
terus ke Ouwpak, tetapi, In Teng sudah pergi lagi ke Soe
tjoan, ke Seng-touw. Tidak dapat diketahui, dimana adanja
In Teng. Sampai disini In Liong kehabisan ongkos.
Terpaksa ia pulang ke Kwan-gwa untuk menjampaikan
kabar kepada gurunja. Ia menuturkan segala apa jang ia
dengar mengenai perbuatan In Teng.
"Adikmu itu telah melupakan diri nja" berkata Ong Liak,
sang guru. "Sekarang ini, djangan kau mendjadi gelisah.
Kalau nanti terbukti dia telah memperlakukan tak
selajaknja kepada Seng Siauw Soesiok, baiklah kau
djangan mengaku dia sebagai saudaramu lagi."
In Liong seorang djudjur, ia mendengarkan katagurunja
ini.
Ong Liak mendidik lebih djauh muridnja ini kepada siapa
ia mewariskan semua kepandaiannja jang diperolehnja dari
sipertapa di le-lan, hingga kepandaian In Liong mendjadi
bertambah.
Llwat lagi satu tahun. In Liong ikut gurunja mengembara
kepelbagai tempat, untuk beladjar kenal dengan banjak
orang kang-ouw pandai, hingga ia memasuki suatu badan
pergerakan jang bertudjuan hendak menggulingkan
pemerintah Boantjioe.
Waktu itu tudjuh-belas tahun setelah Kaisar Soen Tie
memerintah, turunan Keradjaan Beng, jang lari
keperbatasan Selatan, sudah diruntuhkan berturut-turut
oleh Gouw Sam Koei dan Djenderal To To. Mereka adalah
pangeran-pangeran Hok Ong, Tong Ong dan Lou Ong.
Pangeran Koei Ong, jang berhasil lari ke Birma, masih
dikedjar-kedjar Gouw Sam Koei, radja muda paling
berdjasa untuk bangsa Boan. Karena negara telah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
376
mendjadi aman, Kaisar Soen Tie bisa mengetjap
ketenteraman dan kesenangan.
Pada suatu malam, diluar keraton Soen Tie, berkelebat
dua bajangan. Selama berada diatas genteng, dua
bajangan itu tidak menerbitkan sesuatu suara. Tidak ada
satu pengawal djuga jang melihat dua bajangan itu. Salah
satu dari mereka ini sembunji dlbelakang ruang. Ketika
satu pengawal lewat didekatnja ia menjambar dengan tiba
tiba. Satu totokannja membuat pengawal itu rubuh tanpa
bersuara. Lalu dia madju sambil terus sembunji dan
menotok lain-lain pengawal, sampai belasan. Kemudian dia
menggape keatas genteng, maka melajang turunlah
kawannja.
Orang jang baharu ini menjekal pedang, dia
menghampirkan kamar kaisar. Dia lontjat masuk kedalam
kamar. Kawannja menjusulnja.
Beberapa thaykam (orang kebiri) dan kiong-go (dajang)
mendjaga didalam kamar, mereka semua terperandjat
melihat datangnja dua orang tak dikenal ini, akan tetapi,
sebelum mereka sempat berteriak, satu demi satu, mereka
sudah ditotok kedua orang itu Mereka semua tertidur
antara sadar dan tak sadar.
Kaisar Soen Tie masih belum pulas ketika ia mendadak
tampak dua orang bersendjatakan pedang tadjam
mengkilap berdiri didepan pembaringannja.
"Mau apa kamu?" dia membentak, tetapi suaranja
pelahan.
"Djangan berisik!" berkata dua orang itu seraja
membalingkan pedang mereka. "Kami datang untuk
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
377
memberitahukan satu urusan kami tidak berniat
mentjelakai."
Kaisar mengawasi dua orang itu, jang mengenakan ya
heng-ie, pakaian untuk keluar malam. jang satu adalah
seorang dari usia pertengahan, jang lain baharu kira2 dua
puluh romannja tjakap, matanja bersinar tadjam,
berpengaruh sekali.
"Sri Baginda, silakan dandan, kami hendak
menjampaikan satu rahasia," kata pula dua orang itu.
Kaisar menurut, ia turun dari pembaringan, dan
memakai badju.
"Djiewie Tjongsoe, apa she kamu?" radja menanja.
(Djiewie Tjongsoe berarti: kedua orang gagah). "Ada
urusan apakah kamu datang kemari?"
Dua orang itu masukkan pedang mereka kedalam
sarung.
"Sri Baginda," jang setengah tua berkata. "malam ini aku
sengadja datang dengan mengadjak saudaramu agar
kamu berdua membuat pertemuan, supaja kamu sedarah
sedaging dapat berkumpul..."
la menundjuk sianak muda, hingga kaisar melirik
dengan herannja. Ia menambahkan; "Djangan tjuriga, Sri
Baginda. Dia Ini adalah puteranja Siauw Goat Djie,
denganmu dia asal satu darah."
Kaisar berpikir.
"Siauw Goat Djie..." katanja kemudian lambat2. "Ja, aku
ingat, dia adalah satu dajang jang dulu minggat dari istana.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
378
Ketika itu aku masih ketjil sekali, ingatku samar-samar. Ada
hubungan apakah diantara aku dan dia?"
"Apakah Sri Baginda ingat." berkata pula siorang
setengah tua, "ketika Sri Baginda masih ketjil, pada suatu
hari Sri Baginda bersodjakoei terhadap satu majat jang bisa
berdiri dan sesudah Sri Baginda memberi hormat, baru
majat itu rubuh? Majat itu adalah ajah Sri Baginda jang
asli!"
Kaisar mendjadi terlebih heran, hingga ia mengawasi
tadjam-tadjam dua orang itu. Sementara itu ia ingat, benar
pernah terdjadi hal jang demikian diwaktu ia masih botjah.
Adalah Hauw tjhong Hongkauw jang menitah ia paykoei
terhadap satu majat berdiri, jang ia mesti panggil ajah.
Setelah itu, untuk beberapa malam ia terus takut sadja,
karenanja, kedjadian itu tak mudah ia melupakannja. Ia
adalah Kaisar jang tjerdik. ia segera mendapat
Ketabahannja. Ia pertjaja dua orang ini tidak berniat djahat
bahwa mereka bisa njelusup masuk kedalam keraton
menundjukkan mereka adalah orang2 liehay. Iapun perlu
mengetahui maksud kedatangan mereka.
"Ja, aku ingat kedjadian itu," katanja kemudian. "Tapi,
mengapa itu ada hubungannja dengan engko ketjil ini?
Tolong kau memberi keterangan jang djelas padaku."
Ong Liak ? demikian orang setengah tua itu ? kuatir
mereka terlalu lama berada didalam, maka ia menarik Ong
In Liong -? si anak muda ? kehadapan sebuah tjermin,
kemudian sambil menoleh, ia berkata kepada radja:
"Silakan Sri Baginda madju kemari. tjoba awasi
wadjah kamu berdua."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
379
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Radja bertindak mendekati, ia berdiri berendeng dongan
Ong In Liong. Ia memandang ketjermin, seperti si-anak
muda. Kesudahannja, bukan main herannjn Mereka
berdua, tidak hanja roman mereka mirip, djuga tubuh
mereka, besar dan tingginja hampir sama.
"Silakan Sri Baginda duduk," Ong Liak meminta sambil
terus ia memperkenalkan diri, sesudah mana, dengan
ringkas tapi terang, ia menuturkan mula kalinja Permaisuri
Hauw tjhong bertemu dengan Ong Kho dua-puluh empat
tahun jang lampau ; bagaimana Ong Kho dibawa pulang
keistana. didjadikan sie-wie, jaitu pengawal istana, sampai
permaisuri melahirkan kaisar ini, sampai Ong Kho
dibinasakan dan Siauw Goat Djie buron, hingga dajang itu
melahirkan Ong In Liong, sianak muda. Lebih djauh ia
menuturkan halnja Thay Tjong memerintahkan mentjulik
sedjumlah botjah dari Houma dan darahnja diketeskan
kepada tulang=nja Ong Kho, tapi ia bersama Seng Siauw
Toodjin, sudah mendahului menggeser tulang2nja One
Kho itu. hingga semua botjah tertolong.
Kaisar heran dan kaget, tapi sebelum ia sempat
mengatakan apa2, ia mendengar ketokan pada pintu
kamar. Diluar kamar terlihat tjahaja terang. jang datang itu
adalah Lwee-boe Tjongkoan, penguasa istana serta barisan
pengawalnja.
Ong Liak terkedjut djuga. Tapi kaisar lantas membentak
: "Mengapa kamu ribut2? Lekas pergi!"
Diluar pintu terdengar suara seperti orang bertekuk
lutut.
"Hamba menanjakan kewarasan Sri Baginda," demikian
suara diluar.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
380
"Disini tidak terdjadi apa2 kamu lekas pergi !" radja
mengusir.
"Baik, baik," suara diluar ilu menjahut ber-ulang2. Tapi
Tjongkoan itu masih berdiri diam.
"Dua hari lagi kami nanti pergi ke Thian Tan," berkata
radja dengan pelahan kepada Ong Liak berdua, "kamu baik
sembunji disana, untuk membuat pertemuan dengan aku.
Waktu itu barulah kita bitjara" Lantas ia berdehem.
"Hamba beramai masih menantikan" terdengar suara
diluar.
Kaisar lantas membuka pintu. Barisan pengawalnja itu
segera menerobos masuk, tetapi didepan radja, mereka
berlutut.
"Kamu semua adalah machluk2 tidak befguna !"
menegur djundjungan ini dengan air muka murka.
"Barusan ada pendjahat menjerbu kedalam sini, kamu
tidak mengetahui! Sjukur ada kedua hiapsoe ini jang
melindungi kami dan telah memukul mundur pendjahat itu!
Lekas kamu ambil senampan emas dan mutiara, untuk
dihadlahkan kepada mereka ini. Dan antarkan mereka
keluar keraton!"
Suara radja ini kedjam, hingga pengawalmja itu
manggut2.
"Hambamu harus mati " mereka mengatakan,
kemudian si Tjongkoan pergi mengambil barang jang
diminta.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
381
Ong Liak dan In Liong mengambil seorangnja sekantong
mutiara dan sepuluh potong emas, achirnja dengan tidak
kurang suatu apa mereka keluar dari istana.
Thian Tan ialah tempat sembahjang kaisar. Letaknja
diluar pintu kota tjengyang-moei. Luasnja tempat einpat
ribu bau lebih. Itulah tempat sembahjang jang dibangun
Kaisar Eng Lok dari Keradjaan P.eng. Disila ada dua
tembok, luar dan dalam, jang didepan bundar, jang
dibelakang persegi. Dasar semua pendopo adalah bundar,
sedang ruang Kie-lian-thian, peranti sembahjang tahunan
untuk memohon berkah keselamatan, dikurung tiga lapis
lankan darL kumala putih. jang lainnja semua pun indah.
Diantaranja ada ruang sintjie dari pelbagai kaisar marhum,
diluar ada satu tembok bundar jang luar biasa jang bis2
mendatangkan suara kumandang. Kaisar Soen Tie datang
diteanpat ini dua hari kemudian. Selama wadjahnja In
Liong memberi kesan jang sukar dilupakan. Ia memberi
alasan, karena bebas dari bahaja ia hendak bersembahjang
kepada leluhumja. Maka sedjak pagi2 Lee Pou, menteri
adatistiadat, sudah membersihkan segala sesuatu
menjiapkan segala keperluan, terutama mengatur
pendjagaan kuat oleh Kim-wie-koen, barisan pengawai
radja.
Ong Liak dan In Liong dengan mengandalikan selembar
tambang hoei-soh, sudah berhasil memasuki Thian Tan
dan sembunji diatas penglari jang melintang antara tihanga
bundar. Tanpa mendongak dan memperhatikan dengan
seksama, sukar orang dapat melihat mereka ini.
Kaisar Soen Tie masuk kedalam Hongkiong-oeh,
pendopo sintjie leluhurnja, untuk bersembahjang katanja.
Terlebih dahulu semua pengawal diperintahkan menjingkir
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
382
djauh2, dan ia mengantjam dengan hukuman potong
kepala kepada siapa jang berani mengintai. Selesai
sembahjang, ia mengangkat kepalanja dan memandang
kesekitarnja. Ia tidak melihat orang. Ia heran hingga ia
menduga, karena kerasnja pendjagaan mungkin orang tak
dapat masuk kedalam ruang itu. Tetapi mendadak dua
bajangan melajang turun. Tampak Ong Liak dau In Liong
berdiri dihadapannja. Karena sangat gembira, radja
menjambar tangan In Liong dan ditarik.
"Hari ini, di Thian Tan ini, mari kita meneteskan darah,
untuk ditjampuri" katanja. "Kita nanti melihat, darah kita
itu bertjampur mendjadi satu atau tidak".
Radja ini lantas mengambil satu tjawan arak terbuat dari
kumala putih, sedang dari pinggang In Liong, ia
menghunus pedang. Sesudah menggulung tangan
badjunja, ia menusuk sedikit lengannja hingga darah lantas
mengutjur, ditadahi kedalam tjawan.
Ong Liak merobek udjung badjunja untuk membalut
lukanja radja.
In Liong menurut perbuatan radja darahnja ditjampur
dalam darah radja.
Aneh tetapi benar, kedua darah segera bertjampur
mendjadi satu, maka legah hatinja radja itu
Ong Liak masih kuatir radja ini sangsi. Ia menggigit
sebuah djari tangannja, hingga darahnja sendiri keluar.
Darah itu ia kutjurkan kedalam tjawan darah itu. Tapi,
seperti minjak diatas air, walaupun sudah digojang-gojang,
darahnja tetap terpisah dari darahnja radja dan In Liong.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
383
"Sri Baginda sekarang sudah terdapat buktinja," katanja
kemudian. "Darahku dengan darah Sri Baginda beda,
keduanja tak mau bertjampur. Tidak demikian darah Sri
Baginda dan darah In Liong. Hari ini, kamu dua saudara
telah dapat bertemu!"
Adalah maksudnja Ong Liak, dengan mendatangi Kaisar
Soen Tie ia mau membikin hatinja kaisar ini tergerak supaja
kaisar mengembalikan keradjaan kedalam tangan putera
putera Han.
Soen Tie tjerdas sekali, ia bisa menduga maksud hatinja
orang she Ong ini, akan tetapi suasana disekitarnja tak
mengidjmkan, ia tidak dapat sembarang mengutjapkan
sesuatu.
"Kita berdua adalah saudara", katanja kemudian, "Maka
adikku lagi beberapa hari lagi pergilah kau ke-tangsi Ktm
wie eng untuk mendaftarkan diri. Untuk sementara, kau
boleh pakai she Lo. nanti aku kirim orang untuk mengambil
kau, supaja kau masuk kedalam istana. Lebih dahulu kau
pangku sadja djabatan pemimpin barisan pengawal Gie
tjian Siev;ie. Nanti pelahan2 barulah aku mengatur terlebih
djauh."
In Liong belum sempat mendjawab sewaktu diluar
terlihat dua bajangan orang berkelebat, lantas lenjap.
"Ada orang mengintai!" kata Ong Liak.
Kaisar menegur dua kali. Ia tidak mendapat djawaban,
maka ia lantas berkata. "Nah, sampai disini sadja! Aku
nanti tunggu kau!..."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
384
Ong Liak mengadjak In Liong mengumpetkan diri pula,
kemudian radja memanggil pengawalnja guna mengiringi
dia keluar uari Thian Tan.
Ong Liak puas bahwa mereka telah dapat
menggerakkan hati kaisar, maka itu, ia hendak bertindak
tjepat. Ia mengandjurkan In Liong dengan memakai nama
Lo In untuk lantas pergi mendaftarkan diri di Kim-wie-eng
tangsi pasukan pengawal radja.
In Liong pergi ketangsi, dimana ia disambut dengan
baik. Tetapi sore harinja beberapa pengawal mengajaknja
masuk kedalam, katanja tongnia pemimpin pasukan
pengawal, hendak bitjara dengannja. ia tidak tjuriga, ia
turut. Ia dibawa ke tjie Kim Shia, Kota Terlarang. Dimuka
pintu, ia diminta menanti sebentar. Semua pengawal
masuk terus. Ia menanti belum lama, mendadak
menerdjang keluar sedjumlah pengawal.
"Ada pendjahat! Ada pendjahat!" mereka berseru dan
mereka terus menangkap orang she Lo ini. Tubuhnja
diringkus lantas dia didjebluskan dipendjara dalam tanah.
In Liong heran. Ia tidak tahu apa jang sebenarnja
terdjadi, hingga ia mentjurigai Kaisar Soen Tie. Akan tetapi,
sebenarnja kaisar tidak mengetahui apa jang telah terdjadi
atas diri saudaranja ini. Pada suatu masa, pemerintah Boan
mirip dengan djamannja Kokbo tjoe Hie memimpin
pemerintahan. jang berkuasa adalah To Djie Koen, suami
dari ibu Soen Tie sendiri Sebab sedjak ibu itu menikah
dengan Liap-tjeng-ong To Djie Koen, pangeran ini, sebagai
pangeran, lantas mengambil kekuasaan dari tangan si-ibu.
Soen Tie sendiri masih ketjil, ia belum tahu apa-. Baru
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belakangan, setelah mendjadi dewasa, Soen Tie melihat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
385
keadaan jang buruk itu ? Boe-houw, ialah ibunja, telah
berkontjo dengan To Djie Koen. Ia mendjadi djemu. Ia
lantas memikirkan daja perlawanan. Ketika radja
mengambil Tang Siauw Wan sebagai koei-hoei, Thay-houw
menentangnja tetapi ia tidak mengambil peduli Tidak lama
sedjak Liap-tjeng-ong menutup mata, Soen Tie
mengambil-alih kekuasaan setjara ber-angsur2. Hanja
selama itu. ma?ih besar pengaruh rombongan ThayHouw,
dan radja ini masih sadja diintai oleh mata2 rombongan itu.
Thay-Houw masih mempunjai sisa beberapa pengawal nja
Liap-tjeng-ong, antaranja jang kosen adalah Tiat-tjie-sian
Liok Hong si Djeridji Besi, dan Kim-tjhio Pek Peng si
Tumbak Emas. Thay-Houw heran dengar kabar bahwa
radja diarah orang djahat dan ditolongi dua orang tidak
dikenal. Ketika Soen Tie pergi sembahjang, dia mengutus
Liok Hong dan Pek Peng untuk mengintai. Mereka inilah
jang bajangannja dapat dilihat Ong Liak. Mereka telah
melihat dan mendengar semua, lantas mereka pulang,
untuk memberi laporan pada ibusuri. Ibu suri lantas
mengambil tindakan memperdajakan In Liong dan ia
berhasil ditangkap.
Beberapa hari Ong Liak menantikan In Liong. Ia tidak
mendengar suatu apa. Ia mendjadi tjuriga dan
menguatirkan Kaisar Soen Tie berubah sikap, mungkin In
Liong ditangkap dian dibinasakan. Ia berniat masuk
kedalam tjhle Kim Shia, untuk membuat penjelidikan,
tetapi niat ini ia mesti tunda karena pendjagaan kuat luar
biasa. Ia djuga tahu, didalara keraton terdapat tak sedikit
orang liehay.
Terpaksa Ong Liak mendekam sadja di pondoknja,
rumah seorang penduduk melarat di Liong-sie-kauw,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
386
solokan Kumis Naga. Beberapa hari lagi pada suatu malam
mendadak ia dengar suara perlahan diatas genteng. Segeja
ia lontjat keluar. Ia tampak seorang lontjat turun dengan
di-bebokongnja menggendong seorang lain. Dengan
girang, berbareng heran, ia melihat orang itu adalah In
Liong beserta Kaisar Soen Tie sendiri.
"Apa artinja ini ?" tanjanja sambil mengadjak muridnja
masuk.
In Liong memberikan keterangannja :
Djuga Soen Tie mempunjai orang2 kepertjajaan, jang
bekerdja sebagai hamba Thay-houw, maka selang lima
hari, diketahuilah bahwa In Liong berada dibawah
pengaruh ibusuri. Ini disebabkan hari itu ibusuri memeriksa
orang tawanannja itu. Satu dajang lantas memberi tahukan
pada kaisar. Soen Tie terkedjut berbareng kuatir. Ia
merasa pasti bahwa rahasianja telah terbongkar. Ia pun
lantas terkenang pada selirnja Tang Gok Hoei. Kaisar insjaf
bahwa keagungannja sebagai radja hampa belaka. Maka ia
lantas mengambil keputusannja. Demikianlah malam itu
diam2 bersama-sama beberapa pengiringnja, ia pergi
kependjara istana.
Mandor pendjara terkedjut melihat radja sendiri jang
datang. Ia tidak berani membantah ketika Soen Tie
memerdekakan orang tawanan Thay-Houw itu.
Sementara itu suruhan Thay-Houw jang bertugas
dipendjara, lari kepada ibusuri, untuk menjampaikan
laporannja, sedang petugas radja sendiri, segera berkala
pada djundjungannja itu: "Sri Baginda, Thay-Houw akan
segera datang."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
387
Kaisar djadi berpikir keras.
Mulanja In Liong mengira ia ditjurangi radja, baru
sekarang ia mengetahui duduknja hal sebenarnja.
"Sri Baginda, silakan paduka kembali kekeraton, tak
usah Sri Baginda perhatikan diriku lagi". Segera da lompat
naik keatas genteng.
Soen Tie sambar udjung badju In Liong.
"Adik In Liong, mari kita pergi bersama-sama !" katanja.
In Liong terkedjut, belum sempat ia berkata. "Itulah tak
mungkin," radja sudah membuka djubanja, hingga
kelihatanlah ia berdandan sebagai rakjat djelata.
Beberapa pengiringnja lantas berlutut, untuk mentjegah
beliau berlalu.
"Aku pergi untuk kembali " katanja. "Andai-kata sampai
besok aku masih belum kembali suratku jang diatas medja
itu, pergi kamu mengantarkannja pada Tay-haksoe Ang Sin
Tioe."
In Liong mengetahui maksud radja ini sudah pasti.
Waktu itu seorang kebiri lari menghampiri.
"Thay-houw mendatangi!" katama.
"Mari!" radja mengadjak.
In Liong lihat tak dapat ia men-sia2 kan waktu lagi,
maka lekas2 ia pondong Sri Baginda setelah mana, ia
lontjat naik keatas genteng dimana ia lenjap bersama
djundjungannja itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
388
Mengetahui bahwa radja buron. Ong Liak membudjuki
padanja untuk pulang keistana.
Radja sudah bulat tekadnja, untuk mengundurkan diri,
tak sudi dia kembali.
"Ketjewa aku mendjadi kaisar," katanja. "Aku tidak
dapat berbuat apa2, aku mengetjewakan harapan kamu
berdua. Sekarang ini, dasar keradjaan Boan djuga sudah
kuat sekali, sukar untuk dapat dirobohkan, atau rakjat akan
lebih menderita karena peperangan. Mana aku tega?
Semasa Gok Hoei menutup mata, memang hatiku sudah
tawar, ingin aku mensutjikan diri dlkalangan agama
Buddha, supaja aku bisa bersembunji dipegujiungan. untuk
melewatkan sisa hidupku dan kini saalnja jang tepat.
SdangZ aku sudah menulis surat wasiat, antaranja untuk
menitahkan semua menteri2 mengumumkan aku telah
meninggal dunia setjara tiba2. Maka itu, kamu berdua
djangan pula membudjuki lebih landjut."
Ong Liak menghela napas. Gagallah usahanja.
Dengan terpaksa malam itu, dua pemuda ini membawa
Soen Tie berlalu dari kota radja, untuk pergi ke Kwangwa
dimana paling dahulu Soen Tie memberi hormat pada
rohnja Ong Kho didalam makamnja jang baru, sesudah
mana terlebih djauh ia diantar oleh Ong Liak dan In Liong
kegunung Ngo Tay San. untuk hidup menjendiri di Kuil Sin
Thian Sie jang baru dibangunkan.
Ong Liak lantas pulang ke Thian Tie. Banjak tahun
kemudian, dengan meningkatnja uslanja ia djarang turun
gunung lagi. Adalah In Liong, jang suka pergi ke Ngo Tay
San, untuk menemui saudaranja, diantaranja, mereka
pernah bitjara hal Soe In Teng, saudara jang tak pernah
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
389
dikelemukan itu. In Liong ingin sekali berdjumpa dengan
adiknja itu, maka ia telah mengambil putusan. Ia Ingin
sekali mendjumpal adiknja itu, sekalian menasihatinja
supaja mentaati pesan gurunja, agar djangan karena
menganggap diri masih keturunan radja, dia mendjadl
tei*sesat. ia hendak menundjuk kaisar Soen Tie sebagai
tjontoh. Lalu dari Shoasay, In Liong pergi ke Selatan,
kedelapan propinsi. Waktu ia tiba di Kwietang, Soe In Teng
sudah meletakkan djabalannja sebagai guru silat tentara
Siang Ko Hie. Ketika itu, Siang Ko Hie telah menutup mata
dan digantikan oleh Siang tjie Sin sebagai radja muda
Peng-lam-ong. Ia ini bermaksud memberontak. In Teng
meletakkan djabatannja setjara diam2, maksudnja hendak
pergi kc Pakkkia, guna melaporka warta penting itu dengan
harapan memperoleh pangkat.
Pada saat In Liong tiba di Kwle-tang, uang bekalannja
telah habis, tetapi ia tidak hendak berbuat jang sesat, maka
ia melakukan perdjaianan kembali ke Utara sambil
mengemis disepandjang djaian. Tatkala ia tiba
dipegunungan Tay Ie Nia apa latjur, ia djatuh sakit. Ia
berhenti disebuah paseban ditepi djalan. Dan dengan perut
kosong, ia tertidur.
Itu waktu kearah paseban mendatangi seorang pemuda
dengan dandanan sebagai pemuda hartawan atau anak
orang berpangkat. Ia menunggang seekor kuda serta
seorang pengiring mengikutinja Dengan pelahan-lahan,
kudanja mendaki bukit.
Dibukit Tay Ie Nia Itu, bunga bwee berkembang tak
berbareng, jaitu disebelah Selatan lebih dulu, kemudian
disebelah utara. Dengan bunga2 jang sedang mekar, bukit
Selatan itu nampaknja seperti lautan bunga bwee,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
390
tjahajanja jang merah selalu, baunja jang harum, bisa
membuat hati orang tersengsam Di bukit Utara,
pepohonan sedang subur daunnja dan ounga2 sedang
berpusuh. Semua nampaknja putih bagaikan saldju.
Pemandangan, ini pun tidak kurang menariknj>
Si-anak muda mendaki sampai didekat paseban. Ia
turun dari kudanja, dan menikmati pemandangan
disekitarnja. Sedangkan pengikutnja lantas menurunkan
barang2 bawaan mereka didekat paseban, kemudian ia
masak air, untuk menjeduh teh, dan menjiapkan tiamsim
(barang makanan).
Setelah itu si anak muda berniat duduk beristirahat
didalam paseban, akan tetapi bila ia nampak seorang
dengan pakaian tjompang-tjamping sedang tidur disitu, ia
membatalkan niatnja itu. Agaknja ia menghampirkan
sebuah batu diluar paseban itu, untuk duduk disitu sambil
menghirup tehnja dengan pelahan-lahan, seraja matanja
memandangi bungaa bwee.
Sampai matahari mulai tjondong ke barat, baru si anak
muda naik pula kudanja, dan turun gunung. Pada saat itu
siorang oakaian tjompang-tjamring djusteru membuka
kedua matanja, berbareng perutnja pun berbunji
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gerujukan, tanda keinginan dahar. Dengan kaki lemas, dia
berbangkit, matanja memandangi kebawah bukit dimana
ia tampak tubuh si anak muda tinggal bagaikan bajangan
sadja.
XV
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
391
Ada pepatah jang mengatakan: "Kalau berdjodoh,
walaupun dari tempat ribuan lie orang dapat berdjumpa.
djika tiada berdjodoh, sekalipun berhadapan muka orang
tak dapat berdjumpa djua." Demikian pula dengan Ong In
Liong dan Soe In Teng, kakak-beradik itu. In Liong mentjari
adiknja, sampai ia terlunta2 achirnja hingga ia terbaring
didalam paseban. Djusteru ia sedang tidur, adiknja itu
datang disitu.
Soe In Teng telah meninggalkan djabatannja sebagai
guru silat kepala dari pasukan Pat-kie-eng di Kwtetang. Dia
berangkat ke Utara dengan niat mentjarl lain lowongan,
hingga hari itu ia sampai di Tay le Nla itu. Kemudian,
dengan mengerahkan diri mendjadi "kuku garuda" bangsa
Boan, dia telah meningkat tinggi .
Djuga kemudian, si-pakaian tjompang-tjamping ialah
Ong In Liong, berhasil kembali kc Kwan-gwa dimana dia
pun nandjak tetapi dia nandjak dilain katangan.
Dari Tay Ie Nia, bersama pengiringnja. Soe In Teng
menudju ke Utara. Ia djuga mesti menemui dahulu
djodohnja. untuk bisa memperoleh kedudukannja itu.
Demikian ketika ia sampai dikota An-keng, datanglah
ketikanja jang baik.
Setelah Kaisar Soen Tie meninggalkan tachtanja surat
wasiatnja telah diterimakan kepada Ang Sin Tioe. Bersama
lain menteri, diantaranja Souw Kek Sat dan Goh Pay, ia
menuruti kehendak surat wasiat itu, dan mengangkat
Hong-thay-tjoe Hian Yok putera mahkota, mendjadi radja
penggantinja. Dia ini adalah Kaisar Kong Hie jang tersohor,
jang telah mentjapai usia enam puluh satu tahun.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
392
Semua menteri lainnja terperandjat dan heran
mendengar pengumuman tiba2 bahwa djundjungan
mereka wafat dengan mendadak sebab baru kemarinnja
djundjungan itu menghadiri pertemuan diistana dan sehat
walafiat.
Hian Yok memerintah dalam usia delapan tahun, maka
ia mesti dibantu beberapa menteri. Ang Sin Tioe sudah
berusia tinggi, ia pun seorang Han. Ia tak mendapat
kepertjajaan penuh, maka beberapa menteri itu ialah Soh
Nie, Kiat Pit Liong. Souw Ke Sat dan Goh Pay berempat,
semuanja menteri tertua, diantara siapa Goh Pay adalah
jang paling litjin. Dia ini berkuasa atas tentara. Dia ingin
menjingkirkan tiga rekannja dan hanja mentjari ketikanja
jang baik, untuk turun tangan. Dia anggap, radja masih
terlalu muda dan dapat dipermainkan.
Kaisar Kong Hie orangnja tjerdik. Dalam beberapa tahun
sadja ia sudah mengerti urusan negara, hingga ia bisa
melihat sepak-terdjangnja Goh Pay. Hal ini membuat ia
tidak puas.
Segera terdjadi Tayhaksoe Souw Lap 2 Hay bertindak
keliru dalam urusan pemindahan orang Kie, jaitu bangsa
Boan asli, hingga timbul penjesalan antara rakjat. Ketika ini
digunakan oleh Goh Pay untuk menjingkirkan kanselier itu.
Bebeapa menteri, antaranja Souw Kek Sat, melindungi
Souw Lap Hay tapi dengan berani Goh Pay menghampirkan
radja untuk menulis: "Dia harus dihukum mati," setelah
mana, perkara diserahkan pada Heng-pou untuk
diteruskan. Menampak demikian, di tahun ke-enam, Kong
Hie mulai hadir di istana Kian-tjeng-moei untuk turut
memerintah dengan langsung.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
393
Selang beberapa waktu, Soh Nie sakit dan menutup
mata karenanja, lalu Souw Kek Sat djeri terhadap Goh Pay,
jang masih terus hendak mentjelanja, maka dia
memadjukan permohonan untuk meletakkan djabatan,
tapi djusteru karena ini Goh Pay menuduh dia niat
berchianat, dia dimintakan hukuman pitjis. Radja tahu,
inilah fitnah belaka, maka dia menolak. Tapi Goh Pay masih
mendesak beberapa kali, waktu radja menolak, dia
mengangkat tangannja. Agaknja dia hendak memukul
radja. Untung beberapa menteri mentjegah. Karena masih
muda sekali, radja mendjadi kualir djuga, maka achirnja,
atas desakan Goh Pay, dia memutuskan menghukum djuga
pada Souw Kek Sat, hingga lenjaplah lagi satu duri
dimatanja menteri pengchianat itu.
Malamnja radja pergi kekeraton tjoeleng-kiong
menemui Thay-houw, ibu-suri, untuk menuturkan
kedjadian diistana itu, tetapi Thay-houw djuga tidak
berdaja. Maka kaisar mesti bekerdja sendiri. Achirnja kaisar
mendapat suatu djalan.
Beberapa hari kemudian, dia menugaskan pangeran
Kong tjin-ong, jang mendjadi radja muda Gie-tjeng-ong,
untuk pergi kepelbagai tempat, guna tolong rakjat jang
menderita bentjana alam, tetapi bersamaan dengan ini ia
dipesan setjara rahasia, untuk setjara umum mentjari
orang2 gagah guna dikumpulkan diistana.
Kong tjin-ong mendjalankan tugasnja itu. Disetiap
tempat jang didatanginja, ia mengadakan pemilihan
didalam tangsi tentara, tetapi ia tidak memperoleh hasil
jang memuaskan, maka achirnja, waktu ia sampai di An
keng, ia membangunkan sebuah panggung untuk
mengadu kepandaian. Djusteru waktu itu, Soe In Teng
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
394
sampai dikota itu dimana sudah berkumpul banjak orang
jang mengerti silat. Ia lantas mendaftarkan diri dengan
memakai nama samaran In Geng.
Mulanja diadakan pemilihan dengan memperlihatkan
kepandaian naik kuda, memanah dan memainkan pedang
sefta beberapa ilmu lainnja, jang biasa. In Teng lulus
dengan gampang. Kemudian Kong tjin-ong mewadjibkan
semua orang pilihan itu mengadu kepandaian pula. Dalam
satu hari sadja, In Teng telah merubuhkan belasan
saingannja, hingga si pangeran mendjadi kagum dan heran
Inilah orang jang ia tjari. Maka achirnjn In Teng dibawa
kekota raaja. Beberapa pahlawan, atau pengawal pilihan,
ditjoba dengan orang pilihan ini, mereka djatuh semtianja.
Baru setelah itu, Kong tjin-ong memberi laporan rahasia
kepada radja, jang ingin menjaksikan sendiri kepandaian
orang itu.
Udjian dilakukan dengan radja sembunji dibelakang
tirai. Kong tjin-ong menyiapkan lima anak2an tembaga,
jang masing2 beratnja delapan-ratus kati, ia menjuruh In
Teng merubuhkannja dengan serangannja. In Teng tahu,
inilah saatnja untuk mengangkat nama, maka ia
menggunakan tenaga-dalam dari Heng-Liong GoHouw
Koen, hingga satu demi satu, anak an itu rubuh tertolak
tenaganja jarg besar luar biasa, malah ia menjerung
setjara tjepat.
Setelah ini, Soe In Teng dihadapkan kepada radja, jang
mengerdjakannja sebagai guru silat. Radja memang
mempunjai seratus pemuda pilihan, jg. diambilnja dari
anak2 pelbagai pangeran. Pun radja sendiri turut beladjar
silat bersama. In Tene tetap memakai nama In Geng. Ia
mengadjar dengan sungguh2, murid2nja djuga radjin,
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
395
maka selang satu tahun sudah nampak kemadjuan murid
itu, hingga pahlawan atau pengawal istana bukan lagi
tandingan mereka.
Waktu itu kekuasaan Goh Pay telah sampai
dipuntjaknja, hingga ia d jarang muntjul diistana. Bila ada
urusan, ia kirim orangnja sadja untuk melaporkan kepada
radja.
Selama ini. Kong Hie sabar sadja. Setelah beberapa
tahun kemudian dengar alasan mengangkat menterinja itu
mendjadi Hok-kok-kong (hertog) baru menteri ini dipanggil
keistana untuk menerima kehormatan itu. Maka dengan
mengenakan pakaian kebesarannja, menteri ini
menghadap diistana. Ia diiringi dua pahlawannja.
Goh Pay heran waktu ia sampai ditangga singgasana ia
melihat pengiring2 radja bukan lagi pelbagai orang kebiri,
tetapi serombongan anak pangeran. Meskipun demikian ia
bertindak seperti biasanja kesamping, untuk
menghampirkan kursinja dan duduk disitu.
"Goh Pay, mengapa kau tidak tahu adat?" Tiba2 radja
menegur.
Menteri ini terkedjut, hanja sebentar sadja, lantas ia
membawa sikapnja jang biasa lagi.
"Bagaimana?" tanja dia.
Kaisar mementang lebar2 kedua matanja. Dia menepuk
medja.
"Goh Pay, mengapa menghadap kami, kau tidak
mendjura atau berlutut?" djundjungan ini menegur pula.
"Mengapa tanpa perintah perkenan dari kami, kau
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
396
menghampirkan kearah kami? Apakah itu bukan nja
penghinaan untuk djundjunganmu?"
Mendengar ini, Goh Pay pun hilang sabar.
"Bagaimana djikalau aku menghina radja?" tanjanja
menantang.
"Goh Pay," katanja, "siapa menghina radja dia mesti
dipotong kepalanja! Apalagi kau, jang penuh dosa tak
berampun, bagaimana kau masih berani terus berlaku tak
menghormati kami?"
Goh Pay murka bukan kepalang. Sambil mengeluarkan
kedua tangan nja, ia bertindak kemedja radja, dengan niat
menjerangnja.
"Tangkap dia!" radja berseru dengan titahnja, sebelum
menteri itu datang dekat padanja.
Goh Pay masih tidak takut. Segera ia menoleh kepada
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua pahlawannja, kepada siapa ia manggut, ia sendiri
mengangkat tinggi kedua tangannja sambil berseru "Siapa
berani tangkap aku?"
Kaisar pun tidak takut lagi, ia meng ibaskan tangannja,
atas mana anakmuda dikedua sampingnja bergerak madju.
"Kami menerima titah untuk menawan pengchianat!"
mereka berseru.
Masih Goh Pay tidak kuatir sama sekali, karena ia tahu,
diantara pengawal radja, tidak ada satupunn jang dapat
menandinginja. Ia menggerakkan kedua tangannja" untuk
menangkis serbuan belasan anak2 bangsawan itu. Kali ini
ia ketjele. Biarpun ia gagah, ia tidak dapat mengenai anak2
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
397
muda itu, karena semuanja sangat lintjah dan gesit, hingga
ia mendjadi heran berbareng sengit.
Satu anak muda madju dengan berani. Ia merangsak
menteri pengehianat ini. Goh Pay gusar, ia menjambut
dengan satu kepalannja setjara hebat. Anak muda itu tidak
berkelit atau menangkis, ia djusteru mengulur sebelah
tangannja menjambuli serangan ini sambil berseru: "Pergi
kau!"
Tiba2 kudaJuja Goh Pay gempur, hingga ia mesti
mundur untuk mempertahankan diri agar djangan rubuh.
Akan tetapi sesaat ia mundur, anakmuda itu meluruk
kepadanja. ia dihudjani kepalan dan tendangan, hingga dia
repot menangkis. Sewaktu dia repot demikian, ia ditubruk,
maka saat itu djuga, dia kena disergap, kedua tangannja
dipegangi hingga dia tidak berdaja lagi.
"Hai, mengapa kamu diam sadja?" seru menteri ini pada
dua pengiringnja.
Baru sekarang kedua orang itu menghunus pedang
mereka masing2. Dengan satu lompatan mereka
berbareng madju kearah radja.
Sebelum mereka itu datang dekat, dari belakang radja
melompat keluar seorang dengan pakaian serba hitam. Dia
sampai dimuka medja berbareng dengan sampainja kedua
pahlawan pengchianat, malah ia bisa mendahului mentjelat
naik sambil mengajunkan kedua kakinja, hingga dengan
tepat ia dapat menendang masing2 pedang kedua
penjerang itu, hingga pedang mereka ini terlepas dan
terpental. Mereka kaget. Meskipun demikian, mereka
menjerang terus dengan kepalan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
398
Pemuda dengan pakaian hitam ini mendak ketika ia
dirangsak dan diserang berbareng. Sambil mendak, ia
mengangkat kedua tangannja dan menempel bahu tangan
mereki.
"Bangun!" ia membarengi berseru, pada waktu mana,
kedua tangannja terus menjambar dada mereka masing2.
Bagaikan orang terhisap naik, tubuh dua pahlawan itu
terangkat tanpa berdaja, karena gerakan lawannja sangat
gesit. Tubuh mereka segera dilemparkan kearah tangga
istana, dlmana mereka djatuh terbanting setengah mati.
Kawanan anak muda bekerdja terus. Mereka bekuk
setiap kaki-tangannja Goh Pay, hingga istana mendjadi
bersih dari kaum pengchianat itu.
Kong Hie segera menitahkan kedua menteri Kong tjin
ong dan Kiat Pit Liong menjerahkan Goh Pay dan
kontjo2nja kepada Heng-pou, untuk diperiksa dan
dihukum.
Inilah tindakan pertama dari Kaisar Kong Hie. dalam
usianja enam-belas tahun, untuk membersihkan istana dari
kawanan pengchianat.
Tidak usah dituturkan lagi bahwa sipahlawan serba
hitam itu Soe In Teng adanja.
Sedjak waktu itu In Teng naik kedudukannja.
Kepertjajaan radja terhadapnja mendjadi tebal. Masih
beberapa kali ia membuat djasa tetapi tetap ia memakai
nama In Geng. Ia belum mau memberitahukan she dan
namanja jang sebenarnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
399
Sebabnja ialah ia masih kuatir nanti ditjurigai sebagai
kontjonja Ong In Liong, Karena ia tahu, Thay-houw telah
memberi titah2 rahasia untuk mentjari dan m
In Liong. Ketika itupun, Tiattjie-sian Liok Hong dan lain2nja
sedang ditugaskan diluar istana.
Demikian riwajat Soe In Teng dan Thian Tie Koay-Hiap
(Ong In Liong) menurut keterangan Tiauwyang Hoei
tootjhioe Ang Seng Tong, Oey-bin Koay Kek Tjong Lioe
menambahkan: "Belakangan, karena djasa2nja, Kaisar
Kong Hie menugaskan Soe In Teng pergi ke Kwan-Gwa,
untuk membangun pendjara gelapnja itu, una mengurung
semua pentjinta negara Beng. Ia tak ingin kaum kang-ouw
mengenali dirinja. maka ia bekerdja setjara rahasia.
Terhadap aku, dia d juga tak mau memperkenalkan diri,
dia tjuma menerangkan bahwa karena perantaraan
seorang lama, dia dapat bertemu dengan raJja."
"Menurut keterangan ini," Beng-sie Heng-moay, kakak
beradik she Beng tjampur bitjara "diantara Thian Tie Koay
Hiap dan Soe In Teng djadi tidak ada hubungan saudara
jang berarti. Maka asal ada jang suka pergi kepada Koay
Hiap, pasti dia suka membantu pihak kita."
"Aku telah berdjandji suka pergi ke Kim-leng. Biarkan
aku berangkat besok," berkata Tjong Beng.
Belum sempat Tjong Lioe mengutarakan pikirannja,
atau mereka mendengar bunji panah-bersuara, hingga tiga
saudara Beng berbangkit dengan tiba2.
"Sudah begini malam, siapa datang kemari?" tanja
mereka heran.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
400
Sementara itu, diluar terdengar suara kaki2 kuda, lalu
muntjul satu liauwlo, serdadu berandal, jang memberi
laporan :
"Diluar datang satu pendeta wanita tua serta seorang
setengah tua, katanja mereka ingin menemui tjeetjoe serta
Ong Kongtjoe"
Tjong Beng berbangkit dengan berdjingkrak. "itulah
Tjeng In Soe-thay! Mengapa dia bisa datang kemari?"
katanja.
"Lekas undang masuk!" seru Beng Kong Lalu bersama
Tjong Lioe beramai, ia pergi keluar.
Benar* Tjeng In Loo-nie jang datang. Mantelnja penuh
saldju tapi romannja tetap sehat Disampingnja ada
seorang umur empat-puluh lebih, jang wadjahnja bersemu
merah dan berewokan.
Tjong Beng mendahului madju untuk menjambut sambil
berlutut.
Pendeta wanita itu lantas memimpin bangun.
"Tjong Beng, lekas perkenalkan aku dengan Beng
tjeetjoe serta lainnja," berkata dia. "Ada urusan penting
mesti dibitjarakan"
Tjong Beng menurut, ia segera memperkenalkan kedua
pihak, kemudian tiga2 saudara Beng mengundang masuk
kedua tetamunja itu berduduk didalam.
Disini Tjeng In Loo-nie segera memberi keterangannja
mengenai kedatangannja itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
401
Kawannja Tjeng In itu adalah Wan Boe tjioe jang oleh
lloat Hong Hweeshio, untuk keselamatan dirinja, telah
dikirim ke Inlam, pada suatu sahabat karib dari pendeta
itu. Untuk perdjalanan itu, seperti diketahui guna
menjingkirkan rintangan tidak diingin, Boe tjioe telah
menjamar sebagai pendeta. Ia bukan seorang muda lagi
tapi selama ini ia belum biasa melakukan perdjalanan
seorang diri, apapula sekarang, ia berdjalan tanpa binatang
tunggangan.
Ia mesti djalan kaki terus menerus, maka berselang satu
tahun baru ia sampai dipropinsi Soe-tjoan, dekat Bian-leng,
suatu daerah pegunungan tempat kediamannja suku
bangsa Ie. Ia telah menduga, beberapa hari lagi, akan
sampai diwilajah Inlam.
Malam itu Boe tjioe mondok disuatu kuil butut dimana
tjuma ada satu imam tua, jang saking melaratnja, satu hari
han}a dahar dua kali dan tidak kenjang, sebab barang
santapannja adalah lalap sembarangan jang ia petik
sendiri.
Melihat Boe tjioe seorang pendeta Han, imam itu
berkata: "Soehoe, tidak djauh dari sini adalah tempat
kediaman orang2 Ie. Mereka itu memandang orang Han
sebagai musuh, sedang diantara pelbagai golongannja
sendiri, mereka suka benterok. Setiap saudagar Han jang
lewat didaerah mereka pasti mereka begal. Malah sedjak
tahun jang lalu, karena ditarik mundurnja tentara, tidak
ada orang jang berani berlalu-lintas disitu. Maka itu baiklah
soehoe mengambil djalan lain."
"Terima kasih !" Boe tjioe bilang seraja merangkap
kedua tangannja. Akan tetapi didalam hatinja ia berpikir:
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
402
"Djikalau aku mesti mengambil djalan lain, itu artinja aku
mesti pergi ke propinsi Koei-tjioe, ialah dari Pit-tjiat
menudju ke Soan-wie, dan itu adalah perdjalanan lagi
beberapa bulan " Aku pertjaja, terhadap satu pendeta,
tidak nanti bangsa Ie mengambil sikap bermusuh djuga."
Karenanja, Boe tjioe tidak mengubah tudjuannja.
Orang2 ie itu berasal dari Inlam. Karena sudah turun
menurun mereka mendesak orang Han, maka mereka
masuk djauh kedalam daerah pegunungan, meninggalkan
pergaulan dunia sopan. Merekapun tidak kenal persatuan
diantara pelbagai golongannja sendiri. Mereka suka
berselisih, bermusuhan hitung turunan Mereka djuga
sangat tachajul, pertjaja dukun, maka, kekuasaan besar
ada di-i tangan golongan dukun, sedang kepala mereka
dari golongan hartawan. Umumnja bangsa Ie ini tjuma
berampok-ampok dan hidupnja melarat.
Boe tjioe djalan satu hari, sampai mendekati magrib. Ia
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai disebuah tempat jang makin sukar perdjalanannja,
malah rumput tebal dan tinggi sampai sebatas lutut. Ia
kaget waktu ia berhadapan dengan sebuah pohon besar
dimana, pada babakannja, ada ukiran empat huruf jang
berarti "Wilajah Iblis" Dengan hati memukul pelahan, ia
djalan terus. Ia berhenti dengan tiba2 dengan tubuh
bergemetar ketika ia melihat satu pemandangan jang
menggiriskan: Di tjabang pohon tergantung dua
majat jang bergerak-gerak antara sampokan angin, dan
polonja borboran darah, mungkin karena dipatuki burung
hutan.
Tempat itu sangat sunji, ketjuali angin jang menderu
deru, dan tjuatjapun mulai guram.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
403
"Sudah seharian penuh aku djalan, apa harus aku
kembali?" pikir pendeta sampiran ini. Achlrnja ia
mengambil putusan djalan terus.
Mendekati sebuah tandjakan, Boe tjloe mendapatkan
bangkai dua ekor kuda rebah bergeletakan, pelannnja
masih ada, penunggang2nja entah kemana. Hal inipun
membuat hatinja gentar, hingga ia mendjadi lebih
waspada.
Tiba2 serombongan burung ulung? beterbangan
berputar-putar, disusul sedjumlah andjing hutan
berlompatan muntjul dari dalam gombolan lebat. Tetapi
melihat orang, mereka lari serabutan.
Selagi mengawasi kedaiam rimba, Boe tjioe seperti
tampak ada orang berdiri mengintai. Ia menggunakan
pedangnja, untuk menangkap daun2 jang lebat, hingga ia
melihat tegas orang itu. Kembali ia mengkirik. Disitu ada
dua majat telandjang bulat, dadanja disate tumbak
pandjang, udjung tumbak nantjap pada pohon. Matanja
mendelik, dan lidah melelet keluar, muka berlumuran
darah.
Setelah masukkan pedangnja kembali kedaiam sarung,
Boe tjioe melandjutkan perdjalanannja. Ia telah
berkeputusan untuk madju terus. Ia tidak takut mati, takdir
toh telah ditulis. Hanja, sesudaji tjuatja berubah, ia berpikir
djuga. Disitu tidak ada kuil, tidak ada gubuk, hingga untuk
melewatkan malam, ia mesti rebah diatas pohon.
Tiba2 tampak dua tubuh lari mendatangi dengan
pakaian serba putih. Dari djauh tampaknja bagaikan
bajangan. Menduga kepada orang djahat, Boe tjioe segera
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
404
mengumpetkan diri antara pepohonan. Ia menahan napas
dan mengintai.
Dalam tjuatja magrib, Boe tjioe melihat dua machluk
serba putih dengan kepalanja masing? hitam, larinja
sangat pesat. Karena ia belum tahu, mereka itu manusia
atau binatang, ia terus mendekam diantara rumput, sampai
ia mendengar angin berslur lewat. Sjukur baginja, kedua
machluk itu memutar ke timur, ia lantas naik kepohon,
duduk menjender ditjabang sambil bersamedhi.
Berselang kira2 dua djam, Boe tjioe dengar suara angin
datang dari Umur. Ia tadinja meram, sekarang ia membuka
matanja. Maka tampak olehnja sinar terang mendatangi
dengan tjepat kearab nja. Dari atas pohon, ia bisa melibat
mereka tjukup tegas. Mereka terdiri dari seorang prija dan
dua wanita. Kedua wanita membungkus kepalanja dengan
tjita hitam, pakaiannja putih semua, tangannja menjekal
tengloleng. Nampaknja mereka seperti erang Ie. jang lelaki
dandan sebagai seorang Han, seperti seorang imam.
Rambut jang putih serta kumis-djenggotnja menandakan
ia sudah berusia landjut.
Pesat lari mereka itu, sampai mendadak si-imam tua
merandak dan berkata kepada salah seorang kawan
wanitanja. "Lana, ada orang sembunji"
Boe tjioe terkedjut, sebab iapun melihat orang bertindak
kearahnja. Tidak bersangsi lagi, ia lontjat turun dari pohon.
Tapi baru ia mengindjak tanah, atau tubuhnja limbung
terhujung. Sebab entah dari mana menjambarnja, ia kena
terbandring, tubuhnja terus tertarik, sampai kehadapan
ketiga orang itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
405
Kedua nona itu lantas menarik masing? udjung
tambang, hingga tubuh Boe tjioe terangkat, hingga tanpa
merasa, ia segera dapat dibawa masuk kedaiam lembah
sambil si orang tua jnengikuti padanja, sampai disebuah
rumah tanah jang besar ? dimana pun ada rumah2 tanah
lainnja.
Didalam rumah mereka disambut oleh dua orang ? satu
tua dan satu muda, dan si-anak muda segera
menghampirkan kedua nona. Ia menarik tambang Boe
tjioe hingga Boe tjioe lantas merdeka. Hanja sebagai
gantinja, disitu lantas muntjul beberapa orang jang
bersendjatakan golok dan tumbak. Mereka menggiringnja
kedalam sebuah kamar dan dikuntji, Selama itu, ia diam
sadja. ia tidak membuat perlawananan. Malah ia rebahkan
diri diatas ampar rumput, hingga ia dengar orang bltjara
Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D Pendekar Rajawali Sakti 173 Teror Roro Centil 10 Orang Orang Lembah