Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 7

Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 7

mengenai dirinja. Ia dianggap mata1 Soe in Teng. Si-imam

pun berkata :"Djikalau sebentar tidak ada kontjonja, kita

nanti dengar keterangannja."

Mendengar itu barulah Boe tjioe lega hatinja.

Tidak lama kemudian pintu dibuka dan datang seorang

jang membawakan nasi dan air teh, malah datang djuga

sianak muda jang berkata: "Hweeshio, d jikalau kau tahu

diri, djangan kau minggat. Sebentar, apabila guruku dapat

kenjataan kau bukannja mata2, kau akan dimerdekakan."

Boe tjioe dengar itu ia diam sadja.

Wilajah Ie ini adalah kampung-halaman Siauw Kie-Boe
Pa Beng Yap dari Beng Yap Piauw Kiok di Koen-beng. jang

mendjadi kepala disini adalah ajahnja piauwsoe itu Beng

Yap adalah anak tunggal, maka dapatlah dimengerti

kedukaan dan kemurkaan ajah ini ketika mengetahui

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

406

bahwa puteranja ditjelakai orang hingga tjatjat seumur

hidup. Beng Yap punjakan satu putera dan dua puteri,

maka dapat dimengerti djuga bahwa anak2 inipun gusar

dan berniat menuntut balas. Mereka segera pergi kekota

Koen-beng, untuk mentjari musuh ajah mereka. Kebetulan

sekali, Seng Siauw Toodjin pun datang ke Koen-beng.

Karena djengkel, imam ini djatuh sakit, tetapi melihat

anakSnja Beng Yap, ia berkata pada mereka: "Kamu

berniat mentjari balas, tetapi itu bukanlah hal jang dapat

kamu lakukan sekarang. Kamu harus ketahui bahwa

sekalipun aku tak dapat menundukkan musuhmu itu, maka

kepergianmu berarti mengantarkan djlwa sendiri. Lagipula

musuilmu itu sudah buron. Sekarang ini bersabarlah.

Sebelum aku menutup mata aku ingin supaja kamu dapat

mentjari soehengku, Boe Tim Toodjin, supaja dia

mengadjarkan Ilmu silat kepadamu, agar kamu dapat

menuntut balas"

Puteranja Beng Yap adalah Beng Hoe dan kedua

puterinja adalah Lana dan Lina. Mereka tekuk lutut

mendengar kata2nja soekong itu, aki guru mereka.

"Soekong, kami penasaran tak dap2t membunuh sendiri

Soe In Teng, maka itu baik soekong sadja jang

mengadjarkan kami Ilmu silat" kata mereka.

Aki guru itu menghela napas.

"Anak2 jang baik, aku telah mendjadi seorang manusia

tak berguna..." katanja dengan masgul. "Soehengku itu

Boe Tim Toodjin adalah achliwaris Thian San Pay, hanja

seperti halnja dengan aKO, ?Sa telah mengadjar seorang

murid murtad jang bernama Liok Hong, Ia sudah sudi

mendjadi kaki-tangan pemerintah Boan. Maka soehengku

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

407

pun tawar hatinja. Ia tidak mau menerima murid lagi. Aku

ingin kamu pergi kepada soehengku, tetapi harapanmu

pun tipis, maka aku mesti mentjari daja jang tepat agar

soehengku itu tidak menampik kamu. Sekarang Ini kamu

bersabarlah lagi dua hari, nanti aku -pikirkan daja jang

sempurna."

Terpaksa Beng Pioe dengan air mata mengembeng,

mengadjak kedua adiknja mengundurkan diri, guna

menuruti perkataan aki guru itu.

Selang dua hari. Seng Siauw Toodjin mentaati

djandjinja. Ia kata: "Anak jang baik, besok kamu boleh

mulai berangkat. Sebentar malam aku menulis suratku.

Bersama surat itu aku akan berikutkan serupa tanda mata.

Kalau besok pagi kamu bangun, ingat kamu harus segera

kekamarku untuk mengambil surat dan barang itu,

kemudian berangkatlah dengan segera, djangan berajal

Tempat kediaman Boe Tim Toodjin adalah gunung Thiam

tjhong San dttaar kota Tay-lie, dikuil Siang In Koan. Djika

kamu sampai diatas gunung itu, kamu akan dapat

menemu:nja. Alamat itu aku akan tuliskan d juga disampul

surat. Aku kualir kamu nanti lupa. Apakah djelas semua

nja?" Selain berkata, imam ini mengutjurkan air mata.

Beng Pioe bertiga melihat soekong itu sangat berduka,

merekapun mendjadi sangat masgul, wadjah mereka

muram.

Lantas aki guru ini menjalakan pedupaan, untuk paykoei

kearah langit, kemudian, setelah pakai djubanja, ia masuk

kedalam kamarnja bersamedhi.

Beng Pioe dan dua adiknja pergi tidur djuga.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

408

Keesokan harinja Beng Pioe bangun pagi2 sekali. Ia

segera bangunkan kedua adiknja dan selesai dandan,

mereka pergi ke-kamar Seng Siauw Toodjin. Kamar itu

sunji, mereka mengetok dengan pelahan?. Sekian lama,

tidak ada djawaban dari dalam.

"Mungkin soekong menulis suratnja sampai djauh

malam hingga sekarang dia tak dapat bangun pagi2" kata

Beng Pioe.

Lana dan Lina sependapat kakak itu. Akan tetapi

berselang lagi beberapa waktu, sang aki guru masih djuga

belum mendusi. Kakak beradik mendjadi tak sabar.

Keduanja lantas menolak pintu, ternjata pintu itu tidak

dikuntji.

Mereka bertiga melongok kedalam, langsung kearah

pembaringan. Mereka dapatkan pembaringan itu kosong.

Pandangan mereka dialihkan kesebuah ruangan itu, hingga

mereka kaget tidak terkira apabila mata mereka melihat

dipodjok sana sampai mereka berdiri bengong. Tubuhnja

Seng Siauw Toodjin rebah dilantai tanpa kepala. Tangan

imam itu masih menjekal pedang. Dan diatas media

menggeletak kepalanja sang soekong, kedua matonja

rapat, wadjahnja masih segar bagaikan masih hidup, malah

tampaknja seperti bersenjum.

Jang aneh, leher dan pongkot leher ditubuhnja semua

tidak berdarah.

Diatas medja terletak sesampul surat dengan alamatnja:

"Dihaturkan kepada Toa-soeheng Boe Tim Toodjin

dikuil Siang in Koan di Tiam Tjong San, Tay-lle. Untuk

dibuka sendiri". Satu sampul lain dialamatkan kepada tiga

saudara Beng itu. Didalamnja sang imam menerangkan,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

409

sebab Boe Tim sudah tidak suka menerima murid, terpaksa

dia memotong kepalanja sendiri, untuk dibawa ke Tiam

Tjong San, untuk mewudjudkan pengharapan tiga kakak

beradik ini, hingga achirnja mereka dapat menuntut balas.

Mereka dipesan untuk menjimpan kepala itu didalam peti

serta hari itu djuga mesti dibawa ke Tiam Tjong San

Tentang tubuhnja lak usah diperhatikan lagi. Aki guru ini

menulis apabila pesannja tidak diturut, dia anggap tiga

saudara itu tidak menghormati dia.

Beng Pioe bertiga lantas berlutut didepan majat dan

memberi hormat sambil menangis, kemudian engko ini

djumput pedangnja sang aki guru jang tidak berlepotan

darah. Maka ia tahu, sebagai satu pertapa sedjati, Seng

Siauw Toodjin sudah djadi lain daripada manusia

seumumnja. Ia simpan pedang itu. kemudian ia angkat

tubuh majat keatas pembaringan, untuk ditutupi dengan

rapi dan disembahjangi. Kemudian ia pesan orang2nja,

pegawai2 piauwkiok, untuk nanti urus majat itu dengan

dibuatkan kepalanja dari kaju dan untuk sementara

dititipkan didalam kuil.

Sesudah beres semanja, mereka lantas berpakaian dan

menjiapkan pauwhok dan berangkat.

Boe Tim Toodjin adalah saudara seperguruan Seng

Siauw Toodjin. Belakangan dia mengasingkan diri di Tiam

tjhong San untuk mejakinkan ilmu silat Bie Tjong Koen,

hingga dia mendjadi wakil kaum Thian San Pay.

Belakangan, Bie Tjong Koen terpetjah mendjadi Lo Han

Koen, tjeng Liong Koen dan Pat Kek Koen. Keutamaan Boe

Tim adalah "Lianhoan tjoan-sha Twie", ialah serangan

kepalan berantai, sampai tudjuh-puluh dua kali saling
susul, setiap serangan dibarengi dengan emposan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

410

semangat dan tjepatnja luar biasa. Serangannja langsung

dan dari samping, hingga orang menamakannja "Tlt-koen"

(kepalan langsung) dan "Hengkoen" (kepalan njamping).

Seng Siauw mengingini agar Boe Tim mengadjarkan

kepandaian itu kepada tiga saudara Beng, untuk mana ia

telah mengorbankan djiwanja.

Beng Pioe bertiga sainpai di Tiam tjhong San. Mereka

dapat menemui Boo Tim Toodjin. Waktu imam ini sudah

membatja surat saudara seperguruannja dan tampak

djuga kepala saudara itu, ia melinangkan air mata, ia

sajangkan saudara itu telah keliru menerima murid. Lantas

ia mengawasi tiga saudara Beng itu. Ia kuatir nanti berbuat

salah lagi, sebab mereka ini adalah orang2 Ie. Tapi ia

tampak mereka berwadjah djudjur.

"Seng Siauw Soetee mengorbankan djiwanja melulu

disebabkan dia kuatir aku tak sudi menerima kamu sebagai

murid." katanja kemudian kepada kakak-beradik bertiga

itu. "Tentu sekali aku mesti memenuhi pengharapannja itu.

Akan tetapi, karenanja aku mesti melanggar sumpahku

tidak menerima murid lagi. Sekarang ini, tinggallah kamu

disini, nanti aku pikir lagi."

Boe Tim masih ingin menilik ketiga saudara Beng itu. Ia

djuga mentjari tahu asal-usul mereka, kemudian liwat

setengah bulan, ia wakilkan kuilnja kepada satu imam tua.

ia mengadjak Beng Pioe bertiga keselatan Inlam, ketempat

orang Ie. untuk tinggal bersama mereka dan bergaul serta

hidup bersama. Iapun beladjar kenal dengan keluarga

Beng. Setelah penjelidikan ini, baru ia memberi peladjaran

pada engko dan adik bertiga itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

411

Tidak lama kemudian Boe Tim men dengar bahwa Soe

In Teng merantau ke pelbagai tempat dan telah

merubuhkan pelbagai djago. Karena kuatir dia mendatangi

wilajah Ie ini dan mengganggu ketiga murid nja jang baru,

Boe Tim lantas pindah kesebuah rumah batu dipedalaman

gunung jang tidak pernah didatangi orang. Disitu ia tinggal
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri. Ia menjuruh Beng Pioe bertiga setiap hari datang

beladjar padanja dengan menggunakan alasan pergi

berburu. Disebelah luar rumah batu itu, disekitarnja

sengadja ia menjiapkan pemandangan jang menakutkan

orang. Itulah segala pemandangan jang mengerikan jang

disaksikan Boe tjioe. Segala rakjat tergantung dan lain2nja,

semuanja adalah majatpalsu hanja untuk me-nakut2i

mata2 Soe in Teng.

Ditempat sembunji ini, Beng Pioe, Lana dan Lina telah

memperoleh pendidikan dari aki gurunja. Tetapi liwat

beberapa bulan, dan hari itu mereka dapat menawan Boe

tjioe, jang kedatangannja telah diketahui terlebih dahulu.

Setelah Boe tjioe lihat si imam tua tidak bermaksud

djahat, ia lantas menuudjukkan suratnja Hoat Hong,

hingga Boe Tim djuga ubah sikapnja. Sebab Boe Tim ini

bersama Seng Siauw dan Hoat Hong berasal satu

perguruan, hanja belakangan mereka berpisah dan

mengutamakan ilmu silatnja jang istimewa. Misalnja Hoa

Hong adalah ahli tjlt-tjapdjie Kim-natjiang.

Sesudah mengetahui Boe tjioe itu keturunan siapa, Boe

Tim memperlakukannja terlebih hormat. Dia mengundang

pendeta tetiron ini duduk diatas pembaringan bersama dia,

dan ia memperkenalkan tiga muridnja. Kemudian ia

memperkenalkan dirinja dengan berkata: "Wan Kongtjoe,

pintoo adalah orang jang kau hendak tjari, maka kau tidak

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

412

usah pergi terus ke Thiam Tjong San. Kita telah bertemu

dlsini. Inilah jang kalangan agama Too Kauw mengatakan

suatu djodoh. Atau ini adalah redjekimu jang telah

dituliskan."

Boe tjioe lantas turun dari pembaringan, buat paykoei

kepada imam ini seraja memanggil: "Soehoe !"

Boe Tim mengangkatnja bangun.

"Wan Kongtjoe," katanja, "kau dibesarkan In-tiong-kiam

Ong Wie Yang dari Thay Kek Pay, kau terhitung muridnja

djuga, dan kaupun telah memperoleh petundjuk2 dari Oey

Bwee Kiesoe dan Tiat-eng-tjoe Liok Goan Hoa. Kau adalah

murid orang2 kenamaan, oleh karena itu pintoo tidak

berani mengambil kau sebagai muridku. Selandjutnja

baiklah kita bersama-sama sadja mejakinkan Bie Tjong

Koen."

Boe tjioe mengiringi kehendak imam ini, maka sedjak

waktu itu, ia mempeladjari Bie Tjong Koen bersama Beng

Pioe, Lana dan Lina. Tetapi sebab ia telah mempunjai dasar

Thay Kek Koen, ia lebih madju daripada tiga saudara Beng

itu. Ia pun tidak terus dandan sebagai pendeta, karena bisa

menimbulkan tjuriga kalau imam dan pendeta toosoe dan

hweeshio, hidup bersama. Iapun sering diminta Boe Tim,

untuk bantu mengadjar tiga saudara Beng, untuk mana ia

mesti sering twietjbioe, berlatih berkelahi melawan Lana,

maka tanpa merasa, keduanja telah dipengaruhi asmara.

Isteri Boe tjioe di Ong-kee-tjlhung. Ngo-tay, telah binasa

ditangan Tiat-tjiesian Liok Hong, muridnja Boe Tim. Boe

Tim tahu hal ini, ia djuga tabu kekososongan hati orang

she Wan ini, maka ia menjetudjui perangkapan djodoh itu,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

413

malah atas ichtiarnja, pernikahan mereka segera disahkan

didusun orang le itu.

Lana adalah orang Ie akan tetapi dia tjantik, kulitnja

putih, rambutnja hitam mengkilap, mulutnja ketjil, giginja

bagus.

Dalam pakaian kebangsaan, dia mempunjai gaja penarik

sendiri. Boe tjioe sendiri, walaupun telah mendapat

seorang isteri tjantik, tak dapat melupakan puterinja, jang

sudah berusia tiga-betas tahun, tanpa diketahuinja puteri

itu oleh In Tiong Kiam telah dititipkan pada Tjeng In Loo
nie di Tan Touw Am.

Beberapa tahun lewat dengan tjepat. Dari Lana, Boe

tjioe, mendapat dua anak lelaki. Waktu itu Beng Yap telah

sangat bernapsu mentjari Soe In Teng, karena ia merasa

bahwa ia telah beladjar tjukup Boe Tim mengiringi

kehendak murid ini, tapi karena mereka belum pernah

pergi ke Kanglam, ia suruh Boe tjioe jang mengawaninja.

Guru ini mengharapkan, dengan bekerdja sama, mereka

bisa merubuhkan Soe In Teng. Dalam perdjalanan ini, Lana

turut bersama.

Tudjuan pertama adalah propinsi Kwietang. Disini Boe

tjioe mendapat dengar bahwa setelah meninggalnja Peng
lam-ong Siang Ko Hie, jang digantikan oleh puteranja.

Siang tjie Sin, Soe In Teng telah meletakkan djabatannja

tanpa pamitan lagi. Tak diketahui kemana dia pergi, maka

itu, ia mengadjak tiga saudara Beng menudju ke propinsi

Hokkian dengan mengikuti sungai Tong Kang, hingga ia

bisa sekalian mampir untuk bersembahjang dikuburan

ajahnja. Lalu dengan djalan air, ia madju terus ke Han
yang. Ia masih tidak memperoleh endusan. Mereka tidak

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

414

tahu bahwa Soe In Teng telah memakai nama In Geng dan

sudah mendjadi pemimpin pengawal radja dan djarang

muntjul, hingga djangan kata mereka, sahabat2njapun

tidak ada jang menjangka dia sudah mendjadi kuku
garuda, gundalnja bangsa BoSan.

Berselang satu tahun, Boe tjioe berempat kembali ke Ie

San, kampung halamannja, djusteru sewaktu Boe Tim

Siansoe sedang mengharap-harap mereka.

Waktu itu telah didapat kabar bahwa Liok Hong,

muridnja jang murtad, sudah datang ke Inlam dengan

kedudukan sebagai kam-koen, penilik dari Peng-seeong

Gouw Sam Koel. Kong Hie mendengar bahwa pangeran ini

mau berbuat serong, maka kaisar itu mengirim Liok liong

untuk mengawasi gerak-geriknja. Boe Tim Ingin agar

murid2nja jang menjingkirkan murid sesat itu.

Boe tjioe bangkit, kegusarannja waktu ia mengetahui

halnja Liok Hong, musuh besar dari ajahnja, dari rbunja,

dari ia sendiri djuga. Ia sampai menghunus pedangnja dan

membabat bangku sambil bersumpah: "Djikalau aku tidak

menjingkirkan Liok Hong, aku sumpah tak sudi mendjadl

manusia !"

"Wan Kongtjoe," Boe Tim menghibur, "meski sekarang

saatnja untuk kau menuntut balas tetapi kau djangan

sembrono. Binatang itu sangat liehay. Kau mesti

mendengar petundjukku, kalau tidak kau akan gagal."

Boe tjioe berlutut didepan imam itu.

"Asal soehoe sudi berdaja untuk membantu aku mentjari

balas, apa djuga jang soehoe nasehatkan aku akan turut,"

katanja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

415

Boe Tim lantas membisiki muridnja, atas mana, murid

itu manggut2.

"Nah, mari kita bersiap!" sang guru mengadjak.

Kuil Tay Thong Sie diluar kota Koenbong, Inlam, adalah

sebuah kuil besar, dengan tanah-pekarangan luas, dihias

gunung2an dan ada kali ketjilnja. Disitu, menurut

kebiasaan, setahun sekali diadakan sembahjang besar.

Pada suatu hari perajaan demikian, Pangeran Gouw Sam

Koei telah memberi titah kepada pendeta2nja untuk

mengadakan upatjara setjara besarkan.

Ada sebabnja mengapa Beng-see-ong Gouw Sam Koei

memberi perhatiannja kepada perajaan itu.

Kuil Thay Tong Sie berada dibawah pimpinan Lian Hoa

tjeng, pendeta murid kepala Seng Siauw Toodjin, jang

bersama Beng Yap, adiknja seperguruan, sudah di lukai

hinga bertjatjat seumur hidupnja oleh Soe In Teng. Lian

Hoa tjeng punja tak sedikit murid, malah ada murid wanita

djuga. Ia punja keleluasaan, sebab besarnja kuil itu, hingga

kedua golongan2 muridnja itu dapat dipisahkan tempat

bersudjutnja masing2. Untuk wanita telah dibangun

kelenteng istimewa tjoei Goat Am, di belakang Thay Tong

Sie, jang terkurung tembok, dimanapun ditanam banjak

pohon bambu.

Sedjak ia terluka hingga ia mendjadl sangat lemah, Lian

Hoa tjeng rebah terus dtkamarnja dimana ada murid2nja

jang merawatinja. Pada hari upatjara itu, ia menjerahkan

segala apa pada murid2 nja. Diantara murid2 wanitanja

ada satu orang, jang menyebabkan Peng-see-ong menaruh

perhatiannja kepada upatjara tersebut. Murid wanita itu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

416

adalah Tan Wan Wan, nona tjantik jang mendjadi gundik

kesajangan pangeran itu.

Karena Tan Wan Wan tidak puas hidup mewah ia

meninggalkan dunia keramaian. Ia datang ke Thay Tong

Sie, untuk mensuljikan diri, tjuma ia tidak lantas mentjukur

gundul kepalanja. Untuk dirinja ia mendirikan sebuah

kamar disamping tjoei Goat Am, dimana ia menggantung

sepasang lian dengan kata2 luar biasa: "Setengah hidup

didalam dunia biasa" dan "Berlaksa penderitaan tidak

dapat merusak tubuh." Kamar sutji itu indah dibuatnja sunji

dan tenteram suasananja. Tapi mereknja luar biasa djuga,

jaitu "Poan Tim Kie," jang berarti "tempat kediaman

setengah debu ". Rupnnja ia mau mengartikan, ia

menjutjikan diri sesudah separuh kehidupannja beruntung

dan menderita. Ia membawa pelajan, tetapi toh ia dapat

satu murid wanita dari Lian Hoa tjeng, untuk menemaninja,

untuk mengadjari padanja membatja doa.

Pada hari2 biasa, setiap satu-dua bulan, Gouw Sam Koei

datang dua-tiga kali, untuk menemui gundiknja ini.

Kurangnja kundjungan ini sebagian disebabkan djuga

ketjuali Tan Wan Wan sudah mendekati usia pertengahan,

hingga kementerengan ketjantikannja berkurang

sendirinja, pun ia telah punja banjak nona tjantik lainnja

di-istananja.

Pada hari upatjara, Gouw Sam Koei datang sambil

mengadjak sedjumlah penbesar militer dan sipil. Ia telah

menjiapkan perdjamuan istimewa, ialah barang hidangan

tanpa daging. Tentu sekali. Kam koen Liok Hong turut

serta, sebab ia adalah penilik merangkap utusan
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaisar,hingga kedudukannja tjuma lebih rendah sedikit

daripada Gouw Sam Koei.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

417

Sehabis serabahjang, semua pembesar pergi me-lihat2

seluruh Tay Thong Sie. Ketika itu digunakan Gouw Sam

Koei untuk pergi ke tjoei Goat Ani, untuk menemui Tan

Wan Wan di Poan Tim Kie. Pangeran ini mengadjak Liok

Hong serta beberapa pembesar sadja. Mereka menjaksikan

suasana tenang dan menarik dari kamar sutji itu.

Disamping tjoei Goat Am pun ada empang teratainja.

Pohon2 bambu seperti bertjermin didalamnja. Habis

bersantap. Liok Hong keluar sendiri. Tanpa merasa, ia

bertindak sampai didepan tjoei Goat Am. Ia lihat satu

niekouw muda keluar bersama satu budak perempuan.

Tadinja ia menjangka pada Tan Wan Wan sendiri, hanja

usia niekouw itu kurang tjotjok.

Sie niekouw menghamplrkan kam-koen ini. Ia memberi

hormat sambil manggut. Ia berkata : "Liok Taydjin,

siauwnie hendak bitjara denganmu"

"Bitjaralah, soehoe," sahutnja.

Niekouw itu tjelingukan. Ia menghampirkan lebih dekat

lagi, kemudian berkata dengan perlahan sekali: "Tan

Hoedjin punja satu rahasia untuk disampaikan kepada

taydjin. Ia minta besok malam taydjin datang padanja

dengan mengambil djalan pintu belakang. Hoedjin

bilang, urusannja mengenai keselamatan

ongya. Ia minta taydjin sementara ini

menjimpan rahasia dulu." Ia menundjuk si-budak

perampuan. Ia menambahkan: "Inilah pelajannja

hoedjin. Besok malam dialah jang akan menantikan taydjin

dipintu belakang."

Liok Hong heran, ia berpikir: "Tan Hoedjin punja rahasia

apa? Memang aku pernah dengar, dia telah menasihati

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

418

Pengsee-ong untuk setia pada pemerintah, karena mana,

mereka djadi berselisih pendapat, hingga dia keluar dari

istana. Apakah rahasia ini mengenai perselisihan tsb?"

"Baiklah," ia mendjawab seraja manggut, Niekouw dan

budak itu lantas berlalu.

Liok Hong balik ke Poan Tim Kie. Disana Peng-see-ong

sedang duduk minum teh bersama Tan Wan Wan. Ia lantas

diundang duduk bersama.

Njonja itu memakai djuba, ia tidak berhias, akan tetapi

masih nampak njata sisa ketjantikannja jang wadjar. Ketika

ia mengangkat tjawan teh, mengundang minum, ia

bersenjum, matanja bersinar. Melihat ini, Liok Hong

kagum, ia menjangka sikap sinjonja itu disebabkan

djandjinja tadi.

XVI

Kembali dari Tay Thong Sie, sorenja Liok Hong berpikir

keras.

"Tan Hoedjin benar elok luar biasa. Dalam usia

pertengahan, ia masih tetap menarik hati. Dia

mendjandjdkan aku untuk datang kc Poan Tim Kie malam2.

Mungkinkah dia tertarik padaku, satu Kam-koen ?" Tapi

segera ia balik berpikir : "Ah, ini tak mungkin, Toh

utusannja jang bilang bahwa dia ada urusan rahasia. Dia

mensutjikan diri sebab benterok dengan Gouw Sam Koei

Mungkin Gouw Sam Koei merentjanakan sesuatu, maka

Tan Hoedjln panggil aku, untuk minta aku agar aku

mentjegah tindakan Gouw Sam Koei itu?"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

419

Poan Tim Kie terletak ditepi empnng. Pekarangannja

ditanami banjak bunga lanhoa, anggerek pilihan. Malam itu

keadaan tetap sunjl seperti biasa. Rembulan jang baru

muntjul membuat bajang2 pepohonan. Kutu2 malam, jang

memperdengarkan suaranja. Satu penunggang kuda

mendatangi. Selagi dia lontjat turun, daun pintu

terpentang. Sedang budak perempuan muntjul disitu

menjambul dia.

Si-penunggang kuda, ialah Liok Hong, mengenali budak

itu.

"Liok Taydjin silakan turut hambamu," berkata budak itu

dengan pelahan. Ia terus putar tubuhnja bertindak masuk.

Ia menenteng sebuah lentera kiong-teng.

Liok Hong mengikuti djalan didjalan jang banjak

tikungannja diantara gunung2an dan pohon bambu sampai

disebuah bangunan jang berlauwteng dlmana ia diminta

masuk ke thia. Ia mengagumi ruang itu jang diperaboti

mewah. Tiang dan penglarinja diukir indah. Itulah bukan

kamar sutji Tan Wan Wan.

Budak tadi segera menjuguhkan teh, lalu ia mendaki

lauwteng.

Tidak lama kemudian pintu samping dibuka pelahan.

Dari situ muntjul satu niekouw muda, ialah niekouw jang

kemarin menemui Liok Hong. Selagi Liok Hong hendak

berbangkit, niekouw itu dengan merangkap kedua

tangannja berkata:"Tak usah pakai adat-peraaatan,

taydjin. Tan Hoedjin segera datang."

Ia lantas berdiri disamping.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

420

Liok Hong menantikan, tetapi setelah beberapa waktu,

si-njonja agung masih belum djuga muntjul. Ia agaknja

tidak sabar.

"Silakan tunggu, taydjin, nanti siauwnia pergi melihat,"

Kata si niekouw muda jang rupanja bisa menduga pikiran

kamkoen ini. Dan lantas ia keluar dari pintu besar.

Liok Hong dengar suara pintu digabrukkan ia terkedjut.

Ia adalah seorang Kang ouw ulung. Maka segera ia lontjat

kesamping pintu itu untuk menolak, tetapi daun pintu tidak

bergeming. Rupanja dari sebelah luar pintu itu ditapal. Ia

merasa tidak enak. Disttu pun tidak ada lain djalan. Segera

ia mendaki tangga, hingga u sampai dialas lauwteng. ia

mendapatkah sebuah ruang peranti bersudjut terhadap

sang Buddha. Perlengkapannja bukan sembarangan, tetapi

ruang itu sangat sunji, tidak ada penghunlnja.

Tiat-tjie-sian, si Djeridji Besi, lantas menghunus

goloknja. Ia memeriksa lauwteng itu, jang mempunjai dua

kamar dikiri dan kanan. Akan tetapi belum sompat ia

masuk salah satu kamar, moeilie (tirai) dari kamar jang lain

lantas tersingj kap. Di-ambang pinta muntjul seorang

dengan pakaian ringkas, sepatunja hitam, tangannja

menjekal pedang.

"Liok Hong kenalkah kau padaku ?" orang itu menegur

sambil menuding.

Liok Hong tidak kenal orang itu, ialah Wan Boe tjioe.

Ketika dulu ia mentjari Wan Kongtjoe, kongtjoe ini baru

berumur kira2 enam-belas tabun, dan waktu mereka

bertempur di Pek Lok Sian-lim, hari pun malam. Dan

sekarang setelah sekian tahun lewat, kongtjoe ini nampak

djauh lebih tua daripada usianja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

421

Kam-koen ini tidak takut, malah dengan membawa laga

pembesar, dia balas menuding.

"Siapa kau, jang bernjali besar ?" demikian tegurnja.

"Bagaimana kau berani masuk kesini ? Mengapa kau tidak

segera meletakkan sendjatamu ?"

Orang itu tertawa terbahak-bahak.

"Liok Hong, kematianmu sudah didepan mata, kau

masih bertingkah dihadapan kongtjoemu ?" katanja

mengedjek. "Kau masih berani membawa lagak pembesar

busuk ? Aku mau bikin kau mampus dengan mata m eram,

maka perlu kau ketahui siapa aku Ini! Kongtjoemu ini

adalah Wan Boe tjioe Hari ini kau pulangkan lah d jiwa ajah

dan isteriku !"

Karena sengitnja, Boe tjioe meludahi musuh besar itu,

dan lantas ia membabat dengan gerakan Gouw liong tjoet

tong jaitu Naga hitam keluar dari gedung.

Liok Hong berkelit kesamping, sambil membalas

menjerang dengan penjerang itu. Ia memang tidak

menjangka bisa bertemu Boe tjioe dlsitu.

Boe tjioe menangkis dan terus merangsek ia bisa

mengirim satu tendangan dahsjat. Pedangnja turut

bergerak, untuk mengatjau pertahanan lawan.

Liok Hong terperandjat untuk kedua serangan

berbareng itu. Tapi ia adalah murid kepala dari Boe Tim

Toodjin, ia mengenali ilmu silat perguruannja, maka ia

tidak mendjadi gugup, tjuma ia perlu mengeluarkan

kesebatannja. Dengan endjotan kedua kakinja, ia

menjingkir dari tendangan, goloknja dipakai menghalau

serangan pedang. Tapi ia tidak tjuma bergerak setjara

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

422

demikian. Selagi tubuhnja turun tangan kirinja menotok

kearah muka lawan, mentjari sepasang mata dengan dua

djari "Djde liong tjhio tjoe" atau "Dua naga berebut

mutiara." Dan ketika lawan berkelit, ia merabu dengan

serangan tangan kiri jang diteruskan, untuk menangkap

tangan musuh jang diangkat untuk dipakai menangkis.

Itu adalah serangan liehay dan Bie Tjong Koen. Boe tjioe

kenal baik tipu silat itu, ia dapat menjelamatkan diri,

dengan berkelit sambil mendak, kemudian ia berbangkit

seraja udjung pedangnja menjambar lawan.

Liok Hong menarik diri lontjat mundur.

Pertempuran berdjalan bebat dalam sekedjab sadja,

tudjuh atau delapan djurus telah segera dilewatkan. Liok

Hong terbenam dalam keheranan. Ia mengenali lawan

sebagai orang dari satu perguruan. Maka ia menduga
duga, apa mungkin gurunja dengan diam2 sudah

mengambil lain murid. Untuk mentjoba lebih djauh, ia

lantas bersilat dengan ilmu golok "Hong Houw Too" atau

"Golok naga dan harimau," saban2 ia mentjelat,

gerakannja mirip dengan naga atau harimau jang gesit.

Inilah peladjaran jang didapatkannja selama berdiam

diistana dari Soe In Teng.

Memang, selama mengadjar silat didalam istana, In
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teng sebagai In Geng, tidak beragu-ragu untuk

menurunkan salah satu ilmu silatnja jang liehay. Liok Hong

mengaku kalah terhadap Tiat Ma Sin-kang, jang

memperlihatkan padanja Liong-houwtoo itu.

Boe tjioe lantas terdesak, sebab ia tidak kenal ilmu golok

jang liehay itu. Ia mesti berlaku waspada.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

423

Liok Hong mendesak akan achirnja mengirim batjokan

"Pek hong koan djit" atau "Bianglala putih menaungi

matahari."

Boe tjioe gugup, ia menangkis dengan gerakan "Beng

Tek hian too" atau "tjo tjoh menghadlahkan golok" (kepada

Kwan Kong), tapi diluar dugaannja, lawan menggunakan

tenaga berat dari seribu kati, maka waktu kedua sendjata

bentrok, ia merasakan tnngannja semutan; diluar

keinginannja, pedangnja terlepas djatuh. Dengan

djumpalitan ia terus mendjauhkan diri.

Liok Hong ingat bahwa musuh adalah Wan Boe tjioe,

maka ia tak mau melepaskannja. Itu adalah seumpama

melepas harimau kegunung. Maka dengan satu lontjatan ia

memburu.

Boe tjioe lari memutari medja sutji, jang berat. Dengan

satu tolakan keras. Liok liong membuatnja terbalik, hingga

hiolouw djatuh terbalik dan abunja terbang berhamburan,

mengganggu mata.

"Kemana kau hendak lari?" pikir Liok Hong jang melihat

musuh hendak kabur melontjat medja ia lontjat menjusul

sambil mengajun goloknja.

Mendadak terlihat satu bajangan di muka hoed-kam.

kotak peranti patung Buddha, lantas menjambar selembar

bandring jang membuat goloknja Tiat-tjie tersambar-kena

dan tertarik terlepas.

Liok Hong terkedjut Inilah dlluar sangkaannja ia

memang sedang memperhatikan Wan Boo tjtoc seorang.

Sedang ia kaget, segera ia lihat tegas bajangan Itu, ialah

seorang dengan pakaian serba putih dan koplah hitam,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

424

jang berlontjat mari u bagaikan walet melajang. Itulah satu

wanita tjantik. jang dandan sebagal seorang le. !a

mendjadi mendongkol. Tapi goloknja telah terampas

musuh, maka ia menjambar tempat hio, untuk dipakai

menimpuk.

SI nona jang bersendjatakan bandring, jang pun telah

menjekal golok Liok Hong, menghindarkan timpukan itu,

sesudah mana, ia balas menjerang dengan bandringnja.

Insaf akan antjaman bahaja, Liok Hong segera mendek.

Boe tjioe sementara itu tidak lari terus, ia malah

menjambar pedangnja. Ia lontjat madju lagi dan kembali

menjerang.

Dengan terpaksa, Liok Hong melajani dengan tangan

kosong.

Sinona tidak diam sadja. ia menjerang lagi, bandnngnja

berputar diatas kepala kam koen itu, hingga Liok Hong

mendjadi repot dan berkuatlr. Ia insaf ia tak dapat melajani

lama2 kedua musuh itu. Maka untuk membebaskan diri, ia

menjerang Boe tjioe dengan Kim-na-tjhioe dengan maksud

menangkap lengan musuh ini.

Boe tjioe mundur dengan terpaksa Ketika ini digunakan

oleh Liok Hong, untuk lootjat kedepan tangga dan

menjlngklr turun. Ia berhasil sampai dlbawah iauwteng

ialah ruang jang tadi, jang pintunja telah dikuntji Ruang Itu

tanpa djendela, ada djuga dua lobang angin besar

ditembok, dari mana menjorot masuk sinar bintang.

Daiam keadaan seperti Itu, Tiat-tjie-sian masih sadar. Ia

membekal panah njaring. Ia menarlknja keluar, untuk

dilontarkan kelobang angin. Itulah panah pertandaan,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

425

tanda ada bahaja. Ia mengharapkan datangnja bantuan

dari pihaknja.

Panah njaring itu melesat kearah lobang, tetapi, belum

sampai njeplos keluar, dia djatuh kembali kelantai, karena

ada serupa barang jang membenturnja. Maka gagallah

usaha Liok Hong. lapun mendjadi kaget dan heran.

"Liok Hong, kau niat kabur?" bentak Boe tjioe jang telah

datang mengedjar turun dari lauwteng. "Tak dapat kau

terbang dari sini walaupun kau bersajap! Djikalau kau

bernjali mari kita bertempur mati hidup!"

"Dia hendak menempur aku, mengapi aku tidak mau

melajaninja?" pikir Tiattjie-sian jang litjin itu. Lantas ia

menjahuti: "Boe tjioe, kau menjekal pedang, kau menghina

aku jang bertangan kosong! Apakah kau bisa mendjadi

satu hoohan andaikata kau dapat mengalahkan aku?

Beranikah kau meletakkan sendjatamu?"

Boe tjioe kena dibikin panas hatinja.

"Mungkinkah kongtjoemoe takut padamu!"? katanja.

"Baik! Aku nanti bikin kau mampus meram!"

Ia lemparkan pedangnja terus ia lontjat madju.

Liok Hong pasang kuda2nja untuk menangkis serangan

itu. Maka kemudian keduanja bertempur pula dengan

tangan kosong. Mereka sama2 bersilat dengan Bit Tjong

Koen.

Baru mereka bertarung beberapa djurus, pintu depan

terbuka. Dari situ muntjul seorang lelaki dan seorang

perempuan, masing2 memegang pedang. Mereka tidak

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

426

madju menjerang, hanja mereka berdiri diam seraja

memasang mata.

Sambil berkelahi, Liok Hong masih sempat

memperhatikan dua orang ini. Ia mengenali siwanita

adalah slniekouw muda tadi, hanja sekarang dia memakai

pakaian putih dan koplah hitam. Dia dandan sebagai orang

le, sama dengan siorang lelaki itu. Maka ia heran, mengapa

disitu ada banjak orang lain.

Nona Ie jang menggunakan bandring itu adalah Lana,

isterinja Boe tjioe, dan dua jang baru datang itu adalah

Beng Pioe dan Lina. Liok Hong tidak kenal tiga orang itu.

Melihat bahwa Boe tjioe asal satu perguruan dengannja,

Liok Hong hendak mentjoba lebih djauh. Sebat luar biasa,

ia menjerang dengan "Lian-hoan tjoan-simtwie", itu

pukulan istimewa dari kaumnja. Tak sembarang orang bisa

berkelit atau menangkis itu, sebab serangan itu berantai

saling-susul.

Boo tjioe bisa menduga segera sewaktu musuhnja

mengubah sikapnja. Ia berlaku waspada. Ia bersiap

dengan mengerahkan tenaga dikedua lengannja, siap

dengan "Tiap loan hoa kie" aiau "Kupu* menggilai tangkai

bunga".

Liok Hong mulai dengan serangannja sambil berseru

njaring, segera kedua kepalannja bergerak saling-susul,

rapat sekali, tjepat luar biasa.

"Bagus!" Boe tjioe berseru. Ia tak dapat dipengaruhi

oleh serangan dahsjat itu. Ia dapat melajani dengan

tenang tetapi pun gesit sekali, setiap gerakan tangannja

djuga mengeluarkan angin. Itulah djurus "Heng-tjiat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

427

koen", serangan perlawanan dari "samping", jang

mengutamakan sepuluh djari jang kuat bagaikan besi.

Liok Hong segera merasakan hebatnja perlawanan

musuh, tangannja pun tergetar apabila terbenterok

tangkisan, oleh karena itu ia tidak melandjutkan serangan

berantai itu. Malah ia berpikir untuk menerobos sadja

kepintu, guna angkat kaki. Hanja, sulitnja, diarah pintu

berdiri itu sepasang pemuda-pemudi jang bersendjatakan

pedang.

Melihat bahwa tidak ada djalan lain, maka Tiat-tjie-slan

mengeluarkan pelurunja, peluru besi jang merupakan

mutiara (thie-liam-tjoe). Sambil memutar tubuh, ia

mengajun tangannja untuk membokong Beng Pioe dan

Lina.

Mutiara besi ini punja beberapa lubang ketjil. Pada

waktu ditimpukkan, lubang2 itu dapat mendatangkan

suara njaring halus, sebaliknja, liehaynja bukan main,

dapat menembusi pakaian tebal, bisa menggompalkan

tadjamnja golok. Malah menjambarnja pun lebih tjepat

daripada suaranja.

Boe tjioe lihat Liok Hong berhenti menjerang ia setjara

mendadak, dan setjara mendadak djuga lawannja itu

membalik tubuh seraja mengajun tangan, maka ia bisa

menduga, bahwa kedua iparnja hendak dibokong, maka

kagetlah ia. Tapi ia hanja kaget sebentar, sebab berbareng

dengan satu suara lain, mutiara besi itu berbunji dan

djatuh kelantai. Maka legalah hatinja.

Liok Hong djuga kaget mendapatkan mutiaranja

terdjatuh dengan tiba2, tetapi karena tahu bahwa

datangnja suara pe> nantang itu dari belakang sekosol, ia

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

428

lontjat kearah tirai itu, untuk ditolak rubuh, hingga

dibelakangnja, ia lihat seorang jang membuatnja kaget

tidak kepalang.

Dibelakang tirai itu berdiri seorang imam, ialah gurunja

dengan siapa sudah banjak tahun ia tidak bertemu. Guru

jang ia masih kenali dengan baik. Maka insaflah ia bahwa

tidak nanti ia dapat lolos dari situ djikalau ia tetap

menggunakan kekerasan. Ia segera memikirkan suatu

akal.

"Binatang, masihkah kau kenali aku ?" Boe Tim

menegur.

"Soehoe, mustahil muridmu tidak ingat?" sahut Liok

Hong dan ia segera tekuk lutut didepan gurunja, untuk

memberi hormat. "Aku tidak tahu soehoe ada disini, harap

soehoe maafkan aku."

Guru itu tertawa dingin.

"Aku tidak punja murid djempol sebagai kau !" dia

mengedjek. "Seorang jang telah mendjadi Kam-koen jang

agung dari Peng-see-ong, mana dia mau memandingi
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang seperti aku ?"

Agaknja Liok Hong tidak tahu bagaimana harus

mendjawab gurunja, ia tjuma manggut2 sadja.

"Lekas kamu ambil lantai besi!" kata Boe Tim kepada

Boe tjioe dan Beng Pioe. "Rantai dia, bawa dia pulang ke

Ie San, supaja dlsini dia tidak usah mempersulit Tan

Hoedjin !"

"tjelaka !" pikir Liok Hong dengan kaget sekali. "Djikalau

aku sampai dibawa ke Ie San, itulah jang dibilang,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

429

memanggil Langit, Langit tidak menjahuti, memanggil

Bumi, Bumi tidak mendjawabnja Pasti Wan Boe tjioe

segan membebaskan aku Apakah itu bukan berarti

menjerahkan djiwa setjara ketjewa ?...."

Ia melirik kepada Boe tjioe dan Beng Pioe. Ia lihat

musuhnja berdiri diam dengan pedang siap ditangan,

sedangkan Beng Pioe, siorang Ie, baru mengeluarkan

borgolan. Ia tidak dapat berajal lagi.

"Soehoe, muridmu nanti turut kau, harap aku tidak

dirantai," ia memohon sambil memanggut kepada gurunja.

Lalu, menggunakan saat gurunja tidak menduga, se
konjong2 ia memadjukan tubuhnja. Dengan kepalanja, dia

menjeruduk perut gurunja itu. Gerakannja bagaikan kilat.

Boe tjioe semua kaget bukan main, apalagi sewaktu

mereka segera melihat tergulingnja sesosok tubuh. Mereka

tak ingat untuk mentjegah serangan gelap itu. Akan tetapi,

setelah mereka melihat tegas, mereka mendjadi lega.

Jang rubuh itu bukannja Boe Tim, tetapi Tiat-tjle-sian

Liok Hong, si Djeridji Besi. Dari mulut dan hidungnja

mengutjur keluar darah hidup.

Boe Tim sendiri menjender ditembok, kedua kaklnja

tidak bergeming.

Murid tjelaka itu telah membokong gurunja dengan

serangan kepala jang merapunjai tenaga kekuatan ratusan

kati. Gurunja itu tidak menjangka tetapi karena dia liehay,

dia masih dapat mengegos tubuhnja dan mengangkat

sebelah kakinja, untuk menangkis, berbareng dengan

sebelah tangannja menekan batok kepala murid itu,

dengan gerakan "tjoan-simtjiang" ? "Tangan menembusi

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

430

djantung." Itu adalah sematjam tipu-siiat jang selama

puluhan tahun Boe Tim tidak pernah gunakan.

Liok Hong rubuh tanpa berdaja lagi, djiwanja segera

merajang.

Tapi djuga Boe Tim, dengkulnja telah terluka. Ia perlu

merawatnja sekian lama untuk membuatnja sembuh

seperti sediakala.

Guru ini mengalirkan air mata sewaktu memandang

majat muridnja itu, tidak peduli murid itu adalah murid

murtad. Ia ingat pada perhubungan guru dengan murid

jang berlangsung banjak tahun

"Lekas kau bawa majat ini kebelakang gunung dan

menguburnja tanpa meninggalkan bekas," Boe Tim

menitahkan Beng Pioe. "Kita mesti mendjaga supaja Lian

Hoa tjeng dan Tan Hoedjin tidak terembet-rembet perkara

ini. Setelah selesai, segera kembali padaku dikamar

tiangloo."

Beng Pioe menurut. Segera ia panggul majat Liok Hong

untuk dibawa kebelakang.

Boe Tim perintahkan Boe tjioe dan Lina lekas menjusut

bersih tanda2 darah, sesudah itu, bersama-sama mereka

meninggalkan Poan Tim Kie, untuk pergi ke-Tay Thong Sie.

Lian Hoa tjeng, jang bertjatjat, sedang rebah

menantikan dlkamarnja ketika ia melihat datangnja Boe

Tim beramai. Segera ia mengerti bahwa Boe tjioe telah

berhasil menuntut balas.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

431

Tidak berselang lama, Beng Pioe pun datang, untuk

melaporkan bahwa ia sudah selesai mengurus majatnja

Liok Hong.

Lian Hoa tjeng berdiam. Ia berduka, karena ia Ingat

sakit hatinja terhadap Soe In Teng.

Beng Pioe dan kedua adiknja mengembeng air mata.

Mereka mengerti kesusahan hati pendeta itu soepeh

paman guru mereka.

Boe Tim bisa mengerti kedukaan mereka.

"Beng Pioe, aku pun telah mentjaritjari kabar tentang

Soe In Teng," kata imam ini, si aki-guru, pajang sudah

selang belasan tahun, aku masih belum beri hasil. Tadi aku

memikir untuk tanja keterangan dari Liok Hong, siapa

sangka dia berlaku nekat dan djahat, hingga dia t jari

kematlannja sendiri. Sekarang ini tinggal satu djalan jang

tjepat, hanja entah djalan ini akan memberi hasLl atau

tidak. Aku dengar dalam kalangan bangsamu di le San ada

sematjam dukun, jang pandai ilmu melihati jang

dinamakan 'tjahaja bundar.? Umpama ada orang bangsamu

kehilangan serupa barang, dia bisa minta sidukun

melihatnja dalam tjahaja bundar itu, nanti ketahuan

tempatnja dan tjara itu belum pernah gagal. Maka baiklah

kamu tjoba."

Kata2 ini menjadarkan ketiga kakak beradik itu, hingga

wadjah mereka mendjadi terang.

"Soehoe, djikalau soehoe tidak menjebutkannja hampir

kami lupa!" kala mereka. "Djuga karena telah lama

mengikuti ajah tinggal di Koen-beng, hingga pergaulan dan

pengetahuan kami mendjadi lain daripada tjara berpikir

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

432

am. pemandangan umum bangsa kita, kami kurang

mempertjajainja. Tapi sekarang, mari kita mentjobanja."

"Kamu benar, muridku," berkata Boe Tim. "Memang

bukan maksudku untuk mengandjurkan kamu pertaja

tachayul tetapi kepandaian sematjam ini ada dimana mana,

ini adalah ilmu gaib jang berada djuga dalam kalanganku,

agama Too Kouw. walaupun sifatnja berlainan. Kita telah

membinasakan Liok Hong, besok Koen-beng bakal gempar,

maka itu baik kita menjlagkir dari sind. Kita berangkat

besok sadja."

Beng Pioe semua setudju, maka besoknja pagi, mereka

pamitan dari Lian Hoa tjeng, Boe Tim mengadjak

murid2nja pulang ke Ie San, sedang pada hari kedua

malam, Beng Pioe mengundjungi dukun bangsanja jang

tersohor, jang dipanggil "salipo". Boe tjioe bersama Lana

dan Lina ikut serta.

Dukun itu seorang wanita jang tinggal didalam guha.

Guhanja dihiasi matjam barang, banjak anak2an dan

kudapan dari kertas, banjak botol jang berisi tikus,

kelabang, dan lainnja binatang berbisa, malah disalah satu

sudut ada batok kepala seorang botjah jang memberi

pemandangan menggiriskan hati.

Beng Pioe menghadlahkan dua rentjeng uang serta satu

kaju tjita putih. Ia mengutarakan maksud kedatangannja.

Dukun itu membuka mulutnja jang lebar dan tertawa

tjekikikan, kemudian ia membeber selembar kertas putih,

dipantjang merupakan sebuah tirai. Di-belakangnja ia

menjalakan lilin, sedang didepannja, ia menjiapkan satu

paso terisi air beisih.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

433

"Ketua muda," katanja kemudian kepada Beng Pioe,

"dukun lain, tjahaja bundarnja tjuma dapat dilihat oleh

anak ketjil, tidak demikian dengan kepunjaanku ini, jang

bisa dilihat oleh orang dewata tanpa pilih bulu."

Lantas dia minta semua orang diam.

Dukun ini mengambil dua tengkorak botjah jang

diletakkannja diatas medja, lalu dengan sebatang pedang

karatan, Ia mengetok2, mulutnja kemak-kemik membatja

mantera. Lewat beberapa saat, tjahaja lilin dlbelakang tirai

lantas guram sendirinja, lalu tjahaja itu membentuk garis2.

Perubahan tjahaja ini disusul dengan pandangan pada

muka kertas, jang bagaikan ditutup asap atau awan.

Beng Pioe semua berdiam terus.

Tidak lama kemudian pada tabir kertas itu tampak suatu

peta mirip dengan sebuah kota. Didalamnja terdapat

banjak orang bergerak-gerak seperti sedang bekerdja,

pekerjaan segala rupa, antaranja ada jang sedang

mendorong penggilingan, ada jang memikul batu2 nesar.

Mereka semua telandjang, tjuma memakai tjawat roman

mereka bagaikan rohpenasaran, kurus dan kumal.

Sebentar kemudian, datanglah badai hingga pasir dan batu

beterbangan, lalu pemandangan hebat itu, lenjap diganti

dengan pemandangan sebuah danau jang airnja beku

mendjadi es. Disekitarnja saldju belaka berdjatuhan.

Sewaktu Beng Pioe beramai masih mengawasi dengan

tertarik dan heran, pemandangan itu berubah pula. Kali ini

terlihatlah sebuah gedung indah sekali Didalamnja ada

seorang, jang tubuhnJa tmggi-besar, asjik minum arak

sambil menghadapi perapian. Makin lama Dajangan orang

itu tampak makin dekat hingga achirnja tampak tegas. Dia

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

434

adalah seorang berumur kira2 lima-puluh tahun, mukanja

persegi, kupingnja besar, sepasang matanja tadjam,

mengeluarkan sinar jang menakutkan.

Tiba2 api lilin mendjadi terang lagi seperti biasa dan

dilajar kertas itu tidak terlihat apa2 lagi!

"Apakah kamu kenal orang dalam tjahaja bundar itu ?"

tanja salipo.

Beng Pioe berempat tahu orang itu adalah Soe In Teng

hanja mereka tak tahu dimana letak kota luar biasa serta

danau beku itu. Mereka menanjakan keterangan lebih

djauh dari salipo.

"Aku djuga lidak tahu" sahutnja.

"Baiklah kamu pikirkan sadja dimana terdapat kota atau

danau jang agaknja mirip.

Oleh karena keanehan tjahaja bundar itu, Boe tjioe djadi

ingat ajah angkatnja, Ong Wie Yang, entah dia masih ada

di Ong-kee-tjhung, Ngo-tay, atau tidak, hingga dia ingat
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

djuga pada Hong Hoat Tay soe dan Tiat-eng-tjoe Liok Goan

Hoa, semua penolongnja itu.

"Mengapa aku tidak tjoba melihat-lihat mereka ?"

pikirnja. Segera ia mengutarakan maksudnja kepada

sidukun. Ia menjebutkan she nama dan lain2nja jang perlu

diketahui sidukun.

Salipo mulai lagi dengan upatjara dan manteranja.

Setelah ia mengetok-ngetok kedua tengkorak, tabir kertas

tetap putih seperti biasa, tjahaja lilin tidak mendjadi guram.

Ia penasaran, ia mengetok-ngetok lebih keras, ia

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

435

membatja mantera lebih gentjar, tetapi hasilnja sama

sadja, maka achirnja ia berhenti.

"Wan Siangkong " katanja, "semua orang jang kau

tanjakan itu sudah meninggal dunia. tjahaja bundar tidak

dapat menundjuk orang2 jang sudah menutup mata. tjoba

siangkong tanja lain hal"

Boe tjioe mengeluarkan air mata. Ia pertjaja keterangan

dukun ini. Ong Wie Yang adalah seperti ajahnja sendiri. Ia

telah dirawat dan dididik, belum sempat ia membalas budi.

Beng Pioe dan Lina menghibur, mereka mengatakan

agar djangan terlalu pertjaja ramalan itu.

Boe tjioe dapat dibudjuk tetapi ia pun segera ingat Siam

In, puterinja, jang kini sudah mendjadi gadis remadja.

Kalau benar Ong Wie Yang sudah menutup mata, entah

bagaimana nasib puterinja ita, siapa jang merawainja.

Karenanja, ia tetap diam tak membuka suara.

"Siangkong hendak tanja apa lagi, silakan," kata pula

sidukun. "Botjah dari tjahaja bundar masih menantikan.

Asal siangkong menanjakan orang jang masih hidup, pasti

siangkong akan memperoleh djawabannja."

Boe tjioe segera menanjakan hal anak perempuannja

itu.

Salipo mulai berupatjara lagi.

"Siangkong, adakah nona itu darah-dagingmu sendiri ?"

tanjanja kemudian. "Kalau benar, silakan kumur dengan air

sutji Ini dan semburkan itu ketirai, kau nanti segera

mendapat keterangan."

Boe tjioe menurut.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

436

Setelah tirai itu disemprot, api lilin lantas mendjadi

guram, lalu dimuka tirai tampak sebuah gunung tinggi,

jang kabut atau awannja mumbul naik dari dalam lembah,

hingga kelihatanlah sebuah kuil besar agung-sutji dengan

mereknja tiga huruf besar: "Hoei In Koan."

Selagi Boe tjioe berempat heran, pan dangan mata

mereka dibawa dari kuil itu keruang dalam hingga terlihat

patung Pek Lian tjouwsoe jang dipudja disitu. Sebuah

lampu merah membuat terlihatnja sepasang lian dikiri dan

kanannja, dan tjahaja jang berbalik dari api ilu karena katja

merah diatas medja persegi, menerangi djuga empat huruf

diatas pendopo, bunjinja "Hong Teng Kho tjiauw" atau

"Lampu Merah mendjulang tinggi tjahajanja "

Selagi mereka heran, pendopo itu lenjap sendirinja, tirai

mendjadi guram pula, laki diganti dengan pemandangan

suram dari sebuah ruang didalam tanah, sebuah kamar

tahanan dengan satu pelita minjak. Disitu, dipodjok, ada

sesosok tubuh meringkuk, Boe tjioe lihat tegas tubuh

seorang nona dengan rambut kusut dan terbelenggu kaki

dan tangannja. Kamar batu itu mempunjai undakan tangga

jang menudju kepintu besi jang terkuntji.

Bahna kaget, Boe tjioe memperdengarkan seman. Biar

bagaimanapun ia masih ingat wadjah puterinja. Berbareng

dengan seruannja, pemandangan itu lenjap, api Ulin

mendjadi terang lagi.

"Karena siangkong berseru, botjah tjahaja bundar kaget

dan pergi" berkata salipo sidukun. "Bukankah siangkong

melihat satu nona ? Itulah puterimu, rupanja dia, sekarang

dikurung orang. Siangkong perlu segera pergi

menolonginja !"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

437

Wadjahnja Boe tjioe, mendjadi putjat, hatinja memukul.

"Tolong kau beritahukan padaku, dimana letak kuil itu?"

ia tanja sidukun.

"Menjesal, aku sendiri tidak tahu," sahut salipo.

"Siangkong dengan sinona adalah darah-daging sendiri,

siangkong pun telah menjaksikan gunung, kuil dan rumah

batu itu, asal siangkong mentjari tempat jang serupa, pasti

kamu akan saling bertemu."

Beng Pioe tahu bahwa mereka tidak bisa meminta lebih

lagi, maka ia menarik udjung badju Boe tjioe untuk diadjak

pulang. Mereka minta diri dari salipo kepada siapa mereka

menghaturkan terima kasih.

Sewaktu Boe Tim mendengar penuturan Boe tjioe,

diam2 ia heran dan berkuatir.

"Pastilah puterimu telah terdjatuh dalam tangan orang

djahat," kata imam ini. "Sajang aku tak biasa

memperhatikan pelbagai gunung dan kuilnja. Tapi besok

aku akan adjak kau kepropinsi Ouw-pak. untuk menemui

seseorang. Mungkin dia mengenali pemandangan dalam

tjahaja bundar itu."

Besoknja pagi, dengan naik perahu, Boe Tim mengadjak

Boe tjioe ke Gie-tjiang, Ouwpak, untuk mentjari orang jang

dimaksud. Ia adalah ketua dari suatu partai di Tiangkang

Hulu. Dia adalah saudara angkat dari It Tim Kie-soe Shie

Liang.

Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di Gie-tjiang

dan bertemu dengan orang jang ditjari itu. Ia ternjata

adalah Hek-Thayswee Sim Tiong Kiang si Dato Hitam, jang

dahulu bertempat dihotel Hong An di Hankauw dan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

438

bersama Shie Liang selama beberapa tahun telah bekerdja

untuk Hong tjiang Hwee, kemudian, setelah Shie Liang

menutup mata, dia mengundurkan diri.

Ber-samaYan le Lam, Shie Liang adalah mendjadi ketua

muda dari Ang Teng Kauw di Shoatang. Setelah ketuanja,

tjoe Hoan, meninggal dunia, keduanja lantas

mengundurkan diri. Sebabnja, ketuanja jang baru, Biauw

Iloat tjindjin, adalah dari golongan "kiri" atau Pang-boen

tjo-too, jang mengerti ilmu gaib. Mereka tidak setudju

dengan Ilmu jang dianggap sesat itu, maka dengan

sukarela mereka mengalah, le Lam mengadjak Shie Liang

pulang kerumah mertuanja. Hoa Tjeng In, untuk bersama

isterlnja, Hoa Siang Boe, memimpin Hong tjiang Hwee.

Belakangan Shie Liang, bersama Sim Tiong Kiang,

mendjadi ketua muda tjabang Ouwpak dan Soe-tjoan dan

belakangan lagi, Sim Tiong Kiang mengundurkan diri.

Ketika Boe Tim menemui Sim Tiong Kiang, dia sudah

berumur delapanpuluh tahun. Dia mendengarkan

penuturan Boe tjioe mengenai ramalan tjahaja bundar.

"Itulah Hoel In Koan pusat umum dari Ang Teng Kauw

di Shoatang," kata djago tua ini, jang mengetahui baik

segala hal dari Ang Teng Kauw. "Kuil itu berada diatas bukit

di Lay-tjioe. Ketua Ang Teng Kauw sekarang Biauw Hoat

tjindjin, jang mengerti ilmu gaib. Sedjak ketua jang lama,

tjoe Hoan, menutup mata, ia menggunakan ilmunja itu

untuk mengabui orang banjak hingga mereka masuk

mendjadi anggauta. Ia mengobati penjalin dengan surat

djimat dan djampe, dia bisa pertundjukkan ilmu

kedokteran, ialah tubuh tidak mempan sendjata tadjam.

Sekarang ini pengaruh Biauw Hoat luas sekali, pengikutnja

mungkin belasan laksa djiwa. Banjjk hamba negeri

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

439

mendjadi anggauta, hingga pembesar negeri kewalahan

melarangnja. Tandarahasia dari Ang Teng Kauw sekarang

adalah katas "Ang Teng Kho tjiauw" itu. Dan lampu merah

besar didepan patung Pek Llan tjouwsoe itupun adalah satu

tandarahasla lain. Didalam segala hal, orang mesti

mengangkat sumpah menghadapi lampu merah itu."

"Adalah maksudnja Boe tjioe, untuk mentjari puterinja,"

Boe Tim beritahu.

"Inilah gampang," Tiong Kiang bilang. "Kabarnja Wan

Siotjia sedang beladjar pada Tjeng In Loo-nle. Silakan

kamu pergi ke Tan Touw Am di Kim-leng untuk mendapat

kepastian."

Boe tjioe lantas mengadjak Boe Tim berangkat dengan

segera.

"Sekarang Wan Kongtjoe, tjukup kau berangkat seorang

diri," berkata si imam. "Kalau nanti kau bertemu Tjeng In,

tolong sampaikan hormatku kepadanja. Aku mesti kembali

ke le San untuk menilik persaudaraan Beng. Aku kuatir

urusan Liok Hong bisa merembet mereka, dan mereka

tidak ada jang melindungi. Tentang isterimu Lana, djangan

kuatir, aku nanti perhatikan dia. Pergilah dengan hati

tenang. Asal kau dapat menemui Tjeng In, tentu banjak

harapan kau akan berhasil. Aku melainkan pesan, bahwa

setelah selesai, kau mesti lekas kembali."

Ada soal golongan atau partai jang menjebabkan Boe

Tim tak dapat mengantar Boe tjioe ke Kim-leng. Ia adalah

dari Bie Tjong Pay, dan Tjeng In dari tjeng Liong Hwee.

Kalau ia mengiringi Boe tjioe minta pertolongan Tjeng In,

itu bisa diartikan bahwa ia tidak betjus. Dan pun memang

harus lekas pulang guna melihat keluarga Beng.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

440

Boe tjioe tidak berani memaksa, Setelah berpisaban

dirumah Sim Tiong Kiang, ia menggunakan kendaraan air

untuk sampai di Kim-leng akan tetapi ia tidak beruntung

dapat menemui Tjeng In Loonie. tjuma Yan Goat si

niekouw muda, jang mendjaga Tan Touw Am. "Baru selang

beberapa hari Tjeng In berangkat pergi," kata niekouw

muda ini.

Yan Goat bergaul rapat dengan Siam In. Tahu bahwa

tetamunja adalah ajah kawannja itu, ia berkata:

"Wan Siangkong, Siam In lenjap setengah bulan

jang lalu. Baharu beberapa hari jang lalu, soehoe
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerima surat dimintai tebusan, hingga soehoe

mengetahui muridnja sudah terdjatuh kedaJam tangan

pendjahat. Setelah memesan aku untuk mendjagal kuil,

soehoe berangkat pergi. Katanja lewat setengah atau satu

bulan ia akan kembali"

Boe tjioe terperandjat. Djadi benar puterinja telah

lenjap.

"Soehoe ketjil, tahukah kau pendjahat itu dari golongan

mana?" dia tanja.

"Menurut soehoe golongan itu adalah jang ia tidak

sangka. Mereka sampai tidak melihat mata kepadanja,"

sahut Yan Goat. "Karena soehoe tidak mengatakan lainnja,

aku tidak berani tanja2. Apa jang aku tahu, hilangnja

sinona membuat soehoe gelisah."

Untuk memperoleh keterangan, terlebih djauh niekouw

muda ini mengadjak Boe tjioe pergi kepulau di Hian Boe

Ouw, kepada Phoa-sie. Itulah babu momong jang Boe tjioe

kenal, sebab sama2 mereka pernah tinggal di Ong-kee
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

441

tjhung. Malah melihat Wan Kongtjoe njonja itu menangis

sedih.

Lantas Boe tjioe tanja perihal lenjapnja puterinja.

"Kongtjoe, seharusnja aku tak boleh hidup lebih lama

lagi," sahut sl njonja. "Pada malam kedjadian itu, sinona

lenjap tidak Beruan. Besoknja, pagi2 aku lantas

mengabarkan pada Tjeng In Soe-thay. Soethay kaget. Tapi

soe-thay merapunjai pengaulan luas. Segera ia kirim kabar

kepelbagai djurusan, guna minta bantuan orang sesama

kaumnja. Warta dikirim djuga ke tjeng Liong Hwee dilima

propinsi Utara. Soe-thay kenamaan, tidak pantas orang

ganggu dia setjara demikian, siapa tahu, sinona djusteru

ditjulik kaum sendiri, malah soethay telah dimintai tebusan.

Itulah kaum Ang Teng Kauw dari mana soe-thay dan Yan

Tauw-nia telah mengundurkan diri. Kaum itu djuga luas

pengaruhnja. Katanja djikalau djie-kongtjoe dari Keluarga

Ong suka membuat pembitjaraan dengan mereka baru

mereka hendak mengadakan perdamaian."

Boe tjioe kaget berbareng heran. Tidak disangkanja,

urusan mengenai pihak keluarga Ong itu. Ia lantas tanja,

tebusan apa jang diminta kaum Ang Teng Kauw.

"Djikalau mereka kehendaki uang, inilah gampang"

katanja.

"Kabarnja, kongtjoe, mereka tidak inginkan uang,"

djawab Phoa-sie. "Mereka menghendaki harta karun

terpendam dari tjeng Liong Hwee, untuk mana batu

kumala dan petanja katanja ada pada Ong Djiekongtjoe.

Siotjia baru dibebaskan apabila permintaan mereka sudah

dipenuhi."

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

442

Kembali babu ini menangis.

Boe tjioe menghiburkan sl njonja. Ia tak heran Tjeng In

Loo-nie berangkat sendiri. Kiranja pendjahat menginginkan

hartanja tjeng Liong Hwee.

"Keterangan Sim Tiong Kiang tjotjok dengan lukisan tirai

tjahaja bundar mengapa aku tidak pergi sendiri sadja

kesarang Ang Teng Kauw itu?" ia berpikir. "Biar mesti

mengadu djiwa, aku mesti menolongi anakku itu."

Boe tjioe lantas mengambil putusan. Setelah malam itu

ia lewatkan ditempatnja Phoa-sie, besoknja pagi2 ia

berangkat ke Utara.

Memang benar Siam In djatuh dalam tangan Biauw Hoat

tjindjin dari Ang Teng Kauw. Tapi mengapa dia bisa kena

ditjulik, sedang dia djarang keluar dari rumah, djarang

pergi ke Tan Touw Am? Inilah ada sebabnja.

Sebab itu sebagai berikut:

Sedjak berpisah dari Ong Tjong Beng, Siam In

mengharap-barapkan kembalinja pemuda itu, untuk

menjambut dia, agar mereka bisa melangsungkan

pernikahan mereka. Tetapi harapannja sia-sia. ia tidak

tahu, Tjong Beng telah terhalang banjak kedjadian

disebabkan kebinasahaan Leng Khong Tiangloo, gurunja.

Dia mesti mentjari musuh gelapnja, hingga bersama Ang

Seng Tong, dia mesti menjatroni telaga Pweedjie Ouw,

menyelidiki kota rahasia jang merupakan sematjam neraka

dunia.

Sore itu sehabis bersantap, karena merasa iseng, Siam

In keluar dan rumahnja. Tanpa merasa, ia bertindak

kerumah satu penduduk sesama she Poei.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

443

Dikampungnja itu, Siam In mempunjai belasan

tetangga. Terhadap botjah-botjah tetangganja itu ia

sangat ramah tamah dengan siapa ia suka berkumpul dan

suka mengadjar mereka membatja dan menulis. Sampai

mereka membahasakannja piauwtjie, kakak misan.

Sore itu seluruh kampung gelap-suram, karena tidak ada

lentera. tjuma dua-tiga rumah jang masih mementjarknn

tyahaja api dari lubang pintunja. Dimuka rumah keluarga

Poei itu ada sebuah sumur. Di loneng sumur itu Siam In

duduk untuk beristirahat. Disaat ia hendak berdjalan

pulang, ia dapat melihat benda bergerak-gerak dikaki

tembok. Mulanja ia menjangka kutjing. Apabila ia sudah

mengawasi dengan terlili, ia kaget dan heran. jang

bergerak-gerak itu adalah tiga anak2an kertas, tingginja

tjuma lima-enam dim, terbuat dari kertas putih, matjamnya

seperti boneka peranti kaum wanita sembahjangi malaikat.

Setindak demi setindak, anak:an itu djalan dikaki

tembok, menghampirkan pintu depan, teras mereka masuk

kedalam rumah.

Karena heran dan ingin mengetahui, Siam In berdiri

menanti diudjung rumah, sampai anak2an itu keluar lagi,

menudju kampung. Ia mengikuti ierus sampai ia tampak

anak2an itu, bagaikan tertiup angin, terbang keatah telaga.

Dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuh, Siam

In menguntit terus.

Anak2an itu berhenti diatas sebuah perahu ketjil. Disana

ada beberapa orang, jang luar biasa dandanannja, sesudah

menjambuti anak2an itu, mereka berlalu bersama perahu

mereka.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

444

Keras keinginan si nona untuk mengetahuinja, maka ia

menguntit sampai disebuah gili. Disini ia umpetkan diri

diantara pepohonan. Beberapa orang itu melihat kesegala

pendjuru, lantas mereka seret perahu mereka hingga

kandas, sesudah mana, mengikuti tembok kota, mereka

hampirkan kuil Ngo Thong Sie. Mereka ketok pintu dengan

perlahan, setelah pintu dibuka, lantas mereka bertindak

masuk.

Siam In lontjat naik keatas genteng untuk dari

wuwungan turun kearah dalam mengintai kedalam sebuah

kamar dimana ada tjahaja terang.

Enam orang berada didalam kamar, dua jang memakai

djuba imam lagi rebah sambil menjedot tjandu, hingga

asapnja bergulung-gulung. Muka mereka, jang kasar,

menandakan mereka bukan orang baik2.

"Siauw It, berapa djumlahnja botjah laki2 dalam

kampung itu?" tanja satu imam.

"Ada delapan botjah, toa-hoeheng" sahut orang jang

dipanggil Siauw It itu salah satu penumpang perahu tadi.

"Tadi kami sudah gunai ilmu kita, sebentar diaorang boleh

diambil."

Imam itu kemak-kemik.

"Kita masih kurang tiga-empat rupa barang, asal besok

dapat dipenuhkan semua, kita boleh lantas berangkat

pulang," katanja kemudian.

Didepannja imam jang lebih tua, ia menjedot dan

kepulkan asap tjandunja dengan perlahan2.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

445

"Rombongan kita bekerdja tjepat sekali," katanja. "Kalau

nanti kita pulang, kita akan menerima pudjian Kauw-tjoe.

Asal kita peroleh hadiah, uangnja nanti kita Semua orang

nampaknja girang.

Siam In sebaliknja kaget.

Ilmu apa itu jang mereka menggunakan?. "Adakah itu

mereka artikan anak2an kertas tadi? Mereka hendak

menggangu botjah2 dikampungku, bagaimana aku bisa

antapkan mereka?"

Tak sangsi lagi, Siam In lari pulang, untuk berdandan

dan menjiapkan sendjatanja. Kemudian dgn. diam2 ia

keluar pula dari kamarnja, akan pergi lagi kerumah

tetangganja she Poei itu. Disini ia serabunjikan diri diatas

wuwungan rumah.

Kira2 djam tiga, diwaktu ada angin meniup, nona Wan

lihat beterbangannja tiga rupa benda, jang segera ternjata

anak:an kertas jang ia kenal. Anak2an itu djatuh

ditjimtjhee, terus masuk kedalam sebuah kamar melalui

djalan dari djendela.

Siam In dengan berani turun kedjendela, untuk

mengintai lebih djauh. tetapi segera ia kaget sendirinja. Ia

lihat anak2an itu menjekal sebatang pedang bambu,

pandjangnja pedang kira2 dua dim. Satu botjah sedang

rebah diatas pembaringan, tjelananja sudah dibuka.

Dengan pedangnja, satu diantara anak2an kertas itu ber

niat potong anggauta rahasia orang.

Tidak ragu lagi, Siam In menggunakan peluruuja, akan

menimpuk pedangnja anak-2an itu. Ia mengenai dengan

djitu, sasarannja terus djatuh. Kedjadian ini mengagetkan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

446

tiga anak2an kertas itu semua iontjat kedjendela, untuk

kabur. Tapi si nona berlaku sebat, dengan tiga peluru lain,

ia rubuhkan mereka satu demi satu. Siam In djumput satu

anak2an, ia lihat tubuh nja ditempeli surat djimat Ia lantas

menjalakan api. Dengan itu ia bakar ketiga anak2an

tersebut, sehabis itu. ia lari kedepan desa, hingga ditepi

telaga ia tampak perahu jang kemarinnja. Dengan satu

lontjatan, ia naik keperahu itu, in dapati tiga orang sedang
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rebah tanpa berkutik, mereka merintih sambil

mengeluarkan ilar.

"Kamu kawanan siluman dari mana?" Siam In tanja

sambil menuding. "Kenapa kamu main gila dislni? Lekas

bitjara, atau nonamu akan bunuh kamu semua!"

Tiga orang itu sesak napasnjn, mereka agaknja letih

sekali.

"Nona, tolong ambilkan pulang tiga anak-an kertas kita

itu" kata jang satu. "Nanti baru kita bitjara, djika tidak,

pasti kita binasa..."

Siam In geraki pedangnja, ia menikam.

Dua orang lainnja kaget.

"Djikalau kau bunuh kami, Ang Teng tjouwsoeya akan

balaskan sakit hati kami " kata mereka.

Siam In ketahui hal Ang Teng Kauw.

"Kamu ngatjo!" menegurnja. "Mustahil Ang Teng Kauw

kirim kamu untuk tjelakai anak ketjil".

"Lekas ambil itu anak2an kertas ," kata dua orang

itu seraja mengulur tangan mereka, tapi belum mereka

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

447

dapat djawaban, keduanja lantas meram, djiwa mereka

melajang.

Karena tidak peroleh kepuasan. Siam In lari kekuil Ngo

Thong Sie. Ia terus naik kegenteng, akan menghampirkan

kamar jg kemarin. Tapi kamar kosong. Ia melibat tjahaja

api dipendopo. Ia lantas menudju kesana.

Sang imam tua, dengan rambut riap2an dan pedang

dibulang-balingkan, asjik membatja mantara. Dimedja,

bertjokol bunga teratai dengan satu boneka diatas nja.

Diatas medja itu pun ada sebuah katja muka serta

pendupaan jang baranja marong.

Siam In tidak sabar pula, ia menjerbu masuk.

"Ha, kiranja kau, botjah, jang main gila !" seru si imam

apabila ia melihat si nona.

"Imam siluman, lihat pedang!"

Siam In tidak mempedullkannja, terus dia madju, untuk

menjerang.

Si imam angkat katja-rasa, untuk katjakan nona itu,

sambil ia berseru. Sedangkan dari pendupaan

menghembus ke. luar segulung asap putih.

Begitu melihat katja, matanja Siam In silau, asap pun

menjerbu kearah mukanja. Sekedjab sadja, ia seperti

hilang tenaganja, hilang djuga kesadarannja, tanpa

merasa, ia rubuh sendlrinja.

"Hn-ha-ha-ha !" si imam tertawa.

XVII

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

448

Menjusul tertawanja imam itu, jang Lan Bin tjindjin

adanja, muntjullah beberapa imam lain,

menghampirkan si nona, untuk diringkus. Lan Bin tjindjin

sendiri tempeli selembar hoe di rambutnja si nona sambil

berkata: "Anak jang manis, kau tidurlah ! "

Dan benar2, Siam In rebah bagaikan pulas.

Kira2 tengah malam, datanglah kawannja Lan Bin

tjindjin, ialah Tiang Hoat tjindjin, murid kepala dari Biauw

Hoat tjindjin, ketua Ang Teng Kauw. Dia berkepandaian

lebih tinggi dari imam itu. Dia lantas hundjuk

kemurkaannja melihat orang hendak berniat mengganggu

si nona.

"Soetee, apakah kau hendak melupakan pesan

kauwtjoe?" dia menegur. "Kita telah diberi tugas, bukan?

Bukankah waktu kita hendak berangkat, kita telan

dimeslikan berkemas-kemas dan bersumpah didepan Pek

Lian tjouwsoe untuk tidak dekati perempuan atau semua

jang kita kumpuli akan lenjap chasiatnja dan akan djadi

tidak berguna lagi? Djangan karena iringi napsu birahimu,

kau gagalkan usaha besar kita."

Lan Bin tjindjin dapat dikasi mengerti, ia batalkan niatnja

mengganggu Siam In, maka tertolonglah kehormatannja

nona itu.

Tiang Hoat tjindjin mengawasi si nona, sampai ia

melihat rantai kumala dilehernja nona itu. Ia lantas

mendjumputnja, untuk diperiksa, hingga ia tampak ukiran

dibagian depannja, jang berbunji:"Mestika untuk dipakai

selamanja " sedang sebelan jang lain mentjatat:

"Permatanja ThayKek Ong dari Ngotay."

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

449

"Entah dia anggauta-keluarga apa dari keluarga Ong?"

Tiang Hoat menduga-duga.

Kemudian ia tampak sarung pedang si nona dimana

terdapat ukiran empat huruf dengan arti: "Tjeng In dari

Tan Touw." Sebab pedang Itu ada pedang jang Tjeng In

pakai untuk membelek perutnja Pian Kim Kong.

"Nona ini bukan nona sembarangan," kata si imam

kemudian. "Sjukur dia belum sampai terganggu. Dia ada

keluarganja bekas ketua muda kita."

"Apakah soeheng maksudkan Njonja Hoa, istrinja Pat Pie

Long-ieoen ?" Lan Bin tanja. "Kabarnja sudah lama dia

mendjadi pendeta, dia tidak tjampur lagi urusan dunia,

maka mengapa sekarang dia kirim botjah ini kemari ?"

"Ini mesti ada sebabnja." djawab Tiang Hoat. "Kita

sekarang sudah stap, mari kita pulang. Kita sekalian bawa

dia, supaja Kauwtjoe sendiri jang memutuskannja."

Begitulah dihari kedua, Siam In dibawa pergi. Dia

didandani seperti katjung imam, rambutnja pun dikondei

njungtjung, dan diletaki diatas kereta, seperti orang jang

sedang sakit Selama itu, tetap dia tak sadar akan dirinja,

tjuma pada waktunja orang menjuapi ia nasi dan

meminumkan air. Dengan tjara begitu kemudian dia

dibawa ke In Hong Koan, kuil jang djadi markas besar Ang

Teng Kauw.

Biauw Hoat tjindjin sudah berusia landjut tetapi

romannja masih segar seperti anak muda. Didalam kuilnja,

ia membuat beberapa kamar rahasia. Untuk pelajannja, ia

telah menipu belasan nona2, jang ia djadikan sian-kouw

("dewi"). tjuma belasan pembantunja jang dipertjaja

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

450

mengetahui kamar2 rahasia itu. Inipun sebabnja, ketika

pembesar negeri bikin penggeledahan, rahasia itu tak

ketahuan.

Ketua Itu girang menerima laporan dari Tiang Hoat dan

Lan Bin, karena selain barang2 jang dibutuhkan untuk

membuat obat mustadjab "Koen-goan Kim-tan," mereka

djuga membawa pulang seorang nona jang mengerti ilmu

silat. Ia memberi persen dua potong emas kepada dua

muridnja itu dan memberi upah perak dan tjita pada

pembantu2 mereka ini.

Atas pertanjaan ketuanja, Tiang Hoat menuturkan hal

kegagahannja Siam In, jang sudah petjahkan ilmu mereka

dan menerdjang ke Ngo Thong Sie, sampai dia tertangkap

sebab dikasi membaui asap obat pulas Bie-hoen-hoen.

Kalung dan pedang sinona pun diserahkan sekalian.

"Karena dia mempunjai hubungan dengan Thay-Kek

Ong dan mempunjakan djuga pedang bekas ketua muda

kita jang dahulu, Kauwtjoe harus bertindak hati

terhadapnja," Tiang Hoat berkata achirnja,

memperingatkan ketuanja.

Biauw Hoat tjindjin benar2 harus berpikir. Yan Ie Lam

sudah lama menutup mata tetapi Tjeng In Loo-nie masih

hidup dan niekouw ini ketua tjeng Liong Hwee. Tjeng In

sendiri sudah harus dimalui dalam tjeng Liong Hwee masih

terdapat orang2 liehay lainnja. Maka ia mengambil putusan

untuk menjingkirkan hoe dirambut sinona, untuk nanti,

setelah sinona sadar, mengantar dia pulang ke Kimleng,

guna mentjegah permusuhan dengan tjeng Liong Hwee.

Demikian putusannja Biauw Hoat tjindjin, akan tetapi

disaat ia hendak kembalikan kaiung kumalanja sinona,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

451

tibaia dapat satu pikiran lain. Ia lantas batalkan niat itu,

mulutnja kemak-kemik.

"Kenapa, soehoe ?" Tiang Hoat tanja.

"Apa soehoe niat tahan nona ini ?'

"Mana kau tahu !" kata sang guru. "Nona ini faedahnja

untuk Ang Teng Kauw besar Kau tahu, untuk bergerak, kita

membutuhkan djumlah uang besar, bukan ? Bagaimana itu

harus kita kumpulkan ? Tak tjukup kita mengandalkan pada

dermaan anggauta2 kita sadja. Sekarang harta itu sudah

tersedia, tjuma masih terpendam didalam gunung Ngo Tay

San. Itulah harta pendamannja Lie tjoe Seng, ketika dia

menjerbu Pakkhia dan merampok istana. Harta itu dapat

memelihara lima-puiuh laksa seroadu untuk sedikitnja

selama tiga tahun. Sedjak lama aku telah perhatikan harta

karun itu, jang untuk didapatinja perlu kita dapatkan

dahulu dua buah kumala dalam mana tersimpan rahasia

ternpat pendamnja. Dari dua potong kumala rahasia itu,

jang satunja disimpan partai tjeng Liong Hwee. Aku pikir,

tjukup asal kita mendapatkan jang sebuah, jang lainnja kita

boleh fahamkan sadja. Dasar tjouwsoe melindungi kita,

apamau kita sekarang dapat menawan nona ini ! Kau tahu,

siapa dia ?"

Tiang Hoat tidak tahu, ia mengawasi gurunja itu.

"Dia ada muridnja Tjong In, dia djuga turunan dari Wan

Tjong Hoan," menerangkan ketua itu. "Sudah banjak

tahun, kaisar Boan mentjari dia. Putera kedua dari Thay
Kek Ong, jang bernama Tjong Beng, pernah terdengar

menghadap Tjeng In di Kim-leng, maka mungkin dia

mempunjai hubungan dengan nona ini. Maka sekarang aku

ingin tahan nona ini, untuk didjadikan manusia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

452

tanggungan. Supaja Tjeng In dan Tjong Beng datang

menebusnja dengan kumala rahasia itu Tidakkah daja ini

sempurna ?"

Tiang Hoat anggap bagus pikiran gurunja ini.

"Hanja, tjouwsoeya, apakah tjouwsoeya tidak berkuatir

kita nanti benterok sama tjeng Liong Hwee ?" dia menanja.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biauw Hoat tertawa ter-bahak2.

"Kekuatiran kau tidak beralasan, kauwhoe!" katanja.

Memang murid itu diberi pangkat kauw-hoe, atau

pembantu. "Dalam hal ilmu silat, tjeng Liong Hwee

memang liehay, tetapi bisakah mereka melawan ilmu gaib

kita? Djuga orang2 mereka jang paling Uehay, seperti Poan

Liong Tayhiap dan In Tiong Kiam, sudah pada meninggal

dunia, sekarang tinggal Tjeng In siniekouw bangkotan, aku

tahu kegagahannja, aku tak takut terhadapnja !"

"Hanja, tjouwsoeya," berkata pula Tiang Hoat, "harta itu

demikian besar, mungkinkah mereka sudi menjerahkannja

?"

"Kau tidak tahu ! Upama kata kita tidak berhasil

mendapatkan itu, mungkin lain orang. Ada rombongan

lainnja dari Kwangwa jang sedang mengintjar harta karun

itu. Kalau sekarang kila tidak turun tangan, kita bisa

didahului orang lain! Aku pertjaja, asal Tjeng In menerima

surat kita, dia akan segera datang"

Biauw Hoat lantas bekerdja. ia kirim utusannja

membawa surat ke Kim-leng, untuk Tjeng In Loo-nie.

Dipihak lain, dia mengadakan rapat, guna mengatur daja

untuk menjambut musuh andai-kata Tjeng In menolak.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

453

"Asal aku keprak medja, itu artinja pembitjaraan gagal"

kata ketua ini achirnja. "Waktu itu, sinona mesti segera

disimpan didalam kamar rahasia."

Setelah itu mereka menantikan kedatangannja Tjeng In.

Beberapa hari sudah lewat ? hari2 jang diduga Tjeng

In akan sampai ataupun kabar dari niekouw itu ? belum

djuga ada kabarnja. Baru selang lagi beberapa hari, mata2

dari bawah gunung melaporkan datangnja seorang

penunggang kuda.

"Siap," Biauw Hoat menitah, sedang Tiang Hoat

diperintah menjambut.

Jang datang itu mengaku ada utusannja Keluarga Ong.

Biauw Hoat menjambut dipeudopo. Dia mengenakan

djuba Hong-hwee-pauw dan langannja menjekal hoed-tim,

(kebutan). Ia muntjul dari pintu samping terus ia

mengambil tempat duduk.

Waktu itu, sipembawa surat sudah menantikan

diundakan tangga.

Iman ini melirik kepada dua katjungnja.

"Kauwtjoe menitahkan sipembawa surat menghadap!"

kata satu katjung.

Tiang Hoat memimpin utusan itu madju.

Dia berumur kira2 empat-puluh, kulitnja kemerah2an,

romannja gagah, tindakannja pun tetap.

"Pasti dia kosen, aku mesti waspada, pikir Biauw Hoat

sambil mengawasi.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

454

"Beritahu namamu!" kata iman ini kemudian seraja ia

mengebut. "Siapa suruh kau membawa surat?"

"Aku dititahkan Djie-kongtjoe dari Keluarga Ong dari

Ngo-tay" djawab utusan itu.

"Mari suratmu!"

Orang suruhan itu buka sabuknja, untuk mengeluarkan

suratnja, setelah mana, ia bertindak untuk

menjerahkannja.

"Mari" kata satu iman tjilik, jang madju kedepan

siutusan sambil mengulur tangannja. Maka iman itu

menerima surat dari tangan pelajannja sendiri.

Selagi siiman membuka sampul surat, untuk dibatja,

tiba2 siutusan menolak tubuhnja si katjung dan tangannja

jang lain menjabat dengan sabuknja, dari mana segera

mentjelat sebatang pedang pendek, jang mengarah dada

imam itu.

Selagi si imam terkedjut, pedang sudah mengenai

sasarannja, hingga imam jang mendjadi kaget sekali.

Tetapi Biauw Hoat tidak rubuh, dia malah bisa geraki

kebutannja, akan menjampok sa buk berikut pedang

pendek itu.

Utusan itu heran jang serangannja berhasil tapi tanpa

akibat jang diharapkan, maka ia lontjat madju, akan

djambret imam itu. Baru kaki depannja menginjdjak lantai,

atau terdengarlah satu suara mendjeblak, lalu tubuhnja

kedjeblos. Tetapi ia bergerak sangat sebat, ia masih

sempat sambar udjung badju si imam, hingga dengan

pindjam tenaga orang lain, ia bisa mentjelat naik.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

455

Dengan memperdengarkan suara memberebet, udjung

badjunja si imam robek. Dia lantas lenjap hampir

bersamaan menghembusnja asap tebal di hadapannja.

Bukan main herannja utusan itu, apapula semua Imam

lainnja djuga lenjap dalam sekedjab, hingga ia seorang diri

tertinggal disitu dengan pendopo sudah lantas terpegal

djerudji besi, jang mengurungnja setjara mendadakan.

Orang suruhan itu bukan lain daripada Wan Boe tjioe.

Dia datang dengan tipudajanja itu, untuk bekuk &auw

Hoat, guna memaksa si imam merdekakan Siam In. Dia tak

sangka, imam itu sangat litjik. Dia tetap terkurung, sampai

sang magrin mendatangi. Tiada seorangpun menggubris

dia, meski belakangan tampak beberapa imam mondar
mandir diiuar djerudji. Tetapi tak seorang pun jang

meladeni dia. Dia seperti tidak terlihat.

Waktu tjuatja mulai gelap, beberapa orang lewat

didepan pendopo, ada jang membawa barang makanan.

Rupanja mereka budjang2 luar dari kuil itu. Boe tjioe

mengeluarkan dua potong perak, sambil menundjukkan

itu, dia memanggil: "Sahabat, mari ! Aku terkurung disinl,

apa kau bisa tolongi aku membawakan kabar ?"

Beberapa orang itu lewat teras, mereka seperti tak

mendengar dan tak melihat.

Boe tjioe melemparkan uangnja, tapi uang itu djatuh

berbalik, seperti ada jang merintanginja. Ia heran, ia

merogo keluar, mengulurkan tangannja pandjang2. Ia

kena membentur suatu barang bagaikan tembok tetapi ia

tak dapat melihatnja. Maka ia mendjadi heran dan kaget.

Insjaflah ia sekarang liehaynja kawanan imam itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

456

Memang, dipemulaan keradjaan Beng, ilmu gaib telah

digunakan untuk menarik kepertjajaan rakjat. Paling madju

adalah diwilajah2 aliran sungai Hong Hoo. Upama tjoe

Goan tjiang, pendiri ahala Beng, telah memasukkan partai

agama Ble Lek Kauw, diachir keradjaan Beng, atau

permulaan ahala Boan, gerakan itu madju pula. Seperti

timbulnja Ang Lian Kauw, jung dimulai dari propinsi

Shoatang, lalu mendjalar ke Hoopak dan Hoolam, sampai

dialiran sungai Tiang Kang. Adalah Ang Teng Kauw ini jang

belakangan berubah mendjadi Pek Lian Kauw, jang sama2

memudja Pek Lian tjouwsoe. Anggauta jang penting semua

mengerti ilmu gaib. Umpama daging mereka dipotong,

tanpa menimbulkan rasa sakit, tanpa mengeluarkan darah,

dengan ilmu apa mereka bisa menarik kepertjajaan orang

banjak, untuk menggaruk uangnja. Misalnja tjie Hong Djie,

pemimpin Pek Lian Kauw jang berbahaja Itu. Sedang

belakangan lagi, rombongan Gle Hoo Toan djuga

ketjampuran anasir2 Pek Lian Kauw itu, tjuma sekarang

gerakan berpokok kepada menentang bangsa Boan dan

membangun keradjaan Beng.

Tapi setelah dipengaruhi Kokbo tjioe Hie, mereka djadi

bekerdja sama dengan bangsa Boan, mereka berbalik

memusuhkan bangsa asing, hingga akibatnja keadaan

Tiongkok djadi sangat menjedihkan Demikian sekarang,

Wan Boe tjioe menjaksikan liehaynja kaum Ang Teng Kauw

ini bahagian "kiri" (tjo-too). Dimasanja Yan Ie Lam

mendjadi ketua muda Ang Teng Kauw, dia tidak

mengutamakan ilmu gaib itu.

Dikiri-kanan ada pintu samping. Boe tjioe mentjoba tolak

itu, ia tidak berhasil. Dalam keadaan biasa, pasti ia bisa

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

457

menolak pintu itu walaupun daun pinlunja tergandjel

palangan.

Segera djuga, Boe tjioe dengar suara lontjeng geredja

dan pembatjaan doa. Ia tahu, itu adalah waktunja orang

melakukan ibadat Ia mengerti pula, itulah waktunja untuk

tjoba menjingkir. Maka ia naik kepenglari, sambil

memegangi penglari itu, ia mengajunkan kakinja, akan

mendupak genteng. Ia gagal! Ia seperti mendupak kapas,

genteng tak berubah. Kembali ternjata, ia kebenterok

dengan ilmu gaib, ia seperti terkurung "thian lo tee bong"

ialah "djala langit, djaring bumi . ."

Dalam bingunguja, Boe tjioe merebahkan diri, pikirannja

mendjadi kalut, ia berduka bila ia teringat akan nasib

puterinja ? Siam In.

Sampai djam tiga, orang she Wan ini masih belum tidur.

Tiba2 ia melihat satu bajangan berkelebat dilorong,

bujangan mana merupakan satu tubuh jang tak tinggi.

Dilain saat, ia tampak tegas satu njonja tua mendekam

dipodjok tembok. Dari gerakan njonja itu, ia menduga

kepada bukan musuh.

Sebentar sadja, njonja itu kelihatan mengeluarkan dua

lembar kertas dari sakunja. jang selembar, ia tjantel

diKondenja. jang lainnja, ia pegangi terus. Dengan hatiia

bertindak Kearah orang jang dikurung itu. Kertas itu

ditempelnja lepat dipimu. Njata itu adalah selembar kertas

kuning, ialah hoe ? soerat djimat, setelah itu. segera ia

menjampok pintu.

Boe tjioe menjaksikan kekuatan tangnnnja sinjonja,

sebab djerudji besi terpatahkan. Lantas njonja itu

memasuki tangannja untuk menggape.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

458

Boe tjioe mengerti. Tanpa bilang suatu apa, ia bertindak

menghampirkan, akan terus lontjat, molos diantaru

djerudji itu.

Sinjonja tetap tidak buka suaranja Koo jang dipintu, ia
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ambil kembali, dan ditempelkan dikepala orang jang ia

tolongi, jang ia terus tuntun, untuk diadjak lontjat melewati

pendopo samping. Untuk kemudian berlalu dari In liong

Koan. Mereka berlari terus sampai terang tanah, hingga

mereka sudah melalui kota Laytjioe seratus lie lebih. Disini

baharulah mereka berhenti berlari. Boe tjioe merasa lelah,

hingga ia merebahkan diri dlbawah sebuah pohon.

Sinjonja tua mentjabut kondenja. hingga terlihatlah

kepalanja jang litjin, sebab ia adalah satu niekouw,

pendeta wanita.

"Wan Kongtjoe, masihkah kau mengenali pin-nie ?"

tanjanja.

Bukan main girangnja Boe tjioe apabila ia sudah melihat

tegas niekouw itu, ialah niekouw jang ia djusteru lagi tjari.

ia lantas berlutut didepan niekouw itu, untuk paykoei.

"Oh. soe-thay !" ia berseru.

"Bangun, kongtjoe," berkata sipendeta wanita, jang

Tjeng In adanja. "Disini bukan tempat untuk mendjalankan

adat istiadat, kita djusteru harus damaikan soal menolongi

puterimu."

Boe tjioe berbangkit.

"Aku mengerti, soe-thay," katanja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

459

Oleh karena keduanja sudah lapar, Tjeng In mengadjak

lebih dulu untuk tjari rumah makan dimana mereka bisa

duduk bersantap.

Diantara Tjeng In dan Wan Boe tjioe, keadaan rada

ruwet. Tjeng In adalah muridnja Oey Bwee Kie-soe. Dan

Boe tjioe, sedjak umur beberapa tahun, sudah dirawat dan

dididik Oey Bwee Kiesoe itu. Adalah setelah ajah dan ibu

Boe tjioe dibokong Tiat-tjie-sian Liok Hong, baru dia

dititipkan pado Poan Liong Tay-hiap, untuk diserahkan

pada Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa, untuk dididik lebih

djauh. Boe tjioe beladjar silat pada Wie Yang sampai

kemudian dipropinsi Soe-tjoan, dia bertemu dengan Boe

Tim toodjin. Maka itu, mereka berdua sebenarnja

seimbang deradjatnja. Tapi Siam In puterinja Boe tjioe

adalah muridnja Tjeng In. Boe tjioe pun lebih muda dua

puluh tahun daripada niekouw itu. Maka dalam deradjat,

tetap Boe tjioe jang terlebih muda. Tapi Tjeng In indahkan

kehormatan kaum Rimba Persilatan, ia tidak mau merusak

aturan, maka itu, ia memanggil kongtjoe pada Boe tjioe.

Tjeng In meninggalkan Tan Touw Am lebih dahulu

daripada Boe tjioe, mengapa ia sekarang ternjata

terlambat ? Itulah ada sebabnja.

Bukan main gusarnja Tjeng In waktu ia menerima surat

pemeresan dari Biauw Hoat tjindjin. Ia bentji iman itu, jang

melupai persahabatan, iapun djemu untuk perbuatan

rendah orang itu ? mentjulik dan memeras, memeras

orang sesama kaum. Sebenarnja ia ingin segera sampai di

Laytjioe, untuk membunuh iman itu. Tapi ia sudah berusia

landjut, iapun ada satu pendeta, ia bisa mengendalikan

diri. Disamping itu ia tahu, sebagai koensoe, penasihat,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

460

kedudukan Biauw Hoat berimbang dengan kedudukannja

Yan le Lam dulu.

Dalam ilmu silat, Biauw Hoat tidak liehay, tetapi dia

mengerti ilmu gaib. Maka, untuk bekerdja, Tjeng In tidak

mau sembrono. Demikian, sesampainja ia di Laytjioe, ia

mondok disebuah kelenteng, darimana ia mentjari tahu

dulu halnja ketua Ang Teng Kauw itu. Tidak demikian

dengan Wan Boe tjioe jang lantas langsung menjatronl.

Benarlah dugaan Tjeng In, Biauw Hoat menggunai

ilmunja akan mengurung Boe tjioe Malah Biauw Hoat tahu

menurut hitung2annja sl niekouw mestinja sudah sampai

tapi pendeta itu belum djuga muntjul. Karena itu ia lantas

mengatur pendjngaannja ia hanja tidak menjangka, Boe

tjioelah jang masuk perangkap.

Tjeng In djuga benaku hati2 sekali. Supaja Biauw Hoat

tidak mengenali dia dia beli konde palsu, untuk menjamar.

Dia kenal baik In Hong Koan, jang sekarang telah berubah

tidak sedikit. Dia menudju kebelakang sebab didepan ada

dipasang hian-lo tee-bong. Disini ia memasuki sebuah

pintu ketjil tanpa rintangan. Dia kagum bila dia dapat tjium

bau semerbak dari bunga melati dan anggerek tertjampur

djadi satu Dia heran. Tidak selajnknja kedua rupa bunga

berada disitu. Melati mesti berada di Tiang Kang dan

anggerek di Kong Kiang. Djuga hawa udara telah berubah

mendjadi panas. Terang perubahan hawa itu ada

perbuatannja Biauw Hoat.

Madju lebih djauh, Tjeng In melihat sebuah pintu model

bulan dengan tulisan empat huruf: "Hong Lay Sian Keng,"

jang berarti "tempat dewa". Disitu ada ranggon dengan

apinja terang. Dari mana terdengar suara tetabuan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

461

bertjampur suara tertawa riang-gembira. Dia lantas

menghampirkan kamar, untuk mengintai didjendela.

Segera dia mendapatkan satu pemandangan jang

mendjemukan. Satu imam sedang dikerumuni belasan

nona2 manis, dengan pakaian model kuno, indah

dandanannja, tjentil kelakuannja.

Tjeng In tak ingin menjaksikan lebih djauh

pemandangan buruk itu. Djusteru ia hendak

mengundurkan diri, ia tampak pedang dan sebuah kantong

kulit digantung dekat djendela. Ia tahu, itulah pedangnja

siiman dan kantong itu mesti memuat surat2 djimat. Tanpa

sangsi lagi, ia mendekati pedang dan kantong itu, untuk

segera disambar. Sjukur siiman tidak melihat perbuatannja

itu. Kantong itu benar memuat rupa2 hoe.

Untuk bisa menolongi Siam In, Tjeng In meninggalkan

ranggon tempat pelesiran itu. Sekarang ia tampak satu

lontjeng besar. tinggi sependirian orang. Ia beran. ia

mengawasi lontjeng itu hingga ia dauatkan tapak kaki. Ia

pasang kupingnja dilantai, ia mengetok. Ia dengar suara

kosong. Djadi disitu ada lobang dalam tanah. Karena tidak

ada orang disitu, Tjeng In menggeser lontjeng itu, hingg2

ia menghadapi mulut sebuah lobang dari mana terlihat

tjahaja api suram ia mengambil selembar hoe. ia

tempelkan dirambutnja, lalu ia turun diundakan tangga.

Beberapa katjung menanti didalam lobang itu tapi

mereka tidak melihat Tjeng In. Teranglah itu ada

chasiatnja hoe itu.

Bertindak lebih djauh, Tjeng In lantas dipegat enam

perwira tlnggi-besar dengan kampak ditangan mereka

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

462

masing2. Pakaian mereka pun bersinar kuning emas.

Mereka burdandan sebagai panglima perang djaman dulu.

Tjeng In membatja mantora2 sampai enam perwira ilu

lenjap sendirinja. Tapi pendeta mi segera mendengar

suara, katanja : "Thaysoe, silakan kembali. Aku menerima

titahnja tjindjin untuk melarang orang masuk kemari !"

Tjeng In madju terus, lagi ia merasai ada orang menolak

lubuhnja. ia tahu ia lagi berhadapan dengan malaikat2

LiokTeng Liok-Kah, bahwa kali ini, surat djimatnja tidak

berlaku. Terpaksa ia pulang.

Dua malam Tjeng In berpikir keras, masih ia belum

mendapatkan akal. Tapi ia penasaran maka hari itu, ia

datang siang. Ia pakai djimat, untuk mengumpetkan dirmja

Kebetulan ia melihat Wan Boe tjioe bagaimana ia ini

dikurung. Maka ia menunggu sampai malam, baharu ia

menoiongi orang she Wan itu.

Demikian di-rumah makan. Tjeng In menuturkan hainja.

Setelah mana, Boe tjioe djuga mentjeritakan tentang

dirlnja, sedjak meninggalkan Ngo-tay sampai di Inlam dan

bertemu sama Boe Tim Toodjin, jang menerima ia sebagai

murid, sampai ia mengetahui hal gadisnja tertawan, maka

ia lantas berangkat untuk menolonginja.

Setelah bertjerita, Boe tjioe melihat si niekouw sangat

berduka.

"Apakah soethay tidak tahu salah satu soehoe liehay,

jang bisa petjahkan ilmu gaibnja imam itu ?" achirnja ia

Tanja.

Pertanjaan Ini menjadarkan Tjeng In.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

463

"Kau benar, kongtjoe " katanja. "Guru ku, Oey Bwee

Kiesoe, pernah tinggalkan dua buah kitab Thian Sie, untuk

disampaikan pada satu orang. Maka asal orang itu dapat

ditian, pasti kita dapat menolongi puterimu."

"Siapa dia itu, Soethay ?" Boe tjioe tanja, bernapsu.

"Sekarang ini tempo kita sangat mendesak," sahut Tjeng

In, "mari kita berangkat ke Kwan-gwa, untuk mentjari dia.

Ditengah perdjalanan nanti aku berikan keterangan

padamu."

Lantas mereka berangkat. Kali ini mereka mengaku

sebagai ibu dan anak. Dari Laytjioe, mereka naik perahu.

Angin timur-selatan menjeberangkan mereka ke selatan

Poet-hay, sampai di Liauwteng. Disini baharu Tjeng In

memberi keterangannja pada Boe tjioe tentang hal

iehwalnja sendiri, mula2 ia beladjar pada Oey Bwee Kiesoe,

sampai ia membunuh Pian Kim Kong. Bahwa gurunja telah

menjerahkan padanja dua kitab rahasia Thian Sie. Kitab2

itu tidak diserahkan pada Tjeng In, Liok Goah Hoa atau Yan

Ie Lam sebab guru itu tahu, mereka ini tidak mempunjakan

kesanggupan memiliki buku itu, jang memuat pelbagai ilmu

perang dan ilmu alam gaib.

Pesannja Oey Bwee Kiesoe adalah, setelah nanti ia

menutup mata, kitab jang satu mesti dipendam digunung

Hoeyong tjiang di Hoa-koan, Kwietang. ia telah

meramalkan : "Seratus tahun kemudian, kitab ini akan

terdjatuh kedalam tangannja satu Radja rblis pengatjau

dunia, jang akan membikin keradjaan Boan mendjadi kalut

sekali (terbagi empat, terpetjah lima)." Dan kitab jang

kedua mesti disampaikan pada seorang di Kwan-gwa,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

464

orang mana bisa mentjulik kaisar Boan serta berulang kali
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa menolongi tak sedikit djiwa manusia.

Ketika Tjeng In tanja gurunja. siapa adanja itu orang di

Kwangwa, jang mesti ditjari, Oey Bwee Kiesoe kata : "Kau

ingat sadja, lagi tiga tahun, dua hari setelah hari raja Tiong

tjioe, didjalan Sin-tek-too di Djiat-hoo. kau akan melihat

sembilan buah kereta persakitan. Dengan menggunai

kepandaianmu. kau mesti menolongi mereka, lalu pada

satu diantaranja, jang pernah beladjar di Hian-lie, kau

berikan kitab ini. Berdasarkan djasa baik ini nanti, selang

beberapa puluh tahun, orang itu akan menolongi kau

dalam kesukaranmu."

Tjeng In melakukan pesan gurunja itu. Sehabis gurunja

wafat, ia berangkat ke Kwietang, untuk pendam kitab jang

satu digunung Hoeyong tjiang. Setelah itu, ia merantau,

hingga ia mengangkat namanja. Lalu tiga tahun kemudian,

ia pergi ke Kwan-gwa. Didjalan Sintek, Djiat-hou (Jehol), ia

menunggui orang jang ia mesti menolongi.

Itulah masanja Hek San Pat tjoen, delapan djago dari

Hek San, memberontak terhadap pemerintah Boan tjeng.

Rahasia mereka botjor, ketahuan oleh Tjongpeng An Tat

Lee. Tjongpeng ini lantas kirim sebawahannja, tjharatjiang

See-djie Houtat pergi ke Kliolee (Korea), minta supaja

pihak Kholee memegat djalan mundur kaum pemberontak

itu. Setelah mana, ia mengatur d jebakan, hingga Hek San

Pat tjoen kena dipukul hantjur. Djumlah mereka terdiri dari

beberapa ribu djiwa.

Thian Tie Koay-Hiap Ong In Liong ada sahabat Hek San

Pat-tjoen, dia turut dalam pemberontakan itu, dialah jang

membawa pasukan belakang, dia dapat melabrak tentara

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

465

Boan. tapi kemudian, karena kalah besar djumlah, dia

kewalahan. Maka ia mengadjak Hek San Pat-tjoen mundur.

Mereka mundur kewilajah Korea. Satu pasukan demi satu

pasukan melintas mundur. Paling belakang, Ong In Liong

bersembilan dengan Hek San Pat-tjoen. djalan sambil naik

kuda mereka. Mereka masuk dalam lembah sesudah tjuatja

gelap. Mendadak berbunji tanda njaring, lantas kuda

mereka terdjirat dadung2 kalakan, lalu menjambar puluhan

gaetan. Dari dalam rimba pun datang serangan nanah.

Maka siapa tidak terpanah, dia mesti terdjirat kaki kudanja,

atau orangnja kedjeblos dalam lubang perangkap.

Sembilan orang kosen itu terbekuk semua, tak peduli

mereka gagah, bersama mereka ada sedjumlah

sebawahannja.

Tentara Korea mendjebloskan orang2 tawanannja

kedalam kerangkeng, lantas mereka digiring kepada

pasukan Boan. untuk diserahkan.

Attalah waktu itu. Tjeng In telah berdjaga2. Pendeta ini

bingung djuga, sebab tentara pengiring berdjumlah besar.

Selagi ia mengawasi kearah rombongan tentara itu, ia

melihat satu pengemis pengkor asjik mendorong sebuah

kereta memasuki mulut lembah. Kereta itu diberhentikan

tepat dibagian djalan jang sempit.

Segera Tjeng In tampak mata bersinar dari si pengemis,

ia menduga orang bukan orang sembarang.

Ketika itu, barisan pengiring tawanan lagi mendatangi;

beberapa penunggang kuda djalan didepan, lalu barisan

pengiring, jang berbaris dua. Sembilan kereta kerangkeng

diiring barisan serdadu bertumbak pandjang. Dibelakang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

466

mereka itu, ada lagi barisan anak panah, jang dikepalai dua

perwira.

Melihat datangnja barisan serdadu, si pengemis

mendjalankan pula keretanja. Bisa dimengerti kalau ia

djalan dengan pelahan sekali, sebab sudah pengkor, ia d

juga mesti menolak kereta.

"Minggir!" bentak salah seorang perwira.

Pengemis itu diam sadja, ia seperti tidak mendengar

bentakan. Malah selagi barisan datang semakin dekat, ia

menahan keretanja dan naik ke-atasnja, untuk nunprah

membetulkan sepatu.

"Kurang adjar!" bentak si perwira, sambil mengajunkan

tjambuknja.

Tapi si pengemis berguling turun dari koretanja,

meloloskan diri dari tjambukan.

Beberapa opsir mendjadi gusar, mereka madju. untuk

menghadjar pula. Si pengkor berkelit, sambil terlontjatan,

gerakannja lebih tjepat daripada kuda. Sia-sia ia dikedjar

sampai sepuluh tumbak lebih, sehingga barisan serdadu

tertinggal dibelakang. Pasukan pengiring itu djuga sudah

lantas berhenti.

Selagi dia dikedjar, pengemis itu berhenti berlari, dia

menoleh, lantas dia mendjebikan, akan mengedjek opsir2

itu. Begitu ia didekati, selagi kuda lontjat, ia

menggulingkan tubuh, lewat dikolong kaki kuda. Setelah

mana, ia kembali ke keretanja untuk didorong pula kearah

barisan setdadu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

467

Beberapa puluh serdadu terdepan mendjadi pusar,

mereka pun madju, akan menghadjar pengemis ini, tapi

djusteru mereka datang dekat kereta, mendadakan kereta

itu meledak.

Kiranja kereta itu berisi bahan2 peledak.

Kira2 lima-puluh serdadu terbinasa dalam sekedjab.

Beberapa opsir, jang tadi mengedjar, mendjadi kaget,

mereka lantas putar balik kuda mereka.

Si pengemis tidak berhenti sampai disitu. Ia tjabut

sebuah pohon tjemara disamping djalan, untuk digunai

sebagai toja, akan menjapu iain2 serdadu. Dipihak lain,

barisan jang mengiring kereta lantas madju, guna bantu

mengepung.

Tjeng In melihat ketikanja. Ia lontjat turun, sambil

menghunus pedangnja, ia lari ke-kereta2 kerangkeng.

Sebentar sadja, ia telah membabat putus rantai pintu

kerangkeng. Disitu ada Tiat-kim-kong Tan Seng dan Hek
Song-sin Lie Ngo dari Hek San Pat tjoen. Mereka ini

menghadjarkan rantai borgolan pada kereta, hingga putus.

Bila mereka melihat pasukan dibelakang lagi mendatangi,

mereka mendjumput kampak musuh, buat dipakai

menjambut.

Tjeng In bekerdja terus mendobrak satu demi satu

kerangkeng persakitan, hingga setiap persakitannja, jaitu

lagi enam anggauta Hek San Pat tjoen dan Ong In Liong

bebas dari bahaja. Seperti Tan Seng dan Lie Ngo, mereka

ini djuga menjambar sendjata untuk membantui dua

saudara mereka itu melabrak tentara negeri.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

468

Empat perwira jang bantu mengantar rombongan

persakitan adalah pahlawan2 dan istana Djiat-hoo Heng
kiong. jaitu istana kaisar di Djiathoo. Mereka repot melajani

si pengemis pengkor seorang, maka mereka kaget bukan

main menjaksikan djuga si niekouw jang tidak dikenal,

sedang mendobrak kerangkeng2 dan membebaskan setiap

persakitan. Dalam keadaan hebat seperti itu dua pahlawan

rubuh terbinasa maka dua jang lain, terpaksa angkat

langkah seribu. Si pengemis tidak mengedjarnja.

Hek San Pat-tjoen dan Ong In Liong telah berhasil

menumpas semua serdadu pengiring, lalu mereka

menghampirkan si niekouw, jang lagi menjusuti pedangnja

jang berlepotan darah. Si pengemis pengkor pun turut

menghampirknn.

Kapan Ong In Liong mengenali pengemis itu, ia memberi

hormat sambil memanggil, "Soehoe !" Sebab si pengemis

bukan lain daripada Ong Liak, jang menjamar.

Sembilan djago itu tidak kenal Tjeng In tapi mereka

menghundjuk hormat mereka sambil menghaturkan

terima-kasih serta sekalian menanja she dan nama atau

gelaran penoiongnja itu.

Tjeng In memperkenalkan diri sambil memberi tahukan

kedatangannya itu atas titah surunja. Oey Bwee Kiesoe.

Semua orang berlerima-kasih dan kagum. Mereka

memang pernah mendengar nama niekouw ini. Baharu hari

ini mereka dapat melihat orangnja serta bisa beladjar kenal

djuga dengannja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

469

Tjeng In mengadjak semua orang itu menjingkir, karena

tempat itu bukan tempat pasang omong. Dia kuatir nanti

aua bala-bantuan musuh jang datang.

"Benar!" kata Ong In Liong beramai Setelah mana,

mereka merampas kuda untuk dipakai kabur, ke-utara.

Tetapi di tengah djalan, mereka berpisahan. Hek San Pat

tjoen pergi pada Kim too Soannie Beng Eng, untuk

menumpang dan Ong Liak mengadjak Ong In Liong pulang

ke Thian Tie, Tiang Pek San. Tjeng In turut guru dan murid

itu, karena ia harus menjelesaikan tugasnja menjampaikan

kitab gurunja.

Baharu beberapa hari berdiam dialas gunung, Tjeng In

lantas mengelahul sifatnja Ong Liak dan Ong In Liong.

Maka pada suatu malam ditepi danau Thian Tie, selagi

rembulan memantjarkan tjahajanja jang indah kemuka

telaga, ia mengutarakan maksud kedatangannja jang

sebenarnja guna menjerahkan kitab.

Karena ini, ditepi danau djuga, In Liong memasang hio.

Tjeng In mengeluarkan kitabnja Oey Bwee Kiesoe, jang

dibungkus dengan sutera kuning. Dihalaman pertama

terlihat pesannja Oey Bwee, jang berbunji: "Orang jang

menerima kitab ini mesti bersumpah kepada Thian, bahwa

dia tidak akan tersesat dan melakukan perbuatan jang

tidak lajak. Sebaliknja, dia harus menolong sesama

manusia dan melenjapkan bentjana bagi rakjat"

Ong In Liong memberikan sumpahnja. Sesudah mana

baharulah Tjeng In menjerahkan kitab itu. Ia memberi

hormat pada niekouw ini, sambil menghaturkan terima

kasihnja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

470
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dilain harinja, Tjeng In berpamitan.

Ong In Liong lantas mejakinkan kitab itu, sampai Ong

Liak menutup mata. In Liong lantas menampakkan diri

sebagai Thian Tie Koay-Hiap, Orang Aneh dari Thian Tie.

Karena Liehaynja, ia sangat dihormati

Demikian Tjeng In Loo-nie menuturkan Boe tjioe perihal

Thian Tie Koay-Hiap atau Ong In Liong. Selama mana,

mereka sudah sampai di Eng kauw, wilajah Kwantiong.

Disini mereka mendarat untuk menjewa kuda, guna

melandjutkan perdja* lanan mereka ke Thian-tie. Mereka

ketjewa, tidak dapat mentjari Ong In Liong. In Liong sudah

pindah kegunung Ya Kek San di Hek-liongkang untuk

menjingkir dari Soe In Teng. Maka Tjeng In mengadjak Boe

tjioe terus ke Utara, sampai kebetulan sekali mereka

bertemu sama Lie Ngo. Djago tua jang mendjadi salah satu

dari Hek San Pat-tjoen. Kebetulan sekali, karena Lie Ngo

mentjurigai Tjeng In, jang ia ingat samar2 sebagai

penolongnja. Mereka djadi dapat berbitjara. Setelah mana,

djago Hek San itu mengadjak pendeta ini dan Boe tjioe

kekamar rahasianja, untuk ia memperkenalkan dirinja.

Tentu sadja, Tjeng In mendjadi sangat girang.

Setelah berbitjara tentang Beng-sie Sam Eng, Lie Ngo

menambahkan: "Aku kira dua saudara Ong berada pada

persaudaran Beng itu. Mengapa soehoe tidak mau pergi

dulu pada Beng-sie Sam Eng dan dari sana baharu ke Ya

Kek San? Djaraknja sudah dekat untuk pergi

kepasanggrahan mereka."

Tjeng In menjetudjui usul itu, maka ia mengadjak Boe

tjioe pergi malammalam kepasanggrahan bertiga saudara

itu, hingga mereka dapat menemui dua saudara Ong

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

471

begitu pula Oey Bin Koaykek Tjong Lioe dan Tiauwyang

Hoeltoo Ang Seng Tong.

XVIII

Setelah berduduk, Tjeng In lantas mentjeritakan hal

lenjapnja Siam In. Bagaimana sia-sia sadja Wan Boe tjioe

menijoba menolongnja. Bahwa iapun tidak berdaja karena

Biauw Hoat tjindjin menggunakan ilmu gaib. Maka itu, ia

djadi teringat pada Thian Tie Koay-Hiap, pertolongan siapa

hendak dimintanja.

Maksud pendeta ini sama dengan niat Beng-sie Sam

Eng, jalah untuk meminta bantuannja Thian Tie Koay-Hiap.

hanja bedanja ialah sifat bantuan : Jang satu guna

mentjari neraka dunia dari Soe In Teng, jang lain untuk

menolongi Siam In.

Semua orang murka mendengar tertjuliknja si nona.

Malah Tjong Beng murka berbareng kaget, sebab orang

hendak peras kumala mustikanja, hingga ia menghunus

pedang seraja menepuk medja.

"Imam siluman, tidak dapat aku menerima paksaanmu

ini !" dia berteriak. "Aku tak nanti membiarkan tempat

harta rahasia tjeng Liong Hwee djatuh ditanganmu"

Kataa bersemangat ini membuat orang kagum. Tapi Boe

tjioe sendiri diam2 merasa pasti, pemuda ini dan Siam In

mestinja sudah berdjodoh untuk hidup bersama. Maka

legalah hatinja.

tjuma Beng Siang jang duduk diudjung, berdiam sadja.

Melihat sikap si nona itu, Seng Tong lantas tanja: "Sam
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

472

tjeetjoe tentu mempunjai daja jang baik, mengapa kau

diam sadja ? Tjeng In Soethay bukan orang lain, tidak ada

halangannja untuk tjeetjoe mengutarakan segala apa"

Tjeng In dan Boe tjioe segera menoleh akan

memandang si nona tjantik, gagah dan djelita itu, dengan

sepasang matanja jang tjelih sekali.

"Omietoohoed!" Tjeng In lantas memudji seraja ia

menakapkan kedua tangannja. "Muridku terdjatuh dalam

tangan orang djahat, pinnie mohon sam-tjeetjoe suka

dajakan untuk menolong dia."

Beng Siang lekas2 berbangkit, untuk membalas hormat.

"Aku seorang perempuan, apa tahunja aku?" katanja.

"tjoe-wie telah terlalu memudji aku. Mengenai Wan

Siotjiah. aku menganggap, perlu dia lekas ditolongi, karena

dia sudah tertjulik lama. Kalau kita pergi dulu ke Ya Kek

San, kita menambah memperlambat waktu."

"Sam-tjeetjoe benar," Boe tjioe hilang. "Tetapi soal ada

sulit sekali. Bukannja aku omong besar, djikalau hanja

kepandaian silat jang dibutuhkan, aku bersama Tjeng In

Soethay sadja sudah tjukup. Tapi Biauw Hoat tjindjin

pandai ilmu gaib. Maka itu kami mendjadi ingat kepada

Thian Tie Koay-Hiap, jang pernah menerima kitab Thian

Sle, mungkin dia dapat membantu kita."

Mendengar itu, Beng Siang tunduk, ia berpikir.

"Sebenarnja kita kaum Rimba Persilatan, kita semua

utamakan hanja ilmu silat," kata dia kemudian. "Bangsa

kita tidak mengenal segala ilmu gaib, maka kalau kita djeri

terhadap ilmu itu, apakah orang tidak akan tertawakan

kita? Menurut aku, tidak usah kita membikin pusing Thian

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

473

Tie Koay-Hiap. Kita sendiri dapat memunahkan ilmu gaib

itu. Laginja dengan tindakan kita ini kita djadi bisa

mentjegah segolongan orang sesat berani menggunakan

pula ilmu gaib itu."

Pikiran ini dapat persetudjuan umum, hanja mereka

belum tahu, si nona hendak bertindak bagaimana. Maka

semua mata ditudjukan kepada tjeetjoe ini, kepala gunung,

jang ke-tiga. Tjeng In djuga menganggap si nona ada satu

nona luar biasa.

Lantas pendeta itu, begitupun Boe tjoe, menanjakan

daja apa jang si nona punjai.

"Silakan duduk, djie-wie" kata Beng Siang jang melihat

dua tetamunja berbangkit.

"Barusan Ong Kongtjoe bilang hendak pergi ke

Shoatang untuk mentjari kauw-tjoe dari Ang Teng Kauw,

itulah karang tepat," kata si nona. "Urusan ini tidak dapat


Misteri Rumah Berdarah Karya Tjan I D Wiro Sableng 066 Singa Gurun Bromo Pendekar Rajawali Sakti 173 Teror

Cari Blog Ini