Ceritasilat Novel Online

Sang Mawar Gurun Firaun 1

Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan Bagian 1

Asiyah, Sang Mawar Gurun Firaun/Sibel Eraslan

-Cet. 1?Jakarta: Kaysa Media, 2014

vi + 444 hlm.; 20 cm

ISBN 978-979-1479-75-2

ebook by pustaka-indo.blogspot.com

Pengantar Penerbit

Dengan bangga, kami menghadirkan buku ini kepada para

pembaca di Indonesia. Buku ini adalah salah satu dari 4 kisah

wanita penghuni surga karya penulis Turki, Sibel Eraslan.

Buku ini mengisahkan seorang perempuan mulia yang

memegang teguh akidah, bahkan hingga saat lidah api menjilat

tubuhnya di tiang hukuman penguasa zalim bergelar Fir?aun.

Perempuan mulia ini, Asiyah, seorang Ratu Mesir, yang

menanamkan dengan kuat di dalam hatinya ajaran Tuhan yang

Satu seperti yang disampaikan oleh Nabi Yusuf A.S. Asiyah,

perempuan mulia yang tak silau oleh gemerlap kekuasaan dan

nikmat dunia. Pada suatu waktu, saat kembali sebagai Pembebas

Mekah, Rasulullah Saw. mengatakan kepada para sahabat

mengenai empat perempuan ahli surga yang paling mulia, yaitu

Khadijah putri Khuwalaid, Fatimah putri Muhammad, Asiyah

putri Mudzahim, istri Fir?aun, dan Maryam putri Imran.

Kisah ini terbagi dalam dua bagian besar. Bagian awal

disampaikan dalam bentuk kiasan lempeng-lempeng

manuskrip yang mengisahkan Raja Akhenaten, penguasa Mesir

yang bijaksana dan meyakini kebenaran ajaran Nabi Yusuf,

beriman kepada Tuhan yang Tunggal. Keyakinan ini akhirnya

membuat pusat pemerintahannya di Amarna luluh lantak oleh

serangan pasukan musuh dari dalam kerajaannya sendiri yang

ingin memulihkan kembali keyakinan terhadap banyak tuhan

atau dewa. Bagian ini juga mengantarkan pembaca untuk

mengenal tokoh-tokoh utama.

iii

Bagian kedua menceritakan kisah Ratu Asiyah yang juga

dikenal sebagai Yes atau Yes?a. Pembaca akan diajak menyelami

perjalanan hidup Ratu Asiyah yang besar dalam didikan

Apa, guru yang sangat dihormatinya, serta kedua pengiring

setianya, Tahnem dan Sare. Bersama, mereka menjaga

keimanan terhadap Tuhan yang Satu, seraya menyusun langkah

menghadapi kelicikan dan pandangan haus kekuasaan Kepala

Pendeta Haman dan Karonaim yang mengingkari asal-usulnya.

Mereka adalah empat sekawan dari masa kecil, Asiyah, Ra, Ha,

dan Ka. Namun, pada akhirnya mereka berpisah jalan, saling

berhadapan sebagai lawan.

Asiyah kemudian ditakdirkan menjadi permaisuri Raja Ra.

Sang Raja kelak bermimpi mengenai kelahiran seorang anak

dari Suku Apiru yang akan menjatuhkannya dari singgasana.

Seorang anak yang akan menjadi utusan-Nya. Mimpi ini

berujung pada kegilaan berupa perintah membunuh setiap

bayi laki-laki Apiru yang baru lahir. Namun, kuasa Illahi

menentukan bahwa bayi masih merah yang dihanyutkan ke

Sungai Nil oleh ibunya akan berjumpa ibu yang lain, Ratu

Asiyah. Bayi ini adalah Musa.

Inilah kisah Asiyah, Permaisuri Fir?aun. Keteguhan

imannya seperti aliran Nil yang tak lelah menyusuri jalannya

menuju samudera luas, walau segala rintangan menghadang...

Inilah kisah seorang perempuan yang tak silau oleh harta dan

kekuasaan...

Selamat membaca dan menikmati.

Salam hangat,

Penerbit

iv

1. Lempeng Pertama

Hari terakhir Raja Akhenaten...

Kehangatan sore musim dingin menyelimuti puncak-puncak

Akhenaten yang terletak di Amarna, ibukota penuh misteri...

Mungkin diperlukan jarak yang dekat dengan kematian

untuk memahami bahwa alam semesta tak pernah berhenti

bergerak. Dia adalah seorang raja yang telah mencoba semua

apa yang bisa ia coba di dunia ini, tapi tak ada akhirnya. Setelah

menggunakan seluruh kekuatannya, kini dia menyadari bahwa

ia akan terjatuh setiap saat.

"Sungguh aneh!" ucapnya kepada dirinya sendiri.

"Jadi, seperti ini rupanya. Jadi, kebebasan seorang raja,

kebebasan dalam arti sesungguhnya, hanya dapat digapai

dalam kematian. Kalau begitu, jadikanlah!" ucapnya pula....

Di senja sore hari yang indah, kedua matanya terpaku pada

perkebunan gandum yang berombak seperti laut.

"Ketika menjelang ajal pun," ucap batinnya, tertawa pedih

dengan keadaannya, "salah satu dari kedua mataku akan selalu

terpaku pada sisi-sisi lain dan takkan pernah tertutup dalam

makna sesungguhnya."

"Mata ini...," ucapnya, "takkan pernah tertutup."

Akhenaten, yang disebut Raja Matahari oleh rakyatnya,

sekarang merasakan kebebasan seperti seorang anak kecil.

Sama seperti doa-doa di masa kanak-kanak, ajal membelai

wajahnya dengan semerbak wangi bunga-bunga bermekaran.

4

Adalah sebuah tradisi bagi para raja yang naik tahta untuk

menulis inskripsi mengenai raja yang baru saja meninggal.

Namun, Akhenaten atau Akhen, panggilan sang ibu untuknya,

berbeda dengan raja yang lain. Doa-doanya pun berbeda.

Tulisan-tulisan naskahnya juga tak sama. Dia sungguh tak

memiliki kesamaan dengan para raja terdahulu.

Akhen dan teman seperjalanannya di Amarna sama sekali

tak memedulikan kekacauan dan keributan yang terjadi di

Memphis atau Teb. Mereka percaya dan memberikan hati

mereka kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, satu dan tak

ada lainnya, pemilik hidup dan keabadian. Mengikuti jejak

ayahnya, Akhen menugaskan kepala biara dan para peramal

untuk menjauh dari segala hal atau tugas yang bersangkutan

dengan kemajuan dan perkembangan kerajaan. Akhen

kemudian menjalani sebuah kehidupan sederhana dan jauh

dari dosa di Amarna, ibukota kerajaan yang baru ia dirikan.

Raja Akhen yang agung memandang ke arah temboktembok biru kehijauan seolah berhias batu zamrud yang

terletak di Amarna pada kehangatan sore musim dingin

seraya membaca doa.

Aton itu agung, satu, tunggal.

Tak ada selain Dia.

Satu,

Dia adalah pencipta segala makhluk ciptaan

Aton adalah ruh, ruh yang tak terlihat...

Aton ada dari awal,

Dia adalah ciptaan tunggal.

5

Dia ada ketika tak satu pun ada.

Dia menciptakan segalanya

Zat yang ada sejak awal masa,

Dia hidup dalam keabadian,

Aton yang tersembunyi, tak satu pun yang pernah melihat Dia.

Dia selalu menjadi rahasia bagi para manusia dan makhluk

ciptaan-Nya."

Ketika Akhen membaca doa ini, dia merasakan embusan

napas malaikat kematian di bahunya.

Kemungkinan besar, bait-bait ?Saat itu dia tahu dan

paham bahwa ajal sudah berada di depan pintu? akan ditulis

penerusnya dalam inskripsi setelah mengenang kejadian itu.

Sebenarnya, dia sama sekali tak terkejut dengan kedatangan

ajal yang mendekat pelan di dalam kehangatan musim dingin.

Namun, kematian, tak seperti apa yang dia bayangkan,

berbentuk kereta besar yang ditarik oleh beratus-ratus pasukan

berkuda, melayang turun dari langit. Di menit-menit itu, dia

sepenuhnya merasakan embusan ajal yang datang menerobos

melewati seluruh pasukan penjaga kota.

Setelah siang yang terik dan panas berlalu, terbisik sebuah

embusan semerbak harum dari Sungai Nil ketika sang Raja

memandang ke arah Delta. Waktunya telah tiba.... Kematian

sejauh ini selalu ia bayangkan sebagai seorang komandan

yang sombong dengan mengenakan baju perang yang kokoh

terbuat dari tiga puluh jenis bulu burung dan memancarkan

sinar menyilaukan kedua mata. Tapi, rupanya sama sekali tak

seperti itu.

6

Kematian bukanlah pertemuan yang tertunda. Ia hadir

bersama dengan kelahiran di kehidupan ini.

Ia tak langsung berada di samping pintu rumah kita..., tapi

tertulis dalam buku takdir.

Kematian seperti air Sungai Nil. Ia selalu bersabar di bawah

terik siang hari yang panjang, terbakar, belajar dari keriuhan

yang melaluinya, tapi sering menangis ketika malam yang

panjang tiba, dengan kehausan dan kesulitan-kesulitan yang ia

hadapi, seperti seorang manusia. Kematian mendekat kepada

sang Raja Matahari seperti seorang sahabat lama. Semuanya

sama seperti alunan lagu Ilahi, ?Saat itu, dia tahu dan paham

bahwa ajal sudah berada di depan pintunya...?

Seperti selimut yang terbuat dari bulu burung yang tak bisa

melindunginya dari cuaca setelah kehangatan siang, sang Raja

segera menyadari bahwa ini merupakan sebuah perpisahan.

Tangan hangat perpisahan yang menyentuh bahunya

mengingatkan Raja Akhen kepada istrinya, Ratu Nefertiti.

Kalangan istana memanggilnya, ?Pengantin Perempuan dari

Utara?.

Tubuhnya menjulang tinggi, ramping, dan tak pernah

membuka rahasia kesedihannya. Dahinya memancarkan

kecerdasan, dengan kedua mata sipit dan cerah. Lekukan

hidungnya sempurna. Kulitnya pun putih memesona.

Karakter bersahabat dan pemberani selalu melekat kepada

ratu yang datang dari utara ini, tak tertandingi ratu lainnya dan

selalu menjadi pelopor.

Mengingatkan pada alunan lagu Ilahi yang didendangkan

dengan merdu, seperti butiran-butiran mutiara dari sebuah

kota jauh yang tercantum dalam kisah-kisah. Kemurahan hati

7

dan keramahannya yang selalu menginginkan seorang putra di

antara putri-putrinya yang ia lahirkan membuatnya mendidik

mereka bukan seperti seorang putri, melainkan seperti

pangeran atau panglima perang.

Rasa rindu sang Raja memuncak ketika mengenang Nabi

Yusuf u yang mempertemukan dirinya dengan ratunya di

antara tanda cinta dan kesetiaan. Embusan udara hangat dari

Sungai Nil membawa hari-hari indah itu kembali hingga kedua

matanya berlinang air mata.
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba, seakan hanya ada jarak selebar bahu antara

dirinya dan orang-orang yang dia cintai, seperti salju berwarna

putih yang memeluk erat puncak gunung.

"Seandainya aku bisa menyentuhnya dengan bahuku,

seakan seluruh tembok-tembok di dunia telah terdaki. Dengan

mengubah arah sinar, seakan perbedaan di sini dan di sana

hilang seketika. Seakan aku bertemu kembali dengan ratu dan

nabi," terlintas dalam batin Raja Matahari.

Kenyataannya, orang-orang yang dia cintai tak berada di

dekatnya. Orang-orang yang dia rindukan berada di tempat

jauh. Mereka telah hijrah ke alam lain. Tapi sungguh aneh, di

waktu yang sama mereka terasa dekat, sedekat embusan napas.

Seolah mereka tak pergi sama sekali. Dia mencintai mereka

seperti mereka selalu berada di sisinya. Jika cinta sedalam

dan semurni kristal, Allah menjanjikan hadiah yang abadi

kepada cinta itu. Jarak dan perbedaan hilang, jiwa-jiwa saling

berpelukan, meskipun menghadapi rintangan. Walaupun kulit

jiwa terbakar dan terpanggang oleh pedihnya perpisahan, cinta

terus bertahan dari segala penghalang.

8

"Inilah keabadian," ucap sang Raja. "Api mengalihkan

pandangannya ke tanah, membakar dan meleburkannya.

Dan inilah yang terjadi dengan cinta yang mengalihkan

pandangannya ke kulit luar semata. Abu bertebaran ke udara.

Dan jika tanah itu memiliki keyakinan, mereka bisa tiba ke

perairan. Kita telah banyak terbakar, telah banyak berasap.

Pasukanku telah menjelajahi banyak kota, banyak cinta,

sementara sekarang telah tiba giliran unsur yang rendah hati,

yaitu air. Di setiap akhir kehidupan, kita selalu tiba di ujung

perairan di jalan yang fana ini. Semoga kita berada dalam

ampunan-Nya. Kita selalu berharap terlepas dari neraka

dunia dan dimandikan di perairan surga. Semoga Allah yang

Mahakuasa mempertemukan kita dengan air-Nya, aroma airNya, menuliskan nama-nama kita ke dalam Sungai Nil...."

Dia memanggil pemuda kepercayaanya, Apa.

"Apa! Apa-Aton!"

"Ya, Tuanku...."

"Mendekatlah kepadaku, Apa! Tepat di tempat aku berhenti.

Mendekatlah kepadaku sampai napasmu menyentuh telingaku

dan injak kedua kakiku. Tak perlu takut. Lakukan apa yang

aku perintahkan. Injaklah kakiku dengan kakimu. Katakan

kepadaku apa yang kau lihat!"

Apa, abdi muda yang sangat setia kepada Raja Matahari,

hanya mampu mendekat sampai bahu mereka saling

bersentuhan. Dengan hati bergetar, dia menginjak kedua

terompah sang Raja dan memandang ke arah cakrawala. Dia

serta-merta terkejut, takut dengan yang terlihat dari arah yang

ditunjukkan tuannya. Kekhawatiran dan ketentuan, seperti

tombak yang menusuk tepat di antara kedua alis mata.

9

"Akhen...," panggilnya terbata-bata di hadapan yang dia lihat.

Selain Apa, tak ada orang lain di dunia ini yang memanggil

Raja Matahari dengan panggilan masa kecilnya.

"Akhen, Tuanku. Aku melihat pelindung kepala yang terang

benderang mendekat ke arah kita dalam bentuk gelombang.

Seperti segerombolan ikan berwarna perak yang berenang

memenuhi Sungai Nil di waktu senja musim semi. Ini adalah

pasukan perang musuh dengan mengenakan pelindung kepala

terang benderang yang mahir bertempur. Pasukan mereka

berbaris rapi dan teratur. Mereka terus mengalir maju tanpa

henti dalam bentuk prajurit pejalan kaki dan pasukan berkuda.

Tepat di belakang, segerombolan peramal yang angkuh

mengangkat tongkat mereka ke langit. Di pinggul mereka

tergantung pisau. Para saudagar zalim menggerakkan para

budak yang telah dipersenjatai dengan cambuk dan tongkat

kayu. Para penggali terowongan memanggul cangkul di bahu

dengan iringan lagu-lagu. Balista-balista berukuran besar tak

luput menyertai. Sosok balista itu mengingatkanku pada sebuah

benteng. Seluruh tubuh mereka dilapisi tujuh puluh pasang tali.

Getarannya mengguncang langit dan Bumi di setiap langkahnya.

Para penyihir yang menghiasi wajah mereka dengan ramalan

kematian berbaris di belakangnya, para peramal nasib yang

memberikan jiwa para korban untuk gerhana bulan. Tandatanda akan dimulainya sebuah peperangan terlihat jelas. Tiga

gajah yang geram, kepala berambut lebat, dan badan kemerahmerahan. Ketika darah bertetesan dari gigi singa-singa perang,

tak ada yang tahu sudah berapa orang yang mereka telan. Ularular bergerak dengan iringan alunan tiupan seruling pawang

ular. Para penggali makam, tentara, perampas, pembakar, ahli

racun, dan pemotong rumput yang berjalan dengan sabit di

tangannya, semua berbaris tak putus-putus..

10

"Akhen... Akhen.... Tapi, lidahku tak bisa mengatakan

semua itu.

Mereka datang untuk membawa Anda, Tuanku."

Apa bercucuran air mata saat mengucapkan kalimatkalimat itu.

Raja Matahari yang telah merasa yakin akan akhir dari

kehidupannya, tersenyum dengan ungkapan seorang pemimpin

yang berhasil memimpin pasukannya di jalan yang panjang.

Berarti, kapal yang dia naiki akan bergerak dengan embusan

awal badai pada layarnya. Ini juga berarti waktu mengangkat

jangkar telah tiba.

"Cukup, wahai anak muda! Sekarang kau bisa menjauh

dariku."

Pemuda yang masih terguncang dengan apa yang dilihatnya

memandang Akhen dengan pandangan kasih sayang. Saat itu,

Akhen lebih terasa seperti seorang ayah baginya, dibandingkan

sosok seorang raja.

"Apa...," panggil Akhen. Dengan gerakan tangan, dia

menyuruh Apa untuk tak memedulikan semua yang barusan

dia lihat. Tak satu pun orang yang pernah melihat dia dalam

keadaan seperti ini sebelumnya.

"Apa! Ayo, sadarkan dirimu! Belas kasih bukan untuk para

putrauli, melainkan hak para leluhur. Sekarang kau sudah

menjauh dariku. Sekali lagi, lihat ke arah yang sama dari tempat

kau berdiri. Ayo..., katakan apa yang kau lihat!"

Sebenarnya, pemuda ini berada di sisi yang sama dengan

raja, tapi berdiri sejauh dua bahu di sebelah barat. Sekali

lagi, dia memandang ke arah Nil sambil berpikir bahwa akan

berhadapan dengan pemandangan yang dilihat sebelumnya.

11

Dia pun menggigil ketakutan. Tapi, belum ada satu menit

memandang, wajahnya bersinar cerah. Rasa takut dan kengerian

yang dirasakan sebelumnya berubah menjadi keceriaan dan

kegembiraan.

"Akhen, Tuanku.... Aku melihat para malaikat dan anak-anak

berwajah cerah yang mereka gandeng. Di sana, ada seorang

cendekiawan tua berjubah hijau, berambut putih panjang

hingga punggungnya. Jenggot putihnya memancarkan sinar. Ia

mencoba menenangkan ikan-ikan forel yang berenang di Nil

dengan kasih sayang. Orang tua yang aku rasakan bernama

Tuan Segala Zaman ini mendendangkan lagu Ilahi kepada anakanak di sekelilingnya. Tiga puluh pasang burung ibis membuka

sayap-sayap dengan bulu seribu satu warna, mengikuti burung

hud-hud yang berada di depan memimpin mereka.

Sementara, sekelompok penjahit sahabat Nabi Idris

melakukan parade sambil mengangkat jarum-jarum bermata

berlian. Benang-benang sutra berwarna biru seperti rinai

hujan dari langit, diikatkan ke jarum oleh malaikat. Serigala

yang disalahkan dan diitnah telah memakan Nabi Yusuf

memamerkan mahkota kesetiaan di kepalanya, berjalan

damai di antara ratusan domba putih. Sebuah barisan indah

yang terbentuk dari pemuda-pemuda berwajah anggun

pembawa pesan bagai tokoh dalam legenda kuno dengan

membawa kemeja yang telah dipenuhi doa. Di atasnya, tertulis

sebaris kalimat, ?Ini adalah kemeja suci yang memberikan

kesembuhan hati Nabi Yusuf ?.

"Aku tak bisa menjelaskan makna sepenuhnya huruf-huruf

dan kata-kata itu pada Anda, Tuanku. Aku tak tahu bagaimana

membacanya, Tuanku. Betapa bahagianya hatiku dengan

apa yang aku lihat. Tak ada lagi sesuatu yang aku ingin lihat

12

di dunia ini. Aku pikir, dengan bantuan dan kemudahan dari

Tuan Segala Zaman kepadaku, seluruh rahasia bahasa dan

huruf terbuka kepadaku. Ternyata, masih ada yang tidak aku

ketahui. Kedua mataku seakan tak mampu lagi melihat. Seolah

ada tangan-tangan suci yang mencuci hatiku. ?Kedua matamu

berakhir, jiwamu tiba,? ucap sebuah suara. Tuanku, aku pikir

kita akan berpisah dengan bukit ini. Aku pikir sebuah gurun

baru terbuka di hadapan kita."

Raja Matahari mendengarkan Apa sambil tersenyum dan

menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ah, Apa. Anakku dan saudaraku yang setia. Sekarang kau

telah mengerti kebenaran sesungguhnya. Semua yang kau lihat

sebelumnya ketika berada di tempat aku berdiri dengan semua

yang kau ceritakan sekarang seperti dua mimpi berbeda yang

dilihat dari tempat yang sama. Atau seperti dua sisi berbeda di

satu mimpi yang sama. Sebuah medan perang yang terlihat dari

tempat sang raja berdiri seperti sebuah lahan yang luas sejauh

mata memandang. Musuh-musuh raja pastinya lebih banyak

dan gigih dibandingkan sahabatnya. Raja adalah seorang yang

tak beruntung yang benar-benar mengetahui bahwa dirinya

berada di tempat yang paling dikutuk di dunia. Mahkota dan

tahtanya adalah tonggak pengkhianatan. Istana sesungguhnya

adalah gubuk. Kerajaannya adalah wahana pengkhianatan

dan kesalahan. Setiap kuil yang dia bangun menjulang tinggi

dengan pedang-pedang yang menusuk punggung, dengan

sumpah kematian yang membawa pemberontakan.

Diri seorang raja terbakar oleh sebentuk cinta yang murni

dan penuh dengan impian bagi orang-orang tercinta yang tak

ia temui. Seberapa gelap dan susah tempat raja berdiri, menjadi

tempat para penduduknya yang setia menikmati terang
13

benderang dengan cahaya dan penuh keindahan. Sementara itu,

cinta memandang alam semesta dari istana yang terbuat dari

air mata. Membanjiri kedua matanya, mencuci seluruh warna

hitam dan membuat putih seluruh kehidupan. Dia mengetahui

bahasa para malaikat karena rasa cinta dan rindunya. Mata

hati pun terbuka.

Ah..,. Apa. Perpisahan, katamu. Benar, sahabat kita adalah

kematian. Setelah ini, kematian menjadi teman perjalanan kita.

Peganglah nasihatku. Jangan pernah salahkan langit karena
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah mengambil kedua matamu, tapi serahkanlah dirimu

kepada Tuhan Mahaagung yang selalu memberikan yang lebih

baik daripada yang diambil darimu.

Akhen seorang raja. Dia berada di jalan yang dipercaya

dan diyakini oleh Nabi Yusuf dan ayahnya. Kedua matanya

tak pernah sekalipun memandang para tuhan Mesir. Akhen

percaya pada Satu Tuhan. Sementara itu, apa yang kau lihat

sebelumnya bermakna bahwa pasukan seribu satu tuhan Mesir

akan mencoba menghapuskan nama Raja Akhen dan Aton

yang merupakan Satu Tuhan dari muka Bumi ini.

Para pendatang setelahku akan menghancurkan dan

membuang kota-kotaku, tempat-tempat ibadahku, altaraltarku, tugu-tuguku, makam-makamku, mata air mengalir

yang membawa berkah dari Nil, tempat minum, dan pohonpohon palemku.

Wasiat Nabi Yusuf mengatakan bahwa akan datang para

panglima perang yang memakai tutup kepala berkilau yang

akan menghancurkan ilahi dan puisi-puisiku.

Para pendeta yang berpikir bahwa aku telah membuat marah

Amon dan dewa-dewa lainnya akan mengangkat tongkat
14

tongkatnya dengan wajah murka seraya memberi kutukan.

Keluargaku akan terbagi-bagi. Harta kekayaanku akan tersebar

dan akan dikorbankan kepada para naga.

Apa yang belia.... Kau akan melihat semua perampasan

dan musibah ini. Mereka akan memanggilku dengan nama

?Raja Kair yang Buta Kebijaksanaan?. Jangan bersedih. Jangan

berkecil hati. Inilah keadaan dunia ini, wahai Apa. Kesimpulan

alam semesta ini seperti kata-kata yang pertama kali aku

pelajari di sekolah kerajaan ketika aku masih kecil, ?zaman

dahulu kala.?

Ah, Apa! Tanah ini, siapa yang tahu sudah berapa banyak

raja yang dia lihat sampai lupa yang ke berapa, termakan,

dan habis. Wasiat Nabi Yusuf dan pengikutnya, Akhen,

diamanahkan kepadamu dan juga anak-anak.

Jangan lupa! Setiap anak merupakan pesan dari Tuhan.

Apapun yang akan terjadi, jangan kau perlakukan mereka

sebagai seorang utusan Tuhan. Berhati-hatilah mengajari

mereka, bersabarlah ketika mendidik mereka. Kita berharap

akan muncul satu di antaranya. Seorang anak yang akan

mengeluarkan kebenaran dari Sungai Nil, dari dalam hati

perairan...

rrr

15

2. Lempeng Kedua

Komandan Horemheb terbatuk-batuk....

"Tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa suatu saat

akan memerlukan bantuan dari abdi Raja Kair Buta!"

Para pemberontak yang terkumpul secara rahasia di masa

pemerintahan Akhenaten dan seluruh perlawanan yang

tumbuh diam-diam mencapai puncaknya pada pemberontakan

yang dipimpin Horemheb.

Saat Raja Akhenaten berkuasa, para pendeta langsung

diasingkan olehnya setelah naik tahta. Raja yang menolak

untuk hidup seperti pendahulunya ini juga memalingkan

wajah dari kepercayaan dan keyakinan raja-raja sebelum

dirinya. Meninggalkan Kota Teb dan Memphis, kemudian

membangun sebuah peradaban baru di Amarna sebagai simbol

kepercayaan terhadap Tuhan yang Satu... Namun, seperti

ungkapan peribahasa yang berkata, ?air dapat tertidur, tapi

musuh tak pernah tidur? maka di bawah selimut ketenangan

negeri bergolak suatu persekongkolan jahat. Komandan para

pemberontak, Horemheb, terus mengumpulkan para pendeta

yang telah diasingkan dan bertekad akan datang untuk

menghancurkan Amarna...

Bersama orang-orang yang senang merampas seperti

dirinya, tumbuh besar di Teb, dan diiringi berhala-berhala

yang dipalingkan oleh Akhen, mereka berangkat menuju

Amarna seraya terus membangun kekuatan. Memang, setelah

Akhen menyatakan Amarna sebagai ibukota kerajaan yang

16

baru, para pendeta Memphis dan kaum bangsawan tak pernah

memutuskan hubungan dengan sekutu mereka di Teb yang

merupakan ibukota lama.

Di sisi lain, Amarna adalah surga yang tersembunyi di

antara Memphis dan Teb. Kehidupan dan suasana Amarna

merupakan perwujudan dari kenangan akan hari-hari Nabi

Yusuf. Kota ini tak menyadari kebencian yang telah terkumpul

di sekelilingnya, seakan kebencian ini tertidur bertahun-tahun

di antara daun-daun artichoke dan bunga-bunga teratai...

Dan tibalah waktunya. Jalan yang ditempuh oleh Horemheb

dan pasukannya membawa mereka menusuk Amarna, kota

Aton Tuhan Tunggal, seperti pembalasan dendam oleh

Kota Teb yang terabaikan dan tuhan-tuhan lama yang telah

ditinggalkan. Beruntunglah Akhen yang menyerahkan jiwanya

di waktu yang tepat. Beruntunglah Raja Matahari tak harus

melihat apa yang dilakukan oleh Horemheb dan para perampas

terhadap kota suci Amarna...

Horemheb dan pasukannya menyerang kota dari empat

arah. Menghancurkan kota Aton seperti banjir bandang yang

menelan semua yang ada di hadapannya, menaklukkan pusat

kerajaan, membunuh semua pewaris tahta dan para abdinya,

meninggalkan para wanita dan anak-anak untuk dirantai dan

dijadikan budak.

Tak hanya kalangan istana saja, seluruh golongan yang

mengabdi kepada Amarna, seperti para seniman, penduduk

desa, peternak, kaum Ibrani yang sebelumnya menyebar di

Go?en dan kemudian tersebar ke seluruh Mesir, serta semua

penduduk Amarna tanpa memandang umur dibunuh atau

dipenjarakan...

17

Apa yang mereka lakukan merupakan perwujudan dari

?ramalan Amon-Ra?, tuhan Mesir yang ditinggalkan oleh Akhen.

Begitu kata para penyerbu...

Menurut sudut pandang para penyerbu, mereka adalah

pasukan yang ditugaskan dalam ramalan itu...

Sekarang giliran mereka...

Akhen yang disebut sebagai ?raja yang tak tahu balas budi?,

telah melakukan dosa besar dengan menolak agama banyak

tuhan Mesir. Sekarang, dia harus mendapatkan hukuman.

Aton, Tuhan Tunggal yang Akhen percaya dan yakini, harus

dihapuskan dan dihancurleburkan dari seluruh inskripsi, kuil,

tempat pemakaman, dan dokumen-dokumen resmi. Bahkan,

lebih baik lagi, dilupakan selamanya... Mengubah sejarah

seakan tak pernah terjadi.

Sebenarnya, melakukan perubahan sejarah merupakan

pekerjaan yang mudah bagi para penulis yang bertugas mencatat

sejarah Mesir. Para penulis ini selalu memandang lempenglempeng catatan sejarah dengan senyum pengkhianat dan

menutup telinganya dari kebenaran... Zaman seperti sebuah

pemainan bagi mereka. Menuliskan zaman sesuai keinginan

sang Raja, sesuai kehendak mereka. Ketika sejarah Mesir

ditulis di atas permainan politik, seluruh catatan yang berdiri

tegak seperti sebuah rahasia dan teka-teki, turun-temurun

selama berabad-abad menjadi seperti kain-kain yang menutup

kebenaran... Para penulis menutup kebenaran dengan rapi,

terselubung oleh kecurangan yang rapi dan berseni... Semua

unsur Tuhan yang Tunggal yang diyakini oleh Raja Akhen dan

Nabi Yusuf beserta para pengikutnya akan dihancurleburkan

dari ingatan rakyat Mesir. Sebenarnya, ini merupakan sebuah

18

peperangan terhadap kalimat yang tertulis. Tulisan itu akan

melapisi kata-kata, kemudian menutup, memusnahkan, dan

dilupakan dalam batin. Para raja dan penulis yang tenggelam

dalam kekuatan yang diberikan oleh tulisan-tulisan itu berpikir

bahwa mereka sendirilah yang menuliskan dan menentukan

takdir. Tapi, kata-kata lah yang melahirkan tulisan. Dan katakata ada sebelum tulisan. Dan hanya kata-kata yang akan selalu

ada setelah tulisan...

Tulisan-tulisan Mesir yang membuka peperangan dengan

kata-kata Ilahi hanyalah sebuah kisah belaka...

Ketika dilihat dari sudut pandang luar, sebenarnya kejadian

yang terlihat seperti peperangan sebuah agama ini tak lain

hanyalah perebutan kekuasaan dari para pendeta dan lingkup

garis keturunan yang memerintah Mesir. Raja Akhen yang

meneruskan sistem pemerintahan yang dimulai oleh ayahnya,

merencanakan untuk mengusir para pendeta dan bangsawan

yang menyatakan memiliki bagian dalam kekuasaan dan

kekuatan kerajaan. Rencana itu berhasil ia wujudkan. Namun,

seperti perkataan ?tak pernah tertidur? yang diperuntukkan

bagi Sungai Nil, kepercayaan dan kebiasaan lama juga tak tidur,

bahkan menunggu tibanya waktu yang tepat tanpa pernah

memejamkan mata untuk kembali.

Dan Amarna... Telah takluk... Akhirnya, kisah Kota Matahari

yang menceritakan Raja Akhen terkubur dalam dinginnya air

Sungai Nil.

Kemudian, tak ada satu pun para penulis arsip terkenal

yang mencatat peradaban Mesir berani membahas mengenai

Amarna dan Raja Matahari. Lembaran-lembaran kertas

surat keputusan yang diterima oleh para penulis arsip, ketika

19

tiba pada pembahasan mengenai Akhen dan Tuhan Aton,

membuat mereka terdiam menggigil ketakutan, mematahkan

pensil-pensil... Duduk bersilang di tempat menulis. Dan ketika

mereka mencatat peristiwa-peristiwa sejarah dengan serius,

setiap kali datang giliran ?Raja yang Tak Tahu Balas Budi?,

mereka gemetar sampai ujung jemari. Mereka diliputi rasa

takut terhadap hukuman potong tangan yang akan diterima...

Pemakaman para penulis arsip yang penuh dengan kuburan

berisi potongan tangan, seiring pergerakan waktu, merupakan

sebuah tanda yang membuktikan bagaimana para pendeta

memantau mereka begitu dekat.

Zaman terbengkalai dengan perantara tulisan di Mesir.

Oleh karena itu, para penulis dikenang sebagai ?pelayan zaman?

dan apa yang mereka kerjakan disakralkan dan dikeramatkan

oleh pemerintah dan pemuka agama... Mereka dipilih setelah

melewati pendidikan yang berbeda dan sangat sulit.

Anak-anak yang baru belajar berjalan yang terdaftar pada

sekolah penulis, belajar bagaimana memegang pena di harihari awalnya bersekolah. Bertahun-tahun mereka dilatih

untuk bisa membawa dan merangkai pena yang terbentuk dari

beberapa bagian, meliputi tinta, pot tinta, ujung-ujung senar

yang berbeda ukuran, dan bulu-bulu burung.

Di samping itu, mereka pun mendapatkan pendidikan

teknik mengatur napas. Mereka tak diperbolehkan mengambil

dan mengeluarkan napas dengan cepat seperti yang biasa
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilakukan oleh anak-anak Mesir lainnya. Ketika merasa

jenuh, mereka tak diperbolehkan berlari dan berkeringat.

Gugup dan batuk merupakan kebiasaan yang paling dilarang

dalam sekolah penulis arsip... Mereka mengambil napas

20

panjang sebelum memulai menulis sebuah huruf, kemudian

memegang erat pena sehingga tangan tak bergetar atau goyah

sampai penulisan huruf selesai. Para guru menamai ini sebagai

?kekonstanan huruf ?. Untuk menulis dengan baik, kontrol napas

adalah segalanya. Para penulis arsip yang hanya memiliki hak

untuk bernapas satu kali ketika menuliskan sebuah huruf,

seiring dengan waktu menjadi piwai sehingga mereka menjadi

seniman besar. Bahkan, banyak tersebar dari telinga ke telinga

mengenai legenda tentang penulis yang menyelesaikan satu

lembar tulisan tanpa bernapas.

Ah Aton, Ah Akhen... Berapa banyak tangan para penulis

yang telah terpotong karena nama kalian ketika terlintas

menyebabkan napas tergesa dan tangan gemetar... Ketakutan

ini begitu dalam tertanam di hati para penulis seiring dengan

waktu... Dan sekali lagi, tak akan ditemukan nama Tuhan

Aton maupun Akhen dalam lembar-lembar dokumen resmi

kerajaan...

Pelarangan yang diberlakukan secara paksa ini mengadili

zaman tanpa bahasa...

...

Horemheb dan pasukannya yang ganas memporakporandakan kota Aton. Pemakaman-pemakaman dihancurkan,

gudang-gudang, dan lumbung-lumbung gandum dibakar.

Sumber mata air yang jernih, perkebunan kurma yang panjang

tak berujung, dan lahan-lahan perkebunan yang diberkahi

tak luput dari penghancuran. Berhala-berhala dan tugu-tugu

dibangun dengan megah. Semua buku atau pelajaran Matahari

yang menjadi simbol kepercayaan terhadap Aton Tuhan

Tunggal dimusnahkan...

21

Perpustakaan yang memuat tulisan-tulisan dan dokumendokumen resmi dilahap api selama kurang lebih satu

minggu. Langit Amarna yang tak beruntung diselimuti asap

hitam selama tujuh hari tujuh malam. Abu gulungan kertas

menghujani seluruh kota...

Sementara itu, Pangeran Utara salah seorang putra Raja

Akhen berhasil selamat dari pembunuhan masal karena tak

sengaja diduga sebagai anak penduduk biasa, memberikan

harapan kemenangan total bagi Komandan Horemheb yang

ingin membawanya sebagai tawanan pribadinya. Namun,

setelah pertempuran berdarah di Amarna, ia tak bisa

bersaing dengan para pendeta dari Memphis. Horemheb pun

menghentikan peperangan dan memberikan pewaris kerajaan

kepada mereka, yang berarti memerintahkan pusat kerajaan

kembali ke ibukota lama, Memphis...

Pangeran muda yang mendapatkan luka serius di bagian

kepala dan kakinya ini, menurut surat-surat yang bersandi,

beralih dari Amarna ke Memphis bersama keluarganya yang

tersisa...

Perkataan Horemheb, ?Tak pernah terlintas dalam pikiranku

bahwa suatu saat akan memerlukan bantuan abdi Raja Kair

Buta? bukanlah omong kosong... Tapi, bukankah satu minggu

yang lalu kedua mata Apa-Aton disentuh dengan besi panas

sebagai hukuman?

Sambil berseru, dia berkata, "Huh, Apa-Aton...".

Sambil menebaskan pedangnya ke kanan dan kiri seraya

menjungkirkan barang-barang di sekelilingnya, Horemheb

berteriak keras.

22

"Sungguh terkutuk, engkau bukan Aton. Namamu hanya

Apa, milik Amon yang suci! Sungguh terkutuk Aton dan orangorang kair pengikutnya!"

Meskipun kedua tangannya dirantai, dengan darah yang

mengalir dari punggungnya, Apa dipaksa berlutut oleh para

pengawal Horemheb.

"Dalam dokumen-dokumen resmi, nama ini akan menjadi

Apa-Amon. Wahai abdi Raja Kair Buta, jika kamu ingin hidup,

kau akan mengabdi padaku. Aku sudah memberikan kabar

kepada para penasihat kerajaan di Memphis, kepala pendeta,

dan perwakilan pendeta di seluruh negeri bahwa kau adalah

seorang yang bertobat kepada tuhan kita. Sekarang, kita akan

mengumpulkan seluruh penduduk Amarna yang bertobat,

anak-anak pewaris kerajaan, dan kerabat-kerabatnya untuk

berangkat menuju Memphis. Tugasmu sebagai Apa-Amon

adalah mencatat seluruh informasi tentang masyarakat, para

permaisuri kerajaan, serta pewaris kerajaan yang masih hidup

berkat belas kasih dan ampunan Amon-Ra. Dalam waktu tiga

hari, kita akan siap untuk berangkat."

Titah Horemheb menggetarkan seisi ruangan, meninggalkan

Apa yang diam-diam masih tetap menyimpan kenangan Raja

Akhen dan keyakinan terhadap Tuhan yang Satu...

rrr

23

3. Lempeng Ketiga

Perjalanan dari Amarna ke Memphis...

"Wahai Tuhan yang satu, kekuatan-Nya tak satu pun

menandingi

Engkau menciptakan lahan ini sesuai dengan kehendakMu

Dan Engkau sendiri

Para manusia, seluruh domba, baik yang besar maupun

kecil

Semua yang berada di permukaan Bumi ini

Kaki-kaki yang berjalan di atasnya

Dan semua yang berada di ketinggian

Terbang dengan sayap-sayapnya

Di tanah kelahiran Sirye, Punt, dan Nubia

Di kota-kota Mesir

Engkau memilih tempat yang layak bagi semua

Engkau mencukupi semua kebutuhan..."

Apa mendendangkan alunan Ilahi ini untuk menenangkan

gadis kecil di pelukannya... "Ayo, cobalah untuk tidur malaikat

kecilku. Lupakanlah semua Ilahi lama dan kisah-kisah lama!"

Anak dipelukan Apa adalah salah satu cucu Raja Reyyan yang

menjadi pengikut agama yang dibawa oleh Nabi Yusuf. Untuk

24

melindungi gadis kecil ini dari kemurkaan para pemberontak,

Apa melepaskan medali kerajaan yang tergantung di lehernya.

Sejak awal perjalalanan, gadis kecil itu juga dipanggil dengan

nama lain yang diberikan kepadanya. Sebuah nama milik

seorang tamu terhormat yang dahulu kala pernah berkunjung

ke Amarna...

"Asiyah...," ucap Apa seraya membelai rambutnya, mencoba

menenangkan si gadis kecil...

"Malaikatku, sekarang adalah waktunya kau melupakan

semua nama yang kau ketahui. Ayo, kita bermain sebuah

permainan. Jadi, ketika mereka bertanya nama ayah dan kakekkakekmu, kau akan menjawab pertanyaan itu dalam bentuk

teka-teki. Kau mengerti?"

"Seperti gaya berbicara orang-orang bijaksana Arab yang

berada di Amarna?" tanya Asiyah

"Iya. Tapi, tak ada lagi Amarna."

"Para kakek tua itu memanggil ayahku sebagai

Muzahim..."ujar Asiyah pelan.

"Bagus, kau akan menjawab seperti itu ketika mereka

bertanya kepadamu. Nah, ketika mereka bertanya siapa

kakekmu, jawaban apa yang akan kau berikan?"

"Abidin."

"Bagus... Lalu, siapa leluhurnya?"

"Raja Agung A..."

"Tidak... Tidak... Nama leluhurnya adalah Reyyan."

"Apa-ku, kenapa kita bermain permainan ini?"

"Sebenarnya, ini bukanlah sebuah permainan, tapi teka-teki

mengenai nama-nama."

25

"Apakah kau akan selalu memanggilku dengan nama

Asiyah?"

"Hanya sementara. Sampai semua berjalan sesuai dengan

rencana. Hingga istana lama di Memphis kembali kokoh... Dan

juga, tak banyak perbedaan antara Asiyah dan Yes."

"Keduanya adalah namaku, tapi bukankah kita akan

melakukan teka-teki?" ucap gadis kecil tersebut dengan polos

sambil tertawa kecil...

"Kita harus menggunakan waktu sebaik mungkin gadis

kecilku, Ayo sekarang tidur, kau sudah lelah..."

"Apa-ku, bolehkah aku berkata sesuatu?"

"Katakanlah, wahai putri kecilku yang cerdas dan suka

berbicara..."

"Aku mencintaimu. Lihat, aku membuat rangkaian bunga

ini untukmu, agar kedua matamu tak sakit."

Air mata Apa menetes. Ia memeluk erat gadis kecil itu

sekali lagi. Ketika Asiyah menaruh rangkaian bunga di kedua

mata Apa, terdengar gumaman lagu Ilahi. Itu merupakan

salah satu lagu tidur yang sering didendangkan Apa ketika

dia masih balita. "Ayo tidur, malaikatku," kata Apa. Batinnya

pedih... Gadis kecil bernama Asiyah alias Yes ini, adalah satusatunya anak dari keluarga kerajaan yang masih hidup setelah

pembunuhan masal di Amarna. Ibu dan Ayah Yes meninggal

ketika dia masih bayi. Ia kemudian dibesarkan oleh Apa, si abdi

tua. Mereka memberikan julukan Asiyah kepadanya, seorang

perempuan Arab bijaksana yang berkunjung ke Mesir di tahun

kelahirannya. Apa yang kedua matanya dibutakan dengan

besi panas sebagai hukuman karena melindungi gadis kecil ini

memanggilnya dengan nama Asiyah untuk sementara.

26

Meskipun pembantaian seluruh keluarga kerajaan, kecuali

Pangeran Utara yang terluka parah, adalah kesalahan strategi

yang besar, Komandan Horemheb berusaha mendapatkan

ampunan atas kealahan yang dia lakukan dengan menyerahkan

daftar tawanan orang-orang pilihan kepada para bangsawan

di Memphis. Apa adalah orang yang paling sesuai untuk

pekerjaan ini. Sebenarnya, para bangsawan di Memphis

memang menginginkan orang-orang Amarna yang menyerah

untuk dipindahkan ke Memphis. Namun, Horemheb sangat

ganas. Aksi brutalnya hanya menyisakan Pangeran Utara yang

terluka berat dan seorang gadis kecil bernama Yes...

Rombongan tawanan dari Amarna di bawah pimpinan

Komandan Horemheb berjalan satu hari penuh ke arah

utara, menuju istana lama di Memphis. Setelah melakukan

perjalanan dari waktu setelah terbenamnya matahari hingga

sang surya tepat berada di atas kepala, mereka beristirahat di

tepian sungai yang sebelumnya sudah ditentukan oleh para
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentara. Para tawanan kerap mendapatkan pukulan selama

perjalanan. Dan momen istirahat seperti ini sangat jarang

mereka temui setelah peristiwa mengerikan di Amarna. Semua

itu menambah kerinduan mereka terhadap surga. Gumaman

doa dan lagu tidur yang didendangkan untuk para bayi yang

telah menjadi yatim menjadi penenang jiwa mereka. Saat

malam tiba, pantulan cahaya Bulan dari permukaan sungai

Nil mengiringi mereka untuk saling menghibur dan mengubur

luka-luka.

Nama "Raja Kair Akhen dan Kota milik Aton" yang

terhapus dari semua catatan sejarah terlupakan begitu saja

seperti waktu yang beracun. Sementara, Apa yang merupakan

27

abdi paling setia dan kini buta memiliki tugas merawat anakanak yang ikut dalam perjalanan dari Amarna.

Hari-hari perjalanan dari Kota Aton ke Memphis yang

ditempuh selama tujuh hari penuh dengan kepedihan. Rantai

yang mengikat pergelangan kaki para tawanan, orang-orang

yang terluka, dan raungan hewan buas yang terlatih. Semua

bercampur jadi satu.

Beberapa perempuan petinggi kerajaan yang telah lanjut

usia berjalan tertatih bersama satu atau dua pelayannya. Leher

mereka saling diikat dengan rantai besi dan bahu mereka dicap

dengan segel budak. Para penulis yang terpotong tangannya,

para tabib yang secara hati-hati dipilih karena dirasa akan

berguna, para penyihir, dan para peramu obat menempuh

perjalanan bersama ribuan Apiru (Ibrani) yang mendorong

harta rampasan di atas pasir gurun.

Jarak sangat panjang antara Amarna dan Memphis ini

merupakan awal dari sebuah masa baru yang telah dikabarkan

oleh Nabi Yusuf. Kaum Apiru yang tersebar di Go?en sebelum

masa Nabi Yusuf, kemudian tersebar sampai Amarna dan

seluruh Mesir setelah masa Nabi Yusuf, yang selalu diamati

oleh beliau, dan melewati masa penuh keadilan dan barokah

bersama Raja Akhen, meskipun hanya sebagian kini memasuki

sebuah masa penuh tekanan yang panjang.

Selama perjalanan, orang-orang yang percaya kepada Apa

menghampirinya dengan membawa air dan roti. Mereka

memohon agar anak mereka dimasukkan ke dalam daftar

anak-anak yang berada di bawah perlindungan istana...

Karoanim adalah salah satu anak itu. Ayahnya seorang

Apiru. Sementara, pamannya adalah tokoh terkemuka dan

28

disegani di antara kaum Apiru. Karonaim adalah seorang anak

yang istimewa. Hal ini tak lepas dari kedua mata Apa yang

buta. Apa yang dengan jemarinya merasakan cahaya biru yang

mengelilingi anak ini, memasukkan namanya ke dalam daftar.

Mencatatnya dengan nama pendeknya, Ka. Apa berharap cara

ini dapat melindungi sisa-sisa kenangan. Membawa mereka ke

Memphis...

Perjalanan yang besar ini merupakan sumber kekuasaan

penting bagi pendeta dan para bangsawan yang menunggu

kedatangan mereka di Memphis. Apapun yang terjadi,

meskipun terjadi pemberontakan, walau terpecah dan terbagi,

kerajaan harus bisa berkembang dan bergerak maju. Orangorang yang tersisa dari kota Amarna harus menemukan

kekuatan untuk terus menggerakkan kembali jam pasir Mesir

yang retak. Para penduduk yang dipaksa untuk berpisah dengan

Amarna berusaha meneruskan hidup, seakan tak terjadi apaapa dengan kota asal mereka.

Pengasingan... Penjauhan... Memindahkan sekelompok

orang dari satu tempat ke tempat lain tanpa kesediaan mereka.

Membangun kembali struktur masyarakat, pengaruh, dan

tatanan politik. Bukankah ini juga merupakan sebuah kebijakan

yang diterapkan bagi para Apiru yang datang ke Mesir bertahuntahun silam di masa Nabi Yusuf? Pembangunan sistem kasta,

desain desa dan kota, serta upaya menjaga perkembangan

penduduk Ibrani dalam kendali... Seluruh pengelompokan

masyarakat ini berada di bawah kendali kuasa yang diberikan

kepada orang-orang terpilih yang disebut sebagai penguasa

Mesir.

Dan aktor-aktor utama yang berada di balik kekuatan politik

ini adalah para pendeta... Para pendeta ini memiliki kekuatan

29

atau kekuasaan untuk menjadikan pengasingan sebagai salah

satu kebijakan politik.

Ketika rombongan imigran terus berjalan dengan berbagai

macam kesulitan, Apa juga sibuk menyiapkan daftar anak-anak

yang akan dimasukkan ke dalam Akademi Kerajaan. Siapa

sajakah yang masuk dalam daftar anak-anak istimewa itu?

Di antara mereka adalah beberapa anak istimewa yang

berasal dari Ibrani, seperti Karonaim, lalu Yes dan Paro-aton.

Paro yang berusia lima tahun lebih tua dari Yes merupakan

keturunan dari keluarga kerajaan. Ada juga Ha-aton yang

berumur satu atau dua tahun lebih tua dari Paro dan berasal

dari keluarga Kipti. Secara keseluruhan, daftar yang disiapkan

oleh Apa berjumlah sekitar empat puluh anak. Namun, hanya

mereka yang kuat yang bisa bertahan hidup dari perjalanan

yang berat dan penuh kesulitan ini. Ketika mereka tiba di istana

lama di Memphis, hanya tersisa sepuluh anak yang melakukan

perjalanan dari Amarna...

Di Memphis, mereka disambut seperti tak terjadi apa-apa.

Orang-orang terasing dari Amarna ditempatkan berdasarkan

kelompok-kelompok dan bidang pekerjaan.

Anak-anak yang tercatat dalam daftar kerajaan dimandikan

sepuluh kali. Mereka memakai rambut palsu setelah rambut

mereka dipotong. Mengenakan seratus riasan dan berbalut

pakaian berwarna emas. Setelah mendapatkan penyucian

dengan Ziggurat yang suci di halaman luar Akademi Kerajaan

yang tersambung dengan Istana Besar, mereka diterima sebagai

bagian Memphis...

Terjadi sesuatu yang aneh saat itu... Kepala pemimpin

pendeta yang bertugas untuk menyucikan anak-anak terasa

30

pusing beberapa saat, bersandar di tempat dia berdiri. Tongkat

putih berhias zamrud yang berada di tangannya jatuh ke

tanah, bersamaan dengan teriakan hadirin. Para pendeta

yang mengikutinya, yang juga menjadi saksi kejadian aneh

ini, tiba-tiba membungkuk ke tanah dan bersujud... Apa yang

merasakan keanehan ini segera memanggil Asiyah.

"Asiyah!" ucap Apa mengingatkan Asiyah, yang tawa kecilnya

terdengar sampai ke teman-teman di sekitarnya, untuk segera

bersujud. Apa juga mengingatkan dengan suara tegas anakanak lainnya untuk bersujud, termasuk Paro dan Karonaim

yang juga tertawa kecil ketika melihat Asiyah bersujud...

Terjadi sesuatu yang aneh... Kepala pemimpin

pendeta terasa pusing beberapa saat. Tongkat putih

berhias zamrud yang berada di tangannya jatuh ke

tanah, bersamaan dengan teriakan para penonton.

"Ra! Ka! Sadarkan diri kalian!" Ketika mendengar Apa

memperingatkan mereka dengan nama permainan teka-teki

mereka, anak-anak segera sadar bahwa kejadian ini sangat

serius dan segera berbenah diri. Peristiwa jatuhnya tongkat

suci merupakan pertanda sebuah kemalangan yang besar.

"Aku merasakan beberapa lengan ruh-ruh jahat yang

mengganggu upacara suci kita", ucap pemimpin pendeta. Tak

satu pun orang yang mengerti apa yang diucapkannya...

31

Apa kini menjadi seorang pengasuh yang dipanggil dengan

sebutan "Taya". Ia bertugas di bawah perintah Akademi.

Tugasnya adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak

istimewa yang datang dari Amarna dan segera menjadikan

mereka sebagai abdi Istana Memphis...

Akademi Kerajaan merupakan sebuah institusi yang didirikan

untuk mempersiapkan peran dan tugas mereka di masa depan

dengan kurikulum yang telah disiapkan untuk mendidik anakanak istimewa ini. Akademi ini merupakan bangunan dua lantai

yang berada di arah barat laut Istana Besar yang menghadap ke

Sungai Nil. Tangga marmernya memanjang hingga menyentuh

air sungai dan dermaganya selalu siap dengan perahu-perahu

kerajaan. Keempat sudut bangunan yang dibangun dengan

bentuk persegipanjang ini digunakan sebagai kelas. Ruang

belajar ini dilengkapi jendela-jendela tinggi. Ketika musim

panas tiba, jendela itu dilapisi tirai tipis. Hanya jendela bagian

barat yang memandang ke arah sungai yang dibiarkan terbuka.

Bagian dalam ruang-ruang belajar itu terhubung dengan pintu

besar yang membuka ke halaman dalam.

Saat waktu istirahat, para siswa berkumpul di sekitar kolam

berbentuk oval di tengah halaman yang penuh dengan bunga.

Kolam ini berisi ikan-ikan eksotik yang diberikan sebagai hadiah

oleh para utusan Negara Punt yang berada jauh di selatan.

Bunga-bunga cantik, anemon ungu, dan kuntum teratai yang

dihinggapi kupu-kupu memperindah suasana. Tiang-tiang

marmer yang menyilaukan mata di bawah teriknya Matahari

dengan mudah terlihat dari seberang Sungai Nil.

Ruang-ruang belajar yang memandang ke arah sungai

diperuntukkan bagi para pangeran dan putri. Sementara, ruangruang belajar yang memandang ke arah kolam untuk anak-anak

32

pejabat tinggi dan komandan militer. Akademi membebaskan

murid-muridnya, tapi hampir semua siswa dipantau dengan

kurikulum yang disiapkan secara khusus untuk mendisiplinkan

setiap siswa. Akademi yang menampung dan mendidik siswa

mulai dari yang berumur empat tahun sampai dua puluh lima

tahun ini dengan ketat menanamkan nilai dan budaya Mesir.

Meskipun di antara siswa kelak ada yang menjadi seorang raja,

hubungan antara akademi dan siswanya tak pernah terputus.

Tapi para siswa perempuan... Para siswa perempuan yang

menyadari bahwa mereka terlahir sebagai putri kerajaan

dan kelak menjadi seorang pengantin, sama sekali tak

memiliki ketertarikan dengan pelajaran-pelajaran yang

diberikan. Akademi ini adalah sebuah tempat ujian yang akan

menunjukkan tugas yang cocok dan sesuai dengan kemampuan

para siswa di masa depan. Di antara para siswa perempuan,

hanya yang paling sabar akan dipilih sebagai calon ratu. Tak

heran, sekolah ini terlihat dari luar seperti sekolah khusus

laki-laki karena yang melanjutkan pendidikan sebagian besar

adalah siswa laki-laki. Materi pelajaran, seperti peta, teknik,

dan strategi peperangan yang diberikan di kelas-kelas lanjutan

semakin menguatkan kesan sekolah ini sebagai sekolah khusus

bagi anak laki-laki.

Para siswa awalnya diajarkan alfabet Mesir dan menulis,

kemudian belajar cara berbicara, adat istiadat, pengetahuan

puisi dan peribahasa, mengeja, dan matematika. Pelajaranpelajaran ini seiring dengan waktu berubah menjadi sebuah

jenis ringkasan logika, khususnya pelajaran mengenai simbol

dan makna dalam sistem kasta yang digunakan di Mesir dan

kode-kode peradaban yang berdasarkan pada keyakinan dan

kepercayaan terhadap banyak tuhan.
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

33

Pengetahuan ini diterapkan ke pola pikir anak-anak dengan

perantara hari-hari suci dan upacara hari raya. Karena itu,

hampir tiga hari dalam satu minggu selalu diadakan upacara suci

di Akademi Kerajaan Mesir. Upacara-upacara ini mengenang

kegemilangan masa lalu yang melintasi zaman. Zaman adalah

Tuan yang tak nampak yang paling mereka hormati. Perayaan

hari raya, dupa yang dibakar, dan pakaian mencolok yang

dipakai, semuanya untuk memberkati zaman...

Salah satunya adalah perayaan Hari Raya Ular yang

diadakan setiap tahun dengan sangat meriah... Perayaan yang

mengisahkan pemotongan kepala Tuhan Hepoiyas oleh Tuhan

Set karena dipercaya akan meracuni Nil dengan kekacauan dan

itnah ini merupakan upacara paling penting di antara upacara

lainnya. Para pangeran mengenakan sabuk dan bandolier yang

terbuat dari ekor buaya yang menunjukkan tanda-tanda Tuhan

Set. Pendeta yang mengenakan hiasan buaya di kepala mereka

masing-masing berdiri di sisi para siswa. Sementara itu, para

pengeran yang memakai baju hijau sudah siap menunggu

untuk dituangkan segel buaya yang sudah dikeringkan dan

dibakar dari kepala sampai kaki mereka...

Di sela kesibukan perayaan upacara, Asiyah kecil bertanya

kepada guru yang mengajarkan tentang hari-hari raya.

"Kenapa Set dijadikan sebagai Tuhan yang harus dirayakan?"

Guru yang tak menantikan pertanyaan seperti ini terkejut.

Meskipun tak ingin menjawab dan membiarkan pertanyaan

itu begitu saja, tapi dia berubah pikiran karena orang yang

bertanya adalah anak yang terlahir dari keluarga kerajaan...

"Yes, gadisku yang pintar... Karena Set adalah Tuhan yang

sangat kuat dan pemberani."

34

"Tapi, bukankah dia membunuh Osiris? Bukankah Isis

mencari bagian-bagian tubuh Osiris di seluruh bagian sungai

selama berhari-hari sambil meneteskan air mata?

"Ini merupakan sebuah kisah lama tuhan Amon-Ra yang

tak nampak di hari-hari sebelum terbentuknya kosmos."

"Apa itu kosmos?"

"Keseimbangan dan kestabilan alam semesta..."

"Apakah Amon-Ra ada sebelum terjadinya kosmos?"

"Amon-Ra muncul beberapa waktu kemudian dan

menaklukkan semua tuhan yang berselisih. Amon-Ra

memberikan masing-masing tuhan tugas yang berbeda dan

mengelompokkan mereka sesuai dengan tugas-tugas mereka.

Dia mengatur semua yang terjadi di muka Bumi."

"Siapakah yang mengutus Amon-Ra yang pastinya masih

muda sebelum kosmos atau dari para Tuhan yang berkelahi?"

Apa yang tiba-tiba mendengarkan bagian terakhir diskusi

itu segera memanggil. "Asiyah!" Ketika mendengar Apa

memanggilnya seperti itu, si gadis mungil sadar dengan

peringatan yang diberikan kepadanya. Ia kemudian berlari ke

arah Apa. Pertanyaan itu tinggal tanpa jawaban. Menurut Apa,

itulah yang seharusnya terjadi, tanpa jawaban...

"Bukankah kau perlu mempersiapkan dirimu untuk

perayaan ini, putri kecilku?"...

Tahun-tahun berganti dengan cepat, seperti aliran air

Sungai Nil yang berada di depan istana...

Anak-anak pilihan Apa telah tumbuh besar.

Sepuluh tahun telah berlalu. Sepuluh tahun adalah

waktu yang sungguh lama dan sulit untuk melupakan dan

35

menyembunyikan semuanya setelah pengasingan... Sepuluh

tahun terasa seperti sepuluh abad bagi Apa. Apa yang

badannya semakin membungkuk karena menanggung begitu

banyak kesedihan dan hatinya penuh dengan luka menjadi

seorang kakek bagi anak-anak itu. Apa adalah seorang guru

yang andal di antara para guru, tak berbahaya bagi istana, dan

tak mencurigakan bagi pendeta.

Apa telah menepati janji yang dia berikan kepada Tuannya,

Akhen. Kapan saja tangan sang abdi buta Raja Kair bersentuhan

dengan anak-anak pilihan yang berjumlah empat anak ini,

meskipun kedua matanya tak dapat melihat, dia merasakan

aura biru yang bergerak di ujung-ujung jemarinya. Hati guru

tua itu terbagi menjadi empat. Terbukalah empat mata naluri

baginya, untuk empat anak yang berada di hatinya...

Anak Pertama:

Apa yang selalu diselimuti rasa takut ketika Yes yang

berumur lima belas tahun masih selalu memaksanya untuk

mendendangkan salah satu lagu Ilahi Aton lama yang terlarang

memperingatkannya dengan ucapan ?Asiyah!, mengisyaratkan

untuk ?diam?.

Gadis muda itu tahu untuk selalu berhati-hati ketika Apa

memanggilnya dengan panggilan Asiyah, bukan Yes...

Kecantikan Yes sama dengan kecantikan ibunya yang

membahana ke seluruh pelosok Mesir, mengingatkan pada

sosok Putri Utara. Tubuhnya langsing, kulitnya putih, dan

menjulang tinggi di antara perempuan Mesir. Suaranya

yang merdu penuh dengan keceriaan. Kerendahan hati dan

kedermawanannya membuat orang-orang yang mengenalnya

semakin terpesona.

36

Seolah, tak ada satu pun orang yang tak terpesona

dengan putri berhati emas ini, yang dipandang sebagai

ratu masa depan di antara anak-anak kerajaan...

Seolah, tak ada satu pun orang yang tak terpesona dengan

putri berhati emas ini, yang dipandang sebagai ratu masa depan

di antara anak-anak kerajaan...

Anak Kedua:

Namanya Pare-Aton ketika berada di Amarna. Ketika

Horemheb yang ganas memerintahkan pelarangan semua

nama "Aton" sebagai tambahan, anak ini kemudian diberi

nama Pare-Amon. Dan sekarang semua anak-anak Amarna

dipanggil hanya dengan satu suku kata. Pangeran PareAton yang berumur kurang lebih duapuluh tahun, dikenang

dengan nama tuhan yang paling kuat di agama Mesir: ?Ra?.

Paro-Aton menonjol di antara keempat anak yang lain

karena sifat kepemimpinannya. Wajahnya yang memesona

dan kemampuannya berbicara langsung menarik banyak

perhatian. Badannya tinggi, rambutnya memanjang sampai

bahu dan berwarna kuning, bahunya lebar, wajahnya tegas dan

kokoh, kulitnya kecokelatan, lengan dan kakinya panjang, serta

aksen dan intonasi suaranya yang tegas membuat orang yang

mendengarkannya dalam waktu singkat terhipnotis. Setiap

orang yang berbicara kepadanya, memberikan rasa hormat

sebagai kaisar masa depan...

37

Anak Ketiga:

Karonaim... Ikatannya dengan para Apiru dan Go?en yang

telah terlupakan membuat mereka memanggil Karonaim

dengan nama pendeknya ?Ka?. Menurut agama Mesir, Ka

merupakan nama sebuah energi kebangkitan yang diberikan

oleh pemimpin para tuhan, Ra ke seluruh alam semesta. Mereka

memanggilnya Ka-Amon atau Karun dalam bahasa keseharian

kepada asistan muda bidang alkemi ini. Meskipun umurnya

belum mencapai angka dua belas atau tiga belas tahun, Karun

merupakan siswa yang paling pandai dalam bidang pendidikan

di antara siswa yang lain...

Seorang anak muda jenius yang selalu menyibukkan diri

dengan kegiatan-kegiatan baru, teori-teori ilmu pengetahuan

baru. Meskipun tak banyak berbicara, hapal beratus-ratus

bait mengenai musik dan astronomi, memahami semua ilmu

pengetahuan kimia, serta menguasai dari alkemi sampai sihir.

Pandangan kedua matanya yang tajam dan kecerdasannya

yang tak pernah ada akhirnya membuatnya terlihat akan

menjadi salah satu kaisar yang berhasil di masa depan.

Namun, meski Apa selalu berusaha mengajarkan makna cinta

dan pengorbanan selama bertahun-tahun, Ka tak manpu

memahami artinya dengan sepenuhnya. Ka memiliki sifat

ketidaksetiaan yang aneh, meskipun tak terlihat di awal karena

dia suka berbicara sambil bercanda. Sifat ketidaksetiaan itu

membuat Apa khawatir dan cemas...

Anak Keempat:

Layaknya Ra, Hama-Aton yang berumur kurang lebih

duapuluh tahun merupakan anak yang paling tua di antara

38

anak lainnya. Pemuda yang memahami semua ramalan

seni secara detail mengenai suku aslinya, K?pti, tak banyak

berbicara dengan Apa lagi karena berpikir bahwa dia berbeda.

Nama istana pemuda yang dipanggil dengan nama pendek

"Ha" ini adalah "Ha-Amon". Nama ini diambil dari bahasa

yang dipakai, Haman. Badannya tinggi dan gagah seperti Ra.

Menurut adat para pendeta, kepalanya harus di arahkan ke

depan ketika rambutnya dipotong dan oleh karena itu bahunya

agak membungkuk. Dahinya memiliki banyak kerutan karena

terlalu banyak berpikir. Kulitnya gelap dengan kedua bola

mata bewarna hijau memberi kesan misterius. Ha merupakan

salah satu siswa yang paling dipantau oleh para pendeta dan

penasihat kerajaan.

Ha sebenarnya sangat cocok menjadi seorang penasihat

ya ngterlihat sejak kecil. Dia memiliki pengaruh yang luar

biasa terhadap Ra. Di antara tiga anak lainnya yang terpilih,

Yes adalah anak yang paling tak cocok dengannya. Apa tak

pernah berhasil menghilangkan jarak antara mereka sejak hari

pertama. Meskipun Ra memiliki sifat-sifat kepemimpinan,

ia masih suka bermain bersama Yes dan Ha. Kegoyahan ini

mengkhawatirkan Apa...

Menurut Ha, Yes memusnahkan seluruh energi kekuasaan

dan kepemimpinan Ra. Mengurangi pengaruh dan keputusan

Ra dengan sifat kerendahan hati dan kedermawanan yang tak

berguna. Ha berpikir bahwa dia harus melakukan apa saja

untuk menghilangkan pengaruh Yes dari Ra.

Empat anak...

Bagi Apa, mereka seperti empat burung, empat pilar, empat

tembok, empat unsur alam semesta...

39

Udara, Tanah, Air, dan Api...

Menurut Apa, udara yang selalu berada di langit dan berada

di tempat tinggi, menjadi sumber pikiran bagi Ha. Menjadi

simbol Haman yang tepat. Idealisme yang tinggi, ego, pemaksa

keputusan dan kekuasaan, semua ada pada dirinya. Sayang,

ini seringkali membuatnya menjadi sombong, angkuh, dan

bahkan seorang yang curang.

Tanah merupakan simbol Karun. Ka muda yang selalu
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin berpetualang dan melakukan penemuan. Kelebihan

Karun adalah kecerdasan, kepercayaan diri, dan keberanian.

Tapi, kelebihan ini bisa membuat Karun menjadi seorang yang

serakah, tak setia, dan tak pernah puas.

Air sangat tepat menggambarkan keindahan, kebaikan,

kedermawanan, dan kerendahan hati yang dimiliki Asiyah.

Ini semua merupakan sifat dan kelebihan Yes, panggilan lain

untuk Asiyah. Dia merupakan penengah di antara ketiga anak

laki-laki yang selalu bertengkar sejak kecil. Yes adalah seorang

anak istimewa yang sering mengorbankan dirinya untuk

keselamatan orang lain. Keberaniannya yang luar biasa sering

membuat Apa khawatir. Asiyah layaknya sebuah pilar kokoh di

antara keempat anak ini. Sebuah energi yang menopang dan

membangun atap...

Api adalah milik Ra, simbol Pare-amon. Seorang anak

yang memiliki karakter kepemimpinan, cerdas, dan kharisma

yang membuat orang terpesona dengannya. Kata-kata yang

terucap darinya selalu membangkitkan ketertarikan. Pemuda

yang selalu menjadi pusat perhatian dengan tingkah laku yang

selalu membuatnya dihormati semenjak kecil. Kekurangan

40

paling besar Ra, yang kekuatan dan kodratnya paling dipercaya

oleh Apa, adalah kepercayaan diri dan keingintahuannya yang

berlebihan. Jika tak ada campur tangan Yes, kekuatan dan

ilmu pengetahuannya dengan mudah dapat berubah menjadi

keegoisan. Ra terbebani oleh ujian kelulusan yang seperti

kobaran api...

"Ujianmu sangatlah besar Ra" ucap Apa ketika

memeluknya...

Sisi manakah yang akan dipilih Ra di antara Yes dan Haman

yang seringkali dia kunjungi, ketika hari itu tiba?

"Ya Allah, berikanlah kekuatan pada Yes sehingga ketiga anak

yang berada di ujung jurang bahaya nafsu itu dapat disatukan

dengan akhlak yang baik, amal-amal yang baik," doa Apa.

...

Air sangat tepat menggambarkan keindahan,

kebaikan, kedermawanan, dan kerendahan hati

yang dimiliki Asiyah. Ini semua merupakan sifat

dan kelebihan Yes, panggilan lain untuk Asiyah.

Asiyah layaknya pilar kokoh d. Sebuah energi yang

menopang dan membangun atap...

41

Sementara itu, Pangeran Utara yang terluka berat sepuluh

tahun yang lalu, akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan

di sebuah makam yang batu nisannya belum sempat dibangun.

Menjadi satu-satunya raja Mesir yang dimakamkan di sebuah

makam kecil yang tak layak bagi seorang pemegang mahkota

dan tahta.

Para pembuat mumi berhati-hati meletakkan kembali

medali kerajaan yang tak pernah dilepaskan oleh para raja

selama masih hidup setelah menyelesaikan semua persiapan...

Tak satu pun orang yang tahu bahwa medali yang sama beberapa

waktu yang lalu terpasang di leher Asiyah. Orang yang tahu

dan menjaga rahasia ini tak lain adalah Apa. Ia melepaskan

medali yang ternyata kembar itu dari leher si gadis kecil di

hari-hari pengasingan dan kemudian melemparkannya ke

Sungai Nil. Asiyah pun lupa mengenai medali itu. Semua yang

tertinggal baginya hanya sebuah peninggalan genetik berupa

keingintahuan yang besar, pengetahuan yang luas...

Segel kerajaan yang dipindahkan dari Amarna

menuju Memphis, bersama dengan sebuah kesempatan

penggunaannya, melambatkan pergerakan revolusioner dan

khususnya Horemheb selama beberapa waktu, tapi tak pernah

bisa menaklukkan mereka. Para pendeta Memphis pun

harus menugaskan Komandan Piye yang merupakan teman

Komandan Horemheb yang ganas untuk masuk ke dalam

Kerajaan Mesir.

Komandan Piye sudah berumur delapan puluh tahun-an,

tapi belum sekalipun melakukan pernikahan. Seluruh hidupnya

dibaktikan pada pertempuran di N?bye dan Hatti. Dia adalah

42

komandan pasukan yang membuat Kerajaan Mesir menjadi

yang terkuat di Laut Tengah dan Timur Tengah. Menaklukkan

banyak negara, mulai dari Negara Punt yang berada di selatan

sampai ke Kadesh dan seluruh daerah di sebelah utara dan

timur Yerussalem. Persatuan dan kejayaan Mesir adalah hal

yang paling penting baginya. Oleh karena itu, dia sangat peduli

dengan pendidikan dan kemampuan orang yang akan menjadi

raja. Pengangkatan seorang putri yang akan menjadi istri raja

haruslah seorang gadis muda yang paling berpengetahuan,

sopan-santun, dan terdidik dalam lingkup adab terbaik adalah

harapan Piye yang paling besar.

rrr

43

4. Kisah-Kisah di

Sekolah...

Apa tua adalah sosok yang sangat dihormati oleh para guru

di Akademi Kerajaan. Meskipun dia merupakan orang yang

datang dari Amarna, pendidikan akhlak yang ia berikan kepada

anak-anak kerajaan membuat dirinya menjadi seseorang yang

dihormati oleh seluruh guru. "Kedua matanya tertutup untuk

dunia, tapi wawasannya membuka seluruh alam semesta,"

ucap orang-orang yang mengetahui lautan kisah luas yang Apa

lewati.

Di Mesir, para penulis yang menuangkan seni menulis dan

kemampuan dalam penulisan resmi ke dalam kisah-kisah

memberikan perhatian lebih pada cerita yang berisikan teladan

dan penuh teka-teki bermakna. Bahkan, adab berbicara yang

dianggap sebagai kemampuan yang harus dimiliki seorang raja

telah diajarkan di usia dini, baik di Akademi Kerajaan maupun

di sekolah umum sebagai pelajaran yang sangat penting.

Pembacaan puisi panjang tanpa kesalahan, penggunaan

ungkapan-ungkapan yang dihiasi kata-kata bermakna

merupakan standar yang ditentukan bagi orang-orang yang

ingin naik ke tingkatan berikutnya, apapun pekerjaannya. Baik

itu tukang roti, pemegang pot tinta, pawang ular, pemotong

rambut, atau tentara, syarat-syarat seperti kemampuan

berbicara dengan bermakna dan beradab, kemampuan berpikir

ke depan, kemampuan membaca permasalahan dengan rapi

44

dan jelas, memiliki peran penting sebagai penentu kenaikan

tingkat dalam pekerjaan.

Bahkan, dua kali dalam satu tahun, para bangsawan

Mesir melewati waktu mereka dengan berdoa dan tafakur di

makam para leluhur. Waktu yang pertama adalah di hari-hari

meluapnya Nil, sementara lainnya di waktu panen. Menurut

orang-orang yang percaya, di hari-hari itu ruh para leluhur

memberikan sebuah pertanyaan teka-teki yang sangat sulit,

dan pastinya ini dijadikan sebagai sebuah ujian kelayakan

seseorang untuk menjadi penerus tahta kerajaan.

"Pelajaran melihat ke depan" pertama ini memberikan

kesempatan kepada anak-anak kerajaan untuk mendapatkan

sebuah pengalaman yang bisa dijadikan sebagai tiket dan

kemudahan di masa depan.

Khususnya bagi para pendeta yang sangat peduli dengan

seni ramalan, jawaban-jawaban yang diberikan untuk teka-teki

dan ujian seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang serius, dan

pastinya mereka memberikan komentar mengenai masa depan

para siswa atau orang-orang yang mengikuti ujian ini...

"Letnan ini akan menjadi seorang komandan yang kuat dan

kejam di masa depan."

"Murid pawang ular ini bukan menjadi pawang ular,

seharusnya menjadi petugas pajak."

"Anak ini takkan bisa mendapat tugas di kerjaan, ia memiliki

hati yang lembut."

"Penulis ini sebenarnya memiliki karakter seorang guru

yang luar biasa."

Tapi, penglihatan masa depan yang dilakukan para pendeta

dan peramal ini, yang diungkapkan beriringan dengan

45

ritual-ritual yang sekan-akan mendapatkan berita dari

masa depan menjadi sebuah pendiskriminasian kelas dalam

pikiran masyarakat. Para guru dan cendekiawan seperti Apa

mendapatkan rasa hormat karena semua itu.

Para pendeta dan peramal mendapatkan kekuatan dan

kekuasan besar dari adat penglihatan masa depan Mesir ini yang

berdasarkan pada kekuatan kata-kata. Oleh karena itu, mereka

mendapatkan kekuasaan dalam memutuskan masa depan

para raja, ratu, pendeta dan komandan, disamping itu juga

penugasan-penugasan baik itu orang-orang pemerintahan yang

terhubung dalam pemerintah pusat maupun daerah, bahkan

dalam pengambilan keputusan mengenai pembangunan desa

maupun daerah sesuai dengan pekerjaan dan karakter.

Misalnya, peraturan-peraturan di desa para penulis dengan

desa para pelatih singa sangatlah beda satu sama lain.

Peraturan tempat kerja para tentara bersama dengan

peraturan-peraturan tempat kerja para penjahit ditetapkan

dengan sistem kasta yang berbeda satu sama lain.

Dan juga di tempatkannya di daerah yang berbeda bagi para

Apiru yang bekerja sebagai budak dan pekerjaan kerja paksa,

dan pastinya ini semua tercatat didalam daftar pekerjaan yang

berbeda-beda.

Diulang-ulang, diulang-ulang, diulang-ulang...

Seperti rahasia Mesir...

Tak ada kesempatan ataupun keterbukaan baru yang bisa

membuat bertanya-tanya di Mesir.

Seakan-akan semuanya dibangun di atas pengulangan mulai

dari para penulis yang menulis alfabet sampai para penjahit

yang mengukur kain...

46

Zaman seperti seekor kuda yang terlatih dan

taat pada perintah, yang langkahnya diperlambat

dengan penutup kepala, yang selalu siap dengan

perintah tuannya...

Mesir berdiri tegak dengan jiwa-jiwa adat yang berpindah

dari satu generasi ke generasi lainnya... Dan inilah sebab kenapa

catatan-catatan seribu tahun lalu disembunyikan, dikumpulkan,

tak pernah merelakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dua ribu

tahun yang lalu.

Arsip-arsip, semua dikumpulkan dengan kehati-hatian,

dikelompokkan, disimpan...
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Zaman seperti seekor kuda yang terlatih dan taat pada

perintah, yang langkahnya diperlambat dengan penutup

kepala, yang selalu siap dengan perintah tuannya...

Zaman, sebenarnya merupakan budak Mesir yang

berharga...

Para tuannya tak pernah mengizinkannya untuk berlari

kencang sesuka hatinya.

Zaman, tak pernah mau membawa masa lalu di kemudian

hari, selalu membawa masa sekarang, bahkan dengan iringan

sentuhan mahir sang tuan, terbentuk di atas masa depan dan

masa lalu...

47

Khususnya para pendeta, dengan berpusat pada pikiran

untuk menjadi ?tuan seluruh waktu? memegang erat padanya,

takkan pernah melepaskan kerah zaman...

Oleh karena itu, seluruh peradaban di Mesir terbentuk dari

rincian pengulangan yang mengagungkan.

rrr

48

5. K?sah Semua Kembal?

ke Asalnya

Hari masih pagi, abdi buta Apa bersama keempat siswanya

berjalan menuju Puncak Akasya Barat yang terletak di seberang

Nil...

Anak-anak muda ini menuruni tangga marmer Istana

Kerajaan yang menjulur ke arah Sungai Nil dengan wajah

ceria.

Membawa makanan dan buku pelajaran seperti yang

diperintahkan, Yes, Ra, Ha, dan Ka berjalan sambil

menggoyangkan kedua tangan mereka dan melonjak-lonjak

gembira. Mereka sangat bersemangat.

Ketika bertepatan dengan hari-hari pasang, air memenuhi

Sungai Nil. Oleh karena itu, mereka mengggunakan perahu

dayung kerajaan yang megah untuk menyeberang yang kini

tengah bersandar di dermaga berpagar kayu.

Perahu dayung kerajaan yang bernama Teye ini digerakkan

lima belas pendayung untuk masing-masing sisi. Bagi anakanak, Teye merupakan alat transportasi yang menakjubkan.

Mereka menyeberangi Nil dengan perahu mimpi ini sambil

mendendangkan lagu Ilahi yang paling bagus. Di lain sisi, Apa

mengajak murid-muridnya ini untuk memberikan ujian spesial

yang diperintahkan oleh Akademi Kerajaan...

49

Teye, dalam pandangan anak-anak lebih seperti

makhluk hidup dibandingkan sekadar perahu dayung. Ia

seperti perempuan K?pti setengah tua yang memedulikan

penampilannya, bahkan seperti seorang pencerita dongeng

pengantar tidur... Anak-anak tertidur dalam pelukan Teye...

Puisi yang paling panjang dan melelapkan, Ilahi-ilahi lemah

lembut dan memesona selalu didendangkan ketika berada

di punggung Teye. Teye bukan sebuah perahu dayung biasa,

seakan malaikat yang berenang di Sungai Nil dan memberikan

kabar dari surga...

Gumuk-gumuk pasir yang mengingatkan pada sosok

raksasa, menyentuh lembut hidung Teye yang membungkuk ke

permukaan sungai, mengiringi perjalanannya dengan nyanyian

Ilahi. Perjalanan yang mengaduk air dan pasir ini berlangsung

kurang lebih dua jam... Teye pun mengantar mereka sampai di

tepi seberang sungai.

Sesaat, Ka membungkukkan badan dan bertanya kepada

Apa.

"Apa-ku, kenapa kita tidak menyeberang dengan arah lurus,

melainkan membuang-buang waktu bergerak ke kanan dan

kiri?"

Abdi tua memberikan jawaban sambil tertawa gembira

diiringi batuk.

"Anak-anakku, ternyata ujian mulai lebih awal. Ayo,

bersama-sama kita cari jawaban dari pertanyaan Ka."

"Menurutku, ini benar-benar murni pembuangan waktu...

Untuk sampai ke seberang sungai dengan mengikuti rute lurus

adalah lebih bermanfaat," ulang Ka. "Teye akan lebih sedikit

tergoncang dan para pendayung tidak begitu lelah. Di samping

50

itu, kita akan lebih berhemat dalam penggunaan dupa-dupa

yang kita bakar."

"Setiap pekerjaan memiliki peraturan tersendiri,"

komentar Ha. "Mungkin juga semua perahu dayung kerajaan

menggunakan rute yang sama selama ratusan tahun. Dan bagi

kita, ini adalah pilihan para leluhur yang memiliki pengalaman

dan kemampuan yang lebih tinggi dari kita. Menurutku,

kita harus percaya pada kemampuan dan keahlian para

pendayung."

Kepalanya terbenam dalam di antara bahunya yang terbiasa

membungkuk ringan ke depan.

"Ha, kenapa kau selalu berperilaku serius dan sedih seperti

ini?" potong Asiyah... "Dan Ka selalu memberikan sebuah

usulan. Apa hubungannya dengan adat istiadat dan para

leluhur?"

"Yes, Aku...," Ha ingin memulai ucapan panjangnya lagi,

tapi...

"Bukankah aku sudah memohon kepada kalian untuk

memanggilku Asiyah ketika berada di luar istana?" potong

gadis muda ini dengan wajah ceria.

"Menurutku, Asiyah benar," ucap Ra ikut dalam pembicaraan.

"Tak ada salahnya kita melakukan petualangan yang berbeda.

Bahkan jika Apa mengizinkan, aku ingin memberikan arah

kepada para pendayung. Aku ingin mejadi nahkoda perahu

dayung ini."

"Tapi, Ra...," ucap Ha dengan suara tegas.

Tanpa memedulikan dia, mereka mulai mendendangkan

puisi Laki-Laki Tua yang terluka di Laut yang mereka pelajari

di sekolah bersama-sama...

51

"Aku terluka oleh pedang zaman, ombak-ombak

Memindahkan rasa dingin ke kulitku

Dan aku paham bahwa aku mencintai kehidupan ini

Aku berlindung di kejernihan air dari ketakutan rasa

dingin

Ketika aku bernapas, aku menyadari betapa berharganya

bernapas di antara kematian dan kehidupan

Hidupku hanya tersisa segelintir rambut yang

menggantung..."

Abdi tua Apa menyaksikan pembicaraan dan nyanyian

mereka dengan senyum di bibirnya. "Semuanya kembali ke

asalnya," ucapnya dengan suara lirih... "Dari sekarang, terlihat

jelas apa yang akan mereka lakukan di masa depan. Akhirnya,

mereka semua memiliki jalan yang akan ditempuh."

Setelah tiba di pesisir seberang, mereka akan mendaki

Puncak Akasya Barat. Di sini tak ada satu pun istana.

Semenanjung yang mereka capai seperti sebuah peta kebebasan.

Mereka menyalami para petugas Teye, berterimakasih, dan

meloncat keluar. Melupakan semua keseriusan yang mereka

rasakan sebelumnya. Mereka berjalan cepat hingga tak tampak

dari penglihatan para pendayung Teye yang berdiri tegak

menunggu.

Setelah melakukan pendakian di antara pepohonan, mereka

melihat sebuah danau yang jernih. Terlihat jelas bangkubangku luas yang dinaungi atap di sekeliling danau untuk

tempat peristirahatan para pengunjung... Mereka membasuh

kening mereka dengan kegembiraan.

Tepat di salah satu tiang bangku tercantum sebuah

tulisan, ?Silahkan duduk, selamat datang?. Tak jelas siapa yang

52

menulisnya dan tak satu pun orang yang menyatakan bahwa

?tempat ini milikku?. Hanya ada sambutan selamat datang dari

batin, dari keramahaan hati...

"Jadilah seperti ini, anak-anakku," ucap Apa. "Jadilah seperti

atap ini yang mengayomi kalian semua dan masyarakat. Jadilah

pelindung dengan daun-daunnya yang menyembunyikan

kita dari terik Matahari. Tak ada selain kerendahan hati dan

kedermawanan."

"Jika ini aku, aku akan mengumpulkan setengah koin

dari para pengunjung yang datang ke sini," ucap Ka... "Aku

kumpulkan sehingga cukup untuk membangun tempat yang

lebih bagus. Bahkan, akan aku bangun sebuah tempat minum

kopi di sini, beberapa bantal dari serabut kurma, dan keran air

kecil. Para pengunjung yang minum dari keran ini akan aku

tarik seperempat koin sehingga aku bisa memberikan jamuan

kurma kepada para pelanggan."

"Jadilah seperti ini, anak-anakku," ucap Apa.

"Jadilah seperti atap ini yang mengayomi

kalian semua dan masyarakat. Tak ada selain

kerendahan hati dan kedermawanan."

Ka mengucapkan semua itu dengan kegembiraan seorang

pengusaha yang sedang melakukan kerjasama dengan

pasangan kerjanya. Apa tersenyum melihatnya. "Kau mulai

53

sambil berkata pengunjung dan mengakhiri dengan pelanggan,

Ka," ucapnya.

Ra menanggapi pendapat Ka dengan gaya serius bercampur

canda. "Sudahkah kau meminta izin dari kerajaan saat

membuka tempat usaha ini?"

"Semua orang langsung pulang ke rumah setelah

menyelesaikan pekerjaannya adalah hal yang paling baik.

Mungkin duduk dan bersenang-senang di jalan bagus untuk

para pengunjung, tapi jika terjadi perkelahian siapa yang akan

melerai mereka? Hal yang paling bagus adalah pulang ke tempat

masing-masing setelah menyelesaikan pekerjaan," gumam Ha.

"Suatu hari nanti, aku akan membangun sebuah istana

untuk tempat beristirahat para pengunjung di seluruh puncak

Mesir," teriak ceria Ra... Dia berbicara sambil membentangkan

kedua tangannya, sekan memberikan tanda ke seluruh pelosok.

Kedua matanya bersinar. Dia seperti bisa melihat masa depan

dari sekarang dengan kepercayaan diri. "Di sini, di puncak itu,

dan disana juga," ucapnya sambil menunjuk semua puncak yang

terlihat. "Apalagi harga diri terbesar yang ada dalam manusia,

selain kedermawanan? Biarkan mereka menyebutku sebagai

raja yang memberikan makan dan minum kepada rakyatnya.

Apalagi yang lebih baik dari ini semua?" tanyanya.

"Kedermawanan bukan untuk mendapatkan harga diri.

Bukankah melakukan apa yang ada dalam batin dan hati kita

adalah hal yang terbaik?" tanya Asiyah. "Sama seperti tempat
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beristirahat ini, sama seperti tulisan ?selamat datang? yang

ditulis oleh penulis ramah hati tak bernama yang tidak kita

ketahui ini..."

54

"Semuanya kembali ke asalnya," ucap Apa kepada dirinya

sendiri... "Ayo, sekarang adalah waktunya ujian. Di dalam

keranjang ini ada empat burung bulbul dari negeri Punt

yang sangat berharga. Empat burung indah ini untuk kalian

berempat... Ayo, pilih dan ambil burung-burung ini, tapi ada

satu hal buruk yang aku ingin kalian lakukan. Temukan tempat

yang tak seorang pun melihat, dan bunuhlah burung-burung

ini di sana..."

Sesaat, perkataan Apa membuat suasana menjadi

sedingin es. Apa yang diucapkan oleh guru mereka?

Membunuh? Ujian apa ini!

Sesaat, perkataan Apa membuat suasana menjadi sedingin

es. Apa yang diucapkan oleh guru mereka? Membunuh?

Mereka tak memercayai pendengaran masing-masing. Apa

yang memberikan nasihat ?Jangan membunuh? yang sering

mereka dengar sejak kecil pada nyamuk, bahkan tikus sekali

pun... Tapi, hari ini dia berkata kepada mereka ?Bunuhlah?...

Ujian apa ini!

Meskipun dari bibir keempat anak terucap kata ?tidak?,

mereka menyadari bahwa ini adalah bagian ujian kelulusan dan

tercatat dalam buku Akademi Kerajaan. Mereka pun memilih

untuk diam. Kepala keempat anak menunduk dalam...

rrr

55

6. K?sah As?yah dan

Burung Bulbul

Setelah mengeluh beberapa saat, tangan mereka masuk ke

dalam keranjang besar yang dibawa Apa. Mereka bergantian

mengambil burung bulbul yang mengelibatkan sayapnya

karena takut.

"Sekarang, mengertikah kalian betapa sulitnya pekerjaan

Malaikat Kematian, anak-anakku?"

Malaikat Kematian kah ucap abdi tua itu?

Nama yang dingin dan mengejutkan ini mendatangkan

tanggapan yang berbeda pada diri masing-masing anak...

Bahu Haman yang semakin lebar dan kokoh setelah

memasuki masa remaja, seakan membawanya terbang tinggi,

menyamakan dirinya dengan Malaikat Kematian. Dari kedua

matanya tepancar kesombongan. Dengan tubuh tingginya,

Haman seolah ?Malaikat Kematian? yang akan segera melayang

dari daratan bersama lembaran kain celana yang menyeret

tanah...

Sementara, Karun adalah anak yang tak pernah membuat

permasalahan semenjak kecil. Ia memahami Malaikat Kematian

sebagai seorang pencuri yang melewati penjaga-penjaga

pemakaman dan memburu jasad-jasad. Memburu semua raja

yang ada di dunia ini dan mengeluarkannya, terus mencari

harta karun yang disimpan dengan berbagai macam labirin dan

56

jebakan dengan serakah... Ketika tenggelam dalam pikiran ini,

jubahnya berkibar seperti sepasang sayap, memberikan jalan

baginya untuk berburu di malam hari setelah semua tertidur

lelap...

Di antara mereka, yang paling ingin memahami dan

menempatkan dirinya ke posisi ?Malaikat Kematian? tak

lain adalah Ra. Seperti yang terjadi pada Ha, dia merasakan

badannya bertambah tinggi. Tanda pangkat kemiliteran yang

ia miliki telah bertambah satu garis. Tanda pangkat dari emas

yang dia impikan tersemat di bahunya. Dia pun membayangkan

sebuah mahkota raja di kepalanya. Kewenangan terhadap

kematian merupakan sebuah kekuatan yang tak terbayangkan

bagi calon raja masa depan, Ra. "Seluruh Mesir berada di antara

dua bibirku," pikirnya. Lahan-lahan pertanian tak berujung

tergoncang oleh embusan angin, Nil yang diberkahi enam

air terjun mengalir di antara Mesir, dan ribuan orang yang

bersujud berselimut rasa takut di hadapan tahtanya. Dengan

seluruh kekuatannya, dia menaklukkan semua. Kekuasaan ini

ditambah dengan wewenang terhadap kematian yang ada di

tangan raja akan membuat para musuh yang berada di negara

asing gemetar ketakutan di hadapannya... Jika wewenang

terhadap kematian lepas dari tangannya, apa kegunaan seorang

raja! Ra merasa sedih membayangkannya.

Mereka terbangun dari khayalan mereka dengan sebuah

pertanyaan, ?Siapakah yang mengutus Malaikat Kematian ke

muka Bumi??. Asiyah lah yang mengajukan pertanyaan ini.

Mendengar pertanyaan yang murni dan bersih ini, Apa paham

bahwa hanya ada satu murid yang bertahan dari pengalaman

?Malaikat Kematian?, yaitu Asiyah...

57

"Pencipta Malaikat Kematian adalah Zat yang mengutus

dia ke muka Bumi," ucap Apa. Seketika, yang lainnya pun sadar

dari khayalan mereka...

"Mungkin inilah tugas yang paling sulit di dunia ini, yaitu

membunuh seseorang," lanjut Asiyah.

"Pencipta Malaikat Kematian menciptakannya dengan

berbagai sebab. Banyak yang meninggal dunia setelah sakit

atau musibah menimpa kita. Malaikat Kematian tertutupi oleh

berbagai macam sebab kematian yang berbeda satu sama lain.

Suatu hari, kita akan mendapatkan panggilannya dan kembali

kepada Sang Pencipta. Kematian hanya terjadi dengan perintah

dan kuasa-Nya..."

Setelah pembicaraan pendek itu, Apa memberikan isyarat

utuk segera bergerak. Keempat anak ini melanjutkan perjalanan

dengan burung bulbul di tangan mereka. Di tengah savana,

keempat anak ini berpisah satu sama lain, berjalan ke empat

arah yang berbeda...

Sementara itu, Apa tertidur dalam tidur yang panjang...

Begitu banyak hal yang dia lihat dalam mimpinya. Dia tidak

akan menceritakan mimpinya kepada siapa pun, tapi kurang

lebih seperti ini...

Di antara kenyataan dan mimpi... Terjaga...

Kurang lebih setelah satu jam, Karun adalah anak pertama

yang datang dengan wajah ceria. ?a menyodorkan satu kantong

berisi kepingan koin perak yang dipegangnya kepada Apa. "Ini,"

serunya, "Aku menjual burung bulbul dengan harga yang sesuai

dengan seorang pekerja saluran air yang aku temui di jalan,

Apa-ku. Dan memang burung bulbul yang aku pegang adalah

yang paling kecil dan terluka di salah satu sayapnya. Pekerja

58

saluran itu tidak mengetahuinya dan membayar dengan harga

yang aku inginkan. Kau tahu, kita mendapatkan keuntungan

besar..."

"Ahh," ucap Apa, "Wahai anakku, burung bulbul yang kau

kira terluka itu adalah burung bulbul terakhir dari Pulau

Serendib yang bertelur emas. Sementara, pekerja yang kau

temui itu memiliki anak yang sakit. Dia sudah pergi membawa

anaknya berobat ke mana saja tanpa hasil. Orang itu kemudian

datang dan menceritakan permasalahannya kepadaku. Aku

menyarankan untuk membuat sup burung bulbul terakhir dari

Pulau Serendib yang bertelur emas. Orang itu adalah pekerja

yang kau temui... Kau tak tahu betapa berharganya burung

bulbul yang ada di tanganmu. Kau tak lulus ujian. Jadikanlah

ini pelajaran bagimu, bagaimanapun kau telah menyembuhkan

seorang anak."

Dan ketika Karun menyesali apa yang terjadi, Haman dan Ra

datang ke sisi mereka. Ra berbicara dengan semangat, sedangkan

Haman seperti biasa menganggukkan kepala mengiyakan,

kadang dengan kata-kata pendek yang aneh. Semangat Ra

bertambah dengan dukungan Haman. Kedua tangan mereka

kosong... Mereka merasa yakin telah menyelesaikan ujian

dengan hasil paling bagus. Setelah memberikan salam, mereka

mencium tangan Apa.

Apa kemudian mencium tangan yang dicium kedua

muridnya dengan wajah sedih. "Tampak bahwa kalian telah

membunuh burung-burung itu di tempat yang tak terlihat oleh

siapapun!" ujar Apa datar.

Ra kemudian menceritakan pertemuannya dengan

Asiyah di jalan. Setelah berbicara panjang lebar dengannya,

59

mereka berdua menangis dan memutuskan untuk tidak

membunuh burung bulbul mereka. Namun, Haman datang

dan menyalahkan keputusan itu. Haman juga mengatakan

bahwa ujian ini akan tercatat dalam buku Akademi Kerajaan...

Setelah perkataan Haman yang menyakinkan, Ra berpisah dari

Asiyah dan melanjutkan perjalanan bersama Haman. Setelah

beberapa waktu mencari tempat yang sesuai, mereka mendaki

Puncak Akasya Barat yang paling tinggi seperti usul Haman.

Setelah merasa yakin tak akan ada seseorang yang melihat,

mereka membunuh burung-burung itu di dalam gua yang ada

di sana....

"Yakinkah kalian bahwa tak ada satu pun yang melihat

kalian?" tanya Apa sambil gemetar menahan marah...

Dengan wajah penuh keyakinan, kedua murid yang telah

terjerumus dalam kesombongan itu menjawab tegas. "Iya,

kami mendaki ke puncak paling tinggi agar tak satu orang pun

melihat," jawab mereka.

"Malaikat Kematian pun tak melihat. Sungguh seperti

itukah?" tanya Apa berulang kali... Ra dan Ha terkejut dan

seperti kembali jatuh ke tanah. Tapi, keterkejutan ini hanya

berselang pendek.

Ra yang telah merasakan ?kenikmatan? menggunakan

wewenang kematian memberi jawaban berbalut kemarahan.

"Kami berpikir bahwa kami telah mendapatkan wewenang

untuk membunuh burung-burung itu dalam ujian yang telah

Anda siapkan ini..."

Ha seperti biasa mendukungnya. "Kami berharap telah

melewati ujian yang sulit ini sesuai peraturan-peraturan

akademi..."

60

"Malaikat Kematian pun tak melihat. Sungguh

seperti itukah?" tanya Apa berulang kali... Ra

dan Ha terkejut dan seperti kembali jatuh ke tanah.

Tapi, keterkejutan ini hanya berselang pendek.

Apa menjawab tenang, menghimpun kesabaran dalam

dirinya.

"Haman, burung yang kau bunuh adalah penasihat burung

merpati yang memberikan kabar mengenai selesainya banjir
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada Nabi Nuh. Burung bulbul yang dengan kekuatan doa

Nabi Nuh terbuka kedua matanya sehingga dapat melihat masa

depan itu memiliki pengetahuan yang penuh dengan misteri.

Burung yang memiliki kemampuan luar biasa... Di antara

semua burung, hanya dia yang mengetahui rahasia-rahasia

dunia. Seandainya kau tak membunuhnya dan mencoba untuk

mendengarkannya, kau akan mengetahui bagaimana cara untuk

selamat dari musibah-musibah besar di dunia. Sebuah pintu

rahasia, sayangnya hilang begitu saja... Sekarang, seberapapun

menyesalnya engkau, takkan mengubah apapun. Semua puncak

yang kau daki atau akan kau daki, adalah takdirmu, tapi tak ada

satu pun tempat yang tak terlihat di dunia ini oleh Sang Penulis

Takdir. Dia selalu siap dan memantau, meskipun tak seorang

pun melihatnya. Ah, burung bulbul yang kau bunuh..."

"Dan, Ra! Sekarang giliranmu, Ra! Burung yang kau sakiti

dan bunuh itu adalah burung bulbul yang mengetahui sumber

61

air Ab-? Hayat (air keabadian) yang memberikan keabadian

kepada orang yang meminumnya. Umur raja hanya dilalui

dengan pencarian orang yang akan diajarkan letak Ab-? Hayat

berada. Sayang, kau tak membuka mata hati dan mengabaikan

kebijaksanaannya. Kini, di dunia ini tak ada lagi seorang raja

yang akan menemukan Ab-? Hayat."

Ra membungkukkan badannya. Rasa sesal membuncah

setelah mendengarkan perkataan Apa. Tapi, semua telah

terjadi...

"Darah itu akan menjadi noda yang tidak akan pernah hilang

dari telapak tangan kalian seumur hidup. Dalam kehidupan,

kalian akan menyesal sebanyak sembilan kali dan ingat apa yang

terjadi hari ini... Kalian akan merasakan kekeringan bertahuntahun, ini adalah musibah pertama. Kedua adalah penyakitpenyakit yang meluas, luka-luka yang tak pernah sembuh, dan

pohon-pohon tak berbuah. Ketiga, hujan yang turun selama satu

tahun dan menenggelamkan kalian. Dan keempat, sekelompok

berbentuk awan yang akan menghancurkan kalian dan hasil

panen kalian... Setelah itu, serangan nyamuk, ngengat, dan

kutu adalah musibah yang kelima. Musibah keenam datang

berupa penjarahan dan perampasan di mana-mana. Ketujuh

adalah musibah yang paling mengenaskan, seluruh kota akan

mengalami hal yang sama, meminum darah mereka karena tak

ada air untuk minum. Ujian kedelapan, datangnya naga-naga

besar yang menelan semua mantra sihir para penyihir. Tidak

ada cara selain menaati pemilik naga. Ujian terakhir adalah

datangnya seorang utusan yang memiliki ?Tangan Putih?.

Namanya adalah Yed-i Beyza. Jika kalian mengikuti utusan

itu, kalian akan terlepas dari sembilan musibah ini. Tapi, jika

62

kalian lupa dan mengikuti hawa nafsu seperti hari ini, lihat saja

yang akan terjadi..."

Abdi tua berbicara sambil gemetar. Ra yang menyadari

kesalahannya tak dapat menahan kesedihan hingga jatuh

bersujud di tanah. Sementara, Ha seolah mengabaikan perkataan

Apa yang baginya membingungkan. Dia mencoba mengangkat

badan Ra dengan satu tangannya, seraya mengingatkan untuk

segera kembali ke istana karena cuaca sudah mulai gelap.

Ra memandang Apa dengan wajah menyesal. "Asiyah...",

ucapnya, "Asiyah..."

"Dia terbebas dari sembilan penyesalan ini. Seperti

keterlambatannya saat ini, dia takkan mengalami dan

merasakan sembilan penyesalan dari sembilan musibah yang

akan kalian alami. Dia adalah satu-satunya anak yang kedua

matanya dapat melihat ke depan. Sungguh aneh, dia juga yang

paling jauh berjalan, meskipun burung bulbul yang dia pilih tak

memiliki keistimewaan seperti yang kalian pilih. Perhatikan

bagaimana dia akan kembali..."

Abdi tua yang gemetar kembali bersandar ke tempat duduk

di belakangnya dengan bantuan murid-muridnya yang tak taat.

Seakan seluruh jiwanya telah diambil dan membeku diam tak

dapat melangkahkan kaki. Tubuhnya seperti dililit rantai besi.

Haman menarik teman-temannya ke salah satu sudut,

meyakinkan mereka untuk tak perlu khawatir dan putus asa.

Semua yang diceritakan Apa hanya omong kosong dan Apa

hanya seorang tua yang suka menceritakan dongeng-dongeng.

Dia bukan siapa-siapa.

Asiyah datang ketika cuaca hampir sepenuhnya gelap.

Betapa jauhnya dia berjalan sehingga kakinya penuh dengan

63

darah. Bajunya sobek karena terkait semak belukar. Wajahnya

memerah menahan tangis. Dia kembali dengan burung bulbul

di tangannya...

"Wahai Apa-ku, betapa jauhnya aku berjalan, betapa

jauhnya aku berkeliling.... Tapi, aku tak menemukan satu

tempat yang tak terlihat oleh siapa pun untuk mengambil

nyawa burung bulbul ini. Kemanapun pergi, aku tahu bahwa

Malaikat Kematian melihatku dan juga Sang Penciptanya yang

mengutus ke sisiku. Kemanapun aku pergi, Dia selalu berada di

sampingku. Dia melihat aku dan apa yang aku lakukan. Setiap

tempat aku cari, semua puncak aku daki, semua gua aku masuki,

tapi tak ada satu tempat yang bisa lepas dari pengawasan-Nya.

Aku tak bisa lulus dari ujian ini, wahai Apa-ku."

...

Apa terbangun dengan tubuh gemetar, memandang

keempat muridnya... Hatinya risau oleh mimpi yang barusan

dia lihat. Ia juga mengacuhkan Asiyah. "Ayo," ucapnya, "Malam

telah tiba, para pendayung telah menunggu kita. Orang-orang

di istana pasti juga khawatir. Ayo, kita sudah terlambat."

Tak ada waktu lagi untuk menanyakan petualangan anakanak dengan burung-burung itu, ketika dia terhimpit oleh

beratnya mimpi...

Savanah terlihat seperti hantu yang bergantung dalam

embusan angin dan gelapnya malam. Mereka menuruni

Puncak Akasya Barat dengan cepat, tanpa berbicara... Mereka

menyeberang ditemani kedamaian aliran Sungai Nil setelah

mengucapkan salam pendek kepada para pendayung yang

telah lama menunggu...

rrr

64

7. Hari Pemakaian

Mahkota...

Upacara Set tahun ini memiliki kejutan yang berbeda

di Istana Memphis... Satu generasi telah tertutup dengan

kematian Komandan Piye... Kejayaan yang terus berlangsung

di bawah kepemimpinan militer Horemheb yang kemudian

diteruskan Piye telah berakhir. Kerajaan, dalam waktu yang

singkat, melakukan perbaikan diri dengan memberlakukan

sebuah pendidikan yang disiplin dan ketat untuk generasi

muda. Pendidikan dan pengembangan anak-anak sesuai

dengan peraturan lama kerajaan.

Upacara Set tahun ini juga akan dirayakan bersamaan

dengan upacara pemakaian mahkota. Akhir dari masa penuh

kecemasan menanti para calon pengganti... Kepala pendeta

dan kepala komandan yang berkuasa beberapa bulan setelah

kematian Komandan Piye mendukung penyerahan mahkota

kepada pewarisnya yang tepat. Tapi Mesir, bersamaan dengan

masa jeda kemiliteran yang belum pernah mereka alami dalam

sejarah, tengah mendapatkan tekanan besar dari berbagai

kaum, baik dari Hattusas yang berada di utara maupun dari

selatan...

Pemberontakan di Nubye Selatan juga semakin meningkat.

Akibatnya, pajak yang dikirim dari Nubye ke ibukota terhenti.

Kerajaan harus sekali lagi kembali ke kondisi yang stabil

65

sebelum permasalahan pajak dan materi yang mereka alami

membuat masyarakat Mesir menderita lebih banyak...

"Tahta kerajaan harus diserahkan kepada pewaris yang

paling layak dari didikan Akademi Kerajaan...." ucap kepala

pendeta.

Sementara itu, kepala komandan melanjutkannya. "Hanya

pemuda paling pemberani dan berjiwa pejuang yang layak

mengenakan mahkota Mesir. Musuh kita telah meningkatkan

kemampuan perang mereka. Berkat kehebatan pemimpinpemimpin pasukan mereka, penemuan senjata baru, dan

kereta kuda yang digunakan dalam medan perang, Hattusas

telah berhasil membangun kekuasaan mereka di negara-negara

sekitar. Jika kemudian Nubye kembali dikoyak pemberontakan,

aku takut kita tak mempunyai kekuatan untuk mencegah

kehancuran Mesir."

Kepala keuangan negara menjelaskan bahwa masa jeda dan

masa revolusi telah memakan banyak harta kekayaan Mesir.

Keluhan mengenai lambannya pengiriman pajak dari negara

Punt dan Nubye berupa emas, perak, dan mineral berharga

lainnya. Tahun itu, untuk pertama kalinya, mereka harus

menurunkan harga nilai emas dan menggunakan perak dalam

sistem pembayaran. Mereka berada di ujung tebing petaka

karena terlalu banyak mengonsumsi barang mewah di istana.

Terlihat jelas bahwa mereka memerlukan seseorang pemberani

dan kompeten dalam pengaturan keuangan negara yang akan

mengenakan mahkota sebagai raja baru mereka.

Sementara itu, perubahan komposisi populasi menarik

perhatian kepala arsip kerajaan. Populasi suku Apiru yang

menetap di daerah Gosen pada masa Nabi Yusuf mengalami

66

peningkatan luar biasa dalam waktu singkat dan tersebar

ke seluruh Mesir. Fakta paling penting diperhatikan adalah

beralihnya pekerjaan suku Apiru yang hidup di luar wilayah

Gosen dari penggembalaan dan peternakan ke bidang

pertanian dan perdagangan. Mesir bahkan mengalami sebuah

titik balik populasi dengan peningkatan suku Apiru yang

masuk ke pemerintahan bersama para abdi di istana.

Kepercayaan kepada satu tuhan yang diajarkan oleh Nabi

Yusuf kepada para Apiru masih berlanjut dan berdiri tegak

seperti sebuah bahaya yang tertidur. Menurut para penasihat

kerajaan, itu merupakan masalah serius yang terus membesar

di dalam kerajaan bersama dengan peningkatan populasi

Apiru yang pesat. Oleh karena itu, calon raja yang akan

mengenakan mahkota tak hanya harus memiliki kemampuan

dalam beperang, melainkan diperlukan juga kecerdasan untuk

menetapkan sistem kasta baru yang akan mengontrol populasi

dan kekuatan kaum Ibrani.

Setelah mendengarkan pendapat para penasihat, kepala

pendeta menekankan bahwa atas nama kejayaan kerajaan,

mereka harus tak hanya berpaku kepada calon raja saja,

tetapi juga menentukan siapa yang akan menjadi ratu. Idenya

adalah mengambil pendekatan strategi keamanan dengan

mengangkat seorang putri dari Hattusas yang semakin hari
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terus mendekati perbatasan Mesir untuk dijadikan pengantin

raja Mesir... Sementara, kepala arsip kerajaan berpikir bahwa

ratu yang akan mendampingi raja harus dari generasi Kerajaan

Mesir. Menurutnya, ini akan berperan besar dalam persatuan,

baik dari sudut pandang adat, agama, maupun masyarakat.

Sementara itu, dia juga memperingatkan untuk tak melupakan

67

faktor Pangeran Suppila yang bekerja sama dengan Hattusas

selama dua puluh tahun terakhir peperangan ini.

Mengambil pengantin dari Hattusas akan membuat

Pangeran Suppila, para pemberontak, mata-mata, dan oposisi

yang mengabdi padanya mendapatkan kekuatan besar.

Pangeran Suppila yang tengah mengalami kehancuran harga

diri dalam sebuah kekalahan, kini memfokuskan dirinya pada

pemberontakan dan perlawanan kepada kerajaan. Sebuah

kesempatan yang ditunggu bertahun-tahun oleh Hattusas kini

terbuka lebar. Kali ini, mereka akan menaklukkan Mesir dari

dalam tanpa perlu bertempur.

Kepala komandan mendengarkan perkataan kepala arsip

kerajaan segenap hati. Setelah merenungkannya sejenak, dia

menyetujui kebenaran perkataannya. Pengangkatan seorang

putri dari Hattusas bisa diartikan sebagai penghancuran

benteng kerajaan Mesir.

Tak ada salahnya juga mendengarkan pendapat kepala guru

Akademi Kerajaan. Institusi ini mendidik anak dan pemuda

yang akan memimpin kerajaan.

Malam itu, kepala guru Akademi Kerajaan tak sendiri.

Disampingnya terdapat guru yang paling dihormati di sekolah

pangeran, Apa, sang abdi yang buta. Kepala pendeta sama sekali

tak menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap keberadaan

Apa dalam musyawarah itu. "Kenapa kau ajak Abdi Buta Raja

Kair ke meja musyawarah mengenai masa depan Kerajaan

Mesir ini?" Kepala pendeta memberikan pertanyaan yang

menusuk seperti jarum...

Kepala arsip kerajaan segera memperlembut atmosfer

ruangan yang menegang. "Semenjak hari-hari pengasingan,

68

Apa telah berperan besar dalam pendidikan seluruh anak

bangsawan kerajaan. Dia juga telah membuktikan dirinya

sebagai salah satu guru yang paling terpercaya, baik di

masa Komandan Horemheb maupun Komandan Piye. Apa

merupakan pendidik spesial yang mengetahui dan mengenal

seluruh karakter siswa akademi. Semua keputusan nanti akan

diputuskan oleh majelis. Kata-kata yang akan kita dengar dari

guru tua ini akan mempermudah majelis untuk mengambil

keputusan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan!"

Kepala arsip kerajaan berkata benar. Anak-anak yang

memiliki kemampuan istimewa dalam kecerdasan dan

kepemimpinan diberikan sebuah pelajaran khusus serta

dididik dengan program pendidikan yang berbeda. Mereka

mendapatkan pelajaran di kuil dan sekolah militer terbesar

di Mesir. Mereka dididik dalam kemajuan dan perkembangan

piramid dan ziggurat.

Apa berbicara mengenai empat pemuda spesial ketika

dia mendapatkan giliran untuk berbicara. Dia membahas

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh Pare-amon, Haamon, Yes?a, dan Karonaim. Khususnya dia menekankan

pada kemampuan Pare-amon yang memiliki karakter yang

dapat membuat orang hormat kepadanya, kecerdasan, dan

sifat kepemimpinan yang membuat dia berbeda dengan yang

lainnya. Tapi, ada satu kelemahan yang dimiliki oleh Pareamon: sangat ambisius dan perfeksionis, karakter tak menerima

satu kesalahan sekalipun, dan kesulitan mengontrol karakter

itu. Ha-amon adalah siswa yang menonjol dalam hal ruhani

dan kekuatan untuk menyakinkan orang. Ha-amon yang tak

memiliki sifat kepemimpinan cukup bagus untuk disandingkan

dengan Pare-amon. Tapi, dia juga memiliki kekurangan. Kedua

69

matanya hanya terpaku pada dunia ketuhanan dan rahasia

keabadian.

Yes?a merupakan seorang gadis muda yang berdarah kerajaan

dan memiliki kemampuan yang tak kalah dari para siswa lakilaki. Bahkan, dalam hal kesenian dan logika dia jauh lebih

baik dari semuanya. Jika ada sebuah kelemahan, itu hanyalah

persaingannya dengan Ha-amaon semenjak mereka kecil yang

berlanjut sampai sekarang. Pare, meskipun mejadi pemimpin

di antara mereka, mengalami kegoyahan di antara ide-ide Haamon dan Yes?a ketika berhadapan dengan kesulitan. Ketika Ha

selalu ingin menjadikan Ra berada di sisinya dan memberikan

masukan mengenai kekuatan dan kekuasaan, Yes?a masuk

di antara mereka seperti bisikan-bisikan keadilan dan kasih

sayang.

"Julukan hewan suci apa saja yang mewakili pemuda

yang kita bahas ini dalam kripto-kripto Mesir?" tanya kepala

pendeta.

"Tuanku," mulai Apa, tanpa melupakan perendahan terhadap

dirinya sebelumya, "Julukan yang diberikan oleh akademi

kepada mereka di hari raya Hasad lima tahun sebelumnya

seperti ini.

Pare-amon, setelah semua ujian dan kompetisi yang dia

lewati, mendapatkan hak untuk membawa nama Elang Suci

Horus, ?Mata Bulan?. Horus yang agung, akan memberikan

salah satu dari matanya yang tak pernah tertutup kepada orang

pilihan di dunia ini yang memiliki ilmu yang luas. Sekarang,

anak yang membawa julukan Mata Bulan adalah Pare-amon.

Dalam daftar hewan-hewan suci dia adalah Elang...

70

Julukan Ha-amon adalah ?Apis". Segitiga putih yang berada

di dahinya dan sabit benteng suci yang berada di punggungnya

merupakan simbol Ha-amon yang menunjukan bahwa dia

dalam kategori pendeta. Banteng Apis yang berbulu merah,

membuktikan kesetiaannya, Medali yang dibawa oleh Haamon menunjukkan bahwa dia berhasil melewati ujian dalam

hal pengabdian.

Yes?a merupakan satu-satunya anak yang memiliki tiga

medali dengan penanggalan dan ruh yang berbeda. Dalam

penamaan Mesir lama, bunga teratai menyimbolkan dirinya.

Yes?a membawa medali yang menyimbolkan kedamaian dan

berkah dengan daun-daun berwarna biru dan ungu. Dalam

daftar hewan suci, burung Ibis dan Bastet menjadi simbol

dirinya.

"Oooh! Luar biasa... Bastet dan juga Ibis... Kucing dan

burung.... Di satu anak! Oooh! Tapi, bagaimana ini bisa terjadi?"

seru para penasihat terheran-heran dan penuh tanda tanya.

"Tuanku, Yes?a, malam saat dia dilahirkan ke dunia,

sekelompok bintang Orion berada di atas langit Istana

Kerajaan. Para pejalan padang pasir dan orang bijaksana yang

datang dari Timur yang berada di antara para tamu Istana

Kerajaan menyebut bayi perempuan yang terlahir itu dengan

nama Asiyah dalam bahasa mereka. Nama yang bermakna pilar

dan tembok ini merupakan simbol bahwa Yes?a penyambung

Kerajaan dengan Langit tujuh tingkat, seperti sebuah pilar

langit. Selain itu, Yes?a merupakan cucu dari Raja Reyyan bin

Melik dari Amalika yang menyelamatkan Mesir dari kekeringan

di masa Nabi Yusuf. Dia sendiri merupakan putri dari Raja

Muzahim yang juga putra dari Pangeran Abidin..."

71

"Kenapa kau menggunakan silsilah Arab kepada Yes?a,

wahai Apa yang terhormat?" tanya Kepala Arsip Kerajaan.

"Seperti janji yang saya berikan kepada Komandan

Horemheb ketika dalam pengasingan dari Amarna bahwa

saya tidak akan memberikan informasi detail mengenai

silsilah keturunan kepada anak-anak. Komandan Horemheb

memberikan perintah untuk menghapus seluruh pengetahuan

yang bersangkutan dengan masa lalu di masa restorasi dari

pikiran dan arsip-arsip tertulis. Keputusan ini diambil demi

keselamatan anak-anak dan pembangunan kembali kerajaan,

sambil mencontoh abdi lemah ini, bukan keluarga mereka.

Saya mendidik mereka sebagai abdi yang setia kepada kerajaan.

Maka dari itu, saya mendidik mereka dengan silsilah keturunan

dalam bahasa Arab, bukan dalam bahasa K?pti. Misalnya, jika

Anda bertanya kepada Yes?a maka dia akan menunjukkan

dirinya sebagai seorang gadis muda Mesir yang setia kepada

kerajaan dibandingkan sebagai putri raja.

"Benar sekali apa yang telah kau lakukan." Terdengar suara

yang memotong perkataan Apa.... Orang yang berbicara adalah

kepala pendeta. "Tepat sekali yang kau lakukan Guru Tua Apa

yang setia. Yang terpenting dari para pemuda ini bukanlah

siapa mereka, tapi akan menjadi siapa mereka semua. Jelaskan

mengenai tanda hewan-hewan Yes?a yang tak sesuai satu sama

lain itu. Kenapa Medali Bastet dan Burung Ibis berada di gadis

muda ini?."

"Tuanku... Bastet yang merupakan kucing suci, dengan

keindahan, irama, dan nalurinya merupakan simbol pejuang

dan pengusir roh-roh jahat. Medali ini diberikan kepada Yes?a

karena kemampuannya dalam pengetahuan musik, warna

72

dan kecocokan bentuk, melukis, serta jiwa seni dalam batubatu berharga dan mutiara. Kekuatan nalurinya yang besar

merupakan salah satu ciri Bastet yang mementingkan kasih

sayang dan keadilan. Sementara, burung Ibis merupakan

simbol ketaatan ibadah. Yes?a berhasil menjadi juara pertama

dalam seluruh ujian mengenai kebersihan keyakinan,

kemurnian hati, dan keadilan. Medali berbentuk kipas yang dia

bawa merupakan simbol yang menunjukkan bahwa dia adalah

seorang manusia yang memiliki dua kehidupan. Julukannya

adalah burung Ibis yang merupakan abdi setia dan pelindung,

baik di dunia ini maupun di dunia orang mati."

"Anak lainnya, Karonaim. Kau belum berbicara sama sekali

mengenainya, Apa," ucap Kepala Komandan.

"Kepala Komandan yang terhormat.... Kami, orang-orang

yang mengajar di akademi, memanggil pemuda ini dengan

nama Ka. Karonaim merupakan keturunan dari keluarga Ibrani

yang terhormat. Tapi karena janji saya kepada komandan

Horemheb, saya tak memberikan informasi banyak mengenai

keluarganya. Ka tumbuh besar tidak dalam lingkup adat-adat

Ibrani. Dia tumbuh besar di akademi istana bersama anakanak lainnya. Karena pengetahuannya mengenai kesenian,

ilmu kimia, dan keuangan, khususnya akuntansi maka dia

mendapatkan simbol penjaga berkepala anjing hutan suci.

Ka membawa medali Anubis, pemegang rahasia-rahasia

dunia orang mati dan kunci-kunci alkimia. Medali berbentuk

kunci emas yang Ka bawa memiliki lambang Anubis yang

bertelinga panjang di tengahnya. Ka dengan kecerdasan dalam

memecahkan masalah-masalah kimia yang tak satu orang pun

bisa memecahkannya membuat dia berhak untuk mendapatkan

73

julukan ini. Tapi, dialah satu-satunya murid yang tak bisa
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi raja jika masuk ke dalam daftar calon raja kerajaan

karena dia berasal dari garis keturunan Ibrani."

"Bagaimana menurutmu mengenai kesetiaan Ka kepada

kita?"

"Tuanku, seluruh anak-anak di Akademi Kerajaan dididik

untuk setia kepada kerajaan. Mereka dididik terlepas dari

keluarga dan pengetahuan akan silsilah keturunan dihapus

dari pikiran mereka. Khusunya Ka, tak ada satu pun catatan

yang bisa kita katakan sebagai sebuah pengkhianatan kepada

leluhur-leluhurnya. Ka, yang merupakan keponakan dari

pemimpin Imran yang menguasai kaum Ibrani, selama

hidupnya hanya berkumpul bersama kaumnya sebanyak

tiga kali untuk keperluan belasungkawa dengan izin yang

dikeluarkan oleh akademi karena paksaan dari Yes?a. Dia

berbicara bahasa kita tanpa aksen Apiru lagi. Selain itu, dia

merupakan siswa yang paling cerdas di kelas alkemia dan hapal

berbagai resep pemumian dan pengobatan yang dipelajari dari

riwayat-riwayat lama."

Syarat-syarat yang diinginkan oleh kepala pendeta

di awal musyawarah mendapatkan dukungan yang

besar dan dengan penjelasan Apa, hasil keputusan

musyawarah ditetapkan.... Ra, akan menjadi raja...

74

Atmosfer musyawarah yang berjalan baik, ditanggapi


Pendekar Rajawali Sakti 160 Keris Iblis Rahasia Secret Karya Rhonda Byrne Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long

Cari Blog Ini