Ceritasilat Novel Online

Sang Mawar Gurun Firaun 4

Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan Bagian 4

bahwa pertumbuhan penduduk Apiru beberapa tahun ini

menimbulkan sebuah tekanan. Tapi, jika dilihat dari kegiatan

dan pembangunan untuk kekuatan militer maupun ekonomi

negeri ini, terlihat jelas bahwa kita membutuhkan pertambahan

penduduk Apiru. Seandainya tak ada para Apiru, siapa yang

akan bekerja di pekerjaan yang paling berat di Mesir? Siapa

yang akan melakukan pekerjaan kasar untuk Mesir yang luas

ini? Mereka tenaga kerja yang murah, bahkan para Ibrani

bermakna kekuatan yang cuma-cuma. Oleh karena itu, kita

tak mempedulikan mereka. Kalau tidak, negeri ini tak lain

214

hanyalah negeri penuh dengan pendatang dan tak berharga di

mata para tuhan. Maka dari itu, di bawah peraturan keharusan

untuk bekerja kita juga membuat kebijakan khusus. Tujuannya

adalah memperbanyak pernikahan para wanita Apiru dengan

laki-laki K?pti dan pemusnahan identitas Ibrani. Tapi, usaha kita

ini belum tercapai. Bagaimana kita bisa mencegah malapetaka

ini, aku menunggu saran kalian."

Setelah sunyi beberapa saat, Kepala Pendeta Haman

kemudian mulai berkata.

"Salamku kepada Raja yang suci. Kami sebagai pelayan

Istana Mesir selalu mendukung apa yang menjadi keputusan

yang akan Baginda putuskan. Tuanku, bukan penduduk Apiru

yang sudah ada, melainkan kita harus mengontrol generasigenerasi Ibrani yang akan lahir sehingga mulai dari sekarang

kita bisa mencegah terjadinya malapetaka yang akan terjadi

di masa depan... Maksudnya, jika kita memusnahkan generasi

laki-laki Ibrani yang lahir, keamanan akan berada di tangan

kita. Apa yang saya ingin katakan adalah bayi laki-laki Ibrani

yang akan lahir merupakan malapetaka bagi kita di masa

depan. Aku mengusulkan untuk mengorbankan bayi laki-laki

Apiru kepada para tuhan."

Usulan berdarah dingin ini semula memberikan embusan

angin dingin di ruangan, tapi tak lama kemudian tawa ceria

membahana. Ide ini dianggap sangat cerdas. Hanya Tahnem

yang tak tertawa.

"Tuanku," ucap Tahnem. "Tuanku, Jika melakukan hal yang

dikatakan oleh Kepala Pendeta Haman maka dalam jangka

waktu sepuluh tahun di tangan kita takkan tersisa penduduk

yang bersedia melakukan pekerjaan berat dan keras untuk

Mesir. Seluruh laki-laki Apiru yang akan terbunuh, bukankah

215

lebih baik untuk melayani negeri ini? Usulan untuk membunuh

seluruh anak laki-laki merupakan usulan tanpa melihat

konsekuensi di masa depan.

Orang-orang memandang pemuda yang berani melawan

perkataan Kepala Pendeta Haman secara terbuka ini dengan

mata setengah kagum dan setengah terkejut...

Setelah beberapa saat berpikir, sang Raja kemudian

menjawab.

"Anak muda ini berkata benar..."

Kepala Pendeta terbelalak dan tak ingin mengakui

kekalahan.

"Ada yang lebih mudah Tuanku, ada yang lebih mudah...

Satu tahun kita bunuh, satu tahun berikutnya kita beri izin

untuk melahirkan anak laki-laki..."

Kesunyian singkat tercipta dan kemudian terdengar suarasuara dukungan yang membahana...

...

"Jadi, sampai tingkatan seperti ini mereka membawanya.

Semua mata sudah tertutup," ucap sang Ratu. Sare yang juga

berada di sana meneteskan air mata mendengarkan apa yang

akan terjadi. Seraya merangkul bahunya, Tahnem membawa

Sare keluar menuju balkon istana. Di bawahnya, Sungai Nil

mengalir dengan sabar. Seperti linangan air mata...

rrr

216

17. Dua Bidan...

Sifra dan Pua, dua bidan yang namanya sudah tersohor ke

seluruh Gosen. Ratusan bayi terlahir dengan tangan mereka.

Wajah penuh senyum mereka lah yang pertama kali dilihat

para bayi ketika pertama kali membuka kedua mata.

Wajah yang pertama dilihat di dunia, kunjungan pertama,

pertemuan pertama, pembeda jiwa di antara jiwa pertama...

Wajah pertama yang terlihat, untuk mengingatkan lemahnya

manusia, keasingannya, kesendiriannya, kehadirannya ke

dunia, jarak dari seluruh jarak... Manusia menginjakkan kakinya

ke permukaan Bumi dengan tangis. Bahkan, kaki mereka tak

menginjak ke permukaan Bumi. Bagian dalam rahim seakan

penuh dengan kapas surga, sementara saat hadir ke dunia,

kedua kakinya masih lemah, rapuh, dan gelisah... Oleh karena

itu, kedua mata muncul lebih awal dibandingkan kaki.

Mata, layaknya sebuah gerakan kaki dan sandaran pertama

kali di dunia. Pergi dengan bimbingan kedua mata, menyentuh

dengan arahan kedua matanya, merangkul dunia pun dengan

kedua mata. Begitu juga bayi yang baru terlahir...

Sifra dan Pua sebagai bidan yang berpengalaman, memiliki

ratusan jejak jemari bayi pada wajahnya. Oleh karena itu,

berapa pun umurnya, wajah mereka yang mirip dengan bayi

menebarkan kebahagian di setiap rumah yang dikunjungi...

Orang-orang berdiri ketika kedua bidan ini masuk ke dalam

rumah, mereka berlari ke arah keduanya, menanyakan kabar,

217

mencarikan tempat untuk duduk, dan menjamunya. Mereka

semua menghormati Sifra dan Pua...

Tangan-tangan mereka terbakar panas Matahari dan

penuh garis-garis kasar. Tangan yang memberikan rasa aman

bagi semuanya. Orang-orang yang bertemu keduanya akan

memegang tangan mereka. Mencium tangan-tangan yang

di suatu masa pernah memegang mereka dengan khidmat,

berlomba mendapatkan belaian yang mengalirkan air terjun

kasih sayang di kepala...

Sifra dan Pua, teriring doa-doa yang selalu terucap dari

bibir mereka, membasuh tubuh manusia...

"Kita mendapatkan kesembuhan dari tangan-tangan

mereka," ucap orang-orang, menghormati kedua bidan

mukmin ini...

Para bidan mengingatkan tentang Allah kepada para

penduduk Mesir...

Allah yang Maha Agung memberikan banyak nikmat

kepada hamba-Nya...

Allah yang Rahman, memberikan kebaikan besar terhadap

apapun yang ada di alam semesta ini. Memberikan nikmatNya kepada semua. Dia Maha Pengasih dari yang paling

pengasih...

Tak pernah sekalipun wajah para bidan ini menyibakkan

rasa merendahkan...

Mereka mengingatkan kepada surga, kebaikan, dan kasih

sayang...

Meskipun mereka tak melahirkan, nama mereka tetap ibu.

Tangan-tangan merekalah yang memotong tali pusar manusiamanusia baru dan mengenalkan dunia.

218

Para bidan adalah pusar kebaikan yang menghubungkan

surga dan dunia. Sebuah jembatan keselamatan, mata penerang

bagi Mesir. Bagi seluruh permukaan Bumi...

Sifra dan Pua layaknya pertolongan bagi para pendatang

di Mesir. Bagi orang-orang yang dalam kondisi tak baik dan

kaum papa...

Hari itu merupakan hari pembuktian bahwa politik,

kekuatan jabatan, dan keinginan akan kekuasaan

yang begitu besar dapat mengubah seorang manusia

menjadi seseorang yang dzhalim...

Fir?aun telah memberikan perintah kepada Pua

dan Sifra untuk mencekik bayi laki-laki kaum bani

Israil seketika mereka terlahir ke dunia...

Hari penyelamatan kaum Bani Israil, dua bidan berhati

mulia layaknya pantulan sinar Matahari yang menerpa segel

emas, dipanggil ke hadapan penguasa istana. Tugas-tugas baru

diberikan kepada mereka.

Tapi, ini adalah kabar buruk bagi mereka. Sebuah perintah

yang membuat bulu kuduk berdiri dan punggung terbebani...

Hari itu adalah pertama kali dalam hidup mereka

merasakan wajah terselimuti awan gelap, bahu terasa berat,

219

dan kepala tertunduk sedih. Mereka menjawab orang-orang

yang mengucapkan salam ketika bertemu dengan wajah

muram dan sedih... Mereka tak berbicara dengan siapapun

selama satu hari. Ketika malam tiba, mereka tak menyalakan

lilin sampai pagi tiba. Mereka sama sekali tak bergeming untuk

membukakan pintu ketika mendengar pintu mereka terketuk

karena kecemasan orang-orang yang tak terbiasa mendapati

mereka seperti itu...

Hari itu adalah hari sang Raja menjadi "Fir?aun"...

Hari itu merupakan hari pembuktian bahwa politik,

kekuatan jabatan, dan keinginan akan kekuasaan yang begitu

besar dapat mengubah manusia menjadi seseorang yang

dzhalim...

Fir?aun telah memberikan perintah kepada Pua dan Sifra

untuk mencekik bayi laki-laki kaum bani Israil seketika mereka

terlahir ke dunia...

Bagaimana mungkin keduanya melaksanakan perintah

kejam ini? Orang-orang memanggil Pua sebagai seorang Ibu.

Mereka selalu berlari menyongsong sambil mengucap Ibu

Sifra...

Apa yang diinginkan Fir?aun dari mereka? Mereka adalah

seorang ibu, bagaimana bisa mereka membunuh anak-anak

mereka? Apa yang terjadi dengan raja ini? Bagaimana bisa

seorang raja besar menjadi seperti ini? Tidak malukah dia

dengan kemanusiaannya? Apakah dia seorang manusia? Siapa

dia, apa itu Raja? Bagaimana bisa dia mengambil hak manusia

untuk hidup? Bagaimana dengan para bayi? Para bayi mungil

yang tak memiliki kekuataan untuk mempertahankan diri

mereka. Tanpa membuka genggaman telapak tangan mereka,

220

tanpa mengedipkan kedua mata... Bagaimana ini semua bisa

terjadi?

Bayi...

Bismillah. Air. Manusia mungil. Tetes-tetes air alam

semesta. Harapan. Lemah. Kemurniaannya pun bisa membuat

gunung-gunung kokoh menangis. Madu. Ranting jeruk. Aroma

susu. Senyum. Yunus. Telur. Bunga aster. Pangkuan. Ridho.

Bungkuk punggung. Telapak tangan. Buah ceri. Buah jeruk.

Kertas putih. Pensil yang ujungnya akan terbuka. Ayunan.

Sisa jerami. Kelinci. Keranjang. Tempat tidur bayi. Kaos kaki

bayi. Kain selimut bayi. Bedak. Aroma roti segar. Kain sutra.
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu senja. Bayangan pohon. Mata air. Takdir. Butiran salju.

Malaikat. Khidzir. Waktu buka puasa. Pekerjaan rumah. Bajubaju cucian yang tergantung di halaman. Korek api. Lilin. Sinar.

Penghibur lara. Ayat. Benang. Musim semi. Sarang burung.

Selendang. Lavender. Lagu. Ungu. Doa. Usaha. Pulau. Jiwa.

Mimpi. Kesehatan. Kesegaran. Bunga mawar. Buah kurma.

Tamariska. Jamuan. Kupu-kupu. Lampu. Tujuan. Langkah.

Penutup. Pantulan. Aroma. Alkimia. Penyerahan. Cahaya.

Negeri. Kaca bewarna. Hijau. Zaman...

Para bidan, Sifra dan Pua, duduk berhadapan di atas

bantalan tanpa tahu harus berbuat apa sambil mengucap

kalimat-kalimat ini...

Bayi bisa menjadi kerabat seluruh kalimat di dunia ini dan

di waktu yang sama juga tak satu pun kalimat di dunia ini yang

bisa menggantikan maknanya... Bayi, merupakan sebuah bukti

bahwa Tuhan masih peduli dengan Bumi ini. Bayi merupakan

pembawa pesan keberadaan Allah dan malaikat yang paling

besar. Bayi adalah bunga surga yang turun ke muka Bumi untuk

221

menyampaikan berita para Nabi... Dan setiap bayi bergerak

seperti sang waktu yang memberi kabar tentang dekatnya hari

kimiat di hati kita. Bayi seperti jendela yang menyampaikan

kesempatan sekali lagi untuk menghirup napas segar bagi

dunia. Bayi, napas bayi, awal kata...

Bagaimana mungkin mereka akan melakukan pembunuhan

ini? Bagaimana?

Meskipun hanya sebagian mereka yang memahami amarah

ini, tapi amarah merupakan ombak yang datang dan pergi

di dalam hati manusia... Ketika giliran kebencian tiba, Pua

dan Sifra tak mengetahui dan bodoh dalam memahami sifat

kebencian... Oleh karena itu, mereka menutup jendela-jendela

rumah, menarik semua tirai, mematikan sinar lilin, dan

mengunci pintu. Mereka memutuskan dalam batin mereka

untuk tak lagi berbicara dengan siapa pun... Mereka membolakbalikkan kebencian, berusaha untuk memahaminya. Mereka

berusaha melihat kebencian lebih dekat dari depan dan

belakang, bawah dan atas. Mereka berusaha untuk menyentuh

kebencian. Mereka adalah dua manusia bijaksana yang kedua

telapak tangannya memegang bayi-bayi yang baru terlahir ke

dunia, tapi ketika datang kata pembunuhan, ketika bertemu

dengan kebencian, mereka menjadi sangat bodoh, buta, tuli,

tak bertangan dan kaki, serta tak berlidah. Mereka sungguh

jauh dari kebencian dan pembunuhan...

Ketika mereka tak bisa memecahkan rahasia kebencian

keesokan harinya...

"Seperti inilah kejahatan...." pikir Pua dan Sifra...

Kejahatan terhadap mereka yang kekuatannya belum

terkumpul, bahkan belum mempunyai daya sama sekali.

222

Penghancuran dari akar. Dan aksi pemusnahan ini dipahami

sebagai hukum alam yang rutin, wajar, dan umum... "Mereka

pasti kehilangan akal sehat," ucap Sifra... "Bukankah mereka

juga manusia?" tanya Pua... Dan mereka saling berpandangan.

"Tapi, kenapa?" ucap mereka. "Mengapa?"

Siapa Fir?aun, manusiakah dia? Bukan? Kalau begitu apa?

Inilah pertanyaan terbesar... Jatuh ke dalam sebuah pertanyaan

"apa" yang tak memiliki jawaban, manusia yang kehilangan

kemanusiaannya... Tak berderajat, Tak berkriteria, jatuh

tenggelam. Sebuah kejahatan yang jelas membekukan aliran

darah...

Saat itulah mereka terguncang oleh kejahatan yang sungguh

kosong dan tak bermakna.

Kedua bidan telah tiba di sebuah tempat bersegel ketika

mereka ingin memecahkan rahasia kejahatan... Ketika mereka

ingin menyentuh segel itu, jiwa mereka terbakar, kepala

mereka pusing, dan benang-benang kehidupan terputus

berubah menjadi abu. "Baiklah," kata mereka. "Kita tak bisa

maju lebih jauh. Allah yang menyegel tempat ini." Mereka tak

bisa melewati hati yang disegel oleh Allah... "Seorang manusia

yang dahulunya laki-laki, kemudian mejadi pangeran, dan

setelah menjadi raja jatuh ke dalam kesombongan. Setelah ini,

martabatnya hanyalah ke-Fir?aunan," ucap mereka.

Ketika mereka bersentuhan dengan sesuatu yang tak

beruntung, beracun, dan kotor, bibir mereka meludahkan

kepahitan. Ludah ini menjadi sebuah penangkal bagi mereka

di antara para setan. Sebuah garis. Sebuah batas. Sebuah

jalur yang tak semestinya dilampaui... Seberapapun mereka

meludah, sesuatu yang tak beruntung, beracun, dan, kotor itu

masih berada di pangkal lidah mereka...

223

"Ah, Ini adalah jejak setan. Ini adalah sentuhan setan,

nafsu kita." Seribu kali Ah, seribu kali penyesalan, seribu kali

taubat, seribu kali rasa takut, seribu kali kecemasan... "Fir?aun

juga berada dalam diri kita," ucap mereka. Mereka menelan

kepahitan sesuatu yang tak beruntung, beracun dan kotor

yang menyentuh lidah mereka, mereka tahu bahwa ini semua

adalah nafsu.

Mereka mengenal diri mereka...

Mereka melihat diri mereka...

Ketika mereka menghapus jejak-jejak kejahatan, mereka

terkejut melihat satu bunga mawar dan yang lainnya bunga liar

berduri tajam, meskipun minum dari air yang sama. "Bunga

mawar merupakan diri kita, bunga berduri tajam juga," ucap

mereka... Pua dan Sifra sangat terkejut menyadari antara

Fir?aun dan mereka hanya terbentang satu garis kecil... "Ya

Rabb...," ucap mereka sambil bersujud...

"Jangan tinggalkan kami... Berikanlah kebaikan kepada kami

di dunia dan akhirat. Kami sangat membutuhkan pertolonganMu yang paling kecil sekalipun. Lindungilah kami dari godaan

setan dan nafsu..."

Keesokan harinya, ketika tentara Fir?aun mengetuk pintu

rumah mereka. "Tidak," jawab para bidan.

"Kami tidak akan membunuh apapun yang hidup dan

bernapas. Kami tak mau bekerjasama dengan kalian. Kami

tak mau menjadi bagian pembunuhan yang akan kalian

lakukan. Kami adalah bidan, bukan algojo. Kedua tangan kami

beraroma kain bayi, bukan kain kafan. Dan kami takut kepada

Allah. Kami memilih menyerahkan nyawa kami kepada Allah

daripada membunuh kepolosan bayi-bayi..."

224

Sesuai perkataan mereka, Pua dan Sifra mengembuskan

napas terakhir di depan pintu rumah mereka di tangan para

tentara Fir?aun...

Ketika para tentara Fir?aun menyampaikan kabar tak

gembira ini ke istana, Tahnem dan Sare yang ikut mendengar

kabar pun meneteskan air mata. Dengan perintah sang Ratu,

mereka segera menyiapkan dua makam yang bagus bagi Pua

dan Sifra. Orang-orang kemudian melihat dua batu nisan

putih dari granit di suatu puncak antara Memphis dan Gosen.

Keesokan harinya, mereka terkejut. "Sungguh aneh! Fir?aun

memberikan hadiah rumah abadi yang bagus kepada dua

bidan ini..."

Salah memahami peristiwa ini merupakan penyakit yang

sering menimpa orang-orang bawahan. Orang bawahan yang

berarti mereka yang disampingkan, dilecehkan, berada di

kasta paling bawah, dan ditindas dalam kehidupan buruk yang

mereka alami. Namun, orang bawahan memiliki dua wajah, dua

sisi. Mereka dikesampingkan, tapi sambil menerima pelecahan

terhadap diri mereka. Mereka juga mendukung kedzaliman

ini, meskipun tak tahu maksudnya.

Mereka hidup di bagian paling bawah dan pastinya harga

diri mereka juga berada di bagian paling bawah. Dan orangorang yang merasa diri mereka memang berada di bagian paling

bawah pun tak memiliki satu pertanyaan untuk ditanyakan, tak

ada satu pun perlawanan. Selama kedzaliman ini berlangsung,

para bawahan tak menyadari mereka telah menerimanya

begitu saja...

Sesungguhnya, para bawahan merupakan sebuah batas.

Garis di antara para dzalim dan yang tertindas. Kerelaan yang

225

ditunjukkan oleh yang tertindas, kepedulian terhadap otoritas

dan kekayaan para dzalim. Para bawahan mengamati dan

mencoba untuk mengubah status mereka. Bahkan, mereka

berkata bahwa tak ada perbedaan antara orang dzalim dengan

yang tertindas untuk mengiyakan kedzaliman ini...

Mengeluarkan orang tertindas dari ketertindasannya dan

menyamakan mereka seperti orang dzalim membuat para

bawahan sering kali mendukung kedzaliman ini...

Sesungguhnya, inilah musibah sebenarnya yang

menghancurkan Apiru dari dalam. Telah banyak orang yang

mengorbankan nyawa mereka untuk bisa menjadi orang istana

yang kaya seperti Karun, keponakan dan kerabat mereka.

Sesungguhnya, walaupun Pua dan Sifra menolak untuk

melakukan pekerjaan bagi Fir?aun, tapi mencari pengintai baru

di antara kaum bani Israil bukanlah hal yang sulit bagi para

tentara Fir?aun.

Wilayah Gosen telah menjadi suatu wilayah di mana tetangga

mengintai tetangga. Apiru mengintai Apiru lainnya... Tahun

kematian bagi seluruh bayi laki-laki kaum bani Israil telah tiba.

Hanya dengan beberapa keping perak sebagai gantinya, bayibayi laki-laki dikeluarkan dari tempat persembunyian dan

dilemparkan ke sungai sebagai makanan buaya... Sementara

itu, di tahun kehidupan, seakan tak pernah terjadi peristiwa

mengerikan sebelumnya, mereka memotong hewan korban

untuk bayi laki-laki yang terlahir ke dunia. Mereka kembali

terdiam tak melawan kedzaliman di tahun berikutnya, tahun

kematian...

226

Seperti inilah kehidupan yang dilalui di Gosen.

Satu tahun kematian, satu tahun kehidupan...

Satu tahun madu, satu tahun racun... Satu tahun tetangga,

satu tahun pengintai... Satu tahun perayaan, satu tahun

penyesalan...

rrr

227

18. Lahirnya Sebuah

Bintang di Langit...

Bangunan istana Ratu Asiyah tak lagi ditempatinya

sendirian. Mereka sekarang bertiga. Meskipun keberadaan

Tahnem dan Sare awalnya seperti ajudan khusus, dalam waktu

singkat mereka menjadi dua sahabat kecil rahasia Sultanah...

Berdiri tepat dua langkah di belakang Asiyah yang tenggelam

dalam tangisan sambil memandang Sungai Nil, memandangi

sang Ratu dengan kepedihan, mereka tenggelam dalam suasana

sunyi dan haru bersama arus Sungai Nil yang mengalir dengan

kesedihan dan seribu satu keluhan...
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suatu hari, Tahnem tak tahan lagi berdiam diri ketika

melihat sang Ratu meneteskan air matanya dalam diam.

"Ini merupakan sebuah sikap menyerah...," ucapnya. "Raja

memisahkan masyarakat negeri ini dalam bentuk tingkatan

yang tak adil. Ketidakadilan ini, suatu saat akan membakar

seluruh Mesir seperti sebuah guncangan gempa. Bagaimana

bisa seorang pemimpin yang cerdas tak bisa melihat ini?"

Sare yang sampai saat itu bersikap seperti penonton yang

berdiri terdiam pun ikut berkata.

"Apakah dia berpikir bahwa Allah tak melihat semuanya,

semua hal yang terjadi dan seluruh hal yang telah dialami ini?

Apakah dia mengira Allah tak mendengar jeritan bayi-bayi

murni yang dilempar sebagai makanan buaya di Sungai Nil itu?

Raja bersikap seakan telah melupakan Allah! Padahal, anak
228

anak laki-laki yang dilempar ke Nil dan anak-anak perempuan

yang dibiarkan hidup dalam masyarakat ini adalah kenangan

dan amanah Nabi Yusuf."

Ratu Asiyah memegang tangan dua mukmin tak berdaya

yang menangis seperti dirinya.

"Kalian berkata benar, wahai anak-anak muda. Dia Nabi

Yusuf, tak pernah membiarkan kita, Kerajaan Mesir, dalam

kelaparan ketika mengalami masa kelaparan yang berlangsung

tujuh tahun setelah tujuh tahun masa penuh berkah. Sebuah

kekuasaan yang terhormat bagi seluruh dunia, ditulis sebagai

kepemimpinan yang terhormat dan dibanggakan."

Sare, gadis muda yang tumbuh besar dengan ajaran dan

keyakinan yang datang dari kaum bani Israil meneruskan

perkataannya.

"Semua yang berada di Gosen dan Palestina... Manusia

menanti lahirnya sebuah bintang. Seorang pembawa pesan,

akan datang utusan baru, sebuah risalah yang akan meneruskan

ucapan Nabi Yusuf yang telah lama kita nantikan. Ketika hari

itu tiba, kenikmatan yang besar akan datang kepada orangorang yang tertindas di Mesir, kepada orang-orang yang ingin

terlepas dari perbudakan. Dia akan memberikan petunjuk

kemanusian kepada manusia."

Ketika mereka saling mencurahkan isi hati, terasa sebuah

rahmat yang berbeda malam ini. Matahari yang perlahan

bergerak ke arah peraduannya di arah barat seolah tak ingin

melepaskan langit dari pelukannya. Meskipun telah tenggelam

sepenuhnya dalam langit, seakan merah awal malam membuka

sebuah kain khayalan, sebuah tanda yang memanjang seperti

sebuah salam. Tiga orang yang berada di teras istana sang

229

Ratu melambaikan tangan seraya memandang burungburung ibis yang terbang ke arah barat..., Ketika burungburung ibis menghilang dari pandangan mata jauh di wilayah

Gosen, Matahari belum sepenuhnya terbenam. Kain khayalan

berwarna merah muda tak melepaskan dirinya kepada

kegelapan di langit... Bulan pun muncul lebih awal, perlahanlahan datang dengan memberikan salam kepada lengan-lengan

Matahari. Bulan dan Matahari, bagaimanapun juga mereka tak

pernah mau berbagi malam di Mesir... Pohon akasia dan kurma

merayakan hari raya, pantai-pantai mengiringi Sungai Nil yang

menepuk tangan-tangannya merayakan hari raya, bergabung

dalam kain khayalan kegembiraan. Seakan, semua yang mereka

lihat di waktu malam ini berbagi sebuah rahasia...

Sementara itu, di bawah, di taman tempat diadakannya

jamuan makan malam yang megah untuk menyambut tamutamu istana, orang-orang sama sekali tak menyadari hal ini.

Kedzaliman yang semakin bertambah seperti ombak hitam

bersandar pada kejahatan yang menenggelamkan Raja dan

kaum bangsawan Mesir dari kesadaran...

"Allah telah menurunkan kain penutup di mata mereka...,"

ucap Tahnem sambil membungkuk ke arah orang-orang yang

menari dan tertawa di taman...

"Mereka memiliki telinga, tapi mereka tak mendengar

keluhan-keluhan langit...," tambah Sare...

"Di suatu masa, banyak raja yang tinggal di istana ini yang

berniat untuk membuka hati batu... Tapi, penduduk sekarang

ini, dengan hati yang lebih keras dari batu berlari kencang

menuju akhir diri mereka. Setelah hati tersegel, siapa yang bisa

membuka rahasianya...," ucap sang Ratu meneruskan.

230

Ketika mereka berbicara seperti ini, semua burung

yang bersembunyi di ranting-ranting pepohonan seketika

beterbangan seperti banjir anak panah bersayap yang

menghujani langit dari daratan. Burung-burung berkicau

riuh. Nyanyian para burung mencuri perhatian masyarakat ke

langit...

"Pernikahan burung-burung...," ucap Ratu Asiyah.

Bintang-bintang di langit akan turun ke daratan jika mereka

mempunyai kesempatan, menjadi lilin yang rendah hati dan

dengan seluruh tenaga mereka berusaha untuk menghancurkan

para pengawal wilayah Gosen...

Tahnem berseru kaget sambil menunjuk arah pesisir selatan

Nil.

"Rupanya, di malam ini terdapat perayaan lain yang hanya

burung-burung dan langit mengetahuinya."

Terbuka sebuah jalur cahaya di atas Gosen. Sebuah lengan

cahaya turun ke daratan dari langit. Sementara itu, lengan

lainnya memancarkan berkas cahaya dari daratan ke langit di

wilayah Mesir yang berduka ini...

Meskipun mereka belum mengetahui apa yang terjadi di

malam yang luar biasa ini, tiga teman seperjalanan ini merasa

sudah cukup. Mereka seakan telah berbagi rahasia, perasaan

yang juga dirahasiakan. Hm, rahasia yang manakah...

Tepat saat itu, sebuah ayat turun ke muka Bumi... Imran

dan Yakobed menutup korden rumah mereka dengan rapat.

Seorang bayi terlahir ke dunia bersama cahaya lilin yang

menelan rahasia kelahirannya. Dan tepat di tahun kematian,

Maryam anak perempuan yang menjadi kedua mata rumah,

dengan rasa takut akan laporan para pengintai yang dapat

231

terjadi setiap waktu, mengatakan bahwa ibunya pergi

mengunjungi saudara dekat mereka dan akan kembali besok

atau pagi hari kepada tetangganya. Rumah terlihat kosong, tak

nampak satu orang pun.

Remah roti yang dikumpulkan kurang lebih satu

minggu disebar di halaman secara teliti. Dia pun berhasil

mengumpulkan burung-burung yang hinggap di rantingranting pohon di sekeliling ke halaman rumahnya... Ibunya

adalah seorang perempuan yang sabar dan gigih. Dengan berani

dia menghadapi waktu kelahiran, berhati-hati menjaga rasa

sakit menjelang kehadiran sang bayi yang semakin mendekat.

Kedua tangannya menggenggam erat tiang-tiang tempat tidur.

Sambil menggigit kain dalam mulutnya, dia berusaha dengan

segala kekuatan untuk bayi yang akan terlahir...

Yakobed telah memutuskan untuk tak menyerahkan bayinya

yang akan lahir kepada petugas kependudukan. Dia tak ingin

masuk ke ruang laknat, sebuah bangunan kayu yang dikenal

dengan sebutan ?rumah kelahiran? yang berada di pesisir

Sungai Nil. Jeritan para wanita di ujung bangunan kayu itu,

rasa tersiksa ketika anak-anak mereka dilemparkan ke sungai

merupakan mimpi buruk bagi seluruh perempuan... Yakobed,

jika dia dibawa oleh para tentara secara paksa ke ruangan itu,

tanpa berpikir panjang lagi telah menyakinkan hatinya untuk

melemparkan dirinya ke perairan.

Tahun ini adalah tahun kematian...

Yakobed memandang Maryam putrinya dan Harun putranya

yang terlahir di tahun kehidupan. Dia tak henti berdoa untuk

bayi dalam rahimnya selama sembilan bulan...

Waktunya telah tiba...

232

Rasa nyeri terakhirnya, terasa sakit dari rasa nyeri lainnya,

bendungan air dalam tubuhnya telah pecah dan mengalir

keseluruh ruang dalam kegelapan dan kemudia pintu terbuka...

Maryam menantikan isyarat terakhir yang akan datang dari

ibunya, segera berlari ke halaman rumah dan kemudian mulai

mengusir burung-burung yang datang untuk serpihan-serpihan

roti. Dengan ember yang penuh air di tangannya, dia mengusir

burung-burung yang berada di halaman, membangunkan

burung-burung yang hinggap di ranting pepohonan dengan

mengguncangkan ranting, dan membuat sarang-sarang burung

bergetar sehingga burung-burung berkicau riuh... Bersama

suara kicauan ratusan burung yang terbang ke udara, saudara

barunya terlahir ke dunia.

Saudaranya itu menyinari kegelapan ruangan

seperti sebuah bintang...

Seluruh bintang di langit seolah masuk ke dalam

kamar itu. Seakan mereka semua berkata apakah

Anda akan mempersilahkan kami masuk jika kami

mengetuk jendela ini... Seakan mereka berkata,

"MasyaAllah, tabarakallah"...

233

Bayi bercahaya yang tali pusar kesedihannya terpotong oleh

sebuah harapan ini, menyinari seluruh kegelapan kamar...

Seakan seluruh ruangan terisi oleh cahaya lilin.

Seakan ibu Yakobed yang menerima ucapan selamat dengan

sayap-sayap malaikat, tak merasakan rasa sakit sampai waktu

itu, tak merasakan rasa nyeri. Meskipun keringat membanjiri

dahi dan punggungnya, embusan angin segar, lahir dengan

penuh keselamatan dan kelegaan ke dalam hati seorang ibu.

Maryam berlari ke kamar belakang, tempat ayahnya sedang

bersujud berdoa.

"Dia datang! Tamu kita telah datang," serunya memberikan

kabar gembira. Bahkan, Harun yang masih kecil pun tersenyum

mengerti apa yang Maryam maksudkan... Kemudian, Maryam

berlari ke sisi ibunya. Dia membawa sebuah ember berisi

air dingin dan kurma segar untuk ibunya. Dia memandang

saudaranya yang bersentuhan dengan wajah ibunya, Yakobed,

dengan pandangan gembira. Cahaya yang memancar di dahi

Yakobed selama sembilan bulan kini berwujud ?tamu kecil? yang

bernapas di sisi ibunya. Ia meraihnya, lalu menempelkannya

ke dahinya...

Saudaranya itu menyinari kegelapan ruangan seperti sebuah

bintang...

Seluruh bintang di langit seolah masuk ke dalam kamar

itu. Seakan mereka semua berkata apakah Anda akan

mempersilahkan kami masuk jika kami mengetuk jendela ini...

Seakan mereka berkata, "MasyaAllah, tabarakallah"...

Balasan atas doa orang-orang ini, balasan atas keluhan yang

muncul di Mesir ke langit, ucapan selamat datang menghujani

234

rumah kecil Imran. Seakan langit tak henti melindungi

rumah itu... "Selamat datang, selamat datang!" Ucapan
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selamat disampaikan oleh tanah. Tangan-tangan Sungai Nil

saling bertepuk dari kejauhan, bersama dengan ikan-ikan

dan mutiara yang berada dalam perutnya, menyanyikan lagu

?selamat datang?. Bahkan, ulat sutra dan lebah yang tertidur

juga ikut mendendangkan lagu. Rahasia bayi yang baru terlahir

terbang tinggi bersama sayap burung-burung. Tak seorang

pun mengetahui hal ini. Namun, Allah dan para malaikat yang

paling mengetahui rahasia bayi ini.

Kebahagian keluarga Imran hanya berjalan singkat.

Perkataan Yakobed, "Bagian paling sulit dimulai dari

sekarang..." membuat Imran merinding...

Mereka tak tahu bagaimana melewati siang hari yang

panjang dan tersembunyi yang menanti di depan mereka...

Sementara itu, masih terdapat malam yang panjang dan penuh

dengan jebakan untuk sang bayi...

Apa yang akan mereka lakukan terhadap para pengintai

yang berada di sekeliling mereka? Bagaimana mereka

menyembunyikan bayi yang baru lahir ini dari para petugas

kematian yang rutin mengunjungi setiap rumah?

Akhirnya, untuk sementara mereka menyembunyikan bayi

itu di ruang bawah tanah rahasia di halaman rumah Imran.

Mereka akan mengatakan kepada para petugas kematian

yang datang bahwa Yakobed telah menjatuhkan bayinya hingga

tewas. Mereka akan membawa petugas kematian melihat

potongan-potongan daging seekor kambing yang telah mereka

kubur. "Seperti ini lebih baik. Kami telah membuang bayi kami

di tahun kematian ini." Itu rencana mereka...

235

Apakah para petugas akan percaya dengan skenario ini?

Bagaimana jika bayi yang disembunyikan tersebut menangis

saat petugas datang...

Baiklah, katakan mereka melewati ini semua...

Bagaimana dengan para tetangga yang akan mengawasi

dan melaporkan kejadian ini? Ah, ribuan permainan...

Ribuan kecurangan... Kerabat yang paling dekat sekali pun

kemungkinan dapat menjadi musuh mereka...

Ini adalah masa yang menghancurkan akhlak. Penindasan

telah menyebar ke siapa saja. Ketika tekanan dan perhitungan

semakin berat, orang-orang yang tertindas pun saling

menjadi musuh. Bahkan, anak-anak pun bisa mengeluhkan

kezaliman ayah dan ibu mereka. Persaudaran telah menjauh

dari maknanya. Suami-istri tak saling percaya satu sama lain.

Mereka saling melakukan pengintaian untuk bisa bertahan

hidup. Para ibu yang tanpa daya telah membiarkan bayi mereka

dilemparkan ke Nil menjadi musuh bagi para ibu lainnya yang

akan melahirkan bayi mereka. Mereka berada dalam sebuah

keadaan yang membuat akal mereka tak sehat. Para Apiru

berhadapan dengan bahaya pertumpahan darah, baik dari

dalam maupun dari luar...

Apiru... Ibri... Ibrani...

Mereka adalah orang-orang yang tak diinginkan.

Orang-orang yang diinginkan karena tak diinginkan...

Mereka adalah orang orang yang keberadaannya

dihinakan...

Mereka adalah para pendatang...

Orang-orang yang didorong dan mendorong...

236

Mereka adalah orang-orang yang dipandang hina...

Mereka adalah orang-orang yang dipandang bodoh...

Mereka dikucilkan karena mereka datang dari gunung...

Mereka berguna selama mereka menjadi budak...

Para Apiru yang jumlahnya terus bertambah dan terkumpul

memberikan ancaman bahaya...

Mereka adalah beban dan ganjalan bagi Mesir...

Mereka adalah orang-orang yang dibutuhkan. Jika mereka

diusir dari Mesir, sama halnya membiarkan Mesir kehilangan

tangan dan kakinya...

Mereka berada di bawah...

Mereka adalah orang-orang yang pantas untuk berada di

tingkatan paling bawah...

Keluarga Imran selama beberapa hari dapat menjalani

hidup seperti kehidupan yang mereka lalui sebelumnya. Tapi,

pengawasan para tetangga membuat mereka tak dapat bergerak

bebas untuk memerhatikan sang bayi yang disembunyikan di

ruang rahasia.

Di hari-hari itu, Yakobed mengalami sesuatu hal yang

berbeda selama berminggu-minggu. Mimpi-mimpi datang

secara beruntun.

Sebuah suara, sebuah bisikan, sebuah desakan yang

menyakinkan dirinya di atas seluruh keegoisannya...

"Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya

maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah

kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati karena

sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan

menjadikannya (salah seorang) dari para rasul..."

237

"...Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian

lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu

membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir?aun) musuhKu dan musuhnya!"

Allah yang Maha Agung berkata bahwa Dia telah

memberikan kasih sayang yang besar pada bayi ini sejak terlahir.

Dalam mimpi Yakobed, Dia berkata akan membesarkan bayi

ini dalam pengawasannya...

Mimpi-mimpi yang sering kali terulang ini telah

membangkitkan hati Yakobed. Dia terbangun dari mimpimimpinya dengan beban berat di pundaknya seolah sirna.

Ilham turun ke dalam hatinya, memberikan kekuatan dan

keberanian. Namun, bagaimanapun Yakobed adalah seorang

ibu... Setelah tersinari harapan, sekali lagi dia tenggelam dalam

pikiran-pikiran yang berat dalam batinnya...

Seakan tubuh keibuan Yakobed terbelah menjadi dua. Di

satu sisi, hatinya menjadi tenang karena mimpi yang dia lihat

dan ilham yang didapat... Sementara, sisi lain hatinya menjadi

beku karena kezaliman yang terjadi rutin setiap hari...

Kehendaknya seakan selalu terhubung dengan dua pendapat

yang berbeda.

Satunya berkata, lemparkanlah bayi itu ke laut dengan

rela...

Sisi lainnya menarik ke arah berbeda, berkata bagaimana

mungkin seorang ibu dengan sengaja melempar anaknya ke

sungai...

Yakobed yang malang jatuh dalam dilema yang tak pernah

berhenti...

238

Tapi, lingkaran semakin menyempit. Para tetangga yang

selalu mengawasi, para pengintai yang selalu mencari celah,

para petugas yang hampir setiap minggu datang menghampiri,

para kerabat dan sanak saudara yang dengan berbagai alasan

berkunjung ke rumahnya...

Di waktu yang sama, rumah keluarga Imran juga dihujani

keberkahan yang terlihat jelas oleh semua orang. Ternak

kambing dan sapi yang semuanya terlahir kembar, air susu

yang diperah dengan melimpah dari kambing dan sapi, serta

pepohonan dan tanaman yang berbuah lebat...

Begitu banyak tamu yang datang, tapi tak ada yang

menyadari kehadiran bayi di ruang rahasia. Sungguh aneh,

tepat saat rumah penuh dengan tamu, para kambing duduk

di atas pintu ruang rahasia. Mereka menemukan kambing

mereka sedang menyusui sang bayi. Sang bayi tak pernah

menangis menghadapi semua musibah ini, kapan pun tutup

ruang lipat terbuka, dia memberikan senyumnya kepada orang

yang memandangnya...

"Sesuatu terjadi pada kalian, tapi entah...," ucap tetangga

yang cemburu mengawali pembicaraan. Setiap kali teman

Maryam mencoba mencari tahu, tepat pada waktu itu anjinganjing penjaga ternak menggonggong keras, tak satupun orang

asing diijinkan masuk. Di akhir-akhir waktu menjadi sebuah

tempat keledai. Keledai yang menunggu seperti penjaga ruang

lipat, berubah menjadi kuda, tak membiarkan burung-burung

terbang disekitar ruang lipat.

"Ada peringatan," ucap bidan yang bersandar di pintu

dan empat pengawal yang datang di hari itu. Ini adalah awal

dimulainya perjalanan hidup keluarga Imran...

239

Hampir setiap orang di wilayah itu datang menghampiri

rumah mereka, berdiri di ?kuburan kecil? sang bayi. Ketika

kuburan mulai digali, suara-suara pun bermunculan.

"Bukankah kita sudah pernah bilang?" Desas-desus

kecemburuan terdengar luas.

"Wahai Bani Israil, apakah yang kalian lakukan ini adalah

persaudaraan?" ucap keramaian yang berkumpul di depan

rumah keluarga Imran.

"Kami tak bersalah," ucap Yakobed.

"Apa yang kalian cari ada di sini," tambah Maryam. Dengan

tongkat di tangannya, ia mengaduk-aduk tanah yang sebagian

sudah bercampur dengan potongan-potongan tulang.

"Kenapa kalian mengubur bayi kalian tanpa menunggu

kedatangan kami? Kami harus melihatnya dan mencatat dalam

laporan," ucap kepala petugas.

"Maafkanlah kebodohan putriku, wahai Kepala Petugas,"

ucap Yakobed. "Putriku masih sangat muda dan malam itu,

saat aku melahirkan, suamiku sedang tak berada di rumah. Aku

jatuh pingsan, putriku merapikan semuanya dan memindahkan

aku ke tempat tidurku. Kemudian, dia pun mencuci bersih

sang bayi dan tak berpikir akan kedatangan kalian untuk

menanyakan bayi yang jatuh ini keesokan harinya. Suatu hari,

dia akan menjadi seorang ibu dan hanya pada saat itulah dia

akan memahami hal seperti ini. Tapi, sekarang dia masih

sangat muda."

"Kami memahami penjelasan kalian, tapi... Tapi, saudara

dan kerabat kalian menaruh curiga dan melaporkan kepada

kami."

240

"Kami tak terkejut kenapa para Apiru berada dalam keadaan

seperti ini. Jadi, sanak kerabat kamilah yang melaporkan..."

Wajah Imran dan Yakobed diselimuti awan hitam ketika

mengatakan hal ini.

Keramaian di depan rumah perlahan menghilang. Orangorang pergi sambil meminum susu mentega dingin yang

dijamu oleh Maryam yang cerdas. Para pengintai pulang

dengan tangan kosong ke rumah mereka masing-masing.

Para petugas menyukai gadis muda yang cekatan ini. Mereka

menganggap Maryam sangat cerdas. Bahkan, mereka berkata

bahwa suatu hari gadis muda ini bisa menjadi istri seorang
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

petugas, keluar dari wilayah Apiru yang miskin dan bertempat

tinggal di wilayah Mesir yang terhormat... Setelah beberapa

saat berbicara, mereka akhirnya pergi dari tempat itu. Tanpa

disadari para petugas sebenarnya memberikan peringatan

kepada keluarga Imran mengenai bahaya tersembunyi dengan

mengatakan sumber informasi mereka.

Setelah semua orang pulang ke rumah mereka masingmasing, keluarga Imran masuk ke dalam rumah.

Mulut mereka tertutup rapat tak bisa berbicara.

Yakobed sudah yakin dengan keputusannya. Pengalaman

mengerikan ini membuat dia berpikir cepat...

Keesokan harinya, saat Matahari belum beranjak tinggi,

dia pergi ke pasar Gosen. Kios-kios berjejer rapi di kedua sisi

jalan. Meskipun sudah tak terlalu pagi, masih banyak toko

yang tutup. Yakobed tahu apa yang dia cari. Setelah mencari

tahu beberapa saat, dia berhenti di depan sebuah toko.

Yakobed memberanikan diri untuk mengucapkan salam.

241

Ketika tak mendapatkan balasan salam, Yakobed beberapa

kali megguncangkan bel yang tergantung di depan pintu.

"Silahkan masuk, Nyonya" ucap dari dalam. Yakobed

kemudian masuk dan ketika melihat seorang pemuda, dia

membalikkan pandangannya kepada seorang laki-laki tua yang

berada di depan.

"Saya ingin memesan sebuah peti mati," ujar Yakobed.

Sebenarnya, orang yang berada di pintu tak sama seperti

seorang tukang kayu maupun penjahit atau pandai besi. Bahkan,

dia sama sekali tak terlihat seperti seseorang yang bekerja di

pasar. Laki-laki yang menyadari kekhawatiran Yakobed, segera

mengenalkan dirinya.

"Nyonya, saya adalah guru Yehuda. Saya datang dari kota

yang sangat jauh. Toko ini milik paman saya, tapi karena dia

sedang bekerja di pembangunan benteng, saya terpaksa harus

menggantikannya. Tak usah khawatir, tangan saya sangat lihai.

Anda cukup menjelaskan peti mati seperti apa yang Anda

inginkan. Saya pastikan peti mati pesanan Anda akan siap di

siang hari."

"Satu peti mati... Saya ingin sebuah peti mati kecil..."

"Saya mempunyai seorang keponakan bernama Sare. Sejauh

yang saya dengar, dia bertugas sebagai pelayan Ratu Asiyah,"

lanjut guru Yehuda... Hati Yakobed seketika bergetar takut. Jadi,

tukang kayu ini memiliki kerabat di istana. Meskipun awalnya,

Yakobed memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu...

Yehuda seolah memahami apa yang terlintas dalam pikiran

Yakobed.

"Tuanku, Anda takkan bisa menemukan tukang kayu selain

saya di sini. Kebanyakan tukang kayu telah bekerja sama dengan

242

para tentara Raja. Mereka bekerja dalam pembangunan

piramida dan benteng di Sakkara."

"Sebenarnya, pesananku tak begitu tergesa-gesa."

"Tuanku, besi dipukul dalam waktu, ucap para tukang besi.

Semuanya memiliki waktu masing-masing dan menurut saya

waktu pesanan Anda telah tiba. Tak ada kuburan dan kapal

yang menunggu penumpang yang terlambat. Semua harus

sesuai dengan jalan dan waktu."

Perkataan berhikmah ini sedikit mengobati luka hati

Yakobed...

Guru Yehuda pun segera memulai memahat peti mati kecil

sesuai ukuran sang bayi.

"Kami para Apiru memanggil Ratu Asiyah dengan nama

Badiyah... Dia tak seperti sang Raja dan para tentaranya. Dia

memberi makan anak-anak yatim dan melindungi orang-orang

miskin."

"Kami juga menghormatinya dan mencintainya. Beberapa

bulan yang lalu, kami mendapatkan penghargaan berupa

kunjungannya. Bahkan, dia menyerahkan selendang kuningnya

kepada putriku sebagai hadiah."

"Kebahagiaan yang besar! Putri Anda akan berhasil

melakukan banyak hal yang besar dengan selendang itu."

"Anda telah memulai memahat peti mati tanpa saya

menjelaskannya terlebih dahulu. Bagaimana Anda tahu

ukurannya? Dan mengapa Anda membuat bagian bawah

melengkung saya tak mengerti, Guru Yehuda..."

"Nyonya, sebelumnya Anda berkata menginginkan peti

mati kecil. Sementara itu, bagian bawah peti merupakan

243

model terbaru. Tak usah khawatir. Peti mati sama seperti

perahu, berenang di atas punggung lautan menyeberang ke

dunia lain..."

"Anda juga menggelapkan bagian bawah kayu. Kenapa?"

"Ketahanan sebuah peti mati merupakan syarat utama,

Nyonya."

"Kalau begitu, bagaimana dengan lubang-lubang di

penutup peti mati. Apakah sebuah peti mati memang dibuat

berlubang?"

"Ini semua tergantung dengan apa yang akan Anda

masukkan ke dalam peti ini, Tuanku. Saya membuat lubang

ini supaya ketika Anda menaruh pakaian, buah-buahan atau

madu ke dalamnya maka akan tidak mudah busuk... Bahkan,

ketika dalam peti terdapat sesuatu yang mati pun, lubanglubang seperti ini mampu menghalangi pembusukan karena

mengurangi panas..."

Dan seperti apa yang Guru Yehuda janjikan, peti mati telah

selesai tepat saat waktu siang. Yakobed, meletakkan semua apa

yang ada di kantongnya ke meja, sementara itu Guru Yehuda

hanya mengambil satu sepertiga perak dan mengembalikan

sisanya. "Setiap sungai adalah airnya sendiri, setiap guru adalah

rasa takutnya sendiri," ucanya...

Yakobed, setelah memandang sambil tersenyum kepada

laki-laki aneh ini, melangkahkan kakinya pulang.

Sebelum tiba di rumahnya, ia meletakkan peti kayu

tersebut di sebuah sudut di tepian Sungai Nil. Yakobed

menyembunyikannya di antara semak-semak.

244

Ketika dia berjalan ke arah rumah, keramaian di rumahnya

menarik perhatiannya. Dia kemudian bersembunyi di

balik semak, berusaha memahami apa yang terjadi. Sekitar

rumahnya penuh dengan tentara kerajaan. Sosok Kepala

Pendeta Haman yang duduk di tandu emas dan panji-panji

yang berkibar membuat jantungnya berdetak kencang. Jadi,

setelah para petugas, sekarang Kepala Pendeta Haman juga

hendak menyelidiki mereka... Maryam, putriku yang malang!

Hati sang ibu kosong ketika bayinya semakin

jauh terhanyut... Namun, pertolongan Allah

menyelamatkan kekosongan hatinya dengan kasih

sayang... Saat itu, hujan deras turun dari lagit

menghujani hati sang ibu yang penuh dengan rasa

takut, dalam waktu yang singkat... Rahmat yang

singkat ini menghapus seluruh kekhawatiran dalam

hati sang ibu. Ribuan tangan kecil malaikat yang tak

nampak menyirami hati sang ibu dengan kesejukan.

"Ya Allah, bantulah keluargaku!," mohon Yakobed...

Semua yang terjadi seperti apa yang dia perkirakan... Kepala

Pendeta Haman tak percaya dengan laporan yang diserahkan

245

kepadanya. Dengan pasukan khususnya, dia datang untuk

melihat langsung keluarga Imran...

Tuan Karun, Kepala Akademi Ilmu Pengetahuan, juga

berada di sana, Ya Allah, apa yang akan terjadi saat ini...

Tak diragukan lagi, bayi yang Yakobed lahirkan adalah

manusia luar biasa.

Seperti apa yang Yakobed lihat dalam mimpinya, dengan

seluruh hatinya dia percaya dan yakin bahwa bayi ini suatu

hari nanti akan menjadi seorang Nabi yang dipilih oleh Allah.

Atas kehendak-nya pula maka pasukan Kepala Pendeta Haman

tidak berhasil menemukan sang bayi.

Tibalah waktunya...

Kini, saatnya telah datang untuk melepaskan bayinya ke

Sungai Nil... Seperti itulah lonceng-lonceng di hati Yakobed

berkata.

Kekhawatiran dan kecemasan telah sirna. Hatinya telah

menyakini bahwa air Sungai Nil adalah satu-satunya jalan.

Saat malam semakin larut, Yakobed dan Maryam melakukan

perjalanan bersama di tengah kegelapan. Menjelang terbit

Matahari, mereka mencium lembut tubuh sang bayi dan

perlahan membiarkannya hanyut terbawa aliran sungai...

Hati sang ibu kosong ketika bayinya semakin jauh terhanyut...

Bagaimanapun juga, saat itu dia tak tahan menahan rasa sedih

dan berlari mengikuti sang bayi. Namun, pertolongan Allah

menyelamatkan kekosongan hatinya dengan kasih sayang... Jika

Allah tak menguatkan, tak mengkukuhkan, tak memberanikan,

dan dan tak menyakinkan hatinya yang kosong, pasti sang ibu

takkan bisa menjaga rahasia sang bayi... Saat itu, hujan deras

246

turun dari lagit menghujani hati sang ibu yang penuh dengan

rasa takut, dalam waktu yang singkat... Rahmat yang singkat ini

menghapus seluruh kekhawatiran dalam hati sang ibu. Ribuan

tangan kecil malaikat yang tak nampak menyirami hati sang

ibu dengan kesejukan.

Hati ibu, hati Yakobed, dikuatkan oleh Allah dengan kerelaan

dan pengorbanan, dari cinta berubah menjadi keikhlasan. Dia

berpindah dari kobaran api cinta kepada anaknya menuju

taman bunga mawar. Dia berhenti terdiam di sana, bersih dan

rela. Putranya dia serahkan sepenuhnya kepada Allah...

Setelah anaknya menghilang terbawa arus sungai, alunan

nada sembilan puluh sembilan kali ?perpisahan? seorang ibu

yang terluka terdengar lirih...

rrr

247

19. Sembilan Puluh

Sembilan Kali Selamat

Tinggal

Selamat tinggal putraku yang aku tinggalkan di Sungai Nil

atas nama Allah, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang tak memiliki sahabat selain

Allah, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku hadiah terindah Allah, selamat

tinggal...

Selamat tinggal cintaku yang diceritakan oleh Allah yang

Maha Rahman, selamat tinggal...

Selamat tinggal amanah kasih sayang yang diberikan

kepadaku oleh Allah yang Maha Rahim, selamat tinggal...
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selamat tinggal hadiah Allah yang Maha Pemurah, selamat

tinggal...

Selamat tinggal putraku yang berada di hadapan Allah yang

Maha Melimpahkan Keamanan, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang aku tinggalkan dalam

perlindungan agung Allah yang Maha Merendahkan, selamat

tinggal...

Selamat tinggal harapanku yang terlindungi dengan

perlindungan Allah yang Maha Penutup, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang diberikan cahaya oleh Allah

yang Maha Cahaya, selamat tinggal..

248

Selamat tinggal hamba indah yang dicintai oleh Allah yang

Maha Mengasihani, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang tak memiliki kekasih selain

Allah, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang melakukan perjalanan jauh di

umurmu yang muda belia, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang melindungiku dari panasnya

api, selamat tinggal...

Selamat tinggal taliku, tanamanku, taman bunga tulipku,

selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku terkecil yang hidup sendiri, selamat

tinggal...

Selamat tinggal putraku yang menempuh jalannya tanpa

sekali mengucapkan kata ibu kepadaku, selamat tinggal...

Selamat tinggal takdirku yang namanya tertulis dari

tulangku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku, teman rahasia keluhanku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal putraku yang aku serahkan kepada Sungai

Nil, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang belum genap sembilan bulan

aku pangku, selamat tinggal...

Selamat tinggal cinta mungilku, kekasihku, sahabatku,

selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang terputus dari jiwaku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal rahasia yang hanya Sungai Nil tahu, selamat

tinggal...

249

Selamat tinggal lidahku, kalimatku, kataku, selamat tinggal...

Selamat tinggal bagian jiwaku, bayiku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang belum kenyang dengan

pemberian susuku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang aku lepaskan ke laut atas

wahyu Allah, selamat tinggal...

Selamat tinggal harapanku yang

perlindungan Allah, selamat tinggal...

dilindungi

oleh

Selamat tinggal putraku cahaya mataku, selamat tinggal...

Selamat tinggal kepergiannya yang menghancurkan jiwaku,

selamat tinggal...

Selamat tinggal bayi mungilku, selamat tinggal...

Selamat tinggal burung kecilku, selamat tinggal...

Selamat tinggal butiran delimaku, butiran cahayaku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal putraku yang dahinya terang karena

cahayanya, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang aku nantikan, selamat tinggal...

Selamat tinggal yang namanya terkunci dalam

tenggorokanku, selamat tinggal...

Selamat tinggal kebanggaanku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang membuat hatiku menangis,

selamat tinggal...

Selamat tinggal oasisku yang berada di tengah padang pasir,

selamat tinggal...

Selamat tinggal pohonku, rantingku, daunku, selamat

tinggal...

250

Selamat tinggal putraku yang sekalipun belum bisa

memanggilku ibu, selamat tinggal...

Selamat tinggal mawar yang mekar di telapak tanganku,

selamat tinggal...

Selamat tinggal putra mungilku, selamat tinggal...

Selamat tinggal mimpi manisku yang kuletakkan ke perahu,

selamat tinggal...

Selamat tinggal mutiaraku satu-satunya, selamat tinggal...

Selamat tinggal permataku, selamat tinggal...

Selamat tinggal Matahariku, Bulanku, bintangku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal mahkotaku yang tak dapat kuletakkan di

kepalaku, selamat tinggal...

Selamat tinggal penyebab perpisahan yang membakar

batinku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang kepergiannya membuatku

menangis, selamat tinggal...

Selamat tinggal kupu-kupu mungil sang ibu, selamat

tinggal...

Selamat tinggal khayalan yang kubangun sampai hari

kelahirannya, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang membuat dunia ini sempit,

selamat tinggal...

Selamat tinggal harta karunku yang tak satu pun tempat

tersisa untukmu kusembunyikan, selamat tinggal...

251

Selamat tinggal bayiku yang perintah kematiannya telah

tertulis meskipun belum terlahir, selamat tinggal...

Selamat tinggal segel keibuan, selamat tinggal...

Selamat tinggal keindahan yang kedatangannya mengubah

padang pasirku menjadi lautan, selamat tinggal...

Selamat tinggal cahayaku yang kepergiannya memadamkan

seluruh musimku, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang kupeluk, selamat tinggal...

Selamat tinggal putrakuku yang kucium sebentar saja,

selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang tak bisa kupeluk lama, selamat

tinggal...

Selamat tinggal putraku yang kepergiannya membuatku

jatuh ke dalam kobaran api, terbakar, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang tak bisa kumiliki, selamat

tinggal...

Selamat tinggal maduku, bungaku, berkahku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal putraku manisnya dunia, selamat tinggal...

Selamat tinggal daun yang lepas dari ranting, selamat

tinggal...

Selamat tinggal burung pipitku yang sayapnya terluka,

selamat tinggal...

Selamat tinggal mataku yang lembut, pipi bunga mawarku,

selamat tinggal...

Selamat tinggal arti keindahan yang menambah makna

hidupku, selamat tinggal...

252

Selamat tinggal hasil panen kehidupanku, hasil tuaianku,

selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang kepergiannya membakar

memanggang sang ibu, selamat tinggal...

Selamat tinggal buah hatiku yang tak puas aku dekap,

selamat tinggal...

Selamat tinggal lembar kertas putihku yang hilang, selamat

tinggal...

Selamat tinggal bunga mawar yang mekar daunnya tak

dapat ku lihat, selamat tinggal...

Selamat tinggal harta abadiku, selamat tinggal...

Selamat tinggal mata air kehidupanku, selamat tinggal...

Selamat tinggal butiran-butiran gandumku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal mimpi suciku yang belum aku bangunkan,

selamat tinggal...

Selamat tinggal rusaku yang ku lepas ke gurun, selamat

tinggal...

Selamat tinggal kehilangan besar dan abadiku, selamat

tinggal...

Selamat tinggal bintangku yang turun ke muka bumi,

selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku yang dilindungi dan diawasi oleh

Allah, selamat tinggal...

Selamat tinggal putraku, kuamanahkan dirimu kepada

Allah, selamat tinggal...

rrr

253

20. Sembilan Puluh

Sembilan Kali Keinginan

Sesaat setelah sang bayi telah terbawa arus air, datang sebuah

keinginan besar kepada Maryam, kakak perempuannya. Tak

diragukan lagi bahwa perintah, janji, dan irman Allah pasti

akan melindungi saudaranya. Panah akan tertancap ke tanah

yang dituju. Bagaimana dengan dirinya? Maryam, sehelai

bulu dari bulu-bulu pada anak panah... Bulu-bulu itu semakin

banyak mengucapkan amin, dengan cinta, keinginan, dan

harapan... Jarak yang terlihat jelas hanya memberikan kekuatan

dan keinginan kepada panah. Di sepanjang tepian Sungai Nil,

Maryam seketika ingin mengikuti saudaranya yang bergerak

di atas punggung air. Sebelumnya, dia sama sekali belum

melakukan perjanjian dengan ibunya, maupun merencanakan

pelarian ini. Dengan keputusan yang diambil saat itu, dia mulai

berlari mengikuti panah yang telah dilepaskan...

Bantulah ya Allah, tak ada Tuhan selain Engkau...

Bantulah ya Allah, puji dan syukurku hanya kepada-Mu...

Bantulah ya Allah, cukuplah Engkau bagi kami...

Bantulah ya Allah, kami bertasbih kepada-Mu, menyerahkan

diri kami kepada-Mu...

Bantulah ya Allah, apa yang Kau inginkan pasti terjadi, kami

berserah diri kepada-Mu...

Bantulah ya Allah, kami adalah hamba-Mu...

254

Bantulah ya Allah, kami menjauhi kejahatan, hanya

Engkaulah Maha Penolong....
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bantulah ya Allah, kami melakukan kebaikan, hanya

Engkaulah Maha Penolong...

Bantulah ya Allah, kami membutuhkan segala pertolongan

dari-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau adalah penolong bagi orang-orang

yang lemah...

Bantulah ya Allah, Kau adalah harta bagi orang-orang

fakir...

Bantulah ya Allah, Kau adalah pelindung orang-orang yang

lemah...

Bantulah ya Allah, Kau adalah penghancur musuhmusuhMu...

Bantulah ya Allah, Kau adalah pemilik daratan dan langit...

Bantulah ya Allah, Kau adalah pengangkat segala musibah

dan malapetaka...

Bantulah ya Allah, Kau adalah sahabat dalam perjalanan...

Bantulah ya Allah, Kau adalah kekasih orang-orang yang

takwa...

Bantulah ya Allah, Kau lebih kuat dari yang paling kuat...

Bantulah ya Allah, Kau adalah pelindung dan sahabat para

mukmin...

Bantulah ya Allah, Kau Maha Melihat...

Bantulah ya Allah, Kau yang melihat lebih baik dari orangorang yang melihat lainnya...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Tahu...

255

Bantulah ya Allah, Kau adalah rahmat tempat kami

berlindung dari kesedihan dan tak keberdayaan...

Bantulah ya Allah, Kau yang memiliki nama Maha Agung

dan Mulia...

Bantulah ya Allah, Kau yang memiliki derajat dan martabat

Maha Tinggi

Bantulah ya Allah, Kau yang selalu membantu hambahamba-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang membedakan baik dan buruk,

yang selalu menjelaskan segalanya...

Bantulah ya Allah, Kau yang dipercaya, pemberi

ketenteraman dan keamanan kepada hamba-Nya...

Bantulah ya Allah, Kau adalah Tuan dari segala Tuan...

Bantulah ya Allah, Kau yang memberikan jawaban atas doadoa hamba-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang meninggikan derajat hambaMu...

Bantulah ya Allah, Kau yang Agung dan Penuh Berkah...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Pengampun atas segala

dosa-dosa yang kami lakukan...

Bantulah ya Allah, Kau yang menyingkirkan segala

musibah...

Bantulah ya Allah, Kau yang mendengar seluruh suara di

muka Bumi...

Bantulah ya Allah, Kau yang mengabulkan seluruh doa di

muka Bumi...

Bantulah ya Allah, Kau yang tahu seluruh rahasia dan yang

tersembunyi...

256

Bantulah ya Allah, Kau yang seluruh alam semesta tunduk

pada-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang seluruh ciptaan berserah diri

kepada-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang seluruh ciptaan tunduk pada

kekuatan-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang seluruh ciptaan tunduk pada

keagungan-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang seluruh gunung-gunung

hancur lebur karena takut kepada-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang dengan perintah-Mu langit

terbentang luas....

Bantulah ya Allah, Kau yang dengan izin-Mu tercipta

daratan...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Pengampun dosadosa...

Bantulah ya Allah, Kau yang mengangkat segala musibah

dan malapetaka yang kami alami...

Bantulah ya Allah, Kau sendirilah yang memutus harapanharapan...

Bantulah ya Allah, Kau yang memberi banyak kebaikan...

Bantulah ya Allah, Kau yang selalu memberikan hadiah dan

jamuan...

Bantulah ya Allah, Kau pemberi rezeki kepada makhluk

ciptaan-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang memutuskan kelahiran dan

kematian...

257

Bantulah ya Allah, Kau yang mendengarkan keluhankeluhan makhluk-makhluk-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang mengirimkan tentara dari

malaikat-malaikat-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang membebaskan tawanan dan

orang-orang lemah...

Bantulah ya Allah, Kau pemilik kehormatan, kemuliaan,

dan keagungan...

Bantulah ya Allah, Kau pemilik ampunan dan ridha...

Bantulah ya Allah, Kau yang selalu berkata benar dan

pemilik ketentuan...

Bantulah ya Allah, Kau pemilik kekuatan dan keabadian...

Bantulah ya Allah, Kau yang dermawan dan pemberi

kenikmatan...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Pemberi Kesejahteraan,

berikanlah kami keselamatan...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Suci, bersihkan diri kami

dan putihkanlah wajah kami...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Mulia, lindungilah kami

dengan kenikmatan yang Kau berikan kepada kami...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Memelihara, lindungilah

kami dari segala keburukan...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Pelindung, lindungilah

kami dari para pengkhianat...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Pembuka Rahmat,

berikanlah kami keselamatan dan kemenangan...

258

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Pemberi Petunjuk,

berikanlah kami hadiah yang mengantarkan kami pada

hidayah-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang Maha Perkasa, tinggikanlah

keimanan kami dengan kekuatan...

Bantulah ya Allah, Kau yang menghapuskan air mata

kepedihan dari hati hamba-Mu...

Bantulah ya Allah, Kau yang menerima taubat-taubat dan

memaafkan dosa-dosa...

Bantulah ya Allah, Kau sang pemberi berbagai macam

rezeki...

Bantulah ya Allah, Kau teman perjalanan bagi para

pengembara yang tenggelam dalam kegelapan malam....

Bantulah ya Allah, Kau yang menyinari setiap malam

dengan sinar cahaya siang hari...

Bantulah ya Allah, Kau yang menumbuhkan biji-biji...

Bantulah ya Allah, lindungilah saudaraku yang lemah dari

yang lemah yang terbawa arus laut itu...

Bantulah ya Allah, Kau Pemilik seluruh kelemahan yang

diberikan kepada mahluk-Mu...

Bantulah ya Allah, sahabat orang yang menangis sendiri di

dalam pertengahan malam...

Bantulah ya Allah, Kau Raja sungai-sungai, lautan, gununggunung dan padang pasir...

Bantulah ya Allah, bantulah orang-orang yang tertindas

oleh kedzaliman para dzalim...

Bantulah ya Allah, lindungilah saudaraku yang bibirnya

beraroma susu...

259

Bantulah ya Allah, lindungilah saudara tak berlidah kami

yang terbawa oleh arus air...

Bantulah ya Allah, lindungilah cahaya mata kami yang kami

serahkan kepada air...

Bantulah ya Allah, lindungilah dari jebakan orang-orang

yang licik dan berulah...

Bantulah ya Allah, lindungilah dari kejahatan para

pembunuh dan orang-orang yang menyerah...

Bantulah ya Allah, lindungilah saudara kami yang

merupakan surat cinta yang kami lepaskan di air...

Bantulah ya Allah, Kau rumah bagi orang-orang yang

tak memiliki rumah, kami berlindung kepada-Mu, jangan

tinggalkan kami Ya Rabb...

Bantulah ya Allah, Kau tempat penuh dengan ampunan dan

kasih sayang, jangan tinggalkan kami Ya Rabb..

Bantulah ya Allah, jangan tinggalkan kami yang jatuh dalam

kelemahan, tak berdaya, tak memiliki siapa-siapa Ya Rabb...

Bantulah ya Allah, Kau Maha Pengampun, kami berlindung

kepada-Mu dari segala kejahatan...

Bantulah ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari

kejahatan para pemimpin yang melakukan keburukan dan

kejahatan...

Bantulah ya Allah, Kami berlindung kepada-Mu dari

kejahatan orang-orang yang sombong...

Bantulah ya Allah, berikanlah kami kebaikan baik di dunia

maupun di akhirat...

Bantulah ya Allah, keluhan-keluhan mengenai kelemahan

kami hanya kepada-Mu kami sampaikan...

260

Bantulah ya Allah, Kau pemilik cahaya yang tak bisa

dipadamkan...

Bantulah ya Allah, Kau sang Raja yang tak memiliki

kekurangan dan kecacatan...

Bantulah ya Allah, Kau Pemilik alam ini, Kau yang mencintai

orang-orang yang sabar...

Bantulah ya Allah, Kau kekasih bagi orang-orang yang tak

memiliki kekasih...

Bantulah ya Allah, Kau adalah tabib bagi orang-orang yang

tak memiliki tabib...

Bantulah ya Allah, Kau adalah pendamping bagi orangorang yang tak memilki teman dan sahabat perjalanan...

Bantulah ya Allah, Kau adalah segalanya bagi orang-orang

yang tak memiliki siapa pun...

Maryam berlari seperti terbakar api cinta... Saat itu,

hidupnya ibarat pelarian yang panjang, perjalanan yang

jauh bagi hamba-Nya... Maryam ibarat tangisan. Dia berlari

mengikuti saudaranya yang terbawa arus di punggung ombak

Sungai Nil.

Siapa yang tahu berapa jam dia berlari dalam pengejaran

ini, berapa lama dia berlari mengikuti saudaranya...

Rambutnya berhamburan, kakinya berdarah, kedua matanya

kering karena tangisan, bibirnya beku karena jeritan... Dia
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendekat ke arah tepi istana penguasa Mesir bersama perahu

kecil itu dalam keadaan tak sadarkan diri...

Semuanya berbalasan di dunia ini...

Sama seperti bayang-bayang istana yang jatuh ke dalam air...

Semua diciptakan berpasangan.

261

Ruh dan tubuh, tubuh dan bayangan, pertemuan dan

perpisahan, saudara dan saudara, teman dan teman, angin dan

api, air dan kobaran api... Takdir dan nasib... Semua sepenuhnya

terhubung satu sama lain di antara langit dan Bumi. Sultan

dan hambanya, siang dan malam, pengawal dan musuh, yang

datang dan yang pergi, kebaikan dan keburukan, yang telah

diucapkan dan yang akan diucapkan... Semua berputar dalam

sebuah keseimbangan. Rahasia seluruhnya tersimpan dalam

?satu ada satu tak ada?...

Jiwa Yakobed terlepas dari raganya bersama dengan

takdirnya untuk melepaskan anaknya ke pangkuan Sungai Nil.

Sementara itu, di tepi sungai lainnya...

Dengan keputusan tiba-tiba, sambil menaiki perahu yang

beranama ?Teye?, Sultanah Asiyah ingin melakukan satu perjalanan

di Sungai Nil bersama pengiringnya, Tahnem dan Sare...

"Para pemudaku... Aku merasakan sebuah perasaan gugup

yang aku tak tahu apa penyebabnya. Seakan terbawa begitu

saja ke dalam hatiku. Jadi, kalian siapkan Teye. Kita akan

melakukan satu perjalanan di Sungai Nil."

Tahnem mengemudikan perahu dengan tongkat dayung

Teye yang berkepala emas di tangannya... Sementara itu,

Sare seperti biasa bersimpuh di bawah lutut sang Ratu sambil

memegang barisan mutiara yang tak terlepas dari tangannya...

Setelah berlayar beberapa saat diiringi embusan angin yang

bertiup lemah, istana tampak berada jauh di belakang mereka.

Begitu juga dengan bayangan istana yang tertinggal di atas

permukaan air... Seolah, zaman telah menghubungkan mereka

dengan zaman yang lain. Melompati perbatasan hayalan dan

menyeberang ke dimensi lain...

262

Seketika, haluan Teye bertabrakan dengan sebuah peti mati

yang terombang-ambing arus sungai. Akibat tabrakan itu, peti

mati mulai menangis...

Tahnem terkejut dan bertanya.

"Selama hidupku, aku tak pernah melihat sebuah peti mati

Sebenarnya, yang mereka kira peti mati adalah

sebuah kotak kecil. Setelah membuka penutupnya,

mereka menemukan seorang bayi berwajah cahaya

yang belum pernah mereka lihat selama hidup.

Wajah yang membuat setiap orang yang melihatnya

jatuh hati padanya.

yang menangis."

"Selama hidupku, aku tak pernah melihat sebuah peti mati

yang berenang di sungai," lanjut Sare...

Butiran-butiran mutiara satu per satu jatuh tertelan air

sungai... Ah sungguh malang, mereka telah kehilangan mutiara.

Ah sungguh suatu kehormatan, mutiara-mutiara itu bertemu

dengan pemilik sahnya...

"Segera bawa peti mati yang menangis itu kepadaku!" seru

Ratu Asiyah.

Sebenarnya, yang mereka kira peti mati adalah sebuah kotak

kecil. Setelah membuka penutupnya, mereka menemukan

263

seorang bayi berwajah cahaya yang belum pernah mereka

lihat selama hidup. Wajah yang membuat setiap orang yang

melihatnya jatuh hati padanya.

"Hatiku menarik dan mengeluarkan dirimu dari perairan,

Kuberi nama Musa dirimu,

Karena aku menarikmu dari perairan,

Kau adalah sebuah mata cahaya bagiku,

Kuberi nama Musa dirimu,

Karena aku menarikmu dari perairan.

Sungai Nil meletakkan dirimu dalam diriku seperti sebuah lilin.

Kuberi nama Musa dirimu,

Karena aku menarikmu dari perairan...

Selamat datang bayi mungil ke duniaku yang sempit ini.

Selamat datang Matahari malamku.

Selamat datang bungaku yang membawa aroma surga.

Bungaku.

Buah delimaku.

Pohon akasiaku.

Kesejukanku yang beraroma mint.

Harapanku yang beraroma kurma segar.

Selamat datang kebahagiaan baru.

Selamat datang helaian-helaian kebebasanku yang terbang

dalam embusan angin musim semi.

Lihatlah seluruh kupu-kupu di dunia mengepakkan

sayapnya karena kamu datang.

264

Selamat datang wahai bayi yang datang dari sungai.

Selamat datang wahai kapten yang paling muda di dunia,

yang berkata aku telah mengembara banyak jalan, aku telah

banyak melihat air... Selamat datang wahai bayi yang mendekat

ke tepianku dengan perahu yang paling kecil di dunia, selamat

datang...

rrr

265

21. Sembilan Puluh

Sembilan Kali Ucapan

Selamat Datang...

Selamat datang Kata, Kata yang mengawali pencitaan dan

rumah, selamat datang,

Selamat datang Cahaya, Keindahan Sang Pencipta, rahasia

Kata tersembunyi dalam dirimu, selamat datang,

Selamat datang wahai Cahaya Ahmad, selamat datang,

Selamat datang wahai alam semesta dan Zaman yang

tercipta dari cahaya yang sama, selamat datang,

Selamat datang, daratan dan langit yang tercipta dalam

enam hari, selamat datang,

Selamat datang perairan yang muncul di antara daratan dan

langit, selamat datang,

Selamat datang wahai anak peraiaran dan laut itu, selamat

datang...

Selamat datang jejak Kata dan anak yang terlahir dengan

takdir, selamat datang,

Selamat datang Kata pengembara kecil yang dilepaskan ke

lautan, selamat datang,

Selamat datang wahai sahabat cahaya Muhammad,

seseorang yang perkasa, selamat datang,

266

Selamat datang anak yang akan mengucapkan cahaya katakata indah yang bersinar, selamat datang,

Selamat datang ke empat sungai yang terpancar dari surga,

selamat datang,

Selamat datang ke Sungai Nil yang merupakan salah satu

dari empat dan kepada bayi yang dia bawa, selamat datang...

Selamat datang hamba Allah yang Maha Pemurah dan

Maha Penyayang, selamat datang,

Selamat datang bunga lotus yang tinggi berada di ujung jari

Nil, selamat datang...

Selamat datang Bayi suci yang diamanahkan kepada Allah,

selamat datang...

Selamat datang beban suci lautan, selamat datang...

Selamat datang yang diawasi oleh Allah, selamat datang...

Selamat datang sahabat para malaikat, ruh indah yang

dilindungi oleh pasukan berkuda doa, selamat datang...

Selamat datang bayi yang bibirnya tercium aroma susu

ibunya, selamat datang,

Selamat datang bunga mawar yang terbentuk dari satu ibu

ke ibu lainnya, selamat datang,

Selamat datang tunasku, daun pertamaku, selamat datang,

mahkota para bunga, selamat datang...

Selamat datang, selamat datang ke pangkuanku, kau adalah

peoniku kau juga bulbulku, selamat datang,

Selamat datang ruhku, selamat datang pemanggil susu

keibuan hangat yang terbesit dalam diriku, selamat datang.

Selamat datang, tabir terang mata mimpi-mimpiku, selamat

datang...

267

Selamat datang hadiahku, selamat datang kebahagian yang

hinggap dalam pangkuanku, selamat datang,

Selamat datang hadiah yang dibahas kepadaku oleh Allah,

selamat datang...

Selamat datang tangan-tangan mungil indah yang membawa

lembar-lembar doa, selamat datang,

Selamat datang kau yang membawakan senyuman yang

tercium aroma tanah dalam hujan, selamat datang,

Selamat datang bayi yang dahinya bersinar karena Nur,

selamat datang,

Selamat datang bayi manis yang kedua matanya terpasang

bintang-bintang di langit, selamat datang,

Selamat datang kasih sayang yang melarutkan kesendirianku

dalam derita, selamat datang,

Selamat datang kau yang terbungkus pakaian tak lain kasih

sayang, selamat datang,

Selamat datang kau yang tak memiliki halangan antara

dirimu dengan Allah, selamat datang,

Selamat datang teman perjalananku, selamat datang

Selamat datang kau yang dimiliki oleh Allah, selamat

datang

Selamat datang anak yatimku, kau yang seperti diriku,

selamat datang

Selamat datang kau yang merupakan takdirku, selamat

datang,

Selamat datang teman air mataku, selamat datang,

Selamat datang kau yang menghilangkan kesedihan yang

tak ku bagikan dengan siapa pun, selamat datang

268

Selamat datang kau yang menggerakkan hatiku, selamat

datang,

Selamat datang penghibur laraku, selamat datang

Selamat datang suratku yang penuh dengan keluhku yang

kutulis di lautan, selamat datang

Selamat datang kau yang terbang dengan sayap burung,

selamat datang

Selamat datangg sinar hari yang kunantikan, selamat
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang

Selamat datang wajah manis yang mengetuk pintuku,

selamat datang

Selamat datang raja perairan, selamat datang

Selamat datang mutiara lautan, selamat datang

Selamat datang penghias kehidupanku yang penuh derita,

selamat datang

Selama datang rusaku, selamat datang

Selamat datang pembawa tujuh warna yang turun ke muka

Bumi, penghapus warna hitamku, selamat datang

Selamat datang kabar gembira yang menyelesaikan

kesedihanku, selamat datang

Selamat datang detak jantungku, selamat datang,

Selamat datang huruf-huruf keibuan, janji kewanitaan,

selamat datang,

Selamat datang pelembutku, selamat datang mungilku,

selamat datang,

Selamat datang tongkat penyadarku dari kesedihan, selamat

datang,

269

Selamat datang harapan yang aku nantikan, doa yang

kuucapkan, selamat datang

Selamat datang air jiwaku, selamat datang

Selamat datang sujud syukurku, selamat datang

Selamat datang kegembiraanku yang ribuan kali ku syukuri,

selamat datang,

Selamat datang daun-daun berjatuhan karena getaran

kegembiraan, selamat datang,

Selamat datang kehangatan bayi yang diberikan kepadaku

pertama kali dalam hidupku, selamat datang

Selamat datang tangan lembut yang akan kupegang di masa

depan, selamat datang

Selamat datang dua malamku, kelegaanku, selamat datang

Selamat datang anak yang menyinari malamku seperti

terangnya siang hari, selamat datang

Selamat datang makhluk ciptaan yang diberikan Allah

kepadaku untuk menjadi sahabatku, selamat datang,

Selamat datang, amanah indah yang masuk ke dalam bawah

atapku, selamat datang,

Selamat datang jendela alam semestaku, selamat datang,

Selamat datang kebahagian yang mengalir ke dalam kedua

mataku, selamat datang,

Selamat datang anakku yang namanya tertulis dalam

tulangku, selamat datang,

Selamat datang, rasa manis yang berada diujung lidahku,

selamat datang,

Selamat datang dalam kulit dan ruhku, selamat datang,

270

Selamat datang mahkota di kepalaku, zamrudku, selamat

datang,

Selamat datang bayi yang berada dalam pelukanku, selamat

datang,

Selamat datang pemilik ayunan dari sutra dalam hatiku,

selamat datang,

Selamat datang kenikmatan dalam lidahku, selamat

datang,

Selamat datang maduku, buah araku, zaitunku, gandumku,

selamat datang,

Selamat datang janjiku, selamat datang,

Selamat datang pembawa berita indahku yang kulihat jalan

rumahku dalam wajahmu, selamat datang,

Selamat datang petaku, selamat datang,

Selamat datang petunjuk jalanku, selamat datang,

Selamat datang peluru isyaratku, selamat datang,

Selamat datang badai kebaikan yang mengembuskan layarlayarku, selamat datang,

Selamat datang anak yang menjaga rahasia Nil, selamat

datang,

Selamat datang huruf-huruf kewanitaan, selamat datang

Selamat datang kalimat-kalimat keibuan, selamat datang

Selamat datang halaman kemanusianku, selamat datang

Selamat datang saksiku mengenai penghambaan, selamat

datang

Selamat datang hutangku dan jaminanku, selamat datang,

271

Selamat datang derajatku, martabatku, usahaku, selamat

datang,

Selamat datang hidupku, hari ini dan hari esokku, selamat

datang,

Selamat datang ranting-ranting pohon dan kayu-kayu,

selamat datang,

Selamat datang raja para naga, pemimpin petarung, selamat

datang,

Selamat datang penuntut sembilan malapetaka, selamat

datang,

Selamat datang dua belas keindahan mata air, selamat

datang,

Selamat datang kata indah yang memberikan jalan, selamat

datang....

rrr

272

22. Cahaya Mata...

Ratu Asiyah dan kedua pengiring mudanya kembali ke istana

dengan kejutan yang menggembirakan hati. Para pengawal

yang menyambut mereka di tangga marmer dermaga terkejut

ketika melihat bayi mungil dalam dekapan sang Ratu. Mereka

tak tahu harus berbuat apa. Mereka mengambil peti mati yang

berada di tangan Tahnem. Kehebohan dalam penyambutan

sang Ratu rupanya juga menarik perhatian Haman yang kini

menjadi perdana menteri...

Ketika Raja Pare-amon sedang meneliti kereta perang baru

dan senjata yang didatangkan dari negeri utara di perpustakaan,

Haman dan anak buahnya masuk tanpa mengetuk pintu. Raja

memandangi perdana menteri dengan pandangan seakan

menyangka telah terjadi serangan mendadak ke istana atau

terjadi malapetaka...

"Baginda Rajaku... Dengan seorang bayi... Ratu Asiyah

kembali ke istana bersama seorang bayi laki-laki yang

ditemukan di Sungai Nil..."

"Aku kira kau akan mengatakan telah terjadi pemberontakan

di Nubye, wahai sahabatku, Ha... Ambil napas, tenangkan

dirimu!"

"Peristiwa ini lebih mengerikan."

"Itu adalah Sungai Nil... Tempat berbagai macam kebaikan

dan berkah bagi Mesir."

"Tapi, bayi yang ditemukan di sungai ini jelas sekali

merupakan bayi dari seorang kaum bani Israil. Dari seorang

273

Apiru... Di samping itu, ia terlahir di tahun kematian. Salah

satu dari anak-anak yang dilaknat."

"Darimana kau tahu bayi itu berasal dari Apiru?"

"Bukankah terlihat jelas, Bagindaku? Ibu mana yang

rela membuang anaknya ke sungai? Terlihat jelas bahwa

karena ketakutan akan kematian anaknya membuat si ibu

melemparnya ke Nil..."

"Tak mungkinkah ini ulah para pembajak?"

"Jika Anda melihat bayi itu... Jika Anda melihat wajahnya

dan peti mati yang berhiaskan ukiran bunga mawar... Anda

akan mengerti bahwa bayi ini tak ada hubungannya dengan

para pembajak, Bagindaku... Bagian dalam peti mati dihiasi

dengan berbagai macam bunga. Peti mati yang seperti sebuah

perahu kecil ini disiapkan oleh seorang pekerja yang ahli dan

cekatan. Ini bukan pekerjaan pembajak, Bagindaku."

"Bagaimana dengan Ratu Yes?a? Bagaimana dia menanggapi

bayi itu?"

Haman segera menyadari dia telah terlalu berlebihan

menanggapi hal ini... Dia telah mengeluh secara langsung

mengenai sang Ratu kepada sang Raja...

"Keputusan dan perintah ada di tangan Anda, Tuanku."

Tak begitu mempersoalkan sikap perdana menteri, sang

Raja keluar dari perpustakaan dan kembali memikirkan mimpi

buruk yang kembali diingatkan oleh Haman...

Ketika turun ke arah taman, tepat di lingkaran pintu masuk

Ruang Upacara Yakuti, mendekati Ratu Asiyah, sang Raja

melihat istrinya sedang bermain dengan seorang bayi laki-laki

di tengah keramaian. Semua orang yang menyadari kedatangan

274

sang Raja segera bersujud ke tanah, sementara sang Ratu

menyambut Ra dengan wajah penuh bunga-bunga mawar yang

bermekaran sambil mencium bayi dalam pelukannya...

Sang Ratu melupakan seluruh peraturan istana. "Datanglah

Ra, kekasihku!" ucapnya. "Datang dan lihatlah hadiah manisku

ini... Aku mengeluarkannya dari Sungai Nil. Awalnya, aku

mengira akan mendapatkan harta karun yang terhanyut.

Seandainya memang seperti itu, aku akan memberikannya

kepada semua yang berada di Teye. Tapi apa yang terjadi kau

juga tahu, bukannya harta karun, tapi seorang bayi yang manis.

Ah, Ra! Lihatkah kau kedua pipinya yang kemerah-merahan

ini? Bayi ini adalah buah hatiku. Cahaya mataku."

Tak terlepas dari pandangan sang Raja mekarnya bungabunga di wajah istrinya yang selama bertahun-tahun tak satu

kali pun tersenyum...

Satu arah, memandang orang di sekitarnya yang

terselimuti oleh rasa takut... Satu arah, memandang istrinya

yang memanggilnya dengan nama kecilnya dengan penuh

kebahagiaan... Manakah yang nyata, manakah yang jujur?

Dan sebagai seorang Raja, manakah yang lebih berharga? Dia

memutuskan untuk pergi dari sana...

"Dia mungkin menjadi cahaya mata sang Ratu. Tapi, aku

belum memberikan keputusan mengenai hal ini. Di samping

itu, dia juga mungkin seorang bayi Apiru yang terlahir di tahun

kematian. Bayi yang berada di pelukanmu..."

Kalimat ini seperti anak panah yang terlepas mengarah

pada dirinya yang menyebabkan sang Ratu duduk tersungkur

berlutut... Ra sungguh terkejut. Asiyah yang telah lama dia

kenal, Asiyah yang tak pernah berlutut di depan satu orang

275

pun... Bahkan, ketika tahta Asiyah masih tinggi berada di

atas tahtanya... Apa yang terjadi dengan Asiyah? Perasaan

yang mana, ambisi apa yang menyebabkan kedua lututnya

berlutut?

"Bagindaku...," ucap Asiyah dengan suara bergetar...

"Tuanku... Apa pun yang terjadi, jangan bunuh bayi itu... Dan
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin di masa depan bayi ini akan berguna bagi kita. Atau

bayi ini kita angkat sebagai anak angkat dan kita besarkan di

antara anak-anak kerajaan."

Raja Pare-amon, meskipun yakin dengan kemungkinan

bahwa anak itu berasal dari Apiru yang terlaknat... Namun,

dia juga tak ingin kehilangan kesempatan yang selama ini

dinantikannya, kedekatan bersama sang Ratu yang selama

ini tak pernah dia rasakan. Bayi ini bisa menjadi kesempatan

untuk meluluhkan ketegangan yang terjadi di antara mereka...

Ah, tapi bagaimana jika anak ini merupakan sosok yang akan

menghancurkan Mesir seperti dalam mimpinya? Sang Raja

berdiri membeku, sudut matanya memutar ke satu arah...

Apakah bayi lemah ini, apakah bayi malang yang berada

di antara bibir kematian dan kehidupanku ini yang akan

menghancurkan Mesir...

Sang Raja mengangkat sang Ratu dari tanah dengan santun

dan lembut. Memberikan salam dengan anggukan kepalanya

dan kemudian mencium ujung jemarinya...

"Bawa bayi itu kepadaku," perintahnya kepada Tahnem dan

Sare...

Sesuatu hadir seperti sebuah kotak madu, manisan dunia

yang tak cukup dalam pelukan... Resah... Mereka membuka

wajah sang bayi... Kemilau bayi itu seperti cahaya yang

276

menyilaukan mata ketika membuka tirai jendela di siang hari...

Kedua matanya meredup, tangan kirinya terangkat di antara

dua bahunya, seakan ingin melindungi dari Matahari, sang

Raja... Dan memang, ia sungguh bayi yang sangat manis...

"Kita akan memutuskan mengenainya beberapa hari

kemudian. Karena bayi ini membuat Ratuku sangat bahagia,

untuk sekarang kami memaafkannya. Tapi, kami akan

melanjutkan pengawasan. Untuk saat ini, bawalah ia, berikan

semua kebutuhan yang bayi ini perlukan. Ia bisa tinggal

bersama Ratu di istana... Nama apa yang akan Ratu berikan

untuk bayi ini?"

"Musa... Kuberi nama Musa. Karena aku menariknya dari

perairan."

"Baiklah... Bayi Musa, selama keputusan resmi belum

diputuskan maka engkau akan menjadi tamu Ratuku."

Dia sama sekali tak tahu takdir apa yang

disembunyikannya...

Malam telah tiba, kegelisahan berbalut kebahagiaan

ini, bersama dengan kegelisahan lainnya membuka sebuah

keributan... Bayi Musa, pasti waktu untuk menyusu telah tiba,

menangis rewel, kedua kakinya bergerak menendang-nendang.

Orang-orang yang berada di sekitarnya berlarian bingung, tak

tahu apa yang harus mereka lakukan. Sang bayi terus menangis

seperti sebuah mata air terjun...

Semakin keras tangis suara bayi, semakin sedih sang Ratu.

Asiyah berubah menjadi sebuah lilin yang meleleh. Kedua

tangannya menggenggam erat pakaiannya, tak tahu harus

berbuat apa, menyalahkan dirinya sendiri...

Ah! Dia memang bukan seorang ibu...

277

Jika dia seorang ibu, apakah hal seperti ini terjadi?

Saat itu, perintah kepada seluruh wanita Mesir yang

bisa memberikan setetes air susu kepada bayi Musa telah

diberikan...

Tak ada...

Seluruh ibu susu yang dibawa membuat Musa menangis

semakin keras dan rewel, badannya berputar-putar seperti

baling-baling...

Keadaan ini membuat Asiyah sungguh merana... Ya

Allah, keibuan itu seperti apa? Kebahagian, kegelisahan,

kesedihan, kecemasan... Setiap saat muncul sesuatu yang

baru dalam dunianya... Dan dunianya sekarang seperti sebuah

gurun. Selama Musa menangis, seakan ruhnya terlepas dari

tubuhnya.

Ah! Memang dia bukan seorang ibu...

Jika dia seorang ibu, apakah hal seperti ini terjadi?

Benaknya terasa berat ketika berhadapan dengan hal ini...

Seperti rantai mutiara yang terputus jatuh satu per satu...

Memandang pembuluh darah berwarna biru yang nampak

pada kedua tangannya, kemudian bertanya pada darah yang

mengalir di sana. "Wahai darah merah, siapa, apa yang yang

mengubahmu menjadi susu putih?"

"Ya Allah," ucapnya kemudian... "Engkau yang menyelamatkan

bayi ini dari sungai, berikanlah air susu yang merupakan

kebutuhannya. Kau adalah pemberi yang paling agung, Kau

yang paling dermawan dari yang paling dermawan... Pelindung

orang-orang lemah, pemberi rezeki, yang memberikan hujan...

Apa pun yang terjadi, redakanlah tangisan bayi mungilku ini..."

278

Meskipun selama satu hari satu malam telah melakukan

pencarian untuk menemukan ibu susu yang akan diterima

oleh sang bayi, hasilnya nihil belaka. Tak satu pun yang bisa

meredakan tangisan bayi ini... Tahnem dengan napas terengahengah masuk ke ruang bayi di istana Ratu. Di tangannya

terdapat selendang kuning milik sang Ratu.

"Tuanku... Tuanku... Para pengawal yang berada di halaman

luar istana berkata untuk menyerahkan selendang ini kepada

Anda. Seorang gadis memberikannya kepada mereka. Jika

Anda bersedia..."

Sang Ratu memandangnya dengan pandangan mata terkejut

dan lelah, menerima selendang yang dibawa oleh Tahnem

dengan kedua tangannya yang bergetar...

Iya... Benar... Ini salah satu dari selendang miliknya, terlihat

jelas dari rajutan burung-burung ibis di kedua ujungnya.

"Segera persilahkan masuk! Sebarkan pengumuman ke

seluruh jalan-jalan Memphis, Ratu sedang mencari ibu susu

secepatnya. Ada hadiah besar bagi dirinya."

Ruang bayi... Kamar bayi... Tempat yang penuh dengan

tangisan Musa yang dengan berbagai macam cara tak bisa

diredakan... Yang setiap kali membuat kecemasan Asiyah

bertambah besar...

Selama sang bayi menangis, tak ada tempat yang nyaman

baginya. Setiap tempat asing terasa baginya, setiap ruang

terkunci untuknya.

Asiyah tak tahu langkah apa yang harus diambil. Suara

tangisan ini membuatnya lupa dengan mahkota dan tahtanya...

Selama bayi ini menangis, dia sangat lemah tak berdaya seperti

279

panglima perang yang berada dalam kekalahan... Ah, ia tak

berhenti menangis...

Terlihat jelas bahwa tak ada air susu dari orang-orang asing

yang sesuai...

Terlihat jelas seperti burung-burung pantai yang hanya

terbang untuk kembali ke sarangnya...

Terlihat jelas bahwa itu bukan tempat tinggal sang bayi

selama dia tak mencium aroma ibunya...

Jika sang Ratu adalah sebuah gunung, dia hancur lebur

karena tangisan ini...

Ah, air susu...

Ah, ibu...

Ah, Allah...

Air susu ternyata lebih berat daripada besi, dia kini

mengetahuinya...

Air susu ternyata lebih tajam dari pedang, dia belajar...

Kelangkaan terhadap air susu mencabik-mencabik sang

Ratu...

"Ah aku bukan seorang ibu." Ketika berucap seperti ini,

dalam dirinya muncul sembilan puluh orang ibu...

"Ah aku tak mempunyai air susu." Ketika dia mengeluh

seperti ini, dari langit turun hujan air susu ke daratan seperti

badai...

Sebuah putaran... Sebuah pengudaran ulang...

Sebutir biji meledak dari ujung-ujung pohon kering...

Seperti sebuah puisi yang lembut dan irama yang mengikat,

terbentuk sebuah rumah dalam hati sang Ratu...

280

I?ntuisi yang berjalan dalam dirinya seperti langkah-langkah

haluskucing yang tak terdengar, mengubah dia dari wanita

menjadi seorang ibu...

Terbangun sebuah pemerintah baru dalam hati

kosongnya...

Datang dan hinggap sebuah cahaya ke dalam kedua

matanya...

Dari sumur yang terembus badai dalam dirinya membawa

air panas murni...

Perempuan, melahirkan seorang bayi yang tak dia

lahirkan...

Bayi yang lahir dari seorang ibu yang tak melahirkannya...

"Anakku, kamu telah banyak menangis. Aku mohon,

berhentilah meneteskan air mata," Ketika sang Ratu

memohon dengan lembut, masuklah Maryam yang dengan

sembunyi-sembunyi mengikuti Musa selama satu hari. Asiyah

mengangkat tubuhnya yang bersimpuh ke lantai. Maryam

memandangi wajah sang Ratu dengan rasa terkejut... Apakah

yang dia lihat adalah ibunya ataukah Sultanah Mesir? Ia nyaris

tak bisa membedakan...

"Maukah aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan

memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik

kepadanya?"

Dengan usulan ini, Maryam menghentikan kecemasan yang

menyelimuti ruangan itu... Sebelum berhasil bertemu dengan

sang Ratu, Maryam harus melalui berlapis pintu, hadangan

para penjaga, dan beragam interogasi... Bahkan, Haman pun

menginterogasinya sangat lama....

281

"Terlihat jelas bahwa bayi tersebut datang dari keluarga

anak ini," terbesit dalam dirinya... Namun, perintah sang Ratu

yang tegas mengenai pencarian ibu susu di seluruh Mesir pun

tak dapat dilawan oleh para penentang. Bahkan, Haman sekali

pun...

...

Tandu Kerajaan milik sang Ratu pun dikeluarkan. Bersama

Maryam, rombongan itu telah tiba di depan rumah Imran di

Gosen. Kedua mata dan hati Yakobed malang yang kosong

berubah menjadi keceriaan setelah mendengarkan penjelasan

putrinya. Dia pun segera melangkahkan kakinya menuju

istana...

Tembok-tembok tinggi yang sampai saat itu belum pernah
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia lihat... Jalan-jalan yang dilapisi batu pipih, kolam-kolam

renang yang memiliki air mancur indah, patung-patung singa

yang mengeluarkan api, tentara berbaju besi yang menjaga tiap

sudut, ruang-ruang yang hampir setinggi langit, lorong dan

koridor panjang berliku yang mengagumkan...

Allah tak pernah mengingkari janjinya. Sama seperti

apa yang dikatakan dalam mimpi-mimpinya, Yakobed kini

dipertemukan dengan anaknya...

Peringatan berupa keharusan bersujud dengan takzim

di hadapan Ratu, takkan berdiri selama sang Ratu belum

memberi izin, dan tak boleh memandang lurus kepada Ratu

dengan kedua mata seakan angin lalu... Meskipun dia pasti

mendengarkan peraturan itu, pikirannya hanya terpaku pada

putranya. Yakobed yang malang pun layu dengan cepat.

...

282

"Aku memberi nama Musa kepadanya karena aku

menemukannya di perairan. Saudariku... Aku

mohon, biarkanlah bayi mungil merasakan air

susumu. Mungkin dia mau menerima air susumu..."

Suara tangisan anaknya yang terdengar ketika ia berada di

tangga istana seperti hujan busur panah yang menghujani ibu

yang malang ini. Jika para malaikat tak menahannya, dia akan

menghancurkan semuanya dengan mengucap kata ?anakku?...

Dia harus mengunci bibirnya hingga giginya bergemeretak.

Meskipun putranya menangis, dia harus bersujud ke tanah

terlebih dulu dan menunggu sang Ratu memberi izin untuk

berdiri.

Begitu kuat Yakobed menggigit bibirnya... Ketika dia berdiri

di hadapan sang Ratu, dari sudut bibirnya mengalir darah.

"Putraku Musa... Dia menangis tanpa berhenti wahai

saudariku. Saya juga mendengar bahwa Anda adalah seorang

ibu yang baru saja kehilangan seorang putra. Saya mohon,

berikanlah air susu Anda kepada putra kami ini...," titah sang

Ratu.

"Musa...," ucap Yakobed. Badannya terasa terangkat...

"Aku memberi nama Musa kepadanya karena aku

menemukannya di perairan.

Saudariku... Aku mohon,

283

biarkanlah bayi mungil merasakan air susumu. Mungkin dia

mau menerima air susumu..."

Yakobed kagum dengan suara lembut milik sang Ratu yang

memanggilnya dengan panggilan "saudariku". Wanita yang

dahinya tinggi dan terang seperti sinar Matahari ini... Bukan!

Dia seperti seorang malaikat. Dia membelai Musa seperti

putranya sendiri, kedua matanya merah seakan berdarah

karena terlalu banyak menangis. Terlihat jelas, sang Ratu

begitu terpuruk selama Musa terus menangis. Lalu, kedua

tangannya... Ketika melihat ujung-ujung jemari sang Ratu,

Yakobed seolah melihat ranting-ranting patah bunga mawar

yang tak berdaya. Hatinya terasa tenang. Dia memandang sang

Ratu dengan penuh hormat seperti salam-salam Sungai Nil.

Saat itu, kedua perempuan seperti sepasang bangau... Burung

cantik yang membangun sarangnya. Mereka seperti bangau

yang saling memberikan sayapnya... Asiyah dan Yakobed...

Mereka seperti daratan dan langit. Musa adalah harapan yang

akan tumbuh besar di antara dua perempuan kuat...

Musa seperti sebuah kisah penciptaan dunia yang

menceritakan daratan tercipta dalam waktu enam hari

dan langit tercipta di hari ketujuh bagi keduanya... Asiyah

memandang Yakobed seperti memandang sebuah sungai.

Dirinya, wajahnya sendiri yang tampak dalam pantulan sungai.

Membuka lengan mereka dan memeluk Musa... Musa adalah

penyatu dua lautan. Mutiara lautan. Seorang putra yang

berwajah murah senyum dan cerah..

"Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar

senang hatinya dan tidak bersedih hati dan agar dia mengetahui

bahwa janji Allah adalah benar..."

284

Mereka terbangun saat pagi menjelang di depan tempat

tidur Musa. Yakobed, Asiyah, Tahnem, dan Sare... Ketika sang

bayi masih tertidur pulas, mereka terkejut dengan suara jeritan

dan tangisan yang terdengar dari arah Sungai Nil. Meskipun

tahu apa yang terjadi, mereka berbalik memandang sang Ratu

yang menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Mereka

memandang sang Ratu dengan wajah penuh harap untuk

memohon pertolongan.

Yakobed tak dapat menahan dirinya. Dia bersujud di

hadapan sang Ratu.

"Bagindaku... Ratuku... Anda tahu apa yang dialami oleh

para wanita dari golongan kami. Derita para ibu malang yang

harus membunuh anaknya sendiri. Pembunuhan ini bahkan

telah membuat punggung Sungai Nil berat. Langit pun seolah

akan pecah. Ah, Bagindaku! Apakah tak ada cara sama sekali

untuk menghentikan kekejaman ini?

"Ibu susu putraku Musa... Saudariku yang tercinta Yakobed...

Jika kau bersedia, kami ingin selalu mempersilahkan Anda

menjadi tamu di istana tanpa meninggalkan putra kami Musa

melewati hari yang bahagia."

"Ratuku yang baik hati. Bagindaku... Sebesar apapun kami

berterima kasih, tetap saja terasa sangat sedikit untuk membalas

kebaikan yang Anda berikan. Tapi, Bagindaku... Tuanku...

Saya memiliki seorang putra bernama Harun yang berumur

dua tahun, putriku Maryam, dan suamiku yang masih belum

sembuh dari sakitnya di rumah. Saya tak bisa meninggalkan

mereka, Baginda."

285

"Saudariku Yakobed, bagaimana jika keluarga Anda

kami pekerjakan di istana dengan upah yang memuaskan?

Bagaimana menurutmu?"

Pembicaraan dua perempuan ini terpotong oleh keributan

yang terjadi di luar. Sebuah kegemparan, sebuah kecemasan

yang luar biasa... Selama bertahun-tahun, ia tak pernah

mengunjungi istana Ratu Asiyah. Sungguh heran, saat ini,

tanpa melakukan, pemberitahuan, Baginda Raja datang

berkunjung...

Tahnem dan Sare segera bersujud memberikan

penghormatan. Yakobed dengan wajah diselimuti kecemasan

ikut bersujud ke tanah.

Ratu Asiyah menyambut suaminya dengan wajah penuh

bunga bermekaran. Dia juga berhutang budi pada sang Raja

karena membiarkan Musa hidup. Asiyah memberikan salam

dengan mengangguk ringan. Sang Raja yang mendapatkan

kekuatan karena hal ini pun memegang ujung jemari sang Ratu

dan menciumnya...

"Apa yang sedang kalian bicarakan, wahai Ratuku yang

cantik... Bayi ini aku pikir telah mengembalikan kembali

hidupmu."

"Selamat datang ke rumah, wahai Bagindaku."

"Aku mohon, jangan kau buka pembicaraan tentang rumah.

Tapi seandainya bersedia, kau pasti telah meninggalkan

bangunan tua, kecil, dan kumuh ini untuk tinggal bersamaku

di rumah, di istana baru."

"Ah, Baginda, tetap saja aku sangat berterimakasih atas

kedatanganmu ke tempat ini."

286

"Tapi, seandainya bayi yang engkau temukan di Sungai Nil

ini masih saja terus menangis, keadaan akan menjadi buruk.

Semua hal yang mengganggu ketenangan sang Ratu adalah

musuh kami."

"Tapi dia masih kecil, masih seorang bayi."

"Kami membiarkan anak itu karena senyum bahagia dan

sinar di kedua mata indahmu. Baiklah... Aku dengar telah

ditemukan ibu susu yang sesuai dengan bayi itu."

"Kami juga sedang membicarakan hal ini dengan Yakobed,

seorang ibu yang datang dari suku Ibri..."

"Apakah ibu susu Musa seorang Apiru?"

"Dia sendiri adalah keluarga dekat Karun, Kepala Akademi

Ilmu Pengetahuan."

"Tuan Ka adalah saudara berharga kami yang telah berkalikali membuktikan kesetiaannya kepada Kerajaan Mesir.

Mengaitkan namanya dengan para pendatang sangat melukai

dirinya. Kau juga mengetahui ini, wahai Ratuku."

"Kami para perempuan suka sedikit ceroboh dalam hal ini.

Maafkanlah, aku tak bisa melupakan hari-hari persahabatan

lama kita."

"Kalimat yang Ratuku ucapkan kami terima sebagai sebuah

alasan yang baik untuk mengkritik kami."

"Tidak! Kemurahaan hati Baginda Raja diketahui oleh

seluruh rakyat. Kami pun sangat berterima kasih karena telah

memberikan Musa sebagai cahaya mata kepada kami."

"Cahaya mata lagi? Aku pikir kita telah membahas mengenai

hal ini. Bayi ini, menurutku adalah salah satu bayi yang harusnya

dimusnahkan karena terlahir di tahun kematian. Dia mungkin

287

bisa menjadi cahaya mata Ratuku, tapi tak diragukan lagi, tidak

bagi kami. Tapi, demi engkau... Demi Ratuku... Inilah yang

menyelamatkan bayi ini dari ujung tombak."

"Ibu susu Yakobed memiliki tanggungan untuk mengasuh

putranya yang masih kecil dan suaminya yang sakit. Oleh

sebab itu, dia tak ingin tinggal di istana. Aku berpikir untuk

membawa keluarga mereka ke istana dengan izin Baginda

Raja."

"Bukankah ini merupakan sebuah ketidakadilan yang serius,

menurutmu juga?"

"Aku tak paham, wahai Bagindaku."

"Ketika seluruh bayi laki-laki Apiru mengalami pemusnahan

di tahun kematian, memisahkan sebuah keluarga pendatang

dari kaumnya dan memindahkannya ke istana... Bagaimana

mereka akan melihatnya? Pernahkah engkau berpikir mengenai

hal ini?"

"Tapi, bayi Musa tak mau disusui selain oleh Yakobed. Apa

lagi yang bisa kita lakukan?"

"Dan memang saat ini seluruh penghuni istana berbicara

bahwa sebenarnya Musa adalah bayi Yakobed yang dia lempar

ke sungai."

"Bagindaku... Aroma air susu Yakobed sangat harum. Siapa

pun bayi yang berada dalam pangkuannya akan langsung

menyusu kepadanya. Aku mohon, jangan kau dengarkan

perkataan-perkataan itu."

"Menurut kami, biarkan Yakobed membawa Musa ke
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumahnya dan dibesarkan di sana dengan upah yang tinggi. Ini

adalah solusi yang paling tepat."

288

"Ah, Bagindaku, Musa telah menyambungkan kembali

jaring-jaring kehidupanku. Jika berpisah dengannya, aku tak

bisa hidup. Ketahuilah ini."

"Ada yang lebih mudah, Ratuku. Ada yang solusi yang

lebih mudah... Di hari yang engkau inginkan, Yakobed akan

membawa bayi Musa ke istana. Atau kapan pun engkau ingin,

engkau bisa mengunjungi rumah Yakobed."

Akhirnya, pergi juga.

Raja yang kehidupan dan kematian manusia berada

di antara dua bibirnya... Dan sekarang, baik sang

Ratu maupun Musa berjalan di atas seutas benang

tipis... Keputusan yang masih belum ditetapkan

merupakan sebuah ancaman yang jelas. Tapi

bagaimanapun, mereka telah melewati hari ini.

"Kami berhutang budi besar kepadamu, wahai Raja Mesir

yang terhormat."

Untuk sekarang, permasalahan telah teratasi. Mimpimimpi Yakobed benar dan telah menjadi kenyataan. Bayinya

telah dikembalikan kepadanya. Namun, Ratu sedikit banyak

menafsirkan hal ini sebagai sesuatu yang buruk. Dengan cara

ini, istana telah menjauhkan dirinya dari Musa.

289

Sebelum sang Raja keluar, ia memandang Tahnem dan Sare

yang menanti dengan tetap bersujud.

"Aku mohon, biarkan kedua abdi muda ini mengiringi sang

Ratu setiap keluar dari Istana. Setiap minggunya, aku akan

mendapatkan laporan dari para petugas mengenai Musa.

Karena belum ada keputusan yang resmi, bayi ini akan berada

di bawah pengawasan kami. Apa pun keputusan yang kami

tetapkan, kami tahu engkau akan menerima dengan kepala

dingin dan ketabahan."

Dia keluar.

Akhirnya, pergi juga.

Raja yang kehidupan dan kematian manusia berada di

antara dua bibirnya... Dan sekarang, baik sang Ratu maupun

Musa berjalan di atas seutas benang tipis... Keputusan yang

masih belum ditetapkan merupakan sebuah ancaman yang

jelas. Tapi bagaimanapun, mereka telah melewati hari ini.

Sesaat setelah Raja keluar dari ruangan, Ratu seketika

melemparkan tubuhnya ke kursi.

Wajahnya berubah pucat...

Sare segera membawakan kipas yang terbuat dari kayu

pohon Punt. Kepalanya pusing ketika bersedih. Ratu menahan

rasa sakit. Yakobed membisikkan kepada Tahnem bahwa

kapulaga bagus untuk mengobati rasa sedih. Tahnem menutup

kain korden. Ratu tak tahan dengan sinar Matahari di saat-saat

seperti ini. Seandainya dia bisa mendaki tembok-tembok tinggi

itu, seandainya dia bisa melalui semua ini dengan selamat...

Asiyah terluka seperti burung yang terkurung dalam sangkar...

Hatinya pilu karena rasa sakit ini...

290

Ratu Asiyah menyadari bahwa dirinya tak berbeda dengan

seorang tawanan, meskipun dia memiliki tahta dan mahkota.

Paling tidak, seorang tawanan yang tak memiliki tanah

kelahiran dan rumah...

Di balik kain korden yang tertutup, suara jetiran para ibu

yang menangis semakin terdengar keras. Menutup seluruh

Mesir. Ketika bayi Musa tertidur pulas, Asiyah menutup kedua

telinganya dengan bantal agar suara jeritan itu tak terdengar...

Pembantaian ini membuat sang Ratu semakin merasa sendiri

dalam istana yang luas. Wajahnya tak tersenyum, layu dari hari

ke hari, dan kulitnya bertambah pucat karena berhenti makan

dan minum. Seperti cermin yang retak. Para dokter kerajaan

tak tahu obat apa yang bisa menyembuhkan sakit yang diderita

oleh sang Ratu. Sering kali sang Ratu dibantu oleh para abdinya

ketika hendak berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Tak satu pun jiwa maupun badan yang bisa bertahan

dengan pembantaian ini... Sang Ratu tak dapat menerima

ketidakadilan. Para bangsawan tertawa dengan keadaan sang

Ratu... "Dia perlu dirawat di rumah sakit. Betapa seringnya dia

menangis. Ini hanya akan membawa musibah bagi istana kita...

Iya, dia hampir gila. Dia perlu dirawat..."

Kepercayaan akan Mesir yang tak tergoyahkan. Ketika

kepercayaan ini sedikit digali, muncul sebuah mata air

kesombongan.

Seperti inilah makna kekuasaan yang dipahami.

Menghapus orang-orang yang tak berguna bagi penguasa

seperti sebuah penghapus membersihkan tulisan. Membunuh

dan menyatakan orang-orang yang tak berguna baginya sebagai

orang yang sakit, gila, dan bersalah sangatlah mudah...

291

Sisanya?

Sisanya hanya tinggal suatu kesempurnaan yang tak

memiliki kecacatan.

Berkat ini semua, kata benar, bagus, dan baik diartikan

kembali.

Kata-kata istana sekali lagi diubah dari awal... Semua yang

berada di luar tembok-tembok besar berarti orang-orang lain,

orang-orang luar... Terlihat salah, buruk, dan jelek. Mereka

selalu dianggap sebagai beban yang berlebihan...

Ini artinya seorang Apiru, para budak, atau orang miskin tak

perlu melakukan sebuah kesalahan... Mereka memang buruk,

salah, dan kotor... Karena mereka adalah mereka...

Ketika tenggelam dalam jeritan para ibu yang menangisi

bayi laki-laki mereka yang terlahir di tahun kematian... Mereka

tak peduli dengan apa yang terjadi...

Orang-orang dikeluarkan dari tanah kelahirannya, kemudian

mengubah tempat itu menjadi tempat yang megah dan baru

bagi diri mereka sendiri. Orang-orang miskin, orang-orang

desa, budak, dan para pendatang selalu berada di luar. Orangorang golongan paling bawah dianggap merusak kenikmatan

pandangan para bangsawan.

Dalam mimpi mereka hanya ada sebuah kota sempurna

yang hanya para keturunan kerajaan, bangsawan, orang kaya,

serta orang-orang yang makan dan minum sama seperti

mereka yang dapat tinggal di sana...

Mereka terus mendirikan bangunan istana baru, wilayahwilayah khusus bagi para bangsawan, rumah-rumah musim

panas, dan pusat kota. Bangunan-bangunan megah yang

menyimbolkan kekuatan. Sphinx yang impresif, piramida
292

piramida yang menantang dunia, patung-patung yang

menyimbolkan kejayaan... Bangunan-bangunan yang mereka

dirikan tak lain hanyalah sebuah bentuk kesombongan.

Bagaimana dengan Ratu Asiyah?

Kepercayaan diri miliknya adalah kerendahan hati yang

memiliki derajat sampai sanggup untuk memanggil seorang

wanita dari masyarakat paling bawah dengan panggilan

?saudariku?. Sultanah Asiyah adalah ibu bagi orang-orang miskin

dan tak berdaya. Taman kurma tak hanya diperuntukkan bagi

masyarakat di musim kelaparan, tapi juga bagi masyarakat

di musim panas maupun di musim dingin. Dengan uangnya

sendiri, dia membayar gaji para dokter yang ditugaskan

olehnya untuk merawat orang-orang sakit di seluruh wilayah

Mesir. Dia mencatat para janda dan orang-orang yatim,

membangun sekolah bagi anak-anak miskin. Di setiap

minggunya, ia membuka istana untuk umum, mendengarkan

secara langsung keluhan-keluhan rakyat Mesir. Dia melewati

siang dan malamnya dengan memberikan bantuan kepada

orang-orang miskin...

"Dia mendedikasikan dirinya bagi orang-orang miskin dan

anak-anak."

Dan mereka merasakan kebanggaan yang besar karena

mereka melihat pemerintah berada di depan pintu mereka...

Di mata rakyat, Ratu Asiyah adalah pemerintah.

Sebuah pemerintah yang berjalan di antara mereka,

berkeliling di dalam mereka, berbicara dengan mereka...

Sebenarnya, ratu juga melakukan hal yang sama di istana.

Asrama anak-anak yang dikenal dengan sebutan ?anak-anak

raja? adalah tempat dia sering melewati waktunya. Semua

293

anak yang dididik di Akademi Kerajaan adalah masa depan

peradaban istana dan Mesir. Anak-anak raja yang terlahir dari

para selir, bersama dengan anak-anak angkat dan keponakannya

berjumlah kurang lebih seratus anak di Akademi Kerajaan.

Dalam sejarah Mesir, pewaris tahta yang terbanyak dimiliki

oleh Raja Pare-amon. Para penasihat dan menteri yang tak

menginginkan kembali ke hari-hari revolusi lama menerima

hal ini sebagai hal yang positif. Sebenarnya, ini merupakan

politik yang dibuat oleh kerajaan, politik perluasan.

Di luar dari ibu manakah atau dari silsilah manakah anakanak terlahir, pendidikan dengan watak Mesir adalah hal yang

penting. Istana merupakan sebuah tempat yang sama bagi

pendidikan para pewaris tahta. Kemampuan mereka dilihat

secara teliti. Begitu kerasnya kurikulum Akademi Kerajaan,

setiap anak di lingkungan istana mengetahui Raja Pare-amon

sebagai ayah, raja, dan tuhan mereka.

Asiyah, Ratu Yesiyis, adalah ratu utama. Meskipun berada

di bawah tekanan lingkungan istana, hal ini takkan pernah

salah. Dia adalah ratu utama...

Asiyah adalah seorang sultanah yang takkan pernah

berbalik dari ajaran Tuhan yang Satu Nabi Yusuf yang berada

dalam jiwanya sejak masih anak-anak.

Dia adalah orang yang akan menjadi sultanah yang

membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat. Mendedikasikan

kebaikan kepada rakyatnya dan Mesir.

Ketenarannya pun semakin bertambah di antara kalangan

masyarakat tingkat bawah dan para Apiru. Bahkan, raja yang

dilaknat karena kedzaliman dan penyalahgunaan kekuasaan

pun menaruh hormat kepada Asiyah.

294

Perhatian kepada anak-anak yatim, bantuan yang diberikan

kepada orang-orang miskin dengan perantara petugasnya,

saluran air yang dibangun untuk kemaslahatan masyarakat,

kebun kurma untuk orang-orang miskin, tempat-tempat

penginapan yang dibangun untuk orang lemah dan lanjut usia,

dan pernikahan yang diadakan bagi para pemuda yang tak

mampu di setiap musim semi. Nama yang diberikan masyarakat

kepadanya sesuai dengan arti sebenarnya, ?Sultanah Nil?...

rrr

295

23. Ketika Dua Ibu
Asiyah Sang Mawar Gurun Firaun Karya Sibel Eraslan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Membesarkan Bayi

Musa...

Yakobed dengan wajah penuh kegembiraan membawa Musa

ke rumahnya... Sang Ratu hanya bisa melihat dari belakang...

Jendela-jendela...

Jendela-jendela yang menjadi teman kesedihannya menjadi


Pendekar Slebor 57 Patung Kepala Singa Pendekar Rajawali Sakti 187 Penghuni Dewa Arak 88 Puteri Teratai Merah

Cari Blog Ini