Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne Bagian 3
membuat liang di tanah?"
Dia melirik ke atas dan nyengir. "Tapi kemudian
aku jadi harus bertransformasi lagi untuk membereskan
semuanya. Lagian, aku sudah membuat kemajuan, kok."
Aku mengamatinya saat dia melakukan semacam
pembersihan wilayah dari salju?seakan?akan dia perlu
membuktikan kalau dia sama cakapnya dalam wujud
manusia seperti saat menjadi serigala. Sementara aku
merasa cukup tidak berguna.
"Kalau kamu nggak memerlukan senter untuk menye?
lesaikan membuat kemah, aku akan pergi mencari kayu."
Sambil berdiri, dia menepuk?nepuk salju dari sarung
tangan dan pakaiannya. "Jangan jauh?jauh."
"Kalau aku berencana kabur, aku pasti sudah pergi
sebelum kamu muncul tadi pagi." Tanpa menunggu dia
menjawab, aku menuju ke arah pepohonan. Banyak rant?
ing?ranting patah yang masih tertempel di batang pohon.
126
Aku menariknya sampai memenuhi kedua lenganku, lalu
membawanya kembali ke perkemahan kami.
Bundel persediaan itu sekarang terbuka lebar di
permukaan salju. Daniel berhenti mengurus tenda dan
membantuku menyusun kayu?kayu di dalam liang kecil
kami. Gerakannya pasti dan penuh percaya diri. Kehe?
ningan di sekeliling kami terganggu bunyi derak saat
kilatan api pertama mulai menyala.
"Ini dia," katanya sambil meluruskan badannya dan
menepuk?nepuk tangannya lagi. "Harusnya api ini akan
bertahan dan menghangatkan kita."
Aku mendekatkan tanganku ke arah api yang menyala.
Udara dingin menusuk dan panas dari nyala api mulai
menghangatkanku. "Kutebak kamu sering berkemah
karena bekerja sebagai pemandu di hutan."
"Hampir setiap malam waktu musim panas lalu."
Kami bekerja sama untuk menyelesaikan pendirian
tenda kecil. Cukup untuk menampung satu orang dengan
nyaman. Dua orang, tidak terlalu. Aku bertanya dalam
hati apa dia berencana untuk terus berjaga.
Dari bundelan yang diangkutnya tadi, Daniel meraih
sebuah tas dan membawanya mendekati perapian yang
sekarang berderak?derak. Dia mengeluarkan plastik terpal
dan aku duduk di atasnya. Dia kembali mengulurkan
tangan ke dalam tas.
"Jadi, mau yang mana?" tanyanya sambil mengangkat
sebuah kaleng. "Sup sayur?" dia mengangkat kaleng lain.
"Atau sayur rebus?"
Aku tertawa. "Sayur rebus."
127
Tak lama kemudian, aku meminum rebusan sayur dari
cangkir yang kami gunakan setelahnya untuk minum kopi
atau teh atau cokelat panas. Angin mulai bertiup, bersiul
menembus pepohonan.
"Jadi apa kamu punya pasangan sebelum kamu
meninggalkan Seattle?" tanyaku.
"Nggak." Dia memandang tajam padaku, seakan tidak
yakin berapa banyak yang harus diceritakan. "Aku pernah
berkencan," lanjutnya, "tapi nggak satu pun yang menu?
rutku adalah belahan jiwaku."
"Jadi nggak ada tato."
Sekali lagi, dia tampak sedikit ragu?ragu. "Aku punya
tato."
"Apa? Cuma untuk kesenangan?"
"Itu berarti sesuatu bagiku."
"Apa artinya?"
"Pencarianku, kurasa. Pencarianku untuk menemukan
tempat di mana aku diterima. Dimulai dari punggung
bahuku, turun sampai lengan atasku." Dia menyentuh
lengan kanannya, seakan bisa merasakan tato itu menem?
bus pakaiannya.
Aku penasaran apa dia akan pernah memperlihatkannya
padaku. Aneh betapa aku ingin dia melakukannya, walau?
pun aku tidak akan menerima dia sebagai pasanganku.
Aku merasa perlu mengisi keheningan yang mengambang
di antara kami. "Jadi, apa kamu kuliah?" Aku menepuk ke?
ningku. "Ugh. Aku nggak percaya aku menanyakan itu."
Dia nyengir. "Apa? Kenapa?"
128
Aku tersenyum padanya. "Itu seperti pertanyaan
nomor satu yang ditanyakan padaku di Athena setiap
kali sekelompok baru mahasiswa tiba untuk libur musim
dingin. Selalu kedengaran basi banget."
"Tapi, itu pertanyaan yang bagus. Ya, aku kuliah. Aku
ingin menjadi penegak hukum dalam beberapa hal."
Para Shifter sering hidup dan bekerja di antara Static,
tapi walaupun begitu, kami masih memiliki kelompok?
kelompok kecil di antara mereka. Dan Wolford dikenal
sebagai pusat utama kami. Itulah tempat di mana Shifter?
Shifter yang pertama datang ke Amerika bermukim.
Wolford merupakan tempat yang bisa disebut rumah oleh
semua Shifter, walaupun kalau mereka belum pernah ke
sana.
"Kurasa ini bukan yang kamu inginkan untuk meng?
habiskan libur musim dinginmu," kataku, merasa sedikit
bersalah karena pelarianku mungkin sudah merusak ren?
cana apa pun yang dimilikinya.
"Aku nggak punya rencana," katanya, seakan membaca
pikiranku dan aku sadar dia jauh lebih baik mengetahui
maksudku daripada aku menebak apa yang dipikirkan
atau dirasakannya. "Walaupun aku berpikir untuk bungee
jumping musim dingin berikutnya."
Aku tertawa, ingat pada komentarku padanya malam
itu tentang bungee jumping. "Ya, well, jangan berharap aku
mau ikut denganmu." Aku sadar kami bicara seakan kami
berdua masih akan hidup musim dingin berikutnya. "Di
Athena, aku terus merasa seperti sedang diawasi." Sebelum
129
dia bisa menjawab, aku berkata, "Dan bukan olehmu.
Aku selalu merasakan sensasi menyenangkan waktu kamu
mengawasiku. Perasaan lain yang kudapat itu sama sekali
nggak menyenangkan."
"Aku nggak melihat apa pun waktu aku berjaga ber?
keliling."
Aku mengangguk lagi. "Aku mungkin cuma paranoid."
"Dengan keadaanmu, aku juga akan begitu."
"Aku ingin tahu kenapa sekarang? Bagaimana dia mene?
mukan kita?"
Daniel meletakkan kayu lagi di perapian. "Kalau
kamu terus memikirkannya, kamu nggak akan bisa
tidur."
"Aku memang nggak yakin aku akan bisa tidur. Seperti
yang kubilang, ini adalah pertama kalinya aku berkemah.
Di luar sini memang menyenangkan, tapi juga agak menge?
rikan. Maksudku, cuma ada kita. Aku merasa kecil dan
nggak berarti di luar sini."
"Bagimana bisa kamu nggak pernah berkemah?"
"Aku nggak pernah menjadi pemandu. Waktu berada di
Wolford, aku cuma tinggal di Rumah Besar. Dan di cewek?
cewek di asrama lebih memilih pesta piyama daripada ke?
luar untuk masuk hutan belantara." Aku menarik kakiku
dan memeluknya. "Jangan salah sangka. Aku menikmati
alam bebas. Tapi,"?aku melirik ke arah tenda?"kalau
ada beruang muncul, tenda itu nggak menawarkan per?
lindungan yang layak."
"Kamu aman. Beruang tidur selama musim dingin."
130
"Oke, kalau gitu, seekor puma. Aku tahu mereka
ada. Aku dengar salah satunya pernah menyerang Dark
Guardian musim panas yang lalu."
"Ya, Rafe, kurasa. Tapi kamu nggak perlu khawatir. Itu?
lah alasan kenapa aku ada di sini." Daniel mencondongkan
tubuhnya, matanya menghangatkanku seperti api yang
kami buat, bibirnya yang penuh terkuak dengan pelan,
tatapannya menjelajahi wajahku seakan dia bertujuan
untuk mengingat setiap lekuk dan garisnya. "Seperti hasil
pengamatanmu kalau cuma ada kita berdua?aku agak
menyukainya."
Lalu mulutnya menutup mulutku.
Semua pikiranku tertutup oleh laparnya ciuman Dan?
iel. Rasanya seperti dia tidak akan pernah puas, dia selalu
menginginkan lebih?atau mungkin ini perasaan dan piki?
ranku sendiri. Yang kutahu, tanpa ragu, adalah dia mem?
buaiku, membuatku kecanduan lebih dari keberadaanku
yang tidak berarti, membuatku menginginkan perasaan
dan sensasi ajaib ini.
Sambil menarik diri dan bernapas terengah?engah, dia
menempelkan keningnya padaku. "Kamu bilang kamu
nggak akan menerimaku sebagai pasanganmu, tapi kamu
nggak pernah menolakku saat aku menciummu."
Aku hampir tidak bisa berpikir waktu dia menciumku.
Bagaimana aku bisa membuat pertahanan dan meno?
laknya?
"Kamu membuatku bingung, Daniel."?Aku meng?
gelengkan kepalaku, mencoba untuk menjernihkannya?
"Aku nggak mau, tapi aku menyukaimu."
131
"Itu permulaan."
"Ini gagasan yang buruk." Gagasan yang benar?benar
buruk. Setiap kali aku di Wolford, aku selalu merasakan
Shifter?Shifter jatuh cinta. Aku mengalami kelembutan?
nya, kegembiraannya, kerinduannya. Melalui mereka, aku
mengerti kekuatan cinta, bagaimana cinta membuat me?
reka mengubah prioritas dan kehilangan arah. Bagaimana
tidak ada lagi yang lebih penting daripada orang yang me?
reka cintai. Hal itu selalu membuatku merasa sangat ke?
sepian. Membuatku sangat ingin diterima seorang cowok
apa adanya: sebagai seorang Shifter dengan kemampuan
berempati. Aku percaya tidak ada manusia yang pernah
bisa menerima diriku apa adanya. Aku juga takut tidak ada
Shifter yang bisa. Dan di sini, aku mulai merasa seakan
aku diterima?bersama Daniel. Aku tidak boleh peduli
padanya sedalam ini. Dia tidak boleh membuatku peduli
padanya dengan begitu dalam. Aku harus menolak godaan
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan bujukan untuk menerimanya sebagai pasanganku.
Aku tidak boleh memiliki keinginan untuk terikat dengan?
nya saat bulan purnamaku tiba.
"Aku capek banget," kataku. "Besok akan menjadi hari
yang panjang. Aku harus tidur."
Dia menarik diri untuk mengamatiku dengan lebih
jelas, mungkin untuk menilai kebenaran kata?kataku. Aku
menyadari sakit hati akibat penolakan di matanya karena
aku tiba?tiba mengubah topik. Dengan cepat, emosinya
berubah, menjadi tidak terbaca saat dia kembali bersikap
sebagai seorang pelindung, menempatkan kewajiban di atas
132
perasaannya. Dan kewajiban utamanya adalah membawaku
kembali ke Wolford, sesuai permintaan para tetua.
"Ya, kamu harus tidur," katanya. Dengan tiba?tiba,
dia bangkit berdiri. Tanpa dirinya yang menopangku, aku
sedikit goyah dan buru?buru mengulurkan lengan supaya
wajahku tidak menghantam salju.
"Kamu tidur di tenda," perintahnya. "Aku akan tetap
berjaga."
Rasanya menyakitkan mendengar suaranya yang datar,
yang bahkan tidak ada sedikit pun nada bercanda.
"Daniel?"
"Sebaiknya kamu cepat masuk. Aku bisa merasakan
akan ada badai yang datang."
Baru setelah itu aku sadar angin sudah menderu
dan salju sudah mulai turun lagi. Kupikir mungkin ada
sesuatu yang harus kukatakan, tapi apa pun itu, itu tidak
akan cukup. Aku meluruskan kakiku dan berdiri. "Kamu
menginginkan hal yang nggak bisa kuberikan."
"Kamu nggak tahu apa yang kuinginkan karena kamu
nggak bisa merasakan emosiku."
Aku tidak bisa merasakannya di dalam diriku, tapi aku
tahu aku masih bisa menyadari apa perasaannya. "Kalau
begitu, selamat malam."
Aku menyelinap ke dalam tenda, tapi tidak menarik
seluruh ritsletingnya. Aku meninggalkan lubang kecil
untuk mengintip. Aku melihat dia meletakkan ranting agar
apinya tidak mati. Setelah selesai, dia melangkah ke tepi
perkemahan, ke dalam bayangan. Aku hanya bisa melihat
133
siluetnya, tapi aku tahu dia sedang melepaskan pakaiannya.
Lalu, dia berlari ke dalam hutan.
Aku menunggunya kembali. Aku masih menunggu
waktu kantuk menguasaiku dan aku tertidur.
134
Aku mulai terbangun. Aku berbaring tak bergerak sambil
mendengarkan suara hutan. Karena cahaya bulan menari?
nari di atas tenda, aku tahu hari masih malam. Aku tidak
tahu apa yang mengganggu tidurku, lalu aku mendengar
lolongan, salakan kesepian ke arah bulan.
Aku bertanya dalam hati apa itu suara Daniel.
Lolongan itu terdengar lagi. Dari yang kutahu, suara?
nya seperti serigala asli. Tapi kalau itu Daniel dan aku hanya
kebetulan keluar untuk jalan?jalan dan kami bertemu?
Sambil menyingkirkan penutup kantong tidur, aku
meraih sepatu bot buluku dan memakainya. Aku me?
masukkan lenganku ke dalam jaket dan menarik topi
rajut di atas kepalaku. Setelah melihat sekilas ke pintu
SEMBILAN
135
tenda, aku mengintip melalui lubang kecil yang sengaja
kubiarkan terbuka tadi. Apinya hanya tinggal bara merah.
Sepertinya tidak ada orang di luar. Aku mengambil senter
dari ranselku, membuka ritsleting tenda, dan merangkak
keluar.
Sambil berjongkok, aku melingkarkan lengan di seke?
liling lututku, tetap diam dan mendengarkan. Seiring
semakin dekatnya transformasi pertamaku, semua indraku
akan menjadi lebih tajam. Aku menyadarinya saat aku
semakin dekat dengan bulan purnamaku, beberapa indraku
menjadi lebih peka, tapi itu semua masih jauh dari apa
yang seharusnya.
Keheningan malam yang menggelayut mengingatkan?
ku pada cara Daniel duduk di kafe sambil minum cokelat
panasnya. Seperti tengah menunggu sesuatu. Ketenangan
sebelum badai.
Udara di luar sejuk dengan dingin yang menyengat.
Salju turun rintik?rintik. Angin menderu dan mereda, lalu
menderu lagi, seakan tidak bisa memutuskan apa yang
ingin dilakukannya. Sedikit mirip diriku saat melibatkan
Daniel. Aku bisa melihat pakaiannya masih tergeletak di
tempat dia melepaskannya tadi dan sekarang tertimbun
salju. Jadi dia masih berkeliling di luar sana.
Mungkin memang lolongannya yang kudengar.
Pohon?pohon yang tertimpa cahaya bulan terlihat
indah. Pemandangan yang terasa sangat romantis. Jenis
pemandangan yang minta dijelajahi, pikirku saat aku ber?
diri.
136
Dan dengan keberuntungan, mungkin aku akan ber?
temu Daniel, melihat sekilas dirinya dalam wujud serigala.
Sayangnya cukup banyak salju yang turun dan angin yang
bertiup menghapus jejaknya. Aku masih belum memiliki
kemampuan untuk mengikuti aroma. Tapi aku terus
menuju arah yang kulihat diambilnya tadi.
Saat ini dia mungkin berkeliling, kembali ke perke?
mahan beberapa kali, dan kembali berburu di luar sana.
Aku sedikit ragu dia sedang mencari daging karena buruan
lebih sulit ditemukan pada musim salju, tapi aku tahu
dia akan menemukannya. Lucu, hanya setelah beberapa
hari, aku benar?benar percaya pada kemampuannya untuk
bertahan hidup.
Satu?satunya suara yang kudengar adalah langkahku
yang menjejak salju dan napasku yang memburu seiring
dengan gerakanku.
Saat aku menyelinap di antara dua pohon evergreen,
aku langsung berhenti saat melihat seekor kucing hitam
beberapa meter di depanku. Seekor macan kumbang.
Sambil mengeluarkan dengkuran rendah yang dalam, dia
menggosok punggungnya pada kulit sebatang pohon. Hal
itu mengingatkanku bagaimana aku merenggang malas
dan mendesah saat aku menghabiskan uang dengan royal
dan mendapat pijatan batu panas di spa di Athena.
Macan kumbang itu memunggungiku, jadi dia belum
mencium aromaku. Aku pernah membaca di suatu tempat
bahwa macan kumbang sebenarnya adalah macam tutul
tanpa totolnya. Tapi di Amerika Utara, macan tutul hanya
137
ada di kebun binatang. Jadi yang satu ini berasal dari
mana?
Dia sangat besar dan berotot, yang menunjukkan dia
sudah dewasa. Apa dia pernah menjadi peliharaan eksotis
seseorang yang dibebaskan? Apa ada yang lainnya di sekitar
sini?
Aku tahu ada singa gunung dan puma di hutan dekat
Wolford, tapi aku tidak pernah mendengar tentang yang
hitam, jadi kupikir ini adalah macan kumbang sungguhan.
Shifter tidak benar?benar bersahabat dengan puma. Aku
tidak tahu apa mereka musuh alami serigala, tapi aku tahu
aroma kami sedikit berbeda dari serigala asli dan puma
cenderung menyerang Shifter.
Aku tidak tahu bagaimana seekor macan kumbang
akan bereaksi. Aku separuh tergoda untuk mendekatinya,
melepaskan sarung tanganku, dan membelainya, hanya
menggerakkan jari?jariku ke dalam bulu?bulunya, yang
memantulkan cahaya bulan yang menari?nari di antara
cabang?cabang pohon. Tapi aku tahu macan kumbang
juga seekor predator dan pemakan daging. Dan aku tahu
lebih baik tidak mendekati seekor binatang liar.
Dan mendadak, dia memalingkan kepalanya. Terlalu
jauh bagiku untuk melihat matanya dengan jelas, tapi
aku merasa matanya terkunci padaku. Macan kumbang
itu menundukkan badannya, erangan rendah keluar dari
tenggorokannya dan dia menunjukkan taringnya.
Segala sesuatu di dalam diriku berhenti bergerak. Sial.
Di mana Daniel? Apa dia akan bisa merasakan kalau aku
138
mungkin dalam bahaya? Aneh, sedetik pun aku tidak ragu
dia bisa mengalahkan kucing ini.
Tiba?tiba, macan kumbang itu berlari menjauh, gerak?
annya luwes dan lincah. Dia benar?benar sangat indah.
Sambil menarik napas dalam?dalam, aku merasa lutut?
ku lemas dan menyandarkan punggungku pada sebatang
pohon. Wow. Hampir saja. Macan kumbang itu bisa saja
dengan mudah berlari ke arahku. Aku berpikir untuk
berteriak memanggil Daniel. Aku cukup yakin dia tidak
akan pergi terlalu jauh dari perkemahan. Tidak kalau dia
terus mengawasiku. Jadi di mana dia?
Aku merasa bodoh berusaha menemukannya saat tidak
ada jejak untuk diikuti dan cuaca sedang buruk?buruknya.
Aku menarik diriku menjauh dari pohon dan mulai
mengikuti kembali jalan yang kulalui tadi.
Saat aku kembali ke perkemahan, Daniel ada di
sana, berjongkok di samping perapian yang jelas sudah
dinyalakannya kembali. Dia mendongak ke arahku dan
menatapku dengan marah. "Apa yang kamu lakukan
berkeliaran di luar sana?"
Aku berlutut di sampingnya, menikmati kehangatan
yang dihasilkan bara api. "Kupikir aku mendengarmu
melolong. Aku pergi mencarimu."
"Apa kamu tahu betapa berbahayanya itu?"
"Nggak salah lagi. Aku bertemu macan kumbang."
"Di hutan ini?"
Dia terlihat sama terkejutnya saat mendengar kata?
kataku, persis seperti yang kurasakan. "Aku tahu. Gila
139
banget, kan? Aku ingin tahu bagaimana dia bisa sampai
ada di sini."
"Orang?orang kadang membeli binatang liar sebagai
peliharaan. Lalu saat mereka mendapati binatang?binatang
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu nggak bisa dijinakkan, mereka melepaskannya."
"Ya, aku juga berpikir begitu. Macan kumbang itu
indah banget."
"Apa kamu takut padanya?"
"Nggak benar?benar takut. Khawatir, mungkin.
Maksudku, itu adalah hal terakhir yang kukira akan
kutemui." Aku menoleh ke sekeliling. Aku bisa melihat
langit mulai terang. Aku tidak sadar aku terbangun saat
sudah hampir fajar. "Waktu aku melangkah keluar tenda,
rasanya sangat menakjubkan, dengan salju yang turun dan
angin yang menderu"?dua?duanya sudah tidak ada lagi
saat ini?"aku cuma ingin sedikit menjelajahinya. Karena
aku tahu apa yang akan kuhadapi dan akan seberapa
menakutkannya itu aku jadi sedikit lebih menghargai
segalanya."
Aku tidak bermaksud untuk merasa takut atau ter?
dengar seakan aku sudah menyerah. Aku belum menyerah.
Tapi pikiran itu terkait di sudut otakku, bahwa betapa pun
aku ingin bertahan dari semua yang menungguku saat
bulan purnama berikutnya, hasilnya mungkin sesuatu
yang tidak bisa kukendalikan.
"Kamu nggak akan melaluinya sendirian, Hayden."
Aku ingin memeluknya, meringkuk dalam dekapannya,
tapi aku tahu lebih baik tidak memberinya dorongan. "Aku
nggak akan pernah menerimamu sebagai pasanganku."
140
"Itu nggak akan menghentikanku untuk berada di
sana."
"Kenapa? Kenapa kamu begitu bersikeras?"
Dia menyentuhkan ibu jarinya ke bibirku untuk
mendiamkanku. Saat memandang ke dalam matanya, aku
merasa bisa melihat ke dalam jiwanya yang terdalam.
"Karena aku peduli padamu," jawabnya pelan. Kemu?
dian, dia meletakkan tangannya di sekeliling leherku dan
sambil memegangku dengan pasti, dia menunduk dan
menciumku.
Aku tidak menarik diri. Aku tidak mengatakan padanya
untuk berhenti. Aku hanya membiarkannya terjadi.
Dengan bibirnya bertaut dengan bibirku, ketakutan dan
kekhawatiranku tersapu bersih. Aku tahu perasaan?pera?
saan itu akan kembali, lebih kuat dan lebih mencekam,
tapi untuk jangka waktu yang pendek ini, aku menikmati
kenyataan bahwa seorang Shifter, seorang Dark Guardian,
peduli padaku.
Aku memiliki satu hal yang selalu kuinginkan. Tapi
aku tahu aku tidak akan bisa bersandar padanya. Dan pada
akhirnya, aku harus mengkhianati dirinya dan semua yang
dirasakannya padaku.
141
Aku merasa aneh ketika dua hari kemudian saat kami
menyeberang masuk ke dalam hutan lindung, aku menge?
nalinya. Aku tidak benar?benar berharap bisa mengenali?
nya. Hutan, rimba, gunung?walau tertutup salju?
memiliki ciri khas sendiri?sendiri, karakter masing?masing
yang membedakan mereka dari yang lain.
Aku mengeratkan pelukanku pada Daniel. Kami
beruntung bisa melakukan perjalanan melintasi salju dan
menemukan pom bensin secara berkala atau kota kecil
tempat kami bisa mendapat persediaan. Kurasa dia sudah
menandai rutenya ketika dia datang mencariku.
Aku memejamkan mataku erat?erat dan berusaha
membuat pertahanan. Kami akan segera tiba di Wolford.
SEPULUH
142
Sudah hampir menjelang malam keesokan harinya
saat Daniel menginjak rem dan memutar mobil salju,
menyebabkan salju berhamburan di sekeliling kami.
Aku menjerit kecil dan mengeratkan pelukanku pada
pinggangnya. Dia berhenti dan mematikan mesin.
Aku tidak pernah tahu keheningan bisa begitu nyaring.
Itu adalah hal yang aneh untuk dipikirkan: bagaimana
mungkin keheningan bisa merupakan hal lain selain ke?
sunyian?tapi keheningan yang tiba?tiba itu terasa hampir
memekakkan telinga.
"Apa kamu merasakan perasaan orang lain selain pera?
saanmu sendiri?" tanya Daniel.
"Belum."
"Kita akan tiba di sana malam ini. Apa kamu sudah
siap untuk ini?"
"Sesiap seharusnya."
Sudah hampir pukul tiga pagi saat kami akhirnya tiba
di pintu gerbang yang terbuat dari besi tempa. Sebuah
pagar mengelilingi tempat persembunyiaan kami. Sedikit
percikan emosi menembusku. Tidak ada yang berlebihan,
tidak ada yang melimpah, hanya kewaspadaan para Dark
Guardian yang berpatroli di dekat situ. Tidak ada orang luar
yang pernah terdampar di sini karena para Dark Guardian
selalu waspada untuk menjauhkan mereka?walaupun aku
kadang curiga selapis sihir juga ikut melindungi kami.
Para tetua menyimpan banyak rahasia.
Daniel menggesek sebuah kunci akses dan perlahan,
gerbangnya mulai terbuka dan mengizinkan kami masuk.
143
Kami merupakan perpaduan aneh antara sihir dan tek?
nologi. Lalu kami berkendara menuju rumah yang sangat
besar, tempat para tetua tinggal sepanjang tahun, tempat
aku melarikan diri hanya beberapa minggu yang lalu.
Daniel menghentikan mobil salju di dekat Rumah
Besar dan mematikannya. Aku dihantam keheningan.
Aku mendengar seekor burung hantu berkoak di kejauhan
dan lebih jauh lagi, lolongan seekor serigala. Cahaya redup
menerobos keluar melalui beberapa jendela di lantai atas
dan mendarat di atas salju?menciptakan ilusi kedamaian,
sesuatu yang mungkin akan dilukiskan seorang seniman
di atas kanvas. Kuharap aku bisa percaya apa yang ditawar?
kannya.
Aku turun dari mobil salju. Kakiku kesemutan karena
perjalanan jauh?atau setidaknya aku menyalahkan sensasi
itu saat kakiku mulai menekuk. Lengan Daniel terulur dan
menangkapku, menarik dan mengangkatku berdiri.
"Whoa," katanya. "Kamu nggak apa?apa?"
"Nggak apa?apa."
"Apa kamu merasakan?"
"Nggak." Aku menyentuh pipinya yang kasar. Aku suka
saat dia tidak bercukur. Membuatnya terlihat mengancam,
kuat, dan seksi. "Jangan khawatir. Aku akan baik?baik
saja."
Dengan tangannya yang masih memelukku, dia me?
nuntunku menaiki tangga dan membuka pintu. Saat aku
berjalan ke dalam ruangan, aku melihat beberapa Dark
Guardian tengah menunggu.
144
Emosi beterbangan ke arahku, kuat, tapi lembut,
hangat, dan menyambut.
"Kami mendengar kedatangan kalian," kata Lucas,
pemimpin Dark Guardian. Seperti Daniel, dia tinggi dan
kekar. Rambutnya merupakan campuran hitam, cokelat,
dan abu?abu, yang membuatnya mudah dikenali dalam
wujud serigala kala aku melihatnya berpatroli di luar.
"Maaf," kata Daniel. "Seharusnya kami berjalan dari
gerbang."
"Tidak apa?apa," kata Kayla. Dia adalah pasangan Lucas
yang baru bergabung dengan kelompok kami musim panas
yang lalu. Rambutnya lebih berwarna merah seperti rubah
daripada serigala, tapi waktu dia berubah, dia mencolok.
"Kami hanya tidur?tidur ayam."
Dia menghampiriku dan segera melingkarkan lengan?
nya padaku. "Selamat datang di rumah."
Emosinya menghantamku, tapi bukan merupakan
pukulan yang keras. Rasanya seperti kembang api yang
menghiasi langit. Dia mengkhawatirkanku dan sekarang,
ketakutannya memudar, digantikan kelegaan dan kegem?
biraan.
Perasaan ini membuat tenggorokanku tercekik emo?
siku sendiri. Aku sudah biasa hidup menyendiri, meng?
habiskan sebagian besar waktuku di sekolah asrama dan
aku tidak pernah berpikir mereka merindukan dan meng?
khawatirkanku di sini. Sebagian diriku bahkan berpikir
mereka akan senang orang aneh?yang membuat emosi
mereka menjadi sesuatu yang tidak pribadi?tidak berada
di sini.
145
"Giliranku," kata Lindsey, cewek yang rambut pirang?
nya hampir berwarna putih. Musim panas yang lalu aku
merasakan perjuangan dalam dirinya saat dia bergumul
dengan perasaannya terhadap Connor dan Rafe. Rafe, yang
pemikir dan berkulit gelap, berdiri di belakangnya. Setelah
Lindsey memilihnya, mereka tak terpisahkan. Saat Lindsey
memelukku, kegembiraannya yang tulus menyapuku. Aku
tidak mengiranya dan itu membuat lututku lemas.
"Aku bukan orang yang suka memeluk," guman
Brittany, "tapi Connor dan aku senang kamu kembali." Dia
dan Connor merupakan pasangan yang kontras: Brittany
dengan rambut hitamnya dan Connor dengan rambut
pirangnya.
"Para tetua ingin bicara denganmu nanti pagi," kata
Lucas, "tapi untuk sekarang, kamu mungkin harus men?
coba untuk tidur."
Aku mengangguk, terlalu lelah untuk menolak.
"Karena perasaanku nggak mengganggumu," kata
Brittany, "kami pikir lebih baik kamu sekamar dengan?
ku."
"Aku punya kamar," aku mengingatkannya. Aku meng?
gunakannya kapan pun aku berada di Wolford.
"Ya, tapi apa kamu mau tidur sendirian?"
Aku tidak mau. Tatapanku mengarah pada Daniel.
Aku terkejut dengan betapa aku ingin dia tidur bersamaku,
memelukku. Tapi aku tahu para tetua tidak akan pernah
mengizinkannya. Mereka sangat ketat tentang siapa yang
boleh berbagi kamar. Cewek dan cowok dipisahkan.
146
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oke. Ya. Tentu saja." Ada banyak yang ingin kukatakan
pada Daniel. Tapi itu sesuatu yang pribadi. Aku ingin
bicara dengannya sendirian, tapi ketika cewek?cewek itu
membimbingku ke tangga utama yang lebar, aku tahu aku
tidak punya kesempatan. Mungkin besok.
Aku menoleh ke belakang bahuku. Dia sudah terlibat
dalam pembicaraan dengan para cowok, tidak diragukan
sedang menyusun rencana terbaik untuk melindungiku.
Aku merasakan tusukan kemarahan dari yang lain dan juga
keteguhan hati. Aku seperti menaiki roller-coaster emosi.
Mereka benar. Aku harus tidur kalau aku bisa, karena kalau
tidak aku akan terhantam emosi mereka.
"Apa emosi kami mengganggumu saat ini?" tanya
Lindsey.
"Nggak terlalu buruk. Aku bisa merasakan kalian
berusaha untuk menenangkannya. Aku menghargainya."
"Mungkin kamu bakal terempas kalau kamu tahu
betapa senang sekali karena kamu kembali," kata Kayla.
"Pasti menyenangkan kalau kamu bisa menghalangi emosi
kami supaya kita bisa lebih sering bersama."
Kami sudah di puncak tangga. Aku berhenti. "Kalian
ingin bersamaku?"
"Kenapa kamu kayaknya kaget banget? Dunia Shifter
ini baru bagiku. Aku nggak punya banyak teman. Aku
akan senang sekali bisa dapat satu teman lagi dan akan
lebih senang lagi kalau itu adalah kamu."
Sebelum musim panas yang lalu, Kayla bahkan tidak
tahu kami ada dan jelas belum tahu dia memiliki kemam?
puan menakjubkan untuk bertransformasi.
147
"Mungkin," kataku, tidak berani untuk berjanji.
Semua ini baru bagiku. Aku bisa bicara dengan orang
yang lebih tua. Aku bisa bicara dengan Daniel. Aku bisa
berteman dengan cewek?cewek di sekolah. Mungkin tidak
akan terlalu sulit untuk berteman dengan Shifter lain. Aku
menikmati persahabatan di antara para Static, walaupun
hanya untuk sementara.
Aku mengikuti Brittany ke dalam kamarnya. Ada dua
tempat tidur. Beberapa pakaianku terlipat dan tersusun di
atas salah satu tempat tidur.
"Kutebak kalian semua percaya pada Daniel untuk
membawaku kembali," kataku saat dia menutup pintu di
belakang kami.
"Tentu saja."
Aku berjalan ke tempat tidur dan menemukan celana
lanel dan kaus berlengan panjang di antara barang?
barangku. Aku mengelus tali celananya. "Jadi kamu
menghabiskan waktu bersamanya musim panas lalu?ke?
tika para tetua mencoba menjodohkan kalian."
Dia duduk di tempat tidur dan melipat kakinya. "Ya.
Kami membawa sekelompok cewek ke dalam hutan untuk
perkemahan pertama mereka."
"Apa kamu pernah melihatnya bertransformasi?"
Dia mengerutkan keningnya, lalu menggeleng.
"Nggak." Dia nyengir. "Jadi seperti apa dia? Dengan rambut
hitamnya, dia mungkin terlihat cukup mengancam sebagai
serigala."
"Aku nggak pernah benar?benar melihatnya dalam
wujud serigala."
148
Sebelum dia bisa berkomentar, aku menyelinap ke
kamar mandi dan menyalakan pancuran. Aku melepas
pakaianku, melangkah ke bawah pancuran dan menyambut
air panas yang membasahi tubuhku. Aku mulai rileks
dari ujung kepala sampai ujung kaki, membayangkan air
terjun yang mengaliri tubuhku, membersihkan semua kete?
ganganku, seperti yang sering kulakukannya di resort?
Kemarahan mendadak menyerangku dan hampir mem?
buatku terhuyung. Aku menahan tanganku di dinding,
menundukkan kepala, dan berjuang melawan. Ini pasti
para cowok yang sedang membahas bahaya dan rencana
untuk menghancurkan Harvester.
Kemudian, terdengar ketukan tajam di pintu.
"Hayden, kamu baik?baik saja? Aku mendengarmu
berteriak," panggil Brittany.
"Aku baik?baik saja." Sambil meraih handuk aku me?
matikan pancuran, gerakanku tersentak?sentak saat menge?
ringkan badan. Aku mengenakan celana lanel dan atasan
itu. Dengan rambut menetes dan membasahi bajuku,
aku berpegangan di ujung konter, kaget marmernya tidak
hancur karena genggamanku.
Serangan emosi tiba?tiba menderaku seperti tornado.
Gelisah. Marah. Harga diri. Kebutuhan untuk mengen?
dalikan situasi. Ketakutan itu lagi. Ketakutan yang mem?
bekukan tulang.
Pintu terempas membuka. Daniel berdiri di sana, se?
mua orang yang menyambut kami di pintu masuk tadi
berdesakan di belakangnya, berlomba?lomba untuk
149
melihat apa yang terjadi. Terlalu banyak emosi yang
menyerangku sampai aku tidak bisa membedakannya.
Mereka membanjiriku, melahapku.
Ruangan itu berputar. Lantai dan langit?langit ber?
pindah tempat. Segala sesuatu menjadi miring. Lantainya
tiba?tiba tinggal beberapa inci lagi sebelum menghantam
hidungku.
Daniel menahan dan menyandarkanku pada dadanya
yang bidang.
"Semuanya, keluar!" teriaknya. "Pergi sejauh mungkin
dari Hayden."
"Jangan," kataku sambil mencengkeram bajunya, men?
coba mendapatkan kembali kekuatanku. "Ada ketakutan,
ketakutan yang amat sangat. Ada yang diserang, dia dalam
bahaya."
"Siapa?" tanya Lucas.
"Aku nggak tahu."
"Salah satu penjaga," kata Connor.
Aku mendengar gema derap langlah kaki saat yang
lain bergegas keluar. Daniel membaringkanku di tempat
tidur.
Aku menekankan tanganku di kedua sisi kepalaku.
"Aku nggak bisa menolongnya. Aku nggak mau merasakan
ini: aku nggak mau mengalami kematiannya."
Aku tenggelam dalam pusaran gairah saat yang lain
bertransformasi, keputusasaan untuk menemukan siapa
yang berada dalam masalah, dan kebulatan tekad untuk
berhasil.
150
Aku hampir tidak sadar saat Daniel mengelus pipiku.
"Hayden, aku nggak tahu bagaimana harus menolong?
mu."
"Alihkan aku, alihkan aku dari emosi mereka."
Dan kemudian, mulutnya mengecup mulutku, dengan
pelan pada awalnya dan kemudian lebih mendesak. Aku
benci emosi?emosinya tidak bisa tertuang ke dalam diriku
dan mendorong keluar yang lain. Yang bisa kulakukan
hanya fokus pada perasaan yang dihasilkan tubuhnya
yang tegap, yang sebagian menutupi tubuhku, kekuatan
tangannya saat menyentuh pinggangku dan menempel
lebih dekat padaku, kelenturan bibirnya saat bergerak
di atas bibirku, kelembutan sentuhan lidahnya yang
menjelajah.
Kebahagian, seperti madu hangat, membanjiriku,
menembusku. Aku terbenam dalam sensasi yang begitu
kaya, begitu kuat sampai yang lain menghilang, kecuali
emosiku sendiri, hasratku sendiri.
Saat Daniel melepaskan ciumannya, kami berdua
terengah?engah dan menarik napas dalam?dalam. Aku bisa
melihat dari tatapan matanya yang hijau, emosi yang kuat
sedang mengalir di dalam dirinya. Walaupun aku tidak
bisa merasakannya, aku bisa membacanya.
Dan yang terpancar dari matanya menakutiku lebih
dari apa pun yang pernah kurasakan sebelumnya. Dia
sudah mengatakan padaku bahwa dia peduli padaku. Tapi
matanya mengatakan sesuatu yang jauh lebih dari itu.
Daniel mencintaiku.
151
"Itu adalah makhluk paling mengerikan yang pernah
kulihat," kata Seth. "Aku nggak pernah begitu ingin
bertransformasi jadi serigala sepanjang hidupku."
"Kenyataan kamu tidak bertransformasi itu yang
mungkin menyelamatkan hidupmu," kata Lucas padanya.
"Perlu keberanian untuk melawan nalurimu."
Kami semua ada di depan pintu kamar tamu. Hanya
sesaat sebelumnya, Brittany menyerbu masuk ke kamarku
untuk memberi tahu kami semua kalau Seth?yang ada
di luar untuk berpatroli?bertemu dengan Harvester. Yang
dilihatnya hanya aku yang duduk di tempat tidur dengan
punggung bersandar pada kepala tempat tidur dan Daniel
yang berdiri di depan jendela sambil menatap keluar.
SEBELAS
152
Setelah ciuman membara itu, kami memisahkan diri tanpa
sepatah kata pun dan menjauh. Aku tidak tahu apa yang
dilihatnya di mataku, tapi kalau itu adalah sesuatu seperti
hasrat yang kulihat di matanya, kurasa dia mungkin sama
takutnya denganku.
Walaupun ketakutan kami tidak ada apa?apanya di?
banding ketakutan Seth. Aku sebenarnya agak berhasil
mendorong keluar emosinya, jadi mereka tidak mengua?
saiku. Aku tidak ingin menyerbu ke dalam diri Seth dan
berbagi perasaannya. Dia berusaha menyembunyikan
getaran di tangannya dengan terus menggerak?gerakannya,
menggosok satu tangan, lalu yang lainnya.
"Dia pasti mendengar kalian datang," katanya, suaranya
sedikit bergetar.
Kayla dan Lindsey melangkah masuk, keduanya
membawa nampan dengan cangkir cokelat panas yang
mengepul, yang disiapkan oleh juru masak.
"Ini, cokelat panas untuk semua," kata Kayla sambil
meletakkan nampannya di atas meja kopi di depan sofa
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat Seth duduk. Aku mengambil satu, merasa perlu
melakukan sesuatu dengan tanganku, bukan karena tangan?
ku gemetaran, tapi karena tanganku ingin menyentuh
Daniel.
Daniel berdiri di dekat perapian. Dia melepaskan
lipatan lengannya untuk mengambil sebuah cangkir dari
nampan yang ditawarkan Lindsey padanya. Ruangan
itu kelihatannya hampir terlalu hangat dengan api yang
menyala besar di tengah?tengah, tapi aku tahu Seth masih
merasa kedinginan karena bertemu Harvester.
153
Seth menatap para cowok. Mereka semua masih berdiri,
sementara para cewek sudah duduk di berbagai kursi di
sekeliling ruangan. "Kalian mengambil risiko dengan
bertransformasi."
"Kami nggak merasakan kehadirannya," kata Lucas.
"Kami juga nggak mencium baunya. Padahal baunya
seperti telur busuk."
Seth mengernyitkan hidungnya. "Memang. Tapi aku
nggak menciumnya sampai dia ada di sana. Dia seperti
muncul begitu saja dari tanah."
"Dari neraka," kata Connor.
Saat semua orang melihat ke arahnya, dia hanya meng?
angkat bahu. "Begitu kata legenda tentang tempat asal?
nya."
"Dia benar," kataku. "Karena kita bisa menyembuhkan
diri, kita nggak mudah dibunuh. Jadi dia diciptakan dengan
sihir hitam untuk menghancurkan kita. Atau begitulah
kata setiap naskah kuno yang pernah kubaca."
"Aku nggak percaya sihir," kata Rafe.
Connor menatapnya seakan Rafe bicara dalam bahasa
asing. "Dude, kamu itu bisa berubah jadi serigala."
"Itu beda. Itu bukan mantra atau ketel hitam atau mata
kadal air."
"Terserah," kata Brittany. "Mendebatkan hal itu
nggak akan mengubah kenyataan kalau kita diteror makh?
luk berbahaya di luar sana. Apa ada yang tahu apa para
tetua sudah menemukan cara bagaimana menghancurkan
makhluk itu?"
154
"Dengan sihir," suara itu datang dari pintu dan kami
semua menoleh untuk melihat para tetua berdiri di sana.
"Sihir seperti apa?" tanya Rafe ragu.
"Akan kami jelaskan pagi nanti," kata Tetua Wilde.
"Masih beberapa jam lagi sampai terang. Kalian semua
harus tidur sekarang." Dia mengangkat telunjuknya.
"Jangan bertransformasi. Harvester bisa ada di mana saja."
"Kupikir Harvester cuma memiliki kekuatan selama
bulan purnama," kata Lucas
"Saat ini sudah cukup dekat dengan bulan purnama
dan dia bisa mulai menimbulkan malapetaka. Para tetua
dan aku akan terus berjaga selama sisa malam ini. Kalian
semua harus tidur."
Saat aku menaiki tangga dengan yang lainnya, kupikir
agak sedikit naif untuk berpikir siapa pun dari kami bisa
tidur. Aku bisa merasakan tatapan Daniel di belakangku.
Di ujung tangga dia memanggil, "Hayden?"
Aku menoleh dan dia menyentakkan kepalanya ke
samping. Sambil menyentuh lengan Brittany, aku mem?
beritahunya, "Aku akan ke kamar sebentar lagi."
Aku berjalan ke arah Daniel dan menunggu sampai
semua orang menghilang di lorong. Dia menyentuh
pipiku. "Aku nggak akan membiarkan Harvester menda?
patkanmu."
Aku mendengar keyakinan mutlak dalam suaranya.
"Kamu mungkin nggak punya pilihan. Kamu sama
tahunya denganku transformasi pertama bukan kita yang
mengendalikan, tapi bulan?dan nggak ada cara untuk
155
menghentikannya." Sambil berjinjit, aku menempelkan
ciuman kilat di bibirnya.
Lalu aku berjalan ke lorong. Emosi campur aduk
menembusku. Dan kali ini, semua emosi itu milikku.
156
Keesokan paginya setelah sarapan, kami semua berkumpul
di ruang rapat. Di sebuah meja bundar yang besar, duduk
delapan Dark Guardian?termasuk Daniel?yang tetap
tinggal di Wolford dan ketiga tetua. Tetua Wilde duduk
di tengah, di antara Tetua homas dan Tetua Mitchel.
Biasanya, sebelum seorang Guardian mengalami bulan
purnama pertamanya, dia dianggap sebagai pemula dan
duduk di pinggir ruangan. Tapi karena rapat ini diadakan
karena aku, aku duduk di samping Tetua homas, yang
memegang tanganku dengan tangannya yang keriput.
Setelah lebih dari seratus tahun bertransformasi, kendati?
pun dengan kemampuan penyembuhan Shifter, tubuhnya
mulai menunjukkan akibat dari bentuk dan pembentukan
kembali tulang dan otot.
DUA BELAS
157
Sebagai pemimpin Dark Guardian, Lucas berdiri.
"Seperti yang kalian tahu, Harvester mengancam Hayden.
Dia tidak hanya akan merenggut jiwa dan kemampuannya
untuk bertransformasi, tapi juga kemampuannya untuk
merasakan emosi orang lain. Kita sudah tahu ada dua
Shifter lain yang juga akan mengalami bulan purnama
pertama mereka, bersamaan dengan Hayden. Keduanya
cowok dan kami sudah mengutus empat Guardian untuk
menjaga mereka saat bulan purnama nanti. Kami percaya
mereka akan aman."
Walaupun banyak Shifter yang melayani sebagai Dark
Guardian, setiap kali ada rapat, hanya dua belas yang duduk
di meja rapat, merencanakan siasat dan berada di garis
depan untuk melindungi kami. Lucas menatapku. "Kami
percaya akan lebih banyak Guardian yang dibutuhkan
untuk melindungi Hayden." Dia mengangguk ke arah
kakeknya. "Tetua Wilde akan menjelaskan."
Dia duduk dan Tetua Wilde berdiri. "Kalian semua ada
di sana saat Harvester mengambil jiwa Justin. Kalian tahu
apa yang bisa dilakukan makhluk itu."
Tangan Tetua homas semakin erat menggenggamku,
tapi karena Dark Guardian belum mendengar sesuatu yang
baru, aku tidak merasakan letupan emosi dari siapa pun.
Malah, aku terkejut dengan ketenangan yang meliputi
ruangan. Keteguhan hati, kepercayaan diri, bahkan kese?
diaan untuk melawan musuh menampar dinding lemah
yang entah bagaimana berhasil kudirikan.
Atau mungkin kekuatan emosiku sendiri yang membuat
emosi lain melemah sebagai perbandingan.
158
"Jadi bagaimana kita mengalahkannya?" tanya Brittany.
"Kalian harus melawannya tanpa bertransformasi,"
jawab Tetua Wilde. "Dan untuk itu, kalian perlu senjata
khusus. Ikut kami."
Semua orang bangkit dan mengikuti para tetua saat
mereka menuntun kami keluar dari ruang rapat, berjalan
di sepanjang lorong, menuruni beberapa tangga, dan
melewati lorong lain ke ruangan tampat naskah?naskah
kuno disimpan. Kami hanya diizinkan masuk ke ruangan
itu kalau diundang. Tapi mereka tidak berhenti di sana.
Mereka terus berjalan di antara kursi dan kotak?kotak
yang menyimpan harta karun. Mereka menuntun kami ke
tumpukan buku dan kertas. Mereka mengiringi kami ke
sebuah rak buku.
Tetua homas mengulurkan tangannya ke atas dan
menyentuh sebuah patung serigala yang ada di salah satu
rak. Rak buku itu bergerak terbuka.
Aku bisa merasakan kekaguman setiap orang. Sebuah
rahasia baru saja terungkap. Tempat tersembunyi yang
tidak kami ketahui. Kami mengikuti para tetua ke dalam
gang batu sempit dan menuruni tangga sampai ke pintu
kayu besar yang penuh ukiran. Tetua Wilde mengeluarkan
kunci dari sakunya dan memasukkannya ke lubang kunci.
Bunyi klik bergema di sekeliling kami. Dia mendorong
pintunya terbuka dan memimpin kami ke sebuah lorong
gelap.
Seseorang menekan tombol lampu dan cahaya me?
nerangi ruangan.
159
"Gudang senjata kita," kata Tetua Wilde.
Aku terbelalak takjub ke arah semua senjata di din?
ding. Peralatan pembunuh kuno. Pedang, pisau, kapak,
tongkat?
"Apa itu Excalibur?" tanya Connor.
"Ini adalah senjata?senjata yang kalian perlukan saat
ini, prajurit?prajurit muda," kata Tetua Wilde saat dia
menunjukkan satu rak pedang dan mengabaikan per?
tanyaan Connor.
Gagangnya dari emas, tapi mata pedangnya berkilat
dari perak.
"Pedang?pedang ini terbuat dari baja berlapis perak,
sama seperti perak yang bisa membunuh kita, ini juga bisa
membunuh Harvester," jelas Tetua Wilde. "Tapi senjata
khusus ini sudah diperkuat dengan sihir. Dan harus
ditikamkan ke jantung Harvester."
"Aku bisa melakukan itu," kata Brittany sambil meraih
sebuah pedang.
"Kalian semua harus mulai berlatih dengan pedang?
pedang ini. Waktu kita pendek. Kita akan berlatih di
luar." Dia melihat ke arahku. "Kecuali kamu, Hayden.
Proses transformasi akan menyibukkanmu?pikiran,
badan, dan jiwamu. Dark Guardian yang ada di sini
akan menemanimu pada saat kamu melewatinya, melin?
dungimu sebisa mungkin. Harvester akan menyerang saat
transformasimu dimulai."
"Dan saat itulah mereka akan menyerangnya?"
"Betul."
160
Aku melirik Daniel, kalau dia adalah pasanganku, dia
juga tidak akan bertarung?dia akan teralihkan.
"Tapi tetap saja, aku ingin belajar cara bertarung de?
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ngan pedang," kataku, "Apa pun bisa terjadi di luar sana."
Dalam sengitnya pertempuran, kami harus berhati?hati
untuk tidak melukai sesama Dark Guardian. Kemampuan
penyembuhan kami tidak berguna pada luka yang di?
sebabkan oleh perak.
"Baiklah kalau begitu," kata Tetua Wilde.
Pedang yang mereka siapkan untuk berlatih bukan pedang
yang akan kami pakai waktu pertempuran sesungguhnya.
Perak terlalu berbahaya. Pedang kayu mungkin akan lebih
baik, tapi kami tidak memilikinya. Selain itu, kami harus
terbiasa dengan beratnya. Jadi kami memakai pedang
baja.
Kami keluar, ke halaman yang diapit Rumah Besar
dan hutan, beberapa meter jauhnya. Kurasa bukan suatu
kebetulan aku dipasangkan dengan Daniel. Kurasa para
tetua masih mencoba menjodohkan kami. Yang lainnya
dipasangkandengan pasangan masing?masing, kecuali Seth,
yang belum memiliki pasangan. Aku kasihan padanya. Dia
berpasangan dengan Tetua homas.
"Hal yang paling penting," kata Tetua Wilde, "adalah
menjadi satu dengan pertempuran, mengalir dengannya,
membenamkan dirimu di dalamnya. Kalian tidak boleh
bimbang. Kalian harus berkonsentrasi."
Aku merasakan emosi semua orang menghujaniku,
kegembiraan dan sedikit kekhawatiran akan kemungkinan
161
gagal. Tetap memusatkan perhatian saat latihan akan men?
jadi tantangan untukku. Aku tidak bisa membayangkan
bagaimana aku akan menghadapinya saat sengitnya per?
tempuran nanti.
"Sayang kamu nggak bisa mengalihkanku dari perasaan
semua orang saat ini seperti yang kamu lakukan semalam,"
kataku pada Daniel.
Dia nyengir. "Well, aku bisa, tapi memelukmu begitu
dekat nggak akan menyisakan banyak ruang untuk melan?
jutkan latihan pedang kita."
Aku tersenyum lagi padanya. "Kurasa kamu nggak
menganggap hal ini serius."
"Kalau aku jadi pasanganmu, aku akan sibuk."
Aku menggeleng. "Nggak, aku nggak akan punya
pasangan."
"Kamu nggak bisa melewatinya sendirian, Hayden."
"Dan kamu sudah diperintahkan untuk nggak ber?
transformasi."
"Arahkan selalu senjatamu keluar dan bidikkan ke
arah jantung lawanmu," kata Tetua Wilde, menyela pem?
bicaraanku dengan Daniel?yang kuanggap sebagai sesuatu
yang baik.
Aku tahu aku akan melewati transformasiku sendirian.
Masalahnya sekarang tinggal meyakinkan Daniel. Tapi saat
ini, kami berdua harus belajar cara bertarung.
Tetua Wilde memberi kami beberapa petunjuk lagi
dalam kuda?kuda dan keseimbangan. Dan kemudian,
halaman dipenuhi gema benturan pedang.
162
Aku terkejut dengan cara lenganku bereaksi dari
setiap serangan yang kutangkis. Kami pasti sudah berlatih
selama setengah jam sebelum para tetua menyuruh kami
beristirahat. Aku tidak mengenakan mantel. Benda itu
bisa menghalangi gerakanku. Tapi aku tidak kedinginan.
Paling tidak aku tidak merasakannya sampai aku berhenti
bergerak.
Daniel mendekat dan merangkulkan lengannya di
sekelilingku dan menarikku ke sisinya. "Kamu boleh
juga."
Aku mengangkat bahu. "Tapi aku nggak akan jadi
orang yang memegang pedang. Aku bahkan nggak tahu
kenapa aku berlatih. Aku cuma merasa perlu melakukan
sesuatu."
"Kamu memang melakukan sesuatu. Kamu dijadikan
umpan." Aku bisa mendengar dengan sangat jelas betapa
dia sama sekali tidak menyukai rencana ini. "Aku bisa
bertransformasi dulu untuk menarik perhatiannya."
"Nggak!" Aku melingkarkan tanganku padanya. "Lagi
pula, akulah yang benar?benar diinginkannya. Dia mung?
kin akan mengabaikanmu. Atau dia bisa membunuhmu
dan kemudian mengejarku. Dia membunuh seluruh keluar?
gamu. Dia bisa bergerak dengan sangat cepat, Daniel.
Mungkin dia bahkan bisa membunuh dua orang sekaligus.
Siapa yang tahu?"
"Aku hanya nggak suka rencana ini."
"Aku percaya pada para tetua."
Dia menoleh ke arah tempat mereka sedang berdis?
kusi.
163
"Aku tahu ini lebih sulit bagimu karena kamu nggak
tumbuh bersama mereka," kataku, "tapi mereka tahu cara
terbaik untuk menangani bahaya purbakala."
"Dengan pedang perak? Kenapa bukan peluru perak?
Senapan akan lebih baik."
Aku mengangkat bahu. "Untuk beberapa alasan,
mungkin harus pakai pedang. Mungkin karena pengaruh
peraknya atau panjangnya, siapa yang tahu? Makhluk
itu adalah iblis purba dan ini yang kita perlukan untuk
mengalahkannya."
Daniel tampak merenungkannya dan kemudian,
dia berteriak, "Tetua Wilde, apa Harvester juga punya
pedang?"
"Tidak."
"Kalau begitu bukannya kita seharusnya belajar
bagaimana mengalahkannya karena dia jauh lebih cepat?"
"Tentu saja, Guardian Foster. Itu adalah pelajaran kita
berikutnya."
Para cewek dan Seth mempertahankan pedang mereka
sementara yang cowok pura?pura jadi Harvester. Kami
masih berpasangan, dan patnerku adalah Daniel, yang
bergerak dengan cepat dan menyelinap di sekelilingku. Aku
mengayun, menyerang, dan menerjang tanpa benar?benar
berusaha menusukkan pedangku padanya. Kami menang?
kis, pura?pura memukul, menusuk. Aku mengayunkan
pedang dengan gerakan melingkar, mencoba membayang?
kan angka delapan untuk membuatnya menjauh. Aku
berusaha mempertahankan ruang di sekitarku dari Daniel.
Lenganku semakin lelah. Aku semakin lelah.
164
"Kamu mencoba terlalu keras, Hayden," kata Tetua
Wilde saat dia muncul di belakangku, merangkulkan
lengannya padaku dan tangannya di atas tanganku yang
memegang pedang. "Tunggu, perhatikan. Serang sekali
saja. Ketika saatnya tepat. Tapi selalu siap untuk saat yang
sempurna itu."
Daniel menyergap dan mundur. Dia bergerak di
sekelilingku, mengingatkanku pada pemain bertahan di
tim football yang berusaha menyerang.
Kami menunggu, menunggu, mengayun?
Daniel melompat mundur dan mendarat terduduk di
salju.
"Kita bisa bilang itu sebuah serangan bagus," kata Tetua
Wilde sambil melepaskan pegangannya padaku.
"Kalian bahkan nggak cukup dekat untuk mengenaiku,"
kata Daniel.
Cowok dan ego mereka, dan kebutuhan mereka untuk
menang.
Dia segera bangkit berdiri.
"Coba lagi, Hayden," kata Tetua Wilde.
Daniel dan aku mulai berlatih lagi. Aku semakin sulit
berkonsentrasi saat latihan pasangan lain mulai menun?
jukkan kemajuan, mulai bangga dengan pencapaian me?
reka, mulai mendapatkan rasa percaya diri dengan senjata
masing?masing. Perasaan mereka menyerbuku, membuat?
ku pusing dan bingung.
Daniel menyergapku. Tidak ingin menusuk jantung?
nya, aku mengarahkan pedangku ke bawah. Aku tidak
165
tahu apa dia bergerak terlalu lamban atau aku terlalu cepat,
tapi pedangku mengenai pahanya. Dia memekik, bereaksi
tanpa berpikir, mencoba mendorong pedang itu, dan
menyebabkan tangannya terluka.
Daniel tersungkur di tanah. Salju di sekitarnya mulai
berubah merah.
166
"Ya Tuhan, Daniel!" Aku berlutut di sampingnya.
"Nggak apa?apa," katanya sambil menempelkan salju
di pahanya untuk memperlambat pendarahan.
Aku hampir tidak mendengar kata?katanya karena
mendadak kekhawatiran, perhatian, bahkan sedikit keta?
kutan dari yang lain?kalau apa yang dialami Daniel
mungkin terjadi pada salah satu dari mereka?merembes
dan melampaui ketakutkan dan kekhawatiranku sendiri
pada Daniel. Tidak ada dokter di sini.
Daniel mengulurkan tangannya, yang masih sangat
hangat dan meraih tanganku. "Hayden, nggak apa?apa.
Aku cuma perlu bertransformasi."
"Tidak," kata Tetua Wilde dan aku bersamaan.
TIGA BELAS
167
"Risikonya terlalu besar," lanjut Tetua Wilde.
"Ini nggak akan sembuh dengan sendirinya besok
malam," kata Daniel.
"Kamu akan bergabung dalam pertempuran dengan
luka itu atau tidak sama sekali. Kita lihat keadaanmu
besok," kata Tetua Wilde.
Daniel menggelengkan kepalanya.
"Kita melakukan yang terbaik untuk kelompok,
Daniel," kata Tetua Wilde. "Kita sudah membahas ini
saat kamu pertama kali datang kepada kami. Kamu harus
menyetujui cara kami atau pergi."
Aku mengawasi saat rahang Daniel mengeras. Aku
tidak tahu apa yang dirasakannya, tapi aku tahu apa yang
dipikirkannya. "Kumohon jangan pergi," bisikku.
Dia ragu?ragu, lalu mengangguk.
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayo rawat lukamu," kata Tetua Wilde.
Menyakitkan rasanya melihat Daniel berjalan tertatih?
tatih ke Rumah Besar, meninggalkan jejak darah dalam
setiap langkahnya.
"Daniel cuma lagi sial," kata Brittany yang berdiri
di sampingku, "tapi paling nggak, kamu tahu kamu bisa
menggunakan pedang."
"Itu nggak akan benar?benar berguna untukmu besok
malam," kata Lindsey. "Kamu nggak akan punya kekuatan
untuk mengangkat senjata saat transformasimu dimulai."
Setiap saat aku berusaha menjadi normal, sesuatu terjadi
untuk mengingatkanku betapa tidak normalnya aku.
Di dapur, Daniel meraih sebuah kursi.
168
"Aku bisa memanggil dokter," kata Tetua Wilde.
Daniel meringis. "Aku akan baik?baik saja."
Menggunakan gunting, aku memotong robekan celana
jeansnya supaya lebih besar dan memudahkan kami untuk
merawat lukanya. Semua emosi itu aku tidak bisa berkon?
sentrasi.
"Aku akan merawat Daniel," kataku, "tapi aku ingin
semuanya keluar kecuali Brittany."
Emosi?emosi yang menghantamku pelan?pelan mere?
da, jadi aku bisa fokus pada tugasku. Menggunakan air
hangat, Brittany dan aku membersihkan lukanya dan
membalutnya dengan sehelai kain yang dibawakan salah
satu tetua untuk kami.
"Berhentilah terlihat begitu bersalah," kata Daniel.
"Bodoh banget membuat kita berlatih dengan saling
melawan. Semua itu bodoh banget."
Aku menyentuh pipinya. "Kamu mengkhawatirkan?
ku."
"Tentu saja aku khawatir. Nggak ada yang sengaja
bertarung melawan Harvester selama berabad?abad.
Gimana kalau dia berubah menjadi sesuatu yang nggak
bisa dibunuh perak? Gimana kalau pasti ada cara lain."
Aku menyentuh lututnya. "Seberapa parah lukamu?"
"Cukup parah sampai membuatku harus berbaring.
Mungkin kalau aku istirahat, lukanya akan sembuh waktu
aku tidur."
Aku mengawasinya berjuang untuk berdiri dan
terpincang?pincang keluar ruangan, perban membalut paha
dan tangannya. Rasanya aku ingin memukul sesuatu.
169
"Dia benar," kataku, tapi Brittany ada di sana dan
mendengarkan. "Itu memang bodoh."
"Itu kecelakaan," katanya. "Dan aku nggak setuju. Kita
perlu berlatih. Kalau kita harus mengalahkan Harvester
dengan pedang, itulah yang harus kita lakukan."
Aku menghela napas. Mungkin.
"Kamu tahu apa yang akan membuatnya merasa lebih
baik?" tanya Brittany. "Biskuit cokelat."
Aku terbelalak menatapnya. "Gimana kamu bisa
tahu?"
"Waktu kami membawa cewek?cewek itu berkemah
musim panas yang lalu, dia makan s?more2 kayak orang
gila. Dia mengaku padaku dia itu pecandu cokelat."
Mendadak aku merasa terganggu karena dia tahu cara
menghibur Daniel dan aku tidak.
"Apa lagi yang diakuinya?" tanyaku.
Brittany menggelengkan kepalanya dan meringis.
"Maaf. Aku nggak bisa mengingatnya lagi. Aku nggak
terlalu memperhatikan waktu itu. Aku berusaha untuk
tidak menyukainya. Aku nggak tahu kenapa aku tiba?
tiba ingat urusan cokelat ini. Nah, juru masak akan tiba
nggak lama lagi untuk memulai persiapan makan malam.
Gimana kalau kita minta Kayla dan Lindsey kemari untuk
membantu membuat biskuit sebelum dia datang?"
2 Camilan malam khas untuk perkemahan dan acara api unggun
yang populer di Amerika dan Kanada, terdiri dari marshmallow
bakar dan selai cokelat yang dimakan di antara dua keping Biskuit
Graham.
170
Aku berpikir untuk melewatkan saja tawaran ini, tapi
aku ingin melakukan sesuatu untuk Daniel dan bersama
cewek?cewek itu di sini akan memberiku lebih banyak
latihan untuk memblokir emosi mereka, atau setidaknya
membuatku terbiasa bersama mereka. Berkahku akan
menjadi kekurangan yang paling buruk besok malam.
"Ya. Tentu saja."
Aku mandi dengan cepat untuk membersihkan darah
Daniel dari tubuhku dan mengganti pakaianku dengan
celana jeans bersih dan sweter. Dalam perjalananku kembali
ke dapur, aku berhenti di depan pintu kamar Daniel. Aku
berpikir untuk membukanya, hanya mengintip untuk
melihatnya tidur, tapi aku takut kalau aku melakukannya,
aku tidak akan pernah tiba di dapur. Aku hanya ingin
meringkuk bersamanya. Aku merindukan saat?saat pribadi
bersamanya, yang tampaknya tidak pernah kami dapatkan
di sini.
Aku meletakkan tanganku di kenop pintu, lalu meng?
gelengkan kepalaku dan menuju lantai bawah.
Bahkan sebelum aku mencapai dapur, aku dibanjiri
kebahagiaan, kegembiraan, kedamaian?tidak diragukan
lagi semuanya berasal dari ketiga cewek yang ada di dapur.
Aku mungkin memang memerlukan sedikit waktu bersama
mereka?entah aku bisa menahan emosi mereka atau tidak.
Saat aku melangkah melewati pintu, sesuatu yang
lembut mendarat di wajahku dan aku mendengar gelak
tawa di sekitarku. Itu celemek. Apa masih ada yang me?
makai celemek saat ini? Aku bahkan tidak ingat pernah
melihat ibuku mengenakannya.
171
"Kita bukan koki yang paling rapi," kata Kayla, seakan
membaca pikiranku.
Mereka sudah memakai celemek masing?masing, jadi
aku mengikat milikku di sekeliling pinggang dan merasa
seperti Miss Suzy Homemaker kecil. Aku berjalan ke meja
dapur yang besar. Di tengahnya ada sebuah mangkok biru
besar dan sebuah panci bergagang.
"Oke," kata Kayla. "Begini cara kerjanya. Kita semua
akan memasukkan satu jenis bahan ke panci. Orang yang
memasukkannya harus menanyakan sebuah pertanyaan
dan yang lain harus menjawab."
"Yang tanya juga harus jawab," kata Brittany.
Kayla memutar bola matanya. "Mungkin. Tapi aku
duluan." Dan dia meraih panci itu sebelum yang lain bisa
melakukannya.
Dia memasukkan dua cangkir gula. "Oke, seperti apa
ciuman pasanganmu?"
Lindsey dan Brittany menggeram senang. Aku berdiri
di sana dan berpikir mungkin ada sesuatu yang lebih buruk
dari merasakan emosi orang lain: menggambarkan sesuatu
yang seintim ciuman.
"Oke," kata Lindsey sambil tertawa. "Aku duluan, tapi
aku yang berikutnya memegang panci."
Warna kulitnya yang terang membuat rona merah
terlihat jelas saat menjalar di pipinya. Aku tidak mengerti
kenapa dia mau mengatakan sesuatu yang memalukan
baginya pada kami, tapi kemudian aku merasakan
kepercayaan merambatiku, tidak hanya miliknya, kurasa,
tapi yang lain juga. Mereka saling percaya untuk mengata?
172
kan apa pun. Mereka mencoba untuk melebarkan keper?
cayaan mereka padaku.
"Harusnya nggak mengejutkan kalau Rafe adalah
pencium yang menakjubkan," katanya, wajahnya semakin
merah. "Saking hebatnya sampai waktu dia menciumku,
aku benar?benar nggak bisa memikirkan apa pun yang
lain."
Aku teringat kejadian semalam saat ketakutan Seth
menguasaiku. Ciuman Daniel begitu kuat sampai setiap
emosi lain, kecuali milikku, memudar.
Lindsey melihat Brittany.
Brittany menyeringai. "Kamu mungkin berpikir kamu
tahu bagaimana rasanya ciuman Connor, tapi sebenarnya
kamu nggak tahu. Aku jamin dia nggak pernah menciummu
seperti dia menciumku, atau kamu nggak akan pernah
melepaskannya."
Lindsey tersenyum. "Kamu senang, kan, aku melepas?
kannya?"
Brittany mengangguk. "Yep."
"Itu bukan karena aku nggak merasa dia hebat, Brit,"
kata Lindsey. "Itulah alasannya kenapa aku bergulat dengan
perasaanku dengan begitu hebatnya. Connor hebat. Dia
cuma nggak tepat untukku."
"Lindsey benar?benar bergulat dengan keputusannya,"
kataku, lalu merasa wajahku sendiri membara saat tiga
pasang mata memandangku. "Maaf. Aku nggak pernah
membicarakan emosi yang menghampiriku?dan aku
nggak tahu itu emosimu waktu itu, Lindsey. Aku cuma
tahu ada keraguan besar dan rasa bersalah yang dirasakan
173
seseorang. Aku hanya menebak ini adalah kamu sete?
lah semuanya berakhir. Dan aku baru?aku bisa mera?
sakannya sekarang?ketidaknyamanan. Kupikir ini anta?
ra kamu dan Brittany. Maksudku, siapa lagi yang ada di
sini? Maaf. Aku harusnya nggak mengatakan apa?apa.
Aku harusnya nggak mencoba ikut acara buat kue ini.
Lebih baik aku pergi."
Aku mulai berbalik, tapi tiga kata tidak bergema
menembus dapur. Brittany adalah orang pertama yang
menarik lenganku, tapi Kayla menyusul tepat setelahnya,
memegang lenganku yang lain dan penyesalannya yang
dalam mengalir di tubuhku.
"Jangan pergi," kata Brittany. "Kami nggak bisa mem?
bayangkan bagaimana rasanya menjadi dirimu. Mengetahui
perasaan setiap orang. Memegang rahasia kami."
"Bukan rahasia kalian. Aku nggak tahu apa yang ka?
lian pikirkan. Aku cuma tahu apa yang kalian rasakan.
Dan emosi?emosi itu menghantamku. Aku nggak selalu
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu emosi siapa itu. Tapi kadang?kadang aku bisa mener?
kanya."
"Jadi, tinggallah di sini," kata Kayla. "Kami nggak akan
melakukan pertanyaan?pertanyaan bodoh ini lagi."
"Aku suka pertanyaan itu," kata Brittany. "Aku ingin
tahu seperti apa ciuman Daniel. Kami nggak pernah ber?
ciuman. Jadi, gimana rasanya?"
Mereka melepaskan cengkeraman di lenganku. Aku
hampir lari. Tapi, aku malah berkata, "Well, pertanyaannya,
kan, seperti apa ciuman pasanganmu. Dan dia bukan
pasanganku."
174
"Kamu nggak akan menerimanya?" tanya Brittany saat
mereka menuntunku kembali ke meja dapur.
"Entahlah."
Lindsey memasukkan cokelat ke dalam panci. "Kenapa
nggak?"
Brittany menuangkan setengah cangkir susu ke dalam
panci sebelum menyerahkannya padaku bersama sepotong
margarin. Aku memusatkan perhatian untuk membuka
bungkus margarin. Lebih mudah berbicara saat aku tidak
melihat mereka. "Aku nggak pernah benar?benar meng?
habiskan waktu dengan cowok. Aku menyukainya. Sangat
menyukainya. Dia memang suka mengatur, tapi kuat,
seksi, dan baik." Aku menjatuhkan margarin ke dalam
panci sebelum mendongak. "Gimana kalian tahu pasangan
kalian adalah pasangan yang tepat?"
Kayla membawa panci ke kompor, menyalakan api
sedang dan mulai mengaduk bahan?bahannya supaya
mencair. "Aku bahkan nggak tahu tentang pasangan
waktu bertemu Lucas," katanya, "tapi, wow, sesuatu ten?
tang dirinya benar?benar mengenaiku. Rasanya seperti
di mana pun dia berada, aku bisa merasakannya meng?
awasiku. Ketertarikan yang kurasakan padanya begitu
mendalam dan langsung membuatku takut. Aku berusaha
mengabaikannya, pura?pura tidak merasakannya, tapi
perasaan itu selalu membara di dalam. Walaupun dia
membuatku takut, tidak bersamanya membuatku jauh
lebih takut lagi."
"Aku selalu mencintai Connor," kata Brittany. "Karena
aku nggak punya gen?hidup?berpasangan, aku mungkin
175
bukan orang terbaik untuk menjelaskan bagaimana kamu
bisa tahu dia adalah pasanganmu."
"Tapi kamu tahu kamu mencintainya," kata Lindsey.
"Oh, ya. Aku merasakan kehidupan yang sesungguhnya
ketika aku melihatnya, ketika dia bicara padaku, ketika dia
hanya melihatku. Aku selalu merasa hangat dan melayang
saat dia memberiku perhatian dalam bentuk apa pun. Dia
juga bisa membuatku marah lebih cepat dari siapa pun yang
kukenal. Saat dia menantang kemampuan bertarungku?
awas saja."
"Tuh, kan, aku nggak merasakan itu dengan Connor,"
kata Lindsey. "Bersama dengan Connor itu menye?
nangkan. Menggembirakan. Tapi bersama Rafe itu mem?
buatku ketakutan setengah mati. Masih begitu. Semuanya
begitu bergelora."
Aku tidak mau mengatakan kepada mereka bahwa
semua yang mereka alami dengan pasangan mereka, juga
kualami dengan Daniel. Ini sangat pribadi. Tapi apa itu
cukup? Kenapa tidak bisa kukatakan saja kalau memang
dialah cowok yang tepat?
Adonan mulai mendidih. Kayla mengangkatnya dari
kompor dan membawanya kembali ke meja, Brittany
memasukkan tiga cangkir gandum, secangkir santan, dan
sesendok teh vanila ke dalam mangkok. "Sekarang, bahan
ajaibnya," katanya sambil menambahkan setengah sendok
teh perisa mentega.
Kayla menuangkan cokelat masak itu ke dalam mang?
kok dan Lindsey mengaduknya. Mereka bekerja sebagai
176
satu tim, masing?masing kelihatannya tahu apa yang akan
dilakukan yang lain. Dan walaupun mereka mencoba
untuk mengikutsertakan aku, aku masih sedikit merasa
seperti orang luar.
Brittany menyiapkan loyang yang dilapisi kertas roti
di atas meja dan menyerahkan dua buah sendok padaku.
Lindsey meletakkan mangkok itu di tengah?tengah. Kami
mulai menyendok adonan dan membentuk bola?bola
cokelat kecil di atas kertas roti.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan tentang Daniel?"
tanya Brittany.
"Aku nggak tahu. Nggak ada yang perlu diperdebatkan
lagi. Maksudku, aku harus melewati transformasi perta?
maku sendirian. Dia nggak boleh ikut denganku."
"Itu benar?benar payah," kata Brittany. "Gimana kalau
kamu benar?benar mati?"
"Kalau kalian bisa membunuh Harvester?nya." Aku
mengangkat bahu, mencoba berpura?pura itu bukan masa?
lah dan aku tidak takut. Aku senang mereka tidak bisa
merasakan emosiku.
Aku juga menyadari aku berhasil menghabiskan waktu
dengan mereka tanpa dikuasai perasaan mereka.
"Jadi kita memanggang ini atau bagaimana?" tanyaku,
ingin mengalihkan perhatianku dari apa yang mungkin
terjadi besok malam.
"Nggak," kata Kayla. "Kita cuma membiarkannya
mengeras." Dia menyentuh salah satunya dengan ujung
jarinya. "Mungkin lima atau sepuluh menit."
177
"Itulah alasan kami menyukainya," kata Lindsey.
"Gampang dan cepat."
"Kami harus lebih sering mengajakmu," kata Brittany
pelan.
Dia menghadapi bulan purnamanya sendiri. Walau?
pun aku tidak bisa merasakan emosinya, aku yakin dia
mengalami ketakutan dan kekhawatiran. Lalu keke?
cewaan saat bulan tiba dan pergi, dan dia tetap tidak
bertransformasi. Mungkin lebih dari siapa pun, dia me?
ngerti apa yang kuhadapi.
"Ini," katanya sambil mengambil sebuah piring kecil
dan meletakkan beberapa biskuit di dalamnya. "Kenapa
nggak kamu bawakan ini untuk Daniel?"
Dan mungkin bisa menghabiskan beberapa menit di
kamarnya berduaan saja yang tidak kuucapkan. Aku merasa
pipiku memerah lagi. Aku tidak merasa aku pernah begitu
sering merona dalam hidupku seperti saat ini.
"Terima kasih," kataku sambil mengambil piring itu.
"Dan terima kasih karena membiarkanku membantu."
"Semua akan baik?baik saja besok malam," kata Kayla.
Tapi aku merasakan keraguannya. Kadang?kadang sulit
menjadi diriku.
Aku tersenyum berani pada mereka dan meninggalkan
dapur. Pada dasarnya, aku senang menghabiskan waktu
bersama mereka. Aku tidak keberatan bergabung dengan
mereka lagi.
Aku berjalan di Rumah Besar, melewati meja?meja
pajangan yang berusia ratusan tahun dan artefak?artefak
dari masa lampau. Lukisan wajah selama bergenerasi?
178
generasi berjejer di dinding. Rumah Besar ini lebih seperti
museum daripada rumah.
Saat aku menaiki tangga, jantungku mulai berdebar
dan telapak tanganku berkeringat. Walaupun aku ber?
harap bisa melihat Daniel, aku benci memikirkan diri?
nya yang kesakitan. Tapi itu masih lebih baik dari apa
yang mungkin terjadi kalau dia bertransformasi untuk
menyembuhkan diri dan Harvester menyadarinya. Kami
bahkan tidak punya aspirin di rumah besar. Beberapa
Shifter ada yang menjadi dokter anak. Mereka datang
pada titik balik matahari musim panas dan musim dingin
untuk membantu kalau ada anak?anak yang terluka. Tapi
begitu kami mengalami bulan purnama masing?masing,
kami tidak memerlukan bantuan mereka lagi.
Aku berjalan di lorong yang menuju kamar Daniel.
Aku mengetuk pelan pintunya. "Daniel?"
Dia tidak menjawab. Aku bertanya?tanya apa dia tidur
begitu nyenyak. Kurasa dia tidak akan mengabaikanku.
Dia sudah bilang dia tidak menyalahkanku atas apa yang
terjadi.
Aku mengetuk sedikit lebih keras. "Daniel?"
Sekali lagi tidak ada jawaban. Aku menempelkan
telingaku di pintu. Aku tidak bisa mendengar gerakan
apa pun. Bagaimana kalau dia berdarah sampai mati? Apa
lukanya begitu parah? Kurasa tidak. Tapi tahu apa aku
tentang luka?
Tidak, dia mungkin hanya tertidur lelap. Apa aku harus
mengganggunya? Aku tidak perlu membangunkannya.
179
Aku bisa meninggalkan biskuit di meja di samping tempat
tidurnya dan dia akan melihatnya ketika bangun nanti.
Dengan tangan gemetaran karena akhirnya bisa me?
lihatnya lagi, aku membuka pintu dan mengintip ke
dalam.
Tempat tidurnya kosong. Daniel tidak ada di sana.
180
Aku membuka diri untuk mempersilakan emosi orang lain
memasukiku. Aku mencari para cowok. Kurasa dia ke sana
untuk bergabung dengan mereka, untuk membahas taktik
atau pertarungan atau sesuatu yang lain.
Emosi?emosi mulai bergulir di dalam diriku. Banyak
perasaan khas cowok: kebanggaan, tantangan. Dan kemu?
dian berubah menjadi kegembiraan, kesenangan, hasrat.
Para cewek jelas sudah bergabung dengan mereka.
Aku menemukan mereka di ruang permainan yang
terletak di dekat ruang media. Tapi saat aku melangkah
masuk, aku tidak melihat Daniel.
"Dia nggak mau biskuitnya?" tanya Brittany.
EMPAT BELAS
181
Suaranya menembusku melalui kabut emosi mereka.
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku tidak sadar mereka melihatku masuk. "Dia nggak ada
di kamar."
Aku merasakan kekhawatiran mereka menusukku.
"Ke mana dia pergi?" tanya Seth.
"Duh, dia nggak akan di sini kalau dia tahu," kata
Brittany.
"Kita harus mencarinya," kata Lucas.
"Atau nggak," kataku buru?buru. "Mungkin dia cuma
ingin sendiri untuk merawat luka?lukanya" dan bahkan
saat aku mengatakannya, aku sadar itulah yang sebenarnya
dia lakukan. Hanya saja dia bertransformasi untuk mela?
kukannya.
"Sial," kata Lucas seakan pikiran yang sama terlintas di
benaknya. "Apa kamu merasa dia dalam bahaya?"
"Aku nggak bisa merasakan emosinya." Apa aku belum
memberi tahu mereka hal itu?
"Kenapa nggak?" tanya Connor.
Aku menggeleng. "Aku nggak tahu."
"Apa itu sesuatu yang harus dikhawatirkan?" tanya
Kayla.
"Nggak," jawab Lucas. "Nggak saat ini. Kita cuma perlu
menemukannya. Berpencar; cari di dalam dan di luar."
Setelah mereka bubar, aku meletakkan piring di atas
meja dan memulai pencarianku sendiri.
Aku cukup yakin dia tidak akan keluar. Sebagian besar
karena dia pasti tahu kami akan mencarinya ke sana. Dia
tidak bertransformasi di kamarnya, jadi dia menginginkan
182
suatu tempat yang tidak akan ditemukan yang lain.
Mungkin suatu tempat dengan kunci. Bahkan mungkin
tempat yang tidak terpikirkan orang lain.
Setiap kali aku menginginkan saat?saat pribadi, aku
selalu pergi ke sudut membacaku. Tapi Daniel mungkin
tidak terlalu mengenal sudut dan celah?celah di dalam
rumah ini.
Tapi dia tahu tempat yang ditunjukkan para tetua
kepada kami tadi siang. Jantungku berdebar?debar. Aku
tidak yakin bagaimana aku tahu di mana aku bisa mene?
mukannya. Apa ini yang dibicarakan cewek?cewek itu
waktu kami membuat biskuit? Apa ini tanda bahwa dialah
pasangan sejatiku?
Aku mengikuti jalan yang ditunjukkan para tetua
kepada kami. Saat aku mencapai ruangan tempat naskah?
naskah kuno disimpan, aku berjalan menuju rak buku dan
menyentuh patung serigalanya. Raknya berderit terbuka.
Aku menatap berkeliling, melihat sebuah senter, meraihnya,
dan menuruni tangga.
Pintu menuju gudang senjata tertutup. Aku mencoba
membukanya. Terkunci. Aku menggedornya. "Daniel!"
Aku menempelkan telingaku di pintu kayu yang
berat. Aku merasa mendengar gerakan di dalam ruangan.
"Daniel?"
"Sebentar," suaranya terdengar seperti geraman.
Pintunya terbuka, sedikit. Aku melihat sekilas dia
sedang memakai bajunya. Aku tidak pernah melihatnya
tanpa baju dan belakangan ini dia dibalut pakaian tebal
183
musim dingin. Tubuhnya ramping dan berotot. Aku melirik
sekilas perut rata dan kencang yang memungkinkanku
menyeimbangkan secangkir cokelat panas di atasnya.
Mulutku mendadak kering.
Kepalanya muncul dari leher sweternya. "Apa?"
Dia terdengar?dan terlihat?sangat kesal dengan
kehadiranku.
"Kamu bertranformasi."
"Jadi? Apa kamu benar?benar berpikir aku akan ber?
tempur dengan kaki pincang?"
Kalau dipikir?pikir lagi, tidak.
"Apa kamu tahu risiko yang kamu ambil? Aku bisa saja
menemukanmu tewas di sini."
"Tapi aku hidup. Lagian, kalau keparat itu muncul, ada
pedang perak di dekatku."
"Kalau dia begitu mudah dibunuh, dia sudah mati
sekarang."
"Jadi apa yang kita debatkan?"
"Bahwa kamu mengambil risiko?"
"Risiko yang ternyata berhasil." Sambil melangkah
keluar, dia menutup pintu di belakangnya. "Kakiku sudah
sekuat sebelumnya."
"Kamu seharusnya mengajak seseorang untuk meng?
awasimu."
"Dan aku seharusnya berada di sana saat keluargaku
dibunuh. ?Seharusnya? nggak berarti apa?apa."
Aku tidak akan pernah memenangkan perdebatan ini.
Selain itu, kenapa aku marah? Dia sembuh, yang berarti
184
meningkatkan kesempatannya untuk selamat besok malam.
Mungkin aku terluka karena dia tidak memercayaiku,
karena dia merasa perlu untuk merahasiakan semua ini.
Mungkin aku juga kecewa karena aku melewatkan kesem?
patan untuk melihatnya dalam wujud serigala?walaupun
dia harus berubah lagi untuk membuka pintu.
"Ngomong?ngomong, bagaimana caramu membuka
pintu ini?"
Dia menunjukkan sebuah kunci. "Aku mengambil
kelas kriminologi. Apa kamu tahu pencuri bisa merampok
sebuah rumah dalam lima menit, menemukan semua
barang penting karena orang?orang menyembunyikan
barang?barang di tempat?tempat yang begitu jelas? Para
tetua menyembunyikan kunci ini tepat di tempat yang
akan dicari otak kriminal."
"Jadi sekarang kamu otak kriminal?"
"Harus berpikir seperti dia untuk bisa mengalahkan?
nya."
"Jadi kita harus berpikir seperti Harvester?"
"Kurasa kita sudah melakukannya. Kita tahu dia datang
untukmu." Dia menyentuh pipiku. "Aku nggak bermaksud
membuatmu khawatir."
"Aku membuatkanmu biskuit," gerutuku.
"Bagus."
Aku mulai menaiki tangga. "Aku mau memintamu
untuk berjanji nggak akan bertransformasi lagi, tapi karena
kamu mengingkari janji yang terakhir?"
Dia meraih lenganku dan memutarku untuk meng?
hadapnya. "Aku nggak melanggar janjiku, Hayden. Aku
185
bilang padamu aku nggak akan berubah kecuali aku harus
melakukannya. Dan aku memang harus. Fisikku harus
berada dalam kondisi terbaik untuk bisa melindungimu.
Aku tahu aku belum secara resmi menyatakanmu sebagai
pasanganku di depan yang lain dan kamu belum menerimaku,
tapi kurasa sebentar lagi aku akan mendapatkan tato di
punggungku." Dia mengelus wajahku. "Apa kamu nggak
mengerti, Hayden? Aku akan melakukan apa pun, aku
akan mengambil risiko apa pun untuk melindungimu."
Dan kemudian, dia menciumku, dan yang membuatku
ketakutan, aku sadar betapa aku mengerti apa yang
dikatakannya. Karena aku juga akan melakukan apa pun
untuk melindunginya.
186
Para tetua tidak senang dengan kenyataan Daniel sudah
bertransformasi. Karena tangannya tidak lagi diperban dan
jalannya juga tidak pincang, agak sulit untuk menjelaskan
kesembuhannya yang ajaib selain mengatakan yang sebe?
narnya.
Dan akibatnya, dia harus mencuci piring setelah makan
malam. Saat selesai, dia bergabung denganku di ruang
permainan. Aku sedang duduk di bangku tinggi di meja
minuman. Dia duduk di sampingku.
"Harvester akan datang besok malam," kataku pelan.
Ketegangan sedang tinggi?tingginya. Untuk mereda?
kannya, para cowok menantang para cewek untuk ber?
tanding tenis Wii. Aku cukup berhasil membuat pelindung
dari serbuan emosi mereka, mungkin karena, walaupun
LIMA BELAS
187
mereka terlibat permainan yang penuh semangat, masih
ada kemuraman yang menyelimuti.
"Akan ada banyak Dark Guardian di sekelilingmu
nanti," kata Daniel. "Harvester nggak akan bisa mende?
katimu."
"Dan kalau mereka meninggal karena berusaha me?
nyelamatkanku? Bagaimana aku bisa hidup dengan me?
nanggung semua itu?"
Dia meraih tanganku, membaliknya, dan menyapukan
jarinya di telapak tanganku, di tempat serpihan kayu
menusukku pada malam kami main biliar di Athena.
"Kalau kamu berpikir untuk melakukan sesuatu yang
bodoh seperti melarikan diri lagi, ketahuilah aku akan
menemukanmu."
Hatiku menyerah. Aku meraih tangannya, meng?
angkatnya ke bibirku, dan menciumnya. "Aku harap kita
bisa melarikan diri."
Dan berharap aku telah mengenalnya lebih lama.
Mengenalnya dengan lebih baik.
"Emosi mereka akan meningkat sebelum malam ber?
akhir. Kamu akan mendapat serbuan bertubi?tubi," katanya
pelan.
"Mungkin."
Dia menoleh ke arah pertandingan yang sedang
berlangsung, lalu kembali menatapku. "Saat pertama kali
datang ke Wolford, aku melakukan sedikit penjelajahan.
Aku menemukan suatu tempat. Aku mau menunjukkannya
padamu. Malam ini. Apa kamu mau ikut denganku?"
188
Dan aku tahu dia melakukan ini untuk berjaga?jaga
seandainya salah satu dari kami tidak selamat besok.
Aku menatap berkeliling. Para tetua akan sangat marah,
tapi aku pernah merasakan kebebasan mutlak?tak ada
guru, tak ada kepala sekolah, tak ada para tetua?saat aku
berpetualang di Athena. Tapi tinggal bersama kelompok
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menawarkan keamanan.
Dengan menyesal, aku menggelengkan kepalaku.
"Kamu bisa terluka atau terbunuh."
"Nggak mungkin. Aku sudah menghabiskan hampir
seluruh hidupku sendirian. Aku bertarung lebih baik saat
sendirian."
Aku pasti memandangnya dengan tatapan aneh karena
dia langsung terlihat seakan menyesali apa yang baru saja
dikatakannya. "Tapi keluargamu?"
"Aku nggak tinggal bersama mereka."
"Sama sekali?"
"Nggak dalam beberapa tahun terakhir." Dia menunduk
dan berbisik. "Mau tahu ceritanya? Ikutlah denganku."
Itu menggoda, sangat menggoda.
"Kamu akan aman," desaknya. "Sampai kamu bisa
bertransformasi?"
"Harvester bisa berusaha menculikku."
"Dia bisa melakukannya di sini. Lagi pula, kurasa dia
nggak memiliki wujud untuk melakukannya. Maksudku,
dia itu makhluk halus. Dia baru padat waktu dia memanen,
itu sebabnya dia sangat sulit dihancurkan. Kita cuma punya
sedikit waktu."
189
"Bagaimana kamu bisa tahu begitu banyak?"
"Karena setelah Justin dibunuh dan aku sadar monster
itu juga yang membunuh keluargaku, aku mencari tahu
segala sesuatu yang bisa kutemukan tentang mereka. Tanya
para tetua. Mereka tahu, kok."
"Dan kamu nggak akan mengambil risiko untuk ber?
transformasi?"
"Janjiku belum berubah. Sama seperti sebelumnya.
Aku nggak akan berubah wujud kecuali aku terpaksa."
"Baiklah, kalau begitu," kataku. "Aku akan pergi
denganmu."
"Apa kamu yakin ini bijaksana?" tanya Brittany pada?
ku.
Dia duduk di tempat tidurnya sambil mengawasi saat
aku mengemas ranselku. "Nggak."
Aku berharap saat ini musim panas supaya aku bisa
mengenakan sesuatu yang sedikit menunjukkan kulitku.
"Lalu kenapa kamu melakukannya?" tanyanya.
"Untuk bersama Daniel. Seandainya besok malam."
Aku membiarkan kata?kataku menggantung. Tidak masuk
akal menyuarakan ketakutanku kuat?kuat.
Brittany melingkarkan lengannya di kaki dan me?
nariknya ke dada. "Apa kamu mencintainya?"
Aku merasa wajahku memanas. "Aku nggak tahu. Aku
nggak mengerti perasaanku sendiri."
"Kita semua begitu," katanya. "Perasaan bisa sangat
membingungkan."
190
Aku mengempaskan diri di tempat tidur dan meng?
hadapnya. "Bagaimana kamu tahu kamu mencintai
Connor?"
"Cuma dia yang kupikirkan. Aku ingin bersamanya?
walaupun cuma berada di dalam ruangan yang sama."
"Tapi kamu mengenalnya karena kalian tumbuh
dewasa bersama."
"Ya. Jadi?"
"Aku nggak mengenal Daniel. Tubuh dan hatiku
bereaksi padanya, tapi masih banyak yang nggak kuketahui
tentang dirinya."
"Jadi kamu mau pergi ke hutan malam ini dan bermain
Dua Puluh Pertanyaan?" dia mengangkat sebelah alisnya
yang hitam, seakan mengatakan aku sedang mengelabui
diri sendiri.
"Mungkin Lima Pertanyaan," sahutku.
Brittany tertawa. "Dua. Lalu kalian akan berciuman
dan." Dia mengangkat bahu.
"Aku cuma ingin mengenal calon pasanganku sebelum
aku bertransformasi. Urusan pasang?pasangan ini akan
mengikatmu, kan?" Aku meringis. "Maaf."
Dia mengibaskan tangannya. "Nggak apa?apa. Kadang
aku sedih aku bukan Shifter, tapi sepertinya itu bukan masa?
lah bagi Connor. Katanya dia jatuh cinta padaku dengan
cara manusia, lambat dan tidak mengenal waktu, bukan
dengan cara Shifter, yang dadakan dan tahu?tahu bam!"
"Bersama Daniel rasanya seperti di antara itu. Untuk
pertama kalinya dalam hidupku, aku ingin merasakan
191
emosi seseorang dan aku bahkan nggak bisa menebak apa
yang dia rasakan."
"Dan menurutmu malam ini"
Mungkin satu?satunya kesempatan yang kumiliki.
Daniel dan aku keluar setelah makan malam. Rembulan,
bola perak yang bersinar di langit malam, terlihat begitu
dekat sampai aku berpikir aku bisa mengulurkan tanganku
dan menyentuhnya. Bintang?bintang seperti berlian yang
bertaburan di atas hamparan beludru. Malam begitu cerah.
Udara dingin. Tak ada tanda?tanda asap, kabut, atau awan
yang menodai kecerahannya.
Kami tidak memakai mobil salju; kami jalan kaki.
Mungkin Daniel khawatir akan memberi tahu para tetua
akan kepergian kami yang tanpa izin ini. Tapi kurasa alasan
kami berjalan adalah karena interaksi yang bisa kami
lakukan di sepanjang perjalanan. Kami bergandengan
tangan dan aku sadar betapa aku menyukai aspek ini dari
dirinya: dia begitu nyaman bersentuhan denganku dan
tampak selalu ingin melakukannya. Dia tidak pernah
melewatkan kesempatan untuk menyentuhku.
Aku melewati sebagian besar hidupku tanpa disentuh
Shifter lain. Walaupun aku kadang?kadang memeluk para
cewek di sekolah, rasanya tidak sama. Sejarah mereka,
dunia mereka, begitu berbeda dariku.
Bulan sudah tinggi di langit saat Daniel akhirnya
membimbingku ke dalam sebuah gua. Di dalamnya gelap
gulita. Aku merasakan dinginnya udara di pipiku.
192
"Tunggu di sini," katanya pelan.
Terdengar bunyi klik dan cahaya dari pemantik me?
nerangi wajahnya saat dia membungkuk dan menyalakan
lilin. Sesuatu yang ajaib membentang di sekelilingku saat
aku mengawasinya mengitari ruangan, menyalakan banyak
lilin dan cahaya?cahaya itu mulai berkedip, pelan?pelan
memperlihatkan tempat berlindung yang Daniel ciptakan
untuk kami.
Aku tahu dia pasti datang kemari lebih awal untuk
menyiapkan semuanya. Setumpuk selimut membentuk
palet di lantai, cukup luas supaya kami bisa tidur terpisah
kalau aku menginginkannya. Aku tahu Daniel tidak akan
memaksakan apa pun malam ini. Malam ini hanya tentang
kami yang mengenal semakin dekat dan mempelajari lebih
banyak tentang satu sama lain. Memilih pasangan bukan
hal sepele. Dan jelas bukan keputusan yang diletakkan di
tangan para tetua. Aku tahu mereka bermaksud baik, tapi
pada akhirnya keterikatan harus muncul di antara kedua
Shifter yang ditakdirkan untuk menjadi pasangan.
Aku tahu aku peduli pada Daniel. Aku juga tahu dia
peduli padaku. Tapi apa itu cukup?
Dia kembali ke sisiku, mengambil ranselku dan mem?
bawanya ke sudut, meletakkannya di dekat ranselnya
sendiri. Lalu dia kembali padaku. "Nggak akan terasa
dingin begitu kamu terbiasa."
"Kapan kamu menyusun semua ini?" tanyaku.
"Pagi?pagi banget sebelum yang lain bangun."
Sambil meraih tanganku, dia menuntunku ke ruangan
lain. Aku mendengar bunyi klik yang tidak asing. Saat dia
193
menyalakan lilin?lilin, cahaya yang berkedip menyingkap
hadiahnya untukku. Sebuah kolam bawah tanah dengan
uap yang mengepul. Dan handuk?handuk tertumpuk rapi
di sepanjang langkan batu.
"Ini yang membuatku kagum," katanya, suaranya
bergema di dinding gua. Dia menyalakan senter dan
menyorotnya ke kolam. Airnya luar biasa jernih. Aku bisa
melihat jelas ke bawah, ke dasar yang beralas batu.
"Nggak ada kotoran," katanya. "Nggak ada ganggang,
nggak ada sampah. Ini sejenis tempat yang dipakai orang
yang gila bersih?bersih beratus?ratus tahun yang lalu."
"Nggak ada serangga atau makhluk yang lain?" tanya?
ku.
"Aku nggak pernah melihat satu pun dan aku sudah
cukup sering datang ke sini sejak aku menemukan tempat
ini."
"Untuk mencari ketenangan?" tanyaku.
"Ya. Aku kadang?kadang aku ingin menyendiri. Aku
suka Wolford, aku senang semua orang menerimaku, tapi
hidup berkelompok nggak terlalu cocok untukku."
Aku ingat kesanku tentang dirinya pada hari pertama?
nya di Athena; bahwa dia adalah penyendiri. Dia tidak
melakukan apa pun untuk menyingkirkan dugaanku, tapi
kelihatan lebih nyata saat dia mengungkapkannya dengan
kata?kata. Menyendiri bukan cara kaum kami. Walaupun
aku menghabiskan waktu yang menyenangkan jauh
dari Shifter lain, selalu ada kerinduan untuk bergabung
kembali dengan mereka, untuk mendapat tempat di antara
194
mereka. Itulah alasan kenapa aku selalu mematuhi perintah
untuk datang berkunjung setiap musim panas dan musim
dingin. "Tapi menjadi Shifter berarti menjadi bagian dari
kelompok."
"Ya, aku tahu. Tapi tidak pernah begitu bagiku. Itu
sebabnya apa yang kurasakan padamu sangat istimewa.
Sebelumnya aku nggak pernah menginginkan seseorang
untuk menjadi tempatku berbagi."
Bahkan sebelum aku bisa memikirkan sebuah jawaban,
dia mematikan senter, menyimpannya, kembali ke sisiku,
dan meraih tanganku. Walaupun aku masih mengenakan
sarung tanganku, aku bisa merasakan tangannya mantap
dan tegas. "Kurasa kamu akan senang kalau bisa berenang
pada saat seperti ini," katanya lembut, suaranya memenuhi
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gua kecil itu. "Rasanya hampir sama dengan bak air panas.
Di beberapa tempat, kamu bisa merasakan gelembung air
dari suatu tempat yang bahkan lebih jauh lagi di bawah
tanah."
Aku meremas tangannya, mencoba untuk terlihat
nakal, tapi mungkin hanya terlihat konyol. Aku tidak per?
nah mengharapkan begitu banyak dalam hidupku dan
aku ingin melakukannya dengan benar. "Apa kamu akan
bergabung denganku?"
Aku melihat betapa dia menghargai undanganku ter?
pancar di matanya. Mungkin aku tidak terdengar terlalu
konyol dengan usahaku.
"Begitu kamu di dalam air, panggil aku," katanya.
"Baik. Aku bisa melakukannya."
195
Dia menyapukan bibirnya pada bibirku. Itu tidak
cukup, tapi kurasa begitu kami berada bersama di dalam
kolam, kami akan berbagi lebih banyak. Jauh, jauh lebih
banyak.
Dia meninggalkanku sendirian. Aku melepaskan
sarung tanganku, berjongkok dan menggerakkan jariku di
permukaan kolam. Airnya sangat hangat, hampir seperti
sauna. Sulit dipercaya ada tempat seperti ini di tengah?
tengah musim dingin, tapi ini mungkin muncul dari sum?
ber air panas dari dalam tanah.
Dengan cepat, aku melepaskan pakaianku dan masuk
ke dalam kolam. Rasanya menakjubkan saat cairan lembut
itu membungkusku. Aku tidak akan memikirkan tentang
besok malam. Aku tidak akan memikirkan bahaya yang
sedang mendekat atau betapa takutnya aku saat pikiranku
terusik dan memikirkan Harvester lagi. Aku akan menik?
mati hadiah dari Daniel ini. Aku akan menikmatinya
seakan hidupku bergantung padanya. Saat melangkah
di dalam air, aku merasa sangat rileks, mengizinkan ke?
hangatannya melepaskan ketegangan semua ototku. Lalu
aku memanggil, mendadak pusing dengan apa yang mung?
kin akan terjadi, "Daniel!"
Aku mengawasi saat sebuah bayangan muncul di
dinding dekat pintu masuk. Rendah. Berkaki empat. Dia
datang padaku dalam wujud binatang. Akhirnya aku akan
melihatnya dalam wujud serigala. Napasku tertahan dan
aku meluncur ke tepi kolam.
Tapi apa yang muncul di dalam gua kecil ini bukan
apa yang kuharapkan. Itu bukan serigala. Itu adalah macan
196
kumbang. Macan kumbang itu. Yang pernah kulihat di
hutan pada malam pertama kami meninggalkan Athena.
Aku yakin itu. Tapi dia tidak mungkin Daniel. Malam itu
dia sudah kembali ke perkemahan?
Setelah macan kumbang itu pergi, Daniel kelihatannya
terkejut saat kuberi tahu aku sudah melihat macan
kumbang. Tapi kalau dia adalah binatang itu, berarti
reaksinya hanya cara untuk membuatku tidak curiga. "Apa
dia membuatmu takut?" tanyanya waktu itu. Aku mulai
mengerti kenapa dia tertarik pada reaksiku. Dan irasatku
mengatakan dia sedang menerka reaksiku sekarang.
Macan kumbang ini sama elok dan indahnya seperti
yang kuingat. Dia berjalan ke arahku. Otot?ototnya naik?
turun sesuai gerakannya. Kekuatan dan tenaganya terlihat
dalam setiap manuvernya. Dia mendengkur rendah,
suaranya bergema di sekeliling kami.
Baru saat dia berhenti di depanku dan menundukkan
kepalanya aku bisa melihat dengan jelas matanya. Hijau.
Seperti batu zambrud. Dan aku melihat lebih dari itu. Jauh
lebih banyak.
Karena saat kami berubah wujud, semuanya bertrans?
formasi kecuali mata kami. Mata adalah jendela jiwa kami.
Melebihi bulu dan garis wajah kami, mata menyingkap jati
diri kami.
Dengan tangan bergetar dan basah oleh air dari kolam,
aku mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya.
"Daniel?"
Dengan satu gerakan tangkas, seperti seorang atlet
olimpiade yang mencetak angka sepuluh sempurna, macan
197
kumbang itu melompat ke dalam kolam. Daniel muncul
dari dasar yang gelap.
Untuk beberapa saat yang hening, kami tidak mela?
kukan apa?apa kecuali saling berpandangan, napas kami
bergema di sekeliling kolam. Aku tidak tahu harus berkata
apa. Di satu pihak, aku merasa dikhianati karena dia
menyimpan rahasia ini begitu lama. Ini rahasia besar.
Selama ini aku menganggapnya sebagai salah satu dari kami,
berharap kapan aku akhirnya bisa melihatnya berubah
wujud, bertransformasi menjadi sesuatu yang sudah biasa
kulihat: berbulu tebal, melolong, dan menggeram seperti
anjing. Aku tahu ada suku Shifter yang berbeda dan
tidak semuanya berubah menjadi serigala?tapi aku tidak
pernah melihat satu pun dari mereka. Bagiku mereka sama
legendanya seperti Harvester.
"Kupikir kamu harus tahu," katanya pada akhirnya
dengan suara rendah. "Sebelum kamu memutuskan untuk
menerimaku sebagai pasangan atau tidak."
Skandal Darah Karya Salandra Pendekar Naga Dan Harimau Karya Dewa Arak 60 Perawan Perawan Persembahan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama