Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo Bagian 1
Sumpah Asmara
TJINDEWANGI
Karya KIRJOMULJOSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Karya KIRJOMULJO
Gambar Luar & Dalam Drs. OYI SOEDOMO
Penerbit SINTA RISKAN Jl Judonegaran 22 Jogja
Credit Ebook
Sumber Pustaka : Pak Gunawan AJ
Sumber Image : Koh Awie Dermawan
first share in Kolektor E-bookDISCLAIMER
Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba
bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi,
berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan
dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih
mediakan dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih
media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,
usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku
diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk
image/citra objek buku yang bersangkutan, yang
selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan
dikompilasi dalam format digital sesua? kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan
finansial dari buku-buku yang dialih mediakan dalam
bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Team Kolektor Ebook
SUMPAH ASMARA TJINDEWANGIIBA-TIBA dedaunan semak belukar disebuah
tepian sungai kecil yang jernih dan mengalir
dilereng Gunung Tunggal, terhenti bergerak :
karena langkah Wulungseto yang tengah
menyusupi terhenti. Terhenti dan sama sekali
tidak bergerak, hanya kemudian nampak jari-jari
kakinya berkerut bersamaan dengan gerak jari
jemarinya yang tiba2 melepaskan kijang yang
didukungnya. Bahkan kemudian tombaknya pun
diletakannya, kecuali busur dan beberapa anak
panah masih tetap ditangannya. Cahaya
dimatanya memancar langsung menatap jauh
kebawah, kesebuah pancuran ditikungan sungai
kecil itu, memancar tetapi jelas nampak
terdesak, terpukau oleh suatu pemandangan
yang sama sekali tidak diduganya.
Pemandangan dari celah-celah cahaya
matahari pagi yang berbaur dengan kilatan
kilatan pecahan cahaya air. DanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
tersamarkan pantulan kehijauan dedaunan
disekelilingnya.
Ya, jelas sangat sederhana kejadian ini,
Wulungseto sebagai seorang laki2 pemburu
yang luas pergaulannya, sama sekali hatinya
terenggut pagi hari itu oleh seseorang yang
tengah mandi disebuah pancuran. Sekalipun
bagi Wulungseto hal ini sangat luar biasa, bila
diingat ia seorang lelaki bengal dan penggoda.
Tetapi inilah titik mulanya, tangan kemudian
berachir menjeret satu kejadian besar. Ialah
tercapainya puncak kejayaan Kerajaan
Gunung Tunggal, tetapi juga keruntuhannya
sama sekali. Bahkan lenyapnya daerah
Kerajaan, bersama Gunung Tunggal yang
menyulang, berdiri diatas lembah yang kaya
raya. Runtuh hancur sama sekali. Dimana
sekarang tinggal merupakan daerah yang
gersang, berawa-rawa dan sebagian membatu
sepanjang tepian pantai Selatan didaerah
Kediri. Merupakan pegunungan pualam
Inilah permulaannya. Karena gairah asmara
Wulungseto yang terbakar habis-habisan. Hingga
ia hampir-hampir tidak percaya bahwa kenyataan
yang terjadi didepannya sesuatu yang benar
terjadi. Pada hal gadis itu?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Nampak jelas sekali tidak, karena
pemandangan itu tersinarkan kilatan-kilatan
cahaya air yang berhambur, tetapi jelas betapa
rambutnya hitam dan dibiarkan seluruhnya terurai
direnggut air. Bahkan dibuai ujung2nya oleh riak
air yang membenamkan pinggangnya. Bahkan
hanya sesaat-sesaat leher-nya yang jenjang,
putih cemerlang bisa terpandang, saat-saat gadis
itu menggelengkan kepalanya. Lebih dari itu
tidak. Karena hampir seluruh tubuhnya terendam
di-air dan Wulungseto sampai beberapa saat
menanti gadis itu menoleh tidak tersampaikan.
Hanya Wulungseto sudah bisa memastikan
bahwa gadis itu tinggi semampai, karena jelas
pada jari-jemari dan lengannya yang kecil
merotan, dan lehernya yang jenjang. Hanya itu.
Hingga akhirnya Wulungseto tak menyadari
kakinya melangkah, mencari tempat dimana bila
melihat wajah gadis-itu. Keinginan ini tercapai,
tetapi sama sekali hanya sesaat. karena ia
mendapatkan tempat yang baik dan terlindung.
Gadis-itu sudah lari keatas tebing menghilang
diseberang sungai.
Wulungseto terpaku. Kemudian merasa
heran, bahwa nafasnya terasa sesak, hampir
hampir tersumbat. Suara jantung nya terdengar
berdentang keras dan ia merasa kehilanganSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
sesuatu waktu gadis yang berlari itu hilang dari
pandangan mata-nya. Jelas ia merasa heran,
karena hal semacam ini tidak pernah terjadi
atas dirinya. Selama ini gadis-gadislah yang
memburu dirinya, memuja dan menyanyung
sebagai seorang : pemburu yang berani, cakap
dan sekalipun kenyataannya ia bengal dan
tidak jarang mengecewakan mereka. Lelaki
yang disanyung dan diidamkan oleh banyak
wanita. Tetapi kini dialah yang basah
berkeringat diudara yang sedemikian seyuk.
Dialah yang merangkak-rangkak terluka tanpa
tahu ujung pangkal peristiwanya.
Sampai tiba kembali didesanya Wulungseto
tidak bisa melenyapkan kegelisahannya. Kijang
yang dibawanya langsung diserahkan orang
sedesanya. Malam itu juga api menyala ditengah
tengah lelaki-lelaki yang penuh kegirangan.
Kijang mulai berputar diatasnya. Gadis-gadis
sibuk menjediakan nasi dan sibuk membicarakan
pemburunya.
Pemburunya, bukan betapakah enaknya
daging kijang. Teriakan-teriakan mulai terdengar
waktu bau daging yang terbakar mulai menyuruk
kehidung mereka. Tetapi Wulungseto seperti
biasanya menghilang entah kemana. Salah
seorang memanggil-manggil :SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Hei, Seto. Semua sudah siap. Dimana
kau? ?
Tiba-tiba seorang yang lain tertawa:
? Tak usah Seto ditunggu. Semua orang
tahu buat dia rayuan Tejowati lebih nikmat dari
rayuan kijang bakar. ?
? Ya, itu pasti. Dan kau tidak usah
cemburu. Melawan Wulungseto dalam soal
wanita, sama saja dengan bunuh diri atau
melawan halilintar. ?
Teriakan-teriakan ini kemudian hilang
lenyap, ketika salah seorang mulai menyobek
daging kijang yang masih tergantung. Hanya
beberapa gadis nampak cemberut. Kenapa
Tejowati?
Lebih-lebih bagi Wirasti, seorang bunga
tercantik dipedukuhannya, nampak suram dan
sinar matanya memancarkan perasaan
cemburu, jauh memandang kedesa
Tembangsore dimana Tejowati tinggal.
Hal ini memang benar, Wulungseto yang
sedang berusaha mencoba melenyapkan semua
kegelisahannya terhadap seorang tidak
dikenalnya, ingin mendapatkan kegembiraan lain,
dimana Tejowati selalu menanti kedatangannya.
Ia hendak mengembalikan segenap
ketenangannya. MengembalikanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
kedudukannya sebagai lelaki yang dipuja. Ia
hendak mengembalikan kedudukan sebagai
lelaki yang disebut oleh kaum wanita : Si Mata
Maut. Pembunuh hati wanita dan semuanya
yang selama ini didengarnya.
Dengan langkah yang pasti ia melemparkan
bayangan-bayangan gadis dibawah pancuran
dengan maki-makiannya : Apa? Mana bisa
Wulungseto harus merangkak ditelapak kaki
seorang gadis. Mana bisa aku merayap
mencarinya? ? karena rindu yang merana.
Mana bisa Wulungseto jatuh kasmaran
sampai tergoncang ke-laki2annya? ?
Keputusan ini sementara memang berhasil.
Wulungseto hanyut dalam kegembiraannya yang
hangat, waktu telah terbaring dipangkuan
Tejowati yang tersenyum, membelai2 dahinya
dan sekali-sekali menggodanya. Tetapi itupun
hanya berlangsung sesaat. Tiba-tiba wajah
Tejowati menjadi kabur. Wulungseto merasakan
bahwa wajah Tejowati yang dia kenal sebagai
seorang yang tercantik didaerah petualangannya,
sama sekali tenggelam dimata gadis yang belum
dikenalnya. Sama sekali tenggelam. Hingga tak
sadar Wulungseto pelahan-pelahan melepaskan
pandangannya dari pandangan Tejowati. bangkit
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terduduk danSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
memandang kejauh kearah sungai, dimana ia
terenggut jiwa raganya, Tejowati heran dan
tersinggung, menatap tajam-tajam.
? Kau kenapa Seto?
Wulungseto sama sekali tidak
mendengamya, hingga Tejowati makin marah:
? Kau kena apa Seto? Sudah adakah orang
lain dihatimu? Kalau begitu memang benar apa
yang dikatakan oleb semua wanita mengenai
kau. Kau penggoda dan pembohong.
? Oh, Wulungseto. Kau mesti tahu aku
mencintaimu dengan seluruh hatiku. Kau tahu
dan tidak semestinya melukai hatiku semacam
itu ?
Wulungseto masih tetap diam. Tejowati
bangkit dan menyentakkan tangannya,
Wulungseto menatapnya:
? Aku bukan pembohong Tejowati. Benar
bahwa aku seorang penggoda. Kau jelas tahu
bahwa akupun belum pernah mengatakan soal
hati, Kepadamu. Juga kepada semua orang. ?
? Tetapi kau menciumku, memelukku
setiap malam. Apakah itu artinya? Apakah itu
tidak ada maksud yang lebih mendalam? ?
? Karena aku lelaki dan kau cantik ?
? Benar, Itu yang sebenarnya dirimu. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Tejowati membalik dan pergi meninggalkan
Wulungseto yang masih terdesak kegelisahan
yang belum pernah dialami. Tetapi langkah
Tejowati hanya tahan sampai beberapa langkah.
Sampai disebuah pohon dibatas halamannya ia
ambruk dan menelungkupi pohon itu, menahan
derita yang menggeliat dalam hatinya.
? Oh, Seto. Kalau kau tahu betapa dalam
hatiku terluka Seto. Seto, hatiku, hatiku, hatiku
terluka Seto??
Sesaat Wulungseto terdesak pula
perasaan haru dan menyesal. Merasa betapa
dalam ucapan Tejowati tergetar sampai ditanah
dimana ia terduduk. Tetapi entah kekuatan
mana yang menguasai hatinya, iapun tidak
tahu. Bayangan diantara kilatan cahaya air
yang berhambur makin kuat menguasai alam
perasaan dan pikirannya. Makin kuat dan ia
mengakui bahwa hidupnya telah ditundukkan
oleh seseorang. Seseorang yang belum ia
kenal. Aneh, aneh baginya.
Satu-satunya upacan yang bisa
disampaikan hanyalah beberapa kalimat,
sebelum Wulungseto pergi meninggalkannya:
? Maafkan Tejowati. Aku tidak bisa
menyadari semua-nya. Aku tidak tahu siapakah
yang meninggalkan semuanya ini. Aku tidakSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
bisa melawan apa yang harus kuperbuat sekali
ini, mengenai soal gairah asmaraku yang
sudah hancur oleh seseorang.
Pagi harinya Kongso sangat keheranan
ketika mendapatkan Wulungseto nampak
muram. Berdiri terpaku dan matanya membeku
memandang kearah lereng gunung Tunggal.
Seingatnya hal ini belum pernah ia jumpainya
selama ia menjadi sahabatnya. Selamanya
Wulungseto selalu membuat segala lelucon2
dan cerita2 yang dahsyat jika ia datang
mengajak minum dan makan apa yang ada
dirumah.
Kongso menghampiri sambil melontarkan
ejekan:
? Hai! Kenapa hari ini kau sangat lain ?
Sejak tadi malam kulihat kaumurung.
? Apakah semua perempuan didunia
semua ini sudah meninggal??
Wulungseto berpaling merasa terkena dan
sedikit merasa malu. Tetapi apa akan
dijawabnya, memang kenyataannya demikian.
? Biasanya kau akan cerita siapakah yang
berhasil kau goda dan kau cium ?
? Ya, memang hari ini lain So. Hari ini
sangat lain nasibku ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Kau sedang sedih, karena harimu
kosong? ?
? Ya, aku memang sedang sedih, sedih
sekali ? Kongso terdiam, karena ia mengira
bahwa mungkin Wulungseto sedang terkenang
ayah ibunya, atau mungkin salah seorang
sahabatnya meninggal. Tetapi tiba tiba ia
meledak tertawa-nya waktu mendengar
jawaban Wulungseto lebih lanyut
? Aku sedang jatuh kasmaran habis
habisan So.
Hingga langsung Kongso mengejeknya.
? Wulungseto. Si mata maut itu, bisa jatuh
kasmaran mati-matian? Oh malangnya kau
sekarang.
Mestinya kau rubah namamu jika memang
benar demikian Rombak! dan bukan lagi
Wulungseto tetapi Wulungcelaka.
Wulungseto hanya tersenyum, heran pula
terhadap dirinya yang tiba-tiba menjadi
semacam anak remaja yang dirundung
asmara. Hingga menjebabkan tertawa Kongso
makin terlepas lepas, ketika ia melanyutkan
pengakuannya.
? Memang benar-benar aku sekarang
sedang jadi Wulungcelaka So. Aku tidak bisaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
tidur semalam, dikacau perasaan rindu. Entah
So. Aku tidak tahu, bagaimana aku ini?
Tetapi akhirnya Kongso merasa juga
betapa kegelisahan sahabatnya, ia mulai
bicara sungguh2.
? Aku kira bukan wanita sesungguhnya
yang merenggut hatimu itu. Mungkin itu peri
atau bidadari yang melayang. Kalau
perempuan biasa, dimana ada seorang belum
kau goda selama ini??
? Ah, ini benar-benar wanita, hanya
memang aku belum pernah kenal, baru
kemarin pagi aku melihatnya, dipancuran jauh
dilereng sana?
Wulungseto tersenyum, merasa malu
mengucapkan hal-hal yang aneh rasanya.
? Kalau kau bersedia, temanilah aku
mencarinya?
? Kau sudah tahu namanya?
? Belum?
? Waduh, kan satu hal yang celaka
mencari orang belum kenal, belum tahu
namanya, belum tahu rumahnya. ?
? Ya, celaka sekali. Tetapi aku akan lebih
celaka jika-tidak mencari.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Kongso tidak bisa menolak permintaan
sahabatnya yang sungguh-sungguh dan
sangat yakin.
Tetapi seperti biasanya Kongso berkata:
? Tetapi kau kan ada nasi sekarang
sebelum kita berangkat??
Wulungseto hanya tertawa, langsung
mengajak Kongso masuk kedalam. Sedangkan
diseberang halaman nampak seorang gadis
memandang dengan penuh kepedihan,
memandang pintu yang terbuka dan halaman
yang sudah kosong. Tidak lain ialah Wirasti
dalam kesedihan mendengar semua percakapan
mereka berdua. Tiba tiba air matanya menetes
membasahi pipinya, terucapkan beberapa patah
kata yang tersamar desiran angin pagi: ?
Wulungseto, Oh, Wulung?
Ketika senja tenggelam, mereka berdua telah
menyeberang sungai didekat pancuran, menuju
kesebuah desa yang terdekat. Beberapa orang
telah mereka kenal dan berjumpa dipesawahan,
tetapi Wulungseto masih sulit hendak
menanyakan. Bagaimanakah hendak
menanyakan? Kongso pun berpikir keras
bagaimana hendak memulai menanyakan,
tentang adanya seorang yang cantik sekali
didaerah sepanjang sungai itu. Sampai hariSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
turun malam, mereka berdua belum mendapat
jejak sama sekali. Hingga akhirnya Kongso
kembali ke-soal yang biasa ia bicarakan:
? Ya, cari seorang yang telah membuat
kita gila memang perlu. Tetapi tidak tahukah
bahwa aku sudah gemetar lututku?
Wulungseto telah tahu artinya perkataan
ini, langsung mereka masuk kewarung dan
Kongso tenggelam seluruh jiwa raganya dalam
asap nasi ayam yang masih hangat.
Tiba-tiba dari pintu lain, masuk seorang
sahabat Wulungseto seorang pemburu yang
terkenal didaerahnya, bersuara besar dan
penuh tertawa selalu. Ia langsung berteriak
ketika melihat Wulungseto.
? Hei Seto. Kenapa kau sampai kemari?
Apakah desamu sudah kehabisan bunga2
yang mekar.
Wulungseto hanya tersenyum masih merasa
segan untuk menyampaikan apa yang terjadi atas
dirinya. Kongso mendengar tetapi ia lebih tertarik
menyobek-nyobek ayam panggangnya.
? Kalau hanya itu soal bunga2 mekar,
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gampang Seto. Ikutlah aku. Kutunjukkan nanti
seorang yang akan membuat kau mati
lumpuh?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Ah siapa? Aku sudah kenal semua
wanita disini,?
? Ikutlah aku, Surowono tidak akan main2
omong. Sediakan saja kakimu agar tidak
menjadi lemah terkulai
Wulungseto mengangguk, dalam hatinya
merasa lega bahwa mungkin apa yang hendak
ditunjukkan kepadanya adalah siapa yang telah
dipikirkan sampai sekian jauh membuat hatinya
kumelut.
? Jauh dari sini ??
? Pokoknya kau bayar semuanya dulu
setelah aku juga selesai makan. Ikutilah aku,
jangan nyeleweng. Soalnya akan selesai
dengan baik2.
Hanya kemudian tinggal soalmu, apakah
kau bisa merebut hatinya atau tidak? Itu aku
tidak tahu. Dia lain, lain sekali dari semua yang
kau kenal didaerah manapun.
Lain dalam segala halnya. Mungkin hanya
dia seorang tidak ada duanya. ?
Wulungseto sangat beran waktu Surowono
memasuki halaman padepokan Kyai Anom yang
terkenal sakti. Sepanjang tahu-nya padepokan itu
hanya berpenghuni lelaki-lelaki. Semuanya lelaki
yang sengaja datangpun hanya akan belajar dan
mempertinggi ilmu pengetahuan,SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
baik rohani maupun jasmani. Hingga
Wulungseto jengkel :
? Kau ajak kemana aku Suro ? Aku tidak
ingin belajar jadi sakti disini. ?
? Diamlah. ?
? Aku sudah mencukupi sebagai pemburu,
tidak ingin aku jadi prajurit atau tukang silat.?
? Diamlah! Kau nanti akan lihat sesuatu
yang luar biasa,?
Sampai dihalaman belakang, Wulungseto
masih jengkel, karena melihat halaman itu
penuh lelaki2 tua muda yang sedang belajar
berlatih memanah, Surowono berbisik.
? Kebetulan malam ini Kyai Anom sedang
tidak ada dipadepokan. Kita bisa sedikit bebas.
Biasanya saat2 begini latihan2 itu hanya
dipimpin oleh Karangselo. Murid yang tertua
dan terpandai disini.?
Tetapi perkataan Surowono ini sudah tidak
terdengar akhirnya, karena Wulungseto tiba2
melihat seorang gadis yang sedang berdiri
ditengah-tengah halaman, merentang sebuah
busur memakai kain yang ujungnya dilipatkan
kedalam sampai dipunggungnya, hingga
merupakan sebuah celana. Rambutnya
dibiarkan melekat dipunggungnya.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Suasana sunyi dan diam, baru ketika anak
panah itu terlepas mengenai sasarannya,
terdengar sorak gemuruh.
Wulungseto benar2 sekarang menjadi
terasa sesak nafasnya, waktu melihat gadis itu
berpaling. Ialah yang dicarinya. Ialah yang
menyebabkan hatinya susah.
Surowono tahu hal ini, menyodok pinggang
Wulungseto dari belakang :
? Bagaimana. Sudah mati kau??
Wulungseto hanya mengangguk. Surowono
tertawa ditahan :
? Itu makanya kau jangan cepat jengkel.
Sekarang apa akan kau berikan untuk aku??
? Besok kucarikan kau dua ekor kijang.?
? Nah itu namanya baru lelaki.?
Kongso berpikir2 kemudian bertanya :
Dia itu yang kulihat disungai kemarin? ?
? Ya ?
? Uh. Makanya. Kau jadi benar2 sekarat.?
Kongso berkata2 sendiri tiha-tiba Kongso:
Kongso yang malang, jangan kau ikut-ikutan
kasmaran, tidak mungkin Kongso. Jodohmu
Loro Ireng penyual mangga itu, jangan ikut
ikutan cari puteri2. Ya. Kongso ya.
***SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
SESAAT SUASANA menjadi hening kembali,
karena Cindewangi yang telah mulai memikat
seluruh perhatian, memikat seluruh pesona
bahkan merenggut setiap hati lelaki-lelaki yang
memandangnya. Sekali lagi merentang busur
dan detik demi detik, seakan-akan semuanya
terpaut oleh ujung anak panah yang hendak
dilepaskan, menuju sasaran yang lebih jauh lagi.
Kemudian mata demi mata merayap dari ujung
anak panah itu, akhirnya
sampai keujung mata Cindewangi.
Seluruh penghuni halaman yang tersamarkan
gelap, terdiam terdesak detik demi detik oleh
sepasang mata yang memancarkan cahaya
kecantikan dan kewibawaan.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Hingga akhirnya tak ada seorangpun tahu
bahwa anak panah itu telah terlepas mengenai
sasarannya.
Wulungseto lah yang waktu itu mungkin
paling terdesak, terhimpit oleh nafasnya
sendiri. Nafasnya yang terbakar pesona.
Kini baru tahu bahwa ia kini merasa kecil
menghadapi wanita itu, merasa lebih rendah
harga dirinya. Tetapi kemudian perasaan itu
pelahan2 lenyap dan ia merasakan sesuatu
kekuatan timbul dalam hati nuraninya. Timbul
kepercaan bahwa setidaknya dia akan mulai
melangkah untuk merebut hati wanita yang
belum dikenalnya. Sesaat pandangannya
pernah bertemu dan gadis itu terdiam, terdiam
dimatanya. Tetapi kemudian ia sama tidak
mengacuhkan.
Makin malam latihan makin ramai dan
makin tegang karena sasaran makin lama
makin sulit dan makin jauh, Hingga sampai
waktu itu tidak seorang pengikut lelaki dapat
mengenai sasaran kecuali wanita itu. Seto
berpikir keras, bagaimana dapat mengatasi
keadaan. Bagaimana ia dapat di kenal oleh
mereka dan terutama dikenal oleh wanita itu.
Satu kesempatan yang bagus diperolehnya
waktu wanita itu sedang merentangkan taliSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
busur, Seto berhasil meminjam dan diam-diam
melepaskan anak panah sedetik kemudian.
Dan anak panah wanita itu terbelah jadi empat
dimana tertancap.
Semua terkejut termasuk Karangselo.
Mereka mencari siapakah yang melepaskannya?
Tetapi Seto diam, seakan2 tidak mengetahui.
Hingga Karangselo berteriak.
? Kalau ternyata merasa lelaki. Tampillah
kedepan. Ini satu penghinaan bagi Cindewangi
dan Karangselo dan sekarang juga kutantang
sampai mati.
Suasana sunyi seketika, semua orang
menunggu siapakah yang akan muncul.
Dengan hati yang getar sedikit Seto
terpaksa melangkah maju karena ia merasa
harus berbuat itu. Semua orang kemudian
mundur ketepi membentuk suatu lingkaran,
kecuali Karangselo dan wanita jelita yang
menatapkan matanya sedemikian tajam dan
penuh pesona. Wanita itu masih merah
mukanya karena tersinggung.
? Siapa kau?
? Wulungseto. ?
? Apa maksudmu membelah anak
panahku. Ingin bersombong?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Maafkan jika itu menjinggung
perasaanmu. Saya hanya ingin kenal seorang
yang saya kagumi. Lain tidak. Dan bila diterima
ingin memperkenalkan diri. ?
Tiba-tiba Cindewangi mendekati dan
tersenyum, bermaksud memisahkan
pertentangan mereka, karena Cindewangi
merasa jauh simpati kepada kejujuran dan ke
beraniannya, kecuali ia memang melihat
sesuatu yang luar biasa.
? Ya, aku yang menerima permintaan
maafmu dan aku yang memintakan maafmu
kepada Karangselo.
? Silahkan terus memanah. Saya ingin tahu
siapakah yang sebenamya lebih unggul, kau
tentu tidak keberatan? ? Cindewangi
menyilahkan Seto melepaskan anak panah lebih
dahulu dan ternyata anak panahnyapun terbelah
jadi empat sebelum sampai disasaran. Sorak
sorai kini seakan-akan membelah kesunyian dan
kegelapan malam itu.
Kemudian Seto menyilahkan Cindewangi,
melepaskan lebih dulu, dan ternyata ujung dari
kedua anak panah jatuh satu titik
berdampingan.
Ditengah-tengah sorak-sorai itulah Seto
berbisik kepada Cindewangi.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Saya telah sejak kemarin pagi ingin
beriemu, saya melihat puteri dipancuran. ?
? Oh,
? Ya memang begitu, ?
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? Kapan saya diijinkan bertemu lagi? ?
Cindewangi tersenyum. Cahaya dimatanya
berkilatan sesaat tetapi kemudian tenang
kembali.
? Jika kau bisa membawakan kijang
untukku yang terkena panah diujung
jantungnya. Kau bisa menemui aku lagi. ?
Seto merasa bahwa kini ia menjumpai
suatu tantangan yang berat, hanya untuk bisa
menemui. Apapun yang terjadi ia memang
tidak akan menemuinya sebelum didapatkan
seekor kijang yang dimaksudkan seekor kijang
yang terkena ujung jantungnya, Untuk ini
bermalam-malam Seto bersama Kongso
memburu kijang dan untuk sekian malam,
tetapi sama sekah tidak berhasil. Seto merasa
bahwa inilah pasti perbuatan Cindewangi yang
sengaja mempermainkan dia agar kijang-kijang
bersembunyi. Kyai Anom bisa saja berbuat
demikian. Tetapi Seto sama sekali tidak
berhenti berburu, sekalipun ia harus berburu
sendiri karena Kongso sudah jengkel dan
pulang.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Malam ketuju Seto baru mendapatkan
kijang itu dan langsung menggendong
menemui Cindewangi kijang dilemparkan
ketengah halaman Padepokan. Cindewangi
tersenyum menatap.
? Kau lelaki sebenarnya Seto. Aku ingin
menciummu malam ini, jika kau bersedia. ?
Dibawah pohon kemboja dihalaman
samping padepokan mereka bertemu dan
seketika Cindewangi Wulungseto merasakan
sesuatu yang asing.
Dunia kemudian menjadi gelap sekali,
waktu matanya terpaksa terpejam terdesak
sesuatu yang gaib, nafas Cindewangi telah
merayapi nafasnya dalam-dalam.
Kedengaran kemudian Cindewangi berbisik.
? Besok aku ingin ikut serta berburu. Kalau
kau tak keberatan. ?
? Tidak. Pasti tidak. ?
? Akan kumintakan ijin bagimu, malam ini
tidur disim. Besok kita berangkat sebelum
subuh. ?
? Siapa namamu. ?
? Cindewangi ?
? Kau belum mempunyai seseorang? ?
? Mungkin akan segera mempunyai. ?
? Aku akan mendampingimu.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Kapan aku diijinkan bertemu lagi ??? tanya Wulungseto.
Cindewangi tersenyum, cahaya dimatanya berkilatan sesaat tetapi
tenang kembali ? Jika kau bisa membawakan kijang untukku yang
terkena panah diujung jantungnya, kau bisa menemui aku lagi. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Mendampingi Cindewangi akan berarti
mendampingi bencana. Besok aku akan
ceritakan seluruhnya.
Seto masih termangu, sama sekali tidak
menyadari bahwa Cindewangi sudah pergi
masuk kedalam. Segalanya seakan akan
bukan kenyataan.
Atas perintah Kiyai Anom malam itu
dipedepokan di adakan pesta dengan
membakar kijang terbesar yang pernah
didapatkan oleh seorang pemburu.
Seketika beberapa orang lelaki lari
kehalaman memungut rusa itu, dan mulai
mengulitinya. Beberapa orang lain membuat api
ditengah halaman, dan beberapa orang wanita
mulai membuat api didapur untuk menanak nasi.
Pesta dirayakan secara meriah dengan
pertandingan2 silat serta adu kekuatan yang lain,
dan sebelumnya Kiyai Anom meresmikan:
? Malam ini saya resmikan anak-anak,
seorang murid baru diantara kita yang berhasil
menyamai kepandaian Cindewangi ?
memanah. Malam ini tidak ada keresmian,
masing-masing boleh memilih lawannya untuk
bertanding dan boleh memilih apa yang
dikehendaki, sementara kijang akan bisa
dihidangkan.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Tiba-tiba Karangselo yang sejak datangnya
Wulungseto sangat menaruh cemburu, ingin
merebut perhatian Cindewangi dengan
menawarkan satu acara :
? Tetapi jika diijinkan saya hendak
menyampaikan usul Kiyai. Seorang yang baru
datang, sekalipun ia bisa menyamai
kepandaian murid yang terpandai disini dalam
memanah, ada baiknya jika ia berkenalan
dengan seorang yang ingin berkenalan dengan
sekedar main pedang.
Kiyai Anom tahu apa yang dimaksudkan
oleh Karangselo, bahwa ia menghendaki
matinya Seto, bertindak lebih bijaksana:
? Maafkan kalau aku keliru maksud. Yang
saya maksud bahwa malam ini tidak ada
pertandingan bersenjata.
Saya tidak menghendaki malam yang penuh
kegembiraan karena adanya seekor rusa, dinodai
dengan darah dari antara kita sendiri.
Seto-pun masih sangsi, karena ia sama sekali
belum pernah belajar memainkan pedang secara
sungguh-sungguh dan ia secara berterus
terangpun akhirnya tampil kedepan:
? Saya berterus terang. Sekalipun Kiyai
Anom membolehkan. Malam ini saya mengakuSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
kalah, terhadap sahabat baru yang penuh
simpati dengan menawarkan permainan itu.
Saya mengaku kalah dan minta waktu,
sampai saya bersedia bermain. Tidak
keberatan?
Karangselo tertawa penuh ejekan yang
mendesak kehati Seto karena tersinggung,
tetapi bukan itu maksudnya. Malam itu ia
hendak menjelesakan soal Cindewangi, lain
tidak.
Rusa itu telah mulai berputar diatas api,
beberapa orang mulai menari-nari diiringi
kendang-kendang yang ditabuh makin lama
makin riuh dan kuat.
Karangselo sengaja menarik perhatian
dengan menari ditengah tengah mereka sambil
berteriak-teriak menyindir penyerahan Seto
kepadanya:
? Tetapi bagaimanapun ia masih bersifat
jantan, bahwa ia mengakui.
Tetapi mengaku kalah bagaimanapun juga
jelas bukan perbuatan lelaki? ?
Salah seorang karib Karangselo yang
berasal sedaerahnya muncul dan berteriak:
? Tetapi tidak begitu mas, mungkin dia
memang bukan lelaki ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Tertawa mereka makin keras dan terlepas
lepas sengaja diperdengarkan kepada Seto
yang tetap diam, menahan perasaan
marahnya, Cindewangi mendekati:
? Kau tidak marah? ?
? Sekarang tidak. Lain kali, tentu ada
urusannya
? Kau seorang lelaki yang tabah Seto. Dan
bisa berpikir.
? Kau telah mencintai perempuan lain?
? Ada beberapa orang, tetapi saya kira itu
bukan cinta. Sekedar gairah lelaki.
? Kau terlampau jujur, bisa berpikir dan
lelaki sejati- ?
? Dan kau? ?
? Ada sudah beberapa lelaki, tetapi kukira
itu tidak jauh berbeda dengan kau. ?
Menjelang siapnya hidangan, permainan
dan pertandingan2 kecakapan bergulat telah
ramai dimulai dan Karangselo yang kemudian
paling ambisius, memperlihatkan kecakapan
dan tangkasnya bersilat. Beberapa orang telah
berhasil dilemparkan keluar gelanggang,
menjebabkan Karangselo makin garang dan
makin sombong:SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Bagaimana tamu kita yang baru?
Sekalipun tanpa senjata masih tidak bersedia
muncul?
Seto masih bisa menahan perasaannya, dan
ia tersenyum menggelengkan kepala. Ia lebih
baik menyimpan tenaga nya untuk berburu besok
bersama Cindewangi. Karangselo panas hatinya
sama sekali Seto tidak tersinggung. Ia heran
dalam hati dan merasa segan kemudian. Ia
merasa bahwa sebenarnya Seto seorang yang
mempunyai kelebihan.
Cindewangi tersenyum;
? Jangan lupa Seto. Kita berangkat lewat
tengah malam sebelum subuh.
Lewat tengah malam, pesta baru berakhir.
Bahkan kebanyakan sudah tertidur karena
kekenyangan dan terlampau capai. Tinggal
Karangselo sendiri akhirnya, sama sekali tidak
memejamkan matanya karena perasaan cemburu
yang makin merayap dan menghanguskan
perasaannya. Tiba2 Karangselo bangkit karena
terkeyut, melihat dua ekor kuda tiba2 keluar dari
padepokan, dan ia masih sempat melihat sepintas,
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siapa yang memacu kuda putih diikuti oleh kuda lain
yang tak jelas siapakah pengendaranya. Tetapi
KarangseloSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
sudah meraba, bahwa tidak lain pasti Seto
menyertai Cindewangi.
Ia mencoba menanyakan hal ini kepada
seorang yang bertugas jaga malam itu,
ternyata benar. Hingga Karangselo tidak bisa
menahan luapan perasaannya, langsung ia
menghadap Kyai Anom yang masih terjaga
membaca sebuah kitab.
? Maafkan Kyai. Saya tadi melihat puteri
pergi berkuda, bersama Wulungseto, Apakah
itu sudah seijin Kyai ?
? O, ya. Tentu saja sudah.
? Apakah itu tidak akan berakibat buruk
bagi nama pedepokan ini?
? Aku kira tidak Karangselo. Cindewangi
sudah dewasa Ia sudah tahu apa yang harus
dikerjakan.
Bahkan kalau mau tahu, sebagian dari
kalangan istana Gunung Tunggal pun sudah
mempercayai bahwa dia seorang wanita luar
biasa.
Masih ada perasaan yang lain hendak kau
sampaikan?
? Kalau begitu kebijaksanaan Kyai, hamba
menyerahkan. Saya hanya mengharapkan
kecermelangan nama padepokan ini akan kekal.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Percayalah apa yang telah kuijinkan
tidak akan terjadi yang tidak diharapkan.
? Mohon mundur dari hadapan Kyai.
Karangselo dalam hati makin merasa panas,
hingga nafasnya terasa sesak. Heran ia akan
kebijaksanaan Kyai Anom. Heran kenapa
sedemikian bebasnya Cindewangi dipadepokan
itu. Apakah sebabnya? Tetapi terpaksa hanya
sampai sekian ia menyampaikan ucapannya.
Lebih dari itu terpaksa ia menyerah.
Karangselo kembali kepenginapan
kamarnya, dalam hati memaki-maki Cindewangi
yang jelita itu; jelas apakah yang akan terjadi
diantara Wulungseto dan Cindewangi, ditengah
tengah hutan belantara dan hanya berdua. Jelas
apa yang mungkin terjadi? Semua lelaki, semua
perempuan bisa meramalkan. Dan hal semacam
itu terjadi pula terhadap seorang yang baru
datang kepedepokan. Ialah sebenarnya yang
lebih berhak menyintai Cindewangi dari segi
apapun. Sebagai murid yang lebih tua, sebagai
orang yang berkedudukan dikota, sebagai
lelakipun ia lebih berhak, karena ia sahabat lama
dari Cindewangi. Kemarahannya tiba2 tidak bisa
dikuasai, Karang selo makin menjadi kalap
melihat sahabat2-nya sedaerah asal, tertidur
bergeletakan karena kekenyangan danSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
terlampau capai bergembira Karangselo
merasakan menderita sendirian, sendirian
menanggung cemburu dan tanggung-jawab
nama baik pedepokan. Hingga akhirnya tanpa
disadari disepaknya Kertopati sahabatnya.
? Bangun. Sudah siang, dan pergi mandi
monyet ?
Kertopati terbangun, tanpa menyadari
keadaan sebenamya langsung ia mengambil
pakaian untuk pergi kekali, tetapi sampai diluar
ia heran:
? Lho, masih begini gelap Selo?
? Memang masih gelap. Tetapi ketahuilah
bahwa Cindewangi dan Wulungseto sudah
kabur berdua.
? Heh? Kabur berdua?
? Kabur naik kuda ketengah hutan,
berburu katanya.
? O, apakah mereka nampak saling
mencintai?
Karangselo tidak bisa lagi menguasai
perasaannya, sekali lagi disepaknya Kertopati
yang lemah lembut.
? Tidak hanya saling mencintai. Kau bisa
ramalkan apakah yang terjadi jika sepasang
manusia, satu pemburu muda yang lain cantik,SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
berada ditengah hutan dan malam begini gelap?
?
? O, alangkah bahagia mereka. Tetapi
biarlah mereka berbahagia ditengah hutan,
hatiku lebih damai jika tidur.?
Kertopati sudah kembali berbaring setelah
mengatakan dan menelungkupkan mukanya.
Karangselo maki-maki makin keras,
kemudian pergi keluar memandang kearah
tengah hutan. Dalam hati bergejolak kini,
pertentangan yang makin sengit.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
KARANGSELO kembali dalam kamarnya, benar2
sekarang menjadi lebih terdesak.
Bukan hanya soal cemburu terhadap persoalan
Cindewangi, tetapi kemudian ia lebih terdesak
kini mengenai soal kedudukannya sebagai
murid pedepokan yang lebih tua. Teman
sedaerahnyapun sudah nampak makin
condong perhatiannya kepada Wulungseto dari
pada kepadanya. Apalagi teman2nya yang
lain? Hingga waktu terlihat kemudian keris
pusaka pemberian neneknya yang tergantung
didinding, bernama Kyai Tunggul-Samudro ia
sudah mulai terpikir, perlawanan mati2an
sebaiknya segera dilakukan terhadap
Wulungseto : Karangselo jongkok dihadapan
kerisnya:SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Oh, Kyai Tunggul-Samudro. Kyai sudah
tahu apa yang saya rasakan sejak sore,
bahkan sejak kemarin. ?
Apakah kini yang harus kulakukan untuk
mempertahankan keluhuran anak cucumu.
Kyai diwariskan kepada saya, dari kakek.
Sudah pasti mempunyai tujuan tertentu.
Dan kini tujuan itu telah terbayang,
bagaimana memusnahkan siapapun yang
hendak meruntuhkan keluhuran nama kakek
dan seluruh keluarga. ?
Karangselo, menghunus keris yang
berlekuk tujuh dan dikepalanya terukir lukisan
kepala naga, dimana tubuhnya seakan akan
tenggelam dalam lekukan samudro.
? O, Kyai Tunggul-Samudro, lindungilah
keluhuran nama keluarga kakek yang kucintai.
Karangselo mengembalikan menyarungkan
keris itu kedalam sarungnya dan kembali keluar,
melihat kearah hutan dilereng Gunung-Tunggal.
Disana sama sekali Karangselo tidak
menduganya, Kyai Anom telah berada
didekatnya
? Kau nampak gelisah Karangselo? ,
? Memang demikian Kyai ?
? Kau jangan melawan sejarah,
Karangselo. Ketahuilah bahwa CindewangiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
adalah yang hendak membawa sejarah
pedukuhan ini, menuju ke Kerajaan Gunung
Tunggal.
Aku telah melihat semuanya dari cahaya
yang memancar dimatanya Yakinlah. ?
Karangselo mengangguk, tetapi dalam
hatinya makin memberontak, satu keputusan
telah diambilnya bulat bulat.
la percaya sekali, bahwa Kyai Tunggul
Samudro akan menyelamatkan angan2nya.
Suara derap dua ekor kuda jantan putih dan
hitam itu benar-benar menggetarkan kesunyian
malam dikaki lereng Gunung Tunggal, tetapi
Wulungseto heran karena tiba2 Cindewangi tiba2
membelok kearah lain, tidak menuju kehutan
dimana ia biasa berburu. Cindewangi hanya
tersenyum berpaling, keduanya langsung menuju
kesebuah tempat yang meninggi, mulai saat
itulah Wulungseto dalam hati mengagumi
kecakapan Cindewangi naik kuda. Ia seakan
akan melekat pekat dipunggung kuda putih.
Melekat-pekat dan kuda putih seakan-akan tahu
kemana harus menuju, tanpa dikendalikan
olehnya.
Sampai dipuncak dataran tinggi itu, mereka
berhenti, Cindewangi turun dari kuda langsung
melihat kearah timur, di mana bayangan cahayaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
nampak bersinar. Wulungseto sendiri belum
pernah melihat kearah itu selama ini.
Cindewangi pelahan-lahan mulai bicara:
? Maafkan. Aku sebenarnya tidak ingin
berburu malam ini. Ada yang lebih penting
hendak kukatakan kepadamu, Wulungseto. ?
Ada yang lebih berharga hendak kuperlikatkan.
Mungkin kau sudah pernah melihatnya,
tetapi kurasa ada yang belum kau ketahui ?
Wulungseto mengangguk.
? Ya, aku belum pernah ketempat ini. ?
? Kau belum pernah mengetahui dimana
Kerajaan Gunung Tunggal berada ?
? Belum ?
? Belum pernah mendengarnya? ?
? Mendengar sering, tetapi sama sekali
tidak pernah kupikirkan. ?
? Belum pernah tertarik? ?
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? Aku hanya suka berburu. Bersahabat
dan mempunyai teman2 wanita yang jelita. ?
Cindewangi menatap jauh kearah cahaya
dimata Wulungseto. Ia merasa bahwa ada
sesuatu yang luar biasa didalamnya. la yakin
sekarang bahwa bisa dipastikan pengha
rapannya, terhadap kemampuan Wulungseto dan
ia merasa sudah waktunya berterus terang.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Disana aku tinggal Wulungseto, sejak
aku berusia 11 tahun. Sampai seminggu yang
lalu.
Ayahku masih keluarga istana Gunung
Tunggal, bernama Darmawangi. Beliau sangat
tampan, dan mempunyai cahaya mata seperti
cahaya yang memancar dimatamu. ?
Cindewangi menatap Wulungseto dan
merayapkan pesonanya makin mesra,
kemudian tersenyum:
? Aku tidak memujimu Wulungseto,
kenyataan memang demikian. ?
? Mata ibuku seperti matamu Cindewangi.
Aku tidak memujimu Cindewangi. Memang
benar begitu. ?
? Hanya beliau tidak pernah menaiki
kuda.?
? Kau tidak ingin menciumku ?
? Biasanya begitu aku menghadapi
seorang wanita. Tetapi memandangi cahaya
dimatamu, aku ingin mengatakan yang lain.
Tetapi tidak tahu apakah yang hendak
kuucapkan?
? Oh, mungkin aku tahu. Sebab akupun
merasakan perasaan semacam itu. Tetapi jauh
dibalik perkataan itu Wulungseto, ada sesuatu
yang lebih jauh lagi. Misalkan aku tidak salahSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
terka Wulungseto, artinya kau mencintaiku.
Tetapi ada satu hal Seto.
Ada yang perlu kau mengerti. Aku sudah
bersumpah, bahwa hanya seorang yang bisa
merebut Kerajaan Gunung Tunggal bisa
kucintai. Hanya kepadanya aku bersedia
menyerahkan diriku : Aku tidak memaksamu,
Wulungseto. Tetapi soalnya banyak. Ayahku
meninggal oleh Raja Gunung Tunggal dan aku
sama sekali tidak menyukai kehidupan disana,
yang penuh kepalsuan dan sumber malapetaka
dari seluruh rakyat.
Ini bukan pembelian bagi diriku Wulungseto,
itulah sumpah hidup matiku. Terserah kepadamu.
Sebab apapun yang terjadi, aku sendiri akan
merebutnya. Sekalipun harus melangkah sendiri.
Kuharap kau bisa datang kesana, untuk
mengetahui sendiri apa yang tidak kusukai
disana. Kemudian kau bisa memutuskan. Dimana
kau hendak berdiri.
Wulungseto terdiam, melihat kearah jauh
dimana lampu lampu membayang, di ibukota
Kerajaan. Belum pernah terpikirkan soal-soal
semacam itu, belum pernah terbayang dan
belum pernah terlintas dalam alam
kehidupannya. Bahwa ada sesuatu soal yang
lebih besar dari pada berburu dan bermacamSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
pengalaman yang luar biasa dalam hutan dan
daerah sekitar-nya. Belum pernah terasakan
adanya masalah lain dalam kehidupan lain.
? Keganasan di ibu kota kerajaan lebih
sangat getir Wulungseto, pahamilah jalan
menuju kesana.
Cahaya dimatamu terlampau bersinar,
Wulungseto. Kuharap demikian dihatimu ?
Wulungseto merasakan kini betapa ia lebih
rendah dalam satu hal terhadap Cindewangi,
tak sadar ia tertunduk, mengucapkan sesuatu
pelahan2 sekali.
? Ayahmu terbunuh disana? ?
? Ya, bersama ibuku. ?
? Kenapa? ?
? Kau bisa datang kesana dan akan
mengerti apa yang menjadi soal. Aku muak
membicarakannya. Nah kau sudah mengetahui
sebagian dari apa yang kupikirkan, aku memang
mencintaimu. Tetapi itulah yang menjadi
tanggung jawabku. Kalau kau tidak tertarik
kepada soal2 itu, lebih baik kau tinggalkan aku.
Anggap saja kita tidak bertemu dan tidak
pernah saling mencintai ?
? Wulungseto menatap mata Cindewangi,
masing2 tergetarkan oleh salah satu cahayaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
kehidupan yang belum pernah mereka alami.
Malam makin senyap, kelam dan makin kelam.
Tetapi waktu mereka menuntun kuda mereka
menuju kearah pulang, fajar telah menyingsing.
Entah dalam hati mereka, masing2 belum tahu
apa yang telah diputuskan.
Tetapi tiba2 Wulungseto menegaskan:
? Jadi besok aku harus pergi ke ibukota
Kerajaan. Itu permintaanmu? ?
Cindewangi terkejut, bercampur perasaan
gembira dan bangga tetapi juga cemas.
? Tetapi tidak mungkin kau tergesa-gesa
kesana Wulung seto, kau mesti persiapkan
segala-galanya. Tidak cukup kau hanya pandai
memanah, banyak hal lain akan kau perlukan.
Kyai Anom akan bisa membantumu.
Berhubung kenyataan yang tidak terduga akan
kau jumpai. Dan segala-galanya akan berarti
maut bagimu. Begitu semua orang yang hendak
melawan sejarah Kerajaan Gunung Tunggal ?
Keduanya terdiam, hanya kemudian terasa
tangan Wulung-seta digenggam oleh jari-jari
yang seyuk tetapi membakar. Tetapi
Wulungseto tiba2 berkata yang sangat
mengeyutkan hati Cindewangi.
? Tetapi kau kira aku semudah itu aku
akan melaksanakan semua perintahmu. AkanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
semudah itu kau akan bisa menguasai jiwa
ragaku atas nama cinta yang kuharapkan.
Memang aku mengharapkan kau, tetapi
dengan tukar-menukar jasa semacam itu?
Apakah itu cintamu?
Cindewangi tersentak :
? Wulungseto, diamlah dulu. Kuharap kau
mendengarkan aku ?
? Semua sudah jelas, kau semacam
menjual segala yang kau miliki dan aku yang
harus membelinya dengan permintaan yang
sebenarnya perintah yang memuakkan.
Aku dilahirkan untuk menjadi pemburu
yang mempunyai kebebasan penuh,
kemerdekaan yang tidak mungkin dirusakkan
oleh orang lain.
Aku memang mengakui hatiku sebagai
lelaki hancur oleh kecantikanmu, tetapi harus
menurut semua perintahmu untuk merebut
kerajaan, bukan bagianku.
Itu jelas, kau tidak usah menerangkan
kembali atau membujukku.?
Cindewangi terdiam, jelas perkataan
Wulungseto merupakan perkataan yang paling
tajam menyayat pribadinya sebagai seorang
puteri, yang hendak menerima seseorang,
untuk suatu tujuan yang tinggi. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Diamlah kau, Wulungseto. Dan pergilah
jika kau menghendaki selama hidupmu sebagai
orang hutan. Ya, memang kau miliki kebebasan
yang kau kehendaki. Kau bebas disanjung, dan
aku tahu kau selalu berbuat baik dan bersikap
kepada yang baik. ?
Tetapi apakah sikapmu terhadap yang buruk.
Cukuplah kau berbuat baik dan bersikap kepada
yang baik didesamu, di daerahmu dan sekitar
hutan yang kau Cintai? ?
? Tentu itu cukup bagiku, daripada
mempunyai yang lebih megah tetapi hasil dari
sikap mengemis2 dengan cinta dan rindu
dendam asmara ?
? Ingatilah Wulungseto, perkataan
Cindewangi bukan ucapan Cindewangi pribadi.
Ucapan Cindewangi ucapan sejarah
kemanusiaan yang dihancurkan martabatnya.
Ucapan masa depan Kerajaan ini yang
cemas menghadapi keruntuhannya. Ucapan
masa yang lama yang menyesali jaman yang
diwariskan. O, Wulungseto hatiku tidak akan
menuntut apa2, kecual cintamu. Tetapi aku
puteri yang mewarisi malapetaka jaman.
Tetapi bagaimanapun aku tidak akan
mengulangi permintaanku Seto. Kau bisa
kembali setelah berpikir.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Akupun tidak akan mengemis kesediaanmu
mendampingi aku.
Cindewangi meloncat keatas kudanya dan
sebelum membalik untuk melarikan kudanya,
masih sempat berkata :
? Ingatlah Wulungseto, aku mencintaimu.
Tetapi aku tidak akan mengemismu untuk
menolong aku menuju ke Kerajaan Gunung
Tunggal.
Suatu ketika kau akan mengerti bahwa
permintaanku adalah-suara jamanmu. Dan
kenapa aku minta padamu, karena aku melihat
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesuatu yang besar dicahaya matamu.
Tetapi ternyata meleset.
Dan aku terlampau amat kecewa.
Wulungseto hendak menjawab lebih keras
tetapi kuda putih dihadapannya sudah
meloncat, hanya meninggalkan derap yang
mengguncangkan perasaan Wulungseto yang
kemudian berpaling memandang kecahaya
tersamar dikejauhan, dimana istana Gunung
Tunggal terletak.
Dalam hati Wulungseto masih bergolak
perasaan tersinggung bercampur sedih dan
menggugat. Tetapi apapun yang bergolak dan
ber-macam2 akhirnya masih lebih kuat,
perasaan Wulungseto untuk memilikiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
kebebasan yang sudah dimilikinya sejak lama,
tanpa satu ikatan apapun dengan orang lain
dan beban2 yang membosankan.
Malam itu juga ia kembali kedesanya setelah
mengembalikan kudanya kepadepokan dan pergi
tanpa memberitahu siapapun. Dilepaskan semua
perasaan rindu dan kasmarannya terhadap
Cindewangi, direnggutkan kembali dicampakkan
jauh-jauh, karena dirasanya hal ini sama sekali
bukan dunianya. Bahkan ia merasa menyesal
sudah merangkai hati seorang wanita yang
ternyata hanya untuk membelenggunya. Ia toh
mempunyai dunia yang tetap menyenangkan
dengan bunga2 didesanya, dilembah seberang
hutan dan dimanapun ia pernah berada.
Ia pun masih yakin bahwa akan ditemuinya
seorang yang yang tidak kalah jelita dengan
Cindewangi.
Kongso sekali-lagi kini keheranan kenapa
Wulungseto kembali pulang sendiri tanpa
membawa Cindewangi. Pada hal selama ini
belum pernah Wulungseto gagal dalam
mendapatkan seseorang yang dia mauinya.
? Hei, kenapa pulang sendiri? Ditolaknya
lamaranmu! ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Meleset yang kucari. Dia bukan wanita
yang mengagumi aku secara hati wanita yang
tulus iklas.
? Ya, tetapi pokoknya tidak mau??
? Dia minta agar aku mau membawa dia
kembali ke-kerajaan Gunung Tunggal, baru ia
menerimaku Jadi semacam pinjam sewa.
Bagaimana Wulungseto akan bersedia?
? Lalu kau tinggalkan dia selamanya? ?
? Biar dia kawin dengan seseorang yang
mau diperintahnya. Mungkin kau mau
diperintahnya, coba saja. ? Kongso tertawa
melepas.
? Aku sudah merasa damai Seto, bersama
sama Roro Ireng penjual mangga itu, tidak
ingin puteri, tidak ingin siapapun yang
mempunyai mata cemerlang. Susah kita
dibikinnya ? Wulungseto tersenyum.
? lalu kemana usulmu sekarang kita? ?
? Sebaiknya kau terima Wirasti. Ia sangat
mencintaimu, ia seorang wanita yang lembut,
baik dan akan mengerti mendampingi seorang
suami. Pikirkan, apakah akan selamanya kau
berpetualang dengan semaumu sendiri? ?
Wulungseto terdiam, tiba2 pikirannya sudah
kembali melayang keseberang sungai di tengah2
halaman pedepokan dimana ia melihatSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Cindewangi memanah, dan tersenyum di
tengah2 sorak sorai semua lelaki
disekelilingnya, betapa cahaya dimatanya
memancar ketika memandangi cahaya yang
tersamar dimana istana Gunung Tunggal
terletak.
Wulungseto memaki-maki dalam hatinya
kenapa akhirnya toh kembali juga bayangan itu
merisaukan hatinya.
? Ya, sekarang pokok So, siapapun yang
kutemui hari ini dan mau kuajak kawin, akan
kulamar sungguh2 dan kawin besok purnama.
Habis perkara. Persetan dengan puteri
pedagang cinta dan pedagang kerajaan yang
memuakkan itu?
Tetapi tiba2 Kongso menatap Wulungseto
dan berkata pelahan-pelahan:
? Aku tidak memihak Cindewangi Seto,
tetapi jika aku mempunyai kelebihan semacam
kau, akan kubimbing dia kembali menuju
kerajaan Gunung Tunggal.
Kau dilahirkan tidak hanya untuk menjadi
pemburu Seto. Ada yang lebih baik dari
berburu dihutan belantara, tetapi berburu yang
baik dan yang buruk ditengah2 kehidupan
besar ? Wulungseto tersentak dan merasa
tersinggung sedemikian parahSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Memang kau tidak memihak dia, tetapi kau
dibayar berapa untuk berkata demikian? ?
? Tidak ada seorang membayarku. Aku
berkata karena aku tahu kehidupan
kemanusiaan daerah Kerajaan Gunung
Tunggal ini makin hancur. Kau memang tidak
merasakan kau tenggelam dalam raungan
hutan belantara bukan hutan hati manusia yang
kini mulai kehilangan harapannya. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
UNTUK PERTAMA kalinya, Wulungseto tiba2
merasa mendapatkan tamparan paling parah
dalam hidupnya. Sahabatnya yang selama ini
menyanyungnya, mengaguminya dan bersikap
penuh toleransi yang sangat mendalam dan
seorang yang sangat bersahaja dalam segala
galanya telah merendahkan dirinya. Telah
melontarkan perkataan2 yang sepantasnya
diucapkan kepada seorang yang
tidak berharga.
Wulungseto menyadari kini bahwa mungkin
memang ada satu kesalahan dalam hidupnya
sebagai seseorang, hingga malam itu juga ia
tidak bisa tinggal dirumah, ia kembali keluar dan
merayapkan kakinya tanpa suatu tujuan
kemanapun. Ke Tejowati-pun tidak, ke Wirasti
juga tidak. Bahkan ia kemudian mendaki sebuahSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
tanah yang meninggi disebelah selatan
desanya. Dibayangi wajah Cindewangi, Kyai
Anom, Karangselo, Surowono dan yang
terakhir Kongso sahabat karibnya. la diburu
ucapan2 yang tanpa bisa dielakkan dari
pendengaran dalam hatinya.
Langit tiba2 menghitam dan terasa merendah
kebumi, menyesakkan nafas Wulungseto yang
mulai terdesak kepada tebing kegelisahan yang
gelap dan terasa licin. Ada memang terasa kini
apa yang dikerjakan selama ini sama sekali tidak
ada artinya. Kecuali kegembiraan bersahabat
dan kegembiraan yang bersumber dari
kehidupan gairah asmaranya.
Hanya ia pun masih tidak bisa mengertikan
apakah yang dimaksudkan Kongso raungan hati
yang mulai kehilangan harapan. Harapan yang
mana akan hilang ? Ia masih heran akan ucapan
Cindewangi mengenai suaranya adalah suara
dari jamannya.
Sama sekali Wulungseto masih risau akan
semuanya yang baru terjadi atas dirinya,
termasuk malam itu dimana ia merasa kosong,
sama sekali kosong dalam rongga hatinya, se
akan2 kehilangan sesuatu yang besar dan
tidak dikenalnya.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Malam hampir larut, tiba2 Wulungseto
dikejutkan oleh langkah seseorang. Kemudian ia
tahu bahwa yang datang adalah langkah Kongso.
Kongso pelahan-pelahan mengucapkan :
? Maafkan aku Seto, jika aku berkata
menyinggung perasaanmu. Hanya memang
itulah yang hendak kuucapkan.
? Temanilah aku barang sesaat Kongso,
aku merasa gelisah, kosong dan sama sekali
tidak mengetahui apa yang bergolak dalam hati
nuraniku. ?
? Cobalah kau pergi kesana, ke ibukota.
Mungkin akan terjadi yang lebih baik bagimu. ?
Wulungseto menatap sahabatnya.
? Apakah harus kesana??
? Ya, disini kau tidak bisa ketemukan yang
terlampau getir dan yang menentukan jaman
yang akan datang.
? Kenapa kau sangat yakin??
? Sebelum aku datang kemari, aku telah 7
tahun disana. Sempat mempelajari
bagaimanakah harus menguasai dendam, dan
penderitaan batin yang tiada taranya.
?Seto, ayah ibuku meninggal disana,
didepan mataku. Setelah ibu diperkosanya ?
Wulungseto tersentak, tiba2 melihat cahaya
dimata Kongso menjadi memancar tetapiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
diliputi kepedihan. Memancar seakan2
mengharapkan bahwa ia akan bisa
membebaskan kemuraman batin yang sampai
sekarang dilawanrya.
Kougso tiba2 tersenyum:
? Disini terlampau damai Seto, untuk
memahami kenyataan kenyataan yang kau
perlukan!!
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? Berapa hari perjalanan sampai
kesana??
? Tujuh hari perjalanan berkuda.?
? Tidak terlampau jauh.
? Tidak. Tetapi terlampau berbahaya bagi
seorang yang mempunyai tujuan. Kapan kau
berangkat? ?
? Lusa?
? Kalau begitu sekarang aku pulang. Besok
kuberikan nama sahabat2-ku disana dimana kau
akan bisa menginap. Dan ingat Seto,
Cindewangi menamimu. Dialah seorang yang
akan membuatmu lelaki sebenarnya di
Kerajaan ini. Bukan lelaki pemburu ?
Wulungseto tersenyum, Kongso berbalik
meninggalkannya
Malam makin gelap awan makin merendah
terasa dihatinya. Tetapi tiba2 ia melihat sesuatuSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
yang bercahaya dalam hatinya dan cahaya itu
sangat terang.
Sampai tiba kembali dirumah Wulungseto
baru bisa merebahkan diri dan tertidur. Hingga
siang hari ketika pintu rumahnya digedor oleh
Kongso yang tertawa-tawa :
? Hei bangun. Ini sudah hampir tengah
hari ?
Wulungseto tersentak dari tidurnya, marah
sekali. Tetapi ketika dilihatnya Kongso membawa
seekor ayam panggang yang masih berasap,
seketika ia merasakan betapa laparnya.
Tujuh hari kemudian Wulungseto telah
sampai ditepian ibu kota Kerajaan Gunung
Tunggal, untuk mengetahui apalah yang
sebenarnya harus diketahui, seperti apakah yang
diminta oleh Cindewangi dimana beberapa hal
memang belum pernah terpikirkan.
Sampai disebuah warung Wulungseto
berhenti untuk minum, disitulah ia mulai
merasakan betapa kenyataan2 yang terjadi
dihadapan matanya, dimana mulai ia
memahami apakah yang tidak disukai dan tidak
disetujui oleh Cindewangi. Betapa tidak ?
Baru ia mulai memasuki suasana kehidupan
di ibukota sudah menyumpai kejanggalan2 yang
menyakitkan hatinya. Beberapa orang prajuritSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
sedang asyik bergurau, menggoda beberapa
wanita yang bisa digolongkan cantik2, muda2.
Disebelah lain nampak beberapa orang kaya
sedang bercumbu dan disebelah dalam lagi
nampak segerombolan orang sedang main
judi. Benar2 warung itu terasa sampai
tergocaang oleh gelak-tertawa yang liar,
menjijikkan di-sela2 cumbu-rayu yang kasar.
Wulungseto telah terlanjur masuk karena
tidak mengetahui bahwa warung itu, tempat
dimana soldadu2 menghibur diri, disamping
orang2 yang iseng. Tetapi akhirnya ia
meneruskan duduk dan merasa perlu
melakukan segala2nya. Untuk mengetahui
sebanyak mungkin dari kehidupani ibu-kota.
Bahkan kemudian ia langsung mengenali
seseorang yang kebetulan duduk sendirian.
? Saya orang baru disini, boleh saya
mengenalkan diri? Lelaki itu tiba2 tertawa
keras2, kemudian tersenyum memperhatikan
Wulungseto.
? Tentu, tentu saya akan sangat senang
punya teman baru. ?
? Saudara tinggal di dekat2 sini ?
? Ya, saya tinggal disebelah ujung daerah ini.
Nama saya Singopraloyo. Kalau saudara sudi
mampir, sesudah makan boleh. Banyak tempatSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
dirumah kalau saudara belum punya
penginapan. ?
? Ia, ya pasti sudi. Saya Wulungseto?
? Tetapi sebentar, saya musti menemui
selir saya dulu
Singopraloyo tertawa kembali lebih keras.
Hingga beberapa soldadu2 berpaling merasa
terhina, salah seorang berteriak:
? Kau siapa tertawa semaumu sendiri.
Apa kau monyet?
? Aku Singopraloyo, belum kenal? Apa kau
seekor kadal belum kenal Singopraloyo? ?
Seketika seluruh pengunjung warung itu
terdiam, termasuk prajurit yang berteriak.
Bahkan kemudian pucat, makin pucat dan
tertunduk gemetar. Wulungseto seketika
mengetahui bahwa temannya baru ini orang
terkenal dan ditakuti,
? Ayo, siapa tanya lagi? ?
Mereka itu makin terbungkam, senyap.
Sampai wanita2 yang biasa menghadapi
keadaan demikian itupun. Waktu itu sangat pucat.
Karena kalau Singopraloyo sudah sampai liar
matanya, terarti akan terjadi bencana di warung
itu. Tetapi untunglah sebelum keadaan itu
meledak jadi pertumpahan darah. Tiba2 keluar
seorang wanita yang nampak tercantikSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
dari semua wanita yang ada, membawa
minuman dan makanan bagi Singopraloyo, dan
Singopraloyopun tersenyum memandang
Wulungseto. Nampak ia merasa
membanggakan.
? Nah ini saudara. Ini yang kumaksudkan,
si Sambarlelaki ? Wanita itu hanya tersenyum,
menambahkan dengan manja.
? Ah, bukan sebenarnya. Saya Mirah, dan
semua orang-pun memanggil begitu kecuali
kekasih saya ini. ?
? Habis, hampir semua lelaki didaerah ini
telah pernah disambarnya. Termasuk saya
seorang yang paling memilih dan selalu mau
yang paling baik. ?
Wulungseto terpaksa terdiam dan melihat
Singopraloyo mencumbu rayu Mirah dan sampai
kira2 berlangsung setengah jam. Kemudian
mereka masuk kedalam entah untuk beberapa
lama. Wulungseto menyabarkan diri karena ingat
bahwa ada perlunya menginap dirumah
Singopraloyo. Sementara itu datang seorang
wanita lain yang nampaknya disuruh oleh
Singopraloyo untuk menemani.
? Mas baru datang nampaknya? ?
? Ya ?
? Keluarga mas Singo? ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Baru saya kenal. ?
? Saya adik Yu Mirah. Miranti. Begitu
biasanya. Kalau datang mas Singo disini
menjadi sunyi karena takut. Dia orang kebal
disini, semua orang takut, sampai prajurit2
tidak ada yang berani melawan. Tetapi dia tidak
jahat disini. ?
Wulungseto berpaling, benar warung sudah
sepi, tinggal mereka berdua disudut paling dalam.
Miranti mendesak, merasakan adanya daya tarik
yang luar biasa pada Wulungseto,
sekalipun ia sudah biasa menghadapi
beberapa lelaki dan hampir-hampir semuanya
menyebabkan perasaannya tumpul terhadap
lelaki
Matanya menjadi bersinar dan senyumnya
yang memang jelita mencoba merenggut hati
Wulungseto, yang sekarang sudah
memastikan. Bahwa siapapun yang akan pisa
mengantar langkahnya menuju ke jantung Ibu
Kota Kerajaan akan diterimanya.
? Kau dari mana? ?
? Saya dari kalangan istana semestinya ?
? Kenapa sampai kemari? ?
? Ibuku tetap mencintaai ayah ketika
diambil oleh keluarga istana dan waktu
ketahuan, ibu dibunuh. Kami berdua di usirnya,SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
ikut kakek. Hal ini jangan dikatakan. Hanya
mas yang tahu. Saya tidak tahu kenapa saya
tiba2 mengatakan hal itu. Oh, itu mestinya tidak
saya katakan ?
? Ayahmu dimana sekarang? ?
? Ia lari menghilang, dan sampai sekarang
menjadi buronan. Tidak seorang berhasil
menemukan. Padahal hadiahnya besar mas.
Setengah kepal emas. ?
? Kalau dia masih hidup berapa umurnya
sekarang? ?
? Belum 40 tahun. Ibu diambil umur 28,
ayah berumur 35. Saya 18 sekarang, dan Yu
Mirah 20 tahun, kira2. Kejadian itu sudah 40
tahun yang lampau, ?
? Kau masih ingat ibu ayahmu? ?
? Tidak. Mungkin kalau ketemu akan
masih mengenal. Memang sangat tampan dan
sangat berani. Berkali-kali mas, ia mencuri
masuk kedalam taman dimana ibu disimpan
oleh bangsawan itu, sesudah berlangsung
selama tujuh tahun, baru ketahuan. Kami
berduapun tidak tahu anak siapakah kami
sebenarnya ?
Namanya tetap mengesan dalam hidup kami.
Roban. Entah selengkapnya. Wulungseto melihat
betapa kemudian Miranti menjadiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
bersinar-sinar matanya waktu menceritakan
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suami ibunya, Roban. Tetapi kemudian
tertunduk, sedih.
? Tetapi ibu, mas. Ibu kemudian dibunuh
dengan siksa didepan istana.
Tetapi belum sempat Miranti melanjutkan
pembicaraan, telah masuk tanpa menyapa,
dan langsung menggerakkan tangannya
memanggil Miranti tanpa ucapan sepatahpun,
juga tanpa menghiraukan apakah ia sedang
menemui orang lain. Miranti menatap
Wulungseto matanya tersirat gugatan yang
pedih, sambil berkata:
? Ia juga sama dengan yang lain tadi,
bahkan lebih karena ia lebih berpangkat?
Wulungseto merasa tersinggung, tetapi ia
masih bisa menguasai diri dan berpikir bahwa
belum waktunya mencari pertengkaran pada
permulaan langkahnya.
? Pergilah kesana, aku menunggumu
disini.
Miranti memaksa dirinya untuk berdiri dan
menghampiri lelaki berseragam yang tinggi
besar, gelak dan sombong.
Lelaki itu tersenyum2 bangga, melihat
Wulungseto ditinggalkan karena panggilannya,
yang langsung memeluk Miranti denganSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
sengaja, untuk lebih menghina dan
menyinggung perasaan. Bahkan tidak hanya
sampai sekian, ia berteriak keras2.
? Awas, hei dengarkan kau anak dusun.
Kau jangan lagi sekali2 mencoba menemui
bungaku ini ?
Wulungseto tidak menjawab,
menyebabkan lelaki itu naik darahnya
kemudian berdiri dengan mata melotot:
? Kau tidak dengar teriakanku atau
memang kau bisu? ?
Wulungseto baru akan menjawab berteriak
karena tidak bisa menguasai perasaannya lagi
mendengar suara2 yang begitu kurangajar,
tetapi dari dalam rumah tiba2 terdengar suara
Singopraloyo yang lebih keras dari teriakkan
lelaki galak, itu:
? Hei siapa berteriak -teriak diluar. Apakah
kau sudah jadi monyet yang tidak bisa lihat
bahwa Singopraloyo sedang mengaso disini?
?
Mendengar suara teriakan Singapraloyo
tiba2 prajurit galak itu menjadi pucat, tetapi kini
terdesak perasaan malu terhadap Wulungseto
yang dipikirkan orang baru dan dari dusun,
tiba2 timbul kenekatannya dan menjawab
keras2 :SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Tentu aku tahu, tetapi apakah
selamanya aku harus pergi jika kau disini??
Singopraloyo keluar mendengar ini dan
sambil membenarkan celananya yang kusut
melotot mencari arah suara lelaki yang sangat
menjengkelkan.
? O. jadi kau sekarang kembali kemari,
apakah kau sudah mendapatkan guru yang
lebih baik, menantang aku kembali? ?
Wulungseto tidak bisa sempat melihat
bagaimana kemudian mereka berkelahi, sebab
dalam beberapa detik pengawal itu sudah
menggelepar terlempar keluar.
Keadaan menjadi sunyi seketika, hanya
kemudian terdengar Singopraloyo kembali
membentak dipintu.
? Kalau masih mau melanjutkan, panggil
orang2mu semua. Suruh mengeroyok
Singapraloyo. ?
Wulungseto heran dan terpaksa
mengagumi keberaniannya. Dan ia kemudian
masih bertanya.
? Mereka tidak pernah kembali? ?
? Selama ini tidak. Aku tahu sampai dimana
watak mereka. Semestinya mereka bisa lapor
keistana agar dikirimkan perwira2 yang
baik, tetapi mereka tidak pernah melaporkan-SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
karena merasa malu. Entah lain kali kalau
pasukan diperbatasan ini telah diganti yang
baru.
Sekarang kau mesti mampir kerumahku, toh
kau tidak ada sahabatmu disini. ? sampai sini
Wulungseto mengangguk dan sampai sekian
jauh belum dapat mengambil kesimpulan
mengenai siapakah sebenarnya Singopraloyo
yang bersikap sedemikian aneh, sama sekali
nampak ia tidak lagi memperhitungkan hidup
matinya menghadapi segala persoalan yang
semestinya ia pikirkan. Pengawal2 itu suatu
waktu pasti tidak tinggal diam dan mencari jalan
untuk memusnahkan Singopraloyo.
Ini satu hal yang pasti, bahwa akan muncul
seorang yang gila pangkat atau kemegahan
nama.
Ketika hampir sampai didesanya
Singopraloyo baru bertanya lebih jauh
mengenai Wulungseto :
? Sekarang siapakah sebenarnya kau dan
kenapa sampai kemari ? ?
? Wulungseto, saya datang ke ibukota
sekedar ingin tahu. ?
? Tidak pasti hanya ingin tahu, pasti ada
alasan lain mendorong ku kemari. Aku lihat
sesuatu yang tersembunyi. Katakan saja, akuSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
akan membantumu. Sebab mungkin juga aku
akan memerlukan kau ?
? Saya mencintai seorang yang bernama
Cindewangi, dia mengaku seorang puteri dari
istana. Dia akan menerimaku jika aku sanggup
membawa ia kembali kepada Kerajaan Gunung
Tunggal dalam keadaan tidak seperti sekarang
ini. ?
Singopraloyo tersentak, tetapi dia mencoba
menguasai perasaannya. Hanya kemudian ia
tertawa melepas:
? Wulungseto, O jadi kau tahu dimana
Cindewangi berada. Lima kepal emas murni dan
sebuah istana kecil hadiah bagi siapa yang bisa
membawa Cindewangi ke istana hidup atau
mati Seto. Itulah hadiahnya Seto. Kau
hendaknya hati2 dengan nama Cindewangi, ?
***SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
WULUNGSETO TERKEJUT dan menjesal,
merasa bahwa ia terlanjur perkataannya, tetapi
Singopraloyo nampaknya mengerti dan tersenyum
senyum menatapnya, dengan penuh
ucapan persahabatan ia melanjutkan :
? Tetapi apapun yang telah kaukatakan
padaku Seto, kau tidak perlu kawatir bahwa aku
akan mengkhianatimu. Tentu ada alasanrya aku
tidak akan mengkhianati Cindewangi. Nanti
kuceritakan jika sudah sampai kerumah. Kita
perlu makan dulu. Aku dirumah sedang
menyembelih tiga ekor kerbau hari ini. ?
Wulungseto tambah heran, apakah yang
sebenarnya tersembunyi dalam hidup
Singopraloyo yang penuh kemesraanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
persahabatan, kekasaran yang menarik dan
keberanian yang seakan2 melekat tanpa
kerisuan apapun.
? Kau sedang menantukan anakmu ? ?
Singopraloyo lebih tertawa lebar
mendengar pertanyaan Wulungseto yang
memang masuk diakal.
? Mengawinkan siapa ? Aku tidak ada lagi
anak isteri. ?
? Jadi bagaimana dengan tiga ekor kerbau
itu ? ?
? Memang tiap hari aku menjembelih tiga
ekor lembu atau kerbau sedikitnya.
? Itu pekerjaanku sekarang. Dulu memang
lain, sedikitnya aku harus menjembelih tiga
orang.?
Singopraloyo tersenyum dan menatap
sesaat kepada Wulungseto, dengan nada yang
biasa ia melanyutkan :
? Aku bekas kepala Algojo istana. Itu
kenapa masih ada perasaan gentar bagi para
tentara Kerajaan, karena mereka telah
mengenal aku sebelumnya ?
? Tetapi kenapa sekarang berhenti ? ?
? Atas kemauanku sendiri ?
Sampai disini percakapan mereka terhenti
karena dari halaman rumah yang dimasukiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
tiba2 terdengar orang2 yang berteriak dan
beberapa wanita menjerit. karena seekor
kerbau jantan yang telah siap disembelih tiba2
memberontak dan tali leher putus sama sekali,
kemudian mengamuk. Beberapa pembantu
pejagalan terlempar kena seruduk dan yang
lain lari tunggang langgang. Singopraloyo
meloncat sambil maki2.
? Monjet, kerbau juga bisa memberontak
?
Singapraloyo menyambar sebuah kapak
yang tergantung di sudut rumah karena habis
dicuci, tepat waktu kerbau itu lari menuju
kepadanya. Dengan sekali lempar kepala kerbau
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu terbelah dan tubuhnya ambruk seketika.
Keadaan tenang kembali setelah kerbau
yang mengamuk itu ambruk dan semua jadi
tertawa setelah melihat bahwa salah seorang
merangkak2 dari sebuah selokan, basah
kuyup. Tetapi Wulungseto heran, tiba2 ia
melihat Singopraloyo terdiam, nampak
terdesak suatu perasaan getir yang tiada tara.
Air matanya bahkan kemudian menitik dipipi
yang telah lanjut usia. Lalu ia langsung masuk
kerumah dan duduk memandang kekejauhan.
Wulungseto tidak bisa meraba apakah yang
terjadi atas sahabat barunya, seorang yangSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
nampak kasar, dan ganas tiba2 menitikkan air
mata dan nampak kelembutan perasaannya
yang terpancar dari cahaya matanya yang
pedih dan menggugat.
? Kenapa ? Toh dia juga sebentar lagi
akan disembelih ? ?
? Aku sudah ceritakan tadi bahwa aku bekas
algojo istana. Entah berapa ratus kepala telah
kutebas. Aku tidak pedih dan tidak pernah
menyesal mengerjakan itu bertahun2 karena
memang itu kuanggap pekerjaan wajar dan
bertujuan. Orang bersalah atau pengkhianat
negara harus mendapatkan hukumannya.
Tetapi yang terakhir, aku. Yang terakhir
Wulungseto bagaimana aku bisa menebas
leher sahabatku sendiri, yang kuketahui ya
seorang pejuang yang benar pejuang yang
tulus sejak kerajaan ini mengadakan
pemberontakan melawan Kerajaan dari Barat
yang menguasai Kerajaan kecil ini dengan
kekejaman tidak taranya.
Aku kenal dia, sahabat karibku dan tak
kuyakini bahwa dia bersalah, Tidak mungkin dia
bersalah. Dan aku harus menebas lehernya
dalam satu upacara yang megah, luar biasa.
? Aku gentar dan kapak itu meleset,
membelah kepalanya. Kemudian aku baru tahuSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
bahwa Kerajaan ini memang sudah hancur
martabatnya, bahkan kemudian menjadi lebih
kejam dari penjajah yang terdahulu. ?
Sampai perkataan itu, Singopraloyo
terhenti ucapannya menjadi sangat pelahan:
? Dia pejuang dan pencinta kemerdekaan
yang tulus, sahabatku itu, hanya aku memang
tidak secerdas dia. Dia mendapatkan
kedudukan sebagai panglima akhirnya. Dia
itulah ayah Cindewangi. ?
Wulungseto terdiam, sama sekali tidak
mengira apa yang terjadi atas diri sahabat
barunya, dimana segala sesuatu makin menjadi
jelas. Apakah yang menjadi sebab kenapa
Cindewangi menyimpan satu dendam yang
begitu besar. Menjadi jelas siapakah sebenarnya
Cindewangi yang memiliki cahaya dimatanya
yang penuh dengan kebesaran dan kegaiban.
? Lalu isterinya dimana sekarang ? ?
? Ia sangat jelita, dan sudah tentu ia
sekarang menjadi milik istana, sekalipun ia tidak
menerimanya, dengan rela. Mungkin juga
ia sekarang sudah bunuh diri atau dibunuh,
aku tidak tahu. ?
Dan lebih dari itu semuanya, aku sejak kecil
mencintainya. Sejak kecil Wulungseto, sejakSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
remaja, sejak aku menemuinya untuk pertama
kali.
? Tetapi ayah Cindewangi lebih beruntung
dari aku dan dialah yang berhasil mengawini. ?
Wulungseto menatap pandangan
Singopraloje yang mulai muram, makin muram :
? Kau tidak cemburu terhadap ayah
Cindewangi. ?
? Aku rela waktu itu, tetapi sekarang tidak,
bahwa dia dicengkeram oleh bangsat2 istana.
?
Sampai sekian perkataannya terhenti,
Singopraloyo bangkit mengambil sebuah
kapak besar, nampak sudah terlalu tua.
? Ini kapak yang menjedihkan hatiku itu.
Dan sekarang, cita2 hanya satu. Dengan kapak
ini harus kutebas kepala seorang yang
menghianati sahabatku. Aku sudah tahu
siapakah dia hanya kesempatan sama sekali
belum mengijinkan. Nanti sore kita masuk kota,
akan kuperlihatkan kepadamu nanti semua
yang sangat menggentirkan hati.?
Sementara itu hadiah untuk penangkapan
Cindewangi telah sampai dipedepokan Kiai
Anom, terutama kepada Karangselo, yang
ternyata akhirnya menggoncangkan sumpahnya
kepada Kyai Anom untuk melindungiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Cindewangi. Sedangkan nama Cindewangi
hanya tiga orang diantara beratus2 cantrik2
pedepokan yang mengetahui. Tiga orang hanya,
termasuk Wulungseto yang mendapatkan
pengakuan sendiri dari padanya.
Kegoncangan ini makin kuat mengalutkan
perasaan dan pikiran Karangselo setelah
akhirnya sampai hari itu, Cindewangi masih
memikirkan Wulungseto. Sekalipun telah
sekian lama Wulungseto pergi meninggalkan
pedepokan tanpa pamit. Ia sekarang benar2
telah direnggut oleh perasaan cemburu yang
makin dahsyat.
Lebih-lebih malam hari itu waktu Kyai Anom
memerintahkan agar Karangselo esok pagi pergi
menghantarkan Cindewangi pergi kepadukuhan
Wulungseto didesa Tembangsore.
Perintah sederhana semestinya, ia sebagai
seorang terpercaya dan telah dianggap cukup
kemampuan untuk melindungi seseorang. Dan
pahitnya baginya, ia tidak bisa menolak perintah
ini. Hingga malam itu juga sama sekali
Karangselo tak bisa menenteramkan hatinya
yang direnggut perasaan panas kecewa dan
mendendam terhadap Cindewangi yang masih
terlampau meremehkan cintanya, bahkan
mencari seseorang yang meninggalkannya.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Tetapi bagi Cindewangi hal ini tidak
demikian halnya. Ia lebih berat memikirkan
jalan menuju kerajaan Gunung Tunggal dari
pada perasaan cintanya terhadap Wulungseto.
Sedangkan seorang yang bisa mengantarkan
menuju kejalan itu hanyalah Wulungseto, ia
yakin, sangat yakin bahwa dialah seorang yang
dicarinya.
Sekali lagi tiba2 terpandang olehnya
pusaka keris Tunggul Samudro yang berkilatan
ukirannya, timbul kini rencana yang beberapa
waktu telah terlupakan, hendak mengadu
keunggulan dengan Wulungseto. Kalau
mungkin didepan Cindewangi agar Cindewangi
mengetahui siapakah sebenarnya yang berhak
memperisterikan Cindewangi.
Waktu rencana itu telah bulat dan sekali lagi
ia meminta restu kepada kakeknya, barulah
Karangselo bisa menenteramkan hatinya dan
tertidur sampai subuh.
Menjelang matahari bersinar mereka berdua
telah mengendarai dua ekor kuda putih,
meninggalkan pedepokan menuju kepadukuhan
Tembangsore, melewati sungai dimana
Cindewangi pernah dikenal oleh Wulungseto
untuk pertama kalinya. Karangselo sengaja ingin
sekali mempunyai kesempatanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
memancing-mancing pembicaraan, apakah
sebenamya Cindewangi menghendaki
Wulungseto.
Tetapi sampai sedemikian jauh perjalanan
mereka; Cindewangi sama sekali tidak
memberi kesempatan mengadakan
pembicaraan. Bahkan nampak terasa bagi
Karangselo bahwa Cindewangi sama sekali
sudah kalap, ingin segera dapat menemui
Wulungseto. Inilah permulaannya dendam
Karangselo makin terbakar dan diperbesar lagi
saat2 ia melihat betapa jelitanya Cindewangi
diatas kuda putih, dan hampir2 Karangselo
tidak bisa lagi menguasai perasaan gairah
asmaranya Tetapi setiap kali selalu bayangan
Kyai Anom bisa menghambat keinginan yang
bergolak makin keras itu.
Dan kesempatan itu sama sekali tidak
didapatkan sampai mereka berdua sampai di
desa Wulungseto. Tetapi disana Cindewangi
hanya bisa menyumpai Kongso yang tidak
mengerti kemanakah Wulungseto pergi. Kecuali
itu Cindewangi hanya mendapatkan tempelan2
pengumuman dari Kerajaan Gunung-Tunggal
yang menyiarkan hadiah bagi kepalanya, hidup
atau mati. Hanya Cindewangi masih yakin, bahwa
sampai demikian jauh daerah itu belumSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
pernah mengenalnya. Entah kalau ada seorang
dari istana yang sengaja menelusuri daerah pe
dukuhan yang terasing itu.
Karangselo merasa mempunyai
kesempatan untuk menentukan langkah,
setelah mengetahui Wulungseto pergi entah
kemana, dan pengumuman2 hadiah untuk
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepala Cindewangi hidup mati. Kini datanglah
waktunya untuk menekan Cindewangi, atau
menyadarkan bahwa tidak ada orang lain yang
bisa melindungi nasibnya kecuali dia sendiri.
Hingga pada satu kesempatan mereka
beristirahat disebuah rumah kenalan-nya,
Karangselo memulai soalnya :
? Kau sudah jelas sekarang, bahwa
Wulungseto tidak mungkin diharapkan kembali
untuk bisa ditemui. Kerajaan makin keras hendak
menangkapmu Cindewangi ingatlah ?
? Ya, pasti aku akan mengingat semuanya
itu.
? Tetapi yakinlah bahwa aku akan selalu
mendampingi dari segala malapetaka.
Tidak akan aku berkhianat. Sekalipun
sebenarnya aku tidak akan begitu sulit
mengerjakan untuk mendapatkan istana kecil
dan emas lima kepal. Tentu engkau memahami
betapa pengorbananku. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Ya pasti aku memahami, karena bisa
memahami kebaikan orang lain. Tetapi juga
kau harus ingat bahwa juga bisa memahami
keburukan orang lain. ?
? Kau maksudkan bahwa keburukan
Wulungseto; ?
? Bukan ?
? Keburukan siapa? atau baru dalam
kemungkinan? ?
? Keburukan seseorang yang belum
terungkapkan sekalipun. ?
? Kau pun perlu memahami bahwa aku
masih merasa tersinggung sampai sekarang
bahwa ia pergi tanpa pamit dan me-nyia2kan
persahabatanmu. Untuk itu aku menyeretnya
kehadapanmu untuk mengetahui siapakah
yang sebenarnya lelaki.
Dan kau kemudian berhak menentukan
sikapmu kepadaku ?
Cindewagi makin merasa kini betapa
Karangselo mulai membujuk dan mengancam
secara halus, tetapi ganas sebenarnya untuk
hati seorang wanita yang tengah ditimpa
malapetaka. Matanya mulai memancar
menatap dengan tajam : ? Aku merasa ada
yang kau ucapkan disebalik semuanya itu
Karangselo? Benar demikan? ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Tentu ada. Bahwa aku sejak lama
mencintaimu Cindewangi. Dan aku akan
menunggumu sekarang, sampai kau
mengetahui kenyataan Wulungseto. Aku yakin
hal ini akan memahamkan pengertianmu untuk
melepaskan diri dari Wulungseto. ?
? Apakah hal itu tidak mungkin akan
terjadi yang sebaliknya? ?
? Pasti tidak mungkin. Karena aku akan
berbuat lain jika kemungkinan pertama ini tidak
terjadi. ?
? Karangselo. Pahamkah kau akan yang
kau ucapkan??
Cindewangi tersentak ketika melihat
Karangselo mengangguk, penuh keyakinan dan
pandangan mata yang penuh dendam birahi
terhadapnya, sekalipun nampak dikuasainya
habis2an.
? Kau mesti ingat Karangselo, bahwa aku
mencintai Wulungseto tidak hanya karena
gairah asmara, aku memerlukan dia. Untuk
mendapatkan jalan menuju kepada Kerajaan
Gunung Tunggal. ?
? Jadi dalam pikiranmu aku tidak akan
mampu mengerjakan hal itu untukmu? ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Mungkin begitu Karangselo, ada yang
menjebabkan kau tidak mungkin mengerjakan
tanpa Wulungseto. ?
? Sebabnya?
? Kau kulihat bukan seorang yang bersedia
menguasai kekuasaan. Untuk itu diperlukan hati
yang tidak pendamba. Dan kau?
Tidak merasakah kau bahwa kau telah
bersedia memulai medambakan dirimu
terhadap perasaan cintamu yang menyala
nyala?
Tidakkah kau merasakan bahwa ada sesuatu
yang membakar dirimu sedemikian kuat dan kau
menyerahkan hidup mati untuk itu?
Pahamilah Karangselo, bahwa aku harus
memperjuangkan segala yang telah hancur
dalam diriku. Keluargaku, martabatku dan jaman
yang harus kuhadapi. Kau lebih tahu hal ini,
karena lebih mengenal kehidupan luas ?
Cindewangi tahu apa yang dikatakan ialah
melembutkan hati Karangselo untuk tidak
menjadi naik darah dan berbuat yang tidak
diharapkan:
? Aku memerlukan kau Karangselo,
sebagaimana aku memerlukan Wulungseto.
Soal asmara kukira aku belum merasakan
bahwa ia akan hidup dalam hatiku.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Karangselo reda dan kemudian merasa
malu, bahwa kemudian dirinya lebih rendah
dan menyadari apa yang harus dikerjakan
untuk Cindewangi.
Tetapi ketika dilihatnya pipi Cindewangi yang
kemerahan tertimpa cahaya matahari dan rambut
mata yang. bergetar diatas pandangan yans jauh
menembus kearah lereng Gunting Tuggal,
Karangselo tidak bisa membunuh apa yang hidup
dalam batin gairahnya, asmaranya dan hidup
matinya. Hanya ia kemudian dapat mengambil
satu kesimpulan bahwa sebaiknya dia sekarang
bersikap lunak sampai datang waktunya yang
menentukan.
? Ya semestinya memang demikian, aku
menyadari sekarang Cindewangi manakah
yang lebih penting sekarang ini.
Hanya hendaknya kau tetap ingat bahwa
aku mencintaimu dari ujung usiaku sampai
pada akhirnya.
Aku mencintaimu, mencintaimu sampai
batas terakhir dari hidupnya kepedihan dan
kebahagiaan ?
Cindewangi mengangguk, betapapun ia tidak
bisa menerimanya, ia masih bisa mengakui dan
mengagumi apa yang diucapkan Karangselo
sebagai seorang lelaki yangSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
mendambakan dirinya kepada cinta
asmaranya. Air matanya mulai menitik.
? Siapakah sebenarnya kau Karangselo??
? Aku sendiri tidak tahu jelas. Memang aku
hidup di desa Alas Kobar sejak remaja,
bersama ayah ibuku.
Tetapi kemudian ternyata bahwa aku hidup
jauh dari ayahku yang sebenarnya Aku lahir dari
hubungan selir keluarga Istana, ibuku dikawinkan
dengan seorang penjabat Istana yang kemudian
dijadikan kepala desa Alas
kobar, kemudian ibuku membunuh diri.
Aku diasuh ibu tiri yang tidak kusukai dan
tidak menyukai diriku. Aku lari mencari
kembalinya martabat yang telah hilang
dirumahku dan kudapatkan dipedepokan Kyai
Anom sampai sekarang ?
? Keluarga Istana yang mana? ?
? Apakah itu penting diketahui? ? Sebab
merekapun seakan2 tidak penting untuk
diketahui dan tidak penting mengetahui
siapakah dan yang manakah anak yang
dilahirkan karenanya. ?
Ya, memang demikian. Itulah Karangselo
sebagian yang hendak kulawan disana.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Itulah sebagian yang hidup sampai
sekarang, bahkan lebih gelap. Entah berapa
anak sekarang yang lahir semacam kau ?
Cindewangi berpaling menatap Karangselo
yang kemudian dimatanya mengembang basah,
dan kemudian menitik kepipinya.
***SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
SENJA HARI itu juga kedua ekor kuda putih
yang membawa Karangselo dan Cindewangi
telah menyeberangi sungai dimana pancuran
kenangan, menuju kepadepokan membawa hati
Cindewangi yang luka oleh perasaan risau,
sampai sedemikian jauh sama sekali tidak
didapatkan kepastian kemanakah perginya
Wulungseto. Ada memang perasaan bahwa
mungkin Wulungseto telah menuju keibukota
Kerajaan, tetapi benarkah hal ini yang
dikerjakannya?
Dan senja itu pula empat ekor kuda
pengawal2 perbatasan dipacu meninggalkan
pintu gerbang perbatasan kota sebagaimana
biasa menuju kewarung Ayu Mirah, Senja ituSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
mereka sudah yakin babwa Singopraloyo tidak
akan berada disana, sebab biasanya tidak
setiap malam berada disana.
Bahkan mereka sudah bersepakat bahwa
malam itu mereka akan melarikan ayu Mirah
dan Ayu miranti, untuk disembunyikan disuatu
tempat tertentu, hingga mereka tidak perlu lagi
mendapatkan gangguan dari Singopraloyo
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang mereka segani:
? Itu kukira yang paling baik. Kita culik
kedua bunga itu, disimpan baik2. Biar
Singopraloyo jagoan tua itu akan menjadi
kelabakan dimakan rindu asmara.?
? Iya, biar kapok dia. Disangkanya kita apa
semuanya? Coba pikir sekalipun kita takut,
tentu ada juga masih punya akal ?
Mereka kemudian mempercepat lari kuda2
nya agar secepatnya mencapai warung Ayu
Mirah sebelum orang lain datang. Sebab
biasanya jika hari2 dikira Singopraloyo tak
datang, sudah banyak orang sebelum malam
turun.
Tetapi sampai didepan warung, mereka
heran dan betapa terkejutnya warung Ayu
Mirah tutup, sama sekali gelap. Mereka
berpandangan satu sama lain.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Monjet, ini pasti tingkah Singopraloyo.
Dia lebih dulu telah membawa bunga2 itu pergi,
monyat, monjet tua.?
Salah seorang kemudian menjepak pintu
dan mendorongkan kuat2 dengan tombak,
seorang yang lain tidak sabar, menghantamnya
dengan kapak. Pintu terbongkar hancur, sama
sekali kosong.
? Monjet, ini pasti si Singopraloyo sama
orang baru itu membawa kabur. O, monjet,
monjet, monjet tua. Sekarang bagaimana
sebaiknya agar kita manjadi puas, sepuas
puasnya?
? ltukan gampang, bakar ini habis. Dan
kita pergi ke-warung Sariningsih Dia juga cukup
menarik untuk kita ?
Perkiraan mereka itu memang benar.
Sejam yang lalu Singopraloyo bersama
Wulungseto telah datang kewarung itu dan
dimintanya warung ditutup dan mereka berdua
diajaknya pulang;
? Aku menjembelih sepuluh ekor ayam
Mirah. Kau sebaiknya pulang kerumahku
semalam, selama kau suka juga boleh ?
Ayu Mirantilah yang tiba2 cahaya dimatanya
memancar, menatap dalam2 kepada
Wulungseto, tetapi malu untuk menyampaikanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
kegembiraan nya. Ayu Mirah merasa juga ada
baiknya sekali waktu menutup warung itu untuk
merasakan malam2 yang lain. Lain dan tidak
seperti malam2 biasanya yang penuh
kemuraman dan kegetiran dalam batinnya:
? Kau bilang selama aku suka disana? ?
? Ya, selama kau suka. ?
? Apakah itu berarti kau melamarku??
Singopraloyo hanya tertawa lebar2 dan
memagut dagu Ayu Mirah:
? Pokoknya sekarang tutup warung ini,
kita senang dirumah Aku sudah katakan
kusembelih tadi siang sepuluh ekor ayam dan
nanti malam aku sudah pesan serombongan
penari dan pesinden.
Kalau kau bisa menjadi pesinden boleh
nanti malam, menjadi pesinden tamu.
Bagaimana keberatan ? ?
Ayu Mirah tidak menjawab hanya kemudian
ditutupnya pintu dan berkemas secepatnya.
Ayu Miranti merasakan degub jantungnya
menjadi lebih kencang dan ia menjadi bingung
apa yang hendak dikerjakan.
Itu yang terjadi sore itu sejam sebelum
pengawal2 perbatasan itu datang dengan
segala caci makinya. Bahkan lebih dari itu.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Dan ketika mereka berempat sampai
ditepian desa Telogosewu, Ayu Mirahlah yang
agak terkejut mendengar gendang sudah mulai
berdentam keras diiringi suara gamelan yang
mendesak2. Timbul kembali tiba2 ingatannya
dimasa anak2 bahwa ia pernah berada di
tengah2 hidup ditengah2 kehidupan
serombongan penabuh gamelan dan pesinden
yang jelita, hanya lebih jelas lagi ia tidak bisa
mengingatnya.
Ingatan itu sangat sama, hanya seorang
diantara pesinden itu masih ia ingat jelas dan ia
masih ingat bagaimana kasih sayang pesinden itu
kepadanya. Itu terjadi telah terlampau lama dan
kemudian dipisahkan oleh peristiwa peperangan
yang mengerikan dan hanya itu. Singopraloyopun
heran melihat Ayu Mirah tiba2 terdiam matanya
mengucapkan perasaan lain
Tetapi suasana yang asing itu hanya sesaat,
karena waktu mereka memasuki halaman rumah
sudah terdengar teriakan dari dalam.
? Hei, banteng tua. Dari mana kau. O, bawa
bunga2 jelita. Hampir2 aku akan maki-maki kau.
Tetapi sekarang tidak. Nah kenalkan saja. aku
Wirotomo alias Kobar. ? uapan ini dibarengi
dengan tertawa yang menggeledek, danSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Singopraloyo tersenyum merasa bangga dan
Kobar melanjutkan bicaranya.
? Tetapi sebelumnya kau mesti katakan,
apakah bunga2 ini pacarmu atau hanya teman
biasa, jadi tidak akan terjadi nanti salah paham
yang tidak tersangka. ?
Wulungseto merasakan betapa mereka itu
dalam kekasaran kekasaran dan mereka masih
membersit kemesraan dan perasaan yang
bersedia berbagi pedih bahagia dengan orang
lain. Singopraloyo hanya tersenyum.
? Ya, perkara itu kau kan bisa bertanya
sendiri kepada kepada bunga2 jelita ini. Kalau
aku bisa berkata pacarku, kaiau dia bersedia
menerima kau akhirnya sebagai suami, ya siapa
tahu dalam hati seseorang. ?
Ayu Mirah hanya tersenyum senyum,
sedangkan ayu Miranti sama sekali
pandangannya tidak lepas dari Wulungseto
yang makin memikat hatinya dalam segala
gerak-geriknya.
Tetapi hanya sampai sekian teriakan Kobar,
karena waktu itu tiba2 keluarlah Bunga
Berselendang Merah, menari dan menatapkan
pandangannya yang menggigit, menantang
lelaki2 yang ingin meloncat ketengah
gelanggang, Kobar langsung meloncat ketengahSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
gelanggang menjebabkan teriakan kini
terlempar, berlemparan dari para lelaki yang
mulai kalap, kemudian muncul si Selendang
Biru yang disusul oleh bandot lua Tomodireyo
yang masih galak sinar matanya.
Tetapi lebih dari kegembiraan itu, bagi Ayu
Mirah dan Miranti sangat lain perasaannya. Kini ia
merasakan betapa sempat kembali kealam yang
cerah, bebas dari segala tekanan kemuraman dan
hilangnya harga diri selama mereka berdua
terdampar disebuah warung yang menjesakkan
nafasnya, karena sikap lelaki2 dan pengawal2
perbatasan yang terlampau pahit bagi hati
kewanitaannya. Hingga timbullah harapannya
bahwa malam itu ada permulaan yang baik untuk
selanjutnya. Tetapi untuk mengatakan hal ini secara
langsung, malam ini Ayu Mirah masih terdesak
perasaannya. Entah karena hal yang bagaimana.
Ayu Mirah hanya menatapkan matanya
dalam2 setiap bertatapan dengan Singopraloyo.
Kemudian suasana menjadi benar-benar pecah
oleh kegembiraan setelah Selendang Hijau
keluar, bunga dari segala bunga yang terjelita dari
dunia penari didaerah Telogosewu.
Dan untuk pertama kalinya kini Ayu Mirah
merasakan suatu perasaan cemburu terhadapSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Selendang Hijau yang sekali sekali melirikkan
Sudut matanya kearah Singopraloyo.
Sebagaimana biasa memang Singopraloyo lelaki
yang paling ganas terhadap para Selendang2.
Tetapi mereka heran bahwa malam itu ia agak
dingin. Menjebabkan Selendang Hijau makin
menghangatkan pandangan dan gerakan2
senyumnya untuk menundukkan Singopraloyo
seperti hari sebelumnya. Akhirnya Singopraloyo
mengucapkan.
? Disinilah mereka bisa benar2 bergembira
Seto. Selain ditempat ini mereka selalu cemas,
karena mangadakan acara2 begini tidak jarang
mereka dilempari tombak atau api yang
membakar rumah, jika kebetulan ada seorang
atau dua pengawal tak senang
Seminggu yang lalu seorang bunga2
berselendang mati tertikam tombak waktu
menari, dan itu biasa saja. Sama sekali tidak ada
urusan kelanjutannya. Tetapi disini aman karena
mereka tahu bahwa aku masih dilindungi istana,
entah waktu2 yang akan datang jika mereka
terlampau sakit hati. Kau sudah tahu beberapa
hal dari kehidupan disini.
Ayu Miranti akan menemani kau tidur nanti
malam, hendak-nya kau tidak usah risau
bahwa ini termasuk pengkhianatan terhadapSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Cindewangi, begini jalannya kau memasuki
kehidupan dikota dan kukira kaupun seorang
lelaki yang tidak cukup dengan cinta asmara.
Wulungseto hanya tersenyum dan tepat
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
waktu ia berpaling kearah lain, tertatap
pandangan Miranti yang terdesak,
menggelepar perasaan yang tersembunyi
dibawah bayangan mata itu.
Wulungsetopun merasa aneh bahwa ia
merasa tertarik kepadanya. Tetapi segala
sesuatu harus diatasi untuk maksud dan
tujuannya. Malam itu ia hanya memerlukan
sekedar hiburan dan memahami apakah yang
harus dipahami. Menjelang tengah malam,
suasana menjadi makin panas dan mereka lupa.
Bahkan sama sekali ada yang tidak mereka
ketahui. Tengah malam itu juga keempat
pengawal yang sakit hati menemukan rumah
Mirah kosong makin disakitkan lagi setelah
menemui rumah warung Sariningsih-pun kosong
dan mereka mendapatkan berita yang pasti
bahwa semua bunga2 berkumpul dirumah
Singopraloyo, termasuk bunga2 berselendang.
Perasaan sakit hati dan panas kini tercetus
jadi keputusan mereka untuk berbuat yang lain
dan dirasa akan bisa memuaskan hati mereka.
Setelah membakar rumah yang sedang berpestaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
itu, disamping itu mereka pun telah membuat
laporan bahwa ada seorang pendatang baru
yang patut dicurigai.
? Ketika itu juga kepala pengawal yang
ikut sakit hati, memanggil brandal dari
Kasongan yang baru tertangkap tiga hari yang
lalu karena membunuh seorang pedagang
wanita setelah diperkosanya sama sekali:
? Nah, kau tadi sudah mengakui
kesalahanmu. Ini pasti bahwa kau akan
dihukum gantung tidak lebih dari sebulan lagi.
Mengerti kau monyet. ?
? Ya, tentu hamba mengerti ?
? Tetapi tentu kau juga ingin dibebaskan
kalau ada seorang yang bersedia? ?
? Ya, ya pasti demikian, bahkan kalau itu
benar saya akan serahkan emas setengah
kepal kalau mau ?
Dan tentu juga bahwa kau masih ingin tidur
bersama wanita cantik? ?
? Ya, ya pasti demikian. Apakah ia sudah
dibawa kembali.
? Tunggu dulu monyet. Dengarkan kalau
kau ingin pergi.
? Kau tentu sudah tahu rumah
Singopraloyo desa Telogosewu ?
? Ya pasti tahu, bekas algojo Istana. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Mereka sedang berpesta malam ini.
Tugasmu cuma ringan untuk bisa bebas.
Kau mesti bakar rumah Singopraloyo
sampai habis malam ini. Tetapi kalau tidak
berhasil, besok kau digantung sampai mati.
Caranya terserah kamu ?
Seketika brandal Kasongan menjadi pucat,
mendengar nama Singopraloyo yang harus dia
bakar rumahnya.
Selama ini hanyalah dia yang ia takuti tidak
ada orang lain. Tetapi kemudian berpikir juga
toh kedua2nya sama. Mati dikapak
Singopraloyo atau mati dipenggal pengawal2.
Tetapi membakar rumah Singopraloyo
masih ada kemungkinan hidup dan bebas.
Akhirnya dia mengangguk dan waktu itu
juga berangkat menuju kerumah Singopraloyo
dengan tekad yang bulat, mengadu untung dari
pada mati dipenggal para pengawal.
Sampai dipintu ia terhenti karena kepala
pengawal berteriak :
? Tetapi awas monjet, kalan kau lari, anak
isterimu akan jadi ganti nyawamu. ?
Brandal Kasongan mengangguk, langsung
meninggalkan pos pengawal menuju rumah
Singopraloyo.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Dipihak lain, laporan mengenai adanya
pendatang baru sedang dipelajari oleh pimpinan
yang lebih tinggi, dan mereka menghubungkan
dengan hilangnya Cindewangi yang pasti akan
mengobarkan pemberontakan. Mereka kenal
bagaimana pribadi Cindewangi selama ini.
Beberapa rencana telah mereka siapkan
untuk itu. Untuk Wulungseto yang telah tercatat
dengan tinta hitam dalam daftar kecurigaan.
Lewat tengah malam pesta ria dirumah
Singopraloyo makin hangat, karena kemudian
guci2 minuman2 yang memabokkan mulai
menggelinding dan mereka sudah sama sekali
sekian lama tertekan oleh suatu keadaan yang
muram bagi batinnya. Hingga seakan-akan
malam itu puncak dari pelepasan dendam
kesunyian dan dendam kecemasan yang
menyesakkan nafas mereka. Hanya
Wulungseto sama sekali malam itu masih
berusaha menguasai diri, tetapi toh ia
membiarkan mata Ayu Miranti menggantung
dimatanya dan Ayu Miranti berkata:
? Kau akan kembali kedesamu? Dan tidak
akan kembali kemari lagi? ?
Wulungseto belum bisa menjawab, bahkan
memang sulit untuk menjawab. Mendadak AyuSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Miranti yang baru keluar dari kamar untuk pergi
kebelakang, menjerit :
? Mas. Ada kabar buruk. Rumahku habis
terbakar sama sekali. ?
Singopraloyo meloncat karena kemarahan
yang tiba2 melonjak, karena iapun sudah bisa
meraba siapakah yang mengerjakan hal itu,
tiba2 dari arah tepian desa terlempar bola2 api
berturut. Bola yang basah dengan minyak
pembakar, jatuh diatas atap, dan mulai api itu
seakan-akan mengalir kebawah, kemanapun
disusul tiga buah bola api yang lain.
Jeritan2 sekarang yang memecahkan
malam itu kemudian, disertai beberapa orang
laki? dan perempuan lari tunggang langgang,
takut tertimpa api yang mulai merayap keatap
langit2 dan ke-beberapa dinding.
Api dari dapur kemudian seakan-akan
membantu menyebarnya api itu makin cepat
dan kayu2 kering yang tertimbun disana sana
mulai membesarkan nyala api itu, makin
dahsyat dan menjelang subuh hari. Api baru
padam. Tetapi bukan karena berhasil
dipadamkan, tetapi karena memang seluruh
rumah telah sama sekali habis rata dengan
tanah.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Singopraloyo berhasil menyelamatkan Ayu
Mirah dan Ayu Miranti, beberapa lelaki putus
lengannya, dan beberapa orang yang sobek
kakinya. Hanya korban jiwa bisa dihindari,
kecuali beberapa kerbau persediaan
penjagalan esok hari, ikut terbakar hangus
karena tidak sempat diseret keluar
Api memang benar sudah padam, tetapi
sebaliknya Singopraloyo dan Wulungseto
mulai hatinya terbakar, dendamnya membara
dan mereka sudah bisa meraba siapakah
menjebab-kan kejadian ini, dan Singopraloyo
hanya bisa mengatakan:
? Itu sebagaimana lagi Seto, termasuk apa
yang hendak kau pahami mengenai Kerajaan
ini Tetapi sebaliknya lagi dipos pengawal
perbatasan kota, brandal Kasongan sudah
menghadapi kembali kepada pimpinan
pengawal melaporkan bahwa rumah
Singopraloyo sudah berhasil dimusnahkan.
Seketika mereka tertawa2, dan salah seorang
berteriak :
? Lalu bagaimana mereka yang berpesta
itu? Ada yang tertimpa api? Tapi yang terang
pasti kau lihat bagaimana wanita-wanita yang
dikenal bunga2 berselendang akan berlarian
terbirit2 tanpa kain barang kali??SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Brandal agak membohong untuk
kepentingannya.
? Memang ada seorang yang sedang
berhias nampaknya, terpaksa lari tanpa sehelai
kainpun?
? Nah, itu pasti. Biasanya wanita begitu
asyik dan memusingkan kepala laki 2 sewaktu
waktu, tetapi dialah yang paling pusing kalau
ada malapetaka?
? Jadi sekarang hamba boleh bebas?
? Boleh bebas bagaimana? ?
? Ya, hambakan dijanjikan untuk bebas
jika selesai pekerjaan ini??
? Ah, enaknya kau minta bebas. Kau
brandal dan masih memperkosa wanita yang
kau rampok mau minta bebas?
Perkara kau bisa membakar rumah
Singopraloyo kan perkara lain, itu bisa nanti
kuberikan jasa bintang kehormatan kalau kau
sudah bebas dari hukumanmu. Itu kalau
hukuman bukan hukuman gantung ?
Brandal Kasongan melotot matanya
seketika merasa dipermainkan, seketika
bangkit dan menyambar sebuah tombak dan
dilemparkan kepada pimpinan pengawal,
tembus seketika tertancap didadanya dan
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuh yang garang itu terguling.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
......seketika Brandal Kasongan menyambar sebuah tombak dam
dilemparkan kepada pimpinan pengawal... tetapi .....SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
Tetapi sebaliknya pula belum sempat
Brandal Kasongan hendak melompat lari,
sebuah kapak terayun dan bahunya terbelah.
Disusul dengan ayunan kapak yang lain.
Keadaan sepi seketika, ketika para
pengawal yang sama sekali tidak menduga itu
ternganga melihat kedua tubuh yang roboh
dalam waktu yang sangat cepat.
Salah seorang bingung bagaimana membuat
laporan palsu atas kematian pimpinan pengawal
dan brandal Kasongan agar mereka bebas dari
nama buruk dan hukuman gantung.
Laporan tersebut, menyangkut adanya
pendatang baru yang patut dicurigai. Sebab
kejadian ini baru pertama kali terjadi dan tepat
sejak hadirnya pendatang baru yang sangat
tampan dan nampak menyimpan sesuatu hal
yang luar biasa. Untuk kedua kalinya, tokoh
Wulungseto mendapatkan coretan hitam yang
makin hitam.
***SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
ESOK MALAMNYA terpaksa rencana
Singopraloyo mengantarkan Wulungseto masuk
kota ditunda, untuk menjelamatkan Ayu Mirah dan
Ayu Miranti yang telah kehilangan tempat
berteduh sama sekali. Untung bagi mereka berdua
Singopraloyo masih mempunyai sebuah rumah
kecil ditepian desanya dan itu
telah diserahkan sama sekali.
Bagi Singopraloyo alias Goang, karena sejak
kecil giginya telah pecah bagian depannya, bukan
soal bahwa dia tidak mempunyai rumah. Sebelum
ia berhasil mendirikan rumah bersama tempat
penjagalan kerbau dan lembu, diapun tak tahu
hendak tidur tiap malamnya. Hanya satu hal
menjadikan dia nampak terlampauSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
pedih, saat dia memandangi Ayu Mirah yang
nampak muram:
? Aku tahu Mirah, pokok pangkalnya dari
malapetaka yang menimpamu adalah aku. Kau
bisa tinggal disini, ini kuberikan padamu.
Sementara kau belum bisa bekerja, kau bisa
hidup dari sawah yang kumiliki. Aku sendiri
gampang, entah bagaimana.
? Kau jangan sedih. Ya, kau tidak sedih
kan, karena semuanya ini? ?
Waktu itulah untuk pertama kali,
Wulungseto melihat air mata Singopraloyo
menitik.
? Akupun tidak sedih, aku hanya sakit hati.
Sakit terlampau sakit juga tidak, karena hal
semacam ini telah banyak kualami, bahkan lebih
dari ini kegetiran itu, bahkan sejak waktu aku masih
di Istana. Ya, kau tidak akan bersedihkan?
?
Ayu Mirah sebaliknya kini yang menangis
mendengar Goang yang sekasar itu, tiba2
dirasakan adanya kelembutan dan kemesraan
yang tulus dan iklas. Ia hanya bisa
menggelengkan kepala.
? Tidak. Kalau aku pedih itu karena soal
yang lain. Jika kau pergi dan kemudian tidak
kembali kepadakuSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Pasti, pasti aku kembali Mirah. Aku
bahagia bersama mu selama ini?
? Oh, mas. Mas.?
Wulungseto-lah yang kini menahan
menitiknya airmata karena perasaan haru yang
terenggut-renggut kegetaran, kemanisan dan
segala hal yang belum pernah ia rasakan
selama jm Kemudian terasa kuduknya kini
disentuh oleh jari yang gemetar.
? Aku juga mas, akan pedih jika kau tidak
kembali kepadaku?
Wulungseto tak bisa menjawab, pikirannya
terdesak dimatanya membayang wajah
Cindewangi yang muram dan menanggung
beban penderitaan besar, penderitaan yang
menanggung beban sejarah kemanusiaan.
Tetapi rupa Miranti, Miranti adalah seorang dari
beribu dan berjuta Cindewangi yang
mengalami langsung sebagai korban dan
semua yang dikorbankan.
? Tentu aku akan kembali Miranti jika aku
besok pergi?
Hanya sampai sekian percakapan itu,
karena tiba2 diluar terdengar suara hiruk pikuk
dan beberapa lelaki berlarian menuju hutan
diseberang ladang, salah seorang masih
sempat berteriak kepada Singopraloyo:SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Pengawal2 datang, mengganas?
Singopraloyo sudah tahu apa yang kira2
akan terjadi, tentulah ini adalah kelanjutan dari
peristiwa pembakaran rumah Mirah dan
rumahnya sendiri, mungkin dalam
hubungannya ia menerima Wulungseto. Tetapi
ia tidak sempat berbuat apapun karena dalam
sekejap itu rumahnya telah dikepung rapat oleh
pengawal? berkuda, dan salah seorang
berteriak:
? Hei, Singopraloyo. Keluarlah dan
katakan dimana pendatang baru itu ? ?
? Datanglah kemari dan tengoklah apakah
dia ada disini atau tidak, monyet ?
Singopraloyo masih bersikap sebagaimana
dia orang yang dilindungi istana, tetapi ia tidak
mengira bahwa pengawal2 itu sudah
mendapatkan ijin untuk mengusut Singopraloyo
sebagai orang biasa yang mendapat titik hitam
sebagai komplotan pemberontakan.
? Kau bukan lagi orang yang dilindungi
Istana Monjet, kau merampok bunga2 dan
menjembunjikan orang gelap ?
Belum selesai ucapan ini, beberapa
pengawal itu masuk kerumah dengan mendobrak
pintu, menjeret Ayu Mirah yang mencoba
menghalangi mereka masuk. BahkanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
kemudian ia terlempar kehalaman, terguling dan
tak dihiraukan, Ayu Miranti sempat lari melalui
pintu belakang, tetapi terhalang pengawal yang
berjaga dibelakang, dan tanpa diketahui ia
terperosok kedalam lubang. Singopraloyo keluar
dipintu lain dipapas dengan ayunan tombak dan
seorang yang khusus ditugaskan menundukkan
Singopraloyo telah siap menanti dengan senjata
ditangan.
Singopraloyo tidak sempat melawan
karena sebatang gada bertuah terayun,
kakinya terasa patah dan ia ambruk.
Wulungseto sendiri karena tidak menduga
meloncat dari jendela, tetapi diluar telah
beberapa pengawal mengayunkan kapaknya.
kapak yang digenggamnya terlepas dari
genggamannya.
Kemudian sebuah pukulan berat mengenai
pinggangnya hingga seketika ia menggelepar
jatuh dan langsung diikatnya, diseret dan
dilemparkan keatas seekor kuda.
Ketika Wulungseto sadar ia telah berada
disebuah ruangan lembab, terikat kaki dan
tangannya, sama sekali tidak berdaya karena
dadanya terasa sesak. Pagi harinya ia baru tahu
bahwa dia berada disebuah ruangan tahanan
yang kuat dan tersembunyi, dari lubang pintu iaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
melihat beberapa pengawal berjaga. Disebelah
lain terdengar erangan2 dan beberapa orang
berteriak2 kesakitan. Tetapi disebelah lain
terdengar pengawal tertawa keras2 dan diselingi
sendau-gurau yang terlepas-lepas
Kira kira jarak lima puluh langkah, nampak
dari lubang pintu sebuah menara penjagaan,
terbuat dari tembok yang nampak kuat dan
tangguh. Hanya itu nampak Dan tiba2 sebelum
Wulungseto berhasil mengingatkan apa yang
terjadi semalam, tiba2 pintu dibuka dan dua
orang pengawal bersenjata tombak, pedang
dan berbayu lapis besi bagian depan
melepaskan tali yang mengikat kakinya dan
kemudian mendorong ia keluar dengan
tendangan yang kasar:
? Kau musti bicara baik2 disana monjet.?
Jarak dari ruangan tahanan itu tidak begitu jauh
dari kamar pimpinan pos pengawal, hingga
Wulungseto tak sempat melihat lebih banyak
dari keadaan pos itu, ia langsung didorong
masuk kedalam sebuah kamar yang cukup
besar, dimana sebuah meja kerja yang besar,
berukir dan sepasang meja tamu disudut lain.
Beberapa lambang kerajaan terpancang dengan
megah dan dikursi telah duduk menantiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
pimpinan pengawal yang baru dan belum
pernah ia kenal.
? Duduk dan bicara baik2, dan
sebenarnya. Disini memang tidak ada
kekerasan selama kau bicara baik dan benar.
Tetapi dikamar sebelah, akan memaksamu
bicara jika kau membisu, mengerti. Monyet.?
Wulungseto tidak menjawab, hanya matanya
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menatap dengan tajam penuh gugatan hingga
pimpinan pengawal sudah bisa mengambil
kesimpulan bahwa Wulungseto seorang
pemberani, keras dan kuat:
? Nah, siapa namamu sebenarnya.
Kenapa kau datang kemari. Apa hubunganmu
dengan Singopraloyo dan terus terang
dimanakah sekarang Puteri Cindewangi??
Aku sudah banyak tahu tentang kau,
tentang Cindewangi. Laporan telah cukup
karena dikalanganmu-pun ada yang setia
kepadaku. Nah, sekarang buka mulutmu, agar
aku tidak usah memaksamu bicara dengan
cambuk atau besi panas yang bisa
menghanguskan mulutmu.?
Wulungseto dengan tenang menjawab,
sekalipun dalam hati merasakan terlampau
rusuh, setelah ingat bagaimana keadaan
Singopraloyo dan kedua wanita itu;SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI
? Saya Wulungseto.?
? Saya Wulungseto? tidak bisakah kau
berkata hamba monjet??
? Seorang pemburu dari padukuan
Tembangsore ?
? Aku tidak butuh tahu apa kau pemburu
apakah kau brandal. Kenapa kau kemari dan
dimana sekarang Cindewangi tinggal yang
penting,?
Saya tidak tahu soal Cindewangi. Kenapa
Pendekar Rajawali Sakti 166 Bajingan Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama