Ceritasilat Novel Online

Sumpah Asmara Cindewangi 2

Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo Bagian 2

datang kemari? saya hendak menjual kulit2

kijang, karena didesa tengkulak2 tidak datang

lagi.?

? Oh, bagus. Jadi aku harus memaksa kau

membuka mulut dengan cambuk? ?

? Saya tidak tahu soal Cindewangi,

bagaimana harus bicara yang lain??

? Jelas kau tahu dan kau salah seorang

dari komplotan Cindewangi yang hendak

mengadakan pemberontakan, itu sudah pasti.?

Pimpinan pengawal bicara sedemikian keras

sambil menghantamkan tangan kemeja :

? Jawablah sekarang sebelum aku bosan

melihat mukamu. Dimanakah Cindewangi.?

? Saya tidak tahu.?

Pimpinan pengawal itu sudah tidak sabar

lagi dan terayunlah sebuah cambuk yang terkaitSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

disamping meja kerja, Wulungseto merasakan

punggungnya terkelupas dan ia ambruk

seketika karena pandangannya tiba2 menjadi

gelap.

? Monyet gila membuat jengkel saja

biasanya.?

Sekali lagi cambuk itu akan terayun, tiba2

pintu diketuk dan langsung dibukanya, seorang

pengawal melaporkan:

? Bunga tercantik dibatas kota yang sering

kita bicarakan hendak menghadap tuanku.?

? Bawalah kemari, mungkin dia akan bisa

meredakan kejengkelanku....

Sementara itu Wulungseto sudah bangkit

kembali dan berdiri sebisanya menatapkan

matanya kepada pimpinan pengawal yang ber

sungut2 karena harapannya untuk

mendapatkan hadiah serta pujian dari istana

ternyata hampa, sebelum ia berteriak sekali

lagi, Miranti sudah masuk dan tenang2

menghadap kepada pimpinan pengawal.

? Oh, Kau Oh memang benar orang2

ceritakan tentang kau. Siapa namamu ? ?

? Miranti, Ayu Miranti lengkapnya ?

? Keperluannya? ?

? Hamba hendak menjelaskan sesuatu hal,

mengenai seseorang yang paduka tawan ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Oh. mengenai dia ini ?

Miranti berpaling dan tersenyum, karena

sama sekali tidak tahu bahwa baru saja

Wulungseto ambruk katena lecutan cambuk

dipunggungnya. Miranti mengangguk waktu

kembali memandang kepada pimpinan

pengawal :

? Ya, mengenai dia ?

? Jadi kau juga termasuk gerombolan

monyet2 yang akan berontak itu? ?

Miranti terkejut tetapi berusaha menguasai

kegelisahannya :

? Tidak tuanku, hamba hendak menjelaskan

bahwa dia kakak kandung hamba.

Sama sekali dia hanya seorang pemburu,

lain tidak. Hamba menjamin dan bersedia

menanggung jawab segalanya, kalau dia

bertindak melanggar hukum Kerajaan.

? Oh, begitu?

Kini mulai Miranti mempergunakan

kewanitaannya untuk mempengaruhi perasaan

lelaki yang nampak mulai naik denyutan

jantungnya, melihat betapa putihnya betis Miranti,

dan dada yang sengaja tersingkap:

? Kau berani menjamin bahwa dia tidak

bersalah. Dengan cara bagaimana? ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Lepaskan kakak hamba dan hamba tinggal

disini untuk melayani tuanku. Bila ternyata kakak

hamba bersalah dikemudiannya, gantunglah

hamba. Masih kurangkah bagi tuanku jaminan

semacam itu ?

? Kau bersedia tinggal disini selama aku

mau ?

? Ya, tuanku ?

? Kalau kau menjamin semacam

demikian, itu pasti perlu kupertimbangkan.

Tetapi berani bersumpah bahwa ia kakak

kandungmu, seorang pemburu, hanya

seorang pemburu ?

? Sekarangpun hamba bersumpah demi

Kerajaan Gunung Tunggal ?

? Bagus kalau begitu. Sekarang juga akan

kulepaskan kakakmu dengan jaminan dirimu,

ingat kau menjadi jaminan. Juga ini peringatan

bagi pemburu kakakmu, jika dia melanggar

hukum Kerajaan ke-dua2nya akan kugantung ...

Pimpinan pengawal sudah menjadi lunak,

dia merasa bahwa lebih baik menawan Miranti

dari pada lelaki konyol itu yang tidak ada

gunanya:

Lepaskan ikatan tangan kakakmu, dan

nasehatkan agar dia ingat bahwa hidupmu

tergantung perbuatannya ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Miranti tahu apa yang harus dikerjakan, ia

membisikkan:

? Pulanglah segera mas, ayah ibu perlu

kau pulang. Tak ada lagi beras disana.

Mampirlah dirumah bekas saudaramu

menantikan beras itu ?

? Dan kau akan tinggal disini ?

Ya, aku sudah biasa bergaul dengan mereka,

mereka baik2 dan tidak perlu dikawatirkan, yang

penting kau pulang. Aku toh tidak ada rumah lagi,

mau tinggal dimana? ?

Wulungseto menatap pimpinan dalam hati

pedih, pedih sekali dan sama sekali tidak tega

menghadapi pengorbanan Miranti pimpinan

pengawal berkata:

? Ya, asalkan kau tidak melanggar hukum

Kerajaan, adikmupun akan baik2 disini. Apa

lagi kalau kau mau bersedia membantuku

mencari dimana seorang yang bernama

Cindewangi, akan besar hadiahnya ?

Wulungseto mengangguk, untuk

memutuskan pembicaraan, dan komandan itu

melanjutkan:

? Nah, sekarang silahkan pulang. Hanya

kau mesti mempelajari bagaimana tunduk dan

taat terhadap Kerajaan. Mungkin kau belum

tahu karena duniamu dihutan.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Sekarang sembahlah lambang Kerajaan

Gunung-Tunggal, kau tahu artinya Singa yang

duduk diatas kepala raksasa itu : Kekuatan

Tunggal yang berdiri diatas segala2nya. ?

Wulungseto melihat lambang diatasnya,

tetapi entah karena apa ia tidak bisa

menundukkan kepali menjembah lambang,

hingga seketika komandan itu tersinggung.

? Tundukkan kepalamu Monjet ?

Wulungseto masih tetap diam, terpaku. Dan

seketika tangan komandan terayun, lecutan

ketiga itu kini lebih kuat dan terasa membakar

kulit punggungnya.

Sekali lagi lecutan itu mengelupas kulitnya,

Wulungseto ambruk terguling karena keadaan

tubuhnya telah begitu lemah-dan lapar. Miranti

menjerit menelungkupi:

? Mas, oh, mas. ?

Kemudian dia berbisik ditelinganya.

? Berbuatlah cerdik mas, teman2mu

menunggumu, kecemasan rakyat Kerajaan ini

menunggumu, juga Cindewangi ?

? Nah berilah dia nasehat Miranti, agar dia

memahami bagaimana kekuasaan dan

kebesaran kerajaan Gunung Tunggal ?

Miranti bangkit dan merajuk:SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Maafkan kakakku tuanku. Tuanku harus

maklum bahwa selama ini dia hanya bergaul

dengan hutan, dia hanya tidak tahu, atau

terlampau bodoh untuk berbuat yang semacam

demikian ?

? Oh, jadi dia hanya terlampau bodoh. Baik

pergilah sekarang monyet dan ingat nasib adikmu

tergantung kelakuanmu disana ?

Malam itu juga memang benar Miranti

sudah sampai kembali kerumah Singopraloyo,

tetapi dalam keadaan parah dan dilemparkan

kejalanan setelah ia tidak sanggup lagi

melayani pengawal2 yang ganas.

Untunglah seorang pedagang berpedati

melihatnya dan ia mengenalnya. Dialah yang

membawa sampai Ayu Miranti dapat mencapai

rumah dan belum meninggal.

Malam itu juga Miranti ditolong oleh

seorang dukun yang pandai dan berangsur

terhindar dari malapetaka yang lebih buruk.

Wulungseto hanya bisa menahan kegetiran

yang makin memuncak melihat kenyataan2 yang

sedemikian hitam dihatinya, sedemikian gelap

dan sama sekali hancur. Menjelang subuh Miranti

dapat tersenyum memandangi Wulungseto dan

mampu mengatakan:SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Kita mesti pergi dari sini sebelum

matahari terbit. Mereka menyesal melepaskan

kau, sebab seorang telah melaporkan bahwa

kau bukan hanya pemburu. Tetapi teman baik

Singopraloyo sahabat ayah Cindewangi. ?

Wulungseto menyadari, tetapi bagaimana
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan bisa berangkat Singopraloyo sendiri

masih dalam keadaan luka parah dan sedang

dirawat baik2 oleh Mirah.

? Kita mesti pergi Seto, sebelum mereka

kembali menangkap kita semuanya. ?

Wulungseto mengangguk, tetapi tiba2

ketika ia melihat dengan jelas waktu Miranti

tersenyum, nampak sebuah gigi sampingnya

pecah, terpotong ujung. Seketika ia ingat pesan

ayahnya:

? Carilah adikmu Seto, dua saudaramu

adikmu dan kakakmu perempuan. Salah

seorang giginya pecah dan salah seorang luka

dipunggungnya ?

Hanya itu pesan ayahnya, yang lain tidak

sempat diucapkan karena ayahnya meninggal

mendadak akibat kecelakaan kuda. Dan

kenapa kedua pesan itupun tidak

tersampaikan. Wulungseto menatap Miranti

dan kemudian pelahan bertanya:

? Siapakah sebenarnya ayahmu? ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Aku tidak ingat lagi, sejak kecil aku ikut

kakek. Menjelang berusia 15 tahun aku diculik

dijual kepada salah seorang bangsawan yang

melemparkan kembali aku berdua karena akan

membantah perintahnya. ? Hanya itu yang

kuingat. Siapakah kau sebenarnya. ?

? Kau pernah tahu bahwa Ayu Mirah luka

dipunggungnya? ?

? Ya ?

? Ayahmu pandai mengendarai kuda? ?

? Ya ?

Wulungseto tahu bahwa kedua gadis itu

saudara kandungnya sendiri tetapi merasa

lebih baik masih diam.

***SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

TIGA PEKAN kemudian Wulungseto berhasil

mencapai pedepokan kembali setelah mereka

bersembunyi disebuah gua ditepian hutan tidak

jauh dari desa Singopraloyo atas bantuan

penduduk dan sahabat2-nya. Selama itu dua kali

pengawal datang menjerbu, tetapi mereka itu

bungkam. Sama sekali bungkam, hingga salah

seorang tetangga terpalsa tewas, diseret kuda

karena pengawal2 habis kesabarannya.

Mereka tidak menceritakan hal itu kepada

Singopraloyo, baru ketika Singopraloyo pamit

meninggalkan mereka menuju ke pedepokan

Kyai Anom mereka menceritakan. Hanya

seorang menitikkan airSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

mata waktu itu : Ayu Mirah, memahami betapa

mereka mencintai Singopraloyo.

Titik airmata kebanggaan sebagai seorang

wanita yang mempunyai sahabat terbaik, dan

ia mencintainya.

Wulunseto-pun baru berkata ketika mereka

sampai dan diterima tinggal bersama sahabat

karibnya pemburu Surowono.

? Kau mungkin belum memahami benar

Mas. Ayu Mirah mencintaimu. Dan kalau kaupun

mencintainya, aku akan merasa bangga. Sebab

dia kakak kandungku Miranti adikku mas. Itu

kenyataan yang sebenarnya ?

Singopraloyo terkeyut, matanya berkedip2,

kemudian tersenyum. Entah perasaan mana

bergejolak ketika itu, Wulungseto hanya

merasakan kemudian, ia dipeluknya,

dipeluknya kuat2 dan tubuh yang mulai

berangkat usia gemetar didadanya.

? Tetapi apakah kau pikir aku tidak

terlampau tua untuknya? Apakah tidak

terlampau terlambat? Tentu akan janggal aku

jadi kakak iparmu?

Apakah kau benar2 bangga? oh aku tak

tahu lagi ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Sekarang baik2 dirumah mas. Kau

belum sama sekali sembuh. Aku mesti

secepatnya menemui Cindewangi?

? Ya, ya, secepatnyapun aku akan

menyusulmu. Atau katakan mengenai aku disini.

Kukira Cindewangi akan pasti segera kemari. Ada

yang hendak kusampaikan kepadanya.

? Pesan dari ayahnya?

Wulungseto mengangguk. Ketika ia

ditinggalkan sendiri, Singopraloyo pelahan2

bangkit menengok Ayu Mirah dan Ayu Miranti

yang masih tidur lelap karena terlampau letih.

Singopraloyo mendekat dan duduk

disamping, dipandang Ayu Mirah yang kini mulai

kelihatan kewanitaannya yang sebenarnya.

Terasa wajahnya yang muram selama ini sudah

sama sekali berubah. Singopraloyo tidak sampai

hati membangunkan.

Berita kedatangan Wulungseto pagi hari itu

sudah tersiar dipedepokan, terutama kepada

Karangselo. Hal ini mengejutkan tetapi

sebaliknya Cindewangi tidak, karena ia kemudian

yakin bahwa satu ketika Wulungseto akan

kembali setelah dia memahami apa yang ia

katakan. Wulungsetopun tidak sedemikian

gelisah, karena iapun memahami sekarang

bahwa dalam dirinya kini bukan soal cintaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

asmara yang lebih mendesak dan membeban. Ia

lebih terbeban kenyataan2 yang telah dihadapi

dimana adik kandungnya sendiri, kedua saudara

kandungnya sedemikan hancur sama sekali

kehilangan segalanya. Kecuali harapan terhadap

dirinya dan kedua saudaranya itupun ia yakin

bahwa hanya setitik dari lautan martabat

kemanusiaan yang telah diterlantarkan.

Orang2 lainlah yang gelisah, karena

mereka tahu bahwa Karangselo pasti akan

tidak tinggal diam, seorang menegaskan:

? Aku telah mendengar sendiri, bahwa

Karangselo bersumpah lebih baik mati dari

pada kehilangan Cindewangi ?

? Tetapi apakah sudah pasti Cindewangi

akan menerima Wulungseto yang telah

mengecewakannya. Sebagai seorang puteri

istana ia akan tersinggung, teramat

tersinggung?

? Ah, kau memang masih hijau dalam soal.

Soal asmara ini biar terluka sedalam tiga jengkal

akan kembali menyala jika mereka bertemu ?

Entah apa lagi mereka percakapan, masing2

bertahan di pihak masing2, tetapi akhirnya

sampai juga pada kesimpulan, pasti akan terjadi

perang tanding yang paling dahsyat dalam

sejarah pedepokan Kyai Anom. Mereka menantiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

dengan hati tegang. Karena memang mereka

sayang kepada kedua-duanya.

Tetapi diluar dugaan mereka itu semua,

pertemuan pertama kali antara Wulungseto,

Cindewangi, Karangselo dan Kiai terjadi sangat

mesra. Cindewangi hanya berkata :

? Jadi kau telah memahami semuanya??

? Ya. Bahkan telah kutentukan sikap?

? Lalu apakah yang kau dapatkan disana,

diibukota, selain semua yang menggetirkan?

? Aku bertemu kakak dan adik

kandungku, kedua kakak adik kandungku Ayu

Mirah dan Miranti, lebagai bunga2 yang

terdampar dilumpur?

Karangselo terdiam, terdesak pula

perasaan haru dan sama sekali tidak timbul

perasaan dendam apapun. Sebab waktu itu

sama sekali tidak nampak bahwa keduanya

bertemu untuk persoalan cinta asmara, bahkan

dipandangan mata mereka. Tidak. Benar2

keduanya merasakan ada yang lebih penting.

Ialah beban kemanusiaan.

Dua minggu kemudian pedepokan Kyai

sudah resmi mendapatkan anggota baru,

seorang jagoan tua, yang penuh semangat dan

suka lelucon. Hingga seakan-akan pedepokan itu

kini digerakkan oleh nafas baru, ialah nafasSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

kegembiraan dan pengertian yang lebih

mendalam, apakah artinya mereka itu. Bahwa

mereka adalah sebagian dari kekuatan untuk

merombak kemuraman Kerajaan Gunung

Tunggal mencari cahayanya kembali.

Hanya Karangselo kini menjadi sebaliknya, ia

mulai dirayapi dendam kembali setelah melihat

pergaulan Wulungseto dan Cindewangi semakin

rapat, mesra dan tersirat gairah asmara yang

tidak mungkin dilenyapkan lagi. Ialah salah

seorang yang menjadi muram dan menyeret

pikiran-pikiran yang pernah timbul,

bagaimanakah dengan adanya hadiah dan

kejayaan jika ialah seorang yang bisa membawa

dan menjerahkan Cindewangi dan Wulungseto

kepada kerajaan Gunung-Tunggal?

Kekalutan makin menjadi gelap dan makin

gelap, satu malam ia melihat dengan mata

kepala sendiri, Cindewangi menatap

Wulungseto:

? Seto, pelajaranmu hampir selesai. Sudah

waktunya kau memulai sesuatu yang besar, ialah

menuju kekerajaan Gunung Tunggal.

Aku yakin sekarang bahwa kaulah orangnya

yang kucari selama ini. Kini kuserahkan jiwa
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ragaku kepadamu. Tercapai atau tidak. KerajaanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Gunung Tunggal aku tetap akan mencintaimu,

jadi ini bukan syarat bagiku.

? Seto, kenapa kau diam? ?

Wulungseto tetap tidak menjawab, ia hanya

bisa menggerakkan jari-jemarinya membelai

rambut Cindewangi.

? Akulah orangnya Cindewangi ?

Tetapi Wulungseto tidak mengetahui

bahwa seorang yang lain juga mengatakan

dalam hatinya dengan penuh kemarahan.

? Akulah orangnya Cindewangi,

Karangselo. Karangselo yang akan

mendampingimu menuju Gunung Tunggal,

atau kau kuserahkan sama sekali kepada

Kerajaan yang kau benci sekarang, jika jalan

lain tidak kau sediakan ?

Malam makin gelap dan hati mereka berdua

cerah kecuali hati Karangselo yang sampai

kepuncak kegelapan. Ajaran2 Kiai Anom sama

sekali lenyap sudah, ditimpa sakit hati, patah

hidup dan dendam yang menyala-nyala.

Pembangunan kemampuan lahir maupun

batin Wulungseto dipedepokan Kiai Anom, dapat

dicapai dalam waktu singkat dengan baik

olehnya, hingga soal inilah yang terakhir

menjebabkan Karangselo sudah tidak dapat

menahan lagi kerusuhan hatinya. Sama sekali iaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

tidak bisa memahani apakah yang harus

ditempuh oleh Wulungseto. Karangselo hanya

melihat bahwa dirinya terdesak kesudut,

terdesak pengaruhnya terhadap seluruh

keluarga pedepokan, terdesak pribadinya dan

seakan-akan terhimpit tanpa satu harapan

gemilang.

Suatu malam yang muram, gelap, sama

sekali gelap dan sama sekali senyap, ketika

Karangselo pulang dari ujian terakhir bagi

Wulungseto untuk bisa meninggalkan

pedepokan, Karangselo mendapatkan keris

pusakanya Kiai Tunggul Samudro.

? Oh, Kiai Tunggul Samudro, sekarang

aku rasa sudah waktunya. Wulungseto harus

lenyap dari muka bumi ini, untuk

menyelamatkan kedudukan Karangselo

sebagai murid tertua dan terberani. Sebagai

murid paling terkenal selama ini.

Dan Cindewangi, tak mungkin akan

kudapatkan, selama Wulungseto masih hidup,

itu jelas. Tidak ada jalan lain, Kiai Tunggul

Samudro, bagi Karangselo keluarga dari

Karangkobar yang memegang kekuasaan

daerah itu dahulu. Tidak ada kemungkinan bagi

Karangselo, tidak ada apa2 lagi, selama

Wulungseto masih ada. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Karangselo terdesak sesaat, sebab waktu itu

ia melihat betapa keris pusakanya seakan-akan

bergetar dan memancarkan cahaya yang lain.

Ada sesaat terasa bahwa keris pusakanya tidak

seirama dengan getaran hati dan gairahnya.

Tetapi hal ini masih tenggelam dalam kerusuhan

hati yang terbakar dendam dan kecemasan.

Waktu itu juga ia kembali keluar dan tepat waktu

itu, ia melihat Wulungseto tengah menyiapkan

kudanya. Karangselo seketika mempunyai

perasaan yang lapang. Pikirnya satu kesempatan

terbaik baginya.

Waktu itu juga ia berhasil menyiapkan

kudanya dan menyusul Wulungseto yang telah

memacukan kudanya menuju ketempat yang

selalu dikunjungi menengok adik2nya,

Sampai disuatu tempat dimana pohon

kamboja mulai berbunga putih2 setelah sebulan

tidak dilihatnya, Wulungseto turun dari kudanya

waktu ia terkejut karena mendengar derap kuda,

tetapi jelas bahwa derap kuda bukan derap kuda

putih milik Cindewaagi, ia masih bisa mengerti

bahwa itu kuda Karangselo, si Gagaksetro.

Wulungseto telah merasa bahwa satu

kemungkinan yang tidak baik akan terjadi, ia

sudah merasa bahwa gelagat Karangselo akhir2

ini sangat mencurigakan.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Wulungseto bagaimanapun telah

menentukan sikapnya bahwa ia tidak akan

melayani jika tidak terpaksa. Turun dari kuda

Karangselo langsung mendapatkan

Wulungseto dalam keadaan tegang, sinar

matanya menyala terlihat kepastiannya untuk

bertindak sesuatu yang telah lama

didendamkan dan langsung berkata.

? Aku merasa sudah waktunya

Wulungseto berterus-terang. Aku selama ini

tidak menyukaimu.

Aku mengakui bahwa sikapnya yang

mengelakkan perkelahian selama ini,

menyebabkan aku menghargaimu. Tetapi juga

terpaksa menaruh curiga. Apakah sebenarnya

maksudmu datang kemari? ?

? Mungkin semuanya sudah kau ketahui?

? Kau ingin menguasai pedepokan ini?

Semuanya. Termasuk Cindewangi hendak kau

miliki? Itu sudah jelas?

? Kukira istilahnya bukan ingin menguasai.

Kukira aku telah merasakan kegembiraan

mencintai masyarakat pedepokan ini. Kau tahu

selama ini aku hanya mencintai hutan belukar,

mencintai diriku sendiri sebagai seorang yang

bernafsu akan segala pengalaman hidup. ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Pokok halnya Wulungseto, aku tidak

menyukai kau ada disini. Kau pergi atau aku

yang mati.

Itu sudah menjadi keputusanku. Kau tidak

bisa mengelakkan lagi jika kau masih

menghendaki diam disini. Malam ini waktumu

terakhir untuk mengambil keputusan Tidak ada

kesempatan lain. ?

Wulungseto melihat jelas, bahwa

Karangselo telah menghunus keris pusakanya,

dan ia sendiri tidak membawanya. Keris

pusakanya masih disimpan Kiai Anom untuk

dipertinggi kekuatannya. Dan ia tahu bahwa

tidak mungkin ia menyerah.

Wulungseto menatap tajam, pandangan

sesaat menggetarkan hati Karangselo yang

merasakan sesuatu kesalahan dalam

perbuatannya. Tetapi keinginan yang

menyala2 tak bisa lagi terkuasai. Wulungseto

mengucapkan pelahan2.

? Aku tidak bermaksud mengundurkan diri

dari tantanganmu Karangselo. Tetapi ada

kusampaikan. Bahwa aku memerlukan

kesempatan yang lebih penting. Ialah

berangkatku besok.

Kau sudah tahu semuanya mengenai

kehidupan di ibukota Kerajaan dariSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Singopraloyo. Aku sudah korbankan kedua

saudara kandungku. Lawanku bukan kau,

lawanmu bukan aku. Tetapi kekuasaan

Kerajaan sekarang yang menuju kepada

kehancuran kemanusiaan.

Itu bila kau menerima. Jika tidak tundalah

sampai segala sesuatu sempat kukerjakan, dan

akan menerima tantanganmu. Sampai salah satu

lenyap. Kau tahu Karangselo aku pahit lidahku

mengatakan ini, tetapi lebih pahit jika aku tidak

sempat memulai sejarah Gunung Tunggal. ?

Karangselo merasa ada suatu yang

menikam kedalam jantungnya.

? Satu hal kuherankan, kenapa kau

terlampau cepat menjadi goyah? Adakah yang

kau muramkan selama ini? ? Mungkin memang

demikian keadaan kita sekarang, kehilangan

tujuan dan kebanggaan, kehilangan jalan kehi
dupan dan kehilangan segala sesuatu yang

berharga bagi kita. Tetapi sekarang pasti kau

sudah tahu, bahwa tujuan itu ada. ?

Karangselo terpaku, tangan yang

menggenggam Kiai Tunggul Samudro gemetar,

pemandangan menjadi gelap. Merasakan apa

yang dikatakan Wulungseto benar dan dia

rasakan selama ini. Hingga mereka berdua tidak

tahu bahwa waktu itu Cindewangi sudah beradaSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

diantara mereka, berdiri dibelakang

Karangselo, lelah merentang sebuah busur.

? Karangselo, simpanlah kerismu.

Sekarang bukan waktunya untuk memulai hal

lain ?

Keduanya berpaling, merasakan sesuatu

yang memalukan, Cindewangi melanjutkan:

? Sarungkan kerismu Karangselo, atau

terpaksa harus kulepaskan anak panahku.

Ingatlah bahwa sudah aku tidak

memerlukan kalian, seluruh rakyat menantikan

kesediaan berbuat sesuatu hal ?

Karangselo tertunduk, hatinya merasa

tersayat oleh perasaan malu terhadap dirinya

sendiri.

Pelahan-lahan ia menyarungkan kerisnya

kembali. Suasana makin sunyi, karena ke
tiga2nya sama sekali tidak mengucapkan

kelanjutannya. Wulungseto kemudian menguSumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

capkan dengan nada yang sangat lain.

? Karangselo, kau tidak ingin menengok

adik2ku. Ada disana ayam panggang. Tengah

malam kita bisa berangkat langsung untuk

berburu. Besok pedepokan akan berpesta. ?

Karangselo mengangguk. Cindewangi

meletakkan busurnya memasukkan anak

panahnya kedalam sarungnya kembali.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Karangselo, sarungkan|ah kerismu atau terpaksa harus

kulepaskan anak panahku. ? seru CiudewangiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Maafkan aku Seto. Aku sendiri tidak tahu

kenapa kegoncangan dalam hati selama ini,

selalu datang, datang dan melanda begitu

dahsyat. Hingga aku sendiri tidak tahu apakah

yang sebenarnya terjadi. ?

? Siapakah ayahmu Karangselo? ? .

? Aku tidak tahu siapa ayahku. Selamanya

aku hanya mengenal kakekku Karang Kobar ?

? Ibumu? ?

? Aku tidak pernah mengenal, entah

dimana mereka itu. Hidup matinyapun aku tidak

tahu. ?

Cindewangi tiba2 menitikkan airmata dan

mengucap-kan dengan tersendat-sendat.

? Oh, semuanya begitu. Orang muda yang

sejaman kita hidup dalam ketidaktahuan,

kegelisahan dan kehilangan yang terutama dari

hidup. Ialah cinta kasih ?

Wulungseto kemudian ingat bahwa

Singopraloyo pernah bercerita bahwa semasa

pergolakan peperangan melawan Kerajaan

Barat, pernah memperisteri seseorang lain

kecuali ibu Cindewangi. Tetapi hilang entah

dimana waktu mereka dikepung dan desa

dimana mereka bersembunyi habis terbakar

rata dengan tanah. Singopraloyo berhasilSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

menyelamatkan diri, tetapi isterinya hilang

dalam keadaan mengandung. la hanya ingat

selain itu bahwa ayah gadis itu seorang Kyai

bertangan satu, karena yang satu dipotong

waktu lelaki itu tertangkap mengadakan

perlawanan terhadap pengawal Kerajaan.

? Kakekmu dimana sekarang? ?

? Sudah meninggal ?

? Kakekmu tidak cacad ?

? Kakekku hanya berlengan satu ?

Wulungseto tertunduk, tidak tahu apa yang

hendak diucapkan. Karangselo menatap dan

tidak mengerti, kenapa Wulungseto menjadi

terdiam.

***SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

KENYATAAN menghilangnya Singopraloyo,

Wulungseto dan kedua wanita yang kemudian

dikenal oleh mereka sebagai kakak dan adik

kandungnya, menyebabkan pengawal Kerajaan

cukup menaruh curiga akan kemungkinan2

meluasnya pemberontakan yang digerakkan

oleh Cindewangi. Hingga keluarlah

pengumuman Kerajaan : Hadiah yang lebih

besar bagi penangkapan Cindewangi hidup atau

mati, dan Hadiah bagi penangkapan

Singopraloyo sama sekali. Dan berita mengenai

dikeluarkannya pengumuman ini sudah sampai

kepada Kyai Anom, hingga sengaja hari itu

pedepokan mengadakan pesta. Bermaksud

menghilangkan kecemasan dan kegelisahanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

dikalangan penghuni pedepokan dan

masyarakat, Kyai Anom perlu mengambil

tindakan yang pasti dan tegas2. Gerakan2

perlawanan tidak perlu lagi bersembunyi.

Sudah waktunya digerakkan secara terang2an

dan penuh semangat, sebelum mereka itu

dilumpuhkan oleh kekuatan senjata. Sebab

daerah pedepokan itu cukup memungkinkan

mengadakan pertahanan dalam waktu yang

lama dan banyak hal yang menguntungkan

peperangan.

Sementara itu Wulungseto dan Karangselo

telah kembali kepedepokan membawa tiga

ekor rusa, menjebabkan pedepokan menjadi

hangat oleh kegembiraan yang melonjak.

Malam itu diluar kebiasaan, Kyai Anom

mengumumkan bahwa semua yang hadir

diijinkan membawa pasangan2 masing2. Mereka

heran akan pengumuman itu, tidak memahami

apakah yang akan berlangsung nanti malam,

sedangkan keadaan makin gawat. Seorang dua

orang telah mengerti siapakah Cindewangi

Singopraloyo, Wulungseto Seorang dua orang

telah memahami bahwa pedepokan ini

menghadapi satu kesulitan yang mungkin akan

menyeret malapetaka menjadi korbanSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

keganasan Kerajaan yang sedang memuncak

kepada Kemegahan yang memuakkan.

Tetapi akhirnya mereka itupan tidak peduli,

mereka percaya bahwa Kyai Anom cukup

bijaksana untuk menyelamatkan pengikut2 dan

masyarakat sekitarnya.

Mereka lebih tertarik bagaimana soalnya

sekarang ketiga rusa itu dapat dijadikan santapan

yang paling enak dari segala jamuan.

Lebih2 bagi Singopraloyo, malam itu untuk

pertama kali ia hendak mengajak Ayu Mirah, la

hendak menunjukkan bahwa Singopraloyo

yang selama ini hidup membujang, cukup bisa

membuktikan bahwa iapun belum terlambat

untuk memperisterikan seseorang yang jarang

didapatkan didaerah itu, kejelitaannya.

Sejak sore hari ia telah meminta agar Ayu

Mirah malam itu agar berpakaian serapi mungkin,

seindah mungkin. Sebagaimana iapun telah

memilih destar yang Ayu Miranti sesaat2 melihat

betapa Singopraloyo bersikap agak lucu, dan

menggelikan. Jika diingat betapa selama ia

mengenalnya sebagai seorang yang ganas,

bengal dan ditakuti oleh pengawal2 yang

sombong2. Bahkan Miranti sama sekali akhirnya

tidak dapat menahan senyum.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Ketika ia melihat bagaimana Singopraloyo

berkali2 memperbaiki destarnya, berkali2

bahkan yang terakhir destar itu di bantingnya

karma merasa kurang kena dipakainya.

Tetapi kemudian ia ingat bahwa

destarnyapun hanya satu, itupun pinjaman dari

Surowono.

Selesai berpakaian akhirnya Singopraloyo

alias Goang mendekati Ayu Mirah yang telah

selesai pula berpakain, pelahan2 ia berkata:

Kau memang cantik Ayu Mirah Cantik dan

masih agak muda. Ada kira2 12 tahun lebih

muda dari aku.

Terus terang apakah kau tidak merasa aku

terlampau tua Ayu??

Singopraloyo terdiam, Ayu Mirah berpaling

dan tersenyum. Bahkan kemudian ia mendekat

dan memperbaiki baju Singopraloyo yang

menjebabkan nafasnya makin sesak karena

perasaan bahagia,

? Aku kira tak pernah kubicarakan soal

usiamu. Apakah kau masih sangsi? ?

Ya, wajar pula jika aku sangsi tetapi

mungkin juga karena selama ini aku tidak

pernah bersungguh?2 terhadap wanita, juga

sebaliknya semua wanita tidak bersungguh2

kepadaku ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Tetapi aku bukan wanita2 yang lain itu.

Kau tetap tampan bagiku dan akan selalu

tampan dihatiku, percayalah?

? Tetapi masih ada satu hal Ayu, yang

mungkin akan tidak menyenangkan hatimu,

tetapi harus kukatakan kepadamu.

Aku pernah dimasa peperangan

berkecamuk, pernah berhubungan dengan

seorang gadis, tetapi gadis itu hilang waktu

desanya terbakar habis. Kita berpisah

sedangkan gadis itu telah mengandung.

Kalau anak itu masih hidup sekarang,

seusia Karangselo. Kuharap jika anakku itu

hidup, cintailah sebagaimana kau mencintai

anakmu sendiri. ?

Ayu Mirah tersentak, tetapi kemudian bisa

dikuasainya perasaannya:

? Dan wanita itu? ?

? Aku tidak tahu. Tetapi menurut

seseorang mengabarkan bahwa dia meninggal

tiga tahun kemudian setelah dia selamat dari

penangkapan!! isteri2 pejuang. Kau tidak

kecewa dengan kenyataan ini? ?

? Bagaimana bisa kecewa. Kita semuanya

mempunyai 1 kebaikan2 dan keburukan2 yang

tidak kita kehendaki, tetapi kita sudah

dilandanya ?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Sebelum turun malam halaman pedepokan

sudah penuh, dimana tiga ekor rusa telah

berputar diatas api disudut, dan beberapa obor

besar menerangi seluruh halaman yang terasa

agung, dimana sebuah pohon beringin disudut

lain seakan2 melindungi halaman itu.

Singopraloyo datang bersama Ayu Mirah,

dengan senyum2 disertai Ayu Miranti.

Wulungseto dan Cindewangi serta Karangselo
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih menghadap Kyai Anom untuk

menentukan langkah2 yang diperlukan.

Sedangkan Singopraloyo begitu datang begitu

mulai dengan lelucon2nya, membawa suasana

halaman itu menjadi asyik dan mengasyikkan.

Kiai Anom hanya mengatakan kemudian pada

akhir pembicaraan:

? Jadi sudah jelas Wulungseto.

Keberangkatanmu ke ibukota Kerajaan

menanggung nasib pedepokan ini. Dimana

pedepokan ini akan kuresmikan menjadi pusat

pemberontakan diseluruh wilayah Kerajaan.

Yang kuperlukan ialah kau harus hubungi

semua panglima yang sehaluan dengan kita

dan sampai dimana kekuatan Kerajaan dan

dimana kelemahannya ?

? Ya, hamba akan selalu ingat hal ituSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Dan kau Karangselo, aku tahu kau masih

terlampau muda untuk bisa menguasai

pergolakan batinmu baik yang menuju kepada

yang buruk maupun yang menuju kepada yang

baik.

Tetapi aku percaya kahwa kau akan bisa

berbuat yang kita perlukan, yang diperlukan

untuk mereka yang kini menjadi korban

kebiadaban Kerajaan Gunung Tunggal ?

Cindewangi menatap Wulungseto.

? ingatlah bahwa aku selalu menantimu

disini. Atau kelak di ibukota Kerajaan yang baru

?

? Percayalah bahwa Tuhan Yang Maha

Esa akan selalu membimbing mereka yang

bergulat untuk menuju kepada perbaikan ?

Tepat tengah malam setelah mereka itu letih

bersendau-gurau dan letih dengan pertandingan2

yang bersifat keakraban. Kyai Anom baru keluar

dari pendopo memakai pakaian putih, cemerlang.

Suasana menjadi sunyi, diam dan seluruh

perhatian terpusat kepada wajah dan pandangan

mata Kyai yang memancarkan kebesaran dan

keyakinan sedemikian kuat. Singopraloyo

tergetar hatinya melihat bagaimana keagungan

pribadi KyaiSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Anom, diiringi oleh Wulungseto, Cindewangi

dan Karangselo.

Kemudian Kyai Anom duduk ditengah
tengah mereka dan semuanyapun duduk

mengatur diri kembali:

? Bagaimana kalian sudah cukup

bergembira malam ini?
? Sudah Kyai, lebih dari gembira. Karena

kita semuanya diijinkan membawa seseorang

yang dikasihi.?

Singopraloyo menjawab mulai dengan

lelucon:

? Sebab sepanjang ingatan hamba, belum

pernah terjadi dipedepokan diijinkan

sedemikian. Nah untuk saya sendiri ingin juga

hamba perkenalkan anu saya ?

? Anu saya, apa itu??

? Anu saya, ya anu hamba ini. ?

Mendadak pertemuan yang sunyi itu

meledak tertawa mereka, memang itulah yang

dikehendaki Kyai anom, untuk mencari

kesempatan yang terbaik bagi tujuan utama.

? O, ya, ya, sekarang aku tahu apa yang

kau maksudkan ?

Dan tiba 2 Surowono menyahut.SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

? Tentang hamba maafkan sekali ini,

bahwa hamba tidak bisa memperkenalkan anu

hamba sebab anu hamba belum anu ?

Mereka makin tidak bisa menguasai dan

meledaklah gelak tertawa yang lebih keras

? Ya, anu hambapun belum beranu-anu.

Kemudian Kyai Anom berdiri, semua diam.

Diam dan hening seketika:

? Sekarang dengarkanlah anak2.

Sekiranya kalian sudah cukup bergembira ria,

cukup mengertikan satu sama lain, baik yang

lama maupun yang baru. Kini tiba waktunya

aku hendak menyampaikan sesuatu yang

penting, sangat penting, dan perlu kau pahami

dalam-dalam.

Hari ini adalah hari yang terakhir aku

sebagai Kyai Anom hadir ditengah2 kalian. Aku

hendak menyampaikan satu 1 niataan yang

sebenarnya.

Kalian tentu masih ingat, akan peperangan

yang baru lalu dimana seluruh rakyat bangkit

melawan tentera Kerajaan dari Barat yang

menguasai wilayah Kerajaan Gunung Tunggal

dan telah mendengar siapakah yang memimpin

. pemberontakkan itu sebenarnya?

Yang kemudian dikenal sebagai Kiageng

Tunggal dan akhirnya dikabarkan wafat, danSUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

dimakamkan dengan upacara kenegaraan.

Kalian masih ingat betapa kepedihan waktu itu

menyelimuti Kerajaan Gunung Tunggal yang

sedang memulai sejarah kemerdekaanya.

Tetapi kenyataan yang sebenarnya tidak

demikian. Kiageng Tunggal tidak wafat

Kiageng Tunggal masih diantara kalian.?

Sementara itu Kyai Anom menanggalkan

pakaian putihnya dan nampak seorang lelaki

yang berpakaian hitam memang sudah lanjut

usianya tetapi masih nampak perkasa!

Singopraloyo tiba2 berteriak: ?Hei. Kiageng

Tunggal, Oh..Oh, ? Singopraloyo berlari2 dari

tempat duduk, melompat dan memeluk

Kiageng Tunggal yang selama ini dikenal

sebagai Kyai Anom. Pelukan itu makin kuat

setelah Kiageng Tunggal membalas

memeluknya. Semua yang hadir terpaku

melihat kejadian yang tidak tersangkakan sama

sekali Singopraloyo berteriak kemudian

dengan kata2 yang terputus2

? Inilah pemimpin kita sejak rakyat

Kerajaan merintis kemerdekaannya. Tetapi

bagaimanakah dengan pemakaman

kenegaraan yang lampau terhadap jenazah

Kiageng Tunggal, palsukah itu Kiageng.?SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

BERSAMBUNG JILID II

?BERHASILKAH WULUNGSETO

memasuki Ibukota Kerajaan Gunung Tunggal?

yang masih memiliki puncak kekuasaannya,

puncak kebesaranya. Lalu tentara Kerajaan?

Puncak dari semua bentuk kemewahan tetapi

penuh bahaya? Puncak dari kekejaman karena

ketakutan runtuhnya Kerajaan? Dan puncak

dari pergaulan bunga2 Istana yang hanya

memikirkan bagaimana haus dahaga gairah

asmaranya tersampaikan?

Tentu pada permulaannya Wulungseto tidak

berhasil, karena kekuatan yang dihadapinya

seolah2 raksasa bertangan seribu yang suatu

saat bisa meringkus dan meremasnya sampai

tubuhnya menjadi lumat. Dan ia harus

memasukinya untuk mendapatkan teman. Untuk

membangkitkan kesadaran kesadaran akan

kemerdekaan dan keadilan. Untuk meletakkan

titik2 keberanian dan menyalakan titik2 api

pemberontakan yang menentukan.

Dia harus mengembangkan cita2 dan tujuan

terakhir dari pedepokan Kyai Anom atau

sebenarnya Kiageng Tunggal, cita2 Cindewangi

untuk merintis kepada terbangunnya kekuasaan

yang sanggup memberi jalan bagi kedamaian143

SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

dan martabat rakyatnya. Harus merayapkan

cita di sela2 bencana dan godaan kemewahan

serta hidup yang penuh gelimang dahaga

asmara, dahaga kenikmatan dunia.

Dalam jilid kedua inilah akan dipaparkan

dengan lebih realistis lebih terperinci.

Dan bersama ini pula mas Kirjomulyo

menyampaikan salam dengan pengharapannya

bisa bertemu dijilid yang akan datang.

PENERBIT

Pringsewu 7/04/2019 10:48 AM144145146

SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Jilid II

Karya KIRJOMULJO

Gambar Luar & Dalam Drs. OYI SOEDOMO

Penerbit SINTA RISKAN Jl Judonegaran 22 Jogja

Credit Ebook

Sumber Pustaka : Pak Gunawan AJ

Sumber Image : Koh Awie Dermawan

first share in Kolektor E-book147

PRAKATA:

TERDJADI ATAU TIDAK kisah Tjindewangi
Wulung-seto ini, seorang tidak bisa mengatakan dengan

benar. Tetapi sampai sekarang didaerah pegunungan

pualam, jang memandjang tidak kurang dari 30 km.

didaerah pantai Kediri Selatan masih sering terlihat,

bajangan seekor elang putih jang melajang lajang

ditengah malam. Disaat-saat akan terdjadi perubahan
perubahan besar, baik perubahan kearah jang baik

maupun jang buruk. Merupakan bajangan pengharapan

dari rakjat, merupakan bajangan pengharapan djaman

jang kekal.

Dan bajangan itu kata orang adalah
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pendjilmaan Wulung seto jang menjesal, jang

mengharapkan dan mendorong hati nurani bangsa

Indonesia untuk bisa kembali kepada kedjajaan dan

kebesarannja, seperti djamannja. Dan terus mentjari

siapakah pendjilmaan Tjindewangi? Ja, sebab

Tjindewangi berkata, bahwa mereka akan bisa bertemu

kembali satu saat, diwaktu bangsa Indonesia kembali

djaja dan besar.

Entah kapan dan siapakah pendjilmaan

Tjindewangi? Djaman akan mengatakan.

Penulis148

BAGIAN I

-Ja, memang ada kesalahanku, Bahwa aku bersama
sama pimpinan2 peperangan kemerdekaan tidak mengadakan

perombakan sebenarnja. Perombakan itu hanja setengah
setengah, dan kita bersa?ah masih mempertjajakan kepada

keluarga Istana jang lalu jang kita pikirkan dapat

menjempurnakan kemerdekaan jang kita tjapai, Dan

melesedlah achirnja.

Peperangan kemerdekaan jang kita beli dengan

pengorbanan sedemikian besar, digenggam oleh mereka jang

ingin mempergunakan untuk sesuatu hal lebih buruk ialah

kedjajaan Keradjaan, kemegahan Keradjaan, kemewahan

Keradjaan setjara berlebihan diatas penderitaan rakjat jang

dihalau oleh kekerasan dan kekedjaman
Aku bersama pimpinan2 peperangan jang tidak

sehaluan dengan mereka disingkirkan dengan tjara jang sangat

litjik. Sebagian mati setjara diam2 dan aku disimpan dalam

tanah, untuk kemudian diberitakan meninggal karena sakit.

Tetapi berkat pertolongan ajah Tjindewangi aku bisa

lolos dan lari ke kepedepokan ini dengan nama Kjai Anom.

Tetapi apakah akibatnja bagi ajah Tjindewangi? ia di hukum

mati dan siapakah jang melaksanakan?

Sahabatnja sendiri. Singopralojo jang setelah terdjadi

menjesal dan mengutuki kekotoran Keradjaan jang ditjiatainja,

Sekaranglah waktunja sahabat2ku, kita bangkit kembali

dengan tudjuan jang murni. Dari padepokan ini akan kita mulai.

Siapa jang undur-undurlah sekarang.
Tiba2 suara Kiageng Tunggal menggetar,

menegaskan apa jang ditantangkan

- Adakah dari antara kalian jang hendak undur dari

perdjalanan sedjarah kita sekarang ini?
Serentak suara mereka mendjadi satu gumpalan

raksasa kejakinan dan keiklasan:149

- Tidak
Kemudian suara itu, Kiageng Tunggal menjadi

pelahan2, bahkan terasa pedih dan getir bagi iapapun jang

memahami lebih dalam:

- Memang aku sudah landjut, dan mungkin tidak akan

mampu sampai titik achir, tetapi kalian angkatan muda,

Wulungseto dan Tjindewangi terutama. Kuharapkan kau tidak

akan melepaskan tudjuan ini. Mari kita rintis sedjarah

Keradjaan Gunung Tunggal jang sebenarnja, Keradjaan Hati

nurani dan Keradjaan keinginan rakjat jang luas. Sampai titik

achirnja-
Mendjelang larut malam, Wulungseto keluar dari

padepokan. Dimatanja masih terbajang wadjah2 dari seluruh

penghuni padepokan jang memantjarkan kejakinan dan

kepastian akan langkah jang hendak ditempuhnja. Dipetjahkan

alam hati mereka oleh teriakan2 mereka jang menggema,

merupakan suara hati jang tidak tertahankan, dan merupakan

suara djaman jang gelisah ketika menemukan martabatnja

kembali.

Tetapi disamping ada satuhal hendak ia kerdjakan,

mentjium adik2nja sebelum ia pergi meninggalkan. Djuga ia

harus mengatakan kepada Singopralojo mengenai anaknja

KarangSelo jang belum pernah ia kenal sedjak dilahirkan.

Kedua keinginan itu sempat ia kerdjakan, tetapi kedua adiknja

sudah tidur lelap karena tjapai dan terlampau damai dalam hati

mereka

Hampir2 Wulungeto tidak bisa mengangkat dirinja

kembali saat duduk disamping kedua adikja jang sama sekali

telah berubah wadjahnja jang muram, mendjadi wanita

mendjadi sesungguhnja wanita jang tidak patah hidup, tidak

mati perasaan dan tidak kehilangan dunianja. Kemudian ketika

ia sampai dipintu hendak pergi, ia baru berpaling:

-Mas Singo, masih ingatkah kau. Kau pernah

bertjeritera scorang wanita jang hilang dan sudah melahirkan-150

-Ja, ?ku tjeriterakan didalam gua jang lalu
- bahwa gadis itu kau berikan tjintjin ular naga

berkepala mahkota? Bahwa ajah wanita itu seorang Kiageng

jang bertangan satu? Karangselo memakai tjintjin itu dan

kekeknja Kiageng Karangkobar bertangan satu, dari desa

Alaskarang
Singopralojo terkedjut, hampir2 ia tidak bisa berpikir

apakah Wulungsetokah jang berkata didepannja hingga waktu

Wulungseto melangkah pergi dengan gugup Singopralojo

mengedjar dan berteriak

- Hei, Seto. Berhentilah, Tunggu sebentar. Apakah

kau habis berkata? Hei, apakah jang habis kau katakan? Hei

Seto, tunggu, Apakah jang habis kau katakan?
- Karangselo memakai tjintjinmu
- Karangselo jang mana?
- Tjarilah ia dipedepokan, ja menanti disana
Wulungseto menghilang dalam kegelapan, tidak

ingin melihat apakah jang hendak diutjapkan oleh

Singopralojo.

Sedangkan Singapralojo tiba2 telah benar2 mendjadi

kalap karena kegirangan jang tiba2 meledak dalam hatinja. Ia

berlari keluar dan berteriak ter-putus2:

- Hei Karangselo. Selo, dimanakah kau, aku disini

Selo, ajahmu Selo
Suara itu sedemikian menggetarkan setiap hati jang

mendengarja, hingga pedukuhan sekitar pedepokan Kiageng

Tunggal bergetar, kembodja2 terajun, bunga2 berguguran.

-Hei Karang Selo. Dimanakah kau
Sekali lagi Singopralojo berteriak lebih menjesakkan

nafas, Apa jang sedang dikerdjakan. se-a?an2 tidak sadarkan

diri lagi,

Karangselo mendengar kemudian dan ia berlari

keluar halaman pedepokan mentjari arah suara itu. Ja heran

bahwa suara itu suara Singopralojo, kemudian ia baru ingat151

bahwa kakeknja memberikan sebuah tjintjin kepadanja dengan

pesan:

- Ini satu2nja Selo, jang bisa menemukan ajahmu. Ini

ditinggalkan ibumu ketika ia akan meninggal dan ia

mengatakan bahwa ia pemberian ajahmu sedjak mereka

berkasihan.
Karangselopun berteriak dangan suara parau,

terputus2:

- Ajah, aku disini ajah ?

Malam makin hening setelah kedua suara itu hilang

karena mereka telah berpelukan disuatu tempat jang

terlindung.

Beberapa orang sudah mulai keluar untuk

mengetahui apa jang terdjadi.

Tetapi malam terlampau gelap, hanja hati

Singopralojo dan Karangselo melihat satu tjahaja. Tjahaja jang

belum pernah ia lihat dan mereka miliki selama ini, ialah tjahaja

tjinta kasih.

Keesokan harinja matahari memantjar dengan

tjahaja jang tjemerlang. Wulungseto telah siap menjediakan

kudanja dan diperlengkapi dengan pakaiannja. Karena ia

bermaksud untuk pergi kepedukuhan Kembangsore

mendjemput Kongse dan wengatakan apakah jang telah

terdjadi. Sama sekali seakan akan Wulungseto tidak

mengetahui apakah jang telah terdjadi antara Karangselo dan

Singopralojo semalam. Dan ia memang tidak tahu apakah jang

terdjadi setelah mereka berteriak memanggil - manggil. Tetapi

berita tentang kenjataan bahwa Karangselo adalah anak

?ingopralojo telah tersebar sedjak subuh hari tadi, setelah

beberapa orang mengetahui bagaimana Karangselo memeluk

ajahnja.

Tiba-tiba Karangselo muntjul dibelakang halaman

pedepokan menepuk leher kuda Wulungseto sambil berkata.152

- Kata ajah, kau jang berkata mengenai soalku

Wulugseto
Wulungseto mendjawab dengan perkataan jang

terputus-putus:

- Ja, tetapi djuga ajahmu jang menjebabkan aku

bertemu adik kandungku,
- Oh, sekarang kau hendak kemana?
- Mendjemput sababatku Kongso, dipedukuhan

Tembangsore
- Maafan aku Seto, djika pernah kusimpan jang buruk

terbadapmu. Tetapi sekarang segala jang buruk itu sekarang

sudah tersingkir., Tentag adikmu Miranti, apakah dia sudah

mentjintai seseorang Seto?
Wulungseto terkedjut tetapi ditahannja,

- Kukira belum, tetapi kenapa kau tanjakan. Ada

sahabatmu jang mempunjai hati kepada adikku?
- Ada
- Aku boleh bertanja, siapa?
- Karangselo
Keduanja terdiam, Karangselo ter-senjum2 merasa

malu,

- Apakah kau keberatan djika kupanggil kakak ipar?
- Sama sekai tidak Karangselo, tetapi apakah kau

memahami kenjataan jang telah dialami adikku, kenjataannja

terlampau getir teramat getir bagi seorang wanita dan aku

sangsi bahwa akan kau terima kegetiran itu
Karangselo terdiam. Wulungseto berpaling tanpa

memandang kepada Karangselo

- Dia bukan lagi perawan sedjak remadja
Karangselo terpukau, menatap kedalam hati nurani

Wulungseto

-Tetapi akupun bukan perdjaka lagi sedjak lama.

Apakah itu berbeda?-153

Karangselo melangkah pergi menudju rumah

penginapan Singopralojo, Wulungseto terkedjut disampingnja

telah berdiri Surowono sahabatnja pemburu tua, tersenjum2
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan berkata pelahan2

- Seto. Aku dengar Seto. Kau akan pergi. Ada pesanku

pribadi, ja mungkin memalukan dan sangat remeh bagimu. Kau

tidak keberatan? Kukira, tak ada orang lain dapat menolongku.

Begini! Aku sebenarnja dulu tentera Keradjaan, pengawal dari

salah seorang Pangeran. Tetapi Pangeran itu agak Suka

terlampau suka perempuan. Hingga isteriku diambilnja dengan

paksa. Tetapi aku tetap mentjintainja dan aku tetap mentjuri

kesempatan. Untuk bisa tidur bersama dia. Memalukan kan?

Hingga achirnja anak itu lahir, tidak bisa diungkiri bahwa anak

itu anakku. Hingga aku ?itangkap berdasarkan fitnahan, tetapi

isreriku berhasil meloloskan aku sebelum aku dipantjung.

Kabarnja anakku kini telah mendjadi komandan pengawal

perbatasan. Ia hanja mempunjai empat djari tangan kirinja.

Adjaklah dia Wulungseto untuk membalik, dan aku sudah

telampau rindu kepadanja, Hanja itu, djika kau sempat.

Ja,hanja itu - Ia kunamakan Tomara. Entah nama dari

bangsawan itu ?

Wulungseto terdiam, karena toh ia tidak bisa

mengatakan bahwa komandan pengawal itulah jang

memperkosa Miranti dan meletjutkan tjambuk tiga kali

kepunggungnja. Oh, betapa getirnja kenjataan jang terdjadi

disekitarnja.

Wulungseto hanja bisa mengangguk dan Surawana

menjampaikan sebuah tjintjin:

- Setidaknja sampaikan ini kepadanja, katakan dari

ajahnja jang selalu rindu
Wulung Seto menerimanja dan sekali lagi

mengangguk, tangannja gemetar:

- Kenapa kau gemetar Seto? -154

- Tidak apa2. Aku hanja pedih merasakan apa jang

kau rasakan
- Aku berharap bahwa ia akan berbalik dan datang

kemari bersama ibunja Wiratmi
Surawana tersenjum, melangkah pergi meninggalkan

Wulungseto jang masih terpaku, tak bisa mengutjapkan

sepatah katapun lebih landjut.

Selesai menjiapkan kuda Wulungseto kembali

kepadepokan karena segera ingin djuga menengok kuburan

kakeknja, jang diketemukan beberapa hari jang lalu ditepian

sungai atas petundjuk Singopralojo. Dimana Singopralojo

melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Tentara

Keradjaan menebas kepala kakek Wulungseto karena ia ikut

Serta menggerakkan pemberontakan.

Sampai dihalaman dan terasa padanja bahwa segala

sesuatu selesai untuk memulai sesuatu jang belum

dikerdjakan. Sesuatu jang akan menentukan apakah ratjat

Keradjaan Gunung Tunggal timbul atau tenggelam sama sekali.

Mendjelang tengah hari, Wulungseto meninggalkan

padepokan Kjahi Anom diantarkan oleh Tjindewangi dan

Karangselo jang telah berbalik haluan sikapnja terhadap

Wulungseto maupun Tjindewangi. Tjindewangi masih heran

bahwa Karangselo tiba2 mendiadi sahabat Wulungseto

sebelum Sesuatu jang buruk terdjadi, hingga waktu

Wulungseto mematju kudanja, meninggalkan gumpalan debu

jang menghalargi dangan mata mereka berdua, Tjindewangi

berkata:

- Apa jang akan kau kerdjakan sekarang?
- Aku akan menghimpun orang2 wilajah lembah ini,

melatihnja dan menjusun kekuatan mereka. Aku jakin bahwa

Seto akan memerlukan kita semuanja suatu waktu.

- Wanita2 didaerah inipun sanggup berperang?
-Dulu, semasa kakekku masih hidup, demikian.

Sekarang tentunja akan menjala kembali djika dihidupkan-.155

Wulungseto sama sekali telah hilang bersama2 debu

jang makin tersamar dikedjauhan, tinggal rerumpun2 desa2

jang terhambur di-tengah2 pemandangan jang menghidjau.

Mereka berdua kemudian kembali kepadepokan.

Tjindewangi merasakan adanja permulaan jang baik hari itu.

Karangselo merasakan pula permulaan dari kedjajaan Kiageng

Kobar telah mulai terintiskan.

Sampai dipadepokan, Karangselopun hanja

mengantarkan Tjindewangi dan langsung menudju kedaerah

asalnja untuk membangkitkan semangat kiageng dan tjita2

Kiageng Karangkobar jang mati terbunuh oleh Kadja Gunung

Tunggal dalam perebutan pengaruh dan kekuasaan daerah itu.

Karangselo merasakan ini adanja masalah jang lebih besar dari

masalah padepokan dalam hubungannja merasa tjemburu dan

terdesak. Dalam hati ia mengakui artinja Wulungseto dan

Tjindewangi jang mengingatkan adanja perdjuangan ini.

Beberapa sahabat lamanja diminta untuk

menerdjunkan diri dalam padepokakan Kjahi Anom, dan

ternjata apa jang dibajangkan mendapatkan sambutan besar,

hingga terpaksa Karangselo mengadakan piliban jang keras.

itupun achirnja ia berhasil mengumpulkan sekelompok

pemuda2 terpilih jang menjadari betapa pentingnja

menghidupkan kembali daerah Karangselo seperti dimasa

kedjajaannja.

Mendjelang turun malam Wulungseto sudah kembali

kepedepokan bersama Kongso jang telah bulat tekadnja untuk

menjertai gerakan perlawanan Sedangkan Wulungseto sendiri

ingin setjepatnja menemui Tjindewangi jang siang hari tadi

mengatakan sesuatu jang sangat menjinggung perasaannja

sebagai lelaki:

- Tetapi ingatlah Seto, kau perlu pulang sebelum hari

turun malam. Ada jang harus kau peladjari dari aku, bagaimana

kau harus bertjumbu dengan wanita2 -156

Dalam hati ia tersenjum, dan menggugat:

Wulungselo begitu bisa diremehkan dalam soal bertjumbu,

Sedangkan ialah seorangnja jang berhasil menundukkan

hampir seluruh gadis2 dipedukuhan Tembang sore dan

sekitarnja, bahkan sampai dimanapun pernah berkelana

selama berburu
Tetapi maksud ini tiba2 terhalang, karena begitu

datang ia dipanggil Kiageng Tunggal:

- Kau perlu berangkat besok Wulungeto, sebelum

subuh. Djangam ada seorang jang tahu ketjuali Tjindewangi.

Sekarang ia menunggu diruangan belakang, ada jang hendak ia

djelaskan
Wulungseto sudah menjiapkan diri dan tekat untuk

semuanja itu, hanja satu hal ia masih herankan, bahwa

Tjindewangi masih menjangsikan bahwa dia seorang kelaki

jang bisa menundukkan hati perempuan.

Tanpa perasaan jang melambung ia mengetok pintu

di mana Tjindewangi menunggu, sebab toh ia hanja akan

mendjumpai Tjindewangi jang tidak pernah nampak Seorang

perempuan, ketjuali waktu pertama kali ia berdjumpa disungai.

Selama ini ia hanja memakai tjelana hitam dan badju lelaki,

disamping sehelai kain jang disabukkan pada pinggangnja.

Tetapi apa jang didjumpainja waktu itu ketika pintu

terbuka. Wulungseto sesaat membeku darahnja. Tjindewangi

berdiri dihadapannja berselimutkan kain merah djambu, dari

bahu sampai keudjung kakinja. Hanja lengannja jang putih

tjemerlang nampak menggantung, rambutnja terurai

kedadanja, udjungnja menggamit pangkal pahanja. Dan

senjum jang belum pernah ia djumpai selama ini mengembang

dan mengimbau. Tjindewangi mengetahui perasaan

Wulungseto dan ia mentjoba memulai berkata:

- Kau sudah mendjemput Kongso?
- Ja, dan sekarang aku hendak menagih, apa jang

hendak kau peladjarkan kepadaku mengenai wanita -157

- Duduklah Seto. Kurasakan kau merasa tersinggung

bahwa aku akan mengadjarmu. Bukan itu maksudku. Aku telah

tahu bahwa kau seorang lelaki jang dipudja diderahmu.

Dan kau telah berhasil menundukkan mereka, entah

berapa wanita telah djatuh lumpuh digetarkan tjahaja

dimatamu. Bukan itu soalnja. Soalnja kau perlu menghadapi

puteri- puteri istana jang lain. Jang lain sekali dengan puteri
puteri didaerah pedalaman ini, jang lebih suka kemurnian dan

hal2 bersahadja. Puteri- puteri istana memerlukan

sandjungan2 jang berlebihan, tatatjara jang lebih rumit,

membosankan sebenarnja tetap? mereka menghendaki harga

jang lebih tinggi dimata umum.

Sekalipun sesungguhnja, kenjataannja Seto. Mereka

lebih ganas dan memuakkan djika telah sampai kepada puntjak

jang mereka kehendaki. Mereka lebih memiliki nafsu asmara

jang menjala-njala, nafsu jang selalu haus, haus dan haus tanpa

ada achir kepuasannja. Mereka akan lebih merenggutmu djika

semuanja sudah selesai tata-tjara dan masuk kedalam kamar

mereka jang dihiasi dengan segala hiasan perangsang, dimana

bahu-bahuan wewangi akan membuat dunia ini gontjang. Kau

datang untuk mentjuri hati mereka, bagaimana kau bisa

mentjapainja hanja berbekal kesederhanaan dan ke-laki2an

jang murni.

Kau tahu mereka menghendaki lelaki jang bertindak

sebagai perempuan dimata umum, tetapi lebih menghendaki

lelaki jang seganas singa bila sendirian. Kau tentu sudah

memahami semuanja itu. Salahkah djika aku hendak

mendjelaskan lebih djauh apa apa jang kau perlukan?
Wulungseto mengangguk, merasa kebenaran kata

katanja, tersenjum tanpa tudjuan.

- Mula2 Seto. mereka akan nampak atjuh tak atjuh

terhadapmu, baru mengulurkan tangannja untuk kau tjium

belakang telapak tangannja, djika kau sudah berdjongkok

untuk bermaksud memintanja.-158

Tjindewangi mengulurkan tangan dengan gaja

kebangsawanan jang anggun dan senjum jang mengedjek

remeh itu.

- Nah, kau harus bitjara dengan suara jang lembut

bagaimanapun kau telah terangsang, pemandangan dilipatan

pahanja jang mereka ketatkan dibawah kain jang tersamar.

Hamba mohon kepada putri jang terdjelita,

idjinkanlah hamba mentjium diatas bibir hamba jang kering

dan merana,
-Membosankan bukan? Tetapi begitu harus kau

kerdjakan disana, lalu baru mereka memulai membuka

mulutnja jang diselimuti dengan senjum2 jang dibuat buat,

karena ia sesungguhnja merekapun tidak sedjelita jang kau

utjapkan-.

- Djadi dimanapun aku harus memakai kata

berbunga-bunga jang mebosankan itu. O, puteri djelita,
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdjelta disana, disini, disapanjang djaman
Keduanja tertawa, Tjindwangi terkedjut hahwa

Wulungsetopun bisa membuat lelutjon.

- Ja, tentu tidak disemua tempat. Pada pokoknja ada

tiga golongan tempat dimana kau perlu memakai kata

berbunga, sikap berbunga dan hati jang rusuh. Di rumah2

mewah dan kaja raja dimana wanita disana merindukan angan

kehormatan jang berlebihan atau angan2 kebangsawanan, di

istana2 ketjil dimana wanita2 disana tenggelam dalam ajunan

perasaan harga diri jang berkelebihan terlampau berkelebihan

dan selalu merindukan kekenesan tjara hidup dan kehidupan,

tetapi kebanjakan ditjengkam perasaan sunji. .Jang ketiga

inilah dimana semua masalah tertumpu. dilingkungan istana

Gunung Tunggal jang berdindingkan pualam, seluruhnja

pualam. Sekalipun mereka tahu bahwa jang membangun

istana pualam adalah rakjat jang merangkak2. Hanja dalam

istana ini kau memeriukan dapat menjilahkan mereka menari.

Dan ingat djanganlah kau sentuh dia dihadapan umum.159

Sekalipun djika dalam kamar pualam itu kaulah jang

direnggutnja habis2an karena gemeratakan gairah jang

tertimpa kesunjian dan angan2 jang terlampau terpendam.
Tjindewangi terdiam, merasa dia bahwa perasaan

kewanitaanpun merasa tersentuh, ojeh kata2nja sendiri.

- Tentu hal ini tidak semuanja, apa lagi mereka jang

menganggap dirinja masih gadis mereka hanja akan berpikir,

apakah kau dapat memenuhi implan sebagai seorang puteri

jang mampu menawan hati kesatria2 jang tampan. Tetapi

untuk isteri atau selir 2 jang merasa kekurangan dalam istana

mereka? Siapkan dirimu djika dia telab mulai menjilahkan kau

datang untuk makan malam, atau mereka telah

mentjeriterakan bagaimana suaminja tidak akan pulang dalam

achir pekan dan sebagainja.
Wulungseta tersenjum, Tjindewangipun tersenjum.

-Ja, itu satu kenjataan jang tidak akan bisa kau

remehkan djika mau mendekati mereka dan mentjari apakah

jang kau perlukan guna pemberontakan ini. Mereka bisa

membuka mulut banjak. Aku tidak tjemburu, Tetapi ingatlah

bahwa aku selalu menantimu disini. Panglima Galing akan

membimbingmu dalam soal selandjutnja. Tjukup?. Pokoknja

Seto, diantara dinding2 pualam jang megah dan mendjulang

diatas lereng Gunung Tunggal dan gemerlap-lan tjahaja

permata, berdjuta permata, kini telah menjelinap djiwa2 jang

meronta oleh kesunjian dan kehausan tiada akan segala jang

merangsang nalurinja. Menjelinap ular2 berbisa jang

menghembuskan nafas fitnah, kelitjikan, kerisauan batin dan

kegelisahan jang paling menggeliat, dimana segala jang tidak

masuk diakal bisa terdjadi. Dan semuanja itu didirikan diatas

benteng dan punggung penderitaan rakjat jang sederhana dan

penuh setia itu.

-ja, kiranja aku akan bisa mengerdjakan semuanja

dengan baik dan jakinlah bahwa aku tidak akan memakai kata2

ber-bunga2 jang membosankan itu selamanja. Tetapi160

bagaimana aku harus memakai kata2 terhadapmu? Kau

seorang puteri istana, bunga terdjelita diseluruh istana
Tjindewangi tersenjum.

- Kurasa aku tidak tepat mendjadi puteri istana. Aku

inginkan kau melihat diriku sebagai puteri sungai, jang tidak

menjukai kata2 berbunga. Tetapi lebih suka perkataan jang

berbitjara diatas pandangan mata, ia lelaki jang menjadari

bahwa dia seorang lelaki
Keduanja terdiam, Wulungseto sebagai lelakipun

mulai menjadari bahwa kedjelitaan Tjindewangi kini sudah

mulai merajap menghidupkan hati rochaninja.

- Sudah lewat tengah malam seto. Besok kau

berangkat sebelum subuh. Kau kuidjinkan sekarang

memandangi aku seorang puteri istana jang kesunjian dan

rindu akan nafas lelaki jang menghembuskan kedamaian dan

pemberontakan kedalam nafasnja. Hanja kuperingatkan djuga

bahwa lebih dari itu. kau belum melamar aku dan kau belum

suamiku. Hanja itu.

***161

BAGIAN II.

MENDJELANG subuh hari, Tjindewangi baru

melepaskan pelukannja jang makin kuat dan seakan akan tidak

ingin, dan tidak bisa dilepaskan dari leher Wulungseto. Sebab

Tjindewangi pun memahami bahaja apakah jang harus

ditantang oleh Wulungseto, dalam perdjalanannja memasuki

Istana Keradjaan Gunung Tunggal untuk menemui Panglimna

Galing, dalam perdjalanannja mentjari teman seperdjuangan

diantara pandangan mata musuh. Hingga waktu Wulungseto

memandanginja, seraja mengujapkan kata kata jang hampir

terputus-putus.

- Aku pergi sekarang
Tjindewangi merasakan hatinja seakan-akan

tergores. Tetapi achinja disenjumkannja bibirnja, sekalipun apa

jang diutjapkan adalah sangat berlawanan dengan apa jang

terasakan, disenjumkan bahkan kemudian berkata:

- Ja, sudah waktunja Seto. Tetapi ingatlah Seto,

perdjalananmu akan penuh bahaja dan aku menantimu-.

Wulungseto hanja tersenjum dan langsung

melompat keatas kudanja, jang langsung disepaknja.

Tjincewangi sesaat gemetar melihat kuda Wulungseio

menbalikan melompat meninggalkan warna gelap karena debu

jang terhambur, sekalipun waktu itu tanah masih agak basah

oleh embun. Ketika kuda itu sudah tidak dapat lagi dikedjar

oleh pandangan matanja, Tjindewangi tertunduk, menitikkan

air mata. Kemudian kembali memandang kearah kuda itu

menghilang, dalam hatinja terutjapkan:

- Kuharap kau mampu mengerdjakan segala jang

diharapkan oleh rakjat seluas-luasnja Seto. Mampu bertindak

kepada jang baik dan kepada jang buruk, Untuk

menjelamatkan162163

Keradjaan Gunung Tunggal dan menjelamatkan djaman jang

akan datang dari kegelisahan dan ketjemasannja.

-Oh, Seto Seto kekasihku.
Hanja itu jang terutjapkan dalam hati Tjindewangi,

tetapi jang tidak terutjapkan? Jang mendesak seluruh hati

nurani dan alam pikirannja. Kini ia merasa bahwa hatinja tidak

lagi sunji.

Harapannja untuk bisa dekat kembali dengan rakjat

jang ditjintai nampak mempunjai titik titik jang terang dan jakin

sangat jakin akan kemampuan Wulungseto.

Tetapi kemudian ketjemasannja kembali memburu

hatinja. Memburu sangat menggelisahkan, karena Tjindewangi

tahu betul akan kekuatan tentara Keradjaan Gunung Tunggal

dan banjaknja pendjilat2 serta pengchianat jang terlampau

sangat gila harta dan kedudukan.

Hingga waktu Tjindewangi sampal dipedepokan

kembali, timbullah niatnja untuk segera menjusul Wulungseto

dengan melalui djalan lain untuk menghubungi panglima

Galing untuk melindungi Wulungseto, djikalau terpaksa

terdjadi Seto tertangkap oleh tentara Keradjaan. Hanja djelas

bakwa hal ini mungkin Kiageng Tunggal akan berkeberatan.

Tetapi harus, hal ini harus dikerdjakan unuk keselamatan

Wulungseio. Apapun jang harus terdjadi atas dirinja.

Maka pagi itu djuga Tjindewangi langsung

menghadap Kjahi Ageng Tunggal untuk meminta

pertimbangan.

- Bagaimana ramanda? Andaikata saja mendahulu

menemui Panglima Galing. Saja merasa sangat gelisah, rusuh

atas kepergian Wulungseto-.

Ki Ageng Tunggal tersenjum, menatap pandangan

mata Tjindewangi jang memang nampak sedih dan gelisah.

- Semestinja kau gelisah. Wulungseto memang

ngganteng dan mengagumkan. Tetapi hendaknja kau berpikir,

bahwa hal itu sangat terlampau berbahaja bagimu-.164

- Ja, memang berbahaja ramanda-.

- Kini seluruh tentara Keradjaan benar-benar

dikerahkan untuk mentjarimu. Lalu kau sengadja memasuki

Istana. Apakah itu bukan satu hal jang lutju?
Tjindewangi merasa bahwa Kiageng Tunggal benar,

dan iapun merasa balwa ia terlampau menuruti perasaannja.

- Tetapi bagaimana kalau Wulungseto sampai

tertawan ramanda? Dia belum tahu benar djalan2 dilingkungan

istana. Baru sekali ini ia mengerdjakan hal2 sematjam itu.

Djika saja sempat menemui panglima Galing

setidaknja akan mendjauhkan melapetaka itu. Saja merasa

sanggup dan mampu ramanda. Idjinkanlah saja pergi-.

Kiageng Tunggal merasakan terdesak, benar-benar

terdesak melihat kenjataan bahwa Tjindewangi sedemikian

gelisah, dan memang benar Wulungseto sama sekali belum

mengenal lingkungan istana!

- Ja tetapi djelas itu sangat berbahaja. Dan djika

terdjadi benar-benar kau tertangkap mereka, kita akan

kehilangan tjahaja-.

- Oh Ramanda. Ramanda.
Seketika suasana mendjadi hening, Kiageng Tunggal

kini harus memutuskan satu dari dua hal jang semuanja sangat

memedihkan.

- Ja, djika berkeras pergi. Aku tidak akan

melarangmu. Tetapi ingat Tjindewangi bahwa nasib

perdjuangan pedepokan ini untuk mentjapai Keradjaan

Gunung Tunggal ada dianganmu.
Dalam langkahnja menudju kekamarnja Tjindewangi

hampir-hampir mengikuti pendapat Ki Ageng Tunggal,

memang sangat berbahaja untuk memasuki kota baginja.

Sangat berbahaja, sedangkan Tjindewangilah kepada siapa

seakan-akan seluruh rakjat tergantung.

Tjindewangi menjerah, merasa harus lebih

mengalahkan kekawatirannja terhadap nasib Wulungseto dan165

nasib rakjat Gunung Tunggal. Tetapi waktu ia memasuki

kamarnja, terpandang oleh jindewangi dari tjendela jang masih

terbuka sedjak semalam, sebuah pohon kembodja jang terajun

angin pagi, dimana bunga-bunga jang putih-putih tjemerlang

kini terasakan sangat muram. Muram dan nampak terajun

sangat gelisah, mendesak perasaan Tjindewangi makin

tergontjang makin tergontjang. Terasa kini adanja pertanda

jang buruk baginja, dan seketika terbajang Wulungseto

dimatanja, Wulungseto jang telah tertawan, dalam keadaan

terikat dan tanpa sehelai pakaian ketjuali jang menutupi bagian

tubuhnja jang utama. di arak mendjadi tontonan umum,
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepandjang djalan dibukota, untuk ditjemohkan, untuk

diludahi dan untuk dibunuh djika mereka telah puas dengan

permainan itu.

Atau mungkin Wulungseto digantung kedua belah

tangannja di-tengah2 l?pangan depan istana, unuk mendjadi

pusat lemparan lemparan batu dan edjekan-edjekan. Atau

mungkin Wulungselo kini sedang meringkuk didalam kamar

tahanannja karea habis diredjan tjemeti. Tjindewangi ambruk

ditempat tidur, menjebut njebut:

- Oh, Wulungseto, kekasihku. Kekasihku-.

Matahari semakin memantjar dan angin

dipedepokan makin terasa meniup lebih kentjang seakan-akan

menggerakkan hati seluruh penghuni pedepokan itu untuk

memulai sesuatu jang besar, termasuk Karangselo jang telah

menjadari segala-galanja. Waktu itu ia telah melontjat keatas

kudanja dengan tiga orang pengaw?lnja menudju

kepedukuhan Kembangsore, pedukuhan Alaskobar dan

sekitarnja untuk mengumpulkan dan menggerakkan seluruh

kekuatan rakjat jang masih menghendaki pimpinan sematjam

Kiageng Tunggal, Tjindewangi dan wulungseto.

Setelah untuk pertama kalinja Karangselo mentjium

Aju Miranti, setelah meninggalkan pesan

- Aku akan segera kembali Miranti. Baik2 dirumah.166

- Telapi Selo, jakinkah kau bahwa kita akan mampu

mentjapai Gunung Tunggal?
- Kita akan mampu Aju, karena kita akan mampu

menjatukan kekuatan rakjat dan karena persatuan itu dipimpin

oleh tjinta.
Aju Miranti merasakan kini adanja arti dalam dirinja,

dan merasa bahwa dia bukan lagi seorang jang tidak

bertudjuan, tidak bertanah air dan tidak sunji dalam hatinja.

Memang apa jang dipikirkan oleh Tjindewangi sama

sekali benar. Wulungseto sendiri sesampai dirumah seorang

jang ditundjukkan oleh Kiageng Tunggal, merasakan adanja

kesulitan2 jang sangat berbahaja dan sangat rumit. Wirotomo

sendiri jang sudah banjak makan asam garam pewalangan

peperangan, nampak terdesak ketjemasan ketika

diberitahukan bahwa Wulungseto harus setjepatnja menemui

panglima Galing:

-Keadaan sekarang sangat gawat Seto. Panglima

Galing sendiri telah mulai ditjurigai. Beberapa sahabat

Tjindewangi telah tertangkap dan salah seorang jang tangguh

dan setia kepada Kiageng Tunggal telah meninggal diatas tiang

gantungan-.

- Lalu bagaimana tjara terachir untuk menemui

Panglima Galing?
-Aku tidak tahu lagi. Sekarang dimana-mana telah

tersebar pengchianat - pengchianat jang memimpikan hadiah

bagi njawa Tjindewangi-.

-Djalan jang paling djelekpun tidak bisa kita

tempuh?
- Bisa. Tetapi mungkin akan terlampau lama. Dan di

kalau kita terlampau lama mungkin semuanja sudah

terbongkar, jaitu dengan tjara menjamar. Atau kau

menghubungi Gandamina anak Surawana jang tidak saling

mengenal selama ini. ltu bisa djika kau bisa merubah alam

pikiran Gondomino untuk menjadari dirinja sebagai budak167

Keradjaan. Dia sekarang sebagai kepala pengawal perbatasan

sebelah timur ini. Dan untuk mendekati dia akan memakan

waktu jang tidak sebentar Seto-.

Semalam itu djuga Wulungseto belum bisa

menemukan djalan man2 jang akan ditempuh untuk memasuki

istana. Wirolodro sendiripun tidak tahu apakah sekarang

panglima Galing masih berada dalam istana atau sudah

disingkirkan sebagaimana Kiageng Tunggal disingkirkan waktu

jang lampau.

Sementara itu sampai lewat tengah malam, dari

istana Keradjaan Gunung Tunggal jang terbangun dari pualam,

hampir seluruh alam bergema suara gamelan, dimana hampir

setiap malam dalam istana itu dilangsungkan pesta- pora jang

keliwat rojal dan melampaui batas kesusilaan; Wulungseto

sendiri belum bisa membajangkan bagaimana suasana pesta
pesta itu. Bagaimana suara2 gamelan jang bergema sampai

djauh kebatas ibukota.

Tetapi dalam hati Wulungseto telah memutuskan

bahwa bagaimana djeleknja djalan jang harus ditempuh, ia

harus setjepatnja menemui panglima Galing sebelum

semuanja terbongkar. Harus, ja harus entah djalan mana bisa

diketemukan dalam keadaan kusut itu.

***168

BAGIAN III

DENGAN MENGENDARAI kuda putihnja, mendjelang

subuh hari Tjindewangi telah meninggalkan pedepokan Kjahi

Anom bersama- sama dua orang pengawalnja menudju

pepedukuhan Telogosewu untuk menemui Wirotomo alas

Kobar. Dimana pedukuhan Telogosewu harus disiapkan untuk

didjadikan benteng pertahanan terdepan bagi penjerangan

kelak, bila tiba sudah waktunja

Wiretomo akan melaksanakan semuanja ini, sebagai

telah pernah dibitjarakan beberapa waktu jang lalu, ketika

Wirotomo telah menemui Kjahi Anom setjara diam-diam.

Dan memang Tjindewangi berhasil selamat dan

sampai dipedukuhan Telogosewu hanja Tjindewangi tidak

ngetahui bahwa seorang pengchianat telah mengetahui dan

telah melaporkan kedatangan Tjindewangi dipedukuhan

Te?ogosewu. Hingga menjebabkan kepala pengawal

perbatasan langsung dengan pengharapan jang melambung

akan didapatnja hadiah jang sangat besar, kedudukan jang

kelewat tinggi baginja, seketika menjiapkan beberapa

pengawal terpilih untuk mengepung dan menangkap

Tjindewangi.

Waktu itu hari masih pagi, ketika Tindewangi berhasil

menemuhi Wirotomo. Hari masih gelap hingga Tjindewangi

jakin babwa kedatangannja tidak seorangpun mengetahui.

Djuga Wirotomo jang menjambut kedatangan Tjindewangi

dengan hati jang sangat bangga dan Perasaan jang terlampau

lapang:

- Pokoknja sang puteri tidak usah menjangsikan.

Rakjat Telogosewu telah siap semuanja. Tinggal menunggu

perintah Kjhai Anom
- Tetapi bagaimana sekarang Wulungseto? Aju

Miranti? dan kang Singo?- Tjindewangi tersenjum, betapapun169

hatinja masih risau memikirkan sampai dimanakah perdjalanan

Wulungseto Waktu itu :

- Semuanja baik-baik., Bahkan Wulungseto telah

mendahului masuk kekota kemarin mestinja, untuk menemui

panglima Galing.

-Seto akan lewat sebelah timur kota.?- Wirotomo

terperandjat dan hampir2 berteriak.

- Lewat timur kota sangat berbahaja sang Putri,

kemarinpun sedang diadakan penggrebegan2 disana,

beberapa penduduk tewas karena disiksa. Dan Panglima Galing

sekarangpun telah ditjurigai oleh Radja. Sangat berbahaja sang

puteri. Tetapi baiklah, istirahatlah dulu disini malam ini, saja

akan mentjari keterangan lebih djauh
Tjindewangi tersentak dan nafasnja hampir2

tertahan:

- Mungkinkah Seto tertawan?
Malam itu, terlampau sangat gelap. Lebih-lebih

dipedukuhan Telogosewu jang terletak ditepian pegunungan

pantai selatan, kesunjian sangat mendesak dan sesekali

menjebabkan adanja perasaan gelisah. Dedaunan seakan-akan

terhenti berderai, angin membeku Sama sekali. Dan perasaan

gelisah ini memang ternjata benar mempunjai alasan. Karena

ketika itu tersiar berita adanja beberapa pengawal perbatasan

ibukota keradjaan Gunung Tunggal jang achir2 ini sering

mengadakan pengintaian dipedukuhan itu, makin banjak

terlihat. Mereka tidak tahu kenapa, Singopralojo. Seorang jang

terkenal berani dan memang tangguh dalam segala-galanja.

Dia, hanja dia jang tahu tetapi dia tidak gelisah seperti orang2

lain. Dia, dan seorang puteri jang telah beberapa waktu tinggal

bersama Wirotomo, dan diapun sudah menduga bahwa

sesuatu pasti akan terdjadi. Karena ia tahu bahwa dari sekian

banjak pedjuang2 jang dahulu tulus iklas mengabdi kepada

tjita2 kemerdekaan dan kedjajaan Keradjaan Gunung Tunggal,170

akan ada jang lebih menginginkan harta, hadiah sajembara

bagi siapa jang menemukan puteri Tjindewangi.

Seorang puteri jang lari dari Kraton Gunung Tunggal

karena, sesuatu tudjuan jang besar dan kini telah mendjadi

buronan terbesar bagi kalangan Kraton karena dianggapnja

bahwa, puteri inilah jang paling berbahaja waktu achir2 ini.

Ternjata memang semuanja terdjadi pada malam itu,

setelah lewat tengah malam. Empat ekor kuda hitam dan

tudjuh ekor kuda merah tiba2 memetjahkan kesunjian malam.

itu, menggegarkan seluruh daerah pedukuhan Telogo sewu

dan mereka - mereka itu langsung menudju kediaman

Singopralojo. Mereka mengepungnja dan tiga orang setjara

paksa mendjebo? pintu jang telah terkuntji. Tetangga2

wirotomo berlarian karena takut dan beberapa wanita

mendjerit berlarian menudju kelereng pegunungan tanpa tahu

hendak kemana. Wirotomo dengan tenang menghadapi

mereka jang sudah hampir kalap. Karena keinginan jang

terlampau besar untuk mendapatkan hadiah sajembara.

Seorang perwira dari tentera Keradjaan jang

memimpin pasukan penjergap langsung menggertak:

- Dimana Tjndewangi? Djawab dengan djelas dan

djangan berbelit.
Wirotomo dengan tenang mendjawab, karena ia

tahu bahwa segala sesuatu telah dapat diatur dengan baik

- Tjindewangi Siapa! Laporan resmi sudah djelas

Tjidewangi selama bertahun2 sedjak lari dari kraton sembunji

disini.
-Ja tjarilah kalau ada disisi, Djangan langsung pertjaja

akan laporan orang. Silahkan, silahkan periksa. Silahkan-.

-Djelas kalau dia sudah kau sembunjikan, maka

disuruhnja kita memeriksa
- Boleh kau bertanja se?uruh tetangga, atau

pedukuhan Telogosewu kalau ada disini Tjindewangi-171

- Ingat Wirotomo, sekalipun kalau kau sahabat bekas

algodjoe Istana, dalam hal ini sapa sadja, kau bisa digantung

sendiri kalau kau berdustaSumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-Ja berdusta bagaimana? Disini tidak ada puteri

Tjindewangi selamanja. Jang ada anak angkat, angkatan dari

desa asalku. Loro Widarsih
- Sekarang dia dimana?
-Dia sedang pulang tadi pagi. Besok lusa kau boleh

kembali kalau kau ingin bertemu
- Tetapi pasti kau tahu dimana sembunji. Pasti.

Karena kau sahabat baik dengan ajahnja sedjak dulu
- Kau tahu bagaimana? Aku sendiri jang ditugaskan

membantu memantjung ajah Tjindewangi bagaimana aku bisa

menjembunjikan Tjindewangi. Pasti dia akan membunuhku

kalau bertemu dengan aku. Baga?mana orang2 Istana Gunung

Tungga bisa berpikir begitu. itukan tidak mungkin terdjadi, atau

bisa dikatakan goblok
- Tidak peduli, pokoknja pasukan akan menggeledah

seluruh pedukuhan ini dan kau djangan melawan, Tiap

melawan akan kuseret ketiang gantungan,
- silahkan tjari siapa jang melawan. Aku toh kalau

kalian tidak memaksa aku, aku tidak akan melawan. Silahkan

memeriksa seluruh pedukuhan ini. Semuanja biar pengchianat

jang melaporkan itu lega rasanja. Sebab laporannja ternjata

palsu
Dengan tanpa menghiraukan perkataan2 Wirotomo,

pradjurit2 jang kalap itu menggeledah hampir semua rumah di

pedudukuhan Telogosewu. Penggeledahan jang kasar dan

sangat menjinggung perasaan, terutama bagi wanita2 jang

masih belum kawin dan tjantik. Bahkan seorang telah

diseretnja ke pos mereka jang memindjam rumah kepala

dukuh disangka puteri Tjindewangi karena terlampau tjantik.

Dan hampir dibunuhnja karena sama sekali ia membantah172

bahwa ia bukan Tjindewangi dan ia melawan waktu seorang

perwira hendak mentjiumnja.

- Kau mentjari Tjindewangi dan aku bukan

Tjindewangi. Djangan keliwat kurang adjar
-Keliwat kurang adjar bagaimana? Aku tahu kau

Tjindewangi. Masak dipedukuhan sematjam ini ada seorang

jang terlampau tjantik matjam kau kalau tidak dari Istana

- Apa dari Istana sadja orang jang bisa keliwat tjantik
-Tentu, wanita pedukuhan disini mana bisa? Dan

soalnja sekarang kalau kau bukan Tjindewangi, kau terlampau

tjantik itu soalnja dan kau mesti mau tidak mau kubawa ke

Istana
- Maksudnja?
- Kau ikut aku,.
- Kalau tidak mau?
- Tidak ada seorang bisa tidak mau perintahku
- Memang aku tidak akan mau. Aku sudah

mempunjai seseorang disini
Dan pradjurit itu segera pergi, setelah meninggalkan

majat perempuan itu tanpa penjesalan atau kerisuan hati,

karena berpikir bahwa hal itu adalah bukan soal besar, Tidak

mau menurut perintah, dibunuh. Itu jang biasa terdjadi.

Mendjelang subuh mereka baru merasa selesai

menggeledah seluruh pedukuhan itu, tetapi tidak menemukan

seorangpun jang dirasa ia adalah Tjindewangi, Tetapi baru

mereka akan meninggalkan pos, seorang pradjurit jang

mendjaga perbatasan barat berteriak:

-Hei Ada seorang perempuan berkuda putih

melarikan diri kebarat. Hei ke barat. Seorang perempuan

dengan kuda putih
Seketika itu mareka berpikir bahwa dialah

Tjindewangi maka segera mereka meninggalkan pedukuhan

menudju kearah barat dimana pradjurit itu menundjukan

telunjuknja. .Tetapi sampai sedjauh mereka menjusul sama173

sekali tidak didjumpainja djedjak kuda putih dan mereka,

memukuli pradjurit jang berteriak dikirakan main-mainan atau

sengadja mengambil perhatian agar segera meninggalkan

pedukuhan Telogosewu.

Dan pradjurit jang berteriak ditinggalkan terkapar

disebuah sungai ketjil dengan ditambahi tjatji maki jang sangat

pedas -Nah sekarang tjoba sekali lagi kau buka mulut dengan

main2 perempuan berkuda putih., Kau memang mau atau kau

ingin mengatjaukan penggeledahan ini?
Entah kapan pradjurit jang ditinggalkan itu

meninggal karena kehabisan darah, seorangpun tidak tahu.

Sebab diapun tjukup dilaporkan bahwa meninggal oleh

perlawana seseorang. Hanja itu sekedar membuat bahwa

tugas mereka sudah didjalankan dengan seorang korban.

Dan perwira itupun ternjata achirnja naik tingkatnja,

karena laporan jang dibuatnja. Sebab bagaimanapun

kenjataannja, laporan itu membuat kalangan ke Istana Gunung

Tunggal bisa memastkan bahwa memang Tjindewangi sudah

djauh bergerak untuk mengadakan perlawanan

***174

BAGIAN IV

PADA HAL kenjataannja memang dia melihat

Tjindewangi jang sesungguhnja dan telah berhasil meloloskan

diri dari kepungan pengawal pengawal perbatasan menudju

kepedukuhan lain. Tetapi dapatkah kemudian Tjindewangi bisa

meloloskan diri dari intjaran tentara Keradjaan? Sama sekali

sangat disangsikan, sebab sedjak hari itu pengintaian dan

pendjagaan - pendjagaan makin diperkuat dan makin

diperketat hingga sulit bagi siapapun untuk dapat lolos dari

mata mereka, terutama bagi mata pengchianat2 jang sukar

diketahui.

Sama halnja Wulungseto, mendjelang subuh hari ia

baru mendapatkan akal bagaimana untuk bisa menemui

Gondomino, kepala pengawal perbatasan bagian timur. Akal

jang memang luar biasa baiknja, tetapi djuga luar biasa

Resikonja. Karena Wulungseto harus menemui tanpa

menjamar diri. Wulungseto akan menemui Gondamino dengan

mengaku terus terang, bahwa dia Wulungseto sahabat

Tjindewangi jang sedang mendjadi buronan negara.

Wulungseto harus menempuh djalan jang hanja mempunjai

satu djalan kemungkinan, berhasil atau mati.

Tetapi keputusan demikan ini sudah bulat dan

dirasakan itulah satu-satunja djalan, maka tanpa disampaikan

kepada Wirolodro, Wulungseto pergi dengan hanja

meninggalkan pesan pendek:

- Saja rasa sudah ada djalan itu Wirolodro. Memang

berbahaja. Maka itu dalam tempo seminggu kalau saja tak

kembali, kabarkan kepadepokan, setjepatnja agar semuanja

dapat menghindarkan malapetaka jang lebih besar.
Wirolodro mengangguk, terdesak ketjemasan jang

amat sangat karena kebetulan semalam ia mimpi sangat buruk.175

Tetapi mimpi ini sama sekali tidak ia sampaikan, ia hanja

berharap dalam hati bahwa mimpi bukan untuk Wulungseto.

Siang hari itu djuga, Wulungseto langsung menudju

keperbatasan ibukota tanpa menjamarkan diri dan langsung

menemui salah seorang pengawal jang telah melotot penuh

ketjurigaan

- Laporkan saja Wulungseto, hendak menghadap

paduka Gondomino. Penting dan sekarang djuga.
- Kau tuaggu disini, dan letakkan dulu semua sendjata

kalau kau bawa-.

- Saja tidak membawanja.

- Benar
- silahkan menggeledah.
- Ja, tunggu dan djangan bergerak sebelum ada

perintah.
Wulungseto mengangguk dan menahan segala

pergolakan hatinja jang penuh sangsi.

Tiga orang pengawal tiba tiba dengan tanpa

kesopanan sedikitpun menggeledah Wulungseto dan jang

seorang langsung masuk kedalam ruangan kepala pengawal,

baru setelah ternjata sebilah pisaupun tidak terdapatkan para

pengawal kembali duduk dan membiarkan Wulungseio berdiri

menanti. Agak lama pengawal jang masuk kedalam kembali

keluar, menjebabkan Wulungseto terdesak pula perasaan

gelisah. Adakah soal jang patut disangsikan

Tetapi sebelum Wulungseto berpikir lebih djauh,

pengawal tadi telah keluar dan membentak:

- Kau boleh masuk, tetapi ingat kau djangan seperti

anak dusun. Bitjara jang baik dan berdiri jang sopan.
Tanpa menunggu perintah lagi Wulungseto masuk

kedalam dan langsung pula menghadapi Gondomino jang

masih enak2 duduk dibelakang medja besar, berukir dan

dibelakangnja tergantung beberapa matjam sendjata, bahkan

beberapa tadjam sekali Wulungseio belum pernah melihatnja.176

Entah kenapa, Gondomino seperti terdesak kepada

satu perasaan aneh melihat Wulungseto, sehingga achirnja ia

menjuruh pengawal jang biasanja berdiri dipintu untu

mengamat-amati setiap tamu jang masuk, agar keluar.

Kemudian dengan perkataan2 jang, penuh tjuriga:

- Kau siapa dan mau apa?
- Aku Wulungseto
Gondomino memitjingkan matanja, sebab ia sudah

mendapatkan perintah untuk menangkap ketjuali Tjindewangi

djuga seorang lelaki jang bernama Wulungseto.

-Wolungseto siapa? Komplotannja Tjindewangi?
- Maksudnja kau akan menjerahkan diri?
- Ja sematjam itu kira2
- Kira2 bagaimana, kau djangan main2 disini
- Tidak. Aku bukan komplotan Tjindewangi, aku hanja

tahu dimana dia berada dan sanggup membawamu kesana,

djika kau menghendaki hadiah dan sanggup membagi hadiah

itu untuk kita berdua. Akupun bersedia membungkam mulut,

kau boleh mendapatkan nama dan separoh dari hadiah itu, dan

aku mendapatkan kebebasanku sebagai buronan karena

didakwa berkomplot dengan Tjindewangi. Padaha? sama sekali

tidak. Aku hanja jinta padanja, tetapi ternjata djika tjinta ini

kulandjutkan aku akan mendapatkan malapetaka dan aku tidak

mau mati karena seorang perempuan.
Tetapi Gondominopun bukan anak kemarin sore,

matanja jang tadjam penuh selidik dan ketjurigaan jang

mendalam itu mulai menjusuri mata Wulungseto, bahkan

kemudian menjalari keseluruh tubuhnja sampai keudjung kaki,

hingga Wulungsetopun terpaksa menahan nafasnja, Kemudian

Gondomino membentak untuk meruntuhkan hati Wulungseto.

- Tetapi dapatkah kata2mu itu kupertjaja? Bukankah

kau seorang jang hendak menjusup kedalam istana untuk
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memulai pemberontakan? -177

Wulungseto agak terdesak kesudut, dia mentjoba

memahami perkataan dan bentakan itu , apakah itu suatu

gertakan atau hanja sekedar menjelidiki atau memang

Gondomino sudah membahui langkahnja, Wulungseto hanja

bisa mempertahankan diri untuk mcnghindarkan ketjurigaan.

- Aku masih muda Gondomino. Muda dan seorang

lelaki jang tentu kepengin hidup dengan mewah. Dan mungkin

kita sehaluan dalam soal perempuan. Akupun ingin

membuktikan kepada Tjindewangi bahwa aku bisa

mendapatkan seorang jang lebih djelita dari padanja. Hanja

tentu untuk itu aku memerlukan harta. Kau tidak suka

mendekapi perempuan? djelita? Tidakiah kau lihat bahwa

mataku adalah mata jang selalu suka berbuat demikian?

-Ja, ja dalam hal itu kulihat dimatamu, bahkan

terlampau ganas.
- Dan aku selalu mendengar kabar dari padesanku

bahwa didalam Istana Gunung Tunggal jang terbangun dari

hampir seluruhnja pualam jang bertjahaja-tjahaja itu

bermukim bunga2 istana jang terpilih kedjeliaannja,

keajuannja dan mereka selalu haus akan nafsu birahi?. Untuk

itu Gondomino aku tidak segan2 membawa Tjindewangi

kemari untuk digantung sekalipun, Teapi untuk itu kita

memerlukan kepastian bahwa hadiah itu tidak akan terlepas

dari tangan kita berdua, Dan mungkin ada baiknja djika kau bisa

memperlihatkan kepadaku mengenai bunga2 jang

menggairahkan dari Istana Gunung Tunggal. Tentu hal jang

kedua ini hanja satu pengharapan-.

Wulungseto menanti tanggapan Gondomino jang

mulai terpengaruh dan ikut merasakan betapa hatinja kini

mendjadi b?rgelora untuk bisa mendapatkan bunga2 Istana

pualam jang djelas bisa tersampaikan djika ada harta ditangan.

-Ja, aku belum memastikan benar. Tetapi kalau hanja

ingin melihat nanti malam kau kubawa kesana.-178

Tetapi achirnjapun Gondomino masih meminta

ketegasan dari Wulungseto.

- Seto. Aku semestinja tidak mungkin berbuat

demikian. Betapapun aku menaruh perasaan pertjaja

kepadamu dan aku memang tertarik kepada pribadimu. Tetapi

aku tentera Keradjaan Seto jang harus bertindak sangat hati2.

Dapatkah kau kuminta sumpahmu-.

-Aku hanja menawarkan kerdjasama-.

-Ja tetapi dapatkah kuminta sampahmu akan

kedjudjuranmu?
-Ja
- Nah aku pertjaja Seto, hendaknja kau tahu bahwa

nasibku sudah berada ditanganmu djika kau mengingkari

Sumpahmu. Kuminta kau nanti mengaku bernama lain dan kau

katakan ke setiap orang bahwa kau keluargaku dari pedukuhan

Alas tua jang hendak mentjari pekerdjaan di Istana. Namamu

Gondoguno.
Wulung Seto hanja bisa mengangguk karena dalam

hatinjapun terdesak perasaan terharu akan hal Gondomino

jang terbuka dan mempertjajainja. Lalu Gondomino

melandjutkan,

- Sore nanti kau mesti mampir dulu kerumahku.

Kuberitahu bagaimana kau mesti bersikap didalam Istana,
Wulung Seto mengangguk, tetapi sebelum sempat ia

mendjawab tiba2 terdengar suara seorang leaki jang meraung2

kesakitan, Wulungseto tersentak, tetapi heran ia melihat

Gondomio sama sekali, tidak tersentuh perasaannja

sedikitpun, bahkan sebaliknja ia tersenjum.

-Suara begitu biasa disini Seto. Itu hanja orang jang

kita tjurgai dan untuk memaksanja agar dia bitjara, kita tusuk2

dia dengan sebatang besi panas atau digantung dengan kepala

dibawah. djika kita merasa djengkel, kita mudah

mengachirinja-. Dibawah pos pendjagaan ada sebuah lobang

jang tjukup dalam, dimana serigala2 jang terlampau lapar179

menanti, orang2 jang dilemparkan kesana. Sebabnja sangat

djelas. Kita tidak ingin dan tidak suka banjak urusan-.
Wulungseto terdiam, dalam hatinja 1erdesak

satu taman rasa belas kasih dan gugatan jang sangat

dalam, tetapi ia harus diam dan se akan2 menjetudjui

perkataan itu.

Gondomino berpaling melihat keluar, waktu raungan

lelaki itu makin memuntjak menjajat2 hati Kemudian sunji.

Hanja terdengar suara lolong serigala2 jang djelas terbajang

bahwa mereka sedang mengrojok makanan siang jang

dilemparkan kepadanja.

***180

BAGIAN V

MENDJELANG turun malam, Gondomino dan

Wulungseto telah memasuki sebuah rumah seorang

bangsawan ditepian kota, dimana dua orang puterinja telah

menunggu kedatangan Gondomino dan Wulungseto, jang

mendadak tertjengang tjengang melihat betapa mewahnja

rumah bangsawan itu. Sedangkan bangsawan itu hanja

termasuk bangsawan pertengahan dan tidak mendjabat

sesuatu jang mengagumkan.

Didepan pendopo jang luas, berukir hampir semua

tiang2nja dan gemerlapan dengan hiasan dari ukiran jang

ditatahkan dilampu dan hampir disemua pelataran rumah itu,

sudah menunggu sebuah kereta keemasan dengan dua ekor

kuda putih jang tinggi2 berambut pandjang.

Belum lagi Wulungseto habis perasaan

tertjengangnja, tiba2 dikedjutkan lagi, lebih dikedjutkan oleh

keluarnja dua orang wanita jang sama sekali berpakaian jang

belum pernah dilihatnja. Sebab sama sekali hampir2 dua orang

wanita itu nampak tidak berpakaian karena tipisnja kain jang

dilekatkan ditubuhnja. Rambutnja dibiarkan terurai

memandjang setelah dipangkalnja hanja terkait sebuah sisir

jang mendjepitnja

Selintas Wulungseto mengakuhi bahwa dua orang

wanita itupun tidak kalah djelita oleh Tjindewangi, hanja

setelah tersenjum keduanja waktu Gondomino

memperkenalkan Wulungseto nampak memang tidak

membatasi Tjindewangi, apa lagi setelah Wulungseto melihat

tjahaja dimata kedua wanita itu, memang ada perbedaannja.

Waktu inilah Wulungseto ini mendjadi jakin bahwa

Tjindewangi sama sekali sulit untuk ditandingi dalam arti

keseluruhannja.181

Perbedaan jang djelas bahwa ketika permulaan

pertemuan itu, Wulungseio telah merasakan adanja tjahaja

jang terbakar dimata kedua wanita itu, tjahaja gelora

kewanitaan jang hampir tidak bisa dikua?ai setelah mereka

rnelihat Wulungseto.

Lebih-lebih wanita jang seorang jang lebih tua, sama

sekali pandangannja melekat dan menggigit pandangan mata

Wulungseto. tanpa bisa dielakkan lagi. Terpantjar dengan

kelewat njata gelora asmara dan gedjolak kesunjiannja dan

lebih dari itu nampak kedua wanita itu, merindukan sesuatu

jang tak pernah tersampaikan lalah puntjak kedamaian hati

nurani.

Wulungseto melaksanakan apa jang telah diadjarkan

oleh Gondomino dan djuga jang telah diadjarkan oleh

Tjindewangi dan seluruhnja berdjalan dengan baik sampai

mereka tiba memasuki istana. Disinilah Wulungseto benar2

telah disentakkan oleh perasaan kagum, menggugat, getir dan

bergedjolakan perasaan pemberontakkan jang tiada tara

menghadapi kenjataan Istana jang sangat menjolok berdiri

dengan megah diatas pundak penderitaan rakjatnja.

Dimana djelas pula betapa ketatnja pendjagaan

istana pualam, betapa rapinja dan nampak seluruhnja siap

untuk menghadapi bentjana rongrongan jang sudah pasti akan

timbul satu waktu. Entah hal itu merupakan pemberontakan

ataupun kekeruhan. jang timbul hanja karena iri hati atau

perebutan kepentingan, Dan sampai diruangan pesta jang

sedemikian tjemerlang Wulungseto dihadapkan kenjataan jang

merupakan impian baginja.

Dimana berhambur Segala perhiasan dan senjum

simpul, terhambur gelak tertawa dan tjumbu raju jang sangat

mempesonakan, disela-sela tingkah laku para bangsawan jang

tjongkak dan tingi hati, semuanja bertjampur baur antara

keindahan dan beberapa hal jang memuakkan dan

menjakitkan hati,. Tetapi dari, semuanja itu perhatian utama182

bagi Wulung- seto ialah bagaimana waku itu ia sempat

mempergunakaa waktu untuk bisa menemui Panglima Galing,

satu2nja Panglima jang masih setia akan tjita2 Kiageng Tunggal

Tetapi bagaimana ia bisa tahu jang manakah

Panglima Galing, baginja sampai beberapa waktu dalam

ruangan pesta ria itu masih belum didapatkan djalannja.

Tiba2 ruangan seakan akan dibekukan oleh satu

perintah jang tidak terudjudkan, terompet2 berbunji, dan

semuanja jang hadir berdiri terpaksa memandang kearah satu

arah, kepintu dari mana Radja Gunung Tunggal akan muntjul,

berkenan menghadiri pesta ria jang hampir tiap malam

diadakan. wulungseto makin terdesak kesatu sudut perasaan

jang terluka, luka dalam. Sebab terasa bahwa semuanja,

semuanja jang dihadapanja adalah hanja sebagian ketjil dari

arti kekuasan radja. Dan waktu itulah kegelisahan Wulungseto

makin memuntjak karena ia merasa bahwa kesempatan untuk

bisa menemui Panglima Galing sama sekali makin sempit dan

mungkin tidak dapat didapatkan.

Kemudian begitu sang Radja duduk disamping

permaisuri, seperti tidak berpakaian sehelai kainpun karena

tipis dan warna jang hampir menjamai masing2 warna kulit

mereka. Menjuguhkan tarian2 jang sama sekali belum pernah

dilihatnja. Sebab tarian2-nja samas sekali hampir mendekati

hanja gerakan2 kewanitaan jang bisa membakar samangat

lelaki dan membakar dunia alam berahi, dimana makin lama

gerakan2 itu makin kuat, makin hangat, makin panas dan sama

sekali pada achinja gerakan itu hanja merupakan gerakan

gelora nafsu jang tertahankan. Waktu itulah terasakan betapa

rangsangan pandangan itu, , karena wanita bangsawan jang

tiba2 merenggut djarinja, merenggut dan meremas meremas

sambil berdesis dan terutjapkan apakah jang pernah

ditjeriterakan Tjindewangi:

- Sudikah kau nanti malam menginap distanaku? -183

Wulungseto mempergunakan kesempatan jang

mungkin kesempatan jang baik, terpaksa dia mengangguk.

- Tentu tuan putri, dengan senang hati-.
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Dari mana kau, dan kenapa begitu tjakap?
- Masil keluarga dengan Gondomino.

Waktu itulah wanita bangsawan itu menatapkan

pandangan jang sangat dalam, terlampau dalam, hinga

Wulungeto agak terdesak pula perasaan ke-laki2annja. Ja,

memang djelita. Lalu terpikirlah olehnja untuk mengambil

kempatan jang baik:

- Tetapi sebelumnja, idjinkanlah saja bertemu

Panglima Galing-.

-Ja, tetapi kenapa tidak sekarang sadja. Panglima ada

disana. Belum kau lihat Wulungseto, baru kini kau tahu dimana

Panglima Galing berada
kemudian sambil menarik puteri itu, untuk menemui

dan menjampaikan pesan sandi jang telah saling diketahui

antara Kiageng Tunggal dan Panglima Galing. Wulungseto

sambil senjum2 seakan telah mengenal lama.

-Idjinkan saja menghadap sebentar Panglima. Ada

pesanan dari ajah paduka agar puisi dari Keradjaan Pualam

jang sedang paduka tulis, segera disampaikan-.

Panglima tersenjum, menatap Wulungseto dengan

tadjam, sangat tadjam tersamar senjum jang sangat ramah.

- Dimana kau menginap malam ini?
- Bersama saja Panglima diistana barat.
- Besok aku akan menjuruh mendjemputmu. Pagi

pagi. Tunggu sadja-.

Kemudian Wulungseto kembali ketempat semula

tanpa menjinggung sama sekali mengenai ajah Panglima jang

masih berdiam ditepian kota sebelah timur, hingga puteri

bertanja:

- Kau kenal ajah Panglima?-184

- Kenal sekali tidak. Saja tinggal dekat kediaman

beliau. Saja lebih senang berburu.
Sementara tari2-an terus masih berlangsung dan

pesta di mulai. minum dan makanan makin mulai banjak

diedarkan,berlimpah limpah. Sang Radja, mulai tertawa

setelah keluar pelawak pelawak istana, Suasana makin meriah

dan kemudian dihangatkan setelah keluarnja minuman2 jang

memabokkan,Waktu itulah Wulungeto mendjadi sangat

tjemas, Gondomino nampak mulai mabok mentjumbu putri

istana barat. Sebab tidak mustahil Gondomino akan bitjara dan

bitjara tanpa menjadari, mengenai rentjana mereka berdua.

Dan djika ini sampai terkatakan. Habislah riwajatnja malam itu

bagi Wulungseto.

Setelah pelawak-pelawak istana kembali masuk,

Radja berkenan turun dari kursi, mendjumpai beberapa

bangsawan sambil berkelakar. Terutama mendjumpai putri2

djelita. Dan kelandjutan dari kelakar-kelatar itu mudah sadja

djika Radja menghendaki, tinggallah Radja mengerdipkan

matanja kepada perwira jang bertugas khusus mengenai

wanita. Artinja malam itu puteri itu harus tinggal diistana

menemani Radja tidur. Tentu hal ini merupakan satu

kebanggaan bagi puteri itu, tetapi ?juga ada jang merasakaa

satu penderitaan batin. Tetapi menolak kenjataan itu, sama

sekali tidak mungkin.

Dan waktu sampai ditempat Gondomino bersama

teman-temannja, mulai mabuk2, waktu itulah Wulungseto

benar-benar mulai tjemas, karena tiba tiba Gondomino

tertawa sambil mengatakan:

- Pokoknja hamba sudah tahu Tuanku, dimana

Tindewangi sembunji
Untunglab semuanja tertawa,karena menjangka itu

omongan orang mabok, Gondomino marah, sampai matanja

melotot,185

- Ini benar benar Tuanku. Hamba tahu dimana

Tjindewangi sembunji. Tetapi harus ditegaskan bahwa hadiah

itu akan segera diberikan.
Radja menjambut kelakar itu dengan kelakar

- Ja pasti, djikalau kau jang membawa Tjndewangi ke

istana hidup atau mati kuberi hadiah dua kali lebih besar.
-Tentu hamba tahu-.

- Ja dimana tjoba katakan. Tjukup kau katakan dalam

kota atau djauh dari istana
- Tjindewangi sekarang sedang tidur diatas awan,

dilangit jang ketudjuh.
Tertawa tiba tiba meledak, hingga seorang Panglima

menjahut dengan tertawa lebar.

- Kaulah jang sekarang sedang tidur dialas awan.
- Ja tetapi hamba tahu benar benar, demi bumi-langit

hamba bersumpah, bahwa tahu.
- Langit jang mana?
- Langit jang ketudjuh-.

- Langit sekarang tinggal enam. bukan tudjuh lagi-,

- Ah langit masih tetap tudjuh hamba tahu disanalah

Tjindewangi tidur.
Wu?ungseto makin terdesak, nafasnja hampir

tersumbat menahan ketjemsannja, djika Gondomino tiba2 ber
kata2 lebih banjak lagi mengenai Tjindewangi dan dirinja janh

masuk keistana. Perasaan inipun menjerang Panglima Galing.

Tetapi untunglah Radja sudah berpindah tempat. karena sudah

tidak ada diantara mereka puteri jang memenuhi hasratnja.

Tetapi Gondomino masih mengatakan:

-Tuanku akan menjesal bila tidak pertjaja bahwa

hamba tahu dimana Tjindewangi.
Tertawa-tawa makin kedengaran riuh, setelah

seorang Panglima lain menjahut;

-Ja, tentu semua pertjaja bahwa kau mabok, sedang

berlajar diatas mimpi.-186

BAGIAN VI

LEWAT TENGAH malam, puteri Rahmi Seminar telah

menutup tirai djendela kamar dimana Wulungseto disilahkan

tidur, tetapi tidak lalu kemudian keluar kembali, bahkan puteri

Rahmi menguntji pintu dan menatapkan pandangannja

tadjam2 disertai senjum. Senjum jang mengandung arti lebih

dari segala-galanja., Wulungseto sendiri tak tahu kini dimana

Gondomino tidur dikamar jang mana, dan djuga tidak tahu

apakah ia akan memenuhi gelora asmara jang memantjar dari

pandangan puteri Rahmi, sebab Wulungseto masih sangsi

apakah dia jang akan masuk perangkap atau puteri Rahmi jang

bisa ditarik kedalam perangkapnja.

Bagaimanapun Seto masih sangsi akan pribadi

Gondomino jang nampak menjembunjikan sesuatu dalam

pandangan dan wadjahnja. Bahkan dalam senjumnja jang

ramah 1tu. belum dapat Wulungseto memastikan apakah jang

sebenarnja terkandung.

Apalagi setelah Rahmi mengetahui djelas ia telah

didjandljikan untuk didjemput oleh utusan Panglima Galing.

Tetapi puteri Rahmi sama sekali makin lama makin nampak

bahwa segala perbuatan hanja karena dibakar oleh api asmara

jang bergelora dan tak dapat dikuasainja lagi nampaknja.

Mula2 memang mengedjutkan jang ditanjakan,

- Aneh aku belum pernah mengenalmu selama in.

Dan belum pernah mendengar bahwa Gondomino. patjar

adikku sendiri mempunjai saudara setjakap kau. Tetapi itu

tidak penting, jang penting kau kuharap selalu bersedia datang

kemari.
- Tentu saja akan datang kemari-.

- Istana ini kosong, hanja tinggal ajahku jang sudah

terlampau tua untuk mengetahui dunia luar. Aku dalam

kesepian selalu.-187

- Masak? Diistana kulihat pergaulan sedemikian

mempesona. Bangsawan2 lelaki semuanja kaja dan paadai

menudji kaum wanitanja. Kehidupan begitu mewah dan

pergaulan tidak begitu menjebabkan kesunjian-.

- Ada jang tidak dapat kutemukan disana Seto-.

- Jang mana?
- Tidak kutemukan diantara tudjuan mereka untuk

menudju kepada tijinta jang sesungguhnja. Aku sudah lama

hidup begini Seto. Bangsawan entah berapa orang telah

bersedia menginap disini tetapi tidak membekas apapun-.

Sambil mendjawab itu putri Rahmi telah duduk

mendekati Wulungseto jang masih terdesak kesuatu tempat

dimana ia masih sadja sangsi sangsi dan tjemas, bila hal ini

terdjadi hanja untuk mengantarkan dirinja masuk kedalam

pendjara. Hal itu djelas bisa terdjadi, kalau misalnja

Gondomino menginginkan hadiah itu sendiri, dan ia

memutuskan untuk meajiksa dia agar dia bitjara dimana

Tjindewangi tinggal, tetapi puteri Rahmi mendesak dengan

nada suara jang terlampau mengharukan perasaan lelaki.

- Istana pualam ini Seto, bukan tempat bagi wanita

seperti aku. Mungkin mereka jang menghendaki kemewahan

sedemikian kelewat batas pergaulan jang bebas keliwat bebas

dan selalu sadja akan bisa terlampiaskan segala palsu gelora

asmara jang selalu merangsangnja.

- Datanglah selalu kemari Seto djika kau belum

mentjintai orang lain-.

- Andai kata sudah?
- Mungkin aku akan selalu bersedih hati. Tetapi

kenapa kau terlampau dingin? Tidak ingin kau mentjiumku?

Tidak bersediakah kau djika aku malam ini tinggal dikamar

untuk menemanimu?
Malam itu berlangsung terlalu pendek rasanja bagi

Wulungseto jang terlampu tjapai berpikir, hingga memenuhi

harapan terpendam dari seorang wanita jang kesunjian dan188

hanja. mempunjai satu kesenangan. Terlampau singkat dan itu

memang jang dikehendaki Wulungseto agar setjepatnja hari

berganti, untuk menanti utusan Pahglima Galing. lapun

mengharapkan bahwa Gondomino sudah pergi pada pagi

harinja, sebelum segala - segalanja terbongkar. Untuk itu hanja

ada satu djalan jaitu, mengharapkan agar puteri Rahmi

memintakan agar dia dapat tinggal diistana ketjil itu, sehari

lagi. Tetapi Gondomino mendjadi tjuriga achirnja. Puteri Rahmi

memintakan ia tinggal disini sehari lagi.

- Untuk apa?
- Bahagiaku bertemu dia belum tersampaikan.

Kuharap kau memahami bahwa aku memeriukan dia, sangat

mem?rlukan sebagaimana adikku Rahmi memerlukan

kedatanganmu.
Gondomino tidak bisa menolak permintaan puteri

Rahmi, hingga ia hanja memesankan kepada puteri Rahmi.

- Ja, hanja saja harap puteri hati2. Dia seorang

bergadjul jang keliwat bergadjul.Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Mungkin sematjam dia jang memang kutjari. Aku

sudah berpikir semalam-malaman-.

Gondomino tidak sempat pamit kepada Wulungseto

karena dia pura2 tidur masih tertidur dengan lelapnja, Dan

setelah Gondomino pergi putri Rahmi kembali kedalam kamar

Wulungselo.

- Temanmu sudah pergi-.

Wulungseto seorang lelaki jang tampan dan sangat

mempesonakan. Tetapi dalam hatinja kini timbul djuga

pertanjan2. Kenapa Wulungseto akan didjemput Panglima

Galing. Aneh, sebab selama inipun Gondomino sebagai Kepala

Pengawal perbatasan sama sakali tidak pernah dipanggil.

Untunglah kemudian puteri Rahmi tidak ingin memperoleh

jawaban hal ini lebh djauh. Puteri Rahmi sudah tjukup puas dan

tjukup behagia mendapatkan teman baru seperti Wulungseto

dan puteri Rahmi berdjandji dalam hati hendak merebut189

Wulungseto dari tangan siapapun. Dan sampai siang harinja

pintu kamar Wulnngseto baru terbuka kembali setelah

kedengaran sebuah kereta masuk kedalam halaman putri.

Tetapi diluar pengetahuan Wulungseto, tengah hari itu djuga

setelah Wulungseto berangkat, Gondomino mendapatkan

laporan dari Pimpinan Pengawal lstana bahwa Tjindewangi

diketahui datang masuk kewilajah istana. Diperintahkan semua

pengawal lebih ketat mengadakan pendjagaan dan penelitian.

Inilah jang menjebabkan Gondomino tertjengang, heran dan

kemudian menaruh tjuriga terhadap Wulungseto.

Djelas bahwa hal ini tentu ada hubungannja

masuknja Wulungseto kewilajah Istana tanpa ada hubungan

dengan. Tjindewangi. Seketika itu djuga Gondomino kembali

ke istana Rahmi, jang lebih mendjadi terkedjut lagi bahwa

Wulungseto telah pergi didjemput utusan Panglima Galing.

Dengan perasaan marah, tersinggung, tjuriga dan

gelora hati jang menjala-njala, Gondomino menjusul ke istana

Panglima Galing, membawa suatu maksud tertentu jang

berachir mati hidupnja Wulungseto.

Di istana Panglima Galing, Wulungseto dipanggil

kedalam sebuah ruangan khusus untuk tamu2 pribadi tertentu.

Untuk pertama kalinja Wulungseto berhadapan dengan

seorang jang ia bisa kagumi.

Panglima Galing menanjakan untuk permulaannja:

- Siapa jang memberikan kepadamu kalimat sandi itu

untukku?
- Kiageng Tunggal bersama Tjindewangi.

Mereka dimana sekarang?
- Kiageng tinggal di padepokan.
- Memang keadaan sudah matang untuk

mengadakan pemberontakan Seto

Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng Pendekar Mabuk 037 Racun Gugah Jantan Pendekar Mabuk 028 Bandar Hantu Malam

Cari Blog Ini