Ceritasilat Novel Online

Sumpah Asmara Cindewangi 3

Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo Bagian 3

Panglima Galing memperlihatkan sebuah berkas jang

telah teratur dengan rapi untuk diberikan kepada Wulungseto

bagi Kiageng Tunggal-190

- Semestinja segalanja telah selesai, tinggal memulai.

Kita telah mempunjai banjak pengikut jang setia dan semuanja

merupakan kuntji-kuntji jang baik bagi perdjalanan

pemberontakan. Tetapi sekarang permulaan itu, terpaksa

harus dibongkar dari permulaan, harus disusun kemhali. Sebab

sedjam jang lalu ada berita jang mengatakan Tjindewangi

tertangkap diperbatasan sebelah utara.

Wulungseto tersentak, seakan-akan dalam hati

terajun sebuah kampak jang mengenai tepat dihulu hat?nja.

- Berita pasti?
- Pasti, orang keperjajaanku telah melihat sendiri,

Tjindewangi diseret kedalam istana untuk dihadapkan sang

Radja. Segera kau sekarang harus kembali

kepedepokan. Kalau perlu padepokan harus pindah tempat

setjepatnja. Sebab bila Tjindewangi tak bisa menahan siksa

uotuk bitjara segalanja akan segera terbongkar dan pedepokan

Kjahi Anom akan musna bersama-sama penghuninja jang

belum siap sedia itu. Setjepatnja Wulungseto.

Aku nanti jang akan memberitahukan kepadamu

atau Kiageng Tunggal kapan pemberontakan dimulai. Kini jang

penting bagaimana Tjindewangi dapat dilepaskan sebelum dia

meninggal ditangan Radja.
Waktu itu djuga Wulungseto meninggalkan istana

Panglima Galing dan bermaksud langsung kepedepokan,

dengan mengendarai kuda pemberian Panglima Galing disertai

seorang pengawal jang akan menundjukkan djalan jang paling

baik menudju kepedepokan.

Tetapi diluar dugaannja, sampai didepan istana

Gondomino telah meajambutnja dengan 17 orang pengawal

jang bersendjata lengkap dan sambil berteriak keras-keras

Gondomino menggertak Wulungaeto:

-Kau sekarang mendjadi tawananku Wulungseto.

Segalanja telah terbukti dengan djelas-.191

Wulungseto tidak ada djalan lain untuk melarikan

diri. Karena pengepungan sudah sedemikian rapat dan ia

berpikir bahwa dengan tertangkapnja dia mungkin akan bisa

melepaskan Tjndewangi dari tawanan Radja.

***192

BAGIAN VII

SERALI LAGI Walungseto dihempaskan kedalam

sebuah kamar dalam keadaan terikat kuat kuat dan kemudian

masuklah Gondomino dalam keadaan marah, terlampau

marah sebagai mana biasanja

- Sekarang kau mesti buka mulut jang benar. Kau

komplotan Tjindewangi atau suaminja
- Bukan kedua duanja-.

- Laporan resmi sudah sampai kepadaku, bahkan kau

datang berdua masuk kewilajah Istana. Dan sekarang

Tjindewangi telah dapat diringkus hidup-hidup. Masih akan kau

mungkiri? Tjoba katakan masih akan kau mungkir? Apa mesti

aku menjuruh membuka mulutmu dengan kusobek mulutmu?
Wulungseto diam, hanja menatapkan pandangannja

kepada Gondomino dengan menjelidiki sesuatu kemangkinan.

Gondomino makin meluap marahnja. Tetapi waktu hendak

mengajunkan tjambuk kepada Wulungseto seakan akan ada

sesuatu jang menahannja. Wulungseto baru mengatakan:

- Gondamino, Aku datang sebenarnja atas kehendak

ajahmu-.

- Apa hubungannja dengan ajahku? Kau kenal

ajahku?
-Ajahmu sebenarnja, aku kenal baik. Kau tahu

Gondomino kau bukan anak dari bangsawan jang mengawini

ibumu sebagai selir. Karena ibumu mempunjai kekasih jang

benar sedjak mereka remadja. Dan masih selalu dapat

berhubungan Sekalipun ibumu telah diambil selir bangsawan

jang kau k?ra ajahmu itu. Bukan. Semula memang aku sangsi,

tetapi setelah melihat wadjahmu jang tak berbeda serambut

dengan Surowono, bagaimana aku akan masih sangsi?193194

- Aku tak tahu apakah ajahmu jang sekarang

merasakan hal ini atau tidak.
Seketika itu djuga Gondomino terpaku, menatap

Wulungseto dalam-dalam. Karena memang merasakan bahwa

ketjintaan ajahnja jang sekarang sangat asing baginja.

Dan selama ini ibunja selalu nampak murung, ia lalu

bertanja :

- Tetapi kenapa sedjak aku bisa mengingatnja ajahku

tak lagi menengok ibuku?
- Ajahmu semestinja sudah harus medjalani

hukuman gantung. Karena suatu hari hubungan itu ketahuan-.

- Ibumu jang bisa menjelamatkan.
- Dan sekarang dimana ajahku?
- Ajahmu dipedepokan Kjahi Anom ja Kiageng

Tunggal, dan hidup sebagai buronan dan makan sebagai

pemburu. Tak inginkah kau mendjumpainja. Ibumu akan

bahagia mendengar hal ini-.

Gondomino terpaku, nafasnja terasa mendjadi sesak

karena teringatkan nasib dirinja. Kini terasa ada belahan

pikiran jang kedua-kuanja menggelisahkan:

- Tetapi apa itu bukan hanja tipu muslihat?
- Untuk apa sekiranja aku berbuat demikian?
- Kau berusaha untuk melepaskan diri dari hukuman

matimu, Tjoba katakan kalau bukan tipu muslihat. Sekalipun

memang itu benar bahwa aku memang bukan anak bangsawan

itu, aku sudah merasa lama. Tetapi bahwa ajahku kini seorang

buronan negara, ajahku menjembunjikan diri hanja kau jang

mengatakan. Ibuku tidak mengatakan-.

- Ja karena aku jang tahu, sebab aku djuga mendjadi

orang buronan. Bersama Kjahi Tunggal, bersama Tjindewangi

dan ribuan buronan jang lain. Dan ajahmu jang memintamu,

agar kau sanggup berpaling untuk menjelamatkan tijita2 kita

semuanja.-195

- Djadi aku mesti berchianat
- Mungkin sebagai tentera Keradjaan kau berchianat.

Tetapi sebagai keluarga Surowono jang telah direnggutkan

seluruh hidupnja, tjintanja dan masa depannja?
Mendengar perkataan terachir ini, Gondomino

benar2 tersentuh hatinja dan Wulungseto dapat menarik

napas agak lega, karena merasa bahwa Gondomino akan dapat

diharapkan kenbali kepada ajahnja. Dan itu berarti bahwa

Gondomino akan melepaskan dirinja dan mungkin bersedia

membantu melepaskan Tjindewangi dari antjaman maut jang

djelas sudah diudjung hidungnja.

Djelas, sebab tertangkapnja Tjindewangi merupakan

peristiwa jang terbesar bagi kalangan bangsawan-bangsawan

jang mengawatirkan gerakan pemberontakan ini.

Suasana makin sunji, ruangan jang samar2 karena

hanja tjahaja lampu, minjak, dan dinding jang setehgnh hitam,

makin mentjengkam kuduk Gondomino, kini berganti perasaan

marahnja terhadap bangsawan jang merengut ibunja dari tjinta

ajahnja dan sama sekali merenggut ajahnja hingga mendjadi

buronan negara dan terpaksa mendjalaai hidup jang parah.

Kini ia baru merasakan dan tahu kenapa ibunja

selama ini sesaat-sesaat nampak murung dan makin murung,

sekalipun dalam kemegahan harta benda dan kedudukan

sebagai selir utama bangsawan jang kaja raja dan

berkekuasaan besar. Ialah bendahara Negara. Tetapi toh dia

hanja selamanja mendjadi seorang kepala pengawal

perbatasan Jang terasing dari pergaulan para bangsawan.

Tiba-tiba Gondomino seakan-akan lumpuh hatinja.

Djatuh terduduk menatap Wulungseto dengan mata jang tetap

menjelidik.

- Sekiranja kata katamu tidak benar. Apakah

sangsimu?
- Aku mengatakan jang benar, menurut Surowono

jang mengaku ajahmu. Mana aku tahu bahwa dia berbohong196

atau tidak. Kau bisa menanjakan hal ini kepada ibumu. Dan ini

sebuah tjintjin dari ajahmu. Kau bisa tanjakan kepada jang

lebih tahu? Mestinja ibumu tahu siapakah jang mempunjai

tjintjin sematjam ini
Walungseto melemparkan tjintjin dari djarinja, dan

menjuruh:

- Ambillah tjntjin ini.
Gondomino mengambil tjintjin dari Wulungseto jang

masih terikat tangannja. Sementara Gondomino

memperhatikan tjintjin itu, Wulungseto menjambung kembali

pembitjaraannja.

- Kudengar bahwa kau selama ini terlampau kedjam.

siapapun jang kau bentji atau kau senangi satu ketika, apakah

itu karena tidak kau merindukan kasih tjinta seorang ajah?
Tiba-tiba Gondomino menjahut
-Baiklah kau tunggu aku disini, tetapi djika ibu tidak

membenarkan hal itu kau kulemparkan kedalam lubang srigala

hidup - hidupan. Dan Tjindewangi akan kumintakan siksaan

jang paling berat,
Wulungseto bisa menghela nafasnja waktu

Gondomino pergi karena jakin, bahwa segala itu tentu benar.

Surowono tidak akan berbohong dan ibu Gondomino akan

tidak mengingkari.

Tetapi sebagaimana biasanja kemudian mulai

terdengar suara orang-orang jang meraung kesakitan, diseling

suara ter- tawa2 dan letjutan-letjutan tjambuk. Bentakan2 dan

suara raungan jang lebih menjajat, waktu itulah Wulungseto

teringat akan nasib Tjindewangi jang djelita, jang kini sudah

diringkus hidup hidup. apakah jang terdjadi atas diri

Tjindewangi sudah bisa dibajangkan. Bisa dipastikan dan sudah

pasti semuanja jang hanja akan berachir hukuman mati.

Seketika seakan-akan lumpuh seluruh urat2 nadinja, darahnja

terhenti dan nafasnja makin mendjadi sesak.197

- Oh Tjindewangi, andaikan kau hidup. Dapatkah

hidup dalam tubuhnja jang masih sempurna?
Sekeluar Gondomino, masuklah tiga orang pengawal

bersendjata tombak mendorong. Wulungseto masuk kedalam

sebuah kamar jang sangat gelap, hanja sebuah lubang udara

dan sama sekali tidak ada peralatan apapun ketjuali sebuah

bangku dimana ia bisa duduk dan membaringkan diri. Dalam

kegelapan inilah Wulungseto makin mendjadi gelisah akan

nasib Tjindewangi. Tjindewangi jang mempunjai segala-galanja

itu, kini hidup matinja ditangan seorang penguasa jang sangat

kedjam.
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jang mungkin saat inilah telah didorong masuk

keruangan dimana sang Radja menanti dengan dendamnja

jang dibaur oleh dendam nafsu birahi sebagai seorang lelaki,

mungkin telah disobek pakaian Tjindewangi satu persatu. Ja

mungkin telah terdjadi segala-galanja untuk menghantjurkan

hati

Tjindewangi, menghantjurkan semangat hidupnja,

akan dibudjuknja untuk mau menjerah. Sedangkan dirinja jang

mesti harus berbuat melepaskan dalam keadaan teringkus,

tidak bisa berbuat apapun ketjuali berharap akan adanja

pertolongan lain jang menjelamatkan Tjindewangi.

Sampai hari turun malam, Gondomino tidak kembali

hingga terpikir oleh Wulungseto apakah Gondomino berbuat

jang sebaliknja. Ialah menghadap Radja untuk merundingkan

bagaimana tjaranja untuk menjiksa Tjindewangi bersama-sama

dirinja dalam satu waktu jang tepat.

Mendjelang tengah malam, belum djuga Gondomino

datang, lewat tengah malam dan sampai hari mendjelang

subuh, sama sekali tidak seorang datang. Wulungseto makin

tjemas. Satu satu pengharapannja hanjalah tertumpah kepada

Panglima Galing jang masih mempunjai kekuatan dalam istana

jang tersembunji. Tetapi bagaimana kalau Gondominos sudah198

melaporkan hubungannja dengan Panglima Galing. Semuanja

terbongkar.

Dan malam itu djuga akan sudah dikerahkan seluruh

tentara keradjaan untuk menggempur istana Panglima Galing

dan pedepokan Kjahi Anom jang sama sekali tidak siap dalam

arti persendjataannja. Wulungseto berpikir makin keras, siapa

lagi dapat diharapkan?

Belum lagi kalau misalnja terdjadi Karangselo

berchianat, sama sekali kekuatan dipedepokan lumpuh tanpa

seorang jang bisa diharapkan, ketjuali Kiageng Tunggal jang

sudah lanjut usia. Kokok ajam jang terachir mulai bersahutan

tapi dalam hati Wulungseto sama sekali tidak ada djawaban

kegelisa hanja Udara makin menggigil, makin mentjengkam.

Hanja tjahaja kemerahan jang tersamar dari lubang udara satu

satunja jang tinggal, memberi kekuatan kepada Wulungseto

untuk tidak patah hatinia, patah hidupnja berusaha membatasi

soalnja hal jang terdjadi.

***199

BAGIAN VIII

MEMANG Gondomino sendiri malam ?tu

mendapatkan kesulitan untuk menemui ibunja. Sedjak sore

hari pendjaga istana bangsawan itu mengatakan bahwa istana

malam itu sama sekali tidak menerima tamu. Hingga

Gondomino membentak:

-Ja, aku kan bukan tamu. Kau tidak lihat siapa aku?
- Ja, tetapi paduka Kartopati memerintahkan

siapapun-.

- Kau tahu aku puteranja.
- Hamba tahu. Dan pintu kamar sedjak tadi tertutup.

Hamba tidak bisa memberi tahu- Paduka bisa membuuh kami

semua pengawal istana ini, tetapi hamba hanja melaksanakan

perintah.
- Aku hanja akan bertemu ibu. Bukan ajah.
- Apapun keperlunnja. Tidak mungkin hamba

memberi pintu. Pintu gerbang terkunji dan kuntji dibawa

paduka tuanku.
- Kalau begitu beri tahu ibu, aku menanti disini terlalu

penting.
- Itupun tidak mungkin.
Gondomino, berpikir bahwa mungkin ada apa2 jang

terdjadi atas ibunja jang sudah hampir diasingkan oleh

suaminja karena perbuatannja dengan ajahnja sendiri.

- Mungkin agak malam nanti, perintah sudah

berubah.
Gondomino merasakan kini betapa harganja dalam

lingkungan istana Kartopati hampir2 dia meluap marahnja,

melihat pendjaga-pendjaga jang atjuh.tak atjuh ja mungkin ity

memang perintah Kartopati. Tetapi berat djuga untuk

mempertjajai Wulungseto kalau belum bisa bertemu ibunja

untuk memastikan kenjataan itu.200

Gondomino kemudian pergi, tetapi sebenarnja tidak

djauh. Hanja untuk menanti dan menemui sababatnja. Disana

ia mendapatkan keterangan. Bahwa Kartopati memang sedang

mengambil selir baru jang sangat djelita dan hampir siang

malam tak pernah muntjul.

Gondomino tak bisa menguasai lagi kemarahannja, ia

langsung kembali ke istana Kartopati dan langsung masuk

melalui pagar belakang, mentjari ibunja. Gondomino berhasil

menemui ibunja dalam taman, nampak sedih dan murung.

Ibunja sangat terkedjut, tiba2 Gondomino telah ada

dihadapannja. Gondomino langsung bertanja:

- Aku hanja ingin bertanja ibu. Siapakah sebenarnja

ajahku?
_ Surowono-.

- Dimana sekarang beliau?

- Entah dimana. Ajahmu dapat meloloskan diri

mendjelang hukuman mati dilaksanakan.

Kabarnja bisa bersembunji didaerah pedepokan Kjal?

Anom, tetapi hal ini pasti kau harus merahasiakan. Ibu sendiri

tidak pernah bertemu sedjak itu-.

- Dan Kartopati sudah tahu bahwa aku bukan

anaknja?
- Mungkin sudah merasa tetapi tidak pernah

membitjarakan-.

Gondomino tjepat tjepat berlalu, karena mendengar

seseorang datang, Tidak lain Kartopati bersama selirnja jang

baru Seorang wanita jang nampak tjerdik, penuh kemauan dan

nafsu hidup jang menjala-njala. Ibunjapun kemudian berlalu

sebelum terilihat oieh suaminja. Sedangkan Gondomino

sengaja menjembunjikan diri ingin melihat bagaimana

perangai ajahnja jang sjah, tetapi bukan ajah kandungnja.

Kebentjiannja mulai merajap, dendam mulai

membara dalam hati Gondomino melihat semuanja. Segala
galanja jang terdjadi hanja jang menjakitkan hati dan201

menghantjurkan kepertiajaannja kepada Keradjaan Gunung

Tunggal. Sedjak wanita muda itu menggantung dileher ajahnja,

menjiumi dan tersenjum-senjum.

Hingga kemudiam mata ajahnja jang sudah landjut

itu berapi-api. Kemudian ajahnja mengeluarkan sebuah kalung

jang kemudian lalu dikenakan keleher wannia muda jang

belum pernah dikenalnja.

- Tetapi hamba bersedia tinggal disini, kalau semua

selir akan disingkirkan-.

-Itukan perkara gampang. Besok pagi kau akan hanja

tinggal disini sebugai selirku satu satunja. Mereka itupun sudah

tidak ada gunanja disini, kebanjakan telah terlampau

membosankan.

-Hanya, satu-satunja?
-Ja, satu-satunja, hanja kau jang lain boleh pergi atau

dilemparkan kelubang serigala-.

- Dan paduka berdjandji untuk menempatkan hamba

disini untuk selamanja?
- la. Selamanja-.

Gondomino tidak bisa lagi menahan perasaannja kini

dan pelahan-pelahan ia meninggalkan taman itu, dengan Suatu

djandji. Djandji jang akan dikerdjakan dalam waktu setjepatnja.

Begitu luka hatinja hingga ia lupa akan Wulungseto jang

menanti diruangan gelap,

Gondomino melampiaskan luka hatinja, sakit hatinja

dan kegetiran perasaannja kewarung Aju Kembangsari

semalam penuh. Baru setelah subuh ia ingat dan kemudian

langsung kembali kepos pengawalan perbatasan ibukota untuk

mendjumpai Wulungseto. Apa jang pertama tama terdengar

oleh Wulungseto sangat mengedjutkan.

- Seto. Semua katamu benar. Sekarang pertjajalah

bahwa aku akan memihakmu. Tetapi tentu sadja tidak

sekarang, aku akan masih disini, Tetapi bagaimana rentjanamu

sekarang-.202

Kini Wulungsetolah jang berganti sangsi. Berganti

merasakan ketjurigaan, apakah benar Gondomino berpihak

kepadanja. Apakah bukan tipu muslihat untuk menggulung

semua komplotan. Hati Wuangseto masih bersikap hati-bati.

Tetapi Gondomino mejakinkan.

- Kau tidak usah sangsi. Aku sudah begitu muak

terhadap ajahku jang resmi. Ibuku dalam kemurungan jang

terlampau sangat. Aku dalam keadaan terasingkan dari , hati

istana Kartopati. Sekarang kembalilah kau kepedepokan Kjahi

Anom, dan aku akan berusaha bersama Panglima galing untuk

menjelamatkan Tjindewangi. Ini tintjinku bawalah, berikan

kepada ajahku jang sebenarnja. Katakan bahwa aku akan

berpihak kepadanja, dan membawa ibu kembali kepadanja.

Oh.. sedjak lama aku merindukan ajah jang bisa mentintai

anaknja, Seto sedjak lama aku tidak pernah merasakan hal itu.

Sedjak lama aku hidup dengan hati membatu, sunji dan kering.

Kuharap tidak lama lagi aku bisa menemuinja.
Wulungseto merasakan adanja getaran suara jang

penuh kepedihan, kepahitan dan kesunjian Gondomino.

Dengan tangan gemetar pula ia menerima tjintjin itu kemudian

Gondomino memeluknja, memeluknja kuat? sebelum tali2

pengikat dilepaskan.

- Ingat Seto, kau kulepaskan untuk bisa bertemu

kembali.
Gondomino sendiri memutuskan tali-tali Pengikat

dan dan kemudian disodorkan minuman, sambil tersenjum.

- Kau tentu lapar
- Baru semalam Gondo. Tetapi kukira aku tidak

sempat makan dulu. Aku mesti setjepatnja memberi tahukan

hal ini kepedepokan.

- Kudamu masih kuperintah dirawat dengan baik.

- Hubungi setjepatnja Panglima Galing, akan

kuberikan pertanda kepadamu bahwa kau dipihak Kjahi

Tunggal-.203204

Gondomino menerima sebuah tjintjin dari

Wulungseto sebagai pertanda bahwa dia telah mcnerima baik

rentjana Kjahi Tunggal. Wulungseto menegaskan kembali.

- Jang pertama tama Gondomino, selamatkan

Tjindewangi sebelum dia hantjur. Kau tahu bagaimana mereka

itu terhadap wanita,
- Ja Aku melihatnja setiap hari.
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Dan ingatlah bahwa kita harus menudju kepada

kembalinja Keradjaan Gunung Tunggal kepada kehidupan jang

terbuka, kehidupan dimana orang2 lepas dari rasa tjemas dan

mempunjai masa depan. Kehidupan dimana hati nurani bisa

mengembangkan sajap-sajap lebar-lebar dan merasa bahwa

mereka bisa menentukan pilihannja untuk hidup menurut

kemauannja dalam keadaan kehidupan jang baik-.

Gondomino mengantarkan Wulungseto sampai

kepintu gerbang perbatasan dan meneteskan air matanja,

setitik2 waktu dilihatnja kuda putih itu telah lepas dari

pandangan hanja meninggalkan hamburan debu jang makin

banjak karena makin tjepatnja langkah. Gondomino merasakan

kini adanja perubahan2 dalam perasaannja, dalam hatinja dan

dalam alam pikirannja. Seakan-akan Wul?ngseto

meninggalkan sebersit tjahaja jang baru, jang baru dan penuh

pengharapan akan kembalinja martabatnja sebagai seseorang.

Tetapi sehilangnja Wulungseto dari pandangan

matanja kini teringat akan kesanggupannja untuk membantu

melepaskan Tjindewangi dari antjaman maut. Ingat akan

ibunja jang hari tu akan disingkirkan dari istana Kartopati.

Kemana akan disingkirkan iapun belum tahu. Ingat akan

Panglima Galing, jang mungkin telah me?dapatkan sorotan2

tertentu dari Radja mengenai sikapnja selama ini, dan mungkin

kedatangan Wulungseto kepada Panglima Galing sudah pula

dilaporkan keistana.

***205

BAGIAN IX.

ANGIN PAGI itu terasa sangat segar, lebih lagi

kalangan istana Gunung Tunggal terasa pagi hari itu

merupakan pagi hari jang sangat tjerah. Karena terasa bahwa

dari jang selama ini dikawatirkan telah terlepaskan dengan

tertangkapnja Tjindewangi. Sebab mereka jakin bahwa

Tjindewangi pasti akan bisa membongkar segala apa jang

masih merupakan rahasia selama ini. Gerakan pemberontakan

jang sangat dikawatirkan karna gerakan itu dirintis oleh orang
orang jang tangguh dan ditjintai rakjat.

Dalam waktu singkat Tjindewangi akan bisa bitjara,

baik setjara halus maupun kalau terpaksanja dengan tjara

kasar. Hingga Patih Keradjaan pagi-pagi sekali telah siap

menghadap Radja untuk membitjarakan hal ini dan untuk

menghadapkan Tjindewangi kepada Radja sebagai

persembahan jang terbesar.

Radjapun tidak seperti biasanja, hari itu menerima

Patih Keradjaan diruangan pribadinja dan Radja menghendaki

bitjara antara empat mata. Karena hal ini mejangkut hal jang

paling penting dalam sedjarah Keradjaan Gunung Tunggal.

Patih agak heran karena Radja tersenjum-senjum

dan kemudian mengulangi pertanjaannja :

- Djadi dapatkah sudah hamba menghadapkan

Tjindewangi siang hari ini djuga?
- Tidak usahlah kau tergesa-gesa. Kini jang penting

aku harus memikirkan bagaimana tjaranja menghukumkan

Tjindewangi kalau dia tidak akan menjerah berbalik kepada

Radja. Tjara jang luar biasa. Jang aneh, mengagumkan dan

memuaskan seluruh kalangan isiana. kata lain ijalah tjara jang

baru jang mengagumkan dan membuat semua orang mendjadi

takut untuk mengikuti langkah Tjindewangi. Paham jang

kukehendaki?-206

-Ja. ja hamba bisa memahami. Artinja tjara Keradjaan

Gunung Tunggal jang menggontjangkan dalam menghukum

seorang pemberontak-.

-Ja, tjara jang tepat untuk seorang jang kabarnja

sangat djelita. Agar bagaimana kedjelitaan itu masih tetap

diselamatkan-.

Dengan begitu perasaan takut akan masih tetap

mendalam dan akan makin mendalam. Karena merasa bahwa

keradjaanku tidak perlu memandang apakah dia djelita atau

lelaki jang paling djelek sekalipun.
Radja terdiam sedjenak seakan-akan mematangkan

pikirannja dan kemudian sambil tersenjum

-Ja tentu untuk pertama-tama akan kuminta agar dia

menjerah, berpihak kepadaku. Sebab kalau memang djelita,

sajang kalau dibunuh. Tetapi kalau tidak? Ja bukan salahku

memberikan hukuman jang luar biasa itu-.

- Lalu kira kira bagaimana rentjana baginda?
-Jang pertama djangan kau rusakkan keajuan dia. Ini

jang pertama. Kemudian untuk seminggu lamanja, akan

kupertontonkan dalam setiap pesta istana, dimana

Tjindewangi dalam keadaan setengah telandjang dan setiap

malam makin kita kurangi pakaiannja, Sampai pada malam

ketudjuh harus sudah hampir sama sekali telandjang. Nah kan

menarik. Tetapi ingat pendjagaan harus diperkuat, sekuat
kuatnja. Paginja akan diadakan pawai berkuda, dimana

Tjindewangi diatas gerobak jang terbuka dalam pakaian jang

terachir, mengelingi ibu kota. Hari itu semua penduduk harus

menonton, harus.. jang tidak tahan hati menonton boleh kau

bunuh.
Hari itu pesta akan diadakan di istana setjara besar
besaran. Menanti kedatangan kembali pawai itu. Malam

harinja, ini jang akan mengedjutkan seluruh dunia, tepat pada

malam purnama, Tjindewangi akan tetap di atas gerobag

diarak mendaki Gunung Tunggal sampai puntjak. Tepat pada207

tengah malam, dimana bulan menjinari, tepat dari tengah
tengah langit Keradjaan. Tjindewangi dilemparkan kedalam

kawah Gunung Tunggal. Begitu kira2 pikiranku, Tetapi kalau

kau ada pikiran jang lebih baik, kuidjinkan menjampaikan-.

Patih Keradjaan diam sesaat, merasa bahwa rentjana

agak berlebihan. Tetapi tidak berani menjampaikan. Apa jang

disampaikan jang sebaliknja.

- Satu rentjana jang luar biasa Baginda. Pasti seluruh

penduduk ibu kota akan gembira dan hamba kira tidak hanja

penduduk ibukota harus menonton. Tetapi semua rakjat,

hamba sahaja. Semua. Biarkan ibukota ini seakan-akan

digontjangkan sampai bergetar tanah-tanahnja. Hamba jakin

bahwa sebentar lagipun komplotan pemberontakaa itu akan

dapat diringkus. Djadi sama sekali, lenjaplah bahaja jang

mengantjam Keradjaan -.

- Ja ja rentjana jang bagus kalau semua penduduk,

Semua hamba sahaja darimanapun harus menonton.
Kemudian Radja agak berganti nada suaranja,

setelah berapi-api membitjarakan angan-angannja

- Tetapi bagaimana pamanda. Kau sebagai lelaki

tentu bisa mengatakan. Apakah memang Tjindewangi sangat

djelita. Sangat menggairahkan dan mempesonakan .

Patih Keradjaan tersenjum senjum dengan penuh

kesungguhan mengatakan :

- Waduh. Sebetulnja sajang Baginda kalau

Tjindewangi sampai didjatuhi hukuman mati. Sajang, sajang

sekali. Tjindewangi. tidak hanja terlampau djelita. Tidak hanja

merangsang pesona dan merangsang gairah. Tetapi se-akan2

api jang bisa membakar kehidupan kita sebagai lelaki. Pokoknja

sumber dari kegembiraan lelaki jang tidak akan ada achirnja

Baginda. Terutama pada tjahaja matanja.
- Ja tentu kalau dia mau menjerah dan berbalik.
- Ja mungkin kalau Baginda bisa membudjuknja

dengan djandji jang sangat tinggi dan dia bisa luntur hatinja.208

pokoknja, kalau dia mau menjerah akan lebih memantjarkan

tjahaja Keradjaan Gunung Tunggal Baginda, pasti Itu
Radja hanja tersenjum- senjum.

- Dengan prameswariku masih lebih bertjahaja?
- Maafkan hamba kalau harus mengatakan

kenjataannja- .

- Ja, ja tidak apa-.

- Masih lebih bertjahaja Tjindewangi-.

Waktu itulah Baginda terdiam. Hatija sudah mulai

rusuh dan memikirkan sungguh2 bagaimana Tjindewangi bisa

menjerahkan diri kepadanja.

- Ja, kalau begitu ingat Mamanda. Perintahkan

djangan seseorang pun menjakiti dia sebelum dihadapkan

kepadaku. Ingat, jang menjakiti atau sampai mengganggunja,

kuidjinkan bunuh, Siapapun.
- Hamba akan mematuhi perintah. Djadi kapan

hamba diidjinkan menghadapkan kemari ?
- Kupikir lebih baik nanti malam. Agar aku sudah agak

lebih mendjadi tenang dan bisa memikirkan lebih djauh.

Tindakan apa jang harus kulakukan. Agar Tjindewangi mau

menjerah. Dan djuga tindakan apa kalau dia tetap

membangkang perintahku- .

Baginda tinggal sendirian dan belum sama sekali

bergerak dari kursi. setelah Patih Keradjaan pergi, Terpandang

oleh baginda gambar prameswarinja dan terheran-heran

dalam hati:

- Tjindewangi masih lebih djelita. Aneh, Aneh sekali.

Kupikir aku sudah memilih dari seluruh Keradjaan ini. Masih

kalah djelita dengan Tjindewangi. Tetapi bagaimana lagi kalau

dia memang maunja memberontak. Sajang, Tjindewangi.

Sajang. Kalau kau masih tetap memihak Kiageng Tunggal.
Kemudian terpandanglah oleh Baginda dari djendela,

keindahan istananja, kebesarannja dan terletak ditempat jang

meninggi dilereng Gunung Tunggal. Istana jang terbangun dari209

hampir seluruhnja pualam, Pualam jang berkilatan dan

berwarna Kin. terasa bahwa Baginda masih ada jang belum

sempurna:

- Djadi djelas bahwa Tjindewangi aku miliki atau

kubunuh sama sekali. Karena akan bisa lebih dikagumi dari aku.

Ini sangat berbahaja. Berbahaja bagi kedudukanku, bagi

ketjemerlanganku di Keradjaan Gunung Tunggal. Pertjuma aku

membangun Istana ini, dengan menukar seribu perawan

kepada Keradjaan Laut Selatan, Pertjuma beaja seharga seribu

perawan itu kalau masih ada jang lebih djelita dari

prameswariku. Pertjuma, djelas pertjuma.
Baginda kemudian seperti digerakkan oleh kakinja

masuk kedalam kamar Prameswari jang sudah siap berdandan

dengan rapi, berias dengan siap uatuk melajani kegembiraan

Radja. Tetapi Permeswari heran, dia merasa pagi itu sudah

tjukup berhias jang sangat indah. Baginda masuk atjuh-tak

atjuh memandangnja. Pada hal biasanja tentu langsung

bertjanda dan mentjumbu. Waktu itu seakan akan ketjewa,

muram dan mendendam perasaan jang marah. Hingga

Prameswari bertanja :

-Kenapa Baginda? Ada jang tidak memuaskan?
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baginda nampak muram.
Baginda masih diam, bahkan kemudian menatap

makin tadjam dan merasa muak.

- Kenapa Baginda?-.

Baginda masih diam, makin diam. Hanja

pandangannja menembus kedalam djantungnja.

- Kenapa Baginda. Nampak Baginda sedang murka.
Karema hamba ?
- Baginda tidak murka. Aku hanja ketjewa.
- Karena apa?
- Karena apa. Karena kau ternjata bukan wanita jang

paling tjantik dari seluruh keradjaan. -210

BAGIAN X.

SIANG HARI itu djuga, Wulungseto masih mematju

kudanja untuk mentjapai padepokan Kjai Anom, melintas

hutan belantara tanpa berhenti kendatipun mengedjar waktu

agar bagaimana padepokan dapat menjtapkan diri

menghadapi segala kemungkinan jang djelek.

Kudanja hampir2 lumpuh karena tjapai. Tetapi

Wulungseto memerlukan waktu jang sangat singkat, sangat

singkat karena diburu bajangan2 akan keadaan Tjindewangi

dan keadaan padepokan djika hari itu djuga tentara Keradjaan

telah mendapatkan perintah menggempur padepokan, jaitu

pasti dan Tjindewangi sebagai seorang wanita sulit tahan siksa.

Sementara itu,Gondomino telah berusaha menemui

Panglima Galing untuk menjelamatkan Tjindewangi. Tetapi

agak malang bagi Gondomino sebab Panglima Galing agak

tidak senang akan tingkah laku Gondomino jang tjongkak,

kedjam dan sangat mengagungkan kebesaran istana. Sehingga

waktu pengawal istana Panglima melaporkan bahwa

Gondomino hendak menghadap ditolaknja, Dikatakan

Panglima sedang sangat repot dan agak sakit.

Gondomino sekarang jang mulai merasa terdesak

perasaannja, karena ia merasa bahwa selama ini memang

Panglima bersikap dingin terhadapnja. Gondomino merasa

sebab2-nja. Hingga ia merasa sulit untuk mejakinkan bahwa dia

datang karena Wulungseio. Terpaksa Gondomino

menjerahkan tjintijin dari Wulungseto.

-Ini sadja sampaikan kepada Panglima Galing bahwa

kedatanganku karena disuruh oleh seseorang jang mempunjai

tjintjin
- Ja, kalau begitu akan kusampaikan kepada

Panglima, tunggulah kau disini kukira aku sebagai kepala211

pengawal akan bisa mengusahakan kau menghadap kepada

Pangtima,
Tetapi malang bagi Gondomino ternjata kepala

pengawal istana Galing adalah seorang mata mata istana jang

ditugaskan

memata matai Panglima Galing karena sudah lama

disangsikan kesetiaannja.

Dan kepala pengawal itu tidak menghadap langsung

kepada panglima Galing, tetapi melaporkan ini kepada

pimpinan jang

lebih tinggi. Tjintjin ditahan dan Gondomino disekap

untuk tudjuan diperas keteranganja mengenai hubungannja

dengan Panglima Galing.

Untuk pertama kalinja, Gondomino sebagai kepala

pengawal perbatasan kini merasakan bagaimana seorang

diseret dilemparkan kedalam ruangan jang lembab dan sangat

gelap. Hingga Gondomino sekarang jang bingung, siapakah

sebenarnja jang berdiri dipihak pengchianatan. Apakah

Wulungseto ini mata mata Radja jang bertugas untuk

menjelidiki kesetiaan kepada Radja. Apakah kepala Pengawal

Istana Panglima Galing atau Panglima Galing sendiri jang

bertugas untuk Gondomino, makin katjau pikirannja, setelah

kembali diseret dihadapkan kepada Panglima Durko jang

sampai menjamar sebagai pengawal dalam lstana Panglima

Galing. Gondomino dihadapkan dan langsung dibentak

- Bijara terus terang sebelum kusobek mulutmu.

Siapa jang memberikan jintjin ini kepadamu. ?iapa orangnja

dan keperluannja kepada panglima galing, Kutanjakan

sekarang apakah kau masih setia kepada Karadjaan atau

tidak?
Gondomino masih belum bisa berpikir setjara

tenang, mendjwab dengan kebingungan;

- Sebentarlah, saja hendak melaporkan apa jang

terdjadi,-212

- Ja, djangan terlampau membelit.
- Saja sebagai pengawal perbatasan, sedang

menawan seorang lelaki tak dikenal dan saja berhasil

merampas tjintjin jang dibawanja. Tjintjin ini jang sangat

mentjurigakan. Tentu hendak saja laporkan, hal ini.

- Tetapi kenapa kepada Panglima Galing? Tidak

kepada pimpinan tentara-.

-Tentu. Tetapi saja perlu mampir kemari karena lelaki

itu menjebut Pangima Galing, sebagai seorang jang hendak

dibunuh pertama kal?. Tentu lelaki itu karena terlampau

menaruh dendam dan pasti sudah mengenal baik Maka hendak

kutanjakan langsung sebelum saja melaporkan kedjadian

kepada pimpinan saja. Apakah itu salah?

Dan karena Panglima Galing tidak menerima saja,

maka saja mentjoba dengan tjintjin ini apakah beliau tertarik

persoalannja-.

Panglima. Durko berpikir, bahwa Gondomino ada

benarnja.

- ja. Semuanja memang masuk diakal. Tidak pada

tempatnja pula mentjurigai Gondomino.
- Apakah masih bisa disangsikan saja sebagai putra

Kartopati hendak berchianat kepada Keradjaan? Saja kira tidak

akan ada alasannja saja hendak melawan Keradjaan Gunung

Tunggal dimana tempat saja bergantung selama hidup-.

Untunglah panglima Durko agak mempertjaji

kembali Gondomino dan malahan sebaliknja menjuruh

Gondomino melandjutkan bertemu Panglima Galing untuk

menjelidiki.

Panglima Durko jang gila akan pudjian Radja tanpa

tjuriga sedikitpun kemudian melepaskan Gondomino dan

menegaskan:

-Baikl?h kalau demikian. Kuhadapkan kau kepada

Panglima Galing sekarang. Tetapi ingat Semua hal ini harus kau

laporkan langsung kepadaku, apakah kra2 hubungan tjintjin ini213

dengan Panglima Galing dengan kaum pemberontak. Tetapi

ingat Gondomino kalau kau ingkar akan kesanggupanmu,

seluruh keluarga Kartopati akan tumpas semuanja, terutama

ibumu sendiri-.

- Baiklah, tjoba mari dibuktikan.
Saat itu djuga Gondomino diidjnkan masuk kedalam

istana langsung dihadapkan kepada Panglima Galing. Tetapi

Gondomino sekarang jang makin katjau pikirannja. Karena

djadi sangsi pula, apakah sebenarnja jang terdjadi? Panglima

Galing, Wulungseto dan Panglima Durko siapakah sebenarnja

,mereka itu dan berpihak kemana?

Gondomino langsung diterima oleh Panglima Galing

dikamar pribadi, sangat tersembunji dan tidak seorang

menjaksikannja Hingga Gondomino sekarang membulatkan

tekat, djika dia keliru mempertjajai Panglima biarlah mati

sekarang djuga, tetapi tidak akan berpihak lagi kepada

Keradjaan Gunung Tunggal jang penuh teka-teki dan penuh

tipu2-an, muslihat dan saling tjuriga. Hidup atau mati dia

hendak mempertjajakan diri kepada Panglima Galing dan

Wulungseto. Dia telah patah hatinja, sama sekali patah hingga

tidak memperhitungkan lagi nasibnja. Dia berpikir, toh dimana

sadja kalau keadaan Keradjaan demikian buruknja.

Panglima dengan tenangnja mulai bertanja.

- Nampaknja sangat penting kau menghadap kemari

Gondomino?
- Hamba hendak menjatakan kenjataan2 jang

terdjadi. Dengan sungguh dan dengan keseluruhan

kepertjajaan hamba kepada paduka, Memang ada bahajanja,

karena kini semua orang diliputi saling tjuriga dan saling

menjelidiki. Tetapi hamba rasakan sebaiknja hamba masih

mempertjajai seseorang, sekalipun akibatnja sama. Mati

ditiang gantungan atau dilemparkan kedalam lubang serigala-.

- Kenjataan jang mana?-214

- Kenjataan bahwa Keradjaan Gunung Tunggal remuk

dalamnja-.

- Lalu!
- Tidak ada seorang patut dipertjajai dan dihargai-.

-Djuga terhadapku?
- Hamba kira tidak-.

Lalu ditjeriterakanlah semuanja. Semuanja sampai

kepada Panglima Durko jang menjamar sebagai pengawal biasa

masuk kedalam barisan pengawal istana Panglima Galing.

Gondominopun hanja merasa, karena penjamaran itu begitu

sempurna, hingga Paaglima Galingpun sangat terkedjut.

-Tetapi dapatkah kupertjajai semua perkataanmu

Gondomino?
- Ibu hambapun mungkin hari ini sudah disingkirkan,

mungkin sudah dibunuh. Apakah bisa hamba kembali kepada

Kartopati? Apakah dapat hidup di istana Gunung Tunggal jang

tenggelam dalam kegelapan sematjam ini?
- Kalau begitu harus didapatkan djalan keluar

setjepatnja sebelum Panglima Durko mengelahui lebih banjak.

Sekarang kau harus menemui kepala pengawal itu dan

samaran Panglima Durko dalam ruangan tersendiri. Aku akan

segera memerintahkan mengepungnja. Kau pura2 akan

melawan dan mentjoba lari. Segera kau akan kulepaskan

kembali djika pengepungan berhasil menangkap kedua orang

pengchianat itu. dan djangan mentjurigakan mereka. Segalanja

akan kuatur serapi mungkin. Hingga kedua orang itu lenjap

tanpa bekas sedikitpun, agar tidak menjebabkan istana tjuriga
Gondomino menjanggupi dan kini ia merasakan akan

berada dipuntjak bahaja di-tengah2 kedua raksasa jang

bertempur. Bila dia datang salah djalan akan musnah

semuanja, bila dia datang mentjurigakan. Mungkin akan

merembet kesoal lain. Terutama ibunja, ibunja akan pasti

mendjadi sasaran utama.215

Pertemuan Gondomino dan panglima Durko telah

ditetapkan bahwa Gondomino akan keluar setelah tengah hari,

sementara itu Panglima Galing memanggil perwira

kepertjajaannja untuk segera menjiapkan diri maka beberapa
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengawal pilihan untuk mengepung tempat dimana

Gondomino akan melaporkan kepada panglima Durko.

Tepat tengah hari, Gondomino menudju keruangan

kepala pengawal istana panglima Galing, dimana, panglima

Durko sudah ada berada didalamnja. Sementara perwira

kepertjajaan Panglima Galing sudah menjiapkan pengepungan

jang rapi, karena pasti akan mendapatkan perlawanan.

Djelas perlawanan itu akan sangat berbahaja, karena

mereka tahu bagaimana panglima Durko. Seorang Panglima

jang tangguh dalam segalanja.

***216

BAGIAN XI.

KINI, siang hari itu djuga sekembali dari menghadap

Radja langsung akan menemui Tjindewangi. Anehnja Patih

Keradjaan jang sudah agak ?andjut usia itu, timbul pikirannja,

geloranja dan api asmaranja terhadap Tjindewangi. Hingga.

timbullah angan2nja. Bahwa kalau toh Radja hendak

membuhnja, kalau Tjindewangi bersedia djadi selir atau

isterinja. sama sekali. Dia sanggup berbalik menggulingkan

Radja, Bahkan kemudian terpikirkan:

- Aku toh tidak ingin kalah dengan Radja dalam soal

isteri. Pasti asal pemberontakan bisa padam Tjindewangi akan

bisa kuminta sendiri, sebagai hadiah, ja masak semuanja akan

diambil oleh Radja.
Sampai ditempat penahanan Tjindewangi Patih

Keradjaan menjempatkan diri untuk merapikan pakaian dan

de?arna. Kemudian masuk sambil senjum senjum:

- Bagaimana Tjindewangi. Tidak ada gangguan apa

apakan dari tentaraku?
- Belum- .

- Pasti belum dan tidak akan terdjadi. Sebab sudah

kuperintahkan agar semua tentara mendjagamu. Sudah

kuperintahkan Tjindewangi, bahkan siapa jang melanggar akan

kugantung sendiri-.

- Trima kasih -.

-Nah, kau sudah tahu sekarang bahwa kau djuga

masih mendapatkan perlindungan disini.
- Perlindungan jang mana. Hadiahnjapun tidak ketjil

paduka. Untuk menangkap Tjindewangi.
Patih tersenjum, bahkan kemudian tertawa mentjari

akal membalikkan persoalannja,217

-Kau djangan salah terima. Itu kan hanja hadiah

untuk menangkapmu. Tetapi untuk mengembalikan kau

kedalam istana ini kan soal lain. Radja dan terutama aku bukan

bermaksud membunuhmu, Ingin aku kau kembali sebagai

puteri istana jang djelita dan tjemerlang. Karena njatanja kau

lebih tjantik dari puteri manapun. Tjoba pikir, apakah aku akan

bermaksud buruk kepadamu? Tjoba pikir apakah itu satu

budjukan untuk menjeret ketiang gantungan? Sama sekali

tidak. Kamo hanja ingin menggantung Kiageng Tunggal, hanja

itu, wanita seperti kau tidak termasuk dalam rentjana itu. Djika

Radja mengadakan hadiah, agar kau bisa setjepatnja kembali

ke istana.

Hal ini kau bisa buktikan. Dapatkah kau gangguan

dan siapapun selama disini? dapatkah mendapatkan edjekan

dan tjemoohan. Tidak.
Tjindewangi jang merasa muak melihat wadjah sang

Patih makin merasa muak, bertambah djidjik waktu dilihanja

mata Sang Patih mulai nampak terbakar oleh nafsu birahinja.

Makin muak waktu Sang Patih mulai mendeati dan senjum,

sama sekali lupa bahwa dirinja sudah berkeriput-keriput

mukanja, senjumnja seperti serigala jang sakit dan kehausan.

Hingga Tjindewangi dengan nada agak djengkel mengatakan:

- Lalu maksudnja?
- Maksudnja ja. Kau berbaliklah kepada Keradjaan

Gunung Tunggal. Disini kau bisa memilih djadi isteri Radja.

artinja selir utama. Tjoba pikirkanlah, dan akan apa jang

sebenarnja kau kehendaki. Kalau sangat membentji Radja

karena Radja memerintahkan memantjung ajahmu

Damarwangi dan hendak membalas dendam. Soal itupun aku

bersedia merundingkan.
- Maksudnja?
- Maksudnja, kalau misalkan kau hanja dendam

terhadap Radja. Aku bisa berpikir- pikir akan berdiri dipihakmu

misalnja. Itu kalau kau berdjandji kalau setelah sanggup djadi218

isteriku. Ja, Perkara isteriku jang sekarang gampang. Tetapi

hanja itu alasannja. Kalau kau hanja bentji radja. Bukan karena

kemauan Kiageng Tunggal. Lalu siapa akan mengganti Radja

kalau bukan aku? Karena Radja tidak berputera-.

- Misalkan aku bersedia. Bagaimana rentiana

Paduka?
Sang Patih makin berapi-api sinar matanja,

menembus. kedalam hati Tjindewangi jang menahan perasaan

muak dan marah.

- Ja, kira2 begini. Tetapi kau berdjandji tidak akan

berchianat?
- Selamanja aku bukan pengchianat.
- Terimalah baik-baik semua budjukan Radja, Hanja

mintalah satu djandji bahwa kau akan diangkat djadi

prameswari. Prameswari jang sekarang pasti akan sakit hati.

Dengan mudah aku akan mempergunakan sakit hatinja untuk

membunuh Radja. Kemudian aku akan membuktikan dengan

bukti palsu, jang membunuh Radja prameswari sendiri. Nah

persoalan djadi mudah, kemudian tundjukkan kepadaku

dimana Kiageng Tunggal, dalam tempo sehari padepokan

Kiageng Tunggal akan kugempur. Mudah dan selesai dengan

tjepat-.

Sang Patih makin berani mendekat merasa

mendapatkan tanggapan jang baik, makin menjala sinar

matanja dan melandjutkan:

- Tjoba pikirkan Tjindewangi, kan hanja itu soalnja.

Dendammu lunas terhadap Radja. Kau berhasil kembali

sebagai puteri istana jang paling djelita. Namun aku sudah agak

tua, tetapi jakinlah aku tidak mengetjewakan kau Tjindewangi.
Tjindewangi terdiam, pandangannja menatap

dengan sangat tadjam, sampai menembus kelubuk hati Sang

patih jang masih dibakar gelora api asmaranja. Tetapi tiba2

seakan-akan djantungnja terpukul oleh ajunan gada besi panas

mendengar kata2 Tjindewangi.219

- Tetapi maafkan paduka jang mulia Patih Keradjaan

Gunung Tunggal. Patih Keradjaan Gunung Keburukan ini,

Keradjaan Gunung kesengaraan. Bukan itu maksudku.

Maksudku melawan Radja, untuk mengembalikan tjita-tjita

rakjat semula jang bangun sedjak kita mengadakan perlawanan

terhadap Keradjaan utara. Jaitu membangun Keradjaan jang

bisa ditjintai dan mentjintai rakjatnja. Keradjaan jang lepas dari

kekedjaman dan malapetaka. Keradjaan jang memberi

kemungkinan kepada rakjat untuk membangun kehidupan jang

terbuka. Tidak untuk membalas dendam atau mentjari suami

dari kalangan Istana. Aku tahu apa akibatnja, aku berkata

demikian. Hukuman mati Tetapi inilah Tjindewangi. Inilah tjita2

nja, inilah kehidupannja dan inilah tanggung djawab

Tjindewangi. Seretlah sekarang djuga aku kepada Radja dan

akupun akan bitjara sematjam ini untuk naik tiang gantungan.
- Djadi kau menolak perlindunganku?
- Perlindungan jang mana?
- Kau menolak kebaikan hatiku?
- Kebaikan hati jang mana?
- Ingat Tjindewangi. Hukuman bagi kau sudah

direntjana sangat luar biasa. Kau akan diarak dalam keadaan

telandjang keseluruh ibu kota dan kemudian terachir pada

malam purnama, tengah malam kau dilemparkan kedalam

kawah Gunung Tunggal Bersama-sama semua pengikut

Kiageng Tunggal jang sudah tertangkap
- Biar apapun jang terjadi.
- Kau akan dipertontonkan selama seminggu penuh

dalam pesta-pesta istana dalam keadaan pakaian jang setiap

hari di-sobek.

- Apapun jang terdjadi.
- Siapa jang bisa kau harapkan menolongmu?
- Rakjat.
Sang Patih tertawa lepas-lepas mendengar kata

rakjat.220

- Rakjat jang mana !
- Rakjat jang mentjintai Tjindewangi. Rakjat

menghendaki kehidupan jang lebih baik. Rakjat jang

menghendaki masa depan jang gemilang.
- Rakjatmu ditangan Keradjaan sekarang,
Malam itu djuga Tjindewangi diseret dihadapkan

Radja untuk mendapatkan kepastian apakah Tjindewangi

dihukum mati atau diterima sebagai puteri istana kembali.

Sang Patih sendiri jang memimpin barisan pengawal karena

merasa dendam dan sangat sakit hati.

Sang Patih sendiri mendorong Tjindewangi dari

kamarnja, sampai terdjatuh dan dilemparkan keatas gerobag

tertutup untuk menghindari kemungkinan pengerojokan untuk

menbebaskan Tjindewangi.

Dan barisan itu berlalu dengan diam-diam, berlalu

mengantarkaa Tjindewangi kepada nasibnja ditangan Radja.

Radja sendiri sudah agak lama menanti karena

terdorong nafsunja untuk tjepat-tjepat melihat Tjindewangi.

Untuk membuktikan sampai dimana kedjelitaan Tjndewangi

dan Baginda jakin bahwa Tjindewangi akan tunduk melihat

kemewahan istananja.

Barisan pengawalan selamat sampai pintu gerbang

istana dan sudah dibukakan. Pintu gerbang istana, jang

merupakan pintu gerbang bagi djalan hidupnja. Pintu gerbang

tjita tijitanja, pintu gerbang bagi achir hajatnja. Dimana

hukuman jang luar biasa anehnja akan berlangsung tidak lebih

lama dari datangnja bulan purnama. Sebab djelas bahwa

Tjindewangi akan menolak dan melawan kehendak Radja.

Tjindewangi akan melawan apapun dari Keradjaan Gunung

Tunggai, dengan tanggung djawab hukuman mati baginja.

Tjindewangi hanja bisa mengharapkan pertolongan jang sangat

samar samar datangnja. Siapa lagi akan menolongnja? Waktu

terlampau singkat bagi Kjahi Anom dan Wulungseto mentjari

akal melepaskannja.221

BAGIAN XII

TANPA MENGHIRAUKAN gelapnja hutan belantara,

Wulungseto masib mentjoba melarikan kudanja untuk

mentjapai pedepokan. Tetapi malang baginja, kuda satuSumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satunja tiba tiba mogok karena terlampau tjapai. Sedangkan

waktu itulah Tjindewangi telah berhadapan dengan Radja jang

memegang kekuasaan tertinggi atas nasib dirinja waktu itu.

Dan Tjindewangi hanja bisa mengharapkan bahwa

Radja tidak tergesa gesa menghukum mati. Agar dengan

demikian ia masih bisa berharap akan adanja perubahan2

mendadak mengenai keadaan jang sedang berlangsung. Hanja

itu waktu itu.

Maka itu Tjindewangi bersikap lunak dan mentjoba

menjentuh perasaan laki-laki pada Radja. Memang hal ini bisa

diharapkan, karena Radja waktu melihat Tjindewangi untuk

pertama, agak tersentak perasaannja. Bahkan Tjindewangi

dapat melihat bahwa Radja pandangan matanja jang mendjadi

lain. terbakar oleh suatu hal sekalipun hal ini Radja berusaha

menjembunjikan. Setjara kelakar kemudian Radja berkata:

- Oh, ini jang bernama Tjindewangi. Pantas dengan

tjepat dikenal orang dan mendjadi pudjaan. Baiklah kalau

begitu, kuharap kau Patih. Meninggalkan tempat ini. Aku ingin

bitjara berdua dengan sidjelita ini.
Patih keluar dengan perasaan tidak enak. Ada terasa

timbul perasaan tjemburu dan mengkal, tetapi tidak bisa

berbuat lain ketjuali menaati perintah Radja.

- Apakah tidak pernah ada saksi terhadap pengakuan

Tjindewangi?
- Malam ini aku belum akan sampai kepada soal

Tjndewangi sebagai pemberontak, Tidak. Aku hanja ingin222

bitjara diluar kepentingan negara, Tentu kau tidak keberatan

Tjindcwangi?
Itulah jang dibarapkan Tjindewangi.

memperpandjasg waktu, Tetapi djuga sudah merasa bahwa

mungkin malam itu tidak akan ada keputusan hukuman

matinja. Tetapi mata Radja jang sudah mendjadi liar, itupun

bukan hal jang baik, Tjindewangi tahu benar bahwa Radja

sangat terlampau dojan makan perawan. Dan kesutjiannja

itulah jang hendak dipertahankan mati-matian bagi

Tjindewangi. Kesutjian, sekali kesutjiannja harus ia

periahankan, sampai titik terachir dari hajatnja.

Ia terpaksa keluar meninggalkan Radja bersama

Tjndewangi, hanja berdua. Pengawal pengawal diperintahkan

keluar.

Radja mulai memadangi Tjindewangi dari udjung kaki

Sampai keudjung rambut, Tjindewangi diam menanti utjapan2

Radja. Kemudian Radja tersenjum:

- Aku tidak mengira Tjindewangi, kau begitu djelita.

Hingga merubah pendirian untuk menggantungmu dalam

waktu Jang tjepat, Aku djadi berpikir sekarang, sebaiknja aku

tidak menggantungmu. Tetapi kau djuga kuharap merobah

pendirianmu. Aku tahu kau sakit hati karena ajahmu kuhukum

mati. Tetapi itu kan ada sebabnja, dan mungkin hanja belum

tahu apa sebabnja, hingga kau menaruh dendam kepadaku.

Sambil berkata demikian Radja mulai mendekat,

kemudian berpaling keluar djendela menanti tanggapan

Tjindewangi. Tetapi Tjindewangi masih diam, hingga Radja

melandjutkan:

- Apa kau ingin mendengar sebabnja?
-Ja, kalau Baginda berkenan menerangkan-.

- Tentu, tentu aku akan menerangkan. Sebab ajahmu

membantu meloloskan Kiageng Tunggal jang berchianat

kepada Negara. Ja, Kiageng Tunggal hendak mengadakan huru223

hara dalam istanaku. Bahkan sudah menetapkan hari

pembunuhan terhadap diriku-.

- Sebabnja?
- Ja tentu hanja karena sakit hati, sakit hati terhadap

memuntjaknja ketjintaan rakjat kepadaku,

Tentu kalau dipikirkan setjara djauh, bukan aku jang

mestinja kau bentji. Tetapi Kiageng Tunggal. Tetapi kini

kenjataannja kau malahan sebaliknja berpihak kepada Kiageng

Tunggal. Tjoba pikirkan, mestinja kau sakit hati terhadap

Kiageng Tunggal. Bukan kepadaku, jang kini bersedia memberi

tempat bagimu hidup dengan mewah di istana, Istana ini

terbuka bagimu! dan jakinlah bahwa kau akan mampu

mendjadi bunga terindah dalam istana ini. Tjoba sekarang

bandingkan. Apa jang diberikan kepadamu dari Ki Ageng

Tunggal?
Radja kembali berpaling, tepat waktu itu Radja

melihat tetapa sinar tjahaja pipi Tjindewangi jang nampak

kemerah-merahan, lehernja jang putih tjemerlang dan apa

jang tersembunjikan dibawah dagunja, Radja makin

terangsang dan benar2 nafasnja terdesak.

Tjindewangi pura-pura berpikir, menundukkan

kepalanja pandangan matanja makin redup nampak dari

samping, hingga Radja makin terdesak, makin terdesak:

- Tjoba bandingkan Tjindewangi, bandingkan.

Apakah jang dapat diberikan Kiageng Tunggal dengan apa jang

hendak kuberikan dalam istana ini? Bandingkan dan pikirkan

baik2. Sajang ketjantikanmu Tjindewangi, kau biarkan hidup

sebagai buronan negara. Sajang kewanitaanmu jang mampu

menggontjangkan dunia, hanja kau biarkan terdampar dihutan

belantara atau digua-gua ?jauh dari kemewahan dan

keluhuran.
Sementara berkata demikian, Radja sudah tak dapat

menguasai perasaan, kemudian makin mendekat dan224

mentjoba meraih rambut Tjindewangi jang terurai melepas

dibahu:

- Tjoba Tjindewangi, rambutmupun mulai nampak

kusut.
Tjindewangi mendjauhkan bahunja dengan hanja

sedikit menggeliatkan tubuhnja, Radjapun agak malu

sebenarnja, tetapi kemudian menutupi dengan tertawa.

- Kau benar benar wanita sedjati Tjindewangi. tetapi

jakinkah bahwa aku tidak akan menjentuhmu sebelum kau

bersedia hidup dalam istanamu, Aku akan tetap

menghargaimu sebagai puteri Damarwangi. Jang kumita

hanjalah kau agar berpikir sehat sehat, Sanggup memilih

dengan tepat dan tidak tergesa-gesa
- Tjndewangi memang tidak sakit hati Baginda.
- Nah. itu pasti, pasti memang seharusnja kau tidak

sakit hati
- Meningalnja Pangeran Damarwangipun sudah

kehendak Dewata demikian.

- Nah, itu benar Tetapi djuga memang karena

tingkahnja Ki Ageng Tunggal, itu pasti-.

- Andaikata Tjindewangi bersedia memilih hidup

diistana apakah jang akan diawarkan oleh baginda?
- Djelas, djelas sekali akan kutawarkan kepadamu

kedudukan Prameswari, Prameswari Radja Gunung Tunggal.

Satu-satunja radja terbesar dibumi Asia Tenggara ini, Apa itu

masih ada jang lebih tinggi, sesudah kedudukan Radja?
Tjindewangi terdiam, hingga Radja merasa bahwa

budjukannja akan pasti berhasil dan makin meluap

perasaannja:

- Apa ada jang lebih tinggi Tjindewangi Pikirkanlah,

apa ada jang lebih tinggi dari kedudukan Prameswari bagimu

sebagai seorang puteri?
- Lalu Prameswari jang sekarang?-225

- Ah itukan perkara jang sangat terlampau mudah.

Kalau kau menghendaki. Besokpun dia bisa diseret ketiang

gantungan dengan dalih dia berchianat kepadaku. Besok bisa

kalau kau menghendaki.
- Apakah itu tidak terlampau kedjam Baginda?
Radja mendadak mendjadi terbelalak karena

tersinggung:

- Kedjam bagaimana. kekuasaan Keradjaan ada

ditanganku, Semua jang hidup dalam Keradjaanku sama halnja

kepunjaanku. Aku berkuasa menghidupkan dan mematikan

siapapun jang kukehendaki. Apa lagi siapa jang

mengetjewakan, lebih2 baik jang memuakkan.

Prameswarikupun sekarang sudah mulai bertingkah. Minta

istana baru. Kau pikir tjoba?. Istana ini kubangun dengan

menukar seribu gadis kepada Keradjaan Laut selatan. Satu2nja

Keradjaan jang bisa membasgun stana dari pualain. Minta

istana baru apakah itu tidak berarti aku harus mengumpulkan

kembali mungkin dua ribu gadis untuk alat penukaran. Kalau

kau jang minta itu, lain halnja. Tiga ribu gadis akan

kukumpulkan untuk penukaran istana pualam jang baru.
Tjindewangi makin jakin sekarang betapa Radja

mempergunakan kekuasaannja untuk kesenangan pribadi dan

kepentingannja. Dalam hatinja makin bergejolak djiwa

pemberontakannja. Tetapi iapun masih berpik?r apakah sudah

waktunja ia melawan kehendak Radja?

Tapi sebelum ija bisa menentukan hal ini, Radja

sudah mendesaknja:

- Ingat Tjindwargi kalau kau mentjoba melawan

kehendakku, Aku bisa memerintahkan pengawal - pengawal

untuk menjobek semua pakaianmu . Dan entah kapan setelah

aku merasa puas dengan kedjantikan dan kewanitaanmu.

Segera kau akan dilemparkan kedalam lubang serigala. Ingat

Tiadewangi. Kau sekarang hanja dua pilihan terhadapku.226

Menurut perintahku atau disobel-sobek tubuhmu dalam

lubang serigala.
- Djadi kalau begitu bukan tawaran lagi kehendak

Radja?
- Ja sematjam tawaran, tetapi djika tawaran itu kau

sia.siakan. Bukan salahku djika kau diarak dalam keadaan tak

berpakaian sekeliling kota, sebelum hukuman matimu

didjatuhkan
Radja nampak makin tidak sabar hatinja, menatap

Tjindewangi tembus sampai keudjung djantungnja, seakan
akan hendak dimakannja habis habis.

-Tindewangi merasa sangat tersinggung oleh

perkataan-perkataan Radja jang mulai keras, hingga terpikir

bagaimana kalau dia sekarang bersikap makin lunak, kemudian

setelah dilepaskan ikatannja, ia akan melawan. Biarlah mati

bersama-sama. Tetapi kemudian dilihatnja bahwa Radja

bersendjata pedang dan dipinggangnja terselip sebuah keris

dan keris itu Tjndewangi mengetahui, pusaka istana jang

terkenal. Ialah pusaka Kjahi Setan Segoro. Hadiah dari Radja

Laut Selatan dengan penukaran seratus perawan. Hinhga Radja

jang melihat bagaimana Tjindewangi tidak senang hatinja,

mulai membentak:

-Djawablah sekarang Tjindewangi. Djangan kau
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjebabkan aku djengkel-.

Tjindcwangi makin katjau pikiranja, merasa sama

sekali tak ada jang diharapkan pertolonganja.

- Baiklah Baginda. Lepaskan dulu ikatan tangan

hamba, Kemudian Tjindewangi akan membitjarakan hal ini

baik2.
- Baiklah, aku tidak keberatan kau dilepaskan dari

belenggu itu. Tetapi ingat hidup matimu ditanganku.
Radja memanggil pengawal dan kemudian

diperintahkan melepaskan ikatan tangan Tjindewangi dan

kemudian memerintahkan pengawal kembali keluar, karena227

Radja merasa tidak bisa lagi menunggu lebih lama, untuk

menikmati kewanitaan

Tjindewangi jang makin menggelorakan nafsu

birahinja, ,setelah ikatan dilepaskan dan Tjindewangi merasa

pegal dan merasa kaku.

Sementara itu Panglima Galing sudah berhasil

meringkus Panglima Durko dan pembantunja jang hendak

menjelidiki tingkah lakunja, untuk dilaporkan kepada Radja.

waktu itu djuga kedua2nja berhasil dibunuh dengan

diam2,majatnja di tanam di belakang istana tanpa

sepengetahuan orang lain. Kejuali beberapa tentara pilihan,

jang sangat setia. itu berarti bahwa Panglima dan Gondomino

lepas dari antjaman hukuman mati.

Waktu itulah keduanja berpikir mentjari djalan

keluar bagaimana bisa menolong melepas Tjindewangi.

- Tetapi bagaimana Gondomino. Tempatnjapun kita

belum tahu dimana Tjindewangi dipenejarakan."

-Satu?-nja orang jang tahu hanja Patih Keradjaan,

Panglima. Apakah tidak berbahaja kita menemui Patih

Keradjaan?
- Tentu sangat berbahaja djika kita menghadap tanpa

Panglima Durko jang telah kita timbun dibelakang istana
- Kalau begitu baiklah, kau tunggu disini, Aku akan

langsung ke istana. Untung-untungan. Mungkin Tjindewangi

telah dihadapkan keistana Radja. Tentu ada djalan nanti-.

Panglima Galing langsung meudju keistana dengan

pengharapan Tjindewani telah dihadapkan Radja. Ia memang

benar sudah dihadapkan. malam itu, Tetapi Panglima Galing

tidak mengetahui bahwa malam itu pendjagaan istana sudah

dilipatkan tiga kali lebih luat dan siapapun tak didjinkan masuk

kedalam istana tanpa idjin Radja pribadi atau Patih Keradjaan.

Sedangkan Tjindewangi sudah sampai kepada waktunja untuk

menentukan. Tiba waktunja harus mendjawab ja atau tidak

atas tawaran Radja. Ja atau tidak, ja, atau tidak.228

Sampai dipintu gerbang isiana, Panglima Galing

mentjoba membudjuk pimpinan pengawa:

- Sampaikan kepada Baginda, Panglima Galing

hendak menghadap. Soal jang penting, sangat penting,

mengenai komplotan pemberontakan.

- Radja sudah memerintahkan tidak menerima

siapapun malam ini.

- Sebabnja?

- Radja sedang memeriksa Tjindewangi.

- Patih K eradjaan djuga di stana?

- Paduka Pasti sedang menjiapkan seluruh tentara

Keradjaan untuk mempersiapkan diri menghadapi

kemungkinan2 penjerangan isiana, selama Tjindewangi di

istana.

- Tetapi soal ini sangat penting bagi Baginda.

- Tidak mungkin malam ini, entah besok Panglima.

- Tjobalah menghadap Radja.

. Hamba hanja pimpinan pengawal panglima. Radja

memerintahkan. Tidak menerima siapapun.

Panglima Galing hampir2 tidak dapat menguasai

kemarahannja, tetapi kemudian ia ingat bahwa ia sendiri dan

pengawalan istana begitu ketat dan dilipat gandakan.

- Kudjandjikan kau akan kumintakan pangkat jang

baik. Jakinkah bahwa Radja mendjumpai bahaja djka aku tidak

menghadap.
- Hamba akan dipantjung malam ini djika perintah

Radja hamba terdjang panglima,
- Baiklah lepaskan aku masuk istana, semua resiko

akan kutanggung sendiri.

- Tidak mungkin Panglima, tidak mungkin. Sampai

mati hamba akan mempertahankan siapapun jang hendak

memaksa masuk keistana
Panglima sudah tak bisa lagi melandjukan

membudjuk atau memaksa p?mpinan pengawal, terpaksa ia229

kembali ke istananja sendiri sambil berpikir- pikir. Kalau

misalnja malam itu ia mengerahkan semua tentaranja jang

setia apakah mungkin bisa merebut istana.

Tetapi setelah lama diperhitungkan, malam itu

belum Sama sekali siap dan belum sama sekali kuat untuk

melawan tentera Keradjaan jang sudah disiapkan untuk

mempertahankan istana. Sedangkan Panglima Galingpun tahu

bahwa malam itu Wulungseto belum sampai dipadepokan.

Besok sore Wulungseto baru bisa sampai, itupun kalau tidak

ada halangan didjalan.

Sedangkan Wulungseto malam itu, terpaksa

menuntun kudanja jang hampir lumpuh. Menuntun menjusupi

hutan belantara dengan hanja bergantung kepada tjahaja

bintang-2, karena bulan malam baru membersit pada malam

permulaan bulan. Wulungseto hanja berharap bahwa kudanja

tidak mati didalam hutan itu, dan tidak berpapasan dengan

binatang2 jang terkenal buas dalam hutan itu,

la sendiripun sudah mulai merasa letih, kakinja sudah

mulai berat diangkat, haus dan dahaganja tidak tertahankan.

Hingga achirnja Wulungsetopun ambruk dibawah sebatang

Rohon besar dimana ada sebuah mata air ketjil.

Wulungseto merangkak mentjapai mata air ketjil itu

untuk sekedar bisa kembali kekuatannja dan memberikan

minum kepada kudanja.

Malam makin dingin hingga hampir2 membeku

seluruh urat2 nadi Wulungseto, darahnja terasa akan berhenti

mengalir dan napasnjapun mulai sesak seakan - akan makin

tersumbat. Tetapi sebaliknja Radja jang menghadapi

Tjindewangi dalam ruangan jang begitu indah, makin terbakar

oleh ketjantikan Tjindewangi. Darahnja mulai terasa panas,

bertjampur perasaan djengkel karena Tjindewangi tidak

langsung mendjawabnja atau tidak, tetapi membelit kesoal

lain:230

- Tetapi Baginda. Andaikata Tjindewargi minta waktu

sampai besok bulan purnama untuk memberikan djawaban itu.

Apakah Baginda akan mengabulkan permohonan itu.
- Aku sudah katakan sekarang mesti djawab. Sebab

besok bulan purnama itulah waktunja andai kata kau menolak

perintahku. Waktunja hukuman matimu dilaksanakan.

Waktunja kau akan kuperintah untuk diseret kepuntjak

Gunung T?nggal, untuk dilemparkan kedalam kawah hidup2.

Dan sebelum sampai kepada hari bulan purnama, tentu ada

atjara sendiri bagiku-.

Tjindewangi tersentak, belum pernah ia

membajangkan bahwa hukuman matinja akan diseret

kepuntjak kawah Gunung Tunggal dan dilemparkan

kedalamnja hidup hidup.

Tjindewangi menatap mata Radja. Radja hanja

tersenjum:

- Ja tentu kau terkedjut aku tah?. Tetapi itulah

keputusanku. itu rentjanaku jang luar biasa dan

menggontjangkan seluruh dunia. Kau tahu selamauja aku

memilh jang paling baik dan paling menggontjangkan.

Dan hukuman itu akan berlaku bagi semua

komplotanmu Tjindewangi. Ingat Tjindewangi. Ingat

Tjindewangi. nasib seluruh komplotan Ki Ageng Tunggalpun

ada ditanganmu.
Tetapi diluar dugaan Baginda Radja Gunung Tunggal,

jang merasa bahwa Tjindewangi akan menjerah, sangat

kebalikannja jang terdjadi. Tjindewangi merasakan kemudian

timbulnja kekuatan dalam hatinja.

Timbul kekuatan jang luar biasa dan merasakan

bahwa segalanja bukan mendjadi soal baginja. la bahkan

kemudian makin merasa muak melihat wadjah Radja jang

mulai nampak kemerahan oleh minuman dan rangsangan

nafsu, makin muak dan makin mambentji segala tingkahnja,

membentji kekedjaman dan sama sekali sudah rusak pribadinja231

sebagai seorang pimpinan Negara. Tjindewangi kini berganti

jang menatap mata Radja lebih tadjam, dan lebih

menggetarkan. Sambil berkata:

-Rasanja sudah jukup semuanja Baginda, bahwa

Tjindewangi bisa membuktikan bahwa Radja Gunung Tunggal

jang sekarang ini. Bukan tempat bagi hati Tjindewangi.
- Artinja?
- Artinja bukan tempatnja hamba tjintai atau taati

perintahnja
Radja seakan-akan tersambar oleh kilatan pedang

jang menjakitkan hati, sekali lagi membentak lebih keras:

- Artinja kau melawan kehendakku, jang ingin

mendudukkan kau sebagai seorang Prameswari?
- Tjindewangi tak tahu apakah itu melawan atau tidak

Baginda. Tjindewangi hanja menginginkan seorang Radja jang

mentjintai rakjat dan mampu ditjintai -.

- Apakah aku tidak ditjintai? Menurut kau tidak.

Tetapi tanjakan semua orang.
Tiba-tiba Radja meraih sebuah tjambuk, dan terus

menatap Tjindewangi dengan pandangan jang luar biasa

ganasnja.

- Tjoba tanjakan semua tentaraku kalau kau ingin

membuktikan Tjindewangi.
- Hamba telah merasakan hal ini sedjak lama. Itulah

kenapa Tjindewangi melawan istana. Rakjat hidup dalam

ketakutan, kemiskinan, dan diburu selalu oleh malapetaka.

Hamba tahu Baginda, ini akan berarti Tjindewangi akan

dihukum mati. Tetapi Tjindewangi sudah menjampaikan suatu

kenjataan dan satu kebenaran Baginda. Tidak apa. Tetapi

hendaknja Baginda merasakan bahwa perkataan Tjndewangi

adalah utjapan hati nurani seluruh rakjat jang sekarang ditimpa

malapetaka, kekedjaman dan kemiskinan. Silahkan, apa

hendak Radja perintah . Tjindewangi telah bersedia menerima

segala hukumannja.-232

Radja tersentak hampir-hampir nafasnja tersumbat,
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan menatap Tjindewangi dengan tangannja gemetar, seketika

itu tjambuk terajun dan Tjindewangi rebah kelantai.

Pemandangannja djadi gelap, gelap sekali dan makin gelap.

Karena terkedjut dan sakit jang tak tertahankan.

BERSAMBUNG DJILID III

(djilid tiga tamat)

Pulau Cemara 13/06/2019 09.29 AM

Sumpah Asmara Tjindewangi- Koleksi Kolektor Ebook233234235

SUMPAH ASMARA TJINDEWANGI

Jilid III

Karya KIRJOMULJO

Gambar Luar & Dalam Drs. OYI SOEDOMO

Penerbit SINTA RISKAN Jl Judonegaran 22 Jogja

Credit Ebook

Sumber Pustaka : Pak Gunawan AJ

Sumber Image : Koh Awie Dermawan

first share in Kolektor E-book236

PRAKATA:

TERDJADI ATAU TIDAK kisah Tjindewangi
Wulung-seto ini, seorang tidak bisa mengatakan dengan

benar. Tetapi sampai sekarang didaerah pegunungan

pualam, jang memandjang tidak kurang dari 30 km.

didaerah pantai Kediri Selatan masih sering terlihat,

bajangan seekor elang putih jang melajang lajang

ditengah malam. Disaat-saat akan terdjadi perubahan
perubahan besar, baik perubahan kearah jang baik

maupun jang buruk. Merupakan bajangan pengharapan

dari rakjat, merupakan bajangan pengharapan djaman

jang kekal.

Dan bajangan itu kata orang adalah

pendjilmaan Wulung seto jang menjesal, jang

mengharapkan dan mendorong hati nurani bangsa

Indonesia untuk bisa kembali kepada kedjajaan dan

kebesarannja, seperti djamannja. Dan terus mentjari

siapakah pendjilmaan Tjindewangi? Ja, sebab

Tjindewangi berkata, bahwa mereka akan bisa bertemu

kembali satu saat, diwaktu bangsa Indonesia kembali

djaja dan besar.

Entah kapan dan siapakah pendjilmaan

Tjindewangi? Djaman akan mengatakan.

Penulis237

BAGIAN I

KEMUDIAN RADJA membentak memerintahkan

pengawal masuk.

- Seret monjet perempuan ini, muak aku meihatnja.

Masukkan kekamar sebelah dan djangan kau berikan apapun

sampai besok malam -.

Pengawal menjeret Tjindewangi jang masih gelap

pemandangannja dan Tjindewangi hanja mendengar kemudian

pintu terkuntji dan Radja membentak sambil mengajunan

tjambuk kepada pengawal:

- Kau djuga keluar tjepat, monjet.
Pengawal sambil menggeliat sesaat karena tjambuk

itu mengenai pinggangnja, kemudian melompat keluar.

menutup pintu dan Radja terduduk dikursi. Menarik nafasnja

pandjang2 untuk menenteramkan hatinja.

Tetapi dalam hatinja ada pengakuan 1erhadap

pribadi Tjindewangi jang selama ini belum pernah ada orang

jang berani melawan dirinja Baru Tjindewangi satu2 nja jang

berani, baru satu2nja wanita. Hiingga Radja djuga terlontjat

kata2nja sendiri.

- Baru kau satu2 nja Tjindewangi seorang wanita jang

sebenarnja. Aku tahu aku harus memusuhi, tetapi baru

satu2nja musulhku jang menarik hati dan perasaanku sebagai

Radja.
Sedangkan pangima Galing sesampai dirumahpun

belum mendapatkan djalan keluar dari kesulitan jang dihadapi,

hingga ia terduduk merenung lama - lama sampai isterinja

Puteri Mayasari mendekati, membelai rambutnja dengan

lembut sambil berkata dengan mesra

- Kenapa kanda merenung. Ada kesulitan?
- Dimana Gondomino? -238

- Aku persilahkan mengaso didalam kamar sebelah.

- Dia baik?

- Nampaknjapun murung sedjak kanda-tinggalkan.

- Tidak ada jang melaporkan apa-apa tadi?

- Tidak.

- Memang banjak kesulitan Mayasari. Radja sudah

menjuruh menjelidiki keadaanku. Tjindewangi tertangkap. Dan

aku terpaksa sudah membunuh Panglima Durko temanku

sendiri.
Puteri Mayasari tersentak sesaat, sebagai seorang

wanita timbul djuga rasa tjemasnja, sebab tahu bahwa

suaminja selama ini bersikap melawan Radja jang sedang

berada dipuntjak kekusaannja. Hingga Panglima Galing

menentramkan hatinja.

- Tetapi djangan kawatir Mayasari. Segalanja akan

selesai dengan baik. Radja sekarangpun dalam keadaan risau.

Patih Keradjaan djuga risau. Segala-galanja akan bisa

digunakan kesempatannja sekarang djuga untuk

menghantjurkan.

- Kanda jakin bahwa kita akan menang?
-Ja, karena kita berada dipihak rakjat Keradjaan,

bukan dipihak bangsawan2 jang 1elah mabuk kedudukan dan

kemewahan. Kita berpihak kepada kenjataan jang ada. Djangan

kawatir Mayasari.
Panglima merasa tangan Mayasari membelai pipinja

dan kemudian mengelus2 sampai ke leher dan bahunja. Tetapi

air matanjamenetes kerambutnja. Panglima Galing

melandjutkan utjapannja:

- Kau menangis Mayasari?

- Ja, karena merasa bahagia. Bahwa masih ada

orang2 jang menghendaki kesedjahteraan dan kedamaian

orang orang ketil jang mengharapkan tangan Keradjaan

mengurlurkan tangan kepadanja. Akupun jakin kanda.-239

Malam semakin larut, Tjindewangi baru sadar dari

pandangannja jang sangat gelap.

Sama sekali Tjindewangi tidak menjangka bahwa

Radja Gunung Tunggal jang besar kekuasaannja tega hat?

mengajunkan tjambuk dengan tanganja sendiri, dengan

tangannja sendiri mengajunkan tjambuk kepada seorang

perempuan. Kini ia makin jakin bahwa segala sesuatu jang

dirintis adalah sudah semestinja dan Tjindewangi hendak

mempergunakai sisa hidupnja ditangan Radja untuk mentjapai

tiita tjita Ki Ageng Tunggal dan Wulungseto. Waktu jang hanja

selama bulan membersit sampai purnama, harus digunakan

sebaiknja.

Seba?iknja Radjapun sedjak duduk sendirian, berpikir

harus bisa mempergunakan waktu jang sebaik baiknja.

Bagaimana bisa memuaskan dirinja kepada Tjindewangi,

bagaimana bisa memuaskan nafsunja dan kekuasaannja untuk

menjiksa dan memperkosa Tjindewangi sebelum dilemparkan

kedalam kawah Maka dengan tersenjum senjum Radja kembali

kekamar sambil berpikir untuk itu.

Tetapi sebaliknja, kini Prameswarilah kemudian

sangat mendjadi risau, setelah sempat selintas sempat

mengintip bagaimana djelitanja Tjindewangi. Prameswari risau

kalau-kalau keadaan mendjadi berbalik, artinja Tjindewangi

menjerah. Pasti kedudukannja terantjam. Ia mengakui bahwa

wanita paling tjantik selama ini hanja dia sendiri kini ternjata

ada jang melebihi. Ada jang lebih mempersona dan sekarang

sudah ditangan Radja. Maka waktu itulah prameswari

berusaha mempertjantik dirinja, agar Radja masih

menghendakinja. Dan begitu Radja masuk kedalam kamarnja,

sudah disambutnja dengan kemesraan jang berlebihan dan

meradjuk radjuk:

- Baginda nampak tjapai. Sudah tersedia semuanja

Baginda.-240

Radia langsung berbaring kebalai-balai jang

berselimutkan sutra dan diikuti oleh Prameswari jang

kemudian langsung memidjit-midjit kaki Baginda sambil

tersenjum jang menawan, sangat menawan hati. Tetapi Radja

sudah begitu terikat hatinja kepada Tjindewangi, sekalipun

marah. Prameswari membuka pertjakapan:

- Bagaimana Tjindewangi ? Masih tetap

membangkang perintah Radja ?
- Memang dia perempuan jang paling djahanam dari

seluruh dunia. Tetapi djuga mengagumkan dan tjantik.
- Tetapi tentu itu satu pengchianatan bagi Radja,

bahwa dia berani melawan kekuasaan Radja terbesar

dinusantara ini.

- Ja, memang penghinaan, Tetapi djuga satu hal jang

menarik.

- Menarik bagaimana ?
- Menarik, karena belum terdjadi seorang

perempuan melawan aku.
- tetapi itu satu penghinaan jang tiada taranja

Baginda. Pengchianatan terhadap Radja, penghinaan terhadap

kekuasaan dan keluhuran Keradjaan Gunung Tunggal. Itu

pengchianatan terbesar dan jang paling kurang adjar-.

Sambi mengatakan demikian Prameswari berusaha

mentjumbu Baginda agar Baginda beralih perhatian dan

perasaannja kepadanja.

- Baginda djangan sampai terhinakan, djangan

Baginda. Lebih baik Tjindewangi segera dilenjapkan dari

istana.
Baginda mulai merasakan bahwa prameswarinja

sudah mulai membelai belai dahinja dan kemudian menjium

pipinja berkali kali sambil mengutjapkan kata kata jang

menghina Tjindewangi:

- Tjindewangi bukan puteri istana lagi Baginda, sudah

rusak hatinja. Sudah dikotori hati pengatjau-2 Djangan sampai241

perempuan semtjamnja bidup lebil lama mengotori istana ini

Baginda
Tjumbu raju prameswari makin lama terasa hangat,

hingga sesaat Radjapun terlupa kepada marahnja, sakitja dan

kekagumannja terhadap Tjindewanai. Kini Bagnda membalas

memeluk.prameswarinja, keduanja-sama sedang haus untuk

melandjutkan tjumbu raju itu.

Prameswari merasa agak lega, hingga dia makin

merasa harus menghina 1jindcwangi lebih djelek lagi :
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Tjoba Baginda bajangkan. Tjika Tjiadewangi berhasil

memberontak kepada istana. Akan bagaimana nasib istana ini

seluruhnja. Istana ini akan mendjadi sarang perampok,

pengatjau dan penchianat 2 Keradjaan Gunung Tunggal.
Radja sudah hampir lupa semuanja, dan hendak

memuaskan hatinja untuk mendekap prameswarinja.. Tetapi

tiba2 mendjadi merasa muak mendengar prameswarinja masih

berkata-kata:

- Tjoba Baginda. Kalau pengchianat pengchianat itu

mempunjai istana ini seisinja., Akan diapakan semua putri

istana Pasti akan dipermainkan dan diperkosa dibuat main2an

semaunja sendiri tanpa kesopanan?
Radja mendjadi muak, dan Pramesuwari

dihempaskan dari pelukannja

- Ja, tetapi kau djangan tjerewet begitu. Aku sudah

tahu, tahu semuanja. Kau diam sekarang.
***242

BAGIAN II

TANPA MENGHIRAUKAN Prameswari jang

terdampar, kepalanja terantuk dinding pualam. Radja dengan

hati gusar keluar dan nafsu jang terbakar oleh tjumbu raju

Prameswari beralih ingin mengempaskan Tjindewangi keatas

tempat tidur. Radja langsung menudju keruangan dimana

Tjindewangi berada. Langsung berteriak memanggil pengawal
pengawal istana.

-Tjepat, sobek pakaian Tjindewangi seluruhnja. Dan

laporkan segera djika Tjindewangi telah terikat dirandjang.
Pengawal segera menudju kepintu kamar

Tjindewangi, dua pendjaga didepan pintu dan dua orang lagi

jang kebetulan masih muda 2 masuk kedalam dengan perasaan

menggelora. Sebab paling tidak mereka akan bisa merasa akan

menjentuh puteri Tjindewangi jang mereka kagumi. Mereka

akan sempat menjentuh. Mungkin mendekapnja untuk

mengikat Tjindewangi diatas randjang.

Nafsu merekapun bergelora waktu pintu sudah

terbuka dan melihat betapa tjantiknja Tjindewangi jang

tersenjum2 melihat kedua pengawal muda itu. Sedangkan

Radja dengan tenangnja menanti dimedja sambil memakan

buah-buahan dan minum anggur jang tersedia. Pikirannja

sudah melajang ke awan dilangit, bagaimana djika pengawal2

itu sudah berhasil mengikat Tjindewangi dalam keadaan tanpa

pakaian. Tetapi apa jang terdjadi?

Pengawal-pengawal muda jang dirangsang gelora

hati itu lupa memperhitungkan atau memang tidak tahu bahwa

Tjindewangi dibesarkan dipedepokan Kjai Anomn dan begitu

mereka berdua mendekat untuk menjeret Tjindewangi.

Keduanja melajang terpental keluar kamarnja dan djatuh

ambruk terbentur medja.243244

Terguling bersama-sama dan seketika itu djuga pintu kamar

kembali tertutup terkuntji dari dalam oleh Tjindewangi. Radja

terkedjut melihat kedua pengawal itu melajang dan

bergulingan terbentur.bentur medja, kemudian pingsan sama

sekali.

Kedua pengawal jang lain terpukau gemetar dan

merasa sesak nafasnja melihat kedua temannja berlumuran

darah kepalanja. Kemudian Tjindewangi berteriak dari dalam :

- Maafkan Baginda. Karena sekarang djika pintu itu

sekali terbuka. Tjindewangi lebih baik bunuh diri sendiri dari

pada mati ditangan kekuasaan Keradjaan. Tjindewangi hanja

akan tunduk kepada Ki Ageng Tunggal. Lain t?dak. Hanja akan

tunduk kepadak kekuasaan Keradjaan jang mampu dijintai oleh

rakjatnja.
Radja mendjadi makin gusar melihat kedjadian itu,

membentak seketika:

- Tidak usah kubongkar pintu itu, apakah kau tahan

tidak makan lebih dari sepuluh hari.

Kaupun akan mampus Tjindewangi, karena istana

tidak sudi mengirimkan kepadamu sebuir makananpun.
- Itu lebih baik Baginda. Tjindewangipun tidak sudi

memakan makanan dari istana. Tjindewangi ingin mati dalam

keadaan sutji, tidak terdjamah tangan-tangan kotor dari istana

Keradjaan Gunung Tunggal.
Radja tidak bisa mendjawab lagi kemarahannja jang

memuntjak tetapi kepada siapa kemarahan hendak

dilemparkan. Achirnja kedua pengawal jang berdjaga pintu

jang masih dalam keadaan terpukau, kena tempeleng kedua

duanja sampai djatuh tersungkur dan radja pergi meninggalkan

ruangan itu. Langsung memuaskan kemarahan dan nafsunja

kepada selirnja jang termuda. Tanpa menghiraukan kembali

Prameswarinja jang telah menjambutnja waktu Radja lewat

didepan kamarnja.245

Tjindewangi sekarang merasa bersjukur, karena

apapun jang terdjadi jang penting ia tidak akan terdjamah oleh

tangan siapapun. Iapun bisa mengharapkan pertolongan

sebelum ia terpaksa bunuh diri dalam kamar istana jang kuat

itu, Tak mungkin membongkar pintu kamar itu dengan mudah.

Tak mungkin membongkar djendela atau atapnja. Karena

semua dindingpun dari pualam. Satu satunja jang mematikan

hanja kelaparan atau bunuh diri.

Habis melampiaskan nafsunja kepada selir jang

termuda, Radja ingat kepada Patih Keradjaan. Barangkali bisa

mempunjai akal untuk membudjuk Tjindewangi. Segera Radja

memerintahkan:

- Panggil Patih sekarang djuga.
Beberapa pengawal mematju kudanja untuk

memanggil Patih di Kepatihan, hal mana menjebabkan Patih

bertanja:

- Ada apa kira2 Radja memanggilku malam2 begini?
- Tjindewangi melawan kehendak Radja dan

sekarang terkunti dalam kamar. Tjndewangi akan mengantjam

bunuh diri kalau pintu dibongkar.

Patih agak lega, dan merasa lapang dadanja. Sebab

itu berarti Radja tidak akan bisa mendjamah Tjindewangi, lega

perasaan tjemburunja. Iapun berharap akan ada kesempatan

meloloskan Tindewangi.

Maka Patih dengan tersenjum-senjum menudju

keistana sambil berpikir apakah sebaiknja akan dikatakan

kepada Radja dan apakah jang akan dikerdjakan untuk Radja.

Radja langsung membenak sebelum Patih sempat duduk

menghadap

- Bagaimana akalmu Mamanda. Perempuan

djahanam itu bisa keluar sebelum dia bunuh diri? Hingga aku

bisa melemparkan kedalam kawah hidup-2, setelah diarak

Keliling Ibukota Keradjaan.-246

- Itu memang sulit Baginda. Tjtndewangi telah

terlatih bersilat dan tjukup matang. Tetapi berilah hamba

tempo, akan hamba tjari akal sebaik-baiknja.

- Tetapi ingat sebelum dia lapar dan mati.

- Tjindewangi tidak akan mati lapar Baginda. Dia

sudah terlatih untuk itu.
- Tetapi ingat djika Tjindewangi meninggal sebelum

diarak keliling ibukota dan diludahi orang- orang, kau jang aku

arak sebagai ganti.

- Hamba akan mematuhi parintah Baginda.
Patih mohon mundur dan langsung kembali

keistananja Dengan hati jang gusar djuga, sebab antjaman

Radja begitu mendebarkan hatinja. Hingga iapun berpikir jang

terbaik ialah meloloskan Tjindewangi dan berpihak kepada Ki

Ageng Tunggal, setidaknja dia akan selamat dari antjaman

dibunuh mati oleh Radja.

Maka siang harinja Patih mentjoba memanggil

Panglima Galing untuk diminta pendapatnja karena Patihpun

sudah merasa bahwa Panglima Galing selama ini agak lain dari

biasanja.

Panglima Galing sendiri terkedjut, ia merasa bahwa

tentu Patih Keradjaan akan mengusut perkara hilangnja

Panglima Durko jang diselundupkan kedalam istananja. Maka

Panglima Galing waktu menghadap Patih sudah menjiapkan

diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Panglima Galing

sudah memutuskan dalam hati akan lebih baik mati melawan

dari pada tertangkap hidup-hidup, sebelum itu telah

meninggalkan pesan kepada Gondomino bila achirnja dia tidak

kembali.

Gondomino sendiri telah menjiapkan diri untuk

meloloskan diri dari istana dan ibukota djika keadaan

membahajakan dirinja langsung memberi laporan kepada

Wulungseto dipedepokan Kjai Anom.247

Waktu itulah Wulungseto telah berhasil mentjapai

pedepokan dan langsung ambruk kehabisan tenaga.

Singopralojolah jang paling risau dan memeluk Wulungseto

dengan air matanja berlinangan karena perasaan bahagia dan

terharu.

Beberapa saat Wulungseto tak menjadari dlirinja.

Baru setelah diberikan kepadanja minum, Wul?ungseto mulai

mengutjapkan beberapa kata-kata:

-Sampaikan Ki Ageng kang Singo. Tjindewangi

tertangkap, Keadaan membahajakan bagi pedepokan.

Waktu itu djuga Singopralojo melontjat keatas

kudanja sementara Aju Mirah dan Aju Miranti merawat

Wulungseto, menudju kesebuah lapangan dimana Ki Ageng

Tunggal sedang melatih Karangselo memanah diatas kuda.

Singopralojo langsung menghadap Ki Ageng Tunggal

jang terkedjut melihat Singopralojo nampak muram bahkan air

matanja masih nampak berlinang

- Ada apa, nampaknja penting?
- Wulungseto sudah kembali Ki Ageng.
- Tjindewangi?
- Itulah jang hendak kusampaikan. Tjndewangi

tertangkap dan sekarang berada ditangan Radja
Seketika pandangan mata Ki Ageng Tunggal terasa

bergetar oleh kemarahan jang luar biasa.
- Kapan?

- Sehari sebelum Wulungseto berangkat dari

Panglima Galng.
Sementara itu Karangsela jang masih berada

ditempat djauh mematju kudanja langsung mendapatkan

kedua mereka itu, Langsung melontjat turun dan menatap

Singopralojo:

- Ada berita dari Wulungseto?
- Wulungseto telah kembali. Tetapi Tjindewangi

tidak;248
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Ageng Tungal menenangkan kedua orang itu:

- Kita pulang dulu Selo, mari kita bitjarakan lebih

tenang.

Dalam perdjalanan pulang itulah nampak Ki Ageng

Tunggal makin menahan kemarahannja, menahan perasaan

terharu dan sedih. Sebab tahu apakah akibatnja bagi

Tjindewangi dan akibatnja bagi seiuruh rakjat jang masih Setia

kepadanja. Djelas dalam waktu singkat akan dihantjurkan

tanpa perikemanusiaan. Hingga waktu itulah Ki Ageng Tunggai

sudah berpikir akan memindahkan pedepokan setjepatnja

sebelum tentera Keradjaan menjerbu memusnahkannja.

Sebab waktu inilah semuanja belum siap, sedang hubungan

dengan Panglima Galing belum dapat diharapkan akan bisa

lantjar djika Tjindewangi tertawan. Tetapi kemudian Ki Ageng

Tunggal masih tersenjum.

- Tetapi pertjajalah, Tjindewangi akan bisa selamat.

Tjindewangi mempunjai kekuatan jang orang lain tidak

mempunjai. Ialah tijepat bertindak dalam waktu jang tepat,

dan dia terlampau djelita. Ia akan bisa mempergunakan

kedjelitaannja djika perlu untuk menundukkan orang lain.

Sampai dipedepokan Ki Ageng Tunggal makin merasa

sedih melihat suasana pedepokan sunji seakan-akan

kehilangan sesuatu tjahaja jang selama ini memantjar dari

pedepokan. Sunji dan muram, semua orang jang

menjambutnja hanja menatap tanpa bitjara sepatah katapun,

diam dan diam makin diam dan makin sunji. Sampai

pepohonan dihalaman jang berbunga-bunga tidak nampak

kesegeran sedikitpun jang membersit dari bajangan warna

demi warna. Sunji dan diam. Diam seakan akan berduka atas

segala jang sedang berlangsung. Karangelo mulai menitikkan

air matanja. Singopraloio tidak bisa menahan lagi dan pipinya

membasah. Ki Ageng Tunggal jang masih bisa bertahan tidak

menitikan air mata tetapi hatinja lebih dari menangis, lebih dari

berteriak dan lebih dari berguguran karena rasa haru. .Waktu249

itulah Ki Ageng Tunggal memutuskan tidak ingin menemui

Wulungseto lebih dulu sebelum Wulungseto kembali baik.

Mereka bertiga langsung hanja menengok dan menjuruhnja

mengaso. Ki Ageng Tunggal langsung kedalam kamarnja untuk

menentramkan hatinja dan mengatur alam pikirannja dulu

agar kembali bisa berpikir dengan terperintji. Singopralojo

memeluk Karangselo dan kemudian langsung keduanja

kembali ketempat Wulungseto masih dirawat karena hampir

lumpuh dan terlampau lama tidak makan apapun.

Waktu itulah kira2 Panglima Galing sudah

menghadap kepada Patih dengan hati jang sangat ragu, apakah

maksudnja Patih memanggil sebenarnja. Karena sama sekali

tidak nampak bahwa Patih menjiapkan pasukan untuk

menangkap dirinja. Sama sekali tidak nampak air muka Patih

jang marah maupun tjuriga. Bahkan nampak muram jang

terlampau di tahan. Hingga Panglima Galing sangat heran,

terheran sekali akan kedjadian jang sedang berlangsung.

Bahkan kemudian Patih berkata sambil tersenjum-senjum:

- Achirnja lutju kedjadiannja Panglima Galing. Mari

kutjeriterakan dengan baik dan dengarkan. Kemudian aku

minta pertimbanganmu apakah jang sebaiknja kukerdjakan.

Katakan Panglima. Sebab aku merasa sudah tidak dapat lagi

berpikir dengan baik, sebab merasa terlampau lutju peristiwa

ini, lutju dan menarik. Tetapi lebih dari itu sangat

menggelikan.
- Apa jang menggelikan, Bahwa Tjindewangi

tertangkap?
-Tidak ada jang lebih menggelikan.
- Jang mana Tuanku?
***250

BAGIAN III

-TJOBA PIKIR Panglima, apakah ini tidak lutju?
Patih Keradjaan senjum senjum waktu

menjampaikan itu kemudian mendadak mendjadi nampak

gelisah.

- Tjoba bajangkan Panglma, Tjndewangi tertangkap.

Semestinja aku gembira. Ja memang gembira. Tetapi terus

terang kemudian aku terpesona, kelewat terpesona dan

hampir2 mendjadi lupa bahwa aku sudah tua. Hingga dengan

hati jang berat sebenarja aku menjerahkan Tjindewangi

kepada Baginda. Sebab kau tahu sendiri apakah achirnja bagi

Tjindewangi bila djatuh ditangan Radja.

Panglima djadi heran kemudian, kenapa Patih

mendjadi aneh pembitjaraannja. la merasa bahwa waktunja ia

akan menghadapi bahaja. Ternjata melesed. Apa lagi setelah

itu Patih makin nampak merasa sedih.

- Aku serahkan achirnja, kuhadapkan kepada Radja.

Ternjata dugaanku tidak melesed. Radja terpesona keliwat

terpesona sampai lupa bahwa Radja adalah lambang puntja

kekua?aan. Radja ambruk djatuh kasmaran. Tetapi ternjata

achirnja Tjindewangi melawan kehendak Radja dan

dilemparkan kedalam kamar setelah Radja mentjambuk

Tjindewangi. Malamnja dua pengawal diperintahkan menjobek

pakaian Tjindewangi seluruhnja, tetapi kedua pengawal

melajang terdampar d?lawan oleh Tjindewangi dan

Tjindewangi berhasil menguntji pintu dari dalam dengan

antjaman bunuh diri kalau pintu dibongkar. Sekarang Radja

memerintahkan aku, agar bisa membudjuk Tjindewangi atau

mengusahakan Tjindewangi bisa sempat dihukum hidup
hidup dengan dilempar kedalam kawah Gunung Tunggal.

Dengan tanggungan djiwa ragaku. Tjoba pikir Panglima,

Panglima semestinja lebih tahu bagaimana mendekati251

Tjindewangi karena kurasa Panglima sahabat baik dengan

Damarwangi. Terus terang Panglima waktu ini aku hanja

menggantungkan nasibku kepadamu, lain tidak. Memang

sangat memalukan, tetapi itulah kenjataanja.
Panglima Galing masih mempeladjari apakah

perkataan Patih itu benar atau hanja untuk memantjing, tetapi

kemudian Patih menegaskan:

- Djangan sangsi Panglima. Aku berkata benar2 dan

tidak akan bermaksud lain. Karena diriku sendiripun terantjam

bahaja hukuman mati, sebagai pengganti Tjindewangi djika

Tjindewangi tidak bisa dikeluarkan hidup-hidup.

Panglima Galing menegaskan:

- Saja memang masih ragu-ragu Tuanku, karena saja

selama ini ada disangsikan kesetiaan saja terhadap Radja.

Tentu Paduka sendiri mengetahui hal ini
- O tidak, tidak sama sekali hal ini ada hubungannja

dengan kemungkinan kau merasa diselidiki Mari kuadjak

bersama keistana untuk membuktikan kenjataan dan

kebenaran jang kukatakan kepadamu.

Achirnja Panglima Galing menjetudjui bersama sama

ke istana untuk membuktikan kebenaran itu. Dan bagi

Panglima Galing sebenarnja inilah jang sangat diharapkan,

bagaimana bisa bertemu dengan Tjindewangi, kalau mungkin

bagaimana bisa meloloskan Tjindewangi dari tawanan Radja.

Tanpa menunggu waktu jang lebih lama. Keduanja

telah menudju langsung masuk kedalam istana. tetapi waktu

itu pengawal-pengawal istana belum mengidjnkan karena

perintah Radja.

- Ini perintah Radja aku harus setjepatnja

menjelesaikan soal Tjindewangi.
Pengawal pimpinan achirnja berterus terang:

-Ja, tetapi harap Tuanku memahami. Sekarang ini

Radja sadja sedang mondar mandir di depan pintu kamar.252

Tjindewangi dalam keadaan muram, sangat muram dan

sebentar membentak siapapun jang mendekati ruangan itu.

- Membentak bagaimana?

- Membentak asal membentak
- Dan mondar-mandar bagaimana?
- Mondar mandir tidak menentu.

Panglima Galing tersenjum dalam hati merasakan

sesuatu hal jang aneh, aneh sekali achirnja istana mendjadi

heboh tanpa digerakkan pemberontakan bersendjata.

Kemudian Patih mentjoba membudjuk pimpinan pengawal:

- Baiklah aku akan menghadap, dengan tanggung

djawab djika kesalahan itu ada padaku.
Pengawal istana itu masuk kedalam dan pelahan

mendekati ruangan, Pimpinan pengawal tidak bisa menahan

kedua bangsawan untuk menghadap Radja. Dan memang

benar Radja masih nampak mondar-mandir dengan sangat

gelisah, dan beberapa saat kemudian barulah Radja

meninggalkan ruangan itu entah kemana Kemudian Patih

mengadjak Panglima Galing masuk mendekat kamar

Tjindewangi.

- Disini Panglima, Tjindewangi disimpan dan

menjimpan diri sampai dia akan bunuh diri. Dan djika dia

sampai bunuh diri Panglima, aku jang mendjadi ganti untuk

diarak sepandjang djalan djalan dibu kota ini, sampai dipuntiak

Gunung Tunggal untuk dilemparkan kedalamnja hidup-hidup.

Itu kedjadiannja Panglima, terserah kepada Panglima

bagaimana akan membantu, dan menjelamatkan kalau

mungkin kedua-duanja.

Panglima kini merasa mendapatkan djalan,

mempergunakan kedljadian -kedljadian jang sedang

berlangsung untuk mentjapai tudjuan Ki Ageng Tunggal dengan

seluruh sahabat-sahabat dan seluruh rakjat jang

mengharapkan.253

- Hamba akan mentjobanja. Tetapi djanganlah

diharapkan terlampau djauh bahwa usaha hamba akan

berhasil.

- Ja, ja tetapi kurasa kau bisa menolong keadaan ini
Panglima Galing seakanmerasa kini sampai dimana

kebesaran djiwa Patih Keradjaan jang kemudian mendjadi

ketjut, takut dan merangkak-rangkak kepadanja sekedar bisa

terhindar dari hukuman mati. Panglima merasa sampai pribadi

orang2 istana jang sedemikian tjepat mendjadi gusar dan

gemetar menghadapi antjaman.

- Sekarangi usahakan Paduka menjerta? paduka Radja

agar hamba bisa membudjuk Tjindewangi untuk membuka

pintu kamar.
Patih Keradjaan mengangguk tanpa mengingat

apakah jang akan terdjadi djika Panglima Galing sempat

menemui Tjundewangi karena merasa lega bahwa mungkin ia

akan bisa terhindar dari hukuman mati sebagai ganti

Tjindewangi.

Kemudian segera Patih masuk keda?am ruangan lain
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimana Radja masuk kedalamnja:

- Hamba mohon hendak menghadap Baginda.
- Ja! kenapa?

- Hamba sudah berus?ha memanggil Panglima Galing

jang mungkin satu2nja Pangima jang mampu membudjuk

Tjindewangi untuk tidak bunuh diri dan kembali tertangkap

hidup-hidup.
- Panglima Galig monjetnja Ki Ageng Tunggal itu?
- Itu belum terbukti Baginda, baru perkiraan. Dan

sekali ini bisa untuk membuktikan sama sekali, apakah

Panglima Galing berkomplot dengan Tjindewangi.
- O ja, ja, baiklah begitu, sebaiknja. Biarkan mereka

bertemu tetapi ingat ikuti terus.254

Untunglah bagi Panglima Galing, sebelum Radja dan

Patih datang kembali setjara diam-diam, telah sempat

mengetok pintu sekali dan berkata diam-diam, pelahan sekali

-Tjindewangi, aku Panglima Galing. Kau mestinja

ingat suaraku. Aku hanja pesan tahanlah kau disini selama

mungkin, dan djangan bunuh dirimu. Pertolongan akan segera

datang. Makan akan kukirim sebisa mungkin djika Radja tidak

memberikan k?padamu
- Ja Pangima, Tjindewangi akan bertahan. Bagaimana

Wulungseto selamat?
- Ja dia selamat.
Tetapi sajang pertjakapan itu terpaksa dihentikan

dan panglima harus merubah pembitjaraan karena Radja dan

Patih . kedengaran datang, sekalipun mereka berhenti didepan

pintu. Hingga Panglima Galing pura-pura berteriak marah

setelah berbisik:

- Selandjutnja ?jangan kau pikirkan Tjindewangi, aku

terpaksa berpura-pura.
- Ja saja dengar Panglima
Tiba2 Panglima membentak:

- Kau mesi tahu Tjindewangi bahwa Ki Ageng

Tunggalah jang berchianat. Aku sahabat ajahnja. aku jang tahu

apa jang terdjadi sebenarnja. Ajahmu menolong Ki Ageng

Tunggal karena Ki Ageng Tunggal mengantjam hendak

membunuh seluruh keluargamu, djika Damarwangi tidak

menolong meloloskan Ki Ageng. Ini jang mesti kau ketahui,

bukan tempatnja kau membentji Keradjaan.

Tetapi djawaban belum terdengar, hingga Panglima

terpaksa memohon:

- Ja, Baginda. Hamba minta tempo barang tiga empat

hari untuk menundukkan Tjindewangi djadi dihukum atau

dilepaskan,
- Ja. jaja, jaja. Kuberikan tempo. Asalkan Tjindewangi

kembali dapat dibelenggu dan masih hidup jang perlu.255

Hukuman atau hadiah bagi Tjindewangi itu perkara gampang,

menurut bagaimana nanti sikap Tjindewangi.

. Kudjandjkan kau pangkat Panglima Gabungan djika

berhasil Galing, djangan kuwatir apa2.

- Hamba mohon didjinkan kembali Baginda,
- Ja ja kuberikan waktu, tidak perlu tergesa-gesa

adanja sebelum Tjindewangi bunuh diri.
- Hamba kira waktu itu akan tjukup dan tidak

terlambat,

Radja kemudian nampak tersenjum dan Panglima

Galing pergi meninggalkan istana sambil berpilkir keras.

bagaimana bisa mempergunakan kesempatan jang baik itu.

***256

BAGIAN IV

ESOK PAGI HARNJA, setelah Panglima Galing jakin

bahwa Radja dan Patih Keradjaan itu tertumpah

kepertjajaannja kepada dirinja, maka Panglima mentjoba

mengadjukan sebuah rentjana jang telah tersusun sangat rapi

semalam dan langsung disampaikan sebelum diidjinkan

menemui Tijndewangi kembali:

- Hamba kira Baginda, satu2nja djalan hanja begini.
- Ja tjoba sampaikan rentjana itu, mungkin satu

djalan jang tepat.
-idjinkan hamba mengadakan djandji dengan

Tjindewangi. Bahwa hamba akan mengambil Tjindewangi pada

tengah malam sehari sebelum purnama untuk hamba katakan

bahwa Tjindewangi akan bisa lolos kembali kepedepokan Kjai

Tunggal. Sementara pesta puntjak bagi istana untuk terachir

mendjelang purnama tetap paduka adakan dan sudah bisa

diumumkan bahwa besok akan datang waktunja arak-arakan

bagi Tjindewangi sebagai tontonan terbesar. Tetapi begitu

hamba mengadjak Tjindewangi lolos, sergap didepan pintu dan

langsung akan bisa kita pamerkan pada puntjak pesta pora itu.
- Apakah dia akan pertjaja kepadamu?
- Mudah-mudahan begitu baginda.
- Kalau dia berhasil lari atau membunuh diri?

- Hamba sebagai ganti mendjadi tontonan rakjat dan

mendjadi ganti makanan kawah Gunung Tunggal.
- Kalau begitu kau berani mendjamin bahwa pesta

akan kumulai sudah besok malam, dan aku akan umumkan,

sama sekali pesta pelemparan Tjindewangi kedalam kawah

Gunung Tunggal.
- Hamba djamin akan terlaksana.

- Kalau begitu mulai hari ini kau bebas menemui

Tjindewangi, kalau kau bisa boleh masuk kedalam kamar.257

Tetapi ingat Galing, seratus pengawal akan mendjaga kau

berdua.

- Hamba bukannja seorang jang hendak berchianat

Baginda.
Setelah Radja bersama Patih dan semua punggawa

pengawal sudah siap mendjaga ruangan itu , Panglima Galing

mengetuk pintu kamar.

- Tjindewangi, aku Pangima Galing. Bukakan aku

pintu sedikit Tjindewangi, aku hendak bitjara, sangat penting.
Tjindewangi membuka pelahan-pelahan pintu kamar

dan menempelkan telinganja rapat-rapat kedaun pintu dan

Panglima Galing berbisik:

- Ingat pesanku Tjindewangi.

Tjindewangi menjahut pelahan-pelahan:

- Ja, Panglima
- Dengan persetudjuan Radja, aku akan

mendjemputmu pada waktu tengah malam pesta puntjak

bagimu, Djangan melawan djika kau disergap para pengawal
pengawal dan mungkin aku sendiri akan ikut membantu

mereka.
- Ja Panglima.

- Ikutllah semua rentjana Radja tanpa perlawanan

sedikitpun. Tetapi, sementara Tjindewangi, aku akan hubungi

Ki Ageng Tunggal untuk mengerahkan semua rakjat jang

diharuskan menonton oleh Radja, datang keibukota dengan

bersendjata. Entah bagaimana tjaranja nanti. Jang penting

diwaktu hendak dilemparkan kedalam kawah, bitjaralah.

Bitjaralah jang membakar hati Rakjat semuanja.

Aku dan Ki Ageng Tunggal dengan semua sahabatnja

akan bersama-sama merubah dan menggerakkan rakjat

berbalik kembali menjerang istana jang sedang pesta pora itu.

Kau tidak usah kewatir pasukanku akan bergerak dari dalam

istana waktu rakjat datang menjerbu. Ingat Tjindewangi, segala

akan berhasil dan kemenangan akan pasti ditangan kita.258

- Ja Panglima

- Panglima merasa lega. sangat lega, setelah berhasil

disampaikan tanpa biaa didengar oleh pengawal jang

mendjaga ruangan itu.

Kemudian berbalik meninggalkan ruangan itu

kembali ke istananja sendiri. Dengan hati jang penuh

pengharapan. Tetapi sekarang soalnja hanja, bagaimana

ren'jana itu bisa disampaikan setjepatnja tepada Ki Ageng

Tunggal. Bagaimana bisa tjepat sampai tanpa halangan

didjalan. Hanja itu soalnja sekarang. Kalau rentjana itu tidak

sampai kepedepokan semua berarti gagal dan Tjindewangi

mendjadi korban jang pertama, hukuman tjara baru jang

menggontjangkan dunia itu Hanja itu soalnja dan Panglima ada

satu hal jang tak diduganja sama sekali waktu itu, pedepokan

Kjai Tunggal sudah kosong dan pindah seluruhnja ketempat

lain.

Maka hari itu djuga Panglima Galing memanggil

Gondomino Jang diserahi tugas jang menentukan kemenangan

atau kehantjuran, menudju kepedepokan Ki Ageng Tunggal.

Mendjelang sore harinja, Gondomino. telah

menjiapkan diri untuk berangkat dan Panglima Galing

mnemeluknja sambil berkata:

- Ingat Gondomino, waktu tinggal beberapa hari

sebelum purnama. Nasib rakjat kita sekarang hanja terletak

ditanganmu. Artinja tergantung apakah kau berhasil

menghubungi Ki Ageng Tunggal atau tidak.

- Ja Panglima, hamba akan berusaha sekuat tenaga.

Karena hambapun sudah rindu untuk menemui ajah kandung

hamba

- Tjara kau bisa keluar meninggalkan terserah

padamu. Kau lebih tahu keadaan perbatasan dan sudah tahu

meninggalkan tanpa ketjurigaan dari pengawal2 perbatasan.
- Ja Panglima.-259

Gondomino langsung mematju kudanja menudju

keperbatasan dengan menjusun renjana bagaimana bisa

melepaskan diri dari perbatasan kota tanpa meningalkan

djedjak.

Sesampai dipos perbatasan kota, langsung

Gondomino memerintahkan:

- Empat orang ikut aku sekarang, Ada perintah bagi

kita untuk menangkap komplotan pemberontak jang

dilaporkan bersembunji ditepian hutan. Tjukup empat orang,

karena komplotan itu hanja berdjumlah tiga orang dan tidak

bersendjata jang baik.-
Empat orang pengawal segera menjapkan diri dan

langsung mengikuti Gondomino menudju ketepian hutan

disebelah barat ibukota jang sangat djauh djaraknja. Dengan

demikian Gondomino berhasil meninggakan perbatasan tanpa

ditjurigai.

Kelima kuda itu dipatjunja untuk mentjapai waktu

agar tidak mentjapai tengah malam sampai ditepian hutan

dimana Gondomino ingin menginap dan menjelesaikan

keempat pengawal. Jang membangkang perintahnja akan

dibunuhnja sama sekali. Tetapi dalam hati Gondomino merasa

bahwa pengawal-pengawal keempat itu akan menaati
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perintahnja. Karena kebetulan mereka sangat baik

persahabatan mereka sekalipun djauh berlainan pangkat.

Dan hampir mendjelang tengah malam, mereka

sudah sampai ditepian hutan belantara dan Gondomino

langsung mentjari rumah penginapan jang memang tersedia

disitu bagi mereka jang hendak menjeberangi hutan itu pada

pagi harinja. Sebelum sampai ditepi hutan , mereka berempat

heran tiba-tiba Gondomio memerintahkan mereka berhenti,

turun dari kuda masing masing. Mestinja sedikit lagi sudah

sampai dan bisa mengaso. Tetapi perintah Gondomino harus

ditaati kalau mau selamat.260

Kemudian Gandomino membuka pembitjaraan

setelah mereka agak longgar menarik nafas, sambil menatap

mereka satu persatu:

- Aku sekarang katakan apa jang sebenarnja terdjadi.

Hari ini aku akan menudju kepedepokan Ki Ageng Tunggal,

artinja aku sudah menjeberang dan bendak berbalik melawan

istana, bersama-sama Panglima Galing. Aku tidak tahu kalian

bersikap bagaimana. Tetapi djelas bahwa jang melawan

Gondomino harus menghunus pedangnja sekarang. Disini

terpaksa kuselesaikan. Djawab Satu satu sekarang.

Tetapi diluar dugaan Gondomino, ketiga pengawal

temannja tersenjum dan nampak bergembira.

- Djelas aku menjertai Panglima Galing. Aku sudah

lama mentjari djalan untuk berpihak kepada Ki Ageng Tunggal

Gondomino,
Hanja seorang masih tetap berdiam diri, bahkan

sama sekali tidak beringsut dari tempatnja berdiri. Bahkan

kemudian menatap Gondomino dengan tadjam.

- Kau didjandjikan apa oleh Panglima Galing. Puteri?

Gondomino menatap kembali dan mendjawab

dengan muak karena pengawal itu, Wirosenopun nampak

memandang memuakkan:

- Aku didjandjikan rakjat sedjahtera dan tidak takut

- Aku sudah lama muak kepadamu Gondomino. Aku

tidak akn sudi kau adjak berchianat
- Artinja?

-Terserah kepadamu, kau mau apa sekarang. Kulajani

Gondomino.

Sesaat Sondomino terkedjut karena hal ini sangat

tidak terduga, bahkan Wiroseno jang lebih diharapkan

Mengikuti langkahnja, dia bersikap sangat aneh dan

mengedjutkan hati. Sama sekali mengedjutkan dan memang

Wiroseno bukan lelaki sembarangan dalam arti ketangguhan

djiwa raganja.261

Benar apa jang diduganja, sebelum sempat ia

berpikir kembali, pedang Wiroseno sudah berkilat terajunkan

dengan sangat tjepatnja. Gondomino menghindarkan kilatan

pedang dengan menangkisnja. Tetapi masih terasa bahwa

pedang itu hanja beberapa djari menjentuh bahunja.

Gondomino mundur mentjari tempat jang agak baik untuk

mengadakan perhitungan terachir.

***262

BAGIAN V

BERTUBI-TUBI pedang Wiroseno berkilatan teramat

tjepatnja, hingga Gondomino benar2 terdesak. Begitu tjepat

hingga memukau ketiga pengawal jang lain dan tak sempat

berpikir apakah dia akan membantu Gondomino atau tidak,

Pedang Wiroseno makin tjepat terajunkan, hanja

bisa dielakkan Gondomino tanpa ada kesempatan menjerang

sedikitpun, Pada hal djika terdjadi waktu itu Gondomino

sampai terbunuh semuanja akan berantakan. Semua rentiana

Panglima Galing hantjur dan tidak ada kesempatan lagi bagi

rakjat Keradjaan Gunung Tunggal untuk bangkit kembali dalam

waktu jang tjukup lama.

Nasib rakjat keradjaan Gunung Tungga? benar2 ada

ditangan Gondomino saat itu jang kini terus tetap terdesak

mundur oleh serangan Wiroseno jang sangat ketat.

Pada ajunan terachir jang sangat kuat Gondomino

telah terdesak mundur sampai merapat kesebuah pohon dan

kini pedang Wiroseno telah bersarang di leher Gondomino jang

hanja teriahan oleh pedangnja. Njawa Gondomino hanja

tergantung sampai dimana kekuatannja menahan tekanan

pedang Wroseno diatas lehernja.

Tekanan itu makin kuat, makin kuat dan hanja tinggal

beberapa djari lebarnja dari lehenja. Gondomino merasakan

kekuatanja sudah sampai kepada puntjaknja dan akan terpaksa

menurun habislah riwajatnja

Dan pada tekanan jang terachir dan menentukan

Wiroseno mengatakan apa jang terpendam dalam hatinja

selama ini.

- Nah, kau iahu sekarang Gondomino. Bahwa

Wirosenopun sanggup melawan. Aku tidak akan tahu berpihak263264

kemana achirnja. Kini aku hanja tahu bahwa kau memuakkan

sebagai mana ajahnja Kartopati jang merenggut ibuku.

Merenggut ibuku dari tangan ajah dan sekarang terdampar

ditjampakkan, entah dimana.
Gondomino tersentak, dan menguatkan daja

tahannja untuk bisa berkata:

- Seno . Kartopati bukan ajahku. Ibukupun direnggut


Dewi Ular Karya Kho Ping Hoo Pendekar Slebor 33 Jodoh Sang Pendekar Tiga Dalam Satu 06 Dosa Yang Tersembunyi

Cari Blog Ini