Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo Bagian 4
bangsawan djahanam itu hingga berpisah dengan ajahku
sendiri Surowono.
Waktu itulah tekanan pedang Wiroseno makin
kendor dan makin kendor, sementara itu Wiroseno menjebut.
- Surowono, Surowono. Ajah Surodiro kakak ajah
Gondomino.
Wiroseno undur beberapa langkah melepaskan
tekanannja sambil menatap mata Gondomino:
- Apa itu semuanja benar?
- Itulah kenapa aku berbalik melawan istana, setelah
mengetahui kenjataan itu dan aku sekarang hendak men?mui
ajahku.
-Dimana ajahmu?
- Dipedepokan Kjai Anom
- Gondo. Aku tahu dimana pedukuhan Gunung Anom
Gondomino sampai terkedjut karena waktu
Wiroseno berkata demikian terus langsung memeluknja,
pelukan sebagai saudara. Sebagai dua orang jang senasib.
?ebagai seorang jang mengetahui bahwa dalam hidupnja kini
sama2 menudju kepada hal jang lebih baik.
Ketiga pengawal jang makin terpaku sama sekali
tidak mengetahui dengan djelas apa sebabnja mereka berbalik
mendjadi berpelukan, bahkan kemudian nampak keduanja
menangis Gondomino mengutjapkan lebih landjut;
Untung kau mengatakan itu ?eno, kalau aku
terbunuh. Semua rentjana Panglima Galing akan Sama sekali265
hantjur. Kau tahu Seno, rentjana hanja tergantung sampai
tidaknja aku dipedukuhan Gunung Tunggal.
- Baiklah sekarang kita melandjutkan perdjalanan
sekalipun kita harus djalan kaki melintas hutan belantara ini
- Baik Seno.
- Kita hanja perlu mengaso scbentar dan berganti
pakaian. Aku telah siapkan lima pasang pakaian pemburu.
- Sangat berbahaja kita datang dipedukuhan Gunung
Anom dengan pakaian pengawal perbatasan
Kelima orang lelaki itu kemudian langsung masuk
kewarung Majang kembar jang terkenal paling djelita didaerah
perbatasan hutan belantara. Langsung masuk dan sedjenak
melepaskan kegembiraannja dengan uang jang ada pada
mereka.
Majang kembar tersenjum sebab diapun mengetahui
bahwa pengawal-pengawal biasanja mampu dan senang
menghamburkan uangnja untuk beberapa orang jang djelita.
Tetapi bagi Gondomino dan Wiroseno sekali lain, ia akan
pergunakan kesempatan jang paling untuk menjelidiki apakah
warung Majang kembar achirnja akan dapat dipergunakan
sebagai pusat pengumpulan rakjat jang akan menudju kepada
istana djika datang waktunja penjerangan, Gondomino
terkedjut, ternjata Wiroseno telah kenal baik sekaii dengan
Majang kembar. Bahkan lebih dari itu mungkin rasanja, karena
begitu Wiroseno masuk, pandangan Majangkembar mendjadi
lain. Bertjahaja- tjahaja dan senjumnja berkilatan
memantjarkan perasaan bahagia jang tiada taranja. Eahkan
kemudian langsung Wiroseno dipeluknja:
- Oh Seno, Seno. Kenapa terlalu lama?
Hanja itu jang terdengar sebab kemudian Majang
terus menangis didada Wiroseno, jang molepaskan kembali
sambil berkata-266
- Sari sebentarlah. Kau lihat aku datang dengan
banjak kawan., kenalkan dulu semuanja baru nanti kita
bitjarakan urusan kita.
Majangsari tersenjum malu, mengangguk dan
melepaskan pelukannja, menjilahkan.
- Maaf, maaf. Saja sampai lupa. Silahkan dan Siapa
kakak kakak?
- Ini Gondomino saudaraku sendiri dan ketiga ini
teman sekerdja.
Saja Majangkembar. Sebetulnja saja berdua sauclara,
lahir kembar. Tetapi entah sekarang dimana saudara saja.
Maklum keadaan begitu gelap hingga saja, tak tahu
dimana keluarga saja seluruhnja.
Gondomino makin terharu melihat kenjataan
kenjataan jang langsung diterima oleh orang2 kebanjakan:
- Tidak hanja kau Majangkembar. Kau mungkin tidak
djauh berbeda dengan aku. Akupun baru beberapa saat jang
lalu mengetahui bahwa dia kakakku setelah kita hampir
berbunuhan
- Untunglah kekasihmu ini mengatakan apa-apa
sebelum memenggal leherku.
- Ah, kekasih? Lutju, tiba2 mas menjebut saja
kekasihnja.
- Maaf kalau keliru, tetapi rasanja begitu. Sangat lain,
lain sekali pandangan Majangkembar ketika bertemu ?eno.
- Mungkin memang demikian bagi saja. Tetapi
apakah seorang perwira tentera Keradjaan akan sudi.
Wiroseno menatap Majangkembar dengan perasaan
terharu, karna selama ini menaruh hati kepadanja tetapi
hatinja ragu, dan kini makin terdesak menatap apa jang
membersit dari lingkungan tijahaja mata Majangkembar,
kemudian memantjarnja tjahaja air muka jang memantjarkan
bersahadja tetapi terlampau mempersona267
- Aku bukan lagi tentara Keradjaan sekarang Majang
kembar. Nanti kutjeriterakan semuanja
Sekarang berilah minuman sermuanja dan makan
sekalian-.
Majangkembar kemudian mengendorkan lilitan
lengannja di leher Wiroseno, tetapi tanpa melepaskan
bertanja:
- Apa jang terdjadi? Kau bukan lagi tentara
Keradjaan?
- Aku sekarang tahu dimana tempatku dan dari mana
akan harus mulai Majangkembar. lalah dari pedepolan Gunung
Anom, dimana Ki Ageng Tunggal akan memimpin kembali
rakjat Gunung Tunggal .menghantjurkan keradjaan jang telah
rusak sekarang.
Waktu itulah Majangkembar tersentak, karena
sebenarnja itulah jang diharap dan dirasakan Majangkebar, ia
hanja merasa bahwa kemudian Majangkembar mendekapnja
dan menangis sedalam-dalamnja, menangis dan menangis
sambil menahan nafas jang mulai terasa sesak karena tangis:
- O Seno, Seno. Itulah jang kuharapkan selama ini.
- Kenapa kau harapkan. Kau tahu tentang Ki Ageng
Tunggal?
- Seluruh penduduk pedukuhan tepian hutan ini,
bahkan hampir sepandjang tepian ini telah mendjadi pengikut
jang setia kepada Ki Ageng Tunggal. Djangan kawatir Seno. Kita
akan sampai. Sampai Seno, sampai-.
Perkataan Majangkembar makin tidak kedengaran,
tetapi terasa bahwa Majangkembar berkata lebih banjak, lebih
banjak, banjak sekali dan semuanja dapat didengar oleh hati
Wiroseno ada tjahaja pengharapan jang memantjar dari
Gunung Anom untul menudju kepada Keradjaan Gunung
Tunggal jang bisa memberi kesedjahteraan dan kedamaian
jang kekal.268
- Majangkembar, aku akan segera berangkat.
Ingatlah suatu waktu akan kuminta kau djadi isteriku
- Setelah Ki Ageng Tunggal merebut Keradjaan?
- Tidak sekarang djuga?
- Aku belum tahu, apakah besok aku masih hidup,
perdjalanan menudju kepedukuhan Gunung Anon? sangat
berbahaja
-Aku tidak rela kau mendjadi djanda atau
kutinggalkan kamu seorang.
Hanja itu jang terdengar, karena tiba-tiba beberapa
wanita penghuni warung2 sebelahnjapun berdatangan untuk
membantu Majangkembar jang sedang kesendirian itu.
Ramai dan penuh gelak-tertawa setelah ketiga
pengawal itu mentjoba beberapa pakaian pemburu, sebab
nampak benar. benar djadi orang dusun.
***269
BAGIAN VI
ESOK MALAMNJA rombongannja Gondomino
berhasi mentjapai pedepokan Ki Ageng Tunggal dipedukuhan,
Gunung Anom dengan selamat tanpa halangan apapun selama
di djalan. Mereka telah mulai melondjak kegembiraan mereka
melihat keindahan dan kedamaian tempat itu seakan-akan
memberi kesan bahwa segala akan berdialan dengan baik.
Tetapi apa jang terdjadi setelah mereka memasuki
wilajah pedepokan? Sama sekali pedepokan sudah kosong.
kemudian diketahui oleh mereka seluruh penduduk
pedepokan, seluruh penduduk pedukuhan Gunung Anom
sudah pindah. Tilak seorang dapat ditanjakan dimana
pindahnja
Hanja satu dua orang maih tinggal, tetapi mereka
itupun bungkam sama sekali. Mengatakan tidak tahu dimana
pedepokan Ki Ageng Tunggal pindah. Hingga Gondomino
mendesak:
-Pak, ini penting pak. Bapak mestinja mendengar
kabar dimana Ki Ageng Tunggal pindah tempat. Ini penting,
penting sekali untuk keselamatan Ki Ageng Tunggal.
- Habis Saja tahu bagaimana? Mereka pindah diam
diam entah kemana. Bahkan anak isteri anak saja ikut pindah,
saja disuruh sendiri menunggu sawah. Tjoba pikir, mereka
tidak mengatakan dimana akan menetap. Katanja keadaang
gawat. mereka harus menjingkir sementara waktu.
- Arahnja?
- Arahnja mana saja tahu. Mereka pergi malam waktu
saja tidur njenjak.
Gondomino kehabisan akal, sedangkan ia merasa
bahwa orarg tua itu pasti mongetahui, hanja tidak mau
mengatakan.270
- Saja berikan semua uang saja kalau bapak mau
menundjukkan.
- Saja tidak tahu, itu soalrja. Kalau tahu berilah rokok
sudah tjukup.
- Bapak mesti tahu
- Tidak. ?umpah bumi langit kalau saja tahu.
- bapak mesti tahu. Apa saja harus menjeret bapak
untuk digantung djungkir agar bapak mengaku?
-Ini penting, kalau Ki Ageng Tunggal tidak ketemu,
Tjindewangi akan mati digantung, semua rentjana berantakan.
Rakjat hantjur semuanja. Hantjur, Hadtjur semuanja.
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang tua itu tetap tenang, tenang sekali. Sangat
mengherankan;
- Saja tidak tahu anak muda. Itu soalnja. Boleh anak
muda bunuh saja. Kan gampang ajunkan pedang itu, sekali ajun
leher saja kan sudah putus. Tetapi saja tidak tahu. Sumpah
bumi langit kalau saja tahu.
Achirnja Wiroseno meredakan kedjengkelan
Gondomino jang terdesak rasa tanggung djawab:
- Baiklah kita mengaso dulu dipedepokan lama. Nanti
malam kita akan mentjari djalan kemana besok pagi kita harus
melandjutkan.
- Ja tetapi tinggal berapa hari waktu kita Seno.
- Memang tinggal sedikit. Tetapi kita perlu mengaso
dan berpikir sesaat.
Ketiga pengawal jang lain menjambung:
- Ja memang kita memerlukan mengaso. Nanti
malam kita bisa berusaha mendapatkan berita
Gondomino menjerah, tetapi pikirannja sekarang
melambung kepada kemungkinan bagaimana kalau segala
sesuatu ini teriambat ditjapainja. Sedangkan diistana
Keradjaan Gunung Tunggal malam itu telah dimulai pesta
mendjelang malam purnama. Istara telah penuh dengan para
bangsawan, para tamu orang-orang kaja bahkan dari Adipati-271
adipati djadjahan Keradjaan datang untuk memeriahkanp
pesta itu, karena malam itu Radja hendak mengumumkan
sesuatu jang penting.
Mendjelang tengah malam pesta mulai hangat
setelab atjara atjara tarian-tarian sebagai mana biasa,
bangsawan tlah dibiarkan menarik pasangan masing-masing
untuk di tarik kemanapun mereka mau. Bahkan berpuluh
puluh kamar sudah disediakan untuk mereka bisa memuaskan
apa jang terkandung dalam gelora hatinja.
Tetapi sebelumnja Radja berdiri dan bersabda:
dengan penuh kebanggaan, ketjongkakan jang memuakkan
bagi siapa jang merasakan penderitaan rakjat ketjil: ini barulah
pesta
- Pesta malam ini oesta permulaan. Sebab
kamupun perlu tahu bahwa malam ini Tjindewangi
pemberontak wanita jang djelita telah dapat diringkus oleh
tentera Keradjaan.
Inilah jang akan menundjukkan bahwa Keradjaan
Gununhmg tunggal tidak memandang siapakah jang hendak
melawan akan ditumpas habis2an.
Semestirja orang akan sajang menggantung
Tjindewangi. Tetapi Keradjaan Gunung Tunggal, bahkan akan
menghadiahkan kepada Tjindewangi hukuman jang paling
menarik mungkin di seluruh dunia. Ialah mendjelang malam
purnama, pada puntjak pesta Keradjaan Tjindewangi akan bisa
kalian lihat disini, kemudian pagi akan diarak sekeliling ibukota
langsung akan diseret kepuitjak Gunung Tunggal, dimana
Tjindewangi akan dilemparkan tepat pada waktu tengah
malam. Nah, hanja ini silahkan melandjutkan pesta, Sampai
pagl.
Setiap malam sampai malam purnama nanti.
Sorak tiba-tiba gemuruh memenuhi ruangan pesta
itu dan beberapa suara terdengar dari kedjauhan272
- Hidup Baginda Radja, Hidup Keradjaan Gunung
Tunggal.
- Hidup sang putri
- Mampus Tjindewangi pengchianat.
Radja tersenjum senjum mendengar suara - suara inl,
jakin merasa bangga dan puas hingga hidungnja berkembang,
kemudian memerintahkan:
-Mana tarian jang bisa menghangatkan nafas kita.
Keluarkan sekarang.
seketika suasana terdiam, semua orang menengok
kesudut ruangan dimana biasanja penari-penar? keluar dan
kemudian suasana dipetjahkan oleh suara gendang gendang
jang menjentak, membakar perasaan, dan menggontjangkan
mengalirnja darah. Lalu keluarlah seorang penari jang paling
djelita dari semua jang ada, menarikan semajam tarian jang
bukan lagi bisa dianggap tarian, sebab hanja merupakan
gerak2an jang hanja mampu merangsang perasaan, tetapi
itulah jang dikehendaki oleh mereka hingga tepuk tangan dan
sorak sorai makin memetjahkan ruangan jang besar dan
terbangun dari pualam itu.
Tiba-tiba Radja ingat babwa ada sesuatu jang lebih
penting lupa diumumkan:
- Sebentar-sebentar, harap penari berhenti sebab
ada sesuatu hal jang lebih penting belum diumumkan.
Kebisingan itu kemudian terhenti:
- Ini lebih penting bagi sekalian. Atas kebidjaksanaan
Radja, atas kebesaran angan-angan Radja jang melambung
setinggi awan-awan berarak. Aku telah mengutus ke Keradjaan
Laut Selatan agar bersedia membangun istana-istana
ketjil sepandjang pantai kita jang terletak disebelah selatan
kita. Memandjang seluruh pantai. lngat memandjang seluruh
pantai. Dan sebuah lagi sebuah benteng jang besar dan kuat
disebelah utara istana kita jang terbangun dari batu besi.
Hingga dengan demikian kalian tidak usah lagi tjemas akan273
adanja bahaja serangan dari manapun. Mudah - mudahan
semuanja akan selesai tepat malam purnama nanti. Ini
bukanlah hal jang mustahil Keradjaan Laut mempunjai
kekuatan2 gaib jang mengagumkan.
Sorak-sorai kembali geuruh dan Radja makin merasa
dadanja membusung, lalu senjum2.
- Nah landjutkan tarianmu djelita. Jang lebih hangat
Hangat lagi djelia.
Penari djelita itu kemudian benar benar
menjehabkan nafas nafas mendjadi sesak, karena kemudian
dia tidak hanja menari ditempat dimana jang telah disediakan,
tetapi langsung ketengah - tengah para bangsawan para
Panglima dan semua lelaki. Dan masing-masing kemudian
dijumbu dengan gerakan gerakan setengah menari tetapi
dengan pandangan matanja jang begitu merenggut nafas
mereka. Hanja sebaliknja para wanita agak mendjadi
memberengut, mereka kawatir bahwa pasangannja mungkin
akan tidak mau pulang kembali djika kemudian tenjata hatinja
dilamun rajuan penari itu.
Sorak kemudian makin hangat terlampau hangat
waktu penari itu mentjumbu Sang Patih jang sudah agak
landjut usia itu, tetapi kemudian nampak bahwa dia sama
sekali tidak dapat menguasai perasaan dan gelora hatinja.
- Mamanda mari Mamanda Patih djangan
tjanggung2.
- Mari Mamanda kembali muda.
Tertawa kemudian meledak setelah Sang Patih
nampak melajani tjumbu raju penari itu, hingga Radja sendiri
senjum2.
- Djangan lupa Mamanda, tjutjumu menunggu
dirumah.
Sorak berbaur gelak tertawa makin keras dan
meledak seakan akan menggugurkan dinding pualam itu.274
Hanja Panglima Galing dari antara semuanja itu jang
merasakan suatu jang memuakkan dan memalukan. Dan
ditambah lagi dia berpikir apakah Gondomino akan berhasil
atau tidak mendjumpai Ki Ageng Tunggal?
Perasaan sangsi dan ragu masih menggelisahkan,
menggelisahkan dan menjebabkan semuanja nampak
memuakkan dan menjedihkan. Apa lagi setelah ingat akan
Tjindewangi jang meringkuk dalam kamar tahanan, sekalipun
kamar itu sebenarnja bukan kamar tahanan bagi siapapun.
Kini terbajanglah Gondomino jang sedang dalam
kegelapan ditengah-tengah hutan belantara. itupun belum
dipikirkan misalkan rombongan itu kemudian membalik
menjerang Gondomino, semuanja akan berarti tamat. Dan
segala rentjana mendjadi berantakan sama sekali.
***275
BAGIAN VII
SAMPAI mendjelang hari subuh, Gondomino dan
Wiroseno sama sekali belum mendapatkan seseorang jang
dapat memberikan tahu dimanakah Ki Ageng Tunggal berada.
Bahkan kemudian terdjadilah sesuatu jang sangat
mengedjutkan, sebab ternjata bapak tua itu, setelah
ditanjakan semalam langsung lari mendapatkan pedepokan Ki
Ageng Tunggal Jang baru di Gunung Sepuh melaporkan bahwa
dipedepokan ada lima orang jang sangat mentjurigakan akan
mentjari Ki Ageng
Maka seketika itu Karangselo bersama sepuluh orang
pasukan pilihan mengepung pedepokan lama untuk
menangkap kelima orang asing itu. Saat mana Wiroseno dan
Gondomino jang semuanja sudah sangat letih dan hampir
tertidur karena terlampau tjapai dan patah pengharapannja.
Mereka tiba2 dikedjutkan oleh suara Karangselo jang berteriak
sangat keras, menggegerkan pedepokan itu
- Keluar semua dan menjerahlah.
- Gondomino tersentak dan masih belum tahu djelas
siapa jang mengepungnja, sebab tetap ada dua kemungkinan,
mungkin pasukan2 Ki Ageng Tunggal mungkin tentera
Keradjaan jang mengedjar.
Tetapi hati Gondomino agak lega waktu melihat
bahwa itu nampaknja pasukan Ki Ageng Tunggal. Hingga waktu
itu djuga Gondomino memerintahkan kepada kawan kawannja
agar mengangkat tangan dan menjerahkan diri kepada
Karangselo:
- Kami akan menjerah saudara. Tetapi kami minta
agar kami dapat selamat untuk mendjumpai Ki Ageng Tunggal.
Ada hal jang sangat penting bagi Ki Ageng.
- Tidak usah banjak bitjara kamu. Kamu harus
menebus hilangnja Tjindewangi, dan tidak usah berbohong lagi276
bahwa kamu datang untuk menjusup kedalam pasukan Ki
Ageng Tunggal.
- Ja, hadapkan kami kepada Ki Ageng Tunggal, semua
soal akan djadi djelas saudara,
Karangselo tanpa menghiraukan perkataan
Gondomino memerintahkan menjeret kelima orang itu
langsung diikat dan dilemparkan keatas gerobak jang telah
disediakan. Gondomino masih merasa bersjukur bahwa
achirnja toh ia akan bertemu Ki. Ageng Tunggal atau
Wulungseto, djika pimpinan penjergap itu tidak mata gelap lalu
membunuhnja ditengah djalan.
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba2 Karangselo agak memberi harapan setelah ia
bertanja:
- Tetapi kalian tahu dimana Tjindewangi ditawan,
bersedia memberikan kepada Ki Ageng?
- Pasti, pasti saudara segalanja akan kubeberkan
semuanja.
- Kalau begitu, akan kuhadapkan kalian, tetapi ingat
djika kau berbohong akan kuseret kalian bersama-sama
dengan lima ekor kuda sampai hantjur didjalanan.
- Bunuhlah semaumu.
Rombongan itu terus menudju kebarat melalui
lembah jang sangai subur dan sedang menghidjau. Tetapi
kemudian anggota2 pasukan mulai meluapkan perasaan
kebentjan. Mula-mula hanja seorang bertanja dengan tertawa:
- Djadi sudah berapa lama kau djadi begundal Radja
sahabatku?
- Terang djelas sedjak baji dia mendjadi begundal.
Apa kau tidak lihat mukanja jang hampir kaja gombal itu.
Jang lain menjahut sambil tertawa hingga
meledaklah tertawa seluruh anggota pasukan.
- Kabarnja tiap tentara Radja dapat hadiah gadis tiap
bulan. Apa itu betul sahabatku? -277
Ja memang dapat hadiah gadis setiap bulan. Tetapi
gadis sisa bangsawan2 itu djadi sama halnja barang2 tua
Terawa mereka makin riuh selama mereka melewati
lembah jang menghidjau dan tiba2 seseorang melandjutkan
dengan lebih dengan suara jang sangat sumbang:
- Tetapi sahabatku jang baik. Dapatkah sahabatku
mentjeriterakan bagaimana rasanja gadis2 bekas mainan
bangsawan-bangsawan itu. Apa lebih hebat barangkali?
Tertawa mereka sudah tidak dikuasai, hingga
Karangselopun ikut tertawa.
Gondomino sendiri hampir tidak dapat menahan
tertawanja sekalipun dalam keadaan hati jang tersinggung
begitu dalam.
- Kok tanja. Tjoba sadja kau melamar tentara
Keradjaan, sebulan kemudian kau dapat satu.
- Ja kalau dapat gadis, kalau dapat tiang ganungan?
- Tetapi sahabat2ku ini nampaknja haus, tetapi
manakah sahabat2ku minuman dari gunung?
Kabarnja tentara Keradjaan hanja maui minum susu,
apakah benar begitu sahabatku jang baik?
Gondomino mentjoba mendjawab dengan
menggelengkan kepalanja, sambil mentjoba tersenjum.
Lewat tengah hari, Gondomino makin terharu
melihat dari kedjauhan didaki lereng Gunung Sepuh beberapa
orang berkuda mulai munjul dengan bersorak menjambut
kedatangan rombongan penjergap. Kemudian disusul
rombongan jang lebih besar lagi berdjaga djaga dikedjauhan,
hanja soraknja kedengaran menggegarkan hati.
-Hai , dapatkah kalian bawa kemari monjet-monjet
keradjaan itu?
- Semuanja. Djangan kawatir.
Orang2 sudah terlampau ingin sekali melihat monjet
monjet itu.-278
Gondomino merasakan saat itu betapakah dendam
mereka terhadap keradjaan itu terlampau lama dan terlampau
dalam tersimpan, menjumbat kehidupan mereka dalam
kesengsaraan, hingga sekarang seakan-akan meledak
tertumpah seluruhnja kepadanja. Gondomino tidak bisa
menjalahkan sikap itu, karena iapun tahu bagaimana achirnja
kenjataan tentera keradjaan jang kedjam, dan sewenang
wenang terbadap penduduk.
Setelah dekat mereka seakan-akan melihat dengan
penuh keheranan kepada mereka berlima
- Ja,orangnja sama dengan kita semuarja. Kukira
mereka itu lebih ngganteng dan luar biasa.
- Lo jang seorang inipun kerempeng. Kabarnja semua
tentera keradjaan makmur dengan makan berlebih2an.
- Lo inilah malahan bengkok punggungnja.
Tertawa mereka sekali lagi meledak, memenuhi
lembah dikaki Gunung Sepuh dan langsung mereka kembali
setelah rombongan langsung melandjutkan perdjalanannja.
Rombongan - rombongan' pasukan makin nampak
banjak berkeliaran dilereng Gunung Sepuh dan kemudian
setelah melewati kaki Gunung Sepuh sebelah selatan baru,
nampak sebuah lembah dimana pedukuhan nampak
tersembunji, dan ber djurang2 dalam merupakan benteng
alam jang sukar ditembus. Gondomino makin jakin akan
gerakan pemberontakan Tjindewangi bahwa sudah waktunja
diledakkan mengingat keadaan istana jang sudah djuga muram
dan simpang siur dengan pertentangan2 dalam sendiri.
Memang sukar untuk mentjapai pedukuhan Gunung
Sepuh karena harus melewati antara dua kaki bukit jang
merupakan djalan paling berbahaja bagi pasukan2 jang hendak
menghantjurkan.
Makin lama Gondomino dan Wiroseno makin
terharu dan merasakan bahwa pilihan jang telah diputuskan279
tidaklah salah, akan berbalik kembali melawan istana sampai
titik terachir dari hajatnja.
Sesaat kemudian barulah perasaan Gondomino se
akan2 terbelah oleh sebersit tjahaja jang tjemerlang, ditengah
tengah sambutan muka muka jang ganas penuh dendam dan
nampak laki2 jang mengagumkan itu tiba t?ba terdengar
sebuah teriakan dari antara mereka:
- Hei, Gondomino
Gondomino terpaling mentjari arah Suara itu
ternjata Wulungseto jang mematju kudanja mendekati,
langsung lontja: dari kudanja kedalam gerobak itu hingga
bertubrukan diantara kelima orang jang terikat erat2 dalam
gerobak.
Wulungseto memeluk Gondomino dan makin kuat.
makin kuat baru setelah puas Wulungseto baru bisa bertanja:
- Kenapa kau kemari sendiri. Kau sudah berbalik lagi
keistana untuk menjusup.
- Tidak Seto. Aku diutus panglima Galing.
Seketika Wulungseto berteriak kepada pasukan2
jang tersebar :
- Hei Kalian perlu tahu. Ini teman2 kita sendiri.
Djangan salah terima-.
Seketika sorak gemuruh menggegerkan lembah itu
dan Wiroseno terutama merasakan dalam dadanja seperti
akan meledak karena perasaan gembira-.
- Ja kami semua ada dipihak Ki Ageng Tunggal.
Karangselo melontjat langung turun dan melontjat
kedalam gerobak memeluk Gondomino dan semuanja.
- Maafkan aku semuanja, maafkan.
. Tidak apa, kalian toh belum membunuh kami
semua. Ketjuali hanja mengedjek.
Keruan sadja semua anggota penjergap mendjadi
tertawa lebih keras:280
- Ha ha,,m?afkan sadja sahabat2ku jang baik kalau
tadi keliwat djelek kami semua mengedjek, habis dendam kita
ini sudah terlampau lama terpendam. Tadi itu ada kesempatan.
maka terpaksa meledak se mau2-nja. Maafkan ja
Semuanja mendjadi tertawa terutama ketiga
pengawal jang telah mulai mendjadi putjat dan makin putjat
kini sudah mendjadi merah kembali mukanja.
-Ja maaf ..ja maaf, tetapi tjepatlah kami diberi
minum. Habis kerongkonganku sudah sangat kering.
Rombongan langsung masuk kepedepokan dimana Ki
Ageng Tunggal berdiam dan terutama Suroworo jang telah
mendengar teriakan Gondomino berlari untuk
mendjemputnja.
***
Malam ketiga pesta istana masih berlangsung sangat
meriah, makin mewah dan berlimpahan hidangan2 baik jang
berupa tarian2 dan makanan. Makin melimpah wanita-2
djelita.wanita2 tamu istana daerah djadjahan Keradjaan
Gunung Tunggal dengan segala matjam perhiasan dan pakaian
jang hampir2- semuanja tertumpah hanja bagaimana tjaranja
agar mereka merangsang nafsu lelaki-lelaki. Radja makin gila
akan suasana. Makin lupa akan sesuatu jang selama ini hidup
merajap dalam keradjian itu, ialah merajapnja kebentjian,
merajapnja gugatan dan merajapnja tjita-2 jang tidak akan
berhenti sebelum tertjapai. Hanja Panglima Galing pada malam
itu sudah merasa tenang, setelah mendapatkan berita bahwa
utusan kepedukuhan Gunung Anom jang kini pindah
kepedukuhan Gunung Sepuh telah sampai dan Semua rentjana
telah dilaksanakan sebaik baiknja.
Dalam hati Panglima tersenjum dan mejakinkan
bahwa istana akan segera berhasil diruntuhkan melihat
kalangan istana sekarang jang sudah mulai lupa diri, lupa akan281
kewijaksanaan, lupa akan ketangguhan masing2 jang harus
selamanja dipelihara. Kini semuana telah mendjadi bangsawan
istana jang kenes dan mabuk segala-galanja terutama wanita.
Sementara Tjindewangi telah pula mendapatkan
berita mengenai Ki Ageng Tunggal dan Wulungseto serta
Karangselo jang mendapatkan bantuan lagi dari pasukan jang
setia dari Gondomino dan Wiroseno. Tjindewangi hanja tinggal
menanti malam mendjelang malam purnama dimana ia akan
diseret keluar dan harus bertindak, membakar rakjat jang telah
berhasil dikumpulkan itu untuk ber balik seketika merupakan
air bah jang harus berhasil melanda istana pualam sampai
hantjur lebur, sama sekali musnah,
Sementara itu rentjana Panglima Galing dan Ki Ageng
Tunggal telah berhasil diratakan kepada semua pimpinan
kelompok-kelompok jang terbesar diseluruh wilajah dan
mereka hanja tinggal menunggu pengumuman Keradjaan
bahwa semua rakjat harus menonton.
Disitulah pasukan Ki Ageng Tunggal akan menjusup
diantara penonton jang akan berdjumlah ratusan ribu,
mungkin lebih dari sedjuta.
Mereka akan membalikkan seluruh kekuatan rakjat
itu untuk melanda dan menghantjurkan istana, seluruhnja
dalam arti kekuasaannja jang tinggal dan tak terbatas itu.
Bahkan malam itulah Radja hendak mengumumkan
satu hal jang dianggapnja sangat luar biasa dan itu berlangsung
pada tengah malam dimana pesta dihentikan untuk
sementara:
- Nah sekarang kabar baik jang mana hendak
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kusampaikan kepada kalian Semua. Selain kita sudah
mendekati pelaksanaan hukuman mati Tjindewangi, kini
utusan dari Laut Selatan telah datang dan mengabarkan.
Bahwa istana pualam sepandjang pantai selatan kita dan
sebuah benteng dari batu besi di sebelah utara istana kita jang
akan melindungi Keradjaan kita dari manapun akan selesai282
tepat sehari sesudah hari purnama, djelas tepat pada malam
purnama setelah lewat tengah malam. Djadi tepat pada waktu
Tjindewangi kia lemparkan kedalam kawah, waktu itulah
semua istana akan terbangun. Hanja dengan biaja seribu lima
ratus gadis. Terbangun dalam keadjaiban jang luar biasa oleh
bala tentara Keradjaan Laut Selatan jang mempunjai kekuatan
kekuatan gaib, Apakah itu bukan satu kebanggaan kita?
Pesta makin meriah karena berita ini, sebab ini
berarti akan berlangsung kembali pesta dalam istana
sepandjang pantai selatan jang memandjang hampir dipantai
keradjaan Pualam dengan perlindungan sebuah benteng jang
sedemikian tangguh
Kata salah seorang bangsawan:
- Idjinkan hamba mohon bitjara Baginda?
- Ja, kuidjinkan. segera.
- Bahwa rakjat Keradjaan Gunung Tunggal sama
sekali tidak salah memiliki radja terbesar sebagaimana
Baginda sekarang.
Radja tersenjum2 kesenangan dan makin ber-api
Baginda melandjutkan perkataannja
- Ja, aku hanja ingin memberikan sesuatu jang baik
bagi kalian semua. Tetapi kau tahu djuga bahwa masih ada
musuh-musuh dalam selimut jang hendak menghantjurkan
aku?
Maka waspadalah, setialah kepada Radjamu sampai
titik achir hajatmu. Dan siapa jang mengingkari kesetiaanmu
hanja akan ada satu achir bagi mereka bagi kalian misalkan ada
diantara kalian jang hendak ingkar setia, jaitu kawah Gunung
Tunggal.
Pesta makin meriah sebab itu tiba-tiba rombongan
wanita wanita dari keradjaan djadjahan sebelah timur datang.
Wanita jang luar biasa tjantiknja dan berpakaian sangat aneh,
aneh sekali. Hampir-hampir mereka tidak memakai sehelai
pakaian sedikitpun.283
Tetapi sementara itu, Panglina Galing sudah berhasil
mengumpulkan persendjataan jang lengkap bagi pasukan2 Ki
Ageng Tunggal jang ditjuri dari gudang sendjata Keradjaan dan
telah dikirimkan malam itu djuga kesuatu tempat telah
ditentukan dimana akan dibongkar setelah pasukan2 hendak
menjusup kedalam ibuk?ta.
Panglima Galing makin jakin bahwa segala sesuatu
akan berdjalan lebih baik dari gambaran semula. Hanja
sekarang satu hal jang menggelisahkan. Patih Keradjaan
nampaknja gojah kembali, tidak tahu akan bagaimana achir
daripada sikapnja. Kalau ternjata ia. akan kembali kepada
Radja pasti kemudian rahasia ini akan terbongkar sebelum
Tjindewangi diarak. Maka Panglima Galing selama dalam pesta
berusaha selalu menjertai Patih untuk tidak sempat berbitjara
setjara tersendiri dengan Radja dan selalu Panglima Galing
memberikan umpan2 beberapa wanita jang selalu menggoda
Patih Keradjaan jang telah landjut usia telapi masih muda
dalam dadanja, gelora nafsu asmara.
Sekarang hanja tinggal seorang Panglima jang sangat
besar keinginan mempunjai keduduan jang lebih tinggi. lalah
Panglima Honggo jang selalu nampaknja meneliti segala
kedjadian dengan sangat terperintji dan tertib. Dialah jang
mengusut hilangnja Panglima Durko, pimpinan pengawal dan
Gondomino serta Wiroseno. Dialah jang mengusut setjara
diam-diam tetapi mejakinkan kemungkinan adanja
perdjandjian rahasia antara dirinja dengan Tjindewangi.
Panglma Honggo jang menaruh tjuriga, kenapa Tjindewangi
bersedia menurut perintah Panglima Galing.
Dan memang rentjana Panglima Honggo, semuanja
itu hendak diungkapnja, bisa dibongkarnja sebelum terdjadi
Tjindewangi dikeluarkan untuk dipertontankan kepada rakjat
banyak. Ia berpikir pasti ada hal jang tersembunji kepada
Tjindewangi karena bersedia melak?anakan dan menerima284
hukuman setjara demikian sedangkan ia bisa membunuh diri
djika mau?
Panglima Galing merasa hal ini dan mengetahui
dengan djelas sampai dimana panglima Honggo menjelidiki.
Bahkan Patih Keradjaan sendiri achir2 ini ija selidiki, sekalipun
hanja bermotif nafsu asmara jang membuta dari seorang jang
telah menurut kepada seorang remadja djelita. Panglima
merasa bahwa kemampuan panglima Honggopun luar biasa
dan ia belum dapat mengukur sebenarnja sampai dimana
kekuatan dibelakang Panglima Honggo dengan semua
pengikutnja
Dan Panglima Honggo kemudian berpikir bahwa
untuk membunuh Patih dan Panglima Galing adalah satu hal
jang sangat mudah. lalah kalau Tjindewangi sampai terdjadi
bunuh diri sebelum malam purnama datang. Mudah sangat,
hal itu dikertjakan. Maka malam itu djuga Panglima Honggo
menuliskan sebuah surat palsu dengan tanda tangan Panglima
Galing. Kemudian mengadjak pasangannja untuk pura2
ditundjukkan dimana tempat Tjindewangi ditahan.
Pasangannja telah diminta agar menggoda pengawal pintu
kamar barang sementara waktu. Dan itu dikerdjakan sangat
sempurna oleh puteri pasangannja ialah dengan mendekati
pengawal itu,
- O dari mana kau anak muda. O aku dulu mempunjai
kekasih djuga seperti kau, sama benar waktu mudanja. Nah
tinggnjapun hampir sama, sama sekali.
Puteri itu menempelkan tubuhnja sambil berkata
untuk mengukur tingginja dan dadanja dirapatkan kelengan285286
pengawal itu, hingga untuk sesaat pengawal jang muda
mendjadi sesak nafasnja dan tidak menghiraukan bahwa waktu
itu Panglima Honggo mendjatuhkan dua surat, jang sebuah
kemudian diambilnja dan jang sebuah disodok dengan djarinja
masuk kedalam kamar Tindewangi melalui lubang piatu
dilantai, Puteri itu melandjutkan
- Sama, benar2 sama. Tubuhnjapun sekekar kau anak
muda
Pengawal muda makin sesak karena tarasa bahunja
didekap oleh sebuah lengan jang sangat halus dan ketat.
Kemudian setelah Panglima Honggo kelihatan kembali
mengadjak pergi, puteri masih senjum2.
- Bener memang sama dengan kekasihku dulu
Panglima Honggo senjum2 merasa akan dirinja
bahwa empunja ide dan akal jang begitu tjemerlang. Sangat
tjemerlang dan djika berhasil mempunjai akibat jang luar biasa.
Hampir mendjelang subuh pesta baru berachir,
Panglima Galing berhasil selalu menjeriai Patih dan tidak
terdjadi sesuatu hal jang patut digelisahkan. Hanja Panglima
Galing Sama sekali tidak menduga bahwa panglima Honggolah
semestinja jang harus diperhatilkan. Karena dia lebih
berbahaja. Lebih litjk dan lebih litjin serta pandai sekali
menutupi segala jang tersembunji dalam otaknja. Sekali ini
Panglima Honggo memegang kartu jang lebih baik dari
Panglima Galing sebab hal ini hanja tergantung ketabahan
Tjindewangi, pertjaja atau tidak kepada surat itu.
***287
BAGIAN VIIi
SEMESTINJA PAGI HARI itu semua telah berdjalan
menurut rentjana. Tjndewangi hanja tinggal menanti malam
terachir dari pesta istana, Panglima Galing tjukup mengetok
palu komando penjerangan dari dalam istana dan Ki Ageng
Tunggal mengerahkan pasukan pasukan rakjat untuk menjusup
kedalam djutaan penonton iring-iringan Tjindewangi jang akan
membalikkan rakjat bukan untuk melihat dia dilemparkan
dalam kawah tetapi akan dibalikkan menjerbu istana. Tetapi
pagi itu waktu Tjindewangi terbangun karena suara-suara
burung- burung berkitjau, melihat surat dilantai. Surat jang
sangat mengedjutkan karena belum terdjadi selama ini
siapapun menjodorkan surat kedalam kamar. Surat dibuka
berisikan singkat, tetapi sangat menggusarkan hati.
- Tjindewangi, sebaiknja kau segera bunuh diri, radja
merobah rentjana. Hukuman mati di Gunung Tunggal baru
akan dilaksanakan purnama jang kedua. Selama menunggu
hari itu kau akan disiksa didepan umum, dengan tjara jang luar
biasa.
Panglima Galing. sahabatmu.
Tjindewangi gemetar sekali ini seluruh tubuhnja.
Gemetar bukan karena apa. Selain terdesak perasaan muak
dan dendam, tjemas djuga terhadap apa jang terdjadi atas
dirinja.
Perasaan kewanitaannja timbul betapa akan merasa
malu disiksa didepan umum dan biasanja hal ini akan
terlangsung dari sedikit. Mula-mula seorang akan menjobek
pakaiannja sedikit dan menusuknja dengan pisau kemudian288
jang lain akan menjobek, menjobek dan sampai terdjadi ia akan
tidak bermatikan sama sekali, ini djelas akan terdjadi.
Dan hal ini akan berlangsung selama sebulan penuh
dari purnama kepurnama, alangkah getirnja, alangkah
sengsaranja bila hal itu terdjadi atas dirinja jang selama ini
tetap mempertahankan harganja sebagai seorang wanita jang
mempunjai harga diri.
Tjindewangi mengusap air mata waktu itu,
mengusap dan menetes kembali hingga pipinja berkali basah
sampai kelehernja;
- O Wulungseto, dimana kau?
Tubuh jang tjemerlang menggairahkan itu kini
terkulai, terkulai dan hampir sama sekali patah semangatnja
untuk hidup:
- O Seto, apa jang terdjadi mungkin mengenai
hukuman mati itu tidak terlampau menggetarkan hatiku Seto,
tetapi Seto, disiksa didepan umum selama sebulan, selama
sebulan Seto bukan hal jang ringan untuk diderita. Kuminta kau
dapat menemukan djalan lain untuk mentjapai Keradjaan
Gunung Tunggal Seto bila achirnja aku memutuskan untuk
membunuh diriku tjepat - tjepat sebelum siksaan itu
berlangsung. Seto kau kuharapkan mampu, mampu
menjelamatkan rakjatmu. Pertjajalah Panglima Galing akan
selalu disampingmu.
Tjindewangi telah tak dapat mengutjapkan apapun,
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangisnja mulai terisak, tangis jang sangat dalam dimana
selama ini belum pernah Tjindewangi meneteskan ketjuali sat
ajahnja meninggal.
- Oh Seto kekasihku, dimana kau sekarang?
Tjindewangi benar benar lumpuh hatinja dan
tubuhnja terkuliij ditepian tempat tidur, tubuhnja jang
tjemerlang merapat kekasur jang berselimut kain beludru itu,
tangannja tergapai dilantai, dan rambutnja sama sekali
terhambur kebawah sebagian tersampir ditepian, sebagaian289
terdjuntai dilantai dan sebagian memenuhi bahunja. Bibirnja
mulai basah, bukan basah oleh kegembiraan jang memanjar
dari getaran air muka, tetapi basah air mata, air mata jang
djarang sekali terteteskan selama Tjindewangi meningkat
dewasa sampai sekarang.
Sebaliknja kini Panglima Honggo jang masih
berbaring disamping isterinja jang termuda, membajangkan
apa jang akan terdjadi atas diri Tjindewangi.
Dan bila hal itu terdjadi. Kemudian ia tinggal
menunggu patih akan didjatuhi hukuman mati sebagai
pengganti Tjindewangi, kemudian tiba gilirannja Panglima
Galing akan mengikuti djedjak Patih. Habis sudah orang-orang
jang merasa disegani dan merupakan saingan dimata Radja.
Hingga isterinja bertanja waktu melihat Panglima Honggo
senjum-senjum sendiri.
- Kenapa senjum -senjam sendiri. Ada jang lutju mas?
- Ada tentu ada. Bahwa begitu aku heran akan
kepandaian diriku. Tjoba pikir, hanja dengan seputjuk surat
semua tudjuan akan tertjapai
- Tudjuan jang mana?
- Tudjuan jaag paling achir dan paling tjemerlang
- Jang mana?
- Aku akan mungkin sekali mendjabat Patih
Keradjaan. Atau se-tidak2nja Kepala Panglima Gabungan
seluruh Keradjaan.
- Benar begitu?
Isterinja tiba tiba tersentak dan terbangun, menatap
Panglima Honggo dengan senjum jang sangat mesra, djari
djarinja mulai membelai dada Panglima sambil berkata:
- Kapan itu akan terdjadi?
Nanti sesudah bulan purnama datang
Mendjelang siang hari Tjindewangi hanja tinggal
mengharapkan Panglima Galing menengoknja untuk diminta290
keterangan lebih djauh. Tetapi Panglima Honggo pun tahu
bahwa Radja sudah melarang Panglima Galing menemui
Tjindewangi kembali. Hal ini sudah diperhitungkan dengan
terperintiji. Djadi mustahil Tjindewangi akan sempat berbitjara
dengan panglima Galing, dengan siapapun ketjuali pada malam
terachir dimana pesta istana akan mentjapai puntjaknja:
Makin siang hati Tjindewangi makin gelisah,
ketjemasan makin mendesak dan mendesak lebih kesudut jang
makin gelap, makin gelap sangat gelap.
- Oh Seto, dengarkan. Dengarkan Seto. Ja tetapi
dimana kau
Tjindewangi mentjoba bangun dan mentjoba
mengetok pintu.
- Adakah pengawal dipintu!
- Hamba tuan putri.
- Dapatlah aku bertanja?
-Ja, asalkan pelahan pelahan tuan puteri, hukuman
mati bagi hamba djika hamba ketahuan.
- Adakah kau dengar bahwa hukuman mati bagiku
akan diadakan perubahan ?
- Hamba tidak tahu pasti puteri. Tetapi mendengar
perubahan itu tidak,
- Dapatkah kau mejampaikan kepada Panglima
Galing?
- Ja kalau mungkin bisa bertemu?
- Adakai Panglima galing memberi surat untukku?
- Ja puteri
- Siapa namamu?
- Bismoro puteri
- Semoga akan ada jang akan membalas kebaikanmu
Pertjakapan hanja sampai sekian karena tiba2 masuk
beberapa pendjabat negara dan panglima-2 hendak
melaporkan perkembangan terachir dari situasi pesta dan291
situasi pemberontakan jang nampak mulai membersit tertjium
bahunja.
Tetapi untung Baginda malahan membentak2
- Berita itu tidak mungkin. Semuanja ini hanja
tergantung Tjindewangi. Ki Ageng Tunggal sudah tua , sudah
lumpuh tidak mungkin mampu bergerak lagi. Diam. Sekarang
laporkan bagimana pesta itu akan bisa berlangsung dengan
sangat menggontjangkan.
- Ja ja. Hamba akan menepati perintah.
- Besok boleh kau umumkan keseluruh pendjuru
Keradjaan Gunung Tunggal bahwa semua rakjat harus
menonton Tjindewangi dan mentjemohkannja. Seluruh rakjat,
tahu. Tanpa ada terketjualinja. Sebab hari itu djuga setelah
berlangsung pelemparan Tjindewangi kedalam kawah aku
harus menangkap seribu lima ratus gadis untuk menukar
pembangunan istana sepandjang pantai dan benteng dari batu
besi. Harus, dan hal ini tidak boleh gagal. Kalau gagal kau akan
djadi pengganti gadis gadis itu, tahu?
Panglima itu bingung karena ia tahu benar bahwa
desas. desus pemberontakan sudah sangat santer kedengaran
oleh para penjelidik.
- Tjepat kau pergi dan selesaikan tugasmu, tidak
terpukau sematjam monjet begitu.
Panglima Honggo melihat keadaan Radja jang
marah2. itu kemudian mengambil kesempatan jang paling
baik, ialah mengalihkan perhatian Radja kepada soal lain:
- Hamba kira memang tidak ada kebenaran berita
mengenal pembrontakan setjara besar. Itu hanja tergantung
Tjindewangi.
- Ja itu aku tahu benar: Pengikutnjapun hanja
terdorong karena Tjindewangi Tjantik, hilang Tjndewangi
semua akan turut hilang sama sekali.
-Ja memang Tjindewangi seorang jang tjantik jang
pernah hamba lihat Baginda.-292
- Masak?
- Sajang hamba bukan Baginda, djadi tidak akan
mempunjai kesempatan merasakan ketjantikan itu
dalam arti sebenarnja.
Radja terkena hatinja merasa malu jang paling
dalam. Kata2 Panglima seakan-akan membersihkan edjekan
bahwa Radja sampai tidak terkabul niatnja untuk merasakan
kewanitaan Tjindewangi.
- Sampai hari ini belum sempat Panglima, itu
monjetnja Tjindewangi
- Ja Panglima Galing bersama Patih kan mempunjai
akal mestinja.
- Ja ja mestinja itu harus terdjadi sebelum
Tj?ndewangi diseret kedalam kawah
***293
BAGIAN IX
HARI ITU tiga hari mendjelang purnama, seluruh
wilajah Keradjaan Gunung Tunggai seakan-akan digetarkan
oleh derapnja ratusan kuda2 tentara Keradjaan jang menjebar
keseluruh arah untuk mengumumkan pengumuman Keradjaan
bahwa seluruh rakjat pada hari mendljelang purnama harus
membandjiri ibukota dan sepandjang djalan menudju
kepuntjak Gunung Tungal dimana akan harus menjaksikan
pelaksanaan hukuman mati bagi pemberontak pa?ing djelita
Tjindewangi.
Dan kegitu pengumuman ini tersebar nampak dua
orang berkuda kembali dari perbatasan hutan belantara untuk
memberi tahukan kepada Ki Ageng Tungal. Dimana sedjak saat
itu beratus ratus, ribuan rakjat bergerak tanpa mendapatkan
ketjurigaan. Sedangkan seben?rnja sebagian besar dari rakjat
jang ber bcndong2 menudju mendekat keibukota tidak lain
adalah pasukan2 Ki Ageng Tunggal jang hendak menjiapkan diri
mendekati perbatasan mendjelang hari purnama. laksana
ribuan gerombolan belalang jang tertiupkan angin. Sebagian
besar menudju kepada pemusatan pertama di pedukuhan
Telogosewu dan sebagian lain menundju kepemusatan
dipedukuhan Majang-kembar dimana warung terkenal
Majangkembar berada.
Sebagian menudju ke pemusatan pasukan diarah
utara ialah dipedukuhan Telaga Agung dan sebagian telah
mendekati keperbatasan kota sebagai penonton jang sangat
tertarik akan pesta agung dari Keradjaan. Radja sendiri
berkenan melihat gerakan rakjat dari manapun itu dengan
menaiki kereta keemasan, dan sangat bangga hatinja. Sangat
puas dan melondjak kegembiraannja bahwa segala sesuatu
jang diinginkan untuk menggontjangkan keradjaan tertjapai.294
Waktu itulah Panglima Galing sempat mengadakan
pembitjaraan dengan Tjindewangi jang hampir-hampir
melakukan bunuh diri karena kegontjangan perasaannja akan
adanja surat palsu itu. Panglima Honggolah jang ketjewa, akal
melalui surat tak berhasil dan nampak Radja belum terbangkit
gairahnja dengan pembitjaraan mengenai Tjindewangi dua
hari jang lalu. Panglima Galing sempat menegaskan:
- Ingat Tjindewangi, seratus ribu pasukan Ki Ageng
Tunggal bersama pasukanku telah siap menjusup dikalangan
rakjat jang hendak menonton pestamu, hati- hati
mempergunakan kesempatan sekali ini. Segala sesuatu hanja
tergantung kepadamu bagaimana kau bisa membalikkan
gelora hati rakjat jang menjertaimu kepuntjak Gunung Tunggal
untuk berbalik menjerbu istana,
- Ja Panglima, Tjindewangi akan mentjoba sebisa
bisanja. Bagaimana kabarnja Wulungseto?
- Baik
- Karangselo ?
- Baik.
- Ki Ageng Tunggal.
- Kata orang2-ku Ki Ageng tambah muda sekarang.
- Alangkah hari itu akan bergetarnja Panglima-.
Hanja sa mpai sekian pertjakapan itu karena tiba
tiba terdengar tanda bahwa Radja sudah kembali keistana dari
perjalanan keliling untuk menjaksikan bergeraknja rakjat jang
dipikirkan akan memeriahkan tontonan terbesar dari segala
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
djaman itu.
Radja sama sekali tidak menghiraukan sekalipun
telah ada laporan2 bahwa sangat bisa ditjurigakan keadaan
rakjat jang bergerak menudju keibukota itu, sebagian mereka
itu terdiri dari lelaki lelaki muda, bahkan sangat sedikit gadis
jang nampak. Bahkan Radja membentak:
- Ja gadis2 mana datang dari djauh. Tetapi gadis
sekeliling perbatasan ibu kota dan dari dalam kota akan tjukup295
sudah m?menuhi kebutuhan akan seribu lima ratus orang.
Djangan dirisaukan semuanja itu.
Panglima Honggolah iang nampak gelisah karena
mendapat laporan terperintji mengenai pemusatan, rakjat di
Telogo Sewu jang tiukup terlampau mengedjutkan djumlahnja.
Dan beberapa selalu memberi tanda jang aneh djika
berdjumpa. lalah dengan membulatkan ibudjari dan telundjuk.
Keadaan dalam ibukota sendiri sekitar istana pat
disangsikan bahwa semua jang berkeliaran itu adalah rakjat
jang tergerak hatinja untuk menjambut pesta ria itu. Tetapi
panglima honggi djengkel karena Radja sendiri sudah
terlampau mabuk kesenangan. Patih rampak atjuh tak atjuh
karena sakit hati dan semua Panglima jang lain sibuk mentjari
keuntungan dari pesta itu. Lebih2 waktu dilaporkan k?padanja
adanja pakaian2 serangan jang ditinggalkan diwarung
Majangkembar, seketika Panglima Honggo teringat akan
hilangnja Gondomino dan Wiroseno jang bilang entah dimana
sampai sekarang. Seketika diperintahkan
- Bawa Majangkembar sekarang, kemari dalam
keadaan hidup atau mati sebelum pemberontak
pemberontak itu menguasai pedukuhan Majangkembar.
Sama sekali Panglima Honggo hari itu tidak
mempunjai. kesempatan untuk menghadap Radja, sekedar
memperingatkan kepada Radja akan adanja tanda bahaja jang
sangat djelas, Panglima Galinglah jang tersenjum senjum
melihat kegelisahan Panglima Hlonggo dan sempat
mengedjeknja
- Nampak sibuk Panglima?
- Sibuk apanja,
- Ja nampak sibuk sekali.
- Dimana Radja?
-Radja masuk kekamar selir jang termuda puteri
Sekar Utari Panglima.
- O, semoga istana ini tjepat2 hantjur sama sekali.-296
Panglima hanja tersenjum dan kembali menudju
keistananja untuk menerima beberapa pimpinan
pemberontakan jang telah didjandjkan waktunja. Untuk
mengatur rentjana terachir bagi pelaksanaan pada hari
purnama.
Malamnja sangat mengedjutkan sekali bagi Panglima
Galing sebab mendjelang pesta dimulai Radja sudah
memanggilnja. Panglima agak tjuriga mungkin ada perobahan
perobaban, keadaan dalam waktu jang singkat itu. Bergegas
Panglima Galing menudju keistana, mendjumpai Radja dalam
keadaan muram menatap Panglima Galing:
- Masih ada satu soal Panglima. Aku bagaimanapun
harus mendapatkan, Tjindewangi malam ini. Pokoknja
Panglima, Radja Gunung Tunggal harus bisa mendapat?an
segala jang paing baik, sekalipun besok harus dimusnahkan.
Malam ini panglima harus bisa menghadapkan Tjindewangi
dalam keadaan bersedia setjara baik atau dalam keadaan
terilkat dirandjang. Hanja itu. Harus dan jika tidak kau
laksanakan perintahku, besok kau bersama Tjindewangi dua
duanja akan terlempar kedalam kawah.
Panglima Galing hendak mendjawab tetapi Radja
sudah pergi meninggalkan, hingga Panglima Galing terpukau
sesaat, tak tahu apa jang harus dikerdjakan. Sangat aneh, tiba
tiba sekali Radja berubah dan memberi perintah jang luar biasa
buruknja. ?ekalipun terdengar Radja berteriak.
- Ingat Panglima, harus kau hadapkan dalam keadaan
bagaimanapun itu terserah kepada Panglima
Panglima Galing sesaat tak bisa bernafas, perintah ini
akan menjebabkan semua rentjana bujar sama ekali.
Tjindewangi djelas tidak akan bersedia bila dipaksakan iapun
akan lebih baik bunuh diri. la sendiripun tidak akan tega
menjerahkannja. Pada hal tinggal besok malam, besok malam
segala sesuatu akan dimulai, ja bagaimana ia harus bisa
menjelamatkan Tjindewangi malam nanti, bagaimana?- Dan297
mendjelang turun malam Radja telah senjum-senjum
menerima Panglima Galing jang datang menghadap:
- Bagaimana sudah kau atur semuanja dengan baik?
- Ja Baginda. Besuk mendjelang subuh pintu kamar
Tjindewangi tidak terkuntji dari dalam. Tjtndewangi bersedia,
dengan satu permohonan agar mengampuni kekas?hnja
Wulungseto.
- Ja ja semua komplotannja akan kuampuni ketjuali
Ki Ageng tunggal djahanam, Djadi semua beres, kau boleh
kembali. Tetapi ingat djika mendjelang subuh pintu terkuntji
kau jang kukuntji lehermu.
Sambil berkata demilkian Radja tertawa lepas- lepas
seakan-akan semua jang terpendam meledak Hanja satu hal
Radja tidak mengetahui bahwa malam pesta itu, puteri
Mayasari telah diperintahkan untuk berusaha bagaimana
dapat menidurkan Baginda dengan ramuan jang lamban
bekerdjanja, tetapi djika sudah datang waktunja akan berhasil
membaringkan seseorang sampai sehari penuh. Hal inilah jang,
berhasil dikerdjakan oleh putri Mayasari jang lintjah, tjantik
dan sangat menarik itu, berhasil mentjampurkan ramuan itu
dalam minuman Baginda jang menjebabkan kedjadian berachir
sangat lutju.
Mendjelang subuh, sebelum Baginda teringat akan
pintu kamar Tjindewangi jang tidak terkuntiji djatuh tersungkur
di pangkuan seorang puteri jang telah landjut usianja, hingga
puteri tua itu mendjerit karena terkedjut Radja tertidur sama
sekali lelap. ?ntah sampai kapan akan bisa bangkit kembali.
***298
BAGIAN XIII
- Monjet, monjet semua perempuan di istana ini
monjet. siapa jang membuat aku tertidur sampai mati begini
seharian penuh. Kenapa kalian semua tjemburu hanja karena
TjindeWangi
Semua terkedjut tiba-tiba Radja membentak dari
peraduan dan semua puteri terutama prameswari terkedjut
dan mendjadi putjat. Ia tidak merasa demikian. Tetapi sebelum
Prameswari dapat menerangkan atau menghindarkan diri,
sebuah tamparan telah terajun hingga Prameswari djatuh
tersungkur sedangkan selir jang termuda akan berusaha lari,
terkena sepakan dipantatnja hingga terguling. Kemudian Radja
keluar melihat telah mendjelang sendja hari, berarti pesta akan
segera dimulai dan tak ada kesempatan lagi bagi Radja untuk
mendapatkan Tjindewangi.
- Monjet - monjet semua perempuan diistana ini
monjet, panggil Panglima Galing, Tjindewangi harus
dikeluarkan sedjak pesta dimulai. Biarkan aku tidak
mendapatkan tetapi akan tjukup puas djika bisa
menertawakan dia-.
Panglma Galing terpaksa menati perintah ialah
mengeluarkan Tjindewangi sedjak pesta dimulai, diikatkan
pada sebuah tiang tidak djauh dari tahta dalam keadaan
berpakaian jang rapi. Memang demikian kehendak Radja agar
kedjelitaan Tjindewangi tetap memantjarkan keindahannja.
Dan ternjata memang demikian kenjataannja. Tjahaja jang
gemerlapan dari perhiasan istana, tjahaja gemerlapan dari
permata jang berhamburan diantara ratusan wanjta-wanita
dan puteri- puteri istana, sama sekali achirnja larut dihisap oleh
pantjaran pribadi Tjindewangi jang tenang dan matang, diisap
oleh kejakinan jang memantjar dari pandangan matanja.
Hingga bagaima achirnja mereka mengakui adanja sesuatu hal299
jang luar biasa pada diri Tjndewangi. Radja sendiri waktu
berkenan keluar dan mulai duduk diatas tahta sesaat tersentak
melihat Tjndewangi jang mampu menghisap semua tjahaja
kedalam tjahaja matanja. Tetapi semua sudah harus
berlangsung sebagai jang direntjanakan. Hukuman mati bagi
Tjindewangi telah diumumkan. Radja tidak bisa akan mundur
kembali selangkahpun dalam semua jang telah diputuskan.
Hingga achirnja Radja hanja akan berusaha membuat
tertawa Tjindewangi agar pengaruh jang tiba-tiba menguasai
suasana istana kembali surut:
- Nah sekarang kau Tjindewangi, bahwa aku tetap
menghargai seorang jang djelita, sekalipun telah djelas hendak
berchianat kepada Radja. Kau dapat membuktikan pula bahwa
akupun tetap menghargai kesujian jang kau miliki. aku sudah
perintah pula sampai besok malam tidak akan kau tersentuh
oleh siapapun. Hingga dapat meninggalkan duniamu ini
dengan kesutiianmu Tjoba pikirkan apakah aku masih bersikap
bidjaksana?
Keadaan mendjadi hening seketika semua menani
djawaban apakah jang hendak didjawab oleh Tjindewangi;
- Terima kasih Baginda...
- Nah ternjatapun kau masih mempunjai perasaan
jang baik. Kukirapun kau sebenarnja tidak akan mempunjai
perasaan chianat mungkin kau hanja terpengaruh oleh Ki
Ageng Tunggal jang palsu itu. Ki Ageng Tunggal jang
sesunggulnja telah meninggal Tjindewangi. Itu palsu terang
palsu
- Tjindewangi tidak terpengaruh Ki Ageng jang
manapun. Baginda. Tjndewangi mempunjai pilihan sendiri.
lalah ingin hidup dikalangan kehidupan sederhana, untuk
mentjoba memahami mereka. Agar dapatlah Tjindewangi
membukakan djalan bagi mereka uatuk memiliki hidupnja
sendiri, terdljamin kesedjahteraannja dan kedamaian jang
dikehendaki. Lepas dari antjaman-antjaman, -300
-Sampaikan hal itu kepadaku aku pasti akan nentjari
djalan bagi pilihanmu?
- Apakah Keradjaan Gunung Tunggal selama ini
memberikan kesempatan kepada rakjat untuk hidup menurut
pilihannja Baginda?-
- Tentu, tjoba tanjakan apakah aku tidak memberikan
kebebasan kepada semua kalangan . Apakah rakjatku sekarang
hidup dalam kemiskinan. Menurut laporan semuanja telah
beres.
- Menurut laporan demikian Baginda. Tetapi
kenjataan hamba kira tidakSumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
- Itulah jang omong kusong Tjindewangi karena kau
telah disumbat hati nuranimu oleh Ki Ageng Palsu itu. Nah
sekarang kenapa kau menolak tawaran untuk kembali
mendjadi puteri istana apakah ada jang lebih besar dari
padaku, hingga memilih djalan berchianat.
- Ja, mungkin lebih besar tidak Baginda. Dia hanja
orang kebanjakan. Tetapi sanggup mengantarkan Tjindewangi
untuk menudju djalan kepada terbangunnja Keradjaan jang
ditjintai dan mentjintai rakjatnja.
- Apakah aku kurang mentjintai rakjat?
- selama ini Bagindalah jang semestinja mendjawab
apakah merasa mentjintai rakjat Keradjaan. Tjindewangi telah
bersumpah Baginda, bahwa hanja akan bisa mentjintai
seseorang jang sanggup menjertai pilihan Tjindewangi dalam
sedjaran hidupnja, sedjarah kejakinannja dan sedjarah
pergulatan hidupnja Dan orang itu sudah ada bukan didalam
istana. Itu sumpah sumpah asmara Tjindewangi Baginda jang
tidak seorangpun dapat merubahnja
- Sekalipun itu menjebabkan kau akan diseret oleh
hukum keradjaan keliang kuburmu didalam kawah kebesaran
kita ialah kawah Gunung Tunggal? Dan kau tidak akan
merubah pendirian atas pilihan ini misalkan aku sebagai Radja
akan memberi kau pengampunan!-301
- Tidak.
- Nah djadi djelas bukan. Kalian mengetahui sendiri.
bahwa aku sudah memberi kesermpatan kepada orang jang
paling membangkangpun untuk memilih djalannja agar tetap
sebagai anggota istana.
Kalian akan tahu sampai dimana kebidjaksanaanku.
Tiba-tiba Radja membentak lebih keras
- Sekalipun aku memberikan tawaran untuk
menduduki prameswari?
- Tjindewangi telah mempunjai pilihannja Baginda,
pilihan jang hendak ditjintai dan pilihan djalan hidupnja.
- Nah djadi bukan salahku kalau besok pagi sudah
tersedia gerobak jang akan membawamu keiling seluruh
djalanan di ibukota ini untuk mendjadi teladan rakjat sampai
kepuntjak Gunung Tunggal. Teladan bagi rakjat agar
memahami bagaimana akibatna djika mentjoba melawan
kekuasaan Radja. Nah sekarang kita mulai pesta jang terachir
malam ini dengan semeriah-meriahnja, djangan hirauan lagi
apakah akan terdjadi atas diri Tjindewangi sendiri. Itu kemauan
dia, pilihan dia.
- Bukan hanja pilihan Tjindewangi Baginda.
- Pilihan siapa?
- Pilihan seluruh rakjat jang mengharapkan
kehidupan jang lebih baik.-
Malam jang gemerlapan itu tiba-tiba mendjadi sunji,
seakan akan mati. Semuanja seakan-akan tergantung ditjahaja
mata Tjindewangi, tergantung dibibir Tjindewangi jang
mengutjapkan kata demi kata. Hingga Radja merasa gusar.
achirnja:
- Kenapa kalian diam. Tjindewangi telah memilih dan
menolak pengampunanku, telah menolak kebesaranku telah
menolak kebidjaksanaanku. Sekarang mulailah dengan
genderang genderang dan semuanja harus berbunji agar302
Semua utjapan Tjindewangi jang hendak merajapkan ratjun
bagi istana ini lenjap ditelan genderang kebesaran keradjan.
Suasana tiba-tiba akan petjah dengan tertiupnja
terompet dan genderang-genderang dan hiruk pikuk. Semua
penari jang mulai keluar satu- persatu. Tiindewangi
memedjamkan matanja tak mampu melihat semua kedjadian
ini dengan 'mata kepala sendiri, karena ingat apakah jang
terdjadi sekarang dengan teman2nja diperbatasan kota
Mengingat apakah jang akan terdjadi besok. Telapi tiba iba
Tjindewangi tersenjum hingga menjebabkan Radja mendjadi
lebih gusar
- Kenapa kau tersenjum. Muakkah kau melihat
kebesaran istanaku ?
- Tidak Baginda. Hamba ingat akan seribu gadis jang
dikorbankan untuk menukar istana jang megah ini.
Dan mungkin dimasa depan akan lebih banjak lagi
gadis jang dikorbankan hanja untuk istana jang lain.
- Itulah kebesaranku Tjindewangi. Untuk sesuatu
jang besar kalau perlu mengorbankan jang besar, tanpa itu
keradjaan akan bagaimana udjudnja.
- Tetapi korban itu terlampau besar, seribu djiwa
Baginda.
- Pokoknja simpanlah otakmu jang masih dangkal itu
dan hatimu jang masih tertutup hingga memilih djalan dihutan
belantara dari pada keluhuran Istana. Sekarang tutup
mulutmu.
Pesta istana jang terachir mendjelang purnama
berlangsung sangat meriah setelah Baginda memindahkan
Tjindewangi disudut ruangan, tersamar oleb kegelapan
bajangan-bajangan benda2. Tetapi sementara itu Baginda
tidak mengetahui bahwa waktu itulah pasukan-pasukan Ki
Ageng Tunggal telah merapi menjusup masuk keseluruh
pendjuru ibu kota dan disepandjang djalan desa2 dan303
sepandjang djalan dimana Tjindewangi akan diseret kepuntjak
Gunung Tunggal.
Hanja ada satu hal kemudian, tiba2 mendjelang
matahari terbit. Ki Ageng Tunggal terkedjut mendapatkan
laporan dari Wiroseno jang agak gugup menjampaikan :
- Ki Ageng. Ada satu hal jang mengawatirkan rentjana
kita semua. Majangkenbar tertangkap dan diseret oleh
Pasukan Panglima Honggo. Majangkembar mengetahui ba?k
baik mengenai rentjana kita. . Dan dia tidak akan tahan siksa
untuk tidak membuka mulut-.
Ki Ageng Tunggal tertunduk, gugur hatinja
mendengar laporan, la kenal Majangkembar dan kemudian
memikirkan bahwa hal itu adalah hal jang sangat
membahajakan bagi berlangsungnja rentjana jang
menentukan ini.
***304
BAGIAN XI
MENDJELANG SUBUH, pesta - istana sudah melewati
puntjak kehangatannja. Hampir semua jang hadir telah mulai
mabuk dan sebagian besar telah djatuh tersungkur berpelukan
dimana- mana. Suasana mulai sunji, ketjuali dalam hati
Tjindewangi jang merasa mulai gentar menghadapi hari jang
akan mendjelang. Dalam hatinja masih ragu apakah rentjana
telah berlangsung dengan baik.
Panglma Galing sendiri bertahan agar tidak mabok,
tetapi merasa terlampau tjapai, terlampau letih karena berpikir
dengan menahan ketegangan dalam hatinja menghadapi hari
penentuan hantjur tidaknja gerakan pemberontakan itu.
Kemudian ketegangan perasaannja lebih
menggontjangkan lagi karena tiba-tiba seorang perwira
pengawal-istana Panglima Honggo menghadap dan
menjampaikan pembitjaraan setjara berbisik.
Panglima Honggo tersenjem, kemudian mengadjak
keluar dengan gerakan jang disamarkan.
Panglima sempat menjelinap dan mendekati mereka
berdua, samar kedengaran Panglima Honggo memerintahkan:
- Siksa dia, boleh sampai mati. Majangkembar harus
buka mulut sebelum fadjar.
- Ja, Panglima.
- Ingat sebelum fadjar,
- Ja, Panglima.
- Aku segera menjusul.
Panglima Honggo tersenjum-senjum kembali masuk
kedalam, mendapatkan selirnja, sambil berbis?k:
- Kita akan menang. Kegelapan segera akan
terbongkar. Tetapi aku harus pergi sekarang305
-Ah, pesta belum habis. Masih akan ada atjara tepat
mendjelang fadjar. Nanti Baginda akan murka bila kakanda
pergi.
- Tetapi ini penting, menjangkut perkara besar.
Untunglah Panglima Honggo membenarkan kata2
selirnja jang termuda, karena waktu itu merasa ditarik
lengannja jang sebelum Panglima Honggo sempat mendjawab,
nafasnja telah tersumbat dan pudarlah segala persoalan dalam
pelukan selir tersajang.
Panglima Galing menarik nafas, masih ada
kesempatan untuk mengedjar waktu. menjelamatkan
Majangkembar dari siksaan agar membuka mulut. Ditatapnja
Tjindewangi, kemudian nampak Tjindewangi tersenjum.
Pandangan matanja memanijar, memantjar dan seakan-akan
mengatakan suatu kejakinan. Panglima Galing tersenjum,
memberi tanda baik.
Waktu itulah Panglima Galing sempat menjelinap
meninggalkan ruangan pesta, mematju kudanja menudju
keistana panglima Honggo untuk mentjari dimana tempat
Majangkembar tertawan.
Tetapi ditengah djalan. Panglima Galing berpikir
bahwa djika dia terlihat perkelahian, mungkin segala rentjana
akan berantakan. Hingga achirnja ia memutuskan untuk
memerintahkan pengawalnja Surodirjo dan Donotjitro untuk
mengusutnja . sampai terdapat. Panglima Galing sendiri
kemudian kembali keistana untuk menjembunjikan semua
langkah jang telah terintis dan tepat pada waktunja.
Waktu Panglima Galing kembali masuk kedalam
ruangan pesta, Radja 1elah kembali muntjul dari peraduannja.
Terompet berbunji mengedjutkan semua jang telah mulai
gelap pemandangannja karena mabuk. Tetapi waktu itulah
ketika Radja hendak mulai membual kembali. Terdengar dari
djauh Samar- samar Suara rakjat berteriak, menggetarkan
seluruh istana306
- Hidup Tjindewangi,
Radja mulai liar pandangan matanja, masing-masing
saling berpandangan. Lalu kedengaran kembali suara jang
makin djelas dari arah lain:
- Hidup Tjindewangi.
Radja tiba2 membentak:
- Hei. Suara siapa itu? Hei monjet-2. Kamu tidak
dengar suara itu?
- Ini suara benih pemberontakan.
- Bagaimana Panglima Honggo. Kamu katakan
keadaan terdjamin baik?
Panglima Honggo mulai tjemas, karena benar benar
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suara itu sangat mengedjutkan kemudian ia ingat akan
kemungkinan adanja bukti diwarung Majangkembar. Hingga
dengan suara gemetar mendjawab:
- Tetapi hamba kira, itu hanja satu dua pengatjau
Baginda
- Satu dua, satu dua memang satu dua. Tetapi suara
itu akan merajap dengan tjepat. Dan kemudian akan melanda
istana.
- Hamba kira tidak akan berbahaja Baginda.
Tetapi Radja tidak reda perasaannja, karena
kemudian suara itu terdengar lagi dari arah lain jang lebih
dekat:
- Bebaskan Tjindewangi
Hingga Radja berpaling menatap dengan tadjam
kepada Tjindewangi:
- Itu suara komplotanmu Tjindewangi?
- Itu suara rakjat Paduka, Baginda.
- Suara rakjatku tidak demikian, Suara rakjatku akan
mengojak mukamu.
- ltu suara rakjat Paduka, Baginda.
- Itu suara monjet. Suara monjet jang hendak
meratjuni keradjaan ini. Suara monjet monjetmu Tjindewangi.-307
- ltu suara rakjat Paduka, Baginda.
Tjindewangi hampir lupa karena desakan dalam hati
nuraninja jang tiba-tiba menjala karena mendengar suara itu
hingga achirnja sekali lagi mendjawab dengan nada tjemerlang:
- Itu suara rakjat Paduka, Baginda.
Untunglah Panglima Galing mengerti dan tjepat
tjepat menjela sebelum Tjindewangi mengatakan lebih djauh
hingga Radja mungkin akan mendjadi kalap dan membunuh
Tjindewangl waktu itu.
- Baginda. Hamba kira memang itu suara suara
monjet Tjindewangi. Suara jang terlampau berbahaja. Maka
idjinkan hamba akan memerintahkan pasukan hamba untuk
menjamar diantara mereka dan menjikat mereka itu habis
habis.
- Nah itu satu usul jang baik.
- Hamba akan kerahkan seribu tentera Keradjaan
dibawah pimpinan hamba, untuk menumpasnja. Kalau perlu
tambah lagi
- Boleh kau pakai pasukan Panglima Lembu Abang.
- Ja, Baginda
-Tiba-tiba Panglima Honggo jang merasa terdesak
dan menaruh tjuriga akan rentjana Panglima Galing jang
mungkin mempunjai maksud lain:
- Tetapi Baginda. Apakah Baginda tidak menjangsikan
Parglima Galing?
- Sangsi bagamana?
- Mungkin Panglima Galing akan bertindak
sebaliknja
- Panglima Galing jang lebih terdjik dan melihat
kenjataan: Bukan matjam kau Panglima goblok. Apa jang kau
laporkan selalu palsu, aman, aman beres, Keadaan baik.
Sekarang kenjatanja Kau sama dengan Patih Ubanan itu. Selalu
berkata: Aman, aman beres keadaan terkuasai. Sekarang kau
dengar sendiri suara itu. Kau dengar suara itu akan lebik keras.308
Sekarag djuga kau laksanakan Panglima Galing. Sekarang dan
djangan hiraukan panglima2 goblok itu.
Panglima segera mengundurkan diri dengan lapang
dada, lapang terlampau lapang. Sebab itu berarti dia akan bisa
bertindak leluasa, djuga dalam hendak menjelamatkan
Majangkembar.
Tjindewangi mengakui bahwa dia hampir bertindak
keliru tetapi kemudian mendjadi lapang waktu melihat
Panglima Galing mundur dari hadapan Radja dengan
meninggalkan sekilas pandangannja jang sangat berarti.
Sebaliknja Panglima Honggo jang seharusnja bisa
memaksa Majangkembar bitjara sudah lebih dulu, digoblokkan
oleh Radja.
- Tetapi Baginda. Hamba menangkap seorang wanita
jang mungkin akan bisa memborgkar keadaan jang gelap ini
- Siapa
- Majangkembar
- Majangkembar? Perempuan jang terkenal monjet
betina tjantik dari hutan barat?
- Ja Baginda
- Memang itu pekerdjaan sedjak kau masih baji.
Menangkapi perempuan-perempuan monjet. Nah selirmu ini
monjet perempuan dari mana? Sekarang semuanja pergi, pergi
semua tunggu diluar, sampai aku perintahkan kembali masuk.
Aku mulai muak melihat kalian. Aku mulai muak melihat kalian
tahu? Sekarang semua pergi!
Radja terduduk menahan perasaannja jang hampir
meledak habis-habisan, dan semuanja gemetar berlalu satu
persatu ketjuali patih Keradjaan masih mentjoba tidak berlalu,
tetapi Radja membentak:
- Kau djuga pergi monjet tua.
Patih Keradjaan undur, dadanja merasa sesak.
Hendak marah takut, hendak berlalu apakah akibatnja djika
suara-suara itu benar-benar suara benih pemberontakan.309
- Kau pergi sekarang monjet tua.
Patih Keradjaan terpaksa berlalu, dalam keadaan
makin galisah, makin tjemas wakiu melihat Radja kemudian
mendekati Tjindewangi, sementara itu suara suara dari
kedjauhan makin djelas:
-Hidup Tjindewangi
Radja menatap Tjindewangi.
- Kukira memang benar perkataanmu Tjindewangi.
Itu suara rakjatku, Suara dari kebenaran dan suara dari
kenjataan. Setelah aku melihat semua bangsawan dan
panglimaku jang kesemuanja goblok. Tetapi aku Radja Gunung
Tunggal Tjindewangi, jang harus bertindak untuk
menjelamatkan kekuasaanku-.
- Tetapi apakah Baginda tidak lebih penting
menjelamatkan rakjat baginda?
- Tidak Tjindewangi
- Keradjaan harus selamat, ja mungkin aku akan
menjikat habis orang-orang goblok itu
***310
BAGIAN XII
MAJANGKORO PIMPINAN pengawal istana
Panglima Horggo, jang telah mendapat tugas membuka mulut
Majangkembar sesampai dikamarnja langsung mendobrak
pintu dengan sebuah tjambuk ditangan:
_ Kau Majangkembar?
- Ja, Paduka
Majangkoro terdesak perasaannja mendengar suara
Majangkembar, dan sekarang sempat melihat dengan djelas
bagaimanakah wadjah Majangkembar. Wadjah jang sangat
djernih, pandangan matanja bening, tulus dan mempunjai
tubuh jang keliwat mempesonakan.
Tetapi semua perasaan ini harus dielakkan karena
perintah Panglima Honggo adalah perintah maut baginja. Telah
dua orang mati ditangan Panglima Honggo dalam sebulan ini,
hanja karena meleset melaksanakan perintah. Maka
Majangkoropun membentak:
-Sekarang kau buka mulut, jang benar. Kau mengerti
maksudnja pasti. Kenapa empat orang pengawal perbatasan
berganti pakaian diwarungmu. Mereka kemana sekarang?
- Hamba tidak tahu,
- Tahu pasti tahu.
- Ja. hamba tahu mereka berganti pakaian dan
mengatakan hendak berburu.
-- Berburu apa, keadaan gawat begini hendak
berburu Goblok apa?
- Mereka begitu mengatakan
-Dan aku sudah tahu bahwa kau tjalon isteri
Wiroseno
- Memang begitu-
- Maka kau mesti tahu soalnja.-311
- Hamba tidak tahu.
Tiba-tiba Majangkembar terdampar roboh, sesaat
tubuhnja menggeliat karena tjambuk ditangan Majangkoro
terajun, mengelopaskan sebagian dari kulit Maangkembar.
- Monjet perempuan, Kau mau joba-tjoba main2.
Buka mulutmu sekarang sebelum seluruh kulitmu terkelupas.
Sesaat Majangkoro terdesak nafasnja, hingga hampir
sesak, melihat Majangkembar menggeliat menahan sakit,
Hingga kain jang menutupi sebagian tubuhnja tersingkap.
Majangkoro makin merasa tersumbat nafasnja, waktu
Majangkembar mentjoba kembali duduk, kain penutup
dadanja sobek. Lebih-lebih pengawal jang berdiri dipintu,
benar2 nafasnja sudah tersumbat. Matanja seakan akan mau
keluar dari pelupuknja, hidungnja berkembang dan sesaat
berkempis tanpa disadari, hingga Majangkoro membentak
sambil mengajunkan tjambuknia mengenai pintu disebelahnja.
- Keluar, monjet. Kau kira ini pertundjukan untuk
matamu jang melotot itu
- Ja, ja Panglima
- Keluar dan kuntji pintu.
- Tidak perlukah paduka seorang pengawal?
- Keluar monjet.
Pengawal itu sampai terbentur pintu karena tergesa
gesa melonjat karena Majangkoro sudah mengajunkan
tjambuknja dan sekali lagi menggedor pintu dari papan.
- Monjet, semua pengawal disini monjet; Oh
Majangkembar. Bitjaralah Majangkembar agar aku tidak
mentjambukmu lagi. Aku tak tega Majangkembar menjiksamu,
Tetapi kalau kau tidak bitjara akupun malu dengan jambuk ini.
- Hamba tidak tahu tuanku,
- Kau tahu. Aku mengerti kau tahu. Tetapi kau
memang tidak akan membuka mulut. Aku mengerti semua
orang jang menginginkan suatu jang besar djadi tahan, Kau
tahu Majangkembar, tetapi kau tidak akan bitjara.-312
- Ja, memang hamba tidak akan bitjara.
Majangkoro terdiam sesaat dan kemudian
melandjutkan perkataannja dengan nada jang terasa getir:
- Majangkembar. Kau sama dengan jang lain. Aku
sudah menangkap seorang matjam kau.
Diapun tidak mau bitjara, sampai dia meninggal. Aku
tidak tahu dorongan apa mereka memilih mati dari pada
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bitjara. Apa doronganmu Majangkembar?
- Hamba mentjintai Wiroseno. Satu2nja lelaki jang
menghargai dan mentjintai hamba.
Dan tjintanja sangat berharga bagi hamba. Ajah
hamba sendiri tak hamba kenal, dan ajah hamba menjeberang
keistana. Sedang ibu entah dimana
- Ibumu siapa?
- Loro Sekarsore.
Majangkoro tiba2 gemetar seluruh tubuhnja,
seketika menatap Majangkembar.
- Siapa namamu sebenarnja?
- Sekarlajung, hamba anak kembar dengan
Sekarwungu. Tetapi Sekarwungupun entah dimana sekarang.
Majangkoro tiba2 menubruk dan memeluk
Majangkembar, air matanja membasahi seluruh pipinja dan
pipi Majangkembar:
- Sekarlajung, Sekarlajung
- Djangan, djangan. Lebih baik bunuh hamba
- Aku tidak akan membunuhmu. Lihat aku sekarang
Lajung, lihat. lihat. Sekarlajung aku ajahmu sekarang Lajung
Seketka suasana mendjadi sunji, hanja terdengar
isakan Majangkembar dan isakan tangis Majangkoro jang
ditahan kuat2.
Tetapi sementara pintu kedengaran diterdjang orang
dan terbuka dengan Suara benturan dengan dinding, Panglima.
Honggo membentak:313
- Monjet. Apa jang dikerdjakan Majangkoro? Aku
perintahkan membuka mulut perempuan monjet ini. bukan
main air mata disini.
Majangkoro tiba-tiba mendjadi kalap dan lupa akan
kedudukannja sebagai pengawal Panglima Honggo:
- Majangkoro tidak akan membukakan mulut
siapapun.
- Monjet kau sudah ikut menjeberang?
- Majangkoro tidak akan membukakan mulut, karena
mulut mereka mulut jang baik, waktu itulah Panglima Honggo
telah tidak dapat menguasai kemarahannja lag? dan
mengajunkan pedangnja. Teapi entah karena apa Majangkoro
tiba-tiba mendjadi tabah dan bisa mengelakkan serangan jang
mendadak. Bahkan sebaliknja Panglima Honggo jang djatuh
terkapar karena pembalasan Majangkoro.
Majangkembar mentjoba bangkit dan menghindari
sedikit dari tempat dimana mereka bertarung. Tetapi setelah
Panglima Honggo dapat mengatur kembali kemarahannja dan
ingat bahwa jang dilawan djuga bukan sembarangan pengawal,
mendjadi hati-hati dan menjerang kembali dengan sungguh
sungguh. Majangkoro memang kalah tangguh menghadapi
Pangima Honggo, dan makin lama makin teidesak undur.
Makin terdesak dan sangat sulit kedudukanja. Hingga terachir
Majangkoro terdesak kedinding tanpa dapat menghindarkan
tekanan Panglima Honggo jang tinggal menekankan pedangnja
kearah lehernja.
Majangkoro menahan sekuat tenaga mata pedang
jang telah mendekat dan makin mendekat kearah lehernja.
Tetapi sampai sekian djauh, tak berhasil menahannja. Mata
pedang kini hanja tinggal beberapa lebar djari djaraknja.
Majangkembar mendjerit:
- Ajah
Mendengar djeritan Majangkembar jang
menjebutkan ajah, Panglima Honggo agak terguntjang hatinja,314
kemudian ditambah lagi dari arah pintu tiba-tiba seorang
pengawal berteriak melaporkan:
- Panglima. Istana terkepung rapat oleh pasukan tak
dikenal, sebagian besar pengawal terbunuh.
Panglima Honggo seakan-akan tersambar petir
dalam hatinja, seketika kekuatannja lenjap, pengawal itu
berteriak:
- Pasukan penjerang sudah masuk keistana Panglima
Majangkoro merasakan tekanan maut itu mendjadi
kendor dan melihat airmuka Panglima Honggo seketika
mendjadi putjat sesaat. Mengambil kesempatan baik.
Majangkoro mendorong tekanan Panglima Honggo sekuat
tenaga jang masih tinggal dan Panglima Honggo terpelanting,
djatuh tersungkur setelah terbentur medja besar. Terguling
bersama medja itu dan pedang Panglima Honggo merobek
perutnja sendiri.
Waktu itulah Majangkoro melihat pengawal jang
berteriak-teriak karena tusukan tombak dan terkapar kedalam
kamar, dua orang lelaki masuk hendak menjerang Majangkoro,
Tetapi Majangkembar berteriak mendjerit bagaikan
menjambar
- Wiroseno. Djangan. Dia ajahku.
Seketika suasana mendjadi sunji, dan hanja
terdengar isakan tangis Majangkembar jang memeluk
Wiroseno:
- Seno, sarungkan pedangmu. Ajahku, dia ajahku
Wiroseno melepaskan pelukan Majangkembar dan
langsung menubruk Majangkoro jang bertanja dengan suara
gemetar
- Kau melawan istana?
- Apakah semua telah siap?
- Rentjana akan berhasil baik.
Pendudukan istana Panglima Honggo sempat
dilakukan dengan baik, hinggas sama sekali tak ada laporan315
keistana, Pengawal telah dipalsukan semua dan semua
penghuni istana Honggo tertawan seluruhnja. Disitulah
Panglima Galing menempatkan sebagian besar tenteranja
untuk menghadapi pemberontakan hari itu.
Benar-benar pendudukan istana Honggo, merupakan
penjergapan pertama jang sangat berhasil gilang-gemilang
sebab didalam istana itulah tersimpan sebagian besar
persendjataan istana.
***316
BAGIAN XIII
SUARA-SUARA teriakan dari kedjauhan tidak lagi
terdengar, Hingga mejakinkan Radja akan tindakan Panglima
Galing dan kini mulai merasa lapang hatinja, hingga kemudian
memanggil kembali semua bangsawan dan panglima2 masuk :
- Nah, semua tahu sekarang. Suara tidak lagi
terdengar karena tindakan Pangima Galing. Tetapi dimana
Honggo goblok itu ?
- Lolos Baginda, entah kemana ?
- Nah, terbukti sekarang dia merasa goblok dan
memang goblok
Baginda sama sekali tidak mengira bahwa suara
suara itu terdengar atau tidak telah direntjanakan dengan rapi
oleh pasukan Wulungseto. Sementara itu pasukan Panglima
telah berhasil bertjampur mendjadi satu dengan pasukan
pasukan Ki Ageng Tunggal, sedangkan pasukan Karangselo
telah siap membandjiri sepandjang djalan-djalan diibukota
untuk menjelamatkan Tjindewangi dari antjaman orang-orang
istana, dan mungkin rakjat jang belum mengerti.
Sebagian besar persendjataan telah disediakan
dilereng Gunung Tunggal untuk dibagikan nanti djika tiba -tiba
datang saatnja menjerbu keibukota Keradjaan.
Radja tersenjum-senjum memandangi Patih
Keradjaan;
-Nah, sekarang laporkan jang benar. Bagaimana
persiapan barisan pengarak Tjindewangi, sampai kepuntjak
Gunung Tunggal.
- Sudah siap Baginda
- Tetapi aku tidak pertjaja. Perintahkan nanti kepada
Panglima Galing kalau dia sudah kembali agar memimpin
seluruh upatjara ini sampai Tjindewangi terlempar kedalam317
kawah. Ingat djangan orang lain. Djangan orang-orang goblok
jang hanja bisa mendjilat kedalam istana.
- Ja Baginda
- Nah sekarang kukira sudah datang waktunja,
Semuanja mengerdjakan apa jang telah ditentukan.
Tiba-tiba terdengar sorak sorai gemurulh dari
lapangan depan istana jang telah dihiasi bermatjam-matjam
kain berwarna. Gemuruh dan makin gemuruh setelah barisan
badut-badut istana keluar diring sepasang sapi djantan jang
menarik sebuah gerobak kaju terbuka, dimana berdiri scbuah
tiang dimana Tjindewangi akan dikatkan.
Sorak kemudian diringi tertawa tawa gelak tidak jang
ada pintunja ketika badut badut istana mulai dengan gerakan
gerakan dan tarian2 jang bermaksud menghina Tjindewangi,
menertawakan Tjindewangi. Bahkan seorang menirukan gaja
Tjindewangi, kemudian seorang berteriak
-Nah sudah akan datangnja Tjindewangi. Kau akan
masuk kesorga dimana empat puluh bidadari akan
mendjemputmu.
Suara gelak tertawa makin riuh setelah seorang
badut berdjungkir balik diatas gerobak sambil berteriak :
- Oh, Tjindewangi kekasihku jang paling djelita
sedunia.. Tetapi sajang kau harus tidur mendengkur didalam
kawah.
Kemudian salah seorang jang berteriak lebih keras:
- Bagaimana Baginda ? Apakah hamba sudah
diidjinkan untuk menuntun Tjindewangi kelubuk kuburnja ?
Kemudian genderang jang sebanjak lebih dari seratus
genderang berbunji dan sebuah pasukan pengarak memasu
halaman istana dengan garang, lengkap bersendjata dan
masing2 memegang tjambuk, untuk meletjut setiap gangguan
arak2 itu. Tjindewangi melihat semuanja, karena matahari
mulai memantjar dan mendesak djuga perasaan Tjindewangi
agak mendjadi gentar. Sebab apapun jang telah direntjanakan,318
mungkin ada kegagalan disalah satu hal. Hingga pasukan
pasukan Ki Ageng Tunggal tak bisa mengelebui Tentera
Keradjaan.
Lapangan makin riuh, karena bandjirnja rakjat ingin
menonton dan meramaikan arak-arakan itu. Bandjir pasukan
jang menjelinap dan berbaur dengan mereka itu. Genderang
makin riuh kedengaran setelah Prameswari keluar berkenan
melihat kedekat lapangan. Kemudian Radja sambil tersenjum
senjum mendekati Tjindewangi
- Nah sekarang Tjindewangi. Kau dengar suara-suara
jang menjintaimu sudalh lenjap, sama sekali tumpas oleh
Panglima Galing.
Kini jang kedengaran hanjalah sorak-sorai jang
Sumpah Asmara Cindewangi Karya Kirjomuljo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hendak meguburmu, sorak sorai gemuruh suara-suara jang
mentjintai Radja. Suara-suara gemuruh jang menganggukkan
Radja dan akan setia sampai achir hajatnja.- Mana suara2 jang
menjintaimu? Lenjap Tjindewangi.
- Suara itu tidak lenjap Baginda,
- Suara-suara itu lenjap selama lamanja bersama
sama kuburmu,
- Suara-suara itu tidak lenjap Baginda.
- Ja baiklah Tjindewangi. Kuidjinkan kau berkata
semaumu. Achirnja sama sadja. Kuidjinkan kau berkata
apapun, untuk memberikan bukti bahwa aku seorang Radja
jang bidjaksana. Adapun sampai menguburmu dalam kawah
Gunung Tunggal karena aku harus menjelamatkan Keradjaan.
- Hei Panglima Nogosamodro. Perintahkan sekarang.
O, tetapi nanti dulu aku hendak mempertimbangkan dengan
Tjindewangi.
Radja seakan-akan menjesal mendekat kembali
kepada Tjindewangi:
- Tetapi Tjindewangi Bagaimana pendapatmu. Kalau
aku terpaksa merubah perintahku. Bahwa kau tidak akan
disiksa sepandjang djalan, aku terpaksa merubahnja. Merubah,319
bahwa rakjat atau siapapun boleh meludahimu dan menjobek
kulitmu jang tjemerlang itu asalkan tidak sam-pai meninggal
sebelum terkubur. Kau tidak keberatan ?
- Tidak Baginda
- Oh memang kau wanita sedjati.
- Hei Nogosamodiro. Kau sudah dengar sendiri
pertimbanganku dengan Tjindewangi. tahu apa jang akan
kuperintahkan.
- Ja Baginda
- Nah, didjinkan meludahi sampai perdjalanan
kepuntjak Gunung Tunggal. Diidjinkan menjobek, diidjinkan
melempari, diidjinkan menjobek pakaiannja jang terachir
Paham?
- Ja Baginda.
Tiba-tiba Panglima Galing datang menghadap
nampak lega dan pandangannja memantjar, menjebabkan
Radja makin lapang perasaannja:
- Bagaimana Selesai dengan baik?
- Ja Baginda
- Aku dengar suara-suara itu sudah lenjap.
- suara-suara telah tidak kedengaran Baginda
- Ja tetapi artinja kan lenjap
- Memang sudah terbunuh orang-orang jang
berteriak.
- Nah. artinja sudah lenjap bersama terbunuhnja.
Panglima Galing terdiam, untuk menjelamatkan
rentjana, menjesal hampir terlandjur, mengeluarkan isihatinja.
- Tetapi kenapa kau diam? Kau tidak menjetudjui
bahwa aku katakan suara itu sudah lenjap?
- Suara mereka itu sudah lenjap Baginda. Mungkin
suara jang lain belum tertangkap.
- oja ja mungkin masih banjak orang orang hendak
berteriak sematjam itu. Tetapi sekarang.kukira tidak lagi patut
dirisaukan. Kau sekarang Panglima Galing jang kutugaskan320
memimpin semua upatjara ini. Ingat Panglima, tepat tengah
malam, waktu bulan memantjar ditengah-tengah langit
Gunung Tunggal, Tjindewangi sudah harus terlempar kedalam
kawah. Itu semuanja tanggung djawabmu.
Suara terhenti ketika itu, karena tiba-tiba terdengar
isakan tangis dari seorang puteri istana jang tidak dapat
menahan perasaan terharu terhadap nasib Tjindewangi,
hingga menjebabkan Radja murka
- Kenapa menangis, apa kau ingin menjertai
Tjindewangi masuk kedalamnja ?
Putri itu terkedjut dan agak putjat seketika
mendjawab dengan gemetar:
- Tidak Baginda.
- Kalau begitu pergi dari ruangan ini, teruskan
menangis dikamar tidurmu. Apa kau ingin kutundjukkan
bagaimana bisa menangis lebih keras?
- O, tidak Baginda. Hamba masih ingin hidup baik2
diistana.
Suasana kemudian sunji, ketjuali suara-suara dari
lapangan jang kemudian djuga agak reda karena menunggu
perintah selandjunja. Radja kemudian mendekati kearah
Tjindewangi sambil mengutjapkan suara suara dengan lemah
lembut:
- Nah sekarang sudah waktunja Tjindewangi.
Matahari sudah menjingsing. Rakjatmu sudah menantimu
disana. Gerobak telah tersedia dengan semua pengawalnja.
Gunung Tunggalpun gunung pudjaan seluruh keradjaan ini
sudah menanti djiwa ragamu. Ingat Tjindewangi perintahku
sudah kurubah dari djaminan rakjat menjobekmu sadja tidak
berlaku. Apakah jang terdjadi aku sudah mengidjinkan asalkan
kau tidak bisa meninggal. Kau akan dibakar matahari sehari
suntuk bersama dengan sobeknja kulitmu dari sedikit demi
sedikit, kemudian akan terbekukan kembali oleh dinginnja
malam dipuntak Gunung Tunggal. Tetapi aku sebagai Radja321
jang bidjaksana masih ingin menawarkan pengampunan sekali
lagi djika kau mau. Kau masih ada kesempatan memilih dipihak
Radja.
Tjindewangi terdiam menatap dengan tadjam kearah
Baginda. Hingga Radja sekali membentak:
- Aku tanjakan apakah kau masih memihak Radja
atau memilih diseret keatas gerobak?
- Tjindewangi tetap pada sumpahnja Baginda.
Sumpah asmaranja, sumpah hidupnja untuk menjertai suara
rakjat Gunung Tunggal.
- Monjet, seret sekarang djuga, aku sudah muak
melihatnja.
TAMAT
Sampai disini Sumpah Asmara Tjindewangi Dan
selandjutnja akan kami kisahkan lagi Tjeritera Tjindewangi
dengan rangkaian djudulnja , " TJINDEWANGI MELANDA
ISTANA " kami mulai dengan djilid I ( Tamat Tiga Djilid)
Pulau Cemara 23/06/2019. 09.06 AM
Sumpah Asmara Tjindewangi - Koleksi Kolektor Ebook
Bunga Di Batu Karang Karya Sh Mintardja Pendekar Hina Kelana 33 Teror Si Pedang The Expected One Karya Kathleen Mcgowan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama