Ceritasilat Novel Online

Teror Elang Hitam 10

Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 10

sebagai murid yang dididiknya sungguh
sungguh?" katanya heran. Dilanjutkan dengan

kata-kata dalam hati yang entah mengapa tak

sampai terluncur keluar dari bibirnya,

"Tidakkah itu seperti memelihara anak macan

yang setelah besar akan menerkam

pemeliharanya sendiri?"

Kata-kata yang tak terucapkan dari

mulut Kam Hong-ti itu ternyata malah

terucapkan dari mulut In Ceng, "Kam Taihiap

tentu sedang membatin, Pun-bu Hweshio

sedang membesarkan anak macan yang kelak

akan menerkam dirinya sendiri, begitu bukan?"

"Hem, apakah kekuatiranku itu tidak

beralasan?" dengus Kam Hong-ti.

Waktu itu, lantai dua rumah makan itu

sudah sepi dari pengunjung-pengunjung

lainnya, sehingga Kam Hong-ti dan In Ceng

bisa bebas berbicara. Sejak Kam Hong-ti

menjebol permukaan meja, tamu-tamu sudah

kabur semua karena mengira akan terjadi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 925

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pertarungan di tempat itu, dan semuanya takut

terkena senjata nyasar.

"Kam Taihiap, boleh saja kau berpikir

bahwa aku adalah anak macan tak kenal budi

yang kelak bakal menerkam pengasuhku

sendiri. Bukan kau saja, ribuan orang Han

berpandangan bahwa orang Manchu adalah

iblis-iblis paling terkutuk, jauh lebih jahat dari

orang-orang Hek-eng-po. Tapi aku yakin

kepada diriku sendiri bahwa aku bukan

manusia macam itu, orang Manchu adalah

manusia juga, punya perasaan, pernah

kehilangan sanak keluarganya dalam

peperangan, mendambakan datangnya

perdamaian dan persaudaraan..."

Kam Hong-ti hanya menarik napas

dalam-dalam.

Sementara sahabatnya melanjutkan

bicara, "Aku memang benar seorang Pangeran

Manchu, tetapi tahukah Kam Taihiap kenapa

aku terbuang dari istana?"

"Tentu karena kalah dalam cakar
cakaran memperebutkan kekuasaan, apa lagi?"

dengus Kam Hong-ti sinis.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 926

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Di luar dugaan Kam Hong-ti, In Ceng

begitu langsung menganggukkan kepala

mengiakan tuduhan berebut kekuasaan itu.

"Benar, karena berebut kekuasaan. Orang

sudah terlanjur dijejali pikiran bahwa berebut

kekuasaan itu adalah hal yang sangat jahat,

memuakkan. Tapi lupa bahwa kekuasaan itu

sendiri tidak berwarna hitam atau putih, bukan

sesuatu yang jahat atau yang baik, melainkan

tergantung siapa pemegangnya dan warna apa

yang hendak diberikan kepada kekuasaan di

tangannya. Kekuasaan hanya alat, seperti

sebuah cangkul, yang bisa digunakan untuk

mencangkul mampus kepala tetangga, tapi

juga bisa untuku mencangkul tanah, menanam

tanam-tanaman yang buahnya

dipersembahkan bagi kesejahteraan umat

manusia. Bukankah demilkian? Aku memang

tersingkir dari istana karena gagal berebut

kekuasaan, karena aku berambisi memegang

kekuasaan, dan dengan kekuasaan itu aku

akan mempersaudarakan bangsa Han dan

Manchu, sesama penghuni kekaisaran raksasa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 927

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ini, tanpa mengingat dendam masa lalu, tidak

ada yang lebih tinggi dan lebih rendah!

"Hem, impian hebat!"

"Benar, impian hebat, Kam Taihiap.

Tidakkah Ciubu-ong Ki Koat bercita-cita hebat

ketika hendak meruntuhkan Kaisar Tiu-ong

dari dinasti Siang? Tidak hebatkah cita-cita

Cin-si-ong untuk mempersatukan enam negeri

lain? Begitu pula ketika Lau Pang membangun

dinasti Han menggantikan dinasti Cin? Ketika

Tio Gong-in naik tahta untuk menghentikan

kerusuhan di jaman Ngo-tay dan mendirikan

dinasti Song? Ketika Cu Goan-ciang mendirikan

dinasti Beng sehingga bergelar Beng-thai-cou

Hong-bu untuk meruntuhkan kebobrokan

Kaisar Goan-sun-te dari dinasti Mongol?"

"Hem, jangan sungkan-sungkan,

tentunya kau ingin menambahkan pula bahwa

Liap-ceng-ong To Ji-kun bercita-cita luhur

ketika membawa bala tentara Manchu

menyerbu negeri kami dengan memanfaatkan

Bu Sam-kui , Panglima kota San-hai-koan yang

lemah dan tolol itu? Di jaman kakekmu, Sun-ti,

masih kanak-kanak? Dan kau samakan dirimu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 928

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dengan Ciu Bu-ong, Tio Gong-in dan

sebagainya?"

Kembali In Ceng mengejutkan Kam

Hong-ti dengan jawabannya yang terlalu terus
terang, "Ya, aku ingin menyumbangkan

tenagaku untuk kekaisaran yang terancam

perpecahan gara-gara ulah beberapa pangeran

yang hanya bernafsu berkuasa, tetapi lupa

kalau perpecahan bisa mengundang kekuatan

asing orang-orang bule itu menjajah negeri ini.

Rusia di utara dan barat terus meluaskan

wilayah. Jepang di timur memperkuat diri

dengan senjata yang dibeli dari pelaut-pelaut

Portugis dan Belanda, semuanya mengincar

tanah kita. Apakah orang-orang Han lebih suka

dijajah setan-setan asing itu?"

Kam Hong-ti tidak menjawab.

Kebingungan menentukan sikap oleh masalah

tak terduga yang tiba-tiba saja muncul di

depan hidungnya. Sementara In Ceng berkata

lagi dengan suara yang lebih rendah.

"Tapi agaknya impianku hanya akan

tetap menjadi impian belaka, aku tidak punya

kekuatan untuk mewujudkannya. Aku sudah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 929

Rewriter & Pdf Maker : OZ

terbuang dari istana, tidak ada pendukung lagi.

Kelak, kekaisaran ini akan jatuh ke tangan

pangeran-pangeran yang cara

pemerintahannya tak lain hanyalah

memperbesar kebencian antara Han dan

Manchu, antara Han dan Han, Manchu dengan

Manchu, sampai kekaisaran pecah berkeping
keping dan menjadi jarahan setan-setan asing

dari luar".

Tak terasa Kam Hong-ti mulai hanyut

oleh penuturan In Ceng yang panjang lebar

tadi. Jauh dalam hati nya, ia tahu,ia tidak

pernah membenci In Ceng, entah di kemudian

hari. Tiba-tiba ia bertanya, "In Ceng, kalau

kelak kau berhasil naik tahta, benarkah kau

bercita-cita seperti yang kau ucapkan tadi?"

Tiba-tiba In Ceng tinggalkan kursinya

dan berlutut, mengucapkan sumpah: "Aku

bersumpah demi Thian-hu-te-bo (Ayah Langit

dan Ibu Bumi) kalau aku melanggar janjiku,

aku akan mati dengan kepala terpisah dari

tubuh oleh pedang sahabat-sahabat baikku

sendiri..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 930

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lalu ia duduk kembali di kursinya. "Kam

Taihiap, kau boleh saja menganggap

sumpahku sebagai omong-kosong, tapi akupun

pernah bersumpah serupa di hadapan guruku,

Pun-bu Hweshio. Persaudaraan sederajat

antara Han dan manchu adalah cita-citaku

sejak aku melihat ulah memuakkan dari

beberapa pangeran, saudara-saudaraku

sendiri!"

Habis berkata demikian, ia

membungkuk hormat dan berkata, "Selamat

berpisah, Kam Taihiap, sedih sekali bahwa

persahabatan kita yang hangat telah terputus

hanya oleh perbedaan suku".

Lalu ia melangkah pergi, hampir saja

Kam Hong-ti mengulurkan tangan untuk

menahan tangan In Ceng dan mengajaknya

duduk kembali. Tapi itu tak dilakukannya,

hanya mulutnya yang bertanya, "Kau mau
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemana?"

"Kemana saja, tidak ada tempat aman

bagi orang buangan semacam aku ini, mungkin

akan meninggalkan kota ini pula".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 931

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kam Hong-ti membuang pandangannya

keluar jendela dan berkata tanpa menatap In

Ceng, "Pergilah...."

Ketika In Ceng mendekat ke arah

pemilik rumah makan, si pemilik dan semua

pelayan-pelayan telah berlutut dengan tubuh

gemetar. Rupanya tadi mereka sudah

mendengar percakapan tamunya itu, bahwa

sang tamu langganan yang royal

menghamburkan hadiah itu ternyata adalah

putera ke empat Kaisar.

"Hamba selama ini tidak tahu bahwa

Tuanku adalah seorang Pangeran ", kata si

pemilik rumah makan sambil menyentuh
nyentuhkan jidatnya ke lantai. "Hamba mohon

ampun, selama ini bersikap kurang hormat

terhadap Tuanku..."

Gerakan menyembahnya diikuti oleh

lain-lainnya.

Cepat In Ceng menarik tangan pemilik

rumah makan itu dengan sikap ramah.

"Bangkitlah, dalam beberapa hari ini aku puas

dengan masakan-masakanmu, juga pelayanan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 932

Rewriter & Pdf Maker : OZ

rumah makan ini ". Dengan takut-takut si

pemilik rumah makan itu bangun.

"Nah, Ciangkui (pengurus), berapa

harga makan minumku bersama sahabatku di

meja itu?" tanya In Ceng.

"Aku bayar sendiri!" dari tempat

duduknya Kam Hong-ti berteriak, meskipun ia

yakin kantongnya terkuras habis pun belum

cukup untuk membayar makanan-makanan

mahal yang sudah ada dalam perutnya.

Tapi In Ceng menjawab, "Kam Taihiap,

aku tidak ingin menyuapmu. tapi biarlah kali ini

aku bayar semua.Mungkin semacam

perpisahan persahabatan kita..."

Kam Hong-ti tak menyahut namun ia

kemudian diam saja ketika melihat In Ceng

mengeluarkan kantong uangnya. "Berapa

Ciangkui?" tanya In Ceng.

Si pemilik membungkuk hormat.

"Kehadiran dan kesudian Tuanku mencicipi

makanan-makanan di rumah makanku yang

buruk ini saja sudah merupakan kehormatan

besar bagi kami, Ijinkan hamba menghormat

Tuanku dengan sebuah perjamuan yang lebih

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 933

Rewriter & Pdf Maker : OZ

layak, hidangan yang tadi tak usah dihitung

lagi..."

"Terima kasih, Ciangkui , kebaikanmu

kuterima. Tapi undangan perjamuanmu tidak

bisa kuterima sekarang, mungkin di lain waktu

aku masih hidup, sebab setiap detik bisa saja

kepalaku ini copot dari tubuhku. Aku harus

meninggalkan kota ini. Selamat tinggal."

Sekali lagi In Ceng menoleh ke arah

Kam Hong-ti yang duduk membelakanginya,

lalu menarik napas sekali lagi dan

meninggalkan tempat itu.

Setelah duduk sendirian, lama sekali

Kam hong-ti duduk merenung, tanpa ada

pelayan-pelayan yang mengganggunya. Otak

dan perasaan sang pendekar seolah

bertentangan sendiri. Sahabatnya adalah

seorang Pangeran Manchu, sikap permusuhan

orang Han terhadap orang Manchu tidak

mudah terhapus. Namun terbayang pula

persahabatannya yang hangat dengan Si

Liong-cu alias In Ceng, dan selama masa

persahabatan itu belum pernah dilihatnya In

Ceng melakukan hal-hal tercela. Sikapnya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 934

Rewriter & Pdf Maker : OZ

benat-benar sikap seorang pendekar sejati

yang berpihak kepada rakyat yang tertindas, di

beberapa tempat bahkan tidak segan-segan

menghajar pembesar-pembesar Manchu yang

memeras rakyat Han.

Haruskah kuhapuskan semua

kebaikannya itu, lalu aku kejar dan aku tumpas

dia karena dia seorang Pangeran Manchu?

Haruskah aku tetap berpegang pada pendirian

semula bahwa tahta harus diduduki orang Han,

bukan orang Manchu seperti saat itu?

Perebutan tahta tentu mengakibatkan perang

besar, seandainya menang, lalu bagaimana?

Ribuan nyawa akan melayang hanya untuk

mendudukkan seorang Han di singgasana?

Setelah orang Han duduk di singgasana,

apakah kesejahteraan rakyat akan terjamin?

Kam Hong-ti masih terlalu muda untuk

mengalami jaman dinasti Beng dulu namun

dari orang-orang tua, ia sempat mendengar

bahwa jaman Kaisar Cong-ceng itu keadaannya

begitu bobrok sampai rakyat berontak di

bawah pimpinan Li Cu-seng.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 935

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Bagaimana kalau setelah tahta diduduki

rakyat Han, lalu keadaan menjadi bobrok

kembali seperti dulu?! Tapi kalau dibiarkan

saja, bukankah Khong-hi si Manchu itu akan

tetap berada di tahtanya sekarang?

Tiba-tiba muncul suara hatinya yang

lain. Kalau Khong-hi kenapa? Kalau Manchu

Kenapa? Bukankah di masa pemerintahan

Khong-hi ini rakyat umumnya hidup sejahtera?

Haruskah dibongkar untuk diganti sesuatu

yang belum pasti?

Memangnya pemerintahan kekaisaran

hanyalah rumah-rumahan kayu yang bisa

dibongkar-pasang seenaknya, sehari sepuluh

kali? Memperjuangkan kesejahteraan rakyat

Han haruskah dengan perang? Sedang sebuah

pilihan lain sebenarnya sudah ada, pilihan

damai, bersama membangun kekaisaran

bersama orang Manchu. In Ceng berani

menerjang roboh tembok yang memisahkan

Han dan Manchu. Tembok permusuhan.

Sekarang, cukup beranikah dirinya melakukan

hal yang sama?

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 936

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ribuan tanda tanya berjubel-jubel di

benak Kam Hong-ti. Tapi akhirnya ia bangkit

dari kursinya dan meninggalkan tempat itu.

Kepada seorang pelayan di lantai bawah, dia

sempat menanyakan ke mana perginya In

Ceng, lalu diapun menyusul ke arah yang

sama.

Sementara itu, In Ceng sendiri lebih

dulu singgah di Hek-hou Piau-tiam untuk

mengambil toya hitam dan bungkusan

pakaiannya, lalu menyatakan kepada The Tek
kong bahwa ia akan melanjutkan

pengembaraan.

Tentu saja The Tek-kong dan adik-adik

seperguruannya kaget mendengat pamitan

yang sangat mendadak itu. "Apakah selama ini

kami kurang memuaskan melayani Susiok?"

tanya The Tek-kong.

"Tidak, aku justru berterima kasih

sekali, tapi aku memang harus pergi", sahut In

Ceng, yang oleh The Tek-kong masih dikenal

sebagai Si Liong-cu. "Setelah aku pergi, tak

peduli ada lawan atau kawan yang mencari

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 937

Rewriter & Pdf Maker : OZ

diriku, tunjukkan saja ke mana arahnya aku

pergi".

"Apakah Susiok menghadapi musuh?

kalau begitu, jangan pergi. Biarpun kami tiga

saudara berkepandaian tidak seberapa, kami

tentu takkan tinggal diam. Demi nama baik

perguruan kita".

"Terima kasih. Tapi aku memang harus

pergi".
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu sambil memanggul bungkusannya,

In Ceng tinggalkan gedung besar kantor Hek
hou Pian-tiam itu. Beberapa orang yang

berpapasan dengannya telah mengangguk

hormat, karena mereka mengenal pemuda

yang beberapa hari yang lalu mengangkat

singa batu di depan gedung Hek-hou Piau
tiam.

In Ceng melangkah terus, dan akhirnya

keluar lewat pintu timur kota Se-shia. Di dekat

pintu kota ada sebuah pasar kuda, di situ In

Ceng membeli seekor kuda kelabu yang tegar,

untuk melanjutkan perjalanannya.

Ia menjalankan kudanya dengan

kecepatan sedang-sedang saja, sebab jalanan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 938

Rewriter & Pdf Maker : OZ

di sekitar kota Se-shia itu masih cukup ramai.

Namun ketika sudah lewat jalan yang sepi,

perlahan-lahan kecepatan kudanya pun

ditingkatkan.

Namun setelah ia tiba di sebuah jalan

sempit di sebuah bukit yang oleh penduduk

setempat dinamai Hong-hong-nia (bukit

burung hong) karena puncaknya yang terjal itu

banyak lubang-lubang batu yang dihuni

kawanan burung hong, In Ceng membelokkan

kudanya mengambil sebuah jalan sempit di

pegunungan. Ia menganggap pemandangan di

bukit itu cukup berharga untuk dilihat sambil

berjalan.

Tetapi baru dua li ia berada di jalan

sempit itu, tiba-tiba di belakangnya terdengar

derap kaki kuda searah dengannya . Ketika ia

menoleh, terlihat tiga ekor kuda hitam mulus,

dengan tiga penunggangnya yang berpakaian

hitam mulus pula, bahkan memakai mantel

hitam pula, dengan kerudung kepala yang

lancip dan lagi-lagi berwarna hitam. Ketiga

orang itu membawa senjata yang serupa,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 939

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 940

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sebuah sabit panjang bertangkai sepanjang

tangkai tombak.

In Ceng tidak menghiraukan orang
orang itu, dianggapnya mereka sekedar orang
orang dunia persilatan yang sekedar lewat

sebab bukan hal aneh kalau orang-orang

kelompok persilatan tertentu berdandan aneh
aneh, seperti ketiga orang itu.

Ia jalankan terus kudanya tanpa peduli,

didengarnya penunggang-penunggang kuda

dibelakangnya itu terus mengikuti, In ceng

menoleh dan alangkah terkejutnya ketika

melihat orang-orang itu sudah berubah

menjadi enam orang. Semuanya berpakaian

sama, bersenjata sama, bahkan kuda-kuda

yang mereka tunggangi juga hitam semua.

Pemandangan itu menimbulkan perasaan

seram, meskipun saat itu adalah siang hari

bolong, seolah-olah melihat iring-iringan iblis

penyebar bencana dari kerak neraka.

Setiap kali In Ceng mempercepat

kudanya, orang-orang itupun

mempercepatnya. Kalau ia memperlambat

kudanya, merekapun lebih lambat pula,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 941

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sehingga In Ceng akhirnya merasa bahwa

dirinyalah yang sedang diincar.

Toya hitam yang diselipkan di pelana

kudanya pun kini diloloskan dan dikempit

dengan tangan kanannya sebagai sikap siap

sedia. Katanya dalam hati, "Bagus kalau

mereka benar-benar iblis gentayangan,

kebetulan ilmu toya ajaran Suhu juga disebut

Hok-mo-tung-hoat (ilmu toya penakluk

iblis)..."

Namun akhirnya ia habis kesabaran

juga, dengan gerakan mendadak dia putar

kudanya untuk menghadapi orang-orang itu.

Dan kembali ia terkejut ketika melihat

penunggang-penunggang kuda hitam itu sudah

bertambah lagi, kali ini tidak tanggung
tanggung, ia hitung jumlahnya genap delapan

belas.

"Siapa kalian? Apa maksud kalian

mengikuti aku?" tanya In Ceng.

Sebagai jawaban, kedelapan belas

penunggang kuda hitam itu mengatur barisan

dua-dua berderet ke belakang. In Ceng diam
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 942

Rewriter & Pdf Maker : OZ

diam berwaspada pula melihat itu, namun ia

tidak gentar.

Di masa remajanya, In Ceng pernah

mempelajari cara-cara bertempur di atas kuda,

di bawah bimbingan beberapa guru istana.

Sementara itu, kedelapan belas

penunggang kuda itu mengingatkan In Ceng

akan sebuah kelompok pembunuh bayaran

berani mati yang konon berpusat d1 ujung

Pegunungan Tiang-pek-san di Liau-tong.

Kelompok pembunuh yang dikenal sebagai Im
kan-cap-pwe-khi (18 penunggang kuda dari

neraka). Setiap keluar sarang, mereka selalu

berjumlah delapan belas orang, tidak peduli

tertumpas habis pun di lain waktu akan muncul

delapanbelas orang kembali. tidak kurang

seorangpun.

Orang-orang yang percaya tahyul

sampai bilang bahwa mereka bisa

menghidupkan kembali teman-teman mereka

yang sudah mati. "Kali. ini kalian ingin

mengincar nyawaku?" dengus In Ceng.

Dua penunggang kuda hitam yang

terdepan tiba-tiba memacu kuda mereka

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 943

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bagaikan terbang ke arah In Ceng sambil

mengangkat sabit-sabit bertangkai panjang

mereka, mereka hendak menjepit dari kiri

kanan.

Begitu dekat, sabit-sabit mereka

terayun deras dan telak, yang satu ke arah

leher In Ceng dan lainnya ke arah perut. Tanpa

menggunakan jurus-jurus apapun, tapi nyawa

In Ceng bisa melayang.

Tangkas sekali In Ceng memutar toya

hitamnya, dua serangan sabit panjang dari kiri

kanan berhasil ditangkisnya semua. Bahkan

begitu hebat tenaga In Ceng, "tenaga arca

singa batu", sehingga kedua penyerangnya itu

terpelanting dari punggung kudanya masing
masing.

Tapi pasangan gelombang kedua segera

menerjang datang pula, dan In Ceng berani

bertaruh potong telinga bahwa pasangan

gelombang ketiga, keempat dan seterusnya

akan berturut-turut menyergapnya. Bahkan

kemudian ia melihat ujung sepatu dari

manusia-manusia serba hitam itu ada ujung

pisau yang berkilat-kilat.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 944

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Serangan gelombang kedua inipun

berhasil dihalau dengan toya hitamnya dan

terpelanting roboh seperti dua rekah mereka

yang terdahulu. Namun salah seorang dari

mereka, sebelum roboh sempat menendang

sepatu berpisaunya. Maunya mengarah ke

perut In Ceng, tapi luput dan mengenai kuda

tunggangan In Ceng.

Kuda yang terluka itu kontan melonjak
lonjak kesakitan dan tak terkendali lagi,

sementara serangan gelombang ketiga sudah

menderu datang bagaikan angin. Pasangan

pertama dan kedua tadi telah melompat

kembali ke punggung kuda-kuda mereka.

Kembali In Ceng masih berhasil

menyelamatkan leher dan perutnya, tapi

pinggangnya tergores sedikit oleh ujung pisau

di ujung sepatu salah seprang penyerangnya.

Sedang si penyerang sendiri terkapar tak bisa

bangun lagi sebab bagian tengah jidatnya
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhantam retak oleh toya In Ceng, mampus.

Meskipun berhasil mengurangi seorang

lawan, In Ceng memperhitungkan bahwa

dirinya tak akan sanggup terus-terusan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 945

Rewriter & Pdf Maker : OZ

melawan kedelapan belas iblis hitam yang

menyerang berpasang-pasangan dan

bergelombang itu. Dengan cara bertempur

kedelapan belas orang itu, mereka lebih

tangguh dari Lo-san Su-koai yang pernah

dihadapi oleh In Ceng. Entah pada serangan

gelombang ke berapa, In Ceng yakin sabit
sabit maut itu akan mempertemukannya

dengan leluhurnya di surga.

Serangan gelombang keempat datang,

dan kepala kuda kelabu tunggangan In Ceng

terbelah oleh sabit lawan, tapi In Ceng berhasil

menyodok dada salah seorang penyerangnya

dengan ujung toyanya, meskipun dirinya

sendiri mendapat tambahan luka di lengannya.

Menghadapi gelombang-gelombang

serangan berikutnya, In Ceng harus bertempur

di atas kedua kakinya sendiri, sebab dalam

pelajaran bertempur menunggang kuda, ia

belum pernah diajari caranya menunggangi

kuda yang tanpa kepala.

Dengan demikian, gebrakan-gebrakan

berikutnya benar-benar perjuangan berat

buatnya. Ia harus berlari-lari pontang-panting

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 946

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menghadapi serangan sabit-sabit maut, ujung
ujung sepatu yang berpisau, juga kaki-kaki

kuda yang siap menginjaknya dengan

kekuatan ratusan kati.

Dalam keadaan terjepit itu dia

menemukan akal, untuk sedikit

memperpanjang umurnya, tambah umur

beberapa detik juga lumayanlah. Dengan

kelincahan sepasang kakinya yang terlatih

berlari naik turun di gunung Siong-san sejak

enam tahun yang lalu, ia mendaki ke lereng

bukit Hong-hong-nia. Ia berharap kemiringan

lereng bukit itu akan mengurangi keberingasan

lawan-lawannya.

Akalnya memang agak berhasil,

meskipun bukan jaminan bahwa dirinya akan

berhasil lolos dari tempat itu dengan selamat.

Karena lawan-lawannya yang masih enambelas

orang itu, setelah dua orang terbunuh, juga

tidak kehilangan akal.

Sebagian dari mereka memacu kudanya

naik ke lereng bukit untuk mengejar In Ceng

dalam garis lurus, sebagian lain memutar ke

atas bukit untuk mencegat In Ceng dari atas.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 947

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Agaknya orang-orang itu sudah dilatih untuk

menjepit lawan dalam berbagai keadaan.

"Bagus, biarpun kalian juga harus

menemani aku ke lubang kubur". seru In Ceng

murka.

Ketika itu dua penunggang kuda

menerjangnya berbareng dengan arah

bersilangan. ln Ceng menggulingkan tubuhnya

pada saat dua sabit maut berdesihg di atas

kepala dan punggungnya. Sambil berguling,

toyanya menyapu kaki kuda salah satu dari

mereka sehingga kuda itu roboh dan

penunggangnya jatuh tepat di sisi tubuh In

Ceng.

Untuk lawan di dekatnya, ia tak sempat

menggunakan toyanya, tetapi dengan siku

tangan kirinya ia hantam sekuatnya dada

orang itu. Orang itu hanya menggeliat sedikit

seperti ulat digigit semut, lalu terdiam

selamanya.

"Lumayan, sudah dapat tiga", pikir In

Ceng.

Tapi ia harus cepat-cepat

menggulingkan diri ke samping sebelum

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 948

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sempat melompat bangun, sebab empat kaki

kuda hampir saja menimpa tubuhnya dan dua

buah mata sabit hampir saja memotong

tubuhnya sekaligus. Dengan cekatan seakali ia

melompat bangun dengan gerak Le-hi-tah-teng

(ikan le meletik), toya hitamnya masih

tergeletak di tanah dan tak sempat diambilnya.

Ketika seorang penunggang kuda hitam

menyerbunya dari arah tebing sendirian saja,

tanpa pasangan, In Ceng malah melompat

menyongsongnya dan tinjunya yang sekeras

besi itu diayunkan menyongsong jidat lawan,

dengan ger Ciong-thian-bau (meriam

menembus langit).

Terdengar suara gemertak tulang

patah, kepala si penunggang kuda bagaikan

ditekuk tajam ke belakang dan ia terjungkal

jatuh...dari kudanya dengan kepala terkulai,

seolah-olah lehernya terbuat dari segulung

sutera lemas.

Tapi ketika tiga penunggang kuda

menerjangnya sekaligus, In Ceng cuma

berhasil mengelak dua di antaranya. Satu sabit

tetap saja menggores punggungnya melintang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 949

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sehingga baju dan kulitnya robek berdarah.

Dengan sengit In Ceng membalikkan tubuh

secepat kilat dan kedua tangannya serempak

berhasil menangkap tangkai sabit panjang,

langsung disentakkan sehingga si penyerang

terangkat dari pelana kuda dan terbanting di

tanah. Menyusul kakinya menginjak dan

mengirim nyawa orang itu ke akhirat. "Dua lagi

jadi lima!" serunya.

Tapi anggota-anggota kelompok

pembunuh bayaran itu tidak takut mati ,

mereka memang dilatih demikian demi

terlaksananya tugas.

Masih tigabelas orang yang semakin

beringas menyerang In Ceng dari segala arah.

Ketika In Ceng sedang berjongkok

hendak mengambil toyanya, dari atas lereng

kembali seorang musuh menyerbu, Ia bukan

saja mengangkat sabitnya tinggi-tinggi Untuk

menyabet leher In Ceng, tapi sepasang kaki

depan kudanya pun terangkat tinggi dan siap

menginjak In Ceng, Cepat In Ceng melompat

ke samping tanpa sempat memungut toyanya,

tapi ia kembali melompat seperti seekor

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 950

Rewriter & Pdf Maker : OZ

rajawali sambil menebaskan telapak tangannya

mengenai rusuk orang itu. Tubuh orang itu

terlempar dan lehernya tepat mengenai mata

sabit yang dipegangnya sendiri.

" Enam!" In Ceng menghitung keras

keras.. "empat lagi dan aku matipun puas.

Tapi sesosok tubuh memegang pedang

tiba-tiba melayang dari balik sebuah batu

besar, sambil berteriak,"Tujuh...!" "delapan

...!" Dua kali cahaya pedang berkelebat seperti

kilat dan dua pembunuh hitam terkapar ke

tanah.

**OZ**

Bersambung ke Jilid 17

Pojok Dukuh, 25-10-2018; 01:00 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 951

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 17

"SAUDARA....eh, Kam Taihiap...!" In

Ceng berseru tak percaya ketika melihat siapa

yang muncul. "Benar, ini aku, saudara In!"

sahut Kam Hong-ti. Sekali lagi ia melompat

dan melakukan gerak Tay-peng-tian-ci (garuda

membuka sayap) untuk membabat kiri
kanan.."Sembilan...sepuluh!"

"Sebelas!" sambung In Ceng ketika

ujung toya hitam yang telah diambilnya itu

menyodok telak ke tenggorokan seorang

lawan. Hatinya gembira dan semangatnya
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbangkit ketika mendengar Kam Hong-ti tadi

memanggilnya "saudara In", ia harap mudah
mudahan kupingnya tidak salah dengar.

Sisa tujuh orang dari Delapanbelas

Penunggang Kuda dari Neraka itupun porak
poranda dengan munculnya Kam Hong-ti. Si

Pendekar bertubuh kurus dari Kanglam itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 952

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bahkan menunjukkan kekuatan tangannya

yang melebihi kekuatan In Ceng yang sudah

tergolong luar biasa.

Suatu kali ia dengan enak mencekuk

tengkuk salah satu lawan, dan seringan orang

melemparkan anak kucing, ia lemparkan tubuh

lawannya yang besar itu ke arah seorang

lawannya yang lain. Tubuh dua orang

bertubrukan dan sabit di tangan mereka saling

menggorok leher teman sendiri.

"Kam Taihiap!" seru In Ceng. "Sisakan

hidup-hidup satu orang untuk ditanyai!"

Setelah membereskan lain-lainnya,

memang Kam Hong-ti berhasil menangkap

hidup-hidup seorang dari orang-orang

berpakaian hitam itu. Tapi orang itupun tidak

bisa ditanyai, sebab dengan nekad ia menggigit

dan menelan lidahnya sendiri sehingga mati

pula. Kini tinggal delapanbelas ekor kuda hitam

yang meringkik-ringkik dan berputar-putar

tanpa penunggang.

In Ceng membungkuk hormat dengan

sikap sangat resmi kepada Kam Hong-ti,

"Terima kasih bahwa Taihiap sudi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 953

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyelamatkan nyawa seorang Manchu yang

tak berharga ini..."

Setelah menyarungkan pedangnya,

Kam Hong-ti mendekati dan menepuk pundak

In Ceng sambil berkata, "Saudara In, aku

minta maaf untuk sikapku tadi pagi di loteng

Hok-an-lau. Maukah kau mengganti sebutan

"Taihiap" itu dengan sebutan lama?"

"Saudara Kam, kau...kau..." hanya

kalimat terpatah-patah itu yang sanggup

dikeluarkan In Ceng. Lalu kedua sahabat itu

saling berpelukan dan mengguncang lengan

masing-masing.

"Kau tidak menganggapku sebagai

musuh bangsamu lagi?" tanya In Ceng setelah

reda goncangan perasaannya.

"Maafkan kesempitan pikiranku tadi,

saudara In. Setelah aku renungkan

pembicaraan kita di Hok-an-lau, aku pikir

bahwa perang sudah tidak ada gunanya lagi

dalam keadaan negeri yang semakin mapan

ini. Bahkan aku punya sebuah usul..."

"Apa usulmu?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 954

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Aku terkesan oleh keluhuran cita-cita

saudara In tentang persaudaraan Han dan

Manchu tadi. Aku berpendapat, saudara In

yang pantas menduduki tahta kekaisaran kelak

di negeri ini..."

Wajah In Ceng bercahaya gembira, tapi

sekejap kemudian kegembiraan itu padam

kembali, dan ia berkata sambil menarik napas,

"Saudara Kam, kau jangan mengantarkan aku

ke alam mimpi khayalan yang tak mungkin

terwujud. Bagaimana mungkin aku berani

bermimpi semuluk itu, sedang aku tidak tahu

berapa lama lagi aku bisa mempertahankan

nyawaku? Bagiku, mendapatkan kembali

sahabat-sahabatku saja sudah merupakan

kegembiraan besar..."

Kam Hong-ti semakin erat

menggenggam lengan In Ceng. "Saudara In,

dalam pandanganku yang picik, kau bukan

sekedar sosok pribadi seperti orang lain, tetapi

adalah sebuah peluang emas bagi bangsa Han

untuk mendapatkan kembali martabat mereka

yang terinjak sejak bangsa Manchu menduduki

tahta. Sebuah peluang emas yang bisa dicapai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 955

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tanpa pertumpahan darah besar-besaran.

Tidakkah ini jauh lebih baik daripada bangsa

Han harus merebut martabatnya dengan ujung

Senjata?"

"Jelasnya, saudara Kam?"

"Kelak kau harus naik tahta

menggantikan Kaisar yang sekarang, tapi

setelah bertahta jangan lupakan cita-cita

luhurmu itu. Kalau bangsa Han mendapatkan

kembali kehormatannya, aku rasa mereka

tidak akan bercita-cita mengusir orang Manchu

kembali ketempat asal kalian di Liau-tong. Han

dan Manchu bisa hidup berdampingan secara

damai di bawah satu bendera, tak peduli

siapapun yang bertahta, asal kesejahteraan

rakyat diperhatikan baik-baik".

"Seandainya benar demikian, saudara

Kam, itulah cita-cita yang kuimpikan sejak

dahulu. Tetapi aku berpijak di atas kenyataan

saja, saudara. Mana bisa aku seorang diri

menghadapi pangeran-pangeran lainnya yang

semuanya mempunyai pendukung-pendukung

kuat? Mana bisa sebatang toya ini menahan

ribuan golok dan tombak?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 956

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Saudara In, asal kita punya keinginan

menang demi cita-cita luhur, rintangan apa

yang tidak bisa kita lewati? Kau punya nama

yang cukup harum di wilayah Kanglam, kalau

para ksatria di Kanglam mendengar tentang

niat luhurmu, aku kira mereka akan siap

menjadi pendukungmu..."

"Kau bicara gampang saja, saudara

Kam. Kau berdada lapang dan berpikiran luas,

meskipun tahu aku adalah seorang pangeran

Manchu kau tetap sudi bersahabat denganku.

Tapi adakah orang lain berpikiran seluas

saudara? Sahabat-sahabatku di Kanglam itu

kalau tahu aku adalah orang Manchu, tentu

akan berami-ramai menghunus senjata untuk

menggorok leherku. Tidak gampang

meyakinkan mereka..."

"Aku yang akan bicara dengan hati-hati

kepada mereka, jangan begitu cepat putus

harapan. Sebuah peluang yang bagaimanapun

kecilnya harus diperjuangkan sekuat tenaga,

kalau tidak, akhirnya peluang itu akan hilang

lenyap dan tak bisa dikejar lagi. Kau adalah

peluang itu, saudara In. Aku mohon, demi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 957

Rewriter & Pdf Maker : OZ

martabat orang Han dan masa depan

kekaisaran ini..."

Akhirnya In Ceng mengangguk,

"Baiklah, aku terima tugas berat itu di

pundakku. Aku mohon kerjasama yang baik

dari saudara Kam dan rekan-rekan pendekar

lainnya. Bukan hanya dukungan, tetapi jangan

segan-segan memberi aku peringatan keras

apabila aku hendak menyeleweng dari cita-cita

bersama kita..."

Janji semanis madu itu membuat Kam

Hong-ti semakin bulat tekadnya untuk

mendorong In Ceng mencapai puncak

kekuasaan. Ia sudah membayangkan masa

keemasan dan kesejahteraan melimpah akan

tercipta di jaman pemerintahan In Ceng kelak.

Karena senangnya mendengar janji

Kam Hong-ti, In Ceng hampir saja menjanjikan

suatu pangkat tinggi bagi sahabatnya itu

apabila kelak menjadi Kaisar. Namun setelah

dia ingat Kam Hong-ti itu manusia macam apa,

maka diapun membatalkan ucapannya. Ia

kuatir kalau salah ucap malahan membuat

Kam Hong-ti tidak senang dan memandang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 958

Rewriter & Pdf Maker : OZ

rendah terhadapnya. Yang terucap hanyalah,

"Kita pikul kewajiban berat ini bersama-sama.

Bukan rakyat Han saja yang jemu dengan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permusuhan, tetapi Juga kami, orang Manchu.

Orang Han dan orang Manchu sama-sama

sudah kehilangan terlalu banyak dalam

permusuhan yang tak berguna bagi kedua

belah pihak selama ini."

Kedua orang itu kemudian mulai

memeriksa mayat-mayat para Pembunuh

bayaran itu, untuk mencari tanda-tanda siapa

yang menyuruh mereka. Tapi tidak

diketemukan tanda atau ciri apapun yang bisa

menyingkap siapa yang membayar mereka.

Hanya satu yang pasti, kelompok pembunuh

terkenal itu tidak mungkin bergerak sendiri,

sebab mereka hanya membunuh demi uang,

itu sudah diketahui umum oleh dunia

persilatan.

"Percuma biarpun kita telanjangi

mereka, saudara Kam," kata In Ceng. "Tapi

asal kau tahu saja, nyawaku ini tergantung di

selembar rambut".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 959

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Asal kau tetap berdiri diatas cita
citamu, aku akan selalu bersamamu, saudara

In".

Matahari telah turun semakin rendah di

cakrawala barat, cahayanya membuat lereng

gunung Hong-hong-nia berwarna coklat

bercampur merah. Kedua sahabat itupun

berjalan berdampingan meninggalkan tempat

itu dengan langkah tegap.

**OZ**

BAGIAN DELAPANBELAS

Puri Keluarga Sebun di sebelah selatan,

di luar tembok kota kecil Se-shia.

Sebun Him, si kepala keluarga, yang

sedang menikmati bunga di kebun samping,

menolehkan wajahnya ketika mendengar

langkah-langkah mendekatinya. Sebun Hiong,

anak laki-lakinya, berjalan ke arahnya dengan

sikap sopan dan amat tertib. Sesuai dengan

ajarannya yang selalu dijejalkan ke otak anak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 960

Rewriter & Pdf Maker : OZ

anaknya, begitulah seharusnya sikap anggota

Sebuah keluarga terpandang. Seujung

rambutpun seisi rumahnya tidak boleh keluar

dari garis tata-tertib yang sudah digariskan.

"Ada yang ingin kau bicarakan, A
Hiong?"

"Hanya akan melapokan, ayah. Orang

itu sudah sadar dari pingsannya mungkin

sudah bisa ditanyai sedikit-sedikit", sahut

Sebun Hiong.

"Apakah dia masih mengamuk dan

meraung-raung seperti anjing gila?"

"Aneh sekali bahwa dia bersikap tenang

dan membawa sikap sopan-santun seolah ia

berasal dari sebuah keluarga yang terdidik

dengan baik," sahut anaknya. "Agaknya

penyakit gilanya itu hanya kambuh sesaat
sesaat saja ".

"Mari kita lihat".

Ayah dan anak itu melangkah bersama

menuju ke bagian belakang puri keluarga itu,

pegawai-pegawai yang berpapasan dengan

mereka selalu membungkuk hormat dengan

sikap resmi. Seandainya dalam sehari si

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 961

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pegawai berpapasan dengan majikannya

delapanpuluh enam kali , maka delapanpuluh

enam kali pula mereka harus menghormat

seperti itu.

Tidak diperkenankan hanya

delapanpuluh lima kali. Dimana-mana tidak

ada suara orang bergurau, semuanya serba

resmi. Ingin kentut pun harus tunduk kepada

pasal empatbelas ayat sebelas Peraturan

Keluarga Sebun, kentut secara resmi dan

sopan, dilarang sembarangan.

"Ayah..."

"Hem?"

"Ingat bagaimana keadaan mayat Ketua

Pek-kiam-pai Ko Jun-lim beberapa waktu yang

lalu?"

"Ya, tubuhnya seperti dirobek-robek

binatang buas, kasihan. Tapi salahnya sendiri,

sudah aman di rumah ini, kenapa harus

menyelundup keluar rumah, malah dengan

kelakuan mirip maling pula? Padahal sudah

kuperingatkan bahwa keadaan di luar rumah

masih berbahaya dengan berkeliarannya

orang-orang Hek-eng-po...."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 962

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Kenapa ia berbuat demikian, ayah?"

Sebun Him mengangkat pundaknya

dengan sikap dingin. "Mana aku tahu? Kalau

merasa tidak senang di rumah ini. kenapa

tidak bicara terang-terangan saja? Memangnya

kita akan ngotot menahan orang yang tidak

betah di sini? Tapi, daripada lewat pintu

gerbang dan diantar dengan penuh

kehormatan, dia lebih suka memilih lewat

lubang kakus. Entah apa maksudnya. Eh,

kenapa mendadak kau tanyakan kematian

orang tua itu?"

"Karena aku ingat keadaan mayat orang

tua itu, dan timbul dugaanku bahwa yang

membunuhnya adalah... pemuda gila yang aku

temukan bersama Pakkiong Eng."

"Bagaimana kau bisa menduga begitu?"

"Karena pemuda gila itu berkelahi

dengan gaya merobek dan mencengkeram

yang keji sekali. Aku tidak kalah bertempur

melawannya, tapi untuk bisa menangkapnya

hidup-hidup seperti saat ini, aku terang takkan

mampu kalau tidak dibantu gadis tamu kita

itu".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 963

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Di bagian belakang, mereka tiba di

sebuah ruangan yang dulunya ditempati Ko

Jun-lim ketika berada di rumah Keluarga

Sebun itu. Begitu Sebun Him dan Sebuh Hiong

masuk, dilihatnya pemuda "gila" yang

ditangkap Sebun Hiong itu tengah duduk

termangu di pinggir tempat tidur. Pakaiannya

masih saja pakaiannya yang dekil dan

compang-camping.

Namun ketika berhadapan dengan

Sebun Him, ternyata ia membawakan sikap

sebuah keluarga terhormat. Ia berdiri,

memberi hormat, dan berkata dengan halus ,

"Aku Liu Jing-yang mengucapk terima kasih

kepada Taihiap. Nyawaku telah ditolong oleh

putera Taihiap ketika aku hampir mati

dikeroyok orang-orang itu. Aku juga minta

maaf kepada Sebun Kongcu bahwa ketika itu

dalam keadaan tidak sadar aku telah

menyerang Kongcu, untunglah Kongcu berilmu

tinggi sehingga bisa menyelamatkan dirinya

sendiri".

Sebun Him kini percaya penuturan

anaknya tadi. Tetapi yang menarik

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 964

Rewriter & Pdf Maker : OZ

perhatiannya adalah she Liu yang dipakai oleh

pemuda "gila" itu. Lebih dulu Sebun Him duduk

di kursi yang diambilkan oleh anaknya, lalu

bertanya, "Kau she Liu? Apakah ada hubungan

dengan Keluarga Liu dari Ho-lam?"

Jika tidak sedang terpengaruh pelajaran

ilmu sesat yang tercantum dalam gulungan

kulit, Liu Jing-yang adala seorang yang waras

seratus persen, otaknya bekerja dengan baik.

Karena itu begitu mendengar Sebun Him

menanyakan tentang Liu-keh-chung, ia

terkesiap dan ragu-ragu apakah harus

berterus-terang atau berbohong? Ia ingat

kehancuran Liu-keh-chung gara-gara pihak
pihak luar yang memperebutkan gulungan kulit

itu,sampai Ko Jun-lim yang dianggap sanak

sendiri pun ternyata juga ikut komplotan

memperebutkan benda itu. Kini Sebun Him

menanyainya, apakah pendekar ini diam-diam

juga menginginkan gulungan itu?

"Kenapa kau ragu-ragu menjawab?"
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh...ya...aku...aku memang berasal

dari Keluarga Liu di Ho-lam, yang telah

tertumpas habis oleh Hek-eng-po".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 965

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sambil berkata demikian, diam-diam Liu

Jing-yang merasakan bahwa gulungan kulit

yang selalu disimpannya di balik baju itu sudah

tidak ada di tempatnya.Tentunya sudah diambil

orang-orang Keluarga Sebun ketika dia pingsan

tadi, Namun dia tidak berani bertindak

gegabah di hadapan ayah dan anak itu.

Sejak masih di Liu-keh-chung, Liu Jing
yang sudah mendengar nama besar Keluarga

Sebun di dunia persilatan. Bahkan, dalam

pikiran waras Liu Jing-yang timbul gagasan,

alangkah baiknya kalau ia bisa memanfaatkan

Keluarga Sebun untuk membalaskan. dendam

keluarganya sendiri. Sebab ia sudah

mendengar pula Hek-eng-po konon segan

kepada Keluarga Sebun ini.

Karena itu Liu Jing-yang bertekad lebih

baik kehilangan gulungan kulit itu daripada

kehilangan kesempatan untuk bergabung

dengan Keluarga Sebun. Mungkin ia akan

beruntung bisa menjadi murid Sebun Him dan

mewarisi ilmunya yang tinggi, daripada

mempelajari ilmu gila dalam gulungan kulit

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 966

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang setiap saat merubahnya menjadi binatang

buas.

Tak terduga, pada saat ia sudah rela

kehilangan benda itu, malah dilihatnya Sebun

Him mengeluarkan gulungan kulit itu dari

dalam jubahnya, untuk disodorkan kepadanya.

"Terimalah kembali benda kepunyaanmu ini.

Maaf kalau aku tadi mengambilnya dari

tubuhmu dan membacanya sedikit ketika kau

masih pingsan".

Diam-diam Liu Jing-yang membatin,

orang lain tidak segan-segan menumpahkan

darah, merampok, menipu, berkhianat, untuk

mendapatkan benda itu, tetapi Sebun Him

yang sudah mengantonginya dengan gampang

itu malah mengembalikan kepadanya?

"Taihiap...Taihiap tidak...menginginkan

gu..."

"Hem, dengan ilmu aliran lurus yang

aku miliki ini sudah cukup untuk malang
melintang di dunia persilatan, buat apa aku

ingini ilmu kaum iblis yang kotor ini?" Sebun

Him mendengus congkak, "Aku juga tidak

mengingini merebutnya daripadamu. Tapi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 967

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kalau aku boleh usul kepadamu, jangan kau

teruskan mempelajari ilmu sesat ini. Bisa

merusak tubuhmu sendiri".

Liu Jing-yang sendiri ingat betul betapa

menderitanya dirinya setiap kali habis

mempelajari jurus-jurus dalam gulungan kulit

itu. Timbul semacam naluri binatang buas yang

harus disalurkan dengn membunuh dan

merobek-robek tubuh manusia hidup, tanpa

alasan apapun. Sering dia rindu untuk bebas

dari naluri aneh itu, namun dia tidak tahu

caranya, bahkan makin lama ia terdorong

untuk semakin jauh mendalami ilmu sesat itu

karena rasa ketagihan. Seperti orang minum

candu.

Karena pertimbangan "rela kehilangan

yang kurang berharga untuk mendapatkan

yang lebih berharga" itulah maka Liu Jing-yang

tidak segera mengulurkan tangan untuk

menerima gulungan kulit itu. Ia malah berlutut

dan berkata, "Sebun Taihiap, kitab itu memang

telah membawa malapetaka bagi keluargaku,

bahkan aku yang mencoba mempelajari isinya

pun menjadi seperti orang gila macam ini.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 968

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Karena itu, aku tidak menginginkan kembali

kitab itu, kalau Taihiap ingin

memusnahkannya, aku tidak keberatan."

Sesaat Sebun Him mengamat-amati

gulungan yang terpegang di tangannya itu

sambil menarik napas beberapa kali. Akhirnya

ia masukkan gulungan itu ke jubahnya

kembali, sambil berkata, "Entah berapa banyak

nyawa melayang gara-gara berebut kitab ini

dan kini benda ini seolah datang sendiri ke

tanganku. Hem, tapi biarlah aku

menyimpannya di tempat aman... "

Lalu ia berganti-ganti memandang

Sebun Hiong dan Liu Jing-yang dan berkata

dengan nada yang ditekankan, "Dan kalian

harus menutup mulut supaya orang-orang

serakah tidak berbondong-bondong datang

mengganggu ketentraman rumah ini. Aku

sendiri menyimpannya bukan untuk dipelajari,

aku tidak mau mempelajari ilmu kotor ini, tapi

hanya untuk disimpan. Barangkali dalam

pertemuanku pertengahan tahun mendatang

dengan Pun-bu Hweshio dan Ketua Hwe-liong
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 969

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pang di Siong-san, kami bertiga akan

membahas isinya".

" Apapun yang akan Taihiap lakukan,

terserah kepada Taihiap saja," kata Liu Jing
yang sambil tetap berlutut. "Tetapi aku ada

sebuah permohonan kepada Taihiap..."

"Katakan".

"Sudah lama aku mendengar nama

Keluarga Sebun bukan saja sebagai keluarga

yang memiliki ilmu silat yang tinggi, tapi juga

luhur budi dan suka menolong. Aku mohon

agar Taihiap sudi menolong menyembuhkan

penyakit anehku ini, kalau tidak, lebih baik aku

mati daripada hidup namun setiap saat seolah

bisa berubah menjadi binatang buas yang

mengerikan..."

Untuk memberi tekanan kepada

permohonannya itu, Liu Jing-yang, si bekas

tuan muda yang sangat angkuh dari Liu-keh
chung itu, kini tidak segan-segan menyentuh
nyentuhkan jidatnya ke lantai untuk

menyembah Sebun Him.

Sebun Him membiarkan saja Liu Jing
yang menyembah-nyembahnya, nikmat juga

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 970

Rewriter & Pdf Maker : OZ

rasanya disembah-sembah orang. Mungkin

beginikah rasanya kalau ia sudah menjadi

Gubernur Siam-sai, kalau Pangeran In Si yang

didukungnya sudah berhasil naik Tahta Naga?

Seorang gubernur harus tidak canggung

disembah bawahannya, dan hal itu harus

dibiasakan mulai saat itu!

"Hem, Liu Jing-yang, penyakitmu itu

gara-gara tenaga dalammu tersesat dalam

tubuhmu, tak terkendali sehingga kadang
kadang membuatmu seperti orang gila",

katanya, " Untuk menyembuhkan, kau harus

mempelajari tenaga murni Kun-goan-sin-kang

(tenaga sakti alam semesta) milik keluarga

kami. Dan pelajaran itu, sayang sekali, tidak

diajarkan kepada orang luar!"

Kembali Liu Jing-yang menyembah
nyembah, sampai jidatnya nyeri karena

berbenturan dengan lantai berulang-ulang.

"Tolonglah aku, Taihiap, kalau tidak biarlah aku

mati di depan Taihiap..."

Sebenarnya, cocok dengan apa yang

dikehendaki Liu Jing-yang di dalam hatinya,

Sebun Him juga ingin menarik Liu Jing-yang ke

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 971

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pihaknya. Dilihatnya Liu Jing-yang

kelihatannya cerdik dan berbakat, kalau

berhasil dididik dengan ilmu silat yang tinggi

maka pemuda in akan menjadi semacam alat

yang ampuh di tangannya, untuk berbagai

keperluan.

"Liu Jing-yang, untuk mempelajari

tenaga murni Kun-goan-sin-kang, ada dua
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

syarat bagimu..." kata Sebun Him dengan

suara penuh tekanan. "Pertama, kau harus

menjadi murid keluarga kami dan berarti harus

tunduk kepada perintahku sebagai gurumu,

dan Sebun Hiong serta Sebun Giok sebagai

kakak-kakak seperguruanmu..."

"Aku sanggup...aku sanggup... "

"...dan syarat kedua, kau tidak boleh

lagi melatih ilmu sesatmu itu, Itu akan

mengotori nama Keluarga Sebun yang harum

cemerlang di dunia persilatan."

"Aku sanggup. Tapi kadang-kadang

dorongan dalam diriku sulit dikendalikan,

memaksa aku melakukan gerakan-gerakan

ganas itu dan tentunya berakhir dengan..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 972

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Aku sudah memperhitungkan, mulai

nanti, kau akan mulai mempelajari cara-cara

pengendalian tenaga liarmu itu menurut ajaran

Kun-goan-sin-kang".

"Terima kasih, Suhu. Terimalah hormat

muridmu..." kata Liu Jing-yang kegirangan.

Langkah pertamanya dalam rencana untuk

membonceng dan memanfaatkan wibawa

Keluarga Sebun ternyata berlangsung dengan

mulus tanpa rintangan yang berarti.. Ia juga

memberi hormat kepada Sebun Hiong,

"Suheng, terimalah hormatku pula".

Tanpa prasangka apapun terhadap niat
niat yang berbelit-belit di hati Liu Jing-yang,

Sebun Hiong dengan gembira menyambut

pula, "Terima kasih, Sute. Mudah-mudahan

kau sanggup berlatih dengan giat, sehingga

kelak dapat ikut menikmati kejayaan keluarga

kami yang tengah... "

Sebun Him cepat mengedipkan mata ke

arah puteranya, isyarat agar jangan berkata

terlalu banyak. Meskipun Liu Jing-yang sudah

menjadi murid Keluarga Sebun, namun tetap

merupakan orang baru, yamg belum pantas

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 973

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tahu semua rahasia Keluarga Sebun. Sebun

Hiong cepat-cepat membungkam mulutnya dan

memaki dirinya sendiri dalam hati atas

keteledoran mulutnya.

Liu Jing-yang sendiri hanya sempat

menangkap 'ikut menikmati' kejayaan' itu,

namun sudah lebih dari cukup, membuat ia

merasa senang karena merasa "tidak salah

memilih kereta".

Hanya saja ia tetap berlutut dan

menundukkan kepala, seolah-olah tidak

menaruh perhatian terhadap kalimat Sebun

Kiong yang terputus itu.

Yang terdengar di ruangan itu kemudian

adalah suara Sebun Him kepala Keluarga,

"Pelajaran ilmu silat akan aku berikan setelah

upacara pengangkatan murid yang akan kita

selenggarakan beberapa hari kemudian secara

resmi, tapi cara-cara mengendalikan tenaga

sebagai upaya penyembuhan boleh kita mulai

sekarang juga".

"Aku menanti petunjuk Suhu ".

"Jing-yang, apa yang menyebabkan kau

setiap kali timbul nalurimu untuk membunuh

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 974

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dan merobek-robek tubuh si korban?" tanya

Sebun Him.

"Itu terjadi setiap kali Tecu melakukan

gerakan-gerakan yang diajarkan dalam

gulungan kulit itu. Mula-mula darah bergolak

tak keruan, dan pada buntutnya aku bertindak

seperti binatang buas tanpa terkendali..."

"Coba kau lakukan sekarang", perintah

Sebun Him. Liu Jing-yang menjadi ragu-ragu.

"Tapi....Tecu kuatir nanti menimbulkan

keonaran di tempat yang tenteram ini..."

"Jangan kuatir. Kaupikir aku tidak

sanggup mengatasi kalau kau mengamuk?"

kata Sebun Him bernada sombong. "Segala

macam ilmu iblis mana bisa mengatasi ilmu

lurus yang sejati?"

"Baiklah, Tecu menuruti perintah

Suhu..."

Ruangan itu cukup lebar sehingga

mereka tidak perlu ke Lian-bu-thia (bangsal

latihan). Sebun Him dan Sebun Hiong duduk di

pinggir ruangan dan memperhatikan

bagaimana Liu Jing-yang melakukan sikap

pembukaan, dan mulai dengan jurus-jurusnya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 975

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ayah dan anak keluarga Sebun itu diam-diam

menilai bahwa jurus-jurus itu memang luar

biasa ganas. Banyak terdapat gerakan yang

agaknya ditujukan untuk mencabut telinga,

mencakar mata, menggaruk leher, atau

bahkan mementang mulut untuk menggigit ke

arah selangkangan!

"Benar-benar jurus kotor!" desis Sebun

Hiong sambil membuang muka ke arah lain

dengan perasaan jijik.

Sedang dalam pikiran ayahnya timbul

semacam pikiran, tapi pikiran itu tidak

dikatakan kepada siapapun dan hanya

disimpannya sendiri dalam hati. Selama

bertahun-tahun, dalam setiap pertemuan

tahunan untuk membicarakan dan bertanding

silat segitiga antara dirinya, Ketua Hwe-liong
pang dan Pun-bu Hweshio, dirinya selalu jatuh

urutan nomor tiga.

Meskipun pertandingan itu bukanlah pi
bu secara terbuka yang ditonton banyak orang,

tapi setiap kali Sebun Him merasa malu dan

penasaran.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 976

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Timbul pikirannya, barangkali ia akan

mengalahkan Ketua Hwe-liong-pang atau

pendeta tua Siau-lim-si itu, kalau jurus
jurusnya sendiri dilengkapi dengan jurus-jurus

aneh itu. Tentu saja harus "dipoles" agar

nantinya tidak kelihatan seperti jurus ilmu

iblis...

Belasan jurus kemudian, memang

terlihat perubahan sikap Liu Jing-yang ketika

memainkan jurus-jurusnya. Ia bukan sekedar

bergerak dengan tangan, kaki atau bahkan

giginya, tapi pandangan matanya mulai

kelihatan keruh dan liar. Sering ia melakukan

gerakan sambil meraung atau menggeram

seperti binatang liar. Ia mulai terbawa oleh

watak ilmunya.

Ketika ia menghentikan geraknya,

keadaannya benar-benar menyeramkan. Ia

menatap Sebun Him dan Sebun Hiong seperti

serigala yang menatap daging segar, dengan

air liur menetes-netes di sudut bibirnya. Tapi

dengan susah payah Liu Jing-yang menahan

diri untuk tida menerkam dan merobek

manusia-manusia d hadapannya itu. Dengan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 977

Rewriter & Pdf Maker : OZ

susah payah ia berdesis, 'Suhu....tolong....aku

tak tahan..."

Tubuh Sebun Him mendadak berkelebat

cepat ke arah Liu Jing-yang, sepasang telapak

tangannya yang seberat gunung itu tahu-tahu

sudah menekan sepasang pundak Liu Jing
yang untuk memaksanya berlutut. Detik

berikutnya, Sebun Him sudah berputar ke

belakang tubuh Liu Jing-yang dan sepasang

telapak tangannya menekan punggung murid

barunya tepat pada urat-urat Hong-bun-hiat

dan Sin-to-hiat.

"Ikuti perintahku, Jing-yang".

Perintahnya."Tenangkan pikiranmu, tekan

kuat-kuat gejolak hatimu dan kendorkan

seluruh tubuh..."

Waktu itu tubuh dalam Liu Jing-yang

sudah seperti ketel air tertutup yang

mendidih, siap menjebol tutup ketelnya dengan

kekerasan. Tapi Liu Jing-yang sekuat tenaga

menuruti perintah gurunya, alangkah sulitnya,

namun kemudian dipermudah oleh hawa

hangat lembut yang memasuki tubuhnya lewat
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punggung. Gejolak dalam tubuhnya pun

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 978

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 979

Rewriter & Pdf Maker : OZ

perlahan-lahan tertindas oleh hawa yang

lembut itu.

"Sekarang salurkan perlahan hawa

liarmu itu ke Tan-tian, aku akan

membantumu...Yaa begitu. Bagus, teruskan.

Jangan pecahkan pemusatan pikiranmu dari

Tan-tian..."

Perlahan-lahan napas Liu Jing-yang

yang tadinya seperti angin ribut ini sekarang

mereda, meskipun tubuhnya basah kuyup

dengan keringat, tapi dorongan hawa liarnya

tadi sudah berhasil dikendalikannya.

Sebun Him berdiri dan mengusap setitik

keringat di jidatnya sendiri. Katanya,

"Penyembuhau akan makan waktu agak lama,

tapi jangan putus asa. Jangan coba-coba lagi

melatih ilmumu itu kalau aku tidak sedang

didekatmu, sebab kalau kau sampai tak

berhasil mengendalikan diri dan membunuh

salah seorang penghuni rumah ini, rusaklah

ketentraman rumah ini".

"Tecu mengerti, Suhu."

"A-hiong , bawalah Jing-yang

menjumpai Koankeh (pengurus. rumah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 980

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tangga), supaya ia bercukur, membersihkan

badan dan mendapat pakaian yang pantas",

kata Sebun Him kepada anaknya.

Keadaan Liu Jing-yang saat itu memang

mirip gelandangan. Pakaiannya compang
camping, rambutnya melekat satu sama lain,

sekitar mulutnya ditumbuhi jenggot pendek

yang tak tercukur berbulan-bulan.

Dan ketika semuanya beres, maka

pulihlah Liu Jing-yang menjadi si tuan muda

yang tampan, seperti dulu ketika dia sanggup

membuat tergila-gila perawan-perawan, janda
janda dan nenek-nenek di seluruh Lok-yang.

Namun Liu Jing-yang tidak berani bersikap

seenaknya, sebab Sebun-keh-chung bukanlah

Liu-keh-chung di mana dia bisa main perintah

seenaknya saja. Ia sadar bahwa di Keluarga

Sebun itu ia hanyalah seorang murid,

kedudukannya masih di bawah Sebun Hiong,

dan harus pandai membawa diri agar berhasil

mengambil hati keluarga itu.

Namun dalam hatinya, Liu Jing-yang

kembali telah menyusun sebuah rencana yang

rapi untuk menjadi orang nomor satu di

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 981

Rewriter & Pdf Maker : OZ

keluarga itu. Ambisinya semakin berkobar

setelah ia tahu bahwa Keluarga Sebun lebih

besar dari Keluarga Liu dalam segala hal.

Dalam ilmu silat, pengaruh, dan kekayaannya.

Usaha dagang milik keluarga Sebun memiliki

cabang di mana-mana.

Dan yang paling penting, Liu Jing-yang

mendengar bocoran rahasia bahwa Keluarga

Sebun juga sedang merintis jalan ke istana,

dengan cara bekerja-sama dengan seorang

bangsawan, Tit-hun-ong alias Pangeran In-si.

Sesungguhnya, Liu Jing-yang yang

berotak waras adalah jauh lebih berbahaya dari

Liu Jing-yang yang sering mengamuk seperti

binatang buas. Liu Jing-yang yang waras dapat

dengan cerdiknya menutupi semua ambisinya

dengan sikap yang sopan dan lemah-lembut,

seperti sering dikatakannya berulang-ulang

bahwa kehadirannya di keluarga Sebun hanya

sekedar membalas budi kepada Keluarga

Sebun yang telah menyembuhkan penyakitnya.

Hanya membalas budi dan berbakti dengan

"tulus".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 982

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Langkah pertama dari rencana Liu Jing
yang adalah menggaet Sebun Giok, puteri

Sebun Him yang gampang berganti pacar

seperti orang berganti baju saja. Sebun Giok

sebenarnya sudah mulai jemu kepada pacar

terakhirnya, The Kim-hwa, pemuda kota Se
shia, anak laki-laki dari The Tek-kong,

pemimpin utama dan pemegang saham

terbesar dari Perusahaan pengawalan Hek-hou

Piau-tiam. Kehadiran Liu Jing-yang yang lebih

tampan, lebih pintar berpura-pura, lebih luas

pengetahuannya itu membuat Sebun Giok

memandang The Kim-hwa hanya mirip keledai

tolol saja, dan semakin menjauhinya.

Pakkiong Eng yang menjadi tamu di

rumah Keluarga Sebun, melihat perkembangan

itu dan diam-diam heran juga, dalam keluarga

yang penuh peraturan ketat macam Keluarga

Sebun itu toh muncul seorang manusia macam

Sebun Giok.

Sementara Liu Jing-yang melakukan

pendekatan yang rapi terhadap Sebun Giok,

maka Pakkiong Eng sendiri sebagai seorang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 983

Rewriter & Pdf Maker : OZ

gadis haruslah waspada terhadap pendekatan

lainnya yang ditujukan kepadanya.

Sebun Hiong yang gagah dan tampan

itu semakin sering mengajaknya bicara berdua,

entah di taman, entah di ruang latihan, dan

sikapnya terhadap Pakkiong Eng semakin tak

bisa disembunyikannya.

Pakkiong Eng tahu bahwa Sebun Hiong

jatuh cinta kepadanya. Kesan Pakkiong Eng

sendiri cukup baik atas diri Sebun Hiong,

pemuda itu gagah, sopan, tampan dan pintar

pula, hanya sering bicara takabur. Namun

kesan baik saja belum cukup bagi Pakkiong

Eng untuk menjatuhkan pilihannya. Ia ingat

tugas yang dibebankan ayahnya ke

pundaknya, melacak jejak Pangeran Ke empat

yang menghilang dari istana. Dan sudah cukup

lama ia melupakan tugas itu karena berdiam

teralu lama di rumah Keluarga Sebun.

Karena itulah demi tugasnya, juga demi

menghindari Sebun Hiong yang dimabuk

asmara, Pakkiong Eng akhirnya memutuskan

untuk pergi dari rumah itu. Tapi ia akan

berpamitan secara baik-baik, tidak mau

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 984

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menirukan Ko Jun-lim yang merayap lewat

lubang kakus.

Begitulah, pada suatu kesempatan ia

menghadap Sebun Him dan mengatakan

niatnya itu.

"Eh, kenapa Titli (keponakan

perempuan) begitu terburu-buru?" kata Sebun

Him setelah mendengar permohonan pamit itu.

"Apakah kau tidak kerasan di rumah ini?"

Hampir saja Pakkiong Eng

menjawab,"Ya, siapa betah tinggal di rumah

yang peraturan rumah-tangganya sepuluh kali

lebih ketat dari tangsi tentara ini?". Namun

yang terluncur dari bibirnya adalah kalimat lain

yang diucapkan sambil tersenyum ramah,

"Paman, rumah ini membuatku sangat betah

seperti di rumah sendiri. Tapi aku masih

mengemban tugas dari ayahku yang belum

selesai kujalankan..."

Pakkiong Eng menyesal karena terlanjur

mengucapkan kata-kata itu, namun jelas tak

bisa ditarik kembali.

"Kalau sang jenderal besar Pakkiong

Liong sampai menyuruh puterinya sendiri

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 985

Rewriter & Pdf Maker : OZ

untuk ikut memikul tugas, tentu tugas itu

bukan urusan remeh", kata Sebun Him sambil

tertawa. "Kalau Titli tidak keberatan

memberitahu aku, tenagaku dan orang
orangku yang tidak seberapa ini mungkin bisa

membantu..."
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebetulnya dalam hati Sebun Him

sudah tahu bahwa yang sedang dilacak

jejaknya oleh puteri si Naga Utara ini tentu

Pangeran In Ceng, sasaran yang sama dengan

yang sedang diincar oleh Sebun Him pula.

Hanya, Salebun Him ingin tahu siapa yang ada

di belakang Pakkiong Eng? Pangeran yang

mana? Ia berharap dalam tanya jawab dengan

Pakkiong Eng maka hal itu akan dikoreknya.

Sahut Pakkiong Eng, "Tidak perlu

repotkan paman dan rekan-rekan lainnya,

sebab tugasku ini tidak berat, sekalian

bertamasya melihat tempat-tempat yang jauh

dari Pak-khia".

Sebun Him menggerutu dalam hati

karena Pakkiong Eng tidak mau berterus

terang, namun ia tidak ngotot memancing

keterangan sebab itu bukan hal penting.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 986

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Biarpun samar-samar, siapapun tahu bahwa

Pakkong Liong di Pak-khia berhubungan paling

dekat dengan.. Pangeran In Te, Pangeran Ke

empatbelas.

Dengan demikian dapatlah dianggap

bahwa untuk sementara waktu, Pakkiong Eng

bukan musuh langsung, tetapi saingan secara

tidak langsung, sebab Keluarga Sebun

mendukung Pangeran In Si yang punya gelar

kebangsawanan Tit-hun-ong.

Pakkiong Eng lalu berpamitan pula

dengan isteri Sebun Him yang semacam

gentong raksasa namun seluruh tubuhnya

penuh perhiasan mahal. Berpamitan pula

dengan Sebun Hiong, Sebun Giok, Liu Jing
yang serta beberapa pegawai Keluarga Sebun

yang selama ini berhubungan baik dengannya.

Ketika Pakkiong Eng sudah menuntun si

Salju Terbang sampai ke anak tangga

terbawah dari pintu gerbang rumah besar itu,

Sebun Hiong tiba-tiba menyusulnya dengan

menuntun kuda hitamnya yang diberi nama si

Angin Hitam.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 987

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Nona Pakkiong, eh...bolehkah aku

memanggllmu Eng-moai (adik Eng) saja, agar

lebih akrab?" kata Sebun Hiong agak tersipu
sipu, sambil mempercepat langkahnya untuk

mendampingi Pakkiong Eng. "Eng-moai,

bolehkah aku...aku mengantarmu barang

beberapa li?"

"Kalau tidak merepotkan Toako, boleh

saja," sahut Pakkiong Eng sambil tersenyum.

Melihat senyuman si "puteri naga",

Sebun Hiong hatinya serasa dihanyutkan ke

dunia impian yang serba sempurna. Alangkah

cantiknya, beruntunglah nasibnya kalau

berhasil memetik kembang itu.

Keduanya berkuda berdampingan dan

sama-sama dijalankan dengan perlahan, Sebun

Hiong yang biasanya pintar bicara, kini

mendadak menjadi kaku dan canggung.

Rupanya ia sedang mempersiapkan diri untuk

mengucapkan kata-kata yang bakal menjadi

kata-kata bersejarah bagi hidupnya .Dan tak

terasa tiga li sudah dilewati, di pinggir jalan

sudah terlihat tugu besar yang menjadi tanda

batas pemilikan tanah Keluarga Sebun.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 988

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Saat itulah Sebun Hiong merasa bahwa

apa yang akan diucapkannya tidak boleh

ditunda lagi. "Nona Eng...eh, Eng-moai..."

Kegugupannya ternyata menular pula

kepada lawan bicaranya. "A...ada apa, Toako?"

"Setelah perpisahan ini, mungkinkah

kita bisa bertemu lagi?"

"Tentu saja, apa susahnya? Kau sudah

tahu alamatku di Pak-khia dan akupun tahu

rumahmu", sahut Pakkiong Eng yang

berangsur-angsur mulai tenang. "Aku selalu

gembira untuk bertemu dengan sahabat
sahabatku...."

"Aku...aku juga kau anggap sebagai

sahabatmu?"

"Tentu saja, sahabat baik".

"Em...hanya sahabat baik saja?" Sebun

Hiong mengucapkan kata-kata itu dengan

punggung basah keringat dingin, menanti

entah bagaimana jawabannya.

"Apa maksudmu, Toako?"

"Eng-moai, aku ...sebenarnya...eh,

tidakkah selama ini kau menangkap

perasaanku yang sebenarnya terhadapmu? Eh,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 989

Rewriter & Pdf Maker : OZ

maksudku...tidakkah persahabatan baik kita ini

bisa ditingkatkan lebih...kokoh lagi?"

Biarpun sejak semula Pakkiong Eng

sudah siap mendengar pernyataan macam itu,

tak urung hatinya tergetar juga mendengarnya

dan wajahnyapun menjadi merah dari leher

sampai ke kupingnya. Sesaat ia menundukkan

kepala, dan Sebun Hiong terpesona

mengagumi wajah yang indah itu, dengan

rambut-rambut halus di kening dan di tengkuk

yang bergerak-gerak dihembus angin.

Tetapi jawaban Pakkiong Eng

membuatnya tersentak lepas dari angan-angan

surgawi yang sedang dirajutnya. "Toako, usia

kita masih muda, rasanya terlalu pagi untuk

membicarakan hal itu. Kita ini pendekar, masih

banyak yang harus kita lakukan demi

kesejahteraan umat manusia, demi kejayaan

negeri, apakah kita akan mendahulukan

kepentingan pribadi di atas tugas-tugas

kependekaran kita?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 990

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 991

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Hanya seorang rahib atau imam yang

tidak memikirkan soal ini, Eng-moai. Dan

bukankah banyak pendekar-pendekar dunia

persilatan di jaman ini yang berhasil

menjalankan sekaligus kehidupan pribadi dan

tugas-tugas kependekaran mereka? Keduanya

berjalan sejajar dan tidak saling mengganggu.

Contohnya adalah ayahku, ayahmu sendiri,

Ketua Hwe-liong-pang, dan beratus-ratus

contoh lainnya..." kata Sebun Hiong. "Kalau

kau mau menerima aku, aku juga tidak

bermaksud ...eh, menikah dalam waktu dekat.

Tapi...bisakah aku mendapat janji dari

mulutmu sendiri?"

Jantung Sebun Hiong berdenyut keras

ketika mendengar jawaban Pakkiong Eng, "

Maaf, Toako, untuk mengucapkan janji itu, aku

harus mendalami lebih dulu perasaanku

sendiri. Selama ini aku mengaggap Toako

sebagai kakakku sendiri, dan belum pernah

timbul pikiran tentang...pernikahan itu...."

Sebenarnya Pakkiong Eng kasihan juga

melihat Sebun Hiong yang kelihatan amat

terpukul perasaannya, sampai mukanya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 992

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memucat. Kesannya terhadap Sebun Hiong

juga baik, dia adalah seorang pemuda yang

nyaris sempurna, tapi Pakkiong Eng tidak ingin

mengikat dirinya sendiri dengan janji itu, juga

tidak bisa mengingkari perasaannya sendiri

bahwa Sebun Hiong hanyalah terasa sebagai

sahabat baik dan tidak lebih dari itu. Dan tidak

akan menipu Sebun Hiong dengan memberikan

janji yang lebih dari itu.

"Jangan berkecil hati, Toako" Pakkiong

Eng menghibur. Bahkan tangannya terulur

menggenggam telapak tangan Sebun Hiong

yang terasa dingin dan basah. "Umur kita

masih panjang, jangan biarkan diri kita

menjadi selemah orang lain. Ingatlah bahwa

kau adalah putera Keluarga Sebun yang

perkasa..."

"Selamat jalan, Eng-moai, mudah
mudahan kau selamat dalam perjalanan." kata
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebun Hiong sambil merenggut telapak

tangannya dari genggaman Pakkiong Eng yang

hangat. "Ketahui satu hal lagi, perasaanku

terhadapmu tidak akan berubah selama

nyawaku masih ada dalam tubuh."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 993

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lalu ia membalikkan si Angin Hitam dan

memacunya kencang-kencang kembali ke

rumah Keluarga Sebun.

Pakkiong Eng menatap punggung

sahabatnya itu sampai lenyap dari pandangan

sambil menarik napas berulang kali.

Gumamnya sendiri, "Semoga kau kelak

meemukan kebahagiaan, sahabatku..."

Ia tahu betul, watak Sebun Hiong jauh

berbeda dengan watak adik perempuannya,

Sebun Giok, gadis yang konon sudah berganti

pacar sebelas kali, dan yang ke dua belas

agaknya adalah Liu Jing-yang. Sedangkan

Sebun Hiong adalah orang yang memandang

segala soal terlalu bersungguh-sungguh, terlalu

banyak mengerutkan kening dan bersikap

ketua-tuaan. Pakkiong Eng tahu bahwa

percakapannya tadi tak akan gampang

terhapus dari jiwa Sebun Hiong, namun ia

berharap mudah-mudahan lama-kelamaan

Sebun Hiong akan melupakannya. Terlalu

sayang seorang pendekar muda semacamnya

kalau sampai mengalami keruntuhan hanya

gara-gara patah cinta.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 994

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kini Pakkiong Eng memacu kuda

Putihnya ke arah timur. Pek-ma Tok-hing

(Kelana Tunggal Berkuda Putih) kembal

berkelana, dengan kuda putihnya, pakaian

putihnya, pedangnya yang bersarung dan

beronce putih, panahnya yang berekor putih,

seperti malaikat yang turun dari langit dengan

tugas membasmi kaum iblis pengacau dunia.

Dari percakapannya dengan Liu Jing
yang di rumah Keluarga Sebun, Pakkio Eng

mendengar jejak "Si Liong-cu" yang bahkan

pernah bertempur dengan Liu Jing-yang.

Pakkiong Eng yakin bahwa Liong-cu itulah

sebenarnya Pangeran In Ceng yang sedang

dicari jejaknya. Kini ia memacu kudanya ke

arah yang diceritakan Liu Jing-yang tersebut.

**OZ**

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 995

Rewriter & Pdf Maker : OZ

BAGIAN SEMBILANBELAS

Beberapa hari kemudian, Pakkio Eng

sudah memasuki perbatasan propinsi Kam
siok. Propinsi yang sebagian penduduknya

beragama Islam itu sedang dalam suasana luar

biasa, di mana-mana kelihatan orang

menyembelih ternak kecuali babi, yang

dagingnya dibagi-bagikan kepada orang-orang

miskin. Itulah hari raya Kiao-kai-cai, hari

raya kurban bagi orang Muslim.

Sambil berkuda perlahan, Pakkiong Eng

melihat di mana-mana yang terlihat hanya

wajah-wajah yang berseri. Kaum miskin yang

biasanya merasa terbuang, hari itu serasa

menemukan kembali saudara-saudara mereka

dalam persaudaraan besar umat manusia. Asal

manusia suka melaksanakan Amanat Agung

itu, tidak akan ada yang terbuang.

Penduduk Kam-siok juga memeluk

agama-agama besar lain, Buddha yang masuk

dari Tibet, agama To, dan Nasrani sekte

Nestorian yang dibawa orang-orang Mongol

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 996

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Utara sejak jaman dinasti Tong-tiau (624-907

Masehi). Namun dalam hari raya Muslim itu toh

perbedaan menjadi kabur, semua bersuka-ria

bersama dan saling mengucapkan selamat.

Ketika merasa perutnya mulai

keroncongan, Pakkiong Eng justru mencium

daging kambing panggang dari sebuah warung

di pinggir jalan. Sebuah warung yang dibuka

seorang suku Hui yang khas dengan topi

bundarnya yang putih.

Pakkiong Eng menambatkan kuda di

depan pintu, lalu masuk ke dalam warung. Bau

kambing bakar dengan asapnya yang

memedihkan mata terasa sekali di ruangan itu,

hampir saja Pakkiong Eng tidak kebagian

tempat duduk, namun akhirnya mendapatkan

juga dibagian yang paling tidak enak. Dekat

perapian ditumpukan kaki kambing yang sudah

terpotong-potong. Itupun ia harus duduk

semeja dengan dua lelaki kasar yang makan

dengan mulut bersuara keras.

Tak lama kemudian di hadapan

Pakkiong Eng juga telah tersedia sepiring

daging kambing bakar yang dipotong-potong,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 997

Rewriter & Pdf Maker : OZ

baunya memang sedap, bercampur bau

bawang, membuat air liur Pakkiong Eng hampir

menetes. Tidak ada sumpit, jadi Pakkiong Eng

harus makan dengan tangan seperti orang
orang lainnya.

Tengah suasana ribut dengan tamu
tamu yang datang dan pergi, mendadak terjadi

ribut-ribut di pintu. Muncul dua orang tamu

yang dengan seenaknya saja mendesak tamu
tamu lainnya.

Seorang tua berjenggot panjang dan

bermata seperti burung elang, dan seorang

pemuda yang memanggul golok bersarung.

Ketika melihat tempat itu sudah penuh,

si Orang tua mencengkeram tengkuk

sekelompok tamu-tamu yang sedang

mengelilingi sebuah meja, dan merekapun

dilempar-lemparkan keluar lewat jendela. Lalu

si pemuda dengan kasar menyapukan goloknya

ke permukaan meja sehingga mangkuk
mangkuk bekas makan tamu-tamu sebelumnya

tersapu ke lantai semuanya.

Kekasaran dan kesewenang-wenangan

kedua tamu itu membuat tamu-tamu lainnya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 998

Rewriter & Pdf Maker : OZ

marah. Beberapa orang tamu yang bertubuh

kekar segera menggulung lengan baju untuk

menghajar kedua tetamu kurang ajar itu.

Mereka marah karena ada orang mengacau

suasana gembira pada hari raya itu.

Namun ketika si pemuda menghunus

goloknya dan menggerakkan goloknya

beberapa kali di udara dengan gerakan kilat,

sehingga menimbulkan cahaya perak

berkilauan, maka orang-orang yang hendak

mengeroyok itu mundur semuanya dengan

wajah pucat karena kaget.

Dengan congkak pemuda itu

menyarungkan kembali goloknya sambil

tertawa dingin, "Nah, siapa yang sudah. bosan

punya kepala, silahkan maju...."

Orang-orang itu hanyalah petani-petani

yang sama sekali tak paham ilmu silat, keruan

saja gertakan itu membuat mereka

membatalkan niat mereka.

Merasa menang di atas angin, si

pemuda semakin congkak. Sambil menggebrak

meja dia berteriak, "Mana pemilik rumah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 999

Rewriter & Pdf Maker : OZ

makan ini?! Guruku ingin minum arak dan

makan daging babi panggang, cepat sediakan!"

Pemilik rumah makan suku Hui itu

menjawab, "Harap tuan-tuan maafkan, agama

kami melarang makan daging babi dan minum

arak sehingga kamipun tidak menyediakan di

sini. Kalau tuan-tuan mau, daging kambing

panggang kamipun cukup terkenal

kelezatannya sampai berpuluh-puluh li dari

sini, kami akan memasakkan untuk...."

"Kalau aku bilang daging babi ya daging

babi!" bentak tamu muda yang garang itu,

sambil melolos separuh goloknya. "Kalau tidak

ada, sembelih saja salah seorang tamu di sini,
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daging manusiapun kami doyan!"

Sikap sewenang-wenang itu tentu saja

membuat orang-orang lain tidak puas, bahkan

juga mereka yang tidak beragama Islam.

Pakkiong Eng yang duduk di pojokan itu tak

tahan lagi berkata nyaring, "Benar-benar tak

kenal aturan!"

Semua mata serentak menoleh ke arah

Pakkiong Eng, dan semuanyapun heran ketika

melihat orang yang berani berbicara itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1000

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hanyalah seorang "pemuda" yang begitu

lembut sehingga "mirip perempuan", tanpa

mereka ketahui bahwa sebenarnya Pakiong

Eng memang seorang gadis yang menyamar

sebagai lelaki.

Tetamu tua dan muda yang garang

itupun memperhatikan Pakkiong Eng. Tiba-tiba

terdengar orang tua itu berkata dingin, "Hem,

melihat dandananmu, tentunya kau adalah

Pek-ma Tokhing Kiong Eng yang sudah

beberapa kali berani menghalangi tindakan

orang-orang Hek-eng-po kami?"

Dengan gaya yang menyolok, sengaja

Pakkiong Eng meletakkan pedang dan

sarungnya keras-keras ke meja di depannya.

Tapi diam-diam ia terkejut juga melihat mata

orang tua itu demikian tajamnya, menandakan

tingkatan tenaga dalam yang tinggi. Hanya

saja, sekali Pakkiong Eng bertekad memerangi

kesewenang-wenangan, dia tidak akan mundur

setapakpun biarpun menghadapi setan iblis

dari neraka.

"Jadi kalian iblis-iblis Hek-eng-po? Hem,

gaya kalian di mana-mana selalu sama saja,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1001

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sewenang-wenang, seolah-olah kalianlah

jagoan-jagoan nomor satu di jagad ini. Tapi

ketahuilah, biarpun yang namanya Lo-san

Sukoai (empat siluman lo-san) juga sudah

pernah kuhajar kalang-kabut!"

Pakkiong Eng masih saja menyebut

Sukoai, tidak tahu kalau mereka sudah

menjadi Sam-koai (tiga siluman) karena

matinya Gip-hiat-koai Pek Hong-teng. Sedang

tiga orang yang masih hidup pun sudah

dicacadkan tangan kanan masing-masing oleh

In Ceng dan Kam Hong-ti.

Orang tua bermata tajam itu tertawa

seram, "Bocah ingusan yang tak tahu tingginya

langit dan tebalnya bumi. Kau kira dengan

mengalahkan keempat keponakan muridku

yang cengeng itu lalu kau anggap semua orang

Hek-eng-po sudah berhasil kau kalahkan?

Hem, sial sekali hari ini kau bertemu

denganku!"

Kata-kata "keempat keponakan

muridku" itu membuat Pakkiong Eng terkejut.

Kalau begitu, orang tua ini adalah paman guru

dari keempat siluman itu, kepandaiannya tentu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1002

Rewriter & Pdf Maker : OZ

jauh diatas Wan Po dan adik-adik

seperguruannya.

Memang betul, orang tua itu bukan lain

adalah Jiat-jiu Lokoai (siluman tua bertangan

maut), sedang anak muda yang bersamanya

itu adalah muridnya, Ho Hong, yang

julukannya mirip dengan gurunya, yaitu Jiat-jiu

Longkun (si tampan bertangan maut) yang

tingkat kepandaiannya malah lebih tangguh

dari masing- masing orang dalam Lo-san Sam
koai.

Sadarlah Pakkiong Eng bahwa kalau

terjadi benturan, maka dirinyalah yang berada

di tempat lemah, terang tidak bisa

mengimbangi kekuatan lawan, Bahkan untuk

kabur saja mungkin juga sulit, tapi Pakkiong

Eng tak sudi melangkah mundur.

Sedang pihak Jiat-jiu Lokoai dan

muridnya, bantahan Pakkiong Eng yang hanya

beberapa patah kata tadi sudah bisa dianggap

dosa tak berampun. Yang berani membantah

mereka harus ditumpas, demi menjaga

"kebesaran nama" mereka.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1003

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ho Hong segera menghunus goloknya,

katanya, "Suhu, biar aku bereskan bocah

bermulut besar itu". "Baik, hati-hatilah.

Suheng-suhengmu pernah dikalahkan

olehnya". "Hem, Suheng Wan Po dan lainnya

itu manusia-manusia tidak berguna, jangan

dijadikan ukuran...."

Waktu itu Pakkiong Eng sudah

menghunus pedangnya pula, namun masih

sempat berkata, "Kalau ingin dihajar, mari kita

keluar warung dulu, jangan merusakkan

barang-barang milik orang yang tidak

bersalah!"

Waktu itu orang-orang di dalam warung

kambing panggang itu sudah berhamburan

keluar karena tahu perkelahian tak mungkin

dihindari, dan mereka tidak ingin menjadi

sasaran pedang atau golok. Pemilik warung

suku Hui itupun mengeluh dalam hati, habis

berantakanlah warungnya kalau dipakai

sebagai arena pertempuran.

Kekuatiran si pemilik warung menjadi

kenyataan ketika mendengar Ho Hong

berteriak, "Hem, aku justru ingin

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1004

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menghancurkan warung miskin ini, takkan ada

yang bisa menghalangi kami! Kau mau apa?!"

Lalu ia mengayun-ayunkan goloknya

kian kemari, menghancurkan meja, kursi,

piring, mangkuk dan perabotan lainnya.

Sedang gurunya tenang-tenang saja di tempat

duduknya, membiarkan sang murid

menunjukkan "kegagahan"nya. Malah kelihatan

Jiat-jiu Lokoai ikut bangga dengan ulah

muridnya itu.

Pakkiong Eng habis

kesabarannya.Secepat kilat ia melompati meja

di depannya, tubuhnya meluncur bersamaan

dengan ujung pedangnya gemerlap ke arah

leher Ho Hong dengan jurus Jiau-hu-mi-loh

(tukang kayu menanyakan jalan).

Kecepatan Pakkiong Eng cukup

mengejutkan Ho Hong, tetapi.murid Jiat-jiu

Lokoai inipun tangkas sekali menekuk kaki

belakangnya sambil melakukan gerak Hong
kui-lok-hoa (angin meniup bunga rontok)

untuk menangkis pedang dan sekaligus

membacok.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1005

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Pakkiong Eng merasa lengannya

bergetar ketika pedangnya membentur senjata

musuh, dalam sedetik saja dia sudah bisa

menaksir bahwa lawannya yang tampan itu

agaknya memang lebih lihai dari kawanan Lo
san Su-koai, bahkan lebih lihai dari Wan Po si

Siluman Lengan Besi yang paling tangguh dari

keempat orang itu. Ia tahu, untuk selanjutnya

tidak boleh gegabah dengan mengajak adu

tenaga.

Lincah sekali Pakkiong Eng melejit ke

samping, pedangnya dibiarkan terpental, tapi

dari samping langsung digerakkan dengan tipu

Ki-eng-keng-ih (elang menyisik bulu) untuk

menebas turun ke lengan Ho Hong, memaksa

Ho Hong-mundur selangkah namun kemudian

kembali menyerbu ke depan dengan ganasnya.

Begitulah, di dalam warung yang tidak

seberapa lebar itu berlangsung pertempuran

sengit. Potongan meja dan kursi, pecahan

mangkuk dan bahkan daging kambing bakar

beterbangan karena tersambar orang-orang

yang bertempur itu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1006

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Pakkiong Eng yang merasa kalah

tenaga, menganggap bahwa tempat yang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sempit itu kurang menguntungkan baginya, ia

tidak leluasa mengembangkan kelincahannya.

Putaran golok Ho Hong begitu kencang dan

menghabiskan tempat, tidak memberi

kesempatan lawannya untuk mendapat tempat

berpijak sejengkalpun. Karena itu, Pakkiong

Eng mulai mencari-cari kesempatan untuk

keluar dari tempat itu.

Dan dalam pertarungan di luar nanti,

Pakkiong Eng pun sadar bahwa untuk

mengalahkan lawannya tentu diperlukan

seratus jurus lebih. Lawan begitu tangguh,

apalagi ditunggui gurunya yang pasti tidak

akan terlawan oleh Pakkiong Eng, sama

pastinya dengan dua kali dua sama dengan

empat.

Ketika Ho Hong menyerbu dengan

Long-ki-thian-ge (ombak mendampar

cakrawala) yang sangat bertenaga, dengan

cerdik Pakkiong Eng menempel pedangnya dan

menyeret serangan lawan searah dengan arah

serangannya sendiri, itulah tipu Sun-cui-tui-ciu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1007

Rewriter & Pdf Maker : OZ

(mendorong perahu searah arus air). Dan

sebelum sempat Hi Hong melepaskan

pedangnya, kaki Pakkiong Eng menendang

sepotong tulang kambing yang tergeletak di

lantai dan meluncur ke muka Ho Hong.

Saat Ho Hong gugup menghindari "piau"

itulah Pakkiong Eng melompat keluar lewat

jendela, selincah burung walet. Ia tidak berani

keluar lewat pintu, sebab Jiat-jiu Lokoai duduk

dekat pintu dengan angkernya seperti Toa-pek
kong di kuil.

"He, bangsat! Susul aku kemari kalau

kau betul-betul berani!" Pakkiong Eng

melambai dari halaman warung sambil

menantang.

Seperti kerbau mabuk, Ho Hong

menerjang keluar sambil memutar goloknya.

Sempat juga didengarnya suara gurunya

menyusup di telinganya, "Hati-hati, jangan

terpancing oleh bangsat cilik itu...." Namun tak

dihiraukannya karena kemarahanya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1008

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Pertempuran pun berpindah ke luar

warung, di sebuah halaman yang luas dan

ditonton oleh banyak orang karena tempat itu

berada di pinggir jalan ramai.

Dalam pertempuran itu, Pakkiong Eng

kini sempat mengembangkan permainan

pedang Thian-liong-kiam-hoat (Ilmu Pedang

Naga Langit) yang lebih menguntungkan

dimainkan di tempat lapang. Tubuhnya banyak

melakukan gerakan melompat, melejit, atau

menyambar seiring gerak pedangnya. Ilmu

pedang itu sebenarnya berwatak keras, cocok

untuk laki-laki, tetapi karena Pakkiong Liong

hanya punya seorang anak perempuan, maka

terpaksa Thian-liong-kiam-hoat diajarkan juga

kepada anak gadisnya itu, dengan mengalami

penyesuaian. Tekanan pada kekuatan dialihkan

kepada unsur kelincahan, sebab Pakkionq

Liong yakin bahwa ilmu silat bukanlah ilmu

yang mandeg terpancang pada teori-teori

belaka, tapi bisa dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan.

Maka arena itupun seolah dipenuhi

tubuh Pakkiong Eng yang berlompatan kian

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1009

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kemari dengan lincahnya, seperti sekor lebah

beterbangan di antara kuntum-kuntum bunga.

Sia-sia saja Ho Hong mengamuk

dahsyat dengan goloknya, seperti seekor

kerbau gila yang tidak mungkin berhasil

menyeruduk seeker lebah. Goloknya menderu

bagaikan badai dan membentuk cahaya putih

keperak-perakan yang bergulung melebar kian

kemari, dahsyat sekali, tetapi toh hanya

berhasil menebas angin dan menghamburkan

debu. Sebaliknya Pakkiong Eng juga tidak

gampang menembus pertahanan Ho Hong

yang ketat.

Hanya saja, tak lama kemudian putaran

golok itu mulai kendor karena Ho Hong

mengerahkan tenaganya secara berlebihan dan

mulai susut kekuatannya. Ia basah kuyup

dengan keringat.

Pada waktu itulah Pakkiong Eng

sebaliknya malah meningkatkan serangannya.

Kalau tadi serangan-serangannya hanya

bersifat memancing agar Ho Hong mengamuk

dan memeras tenaga, maka kini Pakkiong Eng

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1010

Rewriter & Pdf Maker : OZ

benar-benar berusaha keras menembus

pertahanan Ho Hong yang tidak seketat tadi.

**OZ**

Bersambung ke Jilid 18

Pojok Dukuh, 07-10-2018; 22:25 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1011

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 18

GADIS itu menerjang dengan Pat
hong-hong-i (hujan angin delapan penjuru)

yang membuat ujung pedangnya bagaikan

siraman butir-butir perak yang menabur ke

segenap bagian tubuh lawannya. Ho Hong

memutar goloknya di depan tubuh menjadi

semacam perisai lebar, tetapi Pakkiong Eng

secepat kilat melompat melewati cahaya golok

dan menyerang dari atas ke arah tubuh Ho

Hong di belakang cahaya golok. Itulah jurus

Thian-liong-jip-hai (naga langit terjun ke laut).

Ho Hong terkejut dan berusaha

menyelamatkan diri dengan menjatuhkan

tubuh rata dengan tanah. Tapi ujung pedang

Pakkiong Eng berhasil membuat goresan

panjang dan dalam di lengan kanannya, dari

pundak sampai ke punggung telapak tangan.

Menyusul Pakkiong Eng terjun dari

udara dan menyepak pergelangan tangan Ho

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1012

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hong keras-keras sehingga goloknya terpental

lepas.

Tetapi Pakkiong Eng lupa bahwa di

tempat itu masih ada Jiat-jiu Lokoai yang tentu

tidak akan membiarkan murid tunggalnya itu

dipermalukan di depan umum. Ketika Pakkiong

Eng hendak melanjutkan serangannya, sebuah

mangkuk menyambar dari dalam warung,

deras sekali ke arah jidatnya.

Dalam kagetnya, Pakkiong Eng

menundukkan kepala begitu saja, lupa bahwa

di sekitar arena itu banyak orang menonton,

sehingga tenaga luncurannya sudah agak

berkurang, sehingga si korban tidak mampus

dengan kepala pecah, tapi hanya pingsan

dengan jidat robek dan berlumuran darah.

Kemudian Jiat-jiu Lokoai sendiri

melangkah keluar dengan wajah yang

menyeramkan karena marahnya. Ia masuk ke

arena dengan sikap seenaknya, jubahnya

melambai seperti tangan maut yang

mengundang korbannya.

"Bangsat cilik, penghinaanmu terhadap

muridku sama saja dengan menghina aku.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1013

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Untuk ini, bersiap-siaplah untuk mati!" geram

Siluman Tua Bertangan Maut.

Pakkiong Eng sadar bahwa Jiat-jiu

Lokoai adalah seorang tokoh tua golongan

hitam yang kepandaiannya jauh di atasnya,

namun sudah tentu ia tidak akan menyerah

mentah-mentah seperti kambing dibantai

dibuat sate. Ia mempersiapkan diri untuk

melawan habis-habisan. Ia juga tidak mau

berbantahan siapa benar siapa salah dengan

iblis tua itu, sebab percuma saja bicara soal

ceng-li (akal sehat) dengan manusia
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sewenang-wenang itu. Satu-satunya jalan ialah

bersiap melawan sekuat tenaga.

Suasana menjadi tegang, para

penonton diam-diam bersimpati kepada

Pakkiong Eng yang dengan berani menentang

kesewenang-wenangan. Tapi tak seorangpun

turun tangan untuk membantu, sebab masing
masing masih membutuhkan batok kepala

yang utuh di atas bahu mereka.

Namun di saat Jiat-jiu Lokoai siap

menerkam korbannya, tiba-tiba dari antara

penonton terdengar suara dingin memecah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1014

Rewriter & Pdf Maker : OZ

suasana tegang itu. Disusul dengan suara

mengejek yang dingin pula, "Benar-benar tidak

tahu malu. Seorang tua akan turun tangan

terhadap seorang anak ingusan untuk

membela muridnya sendiri yang tidak becus..."

"Siapa yang buka mulut seenaknya

itu?!" bentak Jiat-jiu Lokoai marah sambil

menyapukan pandangan matanya ke arah para

penonton. Orang-orang yang menerima

tatapan matanya menjadi ngeri juga.

Orang yang berbicara tadi belum

muncul juga, terdengar batuk-batuk sesaat,

lalu bersuara lagi, "Jiat-jiu Lokoai, kalau dalam

sepuluh hitungan kau tidak ajak muridmu

minggat dari sini, jangan menyesal kalau

kupatahkan tanganmu seperti nasib murid
murid keponakanmu yang tiga orang itu...."

Jiat Jiu Lokoai kaget. Pembicara yang

belum nampak itu sudah tahu siapa dirinya,

namun masih berani menggertak akan

mematahkan tangannya pula. Tokoh yang

berani bersikap segarang itu di hadapan Jiat-jiu

Lokoai tidak banyak jumlahnya di dunia

persilatan.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1015

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Siapa kau?! Apakah kau hanya berani

buka mulut, tetapi sambil bersembunyi di

antara orang banyak?!" bentak Jiat-jiu Lokoai

ke arah asal suara itu. Ketika ia melangkah ke

arah suara itu, maka orang-orang di bagian itu

serentak menyibak dengan ketakutan,

sehingga terlihatlah orang yang berbicara tadi.

Orang itu berdiri bersandar sebatang

pohon dengan sikap seenaknya, namun

wajahnya tidak kelihatan sebab ia menghadap

ke arah lain, agak membelakangi arena. Yang

kelihatan cuma punggungnya yang tegap,

rambutnya yang berwarna kelabu, begitu pula

jubah panjangnya juga kelabu dan terbuat dari

kain murahan, di pinggangnya terikat sebuah

kantong tembakau, dan terlihat asap mengepul

dari arah mulutnya diselingi batuk-batuk.

Begitu melihat orang itu, biarpun hanya

dari belakang, Jiat-jiu Lokoai kontan

menghentikan langkahnya. Dengan sikap kaget

ia menyebut sebuah nama, "Hwe-liong

Pangcu..."

Sedang Pakkiong Eng merasa seolah

batu besar yang menindih dadanya itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1016

Rewriter & Pdf Maker : OZ

diangkat, sehingga perasaannya menjadi lega

dan ketegangannya pun mengendor. Ia pun

memanggil dengan nada girang, "Paman Tong

Lam-hou...."

Orang yang bersandar di pohon itu

terus berkata tanpa membalikkan tubuh, " Jiat
jiu Lokoai, aku akan mulai dengan hitunganku.

Satu...."

Geram Jiat-jiu Lokoai sengit, "Pangcu.

apakah tindakanmu yang selalu mencampuri

urusanku itu tidak keterlaluan?!"

"Dua...."

"Kiong Eng sudah melukai muridku,

haruskah aku biarkan saja? Bagaimana

seandainya ada orang yang melukai anakmu

atau muridmu atau..."

"Tiga...."

"...kalau selama ini aku mengalah

kepadamu, apa kau kira pihak kami takut

kepadamu? Heh, ketahuilah bahwa Majikan

Hek-eng-po saat ini sudah keluar sarang,

untuk meladeni tantanganmu...."

"Empat..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1017

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"...beberapa hari yang lalu di pekuburan

lama itu!"

"Lima! Enam! Tujuh!" orang yang

bersandar di pohon itu tiba-tiba mempercepat

hitungannya. "Delapan... Sembilan..." Ternyata

Jiat-jiu Lokoai yang kalah gertak. Kuatir kalay

hitungan ke sepuluh benar-benar tiba, maka

dia akan kehilangan tangan kanannya. Karena

itu, begitu hitungan sampai angka sembilan,

Jiat-jiu lokoai tak berani berlambat-lambatan

atau pentang mulut lagi. Muridnya yang terluka

segera diseretnya pergi meninggalkan tempat

itu.

Perginya si iblis tua dan muridnya itu

menimbulkan perasaan lega Pakkiong Eng.

Cepat ia mendekati orang yang bersandar

pohon itu sambil membungkuk hormat,

"Hormatku untuk paman Tong Lam-hou..."

Orang itu tak menoleh sedikitpun,

malah berkata dengan nada tergesa-gesa,

"Cepat naiki kudamu dan ikuti aku, jangan

menunggu sampai iblis tua itu kembali

kemari!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1018

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Pakkiong Eng menjadi heran, masakah

Ketua Hwe-liong-pang yang terkenal

kesaktiannya itu menunjukkan sikap begitu

gugup dan ketakutan? "Ada paman di sini, apa

yang perlu ditakuti?"

"Haiya, betul-betul keponakan cerewet,

cepat turuti kata-kataku, tinggalkan tempa ini

secepatnya!" kata orang itu sambil terbatuk
batuk. "Bangsat! tembakau bangsat...!"

Lalu tanpa memberi kesempatan

kepada pakkiong Eng untuk membantah atau

memperhatikan wajahnya, orang itu cepat
cepat melepaskan keledainya yang

ditambatkan di samping warung, dan cepat

dinaikinya untuk kabur.

Terhadap keledai itu pun, Pakkiong Eng

rasanya "pernah mengenal"nya namun kapan

dan di mana ia tak sempat mengingat
ingatnya. Kalau "paman Tong" begitu gugup,

tentu ada sebab-sebabnya. Ia sendiripun

melepaskan tambatan si Salju Terbang dan

melompat ke pelananya.

Sebelumnya,dikeluarkannya uang beberapa

tahil, ia sendiri tak sempat menghitung,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1019

Rewriter & Pdf Maker : OZ

diserahkan kepada si pemilik warung yang rugi

besar karena warungnya berantakan.

Sementara itu, "paman Tong" telah

dicegat seorang lelaki tua yang hanya

bercelana kolor saja, yang sejak tadi

berjongkok tanpa berani menampakkan diri di

balik semak-semak. Lelaki itu berteriak, "Jubah

dan pipa tembakauku...". Lalu si "paman Tong"

melempar uang kepada orang itu, dan memacu

keledainya ke arah timur.

Adegan itu membuat Pakkiong Eng

heran, tapi melihat "paman Tong" sudah

berpacu jauh, diapun mengejar dengan kuda

putihnya. Sambil berpacu, keheranan Pakkiong

Eng semakin tebal, menghadapi Jiat-jiu Lokoai

saja kenapa Ketua Hwe-liong-pang lari terbirit
birit begitu ketakutan? Jangan-jangan benarlah

apa yang berulang-kali dikatakan oleh Sebun

Him bahwa Ketua Hwe-liong-pang itu hanyalah

"macan kertas"?

Setelah berjarak lima atau enam li dari

warung tadi, di sebuah tempat yang sepi,

keduanya memperlambat lari tunggangan

masing-masing dan akhirnya berhenti. Keledai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1020
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tunggangan "Paman Tong" yang ujudnya tak

berharga itu, bulunya sudah rontok di

beberapa tempat, ternyata bisa berlari cepat

juga.

"Nah, amanlah kita..." kata penunggang

keledai itu.

Cepat Pakkiong Eng melompat turun

dari kudanya, memberi hormat dan berkata,

"Aku belum sempat mengucapkan terima kasih

kepada paman, kalau paman tidak ada, aku

pasti sudah..."

Pakkiong Eng tidak melanjutkan kata
katanya, ia berdiri mematung dengan perasaan

heran ketika melihat "paman Tong" menepuk
nepuk rambutnya sendiri sehingga debu putih

yang membuat rambutnya seolah ubanan itu

rontok semua, dan muncullah warna rambut

sebenarnya yang ternyata hitam. Lalu jenggot

dan kumis itupun dicopoti semua karena

ternyata palsu semua, dan muncullah wajah

aslinya, seorang pemuda bermuka cerah yang

usianya beberapa tahun lebih tua dari Pakkiong

Eng.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1021

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Jadi...jadi kau bukan Paman Tong?

Sungguh besar nyalimu berani memalsukan

nama dan penampilan Ketua Hwe-liong-pang.

Siapa dirimu?"

Pemuda itu tertawa, "Kau mau terus

memanggil paman Tong kepadaku juga boleh,

karena akupun she Tong dan aku lebih tua

dari padamu...".

Kata-katanya terhenti karena ia batuk
batuk, mukanya pucat dan matanya berair.

"Kenapa kau?" tanya Pakkiong Eng, "Kau

sedang sakit?" "Tidak, hanya agak mabuk

gara-gara tembakau keparat bermutu rendah

tadi. Aku tidak biasa mengisapnya..." lalu ia

terbatuk-batuk lagi.

Diam-diam Pakkiong Eng merasa geli

dan mendongkol. Geli karena orang ini dalam

usahanya menyamar sebagai Ketua Hwe-liong
pang telah mencoba mengisap pipa tembakau,

padahal tidak terbiasa. Mendongkol karena

orang ini berani menyamar sebagai Ketua

Hwe-liong-pang, tokoh terhormat dunia

persilatan itu. Namun jelas tidak bisa marah

kepada orang ini, sebab kemunculannya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1022

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sebagai "Ketua Hwe-liong-pang" tadi berhasil

membuat Jiat-jiu Iokoai kabur terbirit-birit dan

itu berarti menyelamatkan nyawa Pakkiong

Eng.

"Salahmu sendiri, tapi akupun

mengucapkan terima kasih. Siapakah dirimu?"

Pemuda itu sudah reda batuknya,

dengan napas yang masih agak terengah
engah dia menjawab, "A-eng, kau sudah lupa

orang yang kira-kira sepuluh tahun yang lalu

kau siksa di Pak-khia?"

"Jangan bicara tak keruan, aku belum

pernah menyiksa orang...."

"Anak lelaki yang setiap saat kau suruh

memanjat pohon atau genteng untuk

mengambil layang-layang atau sarang burung,

kau suruh pula merayap-rayap di rumput untuk

mencari jangkrik, apakah itu namanya bukan

siksaan...."

Pikiran Pakkiong Eng seketika terbuka.

Ia ingat teman sepermainannya yang akrab

semasa kecil dulu. Ketika Ketua Hwe-liong
pang datang mengunjungi ayahnya di Pak
khia, pendekar itu mengajak anaknya yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1023

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bernama Tong Gin-yan seorang anak lelaki

berusia tigabelas tahun.

"Jadi... kau adalah... Yan-ko (kakak

Yan)?!" seru Pakkiong Eng kegirangan karena

bertemu dengan sahabat lamanya yang dulu

sering mengganggunya itu. "Ah, kiranya kau

sudah begini besar..."

"... dan tampan bukan?" sambung Tong

Gin-yan sambil menyeringai.

Pipi Pakkiong Eng menjadi merah

karena sebenarnyalah ia hampir saja

mengucapkan "sudah begini besar dan

tampan", tetapi kini yang diucapkan mulutnya

justru kalimat lain, "Tampan? Huh! Aku malah

jatuh cinta kepada keledaimu ini, ia jauh lebih

tampan daripadamu..."

Lalu ia membelai-belai kepala keledai

itu. Si keledai agaknya sadar sedang dipuji

seorang gadis cantik, lalu mengangkat-angkat

kepalanya sambil bersuara menguak-uak.

Tong Gin-yan menunjukkan sikap

mendongkol. "Baiklah, aku memang jelek,

lebih jelek dari Sin-loh (keledai sakti)

kepunyaanku itu. Tapi jangan dikira kau cantik.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1024

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Satu-satunya kelebihanmu dibandingkan

sepuluh tahun yang lalu, kau sekarang tidak

terus-terusan mengeluarkan ingus dari hidung.

Tapi jeleknya sama saja..."

Biarpun lewat kata-kata saling

mengejek, namun dua orang bekas sahabat

lama yang berpisah sepuluh tahun itu langsung

menemukan kembali keakraban masa kanak
kanak mereka yang dulu.

"Sekarang kita harus cepat-cepat pergi

dari sini, semakin jauh semakin baik", kata

Tong Gin-yan. "Iblis tua tadi berhasil kugertak

dengan nama ayahku, tapi kalau ia sadar telah

aku permainkan, tentu ia marah dan akan

mengejar kita..."

"Kalau bangsat tua itu datang, kita

lawan dia...."

"Hem, biarpun masing-masing dari kita

ditambah sepasang tangan lagi pun tetap tidak

bisa mengalahkannya. Hanya mengantarkan

nyawa saja...."

"Biarpun begitu, rasanya jauh lebih

terhormat daripada lari terbirit-birit."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1025

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Kenapa kalau lari dianggap kurang

terhormat? Itu adalah salah satu jurus unggul

dalam ilmu beladiri juga".

"Hem, Beginikah putera Ketua Hwe
liong-pang? Bernyali kecil seperti tikus..."

"Dan beginikah puteri Panglima Hui
liong-kun yang terkenal sebagai ahli siasat

perang nomor satu di seluruh kekaisaran?

Tidak punya otak, melawan secara membabi
buta. Sepuluh laksa prajurit pun kalau dipimpin

panglima tolol seperti kau ini pasti habis dalam

waktu satu hari saja.

Sebenarnya Pakkiong Eng mengakui

dalam hati, bahwa menghadapi seorang tokoh

tua macam Jiat-jiu Lokoai memang paling

cocok kalau ditinggal lari. Namun ia bungkam,

tidak menyatakan persetujuannya, kuatir Tong

Gin-yan menjadi besar kepala.

Baru saja mereka membicarakan Jiat-jiu

Lokoai, mendadak dari kejauhan nampak ada

seseorang yang berlari ke arah mereka, seperti

terbang cepatnya bahkan sudah terdengar

teriakannya, Tikus-tikus kecil, jangan lari! Aku

ambil nyawamu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1026

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Jelas itulah Jiat-jiu Lokoai. Dalam gertak

larinya dan teriakannya, sekaligus ia

memamerkan ilmu meringankan tubuh dan

tenaga dalamnya yang tinggi. Agaknya ia

sudah merasa dirinya ditipu oleh Ketua Hwe
liong-pang gadungan, maka kembali untuk

mengejar. Muridnya yang terluka itu entah

ditaruh di mana mungkin juga ketinggalan di

belakangnya.

Pakkiong Eng yang tadinya menentang

penggunaan "jurus langkah seribu", agaknya

ngeri juga menghadapi Jiat-jiu lokoai, sehingga

dialah yang lebih dulu melompat ke punggung

kuda putihnya, sambil berteriak, "Iblis itu
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang lagi, cepat lari!"

Tapi Tong Gin-yan tidak segera

melompat menunggangi keledainya, malah ia

merangkak di rerumputan dan kedua

tangannya menggagap-gagap rumput seperti

mencari sesuatu. Pakkiong Eng menjadi tidak

sabar lagi, dan membentak, "He! Kau sedang

mencari jangkrik? Atau menyamar sebagai

kambing?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1027


Pendekar Dari Hoa San Karya Kho Ping Hoo Lima Sekawan Nyaris Terjebak Harimau Mendekam Naga Sembunyi Karya

Cari Blog Ini