Ceritasilat Novel Online

Teror Elang Hitam 11

Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 11

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Bukan kedua-duanya", sahut Tong Gin
yan tanpa menoleh dan tetap saja membuka
buka rerumputan.

"Kau cari apa?!" tanya Pakkiong Eng

gelisah, sambil menoleh ke belakang dan

melihat Jiat-jiu Lokoai semakin dekat.

"Aku mencari... pipa tembakau

tadi...,"sahut Tong Gin-yan, "...dan jenggot

tadi..."

Alangkah mendongkolnya Pakkiong Eng.

"Kalau iblis tua itu masih bisa kau takut-takuti

dengan jenggot dan pipa tembakaumu itu, kau

kira dia akan berani mengejar kemari? Hayo

cepat tolol!.Iblis itu semakin dekat!"

Suara bentakan Jiat-jiu Lokoai memang

terdengar sudah semakin dekat, "Jangan

merat, bocah-bocah kurang ajar!! Aku patah
patahkan tangan kalian dan aku puntir leher

kalian!"

Tong Gin-yan akhirnya melompat ke

punggung keledainya dan memacu

berdampingan dengan Pakkiong Eng di atas

kuda putihnya. Meskipun lari keledai itu cukup

cepat, namun tidak bisa menandingi si Salju

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1028

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Terbang yang merupakan kuda istimewa. Tapi

Pakkiong Eng tidak mu meninggalkan

sahabatnya itu, sehingga Hui-soat hanya

dilarikan sepertiga dari kecepatannya yang asli.

Akibatnya, Jiat-jiu Lokoai yang larinya

bagaikan terbang itu semakin lama semakin

dekat. Teriakan ancamannya juga terdengar

semakin menyeramkan, ada kata-kata

"cincang" dan "bakar hidup-hidup" segala...

Pakkiong Eng tidak sabar lagi, ia

majukan sedikit duduknya di pelana sehingga

membuat sebuah tempat longgar di belakang

tubuhnya, sambil berteriak, "Naik .kemari!"

"Tidak!' Kalau kudamu itu membawa

dua orang-malah akan semakin berat dan

lambat larinya!"

"Kau pikir Hui-soatku ini sejelek

keledai-malaikatmu itu Biarpun harus

membawa tiga orang juga sanggup berlari tiga

kali lipat cepatnya dari sekarang!"

"Tidak, kalau kau ingin aku naik ke

kudamu, kau harus mempersilahkan aku

dengan kata-kata manis, bukan seperti

membentak-bentak maling semacam itu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1029

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sungguh kedongkolan Pakkiong Eng

membuat ubun-ubunnya terasa panas, kalau

sebutir telur diletakkan di ubun-ubunnya,

barangkali telur itu akan langsung menjadi

telur mata sapi. Dalam keadaan terancam

bahaya semacam itu, Tong Gin-yan masih

sempat juga bermain-main, sementara derap

kaki Jiat-jiu Lokoai sudah semakin dekat...

Terpaksa dengan.muka merah, dia

memaksa diri untuk mengucapkan kata-kata,

"Oh, kakaknda yang manis, tampan, pintar dan

gagah perkasa, marilah berkuda bersama

adikmu yang jelek ini..."

Tong Gin-yan tertawa, ia tepuk-tepuk

kepala keledainya sambil berkata, "Sin-loh

sahabatku, aku tidak bisa menolak tawaran si

jelek itu, nah, kau larilah sendiri dan

selamatkan diri sendiri ya?"

Lalu seperti seekor belalang, Tong Gin
yan melejit dari punggung keledainya yang

tengah berlari kencang, dan hinggap dengan

ringan di punggung Hui-soat yang tengah

berlari pula, bahkan kedua tangannya langsung

memeluk perut Pakkiong Eng dari belakang.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1030

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Keruan Pakkiong Eng menjadi merah

mukanya dan kelabakan bukan main, "Gila!

Lepaskan tanganmu!"

"Tidak, aku bisa jatuh! Seumur hidup

aku belum pernah naik kuda, apalagi yang

berlari kencang!" bantah Tong Gin-yan.

Derap kaki Jiat-jiu Lokoai masih

terdengar, dalam keadaan terdesak keadaan,

pakkiong Eng memaksakan diri untuk tidak

menggubris lagi ulah Tong Gin-yan meskipun

jantungnya berdebar kencang merasakan

tubuh si pemuda yang melekat di

punggungnya. Ia jepit kuat-kuat perut si Salju

Terbang, dan kuda putih itupun melesat ke

depan secepat kilat.

Sambil membalap seperti itu, Pakkiong

Eng mengancam pemboncengnya, "Kalau kelak

tanganmu belum sempat dipatahkan oleh Jiat
jiu Lokoai akulah yang akan mematahkannya.

Tunggu saja!".

Tong Gin-yan hanya tertawa

menanggapi gertakan itu, yang penting saat itu

dia menikmati benar-benar perjalanannya.

Kurang dari sejengkal di depan hidungnya, ada

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1031

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sebuah tengkuk berkulit halus yang berbau

harum dengan anak-anak rambut yang halus

pula. Hampir saja ia mencium tengkuk itu,

namun berhasil disingkirkannya dirinya dari

niat semacam itu. Ia hanya berharap mudah
mudahan kejar-kejaran dengan Jiat-jiu lokoai

itu berlangsung agak lama.

Hui-soat memang kuda yang hebat,

meskipun membawa dua penumpang, tetapi ia

dapat dipacu secepat terbang.

Jiat-jiu Lokoai yang hanya

mengandalkan sepasang kakinya itu

ketinggalan makin lama makin jauh. Suara

maki-makiannya pun makin tidak terdengar,

sampai akhirnya menimbulkan perasaan aman

pada diri Pakiong Eng dan Tong Gin-yan.

"Iblis tua itu tak mungkin mengejar

lagi," kata Pakkiong Eng setelah tiba di tempat

sepi, sambil melambatkan lari kudanya.

"Ya sayang...." sahut Tong Gin-yan

sambil tertawa. Tiba-tiba Pakkiong Eng ingat

sepasang tangan pemuda itu masih melingkar

di perutnya, maka iapun menyikut ke belakang

agak keras. Tong Gin-yan merasa rusuknya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1032

Rewriter & Pdf Maker : OZ

disodok pentung besi sehingga ia mengaduh

dan terperosot jatuh dari pelana kuda.

"Perempuan jelek! Kau benar-benar

kejam!" dia memaki. "Apa kau tidak bisa

menyuruhku turun dengan cara yang Iebih

mesra?"

"Cara ini terhitung yang paling mesra

buatmu," sahut Pakkiong Eng sambil

tersenyum. Lalu iapun melompat turun dari

kudanya, menuju ke sebuah bangunan besar

bekas lumbung orang kaya yang sudah lama

ditinggalkan sehingga sebagian bangunan itu

sudah runtuh.

Waktu itu memang matahari mulai

tenggelam, sehingga kebetulan sekali

menemukan tempat istirahat yang memadai

untuk melewati malam. Dinding-dinding

bangunan bekas lumbung yang belum ambruk

itu lumayan juga untuk menahan angin malam

yang dingin.

Pakkiong Eng lepaskan begitu saja

kudanya di halaman rumah bobrok itu, tanpa

diikat, sebab kuda itu sudah demikian jinak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1033

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kepadanya sehingga tidak mungkin kabur

meninggalkannya.

Lalu iapun membersihkan sebuah

ruangan yang dianggap pantas untuk

beristirahat, dengan menggunakan seikat

jerami sebagai sapu. Waktu itulah Tong Gin
yan melangkah masuk pula dengan mulut

meringis-ringis, tubuh terbungkuk-bungkuk

dan telapak tangan menempel di rusuknya

yang sakit.

"Perempuan celaka" ia menjatuhkan diri

di lantai, menyandarkan punggungnya ke

tembok."Ce1akalah laki-laki yang kelak

menjadi suamimu, setiap hari akan kau hajar
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperempat mampus..."

Segala ucapan Tong Gin-yan itu bagi

Pakkiong Eng hanya masuk kuping kanan dan

keluar lewat kuping yang kiri. Ia tidak

menanggapi sepatah katapun, melainkan sibuk

bekerja. Mengumpulkan kayu-kayu kering

untuk perapian menyongsong malam, lalu

keluar sebentar membawa panahnya, dan

kembali dengan menjinjing dua ekor ayam

hutan yang ditembus panahnya, menyalakan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1034

Rewriter & Pdf Maker : OZ

api, mencabuti bulu ayam dan

membersihkannya, membubuhinya bumbu

yang selalu dibawanya, dan sesaat kemudian di

rumah bobrok itu sudah tercium bau ayam

bakar yang sedap.

Ketika ayam bakar sudah matang, Tong

Gin-yan mengganti kesibukan mulutnya. Tidak

lagi untuk mengutuk si "gadia jelek" itu,

melainkan untuk mengunyah salah satu dari

dua ayam bakar itu. Tanpa ada yang

mempersilahkan, ia mengambil sendiri

bagiannya, tidak peduli Pakkiong Eng

mentertawakannya.

"He, keledai, bagaimana hasil masakan

olahanku?" tanya Pakkiong Eng ketika melihat

pemuda itu menggerogoti daging ayam dengan

gaya gelandangan yang sudah tiga hari tidak

makan.

Hampir saja Tong Gin-yan memuji

daging yang lezat itu, tapi dibatalkannya.

"Huh, masakan macam apa ini? Inilah masakan

paling tidak enak yang pernah kurasakan

seumurku, rasanya aku seperti mengunyah

sebuah sepatu kulit".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1035

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1036

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Mulutnya mengecam, tapi terus juga

menggerogoti dengan lahap sampai seekor

ayam tinggal tulang belulangnya saja. Bahkan

tulang belulangpun masih dijilati dengan

bernafsu.

"Kau masih lapar?" tanya Pakkiong Eng

sambil melemparkan separoh dari bagiannya

sendiri ke arah Tong Gin-yan. Tanpa sungkan
sungkan Tong Gin-yan menerimanya,

menggerogotinya dengan lahap dan tidak lupa

mencela "masakan paling tidak enak sedunia"

itu.

Pakkiong Eng sendiri lebih suka tidur

daripada mendengarkan Tong Gin-yan.

Digelarnya setumpuk rumput kering di dekat

tembok, lalu dibaringkannya tubuhnya

berbantal sepasang lengannya sendiri dan

matapun terpejam.

Tong Gin-yan berhenti menggerutu,

dengan menahan napas ia menyaksikan

penglihatan indah di hadapannya, di bawah

cahaya api unggun yang bergoyang-goyang.

Tak bosan-bosannya ditatapnya tubuh gadis itu

dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, balik

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1037

Rewriter & Pdf Maker : OZ

lagi ke ujung kaki. Yang paling banyak menyita

waktunya ialah wajah bulat telur berkulit putih

kemerah-merahan itu....

"Kurang ajar, monyet ini memang

cantik", kata Tong Gin-yan dalam hatinya

sambil menarik napas. Lalu iapun

membaringkan diri di seberang ruangan,

berbaring miring supaya bisa melihat terus ke

arah Pakkiong Eng di seberang api unggun

yang agaknya sudah tidur pulas.

"...dan ingusnya tidak lagi berleleran

dari hidungnya. Sepasang kuncir kecilnya yang

menjemukan itu juga sudah tidak ditampilkan

lagi, tapi sikutnya betul-betul tajam. Hem..."

Tengah Tong Gin-yan membiarkan

angan-angannya melayang-layang sambil

menunggu datangnya kantuk, tiba-tiba

kupingnya yang tajam menangkap suara

langkah kaki di luar ruangan itu. Cepat ia

melompat bangun sambil menyambar

pedangnya yang disandarkan dekat kepalanya,

bersamaan dengan Pakkiong Eng yang

terbangun pula dan menyambar panahnya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1038

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Padamkan api..." Tong Gin-yan

berdesis perlahan sambil bekerja pula,

menghambur-hamburkan tanah ke api unggun

dibantu oleh Pakkiong Eng, sehingga sebentar

saja api itu sudah padam dan kegelapan

menyelimuti ruangan itu.

"Kita tengok keluar, Hati-hatilah..." bisik

Pakkiong Eng, Mereka berdua tampaknya

masih terpengaruh oleh ketegangan setelah

diuber-uber Jiat-jiu Lokoai hampir sehari

suntuk.

Namun tanpa saling berbicara pun,

mereka merasakan keheranan yang sama.

Suara langkah kaki macam itu tidak mungkin

langkah kaki Jiat-jiu Lokoai yang berilmu

tinggi. Sedang suara langkah-langkah itu

derapnya sebentar berat sebentar ringan,

iramanya juga tidak tetap, menandakan bahwa

orangnya entah sedang mabuk atau sedang

luka berat. Tapi Tong Gin-yan dan Pakkiong

Eng tidak mau melepaskan kewaspadaan

mereka, siapa tahu di belakang orang itu

masih ada orang lainnya yang suara

langkahnya tidak terdengar.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1039

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Seperti dua ekor kucing yang

menyimpan kuku-kukunya, Tong Gin-yan dan

Pakkionf Eng menyelinap keluar dalam

selubung kegelapan dan mengawasi ke arah

datangnya suara langkah kaki.

Sesosok tubuh berjalan sempoyongan,

wajahnya tidak jelas karena di langit hanya

ada beberapa bintang dan api unggun sudah

padam. Bayangan itu nampak bersandar

sebentar di pintu pagar, suara napasnya yang

berat tersendat-sendat terdengar nyata oleh

Tong Gin-yan dan Pakkiong Eng. Ia mencoba

melangkah lagi, tapi ternyata ambruk di pintu

pagar.

"Orang terluka," hampir bersamaan

Tong Gin-yan dan Pakkiong Eng berdesis

kaget, disambung oleh Tong Gin-yan sendirian,

"Aku akan menolongnya, kau tetap pegang

pedangmu dan lindungi aku kalau ada

serangan gelap...."

Tanpa menunggu jawaban, Tong Gin
yan menyarungkan pedangnya dan memburu

ke arah orang terluka itu, sedang Pakkiong Eng

mengikuti dalam jarak kurang dari dua langkah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1040

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dengan pedang terhunus dan kewaspadaan

tertinggi.

Begitu Tong Gin-yan dekat orang

terluka itu dan berhasil melihat wajahnya,

terkejutlah dia. "Saudara Lu..."

"Siapa dia ?"

"Lu Hian-to, Pek-ki Hu-tong-cu (wakil

pemimpin regu bendera putih) Hwe-liong-pang

kami!" sahut Tong Gin-yan sambil menggertak

gigi karena kemarahan yang tertahan. Lu Hian
to yang sudah setengah mampus itupun

agaknya mengenali suara putera Ketuanya,

sehingga semangatnya bangun,

"Saudara Tong..." katanya lirih. "Kau?"

"Benar, saudara Lu. Kuatkan dirimu,

jangan banyak bicara dulu, akan aku obati

lukamu..." "Lukaku parah sekali, kematianku

sudah dekat, jangan buang-buang waktu,

dengarlah baik-baik..."

Untuk mengucapkan beberapa patah

kata itu saja napas Lu Hian-to sudah terengah
engah,

"....Majikan Hek-eng-po ada di dekat

tempat ini, selamatkan dirimu. Penyusupanku
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1041

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ke Hek-eng-po sudah diketahuinya dan dialah

yang melukaiku...."

Terengah-engah lagi, memuntahkan

segumpal darah, dan melanjutkan ucapan

dengan suara makin lirih, "...carilah ayahmu

dan beritahu beliau agar tidak masuk

perangkap licik. Majikan Hek-eng-po ternyata

bukan lain adalah...."

Tenaga Lu Hian-to sudah habis, tinggal

sebuah nama yang harus diucapkannya dan

sebuah rahasia besar dunia persilatan akan

terungkap, rahasia yang melingkupi pribadi

Majikan Hek-eng-po yang misterius. Namun

nama itu belum terucapkan dan kepala Lu

Hian-to sudah terkulai dalam pelukan Tong

Gin-yan, sukmanya sudah terbang

meninggalkan raganya, meninggalkan sebuah

rahasia yang tetap terkunci rapat.

"Saudara Lu! Saudara Lu!" Tong Gin
yan memanggil-manggil dengan sia-sia.

Perlahan Tong Gin-yan mengusapkan

telapak tangannya untuk menutupkan kelopak

mata Lu Hian-to yang masih terbuka, lalu

dengan sikap hormat diangkatnya mayat

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1042

Rewriter & Pdf Maker : OZ

jagoan Hwe-liong-pang itu untuk dibawa ke

dalam rumah, diletakkan di lantai.

Pakkiong Eng terus mengikutinya

dengan pedang terhunus. "Yan-ko..." panggil

gadis itu dengan lembut. Ketika Tong Gin-yan

berdiri sambil mengangkat wajahnya,

terkejutlah Pakkiong Eng. Di keremangan

malam, terlihat wajah Tong Gin-yan begitu

mengerikan, giginya gemeretak, matanya

memancarkan api kemarahan yang

menghanguskan, kedua tangannya dikepal

erat-erat sehingga kuku-kuku tangannya

menusuk kulit telapak tangannya sehingga

berdarah. "Majikan Hek-eng-po, aku

bersumpah akan mencincangmu menjadi

delapan belas potong. Tunggulah

pembalasanku....."

Tong Gin-yan sekarang bukan lagi

pemuda yang ceria dan senantiasa bersenda
gurau, tetapi penuh kemarahan sehingga

Pakkiong Eng merasa takut juga. "Yan-ko,

sabarlah, tenangkan diri..."

"Selama ini, apakah pihak Hwe-liong
pang kurang sabar menghadapi ulah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1043

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memuakkan dari orang-orang Hek-eng-po?

Berapa kali ayah mengampuni bangsat
bangsat itu meskipun sebenarnya ayah bisa

membunuh mereka dengan gampang? Tapi

Hek-eng-po lebih dulu menumpahkan darah

Hwe-liong-pang, berarti mulai detik ini terbit

perang terbuka Hwe-liong-pang melawan Hek
eng-po! Kalau kami berpapasan, darah harus

tertumpah, entah darah Hwe-liong-pang entah

darah Hek-eng-po!"

Akhirnya Pakkiong Eng merasa lebih

bijaksana kalau sementara waktu membiarkan

Tong Gin-yan menumpahkan kemarahan dan

kesedihannya, supaya nantinya agak lega.

Dalam keadaan marah dan sedih bercampur
aduk macam itu, Tong Gin-yan tidak akan bisa

diajak bicara dengan kepala dingin. Maka

Pakkiong Eng memilih untuk bungkam dulu.

Tapi gadis itu kemudian terkejut dan

tak sempat mencegah ketika Tong Gin-yan

bertindak lebih jauh. Anak muda itu melompat

ke halaman, lalu dari halaman rumah bobrok

itu melompat ke atas genteng yang paling

tinggi, dan dari tempat itu berteriak sambil

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1044

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mengerahkan tenaga dalamnya , "Heeeeiii!

Keparat Majikan Hek-eng-po, rahasiamu sudah

kuketahuiiiiii! Kalau berani, datanglah kemari

membunuhkuuuuuu!!".

Pakkiong Eng membayangkan, kalau

Jiat-jiu Lokoai saja susah dilawan, apalagi

Majikan Hek-eng-po yang sanggup membuat

tokoh semacam Jiat-jiu Lokoai menjadi anak

buahnya. Tantangan Tong Gin-yan itu

menggunakan umpan yang terlalu berbahaya,

namun dalam kemarahannya Tong Gin-yan

telah melupakan bahaya itu.

Diam-diam Pakkiong Eng

mempersiapkan diri apabila Majikan Hek-eng
po benar-benar datang terpancing, ia tidak

yakin apakah gabungan dirinya dengan Tong

Gin-yan mampu menandingi tokoh misterius

yang menggemparkan itu? Namun jelas dia

tidak ingin menjadi pengecut yang

menyelamatkan diri sendiri dengan

meninggalkan Tong Gin-yan.

Dan pancingan itu ternyata benar-benar

mendatangkan "ikan" besar yang diharapkan,

sesuai dengan kata-kata Lu Hian-to sebelum

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1045

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ajal tadi, bahwa Majikan Hek-eng-po ada di

sekitar situ. Yang terpancing ini bukan

ikangemuk, namun ikan hiu yang sangat

berbahaya.

Tidak sampai sepuluh detik setelah

teriakan itu bergema, di halaman rumah

bobrok itu tiba-tiba muncul sesosok tubuh

bagaikan kabut hitam yang entah dari mana

munculnya. Suara langkahnya tak terdengar,

suara kibaran bajunya juga tidak terdengar,

tahu-tahu orangnya sudah muncul di tempat

itu dan memperdengarkan suara tertawa

seremnya.

Tong Gin-yan cepat meluncur dari atas

genteng untuk menghadapi tokoh misterius itu

dengan pedang terhunus. Pakkiong Eng juga

melompat keluar halaman, ia tidak tega

membiarkan sahabatnya sejak kecil itu

menghadapi bahaya seorang diri.

Keduanya memperhatikan wujud tokoh

yang menggemparkan itu, dan keduanya

sama-sama terkesiap. Majikan Hek-eng-po itu

dalam kegelapan malam benar-benar berwujud

seperti sesosok arwah saja. Ia tidak nampak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1046

Rewriter & Pdf Maker : OZ

seperti sebuah benda padat yang bisa

disentuh, ujung kepala sampai yjung kaki

hitam semua, dan sulit diketahui dia sedang

berdiri menghadap ke mana, sebab orang tidak

bisa memperkirakan mana depan tubuhnya

dan mana pula belakangnya.

Terdengar suara yang bergulung-gulung

dari dalam perut dan menggema di udara dari

berbagai jurusan, "Kau yang berteriak-teriak

menantang aku?!"

Jelas dia menggunakan Hok-ghi-sut

(ilmu bicara dengan perut) untuk melontarkan

kata-katanya. Ilmu yang sebetulnya tidak

terlalu aneh, banyak pemain-pemain boneka

keliling yang bisa melakukannya, namun tidak

dalam tingkatan setinggi itu, di mana suaranya

mampu menggetar udara dalam jarak

lingkaran belasan tombak seperti itu. Itulah

tingkat tenaga dalam yang hebat sekali.

Namun Tong Gin-yan yang marah tidak

lagi gentar biarpun berhadapan dengan raja

iblis sendiri. Ditudingkannya pedangnya, "Ya,

kau harus mengganti nyawa Pek-ki Hu-tong-cu

yang kau bunuh itu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1047

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Hem, jadi manusia yang kumampuskan

tadi ternyata berkedudukan Hu-tong-cu dalam

Hwe-liong-pang? Bagus. Biar Tong Lam-hou

tahu bahwa aku sama sekali tidak takut

kepadanya ".

"Iblis! serahkan nyawamu!" bentak

Tong Gin-yan marah. Sekali tubuhnya meuncur

maju sambil menggerakkan pedang, ia telah

menyerang dengan jurus Ya-long-tiau-kan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(serigala liar melompati parit) untuk menikam

ke dada Majikan Hek-eng-po, atau kalau ia

tidak lahu yang mana letak dada, setidaknya

bagian tengah dari tubuh wujud hitam

berkabut itu.

Tapi ujung pedang Tong Gin-yan cuma

mengenai tempat kosong, sebab Majikan Hek
eng-po bergerak seperti asap terhembus angin,

tanpa kelihatan cara bergeraknya, tahu-tahu

sudah bergeser berapa langkah.

Ketika Pakkiong Eng hendak ikut maju

pula, Tong Gin-yan berseru, "A-eng, jangan

ikut campur! Ini urusan hanya antara Hwe
liong-pang dan Hek-eng-po! Pergi saja dari

sini!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1048

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Meskipun nada suaranya seperti

memerintah dengan kasar, namun di dalamnya

terkandung perhatian yang besar atas

keselamatan Pakkiong Eng. Itu membuat hati

gadis itu terasa hangat manis, sekaligus

menyingkirkan kekuatiran akan mati hidupnya

sendiri. Bukannya menyingkir, Pakkiong Eng

malah melompat ke tengah arena dan

menikam dengan Jurus Thian- liong-jip-hai

(naga langit masuk samudera).

"Mati hidup kita bersama-sama!" sahut

gadis itu penuh tekad. "Hem, Thian-liong
kiam-hoat (ilmu pedang naga langit) yang

buruk!" terdengar Majikan Hek-eng-po

mendengus. Serangan yang hampir memakan

seluruh tenaga Pakkiong Eng itu dapat

dihindarinya segampang ia menghindari

serangan Tong Gin-yan tadi.

Tapi Tong Gin-yau kembali telah

menyambung serangan Pakkiong Eng, dengan

demikian Majikan Hek-eng-po itu harus

menghadapi keroyokan anak-anak muda yang

berani itu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1049

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Puluhan tahun yang lalu, ayah Pakkiong

Eng dan ayah Tong Gin-yan, Pakkiong Liong

dan Tong Lam-hou, adalah sepasang panglima

kekaisaran yang perkasa sehingga dijuluki Pak
liong Lam-hou(Naga Utara dan Harimau

Selatan). Merupakan tokoh-tokoh angkatan

muda yang menggemparkan. Kini, di halaman

rumah bobrok itu, putera-puteri mereka

kembali bergabung untuk menghadapi seorang

maha durjana dunia persilatan yang diliputi

kabut rahasia yang tebal.

Tong Gin-yan memainkan Tian-jong
kiam-hoat (ilmu pedang Tiam-jong-san) yang

diajarkan ayahnya, sedang ayahnya adalah

murid tunggal dari Tiam-jong-locia (si tua

sesat dari Tiam-jong-san) In Hoan yang

namanya diakui sebagai nama nomor satu di

dunia persilatan di jaman menjelang runtuhnya

wangsa Beng. Ilmu pedang yang sama sekali

mengabaikan unsur keindahan, jurus-jurusnya

diciptakan khusus untuk berkelahi, karena itu

serangan pedang Tong Gin-yan selalu

melakukan serangan-serangan yang ganas dan

telak, langsung ke sasaran tanpa berputar
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1050

Rewriter & Pdf Maker : OZ

putar lagi. Kekuatan, kecepatan dan ketepatan

ke sasaran adalah inti ilmu pedang ini.

Tong Gin-yan bertempur seperti seekor

harimau muda yang garang dan kuat, tanpa

kenal takut terus mengamuk dengan

pedangnya.

Sedangkan Pakkiong Eng memainkan

Thian-liong-kiam-hoatnya yang bergaya lincah,

meninggalkan gaya asli Thian-liong-kiam-hoat

yang seharusnya kuat dan keras. Tubuhnya

seperti seekor naga putih yang bermain-main

di angkasa, lebih banyak menyerang bagian

atas tubuh lawannya.

Meskipun Majikan Hek-eng-po merasa

pasti akan sanggup membantai kedua orang

muda itu, namun ia harus berhati-hati juga

menghadapi gabungan ilmu-ilmu pedang

terkenal itu. Ia tidak berani lagi bersikap

gegabah, namun sudah bulat tekadnya untuk

membunuh kedua lawannya, sebab

disangkanya kedua lawan itu benar-benar

sudah tahu rahasia pribadinya.

Sesaat kemudian Majikan Hek-eng-po

bukan cuma menghindar kian kemari, tetapi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1051

Rewriter & Pdf Maker : OZ

juga mulai membalas menyerang juga dengan

sepasang telapak tangannya. Begitu ia

mengeluarkan serangan, maka di halaman itu

seolah berjangkit angin puyuh yang dahsyat.

Meskipun Tong Gin-yan dan Pakkiong

Eng sudah mengerahkan seluruh kemampuan

ilmu pedang mereka, tetapi gabungan ilmu

pedang mereka dalam waktu kurang dari

tigapuluh jurus sudah berhasil ditekan dalam

posisi bertahan saja. Majikan Hek-eng-po

benar-benar sesosok iblis yang unggul segala
galanya dari kedua orang muda itu.

Kecepatannya bergerak membuat

tubuhnya menjadi berpuluh-puluh buah,

menerkam dan menekan kedua lawannya dari

bebagai arah, sehingga kemanapun Tong Gin
yan dan Pakkiong Eng menghadap, mereka

selalu melihat bayangan lawan ada di situ.

Sedang kekuatan sepasang tangan Majikan

Hek-eng-po itipun luar biasa. Setiap geraknya

menmbulkan angin bertiup yang mampu

menerbangkan debu naik ke atas, dan telapak

tangan itu sendiri seperti gunung batu yang

runtuh.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1052

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dalam keadaan terdesak, Pakkiong Eng

sempat juga memperhatikan gaya bertempur

lawannya, dan ia menjadi heran. Gaya

semacam itu serasa pernah dilihatnya, tapi

kapan dan entah di mana, dia tidak sempat

membagi pikiran untuk mengingat-ingat.

Pikirannya haruslah tetap terpusat pada satu

hal, mempertahankan nyawa.

Tapi mempertahankan nyawa pun

agaknya akan sulit. Tekanan lawan semakin

berat, tidak sampai duapuluh jurus lagi ia dan

Tong Gin-yan akan jadi bangkai di tempat itu.

Suatu saat Tong Gin-yan yang

menerjang dengan berani, pundaknya

tertampar oleh telapak tangan Majikan Hek
eng-po yang seberat gunung batu.Tong Gin
yan terhempas telungkup ke tanah, hidungnya

mengenai tanah sehingga berdarah dan

dadanya serasa sesak.

"Mampus kau!" Majikan Hek-eng-po

menghantam ke tanah, Tong Gin-yan mati
matian bergulung menghindar. Tanpa

tersentuh oleh kulit Majikan Hek-eng-po, hanya

oleh deru anginnya, permukaan tanah itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1053

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berdebum dan amblas sejengkal bagaikan

diinjak kaki seekor gajah raksasa.

Meskipun Tong Gin-yan berhasil

menghindar, namun lawannya terus mengejar

dengan pukulan ke dua, ke tiga, ke empat dan

seterusnya sampai suatu saat Tong Gin-yan

yang berguling-guling itu tak akan bisa

menghindar lagi.

Namun Pakkiong Eng takkan

membiarkan sahabatnya pontang-panting

sendirian menghadapi maut. Diiringi jeritan

nyaringnya, ia meluncur maju dan pedangnya

menyerang dengan jurus Tay-boh-liu-soa

(pasir menghambur di gurun luas), pedangnya

berputar cepat sekali dan mencoba mengurung

lawannya.

Tapi cukup dengan kebasan sepasang

telapak tangannya berturut-turut, majikan

Hek-eng-po membuat Pakkiong Eng terpental

ke samping oleh sejalur kekuatan tak

berbentuk. Untung Pakkiong Eng menyadari

lihainya pukulan lawan, sehingga dia tidak

melawannya secara kekerasan, melainkan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membiarkan tubuhnya terpental ke samping

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1054

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1055

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sambil menjaga keseimbangan. Tujuan

serangannya memang hanya mengalihkan

perhatian musuh, agar Tong Gin-yan mendapat

waktu untuk memperbaiki posisinya.

Putera ketua Hwe-liong-pang itu telah

melompat bangkit. Sekarang gilirannyalah

menolong Pakkiong Eng yang megap-meqap di

bawah tekanan angin pukulan maha dahsyat

itu.

Dalam keadaan bahaya, tiba-tiba

Pakkiong Eng membentak, lalu terjadilah

perubahan di gelanggang pertempuran.

Sambaran pedangnya membawa udara yang

hangat, lalu semakin lama semakin naik

suhunya dan akhirnya gulungan hawa panas

seperti dalam tungku peleburan logam

menggulung ke arah Majikan Hek-eng-po.

Bahkan batang pedang juga mulai kelihatan

kemerah-merahan.

Ketika satu waktu bacokan Pakkiong

Eng luput dan pedangnya mengenai sepotong

kayu, maka kayu itu bukan saja tertebas putus

tapi juga meninggalkan bekas hangus pada

potongannya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1056

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Hem, Hwe-liong-sin-kang (tenaga sakti

naga api)?" dengus Majikan Hek-eng-po,

nampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh ilmu

kebanggaan kaum Thian-liong-pai itu.

Tong Gin-yan tidak mau ketinggalan,

diapun mengerahkan kekuatan Hian-im-kang

(tenaga inti dingin) warisan keluarganya.

Sebaliknya dari serangan Pakkiong Eng yang

membawa udara panas membara, maka setiap

gerak Tong Gin-yan membawa udara yang

dingin membekukan. Seolah ia menebarkan

jarum-jarum salju lembut yang menyusup

langsung ke setiap lubang pori-pori kulit.

Dengan demikian majikan Hek-eng-po

itu terkepung dua macam udara yang

berlawanan tapi sama-sama membahayakan.

Campuran udara maha panas dan maha dingin

itu tidak membuat sejuk dan nyaman, tapi

tetap berdiri sendiri-sendiri dan menimbulkan

siksaan bagi orang yang tidak kuat tenaga

dalamnya.

Tapi majikan Hek-eng-po memang luar

biasa, ia hampir tak terpengaruh oleh ilmu
ilmu dahsyat itu. Terdengar ejekannya, "Hwe
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1057

Rewriter & Pdf Maker : OZ

liong-sin-kang dan Hian-im-kang?" He-he-he...

permainan anak-anak yang tak berguna!"

Lalu ia mempercepat putaran tangannya

dan tekanan serangannya menjadi beberapa

kali lebih dahsyat dari semula. Samar-samar

suara angin pukulannya seperti bunyi guruh di

kejauhan.

Ketangguhan durjana besar itu

membuat Tong Gin-yan dan Pakkiong Eng

benar-benar kehilangan harapan untuk

menang. Mereka bahkan sudah mengerahkan

Hwe-liong-sin-kang dan Hian-im-kang, tetap

saja tak berhasil memperbaiki keadaan. Paling
paling hanya memperpanjang perlawanan, tapi

hasil akhirnya akan tetap sama, hancur di

tangan Majikan Hek-eng-po.

Waktu itulah kembali terdengar derap

langkah seseorang mendekati tempat itu.

Mendengar suara langkahnya yang berat

seperti langkah gajah, agaknya pendatang itu

seorang yang bertenaga besar, namun jelas

bukan orang yang mahir ilmu meringankan

tubuh. Lalu dari kegelapan terdengar suara

yang kasar "Tadi ada yang berteriak-teriak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1058

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memanggil Majikan Hek-eng-po, yang mana

majikan Hek-eng-po? Aku harus menghajarnya

sampai mampus!"

Jelas yang datang itu adalah seorang

musuh Hek-eng-po pula, namun Tong Gin-yan

dan Pakkiong Eng tidak berani mengharap

bantuan yang berarti dari pendatang ini, malah

mencemaskan keselamatannya sebab menilik

langkahnya yang berat, pendatang ini bukan

seorang yang tinggi ilmunya.

Karena itulah Tong Gin-yan berteriak

kepada bayangan di ambang pintu itu,

"Saudara, cepat pergi selamatkan dirimu. Kami

berdua hampir tak sanggup menahan iblis

jahanam ini!"

Tapi pendatang yang wajahnya tak

gampang dikenal karena gelapnya malam itu

malah melangkah mendekati arena sambil

mengeluarkan sepasang senjatanya.Dua

potong besi sepanjang lengan yang bulatannya

sebesar mulut mangkuk kecil. "Aku memihak

kalian berdua untuk menghadapi durjana ini!

Aku harus membalaskan sakit hati keluarga

majikanku!

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1059

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Mendengar suara orang itu, Pakkiong

Eng mendadak teringat kepada seseorang yang

pernah ditolongnya di dekat Ki-lian-san ketika

rombongan Liu-keh-chung dibasmi orang
orang Hek-eng-po, lebih dari setengah tahun

yang lalu. Seorang kacung bernama Liu Beng

yang keberanian dan kesetiaannya membuat

kagum Pakkiong Eng, meskipun kacung itu

berilmu sangat rendah.

"Apakah saudara Liu Beng di situ?"

teriak Pakkiong Eng dari tengah arena yang

gemuruh.

Pendatang itu menyahut, "Ya. aku Liu

Beng. He, kau adalah nona Pakkiong Eng dari

Pak-khia itu? Kalau begitu, lebih-lebih lagi aku

harus ikut campur menggempur bangsat ini!."

Lalu tanpa peduli kecemasan Tong Gin
yan dan Pakkiong Eng, Liu Beng melangkah

maju dengan langkah-langkah seperti gajah,

sepasang tongkat besinya sudah dipegang

erat-erat. Ketika ia lewat dekat Tong Gin-yan,

ia tersambar hawa dingin sehingga bersin dan

berkata, "He, kenapa begitu dingin?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1060

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Cukup kejadian itu saja sudah membuat

heran orang-orang yang bertempur. Udara

dingin Hian-im-kang tak tertahan oleh

sembarangan orang, namun si kacung yang

ketolol-tololan itu hanya bersin satu kali dan

setelah itu maju terus seolah tak terjadi

apapun. Ketika lewat di dekat Pakkiong Eng

yang "menebar" kan udara panas, Liu Beng

juga hanya menggerutu, "Eh, kenapa di sini

sebaliknya malah begitu gerah?"

Maka baik Majikan Hek-eng-po, Tong

Gin-yan maupun Pakkiong Eng yang tadinya

menganggap Liu Beng tak berarti apa-apa

dalam pertempuran tingkat tinggi itu, kini

harus merubah pandangan, Orang yang tidak

pandai ilmu meringankan tubuh sehingga

langkahnya berbunyi keras, tidak berarti ilmu

silatnya rendah. Ilmu silat toh tidak terdiri dari

ilmu meringankan tubuh saja.

Begitu masuk arena, tongkat kanan Liu

Beng langsung mengepruk ke kepala Majikan

Hek-eng-po, gerakannya sederhana, tapi kuat

dan cepat.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1061

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Majikan Hek-eng-po tertawa dingin,

dengan congkaknya ia mengulur tangannya

untuk mencengkeram tongkat yang

menyambar kepalanya. Geraknya begitu cepat

sehingga batang tongkat besi tahu-tahu telah

tercengkeram olehnya, namun reaksi Liu Beng
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternyata mengejutkan juga. Tongkat kiri tiba
tiba dihantamkan ke tongkat kanannya, tepat

pada bagian yang dicengkeram Majikan Hek
eng-po, sehingga memungkinkan jari-jari dan

telapak tangan orang itu terhantam remuk.

Cepat-cepat Majikan Hek-eng-po melepas

cengkeramannya sambil mundur.

"Bangsat kecil, kumampuskan kau

sekalian!" bentak Majikan Hek-eng-po sambil

menyiapkan serangan ke arah Liu Beng, tapi

dari arah lain ujung-ujung pedang Tong Gin
yan dan Pakkiong Eng sudah menyambar

dengan hawa dingin dan panasnya.

Kini pertarungan berlangsung satu

lawan tiga. Dan semua pihak bersepakat dalam

hati bahwa kehadiran Liu Beng di arena

bukanlah sesuatu yang bisa dianggap angin

lalu saja. Meskipun kepandaiannya belum

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1062

Rewriter & Pdf Maker : OZ

setingkat Tong Gin-yan atau Pakkiong Eng, tapi

kalahnya juga hanya selapis.

Sepasang tongkatnya menyerang dalan

gerak-gerak sederhana dan polos, tetapi

serangan yang satu bersambung dengan

serangan lainnya tak habis-habisnya. Kadang
kadang gerakannya kacau diiringi langkah

alsempoyongan, namun cukup berbahaya.

"Cui-siang-sip-sik Siang-koai-hoat (ilmu

sepasang tongkat sepuluh jurus gajah

mabuk)!" geram Majikan Hek-eng-po setelah

mengenali gerak-gerak sepasang tongkat itu.

"Tikus tolol, apa hubunganmu dengan Cui
poan-siang (gajah gemuk pemabuk) Hong

Thai-pa?"

"Beliau adalah ayah-angkatku!" sahut

Liu Beng sambil menyerang dengan Cui-siang
kay-loh (gajah mabuk membuka jalan). Sambil

merendahkan tubuhnya sampai setengah

berjongkok , sepasang tongkat besinya

menyambar bersilangan ke arah lutut dan

tulang kering Majikan Hek-eng-po.

Pakkiong Eng sendiri heran melihat

kemajuan ilmu silat Liu Beng yang maju pesat

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1063

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dibandingkan tujuh bulan yang lalu. Tapi

keheranannya berkurang setelah mendengar

pengakuan Liu Beng bahwa ia menjadi anak
angkat dari Cui-poan-siang Hong Thai-pa,

tokoh terkenal dari Thai-san di pesisir timur.

Diam-diam ia ikut bergirang akan kemajuan

Liu Beng dan mengucapkan selamat meskipun

cuma dalam hati.

Menghadapi tiga orang muda yang

bergabung itu, Majikan Hek-eng-po benar
benar kehilangan peluang untuk berhasil

membunuh mereka. Satu demi satu orang
orang muda itu bisa dibantainya, namun tiga

sekaligus tidak mungkin membunuh mereka.

Tong Gin-yan berkelahi seperti harimau

kelaparan yang menerkam dan menerjang

dengan hebatnya, Pakkiong Eng berlompatan

seperti seekor naga terbang yang menyambar
nyambar di angkasa, Liu Beng menyeruduk

dan mengamuk seperti gajah kesurupan.

Akhirnya majikan Hek-eng-po dengan

gemas memutuskan untuk menunda

pembantaian atas diri mereka. Diam-diam ia

mengutuk dalam hati, kenapa bermunculan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1064

Rewriter & Pdf Maker : OZ

begitu banyak orang-orang muda berilmu

tinggi? Ia baru saja mendapat laporan anak

buahnya bahwa dua anak muda bernama Kam

Hong-ti dan Si Liong-cu juga sudah

mengobrak-abrik pekerjaan Hek-eng-po di

berbagai tempat....

Dengan dibarengi geraman yang

menyatakan kejengkelannya karena gagal

membunuh korban-korbannya, Majikan Hek
eng-po melakukan gempuran tiga kali beruntun

ke arah tiga sasarannya, sekedar untuk

melonggarkan kepungan. Setelah itu, seperti

segumpal asap yang berhembus , ia melompat

meninggalkan arena.

Liu Beng yang tidak kalah

mendendamnya dari Tong Gin-yan karena

tertumpasnya orang-orang Liu-keh-chung,

ternyata bagaikan didorong kekuatan gaib

telah melompatmenyusul Majikan Hek-eng-po

itu dari belakang sambil mengayunkan

lepasang tongkat besinya menghantam ke

sepasang pundak belakang musuh.

Majikan Hek-eng-po mendongkol sekali.

Tiba-tiba ia melejit sambil membalik tubuh

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1065

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dengan gerakan selicin belut, lalu melakukan

gerakan Oh-liong-tam-jiau (naga hitam

mengulurkan cakar) untuk mencengkeram

hancur leher Liu Beng.

Keadaan Liu Beng saat itu sangat

berbahaya, sebab dia terpisah dari

kerjasamanya dengan Tong Gin-yan dan

Pakkiong Eng. Sepasang tongkatnya yang

sudah terayun juga sulit ditarik kembali untuk

dijadikan pertahanan, sedang cakar Majikan

Hek-eng-po meluncur dari samping tanpa

terbendung lagi.

Melihat itu, demi menyelamatkan Liu

Beng, Tong Gin-yan dan Pakkiong Eng tanpa

berjanji telah melakukan gerakan yang hampir

bersamaan. Mereka melompati kepala Liu Beng

dari belakang dan berbarengan menikam ke

kepala musuh, memaksa musuh lebih dulu

membatalkan serangannya.

Cakaran Majikan Hek-eng-po ke leher

Liu beng itu menjadi lemah. Tidak berhasil

meremukkan tenggorokan Liu Beng, melainkan

hanya berhasil melukai kulit leher dan

merenggut lepas kalung lempengan besi yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1066

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tergantung di leher Liu Beng pada seutas tali

rami yang sederhana itu. Benda yang oleh Liu

Beng dianggap satu-satunya benda yang bisa

untuk menyelidiki asal-usul dirinya, benda

peninggalan ibunya.

Begitu kalung terampas, Liu Beng

menjadi nekad. Sambil menerjang ke depan, ia

berteriak, "Kembalikan kalungku!"

Majikan Hek-eng-po berhasil

menghindari serbuan beruntun dari ketiga

lawan mudanya. Sekilas ia sempat melirik

kalung rampasannya dan memperhatikannya di

bawah cahaya bintang yang tak seberapa.

Tiba-tiba tergetarlah hati Majikan Hek-eng-po

melihat kalung itu, guncangan hatinya begitu

hebat sehingga ia agak lengah. Ujung pedang

Pakkiong Eng sempat menyelonong dari

samping dan melukai punggung telapak tangan

kanannya.

Tetapi Majikan Hek-eng-po yang

biasanya membunuh manusia seperti

membunuh semut, tiba-tiba kehilangan nafsu

bertempurnya gara-gara melihat kalung

rampasan itu. Tubuhnya melesat tinggi seperti

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1067

Rewriter & Pdf Maker : OZ

seekor burung dan sekejap kemudian ia sudah

lenyap ditelan malam.

"Kalung peninggalan ibuku!" teriak Liu

Beng dengan suara setengah menangis sambil

mengejar. "Kembalikan kalungku!"

Tapi dalam ilmu meringankan tubuh, Liu

Beng justru amat rendah, meskipun ia pernah

latihan di Ki-lian-san, berlari-lari di lereng

gunung dengan kaki dibebani kantong pasir,

namun dibandingkan majikan Hek-eng-po dia

jadi mirip kura-kura yang hendak mengejar

kelinci.

"Percuma, saudara Liu!" Pakkiong Eng

melompat keluar. "Kita tak akan sanggup

mengejarnya, iblis itu terlalu lihai, apalagi

kalau iblis lainnya seperti Jiat-jiu Lokoai juga

ada di sekitar sini , kita hanya akan mengantar

nyawa!"

"Tapi kalungku.....satu-satunya
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peninggalan ibuku..." suara Liu Beng sedih

sekali.

Tadi, Pakkiong Eng sempat melihat

keanehan sikap Majikan Hek-eng-po ketika

melihat kalung Liu Beng, ia tidak tahu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1068

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bagaimana pastinya gejolak hati si maha

durjana itu, namun kini tugasnya hanyalah

menenangkan Liu Beng, juga menenangkan

Tong Gin-yan yang masih marah karena

kematian Lu Hian-to tepat di depan hidungnya.

"Menghadapi Hek-eng-po harus dengan

kepala dingin, saudara Liu", Pakkiong Eng

menepuk pundak si bekas kacung Liu-keh
chung yang berani dan setia itu. "Masih untung

kita bertiga tidak kehilangan nyawa di

tangannya yang ganas..."

Sesaat kemudian, ketiga orang muda

itu sudah mengelilingi api unggun yang

dinyalakan kembali di dalam rumah bobrok itu.

Melihat mayat Lu Hian-to, Liu Beng

terkejut, "Siapa dia?"

Tong Gin-yan menjawab sambil

mengertak gigi. "Dia temanku, salah satu

keganasan Hek-eng-po pula. Kita memiliki

musuh yang sama, saudara Liu".

Liu Beng meninju keras-keras lantai di

samping tempat duduknya sehingga ubin keras

itu retak. "Benar, saudara Tong. Aku akan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1069

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menentang Hek-eng-po kapanpun dan di

manapun kujumpai mereka!"

"Tapi hati-hatilah kalau kepergok tokoh
tokoh utama mereka," Pakkiong Eng

memperingatkan. "Bukankah gabungan kita

bertigapun hampir saja mampus semua di

tangan Majikan Hek-eng-po?"

**OZ**

Bersambung ke Jilid 19

Pojok Dukuh, 09-10-2018; 21:30 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1070

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya:STEVANUS, S.P.

Jilid 19

UCAPAN Pakkiong Eng itu bukan

karena ketakutan, namun sekedar

memaparkan kenyataan yang tak terbantah.

Ketiga oang muda itu boleh dihitung sebagai

jago-jago utama angkatan muda di dunia

persilatan, namun mereka bertiga maju

bersama tak bisa mengapa-apakan Majikan

Hek-eng-po. Punggung telapak tangan Majikan

Hek-eng-po tadi berhasil digores luka oleh

Pakkiong Eng, tapi bukan karena rendahnya

ilmu orang itu, melainan karena kelengahan

orang itu, yang seolah tersihir ketika melihat

kalung yang dijambretnya dari leher Liu Beng.

Sampai jauh malam, Pakkiong Eng

bercakap-cakap dengan Liu Beng yang

dianggapnya seorang sahabat lama, sedang

Tong Gin-yan yang biasanya ramah dan

senang bercanda itu, lebih banyak duduk

menyendiri dengan wajah muram, sambil

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1071

Rewriter & Pdf Maker : OZ

setiap kali mengertak gigi atau mengepal tinju

penuh kemarahan.

"Saudara Liu," kata Pakkiong Eng,

"Rasanya belum lama sejak kita berkenalan di

dekat Ki-lian-san, tempat pembantaian orang
orang Liu-keh-chung, dan saat itu ilmu silatmu

masih..." Pakkiong Eng ragu-ragu untuk

melanjutkannya dengan kata-kata "rendah"

sebab kuatir menyinggung Liu Beng.

Namun justru Liu Beng yang

melanjutkannya sambil tertawa polos,

"...masih sangat rendah? Memang. Kemudian

empat bulan aku belajar di Ki-lian-pai, namun

yang kudapatkan selama empat bulan itu tidak

ada artinya dengan yang kudapatkan selama

tiga bulan terakhir ini, sejak aku menjadi anak
angkat Cui-poan-siang Hong Thai-pa..."

"Jadi, pendekar pengembara dari timur

itu yang mengajarmu jurus-jurus silat?"

"Ya. Tapi ayah-angkatku tidak suka

memakai istilah "Jurus-jurus silat", beliau lebih

suka menyebut "cara berkelahi dan berusaha

untuk menang"! Aku hanya diajari sepuluh

gerakan sederhana dengan sepasang tongkat,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1072

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tetapi ayah-angkatku tak henti-hentinya

mengingatkan bahwa dalam pertarungan

sebenarnya tidak boleh terikat hanya oleh

sepuluh gerakan itu. Gihu (ayah angkat) juga

mengajari aku duduk bersila sambil mengatur

pernapasan, entah apa namanya, yang terang

aku merasakan hasilnya. Tubuhku senantiasa

segar, dan tenagaku terus bertambah".

Pakkiong Eng tersenyum mendengar

penuturan yang polos itu, dan ketika ia

menoleh ke arah Tong Gin-yan, dilihatnya

pemuda itupun tersenyum pula melupakan

kesedihannya, Pakkiong Eng menjadi lega

sedikit, "Ayolah, Yan-ko, ikut bercakap-cakap

dengan kami..."

Dengan susah-payah Tong Gin-yan

memaksa beberapa helai otot pipinya untuk

memperlebar senyumnya, meskipun hasilnya

hanyalah sebuah senyuman kecut, "Kalian

berdua saja yang bicara, aku cukup

mendengarkan".

"Jangan terlalu disedihkan apa yang

sudah terlanjur terjadi, saudara Tong", Liu

Beng ikut menghibur. "Akupun pernah begitu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1073

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sedih sampai hampir menggorok leherku,

untung dicegah Pakkiong Kohnio dengan

panahnya. Lalu aku memancangkan tekad di

hatiku, aku harus berlatih keras agar kelak

dapat menumpas Hek-eng-po, bibit

malapetaka umat manusia itu".

"Terima kasih, saudara Liu. Kau

membangkitkan semangatku kembali. Nah,

silahkan bicara terus, sayang ayam

panggangnya sudah habis. Lezat sekali."

"Tapi tadi kau mengatakan seperti

mengunyah sepatu...", potong Pakkiong Eng

tiba-tiba. Tong Gin-yan menyeringai tak

menjawab.

Sementara Pakkiong Eng berkata,

"Saudara Liu, sepuluh gerakan yang sederhana

itu jangan kau pandang enteng. Itulah yang

dikenal sebagai Cui-siang-sip-sik Siang-koai
hoat, Bukankah sepasang tongkatmu tadi

cukup mengejutkan majlkan Hek-eng-po

juga?"

"Benar. Sebulan yang lalu, sepasang

tongkatku juga berhasil mengemplang pecah

tiga perampok di Gunung Kek-mo-san. Tiga

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1074

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bersaudara yang dijuluki Jai-mo-sam-long (tiga

serigala berbulu coklat) ketika mereka dan

anaknbuah mereka menyerbu sebuah

dusun...."

Nada suara Liu Beng tak

menyembunyikan kebanggaannya. Ia menoleh

ke arah sepasang tongkat besinya yang

disandarkan di tembok di sebelah tempat

duduknya, seperti memandang sahabatnya

yang akrab.

Pakkiong Eng mengikuti arah

pandangan Liu Beng dan melihat sepasang

"sahabat"Liu Beng tersebut. Itulah sepasang

benda yang sangat sederhana. Dua buah

lonjoran besi yang bulatannya sebesar

mangkuk kecil, dipotong sama panjang,

masing-masing sepanjang lengan orang

dewasa. Melihat bekas-bekas gergajian kasar

di ujung benda-benda itu, terang kalau

sepasang tongkat itu bukan dibuat khusus di

pandai besi, melainkan mengambil entah dari
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mana. Pada bagian yang dijadlkan pegangan

tongkat, agar tidak licin kalau telapak

tangannya berkeringat, dibungkus dengan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1075

Rewriter & Pdf Maker : OZ

robekan-robekan kain yang diikat kuat dengan

tali kulit. Satu tongkat dibalut kain putih dekil,

tongkat lainnya dengan kain coklat bertotol
totol putih, keduanya bekas celana kolor yang

oleh Liu Beng ditemukan di pinggir jalan.

"Senjataku jelek bukan?" kata Liu Beng

tanpa malu-malu. "Ini kupotong dari sumbu

roda kereta yang sudah rusak, yang

kutemukan di pinggir jalan, agaknya bekas

dirampok. Kuambil besi sumbu keretanya, dan

jadilah senjata yang lumayan berguna".

Diam-diam Pakkiong Eng kagum kepada

kesederhanaan pikiran Liu Beng. Sahutnya,

"Siapa tahu kalau benda-benda rongsokan itu

berhasil memusnahkan Jai-mo-sam-long,

bukan? Saudara Liu, pertempuran dalam dunia

persilatan bukanlah kontes keindahan senjata,

tetapi kontes siapa yang lebih mahir

memainkan senjata itu. Betul bukan?"

"Benar sekali".

"Saudara Liu, aku punya berita yang

mungkin menggembirakanmu", kata Pakkiong

Eng tiba-tiba.

"Apa?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1076

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Keluarga Liu majiikanmu itu tidak

tertumpas habis, masih ada seorang cucu

keluarga Liu yang hidup...."

"Hah? Siapa?" Liu Beng melonjak

kegirangan, sambil mengharap nama cucu

yanq maih hidup itu benar-benar dari Liu-keh
chung, bukan dari Ki-lian-san yang memang

diketahuinya belum tersentuh orang-orang

Hek-eng-po.

"Liu Jing-yang. Ia sekarang menjadi

murid pendekar besar Sebun Him di Se-shia".

"Hah? Jadi seorang keturunan laki-laki

Keluarga.Liu masih ada? Terima kasih kepada

langit dan bumi. Aku harus segera berangkat

menemui Siauya Liu Jing-yang besok pagi..."

"Memang sebaiknya begitu, saudara

Liu. Dan aku juga ingin menitipkan pesan

kepada Sebun Taihiap, tolong kau ingat-ingat."

"Katakan, nona Pakkiong."

"Sebun Taihiap sangat membenci Hek
eng-po, tolong beritahu dia bahwa majikan

Hek-eng-po sudah muncul di dunia persilatan,

supaya keluarga Sebun lebih berhati-hati,

sebab mereka pun musuh Hek-eng-po".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1077

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Paham!" Liu Beng mengeluarkan

segebung kertas kusam, bekas bungkus
bungkus makanan yang dijahitnya menjadi

sebuah buku. Lalu dengan sebatang pensil

yang biasa untuk menghitamkan alis kaum

wanita, ia menulis pesan itu di salah satu

halaman dengan tulisan bergaya ceker ayam.

"Supaya tidak lupa", katanya kepada

Pakkiong Eng sambil memasukkan benda
benda itu kembali ke balik bajunya.

Pakkiong Eng cuma tersenyum saja.

"Dan pesan yang ini tidak usah kau tulis,

sebab untukmu sendiri. Kepada keluarga

Sebun, terutama kepada... kepada.. anak

lelakinya yang bernama Sebun Hiong, tidak

usah kau katakan tentang diriku. Kau bilang

saja bahwa berita tentang Majikan Hek-eng-po

itu kau dapatkan dari orang-orang di

perjalanan..."

"Baik, nona. Tetapi. inipun harus

kucatat supaya tidak lupa". Kembali Liu Beng

mengeluarkan "buku" dan pensilnya dan

mencatatnya pula, sehingga Pakkiong Eng

cuma geleng-geleng kepala.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1078

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sebenarnya, Pakkiong Eng masih inqin

bercakap-cakap, tapi ketika dilihatnya Liu Beng

menguap lebar-lebar secara terang-terangan,

Pakkiong Eng tahu bahwa bekas kacung itu

mulai mengantuk.

Lalu Pakkiong Eng menoleh ke arah

Tong Gin-yan, tetapi temannya itupun nampak

bemuram-durja sehingga Pakkiong Eng segan

mengajaknya bercakap-cakap. Kini

perhatiannya lebih banyak ditujukan ke arah

mayat Lu Hian-to.

Wakil pemimpin regu Bendera Putih dari

Hwe-liong-pqng itu nampak tidak terluka

seujung rambutpun di seluruh permukaan

kulitnya. Namun ketika Pakkiong Eng

menyentuhkan ujung jari-jarinya ke dada

mayat itu, maka tempat itu terasa empuk

seperti bantal saja. Jelaslah tulang-tulang dada

tokoh itu sudah remuk, Pakkiong Eng lalu

membayangkan betapa dahsyatnya pukulan

Majikan Hek-eng-po tadi.

Kekuatan pukulannya mungkin setara

dengan Kim-kong-ciang (telapak tangan

malaikat) kepunyaan Pun-bu Hweshio dari

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1079

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Siau-lim-pai yang tersohor itu, atau ayahnya

sendiri, atau Ketua Hwe-liong-pang.

Namun kemudian perhatian Pakkiong

Eng tertarik kepada telapak tangan kanan Lu

Hian-to yang kelihatannya menggenggam

sesuatu, entah apa.

"Yan-ko, tangan kanan Lu Hutongcu

nampaknya menggenggam sesuatu," demikian

ia mencoba menarik perhatian Tong Gin-yan,

karena Liu Beng sudah mendengkur keras

sekali dan air liurnya berleleran. "Mungkin

sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk tentang

rahasia pribadi Majikan Hek-eng-po yang

belum sempat diucapkan oleh Lu Hutongcu tadi

sebelum ajalnya..."

Betul juga, Tong Gin-yan mulai tertarik

perhatiannya dan menggeser mendekati mayat

itu. Lalu dengan agak dipaksa karena mayat itu

sudah membeku, ia buka telapak tangan Lu

Hian-to.

Benda yang digenggamnya hanyalah

secarik kain hitam, lebarnya tidak lebih dari

telapak tangan, nampaknya seperti sobekan

ujung baju. Di atas secarik kain itu tertulis

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1080

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kata-kata : "Toko Kain Hin-seng, Pak-toa-kai

(jalan raya utara), Se-shia".

"Kemungkinan besar ini adalah sobekan

baju Majikan Hek-eng-po. Apakah tokoh

misterius itu adalah...juragan toko kain itu?"

Pakkiong Eng keheranan.

"Ada dua kemungkinan. Dia si juragan

toko, atau hanya membeli bahan di toko itu.

Kalau kemungkinan yang terakhir, sulit

melacaknya, sebab tentu ada ribuan pembeli di

toko itu. Jadi petunjuk ini nyaris tak ada

gunanya sama sekali."

"Belum tentu", sahut Pakkiong Eng,

carikan kain itu disimpannya baik-baik

"Betapapun kaburnya petunjuk ini, lebih baik

daripada tidak ada sama sekali. Yang harus

waspada adalah Sebun Taihiap, dia

menyatakan diri sebagai musuh besar Hek
eng-po , dan ternyata ada jejak Hek-eng-po di

depan hidungnya. Di Kota Se-shia yang hanya

lima li dari rumahnya".

Mereka mempercakapkan berbagai

kemungkinan, tapi tak ada kesimpulan yang

memuaskan. Sementara pikiran Pakkiong Eng

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1081

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mulai bercabang, harus membantu menyelidiki

Majikan Hek-eng-po lebih dulu atau mengejar

jejak Pangeran In Ceng? Menyingkap misteri

Majikan Hek-eng-po menyangkut keselamatan

dunia persilatan, sedang urusan Pangeran In

Ceng menyangkut goncang atau tidaknya
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemerintahan kekaisaran.

Kedua-duanya sama pentingnya dan

bingung memilih. Atau ia harus berpisah

dengan Tong Gin-yan untuk menjalankan

urusan mereka sendiri-sendiri? Itupun amat

berbahaya. Kalau mereka sendiri-sendiri, tidak

usah bertemu Majikan Hek-eng-po, cukup

bertemu Jiat-jiu Lokoai saja pasti akan

melayanglah nyawa mereka.

Akhirnya mereka memutuskan untuk

istirahat dulu menjernihkan pikiran.

Keesokan harinya, dalam suasana

muram, mayat Lu Hian-to dikubur di tempat itu

juga dengan diberi batu nisan sederhana.

Setelah itu ketiga orang muda itu berpisahan.

Liu Beng akan ke rumah keluarga Sebun untuk

bergabung dengan Liu Jing-yang, sambil

menyampaikan pesan Pakkiong Eng tentang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1082

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Majikan Hek-eng-po, sedang Tong Gin-yan dan

Pakkiong Eng akan menjelajah ke timur untuk

urusan ganda, melacak Pangeran In Ceng dan

menyelidiki Majikan Hek-eng-po.

"Hati-hatilah, saudara Liu, kau berjalan

sendirian." pesan Tong Gin-yan pada Liu Beng.

"Kalian berdua juga hati-hatilah," kata

Liu Beng, "Tapi kita semua sama-sama

bertekad siap menerjang hutan golok dan

hujan panah, bukankah begitu?"

"Benar. Kalau kita tak sempat bertemu

lagi, mudah-nudahan arwah-arwah kitalah

yang akan sempat bertemu".

Biarpun mereka saling mengucapkan

kata-kata itu dengan nada ringan, tetapi dalam

kata-kata itu mereka seolah sudah berikrar

siap mati demi menumpas keangkara-murkaan

Hek-eng-po.

Liu Beng melangkah ke arah barat

sambil memanggul sepasang tongkat besi

bekas gergajian sumbu roda keretanya itu.

Langkahnya tegap penuh kepercayaan diri.

Sambil menatap langkah-langkah si

kacung sederhana itu, Tong Gin-yan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1083

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bergumam, "Hek-eng-po bertambah satu

lawan lagi. Si Pendekar Sumbu Roda Kereta..."

**OZ**

BAGIAN DUA PULUH

Liu Beng menempuh perjalanannya

dalam suasana prihatin. Ia bukan seorang yang

mengantongi banyak uang, karena itu ia

melakukan perjalanan dengan berusaha

sehemat-hematnya. Ia tidak pernah menginap

di penginapan, cukup di emperan toko atau

menumpang gratis di kuil-kuil. Makanannya

sederhana, dan setiap kali uangnya habis maka

diapun melakukan pekerjaan apa saja untuk

mengisi kantongnya hanya dengan beberapa

keping uang receh. Menjadi kuli angkut di

kota-kota yang dilewatinya, menyewakan

tenaga untuk menjadi penjaga pasar dari

gerayangan si tangan panjang, kadang-kadang

ikut rombongan piau-su (pengawal perjalanan)

untuk sekali jalan dengan upah sekedarnya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1084

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Yang terang semangatnya tidak susut.

Di tengah jalan sempat juga dihajarnya

beberapa gerombolan penjahat yang

menyusahkan rakyat. Entah penyamun di jalan

yang sepi, entah gerombolan pemeras

pedagang di pasar, entah pembesar-pembesar

desa yang menindas rakyatnya sehingga

sepanjang perjalanannya muncullah cerita

tentang seorang pengembara bertampang dekil

yang bersenjata sepasang tongkat besi

rongsokan.

Hari itu, dengan langkah lebar Liu Beng

melangkah keluar dari pintu gerbang selatan

kota Se-shia. Sepasang tongkatnya di panggul

dan ia melangka sambil bersiul-siul. Hatinya

gembira sekali karena tak lama lagi akan tiba

di rumah Keluarga Sebun dan bertemu dengan

tuan mudanya.

Ternyata untuk berjumpa dengan tuan

mudanya, ia tidak usah menunggu sampai ke

rumah Keluarga Sebun. Tengah ia berjalan

berlenggang-kangkung, dari arah belakangnya

terdengar derap kaki kuda. Ketika ia menoleh,

ada tiga penunggang kuda yang masih muda

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1085

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dan semuanya berpakaian indah, dua laki-laki

dan satu gadis. Dan salah seorang dari pemuda

itu adalah Liu Jing-yang yang tetap dikenalnya.

"Siauya! Siauya!" Liu Beng memanggil

kegirangan.

Sebaliknya Liu Jing-yang sudah tidak

mengenali Liu Beng yang tampangnya dekil tak

keruan itu, namun toh ia nenghentikan

kudanya, diikuti kedua teman seperjalanannya.

"Siapa kau?" tanyanya.

"Aku A-beng, hambamu dari Liu-keh
chung!" Liu Jing-yang tercengang.

"He, jadi kau adalah Liu Beng? Kenapa

sampai jadi semacam ini?"

"Aku mengembara mencari Siauya dan

membalas dendam kepada orang-orang Hek
eng-po. Dari seorang teman, aku mendengar

Siauya sudah menjadi murid Keluarga Sebun,

aku mengucapkan selamat! Siauya, bolehkah

aku mengabdi kepadamu kembali?"

Bertemu dengan kacungnya itu, biarpun

semasa di Liu-keh-chung banyak ketidak
cocokan, tapi Liu Jing-yang merasa senang

juga. Apalagi dirinya sendiri jugapernah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1086

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menjadi jembel sebelum diketemukan oleh

Keluarga Sebun dan disembuhkan dari akibat

ilmu sesatnya.

Sahutnya sambiI tertawa, "A-beng,

jangan kau anggap aku masih sebagai tuan

muda yang berkuasa menentukan segala
galanya seperti di Liu-keh-chung dulu. Aku

hanya menumpang di rumah Keluarga Sebun

sebagai seorang murid. Kalau kau ingin

bersamaku, mohonlah kepada tuan

rumahnya..."

Ia berkata sambil menunjuk Sebun

Hiong di sebelahnya. Liu Beng menoleh kepada

Sebun Hiong, dan bergetarlah hatinya oleh

semacam perasaan ganjil ketika bertatapan

muka dengan pendekar muda yang dijuluki Ci
him (si Beruang Ungu) itu. Terjadi

pertentangan antara otaknya dengan

perasaannya. Otaknya yang masih bekerja

dengan baik itu sadar sepenuhnya bahwa

antara dirinya dengan Sebun Hiong belum

pernah bertemu, pertemuan itu adalah

pertama kalinya. Namun perasaannya bergetar

aneh, mengatakan bahwa Sebun Hiong

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1087

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bukanlah orang asing baginya, rasanya begitu

dekat. Namun Liu Beng tidak tahu apakah yang

mendorongnya berperasaan demikian.

Sebun Hiong sendiri juga merasakan

naluri yang serupa, meskipun lebih lemah

getarannya. Timbul semacam pikiran dalam

hatinya, "Kalau aku kelak bertambah tua tiga

empat tahun lagi, wajahku barangkali akan

menjadi seperti kacung ini..." ia seolah

menghadapi sebuah cermin ajaib yang bisa

mempertua wajah orang yang bercermin

kepadanya.

Kemudian Liu Beng membungkuk

hormat sperti selayaknya seorang

berkedudukan rendah terhadap seorang tuan

muda dari sebuah keluarga yang kaya-raya

dan terkenal. Jauh lebih kaya dan terkenal dari

Liu-keh-chung tempatnya mengabdi dulu. Juga

jauh terkenal ketangguhannya. "Sebun Siauya,

bagaimana dengan permohonanku untuk

melayani Siauya Liu Jing-yang? Aku tidak akan

sekedar menjadi beban di Keluarga Sebun. Aku

bisa memotong rumput, mengapur tembok,
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1088

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyapu halaman, mengangkut air,

membersihkan kakus, memandikan kuda..."

Dari alam bawah sadar Sebun Hiong

sudah timbul perasaan akrab terhadap Liu

Beng, ingin rasanya Sebun Hiong langsung

menjawab untuk menerima Liu Beng di

rumahnya. Tapi ia ingat bahwa dirinya bukan

kepala rumah-tangga, masih ada ayahnya

yang ketat dalam menjalankan peraturan

keluarga dan pengambllan keputusan.

"A-beng, akupun tidak berhak

memutuskan. Tapi aku mengajakmu ke rumah

agar kau bisa mohon sendiri kepada ayah.

Akupun senang kalau kau diterima di keluarga

kami..."

"Akupun senang sekali", si gadis Sebun

Giok yang sejak tadi bungkam, tiba-tiba ikut

bicara sambil tertawa. "Aku akan minta kepada

ayah agar menerimamu..."

Liu Jing-yang melirik ke arah gadis itu

dengan sepasang alis yang berkerut, "Suci

(kakak seperguruan perempuan), mudah
mudahan kau benar-benar membutuhkan

tukang kebun".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1089

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sebun Giok terkikik genit sambil

mengulur tangannya untuk mencublt lengan

Liu Jing-yang. "Sute, begitu gampang kau

cemburu, bahkan hanya terhadap seorang

kacung?"

Liu Jing-yang dan Sebun Hiong ikut

tertawa pula, begitu pula Liu Beng. Tapi dalam

hati Liu Beng timbul dugaan bahwa antara Liu

Jing-yang dan Sebun Giok ada hubungan yang

lebih dari sekedar hubungan antara saudara

seperguruan, melihat sikap dan ucapan-ucapan

mereka. Diam-diam kacung itu berharap

mudah-mudahan Liu Jing-yang sudah bisa

bersikap lebih menghormat kepada wanita,

bukan seperti atas diri Yo Kim-hoa, si gadis

penjual kueh ketika masih menjadi tuan muda

di Liu-keh-chung dulu.

Biarpun dulu sering tidak cocok dengan

tuan-mudanya ini, toh kini Liu Beng

mendoakan kebahagiaan buatnya.

Maka rombongan itupun melanjutkan

perjalan menuju rumah Keluarga Sebun yang

tidak jauh lagi. Tugu yang menjadi batas tanah

milik keluarga Sebun itu sudah terlihat dari

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1090

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kejauhan. Sebun Hiong, Liu Jing-yang dan

Sebun Giok tetap menunggang kuda, sedang

Liu Beng sesuai dengan kedudukannya sebagai

kacung Liu Jing-yang tetap berjalan kaki

mengiringi mereka bertiga.

Sekali pernah juga Sebun Hiong

menoleh ke belakang sambil bertanya, "A

beng, kau lelah? Maukah berkuda denganku?

Sebelum Liu Beng menjawab, sudah

didahului oleh Liu Jing-yang, "Suheng nanti

debu di pakaian A-beng mengotori pakaian

Suheng", Lalu kepada Liu Beng "Kau tidak lelah

bukan?"

Liu Beng menggeleng, "Tidak, aku

sudah biasa berjalan jauh dengan berjalan kaki

saja". Demkianlah, tiga orang muda yang

tampan dan cantik serta berpakaian bagus
bagus, berkuda di depan. Di belakangnya

melangkah si dekil yang memanggul sepasang

tongkat rongsokannya, hanya memandang

pantat-pantat kuda di depannya.

Ketika tugu batas tanah milik keluarga

Sebun baru dilewati beberapa langkah, dan di

kejauhan sudah nampak atap puri Keluarga

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1091

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sebun yang menjulang seperti sebuah pulau di

lautan daun hijau, mendadak dari arah

belakang kembali terdengar derap kaki kuda,

dan suara memanggil-manggil.

"A-giok! A-giok!"

Seorang pemuda yang

gagah,berpakaian tidak kalah bagusnya

dengan pakaian yang dikenakan Sebun Hiong

dan Liu Jing-yang, memacu kudanya yang

tegar untuk menyusul. Ia diiringi empat lelaki

kekar yang berpakaian ringkas seperti para

piau-su (pengawal perjalanan). Semuanya

tidak bersenjata, namun sikap mereka

bukanlah sikap yang bersahabat.

Kedua rombongan itu kini sudah

berhadapan di tengah jalan. Sebun Giok

bersikap acuh tak acuh, Liu Jing-yang bersikap

dingin mengejek kepada pemuda y?ng

menyusul itu, sedangkan Sebun Hiong tidak

memberi kesan apapun.

Pemuda yang menyusul itu sekejap

melirik Liu Jing-yang dengan sikap marah dan

benci, namun kemudian perhatiannya lebih

ditujukan kepada Sebun Giok. Kata-katanya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1092

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tidak keras namun bernada menuntut, "A-giok,

sepuluh hari lebih aku berusaha menemuimu,

tapi gagal karena kau tidak mau menjumpai

aku. Ada apa dengan perubahan sikapmu

terhadapku ini? baru saja orang-orangku

melaporkan melihat kau berbelanja di kota,

tapi kenapa tidak singgah di rumahku seperti

biasanya?"

Sebun Giok diam-diam gembira sekali

melihat pemuda itu marah-marah karena

cemburu, semakin banyak laki-laki muda yang

berhasil dipermainkannya, semakin gembiralah

hatinya, karena merasa dirinya semakin "laris".

Kini ia sengaja membuat pemuda itu semakin

naik darah dengan sikapnya yang acuh tak

acuh.

"Kenapa harus menemuimu? Kenapa

harus datang ke rumahmu? Aku bebas

menentukan ke mana saja hendak pergi."

"Tapi ....hubungan kita bagaimana?"

"Hubungan apa? The Kim-hwe, jangan

menganggap hubungan kita terlalu

bersungguh-sungguh. Aku punya banyak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1093

Rewriter & Pdf Maker : OZ

teman lelaki, semuanya sama rata, apakah kau

minta diistimewakan?"

Sisa-sisa ketenangan The Kim-hwe

larut, hanyut oleh kemarahannya. "Sebun

Giok, berarti kau telah mempermainkan aku.

Apakah ini gara-gara kedatangan si kunyuk

pesolek itu?" Ia menyebut "kunyuk pesolek"

sambil menudingkan cambuk kudanya ke arah

Liu Jing-yang.

Sebelum Liu Jing-yang balas

mendamprat, Sebun Giok telah

mendahuluinya, "Kaulah si kunyuk yang tak

tahu malu. Kita hanya berteman biasa, dengan

hak apa kau hendak mengaturku agar aku

menuruti semua kemauanmu? Kau tidak

berharga dibandingkan Sute Liu Jing-yang. Dia

adalah tuan muda Keluarga Liu yang dihormati

di seluruh Lok-yang, sedangkan kau ini apa?

Hanya anak majikan sebuah perusahaan an

pengawalan kecil seperti Hek-hou Piau-tiam

saja berani mengimpikan yang tidak-tidak!"

Lelaki mana yang tahan "dibanting"

harga dirinya secara terang-terangan oleh

seorang gadis seperti itu? Apalagi The Kim-hwe

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1094

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pada dasarnya adalah anak manja, anak yang

biasa disanjung dan dihormati di Se-shia.

Ayahnya, The Tek-kong, adalah pemimpin Hek
hou Piau-tiam yang disegani. Caci-maki Sebun

Giok itu kontan membuatnya lupa diri.

Tiba-tiba ia melompat turun dari

kudanya, dan berseru marah, "Bagus, aku

memang anak seorang piausu miskin, mana

bisa aku bermimpi muluk menjadi menantu

Keluarga Sebun yang seperti keluarga dewaTeror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dewa yang turun dari langit? Tetapi apa

kelebihan orang she Liu itu daripadaku? Paling
paling hanya ingin mengincar harta benda

ayahmu! He, orang she Liu, ayo hadapilah aku

kalau berani!"

Hampir saja Liu Jing-yang melompat

turun dari kudanya pula untuk menghajar The

Kim-hwe yang tidak dipandangnya sebelah

mata. Namun Liu Beng telah mendahului

bersikap untuk membela tuan mudanya,

"Siauya, biarlah aku yang menghadapinya.

Sebenarnya, setelah mendengar

pertengkaran tadi, Liu Beng dapat

menyimpulkan apa yang telah terjadi. Diam
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1095

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dim ia juga tidak setuju kepada tingkah Sebun

Giok yang terlalu genit sehingga membuat

pemuda-pemuda jadi baku hantam

memperebutkannya. Namun diapun tidak suka

sikap The Kim-hwe yang kasar dan mencaci
maki Keluarga Liu tadi, sebab Keluarga itu bagi

Liu Beng adalah keluarga yang menghutangkan

budi sangat besar terhadapnya. Ia tentu sudah

mati kelaparan di pinggir jalan sebagai anak

gelandangan, mayatnya akan dikubur begitu

saja seperti mengubur mayat kucing atau

ayam, seandainya puluhan tahun yang lalu Liu

Hok-tong tidak memungutnya dan

memeliharanya. Karena itulah Liu beng siap

membela cucu penolongnya itu.

The Kim-hwe tercengang ketika melihat

yang menghadapinya bukan Liu Jing-yang yang

dicemburuinya, tetapi seorang pemuda yang

tampang dan pakaiannya dekil sekali,

memanggul sepasang besi yang pangkalnya

dibalut kain-kain gombal beraneka warna.

"Minggir kau, jembel kotor! Aku

menantang Liu Jing-yang dan tidak sudi

berurusan denganmu!" bentaknya sambil

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1096

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mendorongkan telapak tangannya ke samping

untuk membuat si jembel terjungkal. Sebagai

anak laki-laki The Tek-kong, dia dididik ilmu

silat aliran Siau-lim-pai sejak kecil oleh

ayahnya sendiri.

Dorongan telapak tangannya itu kuat

sekali, ia biasa melatihnya dengan mendorong

kantong pasir yang setiap kali dltambah isinya

sehingga menjadi dua kali lipat berat tubuh

lelaki kekar biasa. Dalam latihan, The Kim-hwe

sanggup mendorong roboh dua orang piausu

yang disuruhnya berdiri berdampingan sambil

berdiri kuat-kuat.

Namun kali ini The Kim-hwe terkejut.

Tubuh Liu Beng seperti sebuah tugu batu yang

tidak bergeming sedikitpun oleh dorongannya.

Malah Liu Beng sempat mengoceh sambil

tertawa-tawa.

"Hem, Liu Siauya sudah menjadi murid

Keluarga Sebun dan ilmunya tinggi sekali.

Sekali jotos, kau bisa kembali ke Se-shia lewat

udara. Karena itu, sebelum menghadapinya

dan berharap mengalahkannya, kalahkan aku

lebih dulu yang rendah ilmunya".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1097

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Merasa dipermalukan di depan Sebun

Giok, The Kim-hwe tidak sungkan-sungkan

lagi, tinju kanan segera menjotos dengan

gerakan Hek-hou-tau-sim (macan hitam

mencuri hati) ke lambung Liu

Beng.Gerakannya cukup mantap, di Hek-hou

Piau-tiam tidak sembarangan piausu bisa

lawannya.

Tapi Liu Beng hanya memiringkan

tubuhnya dengan enak, sambil melemparkan

sepasang tongkat besinya ke tanah karena

lawannya tidak bersenjata. Lalu tangan kiri

menangkap lengan lawan dan disentakkan,

tanpa ampun lagi The Kim-hwe roboh mencium

tanah. Ketika bangkit lagi, hidungnya berdarah

karena membentur tanah terlampau keras.

"Bangsat!" hanya sepatah kata itu yang

diteriakkan oleh The Kim-hwe untuk

menyatakan kegeramannya. Kembali dua

tinjunya menjotos serentak dalam gerakan

Siang-liong-jut-hai (sepasang naga keluar

lautan), disusul tendangan keras ke arah

lambung.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1098

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lagi-lagi pukulan maupun tendangan

berhasil dielakkan oleh Liu Beng, bahkan

tangannya dengan tangkas menangkap tumit

The Kim-hwe yang tengah menendang, lalu

dilemparkan ke atas. The Kim-hwe terkapar

terlelentang denga punggung terasa sakit, kali

ini tidak bisa bangkit sendiri dan ia harus

dibantu oleh dua orang pengiringnya. Mukanya

menyeringai sakit tetapi juga karena marah

dan malu, seringai campur aduk.

Melihat cara Liu Beng menghadapi The

Kim-hwe, diam-diam Liu Jing-yang dan Sebun

Hiong sama-sama heran. Gerakan-gerakan Liu

Beng tadi adalah gerakan-gerakan sederhana,

namun kecepatan dan ketangkasan dalam

menggunakan sehingga The Kim-hwe dua kali

jungkir balik adalah mengagumkan. Liu Jing
yang sudah berpuluh kali melihat kepandaian

silat Liu Beng sejak dari Liu-keh-chung dulu.

The Kim-hwe masih hendak mengamuk,

tetapi seekor kuda tegar berderap dari arah

kota Se-shia. Penunggangnya yanq tegap dan

berjubah indah sudah berteriak-teriak dari

kejauhan, "A-hwe, tahan dirimu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1099

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Itulah The Tek-kong, ayah The Kim
hwe, pemimpin pertama Hek-hou Piau-tiam

yang berjuluk Keng-thian-it-kun (pukulan

tunggal menggetarkan langit).

Dengan wajah merah padam The Tek
kong membentak anaknya sendiri, "Manusia

tak berguna! Membuang tenaga dan pikiran

hanya untuk seekor ra....eh, seorang gadis

yang tidak mengacuhkanmu!"

Hampir saja mulut The Tek-kong

menyebut Sebun Giok "seekor rase", untung

cepat digantinya dengan "seorang gadis"

karena bagaimanapun juga masih segan

terhadap Keluarga Sebun.

Tapi makiannya yang sempat diralat

tadi sempat juga membuat kuping Sebun Giok

merah karena marah.

"Kurang ajar sudah tua tapi bermulut

kotor", Sebun Giok hendak memajukan

kudanya ke arah The Tek-kong, tetapi

kakaknya merebut dan menahan kendali

kudanya sambil berkata, "Jangan kurang ajar,

A-Giok! Ingat pesan ayah, setidaknya kita

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1100

Rewriter & Pdf Maker : OZ

harus memandang wajah Pun-bu Hweshio

sebagai sahabat ayah".

"Tapi tua bangka itu hampir memaki

aku sebagai rase, tidakkah tadi Koko

mendengarnya?" sahut Sebun Giok penasaran.

"Dikiranya keluarga Sebun bisa dia hina

seenaknya".

Sebun Hiong menatap tajam-tajam adik

perempuannya dan berkata dengan suara

penuh tekanan, "Kalau kau tidak ingin dimaki

orang, ubahlah sedikit kelakuanmu terhadap

teman-teman lelakimu. Kau kira aku dan ayah

senang mendengarkan gunjingan orang-orang

di Se-shia tentang tindak-tandukmu, puteri

keluarga Sebun yang terhormat?"

Terhadap kakaknya yang senantiasa

bersikap angker dan bersungguh-sungguh ini,

Sebun Giok memang tak berani membantah

dan hanya menundukkan kepalanya sambil

memberengut.

Liu Jing-yang yang mendengarkan

perbantahan itu, diam-diam berubah

pandangan terhadap Sebun Hiong. Sebun

Hiong kini mulai dilihatnya sebagai batu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1101

Rewriter & Pdf Maker : OZ

penghalang bagi rencananya, mungkin suatu

saat kelak harus disingkirkannya. Namun ia

menyimpan kesan itu jauh-jauh dalam hatinya.

Sementara itu, The Kim-hwe telah naik

kembali ke punggung kudanya. Tangannya tak

henti-hentinya mengusap-usap hidungnya

yang nyeri, atau pakaiannya yang menjadi

kotor oleh debu.

Sedangkan The Tek-kong memberi

hormat dengan sikap amat resmi kepada

Sebun Hiong, namun suaranya sedingin

wajahnya yang tidak menyembunyikan

kejengkelannya, "Sampaikan salam sejahtera

ke hadapan ayahmu, Kongcu. Sudah kulihat

sendiri betapa gagah perkasanya sikap orang
orang Keluarga Sebun terhadap orang-orang

tak berdaya seperti kami. Hem, benar-benar

hebat".

Sebun Hiong membalas hormat dan

menjawab dengan sopan. "Paman The, aku

harap peristiwa kecil ini tidak sampai

mengganggu hubungan baik kita selama ini

sebagai sesama warga Se-shia yang

bertetangga".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1102

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Hem", The Tek-kong cuma mendengus

lalu memutar kudanya dan berderap kembali

ke kota Se-shia diiringi orang-orangnya.

"Lihatlah betapa hebat gara-gara yang hendak

kau perbuat...." Sebun Hiang menoleh kepada

adiknya dan berkata dengan nada menegur.

Adiknya hanya membuang muka.

Melihat itu, diam-diam Liu Beng timbul

rasa sukanya kepada Sebun Hiong, sebaliknya

mulai merasa muak terhadap Sebun Giok

meskipun gadis itu cantik.

Mereka melanjutkan perjalanan dan tak

lama kemudian tiba di depan puri keluarga

Sebun yang memberi kesan mewah, kokoh dan

angker. Dari atas dinding yang mirip benteng,

beberapa pelayan keluarga Liu sudah melihat

kedatangan mereka dan bergegas-gegas

membukakan pintu gerbang.

Di belakang pintu gerbang ada sebuah

dinding penahan angin, juga penahan

pandangan dari luar pintu gerbang agar tidak

bisa melihat langsung ke bagian dalam puri itu.

Dan perasaan Liu Beng bergetar keras ketika

melihat pada dinding itu terpahat lukisan besar

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1103

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang menggambarkan seekor beruang besar

sedang berdiri di atas kedua kaki belakangnya,

sementara sepasang kaki depannya terangkat

tinggi dengan cakar-cakarnya yang

terkembang. Kesannya gagah sekali. Tapi lebih

dari itu, lukisan pahatan itu mengingatkan Liu

Beng akan kalungnya yang dirampas Majikan

Hek-eng-po beberapa hari yang lalu. Pada

lempengan kalungnya itu juga ada lukisan

yang mirip dengan lukisan di dinding itu.

Melihat Liu Beng mengamat-amati

gambar itu, Sebun Hiing berkata, "Itu lambang

keluarga kami, A-beng."

"Hebat sekali, Siauya", sahut Liu Beng.

Di balik tembok, Liu Beng kagum

melihat luas dan rapinya rumah keluarga

pendekar itu, bahkan pelayan-pelayan juga

bersikap tertib seolah-olah prajurit yang ada di

tangsi. Tidak peduli hanya tukang rumput atau

tukang sapu.

Kepada seorang pelayan, Sebun Hiong

menanyakan di mana ayahnya, dan pelayan tu

menjawabnya bahwa majikannya ada di kebun

bunga. Sebun Hiong segera mengajak Liu Beng

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1104

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1105

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menemui ayahnya, sedang Liu Jing-yang dan

Sebun Giok memisahkan diri setelah

menyerahkan kuda-kuda mereka kepada

seorang pelayan untuk dibawa ke kandang.

Pelayan-pelayan melihat dengan mulut

melongo ke arah Sebun Hiong yang bersikap

demikian akrab terhadap seorang

"gelandangan" yanq memanggul sepasang

tongkat besi itu.

"Apakah rumah majikan kita akan

berubah menjadi tempat penampungan para

gelandangan?" seorang tukang rumput berbisik

kepada rekannya, si tukang sapu. "Beberapa

saat yang lalu, kita mendapat seorang

gelandangan berotak miring, yang setelah

sembuh lalu menjad murid Toaya, bahkan

mungkin akan menjadi calon menantunya. Kini

datang seorang lagi..."

"Tapi yang ini tidak gila".

"Memang, tapi baunya luar biasa. Tadi ketika

lewat didekatku aku mencium bau badannya.

Aku berani bertaruh sebulan gajiku, dia pasti

tidak mandi lebih dari tiga hari".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1106

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Tapi biarlah, semakin banyak teman kita,

semakin ringan pekerjaan kita.

Akan aku usulkan kepada ciangkui (pengurus

rumah tangga) agar pegawai baru itu diberikan

tugas membersihkan kakus-kakus. Cocok

dengan baunya...."

"...dan cocok pula dengan rambutnya

yang seperti sikat pembersih kakus. .."

Sebun Him sedang duduk merenung di

sebuah pondok kecil tak berdinding, hanya

berpagar setinggi perut, yang letaknya seperti

sebuah pulau kecil di tengah-tengah sebuah

kolam pohon teratai yang luas, dihuni ratusan

ikan dan puluhan burung wan-yoh yang hilir

mudik di kolam dengan riangnya.

Ia menengok ketika mendengar

langkah-langkah kaki menapak di jembatan

kayu bercat merah yang menghubungkan

pulau kecil itu dengan tepi kolam. Dilihatnya

anak laki-lakinya datang diiringi Liu Beng.

Komentar si tukang rumput tadi tidak keliru,

bau badan Liu Beng sudah tercium dari jarak

beberapa langkah, sayup-sayup terbawa angin

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1107

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memasuki hidung Sebun Him. Bau ini salah

satu penyebab sehingga ia menoleh.

"Ayah..." Sebun Hiong menyapa.

Sedang Liu Beng tanpa disuruh sudah

berlutut, "Toaya..." Liu Beng sudah

memperhitungkan bahwa Sebun Him sebagai

seorang tuan besar yang kaya raya dan

pendekar terkenal dunia persilatan tentu akan

bersikap angker. Tapi perhitungannya keliru.

Melihat Liu Beng, Sebun Him malah

menunjukkan sikap agak kaget, dan sinar

matanya kelihatan aneh sekali ketika menatap

Liu Beng. Satu hal yang pasti, sinar mata itu

tidak menunjukkan pemusuhan, atau

kebencian, atau memandang rendah.

Sebaliknya malah memancarkan kehangatan,

kasih-sayang, bahkan kelihatan agak terharu

juga. Ini sangat mengherankan Liu Beng,

sebab rasanya baru sekali ini ia bertemu

dengan pendekar terkenal di Siam-sai ini.

Sebun Hiong sendiri merasa sikap

ayahnya agak luar biasa. Namun ia bukan

cuma heran terhadap ayahnya, tapi juga

kepada dirinya sendiri. Kenapa diapun merasa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1108

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Beng lain daripada yang lain? Kenapa

diapun merasa ikut senang ketika melihat

ayahnya bersikap demikian kepada Liu Beng?

Pengaruh aneh apa yang mempengaruhi

diri ayahnya dan dirinya sendiri? Apakah Liu

Beng ini punya guna-guna untuk memikat

orang agar merasa senang kepadanya? Sebun

Hiong tiba-tiba merasakan bahwa Liu Beng ini
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh lebih menyenangkan hatinya

dibandingkan Liu Jing-yang yang menjadi adik
seperguruannya, entah kenapa. Rasanya

hubungan antara dirinya dengan Liu Beng

begitu dekat.

"Ayah, A-beng ini adalah bekas kacung

Liu Sute ketika masih di Liu-keh-chung dulu.

Kami bertemu secara kebetulan ketika dalam

perjalanan pulang belanja dari Se-shia. Kalau

ayah tidak berkeberatan, A-beng ingin bekerja

di tempat kita untuk mendampingi Liu Sute

sebagai bekas tuan-mudanya...."

"Tentu, aku tidak keberatan", jawaban

Sebun Him serta merta, mengagetkan Sebun

Hiong. Biasanya ayahnya sangat berbelit-belit

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1109

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ketika menerima pegawai baru, namun sikap

ayahnya kali ini memang luar biasa.

"A-beng, kau boleh bekerja di sini"

"Terima kasih, Toaya", sahut Liu Beng

kegirangan, tidak menduga kalau semuanya

berlangsung semudah itu, padahal Pakkiong

Eng pernah menceritakan betapa ketat dan

angkernya Keluarga Sebun ini. "Aku akan

bekerja dengan baik, Toaya. Aku memotong

rumput, memandikan kuda, membersihkan

kakus, memasak dan...."

"Tidak, kau tidak boleh melakukan

pekerjaan-pekerjaan kasar itu," Sebun Him

menukas. "Kau akan menduduki jabatan

Huciangkui (wakil pemimpin urusan rumah

tangga), kerjamu hanya mengawasi pegawai
pegawai lainnya. Gajimu duapuluh tahil

sebulan..."

Keruan Liu beng mencapai puncak

keheranannya sampai mulutnya melongo lebar.

Ia baru tersentak dari lamunannya ketika

Sebun Hiong menepuk pundaknya, "A-beng,

selamat."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1110

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Tetapi...tetapi...aku hanya...kacung

biasa..." katanya tergagap-gagap. "Aku

...terlalu berat menerima kehormatan setinggi

itu".

Sebun Him berkata sambil tertawa, "

Aku memang harus menghargaimu lebih dari

pegawai-pegawai lainnya. Aku sudah

mendengar kabar di luaran, bagaimana berani

dan setianya kau ketika membela Liu-keh
chung. Apalagi sekarang kau adalah anak
angkat Cui-poan-siang (si gajah gemuk

pemabuk) Hong Thai-pa..."

Berucap sampai sekian, Sebun Him

tiba-tiba sadar bahwa ia sudah terlanjur jauh,

namun kata-kata sudah terlanjur meluncur

keluar dan tak mungkin disedot kembali ke

dalam mulut.

"Eh, jadi Toaya sudah tahu bahwa aku

dalah anak-angkat beliau...?" "Eh...ya, hm,

aku...aku mendengar berita di luaran tentang

itu...." sahut si Majikan keluarga Sebun itu

agak terbata-bata.

Liu Beng heran. Tentang dia

mengangkat ayah kepada Hong Thai-pa itu,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1111

Rewriter & Pdf Maker : OZ

rasanya yang mengetahui peristiwa itu baru

Tong Gin-yan dan Pakkiong Eng, belum ada

orang ketiga, kenapa Sebun Him sudah tahu?

Apakah barangkali Sebun Him sudah bertemu

dengan ayah-angkatnya, entah kapan dan

dimana, karena sang ayah-angkat itu juga

seorang pendekar yang terkenal di wilayah

timur? Kalau begitu, tidak mengherankan kalau

sikap Sebun Him terhadap dirinya begitu

baiknya...

Sebagai seorang yang berpikiran polos,

apa yang terpikir di benaknya langsung

dikatakannya terang-terangan, "Toaya, apakah

toaya sudah bertemu dengan Gihu (ayah
angkat)? Sebab hampir belum ada yang ku

beritahu tentang pengangkatan ayah itu?"

Sebun Him mengibaskan tangannya,

tidak mau menghiraukan pertanyaan itu.

Sedangkan Sebun Hiong berkata dengan

bersemangat, "Bagus kalau A-beng murid

pendekar dari Thai-san itu, aku akan

mempunyai kawan latihan yang memadai.

Sejak Pakkiong Eng pergi dari sini, tidak ada

lawan latihan yang memadai. Liu Sute dan A
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1112

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Giok lebih suka bertamasya ambil

berpacaran... "

Sebun Him tertawa, "A-hiong, kau pergi

panggil Ho Ciangkui kemari. A-Beng, duduklah

di sini untuk berbicara sebentar dengan aku".

"Ah, mana berani aku duduk sama

tinggi dengan toaya..."

"Aku yang memerintahkan, duduklah..."

Terpaksa dengan sikap yang agak

canggung, Liu Beng duduk pula. Apa yang

dialaminya hari itu rasanya seperti mimpi saja,

namun mimpi yang menyenangkan.

Sementara Sebun Hiong sudah

melangkah pergi untuk menjalankan perintah

ayahnya.

"Liu Beng, apakah kau benar-benar she

Liu?" itulah pertanyaan Sebun Him yang

pertama kepada pemuda dekil di hadapannya,

sementara matanya dengan lembut tak henti
hentinya memandang wajah Liu Beng.

Liu Beng menarik napas, "Orang yang

tidak tahu siapa ayahnya seperti aku bisa

punya she? She Liu kupakai karena itulah she

seorang yang menolongku dari kedinginan dan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1113

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kelaparan ketika aku menjadi gelandangan cilik

yang hampir mati di pinggir jalan, sesaat

setelah ibuku dikuburkan."

Hati Sebun Him tertusuk mendengar

itu, suaranya agak bergetar, "Kau...kau pernah

menderita sehebat itu?"

"Ah, itu kisah masa lalu yang tidak ada

gunanya diceritakan, membuat Toaya merasa

ikut sedih pula. Toh kemudi aku hidup

berkecukupan di Liu-keh Chang,. meskipun

hanya menjadi kacung. Loya Liu Hok-tong

yang menolongku itu bersikap sangat baik

kepadaku. Sayang..."

Terdengar gigi Liu Beng gemeretakan,

gemeretak pula ruas-ruas tinjunya yang

dikepalkan erat-erat. "...sayang sekali, Loya

yang begitu baik terhadapku dlbantai oleh

orang-orang Hek-eng-po dan aku terlalu tidak

becus untuk membelanya. Salah satu cita
citaku saat ini adalah menghancurkan Hek
eng-po dan melihat mayat Majikan Hek-eng-po

tercincang hancur..."

Hati Sebun Him tergetar, lalu ia menarik

napas beberapa kali untuk meredakan gejolak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1114

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hatinya. "Cita-cita yang hebat, Liu Beng.

Menghancurkan Hek-eng-po juga menjadi cita
cita Keluarga Sebun kami, sebagai benteng

kaum ksatria di Siam-sai ini. Aku akan

membantumu kelak. "

Omong-omong soal Majikan Hek-eng
po, Liu Beng jadi teringat pesan Pakkiong Eng

yang dititipkan kepadanya untuk disampaikan

kepada Sebun Him. Tangannya merogoh

bajunya dan mengeluaran kitab catatannya

yang terdiri dari bungkus-bungkus makanan

yang dijahit secara kasar. Dibacanya pesan

Pakkiong Eng yang tertulis di buku catatannya

itu.

"Eh, apa itu?" tanya Sebun Him heran.

Samar-samar tercium bau campuran dari

kuweh kacang, bakpao isi babi dan arak dari

arah buku di tangan Liu Beng tersebut.

Dengan agak tersipu Liu Beng kembali

menyimpan bukunya, dan berkata, "Toaya, aku

membawa pesan dari seseorang untuk

disampaikan kepada Toaya".

"Dari siapa, dan apa isi pesannya?"
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1115

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Dari nona Pakkiong Eng yang katanya

pernah ada di rumah ini selama beberapa hari.

Tentang Majikan Hek-eng-po, nona Pakkiong

Eng berpesan bahwa misteri yang menyingkap

pribadi Majikan Hek-eng-po itu sudah sedikit

tersingkap dan Toaya harus diberitahu agar

waspada..."

Hampir saja Sebun Him terlempar dari

kursinya ketika mendengar kalimat "misteri

sudah agak tersingkap" itu. "Apa saja yang

dikatakan Pakkiong Eng kepadamu?"

"Toaya agaknya begitu membenci Hek
eng-po, lihat saja sikapnya yang begitu

bernafsu ketika mendengar pesan ini", pikir Liu

Beng ketika melihat sikap Sebun Him. Katanya,

"Menurut dugaan nona Pakkiong Eng, jejak

Hek-eng-po mungkin bisa ditelusuri dari Toko

kain Hin-seng di jalan raya Pak-toa-kai, kota

Se-shia. Toaya harus waspada karena kota Se
shia berada tepat di depan hidung kita".

"Hanya itu?"

"Ya, hanya itu. Tapi petunjuk yang

lumayan bukan? Daripada kita terus-teusan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1116

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dibingungkan oleh ulah Majikan Hek-eng-po

yang seperti hantu itu".

Sebun Him mengendorkan kembali oot
ototnya yang tegang dan menyandaran

punggungnya ke sandaran kursi. "Damana

Pakkiong Eng bisa tahu hal itu?" tanyanya.

"Beberapa hari yang lalu, pada suatu

malam. aku kebetulan memergoki nona

Pakkiong dan seorang pemuda temannya, yang

ternyata adalah anak laki-laki Pangcu Hwe
liong-pang, tengah mengeroyok seorang

berjubah hitam yang bukan lain dari Majikan

Hek-eng-po. Tanpa pikir panjang aku ikut

bertempur dan Majikan Hek-eng-po berhasil

dipukul mundur oleh kami bertiga, tapi kalung

peninggalan ibuku berhasil dirampas oleh iblis

keparat itu..."

"Jangan bersedih, aku berjanji

kepadamu, A-beng. Dalam waktu kurang dari

lima hari, akan kucari Majikan Hek-eng-po, dan

aku rebutkan kembali kalung itu untukmu.

Teruskan ceritamu tadi".

"Ah, hanya seuntai kalung besi bertali

rami yang tidak ada harganya dibandingkan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1117

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tenaga Toaya untuk merampasnya kembali,

aku tidak berani menyusahkan Toaya. Eh,

ceritaku tadi sampai pada..."

"...kalian bertiga melawan Majikan Hek
eng-po".

"Ya, tepat. Di dalam rumah itu ada

sesosok mayat, seorang anggota

berkedudukan tinggi dari Hwe-liong-pang yang

katanya tewas di tangan Majikan Hek-eng-po,

agaknya tewasnya orang itulah yang membuat

Tong Gin-yan bertempur kalap ketika

menghadapi Majikan Hek-eng-po.... Eh,

ceritaku menyeleweng lagi.... Di dalam

genggaman mayat yang kuketahui bernama Lu

Hian-to itu ada secarik kain hitam, diduga

sobekan ujung jubah Majikan Hek-eng-po yang

juga serba hitam. Nah, pada carikan kain itulah

tertera nama toko kain itu..."

Sebun Him tertawa mendengar

penuturan itu, "Pakkiong Eng itu biarpun

cerdik, tapi masih kurang pengalaman dan

agak kekanak-kanakan. Hanya secarik kain

saja mana bisa dia menganggap seolah-olah

sudah berhasil menemukan jejak Majikan Hek
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1118

Rewriter & Pdf Maker : OZ

eng-po? Toko Hin-seng di Se-shia adalah toko

besar, setiap hari ratusan pembeli keluar

masuk di toko tersebut utuk membeli kain,

mungkinkah kita bisa menemukan Majikan

Hek-eng-po dengan menyelidiki begitu banyak

orang?"

"Tapi kain warna hitam adalah kain

yang jarang dibeli orang karena warnanya

yang tidak menarik. Mungkin penyedikan bisa

lebih terarah..."

Diam-diam Sebun Him membatin,

meskipun Liu Beng nampaknya lugu dan polos,

tetapi bukannya bodoh. Sebun Him rara

haruslah cukup berhati-hati untuk

mengucapkan setiap patah kata di depan

kacung barunya itu...

"Ya, tentu saja aku akan tetap

menyelidiki petunjuk yang bagaimanapun

lemahnya. Eh, tadi kau bilang bahwa ada

anggota tingkat tinggi Hwe-liong-pang yang

tewas dibunuh Majikan Hek-eng-po, apakah

pertentangan terbuka antara kedua kelompok

itu sudah mulai?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1119

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Entahlah, Toaya. Tapi melihat sikap

Tong Gin-yan begitu geram atas kematian Lu

Hian-to, nampaknya Hwe-liong-pang bisa lebih

dulu mengobarkan pertentangan terbuka

dengan Hek-eng-po. Syukur kalau begitu, biar

iblis-iblis Hek-eng-po tahu bahwa masih ada

kekuatan yang berani membendung nafsu

angkara murka mereka. Dan itu bukankah

berarti Hwe-liong-pang adalah sekutu kita?"

"Hem....ya, begitulah. Tapi adalah lebih

baik kalau antara Hwe-liong-Pang dengan

Keluarga Sebun bisa bertindak dalam satu

rencana yang terpadu. bukan bertindak

sendiri-sendiri. Tentu hal ini akan lebih

mempercepat kehancuran Hek-eng-po. Kau

sependapat, A-beng?"

Liu Beng merasa mendapat kehormatan

besar, bahwa dia seorang kacung yanq baru

diterima belum ada sejam yang lalu, kini telah

dimintai pendapat oleh pendekar besar yang

terkenal untuk sebuah urusan besar.

Diapun menjawab, "Benar, semua

kekuatan putih di dunia persilatan harus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1120

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyatukan langkah menghantam Hek-eng
po, Toaya benar-benar berpikiran luas".

"Bagus kalau kau sependapat. Kelak

kalau kau bertemu lagi dengan sahabatmu dari

Hwe-liong-pang itu,tanyakan kepadanya

tentang langkah-langkah yang hendak diambil

oleh pihak Hwe-liong-pang, sia-sia saja orang
orang Hwe-liong-pang yang sudah berhasil

menyusup masuk menjadi orang Hek-eng
po,agar Keluarga Sebun dapat membantu

sekuat tenaga kepada gebrakan Hwe-liong
pang itu. Kau paham?"

"Paham sekali, Toaya," sahut Liu Beng

bersemangat. Semangatnya berkobar-kobar

karena dirinya termasuk dalam barisan yang

akan menumpas Hek-eng-po. "Hari-hari akhir

gerombolan iblis itu sudah dekat. Siapa suruh

mereka begitu sewenang-wenang bertindak

terhadap orang lain?"

Sebun Him membiarkan saja kacung

barunya itu tetap dalam keadaan demikian.

Sementara itu, Sebun Hiong telah melangkah

datang kembali dengan diiringi Ciangkui she

Ho. Seorang lelak kurus kecil dengan muka

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1121

Rewriter & Pdf Maker : OZ

lancip sepert tikus, berkumis tikus pula. Begitu

mirip tikus tampangnya, sehingga pegawai
pegawai lainnya sering mencemaska nyawanya

jika ada kucing berjalan-jalan di dekat Ho

Ciangkui...

"Ayah, Ho Ciangkui. ..."

Kemudian mata tikus Ho Ciangkui yang

hanya setitik kecil itu membesar empat kali

lipat karena herannya melihat majikannya

duduk sederajat denga seorang pemuda kotor

mirip gelandangan. Bahkan bercakap-cakap

dengan ramahnya. Hampir saja Ho Ciangkui
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergabung dengan bebek-bebek dan ikan-ikan

di kolam teratai karena kagetnya.

"Toaya memanggil aku?" tanya Ho

Ciangkui, sementara matanya tak berkedip

menatap Liu Beng yang nampak bagaikan

makhluk aneh dari dunia lain. Mencoba

mencari kelebihan apa yang ada pada diri Liu

Beng sehingga mendapat kehormatan sebesar

itu, yang belum pernah dialami oleh Ho

Ciangkui sendiri. Mata tikusnya tak berhasil

menemukan kelebihan apapun, tapi panca

inderanya yang lain, hidungnya, berhasil

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1122

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menemukannya. Bau campur aduk, agaknya

hanya "kelebihan" itu yang berhasil ditemukan.

Sebun Him mencoba meredakan

keheranan Ho Ciangkui. "Ho Kian, aku

perkenalkan Liu Beng, murid dan anak-angkat

Hong Thai-pa, pendekar dari timur. Ia akan

menjadi wakil Ciangkui, mudah-mudahan kau

bisa bekerja sama dengan baik dengannya

untuk mengawasi kerja pegawai-pegawai kita".

"Baik, Toaya...."

Tadi Sebun Him sengaja tidak

menyertakan "pangkat" Liu Beng sebagai

bekas kacung Liu Jing-yang di Liu-keh-chung,

untuk sedikit mengangkat Liu Beng di mata Ho

Ciangkui yang nama aslinya Ho kian itu.

Lalu Sebun Him berkata lagi, "Liu Beng

akan mendapat dua puluh tahil sebulan, mulai

bulan ini juga. Empat potong pakaian yang

pantas untuk kedudukannya sebagai

Huciangkui setiap bulan dan makan bebas

meminta kepada pengurus dapur. Apapun

dimintanya, usahakan tersedia... "

Justru Liu Beng sendiri yang merasa

tidak enak dengan sambutan yang berlebihan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1123

Rewriter & Pdf Maker : OZ

itu, "Toaya, soal makan, aku sudah biasa

makan apa saja asal kenyang. Biarlah jatah

makanku sama dengan pegawai-pegawai

lainnya saja..."

"Tidak, ini keputusanku ", sahut Sebun

Him yang ingin menyenangkan Liu Beng.

Kepada Ho Kian ia melanjutkan perintah
perintahnya, "Suruh orang membersihkan

salah satu ruang di sayap utara untuk menjadi

tempat tinggalnya, dan dalam waktu dua hari,

semua pegawai di lingkungan rumah ini harus

sudah mengenal Liu Beng dan tahu bagaimana

kedudukannya..."

"Baik, baik, Toaya", Ho Kian

mengangguk-angguk berulang kali, namun

mencaci-maki dalam hatinya. "Maknya, untuk

mencapai kedudukan seperti itu, dulu aku

harus mengabdi limabelas tahun lebih.

Sekarang tikus selokan ini mendapatkannya

hanya dalam satu hari saja ..."

Sementara si "tikus" selokan Liu Beng

telah memberi hormat kepada Ho Kian, "Aku

harap Ciangkui tidak keberatan bekerja-sama

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1124

Rewriter & Pdf Maker : OZ

denganku. Mudah-mudahn aku bisa

membantu..,"

Ho Kian membalas hormat, "Tentu saja,

saudara Liu, tenagamu tentu akan sangat

berharga".

"Nampaknya kalian berdua langsung

merasa cocok satu sama lain", kata Sebun Him

gembira. "Nah, Ho Kian, apa yang sudah kau

persiapkan untuk rekan barumu ini?"

"Aku pikir...saudara Liu ini perlu air

hangat, sikat, sabun, pisau cukur dan mungkin

sedikit pewangi.."

Sebun Him dan Sebun Hiong tersenyum

mendengar itu, sedang Liu Beng menyeringai

agak tersipu-sipu, namun ia tidak marah

karena menganggap Ho Kian berkelakar saja.

"Maafkan aku, Toaya dan Siauya, begitu

tegesa-gesa tadi aku ingin menemui kalian

sehingga lupa memperhatikan penampilanku

yang pantas".

Kemudian Liu Beng diantarkan oleh Ho

Kian ke ruangan yang bakal ditempatinya. Ia

sudah berkali-kali kaget sehingga kini tidak

kaget lagi melihat bahwa dirinya mendapat

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1125

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ruangan yang begitu besar dan nyaman. Di

Liu-keh-chung dulu, ruang sebesar itu hanya

ada tiga, ditempati Liu Goan, Liu Seng dan Liu

Jing-yang. Kini, Liu Beng mendapatkannya

pula.

"Ini tempatmu, saudara Liu", kata Ho

Kian.

"Terlalu besar dan bagus untukku, di

Liu-keh-chung dulu aku hanya menempati..."

"Ah, dulu di Liu-keh-chung saudara

hanyalah ka...eh, pegawai biasa. Di sini kau

adalah Huciangkui dari sebuah keluarga yang

jauh lebih besar dari Liu-keh-chung".

"Betul juga, Sebun Toaya menanam

teralu banyak kebaikan kepada diriku."

"Karena itu, kita semua harus

menunjang Toaya mencapai cita-cita

besarnya!"

"Cita-cita besar?"

"Ah, sudahlah, Iupakan saja. Mulutku

tadi terlanjur omong yang bukan-bukan. Nah,

saudara Liu, air mandimu sudah datang berikut

pelayan-pelayan yang akan melayanimu..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1126

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Beng merasa sangat canggung,

sebab dua orang yang akan melayaninya

mandi itu adalah pelayan-pelayan perempuan

muda semua. Dua orang lelaki menggotong

sebuah tahang besar berisi air hangat dan Liu

Beng tahu bahwa ia harus mandi dengan "gaya

tuan besar" alias mencebur ke dalam tong

besar itu.

Satu pelayan lagi memegang baki besar

dengan pakaian bersih, handuk sabun, sikat,

pisau cukur dan perlengkapan Iain yang

malahan membuat Liu Beng berkunang-kunang

matanya.

"Letakkan saja di situ". Liu Beng

menunjuk ke dalam kamarnya. "Aku biasa

mandi ...sendiri..."

"Perintah Toaya, kami berdua harus

melayani Huciangkui", sahut dua pelaya wanita

itu dengan hormat.

Liu Beng benar-benar kebingungan. Di

Liu-keh-chung dulu juga ada Huciangkui,

namun tidak seperti ini, dan ia tidak pernah

menduga akan diperlakukan seperti itu.

"Paman Ho, ba bagaimana ini sebaiknya?" ia

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 1127

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berkata kepada Ho Kian dengan nada seorang

pesakitan yang menghadapi tiang gantungan.

Ho Kian menyeringai, "Jangan gugup

dan jangan menolak penghargaan yang

diberikan oleh Toaya kepadamu. Biasa-biasa

saja, saudara Liu, itu kehormatan bagimu."

Liu Beng tidak bisa mengelak lagi. Maka

tong air hangat itu digotong masuk, Liu beng

segera mencopot semua pakaiannya dan

mencebur masuk ke dalam tong, namun celana

pendeknya, satu-sanya pakaian yang masih

melekat di tubuhnya, tidak dilepaskannya

melainkan dibawa mencebur sekalian.

"Tidakkah celana pendek itu dilepas

sekalian, Huciangkui?" tanya seorang pelayan

tanpa kikuk, sebab ia sudah biasa melayani

Sebun Hiong dan Liu Jing-yang mandi.

"Ti...tidak usah..." 'sahut Liu Beng

kuatir kalau celana pendeknya dilepas sekalian,

maka makhluk kecil penghuni celananya itu

akan menjadi liar dan menuntut yang bukan
bukan, sebab di hadapannya ada dua gadis

cantik yang juga sudah melepaskan pakaian


Rahasia Benteng Kuno Thian Ge Tjiat Harimau Mendekam Naga Sembunyi Karya Carry Me Down Karya Mj Hyland

Cari Blog Ini