Ceritasilat Novel Online

Teror Elang Hitam 2

Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 2



Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 106

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bernama Ko In-eng menjadi isteri anak laki
laki ke dua Liu Hok-tong, Liu Seng."

"Bagaimana kalau kita hajar rombongan

ini?"

Si kakak kedua menggelengkan kepala.

"Jangan gegabah, itu tidak termasuk dalam

rencana Pocu. Liu Hok-tong adalah sasaran

utama rencana kita."

Tokoh yang disebut Po-cu oleh mereka

itu agaknya punya pengaruh kuat yang

mencengkeram mereka, sehingga mereka tidak

berani seujung rambut pun bertindak di luar

rencana sang Po-cu. Alasan "tidak disukai Po
cu" atau "harus menunggu iijin Po-cu" sudah

lebih dari cukup untuk mengekang segala

tindakan mereka, melebihi seribu satu

kekangan lainnya.

Setelah rombongan Pek-kiam-pay itu

lewat jauh, barulah kedua orang itu melompat

turun dari pohon.

"Kalau semua sanak keluarga si bangsat

itu berkumpul di rumahnya, bukankah

kedudukan si bangsat itu akan menjadi kuat

sekali?" tanya si adik ke tiga kepada kakak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 107

Rewriter & Pdf Maker : OZ

keduanya. "Apakah rencana kita akan bisa

berjalan dengan baik?"

"Jangan kuatir. Kekuatan kita akan lebih

dari cukup untuk menggilas remuk kumpulan

kelinci-kelinci itu. Bukankah kita tidak hanya

berdua saja? Tetapi kita masih harus

menunggu perintah Po-cu untuk turun tangan."

"Rasanya tanganku sudah gatal..."

"Tahan sebentar lagi, perintah itu pasti

tiba."

Dalam pada itu, rombongan orang
orang Pek-kiam-pay sudah tiba di depan pintu

gerbang Liu-keh-chung. Kedatangan mereka

disambut hangat oleh seisi Liu-keh-chung. Ko

Jun-lim dan Liu Hok, dua kakek yang sama
sama masih bertubuh tegap itu segera saling

peluk dan saling menyapa dengan akrabnya.

Anak ke dua Liu Hok-tong yang bernama Liu

Seng dan berjulukan Hui-hou-to (si Golok

Macan Terbang) didampingi isterinya, Ko In
eng, segera maju menghormat Ko Jun-lim dan

masing-masing memanggil "gak-hu" (ayah

mertua) dan "thia" (ayah) kepada ketua Pek
kiam-pay itu. Puteri-puteri mereka yang sudah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 108

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menginjak usia remaja itupun maju

mengucapkan selamat datang kepada gwa
kong (kakek luar) mereka. Mereka adalah Liu

Tek-san, seorang pemuda 18 tahun yang

gagah, dan Liu Giok-eng, setahun lebih muda

dan cantik jelita.

Cucu-cucu Liu Hok-tong lainnya pun

memberi hormat.

Rombongan besar Pek-kiam-pay itu pun

segera ditempatkan di salah satu bagian

perkampungan keluarga yang luas itu, dilayani

oleh para pelayan yang jumlahnya lebih dari

cukup.

Keramaian di Liu-keh-chung bertambah

lagi ketika keesokan harinya muncul pula

serombongan orang yang dipimpin seorang

lelaki tinggi besar berpakaian merah, memakai

mantel merah pula yang berkibar di belakang

punggungnya seperti sayap. Kali ini Liu Goan,

anak tertua Liu Hok-tong yang menjadi sibuk

menyambut rombongan itu, sebab lelaki

berpakaian merah itu adalah iparnya, kakak

dari isterinya. Namanya Thia Kim-sim, kakak

dari Thia Hui-leng, pemimpin dari Hai-long
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 109

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pang (Sindikat Serigala Laut). Kelompok bawah

tanah yang bekerja sebagai penyelundup,

pemeras, pembajak dan sebagainya yang

merupakan urusan-urusan melanggar hukum,

tapi diberi kedok sebagai usaha dagang yang

halal. Thia Kim-sim dijuluki dengan Ang-mo
hui-long (Serigala Terbang Berbulu Merah).

Dengan demikian, menjelang perayaan

ulang tahun Liu Hok-tong itu, Liu-keh-chung

benar-benar berubah menjadi "sarang naga

dan harimau" karena kerabat-kerabat dan

sahabat-sahabat keluarga Liu yang

berdatangan itu sebagian besar adalah

pentolan-pentolan dunia persilatan. Dari "jalan

hitam" maupun "jalan putih", dari tokoh-tokoh

terhormat maupun gembong-gembong sindikat

pelanggar hukum kekaisaran.

Tapi anak Liu Hok-tong yang

perempuan yang menjadi isteri ketua Ki-lian
pay, belum juga hadir meskipun sudah

ditunggu-tunggu. Akhirnya yang muncul di Liu
keh-chung hanyalah seorang murid Ki-lian-pay

yang membawa surat dari ketuanya, Lam-ih
kiam-khek (Pendekar Pedang Baju Biru)

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 110

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Auyang Peng-hong. Isi surat menyampaikan

selamat panjang umur kepada sang mertua,

sekaligus minta maaf bahwa ia dan anak
isterinya tidak bisa datang ke Liu-keh-chung

karena "ada urusan penting."

Kehadiran surat itu mengecewakan Liu

Hok-tong. Selama ini ia paling bangga kepada

menantunya yang mengetuai Ki-lian-pay itu,

sebab Ki-lian-pay adalah sebuah perguruan

silat bernama harum yang ketenarannya

sejajar dengan aliran-aliran terkenal lainnya

seperti Hoa-san-pay, Cong-lam-pay, Heng-san
pay, dan sebagainya. Pamornya di dunia

persilatan juga jelas lebih cemerlang dari

sebangsanya kelompok-kelompok kecil seperti

Pek-kiam-pay atau Hai-long-pang. Kehadiran

seorang ketua Ki-lian-pay dalam perayaan

ulang tahunnya tentu akan sangat membuat

muka terang baginya. Tapi apa mau dikata,

keinginan Liu Hok-tong kali ini tak akan

tercapai.

Lalu kalau ia teringat cerita anaknya

tentang lambang-lambang di atas peti mati itu,

kegelisahannya tak mau pergi juga dari

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 111

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hatinya. Terbayang masa lalunya yang hitam,

dan masa kininya yang gemerlapan dengan

kejayaan. Tapi ia tidak yakin apakah yang

sudah tergenggam di tangannya itu akan lepas

kembali atau tidak.

Kegelisahannya dicobanya untuk

disembunyikannya jauh-jauh di dasar hatinya,

agar tidak mengganggu suasana gembira

keluarganya dan tamu-tamunya. Tapi

pandangan mata Ko jun-lim yang sama tuanya

dengan ia, cukup tajam untuk menangkap

kegelisahan itu.

Pada suatu pagi, ketika cahaya

matahari yang lembut tengah menyinari kebun

bunga di perkampungan itu, kedua orang tua

yang berbesanan itu sama-sama sedang

berada di kebun bunga.

Ko Jun-lim mencoba mencari kepastian

akan isi hati besannya itu. "Jin-keh (besan),

dalam suasana yang gembira ini, kalau aku

tidak salah lihat, kau seperti menyembunyikan

semacam kerisauan? Mudah-mudahan aku

salah lihat. Tapi kalau benar kau sedang

memikirkan satu urusan, aku ingin ikut

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 112

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memikul bebanmu untuk dipecahkan

bersama."

Diam-diam Liu Hok-tong mengutuk

ketajaman penglihatan besannya itu. Tapi ia

tidak bisa sepenuhnya berbohong sebab sadar

bahwa besannya itupun seekor ular tua yang

licin dan tidak gampang dibohongi. "Benar,

memang ada satu masalah kecil. Tapi jin-keh

sebagai tamu di rumahku tidak usah ikut
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membebani pikiran jin-keh dengan persoalan

Liu-keh-chung."

Ko Jun-lim tertawa dalam hati, namun

wajahnya menampakkan sikap bersungguh
sungguh, "Kau terlalu sungkan, jin-keh. Liu
keh-chung dan Pek-kiam-pay sudah terikat

kekeluargaan, masalah Liu-keh-chung haruslah

menjadi masalah Pek-kiam-pay juga. Kalau jin
keh tidak mau berkata sejujurnya kepadaku

bukanah itu berarti menganggapku orang

luar?"

"Berkata sejujurnya dengkulmu!" maki

Liu Hok-tong dalam hati.

Tapi luarnya ia tersenyum dan berkata,

"Baik, kuberitahukan kepadamu. Tapi jin-keh

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 113

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tidak usah merepotkan diri, sebab Liu-keh
chung masih sanggup menangani persoalan

ini."

"Nah, ini baru namanya menghargai

kekeluargaan. Coba katakan."

"Dua hari yang lalu, entah pihak mana

yang coba-coba bercanda denganku, namun

dengan kelakar yang sama sekali tidak lucu

dan tidak pada tempatnya. Ada kiriman peti

mati untukku, katanya untuk kupakai,

bukankah itu namanya mendoakan aku cepat

mati?"

"Kurang ajar! Siapa berani berbuat

seperti itu?!"

"Hanya ada gambar seekor elang. Jink
keh, kelompok persilatan mana yang memakai

lambang seperti itu? Apakah kau tahu?"

Sengaja Liu Hok-tong merahasiakan

tentang lambang golok bergerigi serta kampak

bersilang dengan belati itu, sebab tanda-tanda

itu sudah dikenalnya, bahkan punya hubungan

dengan dirinya di masa lampau. Itu akan

dirahasiakannya sampai mati, bahkan kepada

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 114

Rewriter & Pdf Maker : OZ

anak cucunya sendiri, apalagi kepada Ko Jun
lim yang hanya besan.

Wajah Ko Jun-lim berubah hebat ketika

mendengar tentang gambar elang itu, dan

perubahan wajah itu membuat Liu Hok-tong

ikut berdebar-debar pula. Ko Jun-lim yang

agak sombong dan mengandalkan kelihaian

pedangnya itupun agaknya tergetar hatinya,

tentunya gambar elang itu punya makna yang

cukup berarti.

"Kau tahu tentang gambar elang itu,

jin-keh?" tanya Liu Hok-tong.

Dengan wajah masih mengesankan

perasaannya yang tegang, Ko Jun-lim

menjawab, "Dari beberapa saudagar yang baru

saja berkafilah melintasi padang pasir utara,

terdengar kabar bahwa di daerah itu muncul

sekelompok manusia yang berlambangkan

burung elang berbulu hitam. Mereka berpusat

di Hek-eng-po (Benteng Elang Hitam) yang

entah di mana letaknya, dan orang-orang Hek
eng-po ini rata-rata memiliki ilmu silat yang

tangguh..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 115

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Hok-tong berusaha nampak tetap

tenang, bahkan acuh tak acuh, tapi gagal.

Suaranya tak bisa menyembunyikan

ketegangannya, "Benteng Elang Hitam?"

"Pernah dengar?"

"Rasanya baru kali ini..."

"Mereka memang belum lama

munculnya sehinga belum dikenal luas. Jin
keh, apakah pihakmu menanam permusuhan

dengan orang-orang di pihak mereka? Kenapa

mereka bersikap tidak bersahabat dengan

mengirimkan peti mati segala?"

Tentu saja Liu Hok-tong tahu

jawabannya, tetapi jawaban itu hanya untuk

dirinya sendiri. Sedang di hadapan Ko Jun-lim

dia tetap bersandiwara, "Seumur hidupku,

meskipun aku sering dicap sebagai orang yang

serakah harta benda, namun kekayaanku itu

selalu kugunakan untuk menolong orang lain,

tak pernah sekalipun mencelakakan orang lain.

Kenapa jin-keh menduga aku bermusuhan

dengan Hek-eng-po yang mendengar namanya

pun baru kali ini?"

"Apa?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 116

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Mungkin Hek-eng-po memang sengaja

mengincar Liu-keh-chung. Misalnya untuk

mendapatkan sesuatu yang mereka kira ada di

tempat ini...?"

Punggung dan tengkuk Liu Hok-tong

mulai berkeringat dingin. "Menginginkan apa

mereka? Kalau hanya butuh bantuan

keuangan, datang saja kepadaku secara baik
baik dan demi persahabatan dunia persilatan

mana tega aku tidak menolong?"

Ko Jun-lim menghentikan langkahnya di

pinggir sebuah kolam teratai yang dihuni ikan
ikan emas dan angsa-angsa putih. Matanya

menatap lekat-lekat wajah besannya, seakan

ingi menjenguk pikiran dan perasaan besannya

itu. katanya dengan hati-hati, "Jin-keh, harap

kau tidak tersinggung mendengarnya. Sebagai

kerabatmu, aku ingin berkata tentang satu hal

dengan maksud baik kepadamu..."

"Hal apa?"

"Di dunia luar beredar kabar angin yang

agak merugikan nama baikmu. Katanya di

masa mudamu kau pernah menjadi...semacam

pekerja tanpa modal (membegal), dan semua

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 117

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kekayaanmu katanya juga berasal dari jalan

hitam. Bahkan...tapi ini desas-desus, bukan

ucapanku sendiri lho...katanya kau pernah

mengkhianati dua orang saudara angkatmu

sendiri untuk mengangkangi sendir semua

harta karun itu...maaf lho!"

Gemetarlah tubuh Liu Hok-tong

mendengar itu. Apa yang ia usahakan untuk

disembunyikan rapat-rapat, ternyata sudah

menjadi kabar yang beredar luas di luar

perkampungannya, entah melalui mulut siapa?

Wajahnya mula-mula memucat, lalu berubah

jadi merah padam. "Jin-keh, kau juga percaya

akan kabar bohong itu? selama ini aku

berdagang dengan halal sehingga mendapat

sedikit keuntungan sampai seperti sekarang

ini. Fitnah busuk itu tentu disebarkan oleh

saingan-saingan dagangku yang iri terhadap

keberhasilanku..."

"Mudah-mudahan kau benar. Tapi aku

kuatir bukan begitu yang sebenarnya terjadi..."

"Jin-keh, jadi kau juga mempercayai

kabar bohong itu dan mencurigai aku?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 118

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Jangan salah paham, sudah tentu aku

berdiri di pihakmu. Tapi aku menduga keras

bahwa penyebar kabar bohong itu adalah

orang-orang Hek-eng-po yang memusuhimu.

Tujuannya untuk membuat pikiranmu kacau,

perasaanmu tertekan, lalu mereka dengan

mudah akan memeras minta sesuatu

padamu..."

Bukan cuma tengkuk dan punggung,

sekarang jidat Liu Hok-tong pun ikut

berkeringat dingin. Tapi ia masih juga bersikap

seolah-olah tidak takut, "Hem, mereka akan

sia-sia menggertak aku dengan cara seperti

itu. mereka tidak akan mendapatkan apa-apa.

Aku akan membuktikan kebersihan diriku,

masa laluku dan usaha dagangku. Mereka akan

sia-sia memfitnah aku."

Ko Jun-lim menggeleng-gelengkan

kepala. "Sungguh suatu berita yang tidak

sedap didengar, jin-keh, penyebar desas-desus

itu ternyata juga menyatakan bahwa mereka

pun punya bukti-bukti kuat dan saksi-saksi

untuk merobohkan nama baikmu."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kolektor E-Book 119

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Kau tahu dari mana sumber desas
desus itu?"

"Demi membela kebersihan namamu,

aku sudah menyebarkan murid-murid Pek
kiam-pay untuk menyelidikinya. Hasilnya nihil.

Tapi aku menduga keras bahwa sumbernya

adalah orang-orang Hek-eng-po itulah. Tapi ini

hanya dugaan..."

Kalau teringat cerita tentang gambar
gambar di tutup peti mati itu, rasanya Liu Hok
tong bisa mempercayai dugaan Ko Jun-lim itu.

Tapi di hadapan besannya, ia harus tetap

bersikeras mengingkari hal-hal yang bisa

menodai "kebersihan" dirinya.

Sedangkan Ko Jun-lim bukannya

membesarkan atau menghibur hati besannya

itu, malah kata-katanya terdengar seperti

menakut-nakuti, "Jin-keh, sungguh sulit kalau

harus berurusan dengan dengan pihak Hek
eng-po itu,. lebih baik kita agak bersikap

bijaksana daripada gagah-gagahan..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 120

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Maksudmu, Liu-keh-chung harus

tunduk kepada kelompok yang tak karuan asal
usulnya itu?!"

"Yang ku katakan tadi hanyalah

pendapatku. Tidak diterima juga tidak apa
apa..."

Mereka sejenak menghentikan

pembicaraan ketika melihat seorang pelayan

mendekati mereka dengan langkah tergesa
gesa. Di tangannya memegang sesampul

surat.

"Ada apa A-kiat?"

Pelayan itu mengangguk hormat lebih

dulu kepada kedua orang tua itu, lalu

menyodorkan surat yang dipegangnya.

Katanya, "Seorang murid pendekar Koan dari

Shoa-tang baru saja tiba menghantarkan surat

ini, lalu dengan tergesa-gesa pergi kembali

dengan menunggang kuda, bahkan teh yang

dihidangkan untuknya pun tidak disentuhnya."

Liu Hok-tong mengerutkan alisnya. Yag

disebut pendekar Koan itu adalah sahabat

baiknya sejak puluhan tahun, dan pernah

menyatakan kesanggupannya untuk

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 121

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menghadiri pesta ulang tahunnya, tapi ketika

isi surat itu dibaca, ternyata isinya adalah

pemberitahuan bahwa ia tidak bisa hadir,

karena "sesuatu halangan". Tentu saja hati Liu

Hok-tong kecewa, sebab semakin sedikit

tamunya yang merupakan orang-orang

terpandang, akan semakin hambarlah

perayaan ulang tahunnya nanti, padahal begitu

pesta yang berpamor tinggi...

Ternyata kekecewaan Liu Hok-tong

bertambah-tambah dari waktu ke waktu.

Berturut-turut bermunculan surat-surat dari

beberapa tokoh terkenal yang diundang, isinya

sama: menyatakan berhalangan hadir.

Alasannya bermacam-macam, bahkan ada

alasan yang kelihatannya seperti dibuat-buat.

Liu Goan yang berangasan itu pun

marah menghadapi perkembangan tak terduga

itu. Sambil menggebrak meja dia berteriak,

"Kurang ajar! Kalau kita keluarga Liu

mengundang mereka, itu berarti memberi

muka terang kepada mereka! Tapi mereka

malah mengarang bermacam-macam alasan

untuk tidak hadir! Hem, memangnya ketidak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 122

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hadiran mereka itu akan membuat perayaan ini

gagal? Kita jalan terus, dengan atau tanpa

mereka!"

**OZ**

Bersambung ke jilid 03

Pojok Dukuh, 20-09-2018; 24:00 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 123

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 03

ANGGOTA-ANGGOTA keluarga Liu

umumnya juga merasa heran bahwa ketidak
hadiran orang-orang undangan itu seperti

sudah diatur secara serempak, padahal tempat

tinggal mereka berjauhan satu sama lain.

Mereka seolah-olah sudah bersepakat untuk

membuat Liu-keh-chung kehilangan muka

dalam perayaan nanti.

Tapi Liu Hok-tong lebih banyak takutnya

daripada herannya. Nalurinya menangkap

adanya suatu gerakan terselubung yang

hendak menjegal dirinya. Semakin dekat hari

pesta itu, Liu Hok-tong bukannya semakin

bergembira, malah semakin merosot

semangatnya. Sikapnya itu mengherankan

keluarganya sendiri, hanya Ko Jun-lim yang

berani meramalkan, meskipun hanya dalam

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 124

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hati, bahwa kemerosotan semangat itu masih

akan berlangsung terus.

Liu Hok-tong malahan semakin hari

semakin gelisah. Kejayaan yang selama ini

dibangunnya dengan penuh ambisi,

mungkinkah akan amblas dalam sekejap mata?

Nama harumnya mungkin juga akan menjadi

busuk seketika. Mengapa orang-orang

undangan penting membatalkan kehadiran

mereka semuanya? Apakah mereka sudah tahu

masa lalunya yang hitam dan mulai jijik

bergaul dengannya? Bahkan menantu

kebanggaannya sendiri di Ki-lian-san juga

sudah membatalkan, apakah sudah tahu masa

lalunya? Alangkah mengerikan. Ia kuatir akan

terbanting jatuh dari menara gadingnya

sendiri, mungkin akan menjadi pengemis di

lorong-lorong kota Lok-yang hanya untuk

segenggam nasi. Kekayaan menjadi kepapaan,

kehormatan berubah menjadi kehinaan.

Tiba-tiba Liu Hok-tong menyambar

golok yang tergantung di dinding kamarnya.

Bersamaan dengan sebuah teriakan keras, ia

membacoki seperangkat meja kursi di ruangan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 125

Rewriter & Pdf Maker : OZ

itu sehingga benda-benda berukir yang mahal

itupun hancur berkeping-keping dengan suara

ribut. Setelah itu barulah kepepatan hatinya

terasa agak berkurang namun belum hilang

sama sekali.

Sementara itu, di salah satu ruangan

dari sekian ratus ruangan di perkampungan

Liu-keh-chung itu, Ko Jun-lim tengah

bercakap-cakap empat mata dengan salah

seorang anggota rombongan Pek-kiam-pay

yang berusia kira-kira 40 tahun, dengan

pundak lebar kekar dan wajah garang.

Namanya Kiau Bun, merupakan orang kuat

nomor dua di Pek-kiam-pay setelah Ko Jun-lim

sendiri.

"Jadi Suheng (kakak seperguruan)

belum berhasil memancing keterangan?" tanya

Kiau Bun.

"Agaknya kita harus sabar, Sute, orang

she Liu itu gampang mencurigai orang lain.

Kalau kita tergesa-gesa, dia malah akan

mencurigai kita dan semakin sulitlah

mendapatkan gulungan kertas kulit itu."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 126

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Tapi kita hanya punya waktu yang

sangat terbatas untuk mendapatkan benda

itu..."

"Jangan gelisah, Sute, kegelisahan

hanya akan membuat kita salah langkah. Kita

harus melangkah dengan hati-hati, tetapi pasti

akan mendapatkan gulungan kulit yang

memuat tempat penyimpanan harta karun

itu..."
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku memang gelisah. Agaknya kita

harus berlomba dengan pihak Hek-eng-po

yang juga mengincar benda itu. pihak Hek
eng-po lebih leluasa bertindak, sedang kita

bergerak lambat sekali seperti kura-kura..."

"Sabarlah, Sute, hendak memancing

ikan besar tentu membutuhkan kesabaran.

Jangan ikut-ikutan cara Hek-eng-po yang kasar

itu. Saat ini Liu Hok-tong sudah mulai

berkurang ketenangannya, dan kalau

kegelisahan sudah memuncak, gampang sekali

kita mengorek keterangan dari mulutnya.

Segampang mengambil barang di kantong

sendiri. Jangan kuatir."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 127

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kiau Bun mengangguk-anggukkan

kepalanya.

"Ramalan" Ko Jun-lim memang tepat.

Semakin dekat hari perayaan, semakin

bermunculan peristiwa-peristiwa yang

menggelisahkan Liu-keh-chung, khususnya Liu

Hok tong.

Di kota Lok-yang mendadak beredar

desas-desus yang merugikan nama Liu-keh
chung. Lalu orang-orang undangan yang

mengundurkan diri secara mendadak, bahkan

juga beberapa orang undangan yang sudah

tiba di Liu-keh-chung. Lalu Panglima di Lok
yang yang biasanya berhubungan baik dengan

keluarga Liu tahu-tahu juga datang untuk

mengusut asal-usul harta kekayaan keluarga

Liu dengan pertanyaan yang berbelit-belit.

Katanya, 20 tahun yang lalu, kafilah pembawa

upeti dari suku Hui kepada Kaisar Khong-hi

telah dirampok habis di tengah jalan. Hal itu

sudah cukup membuat keluarga Liu berang

karena merasa dituduh secara tidak langsung,

untunglah tidak sampai bentrok dengan pihak

tentara kekaisaran. Tapi perkembangan buruk

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 128

Rewriter & Pdf Maker : OZ

itu membuat Liu Hok-tong semakin sering

menyendiri, mengurung diri di kamar

penyimpanan buku-bukunya. Jangan-jangan

pesta yang direncanakan sebagai "pesta

mengangkat pamor" itu malah akan berubah

menjadi "pesta mencorengkan arang"?

Pada saat keadaan semaki tak

menentu, Liu Jing-yang sebagai cucu Liu Hok
tong yang paling tua, telah memutuskan untuk

mengambil suatu tindakan sendiri bersama

tukang-tukang kepruk kepercayaannya. Sejak

ia lahir, Liu-keh-chung sudah berdiri jaya,

belum pernah ia menemui kesulitan. Ia

menganggap pengaruh kekayan maupun

kehebatan ilmu silat keluarganya cukup

dijadikan modal untuk mencapai apapun.

Begitu pula kali ini Liu Jing-yang berangkat

untuk mencoba mencari sumber kegelisahan

itu dan ia yakin bisa menenangkannya, anggap

saja sebagai hadiah ulang tahun untuk

kakeknya.

Begitulah, dengan berpakaian ringkas,

menyandang golok di pinggang kiri, dan diiringi

10 tukang pukulnya, Liu Jing-yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 129

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menunggang kuda seperti sepasukan prajurit

berangkat ke medan perang. Tak ketinggalan

A-piao yang gayanya mirip betul dengan

seorang Panglima.

Ketika rombongan itu hendak lewat

jembatan di depan pintu gerbang

perkampungan, mereka berpapasan dengan

beberapa orang anggota Pek-kiam-pay yang

agaknya sedang berjalan-jalan di luar

perkampungan untuk menghirup udara segar

perbukitan itu. di antaranya nampak Kiau Bun.

Ketika berpapasan dengan Liu Jing-yang

dan rombongannya, Kiau Bun tersenyum

ramah sambil bertanya, "Hendak ke manakah

kiranya Hiantit (keponakan) dengan orang

sebanyak ini?"

Sahut Liu Jing-yang tanpa turun dari

kudanya, "Hendak menyelidiki ke Lok-yang

untuk mencarikan hadiah ulang tahun yang

bisa menggembirakan kakekku."

"Mudah-mudahan berhasil, Hiantit."

Kemudian Liu Jing-yang dan orang
orangnya itupun berderap lewat dengan

gagahnya, meninggalkan kepulan debu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 130

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kiau Bun sendiri tiba-tiba berkata

kepada murid-murid Pek-kiam-pay itu, "Kalian

pulanglah dulu untuk melaporkan kepada

Ciangbunjin bahwa aku harus mengawasi Liu

Jing-yang. Keselamatannya agak

mencemaskan, kalau ia pergi ke Lok-yang

hanya diikuti tukang-tukang pukul berilmu

rendah itu."

"Baiklah," sahut murid-muridnya dan

keponakan-keponakan muridnya. Kiau Bun

sendiri dengan ilmu meringankan tubuh segera

menyusul rombongan Liu Jing-yang dari

kejauhan.

Sementara itu, sebelum menuju ke Lok
yang, Liu Jing-yang lebih dulu memimpin

orang-orangnya untuk menyelidiki ke

perumahan kaum pekerja, tempat tinggal

mendiang Ui Kiong dan Yo Kim-hoa dulu.

Rupanya ia curiga bahwa sanak-keluarga Ui

Kiong dan Yo Kim-hoa berusaha membalas

dendam ke pihaknya dengan cara menyebar

desas-desus yang menjelek-jelekkan

keluarganya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 131

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tapi rumah keluarga yang malang itu

telah kosong, tak berpenghuni. Tetangga
tetangga mereka yang ditanyai hanya bisa

menjawab bahwa kedua keluarga itu telah

mengungsi ke tempat yang jauh, tapi entah ke

mana. Maka Liu Jing-yang dan orang-orangnya

terus ke kota Lok-yang.

Ketika mereka lewat di sebuah tanah

pekuburan di luar desa, tiba-tiba salah seorang

anak buah Liu Jing-yang menjerit ngeri dan

terjungkal jatuh dari kudanya. Kepalanya

berlubang tiga buah, dan ia hanya sempat

menggelepar sekejap sebelum melepas

nyawanya.

Ternyata, ketika ia lewat di bawah

sebuah pohon, sesosok tubuh telah

menyambarnya dari atas pohon, dan dengan

jari-jari tangannya yang berbentuk cakar elang

telah berhasil menembus batok kepala anak

buah Liu Jing-yang itu. Tulang kepala yang

keras itu berhasil ditembusnya semudah

menancapkan jari kepada segumpal tahu saja.

Sehabis menjatuhkan satu korban,

sosok tubuh itu melayang seperti seekor

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 132

Rewriter & Pdf Maker : OZ

burung elang dan menghadang di depan

rombongan Liu Jing-yang sambil tertawa

terbahak-bahak.

Orang itu adalah seorang lelaki berusia

setengah abad, namun tubuhnya masih

ramping dan wajahnya tampan bersih. Dia

memakai jubah panjang seperti kaum

sastrawan dan lagaknya pun seorang

sastrawan, lengkap dengan sebuah kipas

bertuliskan syair-syair yang digoyang
goyangkan perlahan di depan tubuhnya. Hanya

saja matanya ganas sekali, dan tiga jari tangan

kanannya masih bernoda darah. Katanya,

"Selamat bertemu kembali, tuan muda yang

tampan, pintar dan gagah perkasa..."

Sesaat Liu Jing-yang memperhatikan

wajah penghadangnya yang rasa-rasanya

pernah dilihatnya belum lama berselang. Tiba
tiba Liu Jing-yang membentak, "Bangsat! Jadi

kaulah salah seorang pemikul peti mati

beberapa hari yang lalu?"

"Benar. Mudah-mudahan kirimanku

cocok untuk ukuran tubuh kakekmu..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 133

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Kurang ajar! Kau mengira bisa main

gila terhadap Liu-keh-chung? Dan rupanya kau

juga yang menjadi sumber desas-desus licik

yang memfitnah keluarga kami..."

Mata si sastrawan setengah umur itu

berkilat-kilat marah. "Desas-desus licik? Hem,

kisah masa lalu kakekmu itu bukan sekedar

desas-desus, tetapi suatu kenyataan. Justru

kakekmu itulah yang dengan licik berhasil

menyembunyikan kejahatannya selama

berpuluh tahun, menutupinya dengan berbagai

macam kedok."

Liu Jing-yang yang terlalu bangga

dengan keharuman nama keluarganya itu

mana bisa menerima ucapan itu? tanpa banyak

bicara lagi, ia mencabut golok di pinggangnya,

lalu sambil menerjangkan kudanya ke arah

sastrawan itu, goloknya menabas ke kepala

dengan gerakan Thai-san-ap-teng (Gunung

Thai-san Menimpa Kepala). Dalam keluarga Liu

angkatan ke tiga, Liu Jing-yang lah yang

terbaik ilmu silatnya. Selain tenaganya besar,

gerakannya juga mantap.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 134

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Namun di hadapan si sastrawan, jago

muda Liu-keh-chung itu kina batunya. Dengan

lincah si sastrawan melompat ke samping,

dengan gerakan tak terlihat tahu-tahu

pergelangan tangan Liu Jing-yang sudah

tercengkeram erat. Dengan sebuah sentakan

bertenaga hebat, tubuh Liu Jing-yang berhasil

diseret jatuh dari punggung kuda dan

terbanting keras ke tanah, malah goloknya

hampir saja membacok mukanya sendiri.

Wajah si sastrawan sudah memberingas

penuh dendam, jari-jari jempol, telunjuk dan

tengah sudah ditekuk seperti cakar elang dan

siap diayunkan untuk menembus batok kepala

Liu Jing-yang.

Tapi kembali sesosok tubuh melayang

secepat kilat dari balik semak-semak, tangkas

sekali pendatang baru itu menahan tangan si

sastrawan sambil berseru, "Tahan, Samte

(Adik ke tiga)! Belum ada perintah!"

Si sastrawan itu sebenarnya memang

sudah dikuasai nafsu membunuh yang hebat

untuk membunuh Liu Jing-yang, cucu dari

orang yang paling dibencinya itu. namun

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 135

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 136

Rewriter & Pdf Maker : OZ

cegahan temannya itu menyadarkan dia bahwa

dia tidak boleh mendahului perintah

pemimpinnya.

Tapi untuk melampiaskan

kemarahannya yang sudah terlanjur meluap, ia

merampas golok Liu Jing-yang. Benda yang

terbuat dari baja pilihan dan tebalnya sejari

lebih itu, dengan gampang dicengkeram patah

oleh ketiga jari tangannya. Suatu pameran

kekuatan jari-jari tangan yang mendebarkan

hati.

Nyawa Liu Jing-yang seolah baru saja

melangkah masuk ke liang kubur dan kembali

lagi. Cepat ia melompat bangun, dan dengan

wajah pucat dilihatnya golok kebanggaannya

sudah patah menjadi dua potong.

Cukup dengan adegan singkat itu,

orang-orang Liu-keh-chung yang biasa

bertindak garang terhadap orang-orang lemah

itu, kini sudah lenyap semua keberanian

mereka. Baik Liu Jing-yang maupun tukang
tukang kepruknya berwajah pucat, lebih pucat

dari wajah seorang teman mereka yang telah

menjadi mayat.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 137

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Orang yang mucul belakangan tadi

ternyata adalah seorang lelaki bertubuh agak

pendek, namun kekar, berpakaian kulit seperti

umumnya orang-orang gurun pasir.

Punggungnya menggendong sebatang golok

Ku-gi-to atau golok bergerigi.

Liu Jing-yang segera mengenali bahwa

orang ini adalah pengirim peti mati yang

satunya lagi.

Sejak muncul ke dunia, Liu Jing-yang

hanya pernah merasakan dimanjakan,

disayangi, dibanggakan, diberi kelimpahan

harta, dipuji-puji, dihormati dan sebagainya.

Sekarang untuk pertama kali dalam hidupnya

ia merasa takut sekali, begitu takutnya sampai

sepasang kakinya gemetar. Ketika ia hendak

melompat naik ke punggung kudanya, ia gagal

dua kali, pada loncatan ke tiga barulah berhasil

duduk kembali di atas pelana kudanya. Tapi

lagaknya sebagai tuan muda dari keluarga

terhormat sudah tersapu bersih dari sikapnya.

Si sastrawan dan orang berpakaian kulit

itu membiarkan saja Liu Jing-yang kembali ke

punggung kudanya dengan senyuman

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 138

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mengejek di bibir mereka masing-masing. Kata

orang berpakaian kulit itu dengan dingin,

"Anjing kecil, dengarkan baik-baik siapa kami

ini. Dulu di gurun pasir ada tiga orang rampok

yang dijuluki Tay-mo Sam-sat (Tiga Penjahat

Gurun Pasir). Kami adalah orang ke dua dan ke

tiga yang bernama He Yu-yang dan Ong Sek
lay, dan orang tua keparat kakekmu itu adalah

orang pertamanya. Ia telah megkhianati kami

sehingga kami tertangkap oleh tentara

kekaisaran dan dijebloskan ke penjara, lalu si

keparat itu mengangkangi semua harta

rampokan dan hidup mewah sebagai seorang

dermawan di Liu-keh-chung. Sekarang

sampaikan pesan kami kepada kakekmu,

dalam waktu tiga hari seluruh keluarga Liu

harus angkat kaki dari perkampungan tanpa

boleh membawa benda secuilpun, kalau perlu

minggat dengan memakai cawat saja.

Kakekmu sendiri harus meninggalkan batok

kepalanya untuk menebus pengkhianatannya

terhadap kami dulu!"

Kata-kata itu bagi Liu Jing-yang lebih

menyakitkan daripada ujung sebilah pedang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 139

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang tajam. Ucapan yang langsung

meruntuhkan kehormatan keluarga Liu yang

selama ini dibanggakan olehnya, sebab

langsung membuka kenyataan bahwa keluarga

Liu hanyalah keturunan perampok belaka.

Tubuh Liu Jing-yang gemetar dan

wajahnya pucat, tapi sisa-sisa keangkuhannya

masih diperlihatkannya dengan sikap gagah.

Katanya, "Kalian hanyalah membual untuk

mengincar kekayaan kakekku yang kami

peroleh secara halal turun-temurun. Keluarga

Liu tidak akan sudi melayani pemerasan ini..."

Biarpun si sastrawan berwajah lebih

halus, tapi ternyata wataknya justru lebih

berangasan dari temannya yang pendek dan

kelihatan kasar itu. Mendengar kata-kata

angkuh Liu Jing-yang itu, darahnya meluap

naik dan hendak mengamuk lagi. tapi kakak ke

duanya mencegah, "Biarkan anjing kecil itu

menggonggong sesukanya untuk

melampiaskan kekecewaannya, Samte. Toh

cepat atau lambat tak seorangpun yang bisa

lolos dari tangan kita."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 140

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Si sastrawan menyahut sambil

menggertakkan giginya, "Tapi anjing kecil yang

satu ini memuakkan sekali, Jiko. Tidak

disadarinya bahwa pakaian bagus yang

dikenakannya dan makanan enak yang

disantapnya sehari-hari itu semuanya adalah

hasil jerih payah kita pula. Hanya karena

kelicikan si anjing tua itulah maka semua
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil dikuasainya sendiri dan diwariskan

kepada anak cucunya sendiri!"

Sementara itu, Liu Jing-yang dengan

kuping yang panas telah mengajak orang
orangnya untuk meninggalkan kedua orang itu.

Dalam hati ia merasa alangkah memalukan

kalau yang dikatakan kedua orang itu betul,

berarti seluruh keluarga Liu selama ini hidup

dari hasil rampokan kakeknya dulu. Diam-diam

dia bertekad untuk menanyakan sendiri kepada

kakeknya.

Ketika kedua orang itupun

meninggalkan tempat itu, maka jalan di pinggir

tanah pekuburan itu kembali menjadi sunyi

seperti biasanya, meskipun saat itu adalah

tengah hari bolong.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 141

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ketika sudah benar-benar sepi, dari

balik sebuah gundukan tanah kuburan di

pinggir jalan perlahan-lahan muncul sesosok

kepala, lalu disusul seluruh tubuhnya yang

kotor dengan tanah dan rumput-rumput

kering. Orang itu bukan lain adalah Kiau Bun,

adik seperguruan Ko Jun-lim, ketua Pek-kiam
pay yang telah melihat dan mendengarkan apa

yang tadi berlangsung di situ.

Ia keluar dari persembunyiannya dan

bergegas melangkah kembali ke Liu-keh
chung. Sepanjang jalan ia berpikir-pikir sambil

tersenyum-senyum sendiri, "Ho Loji dan Ong

Losam bekerja dengan baik, akupun harus

bekerja dengan baik pula. Ha-ha... sampai

sekarang si tua Ko Jun-lim itu belum tahu

siapa aku sebenarnya, aku bisa terus

memperalatnya."

Sementara itu, kedatangan kembali Liu

Jing-yang di Liu-keh-chung dengan membawa

mayat seorang anak buahnya yang ubun
ubunnya berlubang tiga, menggemparkan

perkampungan keluarga yang sedang bersiap

menyongsong pesta besar. Pegawai-pegawai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 142

Rewriter & Pdf Maker : OZ

lain segera mengerumuni mereka dan

bertanya-tanya dengan suara ribut. A-piao

mewakili tuan mudanya untuk bercerita

bagaimana gagah perkasanya sang tuan muda

menghadapi dua orang jagoan asing.

Liu Jing-yang sendiri tak begitu peduli

ulah A-piao, begitu melompat turun dari

kudanya dia langsung bertanya, "Di mana

kakek?"

"Loya ada di ruang penyimpanan kitab
kitab..."

Dengan langkah setengah berlari, Liu

Jing-yang segera bergegas ke ruangan kitab.

Di ruangan yang berisi puluhan ribu

kitab itu, Liu Hok-tong tidak sedang membaca

kitab, tapi sedang duduk bermuram durja

sambil menyangga dagunya dengan tangan. Di

luar ruangan, ia selalu berusaha menunjukkan

sikap gembira dan penuh semangat, berusaha

menyembunyikan kegelisahan yang

menggerogoti kiwanya. Alangkah sulitnya

menjadi seseorang yang sudah terlanjur

menyandang nama baik, nama harum. Tadinya

ia bangga karena menjadi pusat perhatian

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 143

Rewriter & Pdf Maker : OZ

orang banyak, sekarang perhatian itu menjadi

semacam belenggu besar tak berwujud...

Tiba-tiba pintu ruangan itu didorong

dari luar oleh Liu Jing-yang dengan agak kasar.

Liu Hok-tong heran melihat sikap cucunya yang

lain dari biasanya itu. "Dari mana, Jing-yang?"

Di hadapan kakeknya, sang cucu

dengan nada meluap-luap menceritakan

pertemuannya dengan dua orang tadi, dan

semua pembicaraan dengan orang-orang tadi.

Liu Hok-tong tak bisa mempertahankan

ketenangan sikapnya. Setengah mati ia

mempertahankan rahasianya agar tidak

diketahui anak cucunya, malah cucunya

mendengarnya dari orang luar akan rahasia

memalukan itu.

Dan jago tua itu bertambah terguncang

ketika Liu Jing-yang bertanya, "Kakek,

benarkah bahwa harta keluarga kita ini hasil

rampokan?"

"Tentu saja tidak, cucuku, jangan

percaya kepada gunjingan orang-orang tidak

waras itu..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 144

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Jawaban kakek tidak meyakinkan!" Liu

Jing-yang tiba-tiba berkata dengan keras.

"Harta kita harta rampokan, dan kita tidak

punya muka lagi menghadapi masyarakat Lok
yang kalau mereka tahu hal ini. Orang-orang

yang kemarin membungkuk hormat kepada

kita, besok akan meludahi dan mencaci maki

kita!"

"Jing-yang, kau mulai tidak percaya

kepadaku?"

"Sikap kakek sendiri dalam hari-hari

belakangan ini agaknya menunjukkan bahwa

kakek pernah berbuat sesuatu yang

memalukan di masa silam. Kakek seolah

menyembunyikan sesuatu. Kalau benar

gunjingan di luar itu hanya fitnah, kenapa kita

tidak menghadapi dengan dada tengadah?

Pertahankan kehormatan keluarga kita yang

hendak diinjak-injak musuh!"

Dalam luapan perasaannya, Liu Jing
yang bicara semakin keras dan lupa bersikap

hormat kepada kakeknya. Sebaliknya Liu Hok
tong yang tengah gelisah itu juga membantah

dengan keras pula, dengan kata-kata yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 145

Rewriter & Pdf Maker : OZ

simpang-siur, yang semakin meyakinkan

cucunya bahwa yang dituduhkan itu beralasan.

Mereka pun bertengkar dengan sengit dan baru

berakhir setelah sang kakek menampar mulut

cucunya.

Demikianlah, semakin dekat dengan

hari pesta, suasananya bukan semakin meriah

tapi malahan semakin suram. Gunjingan yang

bersifat "menghukum" keluarga Liu semakin

santer, penghormatan masyarakat Lok-yang

terasa menurun tajam terhadap keluarga

dermawan itu, pertengkaran antara anggota

keluarga Liu semakin hebat meskipun berusah

untuk ditutup-tutupi. Kemudian, acara-acara

besar yang direncanakan pun agaknya akan

kacau. Utusan rombongan wayang potehi dari

Pak-khia tiba-tiba datang untuk

mengembalikan uang muka, dan menyatakan

tidak sanggup hadir karena "sesuatu hal".

Hwesio agung dari kuil Po-te-bo yang akan

mengadakan sembahyang besar untuk

keluarga Liu itu juga "sakit mendadak". Liu

Hok-tong tahu bahwa bekas saudara-saudara

angkatnya lah yang mendalangi semua itu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 146

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lalu kegelisahan meningkat, ketika

mayat tiga orang pegawai Liu-keh-chung

ditemukan di kebun bunga dalam keadaan

kepala terpenggal. Di dada salah satu mayat

tergores bekas belati berbentuk tulisan,

"Selamat ulang tahun, Toako Liu Hok-tong.

Salam hangat dari Adik Ke Dua dan Adik Ke

tiga."

Penjagaan semakin diperkuat, bahkan

sampai Liu Hok-tong dan anak-anaknya,

menantu-menantunya dan cucu-cucunya ikut

meronda perkampungan keluarga itu, tapi

korban demi korban terus berjatuhan. Orang
orang Pek-kiam-pay dan Hai-liong-pang ikut

berjaga pula, tapi mereka malah ikut

"menyumbang" nyawa pula.

Dalam beberapa hari saja, suasana

pesta berubah seperti suasana kuburan

bercampur suasana perang. Tegang dan

mencemaskan terasa di mana-mana.

Lenyaplah kecongkakan keluarga Liu,

sekarang mereka sendiri kebingungan dan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak tahu harus berbuat apa. Ke mana-mana

mereka membawa golok, bahkan juga ketika

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 147

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ada di meja makan atau pergi ke kakus. Tapi

mereka tidak tahu siapa yang harus dibacok

karena musuh tak pernah kelihatan, hanya

korban-korbannya lah yang terus berjatuhan

tanpa ampun.

Pegawai-pegawai yang lelaki juga

kelihatan hilir mudik dengan memanggul toya,

tombak, golok dan sebagainya, tetapi wajah

mereka tidak lagi garang seperti biasanya,

melainkan kecut ketakutan. Kalau ada yang

ingin pergi ke kamar kecilpun minta diantar

tiga atau empat orang temannya, tidak berani

sendirian. Ada yang mohon berhenti bekerja

untuk pulang kampung, dan dikabulkan. Tapi

baru saja mereka berada di luar tembok

perkampungan, kepala mereka sudah lenyap.

Akhirnya seluruh penghuni Liu-keh-chung

seolah tinggal di sebuah kurungan raksasa dan

tinggal menunggu nasib saja.

Pada suatu malam, ketika

perkampungan keluarga itu telah menjadi

sunyi, tiba-tiba dari salah satu arah terdengar

jeritan yang mendirikan bulu roma. Disusul

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 148

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dengan suara bentakan-bentakan dan

gemerincingnya senjata yang berbenturan.

"Pembunuhnya datang! Pembunuhnya

datang!" beberapa pegawai bersenjata segera

berteriak-teriak keras. Tapi mereka tidak

segera menuju ke tempat suara jeritan tadi,

malah bergerombol berdesak-desakan dengan

wajah pucat ketakutan. Tidak ada yang berani

terpisah selangkahpun dari kerumunan

temannya. Setiap orang malah berusaha

mendesak ke tengah kerumunan dan tidak

mau berada di pinggir kerumunan.

Ketika Liu Goan muncul dengan

membawa golok, ia marah melihat tingkah

para pegawai itu. teriaknya, "Kerbau-kerbau

tolol bernyali tikus! Ikut aku!"

Kemunculan Liu Goan membesarkan

nyali mereka, maka merekapun mengikuti Liu

Goan menuju ke tempat jeritan tadi. Bahkan

entah siapa yang mulai, ada yang bersorak
sorak seperti pasukan maju ke medan perang.

Kalau ada tambur, mungkin akan ditabuh

untuk menambah semangat.

"Serbu! Serbu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 149

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"He, monyet! Kau menginjak kakiku!"

"Oh, maaf, aku begitu bersemangat

ingin segera sampai ke arena pertempuran

untuk menghajar musuh!"

"Bangsat! Tidakkah kau bisa membawa

tombakmu lebih baik? Kau menusuk-nusuk

pantatku!"

"Maaf, nah, sekarang sudah agak ku

naikkan..."

"Sekarang menusuk-nusuk

punggungku!"

Bukan hanya Liu Goan yang keluar, tapi

semua jago-jago Liu-keh-chung juga keluar.

Juga tamu-tamu mereka dari Pek-kiam-pay

dan Hai-long-pang.

Liu Hok-tong dengan golok, Ko Jun-lim

dan puterinya yang menjadi menantu keluarga

Liu dengan pedang, segera menuju ke arah

yang sama dengan gerakan gesit. Biarpun

mereka adalah dua kakek ubanan dan seorang

perempuan setengah umur, tapi gerakan

mereka pesat karena ilmu mereka yang tinggi.

Di salah satu halaman dari sekian puluh

halaman dalam perkampungan itu, memang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 150

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tengah terjadi pertempuran sengit satu lawan

tiga. Di dekat arena bergeletakan 3 mayat

pegawai Liu-keh-chung korban pembunuhan,

tapi kali ini si pembunuh sendiri agaknya

belum sempat menyembunyikan diri sudah

kepergok.

Ia bertubuh pendek gempal dengan

pakaian model orang-orang padang pasir,

memakai topi kulit pula, tapi wajahnya tertutup

sehelai kedok hitam. Tangan kanannya

memegang kampak bergagang pendek, dan

tangan kirinya dengan sebatang belati, dua

jenis senjata yang berbeda gaya permainannya

itu ternyata bisa dimainkannya berpasangan

dengan serasi. Kampak pendeknya bergaya

kuat, menyambar-nyambar dalam garis lurus

atau lengkung dengan membawa deru angin

yang menggidikkan. Sedangkan belati di

tangan kirinya tidak menimbulkan deruan

angin tetapi lincah gerakannya, berliku-liku

seperti gerakan ular, kadang mirip

segerombolan lebah yang beterbangan hendak

menyengat lawannya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 151

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Orang yang hebat ini harus menghadapi

3 lawan sekaligus. Kecuali Liu Jing-kiam dan

Liu Jing-yang yang masing-masing memainkan

ilmu golok keluarga Liu dengan tangkas, masih

ditambah A-beng si kacung pendiam yang

tanpa kenal takut bertempur dengan tombak

panjang, meskipun ilmunya tidak setinggi

kedua tuan mudanya itu.

Biarpun kakak beradik anak-anak Liu

Goan itu cukup rapi bekerja sama memainkan

ilmu golok keluarga, mereka agaknya tetap

terdesak oleh lawan mereka. Tapi masih ada A
beng di pihak mereka, meskipun ilmunya tidak

tinggi tetapi senjatanya panjang,

keberaniannya dan kenekatannya pun kadang
kadang mampu menyulitkan lawannya.

Pada suatu kesempatan, Liu Jing-yang

dan adiknya menyerang berbareng dari dua

arah. Sang kakak dengan jurus Lian-hoan-cin
po-sam-to (Tiga Bacokan Dengan Langkah

Beruntun), sementara adiknya menutup jalan

mundur dengan jurus Liong-bun-sam-tiap-long

(Gelombang Bersusun Tiga Menggempur Pintu

Naga). Jurus yang dimainkan kaka beradik itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 152

Rewriter & Pdf Maker : OZ

adalah jurus-jurus pilihan dari 324 jurus Liu
keh-to-hoat, tiap jurus mengandung unsur tiga

serangan, sehingga orang berkedok itu

menghadapi enam serangan sekaligus. Belum

lagi ujung tombak A-beng yang suka

menyelonong agak ngawur tetapi berbahaya...

Tapi lawan benar-benar lihai. Dalam

keadaan berbahaya itu ia masih sempat

tertawa mengejek, "Bagus! Aku kenal inilah

jurus-jurus Lian-hoan-cin-po-sam-to dan

Liong-bun-sam-tiap-long yang jelek, aku akan

memecahkannya!"

Sementara mulutnya bicara, sepasang

senjatanya pun tidak tinggal diam. Bukannya

mundur oleh desakan ketiga lawannya, ia

justru mendesak maju, seolah menceburkan

diri ke tengah jaringan cahaya golok yang

rapat dari lawan-lawannya, kedua senjatanya

berputar kencang dan mirip dengan jurus Lo
cia-lo-hai (Dewa Lo-cia Mengaduk Lautan).

Melihat terjangan musuhnya itu, Liu

Jing-yang tertawa dingin, "Kau cari mampus,

jangan menyesal kalau tubuhmu terpotong

menjadi enam bagian!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 153

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sahut musuhnya, "Ilmu golok sejelek ini

mana mampu melukai aku seujung rambut

pun?"

Habis kata-katanya, terdengar suara

berdentang beberapa kali, golok Liu Jing-yang

dan Liu Jing-kiam berulang kali terbentur

keras, dan setiap benturan membuat kakak

beradik itu mundur dengan langkah kacau.

Jurus-jurus maut mereka tadi pun tentu saja
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ikut berantakan.

Orang berkedok itu tertawa bengis dan

berteriak, "Sekarang lihat jurusku!"

Kampak pendeknya bergerak ke arah

Liu jing-yang dengan tipu Hong-cu-kay-san (Si

Gila Mendobrak Gunung) dengan kekuatan

besar. Sia-sia Liu Jing-yang memalangkan

goloknya, goloknya terpental lepas tak

sanggup menahan gempuran lawan. Liu Jing
yang cepat melemparkan tubuh ke belakang,

tapi kampak musuh sudah berhasil membuat

goresan memanjang di dadanya.

Menyusul itu, pisau belati di tangan kiri

si orang berkedok telah siap melakukan

serangan penghabisan atas Liu Jing-yang.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 154

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 155

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Kakak!" teriak Liu Jing-kiam cemas

melihat kakaknya terancam maut. Secara

nekad oia melompat maju sambil

membabatkan goloknya ke punggung musuh.

Dari arah lain, A-beng juga menikamkan

tombaknya ke punggung musuh sambil

berteriak, "Awas tombak!"

Apa daya musuh terlalu lihai. Dengan

langkah menghindar selicin belut, orang itu

sudah dapat lolos dari golok maupun tombak.

Malah sambil membalik badan dan mengayun

kaki, A-beng kena ditendang terpental. Lalu

tubuhnya berputar sekali lagi dan pisau

belatinya mematuk ke dada Liu Jing-kiam

secepat kilat, tak ada kesempatan lagi bagi Liu

Jing-kiam untuk menghindar.

Tapi nyawa Liu Jing-kiam terselamatkan

oleh munculnya seorang perempuan berusia

kira-kira 45 tahun yang melayang ke tengah

arena. Dengan mengayunkan tangannya

berulang kali, berterbanganlah beberapa

batang hui-to (Golok Terbang) ke arah si orang

berkedok. Terpaksa orang berkedok itu harus

membatalkan tikamannya terhadap Liu Jing
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 156

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kiam dan memutar sepasang senjatanya untuk

meruntuhkan semua senjata rahasia.

Perempuan yang melepaskan hui-to tadi

adalah isteri Liu Goan yang bernama Thia Hui
leng, senjata andalannya adalah Lian-cu-tui

(Bandul berantai) dan hui-to. Bersama

munculnya perempuan itu, muncul pula kakak

laki-lakinya, Thia Kim-sim, ketua Hai-long
pang yang berpakaian serba merah sehingga

dijuluki sebagai Ang-mo-hui-long, Serigala

Terbang Berbulu merah. Senjatanya juga Lian
cu-tui, hanya lebih berat bobotnya. Kini bola

besi di ujung rantai itu sudah diputar-putar dan

ia siap bertarung di pihak keluarga Liu.

Liu Jing-yang dan Liu Jing-kiam cepat
cepat meloncat maju mendekati ibu mereka,

seperti anak-anak ayam yang berlindung di

bawah sayap induknya ketika merasa ancaman

burung elang dari angkasa.

Melihat dada Liu Jing-yang berdarah,

"Thia Hui-leng bertanya, "Yang-ji, kau terluka?

Bangsat itu berani melukaimu?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 157

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Tidak seberapa, Ibu, hanya luka di

kulit. Tapi bangsat itu harus ditangkap, dialah

yang selama ini membunuhi orang-orang kita."

Waktu itu hampir seluruh anggota

keluarga Liu sudah mengepung tempat itu.

masih diambah dengan puluhan pegawai

keluarga Liu yang membawa bermacam
macam senjata, bahkan obor-obor sudah

dinyalakan sehingga tempat itu menjadi terang

benderang.

Melihat lawan hanya seorang diri dan

sudah terkepung rapat, timbul keberanian

pegawai-pegawai Liu-keh-chung. Mereka mulai

berteriak-teriak sambil mengacung-acungkan

senjata.

"Bunuh penjahat!"

"Cincang tubuhnya!

"Korek keluar jantungnya untuk

menyembahyangi arwah-arwah teman kami

yang sudah menjadi jorban!"

Biang keladi dari teriakan-teriakan itu

adalah A-piao, kacung kesayangan Liu Jing
yang. Tadi waktu A-beng mempertaruhkan

nyawa membela Liu Jing-yang, A-piao cuma

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 158

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berdiri di pinggir arena dengan kaki gemetar.

Sekarang setelah yakin pihaknya akan berhasil

menangkap si pembunuh, A-piao merasa perlu

untuk mempertontonkan kesetia-kawanan dan

keberaniannya, takut kalau gajinya dipotong.

Dia pula yang berteriak paling keras dan paling

garang.

Kini orang berkedok itu benar-benar

terkepung rapat, puluhan senjata siap meluruk

ke tubuhnya. Tapi dia tetap bersikap dingin.

Tak lama kemudian Liu Hok-tong juga

datang ke tempat itu disertai Ko Jun-lim dan

Ko In-eng. Dari arah lain muncullah Liu Goan

bersama belasan pegawai bersenjata, disusul

Liu Seng yang disertai dua anaknya, Liu Tek
san dan Liu Giok-eng si gadis yang telah

berpakaian ringkas dan memegang golok.

Begitu Liu Hok-tong melihat orang

berkedok itu, tergetarlah hatinya. Samar
samar ia mengenali siapa orang itu.

Dan orang itupun tiba-tiba membuka

kedoknya sehingga terlihatlah wajah seorang

lelaki gurun pasir yang berusia setengah abad

lebih, bermata tajam penuh dendam. Orang itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 159

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyambut Liu Hok-tong dengan tertawa

menantang, "Liu Toako, mudah-mudahan kau

belum lupa wajah adik angkatmu yang malang

ini..."

Wajah Liu Hok-tong memucat karena

kagetnya. "Kau...kau...masih..."

Wajah lelaki gurun pasir itu mengeras

bagaikan besi, sedangkan matanya menyala

seperti api neraka. "Kau kaget melihat aku

belum mati karena pengkhianatanmu yang

licik? Memang aku dan Samte hampir mati,

tapi Majikan Benteng Elang Hitam telah

menyelamatkan kami dari jurang kematian,

dan untuknya lah sekarang kami bekerja."

Liu Hok-tong memang agak terpukul

hatinya. Di hadapan begitu banyak orang,

bekas saudara angkat ini telah menyebut
nyebut masa lalunya yang memalukan. Demi

mempertahankan namanya, timbullah nafsu

membunuh Liu Hok-tong untuk melenyapkan

orang bernama Ho Yu-yang ini agar tak bisa

lagi bicara tentang masa lalu.

Tapi sebelum Liu Hok-tong turun

tangan, A-piao sudah lebih dulu berteriak dari

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 160

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pinggir arena, "Bohong! Mana pernah Loya

punya saudara angkat seperti kau?! Majikan

kami selalu bersih, perbuatannya selalu terpuji,

kedermawanannya menyelamatkan banyak

manusia...!"

Ho Yu-yang tertawa terbahak

mendengar kata-kata A-piao itu. Katanya

kepada Liu Hok-tong, "Wah, Liu Toako, dari

mana kau dapatkan anjing sebagus itu? sangat

setia dan gonggongannya pun keras. Kau

membeli atau menternakkan sendiri?"

Keruan wajah A-piao jadi merah padam

dan mulutnya pun bungkam. Ia marah tetapi

tidak cukup keberaniannya untuk bertindak.

Sementara itu Liu Hok-tong telah

menghunus goloknya dan melompat ke tengah

arena. Serunya, "Bangsat busuk! Aku belum

pernah mengenalmu, kenapa kau begitu tak

tahu diri dan memanggilku Toako?! Kau sudah

banyak membunuh orang-orangku, sekarang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau harus mati di bawah senjataku!"

Ucapan Liu Hok-tong itu menimbulkan

kemurkaan Ho Yu-yang. "Ha-ha...aku memang

seorang gelandangan dari gurun pasir yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 161

Rewriter & Pdf Maker : OZ

miskin, mana bisa bersaudara angkat dengan

hartawan macam dirimu? Baik, persaudaraan

kita putus! Tapi biarlah semua kuping di sini

mendengar bahwa hartamu ini hasil rampokan

kita bertiga, lalu kau dengan licik..."

Sebelum Ho Yu-yang menyelesaikan

kalimatnya, Liu Hok-tong telah maju

membacok dengan jurus Thai-san-ap-teng

(Gunung Thai-san Menimpa Kepala). Goloknya

terayun deras dari atas ke bawah hendak

membelah kepala musuh.

Ho Yu-yang cepat berkelit mundur.

"Baiklah, kau takut aku melucuti kedokmu?

Kita tentukan sekarang siapa yang akan

tercincang di arena ini!"

Maka terjadilah pertarungan sengit satu

lawan satu. Puluhan pasng mata menyaksikan

bagaimana Majikan Liu-keh-chung itu

bertempur garang dan kuat seperti seekor

harimau. Goloknya menyambar-nyambar,

semakin lama semakin cepat disertai deru

angin keras yang menggoncangkan pohon
pohon bunga di sekitar arena.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 162

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dalam usia hampir 65 tahun kurang

beberapa hari saja, Liu Hok-tong bukannya

seorang kakek yang loyo, melainkan tetap

melatih ilmu silatnya dengan rajin. Ia masih

kuat berlari lima putaran di luar dinding

perkampungan, padahal kelilingnya cukup

panjang dan tanahnya pun berbukit-bukit.

Untuk kekuatan tangannya, ia masih mampu

bermain-main dengan ciok-so (gembok batu)

seberat hampir 100 kati, sehingga lengannya

kekar. 324 jurus ilmu goloknya juga masih

sanggup dimainkannya dengan urut dan

bertenaga sampai jurus terakhir.

Kini terdorong nafsu membunuhnya

untuk membungkam mulut bekas saudara

angkatnya ini, gerakannya menjadi berbahaya

bukan main. Pegawai-pegawai Liu-keh-chung

berharap dalam beberapa jurus lagi musuh

akan tercincang mampus. Liu Jing-yang yang

pernah dicegat dan dipermalukan Ho Yu-yang,

juga berharap agar kakeknya cepat-cepat

membinasakan musuh. Bahkan Liu Hok-tong

sendiri sudah memperhitungkan kemenangan

dirinya. Dulu dialah yang terkuat dalam

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 163

Rewriter & Pdf Maker : OZ

komplotan Tay-mo-sam-sat (Tiga Penjahat

Gurun Pasir), sekarang pun mudah-mudahan

begitu.

Tapi Liu Hok-tong kecewa membentur

lawan yang begitu tangguh, sanggup melayani

jurus-jurus goloknya tanpa terdesak seujung

rambut pun. Bahkan kemudian serangan

balasan lawannya menggebu tak kalah

dahsyatnya.

Begitulah kedua bekas saudara angkat

itu bertarung mati hidup dengan diwarnai

dendam lama. Namun perlahan-lahan Liu Hok
tong mulai terdesak. Ia memang rajin latihan,

namun hidup dalam kemakmuran. Sedangkan

Ho yu-yang berlatih dalam keadaan mabuk

dendam, alam gurun pasir yang keras itu juga

ikut menempanya menjadi manusia bertubuh

baja. Maka di arena itu berlakulah pepatah

"Harimau yang kekenyangan dikalahkan anjing

kelaparan."

Setapak demi setapak Liu Hok-tong

terdesak. Tiap kali goloknya membentur

kampak pendek Ho Yu-yang, maka lengannya

tergetar pegal, menandakan ia kalah tenaga.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 164

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sedang pisau di tangan kiri lawannya bergerak

demikian cepat dan membingungkan sehingga

ujung-ujung pisau seakan mengerumuni

tubuhnya dari segala arah.

Napas si Macan Tua keluarga Liu itu

semakin terengah-engah, keringat membanjiri

seluruh tubuhnya, lengannya yang memegang

golok semakin gemetar seolah-olah bobot itu

menjadi beberapa kali lipat lebih berat. Dan

musuhnya terus menerjangnya seperti prahara

gurun yang mampu memindahkan bukit-bukit

pasir.

Ketika Liu Goan melihat ayahnya

terhimpit kesulitan, ia segera melompat ke

arena dengan golok terhunus pula. Tubuhnya

lebih gemuk dari ayahnya, namun

lompatannya kelihatan gesit.

"Ayah!"teriaknya. "Biarkan aku

membantu mempercepat mampusnya bajingan

ini!"

Yang menjawab adalah Ho Yu-yang,

"Kalian seluruh keluarga Liu boleh maju

semua! Aku tidak merasa heran, kalau

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 165

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bapaknya licik, mustahil melahirkan anak-anak

yang berwatak gagah!"

"Bangsat! Jangan bersilat lidah untuk

menyelamatkan nyawamu," bentak Liu Goan.

"Kau sudah seperti ikan dalam jaring, jangan

harap melangkah keluar dari arena ini tanpa

meninggalkan batok kepalamu!"

Liu Hok-tong sendiri tidak menolak

bantuan anaknya itu. maka jadilah ayah dan

anak itu mengeroyok Ho Yu-yang, sehingga

orang padang pasir itu berbalik jadi terdesak.

Tadi Ho Yu-yang dikeroyok Liu Jing-yang, Liu

Jing-kiam dan A-beng dan bisa menguasai

lawan-lawannya, tetapi Liu Hok-tong dan Liu

Goan tidak bisa disamakan dengan kedua anak

cucu tadi.

Tapi pengeroyokan itu tidak berjalan

lama. Tempat itu tiba-tiba digetarkan suitan

nyaring yang menusuk telinga, lalu sesosok

tubuh melayang masuk ke arena. Seorang

yang berjubah sastrawan warna putih,

berwajah tampan dan berkumis rapih

meskipun usianya sudah lewat setengah abad.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 166

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tangannya memegang kipas yang digerak
gerakkan di depan tubuhnya.

Begitu ada di gelanggang, pendatang

baru itu langsung mengejek, "Liu Toako,

setelah berpisah bertahun-tahun ternyata kau

belum meninggalkan watakmu yang rendah.

He-he...mengubah watak memang lebih sulit

dari memindahkan gunung."

Sehabis berkata, ia mengembangkan

kipasnya dan menerjang ke arah Liu Goan

sambil berteriak, "Jangan main keroyok!"

Liu Goan yang berjuluk Siau-bin-hou

(Harimau Muka Tertawa) itu sebenarnya ingin

tetap bertempur mendampingi ayahnya. Tapi

karena si sastrawan jubah putih telah

menerjangnya dengan ganas, diapun melawan

dengan sungguh-sungguh.

Setelah pertempuran kembali

berimbang dalam jumlah, dua lawan dua,

maka Liu Hok-tong kembali terjepit kesulitan.

Ia kepayahan menghadapi kampak pendek dan

belati lawannya, sementara lawannya

mendesaknya dengan penuh dendam, ingin

segera mencincang Liu Hok-tong. Ho Yu-yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 167

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sudah menerima pesan rahasia dari Majikan

Benteng Elang Hitam bahwa pihak Liu-keh
chung sudah boleh diberi "hajaran yang

memadai".

Ayahnya kewalahan, begitu pula

anaknya. Kekuatan Liu Goan mengungguli

ayahnya yang sudah tua, permainan goloknya

juga cukup mantap. Tapi desing goloknya yang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan hembusan prahara selalu saja

menebas angin karena lawannya bergerak

amat cepat. Liu Goan jadi mirip seekor banteng

gila yang dengan sia-sia hendak menyeruduk

seekor lebah yang tengah beterbangan.

Sastrawan berjubah putih itu adalah

bekas orang ke tiga dari Tay-mo-sam-sat.

Namanya Ong Sek-lai dan berjuluk Kui-sim-su
seng (Sastrawan Berhati Iblis), biarpun

wajahnya tampan dan terpelajar, kekejamanya

justru berlipat ganda dibandingkan kakak ke

duanya yang bertampang galak itu. Tingkat

kepandaiannya cukup tinggi, hasil dari

menggembleng diri bertahun-tahun dengan

dilandasi dendam kesumat. Karena itu tidak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 168

Rewriter & Pdf Maker : OZ

heran kalau Liu Goan terdesak lebih hebat dari

ayahnya.

Kipas di tangan Ong Sek-lay

menyambar-nyambar seperti seribu kupu-kupu

di taman bunga, tapi "kupu-kupu" ini adalah

kupu-kupu maut. Ujung kipas maupun gagang

kipas senantiasa mengincar jalan-jalan darah

mematikan di tubuh lawannya, sehingga kerap

kali Liu Goan harus pontang-panting

menyelamatkan diri. Muka tertawanya sudah

lama digantikan muka kecut.

Thia Hui-leng tidak sanggup tinggal

diam lagi melihat suaminya terancam bahaya.

Dibarengi bentakan keras, senjata Lian-cu-tui

di tangannya tiba-tiba berdesing di udara lalu

bandul besinya menyambar kepala Ong Sek
lay dengan gerakan Liu-seng-kan-goat (Komet

Mengejar Rembulan). Karena panjang

rantainya tiga tombak lebih, maka dia dapat

menyerang dari jarak yang aman.

Ong Sek-lay harus menundukkan kepala

untuk menghindari serangan yang agak licik

itu. Bentaknya, "Perempuan rendah! Masuklah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 169

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ke gelanggang untuk menemani mampus si

gembrot ini!"

Selagi Ong Sek-lay terpecah

perhatiannya oleh bandul besi di ujung rantai

yang menyambar-nyambar, Liu Goan cepat

menyerang dengan Tui-to-kwa-hou

(Mendorong Golok Menikam Leher). Sesuai

dengan nama jurusnya, yang diincar adalah

leher lawannya.

Tapi yang diincar benar-benar lawan

tangguh. Dengan kipasnya yang cuma terbuat

dari bambu dan kertas, Ong Sek-lay berhasil

memukul miring golok baja Liu Goan yang

tebal dan berat. Teknik Su-nio-po-jian-kin

(Empat Tahil Merobohkan Seribu Kati) itu

adalah teknik yang dikenal umum, tapi

pelaksanaannya membutuhkan tenaga dalam

yang lihai dan kecermatan memperhitungkan

gerakan yang tepat. Semua syarat itu ada

pada diri Ong Sek-lay, sehingga Liu Goan

terhuyung-huyung hampir roboh karena

serangannya "dilempar" ke samping.

Tapi sebelum Ong Sek-lay melakukan

serangan susulan yang mematikan, kembali

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 170

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bandulan besi Thi Hui-leng menyambar

punggungnya. Tangkas sekali Ong Sek-lay

membalik tubuh sambil menendang dengan

Pai-lian-ka (Teratai Tertiup Angin) yang

berhasil menyapu bandulan besi itu sehingga

terlontar balik dan hampir memecahkan jidat

Thia Hui-leng sendiri. Untung isteri Liu Goan itu

dapat segera menguasai senjatanya lewat

sentakan rantainya.

Sementara itu di arena telah bertambah

orang. Anak ke dua Liu Hok-tong, Liu Seng

yang berjuluk Hui-hou-to (Golok Macan

Terbang) telah terjun ke arena karena melihat

ayahnya ibarat telur di ujung tanduk.

Berbeda dengan Liu Goan yang gemuk bulat,

Liu Seng bertubuh jangkung kurus, tapi lihai

dalam ilmu meringankan tubuh. Begitu berada

di gelanggang, dengan langkah ringan ia

mencoba memutari Ho Yu-yang sambil

melancarkan bacokan yang bertubi-tubi.

Dengan demikian, baik Ho Yu-yang

maupun Ong Sek-lay masing-masing harus

menghadapi dua lawan. Ong Sek-lay masih

sanggup mengimbangi pasangan suami-isteri

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 171

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Goan dan Thia Hui-leng, tetapi Ho Yu-yang

segera merasakan berat menghadapi pasangan

ayah dan anak Liu Hok-tong dan Liu Seng.

Sebagian pegawai Liu-keh-chung

dengan dipimpin oleh A-piao semakin riuh

bersorak-sorai di sekeliling arena, memberi

semangat kepada jago-jago mereka, sekaligus

mencaci-maki musuh. Kapan lagi

kesempatannya kalau tidak sekarang?

Keselamatan dua jagoan gurun pasir itu

memang terancam. Biarpun mereka lebih lihai

dari jago-jago Liu-keh-chung, tapi kalau jago
jago dari keluarga Liu itu maju semua, mana

bisa mereka berdua memenangkan

pertempuran? Bahkan untuk lolos saja sulit.

Karena itu Ong Sek-lay tiba-tiba berteriak

melengking, teriakannya mirip pekik burung

elang di gurun pasir.

Dari arah bukit-bukit di sekitar

perkampungan segera terdengar pekikan

serupa sebagai jawabannya. Pekikan sahutan

itu malah bukan hanya keras, tetapi juga tajam

menusuk telinga, menandakan bahwa orang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 172

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang berteriak itu memiliki tenaga dalam yang

hebat.

Orang-orang Liu-keh-chung terkejut,

mereka sadar bahwa musuh memanggil

teman-teman, yang agaknya cukup tangguh.

Sorak sorai A-piao dan teman-temannya

mendadak bungkam seperti suara cengkerik

disiram air. Mereka mulai pucat wajahnya,

berdesak-desakan dengan teman-teman

mereka sendiri, sambil menoleh ke segala arah

dengan ketakutan. Tidak terkecuali A-piao

yang tadinya berteriak paling keras.

Karena kakek, ayah, dan pamannya

sedang bertempur, Liu Jing-yang segera

mengambil prakarsa. Perintahnya, "Jangan

berkumpul di sini semua! Hadang musuh dari

luar jangan sampai bergabung dengan yang di

sini!"

Untuk sesaat suasana jadi ribut. Begitu

banyak pegawai yang tubuhnya kekar-kekar

dan mukanya garang, tapi sedikit yang bernyali

besar. Mereka hanya saling dorong dengan

temannya tanpa ada yang berani melangkah

lebih dulu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 173

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Jing-yang naik darah melihat

kepengecutan orang-orang itu. "Kantong
kantong nasi tak berguna! A-piao, kau jaga di

dinding sebelah timur dengan kawan
kawanmu!"

Wajah A-piao pucat seketika. Ingin

menolak perintah tapi kuatir dimaki sebagai

penakut, maka terpaksa diapun beranjak pergi

sambil mengajak teman-temannya, "Hayo

semuanya ikut aku menjaga di sebelah timur!"

"Goblok!" bentak Liu Jing-yang sengit.

"Jangan semuanya pergi, cukup 30 orang saja!

Yang lain menjaga di bagian lain!"

Dan memilih 30 orang itu ternyata lebih

sulit dari menarik tagihan hutang, setiap orang

yang ditunjuk telah menolak dengan macam
macam alasan.

"A-kiat, kau terkenal berani, kau masuk

reguku," A-piao berkata kepada seorang

temannya yang berewoknya tebal dan

mukanya seram.

Temannya itupun menyahut, "Tidak! Di

sini keadannya jauh lebih berbahaya, aku

harus siap-siap membantu Loya!"
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 174

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Akupun di sini saja untuk menemani A
kiat," kata seorang yang tangannya memegang

tombak Hong-thian-kek, senjata Panglima

Besar Si Jin-kui yang terkenal dari kerajaan

Tong-tiau. Di punggungnya ia juga

menggendong sepasang pedang, pinggangnya

dilibat dengan ruyung lemas dan diselipi

beberapa jenis senjata rahasia, lambungnya

digantungi golok, dan di sepatunya diselipkan

sepasang belati. Seandainya ia membawa

gembreng dan menuntun seekor monyet, tentu

ia akan dikira anggota rombongan topeng

monyet yang sedang berpindah tempat

pertunjukan.

Sementara para tukang pukul itu

berdebat siapa yang harus menjalankan

perintah, pekikan mirip suara elang itu

terdengar kembali dan sudah dekat. Dua sosok

bayangan tiba-tiba muncul di atas wuwungan

atap gedung dekat arena.

Salah satu pendatang tersebut memakai

tudung bambu. Ketika melihat Ho Yu-yang dan

Ong Sek-lay terkepung, orang itu melepas

tudung bambunya dan dilemparkan ke arah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 175

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kerumunan orang-orang Liu-keh-chung.

Tudung bambu itu melesat berpusing bagaikan

makhluk hidup saja, dan tahu-tahu tiga batang

leher pegawai Liu-keh-chung terpapas putus.

Setelah membuat putaran melengkung lebar,

tudung bambu itu melayang kembali ke arah

pemiliknya yang menangkapnya sambil tertawa

terbahak-bahak.

Orang-orang Liu-keh-chung jadi

gemetar. Mereka sadar si "caping terbang" itu

saja sudah begitu hebat, melebihi dua musuh

yang datang terdahulu. Tenaga dalamnya

begitu hebat sehingga pinggiran capingnya

yang hanya terbuat dari bambu itu dapat

memapas leher orang, dan keahliannya untuk

melemparkan caping untuk menyerang dan

balik kembali itupun tergolong langka di dunia

persilatan.

Liu Jing-yang berteriak, "Semua

berlindung!"

Maka bubarlah pegawaipegawai itu

saling tabrak untuk mencari tempat

perlindungan. Beberapa orang terluka oleh

senjata teman-teman sendiri karena gugupnya,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 176

Rewriter & Pdf Maker : OZ

obor-obor dilemparkan sembarangan saja dan

membakar bebrapa rumpun bunga.

Tapi si "caping terbang" di atas genteng

tidak diam saja. Sambil tertawa seram seperti

iblis, capingnya kembali melayang dan

menebas dua kepala lagi sebelum kembali ke

tangannya.

A-beng marah melihat teman-temannya

dibunuhi semena-mena. Sambil berteriak

marah, ia lemparkan tombaknya ke arah

genteng ke arah orang itu, ia memang ahli

melempar tombak macam itu, tapi orang di

atas genteng itu dengan enak mengangkat

kakinya dan menendang runtuh tombak itu.

Detik berikutnya, caping itu kembali

melayang dengan desingan mengerikan dan

kali ini khusus ditujukan untuk mencopot

kepala A-beng.

Namun A-beng tanpa kenal takut

memungut sebatang golok yang tergeletak di

tanah milik seorang temannya yang tewas.

Sambil menunggu serangan dia berseru,

"Bangsat kejam!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 177

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Baru berkata begitu, caping terbang itu

telah melayang ke arahnya sambil berpusing

hebat, cepat A-beng ayunkan goloknya dengan

gerakan Gou-ong-pek-giok (Gou Ong Menebas

Batu) dengan maksud memukul runtuh caping

terbang itu.

Secara nalar, kalau caping bambu

berbenturan dengan golok baja, tentu caping

bambu yang akan runtuh. Tapi pusingan caping

terbang itu begitu hebat sehingga golok A
beng seolah terhisap kekuatan raksasa dan

terenggut dari pegangannya. Caping itu sendiri

hampir tak berubah arahnya dan terus

menyambar ke leher A-beng.

"Mampus aku sekarang...," pikir A-beng

tak berdaya.

Detik itulah ia merasa kakinya

ditendang dari belakang begitu keras sehingga

ia roboh. Biarpun pantat dan punggungnya

kesakitan karena terhempas tanah, tapi

kepalanya masih utuh menempel di lehernya.

Caping terbang pencabut nyawa itu hanya

berselisih seujung rambut lewat di atas

kepalanya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 178

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ketika A-beng menoleh untuk melihat

siapa yang tadi menendang betisnya, ternyata

adalah cucu perempuan Liu Hok-tong yang

bernama Liu Giok-eng. Robohnya berdekatan

dengan tubuh gadis itu yang juga bertiarap di

tanah.

Tercium bau harum mulut gadis itu

ketika berbisik kepada A-beng, "Jangan terlalu

gegabah dengan iblis itu, A-beng. Kau baru

saja bertamasya ke pintu kubur..."

A-beng mengangguk. Cepat ia

melompat berdiri lalu menggandeng tangan

gadis itu untuk mencari tempat sembunyi yang

lebih memadai, bukan sekedar bertiarap di

tanah.

Sementara caping bambu yang gagal

merenggut nyawa A-beng tadi kemudian

berhasil menyambar dua nyawa lainnya.

Sementara keadaan kalang kabut, si

"caping terbang" di atas genteng itupun

berteriak, "Ho Loji dan Ong Losam, tinggalkan

arena! Sudah cukup kita memberi pelajaran

kepada mereka!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 179

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Baik!" hampir bersamaan Ho Yu-yang

dan Ong Sek-lay menyahut, tapi tidak

gampang bagi mereka untuk melepaskan diri

dari lawan mereka masing-masing yang

mendesak mereka dengan sengit.

Menyadari hal itu, si "caping terbang"

berkata kepada temannya yang berada di

sebelahnya, "Losu, tolonglah Ho Yu-yang

berdua melepaskan diri dari lawan-lawan

mereka. Aku tidak bisa menggunakan capingku

dalam pertarungan jarak dekat seperti itu..."

Yang datang bersama si "caping ternag"

itu adalah seorang lelaki kurus pucat

bertampang seperti mayat hidup, pandangan

matanya dingin.

"Baiklah, Losam," ia menjawab. "Tapi

capingmu sudah minum banyak darah dan

cambukku belum..."

Si "caping bambu" tertawa seram.

"Boleh, tapi jangan sentuh dulu anggota
anggota keluarga Liu, cukup pegawai
pegawainya saja."

"Mari kita turun!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 180

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kedua orang itupun melayang turun

bagaikan rajawali-rajawali yang garang,

dengan senjata di tangan masing-masing. Si

"caping terbang" itu senjatanya ternyata

memang caping itulah, tapi kali ini hanya

dipegang dengan tangannya dan tidak

dilempar-lemparkan. Sedangkan rekannya

memegang sehelai cambuk panjang berwarna

kehitam-hitaman, seluruh rantai cambuk penuh

duri-duri bengkok sehingga cambuk itu mirip

sebuah kerangka ular. Pemiliknya sendiri

dengan bangga menyebutnya Liong-kut-pian,
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cambuk Tulang naga.

Tiba di bawah, si "caping bambu"

langsung menerjang Liu Hok-tong dan Liu

seng. Caping bambunya tanpa takut-takut

digunakan untuk menangkis golok-golok lawan

yang tajam, caping bambunya tidak rusak

sedikitpun, malah kedua batang golok itu

tergetar pergi dan membuat pemiliknya

mundur pontang-panting.

"Ho Loji, pergilah dulu!" perintah si

"caping terbang". Biarpun Ho Yu-yang garang,

nyata bahwa ia berada di bawah pengaruh si

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 181

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"caping terbang" itu. Ia menuruti perintah dan

melompat keluar gelanggang tanpa bisa

dihalangi oleh Liu Hok-tong maupun Liu Seng

lagi.

**OZ**

Bersambung ke jilid 04

Pojok Dukuh, 15-09-2018; 00:50 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 182

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 04

DI SEBELAH lain, si muka siluman juga

menerjang Liu Goan serta Thia Hui-leng

dengan cambuk tulang naganya yang bergerak

seperti naga mengamuk di samudera, untuk

memberi kesempatan Ong Sek-lai

meninggalkan gelanggang.

Setelah Ho Yu-yang dan Ong Sek-lai

berhasil meninggalkan arena dengan

melompati atap, maka si "caping terbang" dan

si "muka siluman" itupun pergi pula. Bahkan si

"muka tengkorak" sebelum pergi sempat

membabat nyawa beberapa pegawai Liu-keh
chung dengan buasnya, lalu melompat pergi

sambil tertawa terbahak-bahak.

Tugas mereka malam itu cukup,

sekedar menimbulkan perasaan tak berdaya di

pihak Liu-keh-chung.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 183

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Malam itu kebanggaan Liu-keh-chung

benar-benar terpukul runtuh. Cukup empat

orang musuh telah berhasil keluar masuk

perkampungan keluarga itu segampang orang

berjalan di jalan-raya saja, dan menimbulkan

korban hampir tigapuluh orang pegawai Liu
keh-chung. Yang masih hidup pun sebagian

besar sudah kuncup nyalinya. Hanya sebagian

kecil yang masih punya tekad untuk membela

Liu-keh-chung habis-habisan dengan taruhan

nyawa, seperti A-beng, namun orang macam

ini tidak banyak jumlahnya.

Liu Hok-tong nampak lesu sekali.

Meskipun sudah dihibur oleh anak-anaknya,

menantu-menantunya dan cucu-cucunya, tapi

peristiwa itu sangat menggoncangkan jiwanya.

Tap? Ko Jun-lim malah mengucapkan

kata-kata yang bernada manakut-nakuti "Hek
eng-po adalah sebuah kekuatan baru di dunia

persilatan yang diliputi kabut. Kita tidak tahu

sampai dimana ke kuatan mereka. Bahkan

kabarnya Hwe-liong-pang (Serikat Naga Api)

yang dipimpin Tayhiap Tong Lam-hou itupun

tidak berani secara terang-terangan menakar

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 184

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kekuatan dengan Hek-eng-po, padahal kita

tahu betapa hebatnya kekuatan Hwe-liong
pang dan betapa tingginya ilmu silat

Ketuanya..."

Alis Liu Hok-tong berkerut sedikit

mendengar ucapan besannya itu, lalu

menyahut, "Tapi mereka yang datang

mengacau kemari dan bukan kami yang

memusuhi mereka..."

Tapi pasti ada sebab-sebabnya mereka

menyerbu perkampunganmu, jin-keh.

Pengacau-pengacau itu nampaknya sudah

kenal denganmu jauh sebelum ini, mereka

memanggilmu Toako. Nah, Jin-keh, maukah

kau bicara terbuka denganku, supaya dapat

kita pecahkan persoalan ini dengan baik?"

Wajah Liu Hok-tong semakin tidak

sedap dilihat. "Jin-keh, jadi kau juga mulai

percaya cerita bohong bandit-bandit yang

mengaku-aku sebagai saudara angkatku tadi?

Kau percaya bahwa di masa mudaku aku

pernah menjadi begal di padang pasir?"

Ah, jangan gampang tersinggung,

berkepala dinginlah. Di dunia ini, siapa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 185

Rewriter & Pdf Maker : OZ

orangnya yang tidak pernah berbuat

kesalahan? Tong Lam-hou Ketua Hwe-liong
pang yang dijunjung-junjung sebagai pendekar

besar di jaman ini pun di masa mudanya

pernah sesat jalan sebagai kuku-garuda

Manchu. Asal kita dengan hati bening sanggup

melihat kesalahan diri sendiri dan tidak

mengulanginya lagi, itu akan..."

"Cukup, Ko Jun-lim!" potong Liu Hok
tong sambil membanting kaki. "Liu-keh-chung

akan jaya atau tertumpas hancur, itu urusan

keluarga kami sendiri. Tidak perlu orang luar

turut campur!"

Karena kejengkelannya sudah

memuncak, Liu Hok-tong telah menyebut

nama Ko Jun-lim begitu saja, bukan lagi "jin
keh". Ia berharap besannya itu agar tidak

terlalu cerewet lagi.

Tapi meskipun sudah dibentak macam

itu, Ko Jun-lim masih juga bicara dengan suara

tetap terkendali, "Jin-keh, bagaimana bisa kau

menganggapku sebaga orang luar? Puteriku

sudah menjadi menantumu dan berarti masuk

keluarga Liu. Cucu-cucumu Liu Tek-san dan Liu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 186

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Giok eng adalah cucu-cucuku juga. Kau anggap

aku bisa tinggal diam melihat darah dagingku

dibantai orang-orang Hek-eng-po? Biarpun kau

maki aku sebagai orang cerewet, aku tidak

peduli, pokoknya aku harus ikut campur urusan

ini..."

Akhirnya Liu Hok-tong berkata,

"Maafkan kekasaranku tadi, Jin-keh. Tapi aku

benar-benar belum mengerti kenapa orang
orang Hek-eng-po itu memusuhi aku..."

"Coba jin-keh ingat-ingat masa lalu,

tidak usah malu-malu di hadapanku.

Barangkali aku bisa membantu menemukan

jalan keluarnya..."

Sesaat Liu Hok-tong ragu-ragu,

berterus-terang atau tidak? Tapi ia

memutuskan akan tetap bungkam tentang

masa lalunya, tidak sudi menghancurkan

namanya sendiri dengan pengakuannya yang

terbuka. Biarpun orang lain menuduh dengan

gencar, ia harus tetap menggelengkan kepala.

Begitu pula kali itu ia menggelengkan

kepalanya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 187

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ko Jun-lim kecewa. Diam-diam Ketua

Pek-kiam-pay ini menggerutu dalam hatinya,

"Bangsat ini alot juga. Agaknya aku harus

bertindak lebih jauh lagi untuk mencari

keterangan dimana disimpannya kitab kuno

itu."

Biarpun hatinya jengkel, Ko Jun lim

tetap menunjukkan wajah yang biasa-biasa

saja, "Jin-keh, kalau kau memang bersikap

begini, aku tidak bisa memaksamu bicara. Tapi

perkampunganmu ini benar-benar terancam

bahaya. Empat orang yang datang tadipun

sudah demikian hebat kerusakan pihakmu.

Orang bersenjata caping dan bersenjata

cambuk berkaitan tadi hanyalah orang ke tiga

dan ke empat dari Lo-san-su-koai (Empat

Siluman Pegunungan Lo-san). Hui-thian koai

(Siluman Terbang) Hau It-yau, serta Gip-hiat
koai (Siluman Pengisap Darah) Pek Hong-teng.
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau sampai orang pertama dan kedua, Tiat
pi-koai (Siluman Lengan Besi) Wan Po dan

Hek-hok-koai (Siluman Kelelawar Hitam)

Kongsun Gi muncul pula, betapa repot

keadaanmu nanti. Nampaknya itupun hanya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 188

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sebagian kecil dari kekuatan Hek-eng-po, pasti

masih ada jago-jago lainnya.

"Jin-keh, maukah kau biarkan aku

sendirian dan berpikir dengan tenang?"

Karena sudah diusir secara halus

begitu, betapapun tebalnya kulit muka Ko Jun
lim, terpaksa ia angkat kaki sambil

menggerutu dalam hati. Setelah besannya itu

menjauh, Liu Hok-tong melambai untuk

memanggil A-beng mendekat. Saat itu A-beng

sedang bersama teman-temannya

membersihkan tempat itu dari mayat-mayat

yang kebanyakan terpenggal lehernya. A-beng

pun berjalan mendekat.

Kepercayaan Liu Hok-tong terhadap A
beng melebihi kepercayaan terhadap kacung
kacung lainnya, sehingga kacung itu sering

diajarinya silat dan bisa dianggap "setengah

murid". Kacung itu diketemukannya lama

berselang sebagai bocah yang hampir mati

kelaparan di pinggir jalan, lalu dibawa ke Liu
keh-chung. Pada diri anak gelandangan itu

hanya ada sekeping kalung logam berukir

seekor beruang serta bertuliskan huruf "Beng".

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 189

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Maka kacung itupun dipanggil A-beng, dan

nama keluarganya ikut nama penolongnya

sehingga namanya menjadi Liu Beng. Meskipun

kacung itu kadang-kadang terlalu jujur

sehingga kelihatan bodoh, tapi kesetiaannya

kepada majikan membuat Liu Hok-tong

mempercayainya beberapa bagian.

"A-beng, besok tengah malam, ajaklah

Tek-san ke ruangan penyimpanan kitab.

Jangan ada yang tahu, paham?" kata Liu Hok
tong kepada Liu Beng dengan berbisik-bisik.

"Baiklah, Loya," sahut si kacung, meski

pun sebenarnya agak heran juga dengan

perintah itu.

Liu Hok-tong kembali ke tempatnya

sendiri sambil tertawa dingin dalam hati, "Hem,

begitu banyak pihak yang mengincar gulungan

kitab kuno itu. Tapi jangan harap, aku akan

membuat mereka semua gigit jari. Tapi entah

siapa yang menyebarkan rahasia ini?"

**OZ**

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 190

Rewriter & Pdf Maker : OZ

BAGIAN TIGA

Malam berikutnya, tepat tengah malam,

hanya dengan diikuti oleh cucu kesayangannya

Liu Tek-san dan kacung terpercayanya, Liu

Beng, Liu Hok-tong masuk ke sebuah ruangan

rahasia yang terletak di belakang sebuah

lukisan besar di ruangan penyimpanan kitab.

Empat dinding ruangan rahasia itu

dibuat dari batu-batu hitam yang dipahat dan

dikaitkan satu sama lain dengan kokohnya.

Tidak ada jendela, tidak ada lubang angin,

sehingga ruang rahasia itu terasa sumpek.

Tidak banyak benda di ruangan itu, namun

semuanya adalah benda-benda yang sangat

disayangi oleh kepala keluarga Liu itu.

Berada di ruangan itu, sikap Liu Hok
tong menjadi sangat bersungguh-sungguh.

Katanya, "Kalau ada di perkampungan ini

orang-orang yang paling kupercayai, itulah

hanya kalian berdua. Aku ingin menyelamatkan

sebuah benda pusaka keluarga yang

belakangan ini mulai diincar banyak pihak,

bahkan pihak yang mengaku sebagai keluarga

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 191

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kita sekalipun. Tapi untuk rencanaku ini, harus

ada seorang yang sanggup berkorban..."

Sambil mengucapkan kalimat terakhir

itu, matanya menatap wajah Liu Beng dengan

tajam.

Jantung Liu Beng berdenyut keras, jelas

dirinyalah yang diminta kesanggupannya

berkorban. Tanpa ragu-ragu ia menjawab,

"Loya, nyawaku ini hanyalah nyawa pinjaman

ketika Loya memungut aku dari pinggir jalan,

untuk kepentingan Liu-keh-chung aku sanggup

mengorbankan nyawaku. Tetapi harus tidak

bertentangan dengan hati nuraniku, sebab

nuraniku bukan pinjaman dari siapa-siapa dan

menjadi milikku sendiri..."

Sengaja Liu Beng menambahkan

syaratnya itu, sebab sampai mampus pun ia

tidak mau disuruh melakukan perbuatar biadab

seperti A-piao ketika membawa Yo kim-hoa ke

pondok kayu untuk "dimangsa" Liu Jing-yang

itu. Tentang peristiwa itu, Liu Beng sering

menyesalkan diri sendiri kenapa tidak ada

kekuatan untuk mencegah mereka...

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 192

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Hok-tong tertawa. "Jangan kuatir,

A-beng, sebab aku sendiri juga seorang

pendekar yang menjunjung tinggi kebenaran

dan keadilan..." ketika bicara sampai di sini,

sebenarnya Liu Hok-tong agak malu sedikit.

Namun dilanjutkannya kata-katanya, "Aku

hanya ngin mengelabuhi pihak-pihak yang

mengincar benda pusaka itu. Harus ada

seorang keturunan lelaki keluarga Liu yang

tetap hidup, dan mudah-mudahan benda

pusaka itu dapat membantunya di kemudian

hari untuk membalas sakit hati. Kalian

paham?"

Hampir berbareng Liu Tek-san dan Liu

Beng menjawab, "Paham".

Liu Tek-san merasa bangga sebab

sebagai cucu yang lebih muda dari Liu Jing
yang, ia lebih dipercayai oleh kakeknya

daripada kakak sepupunya itu. Tidak mustahil

terbuka peluang baginya untuk menjadi

Chungcu (Kepala Perkampungan) angkatan

ketiga. Karena itu diapun tidak ingin

menunjukkan sikap lemah di hadapan

kakeknya, "Aku paham, kakek. Menerjang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 193

Rewriter & Pdf Maker : OZ

lautan api atau rimba senjata, sanggup aku

lakukan demi kejayaan keluarga kita!"

Sedang bagi Liu Beng alias A-beng yang

bahkan nama keluarga saja tidak punya,

kesempatan itu akan digunakannya untuk

membalas budi Liu Hok-tong yang pernah

mengangkatnya dari kemiskinan dan

kelaparan. Setelah hutang budi terbayar lunas,

kalau masih hidup, ia ingin melepaskan diri

dari Liu-keh-chung yang terasa kurang cocok

untuk hati nuraninya.

Sebagai orang tua yang penuh

pengalaman, Liu Hok-tong melihat

kesanggupan mereka berdua, dan ia tertawa

dalam hatinya. Kesetiaan Liu Beng baginya

bukan sesuatu yang mesti dihargai, tetapi

dimanfaatkannya demi kepentingannya sendiri.

Dari sebuah rak batu yang dipahat mati

di dinding, Liu Hok-tong mengambil dua

gulungan kulit yang mirip satu sama lain.

Katanya, "Hanya kalian yang boleh mengetahui

apa yang kita bertiga lakukan sekarang ini.

Demi kelanggengan ke- luarga Liu."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 194

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kedua anak muda itu menyatakan

sanggup.

"Kedua gulungan kulit ini, satu asli dan

satu palsu," kata Liu Hok-tong dengan

bersungguh-sungguh. "Yang asli kupercayakan

kepada Liu Tek-san, harus kau rahasiakan dan

syukur kalau kau bisa mempelajarinya. Bahkan

ayahmu, ibumu dan kakekmu Ko Jun-lim tidak

boleh tahu gulungan itu ada padamu. Kalau

perkampungan ini tertimpa musibah, Tek-san
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus menyelamatkan diri tak peduli apapun

yang terjadi..."

Wajah Liu Tek-san menegang

mendengar ucapan kakeknya itu. "Kakek, kita

belum tentu kalah dari musuh, buat apa bicara

tentang musibah segala? Lebih baik kita

siapkan diri untuk bertarung mati-matian,

bukankah kitab kuno ini bisa kita pelajari untuk

meningkatkan ilmu silat kita?"

Liu Hok-tong menggelengkan kepalanya

dengan lemah. "Terlambat, cucuku. Aku sendiri

menyesal kenapa dulu terlalu sibuk mengejar

kekayaan sehingga lupa mempelajari ilmu

dalam kitab itu. Kalau kini kita harus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 195

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mempelajarinya, itu terlambat. Setidaknya kita

butuh waktu 5 atau 6 tahun untuk menguasai

intisari ilmu itu, sedangkan musuh pasti turun

tangan dalam waktu beberapa hari ini. Ah,

barangkali ini karma dari perbuatanku di masa

lalu..."

Menyadari dirinya telah kelepasan

bicara, Liu Hok-tong tiba-tiba menutup

mulutnya. sedang Liu Tek-san dengan darah

bergolak berkata, "Karma apa? Seumur hidup

kakek selalu berbuat kebajikan, tidak sayang

harta untuk menolong orang, bukankah begitu?

Apa yang pernah kakek lakukan di masa

muda?"

Liu Hok-tong menutup kecanggunganya

dengan tertawa sambil menepuk-nepuk pundak

Liu Tek-san. "Bagus, cucuku, memang selama

ini kakek selalu berbuat baik, tak pernah

melakukan yang tercela. Hanya orang-orang

dengki saja yang menyebarkan fitnah seolah
olah aku...aku...pernah menjadi...perampok di

gurun pasir.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 196

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sungguh fitnah yang keji. Aku gembira kau

tidak meragukan kebersihan kakekmu, Tek
san..."

Kemudian kepada Liu Beng

diserahkannya gulungan kulit yang satu lagi.

Kata Liu Hok-tong, "Gulungan ini palsu, supaya

perhatian pihak-pihak yang mengingini

gulungan asli itu tertuju kepada yang palsu ini,

mengerti? Tugasmu ini penuh bahaya, A-beng,

karena itu kalau kau keberatan, kau berhak

menolak tugas ini..."

Liu Beng menekuk lututnya untuk

berlutut di lantai batu yang keras dan dingin

itu. "Loya, inilah kehormatan besar bagiku

untuk membalas budi Loya yang setinggi

gunung..."

Liu Hok-tong mengangguk-angguk

puas. "Selanjutnya, kelangsungan keluarga Liu

hampir sepenuhnya tergantung kelincahan

kalian berdua dalam membingungkan

perhatian musuh. Untuk A-beng khusus aku

pesankan, kalau keadaan Tek-san sudah cukup

aman, kau tidak usah mempertaruhkan nyawa

dengan gulungan kitab palsu itu lagi..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 197

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ternyata masih ada juga sisa belas

kasihan Liu Hok-tong terhadap Liu Beng yang

mempertaruhkan nyawa untuk keluarganya itu.

Bagaimanapun kejamnya ia, pengabdian A
beng yang tulus selama bertahun-tahun

terhadap Liu-keh-chung tak bisa terhapus dari

hatinya.

"Masih ada pertanyaan?" tanya Liu Hok
tong kepada kedua anak muda yang menjadi

"bidak catur"nya itu.

Tanya Liu Tek-san, "Kakek, kenapa

bukan piauko (kakak misan) Jing-yang yang

kakek percayai gulungan kitab kuno ini?"

Sang kakek menarik napas sambil

menggeleng-gelengkan kepalanya. "Seha
rusnya begitu, karena Jing-yang adalah cucu

lelakiku yang tertua, calon kepala keluarga

angkatan ketiga, tapi ia gemar berfoya-foya,

hidup boros, malas latihan dan beberapa

kelemahan watak lainnya. Ia bukan orang yang

tepat untuk meneruskan kejayaan Liu-keh
chung, malah bisa menghancurkannya."

Diam-diam dalam hati Liu Beng

sependapat dengan Liu Hok-tong. Antara Liu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 198

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Jing-yang dan Liu Tek-san memang ada

perbedaan watak yang membuat Liu Beng lebih

suka kepada Liu Tek-san. Biarpun usia Liu Tek
san lebih muda, na- ada namun dalam banyak

hal ia bersikap lebih matang dibanding kakak

sepupunya itu. Sikapnya terhadap rakyat kecil

juga berbeda dengan sikap Liu Jing-yang yang

suka sewenang-wenang untuk menunjukkan

kekuasaan, seperti dalam peristiwa Ui Kiong

dan Yo Kim-hoa yang berakhir dengan

mengenaskan.

Liu Hok-tong kemudian memerintahkan

kedua anak muda itu. "Kalian keluarlah, tapi

jangan sampai ada yang melihat kalian dan

ingat baik-baik semua pesanku tadi."

Cucu dan kacung kesayangan Li Hok
tong itupun segera beranjak meninggalkan

ruangan rahasia itu. Di luar, malam gelap

masih menyelubungi perkampungan keluarga

itu, dan kedua anak muda ?tu berpisahan

setelah saling berpesan untuk hati-hati.

Tapi baru beberapa langkah Liu Tek-san

meninggalkan ruang penyimpanan kitab, dari

balik gerombolan bunga terdengar suara

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 199

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyapa, "Dari mana kau, piaute (adik

misan)?"

Yang muncul dari situ ternyata adalah

Liu Jing-yang yang berpakaian ringkas dan

pinggangnya digantungi golok. Diiringi kacung

kesayangannya, A-piao, yang juga berpakaian

ringkas dan menyandang golok pula. Agaknya

mereka berdua sedang meronda

perkampungan.

Liu Tek-san terkesiap dan dengan

gerakan naluriah yang kurang pengalaman ia

buru-buru menyembunyikan gulungan kulit

pemberian kakeknya di belakang

punggungnya. Seperti anak kecil yang

membawa kembang gula dan mendadak

bertemu temannya yang nakal dan suka

merebut kembang gulanya.

Sikap yang tidak wajar itu membuat Liu

Jing-yang agak curiga. Si kakak misan

mengulangi pertanyaannya dengan nada lebih

mendesak, "Piaute, kau dari mana dan apakah

yang kau bawa itu?"

Liu Tek-san menenangkan debaran

jantungnya dan menjawab setenang mungkin,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 200

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Aku baru saja berbincang-bincang dengan

kakek, hanya membawa segulungan catatan

pelajaran dari kakek..."

Antara kedua cucu lelaki Li Hok-tong ini

memang sudah lama merasa saling tidak

cocok. Liu Jing-yang merasa jelus karena

kakeknya memberi lebih banyak perhatian

kepada Liu Tek-san yang lebih muda

daripadanya, sedang Liu Tek-san tidak suka

akan sepak terjang kakak sepupunya di luaran

yang sering menyusahkan orang lain.

Kini dengan pandangan menyelidik Liu

Jing-yang menatap Liu Tek-san dan mendesak

lagi, "Catatan pelajaran tentang apa? Boleh

aku lihat?"

"Eh, maaf, Piauko, gulungan kulit ini

harus kusimpan sendiri dan tidak penting

bagimu, piauko..." karena gugupnya Liu Tek
san tak dapat lagi mengatur kata-katanya dan

sudah terpancing menyebut "gulungan kulit"

tadi.

A-piao merasa mendapat kesempatan

untuk mencari muka terhadap Liu Jing-yang

seperti biasanya, maka dia pun ikut mendesak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 201

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Tek-san, "Siauya berdua adalah kakak
beradik misan, buat apa saling bertindak tidak

jujur dan menyembunyikan sesuatu? Apalagi

Siauya Liu Jing-yang adalah cucu tertua dan

calon kepala perkampungan angkatan ke tiga,

Siauya Liu Tek-san tidak patut bersikap

demikian kepadanya..."

Diam-diam Liu Tek-san dalam hati

memaki ketololannya sendiri, "Betapa

dungunya aku. Baru beberapa langkah

meninggalkan Kakek, aku sudah gagal

mempertahankan rahasia yang oleh Kakek

dipercayakan kepadaku. Sekarang aku harus

bagaimana?"

Dalam kebingungan itu, kata-kata A
piao membuatnya semakin jengkel, maka

dibentaknya A-piao, "Tutup mulutmu,

memangnya kau anggap dirimu cukup pantas

untuk ikut campur dalam pembicaraan kami

berdua?!"

A-piao kontan bungkam dengan wajah

merah padam karena tersinggung. Namun

dengan keahlian menjilatnya, dengan cepat dia

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 202

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berhasil memaksakan mukanya untuk tertawa

menyeringai.

Kemudian Liu Jing-yang sendiri ikut

menegur kacung kesayangannya meskipun

hanya dengan pura-pura, "Betul, A-piao, kau

tidak perlu ikut bicara. Kalau Piaute tidak mau

berterus-terang kepadaku, kenapa kita haru

mendesak-desak sampai Piaute mera

tersudut?"

"Piauko jangan salah paham. Aku hanya

tidak berani melanggar pesan Kakek.

Bagaimana kalau Piauko tanyakan sendiri saja

kepada Kakek?"

Dalam pendengaran Liu Jing-yang yang

dikuasai kedengkian, ucapan adik misannya itu

serasa menonjolkan diri bahwa adik misannya

itu lebih dekat dengan kakeknya. Tanpa

berkata apa-apa hanya dengan mendengus

dingin, Liu Jing-yang segera berlalu

meninggalkan adik misannya itu. Diiringi A
piao yang bagaikan seekor anjing yang amat

setia mengikuti kemana saja tuannya pergi.

Sedangkan Liu Tek-san meskipun

merasa hatinya tidak enak, tapi lega juga

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 203

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berpisahan dengan kakak misan yang tidak

disukainya itu. Digenggamnya gulungan kulit

kuno pemberian kakeknya itu erat-erat .

Sementara itu, setelah Liu Jing-yang

melangkah agak jauh dari adik misannya, ia

menggerutu perlahan, "Hem, kurang ajar.

Mentang-sentang dia cucu kesayangan

Kakek...!"

A-piao ikut memanas-manasi hati

junjungannya itu, "Benar, tapi Siauya tidak

usah iri kepadanya. Selama ini siauya Tek-san

hanya berada dalam perkampungan saja,

sedang Siauya sering melakukan tindakan
tindakan berani di luar tembok perkampungan,

tentu perkembangan pribadinya pun akan

berbeda. Siauya akan menjadi seorang yang

kuat, sedang Siauya Tek-san akan menjadi

seorang lemah sebab sudah membiasakan diri

bersandar kepada orang tua. Siauya, dirimulah

calon paling cocok untuk menjadi kepala

perkampungan di masa datang, yang lain
lainnya terlalu lemah."

Biarpun Liu Jing-yang diam, tapi A-piao

dengan pengalaman menjilatnya merasa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 204

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bahwa jilatannya kali inipun kena, artinya

berhasil nenyenangkan tuan mudanya, artinya

lagi besok kantong uangnya akan ketambahan

"penghuni" beberapa tahil...

Kalau Liu Tek-san telah kepergok kakak

misannya, sebaliknya Liu Beng malah belum

kepergok siapa-siapa. Tetapi dia ingat akan

tugasnya untuk mengalihkan perhatian, dan

tanpa sadar kakinya melangkah ke bagian

utara perkampungan itu, ke tempat

menginapnya orang-orang Pek-kiam-pai. Liu

Beng merasa bahwa selama ini gerak-gerik

Pek-kiam-pai itu terlalu mencurigakan, tidak

peduli ketua mereka adalah besan dari majikan

tuanya. Sering tanpa sengaja Liu Beng melihat

Ko Jun-lim dan Kiau Bun bicara berbisik-bisik

dengan wajah berkerut-kerut tegang, sering

pula melihat beberapa orang Pek-kiam-pai

celingukan seperti maling di beberapa bagian

perkampungan seolah-olah sedang menyelidiki

sesuatu. Maka Liu Beng bertekad untuk

"melempar umpan" agar segera tahu maksud

orang-orang Pek-kiam-pai yang sebenarnya. Ia

menduga keras bahwa pihak Pek-kiam-pai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 205

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sebenarnya juga mengincar gulungan kulit

kuno itu. Hanya saja mereka mencoba "bekerja

dari dalam," tidak seperti Hek-eng-po yang

hendak merampok terang-terangan.

Diselipkannya gulungan kulit itu di balik

bajunya, tapi sengaja ujungnya diperlihatkan

sedikit seolah-olah ia kurang rapi

menyembunyikannya. Dengan langkah tetap ia

menuju ke bagian utara. Dilewatinya kebun
kebun bunga, halaman-halaman dan pintu
pintu bundar yang tak terhitung banyaknya di

perkampungan luas itu, ia tidak gentar

seandainya berpapasan dengan pembunuh
pembunuh dari Hek-eng-po. Di beberapa

bagian, dilihatnya teman-temannya duduk

berjaga-jaga dengan bergerombol. Meskipun

dengan senjata di tangan, tetapi dengan muka

yang kecut.

Di bagian utara, sebagian besar or?ng

Pek-kiam-pai sudah tidur, tapi masih ada

segelintir yang duduk berjaga di sebuah

serambi. Salah satu dari mereka adalah Kiau

Bun, orang nomor dua di Pek-kiam-pai.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 206

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Orang-orang itulah yang didekati oleh

A-beng.

"Ada apa, A-beng ?" tanya Kiau Bun.

Matanya yang tajam menangkap gulungan kulit

yang menyembul sedikit dari balik baju Liu

Beng, dan jantung Kiau Bun berdetak lebih

kencang. Ya, benda itulah yang kabarnya bisa

membawa seseorang sampai ke puncak

kejayaan di rimba persilatan.

Melihat arah pandangan Kiau Bun, Liu

Beng tertawa dalam hatinya. "Um pannya

mulai didekati sang ikan." Tapi ia pura-pura

agak gugup membetulkan bajunya untuk

menutupi gulungan kulit itu, sambil menyahut

sopan, "Ah, tidak apa-apa. Beberapa jam yang

lalu baru saja ada pembunuhan lagi, Loya

menyuruh aku menengok tamu-tamu Liu-keh
chung apakah tidak kurang suatu apa?"

Biasanya sikap Kiau Bun terhadap

pegawai-pegawai Liu-keh-chung angkuh,

merasa kedudukannya terlalu tinggi dari

pegawai-pegawai itu. Tapi kini sikapnya

terhadap Liu Beng benar-benar kelewat ramah.

Sahutnya sambil tertawa, "Kami semua baik
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 207

Rewriter & Pdf Maker : OZ

baik saja, tolog sampaikan terima kasih kami

atas perhatian Chungcu. Saudara A-beng,

apakah kau baru saja dari tempat Chungcu?"

"Benar, Kiau Sianseng. Sejak timbulnya

kerusuhan ini, Chungcu sering sulit tidur di

malam hari dan akulah yang diminta untuk

menemaninya bercakap-cakap atau

menghangatkan arak baginya..."

Ucapan itu memberi kesan bahwa Liu

Beng benar-benar dipercaya oleh Chungcu, dan

makin yakinlah Kiau Bun akan dugaannya
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dewi Sungai Kuning Seri Huang Ho Sianli Pendekar Gelandangan Pedang Tuan Muda Harimau Mendekam Naga Sembunyi Karya

Cari Blog Ini