Ceritasilat Novel Online

Teror Elang Hitam 3

Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 3

sandiri.

Sementara itu' Liu Beng telah memberi

hormat, "Syukurlah kalau tuan-tuan tidak

kekurangan suatu apa. Aku mohon diri."

Ketika Liu Beng telah melangkah

membelakanginya, sekilas timbul pikiran kejam

di benak Kiau Bun. Kalau ia bunuh Liu Beng

saat itu juga, lalu mayatnya disembunyikan di

kebun bunga itu, maka gulungan kulit itu akan

jatuh ke tangannya. Tangannya sudah meraba

pisau belati di balik bajunya.

Tapi ia harus membatalkan niatnya

ketika Liu Goan lewat di luar pintu, dengan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 208

Rewriter & Pdf Maker : OZ

diiringi 5 orang pegawai Liu-keh-chung yang

semuanya memanggul senjata. Selamatlah Liu

Beng dari rencana kejamnya.

Bintang-bintang satu persatu

menghilang dari langit yang semakin cerah,

ayam-ayam hutan berkokok di perbukitan

sekitar perkampungan, lalu matahari menyibak

cakrawala timur mengusir kegelapan. Umur

alam semesta dan penghuni-penghuninya

bertambah satu hari lagi.

Liu Beng mulai lagi dengan tugasnya

sehari-hari sebagai pegawai biasa. Pagi itu ia

menyapu sebuah halaman dekat bagian

perkampungan yang didiami Liu Seng dan anak

isterinya. Bagian itu sebenarnya punya tukang

sapu sendiri, tetapi tadi malam si tukang sapu

sudah menjadi korban pembunuhan. Maka

tanpa disuruh Liu Beng merasa tidak ada

salahnya menggantikan tugas temannya yang

sudah jadi arwah penasaran itu.

Tengah ia menikmati kesegaran udara

pagi, sambil menikmati pula irama kerjanya

sendiri, tiba-tiba didengarnya langkah-langkah

lembut di belakangnya. Disusul suara merdu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 209

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 210

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang masuk ke kupingnya, "Biasanya bukan

kau yang menyapu halaman ini, A-beng..."

Liu Beng membalikkan tubuh, dan

sesaat ia terpesona oleh keindahan yang

terpampang didepannya. Liu Giok-eng, adik

perempuan Liu Tek-san, berdiri di hadapannya

dengan wajah ceria dan pakaian satin merah

jambu. Gadis itu tidak berkesan garang kalau

tidak sedang dalam pakaian silatnya dengan

golok di tangannya. Malah pagi itu di bawah

cahaya mentari pagi yang keemasan, dia

nampak anggun dan lembut, agak tersipu-sipu,

sanggup membuat orang lupa bahwa gadis itu

sanggup bermain golok dengan tangkasnya,

atau memecahkan sekeping papan dengan

tinjunya.

Liu Giok-eng menunduk dengan pipi

memerah ketika melihat sikap Liu Beng itu.

Sambil tertawa tertahan, gadis itu bertanya,

"A-beng, kenapa melihatku seperti itu? Apa

jidatku tumbuh tanduknya? Atau hidungku

terbalik letaknya ?"

Liu Beng tersentak dari cengkaman

pesona yang nakal tak gampang dilupakannya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 211

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dengan canggung dia pun membungkuk

hormat, "Ma...maaf...aku kurang hormat. Eh,

selamat pagi, nona Eng..."

Liu Giok-eng menyembun?ikan

tertawanya melihat sikap yang ketolol-tololan

itu. Namun ia bangga juga bahwa Liu Beng

sebagai lelaki muda tentu terpesona oleh

kecantikannya. Apalagi dalam pandangan Liu

Giok-eng, kacung yang satu ini memancarkan

kepribadian yang lain dari pegawai-pegawai

lainnya. Dulu Liu Beng dibawa oleh kakeknya

dalam keadaan kurus, jelek, compang
camping, ingusnya terus keluar dan agak

berkudis. Tapi ia tumbuh di Liu-keh-chung

menjadi seorang anak muda yang gagah dan

berkepribadian menonjol. Liu Giok-eng merasa

bahwa asal-usul kacung ini tidak sembarangan,

meskipun Liu Beng sendiri kalau ditanyai

tentang asal-usulnya hanya bisa

menggelengkan kepala dengan sedih.

"Nona Eng, maaf aku tadi tidak

mendengar pertanyaanmu, barangkali

kupingku sekarang agak tuli."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 212

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Bukan tuli, tapi tadi kau sedang

melamun. Benar tidak?"

Liu Beng menyeringai dan pura-pura

memungut beberapa helai daun kering untuk

menutupi kecanggungannya. "Memang betul,

tadi aku sedang melamun..."

"Melamunkan seorang gadis?"

Jantung Liu Beng berdetak keras "Ah,

mana berani? Hidupku sendiri belum dapat

kuramalkan bagaimana jadinya nanti. Mungkin

nanti malam pembunuh itu akan datang lagi

dan kepalaku ini yang diambilnya..."

"He, jangan bicara seperti itu!" Liu

Giok-eng menukas sambil membelalakkan

matanya. "Aku tidak suka mendengarnya."

"Kita sama-sama tidak suka, tapi

beginilah keadaannya dan tidak bisa kita

tolak."

"Tidak, kau harus menjaga diri dengan

baik. Aku tidak suka kau terluka seujung

rambutpun, mengerti?"

Nada perhatian dalam suara gadis itu

membuat Liu Beng agak senang juga, dan ia

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 213

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hanya menjawabnya dengan anggukan kepala

mumpung masih punya kepala.

Mereka kemudian bercakap-cakap

tentang jenis-jenis tanaman, lalu bersama

sama hendak menangkap seekor burung kecil

berbulu kuning, namun gagal sehingga wajah

mereka berlepotan tanah dan saling

mentertawakan. Batas antara nona majikan

dan kacung perlahan-lahan mulai mencair.

Tiba-tiba Ko Jun-lim, kakek luar Liu

Giok-eng, muncul di halaman itu dengan

mengenakan jubah kain ringan dan sepatu

tipis. Orang tua itu nampak santai dan segar di

pagi yang cerah itu.

Liu Beng terkejut. Sapu yang tadi sudah

diletakkannya di tanah segera diambilnya lagi

dan diapun mulai menyapu lagi dengan wajah

yang menunduk. Kedatangan Ko Jun-lim ibarat

kedatangan selembar cermin yang diletakkan

di hadapannya, supaya ia bisa melihat dirinya

sendiri bahwa ia cuma seorang kacung di

keluarga itu. Bahkan cuma bekas seorang

bocah gelandangan yang nama ayah-ibunya

pun tidak tahu, sehingga ia memakai she Liu,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 214

Rewriter & Pdf Maker : OZ

she dari orang yang memeliharanya sejak

kecil. Garis batas antara dirinya dan Liu Giok
eng yang tadinya kabur, kini menjadi tajam

kembali.

Liu Giok-eng juga ikut gugup. Sejak

kecil ia sudah diajari bagaimana seharusnya

tingkah laku seorang anggota keluarga

terhormat. Semua tingkah laku harus diatur,

setiap sepak terjangnya sudah dibebani seribu

"harus begini" dan sejuta "jangan begitu".

Kakek luarnya ini adalah "tukang khotbah"

yang sering bicara panjang lebar terhadap

cucu-cucunya. Kini Liu Giok-eng sudah siap

mendengarkan khotbahnya sambil menggerutu

dalam hati.

Tapi alangkah herannya Liu Giok-eng

ketika melihat si tukang khotbah berjenggot

putih ini malah tersenyum, dan menyapa

dengan suara amat ramah. "Eh, kalian

kelihatan gembira betul. Ada apa?"

Liu Beng menjawab, "Tidak pa-apa,

Loyacu. Kami telah berusaha menangkap

burung pipit bersayap kuning tadi, tetapi
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gagal."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 215

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Sikap Ko Jun-lim memang jauh di luar

dugaan, kelewat ramah. Sambil menepuk
nepuk pundak Liu Beng, Ko Jun-lim berkata,

"Dua malam yang lalu, ketika aku lihat kau

dengan gagah berani melemparkan tombakmu

kepada si penjahat caping terbang itu, aku

sudah mengagumi keberanian dan

kesetiaanmu, saudara A-beng. Kalau kau

bersedia, kita bisa menjadi sahabat yang

sederajat."

Liu Beng bukan pemuda bodoh, hanya

saja masih terlalu lugu menghadapi Ketua Pek
kiam-pai yang pintar membuuk itu. Hatinya

mulai goyah, manusia mana yang tidak suka

dipuji?

Tapi Liu Beng tidak berani melompati

batas, sikapnya masih merendah. "Mana berani

aku duduk sederajat dengan Loyacu? Loyacu

seorang ketua perguruan yang terhormat,

sedang aku ini apa? Cuma seorang kacung

yang berilmu rendah, asal-usulpun tidak jelas

sehingga tidak punya nama keluarga (she).

Nyawaku juga hanya nyawa pinjaman dari

Chungcu Loya, sudah sewajarnya kalau aku

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 216

Rewriter & Pdf Maker : OZ

membelanya tanpa mengharapkan balas

jasa..."

Tapi Ko Jun-lim terus berusaha

menggoy?hkan kepribadian Liu Beng dengan

kata-katanya yang manis, "Itulah kelebihan

dirimu. Berjasa besar tetapi tetap rendah hati,

berbeda jauh dengan umumnya orang yang

tidak berjasa apa-apa tetapi membuka

mulutnya lebar-lebar. Saudara A-beng, aku

semakin kagum kepadamu..."

"Terima kasih, Loyacu..."

Sedangkan Liu Giok-eng yang merasa

lega karena kakeknya tidak marah kepada Liu

Beng, telah ikut memuji Liu Beng namun

dengan sikap tulus tanpa berpura-pura, "Kau

lebih hebat dari aku, A-beng. Aku sering

membanggakan kekayaan dan kemasyhuran

keluargaku, padahal setetes keringatpun aku

tidak ikut menyumbang untuk membangun

kejayaan ini. Jadi apa yang patut kubanggakan

sebenarnya? Sedangkan kau, biarpun

dipandang rendah sebagian besar orang, tapi

kau berkepribadian kuat dan setiap tetes

keringatmu bermanfaat bagi Liu-keh-chung."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 217

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hati Liu Beng mekar mendengar

penghargaan Liu Giok-eng, yang sama sekali

tidak memandang rendah kedudukannya itu.

Kalau tadi ia cuma kagun kecantikan gadis itu,

sekarang ia harus kagum kepada pandangan

hidupnya pula. Pandangan hidup yang lain

dengan umumnya anak hartawan yang gemar

memandang rendah orang miskin, tapi mereka

sendiri hanya bisa menghambur-hamburkan

uang orang tua mereka tanpa bisa

mengumpulkan satu sen pun

"Sikap Loyacu dan nona Eng membuat

semangat hidupku menyala lebih hebat,"

katanya hormat.

"Saudara A-beng, bagaimana kalau aku

undang nanti malam kau ke tempatku untuk

minum arak sambil bercakap-cakap?" tanya Ko

Jun-lim lagi. "Setiap kali aku bertemu dengan

seorang berwatak jantan, aku selalu ingin

kenal lebih dekat kepadanya, tidak peduli

kedudukannya atau asal-usulnya. Jangan

kecewakan aku, sahabatku."

Liu Giok-eng kembali menimbrung

bicara, "Benar, Beng-ko (kakak Beng), Kakek

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 218

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memang gemar bersahabat dengan pemuda
pemuda berwatak gagah semacammu. Jangan

kecewakan..."

Yang tua memanggil "sahabatku" dan

yang muda memanggil "kakak Beng", mana

bisa Liu Beng menolak lagi? Ia pun

menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, nanti malam aku akan

melayani menghangatkan arak untuk Loyacu,"

sahut Liu Beng.

"Bukan melayani aku, sahabat, tapi

minum bersama. Bukankah begitu, A-eng?"

Gadis itu mengangguk, lalu

meninggalkan halaman itu dengan langkah

lincah setengah melompat-lompat. Ko Jun-lim

sekali lagi menepuk pundak Liu Beng sambil

tertawa, lalu melangkah pergi pula searah

dengan cucu perempuanya.

Seharian itu Liu Beng bekerja sampai

sore dengan hati berbunga. Pekerjaan yang

berat-berat pun dilakukan sambil

bersenandung meskipun suaranya jelek.

Beberapa temannya menjadi heran. Sebagian

beranggapan bahwa Liu Beng sudah miring

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 219

Rewriter & Pdf Maker : OZ

otaknya karena tidak kuat menahan

ketegangan yang selama beberapa hari terus
menerus melingkupi perkampungan itu.

Sebagian lainnya beranggapan mungkin Liu

Beng kesurupan arwah pegawai-pegawai

lainnya yang mati dalam beberapa hari itu.

Malam harinya, Liu Beng benar-benar

berada di bagian utara perkampungan, minum

arak bersama Ko Jun-lim. Cawan demi cawan

arak mengalir ke perutnya, meskipun

merasakan arak suguhan Ko Jun-lim itu agak

berbeda dari arak biasanya, tapi ia tidak curiga

karena melihat sikap sangat ramah dari Ko

Jun-lim. Ia terus minum menemani Ko Jun-lim

yang minum dari poci lainnya. Yang ikut

menemani mereka adalah Kiau Bun yang juga

amat ramah dan memanggil Liu Beng dengan

sebutan "saudara".

Setelah menenggak beberapa cawan,

Liu Beng merasakan darahnya mengalir lebih

cepat, jantungnya berdetak keras pula, dan

nafsu kelelakiannya berkobar. Sebagai lelaki

muda yang sehat, sudah sering Liu Beng

mengalami bangkitnya nafsu macam itu, tapi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 220

Rewriter & Pdf Maker : OZ

selalu berhasil mengatasinya dengan

menyibukkan diri atau melatih ilmu silatnya

sampai kelelahan. Tapi desakan kali ini begitu

hebat.

Kiau Bun tertawa dalam hati melihat

perubahan wajah Liu Beng, ia yakin bahwa

obat perangsang yang dicampurkan ke dalam

arak Liu Beng sudah mulai berpengaruh.

Sedangkan Ko Jun-lim sendiri merasa

sesuatu yang tidak beres dengan araknya

sendiri. Tadinya ia merencanakan untuk

memabukkan Liu Beng lalu mengorek

keterangan tentang gulungan kulit itu, dan

yakin dengan kelihaian silat lidahnya akan

berhasil mendapatan keterangan itu. Tapi Kiau

Bun agaknya tidak setuju dengan rencana

Suhengnya yang dianggap terlalu bertele-tele

itu. Maka dia pun diam-diam menyiapkan

rencananya sendiri untuk mengambil-alih

rencana suhengnya, diganti dengan

rencananya sendiri yang merupakan jalan

pintas yang lebih singkat.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 221

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kalau Liu Beng terangsang nafsunya,

sebaliknya Ko Jun-lim semakin lemas tubuhnya

dan matanya terasa berat ingin segera tidur.

"Sute, apa yang kau perbuat ini ?"

tanya Ko Jun-lim dengan sisa-sisa

kesadarannya kepada wakilnya sekaligus adik

seperguruannya itu.

Sahut Kiau Bun dengan tenangnya,

"Tidak usah gugup, Suheng. Aku tidak merusak

rencanamu, justru mempercepat dengan cara
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lebih singkat. Karena aku kuatir Suheng

tidak setuju, terpaksa Suheng kuberi obat

pelemas, tapi menjelang fajar nanti pengaruh

obat itu akan hilang sendiri. Saat itu rencanaku

sudah akan selesai pelaksanaannya...

Ko Jun-lim merasakan gelombang

kemarahan menyesak di dadanya karena adik

seperguruannya itu begitu lancang bertindak.

"Sute, kalau rencanamu itu cukup masuk akal,

tanpa berbuat seperti ini pun aku pasti akan

menyetujuinya. Kenapa harus berbuat begini?"

Kiau Bun menyeringai. "Aku kuatir

Suheng menghalangi, sebab rencanaku ini juga

melibatkan cucu perempuanmu. Aku benar
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 222

Rewriter & Pdf Maker : OZ

benar minta maaf, tapi ini demi kejayaan

perguruan kita..."

Ketua Pek-kiam-pai itu terkejut sampai

hampir roboh dari tempat duduknya.

"Kau...kau...hendak kau apakan A-eng cucuku

itu?!"

"Tunggu saja sampai rencanaku selesai,

Suheng. Barangkali nanti kau akan lebih

banyak gembiranya daripada kecewanya."

Kalau tenaganya masih ada, ingin

rasanya Ko Jun-lim meremas hancur wajah

adik seperguruannya yang lancang itu. Tapi ia

terpaksa hanya bisa menyaksikan adik

seperguruannya itu mentun Liu Beng yang

sudah setengah mabuk itu ke sebuah kamar.

Ko Jun-lim sudah membayangkan apa yang

akan terjadi di kamar itu. Liu Beng dicekoki

obat perangsang dan cucu perempuannya akan

dijadikan umpan, itulah "rencana kilat" yang

disusun oleh Kiau Bun. Rencana yang

menghalalkan segala cara demi tercapainya

tujuan. Tapi apa daya Ko Jun-lim untuk

mencegahnya?

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 223

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Memang. Entah dengan akal apa, Kiau

Bun berhasil memancing Liu Giok-eng ke

tempatnya, dicekoki dengan obat yang sama

dengan yang diminumkan Liu Beng.

Kiau Bun menuntun Liu Beng ke kamar

di mana Liu Giok-eng sedang gelisah pula.

Katanya, "A-beng, malam ini kau harus

berterima kasih kepadaku. Gadis yang dalam

keadaan sehari-hari tidak mungkin kau miliki,

malam ini akan kau miliki dia sepenuhnya,

tidak ada batas lagi. Ia sudah menunggumu

pula."

"Siapa ?"

"Kau akan segera melihatnya."

Saat itu kejernihan pikiran Liu Beng

sudah tersapu oleh pengaruh obat perangsang.

Yang menguasai hatinya tak lain dari hasrat

kelelakiannya yang menuntut pelampiasan

tanpa boleh ditunda lagi. Takaran yang

diminumkan Kiau Bun memang terlalu banyak.

Di depan sebuah ruangan terpencil yang

terletak di tepi kolam teratai, Kiau Bun

mendorong pintu dengan kakinya, lalu tubuh

Liu Beng juga didorongnya masuk. Katanya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 224

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sambil tertawa, Nah, bersenang-senanglah, A
beng."

Lalu pintu ditutupkan dari luar.

Di dalam ruangan itu Liu Beng melihat

Liu Giok-eng tengah duduk di sebuah kursi,

dan gadis itu nampak berkali lipat lebih cantik

dari pagi tadi.

"Nona Eng, kenapa kau disini?" tanya

Liu Beng dengan suara bergetar, sementara

matanya dengan jalang menatap wajiah dan

tubuh nona majik?nnya itu. Suatu sikap yang

dalam keadaan wajar tidak akan berani

dilakukannya karena hormatnya.

Liu Giok-eng yang terpengaruh oleh

pengaruh yang sama, juga balas menatap Liu

Beng dengan mata redup bergairah, tidak lagi

malu-malu seperti tadi pagi.

Keduanya bagaikan tertarik oleh

kekuatan tak berwujud untuk saling

mendekati, seperti pertemuan minyak dan

percikan api yang menghasilkan api yang

berkobar dan menghanguskan. Keduanya

saling berpegangan tangan, tanpa banyak

bicara lagi bercumbu semakin menggebu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 225

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Pagar pembatas mereka lompati, tak ada lagi

nona majikan dan kacungnya, yang ada cuma

perempuan dan laki-laki.

Di balik kelambu tipis merah jambu,

keduanya menyatukan hasrat yang tak

terbendung, sampai kelelahan dan terlena di

alam mimpi. Dengan senyuman di wajah

masing-masing tanpa rasa dosa sedikitpun,

seperti bayi yang baru dilahirkan.

Tetapi ketika pagi hari tiba dan

pengaruh obat perangsang memudar, mereka

sadar dan sangat kaget melihat diri mereka

dalam keadaan yang sangat memalukan.

Liu Giok-eng yang sadar lebih dulu,

tiba-tiba menjerit, "He, apa yang terjadi?!"

Ia segera melompat turun dari

pembaringan, namun kembali ia menjerit kaget

dan buru-buru menyambar selimut untuk

menutupi badannya. Ketika melihat Liu Beng

tertidur miring di pembaringan yang sama,

dengan muka pucat ia berteriak-teriak,

"Bajingan! Bangsat! Apa yang kau lakukan atas

diriku?!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 226

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 227

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lalu kedua tangannya berulang kali

terayun menghajar tubuh dan kepala Liu Beng.

Liu Beng menjadi geragapan bangun,

buru-buru iapun melompat turun dari

pembaringan. Tapi diapun melompat naik

kembali dengan wajah pucat dan merah padam

berganti-ganti, sekenanya disambarnya kain

alas tempat tidur untuk ditutupkan ke

badannya. "Apa yang telah kulakukan? Gila!

Apakah aku telah berbuat segila ini?!"

Liu Giok-eng masih belum sanggup

mengendalikan diri. Tangannya masih saja

berulang kali menampar muka Liu Beng,

disertai caci-maki bercampur ta- ngisan,

"Binatang! keluarga Liu memungutmu dari

kehinaan di pinggir jalan, tapi inikah

balasanmu? Menimpakan aib kepada diriku

dengan menggunakan obat untuk menyeretku

ke kehinaan?!"

Di bawah hujan tamparan gadis itu, Liu

Beng perlahan-lahan dapat mengingat apa

yang semalam dialaminya. Mulai dari arak

yang oleh Kiau Bun terus menerus dilolohkan

kepadanya, lalu kamar di mana Liu Giok-eng

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 228

Rewriter & Pdf Maker : OZ

telah menunggunya. Rasanya semuanya

berjalan dengan sukarela, tidak ada paksaan,

bahkan gadis itu menyambut cumbuannya

dengan penuh gairah pula.

Ia sadar rupanya ada pihak yang

menjerumuskan mereka berdua supaya

melakukan perbuatan nista. Tapi semuanya

sudah terlanjur terjadi.

Alangkah menyesalnya Liu Beng. Ia

biarkan muka dan dadanya dipukuli Liu Giok
eng, sementara air matanya sendiri

bercucuran. Akhirnya Liu Giok-eng sendiri

kehabisan tenaga dan jatuh terduduk di lantai

sambil terisak-isak.

Liu Beng sendiri seperti orang

kesurupan membentur-benturkan jidatnya ke

tepi ranjang yang terbuat dari kayu keras itu,

sampai jidatnya robek dan mukanya

bermandikan darah. "Aku patut mati! Aku

patut mati! Kuda atau anjing saja bisa

membalas budi, tapi aku lebih rendah dari
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hewan-hewan itu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 229

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tiba-tiba Liu Beng menggapai sebatang

golok yang tergantung di dinding dan langsung

hendak disabetkan ke lehernya sendiri. Tapi

gerakannya tercegah oleh Liu Giok-eng yang

menubruknya meskipun tubuhnya cuma

bertutup selimut, "Jangan lakukan itu, A
beng!"

Biarpun Liu Beng seorang lelaki kekar,

ia tak bisa menandingi ketrampilan silat Liu

Giok-eng yang terdidik sejak kecil. Telapak

tangan Giok-eng secepat kilat menebas ke

lengan Liu Beng sehingga goloknya jatuh ke

lantai.

"Nona Eng, kenapa kau cegah aku? Aku

manusia tak kenal budi yang tidak pantas lagi

hidup di dunia ini!"

Tidak, bukan kau sendiri yang bersalah.

Maafkan aku tadi sudah memukul dan

memakimu, padahal akupun bersalah juga.

Maafkan aku, A-beng."

Berangsur-angsur keduanya semakin

tenang, biarpun wajah mereka tetap murung

dan tidak berani saling melihat, seakan apabila

mereka saling menatap maka akan tampaklah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 230

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kotoran busuk yang melekat pada diri masing
masing. Dengan saling membelakangi,

keduanya mengenakan pakaian masing-masing

yang berceceran di lantai. Pakaian yang tadi

malam telah mereka campakkan karena

mereka anggap penghalang hasrat mereka.

"Sekarang bagaimana?" tanya Liu Giok
eng sambil menundukkan kepala dan sekuat

tenaga bertahan agar tidak menangis kembali.

Sahut Liu Beng, "Kita telah

dijerumuskan oleh si keparat Kiau Bun dengan

arak terkutuknya itu, aku akan mengadu

nyawa dengannya. Tapi sebelumnya aku punya

sebuah permohonan kepadamu, nona Eng,"

"Permohonan apa?"

"Aku minta nona hadapi malapetaka ini

dengan sikap seorang anggota keluarga

pendekar, jangan mengambil jalan pintas yang

nekad, sebab itu adalah cara pengecut.

Berjanjilah."

Airmata Liu Giok-eng kembali mengalir

deras, terbayang masa hitam yang panjang

terbentang dihadapannya dan harus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 231

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dijalaninya. Sesaat lamanya ia tak mampu

menjawab permohonan Liu Beng itu.

Liu Beng lah yang berkata lagi, "Nona

Eng berasal dari keluarga terhormat, bukan

saja menyandang kehormatan pribadi tetapi

juga kehormatan keluarga. Karena itu, untuk

menutup aib ini, biar aku yang tak berharga ini

sajalah yang mati agar nama baik nona tetap

terjaga, tapi Kiau Bun harus dibungkam pula

untuk selama-lamanya...!"

Lalu Liu Beng sudah memungut kembali

golok di lantai itu, namun Liu Giok-eng cepat

mencegah, "Jangan, Kiau Bun bukan

tandinganmu. Tidak adil kalau hanya kau yang

menjadi korban, sedang kesalahan ini

kesalahan berdua. Aku terima permohonanmu

bahwa aku akan tetap hidup dan tidak akan

membunuh diri, tapi kaupun tidak perlu mati.

Asal kita simpan rapat-rapat kejadian ini dan

kita berdua bunuh Kiau Bun, maka..."

"Bagus, mari kita cari dia!"

Tapi saat itulah pintu kamar terdorong

dari luar, Kiau Bun dan Ko Jun-lim melangkah

masuk berdampingan. Kiau Bun wajahnya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 232

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyeringai penuh kemenangan, sedang Ko

Jun-lim sulit ditebak apa yang bergolak dalam

hatinya.

Kata Kiau Bun, "He-he...jangan dikira

persoalannya akan selesai begitu saja, anak
anak manis. Biarpun kalian tutup mulut dan

membunuh aku, tapi dalam beberapa detik

saja perjinahan ini akan segera tersebar ke

seluruh Liu-keh-chung. Biar seluruh anggota

keluarga Liu wajahnya dipupuri kotoran..."

Liu Beng menjawabnya tidak dengan

kata-kata, tapi dengan tindakan langsung.

Seperti kerbau gila, ia menerjang ke arah Kiau

Bun sambil membabatkan goloknya. Ia benar
benar kalap dan bertekad akan mencincang

biang keladi malapetaka itu.

Tetapi ilmu silat Kiau Bun jauh lebih

lihai dari Liu Beng. Dengan sebuah elakan yang

sederhana, Kiau Bun berhasil lolos, berbareng

dengan itu kakinya menendang dengan keras

sehingga Liu Beng terlempar jungkir balik

sampai menubruk tepi pembaringan.

Dan Kiau Bun kembali

memperdengarkan ejekannya, "Sedang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 233

Rewriter & Pdf Maker : OZ

membunuh aku saja kau tidak mampu. Berlatih

sepuluh tahun lagi pun tidak akan mampu."

Liu Beng terduduk di lantai dan

bersandar di tepi pembaringan dengan wajah

yang menampilkan campuran perasaan putus

asa, marah, malu, benci, muak, kecewa dan

entah apa lagi yang membuatnya serasa

hampir meledak dadanya. Tapi sisa akal

sehatnya masih mencegahnya untuk

menggunakan goloknya menggorok lehernya

sendiri. Kematiannya tidak akan

menyelamatkan nama baik Liu Giok-eng,

hanya itulah yang dipikirkan Liu Beng. Ia rela

tubuhnya hancur dicincang, tapi tidak rela

nama baik Liu Giok-eng ternoda biar oleh

setitik debu. Akhirnya ia bertekad harus

bertahan hidup untuk mencari akal

menyelamatkan keadaan, bukannya menjadi

pengecut dengan bunuh diri.

Sementara itu Liu Giok-eng telah

berada dalam pelukan kakeknya dan menangis

keras-keras. "Kakek, kau harus membunuh

bangsat she Kiau yang telah menjerumuskan

cucumu ini!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 234

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hati Ko Jun-lim bukannya tidak

tersentuh oleh tangisan cucu perempuannya

itu, tetapi ia kini begaikan dibelenggu dan tak

bisa berbuat apa-apa. Kiau Bun adalah adik

seperguruannya, tetapi tadi malam Kiau Bun

telah berterus-terang ke padanya bahwa

sebenarnya adik seperguruannya itu bekeria

pula untuk Hek-eng-po. Tepatnya, selama ini

Kiau Bun adalah musuh dalam selimut, dan Ko

Jun-lim sadar bahwa Pek-kiam-pai yang

dipimpinnya pun telah jatuh ke dalam

cengkeraman Benteng Elang Hitam. Ko Jun-lim

tidak berani mempertaruhkan nyawanya untuk

menentang Kiau Bun, sehingga ratap tangis

cucunya itu tidak dihiraukannya.

Terbukti betapa lihainya Hek-eng-po.

Ho Yu-yang dan kawan-kawan bekerja dari luar

untuk menekan dan menteror, sementara Kiau

Bun bekerja dari dalam dengan membonceng

Ko Jun-lim yang tadinya tidak tahu siapa Kiau

Bun sebenarnya. Sekarang sudah tahu, tapi

juga sudah terlambat. Ia ahu selanjutnya ia

sebagai Ketua Pek-kiam-pai hanya akan

menjadi boneka wayang belaka, Majikan Hek
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 235

Rewriter & Pdf Maker : OZ

eng-po dalangnya, dan Kiau Bun adalah tali

yang menghubungkan sang dalang dengan

wayangnya. Tapi Ko Jun-lim terlalu takut untuk

memutuskan "tali" itu.

"Kakek, cepatlah hunus pedangmu!

Bukankah Pek-hong-kiam-hoat (Ilmu Pedang

Pelangi Putih) cukup ampuh untuk memenggal

kepala bangsat itu? Kakek, kenapa diam saja

melihat aku dihina orang?" tangisan Liu GiokTeror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

eng menghebat dan bahkan sambil

mengguncang-guncangkan tubuh kakeknya.

Namun kakeknya cuma menarik napas

berulang kali dan berdiri seperti patung.

Sikap Ko Jun-lim itu membuat Liu Beng

menduga bahwa kakek itu ikut ambil bagian

dalam rencana busuk itu. Bukankah kemarin

kakek itu yang mengundangnya minum arak?

Dan minum arak itulah awal dari malapetaka

itu.

Kata Liu Beng dengan geram, "Ko Jun
lim, sekarang terlucutilah kedokmu sebagai

pendekar budiman, sebenarnya kau cuma

anjing berwujud manusia. Nona Eng, kau minta

kakekmu membunuh Kiau Bun, itu sama saja

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 236

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dengan minta agar matahari terbit dari barat,

sangat mustahil. Ia berkomplot dengan Kiau

Bun untuk menjerumuskan kita!"

Liu Giok-eng tersentak dan buru-buru

melepaskan tubuh kakeknya. Ia melangkah

mundur dengan wajah pucat, campuran antara

terkejut dan tidak percaya. Sikap kakeknya

memang janggal tapi tidak menduga kalau

kakeknya telah melangkah sejauh itu.

"Benar...benarkah itu...?"

Liu Beng menggantikan sikap dengan

sikap beringas. "Tanyalah sendiri kakekmu,

nona Eng. Ingin kulihat apakah ia cukup jantan

mengakui kesalahannya, atau seperti kura
kura yang menyembunyikan kepalanya!"

Wajah Ko Jun-lim merah padam karena

dimaki sebagai kura-kura. Maka de- ngan berat

hati diapun berkata kepada cucunya, "A-eng,

orang hidup ini tentu punya cita-cita untuk naik

ke tempat yang lebih tinggi, begitu pula kakek.

Kau tentunya bisa memaafkan kakek bukan ?"

Alangkah terpukulnya perasaan Liu

Giok-eng mendengar jawaban kakeknya yang

secara tidak langsung mengakui tuduhan Liu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 237

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Beng. Orang tua yang diharapkan membantu

menutupi aib dirinya, ternyata justru berdiri di

p?hak orang yang menjerumuskannya.

Perlahan-lahan Liu Giok-eng terkulai pingsan,

Liu Beng lah yang buru-buru menyambut tubuh

itu sehingga tidak terbanting di lantai yang

keras.

Setelah meletakkan tubuh gadis itu di

pembaringan, dengan mata menyala Liu Beng

menatap Ko Jun-lim dan Kiau Bun berganti
ganti. "Kalian benar-benar berhati binatang.

Aku mengerti bahwa kalian mengincar

gulungan kulit itu sehingga tidak segan-segan

mengorbankan Liu Giok-eng..."

Lalu sambil menuding wajah Ko Jun-lim,

"....dan kau, setan tua she Ko, sebelah kakimu

sudah berada di pinggir liang kubur, cita-cita

busuk apa lagi yang kau kejar sehingga tega

mengorbankan kebahagiaan cucumu sendiri?!"

Si pendekar tua terhormat yang

bergelar Pedang Pelangi Putih itu ternyata

tidak sanggup menentang sinar mata seorang

kacung rendahan yang ilmu silatnya jauh

berada di bawahnya. Ia pura-pura mendengus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 238

Rewriter & Pdf Maker : OZ

angkuh dan membuang pandangan ke arah

lain, meskipun hatinya tertusuk oleh ucapan

Liu Beng.

Yang tetap tersenyum-senyum tanpa

rasa bersalah sedikitpun adalah Kiau Bun,

Katanya ringan, "Mengorbankan yang kurang

berharga untuk mendapatkan yang lebih

berharga, itu tindakan biasa dalam dunia

persilatan. A-beng, aku akan bicara langsung

ke sasaran. Serahkan gulungan kulit itu lalu

kami berjanii akan tutup mulut tentang

peristiwa ini."

Liu Beng masih belum menyerah

kepada tekanan itu. Katanya kepada Ko Jun
lim, "Setan tua, tercemarnya seorang cucumu

sama dengan tercemarnya namamu sebagai

leluhurnya. Apakah kau akan tetap bersekutu

dengan orang berhati binatang itu untuk

mencemarkan keturunanmu sendiri? Kau

sendiri manusia atau binatang?"

Jawaban Ko Jun-lim sungguh

menjengkelkan, "Untuk mencapai cita-cita

yang tinggi, kadang-kadang seseorang harus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 239

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menjadi binatang. Bahkan binatang buas yang

tak berperasaan sama sekali..."

Kiau Bun tersenyum puas mendengar

awaban Suhengnya itu. Pikirnya, "Baru tadi

malam aku membujuk Suheng agar mau

bekerja bagi Hek-eng-po, dan belajar menjadi

orang Hek-eng-po. Nah, Sekarang Suheng

sudah melewati pelajaran pertamanya dengan

baik..."

Sementara itu Liu Beng merasa terjepit

kesulitan. Harus membela nama baik Liu Giok
eng dengan menutupi peristiwa itu, atau harus

tetap mempertahankan gulungan kulit itu?

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 240

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kalau dia mengatakan bahwa gulungan yang

asli ada di tangan Liu Tek-san, maka nyawa Liu

Tek-san akan terancam. Sesaat ia menjadi

kebingungan.

**OZ**

Bersambung ke jilid 05

Pojok Dukuh, 15-09-2018; 16:30 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 241

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 05

SEMENTARA Kiau Bun terus

mendesak, "Nah, kau serahkan tidak?"

Liu Beng menjawab dengan teriakan

kalap, "Tidak! Iblis-iblis macam kalian sungguh

berbahaya kalau memiliki kitab pusaka itu!"

"Kurang ajar!" Kiau Bun bangkit pula

kemarahannya. Kedua tangannya sudah

ditekuk jari-jarinya seperti cakar elang dan

siap menubruk maju. Itu bukan pelajaran silat

dari Pek-kiam-pai tetapi dari Hek-eng-po,

diam-diam Ko Jun-lim mengerutkan alis ketika

melihatnya.

Tapi langkah Kiau Bun tertegun ketika

melihat Liu Beng tiba-tiba menumpangkan

golok di leher Liu Giok-eng yang masih

pingsan. "Kau maju selangkah lagi, aku bunuh

nona Liu lebih dulu, lalu kugorok leherku

sendiri. Biarpun kelak kau sebarkan peristiwa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 242

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tadi, kami berdua tidak akan mendengar lagi

karena sudah menjadi mayat. Kau juga akan

kehilangan jejak gulungan kulit kuno itu."

Kemantapan suara Liu Beng itu

membuat Kiau Bun ragu-ragu dan kedua

tangannya turun perlahan-lahan.

Sementara itu Liu Beng merasa

mendapat setitik harapan lagi. Ia akan

memenangkan kedua-duanya, baik kehor

matan Liu Giok-eng maupun gulungan kulit itu.

Biarpun hanya setitik harapan, betapapun

harus direbut dan diubah menjadi

kemenangan.

Sesaat memang Kiau Bun kebingungan

menghadapi sikap nekad Liu Beng. Menurut

perhitungannya, agaknya Liu Hok-tong sudah

menyerahkan gulungan kulit itu kepada Liu

Beng, dan kini hanya si kacung itulah yang

tahu letaknya dimana, Liu Hok-tong sendiri

kemungkinan besar sudah tidak tahu. Diam
diam Kiau Bun mengutuk dalam hatinya.

Ko Jun-lim lalu membisiki Kiau Bun,

"Sute, jangan terlalu mendesak sehingga

kacung keparat itu menjadi nekad. Toh tali

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kolektor E-Book 243

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kendali sudah ada di tangan kita, cepat atau

lambat akan kita menangkan permainan ini..."

Suara Ko Jun-lim terdengar kurang

bersemangat. Maklumlah, sejak ia tahu adik

seperguruannya adalah kaki tangan Hek-eng
po yang menyusup ke Pek-kiam-pai, maka Ko

Jun-lim putus harapan untuk memiliki

gulungan kulit itu. Seandainya diketemukan,

toh orang-orang Hek-eng-po yang akan

memilikinya.

Bisikan Ko Jun-lim ditambah kenekadan

Liu Beng membuat Kiau Bun tidak berani

terlalu mendesak lagi. Bersama Ko Jun-lim ia

keluar dari ruangan itu, namun masih sempat

menoleh dan menyeringai, "saat ini otakmu

masih keruh, A-beng. Tapi pikirkan baik-baik

kata-kataku tadi..."

Kiau Bun tiba-tiba menunduk karena

sebuah jambangan bunga yang dilemparkan

Liu Beng hampir mengenai kepalanya.

Jambangan itu membentur tembok dan hancur

berkeping-keping.

Setelah kedua orang yang memuakkan

itu pergi, Liu Beng memeriksa Liu Giok-eng dan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 244

Rewriter & Pdf Maker : OZ

cemas melihat wajah gadis itu begitu

pucatnya.

"Ia harus segera mendapat

pertolongan," pikirnya.

Tanpa pikir panjang, ia pondong gadis

itu untuk dibawa ke bagian perkampungan

yang menjadi tempat tinggal Liu Seng dan

keluarganya.

Kedatangan Liu Beng disambut dengan

kegemparan dan pertanyaan yang bertubi-tubi

dari sesama pegawai, tapi Liu Beng menjawab

secara awur-awuran tanpa menceritakan apa

yang sebenarnya terjadi. Liu Seng dan Ko In
eng segera sibuk dengan puteri mereka yang

belum juga sadar itu. Liu Tek-san, kakak gadis

itu, entah kenapa belum di ketemukan

meskipun sudah dicari ke mana-mana.

Kalau Ko Jun-Lim dan Kiau Bun

memperhitungkan bahwa Liu Beng tidak akan

berani bicara dengan siapapun tentang

peristiwa semalam, maka perhitungan itu

keliru. Setelah, menyerahkan Liu Giok-eng

kepada orang tuanya, Liu Beng dengan tekad

bulat melangkah menuju kediaman Liu Hok
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 245

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tong. Terhadap orang tua yang dulu

memungutnya dari pinggir jalan itu, ia tidak

akan merahasiakan apapun. Ia akan

menceritakan semuanya, setelah itu biarpun

disuruh mati ia akan siap menjalaninya.

Kebetulan kepala Liu-keh-chung itu

sedang di tempatnya seorang diri, dan Liu

Beng langsung berlutut di hadapannya,

membuat orang tua itu tercengang heran.

"Apa yang terjadi, A-beng?"

"Aku pantas mati, Loya..."

"He, kenapa bicara seperti itu?

Ceritakan ada apa?"

Liu Beng pun bercerita apa yang terjadi

semalam, tanpa ada yang disembunyikan

sedikitpun. Ceritanya membuat mata Liu Hok
tong melotot lebar, wajahnya bergantian

antara pucat dan merah padam, hampir saja ia

mengangkat golok yang terletak di meja di

dekatnya untuk membelah kepala Liu Beng

yang berlutut di depannya. Namun masih ada

Juga sedikit sisa rasa kasihannya kepada

kacung yang mengabdinya belasan tahun itu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 246

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Kenapa...kenapa sampai bisa terjadi?"

tanya Liu Hok-tong gemetar. "Kau sadar bahwa

itu berarti mencoreng kehormatan keluarga Liu

yang selama ini dijunjung tinggi?! He?!"

"Aku memang bodoh sampai bisa

dijebak, Loya," sahut Liu Beng tenang dan

pasrah. "Loya, hukuman apapun yang akan

Loya jatuhkan akan aku terima dengan ikhlas,

tanpa mengurangi kesetiaanku sedikitpun

terhadap keluarga Liu."

Liu Hok-tong merasa kepalanya

berputar pusing. Masalah ancaman orang
orang Hek-eng-po belum terpecahkan, kini

muncul persoalan baru lagi. Kini jelaslah bahwa

pihak Pek-kiam-pai adalah musuh dalam

selimut yang menyusup ke Liu-keh-chung

untuk ikut mengincar kitab kuno itu pula. Liu

Hok-tong sendiri tidak peduli Liu Beng mampus

atau hidup, toh cuma seorang kacung

rendahan, tapi bagaimana kalau kematian Liu

Beng itu membangkitkan kemarahan si "musuh

dalam selimut", lalu mereka menyebar-luaskan

peristiwa perjinahan yang memalukan

namanya itu?

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 247

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Apakah Ko Jun-lim dan Kiau Bun

berhasil mengorek dari mulutmu tentang siapa

pembawa gulungan kulit yang asli?" tanyanya

kepada Liu Beng yang masih berlutut.

"Belum, Loya, meskipun mereka sudah

menggertak dan menekan aku. Aku siap mati

demi rahasia ini."

Sekilas Liu Hok-tong dijangkiti nafsu

membunuh. Asal ia bunuh Liu Beng, musuh

akan kehilangan jalan untuk menyelidiki

gulungan kulit itu. Tapi sekali lagi ia harus

memikirkan nama baik keluarganya.

Bagaimana kalau Pek-kiam-pai marah?

Bagaimana kalau Liu Giok-eng kemudian hamil

akibat peristiwa itu?

Tengah otaknya berputar mencari jalan

keluar yang aman, tiba-tiba terdengar suara

ribut-ribut di luar ruangan. Lalu anak

keduanya, Liu Seng melangkah masuk dengan

golok terhunus, diikuti Ko In-eng yang

membawa pedang. Suami-isteri itu wajahnya

merah padam karena marah.

Begitu melihat Liu Beng, Liu Seng

langsung berteriak, "Kacung tak tahu diri!

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 248

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Berani benar kau berbuat sekotor itu atas diri

A-eng?!"

Sedangkan isterinya tidak banyak bicara

lagi langsung mengayunkan pedangnya ke

leher Liu Beng. Nampaknya sebentar lagi

kepala si kacung itu akan menggelinding di

lantai, apalagi karena Liu Beng sendiri tetap

berlutut dan tidak berusaha menghindari

pedang itu.

Tapi Liu Hok-tong cepat melompat maju

dan mendorong pundak Ko In-eng sehingga

menantunya itu terdorong dan tabasan

pedangnya hanya mengenai sebuah meja.

"Gakhu (ayah mertua), kacung keparat

ini sudah menodai A-eng!" kata Ko In-eng

dengan kemarahan meluap. "Kepalanya harus

dipenggal untuk perbuatannya itu!"

Liu Hok-tong tetap menghalangkan

tubuhnya di depan Ko In-eng sambil berkata,

"Sabarlah kalian berdua. A-beng datang ke sini

juga untuk mengakui kesalahannya itu, tak ada

sedikitpun yang disembunyikannya."

"Lalu akan kita biarkan saja? Kemana

muka keluarga kita akan disembunyikan?!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 249

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kata Liu Seng sambil menudingkan goloknya ke

arah Liu Beng yang tetap bungkam.

Sahut Liu Hok-tong, "Tentu saja Liu

Beng harus mempertanggung-jawabkan

kelakuannya itu. Tetapi ada dua orang yang

harus lebih bertanggung-jawab untuk peristiwa

memalukan ini. Mereka adalah Ko Jun-lim dan

Kiau Bun, yang mengatur rencana mesum ini

dengan tujuan tertentu!"

Wajah Ko In-eng memucat mendengar

ayahnya dilibatkan pula, tapi ia segera

membantah, "Tidak mungkin! Tentu kacung
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

busuk ini mengarang cerita bohong untuk

meringankan kesalahannya sendiri! Mana

mungkin ayahku tega menjerumuskan cucunya

sendiri? Tidak bisa dipercaya!"

"A-beng tidak bohong, ibu!" dari arah

pintu tiba-tiba terdengar sahutan. Lalu

muncullah Liu Giok-eng dengan pakaian yang

kusut, wajah yang pucat, mata yang bengkak

dan tidak lagi memancarkan keceriaannya.

"A-eng!" seru Liu Seng dan Ko In-eng

berbareng, lalu Ko In-eng melanjutkan sendiri,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 250

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Jangan bicara sembarangan, mana ada kakek

mau menjerumuskan cucunya sendiri?!"

Kepedihan gadis she Liu itu sudah

mencapai puncaknya, sehingga air matanya

sudah tidak ada lagi, suaranya pun serak dan

datar saja. "Memang seharusnya tidak, tetapi

kakek telah melakukannya demi ambisinya.

Aku minta kepadanya untuk membalaskan

sakit hatiku kepada Kiau Bun, dan apa

jawabannya? Ia bilang cita-citanya tinggi dan

untuk itu harus berani bersikap seperti

binatang buas, sanggup mengorbankan apapun

termasuk cucunya sendiri. Aku inilah

korbannya. Ko Jun-lim itu bajingan tua yang

busuk!"

"A-eng, jaga mulutmu! Dia itu

kakekmu!" bentak Ko In-eng. "Kau malah

memberi hati kepada kacung busuk ini dan

memfitnah kakekmu sendiri?!"

Liu Giok-eng tertawa dingin, "Meskipun

seorang kakek, apa gunanya dihormati kalau

tidak sanggup membela darah dagingnya

sendiri dan malah mengumpankan diriku hanya

untuk ambisinya? Ayah, ibu, A-beng tidak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 251

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bersalah. Kami berdua telah dicekoki obat

pembangkit berahi sehingga terjadilah hal

itu..."

Ko In-eng sungguh tidak percaya bahwa

ayahnya yang tergolong pendekar terhormat

itu sanggup berbuat begitu rendah. Tapi

menilik sikap Liu Giok-eng yang begitu

membenci kakeknya, agaknya puterinya itu

tidak berdusta. Sesaat perempuan setengah

baya itu berdiri terlongong seperti kehilangan

sukma, lalu dengan lemahnya mendudukkan

diri di kursi, wajahnya tidak kalah pucatnya

dengan wajah puterinya.

"A-eng, be...benarkah kakekmu...itu..."

tanyanya terputus-putus.

"Aku bersumpah, ibu," sahut puterinya.

Jawaban penuh keyakinan itu membuat

Liu Seng dan Ko In-eng kebingungan

kehilangan pegangan, karena yang pantas

untuk dibacok ternyata bukan orang lain,

melainkan ayah mertua atau ayah mereka

sendiri...

"Ayah, bagaimana sekarang?" akhirnya

Liu Seng melempar persoalan kepada ayahnya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 252

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"orang-orang Pek-kiam-pai itu harus

bertanggung-jawab..."

"Kendalikan diri kalian, jangan berbuat

gegabah supaya kecemaran ini tidak semakin

tersebar luas,"kata ayahnya. "Setiap tindakan

harus dipikirkan masak-masak."

Ketika itu Ko In-eng terduduk lemas di

kursi dan tidak bisa ikut dalam pembicaraan.

Jiwanya berturut-turut mendapat dua

goncangan hebat. Puterinya ternoda, dan

ayahnya adalah biang keladinya.

Mendadak seorang pelayan melangkah

masuk ke ruangan yang tegang itu dengan

napas terengah-engah dan keringat

bercucuran. Sikapnya saja sudah tidak

mungkin membawa berita gembira. "Loya, ada

keributan besar di bagian utara, tempat

menginapnya tamu-tamu Pek-kiam-pai!"

Liu Hok-tong menggebrak meja,

"Kurang ajar! Di siang hari bolong mereka

berani membuat keributan? Apakah orang she

Ko itu sudah tidak menghormati aku sebagai

tuan rumah dan besannya?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 253

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Apa yang menjadi sumber keributan?"

tanya Liu Seng kepada pelayan itu.

"Memang aneh, Jiya (Tuan Ke dua).

Tamu-tamu Pek-kiam-pai itu mendadak saja

mengemasi barang-barang mereka dan

mengambil kuda-kuda mereka di istal, lalu

hendak pergi. Ketika seorang temanku

menanyakan apakah kepergian mereka sudah

berpamitan kepada Loya, salah seorang dari

mereka menendang temanku itu sehingga

muntah darah. Beberapa pegawai kita

membela, lalu terjadi perkelahian banyak

lawan banyak. Mula-mula hanya dengan

tangan kosong, tapi sekarang kedua pihak

sudah banyak yang menggunakan senjata dan

beberapa korban sudah jatuh!"

Geram Liu Hok-tong, "Mungkin salah

satu dari orang Pek-kiam-pai itu sudah melihat

Liu Beng datang ke tempatku dan mereka

merasa kedok mereka sudah terbongkar, lalu

hendak pergi begitu saja. Kita tidak boleh

membiaran mereka lolos!"

Kepada pelayan tadi, Liu Hok-tong

memerintahkan, "Kumpulkan semua teman
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 254

Rewriter & Pdf Maker : OZ

temanmu dengan senjata, tutup semua pintu

perkampungan dan tidak ada yang boleh

keluar kecuali dengan ijinku!

Itu berarti pertikaian terbuka dengan

Pek-kiam-pai, sebab hampir pasti bahwa Pek
kiam-pai akan menolak diperlakukan seperti

itu, dan akhirnya senjatalah yang akan

berbicara.

Yang masih kebingungan menetapkan

sikap adalah Ko In-eng. Di satu pihak ada

mertuanya, suaminya, iparnya dan anak
anaknya. Di sebelah mana ia harus memihak?

Sementara itu, di bagian utara

perkampungan telah terjadi pertempuran

sengit antara orang-orang Pek-kiam-pai yang

dipimpin Ko Jun-lim dan Kiau Bun melawan

pegawai-pegawai Liu-keh-chung yang

berjumlah jauh lebih banyak sebab bergabung

dengan orang-orang Hai-long-pang pimpinan

Thia Kim-sim. Namun orang-orang Pek-kiam
pai itu memiliki ketangguhan yang lebih tinggi

dari lawan-lawan mereka, sehingga beberapa

orang di pihak Liu-keh-chung sudah menjadi

korban.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 255

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ketua Hai-long-pang Thia Kim-sim

dengan senjata bandul rantainya bertarung

satu lawan satu melawan Kiau Bun. Tetapi Kiau

Bun yang tetap bertangan kosong itu mampu

mendesak tokoh sindikat yang berjuluk Ang
mo-hui-long (Serigala Terbang Berbulu Merah)

itu. Selisih kepandaian kedua orang itu terlalu

jauh.

Di sebelah lain, Ko Jun-lim tanpa ampun

membabat pegawai-pegawai Liu-keh-chung

yang merintangi jalannya. Pedangnya yang

putih sudah berubah warna menjadi merah.

Karena amukan jago tua itulah maka

pegawai-pegawai Liu-keh-chung yang rata-rata

bernyali kecil itu tidak berani menghalangi

orang-orang Pek-kiam-pai untuk mendekati

pintu gerbang perkampungan. Meskipun pintu

gerbang sudah ditutup, tapi tidak akan ada

kesulitan berarti bagi orang-orang Pek-kiam
pai untuk membukanya kembali.

Saat itu tibalah Liu Goan dan isterinya

serta dua anak lelaki mereka yang membawa

golok. Kedatangan Liu Goan sekalian itu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 256

Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengobarkan kembali semangat orang-orang

Liu-keh-chung yang hampir putus asa.

Isteri Liu Goan, Thia Hui-leng, ketika

melihat kakaknya terdesak oleh Kiau Bun

segera memutar rantai bandringannya sambil

berseru, "Koko, aku bantu kau!"

Lalu bandringannya melesat dengan

gerak tipu Gin-liong-liau-ka (Naga Perak

Menggetarkan Sisik), berusaha membelit kaki

Kiau Bun untuk ditarik roboh.

Kiau Bun melihat datangnya serangan

dari samping itu, dan menghindar dengan

lompatan Ui-ho-cong-thian (Burung Kuning

Menembus Langit). Sedangkan Thia Kim-sim

cepat memanfaatkan pertolongan adik

perempuannya itu untuk menyerang pula

dengan tipu Liong teng-tou-cu (Merebut

Mutiara Di Kepala Naga), sebuah jurus yang

dicangkok dari jurus pedang namun cukup

dahsyat dimainkan dengan bandringannya.

Bola besi di ujung rantai itu meluncur ke

kepala Kiau Bun dengan disertai deru angin

hebat.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 257

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 258

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Di udara, Kiau Bun melakukan putaran

Yan-cu-hoan-sin (Walet Memutar Tubuh), tapi

Thia Kim-sim sambil membentak telah

menyentakkan rantainya ke samping, sehingga

bola besi itu terus mengejar ke arah Kiau Bun.

Kiau Bun terhantam pundaknya sehingga

melompat turun dengan pundak terasa nyeri.

Meskipun tidak terluka, tapi muka Kiau

Bun telah menunjukkan kemarahannya. Cepat

tangannya meraih senjata yang tadinya

tergendong di punggungnya. Itulah sebatang

tongkat besi sepaniang lengan yang

diujungnya juga ada tiga besi melengkung

tajam seperti cakar elang. Dengan senjatanya

itu semakin jelaslah bahwa Kiau Bun bukan

orang Pek-kiam-pai, karena orang Pek-kiam
pai seluruhnya bersenjata pedang sesuai

dengan nama aliran silat mereka.

Dengan senjata anehnya itulah ia

menghadapi keroyokan kakak beradik Thia

Kim-sim dan Thia Hui-leng dengan bandringan

masing-masing. Kiau Bun bertempur seperti

seekor elang mengamuk di angkasa,

senjatanya bergerak-gerak sangat cepat,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 259

Rewriter & Pdf Maker : OZ

membuat kakak beradik she Thia itu kembali

kalang kabut.

Sementara itu Liu Goan melihat

bagaimana Ko Jun-lim membabati pegawai
pegawai Liu-keh-chung dengan ganas. Liu

Goan ingin mencegahnya, namun ia menjadi

ragu-ragu sebab Ko Jun-lim adalah mertua

adiknya. Ia kuatir tindakannya nanti

menyinggung hati Liu Seng.

Untunglah, di saat ia masih ragu-ragu,

telah muncul pula ayahnya bersama Liu Seng

dan Liu Beng yang membawa tombak

panjangnya. Ko In-eng tidak kelihatan,

mungkin memilih untuk bersembunyi saja di

kamar daripada harus keluar melawan ayahnya

sendiri.

Sedang Liu Seng sudah tidak hormat

sedikitpun kepada mertuanya, sambil memutar

goloknya ia terus menerjang ke hadapan Ko

Jun-lim sambil membentak, "Setan tua

berjantung anjing, kau harus dicincang

menjadi berpuluh potong sebagai hukuman

kekejianmu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 260

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Cepat Ko Jun-lim melompat mundur dan

menyahut, "Hiansai (menantu), semuanya

berjalan di luar rencanaku. Aku tak berdaya

ketika Sute Kiau Bun menjalankan rencananya

sendiri. Kau kira aku tidak menyesali peristiwa

itu?"

"Menyesal?! Omong kosong! Kau tidak

berani menghukum Kiau Bun, malah sekarang

bersama begundal-begundalmu nembunuhi

orang-orang kami, itukah bentuk

penyesalanmu?!" bentak Liu Seng. Tanpa

memberi kesempatan bicara Lagi, goloknya

berturut-turut menyerang dalam jurus-jurus

Ou-liong-yu-hai (Naga Hitam Mengaduk

Lautan), Tay-hong-bu-liu (Angin Badai

Menggempur Gunung).

Dua kali Ko Jun-lim berhasil menangkis

dan tangannya terasa pegal. Biarpun ia cukup

ulet, tapi usianya sudah 65 tahun, sedang yang

dihadapi adalah Liu seng yang lebih muda 25

tahun daripadanya, apalagi menantunya itu

bersungguh-sungguh ingin membunuhnya.

Karena didesak terus, marah juga Ko

Jun-lim. Serangan Liu Seng yang ke tiga

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 261

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dielakkannya dengan gerak Hi-jin- sai-bong

(Nelayan Menebar Jala), disusul dengan

tusukan ke dada Liu Seng dalam jurus Coan
cing-cin-kiam (Meluruskan Tangan Memajukan

Pedang) yang berhasil memaksa Liu Seng

menghentikan serbuannya dan berbalik

bertahan.

Dengan demikian bertempurlah mertua

dan menantu itu. Melawan Liu Seng yang

berkelahi dengan sengit, kalau tidak tubuhnya

bisa dirajang golok menantunya sendiri. Liu

Seng menubruk dan menggempur seperti

harimau, Ko Jun-lim licin dan gesit seperti ular,

maka untuk sementara sukar ditetapkan yang

akan menang dalam pertempuran itu.

Biarpun rata-rata orang-orang Pek
kiam-pai lebih tangguh dari pegawai-pegawai

Liu-keh-chung, tapi setelah jago-jago keluarga

Liu keluar semua, apalagi ditambah dengan

orang-orang Hai-long-pang yang semakin

memihak keluarga Liu, Maka pihak Pek-kiam
pai mulai terancam bahaya.

Kiau Bun sebenarnya unggul dalam

pertempuran melawan Thia Kim-sim dan Thia

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 262

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hui-leng, tetapi secara keseluruhan pihaknya

dalam bahaya. Karena itu, tiba-tiba ia

melompat mundur untuk mengambil jarak dari

kedua lawannya, lalu terdengarlah pekik

nyaringnya membelah udara. Pekik nyaring

yang mirip suara burung elang yang marah.

Orang-orang Liu-keh-chung terkejut

campur heran melihat seorang tokoh Pek
kiam-pai memekik mirip pekikan orang-orang

Hek-eng-po. Bergidiklah mereka kalau ingat

bagaimana si "caping terbang" membantai

orang begitu gampang dengan melempar
lemparkan capingnya. Apakah manusia ganas

itu akan muncul kembali?

Memang betul demikian. Kiau Bun

ternyata memanggil orang-orang Hek-eng-po

yang masih tetap berkeliaran di sekitar

perkampungan itu. Pekikan elang itulah isyarat

orang-orang Hek-eng-po kalau berhubungan

satu sama lain.

Tidak lama setelah pekikan itu

diperdengarkan, muncullah orang-orang yang

dipanggil itu dengan jalan melompati dinding.

Selain Ho Yu-yang yang bersenjata kampak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 263

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pendek dan belati, Ong Sek-lai yang selalu

berjubah warna putih, muncul pula dua

manusia ganas yang keganasannya belum

dilupakan oleh orang-orang Liu-keh-chung.

Masing-masing adalah si "Caping terbang yang

bernama Hau It-yau dan berjulukan Hui-thian
koai (Siluman Terbang) serta si wajah siluman

Pek Hong-teng yang berjuluk Gip-hiat-koai

(Siluman Pengisap darah) yang bersenjata

ruyung berduri yang dinamainya Liong-kut
pian (Cambuk Tulang Naga).
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemunculan mereka berempat

membuat pihak Liu-keh-chung rusak. Tapi

rupanya mereka tidak ingin menumpas Liu
keh-chung, hanya sekedar ingin memamerkan

kepandaian dan kekejaman mereka, sekaligus

berusaha menolong K?au Bun yang merupakan

teman sekomplotan mereka.

Melihat kedatangan mereka, Ko Jun-lim

sebagai ketua Pek-kiam-pai merasa lega

sekaligus putus asa. Lega karena ia akan

tertolong keluar dari Liu-keh-chung, tapi putus

asa karena sadar bahwa mulai detik itu ia dan

perguruan silatnya akan jatuh ke dalam

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 264

Rewriter & Pdf Maker : OZ

cengkeraman Hek-eng-po, dan ia lebih dari

sekedar ketua boneka saja.

Begitu gembong-gembong Hek-eng-po

itu muncul, pihak Liu-keh-chung segera kena

dipukul mundur, dan orang-orang Pek-kiam-pai

berhamburan keluar pintu gerbang yang telah

mereka buka.

Hui-thian-koai Hau It-yau sendiri

menghadang di depan Liu Hok-tong sambil

tertawa seram, "Liu Hok-tong, masihkah

kurang bukti bahwa pihakmu tak berdaya

menghadapi kami? Atau harus kupenggal

kepala semua orang-orangmu baru kau

percaya? Aku dan kawan-kawanku sanggup

meratakan perkampunganmu ini menjadi abu

hari ini juga".

Liu Goan yang berdarah panas itu telah

melangkah maju dengan goloknya, tapi

dicegah oleh ayahnya dengan sebuah isyarat.

Sedang ayahnya menjawab Hau It-yau, "Iblis

Hek-eng-po, kataka langsung apa

kemauanmu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 265

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Berhasil juga Liu Hok-tong memaksa

sebuah sikap gagah untuk dipertontonkan

kepada semua orang.

Hau It-yau tidak perduli sikap Liu Hok
tong itu, katanya sambil tertawa, "Orang she

Liu, ini menyangkut nasib seluruh keluargamu.

Serahkan gulungan kulit kuno dari Tibet itu

kepada kami, maka kami akan berhenti

mengganggumu, kau boleh tetap menikmati

kekayaanmu dalam perkampunganmu. Atau

kau menolak dan kau akan kami hancur

leburkan sekeluarga hari ini juga! Pilih yang

mana?"

Selama berhari-hari mengalami tekanan

dan ancaman, semangat Liu Hok-tong

sebenarnya sudah mulai mengendor juga.

Tawaran Hau It-yau itu membuatnya tergoda

untuk menyerah saja, supaya bisa menikmati

hari tuanya dengan aman. Tapi ketika ia

melihat orang-orang disekelilingnya, ternyata

tidak dilihatnya Liu Tek-san, cucunya yang

membawa gulungan kulit asli itu.

"Entah ke mana anak itu?" pikirnya

dengan heran.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 266

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tengah Liu Hok-tong celingukan

mencari Liu Tek-san, tiba-tiba Ho Yu-yang dari

pihak Hek-eng-po tertawa mengejek, "Jangan

berlagak bodoh, Liu Hok-tong. Gulungan kulit

itu tentu ada padamu, karena benda itu kita

dapatkan ketika kita sama-sama merampok

iring-iringan kafilah Tibet di padang pasir

beberapa tahun yang lalu."

Sebenarnya Liu Hok-tong sudah hampir

saja menyerah kepada permintaan Hau It-yau

tentang gulungan kulit itu, tetapi ucapan bekas

saudara angkatnya, Ho Yu-yang, membuat

hatinya keras kembali. Ho Yu-yang

mengungkit-ungkit masa lalunya sebagai

perampok, hal yang sangat memalukan dan

berusaha disembunyikannya rapat-rapat.

Mengakui memiliki gulungan kulit itu sama saja

dengan mengakui pernah menjadi perampok,

karena itu Liu Hok-tong menyahut dengan

keras kepala, "Gulungan kulit apa? Benda itu

hanya ada dalam angan-angan kalian agar

kalian mendapat alasan untuk merampok

perkampunganku!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 267

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ho Yu-yang dan Ong Sek-lai datang ke

Liu-keh-chung bukan sekedar menjalankan

tugas majikan Hek-eng-po, tetapi juga karena

punya dendam pribadi dengan Liu Hok-tong.

Jawaban Liu Hok-tong itu membuat amarah

mereka berkobar. "Bangsat tua, kau lebih suka

membiarkan anak cucumu dan orang-orangmu

tertumpas habis?!" bentak Ho Yu-yang sengit.

Sebenarnya jagoan padang pasir ini menyesal

juga karena ucapannya tadi telah mendorong

sikap keras Liu Hok-tong.

Hau It-yau memang melotot dengan

sikap marah ke arah Ho Yu-yang. "Ho Loji, apa

kau tidak bisa sedikit mengendalikan mulutmu?

Kalau tugas kita sampai gagal, kau mau

bertanggung-jawab di hadapan Pocu (majikan

benteng)?"

Wajah Ho Yu-yang memucat seketika

dan menyahut tergagap-gagap,

"Maaf.....aku.....aku tidak sabar melihat Liu

Hok-tong pura-pura bodoh ketika ditanyai

tentang gulungan itu....."

"Sudah, diam!" bentak Hau It-yau. Lalu

kepada Liu Hok-tong ia berkata, "Kau mau

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 268

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mengingkari, terserahlah, tetapi kami tahu

pasti bahwa gulungan kulit itu ada padamu.

Kau harus menyerahkannya kepada kami.

Kalau tidak, inilah contohnya...!

Selesai kata-katanya, caping bambunya

dilempar ke udara. Benda itu berpusing keras,

lalu melayang membuat lingkaran lebar di

udara. Sepasang naga-nagaan batu yang

menghias bagian atas pintu gerbang Liu-keh
chung itupun terpapas hancur oleh benda yang

cuma terbuat dari bambu itu. Tidak

terbayangkan kalau caping bambu itu di

arahkan ke leher manusia biasa.

Liu Hok-tong sendiri heran, macam

apakah majikan Hek-eng-po itu? Kalau orang
orang suruhannya saja sudah demikian lihai

semuanya, bagaimana hebatnya sang majikan

sendiri?

Hau It-yau tertawa puas melihat semua

lawan-lawannya menampilkan sikap gentar.

Katanya, "Nah, kami akan berbaik hati untuk

tidak terlalu mendesak kalian. Liu Hok-tong,

kuberi waktu tiga hari untuk memilih,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 269

Rewriter & Pdf Maker : OZ

keluargamu tetap hidup atau hancur. Kami

tidak main-main!"

Lalu rombongan orang-orang Hek-eng
po dan Pek-kiam-pai itupun meninggalkan

tempat itu dengan gaya sebuah pasukan yang

pulang dari medan perang dengan membawa

kemenangan. Pihak Liu keh-chung tak berdaya

merintangi, mereka cuma merenungi belasan

mayat di pihak mereka.

Setelah musuh pergi, sibuklah Liu keh
chung mengurusi teman-teman mereka yang

luka atau tewas.

Dalam kesibukan itu, A-piao mendekati

Liu Jing-yang dan berbisik-bisik, "Siauya,

bagaimana ini? Dalam tiga hari, kalau

gulungan kulit itu tidak diserahkan maka

perkampungan ini akan menjadi pekuburan

raksasa..."

Liu Jing-yang mengerutkan alisnya dan

menyambut, "Itu bukan urusanmu, A-piao".

Kontan muka A-piao menyeringai kecut.

Dulu ia bangga menjadi tukang kepruk Liu
keh-chung, dengan meminjam pengaruh

majikannya dia bisa berbuat sewenang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 270

Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wenang. Sekarang ia merasa alangkah

celakanya menjadi orang Liu-keh-chung,

nyawanya terancam oleh orang-orang Hek
eng-po gara-gara sikap keras kepala keluarga

Liu. Ingin kabur dari perkampungan keluarga

itu juga tidak bisa, sebab pihak Hek-eng-po tak

akan membiarkan seorang pun lolos, kuatir

kalau gulungan kitab kuno itu ikut lolos pula

keluar perkampungan.

Mengingat pula akan keselamatan

nyawanya sendiri, maka A-piao memberanikan

diri mendesak Liu Jing-yang, "Harap Siauya

mempertimbangkan keselamatan seluruh

perkampungan. Di sini ada puluhan nyawa,

jangan sampai nyawa-nyawa itu mati sia-sia

hanya karena gulungan kulit itu..."

"Aku suruh kau tutup mulut! dengar

tidak?!" Liu Jing-yang semakin marah.

Dalam keadaan biasa tentu A-piao akan

segera diam seperti anjing yang dibentak

tuannya. Tapi kali ini ia benar-benar cemas,

sehingga ia berkata terus, "Kalau Siauya tidak

mau mempertimbangan keselamatan kami,

baiklah, aku terpaksa harus lancang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 271

Rewriter & Pdf Maker : OZ

mengambil langkah tersendiri demi

keselamatanku..."

"A-piao, kau tidak percaya lagi

kepadaku?!"

"Maafkan aku, Siauya, tapi aku lihat

Siauya lebih sayang kepada gulung-an kulit itu,

jadi.... jadi...."

Mata Liu Jing-yang menyempit untuk

menyembunyikan nafsu membunuh yang mulai

berkobar di hatinya. "Jadi apa yang akan kau

lakukan?"

"Kalau Siauya tidak mau merelakan

gulungan kulit itu demi keselamatan bersama,

terpaksa aku akan melapor kepada Chung-cu

Loya tentang apa yang telah Siauya lakukan

terhadap Siauya Tek-san. Demi

keselamatan...., Siauya!"

Mereka bercakap-cakap sambil berjalan,

dan waktu itu mereka telah berada dibalik

sebuah rumpun bambu yang sepi. Di tempat

itulah A-piao mendapat ganjarannya. Ia tidak

sempat menyelesaikan kalimatnya sebab pisau

belati Liu Jing-yang telah amblas di perutnya

tanpa diduga.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 272

Rewriter & Pdf Maker : OZ

A-piao perlahan-lahan roboh di bawah

rumpun bambu itu dengan wajah pucat.

Tangan kiri mendekap perutnya yang

berlumuran darah, tangan kanan menuding

Liau Jing-yang. "Kau...Kau... benar-benar ke....

kejam. Bukankah selama ini a ...ku selalu

setia?"

Liu Jing-yang tertawa dingin dan jawabannya

sangat tidak berperasaan, "Justru karena kau

terlalu dekat denganku, kau terlalu banyak

mengetahui hal-hal yang seharusnya aku

ketahui sendiri. Nah, selamat jalan, hambaku

yang setia...."

Mata A-piao memancarkan kemarahan

dan sakit hati yang tak terkira. Desisnya di

sela-sela bibirnya yang memutih, "Ingatlah,

binatang! Arwahku dan arwah Liu Tek-san

akan selalu memburumu...!

Lalu matanya semakin redup dan

akhirnya padam sama sekali cahayanya. Tapi

mata itu tetap terbuka lebar, biarpun

nyawanya sudah terbang meninggalkan

raganya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 273

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 274

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Jing-yang menyepak perlahan tubuh

A-piao untuk memastikan bahwa tikaman

pisaunya tidak sia-sia. Katanya dingin,

"Seumur hidup aku tidak percaya tentang

arwah penasaran segala. Aku berani berbuat,

berani pula menanggung semua akibatnya."

Lalu belati yang berdarah itu

dibuangnya ke dalam kolam. Belati yang dua

malam yang lalu juga digunakan untuk

membunuh Liu Tek-san, adik sepupunya

sendiri, demi merampas gulungan kulit itu.

Bahkan waktu pembunuhan itu A-piao

membantunya pula dengan memegangi tangan

Liu Tek-san agar tidak melawan. Kini A-piao

sudah mendapat upahnya pula.

Seisi perkampungan gempar ketika

menemukan mayat A-piao, tapi lebih gempar

lagi ketika menemui mayat Liu Tek-san yang

sudah berbau dan dikerumuni semut. Baik

mayat A-piao maupun Liu Tek-san punya ciri

luka yang sama, berlubang perutnya.

Tuduhan dan caci-maki yang sengit

segera dialamatkan kepada orang-orang Hek
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 275

Rewriter & Pdf Maker : OZ

eng-po. Liu Jing-yang ikut mencaci-maki pula

dan bersumpah "akan menuntut perhitungan

kepada Hek-eng-po"

Liu Seng dan isterinya mendapat

pukulan hebat dengan hal itu. Peristiwa

ternodanya puteri mereka, disusul dengan

terlibatnya Ko Jun-Lim, dan sekarang harus

kehilangan anak laki-laki mereka. Ko In-eng

sampai pingsan beberapa kali, apalagi setelah

melihat mayat anaknya yang keadaannya

begitu menyedihkan.

Tidak lama kemudian, mayat itu sudah

dibersihkan, diberi pakaian bersih dan

dibaringkan dalam peti mati. Ruang

sembahyang keluarga Liu penuh dengan asap

kayu garu yang dibakar, seluruh keluarga dan

pegawai mengganti pakaian mereka dengan

pakaian belacu putih. Orang-orang Hai-long
pang yang biasa berpakaian merah itu kini

harus menyesuaikan diri dengan suasana

berkabung di Liu-keh-chung.

Menghadapi kematian Liu-Tek-san itu,

Liu Hok-tong kebingungan. Gulungan kulit

yang asli sudah diserahkannya kepada Liu Tek
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 276

Rewriter & Pdf Maker : OZ

san, tapi sekarang cucunya sudah jadi mayat

dan gulungan itu tidak terdapat pada

tubuhnya. Lenyap ke mana? Atau sudah

diambil sendiri oleh orang Hek-eng-po atau

Pek-Kiam-pai?

Sekilas timbul kecurigaan Liu Hok-tong

terhadap si kacung Liu Beng, jangan-jangan

kacung itulah yang membunuh Liu Tek-san

sebab hanya kacung itulah yang tahu bahwa

Liu Tek-san menyimpan benda itu? Tapi sikap

Liu Beng yang lugu, setia dan belum hilang

sesalnya atas peristiwa dengan Liu Gi- ok-eng

itu menghilangkan kecurigaan.

Sampai Liu Tek-san dimakamkan di

bukit di belakang perkampungan, Liu Hok-tong

belum menemukan dugaan yang meyakinkan

tentang siapa pembunuh Liu Tek-san dan siapa

yang mendapatkan gulungan kulit itu. Yang

ada hanya dugaan-dugaan yang mengambang

tanpa bukti apa-apa.

Liu-keh-chung sudah runtuh. Bukan

runtuh bangunan gedung-gedungnya, tapi

runtuh semangatnya, kewibawaannya dan

kejayaannya. Bahkan di bawah tekanan musuh

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 277

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang berat, muncullah watak asli dari

penghuni-penghuninya. Yang biasanya

tersembunyi di balik senyum yang keningrat
ningratan, gaya bicara yang teratur dan sopan

dan penuh bunga kata-kata yang serba indah,

kini sudah terlucuti semuanya. Kini orang
orang sekeluarga saling mencurigai,

mementingkan keuntungan sendiri, dan tidak

lepas dari kecemasan yang semakin tebal.

**OZ**

BAGIAN EMPAT
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Perkampungan ini sudah tidak bisa

dipertahankan lagi," demikian keputusan Liu

Hok-tong dalam sebuah pertemuan antar

keluarga.

Di ruangan itu berkumpullah Liu Goan,

Thia Hui-leng, Liu Seng, Ko In-eng yang

matanya masih bengkak karena kedukaannya

yang berlarut-larut, juga Liu Jing-yang yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 278

Rewriter & Pdf Maker : OZ

juga nampak "bersedih", Liu Jing-kiam dan Liu

Giok-eng yang kuyu.

Suasananya berbeda sekali dengan

pertemuan sebulan yang lalu ketika mereka

bersepakat mengadakan pesta besar-besaran

menyambut ulang tahun Liu Hok-tong yang ke

65.

"Apa yang ayah maksudkan dengan

tidak dapat dipertahankan lagi?" tanya Liu

Goan yang gemuk.

Liu Hok-tong duduk di sebuah kursi

besar yang pegangannya berukir kepala

macan. Tapi ia kelihatan demikian loyo dan

jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya,

pipinya juga agak cekung. Katanya, "Aku tidak

peduli akan dicap sebagai penakut, tapi aku

harus memikirkan kelangsungan kalian, anak

cucuku. Aku tidak ingin lagi diganggu oleh

orang-orang yang menuntut gulungan kulit,

yang sebenarnya aku tidak tahu itu..."

Diam-diam Liu Jing-yang tertawa dalam

hati mendengar kata-kata kakeknya itu.

Pikirnya, "Kakek masih saja pura-pura tidak

tahu tentang gulungan kulit itu. Padahal benda

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 279

Rewriter & Pdf Maker : OZ

itu benar-benar ada dan sekarang sudah di

dalam kantongku. Ha-ha-ha...."

Sementara itu, suara serak Liu Hok
tong kembali menggema di ruangan itu, "Entah

apa kesalahanku, ada juga orang yang tega

hendak menghancurkan nama baikku,

memfitnah bahwa aku pernah bekerja sebagai

rampok dan sebagainya. Malangnya, harus kita

akui bahwa kita tidak sanggup melawan

kekuatan musuh-musuh kita itu..."

"Jadi maksud ayah?" tanya Liu Goan

lagi.

"Maksudku? Kita semua berangkat ke

Ki-lian-pay, ke tempat anak perempuanku dan

menantuku yang menjadi Ketua Ki-lian-pai dan

berlindung di sana. Ki-lian-pai memang bukan

perguruan sebesar Siau-lim-pai dan Bu-tong
pai, bukan pula perkumpulan setangguh Hwe
liong-pang, tapi kekuatannya tidak bisa

diremehkan di dunia persilatan. Barangkali

Hek-eng-po akan berhenti mengganggu kita

kalau kita sudah di Ki-lian- pai...."

Sesaat harga diri Liu Goan dan Liu Seng

meronta. Apakah mereka sebagai kaum lelaki

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 280

Rewriter & Pdf Maker : OZ

malah akan minta perlindungan ke tempat adik

perempuan mereka? Apa kata orang kalau

melihat lelaki-lelaki keluarga Liu lintang
pukang meninggalkan rumah mereka yang

diinjak-injak orang? Tapi kalau mereka lihat

wajah-wajah muda seperti Liu Jing-kiam dan

lain-lainnya, maka hati mereka pun terketuk.

Pantaskah orang-orang muda itu dikorbankan

ke ujung senjata-senjata Hek-eng-po?

Tanpa perdebatan yeng bertele-tele,

kesepakatanpun tercapai untuk "mengungsi"

ke Ki-lian-san. "Pengungsian" akan dilakukan

secepatnya, tanpa menunggu batas waktu

yang ditetapkan oleh Hek-eng-po.

"Kakek, kalau di tengah perjalanan

bertemu dengan musuh, lalu bagaimana?"

tanya Liu Jing-kiam.

"Kita lawan habis-habisan. Menunggu di

perkampungan ini, kita akan mati juga, jadi

lebih baik gugur dalam usaha perlawanan

daripada duduk bertopang dagu sambil

menunggu mereka menyembelih kita."

Memang rasanya kecuali jalan itu, tidak

ada lagi jalan yang lebih baik.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 281

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Keesokan harinya, persiapan pun

dilakukan. Semua pegawai akan turut, tapi

bukan oleh kesetiaan, melainkan karena takut

ditinggal sendirian di "perkampungan hantu"

itu. Lebih baik pergi beramai-ramai, mungkin

bertempur beramai-ramai dan mati beramai
ramai pula.

Bagi Liu Beng, keikut-sertaannya bukan

sekedar karena tak ada pilihan lain, tapi untuk

membalas budi keluarga Liu, juga ingin

melindungi Liu Giok-eng dalam perjalanan

karena sesalnya. Ia siap mempertaruhkan

nyawa demi gadis itu.

Malamnya, rombongan orang-orang Liu
keh-chung itu masuk ke sebuah pintu rahasia

di belakang gudang penyimpanan berbagai

keperluan. Lorong itu sebagian buatan alam,

sebagian lagi buatan Liu Hok-tong sendiri,

memang sudah lama dipersiapkan untuk

keperluan darurat seperti itu. Ujung lainnya

menembus ke belakang bukit.

Di balik bukit, hampir seratus orang Liu
keh-chung itu muncul seperti semut-semut

yang keluar dari lubangnya. Di antara mereka

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 282

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bukan hanya lelaki-lelaki yang pintar berkelahi,

tetapi juga perempuan-perempuan tukang

masak, tukang cuci pakaian dan lain-lainnya.

Tidak ada yang ketinggalan, pokoknya

perkampungan keluarga Liu benar-benar

mutlak dikosongkan.

Tiba di belakang bukit, hampir semua

anggota rombongan menarik napas lega. Tapi

atas perintah Liu Hok-tong, semuanya harus

tetap berjalan di gelapnya malam, kuatir

disusul orang-orang Hek-eng-po. Belasan ekor

keledai yang dibawa berguna untuk

mengangkut barang-barang atau orang-orang

yang tidak bisa berjalan cepat.

"Kenapa lorong ini tidak digunakan

sejak dulu?" gerutu seorang pegawai kepada

temannya. "Kalau kita kabur sejak dulu, tentu

banyak kawan-kawan kita yang masih hidup

saat ini..."

Jawab temannya, "Karena keluarga Liu

adalah keluarga pendekar. Ketika ancaman

datang, tentu sebisa-bisanya mereka harus

melawan lebih dulu. Setelah tidak sanggup,

barulah mundur."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 283

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Si penggerutu tadi diam saja, namun

dalam hati ia merasakan susahnya menjadi

pegawai "keluarga terhormat". Nyawanya ikut

dipertaruhkan demi "keharuman" nama

majikannya, padahal di luaran sudah

berjangkit desas-desus yang santer bahwa

majikannya yang "terhormat" itu ternyata

bekas perampok.

Sampai di belakang bukit, Liu Hok-tong

berbicara kepada Thia Kim-sim, "Hiantit, aku

mengucapkan terima kasih atas keikut
sertaanmu menanggung bahaya selama ini.

Sekarang bahaya sudah lewat, apakah Hiantit

akan ikut terus bersama kami atau akan

memisahkan diri?"

Sekilas Ketua Hai-long-pang itu melirik

adik perempuannya, lalu menyahut, "Chungcu,

adikku sudah masuk keluarga Liu. Begitu pula

Jing-yang dan Jing-kiam adalah keponakanku,

biarlah aku selesaikan kewajibanku sebagai

paman dan kakak untuk mengantar sampai ke

tempat yang aman di Ki-lian-san."

"Bagus, koko, kau benar-benar

menyadari apa artinya hubungan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 284

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kekeluargaan," sambut Thia Hui-leng sambil
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melirik ke arah Ko In-eng yang menundukkan

kepala. "Kita keluarga Thia berbeda dengan

orang yang mengaku keluarga, ternyata

malahan musuh dalam selimut."

Ucapan itu memang ditujukan untuk

menyindir Ko In-eng. Antara kedua menantu

perempuan itu memang sudah lama terjadi

"perang dingin" untuk berebut mencari muka

terhadap sang mertua. Penyebabnya sudah

umum, yaitu harta warisan sang mertua yang

luar biasa jumlahnya itu. Terlalu sayang kalau

dibagi dua, kalau bisa ya semuanya harus

dikangkangi sendiri.

Sindiran ThiaHui-leng itu sebenarnya

terlalu kejam. Ko In-eng masih terluka karena

tiga musibah yang berturut-turut memukul

jiwanya. Dan Thia Hui-leng bukannya

menghibur, malah sekalian menginjak sampai

amblas. Di hadapan sang mertua harus

ditunjukkan bagaimana keluarga Thia penuh

setiakawan dan rasa kekeluargaan,

dibandingkan keluarga Ko yang menjadi musuh

dalam selimut.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 285

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ko In-eng enggan bertengkar, ia hanya

menunduk sambil menahan tangisnya.

Rombongan itupun berangkat

diselubungi kegelapan malam. Ada belasan peti

yang masing-masing dipikul dua pegawai.

Dalam peti-peti itulah tersimpan harta keluarga

Liu yang sempat dibawa pergi, yang jumlahnya

cukup untuk membuat seorang pangeran pun

meneteskan air liurnya.

Berhari-hari rombongan itu melakukan

perjalanan. Kalau siang mencari tempat

sembunyi yang aman, kalau malam barulah

berani melanjutkan perjalanan lagi.

"Sulit dipercaya bahwa kita akhirnya

berjalan seperti maling yang takut tertangkap

semacam ini," Liu Goan sempat menggerutu.

"Kalau tiba di Ki-lian-san, masihkah kita punya

muka untuk menemui adik Kiau dan

suaminya?"

Tidak ada yang menjawab gerutuan itu.

Beberapa hari kemudian, rombongan

hartawan yang ketakutan itu tiba di lereng

bukit tandus, di sebelahnya lagi ada jurang

yang dalam. Mereka sudah berjalan sejak sore

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 286

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dan saat itu adalah menjelang fajar. Mereka

sudah kelelahan, tapi begitu Liu Hok-tong

melihat bukit tandus itu, dia berseru gembira,

"Kita hampir tiba di Ki-lian-san! Setengah hari

lagi kita harus berjalan, dan sepuluh Hek-eng

po pun tidak perlu kita takuti lagi!"

Semangat seluruh anggota rombongan

pun terbangkit. Mereka mempercepat langkah

kaki mereka seakan baru saja menelan obat

kuat. Perjalanan yang begitu menegangkan

dan hampir membuat gila itu kini hampir

berakhir.

Tapi baru saja mereka bergembira ria,

tiba-tiba dari puncak bukit tandus di depan

mereka terdengarlah suara pekikan mirip suara

burung elang di angkasa. Suara pekikan di

depan disambut dengan suara pekikan serupa

dari beberapa penjuru, itu artinya rombongan

Liu-keh-chung itu sudah terkurung.

Hati Liu Hok-tong seolah tenggelam ke

samudera keputusasaan, begitu pula orang
orangnya. la sudah berusaha melarikan diri

dan pihak Hek-eng-po tentu sulit

memaafkannya. Tapi Liu Hok-tong tidak mau

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 287

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dibantai mentah-mentah, ia segera

memerintahkan orang-orangnya, "Semua

bersiap! Perempuan-perempuan yang tidak

bisa berkelahi berkumpul di tengah!"

Sementara itu, dari bukit di depan,

lereng samping, hutan di belakang mereka,

telah bermunculan sosok-sosok tubuh yang

berlompatan dengan tangkas untuk

mengepung rombongan Liu-keh-chung. Mereka

hanya tujuh orang, mengepung hampir seratus

orang, tapi Liu Hok-tong sadar bahwa

kepungan tujuh orang itu sama kekuatannya

dengan tembok besi yang tak tertembus.

Lima dari tujuh orang itu sudah pernah

dilihat orang-orang Liu-keh-chung. Mereka

adalah Ho Yu-yang dan Ong Sek-lai, yang

selalu mengaku bekas saudara angkat Liu Hok
tong namun Liu-Hok-tong selalu

menyangkalnya. Lalu Hui-thian-koai Hau It-yau

dan Gip Hiat-koai Pek Hong-teng, orang ke tiga

dan ke empat dari Lo-san-su-koai (Empat

Siluman Lo-san). Seorang lagi adalah Kiau

Bun. Menilik gerak-gerik dan sikapnya, Kiau

Bun dalam Hek-eng-po berkedudukan tidak di

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 288

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bawah kedudukan Ho Yu-yang maupun Ong

Sek-lai. Itu cukup beralasan, di Liu-keh-chung,

Kiau Bun pernah menunjukkan

ketangkasannya.

Yang dua orang lagi belum pernah

terlihat, tapi Liu Hok-tong bisa menebak bahwa

mereka tentu orang pertama dan orang kedua

Lo-san-su-koai. Yang tinggi besar dan

berwajah seperti patung hasil karya pemahat

yang baru belajar, tentunya adalah orang

pertama yang bernama Wan Po dan berjuluk

Tiat-pi-koai (Siluman Lengan Besi). Yang

pendek kecil, mukanya berbulu mulutnya

monyong dan matanya yang hanya sebiji

kedelai itu senantiasa berkedip-kedip dengan

cepat, tampang yang seperti kalong, bisa

ditebak tentunya Kongsun Gi yang berjuluk

Hek-hok-koai (Siluman Kelelawar Hitam).

Menaksir kekuatan lawan, mau tak mau

terguncang juga hati Liu Hok-tong. Tapi tak

ada jalan lolos lagi. Terpaksa harus bertempur

mati-matian dengan harapan akan ada bala

bantuan dari Ki-lian-pai, sebab tempat itu

sudah dekat dengan Ki-Lian-san.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 289

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dengan golok melintang di depan

tubuh, Liu Hok-tong berkata, "Sudah ku

katakan berkali-kali bahwa aku tidak tahu
menahu tentang gulungan kulit itu, tapi kalian

terus mengejar-ngejar kami. Kalian benar
benar keterlaluan!"

Liu Jing-yang yang berdiri tidak jauh

dari kakeknya, diam-diam mentertawakan

kakeknya itu dalam hati. "Kakek benar-benar

keterlaluan, terhadap keluarganya sendiripun

dia tidak jujur. Sudah terang ia punya benda

itu, tapi agaknya kakek lebih rela

mengorbankan seluruh keluarganya daripada

mengakuinya. Biarpun aku cucunya, tapi aku

tidak sudi membuang nyawa untuk membela

seorang kakek macam dia!"

Sambil berpikir demikian, Liu Jing-yang

memperhatikan keadaan sekelilingnya dan

mulai merencanakan siasat untuk

menyelamatkan diri sendiri. Soal mati hidup

kakeknya, kedua orang tuanya, paman dan

bibanya, adik kandungnya dan adik sepupunya,

Liu Jing-yang tak peduli. Biar merekapun

menyelamatkan diri mereka sendiri-sendiri

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 290

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kalau bisa. Dirinya sendirilah yang paling

penting, begitulah watak Liu Jing-yang.

Sebaliknya seorang kacung rendahan

yang bernama Liu Beng, sudah menggenggam

senjatanya erat-erat dan siap mengadu nyawa.

Baginya, lebih baik mati daripada menjadi

orang hina yan tak tahu membalas budi. Ia

tidak terpisah jauh dari Liu Giok-eng yang

pernah menjadi "isterinya" walaupun cuma

semalam. Bagi lelaki lain, permainan lelaki
perempuan demikian bisa dilakukan sepuluh

hari sekali dan sepuluh kali pula

melupakannya. Tetapi bagi Liu Beng, kenangan

itu suci dan kudus, ia siap menjunjungnya
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi-tinggi di atas nyawanya sendiri.

Ketika Liu Giok-eng menoleh

kepadanya, Liu Beng balas menatapnya dan

berbisik, "Aku siap menebus kesalahanku atas

diri nona pada malam itu, dengan nyawaku,

nona Eng."

Pada detik-detik yang merupakan batas

kehidupan dan kematian itu, Liu Giok-eng tidak

menyembunyikan lagi perasaan hatinya.

Sahutnya lirih, "Aku berbahagia, A-beng...."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 291

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Keduanya memang berdiri berdekatan

sehingga dapat berbisik-bisik tanpa didengar

orang lain. Kehangatan mengembang dalam

hati kedua orang itu, tidak peduli musuh
musuh sudah siap membantai mereka.

"Nona Eng, kau...." bisik Liu Beng

dengan jantung melonjak.

Gadis itu menundukkan wajahnya yang

memerah, katanya tetap lirih, "A-beng, setelah

peristiwa malam itu, kau masih juga

menyebutku nona Eng?"

Sesaat Liu Beng gelagapan. Sudah

terlalu lama ia hidup sebagai pesuruh yang

hanya menjalankan perintah-perintah, namun

detik itu dia merasa menjadi manusia biasa

yang berhak juga untuk mendapatkan apa

yang didapatkan manusia lain. Keberaniannya

timbul, tangannya menggenggam tangan Liu

Giok-eng erat-erat. "Is.... isteriku, hari ini aku

mapti pun rela...."

"Isteri"nya bahagia sekali mendengar

itu. Tapi perkataan "mati pun rela"

mengingatkannya bahwa saat itu mereka tidak

sedang berkasih-kasihan di taman bunga yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 292

Rewriter & Pdf Maker : OZ

indah, melainkan dikelilingi sorot mata

mengancam dari jago-jago Hek-eng-po.

Namun dalam keadaan seperti itupun, yang

namanya cinta tetap merupakan pembangkit

semangat juang yang hebat.

Bukan nyanyian cinta dari langit yang

terdengar di situ, tapi bentakan bengis dari

Siluman Berlengan Besi Wan Po, "Bunuh

semua! Nanti kita geledah peti-p?ti bawaan

atau tubuh-tubuh mereka, mustahil kita tidak

menemukan benda vang diingini Po-cu!"

Rupanya manusia berwajah patung

rusak ini tidak sabar mendengar perdebatan

yang bertele-tele. Yang pertama kali

menyambut teriakan perang itu adalah Ho Yu
yang dan Ong Sek-lai yang memang punya

dendam pribadi kepada Liu Hok-tong, si bekas

kakak angkat yang pernah mengkhianati

mereka. Hampir berbarengan mereka

meiompat ke arah Liu Hok-tong dengan wajah

beringas.

"Serahkan saja kepadaku, Jiko!" seru

Ong Sek-lai. "Mungkin Toako kita ini rindu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 293

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kepadaku, biar aku yang mengantarkannya ke

liang kubur!"

"Tidak, Samte! Kampak dan belatiku

sudah lama dahaga untuk menghirup darah

pengkhianat ini!" jawab Ho Yu-yang penuh

dendam. "Kau babat saja anak cucunya, kan

sama saja?"

Terpaksa Ong Sek-lai mengalah dan

belokkan sasarannya ke arah Liu Goan. Kipas

Ong Sek-lai kali ini tidak terbuat dari kayu dan

kertas, melainkan terbuat dari lempengan
lempengan baja tipis sebagai jari-jarinya,

sedang tangan kanannya memegang Kui-gi-to,

golok bergerigi. Kelihatannya lucu, seorang

berjubah sastrawan memegang golok yang

biasa dipakai kaum berandal, tapi Ong Sek-lai

tidak bermaksud melawak, ia benar-benar siap

menumpas keluarga Liu. Kesempatan yang

sejak dulu diangan-angankannya.

Liu Goan sudah kenal lihainya orang ini,

ia tidak berani terlambat bertindak. Ia segera

menyambut terjangan Ong Sek-lai dengan

jurus se-ceng pai-hud (Se-ceng Menyembah

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 294

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Buddha), goloknya digerakkan membacok ke

tengah-tengah kepala lawan.

Sambil tertawa mengejek, Ong Sek-lai

menangkis golok Liu Goan dengan golok

bergeriginya. Keras lawan keras.

Liu Goan bertubuh bulat gempal penuh

otot, lawannya bertubuh ramping dan

kelihatannya tidak terlalu kuat. Tapi ketika dua

golok berbenturan, Liu Goan terdorong mundur

selangkah dengan kuda-kuda yang goyah.

Terang dia kalah tenaga.

Belum sempat memperbaiki

keseimbangannya, lawan telah merapatkan

kipasnya sehingga mirip belati, dan dengan

kecepatan kilat ditusukkan ke tenggorokan Liu

Goan. Cepat Liu Goan melompat mundur. Tak

terduga bahwa serangan Ong Sek-lai beruntun

cepat datangnya. Habis golok, kipas, lalu

kakinya menendang, dan mengenai perut Liu

Goan sehingga Liu Goan terjengkang roboh.

Segera disusul golok Ong Sek-lai

menebas dari atas untuk membelah tubuh

bulat yang mirip kura-kura terbalik dengan

perut diatas itu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 295

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Thia Hui-leng, isteri Liu Goan tidak

tinggal diam. Bandringannya berputar di ujung

rantainya, lalu secepat kilat diluncurkan ke

batok kepala Ong Sek-lai.

Suami-isteri itu pun segera

berdampingan menghadapi Ong Sek-lai, yang

satu dengan golok dan yang lain dengan

bandringannya.

Ho Yu-yang juga sudah terlibat

pertarungan satu lawan satu dengan Liu Hok
tong. Ketika masih sama-sama menjadi

perampok di padang pasir, ilmu Liu Hok-tong

lebih tinggi setingkat dari Ho Yu-yang. Tapi

bertahun-tahun Liu Hok-tong hidup makmur,

sebaliknya adik angkatnya itu "diasah" oleh

kerasnya alam padang pasir dan dendam yang

membara di hati. Maka Liu Hok-tong hanya

bisa mengeluh dalam hatinya karena merasa

desakan yang demikian hebat.

Ketua Hai-long-pang Thia Kim-sim mau

tidak mau terlibat pula dalam urusan keluarga

Liu itu, karena membela adik perempuannya.

Ia berhadapan dengan kiau Bun yang

bersenjata tongkat besi yang ujungnya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 296

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berbentuk cakar elang, dan dalam belasan

jurus saja Thia Kim-sim sudah terdesak hebat.

Dua orang thau-bak (jago andalan) Hai

long-pang segera maju membantu ketua

mereka. Yang seorang bersenjata sam-ciat-kun

(ruyung tiga ruas) dan seorang lagi bersenjata

ce-bi-kun (toya setinggi alis) yang

kelihatannya bertenaga besar. Dengan tiga

lawan satu, barulah Kiau Bun bisa ditandingi.

Baru tiga orang jago Hek-eng-po yang

tingkatannya paling rendah yang turun ke

gelanggang, dan kesulitan sudah membayang

di pihak Liu-keh-chung. Kalau empat siluman

Lo-san turun ke gelanggang pula, sulit

dibayangkan bagaimana nasib orang-orang

Liu-keh-chung.

Tapi cucu Liu Hok-tong yang bernama

Liu Jing-kiam nampaknya tidak gentar. Ia

mengajak Liu Jing-yang, kakaknya, "Koko,

mari kita terjun ke arena! Tanganku sudah

gatal!"

Liu Jing-yang yang sudah punya

rencana sendiri itu pun menyahuti adiknya,

"Tenanglah. Empat orang yang paling tangguh

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 297

Rewriter & Pdf Maker : OZ

di pihak musuh justru belum turun tangan, kita
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus mengawasi mereka sebaik-baiknya agar

dapat menempatkan diri kita dengan tepat.

Mendengar alasan kakaknya cukup

masuk akal, Liu Jing-kiam pun menahan diri,

meskipun tangannya sudah gatal melihat

kakeknya terdesak, dan ayah ibunya juga sulit

memenangkan Ong Sek lai.

Akhirnya Liu Jing-kiam tidak tahan lagi.

"Koko, aku harus membantu ayah dan ibu!"

"Baik, majulah, biar aku yang tetap

mengawasi keadaan."

Liu Jing-kiam sama sekali tidak

berprasangka apapun kepada kakak

kandungnya, diapun segera masuk arena.

Jurus Lui-hong-tian-siam (Guntur Gemuruh

dan Kilat Menyambar) segera dilancarkan

untuk membacok pinggang Ong Sek-lai.

"Jing-kiam, hati-hati!" hampir

berbarengan Liu Goan dan Thia Hui-leng

memperingatkin anak mereka.

Jangan kuatir!" teriak Liu Jing-kiam.

Ketika serangan pertamanya berhasil dielakkan

musuh, ia langsung melanjutkan dengan Tui
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 298

Rewriter & Pdf Maker : OZ

to-kwa-hou (Mendorong Golok Menikam

Tenggorokan) tanpa kenal takut.

"Anjing kecil, kau cari mampus!" bentak

Ong Sek-lai marah. Kipasnya diputar untuk

"menyeret" golok Liu Jing-kiam ke samping,

lalu golok bergeriginya meluncur untuk

"menggergaji" leher lawannya. Liu Jing-kiam

yang kurang pengalaman tetapi terlalu berani

itu sesaat kehilangan keseimbangan,

nampaknya sebentar lagi lehernya akan putus

oleh golok lawan.

**OZ**

Bersambung ke jilid 06

Pojok Dukuh, 16-09-2018; 16:37 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 299

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 300

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 06

LIU GOAN dan Thia Hui-leng serentak

menerjang maju untuk menolong putera

mereka.

Melawan tiga orang sekaligus,

betapapun lihainya Ong Sek-lai tapi mulai

merasa berat juga. Kepandaian Liu Jing-kiam

memang biasa-biasa saja, tapi keberaniannya

yang luar biasa itulah yang patut

diperhitungkan. Kadang-kadang anak muda itu

melancarkan jurus beruntun yang membuat

ayah ibunya sendiri merasa cemas.

Empat Siluman dari Lo-san mulai

mengerutkan alis. Siluman Lengan Besi Wan Po

memerintahkan, "Losu, kau masuk arena!"

Siluman Penghisap Darah Pek Hong
teng segera menyahut, "Baik, Lotoa!"

Bersamaan dengan terkatupnya

bibirnya, tubuhnya melesat seperti seekor

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 301

Rewriter & Pdf Maker : OZ

burung. Cambuk Liong-kut pian dibiarkan tetap

terlibat di pinggangnya, dengan sombong ia

hanya menggunakan tangan kosong saja.

Jari-jari tangannya yang kuat bagaikan

besi itu segera mencengkeram dengan sasaran

pertamanya adalah kepala Liu Goan.

Serangan disambut dengan serangan,

Liu Goan menggunakan tinju kirinya

menyongsong telapak tangan Pek Hong-teng.

Pukulan yang pernah membunub seekor

harimau itu diharapkan akan membunuh

lawannya pula.

Tapi hasiInya malah Liu Goan yang

terpental mundur dengan mulut

menyemburkan darah. Ia mendapatkan luka

dalam.

"Goan-ko!" teriak Thia Hui-leng cemas.

Sesaat ia lupa sedang di tengah pertempuran,

ia tinggalkan lawannya dan melompat

mendekati suaminya.

Hampir berbarengan dengan robohnya

Liu Goan, terdengarlah Liu Jing-kiam berteriak

kesakitan. Beberapa detik saja ia ditinggalkan

ayah-ibunya, ia tidak sanggup menahan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 302

Rewriter & Pdf Maker : OZ

amukan Ong Sek-lai yang ilmunya berkali lipat

lebih tinggi daripadanya.

Liu Goan melompat bangun dengan

wajah pucat dan bibir masih berlumuran darah.

Ia mendorong tubuh isterinya sambil berkata,

"Tolong anak kita lebih dulu! Aku tidak ap?
apa..."

Ketika itu Liu Jing-kiam tengah

pontang-panting terdesak oleh Ong Sek-lai.

Sebelum datang pertolongan dari ayah ibunya

atau dari manapun juga, Ong Sek-lai dengan

buas telah menyabetkan goloknya mendatar

setinggi perut, itulah serangan yang membuat

Liu Jing-kiam langsung terkapar tidak berkutik

lagi.

"Anakku!" teriak Thia Hui-leng Seperti

seekor induk macan yang kehilangan anaknya,

Thia Hui-leng lalu menyerang Ong Sek-lai

bertubi-tubi dengan kalapnya. Liu Goan dengan

menahan rasa nyeri dalam tubuhnya, telah

bangkit pula dan ikut bertempur menyerang

Ong Sek-lai.

Dalam keadaan semakin memburuk

bagi pihak Liu-keh-chung, Liu Seng dan Ko In
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 303

Rewriter & Pdf Maker : OZ

eng telah maju pula. Mereka menghadang Pek

Hong-teng, meskipun sadar bahwa Siluman

Penghisap Darah itu berilmu tinggi.

Sementara itu, jago-jago Hek-eng-po

lainnya sudah tidak sabar ingin menyelesaikan

pertempuran. Merekapun turun ke gelanggang

serempak.

Siluman Lengan Besi Wan Po tubuhnya

bagaikan sebuah menara besi yang bisa

berjalan, tangannya yang kuat dan keras luar

biasa itu dalam waktu singkat telah

memecahkan beberapa buah kepala orang
orang Liu-keh-chung atau Hai-long pang, sama

gampangnya memukul remuk sebuah tomat.

Beberapa pegawai Liu-keh-chung atau orang

Hai-long-pang yang bernyali besar,

menggabungkan diri untuk coba membendung

Wan Po. Tapi perlawanan mereka ibarat

dinding yang terbuat dari jerami dan kertas

yang mencoba menahan amukan seekor

kerbau.

Liu Beng tidak tahan melihat teman
temannya dibantai semena-mena oleh raksasa

itu. Ia segera mengangkat tombaknya dan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 304

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bergabung dengan teman-temannya, Liu Giok
eng tidak membiark?n Liu Beng bertempur

sendirian, segera ikut maju pula dengan

goloknya.

Ketika "siluman-siluman" lainnya ikut

mengamuk, maka rusaklah pihak Liu-keh
chung. Siluman Kelelawar Hitam Kong-sun Gi

bertubuh pendek kecil sehingga tampangnva

mirip kalong. Ia nampak lucu sebelum

bertempur, namun setelah bertempur tidak

kelihatan lucu lagi, b?hkan menggidikkan hati.

Ia "Beterbangan" kian kemari, dan setiap kali

ia mencengkeran dan memuntir kepala

seorang korban dengan enaknya seperti anak
anak memetik buah di pohon.

Cara bertempurnya yang mengerikan

itu mengakibatkan kegemparan di pihak Liu
keh-chung. Sebagian pegawai melawan mati
matian, sebagian lagi berlari-lari sambil

berteriak-teriak ketakutan. Diantara yang

berlari-lari itu banyak pekerja-pekerja yang

sama sekali tidak mengerti ilmu silat, seperti

perempuan-perempuan tukang cuci atau
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tukang masak. Beberapa diantara mereka

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 305

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berlari begitu gugupnya sehingga tergelincir

masuk ke jurang.

Melihat orang-orang Liu-keh-chung

berlari-lari bertebaran, Hau It-yau alias

Siluman Terbang menjadi kuatir kalau diantara

mereka yang lari serabutan itu ada yang

membawa gulungan kulit kuno. Karena itu,

diapun segera turun tangan.

Caping bambu yang tergendong di

punggungnya, diambil dan mulai melempar
lemparkannya. Sekejap kemudian caping itu

sudah berdesing berputar-putar di udara,

seperti makhluk hidup yang mengejar orang
orang yang melarikan diri. Beberapa kepala

terlepas dari tubuh mereka, kepanikan

semakin menjadi-jadi. Orang-orang Liu-keh
chung yang mencoba melarikan diri segera

tergiring kembali berkumpul di tengah-tengah

arena.

Di saat kepanikan belum reda, Liu Jing
yang bukannya berniat bertempur bersama

keluarganya, malah mulai mencari peluang

supaya lolos daci arena neraka itu. Kematian

adiknya Liu Jing-kiam tadi tidak membuatnya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 306

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sedih, niatnya hanyalah menyelamatkan diri

bersama gulungan kulit yang ada di

kantongnya. Toh ia masih berhasil mengarang

sebuah alasan untuk menenteramkan hatinya

sendiri, "Keluarga Liu tidak boleh putus

keturunan. Aku harus dapat menyelamatkan

diri unt?k membangun kembali keluarga Liu di

kemudian hari...."

Di tengah-tengah orang-orang yang lari

simpang-siur dan jerit-tangis, Liu Jing-yang

diam-diam mendekati pinggir jurang dan

memilih bagian yang agak landai.

Tengah ia berlari, didengarnya deru

angin tajam menerpa dari belakangnya. Ketika

ia berpaling, alangkah terkejutnya melihat

caping maut Hau It-yau itu tengah menyambar

ke arahnya. Dalam gugupnya, Liu Jing-yang

menyambar tubuh seorang perempuan tua juru

masak Liu keh-chung untuk dijadikan

perisainya. Liu Jing-yang selamat, tapi

perempuan itu mati dengan pinggang hampir

putus oleh caping maut yang dahsyat.

Pegawai-pegawai Liu-keh-chung lainnya

terkejut melihat tindakan si tuan muda. Sang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 307

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tuan muda yang sehari-harinya nampak sopan

santun dan lemah lembut, tidak jarang pula

bicara panjang lebar tentang falsafah

kebajikan, kini telah menunjukkan sifat aslinya

yang kejam. Sanggup mengorbankan seorang

perempuan tua yang sudah berpuluh tahun

mengikuti keluarganya dengan setia.

Para pegawai itu segera menjauhi Liu

Jing-yang, karena sang tuan muda yang

tampan itu rasanya tidak kalah menakutkan

dari lawan-lawan mereka yang garang. Semua

takut dijadikan tameng oleh Liu Jing-yang.

Sedang Liu Jing-yang sendiri tidak

peduli apapun pandangan orang terhadap

dirinya, yang penting dirinya selamat lebih

dulu. Begitu ada kesempatan, ia

menggelundungkan tubuhnya ke bagian yang

landai dari bibir jurang. Biarpun sampai di

dasar jurang dalam keadaan babak belur, tapi

lebih baik dari pada kepalanya lenyap disambar

caping terbang itu.

Beberapa pegawai ikut-ikutan cara Liu

Jing-yang, dengan menggelundungkan diri ke

jurang. Tapi tindakan mereka disusul jeritan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 308

Rewriter & Pdf Maker : OZ

ngeri ketika tubuh mereka menyongsong dasar

jurang dengan derasnya. Rupanya mereka

salah memilih tempat untuk menjatuhkan diri

mereka, bukan di tempat yang agak landai tapi

di tempat yang curam.

Pertempuran di atas jurang semakin

berat sebelah. Pihak Hek-eng-po membantai

nyawa lawan-lawan mereka dengan semena
mena, bahkan pembantaian itu agaknya

merupakan semacam keasyikan yang

menggembirakan mereka.

Matahari muncul perlahan-lahan di ufuk

timur, dan pembantaian sudah hampir

selesai....

Berturut-turut Thia Hui-leng roboh

karena ulu hatinya kena tendangan Coan-sim
tui (tendangan menembus hati) tanpa bisa

menghindar atau menangkis. Lalu Ko Im-eng

menyusul roboh pula, sementara suaminya

sudah terluka. Nampaknya sebentar lagi Liu
keh-chung akan lenyap dari muka bumi.

Di saat itulah dari balik punggung bukit

muncul seekor kuda putih yang tegar,

penunggangnya seorang pemuda tampan yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 309

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berjubah panjang warna putih pula. Di

punggungnya tergendong pedang bersarung

putih, tangkai pedangnya berhias benang
benang putih pula. Agaknya penunggang kuda

ini seorang penggemar warna putih yang

fanatik. Di pinggangnya tergantung bumbung

anak panah dari kulit kambing berbulu putih

beserta busurnya yang pendek, dan bulu-bulu

di tangkai anak panah itupun putih semuanya.

Dibawah cahaya matahari pagi yang

keemas-emasan, kemunculan si serba putih itu

benar-benar membuahkan pemandangan yang

menakjubkan, seolah-olah ada dewa turun dari

langit.

Tapi ketika melihat pertempuran di kaki

bukit itu, di mana orang-orang Hek-eng-po

tengah berpesta pora dengan nyawa korban
korban mereka, wajah pemuda itu seketika

menampilkan kemarahannya. Denqusnya,

"Kudengar beberapa tahun yang lalu keempat

siluman Bu-san itu sudah ditaklukkan oleh

ketua Hwe-liong-pang Tong Lam-hou, lalu

dibebaskan lagi dengan janji tidak akan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 310

Rewriter & Pdf Maker : OZ

berbuat kejahatan lagi. Tapi kini mereka

berbuat kejahatan lagi...."

Semangat kependekaran pemuda

berpakaian putih itu seketika menyala melihat

kesewenang-wenangan itu. Busur di

pinggangnya segera dilepas, lalu dijepitnya

perut kuda tunggangannya sambil berseru,

"Hui-soat (Salju Terbang), hayo kita basmi

siluman-siluman pengacau dunia itu!"

Kuda putih bernama Hui-soat itu seolah

mengerti ucapan tuannya, segera melompat

tangkas menuruni lereng gunung. Si pemuda

berpakaian serba putih itu segera mementang

busurnya dan melepaskan sebatang panahnya,

yang diincar adalah caping terbang Hau It-yau

yang masih beterbangan menyambar kepala.

Panah berdesing dan tepat

menghantam caping bambu. Caping bambu itu

dilontarkan dengan pengerahan tenaga dalam

Hui-thian-koai Hau It-yau yang hebat, tidak

sembarang orang bisa meruntuhkannya. Tapi

kini caping yang sudah berlepotan darah itu

toh runtuh ke tanah bersama-sama sebatang

anak panah berekor putih.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 311

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hau It-yau terkesiap melihat senjata

kebanggaannya runtuh. Cepat ia menoleh ke

arah asalnya panah berekor putih itu, lalu

berteriak dengan terkejut "Pek-ma Tok-hing


Pendekar Dari Hoa San Karya Kho Ping Hoo Kilat Pedang Membela Cinta Karya Kho Beauty Honey Karya Phoebe

Cari Blog Ini