Ceritasilat Novel Online

Teror Elang Hitam 5

Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 5

membencinya setengah mati itu? Tapi ia sudah

terhitung murid Ki-lian-pai dan tidak bisa

menghindari hukuman yang bakal diterapkan.

Sedangkan Kam Hun-siong menveringai

gembira mendapat kesempatan emas untuk

menyiksa Liu Beng.

**OZ**

Bersambung ke jilid 08

Pojok Dukuh, 18-09-2018; 01:12 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 414

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 08

"LIU BENG! Kau memberi contoh tidak

baik dalam latihan pagi ini!" bentak Kam Hun
siong dengan gaya seorang hakim kepada

seorang pesakitan. "Kau dihukum berlari

mengelilingi lapangan ini seratus kali tanpa

istirahat!"

Liu Beng menelan ludahnya, lapangan

latihan itu cukup luas, mengelilinginya seratus

kali bisa membuatnya mampus kehabisan

napas. Sesaat ia menatap Seng Bun-ki,

mengharap sesepuh Ki-lian-pai itu

membatalkan atau meringankan hukuman itu,

tapi sang sesepuh tidak mempedulikannya.

Terpaksa Liu Beng bergerak untuk mulai

berlari, namun Kiang Hun-hou sudah

membentaknya, "Tunggu! enak benar hendak

berlari begitu saja?"

"Ada apa lagi, Suheng?" tanya Liu Beng.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 415

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kiang Hun-hou tersenyum mengejek

sambil berjalan ke tepi lapangan, mengambil

semacam barang yang diserahkannya kepada

Liu Beng. "Pakai ini di kedua kakimu!"

Itulah sepasang kantong pasir bertali

yang biasa dipakai sebagai beban berlari untuk

orang-orang yang belajar silat. Untuk pemula,

ukuran kantong kecil, setelah terbiasa lalu

memakai yang semakin besar dan dengan

sendirinya akan semakin berat. Tapi Kiang

Hun-hou langsung mengambilkan ukuran

paling besar untuk Liu Beng. Diam-diam Liu

Beng mengutuk "pembunuhan terselubung"

kepada dirinya itu. Namun dengan keras hati ia

memakai sepasang kantong pasir itu di

betisnya dan mulai berlari mengelilingi

lapangan.

Kam Hun-siong menunjuk kepada

seorang murid, "Sute Lim Siu-seng, kau

bertugas menghitung apakah Liu Beng benar
benar berlari seratus putaran. Jangan sampai

kurang hitungan!"

"Tapi aku akan rugi tidak bisa mengikuti

jurus baru yang akan diajarkan Seng Supek..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 416

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Diam! Ini perintahku!" bentak Kam

Hun-siong.

Murid itupun tak berani membantah lagi

meskipun hatinya merasa penasaran bukan

main.

Kemudian, di bawah aba-aba dari

contoh-contoh yang diperagakan Sen Bun-ki,

mulailah murid-murid Ki-lian-pai itu bergerak

serempak. Mengulangi gerakan-gerakan dasar

berpuluh kali, menyambung gerakan-gerakan

dasar menjadi jurus-jurus sambil membetul
betulkan yang masih keliru, dan kemudian

mulai mempelajari jurus-jurus baru.

Sementara murid-murid Ki l-lian-pai

sibuk dengan latihan-latihan mereka, Liu Beng

pun bersimbah keringat dengan hukumannya.

Mula-mula beban kaki itu tidak memberatkan

karena Liu Beng memang bertubuh kuat,

namun setelah berlari beberapa putaran,

terasalah semakin berat. Bukan saja napasnya

megap-megap, pinggangnya juga sakit sebab

seolah tertarik-tarik ke bawah oleh beban di

kedua kakinya itu. Tapi Liu Beng terus

bergerak sambil menghitung setiap putaran,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 417

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Satu... dua... tiga... sepul?h... duapuluh...

tigapuluh..."

Di pinggir lapangan, Lim Siu-seng

menghitung pula. Namun melihat Liu Beng

melangkah semakin payah, ia menjadi kasihan

dan diam-diam memberi "potongan harga."

Ketika Liu Beng sudah mulai tujuh puluh

putaran, diam-diam Lim Siu-seng

menambahkan sendiri menjadi delapanpuluh

lima.

Hitungan ke tujuhpuluh lima, Liu Beng

merasa tenggorokannya seperti terbakar dan

matanya berkunang-kunang. Tetapi ketika

melihat senyuman mengejek di bibir Kam Hun
siong di tengah lapangan, semangat Liu Beng

bagaikan api yang hampir padam tapi tersiram

minyak kembali. Ia terus berlari tertatih-tatih

sambil melanjutkan hitungannya, ia bertekad,

biarpun mampus harus membuktikan dirinya

punya kesanggupan merampungkan hal yang

bagaimanapun beratnya.

Lim Siu-seng di pinggir lapangan tiba
tiba berkata, "Sudah cukup, saudara Liu, kau

sudah berlari seratus putaran."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 418

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Beng tercengang mendengarnya, ia

menghitung baru delapanpuluh delapan dan

yakin hitungannya tidak keliru. Ia curiga

jangan-jangan Lim Siu-seng hanyalah kaki

tangan Kam Hun-siong yang hendak

menjebaknya supaya timbul alasan untuk

memberi hukuman baru yang lebih berat?

Bahkan ketika Lim Siu-seng memberi isyarat

dengan kedipan mata, Liu Beng tetap ragu
ragu.

"Ma...maaf...sss...suh...suheng..." kata

Liu Beng terputus-putus di sela-sela deru

napasnya. "Ra...rasanya...baru...dela...pan

puluh...delapan..."

Lim Siu-seng menarik napas, iapun bisa

memaklumi isi hati Liu Beng yang belum

mempercayainya. Maka ia mengangguk dan

berkata, "Sebenarr aku bermaksud baik

kepadamu, saudara Liu. Tapi kalau kau

menyelesaikan sampai selesai, itu bagus."

Liu Beng mengangguk hormat kepada

Lim Siu-seng dan terus berlari sempoyongan.

Sisa hukumannya dijalaninya sampai tuntas,

meskipun pada putaran ke seratus dia

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 419

Rewriter & Pdf Maker : OZ

terjungkal roboh tepat di depan kaki Lim Siu
seng. Ia tidak pingsan, tetapi ketika membuka

matanya ia melihat segala-galanya berwarna

kehijau-hijauan.

Ketika itu latihan murid-murid Ki-lian
pai di lapangan juga sudah selesai. Hari itu

mereka mendapat jurus-jurus baru yang harus

dimatangkan di bawah bimbingan guru

masing-masing. Sebagian besar murid

meninggalkan lapangan setelah memberi

hormat kepada Seng Bun-ki, sebagian lainnya

tetap di lapangan untuk berlatih dengan

teman-teman sendiri.

Buat Kam Hun-siong, begitu selesai

latihan ia segera ingat akan sang pesakitan Liu

Beng. Bahkan tadi ia juga menjalani latihan

hanya dengan setengah hati, pikirannya lebih

banyak digunakan untuk memikirkan

bagaimana menyiksa Liu Beng lebih berat lagi.

Ketika melihat Liu Beng terkapar di pinggir

lapangan, ia mendekatinya dan menendang

rusuk Liu Beng sambil membentak, "Ha,

pemalas! Siapa menyuruhmu tiduran seperti ini

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 420

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 421

Rewriter & Pdf Maker : OZ

setelah latihan selesai? Belajarlah tata tertib
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit!"

Tendangan itu cukup menyakitkan dan

membuat Liu Beng terlonjak bangun. Sedang

Lim Siu-seng mencoba membela saudara

seperguruan yang baru itu, "Liu Beng belum

tahu banyak tentang tata tertib perguruan kita.

Harap Suheng membimbingnya dengan

bijaksana dan tidak bertindak kasar..."

Kam Hun-siong menatap Lim Siu-seng

dengan tajam. "Kau berani menggurui aku,

Sute? Tindakanku ini bukan tindakan kasar

tetapi penertiban, agar Ki-lian-pai

menghasilkan murid-murid yang tangguh,

bukan cengeng. Paham?!"

Lalu membentak Liu Beng lagi, "Kau

sudah melanggar pesanku, padahal di

lapangan latihan ini aku adalah wakil Suhu.

Melanggar pesanku sama dengan melanggar

pesan Suhu!"

"Dalam hal apa aku melanggar pesan

Suheng?" tanya Liu Beng heran.

"Karena setealah menyelesaikan

hukumanmu, kau tidak segera lapor kepadaku,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 422

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tapi malah tiduran seenaknya pinggir

lapangan. Apakah itu sikap yang sopan?"

Liu Beng tidak menduga kalau

persoalan sekecil itupun dijadikan perkara oleh

Kam Hun-siong, ia tidak mampu menjawabnya.

Sedangkan Kam Hun siong semakin

garang. "Tata tertib latihan harus ditegakkan.

Liu Beng, untuk ketidak-sopananmu itu kau

mendapat hukuman tambahan lari

delapanpuluh putaran lagi."

Semuanya terkejut mendengar

keputusan itu, terutama Liu Beng sendiri.

Napasnya hampir putus, dan sekarang harus

lari delapanpuluh putaran lagi? "Suheng,

aku...aku..."

"Kau tidak bisa mengelakkan hukuman

ini! Yang menentang tata-tertib akan

dicacadkan tulang pundaknya sehingga tidak

bisa belajar silat lagi! Nah, kau mau mulai

berlari atau tidak?!"

Tapi dari tengah-tengah kerumunan

murid-murid, mendadak terdengar suara berat

berwibawa, "Hukuman itu bisa membunuh Liu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 423

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Beng, Kam Sute. Aku memohonkan keringanan

untuk Liu Beng!"

Yang bersuara itu adalah seoran lelaki

berusia kurang lebih 35 tahun, biarpun

wajahnya tidak tampan namun memancarkan

kewibawaan yang membuat orang lain mau

tidak mau menghargainya. Namanya Ceng Sin
tong, orang paling tua dari "sepuluh murid

terbaik", paling matang dalam ilmu silat

maupun kepribadiannya, sehingga ia sering

bertindak sebagai "setengah guru" buat

saudara-saudara seperguruannya.

Kam Hun-siong mengutuk dalam hati

atas campur tangan Ceng Sin-tong itu. Ceng

Sin-tong adalah satu di antara sedikit murid Ki
lian-pai angkatan ke tiga yang tidak silau oleh

kedudukan Kam Hun-siong sebagai murid

kesayangan Ketua Ki-lian-pai, ia dengan berani

mengekang tindakan-tindakan Kam Hun-siong

yang dianggapnya sudah di luar batas.

"Maksud Ceng Suheng, murid baru ini

akan dibiarkan seenaknya mengobrak-abrik

tata-tertib kita?" tanya Kam Hun-siong tajam.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 424

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Sute, kau sudah menghukum Liu Beng

cukup berat, itu sudah cukup, Kalau Liu Beng

kau suruh berlari delapanpuluh putaran lagi,

dia bisa ma-ti, dan Ki-lian-pai bukan lagi

perguruan yang mendidik calon-calon

pendekar, melainkan arena pembantaian

sewenang-wenang bagi murid-murid baru!"

"Seorang murid Ki-lian-pai haruslah

bersemangat dan bertubuh baja!" bantah Kam

Hun-siong. "Hukuman seringan itu saja masa

tidak bisa dijalani?"

"Betul. Itu masih terhitung ringan

dibandingkan kalau kita latihan di lereng
lereng gunung!" Kiang Hun-hou mendukung

Kam Hun-siong.

"Tapi Liu Beng adalah murid baru,"

potong Ceng Sin-tong.

"Biarpun murid baru juga harus tunduk

kepada tata-tertib, memangnya kalau murid

baru lalu dibebaskan dari peraturan?"

Ceng Sin-tong mulai habis

kesabarannya dan kata-katanya pun menjadi

tajam, "Kam Sute, kau masih ingat ketika kau

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 425

Rewriter & Pdf Maker : OZ

masuk perguruan ini pertama kali delapan

tahun yang lalu?"

"Itu tidak ada hubungannya dengan

persoalan ini, kenapa Suheng menanyakan hal

ini?"

"Tidak ada hubungannya katamu?

hubungannya justru erat sekali. Ketika kau

masuk perguruan ini pertama kali, sanggupkah

kau lari seratus putaran lapangan ini? Apalagi

dengan kantong pasir pemberat kaki?"

Kontan Kam Hun-siong terbungkam.

kiranya dia adalah anak seorang Piau-su kaya
raya di Tiang-an yang oleh ayahnya dikirim ke

Ki-lian-pai untuk belajar silat. Ketika pertama

kali masuk perguruan, Kam Hun-siong

bertubuh gemuk dan bersikap manja, karena

sudah biasa dimanjakan di rumahnya. Ketika

disuruh lari keliling lapangan, baru beberapa

putaran saja ia sudah jatuh terguling dan.

menangis dengan cengengnya. Meskipun

sekarang sudah menjadi salah satu dari

sepuluh terbaik, namun kenangan masa lalu itu

sungguh memalukan. Kini justru Ceng Sin-tong

mengingatkannya di hadapan banyak orang,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 426

Rewriter & Pdf Maker : OZ

keruan saja wajahnya merah padam karena

malu dan marah.

Setelah bungkam beberapa saat

akhirnya Kam Hun-siong berkata dengan

jengkel, "Suheng, kalau di kemudian hari kau

masih memanjakan kacung hina dari Liu-keh
chung ini, maka rusaklah tata tertib perguruan

kita!"

Lalu ia membalikkan badan dan berlalu

dengan langkah cepat, sekilas masih sempat

melirik ke arah Liu Beng dengan pandangan

mata penuh kebencian.

Liu Beng hanya berdiri termangu
mangu, tak tahu apa yang harus dilakukannya.

la sedikit kaget ketika Ceng Sin-tong menepuk

pundaknya dan berkata, "Kau hebat, Sute.

Sepanjang sejarah Ki-lian-pai belum pernah

ada murid baru yang langsung sanggup

mengitari lapangan ini seratus kali dengan

beban di kaki, tapi kau sudah melakukannya."

Liu Beng menyeringai kecut. "Tapi

napasku hampir putus dan kakiku hampir

patah rasanya..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 427

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Memang Kam Sute terlalu berat

nenyuruhmu tadi, mentang-mentang murid

kesayangan Ciangbun Susiok (paman Ketua)."

Buru-buru Liu Beng nenyahut,

Tidak...tidak...aku tidak menyalahan Kam

Suheng yang menjalankan tata-tertib. Aku

hanya menyalahkan ketololan dan

kelemahanku sendiri."

"Kau tidak lemah, Sute. Kau bertubuh

kuat dan bersemangat baja, itu sudah kau

buktikan. Asalkan rajin berlatih, kau akan

menguasai ilmu-ilmu Ki-lian-pai dengan baik."

"Perkataan Suheng akan kuingat baik
baik."

"Sekarang kau pergilah menemui Yo

Susiok (paman guru Yo) dan mintalah obat
obatan kepadanya. Nanti sore masih ada

latihan dan kau tidak akan bisa latihan dengan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh sakit semua."

"Tempat ini begitu luas, aku belum tahu

di mana tempat tinggal Yo Susiok..."

"Aku yang akan mengantarmu ke

tempat Yo Susiok," kata Lim Siu-seng

mengajukan dirinya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 428

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Maka Liu Beng dan Lim Siu-seng

berjalan bersama ke tempat paman guru she

Yo, ahli obat-obatan di Ki-lian-pai. Keduanya

berusia sebaya, sama-sama berwatak terbuka,

maka dalam perjalanan pendek itu keduanya

merasa semakin akrab seakan-akan sudah

berkenalan bertahun-tahun lamanya. Menurut

pengakuan Lim Siu-seng ia baru dua tahun

berguru di Ki-lian-pai, jadi masih termasuk

murid kelas bawah.

Begitulah, mulai hari itu Liu Beng

mengikuti latihan-latihan dengan semangat

berkobar-kobar. Meskipun belum diterima

secara resmi dalam upacara resmi pula, namun

oleh Auyang Peng-hong ia sudah diijinkan ikut

latihan-latihan dasar. Ada beberapa murid lain

yang tidak senang kepadanya, namun tidak

sedikit pula yang senang berkawan dengan

murid baru yang lugu dan bersemangat itu.

Liu Beng menyadari bahwa usianya

sudah lambat untuk belajar silat dari

permulaan, karena itu di luar jam-jam latihan

yang ditetapkan, dia menambah sendiri waktu
waktu latihannya. Untuk itu, ia juga harus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 429

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menambah jatah makannya sehingga kekuatan

makannya tiga kali lipat dari kekuatan makan

murid-murid lainnya.

**OZ**

BAGIAN ENAM

Meskipun baru bulan keempat di Ki-lian
pai, Liu Beng telah memiliki kekuatan,

kecepatan gerak dan kelenturan otot yang

menyamai murid-murid yang berlatih dua

tahun. Telapak tangannya berkekuatan seperti

sebuah kampak yang dengan sekali tebas bisa

mematahkan kayu sebesar betis lelaki dewasa.

Kekuatan kakinya juga luar biasa, dengan

kantong pasir pemberat kakinya, ia dapat

berlari-lari di lereng-lereng gunung Ki-lian-san

yang terjal tanpa tereng?h-engah lagi.

Kemajuan pesat yang dialami Liu Beng

tidak lepas dari campur tangan Auyang Siau
hong, puteri Ketua Ki-lian-pai. Hampir setiap

ada waktu senggang, Liu Beng dan Auyang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 430

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Siau-hong berlatih berdua saja. Entah di lian
bu-thia (aula latihan silat), entah di kebun

bunga, entah di belakang gunung. Auyang

Siau-hong juga memberi petunjuk dalam

banyak hal. Mengendalikan pernapasan dan

hawa dalam tubuh, ilmu meringankan tubuh,

bahkan pelajaran yang agak rumit seperti

menotok jalan darah. Liu Beng memang

seorang lugu, namun tidak berarti tolol,

otaknya cukup baik menerima pelajaran
pelajaran baru.

Selain kemajuan dalam ilmu silat, ada

juga kemajuan lain di luar ilmu silat. Karena

akrabnya hubungannya dengan Auyang Siau
hong, tanpa sadar dalam diri Liu Beng timbul

perasaan seolah Auyang Siau-hong adalah

pengganti Liu Giok-eng yang tak pernah

dilupakannya, gadis yang sempat menjadi

"isterinya" selama semalam gara-gara obat

perangsang yang diminumkan oleh Kiau Bun.

Wajah dan perawakan Auyang Siau-hong

begitu mirip dengan Liu Giok-eng, karena

kedua gadis itu sama-sama cucu Liu Hok-tong.

Kadang-kadang Liu Beng memaki dirinya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 431

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sendiri sebagai kacung tak tahu diri, berani

mencintai puteri Ketua Ki-lian-pai, namun

perasaan di hatinya tak pernah bisa

dipadamkan, malah tumbuh semakin subur.

Ternyata di pihak Auyang Siau-hong

juga tumbuh perasaan serupa. Selama ini tak

kurang murid-murid lelaki Ki-lian-pai yang

menaksir Auyang Siau-hong, dan rata-rata

berasal dari latar belakang yang terhormat.

Ada dari keluarga hartawan, pendekar,

keluarga orang berpangkat, tapi perasaan

Auyang Siau-hong terhadap mereka tidak lebih

dari terhadap kakak-kakak sendiri. Kadang
kadang gaya bicara mereka yang berbunga
bunga malah membuat gadis itu jemu. Sedang

terhadap Liu Beng, gadis itu merasa seolah

bisa menjenguk langsung ke dasar hatinya

yang paling dalam. Hal itu membuat Auyang

Siau-hong semakin senang berdekatan dengan

kacung yang sekali-sekali nampak ketolol
tololan itu.

Yang kelabakan adalah Kam Hun-siong.

Segala usahanya untuk lebih menarik hati

Auyang Siau-hong telah dilakukan, dan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 432

Rewriter & Pdf Maker : OZ

semuanya kandas di tengah jalan. Betapa

geramnya Kam Hun-siong, sampai tibalah ia

kepada satu keputusan untuk menyingkirkan

Liu Beng saja. Ia mulai menyusun rencana. Ia

punya banyak uang dan uangnya itu bisa

mengikut-sertakan banyak saudara-saudara

seperguruannya untuk ambil bagian dalam

rencananya.

Suatu pagi buta, matahari belum

muncul dari peraduannya, hanya cahaya

lembayung yang nampak di cakrawala timur.

Namun saat itu Liu Beng justru sudah mandi

keringat di lereng gunung. Seorang diri ia

berlari-lari, berloncatan, memanjat tebing dan

meluncur turun dengan tangkasnya. Kantong
kantong pasir di kedua betisnya sudah tidak

terasa lagi, maka iapun memasang beban
beban lainnya di pinggang dan kedua

pundaknya.

Tengah ia asyik berlatih, tiba-tiba dalam

keremangan pagi nampak sesosok bayangan

bergerak-gerak tidak jauh dari dirinya. Liu

Beng lalu berteriak menyapa, "Siapakah

Suheng yang ada di situ?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 433

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Orang itu tidak menjawab, sebaliknya

malah lari menjauhi Liu Beng.

Kecurigaan Liu Beng bangkit melihat

tingkah-laku orang itu. Sekilas Liu Beng

berdebar kalau membayangkan jangan-jangan

orang itu adalah orang Hek-eng-po (Benteng

Elang Hitam) yang terus-menerus mengejar

gulungan kulit? Tapi Liu Beng tidak menjadi

jeri, sebaliknya kemarahannya berkobar. la

sebagai murid Ki-lian-pai merasa pantas pula

membela Ki-lian-pai jika ada musuh berani

berkeliaran di tempat itu. Dengan gerakan

cepat ia melepas semua kantong pasir yang

membebani tubuhnya, lalu dengan gerak

setangkas kelinci liar ia mulai memburu orang

itu.

"Berhenti!" teriaknya lantang.

Dengan tubuh ringan berkat latihan

kerasnya selama ini, Liu Beng mengejar.

Orang itupun agak terkejut melihat

ketangkasan Liu Beng yang di luar

perhitungannya Tapi ia tidak mau tertangkap,

karena itu iapun mengerahkan kekuatan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 434

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sepasang kakinya untuk lolos dari kejaran Liu

Beng.

Maka di lereng gunung itu terjadilah

permaianan kucing-kucingan yang seru.

Biarpun gerakan Liu Beng cukup pesat, namun

tidak gampang untuk menyusul orang itu.

Sebaliknya buruan itupun harus selalu

mengerahkan kekuatan kakinya supaya tidak
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersusul. Lengah sedikit saja, Liu Beng akan

dapat menyusulnya.

Orang itu diam-diam menggerutu dalam

hati, "Benar-benar gila, kacung busuk dari Liu
keh-chung ini dalam waktu empat bulan saja

ternyata ketangkasannya sudah menyamai

murid-murid terbaik Ki-lian-pai. Pantas saja

setiap kali makan dia menghabiskan nasi enam

mangkuk dan sepuluh butir telur sekali gebrak.

Kalau tidak disingkirkan sekarang, dia memang

bisa menjadi semakin kuat dan besar kepala..."

Sementara kejar-mengejar itu sampai

ke lereng utara gunung Ki-lian-san yang

jalannya sempit dan menanjak. Sebelah kanan

ada tebing curam, sebelah kiri ada tebing terjal

berlumut. Di tempat itulah Liu Beng kehilangan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 435

Rewriter & Pdf Maker : OZ

jejak buruannya. Pagi yang masih terlalu gelap

agaknya juga membantu sang buruan

melenyapkan diri.

Tanpa kenal takut Liu Beng masuk jalan

kecil menanjak itu, tapi alangkah kagetnya ia

ketika dari atas tanjakan terdengar suara

gemuruh, lalu sebuah batu sebesar kerbau

bunting menggelundung deras ke arah dirinya.

Karena miringnya tanah, batu itu berjalan lebih

cepat dari larinya kuda.

Apa boleh buat, Liu Beng membalik

tubuh dan lari secepatnya, namun karena jalan

itu hanya sejalur maka batu itu terus

mengejarnya. Menghindar tidaklah mungkin,

kecuali ingin mampus dalam jurang.

Di atas lereng, dua orang yang baru

saja menggulingkan batu itu tersenyum puas

melihat batu itu menggelundung semakin cepat

ke arah Liu Beng. Kam Hun-siong menyeringai

dan menggeram, "Mampus kau, manusia

berderajat rendah yang mimpi untuk

berdampingan dengan Sumoai Siau-hong.

Sebentar lagi kau akan gepeng seperti katak

diinjak gajah..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 436

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kiang Hun-hou di sebelahnya menyeka

keringat sambil berkata, "Namun bangsat itu

hebat juga kemajuannya. Tadi hanya dengan

berlari habis-habisan barulah aku bisa tolos..."

Sementara Kam Hun-siong telah

memberi isyarat gerakan tangan ke suatu

tempat lainnya, beberapa puluh langkah dari

tempatnya.

Di bagian itu ada seorang teman Kam

Hun-siong yang menjaga seutas tali yang

direntangkan melintang di jalan sempit itu dan

ditutupi rumput-rumputan. Ia sendiri

menongkrong di atas sebatang pohon yang

tumbuh miring di tebing, sehingga aman dari

terjangan batu. Begitu melihat isyarat Kam

Hun-siong, ia tarik talinya sekuat tenaganya.

Liu Beng yang sedang berlari kencang

itu sungguh tidak menduga munculnya tali di

depan kakinya, tanpa ampun lagi ia

terpelanting roboh, jidatnya langsung luka

membentur batu tajam. Namun yang lebih

berbahaya lagi adalah batu besar yang terus

menggelundung deras ke arahnya, seperti

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 437

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tangan maut yang siap meremas hancur

korbannya.

Liu Beng tidak bisa menghindar lagi,

hanya dengan mata terbelalak lebar ia

menunggu kematian.

Saat itulah dari atas lereng gunung

berkelebat sesosok bayangan berjubah biru.

Tubuh Liu Beng disambarnya dan dibawa

melompat naik ke atas tebing, namun karena

membawa tubuh seseorang maka luncurannya

kurang pesat dan tidak mencapai bibir atas

tebing. Saat itulah sebelah tangannya

menghunus pedangnya dan ditancapkan di

tebing batu itu. Maka jadilah dia

bergelantungan di tebing sambil tetap

membawa tubuh Liu Beng. Pedangnya

ternyatas cukup kuat menahan beban dua

tubuh.

Batu besar yang mengerikan itu

menggelundung terus ke bawah dengan suara

gemuruh, tapi tidak ada korban.

Datangnya pertolongan untuk Liu Beng

itu mengejutkan Kam Hun-siong dan Kiang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 438

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hun-hou di kejauhan, apalagi setelah melihat

siapa orangnya yang menolong Liu Beng.

"Suhu..." kata Kam Hun-siong dengan

suara tertahan.

Kiang Hun-hou juga berkata gemetar,

"Cukup lama Ketua tidak muncul di Ki-lian-san,

dan kini justru muncul menolong si bangsat

yang hampir berhasil kita bereskan itu..."

"Cepat tinggalkan tempat ini, jangan

sampai Suhu melihat kita," kata Kam Hun
siong gugup dan diapun sudah mendahului

beringsut dari situ.

"Bagaimana dengan Liok Sute?"

"Tinggalkan saja, Liok Hin akan mampu

mengurus dirinya sendiri."

Yang menolong Liu Beng itu memang

bukan lain Ketua Ki-lian-pai sendiri, Auyang

Peng-hong yang berjuluk Lam-ih Kiam-kek

(Jago Pedang Berbaju Biru). Ia baru saja

meninggalkan Ki-lian-san untuk beberapa

lama, dan kini pulangnya di pagi buta itu tepat

pada waktunya berhasil menyelamatkan Liu

Beng dari ancaman kematian.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 439

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tanyanya kepada Liu Beng, "Kau berani

melompat turun atau tidak?"

Liu Beng menengok ke bawah, ia dapati

dirinya berapung tiga tombak di atas tanah.

Kalau melompat ke bawah, pijakannya

hanyalah setapak jalan sempit di tepi jurang

yang belumut licin. Kakinya meleset sedikit

saja, selamat tinggal dunia yang indah...

Tapi Liu Beng benar-benar bernyali

besar, ia lepaskan pegangan gurunya dan

meluncur ke bawah. Ia berhasil mendarat

sejari di tepi jurang dan sedikit sempoyongan.

Lalu Auyang Peng-hong menyusul turun pula,

namun tidak sempoyongan, bahkan sentuhan

kakinya tidak lebih berat dari sentuhan daun

kering yang jatuh ke tanah.

Diam-diam Liu Beng kagum melihatnya,

makin mantaplah ia berguru kepada orang

selihai itu. Tapi tidak lupa ia memberi hormat,

berterima kasih dan mengucapkan selamat

datang kepada gurunya yang habis bepergian.

Kata Auyang Peng-hong, "Sudahlah,

cepat kembali ke atas. Mungkin sebentar lagi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 440

Rewriter & Pdf Maker : OZ

genta akan ditabuh dan latihan dimulai. Siapa

yang akan memimpin latihan pagi ini?"

"Susiok Han To-kian, rencananya akan

mengajarkan jurus Pek-wan-tau-tho (kera

putih mencuri buah)," sahut Liu Beng.

"Nah, cepatlah, jangan sampai

terlambat."

Liu Beng pun berlari-lari ke markas. la

bukan saja kuatir terlambat latihan, tapi marah

karena ada seseorang hampir membunuhnya.

Urutan peristiwanya terlalu gampang untuk

ditafsirkan. Pertama dirinya dipancing ke

tanjakan sempit, lalu sebongkah batu besar

digelundungkan ke arahnya, lalu seutas tali

menjerat kakinya. Itu berarti ada kesengajaan

membunuhnya, dan ia tahu siapa biang

keladinya. Pasti bukan orang Hek-eng-po,

sebab kalau orang Hek-eng-po ingin

membunuhnya cukup dengan beberapa jurus

saja, tidak usah dengan tipu macam-macam.

Bagaimanapun sabarnya Liu Beng, karena

nyawanya sudah diancam, maka mendidih juga

darahnya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kolektor E-Book 441

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dorongan kemarahan membuat Liu

Beng berkekuatan berlipat ganda. Ketika genta

mulai berbunyi, Liu Beng sudah tiba di

lapangan latihan tanpa terlambat sedikitpun. Ia

tidak langsung masuk ke barisan namun

berjalan mendekati Kam Hun-siong, dilihatnya

di baju Suhengnya itu ada kotoran berupa

lumut, tanah dan beberapa rumput kering. Itu

semakin menguatkan dugaan Liu Beng akan

dalang pembunuhan tadi.

Biasanya Kam Hun-siong bersik garang

dan membentak-bentak Liu Beng semaunya

saja. Tapi kali ini ia gentar melihat Liu Beng

berjalan mendekatinya dengan langkah lurus

dan mata yang menyala menyorotkan

kemarahan. Dipaksakannya untuk tetap

bersikap gagah, sebab bagaimanapun juga ia

adalah satu dari Sepuluh Murid Terbaik di Ki
lian-pai, hanya saja kali ini sikap gagahnya

agak kelihatan canggung.

"Kam Suheng!" tegur Liu Beng dengan

suara keras.

"Ada apa, Liu Sute?!" Kam Hun-siong

coba menjawab dengan tidak kalah kerasnya.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 442

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Liu Beng menatap lurus-lurus ke

tengah-tengah biji mata Kam Hun-siong,

membuat Kam Hun-siong harus berpaling ke

arah lain untuk menghindari tatapan yang

menggentarkan itu. Terdengar suara Liu Beng,

"Kam Suheng, perguruan kita ini mengajarkan

sikap ksatria atau sikap pengecut?"

"Sudah tentu sikap ksatria..." Kam Hun
siong mulai goyah.

"Kalau seseorang berusaha membunuh

saudara seperguruannya sendiri dengan cara

sembunyi-sembunyi, itu sikap ksatria atau

pengecut?"

"Sudahlah, Sute. Masuklah ke dalam

barisan, sebab latihan akan segera dimulai."

Tapi Liu Beng yang sedang marah itu

tidak beranjak dari tempatnya, dan tetap

mendesak, "Jawab dulu pertanyaaku, Suheng.

Orang yang melempar batu sembunyi tangan

itu kesatria atau pengecut? Orang yang tidak

berani mengakui tindakannya sendiri itu orang

hina atau tidak?"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 443

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kam Hun-siong merasa sangat

kehilangan muka didesak-desak macam itu.

"Dengarkan perintahku, Sute. Masuk barisan!"

"Jawab dulu!"

Pertengkaran semakin sengit sehingga

murid-murid lainnya pun mengerumuni

mereka. Semuanya heran melihat Liu Beng

yang biasanva tunduk itu sekarang berani

mendebat Kam Hun-siong dengan sengit.

Murid-murid yang biasanya ditindas Kam Hun
siong dan teman-temannya diam-diam senang

juga ada orang yang mulai berani menentang

kesewenang-wenangan itu, namun juga

mencemaskan Liu Beng karena tahu betapa

lihainya Kam Hun-siong.

Kalau sudah dikerumuni banyak orang

seperti itu, mana sudi Kam Hun-siong

kehilangan muka dengan menuruti gertakan

Liu Beng? Dengan mengumpulkan seluruh

keberaniannya, ia berkata, "Jalankan

perintahku, atau aku harus menghukummu

dengan peraturan perguruan?"

Liu Beng tertawa dingin, "Ha, Suheng

tidak berani menjawab pertanyaanku dan lebih

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 444

Rewriter & Pdf Maker : OZ

senang berlindung di balik peraturan

perguruan. Kalau sudah demikian, aku tidak

bisa berkata apa-apa lagi."

Lalu Liu Beng masuk ke barisan untuk

ikut latihan, namun kata-katanya itu cukup

membuat Kam Hun-siong tertampar mukanya.

Ia mengutuk dalam hatinya, "Kacung hina itu

punya mulut yang tajam juga, padahal

tampangnya hanya seperti keledai dungu.

Kalau aku mendiamkan saja, kewibawaanku

bisa goyah di hadapan adik-adik

seperguruanku. Aku harus mencari

kesempatan untuk membuktikan bahwa aku

sanggup menghajarnya, bukan hanya lempar

batu sembunyi tangan..."

Pucuk dicinta ulam tiba. Tiba-tiba

seorang murid muncul dari ruangan dalam dan

mengabarkan kepada Kam Hun-siong bahwa

Paman-guru Han To-kian berhalangan melatih,

karena semua sesepuh perguruan sedang

diajak membicarakan urusan penting oleh sang

Ketua. Maka jalannya latihan diserahkan

kepada Sepuluh Murid Terbaik.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 445

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Maka Kam Hun-siong dan teman-teman

sekomplotannya segera menguasai keadaan.

Kata Kam Hun-siong di hadapan murid-murid

yang sudah berbaris rapi, "Saudara-saudara,

sudah agak lama kita tidak melakukan latihan

loan-jiu (pukulan bebas), bagaimana kalau kita

lakukan sekarang saja?"

Usul itu segera disambut sorakan

gembira oleh murid-murid lainnya. Tanpa

disuruh lagi, mereka segera duduk membuat

lingkaran besar di lapangan latihan itu. Kam

Hun-siong berdiri di tengah lapangan sambil

berkata, "Siapa ingin melakukan loan-jiu

dengan aku?"

Murid-murid ragu-ragu menanggapi

Kam Hun-siong yang bertubuh gempal kekar

itu, juga terkenal keganasannya dalam latihan

Loan-jiu. Pernah seorang murid lain harus

berbaring selama sepuluh hari karena pukulan

Kam Hun-siong benar-benar melukainya

dengan parah, biarpun cuma berlatih. Murid

lainnya pernah kehilangan tiga buah gignya...

Tapi Liu Beng yang hatinya masih panas

itu segera bangkit dari duduk bersilanya,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 446

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sambil berkata, Kam "Suheng, mohon Suheng

memberi petunjuk kepadaku."

Lalu diapun melangkah ke tenga

gelanggang. Murid-murid lain menjadi tegang

wajahnya. Liu Beng dan Kam Hun-siong saling

tidak menyukai, maka yang akan terjadi di

arena tentu buka sekedar latihan biasa, tentu

akan lebih seru.

Namun kedua murid di tengah arena itu

sempat juga saling memberi hormat menurut

tata-cara perguruan. Tangan kanan yang

mengepal didorongkan ke telapak tangan kiri

yang terbuka dengan jari-iari lurus.

Baru saja saling menghormat selesai,

Liu Beng langsung memajukan kaki kanan

untuk bersiap menyerang. Tapi Kam Hun-siong

lebih cepat. Dari sikap hormat, ia langsung

menyapukan kakinya ke depan disertai jotosan

ke hidung Liu Beng. Sergapannya begitu cepat,

sehingga Liu Beng langsung roboh dan

hidungnyapun "bocor"...

Murid-murid Ki-lian-pai yang menjadi

konco-konco Kam Hun-siong segera berteriak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 447

Rewriter & Pdf Maker : OZ

riuh sambil bertepuk tangan. Sedang teman
teman Liu Beng mengerutkan alis.

"Kau lambat sekali, Sute..." ejek Kam

Hun-siong sambil bertolak pinggang. "Dengan

kep?ndaian seperti itu, bagaimana kau berani

membual bahwa kau sanggup lolos dari tangan

orang-orang Hek-eng-po?"

Darah Liu Beng mendidih marah, cepat

ia melompat bangun dengan gerakan le-hi-tah
teng (ikan Le-hi meletik). Tapi ia membuat

kesalahan kedua, ia lupa jarak Kam Hun-siong

terlalu dekat. Baru saja ia berdiri, kaki Kam

Hun-siong kembali menyapu, kedua tangannya

ikut maju untuk mencengkeram dan

membanting dengan gerak Pai-san-to-hai
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(melempar gunung ke laut). Liu Beng

terbanting lebih keras daripada tadi sehingga

pinggulnya terasa sakit.

Dua kali menerima pil pahit membuat

Liu Beng lebih berhati-hati. Lebih dulu ia

menggulingkan tubuh menjauhi Hun-siong,

setelah itu baru melompat bangun.

Tapi Kam Hun-siong tidak

membiarkannya. Acara loan-jiu itu hendak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 448

Rewriter & Pdf Maker : OZ

digunakan untuk menghajar habis-habisan dan

menumpahkan kebenciannya kepada Liu Beng.

Dengan bernafsu ia memburu dengan jurus

Hek-hou-tiau-kan (macan hitam melompati

parit), dua tangannya berbentuk cakar harimau

menyerang muka dan dada Liu Beng. Itulah

dua serangan yang bisa membuat muka dan

dada pa Liu Beng hancur.

Beberapa murid terkejut melihat

serangan ganas itu, itulah serangan ganas

yang tidak patut digunakan untuk berlatih di

antara sesama saudara seperguruan. Ceng Sin
tong hampir melompat ke tengah arena untuk

mencegah, namun di tengah arena telah

terjadi sesuatu yang tak terduga...

Liu Beng yang selalu dianggap tolol itu

ternyata menunjukkan kecerdikannya. Ia

sudah memperhitungkan Kam Hun-siong akan

menerjang lagi, maka ia merobohkan diri

menyamping sejajar tanah, tangannya

menapak di tanah dan kakinya menyepak tepat

mengenai perut Kam Hun-siong. Kekuatan kaki

Liu Beng telah menghempaskan tubuh Kam

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 449

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hun-siong cukup jauh. Lalu Liu Beng melompat

bangun mendahului Suhengnya.

Jurus sederhana Liu Beng tadi tidak

termasuk ilmu pukulan Ki-lian-pai, itu

karangan Liu Beng sendiri, namun toh berhasil

membuat salah satu Sepuluh Murid Terbaik itu

jungkir balik.

Kini ganti Liu Beng yang dengan geram

memburu dan menendang Kam Hun-siong, tapi

lawannya itu menggunakan gerak Koan-long
ta-kun (serigala malas bergulingan) untuk

mengindar dan melompat berdiri.

Lalu dua murid Ki-lian-pai yang sama
sama marah itupun bertarung dengan

sengitnya. Tangan dan kaki mereka saling

menyambar dengan kekuatan sepenuhnya.

Seolah lupa akan tipu-tipu silat yang sudah

diajarkan, mereka bergedebak-gedebuk saling

menghajar dengatn hebatnya. Kedua pihak

sama-sama kesurupan setan kemarahan.

Dalam hal kematangan tipu-tipu silat,

Kam Hun-siong jauh mengungguli Liu Beng

karena ia sudah belajar jauh lebih lama. Ia

lebih banyak berhasil mengenai Liu Beng, tidak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 450

Rewriter & Pdf Maker : OZ

jarang serangannya beruntun sehingga Liu

Beng sempoyongan.

Tapi kekuatan tubuh Liu Beng yang

seperti kerbau itu membuat Kam Hun-siong

merasa sulit juga. Dengan jurus-jurusnya yang

agak ngawur, kadang-kadang kepalan Liu Beng

berhasil mengenai Kam Hun-siong dari arah

yang tidak diduga dan membuat Kam Hun
siong nyeri bukan kepalang.

Setelah pertarungan berlangsung

puluhan jurus, kedua pihak sudah sama-sama

babak belur. Jidat Liu Beng sudah robek dan

mengucurkan darah, sepasang matanya

dilingkari warna biru gelap sehingga

tampangnya mirip binatang panda yang hidup

di wilayah Se-cuan, bibirnya bengkak tidak

rata, namun sepasang matanya tetap

menyorotkan semangat tempur yang tak

kunjung reda.

Meskipun luka-luka Kam Hun-siong

tidak separah Liu Beng, tapi semangatnya

sudah merosot beberapa bagian. Ia anak

seorang kaya yang biasa dihormati dan

dimanjakan di rumahnya, dan di perguruan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 451

Rewriter & Pdf Maker : OZ

juga banyak penjilat-penjilatnya karena ia

berduit banyak. Meskipun dengan

ketekunannya dia berhasil menjadi salah

seorang dari Sepuluh Murid Terbaik, tapi belum

pernah ia mengalami perkelahian gila-gilaan

macam ini. Biasanya kalau ia Loan-jiu dengan

murid lain, maka murid lain itu lebih suka

sedikit mengalah karena segan. Namun

lawannya kali ini begitu ngotot dan tidak

sungkan-sungkan, juga memiliki beberapa

"jurus aneh" hasil ciptaan Liu Beng sendiri

yang kadang-kadang membingungkan.

Akhirnya Kam Hun-siong memutuskan

untuk menggunakan beberapa jurus yang

ganas, tidak peduli Liu Beng bakalan mati atau

cacad seumur hidup. Ia anggap dirinya adalah

murid kesayangan Ketua Ki-lian-pai, tentu

tidak akan dihukum berat. Paling-paling hanya

ditegur.

Ketika Liu Beng menyerbu dengan

gerak Kiong-po-pek-ta (memukul sambil

menindak), jurus sederhana yang oleh Liu

Beng entah sudah diulangi berapa kali, Kam

Hun-siong berkelit ke samping. Telapak tangan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 452

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kiri menaahn tinju Liu Beng, telapak kanan

menebas ke tulang pundak Liu Beng dari atas.

Liu Beng mengelak ke samping sambil

sedikit merendahkan tubuh, tangan kanan

ditarik, tangan kiri ganti maju menjotos

lambung lawannya. Tapi Kam Hun-siong

menggunakan tangan kirinya untuk menekan

ke bawah, berbarengan dengan dua jari tangan

kanannya meluncur ke sepasang mata Liu

Beng dengan gerakan Ji-liong-jio-cu (Sepasang

Naga Berebut Mutiara).

Bukan cuma Liu Beng yang kaget, tetapi

banyak murid-murid lainnya pun kaget melihat

jurus maut itu. nampaknya Kam Hun-siong

tidak sedikitpun berusaha menahan

serangannya, ia ingin menusuk buta kedua

mata Liu Beng.

Di saat terjepit itu, ingatlah Liu Beng

akan gerakan salah satu gembong Hek-eng-po

yang pernah dilihatnya menghadapi serangan

yang sama, dan tanpa pikir panjang lagi Liu

Beng segera menirukannya. Telapak tangannya

menegak dan menebas ke tengan-tengah jari

telunjuk dan jari tengah Kam Hun-siong. Lalu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 453

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sekuat tenaga ia menggenggam dan menekuk

ke atas, maka patahlah jari telunjuk Kam Hun
siong, ia menjerit kesakitan.

Liu Beng yang kalap segera

menambahkan lagi sebuah tendangan hek
hou-pa-bwe (macan hitam mengebaskan ekor)

yang telak mengenai ulu hati Kam Hun-siong

membuat sang Suheng terkapar setengah

pingsan.

Tak tertahan lagi beberapa murid yang

menjadi komplotannya melompat ke tengah

lapangan sambil berteriak-teriak marah.

"Kacung hina! Kenapa kau bertindak

sekejam ini hanya dalam latihan antara

saudara seperguruan?"teriak seseorang.

"Kam Suheng sudah terlalu mengalah

kepadamu, tapi kau malah hendak

menunjukkan Keliaranmu di perguruan

terhormat in?!" sahut lainnya.

"Tangkap dan hajar dia!"

"Hadapkan kepada Ketua!"

"Cacadkan tangannya yang kejam!"

Liu Beng menjadi kebingungan

menghadapi keadaan tak terduga itu. Ia tidak

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 454

Rewriter & Pdf Maker : OZ

takut berkelahi dengan siapapun, tapi segan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapatkan musuh baru sebanyak itu. Tapi

bagaimana meredakan kemarahan teman
teman Kam Hun-siong itu?

Waktu itulah serombongan murid Ki
lian-pai lainnya berdiri dan berbondong
bondong masuk arena pula. Tapi kali ini adalah

sahabat-sahabat Liu Beng yang memang sudah

lama tidak senang kepada tingkah Kam Hun
siong dan teman-temannya. Sahabat yang

dihasilkan oleh keterbukaan dan saling

pengertian, ternyata tidak kalah banyaknya

dari "sahabat" yang didapat karena uang Kam

Hun-siong.

Dipimpin Lim Siu-seng,rombongan yang

memihak Liu Beng ini sudah menggulung

lengan baju dan siap membela Liu Beng.

Dengan demikian Lona-jiu satu lawan satu

akan berubah menjadi Loan-jiu secara masal.

Lim Biu-seng berteriak mengatasi suara

teman-teman Kam Hun-siong, "Liu Sute hanya

membela diri, karena Kam Suheng lebih dulu

menyerang dengan jurus berbahaya!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 455

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Benar! Memangnya hanya Kam Suheng

yang boleh berbuat kejam, dan lain-lainnya

harus tunduk untuk diperlakukan seenaknya?

Kalau kita hendak dicelakai orang, kita berhak

membela diri bagaimanapun caranya!"

Debat dengan mulut sudah semakin

panas, dan kini tinju-tinju sudah siap untuk

dijotoskan. Untung di antara kedua belah pihak

tidak ada yang membawa pedang...

Saat baku hantam hendak meledak,

terdengarlah bentakan keras, "Semua harap

menahan diri!"

Yang berteriak itu adalah Ceng Sin
tong, murid paling tua dari Sepuluh Murid

Terbaik yang punya cukup wibawa untuk

mengendalikan suasana panas itu. Apalagi

Ceng Sin tong juga tidak sendirian tetapi punya

"pengikut" yang kalau perlu bisa bertindak

keras.

Setelah semua perhatian tertumpah

kepadanya, Ceng Sin-tong berkata, "Kalian

senua seperti anak kecil yang rebutan layang
layang saja! Kam Hun-siong maupun Liu Beng

sama-sama bersalah. Kam Hun-siong

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 456

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menyerang dengan ganas tanpa mengingat

bahwa Liu Beng adalah saudaranya, sedangkan

Liu Beng juga membela diri dengan cara yang

kelewat keras. Aku akan menghadap Ketua

untuk melaporkan peristiwa ini, tapi awas

kalau ada di antara kalian yang mulai

membuat keributan lagi!"

Semua pihak bungkam, tertindih oleh

wibawa Ceng Sin-tong.

Kelompok Kam Hun-siong kurang puas

karena mereka ingin menghukum "kesalahan"

Liu Beng seberat-beratnya, namun mereka

tidak berani menentang Ceng Sin-tong.

Terpaksa mereka membubarkan diri, demikian

pula Lim Siu-seng dan teman-temannya yang

membela Liu Beng.

Beberapa hari kemudian, peristiwa di

lapangan latihan itu sudah dilupakan semua

orang, namun belum oleh Kam Hun-siong.

Peristiwa itu sudah membuktikan bahwa ia

tidak bisa mengalahkan Liu Beng yang baru

berlatih empat bulan itu. Yang lebih

menyakitkan hati Kam Hun-siong adalah ketika

di antara saudara-saudara seperguruannya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 457

Rewriter & Pdf Maker : OZ

diam-diam banyak yang diam-diam menjuluki

Liu Beng sebagai "Murid Terbaik yang ke

Sebelas." Tentu saja ada yang tidak senang,

tapi yang tidak senang itupun tidak berani

menantang Liu Beng secara terang-terangan,

kuatir jangan-jangan malah kehilangan pamor

seperti Kam Hun-siong.

Hari-hari lewat, dan Liu Beng semakin

bersemangat menggembleng dirinya. Hari
harinya dihabiskan dengan latihan bersama

saudara-saudara seperguruannya, berlari-lari

di lereng gunung, memukul dan menendang

kantong pasir sehingga sekarang sepasang

tangan dan sepasang kakinya merupakan

empat buah palu godam yang sangat

berbahaya. Jurus-jurusnya pun semakin

matang dan tidak lagi ngawur.

Si "kacung hina" dari Liu-keh-chung itu

kini tak seorangpun berani meremehkannya

lagi. Ilmu silatnya sudah sejajar dengan

Sepuluh Murid Terbaik, dan persahabatannya

dengan puteri Ketua Ki-lian-pai semakin

mendalam. Kam Hun-siong yang sering

menepuk dada sebagai "calon menantu Ketua

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 458

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Ki-lian-pai" itu kedudukannya semakin

terancam.

Keinginannya untuk menyingkirkan Liu

Beng jadi semakin mendesak, dan Kam Hun
siong tidak akan segan menggunakan cara

apapun. Dari depan atau dari belakang, tapi ia

memilih dari belakang lebih dulu.

Pada suatu malam, ketika Liu Beng baru

kembali dari ruang latihan di mana ia baru saja

memukul kantong pasir duaribu kali, ia

berjalan langsung ke kamarnya dengan

pakaian basah oleh keringatnya.

Begitu ia masuk ke kamarnya, ia

terkejut melihat Le Bun-hiang sudah berada

dalam kamarnya. Le Bun-hiang adalah seorang

murid perempuan Ki-lian-pai yang

kecantikannya, bentuk tubuhnya maupun

gerak-geriknya bisa membuat kaum lelaki

tergoncang imannya.

Kehadiran Le Bun-hiang di kamarnya

membuat Liu Beng heran, apalagi pada malam

hari. Tempat tinggal murid-murid lelaki dengan

murid-murid perempuan dipisahkan dinding

yang tinggi, untuk menjaga, jangan sampai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 459

Rewriter & Pdf Maker : OZ

terjadi hal tercela yang bisa menodai nama

perguruan. Entah bagaimana Le Bun-hiang bisa

menerobos sampai ke situ?

Karena dalam urut-urutan murid-murid

Ki-lian-pai Le Bun-hiang adalah kakak

seperguruannya, maka Liu Beng lebih dulu

memberi hormat sambil menyapa, "Selamat

malam, Le Suci. Ada keperluan apa Suci

menemui aku?"

Sambil melepaskan kerlingan matanya

yang memikat, Le Bun-hiang menjawab, "Aku

hanya ingin melihat bagaimana luka-lukamu

setelah beberapa har yang lalu berkelahi

dengan Kam Suheng. Aku membawakan obat
obat untukmu, Sute..."

"Luka-lukaku sudah baik, Suci. Yo

Susiok sudah memberi aku obat-obatan lebih

daki cukup. Terima kasih atas perhatian Suci."

Tapi Le Bun-hiang, telah bangkit dari

duduknya dan dengan halus menarik Liu Beng

unt?k duduk di kursi, suatu hal yang tak

mungkin ditolak dengan kasar oleh Liu Beng.

Lalu jari-jarinya yang runcing dan berkulit

lembut itu mulai membuka kancing-kancing

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 460

Rewriter & Pdf Maker : OZ

baju Liu Beng satu demi satu. Sesaat mata

gadis itu menyala melihat otot-otot pundak

lengan dan dada yang kekar penuh kejantanan

itu. Lalu matanya meredup kembali sambil

berkata, "Biarpun kau bersemangat berlatih

silat, tapi jangan sampai mengabaikan

kesehatanmu, Sute."

Liu Beng seakan berubah menjadi orang

lumpuh dan bisu karena tidak tahu bagaimana

harus menghadapi kakak seperguruannya yang

sangat merangsang ini. Tangan-tangan Le

Bun-hiang dengan lembut membuka baju Liu

Beng dan mulai mengelap keringat Liu Beng

dengan sehelai handuk kecil. "Obat yang

diberikan oleh Yo Susiok tentu obat luka biasa
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja. Tapi aku membawa obat yang lebih baik

dari buatan Yo Susiok. Mari kuusapkan ke

tubuhmu. Ih, Kam Suheng benar-benar

keterlaluan..."

Di malam dingin dan sunyi, berdua

dalam kamar dengan seorang gadis macam Le

Bun-hiang tentu saja membuat pikiran Liu

Beng mulai menyeleweng ke arah yang bukan
bukan. Apalagi karena Le Bun-hiang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 461

Rewriter & Pdf Maker : OZ

nampaknya sengaja membangkitkan nafsu Liu

Beng. Sambil menggosokkan obat luka ke

bagian depan tubuh Liu Beng, Le Bun-hiang

menempelkan dadanya ke punggung Liu Beng

dan tangannya melingkari tubuh kekar itu.

Jantung Liu Beng berdenyut tak karuan apalagi

ketika ingat kenangan manis bersama Liu

Giok-eng di Liu-keh-chung. Bagaimanapun

juga dia adalah seorang lelaki muda yang

sehat jiwa dan raganya, bukan seorang

pertapa yang sudah tidak menghiraukan

rangsangan-rangsangan jasmaniah.

Ternyata bukan hanya Liu Beng yang

semakin "terbakar", tapi juga Le Bun-hiang

sendiri. Ia sebenarnya sudah bukan seorang

gadis lagi, sebab sudah berhubungan dengan

beberapa lelaki termasuk Kam Hun-siong,

namun tubuh yang sejantan Liu Beng belum

pernah dilihatnya sehingga diapun mulai

terangsang.

Napasnya memburu, tangannya seperti

dua ekor lintah besar yang membelit kuat leher

dan pundak Liu Beng. Karena ia merasa Liu

Beng tak bakal menolaknya, maka Le Bun
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 462

Rewriter & Pdf Maker : OZ

hiang dengan beraninya berkata, "Aku ingin

bersamamu malam ini, Liu Sute..."

Dengan sebelah tangannya sendiri ia

lepaskan bajunya dengan trampil karena sudah

terbiasa...

Tapi tindakannya itu justru membuat

kesadaran Liu Beng muncul seperti kilat di

benaknya yang sudah mulai keruh oleh nafsu.

Ia tiba-tiba teringat kepada kakak seperguruan

perempuan lainnya yang amat dihormatinya,

Auyang Siau-hong, dan sadar bahwa perbuatan

nista dengan Le Bun-hiang akan berarti

berkhianat terhadap Auyang Siau-hong.

Tiba-tiba Liu Beng mendorong tubuh Le

Bun-hiang yang sudah setengah lanjang itu

sehingga jatuh dari kursi. Katanya gemetar,

"Jangan, Suci. Kita adalah murid-murid

perguruan terhormat, dan harus menjunjung

tinggi kehormatan itu..."

Namun Le Bun-hiang benar-benar

sudah nekad. Begitu bangkit dari lantai,

dengan tangkas ia sudah melepaskan semua

pakaiannya sendiri dan tak tersisa

selembarpun. Dengan rengekan yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 463

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menggoncangkan hati itu ia berkata, "Biarpun

murid-murid perguruan terhormat, namun kita

adalah manusia biasa yang membutuhkan

pengalaman ini untuk menyegarkan jiwa kita.

Sute, jangan menunda lagi..."

Liu Beng memutar tubuhnya untuk

membelakangi Le Bun-hiang. Ia kuatir kalau

menyaksikan tubuh kakak seperguruannya,

pertahanan batinnya akan runtuh. Sedangkan

tanpa melihat, hanya melihat bayangan tubuh

Le Bun-hiang di tembok, ia hampir tak bisa

menguasai dirinya.

Dengan mengerahkan kekuatan

batinnya, Liu Beng melangkah ke pintu untuk

meninggalkan tempat itu. Tapi ia masih kalah

cepat, tubuh Le Bun-hiang tiba-tiba telah

melekat di punggungnya dan memeluknya dari

belakang. Desah napasnya terasa di tengkuk

Liu Beng "Hendak kemana, Sute? Kejam benar

kau tinggalkan aku kedinginan di sini..."

Benar-benar ujian maha berat buat Liu

Beng. Tubuh yang menempel punggungnya itu

begitu halus, hangat dan kenyal, membuat

darah Liu Beng mengalir cepat. Tapi ia masih

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 464

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 465

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sanggup berkata dengan nada yang tegar,

"Kalau Suci ingin di sini, silahkan. Aku akan

numpang tidur di tempat Suheng Lim Siu-seng

saja."

Betapa tersinggung Le Bun-hiang

mendengar penolakan itu. Selamanya ia

bangga akan kecantikan dan daya tariknya,

tapi saat itu dia sampai sudah "banting harga"

dengan mencopot semua penutup badannya,

Liu Beng belum juga berhasil ditaklukkannya.

Sebenarnya ia disuruh Kam Hun-siong hanya

untuk menjebak dan memfitnah Liu Beng, tapi

nafsunya sendiri sudah terlanjur meloncat dan

ingin bermain cinta lebih dulu. Tetapi rencana

yang tersusun rapi itu agaknya membentur

batu karang.

Gagal mengajak Liu Beng, Le Bun-hiang

langsung melangkah ke tahap berikutnya.

Tiba-tiba dia menotok pinggang Liu Beng

sehingga Liu Beng lemas, lalu ia berteriak
teriak, "Tolong... tolong... ada murid cabul!"

Teriakan itu menggema di malam sunyi.

Liu Beng hendak meronta tapi tenaganya

sudah lenyap karena totokan tadi, dan tangan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 466

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Le Bun-hiang telah melucuti celana Liu Beng

sehingga ia tinggal memakai celana pendek

saja.

Urutan kejadian berikutnya tidak masuk

akal Liu Beng. Sehabis reda teriakan Le Bun
hiang, mestinya ada suara orang yang berlari
lari datang lebih dulu. Tapi yang ini tidak.

Begitu ada teriakan, begitu pintu didobrak dari

luar dan Kam Hun-siong dengan beberapa

teman-teman sekomplotannya sudah masuk

dengan pedang terhunus. Teranglah bahwa

Kam Hun-siong sekalian sudah menunggu di

sekitar kamar Liu Beng sejak tadi, seperti

pemancing ikan yang dengan sabar menunggu

umpannya dicaplok sang ikan.

"Apa yang terjadi?!" teriak Kam hun
siong dengan lagak marah.

Le Bun-hiang menjawab sambil

menangis terguguk-guguk, "ToLonglah, Kam

Suheng...kacung...hina ini...hendak

memerkosa aku...hu-hu-hu..."

"Bohong! Bohong!" teriak Liu Beng

membantah. Tapi ia bukan seorang yang pintar

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 467

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bicara, kecuali kedua kata "bohong" tadi, dia

tidak bisa mengucapkan kata-kata lainnya

karena marah dan gugupnya.

Jeritan Le Bun-hiang tadi telah

membangunkan penghuni Ki-lian-pai yang

rata-rata sudah tidur. Orang-orang segera

berdatangan dan berdesak-desaka merubung

kamar Liu Beng, bukan saja untuk mengetahui

apa yang terjadi, tapi juga untuk menonton Le

Bun-hiang yang berjongkok di sudut tembok

tanpa selembar benangpun di tubuhnya. Dan

kedua telapak tangan Le Bun-hiang sungguh

sangat tidak cukup untuk menutupi seluruh

tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" Ceng Sin-tong

muncul pula di ruangan itu setelah

menyibakkan orang-orang yang berjubel-jubel

di pintu. Matanya masih kelihatan mengantuk,

namun darahnya berdesir ketika melihat Le

Bun-hiang.

Kam Hun-siong menudingkan

telunjuknya yang masih dibalut kain itu ke

arah Liu Beng, "Si pahlawan besar dari Liu
keh-chung itu agaknya merasa bahwa jasanya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 468

Rewriter & Pdf Maker : OZ

terlalu besar, sehingga berani berbuat apa saja

yang dikehendakinya di perguruan kita yang

tidak dipandangnya sebelah mata ini...."

"Bohong! Bohong!" lagi-lagi cuma

perkataan itu yang meluncur dari mulut Liu

Beng. Namun alangkah sulitnya meyakinkan

pendengar-pendengarnya, apalagi karena

orang-orang sudah melihat celananya

melorot...

Kerumunan menyibak sekali lagi. Ketua

Ki-lian-pai disertai anak isterinya dan beberapa

sesepuh perguruan telah datang pula ke

tempat itu, karena Kiang Hun-hou baru saja

melaporkan adanya "pemerkosaan" dengan Liu

Beng sebagai pelakunya.

Munculnya Ketua Ki-lian-pai membuat

Kam Hun-siong tidak berani terlalu banyak

bicara lagi. Ia lebih mempercayakan kepada Le

Bun-hiang yang diharap akan berperan cukup

baik dalam "sandiwara" yang sudah

digariskannya itu.

Melihat pakaian Liu Beng tidak beres,

Ketua Ki-lian-pai dan para sesepuh

mengerutkan keningnya, sedangkan Liu Giok
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 469

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kiau dan Auyang siau-hong memalingkan muka

ke arah lain dengan sikap canggung. Apalagi

melihat Le Bun-hiang yang masih meringkuk di

pojok dengan sikap "menyesal" dan "sangat

takut".

Melihat kedatangan Auyang Peng-hong,

Le Bun-hiang kembali mena- ngis dan

meratap, "Ciangbunjin (Ketua), aku mohon

keadilan untuk diriku yang tak berdaya ini. Liu

Beng hendak memaksa aku, menodai aku..."

Yang tertusuk hatinya adalah Auyang

Siau-hong. Selama ini ia telah merasa hatinya

semakin dekat dengan Liu Beng, kagum

kepada kejujuran dan kegagahan bekas kacung

dari Liu-keh-chung ini. Ia ingin tidak percaya,

nyatanya keadaan di ruangan itu memperkuat

tuduhan ke arah diri Liu Beng. Tidak ada bukti

lain yang meringankan.

Maka ruangan itu menjadi tegang

menunggu keputusan Ketua Ki-lian-pai. Tapi

sebelum mengucapkan keputusannya, lebih

dulu sang Ketua menyuruh Le Bun-hiang agar

berpakaian dulu.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 470

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Baiklah, Ciangbunjin," sahut Le Bun
hiang dengan sikap seolah-olah sangat malu.

Tapi hatinya senang dan bangga bukan main,

sebab ia tahu puluhan pasang mata lelaki

sedang melihatnya seperti kucing kelaparan

melihat ikan asin di atas meja.

Sebagai seorang perempuan yang mahir

memikat lelaki, bahkan gayanya ketika

memunguti pakaian dan memakainya itupun

mampu membikin melotot para penontonnya,

meskipun Le Bun-hiang melakukannya seolah
olah takut dan gugup.

Bahkan beberapa sesepuh Ki-lian-pai

yang rambutnya sudah ubanan dan pipinya

sudah kempot pun mendadak menyesal

kenapa mereka bukan lagi anak-anak muda.

Mereka merasa kurang leluasa kalau melotot

terang-terangan ke arah Le Bun-hiang, bisa

menjatuhkan wibawa mereka. Mereka

menghadap ke arah lain, tetapi ujung mata

mereka terus berusaha mengamati Le Bun
hiang sampai matanya terasa pegal, namun

pemandangan luar biasa itu tidak boleh

dilewatkan begitu saja.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 471

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Le Bun-hiang selesai berpakaian dan

para penonton lelaki sangat menyesal kenapa

semuanya berlangsung begitu cepat.

**OZ**

Bersambung ke jilid 09

Pojok Dukuh, 19-09-2018; 21:30 WIB

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 472

Rewriter & Pdf Maker : OZ

TEROR ELANG HITAM

Karya : STEVANUS, S.P.

Jilid 09

"CERITAKAN kejadiannya," perintah

ketua Ki-lian-pai kepada Le Bun-hiang.

Diselingi isak tangisnya, Le Bun-hiang

mulai mendongeng. Katanya ia baru saja

kembali dari balik dinding yang memisahkan

tempat tinggal bagian lelaki dan bagian

perempuan, tahu-tahu Liu Beng muncul dan

merayunya. Karena ia menolak, Liu Beng lalu

memaksanya, membekap mulutnya dan

'menggotongnya ke kamarnya. Le Bun-hiang

mengaku agak lambat berteriak minta tolong

"karena takutnya." Lalu cerita pun ditutup

dengan tangisan yang begitu memilukan.

Kam Hun-siong puas sekali melihat

sandiwara Le Bun-hiang, ia yakin kali ini Liu

Beng tidak akan lolos dari perangkapnya.

Ketika Ketua Ki-lian-pai mengalihkan

pandangannya kepada Liu Beng, buru-buru Liu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 473

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Beng berlutut sambil menjawab, "Apa yang

dikatakan pela...eh, Le Suci itu tidak benar

semuanya. Murid baru saja berlatih memukul

se-pao di ruang latihan barat, dan ketika

kembali ke kamar tahu-tahu Le Suci sudah di

sini dan hendak merayu murid..."

"Bohong! Bohong!" Le Bun-hiang

meminjam kata-kata Liu Beng tadi untuk

membantah. "Liu Sute, kau memfitnahku

menganggap aku ini perempuan murahan yang

tak tahu malu dan suka mengejar lelaki?

Apalagi lelaki itu cuma seorang kacung hina

seperti dirimu!"

Darah Liu Beng menggelegak

mendengar ucapan yang menyakitkan hati itu.

Namun karena marahnya, ia malah seolah

menjadi bisu. Ribuan kata-kata hanya berjejal
jejal dalam tenggorokannya dan tidak ada satu

pun yang mampu keluar lewat bibirnya.

Mukanya pucat dan merah padam berganti
ganti.

"Ada yang menjadi saksi mata tindakan

Liu Beng?" tanya Auyang Peng-hong.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 474

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dengan isyarat tak kentara, Kam Hun
siong memerintahkan salah seorang

komplotannya untuk menjadi saksi palsu.

Murid itu bernama Suto Beng, termasuk dalam

Sepuluh Murid Terbaik, sehingga ucapannya

diharapkan akan lebih berbobot dari murid
murid biasa.

Suto Beng segera maju ke depan,

memberi hormat kepada Ketua Ki-lian-pai dan

berkata dengan gayanya yang mantap sekali,

"Ciangbunjin, tadi dari kejauhan memang aku

secara tidak sengaja memang melihat Liu Sute

bercakap-cakap dengan Le Sumoai di dekat

dinding pembatas. Tadinya aku kurang

menaruh perhatian, sebab aku enggan

mencapuri percakapan yang mungkin bersifat

sangat pribadi. Tak lama kemudian aku

mendengar jeritan Le Sumoai dari arah kamar

ini..."

Seperti disambar geledek ketika Liu

Beng mendengar itu. Selama ini hubungannya

dengan Suto Beng cukup wajar, tidak terlalu

akrab, juga tidak dingin. Liu Beng

menghormatinya sebagai kakak seperguruan,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 475

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tak terduga sekarang Suto Beng tega

memfitnahnya.

Lalu berturut-turut tampil pula beberapa

orang yang menyatakan "melihat sendiri

kejahatan Liu Beng", merekalah orang-orang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sudah diberi hadiah oleh Kam Hun-siong.

Kini Liu Beng terjepit tidak bisa lolos lagi.

Kam Hun-siong bersorak kemenangan

dalam hati, ia hampir pasti bahwa Liu Beng

akan mendapat hukuman berat. Dalam

peraturan Ki-lian-pai, menodai seorang wanita

baik-baik adalah kesalahan besar. Bisa jadi Liu

Beng akan dicacadkan sepasang tulang

pundaknya, lalu tidak diakui lagi sebagai murid

Ki-lian-pai.

Namun dalam keadaan terjepit macam

itu, Liu Beng tidak ditinggalkan sendirian oleh

sahabat-sahabat karibnya.

Lim Siu-seng segera maju ke depan dan

berbicara, "Ciangbunjin, kalau Liu Sute

dihukum, maka Le Suci juga harus dihukum

pula. Mungkin memang Liu Sute tergoda,

tetapi selama ini siapa yang tidak kenal

kegenitan Le Suci yang selalu berusaha

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 476

Rewriter & Pdf Maker : OZ

memikat murid-murid lelaki? Liu Sute adalah

lelaki biasa yang tentu punya kelemahan,

seperti kita semua juga punya kelemahan

serupa!"

"Benar! Benar!" beberapa murid

mendukung keberanian sikap Lim siu-seng itu.

Dari deretan belakang malah terdengar

teriakan, "Aku punya bukti Le Suci memang

genit sekali!"

Ketua Ki-lian-pai segera berkata, "Siapa

yang bicara itu? Maju ke depan!"

Sesaat keadaan jadi sunyi, orang yang

bicara di bagian belakang itu agak menyesal

bahwa mulutnya tak terkendali. Tapi ia tidak

berani menolak perintah Ketua Ki-lian-pai,

terpaksa ia maju ke depan dengan takut-takut.

Ia adalah seorang murid biasa bernama Ui

Liang, mukanya penuh dengan jerawat yang

besar-besar seukuran biji kedelai,termasuk

salah seorang teman baik Liu Beng.

Tiba didepan ketua Ki-lian-pai ia tunduk

kemalu-maluan tanpa bicara. Melihat sikapnya

itu, banyak orang menduga bahwa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 477

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kesaksiannya tentu merupakan suatu cerita

mesum.

"Kau tadi bilang bisa membuktikan

kegenitan Le Bun-hiang," kata Ketua Ki-lian
pai dengan wajah kereng. "Coba ceritakan."

"Hal ini...rasanya kurang pantas

dikatakan di sini..."

"Katakan saja. Semua yang melakukan

pelanggaran peraturan perguruan hrus dibeber

di muka orang banyak, agar pelakunya merasa

malu dan yang lainnya tidak berani meniru

kelakuannya. Ui Liang, aku perintahkan kau

bicara sekarang juga!"

Ratusan jerawat hitam dan merah di

wajah Ui Liang seakan hendak meltus

semuanya karena tegangnya wajahnya. Tiba
tiba ia berlutut sambil berkata, "Aku mohon

ampun kalau ucapanku kurang pantas..."

"Ceritakan!"

"Pada suatu hari aku berpapasan

dengan Le suci di lorong dekat penyimpanan

kayu bakar, lalu...lalu...tanganku yang

terkutuk ini meremas dada Le suci. Ternyata ia

tidak marah, malah tertawa kepadaku..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 478

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Beberapa murid menahan tertawanya

kuat-kuat. Le Bun-hiang menggigit birnya.

Beberapa sesepuh rupanya agak menyesal

kenapa bukan mereka pelaku di lorong kayu

bakar itu...

"Kau boleh mundur," Ketua Ki-lian-pai

mengibaskan tangannya. "Siapa lagi akan

bicara?" Tentu saja bukan Ui Liang melulu yang

pernah gerayangan tangannya di tubuh Le

Bun-hiang, tapi semuanya memilih tetap

bungkam.

Lalu Ketua Ki-lian-pai mengeluarkan

keputusannya, "Liu Beng dihukum dipecat dari

keanggotaan Ki-lian-pai dan diusir."

Hati Liu Beng terasa tenggelam

mendengar keputusan itu. Berarti ia harus

berpisah dengan Auyang siau-hong yang sudah

melekat di hatinya, berpisah dengan sahabat
sahabat baik yang selama ini mengalami susah

dan senang bersama-sama, kehilangan

kesempatan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang

lebih tinggi di Ki-lian-pai. Ia akan

bergelandangan di dunia persilatan seperti

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 479

Rewriter & Pdf Maker : OZ

seekor domba tersesat di padang belantara

yang dihuni serigala-serigala kelaparan.

Auyang Siau-hong berkaca-kaca

matanya, namun tetap membungkam. Ia tahu

keputusan ayahnya atas diri Liu Beng itu tidak

mungkin bisa dirobah.

Sementara itu, Kiang Hun-hou yang

sekomplotan dengan Kam Hun-siong itu telah

berkata, "Ciangbunjin, menurut peraturan

perguruan kita pasal ke enambelas, kejahatan

terhadap kehormatan serang wanita harus

dihukum dicacadkan tangannya seumur hidup

dan diusir dari Ki-lian-pai. Kenapa Liu Beng

hanya diusir saja dan tidak dicacadkan? Kalau

hukumannya seringan ini, tidakkah murid
murid lain akan tergoda untuk mencontoh

tindakan biadabnya di kemudian hari?"

Lim Siu-seng juga berbicara, "Tapi

kesalahan tidak bisa sepenuhnya ditimpakan

ke pundak Liu Beng, sebab..."

Ucapan terputus oleh Ketua Ki-lian-pai

yang tidak memberi peluang kepada murid
muridnya itu untuk bertengkar. "Peraturan

harus dijalankan dengan menimbang kesalahan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 480

Rewriter & Pdf Maker : OZ

dan jasa si terhukum. Mengingat Liu Beng

pernah berjasa mempertaruhkan nyawa

membela Liu-keh-chung, ia tidak usah

dicacadkan, cukup diusir saia. Untuk Le Bun
hiang, aku beri peringatan keras agar tidak

menggunakan tubuh dan wajahmu untuk

mengacau...

Le Bun-hiang menangis kembali, namun

banyak yang yakin bahwa tangisan itu cuma

sandiwara saja. Sedang Li Beng berlutut

dengan kepala tunduk. Sepatah-kata pun ia

tidak menyahut, sebab ia sadar bahwa dirinya

telah terjeblos sebuah perangkap yang sangat

rapi, membantah bagaimanapun kerasnya

tidak ada yang akan mempercayainya lagi.

"Hukuman mulai berlaku detik ini juga,"

kata Ketua Ki-lian-pai dengan tegas.

Padahal saat itu sudah tengah malam

lewat, itu berarti saat itu juga Liu Beng harus

meninggalkan Ki-lian-pai. Liu Beng merasa

nasibnya sangat buruk, tapi ia tidak sudi minta

ampun karena tahu pasti dirinya tidak

bersalah. Sekilas diliriknya Kam Hun-siong dan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 481

Rewriter & Pdf Maker : OZ

teman-temannya yang tersenyum dengan

sikap para pemenang.

Dengan mulut bungkam, Liu Beng

membenahi barang-barang miliknya yang

hanya berupa dua helai baju kasar yang lusuh

dan beberapa keping uang yang tidak cukup

untuk makan tiga hari. Sekali lagi ia memberi

hormat kepada Ketua Ki-lian-pai, isterinya dan

para sesepuh, melontarkan pandangan sedih

ke arah Auyang siau-hong dan saudara
saudara seperguruannya yang selama ini

bersahabat dengannya, lalu melangkah keluar

tanpa menoleh lagi.

Satu persatu orang-orang pun

meninggalkan kamar Liu Beng itu untuk

kembali tidur. Kam Hun-siong sengaja

bergerak paling akhir meninggalkan tempat itu.

Ia berbisik ke arah Le Bun-hiang tanpa

terdengar orang lain yang sudah pergi jauh,

"Permainan sandiwaramu sungguh hebat. Kau

bisa menjadi bintang panggung nomor satu di
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekaisaran ini."

Le Bun-hiang tidak menangis lagi,

malah dengan genit mencubit pinggang Kam

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 482

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hun-siong sambil berkata, "Tapi sepuluh tahil

emas yang kau janjikan jangan lupa lho..."

"Tentu saja tidak lupa," sahut Kam Hun
siong. "Besok sore datanglah ke dekat air

terjun di belakang gunung itu."

"Kenapa harus jauh-jauh di tempat itu?"

Le Bun-hiang pura-pura heran meskipun

sebenarnya sudah paham maksud Kam Hun
siong.

"Sebab tempat itu sepi dan rumputnya

tebal..."

"Ih!" Le Bun-hiang mencubit lagi. "Kalau

sekarang saja bagaimana?"

"Malam ini, aku dan beberapa teman

akan menyusul Liu Beng. Tapi kau jangan

bilang siapapun."

"Kau hendak membunuhnya?"

"Betul. Itulah satu-satunya cara

mencegah agar tidak ada kemungkinan dia

kembali ke Ki-lian-pai lagi."

"Sayang, dia begitu tampan, gagah dan

jantan..."

"Tapi ia harus mati. Nah, janga lupa

besok sore di belakang gunung."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 483

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Tapi kau jangan lupa minum obat

kuatmu lebih dulu. Jangan seperti beberapa

hari yang lalu, sebentar saja sudah loyo..." Le

Bun-hiang terkikik genit. Lalu berjalan

meninggalkan Kam Hun-siong yang menelan

ludahnya.

**OZ**

BAGIAN TUJUH

Tidak lama setealah Liu Beng berjalan

menembus malam yang gelap dan dingin

meninggalkan gedung Ki-lian-pai dengan luka

di hatinya, maka dari Ki-lian-pai muncul pula

tiga sosok bayangan hitam yang keluar dari

gedung dengan tingkah mirip maling. Mereka

keluar lewat pintu samping, berpakaian serba

gelap, dan membawa pedang.

Setelah agak jauh dari gedung

perguruan, barulah mereka berani berbicara.

Suara Kam Hun-siong terdengar, "Ayo kita

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 484

Rewriter & Pdf Maker : OZ

jalan lebih cepat sedikit. Jangan sampai kacung

keparat itu terlepas..."

Sahut Kiang Hun- hou, "Jangan

secemas itu, tentu ia berjalan tidak terlalu

cepat."

Ketiga orang itu adalah Kam Hun-siong,

Kiang Bun-hou dan Suto Beng yang hendak

mengejar dan melenyapkan sama sekali Liu

Beng. Mereka tidak rela Liu Beng sekedar

diusir dari perguruan dan rusak namanya. Bagi

Kam hun-siong, selama Liu Beng masih hidup,

biarpun di tempat yang jauh, rasanya masih

ada sebutir pasir di pelupuk matanya. Ia harus

mengamankan cita-citanya menjadi menantu

Ketua Ki-lian-pai dan kelak menggantikan

Auyang Peng-hong sebagai Ketua.

Ketika itu Liu Beng tengah melangkah di

jalan setapak dengan sedihnya. Tapi ia tidak

mendendam kepada Ketua Ki-lian-pai yang

menghukumnya, malah berterima kasih karena

ia sudah mendapat pelajaran silat selama

empat bulan. Pelajaran silat yang belum terlalu

tinggi, tapi sudah merupakan kemajuan pesat

dibandingkan ketika ia di Liu-keh-chung. Ia

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 485

Rewriter & Pdf Maker : OZ

maklum bahw Ketua Ki-lian-pai harus

menjalankan peraturan perguruannya tanpa

pandang bulu.

Namun betapapun sedih hatinya, ia

melangkah ke depan dan menatap jalannya

dengan pasti. Hanya di depan ada harapan,

biarpun harapun itu belum nampak, tapi ia

yakin sedang menyongsong ke arah itu.

Malam yang gelap toh selalu disusul

fajar yang cemerlang.

Baru saja ia sampai di kaki gunung Ki
lian-san, tiba-tiba didengarnya suara langkah

kaki memburu di belakangnya. Ia menoleh,

dan melihat tiga sosok bayangan

mendatanginya dengan pedang terhunus.

Jantung Liu Beng bergolak. Biarpun

malam gelap dan ia tidak bisa mengenali wajah

pengejar-pengejarnya itu, namun potongan

tubuh ketiga orang tiu ia sudah hafal. Menuruti

kemarahannya, ia ingin menghantam ketiga

orang itu, tapi akal sehatnya memperingatkan

bahwa ia yang tidak bersenjata itu tidak

mungkin melawan Kam Hun-siong bertiga yang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 486

Rewriter & Pdf Maker : OZ

membawa pedang. Satu-satunya jalan ialah

mengambil langkah seribu.

Kam Hun-siong bertiga tidak

membiarkan buruan mereka lolos, dengan

nafsu embunuh yang meluap-luap, mereka pun

mengejar, "Jangan lari, bangsat cabul!" teriak

Kiang Hun-hou. "Tunjukkan keberanian dan

kegagahan yang selama ini kau bualkan!"

Tapi Liu Beng tidak memperlambat

langkahnya. Kalau ia berhenti lalu melawan

tiga batang pedang dengan tangan kosong, itu

bukan tindakan gagah berani melainkan

tindakan maha tolol. Malah kini ia berlari

sambil menyusup-nyusup pepohonan sehingga

semakin sulit diburu Kam hun-siong bertiga.

Begitulah kejar mengejar berlangsung

seru di dalam hutan. Yang mengejar maupun

yang dikejar sama gigihnya, sampai akhirnya

terdengar Liu Beng mengaduh perlahan karena

kakinya tersandung akar pohon besar yang

menonjol di tanah. Lalu Kiang Hun-hou

berteriak, "Kemari! Aku sudah menemukan

bangsat itu!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 487

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Dengan menggertak gigi, Liu Beng

berusaha bangun untuk lari kembali, namun

pergelangan kakinya yang tersandung akar

pohon tadi terasa nyeri sekali. Sementara

langkah kaki pengejar-pengejarnya semakin

dekat.

Dalam kedudukan terjepit, semangat

juang Liu Beng berkobar. Biarpun harus mati,

tapi harus melawan sekuat tenaga lebih dulu,

jangan dibantai mentah-mentah begitu saja.

Dalam kegelapan, tangannya menggeragap ke

sekitarnya dan ditemukannya sepotong kayu

panjang seukuran lengannya sendiri. Senjata

darurat itu digenggamnya erat-erat untuk

menantikan musuh-musuhnya. Nyeri yang

berdenyut-denyut di pergelangan kakinya tidak

digubris.

Begitu melihat sesosok bayangan

muncul di dekatnya, kayunya terayun

menghantam kaki orang itu. Orang itu bukan

lain adalah Kiang Hun-hou, ia menjerit

kesakitan dan roboh. Lalu Liu Beng tambahkan

lagi satu gebukan yang membuat Kiang Hun
hou entah pingsan entah mampus.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 488

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tapi gerakan Liu Beng memberi

petunjuk bagi musuh-musuhnya. Suto Beng

segera menikam dari arah tak terduga yang

langsung melukai pundak Liu Beng, meskipun

yang diincar pedangnya sebenarnya jantung

Liu Beng.

Demikianlah, di tengah hutan itu terjadi

pertempuran satu lawan dua. Sebatang kayu

panjang melawan dua batang pedang saling

menyambar di tengah kegelapan. Kadang
kadang terdengar Kam Hun-siong atau Suto

Beng mengaduh apabila mereka dikenai kayu

Liu Beng. Di lain saat Liu Beng lah yang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdesis menahan sakit kalau ujung-ujung

pedang lawan-lawannya menggores badannya,

biarpun tidak telak namun membuat darahnys

terus menetes sehingga melemahkan

tubuhnya.

Makin lama Liu Beng makin sering

dikenai. Betapapun hebat kemajuan silatnya

selama empat bulan belakangan, tetapi

lawannya adalah dua orang dari Sepuluh Murid

Terbaik Ki-lian-pai. Namun sambil menggertak

gigi, Liu Beng melawan terus dengan gigih.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 489

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lebih sedetik hidupnya bisa diperpanjang,

sedetik pula ia akan berjuang untuk itu.

Tangannya yang menggerakkan kayu panjang

itu sudah pegal, pandangannya sudah mulai

kabur dan luka-luka di kulitnya terasa pedih

karena terkena keringat.

Ketika Liu Beng berhasil menangkis

sebuah tikaman Suto Beng, justru tendangan

Kam Hun-siong menyelonong dari arah lain dan

mengenai telak pinggangnya. Saat itu Liu Beng

terhuyung, maka Kam Hun-siong dan Suto

Beng berbareng melancarkan sergapan

mematikan.

"Sekali ini mampuslah aku," pikir Liu

Beng tak berdaya.

Namun nasibnya masih terhitung baik,

mendadak muncul pula seorang menolongnya.

Sesosok bayangan melompat keluar dari balik

pohon, dan hanya dengan sepasang tinjunya

yang digerakkan berturut-turut, Kam Hun
siong dan Suto Beng berhasil dipaksa mundur

teratur dengan rasa kaget.

Terdengar bayangan hitam itu

membentak kedua murid Ki-lian-pai itu dengan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 490

Rewriter & Pdf Maker : OZ

garang, "Minggatlah kalian! Jangan menunggu

sampai kesabaranku habis dan aku pecahkan

kepala kalian sampai berantakan!"

Tapi Kam Hun-siong tidak gampang

digertak begitu saja. "Siapa kau? Kau berani

mencampuri urusan murid-murid Ki-lian-pai?"

Sengaja ia menonjolkan nama

perguruannya untuk balas menggertak orand

tak dikenal itu.

Orang itu tertawa dingin, "Hem, hanya

murid Ki-lian-pai saja berani jual lagak di

hadapanku, Bahkan Ketua kalian, orang she

Auyang itu, juga tidak aku takuti!"

Lalu dengan gerakan yang nampaknya

acuh tak acuh saja, ia hantamkan telapak

tangannya ke sebatang pohon yang batangnya

sebesar paha manusia dewasa. Dengan suara

gemuruh hebat, pohon itupun patah batangnya

dan ambruk. Itulah kekuatan pukulan yang

bahkan tidak semua sesepuh K-lian-pai

memilikinya.

Terpaksa Kam Hun-siong dan Suto Beng

mengeloyor pergi dengan menggotong tubuh

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 491

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Kiang Hun-hou. Mereka tidak berani bercuit

lagi di hadapan musuh yang begitu lihai.

Setelah orang-orang Ki-lian-pai itu

lenyap dari pandangan, Liu Beng segera

memberi hormat kepada penolongnya,"Terima

kasih atas pertolongan tuan. Kalau aku boleh

tahu, siapa nama tuan yang mulia?"

Tak terduga sang penolong itu ternyata

bersikap tidak ramah sama sekali, "Tidak usah

berterima kasih, nanti setelah kau lihat

mukaku pasti kau akan berbalik sangat

membenciku. Aku juga tidak menolongmu

dengan cuma-Cuma..."

Liu Beng memang terkisap mendengar

suara itu. Suara yang bernada kebencian dan

permusuhan itu rasa-rasanya memang pernah

didengarnya, tapi ia lupa di mana dan kapan...

Sementara orang itu berkata lagi,

"Gulungan kulit kuno milik Liu Hok-tong itulah

yang aku minta sebagai imbalan pertolonganku

tadi. Kalau kau menolak, aku bisa menyiksamu

lebih keji dari murid-murid Ki-lian-pai tadi."

Sudah berbulan-bulan Liu Beng

melupakan gulungan kulit yang menjadi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 492

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pangkal malapetaka di Liu-keh-chung, dan kini

ia mendengarnya lagi ada orang yang masih

saja mencari-carinya. Gulungan kulit yang

palsu yang ada padanya itu sudah lama

dibakarnya karena dianggap tak berguna lagi,

sedang yang asli entah di mana sejak

tewasnya Liu Tek-san. Karena itu Liu Beng

memutar otak untuk memberikan jawaban

yang tepat terhadap orang itu.

"Cepat serahkan!" bentak orang itu.

"In-kong (tuan penolong), tidak ada

salahnya aku bicara terus terang kepadamu

karena aku berhutang budi atas pertolonganmu

tadi. Menjelang runtuhnya Liu-keh-chung,

memang benar Chungcu Loya menyerahkan

gulungan kulit kepadaku sebagai pembantu

kepercayaannya. Tapi itu hanya benda palsu,

tujuannya tak lain hanya untuk menyesatkan

arah orang-orang yang mencari benda yang

asli."

"Lalu yang asli di mana?!"

"Yang asli diserahkan kepada Siauya Liu

Tek-san, aku melihatnya sendiri Liu Tek-san

mati di Liu-keh-chung tanpa diketahui siapa

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 493

Rewriter & Pdf Maker : OZ

pembunuhnya, dan gulungan asli itupun ikut

lenyap tanpa jejak."

Si bayangan hitam itu menggeram

kecewa, tapi keterangan Liu Beng tidak

ditelannya mentah-mentah begitu saja. "Liu

Beng, kau kira aku ini anak kecil yang begitu

gampang kau bohongi? Lebih baik jangan

bicara berbelit-belit supaya kesabaranku tidak

habis. Kau kira pihak kami tidak tahu bahwa

sebelum Liu Hok-tong mati, dia sering bicara

secara rahasia denganmu? Hayo serahkan

benda itu!"

Diam-diam Liu Beng mengeluh dalam

hati, alangkah sulitnya membuat percaya

orang-orang atau pihak-pihak yang sudah

terlanjur diamuk nafsu serakah, ingin memiliki

barang yang bukan haknya.

"Aku benar-benar tidak tahu..."

Nampaknya si bayangan hitam itu

benar-benar habis kesabarannya, tiba-tiba ia

melompat maju dan menotok jalan darah Kui
jong-hiat di dada Liu Beng. Dan Liu Beng

segera merasakan akibatnya bukan kepalang

sampai ia menjerit dan bergulingan di tanah.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 494

Rewriter & Pdf Maker : OZ

"Di mana?! Jawab! Kau pasti tahu sebab

kau adalah orang kepercayaan Liu Hok-tong,

bahkan kau lebih dipercaya dari cucu laki
lakinya yang manapun juga, jangan kau kira

aku tidak tahu hal itu!"

Waktu itu Liu Beng semakin mengenal

suara orang itu, dan ia seolah bermimpi karena

tidak mempercayai pendengarannya sendiri ?

Benarkah orang itu? Kalau benar, alangkah

menakutkannya dunia ini, rasanya tak

seorangpun lagi yang pantas dipercayai...

"Aku...benar-benar... ti-.. tidak

ta...hu..." sahut Liu Beng sambil menggelosor
gelossor di tanah karena sakitnya.

"Jangan keras kepala, bangsat kecil!

Aku bisa membebaskan kau dari siksaan, tapi

bisa juga memperberat siksaan sampai berkali

lipat. Jawabanmu menentukan nasibmu

sendiri!"

Tapi karena benar-benar tidak tahu, Liu

Beng tetap saja menjawab tidak tahu.

Sebaliknya si Tuan Penolong yang sekarang

telah berubah menjadi Tuan Penyiksa itu tidak

kepalang kejamnya. Ia terus menyiksa Liu

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 495
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Beng dengan totokan-totokannya. Di

kegelapan hutan itu terdengarlah rintihan Liu

Beng yang mengenaskan. Beberapa kali Liu

Beng tak sadarkan diri karena tak tahan lagi,

tapi setiap kali pula orang itu menyadarkannya

hanya untuk disiksa dan ditanyai lagi.

Menjelang fajar, Liu Beng bukan cuma

setengah mati, tapi tiga perempat mati. Tapi

jawaban-jawabannya tetap saja membuat

kecewa si bayangan hitam.

Si bayangan hitam semakin kalap,

suatu saat ia begitu gemasnya sampai kedua

tangannya mencengkeram wajah Liu Beng

sehingga kulit wajah itu terasa pedih. "Kau

mau menjawab dengan benar atau tidak?! Atau

mesti kuhancurkan mukamu?!" geramnya

sengit sekali.

Saat itu Liu beng merasa seolah kulit

wajahnya hampir robek, mendadak dari pinggir

hutan terdengar langkah-langkah kaki dan

suara seseorang, "Losam, rasanya suara

rintihan tadi berasal dari sekitar sini..."

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 496

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Lalu suara jawaban, "Betul. Jangan
jangan ada teman kita yang kepergok musuh,

mari kita lihat!"

Suara langkah itu kian dekat. Si

bayangan hitam yang menyiksa Liu Beng

semalam suntuk itu buru-buru hendak

menyembunyikan Liu Beng, tapi Liu Beng lebih

dulu berteriak untung-untungan, siapa tahu

yang datang itu adalah orang baik hati yang

hendak menolongnya. "He, aku di sini!"

Belum lenyap gema suara Liu Beng, dua

sosok bayangan telah meluncur datang

bagaikan terbang, dan sekejap saja sudah tiba

di hadapan orang berkedok hitam itu. Yang

satu bertubuh agak pendek namun berotot

gempal, memakai paju pendek dan topi bulu

seperti dandanan orang Mongol, di ikat

pinggangnya terselip sebatang kampak

bertangkai pendek dan sebatang belati.

Satunya lagi seorang berusia setengah abad

namun masih tampan, berjubah seperti

sastrawan dengan potongan yang bagus,

tangannya memegang sehelai kipas hitam.

Orang yang ke dua ini meskipun kelihatan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 497

Rewriter & Pdf Maker : OZ

selalu tersenyum-senyum, namun sinar

matanya dingin dan kejam, membuat

senyumannya itu tidak mempermanis

wajahnya, sebaliknya malah menggidikan hati

siapapun yang melihatnya.

Ketika mengenal wajah kedua

pendatang baru itu, Liu Beng menyesal bahwa

tadi ia telah berteriak memanggil. Memang ia

mengharap penolong, tapi bukan kedua orang

yang sudah dikenalnya sebagai gembong
gembong Hek-eng-po tu. Mereka adalah Ho

Yu-yang dan Ong Sek-lai yang dulu

mempelopori serangan terhadap Liu-keh
chung.

Pepatah "lolos dari mulut macan

disambut mulut buaya" agaknya masih kurang

untuk menggambarkan nasib Liu Beng hari itu.

Mestinya, "dari mulut serigala, ke mulut

macan, lalu ke mulut buaya" dan entah ke

mulut apa lagi...

Waktu itu hari sudah hampir pagi dan

agak terang. Ho Yu-yang dan Ong Sek-lai juga

tercengang ketika mengenal Liu Beng yang

tergeletak di rerumputan. Ong Sek-lai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 498

Rewriter & Pdf Maker : OZ

menggamit pundak Ho Yu-yang dengan tangan

kiri dan menuding Liu Beng dengan kipas di

tangan kanannya, "Eh, bukankah itu si kacung

Liu-keh-chung yang dulu berhasil lolos dari kita

gara-gara ikut campurnya bangsat kecil Kiong

Eng itu?"

"Betul. Kabarnya ia menjadi murid Ki
lian-pai. Kini kita tidak usah susah-susah lagi

menggerebek Ki-lian-pai, ringkus saja dia

sekarang dan tanyai di mana benda yang kita

ingini!"

Kedua pentolan Hek-eng-po itu bicara

seenaknya sambil tertawa-tawa, seolah-olah

Liu Beng hanyalah barang di atas meja yang

tinggal diambil saja. Orang berkedok yang

menjaga di samping Liu Beng itu dianggap

enteng sama sekali.

Orang berkedok itupun menggeram

marah sambil mencabut pedangnya. Katanya,

"Hem, selama aku ada di sini, jangan harap

bisa membawa Liu Beng!"

Pela-pelan Ho Yu-yang pun melolos

sepasang senjata yang terselip di pinggangnya.

"Eh, manusia yang tak berani menampakkan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 499

Rewriter & Pdf Maker : OZ

muka, kau berani menentang Hek-eng-po?

Siapapun dirimu, menentang Hek-eng-po sama

dengan bosan hidup!"

Tapi si manusia berkedok tidak ingin

mundur sedikitpun. Sudah lama ia

mendambakan gulungan kulit yang konon

berisi pelajaran silat tingkat tinggi dan

keterangan tentang benda itu akan

didapatkannya dari mulut Liu Beng.

Sementara Ong Sek-lai juga telah

menggertak, "Nah, daripada harus bermusuhan

dengan Hek-eng-po, serahkan kacung itu

kepada kami!"

Dan tanpa minta ijin lagi, segera ia

mendekati Liu Beng dan sudah mengulurkan

tangannya untuk mencengkeram tubuh Liu

Beng. Tapi ia buru-buru menarik tangannya

ketika pedang orang berkedok itu berkelebat

membabat ke tangannya.

"Eh, berani melawan?" teriak Ong Sek
lai.

Sahut si rang berkedok "Hek-eng-po

tidak membuatku gentar sedikitpun. Kalianlah

yang harus minggat dari depanku!"

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 500

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Begitu ucapan orang itu selesai, Ong

Sek-lai telah melipat kipas besinya dan

mengayunkan mendatar ke pinggang orang itu

dengan gerakan Heng-sau-jian-k?n (Menyapu

Seribu Prajurit). Sungguh luar biasa bahwa

kipas yang nampaknya ringan itu ketika

digerakkan telah menimbulkan suara menderu

hebat.

Dengan tangkas orang berkedok itu

menarik kakinya selangkah mundur, namun

pedangnya balas menikam dengan gerakan

secepat patukan ular, memaksa Ong Sek-lai

mundur dengan kaget.

"Ha, kiranya ilmu pedang Ki-lian-pai!"

serunya ketika mengenali jurus pedang orang

berkedok tadi.

Ho Yu-yang y?ng melihat dari samping

juga berteriak pula, "Bagus, kiranya Lam-ih
kiam-khek (Jago Pedang Berbaju Biru) Auyang

Peng-hong juga suka main sembunyi-sembunyi

di balik kedok. Auyang Ciangbunjin, buka saja

kedokmu, kami sudah tahu!" Liu Beng yang

masih tergeletak lemah di rerumputan itu

terkejut mendengat seruan kedua pentolan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 501

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Hek-eng-po itu. Benarkah orang berkedok

yang telah menyiksanya semalam suntuk

dengan cara keji itu adalah Ketua Ki-lian-pai

yang dihormati dan dihargainya? Bukankah

tadi orang berkedok itu menggertak Kam Hun
siong dan Suto Beng dengan mengatakan

"tidak takut kepada Ketua Ki-lian-pai"?

Ataukah kata-katanya tadi cuma untuk

berpura-pura di hadapan murid-muridnya

sendiri? Jika benar orang berkedok itu adalah

Ketua Ki-lian-pai, kepada siapa si lemah bisa

berlindung, kalau tempat berlindungnya

ternyata adalah sarang serigala berbulu

domba?
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang berkedok itu berdiri termangu
mangu dan menghentikan serangannya. Ia

merasa agak di luar dugaan bahwa sejurus

ilmu pedangnya tadi dapat ditebak oleh kedua

pentolan Hek-eng-po itu. Sadarlah ia bahwa

kedua orang Hek-eng-po itu cukup lihai

matanya, namun orang berkedok itu tetap

yakin bisa membunuh kedua tokoh Hek-eng-po

itu demi menutup rahasianya. Perlahan-lahan

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 502

Rewriter & Pdf Maker : OZ

tangan kirinya terangkat ke wajahnya untuk

membuka kedoknya sendiri.

Liu Beng menatapnya dengan tegang.

Mengharap wajah di balik kedok itu bukanlah

wajah tokoh yang dikaguminya seperti dewa

yang berhati emas, ayah dari gadis yang

menghuni hatinya. Tapi hati Liu Beng

terbanting hancur luluh ketika melihat kedok

itu telah terbuka, ternyata benar-benar Auyang

peng-hong.

Ketua Ki-lian-pai yang sehari-harinya

berwajah agung dan berwibawa itu, kini

tampangnya sama menakutkannya dengan

tampang serigala rakus.

Auyang Peng-hong sendiri sudah

bertekad bahwa di tengah hutan itu Ho Yu
yang, Ong Sek-lai dan Liu Beng harus

dibunuhnya semua karena telah mengetahui

kejahatannya. Tapi Liu Beng akan dibunuhnya

paling akhir, setelah menyebutkan di mana

gulungan kulit kuno. Setelah mendapat

gulungan itu, Auyang Peng-hong akan diam
diam mempelajari ilmu silat dalam gulungan

itu, sambil tetap memakai kedoknya sebagai

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 503

Rewriter & Pdf Maker : OZ

seorang pendekar yang terhormat di dunia

persilatan.

Pedang di tangan Auyang Peng-hong

teah terangkat dan bergetar, siap menjadi alat

dari nafsu membunuhnya.

Tetapi Ho Yu-yang dan Ong Sek-lai juga

tidak gentar, biarpun mereka sadar bahwa

melawan Ketua Ki-lian-pai itu bukan pekerjaan

ringan. Menantu Liu Hok-tong itu memiliki ilmu

yang lebih tinggi dari Liu Hok-tong sendiri,

namanya cukup dikenal di dunia persilatan.

Sesaat tempat itu diliputi suasana

tegang, tiga manusia dengan senjata-senjata

terhunus sudah siap saling bantai demi

memperebutkan Liu Beng. Ketiganya sama
sama tidak berani melakukan langkah gegabah

yang bisa membahayakan diri sendiri.

Liu Beng melihat dengan tegang pula,

namun diam-diam ia mengerahkan kekuatan

dirinya sendiri dan menanti peluang untuk

kabur. Ia akan biarkan ketiga orag itu

bertempur dulu, saat itulah ia berbarap ada

kesempatan menyelamatkan dirinya. Siapapun

pemenang pertarungan itu nanti, nasib dirinya

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 504

Rewriter & Pdf Maker : OZ

akan sama saja. Disiksa dan ditanyai sesuatu

yang ia sendiri tidak tahu jawabannya.

Sementara Auyang Peng-hong telah

membuka pertempuran dengan jurus Tan
hong-tiau-yang (burung hong sendirian

menghadap matahari) ke leher Ho Yu-yang.

Ketika lawan menghindar mundur, dengan

ganas Ketua Ki-lian-pai mengejarnya dengan

gerakan Pek-ho liang-ci (bangau putih

membuka sayap) untuk menikam pinggang

lawan. Ketangkasannya sebagai jago pedang

ternama memang tidak mengecewakan.

Dari samping, Ong Sek-lai telah

menerjang. Kipasnya dengan jurus Cun-lui-ce
tong (guntur meledak di musim semi), sesuai

namanya, seperti musim semi yand indah

namun mendadak guntur meledak dengan

hebatnya. Permainan silat kipas biasanya

lembut dan halus, atau lincah, namun Ong

Sek-lai justru memperagakan jurus jurus yang

keras dan garang. Kipasnya itu terbuat dari

besi pilihan yang tidak takut rusak biarpun

berbenturan dengan golok atau toya besar.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 505

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Cepat Auyang Peng-hong memutar

badan sambil memalangkan pedangnya, untuk

menahan kipas Ong Sek-lai, sementara

kakinya menendang ke siku tangan Ong Sek
lai.

Ketangkasan Ketua Ki-lian-pai itu

memang luar biasa, tapi kedua lawannya pun

bukan jagoan-jagoan kelas kambing. Kalau

bertempur satu lawan satu, baik Ho Yu-yang

maupun Ong Sek-lai tak akan bisa

mengalahkan ketua Ki-lian-pai. Tapi mereka

maju berbareng, Ketua Ki-lian-pai harus sangat

waspada menghadapi sepasang saudara

angkat bekas begal di gurun pasir itu.

Begitulah, bersamaan dengan

menyorotnya sinar matahari pagi yang

sinarnya menerobos daun-daunan di hutan,

pertempuran satu lawan dua itu semakin

sengit.

Ilmu pedang Ki-lian-pai memang pantas

disejajarkan dengan ilmu-ilmu pedang ternama

lainnya. Begitu Ketua Ki-lian-pai

mengumpulkan semangatnya dalam gerakan

pedangnya, maka tubuhnya seakan terbungkus

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 506

Rewriter & Pdf Maker : OZ

bayangan pedangnya yang menari-nari seperti

selendang perak. Kadang-kadang bayangan

pedangnya sepert seekor ular yang membelit

dan mematuk dengan cepatnya, di lain saat

bergerak lurus dan garang seperti tubrukan

seekor harimau tutul, atau menderu seperti

prahara.

Ho Yu-yang dan Ong Sek-lai, harus

menghadapi ilmu pedang yang dahsyat ini

dengan sungguh-sungguh, tanpa boleh lengah

sekejap pun. Menghadapi Auyang peng-hong

tidak sama dengan menghadapi Liu Hok-tong

dan jago-iago keluarga Liu lainnya yang hanya

menjagoi di wilayah kecil sekitar kota Lok
yang.

Sebaliknya Ketua Ki-lian-pai tidak kalah

waspadanya. Ho Yu-yang memainkan kampak

pendek dan pisau belatinya dengan amat lihai.

Dua senjata yang berbeda gaya permainannya,

tetapi dimainkan oleh Ho Yu-yang seolah ia

punya dua otak di kepalanya. Kampak adalah

senjata berat yang bertenaga, gerakannya

keras tanpa memerlukan tipu-tipu yang rumit,

semuanya serba langsung dan kuat. Sedang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 507

Rewriter & Pdf Maker : OZ

belati adalah senjata berbobot ringan yang

dimainkannya dengan lincah penuh tipu gerak

yang beraneka ragam. Tapi kedua gaya itu

dimainkan berganda pasangan dan sangat

berbahaya.

Sedang Ong sek-lai berkelahi sesuai

dengan wataknya yang berangasan. Ia

menyergap dan menerkam seperti serigal

buas. Tipu-tipu permainan kipas besinya bukan

saja membingungkan, tapi juga keji bukan

main.

Pada suatu ketika, Auyang Peng-hong

menubruk Ho Yu-yang dengan gerakan Pek
bok-ki?-siau (rajawali menyambar), sambil

melompat tinggi, ujung pedangnya meluncur

ke tenggorokan lawan.

Ho Yu-yang menyilangkan kedua

senjatanya dan diangkat ke atas untuk

menangkis. Tapi serangan pedang musuh

rupanya hanya pancingan, sebab sepasang

kaki Ketua Ki-lian-pai mendadak menendang

beruntun dalam keadaan tetap mengapung di

udara.

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 508

Rewriter & Pdf Maker : OZ

Tendangan pertama hanya berhasil

mengenai pangkal lengan Ho Yu-yang yang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyebabkan lengannya pegal, tapi tendangan

ke dua biarpun tidak sekuat yang pertama

mengenai dada Ho Yu-yang. Ho Yu-yang

terpental ke belakang dan punggungnya

menubruk pohon. Wajahnya pucat, meskipun

tidak sampai luka dalam, namun dadanya

serasa sesak dan matanya berkunang-kunang.

Namun di saat Ketua Ki-lian-pai hendak

mengirim sebuah serangan penghabisn, Ong

Sek-lai secara nekad menyerbu dari samping

untuk menyelamatkan nyawa kakak angkatnya

itu. Kipas besinya bagaikan segumpal mega

hitam yang menyam-bar ke kepala Ketua Ki
lian-pai.

"Bangsat, rupanya kau ingin mampus

lebih dulu!" Auyang Peng-hong merendahkan

diri dan menyabetkan pedangnya. Pedang dan

kipas besi sama-sama meluncur tak terkendali

ke sasarannya masing-masing, agaknya Ong

Sek-lai dan Ketua ki-lian-pai akan gugur

bersama. Ong Sek-lai akan robek perutnya,

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 509

Rewriter & Pdf Maker : OZ

namun Ketua Ki-lian-pai akan retak kepalanya

terhantam kipas besi.

Detik terakhir mendadak Ketua Ki-lian
pai memiringkan tubuhnnya, sehingga hanya

pundaknya yang terhantam kipas besi. Ia

merasakan seolah-olah sebungkah batu padas

sebesar anak kerbau dijatuhkan ke pundaknya,

membuat ia cerhuyung. Tapi berbareng dengan

itu ia rasakan darah yang hangat menyemprot

membasahi pakaiannya, sebab pedangnya

berhasil merobek perut Ong Sek-lai dengan

telak.

Ong Sek-lai roboh tewas, sebelumnya

sampat berteriak kepada Ho Yu-yang, Jiko!

Mintalah Pocu (majikan benteng) membalaskan

sakit hatiku..."

Ho Yu-yang menjawab, "Ki-lian-pai

akan menyesal karena sudah membuka

permusuhan berdarah dengan Hek-eng-po!"

Habis berteriak demikian, ia terus kabur

menyusup hutan.

Auyang Peng-hong hendak mengejar

dan membunuh Ho Yu-yang sekalian agar tidak

menjadi bibit penyakit di kemudian hari. Tapi

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 510

Rewriter & Pdf Maker : OZ

kejarannya tertunda ketika melihat Liu Beng

sudah lenyap dari tempatnya, akhirnya dia

memilih untuk lebih dulu mencari Liu Beng

daripada mengubar Ho Yu-yang.

Namun yang membuatnya penasaran

dan tak habis mengerti ialah ketika sekian

lama belum juga berhasil diketemukannya Liu

Beng. Padahal ia tahu tubuh Liu Beng sudah

lemah, kakinya juga sudah cedera, tidak

mungkin bisa berjalan jauh. Tapi nyatanya

hutan itu sudah diperiksanya dan Liu Beng

tetap lenyap seolah ditelan bumi.

Terpaksa sambil menggerutu dia pulang

ke gedung Ki-lian-pai, meninggalkan mayat

Ong Sek-lai sebagai hadiah untuk binatang
binatang liar.

Sejak itu Ketua Ki-lian-pai sangat rajin

meningkatkan ilmu silatnya, sebab hidupnya

sudah dibayangi dua hal yang membuatnya

tidak nyenyak tidur dan tidak enak makan.

Pertama, ia sudah membunuh orang Hek-eng
po. Kedua, Liu Beng tentu masih hidup namun

entah di mana.

**OZ**

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 511

Rewriter & Pdf Maker : OZ

BAGIAN DELAPAN

Propinsi Se-cuan di bagian barat

wilayah kekaisaran Manchu adalah sebuah

tempat yang subur, sering dijuluki Propinsi

Gudang Beras. Tapi karena menjadi gudang

beras, maka tempat itu yang menjadi ajang

perebutan apabila terjadi pertempuran. Siapa

yang menguasai Se-cuan, pasukannya akan

terjamin dari bidang perbekalan.

Pek-ma Tok-heng (Pengembara Tunggal

Berkuda Putih) Kiong Eng, yang nama aslinya

sebenarnya Pakkiong Eng, kini sudah berada di

sebuah jalan besar di wilayah Se-cuan. Kiri

kanannya adalah sawah-sawah yang

terbentang luas, dan tubuh para petani

nampak terbungkuk-bungkuk di tengah lautan

pohon padi. Mereka kelihatan tidak lebih besar

dari boneka-boneka milik Pakkiong Eng yang

ditinggalkan di rumahnya di Pak-khia.

Namun kini Pakkiong Eng bukan gadis

cilik lagi. Teman-temannya bukan lagi boneka

dan layang-layang, melainkan pedang yang

tergendong di punggungnya, panah dan busur

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 512

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang tergantung di pelana kudanya, dan kuda

putihnya sendiri yang diberi nama Hui-soat, si

Salju Terbang. Dan di pundaknya terpikul

tugas penting, mencari Pangeran Ke Empat In

Ceng yang lolos dari Istana.

Empat bulan ia menjelajahi propinsi Ou
lam, Hun-lam dan Kui-ciu, dan jejak Pangeran

In Ceng belum juga ditemukannya. Akhirnya

dia memutuskan untuk masuk ke Se-cuan,

untuk menemui Ketua Hwe-liong-pang (Serikat

Naga Api) Tong Lam-hou yang berdiam di

puncak Tiau-im-hong, salah satu dari duabelas

puncak terkenal pegunungan Bu-san. la

berharap, Ketua Hwe-liong-pang akan mau

membantunya, sebab Ketua Hwe-liong-pang

adalah sahabat ayahnya sejak sama-sama

masih muda. Ayahnya dijuluki Naga Utara dan

Ketua Hwe-liong-pang itu disebut Harimau

Selatan. Dua jago tua yang konon di jaman itu

hanya bisa ditandingi oleh Pun-bu Hweshio,

jago tua di kuil Siau-lim-si. Karena kuil Siau
lim-si terletak di gunung Siong-san di Propinsi

Ho-lam, sedang gunung itu disebut juga Tiong
gak (gunung tengah), maka ada orang-orang

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 513

Rewriter & Pdf Maker : OZ

yang berolok-olok Naga Utara dan Harimau

Selatan mestinya dilengkapi dengan Keledai

Tengah. Keledai gundul adalah olok-olok untuk

kaum hweshio, dan Pun-bu Hweshio yang sakti

itu adalah seorang hweshio. Naga, Harimau

dan Keledai....

Sambil menikmati suasana makmur

sepanjang jalan, diam-diam Pakkiong Eng

berpikir, "Belasan tahun yang lalu, ketika

Peng-se-ong Bu Sam-kui memberontak,

pemberontakannya bisa bertahan agak lama

antara lain karena dia menguasai Se-cuan ini

sebagai daerah perbekalannya. Dia bahkan

berhasil merebut Hengciu dan menjadikan

dirinya Kaisar di sana. Untung kemudian Kheng

Cin-ti-ong dan Siang Ci-sin menarik

dukungannya kepada Bu Sam-kui, sehingga

pemberontakannya pun berhasil ditumpas dan

kekaisaran tetap utuh sampai sekarang. Kalau

ia berhasil, negeri ini tentu sudah terpecah
belah, Bu Sam-kui tidak akan cukup berwibawa

untuk mengatasi kekuatan-kekuatan yang

bersaingan di kekaisaran. Mungkin negeri ini

Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.

Pustaka: Koh Awie Dermawan

Kolektor E-Book 514

Rewriter & Pdf Maker : OZ

sudah jatuh ke tangan orang-orang kulit putih

seperti nasib negeri-negeri di selatan.

Pikirannya melayang sampai ke urusan

politik, Pakkiong Eng sadar bahwa tugasnya

mencari dan menemukan Pangeran In Ceng

itupun termasuk urusan politik. Diam-diam dia

berharap agar dapat menyelesaikan tugasnya

dengan baik, dengan demikian ia puas dapat

menyumbangkan tenaga bagi kekaisarannya.


Wiro Sableng 018 Pendekar Pedang Akhirat Dewa Arak 07 Rahasia Surat Berdarah Pendekar Mabuk 054 Kipas Dewi Murka

Cari Blog Ini