Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 6
Tengah Pakkiong Eng berkuda sambil
melamun, tiba-tiba dari arah depan muncul
dua orang penunggang kuda berbaju hitam
yang langsung menyongsong ke arahnya.
Keduanya berpakaian ringkas hitam, usianya
pun sebaya, kira-kira empat puluh tahunan.
Yang satu membawa sepasang Gun-goan-pai
(perisai berpinggiran tajam) yang
digantungkan di pelana kuda. Satu lagi
mengempit toya panjang Ce-bi-kun yang
terbuat dari perunggu.
Begitu tiba dihadapan Pakkiong Eng,
kedua penunggang kuda itu langsung
menghentikan kuda mereka, lalu serentak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 515
Rewriter & Pdf Maker : OZ
memberi hormat sambil menyapa, "Apakah
aku berhadapan dengan nona Pakkiong Eng?"
Pakkiong Eng tidak heran bahwa dirinya
langsung diketahui oleh orang-orang itu,
karena kudanya yang berbulu putih dan juga
pakaiannya yang serba putih itu terlalu
menyolok. Namun yang diherankan bahwa
mereka langsung mengenalinya sebagai
seorang gadis bernama Pakkiong Eng, sedang
dia mengembara dengan menyamar sebagai
lelaki yang bernama Kiong Eng.
Namun dengan melihat dandanan kedua
penghadangnya, itu, Pakkiong Eng tah bahwa
merekalah anggota-anggota Hwe-liong-pang.
Ayahnya pernah bercerita bahwa orang Hwe
liong-pang sukaa berpakaian hitam-hitam, dan
memiliki delapa orang jagoan yang berpangkat
Tongcu (kepala regu). Kini dengan
memperhatikan ciri-ciri kedua penghadangnya
itu, Pakkiong Eng yang cerdas segera bisa
menebak siapa kedua orang itu.
Diapun membalas penghormatan
mereka. "Memang, aku Pakkiong Eng. Hwe
liong-pang benar-benar hebat, sehingga
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 516
Rewriter & Pdf Maker : OZ
langsung tahu kehadiranku di wilayah Se-cuan
ini, pantas ayahku selalu memuji cara kerja
kalian yang rapi."
Salah seorang penghadang itu, yang
pinggangnya dibelit kain berwarna kuning,
tertawa dan menjawab, "Ayah nona tentunya
terlalu memuji saja. Perkenankanlah kami
memperkenalkan diri kami..."
Tapi ucapan itu ditukas oleh Pakkiong
Eng sambil tertawa, "Paman ini tentunya Ui-ki
Tongcu (kepala regu bendera kuning) Yu Leng
hua, dan paman yang satu lagi itu tentu Hek-ki
Tongcu (kepala regu bendera hitam) Lamkiong
San yang berjul?k Jian-li-hui-eng (elang
terbang seribu li). Tebakanku tidak keliru
bukan?"
Kedua jago Hwe-liong-pang itu
tercengang karena Pakkiong Eng berhasil
menebak dengan tepat. Sesaat mereka
bertukar pandangan, lalu tertawa berbareng.
Lamkiong San yang bertubuh ag?k kurus dan
berjenggot seperti kambing itu berkata,
"Kecerdasan nona sungguh mengagumkan.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 517
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tidak mengecewakan nona menjadi puteri
Ciangkun (Panglima) Pakkiong Liong..."
"Bukan karena kecerdasanku, paman
berdua, tetapi karena paman-paman sudah
terkenal. Siapa yang tidak kenal Delapan Jago
Utama Hwe-liong-pang? Dan paman berdua
termasuk dalam delapan jago itu..."
"Nona membuat kami berdua tua
bangka ini menjadi besar kepala" kata Yu
Leng-hua. "Kalau nona tidak berkeberatan,
kami boleh tahu tujuan nona?"
"Aku menuju ke Tiau-im-hong untuk
menghadap Ketua Hwe-liong-pang. Selain
untuk menengok keselamatan beliau, juga
untuk menyampaikan salam dari ayah".
"Kalau begitu, Ketua kami agaknya
tidak salah tebak. Ketua memang mengirim
kami berdua untuk menyongsong nona dan
membawa dengan aman sampai ke Tiau im
hong"
"Ketua kalian terlalu memperhatikan
aku, aku sangat berterima kasih. Tetapi
apakah keadaan tidak aman?"
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 518
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Sejauh ini tenang-tenang saja, tetapi
kami harus berjaga-jaga. Jangan sampai nona
sebagai tamu Hweliong-pang mendapat
kerepotan di tengah jalan".
"Terima kasih. Aku jadi merepotkan
paman berdua".
"Tidak apa-apa, nona. Di wilayah Se
cuan ini, biarpun ada seekor jangkrik
melompat dari daun satu ke daun lainnya,
kami bisa mengetahuinya..."
Pakkiong Eng tertawa, "Apalagi
jangkriknya sebesar aku, ya?"
Maka Pakkiong Eng pun melanjutkan
perjalanan ke Tiau-im-hong dengan dikawal
kedua jago Hwe-liong-pang itu. Diam-diam ia
berterima kasih kepada Ketua Hwe-liong-pang
yang begitu memperhatikan keselamatannya.
Sudah sepuluh tahun lebih Ketua Hwe-liong
pang tidak mengunjungi ayahnya di Pak-khia.
Kunjungan yang terakhir kali, Pakkiong Eng
ingat bahwa Ketua Hwe-liong-pang mengajak
seorang anak laki-laki tanggung yang nakalnya
bukan main, yang diperkenalkannya sebagai
puteranya. Waktu it Pakkiong Eng masih gadis
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 519
Rewriter & Pdf Maker : OZ
cilik berumur sepuluh tahun, dan bermain-main
beberapa hari dengan bocah tanggung yang
bernama Tong Gin-yan itu. Ingin Pakkiong Eng
menanyakan tentang Tong Gin-yan kepada Yu
Leng-hua atau Lamkiong San, tapi tertahan
oleh rasa malunya sebaga seorang gadis.
Sepuluh tahun telah lewat dan kini tentunya
Tong Gin-yan bukan lagi seorang anak
tanggung, dirinya sendiripun bukan gadis kecil
yang merengek-rengek minta ditangkapkan
jangkrik atau kupu-kupu. ia tersenyum sendiri
mengingat yang terjadi dulu.
Karena kurang leluasa menanyakan
Tong Gin-yan, maka Pakkiong Eng lebih dulu
bertanya tentang Ketua Hwe-liong-pang Tong
Lam-hou dan isterinya. "Paman berdua, selama
ini baikkah kesehatan paman dan bibi Tong?"
Yang menjawab Lamkiong San, "Pangcu
baik -baik saja. Biarpun pipa tembakaunya tak
pernah terpisah dari tangannya tapi
kesehatannya baik sekali. Pang Hujin juga
baik-baik saja" Sebenarnya Pakkiong Eng
mengharap kedua teman seperjalanannya itu
menyebut-nyebut tentang Tong Gin-yan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 520
Rewriter & Pdf Maker : OZ
sebelum ditanyakan, tapi kedua orang itu tidak
nenyebut-nyebutnya sama sekali.
"Apakah keluarga lainnya juga dalam
keadaan baik-baik saja?" akhirnya Pak- kiong
Eng nekad bertanya.
Ketika Yu Leng-hua dan Lamkiong San
tertawa berbareng, merahlah pipi Pak- kiong
Eng karena malu, merasa bahwa kedua orang
tua itu sudah tahu arah pertanyaannya.
"Maksud nona, Kongcu Tong Gin-yan?
Diapun baik-baik saia, meskipun sering
membikin pusing ayah ibunnya...."
"Masih suka.. menangkap jangkrik?
tanya Pakkiong Eng.
"Belakangan ini dia sedang sibuk..." Yu
Leng-hua nampak ragu-ragu melanjutkan
jawabannya. Lalu Lamkiong San yang
melanjutkannya sambil tertawa,"...sibuk
berburu elang".
"Berburu elang?"
"Ya, elang hitam." Berburu elang hitam.
Kata-kata itu bisa diucapkan sambil tertawa
ringan namun pelaksanaannya pasti
menempuh bahaya yang tidak sedikit.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kolektor E-Book 521
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Pakkiong Eng tahu yang dimaksudkan elang
hitam itu tentunya adalah orang-orang Hek
eng-po. Timbul perasaan cemas dalam hatinya
akan keselamatan Tong Gin-yan, sebab ia pun
pernah bertempur dengan "elang-elang hitam"
dan tahu betapa tangguhnya mereka.
"Jadi saat ini Tong Gin-yan tidak ada di
Tiau-im-hong?"
"Sudah dua bulan lebih Kongcu
memburu orang-orang Hek-eng-po, untuk itu
tentu saja harus meninggalkan Tiau-im hong,
bahkan harus memburunya keluar dari wilayah
Se-cuan ini, sebab elang-elang hitam itu tidak
berani menampak kan batang hidung mereka
di kawasa ini...."
Ucapan Lamkiong itu bukan suatu
kesombongan. Betapun besar nyali "elang
hitam" itu, mereka tentu tidak berani
mendekati sarang "naga-naga api" yang
garang itu. Hwe-liong-pang di Se-cuan adalah
kekuatan persilatan yang sama diseganinya
dengan Siau-lim-pai di Ho-lam dan Bu-tong-pai
di Ho-pak.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 522
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sepanjang perjalanan ke Tiau-im-ong,
Pakkiong Eng membuktikan dengan mata
kepalanya sendiri. Sepanjang jalan sering
dijumpainya anggota-anggota Hwe-liong-pang,
baik yang secara menyolok berdandan pakaian
hitam-hitam, maupun yang menyamar dalam
berbagai bentuk seperti petani atau pedagang
di kota-kota. Ucapan "seekor jangkrik yang
melompat pun tidak lepas dari pengamatan
Hwe Long-pang" agaknya bukan bualan belaka.
Selain itu, Hwe-liong-pang juga berpengaruh,
tetapi tidak ditakuti, sebab rakyat jelata
menganggap orang-orang Hwe-liong-pang
sebagai sahabat-sahabat baik mereka.
Pakkiong Eng melihat sendiri bahwa
tentara kekaisaran pun segan kepada Hwe
ong-pang, sebaliknya rakyat tidak
menyembunyikan rasa persahabatan mereka
terhadap Hwe-liong-pang.
"Kalau aku kembali ke Pak-khia kelak,
aku akan minta ayah mengusulkan agar
Hongsiang mengangkat Paman Tong Lam-hou
sebagai Sunbu (Gebernur) di Se-cuan, pasti
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 523
Rewriter & Pdf Maker : OZ
rakyat akan sejahtera", kata Pakkiong Eng
sambil tertawa.
Yu Leng-hua dan Lamkiong San tertawa
pula, mereka tahu bahwa kata-kata Pakkiong
Eng itu hanya bercanda saja namun mereka
merasa bangga juga sebab itulah pujian
terhadap Hwe-liong-pang.
"Pangcu selalu menanamkan pengertian
kepada kami, bahwa Hwe-liong-pang bukanlah
sebuah menara gading tempat tinggalnya
dewa-dewa yang kakinya tidak menginjak
bumi", kata Lamkiong San "Tapi kami adalah
saudara rakyat. Rayat tertawa, kita ikut
tertawa. Rakyat menangis, Hwe-liong-pang
ikut menangis. Kami bukan saja melindungi
rakyat dengan pedang-pedang kami, tetapi
juga menyingsingkan lengan baju kalau rakyat
Se-cuan membangun bendungan, mengg
saluran air, memperbaiki jalan-jalan..."
Pakkiong Eng jadi lebih paham kenapa
ayahnya mengagumi Ketua Hwe-liong-pang.
Sikap Hwe-liong-pang itu agak berbeda dengan
kebanyakan kelompok persilatan yang
mengutamakan berlatih silat agar mendapat
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 524
Rewriter & Pdf Maker : OZ
nama dan mengungguli kelompok lain.
Kehormatan perguruan atau kelompok lebih
diutamakan dari kesejahteraan bersama,
sangat ahli membabat leher atau menikam
jantung, tapi canggung dan enggan menolong
sesama.
Hwe-liong-pang juga tidak peduli yang
duduk di atas tahta orang Han atau orang
Manchu, yang penting bagaimana
pemerintahannya? Rakyat sejahtera atau idak?
Biarpun dipimpin Kaisar bangsa Han seperti
jaman Kaisar Cong-ceng dari dinasti Beng,
kalau negeri kacau-balau dan berantakan, apa
gunanya darah Han yang mengalir di tubuh
sang Kaisar? Biarpun Kaisar Khong-hi yang
bertahta masa itu adalah seorang Manchu, tapi
pemerintahannya mampu mensejahterakan
rakyat, apakah harus berontak? Mengobarkan
perang itu cukup dengan ulah beberapa orang
sinting, tapi memadamkannya lah yang susah.
Pakkiong Eng, Yu Leng-hua dan
Lamkiong San beristirahat semalam di kota
Seng-toh, ibukota propinsi Se-cuan. keesokan
harinya mereka melanjutkan perjalanan ke
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 525
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tiau-im-hong, dan menjelang sore maka
pegunungan Bu-san dengan puncaknya yang
berderet-deret sudah tampak di depan mata.
Pakkiong Eng segera diantar naik salah
satu puncak yang bernama Tiau- hong, disitu
markas Hwe-liong-pang, namun bukan di
puncaknya melainkan hanya naik beberapa
ratus langkah dan sudah tiba di markas yang
megah itu. Kalau markas kelompok persilatan
yang lain kelihatan angker, maka di markas
Hwe-liong-pang kesan itu tidak ada. Orang
orang yang berpakaian seperti penduduk desa,
hilir mudik di pintu markas itu. Mereka
memang orang-orang desa, ada yang minta
pengobatan, tapi kebanyakan menyumbangkan
bahan makanan seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan kepada Hwe-liong-pang. Tidak
ada kesan terpaksa. Malah seorang desa
menuntun empat ekor kambing gemuk untuk
diberikan kepada Hwe-liong-pang.
Melihat itu semua, Pakkiong Eng diam
diam membatin, "Paman Tong benar-benar
berhasil memimpin anak buahnya untuk
menyatu dengan rakyat. Inilah kelebihan Hwe
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 526
Rewriter & Pdf Maker : OZ
liong-pang dari kelompok-kelompok persilatan
lainnya."
Pakkiong Eng lewat sebuah ruangan di
mana banyak orang-orang desa yang
menderita sakit sedang diobati oleh anggota
anggota Hwe-liong-pang yang kebetulan ahli
pengobatan. Lalu masuk ke ruangan lebih
dalam lagi, di mana belasan anggota Hwe
liong-pang sedang beratih sillat dengan
macam-macam senjata.
Anggota-anggota Hwe-liong-pang itu
agak heran melihat seorang "pemuda" yang
sangat tampan berjalan masuk diantar oleh Yu
Leng-hua dan Lamkiong San. Tapi mereka
tidak bertanya kecuali mengangguk hormat
kepada kedua Tongcu itu.
Sambil berjalan lewat sebuah kebun
sayuran di bagian dalam markas, Pakkiong Eng
bertanya, "Paman berdua, sejak tadi, yang
kulihat dari Delapan Tongcu hanyalah paman
paman saja, ke mana perginya enam Tongcu
lainnya?"
Sahut Lamkiong San, "Keenam rekan
yang lain mengemban tugas yang sama
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 527
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dengan Kongcu Tong Gin-yan, yaitu menylidiki
gerak-gerik orang-orang Hek-eng-po supaya
pihak Hwe-liong-pang dapat segera
memutuskan sikap terhadap mereka. Kabar
kejahatan mereka sudah terdengar di mana
mana, tapi Pangcu ingin menyelidiki lebih dulu
sebelum turun tangan."
Pakkiong Eng mengangguk dan tidak
bertanya lagi.
Merekapun tiba di sebuah ruang yang
sederhana tetapi amat rapi. Di sini Yu Leng
hua berkata, "Nona Pakkiong, silahkan
menunggu sebentar. Duduklah. Kami berdua
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan melaporkan kepada Pangcu tentang
kedatangan nona."
Sambil menunggu di ruangan itu,
Pakkiong Eng meresapi benar suasana tenang
tempat itu, ditambah lagi dengar sejuknya
udara pegunungan Bu-san yang mengalir lewat
jendela-jendela. Diam-diam ia merasakan
alangkah jauh bedanya dengan suasana kota
Pak-khia yang senantiasa ribut itu.
Seorang anggota Hwe-liong-pang
datang membawa semangkuk teh yang di
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 528
Rewriter & Pdf Maker : OZ
letakkan di meja disamping tempat duduk
Pakkiong Eng dengan sikap hormat, lalu berlalu
kembali.
Tak lama kemudian dari balik tirai
bambu yang menutup ruang itu dengan ruang
belakangnya terdengar langkah kaki dua
orang, dan muncullah Ketua Hwe-liong pang
Tong Lam-hou, didampingi isterinya yang
berdar?h Manchu namun berpakaian seperti
wanita Han, To Li-hua, yang nampak agak
gemuk.
Cepat Pakkiong Eng berdiri dan
memberi hormat, "Aku menyampaikan salam
hormat kepada paman dan bibi Tong."
Tong Lam-hou tertawa dan berkata,
"Sepuluh tahun aku tidak melihatmu A-eng.
Gadis cilik yang suka memanjat pohon untuk
menangkap burung itu sekarang adalah
Pengembara Tunggal Berkuda Putih yang
menggetarkan dunia persilatan...ha-ha... "
Pakkiong Eng tersipu-sipu mendengar
itu. "Paman hanya berolok-olok saja, apa
artinya Pengembara Tunggal Berkuda Putih itu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 529
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dibandingkan Ketua Hwe-liong pang si Harimau
Selatan..."
"Duduklah. Bagaimana keadaan ayah
dan ibumu di Pak-khia? Juga paman-pamanmu
yang lain seperti Ha To-ji da Han Yong-kim?"
"Ayah dan ibu baik-baik saja, da
menitipkan salam untuk paman dan bibi.
Sambil berbicara, Pakkiong Eng
mengamat-amati ketua Hwe-liong-pang yang
terkenal ini. Rasanya tidak bertambah tua
sejak dilihatnya sepuluh tahun yang lalu. Itulah
seorang lelaki berusia setengah abad, memakai
jubah kelabu dari akin kuat murahan,
rambutnya sudah diselang-seling warna putih,
jenggot dan kumisnya terpotong pendek
sehingga memberi kesan agak kasar, namun
sepasang matanya lembut, secara keseluruhan
kelihatan segar bugar. Tangannya memegang
pipa tembakau yang tiap kali dihirupnya dan
dilep?skan asapnya, sementara di pinggangnya
tergantung kantong tembakau terbuat dari
anyaman kulit. Sungguh tampang orang
kampung yang amat sederhana dan orang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 530
Rewriter & Pdf Maker : OZ
akan sulit percaya bahwa dialah salah satu dari
tiga jago puncak dunia persilatan jaman itu.
Diam-diam Pakkiong Eng
membandingkan dengan ayahnya sendiri.
Ayahnya juga segagah Ketua Hwe-liong-pang
ini, usianya sebaya pula, namun kepala
ayahnya sudah hampir penuh dengan uban
putih. Itu bisa dimengerti, sebab ayahnya
adalah Panglima Hui-liong-kun Pasukan Naga
Terbang, orang dekatnya Kaisar Khong-hi,
terlibat dalam jalannya roda pemerintahan,
sehingga rambuthya jauh lebih cepat memutih
dari Ketua Hwe-li-ong-pang yang hidup
tenteram di Tiu-im-hong.
"Syukurlah kalau ayah ibumu sehat
sehat saja," kata Tong Lam-hou setelah
mengisap nikmat pipa tembakaunya.
"Bagaimana pula dengan paman
pamanmu lainnya, Han Yong-kim dan Ha To
ji?"
Nama-nama yang ditanyakan itu adalah
perwira-perwira Pasukan Naga Terbang yang
bersahabat baik dengan Tong Lam-hou sejak
muda, sebab sewaktu muda ia pernah juga
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 531
Rewriter & Pdf Maker : OZ
menjadi seorang perwira berpangkat Cong
peng.
**OZ**
Bersambung ke jilid 10
Pojok Dukuh, 20-09-2018; 04:30 WIB
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 532
Rewriter & Pdf Maker : OZ
TEROR ELANG HITAM
Karya : STEVANUS, S.P.
Jilid 10
PAKKIONG ENG menarik napas dan
menjawab, "Enam tahun yang lalu paman Han
yong-kim gugur dalam pertempuran di Laut
Kuning ketika menghadapi armada Jepang
yang dibantu orang-orang Portugis..."
"Ah!" Tong Lam-hou berseru perlahan.
Sedangkan Pakkiong Eng meneruskan,
"Tiga tahun kemudian, paman Ha To-ji juga
gugur, ketika ia dan pasukannya terlibat
pertempuran di pinggir sungai Amur untuk
membendung tentara Kozak Rusia yang
hendak menerjang ke seberang sungai.
Tubuhnya berlubang oleh sepuluh peluru lebih,
namun tentara musuh berhasil dipaksa balik ke
seberang sungai Amur kembali..."
"Ah, sahabat-sahabatku yang gugur
secara perkasa...," keluh Tong Lam-hou
seorang diri. "kalian sudah memberikan yang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 533
Rewriter & Pdf Maker : OZ
terbaik buat kejayaan kekaisaran dan aku
enak-enak saja hidup tenang di sini..."
Yang bersedih bukan saja Tong Lam
hou, tetapi juga To Li-hua, sebab Han Yong
kim dan Ha To-ji adalah sahabat-sahabat masa
mudanya pula. Kini ia mendengar sahabat
sahabat itu sudah tiada. "Mereka sudah
menetapi sumpah prajurit mereka," desis To
Li-hua. "0leh orang-orang macam merekalah
maka kekaisaran jaya..."
Pakkiong Eng lah yang kemudian
berkata menghibur, "Paman bukannya tidak
berbuat apa-apa terhadap kekaisaran, jasa
paman pun sampai sekarang masih diingat
oleh Kaisar. Ketika paman dengan
mengorbankan diri berhasil mendamaikan
Hwe-liong-pang dengan pemerintah kekaisaran
di Liong-pwe-nia dulu. Sekarang pun paman
sudah berbuat banyak di propinsi Se-cuan,
karena berbakti kepada kekaisaran tidak harus
dengan pedang. Rakyat Se-cuan yang sangat
menghormati Hwe-liong-pang adalah
buktinya."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 534
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Ah, yang kulakukan tidak seberapa
dibandingkan dengan paman-pamanmu Han
Yong-kim dan Ha To-ji, apalagi ayahmu
sendiri... "kata Tong Lam-hou. "Tapi sudahlah,
jangan membicarakan hal-hal yang
menyedihkan. Kau tentu lelah setelah berjalan
jauh, bibimu akan menunjukkan tempat
untukmu."
Sebenarnya Pakkiong Eng ingin segera
membicarakan tugas yang dibebankan ayahnya
ke pundaknya, mencari Pangeran In Ceng,
namun karena merasa waktunya di Tiau-im
hong masih cukup banyak, maka ia merasa tak
perlu terburu-buru menyampaikan persoalan
itu.
Malam harinya, sempat diadakan
perjamuan kecil-kecilan oleh Ketua Hwe-liong
pang dan isterinya untuk menjamu Pakkiong
Eng. Ikut hadir dalam perjamuan kecil itu Yu
Leng-hua dan Lam-kiong San, dua dari
Delapan Jago Utama Hwe-liong-pang.
Percakapan dalam perjamuan itupun masih
berkisar hal-hal ringan membuat Pakkiong Eng
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 535
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tetap tidak sempat menyampaikan
persoalannya.
Namun keesokan harinya, Pakkiong Eng
memberanikan diri menemui Ketu Hwe-liong
pang, ketika tokoh itu sedang berada sendirian
di ruangan kitabnya.
"Maaf, aku mengganggu paman, " kata
Pakkiong Eng setelah berdiri di ambang pintu.
"Tapi aku membawa sebuah soal penting dari
ayah yang ingin kusampaikan kepada paman."
"Sudah aku duga kedatanganmu tentu
bukan hanya membawa salam hangat dari
ayahmu," sahut Tong Lam-hou sambil tertawa.
"Duduklah..."
Pakkiong Eng memilih tempat duduk
yang agak berjauhan dari pamannya itu karena
tidak tahan bau asap tembakau yang terus
terusan mengepul dari mulut pamannya itu.
"Sekali lagi aku minta maaf bahwa urusan
yang hendak kusampaikan ini akan
mengganggu ketenteraman paman..."
"Jangan ulangi lagi kata-kata itu, kau
seperti menghadapi orang luar saja, padahal
antara aku dan ayahmu sudah hampir seperti
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 536
Rewriter & Pdf Maker : OZ
saudara kandung saja. Aku justru gembira
kalau ayahmu masih ingat kepadaku, mau
membagi beban persoalannya kepadaku,
supaya akupun tidak menjadi penganggur saja
di gunung yang sunyi ini. Nah, katakan..."
"Baiklah, paman, Urusan ini
menyangkut tegak atau runtuhnya kekaisaran
ini, sehingga aku merasa tidak mampu
memikulnya seorang diri, dan terpaksa harus
minta bantuan paman."
"Tegak dan runtuhnya kekaisaran?"
sepasang alis Ketua Hwe-liong-pang yang
kelabu itu bergerak-gerak seperti dua ekor ulat
yang menempel di jidatnya.
"Benar, paman Pangeran Ke Empat
telah menghilang dari istana. Sebenarnya ini
kejadian beberapa tahun yang lalu, pihak
istana merahasiakan agar ini tidak bocor keluar
dinding istana Tapi ayah merasa gelisah, juga
dan menyuruh aku untuk berkelana mencari
jejak Pangeran Ke Empat..."
"Pangeran In Ceng?"
"Ya, paman."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 537
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 538
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sesaat ruangan kitab itu sunyi oleh
ketegangan, beberapa kali Tong Lam-hou
menghembuskan asap tembakaunya sehingga
ruangan itu seolah-olah berkabut. Diam-diam
Pakkiong Eng menggerutu dalam hati.
Lalu terdengar suara Tong Lam-hou,
"Aku kenal baik siapa ayahmu, ia tidak akan
gelisah hanya oleh persoalan-persoalan sepele.
Tapi kalau ia sampai gelisah oleh hilangnya
Pangeran In Ceng dari istana, tentu
kegelisahannya itu beralasan."
"Menurut kata ayah, lolosnya In eng
dari istana sama saja dengan lolosnya seekor
macan buas dari kurungan. Ia adalah seorang
Pangeran yang sangat berambisi menggantikan
Kaisar yang sekarang, ayah kuatir ambisinya
itu akan membuat In Ceng melakukan tindakan
yang membahayakan keutuhan kekaisaran."
"Ya, ayahmu tentu tidak sekedar
mengada-ada. Ia adalah saudara sepupu
kaisar, dekat dengan kalangan istana, sehingga
tentu sanggup menilai dengan tepat pula
keenambelas orang putera Kaisar dengan
watak mereka masing-masing. Ayahmu tidak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 539
Rewriter & Pdf Maker : OZ
bercerita tentang sebabnys In Ceng kabur dari
istana?"
"Kata ayah, mula-mula In Ceng
bertengkar dengan kakaknya, Pangeran Ke
Satu In Si yang bergelar Tit-hun-ong. Ia tidak
puas karena mendapat teguran ayahandanya.
Lalu bertengkar lagi dengan Permaisuri Tek
huai, ditegur lagi oleh ayahandanya. Yang
terakhir, ia merasa ayahandanya terlalu pilih
kasih, terlalu menganak-emaskan Pangeran
Empatbelas In Te yang diberi kekuasa besar di
bidang ketentaraan. Sedang In Ceng merasa
dirinya lebih tua tapi malah tidak mendapat
kedudukan apa-apa. Ia merasa seisi istana
tidak menyukainya, lalu meninggalkan istana
tanpa pamit. Yang dikuatirkan ayah ialah kalau
perginya In Ceng itu membawa dendam
hatinya yang keras."
Tong Lam-hou mengangguk-angguk.
"Memang berbahaya kalau dugaan ayahmu jadi
kenyataan. In Ceng bisa saja mengumpulkan
kekuatan di luar istana, untuk merebut tahta
dengan kekerasan. Tapi kalau demikian maka
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 540
Rewriter & Pdf Maker : OZ
pangeran-pangeran lain pun tidak akan tinggal
diam dan negeri ini akan terjerumus kancah
perang saudara..."
"Apa yang paman katakan tepat benar
dengan yang pernah ayah katakan."
"Tapi itu baru dugaan bukan?"
"Ya, baru dugaan. Lebih baik lagi alau
Pangeran In Ceng menyadari kekeliruannya
sendiri, sehingga ketenangan negeri ini tidak
perlu terguncang."
"Jadi apa bantuan yang kau harapkan
dari Hwe-liong-pang?"
"Mudah-mudahan paman mau
memerintahkan anak buah Hwe-liong-pang
yang tersebar di mana-mana kalau saja
menjumpai jejak Pangeran In Ceng..." Lalu
Pakkiong Eng menyebutkan ciri-ciri tubuh dan
wajah Pangeran yang hilang itu.
Tong Lam-hou mengangguk-anggukkan
kepalanya, "Tentu saja aku bersedia. Bukan
saja karena hubungan pribadi dengan ayahmu,
tapi karena urusan apapun yang menyangkut
kepentingan orang banyak adalah urusan Hwe
liong-pang kami. Dan setelah menemukan In
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 541
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ceng, apakah harus ditangkap dan digusur ke
Ibukota Kekaisaran?"
"Rasanya belum perlu, sebab pangeran
itu belum terbukti melakukan apapun yang
bertentangan dengan undang-undang
kekaisaran. Cukup diawasi saia gerak-geriknya
secara diam-diam, kalau ada tingkah lakunya
yang mencurigakan, biar ayah saja yang
mengatasinya dalam kedudukannya sebagai
Panglima."
"Baik."
"Aku berterima kasih sekali untuk
bantuan paman yang berharga..."
"Jangan berkata begitu. Ayahmu pun
membuatku merasa berharga dengan
mengajakku ikut dalam urusan ini. Itu artinya
dia masih memandangku sebagai sahabatnya."
Demikianlah, Pakkiong Eng merasa
hatinya setengah lega karena sudah mendapat
janji bantuan Ketua Hwe-liong-pang. Baru
setengah lega, sebab Pangeran 'In Ceng sendiri
belum diketemukan jejaknya, dan belum
diketahui apa yang tengah dilakukannya di
persembunyiannya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 542
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Saat itulah tiba-tiba pintu ruangan
diketuk dari luar.
"Siapa?" tanya Tong Lam-hou.
"Pangcu, aku Cu Tiat-ho dari Pek-ki
tong (regu bendera putih) hendak melapor..."
suara dari luar nenyahut.
Pek-ki-tong adalah bagian dari HweTeror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
liong-pang.
"Masuk."
Pintu dibuka dan seorang anggota Hwe
liong-pang yang berpakaian hitam dan
bersabuk warna putih melangkah masuk dan
memberi hormat. "Pangcu, seorang utusan dari
Keluarga Sebun di Se-an ingin bertemu
Pangcu..."
Tong Lam-hou segera bangkit dari
duduknya, namun ia masih berkata kepada
Pakkiong Eng, "Kau tunggu di sini, A-eng, aku
hanya sebentar menemui suruhan Keluarga
Sebun itu. Paling-paling ia hanya
menyampaikan undangan tentang Pibu
(pertandingan silat) untuk tahun ini. Nanti aku
masih ingin berbicara banyak denganmu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 543
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tentang banyak hal, terutama perkembangan
keadaan di pusat pemerintahan..."
"Baik, paman."
"Kau boleh membaca buku apapun di
ruangan ini. Tidak ada yang dirahasiakan di
sini..."
"Terima kasih, paman, " Lalu Tong Lam
hou diikuti anggota Hwe-liong-pang itupun
keluar meninggalkan ruangan itu.
Selama ditinggal sendirian, Pakkiong
Eng memperhatikan isi ruangan itu, ada ribuan
kitab yang tersimpan di situ dan diam-diam ia
kagum kepada Ketua Hwe-liong-pang. Kitab
kitab yang tersimpan di situ bukan hanya
tentang ilmu silat, tetapi tentang ketata
negaraan, sejarah, filsafat, pengobatan, sastra,
agama, ilmu alam dan berbagai bidang ilmu
pengetahuan lainnya. Ada juga buku catatan
ilmu silat hasil tulisan Ketua Hwe-liong-pang
sendiri, meskipun tadi Ketua Hwe-liong-pang
sudah mengatakan "tidak ada rahasia" namun
Pakkiong Eng merasa tidak enak membuka
catatan pribadi tentang ilmu silat, meskipun
hatinya tertarik.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 544
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Baru saja ia membuka-buka sebuah
buku tentang sejarah, tahu-tahu Ketua Hwe
liong-pang sudah muncul kembali, dengan
wajah yang tetap santai. Tembakau di mulut
pipanya agaknya sudah diganti tembakau baru
dengan asapnya yang mengepul tebal.
Dalam hati Pakkiong Eng mendoakan
agar tembakau itu cepat terbakar habis, yang
di dalam kantong cadangan pun mudah
mudahan sudah kosong.
Pakkiong Eng mengembalikan buku
yang dipegangnya ke tempat semula dan
bertanya, "Apakah tamu dari keluarga Sebun
sudah pulang, paman?"
"Ya, Utusan itu hanya memberitahukan
aku bahwa Pun-bu Hweshio di Siong-san untuk
tahun ini bersedia menjadi tuan rumah Pibu,
waktunya adalab pertengahan tahun nanti. Aku
langsung menyetujuinya tanpa bertele-tele..."
"Keluarga Sebun itu apakah dari Se-an,
yang bernama Sebun Him dan berjuluk Se-him
Taihiap (Pendekar Besar Beruang Barat)?"
"Benar, setahun sekali kami bertiga,
yaitu aku sendiri, Pun-bu Hwesio dan Sebun
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 545
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Him mengadakan pertemuan yang kami
istilahkan sendiri Pi-bu. Namun Pi-bu kami
bertiga jangan diartikan secara kasar dimana
kami bertiga adu jotos untuk merebut
kemenangan. Bukan begitu, Kami bertiga
hanya membicarakan tentang ilmu silat,
kadang-kadang berbicara sambil minum teh
dan makan kacang, dan kalau perlu barulah
memperagakan jurus-jurus yang sedang kami
bicarakan. Kami saling mengasah dan
mempertajam pegetahuan kami tentang silat
dengan cara itu. Maklumlah, pekerjaan orang
orang menganggur..."
"Alangkah mengasyikkannya. Dan tuan
rumahnya tentu bergantian antara markas
Hwe-liong-pang, rumah keluarga Sebun dan
Siong-san, begitukah?"
"Nah, kau cukup pintar juga".
Siapa pemenang-pemenang dari Pi-bu
tahun-tahun yang lalu?"
"Sudah aku katakan, Pi-bu kami bertiga
tidak dalam pengertian biasa, lebih tepat
dikatakan kami bertiga hanyalah berkongkow
kongkow selama empat lima hari untuk
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 546
Rewriter & Pdf Maker : OZ
membicarakan imu silat. Karena itu tidak ada
pemenang dan tidak ?da pecundang. Kami
berkumpul, berbicara dalam suasana
bersahabat dan kadang-kadang diselingi adu
jurus beberapa gebrak, lalu berpisah lagi
dengan suasana santai pula untuk bertemu
tahun depannya lagi."
"Menyenangkan sekali. Seandainya
ayah tidak sibuk membantu kaisar dengan roda
pemerintahan, tentu ayah suka sekali acara
semacam itu..."
"Ah, pertemuan itu hanya untuk orang
orang kurang pekerjaan seperti pamanmu ini.
Oh, ya, sudah lama aku terasing di wilayah
barat ini, aku ingin mendengar bagaimana
keadaan Pak-khia sekarang?"
"Dilihat dari lu?r, baik-baik saja..."
"Kenapa hanya dilihat dari luar?"
"Karena di seputar istana sebenarnya
terjadi gejolak perebutan pengaruh. Putera
putera Kaisar Khong-hi sudah' menjadi dewasa
semuanya, dan masing-masing pangeran mulai
menyiapkan diri untuk menggantikan ayahanda
mereka duduk di tahta".
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 547
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Begitu keadaannya?"
"Betul, paman, ini menurut kata ayah.
Saling dengki antar pangeran sudah bukan
rahasia lagi. Pangeran In Si misalnya, sebagai
pangeran tertua, ia merasa kedudukannya
terancam oleh In Ceng yang minggat dari
istana. Ia menyebarkan iago-jago pukulnya
untuk senantiasa mencari jejak In Ceng dan
membinasakannya sekalian..."
"Sejarah berulang kembali. Demi nafsu
kekuasaan, orang-orang tidak segan-segan
saling menjegal dan membunuh sesama
saudara...."
"Itulah yang terjadi di balik dinding
istana, paman. Di lu?rnya, para pangeran
kelihatan rukun satu sama lain, sering berburu
bersama atau berpesiar bersama-sama, tapi di
balik senyuman mereka sudah tersedia pisau
tajam yang siap menghabisi sesama saudara
yang dianggap menyaingi ambisi mereka.
Tinggal menunggu munculnya peluang saja"
"Selain pangeran In Si yang bergelar
Tit-hun-ong, siapa lagi pangeran-pangeran
yang kelihatannya berambisi?"
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 548
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Pangeran ke delapan In Gi, Pangeran
ke sembilan In Tong dan Pangeran ke sepuluh
In Go. Di gedung-gedung tempat tinggal
mereka sudah berkumpul jago-jago silat
bayaran yang setiap saat bisa digerakkan
untuk membela majikan masing-masing".
"Celakalah kalau tahta sampai jatuh ke
tangan-tangan manusia macam mereka.
Manusia-manusia yang hanya haus kekuasaan,
tanpa menghayati kewajiban yang berat yang
ada di balik kekuasaan itu. Kekuasaan itu
sendiri tidak berwarna, bisa hitam dan bisa
putih tergantung dari si pemegang kekuasaan
sendiri. Bisa digunakan untuk kesejahteraan
rakyat, bisa juga digunakan untuk hal-hal yang
buruk".
"Tetapi paman tidak perlu terlalu sedih.
Di balik ancaman badai yang ngerikan, toh ada
juga setitik sinar terang yang memberi
harapan...."
"Maksudmu?"
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pangeran ke Empat Belas In Te, dialah
titik terang itu. menurut ayah, Pangeran In Te
memiliki watak dan sikap yang jauh berbeda
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 549
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dengan saudara-saudaranya yang berwatak
serigala. Ayah sudah siap mengambil langkah
langkah untuk mendukung Pangeran In Te
apabila saatnya datang untuk menaikkannya
ke tahta menggantikan ayahandanya. Hanya
dia tokoh yang tepat untuk menjadi Kaisar
berikutnya kalau negeri ini tidak mau hancur
berantakan. Meskipun dia saat ini memegang
kekuasaan militer yang besar, namun sikapnya
tetap rendah hati dan memperhatikan
pendapat menteri-menteri tua yang dihormati.
Ia juga seorang pecinta rakyat, seorang yang
mendambakan Han dan Manchu lebur dalam
satu ikatan yang kokoh tanpa garis pembatas
lagi..."
"Bagus..."
"Meskipun demikian, paman, kerikil
kerikil tajam yang bakal menghalangi Pangeran
In Te naik ke tahta masih bertebaran
sepanjang jalannya."
"'Mudah-mudahan tulang-tulang tuaku
ini masih berguna untuk disumbangkan kepada
masa depan kekaisaran ini...."
**OZ**
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 550
Rewriter & Pdf Maker : OZ
BAGIAN SEMBILAN
Menyadari bahwa dirinya tidak sedang
bertamasya, tapi sedang memikul tugas berat,
maka Pakkiong Eng hanya tiga hari di markas
Hwe-liong-pang. Setelah itu diapun berpamitan
untuk melanjutkan tugasnya. Sebagai
penghormatan kepada Hwe-liong-pang, ia tidak
langsung menaiki kuda putihnya, begitu ada di
luar markas Hwe-liong-pang, melainkan
dituntunnya lebih dulu sampa ke kaki gunung,
barulah ia naik ke kudanya.
Kini ia kembali menjadi Kiong Eng si
Pengelana Tunggal Berkuda putih yang tampan
sehingga menarik perhatian gadis-gadis di
sepanjang jalan.
la merasa beban tugas di pundaknya
terangkat sebagian karena janji kesanggupan
Ketua Hwe-liong-pang untuk mencari Pangeran
In Ceng. Ia tahu Hwe-liong-pang memiliki
jaringan kerja yang luas, bantuan mereka
tentu sangat berharga.
Tapi ia merasa heran juga, sungguh
lihai In Ceng menyembunyikan diri sehingga
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 551
Rewriter & Pdf Maker : OZ
lima tahun pihak istana tidak berhasil
menemukan jejaknya sedikitpun. Dan mencari
seorang yang bersembunyi di negeri maha luas
dengan jutaan penduduknya itu sama sukarnya
dengan mencari sebatang jarum di dasar laut.
Tapi Pakkiong Eng yakin suatu saat orang yang
dicarinya itu akan diketemukannya juga. Orang
berambisi besar seperti In Ceng tidak mungkin
tahan disuruh bersembunyi terus-terusan,
suatu saat pasti muncul sendiri, kalau masih
hidup. Hanya saja munculnya itu entah
membawa berkat atau malapetaka bagi
kekaisaran?
Tiba-tiba ia ingat kepada Hek-eng po.
Itu sebuah kekuatan yang baru muncul di
dunia persilatan, sedangkan siapa orangnya
yang berada di puncak kekuatan itu kabarnya
tetap misterius. Tak seorangpun tahu siapa
majikan Hek-eng po itu sebenarnya, tapi pasti
lihai sekali ilmu silatnya, sebab ia bisa
membawahi sekian banyak jagoan lihai.
Bahkan empat siluman yang ditakuti itupun
tunduk dibawah perintahnya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 552
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Pasti bukan In Ceng..." Pakkiong Eng
membantah dugaan yang timbul dalam
pikirannya sendiri. "In Ceng tidak mungkin
selihai itu, ia hanya belajar beberapa silat
cakar kucing dari beberapa guru silat yang
kepandaiannya tidak seberapa. Lagi pula In
Ceng yang licin itu tidak mau bergerak
demikian kasarnya seperti orang-orang Hek
eng-po.
Mengingat halus dan licinnya cara kerja
In Ceng, Pakkiong Eng membayangkan betapa
seru persaingan merebut tahta di kemudian
hari antara tiga calo kuat, In Si, In Ceng dan In
Te. In Si dengan kedudukannya yang sangat
menguntungkan sebagai putera tertua Kaisar
Khong-hi, In Ceng dengan otaknya yang
cerdas, dan In Te dengan kekuatan militer
yang terpegang di tangannya. Akan semakin
ramai dengan pangeran-pangeran lain dengan
ambisinya masing- masing seperti In Gi, In
Tong dan In Go. Mereka juga sedang memupuk
kekuatan untuk meratakan jalan menuju Tahta
Naga.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 553
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Mudah-mudahan Kaisar tetap
berwibawa, supaya kelak dapat mewariskan
tahtanya tanpa goncangan", harapan Pakkiong
Eng dalam hati. "Tapi semakin hari Kaisar
semakin dekat dengan In Te, semakin
menunjukkan rasa kasih-sayangnya secara
menyolok. Ini betul-betul berbahaya, bisa
membuat pangeran-pangeran lain semakin
cemburu..."
Begitulah, keadaan negeri yang nampak
tenang itu sebenarnya menyembunyikan bibit
pergolakan yang berbahaya. Pergolakan yang
bisa membuat ribuan nyawa melayang di ujung
pedang.
"Kapan kekaisaran ini benar-benar
menemukan kedamaian yang langgeng?
Pakkiong Eng gelisah dalam hati. Sejak
pemberontakan Li Cu seng terhadap dinasti
Beng, lalu runtuhnya Li Cu-seng oleh Kerajaan
Ceng, pemberontakan Bu Sam-kui,
pemberontakan sisa-sisa dinasti Beng,
semuanya berlangsung dalam jarak waktu
yang hanya belasan tahun satu sama lain.
Rakyat tidak pernah mengalami masa damai
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 554
Rewriter & Pdf Maker : OZ
lebih dari limabelas tahun..... Perang yang satu
disusul perang lainnya, lama-lama orang-orang
kulit putih akan mendapat peluang untuk
menyerbu dan menjajah".
Si Salju Terbang berlari dengan
kecepatan sedang menuruti jalan besar yang
menuju kota Seng-toh. Sepanjang jalan
banyak orang yang menoleh untuk mengagumi
kuda tegar yang putih mulus dan
penunggangnya yang tampan berpakaian serba
putih pula. Orang-orang yang belum
mengetahuinya bertanya-tanya siapakah
pengembara yang gagah itu? Yang ada sedikit
pengalaman di dunia persilatan dapat segera
menebak, tentulah itu si Pengelana Tunggal
Berkuda Putih yang mulai terkenal namanya...
Menjelang sore, Pakkiong Eng melihat
tembok benteng Seng-toh sudah di depan
mata, diapun segera menjepit perut kuda
tunggangannya supaya berlari lebih cepat. Ia
merencakan akan beristirahat semalam di
Seng-toh, berendam air hangat lalu menikmati
masakan khas Se-cuan yang asin-asin pedas
itu.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 555
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Kalau tiga hari sebelumnya ia memasuki
Seng-toh dari timur dan keluar pintu barat, kini
ia menempuh arah sebaliknya. Masuk dari
barat, namun ia merencanakan untuk
membelok ke utara untuk masuk ke propinsi
Kam-siok. Propinsi itu belum "diperiksa"nya
untuk mencari jejak Pangeran In Ceng.
Ia beristirahat semalam di Seng-toh dan
mendapati apa yang diingininya, mandi air
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hangat dan masakan Se-cuan. Lalu keesokan
harinya ia melanjutkan perjalanan dengan
tubuh dan pikiran yang segar. Di sebelah
kirinya dilihatnya pegunungan Busan berderet
deret memanjang seperti seekor ular yang
tidur. la mengikuti saja jalan besar yang
menuju ke kota besar berikutnya, lam-tiong.
Tapi ketika ia tengah berkuda dengan
enaknya, tiba-tiba dari arah belakangnya
terdengar derap kaki seekor kuda yang
dilarikan dengan kencang. Jalan itu memang
jalan besar, umum saja orang lewat berjalan
kaki atau dengan kendaraan lain termasuk
kuda. Tapi yang tidak wajar adalah sikap
penunggang kuda itu, ia berkuda dengan cepat
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 556
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dan sebentar-sebentar menoleh ke belakang
dengatn wajah ketakutan. Ia adalah seorang
?aki-laki yang usianya mungkin sekitar
enampuluh lima tahun, tapi tubuhnya masih
tegap. Sebatang pedang tergantung di
pinggangnya.
Melihat sikap orang tua itu begitu
ketakutan, tertariklah hati Pakkiong Eng.
Agaknya orang itu telah diburu musuh.
Tidak lama kemudian, orang tua itu
sudah jauh berada di depan. Tapi kembali
terdengar derap empat ekor kuda dari arah
yang sama menuju ke arah yang sama pula.
Ketika Pakkiong Eng memperhatikan keempat
penunggang kuda yang agaknya sedang
memburu orang tua tadi, terkejutlah Pakkiong
Eng, karena a mengenali keempatnya sebagai
Empat Sluman yang pernah bertempur
dengannya ketika ia membela orang-orang Liu
keh-chung beberapa bulan yang lalu.
Keempatnya adalah Tiat-pi-koai
(siluman tangan besi) Wan Po yang bertubuh
raksasa, Hek-hok-koai (siluman kelelawar
hitam) Kongsun Gi yang tubuhnya kecil dan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 557
Rewriter & Pdf Maker : OZ
mukanya penuh bulu seperti kalong, Hui-thian
koai (siluman terbang) Hau It-yau yang
memakai caping yang juga merupakan
senjatanya, dan Gip-hiat-koai (siluman
pengisap darah) Pek Hong-teng yang
mempunyai sepasang taring di mulutnya.
Keempat golongan hitam itupun
terkejut ketika mereka mengenali Pakkiong
Eng, terutama Kongsun Gi yang pernah
merasakan hebatnya tendangan "pemuda" itu
di dadanya, Namun kini agaknya mereka
begitu tergesa-gesa mengejar sesuatu,
sehingga mereka tidak sempat mempedulikan
Pakkiong Eng. Mereka hanya menoleh dengan
mata melotot marah, tetapi terus melarikan
kuda mereka ke arah orang tua berkuda tadi.
Sebaliknya Pakkiong Eng tidak tinggal
diam. Pikirnya, "Keempat bangsat jahat ini
sudah menjadi anak buah Majikan Hek-eng-po,
sekarang mereka mengejar-ngejar seorang
tua, tentu bukan dengan maksud yang baik.
Coba aku lihat.."
Dengan nyali yang besar, Pakkiong Eng
memacu kudanya pula untuk mengikuti Empat
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 558
Rewriter & Pdf Maker : OZ
siluman itu. Mengandalkan kehebatan
kudanya, ia percaya seandainya tidak sanggup
melawan mereka berempat tentunya akan
sanggup melarikan diri Tapi ia jelas tidak ingin
membiarkan kejahatan berlangsung di depan
hidungnya tanpa berbuat apa-apa.
Merasa diri diikuti, keempat penjahat itu
menjadi geram. Mereka menghentikan kuda
mereka dan berbalik menghadap Pakkiong Eng.
Hau It-yau langsung saja memaki, "Setan cilik!
Kekurang-ajaranmu dulu ketika ikut campur
urusan kami belum sempat kami perhitungkan,
dan sekarang kau mau membuat urusan baru
?!"
Pakkiong Eng juga menghentikan
kudanya. Sahutnya sambil tertawa, "Eh, kalian
ini habis salah makan obat atau sedang
kesurupan? Kenapa marah-marah kepadaku?"
"Kenapa kau mengikuti kami?!"
"Jalan ini milik pemerintah kekaisaran,
kenapa aku tidak boleh lewat di sini?
Memangnya milik nenekmu?"
"Jangan berpura-pura! Kau tentu
sedang mengikuti kami!"
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 559
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Menghadapi empat siluman itu
sekaligus, sebenarnya Pakkiong Eng agak was
was juga, namun sikap luarnya justru kelihatan
santai seenaknya. "Baiklah, kalian menuduh
aku mengikuti kalian, aku mengakui. Kalian
sedang mengejar orang tua tadi bukan?"
"Itu urusan kami!" sahut Wan Po
dengan berang sampai otot luarnya tegang
semua. "kau mau ikut campur lagi seperti
dulu?!"
"Tergantung keadaan. Kalau kalian
berbuat tidak selayaknya terhadap orang lain,
tentu saja aku harus ikut campur..."
"Kalau begitu, biar kau mampus
sekarang juga!" Hau It-yau habis
kesabarannya. Secepat kilat caping bambu di
atas kepalanya sudah dipegang dengan tangan
dan siap dilontarkan, tapi gerakannya
tertegun...
Ternyata Pakkiong Eng dengan gerak
yang sama cepatnya telah mengambil busur
dan anak panahnya, dan anak panah berekor
putih itu sudah terpasang di busurnya. "Marilah
kita lihat, caping rongsokanmu itu lebih dulu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 560
Rewriter & Pdf Maker : OZ
menebas leherku, atau panahku menembus
jantungmu lebih dulu!"
Hau It-yau tertegun karena ia sudah
pernah melihat sendiri betapa lihainya panah
berekor putih itu. Ia tidak yakin caping
terbangnya akan lebih dulu di sasaran.
Mungkin ia bisa mengelakkan panah pertama,
tetapi Pakkiong Eng juga bisa mengelakkan
capingnya, hanya saja capingnya cuma sebuah
sedangkan panah Pakkiong Eng ada belasan
batang banyaknya yang bisa dilepaskan
berturut-turut, lolos dari panah pertama tidak
merupakan iaminan lolos dari panah ke dua, ke
tiga dan seterusnya.
Hau It-yau melirik kiri kanan,
mengharap bantuan dari teman-temannya,
Namun teman-temannya pun nampak
bimbang. Bahkan Wan Po memerintahkan,
"Pakai capingmu kembali, Losam. Jangan kita
urus setan kecil ini sehingga kita lupakan
urusan kita dengan tua bangka Ko Jun-lim
tadi!"
"Tapi kalau bangsat ini terus mengikuti,
kita akan terganggu..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 561
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Pada kesempatan lain akan kita
bereskan monyet kecil itu, namun tidak
sekarang dan di tempat in.i"
"Kenapa? Masa kita berempat kalah dari
dia?"
"Bukan dia yang Kita takuti", sahut si
Siluman Tangan Besi Wan Po. "Yang kite
kuatirkan ...kau ingat berada di mana kita
sekarang ini?"
Perkataan Wan Po itu membuat ketiga
teman mereka berubah wajahnya, dan
kelihatan rasa gentar di wajah-wajah yang
biasanya garang itu.
Melihat sikap takut dan mendengar
percakapan para "siluman" itu, Pakkiong Eng
tertawa mengeiek. "Biarpun kalian tidak bilang,
aku tahu bahwa kalian takut kepada Ketua
Hwe-liong-pang bukan? Ha-ha... terhadap
orang-orang Liu-keh- chung kalian galak
melebihi macan, namun mendengar nama
Ketua Hwe-liong-pang saja kalian sudah jeri.
Sungguh tidak sesuai dengan tampang kalian
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang seperti patung iblis di kuil-kuil..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 562
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Wajah keempat gembong hitam itu
langsung saja merah padam karena isi hati
mereka diketahui dengan tepat oleh Pakkiong
Eng.
Beberapa tahun yang lalu, mereka
berempat mem?ng pernah dihajar jungkir balik
oleh Ketua Hwe-liong-pang, Sampai detik itu,
mereka masih merasa takut luar biasa kepada
Ketua Hwe-liong-pang, biarpun mereka sudah
punya sandaran baru, Majikan Hek-eng-po.
Apalagi saat itu mereka berada di
wilayah Se-cuan, wilayah di mana pengaruh
Hwe-liong-pang sangat besar, Kalau mereka
berbuat gegabah, mereka kuatir nanti tubuh
mereka akan terkubur di wilayah itu. Karena
itu, neskipun dada mereka serasa hampir
meledak oleh olok-olok Pakkiong Eng, mereka
tidak berani sembarangan bertindak.
Namun sebagai tokoh-tokoh golongan
hitam yang bernama besar, mereka malu juga
menunjukkan ketakutan mereka, Wan Po
tertawa dingin sambil mendengus, "Hem,
Ketua Hwe-liong-pang? Dulu kami tidak takut,
sekarangpun lebih-lebih tidak...."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 563
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tiba-tiba Pakkiong Eng menyimpan
panahnya dan mengangkat tangannya menjura
ke suatu arah, sambil berkata dengan wajah
sungguh-sungguh, "Aku yang rendah Kiong
Eng menyampaikan salam hormat kepada Tong
Pangcu (Ketua Tong)."
Hampir bersamaan Empat Siluman itu
menoleh ke belakang dengan muka kaget
bercampur gentar. Tapi di belakang mereka
tidak ada siapapun kecuali beberapa orang
yang berlalu-lalang di jalan itu. Mereka baru
sadar telah ditipu oleh Pakkiong Eng ketika
mendengar "pemuda" itu tertawa terpingkal
pingkal sambil memegang perutnya.
Bagaikan paduan suara, empat mulut
dari Empat Siluman itu mengucapkan kata
kata yang sama, "Bangsat!"
Pakkiong Eng dengan air mata
bercucuran karena masih menahan rasa
gelinya, berkata, "Nah, kalian masih berani
gagah-gagahan mengaku tidak takut kepada
Ketua Hwe-liong-pang? Baru mendengar
namanya saja sukma kalian sudah hampir
copot...ha-ha-ha..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 564
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Otot-otot di wajah keempat siluman itu
bagaikan bertonjolan karena menahan murka
mereka. Ingin rasanya mereka mencincang
Pakkiong Eng sampai hancur lebur, tapi karena
ingat bahwa mereka masih belum jauh dari
Tiau-im-hong. Bayangan tubuh seorang lelaki
setengah abad yang berjubah kelabu kasar,
dengan kantong tembakau di ikat
pinggangnya, dan pipa rokok panjang yang
diisap dan dikebulkan, masih saja menghantui
mereka berempat. Apa boleh buat, mereka
harus menerima kedongkolan itu mentah
mentah.
Geram Wan Po, "Kita teruskan
pengejaran. Urusan penting menunggu kita
dan jangan terhambat hanya oleh monyet cilik
itu. Jalan!"
Mereka memutar kuda-kuda mereka ke
arah semula, dan melanjutkan perjalanan ke
arah tadi. Masing-masing sempat
memelototkan mata mereka kepada Pakkiong
Eng dengan perasaan geram. Apalagi ketika
kemudian mereka tahu bahwa Pakkiong Eng
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 565
Rewriter & Pdf Maker : OZ
pun tetap saja menguntit mereka pada jarak
tertentu, secara terang-terangan.
"Begitu keluar dari wilayah pengaruh
Hwe-liong-pang, seandainya monyet cilik itu
punya tiga butir kepala, akan kita penggal
semuanya sampai satu kepala pun tidak
punya!", desis Wan Po hanya terdengar oleh
teman-temannya.
"Dia mengikuti kita terus..." desis Pek
Hong-teng.
"Biarkan saja, ia hanya mengantarkan
nyawanya".
"Apakah kita akan sempat menyusul Ko
Jun-lim?"
"Kita susul terus, pasti Ko Jun-lim tidak
akan lolos. Di depan ada orang-orang kita yang
akan menghambat jalannya."
"Tapi selama masih di wilayah Se-cuan,
rasanya kita kurang leluasa untuk turun
tangan..."
"Selewatnya kota Lam-tiong, biarpun
sepuluh Tong Lam-hou juga tidak akan bisa
mencegah kita membunuh siapapun", Sahut
Wan Po. Namun sambil berkata demikian, toh
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 566
Rewriter & Pdf Maker : OZ
ia menoleh kiri kanan seolah-olah Ketua Hwe
liong-pang itu sesosok hantu yang bisa muncul
mendadak di manapun. "Dan akan kita
bereskan sekalian monyet kecil itu, tidak peduli
dia murid siapa atau anak siapsa, kita tidak
takut."
Sementara itu, Pakkiong Eng yang
mengikuti Empat Siluman itu diam-diam geli
juga melihat mereka ketakutan kepada Ketua
Hwe-liong-pang. Selain itu ia juga kagum
kepada Ketua Hwe-liong-pang yang demikian
lihainya sehingga ditakuti oleh gembong
gembong penjahat selihai mereka berempat.
Dan kekaguman kepada Ketua Hwe-liong-pang
menjalar pula menjadi kekaguman kepada
ayahnya sendiri, Pakkiong Liong, Panglima Hui
liong-kun (Pasukan Naga Terbang). Bukankah
nama Pakkiong Liong, Tong Lam-hou Pun-bu
Hweshio diletakkan sejajar sebagai tiga maha
meru dunia persilatan?
Melihat kekuatiran su-koai (empat
siluman) itu, mendadak saja timbul watak jahil
Pakkiong Eng untuk mempermainkan mereka
sepanjang jalan. Seandainya kepandaiannya
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 567
Rewriter & Pdf Maker : OZ
cukup, ingin rasanya dia membunuh habis
keempat penjahat kejam itu agar masyarakat
lebih tenteram. Namun ia sadar dirinya tidak
mungkin mengalahkan mereka berempat
sekaligus, terpaksa harus cukup puas dengan
menggoda mereka saja.
Tak terasa mereka sudah berjalan
puluhan li. Meskipun Su-koai masih sering
menengok ke belakang dengan wajah gemas,
tapi mereka masih belum berani berbuat apa
apa di wilayah pengaruh Hwe-liong-pang.
Mendadak mereka berubah dari siluman
siluman yang buas menjadi pendeta-pendeta
alim...
Ketika matahari sudah mencapai tengah
langit, rasa lapar mulai mengusik perut
Pakkiong Eng, tapi ia tidak mau melepaskan
keempat siluman itu. Untunglah, agaknya Wan
Po dan teman-temannya juga merasa lapar
sehingga merekapun berbelok ke sebuah kedai
di pinggir jalan.
Namun sebelum mereka melompat
turun, mereka melihat sehelai bendera kecil
tertancap di pintu kedai, Secarik kain segi tiga
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 568
Rewriter & Pdf Maker : OZ
berwarna hitam, bersulam naga bertubuh
menyala. Setiap orang dunia persilatan tahu
bahwa itulah lambang Hwe-liong-pang.
Melihat lambang itu, Su-koai hanya
saling berpandangan dengan wajah tegang.
"Apa artinya ini?" Pek Hong-teng melontarkan
pertanyaannya, dijawab dengan gelengan
kepala oleh ketiga temannya.
"Aku tahu artinya" tiba-tiba Pakkiong
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Eng menyahut dari belakang mereka.
"Monyet kecil! kami tidak bertanya
kepadamu....!" bentak Wan Po.
Pakkiong Eng tertawa, "Meskipun kalian
tidak tanya, aku akan berbaik hati untuk
mengatakannya kepada kalian. Supaya kalian
tahu artinya, dan dengan demikian kalian
panjang umur. Nah, bukankah aku baik hati?"
"Jangan mengoceh saja, cepat kata
kan!"
"Sabar sebentar... Tempat-tempat yang
diberi tanda bendera kecil itu, tandanya
sepenuhnya di bawah perlindungan Hwe-liong
pang. Entah warung, entah penginapan, entah
kuil atau bahkan rumah penduduk biasa. Di
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 569
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tempat-tempat yang ada tanda itu, orang
harus bertindak sesuai dengan aturan. Kalau
tidak, berarti si perusuh, itu menantang
permusuhan terbuka terhadap Hwe-liong
pang!"
Su-koai terkesiap mendengar
penjelasan itu "Yang kau maksud dengan
bertindak sesuai aturan itu yang bagaimana?"
tanya Hau It-yau.
"Hal segampang ini saja ternyata kalian
tidak mengerti, ini membuka kedok kalian
sendiri, menandakan bahwa selama ini kalian
suka bertindak sewenang-wenang di luar
aturan. Yang dimaksud kenal aturan tentu saja
kalau makan diwarung harus membayar,
sesuai harganya, tidak boleh merebut tempat
duduk tamu lainnya, tidak boleh berkelahi,
sopan, tidak merusak perabotan orang
lain....paham tidak?"
"Kalau sengaja melanggar, bagaimana?
Pakkiong Eng sengaja menggoda,
"Mungkin kalau yang melanggar aturan adalah
orang-orang maha sakti seperti kalian
berempat, tentunya pihak Hwe-liong-pang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 570
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tidak berdaya apa-apa melindungi tempat
tempat itu. Kalian ingin mencoba tidak
mengindahkan bendera kecil itu? Silahkan, aku
ingin menonton."
Merah padamlah wajah Su-koai, "Kita
cari warung yang lain!" Seru Wan Po kepada
adik-adik seperguruannya.
Merekapun batal mampir di kedai itu
dan berjalan kembali menyusuri jalan yang
terpanggang matahari. Tak lama kemudian,
kembali mereka jumpai sebuah warung,
mereka segera berlompatan turon dari kuda.
Tapi ketika hendak melangkah masuk, kembali
mata mereka melihat bendera kecil Hwe-liong
pang tertancap di meja kasir.
"Cari tempat lain!" Lalu mereka
berlompatan kembali ke punggung kuda dan
berderap, menahan perut yang lapar dan
tenggorokan yang haus.
Namun belasan warung sudah mereka
datangi, dan tidak ada yang tidak memasang
bendera kecil itu. Entah di pintu, entah di meja
kasir, entah di jendela dan entah di mana lagi.
Akhirnya Su-koai kebingungan, cacing-cacing
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 571
Rewriter & Pdf Maker : OZ
perut sudah mulai mengerek panji-panji
pemberontakan, tapi mereka rasanya enggan
juga kalau harus masuk warung berbendera
kecil itu. Mereka malu kepada Pakkiong Eng
yang terus mengikuti mereka, mereka kuatir
ditertawakan dan diejek bahwa merekapun
takut kepada bendera kecil itu.
Sedang Pakkiong Eng yang tidak kalah
laparnya itu berkata, "Kalau kalian mencari
warung atau rumah makan yang tidak ditandai
bendera kecil itu, maka biarpun kalia berjalan
dua hari dua malam juga tidak akan kalian
temukan".
"Persetan! Kau kira kami sudi tunduk
kepada aturan Hwe-liong-pang itu hanya
karena tahan kelaparan? Lebih baik mati
kelaparan daripada merunduk-runduk di bawah
bendera keparat itu!" teriak Kongsun Gi.
Meskipun ia berteriak "siap mati
kelaparan" namun tak urung biji lehernya
bergerak-gerak juga ketika melihat orang
orang dalam warung itu makan minum dengan
lahapnya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 572
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Pakkiong Eng tertawa. "Kalian ini aneh
benar. Kalau mati kelaparan demi
mempertahankan pendirian yang luhur, aku
akan bertepuk tangan tiga hari tiga malam
buat kalian. Tapi kalian rela mati kelaparan
hanya karena enggan menuruti tata-tertib
yang diakui bersama oleh seluruh anggota
masyarakat, itu namanya main gagah-gagahan
secara konyol. Apa susahnya bertindak tertib
dengan mengindahkan orang lain? Apakah
gagah kalau kalian menunjukkan bahwa kalian
berani melanggar peraturan? Kalau kalian
masuk ke warung itu, lalu makan dengan tertib
dan membayar sesuai harganya, biarpun Ketua
Hwe-liong-pang ada di sini juga tidak ada
alasan untuk menghajar kalian".
Tak tahan mendengar kata-kata
Pakkiong Eng yang memanaskan telinga, yang
menganggap mereka berempat bagaikan tikus
bernyali kecil di hadapan Ketua Hwe-liong
pang, akhirnya Wan Po menggeram, "Kita
makan di sini sajal"
Begitulah, keempat Su-koai itu
beramai-ramai melangkah masuk ke kedai itu.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 573
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Bukan cuma hati yang panas karena Pakkiong
Eng menganggap mereka penakut, tapi rasa
haus dan lapar yang sudah demikian kejam
menyiksa mereka. Jadi bukan karena timbul
kesadarannya setelah mendengar "kuliah"
tentang perlunya tata-tertib yang diucapkan
oleh Pakkiong Eng itu. Mereka berempat
menganut paham, yang kuat ialah yang
menang. Tapi celakalah mereka di wilayah itu,
sebab mereka berada di pihak yang lemah,
yang kuat ialah Ketua Hwe-liong-pang yang
mereka takuti melebihi hantu...
Pakkiong Eng ikut masuk dengan
langkah berlenggang. Dilihatnya Su-koai
memilih tempat duduk dengan tertib, tidak
kalah tertibnya dengan murid-murid sebuah
kuil Buddha. Mereka tidak melempar keluar
pengunjung yang sudah lebih dulu menduduki
tempatnya, namun memilih tempat ang masih
kosong. Mereka tidak memanggil pelayan
dengan berteriak sambil menggebrak meja,
tapi menunggu dengan sabar sampai pelayan
selesai meladeni tamu-tamu lainnya....
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 574
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Dari meja sebelah, Pakkiong Eng
tersenyum sambil berkata perlahan, "Kalau
begini terus, dari Su-koai kalian akan menjadi
Su-seng (empat nabi)".
"Tutup mulutmu, monyet cilik...."
makian ini diucapkan Hau It-yau tidak dengan
suara menggelegar, tetapi dengan berbisik
bisik karena kuatir mengagetkan pengunjung
pengunjung lain dan menyebabkan
pertengkaran.
Pakkiong Eng menahan tertawanya
kuat-kuat.
Ia pikir, ini kesempatan baik untuk
mempermainkan keempat tokoh golongan
hitam itu. Secara kekerasan, Pakkiong Eng
tidak bisa mengungguli empat siluman itu
sekaligus, namun ketakutan empat orang itu
terhadap Hwe-liong-pang bisa dimanfaatkan
sekaligus.
Waktu itu si pelayan sudah datang
mendekat, membawa nampan dengan empat
mangkuk kuah yan-oh-theng yang panas
mangepul dan berbau harum. Ketika
meletakkan mangkuk-mangkuk itu di meja suTeror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 575
Rewriter & Pdf Maker : OZ
koai, kebetulan pelayan itu membelakangi
Pakkiong Eng yang duduk di meja sebelahnya.
Maka gadis itu mengulur jarinya untuk
menotok jalan darah Jing-ling-hiat di lengan
pelayan itu.
Si pelayan merasa lengannya mendadak
kaku kesemutan. Tak terkendali lagi ia
sentakkan nampannya sehingga empat
mangkuk kuah panas tertumpah ke muka dan
pakaian Su-koai. Kong sun Gi malah tersiram
matanya sehingga sesaat lamanya dia tidak
bisa membuka matanya yang seperti kalong
itu.
Dengan beringas Wan Po telah menekuk
jari-jari tangannya dan siap menyerang
mampus si pelayan. "Bangsat cucu kura-kura,
di mana matmu?! Kau harus mam...." ia
menelan kata-katanya selanjutnya, dengan
wajah kaget ia mengawasi pojok ruangan
warung itu. Di sana nampak punggung seorang
lelaki yang berjubah kelabu dari kain kasar,
d?duk membelakangi Su-koai, sebentar
sebentar nampak lelaki itu mendekatkan pipa
tembakau ke mulutnya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 576
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Maka Wan Po cepat-cepat
mengendorkan sikapnya dan berkata rendah,
"..... aku tahu kau tidak sengaja, tapi hati
hatilah lain kali...."
"Baik, tuan-tuan...." kata si pelayan
dengan perasaan lega karena batal dihajar.
"Aku akan mengganti makanan tuan-tuan yang
tumpah..."
"Tidak usah", kata Wan Po. "Kami
pindah ke tempat lain saja..."
Kongsun Gi, Hau It-yau dan Pek Hong
teng juga sudah melihat lelaki setengah abad
yang duduk membelakangi mereka di pojokan
itu, maka diam-diam mereka pun sependapat
dengan Wan Po bahwa angkat kaki memang
jalan terbaik.
Diiringi permintaan maaf berkali-kali
dari pelayan itu, mereka pergi sebelum perut
mereka bertambah isi.
Pakkiong Eng terpaksa ikut berbangkit
pula sebelum ia sendiri sempat makan apapun.
Ia hanya menjatuhkan setail perak di meja
kasir dan menyambar dua buah bakpau yang
digigitnya sambil melangkah, menyusul Su
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 577
Rewriter & Pdf Maker : OZ
koai yang sudah duduk di punggung kuda dan
menderap pergi.
Mereka tiba di sebuah warung
berikutnya yang cukup ramai. Di atas pintu
warung setengah besar itu terpaku secarik
bendera kecil Hwe-liong-pang pula, namun
terdorong oleh rasa lapar keempat Su-koai
terpaksa menghentikan kuda-kuda mereka dan
masuk ke warung. Kembali mereka
menunjukkan sikap sopan yang sangat
berlebihan, tetapi dengan muka cemberut
jelek.
Ketika Pakkiong Eng hendak duduk di
meja sebelah mereka, Kongsun Gi yang
matanya masih pedas karena tersiram kuah
panas, menggeram sengit, "Kalau kau berbuat
gila lagi seperti di warung yang tadi, biarpun di
warung ini ada sepuluh helai bendera Hwe
liong-ki, akan aku bakar habis. Kau sudah
keterlaluan menghina kami!"
Pakkiong Eng menumpangkan kaki
kanannya di atas paha kiri, dan mengipas
ngipas mukanya dengan santai tanpa
menjawab.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 578
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Su-koai memesan makanan, dan tak
lama kemudian pelayan datang membawa
empat mangkuk besar pangsit yang mengepul
panas. Keempat Su-koai tidak memperhatikan
makanan-makanan itu, melainkan mengawasi
Pakkiong Eng dengah tajam, siap mencegah
"pemuda" itu berbuat gila lagi.
Namun kali ini Pakkiong Eng tenang
tenang saja, ia sadar bahwa tumpahnya kuah
di warung yang tadi sudak diketahui Su-koai
sebagai hasil ulahnya. Namun kini Pakkiong
Eng mencari akal lain untuk memberi "hajaran
batin" terhadap siluman-siluman kejam itu.
Ia sendiri memesan makanannya, dan
sambil menyantap, ia memperhatikan gerak
gerik Su-koai kalau-kalau ada peluang. Setelah
memperhatikan agak lama, ia melihat keempat
orang itu dengan sikap jeri berkali-kali melirik
ke arah meja kasir. Meja itu tengah tidak ada
orangnya, entah ditinggal pergi ke mana,
namun di atas meja ada sebuah sui-poa (alat
hitung), setumpuk buku catatan, dan sebuah
pipa tembakau yang tergeletak sembarangan.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 579
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Pipa tembakau itulah yang dilirik berkali-kali
oleh Su-koai.
Ketika itu warung memang sedang sepi,
seorang pelayan yang kurus tengah duduk
menganggur di bangku kosong sambil
menikmati pipa tembakaunya. Pakkiong Eng
melambai ke arah pelayan itu, "Kemarilah,
paman, temani aku bercakap-cakap..."
Memangnya orang ini gemar
mengobrol, suka mendengar ada seorang tamu
ingin bercakap-cakap, diapun tertawa
menyeringai dan duduk di seberang meja.
Pakkiong Eng agak pusing oleh asap tembakau,
namun demi memuaskan rasa usilnya
mengganggu Su-koai, ia pikir tidak apa-apa
sedikit berkorban.
"Paman, pipamu itu bagus betul...."
Pakkiong Eng mulai.
Pelayan itu tertawa terkekeh dan
mengusap pipa tembakaunya dengan perasaan
sayang, seperti membelai kepala anaknya.
"Pipa ini dibelikan oleh anak laki-lakiku yang
bekerja menjadl piau-su (pengantar barang) di
Lam-tong. Anakku itu hebat, ia dijuluki Ngo
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 580
Rewriter & Pdf Maker : OZ
long-cu (si serigala kelaparan) oleh teman
temannya..."
"Aneh juga. Ia punya ayah bekerja di
warung makanan, kenapa bisa sampai
kelaparan?"
"Ah, anak muda, kau ini ada-ada
saja..." si tukang warung terkekeh dan
memperlihatkan giginya yang seperti papan
catur, berselang-seling hitam putih.
"Bicara tentang pipa tembakau, pa
man, apakah milik paman ini pipa keramat?"
tanya Pakkiong Eng.
"Eh, lagi-lagi pertanyaan menggelikan?
Apanya yang keramat? Dengan setail perak
saja kau bisa mendapatkannya di Lam-tiong, di
pinggir-pinggir jalanan banyak. Kenapa kau
bertanya seaneh itu?"
"Sebab di kampungku ada empat orang
tolol, paman", kata Pakkiong Eng sambil
tertawa dan melirik ke meja sebelah yang
ditempati su-koai "Entah menderita penyakit
syaraf bagaimana, keempat orang di
kampungku itu takut kepada pipa tembakau.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 581
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Melihat pipa tembakau, mereka takutnya
melebihi melihat hantu...."
"Eh, ada penyakit seaneh itu?"
"Memang benar-benar ada, paman.
Kalau tidak percaya tanyalah kepada keempat
bujangku itu..." sambil menunjuk ke arah Su
koai.
Su-koai nyaris tak mampu menahan
kemarahan mereka. Tapi mereka menyantap
makanan mereka dengan diam-diam. Mie
pangsit yang tadinya terasa lezat dan gurih,
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kini rasanya seperti gulungan kawat dicampur
kencing kuda. Dengan susah payah mereka
harus berusaha mendorong dengan otot-otot
tenggorokannya agar bisa masuk perut.
Pakkiong Eng bercerita terus,
"Kabarnya, ketika keempat orang itu masih
dalam kandungan, ibu mereka gemar menyiksa
kura-kura. Maka mereka pun kena tulahnya,
melahirkan anak-anak penakut seperti kura
kura...ha-ha...."
Tukang warung itupun ikut terkekeh
kekeh. "Memang beberapa orang yang kukenal
juga penakut, tetapi tidak ada yang separah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 582
Rewriter & Pdf Maker : OZ
yang kau ceritakan itu, anak muda. Begitu
takutnya kepada pipa tembakau, ha-ha,...
tentunya penyakit gila mereka sudah parah
sekali..."
"Ya, tentu sudah tidak ada obatnya
lagi", Pakkiong Eng menimbrung.
Pakkiong Eng bercakap-cakap dengan
tukang warung itu cukup lama,
memnbicarakan "penyakit aneh" karangan
Pakkiong Eng itu. Pembicaraan berhenti ketika
terdengar gemeretak mangkuk pecah yang
diremas kuat-kuat oleh Hau It-yau.
Si tukang warung terkejut. Katanya,
"Anak muda, bujangmu itu merusakan
perlengkapan warung kami....."
"Jangan kuatir, paman. Ia akan
mengganti rugi, dari rumah aku sudah
memberi bekal uang banyak kepada mereka
berempat. Mereka bujang-bujang yang baik,
rajin, setia...."
Suara gemeretak mangkuk pecah lagi,
kali ini mangkuk di tangan Wan Po yang
hancur. Empat pasang mata Su-koai melotot
ke arah Pakkiong Eng dengan kemarahan yang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 583
Rewriter & Pdf Maker : OZ
menghanguskan. Melihat itu, diam-diam si
tukang warung merasa hubungan antara
"majikan" dan "empat bujang" itu agak aneh.
Kenapa para bujang berani melotot marah
kepada majikannya? Tapi kenapa keempat
"bujang" itu kelihatannya juga begitu menurut?
Namun si tukang warung tak peduli.
Warungnya tidak mau dirugikan, maka dengan
sikap bersungguh-sungguh dia berkata kepada
Pakkiong Eng, "Anak muda, kau lihat bendera
kecil di pintu warung kami itu? Tempat yang
diberi pertanda bendera itu berarti adalah
dilindungi Hwe-liong-pang. Berani main gila di
warung ini sama saja dengan main gila dengan
Hwe-liong-pang...."
Pakkiong Eng menjawab sambil tertawa,
"Jangan gugup, paman, semua makanan dan
ganti rugi akan kami bayar...."
Lalu Pakkiong Eng membentak Wan Po
"Cepat bayar! Kau sudah dengar bahwa kedai
ini dilindungi Hwe-liong-pang!"
Alangkah mendongkolnya Su-koai,
tetapi kemendongkolan mereka belum melebihi
ketakutan terhadap Ketua Hwe-liong-pang.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 584
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Dengan mendongkol Wan Po membentak si
tukang warung, "Berapa semuanya?!"
"...juga makananku sekalian," kata
Pakkiong Eng kalem.
Sejak membunuhi orang Liu-keh-chung
dan membagi-bagi harta milik Liu-keh-chung,
Su-koai memang banyak duit. Namun sungguh
tidak rela bahwa kini mereka harus mentraktir
Pakkiong Eng yang mereka benci sampai ke
tulang sungsum itu. Hanya saja mereka tidak
ingin ribut ribut di warung berbendera Hwe
liong-ki itu.
Sedang si tukang warung ternyata juga
bukan orang baik. Merasa bahwa tamu
tamunya itu kena digertak dengan nama Hwe
liong-pang, si tukang warung bermaksud
sekalian menggorok tamu-tamunya. Ia pura
pura menghitung sebentar, lalu berkata, "Lima
mangkuk mi pangsit duapuluh lima tahil,
seguci arak besar limapuluh tahil, tambah ganti
rugi mangkuk yang rusak dua biji masing
masing lima puluh tahil. Jadi total seratus
tujuhpul?h lima tahil..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 585
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Selama angka-angka itu disebut, mata
keempat Sukoai hampir melompat keluar
karena kagetnya. Itulah harga yang mencekik
leher, meskipun mereka sedang mengantongi
banyak uang, toh penggorokan terang
terangan itu membuat mereka mendongkol
sekali. Apalagi Su-koai, sedang Pakkiong Eng
yang benci kepada Su-koai juga mengerutkan
alisnya. Bendera Hwe-liong-pang bermaksud
melindungi para pemilik warung yang
umumnya bermodal kecil dari tingkah
sewenang-wenang tamu-tamu dunia
persilatan. Tapi perlindungan itu bisa
menimbulkan kesewenang-wenangan baru,
justru oleh pihak yang tadinya dianggap lemah
dan dilindungi. Kini Pakkiong Eng melihatnya
sendiri. Kalau yang digorok itu Su-koai,
Pakkiong Eng tidak keberatan, bahkan
seandainya Su-koai harus meninggalkan
semua celana mereka, sebab keempat orang
itu adalah perampok-perampok yang patut
mendapat hajaran. Tapi bagaimana kalau
seorang musafir yang baik hati namun
bekalnya tinggal sedikit, tahu-tahu disodori
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 586
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tagihan sebesar itu? Bukankah warung-warung
itu menjadi tidak kalah kejamnya dengan
perampok?
Melihat Su-koai melotot dan belum juga
mengeluarkan uangnya, si tukang warung
bertolak pinggang dan membentak, "Bayar!
Atau harus kupanggilkan orang-orang Hwe
liong-pang?!"
Ingin rasanya Wan Po mencengkeram
dan mematah-matahkan tubuh kerempeng si
tukang warung yang menggemaskan itu.
Namun begitu melirik ke pipa tembakau di
meja kasir, kuncuplah nyalinya. Ia keluarkan
kantong uangnya dan membayar harganya.
Setelah itu, tanpa bicara lagi mereka berempat
keluar warung, dan sesaat kemudian
terdengarlah derap kuda mereka.
Sambil tertawa-tawa penuh ketamakan,
tukang warung itu menimang-nimang uang
banyak ditangannya, sambil berkata sendiri,
"Hem, tak kuduga kalau bendera kecil itu
benar-benar bisa mendatangkan rejeki..."
"Tapi mulai besok, tidak lagi!" kata
Pakkiong Eng dingin. Ia belum pergi dari kedai
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 587
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 588
Rewriter & Pdf Maker : OZ
itu, karena ingin memberi peringatan keras
kepada pengelola warung itu. Ia tidak rela
bendera Hwe-liong-pang, lambang pelindung
kaum lemah itu, berubah menjadi kedok untuk
merampok.
Tukang warung membelalakkan
matanya, "Apa? Kau juga minta kupanggilkan
orang-orang Hwe-liong-pang?"
"Panggilkan, aku tidak takut. Ketua
Hwe-liong-pang Tong Lam-hou adalah
pamamku. Aku akan menceritakan kepadanya
tentang sarang begal berkedok warung ini, dan
minta kepada pamanku supaya mencabut
perlindungan Hwe-liong-pang atas tempat ini.
Lihat saja besok, akan ada orang-orang Hwe
liong-pang yang mengambil bendera kecil
itu..."
Sikap Pakkiong Eng yang mantap itu
membuat si tukang warung mulai percaya
ancamannya, dan mukanya pun menjadi pucat.
Ia berlutut dan menyodorkan seratus
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tujuhpuluh lima tahil di tangannya sambil
memohon, "Jangan, anakmuda...jangan minta
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 589
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Hwe-liong-pang mencabut bendera itu,
warungku bisa bangkrut nanti. Maafkan
aku...uang ini kukembalikan semua kepada
Kongcu..."
"Sudah terlalu lama kau menikmati
banjir uang gara-gara perlindungan Hwe-liong
pang yang kau salah gunakan itu bukan?"
dengus Pakkiong Eng.
Si tukang warung salah sangka akan
ucapan "pemuda" itu. "Kalau begitu.. . kalau
begitu bagaimana kalau duaratus limapuluh
tahil? Tapi jangan bilang kepada Ketua Hwe
liong-pang...
Pakkiong Eng menarik napas dengan
sedih, kenapa orang-orang macam ini terlalu
banyak jumlahnya di dunia? Orang yang tidak
segan-segan merugikan orang lain demi uang?
Lalu setelah kena batunya mengira uang
mereka bisa menyelesaikan persoalan?
Ia menunjuk kepada kuda putihnya
yang tertambat di luar warung, katanya,
Paman tukang warung, di pelana kudaku itu
aku membawa bekal uang cukup banyak. Aku
tidak butuh uangmu. Aku hanya butuh janjimu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 590
Rewriter & Pdf Maker : OZ
untuk tidak lagi menggunakan bendera Hwe
liong-pang itu sebagai alat keserakahanmu.
Kalau kau tidak memperhatikan peringatanku,
lihat saja, aku membual atau tidak kalau aku
katakan bahwa aku bisa minta Paman Tong
Lam-hou mencabut bendera itu. Mulai detik ini,
warungmu harus memasang harga yang
pantas. Cari untung boleh saja tapi yang
sepantasnya..."
"Aku mengerti...aku mengerti..."
Sambil tetap berlutut, tukang warung
itu melihat si "pemuda" menekankan dua
telapak tangannya di meja, wajahnya nampak
merah sejenak, lalu menjadi biasa lagi.
**OZ**
Bersambung ke jilid 11
Pojok Dukuh, 21-09-2018; 22:45 WIB
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 591
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 592
Rewriter & Pdf Maker : OZ
TEROR ELANG HITAM
Karya : STEVANUS, S.P.
Jilid 11
PAKKIONG ENG bangkit, katanya,
"Aku tidak minta kau kembalikan uang itu,"
Lalu berjalan keluar, melompat naik ke
kudanya, dan berpacu menyusul "keempat
bujang"nya tadi.
Si tukang warung bangkit dengan
perasaan lega karena uangnya tidak harus
dikembalikan. Sambil menatap ke luar pintu, ia
mendengus, "Hem, bocah kemarin sore yang
masih bau susu ibunya, hendak ikut campur
urusan...hah!"
Ketika ia memandang ke atas meja
yang habis ditempati "pemuda" tadi maka
mukanya pun pucat dan matanya terbelalak. Di
permukaan meja yang keras itu tercetak
dekukan sepasang telapak tangan sedalam
kira-kira dua sentimeter. Yang mengejutkan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 593
Rewriter & Pdf Maker : OZ
lagi, dekukan itu bukan sekedar dekukan tetapi
hangus seperti dicap dengan besi membara...
Si tukang warung hampir pingsan
melihat itu. Kini ia tidak ragu-ragu lagi bahwa
"pemuda" tadi tentu seorang berilmu hebat.
Tentu bukan membual kalau mengatakan kenal
baik dengan Ketua Hwe-liong-pang dan bahkan
memanggilnya Paman. Sejak itu, iapun
sembuh dari kebiasaannya menguras kantong
pengunjung warungnya, kuatir kalau bendera
kecil itu benar-benar diambil.
**OZ**
BAGIAN SEPULUH
Dengan mengikuti jejak kaki kuda-kuda
tunggangan Su-koai, Pakkiong Eng memacu si
Salju Terbang untuk mengejar mereka. Ia
bukan sekedar usil, namun mencemaskan
kalau keempat Siluman itu berbuat sesuatu
yang merugikan orang banyak. Bagaimanapun
juga dengan keterbatasan dirinya, ia harus
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 594
Rewriter & Pdf Maker : OZ
berusaha mencegah perbuatan-perbuatan
jahat mereka. Ia lalu ingat orang tua berkuda
yang seorang diri nampak ketakutan tadi.
Tentu orang itu sedang dikejar-kejar olen Su
koai entah untuk urusan apa...
Biarpun si Salju Terbang adalah kuda
jempolan, tetapi sulit juga untuk menyusul
kuda-kuda tunggangan Su-koai yang juga
merupakan kuda-kuda gurun pasir yang
tangguh. Agaknya selagi Pakkiong Eng
membutuhkan agak banyak waktu untuk
"menjewer kuping" si tukang warung, Su-koai
telah memacu kuda mereka sekencang
kencangnya untuk melepaskan diri mereka dari
kuntitan Pakkiong Eng yang menjengkelkan
itu.
"Celakalah aku kalau sampai aku tidak
bisa mencegah Su-koai untuk mengganas
terhadap orang tua yang patut dikasihani
tadi..." pikir Pakkiong Eng dengan gugup
sambil berkali-kali menjepit keras perut
kudanya agar berlari lebih cepat. "Keempat
siluman itu bersikap alim hanya ketika berada
di wilayah pengaruh Hwe-liong-pang. Tapi
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 595
Rewriter & Pdf Maker : OZ
kalau sudah keluar dari wilayah pengaruh itu,
entah perbuatan biadab apa lagi yang bakal
mereka perbuat..."
Sampai di kota Lam-tiong, hari telah
menjadi sore, dan Pakkiong Eng belum berhasil
menyusul Su-koai, meskipun menurut jejak
yang tertera di tanah dia agaknya mengikuti
jejak Su-koai yang benar.
Masuk ke Lam-tiong, ia bertanya
kepada seorang pedagang buah di pinggir
jalan, "Numpang tanya, paman, apakah belum
lama berselang ini paman melihat empat orang
penunggang kuda lewat di jalan ini?"
Lalu Pakkiong Eng menggambarkan
wajah-wajah, potongan tubuh dan pakaian Su
koai yang memang tak gampang dilupakan itu.
"Benar," sahut orang yang ditanya.
"Mereka datang dari arahmu, dan berkuda
dengan cepat di sepanjang Se-toa-kai (jalan
raya barat) ini. Tampang mereka memang
menakutkan, dan nampaknya begitu terburu
buru..."
"Terima kasih, paman," sahut Pakkiong
Eng sambil memberi hormat dan buru-buru
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 596
Rewriter & Pdf Maker : OZ
melompat ke punggung si Salju Terbang
kembali. Ia bertekad akan mengejar terus,
biarpun hari menjelang malam, meskipun
sadar bahwa dengan demikian dia akan
semakin sulit mengejar buruan-buruannya.
Membaca jejak di malam hari tentunya akan
lebih memakan waktu dari pada di siang hari,
dan ia yakin Su-koai tidak begitu tolol untuk
bermalam di kota Lam-tiong, tentu mereka
hanya melewatinya saja. Juga ada
kemungkinan mereka menukar kuda mereka,
sedang Pakkiong Eng tidak mungkin menukar
si Salju Terbang sahabatnya itu...
Lebih celaka lagi, semangatnya yang
menggebu itu mendadak merosot ketika ia
merasakan sesuatu pada tubuhnya. Ternyata
itulah hari-hari khusus yang hanya dimiliki oleh
kaum wanita yang sehat, hari yang datang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
duapuluh delapan hari sekali. Tidak peduli ia
adalah si Pengembara Tunggal Berkuda Putih
yang gagah perkasa, namun pada hari-hari
macam itu kesehatannya harus diperhatikan.
Ilmu silatnya pun tidak akan setangguh hari
hari biasa.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 597
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Apa boleh buat, keputusannya untuk
terus mengejar Su-koai itupun diralatnya
sendiri. Ia harus mencari sebuah penginapan
yang tenteram di kota itu, untuk mengurus
dirinya lebih dulu. Diam-diam ia menggerutu
dalam hati, kenapa dirinya bukan seorang
Ielaki, yang bebas dari "hari-hari khusus" itu?
Ia menempatkan diri di penginapan
yang memasang papan nama Cao-an-tiam di
pinggir jalan raya Se-toa-kai. Dipilihnya kamar
dekat kebun bunga di belakang, yang agak
aman dari kebisingan jalan raya.
Selesai membersihkan badan dan
menyalin pakaiannya dengan yang bersih, ia
merasa segar. Dipanggilnya pelayan untuk
memesan makanan agar dibawa ke kamarnya,
dan dengan upah beberapa chi, dimintanya
pula agar si Salju Terbang dikandang dirawat
dengan baik. Diberi makan cukup dan
dimandikan pula.
Tengah Pakkiong Eng menunggu
datangnya makanan pesanannya itu, tiba-tiba
didengarnya di halaman samping ada suara
kaki kuda yang dituntun orang menuju istal.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 598
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Dan suara si pengurus penginapan yang begitu
ramah, "Silahkan Sebun Kongcu menempati
ruangan itu. Kami selalu menyediakan yang
terbaik buat Kongcu..."
Mendengar itu, Pakkiong Eng tertarik
perhatiannya. Desebutnya nama "Sebun
Kongcu" membuat ia menduga-duga jangan
jangan tamu ini adalah tuan muda dari
Keluarga Sebun yang terkenal di Se-shia?
Keluarga dari seorang pendekar besar jebolan
perguruan Hoa-san-pai yang nama besarnya
nyaris sejajar dengan Pakkiong Liong, Tong
Lam-hou dan Pun-bu Hweshio. Karena itulah
buru-buru Pakkiong Eng menuju ke jendela
dan membuka jendela dengan gerakan tidak
menyolok, untuk melihat bagaimana tampang
seorang tuan muda dari keluarga terkenal itu.
Dilihatnya Ciangkui (pengurus)
peng?napan itu tengah mengantarkan tamunya
ke sebuah kamar yang dikitari kebun bunga,
tepat berhadap-hadapan dengan kamar yang
ditempati Pakkiong Eng. Itulah seorang anak
muda yang tinggi tegap, jubahnya nampak
mewah meskipun agak dikotori oleh debu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 599
Rewriter & Pdf Maker : OZ
perjalanan, alisnya tebal dan wajahnya
tampan. Punggungnya menggendong sebatang
pedang yang panjangnya, beratnya maupun
tebalnya melebihi ukuran pedang-pedang
biasa. Pakkiong Eng pernah mendengar cerita
ayahnya bahwa pedang besar itulah ciri-ciri
keluarga Sebun.
Tengah Pakkiong Eng memperhatikan
pemuda yang gagah itu, tiba-tiba pemuda
itupun menoleh ke arah Pakkiong Eng lalu
mengangguk dengan ramahnya. Dibalas oleh
Pakkiong Eng sambil tersenyum pula. Sikap
anak muda itu cukup mengesankan.
Pelayan datang membawa makanan ke
kamarnya, maka Pakkiong Eng lalu makan
minum sendirian di kamarnya, hanya ditemai
sebatang lilin. Tapi kepada pelayan itu ia
sempat bertanya, "Anak muda yang dipanggil
Sebun Kongcu itu apakah datang dari Se
shia?"
Pelayan itu mengangguk, dan mendapat
peluang untuk membanggakan penginapannya,
"Benar, Kongcu. Ketahuilah, biarpun
penginapan kami bukan yang paling besar di
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 600
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Lam-tiong, tapi tokoh-tokoh terkenal sering
menginap di sini. Kongcu di kamar seberang itu
memang benar anak lelaki dari Taihiap Sebun
Him dari Si-shia. Namanya Sebun Hiong,
dikalangan persilatan Se-cuan dan Siam-say
dikenal dengan julukan Ci-him (si beruang
ungu)."
Tadi Pakkiong Eng memang melihat
Sebun Hiong memakai jubah satin warna ungu
lembut, dengan garis pinggiran ungu tua.
Sementara pelayan itu tiba-tiba
mengamat-amati Pakkiong Eng yang
berpakaian serba putih dari tutup kepala
sampai ke sepatu. Tiba-tiba pelayan itu
tertawa, "...Dan hari ini bertambah lagi
seorang langganan terkenal di rumah
penginapan ini..."
"Bicara apa kau ?"
"Kongcu, kau tadi datang menunggangi
kuda putih membawa busur dan panah berekor
putih. Tentunya Koncu adalah pendekar muda
Pek-ma-tok-hing (Pengembara Tunggal
berkuda putih) yang terkenal itu..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 601
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ada rasa bangga juga di hati Pakkiong
Eng bahwa nama si Pengembara Tunggal
Berkuda Putih di kenal sampai ke propinsi
propisi barat ini. Sekaligus ia juga percaya
bahwa penginapan itu menjadi salah satu titik
kegiatan dunia persilatan pula, pelayan
pelayannya pun cukup tajam dalam mengamati
tamu-tamunya yang bertampang dunia
persilatan.
Karena itu, tiba-tiba Pakkiong Eng ingat
akan tugas utamanya mencari jejak Pangeran
In Ceng. Karena itu dikeluarkannya gulungan
kertas berlukiskan wajah Pangeran In Ceng itu,
lalu dibebernya di depan mata si pelayan
sambil bertanya "Kalau benar penginapanmu
cukup terkenal, banyak dikunjungi orang
terkenal, pernahkah orang ini mengunjungi
tempatmu ini?"
Melihat pelayan itu berpikir begitu lama,
Pakkiong Eng merasa perlu membantu
"Menjernihkan otak" pelayan itu dengan setahil
perak yang diletakkannya di meja.
Betul juga, otak si pelayan menjadi
cerah mendadak. Lebih dulu uangnya disambar
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 602
Rewriter & Pdf Maker : OZ
masuk kekantongnya, barulah berkata dengan
'bersemangat "Ya sebulan yang lalu, rasanya
memang orang itu pernah datang kemari. Ia
mengaku bernama Si Liong-cu."
Hati Pakkiong Eng melonjak. Si Liong
cu? Otaknya yang tajam segera menangkap
makna di balik nama itu. "Si" tentunya
bermakna "empat" dan "Liong-cu" berarti
"anak naga." Pangeran In Ceng adalah putera
keempat Kaisar Khong-hi, dan Kaisar sering
dilambangkan sebagai Naga. Si Liong-cu dapat
dibaca "anak naga yang keempat"...
Sejak setengah tahun meninggalkan
Pak-khia untuk memikul tugas ini, baru
sekaranglah Pakkiong Eng menemukan jejak
orang yang diduganya sebagai nama In Ceng
yang menyamar.
"Kau yakin orang itu bertampang
seperti dalam gambar ini?" ia mendesak si
pelayan.
Setahil perak di kantong sang pelayan
membuat ia sangat bersemangat bercerita.
"tidak salah, Kongcu.Si Liong-cu itu membawa
sebatang toya dari kayu besi hitam yang lihai.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 603
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Agaknya ia bukan orang sembarangan, sebab
ketika mampir di sini, teman seperjalanannya
pun bukan orang-orang sembarangan..."
"Siapa saja?"
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kongcu pernah dengar tentang Kang
lam-sam-eng (Tiga Kesatria dari Kang-lam)?"
"Siapa yang tidak kenal nama ketiga
pendekar muda terkenal itu? Biarpun belum
bertemu orangnya, paling tidak sudah
mendengar akan kelihaian dan keluhuran budi
mereka. Merekalah Kam Hong-ti, Pek Thai
koan dan si dewi pedang Lu Si-nio. Maksudmu,
Si Liong-cu terlihat bersama-sama dengan
ketiga pendekar terkenal itu?"
Pelayan itu mengangguk.
Pakkiong Eng mengerutkan alisnya
mendengar berita yang janggal itu, Bukan
rahasia lagi bahwa Kang-lam-sam-eng adalah
pendekar-pendekar penentang dinasti Manchu
yang gigih, sedang In Ceng adalah putera
Kaisar Manchu. bagaimana mereka bisa
bersahabat baik? Jangan-jangan pelayan ini
cuma membual? Atau...apa yang dikuwatirkan
oleh ayah Pakkiong Eng, Pakkiong Liong benar
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 604
Rewriter & Pdf Maker : OZ
benar menjadi kenyataan? Demi merintis jalan
ke Tahta Naga, mungkinkah In Ceng tidak
segan-segan bersekutu dengan kekuatan dari
manapun, tidak perduli apapun kekuatan itu,
asal bisa dimanfaatkannya? Kalau itu benar
terjadi, itulah ancaman berat kelanggengan
dinasti Manchu.
"Kau tahu sebabnya mereka
bersahabat?" Pakkiong Eng menanya si
pelayan.
"Mereka berempat baru saja menumpas
gerombolan berandalan pengganggu rakyat di
gunung Cu-lo-san. Luar biasa, Kongcu. Coba
bayangkan, hampir duaratus orang berandal
yang ganas-ganas ,dilawan hanya oleh empat
pendekar itu dan gerombolan berandal itu
berhasil mereka taklukkan."
"Kemana In...eh, Si Liong-cu itu
meneruskan perjalanannya?" Pakkiong Eng
nyaris keliru menyebut nama In Ceng.
"Aku tidak tahu, Kongcu," sahut si
pelayan. "Mereka berempat bercakap-cakap di
meja makan dan aku tidak berani menguping
pembicaraan mereka. Hanya samar-samar aku
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 605
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dengar Si Liong-cu menyebut dirinya sebagai
orang yang belum berpengalaman dan ingin
bersahabat dengan pendekar sebanyak
banyaknya, dan Kam-Hong-ti menyanggupinya
untuk memperkenalkannya dengan beberapa
pendekar ternama."
Jantung Pakkiong Eng berdenyut keras.
Dalam gambarannya, In Ceng tentu sedang
mengumpulkan kekuatan besar untuk
menyaingi saudara-saudaranya dalam arena
perebutan tahta, terutama saingan
terberatnya, Pangeran Ke Empatbelas In Te
yang paling disayangi kaisar Khong-hi sehingga
diserahi kekuasaan militer yang sangat besar.
"Orang bernama Si Liong-cu itu bukan
seorang terkenal tapi agaknya orang
menanyakan... kata pel ayan itu tiba-tiba.
"Eh, selain aku, siapa lagi yang
menanyakannya?"
"Beberapa hari yang lalu, ada beberapa
orang berseragam yang menginap di sini pula.
Mereka menanyai aku sambil menggambarkan
bentuk wajah dan tubuh orang yang mereka
cari, dan akupun hampir pasti bahwa Si Liong
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 606
Rewriter & Pdf Maker : OZ
cu itulah yang mereka cari. Dan sore ini, Sebun
Kongcu itupun menanyakannya..."
Otak Pakkiong Eng berputar keras.
Orang-orang berseragam? Dari pihak mana?
Apakah keluarga Sebun juga mulai
menceburkan diri ke arena persaingan antar
Pangeran yang semakin panas itu?
Dengan isyarat tangannya, ia lalu
menyuruh pelayan itu pergi sambil membenahi
bekas-bekas makannya.
Kini Pakkiong Eng dihadapkan pada dua
pilihan. Terus membuntuti Su-koai untuk
mencegah mereka berbuat kejahatankah? Atau
mengejar Pangeran In Ceng yang jejaknya
samar-samar mulai terlihat? Setelah
menimbang-nimbang sampai hampir tengah
malam, akhirnya Pakkiong Eng memutuskan
untuk menguntit Su-koai tetapi sambil
mendengar-dengarkan berita tentang In Ceng.
Setidak-tidaknya nama samaran In Ceng sudah
diketahui, Si Liong-cu, dan itu sangat
membantu daripada tidak tahu apa-apa sama
sekali. Membuntuti Su-Koai adalah pekerjaan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 607
Rewriter & Pdf Maker : OZ
jangka pendek, membuntuti In Ceng adalah
tugas jangka panjang.
Setelah menemukan keputusan,
Pakkiong Eng merasa mantap dan mulai
membaringkan dirinya. Kelelahan dan
ketegangan dalam perjalanan sehari sambil
"menggarap" Su-koai membuat ia cepat
terlelap. seperti kebiasaan, ia tidur dengan
pedang tetap ada di sampingnya, dan busur
serta panahnya disandarkan di pinggir tempat
tidurnya.
Pagi tiba, kesibukan di penginapan itu
membuat Pakkiong Eng terbangun dan bersiap
siap untuk berangkat pula. Mandi air hangat
membuatnya segar, lebih-lebih setelah
perutnya terisi dua mangkuk nasi dan lauk
pauknya yang hangat. Dengan pakaian
kesayangannya yang serba putih, diapun siap
menyelesaikan pembayaran makan minumnya
untuk melanjutkan perjalanannya.
Di meja kasir, ia melihat "tetangga
semalamnya" Sebun Hiong agaknya juga sudah
siap melanjutkan perjalanan dan sedang
menyelesaikan pembayarannya. Melihat
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 608
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Pakkiong Eng, ia mengangguk hormat sambil
tersenyum ramah, wajahnya segar dan tampan
sekali.
"Aku gembira sekali bertemu dengan
Kiong-heng ( saudara Kiong) yang bergelar
Pek-ma Tok-hing," kata Sebun Hiong dengan
sopan tapi tidak menyembunyikan
kebanggaannya karena merasa pasti bahwa
tebakannya tepat. "Perkenalkanlah aku
memperkenalkan diri. Aku adala..."
"... Sebun Hiong, tuan muda keluarga
Sebun di Se-shia, bergelar Ci-him Beruang
Ungu," sahut Pakkiong Eng tak mau kalah.
"Terimalah salamku, Sebun-heng (saudara
Sebun)."
"Kiong-heng, tempat ini sudah tidak
jauh lagi dari rumahku. Bagaimana kalau aku
undang saudara berdiam di rumahku selama
beberapa hari? Bukan saja aku senang
memperdalam persahabatan kita, tetapi
ayahku pun akan gembira sekali melihat
pemuda-pemuda berbakat semacam kau."
Tentu saja Pakkiong Eng akan senang
mendapat teman seperjalanan yang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 609
Rewriter & Pdf Maker : OZ
menyenangkan seperti ini, ramah, dan ia yakin
tentu berilmu tinggi pula sebab Sebun Hiong
adalah putera Sebun Him yang bergelar Se
him Taihiap (Pendekar Besar Beruang Barat).
Menyenangkan pula untuk berkenalan dengan
tokoh terkemuka seperti Sebun Him, sambil
nenyelidiki kenapa pihak keluarga Sebun ikut
ikutan pula mencari jejak Si Liong-cu?
Tapi Pakkiong Eng ingat akan tugasnya,
diam-diam menjadi ragu-ragu memenuhi
ajakan Sebun Hiong itu. Jawabnya dengan
luwes, "Sayang sekali bun-heng, perjalananku
ini bukan perjalanan bebas yang bisa
menentukan arah semauku saja. Aku sedang
membututi sekelompok penjahat..."
"Membasmi penjahat adalah amanat
keluarga Sebun juga. Kalau Kiong-heng tidak
memandang rendah kepandaianku, bagaimana
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalau akupun ikut bersamamu mengejar
penjahat itu?" tanya Sebun Hiong.
"Sebenarnya siapakah penjahat-penjahat itu?"
Menganggap keluarga Sebun bisa
dipercaya, karena Sebun Him adalah kenalan
baik Ketua Hwe-liong-pang Tong Lam-hou,
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 610
Rewriter & Pdf Maker : OZ
maka Pakkiong Eng menyahut terus terang,
"Aku sedang membuntuti Su-koai (Empat
Siluman). Aku kuatir mereka akan berbuat
jahat kepada seorang tua yang mereka kejar
kejar...."
Diam-diam Sebun Hiong
memperhatikan logat bahasa Pak-khia yang
kental dalam kalimat-kalimat Pakkiong Eng. Itu
mendapat perhatian khusus darinya. Logat
ibukota kekaisaran, berarti si Kelana tunggal
Berkuda Putih ini adalah orang asal Pak-khia.
"Jadi saudara sedang memburu
keempat orang itu?" Sungguh berbahaya..."
sahut Sebun Hiong. "Dan siapakah orang tua
yang saudara katakan sedang terancam
nyawanya oleh Su-koai itu?"
"Aku kurang tahu, hanya merasa dia
pantas dikasihani".
"Ah, saudara ini bertindak gegabah,
belum tahu persoalannya dan sudah
menerjunkan diri ke dalam persoalan itu. Su
koai bukanlah orang-orang yang bisa diajak
bergurau...."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 611
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Alis Pakkiong Eng berkerut mendengar
teguran yang dikupingnya terasa terlalu
menggurui itu. "Aku cuma tidak suka ada
kesewenang-wenangan berlangsung demikian
saja di depan hidungku. Percuma kita disebut
pendekar, kalau kita hanya mau mengurusi
soal-soal yang menguntungkan kita atau
bersangkut-paut dengan kita. Sedang terhadap
nasib orang lain kita acuh tak acuh".
Sebun Hiong terperangah dan agak
kikuk oleh "serangan balasan" yang ta-mjam
itu. Katanya, "Ah, s?apa bilang aku hendak
acuh tak acuh kepada nasib orang tua itu?
Kalau dia memang terancam kesewenang
wenangan, marilah kita tolong dia..."
"Nah, itu baru sikap seorang putera
Keluarga Sebun!" Pakkiong Eng mengacungkan
jempoInya dengan wajah cerah kembali. "Ayo
kita berangkat mumpung hari masih pagi!"
Seorang pelayan penginapan sudah
menuntun kuda beberapa tetamu yang akan
berangkat pagi itu. Semua kuda nampak segar,
termasuk Si Salju Terbang yang telah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 612
Rewriter & Pdf Maker : OZ
menggerak-gerakkan kepalanya begitu melihat
tuannya melangkah keluar.
Pakkiong Eng melompat ke punggung
kuda putihnya, sementara Sebun Hiong juga
melompat ke atas seekor kuda tegar berbulu
hitam mulus. Melihat kuda itu, Pakkiong Eng
tahu bahwa kuda hitam itu tak kalah hebatnya
dengan Si Salju Terbang.
Sebun Hiong tersenyum bangga melihat
Pakkiong Eng menatap kudanya. Katanya,
"Kudaku ini aku beri nama Hek-hong (si Angin
Hitam)..."
"Hebat Sebun-heng, mudah-mudahan
Su-koai akan berhasil kita susul dan kita cegah
berbuat kejahatan."
Merekapun berkuda berjajar
meninggalkan penginapan Cao-an-tiam.
Meskipun Pakkiong Eng mencemaskan
keselamatan orang tua tak dikenal yang
tengah diburu Su-koai, namun selama belum
keluar dari kota Lam-tiong dia tidak bisa
memacu kudanya. Jalanan sangat ramai pagi
itu, dan mereka tidak boleh ditabrak begitu
saja.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 613
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Ke mana kita akan mencari jejak
buruan kita?" tanya Sebun Hiong.
"Seperti aku, Su-koai masuk Lam-tiong
dari pintu barat. Jadi keluarnya kalau tidak
pintu utara, ya timur atau selatan."
"Astaga, jadi arah lari merekapun kita
tidak tahu?"
"Kita bisa bertanya-tanya orang di
pinggir jalan, tampang keempat Su-koai itu
terlalu sulit untuk dilupakan oleh orang yang
pernah melihatnya sekali saja."
Pakkiong Eng diam sebentar, lalu
berkata lagi, "Hanya satu hal yang bisa
dipastikan. Keempat penjahat itu tentu
berusaha semakin menjauhi wilayah pengaruh
Hwe-liong-pang yang mereka segani."
Dan tanpa diminta lagi, Pakkiong Eng
menceritakan bagaimana ketakutannya Su
koai kepada Ketua Hwe-liong-pang sampai
sampai melihat pipa tembakau tergeletak di
meja pun mereka seolah melihat hantu kubur.
Mendengar cerita bagaimana
ditakutinya Ketua Hwe-liong-pang itu, Sebun
Hiong nampaknya dingin saja. Bahkan setelah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 614
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tiba di pintu kota diapun membelokkan
pembicaraan, "Kita segera menentukan arah,
Kiong-heng."
Pakkiong Eng merasa aneh kenapa
Sebun Hiong tidak suka mendengarkan cerita
kehebatan pengaruh Hwe-liong-pang? Lalu
Pakkiong Eng menyimpulkan sendiri bahwa.
Sebun Hiong agaknya iri karena persaingan
nama. Keluarga Sebun rupanya merasa tidak
kalah besar dari Hwe-liong-pang, sehingga
kurang suka mendengar orang membicarakan
kebesaran Hwe-liong pang.
Di sebuah toko kecil dekat pintu timur,
Pakkiong Eng bertanya tentang Su-koai, dan ia
menemukan tempat bertanya yang tepat.
Pemilik toko itu dengan bersemangat
menceritakan kemarin memang ada empat
orang berkuda bertampang aneh yang memacu
kuda mereka lewat pintu timur. Bahkan kuda
kuda mereka menerjang roboh setumpukan
semangka dagangan di tepi jalan.
Begitu tiba di luar kota, maka Si Salju
Terbang dan si Angin Hitam seolah berlomba
membawa tuannya masing-masing lebih dulu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 615
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tiba di sasaran. Biarpun sudah ketinggalan
sehari, tetapi Pakkiong Eng yakin kalau ia
menempuh arah yang benar, maka Su-koai
pasti akan tersusul sebelum sore. Ia percaya
kehebatan kudanya, dan kuda Sebun Hiong.
Tapi setiap kali mereka harus berhenti
untuk bertanya-tanya kepada orang di pinggir
jalan. Suatu saat, mereka harus membelok ke
sebuah jalan kecil yang menyambung ke jalan
gunung, karena mereka mendengar
keterangan bahwa Su-koai membelok ke jalan
itu, meninggalkan jalan besar. Itu malah
kebetulan bagi Pakkiong Eng dan Sebun Hiong,
sebab di jalan sepi jejak Su-koai lebih ielas
terlihat, tidak lagi bercampur jejak-jejak
pelalu-lintas lainnya.
Tiba di jalan sepi, tiba-tiba Sebun Hiong
melambatkan kudanya sambil menunjuk ke
depan. "Ada orang di sana!"
Sahut Pakkiong Eng, "Biarpun kecil
jalan ini jalanan umum juga, apa salahnya
kalau ada orang lain berada di tempat ini? Ayo
kita maju terus!"
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 616
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Baik, tetapi harus sedikit hati-hati.
Mungkin saja orang itu sekomplotan dengan
Su-koai yang akan merintangi kita."
Pakkiong Eng menganggap ucapan
Sebun Hiong itu cukup beralasan. Memang
orang yang di depan itu hanyalah pemuda
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpakaian seperti orang desa, usianya
mungkin sebaya dengan Sebun Hiong, sedang
duduk terkantuk-kantuk di atas punggung
keledainya yang berjalan sempoyongan.
Namun ayahnya pernah berpesan bahwa
tinggi-rendahnya ilmu tokoh-tokoh persilatan
tidak bisa diketahui dari tampangnya.
Bukankah tokoh-tokoh Hwe liong-pang, bahkan
ketuanya sendiri, berpenampilan sangat
sederhana?
Kini si penungang keledai di depan
Pendekar Naga Putih 55 Panggung Kematian Pendekar Bayangan Sukma 26 Pertarungan Pendekar Mabuk 076 Ratu Maksiat
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama