Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP Bagian 7
itupun bertampang tak berarti, namun
Pakkiong Eng tetap tidak ingin
meremehkannya.
Jalan itu sempit, sebelah kirinya tebing
pegunungan, sebelah kanannya lereng yang
biarpun tidak bisa membikin mampus orang,
namun lebih dari cukup untuk membuat orang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 617
Rewriter & Pdf Maker : OZ
babak belur kalau tergelincir ke bawahnya.
Lebih menjengkelkan, sudah jalannya sempit,
keledai itu jalannya serong kekiri dan, kanan
seperti habis minum arak. Hal itu bukan saja
membahayakan pemakai jalan lain, juga si
penungang keledai sendiri. Namun si anak
desa tetap saja terkantuk-kantuk di punggung
keledainya.
"Numpang lewat, sobat!" kata Sebun
Hiong sambil menghentikan kudanya.
Tapi si penunggang keledai hanya
menguap lebar, dengan mata setengah
terpejam dia menjawab ogah-ogahan, "Mau
lewat tinggal lewat saja. Silahkan..."
"Tolong minggirkan keledaimu," Sebun
Hiong meminta.
"Keledaiku ini sangat bengal dan susah
diatur. Kalian boleh cari jalan lain saja."
Sebun Hiong dan Pakkiong Eng
mendongkol berbareng, dan semakin curigalah
mereka bahwa si penunggang keledai itu
adalah sekomplotan dengan Su-koai yang
hendak merintangi mereka.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 618
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 619
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Kita lompati saja," bisik Pakkiong Eng.
"Aku yakin Sebun-heng pernah melatih kuda
Sebun-heng untuk melompati palang-palang
kayu yang makin lama makin ditinggikan. Betul
tidak?"
"Benar. Kita lompati saja. Tapi pada
saat kuda kita melewati atas kepalanya, itulah
saat paling lemah bagi kita, kalau orang itu
ternyata seorang lihai yang bermaksud jahat,
mudah saja dia menyergap pada saat kita
melompatinya..."
"Jadi?"
"Kita lompat bergantian Aku akan
melompat dulu, Kiong-heng siapkan panah
Kiong-heng untuk menjaga kalau orang itu
main gila kepadaku. Setelah itu, Kiong-heng
melompat dan ganti aku yang menjaga,
paham?"
"Akal bagus!"
Segera Pakkiong Eng siapkan panahnya,
dan Sebun Hiong siap dengan ancang
ancangnya. Leher si Angin Hitam ditepuk
tepuknya, itulah "bahasa" yang akrab antara
kuda dan penunggangnya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 620
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sedangkan si penungang keledai tetap
saja duduk membelakangi Sebun Hiong dan
Pakkiong Eng, di atas keledainya yang tetap
sempoyongan.
Dengan sebuah bentakan, Sebun Hiong
memacu kudanya, lalu seolah-olah terbang,
kuda dan penunggangnya melayang Iewat di
atas si penunggang keledai dan mendarat di
depan dengan selamat. Pakkiong Eng
mengawasi si penunggang keledai, namun
orang itu tidak berbuat apapun kecuali dengan
kaget menundukkan kepalanya sambil
berteriak, "Aiyaah!"
Ketika giliran Pakkiong Eng yang
melompat dengan Salju Terbangnya, orang
itupun kembali berteriak "aiyah" sambil
memegangi kepalanya.
Ketika Sebun Hiong dan Pakkiong Eng
melihat penunggang keledai itu merosot jatuh
dari punggung keledainya dengan muka pucat
karena kaget, maka merekapun saling bertukar
senyuman. Namun dalam hati Pakkiong Eng
tiba-tiba merasa bahwa teriakan "aiyah" dua
kali dan gerak-gerik si penunggang keledai itu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 621
Rewriter & Pdf Maker : OZ
seperti sudah dikenalnya, entah kapan dan di
mana. Hanya saja ia sedang terburu-buru
mengejar Su-koai, ia tidak pedulikan lagi si
penungang keledai yang konyol itu.
Beriring-iringan sebun Hiong dan
Pakkiong Eng meniti ke depan lewat jalan
pegunungan yang sempit itu. Sebelum
berbelok, Pakkiong Eng sempat menoleh sekali
lagi ke arah si penunggang keledai, dan
dilihatnya orang itu sedang menepuk-nepuk
keledainya supaya tenang.
"Orang itu ternyata bukan sekomplotan
dengan Su-koai," kata Pakkiong Eng kepada
Sebun Hiong didepannya. "Tidak mungkin Su
koai punya teman tidak becus ilmu silat macam
itu, dia pasti hanya lah orang desa biasa..."
Seb?n Hiong hanya menjawab dengan
gumaman tidak jelas, sementara matanya
terus memperhatikan jejak tapal kuda di
tanah. Pakkiong Eng ikut memperhatikan pula,
dan tiba-tiba berseru, "He, jejak ini masih agak
baru! Kita agaknya hampir sampai ke sasaran!"
Baru saja bibirnya terkatup, di sebelah
depan, di balik sebuah bukit kecil, telah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 622
Rewriter & Pdf Maker : OZ
kedengaran suara bentakan-bentakan dan
orang bertempur. Terdengar pula ringkik
ringkik kuda yang ketakutan.
"Cepat, Sebun-heng!" desak Pakkiong
Eng. Ia tidak bisa mendahului Sebun Hiong
karena jalan hanya untuk seekor kuda saja
terasa pas-pasan. Bisa juga menyuruh si Salju
Terbang melompati seperti tadi melompati si
penunggang keledai, namun terhadap Sebun
Hiong tentu dia sungkan.
Untunglah Sebun Hiong pun segera
memacu kuda hitamnya ke depan. Tak lama
kemudian, terlihat di sebuah dataran yang
tidak begitu lebar, seorang tua bersenjata
pedang tengah digempur bertubi-tubi oleh dua
orang lawan, satu lelaki dan satu perempuan.
Yang lelaki bertubuh tinggi kurus, tidak
bersenjata, tapi sepasang tangannya begitu
panjang sehingga jangkauannya mirip dengan
orang bersenjata, tiga jari tangannya
berbentuk cakar elang, diapun berkelahi sambil
melompat dan menubruk dengan ganas. Nyata
dia memainkan Eng-jiau-hoat (ilmu cakar
elang) yang hebat. Ditambah sepasang kakinya
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 623
Rewriter & Pdf Maker : OZ
yang malah lebih panjang dari tangannya,
menendang-nendang dengan aneka ragam
serangan, jadilah ia mirip sepotong bambu
yang bergoyang-gontai ditiup angin tetapi
sangat berbahaya.
Teman wanitanya berusia kira-kira 40
tahun, berpakaian warna-warni agak
menyolok, dan bersenjata pecut yang ujungnya
mirip ekor kelabang. Diapun nampak cukup
lihai dengan permainan pecutnya yang lemas
tetapi berbahaya.
Sedang si orang tua yang dikeroyok dua
itu bukan lain adalah orang tua yang dilihat
Pakkiong Eng dua hari yang lalu. Ia
memainkan pedangnya dengan bagus, cahaya
sambaran pedangnya banyak membuat garis
garis lengkung yang indah sehingga mirip
pelangi putih. Namun terlalu berat baginya
melawan dua orang lawan lihai dengan ilmu
ilmu mereka yang aneh itu. Pundak dan
punggung si orang tua sudah bertanda guratan
merah bekas kena cakaran si jangkung,
beberapa bagian bajunya sudah robek-robek
terkeana lecutan si wanita ganas.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 624
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Empat sudut dari arena itu, su-koai
menjaga di tempatnya masing-masing dengan
wajah dingin kejam. Biarpun mereka adalah
iblis-iblis yang tidak malu berbuat apapun,
namun kesombongan mereka mencegah untuk
ikut main keroyok. Mereka hanya menjaga
jangan sampai si korban kabur.
Suatu ketika, si jangkung menyerang
dengan gerakan aneh. Ia melompat ke depan,
Di tengah udara mendadak tubuhnya
melengkung seperti sepotong kain saja. Dua
tangan dan dua kaki menyerang sekaligus
dengan empat sasaran berbeda.
Si orang tua keripuhan menghadapi
gerak tipu yang tidak lazim itu, namun
pedangnya dijulurkan dari samping untuk
menikam perut si jangkung. Tak terduga
sebelum pedangnya kena, cambuk si wanita
garang sudah menyambar dari samping,
melibat pedangnya dan menyentakkannya
kuat-kuat sehingga pedang itu bukan lagi
ancaman bagi si jangkung.
Si orang tua terkesiap, jalan satu
satunya untuk melepaskan diri ialah dengan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 625
Rewriter & Pdf Maker : OZ
terpaksa melepaskan pedangnya yang terlilit
cambuk, dan menjatuhkan diri bergulingan
menjauhi lawan-lawannya. Ia selamat, namun
dengan pedang sudah menghilang dari
tangannya, nasib selanjutnya jelas sulit
diramalkan lagi.
Si jangkung dan si wanita garang terus
hendak menghajar mampus orang tua itu,
namun gerakan mereka tertahan ketika
Siluman Lengan Besi Wan Po berteriak,
"Tahan!"
Pertempuran berhenti, dan terdengar
suara Wan Po yang seram, "Ko-Jun-lim,
perguruan Pedang Putihmu sudah hancur
lebur, kau tidak mungkin lolos dari tangan
kami. Karena itu katakan saja di mana
gulungan kulit itu, kami tahu pasti bahwa kau
menyembunyikannya dan hendak
mengangkangi seorang diri!"
Orangtua itu bukan lain adalah Ko Jun
lim, Ketua Pek-kiam-pai yang berjuluk Pek
hong-kiam (Pedang Pelangi Putih). Besan dari
mendiang Majikan Liu-keh-chung. Ko Jun-lim
pernah ikut berambisi memiliki benda rebutan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 626
Rewriter & Pdf Maker : OZ
itu sehingga tidak segan-segan mengorbankan
cucu perempuannya sendiri untuk menjebak si
kacung Liu Beng yang diduganya menyimpan
gulungan kulit itu. Kemudian dia masuk ke
rangkulan Hek-eng-po, tetapi akhirnya iapun
memetik buah perbuatannya sendiri yang
penuh khianat itu. Ketika pihak Hek-eng-po tak
juga menemukan gulungan kulit itu, maka Ko
Jun-lim lah yang dicurigai, sehingga dia pun
diburu-buru oleh orang-orang Hek-eng-po
termasuk Su-koai serta si jangkung dan si
wanita garang itu.
Si jangkung itu adalah seorang jagoan
Hek-eng-po yang bernama Biau Ek-hong dan
berjuluk Tiat-jiau-eng (elang bercakar besi). Si
perempuan ga- rang bernama Ciu Peng dan
berjuluk Tok-gia-kang (si kelabang beracun).
Kedua-duanya adalah jago-jago andalan
Benteng Elang Hitam, meskipun kepandaian
mereka masih di bawah Su-koai.
Kini, terkepung enam orang musuh
tangguh yang jelas tak mungkin ditembusnya,
Ko Jun-lim nampak mengenaskan sekali
wajahnya. Pakaiannva sudah robek-robek tak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 627
Rewriter & Pdf Maker : OZ
karuan, wajahnya pucat dan tubuhnya luka
luka.
"Wan Lotoa," katanya kepada Wan Po
"Apa lagi yang bisa aku katakan kalau aku
memang betul-betul tidak tahu? Kalian cincang
tubuhku seperti kalian sudah mencincang Kiau
Bun adik seperguruanku, juga percuma saja.
Aku akui bahw aku pernah mati-matian
memburu benda itu dari besanku sendiri di Liu
keh-chung tapi aku benar-benar tidak
mendapatkannya..."
"Kau masih berani ingkar?" bentak Hau
It-yau si Siluman Terbang. "Siapa percaya
kepada bualanmu? Rupanya kau lebih sayang
benda itu daripada nyawamu ya?"
Wajah agung seorang ketua perguruan
tidak nampak lagi di wajah Ko Jun-lim. Wajah
itu adalah wajah seorang tua yang tak berdaya
dan mewek-mewek hampir menangis. Ia
benar-benar tersiksa oleh keputus-asaan dan
penyesalan. Ia memaki dirinya sendiri, kenapa
sudah begitu tua masih juga dikuasai
keserakahan untuk memiliki barang yang
bukan haknya? Kini biarpun dia menerangkan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 628
Rewriter & Pdf Maker : OZ
sampai mulutnya robek, orang-orang Hek-eng
po tak bakal percaya bahwa dia tidak tahu
tentang gulungan kulit itu.
Berkali-kali ia menarik napas berat, lalu
katanya pasrah, "Marilah, silahkan kalian
cincang aku saja. Barangkali akan kalian
temukan benda itu terselip di tulang-tulangku
atau di dalam ususku. Aku sudah habis akal
untuk menerangkan kepada kalian..."
"Bangsat ubanan ini benar-benar
nekad," kata Gip-hiat-koai Pek-hong-teng, "Dia
minta dicincang, mari kita kabulkan
permintaannya..."
Saat "permintaan hampir dikabulkan"
suara derap kaki dua ekor kuda hitam dan
putih terdengar mendekat dan memantul di
lereng-lereng pegunungan. Sebun Hiong dan
Pakkiong Eng berderap mendekat, bahkan
terdengar suara Pakkiong Eng yang nyaring,
"Iblis-iblis Hek-eng-po, kalian belum jauh dari
tempat Hwe-liong-pang tetapi sudah berani
merajalela?"
Su-koai menoleh, dan mereka
mengenali Pakkiong Eng. Tapi kali ini su-koai
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 629
Rewriter & Pdf Maker : OZ
agaknya tidak bisa digertak lagi dengan nama
Hwe-liong-pang, sebab merasa sudah berada
di "daerah tak bertuan". Kedatangan Pakkiong
Eng justru membuat darah mereka mendidih
karena teringat bagaimana "pemuda" itu sudah
mempermainkan mereka di kedai.
"Losam, bereskan mereka!" perintah
Wan Po kepada Hau It-yau.
"Baiklah," sahut si Siluman Terbang.
Caping bambunya dicopot dari kepalanya, dan
sedetik kemudian sudah mendesing dan
berpusing hebat. Karena Sebun Hiong berada
di depan Pakkiong Eng, maka anak muda itulah
yang menjadi sasaran caping terbang itu.
"Hati-hati, Sebun-Heng," Pakkiong Eng
memperingatkan. "Caping itu sudah memotong
banyak kepala..."
"Tapi tentunya kepalaku harus
dikecualikan..." sahut Sebun Hiong sambil
tersenyum. Tubuhnya tinggi gagah, namun
setelah bergerak nampak begitu entengnya.
Tubuhnya tiba-tiba melambung
meninggalkan punggung kudanya untuk
melayang ke depan, seperti seekor burung
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 630
Rewriter & Pdf Maker : OZ
besar berbulu ungu, dan caping yang
menerjangnya itu malah dijadikannya injakan
untuk melayang terus ke depan. Itulah
peragaan gin-kang yang hebat.
Sebun Hiong terus meluncur ke depan
dan yang ditujunya adalah Wan Po si Siluman
Lengan Besi. Tinjunya yang besar menggempur
ke ubun-ubun Wan Po dengan jurus Tok-pek
hoa-san (Lengan Tunggal Menggempur Hoa
san).
Deru serangan itu membuat Wan Po
kaget dan tak berani memandang rendah.
Cepat ia merendahkan tubuh sambil
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memasang kuda-kuda, telapak tangannya
menyongsong tinju Sebun Hiong secara keras
lawan keras. Sesuai dengan julukannya
sebagai Siluman Lengan Besi (Tiat-pi-koai),
diapun memiliki kekuatan tangan yang hebat.
Benturan terjadi dengan hebat, Sebun
Hiong yang tengah melayang di udara itupun
terpental mundur, tapi dengan manis membuat
dua putaran di udara dan mendarat di tanah
tanpa kurang suatu apapun.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 631
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sedang Wan Po merasa tangannya
tergetar keras, tubuhnya tersentak mundur
selangkah dan dadanya sesak. Katanya dengan
kaget, "Kun-goan-sin-kang (Tenaga Sakti Alam
Semesta)! Kau dari Keluarga sebun di Se
shia?!"
Sebun Hiong yang bangga dengan
kekuatan tangannya itupun dipaksa merasakan
pegal pada lengannya, diam-diam harus
mengakui bahwa tidak percuma Empat
Siluman mempunyai nama besar di dunia
persilatan. Tapi ia juga bangga dengan nama
keluarganya, "Betul! Akulah Sebun Hiong yang
disebut Ci-him ( si beruan ungu). Kalian cepat
minggat dari hadapanku!"
Wan Po memang tergetar mendengar
nama Keluarga sebun, tapi nama itu masih
kalah menggetarkan dari nama Ketua Hwe
liong pang, lagi pula di belakang Wan Po ada
Majikan Hek-eng-po yang dianggapnya sesakti.
Karena itu Wan Po tidak ingin terus-meneru?
menjadi bahan gertakan orang lain,
sahutannya, "Hem, masa nama Sebun Him
saja bisa membuatku ketakutan?"
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 632
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Habis berkata demikian, sambil
memiringkan tubuhnya ia menekuk jari-jari
tangannya dan mencengkeram secepat kilat ke
tenggorokan Sebun Hiong. Itulah jurus Poan
liong-yau-po (Naga Melangkah).
Sebun Hiong marah mendengar nama
ayahnya direndahkan. Dua telapak tangannya
bergerak sekaligus, telapak kanan menekan ke
dalam dan telapak kiri menebas ke sikut Wan
Po, sebuah gerakan hendak mematahkan
lengan lawan di bagian sikut. Sekaligus
kakinya naik untuk menendang ke rusuk pula.
Cepat wan Po berputar mundur sambil
menarik tangannya, dilain kejap sepasang
tangannya berputar seperti roda kereta dan
menggempur dengan Oh-li-ong-yu-hai (naga
hitam mengaduk samudera). Begitu ia
kerahkan tenaganya, maka berjangkitlah angin
pukulan yang sanggup mengguncangkan
sebatang pohon sekalipun, sementara tangan
besinya sendiri akan mampu memukul hancur
sebongkah batu pdas.
Tanpa kenal takut, Sebun Hiong bukan
menghindari, tapi justru menerjang ke tengah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 633
Rewriter & Pdf Maker : OZ
deru pukulan musuhnya sambil mengerahkan
kekuatan pukulan pula. Maka kedua orang
itupun bertempur seperti dua buah prahara
dahsyat yang bertabrakan. Debu dan rumput
rumput kering berhamburan naik terhembus
oleh angin pukulan mereka yang berpusar
hebat.
Sementara itu, Hau It-yau telah
menangkap kembali caping terbangnya yang
gagal pada serangan pertaman. Kini caping itu
kembali menyambar ke arah leher Pakkiong
Eng untuk memenggal kepalanya. Sadar akan
kehebatan si Kelana Tunggal Berkuda Putih,
Hau It-yau menyertakan selurh tenaga
dalamnya ke dalam serangannya kali ini. Itulah
sebabnya caping itu melesat dengan kecepatan
berkali lipat dari biasanya, bahkan
meperdengarkan suara mendengung yang
menyeramkan.
Masih duduk di atas kuda putihnya,
Pakkiong Eng tangkas sekali memasang
sebatang panah berekor putih di busurnya. Ia
sudah melihat ketangkasan Sebun Hiong, dan
dia pun tergoda untuk menunjukkan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 634
Rewriter & Pdf Maker : OZ
kehebatannya pula agar tidak kalah pamor.
Tenaga sakti Hwe-liong-sin-kang yang sangat
panas itu dikerahkan ke batang panahnya
sehingga ujung panah dari logam itu seolah
menyala. Sekejap kemudian panah itupun
melesat menyambut caping terbang Hau It
yau.
Adegan seperti pertarungan antara
dewa-dewa di jaman kuno yang mengadu po
we (senjata jimat) mereka. Caping bambu dan
panah berujung menyala itu bertabrakan di
udara, lalu caping bambu itu bukan sekedar
terpanah tembus dan jatuh ke tanah, tetapi
juga tiba-tiba menyala terbakar.
Pakkiong Eng menyimpan busur dan
panahnya sambil tertawa, "Sudah seja dulu
aku katakan bahwa caping rongsokanmu itu
tidak berguna di hadapanku, tapi kau belum
jera juga."
Hau It-yau benar-benar kaget bahwa
Pakkiong Eng si "pemuda" ingusan itu ternyata
sehebat itu dalam hal lwe-kang (tenaga
dalam). Tenaga dalam bersifat panas
membakar itu di dunia persilatan dikenal
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 635
Rewriter & Pdf Maker : OZ
sebagai milik seorang Panglima Manchu di Pak
khia, ibukota kekaisaran. Pakkiong Liong,
Panglima pasukan Berani Mati Hui-liong-kun
(Pasukan Naga Terbang), yang julukannya
sendiri adalah Pak-liong (Naga Utara). Diam
diam Hau It-yau menebak-nebak, entah ada
hubungan apa antara "Kiong Eng " ini dengan
Pakkiong Liong si panglima termasyhur itu?
Muncul setitik rasa gentar di hati Hau
It-yau. Ketika melihat Pakkiong Eng telah
melompat turun dari kudanya sambil
membawa pedang dan menghampiri ke
arahnya, tanpa malu-malu lagi Hau It-yau
berteriak kepada rekannya Pek Hong-teng,
"Losi, kita lawan bersama!"
Pakkiong Eng mengejek, "Begitupun
baik. Supaya tidak terlalu berat, kalian lawan
aku berdua..."
Biarpun mulutnya mengejek, tapi
sebenarnya Pakkiong Eng agak gelisah juga di
hati. Dalam keadaan biasa, gabungan dua dari
Su-koai itu pasti akan bisa diimbanginya. Tapi
saat itu tubuhnya tidak sesehat hari-hari
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 636
Rewriter & Pdf Maker : OZ
biasanya, hari itu adalah hari khusus bagi
seorang wanita.
Sementara itu, Pek Hong-teng telah
mendekat pula, bahkan langsung mengurai
cambuknya yang penuh duri melengkung
sehingga mirip kerangka ular itu. Cambuk yang
dibanggakannya dengan nama Li-ong-kut-pian,
Ruyung Tulang Naga. Sesaat tiga orang berdiri
berhadapan, masing-masing tidak ada yang
berani gegabah untuk menyerang lebih dulu.
Di saat ketegangan mencekam arena,
dari jalanan gunung sana terdengar suara
ketoplak-ketoplak tak teratur. Lalu muncul
seekor keledai yang berjalan sempoyongan,
ditunggangi seorang pemuda yang pakaiannya
seperti orang desa. Duduk terkantuk-kantuk
dengan mata separuh terpejam.
Tapi begitu melihat sengitnya
pertempuran di lembah kecil itu, mata si
penunggang keledai terbelalak kaget, ia
berteriak "Haiya!" dan terperosot jatuh dari
keledainya.
Lalu diapun berteriak-teriak ketakutan,
"He, jangan berkelahi! ada urusan apa saja
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 637
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
boleh didamaikan di depan hakim, kenapa
harus main senjata untuk menyelesaikan
masalah?!"
Diam-diam Pakkiong Eng mencemaskan
nasib si penunggang keledai yang nampak
begitu ketolol-tololan, mungkin kecerdasannya
tidak melebihi binatang tunggangannya.
Karena itu, ketika melihat si penunggang
keledai itu berjalan mendekat sambil berkali
kali meneriakkan "jangan berkelahi", maka
Pakkiong Eng berteriak, "He, tolol, jangan
mendekat ke sini! Berbahaya!"
"Berbahaya?" tanya si penunggang
keledai yang sudah menuntun keledainya
sampai sepuluh langkah dari arena.
"Ya, berbahaya sekali!" sahut Pak
kiong Eng. "Merekalah siluman-siluman yang
membunuh orang seringan membunuh lalat
saja...!"
"Haiya. ..celaka!" teriak si penunggang
keledai kaget. Mungkin karena kaget dan
takutnya, kakinya menjadi lemas dan ia ber
jongkok di rerumputan dengan muka pucat,
kedua tangannya menutupi kepalanya. Sedang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 638
Rewriter & Pdf Maker : OZ
keledainya tenang-tenang saja merumput di
sebelah tuannya.
Pakkiong Eng gemas bercampur kuatir
melihat tingkah orang itu, tapi ia tidak sempat
lagi memperingatkannya, sebab Gip-hiat-koai
siluman penghisap darah Pek Hong-teng telah
mengayun cambuknya menderu di udara,
kemudian menggempur Pakkiong Eng dengan
hebatnya.
Terpaksa Pakkiong Eng mulai memutar
pedangnya pula dan meladeni lawannya,
apalagi ketika kemudian Hui-thian-koai
(Siluman Terbang) Hau It-yau mulai terjun ke
gelanggang untuk membantu rekannya.
Biarpun bertangan kosong karena capingnya
sudah rusak, Hau It-yau tetap seorang lawan
yang berbahaya.
Jadilah pertempuran satu lawan dua.
Pakkiong Eng memainkan Thian-liong-kiam
hoat (Ilmu Pedang Naga Langit) dengan
hebatnya. Tubuhnya yang terbungkus pakaian
putih seakan telah bersatu dengan pedangnya
yang bercahaya keperak-perakan. Gerakannya
seperti seeko naga yang menari-nari di
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 639
Rewriter & Pdf Maker : OZ
angkasa, membuat orang ketiga dan orang
keempat dari Empat Siluman itu tidak berani
memandang rendah.
Sementara itu Ketua Pek-kiam-pai Ko
Jun- lim merasa ada harapan lagi untuk keluar
dari jaring maut, setelah melihat munculnya
dua pemuda perkasa yang memihak
kepadanya. Apalagi ketika mengetahui bahwa
mereka adalah si Beruang Ungu dan Si Kelana
Tunggal Berkuda Putih yang sama-sama
terkenal itu.
Ketika itu, dua bekas lawannya tengah
tidak memperhatikannya, karena sedang
melihat ke arah dua lingkaran pertempuran
yang berlangsung di lembah sempit itu. Sesaat
Ko Jun-lim melirik kepada pedangnya yang
tergeletak di tanah karena tadi dilibat dan
dirampas oleh cambuk Tok-gia-kang Ciu Peng,
memperhitungkan jarak tempat berdirinya
dengan pedang itu, dan mengumpulkan
semangatnya.
Tiba-tiba ia berguling dengan cepat,
tangannya dengan tepat berhasil meraih
tangkai pedangnya dan menggenggamnya
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 640
Rewriter & Pdf Maker : OZ
erat-erat, seerat menggenggam harapannya
yang terakhir, bahkan disabetkannya
pedangnya ke arah kedua kaki Ciu Peng yang
berdiri dekat dengannya.
Gerakan Ko Jun-lim memang
mengejutkan, Ciu Peng maupun Biau Ek-hong
tidak sempat mencegah orang tua itu
mendapatkan pedangnya kembali. Ciu Peng
melompat menghindari sabetan ke kakinya,
tapi karena kurang siap maka betisnya terluka
juga oleh pedang.
"Bangsat tua yang ingin mampus!"
teriak Ciu Peng marah. Cambuk ekor
kelabangnya segera berputar menghantam Ko
Jun-lim dengan gerak Hek-hun hoan-hu (mega
hitam bergulung).
Tapi Ko Jun-lim sudah siap menghindar
dan kemudian membalas menikam dari
samping. Saat itulah Biau Eng-hong meluncur
datang, dengan sepasang tangannya yang
kurus tetapi sangat panjang itu dia sekaligus
menerkam ke wajah dan tenggorokan Ko Jun
lim.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 641
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 642
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ketiga orang itu kembali bertempur.
Sekarang beban Ko Jun-lim lebih ringan bukan
saja karena betis Ciu Peng suda luka sehingga
wanita yang buas itu berkurang kelincahannya,
tetapi juga karena Ko Jun-lim sudah timbul
harapan hidupnya, sehingga diapun bertarung
mati-matian untuk mewujudkan harapannya
itu. Tapi Ko Jun-lim tetap merasa berat juga
menghadapi keroyokan dua jago Hek-eng-po
itu.
Sudah tidak ada yang menganggur di
lapangan adu nyawa itu. Hek-hok-koai
(siluman kalong hitam) Kongsun Gi yang
tadinya belum menemukan lawan, kini harus
membantu Wan Po, sebab tanpa bantuannya
maka Wan Po didesak Oleh Sebun Hiong.
Dengan bantuannya, dapatlah mereka berdua
membalas mendesak Sebun Hiong yang kini
terpaksa menghunus pedangnya.
Yang masih menganggur cuma si anak
desa dan keledainya di pinggir arena dan
beberapa ekor kuda dari orang-oran yang
tengah bertempur itu.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 643
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Si anak desa ternyata adalah seorang
penonton yang bersemangat. Lupa akan rasa
takutnya, ia menonton pertempuran itu dengan
gembira, seperti melihat adu ayam saja.
Kadang-kadang ia bertepuk tangan atau
melompat-lompat kegirangan sambil berteriak
teriak, "Bagus...bagus...! Wah,
sayang...kurang sedikit lagi pasti ken !"
Bukan saja orang-orang Hek-eng-po
yang jengkel, tetapi Sebun Hiong dan Pakkiong
Eng ikut jengkel pula, karena mereka dianggap
tontonan saja. Tapi mereka tidak berani
memecah perhatian, sebab masing-masing
menghadapi dua lawan berat.
Setelah pertempuran berjalan puluhan
jurus, segera Ko Jun-lim terlihat mulai
terjeblos kesulitan. Ia sudah tua, tenaganya
sudah berkurang, biarpun semangat
tempurnya menggebu-gebu karena datangnya
bantuan, namun lama-lama mulai kehabisan
napas juga. Gerakan pedangnya semakin
kendor, dan kedua lawannya, semakin
beringas.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 644
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Suatu ketika Biau Ek-hong menyerang
hebat. Habis luput menubruk dari angkasa,
tiba-tiba ia merendahkan diri hampir rata
dengan tanah. Kedua tangannya bertumpu
tanah, sementara kedua kakinya menyapu
bergantian dan beruntun ke bagian bawah
tubuh Ko Jun-lim. Dari arah lain Ciu Peng
menggempur gencar bagian atas tubuh Ketua
Pek-kiam-pai itu dengan cambuknya.
Ko Jun-lim jadi kerepotan bukan main.
Pedangnya harus selalu di atas untuk
menghalau cambuk Ciu Peng yang bergeliatan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan puluhan ekor ular terbang, sementara
ia dipaksa berlompat-lompatan seperti monyet
kepanasan untuk menghindari sepasang kaki
Biau Ek-hong yang menyapu seperti baling
baling.
Kaki yang kurus seperti sebatang
bambu itu ternyata tidak dapat dianggap
ringan kekuatannya. Ketika sebuah sapuan
luput, kaki itu mengenai sebuah batu sebesar
kambing, dan batu itupun terpental dua
tombak lebih.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 645
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ketika Ko Jun-lim makin tersudut, Ciu
Peng menyerbu dengan ganas. Cambuknya
tiba-tiba saja berhasil membelit pedang Ko
Jun-lim dan hendak disentakkan lepas seperti
tadi.
Namun saat Ko Jun-lim terancam, tiba
tiba terjadi keanehan. Entah dari mana
datangnya, tahu-tahu segenggam tanah
melayang ke mata Ciu Peng. Ciu peng terkejut
dan memejamkan matanya, namun tetap saja
sebagian kecil tanah masuk ke matanya dan
membuat pedas. Apa boleh buat, bukan Ko
Jun-lim yang harus melepaskan pedangnya,
tetapi dialah yang harus melepas cambuknya
yang membelit pedang lawan, dan buru-buru
melompat mundur sambil mengucak-ucak
matanya.
Biau Eng-hong juga mengalami kejadian
aneh. Kakinya tengah menyapu ke betis ko
Jun-lim, tapi sebelum mengenai sasaran, tiba
tiba jalan darah Goan-tiau-hiat di belakang
lututnya serasa tersentuh sesuatu dan kakinya
pun menjadi lemas mendadak. Bukan saja
sapuannya gagal, malah sepasang kakinya
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 646
Rewriter & Pdf Maker : OZ
yang panjang itu hampir saja saling membelit
satu sama lain karena tenaganya tak
terkendali. Dengan gugup ia melompat mundur
pula, bukan dengan melompat, tetapi terpaksa
harus merangkak.
Ko Jun-lim sendiri heran, kenapa lawan
lawannya tiba-tiba melepaskan peluang
peluang emas mereka dan mundur dengan
sikap seaneh itu?
Sementara itu Ciu Peng berhasil
membersihkan matanya namun tidak benar
benar bersih, matanya masih berair dan
pandangannya kabur. Sedang cambuk
kebanggaannya sudah tidak ada di tangannya
lagi. Biau Ek-hong juga berhasil melompat
bangun setelah mengurut-urut jalan darahnya
di belakang lutut.
Kembali mereka bertiga bertempur, tapi
keadaan Ko Jun-lim membaik sedikit lagi gara
gara kejadian aneh tadi.
Namun, di sebelah lain, Sebun Hiong
mulai terdesak hebat. Betapa pun perkasanya
putera Keluarga sebun itu, tetapi lawan
lawannya adalah Tiat-pi-koai Wan Po, yang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 647
Rewriter & Pdf Maker : OZ
bertenaga rasaksa dan bertangan sekeras besi
serta Hek-hok-koai Kongsun Gi yang begitu
lincahnya, sehingga mampu "beterbangan
seperti seekor kelelawar asli. Dua macam gaya
bertempur yang bergabung dan membuat
Sebun Hiong yang berkelahi segarang seekor
beruang itu menjadi kewalahan.
Tapi ketika itulah Kongsun Gi mulai
terpecah perhatiannya ketika melihat ulah si
anak desa di pinggir arena.
Kiranya anak desa itu mulai bosan
menonton pertempuran, lalu dia mulai
mendekat ke arah kuda-kuda yang tegar itu,
jauh bedanya dibandingkan keledai
tunggangannya yang kalau berjalan seperti
habis minum arak.
Mula-mula, pemuda itu hanya
menepuk-nepuk kuda kelabu itu sambil
berdecak-decak kagum, dibelai-belainya bulu
suri kuda itu dan entah apa yang
diucapkannya. Lalu mulai memegang-megang
pelana, dan tangannya, merogoh-rogoh masuk
ke kantong pelana. Ketika tangannya keluar
kembali, sudah digenggamnya segebung
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 648
Rewriter & Pdf Maker : OZ
lembaran kertas bertuliskan huruf-huruf hitam
dan merah.
Dengan gaya ketolol-tololan ia
membolak-balik kertas-kertas itu, berusaha
membaca huruf-huruf namun tidak bisa. Lalu
menggerutu, "Ah, keterlaluan sekali, kertas
kertas jelek macam ini kenapa disimpan?"
Lalu seenaknya ia merobek-robek
kertas-kertas itu satu demi satu dan dilempar
lemparkan seenaknya.
Melihat itu, keruan Kongsun Gi menjadi
gugup. "He, bangsat cilik, yang kau lakukan?!
Jangan kau sobek kertas-kertas itu! Celaka..,"
Ada alasannya kenapa Kongsun Gi
menjadi segugup itu. Kertas-kertas itu bukan
kertas sembarangan, tetapi kertas berharga
yang setiap lembarnya berharga selaksa tahil
emas. Dulu ketika Kongsun Gi ikut mencegat
dan menumpas rombongan Liu-keh-chung,
biarpun gagal menemukan gulungan kulit, tapi
mereka mendapat belasan peti harta kekayaan
Liu-keh-chung yang nilainya tak terhingga.
Kongsun Gi mendapat bagian pula yang lalu
disimpannya di sebuah bank di Tiang-an,
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 649
Rewriter & Pdf Maker : OZ
sebagai gantinya ia mendapat kan kertas
kertas berharga yang lebih mudah dibawa
bawa. Kini melihat kertas- kertas itu disobek
sobek si pemuda desa, sama saja ia melihat
tumpukan emas-intan-berliannya tersapu
banjir di depan hidungnya.
"Keparat!" teriak Kongsun Gi murka.
Lupa sedang menghadapi Sebun Hiong,
perhatiannya begitu kacau, sehingga pedang
Sebun Hiong berhasil menggores panjang di
lengannya. Kalau Wan Po tidak cepat-cepat
menolongnya, mungkin perutnya pun akan
ditembusi pedang Sebun Hiong.
"Jangan gugup, Loji, harta bisa dicari
lagi!" Wan Po menghibur temannya itu sambil
melancarkan pukulan beruntun ke arah Sebun
Hiong. "Tanpa kertas-kertas itupun kita bisa
menguras seluruh isi bank Hin-seng di Tiang
an itu sesuka hati kita. Siapa berani
menghalangi?"
Tapi Kongsun Gi sudah terlanjur kacau
pikirannya, tiba-tiba ia melompat keluar
gelanggang dan berkata, "Biar aku hajar
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 650
Rewriter & Pdf Maker : OZ
mampus bocah itu lebih dulu! Tidak akan
memakan lebih dari satu jurus!"
Wan Po tidak mencegahnya lagi. Ia
percaya omongan temannya, tentu tidak
makan waktu banyak untuk mencopot kepala
si pemuda desa yang bertangan jahil itu.
Biarpun berat kalau harus melawan Sebun
Hiong sendirian, tapi Wan Po merasa sanggup
bertahan sampai Kongsun Gi kembali ke
gelanggang.
Bagaikan seekor kelelawar, jubah hitam
di belakang tubuhnya seperti sayapnya,
Kongsun Gi menerkam ke arah si pemuda desa
yang tengah asyik mengobrak-abrik isi kantong
pelananya. Tangannya telah terulur dan siap
dengan kebiasaan lamanya, mencopot kepala
manusia dengan cara dipetik...
**OZ**
Bersambung ke jilid 12
Pojok Dukuh, 23-092018; 18:35 WIB
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 651
Rewriter & Pdf Maker : OZ
TEROR ELANG HITAM
Karya : STEVANUS, S.P.
Jilid 12
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Haiya!" si pemuda desa berteriak,
dengan sikap ketakutan dia menyusup ke
bawah perut seekor kuda sambil mengerutkan
kepalanya, dan serangan Kongsun Gi itupun
luput. Ini mengherankan Kongsun Gi sendiri,
rasanya ia melihat suatu keajaiban ketika
nampak kepala si anak desa masih menempel
utuh ditubuhnya.
"He, jangan marah!" teriak si pemuda
desa. "Kalau kau marah hanya karena kertas
kertas jelek tadi, nanti aku mintakan ganti
yang lebih bagus kepada pamanku yang suka
membuat layang-layang..."
"Keparat!" Kongsun Gi kembali
melompat, kali ini dengan seluruh kekuatan
dan kecepatannya, setelah lebih dulu
mengincar dan memperhitungkan gerak calon
korbannya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 652
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tapi, si pemuda desa kembali luput
selicin belut. Kongsun Gi berjanji kepada Wan
Po hanya akan membutuhkan satu jurus untuk
membereskan pemuda desa itu. Ternyata
kemudian mulur menjadi dua jurus, tiga jurus,
lima belas jurus dan belum berhasil juga. Ia
terlibat permainan "kucing-kucingan" dengan si
anak desa tanpa tahu kapan berakhirnya.
Anak desa itu dengan gesit luar biasa
menyusup-nyusup dan melingkar-lingkar di
antara enam ekor kuda yang ditambatkan
berdekatan di situ. Kadang-kadang tak segan
merangkak di bawah tubuh kuda dengan
ketangkasan seperti seekor rubah. Sia-sia saja
Kongsun Gi yang membanggakan ketangkasan
tubuhnya itu mengejar kian kemari...
Sementara Wan Po yang sekian lama
ditinggal, mulai terdesak oleh Sebur Hiong.
"Loji, kau sudah selesa belum?!" ia meneriaki
Kongsun Gi yang janjinya cuma sebentar.
"Sebentar, Lotoa!" sahut Kongsun Gi
yang masih uber-uberan dengan si anak desa
tanpa hasil. "Sebentar lagi..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 653
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tapi suara Kongsun Gi sudah tidak
mengandung keyakinan lagi. Ia sendiri tidak
tahu seberapa lamanya ukuran "sebentar" itu.
"Bangsat gila cilik! Siapa kau
sebenarnya?!" bentaknya.
Si anak desa masih saja lari berputar
putar di antara kuda-kuda, tanpa menjawab.
Bahkan kini tangannya mulai ikut bekerja pula
untuk menyakiti kuda-kuda itu dengan ujung
jari-jarinya, sehingga kuda itu melonjak-lonjak
dan menyepak-nyepak sambil meringkik
dengan ributnya. Itu sangat mempersulit
Kongsun Gi. Ia harus hati-hati pula agar tidak
menjadi korban tendangan kuda.
Kesulitan Kongsu Gi itu dilirik oleh Wan
Po dan terkejutlah orang tertua dari Empat
Siluman itu. Matanya yang tajam bisa melihat,
meskipun anak desa itu kelihatannya bergerak
serabutan tapi keberhasilannya meloloskan diri
sekian lama dari kejaran Kongsun Gi jelas
bukan semacam kebetulan saja.
Wan Po merasa bahwa tugas mereka
kali itu telah terbentur rintangan yang tidak
gampang diatasi. Apalagi mengingat wilayah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 654
Rewriter & Pdf Maker : OZ
itu masih dekat dengan wilayah Se-cuan yang
merupakan tempat pengaruh Hwe-liong-pang,
dia menjadi jeri sendiri. Karena itu, dibawah
desakan Sebun Hiong, dia terpaksa memberi
tanda kepada teman-temannya untuk mundur
semua...
Teman-temannya pun merasakan pula
keanehan si anak desa itu, sehingga
merekapun memutuskan untuk mundur saja.
Demikianlah, mereka berlompatan keluar dari
arena, kemudian menaiki kuda masing-masing,
dan sesaat mereka sudah menghilang di balik
tikungan bukit sana dengan meninggalkan
debu tipis.
Ketua Pek-kiam-pai Ko Jun-lim nampak
kelelahan sekali, napasnya terengah-engah
dan luka-luka di pundak serta punggungnya
mengalirkan darah, tapi wajahnya nampak lega
karena lolos dari kejaran orang-orang Hek
eng-po yang kejam-kejam itu.
Lebih dulu ia sarungkan pedangnya, lalu
memberi hormat dan mengucap terima kasih
kepada Sebun Hiong dan Pakkiong Eng yang
dianggapnya tuan-tuan penolongnya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 655
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Jangan terlalu sungkan, Ketua Ko,"
Sebun Hiong membalas hormat. "Kewajiban
saling menolong adalah kewajiban seluruh
kaum persilatan. Iblis-iblis tadi agaknya gentar
kepada nama keluarga Sebun kami, sehingga
mereka lari lintang pukang..."
Sebun Hiong mengatakannya dengan
nada bangga, tetapi Pakkiong Eng berkata
dengan mengerutkan alis, "Namun kita rasanya
baru saja lolos dari lubang jarum. Kalau tidak
ada si anak desa tadi...he, ke mana dia?!"
Walaupun Pakkiong Eng sudah menoleh
celingukan ke semua arah, namun si anak desa
tadi sudah tak kelihatan lagi bayang
bayangnya. Keledainya ditinggalkan sendirian
merumput di dekat situ, dan tentu saja keledai
itu tidak bisa ditanyai kemana perginya
tuannya yang aneh itu.
"Rasanya orang tadi bukan orang
sembarangan..." kata Pakkiong Eng.
Ko Jun-lim mendukung, "Benar, saudara
Kiong. Ketika aku terancam bahaya oleh kedua
lawanku tadi, mendadak saja mereka mundur
sendiri. Yang satu menggosok-gosok matanya,
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 656
Rewriter & Pdf Maker : OZ
lainnya mengurut-urut belakang lututnya.
Tentu ulah si anak desa tadi..."
"Ah, tidak usah menduga yang bukan
bukan, " potong Sebun Hiong. "Apa anehnya
berlari-lari di antara tubuh beberapa ekor
kuda? Hanya suatu keberuntungan saja bahwa
dia lolos dari maut..."
Pakkiong Eng diam saja mulutnya,
namun membantah dalam hati, mana ada
kebeberuntungan semacam itu? Ia memikir,
putera keluarga Sebun ini agaknya seorang
yang segan mengakui kelebihan orang lain.
"Ketua Ko, sekarang ke mana tujuanmu
berikutnya?" tanya Sebun Hiong kemudian
kepada Ketua Pek-kiam-pai.
Sesaat lamanya Ko Jun-lim termangu
mangu sedih. "Aku... aku tidak tahu akan pergi
kemana lagi. Perguruanku dan rumahku sudah
dihancurkan oleh iblis-iblis tadi, gara-gara
sebuah benda yang aku sendiri tidak tahu di
mana tempatnya...
"Aku tadi sempat mendengar sedikit,
tentang ...gulungan kulit itu?" tanya Sebun
Hiong.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 657
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Ya."
"Kami keluarga Sebun akan gembira
sekali kalau Ketua Ko bersedia menganggap
kami sebagai sahabat dan berdiam di rumah
kami yang kecil di Se-shia."
Sesaat Ko Jun-lim merasa was-was,
jangan-jangan keluarga sebun
mengundangnya hanya sebagai perangkap
untuk mengincar gulungan kulit itu pula?
Begitulah Ketua Pek-kiam-pai itu. Dirinya
sendiri tidak segan-segan menggunakan cara
kotor terhadap Liu-keh-chung, maka dia pun
kuatir karena menganggap jangan-jangan
orang lain pun akan menjebak dirinya.
Namun kelihatannya Sebun Hiong tidak
menyembunyikan maksud apa-apa, maka Ko
Jun-lim lalu menyatakan setuju dengan sedikit
basa-basi. Ia pikir, lebih baik berlindung di
keluarga Sebun yang terkenal itu, daripada
berkeliaran tak tentu arah dan terancam oleh
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang-orang Hek-eng-po.
Maka rombongan yang terdiri dari tiga
orang itupun segera berjalan menuju Se-shia
di propinsi siam-say.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 658
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tujuan Pakkiong Eng untuk
mengunjungi Keluarga Sebun, selain untuk
menyatakan hormat kepada pendekar terkenal
Sebun Him, juga diam-diam ingin mencari tahu
kenapa keluarga Sebun ikut-ikutan mencari
jejak Pangeran In Ceng pula? Ingin diketahui
oleh Pakkiong Eng untuk dilaporkan kepada
ayahnya.
**OZ**
BAGIAN SEBELAS
Rumah Keluarga Sebun sebenarnya
tidak terletak di dalam kota Se-shia, melainkan
di luar kota, tidak jauh dari dinding kota.
Bentuk rumah itu meninggi seperti puri
kediaman para bangsawan Jepang, di depan
pintu gerbangnya melintang sebatang sungai
dengan jembatannya yang kokoh. Di samping
kesan kuat, juga terdapat kesan sejuk karena
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 659
Rewriter & Pdf Maker : OZ
banyaknya pohon cemara di sekitar dan di
bagian dalam benteng itu.
Ketika pintu gerbang terbuka, orang
tidak bisa langsung melihat ke halaman dalam,
sebab di balik pintu gerbang itu ada dinding
penghalang pandangan yang berlukis gambar
seekor beruang besar yang berdiri di atas kaki
kaki belakangnya, dan merentangkan sepasang
cakar depannya dengan garang. Itulah
lambang yang disegani di dunia persilatan.
Sebun Hiong menjalankan kudanya di
depan sebagai pemimpin jalan, Pakkiong Eng
dan Ko Jun-lim berendeng berkuda di
belakangnya. Rasanya mereka sedang diajak
masuk sebuah tangsi tentara, melihat
angkernya bangunan itu.
Ko Jun-lim merasa jantungnya
berdegup keras karena membentuk bayang
bayangan menakutkan di otaknya sendiri
"Kalau Keluarga Sebun bermaksud jahat
kepadaku, aku bisa mampus dalam rumah
mirip benteng ini. Gampang masuknya tidak
gampang keluarnya."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 660
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sedangkan Pakkiong Eng adalah puteri
seorang panglima terkenal, pernah juga
beberapa kali diajak ayahnya untuk melihat
benteng-benteng tentara, bahkan di garis
depan yang menghadap langsung perbatasan
Kekaisaran Rusia. Melihat rumah Keluarga
Sebun itu, diam-diam ia pun mengaguminya.
Tempat itu nyaris sempurna memenuhi syarat
sebuah benteng, mudah dipertahankan dengan
orang yang jauh lebih sedikit untuk
menghadapi serbuan orang yang berkali lipat
banyaknya.
Tapi Pakkiong Eng heran dalam hati.
"Buat apa? Seolah-olah Keluarga Sebun siap
siap hendak berperang saja, padahal keadaan
negeri cukup aman."
Ketika itu, Sebun Hiong telah
mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya,
sebagai isyarat untuk dilihat orang-orangnya
yang berada di atas benteng. Orang-orang di
atas benteng memberi isyarat kepada penjaga
pintu gerbang, lalu penjaga pintu gerbang
membuka pintu lebar-lebar. Seperti sebuah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 661
Rewriter & Pdf Maker : OZ
benteng menyambut kedatangan seorang
Panglima.
"Boleh juga lagak keluarga ini,"
Pakkiong Eng tersenyum dalam hatinya.
Ketiga ekor kuda itu berderap menuju
pintu gerbang, melewati sebuah jalan yang
agak menanjak. Di pintu gerbang, barulah
mereka turun dari kuda. Beberapa pelayan
menyambut kuda-kuda mereka untuk dibawa
langsung ke istal. Melihat bentuk tubuh dan
sikap pelayan-pelayan itu, Pakkiong Eng dan
Ko Jun-lim sama-sama menaksir bahwa
merekapun terdidik silat. Entah berapa banyak
jumlah pelayan semacam itu. Nampaknya
Keluarga Sebun benar-benar ingin menjadikan
tempatnya sebagai sarang macan.
"Silahkan, Ketua Ko dan saudara
Kiong," dengan ramah Sebun Hiong
mempersilahkan tamu-tamunya.
Sambil memanggul pedangnya yang
tetap bersarung dan menenteng busur dan
bumbung anak panahnya, Pakkiong Eng
mengikuti Sebun Hiong lewat sebuah jalan
kecil yang dibuat dari lempengan-lempengan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 662
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 663
Rewriter & Pdf Maker : OZ
batu. Kiri kanan jalan diapit pohon-pohon
bunga yang teratur rapi dan tengah disirami
oleh beberapa pegawai keluarga Sebun. Ko
Jun-lim berjalan disebelahnya dengan sikap
tegang sambil menoleh kesana kemari.
"Sebun-heng," kata Pakkiong Eng
"Sebaiknya aku dan Ketua Ko lebih dulu
menghadap ayahmu untuk memberi hormat
dan menyatakan kehadiran kami, agar kami
tidak dianggap menyelonong begit saja masuk
ke rumah orang. Bukankah begitu, Ketua Ko?"
Entah kenapa, sejak melangkah masuk
ke rumah besar itu, Ko Jun-lim menjadi sangat
pendiam. Seperti seorang diambang maut yang
mendapat firasat bahwa dia telah tiba di
tempat yang akan menjadi kuburannya.
Bahkan untuk mengambil sikap pun dia perlu
diwakili oleh Pakkiong Eng yang usianya
sebaya dengan cucunya namun bersikap jauh
lebih tenang. Mendengar pertanyaan itu,
kepalanya yang berrambut putih itu
mengangguk-angguk kosong.
Sesaat Sebun Hiong kelihatan sulit menjawab
permintaan Pakkiong Eng itu. Sambil tertawa
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 664
Rewriter & Pdf Maker : OZ
terpaksa, ia lalu menjawab, "Eh... begini,
Kiong-heng dan Ketua Ko, ayahku punya
kebiasaan yang agak aneh. Kalau ia sudah
mengurung diri di kamar kitabnya, maka ia
tidak mau diganggu gugat sedikitpun, biarpun
langit runtuh dan bumi meledak, dia juga tidak
akan keluar dari kamar kitab kalau bukan
karena kemauannya sendiri. Jadi... bagaimana
kalau kalian berdua istirahat dulu, lalu aku
akan coba menemui ayah lebih dulu?"
Pakkiong Eng dan Ko Jun-lim bertukar
pandangan dengan rasa heran. Ko Jun-lim
tetap bungkam, tetapi Pakkiong Eng iseng
iseng bertanya, "Kalau Se- bun-heng
menemuinya, jangan-jangan Sebun-heng juga
bakal dimarahi karena dianggap
mengganggu?"
Sebun Hiong yang di luaran terkenal
sebagai seorang pendekar muda yang garang
itu, setelah kembali ke rumahnya mendadak
berubah menjadi seorang anak manis yang
tidak berani melanggar seujung rambutpun apa
yang digariskan oleh sang ayah yang maha
keras.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 665
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Tentu saja aku akan menemui ayah
kalau beliau sudah keluar dari kamar bukunya.
Selagi beliau masih di dalam, biarpun nyaliku
sepuluh kali lipat besarnya, mengetuk pun
tidak berani. Aku bisa mendapat hukuman
berat biarpun aku adalah anaknya sendiri. Aku
harap Kiong-heng dan Ketua Ko bisa
memaklumi..."
"Baiklah, di mana kami harus
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beristirahat?" kata Pakkiong Eng akhirnya.
Sedang dalam hatinya Pakkiong Eng bersyukur
akan keberuntungan dirinya yang mempunyai
seorang ayah yang baik, bisa diajak bicara dan
bergurau setip saat di luar tugas. Bukannya
seorang "ayah besi" seperti ayah Sebun Hiong.
Padahal di kalangan persilatan, ayah Pakkiong
Eng mempunyai nama yang lebih besar dari
ayah Sebun Hiong. Ia juga seorang Panglima
dengan kesibukannya mengurus pasukannya,
seorang sepupu Kaisar Khong-hi yang ikut
menggerakkan roda pemerintahan, namun toh
di sela-sela kesibukannya dia tetap seorang
ayah yang hangat bagi Pakkiong Eng. Sehingga
Pakkiong Eng merasakan ayahnya itu sekaligus
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 666
Rewriter & Pdf Maker : OZ
juga ibunya, menggantikan ibunya yang
meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedang
peraturan sangat keras yang diterapkan oleh
ayah Sebun Hiong untuk anaknya itu, apakah
gunanya ? Membuat hubungan ayah dan anak
tertutup satu sama lain, tidak akrab, seperti
hubungan pejabat atasan dan bawahan.
Ataukah ayah Sebun Hiong mengatur
peraturan keras itu sengaja untuk menambah
"angker" rumahnya yang seperti benteng itu?
Tapi urusan tetek-bengek keluarga
Sebun, Pakkiong Eng tidak ingin
mencampurinya. Ia hanya mengikut saja
ketika seorang pelayan setengah tua
membungkuk hormat kepadanya dan berkata,
"Kongcu, marilah aku antarkan Kongcu ke
tempat Kongcu istirahat. Bolehkah aku
menolong membawakan barang-barang
Kongcu ?"
"Terima kasih", sahut Pakkiong Eng
sambil menyerahkan pedang, busur, bumbung
panah dan bungkusan pakaiannya kepada
pelayan setengah tua itu.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 667
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ko Jun-lim mendongkol karena tidak
ada pelayan yang menawari membawakan
bungkusannya dan senjatanya. Jelas dalam
pandangan Sebun Hiong dan orang-orang
keluarga Sebun lainnya dirinya dianggap lebih
rendah dari Pakkiong Eng, Sesaat hati Ko Jun
lim meronta. Bukankah ia Ketua sebuah
perguruan? Bukankah ia uga seorang pendekar
terkenal berjuluk Pek-hong-kiam (Pedang
Pelangi Putih)? Tapi kalau ingat nasibnya di
hari-hari belakangan itu, diapun memaki
dirinya sendiri yang mengingini kehormatan
berlebihan itu. Ia bukan lagi ketua perguruan,
sebab Pek-kiam-pai sudah dihancurkan oleh
Hek-eng-po. Ia juga bukan lagi pendekar
terhormat, sebab hari-hari selanjutnya dia
hanya akan menumpang hidup dikeluarga
Sebun, resminya sebagai tamu, tapi mungkin
"tamu seumur hidup" yang akan dianggap
benalu saja. Mungkin derajatnya kelak tidak
akan lebih dari kacung setengah tua yang
membawakan barang-barang Pakkiong Eng itu.
Ia sudah runtuh. Ia menyesal bahwa
keruntuhannya adalah gara-gara keserakahan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 668
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dirinya sendiri dalam memperebutkan
gulungan kulit itu, dan sekarang kehinaanlah
yang diterimanya.
Ko Jun-lim hampir menangis. "Mudah
mudahan di kemudian hari aku berkesempatan
untuk bangkit kembali. Biarpun sebelah kakiku
sudah menginjak pinggir liang lahat, tetapi aku
ingin mati sebagai pendekar terhormat. Bukan
mati sebagai tunawisma tak berharga di
penampungan seorang keluarga dermawan
yang berbelas kasihan kepadaku. Jin-keh Liu
Hok-tong, anakku Ko In-eng, menantuku Liu
Seng, dan cucuku Liu Giok-eng, mudah
mudahan arwah kalian semua mengampuni tua
bangka ini...."
Sekali lagi Sebun Hiong minta maaf
kepada kedua tamunya, berpesan kepada
pelayan setengah tua itu agar menghormati
tamu-tamunya, lalu minta diri untuk berbicara
kepada ayahnya lebih dulu.
Kini Pakkiong Eng dan Ko Jun-lim
mengikuti pelayan itu.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 669
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Paman, apakah Sebun Taihiap se?ang
sibuk dan sulit ditemui?" tanya Pakkiong Eng
sambil melangkah.
"Ah, kesibukan yang biasa saja", sahut
si pelayan. "Loya hampir tidak pernah tidak
sibuk. Kadang-kadang malah ia pergi cukup
lama tanpa ada yang tahu ke mana perginya".
"Tapi saat ini beliau sedang di rumah
bukan?"
"Benar. Ia sedang berbicara sesuatu
urusan penting dengan seorang tamunya yang
datang dari jauh, dari Pak-khia."
"Dari Pak-khia?" Pakkiong Eng
terkesiap.
"Kenapa Kongcu kaget? Tamu Loya itu
hanya sekedar rekan dagangnya saja, begitu
yang aku ketahui".
"Aku tidak kaget, paman. Hanya
sekedar senang mendengar di tempat sejauh
ini ada seorang sekampung denganku. Paman
tahu, akupun orang Pak-khia..."
"Kongcu belum bilangpun aku suda
tahu. Logat bicara Kongcu itulah yan
memberitahu aku. Tempat ini sering didatangi
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 670
Rewriter & Pdf Maker : OZ
orang-orang dari Pak-khia, teman-teman
Loya".
Hampir saja Pakkiong Eng menuruti
kodrat kewanitaannya memberondong
pertanyaan, siapa saja, untuk urusan apa saja?
Namun untunglah ia berhasil menahan
mulutnya. Tidak sopan kalau seorang tamu
menanyai pihak tuan rumah seperti petugas
pajak menanyai penunggak pajak.
Tanpa banyak cingcong, Pakkiong Eng
menurut saja ditempatkan di sebuah ruangan
di halaman samping, dekat sebuah kolam ikan,
tata ruangnya sebagian besar terbuat dari
bambu kuning bertotol yang memberi kesan
sejuk. Sayang kesan itu dinodai oleh suasana
yang angker, tidak terdengar suara senda
gurau para pelayan sedikitpun. Tapi Pakkiong
Eng tak peduli lagi.
Ketika pelayan itu mengajak Ko Jun-lim
untuk ditempatkan di bagian lain, Ko Jun-lim
menjawab, "Aku mohon diberi tempat
berdekatan dengan Kiong Kongcu ini saja. Tdak
usah repot-repot".
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 671
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Beberapa hari yang lalu Ko Jun-lim
merasa aman dari kejaran orang-orang Hek
eng-po pada saat berdekatan dengan Sebun
Hiong, namun sekarang setelah berada di
rumah Sebun Hiong sendiri malah timbul
perasaan tidak aman kalau berjauhan dengan
Pakkiong Eng. Agaknya ia terpengaruh oleh
suasana mencengkam di rumah keluarga
Sebun itu.
Diam-diam Pakkiong Eng
mentertawakan si Pedang Pelangi Putih yang
berjulukan mentereng tetapi bernyali kecil itu.
Seperti seorang anak kecil yang berjalan di
tempat gelap dan tidak berani lepas dari
gandengan tangan ibunya. Dengan demikian
Pakkiong Eng mendapat seorang "momongan"
yang usianya berkali lipat dari usianya sendiri.
Si pelayan yang mengantar mereka
ternyata tidak berani mengambil keputusan
sendiri dalam soal sekecil itu. Katanya, "Kalau
demikian permintaan Ketua Ko, kalian silahkan
menunggu sebentar. Aku akan menemui Toaya
(Tuan Besar) atau Hujin (Nyonya) untuk
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 672
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rewriter & Pdf Maker : OZ
memintakan ijin bagi permintaan Ketua Ko
tadi...."
Ko Jun-lim berkata, "Ah, kenapa
demikian repot? Aku akan berterima kasih
kalau diperbolehkan menempati tempat yang
bagaimanapun sederhananya asal berdekatan
dengan Kiong Kongcu, agar aku punya teman
bercakap-cakap dan tidak kesepian".
"Maaf, Ketua Ko, aku tidak berani
memutuskan sendiri. Biarlah Toaya atau Hujin
yang memutuskan hal ini. Silahkan menunggu
dan aku mohon dengan hormat agar jangan
pergi ke mana-mana lebih dulu...."
Kata "jangan ke mana-mana" itu
mendapat tekanan khusus, menandakan
betapa sungguh-sungguhnya peringatan itu.
Lalu pelayan itu berjalan menuju ke bagian
tengah rumah besar itu.
"Luar biasa ketatnya peraturan keluarga
ini, jangan-jangan untuk kentut saja harus
menunggu ijin dari Toaya atau Hujin?" tak
terasa Pakkiong Eng menggerutu sendiri.
"Tangsi tentara kekaisaran di Pak-khia saja
tidak sekeras ini peraturannya..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 673
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ketua, atau lebih tepat disebut bekas
Ketua Pek-kiam-pai menjawab, "Ya, rasanya
kita seperti masuk ke sebuah penjara besar...."
"Ah, jangan berpikir sejauh itu Ketua
Ko", kata Pakkiong Eng sambil mencoba
mencairkan suasana, agaknya ia sendiri pun
kuatir akan ketularan menjadi tegang dan
gugup seperti Ko Jun-lim. "Setiap rumah
tangga punya aturannya sendiri-sendiri.
Bagaimanapun juga kita sebagai tamu harus
menghormati aturan setempat. Aku yakin
keluarga ini tidak bermaksud jahat, hanya
keliwat tertib. Adanya keluarga Sebun di
propinsi Siam-say ini merupakan berkah bagi
keamanan propinsi ini, sebab keluarga ini
ditakuti pula oleh golongan hitam. Sama
seperti Hwe-liong-pang di Propinsi Se-cuan,
Siau-lim-si di propinsi Ho-lam, dan Bu-tong-pai
di Propinsi Ho-pak. Mungkin juga Tiang-pek-pai
di Liau-tong. Merekalah mercusuar-mercusuar
dunia per silatan yang membuat golongan
hitam tak berani malang melintang
seenaknya..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 674
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sebagai seorang berdarah Manchu,
tidak lupa Pakkiong Eng menempatkan Tiang
pek-pai di Liau-tong untuk disejajarkan dengan
kekuatan-kekuatan persilatan di Tiong-goan.
Tiang-pek-pai adalah sebuah perguruan silat
kebanggaan orang-orang Manchu, berpusat di
daerah Liau-tong, tempat asal orang Manchu,
dari ketua perguruannya sampai murid
muridnya kebanyakan adalah orang-orang
Manchu semuanya.
Ko Jun-lim tidak menjawab, hanya
berkata dalam hatinya, "Hem, bocah ingusan,
kau masih hijau pengalaman dalam dunia
persilatan. Kau hanya melihat segala
sesuatunya dari luarnya saja..."
Namun ia lalu menyengir kecut sendiri.
Pakkiong Eng yang dianggap bocah ingusan
kurang pengalaman itu toh sekarang menjadi
benteng perlindungan nyawanya yang
diandalkan....
Sementara itu, pelayan tadi telah
datang kembali. Sambil tersenyum dia berkata,
"Aku sudah melaporkan permintaan Ketua Ko
kepada Hujin dan beliau tidak keberatan. Hujin
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 675
Rewriter & Pdf Maker : OZ
juga berpesan agar kalian bersikap santai saja,
anggap saja di rumah sendiri."
"Nanti tolong saudara sampaikan
ucapan terima kasihku kepada Hujin", kata Ko
Jun-lim kepada pelayan itu.
"Marilah aku antarkan tuan berdua..."
Sementara itu Sebun Hiong dengan
langkah dibuat seringan mungkin telah
berjalan mendekati kamar buku, mencari
kemungkinan untuk menemui ayahnya. Ketika
ia sudah dekat dengan ruangan buku, sayup
sayup did?ngarnya dalam ruangan itu suara
ayahnya sedang bercakap-cakap perlahan
dengan seseorang.
Sebun Hiong begitu takut kepada
ayahnya, sehingga dia memutuskan untuk
tidak mengganggu pembicaraan itu. Tapi baru
saia ia membalikkan tubuh, suara ayahnya
memanggil dari dalam ruangan, "Siapa di
luar?!"
Apa boleh buat, Sebun Hiong
menjawab, "Aku, ayah..."
"Jadi kau sudah kembali?"
"ya, ayah"
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 676
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Masuklah!"
Dengan hati-hati Sebun Hiong
mendorong pintu, dilihatnya ayahnya duduk di
ruangan itu bersama seorang lelaki sebaya
yang belum pernah dilihatnya. Sebun Hiong
tidak sempat memperhatikan bagaimana wajah
lelaki itu, sebab ia cepat-cepat berlutut di
depan ayahnya. "Aku memberi hormat kepada
ayah..."
"Bangunlah", kata ayahnya datar saja,
tidak menunjukkan gejolak hatinya meskipun
anaknya itu baru saja bepergian selama
setengah tahun. "Mari kuperkenalkan kepada
tamu kita ini..."
Sebun Hiong berdiri dan saat itulah ia
sempat memperhatikan tamu ayahnya itu.
Seorang lelaki yang sebaya ayahnya, kir?-kira
limapuluh tahun usianya, tubuhnya sedang
sedang saja, namun wajahnya keras, matanya
seperti mata burung elang, hidungnya panjang
dan bengkok, tangannya yang sedang
memegangi cangkir teh itu kekar dan jari
jarinya berukuran hampir dua kali lipat jari-jari
orang biasa. Tubuhnya tertutup jubah panjang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 677
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dan longgar berwarna biru, dirangkap baju
pendek warna ungu.
"....A-hiong, inilah pamanmu Sek Cha",
kata Sebun Him si Pendekar Beruang Barat.
"Pamanmu ini adalah komandan pengawal Tit
hun-ong..."
Tit-hun-ong adalah gelar
kebangsawanan Pangeran In Si, putera tertua
Kaisar Khong-hi, maka komandan pengawalnya
tentu bukan manusia sembarangan. Sebun
Hiong tahu bahwa tahun-tahun belakangan itu
ayahnya menjalin hubungan rahasia dengan
Pangeran In Si, seorang pangeran yang
meskipun kekuatan pendukungnya kurang
memadai, namun secara tradisi dianggap
paling cocok untuk kelak menggantikan
kedudukan Kaisar Khong-hi, sebab ia putera
tertua. Karena itu Sebun Hiong tidak terlalu
heran melihat Sek Cha berada bersama
ayahnya.
Beberapa tahun yang silam, ayahnya
adalah seorang yang rajin mengutuk dan
mengecam pemerintah Manchu. Tetapi entah
kenapa, belakangan ayahnya malah semakin
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 678
Rewriter & Pdf Maker : OZ
akrab dengan orang-orangnya Pangeran In Si.
Sek Cha inipun nampaknya bukan orang
berkedudukan rendah di kalangan ketentaraan.
Cepat Sebun Hiong hendak berlutut
sambil mengucapkan, "Hormatku untuk Sek
Thongleng (Komandan Sek)..."
Cepat Sek Cha mengulurkan sepasang
tangannya untuk menahan agar Sebun Hiong
tidak berlutut. "Jangan sungkan, Hiantit. Kita
adalah orang-orang sendiri...
Sebun Hiong merasa sepasang
tangannya tertahan oleh sepasang tangan lain
yang sekuat palang-palang besi, sehingga ia
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hanya tertahan dalam sikap setengah berlutut.
Sebenarnya kalau Sebun Hiong mau, ia bisa
mengerahkan tenaga Kun-goan-sin-kang
(tenaga sakti alam semesta) dibarengi Ban-ki
tui (kuda-kuda selaksa kati) untuk meneruskan
gerakan berlututnya tanpa bisa dihalangi oleh
Sek Cha. Tapi ia tidak mau membuat sang
komandan pengawal itu k hilangan muka,
maka diapun berdiri kembali sambil memuji,
"Sek Thongleng, anda benar-benar hebat...."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 679
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sek Cha senang juga mendapat pujian
itu. "Kaupun hebat, Hiantit. Dari Pak-khia yang
jauhnya laksaan li dari sini, sudah aku dengar
berkumandangnya nama seorang pendekar
muda yang berjuluk si Beruang Ungu. Kau
betul-betu membuat semakin cemerlangnya
nama Keluarga Sebun".
Lalu sambil menoleh ke arah Sebur
Him, Sek Cha berkata ragu-ragu, "Saudara
Sebun, tentang pembicaraan kita, apakah bisa
dilanjutkan atau harus ditunda...?"
Sebun Him mengurut jenggotnya sambil
tertawa. "Bisa dilanjutkan, saudara Sek.
Anakku ini bisa menjaga rahasia, dia sudah
lama kupersiapkan menjadi penggantiku kelak,
dan telah berhasil mengerjakan beberapa
urusan penting yang kuserahkan kepadanya.
Tapi sebelum pembicaraan kita lanjutkan,
bisakah kita luangkan waktu sebentar untuk
mendengar laporan perjalanan anakku?
Laporannya tentu ada sangkut-pautnya dengan
urusan yang kita bicarakan tadi..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 680
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Kalau saudara Sebun berpendapat
begitu, tentu aku menurut saja", kata Sek Cha
sambil duduk kembali di kursinya.
Sementara itu, setelah disuruh oleh
ayahnya, Sebun Hiong telah duduk pula
melingkari meja bundar itu.
"Nah, A-hiong, kau boleh mulai
mendongeng tentang perjalananmu..."perintah
Sebun Him kepada anaknya.
"Baiklah, ayah. Tapi sebelumnya aku
minta maaf kepada ayah, bahwa aku telah
mengajak dua orang tamu ke rumah kita ini",
kata Sebun Hiong. "Mereka kutemukan di
perjalanan, dan aku kira ayah akan senang
berkenalan dengan mereka..."
Sebun Him mengerutkan alisnya, "Siapa
tamu-tamu itu?"
"Yang pertama adalah Ko Jun-lim,
Ketua Pek-kiam-pai yang terkenal dengan
julukan Pek-hong-kiam", sahut anaknya "Aku
ajak dia kemari karena nyawanya terancam
oleh orang-orang yang hendak merampas
gulungan...."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 681
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Baru mengucapkan "gulungan" tiba-tiba
Sebun Hiong merasa kaki ayahnya di bawah
meja telah menginjak kakinya. Sebun Hiong
mengerti isyarat itu, sehingga diapun cepat
cepat membelokkan kata-katanya, "... yang
hendak merampas gulungan lukisan
kesayangan Ko Jun-lim itu. Sayang, lukisan itu
sendiri menjadi rusak gara-gara pertempuran
itu..."
Sebun Him menghirup tehnya dengan
lega, sekaligus bangga punya putera yang
begitu cerdas menangkap isyaratnya. Sambil
meletakkan kembali cangkir tehnya, Sebun
Him berkata, "Belakangan ini memang Hek
eng-po semakin kurang ajar. Sampai barang
tak seberapa milik seorang tuapun hendak
mereka rampas..."
Dengan demikian ayah dan anak itu
berhasil menimbulkan kesan kepada Sek Cha
bahwa urusan antara Ko Jun-lim dan orang
orang Hek-eng-po itu hanya soal kecil yang tak
perlu diperhatikan lagi.
"Tamu satunya lagi siapa?" tanya Sebun
Him.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 682
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Dia agak punya nama juga, ayah.
Seorang pemuda bernama Kiong Eng dan
berjuluk Pek-ma Tok-heng (si Kelana Tunggal
Berkuda Putih).."
Sebun Him mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Nama itu agak terkenal juga di
Kang-pak, malah ada yang mensejajarkan
dengan nama pendekar-pendekar muda dari
Kang-lam, Kam Hong-ti Pek Thai-koan dan Lu
Si-nio. Bagus kalau kau bersahabat dengan
dia. Nanti aku akan menemuinya".
"Dia orang Pak-khia, ayah...."
Baik Sebun Him maupun Sek Cha sama
sama tegak kupingnya ketika mendengar
keterangan itu.
"Orang Pak-khia?"
"Benar, ayah". Sekilas Sebun Him dan
Sek Cha bertukar pandangan, bertukar
anggukan kepala, dan Sebun Him berkata, "A
hiong terhadap sahabatmu dari Pak-khia itu
sebaiknya kau tidak sembarangan bicara.
Sebun Hiong tersenyum sambil
mengangguk. "Aku sudah paham, ayah, sejak
aku bertemu dengan dia di Lam-tong, aku
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 683
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tidak pernah menyebut-nyebut tugasku. Justru
aku ajak dia kemari supaya ayah sendiri,
mungkin juga Sek Thongleng bisa meneliti
asal-usulnya...."
"Puteramu sangat cermat bekerja
saudara Sebun", kata Sek Cha sambi tertawa.
"Puteramu pantas bekerja untu calon kaisar
berikutnya dari kekaisaran ini, Pangeran In
Si..."
"Ah, puteraku masih terlalu bodoh dan
masih membutuhkan banyak petunjuk dari Sek
Cha Thongleng".
Begitulah ketiga orang itu sama-sama
menghirup teh dengan satu kesepapakatan
bahwa Ko Jun-lim "boleh diabaikan",
sebaliknya Kiong Eng harus diteliti asal-usulnya
dan kemudian ditentukan suatu sikap atas
dirinya. Rencana vang sedang mereka susun
adalah rencana besar, dan ketelitian dalam
segala hal amatlah dibutuhkan agar rencana
itu tidak berantakan.
"Ceriteramu tentang kedua tamu kita
itu sudah habis, A-hiong?", kata Sebun Him.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 684
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Sekarang ceriterakan tentang dua tugas
utama yang kupercayakan kepadamu..."
Sek Cha tiba-tiba menukas, "Kalau aku
boleh tahu, tugas-tugas apa saja yang saudara
Sebun bebankan kepada putera saudara ini?"
"Dua macam tugas sesuai yang
dipesankan oleh Hongcu (Pangeran) dalam
usaha membantu mewujudkan cita-cita
Hongcu", sahut Sebun Him, sekaligus petunjuk
halus bagi puteranya agar yang dikatakannya
nanti hanyalah soal tugas itu, tidak
menyeleweng ke soal-soal lainnya. "Tugas
pertama, menyelidiki bagaimana sikap dua
kekuatan besar dunia persilatan, Siau-lim-pai
dan Hwe-liong-pang, dalam menghadapi
pergolakan di pusat pemerintahan. Tugas ke
dua, mencari jejak Pangeran In Ceng sesuai
pesan Pangeran In Si".
"Kau bekerja dengan teliti sekali
saudara Sebun", Sek Cha mengangkat jempol.
"Pantas junjunganku begitu mempercayaimu,
sehingga beliau pernah berkata bahwa kelak
kalau beliau berhasil menjadi Kaisar, saudara
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 685
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sebun akan diangkatnya menjadi Gubernur di
Siam-say..."
Sebun Him balas memuji. "Hongcu juga
pernah berkata kepadaku, kelak saudara Sek
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan diangkat menjadi Gubernur di Liau
tong..."
Kedua "calon Gubernur" itu tertawa
berbareng, dan saling memberi selamat
dengan mengangkat cawan teh masing
masing. Sebun Hiong pintar membawa diri
dengan mengangkat cawannya pula dan
mengiringi minum kedua "calon gubernur
bawahan "Kaisar In Si", atau lebih tepat, "calon
Kaisar".
Setelah teh mengalir ke tenggorokan
dan cawan-cawan diletakkan, keduanya pun
siap mendengarkan ceritera Sebun Hiong.
Sebun Hiong mulai bicara. Kata-katanya
tidak terlalu cepat, supaya setiap kali
diperlukan, ayahnya sempat menginjak
kakinya di bawah meja...
"Tentang tugas pertama, nyaris tidak
ada kesulitan apa-apa. Aku pura-pura datang
ke Siong-san untuk menemui Pun-bu Hweshio,
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 686
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dan menanyakan apakah pihak Siau-lim-si siap
menjadi tuan rumah pada pertengahan tahun
nanti. Tuan rumah perundingan tentang ilmu
silat yang diadakan setahun sekali antara ayah,
Ketua Hwe-liong-pang Tong Lam-hou dan Pun
bu Hweshio sendiri. Seperti bisa, hweshio tua
itu menyatakan kegembiraannya..."
Sebun Hiong berhenti bicara sejenak.
Menunggu kalau-kalau ada injakan ayahnya,
namun kakinya tidak merasakan apa-apa.
Mudah-mudahan benar-benar tidak ada
injakan, bukan karena ayahnya keliru
menginjak kaki Sek Cha. Karena itu Sebun
Hiong tidak berani menggeser letak kakinya
seujung rambut pun, agar ayahnya tidak keliru
memperhitungkan arah injakannya.
Sebun Hiong bicara terus. "Lalu aku
menginap semalam di kuil terkenal itu, sempat
berbincang-bincang hampir semalam suntuk
dengan Pun-bu Hweshio. Dari pembicaraan itu
aku simpulkan bahwa Siau-lim-si prihatin akan
kemelut antar pangeran yang tengah
berlangsung di Pak-khia. Namun Siau-lim-pai
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 687
Rewriter & Pdf Maker : OZ
hanyalah sekedar prihatin dan tidak akan
mengambil sikap memihak manapun juga".
Tetap tidak ada gerakan di bawa meja,
kecuali semut-semut yang sedang menggotong
remah-remah makanan ke liangnya.
"Bagus kalau Siau-lim-pai tidak ikut
campur", kata Sek Cha sambil menepuk meja.
"Tetapi keledai-keledai gundul itu sering juga
pintar menyembunyikan sikap, dan pada saat
saat penting barulah mereka membuka kedok
mereka sendiri. Misalnya belasan tahun yang
u, mereka juga bilang tidak ikut urusan istana.
Tapi ketika Kaisar Sun-ti terancam bahaya di
pertapaannya di Kuil Jing liang-si gunung Ngo
tai-san, tahu-tahu Siau-lim-si mengirim
belasan jago-jagonya untuk ikut campur. Nah,
kita tidak boleh terlalu percaya akan sikap
kawanan keledai gundul itu..."
"Aku sependapat, saudara Sek. Itu
artinya kita harus tetap mengamat-amati Siau
lim-pai dengan cermat, jangan sampai
kecolongan sehingga mengaco rencana kita".
"Benar".
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 688
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Dua pasang mata milik Sebun Him dan
Sek Cha menatap Sebun Hiong, dan itu berarti
mereka siap mendengarkan keterangan
berikutnya.
"Lalu aku berputar ke propinsi Se-cuan
untuk mengamat-amati Hwe-liong pang.
Menurut aku, Hwe-liong-pang juga tidak atau
belum mengambil sikap tertentu mengenai
persengketaan di istana. Tong Lam-hou masih
saja sibuk mengurus petani-petani yang
bendungan airnya jebol, mengobati mereka,
menilik keamanan tempat-tempat yang
dipancangi bender kecil bau itu, dan
belakangan ini kesibukan Ketua Hwe-liong
pang itu bertambah satu lagi..."
"Apa?" tanya Sebun Him dan Sek Cha
berbareng.
"Menguber-uber orang-orang Hek-eng
po. Tapi nampaknya mereka bertindak dengan
sia-sia, sebab orang-orang Hek-eng-po
gampang saja melepaskan diri dari jangkauan
tangan Ketua Hwe-liong-pang..."
Sebun Him tersenyum. "Agaknya Tong
Lam-hou sudah semakin loyo sekarang. Sejak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 689
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dulupun aku tahu bahwa Hwe-liong pang hanya
besar namanya saja, sekarang terbukti
kewalahan menghadapi siasat kucing-kucingan
Hek-eng-po. Saudara Sek, bukannya aku
sombong, tetapi kalau cuma tikus-tikus Hek
eng-po itu, dalam jarak seratus li seputar
tempatku ini, mereka tidak berani main gila".
Sek Cha merasa omongan Sebun Him
terlalu besar, namun demi terjalin kerjasama
antara pihaknya dengan keluarga Sebun, maka
diapun pura-pura mengangguk-angguk
percaya. Meskipun kemudian merasa perlu
untuk memperingatkan, "Baiklah. Agaknya
laporan putera saudara bisa diandalkan.
Anggap saja Hwe-liong-pang tidak tahu apa
apa tentang persaingan antar pangeran di Pak
khia, dan karena itu boleh dianggap berdiri di
luar gelanggang. Tapi mereka pun harus terus
diawasi. Tong Lam-hou adalah sahabat baik
Pakkiong Liong, mungkin saja ia mendengar
dari Pakkiong Liong lalu timbul sifat usilnya.
Kita semua tahu bahwa Tong Lam-hou itu
seperti orang kurang kerjaan saja, kadang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 690
Rewriter & Pdf Maker : OZ
kadang ikut campur urusan yang tidak ada
hubungannya dengan dirinya..."
Baiklah, usul saudara Sek aku
pertimbangkan. Biarpun Siau-lim-pai dan Hwe
long-pang masih diam, mereka harus
diperhatikan, siapa tahu mendadak ikut
campur. Bukankah begitu?"
"Tidak keliru junjunganku sangat
mempercayai saudara Sebun".
"Terima kasih. Nah, A-hiong, bagaimana
dengan tugasmu yang ke dua?"
Sebun Hiong menyahut dengan sikap
yang bangga. "Berkat rejeki yang besar dari
Tit-hun-ong yang agung, akhirnya berhasil
juga kutemukan jejak Pangeran In Ceng yang
sudah menghilang lima tahun seolah-olah
ditelan bumi itu."
Sek Cha hampir melompat dari kursinya
ketika mendengar kata-kata Sebun H?ong. Dia
sendiri selama lima tahun tak kenal lelah
mengaduk dan mengintai di berbagai tempat,
dibantu orang-orangnya yang merupakan
pencari-pencari jejak yang lihai, dan hasilnya
adalah nol besar. Kini kupingnya mendengar
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 691
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sebun Hiong seenaknya saja berkata bahwa
jejak Pangeran In Ceng sudah diketemukan.
Pangeran Ke Empat yang menjadi duri dalam
daging bagi cita-cita Tit-hun-ong untuk
menduduki tahta kekaisaran.
Kali ini Sebun Hiong kembali mendapat
injakan kaki ayahnya. la paham maksudnya
agar keterangan yang diberikan kepada Sek
Cha jangan terlalu jelas, biarkan saja
komandan pengawal Pangeran In Si itu tetap
meraba-raba dalam kegelapan. Kalau Keluarga
sebun yang berhasil menemukan In Ceng lebih
dulu, tentu tidak kecil pahalanya di depan Tit
hun-ong. Ini penting, mengingat Tit-hun-ong
adalah calon Kaisar. Jangan sampai pahala
sebesar ini direbut oleh Sek Cha.
Karena itu Sebun Hiong pura-pura
menarik napas. "Sayang juga bahwa jejak
yang kutemukan itu agak kabur. Aku hanya
mendengar desas-desus di sepanjang
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perjalanan yang mengatakan bahwa di Kang
lam telah muncul seorang pendekar muda.
Ketika aku tanyakan bagaimana wajah dan
potongan tubuh pendekar muda itu, aku
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 692
Rewriter & Pdf Maker : OZ
hampir yakin bahwa dialah Pangeran In Ceng
yang menyamar. Karena ituah aku buru-buru
pulang kemari untuk memberi kabar ayah,
kebetulan pula Sek Thongleng juga sedang ada
di sini".
"Siapa nama pendekar muda yang baru
muncul itu?" tanya Sek Cha tidak sabar.
Dari pelayan rumah penginapan Cao an
tiam di Lam-tiong, Sebun Hiong sudah tahu
bahwa pendekar muda itu bernama Si Liong
cu, lengkap dengan cirinya yang selalu
membawa toya hitam kemanapun perginya.
Tapi di hadapan Sek Cha, Sebun Hiong sengaja
geleng-geleng kepala, pura-pura tidak tahu.
Tetapi semangat Sek Cha tetap tinggi
meskipun mendapat gelengan kepala,
tanyanya lagi, "Apa saja yang dilakukan
pendekar muda itu? Tentu orang-orang di
perjalanan itu menceritakan perbuatan
perbuatannya yang menggemparkan...?"
"Memang perbuatan-perbuatannya
membuat namanya cepat melambung menjadi
pujaan dunia persilatan. Bahu-membahu
dengan pendekar-pendekar Kang-lam seperti
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 693
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Kam Hong-ti dan Pek Thai-koan, pendekar
muda itu membasmi beberapa gerombolan
perusuh yang tergolong kuat Ia juga menjalin
persahabatan dengan banyak pendekar di
wilayah Kang-lam."
"Gawat...gawat..." Sek Cha mendadak
menjadi gelisah sehingga meremas-remas
telapak tangannya sendiri. "Aku hampir yakin
bahwa pendekar muda itulah Pangeran In Ceng
yang menyamar. Rupanya demikianlah caranya
mengumpulkan kekuatan bagi dirinya. Ia
berusaha mengambil hati para pendekar di
Kang-lam untuk berdiri di pihaknya. Karena
itu, sebelum kedudukannya menjadi semakin
kuat, aku harus segera memburunya dan
menyerahkan batok kepalanya ke hadapan Tit
hun-ong...."
"Tapi saudara Sek tidak boleh bertindak
gegabah. Jangan sampai Pangera In Ceng
merasa terancam, lalu ia masuk ke
persembunyiannya lagi sehingga lebih susah
untuk menemukannya lagi", kata Sebun Him.
"Tentu... tentu, aku tidak mau
kehilangan jejaknya lagi", sahut Sek Cha. Lalu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 694
Rewriter & Pdf Maker : OZ
sambil menoleh kepada Sebun Hiong ia
bertanya, "Tapi benarkah Hiantit tidak tahu
nama, atau barangkali julukan, dari si
pendekar muda itu?"
Sebun Hiong pura-pura menunjukkan
sikap tidak senangnya. "Sek Thongleng apakah
kau tidak percaya kepadaku dan menganggap
aku masih menyembunyikan sesuatu dalam
laporanku? Kita berada dalam satu barisan
untuk mendukung Tit-hun-ong naik tahta,
kenapa tidak bisa saling mempercayai?"
Oh, maaf, aku tidak bermaksud untuk
tidak percaya kepada kalian ayah dan anak",
kata Sek Cha. "Saudara Sebun, besok pagi
pagi benar, aku akan minta diri...."
"Sebenarnya aku masih ingin
mempersilahkan saudara Sek tinggal beberapa
hari lagi di sini, namun mengingat pentingnya
tugas ini, aku tidak akan menahan lagi.
Mudah-mudahan berhasil".
Tiba-tiba Sebun Hiong berkata sambil
tertawa, "Sek Thongleng, aku punya suatu akal
untuk menyelidiki pendekar muda itu".
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 695
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Hampir saja Sebun Him menginjak kaki
anaknya, tapi dibatalkannya. Ia sadar bahwa
anaknya bukan orang bodoh, tentu punya
tujuan tertentu di balik kata-katanya itu.
"Petunjuk Hiantit tentu sangat
berharga, aku siap mendengarkannya", kata
Sek Cha.
"Sek Thongleng, pendekar muda itu
kabarnya bersahabat dengan Kam Hong ti dan
Pek Thai-koan, Asal kau jumpai kedua
pendekar Kang-lam itu, barangkali bisa kau
peroleh keterangan berharga tentang diri si
pendekar muda ".
"Bagus! Akal yang bagus!"
Dalam hatinya Sebun Hiong
mentertawakan si komandan pengawal itu.
Kam Hong-li dan Pek Thai-koan terkenal
kelihaiannya, kalau Sek Cha bersikap gegabah
terhadap mereka, kemungkinan besar akan
mendapat pil pahit. Tujuan Sebun Hiong
memang menjerumuskan Sek Cha agar
terbentur pendekar-pendekar Kanglam itu
upaya pamornya merosot di hadapan mata Tit
hun-ong.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 696
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Sengaja ia memanaskan hati Sek Cha,
"Tapi hati-hatilah, Thongleng. Kam Hong li dan
Pek Thai-koan bukan manusia-manusia
sembarangan, jangan-jangan nanti malah...
malah...."
Keruan hati Sek Cha kian panas karena
merasa kemampuan silatnya diragukan. Ia
mengepal tinjunya sambil berkata, "Pertama
tama aku akan bicara baik-baik lebih dulu
kepada mereka. Tapi kalau mereka tidak bisa
diajak bicara baik, hem, biarpun Kam Hong-li
dan Pek Thai koan berhasil mengangkat sedikit
nama di Kang-lam, namun tulang-tulang
mereka akan rontok habis kalau terkena
pukulan ku Pai-san-tiat-kun (Tinju Besi
Mendorong Gunung)".
"Tentu saja, siapa tidak pernah
mendengar kelihaian saudara Sek?" kata
Sebun Him. "Namun sebelum saudara
berangkat besok pagi, malam ini masih ada
sedikit pekerjaan kecil".
"Aku tahu. Membongkar asal-usul se
benarnya dari si bocah dari Pak-khia Kiong
Eng..."
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 697
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Betul. Wah, A-hiong, kau boleh
tinggalkan tempat ini untuk menemani tamu
tamumu itu. Tapi rahasiakan semua yang kita
percakapkan di ruangan ini".
"Baiklah, ayah".
Setelah memberi hormat kepada
ayahnya dan Sek Cha, Sebun Hiong
meninggalkan ruangan itu.
**OZ**
BAGIAN DUABELAS
Malam itu, bulan sabit tergantung di
angkasa, dikawal bintang-bintang yang tak
seberapa jumlahnya karena tertutup awan
hitam yang terserak di sebagian besar langit.
Dengan perut kenyang karena habis
dijamu oleh Sebun Hiong, Pakkiong Eng dan Ko
Jun-lim pulang ke kamarnya masing-masing
untuk beristirahat. Namun di hati Pakkiong Eng
masih ada rasa penasaran karena seharian itu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 698
Rewriter & Pdf Maker : OZ
dia belum juga berhasil bertemu muka dengan
Sebun Him, ayah Sebun Hiong, pendekar yang
terkenal di kawasan Siam-say itu.
"Dia pasti bukan seorang tuan rumah
yang terlalu ramah" , pikir Pakkiong Eng
setibanya di kamarnya. "Urusan apa yang
begitu pentingnya sehingga meluangkan waktu
sebentar saja untuk kami pun tidak sempat?"
Tengah ia duduk-duduk sendiri di
kamarnya yang diterangi sebatang lilin merah,
menunggu datangnya rasa kantuk, tiba-tiba
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuping Pakkiong Eng yang tajam mendengar
suara berkibarnya kain baju serta suara
lompatan ringan di luar kamarnya. Di kebun
bunga.
Langsung saja Pakkiong Eng menjadi
curiga, di rumah keluarga Sebun yang disegani
itu, orang dari mana berani gentayangan
seenaknya? Pasti bukan pelayan keluarga
Sebun, sebab kalau pegawai pelayan Sebun
sendiri tidak akan bertingkah laku seperti
maling.
Cepat Pakkiong Eng menyambar
pedangnya dan melompat keluar pintu deng an
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 699
Rewriter & Pdf Maker : OZ
kesiagaan yang tinggi. Dilihatnya kamar Ko
Jun-lim sudah tidak ada cahaya lilin lagi dan
pintunya masih tertutup rapat, agaknya
"momongan" Pakkiong Eng itu masih tidur
pulas dengan perut kekenyangan.
Tapi ketika Pakkiong Eng menyapukan
pandangannya ke arah lain, dilihatnya sesosok
tubuh terbungkus pakaian serba hitam dan
wajah tertutup kedok hitam pula, sedang
berusaha menyembunyikan dirii di balik sebuah
rumpun bunga. Bentuk tubuh orang itu tinggi
tegap, mengingatkan Pakkiong Eng akan Wan
Po, orang tertua dari Lo-san-su-koai (empat
siluman dari Lo-san) yang berjulukan Tiat-pi
koai (Siluman Lengan Besi).
Menduga kepada Wan Po, Pakkiong Eng
merasa tidak ada perlunya lagi banyak cara
terhadap gembong golongan hitam tiu.
Tubuhnya tiba-tiba melejit ke udara, meluncur
langsung ke rumpun bunga itu, sambil
menghunus pedangnya dan langsung menikam
dengan gerak Liong-bun-ko-long (bermain
ombak di pintu naga). ujung pedangnya
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 700
Rewriter & Pdf Maker : OZ
berkeredep keperak-perakan dan bergerak
amat cepat.
Bayangan yang bersembunyi di rumpun
bunga itu terpaksa membela diri dengan
tangan kosong. Ia melompat keluar sambil
menghindari ujung pedang, lalu sepasang
tangannya yang kuat melakukan pukulan
Siang-kui-pek-mui (sepasang setan menggedor
pintu), yang diarah ialah sepasang pipi
Pakkiong Eng.
"Bagus!" Pakkiong Eng agak kaget juga
melihat ketangkasan orang itu yang agaknya
jauh di atas Wan Po. Tubuh Pakkiong Eng
berputar sekali di udara sebelum mendarat di
tanah, terus disam- bung dengan gerak Heng
kang-cat-tau (memotong dari samping) ke
pinggang musuh.
"Bagus!" si kedok hitam itupun
mengagumi ketangkasan Pakkiong Eng. Sambil
mengegoskan pinggang, tangan kiri menekan
ke batang pedang Pakkiong Eng, telapak
tangan lainnya menghantam ke depan dan
menimbulkan deru angin pukulan yang mirip
taufan.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 701
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Terpaksa Pakkiong Eng melompat
mundur dengan terkejut, itulah ketangkasan
dan kekuatan yang jauh di atas Wan Po.
Bahkan tenaga dalam orang itu agaknya
beberapa tingkat di atas Pakkiong Eng sendiri.
Dugaannya atas diri Wan Po segera buyar
sendiri, berganti rasa herannya akan
munculnya tokoh ini.
"Siapa kau?!"
Pakkiong Eng mendapat jawabannya
berupa hantaman bertubi-tubi yang harus
dihadapinya.
Tidak sampai duapuluh jurus, Pakkiong
Eng merasa dirinya sudah terjeblos ke dalam
lingkaran prahara yang menghimpit dan
menyesakkan pernapasannya. Kemana pun dia
berputar dan menghadap, hanya bayangan
tubuh lawannya yang terlihat mengepung dan
menghantam dari berbagai jurusan, telapak
tangan yang bukan terlihat cuma sepasang
tetapi berpuluh-puluh pasang dan menutup
semua jalannya. Sebaliknya sia-sia Pakkiong
Eng memainkan Thian-liong-kiam-hoat (Ilmu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 702
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Pedang Naga Langit) karena ia seolah
kehilangan arah.
Dalam keadaan bahaya, terpaksa
Pakkiong Eng menggunakan tenaga dalam
ajaran ayahnya yang disebut Hwe-liong
sinkang (Tenaga Sakti Naga Api). Dengan ilmu
itu, dari setiap pori-pori kulit Pakkiong Eng
seolah menyemburkan api sangat panas yang
membakar udara sekitarnya, sehingga
ibaratnya ia menjadi segumpal api yang siap
menghanguskan lawan-lawannya.
Namun lawannya itu hampir tidak
terpengaruh oleh hawa panas itu. Ia cuma
menggeram, agaknya untuk meningkatkan
daya tahan tubuhnya, setelah itu kembali
menyerbu bagaikan badai mengamuk atau
gunung runtuh. Kembali Pakkiong Eng terdesak
hebat.
Diam-diam Pakkiong Eng penasaran
juga. Dengan ilmu Pedang Naga Langit yang
digabung dengan Hwe-liong-sinkang dia yakin
kalau hanya Wan Po yang dihadapinya tentu
sudah dikalahkannya sejak tadi. Ketika
menolong Ko Jun-lim, ia bahkan menghadapi
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 703
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Hau It-yau dan Pek Hong-teng, orang ke tiga
dan ke empat dari Su-koai tanpa terdesak
sedikitpun. Tapi kini, apalagi untuk menang,
bahkan untuk mempertahankan diri saja
semakin lama semakin sulit. Lebih penasaran
lagi, ia tidak dapat mengenali gaya silat
lawannya itu dari aliran mana.
Keributan perkelahian di kebun bunga
itu agaknya mengejutkan Ko Jun-lim yang
tidurnya selalu gelisah, karena setiap kali ia
memejamkan matanya maka dia bermimpi
dikejar-keiar orang-orang Hek-eng-po yang
tampangnya bengis-bengis. Cepat memakai
jubah luar dan sepatunya. Saking tergesa
gesa, hampir saja ia memakai sepatunya lebih
dulu dan baru kaos kakinya di bagian luar, lalu
sambil menjinjing pedang dia keluar dari
kamarnya.
Begitu melihat di kebun bunga ia
melihat Pakkiong Eng, pelindungnya yang
diandalkan itu terdesak hebat oleh seorang
berkedok hitam yang sangat lihai, sukma Ko
Jun-lim hampir copot karena kagetnya.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 704
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Tiat-pi-koai...." bekas Ketua Pek-kiam
pai itu berdesis perlahan. Seperti Pakkiong Eng
mula-mula, diapun mengira orang berkedok itu
adalah Wan Po karena potongan tubuhnya
memang mirip sekali. Ko Jun-lim hanya kurang
cermat membandingkan tingkat ilmu Wan Po
dengan orang berkedok itu.
Keselamatan Pakkiong Eng berarti
keselamatan dirinya juga, maka sambil
menghunus pedangnya, Ko Jun-lim menerjang
ke arah gelanggang pertempuran untuk
membantu Pakkiong Eng. Sambil berbuat
demikian, diapun berteriak sekeras-kerasnya,
"Ada penjahat! Ada penjahat!"
Rupanya dengan berbuat demikian, ia
berharap orang-orang keluarga Sebun
terbangun semuanya sehingga semakin
amanlah dirinya.
Teriakan itu segera mendapatkan
sambutan. Hampir dari segala arah
bermunculanlah orang-orangnya keluarga
Sebun dengan senjata di tangan. Itu
mengingatkan Ko Jun-lim akan kejadian di Liu
keh-chung. Tapi ada juga perbedaan yang
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 705
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rewriter & Pdf Maker : OZ
besar. Kalau pegawai-pegawai Liu-keng-chung
dulu hanya bisa berteriak-teriak sambil
berdesak-desakan ketakutan, maka orang
orang keluarga Sebun justru dengan tertib
mengambil sikap seperti prajurit-prajurit yang
terlatih. Mereka segera berkelompok
kelompok, setiap kelompok terdiri dari enam
orang, dan dalam sekejap saja hampir semua
tempat-tempat penting di rumah besar itu
sudah terjaga dengan ketat, seekor tikuspun
agaknya sulit untuk meninggalkan rumah itu
tanpa rintangan.
Melihat itu, terkesiaplah Ko Jun-lim,
tidak salah kalau rumah keluarga Sebun
dianggap salah satu mercusuar dunia
persilatan yang disegani golongan hitam. Ia
lihat kelompok-kelompok enam-enam orang itu
tiap kelompoknya membentuk barisan yang
disebut Liok-hap-tin. Secara perorangan,
pegawai-pegawai keluarga Sebun itu
barangkali hanya memiliki silat kelas kambing,
namun kalau benar mereka sudah dilatih
barisan Liok-hap-tin, itulah rintangan yang tak
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 706
Rewriter & Pdf Maker : OZ
gampang ditembus oleh jagoan-jagoan tingkat
menangah saja.
Tapi Ko Jun-lim tidak sempat
memperhatikan lagi orang-orang keluarga
Sebun itu mengatur barisannya. Ia segera
ayun pedangnya dan ikut mengerubut orang
berkedok itu.
Saat itulah orang berkedok itu
mendadak memutar sepasang telapak
tangannya di depan tubuhnya. Segera timbul
pusaran angin yang dahsyat melanda Pakkiong
Eng dan Ko Jun-lim, pedang-pedang mereka
tiba-tiba menjadi enteng tanpa bobot seperti
terbuat dari bambu kering saja, tusukan atau
sabetan pedang mereka melenceng jauh dari
sasaran yang dikehendaki.
Bahkan Ko Jun-lim terhuyung mundur
lima enam langkah dengan wajah pucat.
Sedang Pakkiong Eng yang ilmunya lebih lihai
tidak mau bertahan secara kekerasan,ia justru
memanfaatkan gelombang tenaga itu untuk
membuat tubuhnya melayang mundur sambil
membuat gerakan Yan-cu-hoan-sin (burung
layang-layang memutar tubuh) di tengah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 707
Rewriter & Pdf Maker : OZ
udara, dan mendarat dengan empuk tanpa
sempoyongan.
"Bagus! ilmu meringankan tubuh yang
hebat!" orang berkedok itu tiba tiba berseru
dan bersikap tidak akan nenyerang lagi. "Juga
ilmu pedang Thian-liong-kiam-hoat serta
tenaga dalam Hwe-liong-sinkang yang hebat!"
Pakkiong Eng terkejut karena orang
berkedok itu sekaligus berhasil menebak nama
ilmu-ilmu kebanggaannya itu. Sedang Ko Jun
lim pun terkejut mendengarnya, ilmu-ilmu itu
adalah milik seor?ng panglima kekaisaran yang
terkenal di Pak-khia, ia hanya pernah
mendengar disebut-sebut orang, tapi barulah
detik itu tahu bahwa "Kiong Eng" memiliki ilmu
itu.
Perlahan orang berkedok itu menarik
kedoknya, dan begitu wajah itu tampak,
kendorlah ketegangan orang-orang Keluarga
Sebun yang sudah mengepung kebun bunga
itu. Itulah wajah tuan besar mereka sendiri,
Sebun Him.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 708
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Ketika itulah Sebun Hiong dan Sek Cha
datang pula ke tempat itu, mengiringi seorang
perempuan setengah baya yang sebenarnya
cukup cantik, namun tidak memiliki leher dan
pinggang karena tertimbun lemak yang
berlebihan. Wajah mereka bertiga penuh
senyuman dan tidak menunjukkan ketegangan
sedikitpun.
Sebun Hiong tersenyum kepada Pa
kiong Eng dan berkata, "'Maaf kalau kami
sudah mengagetkan saudara Kiong dan Ketua
Ko. Aku perkenalkan kepada kalian, inilah
ayahku, dan ini ibuku".
Dalam hatinya, Pakkiong Eng
menggerutu akan "cara perkenalan" ayah
Sebun Hiong yang luar biasa itu. Namun
diapun menyarungkan pedangnya dan
memberi hormat, "Salamku untuk Sebun
Taihiap dan Sebun Hujin. Terima kasih atas
petunjuk Taihiap tadi...
Sebun Him kembali tertawa sambil
mengelus jenggotnya. "Jangan terlalu
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 709
Rewriter & Pdf Maker : OZ
merendah, Hiantit. Ilmu pedang dan tenaga
dalammu tadi sudah cukup baik untuk
angkatan muda dunia persilatan. Masih bisa
dikembangkan terus. Namun aku ingin
bertanya sesuatu, mudah-mudah Hiantit sudi
menjawabnya terus-terang..."
"Silahkan, taihiap" ilmu-ilmumu tadi
terkenal sebagai milik ciangkun Pakkiong
Liong, Panglima Pasukan Naga Terbang, ada
hubungan apakah Hiantit dengan Pakkiong
Ciangkun?"
Di hadapan pendekar propinsi Siam-say
yang bernama harum ini, Pakkiong merasa
tidak perlu bersembunyi lagi, ia anggap Sebun
Him dan keluarganya bisa dipercaya. "Taihiap,
aku adalah puterinya. Namaku yang
sebenarnya adalah Pakkiong Eng. Nama Kiong
Eng hanya aku gunakan kalau aku sedang
menyamar sebagai laki-laki di dunia persilatan.
Ayahku menitipkan salam hormat kepada
taihiap".
Pengakuan Pakkiong Eng bahwa dirinya
adalah anak gadis Pakkiong Liong itu memang
mengejutkan semua pendengarnya. Sebun Him
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 710
Rewriter & Pdf Maker : OZ
tercengang, kenapa puteri seorang panglima
bisa keluyuran sendirian sampai ke Siam-say
yang ribuan li dari Pak-khia? Sek Cha terkejut
karena nama Pakkiong Liong di percaturan
pemerintahan pusat adalah nama yang
disegani. Sebun Hiong masih agak
kebingungan bahwa teman seperjalanannya
selama ini ternyata adalah seorang gadis.
Sedang Ko Jun-lim tersipu-sipu karena
"pelindung"nya selama ini adalah seorang
gadis yang usianya sebaya dengan usia
cucunya. Seorang bekas ketua perguruan yang
berwajah angker dan berjenggot putih,
ternyata selama ini berlindung di bawah ketiak
seorang gadis muda...
**OZ**
Bersambung ke Jilid 13
Pojok Dukuh, 25-09-2018; 19:25 WIB
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 711
Rewriter & Pdf Maker : OZ
TEROR ELANG HITAM
Karya : STEVANUS, S.P.
Jilid 13
"KALIAN adalah tamu-tamu terhormat
keluarga kami", kata Sebun Him kemudian.
"Mari kita perkenalkan dengan tamu yang lain.
Ini adalah saudara Sek Cha, di Pak-khia dia
adalah...."
"....pedagang kain!" cepat Sek Cha
memotong omongan Sebun Him sebelum
menyebutkan siapa dirinya sebenarnya.
Sebun Him bisa memakluminya, sebab
Sek Cha menjalankan tugas rahasia dari
Pangeran In Si, tentu tidak dapat sembarangan
memperkenalkan jabatannya.
Sek Cha telah saling memberi hormat
kepada Pakkiong Eng dan Ko Jun-lim. Diam
diam Pakkiong Eng memperhatikan tampang
dan gerak-gerik Sek Cha, dan yakinlah ia
bahwa orang ini bukan seorang pedagang
melainkan seorang jagoan tangguh. Entah
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kolektor E-Book 712
Rewriter & Pdf Maker : OZ
kenapa dia agaknya sengaja menyembunyikan
diri. Karena itu Pakkiong Eng memutuskan
dalam hati, bahwa selama menjadi tamu di
keluarga Sebun, diapun tidak boleh terlalu
terbuka tentang tugas-tugasnya menemukan
jejak Pangeran In Ceng alias Si Liong-cu.
"Nona Pakkiong, apakah yang menjadi
tujuanmu sehingga melakukan perjalanan
sejauh ini dari Pak-khia?" tiba-tiba Sebun Him
bertanya.
"Taihiap...."
"Jangan panggil aku Taihiap", potong
Sebun Him dengan sikap ramah. "Kalau Titli
(keponakan perempuan) suka kau boleh
panggil paman saja kepadaku itu lebih
menciutkan jarak antara kita bukan? Biarpun
aku dan ayahmu belum saling berkenalan, tapi
sudah saling mendengar nama masing-masing.
Ayahmu disebut Naga Utara dan aku dijuluki
Beruang Barat. Kami berdua, ditambah dengan
Ketua Hwe-liong-pang Tong Lam-hou dan Pun
Bu Hweshio dari Siau-lim-pai disebut Empat
Tokoh Puncak. Itu membuat aku malu saja....
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 713
Rewriter & Pdf Maker : OZ
Meskipun mulutnya mengatakan malu,
tapi cara mengucapkannya tidak sungkan
sungkan sedikitpun.
Pakkiong Eng sendiri selama ini hanya
pernah mendengar nama tiga tokoh puncak,
bukan empat, yaitu ayahnya sendiri, Ketua
Hwe-liong-pang dan Pun-bu weshio. Namun
kini mendengar Sebun Him nekad mense
jajarkan diri dengan ketiga orang itu, diam
diam ia agak geli juga. Hanya, demi basa-basi
diapun berkata, "Baiklah, paman. Aku
berkelana di dunia persilatan sekedar
menambah pengalaman, tidak ada tujuan
tertentu".
"Syukurlah. Memang bagi anak-anak
muda lebih baik memusatkan diri kepada
memperdalam ilmu dan menambah
pengalaman, tidak usah ikut campur dalam
kemelut yang ditangani orang-orang tua", kata
Sebun Him.
Pakkiong Eng kurang paham kata-kata
itu. Yang ia dengar dari ayahnya, justru sejak
muda harus melakukan perbuatan-perbuatan
yang bermanfaat bagi sesama. Bukannya
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 714
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"tidak ikut campur urusan orang tua" seperti
anjuran Sebun Him.
"Terima kasih atas petunjuk paman",
toh ia mengangguk juga biarpun dalam hatinya
tidak setuju.
"Nah, aku minta maaf telah
mengganggu dan mengejutkan kalian", kata Se
bun Him dengan ramah. "silahkan melanjutkan
istirahat kalian. Selamat malam".
"Selamat malam", Pakkiong Eng dan Ko
Jun-lim membalas.
Dengan sebuah isyarat gerakan tangan,
Sebun Him membubarkan orang-orangnya
yang masih belum meninggalkan kebun bunga
itu. Sebelum itu, beringsut setapak pun tidak
berani.
Halaman penuh pohon bunga itupun
menjadi sepi karena ditinggalkan Sebun Him
dan orang-orangnya. Pakkiong Eng pun
membalikkan badan dan siap masuk ke
kamarnya, namun langkahnya tertegun ketika
melihat Ko Jun-lim masih berdiri termangu
mangu seperti patung.
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 715
Rewriter & Pdf Maker : OZ
"Eh, ada apa, Ketua Ko?" tanya
Pakkiong Eng.
"Tidak apa-apa... tidak apa-apa..." Ko
Jun-lim menjawab tergagap dan masuk pula ke
kamarnya.
Di dalam kamarnya Ko Jun-lim duduk
melamun lama sekali sambil berkali-kali
menghela napas panjang. Ia ingat bagaimana
ia dihormati orang ketika masih menjadi Ketua
Pek-kiam-pai, meskipun hanya orang-orang di
lingkungan perguruannya, tapi setelah berada
di rumah Keluarga Sebun itu, ia merasa dirinya
tidak berharga. Ia merasa dirinya seperti si
kerdil di antara raksasa-raksasa perkasa, tidak
ada yang menghiraukan bahwa dirinya adalah
Ketua Pek-kiam-pai yang berjuluk Pek-hong
kiam (Pedang Pelangi Putih). Selama
percakapan di kebun bunga tadi, semua
perhatian hanya ditujukan kepada Pakkiong
Eng yang ternyata adalah puteri dari panglima
perkasa Pakkiong Liong. Sedang dirinya sendiri
disapa sepatah katapun tidak, dianggap "orang
pinggiran" yang tidak diperhitungkan sama
sekali. Bahkan ketika Sebun Him hendak pergi,
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 716
Rewriter & Pdf Maker : OZ
ia hanya diberi anggukan kecil dan terus
ditinggal pergi begitu saja.
Ia tersenyum pahit dan menggeremeng
sendirian, "Aku memang bukan lagi Ketua Pek
kiam-pai, bukan pula si Pedang Pelangi Putih.
Aku kini hanya seorang tuna wisma yang
menumpang hidup di rumah orang lain karena
berbelas kasihan kepada tua bangka ini. Aku
tidak tahu diri kalau mengira diriku masih Ko
Jun-lim yang terhormat dulu..."
Merenungkan kebangkrutannya sendiri,
kebangkrutan gara-gara keserakahan ingin ikut
memiliki gulungan kulit yang konon
mengandung pelajaran ilmu silat tinggi itu,
makin lama Ko Jun-lim makin menyesal.Tiba
tiba timbul pikiran, kalau ia menjerat lehernya
untuk digantungkan di belandar ruangan itu,
selesailah semuanya. Toh ia sudah cukup tua
dan umurnya paling-paling tinggal beberapa
tahun lagi, tidak salahnya kalau "dipercepat"
sekarang saja...
Hampir saja ia melaksanakan niat
sesatnya itu. Sebuah bangku sudah diletakkan
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 717
Rewriter & Pdf Maker : OZ
di bawah belandar, ikat pinggangnya sendiri
sudah diurai, tapi pikiran lain melintas lagi.
"Sedikit banyak aku sudah punya nama
terhormat juga. Bagaimana kalau tersiar kabar
Ko Jun-lim Ketua Pek-kiam-pai bunuh diri di
rumah orang lain? Bagaimana kalau mayatku
dikubur oleh keluarga Sebun tanpa batu nisan
sama sekali? Nama yang kuperoleh, biarpun
kecil, setidaknya sudah kuperjuangkan cukup
lama juga, sayang kalau terkubur begitu saja
bersama jasadku. Kalau harus mati, harus mati
seperti harimau, mati secara
menggemparkan".
Sayang akan nama baiknya sendiri
ternyata bisa juga mencegahnya menjadi Tiau
si-kui (arwah orang menggantung). Dengan
lesu ia duduk kembali. "Biarlah aku tunggu lagi
beberapa tahun, siapa tahu kelak ada peluang
untuk memperbaiki kesalahanku yang lalu,
mengangkat kembali namaku sebagai si
Pedang Pelangi Putih. Waktu itu matipun aku
puas. Sekarang tidak ada salahnya untuk
menahan sedikit hinaan. Cu Goan-ciang toh
pernah juga menjadi pendeta pengemis
Teror Elang Hitam ? Stevanus, S.P.
Pustaka: Koh Awie Dermawan
Kolektor E-Book 718
Rewriter & Pdf Maker : OZ
sebelum berhasil membangun Kerajaan
Beng..."
Menyamakan diri dengan Cu Goan
ciang, ia akhirnya berhasil menenteramkan
hatinya sendiri.
Sementara itu, tidak peduli malam
sudah larut, Sebun Him dan Sek Cha tetap
meluangkan waktu untuk membuat
pertimbangan-pertimbangan. Mereka benar
benar bersungguh-sungguh memperjuangkan
kemenangan bagi Pangeran In Si.
"Tidak kusangka kalau bocah itu
ternyata adalah puteri Pakkiong Liong sendiri".
"Saudara Sebun percaya bahwa dia
Teror Elang Hitam Karya Stevanus SP di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan Pak-khia hanya sekedar
merantau mencari pengalaman?"
Sebun Him tersenyum. "Cuma manusia
yang kepalanya berisi tahi kerbau yang bisa
mempercayai omongannya. Tapi anak itu
cerdik juga, ia berusaha menyembunyikan
Hardy Boys Pembajak Kapal Selam Sapta Siaga 06 Komplotan Misterius Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama