Ceritasilat Novel Online

Dekut Burung Kukuk 4

Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith Bagian 4

nya.

"Bagus sekali. Bisa jadi bahan bacaanku dalam perjalanan menemui

istrinya untuk makan siang."

"Istri yang tak lama lagi akan jadi mantan," timpal Robin. "Semua

ada di artikel itu. Mr. Bestigui rupanya tidak terlalu beruntung dalam

kehidupan cintanya."

"Dari yang diceritakan Wardle kepadaku, dia bukan orang yang

mudah dicintai," sahut Strike.

"Bagaimana Anda bisa membujuk polisi itu untuk bicara dengan

Anda?" tanya Robin, tak sanggup menahan rasa penasarannya pada

titik ini. Dia sangat ingin belajar lebih banyak tentang proses dan ke?

majuan penyelidikan ini.

"Temanku adalah temannya juga," jawab Strike. "Orang ini kukenal

waktu di Afghanistan, letnan polisi Metropolitan di pasukan cadangan

angkatan darat."

"Anda dulu di Afghanistan?"

"Ya." Strike mengenakan mantelnya sambil menggigit lembaran

artikel tentang Freddie Bestigui dan undangan ulang tahun ke?

ponakannya.

"Apa yang Anda lakukan di Afghanistan?"

"Menyelidiki kasus Gugur dalam Tugas," jawab Strike. "Polisi mi?

liter."

"Oh," ucap Robin.

Robert Galbraith

Polisi militer tidak sesuai dengan kesan Matthew tentang penipu

atau pengangguran.

"Mengapa Anda keluar?"

"Terluka," sahut Strike.

Dia telah menjelaskan tentang luka itu kepada Wilson dengan cara

yang paling ringkas, tapi dia tidak nyaman bersikap selugas itu kepada

Robin. Dia dapat membayangkan ekspresi terguncang Robin, padahal

dia tidak membutuhkan simpatinya.

"Jangan lupa menelepon Peter Gillespie," Robin mengingatkan se?

waktu dia keluar dari pintu.

Strike membaca fotokopi artikel itu di Tube dalam perjalanan ke

Bond Street. Freddie Bestigui mewarisi kekayaan pertamanya dari se?

orang ayah yang telah menuai harta dari bisnis transportasi barang,

lalu mendapatkan kekayaan keduanya dengan memproduksi film-film

sangat komersial yang dihina oleh kritikus serius. Sekarang ini sang

produser sedang menghadapi sidang untuk membantah pernyataan

dua surat kabar bahwa dia telah bersikap tidak pantas terhadap se?

orang karyawati muda, yang sudah dibungkamnya dengan uang. Tu?

duhan-tuduhan tersebut?yang dengan hati-hati dielakkan dengan

istilah-istilah "katanya" dan "dilaporkan"?termasuk pendekatan

seksual yang agresif serta pelecehan fisik hingga taraf tertentu. Tu?

duhan-tuduhan itu diajukan oleh "sumber yang dekat dengan orang

yang mengaku sebagai korban". Gadis itu sendiri tidak mau mengaju?

kan tuntutan atau memberikan pernyataan kepada media. Fakta bah?

wa saat ini Freddie sedang dalam proses perceraian dengan istrinya,

Tansy, juga disebut-sebut dalam paragraf terakhir, yang ditutup de?

ngan kalimat pengingat bahwa pasangan yang tidak berbahagia itu

berada di gedung yang sama dengan Lula Landry pada malam sang

model mengakhiri hidupnya. Pembaca ditinggalkan dengan kesan bah?

wa ketidakbahagiaan pasangan Bestigui itu mungkin berpengaruh ter?

hadap keputusan Landry untuk melompat dari balkon.

Strike tidak pernah bergaul dengan kalangan yang biasa bertan?

dang ke Cipriani. Ketika dia menyusuri Davies Street, dengan mata?

hari menghangatkan punggungnya dan memancarkan pendar keme?

rahan bangunan berdinding bata di depan sana, barulah dia berpikir

betapa anehnya, walau bukan tak mungkin, jika dia bertemu dengan

Dekut Burung Kukuk

salah satu saudara tirinya di sana. Bagi keturunan sah Rokeby, resto?

ran seperti Cipriani adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Ter?

akhir kali dia mendengar kabar dari tiga di antara saudara-saudara

tirinya itu ketika sedang berada di Rumah Sakit Selly Oak, menjalani

fisioterapi. Gabi dan Danni mengirim bunga bersama; Al menjenguk?

nya satu kali, tertawa terlalu keras dan takut menatap ke arah kaki

tempat tidur. Sesudahnya, Charlotte menirukan Al meringkik dan

mengernyit dengan sangat piawai. Orang tidak akan menyangka se?

orang gadis yang begitu cantik bisa lucu juga, namun demikianlah dia.

Interior restoran itu memiliki sentuhan art deco, bar dan kursikursinya dari kayu yang dipoles lembut, dengan taplak kuning pucat

di meja-meja bundar dan para pramusaji mengenakan jas putih serta

berdasi kupu. Strike langsung melihat kliennya di antara para pengun?

jung yang berceloteh dan berkelontangan, duduk di meja empat orang.

Yang membuatnya terkejut, Bristow sedang berbicara dengan dua

orang wanita, alih-alih hanya seorang, keduanya memiliki rambut co?

kelat panjang yang berkilau. Wajah Bristow yang seperti kelinci di?

penuhi keinginan untuk membahagiakan, atau mungkin untuk meng?

ambil hati.

Pengacara itu langsung melompat berdiri menyambut Strike ketika

melihatnya, lalu memperkenalkan Tansy Bestigui, yang mengulurkan

lengan kurus dan dingin tanpa senyum, serta Ursula May, kakaknya,

yang tidak mengulurkan tangan sama sekali. Sementara minuman di?

pesan dan menu diedarkan?dan selama itu Bristow cerewet dan tam?

pak gugup?kakak-beradik itu mengamati Strike dengan tatapan me?

nilai tanpa tedeng aling-aling yang biasa dilakukan oleh orang-orang

dari kelas tertentu dan merasa berhak melakukannya.

Mereka sama-sama terpoles tanpa cela, bagaikan boneka-boneka

seukuran manusia yang baru dibuka bungkus plastiknya; gadis-gadis

kaya yang kurus, jins yang nyaris tak berpinggul, dengan wajah cokelat

terbakar yang seperti diberi lapisan lilin mengilap terutama di kening,

rambut gelap dan panjang berkilauan yang dibelah tengah, ujung

rambut digunting dengan ketepatan sempurna.

Ketika Strike akhirnya memilih untuk menengadah dari menunya,

Tansy bertanya tanpa basa-basi

"Kau benar-benar anak Jonny Rokeby?"

Robert Galbraith

"Begitulah hasil tes DNA-nya," jawab Strike.

Sepertinya Tansy tidak yakin apakah Strike sedang melucu atau

bersikap kurang ajar. Matanya yang gelap sejenak terlalu dekat, Botox

serta filler tidak dapat memuluskan ekspresi merajuk di wajahnya.

"Dengar, aku baru saja memberitahu John," katanya ketus. "Aku ti?

dak mau dipublikasikan lagi, oke? Aku cukup senang bisa memberi?

tahumu apa yang kudengar, karena aku ingin kau membuktikan bah?

wa aku benar, tapi kau tidak boleh memberitahu siapa pun bahwa aku

sudah bicara kepadamu."

Kemeja sutranya yang tipis tak terkancing di leher, memperlihat?

kan kulit sewarna karamel yang terentang tipis di atas tulang dada,

memberi kesan berbonggol-bonggol yang tidak menarik; namun se?

pasang payudara yang penuh dan kencang berdiri tegak dari dadanya,

seolah-olah selama sehari itu dipinjam dari seorang teman yang

tubuhnya lebih berisi. "Kita bisa saja bertemu di tempat yang lebih

tertutup," Strike berkomentar.

"Tidak, tidak apa-apa, karena di sini tidak ada yang mengenalimu.

Kau sama sekali tidak mirip dengan ayahmu, bukan? Aku bertemu

dengannya di tempat Elton musim panas lalu. Freddie kenal dia. Kau

sering bertemu dengan Jonny?"

"Aku bertemu dengannya dua kali," sahut Strike.

"Oh," ucap Tansy.

Satu suku kata itu mengandung keterkejutan dan penghinaan yang

sama kadarnya.

Charlotte mempunyai teman-teman semacam ini; rambut mengi?

lap, pendidikan dan pakaian mahal, semua tak habis mengerti dengan

ketertarikan Charlotte yang ganjil kepada Strike yang bagaikan rak?

sasa babak belur. Selama bertahun-tahun dia berhadapan dengan me?

reka, baik secara langsung maupun melalui telepon, dengan pelafalan

mereka yang tajam, suami-suami mereka yang pialang saham, serta si?

kap keras yang getas, yang tak pernah berhasil ditiru oleh Charlotte.

"Kurasa sebaiknya dia tidak bicara padamu sama sekali," kata

Ursula tiba-tiba. Nada dan ekspresinya lebih cocok digunakan jika

Strike adalah pramusaji yang baru melepas celemeknya dan bergabung

dengan mereka di meja, tanpa diundang. "Kurasa kau membuat ke?

salahan besar, Tanz."

Dekut Burung Kukuk

Bristow berkata, "Ursula, Tansy hanya?"

"Terserah padaku apa yang ingin kulakukan," Tansy menukas

kakaknya, seakan-akan Bristow tak pernah mengucapkan apa pun, se?

akan-akan kursinya tak dihuni. "Aku hanya ingin mengatakan apa

yang telah kudengar, itu saja. Semuanya off the record; John sudah se?

pakat."

Jelas bahwa Tansy pun memandang Strike sebagai kelas sosial do?

mestik. Strike gusar mendengar nada bicara mereka, tapi juga karena

Bristow telah memberikan jaminan tanpa persetujuannya lebih dulu.

Bagaimana mungkin kesaksian Tansy, yang tak mungkin berasal dari

siapa pun kecuali dia, bersifat off the record?

Selama beberapa saat keempat orang itu memandangi pilihan-pi?

lihan kuliner tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ursula yang per?

tama kali meletakkan menunya. Dia sudah menghabiskan segelas ang?

gur. Sekarang dia menuangkan segelas lagi untuk dirinya sendiri, dan

mengedarkan pandang gelisah ke seluruh restoran, sejenak matanya

terpaku pada seorang bangsawan minor berambut pirang, lalu ta?

tapannya beralih lagi.

"Dulu tempat ini selalu penuh orang keren, bahkan pada saat ma?

kan siang. Cyprian hanya mau pergi ke Wiltons, dengan orang-orang

kaku bersetelan jas itu..."

"Cyprian suami Anda, Mrs. May?" tanya Strike.

Dia menduga Ursula akan jengkel jika dia melewati garis batas tak

kasatmata yang telah ditarik di antara mereka; menurut Ursula,

meskipun mereka duduk semeja, bukan berarti Strike berhak masuk

ke dalam pembicaraannya. Wanita itu cemberut, dan Bristow tergesagesa mengisi keheningan yang canggung.

"Ya, Ursula menikah dengan Cyprian May, salah satu partner se?

nior kami."

"Jadi aku mendapat diskon keluarga untuk kasus perceraianku,"

ujar Tansy dengan seulas senyum tipis yang getir.

"Dan mantannya akan sangat marah kalau dia menyeret-nyeret

pers kembali dalam kehidupan mereka," sambung Ursula, matanya

yang gelap menatap Strike dengan tajam. "Mereka sedang berusaha

membuat kesepakatan. Tunjangan Tansy akan berada di ujung tanduk

Robert Galbraith

kalau masalah ini diungkit-ungkit lagi. Jadi sebaiknya kau bisa me?

nutup mulut."

Dengan senyum hambar, Strike berpaling kepada Tansy

"Kalau begitu, Anda memiliki koneksi dengan Lula Landry, Mrs.

Bestigui? Karena kakak ipar Anda bekerja bersama John?"

"Hal itu tidak pernah disinggung," kata Tansy, ekspresinya jemu.

Pramusaji kembali untuk menerima pesanan mereka. Sesudah pria

itu pergi, Strike mengeluarkan notes dan bolpoinnya.

"Apa yang akan kaulakukan dengan itu?" tuntut Tansy, mendadak

panik. "Aku tidak mau ada yang tertulis! John?" dia meminta pada

Bristow, yang berpaling pada Strike dengan wajah merah dan ekspresi

minta maaf.

"Bisakah kau mendengarkan saja, Cormoran, dan, eh, tidak usah
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencatat?"

"Tidak masalah," sahut Strike ringan, lalu mengeluarkan ponsel

dari sakunya dan menyimpan kembali notes dan bolpoin itu. "Mrs.

Bestigui?"

"Kau boleh memanggilku Tansy," ujar wanita itu, sebagai semacam

kompromi atas keberatannya terhadap notes tadi.

"Terima kasih banyak," ujar Strike dengan hanya setitik ironi da?

lam suaranya. "Anda mengenal Lula dengan baik?"

"Oh, hampir tidak. Dia baru tiga bulan tinggal di sana. Hanya me?

nyapa ?Hai? dan ?Apa kabar?. Dia tidak tertarik pada kami; kami tidak

cukup keren untuknya. Sebenarnya melelahkan juga ada dia di sana.

Paparazzi menunggu di luar pintu depan sepanjang waktu. Aku harus

memakai make-up kalau keluar, bahkan sekadar untuk pergi ke gym."

"Bukankah ada gym di dalam gedung?" tanya Strike.

"Aku berlatih Pilates dengan Lindsey Parr," sahut Tansy, agak tak

sabar. "Kau terdengar seperti Freddie. Dia selalu mengomel karena

aku tidak pernah menggunakan fasilitas di flat."

"Dan apakah Freddie mengenal Lula dengan baik?"

"Sama sekali tidak, tapi bukan karena tidak berusaha. Dia punya

ide hendak membujuk Lula ke dunia akting. Dia terus berusaha

mengundangnya ke flat kami. Tapi Lula tidak pernah datang. Freddie

pernah mengikuti dia ke rumah Dickie Carbury, pada akhir pekan se?

belum Lula meninggal, ketika aku pergi bersama Ursula."

Dekut Burung Kukuk

"Aku tidak tahu itu," kata Bristow, tampangnya kaget.

Strike memperhatikan cibiran kecil Ursula ke arah adiknya. Dia

mendapat kesan Ursula berusaha melempar tatapan tahu-sama-tahu,

tapi Tansy tidak menanggapinya.

"Aku pun baru tahu sesudahnya," Tansy memberitahu Bristow.

"Yah, pokoknya Freddie berhasil mendapatkan undangan dari Dickie.

Mereka semua ada di sana Lula, Evan Duffield, Ciara Porter, seluruh

geng pemadat yang trendi dan selalu tampil di tabloid itu. Freddie

pasti sama sekali tidak cocok di antara mereka. Dia memang tidak

jauh lebih tua daripada Dickie, tapi tampangnya uzur," tambahnya pe?

nuh kebencian.

"Apa yang diceritakan suami Anda tentang akhir pekan itu?"

"Dia tidak cerita. Aku baru tahu dia ke sana setelah tiga minggu,

karena Dickie kelepasan bicara. Tapi aku yakin Freddie berusaha men?

dekati Lula."

"Maksud Anda," tanya Strike, "dia tertarik secara seksual pada

Lula?"

"Oh, ya, aku yakin itu. Dia selalu lebih menyukai gadis-gadis ber?

perawakan gelap daripada yang pucat dan pirang. Tapi, yang lebih dia

sukai adalah wajah-wajah selebriti dalam film-filmnya. Dia sering

membuat para sutradara kesal karena menjejalkan selebriti titipan,

demi mendapatkan lebih banyak liputan pers. Aku yakin dia ingin

Lula teken kontrak untuk ikut dalam salah satu filmnya, dan aku ti?

dak akan heran," tambah Tansy dengan kecerdikan yang tak terduga,

"kalau dia sudah merencanakan sesuatu untuk Lula dan Deeby Macc.

Bayangkan kegemparannya, dengan segala spekulasi yang sudah ada di

antara mereka berdua. Freddie memang genius dalam hal itu. Dia me?

nyukai publisitas untuk filmnya, setara dengan kebenciannya atas

publisitas tentang dirinya sendiri."

"Dia kenal Deeby Macc?"

"Tidak, kecuali mereka pernah bertemu sejak kami berpisah. Dia

tidak pernah bertemu dengan Macc sebelum Lula meninggal. Astaga,

dia senang sekali waktu Macc akan menginap di gedung kami. Dia se?

sumbar akan menggaet Macc untuk filmnya begitu dia mendengar ka?

bar itu."

"Menggaetnya untuk peran apa?"

Robert Galbraith

"Entahlah," kata Tansy sebal. "Apa pun. Macc punya basis peng?

gemar yang besar. Freddie tidak akan melewatkan kesempatan itu. Ka?

lau Macc tertarik, Freddie mungkin akan meminta dibuatkan peran

khusus untuknya. Oh, dia pasti akan menempel terus pada Macc. Ber?

cerita tentang neneknya yang berkulit berwarna." Nada suara Tansy

terdengar muak. "Dia selalu begitu setiap kali bertemu orang kulit hi?

tam yang terkenal memberitahu mereka bahwa dia berdarah seper?

empat Melayu. Yeah. Terserah, Freddie."

"Apakah dia memang seperempat Melayu?" tanya Strike.

Tansy memperdengarkan tawa kecil yang sinis.

"Aku tidak tahu. Aku tidak pernah bertemu dengan kakek-nenek

Freddie. Dia kan sudah tua sekali. Aku hanya yakin dia mau omong

apa saja kalau menurutnya ada prospek uang di sana."

"Apakah semua upaya dan rencana untuk menyatukan Lula dan

Macc dalam film itu membuahkan hasil, sejauh yang Anda ketahui?"

"Well, aku yakin Lula tersanjung atas permintaan itu; kebanyakan

model ingin sekali membuktikan kemampuan mereka dalam suatu bi?

dang selain menatap kamera, tapi dia tidak pernah menandatangani

kontrak apa pun, kan, John?"

"Sejauh yang kuketahui, tidak," jawab Bristow. "Meski begitu... tapi

itu soal yang berbeda," gumamnya, lalu wajahnya bebercak merah lagi.

Dia ragu-ragu, lalu ketika melihat pandangan Strike yang penuh ta?

nya, dia berkata

"Mr. Bestigui mengunjungi ibuku beberapa minggu lalu, tanpa di?

nyana. Kondisi ibuku sedang sangat buruk, dan... yah, aku tidak

ingin..."

Dia menatap Tansy dengan canggung.

"Katakan saja apa yang mau kaukatakan, aku tidakbil pusing,"

ujar Tansy, dengan ketidakpedulian yang sungguh apa adanya.

Bristow membuat gerakan aneh memonyongkan bibir dan mengi?

sap, yang sesaat menyembunyikan geliginya yang mirip hamster.

"Well, dia ingin bicara dengan ibuku mengenai pembuatan film

tentang kehidupan Lula. Dia, eh, membungkus kunjungannya dengan

niat yang baik dan peka. Meminta restu keluarga, izin resmi, semacam

itulah. Lula baru meninggal tiga bulan... Mum sedih tak terkira. Sa?

yangnya, aku sedang tidak ada di sana ketika dia datang," ujar Bristow,

Dekut Burung Kukuk

dan nadanya menunjukkan bahwa dia memang selalu menjaga ibunya.

"Aku berharap ada di sana waktu itu. Aku berharap bisa mendengar

apa yang dia katakan. Maksudku, kalau dia punya orang-orang yang

meriset kehidupan Lula, walaupun aku tidak setuju dengan gagasan

itu, dia mungkin mengetahui sesuatu, bukan?"

"Sesuatu macam apa?" tanya Strike.

"Entahlah. Sesuatu tentang kehidupannya dulu, barangkali? Se?

belum dia datang kepada kami?"

Pramusaji datang untuk menyajikan hidangan pembuka di ha?

dapan mereka semua. Strike menunggu sampai dia pergi, lalu meng?

ajukan pertanyaan kepada Bristow

"Apakah kau sudah mencoba berbicara langsung kepada Mr.

Bestigui, untuk menanyakan kalau-kalau dia tahu sesuatu tentang

Lula yang belum diketahui oleh keluarga?"

"Itulah letak kesulitannya," kata Bristow. "Ketika Tony?paman?

ku?mendengar apa yang terjadi, dia menghubungi Mr. Bestigui un?

tuk menyatakan keberatannya karena telah mengganggu ibuku, dan

dari yang kudengar, terjadi perang mulut yang panas. Kupikir Mr.

Bestigui tidak mau ada kontak dengan pihak keluarga lagi. Tentu saja,

situasi ini menjadi lebih sulit karena Tansy menggunakan biro hukum

kami dalam kasus perceraiannya. Bukan berarti kami keberatan?

kami salah satu biro hukum keluarga papan atas, dan karena Ursula

menikah dengan Cyprian, tentu saja Tansy datang kepada kami... Tapi

aku yakin, Mr. Bestigui jadi semakin enggan berhubungan dengan

kami."

Kendati selama Bristow berbicara pandangan Strike tetap tertuju

pada sang pengacara, sudut matanya sangat waspada. Ursula kembali

melempar senyum kecil ke arah adiknya. Strike ingin tahu apa yang

membuatnya begitu geli. Suasana hatinya yang membaik pastilah ter?

bantu dengan gelas anggur keempat yang kini diminumnya.

Strike menghabiskan hidangan pembuka dan berbalik ke arah

Tansy, yang boleh dibilang hanya menggeser-geser makanannya de?

ngan garpu.

"Berapa lama Anda dan suami Anda tinggal di nomor delapan be?

las sebelum Lula pindah ke sana?"

"Sekitar satu tahun."

Robert Galbraith

"Apakah ada yang tinggal di flat tengah ketika Lula datang?"

"Yah," ucap Tansy. "Ada pasanganerika yang tinggal di sana se?

lama enam bulan dengan bocah lelaki mereka, tapi mereka kembali ke

Amerika tak lama setelah Lula masuk. Setelah itu, perusahaan pro?

perti tidak mendapatkan penghuni baru lagi. Karena resesi, mengerti,

kan? Flat-flat itu tidak murah. Jadi flat tengah tetap kosong sampai

perusahaan rekaman menyewanya untuk Deeby Macc."

Dia dan Ursula sama-sama teralihkan perhatiannya ketika seorang

wanita melewati meja, mengenakan sesuatu yang di mata Strike tam?

pak seperti mantel rajut dengan potongan yang berlebihan.

"Itu mantel Daumier-Cross," ujar Ursula, matanya sedikit menyipit

di atas gelas anggurnya. "Ada daftar tunggu enam bulan..."

"Itu Pansy Marks-Dillon," kata Tansy. "Memang mudah masuk ke

daftar orang berpakaian terbaik kalau suamimu punya lima puluh

juta. Freddie itu orang kaya yang paling pelit di dunia; aku harus me?

nyembunyikan barang-barang baru dari dia, atau bilang saja itu barang

tiruan. Kadang-kadang dia bisa begitu membosankan."

"Kau selalu tampak menawan," kata Bristow, dengan wajah merona

merah muda.

"Kau memang manis," ujar Tansy Bestigui dengan nada jemu.

Pramusaji datang untuk membereskan piring-piring mereka.

"Apa yang kaukatakan tadi?" Tansy bertanya pada Strike. "Oh, yah,

flat itu. Rencananya Deeby Macc akan datang... tapi tidak jadi.

Freddie marah sekali Deeby Macc tidak pernah menjejakkan kaki di

sana, karena dia sudah memesankan mawar untuk diletakkan di flat

itu. Freddie memang bangsat pelit."

"Anda kenal baik dengan Derrick Wilson?" tanya Strike.

Tansy mengerjap.

"Well, dia petugas keamanan?jadi aku tidak terlalu kenal dia, bu?

kan? Sepertinya dia oke. Freddie selalu berkata, Wilson yang terbaik

di antara yang lain."

"Oh ya? Kenapa begitu?"

Tansy hanya mengangkat bahu.

"Aku tidak tahu; kau harus bertanya pada Freddie. Dan semoga

berhasil," tambahnya, sambil tertawa kecil. "Freddie akan bicara pada?

mu kalau neraka sudah membeku."

Dekut Burung Kukuk

"Tansy," kata Bristow sambil sedikit mencondongkan tubuh,

"bagaimana kalau kauceritakan pada Cormoran apa yang kaudengar

malam itu?"

Sebenarnya Strike lebih suka kalau Bristow tidak campur tangan.

"Yah," kata Tansy. "Waktu itu sudah hampir pukul dua pagi, dan

aku ingin minum air."

Nada suaranya datar, tanpa ekspresi. Strike memperhatikan, bah?

kan sejak permulaan ini, dia telah memodifikasi cerita yang pernah di?

sampaikannya kepada polisi.
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi aku ke kamar mandi, dan sewaktu kembali lewat ruang du?

duk, ke arah kamar tidur, aku mendengar teriakan-teriakan. Dia?

Lula?berkata, ?Sudah terlambat, aku sudah melakukannya,? kemudian

seorang pria berkata, ?Jalang keparat tukang bohong,? dan kemudian?

kemudian orang itu mendorongnya melewati pagar balkon. Aku

benar-benar melihatnya jatuh."

Lalu Tansy melakukan gerakan tersentak dengan tangannya, yang

dipahami Strike sebagai gerakan menggapai-gapai.

Bristow meletakkan gelasnya, tampak seperti hendak muntah. Hi?

dangan utama disajikan. Ursula minum anggur lagi. Tansy maupun

Bristow sama-sama tidak menyentuh makanan mereka. Strike meng?

ambil garpu dan mulai makan, berusaha tidak menunjukkan betapa

dia menikmati puntarelle dengan anchovy-nya.

"Aku menjerit," bisik Tansy. "Aku tidak bisa berhenti menjerit. Aku

keluar dari flat, melewati Freddie, turun ke lantai dasar. Aku hanya

ingin memberitahu petugas keamanan bahwa ada laki-laki di atas

sana, supaya mereka bisa menangkapnya.

"Wilson menghambur keluar dari ruangan di belakang penerima

tamu. Aku memberitahunya apa yang baru terjadi dan dia langsung

keluar ke jalan untuk melihat, bukannya langsung lari ke atas. Dasar

bodoh. Kalau saja dia naik dulu, dia mungkin bisa menangkap orang

itu! Lalu Freddie turun menyusulku, berusaha mengajakku kembali ke

flat kami, karena aku belum berpakaian.

"Lalu Wilson masuk lagi, memberitahu kami dia sudah mati, dan

menyuruh Freddie menelepon polisi. Freddie bisa dibilang menyeretku

naik?aku sungguh-sungguh histeris?dan dia menelepon 999 dari

Robert Galbraith

ruang duduk kami. Kemudian polisi datang. Dan tidak ada yang me?

mercayai sepatah kata pun yang kukatakan."

Dia menyesap anggurnya lagi, meletakkan gelas, lalu berkata pelan

"Kalau Freddie tahu aku berbicara kepadamu, dia akan menga?

muk."

"Tapi, Tansy, kau yakin, kan," Bristow menyela, "bahwa kau mende?

ngar suara laki-laki di atas?"

"Yah, tentu saja aku yakin," kata Tansy. "Baru saja kubilang, kan?

Jelas ada orang di sana."

Ponsel Bristow berdering.

"Permisi," gumamnya. "Alison... ya?" dia menjawab panggilan ter?

sebut.

Strike dapat mendengar suara sang sekretaris yang dalam, tapi ti?

dak bisa menangkap apa yang dikatakannya.

"Permisi sebentar," kata Bristow dengan gelisah, lalu meninggalkan

meja.

Ekspresi geli yang bengis muncul di wajah mulus kakak-beradik

itu. Mereka bertukar pandang lagi, lalu, yang mengejutkan Strike,

Ursula bertanya kepadanya

"Kau pernah bertemu Alison?"

"Sebentar."

"Kau tahu mereka pacaran?"

"Ya."

"Agak menyedihkan, sebenarnya," ujar Tansy. "Dia bersama John,

tapi sebenarnya terobsesi dengan Tony. Kau pernah bertemu Tony?"

"Belum," sahut Strike.

"Dia salah satu partner senior. Paman John, kau tahu?"

"Ya."

"Sangat menarik. Tony tidak akan melirik Alison sampai kapan

pun. Kurasa gadis itu memilih John sebagai hadiah hiburan."

Cerita mengenai kasih tak berbalas Alison rupanya membuat ke?

dua kakak-beradik itu girang sekali.

"Ini rahasia umum di kantor, ya?" tanya Strike.

"Oh, ya," ujar Ursula dengan gembira. "Cyprian bilang, Alison

sungguh memalukan. Tingkahnya seperti anak anjing kalau dekat-de?

kat Tony."

Dekut Burung Kukuk

Antipatinya terhadap Strike tampaknya sudah menguap. Strike ti?

dak heran; dia sering menghadapi gejala ini. Manusia memang senang

bicara?hanya ada sedikit perkecualian?pertanyaannya adalah bagai?

mana kau membuat mereka bicara. Sebagian orang, dan Ursula jelas

salah satu di antaranya, dapat dipancing dengan bantuan alkohol; yang

lain menyukai sorotan; dan jenis yang lain hanya perlu berada di se?

kitar manusia hidup lain. Sebagian umat manusia menjadi sangat lan?

car lidahnya dalam membicarakan satu topik favorit bisa jadi ketidak?

bersalahan mereka, atau kesalahan orang lain; bisa jadi koleksi kaleng

biskuit dari zaman sebelum perang; atau mungkin, seperti dalam hal

Ursula May, kasih tak sampai seorang sekretaris biasa.

Ursula mengawasi Bristow melalui jendela; dia sedang berdiri di

trotoar, berbicara intens di ponselnya sambil mondar-mandir. Dengan

lidah yang sudah loncer, Ursula berkata

"Kurasa aku tahu itu soal apa. Eksekutor Conway Oates sedang

bawel mengenai cara biro menangani urusan bisnisnya. Pakar ke?

uanganerika itu, kau tahu, kan? Cyprian dan Tony selalu ribut

soal itu, menyuruh John terbang ke sana kemari untuk melancarkan

urusan. John selalu kebagian tugas yang tidak enak."

Nadanya lebih terdengar seperti ejekan, bukan simpati.

Bristow kembali ke meja, wajahnya merah padam.

"Maaf, maaf, Alison hanya ingin menyampaikan beberapa pesan,"

katanya.

Pramusaji datang untuk mengumpulkan piring-piring. Hanya

Strike yang menghabiskan hidangannya. Ketika pramusaji itu sudah

berada di luar jangkauan pendengaran, Strike berkata

"Tansy, polisi mengabaikan kesaksian Anda karena, menurut me?

reka, Anda tidak mungkin mendengar apa yang Anda bilang telah

Anda dengar."

"Well, mereka keliru, bukan?" tukasnya, suasana hati riang itu sirna

seketika. "Aku benar-benar telah mendengarnya."

"Dari balik jendela yang tertutup?"

"Jendela itu terbuka," kata Tansy tanpa menatap mata siapa pun

yang ada di meja. "Udara pengap, jadi aku membuka satu jendela ke?

tika hendak mengambil minum."

Robert Galbraith

Strike yakin jika dia mendesak sedikit saja, Tansy malah akan me?

nolak menjawab pertanyaan-pertanyaan lain.

"Polisi juga menyatakan Anda memakai kokain."

Tansy mengeluarkan suara berdecak pelan, tanda tak sabar.

"Begini ya," ujarnya, "oke, aku memang pakai sebelum itu, saat ma?

kan malam, dan mereka menemukannya di kamar mandi ketika

menggeledah flat. Karena pasangan Dunne keparat yang bikin aku

bosan setengah mati. Semua orang pasti juga menyedot satu-dua garis

kalau harus mendengarkan lelucon-lelucon goblok Benjy Dunne. Tapi

aku tidak cuma membayangkan suara-suara di atas. Laki-laki itu ada

di sana, dan dialah yang membunuh Lula. Dia membunuh Lula," ulang

Tansy sambil memelototi Strike.

"Dan menurut Anda, ke mana orang itu pergi sesudahnya?"

"Tidak tahulah. Karena itu John membayarmu, bukan, untuk men?

cari tahu? Entah bagaimana dia berhasil menyelinap keluar. Mungkin

dia memanjat keluar dari jendela belakang. Mungkin dia bersembunyi

di lift. Mungkin dia keluar lewat garasi bawah tanah. Aku tidak tahu

bagaimana dia keluar, aku hanya tahu dia ada di sana."

"Kami percaya padamu," Bristow menyela dengan antusias. "Kami

percaya padamu, Tansy. Cormoran perlu mengajukan pertanyaan-per?

tanyaan ini untuk?untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai ba?

gaimana semua itu terjadi."

"Polisi melakukan segala daya upaya untuk mendiskreditkan diri?

ku," ujar Tansy, tidak menghiraukan Bristow dan berbicara langsung

kepada Strike. "Mereka datang terlambat, dan orang itu sudah pergi,

jadi tentu saja mereka berusaha menutup-nutupinya. Orang tidak me?

ngerti apa yang telah kualami dengan media. Sungguh neraka ja?

hanam. Aku perlu masuk ke klinik hanya untuk melarikan diri dari

semua itu. Aku tidak percaya yang dilakukan pers itu diperbolehkan

oleh hukum di negeri ini?padahal aku hanya mengatakan kebenaran.

Benar-benar lelucon mengerikan. Seharusnya aku tutup mulut saja,

bukan? Aku tidak akan omong apa-apa kalau saja aku tahu apa yang

akan terjadi."

Diputar-putarnya cincin berlian di jarinya.

"Freddie sedang tidur di kamar ketika Lula jatuh, benar?" Strike

bertanya pada Tansy.

Dekut Burung Kukuk

"Ya, benar," jawabnya.

Tangannya terangkat ke wajah dan dia menepiskan rambut tak

kasatmata dari keningnya. Pramusaji datang kembali dengan menu,

dan Strike terpaksa menahan pertanyaannya sampai mereka semua

selesai memesan. Hanya dia yang memesan hidangan pencuci mulut;

yang lain memesan kopi.

"Kapan Freddie turun dari tempat tidur?" dia bertanya pada Tansy

sesudah pramusaji itu berlalu.

"Maksudmu?"

"Anda berkata, dia sedang di tempat tidur ketika Lula jatuh. Kapan

dia beranjak?"

"Waktu dia mendengarku menjerit," kata Tansy, seolah-olah itu su?

dah jelas. "Aku kan membangunkan dia."

"Dia pasti bergerak sangat cepat."

"Kenapa begitu?"

"Anda tadi mengatakan, ?Aku keluar dari flat, melewati Freddie, tu?

run ke lantai dasar.? Jadi dia sudah ada di ruangan sewaktu Anda

keluar untuk memberitahu Derrick apa yang terjadi?"

Sekejap hening.

"Betul," ujar Tansy, lagi-lagi mengusap rambutnya yang tak tercela,

tangan menutupi sebagian wajahnya.

"Jadi dia tidur lelap, lalu terjaga, lalu ke ruang duduk dalam be?

berapa detik saja? Karena dari yang Anda katakan, Anda mulai men?

jerit dan berlari keluar hampir seketika?"

Lagi-lagi ada jeda singkat.

"Yah," ucapnya. "Well?aku tidak tahu. Kurasa aku menjerit?

menjerit dan mungkin terpaku di tempat?sebentar?aku terguncang

berat?dan Freddie keluar dari kamar, lalu aku berlari melewati dia."

"Anda berhenti untuk memberitahu dia apa yang telah Anda lihat?"

"Aku tidak ingat."

Bristow sepertinya sudah siap melakukan intervensinya yang tidak

tepat waktu lagi. Strike mengangkat tangan untuk mencegahnya, tapi

Tansy sudah pindah jalur?ingin segera meninggalkan topik mengenai

suaminya, pikir Strike.

"Aku sudah berpikir panjang-lebar tentang bagaimana si pembu?

nuh bisa masuk, dan aku yakin orang itu menyelinap masuk di bela?

Robert Galbraith

kang Lula dini hari itu, karena Derrick Wilson meninggalkan meja

dan sedang di kamar mandi. Kurasa Wilson harus dipecat karena itu.

Menurutku, dia sebenarnya sedang mencuri-curi tidur di ruang bela?

kang. Aku tidak tahu bagaimana pembunuh itu bisa tahu kode pintu?

nya, tapi aku yakin begitulah caranya masuk."

"Apakah Anda akan dapat mengenali suara pria itu lagi? Yang

Anda dengar teriakannya?"
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurasa tidak," jawabnya. "Hanya suara laki-laki. Bisa jadi siapa

saja. Tidak ada yang istimewa. Maksudku, sesudahnya aku berpikir,

Apakah itu Duffield?" katanya sambil menatap Strike lurus-lurus. "Ka?

rena dulu aku pernah mendengar Duffield berteriak-teriak di atas,

dari puncak tangga. Wilson mengusirnya waktu itu; Duffield berusaha

mendobrak pintu Lula. Aku tidak bisa mengerti kenapa gadis dengan

tampang seperti itu berurusan dengan orang macam Duffield," tam?

bahnya.

"Beberapa wanita menganggap dia seksi," ujar Ursula mendukung,

menuangkan sisi anggur dalam botol ke gelasnya, "tapi aku tidak bisa

melihat sisi menariknya. Dia norak dan mengerikan."

"Lagi pula," timpal Tansy, lagi-lagi memutar-mutar cincin berlian?

nya yang longgar itu, "dia tidak punya banyak uang kok."

"Tapi menurut Anda, yang Anda dengar malam itu bukan suara

dia?"

"Well, seperti yang kubilang, bisa saja dia," kata Tansy tak sabar,

bahu kurusnya mengedik. "Tapi dia punya alibi, bukan? Banyak orang

bilang dia bahkan tidak berada dekat Kentigern Gardens pada malam

Lula dibunuh. Dia menghabiskan sebagian malam itu di tempat Ciara

Porter, bukan? Dasar jalang," tambah Tansy dengan senyum kecil yang

kaku. "Tidur dengan pacar sahabatnya."

"Apakah mereka tidur bersama?" tanya Strike.

"Oh, pikirmu bagaimana?" Ursula tertawa, seolah-olah pertanyaan

itu terlalu naif untuk benar-benar disuarakan. "Aku kenal Ciara Porter.

Dia menjadi model untuk peragaan busanaal yang kubantu pelak?

sanaannya. Otaknya kosong dan dia cewek murahan."

Kopi disajikan, bersama kue sticky toffee pesanan Strike.

"Maafkan aku, John, tapi Lula memang tidak pintar memilih te?

man," kata Tansy, lalu menyesap espresso-nya. "Contohnya ya Ciara itu.

Dekut Burung Kukuk

Lalu ada Bryony Radford. Bukan berarti dia teman sungguhan, tapi

aku tidak akan gampang percaya padanya."

"Siapa itu Bryony?" tanya Strike berpura-pura, karena dia ingat be?

nar siapa gadis itu.

"Penata rias. Ongkosnya mahal dan dia jalang kelas berat," jawab

Ursula. "Aku pernah pakai jasanya, sebelum pesta Gorbachev Founda?

tion, dan sesudahnya dia bilang pada semua?"

Mendadak Ursula terdiam, lalu meletakkan gelasnya dan meng?

gantinya dengan cangkir kopi. Strike sebenarnya ingin tahu apa yang

telah dikatakan Bryony pada semua orang?kendati tidak relevan de?

ngan masalah yang sedang dihadapinya. Dia hendak mengangkat

suara, tapi Tansy melibasnya dengan suara yang nyaring.

"Oh, dan ada cewek mengerikan yang sering diajak Lula ke flat?

nya?kau ingat, John?"

Dia mencoba menarik perhatian Bristow lagi, tapi wajah pria itu

kosong.

"Itu lho, cewek mengerikan?cewek kulit hitam yang kadang-ka?

dang diajaknya pulang. Sepertinya hipi. Maksudku... dia benar-benar

bau. Kalau sebelumnya dia naik lift... kau bisa mencium baunya ter?

tinggal. Dan Lula juga mengajaknya ke kolam. Kupikir orang kulit ge?

lap tidak bisa berenang."

Bristow mengerjap-ngerjap, wajahnya merona merah.

"Hanya Tuhan yang tahu apa yang Lula perbuat dengan cewek itu,"

ujar Tansy. "Oh, kau pasti ingat, John. Dia gendut. Acak-acakan. Ke?

lihatan agak tidak normal."

"Aku tidak..." Bristow bergumam.

"Apakah yang Anda maksud Rochelle?" tanya Strike.

"Oh, ya, kurasa itu namanya. Dia datang waktu pemakaman kok,"

kata Tansy. "Aku melihat dia. Duduk paling belakang.

"Nah, ingat ya," dia mengarahkan matanya yang gelap kepada

Strike, "semua ini off the record. Maksudku, jangan sampai Freddie

tahu aku sudah bicara kepadamu. Aku tidak mau berurusan dengan

pers lagi. Tolong tagihannya," bentaknya pada pramusaji.

Ketika tagihan datang, Tansy menyerahkannya tanpa berkata-kata

kepada Bristow.

Sementara kakak-beradik itu bersiap-siap pergi, mengibaskan ram?

Robert Galbraith

but cokelat yang berkilau di bahu dan mengenakan jaket yang mahal,

pintu restoran terbuka, dan seorang pria bersetelan jas, tinggi-kurus,

berusia enam puluhan masuk, mengedarkan pandang, lalu langsung

menghampiri meja mereka. Dengan rambut keperakan, penampilan

mahal, dan pakaian tak tercela, ada kesan dingin dalam mata biru pu?

catnya. Cara berjalannya sigap dan penuh tekad.

"Wah, kejutan," katanya mulus, berhenti tepat di antara kursi-kursi

kedua wanita itu. Tiga orang yang lain tidak melihat pria itu datang,

dan kecuali Strike, semua menunjukkan kekagetan dan lebih dari se?

kadar ketidaksukaan ketika melihatnya. Selama sepersekian detik,

Tansy dan Ursula seperti membeku, Ursula sedang mengeluarkan

kacamata gelap dari tasnya.

Tansy yang pertama kali pulih.

"Cyprian," katanya, lalu memajukan pipinya untuk dicium. "Wah,

kejutan yang menyenangkan!"

"Kupikir kau pergi belanja, Ursula sayang?" tanya Cyprian, ta?

tapannya tertuju pada istrinya ketika dia memberikan kecupan sopan

di kedua pipi Tansy.

"Kami mampir untuk makan siang, Cyps," jawab Ursula, tapi rona

wajahnya semakin pekat, dan Strike merasakan suasana yang tak enak.

Mata pucat pria yang lebih tua itu perlahan-lahan mengamati

Strike, lalu berhenti pada Bristow.

"Kupikir Tony yang menangani perceraianmu, Tansy?" tanya

Cyprian.

"Memang," jawab Tansy. "Ini bukan makan siang bisnis, Cyps. Se?

ratus persen ramah tamah."

Cyprian menyunggingkan senyum sedingin salju.

"Kalau begitu, izinkan aku mengantar kalian keluar, Sayang," ujar?

nya.

Dengan salam perpisahan secukupnya kepada Bristow, dan tak se?

patah kata pun ditujukan kepada Strike, kakak-beradik itu membiar?

kan diri digiring keluar dari restoran oleh suami Ursula. Ketika pintu

tertutup di belakang ketiga orang itu, Strike bertanya kepada Bristow

"Soal apa itu tadi?"

"Itu Cyprian," kata Bristow. Dia tampak gugup ketika mengambil

kartu kredit dan tagihannya. "Cyprian May. Suami Ursula. Partner

Dekut Burung Kukuk

senior di biro hukum. Dia tidak senang Tansy bicara kepadamu. Aku

penasaran bagaimana dia bisa tahu kita ada di sini. Mungkin dia me?

maksa Alison bicara."

"Mengapa dia tidak senang Tansy bicara kepadaku?"

"Tansy adik iparnya," kata Bristow sambil mengenakan mantel.

"Dia tidak ingin Tansy mempermalukan diri lagi?begitu pandangan?

nya. Mungkin aku akan kena batunya karena membujuk Tansy untuk

bertemu denganmu. Kuduga dia akan menelepon pamanku, mengeluh

tentang diriku."

Strike memperhatikan tangan Bristow gemetaran.

Si pengacara pergi dengan taksi yang telah dipesankan maitre d?.

Strike berjalan kaki menjauh dari Cipriani sambil melonggarkan dasi,

dan dia begitu tenggelam dalam pikiran, sehingga baru tergugah dari

perenungannya oleh bunyi klakson mobil yang tak dia lihat sedang

melaju ke arah dirinya ketika menyeberangi Grosvenor Street.

Setelah mendapat peringatan bahwa dia berisiko membahayakan

keselamatannya sendiri, Strike merapat ke sebidang dinding pucat di

dekat Elizabeth Arden Red Door Spa, bersandar di sana, menyisih

dari arus pejalan kaki. Kemudian dia menyulut rokok dan mengeluar?

kan ponselnya. Setelah mendengarkan dan mempercepat rekaman, dia

berhasil menemukan bagian kesaksian Tansy yang menggambarkan

detik-detik tepat sebelum Lula Landry jatuh melewati jendelanya.

...ke arah kamar mandi, aku mendengar teriakan-teriakan. Dia?

Lula?berkata, "Sudah terlambat, aku sudah melakukannya," kemudian

seorang pria berkata, "Jalang keparat tukang bohong," dan kemudian?

kemudian orang itu mendorongnya melewati pagar balkon. Aku benarbenar melihatnya jatuh.

Strike hampir dapat menangkap denting pelan gelas Bristow yang

membentur permukaan meja. Dia mengulang bagian itu lagi dan me?

nyimak.

...berkata, "Sudah terlambat, aku sudah melakukannya," kemudian se?

orang pria berkata, "Jalang keparat tukang bohong," dan kemudian?

kemudian orang itu mendorongnya melewati pagar balkon. Aku benarbenar melihatnya jatuh.

Terbayang lagi oleh Strike bagaimana Tansy menirukan lengan

Landry yang menggapai-gapai, serta ketakutan di wajahnya yang beku

Robert Galbraith

ketika melakukannya. Dia menyelipkan ponsel kembali ke saku, lalu

mengeluarkan notes dan mulai membuat catatan untuk diri sendiri.

Strike telah bertemu dengan banyak pembohong, tak terhitung

jumlahnya. Dia dapat mengendus mereka, dan dia tahu benar Tansy

masuk dalam golongan itu. Mustahil Tansy dapat mendengar apa yang

dia akui telah didengarnya dari flatnya; karena itulah polisi menyim?

pulkan bahwa dia sama sekali tidak pernah mendengar teriakan-te?

riakan itu. Namun, melawan dugaan Strike, kendati tiap potong bukti

yang telah dia dengar sampai detik ini menunjukkan bahwa Lula

Landry telah mencabut nyawanya sendiri, Strike yakin Tansy Bestigui

benar-benar percaya dirinya telah mendengar pertengkaran sesaat se?

belum Landry jatuh. Hanya itu bagian kisah Tansy yang terasa auten?

tik, dan sesuatu yang autentik itu bersinar mencolok di antara ke?

palsuan yang dia jalin untuk menghiasinya.

Strike menegakkan diri dan mulai berjalan ke arah timur sepanjang

Grosvenor Street, kali ini lebih memperhatikan lalu lintas, namun

dalam hati dia membayangkan kembali seluruh ekspresi Tansy, nada

suaranya, gerak-geriknya, ketika membicarakan detik-detik terakhir

Lula Landry.

Mengapa dia menyatakan kebenaran pada satu hal yang esensial,

tetapi menyelubunginya dengan kepalsuan yang mudah dibantah?

Mengapa dia berbohong tentang apa yang sedang dia lakukan ketika

mendengar teriakan-teriakan dari flat Landry? Strike teringat katakata Adler "Kebohongan tidak akan masuk akal, kecuali kebenaran

mengandung bahaya yang setara." Hari ini Tansy telah bersusah payah

melakukan upaya terakhir untuk menemukan orang yang mau percaya

padanya dan juga mau menerima kebohongan-kebohongan yang dia

paksakan untuk membungkus bukti itu.

Strike berjalan cepat, hampir tak merasakan denyut menyakitkan

dari lutut kanannya. Akhirnya dia menyadari telah berjalan sepanjang

Maddox Street dan muncul di Regent Street. Kanopi merah Hamleys

Toy Shop mengepak-ngepak di kejauhan, dan Strike teringat dia ber?

maksud membelikan hadiah ulang tahun untuk keponakannya dalam

perjalanan kembali ke kantor.

Dia nyaris tidak menyadari kekacauan yang berdecit, menyala, dan

beraneka warna yang menyambutnya di toko itu. Seperti orang buta,

Dekut Burung Kukuk

dia berjalan dari satu lantai ke lantai lain, tak terusik suara meleng?

king, mendenging, dari helikopter mainan yang sedang terbang, suara

menguik robot babi yang berjalan melewati jalurnya. Akhirnya, setelah

sekitar dua puluh menit, dia sampai di dekat boneka-boneka tentara

Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris. Di sana dia berdiri, bergeming,

memandangi deretan miniatur marinir serta pasukan para?tapi
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya tidak melihat mereka; telinganya tuli dari bisik-bisik para

orangtua yang berusaha menjauhkan putra-putra mereka darinya, ter?

lalu takut untuk meminta pria aneh bertubuh tinggi besar yang ber?

diri mematung itu untuk minggir.

Bagian Tiga

Forsan et haec olim meminisse iuvabit.

Barangkali akan membantu kalau mengingat kembali

hal-hal yang telah lampau.

Virgil, Aeneid, Buku 1

Hujan mulai turun pada hari Rabu. Cuaca London lembap dan

kelabu, dan bersamanya kota tua itu menyajikan rupanya yang ham?

bar wajah-wajah pucat di bawah payung-payung hitam, bau pakaian

lembap yang senantiasa tercium, titik-titik hujan yang berderak tak

henti di jendela kantor Strike pada malam hari.

Hujan di Cornwall memiliki kualitas yang berbeda Strike ingat

bagaimana hujan itu mengempas seperti cambuk pada bingkai jendela

kamar cadangan di rumah kecil Bibi Joan dan Paman Ted yang rapi

dan penuh aroma wangi bunga dan roti yang baru dipanggang, pada

bulan-bulan dia bersekolah di sekolah desa St. Mawes. Kenangan-ke?

nangan seperti itu selalu mengambang ke bagian depan benaknya se?

tiap kali dia hendak bertemu dengan Lucy.

Tetes-tetes hujan masih menari dengan riang di jendela pada Jumat

sore, sementara di ujung mejanya Robin sibuk membungkus boneka

pasukan terjun payung Jack yang baru, dan Strike menulis cek upah

Robin minggu itu, dikurangi komisi Temporary Solutions. Robin hen?

dak pergi ke wawancara "sungguhan" yang ketiga minggu itu, tampil

rapi dan terpelajar dalam setelan hitamnya, rambut pirangnya diang?

kat menjadi gelung kecil.

"Ini dia," kata mereka bersamaan, ketika Robin menyorongkan

kado yang terbungkus sempurna dengan kertas bergambar roket-roket

kecil, dan Strike mengangsurkan ceknya.

Robert Galbraith

"Trims," ujar Strike, menerima kotak kado itu. "Aku tidak bisa

membungkus."

"Kuharap dia menyukainya," timpal Robin sambil menyelipkan cek

itu di tas hitamnya.

"Ya. Dan semoga wawancaramu berhasil. Kau menginginkan pe?

kerjaan itu?"

"Well, pekerjaan itu lumayan bagus. Departemen personalia di kon?

sultan media di West End," sahut Robin, namun suaranya tidak antu?

sias. "Selamat berpesta. Sampai jumpa hari Senin."

Hukuman yang diterapkannya pada diri sendiri, yaitu turun ke Den?

mark Street untuk merokok, menjadi semakin menjengkelkan da?lam

cuaca hujan yang tiada henti. Strike berdiri nyaris tak terlindung di

bawah naungan sempit di pintu depan kantornya, bertanya-tanya sen?

diri kapan dia akan menendang kebiasaan itu dan memulai upaya me?

ngembalikan kebugaran fisik yang selama ini hanyut menghilang ber?

samaan dengan kemampuannya membayar utang serta lenyapnya

kenyamanan hidup domestik. Ponselnya berdering ketika dia berdiri

di sana.

"Kupikir kau mau tahu bahwa kisikanmu itu membuahkan hasil,"

kata Eric Wardle, suaranya penuh kemenangan. Strike dapat mende?

ngar derum mesin dan suara-suara pria berbicara di latar belakang.

"Cepat juga," komentar Strike.

"Yeah, well, kami tidak ongkang-ongkang kaki."

"Jadi artinya aku akan mendapatkan apa yang kukejar?"

"Karena itulah aku menelepon. Sekarang sudah terlalu sore, tapi

akan kukirim hari Senin."

"Lebih cepat, lebih baik bagiku. Aku bisa menunggu di sini, di

kantor."

Wardle tertawa, nadanya mengejek.

"Bukankah kau dibayar per jam? Kupikir kau lebih suka kalau se?

dikit kutunda-tunda."

"Malam ini lebih baik. Kalau bisa kaukirim malam ini juga, akan

kupastikan kau yang pertama kali tahu saat teman lamaku mem?

berikan kisikan lagi."

Dekut Burung Kukuk

Dalam jeda singkat yang berlalu, Strike mendengar salah seorang

lelaki di dalam mobil Wardle berkata

"...muka keparat Fearney..."

"Ya, baiklah," kata Wardle. "Akan kubereskan nanti. Mungkin baru

sampai pukul tujuh. Kau masih di sana jam segitu?"

"Akan kupastikan aku ada di sini," jawab Strike.

Berkas itu datang tiga jam kemudian, ketika dia sedang makan fish

and chips dari nampan polystyrene kecil di pangkuan, sambil menonton

berita London malam hari di televisi portabelnya. Kurir memencet bel

di pintu bawah dan Strike menandatangani paket berat yang dikirim

dari Scotland Yard. Begitu dibuka, tampaklah map berkas abu-abu te?

bal yang penuh berisi kertas fotokopi. Strike membawa semua ma?

terial itu ke meja Robin dan memulai proses panjang mencerna isinya.

Ada pernyataan dari orang-orang yang telah melihat Lula Landry

pada malam terakhir hidupnya; laporan bukti DNA yang diambil dari

flatnya; salinan fotokopi buku tamu dari petugas keamanan Kentigern

Gardens nomor 18; detail obat-obatan yang diresepkan kepada Lula

untuk mengendalikan kecenderungan bipolarnya; laporan autopsi; ca?

tatan medis tahun sebelumnya; catatan ponsel dan telepon rumah;

serta rangkuman temuan dari laptop sang model. Ada juga DVD yang

diberi label dengan tulisan tangan Wardle CCT V 2 Pelari.

Drive DVD di dalam komputer bekas itu tidak pernah berfungsi

sejak Strike membelinya. Maka, dia menyusupkan piringan itu ke

saku mantelnya yang tergantung dekat pintu kaca, lalu melanjutkan

penelitian atas material cetak di dalam folder besar berjilid ring itu,

dengan notes terbuka di sebelahnya.

Malam turun di luar kantor, dan genangan cahaya kuning ke?

emasan jatuh dari lampu meja pada tiap halaman, sementara Strike

membaca secara metodis dokumen itu, yang membawa pada kesim?

pulan telah terjadi tindak bunuh diri. Di antara pernyataan-per?

nyataan ringkas tanpa embel-embel tak perlu, catatan waktu yang ter?

perinci hingga ke menitnya, serta fotokopi label botol obat-obatan

yang ditemukan di lemari kamar mandi Landry, Strike melacak ke?

benaran yang dirasa telah ditangkapnya di balik seluruh kebohongan

Tansy Bestigui.

Autopsi menunjukkan bahwa Lula langsung mati begitu mem?

Robert Galbraith

bentur jalan, dan bahwa penyebab kematiannya adalah patah leher

serta perdarahan internal. Ada banyak bekas memar di kedua lengan?

nya. Dia jatuh hanya dengan mengenakan sebelah sepatu. Foto-foto

mayat mengonfirmasi pernyataan tegas LulaMyInspirationForeva bah?

wa Landry telah mengganti bajunya sesudah pulang dari kelab malam.

Mayat itu tidak mengenakan gaun yang sebelumnya dipakai Lula da?

lam foto-foto ketika dia memasuki gedung, melainkan atasan berpayet

dan celana panjang.

Strike mengalihkan perhatian pada pernyataan-pernyataan Tansy

kepada polisi yang terus berubah. Yang pertama hanya menyatakan

perjalanan ke kamar mandi dari kamar tidur, yang kedua ditambah

membuka jendela ruang duduk. Tansy menyatakan, Freddie berada di

kamar tidur selama itu. Polisi menemukan setengah garis kokain di

pinggiran marmer bak berendam, serta sekantong plastik kecil nar?

koba itu yang disembunyikan di dalam kotak Tampax di dalam lemari

di atas wastafel.

Pernyataan Freddie mengonfirmasi bahwa dia sedang tidur ketika

Landry jatuh, dan bahwa dia terbangun karena jeritan istrinya; kata?

nya, dia tergesa-gesa menuju ruang duduk tepat pada saat Tansy ber?

lari melewatinya dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Vas ma?

war yang dikirimnya kepada Macc, dan yang dipecahkan oleh polisi

yang ceroboh, dia mengakui memang dimaksudkan sebagai ucapan se?

lamat datang dan perkenalan; ya, dia akan senang bisa berkenalan de?

ngan rapper itu, dan ya, sempat terpikir olehnya bahwa Macc mungkin

akan cocok untuk film thriller yang sedang digodok. Keterkejutannya

atas kematian Landry jelas telah membuatnya bereaksi berlebihan ter?

hadap hadiah selamat datangnya itu. Awalnya dia percaya ketika istri?

nya mengatakan telah mendengar pertengkaran di atas; tapi ber?

angsur-angsur dia menerima, meski enggan, pandangan polisi bahwa

kesaksian Tansy itu adalah hasil penggunaan kokain. Kebiasaan Tansy

mengonsumsi narkoba telah memberikan tekanan besar terhadap per?

kawinan mereka, dan dia mengaku tahu istrinya memiliki kebiasaan

menggunakan stimulan, walaupun tidak menyadari istrinya menyim?

pan persediaan di flat malam itu.

Lebih jauh lagi, Bestigui menyatakan bahwa dia dan Landry tidak

pernah saling mengunjungi, dan meskipun pernah sama-sama mengi?

Dekut Burung Kukuk

nap di rumah Dickie Carbury (sepertinya polisi mengetahui hal ini

pada kesempatan berikut, karena Freddie diwawancara ulang setelah

pernyataannya yang pertama) pertemuan itu tidak menjadikan mereka

lebih akrab. "Dia lebih banyak bergaul dengan tamu-tamu yang lebih

muda, sementara saya lebih banyak menghabiskan akhir pekan itu de?

ngan Dickie, yang sebaya dengan saya." Pernyataan Bestigui itu begitu

kokoh bagaikan muka tebing batu yang tak mungkin ditaklukkan.

Setelah membaca laporan polisi mengenai kejadian-kejadian di flat

Bestigui, Strike menambahkan beberapa kalimat di catatannya sendiri.

Dia tertarik pada setengah garis kokain di samping bak berendam,

dan lebih tertarik lagi pada kurun waktu beberapa detik setelah Tansy

melihat Lula Landry menggapai-gapai melayang melewati jendela.

Tentu saja, pernyataan-pernyataan ini sangat tergantung pada peng?

aturan ruang di dalam apartemen Bestigui (tidak ada gambar denah

atau diagram yang disertakan di map), tapi Strike justru terganggu de?

ngan satu aspek yang konsisten dalam cerita-cerita Tansy yang terus

berubah Tansy bersikeras suaminya sedang tidur di ranjang ketika

Landry jatuh. Strike ingat bagaimana Tansy menutupi wajah dengan

pura-pura menyibakkan rambut ketika dia mengejar detail ini. Pada

dasarnya?tanpa memperhatikan temuan polisi?Strike berpendapat

bahwa mereka belum bisa membuktikan dengan pasti di mana persis?

nya Freddie Bestigui maupun Tansy Bestigui berada pada saat Lula

Landry jatuh dari balkonnya.

Dia melanjutkan penelaahannya yang sistematis terhadap berkas

tersebut. Pernyataan Evan Duffield secara garis besar sesuai dengan

cerita yang didengar Wardle. Dia mengaku telah berusaha meng?

halang-halangi pacarnya meninggalkan Uzi dengan mencengkeram ke?

dua lengannya. Landry berhasil membebaskan diri dan pergi; Duffield

mengikuti pacarnya tak lama sesudah itu. Ada satu kalimat yang me?

nyinggung soal topeng serigala itu, tertulis dalam bahasa nonemosio?

nal petugas kepolisian yang mewawancarai dia "Saya biasa mengguna?

kan topeng kepala serigala kalau ingin menghindar dari perhatian

fotografer." Pernyataan pendek dari pengemudi yang mengantar

Duffield dari Uzi membenarkan pengakuan bahwa Duffield mampir

di Kentigern Gardens dan langsung ke d?Arblay Street, tempat si pe?

ngemudi menurunkan penumpangnya, lalu pergi. Cerita Wardle ten?

Robert Galbraith

tang antipati yang dirasakan si pengemudi terhadap Duffield tidak ter?

gambarkan dalam pernyataan faktual gundul yang disiapkan polisi

untuk ditandatangani oleh Duffield.
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada dua kesaksian lain yang mendukung pernyataan Duffield yang

pertama dari seorang wanita yang mengaku telah melihat Duffield

naik tangga ke tempat tinggal bandarnya, yang satu lagi dari Whycliff,

si bandar itu sendiri. Strike ingat opini Wardle bahwa Whycliff ber?

sedia berbohong demi Duffield. Wanita yang di lantai bawah bisa saja

diberi sedikit uang dari yang dibayarkan Duffield. Saksi-saksi lain

yang mengaku telah melihat Duffield menyusuri jalanan di London

hanya bisa mengatakan dengan jujur bahwa mereka telah melihat se?

orang pria dengan topeng serigala.

Strike menyulut rokok dan membaca pernyataan Duffield lagi. Dia

lelaki yang temperamennya panas, yang mengaku telah mencoba me?

maksa Lula agar tidak meninggalkan kelab. Memar-memar di lengan

Lula dipastikan adalah akibat perbuatannya. Namun, jika dia benarbenar telah mengonsumsi heroin bersama Whycliff, Strike tahu sangat

kecil kemungkinan Duffield cukup sadar untuk menyelinap masuk ke

Kentigern Gardens nomor 18, atau menjadi sangat marah sehingga

mampu melakukan pembunuhan. Strike mengenal perilaku pemadat

heroin; dia bertemu cukup banyak jenis itu di rumah liar terakhir

tempat ibunya tinggal. Bahan itu membuat budak pemakainya pasif

dan jinak; benar-benar kebalikan dari alkoholik yang berperilaku kasar

dan berteiak-teriak, atau pengguna kokain yang paranoid dan gam?

pang gugup. Strike telah mengenal segala jenis pecandu obat-obatan

terlarang, di dalam maupun di luar angkatan bersenjata. Media men?

ciptakan kesan glamor atas kebiasaan Duffield, dan itu membuatnya

jijik. Tidak ada keglamoran dalam heroin. Ibu Strike mati di atas ka?

sur kotor di sudut kamar, dan tak ada yang menyadari dia telah ter?

geletak tak bernyawa selama enam jam.

Dia berdiri, menyeberangi ruangan, dan membuka jendela yang ge?

lap dan diperciki hujan, sehingga dentum bas dari 12 Bar Caf? di ba?

wah semakin memekakkan telinga. Masih merokok, dia menatap

Charing Cross Road yang berpendaran dengan lampu mobil dan pan?

tulan cahaya pada genangan air, di mana para penikmat Jumat malam

masih melangkah dan terhuyung-huyung di ujung Denmark Street,

Dekut Burung Kukuk

dengan payung bergoyang-goyang dan tawa melengking mengatasi de?

rum lalu lintas. Strike bertanya-tanya sendiri kapan dia akan dapat

menikmati segelas bir pada Jumat malam bersama teman-teman. Ga?

gasan itu seolah-olah menjadi milik suatu semesta yang berbeda, suatu

kehidupan yang telah ditinggalkan. Masa-antara yang ganjil ini, yang

dijalaninya sekarang, dengan Robin satu-satunya manusia hidup yang

berhubungan dengannya, tidak akan berlangsung selamanya, tapi dia

masih belum siap membaur kembali dengan kehidupan sosial yang

pantas. Dia telah kehilangan angkatan darat, Charlotte, dan setengah

tungkainya?dia merasa perlu terbiasa sepenuhnya dengan dirinya

yang sekarang, sebelum siap untuk mendedahkan diri pada keter?

kejutan dan rasa iba orang lain. Bara jingga puntung rokok itu me?

layang ke bawah, menuju jalan yang gelap, lalu padam di saluran air.

Diturunkannya jendela, lalu dia kembali ke meja dan menarik berkas

itu dengan tegas kembali ke arahnya.

Pernyataan Derrick Wilson tidak berbeda dari apa yang telah dia

ketahui. Di dalam berkas itu tidak disinggung tentang Kieran

Kolovas-Jones, maupun secarik kertas biru yang misterius. Dengan pe?

nuh minat Strike mengalihkan perhatian pada pernyataan dua wanita

yang melewatkan waktu dengan Lula pada sore hari terakhir itu, Ciara

Porter dan Bryony Radford.

Si penata rias ingat Lula tampak sangat gembira dan bersemangat

dengan kedatangan Deeby Macc. Namun, Porter mengatakan bahwa

Landry "tidak seperti dirinya sendiri", tampak "murung dan khawatir",

dan tidak mau memberitahu apa yang sedang mengganggu pikirannya.

Pernyataan Porter itu menambahkan detail menggelitik yang belum

pernah diberitahukan siapa pun kepada Strike. Porter menyatakan

bahwa sore itu Landry dengan spesifik mengungkapkan niat untuk

meninggalkan "segalanya" pada saudaranya. Tidak ada konteks yang

menyertai; tapi kesan yang tertinggal adalah seorang gadis dengan ke?

rangka pikiran yang sangat muram.

Strike bertanya-tanya mengapa kliennya tidak pernah menying?

gung bahwa sang adik mengumumkan niat untuk meninggalkan se?

galanya kepada dia. Tentu saja, Bristow sudah memiliki dana per?

walian. Barangkali, kemungkinan adanya penambahan sejumlah besar

Robert Galbraith

uang tidak begitu penting baginya?tidak seperti Strike yang tidak

pernah mewarisi sepeser pun.

Sambil menguap, Strike menyulut rokok lagi agar tetap terjaga,

lalu mulai membaca pernyataan ibu Lula. Menurut keterangan Lady

Yvette Bristow, dirinya tidak sehat dan dalam pengaruh obat setelah

operasi, tapi dia bersikeras bahwa putrinya "benar-benar bahagia" ke?

tika datang berkunjung pagi itu, dan tidak mengindikasikan apa pun

kecuali keprihatinan terhadap kondisi ibunya dan prospek kesem?

buhannya. Barangkali narasi lugas dan tanpa nuansa yang ditulis oleh

petugas pencatat itulah yang perlu disalahkan, tapi dari hasil wawan?

cara dengan Lady Bristow, Strike mendapat kesan penyangkalan yang

ngotot. Dia sendiri yang mengusulkan bahwa kematian Lula diakibat?

kan kecelakaan, bahwa entah bagaimana Lula terpeleset di balkon tan?

pa sengaja?bagaimanapun, kata Lady Bristow, malam itu hujan salju.

Strike membaca cepat keterangan Bristow, yang sesuai setepattepatnya dengan pernyataan yang diberikannya sendiri kepada Strike,

dan berlanjut ke pernyataan Tony Landry, paman John dan Lula. Tony

Landry mengunjungi Yvette Bristow bersamaan dengan Lula pada hari

naas tersebut, dan mengungkapkan dengan tegas bahwa keponakan?

nya terlihat "normal". Tony Landry kemudian mengemudi ke Oxford,

tempat dia menghadiri konferensi perkembangan internasional me?

nyangkut hukum keluarga, menginap malam itu di Hotel Malmaison.

Keterangan mengenai keberadaannya diikuti komentar-komentar tak

jelas mengenai panggilan-panggilan telepon. Untuk memperjelas hal

itu, Strike membuka salinan catatan telepon yang menyertainya.

Lula nyaris tidak pernah menggunakan telepon rumah pada ming?

gu sebelum kematiannya, dan sama sekali tidak menyentuh benda itu

pada hari dia meninggal. Namun, dari ponselnya, dia melakukan tidak

kurang dari 66 panggilan telepon pada hari terakhir hidupnya.

Pertama kali pada pukul 09.15, ke Evan Duffield; yang kedua, pukul

09.35, ke Ciara Porter. Ada selang beberapa jam ketika dia tidak ber?

bicara pada siapa pun di ponsel, kemudian, pada pukul 13.21, Lula

mulai menelepon dua nomor dengan kalang kabut, nyaris berselangseling. Salah satu nomor itu milik Evan Duffield, sementara yang lain,

menurut coretan tak jelas di samping nomor yang baru muncul untuk

pertama kalinya, adalah milik Tony Landry. Berulang-ulang dia me?

Dekut Burung Kukuk

nelepon kedua pria itu. Di sana-sini ada senggang waktu sekitar dua

puluh menit tanpa panggilan telepon dari pihaknya, kemudian Lula

mulai menelepon lagi, tak diragukan lagi dengan menekan tombol

"redial". Semua panggilan telepon panik itu, Strike menyimpulkan,

pasti dilakukan setelah dia kembali ke flat bersama Bryony Radford

dan Ciara Porter, meskipun keterangan kedua wanita itu sama sekali

tidak menyebut-nyebut tentang panggilan telepon yang berulangulang.

Strike membuka kembali pernyataan Tony Landry, yang sama se?

kali tidak menjelaskan mengapa keponakannya begitu gigih meng?

hubungi dia. Volume ponselnya dimatikan pada waktu konferensi,

begitu dia menuturkan, sehingga sangat terlambat menyadari bahwa

keponakannya berulang kali meneleponnya sore itu. Dia tidak tahu

mengapa Lula melakukannya, dan tidak membalas teleponnya.

Alasannya, ketika dia menyadari Lula telah berusaha menghubungi

dia, Lula sudah berhenti menelepon, dan dia menduga?dengan be?

nar?bahwa Lula pasti sedang berada di kelab malam di suatu tempat.

Strike menguap selang beberapa menit sekarang; dia mempertim?

bangkan akan menyeduh kopi, tapi tidak sanggup mengumpulkan

energi untuk melakukannya. Dia hanya menginginkan kasurnya, tapi

didorong kebiasaan untuk menyelesaikan tugas yang ada di tangan, dia

membuka fotokopi buku tamu petugas keamanan, yang menunjukkan

keluar-masuknya pengunjung nomor 18 pada hari sebelum kematian

Lula Landry. Setelah meneliti dengan saksama tanda tangan serta

paraf, terbukti bahwa Wilson, dalam hal pencatatan, tidak secermat

yang diharapkan atasannya. Seperti yang sudah dikatakan Wilson ke?

pada Strike, pergerakan penghuni tidak dicatat di buku, jadi tidak ada

keterangan mengenai keluar-masuknya Landry maupun suami-istri

Bestigui. Catatan pertama Wilson adalah tukang pos yang datang

pada pukul 09.10; berikutnya, pada pukul 09.22, datanglah Kiriman

floris Flat 2; yang terakhir, pukul 09.50, Securibell. Tidak ada catatan

waktu kepergian si petugas pemeriksa alarm.

Di luar itu (seperti yang dikatakan Wilson), itu adalah hari yang

tenang. Ciara Porter datang pukul 12.50, Bryony Radford pukul

13.20. Radford sendiri yang menandatangani waktu kepergiannya

pada pukul 16.40, kemudian Wilson mencatat kedatangan petugas

Robert Galbraith

katering ke flat Bestigui pada pukul tujuh malam, kepergian Ciara

bersama Lula pukul 19.15, dan para petugas katering yang me?

ninggalkan gedung pukul 21.15.

Strike frustrasi karena polisi hanya membuat salinan halaman pada

hari Landry meninggal. Tadinya dia berharap dapat mencari tahu

nama belakang Rochelle yang misterius itu di suatu tempat pada ha?

laman-halaman buku tamu.

Menjelang tengah malam, barulah Strike mengalihkan perhatian

kepada laporan polisi mengenai isi laptop Landry. Kelihatannya, polisi

pada dasarnya mencari email yang mengindikasikan suasana hati mu?

ram atau niat bunuh diri, dan dalam hal ini mereka gagal total. Strike

membaca cepat email-email yang dikirim dan diterima Landry selama

dua minggu terakhir hidupnya.

Memang aneh, tapi tetap saja nyata?banyaknya foto yang me?

nampilkan kecantikan Landry yang luar biasa justru membuat Strike

sulit percaya gadis itu benar-benar pernah ada. Ciri-ciri dirinya yang

terpampang di mana-mana telah membuatnya abstrak, generik, walau?

pun paras itu sendiri memiliki kecantikan yang unik.

Namun kini, dari tinta hitam yang sudah kering di atas kertas, dari

pesan-pesan dengan ejaan tak beraturan yang ditingkahi gurauan pri?

badi dan nama-nama panggilan, roh si gadis yang mati muncul di ha?

dapannya di kantor yang remang-remang itu. Berbagai email gadis itu

mengungkapkan pada Strike banyak hal yang tidak mampu di?

sampaikan foto-foto suatu kesadaran di ulu hati, alih-alih di otak,

bahwa manusia yang hidup, nyata, tertawa dan menangis, telah terem?

pas mati di jalan London yang bersalju itu. Strike berharap dapat me?

lihat bayang-bayang si pembunuh ketika membaca halaman-halaman

tersebut, tapi justru hantu Lula yang mengemuka, menatap kepada?

nya, seperti yang kadang-kadang terjadi dengan korban-korban ke?

jahatan kejam lain yang muncul di hadapannya, melalui fragmenfragmen kehidupan mereka yang terhenti tiba-tiba.

Sekarang dia mengerti mengapa John Bristow bersikeras bahwa

adiknya sama sekali tidak memikirkan kematian. Gadis yang mengetik

kata-kata ini terlihat sebagai teman yang hangat, ramah, impulsif, si?

buk, dan senang; antusias pada pekerjaannya, juga bersemangat, seperti

yang dikatakan Bristow, mengenai prospek perjalanan ke Maroko.

Dekut Burung Kukuk

Sebagian besar email itu dikirim ke si perancang, Guy Som?.

Tidak ada yang mencolok kecuali nada percaya diri yang riang, dan,

satu kali, disinggung tentang persahabatan yang aneh itu

Geegee, tolong tolooong bangeeet buatkan sesuatu untuk

Rochelle untuk ulang tahunnya, ya ya yaaa? Aku bayar deh. Yang
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagus ya (jangan jahat). Untuk tanggal 21? Pleezy please. Love

ya. Cuckoo.

Strike ingat LulaMyInspirationForeva menyebutkan dengan tegas

bahwa Lula menyayangi Guy Som? "seperti saudaranya sendiri". Ke?

terangannya pada polisi yang paling singkat di seluruh berkas itu. Dia

sedang berada di Jepang selama seminggu dan pulang pada malam

kematian Lula. Strike tahu bahwa Som? tinggal tidak jauh dari

Kentigern Gardens, jarak yang bisa ditempuh dengan perjalanan kaki

ringan, tapi polisi sepertinya puas dengan pernyataan bahwa dia lang?

sung tidur begitu sampai di rumah. Strike juga sudah mencatat bahwa

orang yang berjalan kaki dari Charles Street menuju Kentigern

Gardens akan mengambil jalan yang berlawanan dengan kamera

CCTV di Alderbrook Road.

Akhirnya Strike menutup berkas itu. Sembari bergerak dengan su?

sah payah di kantornya, menanggalkan pakaian, melepas kaki palsu,

dan membuka ranjang lipat, dia tidak merenungkan hal-hal lain ke?

cuali keletihannya sendiri. Tak lama dia jatuh tertidur, terbuai de?

ngung lalu lintas, gemeretak air hujan, dan napas kota yang tak per?

nah mati.

Pohon magnolia besar berdiri di taman depan rumah Lucy di

Bromley. Akhir musim semi nanti, di halaman depan ini akan ber?

serakan sesuatu yang mirip gumpalan tisu. Kini, pada bulan April,

bunga-bunga itu tampak menyerupai awan-awan putih, kelopaknya

halus dan lunak seperti parutan kelapa. Baru beberapa kali Strike ber?

kunjung ke rumah ini. Dia lebih suka bertemu dengan Lucy jauh dari

lingkungan rumahnya, tempat Lucy selalu tampak ruwet. Selain itu

dia juga lebih suka menghindari pertemuan dengan adik iparnya, ka?

rena bila digambarkan seperti air suam-suam kuku, perasaan Strike

kepadanya lebih cocok disebut dingin.

Balon-balon helium diikatkan di gerbang pagar, menganggukangguk ditiup angin semilir. Sambil menyusuri jalur masuk yang me?

nanjak cukup terjal menuju pintu depan dan mengepit kado yang te?

lah dibungkus Robin, Strike meyakinkan diri sendiri bahwa ini akan

segera berakhir.

"Mana Charlotte?" tanya Lucy yang pendek, pirang, bermuka bulat,

begitu membuka pintu depan.

Lebih banyak lagi balon keemasan besar yang memenuhi lorong di

belakangnya, membentuk angka tujuh. Pekik-jerit yang mengisyarat?

kan kegirangan atau rasa sakit terdengar dari area yang tak terlihat

dari dalam rumah, mengganggu ketenangan hunian pinggir kota ini.

"Dia harus kembali ke Ayr akhir minggu ini," Strike berdusta.

"Kenapa?" tanya Lucy sambil menepi untuk memberi jalan.

Dekut Burung Kukuk

"Ada krisis lagi dengan kakaknya. Jack mana?"

"Lewat sini. Syukurlah tidak hujan, kalau tidak kami terpaksa me?

nampung semuanya di dalam rumah," ujar Lucy sambil menggiringnya

ke halaman belakang.

Mereka menemukan ketiga keponakan Strike melejit kian kemari

di halaman luas itu, bersama dua puluhan bocah lelaki dan perem?

puan yang mengenakan pakaian pesta, menjerit-jerit mengikuti per?

mainan yang sepertinya mengharuskan mereka berlari ke berbagai

tonggak kriket yang ditempeli gambar buah-buahan. Para asisten

orangtua berdiri di sekeliling halaman di bawah cahaya matahari yang

lemah, minum anggur dari cangkir plastik, sementara suami Lucy,

Greg, bertanggung jawab atas iPod yang berdiri di dock-nya di atas

meja. Lucy mengangsurkan bir kepada Strike, lalu hampir seketika

meninggalkan dia untuk mengangkat si bungsu, yang jatuh dengan

keras dan sekarang menangis kuat-kuat.

Strike tidak pernah menginginkan anak; itu hal yang dia dan

Charlotte sepakati bersama, dan menjadi salah satu alasan yang meng?

gagalkan hubungan-hubungan mereka sebelumnya. Lucy menyesali

sikapnya itu serta alasan yang dia berikan; Lucy selalu tersinggung bila

Strike berbicara tentang tujuan hidup yang berbeda dari hidupnya

sendiri, seolah-olah Strike sengaja menyerang keputusan-keputusan

dan pilihan-pilihannya.

"Baik-baik saja, Corm?" tanya Greg, yang mengalihkan tugas meng?

atur musik kepada ayah lain. Adik ipar Strike bekerja sebagai surveyor

material dan tenaga kerja untuk konstruksi. Sepertinya dia tidak per?

nah yakin bagaimana harus berbicara pada Strike, dan biasanya me?

milih nada kombinasi antara mudah tersinggung dan agresif, yang di

telinga Strike terdengar sangat menjengkelkan. "Mana Charlotte yang

cantik jelita itu? Kalian tidak putus lagi, kan? Ha ha ha. Aku sudah ti?

dak sanggup mengikuti."

Salah satu anak perempuan kecil didorong temannya Greg cepatcepat menghampiri seorang ibu yang harus membersihkan air mata

dan noda rumput. Permainan itu memuncak dalam kekacauan. Akhir?

nya, pemenang diumumkan; ada air mata lagi dari pemenang kedua,

yang harus dibujuk dengan hadiah hiburan yang diambil dari kantong

sampah hitam yang disembunyikan di balik rumpun hydrangea.

Robert Galbraith

Kemudian ada pengumuman dimulainya babak kedua permainan yang

sama.

"Halo!" sapa seorang wanita separuh baya, yang mendekat ke sisi

Strike. "Kau pasti kakak Lucy!"

"Ya," sahut Strike.

"Kami sudah mendengar tentang kakimu," kata wanita itu sambil

memandangi sepatu Strike. "Lucy terus mengabari kami. Wah, tidak

kelihatan, ya? Aku tidak melihatmu terpincang-pincang ketika kau da?

tang. Hebat sekali yang bisa dilakukan orang zaman sekarang. Janganjangan kau malah bisa lari lebih cepat daripada sebelumnya!"

Barangkali wanita ini membayangkan dia memiliki sebatang pros?

tetik serat karbon di balik pipa celananya, seperti atlet Olimpiade

tunadaksa. Dia menyesap bir dan memaksakan senyum datar.

"Eh, benar tidak sih?" wanita itu bertanya sambil memandangi

Strike, tiba-tiba tampangnya dipenuhi rasa penasaran. "Kau benarbenar anak Jonny Rokeby?"

Seutas benang kesabaran, yang tak disadari Strike telah menegang

hingga titik tergetasnya, mendadak putus.

"Terkutuklah kalau aku tahu," ujarnya. "Coba saja telepon dia dan

tanya sendiri padanya."

Wanita itu terperangah. Setelah beberapa detik, dia berlalu tanpa

suara. Strike melihatnya berbicara dengan wanita lain, yang kemudian

melirik ke arahnya. Seorang anak lain jatuh, kepalanya membentur

tonggak kriket yang ditempeli gambar stroberi raksasa, lalu meleng?

kingkan jeritan yang memekakkan telinga. Seluruh perhatian tertuju

kepada korban yang baru jatuh, dan Strike menyelinap masuk ke ru?

mah.

Ruang depan nyaman kendati tanpa karakter, dengan satu set sofa

warna krem, cetakan lukisan Impresionis tergantung di atas perapian,

serta foto-foto tiga keponakannya dalam seragam sekolah warna hijau

botol yang dipajang di rak. Strike menutup pintu perlahan-lahan un?

tuk membendung keributan di halaman belakang, mengeluarkan

DVD yang dikirim Wardle dari saku, lalu menyelipkannya ke DVD

player dan menghidupkan televisi.

Ada foto yang dipajang di atas TV, diambil pada pesta ulang tahun

Lucy yang ketiga puluh. Ayah Lucy, Rick, ada di sana bersama istri ke?

Dekut Burung Kukuk

duanya. Strike berdiri di belakang, di mana dia selalu ditempatkan da?

lam foto keluarga sejak usianya lima tahun. Ketika itu dia masih me?

miliki dua kaki. Tracey berdiri di sampingnya; rekan dari Cabang

Khusus, yang diharapkan Lucy akan menikah dengannya. Tracey

kemudian menikah dengan teman yang sama-sama mereka kenal, dan

baru-baru ini melahirkan bayi perempuan. Strike bermaksud mengi?

rim bunga, tapi tidak pernah sempat melakukannya.

Tatapannya turun ke layar televisi, lalu dia menekan "play".

Langsung terlihat rekaman hitam-putih yang berbintik-bintik. Ja?

lanan yang putih, butir-butir salju tebal turun melewati mata kamera.

Jangkauan pandang 180 derajat itu memperlihatkan pertigaan Bellamy

Road dan Alderbrook Road.

Seorang laki-laki berjalan sendiri, masuk ke bidang pandang ka?

mera, dari arah kanan layar; tinggi, kedua tangan dibenamkan dalamdalam di sakunya, tubuhnya dibalut berlapis-lapis pakaian, kepala ter?

tutup tudung. Wajahnya tampak ganjil dalam rekaman hitam-putih

itu, menipu mata. Strike mengira dia sedang menatap bagian bawah

muka yang putih mencolok dan mata yang ditutup kain hitam, se?

belum akhirnya akal sehat memberitahu bahwa yang dilihatnya adalah

bagian atas wajah yang hitam dan syal putih menutupi hidung, mulut,

dan dagu. Ada semacam tanda yang kabur, mungkin logo, di jaket?

nya?selain itu, pakaiannya tidak dapat diidentifikasi.

Sementara orang itu berjalan mendekati kamera, kepalanya me?

nunduk dan dia tampak mengeluarkan sesuatu dari saku, lalu me?

nelitinya. Beberapa saat kemudian, dia muncul di Bellamy Road dan

menghilang dari pandangan kamera. Jam digital di kanan bawah layar

mencatat waktu 01.39.

Rekaman itu melompat. Sekali lagi terlihat pertigaan yang sama,

tampak sama kaburnya, kosong, hanya gumpalan-gumpalan salju

menghalangi pandangan, tapi jam di sudut kanan bawah menunjuk?

kan pukul 02.12.

Kedua pelari itu menghambur melewati kamera. Yang di depan da?

pat dikenali sebagai lelaki yang tadi berjalan keluar dari kamera de?

ngan syal putih menutupi mulut; dengan tungkainya yang panjang dan

kuat dia berlari, lengan memompa, lurus menuju Alderbrook Road.

Laki-laki kedua lebih kecil, lebih kurus, bertudung dan bertopi; Strike

Robert Galbraith

memperhatikan tangan yang gelap, terkepal kencang ketika dia berlari

di belakang orang yang pertama, tak sanggup menyusul laju lelaki

yang tinggi. Di bawah lampu jalan, sesaat terlihat suatu desain gambar

di punggung sweternya; separuh jalan di Alderbrook Road, mendadak

dia berbelok tajam ke kiri dan memasuki jalan kecil.

Strike memutar kembali rekaman beberapa detik itu, lalu sekali

lagi. Dia tidak melihat adanya tanda-tanda komunikasi antara dua

orang itu; tidak ada isyarat mereka saling memanggil, atau bahkan sa?

ling melihat, ketika berlari cepat melewati kamera. Kedua orang itu

tampak seperti punya urusan sendiri-sendiri.

Dia memutar kembali rekaman itu empat kali, lalu setelah be?

berapa kali percobaan berhasil menghentikannya pada saat gambar di

punggung sweter lelaki kedua itu diterangi cahaya lampu. Menyipit?

kan mata ke layar, Strike beringsut mendekat ke arah gambar kabur

itu. Sesudah semenit lebih menatapnya, dia hampir yakin kata per?

tama diakhiri dengan "ck", tapi kata kedua yang menurutnya dimulai

dengan "J" tidak terbaca.

Dia menekan "play" dan membiarkan rekaman itu berlanjut, ber?

usaha menentukan jalan mana yang diambil laki-laki kedua itu. Tiga

kali Strike melihatnya berpencar dari temannya, dan walaupun nama

jalan itu tak terbaca di layar, dia tahu, dari yang pernah dikatakan

Wardle, bahwa itu pasti Halliwell Street.

Polisi berpendapat, karena laki-laki pertama menjemput temannya

yang tak terlihat di kamera, hal itu menghapus kemungkinannya se?

bagai pembunuh?dengan asumsi kedua orang itu memang berteman.

Strike terpaksa setuju; kenyataan bahwa mereka tertangkap bersama

dalam rekaman, dalam cuaca demikian, pada malam selarut itu, dan

berperilaku serupa, memberi kesan bahwa mereka berkomplot.

Membiarkan rekaman berlanjut, dia melihat film itu mendadak di?

potong, dengan cukup mengejutkan, dan beralih ke bagian dalam se?

buah bus. Seorang gadis naik; dari sudut pandang kamera di atas pe?

ngemudi, wajahnya tampak lebih pendek dan berbayang-bayang gelap,
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

walaupun ekor kudanya yang pirang terlihat jelas. Lelaki yang meng?

ikutinya naik ke bus, sejauh yang dapat dilihat, sangat serupa dengan

orang yang kemudian berjalan di Bellamy Road ke arah Kentigern

Gardens. Dia jangkung dan kepalanya bertudung, dengan syal putih

Dekut Burung Kukuk

menutupi wajah, bagian atas mukanya tertutup bayang-bayang. Yang

tampak jelas hanya logo di dadanya, GS yang diberi hiasan.

Film itu beralih ke Theobalds Road. Kalau orang yang sedang ber?

jalan cepat itu adalah orang yang sama dengan yang naik ke bus, dia

telah melepas syalnya, walaupun postur dan cara berjalannya sangat

mirip. Kali ini, Strike merasa orang itu berusaha keras tetap menun?

duk.

Rekaman itu diakhiri dengan layar hitam kosong. Strike duduk

menatapnya, tenggelam dalam pemikiran. Ketika kesadaran kembali,

dia terkejut melihat dunia sekelilingnya penuh warna dan diterangi

cahaya matahari.

Dia mengeluarkan ponsel dari saku dan menghubungi John

Bristow, tapi hanya diterima voicemail. Ditinggalkannya pesan kepada

Bristow bahwa dia sudah melihat rekaman CCTV dan membaca ber?

kas polisi; bahwa ada beberapa hal lagi yang perlu dia tanyakan, dan

dapatkah dia bertemu Bristow pada suatu saat minggu depan.

Berikutnya dia menelepon Derrick Wilson, yang juga diterima

voicemail, mengulangi permintaannya untuk datang dan melihat ba?

gian dalam Kentigern Gardens nomor 18.

Strike baru saja menutup ponsel ketika pintu ruang duduk ter?

buka, dan keponakan keduanya, Jack, masuk. Wajahnya merah padam

dan dia masih tampak menggebu-gebu.

"Aku dengar Paman bicara," kata Jack. Dia menutup pintu, sama

hati-hatinya dengan yang dilakukan pamannya tadi.

"Bukankah seharusnya kau ada di taman, Jack?"

"Aku tadi pipis," jawab keponakannya. "Paman Cormoran bawa ha?

diah buatku?"

Strike, yang belum menyerahkan kado itu sejak datang, menye?

rahkannya dan mengamati hasil karya Robin yang dikerjakan dengan

hati-hati itu dihancurkan oleh jari-jari kecil yang penuh semangat.

"Keren," Jack berkomentar gembira. "Tentara."

"Benar," kata Strike.

"Dia punya senjata dan macam-macam."

"Yap, benar sekali."

"Waktu jadi tentara, Paman juga punya senjata?" tanya Jack sambil

membalik kotak itu untuk melihat gambarnya.

Robert Galbraith

"Aku punya dua," sahut Strike.

"Masih punya, tidak?"

"Tidak, harus kukembalikan."

"Yah, sayang," ujar Jack, apa adanya.

"Bukankah seharusnya kau ikut bermain?" tanya Strike, sewaktu

pekikan tinggi terdengar lagi dari halaman.

"Tidak mau," sahut Jack. "Boleh dikeluarkan?"

"Ya, boleh," kata Strike.

Sementara Jack merobek karton itu dengan antusias, Strike menge?

luarkan DVD Wardle dari player dan mengantonginya. Lalu dia

membantu Jack membebaskan si pasukan terjun payung plastik itu

dari bagian dalam kotak, dan menyematkan senjata ke tangannya.

Lucy menemukan mereka berdua di sana sepuluh menit kemudian.

Jack sedang membuat tentaranya menembak dari belakang sofa dan

Strike pura-pura tertembak di perutnya.

"Demi Tuhan, Corm, ini pesta ulang tahunnya, dia harus main de?

ngan yang lain! Jack, sudah kubilang, kau belum boleh membuka

kado?ayo,bil?tidak, tidak boleh dibawa keluar?tidak, Jack,

nanti kau boleh bermain lagi?sekarang sudah hampir waktu minum

teh..."

Dengan mimik gusar, Lucy menggiring putranya yang enggan ke?

luar dari ruangan sambil melayangkan tatapan menegur ke arah ka?

kaknya. Kalau bibir Lucy cemberut begitu, dia mirip sekali dengan

Bibi Joan mereka, yang sama sekali tidak bertalian darah dengan ka?

kak-beradik itu.

Kemiripan itu memunculkan rasa kekompakan di dalam diri

Strike. Dia berperilaku baik, begitu istilah Lucy, sepanjang sisa pesta

itu. Selama beberapa waktu dia berperan menumpas pertengkaran

yang mulai timbul di antara anak-anak yang terlalu bersemangat, lalu

membarikade diri di belakang meja penuh jeli dan es krim, sehingga

berhasil menghindar dari ibu-ibu yang menaruh minat.

Hari Minggu pagi, Strike terbangun oleh dering ponselnya, yang se?

dang di-charge di lantai di samping ranjang lipat. Bristow yang me?

nelepon. Suaranya terdengar tegang.

"Aku menerima pesanmu kemarin, tapi Mum sedang dalam kon?

disi buruk dan kami tidak punya perawat untuk menjaganya nanti

siang. Alison akan datang menemaniku. Aku bisa menemuimu besok,

saat istirahat makan siang, kalau kau bebas? Apakah ada perkem?

bangan?" tambahnya penuh harap.

"Beberapa," jawab Strike hati-hati. "Oh ya, laptop adikmu ada di

mana?"

"Di sini, di flat Mum. Ada apa?"

"Kalau boleh, aku mau melihat-lihatnya."

"Boleh saja," kata Bristow. "Jadi, besok sekalian kubawa?"

Strike setuju. Sesudah Bristow memberikan nama dan alamat tem?

pat makan favoritnya tak jauh dari kantor, mereka mengakhiri per?

cakapan. Strike mengambil sigaretnya, lalu berbaring sambil merokok

dan merenungi pola bayang-bayang yang diciptakan sinar matahari

yang terhalang bilah-bilah kerai. Dia menikmati keheningan dan ke?

sendirian itu, tanpa pekik-jerit anak kecil, tanpa Lucy yang berusaha

menanyainya mengatasi teriakan anak bungsunya. Dengan perasaan

nyaris suka pada kantornya yang damai, dia mematikan rokok, lalu

berdiri dan bersiap-siap berangkat ke ULU untuk mandi seperti biasa.

Robert Galbraith

Akhirnya dia berhasil berbicara dengan Derrick Wilson, setelah

mencoba beberapa kali, pada Minggu malam.

"Kau tidak bisa datang minggu ini," kata Wilson. "Mister Bestigui

sedang sering di rumah. Aku harus memikirkan pekerjaanku, ngerti,

kan? Nanti kutelepon kalau waktunya pas, oke?"

Strike mendengar dengung bel di kejauhan.

"Kau sedang bekerja sekarang?" tanya Strike, sebelum Wilson sem?

pat menutup telepon.

Dia mendengar petugas keamanan itu berkata, dengan mulut men?

jauh dari telepon

"(Tanda tangan saja di sini, Bung.) Apa?" tambahnya keras-keras

pada Strike.

"Kalau kau ada di sana sekarang, bisakah kau melihat buku tamu

dan mengecek nama teman yang suka mengunjungi Lula?"

"Teman yang mana?" tanya Wilson. "(Yeah, sampai jumpa.)"

"Yang pernah diceritakan Kieran dulu, teman yang dari panti pera?

watan. Rochelle. Aku ingin tahu nama belakangnya."

"Oh, dia," ujar Wilson. "Ya, nanti kuperiksa dan kau akan kubuka?

kan pintu?"

"Bisakah kau memeriksanya sekarang?"

Dia mendengar Wilson mendesah.

"Yeah, baiklah. Tunggu sebentar."

Suara-suara gerakan yang samar, dentang dan bunyi sesuatu di?

seret, lalu suara halaman buku dibalik-balik. Sementara menunggu,

Strike melihat-lihat berbagai busana rancangan Guy Som? yang ter?

pampang di layar komputernya.

"Yeah, ada di sini," suara Wilson kembali terdengar di telinganya.

"Namanya Rochelle... sebentar, tidak terbaca... sepertinya Onifade."

"Bisa dieja?"

Wilson mendiktekannya kepada Strike.

"Kapan terakhir kali dia datang, Derrick?"

"Awal November," sahut Wilson. "(Ya, selamat malam.) Sudah

dulu, ya."

Dia menutup telepon begitu Strike mengucapkan terima kasih, lalu

detektif itu kembali ke kaleng bir Tennent?s dan observasinya terhadap

busana masa kini seperti yang diinterpretasikan oleh Guy Som?, ter?

Dekut Burung Kukuk

utama jaket beristleting dengan tudung dan inisial GS dalam benang

emas yang berhias di sebelah kiri. Logo tersebut tampak jelas di se?

mua rancangan ready-to-wear untuk laki-laki di situs web sang de?

sainer. Strike tidak begitu memahami definisi "ready-to-wear"; ke?

dengarannya seperti istilah yang jelas maknanya, tapi sebenarnya

berarti "lebih murah". Bagian kedua situs itu, yang sekadar diberi nama

"Guy Som?", menampilkan busana yang harganya mencapai ribuan

pound. Walaupun Robin sudah berupaya sebaik mungkin, perancang

yang mendesain setelan merah marun, dasi rajut sempit, gaun mini

bordir dengan hiasan potongan-potongan cermin, juga topi fedora

kulit ini, terus menolak secara resmi segala permintaan wawancara

menyangkut kematian model favoritnya.

Kau pikir aku gak akan menyakitimu keparat tapi kau kliru aku

akan mendatanggimu Aku percaya padamu tp ini yg kau perbuat

padaku. Aku akan mencabut penismu dan menjejalkanya ke mulutmu.

Mereka akan menemukanmu kecekik penismu sendiri Kalo aku sudah

selesai denganmu ibumu sendriri tidak akan bisa mengenalimu akan

kubunuh kau Strike bajingan kotor

"Hari yang indah, ya."

"Maukah Anda membaca ini? Tolonglah."

Saat itu Senin pagi, dan Strike baru saja kembali dari merokok di

jalan yang diterangi matahari dan mengobrol dengan gadis yang be?

kerja di toko musik di seberang jalan. Rambut Robin digerai lagi; jelas

tidak ada wawancara hari ini. Kesimpulan ini, dan efek cahaya mata?

hari setelah hujan berhenti, membuat suasana hati Strike membaik.

Namun Robin tampak tegang, berdiri di balik mejanya sambil meng?

acungkan secarik kertas merah jambu dengan hiasan anak-anak ku?

cing seperti biasa.

"Masih ngotot, ya?"

Strike menerima surat itu dan membacanya sampai selesai, lalu

menyeringai.

"Aku tidak mengerti mengapa Anda tidak mau melaporkannya ke

Dekut Burung Kukuk

polisi," kata Robin. "Hal-hal yang dia katakan akan dia lakukan pada

Anda..."

"Simpan saja," kata Strike sambil lalu, melempar surat itu, dan

membuka-buka tumpukan tipis surat yang datang.

"Yah, bukan cuma itu," kata Robin, jelas kesal dengan sikapnya.

"Temporary Solutions baru saja menelepon."

"Oh ya? Ada apa?"

"Mereka menanyakan aku," sahut Robin. "Jelas mereka curiga aku

masih di sini."

"Lalu, apa yang kaukatakan?"

"Aku pura-pura jadi orang lain."

"Pintar. Siapa?"

"Kubilang, namaku Annabel."

"Kalau diminta menyebutkan nama palsu secara spontan, orang

biasanya memilih nama dengan huruf awal ?A?, kau tahu?"
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi bagaimana kalau mereka mengirim orang untuk memeriksa?"

"Memangnya kenapa?"

"Anda-lah yang mereka incar untuk dimintai uang, bukan aku!

Mereka akan meminta Anda membayar biaya rekrutmen!"

Strike tersenyum mendengar kekhawatiran Robin yang tulus bah?

wa dia tidak memiliki uang untuk membayar. Tadinya Strike bermak?

sud meminta Robin menelepon kantor Freddie Bestigui lagi, lalu mu?

lai mencari nomor telepon bibi Rochelle Onifade yang tinggal di

Kilburn dari daftar yang tersedia di internet. Alih-alih, dia berkata

"Oke, mari kita keluar dari sini. Aku memang bermaksud me?

meriksa tempat yang bernama Vashti, sebelum menemui Bristow.

Mungkin akan terlihat lebih wajar kalau kita pergi bersama."

"Vashti? Butik itu?" kata Robin seketika.

"Ya. Kau tahu, ya?"

Kali ini giliran Robin yang tersenyum. Dia pernah membacanya di

majalah-majalah baginya, butik itu melambangkan London yang

glamor, tempat para editor mode menemukan pakaian-pakaian indah

untuk dipamerkan kepada para pembaca mereka, yang harga se?

potongnya setara dengan enam bulan gaji Robin.

"Pernah dengar," sahutnya.

Strike mengambil mantel Robin dan mengacungkannya.

Robert Galbraith

"Kau bisa berpura-pura jadi adikku, Annabel. Kau sedang mem?

bantuku memilihkan hadiah untuk istriku."

"Orang yang mengirim surat ancaman itu, apa sih masalahnya?" ta?

nya Robin ketika mereka duduk bersandingan di kereta bawah tanah.

"Siapa dia?"

Robin telah menekan rasa penasarannya tentang Jonny Rokeby,

juga tentang si jelita berambut gelap yang menghambur keluar dari ge?

dung kantor Strike pada hari pertamanya bekerja, serta ranjang lipat

yang tidak pernah mereka singgung-singgung sama sekali; tapi dia

jelas berhak mengajukan pertanyaan tentang surat-surat ancaman

pembunuhan itu. Bagaimanapun, dialah yang telah membuka tiga

amplop merah jambu dan membaca surat bernada kasar dan kejam

yang tercurah di antara gambar anak-anak kucing yang melompat itu.

Strike bahkan tidak pernah mau meliriknya.

"Namanya Brian Mathers," ujar Strike. "Dia datang menemuiku

bulan Juni lalu, karena dia pikir istrinya tidur sana-sini. Dia ingin

istrinya dibuntuti, jadi aku mengikutinya selama sebulan. Wanita yang

sangat biasa sederhana, kuno, rambutnya dikeriting dengan buruk;

bekerja di bagian akunting di gudang karpet besar. Sehari-harinya

menghabiskan waktu di kantor yang kecil dan sempit bersama tiga

kolega perempuan, pergi main bingo tiap Kamis, belanja mingguan

pada hari Jumat di Tesco, dan pergi ke Rotary Club setempat tiap

Sabtu bersama suaminya."

"Menurut dia, kapan istrinya menyeleweng?" tanya Robin.

Bayangan mereka yang pucat berayun-ayun di kaca jendela yang

buram dan gelap. Di bawah cahaya lampu yang pucat, wajah Robin

tampak lebih tua tapi anggun, sementara Strike lebih karut-marut,

lebih buruk.

"Kamis malam."

"Apakah benar?"

"Tidak, istrinya benar-benar pergi main bingo dengan temannya,

Maggie. Tapi selama empat Kamis aku membuntutinya, dia sengaja

pulang terlambat. Dia berputar-putar dengan mobilnya sebentar se?

telah mengantar Maggie. Satu malam, dia masuk ke bar dan memesan

jus tomat, duduk sendiri di sudut, tampak takut-takut. Malam lain,

Dekut Burung Kukuk

dia menunggu di mobil di ujung jalan rumah mereka selama empat

puluh lima menit sebelum berbelok."

"Mengapa?" tanya Robin, sementara kereta berderak-derak keras

melalui terowongan yang panjang.

"Well, itulah pertanyaannya, bukan? Apakah dia mau membukti?

kan sesuatu? Berusaha memancing suaminya? Mengujinya? Menghu?

kumnya? Berusaha menyuntikkan gairah dalam perkawinan mereka

yang sudah menjemukan? Tiap Kamis, ada kurun waktu singkat yang

tak dapat dijelaskan.

"Si suami memang penggugup, dan dia termakan umpan itu.

Urusan itu bikin dia sinting. Dia yakin istrinya menemui kekasih ge?

lap seminggu sekali, bahwa temannya Maggie hanya dijadikan alasan.

Dia berusaha membuntuti istrinya sendiri, tapi dia yakin istrinya main

bingo pada malam-malam itu karena tahu suaminya sedang meng?

awasi."

"Jadi Anda mengatakan yang sebenarnya?"

"Ya. Masalahnya dia tidak mau percaya padaku. Dia marah dan

mulai berteriak-teriak bahwa semua orang sedang bersekongkol me?

lawan dia. Tidak mau membayar jasaku.

"Aku khawatir dia malah akan menyakiti istrinya, dan di situlah

aku melakukan kesalahan besar. Aku menelepon istrinya dan mem?

beritahu bahwa suaminya telah membayarku untuk membuntuti dia,

bahwa aku tahu apa yang dia lakukan, dan bahwa suaminya sebentar

lagi akan meledak. Demi kebaikannya sendiri, dia harus berhati-hati

kalau hendak mendesak suaminya. Wanita itu tidak berkata apa-apa,

hanya menutup telepon.

"Well, suaminya biasa mengecek ponsel istrinya. Dia melihat

nomorku, lalu mengambil kesimpulan yang gampang."

"Dia menyimpulkan Anda memberitahu istrinya bahwa si suami

telah meminta Anda memata-matai istrinya?"

"Bukan. Bahwa aku telah termakan rayuan istrinya dan akulah

pacarnya yang baru."

Robin menutup mulut dengan tangan. Strike tertawa.

"Apakah klien-klien Anda memang kebanyakan agak sinting?"

tanya Robin, sesudah membebaskan mulutnya lagi.

Robert Galbraith

"Yang satu itu memang benar-benar gila, tapi biasanya mereka

hanya stres."

"Aku sempat berpikir tentang John Bristow," ujar Robin ragu-ragu.

"Pacarnya berpendapat dia membayangkan yang tidak-tidak. Dan me?

nurut Anda, dia mungkin agak... yah, tahu sendirilah... benar, kan?"

dia bertanya. "Kami sempat dengar dari balik pintu," tambahnya de?

ngan agak malu, "tentang ?psikolog jadi-jadian?."

"Begitu," sahut Strike. "Yah... aku mungkin harus berubah pen?

dapat."

"Maksudnya?" Robin bertanya, matanya yang kelabu-biru jernih

membesar. Kereta tersentak berhenti; sosok-sosok orang berkelebat di

balik jendela, semakin lama semakin jelas. "Maksud Anda?dia

tidak?dia mungkin benar?bahwa memang benar ada...?"

"Kita berhenti di sini."

Butik bercat putih yang mereka cari berada di salah satu area pa?

ling mahal di London, di Conduit Street, tak jauh dari pertigaan de?

ngan New Bond Street. Bagi Strike, etalasenya yang berwarna-warni

itu hanya memamerkan aneka tetek bengek kehidupan yang tak pen?

ting. Ada bantal-bantal kecil dengan hiasan manik-manik dan lilinlilin wangi dalam pot perak, sepotong kain sifon yang digeletakkan de?

ngan artistik, kaftan berwarna terang yang dikenakan manekin tak

berwajah, tas-tas besar yang jelas-jelas buruk, semuanya ditebarkan di

latar bergaya pop-art, dalam perayaan konsumerisme mencolok yang

menyakitkan bagi mata maupun jiwanya. Dia dapat membayangkan

Tansy Bestigui dan Ursula May di sini, menilik label harga dengan

pandangan ahli, memilih tas kulit buaya seharga ribuan pound dengan

tekad tanpa berlandaskan kesenangan yang hanya dilakukan demi

membalas perkawinan tanpa cinta dengan harga yang sepadan.

Di sampingnya, Robin pun memandangi etalase itu, tapi nyaris

tidak memperhatikan apa pun yang disaksikannya. Tadi pagi melalui

telepon, ketika Strike sedang merokok di bawah, tepat sebelum Tem?

porary Solutions menelepon, dia mendapat tawaran pekerjaan. Saban

kali dia memikirkan penawaran itu, yang harus dia jawab dengan pe?

nerimaan maupun penolakan dalam dua hari ke depan, dia merasakan

sentakan emosi yang intens di dalam perutnya?dia berusaha me?

Dekut Burung Kukuk

yakinkan diri bahwa itu rasa cemas yang mendebarkan, tapi lambat

laun dia curiga itu sebenarnya rasa takut.

Dia harus menerima pekerjaan itu. Banyak keuntungannya. Gaji?

nya tepat seperti yang telah dia dan Matthew sepakati. Kantornya ba?

gus dan tempatnya menguntungkan, di West End. Dia dan Matthew

bisa makan siang bersama. Saat ini pasar lowongan pekerjaan sedang

lesu. Seharusnya dia senang.

"Bagaimana wawancara Jumat kemarin?" tanya Strike, matanya me?

nyipit menatap mantel berpayet yang menurutnyaat sangat tidak

menarik.

"Cukup bagus, kurasa," jawab Robin, tak menjelaskan lebih jauh.

Dia teringat kegairahan yang dirasakannya baru beberapa saat yang

lalu ketika Strike menyebutkan bahwa pembunuh itu mungkin benarbenar ada. Apakah dia serius? Robin memperhatikan Strike sekarang

memandangi lekat-lekat kumpulan ornamen raksasa itu seolah-olah

dapat memberitahunya sesuatu yang penting, dan tentulah ini hanya

pose untuk nampang, untuk pamer (sejenak dia dapat melihatnya dari

kacamata Matthew, dan berpikir dengan pikiran Matthew). Matthew

berkali-kali menyinggung bahwa entah bagaimana Strike itu detektif

palsu. Sepertinya dia beranggapan bahwa detektif partikelir adalah pe?

kerjaan yang tidak realistis, semacam astronaut atau penjinak singa; ti?

dak ada orang yang sungguh-sungguh melakukan pekerjaan seperti

itu.

Robin mempertimbangkan, jika dia menerima pekerjaan personalia

itu, dia mungkin tidak akan pernah tahu (kecuali suatu hari nanti dia

membacanya di surat kabar) bagaimana hasil penyelidikan ini. Mem?

buktikan, memecahkan, menangkap, melindungi inilah hal-hal yang

pantas dilakukan; penting dan menggairahkan. Robin tahu Matthew

menganggapnya agak kekanak-kanakan dan naif karena berpikir se?

demikian rupa, tapi Robin tidak dapat mencegahnya.

Strike berbalik memunggungi Vashti, dan kini memandangi se?

suatu di New Bond Street. Robin melihat pandangan Strike terpaku

pada bus surat merah besar yang berdiri di luar toko Russell and

Bromley, mulutnya yang persegi gelap memelototi mereka dari se?

berang jalan.

Robert Galbraith

"Oke, ayo masuk," kata Strike, berpaling ke arahnya. "Jangan lupa,

kau adikku dan kita sedang berbelanja untuk istriku."

"Tapi apa yang sebenarnya kita cari?"

"Yang dilakukan Lula Landry dan temannya, Rochelle Onifade, di

dalam sana, pada hari Landry meninggal. Mereka bertemu di sini, se?

lama lima belas menit, lalu berpisah. Aku tidak berharap terlalu ba?

nyak; sudah tiga bulan berlalu, dan mereka mungkin tidak memper?

hatikan apa-apa. Tapi pantas dicoba."

Lantai dasar Vashti khusus untuk pakaian, papan petunjuk ke arah

tangga kayu menunjukkan bahwa ada kafe dan bagian "gaya hidup" di

lantai atas. Beberapa wanita sedang melihat-lihat di rak-rak pakaian

dari baja mengilap; semuanya kurus dan cokelat terbakar matahari,

dengan rambut panjang, berkilau, baru keluar dari salon. Penampilan

para asisten di butik itu beraneka rupa pakaian mereka eksentrik,

gaya rambut mereka unik. Salah satunya, yang mengenakan tutu dan

stoking jala, sedang mengatur topi-topi yang dipajang.

Strike terkejut sewaktu Robin menghampiri salah seorang gadis itu
Dekut Burung Kukuk The Cuckoos Calling Karya Robert Galbraith di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan penuh percaya diri.

"Hai," sapanya ceria. "Ada mantel payet yang keren banget di

etalase tengah. Bisa kucoba, tidak?"

Asisten penjualan itu memiliki rambut putih lembut yang tekstur?

nya seperti gulali. Matanya disapu warna mencolok, dan dia tidak me?

miliki alis.

"Yeah, tidak masalah," sahutnya.

Tetapi, ternyata dia berbohong mengambil mantel itu dari etalase

jelas masalah besar. Mantel itu harus ditanggalkan dari manekinnya,

lalu tag elektroniknya perlu dilepas; sepuluh menit kemudian, mantel


Wiro Sableng 011 Raja Rencong Dari Utara Animorphs 8 Ax Membalas Dendam Oeyse Karya Thio Tjin Boen

Cari Blog Ini