Once Karya Yuli Pritania dan Senselly Bagian 3
Dengan profesinya sebagai arsitek, Kyung-Hwan sudah mempersiapkan rumah itu sejak lama. Saat dia masih mengenyam pendidikan di universitas, pria itu mendesain rumah impian yang akan dia tinggali bersama istri dan anak-anaknya nanti. Dan sekarang, setelah satu minggu pernikahannya, tepat ketika dia dan istrinya baru saja kembali dari acara bulan madu mereka, rumah itu menjadi tempat yang pertama ingin dia perlihatkan pada istrinya. Rumah spesial yang akan menghadirkan banyak kejutan di harihari selanjutnya. Rumah yang akan memenuhi isi kepalanya tentang memori keluarga dan menjadi pengikat antara dia dengan Sae-Ryung dalam kebersamaan yang erat. " Haruskah kita masuk sekarang?"
Kyung-Hwan menurunkan tangannya menggenggam Sae-Ryung, menuntun gadis itu masuk ke dalam rumah yang menjadi kebanggaannya.
Seperti apa yang dia perkirakan sebelumnya, Sae-Ryung bahkan tidak bisa berkata-kata saat disuguhi pemandangan apik di hadapannya. Hadiah paling istimewa yang dia dapat dari sang suami.
pustaka-indo.blogspot.com
Setiap ruangan memiliki karakter tersendiri yang suasananya berbeda dengan ruangan lainnya. Ruang tamu dicat cokelat muda, diperindah dengan gorden warna emas, dan perabotan yang pantas. Kesan mewah memang yang pertama kali terlintas di kepala. Tapi begitu memasuki ruang tengah, semuanya berubah. Seluruh ruangan berwarna putih, jendela yang besar, juga tirai tipis membuat ruangan itu terasa santai dan juga menenangkan. Ruang keluarga menyatu dengan ruang makan dan juga dapur. Sementara seluruh kamar berada di lantai 2.
Sae-Ryung berjalan melewati sofa di ruang tengah. Tangannya menyentuh meja makan kayu yang terlihat antik. Dia mendekat ke arah wastafel. Kitchen set bertema hitam membuat suasana dapur menjadi hitam putih. Peralatan makan dan juga perabotan lainnya sangat apik berada di tempat yang sudah diatur sebelumnya. Sae-Ryung berpikir, kapan suaminya mengerjakan semua itu? Bagaimana bisa seorang Cha Kyung-Hwan yang super sibuk meluangkan waktu untuk membenahi isi rumah mereka sampai hal-hal terkecil seperti piring dan gelas?
" Apa kau menyukainya?"
Kyung-Hwan yang sedang duduk di home bar, masih betah mengamati sang istri bergerak ke sana kemari dan menyentuh setiap benda yang membuatnya tertarik. Dia merasa sangat senang melihat Sae-Ryung menyukai apa yang dia kerjakan. Selama lebih dari lima bulan membangun rumah itu dari nol, dia juga selalu menyempatkan diri untuk membenahi semua perabotan di dalamnya. Di tengah lelah setelah seharian
pustaka-indo.blogspot.com
berkerja, Kyung-Hwan masih menyisakan energinya untuk menata isi rumah, dibantu oleh beberapa pekerja yang sudah sangat dia kenal.
Sae-Ryung melangkah ke home bar, mendekat ke arah Kyung-Hwan yang sedang duduk di salah satu kursi. Gadis itu memajukan wajahnya sejajar dengan Kyung-Hwan dan menjawab pertanyaan pria itu, " Sangat& aku sangat menyukainya. " Sae-Ryung mengulurkan kedua tangan menangkup pipi Kyung-Hwan, mendorong tubuhnya sendiri melewati batas meja dan memberikan ciuman singkat di bibir pria itu.
" Gomawo& Hwan Oppa 5 , " ujarnya sambil tersenyum. Kyung-Hwan langsung bangkit dari posisinya. Dia memutar langkah melewati home bar dan menghampiri Sae- Ryung yang kali ini terbengong melihat reaksi pria itu.
" Sekarang aku akan memperlihatkanmu tempat yang paling penting di rumah ini. " Kyung-Hwan berbicara sambil menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Dia mengerlingkan sebelah mata dan menarik Sae-Ryung mendekat.
" A apa?" kedua mata Sae-Ryung membulat kaget saat tiba-tiba Kyung-Hwan memangku tubuhnya dan membawa gadis itu penuh semangat.
" Tempat tidur!"
5 Panggilan akrab yang diucapkan perempuan, ditunjukkan kepada laki-laki yang lebih tua.
pustaka-indo.blogspot.com
Sae-Ryung menuruni anak tangga sambil menguncir rambut panjangnya yang setengah basah. Gadis berusia 23 tahun itu terlihat cantik dengan dress pendek putih dan kardigan merah muda. Wajahnya bersinar terang karena cahaya matahari bebas masuk menyirami tiap sudut ruangan besar di tengah rumah. Sae-Ryung baru selesai membereskan kamar. Dia harus menghabiskan hari sendirian di rumah karena Kyung- Hwan sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
Bukan karena Sae-Ryung malas bekerja atau karena dia tidak ingin menjadi wanita karier layaknya rekan-rekan yang lain. Tapi dia memang tipe gadis penurut yang selalu mengangguk terhadap perintah orang tuanya. Menjadi ibu rumah tangga, itu adalah pilihan Sae-Ryung setelah dia menikah.
Di usianya yang masih sangat muda, Sae-Ryung harus mengubah statusnya sebagai istri dari arsitek hebat yang usianya terpaut lima tahun. Kedekatannya dengan Kyung-Hwan belum genap delapan bulan ketika keduanya memutuskan untuk menikah dan hidup terpisah dari orang tua mereka. Itu bukan keputusan yang tergesa-gesa. Meskipun proses pendekatan mereka berlangsung singkat, tapi Kyung-Hwan sudah mengenal Sae-Ryung nyaris lima tahun. Mereka berdua hidup bertetangga ketika Kyung-Hwan pindah ke Busan setelah dia bergabung dengan tim arsitek untuk mengerjakan sebuah tender besar di sana. Kebetulan kedua orang tua pria itu juga menginginkan suasana baru yang berbeda dari Seoul. Ayah Kyung-Hwan yang seorang pengusaha juga membuka cabang untuk pabriknya di Busan.
pustaka-indo.blogspot.com
Kyung-Hwan pertama kali bertemu Sae-Ryung saat gadis itu baru saja keluar dari rumahnya untuk berangkat ke Paris. Mungkin bisa dibilang cinta pada padangan pertama. Karena setelah itu, Kyung-Hwan mulai berusaha mencari tahu tentang Sae-Ryung. Dia dekat dengan keluarga Sae- Ryung dan setiap gadis itu pulang, pasti dia menyempatkan diri untuk mengajaknya pergi bersama. Selama empat tahun berada di Paris, Sae-Ryung hanya pulang kerumah tidak lebih dari empat kali. Gadis itu terlalu betah berada di sana sehingga dia bahkan bisa dengan mudahnya menekan perasaan rindu untuk keluarga di Korea.
Pernikahan itu tidak bisa disebut pernikahan tanpa cinta. Karena jujur, meskipun Sae-Ryung bukan tipe gadis yang mudah jatuh cinta, tapi dia bisa dengan mudahnya menerima lamaran Kyung-Hwan. Baginya, pria 28 tahun itu mempunyai pesona sendiri yang bisa membuat dia merasa yakin untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dan membangun keluarga bahagia.
Karena dia tinggal sendiri di rumah sebagai " pengangguran" , Sae-Ryung jadi gemar membaca novel. Puluhan judul buku sudah dia habiskan sejak dia sadar dari tidur panjangnya. Dia paling suka cerita romantis yang ringan dan bisa membuatnya tersenyum. Dan dia sangat benci cerita sad ending.
Sejauh ini Sae-Ryung sama sekali tidak pernah mencoba untuk bergabung dengan perusahaan atau bekerja di salah satu tempat yang dia inginkan. Gadis itu lulusan Paris, dia seharusnya bisa menjadi desainer yang hebat. Membuat banyak karya dan mencapai prestasi tertinggi sebagai
pustaka-indo.blogspot.com
desainer dengan mengadakan fashion show. Tapi menurutnya, mungkin mempelajari desain adalah sebuah kesalahan. Yang dia tahu sebelumnya, dia sendiri tidak pernah ingin pergi ke Paris dan tidak pernah pula bercita-cita menjadi desainer. Sae-Ryung tidak mengerti kenapa ibunya selalu mengatakan bahwa dia mendapatkan nilai yang sangat baik.
Sae-Ryung menderita penyakit yang terbilang aneh, mungkin orang yang baru mendengarnya akan mengerutkan dahi jika tahu apa yang sebenarnya terjadi pada isi kepala gadis penyuka warna putih itu. Retrograde Amnesia Complex. Dia kehilangan kepingan memorinya selama lima tahun ke belakang. Hal itu disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi delapan bulan lalu dan membuatnya koma selama satu minggu. Sae-Ryung sama sekali tidak ingat memori apa yang pernah dia dapatkan selama satu tahun terakhirnya di SMA dan empat tahun dia di Paris.
Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada keseharian gadis itu di Paris, kecuali teman-teman dekatnya di sana. Karena kecelakaan itu juga Sae-Ryung kehilangan kemampuannya dalam bidang desain. Semua hal yang telah dia pelajari di Paris sama sekali tidak bisa diingat gadis itu. Dia benar-benar seperti seorang gadis tamatan SMA yang belum pernah mengenyam pendidikan sekelas universitas.
Daripada pusing memikirkan hal itu, Sae-Ryung justru mengalihkannya dengan membaca. Dia masih berharap suatu saat kepingan ingatan lima tahunnya akan kembali. Meskipun dia penasaran apa saja yang terjadi, tapi Sae-Ryung berusaha santai untuk menghadapinya. Dia berusaha untuk
pustaka-indo.blogspot.com
merasa puas dengan semua ingatannya selama di Korea, itu yang mensugestinya untuk tetap hidup dengan benar dan melakukan semuanya sebaik mungkin.
" Di mana aku menaruh buku kemarin?"
Jari-jari tangan Sae-Ryung bergerak menyusuri rak buku besar yang menempel di dinding. Sudah dua minggu dia tinggal di rumah baru. Dan selama itu pula dia menyusun semua koleksi bukunya, disatukan dengan buku-buku milik Kyung-Hwan. Seharusnya, dia hafal letak buku-bukunya karena dia sendiri yang merapikan. Tapi selain ceroboh, Sae- Ryung juga pelupa akut.
" Once in a Life Time& di mana aku menyimpan buku itu. " Sae-Ryung berjongkok mencari di jajaran buku paling bawah. Dia menggeser beberapa buku tebal milik Kyung- Hwan, memastikan bahwa novel favoritnya itu tidak tertindih di antara buku-buku tersebut.
Kedua mata Sae-Ryung bergerak ke kiri dan kanan, memutar ke atas dan ke bawah. Tapi dia masih tidak bisa menemukan buku bersampul merah itu.
" Kalau tidak salah, aku meletakkannya di jajaran tengah. Lalu kenapa tidak ada?" Gadis itu kembali bergumam menerkanerka di mana buku yang dia cari seharusnya berada.
" Ah, sudahlah. Nanti tiba-tiba buku itu akan muncul sendiri. " Akhirnya Sae-Ryung menyerah. Dia kemudian berjalan ke dapur, memeriksa isi kulkas dan menemukan banyak makanan di dalam sana. Dia yakin Kyung-Hwan sudah mengisi persediaan makanan kemarin.
pustaka-indo.blogspot.com
Satu bungkus tortilla sudah bisa membuat Sae-Ryung betah duduk selama satu jam di depan televisi. Meskipun dia bukan tipe gadis yang gemar menonton televisi, tapi untuk membunuh waktu di rumah, akhir-akhir ini Sae-Ryung jadi senang menikmati sitcom pagi dan juga variety show. Jika dia sudah merasa sangat bosan, maka pilihan lain adalah internet. Dia bisa dengan santainya belajar memasak atau membuat beberapa kerajinan tangan melalui internet.
Di tengah keasyikannya menonton, tiba-tiba Sae-Ryung dikagetkan dengan dering ponsel yang cukup keras. Dia meletakkan bungkusan tortilla di tangannya, kemudian meraih ponsel.
" Siapa yang menghubungiku?" gumam Sae-Ryung melihat deretan nomor yang muncul di layar ponselnya. Sudah lebih dari tujuh bulan setelah kecelakaannya, gadis itu masih menggunakan nomor ponsel yang sama. Meskipun ponsel kesayangannya rusak berat, tapi kartu SIM-nya masih bisa diselamatkan. Jika saja memori ponselnya masih bisa diselamatkan, mungkin gadis itu bisa mengingat apa saja yang terjadi padanya selama di Paris dengan melihat-lihat content di dalamnya.
Dengan sedikit ragu, Sae-Ryung menggeser icon berwarna hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga, " Yeo yeoboseyeo 6 ?"
" Ryungi~ya& ini aku Fleur." Seseorang di seberang sana terdengar antusias memanggil Sae-Ryung dengan nada yang sangat akrab. Dan sialnya, yang disapa justru mengerutkan alis. 6 Hallo
pustaka-indo.blogspot.com
Lagi-lagi Sae-Ryung mengutuk diri yang dengan payahnya tidak bisa mengingat kepingan memori lima tahunnya itu.
" Ne 7 & Fleur~a& apa kabar?" Sae-Ryung berpura-pura membalas antusiasme wanita di balik sambungan telepon dengan sama senangnya.
" Aigoo 8 & sudah lama sekali kita tidak bertemu. Apa kau sedang sibuk sekarang? Kau masih tinggal di Busan, kan?"
" Aaa ani& aniya 9 . Aku tinggal di Seoul sekarang. Ngomong-ngomong& kapan terakhir kita bertemu?" Sae-Ryung balik bertanya. Gadis itu menggaruk belakang kepalanya dengan ekspresi bingung. Dan syukurlah dia berbicara lewat telepon, jadi tidak perlu menunjukkan tampang bodohnya di depan Fleur, yang sama sekali tidak dia ingat.
" Kalau tidak salah delapan bulan yang lalu. Di Paris, pesta wisuda dengan keluarga besar Kedutaan Korea. Jika diingatingat itu sudah cukup lama ya. Kau ini bagaimana sih? Kenapa tidak mengatakan padaku kalau kau sudah kembali ke Korea?"
" Oh& itu. Aku sibuk, Fleur~a. Maafkan aku. " Sae-Ryung hanya bisa nyengir tidak keruan. Terkadang dalam situasi seperti ini, ketika dia dengan sok tahunya bersikap seolah isi kepalanya baik-baik saja, justru Sae-Ryung malah terlihat lucu. Beberapa kali, dia berada dalam situasi yang sama di depan Kyung-Hwan. Tidak ada reaksi lain dari pria itu selain menertawakan Sae-Ryung tanpa suara. Menurut Kyung
8 Ya ampun, bisa juga diucapkan dengan Omo! 9 Tidak
pustaka-indo.blogspot.com
Hwan, Sae-Ryung justru terlihat sangat menggemaskan saat dia sedang mengobrol dengan orang-orang yang berasal dari " kepingan lima tahun" -nya.
Ya. Benar, " kepingan lima tahun" . Itulah sebutan untuk setiap memori yang hilang dari kepalanya. Dan jika sedikit demi sedikit semuanya kembali menginterupsi hidup Sae- Ryung, maka gadis itu akan menyebutnya, " kepingan yang kembali" .
" Kau ada waktu tidak? Aku sangat merindukanmu. Ayo kita bertemu!"
" Hah? Bertemu denganmu?"
" Kalau bisa, aku ingin kita menghabiskan satu hari penuh bersama. Kembali ke masa lalu seperti ketika kau dan aku berbagi kamar bersama di asrama. Aigoo& pasti akan sangat menyenangkan."
" I iya, pasti me menyenangkan. "
" Oh iya, kau tinggal di mana? Apartemenkah? Beri tahu saja aku alamatnya. Aku sudah sangat hafal setiap sudut Seoul."
Sae-Ryung masih terlihat linglung. Dari setiap perkataan yang diucapkan Fleur padanya, gadis itu bisa menyimpulkan bahwa kepingan lima tahun-nya yang bernama Fleur adalah sosok gadis cerewet yang ceria. Mungkin saat di Paris, Fleur adalah orang yang paling dekat dengannya, karena mereka berdua tinggal di kamar yang sama.
" Kita bisa bertemu di suatu tempat Fleur~a," ujar Sae- Ryung.
pustaka-indo.blogspot.com
" Tempat mana yang ingin kau datangi? Ayo pilih tempat yang berkesan dan juga indah. Aku ingin pertemuan pertama kita di Korea ini menjadi momen yang sangat menarik!"
" Bagaimana kalau Namsan Tower?" Sae-Ryung terdiam sejenak menunggu jawaban Fleur.
Namsan Tower salah satu tempat yang indah menurut Sae- Ryung, karena di sanalah dia dilamar oleh Kyung-Hwan. Setiap hal yang berhubungan dengan Kyung-Hwan selalu membuat Sae-Ryung merasa bahagia. Itulah kenapa, terkadang dia berpikir apakah Kyung-Hwan adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuknya? Jika begitu, kenapa tidak ada sayap di punggung Kyung-Hwan? Mungkin itulah alasannya ada yang dinamakan " malaikat tak bersayap" dan untuk yang satu ini, Sae-Ryung mendeinisikannya sebagai Cha Kyung-Hwan. " Oke& Namsan Tower. Besok pukul 10 pagi? Oke?" " Baiklah. Setuju!"
Sae-Ryung menggigit bibirnya sekilas. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Fleur, tapi semoga sahabat kepingan lima tahunnya itu tidak akan kaget.
" Fleur~a& , " ucap Sae-Ryung ragu-ragu. " Eo? Ada apa lagi Ryungi~ya?"
" Akhir-akhir ini aku agak pelupa. Jadi nanti maklumi saja kalau aku juga sedikit lupa tentang masa-masa kita di Paris& ha hahaha& , " Sae-Ryung tertawa canggung di akhir kalimatnya.
Tapi sepertinya Fleur tidak begitu menyadari keanehan Sae-Ryung. Gadis itu justru mengiyakan perkataan Sae- Ryung. Dia masih sama antusiasnya seperti tadi.
pustaka-indo.blogspot.com
Setelah bangun dari koma, mungkin Fleur adalah orang pertama dari kepingan lima tahun-nya yang akan menampakkan diri. Tentu saja Sae-Ryung juga menantikan kejutan lain yang akan datang ke hadapannya, mungkin seseorang yang akan memperkenalkan diri sebagai temannya di Paris atau orang spesial di masa-masa akhir SMA-nya. Mengembalikan memorinya yang kini hilang.
Kyung-Hwan memperhatikan benda di hadapannya dengan sangat serius. Pria itu memijat dahinya dengan cukup kuat. Sambil melonggarkan kerah lehernya, untuk kesekian kali dia menghela napas. Oksigen yang mengisi paru-parunya sesak dan mulai menipis. Kyung-Hwan melirik jam tangan, ada waktu sedikit lagi yang masih bisa membuatnya tetap optimis.
" Geser ini ke kanan, tukar yang ini ke kiri. Naikkan sedikit bagian depan agar seimbang. " Kyung-Hwan komat-kamit sendiri, kedua tangannya sangat telaten menyusun bagianbagian dari tiap sisi.
" Aish 10 ! Warna merahnya habis!"
Kyung-Hwan bangkit berdiri. Dia mengacak rambutnya frustrasi. Setelah sebelumnya mencoba tenang, kini dia panik lagi karena cat yang dia butuhkan untuk mewarnai stik kayu di tangannya habis.
Seharusnya pria itu menyelesaikan pekerjaannya sejak semalam. Tapi karena kemarin dia tidak lembur, jadi ya dia harus menanggung sendiri akibatnya. Pagi-pagi sekali, Kyung- Hwan sudah sibuk membenahi maket yang dibuatnya satu 10 Bisa disebut dengan kata umpatan diucapkan ketika merasa kesal
pustaka-indo.blogspot.com
minggu belakangan. Desain untuk perpustakaan bergaya klasik yang akan dibangun di dekat Stasiun Yeongdeungpo.
" Apa yang harus aku pakai untuk warna merahnya?" Kyung-Hwan memutar otak. Dia menarik laci meja kerja dan mencoba mencari sesuatu yang bisa menjadi solusi dari kebingungannya.
Pria itu meraih benda bulat berwarna hitam yang kemudian membuat sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. " Tinta stempel. Ya, warna merahnya benar-benar akurat. " Dengan jari telunjuknya sendiri, Kyung-Hwan mewarnai kepingan kayu tipis sehingga warnanya berubah jadi merah. Dia meletakkan kepingan itu di bagian atas maket dan& selesai.
Seseorang melongokkan kepalanya di pintu ruangan, dia menunjukkan cengiran lebar mendapati rekan kerjanya sudah berdiri siap dengan maket perpustakaan yang akan ditunjukkan dalam pertemuan pagi ini. " Team Jangnim 11 & presentasinya akan segera dimulai. Ayo bawa maketnya sekarang juga. "
Kyung-Hwan, menghela napas lega. Dia tersenyum sambil mengedikkan kepalanya ke arah Ji-Tae salah satu tim yang bekerja dengannya.
" Woah& kau benar-benar mengerjakan maketnya dalam waktu yang sangat singkat, Team Jangnim." Ji-Tae berjalan ke arah meja kerja Kyung-Hwan. Dia berdecak kagum memperhatikan hasil kerja pimpinannya yang apik. Untuk urusan maket dan desain, Kyung-Hwan memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Dia bisa menyelesaikan sebuah 11 Ketua Tim
pustaka-indo.blogspot.com
maket dalam waktu singkat, tangan-tangannya sudah fasih menyusun kepingan kecil membentuk miniatur yang nantinya akan menjadi proyek untuk dikerjakan.
" Ryungi~ya!!!"
Seruan seorang gadis terdengar nyaring di telinga Sae- Ryung hingga membuatnya menengok secara spontan ke sumber suara. Beberapa meter dari posisinya berdiri, Fleur berjalan mendekat. Gadis itu tidak berhenti melambaikan tangan sampai dia melompat dan memeluk Sae-Ryung erat.
" Aigoo& aku sangat merindukanmu, Ryungi~ya. " Fleur masih memeluk Sae-Ryung sambil berputar-putar seperti gasing. Mungkin perasaan rindunya sangat besar pada teman sekamar yang selama di Paris menjadi orang yang paling dekat dengannya. Tapi gadis itu sama sekali tidak tahu bahwa di dalam kepala Sae-Ryung, bahkan wajahnya sama sekali tidak terekam.
Setelah Fleur melepaskan pelukannya, Sae-Ryung langsung mengamati wajah gadis itu. Bola matanya sibuk menatap Fleur dari ujung kaki ke ujung kepala. Skinny jeans biru tua, jaket kulit hitam, kacamata cokelat yang tersangkut di kepala, serta anting-anting besar melengkapi penampilan gadis bertubuh tinggi itu. Setelah tahu bagaimana cerewetnya Fleur, akhirnya Sae-Ryung bisa melihat bagaimana sosok gadis itu sebenarnya. Terlihat tomboi, tapi tetap cantik. Make up tipis dan rambut yang dikuncir tinggi dengan satu ikatan membuat Fleur terlihat chic, warna kulitnya yang agak gelap menambah kesan eksotis.
pustaka-indo.blogspot.com
" Fleur~a& an anyeong 12 & . " Sae-Ryung mengangkat sebelah tangannya canggung. Dia sama sekali tidak tahu memori apa saja yang telah dia habiskan di Paris bersama Fleur. Tapi yang pasti, ini dia anggap sebagai pertemuan pertama. Setelah ini, Sae-Ryung bisa saja menjadikan Fleur sebagai teman dekat. Karena dia tidak punya siapa pun setelah pindah ke Seoul. Selain menghabiskan waktu di rumah, Sae- Ryung hanya bertemu dengan Kyung-Hwan saja.
" Ya Tuhan, Ryungi~ya& kau masih terlihat sama seperti dulu. Lihat, gaya berpakaianmu juga. " Kali ini Fleur yang balas mengamati penampilan Sae-Ryung. Seperti biasa, gayanya memang selalu begitu. Dress pendek yang manis, dibalut kardigan warna-warni. Sepatu tipis, sengaja dipilih Sae-Ryung karena dia akan pergi ke Namsan. Dia harus naik tangga untuk sampai ke pelataran Namsan. Tapi tentu saja, sepatu tidak sedikit pun mengubah kesan feminin dan anggun seorang Sae-Ryung.
" Ha hahaha& kita berdua sepertinya tidak banyak berubah ya?" Sae-Ryung tertawa hambar. Tidak tahu apa alasannya gadis itu senang sekali tertawa dengan cara seperti itu. Dia benar-benar terlihat linglung saat memaksakan diri untuk tertawa.
" Ryungi~ya, apa kau bilang? Kita?" Fleur mengulangi pernyataan Sae-Ryung. Dia mengerutkan dahi. Gadis itu berdecak kemudian menggelengkan kepala mencoba mengusir beberapa dugaan tentang Sae-Ryung di kepalanya.
12 Halo, Hai, untuk menyapa. Bisa juga berarti Bye, diucapkan saat perpisahan.
pustaka-indo.blogspot.com
" Kau aneh sekali!" ujar Fleur. " Apakah kau tidak ingat bagaimana penampilanku saat masih di Paris? Kau tidak ingat kawat gigiku? Poni lurus yang terlalu pendek, serta kacamata minus yang tidak boleh ketinggalan? Apa kau melupakan aku separah itu? Ya Tuhan. Aku tidak percaya kau berubah sangat banyak Ryungi~ya. "
Sae-Ryung terkejut setengah mati karena untuk kali ini kesoktahuannya justru berbalik menjadi bumerang. " Bu bukan& bukan seperti itu maksudku, Fleur~a. Aku& aku tidak bermaksud untuk melupakanmu. " Dia memberikan penjelasan panjang lebar.
" Lalu?" Fleur semakin merasa ada sesuatu yang aneh pada Sae-Ryung. Dari caranya berbicara, gadis itu tidak sama seperti Sae-Ryung yang dia kenal dulu.
" Aku& um& . " Sae-Ryung menggigit bibir. Dia menimbangnimbang, haruskah dia mengatakan semua yang terjadi pada Fleur? Apakah sahabat lamanya itu bisa menjadi sumber kepingan lima tahun-nya yang hilang? Waktu yang terlewat begitu lama.
" Fleur~a, bisakah kau menolongku?" Akhirnya hanya itu yang bisa diucapkan Sae-Ryung. Dia bingung bagaimana harus menceritakannya dari awal.
Sebelumnya, Sae-Ryung sempat putus asa untuk mengingat kepingan lima tahun-nya. Tapi setelah bertemu Fleur, sepertinya banyak hal yang terjadi selama lima tahun itu. Tiba-tiba Sae-Ryung penasaran dengan kehidupan yang telah dia lupakan. Dia ingin ingatannya sempurna. Meskipun dokter mengatakan bahwa hal ini hanya terjadi sementara,
pustaka-indo.blogspot.com
tapi Sae-Ryung juga harus berusaha mengembalikan ingatannya jika dia benar-benar ingin mengetahui apa yang telah dia lewatkan selama ini.
Setelah melangkah melewati anak tangga, akhirnya Sae- Ryung dan Fleur duduk bersama di salah satu kafe yang cukup sepi siang itu. Dua cangkir vanilla latte menemani mereka untuk memulai obrolan. Setelah hening selama beberapa saat, akhirnya Sae-Ryung buka suara. Dia menceritakan kecelakaan yang dialaminya, lengkap dengan koma satu minggu, dan juga tentang penyakit ingatan yang sampai detik ini dideritanya.
Awalnya, Fleur tentu saja kaget setengah mati. Pantas saja Sae-Ryung bertingkah aneh di hadapannya. Dan gadis itu juga terlihat sangat canggung. Padahal ketika di Paris mereka berdua selalu menempel seperti permen karet. Fleur meminta maaf karena selama beberapa bulan ini dia tidak sempat menghubungi Sae-Ryung. Sebelum kembali ke Korea, Fleur menghabiskan waktunya di Jepang, dia serius sekali mempelajari berbagai hal di sana sehingga mengacuhkan beberapa orang terdekatnya selama kuliah dulu.
Yang membuat Fleur merasa sangat terkejut adalah ketika dengan polosnya Sae-Ryung menanyakan apakah nama " Fleur" itu adalah nama aslinya? Dan dengan berbesar hati, Fleur menceritakan asal usul namanya itu dari awal. Nama sebenarnya adalah Kim Jang-Mi yang berarti mawar. Sejak memasuki masa remaja, Fleur sudah bermimpi untuk mencapai Prancis. Ia ingin menjadi desainer, dan hal itu akhirnya membuat dia mendapatkan beasiswa. " Fleur" adalah kosa kata favoritnya dalam bahasa Prancis. Jang-Mi berarti
pustaka-indo.blogspot.com
mawar, dan Fleur berarti bunga. Berawal dari situlah, sampai detik ini Fleur lebih senang dipanggil Fleur daripada Jang-Mi.
Sae-Ryung bercerita panjang lebar. Sesekali ia juga bertanya pada Fleur tentang hal-hal kecil yang dulu sering dia lakukan. Dan ternyata sampai saat ini, itu semua masih menjadi kebiasaannya. Sae-Ryung tetaplah gadis yang sama. Hanya ingatannya saja yang tidak sempurna.
" Seperti itulah& maaf jika aku melupakan banyak hal. Ini bukan keinginanku. Semuanya terjadi karena kecelakaan, Felur~a. " Sae-Ryung menghela napas. Setiap kali dia berbicara, rasanya gadis itu jadi semakin frustrasi karena tidak dapat mengingat apa-apa.
" Araseo& lagi pula siapa yang menginginkan ini semua terjadi? Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri karena kau tidak bisa mengingat banyak hal. Untung hanya lima tahun ke belakang yang kau lupa. Coba kalau kau melupakan semuanya, sampai-sampai tidak ingat namamu sendiri. Itu lebih parah, " komentar Fleur.
" Di antara semua siksaan ini, tetap saja masih ada kata " untunglah" & meskipun sebenarnya aku kecewa berat. Ya mau bagaimana lagi?" Sae-Ryung mengangguk-anggukkan kepalanya seolah berusaha untuk bersikap santai.
Fleur justru menggeleng memandangi Sae-Ryung di hadapannya. Meskipun tidak banyak yang berubah dari penampilan sahabat Prancis-nya itu, tapi rasanya tetap saja Fleur seperti bertemu dengan orang yang berbeda.
Asap tipis bergerak mengayun di atas cangkir milik Sae- Ryung. Vanilla latte menjadi salah satu minuman favorit
pustaka-indo.blogspot.com
gadis penggila kopi itu. Dia meraihnya tanpa semangat, dan menyesapnya sedikit.
" Sae-Ryung~a& . " Tiba-tiba Fleur meraih tangan kanan Sae-Ryung dan memperhatikan jari manis gadis itu dengan saksama. Kedua matanya mengerjap berkali-kali.
" Jangan bilang kalau kau " Fleur langsung kesulitan meneruskan ucapannya. Dia menaikkan alis dan memiringkan sedikit kepalanya ke arah Sae-Ryung.
" Iya& aku sudah menikah Fleur~a, " jawab Sae-Ryung dengan cengiran lebar. Dia menarik tangannya dari genggaman Fleur sambil berdeham ringan. Kali ini apa lagi yang akan dikomentari Fleur tentang teman satu kamarnya itu?
" Ternyata kau mendahului aku. Sae-Ryung yang manja kini sudah berstatus sebagai istri. Dan& aku bahkan tidak mengetahui kapan pernikahanmu dilaksanakan. "
Sae-Ryung menghela napas lagi. Jika dia bertemu dengan orang-orang yang berasal dari kepingan lima tahun-nya, mungkin setiap saat dia akan selalu merasa bersalah karena melupakan mereka. Sekarang baru satu Fleur. Akankah berdatangan Fleur-Fleur yang lainnya? Entahlah.
" Maafkan aku. Tapi lain kali, aku akan memperkenalkanmu pada suamiku. Jika kau punya waktu luang, kita bisa makan bersama. "
" Gwaenchana 13 . Jika diingat-ingat, kau memang sama sekali tidak perlu mendengar protes-protesku mengenai persahabatan kita. Bertemu lagi denganmu saja, aku sudah 13 Tidak apa-apa
pustaka-indo.blogspot.com
sangat senang. Apalagi jika kita bisa sering bersama seperti dulu lagi. "
" Kau benar. Aku ingin mendengar banyak hal yang terjadi padaku dalam waktu lima tahun terakhir. Anggaplah kau ini sebagai Bank Memoriku. Tempat semua rahasia kepingan lima tahun-ku berada. " Sae-Ryung tersenyum.
Keduanya menghabiskan waktu bersama cukup banyak. Tapi sebelum pukul 5 sore Sae-Ryung harus mengakhiri pertemuannya dengan Fleur. Hari ini berbeda dari hari-hari sebelumnya ketika Sae-Ryung hanya berdiam diri di rumah. Setelah bertemu Fleur, rasanya sangat menyenangkan.
Sambil berpegangan tangan, kedua sahabat lama itu menyusuri trotoar menuju shelter bus terdekat. Mereka akan naik bus dengan tujuan yang berbeda setelah sebelumnya mengatur waktu untuk bertemu lagi.
Bus yang akan dinaiki Fleur tiba lebih dulu, dan Sae-Ryung melambaikan tangan pada sahabat lamanya itu dengan riang.
" Jangan lupa hubungi aku jika kau sudah sampai rumah!" ujar Sae-Ryung setengah berteriak.
Fleur yang sudah ada di dalam bus hanya menganggukanggukkan kepala. Dia membentuk tanda hati dengan kedua tangannya, kemudian melambai ke arah Sae-Ryung. Menyenangkan sekali rasanya bisa bertemu lagi dengan Go Sae-Ryung yang selama empat tahun menjadi seseorang yang paling dekat dengannya. Bagi Fleur, meskipun umur Sae-Ryung lebih muda satu tahun darinya, tapi gadis itu tetap seperti teman sebaya. Sae-Ryung mengikuti kelas akselerasi
pustaka-indo.blogspot.com
ketika SMA, jadi dia lebih muda satu tahun dari teman-teman sekelasnya di tingkat tiga.
" Setelah bertemu Fleur hari ini. Kenapa tiba-tiba aku ingin semua masa laluku kembali? Kenapa rasanya banyak kenangan manis yang hilang, dan mengosongkan isi kepalaku begitu saja? Aneh! Sebelumnya aku bahkan tidak peduli dengan kepingan lima tahun. Tapi sekarang, aku malah ingin mencarinya sampai semua kepingan itu tersusun rapi di kepalaku. " Sae-Ryung berbicara dalam hati.
Dengan setengah berlari, Sae-Ryung masuk ke dalam rumah. Sudah hampir malam dan dia belum sama sekali menyiapkan apa pun untuk Kyung-Hwan. Gadis itu langsung melempar tas selempangnya ke sofa, dan melangkah menuju dapur. Sebelah tangan Sae-Ryung menarik apron, sementara tangan satunya membuka kulkas untuk mengeluarkan bahan makanan.
Konsentrasi Sae-Ryung terbagi lagi saat dia bergerak menuju wastafel untuk cuci tangan. Dia harus memastikan kedua tangannya bersih sebelum menyentuh sayuran dan mulai memasak.
Sae-Ryung mencoba memasak dengan kecepatan super. Dia sedang berusaha untuk menghafal setiap hal yang disukai Kyung-Hwan. Pria itu tidak begitu suka bawang putih, itu yang paling diingatnya.
" Aigoo& aku lupa bahan apa saja yang harus dimasukkan untuk membuat japchae 14 . Kalau tidak ada bawang putih, apa rasanya akan enak?" Sae-Ryung berbicara sendiri. 14 Makanan khas korea, terbuat dari bihun yang dicampur sayuran.
pustaka-indo.blogspot.com
Gadis itu mendekat kembali ke wastafel untuk mencuci tangan. Dia berlari mengambil tasnya dan merogoh ponsel. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menelepon seseorang yang sudah sangat mengerti bagaimana cara membuat masakan untuk Kyung-Hwan.
" Yeoboseyo, Sieommonim 15 & . "
" Omo& Ryungi~ya, sudah dua minggu ini kau tidak meneleponku."
" Ne Sieommonim, maafkan aku. Apa kau sedang sibuk?" Sae-Ryung berbicara dengan ibu mertuanya. Beruntung sekali dia memiliki ibu mertua yang baik dan sangat menyayanginya. Dia dan Kyung-Hwan sama-sama anak tunggal. Karena alasan itu jugalah, kedua keluarga sangat mengharapkan kehadiran cucu yang akan meramaikan kehidupan rumah tangga Sae-Ryung. Tapi trauma kecelakaan yang dialami gadis itu membuatnya khawatir, apakah dia bisa hamil cepat-cepat? Atau perlu menunggu waktu lagi untuk mendapatkan kebahagiaan itu?
" Tidak Ryungi~ya& aku baru saja selesai menyiapkan makan malam. Ayah mertuamu belum pulang dari kantor."
" Ah begitu. " Sae-Ryung mengangguk. " Sieommonim, aku sedang menyiapkan makan malam untuk Kyung-Hwan Oppa. Aku mau tanya, bahan apa yang harus dimasukkan untuk japchae jika tidak ada bawang putih? Apakah rasanya akan tetap enak?"
" Oooh& putraku itu jadi selalu merepotkanmu dalam hal memasak."
15 Ibu mertua.
pustaka-indo.blogspot.com
" Gwaenchana, Sieommonim. Aku harus belajar untuk menyesuaikannya. "
" Baiklah. Kau masukan saja bawang merah. Jangan gunakan bawang bombai. Kyung-Hwan tidak suka melihat sayuran yang dipotong terlalu besar. Bukan hanya rasanya saja, tapi tampilan luar masakan harus dibuat semenarik mungkin. Risiko punya suami seorang arsitek seperti Kyung-Hwan. Kau bahkan harus menata makanan baik-baik, Ryungi~ya, " jawab ibu mertua Sae-Ryung diakhiri tawa.
Kegiatan mengobrol seperti ini memang jarang dilakukan menantu dan mertua yang satu itu. Di hari-hari sebelumnya, Sae-Ryung lebih sering membeli makanan dari luar dan tidak suka memasak. Karena itulah, meskipun agak repot untuk mengubah bahan makanan, tapi Sae-Ryung berusaha untuk melakukan yang terbaik.
" Ne& algaeshimnida 16 , Sieommonim. Terima kasih telah menjawab pertanyaanku, " ujar Sae-Ryung sebelum mengakhiri sambungan teleponnya.
Sudah pukul 6 petang. Seharusnya Kyung-Hwan sudah ada di rumah. Tapi sepertinya hari ini dia agak telat. Syukurlah, Sae-Ryung masih bisa menyelesaikan masakannya sebelum memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap nanti.
Gulungan rambut panjang Sae-Ryung sudah berantakan. Keringat tipis membasahi dahinya, tapi dia masih terus mengaduk bihun dengan tangan dan mencampurkan segala macam sayuran. Setelah selesai, dia harus menghidangkannya dengan rapi. Sengaja mengambil piring yang agak besar, agar 16 Saya mengerti (formal) bisa juga diucapkan dengan Araseo (non formal).
pustaka-indo.blogspot.com
nanti dia juga bisa menambahkan potongan kimchi 17 sawi kesukaan Kyung-Hwan.
Selain japchae, gadis itu juga membuat hidangan dari seafood dan juga telur gulung. Semua masakan sudah terhidang di meja, dan selanjutnya tinggal peralatan makan yang berantakan. Sae-Ryung harus mencuci semuanya sampai bersih. Dia paling tidak betah melihat dapurnya kotor setelah memasak.
Di tengah konsentrasinya menggosok wajan, dengan sarung tangan yang penuh busa, tiba-tiba Sae-Ryung melompat sambil berteriak kaget.
" Omo& kamchagi 18 !" Gadis itu histeris.
Sementara di tengah kondisi jantung Sae-Ryung yang nyaris jungkir balik, justru suara tertawa Kyung-Hwan terdengar sangat puas. Pria itu baru saja mengagetkan Sae- Ryung dengan cara memeluk tubuhnya dari belakang.
" Hahahaha& kau kaget sekali rupanya, " Kyung-Hwan benar-benar menikmati akibat dari keisengannya menggoda Sae-Ryung.
" Hwan Oppa& kau membuatku terkejut setengah mati, " protes Sae-Ryung.
Dengan tangannya yang masih penuh busa, gadis itu memilih untuk membereskan pekerjaannya setelah dia berhasil mengusir Kyung-Hwan agar segera mandi dan ganti
17 Sayuran fermentasi khas Korea yang terbuat dari sawi, lobak, atau
mentimun. 18 Astaga& aku kaget!
pustaka-indo.blogspot.com
baju. Dia masih harus membuat dapurnya kembali bersih. Ngomong-ngomong, Sae-Ryung juga belum mandi. Mungkin sebaiknya dia pura-pura lupa saja. Lagi pula perutnya sudah melilit karena kelaparan.
Akhirnya setelah melewatkan beberapa menit yang terasa sangat panjang, Sae-Ryung dan Kyung-Hwan bisa duduk di meja makan. Meskipun merasa puas karena berhasil menyelesaikan masakannya, tapi Sae-Ryung masih belum berhenti merasa khawatir karena Kyung-Hwan akan mencoba hasil masakannya. Dia tahu itu tidak akan seenak masakan buatan ibunya. Tapi Sae-Ryung sudah mencoba sebaik mungkin.
" Bagaimana? Apakah rasanya aneh?" Sae-Ryung tidak mengalihkan sedikit pun perhatiannya pada Kyung-Hwan yang sedang mengunyah makanan. Gadis itu memiringkan kepalanya dan menelan ludah berkali-kali. Mencoba bersiap dengan komentar apa yang akan diberikan Kyung-Hwan untuk masakannya kali ini.
" Tidak ada yang aneh. Dan aku rasa, kau melakukannya dengan sangat baik. Tidak ada rasa bawang putih, tapi japchae-nya tetap enak. "
" Ah& baguslah. " Sae-Ryung baru bisa bernapas lega. Gadis itu mengambil sumpit dan mengisi mangkuknya dengan nasi. Kali ini, dia yang harus memaksakan diri untuk menyukai gaya makanan Kyung-Hwan. Menurut lidahnya, masakan itu memang terasa hambar. Tapi lama-kelamaan dia akan terbiasa. Bukankah hidup bersama itu memang untuk saling tebiasa satu sama lain? Itulah apa yang dinamakan dengan harmonis.
pustaka-indo.blogspot.com
" Apa saja yang kau lakukan hari ini? Jadi bertemu dengan Fleur?" tanya Kyung-Hwan.
" Um& aku bertemu dengan Fleur. Rasanya senang sekali meskipun agak kacau. "
" Kau pasti terlihat linglung di depannya. Iya, kan?" " Hahaha& iya. Aku membuatnya bingung. Tapi ujungujungnya aku menceritakan semuanya pada Fleur. "
Kegiatan wajib saat makan malam. Bertanya apa yang dilakukan seharian ini. Kyung-Hwan yang sibuk dan Sae- Ryung yang mencari kesibukan. Keduanya saling berbagi cerita mengenai aktivitas masing-masing. Meskipun menurut Sae-Ryung kesehariannya membosankan, tapi jika sudah bercerita pada Kyung-Hwan, gadis itu jadi sangat antusias. Dia bahkan bisa sampai tertawa-tawa hanya dengan menceritakan bahwa seharian di rumah dia mengejar kecoa sampai kepalanya terbentur meja makan. Yah, begitulah Go Sae-Ryung bertingkah di depan suaminya.
" Kau sendiri, bagaimana dengan maket perpustakaannya? Apakah selesai tepat waktu sampai presentasi?"
" Iya. Aku mengerjakannya buru-buru di kantor. Tapi hasilnya memuaskan. Timku akan menjadi arsitek untuk proyek besar itu. Mungkin setelah ini aku akan sibuk, jadi maafkan aku jika tidak terlalu memperhatikanmu. "
" Tidak apa-apa. Aku bisa memastikan bahwa aku akan tetap baik-baik saja. Lagi pula, sekarang aku sudah tidak akan sendirian lagi di rumah. Aku bisa pergi keluar dan bertemu Fleur. "
pustaka-indo.blogspot.com
Once Karya Yuli Pritania dan Senselly di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Nah& itulah salah satu keuntungan kau mendapatkan kembali kepingan lima tahun-mu. " Kyung-Hwan tertawa.
" Kau pasti mengizinkanku untuk keluar rumah dan bertemu dengan Fleur, kan? Aku anggap dia sebagai bank memoriku, dan akan banyak ingatan lama yang bisa aku dapatkan. Aku ingin semuanya kembali. "
" Tentu. Kau bisa mendapatkan semuanya kembali. Dan tetaplah menjadi Sae-Ryung-ku. Jangan berubah banyak karena masa lalumu. Oke?"
" Araseo!" Sae-Ryung mengangguk.
" Ngomong-ngomong, kau memotong sayurannya sembarangan ya? Ukurannya tidak sama!" celetuk Kyung- Hwan mengomentari potongan kentang yang ada di mangkuk sup-nya.
" Ya Tuhan& Hwan Oppa& . " Sae-Ryung menepuk dahi, frustrasi.
pustaka-indo.blogspot.com
Chapter 2: Times & Memories
" Ketika aku berusaha kembali mundur, kuharap tidak akan sulit untuk maju. Kalau saja aku tahu ujungnya akan seperti ini, dulu aku tidak menginginkan seperti itu. Hidupku, antara waktu dan kepingan
memori." Go Sae-Ryung
ae-Ryung menutup buku tebal di pangkuannya, gadis itu tersenyum senang setelah membaca ending dari buku karya Shin Hae-Kyung. Dari puluhan novel yang dibacanya selama beberapa bulan terakhir, hanya karya Shin Hae-Kyung yang mampu membuat gadis itu kecanduan. Entah kenapa dia senang sekali membaca rangkaian kata dalam novel karya penulis terkenal sekaligus model cantik itu. Mulai dari buku pertama sampai buku ke lima dilahap habis oleh Sae-Ryung dengan kesan mendalam. Baru kali ini dia menyukai tulisan sampai begitu kuatnya.
" Heol& daebak 19 ! Apa lagi yang bisa aku ungkapkan untuk tulisanmu ini, Hae-Kyung-ssi. Selain ceritanya yang dahsyat, 19 Benar-benar luar biasa!
pustaka-indo.blogspot.com
gaya menulismu juga luar biasa. Aku benar-benar terjun ke dalamnya. Ya Tuhan. " Sae-Ryung menggelengkan kepala. Dia masih belum bisa berhenti mengagumi karya penulis favoritnya itu. Jika saja dia bisa bertemu dengan sosok Hae- Kyung, mungkin Sae-Ryung akan sangat senang sampaisampai dia rela membiarkan Shin Hae-Kyung mencorat-coret punggungnya dengan tanda tangan.
Sambil menggerakkan lehernya yang kaku, Sae-Ryung bangkit berdiri. Dia membawa buku yang baru saja selesai dibaca dan meletakkannya kembali ke tempat sebelumnya. Untuk buku-buku karangan Shin Hae-Kyung, dia mempunyai tempat khusus di paling atas yang dipisahkan dengan bukubuku lain.
Di tengah kegiatannya merapikan rak buku, Sae-Ryung mendengar bel rumahnya berbunyi. Gadis itu sudah tahu siapa yang datang, dan langsung berjalan menuju pintu utama. Rumahnya yang besar membuat derap kaki Sae-Ryung harus buru-buru agar tamu di luar tidak lama menunggu.
" Ryungi~ya& anyeong. " Seseorang langsung menyapa ketika Sae-Ryung membuka pintu.
" Hai& kau cepat sekali datangnya, " ujar Sae-Ryung sambil berpelukan dengan Fleur yang akhirnya bisa sampai, berbekal alamat yang diberikan Sae-Ryung lewat pesan teks. Gadis itu memang benar-benar membuktikan perkataannya minggu lalu saat bertemu Sae-Ryung di Namsan Tower.
" Aku bisa dengan mudah menemukan rumahmu. Sudah kubilang, aku ini hafal setiap sudut kota Seoul, " balas Fleur membanggakan diri.
pustaka-indo.blogspot.com
Keduanya masuk ke dalam rumah dan sengaja memilih duduk di ruang tengah. Setelah beberapa saat Fleur terkagumkagum dengan desain rumah Sae-Ryung, akhirnya dia bisa duduk dengan tenang. Pandangan gadis itu masih mengitari seisi ruangan dan berbinar tiap menemukan fokus unik yang menurutnya sangat menarik. Wajar saja jika rumah Sae-Ryung bisa menarik perhatian siapa pun yang memasukinya, karena arsitek professional bernama Cha Kyung-Hwan sendiri yang turun tangan langsung untuk mendesainnya.
" Jadi kita berangkat pukul berapa?"
" Kau serius mau pergi ke Busan?" Sae-Ryung balik bertanya. Seperti yang telah dibicarakan keduanya lewat pesan teks semalam, hari ini jadwalnya memang pergi ke rumah Sae- Ryung di Busan. Itu adalah ide Fleur. Fleur yang merasa bahwa dia bisa menjadi Bank Memori untuk Sae-Ryung akhirnya memulai perannya saat ini. Dia ingin mengajak Sae-Ryung ke Busan dan menjelaskan padanya mengenai beberapa benda yang tidak dia ketahui asal-usulnya dulu. Misalnya, buku sketsa dan juga beberapa desain pakaian yang dibawa Sae-Ryung dari Prancis. Yang bisa jadi itu adalah hasil karya besarnya yang brilian.
" Lalu, apa yang harus aku persiapkan? Aku juga belum minta izin pada Kyung-Hwan Oppa. Kalau aku pulang ke Busan, itu berarti aku akan bertemu dengan ibu mertuaku. Rumahnya bersebelahan dengan rumahku. "
" Astaga. Jadi kau dan suamimu itu tetangga yang sangat dekat? Ya Tuhan, jauh-jauh pergi ke Prancis ujung-ujungnya kau menikahi pria Busan juga. "
pustaka-indo.blogspot.com
" Kau pikir aku pergi ke Prancis untuk mencari jodoh?!!" " Iya, kau bahkan selalu menolak jika ada pria yang mendekatimu. "
" Aku tidak tertarik menikah dengan pria asing. Dan asal kau tahu, Kyung-Hwan Oppa itu bukan pria Busan. Dia berasal dari Seoul dan pindah ke Busan bersama keluarganya sekitar 4 tahun lalu. "
" Oh& berbeda denganku. Ternyata untukmu Prancis murni sebagai tempat kuliah. Hahaha. "
" Lagi pula aku masih belum mengerti kenapa harus Prancis yang aku pilih. Padahal sebelumnya aku tidak merasa tertarik untuk pergi ke sana. "
" Kalau yang itu, aku juga tidak tahu. Banyak hal yang tidak kau ceritakan padaku. Dan mungkin untuk sebagian memorimu tentang cinta, aku tidak banyak tahu. Semoga kau bisa mencarinya sendiri. Tapi kalau bisa, lebih baik tidak usah saja. Kau kan sudah menikah. Nanti tiba-tiba kau menyesal jika ingat kisah cintamu semasa di Paris. "
" Mengapa aku harus seperti itu? Aku sangat tahu Kyung- Hwan Oppa mencintaiku. Untuk apa mengharapkan kisah masa lalu?"
" Kau yakin?" Fleur berjalan mendekat ke arah Sae-Ryung yang sibuk menyiapkan isi tasnya agar bisa buru-buru berangkat. Gadis itu menyentuhkan ujung jarinya ke pundak Sae-Ryung, menggodanya.
" Ckckck& kau ini, ayo berangkat!"
Sambil menjinjing tas tangan yang cukup besar, Sae- Ryung menarik ujung baju Fleur agar bergerak mengikutinya.
pustaka-indo.blogspot.com
Meskipun hubungannya dan Fleur masih agak canggung, tapi Sae-Ryung merasa nyaman jika mengingat bahwa gadis bernama Fleur itu adalah teman dekatnya.
Perjalanan dari Seoul ke Busan memakan waktu yang cukup lama. Keduanya menumpang kereta pagi ini. Korean Train Express menjadi pilihan karena kecepatannya yang tinggi. Jalur Gyeongbu line yang menempuh jarak sekitar 300 km ini bisa membawa penumpang dari Seoul menuju Busan dalam waktu tiga jam.
Sepanjang perjalanan Sae-Ryung terus bercerita banyak hal. Mengenai pertemuan pertamanya dengan sang suami, dan kebahagiaannya saat tahu bahwa ternyata selama kepergiannya ke Paris, Cha Kyung-Hwan memang selalu mencari kabar tentangnya dari orang tua Sae-Ryung. Kyung- Hwan juga mengatakan bahwa beberapa kali dia mengajak Sae-Ryung pergi bersama jika gadis itu pulang ke Korea. Tentu saja Fleur yang mendengarnya jadi sangat antusias.
Setelah turun dari stasiun utama Kota Busan, Fleur dan Sae-Ryung memilih untuk naik taksi sampai ke tempat tujuan. Sejak pindah ke Seoul, Sae-Ryung belum sama sekali kembali ke rumahnya selama tiga minggu terakhir. Kesibukan Kyung- Hwan membuat dia juga tidak sempat meluangkan waktu untuk mengunjungi orang tuanya di Busan. Dan saat ini ketika tiba-tiba Sae-Ryung pulang, tentu saja sang ibu jadi sangat senang dengan kehadirannya.
" Aigoo& angin apa yang membawamu pulang? Eomma kira kau sudah lupa dengan kampung halaman setelah pindah ke Seoul. " Ha-Neul terlihat sangat antusias dengan
pustaka-indo.blogspot.com
kedatangan Sae-Ryung yang tiba-tiba itu. Dia langsung memeluk sang putri erat-erat.
" Eomma& jangan bilang seperti itu. Tentu saja aku masih ingat rumah. Bagaimana bisa aku melupakan Busan. Rumahku dan rumah suamiku ada di sini. "
" Araseo, Eomma hanya bercanda. Ayo masuk& . " Ha-Neul menarik sebelah tangan Sae-Ryung. Tampaknya wanita berambut ikal itu tidak terlalu menyadari kehadiran Fleur disamping Sae-Ryung.
" Omo& ternyata ada tamu yang lainnya di sini. Maafkan aku karena tidak menyadarinya. " Ha-Neul menepuk dahi sambil tertawa.
" Eomma terlalu antusias, aku baru saja akan memperkenalkan Fleur. " Sae-Ryung melirik sahabatnya itu sambil menarik sebelah tangan Fleur agar mendekat.
Fleur menampakkan wajah santai sambil menunjukkan cengiran canggung, bagaimana pun gadis itu juga merasa tidak enak di pertemuan pertamanya dengan keluarga Sae- Ryung.
" Anyeonghaseyo Fleur imnida, bangapsumnida. 20 " Fleur memperkenalkan diri sambil membungkukkan badannya. Gadis itu berusaha bersikap sesopan mungkin pada orang tua Sae-Ryung.
" Wah& kau pasti teman Prancis-nya Sae-Ryung ya? Dia sudah menceritakan tentangmu tempo hari lewat telepon. "
20 Apa kabar, nama saya Fleur. Senang bertemu dengan Anda .
pustaka-indo.blogspot.com
Ha-Neul menepuk bahu Fleur. Mereka kemudian berjalan masuk ke dalam rumah bersama-sama.
" Kalian berdua datang mendadak sekali. Eomma bahkan tidak mempersiapkan apa-apa hari ini. "
" Gwaenchana. Kami berdua ke sini hanya untuk main-main saja. Tidak apa-apa kan jika aku dan Fleur langsung naik ke kamar?" ujar Sae-Ryung.
" Oh& baiklah. Eomma akan menyiapkan kudapan dan mengantarkan jus untuk kalian nanti. "
" Baiklah, kita bertemu di waktu istirahat. Aku masih di daerah Yeongdeungpo untuk survei lokasi. Jika sudah selesai, aku akan menghubungimu lagi. "
Kyung-Hwan berbicara dengan seseorang di balik sambungan telepon. Pria itu sangat hafal dengan suara yang bahkan sudah dia kenal sejak lama. Bisa dibilang, gadis itu juga tumbuh dewasa bersamanya karena rentang umur mereka yang tidak jauh berbeda. Dengan alasan satu dan lain hal, Kyung-Hwan tetap menjaga hubungan baiknya dengan gadis bersuara lembut itu. Mungkin bisa dibilang kalau gadis itu lebih mengerti dirinya dibandingkan Sae-Ryung. Bukan bermaksud untuk tidak memihak pada sang istri, tapi kenyataannya Kyung-Hwan memang sangat menyayangi gadis itu meskipun hanya sebagai adik perempuan.
" Kalau begitu kita bertemu di tempat biasa, " jawab si penelepon.
pustaka-indo.blogspot.com
" Baiklah terserah kau saja. Ah& aku tidak sabar untuk menagih banyak hal darimu. Awas saja kalau kau tidak memberikanku oleh-oleh dari Italia. "
" Hahaha& tenang saja Oppa, aku sudah menyiapkan banyak sekali untukmu. Makanya cepatlah datang, memangnya kau tidak merindukanku apa?"
" Aish, dasar anak nakal! Perlukah kau menanyakan apakah aku merindukanmu atau tidak? Tentu saja aku sangat merindukanmu. Kau harus menceritakan semuanya padaku. Selama tiga bulan terakhir, baru kali ini kau minta bertemu denganku setelah sebelumnya keberadaanmu dipertanyakan. "
" Araseo Oppa& tapi haruskah aku juga mengatakan bahwa aku merindukan pria beristri sepertimu?"
" Untuk kali ini, aku ingin kau mengatakannya, " jawab Kyung-Hwan diakhiri tawa.
" Ah, tidak jadi. Aku rasa sebaiknya tidak usah mengatakannya& sampai jumpa. "
" Aish, dasar kau!"
Kyung-Hwan tersenyum, dia menjauhkan ponsel dari telinganya setelah sambungan telepon terputus. Seseorang yang baru saja menghubunginya itu sudah dia cari-cari nyaris tiga bulan belakangan. Gadis itu bahkan tidak datang ke acara pernikahannya dengan Sae-Ryung. Kyung-Hwan selalu suka jika mendengarkan gadis itu bicara banyak hal. Dan kepalanya langsung penuh dengan berbagai imajinasi yang bisa dia tuangkan.
" Team Jangnim& . "
pustaka-indo.blogspot.com
Suara panggilan dari rekannya yang lain membuat Kyung- Hwan segera berlari ke tempat sebelumnya. Pria itu baru saja sampai di daerah Yeongdeungpo. Lahan yang luas itu akan segera disulapnya menjadi bangunan perpustakaan bergaya klasik yang tentu akan menarik banyak perhatian. Menurutnya, perpustakaan harus di desain semenarik mungkin agar banyak orang mau datang dan masuk ke dalamnya.
" Kau membawa sketchbook milikku tidak?" tanya Kyung- Hwan pada Joon-Young rekan kerjanya yang tengah sibuk dengan beberapa gulungan karton di tangan.
" Ada beberapa sketsa yang aku bawa. Aku mengopi beberapa gambar dari sketchbook milikmu. Coba kau periksa satu per satu. " Joon-Young memberikan tabungtabung yang dia jinjing di sebelah tangan. Benda berwarna hitam itu langsung diraih Kyung-Hwan. Dia berjongkok dan meletakkannya di rerumputan. Memeriksa isinya satu per satu.
" Aish! Kau ini bagaimana, seharusnya kau memberikan keterangan di luar tabung gambarnya. "
" Iya, aku lupa. Nanti setelah kita kembali ke kantor baru akan aku beri keterangan. " Joon-Young hanya menunjukkan cengiran tanpa dosa.
Kyung-Hwan tampak serius membuka satu per satu tabung gambar miliknya sampai menemukan sketsa yang dia maksud. Pria itu segera membentangkan kertas besar di tangannya. Setiap melihat hasil dari sketsa yang dibuatnya, pria itu pasti merasa sangat senang. Ini bukan pertama
pustaka-indo.blogspot.com
kalinya Kyung-Hwan mengerjakan proyek besar. Sebelumnya dia juga terlibat dalam tim yang melakukan renovasi Gimpo Airport. Suatu kebanggaan baginya ikut dalam pembangunan tempat-tempat vital di Korea.
" Setelah ini kita akan pergi makan bersama. Kudengar ada restoran enak di sekitar Yeongdeungpo. Apakah kau mau ikut, Team Jangnim?" Joon-Yoong menanyai Kyung-Hwan yang sedang serius memperhatikan sketsa di hadapannya.
" Aku sudah ada janji dengan seseorang, " jawab Kyung- Hwan singkat.
" Apakah kau akan bertemu dengan gadis itu lagi? Kau masih sangat dekat dengan model cantik itu?"
Sambil mengeluarkan pensil dari kotak bawaannya, Kyung-Hwan membagi konsentrasi mencorat-coret sketsa dan menjawab pertanyaan Joon-Young.
" Iya, aku masih sangat dekat dengannya. Tidak ada alasan untuk menjauh darinya. Karena aku menyayanginya, dan sudah menganggapnya sebagai tanggung jawabku juga. "
" Astaga, Team Jangnim. Kau ini kan sudah menikah, seharusnya kau menjaga jarak dengan gadis itu. Apalagi kau bilang Sae-Ryung belum pernah bertemu dengan gadis itu, kan?"
" Iya, tapi reaksi istriku juga tidak akan seperti yang kau bayangkan. Aku bisa memprediksi apa yang akan dikatakan Sae-Ryung jika aku memperkenalkan mereka. "
" Jika Sae-Ryung tahu, dia pasti akan sangat kecewa, " komentar Joon-Young.
pustaka-indo.blogspot.com
" Sok tahu sekali kau! Sae-Ryung-ku tidak akan kecewa. Justru dia akan senang setengah mati jika bertemu denganya. "
" Ngomong-ngomong, bisakah kau memperkenalkan aku pada model cantik itu juga?" Joon-Young mendekatkan kepalanya dengan cengiran lebar. Spontan Kyung-Hwan langsung mendorong dahi pria itu dengan gemas. " Tidak akan!"
" Ini adalah buku sketsa yang selalu kau bawa ke mana-mana. Lihat, kan? Sampulnya saja sudah sangat usang. Aku juga punya buku yang sama. Karena kita membelinya bersamasama. " Fleur memberikan penjelasan tentang buku yang saat ini dipegang Sae-Ryung. Mereka berdua sedang duduk di lantai dengan sekotak barang-barang milik Sae-Ryung yang dibawa gadis itu dari Paris.
Ada banyak hal yang terdapat di dalam kotak besar berwarna cokelat itu. Beberapa pakaian pesta dan juga bukubuku tentang desain. Ada juga buku diary di dalamnya. Yang paling menarik adalah album foto yang jumlahnya cukup banyak. Selain hobi menggambar, ternyata selama di Paris Sae-Ryung juga gemar memotret. Kemampuannya cukup baik untuk seorang amatiran.
" Woah& bajunya bagus sekali. "
Sae-Ryung mengeluarkan mini dress putih dari dalam kotaknya. Dia tampak terkagum-kagum menyaksikan baju yang sebenarnya dia desain sendiri beberapa tahun lalu.
" Ini adalah desain favoritmu. Warnanya putih. Kau mendapatkan nilai tertinggi karena baju ini. "
pustaka-indo.blogspot.com
" Benarkah? Aku sendiri yang membuatnya?"
" Tentu saja. Kemampuanmu dalam bidang desain itu sangat baik, Ryungi~ya. "
" Ckckckck& sayang sekali aku melupakannya. Jika aku ingat, mungkin aku juga masih sangat mahir membuat pakaian. "
" Tenang saja. Aku akan mengajarimu lagi tentang desain. Sekarang kau ingat-ingat dulu memori apa saja yang kau lupakan di masa lalu. "
" Kepalaku akan pusing jika terlalu kuat mengingatnya. Itulah alasannya kenapa aku menyerah dan tidak ingin tahu dengan kepingan lima tahun milikku. "
Sae-Ryung menghela napas. Fleur mengusap punggung gadis itu penuh perhatian. Ia tahu Sae-Ryung tidak ingin seperti ini.
" Oke. Sekarang benda mana lagi yang ingin kau tanyakan padaku?"
" Album foto!" jawab Sae-Ryung cepat.
Dia segera mengeluarkan album foto dan membahasnya satu per satu dengan Fleur. Karena Sae-Ryung paling suka memotret, sebagian besar album foto justru bukan foto-foto dirinya, tapi foto yang dia ambil dari kamera kesayangannya.
Ada foto ketika dia baru masuk di sekolah desain Paris, foto-foto saat teman-temannya mengerjakan tugas, dan ada juga satu album berisi momen kelulusan di kedutaan besar Korea.
pustaka-indo.blogspot.com
Meskipun berada di negeri orang, tapi gadis-gadis itu selalu merasa bahwa mereka tetap punya keluarga besar yang menyenangkan. Kedekatan warga-warga Korea yang tinggal di Prancis, juga kedutaan besar mereka yang selalu mengadakan pertemuan rutin, membuat Sae-Ryung merasa nyaman saat tinggal di Prancis.
Dari semua foto yang ada di album kelulusannya, yang menarik perhatian Sae-Ryung adalah fotonya dengan seorang pria yang terlihat sangat dekat. Gadis itu menggandeng tangan kanan pria di sampingnya dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu tanpa terlihat risi. Sang pria juga merangkul pundak Sae-Ryung. Senyuman khas yang dimiliki pria itu membuat kepala Sae-Ryung terasa sakit. Wajah pria itu memang seperti baru di matanya. Tapi di dalam ingatannya, wajah itu seperti familiar.
" Fleur~a& pria ini& siapa dia?" Dengan ragu, Sae-Ryung menyodorkan foto yang menarik perhatiannya pada Fleur yang juga sibuk membuka album lainnya milik Sae-Ryung.
" Oh& Neige, dia itu teman SMA-mu dulu. Karena kau melompat dengan kelas akselerasi, jadi kau menyebutnya Oppa. Dia itu sangat dingin, dan dia hanya bersikap hangat padamu. Kami semua mengira hal itu karena kalian berdua satu SMA. Kau tidak banyak bercerita tentangnya. Jadi aku juga tidak tahu hubungan kalian yang sebenarnya seperti apa. " Fleur memberi penjelasan. Untuk yang satu itu, pengetahuannya memang terbatas.
" Neige? Dia orang Korea, kan?"
pustaka-indo.blogspot.com
" Iya. Neige itu bahasa Prancis, berarti salju. Karena dia sangat dingin, jadi semua orang memanggilnya Neige. Nama sebenarnya adalah Shin Jang-Woo. Dia juga belajar di Paris karena mendapatkan beasiswa. Aku dengar ayahnya sudah meninggal saat dia masih sekolah. Dia punya 2 kakak perempuan, dan beberapa waktu lalu kakak pertamanya juga meninggal. Sampai sekarang, sepertinya Neige belum kembali ke Korea. Karena dia termasuk pria tampan yang populer, jadi aku tidak ketinggalan informasi tentangnya. Sayang sekali, Neige itu misterius jadi informasi yang bisa dikumpulkan tidak begitu banyak. "
" Kau bilang kami berasal dari SMA yang sama? Di Busan?" Sae-Ryung yang bingung dengan jalan cerita Fleur mulai menyambungkan memorinya satu per satu. Kepingan yang telah kembali mulai mengisi kepalanya. Meskipun dia tidak ingat siapa Neige, tapi gadis itu tampaknya sangat tertarik dengan cerita Fleur tentang salah satu sahabat masa lalunya itu. Apalagi ketika Fleur mengatakan bahwa hanya Sae-Ryung yang bisa diperlakukan hangat oleh pria yang dipanggil salju itu.
" Yang aku dengar, Neige itu tinggal di Seoul. Tapi ketika tingkat 3 SMA dia pindah ke Busan dan tinggal bersama bibinya, mungkin karena itu dia jadi bisa bertemu denganmu. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan di Paris. Neige mengambil jurusan fotograi. Dan kalian berdua juga berada di klub fotograi yang sama. Jadi mungkin itu juga salah satu alasan kalian bisa menjadi teman baik. "
Sae-Ryung mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah sebelumnya dia penasaran dengan sosok Fleur, sekarang dia juga penasaran pada Neige.
" Ryungi~ya, bisa bantu Eomma sebentar?"
Seruan kencang dari bawah terdengar sampai ke kamar Sae-Ryung, dia tahu ibunya sedang menyiapkan kudapan untuk mereka.
" Ne& Eomma, " jawab Sae-Ryung sambil bangkit berdiri. " Biar aku saja yang turun membantu ibumu. Kau di sini saja!" Fleur menawarkan diri untuk menggantikan Sae-Ryung. Gadis itu akhirnya keluar dari kamar dan meninggalkan Sae- Ryung sendiri.
Meski tidak dapat mengingat apa pun, tapi benda-benda dalam kardus itu membuat Sae-Ryung bisa tahu apa saja yang pernah terjadi padanya. Kardus besar itu memang belum pernah dibuka Sae-Ryung sebelumnya. Dia tahu kotak itu berisi barang-barang yang dia bawa dari Prancis. Pasca kecelakaan, Sae-Ryung mengalami trauma yang cukup buruk. Karena hal itu juga, dia menyerah dengan ingatannya dan bertekad untuk tidak mengetahui apa pun yang terjadi lima tahun ke belakang. Tapi setelah beberapa bulan menjalani kehidupan setelah koma, Sae-Ryung semakin berminat untuk mengingat masa lalunya dan merangkai kepingan itu menjadi perjalanan hidupnya.
Kedua tangan Sae-Ryung kembali sibuk mengacak-acak isi kardus di depannya. Perhatian gadis itu tertuju pada buku
diary tebal yang ada di paling bawah. Sampulnya berwarna putih kombinasi cokelat, dengan aksen hijau di sekelilingnya. " Buku apa ini?"
Sae-Ryung bergumam. Ia membuka halaman pertama dari buku yang ditemukannya bagai harta karun. " Go Sae-Ryung Shin Jang-Woo, Love Story. "
Kedua mata Sae-Ryung membulat membaca kalimat pertama yang tertulis di sana. Gadis itu membekap mulutnya dengan sebelah tangan menahan teriakan. Buku diary berwarna putih itu ternyata berisikan kisah cintanya di masa lalu. Hal yang tidak pernah dia ingat sebelumnya.
Shin Jang-Woo. Jelas nama itu baru saja didengarnya dari Fleur. Neige, pria itu adalah salju yang hanya bisa hangat jika berada di dekat Sae-Ryung. Pria yang berfoto dengannya di Prancis, yang membuatnya sangat menyukai fotograi. Pria itu, apakah kekasihnya?
Kepala Sae-Ryung mulai terasa sakit ketika gadis itu mencoba memejamkan mata untuk menghadirkan kenangannya di masa lalu. Jika Neige pindah ke SMA saat tingkat tiga, berarti kejadian itu sudah terhapus di dalam ingatan Sae-Ryung. Satu tahun terakhirnya di SMA, ditambah empat tahunnya di Paris adalah waktu yang dia habiskan dengan Neige. Apakah penyakit yang dia derita itu memang menghapus kurun waktu kebersamaannya dengan Neige saja?
Tangan Sae-Ryung bergetar memegangi buku tebal mengenai kisah cintanya. Dia menggigit bibir kuat-kuat dan
mencoba untuk membuka lembaran berikutnya. Tanggal yang tertuliskan di bagian atas menjelaskan bahwa buku diary itu ditulis ketika Sae-Ryung berada di tingkat tiga.
Senin pagi milik Go Sae-Ryung. Terima kasih atas kekacauan yang ditimbulkan pagi ini untuk pria dingin bernama Shin Jang-Woo. Terima kasih karena telah membuat hatiku kacau karena merindukanmu. Satu minggu tidak masuk sekolah dengan alasan sakit, padahal kau pergi berlibur ke Jeju untuk memotret sendirian. Cepatlah kembali, kita harus menyusun rencana ke Paris. Siapa yang memintaku untuk kuliah desain di sana, hah? Licik sekali kau ini& menginginkanku pergi ke Paris karena kau mendapat beasiswa untuk mempelajari fotografi. Tapi ngomong-ngomong& kau ini menjadi alasan mengapa aku sangat tertarik pada desain dan Paris.
Aku tahu kau sangat merindukan ayahmu. Aku juga tahu kau ingin menjadi kebanggaan keluargamu. Nanti saat tiba di Prancis, kau harus memastikan keselamatanku. Salahmu kenapa memiliki wajah super tampan. Aku tidak bisa dekat-dekat denganmu karena tatapan sinis dari gadis-gadis itu terlihat seperti menyimpan dendam. Jangan pernah menyalahkan aku jika sampai detik ini tidak ingin mengambil risiko untuk dimusuhi oleh seluruh temantemanku. Aku masih ingin hidup normal dalam damai. Nanti setelah kau bisa memastikan bahwa aku akan baikbaik saja, barulah saat itu kita bisa bergandengan, di depan
orang banyak. Dan mengakui hubungan spesial kita yang luar biasa.
Jang-Woo-Ku& Shin Jang-Woo yang selalu bertingkah bodoh hanya di depanku saja, dan mati-matian menjaga image di depan orang lain. Ckckck& mengkhawatirkan!
Satu misteri terungkap. Fakta baru tentang kehidupan Sae-Ryung yang tidak diketahui gadis itu dan mungkin saja tidak diketahui oleh siapa pun. Dia dan Jang-Woo, apakah hubungan percintaannya dengan pria itu adalah sebuah rahasia? Sebegitu dalamnya perasaan Sae-Ryung untuk Jang-Woo sampai-sampai gadis itu menjadikannya sebagai alasan untuk kepergiannya ke Paris. Jika saja Jang-Woo tidak memperlakukan gadis itu dengan baik, dia tidak akan mungkin merasa nyaman dengannya, kan?
Ciuman pertama& . Bagaimana bisa aku menggambarkan perasaanku saat ini? Ya Tuhan. Jantungku& jantungku masih belum bisa berdetak secara normal sejak beberapa jam yang lalu. Ketika bibir lembutnya menyentuh permukaan bibirku, ketika wangi mint tercium dari napasnya yang berembus tepat di hidungku, dan sentuhan tangannya mengusap punggungku. Astaga, aku benar-benar menggila karena ciuman itu.
Malam ini, di acara kelulusan SMA. Tiba-tiba Jang-Woo menarik tanganku, membawaku ke samping gedung teater. Sialnya, aku malah senang-senang saja saat dia menyeretku ke lorong antara dua gedung
yang sepi itu. Sebelumnya, aku memang sudah pernah membuka pembicaraan eksklusif dengan Jang-Woo. Saat pengumuman ujian nasional, aku mewanti-wantinya agar tidak memberikan kancing seragam sekolahnya pada siapa pun. Ya, tradisi ini memang sudah dilakukan sejak lama. Entah siapa yang pertama kali memulai, tapi meminta satu kancing seragam dari seorang pria yang disukai itu memang memiliki makna yang sangat manis. Dan yang paling manis adalah Jang-Woo-Ku. Dengan seluruh kekuatannya, dia menarik lepas kancing jas berlogo sekolah miliknya, kemudian memberikan kancing itu padaku, membuatku melongo terpesona karena ketampanannya berkali lipat ketika dia sedang bertingkah romantis di depanku. Tanpa berkata apa-apa, Jang-Woo mendorong tubuhku merapat ke dinding, dia menahan sebelah tangannya di tembok samping kepalaku, kemudian& kemudian& ciuman pertama itu mendarat di bibirku. Manis& demi Tuhan itu manis sekali.
" Ternyata aku mempunyai kisah cinta. Sebelum kecelakaan terjadi, dan sebelum kedekatanku dengan Kyung-Hwan sampai kami menikah. Lalu ke mana salju itu pergi saat aku kembali ke Korea? Di mana salju itu berada ketika aku terbaring sekarat di rumah sakit? Apakah dia tidak mengetahui hal itu sama seperti teman-temanku yang lainnya? Lalu apa gunanya menjadi orang yang spesial untukku jika kondisiku saja dia tidak tahu?"
Pikiran Sae-Ryung berkecamuk. Tiba-tiba dia merasa ruangan kamarnya berputar. Gadis itu memegangi kepalanya
yang semakin berat dan juga tubuhnya yang lemas. Dia menghirup napas dalam-dalam sambil bangkit berdiri mencari tas selempang miliknya. Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, dia meraih tas berwarna cokelat muda di sofa kemudian memasukkan buku diary tebal itu ke dalamnya. Memastikan bahwa buku itu aman berada di tangannya dan tidak ada siapa pun yang membaca. Jika dulu buku diary itu menjadi rahasia Sae-Ryung, berarti sekarang dia juga harus tetap menyimpannya sebagai rahasia.
Alis Sae-Ryung berkerut menahan sakit di sekitar kepalanya. Kedua kakinya melemas dan tidak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Tiba-tiba di telinga gadis itu seolah terdengar percakapan yang pernah dia lakukan dulu bersama seseorang yang mengisi banyak memorinya.
" Ryungi~ya, kau akan berjanji padaku, kan? Tidak sampai satu tahun lagi, kau akan menunggu aku kembali ke Korea, kan?" Suara berat itu terdengar begitu jelas, terus terngiang di telinga Sae-Ryung. Gadis itu menggelengkan kepalanya, saat kilasan wajah seorang pria tengah tersenyum dengan lesung pipi yang khas. Pria berambut cokelat itu mengatakan sesuatu yang membuat pandangan Sae-Ryung menjadi kabur. " Go Sae-Ryung, aku mencintaimu."
Sae-Ryung masih berusaha untuk mempertahankan kesadarannya. Tapi sakit luar biasa yang terasa di kepalanya semakin menekan. Napas gadis itu mulai tersendat dan sepersekian detik kemudian tubuh Sae-Ryung ambruk ke lantai. Gadis itu pingsan karena tidak sanggup menahan rasa sakit di kepalanya yang sangat kuat.
Kyung-Hwan membuka pintu mobil untuk Sae-Ryung dan membantu gadis itu turun. Keduanya baru saja tiba dari Busan setelah perjalanan yang cukup panjang. Tadi siang ketika sedang bertemu dengan seseorang, Kyung-Hwan ditelepon oleh ibu mertuanya yang mengabari bahwa Sae-Ryung tibatiba pingsan. Sontak Kyung-Hwan langsung melesat menuju Busan tanpa terlebih dahulu meminta izin dari kantor. Pria itu terkejut karena ini untuk pertama kalinya Sae-Ryung sampai pingsan karena sakit kepala. Setelah memeriksakan sang istri ke dokter, ternyata yang terjadi pada Sae-Ryung masih berhubungan dengan Retrograde Amnesia Complex yang dideritanya. Karena terlalu keras memaksa otaknya untuk mengingat masa lalu, itu menyebabkan tekanan yang membuat kepalanya sakit sampai tak tertahankan.
" Kau harus istirahat yang banyak. Jangan dulu pergi bersama Fleur untuk menghabiskan waktumu di luar rumah. "
Kyung-Hwan menasihati Sae-Ryung sambil menyelimuti sang istri yang sudah berbaring di tempat tidur. Meskipun dia merasa baik-baik saja, tapi tetap saja Kyung-Hwan memperlakukan gadis itu berlebihan. Dia tidak ingin kejadian hari ini terulang lagi dan meminta Sae-Ryung untuk tidak berusaha mengingat-ingat memorinya di masa lalu.
" Jangan marah pada Fleur. Pergi ke Busan itu tidak seratus persen idenya. "
" Aku tidak marah pada Fleur. " Kyung-Hwan mengelak. " Tapi kau menampakkan wajah kesal di depannya. Meskipun kau berkata tidak, tetap saja kentara dengan jelas. "
" Itu karena akhir-akhir ini dia terlalu antusias memaksamu untuk mengingat-ingat banyak hal yang kau lupakan. "
" Fleur itu satu-satunya temanku sekarang. Aku tidak suka kau bersikap seperti itu padanya. "
" Baiklah, aku akan menghubungi Fleur dan meminta maaf. " Kyung-Hwan mengalah. Dia tidak ingin berdebat dengan Sae- Ryung hanya karena masalah sepele.
" Sekarang istirahatlah, aku akan membuatkan susu hangat untukmu setelah aku mandi nanti, " ujar pria itu dengan senyuman tulus.
Melakoni perannya sebagai seorang suami, tentu saja Kyung-Hwan termasuk dalam kriteria suami idaman. Bagaimana tidak? Dia begitu mencintai sang istri dan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan Sae-Ryung. Masih ada beberapa hal yang mengganjal di hati Kyung- Hwan karena dia juga tidak tahu kepingan lima tahun milik Sae-Ryung yang hilang. Kekhawatiran pria itu bukan hanya pada kesehatan sang istri, tapi juga pada dampak yang akan menyusul jika nantinya Sae-Ryung mengingat kejadian lima tahun belakangan. Termasuk saat dia menolak Kyung-Hwan yang mengungkapkan cinta padanya dua tahun lalu. Gadis itu pernah menolak untuk menjadi kekasih Kyung-Hwan dengan alasan bahwa dia sudah memiliki seseorang yang spesial. Sampai saat ini Kyung-Hwan tidak tahu siapa orang itu, dan dia berharap bahwa pria di masa lalu Sae-Ryung benar-benar akan lenyap di dalam kepala dan tidak akan kembali lagi memasuki hidupnya.
Di pagi harinya ketika Kyung-Hwan sedang bersiap ke kantor, Sae-Ryung justru sibuk dengan sebuah buku tebal bersampul putih. Gadis itu duduk di sofa ruang tengah dan membiarkan Kyung-Hwan menikmati sarapannya sendiri. Sup jagung dan susu sebagai pelengkap menu sarapan hari ini.
Sesekali Kyung-Hwan melirik Sae-Ryung yang terlihat asyik dengan buku yang entah apa isinya.
" Ryungi~ya, sarapan dulu. Jangan membaca terlalu banyak, nanti kau pusing lagi. "
" Aku sudah sarapan, " jawab Sae-Ryung singkat. " Kalau begitu temani aku sarapan. "
" Aku duduk di sini saja, kau tetap bisa melihatku dari jauh, kan? Sudah, habiskan saja sarapanmu Hwan Oppa. "
Sae-Ryung masih tidak mengalihkan perhatiannya dari buku di tangan. Buku yang kemarin dia dapatkan itu saat ini menjadi barang paling berharga yang hanya boleh dia baca. Diary putih dengan judul " Go Sae-Ryung Shin Jang-Woo Love Story" itu sepertinya berdampak pada sikap Sae-Ryung terhadap Kyung-Hwan. Entah karena dia terlena dengan masa lalunya yang manis, atau karena dia memang tidak menginginkan masa sekarang terjadi dalam hidupnya.
Sampai Kyung-Hwan berangkat ke kantor, gadis itu masih duduk bersila kaki di sofa. Dia bahkan tidak mengantarkan Kyung-Hwan sampai ke depan rumah dan memberikan kecupan singkat di pipi sang suami.
Libur musim panas di tahun ketiga tinggal di Paris. Aku tidak ingin pulang ke Korea karena Jang-Woo juga tidak pulang. Kami berdua memutuskan untuk pulang saat libur musim dingin saja, tepat ketika natal tiba. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalau dipikir-pikir, kepulanganku ke Korea itu selalu bersamaan dengan Jang-Woo. Dia pulang ke Seoul, sedangkan aku pulang ke Busan. Aku ingin berkenalan dengan keluarganya, tapi sepertinya di tahun ini masih belum tepat. Aku harus menunggu sampai tahun berikutnya, ditambah tahun berikutnya lagi setelah Jang-Woo menyelesaikan misinya.
Musim panas ini Jang-Woo mengajakku pergi ke Luxembourg. Apalagi alasannya jika bukan untuk memotret? Ada banyak festival musim panas yang diadakan di negara-negara Eropa lainnya. Dan untuk yang satu itu, Jang-Woo sudah menyusun rencana. Sebuah misi yang dia sebut sebagai " Photography Journey" untuk persiapan pameran galerinya di Korea nanti. Dia akan menghabiskan waktu nyaris satu tahun untuk berkeliling Eropa setelah lulus.
Memotret. Aku sangat menyukai hal itu sama seperti aku tergila-gila pada Jang-Woo. Aku ingin segera menamatkan kuliahku di Paris. Aku ingin mengadakan fashion show di Korea dengan semua koleksi pakaian yang aku buat, baju-baju cantik yang selalu mendapat nilai tertinggi. Jika sudah kembali ke Korea nanti, aku bisa percaya diri untuk menggandeng Jang-Woo. Memperkenalkannya sebagai pacarku.
Sae-Ryung terus membuka lembaran buku miliknya dan mengisi kepalanya dengan memori tentang Jang-Woo. Gadis itu akhirnya tahu kenapa dia ingin mempelajari desain di Paris, dan kenapa dia juga jarang sekali pulang ke Korea. Gadis itu suka sekali fotograi karena Jang-Woo. Keduanya berjanji untuk merahasiakan hubungan mereka. Hal itu dilakukan karena Sae-Ryung tidak ingin dimusuhi oleh teman-temannya yang menyukai Jang-Woo.
Satu tahun, waktu yang cukup lama untuk menetapkan hati masing-masing. Pertemuan terakhir antara Sae-Ryung dan Jang-Woo adalah saat pesta wisuda di Kedutaan Besar Korea, foto yang ada di albumnya menjelaskan hal itu. Jang- Woo menuliskan sesuatu dalam diari milik Sae-Ryung di malam pertemuan terakhir mereka.
Aku akan menghapus kontakmu di ponselku, begitupun sebaliknya, kau juga harus menghapus kontakku di ponselmu. Aku akan menguji diriku sendiri apakah aku bisa hangat tanpamu. Satu tahun akan aku habiskan untuk mendatangi negara-negara di Eropa, memotret pemandanganpemandangan indah di sana. Aku ingin mengadakan pameran foto dalam galeri pribadiku nanti. Setelah aku kembali, mari kita bertemu di tanah kelahiran kita, Korea. Tempat yang paling banyak dikunjungi oleh pasangan yang sedang dimabuk cinta. 30 April, 01.00 PM Namsan Tower. Aku janji akan datang tepat waktu, kau tahu kan aku ini sangat disiplin?
Sampai bertemu satu tahun lagi, ketika salju mulai merindukan kehangatan. Saat butiran putih ini mulai merasa kedinginan. Aku mencintaimu. Ryungi~ya& .
Jantung Sae-Ryung berdebar tidak keruan setelah dia membaca halaman terakhir dari diary miliknya. Tubuhnya gemetaran, dan Sae-Ryung menggigit ujung jari tangan saking kacaunya. Gadis itu menutup mata, kepalanya mulai terasa sakit beriringan dengan kilasan wajah pria yang sejak kemarin seperti membayanginya. Dia tahu pria itu adalah Neige, salju yang membutuhkannya agar hangat. Salju yang keluar dari sifat aslinya sebagai salju hanya karena dirinya. Salju itu ingin kembali di akhir musim semi untuk menghiasi musim dingin tahun ini.
Lutut Sae-Ryung terasa ngilu hingga gadis itu tidak sanggup bangun dan meneguk air putih untuk sedikit membantunya pulih. Kedua tangan Sae-Ryung memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dengan langkah sempoyongan, dia berhasil mencapai meja makan dan meraih segelas air putih yang sebelumnya tidak dihabiskan Kyung-Hwan. Sae-Ryung berusaha mengontrol dirinya sendiri agar tidak ambruk. Gadis itu sedang sendirian berada di rumah dan dia harus kuat menahan semua reaksi kepalanya yang berlebihan setiap dia berusaha mengingat masa lalunya.
" Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Perasaan macam apa ini? Apa yang salah dengan jantungku?" Sae- Ryung bergumam sendiri. Dia tidak habis pikir bahwa sebuah
buku bisa merubah dirinya menjadi orang yang berbeda. Entah apa yang terjadi, tapi rasanya saat ini Sae-Ryung begitu merindukan Jang-Woo.
Perasaan sesak di dadanya bukan pengaruh dari penyakitnya, tapi karena perasaan sesalnya. Dia tidak berusaha mencari tahu tentang masa lalunya sebelum memilih untuk melangkah lebih jauh ke depan. Jika saja Sae- Ryung menengok ke belakang dan mencoba berjalan mundur beberapa langkah, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Sekarang dia sudah menjadi istri dari Cha Kyung-Hwan. Dia sudah menjalani kehidupan normalnya nyaris satu bulan tanpa menoleh ke arah mana pun. Dan sekarang, apa yang harus dia lakukan saat perasaannya terbagi dua. Apa yang harus kakinya pilih? Melangkah mundur atau tetap maju?
Sae-Ryung berjalan memasuki ruang baca. Dia berusaha melupakan perasaannya yang limbung. Hanya novel-novel favoritnya yang bisa membawa gadis itu keluar dari realita. Tapi ketika dia masuk ke dalam ruang baca, gadis itu justru mendekat ke arah kalender yang terletak di meja. Meskipun terdengar bodoh, tapi dia ingin memastikan apakah tanggal 30 April benar-benar ada.
" 30 April, pukul 1 siang. Itu& tiga hari lagi. " Kedua mata Sae- Ryung membesar menyaksikan tanggal itu belum terlewat. Tiga hari lagi, janji Jang-Woo untuk menemuinya. Meskipun nyaris satu tahun sudah terlewat sejak pria yang dicintainya itu menuliskan semua di halaman terakhir buku diary milik Sae-Ryung, tapi tetap saja gadis itu merasa penasaran.
" Aku ingin bertemu dengannya. Haruskah aku menuruti kata hatiku? Apakah ini berarti aku telah mengkhianati suamiku?" Sae-Ryung berdecak. Dia menggelengkan kepalanya sambil meraih kalendar di meja dan memasukkannya ke dalam laci, berusaha untuk menghilangkan benda itu dari pandangannya agar dia bisa lupa.
" Once in a Life Time& di mana aku menyimpan buku itu?" Seperti kebiasaan sebelumnya, Sae-Ryung lupa di mana dia meletakan novel favoritnya. Padahal baru kemarin dia membereskan buku-buku tersebut agar teratur.
" Kemarin aku memegangnya, kan? Lalu di mana aku meletakannya?" Sae-Ryung menggaruk belakang kepalanya seperti orang linglung. Dia kemudian mendorong tangga untuk memeriksa lemari bagian atas. Gadis itu buru-buru naik dan akhirnya bisa mendapatkan buku yang dia cari.
" Aku mengandalkanmu, Hae-Kyung-ssi. Meskipun bukumu yang pertama ini sudah aku baca berkali-kali, tapi semoga saja efeknya bisa sama seperti sebelumnya. Aku harus mengalihkan perhatianku dari 30 April. "
Seperti membaca mantra, Sae-Ryung komat-kamit sebelum membuka lembar pertama dari buku favoritnya sepanjang masa. Dan benar saja, meskipun dia sudah membaca Once in a Life Time berkali-kali, gadis itu tetap bisa larut terbawa cerita di dalamnya.
Seharian ini Sae-Ryung menghabiskan waktu untuk membaca. Saking bosannya dia bahkan membaca bukubuku teknik milik Kyung-Hwan, buku biograi tokoh dan juga
buku-buku ensiklopedi yang mengisi rak bukunya. Meskipun isi kepalanya mulai kacau, tapi Sae-Ryung tetap menuruti perkataan Kyung-Hwan untuk tidak pergi keluar rumah dan tidak bertemu Fleur untuk sementara.
Sampai sore tiba, Sae-Ryung menyiapkan makan malam. Dia menggunakan semua bahan makanan yang ada di dalam kulkas. Meskipun bingung akan menghidangkan apa di meja makan, tapi gadis itu berusaha sekreatif mungkin untuk menyiapkan makan malam sesuai dengan selera Kyung- Hwan.
Once Karya Yuli Pritania dan Senselly di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Aku pulang!" Seruan kencang berasal dari pintu utama ketika Sae-Ryung masih sibuk menata peralatan makan. Seperti pesan sang ibu mertua, dia harus membuat meja makan semenarik mungkin agar Kyung-Hwan menyukainya.
" Kau sudah pulang?" Sae-Ryung memberikan pelukan singkat untuk sang suami, dan Kyung-Hwan mengecup dahi gadis itu dengan lembut.
" Kau masak banyak hari ini?"
" Ne& aku tidak tahu apakah rasanya enak atau tidak. Aku harap kau menyukainya. "
" Tentu, aku pasti akan menyukainya, " balas Kyung-Hwan sambil tersenyum. " Aku mandi dulu, setelah itu baru kita makan malam. " Pria itu melonggarkan dasinya sambil beranjak pergi meninggalkan dapur.
Sae-Ryung melanjutkan kegiatannya di meja makan. Dia menghidangkan nasi goreng kimchi dan juga gurita pedas kesukaan Kyung-Hwan. Sejauh ini, gadis itu merasa bahwa dia
tetap menjalankan tugasnya sebagai istri meskipun di dalam kepalanya tetap saja berkecamuk.
Beberapa saat setelah menghabiskan makan malam, Kyung-Hwan sudah sibuk lagi dengan maket baru yang dia buat. Pria itu menggunakan kepingan yang terbuat dari plastik mengkilat. Meskipun Sae-Ryung sangat tertarik untuk menonton kegiatan Kyung-Hwan, tapi gadis itu memilih untuk berbaring di ranjang dan membaca majalah fashion. Akhir-akhir ini minatnya terhadap fashion design semakin menguat. Dia bahkan berencana untuk melanjutkan kuliah di bidang itu dan memulai kembali dari awal.
" Ryungi~ya. Apakah kau sudah membuka jinjingan di bawah meja ruang tengah?"
" Jinjingan apa?"
" Ada bungkusan berwarna biru, hadiah pernikahan kita. Seseorang memberikannya, dia bilang dari Siena. "
Kyung-Hwan menghentikan sejenak aktivitasnya. Pria itu baru ingat, kemarin saat makan siang dengan seseorang dia mendapatkan oleh-oleh dari Italia. Gadis itu bilang, kalau hadiah yang dia berikan adalah kado pernikahan. Tapi kado pernikahan macam apa yang akan diberikan untuknya? Gadis itu kadang iseng, jadi Kyung-Hwan sangat sulit mempercayainya.
" Ooh, " respons Sae-Ryung singkat.
Tatapan mata Sae-Ryung memang sedang sulit untuk fokus, tapi apakah telinganya juga mulai kehilangan
konsentrasi untuk mendengar? Kenapa tiba-tiba dia langsung kacau setelah membaca buku diary-nya seharian ini?
" Kenapa kau lebih banyak diam hari ini?" Kyung-Hwan menanyai Sae-Ryung meskipun kedua tangannya sibuk menempel kepingan palstik dengan lem. Dia melirik sang istri yang masih sibuk dengan majalah meskipun sebenarnya tidak dibaca.
" Kenapa? Memangnya aku harus bagaimana?" balas Sae- Ryung tanpa menengok ke arah Kyung-Hwan.
" Tidak seperti biasanya. Tidak antusias, dan sikapmu padaku juga terlihat lebih tidak acuh, " jelas Kyung-Hwan.
" Itu hanya perasaanmu saja. Aku tidak merasa ada yang berbeda denganku. "
" Setelah kembali dari Busan, sikapmu padaku agak berubah. " Kyung-Hwan berusaha jujur dengan perasaannya. Sae-Ryung bahkan tidak mengiriminya pesan teks untuk mengingatkan makan siang, atau menanyakan pukul berapa Kyung-Hwan akan pulang.
" Berubah bagaimana? Tidak ada yang berubah. " " Entahlah, kau hanya berbeda saja hari ini. Apa ada yang kau pikirkan?"
" Tidak ada. " " Lantas?"
" Baru tiga minggu kita menikah, kau sudah protes pada perubahan sikapku. Apakah setiap hari aku harus sama seperti hari pertama kehidupan kita sebagai suami istri?" Sae-Ryung
menutup majalah di tangannya dan meletakkan kembali benda itu ke atas meja dengan perasaan kesal. Hanya sedikit saja dia menerima protes dari Kyung-Hwan, tapi malah dia yang lebih marah.
" Ada apa denganmu hari ini? Aku hanya ingin tahu saja. " " Sudahlah, Kyung-Hwan Oppa. Jangan mencari-cari kesalahanku. Aku mengantuk, " balas Sae-Ryung.
Kyung-Hwan menghela napas. Dia melirik Sae-Ryung yang memperlihatkan wajah kesal, sementara dia sendiri tidak bisa berbuat banyak pada gadis itu selain mengalah. Hari ini sikap Sae-Ryung pada Kyung-Hwan memang berubah. Meskipun tidak drastic, tapi tetap saja kentara. Perhatian Kyung-Hwan pada sang istri yang bisa membuatnya mengerti bagaimana suasana hati Sae-Ryung yang sebenarnya dia tetap saja tidak bisa membaca isi pikiran gadis itu.
Chapter 3: Love Motion
" Kalau saja aku bisa memilih hal apa saja yang boleh menempel di kepalaku sebagai memori, maka aku akan memilih semua ingatan
tentangmu." Go Sae-Ryung
iga minggu, tiga hari. Pagi yang sibuk bagi sepasang suami istri di hari ke-24. Kyung-Hwan merapikan simpul dasi yang dikenakannya dengan terburu-buru. Pria itu meneguk satu gelas air putih dan menggigit sandwich yang sudah disiapkan Sae-Ryung.
" Makan dulu sarapanmu Oppa, kau tidak akan kena protes meskipun telat datang ke kantor. " Sae-Ryung berusaha untuk membuat Kyung-Hwan duduk manis dan menikmati sarapannya tanpa terburu-buru.
" Aku ada rapat pagi. Dan maket yang kemarin aku tinggalkan di kantor juga belum dirapikan, " jawab Kyung- Hwan dengan mulut penuh.
" Baiklah. " Sae-Ryung menyodorkan jas Kyung-Hwan yang langsung dipakai pria itu serampangan.
" Aku berangkat. " Kyung-Hwan menarik pinggang Sae- Ryung mendekat dan memberikan kecupan singkat di dahi gadis itu. Dia mengusap puncak kepala Sae-Ryung dan tersenyum kecil. Jika diingat-ingat, kejadian beberapa hari lalu adalah untuk pertama kalinya dia dan Sae-Ryung terlibat dalam perdebatan setelah mereka menikah.
Kyung-Hwan berusaha untuk mengerti Sae-Ryung dan mencoba membuat perasaannya pada sang istri masih dalam tahap yang wajar. Dia tidak ingin menjadi suami yang posesif berlebihan.
Baru beberapa langkah Kyung-Hwan berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba dia menepuk dahi sambil memutar langkah kembali menghampiri Sae-Ryung.
" Kau melupakan sesuatu?" Gadis itu langsung bertanya saat menyadari Kyung-Hwan menghampirinya.
" Aku lupa memberitahu. Hari ini tidak usah menyiapkan makan malam ya? Kita makan di luar. Aku akan memperkenalkanmu dengan sahabat baikku. "
" Yeoja 21 ?" Sae-Ryung mengangkat alisnya. " Ne& yeoja. "
" Ooh, " respons Sae-Ryung singkat. Tiba-tiba ekspresi gadis itu sedikit berubah dan Kyung-Hwan yang menyadarinya langsung melanjutkan pembicaraan.
" Kau pasti akan sangat senang bertemu dengannya. Karena aku yakin, kau juga mengenal gadis itu meskipun kalian belum pernah bertemu. "
21 Perempuan
" Jinjjaya 22 ?"
" Eo. Jinjjayo," balas Kyung-Hwan sambil tersenyum. Sae-Ryung mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia menerka-nerka siapa gadis yang dimaksud Kyung-Hwan. Kalau dipikir-pikir setelah ingatannya lenyap beberapa bulan lalu, Sae-Ryung jarang sekali bertemu dengan banyak orang. Masa kecil sampai SMA dia habiskan di Busan. Setelah itu dia kuliah di Prancis. Sae-Ryung tahu awal mula pertemuannya dengan Kyung-Hwan berdasarkan cerita pria itu. Dia tahu selama empat tahun di Prancis, dia hanya pulang ke Korea empat kali. Dan anehnya, Kyung-Hwan seolah lupa atau memang disengaja tidak menceritakan apa pun tentang hal-hal yang terjadi pada empat momen kepulangan Sae- Ryung itu.
Sae-Ryung bertemu Kyung-Hwan saat dia akan masuk kuliah. Dan itu berarti, semua memori tentang Kyung-Hwan benar-benar lenyap dari kepala gadis itu. Ketika bangun dari koma, Sae-Ryung melihat pria itu berdiri di ujung ranjang, sedikit terpisah dari ayah dan ibunya. Satu pertanyaan yang dilontarkan Sae-Ryung ketika itu cukup membuat hati Kyung- Hwan nyeri, di samping rasa tidak sukanya melihat kondisi lemah gadis itu, kepalanya yang berbalut perban dan luka goresan di sekitar tangan dan kaki Sae-Ryung. " Kau siapa?" adalah dua kata yang membuat Kyung-Hwan merasa kecewa. Tapi bermula dari situlah, perjuangan Kyung-Hwan untuk mendapatkan hati Sae-Ryung diuji. Dalam waktu beberapa bulan, dia berusaha dekat dengan Sae-Ryung sampai akhirnya 22 Benarkah?
berhasil membuat gadis itu mengangguk dan menerima lamarannya.
Hari ini, tepat 30 April. Sae-Ryung mondar-mandir di dalam kamar, menggigiti kukunya dengan perasaan kalut. Diliriknya lagi jam digital di meja samping ranjang. Semuanya sama. Di sana tertulis 30 April. Tanggal yang selama beberapa hari belakangan ini membuat Sae-Ryung resah.
Saljunya akan kembali hari ini. Tepat pukul satu siang, saat terik matahari bisa saja melelehkannya. Shin Jang-Woo. Cinta pertamanya, kepingan lima tahun yang dipaksa lenyap dari kepalanya oleh Retrograde Amnesia Complex yang dia derita.
" Haruskah aku pergi? Haruskah aku menemuinya ketika kondisiku seperti ini? Aku bahkan tidak ingat momen apa saja yang pernah kami lewati bersama. Aku juga tidak ingat pembicaraan apa saja yang biasa kami lakukan dulu. Tapi bagaimana bisa hatiku berdebar kencang hanya karena membaca tulisannya di halaman terakhir buku diary-ku? Apakah sebenarnya sampai saat ini aku masih mencintainya? Shin Jang-Woo. Neige-ku yang hangat. Apakah aku masih menyimpan perasaan itu untuknya?" Sae-Ryung memijat dahinya kebingungan.
Di tengah perasaannya yang sedang limbung, ponsel Sae- Ryung berdering mengejutkannya. Gadis itu segera melesat menghampiri ponsel yang dia letakkan di atas meja rias.
" Yeoboseyeo. " Sae-Ryung langsung menyapa seseorang di balik sambungan telepon.
" Ryungi~ya, apa kau ada di rumah?"
" Ne& Fleur, aku ada di rumah. Apa kau berniat ke sini?" " Aku ingin sekali pergi ke rumahmu. Tapi& apakah suamimu masih marah padaku? Apakah dia melarangmu bertemu denganku? Maafkan aku, Ryungi~ya, ini semua salahku. "
" Gwaenchana Fleur~a, tidak ada yang salah. Kau datang saja ke rumahku. Temani aku di sini, sekalian ada sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu. "
" Baiklah. Aku akan sampai satu jam lagi. Aku juga akan menyiapkan sesuatu untukmu. "
" Ne& aku tunggu. "
Sae-Ryung mengakhiri pembicaraan dengan Fleur. Dia bersyukur gadis itu mau menemaninya dan mengisi kekosongannya yang menyedihkan. Karena Sae-Ryung belum terlalu hafal seluk-beluk kota Seoul, dia ingin Fleur membantunya untuk mengikuti kelas desain dan memperkenalkannya dengan orang-orang yang mungkin saja bisa mempermudah Sae-Ryung mempelajari kembali ilmu desain dari awal.
Tidak lebih dari satu jam, Fleur sudah sampai di kediaman Sae-Ryung dengan membawa jinjingan berisi roti dan kopi. Gadis itu terlihat antusias meskipun sebenarnya dia masih merasa tidak enak pada Sae-Ryung karena beberapa hari kemarin, situasinya dan Kyung-Hwan kurang baik.
" Aigoo, kau tidak usah repot-repot membawakan makanan. " Sae-Ryung menghampiri Fleur dan memeluk tubuh sahabatnya itu erat-erat.
" Gwaenchana. Aku hanya ingin kau mencoba roti dari toko kesukaanku. " Fleur meletakkan bungkusan yang dia bawa di atas meja sehingga mereka berdua bisa duduk dengan santai sambil mengobrol.
" Ada yang ingin aku diskusikan denganmu. Aku rasa, kau punya banyak saran jika aku menceritakannya. "
" Eo? Apa yang ingin kau katakan?"
" Aku ingin belajar desain lagi. Dari seseorang yang baik dan juga sabar mengajariku mulai dari dasar. "
" Kau tertarik untuk belajar desain lagi?"
" Iya, aku ingin mempelajari desain setelah aku melihat hasil karyaku di rumah. Aku rasa, jika aku mengasah kemampuanku dari awal lagi mungkin aku bisa mengingat apa yang telah aku pelajari sebelumnya. Jika aku bisa memperbaiki kemampuanku, maka sertiikatku dari Paris tidak akan sia-sia, kan?"
Sae-Ryung ingin mencari kesibukan. Dia ingin pikirannya tidak terfokus hanya pada satu hal. Satu ingatan yang bisa saja menghancurkan kehidupan rumah tangganya. Meskipun dia bertekad untuk tidak mengingat kembali kisah cintanya di masa lalu, tapi dia masih belum bisa menetapkan hatinya agar berhenti berdebar hanya karena Jang-Woo.
Belajar desain adalah salah satu cara yang dipilih Sae- Ryung. Itu adalah kemampuannya yang lenyap, dan dia ingin semuanya kembali seperti dulu. Keinginannya untuk hanya menjadi ibu rumah tangga saja tampaknya akan berubah saat ini.
" Ada seseorang yang aku kenal. Dia sudah bekerja di perusahaan fashion yang cukup besar. Hyo Rin Sunbae. 23 Kau bisa belajar dengannya. Karena aku juga masih perlu mempelajari banyak hal. Korea dan Prancis itu berbeda. Untuk desain pakaian pun, aku sedang memperdalam ilmunya. "
" Perkenalkan aku padanya, kita bisa belajar desain bersama-sama. Aku bosan jika harus menghabiskan sepanjang hari di rumah. Shin Hae-Kyung belum mengeluarkan novel keenamnya. Dan aku sudah membaca novel-novelnya sampai aku hafal semua adegan di dalamnya dengan rinci. " " Shin Hae-Kyung?" Fleur mengerutkan dahi.
" Iya, penulis favoritku. Hanya buku-bukunya saja yang bisa membuatku merasa tenang dan melupakan isi kepalaku yang berantakan. Kau membaca bukunya juga?"
" Aaa& aniya. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu dari seseorang. " Fleur masih terlihat bingung.
" Iya, tentu saja kau sering mendengar namanya. Di Korea, dia ini penulis iksi terkenal juga model yang sangat cantik. Wajahnya selalu menghiasi televisi setiap hari dari beberapa iklan yang dia bintangi. "
" Bukan& tidak berhubungan dengan buku yang dia tulis atau iklan yang dia bintangi. Tapi nama itu, Shin Hae-Kyung. Tiba-tiba aku jadi teringat dengan Shin Jang-Woo. Aku tahu nama kakak perempuan Jang-Woo yang meninggal itu Shin Eun-Seo. Tapi kakak keduanya& entahlah, lupakan saja!" Fleur menggaruk belakang kepalanya dan menampakkan cengiran polos.
23 Senior. Bisa juga diucapkan dengan Sunbaenim (formal).
Ekspresi wajah Sae-Ryung langsung berubah. Dia berusaha untuk tidak mendengar nama Shin Jang-Woo dari Fleur, tapi gadis itu malah menceritakan lagi satu hal yang membuatnya harus menghela napas panjang. Sae-Ryung tahu, Fleur itu memang selalu update tentang berita dari perkumpulan mahasiswa Korea di Prancis. Sampai saat ini, dia juga mengatakan bahwa sebagian besar teman-teman Prancis-nya itu masih terlibat kontak.
" Sudahlah. Jangan bahas salju itu lagi. Bagaimana dengan pelatihan desain yang akan kita ikuti?" Sae-Ryung mengalihkan pembicaraan.
" Nanti kita sama-sama mengatur jadwalnya setelah aku menghubungi Hyo Rin Sunbae," jawab Fleur.
Keduanya menghabiskan beberapa jam untuk membicarakan banyak hal. Termasuk menghubungi senior desainer yang akan menjadi tutor mereka dalam kelas desain khusus.
Meskipun asik mengobrol, tapi Sae-Ryung masih belum lupa bahwa pukul satu ini dia sudah punya janji dengan seseorang yang akan kembali setelah perpisahan mereka yang nyaris satu tahun. Jang-Woo mungkin sudah menginjakkan kakinya di Korea saat ini. Atau mungkin dia sudah dalam perjalanan menuju Namsan Tower untuk melakukan persiapan pertemuannya di sana.
Tepat pukul 11 siang, Fleur pamit untuk pergi karena seseorang menghubunginya. Dan di waktu-waktu yang sudah sangat dekat menuju pukul satu ini justru Sae-Ryung kembali
sendirian. Dia tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak pergi ke Namsan Tower dan menemui Jang-Woo di sana.
Kini rumahnya kembali sepi. Selang satu jam sebelum janji yang dituliskannya di buku harian harus ditepati. Mungkin jika satu hal dalam hidupnya belum terjadi, saat ini Sae- Ryung akan senang bukan main. Jika saja dia belum menikah dengan Kyung-Hwan, mungkin kegiatan nostalgianya dengan Fleur akan baik-baik saja tanpa hambatan. Jika saja dia belum menikah dengan Kyung-Hwan, mungkin hari ini akan menjadi hari paling bersejarah karena untuk pertama kalinya, seseorang yang dulu dia cintai akan datang ke Korea dan bertemu dengannya. Bisa dibilang, pertama kali terhitung sejak Sae-Ryung kehilangan ingatannya.
" Lalu aku harus bagaimana? Sekeras apa pun aku berusaha untuk tidak menghiraukannya, tapi perasaan itu tetap ada. Aku menginginkannya. Aku ingin sekali bertemu dengannya dan mencari tahu apa saja yang telah terjadi antara kami berdua di Prancis. Aku ingin kepingan lima tahun-ku kembali dan mengisi memoriku lagi. "
Seorang pria berperawakan tinggi tampak penuh semangat menapaki tangga di pelataran Namsan Tower. Setangkai mawar putih digenggamnya penuh harap. Tepat pukul satu siang, pria berambut cokelat itu sudah sampai di menara puncak. Dia menatap jajaran kaca besar di sekeliling, menikmati pemandangan kota yang sudah lebih dari empat tahun belakangan ini tidak pernah dia lihat. Pria itu adalah& salju.
Satu jam, dua jam, Jang-Woo masih berdiri. Hatinya mulai berharap dengan perasaan yang cemas menantikan seseorang yang sudah berjanji untuk menemuinya di sana.
" Kau serius dengan keputusanmu? Apakah hanya aku sendiri yang merasa keberatan dan tidak bisa menganggukkan kepala untuk ide yang satu ini? Tidak saling menghubungi selama kurang lebih satu tahun tanpa kejelasan berapa lama waktunya. Hanya untuk saling konsentrasi di bidang masing-masing. Kau dengan kegiatan memotretmu, dan aku dengan rancangan pakaian. Apakah kau setega ini padaku? Um? Apa kau yakin selama berbulan-bulan itu tidak akan ada yang berubah dari hubungan kita?"
" Apakah aku bisa tahan setelah menghapus semua kontakmu di ponselku? Bagaimana kalau aku sampai mati karena merindukanmu? Kau bahkan masih belum memastikan berapa lama kau akan berkeliling Eropa. Hanya untuk memotret saja tidak akan sampai satu tahun, kan? Cepatlah kembali ke Korea dan penuhi janji kita. Jika sudah ada di Korea, aku bisa tenang berteriak dan menyerukan pada semua orang bahwa kau adalah pacarku. Tetaplah menjadi salju yang membutuhkanku agar hangat. Tetaplah menjadi Shin Jang-Woo milik Go Sae- Ryung. Sampai bertemu tahun depan. Aku mencintaimu, Neige& ."
Jang-Woo tersenyum. Di telinganya terngiang-ngiang suara Sae-Ryung yang selalu memanggilnya sambil berbisik. Meskipun dia berusaha keras meyakinkan Sae-Ryung agar
gadis itu berhenti merahasiakan hubungan percintaan mereka, tapi Sae-Ryung tetap mempertahankan keputusannya. Terkadang Jang-Woo juga bingung dengan pesona apa yang sebenarnya dia punya sampai gadis-gadis rela bertengkar satu sama lain hanya untuk memperebutkannya. Padahal sudah jelas-jelas hati Jang-Woo hanya terpaku pada Sae-Ryung saja. Seperti apa yang selalu dia tulis dalam lembaran diary milik gadis yang dicintainya. Shin Jang-Woo milik Go Sae-Ryung.
Jang-Woo kembali melirik jam tangannya. Sudah pukul 5 sore dan gadis yang ditunggunya belum datang juga. Apakah dalam waktu delapan bulan ini Sae-Ryung sudah melupakannya? Apakah gadis itu mengingkari janji yang telah dibuatnya?
" Aku yakin kau akan datang Ryungi~ya, mungkin kau sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Atau kau sedang sibuk dengan sketsamu. Tenang saja, aku tidak akan ke mana-mana. "
Seperti berusaha meyakinkan dirinya sendiri, Jang-Woo terus bergumam pelan. Kini dia sudah duduk di lantai sambil meluruskan kaki. Parfumnya masih tercium wangi, dan itu adalah wangi kesukaan Sae-Ryung. Rambutnya sengaja dia atur serapi mungkin, dan yang pasti dia bisa memamerkan dahinya dengan sempurna, dahi favorit Sae-Ryung.
Jika dipikir-pikir, selama perjalanannya berkeliling Eropa. Jang-Woo selalu memikirkan Sae-Ryung. Perasaan rindunya pada gadis itu bisa dia tekan karena pemandangan indah yang terekam dalam kameranya. Dia berencana untuk membuka pameran foto di Korea dan mengajak Sae-Ryung sebagai orang pertama yang akan melihat semua foto yang dia ambil.
Pukul 6. Kehadiran Sae-Ryung masih dinantikan Jang-Woo. Sudah lima jam dia menunggu di sana. Ekspresi wajah Jang- Woo mulai berubah. Dia yang sebelumnya terlihat sangat cerah kini mulai murung, pikiran positifnya seolah lenyap digantikan berbagai dugaan negatif tentang Sae-Ryung. Apakah kebersamaannya selama lima tahun dengan gadis itu benar-benar sudah harus berakhir saat dia memutuskan untuk berpisah di Prancis dan menyendiri selama beberapa waktu?
Di tengah perasaannya yang kalut, tiba-tiba ponsel Jang-Woo bergetar menandakan panggilan masuk. Dengan terburu-buru, pria itu mengeluarkan ponselnya dari coat yang dipakai dan melihat nama kontak yang tampil di layarnya.
Jang-Woo mendesah berat kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga.
" Ne& Nuna& . "
" Jang-Woo~ya, kau sudah sampai di Korea?" " Eo& pesawatku mendarat tadi siang. "
" Datanglah ke Myeongdong. Kita makan malam bersama. Sekalian aku akan mempertemukanmu dengan seseorang yang pasti juga sangat kau rindukan."
" Seseorang yang aku rindukan? Siapa? Apakah ada orang lain yang juga aku rindukan selain kau dan Ibu?" Jang-Woo menggigit bibirnya, dalam hati dia menambahkan nama Sae-Ryung di samping dua orang anggota keluarganya yang paling berharga itu.
" Kyung-Hwan Oppa& kau tidak lupa padanya, kan?"
" Hwan Hyung? Kau serius, Nuna?"
" Tentu saja. Makanya, cepatlah datang ke sini. Jangan beralasan kau tidak tahu jalan dan tersesat. Gunakan navigasi dengan baik."
" Tapi, Nuna, aku sedang ada janji dengan seseorang, " " Seseorang siapa? Adakah gadis yang lebih penting selain aku?"
The Demigod Files Buku Pendamping Percy Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih First Love Never Die Karya Camarillo
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama