Ceritasilat Novel Online

Once 4

Once Karya Yuli Pritania dan Senselly Bagian 4

" Baiklah, aku akan menunggunya dulu sebentar lagi. Nanti aku baru berangkat ke sana. "

" Sekarang sudah pukul 6 Jang-Woo~ya, kau harus datang sebelum pukul 7. Cepatlah berangkat. Kau tahu Nuna-mu ini juga merindukan kepulangan adik laki-lakinya yang tampan, kan?"

" Tapi& . "

" Aku tutup teleponnya. Bye. "

Jang-Woo belum sempat meneruskan ucapannya ketika sang kakak perempuan justru memutus sambungan telepon. Sekarang dia berada dalam dua pilihan yang sulit. Apa dia harus pergi setelah menunggu Sae-Ryung selama lima jam? Atau dia masih harus menambah rasa lelahnya menunggu dan berharap gadis itu akan datang di malam hari?

Lalu bagaimana dengan Nuna-nya? Bukankah dia juga sangat merindukan Nuna kesayangannya itu? Dia sudah merasa sangat jahat karena tidak bisa datang di pemakaman kakak pertamanya karena bertepatan dengan hari pameran fotograi yang dilakukannya di Belanda. Dia tahu, sang kakak juga pasti tidak menginginkan kedatangannya ke Korea

jika dia membiarkan impian dan semua hasil kerja kerasnya terbengkalai begitu saja.

Saat ini Jang Woo bahkan belum bertemu dengan ibu dan juga kakak keduanya, tapi sudah menghabiskan waktu sangat banyak dalam ketidakpastian menunggu Sae-Ryung.

" Ah, sudahlah. Mungkin Sae-Ryung tidak akan datang hari ini. "

Jang-Woo bangkit dan merapikan kembali pakaiannya yang sudah kusut. Dia menghela napas panjang sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berharap tiba-tiba dia melihat sosok Sae-Ryung tengah berlari menghampirinya. Tapi itu hanya harapannya saja.

Jang-Woo berjalan dengan langkah gontai, dia melemparkan bunga mawar putih ke dalam tempat sampah dan berdecak putus asa.

" Siapa gadis yang akan kau kenalkan padaku?" Sae-Ryung mengulang kembali pertanyaannya sejak di perjalanan tadi, gadis itu masih tidak juga mendapat jawaban yang pasti dari sang suami.

" Kau mengenalnya, malah aku rasa kau akan sangat kegirangan jika bertemu dengannya nanti. "

" Membuatku penasaran saja. " Sae-Ryung menghela napas. Dia tahu meskipun berusaha mencecar Kyung-Hwan, tetap saja pria itu tidak akan menjawab.

Keduanya berjalan memasuki restoran tempat pertemuan yang sudah dijanjikan. Seperti biasa, Sae-Ryung harus melangkahkan kakinya besar-besar setiap dia berjalan di

samping Kyung-Hwan. Risiko memiliki tubuh imut yang terbanting jauh oleh perawakan suaminya yang tinggi besar.

" Kau lihat di sebelah sana? Gadis yang sedang bengong dengan tampang bodoh itu?" Kyung-Hwan mengarahkan telunjuknya pada seorang gadis yang sedang duduk di jajaran kursi di samping kaca. Gadis berambut panjang itu menatap kosong ke arah luar.

" Tampang bodoh? Dengan wajah secantik itu? Keterlaluan kau, Oppa. " Sae-Ryung menggelengkan kepala mengomentari suaminya.

Keduanya berjalan mendekat ke arah gadis yang tidak menyadari kedatangan Sae-Ryung dan Kyung-Hwan. Tapi sepertinya Sae-Ryung benar-benar kaget menyaksikan siapa yang tengah duduk di hadapannya itu.

" Hae-Kyung~a, " Kyung-Hwan membungkukkan tubuhnya, memanggil gadis bernama Hae-Kyung itu dari jarak dekat. Sementara Sae-Ryung masih terbengong hebat dengan pemandangan di hadapannya.

" Perkenalkan, ini istriku Go Sae-Ryung. Kau sudah sangat hafal karena aku selalu menceritakan tentangnya padamu kan, Kyung~a?"

Hae-Kyung mendongak saat menyadari dua orang berdiri di hadapannya. Dia bangkit berdiri kemudian tersenyum lebar, mengulurkan tangannya untuk menyalami Sae-Ryung.

" Shin Hae-Kyung, " ujarnya singkat. Spontan kedua mata Sae-Ryung langsung membesar begitu dia menyadari siapa sosok yang diperkenalkan Kyung-Hwan padanya. Gadis itu, adalah penulis favoritnya.

" Aku sudah bilang kan kalau kau mengenalnya?" ujar Kyung-Hwan menarik kursi di hadapannya, mempersilakan Sae-Ryung untuk duduk. " Iya, dia idolamu. Tidak usah norak begitu bisa kan, Ryung?" lanjutnya sambil menarik pinggang Sae-Ryung dan mendorong bahu gadis itu, mendudukkannya.

Sae-Ryung mendelik menatap Kyung-Hwan karena merasa suaminya itu baru saja mengolok-oloknya. Tapi tatapan mata gadis itu langsung berbinar begitu dia mengalihkan kembali perhatiannya pada Hae-Kyung.

" Aku sering melihatmu di TV, tapi ternyata kau jauh lebih cantik dilihat secara langsung, " ujar Sae-Ryung dengan nada antusias.

" Tidak perlu berbasa-basi memujinya. Hanya akan membuatnya besar kepala, " sela Kyung-Hwan, dia bahkan tidak mengizinkan sang istri memuji-muji Hae-Kyung dengan berlebihan. " Dan kau tidak usah sok sopan dengan mengatakan terima kasih, " lanjut pria itu, tepat di saat Hae- Kyung baru akan membuka mulutnya untuk membalas perkataan Sae-Ryung.

" Aku bosan dengan segala bentuk basa-basi perkenalan ini. Kita lewatkan saja ya?"

Dan tentu saja Kyung-Hwan langsung menerima dua tatapan sinis dari gadis-gadis di hadapannya. Dia mengacaukan pertemuan berharga antara fans dan idolanya. Mempengaruhi suasana bahagia yang mengharukan dengan setiap ocehannya.

" Mana Jang-Woo? Kau bilang dia ikut. " Kyung-Hwan menanyai Hae-Kyung setelah mereka bisa duduk tenang. Tapi pertanyaan itu langsung membuat Sae-Ryung tersentak kaget. Nama itu, Jang-Woo. Kenapa dia harus mendengar nama Jang-Woo di mana-mana? Apakah begitu banyak orang Korea bernama Jang-Woo?

" Aku sudah menghubunginya tadi. Dia sedang menunggu seseorang atau apa. Sepertinya pacarnya. Pulang ke Korea bukannya menemui ibu dan kakaknya dulu, malah menemui gadis lain. "

Sae-Ryung terdiam. " Menunggu seseorang?" Jang-Woo mana yang sedang dibicarakan oleh dua orang itu? " Itu kan romantis, " ujar Kyung-Hwan.

Sae-Ryung memejamkan matanya rapat-rapat, dia berusaha meyakinkan diri untuk tidak terpengaruh dengan obrolan tersebut. Gadis itu yakin, tidak mungkin ada kebetulan yang begitu apik seperti ini, dia yakin Jang-Woo yang sedang dibahas kali ini bukanlah Shin Jang-Woo yang juga sedang mempengaruhi pikirannya.

" Buat gadisnya mungkin, tapi buatku tidak. Itu membuatku merasa diduakan. "

" Dia sudah 24 tahun, Hae-Kyung~a, sudah berapa lama sih kalian tidak bertemu? Dia pasti bukan adik kecilmu lagi. " Kyung-Hwan tertawa. Pria itu mengulurkan tangannya mengusap poni Hae-Kyung, membuat Sae-Ryung seolah menghentikan napasnya selama beberapa saat karena kaget

dengan perlakuan Kyung-Hwan. Sebenarnya seberapa dekat hubungan suaminya dengan gadis itu?

" Ngomong-ngomong kau terlihat pucat. Kau sakit ya?" Hae-Kyung menggeleng, dia mengalihkan pandangan pada Sae-Ryung seolah berusaha untuk tidak menjawab pertanyaan Kyung-Hwan yang satu itu.

" Aku akan membagi suatu rahasia padamu dan aku jamin, setelah itu kau tidak akan menyukaiku lagi, " ujarnya tiba-tiba, membuat Sae-Ryung menatapnya bingung karena Hae- Kyung berbicara padanya dengan nada antusias.

" Kau kan tidak perlu mengucapkan pembukaan semengerikan itu. " Kyung-Hwan berjengit. Dia menduga-duga apakah Hae-Kyung benar-benar akan mengatakannya pada Sae-Ryung. Lalu apa pendapat sang istri tentang kebenaran yang akan diungkap? Apakah gadis itu akan marah? Atau malu? Atau malah senang?

" Apa? Bahwa kalian adalah mantan pacar?" tebak Sae- Ryung.

" Tentu saja bukan!" seru Hae-Kyung sambil mengernyitkan hidung, seakan ide untuk berpacaran dengan Kyung- Hwan adalah sesuatu yang menakutkan. " Dia mantan pacar kakakku, bukan aku, " ujarnya spontan, dan beberapa saat kemudian langsung melirik Kyung-Hwan dengan jari yang membentuk V-sign karena dia baru saja mengungkapkan satu rahasia lain tentang Kyung-Hwan. Tentu saja Sae-Ryung juga langsung melirik Kyung-Hwan dengan tatapan tajam, seolah berkata, " Aku akan mengintrogasimu habis-habisan setelah

kita pulang ke rumah nanti. " Membuat Kyung-Hwan langsung kesulitan menelan ludah.

Sae-Ryung kembali mengalihkan perhatiannya pada Hae- Kyung, berusaha membuat fokusnya tidak terbagi dengan pernyataan terakhir yang diucapkan gadis itu. " Lalu? Kita baru pertama kali bertemu tapi sepertinya Eonni, 24 bersemangat sekali ingin membuatku membenci Eonni, " ujarnya sambil tersenyum manis. Alam bawah sadarnya nyaris tersihir saat bertemu dengan sang idola. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi Sae-Ryung.

" Dia itu memang masokis sejati. Kau tidak tahu saja. " Kyung-Hwan bergumam pelan. Pria itu melirik Hae-Kyung dengan tatapan iri karena gadis itu bisa menarik seratus persen perhatian Sae-Ryung padanya, membuat Kyung-Hwan merasa terabaikan di antara dua gadis tersayangnya itu.

" Kau suka novel-novelku? Bagus tidak?" tanya Hae-Kyung, memulai percakapan.

Sae-Ryung mengangguk. " Saking seringnya mengulang membaca, aku rasa aku sampai hafal dialog-dialognya, " aku Sae-Ryung sambil tertawa kecil.

" Nah, karena kau istri sahabatku, kau harus tahu bahwa tidak satu pun dari novel-novel itu yang kutulis sendiri, " ujar Hae-Kyung dengan wajah santai, seolah dia tidak merasa bersalah telah membuka rahasianya di depan penggemar fanatik sekelas Sae-Ryung.

" Maksud Eonni, Eonni hanya menumpang nama saja?" Sae-Ryung terkejut setelah mati. Gadis itu mengernyitkan 24 Kakak perempuan. Diucapkan oleh perempuan untuk perempuan yang lebih tua.

alisnya menatap Hae-Kyung. Meskipun dia belum terlalu mengerti apa maksud dari pernyataan penulis favoritnya itu, tapi sepertinya Hae-Kyung benar-benar sudah gila karena mengungkapkan rahasianya dengan ekspresi sedatar itu.

" Tidak juga. Semua idenya berasal dariku. Hanya saja aku tidak berbakat dalam menuliskannya, jadi ada orang lain yang membantuku. "

Sae-Ryung menganggukkan kepalanya pelan. Dia masih menatap Hae-Kyung penuh tanda tanya. Jika bukan dia yang menuliskan novel-novelnya, lalu siapa orang yang berperan di balik lima buku yang sudah dihasilkan Hae-Kyung atas namanya?

Sae-Ryung menghela napas panjang, dia kembali menampakkan senyuman. " Aku sedikit kecewa, tapi aku rasa itu tidak sepenuhnya salah. Maksudku, banyak penulis bagus, tapi ide-ide mereka sama sekali tidak menarik atau bisa dibilang pasaran. Sedangkan semua novelmu berbeda. Dan banyak sekali hal-hal yang terasa dekat dengan kehidupan nyata. Ide bagus adalah hal yang paling penting dalam menarik perhatian pembaca, " ujarnya, berusaha untuk tidak membuat Hae-Kyung merasa tidak enak karena pengakuannya yang tiba-tiba.

" Kau tidak bertanya siapa penulisnya?" tanya Hae-Kyung. Gadis itu mengedipkan mata, kemudian mengedikkan dagunya ke arah Kyung-Hwan.

Kali ini tingkat syok Sae-Ryung berkali lipat dari sebelumnya. Dan kebenarannya adalah, dari semua novel karya Hae-Kyung yang dia baca ternyata ditulis oleh Cha

Kyung-Hwan. Suaminya. Demi apa pun dia benar-benar kaget. Gadis itu langsung menatap Kyung-Hwan dengan mulut ternganga seakan tidak percaya. Suaminya yang seorang arsitek super sibuk itu ternyata bisa berkoordinasi dengan Hae-Kyung untuk menghasilkan karya-karya luar biasa. Dan semua ceritanya begitu romantis. Apakah Kyung- Hwan memang tipe yang seperti itu?

" Kyung-Hwan Oppa? Jadi selama ini& kau tidak memberitahuku!" Sae-Ryung meledak. Dia memukul bahu Kyung-Hwan dengan kepalan tangan. Merengek karena merasa malu pada sikapnya sendiri. Selama ini gadis itu selalu memuji-muji karya Shin Hae-Kyung di depan Kyung-Hwan, tapi ternyata suaminya juga berada di balik nama besar Hae- Kyung sebagai penulis iksi terkenal. Ini tidak bisa dipercaya. Benar-benar tidak bisa dipercaya.

Kyung-Hwan tertawa, dia berusaha menenangkan Sae- Ryung yang masih memukul-mukulnya dengan kesal.

" Aigoo, Ryungi-ku yang imut ini tampaknya bukan marah karena tidak aku beritahu. Tapi karena malu sudah memuji novel yang ternyata hasil karyaku habis-habisan. Iya, kan?" " Oppa& aku benci karena kau tidak mengatakannya. " " Aigoo, manisnya. " Kyung-Hwan menarik tubuh Sae-Ryung mendekat dan memeluk gadis itu dengan gemas.

" Kalian berdua jangan pamer kemesraan di depanku seperti itu, " ujar Hae-Kyung sinis.

" Kau yang mengaku padanya, aku tidak menyangka respons istriku akan seperti ini, " jawab Kyung-Hwan sambil tertawa.

" Aku tidak menyangka Eonni sendiri yang mengatakannya padaku seperti ini. Kalau begitu, aku malah jadi semakin menyukai Eonni. "

" Jadi kalau misalnya kami dipergoki wartawan dan wajah kami berdua keluar di surat kabar dan internet, kau kan tidak perlu panik dan merasa cemburu. Karena itu, penting sekali mengenalkannya padamu, " jelas Kyung-Hwan.

" Siapa juga yang mau digosipkan denganmu, hah? Imageku bisa jelek. Bagaimana kalau kepala beritanya, Shin Hae- Kyung berkencan dengan pria beristri. Itu kan bisa merusak reputasiku!" komentar Hae-Kyung.

Ketiganya asyik meneruskan obrolan mereka yang menyenangkan. Banyak hal yang ditanyakan Sae-Ryung pada Hae-Kyung dan terkadang itu membuat Kyung-Hwan jadi kesal sendiri. Tiba-tiba dia menyesal karena memperkenalkan Hae-Kyung pada Sae-Ryung karena gadis itu menjadi begitu antusias bertemu dengan idolanya. Urusan Kyung-Hwan menjadi ghostwriter untuk Hae-Kyung tentu saja menjadi masalah yang akan dikesampingkan Sae-Ryung, setelah sampai rumah dia akan memastikan bahwa Kyung-Hwan bisa menjelaskannya dari awal sampai akhir. Oh iya, juga masalah hubungan Kyung-Hwan dengan Shin Eun-Seo yang dulu sempat berpacaran.

" Nuna 25 !"

Seruan kencang dari arah pintu masuk restoran membuat ketiga orang yang sebelumnya mengobrol itu langsung 25 Kakak. Panggilan dari laki-laki terhadap perempuan yang lebih tua .

mengalihkan perhatiannya pada sosok tampan yang berjalan menghampiri mereka. Pria tinggi itu masih memakai ranselnya, juga kamera yang tersampir di lengan kanan.

" Hei, Jang-Woo~ya, " Kyung-Hwan bangkit berdiri menyambut kedatangan tamu baru yang bergabung. Mereka melakukan high-ive kemudian berpelukan singkat. Pria bernama Jang-Woo itu kini sudah sangat besar, bahkan tingginya nyaris sama dengan Kyung-Hwan. Dulu ketika masih kecil, Jang-Woo juga cukup banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan Kyung-Hwan yang sering datang ke rumah untuk bertemu dengan kakak perempuannya.

Di luar suasana hangat yang melingkupi Kyung-Hwan dan Hae-Kyung, yang terjadi pada Sae-Ryung justru sebaliknya. Gadis itu menatap Jang-Woo dengan raut wajah panik. Dia memperhatikan setiap gerakan pria yang belum menyadari bahwa keberadaannya yang sedang duduk juga perlu dia sapa. Sae-Ryung mengepalkan tangan. Dia memandangi Jang-Woo lekat-lekat, memastikan bahwa pria bernama Jang- Woo itu adalah seseorang yang juga dia kenal. Penampilan rambutnya memang agak berbeda. Tapi wajahnya. Dia yakin seratus persen bahwa pria yang baru saja memeluk Kyung- Hwan itu adalah orang yang sama seperti yang pernah dia lihat dari foto kenangannya. Pria bernama Jang-Woo itu adalah orang yang sama, yang menuliskan janji di halaman terakhir buku diary-nya. Pria itu adalah Neige& saljunya.

" Jang-Woo~ya, kenalkan, ini istriku. " Kyung-Hwan menarik sebelah tangan Sae-Ryung, membuat gadis itu berdiri. Dan

saat itulah Jang-Woo baru menyadari keberadaan seorang gadis lain di samping nuna dan juga hyung 26 -nya. " Namanya Go Sae-Ryung. "

Jang-Woo terpaku dengan pemandangan yang disuguhkan di hadapannya. Gadis itu berdiri dengan tangan gemetaran, wajahnya tertunduk seolah dia tahu siapa sosok di hadapannya. Pemandangan itu membuat jantung Jang-Woo terasa nyeri, dia tersentak bukan main melihat gadis yang dicintainya itu diperkenalkan sebagai istri dari hyung favoritnya. Hatinya memberikan jutaan rasa sakit yang membuat Jang-Woo hanya bisa terdiam dengan sorot mata yang tidak teralihkan sedikit pun dari Sae-Ryung. Tapi keduanya masih tetap berada dalam diam, menikmati perasaan masing-masing yang mulai kacau dan berubah semakin berantakan saat pria itu menyadari bahwa gadis bernama Sae-Ryung itu bahkan enggan mengangkat sedikit saja wajahnya untuk Jang-Woo.

" Bangapsumnida 27 & Sae-Ryung~ssi, " ujar Jang-Woo mati-matian untuk tidak merangsek gadis itu dan menarik tangannya untuk pergi dan meminta penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi selama mereka berdua berpisah.

" Yak, Shin Jang-Woo, kau tidak mau memeluk kakakmu, hah?" Hae-Kyung berseru kesal melihat sang adik kesayangan justru terpaku pada fokus lain dan seolah tidak mempedulikan keberadaan kakak perempuan satu-satunya itu.

26 Panggilan akrab yang diucapkan laki-laki untuk laki-laki yang lebih tua. 27 Senang bertemu denganmu.

Jang-Woo menoleh, dengan cepat mengubah ekspresinya dan tertawa, menarik Hae-Kyung ke dalam dekapannya dan dengan sengaja berusaha meremukkan kakaknya sampai gadis itu meronta minta dilepaskan.

Tatapan rindu Hae-Kyung terlihat jelas ketika dia memperhatikan wajah sang adik. Dia akui Jang-Woo adalah versi laki-laki dari Eun-Seo. Kakak perempuannya yang sudah meninggal. Tapi entah kenapa melihat wajah Jang-Woo kali ini justru membuatnya merasa semakin tersiksa dengan beberapa fakta yang telah terjadi.

" Nuna? Kau tidak apa-apa? Kau begitu merindukanku ya?" Jang-Woo menatap Hae-Kyung keheranan saat sang kakak justru meneteskan air mata dan tampak kacau.

" Tidak apa-apa. Aku pergi ke toilet sebentar. Kalian lanjutkan obrolannya. " jawab Hae-Kyung kemudian melesat meninggalkan ketiga orang tersebut dalam suasana canggung.

Jang-Woo kembali melirik Sae-Ryung yang masih tertunduk diam. Kemudian mengalihkan pandangannya pada Kyung-Hwan dan memilih untuk duduk di kursi yang berada di hadapan hyung-nya.

Makan malam yang singkat itu terasa begitu lama bagi Sae-Ryung karena dia terus menahan lututnya yang ngilu, juga tangannya yang tidak berhenti gemetaran. Untung gadis itu bisa menahan dirinya untuk tidak menangis. Dia memang melupakan sebagian besar kenangannya bersama Jang- Woo, tapi buku diary-nya membuat gadis itu seolah paham mengenai kisah cintanya. Dari awal, sampai akhir.

Chapter 4: Please Don t

" Saat aku memutuskan untuk mencintainya, saat itu juga aku sudah bertekad untuk membahagiakannya. Jika pada akhirnya dia tidak bahagia denganku, maka aku akan melepaskannya." Cha Kyung-Hwan

eberapa hari belakangan ini Sae-Ryung tampak murung. Dia bertingkah canggung di depan Kyung- Hwan. Tiba-tiba rasa bersalah mulai menggerogoti perasaannya pelan-pelan. Setelah pertemuan makan malam seminggu lalu, Sae-Ryung seperti mendapatkan tekanan batin yang berlebihan. Dia tahu bahwa semua yang terjadi memang bukan seratus persen kesalahannya. Tapi dari sorot mata Jang-Woo yang ditunjukkan padanya tempo hari seolah menegaskan bahwa dalam kasus yang terjadi kali ini, Sae-Ryung menjadi tersangka yang melanggar janji dan diperparah dengan fakta bahwa dia telah menikah dengan Kyung-Hwan. Dia tahu semua itu dilakukan karena Jang-Woo telah lenyap dari pikirannya sebagai akibat dari penyakit yang diderita. Tapi tetap saja, dia seperti tertangkap basah sebagai

seorang pengkhianat yang memberikan luka luar biasa karena pria yang dipilihnya justru orang yang sudah dianggap seperti kakak oleh Jang-Woo.

Satu hari ini terasa begitu panjang bagi Sae-Ryung. Dia sedang berada di dalam bis untuk perjalanan pulang. Tiga hari ini dia sibuk mengikuti kelas desain untuk mengasah kembali kemampuannya. Tapi ternyata setelah menerima beberapa pelatihan, Sae-Ryung justru bisa lebih banyak melakukan halhal yang tidak bisa dilakukan oleh siswa kelas desain lainnya. Meskipun dia merasa kemampuannya dalam bidang desain sudah hilang, tapi ternyata bakat itu tidak bisa hilang begitu saja. Sae-Ryung masih tergolong genius dalam membuat desain pakaian yang spektakuler. Dia hanya perlu bersabar untuk mengingat-ingat apa yang dia pelajari. Mungkin setelah itu, dia bisa membuat fashion show dengan modelmodel nasional yang mengenakan hasil karyanya.

Sae-Ryung melangkah gontai memasuki rumahnya. Hari sudah hampir gelap dan dia tidak memiliki semangat sedikit pun untuk memasak makan malam. Setelah memesan makanan dan menyajikannya di meja makan, Sae-Ryung bergegas ke kamar mandi untuk berendam air hangat. Dia rasa mungkin itu bisa menjadi salah satu cara untuk menenangkan pikirannya.

Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya beberapa hari belakangan. Bagaimana Kyung-Hwan bisa menjadi ghostwriter untuk Hae-Kyung, bagaimana hubungan Kyung-Hwan dengan Eun-Seo dulu? Lalu bagaimana dengan Jang-Woo yang ternyata adiknya Hae-Kyung, bagaimana hubungannya

dengan pria itu setelah semua kekacauan membuat mereka bahkan tidak lagi bisa berbicara seperti dulu lagi?

" Izinkan aku menemanimu, mengisi kepalamu dengan memori baru di masa depan. Izinkan aku untuk berada di sampingmu dan memastikan bahwa aku akan meringankan sakit kepala yang kau rasakan ketika ingatan masa lalumu membayangi."

Kyung-Hwan berdiri di depan Sae-Ryung yang sejak tadi sudah berurai air mata. Pria itu memegang kotak transparan berisi cincin perak bermata ruby. Dan puluhan sorot mata menjadikan mereka berdua sebagai fokus yang menarik. " Go Sae-Ryung, maukah kau menikah denganku?" Dan tangisan Sae-Ryung semakin menjadi. Dia membekap mulutnya rapat-rapat, tidak bisa berkata apa pun. Beberapa menit sebelumnya Kyung-Hwan memainkan melodi romantis dengan dentingan piano di depan semua pengunjung kafe yang malam itu dipilihnya menjadi lokasi bersejarah untuk melamar Sae-Ryung.

Pertanyaan yang baru saja disampaikan Kyung-Hwan mengundang riuh tepuk tangan dari orang-orang yang sebelumnya sedang menikmati makan malam masing-masing. Pria itu sengaja menyiapkan kejutan untuk Sae-Ryung dengan lamaran yang dilakukannya.

" Maukah kau menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku kelak?" Kyung-Hwan mengulang pertanyaannya, dan Sae- Ryung langsung mengangguk. Gadis itu tidak bisa berkata apa

pun selain menganggukkan kepalanya berkali-kali, kemudian tersenyum dan menghambur ke pelukan Kyung-Hwan, mendekap pria itu erat-erat, memastikan bahwa apa yang baru saja terjadi padanya itu bukan mimpi. Dia baru saja dilamar oleh pria yang selama beberapa bulan ini selalu bersamanya. Pria yang menungguinya di rumah sakit, mulai dari koma sampai tersadar. Pria itu, Cha Kyung-Hwan yang begitu dicintainya.

Sae-Ryung membuka mata pelan-pelan, kenangan manis yang pernah dia lewatkan dengan Kyung-Hwan bisa membuat perasaannya terasa lebih baik meskipun tidak banyak. Sae- Ryung kembali memijat dahinya yang terasa sakit. Wangi yang tercium dari lilin aroma terapi di sekeliling bak mandi membuat acara berendam Sae-Ryung sedikit membuatnya tenang. Tapi kelebatan masa lalunya kembali membuat gadis itu dipaksa kembali untuk memutar otak, membawanya pada ingatan tentang Jang-Woo.

" Jadi kau siswi bernama Go Sae-Ryung itu? Namamu menjadi perbincangan teman sekelas karena akselerasimu. Siswa tingkat satu langsung naik ke tingkat tiga berbekal nilai ujian akhir semester. Benar-benar mengejutkan."

Jang-Woo berbicara pada gadis di hadapannya diakhiri kekehan. Pria itu baru saja berhasil membujuk Sae-Ryung untuk makan siang bersamanya, membuat tatapan gadis-gadis lain langsung berubah sinis terhadap Sae-Ryung.

" Aku memang terlahir untuk itu."

" Cih, baru satu hari melompat kelas kau sudah besar kepala." " Sebenarnya aku tidak ingin mencari masalah dengan Sunbae. Lihat kan tatapan gadis-gadis lain? Mereka menatapku seperti ingin menelanku hidup-hidup."

" Biarkan saja mereka seperti itu. Sebagai murid baru di sekolah ini, aku juga tidak terlalu ingin berinteraksi dengan teman-teman kelas yang lainnya."

" Jadi sunbae murid pindahan?"

" Iya, aku pindahan dari Seoul. Dan anggaplah kau juga pindahan, kau pindah dari kelas sepuluh ke kelas dua belas. Bukankah ini takdir? Kau dan aku memang sudah digariskan untuk bersama."

" Sunbae ini seenaknya saja membuat kesimpulan." " Jangan panggil aku seperti itu. Biasakan panggil aku Oppa. Karena aku rasa, setelah mengenalmu lebih jauh, aku bisa menjadikanmu sebagai satu-satunya gadis yang berhak aku sebut sebagai& cinta pertama."

Kepala Sae-Ryung kembali terasa nyeri. Tubuhnya yang berada di dalam air membuatnya seperti mati rasa. Jantung Sae-Ryung mulai berdebar tidak keruan, dan paru-parunya seolah mengerut menolak oksigen yang berusaha dia hirup. Napasnya sesak. Gadis itu kembali harus menerima siksaan dari Retrograde Amnesia Complex-nya. Sae Ryung memegangi kepala, rasa pusing yang menjalar kali ini mengaburkan penglihatannya, membuat telinganya terasa pengang dengan seruan-seruan yang memanggil namanya.

" Go Sae-Ryung& ." Suara itu terdengar seperti Jang-Woo, dan kepala Sae-Ryung nyaris meledak.

" Ryungi~ya& ada apa denganmu? Apa yang terjadi?" Suara lain terdengar panik setelah sebelumnya Sae-Ryung mendengar pintu kamar mandinya dibuka secara paksa. Samar-samar dia melihat wajah Kyung-Hwan mendekat sebelum kemudian gelap sama sekali. Sae-Ryung akhirnya pingsan karena tidak bisa menahan sakit kepalanya.

Kyung-Hwan menahan bahu Sae-Ryung agar gadis itu tidak tenggelam ke dalam bak mandi. Dia sedikit kesulitan mengangkat tubuh Sae-Ryung yang terasa dingin. Wajah gadis itu yang terlihat pucat membuat Kyung-Hwan semakin panik. Dia memakaikan jubah mandi dan menyelimuti sang istri yang sedang berbaring di ranjang agar tidak kedinginan. Pria itu sibuk menggosokkan telapak tangannya, menghangatkan tangan dingin Sae-Ryung.

" Go Sae-Ryung. Aku mohon bangunlah. "

Kyung-Hwan mengusap pipi Sae-Ryung dan berusaha menyadarkan sang istri. Dia tidak bisa membiarkan Sae- Ryung terus-terusan seperti ini. Dia sudah pernah berjanji untuk membuat gadis itu merasa lebih baik jika bersamanya. Lalu jika ujung-ujungnya malah seperti ini, bagaimana bisa dia mempertanggungjawabkan janjinya?

" Ryungi~ya& ayo sadar. Bangunlah!" Di tengah perasaannya yang kacau, Kyung-Hwan bisa menyempatkan diri untuk menarik napas ketika alis Sae-Ryung bergerak pelan. Kelopak mata gadis itu mulai terbuka menandakan bahwa dia baru saja sadarkan diri.

" Oppa& , " kata pertama yang diucapkan Sae-Ryung mengakhiri kepanikan Kyung-Hwan. Dia langsung memeluk Sae-Ryung begitu istrinya bangkit walaupun kondisinya masih tampak lemah.

" Oppa. Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana sekarang?" Tiba-tiba Sae-Ryung menangis di pelukan Kyung- Hwan. Konlik batin yang terjadi pada gadis itu tampaknya tidak mampu dia tahan sendiri.

" Gwaenchana, aku ada di sampingmu. Tenanglah. " Kyung-Hwan mengusap punggung Sae-Ryung, berusaha memberikan energi positif agar gadis itu berhenti menangisi keadaannya.

Kyung-Hwan bangkit dari berbaring, dia melepaskan pelukannya dari tubuh Sae-Ryung dan menyingkap selimut pelan-pelan agar tidak membangunkan gadis itu karena gerakannya.

" Aku tidak tahu apa yang membuatmu jadi sering ambruk seperti ini, Ryungi~ya. Aku mohon jangan memaksa kepalamu untuk ingatan-ingatan di masa lalu. Aku khawatir kau akan mengingat kenangan yang terjadi di empat momen kepulanganmu yang kau habiskan bersamaku. Aku takut kau akan membenciku jika mengingat hal itu. " Kyung-Hwan berbisik. Dia mengusap kepala Sae-Ryung penuh sayang. Gadis itu sudah menjadi prioritasnya setelah menikah, dan dia merasa sangat tersiksa melihat kondisi Sae-Ryung terusterusan seperti ini.

" Apa yang harus aku lakukan untuk meringankan beban yang kau tanggung sendiri? Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

Kyung-Hwan mendekatkan kepalanya ke wajah Sae- Ryung, mengecup dahi gadis itu dengan lembut seolah istrinya itu memang sangat rapuh.

Beberapa hari belakangan, Kyung-Hwan sering melihat Sae-Ryung membaca sebuah buku bersampul putih yang terkadang membuat gadis itu jadi mengacuhkannya. Berbekal penasarannya akan buku itu, Kyung-Hwan memutuskan untuk mencarinya secara diam-diam dan memeriksa apa sebenarnya yang selalu dibaca Sae-Ryung sebegitu seriusnya.

Kyung-Hwan membuka setiap laci, mencari keberadaan diary milik Sae-Ryung. Dia juga mencarinya di tumpukan buku yang biasa dibaca oleh gadis itu, tapi hasilnya nihil. Kyung- Hwan pergi ke ruang baca untuk memeriksa koleksi buku Sae-Ryung, siapa tahu dia menyelipkannya di antara ratusan buku yang tersusun rapi di rak. Pria itu memang menemukan beberapa catatan kecil yang terselip di buku. Tapi itu hanya berupa review yang dituliskan Sae-Ryung untuk buku yang sudah dia baca. Beberapa buku motivasi juga dicorat-coret Sae-Ryung dengan pulpen warna-warni, tampaknya gadis itu sangat menikmati kegiatan membacanya setiap hari.

Hampir menyerah mencari keberadaan buku diary itu, akhirnya Kyung-Hwan kembali ke kamar. Dia menghempaskan tubuhnya ke sofa, diliriknya sang istri yang tengah berbaring tidur. Kyung-Hwan nyaris menyerah sebelum dia melihat tas selempang milik Sae-Ryung tergeletak begitu saja di atas meja

dalam keadaan terbuka. Di sana Kyung-Hwan bisa melihat buku kesayangan Sae-Ryung berada di antara dompet dan kacamata.

" Maaf karena mengambilnya tanpa izin, Ryungi~ya& . " Merasa lega karena bisa menemukan buku diary milik Sae-Ryung akhirnya Kyung-Hwan memberanikan diri untuk membuka halaman pertama.

" Go Sae-Ryung Shin Jang-Woo Love Story. "

Kedua mata Kyung-Hwan langsung membulat, dia baru saja membuka rahasia paling berharga milik Sae-Ryung. Dan yang paling mengejutkan adalah nama Shin Jang-Woo yang tertera di sana. Apakah Jang-Woo yang dimaksud Sae-Ryung adalah Jang-Woo yang sama dengan sosok yang dia anggap sebagai adik laki-lakinya itu?

Tahun baru ketiga di Paris. Malam ini aku pergi bersama Jang-Woo, lagi. Tebak apa yang dia katakan padaku? Aigoo, aku senang sekali saat dia memberitahu bahwa dia akan memperkenalkanku pada keluarganya di Seoul. Sebenarnya aku sangat penasaran, Jang-Woo bilang kedua kakaknya perempuan, yang satu tomboi dan yang satunya lagi sangat feminin. Aku ingin mengenal keluarga Jang-Woo lebih dekat. Sejak ayahnya meninggal, Jang-Woo menjadi satu-satunya laki-laki di antara ibu dan kakaknya. Ah iya aku lupa, Jang-Woo juga mengatakan kalau dia punya satu kakak laki-laki, bukan kakak kandung. Tapi hyung yang menjadi tetangganya itu sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri.

Untuk tahun baru keempat di Paris, aku harap kami berdua sudah bisa menyusun semua rencana yang akan dilakukan untuk masa depan. Aku akan menjadi seorang desainer hebat, istri dari seorang fotografer kelas dunia bernama Shin Jang-Woo. Masalah berapa anak yang akan kami punya, hihihi& itu akan dibicarakan nanti. Aku tidak mau membahasnya dalam waktu dekat ini, nanti ujung-ujungnya aku malah ingin mendesak Jang-Woo agar buru-buru menikahiku. Hahaha, apakah aku sebegitu menyukainya?

Kyung-Hwan menggigit bibir bawahnya. Matanya mulai terasa panas ketika dia melihat sebuah foto terselip di dalam diary. Pria itu membekap mulutnya, menahan keterkejutan mendapati fakta paling menyakitkan tentang istrinya. Dia membaca satu per satu kisah yang dituliskan Sae-Ryung di dalam buku hariannya. Semalaman penuh dia menghabiskan waktu dengan buku diary itu, seolah sengaja menyiksa dirinya dengan perasaan sakit hati dari kisah cinta milik Sae-Ryung dengan Jang-Woo. Dua orang yang sangat disayanginya itu ternyata pernah menjalin hubungan. Lalu bagaimana dengannya? Bukankah dia sudah menjadi suami Sae-Ryung? Mereka sudah menghabiskan waktu lebih dari sebulan sebagai pasangan suami istri.

Sekarang Kyung-Hwan tahu, kenapa sikap Jang- Woo padanya agak berbeda. Dia juga tahu Jang-Woo memperhatikan Sae-Ryung dari awal sampai akhir, hanya menghindari sedikit tatapannya jika dia menyadari Kyung
Hwan sedang melihatnya. Lalu Sae-Ryung, pantas saja ketika acara makan malam gadis itu terus menunduk. Dia memang tidak bisa mengingat semua kenangan Jang-Woo dengan sempurna. Tapi buku diary itu sudah dibacanya sampai habis, dan foto Jang-Woo juga. Lalu apa yang harus dilakukan Kyung-Hwan selanjutnya? Bagaimana dia harus bersikap?

Akhirnya sampai pada halaman terakhir. Kyung-Hwan membaca sendiri apa yang dituliskan Jang Woo di halaman terakhir buku diary Sae-Ryung.

30 April. Bertepatan dengan acara makan malam itu. Saat Hae-Kyung protes karena Jang-Woo lebih mementingkan janjinya dengan gadis lain. Ternyata gadis itu adalah Sae- Ryung.

30 April. Tanggal di mana seharusnya mereka berdua kembali bersatu menjadi sepasang kekasih dan meneruskan kembali kisah cintanya yang terpisah jarak. Tapi sayangnya, ketika waktu itu tiba, justru Sae-Ryung sudah berubah menjadi sosok yang baru. Setelah delapan bulan berlalu, Go Sae- Ryung bukan lagi gadis Busan yang menantikan kepulangan salju-nya, menunggu untuk pergi ke Seoul dan diperkenalkan dengan keluarga Jang-Woo.

30 April ini, Go Sae-Ryung justru diperkenalkan sebagai istri dari Cha Kyung-Hwan. Dan itu membuat semua rencana indah yang tersusun dalam diary putih milik gadis itu berakhir.

Di tengah kekacauan, Kyung-Hwan baru sadar bahwa dia terjaga sepanjang malam. Pria itu merasakan sinar matahari merangsek masuk melalui celah gorden di kamarnya. Dia lirik

Sae-Ryung yang mulai bergerak bangun. Keadaan gadis itu tampaknya sudah semakin baik.

Kyung-Hwan buru-buru memasukkan kembali buku diary Sae-Ryung ke dalam tas. Dia menghampiri sang istri yang baru saja membuka kedua matanya di pagi yang bingung ini.

" Good morning, Ryungi~ya, " sapa Kyung-Hwan dengan senyuman perih. Dia mengerti sesakit apa yang dirasakan Sae-Ryung karena banyaknya memori yang harus dia ingat tentang kisah cintanya di masa lalu dan mengenai kisah hidupnya di Paris.

" Kau sudah bangun?" balas Sae-Ryung dengan suara serak. " Eo. " Kyung-Hwan mengangguk, dia menghampiri sang istri dan memberikan ciuman selamat pagi. " Apakah tidurmu nyenyak?" tanyanya.

" Lebih baik daripada kemarin. "

Sae-Ryung bangun dari tempat tidur kemudian berjalan keluar kamar. Dia menengok ke arah Kyung-Hwan " Kau mau minum teh atau kopi?"

" Buatkan aku kopi. " Kyung-Hwan menentukan pilihan. Dia butuh kafein untuk membuat matanya bisa terbuka dengan benar.

Dipandanginya sosok Sae-Ryung yang terlihat lebih segar pagi ini, gadis itu bangun dari tempat tidur sambil membenarkan bajunya, kemudian melangkah menuju dapur untuk menyiapkan kopi. Kyung-Hwan mengembuskan napas panjang, dan memijat kepalanya yang nyaris pecah. Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada satu pesan masuk.

From : 010-4460-1117

Hyung, ini aku Jang-Woo. Kudengar dari Nuna, Sae- Ryung juga kuliah di Paris ya? Boleh aku minta nomor ponselnya? Aku rasa dia juga satu angkatan denganku, tapi aku agak lupa. Aku ingin membicarakan satu hal dengannya. Aku harap kau tidak keberatan.

Kyung-Hwan mengepalkan tangannya erat-erat, menggeretakkan giginya tanpa bisa berkata apa-apa. Dia tahu apa tujuan Jang-Woo meminta nomor ponsel Sae-Ryung. Mungkin pria itu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Lalu dalam kasus ini, apa yang harus dia balas untuk pesan Jang-Woo? Haruskah memberinya nomor ponsel Sae- Ryung dan membiarkan pria itu berbicara dengan istrinya untuk menyelesaikan masalah mereka. Atau dia tidak usah mengacuhkan Jang-Woo dan memilih untuk mencegah pria itu mendekati Sae-Ryung?

To : 010-4460-1117

Nomor ponsel istriku 010-1703-2407.

Kyung-Hwan terdiam. Dia baru saja mendorong Sae- Ryung masuk ke dalam lorong yang gelap dan memberikan sinar terang di dua sisi yang nyaris terjangkau. Gadis itu bisa menjangkau sisi yang mana saja, yang satu Kyung-Hwan dan yang satu Jang-Woo. Kali ini, Kyung-Hwan tidak mengerti dengan sikap apa yang harus dia ambil. Di sisi lain dia tidak menginginkan Jang-Woo mendekati Sae-Ryung, tapi dia juga

tidak ingin hubungan keduanya berada dalam ketidakjelasan karena tidak adanya keputusan yang diambil Sae-Ryung untuk Jang-Woo sebelumnya.

" Oppa, kopimu. " Sae-Ryung memasuki kamar dengan dua cup kopi di tangan. Satu untuk Kyung-Hwan dan satu untuknya. Pagi ini gadis itu berusaha untuk bersikap seolah tidak terjadi apa pun kemarin. Dia tidak ingin membebani perasaannya dengan berbagai masalah, tapi tampaknya semua masalah itu tetap akan menghantuinya jika dia tidak berusaha untuk menyelesaikannya sampai tuntas.

Kyung-Hwan baru saja akan membuka mulut untuk mengatakan terima kasih sebelum dering telepon Sae-Ryung menginterupsi. Dia tahu siapa penelepon yang menghubungi gadis itu pagi ini. Dan sebelum dia melihat bagaimana ekspresi Sae-Ryung saat berbicara dengan Jang-Woo, Kyung-Hwan lebih memilih untuk meninggalkan gadis itu sendirian di kamar. Jika Jang-Woo butuh waktu untuk berbicara sebentar dengan Sae-Ryung, dia akan mengizinkannya, kecuali pria itu meminta waktu lebih dengan sang istri di luar dari toleransinya sebagai suami.

" Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?"

Sae-Ryung berdecak sambil menghampiri ponselnya yang tergeletak di atas meja.

" Aku mau menambahkan gula untuk kopinya. " Kyung- Hwan mengambil satu alasan agar bisa keluar dari kamar. Dia bahkan belum menyesap kopinya, tapi sudah memutuskan untuk menambahkan gula. Saking tidak inginnya membuat Sae-Ryung merasa canggung berbicara dengan Jang
Woo, pria itu memilih untuk pergi. Hanya mencoba untuk menjadi suami yang demokratis sampai dia tidak tahan lagi. Kesempatan untuk Jang-Woo adalah bagaimana cara Kyung- Hwan mengukur keegoisannya sendiri. Bukan hanya pilihan bagi Sae-Ryung, tapi juga keputusan untuk Jang-Woo.

Kyung-Hwan mengetuk-ngetukkan ujung jariya di permukaan meja makan, membuat bunyi tidak beraturan yang menjadikan suasana hatinya semakin buruk. Ini hari Minggu dan dia tidak punya jadwal yang bisa dikerjakan selain sketsa untuk proyek yang tengah ditanganinya.

Pria itu melirik jam digital di dekat piano, pukul 9 pagi, dan dia masih duduk sendirian. Nyaris satu jam Sae-Ryung tidak keluar kamar setelah dia meninggalkannya sendirian untuk berbicara dengan Jang-Woo. Tampaknya gadis itu punya banyak sekali topik yang harus dijelaskan pada kekasih masa lalunya itu.

Suara derap kaki Sae-Ryung terdengar mendekat saat Kyung-Hwan mengalihkan perhatiannya pada tangga menuju kamar. Dia melihat gadis itu turun dengan pakaian rapi dan juga make-up tipis yang mengurangi pucat wajahnya.

" Kau mau pergi ke mana?" tanya Kyung-Hwan sesegera mungkin saat dia melihat Sae-Ryung menghampirinya dengan raut wajah bingung, antara jujur atau berbohong. " Tadi temanku menelepon. Ada hal yang ingin dibicarakan. " " Fleur?"

" Bukan. " Sae-Ryung menggeleng.

" Yeoja?" Kyung-Hwan menguji kejujuran Sae-Ryung. Dia ingin tahu apa yang akan dijawab istrinya kali ini. " Eo, yeoja. "

Deg! Gadis itu baru saja memberikan pukulan keras tepat di jantung Kyung-Hwan. Dia tidak jujur. Jika saja Sae-Ryung mau bersikap terbuka, mengatakan kejujuran tentang Jang- Woo dan meminta Kyung-Hwan untuk memahaminya, mungkin pria itu akan baik-baik saja. Tapi jika berbohong seperti ini, rasanya seperti Sae-Ryung masih menginginkan hubungannya yang dulu dengan Jang-Woo. Rasanya Sae- Ryung masih terlena dengan masa lalunya yang indah, seperti apa yang tertulis dalam buku diary-nya.

Sae-Ryung melesat pergi setelah berpamitan pada Kyung-Hwan. Dia memeluk tubuh sang suami sekilas. Dan menghilang setelah debuman keras pintu terdengar. Kyung- Hwan terdiam, terpaku dengan tatapan nanar. Apa maksud dari perasaannya ini? Apakah dia baru saja menyesali perbuatannya karena memberikan Jang-Woo nomor ponsel Sae-Ryung dan mengizinkan pria itu untuk berbicara dengan istrinya. Lalu apa yang akan dilakukan Sae-Ryung pada Jang-Woo? " Go Sae-Ryung& apakah kau tidak bahagia bersamaku?"

Sae-Ryung berhenti di depan pelataran Namsan Tower, napasnya terengah-engah setelah dia berhasil menanjaki tangga sambil berlari. Dia sudah merasa sangat bersalah membiarkan Jang-Woo menunggunya selama lima jam minggu kemarin.

Hari ini, seperti apa yang dikatakan Jang-Woo di telepon, mereka berdua harus bertemu untuk membicarakan semuanya dengan jelas. Sae-Ryung sendiri tidak mengerti bagaimana bisa dia menuruti semua ide Jang-Woo untuk pertemuan rahasia mereka. Gadis itu masih diliputi perasaan bersalah karena dia tidak jujur pada Kyung-Hwan. Dia takut untuk bercerita tentang Jang-Woo pada suaminya.

" Ryungi~ya!" Seruan kencang terdengar bersamaan dengan seorang pria yang tengah berlari kecil menghampiri Sae-Ryung. Rambut bagian depannya bergoyang tertiup angin. Dan pemandangan itu membuat Sae-Ryung spontan terhanyut. Rasanya seperti dia baru saja tersedot ke masa lalu, berada dalam momen yang pernah dia lalui bersama Jang- Woo. Dulu& ketika dia baru saja merasakan benih-benih cinta tumbuh di hatinya. Cinta pertama.

" Go Sae-Ryung, kau benar-benar datang?"

Dengan napas naik-turun Jang-Woo berdiri di hadapan Sae-Ryung. Butiran keringat membasahi pelipisnya, membuat fokus mata Sae-Ryung terbagi-bagi. Banyak hal yang terlintas di pikiran gadis itu melihat sosok Jang-Woo berdiri di hadapannya lagi setelah sekian lama. Dan momen ini menyeretnya kembali pada pertemuan terakhir mereka di bandara. Saat Sae-Ryung akan pulang ke Korea. Ketika itu Jang- Woo mengantarkannya dan memberikan gadis itu sebuah jam tangan yang sekarang hilang entah ke mana. Jam tangan itu mengingatkan Sae-Ryung akan waktu, memberitahunya bahwa Jang-Woo akan kembali dan menemuinya lagi di waktu yang tepat. Dan baru kali ini, detik ini, di tempat yang

pernah mereka janjikan, akhirnya Jang-Woo dan Sae-Ryung kembali disatukan, dalam keadaan yang bahkan tidak pernah diramalkan sebelumnya. Dalam kondisi yang tidak terduga dan& kacau.

Seakan tersihir, tanpa disadari Sae-Ryung mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Jang-Woo dan mengusap keringat di pelipis pria itu. Gerakannya seolah sudah sangat fasih, dia sepertinya sudah terbiasa melakukan hal itu pada Jang-Woo.

" Ryungi~ya, aku sudah mendengar tentangmu dari nuna-ku. Tentang pernikahanmu, juga Retrograde Amnesia Complex yang kau derita. Maafkan aku. " Jang-Woo meraih tangan kanan Sae-Ryung, dia menggenggamnya erat sekali. Sementara itu Sae-Ryung masih belum bisa berkata apaapa. Dia sibuk memandangi wajah Jang-Woo, merekam garis wajah pria itu dengan benar. Memastikan bahwa dia tidak akan melupakannya lagi setelah ini.

" Ryungi~ya, tapi sekarang kau sudah ingat aku, kan? Ayo kita jelaskan pada Kyung-Hwan Hyung. Ayo kita jelaskan kalau kita adalah pasangan yang sebenarnya. Dia pasti mengerti dan akan melepaskanmu, " ujar Jang-Woo dengan nada egois. Pria itu menatap Sae-Ryung penuh rindu. Rasanya baru kali ini dia benar-benar puas menyaksikan gadis itu berada di hadapannya.

" Jang-Woo Oppa& . " " Eo?"

" Jang-Woo Oppa& . "

" Iya, aku ada di sini sekarang. Aku sudah kembali ke hadapanmu. "

Sae-Ryung menyebut nama Jang-Woo berulang kali. Dia masih tidak melonggarkan sedikit pun tatapannya dari mata pria itu. Jang-Woo tersenyum, dia melihat gerakan bibir Sae- Ryung menyebutkan namanya. Memanggilnya oppa dengan nada yang sama seperti sebelumnya. Suara lembutnya yang manja dengan aksen Busan yang masih sangat kental. Go Sae- Ryung-nya tetap sama seperti gadisnya yang dulu.

Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Sae-Ryung, tapi beberapa saat kemudian gadis itu justru menangis. Hanya butiran air mata yang membasahi pipinya, tanpa suara dan tanpa meneruskan ucapannya.

Jang-Woo menghirup napas dalam-dalam, ditariknya gadis itu ke dalam pelukannya. Dia mendekap Sae-Ryung, meluapkan seluruh perasaan rindu. Rasanya hangat, benarbenar menghangatkan perasaannya yang seolah beku. Kini gadis itu bisa dia peluk erat-erat, tapi kekhawatirannya masih belum lenyap. Karena Go Sae-Ryung yang kali ini berada dalam dekapannya, adalah istri dari hyung-nya. Gadis itu bukan lagi kekasihnya. Dan mereka sudah tidak dibenarkan lagi untuk menghabiskan waktu bersama, dalam kedekatan yang intens dan penuh cinta seperti dulu.

Chapter 5: True Love, Last love

" Jika dihadapkan pada pilihan untuk menjadi yang pertama atau yang terakhir, aku tidak akan memilih untuk menjadi yang pertama. Karena kau menjadikanku yang terakhir." Cha Kyung-Hwan

yung-Hwan berjalan mondar-mandir di tengah rumah. Pria itu memutar-mutar kunci mobil di tangannya. Ragu antara pergi atau tidak. Dia berusaha menghubungi Sae-Ryung, tapi istrinya tidak mengangkat panggilan. Dia juga menghubungi Jang-Woo, tapi tidak mendapat jawaban.

Sore ini Kyung-Hwan merasa semakin kacau. Dia membiarkan istrinya pergi menemui pria lain, padahal sebenarnya dia tidak pernah sedikit pun menginginkan gadis itu berada jauh dari sisinya.
Once Karya Yuli Pritania dan Senselly di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena tidak ada pilihan lain, Kyung-Hwan akhirnya memutuskan untuk menghubungi Hae-Kyung. Dia berusaha menanyakan apa yang sebelumnya dikatakan Jang-Woo sebelum pergi bersama Sae-Ryung.

" Eo, Hwan Oppa. Ada apa?" " Jang-Woo tidak ada di rumah ya?" " Jang-Woo keluar rumah sejak pagi. Kenapa?" " Dia membawa kabur istriku. "

" Mwo?" Hae-Kyung memekik kaget mendengar pernyataan Kyung-Hwan. Dia langsung merepet penuh emosi. Meskipun dia tahu Kyung-Hwan sering bercanda, tapi untuk kali ini tampaknya pria itu sedang serius bertanya.

" Dia pergi bersama Sae-Ryung? Membawa kabur bagaimana maksudmu? Beberapa hari ini dia memang banyak bertanya tentang Sae-Ryung. Dia bilang seperti pernah mengenalnya. Bahkan mereka berasal dari SMA yang sama di Busan. Dia meminta nomor istrimu, tapi aku tidak punya. Jadinya aku memberikan dia nomor ponselmu. "

" Iya, dia mengirimiku pesan. Meminta nomor Sae-Ryung. " " Lalu kau memberikannya?"

" Kau pikir aku punya alasan apa untuk tidak memberikannya? Masalahnya tidak sesederhana yang kau pikirkan. Nanti aku ceritakan detailnya jika kita bertemu. "

" Cih, bocah nakal itu! Nanti aku akan buat perhitungan dengannya. Bagaimana bisa dia menggoda istri dari hyungnya!"

" Ckckck& sekarang beritahu aku ke mana Jang-Woo pergi, " Kyung-Hwan mencecar Hae-Kyung dengan berbagai pertanyaan.

" Dia bilang mau pergi ke Namsan. Coba kau tanya istrimu, masa iya dia dibawa kabur tapi tenang-tenang saja, " balas Hae- Kyung dengan nada meledek.

" Aish, sudahlah. Aku tutup teleponnya. "

Kyung-Hwan mengakhiri percakapannya dengan gemas. Sekarang apa yang harus dia lakukan terlebih dahulu? Pria itu benar-benar penasaran apa yang sedang dilakukan Sae- Ryung dengan Jang-Woo sampai sesore ini. Tidak cukupkah waktu lebih dari delapan jam untuk menyelesaikan hubungan mereka? Kalau tahu akan seperti ini, Kyung-Hwan lebih baik berbicara empat mata dengan Jang-Woo dan meminta bocah itu untuk berhenti mendekati istrinya dan melupakan kisah cinta mereka di masa lalu. Meskipun agak egois, tapi dia tahu bahwa apa yang dia lakukan itu bukan tidak berdasar. Dia adalah suami Sae-Ryung, dan dengan status itu dia selangkah lebih maju daripada Jang-Woo. Lagi pula apa berani bocah itu melawan Kyung-Hwan demi Sae-Ryung?

" Bukannya aku tidak berani melawan hyung dan mengatakan padanya mengenai hubungan kita. Aku hanya tidak mengerti apa yang bisa aku lakukan, Ryungi~ya. "

Jang-Woo menghela napas. Pria itu baru saja duduk di samping Sae-Ryung setelah menyodorkan sekaleng minuman dingin yang dibelinya di seberang jalan. Keduanya duduk terdiam, dalam keadaan lelah setelah seharian ini mendatangi tempat-tempat menyenangkan di sekitar Seoul. Meskipun kemudian harus berakhir lagi di pelataran Namsan.

" Kenapa kau masih menanyakannya, apakah penjelasanku tadi siang masih belum cukup? Ini hari terakhir kebersamaan kita, kan?" tanya Sae-Ryung, menatap Jang-Woo dengan raut wajah linglung, seolah sosok itu kini jadi begitu asing baginya.

" Kau serius dengan ucapanmu? Apakah kau bahagia hidup dengannya?"

" Kebahagiaan itu tidak harus sesuai dengan apa yang kita inginkan, Oppa. Banyak pilihan lain yang diberikan Tuhan untuk kebahagiaan kita. Bukankah kau bilang takdir itu penuh misteri? Aku hanya berusaha untuk hidup dengan benar. Dan pria itu& dia mencintaiku. "

" Lalu apakah kau mencintainya?" Jang-Woo memberanikan diri untuk bertanya. Dia tahu pertanyaan itu mungkin hanya akan membuat perasaan Sae-Ryung semakin menguat, entah untuknya atau untuk Kyung-Hwan. Tapi mendengar pertanyaan itu Sae-Ryung justru mengerutkan alis.

" Hei, Shin Jang-Woo!" Seruan cukup kencang memanggil nama Jang-Woo mengalihkan perhatian sepasang atau mungkin mantan pasangan yang sedang mengobrol berdua.

Sae-Ryung langsung bangkit berdiri, begitu terkejut melihat kedatangan Kyung-Hwan yang entah dari mana mengetahui keberadaannya di Namsan. Mata gadis itu membesar saat dia menyadari bahwa seharian ini dia sudah mengabaikan Kyung-Hwan karena tidak menjawab telepon dari pria itu.

" Oppa& . " Gadis itu tercekat. Dia menggigit bibirnya kebingungan, sementara Jang-Woo langsung maju satu

langkah ke depan Sae-Ryung, seolah dia tengah berusaha untuk melindungi gadisnya dari Kyung-Hwan.

" Jang-Woo~ya, apakah kau memperlakukan hyung-mu dengan cara seperti ini?" Kyung-Hwan masih mengontrol ekspresinya agar tidak terkesan marah. Sudut bibir pria itu masih tertarik membentuk senyuman meskipun kedua tangannya terkepal erat. Pria yang sedang berdiri di depannya adalah Shin Jang-Woo, yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Dari apa pun yang dilakukan pria itu padanya, Kyung-Hwan tahu semuanya disebabkan keyakinan Jang- Woo bahwa dia masih mempunyai hak atas Sae-Ryung yang dulu menjadi kekasihnya.

" Hyung, ada yang harus kita bicarakan. Ini tentang aku, kau dan Sae-Ryung. "

" Ada apa lagi? Apakah seharian ini waktu berdua kalian masih belum cukup?"

" Masalah ini lebih serius dari waktu yang hanya kami habiskan hari ini. Semua tentang waktu yang telah kami lewati sebelumnya. Dan juga tentang "

" Lupakan Sae-Ryung, Jang-Woo~ya." Kyung-Hwan memotong pernyataan Jang-Woo. Kali ini sorot matanya berubah tegas. Dia menatap pria itu tajam, seolah sosok yang tengah berdiri di hadapannya itu adalah saingan yang akan mengambil miliknya secara paksa. " Secara tidak langsung, aku mengetahui ceritanya. Dari perspektif Sae-Ryung. Bahkan sejak awal, sampai akhir kisah kalian. "

" Hwan Oppa& . " Suara Sae-Ryung terdengar lirih. Gadis itu menggigiti ujung jarinya dengan bahu gemetaran. " Apa kau membacanya? Apa kau membaca diary-ku?"

Kyung-Hwan melirik seseorang di belakang Jang-Woo, menatap gadis itu dengan sorot mata yang mulai melembut. " Eo, kisah kalian berdua. Semuanya. Dalam buku diary-mu. "

" Hyung berarti sudah tahu, kan? Berarti hyung juga mengerti kan bagaimana posisiku? Aku dan Sae-Ryung tidak pernah mengakhiri hubungan kami. Sejak dulu, sampai detik ini. "

" Lalu apa kau tidak tahu gadis yang sedang berdiri di belakangmu itu adalah istriku? Anggaplah dia kakak iparmu, Jang-Woo~ya. Apakah kau memperlakukan hyung-mu dengan cara seperti ini? Lima tahun berada di Paris, apakah kau jadi berubah sebanyak ini?"

" Aku yang lebih dulu bersamanya. Lalu kau mengambilnya dari sisiku. Apakah kau tidak menyadarinya? Sae-Ryung dan aku bahkan sudah menyusun rencana masa depan. Kami bukan lagi menjalani hubungan layaknya remaja seperti SMA dulu. Apa kau memanfaatkan penyakit ingatannya untuk membuat Sae-Ryung menjadi istrimu?"

Kyung-Hwan mengeratkan kepalan tangannya, matimatian menahan diri untuk tidak maju selangkah pun mendekat ke arah Jang-Woo. Pria itu masih mencoba bersabar. Dia selalu mengingat Eun-Seo setiap menatap Jang-Woo. Meskipun dia sangat kesal pada Jang-Woo, itu hanya akan membuat perasaan bersalah pada Eun-Seo jika pada akhirnya

harus meluapkan emosinya terhadap adik kesayangan mantan pacarnya itu.

Sae-Ryung yang menyadari perubahan raut wajah Kyung- Hwan saat itu langsung maju satu langkah, berusaha untuk menghentikan setiap ocehan Jang-Woo. " Jang-Woo Oppa, aku " tapi gerakan tubuh Sae-Ryung segera ditahan oleh Jang-Woo. Pria itu merentangkan sebelah tangannya sehingga Sae-Ryung tidak bisa maju mendekat ke arah Kyung-Hwan.

" Berhenti, Go Sae-Ryung. Biarkan aku berbicara padanya baik-baik. Menjelaskan tentang kita sampai suamimu mengerti. "

" Go Sae-Ryung. Kemarilah!" Kyung-Hwan menggertak Sae-Ryung sampai gadis itu terperanjat kaget karena baru kali ini suaminya berbicara dengan nada tinggi padanya.

" Tidak, Sae-Ryung. Sebelum aku memastikan bagaimana akhirnya. "

Dengan begitu keras kepalanya Jang-Woo menggenggam tangan Sae-Ryung erat-erat, tidak membiarkan gadis itu bergerak sedikit pun dari sisinya. Tidak memedulikan hyung favoritnya yang kini menatapnya penuh marah.

" Aku ingin kau mendengarkan penjelasanku sebelum menarik kesimpulan. Aku tidak akan begitu saja membiarkan Sae-Ryung bersamamu. Aku memiliki hak untuk bersamanya juga, " tegas Jang-Woo.

" Aku menikahinya!" sela Kyung-Hwan sambil menggertakkan gigi. Dia menarik sebelah tangan Sae-Ryung dan menghempaskan tubuh gadis itu ke dalam rangkulannya.

Memastikan istrinya tidak lagi berada dalam jangkauan Jang- Woo.

" Lupakan Sae-Ryung. Kisah kalian sudah selesai!" Kyung-Hwan menyeret Sae-Ryung mengimbangi langkahnya, meninggalkan Jang-Woo. Dia sama sekali tidak menengok ke belakang, bahkan hanya untuk memastikan Jang-Woo tidak mengejarnya. Pria itu tahu meskipun Jang- Woo begitu frontal, tapi dia tidak akan berani bersikap terlalu jauh padanya. Meskipun Jang-Woo begitu emosi karena tidak mendapatkan keinginanya, tapi pria itu masih menghormati Kyung-Hwan sebagai hyung-nya.

" Kyung-Hwan Oppa& maafkan aku, sebenarnya " " Tidak usah bicarakan di sini. Kita bahas di rumah nanti. Setelah aku menyelesaikan urusanku dengan Jang-Woo. " Kyung-Hwan memotong perkataan Sae-Ryung. Emosinya sudah naik ke kepala, dan dia ingin menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Bukan hanya untuk mendengarkan cerita cinta dari pasangan masa lalu itu, tapi untuk berpikir rasional dan mencoba mengerti takdir. Menerima kenyataan dan hidup dengan benar.

" Kyung-Hwan Oppa, aku mohon dengarkan penjelasanku. Seharian ini, aku bertemu dengan Jang-Woo tanpa sedikitpun berpikir untuk meninggalkanmu. Kami berdua hanya "

" Aku akan mendengarkannya nanti. Setelah aku menyelesaikan urusanku dengan Jang-Woo. " Lagi-lagi Kyung- Hwan tidak menyimak perkataan Sae-Ryung. Dia bertekad

untuk menyelesaikan masalah ini sepenuhnya. Meskipun Sae-Ryung bisa saja mengingat semua yang terjadi selama lima tahun ke belakang, tapi gadis itu pasti akan menentukan pilihan yang terbaik.

Tidak akan sia-sia jika Kyung-Hwan menghentikan Jang- Woo dan berusaha memberikan pengertian pada pria itu untuk berhenti. Bukan hanya karena Sae-Ryung, tapi juga untuk memberikan pengertian agar Jang-Woo memulai kehidupan barunya, melupakan kenangan masa lalunya dan menyesuaikan diri untuk bisa membuat konsep terbaik yang bisa dia lakukan untuk hidup di Korea.

" Aku pergi dulu. Kau istirahat saja di rumah. Nanti aku akan memberitahumu apa keputusan Jang-Woo setelah berbicara padanya. "

Kyung-Hwan mengusap puncak kepala Sae-Ryung, tersenyum kecil menatap gadis yang terlihat bingung itu. Baru kali ini rasanya kehidupan pernikahan mereka diuji dengan begitu beratnya. Jika dipikir-pikir, mungkin Kyung- Hwan bisa dijadikan pihak yang bersalah dalam kasus ini. Dia datang terakhir, bahkan sebelum Sae-Ryung dan Jang-Woo memutuskan hubungan mereka. Tapi kedatangan Kyung- Hwan justru terhitung pertama bagi Sae-Ryung karena gadis itu sama sekali tidak mengingat Jang-Woo terhitung saat bangun dari koma, tidak ada sosok Jang-Woo dalam kepalanya.

Berbulan-bulan Kyung-Hwan dan Sae-Ryung bersama. Dari pertama gadis itu tidak menyukainya, sampai akhirnya

Sae-Ryung memberikan cinta untuk suaminya dan menjalani kehidupan yang baru sebagai seorang istri.

Kyung-Hwan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebelumnya dia sudah menghubungi Jang-Woo untuk bertemu di suatu tempat. Mengabulkan keinginan pria itu untuk berbicara padanya, tentu saja tanpa Sae-Ryung. Kyung-Hwan tidak ingin pembicaraan mereka didengar oleh Sae-Ryung dan membuat gadis itu kebingungan. Sejauh ini Kyung-Hwan sudah percaya diri karena gadis itu sepertinya lebih memilih untuk tetap bertahan di sampingnya tanpa teralihkan oleh Jang-Woo.

" Kau tidak sportif, Hyung. Membawa Sae-Ryung pulang agar tidak terlibat dalam pembicaraan ini bukan tindakan yang benar. " Jang-Woo langsung protes begitu dia melihat Kyung-Hwan berjalan menghampirinya seorang diri.

" Jika kau ingin bermain sportif, maka sebenarnya kau telah kalah, Jang-Woo~ya. Tepat saat kepulangan Sae-Ryung ke Korea. Ketika kecelakaan yang membuatnya koma terjadi. Saat dia tidak ingat siapa dirimu. Dan ketidakberadaanmu di sisinya membuatmu mendapatkan nilai minus satu poin lagi di depan Sae-Ryung. "

" Dan kau mencuri start dalam ketidakberdayaannya. Akulah yang pertama, Hyung. Aku yang pertama baginya dan kau hanya mengambil posisiku. "

" Aku tidak pernah mengambil posisimu. Meskipun aku tidak jadi yang pertama, tapi aku adalah yang terakhir baginya. Tidakkah makna pertama itu kini terasa begitu menyakitkan, hmm?"

Jang-Woo terdiam. Dia mencerna perkataan Kyung-Hwan baik-baik. Pria itu baru menyadari dari awal sampai akhir, ceritanya dan Sae-Ryung mungkin harus seperti ini. Banyak hal yang bisa dia kenang sejak pertemuan pertamanya dengan Sae-Ryung. Baginya, gadis itu adalah cinta pertama, dan bagi Sae-Ryung pria itu juga cinta pertamanya. Kisah ini akan sangat manis bagi cerita roman yang berakhir happy ending. Tapi cinta pertama, belum tentu jadi yang terakhir, kan?

" Kau ingat saat aku berpacaran dengan kakakmu? Tadinya, aku pikir dia adalah cinta pertamaku begitu pun sebaliknya. Karena sejak awal aku dan Eun-Seo sudah sangat mengenal pribadi masing-masing dengan sangat baik, aku bahkan berpikir bahwa dia akan menjadi cinta terakhirku, sampai kami menikah dan membangun keluarga bahagia. Kami tumbuh besar bersama, menjadi dekat, kemudian memiliki pemikiran untuk terlibat dalam komitmen yang lebih dari sekadar teman. Tapi pada akhirnya, kami berpisah. Perpisahan yang dilakukan secara baik-baik ketika kami sama-sama menyadari bahwa baik aku ataupun dia, belum menjadi yang pertama. "

" Eun-Seo Nuna& dia adalah salah satu alasannya mengapa aku begitu menyeganimu, Hyung. Karena aku sangat menyayanginya. Dan aku tahu dia juga menyayangimu, sebagai saudara. Tapi aku tidak bisa menolong perasaanku sendiri. Aku tidak bisa menghentikan diri untuk terus menyukai Sae-Ryung. "

" Sekarang aku balikkan pertanyaanku padamu. Setelah satu harian ini kau menghabiskan waktu dengannya, apakah

Sae-Ryung sekarang masih sama seperti Sae-Ryung yang dulu, ketika kalian masih sama-sama dimabuk cinta?"

Jang-Woo menggeleng, dia sadar betul pertanyaan Kyung- Hwan yang satu ini menjadi penutup yang membuatnya tidak bisa bergerak lagi.

" Apa saja yang kalian bicarakan seharian ini? Apakah Sae- Ryung masih menganggapmu sebagai saljunya yang dulu? Yang selalu harus dekat dengannya agar tetap hangat? Salju yang keluar dari sifat aslinya sebagai salju, yang tidak tahan dingin?"

" Kau& dia membicarakanmu seharian ini. Dia juga mengatakan padaku untuk tidak menemuinya lagi. Lalu apakah aku harus setuju begitu saja?"

" Lalu apakah kau mau mendesaknya terus-terusan agar dia mau menuruti keinginanmu? Kenapa cara berpikirmu bocah sekali Jang-Woo~ya? Kau 24 tahun sekarang. Bahkan lebih tua satu tahun daripada Sae-Ryung. "

" Apakah kau bisa memastikan bahwa dia akan bahagia denganmu?"

" Aku mencintainya. Apakah aku punya alasan untuk menyakiti hatinya? Apakah aku punya alasan untuk membuatnya tidak bahagia denganku?"

Tatapan mata Jang-Woo terfokus pada Kyung-Hwan. Apa pun yang dikatakan oeh pria itu terekam dalam kepalanya sebagai janji untuk Sae-Ryung. Jika pilihan Sae-Ryung adalah orang itu, dan jika Kyung-Hwan sendiri juga menyanggupi tanggung jawabnya, lalu dia bisa apa lagi? Apakah menyerah

saja? Apakah perjuangannya yang baru dimulai harus berakhir saat ini juga?

" Sekarang aku yang membalikkan pertanyaan padamu. Jika aku melepaskannya untuk bersamamu, dengan segala kondisinya yang kini rapuh, dan ingatannya tentangmu yang tidak sempuna, apakah kau bisa membahagiakannya seperti aku telah membahagiakannya sampai saat ini? Apakah kau bisa memberi jaminan?"

Jang-Woo menggigit bibirnya. Pertanyaan itu terulang berkali-kali di telinganya. Terngiang seolah menjadi pendorong baginya untuk melepaskan tangan gadis yang dicintainya. Dia baru saja kalah, ditekuk habis oleh Kyung- Hwan. Dia tidak lagi diizinkan untuk menyentuh sedikit pun gadis yang kini telah menjadi istri dari hyung kesayangannya itu.

" Aku berhenti, Hyung. Aku tidak akan mengusik hubungan kalian lagi. Meskipun pada akhirnya Sae-Ryung akan mengingatku lagi suatu hari. Tapi aku rasa, semua perasaan cinta yang kau berikan padanya bisa mengalahkanku. "

Kyung-Hwan merangkul Jang-Woo, memeluk pria yang dianggap adiknya itu dengan bijaksana, seolah berusaha membuatnya menjadi lebih ringan melepaskan Sae- Ryung. Ini bukan berarti Kyung-Hwan baru saja menang dari pertarungannya mempertahankan Sae-Ryung, karena gadisnya kini masih dalam keadaan limbung, kehilangan pegangan dalam linglung kepalanya.

" Maafkan aku jika kau merasa aku telah mengambil posisimu. Aku mencintainya, sangat. "

Sae-Ryung menggenggam benda di tangannya rapat-rapat, memastikan bahwa gembok yang baru saja ditulisinya itu tidak bisa dibaca Jang-Woo. Tiba-tiba satu pertanyaan terlintas di benaknya, sejak pertemuannya dengan Jang-Woo tadi pagi, gadis itu benar-benar menguak semua kisah di balik ingatannya yang lenyap.

" Jang-Woo Oppa, jawablah dengan jujur. Ketika di Paris, pernahkah kita meributkan sesuatu tentang hubungan rahasia kita?"

" Satu minggu sekali, setiap akhir pekan, aku mendengarkan semua protesmu karena hubungan rahasia kita. Sebenarnya serba salah juga. Kau yang tidak berani berjalan di sampingku sebagai kekasih dan tetap berjalan di belakangku sebagai teman, dan aku yang tidak berani mengatakan pada semua orang bahwa kau adalah pacarku. Ketika itu alasan kita selalu sama, aku tidak ingin kau diganggu oleh gadis gadis lain yang mengantri untuk bisa berjalan bersamaku, dan kau juga tidak ingin teman-teman dekatmu jadi canggung gara-gara aku."

" Lalu, protes macam apa yang aku tunjukkan ketika kau mengatakan untuk memutus kontak kita selama beberapa bulan karena kau akan pergi untuk misimu?"

" Kau tidak banyak protes, hanya menuruti keinginanku saja. Aku yang menghapus nomormu dari ponselku, juga yang menghapus nomorku dari ponselmu. Aku ingat ketika baru akan berangkat, tiba-tiba kau mengirimkanku pesan, dan ternyata meskipun aku menghapus nomorku, tapi kau menghafalnya dengan sangat baik."

Sae-Ryung terdiam. Satu hal yang disadari, dia memberikan perasaan sukanya lebih daripada apa yang diberikan Jang-Woo padanya.

" Lalu, apa yang kau lakukan? Apa kau membalasnya?" " Iya, waktu itu kita bertengkar lagi memperdebatkan masalah perbedaan pendapat."

" Apa yang kau katakan padaku?"

" Hahaha, sudahlah tidak usah dibahas. Ayo kita kunci gemboknya di sebelah sana." Jang-Woo menarik tangan Sae- Ryung, membawa gadis itu untuk memasangkan gembok yang baru saja mereka tulisi dengan harapan yang akan digantungkan di bagian sisi Namsan Tower yang sangat terkenal itu.

Sambil merangkul Sae-Ryung, Jang-Woo melirik tulisan di gembok milik gadis itu, tanpa sepengetahuannya. Sejak tadi, Sae-Ryung tidak membiarkan Jang-Woo sedikit pun melihat harapan apa yang dia tuliskan di sana.

Jang-Woo terdiam, tatapan matanya berubah saat dia membaca sekilas gembok berwarna merah milik Sae-Ryung yang bertuliskan, " Kebahagian untuk pernikahanku, serta orang-orang yang aku sayangi."

Pertemuan Sae-Ryung dengan Jang-Woo tadi siang memberikan banyak sumbangan untuk memorinya. Banyak kepingan yang masih belum tersusun, dan itu yang sering kali membuatnya sakit kepala. Kali ini, yang membuat Sae-Ryung penasaran adalah pesan balasan apa yang diberikan Jang- Woo sampai membuatnya jadi sangat marah? Hari di mana

Jang-Woo akan berangkat untuk berkeliling Eropa, di hari itu pula Sae-Ryung akan kembali ke Korea. Mereka berada di bandara yang berbeda dengan waktu penerbangan yang nyaris sama.

Sae-Ryung memegangi kepalanya, memejamkan mata dan menunduk memeluk lututnya yang sejak tadi masih terasa ngilu. Dia duduk di sofa sendirian, di tengah rumah yang begitu sepi. Gadis itu memiliki banyak sekali penjelasan yang ingin dikatakan pada Kyung-Hwan berbekal 8 jam yang dia lewati bersama Jang-Woo, dan cara gadis itu mengakhiri hubungannya meskipun Jang-Woo belum sepenuhnya menerima.

" Oppa, apakah kau benar-benar melakukan ini? Semalam aku masih setuju, tapi tadi pagi sepertinya aku berubah pikiran. Jangan pergi terlalu lama, aku tidak bisa menjamin selama itu aku akan tetap sabar. Kau bilang harus menunggu musim berganti agar memiliki tema foto yang berbeda, tapi apakah kau juga tidak pernah berpikir bahwa bisa saja seiring bergantinya musim, perasaanku padamu juga akan berubah? Tolong pikirkan lagi. Setelah lulus sekolah desain dan kembali ke Korea, aku ingin memulai karier yang baik. Dan selain itu, aku juga ingin bersamamu memulai hubungan kita yang serius. Tolong balas pesan ini, meskipun kau sudah menghapus nomorku, tapi kau pasti tahu kan ini aku. Pacar rahasiamu, Go Sae-Ryung."

Gadis yang sedang duduk di kursi pesawat itu masih sibuk dengan ponselnya, padahal dua orang pramugari sudah bergantian menegurnya agar mematikan ponsel. Meskipun

masih menunggu beberapa kursi penumpang terisi penuh, tapi sebaiknya Sae-Ryung segera mematikan ponselnya agar dia tidak lupa nanti. Tapi saking kesalnya pada sang kekasih, gadis itu nekat mengirim pesan dalam keadaan darurat.

Getar ponsel membawa satu pesan baru dari deretan nomor tanpa nama. Gadis itu berdecak, lagi-lagi rasa kesalnya bertambah satu tingkat. Dia ingat bagaimana ekspresi tanpa dosa Jang-Woo saat menyambar ponselnya kemudian menghapus kontak nomor satu miliknya.

" Jangan bersikap kekanak-kanakan, Ryungi~ya, semalam kau setuju-setuju saja. Terserah jika dalam waktu kepergianku itu kau jadi berubah. Aku bisa jamin kau akan tetap menungguku."

" Kalau kau masih tidak mempersingkat waktu kepergianmu. Maka aku tidak segan-segan untuk mengakhiri hubungan kita saja!"

Gadis itu menampakkan raut wajah kesal, dia mengembuskan napas dari mulutnya kemudian memijat dahinya frustrasi. Perasaannya semakin kesal ketika dia melihat seorang pramugari kembali menghampirinya hendak mengatakan sesuatu.

" Sudah! Aku sudah mematikan ponselku!" ujar gadis itu ketus. Mood-nya sedang buruk, dan dia tentu tidak akan bersikap ramah pada siapa pun.

Sae-Ryung membuka matanya perlahan, kelebatan memorinya dengan Jang-Woo seakan membuka mata hatinya terhadap pria itu. Dia mulai menyadari, bahwa sejauh

ini, hidup yang dia habiskan bersama Kyung-Hwan beberapa bulan belakangan ternyata jauh lebih bermakna daripada lima tahun yang dia lewati bersama Jang-Woo.

Kembalinya Sae-Ryung ke Korea ketika itu adalah saat di mana dia mengalami kecelakaan. Setelah dia melewati belasan jam penerbangan dengan perasaan kesal terhadap Jang-Woo, dia sudah berpikir untuk mengakhiri hubungannya sampai pria itu meminta maaf. Tapi ternyata takdir berkata lain. Jangankan merindukan Jang-Woo di bulan-bulan yang dia lewati selama di Korea, gadis itu justru menikmati kisah cintanya dengan Kyung-Hwan sampai pernikahannya dengan pria itu dilangsungkan.

Kesempatan kedua, gadis itu menyebut hidupnya yang bangun dari koma sebagai kesempatan kedua. Kenangan tentang Jang-Woo yang menghilang seolah jalan yang harus dilaluinya untuk menebus semua perasaan yang tidak bisa diekspresikannya dulu. Kehidupan keduanya diisi oleh Kyung- Hwan, meskipun dulu dia yakin Kyung-Hwan juga pernah mengisi banyak memorinya di empat kali kepulangannya ke Korea. Sekarang yang gadis itu inginkan adalah, bagaimana caranya dia bisa mendapatkan kembali ingatannya di empat momen kebersamaannya dengan Kyung-Hwan. " Kau belum tidur?"

Sae-Ryung terperanjat saat suara berat menginterupsi lamunannya, gadis itu menoleh dan mendapati Kyung-Hwan sedang berdiri, menyandarkan tubuhnya ke tiang sekat ruang tengah, dengan kedua tangan bersedekap di dada. Memandanginya entah sejak kapan.

" Apakah aku sudah boleh bicara sekarang?" ujar Sae- Ryung, bangkit dari dudukannya menghampiri Kyung-Hwan, sedikit mendongak menatap wajah pria yang secara tiba-tiba membuat jantungnya berdebar kencang.

" Bicaralah, sebanyak yang kau inginkan. Setelah berbicara dengan Jang-Woo, sekarang sudah tidak ada lagi kesalahpahaman. Semuanya sudah selesai, Ryungi~ya. "

" Benarkah? Apakah Jang-Woo Oppa bisa mengerti semuanya? Apa saja yang dia katakan? Lalu apa penjelasanmu tentangku? Apakah dia benar-benar bisa mendengarkan semuanya? Haruskah aku menghubungi Jang-Woo lagi? Bagaimanapun juga sepertinya hubungan kami sudah berakhir sejak perpisahan itu. Harusnya dia mengerti. " Ocehan Sae-Ryung membuat Kyung-Hwan tertawa, rasanya dia sangat merindukan tingkah istrinya yang satu ini.

" Pertanyaanmu banyak sekali, apakah aku sedang diinterogasi?" Kyung-Hwan mengusap puncak kepala Sae- Ryung, menyentuh gadis itu penuh sayang.

" Aku hanya penasaran saja, " jawab Sae-Ryung, menundukkan kepalanya. Keingintahuannya mungkin akan segera dijawab oleh Kyung-Hwan tanpa ada yang terlewat. Tapi gadis itu juga butuh menyatakan satu hal yang bisa membuat suaminya juga merasa lega.

" Semua penjelasannya akan aku uraikan satu per satu setelah kita makan malam. Mandilah, dan siapkan makan malam untukku. Apa kau akan membiarkan suamimu ini kelaparan, hmm?" Pria itu tersenyum.

Sae-Ryung menatap wajah Kyung-Hwan, gadis itu terdiam selama beberapa saat, terpaku pada raut wajah yang tiba-tiba dirindukannya. Kelegaan memang tampak di ekspresi Kyung-Hwan, tapi jika diingat-ingat bagaimana gadis itu memperlakukan Kyung-Hwan saat kebingungannya beberapa hari terakhir, dan limbung perasaannya yang kalut, rasanya Sae-Ryung ingin menangis.

" Aku akan menjelaskan semuanya, juga pertanyaanmu padaku tempo hari. Tentang Eun-Seo, tentang ghostwriter, dan yang paling banyak adalah aku dapat kesimpulan tentang Jang-Woo hari ini. "

" Gomawo& , " ucap Sae-Ryung pelan. " Untuk?"

" Untuk menjelaskan semuanya padaku, tanpa terkecuali. " Mata Sae-Ryung mulai terasa pedih menahan tangis. Dia memang bahagia dengan sikap Kyung-Hwan, tapi dia juga merasa sedih dengan sikapnya terhadap pria itu. Sekarang, waktunya dia berbenah diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta menjadi istri yang berbakti.

" Hmm& meskipun kau tidak terbuka padaku tentang perasaanmu, " balas Kyung-Hwan dengan senyuman kecil. " Kalau begitu, aku akan menyelesaikan pekerjaanku sambil menunggu kau mandi dan menyiapkan makan malam, " lanjutnya sambil mengusap pipi Sae-Ryung. Pria itu baru saja akan melangkah sebelum Sae-Ryung menahan sebelah tangannya. Gadis itu menggenggam lengan Kyung-Hwan erat sekali.

" Aku mencintaimu, Kyung-Hwan Oppa. Aku mencintaimu. " Sae-Ryung terisak, bahunya yang gemetar dia sandarkan sepenuhnya dalam pelukan Kyung-Hwan. Entah bagaimana lagi dia harus meminta maaf pada pria itu. Suaminya sudah banyak berkorban. Bahkan saking banyaknya Sae-Ryung sendiri tidak tahu bagaimana cara dia meminta ampun atas segala kelancangannya di masa lalu. Jika waktu bisa diputar ulang, dia juga akan memilih untuk membenahi sikapnya. " Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf, Oppa. " " Sudah. Aku sudah memaafkanmu. Jangan seperti ini lagi. Jangan menangis lagi karenaku. Aku ingin kau bahagia. Itu salah satu janjiku pada Jang-Woo. "

Chapter 6: Fate

" Ada banyak cerita di waktu yang singkat itu. Gembira dan patah hati, dalam empat momen kepulanganmu, Ryungi~ya." Cha Kyung-Hwan

Two months later& Kepulangan pertama

uasana sore itu terasa ramai meskipun hanya ada dua orang wanita dan satu pria yang tengah duduk menikmati kudapan sambil menonton televisi. Seperti hari-hari sebelumnya, Ha-Neul memang sering sekali mengundang tetangga kesayangannya untuk makan bersama. Nyonya Han dan juga putra tunggalnya Cha Kyung-Hwan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

Keramaian semakin menjadi saat tiba-tiba seseorang berlari masuk ke dalam rumah sambil berteriak memanggil ibunya. Gadis itu menyeret satu koper berukuran sedang yang berisikan barang-barang keperluannya yang hanya akan digunakan selama satu minggu berada di korea.

Kepulangan pertama Sae-Ryung setelah satu tahun dihabiskannya di Prancis membuat Ha-Neul, sang ibu, merasa sangat senang. Dia langsung memperkenalkan putri tunggalnya itu kepada Nyonya Han dan juga putranya. Setelah basabasi sejenak, tiba-tiba Sae-Ryung melontarkan kalimat yang membuat ibunya kaget sekaligus senang.

" Ah iya, aku ingat. Kyung-Hwan Oppa, benar, kan? Dulu ketika aku akan berangkat ke Prancis, aku sudah bertemu dengannya, Eomma."

" Jinjjaya?"

" Eo, ternyata keluarga kita jadi begitu akrab ya?" Sae-Ryung tertawa.

" Apa kabar, Ryung?" pria beralis tebal itu menyapa Sae- Ryung dengan cengiran semringah. Dia begitu senang bisa bertemu lagi untuk kedua kalinya dengan gadis itu. Meskipun belum begitu akrab, rasanya Kyung-Hwan sudah sangat terbiasa memanggil Sae-Ryung dengan nama akhirannya saja.

" Baik, sangat baik, Kyung-Hwan& Oppa," balasnya sambil bersalaman.

Kepulangan kedua

Hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi Sae-Ryung. Hari kepulangannya ke Korea yang juga bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-20. Tentu saja makna 20 tahun bagi remaja Korea sangat menyenangkan. Selain mendapatkan kejutan dari ayah dan ibunya, Sae-Ryung juga dikejutkan oleh Kyung-Hwan

yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan membawa kado dan kue ulang tahun.

Selama di Paris, Sae-Ryung tidak pernah melewatkan sehari pun tanpa menerima ucapan selamat pagi dari Kyung-Hwan. Pria itu sepertinya sudah hafal sekali perbedaan waktu Korea dan Prancis sehingga dia bahkan selalu mengirimi pesan di jam yang sama.

" Kau serius Oppa? Ini benar-benar untukku?" " Eo, tentu saja. Apa kau menyukainya?"

Kyung-Hwan mendekatkan wajahnya ke arah Sae-Ryung ketika gadis itu sedang mencoba sepatu yang baru saja diberikannya. Dia tahu gadis itu paling suka mengenakan sepatu yang cantik. Sae-Ryung memang termasuk gadis feminin yang sangat manis.

" Berapa lama kau di rumah tahun ini?"

" Hanya seminggu, tapi mungkin aku menggenapkannya jadi sepuluh hari. Ayahku protes karena aku selalu ingin buru-buru kembali ke Paris."

" Jelas saja ayahmu protes. Masa iya anak gadisnya hanya meluangkan satu minggu untuk keluarganya dibandingkan satu tahun tinggal jauh di Paris." Kyung-Hwan memperkuat pendapat ayah Sae-Ryung.

" Iya, aku mengerti. Tahun depan ketika aku pulang, sepertinya ayahku malah meminta seluruh liburan musim dingin untuk dihabiskan di Korea. Aish, bagaimana bisa seperti itu," keluh Sae-Ryung.

" Kau harus menuruti ayahmu kalau begitu. Bagaimanapun juga kau harus "

" Lebih mementingkan keluarga," ujar Sae-Ryung memotong perkataan Kyung-Hwan.

Spontan Kyung-Hwan mengulurkan tangannya mengusap kepala gadis itu sambil tersenyum. " Anak pintar," ujarnya seakan tidak sadar bahwa ini menjadi sentuhan pertama yang dia lakukan pada gadis itu.

Kyung-Hwan menjauhkan tangannya, tiba-tiba jadi gugup saat Sae-Ryung memandanginya canggung. Bahkan pria itu mengusap kepalanya penuh sayang, seolah Sae-Ryung adalah gadis yang begitu berharga baginya.

Kepulangan ketiga

Kyung-Hwan merapikan kembali rambutnya yang sebenarnya sama sekali tidak terlihat berantakan. Pria itu memastikan bahwa penampilannya hari ini sudah sempurna. Dia pandangi lagi kaca besar di hadapannya dan tersenyum senang.

" Kenapa lama sekali?" tanya Sae-Ryung ketika Kyung-Hwan duduk di kursinya setelah dia baru saja kembali dari toilet. " Tadi& mengantre. Hmm& ," ujarnya mencari alasan. Kyung-Hwan berdeham lagi, memastikan suaranya masih tersisa untuk mengatakan satu hal terpenting yang sudah direncanakannya sejak jauh-jauh hari. Pria itu menggeser duduknya, tiba-tiba tampak begitu salah tingkah.

" Oppa, habiskan dulu makananmu. Ayo, kita pulang sebelum terlambat. Kau tahu kan ayahku hobi sekali protes. Nanti dia bilang, aku lebih mementingkanmu daripada dirinya." " Eo." Kyung-Hwan mengangguk.

Di tengah kegugupannya, pria itu berusaha mengumpulkan keberanian dan membuat perasaannya lega dengan pengakuan yang akan dia sampaikan di depan gadis paling spesial itu. " Ryungi~ya."

" Eo?" Sae-Ryung hanya menyahuti, tapi perhatiannya masih terfokus pada gulungan spageti di garpunya.

" Maukah kau berkomitmen denganku untuk memulai sebuah hubungan yang serius?"

Spontan Sae-Ryung langsung menghentikan gerakan tangannya. Gadis itu mendongak, menatap Kyung-Hwan dengan mata membulat. Dia benar-benar syok mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu.

" Oppa& . "

" Jawablah, aku mengumpulkan seluruh keberanian untuk mengatakan ini padamu."

Sae-Ryung mengulum bibirnya, berusaha mencari kalimat paling tepat untuk merespons pertanyaan Kyung-Hwan. Gadis itu menghela napas panjang dan berkata, " Maafkan aku, Kyung-Hwan Oppa, tapi aku sudah punya pacar di Paris. Dan aku sangat mencintainya."

Momen itulah, di kepulangan ketiga Sae-Ryung, yang menjadi satu dari deretan memori yang Kyung-Hwan takutkan.

Saat gadis itu menolaknya, dia benar-benar merasa hancur. Perasaan sakit hatinya berkali lipat lebih parah karena gadis itu mengatakan bahwa dia sudah memiliki seseorang yang sangat dicintainya.

Kepulangan keempat

Gadis itu memanampakkan raut wajah kesal. Dia mengembuskan napas dari mulutnya kemudian memijat dahinya frustrasi. Perasaannya semakin kesal ketika dia melihat seorang pramugari kembali menghampirinya hendak mengatakan sesuatu.

" Sudah! Aku sudah mematikan ponselku!" ujar gadis itu ketus. Mood-nya sedang buruk, dan dia tentu tidak akan bersikap ramah pada siapa pun.

Sae-Ryung menyandarkan punggungnya yang kaku. Ini adalah kepulangannya yang keempat, sekaligus yang terakhir. Dia tidak tahu kapan bisa kembali ke Paris lagi. Ayah dan ibunya datang ke Paris minggu lalu saat kelulusannya di universitas, tapi mereka sudah kembali ke Korea karena kesibukan ayah Sae-Ryung yang tidak bisa ditoleransi. Sae-Ryung sendiri memundurkan satu minggu kepulangannya karena ada pesta kelulusan di kedutaan besar Korea yang dihadiri oleh sebagian besar mahasiswa seangkatannya.

Tiba-tiba Sae-Ryung teringat perkataan ibunya saat tiba di Paris, hal yang juga membawa kembali ingatannya pada kepulangannya yang ketiga, pertemuannya dengan Kyung- Hwan yang sudah terlewat.

" Bibi Han menitipkan salam. Dia sudah mempersiapkan hadiah untukmu. Oh iya, Kyung-Hwan juga. Tapi dia meminta maaf karena tidak mempersiapkan apa-apa untukmu. Jika kau pulang minggu depan, Hwan akan berusaha untuk mencari hadiah yang pas. Aigoo, dia itu manis sekali ya, Ryung?"

Antusiasme sang ibu membuat Sae-Ryung memikirkan Kyung-Hwan. Dia merasa bersalah karena sering mengacuhkan pesan yang dikirim pria itu untuknya. Padahal Kyung-Hwan adalah pria yang sangat baik, lalu kenapa Sae-Ryung seolah berusaha menjauhkan diri dari pria itu?

Sae-Ryung menghela napas, dia bergumam pelan tanpa sadar, " Mengapa aku tiba-tiba merindukan Kyung-Hwan Oppa di saat seperti ini?"

Sashireun cheombwasseul ddaemuteo geudael

johahaettdago Marhagiga naegen cham eoryeoweottdeongeojyo Actually, that I like you since the irst time I saw you Saying it isn t something easy for me

Meonjeo dagaseojianheumyeon geudael

nohchilggabwa Pyeonjireul sseugo ddo jakeun seolmureul

junbihaettjyo Gipeojimyeon sangcheobbunilgeoraneun saenggake Duryeoumi apseongeon sashirjiman

If I don t approach you irst, I m afraid to losing you

I wrote letter and prepared a little present At the thought that it will be just hurts if it gets deeper It s true that I stand in front of fear

Ganjeorhan mameuro gidohago baraettdeon sarami

Geudaerago nan mideo Praying with all my heart, the person I m yearning for I believe that person is you

Oh~ I m in love Oh~I m fall in love

Eojjeolsu eobsneyo naemameul sumgigien Geudaeneun neomu areumdabjyo Don t know what to do, to hide my heart You re so beautiful

Ra.d, I m In Love

Sae-Ryung mengernyit, membuka mata perlahan dan terbangun dari tidurnya yang begitu nyenyak. Lagu milik penyanyi favoritnya terdengar nyaring sebagai bunyi alarm yang menyala dari ponsel Kyung-Hwan. Dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang, kemudian mematikan alarmnya. Tepat pukul 7 pagi, dan sudah waktunya bangun.

Gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali. Tiba-tiba dia teringat mimpinya tadi malam. Sepertinya apa yang datang ke dalam kepalanya itu bukan hanya bunga tidur. Dia sekarang ingat memorinya bersama Kyung-Hwan di empat kali kepulangannya, dan merasa bersalah karena di antara empat momen itu dia pernah menolak Kyung-Hwan saat menyatakan cinta.

Sae-Ryung berguling ke kanan, dia memandangi suaminya yang masih tertidur pulas. Gadis itu mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya ke permukaan bibir Kyung- Hwan, memberikan ciuman selamat pagi.

Sebelah tangan Sae-Ryung kini sibuk membelai pipi Kyung-Hwan, sementara satu tangannya lagi dia gunakan untuk menahan kepalanya. Daripada bangun dan menyiapkan sarapan, gadis itu memilih untuk meringkuk dan memandangi Kyung-Hwan sampai puas.

" Berkediplah, Go Sae-Ryung, apakah matamu tidak perih?" Suara serak Kyung-Hwan yang menegurnya membuat gadis itu tertawa. Dia kira Kyung-Hwan masih tertidur pulas, ternyata pria itu bahkan tahu kalau istrinya sedang intens menatapnya.

" Bangunlah Oppa, hari ini jadwalmu sangat spesial, kan?" " Mmm& kemarilah sebentar. " Kyung-Hwan menarik pinggang Sae-Ryung mendekat, memeluk gadis itu erat. " Jarang sekali aku punya waktu luang untuk berguling di kasur seperti ini. "

Sae-Ryung melepaskan tangan Kyung-Hwan dari tubuhnya, memaksanya bangun. " Kau harus mandi dan

bersiap-siap. Aku akan memilihkan baju untuk hari ini, " ujar gadis itu. Dia baru saja akan turun dari ranjang sebelum kemudian Kyung-Hwan menarik ujung baju tidurnya. Pria itu belum mau membiarkan Sae-Ryung meninggalkan tempat tidur.

" Sebentar saja, aku ingin memelukmu. " Kyung-Hwan mendekat, melingkarkan kedua tangannya di perut Sae- Ryung, membenamkan wajahnya di punggung gadis itu. Tubuh yang terbilang kecil jika dibandingkan dengannya, tapi begitu pas berada dalam dekapannya.

" Konferensi pers Hae-Kyung Eonni untuk buku barunya. Aku tidak pernah membayangkan bisa datang ke konferensi pers-nya, menggandeng pria yang sebelumnya juga terlibat dalam penerbitan lima buku milik Shin Hae-Kyung. Ah, bangga sekali, " ujar Sae-Ryung sambil mengusap punggung tangan Kyung-Hwan di perutnya.
Once Karya Yuli Pritania dan Senselly di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Apakah kau sangat senang?"

" Eo, tentu saja. Buku favoritku ternyata ditulis oleh suamiku, idolaku ternyata sangat dekat dengan suamiku, dan aku ternyata begitu beruntung memiliki semuanya. "

" Kelihatannya kau baru menyadari bahwa aku begitu berharga bagimu. " Kyung-Hwan terkekeh sendiri dengan ucapannya. Baru kali ini dia begitu senang membanggakan dirinya.

" Aku sudah mengingatnya, Oppa. Kenangan itu datang seperti mimpi, yang sebenarnya adalah nyata. Empat momen itu. Kebersamaan kita. Aku ingat semuanya sekarang. "

Kyung-Hwan terdiam, dalam hatinya begitu senang. Kepingan memori di kepala Sae-Ryung semakin lengkap terkumpul. Ingatan gadis itu akan kembali sempurna, dan dia sama sekali tidak takut. Empat momen itu memang cukup beragam maknanya. Tapi satu hal yang membuat Kyung- Hwan tetap percaya diri adalah statusnya sebagai pria yang kini dicintai Sae-Ryung sepenuhnya.

Pers Conference, At Hotel, Seoul

" Anyeong, Jang-Woo Oppa, " Sae-Ryung menunjukkan senyuman lebar, seolah dia sudah bisa menata hatinya kembali serapi mungkin.

Jang-Woo tersenyum, dia mengulurkan tangannya dan ber-high ive ria dengan mantan kekasihnya itu. " Kau datang dengan Hwan Hyung?" tanyanya.

" Eo, dia sedang menemui Hae-Kyung Eonni. Dia menyuruhku menunggu di sini, bersamamu. "

" Baguslah, sejak tadi aku bosan karena dari banyaknya orang di sini, tidak ada satu pun yang aku kenal. "

Keduanya tertawa. Meskipun masih sedikit canggung, tapi Jang-Woo berusaha membiasakan diri untuk tidak terlalu sering menatap Sae-Ryung dengan pandangan yang selalu dia lakukan dulu.

" Ah, itu mereka. " Sae-Ryung menunjuk dua orang yang sedang berjalan ke arahnya.

Jang-Woo melambaikan tangan, tersenyum secerah yang dia bisa. Ini adalah hari paling membahagiakan untuk

kakaknya. Meskipun tidak suka dengan ramainya media yang datang serta puluhan blitz yang membuat matanya perih, tapi Jang-Woo tetap datang menemani kakak perempuan kesayangannya itu.

" Wawancaranya sudah selesai? Maaf tadi aku tidak menyaksikannya, meskipun aku suka memotret, tapi aku tidak suka kilatan blitz yang membuat mataku sakit. "

" Aish, kau ini. Memang tidak berbakat menjadi orang terkenal. " Hae-Kyung mengacak rambut Jang-Woo iseng.

" Wah, terima kasih karena sudah datang, Ryung, " ujar Hae-Kyung ketika dia menyadari ada seorang gadis yang menatapnya dengan mata berbinar.

" Dia sudah mulai membuat banyak desain untuk karya terbarunya juga. Kemampuan istriku dalam bidang fashion benar-benar mengejutkan. Sebagai seorang model, kau pasti tahu kan kehebatan para desainer lulusan Paris? Dia ini daebak!"

Kyung-Hwan merangkul pundak Sae-Ryung, membanggakan istrinya di depan adik-adik kesayangannya itu.

" Sebagai seorang model, Nuna juga pasti tahu kan kehebatan para fotografer lulusan Paris, " tambah Jang-Woo tak mau kalah.

" Aigoo, kalian ini. " Hae-Kyung tertawa, dia benar-benar merasa senang melihat Kyung-Hwan dan Sae-Ryung yang begitu kompak, juga Jang-Woo yang akhir-akhir ini berubah menjadi sangat hangat.

" Eonni, apakah kau bersedia menjadi model untuk fashion show yang akan aku adakan nanti?"

" Fashion show untukmu? Um, kapan kau akan melaksanakannya?"

" Setahun lagi. Tunggulah sampai aku membuat banyak karya spektakuler. "

" Mwo? Tahun depan?" Hae-Kyung mengetukkan jari di dagunya, seolah tengah memikirkan sesuatu. " Kalau begitu aku akan memberikan tarif yang sangat mahal untukmu. Aku tidak mau dibayar sedikit untuk mengenakan baju-baju yang kau buat. Apa kau sanggup?" ujarnya kemudian mengedikkan kepala ke arah Sae-Ryung.

" Eonni& kenapa jahat sekali? Aku ini kan fans-mu. Seharusnya kau memberikan banyak diskon!" protes Sae- Ryung sambil cemberut.

" Hahaha, aku bercanda. Lihat suamimu memelototiku dengan begitu menyeramkannya. "

" Yak!" Dan dengan gemasnya Kyung-Hwan menarik ujung rambut Hae-Kyung sampai gadis itu menjerit histeris.

" Aaa& Sae-Ryung, lihat apa yang dilakukan Kyung-Hwan Oppa pada idolamu ini!" Hae-Kyung memukul-mukul bahu Kyung-Hwan, berusaha membuat pria itu melepaskan ujung rambutnya yang sudah ditata dengan cantik.

Sae-Ryung ikut tertawa, begitu pun Jang-Woo. Pria itu tidak lagi disebut salju sekarang, dia adalah Shin Jang-Woo, pria yang hangat dan mulai membuka dirinya untuk cinta yang baru. Kenangan bersama Sae-Ryung adalah cinta pertama

dan hanya sekali terjadi, tapi dia yakin bahwa hubungan percintaannya yang begitu bermakna pasti memberikan banyak pelajaran bahwa cinta itu tidak boleh egois, dan tentu saja cinta tidak boleh memaksa.

Kini semuanya sudah selesai, Sae-Ryung memang tidak mendapatkan Hae-Kyung sebagai kakak iparnya. Tapi penulis favoritnya itu bisa disebut adik iparnya sekarang.

Gadis itu mengerti, sebagai seorang istri dari Cha Kyung- Hwan, tidak ada lagi yang perlu dia khawatirkan. Jika ingatannya memang tidak sempurna selamanya, dia juga tidak akan keberatan. Tapi jika kepingan lima tahun-nya itu berdatangan satu-per satu, bagi Sae-Ryung memori tersebut tidak akan membuatnya berjalan mundur. Gadis itu akan tetap maju, melangkahkan kakinya beriringan dengan pria yang kini menjadi satu-satunya pria yang sangat dia cintai. Takdirnya, Cha Kyung-Hwan.

Epilogue

ae-Ryung memasukkan beberapa koper besar ke dalam mobil dengan serampangan. Gadis itu harus sampai di bandara satu jam lagi, karena pesawat yang akan dia tumpangi berangkat tepat pukul 9 pagi. Untung dia tinggal di Suyeong-gu, yang jaraknya tidak begitu jauh dengan Gimhae Airport.

" Ryungi~ya, makan dulu sarapanmu. Kau tidak boleh pergi dengan perut kosong. " Seruan kencang dari sang ibu membuat Sae-Ryung berlari masuk ke dalam rumah.

" Araseo, Eomma& . " Sambil mengenakan kardigannya, Sae- Ryung memutuskan untuk duduk dan menikmati sarapan di tengah kepanikan. Dia memasukkan nasi ke dalam mulutnya penuh-penuh.

" Makan pelan-pelan!"

Sae-Ryung hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil menepuk dadanya. Baru saja diberitahu, gadis itu sudah tersedak nasi.

Ayah Sae-Ryung hanya bisa berdecak mengamati tingkah sang putri. Meskipun akan pergi jauh ke Prancis,

tapi kelihatannya kedua orang tua Sae-Ryung tidak begitu mengkhawatirkan gadis itu. Mereka tahu kalau Sae-Ryung memang ingin sekali pergi ke Paris dan belajar desain di sana. Lagi pula, gadis itu juga pergi untuk mengejar cita-citanya.

" Kau tidak akan ketinggalan pesawat, tenang saja. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum berangkat. " Ayah Sae- Ryung yang tidak betah melihat cara makan gadis itu berusaha untuk membuatnya mengunyah nasi sebelum ditelan. " Eo. " Sae-Ryung mengangguk lagi.

Setelah mengosongkan mangkuk nasinya, Sae-Ryung segera bangkit. Dia melirik jam tangan. Memang masih cukup banyak waktu yang tersisa sebelum dia melesat ke bandara.

" Pastikan tidak ada yang tertinggal. Kau sudah membawa ramyeon kesukaanmu itu, kan? Bukannya kemarin kau bilang mau membawa banyak ramyeon?"

" Aigoo, ramyeon! Aku lupa. " Sae-Ryung menepuk dahi. Dia baru ingat bawaan terpenting yang harus ada di dalam tasnya itu nyaris ketinggalan.

" Ramyeon kesukaanku tidak boleh ketinggalan. Akan sangat sulit menemukannya di Paris nanti. "

Sae-Ryung bergerak menuju lemari yang ada di bawah home bar di dapur, gadis itu memasukkan ramyeon-nya ke dalam kantung yang cukup besar. Setidaknya muat dia selipkan ke dalam koper berisi pakaian dan bisa sampai ke Paris dengan sempurna.

Dengan terburu-buru, Sae-Ryung kembali berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah. Sejenak dia

berdiri di halaman rumahnya, mengamati keadaan sekeliling, mengingat-ingat kejadian yang pernah dialami setiap pergi sekolah. Gadis itu melirik rumah besar yang berada tepat di samping kediamannya. Satu minggu lalu, keluarga yang tinggal di sana telah pindah ke luar kota. Padahal pemilik rumah itu memiliki anjing yang lucu dan sering diajak Sae- Ryung jalan-jalan mengelilingi kompleksnya sambil berolah raga. Rumah itu memang terlihat sepi, tapi dia dengar, kemarin sudah ada penghuni baru yang menempatinya. Sayang sekali gadis itu tidak bisa menyapa tetangga barunya karena sudah tidak banyak waktu yang tersisa sebelum keberangkatannya ke Paris.

Sae-Ryung menarik napas dalam-dalam, menikmati udara pagi yang bisa dia hirup sebanyak-banyaknya. Gadis itu menengok ke samping kiri dan kanan, taman di samping rumahnya yang indah mulai saat ini hanya ibunya sendiri yang akan mengurus. Kebiasaan Sae-Ryung menyirami bunganya setiap pagi pasti juga akan dirindukan gadis itu.

" Aku pasti akan merindukan suasana seperti ini. " Sae-Ryung bergumam pelan. Dia mengayun kakinya sambil memeluk belasan ramyeon di dalam kantung besar yang bahkan tidak bisa dia ikat atasnya karena kepenuhan.

Dengan penuh semangat, Sae-Ryung berjalan menuju belakang mobil, bermaksud untuk membuka bagasi dan merapikan kembali koper-kopernya. Gadis itu sedikit kesulitan ketika membuka bagasi mobilnya. Dia baru saja akan meletakkan kantung berisi ramyeon miliknya sebelum kemudian& BUKK!!! Gadis itu bertabrakan atau

lebih tepatnya ditabrak oleh seseorang hingga bungkusan di tangannya terpental dan cup ramyeon miliknya jadi berantakan, menggelinding menuruni tanjakan jalan di depan rumahnya.

Sae-Ryung jatuh terduduk, dia memperhatikan belasan cup ramyeon miliknya terpencar ke sana kemari. Gadis itu terbengong hebat, bahkan belum sempat menghela napas dan mengangkat kepalanya untuk memastikan tubuh siapa yang baru saja membuatnya terjatuh.

" Aish! Di mana kau meletakan matamu, hah?" Gadis itu langsung meledak begitu rasa sakit mulai terasa di bagian belakang tubuhnya.

" Agassi 28 , gwaenchana?" Suara berat yang terdengar membuat Sae-Ryung langsung mengalihkan pandangan ke arah seseorang yang tengah berdiri di hadapannya. Pria itu berperawakan bagus, dengan bahu yang bidang dan juga potongan rambut rapi. Ekspresinya yang bingung malah terlihat lucu ketika dia menggaruk belakang kepalanya, merasa bersalah. Sialnya Sae-Ryung tidak bisa membuka mulut untuk berteriak dan memaki lebih lanjut setelah melihat bagaimana tampang pria yang baru saja membuat tulang ekornya terasa nyeri karena membentur aspal.

" Ne, gwaen chana& . " Tiba-tiba dia gugup.

" Maafkan aku. Tadi ketika aku melintas, tiba-tiba kau berlari. Aku tidak sengaja menabrakmu, " jelas pria itu sambil mengulurkan tangannya membantu Sae-Ryung bangun.

" Tidak ada yang sakit, kan?" 28 Nona

Sae-Ryung menggeleng. Padahal dia baru saja berbohong. Gadis itu kemudian memutar pandangan ke sekeliling, menahan kesal karena cup ramyeon-nya yang berantakan.

" Aku akan membantumu merapikan kembali ramyeon-mu yang berantakan. "

" Eo, kamsahamnida, " jawab Sae-Ryung pendek. Gadis itu berjongkok, memunguti cup ramyeon yang bisa dijangkau. Sesekali dia melirik pria yang mengenakan kaus putih dan celana training itu. Postur tubuhnya yang begitu tinggi membuat Sae-Ryung terlihat imut ketika berada di dekatnya.

" Kau sedang lari pagi ya? Sudah, tidak apa-apa. Lanjutkan saja aktivitasmu, aku bisa merapikan semuanya sendiri. "

" Aku yang menyebabkanmu terjatuh. Setidaknya aku harus bertanggung jawab, " balasnya canggung. " Kau tinggal di daerah sini, Agassi?"

" Eo, " Sae-Ryung bergumam. Berpikir bahwa pertanyaan itu terdengar begitu aneh.

Pria yang tengah sibuk mengumpulkan ramyeon itu kemudian menanyai Sae-Ryung lagi begitu dia menyadari bahwa isi bagasi mobil gadis itu dipenuhi oleh koper. " Kau mau pergi?"

" Aku mau berangkat ke Paris. Kuliah. "

" Oh, Paris? Um& kota yang menarik, " komentar pria itu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti betul bagaimana keadaan salah satu kota paling romantis di dunia itu.

Sae-Ryung tersenyum. Baru bertemu saja pria itu sudah cukup banyak bicara padanya.

Sesekali Sae-Ryung memperhatikan penampilan pria itu. Rambutnya setengah basah dengan handuk kecil tersampir di leher. Kalau dipikir-pikir, selama tinggal di kompleksnya, dia baru pertama kali melihat pria itu.

" Kau juga tinggal di sekitar sini?" tanya Sae-Ryung penasaran.

" Aku baru pindah. Menempati rumah itu, " Pria itu menunjuk rumah besar yang memiliki pagar berdempetan dengan pagar rumah Sae-Ryung.

" Aku tinggal tepat di samping rumahmu, " tambah Sae- Ryung.

Pria itu mengangguk mendengar jawaban Sae-Ryung. " Oh iya, siapa namamu?" ujarnya.

Sae-Ryung menghentikan gerakannya mengumpulkan ramyeon, kemudian mengulurkan tangan untuk bersalaman. " Sae-Ryung. Go Sae-Ryung. "

" Namaku Cha Kyung-Hwan. "

Keduanya berjabat tangan layaknya tetangga baru. Dan tepat saat itu, di pertemuan pertama mereka, untuk pertama kalinya juga Kyung-Hwan merasakan ada sesuatu yang berbeda dari cara jantungnya berdetak. Gadis itu& Go Sae-Ryung, tiba-tiba membuat fokus mata Kyung-Hwan terpusat, hanya pada setiap gerakan yang dibuatnya. Dari situlah Kyung-Hwan menyadari, sebagai seorang pria berumur 23 tahun, dia baru saja jatuh cinta.

Tamat


Animorphs 3 Pertempuran Bawah Air Harimau Mendekam Naga Sembunyi Karya Animorphs 3 Pertempuran Bawah Air

Cari Blog Ini