Ceritasilat Novel Online

Selir Yang Dihadiahkan 2

Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat Bagian 2

ayu, maksudku amat membanggakan kecantikanmu.

Bukan aku cemburu," hibur Bangsacara untuk

menjelaskan. "Aku amat beruntung memilikimu, dan

ternyata patih Bangsapati gandrung padamu. Padmi,

aku sedia membela dengan darah jika ada seorang

berani mengganggumu."62

Tangis Ragapadmi agak reda, lalu

menyembunyikan kepalanya ke dada Bangsacara lagi.

Tapi cuma sebentar, ia menatap muka suaminya lalu

bisiknya: "Kakang, tak seorangpun berhak menjamah

diriku kecuali kau."

Sangat tertusuk hati Bangsacara, lalu bibir

Ragapadmi yang komat-kamit itu dikecupnya penuh

kasih. Setelah itu Ragapadmi menyandarkan

kepalanya ke bahu Bangsacara dan matanya kini

menyusuri gelap malam diluar.

Ceplok dan Cantuk menyalak dipelataran,

agaknya mereka terkejut oleh suara sesuatu yang

bergerak ditempat pembuangan sampah.

Angin malam menghembus lembut, mengusap
usap sepasang merpati yang sedang berkasih. Terasa

agak dingin, lalu tangan Ragapadmi yang halus itu

dibimbing Bangsacara, masuk rumah. Dan sesudah

menutup pintu dan mengancingnya, mereka duduk

diatas balai-balai dalam rumah muka itu. Ditatapnya

wajah Ragapadmi yang disinari oleh lampu minyak

agak suram itu. Tampak cantik sekali, matanya bening

dan mulut yang dihiasi oleh bibir agak merah begitu

mungil. Dan pipi Ragapadmi memerah jambu, tersipu63

oleh pandangan mata Bangsacara seperti manusia

kehausan.

Menyaksikan kecantikan Ragapadmi ini, hatinya

sangat rusuh. Juga timbul rasa bimbang. Haruskah istri

yang ayu ini direlakan? Dilepaskan? Ditinggalkan?

Tidak! Hati Bangsacara tidak rela. Ia sedia mati untuk

mempertahankan istri secantik ini, yang molek dan

setia ini. Ia sedia berkorban demi untuk cinta, untuk

kebahagiaannya.

Tapi... Raja melarang berkawan. Tugas itu harus

dilakukan sendirian. Perintah Raja tak dapat dibantah.

Perintah Raja merupakan hukum yang berlaku. Barang

siapa berani melanggar, tiang gantungan telah

menanti. Raja dapat menghitam putihkan negara dan

rakyat. Raja dapat bertindak menurut kehendak

sendiri. Apabila tak rela berpisah dengan Ragapadmi

selama menjalankan tugas, berarti bersalah lagi.

Bangsacara menghela napas dan mengeluh.

Ragapadmi menyusuri wajah suaminya penuh

perhatian. Oleh sinar lampu itu tampak kemuraman

wajah suaminya. Tampak kesedihan yang sedang

mengamuk dalam dada. Ragapadmi heran, bingung,

mengapa suaminya berbeda dengan malam-malam

yang biasa.64

Lalu dagu suaminya dipegangnya, dibawa

mendekat kemudian diciuminya, dan sapa Ragapadmi:

"Kakang. mengapa kau seperti orang bingung? Ada

apa kakang, katakan."

Bangsacara mencoba tersenyum, lalu jawabnya

sedih : "Padmi, benar katamu. Aku sedang memikirkan

tugas yang harus kulaksanakan."

"Tugas?" ulang Ragapadmi. Lalu tanyanya :

"Tugas apa itu? Bangsapatikah yang membawa

perintah?"

"Ya! Ia yang telah menjampaikan perintah tadi

siang. Aku tahu Padmi, bahwa tugas ini dibebankan

akibat aku lama tak kembali ke kraton. Jadi, terang

tugas itu sebenarnya hukuman yang harus kuterima,"

Bangsacara menghela napas lalu katanya. "Menurut

perintah Raja yang telah kuterima dari patih

Bangsapati, seminggu lagi Raja bermaksud akan

menyelenggarakan pesta. Karena itu aku diperintah
kan untuk mempersiapkan daging untuk pesta itu. Aku

diperintahkan berburu rusa dihutan pulau Mandangin,

dan harus siap 300 ekor rusa dalam sehari..."

"Oh! Tak mungkin! Tugas gila! Hukuman gila!"

Seru Ragapadmi memprotes. "Dan sanggup jugakah

kau menerima perintah gila itu?"65

"Ya, aku sanggupi!" jawab Bangsacara tegas.

"Sebab kau tahu, perintah Raja tak dapat ditolak.

Perintah Raja tak dapat dibantah. Perintahnya

merupakan hukum yang berlaku. Dan manisku,

akupun menginsyafi telah berbuat salah. Siapa salah

mesti menerima hukuman."

"Tapi gila!" jerit lirih Ragapadmi. "Kesalahanmu,

lama tak kembali ke kraton. Kesalahan begitu saja

harus mendapat hukuman seberat itu? Gila! Raja yang

tamak! Toh Raja sendiri yang memerintahkan kau

memperisterikan aku. Butakah Raja terhadap kasih

cinta yang sedang, dijalin pengantin baru? Tidak! Kau

harus menolak perintah ini. Mungkin, mungkin semua

ini atas hasutan Bangsapati. Patih yang tamak itu iri

atas kebahagiaanmu. Patih tamak itu iri bahwa aku

kau peristerikan tentunya. Ia tak mau tahu, ia buta,

bahwa aku kau terima sudah bukan manusia lagi. Jasa
jasa ibu yang telah menyembuhkanku. Mengapa?

Mengapa kebahagiaanku diganggu?"

Ragapadmi mulai menitikkan airmata.

Bangsacara terkejut, cepat airmata yang menitik itu

disapunya penuh kasih. Tapi Ragapadmi lalu

menelungkupkan mukanya ke pangkuan suaminya. Ia

menangis sedih. Bangsacara mengusap rambut66

istrinya dengan hati yang menggelonjak. Hatinya

hancur!

"Manis, dengarlah," bujuk Bangsacara

perlahan. "Aku tak mau menuduh seseorang, baik Raja

dihasut oleh patih Bangsapati dan baik tidak. Pada

kenyataannya sekarang, aku mendapat perintah

untuk berburu. Lain tidak! Perintah itu harus

kujalankan. Sebab, kau juga telah menginsyafi

tentunya, bahasa Raja banyak memberikan kasih

padaku. Aku merasa banyak berhutang kepada Raja,

jangan lagi Raja menyuruh berburu, menghadapi

mautpun akan tak gentar."

Ragapadmi seperti disengat lebah dadanya,

bangkit dan duduk menatap suamfnya, dengan

matanya yang masih basah. Lalu protesnya: "Akan kau

lakukan? Kau bodoh! Gila! Tidak! Kita lari keluar

negara ini. Lari, untuk menyelamatkan diri. Kau tak

boleh melakukan tugas ini."

Ragapadmi tersedu-sedu, dadanya bergerak
gerak, dan kedua belah telapak tangan menutup

muka. Bangsacara amat sedih, mengeluh!

Lalu katanya perlahan: "Padmi, tak ada

keinginanku melarikan diri. Aku tak sudi menjadi

pengecut! Manisku, dengarlah. Raja telah banyak67

memberikan budi kebaikan padaku. Bagaimanapun

aku harus membalasnya. Aku tak mau dituduh sebagai

manusia pengecut, yang tak tahu budi orang. Karena

itu manisku, aku akan melakukan juga tugas ini

sekalipun berat. Aku tahu, dengan bantuan Ceplok

dan Cantuk akan berhasil menyelesaikan tugas ini

dengan baik."

"Tidak! Tidak... kau harus lari!" jerit lirih

Ragapadmi. Lalu tersedu-sedu lagi.

Sayang benar, bahwa nyai Jagahastana yang

telah tua itu tak mendengar suara tangis Ragapadmi.

Kiranya ia kelelahan siang tadi, sehingga tidur begitu

nikmat.

Dan Bangsacara menghela napas serta

mengeluh. Dibiarkannya Ragapadmi menangis sedih.

Cuma suara isak Ragapadmi yang memenuhi

rumah muka itu. Sedang kadangkala Cantuk dan

Ceplok menyalak dipelataran.

Tapi kemudian Ragapadmi melepaskan tangan
nya dari mukanya, ditatapnya suami yang dicintai itu

dengan mata yang masih basah, dan katanya pasti:

"Baik kakang kita lakukan tugas ini. Aku akan

menyertaimu berburu. Aku akan membantumu."68

Bangsacara menggelengkan kepalanya,

menghela napas lalu jawabnya sedih: "Tak mungkin

Padmi, perintah Raja tak seorangpun boleh

membantuku dalam berburut ini.

"Gila!" jerit Ragapadmi tertahan. "Aku harus

ikut! Larangan itu tak berlaku bagi istri."

"Ya, aku sangat bangga atas kesetiaanmu.

Manis, terimakasih atas pembelaanmu," bujuk

Bangsacara sedih. "Tapi, perjalanan amat jauh, amat

sukar, tak mungkin kau dapat menyertaiku."

"Tidak. Kau menghina aku?" tantang Ragapadmi

seraya menatap suaminya. "Aku tak gentar meng
hadapi hutan lebat, tak gentar menghadapi perjalanan

sukar. Aku menyertaimu. Harus membantumu!"

Terbayang dalam pikiran Bangsacara, bahwa

perjalanan yang harus ditempuh dari desanya menuju

pulau Mandangin tak cukup dua hari, dengan jalan

kaki. Itupun harus melalui jalan-jalan yang sukar dan

berbahaya. Ngeri, tak mungkin istrinya dapat

menyertai perjalanan yang amat sulit ini.

Bagaimanapun kuat Ragapadmi menempuh

perjalanan ini, tapi ia tentu akan menderita dalam

perjalanan. Harus menginap di jalan. Membawa69

Ragapadmi yang jelilta itu amat berbahaya. Tentu

banyak laki-laki yang mengincar.

Disamping harus menempuh perjalanan yang

amat sulit, masih juga dipersulit lagi dengan

terbentangnya laut yang membatasi Madura dan

Mandangin. Yah, harus menyeberangi laut itu.

Tahankah istrinya menyaksikan air laut yang

bergelombang itu? Dan lagi dalam hutan Mandangin

nanti, mungkin juga Ragapadmi akan ngeri menyaksi
kan darah segar rusa yang disembelihnya.

Tidak! Istrinya harus tinggal dirumah.
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bangsacara sanggup menjelesaikan tugas itu sendiri.

"Kakang, katakan! Katakan sekarang, bolehkah

aku menyertaimu?" desak Ragapadmi.

Bangsacara gelagapan, tapi kemudian jawabnya

pasti: "Baik! Kau menyertaiku manis, aku tak tega

meninggalkanmu,"

Wajah berseri tersembul dari tengah isak

Ragapadmi, mendengar putusan suaminya itu.

Sebagai pernyataan terima kasihnya, lalu membenam

kan mukanya kedada Bangsacara.

Tapi Ragapadmi tak menyadari bahwa

kesanggupan suaminya itu di bibir saja. Sebenarnya70

Ragapadmi tak akan dapat menyertai perjalanannya.

Sebelum fajar menyingsing besok dan Ragapadmi

masih dibuai mimpi, ia akan pergi secara diam-diam.

Dalam hati penuh kepercayaan, bahwa perpisahan
nya dengan istrinya tak akan berlangsung lama, selesai

tugas nanti akan dapat kembali bersanding dan dapat

mengecap kebahagiaan hidupnya.

Lalu dipimpinnya Ragapadmi, melangkah

perlahan menuju kamar. Tapi kali ini istrinya memiliki

firasat, ia selalu gelisah dan tak segera tidur. Tapi

Bangsacara tak kurang akal, digungrumlah istrinya,

dicumbui Ragapadmi yang jelita itu sehingga akhirnya

tertidur pulas.

Bangsacara mengecup bibir istrinya, menyapu

pipi dan dagu dengan hidungnya. Lalu duduk gelisah,

menghela napas seraya mengeluh.

Lalu perlahan ia turun dari pembaringan,

disururinya tubuh dan wajah ayu istrinya dengan

pandangan mata yang amat sedih, tak berani ia

mengusik takut kalau istrinya bangun. Dipandangi

lama-lama istrinya itu hingga puas sekali, baru

melangkahkan kakinya perlahan keluar kamar. Pintu

kamar itu ditutup perlahan, lalu mengambil sebuah

golok dan terus keluar. Cantuk dan Ceplok71

menyambut tuannya dipintu seraya menciumi kaki

dan ekornya dikibas-kibaskan. Diusapnya kedua ekor

anjing itu, lalu melangkah pergi dan anjing yang setia

ini mengikuti kepergian tuannya.

Dan ketika pagi datang, Ragapadmi

kebingungan tidak menemukan suaminya. Ia

menangis sedih, menubruk ibunya seraya menjerit.

Dan nyai Jagahastana menjerit pula setelah

mengetahui duduk perkara yang sebenarnya...

IV. BUAH HASIL KEJAHATAN

AH kasian budak yang sangat setia kepada

junjungannya ini, hingga ia menyediakan diri untuk

melakukan tugas yang seberat itu. Menyediakan diri

untuk melakukan tugas yang tak sepadan dengan

kesalahannya. Harus menyediakan 300 ekor rusa liar

dalam sehari, berarti tiap sejam harus dapat

menghasilkan 25 ekor. Kalau pun ia berhasil, ia akan

lumpuh kelelahan, akan kehabisan tenaga, bekerja

sehari penuh tanpa mengaso. Ah kasian benar...72

Dan Bangsacara tak menyadari apa yang telah

terjadi sebelum hukuman itu diputuskan oleh Raja.

Apa latar belakang yang sebenarnya? Yah, Bangsacara

budak yang amat setia ini terus melangkahkan kakinya

menuju Mandangin diikuti oleh dua ekor anjingnya

yang setia. Perjalanan yang jauh itu dilakukan dengan

tabah hati, dengan kesetiaannya kepada Raja. Ia tak

mengeluh.

Akhirnya ia berhasil mencapai tepi laut Madura

bagian utara. Untuk mencapai pulau Mandangin

tempat perburuan yang telah ditetapkan, harus

menyeberangi laut. Bangsacara dan kedua ekor

anjingnya melepas lelah diatas pasir, menunggu

perahu nelayan yang lewat, dan akan dimintai

pertolongan untuk menyeberangkan ke Mandangin.

Tapi celaka, matahari telah masuk peraduannya tak

sebuah perahupun tampak dan dapat menolong.

Bangsacara amat gelisah, hari esok merupakan

ketentuan harus berburu. Sekarang masih belum

berhasil menyeberangi laut itu. Hatinya masygul,

sedih, halangan laut ini menyebabkan gagalnya tugas,

tak akan dapat dilaksanakan.

Dua ekor anjing itu, menjilat-jilat kaki tuannya.

Seakan tak menghiraukan kesedihan yang sedang73

menyesak dada. Bangsacara menghela napas, seraya

memandangi lautan yang luas itu, diterangi oleh bulan

setengah bundaran diangkasa. Sedang bintang
bintang pun ikut memberi penerangan, seakan

bermaksud memberi bantuan agar Bangsacara yang

duduk gelisah ditepi pantai ini dapat menikmati

keindahan laut yang airnya biru itu.

Bangsacara menggeleng-gelengkan kepala,

masygul hatinya mengapa harus terhalang oleh laut

itu. Sejak keberangkatannya, untuk menyeberangi

laut ini ia memastikan dapat minta pertolongan

perahu-perahu nelayan. Tapi ternyata sehari suntuk

menunggu tak sebuahpun perahu nelayan, yang

biasanya banyak itu, menampakkan diri.

Dipandanginya Cantuk dan Ceplok lama-lama.

Tapi kemudian mata Bangsacara bersinar, wajahnya

berseri-seri. Ia telah berhasil mematahkan rintangan

ini dengan pertolongan dua ekor anjingnya. Ia akan

berpegangan pada pangkal ekor anjing itu, dan dua

ekor anjing itu disuruhnya berenang sekuat tenaga

mencapai Mandangin.

Cuma jalan itu saja yang dapat menolong, lain

tidak! Setelah bulat, dicoba dan dilaksanakan pula

rancangan itu. Kalau saja anjing-anjing itu tak kuat74

dalam usaha menyeberangi selat itu, berarti akan

kelelap bersama ditelan laut. Ia lebih suka begitu

daripada harus dituduh sebagai pengecut. Dituduh

sebagai laki-laki yang tak berani menghadapi

persoalan yang amat sulit.

Semula agak kesukaran juga Bangsacara dalam

memerintahkan kedua ekor anjing itu, mereka selalu

berusaha lari dari air yang dingin itu. Tapi setelah

dengan sabar memberi pelajaran kepada Cantuk dan

Ceplok itu, pada akhirnya mau juga anjing itu

berenang dibebani tubuhnya menyeberangi laut itu.

Sangat susah kedua ekor anjing itu harus

berenang dan menyelamatkan tuannya dari bahaya

kelelap, tapi dengan sekuat tenaga tercapai juga pulau

Mandangin.

Kedua ekor anjing itu terbaring kelelahan diatas

pasir. Sedang Bangsacara dengan amat kasih berusaha

untuk mengeringkan bulu binatang yang basah kuyup

itu. Lalu ia cepat mengumpulkan ranting-ranting kayu

kering, kemudian disulutnya dan menyalalah kayu itu

memberikan kehangatan kepada ketiga sahabat itu.

Bekal makanan yang dibawa sudah basah, tapi

terpaksa dimakan juga dengan kedua temannya yang75

setia ini. Malam itu mereka melepaskan lelah di pantai

Mandangin, dan besok harus memulai tugas.

Ah kasian benar budak Raja yang setia ini,

hingga tak menyadari bahaya-bahaya yang

mengancam setiap waktu. Ia tidak menyadari bahwa

semenjak kedatangan Patih Bangsapati yang pertama,

dan menyaksikan keayuan wajah Ragapadmi, patih ini

menjadi gila! Ia tak mengira bahwa wanita bekas selir

Raja yang mengerikan ijtu, setelah sembuh dari

sakitnya mempunyai bentuk tubuh yang menggiurkan,

kulit kuning halus yang menyedapkan dan paras wajah

yang menggairahkan.

Patih Bangsapati pulang dengan hati yang

rusuh. Ia gandrung, ia ingin memiliki. Ia merasa iri,

mengapa budak itu memiliki istri yang jauh diatas

kecantikan istrinya. Ia merasa iri, mengapa budak itu

mendapat hadiah Raja yang begitu besar. Mengapa,

bukan ia sebagai patih praja Pucangan dan tangan

kanan Raja yang mendapat hadiah bekas selir yang ayu

itu?

Timbul kemudian kerakusannya untuk merebut

jelita itu dari Bangsacara. Tapi kalau Bangsacara harus

dibunuh mati, ia takut bisa ketangkap. Ia berpikir keras

untuk dapat merebut Ragapadmi yang molek itu76

dengan jalan lain. Kemudian timbul suatu akal licik dan

keji, ia menghasut Raja agar Ragapadmi ditarik

kembali dari tangan Bangsacara. Maksudnya, dengan

meminjam tangan Raja akan dapat tercapai. Setelah

Raja mencabut hak itu, lalu akan meminta kepada Raja

agar Ragapadmi diberikan kepadanya.

Patih yang pintar menghasut itu mengatakan

kepada Raja antara lain: "Gusti, menurut penyelidikan

hamba, Bangsacara tak juga kembali, disebabkan rasa

sayang untuk meninggalkan istrinya yang cantik. Gusti,

ternyata Ragapadmi sekarang telah sembuh dan

merupakan wanita ayu tanpa tandingan."

Raja Bidarbo ketawa, lalu jawabnya gembira :

"Syukur sekali apabila demikian. Aku sangat gembira

paman, Ragapadmi dapat tertolong. Yah, biarlah

Bangsacara sekarang menikmati kebahagiaan

disamping Ragapadmi. Itu sebagai upah usaha

penyembuhan yang telah dilakukannya."

"Sabda paduka semuanya benar. Tapi

pantaskah gusti, seorang budak seperti Bangsacara itu

harus beristerikan seorang wanita yang melebihi

kecantikan garwa1 paduka? Gusti, menurut pendapat

hamba, paduka harus melebihi segala-galanya dalam

1 istri77

praja Pucangan ini. Hamba khawatir, apa kata para

kawula menyaksikan keanehan ini?"

"Paman, kewibawaan Raja tergantung pada

bijaksanaan dan keadilan dalam menyelenggarakan

keamanan dan kemakmuran rakyat. Bukan tergantung

kepada kecantikan wanita yang diperisterikan. Paman,

ketahui pulalah bahwa sebenarnya Raja yang harus
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diatas segala-galanya itu merupakan Raja yang loba,

tamak dan sewenang-wenang. Bukan Raja yang patut

dihormati dan dipercaya rakyat. Dan Raja yang

demikian tak akan dapat menyelenggarakan

kebahagiaan dan ketenteraman Rakyat. Paman, kau

tak salah apabila menilai Ragapadmi seorang wanita

ayu tanpa tandingan. Ia salah seorang istri yang

kucinta dan kukasihi dari pada yang lain."

"Sabda paduka tak ada yang salah. Tapi gusti,

disamping itu timbul pula kekhawatiran hamba untuk

keselamatan Pucangan. Sebab apabila ditinjau dari

jasa-jasa yang telah diberikan oleh Bangsacara

terhadap negara Pucangan, takkan dapat menandingi

jasa para Bupati dan Senapati yang berhasil

menghalau tiap serangan musuh. Hamba takut akan

timbulnya rasa iri dari para abdi paduka yang lain."78

"Katamu benar paman," jawab Raja seraya

ketawa. "Tapi kalau orang mau menengok kebelakang,

aku kira tak seorangpun mau menerima hadiahku

dalam keadaan Ragapadmi yang hampir mati itu, yang

berbau busuk dan mengerikan! Apabila sekarang

Ragapadmi dapat mempertahankan hidupnya, semua

itu atas pengorbanan Bangsacara. dan tak dapat

diganggu gugat."

"Hamba pun dapat membenarkan. Tapi gusti

mungkinkah orang mau tahu terhadap permulaan

itu?" desak Patih seraya menatap Raja. "Gusti,

menurut pengalaman seseorang yang terpengaruh

oleh sesuatu keinginan yang amat mendesak lupa

kepada hal-hal yang sebenarnya. Hamba khawatiir,

sementara abdi paduka dalam hati menganggap

tindakan paduka tidak adil setelah mengetahui

anugerah paduka terhadap Bangsacara. Hal-hal yang

demikian, hamba khawatirkan dapat menimbulkan

kerusuhan-kerusuhan dan mempengaruhi kejayaan

negeri Pucangan. Karena itu gusti, hamba mohon agar

paduka berkenan menarik kembali istri Bangsacara itu

kedalam Kraton."

Hasutan-hasutan patih Bangsapati ini

memperingatkan Raja Bidarbo untuk menyusuri

waktu-waktu yang telah silam. Menyusuri jalan-jalan79

hidup ketika Ragapadmi masih jelita sebagai bunga

dalam Kraton Pucangan. Raja teringat akan

kebahagiaannya memiliki Ragapadmi. Raja teringat

senyum manis Ragapadmi yang menyungging bibirnya

yang merah. Raja teringat akan kemungilan mulut

Ragapadmi. Raja teringat akan kerlingan mata

Ragapadmi yang menusuk hati. Raja juga teringat akan

keindahan tubuh Ragapadmi yang menggairahkan.

Raja teringat pula akan kecantikan Ragapadmi diatas

selirnya. Gairah Raja terhadap Ragapadmi tumbuh

kembali Gelora asmara dalam dada menyala kembali.

Dan Raja juga lalu teringat bahwa kepergian

Ragapadmi merupakan kehilangan yang sukar dicari

gantinya. Hingga kini belum dapat menemukan ganti

Ragapadmi, hingga kini juga belum dapat mengisi

hatinya dan kamar Ragapadmi yang kosong itu.

Sekarang terdapat sebuah jalan yang amat lebar

dan lapang, cabut kembali hak Bangsacara atau

Ragapadmi. Tapi rasanya segan kalau melakukan

kekerasan, takut tuduhan rakyat Raja bertindak

sewenang-wenang. Karena itu, Raja Bidarbo lalu

menyetujui pendapat patih Bangsapati.

Penyelenggaraan untuk ini keseluruhannya

diserahkan kepadanya untuk dapat berjalan dengan

tertib.80

Itulah, itulah sebenarnya latar belakang

perintah patih Bangsapati agar Bangsacara pergi

berburu kepulau Mandangin. Dan patih Bangsapati

yang tergila-gila terhadap keayuan wajah Ragapadmi

yang menjadi otak segala-galanya. Perintah yang

mengharuskan dilaksanakan Bangsacara tanpa

bantuan seseorang, untuk mencegah Ragapadmi

mengikuti suaminya. Dan perintah harus menyediakan

rusa 300 ekor sehari, maksudnya agar Bangsacara tak

menyanggupkan diri. Tapi ternyata Bangsacara

menyanggupkan diri pula melaksanakan hal ini.

Karena hal ini gagallah rancangan untuk menangkap

sekaligus Bangsacara. Terpaksa, untuk dapat

menggagalkan usaha Bangsacara mencapai

Mandangin, memaklumkan kepada sekalian nelayan

bahwa selama sebulan dilarang memasuki perairan

yang membatasi Mandangin dan Madura. Itulah

sebabnya Bangsacara tak dapat menemukan sebuah

perahu nelayan pun yang dapat membawanya ke

Mandangin. Hanya berkat kemauannya, dengan

bantuan dua ekor anjingnya dapat menyeberangi laut

yang memisahkan pulau Madura dan pulau

Mandangin itu.

Oh, kasian benar Bangsacara yang setia kepada

Rajanya ini sehingga tak menjadari telah berbuat81

kesalahan. Kalau ia mau menurut kata-kata isterinya,

melarikan diri ke lain negara, tak perlu bersusah payah

melaksanakan tugas yang amat mustahil itu. Sebab

sekalipun Bangsacara secara ksatria dapat memenuhi

tugas itu, ia juga tak akan dapat lolos dari malapetaka

yang telah direncanakan patih Bangsapati. Ia akan

menemui ajalnya pula dipulau Mandangin yang hanya

berpenghuni binatang liar itu.

Yah, nasib Bangsacara amatlah jeleknya. Sehari

itu dengan bantuan dua ekor anjing yang amat setia,

dengan mudah dapat menangkap rusa-rusa liar itu.

Rusa-rusa liar itu dibawa oleh Ceplok dan Cantuk.

Mereka yang dapat disergap dilukai oleh giginya

hingga tak dapat berkutik. Sedang tugas Bangsacara

tinggallah menyembelih dengan goloknya. Dengan

cara itu akhirnya menjelang senja telah terkumpul

rusa yang telah disembelih sebanyak 300 ekor.

***

Tapi ketika patih Bangsapati dengan diiringi

para punggawa Pucangan datang, patih itu tidak

menanyakan tentang jumlah rusa yang diperoleh,

hanya menanyakan cara bagaimana ia hendak mati.

Jalan digantungkah, disembelih atau ditusuk dengan

pedang.82

Sudah tentu pertanyaan patih Bangsapati ini

amat mengejutkan dan mengherankan hatinya. Lalu ia

sadar bahwa ia telah ditipu, telah masuk perangkap

yang dipasang oleh patih Bangsapati. Baru saja ia mau

memberi jawaban, patih Bangsapati telah mendahului

berkata dan menyindir: "Bangsacara, taklah perlu kau

memikirkan Ragapadmi di rumah. Ia tak akan

terlantar, ia tak akan menjadi janda. Tapi sepeninggal
mu akan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia

akan hidup, lebih bahagia, dan ia akan menjadi

milikku."

Ia amat marah mendengar sindiran itu, dadanya

seakan meledak. Dalam pada itu kalau Bangsacara tak

dapat mengendalikan diri, tentu ia sudah mau

mengamuk. Tapi patih yang keji ini juga licik. Ia

dikerumuni oleh pasukan bersenjata, kalau ia

mengamuk, para pengawal tak berdosa itu yang akan

menjadi korban, dan patih itu akan menyeringai,

selamat. Tak berguna menghabiskan tenaga.

Dengan golok ditangan kanan yang masih

berlepotan darah rusa, sedang tangan kiri menuding

maka katanya lantang : "Wahai sekalian prajurit, kamu

telah menyaksikan bahwa aku telah menyelesaikan

tugas berburu rusa 300 ekor sehari. Tapi ternyata

sekarang, bangsat patih Bangsapati bukannya83

menghitung jumlah rusa malah minta kematianku.

Baik, aku tak akan berusaha menyelamatkan diri, aku

sedia mati oleh tusukanku sendiri dengan golok ini.

Tapi sebelum ajalku sampai, ketahuilah kamu sekalian,

bahwa kematianku ini oleh akal keji bangsat patih

Bangsapati."84

Sinar mata Bangsacara menyala, menatap tajam

patih Bangsapati yang tamak. "Kau adalah bangsat!

Kau sengaja menodai nama Raja, sengaja menghasut

dan menggunakan nama Raja untuk maksudmu yang

terkutuk. Untuk dapat mencapai maksudmu memiliki

Ragapadmi. Yah, Ragapadmi memang cantik, wanita

yang kucintai. Aku relakan Ragapadmi kau rebut! Aku

relakan sekarang Ragapadmi dimiliki orang lain. Tapi

awas, kau akan terima pembalasan."

Bangsacara memandang sekeliling. Tangannya

memberi isyarat kepada dua ekor anjing setia itu

untuk lari menyelamatkan diri. Anjing itu seakan tahu

bahaya mengancam. Mereka lari masuk hutan. Lalu

pandang Bangsacara berganti-ganti kepada tiap wajah

dimukanya.

Lalu seperti berkata kepada dirinya sendiri, ia

mengucapkan kata-kata perlahan: "Padmi, kekasihku!

Ketahuilah manisku, aku telah pergi jauh. Selamat

tinggal, bikinlah pembalasan terhadap kematianku ini.

Patih Bangsapati merupakan otak pembunuhan."

Dan... sekalian pengawal dan patih Bangsapati

sendiri menjerit ketika menyaksikan penyemburan

darah segar dari dada Bangsacara yang ditusuk

dengan goloknya sendiri. Bangsacara terkapar mandi85

darah diatas tanah berumput itu. Patih Bangsapati

perlahan melangkah mendekati, ketika mengetahui

bahwa Bangsacara telah mati, ia menyeringai dan lalu

ketawa nyaring. Disepaknya mayat Bangsacara itu,

lalu katanya mengejek: "Balaslah kematianmu. Aku

tak takut. Yang terang, Ragapadmi sekarang milikku.

Ragapadmi menghuni Kepatihan, dan aku dapat

mempersunting wanita ayu Ragapadmi."

Ia meninggalkan mayat Bangsacara seraya

katanya kepada para pengawal: "Biarkan bangkai

celaka itu, tak perlu kita kubur. Biar bangkai itu
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi mangsa binatang buas..."

Sekalian pengawal tak dapat berkata apa-apa.

Hati mereka tertusuk oleh kekejian patih Bangsapati

itu, tapi tak berani berbuat apa-apa, takut akan

akibatnya. Dalam hati ingin menguburkan mayat yang

terkapar itu, tapi perintah meninggalkan tempat itu

harus dipatuhi. Kasihan benar budak Raja yang setia

ini, harus menemui ajalnya di pulau Mandangin yang

tak berpenghuni manusia. Kasihan jenazahnya

terkapar di atas tanah tiada orang memperdulikan.

***

Dua ekor anjing Bangsacara yang melarikan diri

telah kembali. Binatang ini tampaknya terkejut86

tuannya telah menggeletak mandi darah. Dijilatilah

muka tuannya dan seakan lalu tahu tuannya telah

mati. Mereka meraung amat menyedihkan, menangis

seperti manusia. Lalu setelah beberapa kali mengitari

mayat tuannya, kedua ekor anjing itu menceburkan

diri ke laut dan berenang meninggalkan pulau

Mandangin. Mereka akan pulang memberi kabar

tentang kemalangan tuannya.

Sementara itu Patih Bangsapati pulang dari

pulau Mandangin dengan membusungkan dada.

Nyata segala tipu muslihatnya telah berhasil! Ia

meninggalkan pulau Mandangin dan membiarkan

jenazah Bangsacara tak diurus dengan sorak

kemenangan. Dalam perjalanan itu terbayang paras

wajah Ragapadmi yang jelita itu, yang segera dapat

diboyongnya. Bukannya langsung akan diserahkan

kepada Raja setelah Bangsacara mati, tapi akan

dibawanya pulang ke rumah, Ragapadmi adalah

miliknya.

Patih Bangsapati tersenyum puas, Ragapadmi

yang cantik jelita itu bukan jadi impian lagi, tapi akan

menjadi hak-nya yang tak dapat diganggu gugat orang.

Ia akan memaksa dengan segala dalih terhadap Raja,

bahwa Ragapadmi harus menjadi miliknya. Akan

dikemukakan dalih bahwa adalah sangat memalukan87

apabila Raja mengambil kembali istrinya yang

diserahkan orang, maka sebaiknya Patih yang

memperisterikan Ragapadmi.

Karena gelora hati yang mendidih dibakar oleh

api asmara itu, maka Patih Bangsapati tak akan

menghadap Raja lebih dahulu, tapi akan langsung

membojong Ragapadmi. Bagaimanapun pula,

Ragapadmi akan dipaksa kalau berani menolak

perintahnya. Tenaga seorang perempuan tak akan

dapat menandingi tenaganya, dan tetangga

Bangsacara tentu tak akan berani berkutik. Atas nama

Raja ia akan memaksa Ragapadmi turut ke Pucangan.

Patih yang tamak ini, tak mau memperhatikan

hati para pengawalnya yang amat jijik dan benci

menyaksikan tindakannya yang sewenang-wenang

tadi. Dalam hati mereka timbul pertanyaan, mengapa

justru Bangsacara yang telah mati itu tak boleh

dirawat jenazahnya seperti manusia yang lain?

Pencuri besar, dan penghianat negara pun tak

menerima nasib semalang Bangsacara. Mayatnya

masih dikubur seperti manusia yang lain. Mengapa

Bangsacara ini harus menerima nasib yang begitu

buruk?88

Pengawal-pengawal itu amat masygul dan amat

kecewa pula mempunyai tuan yang demikian tamak.

Perjalanan menuju desa Bangsacara dimulai,

setelah pulang lebih dahulu ke Pucangan untuk

mempersiapkan kendaraan yang akan membawa

Ragapadmi. Kalau tak mempersiapkan kendaraan itu,

apa yang akan dipergunakan untuk membawa

Ragapadmi?

Gelora asmara yang membakar dadanya itu,

menjebabkan ia tak merasa letih, baru pulang dari

Mandangin telah melakukan perjalanan lagi kedesa

Bangsacara. Dan perjalanan itu dipercepat untuk

segera dapat sampai kedesa Bangsacara. Tapi apa

yang terjadi kemudian setelah sampai disana? Rumah

Bangsacara itu tertutup rapat. Pintu diketuknya

berulang-ulang, namun tak juga ada orang membuka
nya. Patih Bangsapati merasa sangat tersinggung. Ia,

seorang patih, datang dirumah orang tak segera

mendapat pelayanan sebaik-baiknya. Dua orang

pengawal diperintahkan merusak pintu. Patih

Bangsapati menganggap bahwa penghuninya

menyembunyikan diri.

Cepat ia melangkah masuk dan dengan

pandangan mata yang liar ia menyusuri seluruh89

ruangan rumah muka dan belakang. Tapi masih belum

diketemukan orang yang dicari. Patih Bangsapati me
manggil-manggil dengan lantang, tapi tak juga ada

jawaban. Ia jadi sangat marah, didobraknya pintu

kamar, tapi ternyata tak juga diketemukan orang yang

dicari.

Mengerti rumah telah kosong, Patih Bangsapati

lebih marah lagi. Nyata bahwa Ragapadmi telah

melarikan diri. Sambil menggerutu dan menghentak
kan kakinya, ia marah-marah, sedang para pengawal

tak seorang pun membuka mulut.

Mata patih Bangsapati merah bersinar, gigi

gemeretak dan tangannya mengepal seperti orang

mau adu tinju. Ia duduk diatas balai-balai rumah muka

itu, dengan dada turun naik. Keringat yang membasahi

muka dihapus dengan sapu tangan, lalu menghela

napas. Kemana harus dicari si jelita yang telah

melarikan diri itu?

Lalu timbul rasa masygul, mengapa bunga

cantik yang tinggal dipetik sekarang hilang? Mengapa

rencana yang telah diatur itu kini gagal?

Lalu mata Patih Bangsapati ini terbelalak kaget,

setelah salah seorang pengawal memberi laporan,

bahwa menurut keterangan seorang tetangga90

Bangsacara, Ragapadmi seperti orang gila lari-lari

mengikuti kepergian dua ekor anjing dengan me
lolong-lolong menyedihkan. Tetangga itu tak dapat

memberi keterangan kemana Ragapadmi telah pergi.

Sedang nyai Jagahastana juga meninggalkan rumah itu

kemudian, setelah mengerti bahwa Ragapadmi

melarikan diri dari rumah. Usaha tetangga untuk

mencegah kepergian ibu tua itu tak berhasil, nyai

Jagahastana telah bertekad untuk mencari kedua

orang anaknya itu bagaimanapun yang akan terjadi.

"Gila! Gila! Mengapa terjadi! begini?" seru Patih

Bangsapati dengan menghentakkan kakinya ke lantai.

"Kemana Ragapadmi?"

"Mereka tak dapat memberitahukan kemana,"

jawab pengawal itu setengah takut. "Yang terang

Ragapadmi pergi dari rumah seperti orang gila

mengikuti kedua ekor anjingnya."

"Hah! Anjing itu?" keluh Bangsapati seraya

terbelalak matanya. "Bodoh! Gila! Mengapa kamu tak

membunuh anjing itu? Hah, mengapa anjing-anjing itu

kau biarkan hidup?"

Para pengawal itu tak memberi jawaban

apapun. Mereka kebingungan, mengapa tuannya ini

marah-marah karena anjing tak dibunuh. Padahal91

ketika di Mandangin tuannya tak pernah memerintah
kan itu. Tapi pengawal itu tak berani memprotes,

mereka sekalian saling pandang tak mengerti apa yang

harus dilakukan.

"Hai! Tulikah kamu semua ini?!" bentak Patih

Bangsapati seraya menatap sekalian pengawalnya itu

satu-persatu. "Gila! Tuli! Kamu bisu semuanya! Kamu

bodoh, mengapa anjing-anjing itu kau biarkan

hidup?!"

Bangsapati menghentakkan kaki lagi kelantai.

Lalu menggebrak balai-balai bambu itu dan bentaknya

keras: "Kejar! Cari sampai ketemu dimana Ragapadmi!

Kepalamu akan kupenggal apabila tak dapat menemu
kan Ragapadmi. Raja akan murka kepada kamu

sekalian! Ajo kejar kemana Ragapadmi."

Pengawal itu berserabutan tak tahu apa yang

harus dilakukan, mencemplak kuda masing-masing

terus dilarikan. Tapi kemudian patih itu seperti

tersentak dari impiannya ketika mengetahui bahwa ia

tinggal seorang diri, lalu lari dan dicemplaklah kudanya

dan terus mengejar para pengawal itu seraya berkaok
kaok.

Pengawal-pengawal itu satu persatu berhenti

dan turun dari kuda. Diluar desa para pengawal itu92

berkumpul kembali, dengan hati kebingungan. Dan

Patih Bangsapati yang masih duduk diatas kuda itu,

dengan mata berapi-api menatap tajam sekalian

pengawal itu.

"Kamu sekalian ini gila benar!" bentak Patih

Bangsapati itu marah-marah. "Mengapa kau bubar

dan pergi semaumu sendiri? Kamu semua ini tak

berguna! Apa yang akan kamu lakukan?"

Tak seorang pun pengawal-pengawal itu

membuka mulut. Mereka berdiri tegak, dengan

tangan kiri menggenggam tali kuda.

Ditatapnya pengawal-pengawal itu dengan

sinar matanya yang berapi-api. "Kamu sekalian harus

mengikuti aku ke Mandangin. Aku curiga, anjing
anjing itu telah membawa Ragapadmi ke sana. Ayo,

ikut ke Mandangin."

Patih Bangsapati itu sama sekali tak menyadari

bahwa kedua ekor anjing Bangsacara yang pintar dan

setia itu, terus lari cepat menuju rumah. Dimuka

Ragapadmi meraung-raung sedih, lalu menggigit

kainnya menggeretnya keluar. Ragapadmi bingung

dan marah, tak mengerti maksud Centuk dan Ceplok.

Tapi melihat kedatangan tanpa suaminya, dan tingkah

laku anjing itu sangat aneh, timbul rasa curiga.93
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mungkin tuannya telah mendapat bahaya dalam

melakukan tugasnya.

Ragapadmi lari mengikuti anjing itu. Oleh

rambutnya yang tak teratur dan tingkah Ragapadmi

yang aneh itu, para tetangga mengira bahwa ia telah

gila tiba-tiba. Isteri setia itu terjatuh dan pingsan

kehabisan tenaga dalam sebuah hutan. Kedua ekor

anjingnya kebingungan, menolong dengan menjilat
jilat tangan dan kaki Ragapadmi. Kemudian

Ragapadmi siuman kembali, matanya terbelalak heran

berada ditengah hutan. Anjing-anjingnya berada di

dekatnya dengan lidah terjulur.

Ragapadmi sadar, telah lari mengikuti

kepergian Ceplok dan Cantuk. Teringat lagi akan

keselamatan suaminya, ia tersedu-sedu. Lalu memulai

perjalanan lagi, mengikuti jejak Ceplok dan Cantuk.

Ragapadmi telah tak ubahnya seorang gila lagi

dalam perjalanan ini, rambutnya kusut tak teratur,

dan pakaiannjapun kotor, dan paras yang jelita itu kini

berpeluh-peluh. Orang yang berpapasan ketakutan,

cepat-cepat menyingkir.

Akhirnya mereka sampai ke tepi laut yang

memisahkan Madura dan pulau Mandangin.

Ragapadmi menangis sedih, dikiranya suaminya telah94

mati ditelan laut, ketika menyaksikan tingkah Ceplok

dan Cantuk yang turun ke air, kembali ke darat,

ekornya berkibas, matanya menatap Ragapadmi

dengan sorot yang sedih.

Berkali-kali Cantuk dan Ceplok itu berusaha

menjelaskan kepada Ragapadmi, agar meniru apa

yang pernah dilakukan oleh Bangsacara menyeberangi

laut itu. Dengan menarik-narik kain yang telah cabik
cabik itu, dan juga menarik tangan Ragapadmi agar

berpegangan pada ekor mereka untuk dibawa

berenang.

Tapi Ragapadmi masih dalam kebingungan

menghadapi laut dimukanya. Anggapannya suaminya

telah mati tenggelam dilaut, lain tidak! Maka ia

menangis sediih di pesisir ini, seraya meratap

memanggil-manggil Bangsacara.

Dan karena kesetiaan Ragapadmi terhadap

suaminya itu, ia tak memperdulikan keadaan raganya

lagi dalam perjalanan. Badannya yang kotor dan

pakaiannya yang koyak-koyak dibiarkan saja, tak

ubahnya dengan seorang wanita gila yang menjijikkan.

Tapi setelah lama Ragapadmi meratapi nasib

dipesisir ini, dan usaha Cantuk dan Ceplok untuk bisa

dimengerti pada akhirnya seperti ada dorongan gaib95

yang menguasai dadanya, agar berpegangan pada

ekor kedua binatang itu. Ragapadmi lalu menutup

matanya karena ngeri dibawa turun kelaut oleh

Cantuk dan Ceplok, kemudian merasa telah kuyup

seluruh tubuhnya. Ketika ia membuka matanya, ia

telah berada di tengah air laut yang bergelombang

kecil itu. Ia ngeri menyaksikan kesemuanya itu, maka

ditutup lagi matanya, sedang tangannya terus

berpegangan erat pada buntut anjing-anjingnya itu.

Ketika terasa oleh Ragapadmi telah sampai

kedarat, ia membuka mata dan melepaskan

pegangannya, lalu merangkak-rangkak diikuti oleh

Cantuk dan Ceplok yang tampak lelah sekali.

Sebenarnya isteri setia itu lemah sekali, tapi karena

dorongan hati yang sangat ingin untuk mengetahui

apa yang telah terjadi, maka seraya merangkak
rangkak ia terus mengikuti langkah Cantuk dan Ceplok.

Kemudaan matanya terbelalak ketika menyaksi
kan kedua anjing itu telah lari cepat dan kemudian

mengitari mayat seseorang yang menggeletak ditanah

berumput. Jerit Ragapadmi terdengar nyaring, dengan

sisa kekuatannya ia lari dan menubruk suaminya yang

telah tak bernyawa. Ragapadmi pingsan di dekat

jenazah Bangsacara. Kedua anjing yang setia itu duduk

dengan menjulurkan lidahnya, terengah-engah.96

Kala Ragapadmi siuman kembali oleh hembusan

angin lembut dalam hutan itu, ia lalu memeluk raga

suaminya yang tergolek tak bernyawa itu dengan jerit

yang amat memilukan. Ia menangis sejadi-jadinya,

menemukan suaminya telah mati tertembus oleh

golok pada dadanya.

Lama sekali Ragapadmi melolong-lolong seperti

manusia gila. Setelah agak reda dengan tengkurap

diatas raga Bangsacara ia berkata: "Kakang, kakang...

mengapa kau mati? Siapa... sapa yang te... lah

membunuhmu?... Kakang... tunggulah adikmu...

tunggulah Ragapadmi... kakang, Ragapadmi... ikut

mati... ka... kang ... tunggu... tunggu di... sana..."

Golok yang menancap pada dada Bangsacara itu

dicabut sekuat tenaga yang masih ada padanya,

kemudian... darah merah menyembur dari dada

Ragapadmi. Ia terkapar disamping suaminya.

Ragapadmi, istri yang setia ini menyusul kepergian

suaminya, tak sudi manusia tamak menjamahnya.

Dan dua ekor anjing setia itu kemudian tampak

kebingungan menyaksikan tuannya telah mati. Tapi

aneh tingkah laku kedua ekor anjing ini, mereka tak

segera mau lari dan meninggalkan tuannya yang telah

mati itu, lalu mengitari beberapa kali, dan kemudian97

melukai tubuh mereka itu dengan mata golok yang

menancap di dada Ragapadmi. Kedua binatang yang

setia ini kemudian menderita luka parah, dan akhirnya

terkapar kedua-duanya tak jauh dari Bangsacara dan

Ragapadmi.98

Ah, sangat memilukan sekali. Mengharukan

benar bahwa dua ekor anjing itu tak mau ditinggalkan,

mengikuti jejak Ragapadmi membunuh diri.

Ah, sangat menyedihkan sepasang merpati yang

tengah menjalin cinta kasih sebagai suami isteri ini,

berakhir menemui kematian di tengah hutan yang tak

berpenghuni manusia. Mengharukan benar, bahwa

kebahagiaan yang dicita-citakan mereka itu gagal di

tengah jalan, belum lagi setahun mengecap ke

bahagiaan hidup sebagai suami isteri telah dirusakkan

oleh muslihat keji manusia tamak.

Mungkinkah? Peristiwa yang sangat menyedih
kan ini hasil sumpah Bangsacara yang pernah di

ucapkannya? Mungkinkah sumpah itu harus benar

ditebus dengan kematiannya ini?

Yah, dalam hutan Mandangin sekarang ini

terkapar 4 raga yang tak bernyawa lagi, tanpa ada

orang mempedulikan dan mengurusnya.

Dan... baik patih Bangsapati maupun para

pengawal yang kemudian tiba di Mandangin,

terbelalak keheranan dan rasa ngeri menyesak dada

menyaksikan pandangan itu.

Dan manusia tamak ini kemudian menjerit

setelah mengenal wanita yang terkapar didekat99

Bangsacara. Hancur harapannya sekarang, wanita ayu

yang diimpikan itu ternyata amat setia kepada

suaminya.

Lalu tiba-tiba seperti orang gila patih Bangsapati

ini. Berjingkrak-jingkrak seraya menangis. Para

pengawal kebingungan untuk mencegah dan

menjadarkannya. Beberapa lama patih Bangsapati

yang tamak ini menangis tersedu-sedu sedih sekali

terhadap kematian Ragapadmi. Kepergian patih

Bangsapati dan para pengawal dari hutan ini, dicekam

suasana mengharukan. Para pengawal itu hatinya

terpengaruh oleh peristiwa mengerikan dalam hutan

Mandangin. Dalam pada itu juga rasa iba menguasai

dada, mengapa jenazah suami isteri dan semua

binatang yang telah tak bernyawa itu dibiarkan dan

tak boleh dikubur.

***

Patih Bangsapati tak segera memberi laporan

kepada Raja tentang hasil usahanya. Malahan dengan

kelesuan dan wajah yang amat muram terus

mengungkung diri dalam kamar. Sendi-sendi patih

Bangsapati terasa lumpuh sekarang, hasil usaha yang

telah direncanakan itu tak dapat diipetik. Wanita ayu

Ragapadmi diketemukan telah tak bernyawa lagi.100

Istri patih Bangsapati keheranan menyaksikan

tingkah laku suaminya yang baru kembali melaksana
kan perintah Raja, terus mengeram dalam kamar

dengan wajah muram dan lesu. Ia berusaha untuk

dapat menghibur keresahan hati suaminya itu, dengan

kata-kata dan tingkah yang menarik.

Hiburan istrinya itu cuma dapat mengurangi

kesedihan yang menguasai dirinya. Ia bisa juga

tersenyum, tapi senyum hambar yang penuh

kemasygulan.

Dan patih Bangsapati tak hendak menyawab

pertanyaan-pertanyaan isterinya, apa yang sedang

meresahkan hatinya. Jawabannya cuma menyatakan

kecapaian dan kelelahan dalam menunaikan tugas

yang diperintahkan Raja.

Sementara itu, Raja Bidarbo pun telah teringat

kembali akan cinta kasih terhadap Ragapadmi. Dalam

beberapa hari ini asmara terus menggelora dalam

hatinya. Ia sangat berharap akan hasil usaha patih

Bangsapati, hingga kemudian Ragapadmi segera

kembali kekraton. Ia selalu gelisah sepanjang hari.

Dan Raja sangat terkejut mendengar laporan

seorang punggawa, bahwa usaha patih menemui

kegagalan. Benar Bangsacara dapat mati dipulau101

Mandangin, tapi Ragapadmi yang setia itu dapat

mencapai Mandangin dan membunuh diri pula.

Laporan punggawa ini menyebabkan Raja

menderita dan masygul. Asmara yang telah mendidih

kembali dalam dadanya menggelonjak, sangat

tertusuk, tergagap-gagap dan gemetar seluruh

ruibuhnya. Raja tak dapat berkata-kata, seperti orang
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebingungan. Raja mengeluh, menghela napas seakan

berusaha menghilangkan rasa sesak yang menguasai

dadanya.

Beberapa lama kemudian, Raja seperti

tersentak dari tidurnya. Matanya berapi-api. Lalu

diperintahkan punggawa yang berkewajiban, untuk

mengundangkan maklumat Raja bahwa esok hari

diselenggarakan sidang kerajaan Pucangan yang

lengkap. Raja akan memaklumatkan sesuatu yang

amat penting.

Pada malam itu Raja begitu rusuh. Tak segera

masuk keperaduannya, tapi hilir mudik dan

ketegangan pada dahinya menunjukkan bahwa ia

sedang berpikir keras. Kedua tangannya didukungkan
nya dibelakang, tanpa mengucapkan sesuatu.

Sekarang setelah Bangsacara dan Ragapadmi

mati kesemuanya, Raja sadar dan sangat menyesal.102

Kemenyesalan Raja itu lebih-lebih lagi setelah teringat

pula peristiwa-peristiwa silam waktu menyerahkan

Ragapadmi yang hampir mati itu kepada Bangsacara.

Dan sekarang Raja merasa berdosa telah merusak

kebahagiaan Bangsacara dan Ragapadmi yang tengah

memupuk cinta kasih. Menyesal pula mengapa

sebagai Raja dan junjungan rakyat Pucangan telah

melakukan tindakan yang sangat terkutuk, yang tak

harus dilakukan oleh Raja yang bijaksana. Merupakan

tipu muslihat yang amat keji dan bertindak sewenang
wenang.

Inilah sebenarnya yang merusuhkan hati Raja,

hingga selalu hilir mudik dan berpikir keras.

Kala pagi mendatang, seluruh sendi-sendi

Pucangan bergerak kembali. Dan hari ini Raja

menyelenggarakan persidangan karenanya sejak pagi

sendi-sendi kerajaan Pucangan ini tampak sibuk. Para

Bupati, para Nayaka, para Hulubalang, prajurit,

bangsawan dengan hati yang berdebar mulai datang

membanjiri pagelaran dan sitihinggil2. Sekalian

punggawa kerajaan Pucangan saling pandang dan

2 Sitihinggil dari bahasa jawa, siti : tanah, area; hinggil : tinggi. Merupakan

kawasan utama dari sebuah keraton.103

saling tanya, apa yang akan terjadi maka dimaklumkan

persidangan mendadak itu?

Ada orang berpendapat Raja akan meng
anugerahkan sesuatu kepada punggawa yang berjasa,

ada orang berpendapat kerajaan Pucangan terancam

bahaya, dan bermacam ragam pendapat lain yang

memenuhi pagelaran dan sitihinggil tempat

persidangan itu. Dan suasana yang tak pernah tenang

oleh pemblcaraan mereka semua itu, tiba-tiba seperti

tercekik dan sekalian punggawa duduk membatu

setelah terdengar tanda kehadiran Raja dalam

persidangan itu.

Seperti yang diakukan pada tiap persidangan,

Raja memasuki sitihinggil diiringi senyum pada wajah

yang berseri-seri, seraya melayangkan pandangan

kepada sekalian yang hadir.

Kali ini persidangan itu tanpa melalui upacara
upacara, secara langsung Raja memaklumatkan

sesuatu dengan suara amat nyaring : "Wahai rakyatku

sekalian, ketahuilah bahwa dalam praja Pucangan

telah terjadi peristiwa yang sangat mengenaskan.

Lurah Punakawan Bangsacara telah menemui ajalnya

di pulau Mandangin bersama istrinya. Biang keladi

peristiwa yang sangat menyedihkan ini adalah patih104

Bangsapati yang telah menghasut kami untuk

melakukan perbuatan ternoda."

Raja memandangi semua wajah-wajah yang

memenuhi tempat persidangan itu dengan mata

beramar, dan kala pandangannya tepat pada patih

Bangsapati yang duduk terpaku dengan kepala tunduk

itu, tiba-tiba matanya berapi-api, lalu perintahnya

nyaring : "Tamtama, tangkaplah paman patih

Bangsapati!"

Sekalian yang hadir dalam persidangan ini

sangat terkejut mendengar keputusan Raja itu. Saling

berbisik dan saling pandang, mengapa patih

Bangsapati harus ditangkap.

"Wahai rakyatku," kata Raja nyaring. "Praja

Pucangan tidak memperbedakan bulu dalam

menegakkan keadilan. Barang siapa bersalah harus

mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya.

Dan mereka yang bersalah harus mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Ketahuilah wahai rakyatku

sekalian, paman patih Bangsapati merupakan seorang

orang yang dipercaya, tapi ternyata seorang yang

tamak, dengki, jahat dan mulutnya berbisa. Kami telah

dihasutnya, hingga menyebabkan terjadi peristiwa

mengenaskan. Bangsacara dan istrinya mati bersama.105

Seseorang seperti paman patih Bangsapati ini ber
kedudukan tinggi pula sangat membahayakan negara.

Hukuman yang setimpal, harus dibunuh mati!"

Jerit tertahan terdengar dalam persidangan ini.

Suasana yang semula tenang seperti tercekik itu agak

gaduh. Sedang patih Bangsapati yang telah diborgol

itu tampak pucat. Dalam hati tak pernah mimpi akan

mendapat hukuman mati. Dalam hati tak pernah

mengharapkan, mempunyai kedudukan sebagai patih

praja Pucangan akan menerima hukuman Raja

sedemikian.

"Mengapa ia harus dihukum mati rakyatku

sekalian?" kata Raja selanjutnya. "Untuk memberi

contoh kepada sekalian punggawa praja Pucangan,

bahwa dalam menegakkan keadilan, Raja tak pilih

kasih dan tak pandang bulu. Barang siapa salah harus

dihukum. Dan paman patih Bangsapati harus dihukum

mati, karena telah bertindak hingga menyebabkan

suami isteri mati mengenaskan. Jadikan contoh,

bertindaklah secara jujur untuk kesejahteraan rakyat

Pucangan."

Pelaksanaan hukuman mati bagi patih

Bangsapati ini dilakukan oleh para algojo Pucangan,

dan khusus untuk patih yang tamak ini hukuman yang106

diperintahkan Raja, bukannya digantung atau

dipenggal lehernya. Tapi patih Bangsapati harus

menemui ajalnya secara mengenaskan, badannya

hancur tertusuk tombak dan irisan pedang. Yah, patih

tamak ini mati dicincang.

Kematian patih Bangsapati ini sangat

menggemparkan sekalian rakyat praja Pucangan

tetapi mereka membenarkan keputusan Raja yang

tidak membedakan bulu dalam usaha menegakkan

keadilan.

***

Sebagai penutup kisah sedih diatas ini, jenazah

Bangsacara dan Ragapadmi yang terkapar di dalam

hutan Mandangin yang tak berpenghuni manusia itu,

diketemukan oleh anak buah kapal dagang yang akan

menuju Palembang, yang merupakan pusat dan

ibukota KeRajaan Sriwijaya.

Kala itu, kapal dagang yang lewat didekat

Mandangin membutuhkan air tawar. Nakoda kapal itu

melihat itu beterbangan sangat banyak burung gagak.

Dikiranya di bawah kelompok burung gagak yang

beterbangan berputar itu terdapat sumber air tawar.

Maka lima orang ana buah diperintahkan mendarat

untuk mengambil air tawar itu. Sangat terkejut anak107

buah kapal itu demi yang diketemukan bukannya

sumber air tawar, tapi jenazah Bangsacara dan

Ragapadmi dan didekatnya terdapat mayat anjing

Cantuk dan Ceplok, yang keadaannya sudah rusak dan

mengerikan. Salah seorang di antara anak buah itu

merasa iba terhadap jenazah yang tak terawat itu, lalu

mengajak teman-temannya untuk merawat dan

menguburnya.

Jadilah dengan menahan rasa haru anak buah

kapal dagang itu menguburkan jenazah Bangsacara

dan Ragapadmi berjajar, dan satu lubang kubur yang

lain diperuntukkan kedua anjing yang setia itu.

Lima anak buah kapal dagang, itu melaporkan

kepada Nakoda kapal apa yang telah terjadi di darat.

Dalam perjalanan, mereka ramai membicarakan

peristiwa itu. Lalu Nakoda kapal dagang ini sangat

heran mengapa dagangan yang dibawa itu dalam

waktu tiga hari telah habis terjual, sedang biasanya

membutuhkan waktu paling cepat tiga bulan.

Peristiwa ini lalu dihubungkan dengan diketemukan

nya jenazah Bangsacara dan Ragapadmi yang dirawat

semestinya oleh anak buah kapalnya.

Dan kala kapal dagang, itu kembali dan mampir

ke Madura, dilaporkannya peristiwa di Mandangin itu.108

Raja Bidarbo sangat terkejut, tak pernah mengira bisa

terjadi demikian. Patih Bangsapati yang telah dihukum

mati itu melakukan kekejaman luar biasa pula. Maka

oleh Raja makam suami isteri itu dimuliakan,

dibuatkan nisan dan perumahan yang bagus.

? Tamat ?109

DISEWA UNTUK MEMBUNUH SAHABAT

Dua manusia hampir bertarung untuk

menentukan siapa yang lebih jagoan. Tetapi kemudian

keduanya menjadi sahabat, karena mereka

mempunyai tabiat yang sama...

Lalu mereka berpisah dan masing- membawa

nasibnya.

Beberapa tahun kemudian mereka bertemu,

tetapi dalam suasana baru, meskipun tidak ada suatu

perkara pun diantara mereka. yang seorang telah

disewa oleh bajingan untuk membunuh... dan

belakangan diketahuinya bahwa, yang akan dibunuh

itu tak lain, daripada satu-nya orang yang pernah

disukainya didalam hidupnya. Tetapi ia tidak juga

undur, ia tetap hendak melaksanakan tugasnya
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai pembunuh-bayaran...

Satu diantara dua sahabat yang sebenarnya

saling menyayangi dan menghargai itu harus mati.

Siapa yang harus mati? yang disewa atau yang akan

dibunuh.

Ketegangan, keharuan kejengkelan silih

berganti, halaman demi halaman. Segenap perhatian

Anda akan dikuasai oleh kisah yang luar biasa ini.110

Dan diperlengkapi dengan gambar yang pasti

akan menambah kesenangan Anda.

Harga ... Rp. 180.?

Ongkos kirim bebas.

"ANALISA" c.v. ? Jakarta (11/12).111

PERHITUNGAN DI ARIZONA

la masih begitu muda. Masih dibawah umur.

Tidak punya daya untuk melawan. Tetapi hatinya

menyala dan kian menyala, tak akan padam, sebelum,

dendam berbalas.

Bagaimana tidak! Kakaknya, seorang gadis

remaja telah tewas oleh kebuasan dan kejahatan

manusia yang rendah budi.

Maka ia menjadi manusia yang mempunyai

sebuah daftar hitam di dalam tangannya. Satu persatu

nama itu harus dicoret dari daftar itu. Tiap pencoretan

hanya dapat dilakukan setelah menyelesaikan suatu

pembalasan, suatu pembunuhan tanpa kenal ampun.

Anda dapat mengikuti cerita ini, yang tersusun

dalam bahasa yang baik, bahasa yang lazim dipakai

oleh buku- penerbitan "Analisa."

Ditamatkan dalam DUA jilid yang amat

mengasyikkan. PERHITUNGAN DI ARIZONA

merupakan buku murah di zaman kini dengan

memberi imbangan yang melebihi kemurahan

harganya.

Jilid I ... Rp. 170.?

Jilid II..., 170.?112

"ANALISA" c.v. ? Jakarta (11/12).

Percetakan Dharma N.V. Wo. No. 4061.113

PERNYATAAN

File ini adalah sebuah usaha untuk melestarikan buku
buku novel Indonesia yang sudah sulit didapatkan di

pasaran dari kemusnahan, dengan cara mengalih

mediakan menjadi file digital.

Tidak ada usaha untuk meraih keuntungan finansial

dari karya-karya yang coba dilestarikan ini.

File ini dihasilkan dari konversi file gambar JPG,

kemudian melalui proses OCR untuk mendapatkan file

teks. File tersebut di edit, disesuaikan ejaannya lalu

dikompilasi menjadi file TextPDF.

Credit untuk :

? Aditya Indrajaja

? Awie Dermawan

? Kolektor E-Books

D.A.S114


Pendekar Rajawali Sakti 27 Dendam Anak Pendekar Bunga Karya Chin Yung Jodoh Rajawali 17 Tengkorak Hitam

Cari Blog Ini