Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn Bagian 5
Desi berpenampilan seperti yang selalu ingin kutampilkan: se?
perti pria yang amat tampan, amat baik-baik. Sesuatu di matanya
atau rahangnya. Dia memiliki mata cokelat keemasan yang dalam,
mata boneka beruang teddy, dan lesung pipi. Kalau kau melihat
kami berdua bersama, kau akan berasumsi dia orang baiknya.
"Oh," kata Desi, menyelisik wajahku. "Kau Nick. Nick Dunne. Ya
Tuhan, aku amat menyesal soal Amy. Masuk, masuk."
Dia mengantarku ke ruang duduk yang polos, maskulinitas se?
suai dengan bayangan seorang dekorator. Banyak warna gelap,
bahan kulit yang tidak nyaman. Dia menunjukkan kursi berlengan
dengan punggung yang cukup kaku kepadaku; aku berusaha mem?
buat diriku nyaman, seperti yang diminta, tetapi menyadari satusatunya postur yang diperbolehkan kursi ini adalah posisi murid
yang sedang diomeli: Perhatikan dan duduk tegak.
Desi tidak bertanya kepadaku kenapa aku ada di ruang duduk?
nya. Atau menjelaskan bagaimana dia dengan cepat mengenaliku.
Walaupun jawabannya sudah diketahui, dua kali lirikan dan bisikan
di balik tangan.
"Boleh aku ambilkan minuman?" tanya Desi, kedua tangan saling
menempel: bisnis dulu.
"Tidak perlu."
Dia duduk di seberangku. Dia berpakaian tanpa cela, dalam
warna biru tua dan krem; bahkan tali sepatunya terlihat disetrika.
Tapi dia membawa diri sesuai dengan penampilannya. Dia bukan
pria congkak yang bisa diabaikan seperti harapanku. Desi seperti?
nya definisi pria terhormat: pria yang akan mengutip puisi maha?
karya, memesan Scotch langka, dan membelikan perhiasan vintage
yang tepat untuk seorang wanita. Dia sepertinya, malahan, adalah
pria yang pada dasarnya tahu apa yang wanita inginkan?di ha?
dapannya, aku merasa jasku meleleh, tata kramaku jadi canggung.
Aku merasakan desakan yang membengkak untuk mendiskusikan
football dan kentut. Ini tipe pria yang selalu mengangguku.
"Amy. Ada petunjuk?" tanya Desi.
Dia kelihatan seperti seseorang yang familier, seorang aktor,
mungkin.
"Tidak ada yang bagus."
"Dia diculik... dari rumah. Benarkah itu?"
"Dari rumah kami, ya."
Kemudian aku tahu siapa dia: Dia pria yang muncul sendirian
pada hari pertama pencarian, pria yang terus mencuri pandang ke
arah foto Amy.
"Kau ada di pusat sukarelawan, bukan? Hari pertama."
"Memang," kata Desi, bersikap wajar. "Aku baru akan mengatakan
itu. Seandainya aku bisa bertemu denganmu hari itu, mengucapkan
belasungkawaku."
"Perjalanan jauh untuk ditempuh."
"Aku bisa mengatakan hal serupa kepadamu." Dia tersenyum.
"Dengar, aku sangat menyayangi Amy. Mendengar apa yang terjadi,
yah, aku harus melakukan sesuatu. Aku hanya?Buruk rasanya
mengatakan ini, Nick, tetapi ketika melihat beritanya, aku hanya
berpikir, Tentu saja."
"Tentu saja?"
"Tentu saja seseorang akan... menginginkannya," kata Desi. Suara?
nya dalam, seperti tokoh yang bicara di dekat perapian. "Kau tahu,
dia selalu begitu. Membuat orang menginginkannya. Selalu. Kau
tahu kalimat klise lama itu: Pria menginginkannya dan wanita ingin
menjadi dirinya. Dengan Amy, itu benar."
Desi melipat tangan besarnya di atas celana panjangnya. Bukan
celana pendek, tapi celana panjang. Aku tidak bisa memutuskan
apakah dia mempermainkanku. Aku memberitahu diriku untuk
berhati-hati. Itu peraturan dari semua wawancara yang mungkin
menjadi tidak nyaman: Jangan menyerang hingga kau harus, per?
tama lihat apakah mereka akan menjerumuskan diri sendiri atau
tidak.
"Kau berhubungan sangat intens dengan Amy, benar?" tanyaku.
"Itu bukan hanya karena wajahnya," kata Desi. Dia bersandar
pada lututnya, pandangannya berjarak. "Aku sudah sering me?
mikirkan ini, tentu saja. Cinta pertama. Aku jelas sudah memikirkan
soal ini. Aku si tukang berpikir. Terlalu banyak filosofi." Dia menam?
pilkan seringai rendah hati. Lesung pipitnya muncul. "Begini, ketika
Amy menyukaimu, ketika dia tertarik padamu, perhatiannya begitu
hangat dan meyakinkan dan sepenuhnya melingkupimu. Seperti
mandi air hangat."
Aku menaikkan alis.
"Coba dengarkan dulu," katanya. "Kau merasa baik akan dirimu
sendiri. Sepenuhnya baik, mungkin untuk kali pertama. Kemudian
dia melihat kekuranganmu, dia menyadari kau hanya orang biasa
lainnya yang harus dia hadapi?kau, sebenarnya, adalah Able Andy,
dan dalam kehidupan nyata, Able Andy tidak akan pernah berhasil
dengan Amazing Amy. Jadi ketertarikan Amy memudar dan kau
berhenti merasa baik, kau bisa merasakan dingin masa lalu itu lagi,
seperti kau telanjang di lantai kamar mandi dan yang kauinginkan
hanyalah kembali ke bak berendam."
Aku tahu perasaan itu?aku sudah berada di lantai kamar mandi
itu selama tiga tahun?dan aku merasakan gelombang rasa jijik
karena membagi emosi itu dengan pria ini.
"Aku yakin kau tahu maksudku," kata Desi dan tersenyum dengan
mata mengedip kepadaku.
Pria yang aneh, pikirku. Siapa yang membandingkan istri pria
lain dengan air mandi hangat yang ingin dia masuki? Istri pria lain
yang hilang?
Di belakang Desi ada meja kecil panjang terpoles yang memajang
beberapa foto dalam bingkai perak. Di bagian tengah adalah foto
berukuran besar Desi dan Amy sewaktu mereka di sekolah me?
nengah, dalam pakaian tenis putih-putih?keduanya begitu ber?
gaya, terlihat begitu kaya, foto itu bisa jadi foto dari salah satu film
Hitchcock. Aku membayangkan Desi, Desi remaja, menyelinap ma?
suk ke kamar asrama Amy, menanggalkan pakaian ke lantai, ber?
baring di atas seprai dingin, menelan pil bersalut plastik. Menunggu
untuk ditemukan. Itu bentuk hukuman, kemurkaan, tetapi bukan
yang terjadi di rumahku. Aku bisa melihat kenapa polisi tidak ter?
tarik. Desi mengikuti arah pandanganku.
"Oh, yah, kau tidak bisa menyalahkanku untuk itu." Dia ter?
senyum. "Maksudku, apakah kau akan membuang foto yang begitu
sempurna?"
"Dari seorang gadis yang sudah tidak kukenal selama dua puluh
tahun?" kataku sebelum aku bisa menghentikan diriku. Aku me?
nyadari nada suaraku terdengar lebih agresif daripada bijak.
"Aku kenal Amy," bentak Desi. Dia menarik napas. "Aku mengenal?
nya. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Tidak ada petunjuk?
Aku harus bertanya.... Ayahnya, apakah dia... di sana?"
"Tentu saja."
"Kurasa.... Dia jelas di New York ketika ini terjadi?"
"Dia di New York. Kenapa?"
Desi mengangkat bahu: Hanya penasaran, tidak ada alasan. Kami
duduk dalam keheningan selama 30 detik, memainkan permainan
saling menatap. Tidak ada yang mengedip.
"Aku sebenarnya datang kemari, Desi, untuk mencari tahu apa
yang bisa kauberitahukan kepadaku."
Aku berusaha kembali membayangkan Desi pergi tergesa-gesa
dengan Amy. Apakah dia punya rumah tepi danau di suatu tempat
di dekat sini? Semua orang tipe dia punya. Apakah bisa memercayai
pria halus, kelas atas ini menyekap Amy di ruang rekreasi bawah
tanah yang rapi, Amy berjalan bolak-balik di atas karpet, tidur di
sofa berdebu dengan penerangan lampu menyilaukan seperti
lampu kelab tahun ?60-an, kuning lemon atau koral. Aku berharap
Boney dan Gilpin ada di sini, menyaksikan nada posesif dalam
suara Desi: Aku kenal Amy.
"Aku?" Desi tertawa. Dia tertawa dengan kaya. Frasa yang sem?
purna untuk menjelaskan suara itu. "Aku tidak bisa memberitahu
apa pun. Seperti yang kaukatakan, aku tidak mengenalnya."
"Tapi kau baru saja bilang kau mengenalnya."
"Aku jelas tidak mengenalnya seperti kau mengenalnya."
"Kau menguntitnya di sekolah menengah."
"Aku menguntit dia? Nick. Dia dulu pacarku."
"Hingga dia bukan lagi pacarmu," kataku. "Dan kau tidak mau
pergi."
"Oh, aku mungkin merindukannya. Tetapi tidak ada yang tidak
wajar."
"Maksudmu berusaha bunuh diri di kamar asrama Amy itu
wajar?"
Dia menyentakkan kepala, menyipitkan mata. Dia membuka
mulut untuk bicara, kemudian menatap ke arah kedua tangannya.
"Aku tidak yakin apa maksudmu, Nick," akhirnya dia berkata.
"Aku sedang membicarakan kau menguntit istriku. Saat SMA.
Sekarang."
"Itu sebenarnya yang kaubicarakan?" Dia tertawa lagi. "Astaga,
aku pikir kau sedang mengumpulkan uang untuk hadiah atau se?
suatu. Yang akan dengan senang hati kubayar, omong-omong. Se?
perti yang kubilang, aku tidak pernah berhenti menginginkan yang
terbaik untuk Amy. Apakah aku mencintainya? Tidak. Aku tidak
kenal dia lagi, sebenarnya. Kami kadang-kadang berkirim surat.
Tetapi menarik kau datang kemari. Kau mencampuradukkan ma?
salah. Karena aku harus memberitahumu, Nick, di TV, persetan, di
sini, sekarang, kau tidak kelihatan seperti suami berduka yang
cemas. Kau kelihatan... sombong. Polisi, omong-omong, sudah bi?
cara denganku, trims, kurasa berkat dirimu. Atau orangtua Amy.
Aneh kau tidak tahu itu?kaupikir mereka akan memberitahu si
suami semuanya kalau dia tidak dicurigai."
Perutku mengejang. "Aku di sini karena aku ingin melihat sendiri
wajahmu ketika kau bicara soal Amy," kataku. "Aku harus mem?
beritahumu, ini mencemaskanku. Kau bersikap sedikit... murung."
"Salah satu dari kita harus melakukannya," kata Desi, sekali lagi
terdengar masuk akal.
"Sayang?" Ada suara terdengar dari bagian belakang rumah dan
sepasang sepatu mahal lainnya berdetak-detak menuju ruang du?
duk. "Apa nama buku?"
Wanita itu adalah bayangan buram dari Amy, Amy dalam cermin
berembun karena uap?warna yang tepat, fitur yang amat sangat
mirip, tetapi 25 tahun lebih tua, dagingnya, fiturnya, semuanya
sedikit longgar seperti kain berkualitas baik. Wanita itu masih
menawan, seseorang yang memilih menua dengan anggun. Bentuk
tubuhnya seperti lipatan hasil origami: siku berujung tajam, tulang
selangka yang kelihatan seperti gantungan baju. Dia mengenakan
gaun biru keramik yang pas ke badan dan memiliki kekuatan
seperti Amy: Ketika dia ada di ruangan, kau terus memalingkan
kepalamu ke arahnya. Wanita tua itu memberiku senyum yang
terlihat agak mirip binatang pemangsa.
"Halo, aku Jacqueline Collings."
"Ibu, ini suami Amy, Nick," kata Desi.
"Amy." Wanita itu tersenyum lagi. Dia memiliki suara yang ter?
dengar seperti muncul dari dalam sumur, dalam dan anehnya
bergema. "Kami cukup tertarik dengan berita itu di sini. Ya, sangat
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tertarik." Dia berpaling dengan dingin kepada anaknya. "Kita tidak
pernah bisa berhenti memikirkan Amy Elliott yang luar biasa, bu?
kan?"
"Amy Dunne sekarang," kataku.
"Tentu saja," Jacqueline menyetujui. "Aku sungguh menyesal,
Nick, atas yang sedang harus kaujalani." Dia menatapku sejenak.
"Maaf, aku harus... aku tidak membayangkan Amy dengan seorang
yang begitu... bocah Amerika." Dia sepertinya tidak bicara kepadaku
atau Desi. "Ya Tuhan, dagunya bahkan terbelah."
"Aku kemari untuk mencari tahu apakah putramu memiliki
informasi apa pun," kataku. "Aku tahu dia sudah menulis banyak
surat kepada istriku selama bertahun-tahun."
"Oh, surat-surat itu?" Jacqueline tersenyum marah. "Cara yang
menarik untuk menghabiskan waktu, bukan begitu?"
"Amy memperlihatkannya kepadamu?" tanya Desi. "Aku terkejut."
"Tidak," kataku, berpaling kepada Desi. "Dia membuang surat
surat itu masih tertutup, selalu."
"Semuanya? Selalu? Kau tahu itu?" kata Desi, masih tersenyum.
"Sekali waktu aku mengaduk sampah untuk membaca satu su?
rat." Aku berpaling kepada Jacqueline. "Hanya untuk tahu persisnya
apa yang sedang terjadi."
"Bagus untukmu," kata Jacqueline, bicara dengan nada manis
kepadaku. "Aku tidak akan mengharapkan kurang dari itu dari
suamiku."
"Amy dan aku selalu saling kirim surat," kata Desi. Dia memiliki
irama bicara seperti ibunya, pengucapan yang menunjukkan semua
hal yang dia katakan adalah sesuatu yang ingin kaudengar. "Itu hal
khusus di antara kami. Aku merasa surel begitu... murah. Dan tidak
ada yang menyimpan surel. Tidak ada yang menyimpan surel,
karena surel pada dasarnya tidak personal. Aku mencemaskan
generasi mendatang pada umumnya. Semua surat cinta terkenal?
dari Simone de Beauvoir kepada Sartre, dari Samuel Clemens ke?
pada istrinya, Olivia?aku tidak tahu, aku selalu berpikir soal yang
yang akan hilang?"
"Apakah kau menyimpan semua suratku?" tanya Jacqueline. Dia
berdiri di dekat perapian, menatap kami lekat-lekat, satu lengan
berurat direntangkan di rak atas perapian.
"Tentu saja."
Dia berpaling kepadaku sembari menaikkan bahu dengan elegan.
"Cuma penasaran."
Aku menggigil, nyaris akan menjangkau perapian untuk mencari
kehangatan, tetapi ingat sekarang bulan Juli. "Sepertinya sedikit
aneh bagiku melihat pengabdian untuk mempertahankan kebiasaan
itu selama bertahun-tahun," kataku. "Maksudku, dia tidak membalas
suratmu."
Itu menimbulkan binar di mata Desi. "Oh" menjadi satu-satunya
respons, suara seseorang yang mewaspadai adanya kembang api
kejutan.
"Menurutku aneh, Nick, bahwa kau datang kemari dan bertanya
kepada Desi soal hubungannya?atau tidak adanya hubungan?de?
ngan istrimu," kata Jacqueline Collings. "Apakah kau dan Amy tidak
dekat? Aku bisa menjamin kepadamu: Desi tidak berhubungan
serius dengan Amy selama berpuluh-puluh tahun. Puluhan."
"Aku hanya memeriksa, Jacqueline. Kadang-kadang kau harus
melihat sendiri."
Jacqueline berjalan ke arah pintu; dia berbalik dan memutar
kepalanya kepadaku untuk meyakinkanku sekarang saatnya pergi.
"Betapa pemberaninya dirimu, Nick. Sangat lakukan-semua-sen?
diri. Apakah kau membangun terasmu sendiri?" Dia menertawakan
kata itu dan membuka pintu untukku. Aku menatap relung di
lehernya dan bertanya-tanya kenapa dia tidak mengenakan kalung
mutiara. Wanita seperti ini selalu memiliki kalung mutiara gemuk
untuk dibentur-benturkan. Tapi aku bisa menghirup aromanya,
aroma wanita, seperti vagina dan anehnya cabul.
"Menarik bertemu denganmu, Nick," katanya. "Mari berharap
Amy pulang dengan selamat. Sampai itu tiba, kali lain kau ingin
berhubungan dengan Desi?"
Dia menekankan kartu tebal, seperti krim ke tanganku. "Tolong
telepon pengacara kami."
Amy Elliott Dunne
17 Agustus 2011
Catatan buku harian
Aku tahu ini kedengaran seperti sesuatu yang dilakukan gadis
remaja pemimpi, tetapi aku sudah mencatat suasana hati Nick.
Kepadaku. Hanya untuk memastikan aku tidak gila. Aku punya
kalender dan aku menggambar hati pada hari Nick sepertinya
mencintaiku lagi dan kotak hitam ketika dia tidak. Setahun terakhir
semuanya kotak hitam.
Tetapi sekarang. Sembilan hari hati. Berturut-turut. Mungkin
yang dia butuhkan hanyalah mengetahui betapa aku mencintainya
dan betapa aku sudah tidak bahagia. Mungkin hatinya berubah.
Aku tidak pernah menyukai frasa lebih dari yang ini.
Kuis: Sesudah setahun sikap dingin, suamimu tiba-tiba seperti?
nya mencintaimu lagi. Kau:
a) Terus mengomel soal betapa dia sudah melukaimu jadi dia bisa
meminta maaf lebih banyak.
b) Bersikap dingin kepadanya lebih lama?jadi dia belajar!
c) Jangan menekan dia soal sikap barunya?ketahuilah bahwa dia
akan mengaku kepadamu ketika waktunya tiba, dan sementara
itu, tunjukkan afeksi sehingga dia merasa aman dan dicintai,
karena itu cara pernikahan bekerja.
d) Cari tahu apa yang salah; buat dia bicara dan bicaralah soal itu
untuk menenangkan sarafmu.
Jawaban: C
Sekarang Agustus, begitu semarak sehingga aku tidak bisa meng?
hadapi lebih banyak kotak hitam, tetapi tidak, tidak ada selain hati,
Nick bertingkah seperti suamiku, manis, penuh kasih, dan konyol.
Dia memesankan cokelat dari toko favoritku di New York sebagai
hadiah dan dia menuliskan puisi konyol untuk menyertai cokelat
itu. Pantun jenaka sebenarnya:
Dulu ada gadis dari Manhattan
Yang tidur di seprai satin
Suaminya tergelincir dan dia meluncur
Dan tubuh mereka melebur
Jadi mereka berbuat cabul dalam bahasa Latin.
Akan lebih lucu kalau kehidupan seks kami seceria puisi itu.
Tetapi minggu lalu kami... bersetubuh? Melakukannya? Sesuatu
yang lebih romantis daripada berhubungan seks tetapi tidak se?
norak bercinta. Dia pulang kerja dan menciumku penuh di bibir
dan dia menyentuhku seolah-olah aku benar-benar ada di sana.
Aku nyaris menangis, aku sudah merasa begitu kesepian. Dicium
di bibir oleh suamimu adalah hal yang paling menunjukkan ke?
munduran.
Apa lagi? Dia mengajakku berenang di telaga tempatnya bermain
ketika dia masih kecil. Aku bisa membayangkan Nick kecil me?
ngepak-ngepak seperti orang gila, wajah dan bahu merah terbakar
matahari karena (seperti sekarang) dia menolak memakai krim
pelindung matahari, memaksa Mama Mo mengejarnya dengan
losion yang akan wanita itu oleskan setiap kali dia bisa mencapai
si bocah.
Nick memberiku tur lengkap ke tempat yang sering dia kunjungi
ketika kanak-kanak, seperti yang kuminta sejak lama. Dia me?
nuntunku ke ujung sungai dan dia menciumku ketika angin mem?
belai rambutku ("Dua hal favoritku untuk dilihat di dunia," dia
berbisik di telingaku). Dia menciumku di benteng taman bermain
kecil yang lucu yang dulu dia anggap sebagai tempat nongkrong
pribadinya ("Aku selalu ingin membawa seorang gadis ke sini, gadis
yang sempurna, dan lihat aku sekarang," dia berbisik di telingaku).
Dua hari sebelum mal tutup selamanya, kami naik kelinci korsel
duduk bersebelahan, tawa kami bergema di sepanjang tempat ko?
song itu.
Dia membawaku makan es krim di kedai favoritnya dan kami
hanya berdua di tempat itu pada pagi hari, udaranya terasa lengket
dengan gula-gula. Dia menciumku dan berkata ini adalah tempat
dia terbata-bata dan menderita melalui banyak kencan dan dia
berharap dia bisa memberitahu dirinya zaman SMA bahwa dia
akan kembali ke sini dengan gadis impiannya pada suatu hari. Kami
makan es krim sampai kami harus pulang dan tidur di bawah
selimut. Tangannya di perutku, tidur siang yang tidak direncanakan.
Aku yang pencemas, tentu saja, bertanya: Apa yang tersembunyi?
Perubahan Nick begitu tiba-tiba dan mewah, rasanya seperti...
rasanya seperti dia menginginkan sesuatu. Atau dia sudah me?
lakukan sesuatu dan dia bersikap manis untuk berjaga-jaga ketika
aku mengetahuinya. Aku cemas. Aku menangkap basah dirinya
minggu lalu memeriksa kotak dokumen tebalku yang bertuliskan
THE DUNNES! (ditulis dalam tulisan kursif terbaikku saat masa-masa
lebih bahagia), kotak yang diisi dengan beragam dokumen aneh
yang menghasilkan pernikahan, kehidupan yang digabung. Aku
cemas dia akan meminta hipotek kedua kepadaku untuk The Bar,
atau meminjam asuransi jiwa kami, atau menjual beberapa saham
yang tidak boleh disentuh selama 30 tahun. Dia bilang dia hanya
ingin memastikan semuanya teratur, tetapi dia mengatakannya
dengan gugup. Hatiku akan remuk, benar-benar akan remuk, kalau,
di tengah-tengah makan es krim rasa permen karet, Nick berpaling
kepadaku dan berkata: Kau tahu, hal menarik soal hipotek kedua
adalah....
Aku harus menulis itu, aku harus mengeluarkan pikiran itu. Dan
hanya dengan melihatnya, aku tahu itu kedengaran gila. Cemas dan
tidak aman dan curiga.
Aku tidak akan membiarkan diriku yang terburuk merusak per?
nikahanku. Suamiku mencintaiku. Dia mencintaiku dan dia sudah
kembali kepadaku dan itu alasannya dia memperlakukanku begitu
baik. Hanya itu satu-satunya alasan.
Begitu saja: Ini hidupku. Akhirnya keadaan berbalik.
Nick Dunne
Lima hari hilang
Aku duduk di dalam udara panas yang mengepuh di luar rumah
Desi, kaca jendela mobil diturunkan dan aku memeriksa ponselku.
Pesan dari Gilpin: "Hai, Nick. Kita harus bertemu sebentar hari ini,
menyampaikan beberapa hal terbaru, membahas beberapa perta?
nyaan. Bertemu jam empat di rumahmu, oke? Eh... trims."
Itu kali pertama aku diperintah. Bukan Bisakah kita, kita akan
senang, kalau kau tidak keberatan. Tapi Kita harus. Bertemu di....
Aku melirik ke arah jam tanganku. Pukul tiga. Sebaiknya aku
tidak datang terlambat.
Pertunjukan pesawat udara musim panas?parade pesawat jet dan
baling-baling terbang berputar naik-turun di sepanjang Mississippi,
menggetarkan perahu uap para turis, menderakkan gigi?akan
dimulai tiga hari lagi dan latihan sedang heboh-hebohnya pada
saat Gilpin dan Rhonda tiba. Kami semua kembali ke ruang duduk?
ku untuk kali pertama sejak Hari Kejadian.
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rumahku berada tepat di jalur terbang; bunyinya terdengar
antara mirip bor beton atau longsor salju. Teman-teman polisiku
dan aku berusaha memasukkan percakapan di jeda antara ledakan262
ledakan bunyi itu. Rhonda kelihatan lebih mirip burung daripada
biasanya?berdiri ditopang satu kaki, kemudian bergantian dengan
kaki sebelahnya, kepalanya bergerak ke sekitar ruangan ketika
pandangannya mendarat pada benda-benda yang berbeda, sudut
pandang?burung kacer mencari benda-benda untuk membangun
sarangnya. Gilpin berdiri di dekat Boney, menggigiti bibirnya,
mengetuk-ngetukkan sebelah kaki. Bahkan ruangan itu sendiri
terasa gelisah: Matahari sore menerangi butiran-butiran debu yang
bergerak seperti ledakan atom. Pesawat jet melintasi rumah, bunyi
pekak mengerikan terdengar.
"Oke, beberapa hal," kata Rhonda ketika keheningan sudah kem?
bali. Dia dan Gilpin duduk seolah-olah mereka berdua sudah me?
mutuskan untuk tinggal sebentar. "Beberapa hal yang harus dijelas?
kan, beberapa hal untuk diberitahu kepadamu. Semuanya bagian
dari rutinitas. Dan seperti biasa, jika kau ingin pengacara?"
Tapi aku tahu dari acara TV-ku, film-filmku, bahwa hanya orangorang bersalah yang meminta pengacara. Suami-suami yang sung?
guhan, berduka, cemas, dan tidak bersalah tidak melakukan itu.
"Aku tidak butuh pengacara, trims," kataku. "Aku sebenarnya
punya informasi untuk dibagi denganmu. Soal mantan penguntit
Amy, pria yang dulu dia kencani ketika SMA."
"Desi?eh, Collins," Gilpin memulai.
"Collings, aku tahu kalian bicara kepadanya, aku tahu kalian
entah kenapa tidak tertarik kepadanya, jadi aku pergi mengunjungi?
nya sendiri hari ini. Untuk memastikan dia sepertinya... oke. Dan
aku pikir dia tidak oke. Aku pikir dia seseorang yang harus kalian
selidiki. Benar-benar selidiki. Maksudku, dia pindah ke St. Louis?"
"Dia tinggal di St. Louis tiga tahun sebelum kalian pindah kem?
bali ke sini," kata Gilpin.
"Baiklah, tapi dia di St. Louis. Tinggal menyetir. Amy membeli
pistol karena dia takut?"
"Desi tidak bermasalah, Nick. Pria yang baik," kata Rhonda. "Kau
tidak berpikir begitu? Dia mengingatkanku kepadamu, sebenarnya.
Benar-benar anak emas, bayi keluarga."
"Aku kembar. Bukan bayinya. Aku sebenarnya tiga menit lebih
tua."
Rhonda jelas berusaha untuk memancingku, melihat apakah dia
bisa melihat kemarahanku muncul, tapi bahkan tahu soal itu tidak
mencegah darah panas membanjiri perutku setiap kali dia menu?
duhku bertingkah seperti bayi.
"Bagaimana pun," sela Gilpin. "Baik dia dan ibunya menyangkal
Desi pernah menguntit Amy atau bahkan sering berkontak dengan
Amy selama bertahun-tahun kecuali surat sesekali."
"Istriku akan memberitahumu hal yang berbeda. Dia menyurati
Amy bertahun-tahun?bertahun-tahun?kemudian dia datang ke
sini untuk pencarian, Rhonda. Apakah kau tahu itu? Dia di sini pada
hari pertama. Kau bicara soal memperhatikan pria-pria yang me?
libatkan diri dalam penyelidikan?"
"Desi Collings bukan tersangka," dia menyela, satu tangan naik.
"Tapi?"
"Desi Collings bukan tersangka," ulang Rhonda.
Berita itu menyengatku. Aku ingin menuduh Rhonda terpengaruh
oleh Ellen Abbott, tetapi Ellen Abbott mungkin sebaiknya tidak di?
sebut.
"Oke, bagaimana kalau begini, orang-orang yang membanjiri
saluran telepon kita?" Aku berjalan dan menyambar kertas ber?
isikan nama dan nomor yang dengan serampangan kulempar ke
meja makan. Aku mulai membaca nama-nama. "Melibatkan diri
dalam penyelidikan: David Samson, Murphy Clark?itu mantan
pacar?Tommy O?Hara, Tommy O?Hara, Tommy O?Hara, itu tiga kali,
Tito Puente?itu cuma lelucon bodoh."
"Apakah kau sudah balas menelepon mereka?" tanya Boney.
"Tidak. Bukankah itu tugasmu? Aku tidak tahu mana yang layak
ditelepon dan mana yang sinting. Aku tidak punya waktu menele?
pon bajingan yang berpura-pura jadi Tito Puente."
"Aku tidak akan terlalu mementingkan saluran telepon, Nick,"
kata Rhonda. "Ini situasi di mana orang-orang tiba muncul. Mak?
sudku, kami mendapatkan banyak telepon dari mantan pacarmu.
Cuma ingin menyapa. Mencari tahu kabarmu. Orang itu aneh."
"Mungkin kita harus memulai pertanyaan kita," Gilpin me?
nyenggol Boney.
"Benar. Yah, kurasa kita harus memulai dengan di mana kau
berada pada pagi hari istrimu menghilang," kata Boney, tiba-tiba
terdengar meminta maaf, menunjukkan rasa hormat. Dia memain?
kan peran polisi baik dan kami berdua tahu dia memainkan peran
itu. Kecuali dia sebenarnya memihakku. Sepertinya mungkin ka?
dang-kadang seorang polisi ada di pihakmu. Benar?
"Ketika aku ada di pantai."
"Dan kau masih tidak mengingat siapa pun melihatmu di sana?"
tanya Boney. "Akan sangat membantu kami kalau kita bisa mencoret
satu hal kecil ini dari daftar kami." Dia membiarkan dirinya ter?
senyum simpatik. Rhonda bukan hanya bisa tidak berkata-kata,
dia bisa menyebarkan suasana hati yang dia pilih ke seluruh
ruangan, seperti seekor gurita dan tintanya.
"Percayalah kepadaku, aku menginginkan itu seperti kau juga.
Tetapi tidak. Aku tidak ingat siapa pun."
Boney memberi senyum cemas. "Aneh, kami menyebutkan?
hanya sekilas?kehadiranmu di pantai kepada beberapa orang dan
mereka semua berkata.... Mereka semua terkejut, kita bilang saja
begitu. Berkata itu tidak kedengaran seperti dirimu. Kau bukan
orang pantai."
Aku mengangkat bahu. "Maksudku, apakah aku pergi ke pantai
dan berbaring seharian? Tidak. Tapi untuk minum kopi di pagi
hari? Tentu."
"Hei, ini mungkin membantu," kata Boney ceria. "Di mana kau
membeli kopimu pagi itu?" Dia berpaling kepada Gilpin seolah-olah
mencari persetujuan. "Bisa mempersempit kerangka waktu setidak?
nya, benar?"
"Aku membuat kopi di sini," kataku.
"Oh." Boney mengerutkan dahi. "Itu aneh, karena kau tidak punya
kopi di sini. Tidak ada di mana pun di rumah ini. Aku ingat berpikir
itu aneh. Pecandu kafein menyadari hal-hal seperti ini."
Benar, hanya sesuatu yang kebetulan kausadari, pikirku. Aku
kenal polisi bernama Bony Moronie.... Jebakannya begitu kentara,
itu jelas tipuan....
"Aku punya kopi sisa di kulkas yang kupanaskan." Aku mengang?
kat bahu lagi: Bukan masalah besar.
"Huh. Pasti kopi itu ada di kulkas untuk waktu lama?aku per?
hatikan tidak ada wadah kopi di tempat sampah."
"Beberapa hari. Masih enak."
Kami berdua saling tersenyum: Aku tahu dan kau tahu. Per?
mainan dimulai. Aku memikirkan kata-kata idiot itu: Permainan
dimulai. Tetapi aku senang: Bagian selanjutnya akan dimulai.
Boney berpaling kepada Gilpin, tangan di lutut dan sedikit meng?
angguk. Gilpin menggigiti bibirnya sedikit lebih lama, kemudian
akhirnya menunjuk: ke arah bangku ottoman, meja ujung sofa,
ruang duduk itu sekarang sudah dirapikan. "Begini, ini masalah
kami, Nick," dia memulai. "Kami sudah melihat lusinan pendobrakan
rumah?"
"Begitu banyak," sela Boney.
"Banyak kasus pendobrakan rumah. Ini?semua area di sini, di
ruang duduk?ingat? Bangku ottoman yang terbalik, meja yang
terbalik, vas di lantai"?Gilpin mencampakkan foto tempat kejadian
perkara di depanku?"seluruh area ini, ini seharusnya kelihatan
seperti pergulatan, bukan?"
Kepalaku rasanya menggelembung dan tersentak kembali ke
tempatnya. Tetap tenang. "Seharusnya?"
"Kelihatannya salah," lanjut Gilpin. "Dari detik pertama kami
melihatnya. Sejujurnya, seluruh hal ini kelihatan diatur. Pertamatama, faktanya semua ini berpusat di satu titik ini. Kenapa yang
berantakan hanya di ruangan ini? Itu aneh." Gilpin menyorongkan
satu foto lain, jarak dekat. "Dan lihat di sini, pada tumpukan buku.
Mereka seharusnya ada di depan meja ujung?meja ujung ini
tempat buku ditaruh, bukan?"
Aku mengangguk.
"Jadi ketika meja ujung itu terbalik, buku-buku itu seharusnya
jatuh dari depan, mengikuti arah jatuh meja. Malahan, buku-buku
ada di belakangnya, seolah-olah seseorang menyapu jatuh bukubuku itu sebelum menjungkirkan meja."
Aku menatap foto dengan perasaan bodoh.
"Dan perhatikan ini. Ini sangat membuatku penasaran," lanjut
Gilpin. Dia menunjuk ke arah tiga bingkai antik yang langsing di
atas rak perapian. Gilpin menjejakkan kaki kuat-kuat dan semua
bingkai itu jatuh terguling dengan segera. "Tetapi entah bagaimana
bingkai itu berdiri tegak melewati peristiwa lain."
Gilpin menunjukkan foto di mana bingkai-bingkai itu berdiri
tegak. Aku sudah berharap?bahkan sesudah mereka menangkap
basah kesalahan makan malam Houston?s-ku?bahwa mereka ada?
lah polisi yang bodoh, polisi dari film-film, petugas lokal berusaha
menyenangkan hati, memercayai orang lokal: Apa pun yang kau?
katakan, teman. Aku tidak dapat polisi bodoh.
"Aku tidak tahu apa yang kauinginkan untuk aku katakan,"
gumamku. "Ini benar-benar?aku hanya tidak tahu harus berpikir
apa soal ini. Aku hanya ingin menemukan istriku."
"Begitu pun dengan kami, Nick, kami juga," kata Rhonda. "Tetapi
ini satu hal lain. Dipan ini?ingat bagaimana benda itu terbalik?"
Rhonda menunjuk ke bangku montok itu, menunjuk ke empat
kakinya yang pendek, hanya setinggi 2,5 cm. "Begini, benda ini
berat di bagian bawahnya karena kaki-kakinya yang mungil.
Bantalan dipan itu sebenarnya nyaris menempel ke lantai. Coba
dorong hingga terbalik." Aku ragu. "Ayo, cobalah," desak Boney.
Aku mendorongnya, tetapi bangku itu bergeser di kar?pet dan
bukan terbalik. Aku mengangguk. Aku setuju. Bangku itu berat di
bagian bawah.
"Serius, coba mendekat ke lantai kalau kau harus dan dorong
benda itu hingga terbalik," perintah Boney.
Aku berlutut, mendorong dari sudut yang lebih rendah, akhirnya
menaruh satu tangan di bawah bangku dan menyentakkannya.
Bahkan ketika bangku itu terangkat, satu sisi bergoyang dan dia
jatuh kembali ke posisi semula; aku akhirnya harus mengangkatnya
dan menjungkirkannya dengan manual.
"Aneh, kan?" kata Boney, sama sekali tidak terdengar bingung.
"Nick, apakah kau membersihkan rumah pada hari istrimu hi?
lang?" tanya Gilpin.
"Tidak."
"Oke, karena teknisi menggunakan sapuan Luminol dan aku
menyesal memberitahumu lantai dapur bercahaya. Ada darah da?
lam jumlah besar yang tumpah di sana."
"Golongan darah Amy?B positif." Boney menyela, "Dan aku tidak
membicarakan goresan kecil, aku membicarakan darah."
"Oh, ya Tuhan." Gumpalan rasa panas muncul di tengah-tengah
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dadaku. "Tapi?"
"Ya, jadi istrimu berhasil keluar dari ruangan ini," kata Gilpin.
"Entah bagaimana, dalam teorinya, dia berhasil ke dapur?tanpa
mengganggu hiasan di meja tepat di luar dapur?kemudian dia
jatuh di dapur, tempat dia kehilangan banyak darah."
"Kemudian seseorang dengan hati-hati mengelapnya," kata
Rhonda, memperhatikanku.
"Sebentar. Sebentar. Kenapa seseorang berusaha menyem?
bunyikan darah tetapi kemudian ruang duduk yang berantakan?"
"Kita akan mengetahui itu, jangan cemas, Nick," kata Rhonda
dengan suara pelan.
"Aku tidak paham, aku hanya tidak paham?"
"Ayo duduk," kata Boney. Dia menunjuk kursi makan kepadaku.
"Kau sudah makan? Ingin roti lapis atau sesuatu?"
Aku menggeleng. Boney bergantian memainkan karakter perem?
puan yang berbeda-beda: wanita kuat, pengasuh yang penuh kasih
sayang, untuk melihat mana yang mendapatkan hasil terbaik.
"Bagaimana pernikahanmu, Nick?" tanya Rhonda. "Maksudku,
lima tahun, itu masa rawan pernikahan kan."
"Pernikahan kami baik," aku mengulang. "Baik. Tidak sempurna,
tetapi bagus, bagus."
Rhonda mengernyitkan hidung: Kau berbohong.
"Kaupikir dia mungkin lari?" tanyaku, terlalu berharap. "Mem?
buat ini seperti tempat kejadian perkara dan kabur? Masalah istri
kabur?"
Boney mulai mendaftarkan alasan kenapa tidak: "Amy belum
menggunakan ponselnya, dia belum menggunakan kartu kreditnya,
kartu ATM. Dia tidak melakukan penarikan uang besar dalam be?
berapa minggu sebelumnya."
"Dan ada darah," tambah Gilpin. "Maksudku, sekali lagi, aku tidak
mau terdengar kasar, tetapi jumlah darah yang ada? Itu pasti ber?
asal dari sesuatu yang serius.... Maksudku, aku tidak bisa melaku?
kannya kepada diriku sendiri. Aku membicarakan luka yang dalam.
Istrimu punya saraf kuat?"
"Ya. Memang." Dia juga amat sangat fobia terhadap darah, tetapi
aku akan menunggu dan membiarkan para detektif yang brilian
memecahkan yang itu.
"Sepertinya sangat tidak mungkin," kata Gilpin. "Kalau dia me?
lukai diri sendiri seserius itu, kenapa dia mengelapnya?"
"Jadi sekarang jujurlah, Nick," kata Boney, bersandar ke lututnya
agar dia bisa membuat kontak mata denganku karena aku menatap
lantai. "Bagaimana kondisi pernikahanmu sekarang? Kami ada di
pihakmu, tapi kami butuh kebenaran. Satu-satunya hal yang mem?
buatmu kelihatan buruk adalah kau tidak terbuka kepada kami."
"Kami sempat punya masalah." Aku menemui Amy di kamar
tidur malam terakhir itu, wajahnya dipenuhi bintik merah ketika
dia marah. Dia mendedaskan kata-kata itu?kata-kata kejam,
liar?dan aku mendengarkannya, berusaha menerima kata-kata
itu karena mereka benar, mereka secara teknis benar, semua yang
dia katakan.
"Jelaskan masalahnya kepada kami," kata Boney.
"Tidak ada yang spesifik, hanya ketidaksepakatan. Maksudku,
Amy itu suka marah tiba-tiba. Dia memendam begitu banyak hal
kecil dan?buuum!?tetapi sesudah itu selesai. Kami tidak pernah
pergi tidur dengan rasa marah."
"Tidak Rabu malam?" tanya Boney.
"Tidak pernah," aku berbohong.
"Apakah ini soal uang yang sering kalian pertengkarkan?"
"Aku bahkan tidak bisa berpikir apa yang kami bahas. Cuma
hal-hal."
"Hal apa yang dibahas pada malam dia menghilang?" kata Gilpin
dengan seringai miring, seperti dia sudah mengatakan kena kau
yang paling tidak bisa dipercaya.
"Seperti yang kuberitahukan, ada masalah lobster."
"Apa lagi? Aku yakin kau tidak berteriak-teriak soal lobster
selama sejam."
Pada saat itu Bleecker berjalan setengah menuruni tangga dan
mengintip dari balik pegangan tangga.
"Soal urusan rumah tangga juga. Urusan pasangan menikah.
Kotak pasir kucing," kataku. "Siapa yang akan membersihkan kotak
pasir kucing."
"Kalian bertengkar berteriak-teriak soal kotak pasir kucing," kata
Boney.
"Kau tahulah, prinsip membersihkan kotak itu. Aku bekerja ber?
jam-jam dan Amy tidak, dan aku pikir akan bagus untuknya jika
dia melakukan beberapa tugas merawat rumah. Hanya mengurus
rumah yang biasa."
Gilpin tersentak seperti orang invalid yang bangun dari tidur
siang. "Kau pria kolot, kan? Aku juga seperti itu. Aku memberitahu
istriku setiap saat, ?Aku tidak tahu caranya menyetrika, aku tidak
tahu cara cuci piring. Aku tidak bisa memasak. Jadi, Sayang, aku
akan menangkap penjahat, itu aku bisa, dan kau masukkan be?
berapa pakaian ke mesin cuci sesekali.? Rhonda, kau pernah me?
nikah, apakah kau melakukan tugas domestik di rumah?"
Boney kelihatan jengkel dengan meyakinkan. "Aku menangkap
penjahat juga, idiot."
Gilpin memutar mata ke arahku; aku nyaris menunggu dia mem?
buat lelucon?kedengarannya ada yang sedang datang bulan?pria
itu bertindak dengan amat berlebihan.
Gilpin menggosok-gosok rahang tirus mirip rubahnya. "Jadi kau
hanya ingin ibu rumah tangga," katanya kepadaku, membuat per?
mintaan itu seakan-akan masuk akal.
"Aku ingin?aku ingin apa pun yang diinginkan Amy. Aku tidak
terlalu peduli." Aku memohon kepada Boney sekarang, Detektif
Rhonda Boney dengan kesan simpatik yang sepertinya setengah
sungguhan. (Tidak sungguhan, aku mengingatkan diriku.) "Amy
tidak bisa memutuskan apa yang ingin dia lakukan di sini. Dia tidak
bisa menemukan pekerjaan dan dia tidak tertarik dengan The Bar.
Yang tidak masalah, kalau kau ingin tinggal di rumah, itu tidak apa,
kataku. Tapi ketika tinggal di rumah, dia tidak bahagia juga. Dan
dia menungguku untuk memperbaikinya. Seolah-olah aku ber?
tanggung jawab akan kebahagiaannya."
Boney tidak mengatakan apa pun, ekspresinya sedatar air.
"Dan, maksudku, menyenangkan jadi pahlawan selama beberapa
saat, jadi kesatria berkuda putih, tetapi itu tidak berhasil untuk
waktu lama. Aku tidak bisa membuat dia bahagia. Dia tidak ingin
menjadi bahagia. Jadi kupikir kalau dia mulai mengurusi beberapa
hal praktis?"
"Seperti kotak pasir kucing," kata Boney.
"Ya, bersihkan kotak pasir kucing, berbelanja, telepon tukang
leding untuk memperbaiki bocor yang membuatnya gila."
"Wow, kedengarannya seperti rencana untuk bahagia sungguhan.
Banyak yang menjijikkan."
"Tetapi maksudku adalah, lakukan sesuatu. Apa pun itu, lakukan
sesuatu. Manfaatkan situasinya sebaik mungkin. Jangan duduk dan
menungguku memperbaiki semuanya untukmu." Aku bicara keraskeras, aku menyadari, dan aku kedengaran nyaris marah, jelas-jelas
adil, tetapi itu melegakan. Aku memulai dengan kebohongan?ko?
tak pasir kucing?dan mengubah itu menjadi ledakan kebenaran
yang mengejutkan dan aku menyadari kenapa pelaku kriminal
bicara terlalu banyak, karena rasanya menyenangkan untuk mengi?
sahkan ceritamu kepada orang asing, seseorang yang tidak akan
menuduhmu omong kosong, seseorang yang terpaksa mendengar?
kan sisi ceritamu. (Seseorang yang berpura-pura mendengarkan
sisi ceritamu, aku mengoreksi.)
"Jadi kepindahan kembali ke Missouri?" kata Boney. "Kau me?
mindahkan Amy ke sini tanpa persetujuannya?"
"Tanpa persetujuannya? Tidak. Kami melakukan yang harus kami
lakukan. Aku tidak punya pekerjaan, Amy tidak punya pekerjaan,
ibuku sakit. Aku akan melakukan hal yang sama untuk Amy."
"Baik sekali kau berkata begitu," gumam Boney. Dan tiba-tiba
dia mengingatkanku persis akan Amy: komentar pelan terkutuk
yang dikatakan di tingkat yang sempurna, jadi aku yakin aku men?
dengarnya tapi tidak bisa bersumpah atas itu. Dan kalau aku ber?
tanya yang seharusnya kutanyakan?Kau bilang apa barusan??dia
akan selalu mengatakan hal yang sama: Bukan apa-apa. Aku me?
lotot ke arah Boney, mulutku terkatup rapat, kemudian aku ber?
pikir: Mungkin ini bagian dari rencana, melihat bagaimana kau
bertindak terhadap wanita yang marah dan merasa tidak puas. Aku
berusaha membuat diriku tersenyum, tetapi itu sepertinya hanya
membuat Boney muak.
"Dan kau mampu menjalani ini, Amy bekerja, tidak bekerja, apa
pun, kau bisa bertahan secara finansial?" tanya Gilpin.
"Kami punya masalah uang akhir-akhir ini," kataku. "Ketika kami
menikah, Amy berada, amat kaya."
"Benar," kata Boney, "buku Amazing Amy itu."
"Yah, mereka menghasilkan banyak uang di tahun ?80-an dan
?90-an. Tetapi penerbit memutuskan kontrak mereka. Berkata Amy
sudah tidak menarik lagi. Dan semuanya jadi kacau. Orangtua Amy
harus meminjam uang dari kami untuk bertahan hidup."
"Dari istrimu, maksudmu?"
"Baiklah, ya. Kemudian kami menggunakan sebagian besar dana
perwalian Amy untuk membeli bar dan aku menafkahi kami sejak
saat itu."
"Jadi ketika kau menikahi Amy, dia sangat kaya," kata Gilpin. Aku
mengangguk. Aku memikirkan narasi si tokoh pahlawan: suami
yang setia mendampingi istrinya melalui kemerosotan mengerikan
yang menimpa keluarga sang istri.
"Jadi kau dulu memiliki gaya hidup yang sangat menyenangkan."
"Yah, itu menyenangkan, mengagumkan."
"Dan sekarang dia nyaris bangkrut dan kau berhadapan dengan
gaya hidup yang sangat berbeda dibandingkan dengan saat kau
menikahinya. Yang kausetujui."
Aku menyadari narasiku benar-benar salah.
"Karena, oke, kami sudah memeriksa keuanganmu, Nick, dan
sial, tidak kelihatan bagus," Gilpin memulai, nyaris mengubah tu?
duhan itu menjadi kekhawatiran, kecemasan.
"The Bar berjalan lumayan," kataku. "Biasanya bisnis baru butuh
tiga sampai empat tahun untuk keluar dari utang."
"Kartu kredit itu yang menarik perhatianku," kata Boney. "Dua
ratus dua belas ribu dolar utang kartu kredit. Maksudku, itu mem?
buat napasku tercekat." Boney mengibas-ngibaskan setumpuk
tagihan dengan tinta merah.
Orangtuaku sangat fanatik soal kartu kredit?gunakan hanya
untuk tujuan khusus, bayar setiap bulan. Kita tidak membeli yang
tidak mampu kita bayar. Itu moto keluarga Dunne.
"Kami tidak?aku tidak, setidaknya?tapi aku pikir Amy tidak
akan?Bisakah aku melihat itu?" Aku tergagap, seiring dengan pe?
sawat pengebom yang terbang rendah menggetarkan kaca jendela.
Tanaman di atas bingkai jendela dengan segera kehilangan lima
mahkota ungu cantiknya. Terpaksa terdiam selama 10 detik yang
menggetarkan otak, kami semua memperhatikan helai bunga itu
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terhuyung-huyung jatuh ke tanah.
"Tapi pergulatan hebat yang semestinya kami percayai terjadi
di sini dan tidak ada mahkota bunga di lantai saat itu," gumam
Gilpin dengan rasa jijik.
Aku mengambil dokumen itu dari Boney dan melihat namaku,
hanya namaku, berbagai versi namaku?Nick Dunne, Lance Dunne,
Lance N. Dunne, Lance Nicholas Dunne, pada lusinan kartu kredit
yang berbeda, dengan saldo dari 62,78 dolar hingga 45.602,33
dolar, dengan beragam waktu bayar yang terlambat, ancaman tegas
dicetak dengan huruf-huruf menyeramkan di bagian atas: BAYAR
SEKARANG.
"Bangsat! Ini seperti pencurian identitas atau sesuatu seperti
itu!" kataku. "Ini bukan milikku. Maksudku, lihat beberapa barang?
nya: Aku bahkan tidak main golf." Seseorang membayar tujuh ribu
dolar untuk satu set tongkat golf. "Siapa pun bisa memberitahumu:
Aku benar-benar tidak main golf." Aku berusaha membuat itu
terdengar tidak menarik perhatian kepada diriku?lagi-lagi satu
hal yang aku tidak mahir?tapi para detektif tidak memakan
umpanku.
"Kau kenal Noelle Hawthorne?" tanya Boney. "Teman Amy yang
kauminta untuk kami periksa?"
"Tunggu, aku ingin bicara soal tagihan-tagihan ini, karena ini
bukan milikku," kataku. "Maksudku, tolong, serius, kita harus me?
lacak ini."
"Kita akan melacaknya, tidak masalah," kata Boney, tanpa
ekspresi. "Noelle Hawthorne?"
"Benar. Aku memintamu untuk memeriksanya karena dia ber?
keliaran di kota, meratapi Amy."
Boney menaikkan sebelah alis. "Kau sepertinya marah soal itu."
"Tidak, seperti yang kubilang, dia sepertinya sedikit terlalu sedih,
pura-pura sedih. Pamer. Mencari perhatian. Sedikit terobsesi."
"Kami bicara dengan Noelle," kata Boney. "Dia bilang istrimu
sangat terganggu oleh pernikahan kalian, kesal soal urusan uang,
bahwa dia cemas kau menikahinya untuk uangnya. Dia bilang istri?
mu cemas soal temperamenmu."
"Aku tidak tahu kenapa Noelle berkata seperti itu; aku rasa dia
dan Amy tidak pernah bertukar lebih dari lima kata."
"Lucu karena ruang keluarga Hawthorne dipenuhi foto Noelle
dan istrimu." Boney mengernyit. Aku mengernyit juga: foto sung?
guhan dia dan Amy?
Boney melanjutkan: "Di kebun binatang St. Louis Oktober lalu,
di piknik dengan si kembar tiga, di wisata perahu akhir pekan Juni
kemarin. Maksudnya bulan lalu."
"Amy tidak pernah menyebutkan nama Noelle sepanjang waktu
kami tinggal di sini. Aku serius." Aku memeriksa ingatanku selama
Juni kemarin dan mengingat akhir pekan aku pergi dengan Andie,
memberitahu Amy aku dan teman-teman pergi ke St. Louis. Aku
kembali ke rumah menemukan Amy berpipi merah dan marah,
mengatakan akhir pekannya dihabiskan dengan acara TV kabel
yang buruk dan bosan membaca di dermaga. Dan dia ikut wisata
kapal? Tidak. Aku tidak bisa membayangkan Amy akan peduli soal
wisata perahu khas Midwest: bir mengambang di peti pendingin
yang diikat ke kano, musik keras, anak-anak kampus yang mabuk,
tanah perkemahan dinodai dengan muntahan. "Kau yakin itu istriku
di dalam foto?"
Mereka saling memberi pandangan dia serius?
"Nick," kata Boney. "Kami tidak punya alasan untuk percaya
bahwa wanita di foto yang kelihatan mirip istrimu dan yang di?
katakan Noelle Hawthorne, ibu tiga anak, sahabat istrimu di kota,
sebagai istrimu itu bukan istrimu."
"Istrimu yang?harus kukatakan?menurut Noelle, kaunikahi
untuk uangnya," tambah Gilpin.
"Aku tidak bercanda," kataku. "Siapa pun sekarang bisa me?
rekayasa foto di laptop."
"Oke, jadi semenit yang lalu kau yakin Desi Collings terlibat dan
sekarang kau berpindah ke Noelle Hawthorne," kata Gilpin. "Se?
pertinya kau benar-benar mencari seseorang untuk disalahkan."
"Selain aku? Memang. Dengar, aku tidak menikahi Amy untuk
uangnya. Kau harus bicara lebih banyak dengan orangtua Amy.
Mereka mengenalku, mereka kenal karakterku." Mereka tidak tahu
semua hal, pikirku, perutku mengejang. Boney memperhatikanku;
dia kelihatan kasihan padaku. Gilpin bahkan sepertinya tidak men?
dengarkan.
"Kau menaikkan cakupan asuransi jiwa istrimu menjadi 1,2 juta,"
kata Gilpin dengan pura-pura cemas. Dia bahkan mengusapkan
sebelah tangan ke sepanjang wajahnya yang panjang dan tirus.
"Amy sendiri yang melakukannya!" kataku dengan cepat. Kedua
polisi itu hanya menatapku dan menunggu. "Maksudku, aku tidak
peduli, tapi Amy bilang?dia bilang, mengingat perubahan dalam
pendapatannya, itu membuatnya merasa lebih aman atau sesuatu,
atau itu keputusan bisnis yang cerdas. Persetan, aku tidak tahu,
aku tidak tahu kenapa dia menginginkannya. Aku tidak bertanya
kepadanya."
"Dua bulan lalu, seseorang mencari sesuatu di laptopmu," lanjut
Boney. "Tubuh Terapung Sungai Mississippi. Bisakah kau men?
jelaskan itu?"
Aku menarik napas dalam-dalam dua kali, sembilan detik untuk
menguatkan diriku.
"Ya Tuhan, itu cuma ide buku yang bodoh," kataku. "Aku sedang
berpikir soal menulis buku."
"Hmph," jawab Boney.
"Dengar, aku rasa ini yang terjadi," aku memulai. "Aku pikir ada
banyak orang menonton program berita di mana si suami selalu
orang mengerikan yang membunuh istrinya, dan mereka melihatku
lewat lensa yang itu, dan hal-hal yang amat tidak berdosa dan
normal diputarbalikkan. Ini berubah menjadi mirip perburuan
orang-orang yang berbeda pendapat."
"Itu caranya kau menjelaskan tagihan kartu kredit itu?" tanya
Gilpin.
"Aku sudah bilang padamu, aku tidak bisa menjelaskan tagihan
kartu kredit ini karena aku tidak berhubungan dengan tagihantagihan itu. Itu tugasmu untuk mengetahui dari mana datangnya!"
Mereka duduk tanpa berkata-kata, bersebelahan, menunggu.
"Apa yang sedang dilakukan untuk menemukan istriku?" tanyaku.
"Petunjuk apa yang kalian cari, selain aku?"
Rumah itu mulai bergetar, langit memecah, dan lewat jendela
belakang, kami bisa melihat pesawat jet melesat, melintasi sungai,
menggetarkan kami.
"F-10," kata Rhonda.
"Bukan, terlalu kecil," kata Gilpin. "Pastinya?"
"Itu F-10."
Boney condong ke arahku, kedua tangannya terjalin. "Tugas kami
adalah memastikan kau seratus persen bebas dari kecurigaan,
Nick," katanya. "Aku tahu kau ingin itu juga. Sekarang kalau kau
bisa membantu kami mengurai sedikit kesimpangsiuran?karena
seperti itulah kesimpangsiuran, mereka terus membuat kami ter?
sandung."
"Mungkin ini saatnya aku memakai pengacara."
Para polisi bertukar pandang, seolah-olah mereka sudah me?
netapkan taruhan.
Amy Elliott Dunne
21 Oktober 2011
Catatan buku harian
Ibu Nick meninggal. Aku tidak bisa menulis karena ibu Nick me?
ninggal dan putranya kehilangan pegangan. Maureen yang manis
dan tangguh. Dia masih berdiri dan berjalan-jalan hingga beberapa
hari sebelum dia meninggal, menolak mendiskusikan kemunduran
apa pun. "Aku hanya ingin hidup hingga aku tidak bisa lagi," katanya.
Dia jadi terbiasa merajut topi untuk pasien kemoterapi yang lain
(dia sendiri sudah selesai selesai selesai sesudah satu kali, tidak
tertarik memperpanjang hidup kalau itu berarti "lebih banyak
slang"), jadi aku akan mengingatnya selalu dikelilingi gulungan
benang wol terang: merah dan kuning dan hijau, dan jari-jarinya
bergerak, jarum-jarum rajut berdetak-detak sementara dia bicara
dalam suaranya yang puas seperti kucing, dalam, mendengkur
mengantuk.
Kemudian pada satu pagi di September dia bangun tetapi tidak
benar-benar bangun, tidak menjadi Maureen. Dia menjadi sekurus
burung dalam semalam, secepat itu, berkerut dan kosong, matanya
berkeliaran di sekeliling ruangan, tidak mampu mengingat apa pun,
termasuk dirinya sendiri. Jadi tibalah rumah perawatan, dengan
penerangan temaram, tempat ceria dengan lukisan wanita bertopi
dan bukit-bukit landai, dan mesin kudapan, dan kopi berukuran
kecil. Rumah perawatan itu tidak diharapkan akan membuat
Maureen lebih baik atau membantunya tapi hanya memastikan dia
meninggal dengan nyaman, dan hanya tiga hari kemudian, dia me?
ninggal. Tanpa basa-basi, cara yang diinginkan Maureen (walaupun
aku yakin dia akan memutar bola matanya mendengar frasa itu:
cara yang diinginkan Maureen).
Acara peringatannya sederhana tapi menyenangkan?dengan
ratusan orang, saudara perempuannya yang mirip dengannya dari
Omaha, sibuk karena sudah keharusan, menuangkan kopi dan
Baileys dan mengedarkan kue kering dan menceritakan kisah lucu
soal Mo. Kami menguburkannya pada pagi berangin yang hangat,
Go dan Nick saling menyandar sementara aku berdiri di dekat me?
reka, merasa jadi pengganggu. Malam itu di tempat tidur, Nick
membiarkanku memeluknya, punggungnya menghadapku, tetapi
sesudah beberapa menit dia bangun, berbisik, "Mau cari angin,"
dan pergi dari rumah.
Ibunya selalu mengasuhnya?Mo berkeras datang sekali se?
minggu dan menyetrika untuk kami, dan ketika sudah selesai, dia
akan berkata, "Aku akan bantu beres-beres," dan sesudah dia pergi,
aku akan melihat ke kulkas dan menemukan Mo sudah mengupas
dan memotong jeruk grapefruit untuk Nick, menaruh potongannya
di wadah kedap udara, kemudian aku akan membuka wadah roti
dan menemukan semua pinggirannya sudah dipotong, setiap lem?
bar roti setengah telanjang. Aku menikah dengan pria 34 tahun
yang masih sebal dengan pinggiran roti.
Tetapi aku mencoba untuk melakukan semua itu dalam minggu
minggu pertama sesudah ibunya meninggal. Aku memotong ping?
giran roti, aku menyetrika T-shirt-nya, aku memanggang pai blue?
berry sesuai resep ibunya. "Aku tidak butuh diasuh, sungguh, Amy,"
kata Nick ketika dia menatap roti yang sudah dikuliti. "Aku mem?
biarkan ibuku melakukannya karena itu membuatnya senang, tetapi
aku tahu kau tidak suka harus mengurus."
Jadi kita kembali ke kotak hitam. Nick yang manis, perhatian,
penuh cinta hilang. Nick yang penggerutu, kesal, marah kembali.
Semestinya kau mengandalkan pasanganmu pada waktu-waktu
yang sulit, tetapi Nick sepertinya sudah berjarak lebih jauh. Dia
anak mama yang mamanya sudah tidak ada. Dia tidak ingin ber?
hubungan denganku.
Dia menggunakanku untuk seks ketika dia butuh. Dia menekanku
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di atas meja atau ke bagian kepala tempat tidur dan meniduriku,
tanpa suara hingga saat-saat terakhir, beberapa geraman singkat,
kemudian dia melepaskanku, dia menaruh satu telapak tangan di
lekuk bawah punggungku, satu gestur keintiman, dan dia mengata?
kan sesuatu yang semestinya membuat peristiwa ini seperti sebuah
permainan: "Kau begitu seksi, kadang-kadang aku tidak bisa me?
ngontrol diriku." Tapi dia mengatakannya dengan suara datar.
Kuis: Suamimu, orang yang dulu berbagi kehidupan seks yang
luar biasa, berubah berjarak dan dingin?dia hanya ingin seks se?
suai keinginannya, di waktu yang dia pilih. Kau:
a) Lebih lama tidak merespons seks?dia tidak akan
memenangkan permainan ini!
b) Menangis dan merengek dan menuntut jawaban yang belum
siap dia berikan, mengasingkan dirinya lebih jauh.
c) Percayalah bahwa ini cuma ganjalan dalam pernikahan yang
panjang?dia sedang berada di tempat yang buruk?jadi
cobalah untuk mengerti dan menunggu itu selesai.
Jawaban: C. Ya, kan?
Aku terganggu karena pernikahanku berantakan dan aku tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Kaupikir orangtuaku, pasangan
psikolog, merupakan orang yang jelas-jelas bisa kuajak bicara,
tetapi harga diriku terlalu tinggi. Mereka tidak akan memberikan
saran pernikahan yang baik: Mereka pasangan jiwa, ingat? Mereka
selalu ada di puncak, tidak pernah ada lembah?ledakan ekstase
pernikahan tunggal tanpa akhir. Aku tidak bisa memberitahu me?
reka aku merusak satu-satunya hal yang kumiliki: pernikahanku.
Mereka entah bagaimana akan menulis buku lain, teguran fiktif di
mana di dalamnya Amazing Amy merayakan pernikahan paling
fantastis, memuaskan, bebas hambatan... karena dia bersikukuh
dengan itu.
Tetapi aku cemas. Setiap saat. Aku tahu aku sudah terlalu tua
untuk selera suamiku. Karena aku dulu adalah sosok idealnya,
enam tahun yang lalu, dan sekarang aku mendengar komentar
kejamnya soal wanita yang nyaris berusia 40: betapa menyedihkan
mereka menurut Nick, berpakaian berlebihan, keluar ke bar, tidak
menyadari kurangnya daya tarik mereka. Dia akan kembali pada
satu malam sesudah minum-minum, dan aku akan bertanya bagai?
mana bar itu, apa pun barnya, dan dia sering berkata: "Benar-benar
penuh dengan Manusia Putus Asa," kodenya untuk wanita seumur
aku. Pada saat itu, seorang gadis yang berusia tiga puluh awal, aku
akan menyeringai bersama Nick seolah-olah itu tidak akan pernah
terjadi padaku. Sekarang aku Manusia Putus Asa-nya dan dia ter?
jebak denganku, dan mungkin itu kenapa dia begitu marah.
Aku mengikuti terapi anak balita selama beberapa saat. Aku
akan mampir ke rumah Noelle setiap hari dan membiarkan si kem?
bar tiga menyentuhku. Tangan-tangan montok kecil di rambutku,
napas lengket mereka di leherku. Kau bisa mengerti kenapa wanita
selalu mengancam akan memakan anak kecil: Dia pas untuk digigit!
Aku bisa makan dia pakai sendok! Walaupun memperhatikan tiga
anak Noelle berjalan terhuyung-huyung ke arahnya, masih
mengantuk sesudah tidur siang mereka, menggosok-gosok mata
sementara mereka berjalan ke Mama, tangan-tangan kecil me?
nyentuh lutut atau lengan seolah-olah Noelle adalah perhentian
terakhir, seolah-olah mereka tahu mereka aman... aku kadang me?
rasa sakit memperhatikan itu.
Kemarin aku menghabiskan sore di rumah Noelle, yang cukup
kubutuhkan, jadi mungkin itu alasannya aku melakukan sesuatu
yang bodoh.
Nick pulang dan menemukanku di kamar tidur, segar sesudah
mandi, dan dengan segera dia mendorongku ke dinding, melesakkan
dirinya ke dalam diriku. Ketika dia sudah selesai dan melepaskanku,
aku bisa melihat cap bibir basah bibirku di dinding biru. Ketika
Nick duduk di ujung tempat tidur, terengah-engah, dia berkata,
"Maaf soal itu. Aku hanya membutuhkanmu."
Tidak menatapku.
Aku menghampirinya dan memeluknya, berpura-pura yang kami
lakukan adalah ritual pernikahan yang normal dan menyenangkan,
dan aku berkata, "Aku sudah berpikir."
"Ya, apa itu?"
"Yah, sekarang mungkin waktu yang tepat. Untuk memulai ke?
luarga. Berusaha hamil." Aku tahu kedengarannya gila bahkan
ketika aku mengatakannya, tetapi aku tidak bisa menahan diriku?
aku sudah menjadi wanita gila yang ingin hamil karena itu akan
menyelamatkan pernikahannya.
Itu membuatmu rendah hati, menjadi sesuatu yang dulu kauejek.
Nick tersentak menjauh dariku. "Sekarang? Sekarang adalah
waktu terburuk untuk memulai keluarga, Amy. Kau tidak punya
pekerjaan?"
"Aku tahu, tetapi di masa-masa awal aku akan ingin tinggal di
rumah dengan bayinya?"
"Ibuku baru meninggal, Amy."
"Dan ini akan jadi kehidupan baru, awal baru."
Dia mencengkeram kedua lenganku dan menatapku lurus-lurus
untuk kali pertama dalam seminggu. "Amy, kupikir kau berpikir
karena sekarang ibuku sudah meninggal, kita hanya akan meleng?
gang kembali ke New York dan punya anak, dan kau akan men?
dapatkan kehidupan lamamu kembali. Tapi kita tidak punya cukup
uang. Kita nyaris tidak punya cukup uang untuk kita berdua tinggal
di sini. Kau tidak bisa membayangkan berapa banyak tekanan yang
aku rasakan, setiap hari, untuk menyelesaikan masalah kita ini.
Untuk bisa menafkahi. Aku tidak bisa mengurusi kau dan aku dan
beberapa anak. Kau akan ingin memberikan semua hal yang kau?
miliki ketika kau tumbuh dewasa, sementara aku tidak bisa. Tidak
ada sekolah swasta untuk Dunne kecil, tidak ada pelajaran tenis
dan biola, tidak ada rumah musim panas. Kau akan benci betapa
miskinnya kita. Kau akan membencinya."
"Aku tidak sedangkal itu, Nick?"
"Kau benar-benar berpikir kita ada di tempat yang bagus se?
karang, untuk punya anak?"
Ini adalah hal terdekat dengan diskusi soal pernikahan kami
dan aku bisa melihat dia sudah menyesal mengatakan sesuatu soal
itu.
"Kita berada dalam banyak tekanan, Sayang," kataku. "Kita sudah
mengalami beberapa masalah dan kebanyakan adalah salahku. Aku
hanya merasa putus asa sekarang...."
"Jadi kita akan menjadi salah satu pasangan yang punya anak
untuk memperbaiki pernikahan mereka? Karena itu selalu berhasil
dengan baik."
"Kita akan mempunyai bayi karena?"
Mata Nick menggelap, buas, dan dia mencengkeram lenganku
lagi.
"Coba.... Tidak, Amy. Tidak sekarang. Aku tidak bisa mengatasi
lebih banyak stres. Aku tidak bisa mengatasi satu hal lain lagi un?
tuk dicemaskan. Aku hancur di bawah tekanan. Aku akan menga?
muk."
Sekali ini aku tahu dia mengatakan yang sebenarnya.
Nick Dunne
Enam hari hilang
Empat puluh delapan jam pertama menjadi periode penting dalam
penyelidikan apa pun. Amy sekarang sudah hilang selama hampir
seminggu. Acara peringatan dengan menyalakan lilin akan diadakan
malam ini di Taman Tom Sawyer, yang, menurut berita, adalah
"tempat favorit Amy Elliott Dunne." (Aku tidak tahu Amy pernah
menjejakkan kaki di taman itu; sekalipun namanya begitu, taman
itu sama sekali tidak kuno. Generik, kekurangan pohon, dengan
kotak pasir yang selalu penuh dengan kotoran binatang; taman itu
sangat tidak ke-Twain-an.) Dalam 24 jam terakhir, berita soal Amy
sudah menyebar secara nasional?berita itu ada di mana-mana,
se?sederhana itu.
Tuhan memberkati pasangan Elliott yang setia. Marybeth me?
neleponku semalam, ketika aku sedang berusaha memulihkan diri
dari interogasi polisi yang mengejutkan. Ibu mertuaku sudah me?
lihat acara Ellen Abbott dan menyatakan wanita itu adalah "sundal
rating oportunis." Namun, kami menghabiskan sebagian besar hari
membuat strategi untuk mengatasi media.
Media (mantan keluarga, orang-orangku!) sedang membentuk
cerita mereka dan media menyukai sudut Amazing Amy dan pa?
sangan Elliott yang sudah bersama untuk waktu lama. Tidak ada
komentar pedas soal seri buku mereka yang tidak laku atau mereka
yang nyaris bangkrut?sekarang semuanya menunjukkan kasih
sayang untuk keluarga Elliott. Media menyukai mereka.
Aku, tidak terlalu. Media sudah mengabarkan beberapa hal yang
mencemaskan. Bukan hanya informasi yang sudah dibocorkan?ke?
tiadaan alibiku, tempat kejadian perkara yang mungkin "diatur"?
tetapi kecenderungan sikap asliku. Mereka melaporkan bahwa
waktu SMA, aku tidak pernah mengencani seorang gadis lebih dari
beberapa bulan dan oleh karena itu jelas aku suka menggoda wa?
nita. Mereka mengetahui ayah kami tinggal di Comfort Hill dan
bahwa aku jarang berkunjung, dan oleh karena itu aku anak tidak
tahu berterima kasih yang mengabaikan ayahnya. "Ini masalah?
mereka tidak menyukaimu," kata Go sesudah setiap liputan. "Ini
masalah yang amat sangat nyata, Lance." Media menghidupkan
kembali nama depanku, yang kubenci sejak sekolah dasar, tersedak
setiap kali awal tahun ajaran ketika si guru mengabsen: "Namaku
Nick, aku dipanggil Nick!" Setiap September, ritual hari pembukaan:
"Nick-aku-dipanggil-Nick!" Selalu ada bocah menyebalkan yang
menghabiskan waktu istirahat berkeliling seperti bocah galan yang
elegan: "Hai, aku Laaaance," dengan suara yang melambai-lambai.
Kemudian nama itu akan dilupakan lagi hingga tahun selanjutnya.
Tetapi tidak sekarang. Sekarang nama itu ada di semua berita,
penghakiman tiga nama yang ditakuti, yang disisihkan khusus un?
tuk pembunuh berantai dan pembunuh bayaran?Lance Nicholas
Dunne?dan tidak ada yang bisa kusela.
Rand dan Marybeth Elliott, Go, dan aku pergi ke upacara peringatan
dalam satu mobil. Tidak jelas berapa banyak informasi yang di?
terima pasangan Elliott, berapa banyak informasi baru soal me?
nantu mereka. Aku tahu mereka tahu soal tempat kejadian perkara
yang "diatur": "Aku akan meminta orang-orangku sendiri ke sana
dan justru mereka akan memberitahu kita yang sebaliknya?bahwa
itu memang tempat kejadian pergulatan," kata Rand dengan yakin.
"Kebenaran itu bisa dibentuk; kau hanya harus memilih ahli yang
tepat."
Rand tidak tahu soal hal lain, kartu kredit dan asuransi jiwa dan
darah dan Noelle, sahabat getir istriku dengan klaim yang me?
ngutukku: penyiksaan, keserakahan, ketakutan. Noelle dipesan
untuk acara Ellen Abbott malam ini, sesudah upacara peringatan.
Noelle dan Ellen bisa bersama-sama jijik padaku untuk penon?ton
yang menyimak.
Tidak semua orang jijik kepadaku. Dalam seminggu terakhir,
bisnis The Bar menanjak: Ratusan pelanggan datang untuk me?
nyesap bir dan makan popcorn di tempat yang dimiliki Lance
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nicholas Dunne, si mungkin-pembunuh. Go harus mempekerjakan
empat anak baru untuk mengurus The Bar; dia mampir sekali dan
berkata dia tidak bisa ke sana lagi, tidak tahan melihat betapa
penuhnya tempat itu, para penonton yang tolol, hantu-hantu, se?
muanya meminum minuman beralkohol kami dan bertukar cerita
tentangku. Itu menjijikkan. Tapi tetap saja, Go beralasan, uangnya
akan membantu kalau....
Kalau. Amy sudah hilang selama enam hari dan kami semua
berpikir dengan kalau.
Kami mendekati taman dalam mobil yang hening kecuali suara
kuku Marybeth yang mengetuk-ngetuk jendela.
"Rasanya nyaris seperti kencan ganda." Rand tertawa, tawanya
melonjak mendekati histeris: bernada tinggi dan nyaring. Rand
Elliott, psikolog genius, penulis laris, teman semua orang, mulai
runtuh. Marybeth memulai mengobati diri sendiri: beberapa sloki
minuman keras jernih yang ditakar dengan presisi absolut, cukup
untuk menghilangkan ketegangan tapi tetap waras. Rand, sebalik?
nya, benar-benar kehilangan kewarasan; aku nyaris mengharapkan
kepalanya akan terlonjak lepas dari bahunya di atas per mainan
jack in the box?cilukbaaaa! Kebiasaan sok ramah Rand sudah
berubah seperti orang sinting: Dia berusaha mengakrabkan diri
dengan siapa pun yang dia temui, merangkul para polisi, reporter,
sukarelawan. Dia terutama akrab dengan "liaison" kami di Days
Inn, anak canggung pemalu bernama Donnie yang sering Rand
candai dan diberitahu. "Ah, aku hanya mencandaimu, Donnie," kata
Rand, itu yang sedang dia lakukan dan Donnie akan menyengir
senang.
"Tidak bisakah anak itu mendapakan pengakuan dari tempat
lain?" aku mengeluh kepada Go pada malam sebelumnya. Dia bilang
aku hanya cemburu figur ayahku lebih menyukai orang lain.
Memang benar.
Marybeth menepuk-nepuk punggung Rand ketika kami berjalan
ke arah taman, dan aku berpikir betapa aku ingin seseorang me?
lakukan itu, hanya sentuhan singkat, dan aku tiba-tiba mengeluarkan
suara tercekat sekaligus isakan, erangan penuh tangis yang singkat.
Aku menginginkan seseorang, tapi aku tidak yakin apakah itu Andie
atau Amy.
"Nick?" kata Go. Dia mengangkat tangan ke arah bahuku, tapi
aku mengangkat bahu menjauhi tangan Go.
"Maaf. Wow, maaf untuk itu," kataku. "Ledakan emosi yang aneh,
sangat bukan Dunne."
"Tak masalah. Kita berdua mulai berantakan," kata Go dan ber?
paling. Sejak mengetahui situasiku?yang kami sepakati untuk
menyebut ketidaksetiaanku?Go menjadi sedikit menjauh, pan?
dangannya berjarak, wajahnya terus kelihatan merenung. Aku
berusaha keras untuk tidak membencinya.
Ketika kami memasuki taman, kru kamera ada di semua tempat,
bukan hanya stasiun lokal tetapi stasiun jaringan. Keluarga Dunne
dan Elliott berjalan di sepanjang garis terluar kerumunan, Rand
tersenyum dan mengangguk seperti seorang pejabat yang ber?
kunjung. Boney dan Gilpin muncul nyaris seketika, berjalan di
belakang kami seperti anjing penunjuk yang bersahabat; mereka
menjadi familier, seperti furnitur, dan itu jelas tujuannya. Boney
mengenakan pakaian yang sama yang dia pakai dalam acara publik
apa pun: rok hitam sopan, blus bergaris abu-abu, jepit rambut di
kedua sisi rambut lepeknya. Aku punya pacar namanya Bony
Moronie.... Malam itu udara panas; di bawah ketiak Boney ada wa?
jah keringat tersenyum. Dia menyengir kepadaku seolah kemarin,
tuduhan-tuduhan itu?itu tuduhan, bukan??tidak terjadi.
Pasangan Elliott dan aku berbaris menaiki tangga ke panggung
dadakan yang reyot. Aku menoleh ke belakang ke arah kembaranku
dan dia mengangguk ke arahku dan memeragakan orang bernapas
dalam-dalam, dan aku ingat aku harus bernapas. Ratusan wajah
berpaling ke arah kami, bersamaan dengan kamera yang berbunyi
klik dan berkilat. Jangan tersenyum, kataku kepada diri sendiri.
Jangan tersenyum.
Dari muka lusinan T-shirt Temukan Amy, istriku mengamatiku.
Go berkata aku harus berpidato ("Kau butuh dikesankan ma?
nusiawi, secepatnya") jadi aku melakukannya, aku berjalan ke
mikrofon. Benda itu terlalu pendek, setinggi perutku, dan aku ber?
gulat dengannya selama beberapa detik, dan mikrofon itu naik
hanya beberapa senti, kegagalan funsgi yang biasanya akan mem?
buatku berang, tetapi aku tidak bisa lagi berang di muka umum,
jadi aku menarik napas dan mencondongkan badan ke bawah dan
membaca kata-kata yang dituliskan saudaraku untukku: "Istriku,
Amy Dunne, sudah menghilang selama nyaris seminggu. Aku tidak
bisa menjelaskan penderitaan yang dirasakan keluarga kami,
lubang dalam di hidup kami yang muncul karena hilangnya Amy.
Amy adalah kekasih hidupku, dia jantung keluarga. Untuk orangorang yang belum pernah bertemu dengannya, dia lucu dan me?
mukau, dan baik hati. Dia bijaksana dan hangat. Dia orang yang
membantuku dan rekanku dalam setiap hal."
Aku menengadah melihat kerumunan dan, seperti sulap, melihat
Andie, ada ekspresi jijik di wajahnya, dan aku dengan cepat me?
natap catatanku lagi.
"Amy adalah wanita yang aku inginkan untuk bersama denganku
sampai tua dan aku tahu ini akan terjadi."
JEDA. NAPAS. JANGAN SENYUM. Go benar-benar menuliskan
kata-kata itu di kartu pidatoku. Terjadi terjadi terjadi. Suaraku
bergema melalui pengeras suara, bergulir mengarah ke sungai.
"Kami minta Anda menghubungi kami dengan informasi apa
pun. Kita menyalakan lilin malam ini dengan harapan Amy segera
pulang dengan selamat. Aku mencintaimu, Amy."
Aku terus mengedarkan pandangan ke semua tempat kecuali
Andie. Taman itu berkilau karena lilin-lilin. Seharusnya ada waktu
hening tetapi para bayi menangis dan satu pria tunawisma yang
terhuyung-huyung terus bertanya dengan suara lantang, "Hei, ini
acara apa? Untuk apa?" dan seseorang akan membisikkan nama
Amy, dan pria itu akan berkata lebih lantang, "Apa? Ini untuk apa?"
Dari tengah kerumunan, Noelle Hawthorne mulai berjalan maju,
kembar tiganya menempel padanya, satu di panggul, dua lainnya
berpegangan pada roknya, ketiganya terlihat amat mungil bagi pria
yang tidak menghabiskan waktu di sekitar anak-anak. Noelle me?
maksa kerumunan memecah untuk memberinya dan anak-anaknya
jalan, berderap lurus ke ujung podium, di mana dia menengadah
kepadaku. Aku memelototinya?wanita itu memfitnahku?dan
kemudian aku memperhatikan untuk kali pertama perutnya yang
membesar dan menyadari dia hamil lagi. Selama sedetik, mulutku
ternganga?empat anak berusia di bawah empat tahun, ya Tu?
han!?kemudian, wajah itu akan dianalisis dan diperdebatkan,
kebanyakan orang akan percaya itu aku yang marah dan takut se?
cara bersamaan.
"Hei, Nick." Suara Noelle tertangkap di mikrofon yang setengah
dinaikkan dan menggelegar ke kerumunan.
Aku mulai menggerapai mikrofon, tetapi tidak menemukan tom?
bol mati.
"Aku hanya ingin melihat wajahmu," katanya dan tangisnya me?
ledak. Isak tangis menggulir ke kerumunan, semua orang terserap.
"Di mana dia? Apa yang sudah kaulakukan pada Amy? Apa yang
sudah kaulakukan kepada istrimu!"
Istrimu, istrimu, suara Noelle bergema. Dua anaknya yang ter?
kejut mulai meraung-raung.
Noelle tidak bicara selama sedetik, dia menangis begitu hebat,
dia liar, marah, dan dia menyambar tiang mikrofon dan menyen?
takkan benda itu turun sejajar dengannya. Aku berpikir untuk
menyambar mikrofon kembali, tapi tahu aku tidak bisa melakukan
apa pun kepada wanita yang mengenakan terusan ibu hamil dan
membawa tiga balita. Aku mengamati kerumunan mencari Mike
Hawthorne?kendalikan istrimu?tetapi pria itu tidak kelihatan.
Noelle berbalik untuk bicara kepada kerumunan orang.
"Aku sahabat Amy!" Amy Amy Amy. Kata-kata itu membahana ke
seluruh taman bersamaan dengan raungan anak-anaknya. "Sekali?
pun aku berusaha sebaik mungkin, para polisi sepertinya tidak
menganggapku serius. Jadi aku membawa misi kita ke kota ini,
kota yang Amy cintai, yang balas mencintainya! Pria ini, Nick Dunne,
harus menjawab beberapa pertanyaan. Dia harus memberitahu
kita apa yang dia lakukan kepada istrinya!"
Boney berlari dari sisi panggung untuk menghampiri Noelle dan
wanita itu berbalik, dan tatapan keduanya berserobok. Boney
membuat gerakan memotong di lehernya dengan panik: Berhenti
bicara!
"Istrinya yang hamil!"
Dan tidak ada yang bisa melihat lilin lagi karena lampu kilat
kamera menjadi seperti kesurupan. Di sebelahku, Rand membuat
suara seperti balon yang berdecit. Di bawahku, Boney menekan
jari-jarinya di antara kedua alisnya seolah-olah menghambat sakit
kepala. Aku melihat semua orang dalam kilatan cahaya panik yang
menyala sesuai denyut jantungku.
Aku mencari Andie di kerumunan, melihatnya menatapku,
wajahnya merah muda dan berkerut, pipinya lembap, dan ketika
pandangan kami berserobok, dia mengatakan "Bajingan!" tanpa
suara dan terhuyung-huyung mundur melintasi orang-orang.
"Kita sebaiknya pergi." Saudaraku, tiba-tiba berada di sebelahku,
berbisik di telingaku, menarik lenganku. Kamera berkilat-kilat ke
arahku ketika aku berdiri seperti monster Frankenstein, ngeri dan
kesal akan obor yang dipegang warga desa. Byar, byar. Kami mulai
bergerak, berpencar menjadi dua kelompok: saudaraku dan aku
melarikan diri ke mobil Go, pasangan Elliott berdiri dengan rahang
ternganga, di panggung, ditinggal di belakang, selamatkan dirimu
sendiri. Para reporter menghunjamkan pertanyaan bertubi-tubi
kepadaku. Nick, apakah Amy hamil? Nick, kau kesal karena Amy
hamil? Aku, berjalan cepat keluar dari taman, menunduk seperti
menerjang hujan es: Hamil, hamil, hamil, kata itu berdenyut-denyut
di malam musim panas bersamaan dengan bunyi tonggeret.
Amy Elliott Dunne
15 Februari 2012
Catatan buku harian
Betapa anehnya sekarang ini. Aku harus berpikir seperti itu, ber?
usaha memeriksanya dari kejauhan: Ha-ha, betapa anehnya periode
ini ketika diingat kembali nanti, pastinya aku akan merasa geli
ketika aku delapan puluh, berpakaian warna lavendel pudar, figur
tergelak meneguk martini banyak-banyak, dan bukankah ini akan
jadi satu kisah? Kisah aneh mengerikan dari sesuatu yang berhasil
kulalui dengan selamat.
Karena ada sesuatu yang sangat mengerikan dan salah dengan
suamiku, aku yakin itu sekarang. Ya, dia berduka atas ibunya, tetapi
ini sesuatu yang berbeda. Itu terasa diarahkan kepadaku, bukan
kesedihan tapi... aku bisa merasakan dia mengawasiku kadangkadang, lalu aku menengadah dan melihat wajahnya berkerut jijik,
seperti dia menangkap basah aku melakukan sesuatu yang buruk,
bukannya hanya makan sereal pada pagi hari atau menyisir ram?
butku di malam hari. Dia begitu marah, tidak stabil, aku bertanyatanya apakah suasana hatinya berhubungan dengan sesuatu yang
bersifat fisik?salah satu alergi gandum yang membuat orang gila
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau koloni spora jamur yang sudah menyumbat otaknya.
Aku menuruni tangga pada suatu malam dan menemukan dia
di meja ruang makan, kepalanya di kedua tangan, menatap se?
tumpuk tagihan kartu kredit. Aku memperhatikan suamiku, sen?
dirian, di bawah cahaya lampu kandil. Aku ingin menghampirinya,
duduk dengannya dan memecahkan masalah ini seperti pasangan.
Tetapi aku tidak melakukannya, aku tahu itu akan membuatnya
marah. Kadang-kadang aku bertanya-tanya apakah itu akar ketidak?
sukaannya kepadaku: Dia membiarkanku melihat kekurangannya
dan dia membenciku karena mengetahui itu.
Dia mendorongku. Keras. Dua hari yang lalu, dia mendorongku
dan aku jatuh, kepalaku membentur konter di tengah dapur dan
aku tidak bisa melihat selama tiga detik. Aku benar-benar tidak
tahu harus berkata apa soal itu. Itu lebih mengejutkan daripada
menyakitkan. Aku memberitahunya aku bisa mencari pekerjaan,
sesuatu yang paruh waktu, jadi kita bisa membangun keluarga,
memiliki kehidupan yang sesungguhnya....
"Kausebut ini apa?" katanya.
Neraka penyucian, pikirku. Aku tetap diam.
"Kausebut ini apa, Amy? Heh? Kausebut ini apa? Ini bukan hidup,
menurut Miss Amazing?"
"Ini bukan bayanganku soal hidup," kataku dan dia mengambil
tiga langkah besar menuju diriku dan aku berpikir: Kelihatannya
dia akan.... Kemudian dia mendorongku keras-keras dan aku ter?
jatuh.
Kami berdua terenyak. Dia memegang tinjunya di tangan satunya
dan kelihatan seperti akan menangis. Dia lebih dari sekadar me?
nyesal, dia terperanjat. Tetapi ini yang ingin kujelaskan: Aku tahu
apa yang kulakukan, aku memaksanya kehilangan kesabaran. Aku
memperhatikan Nick menggulung lebih rapat dan lebih rapat
lagi?aku ingin dia akhirnya mengatakan sesuatu, melakukan se?
suatu. Bahkan jika itu buruk, bahkan jika itu yang terburuk, lakukan
sesuatu, Nick. Jangan tinggalkan aku di sini seperti hantu.
Aku hanya tidak menyadari dia akan melakukan itu.
Aku tidak pernah memikirkan apa yang akan kulakukan jika
suamiku menyerangku, karena aku belum pernah bergaul dengan
sesama istri yang dipukuli. (Aku tahu, film di saluran Lifetime, aku
tahu: Kekerasan melintasi semua penghalang sosioekonomi. Tetapi
tetap saja: Nick?) Aku terdengar gadungan. Hanya saja ini terkesan
benar-benar menggelikan: Aku istri yang dipukuli. Amazing Amy
dan Si Pelaku KDRT.
Nick meminta maaf sedalam-dalamnya. (Apakah orang melaku?
kan hal lain sedalam-sedalamnya selain meminta maaf? Mungkin
berkeringat.) Dia setuju untuk mempertimbangkan konseling, se?
suatu yang tidak pernah kubayangkan akan terjadi. Dan itu bagus.
Nick adalah orang yang sangat baik, dari lubuk hatinya, sehingga
aku bersedia untuk melupakan kejadian ini, percaya itu hanyalah
anomali yang gila, dibawa oleh tekanan yang melanda kami berdua.
Kadang-kadang aku lupa, sebanyak apa pun tekanan yang kurasa?
kan, Nick merasakannya juga: Dia menanggung beban membawaku
kemari, dia tertekan ingin aku si pengeluh bisa merasa puas, dan
untuk pria seperti Nick?yang sangat percaya akan kebahagiaan
sebagai hasil dari usaha sendiri?ini bisa membuatnya murka.
Jadi dorongan yang kuat, begitu cepat, kemudian selesai, itu saja
tidak membuatku takut. Yang membuatku takut adalah ekspresinya
ketika aku berbaring di lantai mengedip-ngedip, kepalaku ber?
denging. Ekspresi di wajahnya ketika dia menahan diri agar tidak
mendorongku lagi. Betapa dia ingin mendorongku lagi. Betapa sulit
untuk tidak melakukannya. Betapa mengerikan tatapannya kepada?
ku sejak saat itu: rasa bersalah dan jijik atas rasa bersalah itu. Se?
penuhnya jijik.
Ini bagian terkelam. Kemarin aku menyetir ke mal, di mana se?
tengah penduduk kota ini membeli narkoba dan itu semudah
membeli obat resep dokter; aku tahu karena Noelle memberitahuku:
Suaminya pergi ke sana untuk kadang-kadang membeli ganja. Aku
tidak mau ganja, aku ingin pistol, untuk berjaga-jaga. Seandainya
keadaan dengan Nick berjalan salah. Aku tidak menyadari hingga
aku nyaris tiba di sana bahwa hari itu adalah hari Valentine. Hari
itu Valentine dan aku akan membeli pistol kemudian memasakkan
makan malam untuk suamiku. Dan aku berpikir pada diri sendiri:
Ayah Nick benar soal dirimu. Kau jalang bodoh. Karena kalau kau
berpikir suamimu akan melukaimu, kau pergi. Tapi kau tidak bisa
meninggalkan suamimu, yang sedang meratapi ibunya yang mati.
Kau tidak bisa. Kau harus menjadi wanita yang menurut alkitab
adalah wanita yang amat buruk untuk melakukan itu, kecuali ada
hal yang benar-benar salah. Kau harus sangat yakin suamimu akan
melukaimu.
Tapi aku tidak yakin Nick akan melukaiku.
Aku hanya merasa lebih aman dengan sepucuk pistol.
Nick Dunne
Enam hari hilang
Go mendorongku ke dalam mobil dan mengemudikan mobil men?
jauhi taman. Kami melewati Noelle, yang sedang berjalan bersama
Boney dan Gilpin ke arah mobil polisi mereka, kembar tiga Noelle
yang didandani dengan hati-hati terhuyung-huyung berjalan di
belakang ibu mereka seperti pita layang-layang. Mobil kami ber?
decit melewati kerumunan massa: ratusan wajah, lukisan titik-titik
daging wajah penuh kemarahan diarahkan tepat kepadaku. Kami
melarikan diri, pada dasarnya. Teknisnya.
"Wow, itu sergapan," gumam Go.
"Sergapan?" ulangku, otakku masih tertegun.
"Kaupikir itu kecelakaan, Nick? Sundal Kembar Tiga itu sudah
memberikan pernyataan kepada polisi. Tidak ada soal kehamilan."
"Atau mereka menjatuhkan kejutan-kejutan besar satu per satu."
Boney dan Gilpin sudah mendengar istriku hamil dan memutus?
kan untuk menjadikan itu strategi. Mereka jelas percaya aku mem?
bunuhnya.
"Noelle akan ada di setiap saluran TV kabel selama minggu de?
pan, membahas soal kau pembunuh dan dia sahabat Amy yang
berjuang demi keadilan. Pelacur publisitas. Pelacur publisitas ke?
parat."
Aku menekankan wajahku ke jendela, badanku merosot di kursi?
ku. Beberapa mobil kru berita mengikuti kami. Kami di mobil tidak
berkata-kata, laju napas Go memelan. Aku mengamati sungai, ca?
bang pohon hanyut naik-turun ke selatan.
"Nick?" akhirnya Go bicara. "Apakah?eh.... Apa kau?"
"Aku tidak tahu, Go. Amy tidak mengatakan apa pun kepadaku.
Kalau hamil, kenapa dia memberitahu Noelle dan tidak memberi?
tahuku?"
"Kenapa dia berusaha mencari pistol dan tidak memberitahumu?"
kata Go. "Tidak ada yang masuk akal?"
Kami mundur teratur ke rumah Go?kru kamera akan mengerubungi
rumahku?dan segera setelah aku berjalan melalui pintu, ponselku
berdering, ponsel yang asli. Itu pasangan Elliott. Aku menarik na?
pas, masuk ke kamar lamaku, kemudian menjawab telepon.
"Aku harus bertanya kepadamu, Nick." Itu Rand, suara TV ber?
golak di latar belakang. "Aku minta kau memberitahuku. Apakah
kau tahu Amy hamil?"
Aku berhenti sejenak, berusaha menemukan cara yang benar
untuk merangkai kata-kata, kehamilan yang tidak mungkin terjadi.
"Jawab aku, sialan!"
Volume suara Rand membuatku bersuara bahkan lebih pelan.
Aku bicara dengan suara lembut menenangkan, suara yang me?
ngenakan kardigan. "Amy dan aku tidak berusaha untuk bisa hamil.
Dia tidak mau hamil, Rand, aku tidak tahu apakah dia akan pernah
hamil. Kami bahkan tidak... kami bahkan tidak sering berhubungan.
Aku akan... sangat terkejut kalau dia hamil."
"Noelle bilang Amy mengunjungi dokter untuk mengonfirmasi
kehamilannya. Polisi sudah memasukkan surat perintah pengadilan
untuk mendapatkan catatan medisnya. Kita akan tahu malam ini."
Aku menemukan Go di ruang duduk, sedang duduk dengan se?
gelas kopi dingin di meja kartu ibuku. Dia berpaling ke arahku
cukup untuk menunjukkan dia tahu aku di sana, tetapi dia tidak
membiarkanku melihat wajahnya.
"Kenapa kau terus berbohong, Nick?" tanya Go. "Keluarga Elliott
bukan musuhmu. Bukankah kau setidaknya memberitahu mereka
kau yang tidak ingin anak? Kenapa membuat Amy jadi orang jahat?
nya?"
Aku menelan rasa murka lagi. Perutku panas karena itu. "Aku
lelah, Go. Bangsat. Kita harus melakukan ini sekarang?"
"Kita akan menemukan waktu yang lebih baik?"
"Aku dulu ingin anak. Kami mencoba selama beberapa saat, tidak
berhasil. Kami bahkan mulai memikirkan perawatan kesuburan.
Tetapi kemudian Amy memutuskan dia tidak menginginkan anak."
"Kau bilang padaku kau tidak mau."
"Aku berusaha membuatnya terdengar lebih baik."
"Oh, keren, kebohongan yang lain," kata Go. "Aku tidak menyadari
kau begitu.... Apa yang kaukatakan, Nick, itu tidak masuk akal. Aku
ada di sana, saat makan malam untuk merayakan The Bar, dan
Mom salah paham, dia pikir kalian mengumumkan Amy hamil, dan
itu membuat Amy menangis."
"Yah, aku tidak bisa menjelaskan semua yang pernah Amy laku?
kan, Go. Aku tidak tahu kenapa, setahun keparat yang lalu, dia
menangis seperti itu. Oke?"
Go duduk tidak bicara, binar oranye lampu jalan menciptakan
halo semacam bintang rock di sekitar profil tubuhnya. "Ini akan
menjadi ujian sesungguhnya untukmu, Nick," gumam Go, tidak
menatapku. "Kau selalu bermasalah dengan kebenaran?kau selalu
membuat kebohongan kecil kalau kaupikir itu akan mencegah
pertengkaran sungguhan. Kau selalu memilih jalan yang mudah.
Kau bilang pada Mom kau pergi latihan bisbol ketika kau sebenar?
nya sudah keluar dari tim; kau bilang pada Mom kau pergi ke gereja
padahal kau ke bioskop. Itu semacam dorongan yang aneh."
"Ini sangat berbeda dari bisbol, Go."
"Ini amat berbeda. Tapi kau masih berbohong seperti anak kecil.
Kau masih putus asa membuat semua orang berpikir kau sempurna.
Kau tidak pernah mau menjadi orang jahatnya. Jadi kau mem?
beritahu orangtua Amy dia tidak ingin anak. Kau tidak memberi?
tahuku kau mengkhianati istrimu. Kau bersumpah kartu kredit
atas namamu itu bukan milikmu, kau bersumpah kau ada di pantai
sementara kau membenci pantai itu, kau bersumpah pernikahanmu
bahagia. Aku hanya tidak tahu harus percaya apa sekarang."
"Kau bercanda, kan?"
"Sejak Amy menghilang, yang kaulakukan hanyalah berbohong.
Itu mencemaskanku. Soal apa yang terjadi."
Suasana hening selama sesaat.
"Go, apa kau mengatakan yang kupikir kaukatakan? Karena kalau
ya, ada sesuatu yang mati di antara kita."
"Ingat permainan itu yang selalu kaumainkan dengan Mom
ketika kita masih kecil: Apa kau masih akan menyayangiku kalau?
Apa kau masih akan menyayangiku kalau aku memukul Go? Apa
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau masih akan menyayangiku kalau aku merampok bank? Apakah
kau masih akan menyayangiku kalau aku membunuh seseorang?"
Aku tidak mengatakan apa pun. Aku bernapas terlalu cepat.
"Aku masih akan menyayangimu," kata Go.
"Go, apakah kau benar-benar butuh aku mengatakannya?"
Dia tetap diam.
"Aku tidak membunuh Amy."
Dia tetap diam.
"Kau percaya padaku?" tanyaku.
"Aku menyayangimu."
Dia menaruh tangannya di bahuku dan pergi ke kamar tidurnya,
menutup pintu. Aku menunggu untuk melihat lampunya dinyalakan,
tetapi kamar itu tetap gelap.
Dua detik kemudian, ponselku berdering. Kali ini, ponsel cadangan
yang harus aku singkirkan dan tidak bisa karena aku harus selalu,
selalu, selalu menjawab telepon Andie. Sekali sehari, Nick. Kita
butuh bicara sekali sehari.
Aku menyadari aku mengertakkan gigiku.
Aku menarik napas.
Di ujung kota yang jauh ada reruntuhan benteng Old West yang
sekarang dijadikan taman yang tidak dikunjungi siapa pun. Yang
tersisa adalah menara penjaga dari kayu berlantai dua, dikelilingi
ayunan dan jungkat-jungkit berkarat. Andie dan aku bertemu di
sana sekali, saling menyentuh di dalam bayang-bayang menara
penjaga.
Aku memutari kota tiga kali dengan mobil lama ibuku untuk
meyakinkan aku tidak diikuti. Sinting untuk pergi sekarang?ini
belum jam sepuluh?tetapi aku tidak bisa berpendapat soal per?
temuan kami lagi. Aku harus bertemu denganmu, Nick, malam ini,
sekarang, atau aku bersumpah padamu, aku akan kehilangan ken?
dali. Ketika berhenti di benteng, aku terkejut oleh keterasingannya
dan apa makna hal itu: Andie masih mau menemuiku di tempat
sepi, gelap, aku si pembunuh istri hamil. Ketika berjalan ke arah
menara melewati rumput tebal yang bikin gatal, aku hanya bisa
melihat bentuk tubuh Andie di jendela mungil menara penjaga
kayu itu.
Dia akan menghancurkanmu, Nick. Aku berjalan dengan cepat
sesudah itu.
Sejam kemudian aku meringkuk di rumahku yang dikerubungi
wartawan, menunggu. Rand berkata, mereka akan tahu sebelum
tengah malam apakah istriku hamil. Ketika telepon berdering, aku
segera menyambarnya hanya untuk mendengar Comfort Hill ter?
kutuk yang menelepon. Ayahku melarikan diri lagi. Polisi sudah
diberitahu. Seperti biasa, mereka membuatnya terdengar seolah
olah aku yang berengsek. Kalau ini terjadi lagi, kami akan me?
nyudahi masa tinggal ayah Anda dengan kami. Aku merasakan hawa
dingin yang membuatku mual: Ayahku pindah bersamaku?dua
bajingan payah, pemarah?tentu akan menjadi komedi tentang
pertemanan paling buruk di dunia. Akhir ceritanya pastinya pem?
bunuhan-bunuh diri. Dung-tak-tak! Saatnya bunyi orang tertawa.
Aku baru menutup telepon, mengintip ke jendela belakang ke
arah sungai?tetap tenang, Nick?ketika aku melihat sosok me?
ringkuk di rumah perahu. Aku pikir itu pastinya reporter yang
terpisah tapi kemudian aku mengenali sesuatu dari tinju yang ter?
kepal dan bahu tegang itu. Comfort Hill berjarak sekitar tiga puluh
menit dengan berjalan kaki menyusuri River Road. Dia entah bagai?
mana mengingat rumah kami padahal dia tidak bisa mengingatku.
Aku pergi keluar ke kegelapan untuk melihat ayahku mengayun?
kan sebelah kaki di atas pinggiran sungai, menatap sungai. Dia
tidak terlalu kotor dan basah kuyup seperti sebelumnya, walaupun
dia masih berbau keringat menyengat.
"Dad? Apa yang kaulakukan di sini? Semua orang cemas."
Dia menatapku dengan mata cokelat gelap, mata yang tajam,
bukan berkabut dengan lapisan sewarna susu seperti orang tua
lainnya. Mata itu tentu tidak terlalu menggelisahkan kalau warna?
nya kabur.
"Dia bilang aku harus datang," bentaknya. "Gadis itu bilang aku
harus datang. Ini rumahku, aku bisa datang kapan pun aku mau."
"Kau jalan ke sini?"
"Aku bisa datang kapan saja. Kau mungkin benci padaku, tapi
dia sayang padaku."
Aku nyaris tertawa. Bahkan ayahku mencipta ulang hubungannya
dengan Amy.
Beberapa fotografer di halaman depanku mulai memotret. Aku
harus membawa ayahku kembali ke rumah. Aku bisa membayangkan
artikel yang mereka siapkan untuk disajikan bersama gambar
eksklusif ini: Ayah macam apa Bill Dunne, pria macam apa yang
dia besarkan? Ya Tuhan, kalau ayahku memulai salah satu pidato
panjang-lebarnya melawan jalang-jalang itu.... Aku menelepon
Comfort Hill, dan sesudah membujuk selama beberapa saat, mereka
mengirimkan petugas untuk menjemput ayahku. Aku membuat
pertunjukan mengantar ayahku dengan lembut ke mobil sedan,
bergumam menenangkan ketika para fotografer mengambil gambar
mereka.
Ayahku. Aku tersenyum ketika dia pergi. Aku berusaha mem?
buatnya seperti putra yang sangat bangga. Para reporter bertanya
apakah aku membunuh istriku. Aku sedang mundur teratur ke
rumah ketika satu mobil polisi berhenti.
Boney yang datang ke rumahku, dengan berani menghadapi
wartawan, untuk memberitahuku. Dia melakukannya dengan baik
hati, dengan suara lembut.
Amy hamil.
Istriku menghilang dengan bayi di dalam dirinya. Boney meng?
amatiku, menunggu reaksiku?menjadikannya bagian dari laporan
polisi?jadi aku memberitahu diriku, Bertindaklah dengan benar,
jangan gagalkan ini, bertingkahlah sebagaimana layaknya seorang
pria bertingkah ketika mendengar kabar ini. Aku menunduk ke
kedua tanganku dan bergumam, Ya Tuhan, ya Tuhan, ya Tuhan, dan
sementara aku melakukan ini, aku melihat istriku di lantai dapur
kami, tangannya di sekitar perutnya dan kepalanya hancur.
Amy Elliott Dunne
26 Juni 2012
Catatan buku harian
Aku tidak pernah merasa begitu hidup dalam hidupku. Hari ini
cerah, langit biru, burung-burung menjadi gila karena kehangatan
udara, sungai di luar menderu-deru, dan aku benar-benar hidup.
Takut, berdebar-debar, tapi hidup.
Pagi ini ketika aku bangun, Nick sudah pergi. Aku duduk di tem?
pat tidur menatap langit-langit, memperhatikan matahari berubah
keemasan sedikit demi sedikit, cucak biru bersiul tepat di luar
jendela kami, dan aku ingin muntah. Tenggorokanku mengejang
dan meregang seperti jantung. Aku memberitahu diriku aku tidak
akan muntah, kemudian aku lari ke kamar mandi dan muntah:
cairan getir dan air hangat dan kacang polong kecil yang menga?
pung. Ketika perutku mengejang dan mataku berair dan aku ter?
engah-engah menarik napas, aku mulai melakukan satu-satunya
hitungan yang dilakukan wanita yang sedang meringkuk di atas
toilet. Aku minum pil kontrasepsi, tetapi aku lupa sehari atau dua
hari?apa bedanya, aku 38 tahun, aku sudah mengonsumsi pil
kontrasepsi selama nyaris dua dekade. Aku tidak akan secara tidak
sengaja hamil.
Aku menemukan alat tes di belakang lemari kaca terkunci. Aku
harus melacak wanita bertampang cemas dan berkumis untuk
membukakan lemari itu, dan menunjuk alat tes yang aku inginkan
sementara dia menunggu dengan tidak sabar. Dia menyerahkannya
kepadaku dengan tatapan klinis dan berkata, "Semoga beruntung."
Aku tidak tahu apa yang akan menjadi keberuntungan: tanda
tambah atau minus. Aku menyetir pulang dan membaca petunjuk?
nya tiga kali dan aku memegang batang alat itu di sudut yang tepat
selama sekian detik, kemudian aku menaruhnya di pinggir wastafel
dan lari seolah-olah benda itu bom. Tiga menit, jadi aku menyalakan
radio dan tentu saja yang diputar lagu Tom Petty?apakah ada
waktu ketika kau menyalakan radio dan tidak mendengar lagu Tom
Petty??jadi aku menyanyikan setiap lirik American Girl kemudian
aku merayap kembali ke kamar mandi seolah-olah tes itu adalah
sesuatu yang harus kuhampiri pelan-pelan, jantungku berdetak
lebih cepat daripada yang seharusnya dan aku hamil.
Aku tiba-tiba berlari ke pekarangan musim panas dan menyusuri
jalan, menggedor pintu Noelle, dan ketika dia membukanya, tangis?
ku meledak dan aku menunjukkan alat tes itu dan berteriak, "Aku
hamil!"
Kemudian seseorang selain aku tahu, jadi aku merasa takut.
Setelah kembali ke rumah, aku punya dua pikiran.
Satu: Ulang tahun pernikahan kami minggu depan. Aku akan
menggunakan petunjuk-petunjuk sebagai surat cinta, buaian bayi
kayu antik cantik akan menunggu di akhir. Aku akan meyakinkan
dia kami ditakdirkan bersama. Sebagai keluarga.
Dua: Kuharap aku bisa mendapatkan pistol itu.
Aku merasa takut sekarang, kadang-kadang, ketika suamiku
pulang. Beberapa minggu lalu, Nick memintaku ikut naik rakit
dengannya, mengambang di arus sungai di bawah langit biru. Aku
memegang tonggak susuran tangga erat-erat ketika dia bertanya
ini kepadaku, aku berpegang teguh pada benda itu. Karena aku
membayangkan dia menggoyang-goyangkan rakit itu?main-main
awalnya, menertawakan kepanikanku, kemudian wajahnya jadi
tegang, bertekad, dan aku jatuh ke air, air cokelat berlumpur itu,
kasar penuh dengan batang kayu dan pasir, dan dia di atasku, me?
nahanku di bawah air dengan satu lengan kuat, hingga aku berhenti
meronta-ronta.
Aku tidak bisa menahannya. Nick menikahiku ketika aku masih
muda, kaya, cantik, dan sekarang aku miskin, penganggur, lebih
dekat ke empat puluh daripada tiga puluh; aku tidak sekadar cantik
lagi, aku cantik untuk wanita seusiaku. Itu kebenarannya: Nilaiku
berkurang. Aku bisa tahu dari cara Nick menatapku. Tetapi itu
bukan tampang pria yang tersungkur karena pertaruhan yang jujur.
Itu tampang pria yang merasa dicurangi. Tak lama itu akan menjadi
tampang pria yang terjebak. Dia mungkin bisa menceraikanku se?
belum bayi ini ada. Tetapi sekarang dia tidak akan pernah melaku?
kan itu sekarang, tidak Nick si Pria Baik. Dia tidak bisa menanggung
jika semua orang di kota yang mementingkan nilai keluarga percaya
Nick adalah pria yang akan mengabaikan istri dan anaknya. Dia
akan memilih tinggal dan menderita bersamaku. Menderita dan
membenci dan murka.
Aku tidak akan melakukan aborsi. Hari ini bayi ini berusia enam
minggu di perutku, sebesar kacang, dan sedang menumbuhkan
mata dan paru-paru dan telinga. Beberapa jam yang lalu, aku pergi
ke dapur dan menemukan wadah kedap udara berisi kacang kering
yang diberikan Maureen untuk membuat sup kesukaan Nick, dan
aku mengeluarkan sebutir kacang dan menaruhnya di konter.
Benda itu lebih kecil daripada kuku jari kelingkingku, mungil. Aku
tidak bisa meninggalkan kacang itu di permukaan konter yang
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dingin, jadi aku mengangkatnya dan menggenggamnya di telapak
tanganku dan mengelusnya dengan ujung jari perlahan-lahan. Se?
karang kacang itu ada di saku T-shirt-ku, jadi aku bisa menyimpannya
dekat denganku.
Aku tidak akan melakukan aborsi dan aku tidak akan mencerai?
kan Nick, tidak sekarang, karena aku masih bisa ingat bagaimana
dia menyelam ke laut pada satu hari musim panas dan berdiri de?
ngan tangannya, kakinya melambai-lambai keluar dari air, dan
melesat kembali ke atas air dengan kerang terbaik untukku, dan
aku membiarkan mataku silau karena cahaya matahari, dan aku
akan menutup mataku dan melihat warna-warni mengedip-ngedip
seperti rintik hujan di dalam kelopak mataku ketika Nick men?
ciumku dengan bibir asin dan aku berpikir, Aku begitu beruntung,
ini suamiku, pria ini akan menjadi ayah anak-anakku. Kami akan
sangat bahagia.
Tetapi aku bisa jadi salah, aku bisa jadi amat salah. Karena ka?
dang-kadang, cara dia menatapku? Si bocah lelaki manis dari
pantai, pria idamanku, ayah anak-anakku? Aku menangkap tatapan?
nya dengan mata yang penuh perhatian itu, mata serangga, penuh
perhitungan, dan aku berpikir: Pria ini mungkin akan membunuhku.
Jadi kalau kau menemukan ini dan aku mati, yah....
Maaf, itu tidak lucu.
Nick Dunne
Tujuh hari hilang
Sudah waktunya. Tepat pukul delapan pagi waktu Central, pukul
sembilan pagi waktu New York, aku mengangkat teleponku. Istriku
jelas hamil. Aku jelas adalah tersangka utama?satu-satunya. Aku
akan menyewa pengacara, hari ini, dan dia akan menjadi pengacara
yang sama sekali tidak kuinginkan namun amat kubutuhkan.
Tanner Bolt. Keharusan yang suram. Lihatlah saluran TV soal
hukum, acara-acara tentang kejahatan sungguhan, dan wajah
Tanner Bolt yang disemprot agar kecokelatan akan muncul, gusar
dan cemas sesuai dengan klien orang aneh apa pun yang dia wakili.
Dia menjadi terkenal pada usia 34 tahun karena mewakili Cody
Olse, pengusaha restoran di Chicago yang dituduh mencekik istri?
nya yang hamil tua dan membuang jasadnya ke tempat pembuangan
sampah. Anjing pelacak mayat melacak bau mayat di dalam bagasi
Mercedes Cody; penyelidikan atas laptopnya mengungkapkan
bahwa seseorang sudah mencetak peta ke tempat pembuangan
sampah terdekat pada pagi istri Cody menghilang. Bukan hal sulit
untuk dipecahkan. Pada saat Tanner Bolt selesai, semua orang?ke?
polisian, dua anggota geng West Side Chicago, penjaga keamanan
kelab yang punya dendam?terlibat kecuali Cody Olsen, yang me?
lenggang keluar gedung pengadilan dan membelikan koktail untuk
semua orang.
Dalam satu dekade setelah itu, Tanner Bolt dikenal sebagai
Hubby Hawk?si Pembela Suami, karena keahliannya menukik dan
menyambar kasus berprofil tinggi untuk mewakili pria-pria yang
dituduh membunuh istrinya. Dia sukses dalam separuh dari total
kasusnya, dan itu tidak buruk, mengingat kasus-kasusnya biasanya
memberatkan, si tertuduh biasanya sangat tidak disukai?tukang
selingkuh, narsis, sosiopat. Nama panggilan Tanner Bolt yang lain
adalah si Pembela Bajingan.
Aku punya janji pukul dua sore.
"Ini Marybeth Elliott. Tolong tinggalkan pesan dan saya akan segera
balas menelepon...." Dia mengatakannya dengan suara persis seperti
suara Amy. Amy, yang tidak akan segera balas menelepon.
Aku mengebut ke bandara untuk terbang ke New York dan ber?
temu dengan Tanner Bolt. Ketika aku meminta izin Boney untuk
pergi keluar kota, dia sepertinya merasa geli: Polisi tidak benarbenar melakukan itu. Itu hanya ada di TV.
"Hai, Marybeth, ini Nick lagi. Aku sangat ingin bicara denganmu.
Aku ingin memberitahumu... eh, aku benar-benar tidak tahu soal
kehamilan itu, aku sekaget kau sekarang... eh, aku juga menyewa
pengacara, cuma ingin kau tahu itu. Kurasa bahkan Rand sudah
menyarankan itu. Jadi, bagaimana pun... kau tahu aku buruk dalam
meninggalkan pesan. Aku harap kau meneleponku nanti."
Kantor Tanner Bolt ada di pusat kota, tidak jauh dari tempat aku
dulu bekerja. Lift membawaku naik 25 lantai, tetapi perjalanannya
begitu halus aku tidak yakin aku bergerak hingga telingaku pekak.
Di lantai 26, wanita berbibir terkatup rapat berambut pirang ber?
pakaian setelan bisnis rapi melangkah masuk. Dia mengetukngetukkan kaki dengan tidak sabar, menunggu pintu lift me?nutup,
kemudian membentakku, "Kenapa kau tidak menekan tombol
tutup?" Aku memberinya senyum yang kuberikan kepada wanita
pemarah, senyum santai saja, senyum yang Amy sebut "seringai
Nicky tersayang," kemudian si wanita itu mengenaliku. "Oh," kata?
nya. Dia kelihatan seolah-seolah sudah mencium sesuatu yang
tengik. Sepertinya dia merasa dibenarkan ketika aku terburu-buru
keluar di lantai kantor Tanner.
Pria ini yang terbaik, dan aku butuh yang terbaik, tapi aku juga
Lembah Nirmala Karya Khu Lung Pendekar Rajawali Sakti 207 Kekasih
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama