Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn Bagian 9
bersalah atau suami yang tidak memiliki emosi atau suami tidak
punya hati yang berselingkuh. Aku adalah pria yang dikenal semua
orang?pria yang pernah dilakoni banyak pria (dan wanita): Aku
berselingkuh, aku merasa amat buruk, aku akan melakukan apa
yang harus dilakukan untuk memperbaiki situasinya karena aku
pria sejati.
"Kita dalam posisi yang baik," ujar Tanner ketika kami beres-beres.
"Soal Andie itu tidak akan berjalan seburuk yang mungkin terjadi,
berkat wawancara dengan Sharon. Kita hanya harus berada di
depan semua hal mulai dari sekarang."
Go menelepon dan aku menjawab. Suaranya pelan dan bernada
tinggi.
"Polisi ada di sini dengan surat perintah menggeledah gudang...
mereka ada di rumah Dad juga. Mereka... Aku takut."
Go ada di dapur, merokok, ketika kami tiba, dan menilai dari begitu
banyak puntung di asbak era ?70-an yang norak, Go sedang meng?
habiskan bungkus keduanya. Seorang pemuda canggung, tidak
berbahu dengan rambut cepak dan seragam polisi duduk di sebelah
Go di salah satu bangku bar tinggi.
"Ini Tyler," kata Go. "Dia besar di Tennessee, dia punya kuda
bernama Custard?"
"Custer," kata Tyler.
"Custer, dan dia alergi kacang. Bukan kudanya, tapi Tyler. Oh,
dan otot bahunya koyak, cedera yang dialami pelempar bisbol,
tetapi dia tidak tahu bagaimana dia bisa cedera begitu." Go mengi?
sap rokoknya. Matanya berair. "Dia sudah di sini lama sekali."
Tyler berusaha memberiku tatapan tegas, berakhir dengan dia
memperhatikan sepatunya yang disemir baik.
Boney muncul lewat pintu kaca geser di bagian belakang rumah.
"Hari penting, anak-anak," katanya. "Kuharap kau mau repot-repot
memberitahu kami, Nick, bahwa kau punya pacar. Akan menghemat
banyak waktu kami."
"Kami akan dengan senang hati membahas itu, juga isi gudang
itu, keduanya akan kami ceritakan kepadamu," kata Tanner. "Se?
jujurnya, jika kau menghargai kami dan mengabari kami soal Andie,
ada banyak rasa sakit yang bisa dicegah. Tapi kau membutuhkan
konferensi pers itu, kau harus mendapatkan publisitas. Betapa
menjijikkan, untuk menempatkan gadis tersebut seperti itu."
"Baiklah," kata Boney. "Nah, gudang. Kalian semua mau ikut de?
nganku?" Dia berbalik, memimpin jalan di atas rumput akhir musim
panas yang jarang-jarang ke arah gudang. Ada jaring laba-laba
menempel di rambutnya seperti tudung gaun pernikahan. Dia
memberi isyarat tidak sabar ketika melihatku tidak bergerak meng?
ikuti. "Ayolah," katanya. "Tidak menggigit kok."
Gudang diterangi beberapa lampu portabel, membuat tempat
itu kelihatan lebih mengerikan.
"Kapan terakhir kali kau ke sini, Nick?"
"Aku ke sini baru sekali, ketika perburuan harta karun istriku
mengarahkanku ke sini. Tapi ini bukan barang-barangku dan aku
tidak menyentuh apa pun?"
Tanner memotong omonganku: "Klienku dan aku memiliki teori
baru yang eksplosif?" Tanner mulai, kemudian menghentikan
dirinya sendiri. Omongan palsu ala TV itu begitu buruk dan tidak
sesuai, kami semua mengernyit.
"Oh, eksplosif, sangat menarik," kata Boney.
"Kami baru akan mengabarimu?"
"Benarkah? Pemilihan waktu yang baik sekali," kata Boney. "To?
long berdiri di sana." Pintu gudang tergantung gontai di engselnya,
kunci yang rusak bergantung di sisinya. Gilpin ada di dalam, mem?
buat daftar barang-barang.
"Ini tongkat golf yang tidak kaumainkan?" kata Gilpin, mendo?
rong batang logam yang berkilau.
"Tidak ada satu pun benda ini milikku?tidak ada satu pun yang
ditaruh di sini olehku."
"Lucu sekali, karena semua benda di sini cocok dengan pem?
belian di kartu kredit yang juga bukan milikmu," bentak Boney. "Ini
seperti apa sebutannya, gua lelaki? Gua lelaki yang baru akan di?
bangun, hanya menunggu si istri pergi selamanya. Kau punya ke?
giatan di waktu senggang yang menyenangkan, Nick." Dia menarik
keluar tiga kardus besar dan menaruhnya di dekat kakiku.
"Apa ini?"
Boney membuka kardus itu dengan ujung jarinya sembari me?
rasa jijik sekalipun dia mengenakan sarung tangan. Di dalam kardus
itu ada DVD porno, daging dalam beragam warna dan ukuran tersaji
di sampul depannya.
Gilpin tergelak. "Aku harus memujimu, Nick, maksudku, seorang
pria punya kebutuhan?"
"Pria itu sangat visual, itu yang selalu dikatakan mantanku ketika
aku menangkap basah dirinya," kata Boney.
"Pria sangat visual, tapi Nick, benda-benda ini membuatku malu,"
kata Gilpin. "Ini juga membuatku sedikit mual, sebagian, dan aku
tidak gampang mual." Dia menyebarkan beberapa DVD seperti
tumpukan kartu yang buruk. Sebagian besar judulnya menyiratkan
kekerasan: Anal Seks Brutal, Oral Seks Brutal, Pelacur yang Diper?
malukan, Sanggama Sadis dengan Jalang, Jalang Diperkosa Beramairamai, dan seri berjudul Sakiti Si Sundal, volume 1-18, setiap DVD
menampilkan foto wanita-wanita mengernyit kesakitan sementara
pria-pria yang melotot, tertawa memasukkan benda ke dalam
wanita-wanita itu.
Aku berpaling.
"Oh, sekarang dia malu." Gilpin menyeringai.
Tapi aku tidak merespons karena melihat Go dibantu masuk ke
kursi belakang mobil polisi.
Kami bertemu sejam kemudian di kantor polisi. Tanner menyaran?
kan aku tidak melakukan itu?aku berkeras. Aku memohon kepada
ego ikonoklasme koboi rodeo jutawannya. Kami akan memberitahu?
kan yang sebenarnya kepada para polisi. Sekarang saatnya.
Aku bisa mengatasi mereka menghancurkanku?tapi tidak
saudaraku.
"Aku menyetujui ini karena kupikir penahananmu tidak bisa
dihindari, Nick, apa pun yang kita lakukan," kata Tanner. "Jika kita
membiarkan polisi tahu kita bersedia bicara, kita mungkin men?
dapatkan informasi yang mereka miliki untuk melawanmu. Tanpa
ada mayat, mereka akan sangat menginginkan pengakuan, jadi
mereka akan mencoba membuatmu kewalahan dengan bukti yang
ada. Dan itu mungkin akan cukup untuk memberi kita sesuatu guna
memulai pembelaan kita."
"Dan kita memberi mereka semuanya, benar?" kataku. "Kita beri
mereka petunjuk-petunjuknya dan boneka-boneka itu dan Amy."
Aku panik, sangat ingin berangkat?aku bisa membayangkan para
polisi sekarang membuat saudaraku panik di bawah lampu neon.
"Selama kau membiarkanku bicara," kata Tanner. "Kalau aku
yang membahas soal penjebakan ini, mereka tidak bisa memakai
itu untuk melawan kita di pengadilan... kalau kita maju dengan
pembelaan yang berbeda."
Aku cemas karena pengacaraku merasa kebenaran itu begitu
sungguh tidak bisa dipercaya.
Gilpin menemui kami di anak tangga kantor polisi, Coke di tangan?
nya, makan malam yang terlambat. Ketika dia berbalik untuk
mengarahkan kami ke dalam, aku melihat punggung yang basah
karena keringat. Matahari sudah lama terbenam, tapi kelembapannya
bertahan. Dia mengibaskan lengannya sekali, dan kemejanya
mengepak-ngepak dan melekat kembali ke kulitnya.
"Masih panas," katanya. "Seharusnya cuaca akan menjadi lebih
panas sepanjang malam ini."
Boney menunggu kami di ruang konferensi, ruangan yang di?
pakai pada malam pertama. Malam kejadian. Dia mengepang ram?
but lepeknya lekat dengan kulit kepala dan mengikatnya dengan
klip di belakang kepala dengan gaya yang sedikit menarik, dan dia
mengenakan lipstik. Aku bertanya-tanya apakah dia ada kencan.
Situasi mari bertemu sesudah tengah malam.
"Kau punya anak?" aku bertanya kepada Boney sambil menarik
kursi.
Dia kelihatan terkejut dan mengangkat satu jari. "Satu." Dia tidak
menyebutkan nama atau umur atau yang lain. Boney sedang dalam
kondisi siap bekerja. Dia ingin kami yang lebih dulu memulai.
"Kau lebih dulu," kata Tanner. "Ceritakan kepada kami apa yang
kaumiliki."
"Tentu," kata Boney. "Oke." Dia menyalakan perekam kaset, di?
keluarkan bersama dengan pendahuluan. "Nick, kau yakin kau tidak
pernah membeli atau menyentuh barang di gudang di properti
saudaramu."
"Itu benar," Tanner menjawab untukku.
"Nick, sidik jarimu ada di nyaris semua benda di dalam gudang
itu."
"Itu bohong! Aku tidak menyentuh apa pun, sama sekali tidak!
Kecuali hadiah ulang tahun pernikahanku, yang Amy taruh di
dalam."
Tanner menyentuh lenganku: Tutup mulut keparatmu.
"Nick, sidik jarimu ada di DVD porno, di tongkat golf, di wadah
jam tangan, dan bahkan ada di TV."
Kemudian aku melihatnya, betapa Amy akan menikmati ini: tidur
lelap, berpuas diri (yang aku banggakan kepadanya, aku yakin jika
Amy lebih santai, lebih sepertiku, insomnianya akan menghilang)
dibalikkan melawanku. Aku bisa melihatnya: Amy berlutut, deng?
kuranku memanaskan pipinya, ketika dia menekan ujung jariku di
banyak tempat selama berbulan-bulan. Dia bisa saja memasukkan
obat tanpa aku tahu. Aku ingat dia menatapku pada satu pagi ketika
aku bangun, rasa kantuk membuat bibirku kebas, dan dia berkata,
"Kau tidur seperti orang mati, kau tahu. Atau orang yang terbius."
Aku keduanya dan aku tidak tahu itu.
"Kau ingin menjelaskan soal sidik jari itu?" kata Gilpin.
"Ceritakan sisanya kepada kami," kata Tanner.
Boney menaruh agenda berlapis kulit setebal alkitab di meja di
antara kami, terbakar di sepanjang ujungnya. "Kau kenal benda
ini?"
Aku mengangkat bahu, menggeleng.
"Ini buku harian istrimu."
"Eh, tidak. Amy tidak menulis buku harian."
"Sebenarnya, Nick, dia melakukannya. Dia menulis selama tujuh
tahun," kata Boney.
"Oke."
Sesuatu yang buruk akan terjadi. Istriku sedang bertindak cerdas
lagi.
Amy Elliott Dunne
Sepuluh hari hilang
Kami mengemudikan mobilku di sepanjang perbatasan negara
bagian menuju Illinois, ke lingkungan yang cukup berbahaya di
kota dekat sungai yang kumuh, dan kami menghabiskan sejam
untuk membersihkan sidik jari, kemudian kami meninggalkan mo?
bil itu dengan kunci menempel di starter. Sebut saja ini lingkaran
pergulatan: pasangan dari Arkansas yang mengendarai mobil ini
sebelumku tampak mencurigakan; Amy Ozark jelas mencurigakan;
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semoga, beberapa orang miskin di Illinois akan sedikit menik?
matinya.
Kemudian kami menyetir kembali ke Missouri melewati bukitbukit bergelombang hingga aku bisa melihat di antara pepohonan,
Danau Hannafan berkilau. Karena Desi punya keluarga di St. Louis,
dia percaya kawasan ini adalah kawasan tua, tua Pantai Timur, tapi
dia salah. Danau Hannafan tidak dinamai dari seorang negarawan
abad kesembilan belas atau pahlawan Perang Sipil. Itu danau pri?
badi, dibuat dengan mesin oleh seorang pengembang kaya bernama
Mike Hannafan yang ternyata memiliki pekerjaan sampingan mem?
buang limbah berbahaya secara ilegal. Masyarakat yang kebi?
ngungan berusaha menemukan nama baru untuk danau mereka.
Danau Collings, aku yakin, sudah diajukan.
Jadi sekalipun ada danau yang direncanakan dengan baik?yang
bisa diarungi dengan kapal layar oleh beberapa warga terpilih tapi
tidak dengan perahu bermotor?dan rumah besar bergaya milik
Desi?ch?teu Swiss dengan skala Amerika?aku tetap tidak ter?
bujuk. Tapi itu yang selalu jadi masalah dengan Desi. Apakah kau
berasal dari Missouri atau bukan, jangan berpura-pura Danau
"Collings" adalah Danau Como.
Dia menyandar pada Jaguar-nya dan mengarahkan tatapan ke
rumah itu sehingga aku harus berhenti sejenak untuk mengapre?
siasinya juga.
"Kami merancang model rumah ini sesuai chalet kecil indah
tempat ibuku dan aku menginap di Brienzersee," katanya. "Satusatunya yang tidak kita miliki adalah rangkaian pegu?nungannya."
Itu perbedaan yang cukup besar, pikirku, tapi aku menyusupkan
tanganku di lengannya dan berkata, "Tunjukkan bagian dalamnya
kepadaku. Pasti menakjubkan."
Desi memberiku tur singkat?seperti tur berbayar 50 sen?dan
tertawa memikirkan 50 sen. Dapur seperti katedral?dengan granit
dan krom?ruang duduk dengan dua perapian yang mengarah ke
ruang terbuka (yang disebut orang Midwest sebagai dek) menatap
ke arah hutan dan danau. Ruang hiburan bawah tanah dengan meja
biliar, dart, sistem pengeras suara, bar dengan bak cuci, dan ruang
terbuka terpisah (yang disebut orang Midwest sebagai dek lainnya).
Ada sauna di luar ruang hiburan dan di sebelahnya adalah tempat
penyimpanan anggur. Di lantai atas, ada lima kamar tidur, kamar
tidur terbesar kedua diberikan Desi kepadaku.
"Aku mengecat ulang kamar ini," katanya. "Aku tahu kau suka
warna merah jambu gelap."
Aku tidak suka warna itu lagi; itu masa SMA. "Kau begitu baik
hati, Desi, terima kasih," kataku, dengan ucapan yang begitu tulus.
Ucapan terima kasihku selalu diucapkan dengan susah payah.
Sering kali aku tidak mengucapkannya sama sekali. Orang-orang
melakukan yang seharusnya mereka lakukan kemudian menunggu?
mu untuk memberi mereka penghargaan?mereka seperti pegawai
minuman yogurt beku yang menyodorkan cangkir untuk uang tip.
Tapi Desi menerima ucapan terima kasih seperti kucing yang
diusap-usap; punggungnya nyaris melengkung naik karena rasa
senang. Untuk sekarang itu sikap yang cukup bermakna.
Aku menaruh tasku di kamar, berusaha memberi tanda aku akan
beristirahat sekarang?aku harus melihat bagaimana reaksi orang
akan pengakuan Andie dan apakah Nick sudah ditahan?tapi se?
pertinya aku belum selesai sama sekali dengan ucapan terima
kasihku. Desi sudah memastikan aku akan selamanya berutang
budi padanya. Dia memberi senyum kejutan istimewa dan meraih
tanganku (aku punya sesuatu untuk ditunjukkan kepadamu) dan
menarikku kembali ke lantai bawah (aku benar-benar berharap
kau akan suka ini) ke selasar sesudah dapur (butuh kerja keras,
tetapi ini sangat layak dilakukan).
"Aku benar-benar berharap kau akan suka ini," katanya lagi dan
membuka pintu lebar-lebar.
Itu ruangan dari kaca, rumah kaca, aku menyadarinya. Di dalam
rumah kaca itu ada tulip, ratusan, beraneka warna. Tulip mekar di
tengah-tengah bulan Juli di rumah danau Desi. Di ruang istimewa
mereka untuk gadis yang sangat istimewa.
"Aku tahu tulip adalah bunga favoritmu, tapi musim mekarnya
begitu pendek," kata Desi. "Jadi aku memperbaikinya untukmu.
Mereka mekar sepanjang tahun."
Dia memeluk pinggangku dan mengarahkanku ke hadapan
bunga-bunga agar aku bisa mengapresiasi mereka sepenuhnya.
"Ada tulip setiap hari," kataku dan berusaha membuat mataku
berkaca-kaca. Tulip adalah bunga favoritku ketika SMA. Bunga itu
kesukaan semua orang, seperti gerbera daisy pada era akhir 80-an.
Sekarang aku suka anggrek, yang pada dasarnya adalah kebalikan
dari tulip.
"Akankah Nick memikirkan sesuatu seperti ini untukmu?" Desi
mengembuskan kata-kata itu ke telingaku seiring dengan goyangan
bunga tulip di bawah semprotan air mekanis dari atas.
"Nick tidak akan pernah ingat aku suka tulip," kataku, jawaban
yang tepat.
Itu tindakan yang manis, lebih dari manis. Ruangan bungaku
sendiri, seperti dongeng. Tapi aku merasa sedikit cemas: Aku me?
nelepon Desi baru 24 jam yang lalu, dan ini bukan bunga tulip yang
baru ditanam, dan kamar itu tidak berbau seperti baru dicat. Itu
membuatku bertanya-tanya: peningkatan dalam surat-suratnya
setahun terakhir ini, nada merayunya... berapa lama dia sudah
menunggu untuk membawaku kemari? Dan berapa lama dia pikir
aku akan tinggal di sini? Cukup lama untuk menikmati tulip yang
mekar setiap hari selama setahun.
"Astaga, Desi," kataku. "Ini seperti dongeng."
"Dongeng milikmu," katanya. "Aku ingin kau melihat hidup bisa
menjadi seperti apa."
Di dongeng-dongeng, selalu ada emas. Aku menunggunya untuk
memberiku setumpuk uang, kartu kredit tipis, sesuatu yang ber?
guna. Tur itu kembali memutari semua ruangan sehingga aku bisa
ber-ooh dan aah soal detail yang kulewatkan kali pertama, kemu?
dian kami kembali ke kamarku, kamar gadis kecil satin dan sutra,
merah muda dan penuh bantal, marshmallow dan permen kapas.
Ketika aku mengintip ke luar jendela, aku menyadari dinding tinggi
yang mengelilingi rumah ini.
Aku berujar tanpa berpikir, dengan gugup, "Desi, bisakah kau
meninggalkan sedikit uang untukku?"
Dia pura-pura bersikap terkejut. "Kau tidak butuh uang sekarang,
bukan?" katanya. "Kau tidak harus membayar uang sewa lagi; ru?
mah ini akan dipenuhi dengan makanan. Aku bisa membawakan
baju baru untukmu. Bukan berarti aku tidak menyukaimu dalam
gaya cewek toko umpanmu ini."
"Kurasa sedikit uang akan membuatku sedikit lebih nyaman.
Seandainya ada yang terjadi. Seandainya aku harus pergi dari sini
cepat-cepat."
Dia membuka dompetnya dan mengeluarkan dua lembar dua
puluh dolar. Dia menekan lembaran uang itu dengan lembut ke
tanganku. "Ini dia," katanya dengan nada memanjakan.
Aku bertanya-tanya saat itu apakah aku sudah membuat ke?
salahan yang amat besar.
Nick Dunne
Sepuluh hari hilang
Aku membuat kesalahan, merasa begitu sombong. Apa pun isinya,
buku harian itu akan menghancurkanku. Aku sudah bisa mem?
bayangkan sampul depan novel kejahatan sungguhan: foto hitamputih kami berdua pada hari pernikahan, latar belakang merah
darah, kelepak sampulnya: termasuk enam belas halaman foto yang
belum pernah dipublikasikan dan catatan buku harian Amy Elliott
Dunne?suara dari dalam kubur... aku merasa novel itu aneh dan
sedikit lucu, kesenangan Amy yang membuatnya merasa bersalah,
buku kejahatan sungguhan murahan yang kutemukan berserakan
di rumah kami. Kupikir mungkin dia ingin santai, mengizinkan
dirinya membaca buku-buku ringan.
Bukan. Dia cuma sedang belajar.
Gilpin menarik kursi, duduk dengan posisi kursi terbalik, dan
mencondongkan badan ke arahku dengan lengan terlipat?wajah?
nya seperti polisi di film-film. Saat itu nyaris tengah malam; rasanya
sudah lebih larut.
"Ceritakan kepada kami soal penyakit istrimu dalam beberapa
bulan terakhir ini," katanya.
"Penyakit? Amy tidak pernah sakit. Sekali setahun dia akan kena
flu, mungkin."
Boney mengangkat buku harian itu, membukanya pada halaman
yang ditandai. "Bulan lalu kau membuatkan Amy dan dirimu mi?
numan, duduk di beranda belakang, dia menulis di sini bahwa
minuman itu amat sangat manis dan menjelaskan yang dia pikir
adalah reaksi alergi: Jantungku berdebar-debar, lidahku kaku, me?
lekat ke bagian bawah mulutku. Kakiku menjadi lemas ketika Nick
membantuku menaiki tangga." Boney menaruh satu jari untuk me?
nandai tempat di buku harian itu, menengadah seolah-olah aku
mungkin tidak memperhatikan. "Ketika dia bangun keesokan
paginya: Kepalaku sakit dan perutku rasanya berminyak, tetapi lebih
aneh lagi, kuku jariku berwarna biru pucat, dan ketika melihat cer?
min, bibirku pun begitu. Aku tidak buang air kecil selama dua hari
sesudahnya. Aku merasa begitu lemah."
Aku menggeleng dengan rasa jijik. Aku sudah merasa dekat de?
ngan Boney; aku berharap lebih darinya.
"Apakah ini tulisan tangan istrimu?" Boney memiringkan buku
itu ke arahku dan aku melihat tinta hitam gelap dan tulisan tangan
Amy, tidak rata seperti grafik suhu tubuh yang demam.
"Ya, kurasa begitu."
"Begitu pun menurut ahli tulisan tangan kami."
Boney mengatakan kata-kata itu dengan kebanggaan tertentu
dan aku menyadari: Ini kasus pertama kedua orang ini sampai
membutuhkan ahli dari luar kepolisian, yang menuntut mereka
untuk berhubungan dengan profesi yang melakukan hal-hal eksotis
seperti menganalisis tulisan tangan.
"Kau tahu apa lagi yang kami ketahui, Nick, ketika kami me?
nunjukkan catatan yang ini kepada ahli medis kami?"
"Keracunan," ujarku tanpa berpikir. Tanner mengerutkan dahi
kepadaku: hati-hati.
Boney terbata-bata selama sedetik; ini bukan informasi yang
seharusnya kuberikan.
"Ya, Nick, terima kasih: keracunan cairan antibeku," kata Boney.
"Sesuai dengan teori. Dia beruntung dia selamat."
"Dia tidak selamat, karena itu tidak pernah terjadi," kataku. "Se?
perti yang kaubilang, itu sesuai dengan teori?itu dikarang dari
pencarian di Internet."
Boney mengerutkan dahi tapi menolak memakan umpanku.
"Buku harian ini tidak menggambarkanmu dengan baik, Nick,"
lanjutnya, satu jari menelusuri kepangannya. "Penyiksaan?kau
mendorong Amy. Stres?kau cepat marah. Hubungan seksual yang
mendekati pemerkosaan. Dia sangat takut kepadamu di akhir buku
ini. Menyakitkan untuk membacanya. Pistol yang kita selidiki se?
belumnya, dia bilang dia menginginkannya karena dia takut ke?
padamu. Ini catatan buku hariannya yang terakhir: Pria ini mungkin
membunuhku. Pria ini mungkin membunuhku, dengan kata-katanya
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sendiri."
Tenggorokanku mengejang. Aku merasa aku mungkin akan
muntah. Sebagian besar rasa takut, kemudian badai kemarahan.
Jalang keparat, jalang keparat, sundal, sundal, sundal.
"Betapa cerdas dan cocoknya catatan itu untuk dia gunakan
sebagai penutup," kataku. Tanner menaruh tangannya di tanganku
untuk mendiamkanku.
"Kau terlihat ingin membunuhnya lagi sekarang," kata Boney.
"Kau hanya berbohong kepada kami, Nick," kata Gilpin. "Kau
bilang kau ada di pantai pagi itu. Semua orang yang kami ajak
bicara berkata kau membenci pantai. Kau tidak tahu semua benda
yang dibeli dengan kartu kreditmu yang sudah mencapai batas
maksimum. Sekarang kami punya gudang penuh dengan barang
barang itu, dan ada sidik jarimu di semua benda itu. Kami punya
seorang istri yang menderita karena sesuatu yang kedengarannya
seperti keracunan cairan antibeku beberapa minggu sebelum dia
menghilang. Maksudku, yang benar saja." Gilpin berhenti sejenak
untuk memberi kesan.
"Ada yang lain?" tanya Tanner.
"Kami bisa menempatkanmu di Hannibal, di mana dompet istri?
mu muncul beberapa hari kemudian," kata Boney. "Kami punya
tetangga yang mendengar kalian bertengkar malam sebelumnya.
Kehamilan yang tidak kauinginkan. Bar yang dibuat dari pinjaman
uang istrimu yang akan dialihkan kepadanya jika kalian bercerai.
Dan tentu saja, tentu saja: pacar rahasia selama lebih dari setahun."
"Kami tidak bisa membantumu sekarang, Nick," kata Gilpin. "Se?
telah menahanmu, kami tidak bisa membantumu."
"Di mana kalian menemukan buku harian itu? Di rumah ayah
Nick?" tanya Tanner.
"Ya," kata Boney.
Tanner mengangguk kepadaku: Itu yang tidak kita temukan.
"Coba aku tebak: kisikan dari seseorang tanpa nama."
Kedua polisi itu tidak mengatakan apa pun.
"Bisakah aku bertanya di bagian mana di rumah itu kalian me?
nemukan buku hariannya?" tanyaku.
"Di perapian. Aku tahu kaupikir kau sudah membakarnya. Buku
itu terbakar, tetapi api awalnya terlalu lemah sehingga mati. Jadi
hanya ujung luar buku ini yang terbakar," kata Gilpin. "Kami sangat
beruntung."
Perapian?lelucon lain dari Amy! Dia selalu menyatakan ke?
heranannya pada betapa sedikit pemahamanku akan hal-hal yang
seharusnya dipahami para pria. Pada saat penyelidikan kami, aku
bahkan melirik ke arah perapian tua milik ayahku, dengan pipa,
kabel, dan keran, lalu mundur, merasa terintimidasi.
"Itu bukan keberuntungan. Kau memang diarahkan untuk me?
nemukannya," kataku.
Boney membiarkan sisi kiri mulutnya membentuk senyuman.
Dia bersandar dan menunggu, santai seperti bintang iklan es teh.
Aku memberi Tanner anggukan marah: Silakan.
"Amy Elliott Dunne masih hidup dan dia menjebak Nick Dunne
untuk pembunuhannya," kata Tanner. Aku menggenggam tanganku
dan duduk tegak, berusaha melakukan sesuatu yang akan mem?
beriku kesan masuk akal. Boney menatapku. Aku membutuhkan
cangklong, kacamata yang bisa aku lepaskan untuk memberi kesan,
satu set ensiklopedia di dekat sikuku. Aku merasa geli. Jangan
tertawa.
Boney mengerutkan dahi. "Kau bilang apa?"
"Amy hidup dan sehat, dan dia menjebak Nick," ulang per?
wakilanku.
Mereka bertukar pandang, membungkuk di atas meja: Kau bisa
percaya orang ini?
"Kenapa dia mau melakukan itu?" tanya Gilpin, menggosok
matanya.
"Karena dia membenci Nick. Jelas. Dia suami yang berengsek."
Boney menatap ke lantai, mengembuskan napas. "Aku jelas se?
tuju denganmu soal itu."
Pada saat yang sama, Gilpin berkata: "Oh, yang benar saja."
"Apakah Amy gila, Nick?" kata Boney, condong ke depan. "Apa
yang kaukatakan ini, ini gila. Kau dengar aku? Ini akan butuh,
berapa lama, enam bulan, setahun, untuk merancang semua ini.
Dia harus membencimu, menginginkan kau terluka?benar-benar
mendapatkan luka serius, mengerikan?selama setahun. Kau tahu
betapa sulitnya mempertahankan kebencian semacam itu untuk
waktu selama itu?"
Dia bisa melakukannya. Amy bisa melakukannya.
"Kenapa tidak menceraikanmu saja?" bentak Boney.
"Itu tidak akan sesuai dengan... rasa keadilannya," jawabku.
Tanner melemparkan pandangan ke arahku lagi.
"Ya Tuhan, Nick, kau tidak lelah dengan semua ini?" kata Gilpin.
"Kami punya bukti dalam kata-kata istrimu sendiri: Kurasa dia bisa
membunuhku."
Seseorang sudah memberitahu kedua polisi ini: Gunakan nama
tersangka sering-sering, itu akan membuatnya merasa nyaman,
dikenali. Ide yang sama dengan teknik penjualan.
"Kau datang ke rumah ayahmu akhir-akhir ini, Nick?" tanya
Boney. "Seperti tanggal 9 Juli?"
Bangsat. Itu alasannya Amy mengubah kode alarm. Aku bergulat
dengan gelombang rasa jijik baru akan diriku sendiri: istriku mem?
permainkanku dua kali. Bukan hanya dia menipuku hingga aku
percaya dia masih mencintaiku, dia sebenarnya memaksaku untuk
melibatkan diriku sendiri. Gadis terkutuk, amat terkutuk. Aku
nyaris tertawa. Ya Tuhan, aku membencinya, tapi kau harus me?
ngagumi jalang satu itu.
Tanner memulai: "Amy menggunakan petunjuk-petunjuknya
untuk memaksa klienku pergi ke beragam tempat ini, di mana dia
meninggalkan barang bukti?Hannibal, rumah ayahnya?jadi klien?
ku akan memberatkan dirinya sendiri. Klienku dan aku sudah
membawa petunjuk-petunjuk ini dengan kami. Sebagai tanda peng?
hargaan."
Dia mengeluarkan petunjuk dan surat cinta, melambai-lambai?
kan benda itu di depan para polisi seperti trik sulap kartu. Aku
bercucuran keringat sementara mereka membaca petunjuk itu,
menghendaki mereka menengadah dan memberitahuku semuanya
jelas sekarang.
"Oke. Kau bilang Amy sangat membencimu sehingga dia meng?
habiskan berbulan-bulan menjebakmu untuk pembunuhannya?"
tanya Boney dengan suara pelan, hati-hati seperti dari orangtua
yang kecewa.
Aku memberinya wajah tanpa ekspresi.
"Ini tidak terdengar seperti wanita yang marah, Nick," kata
Boney. "Dia sangat bersemangat untuk meminta maaf kepadamu,
menyarankan kalian berdua memulai kembali, memberitahumu
betapa dia mencintaimu: Kau hangat?kau matahariku. Kau brilian,
kau cerdas."
"Oh, yang benar saja."
"Sekali lagi, Nick, reaksi yang sangat aneh untuk pria yang tidak
bersalah," kata Boney. "Kita sekarang membaca kata-kata manis,
mungkin kata-kata terakhir istrimu kepadamu dan kau kelihatan
marah. Aku masih ingat malam pertama: Amy menghilang, kau
datang ke sini, kami menaruhmu di ruangan ini selama 45 menit,
dan kau kelihatan bosan. Kami mengawasimu di kamera pengawas,
kau tertidur."
"Itu tidak ada hubungannya dengan apa pun?" Tanner memulai.
"Aku berusaha untuk tetap tenang."
"Kau kelihatan amat sangat tenang," kata Boney. "Selama ini, kau
bertingkah... tidak sesuai. Tidak emosional, kurang ajar."
"Itu memang sifatku, kau tidak lihat itu? Aku stoic. Berlebihan.
Amy tahu ini.... Dia selalu mengeluhkan soal ini. Bahwa aku tidak
cukup simpatik, bahwa aku menghilang ke dalam diriku sendiri,
bahwa aku tidak bisa mengatasi emosi yang sulit?kesedihan, rasa
bersalah. Dia tahu aku akan kelihatan sangat mencurigakan.
Astaga! Bicaralah kepada Hilary Handy. Bicaralah dengan Tommy
O?Hara. Aku bicara kepada mereka! Mereka akan memberitahumu
seperti apa Amy itu."
"Kami sudah bicara kepada mereka," kata Gilpin.
"Dan?"
"Hilary Handy sudah mencoba bunuh diri dua kali dalam tahuntahun sejak SMA. Tommy O?Hara sudah masuk rehabilitasi dua
kali."
"Mungkin karena Amy."
"Atau mungkin karena mereka manusia yang sangat tidak stabil,
dan dilanda rasa bersalah," kata Boney. "Ayo kembali ke perburuan
harta karun ini."
Gilpin membaca Petunjuk 3 dengan suara datar yang disengaja.
Kaubawa aku ke sini agar aku bisa mendengarmu bicara
Tentang petualangan kanak-kanak: jins belel dan topi tudung
mata
Persetan dengan orang lain, untuk kita mereka tak dekat
Dan ayo curi ciuman... pura-pura kita baru terikat
"Kau bilang ini ditulis untuk memaksamu pergi ke Hannibal?"
kata Boney.
Aku mengangguk.
"Di sini tidak dikatakan Hannibal di mana pun," katanya. "Tulisan
ini bahkan tidak menyiratkannya."
"Topi tudung mata, itu lelucon antara kami berdua soal?"
"Oh, lelucon antarkalian berdua," kata Gilpin.
"Bagaimana dengan petunjuk selanjutnya, rumah cokelat kecil?"
tanya Boney.
"Untuk pergi ke rumah ayahku," kataku.
Wajah Boney berubah ketus lagi. "Nick, rumah ayahmu catnya
biru." Dia berpaling kepada Tanner dengan bola mata diputar: Ini
yang kauberikan kepadaku?
"Kedengarannya untukku kau mengarang ?lelucon antarkalian?
dalam petunjuk ini," kata Boney. "Maksudku, kau ingin membahas
soal yang pas: Kami menemukan kau pergi ke Hannibal, eh, tahutahu, petunjuk ini secara rahasia berarti pergi ke Hannibal."
"Hadiah terakhir ini," kata Tanner, menarik kotak ke meja, "bukan
petunjuk yang terlalu samar. Boneka Punch dan Judy. Seperti yang
kau tahu, aku yakin begitu, Punch membunuh Judy dan bayinya.
Ini ditemukan oleh klienku. Kami ingin memastikan kalian men?
dapatkannya."
Boney menarik kotaknya, memakai sarung tangan lateks, dan
mengangkat kedua boneka keluar. "Berat," katanya, "solid." Dia
memeriksa renda di baju boneka perempuannya, seragam warnawarni si boneka laki-laki. Boney mengangkat boneka itu, memeriksa
tongkat kayu tebal dengan lekukan jari.
Boney membeku, mengerutkan dahi, boneka laki-laki itu di
tangannya. Kemudian dia membalikkan si boneka perempuan se?
hingga roknya tersingkap.
"Tidak ada tongkat untuk yang satu ini." Dia berpaling kepadaku.
"Bukannya di sini seharusnya ada tongkat?"
"Bagaimana aku bisa tahu?"
"Tongkat seukuran lima kali sepuluh senti, sangat tebal dan
berat, dengan lekukan ke dalam untuk pegangan yang mantap?"
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bentaknya. "Tongkat seperti pentungan sialan?"
Dia menatap kepadaku dan aku bisa tahu apa yang dia pikirkan:
Kau senang bermain. Kau sosiopat. Kau pembunuh.
Amy Elliott Dunne
Sebelas hari hilang
Malam ini adalah wawancara Nick yang dipuja-puja dengan Sharon
Schieber. Aku akan menontonnya dengan sebotol anggur yang enak
sesudah mandi air panas, merekam wawancara itu pada saat yang
sama, jadi aku bisa mencatat kebohongannya. Aku ingin mencatat
semua yang berlebihan, setengah kebenaran, kebohongan, dan hal
tidak tahu malu yang dia katakan, agar aku bisa bersiap-siap me?
lawannya. Usahaku gagal sesudah wawancara blog itu?satu wa?
wancara mabuk yang terjadi tanpa dugaan!?dan aku tidak akan
membiarkan itu terjadi. Aku tidak akan melemah. Aku bukan orang
tolol. Tetap saja, aku bersemangat mendengar pikirannya soal
Andie karena sekarang dia sudah mengalah. Cerita versi Nick.
Aku ingin menonton wawancara itu sendirian, tapi Desi mem?
bayang-bayangiku seharian, mengambang masuk dan keluar
ruangan mana pun tempat aku berada, seperti cuaca buruk yang
tiba-tiba muncul, tidak bisa dihindari. Aku tidak bisa memintanya
pergi, karena ini rumahnya. Aku sudah mencobanya dan tidak ber?
hasil. Dia berkata dia ingin memeriksa pipa leding di bawah tanah
atau dia ingin memeriksa kulkas untuk melihat makanan apa yang
harus dibeli.
Ini akan terus berlanjut, pikirku. Seperti inilah hidupku nanti. Dia
akan muncul ketika dia mau dan tinggal selama dia mau, dia akan
bersusah payah mengajak mengobrol, kemudian dia akan duduk,
dan memintaku untuk duduk, dan dia akan membuka sebotol anggur
dan kami tiba-tiba makan bersama dan tidak ada cara menghenti?
kannya.
"Aku benar-benar lelah," kataku.
"Temanilah donaturmu sedikit lebih lama," jawabnya dan me?
nelusurkan satu jari ke lipatan di celananya.
Dia tahu soal wawancara Nick malam ini, jadi Desi pergi dan
kembali dengan semua makanan favoritku: keju Manchego dan
truffle cokelat dan sebotol Sancerre dingin, dan dengan alis ber?
kerut, dia bahkan membawakan Fritos keju-pedas yang mulai
kusukai ketika aku masih menjadi Amy Ozark. Desi menuangkan
anggurnya. Kami memiliki kesepakatan tak terkatakan tidak mem?
bahas bayi secara detail, kami tahu keguguran menurun di ke?
luargaku, betapa mengerikan bagiku untuk membahas hal itu.
"Aku tertarik mendengar apa yang akan dikatakan penjahat itu
soal dirinya," kata Desi. Desi jarang mengatakan bangsat atau ba?
jingan; dia mengatakan penjahat, yang terdengar lebih beracun di
bibirnya.
Sejam kemudian, kami sudah menyantap makan malam ringan
yang dimasak Desi dan menyesap anggur yang dibawa Desi. Dia
memberiku segigit keju dan berbagi satu truffle denganku. Dia
memberiku tepat sepuluh Fritos kemudian menyimpan kantongnya.
Dia tidak menyukai aromanya; itu membuatnya kesal, katanya, tapi
yang sebenarnya tidak dia sukai adalah berat badanku. Sekarang
kami bersisian di sofa, selimut rajutan lembut menutupi kami, ka?
rena Desi menurunkan suhu pendingin ruangan sehingga sekarang
musim gugur di bulan Juli. Kupikir dia melakukannya agar dia bisa
menyalakan api dan memaksa kami bersama di bawah selimut itu;
sepertinya dia memiliki visi Oktober tentang kami berdua. Dia
bahkan membawakanku hadiah?sweter ungu lembut untuk ku?
pakai?dan aku menyadari sweter itu cocok dengan selimut dan
sweter hijau gelap Desi.
"Kau tahu, sepanjang berabad-abad, pria-pria lemah menyakiti
wanita-wanita kuat yang mengancam maskulinitas mereka," kata
Desi. "Mereka memiliki psike yang begitu rapuh, mereka mem?
butuhkan kontrol itu...."
Aku memikirkan jenis kontrol yang berbeda. Aku berpikir
kontrol yang disamarkan sebagai perhatian. Ini sweter kalau udara
dingin, manisku, sekarang pakai itu dan cocokkan dirimu dengan
bayanganku.
Nick, setidaknya, tidak melakukan ini. Nick membiarkanku me?
lakukan yang aku inginkan.
Aku hanya ingin Desi duduk tenang dan diam. Dia gelisah dan
cemas, seolah-olah saingannya ada di ruangan ini bersama kami.
"Ssst," kataku ketika wajah cantikku muncul di layar, kemudian
foto lainnya, dan satu lagi, seperti daun jatuh, kolase Amy.
"Dia gadis yang didambakan semua gadis lain," kata suara
Sharon. "Cantik, brilian, menginspirasi, dan sangat kaya."
"Dia pria yang semua pria kagumi...."
"Tidak pria yang ini," gumam Desi.
"... tampan, lucu, cerdas, dan memesona."
"Tetapi pada 5 Juli, dunia mereka yang tampak sempurna hancur
berantakan ketika Amy Dunne menghilang pada ulang tahun per?
nikahan kelima mereka."
Ulangan ulangan ulangan. Foto aku, Andie, Nick. Foto stok alat
tes kehamilan dan tagihan yang tidak dibayar. Aku benar-benar
melakukan pekerjaan yang baik. seperti melukis mural dan me?
langkah mundur dan berpikir: Sempurna.
"Sekarang, secara eksklusif, Nick Dunne menghentikan kebisuan?
nya, bukan hanya soal peristiwa hilangnya istrinya tetapi mengenai
ketidaksetiaannya dan semua gosip itu."
Aku merasakan embusan kehangatan kepada Nick karena dia
mengenakan dasi favoritku yang kubelikan untuknya, yang dia pikir,
atau sebelumnya dia pikir, terlalu terang seperti warna perempuan.
Dasi itu berwarna ungu seperti burung merak yang membuat
matanya nyaris berwarna lembayung. Kekurangajarannya yang
penuh percaya diri hilang sebulan terakhir ini: Perut buncitnya
hilang, kemontokan di wajahnya hilang, dagunya tidak terlalu ter?
belah. Rambutnya dipangkas tapi tidak dipotong?aku membayang?
kan Go memangkas rambut Nick tepat sebelum dia mulai direkam,
memerankan peran Mama Mo, meributkan Nick, menggosok be?
berapa titik di dekat dagunya dengan ibu jari yang dibasahi ludah.
Nick memakai dasiku dan ketika dia mengangkat tangannya untuk
bergerak, aku melihat dia mengenakan jam tangan, Bulova Space?
view vintage yang kuhadiahkan kepadanya di ulang tahun ke-33nya, yang tidak pernah dia pakai karena itu bukan dia, walaupun
jam itu jelas-jelas dirinya.
"Dia sangat tertata untuk seorang pria yang berpikir istrinya
hilang," ujar Desi sinis. "Senang tahu dia tidak lupa manikur."
"Nick tidak akan pernah manikur," kataku, melirik ke kuku-kuku
Desi yang mengilap.
"Ayo langsung ke intinya, Nick," kata Sharon. "Apakah kau me?
miliki kaitan dengan peristiwa hilangnya istrimu?"
"Tidak. Tidak. Sama sekali, seratus persen tidak," kata Nick,
menjaga kontak mata yang terlatih. "Tapi biarkan aku mengatakan
ini, Sharon, aku sama sekali tidak bersalah atau bisa disalahkan,
atau suami yang baik. Kalau tidak begitu takut memikirkan Amy,
aku akan mengatakan ini hal yang baik, di satu sisi, dia menghi?
lang?"
"Maaf, Nick, tapi aku rasa banyak orang merasa sulit untuk per?
caya kau baru saja mengatakan itu ketika istrimu menghilang."
"Ini perasaan paling buruk, mengerikan di dunia, dan aku ingin
dia kembali lebih dari apa pun. Yang ingin aku katakan adalah
peristiwa ini sudah membuka mataku dengan brutal. Kau tidak
ingin percaya kau orang yang sangat buruk sehingga kau mem?
butuhkan sesuatu seperti ini untuk menyeretmu keluar dari ling?
karan egoismu dan menyadarkanmu akan fakta bahwa kau adalah
bajingan paling beruntung di dunia. Maksudku, aku memiliki wanita
ini yang setara denganku, lebih baik dariku, dalam segala hal, dan
aku membiarkan perasaan tidak amanku?soal kehilangan pe?
kerjaanku, soal tidak mampu menafkahi keluargaku, soal bertam?
bah tua?menyamarkan semua itu."
"Oh, yang benar?" Desi memulai dan aku mendiamkannya. Bagi
Nick untuk mengakui kepada dunia bahwa dia bukan pria baik
baik?itu kematian kecil dan bukan kematian semacam petite mort.
"Dan Sharon, biarkan aku mengatakannya. Biarkan aku me?
ngatakannya sekarang: Aku berselingkuh. Aku tidak menghormati
istriku. Aku tidak mau menjadi pria yang sekarang kujalani, tetapi
bukannya memperbaiki diriku, aku mengambil jalan keluar yang
mudah. Aku berselingkuh dengan wanita muda yang nyaris tidak
mengenalku. Agar aku bisa berpura-pura menjadi orang besar. Aku
bisa berpura-pura menjadi orang yang kumimpikan?cerdas dan
percaya diri dan sukses?karena wanita muda ini tidak tahu yang
lainnya. Gadis muda ini, dia belum pernah melihatku menangis di
handuk di kamar mandi tengah malam karena aku kehilangan
pekerjaanku. Dia tidak tahu semua kelemahanku dan kekuranganku.
Aku orang bodoh yang percaya bahwa aku tidak sempurna, istriku
tidak akan mencintaiku. Aku ingin menjadi pahlawan Amy, dan
ketika kehilangan pekerjaan, aku kehilangan harga diriku. Aku tidak
bisa menjadi pahlawan lagi. Sharon, aku tahu benar dan salah. Dan
aku hanya?hanya berbuat salah."
"Apa yang akan kaukatakan kepada istrimu, kalau dia mungkin
ada di luar sana, bisa melihat dan mendengarmu malam ini?"
"Aku akan berkata: Amy, aku mencintaimu. Kau wanita terbaik
yang pernah kukenal. Kau lebih dari yang layak kudapatkan dan
jika kau kembali, aku akan menghabiskan sisa hidupku menebus
kesalahanku kepadamu. Kita akan menemukan cara untuk melupa?
kan semua kengerian ini di belakang kita dan aku akan menjadi
pria terbaik di dunia untukmu. Kumohon pulanglah kepadaku,
Amy."
Selama sedetik, Nick meletakkan buku jari telunjuknya di be?
lahan dagunya, kode rahasia kami, yang kami lakukan dulu untuk
bersumpah kami tidak saling bohong?gaun itu sungguh kelihatan
baik, artikel itu benar-benar kuat. Aku sepenuhnya, seratus persen
tulus sekarang?aku akan mendukungmu dan aku tidak akan ma?
cam-macam denganmu.
Desi mencondongkan badannya ke depanku untuk memutus
kontak mataku dengan layar dan meraih Sancerre. "Mau anggur
lagi, Sayang?" katanya.
"Ssst."
Desi menghentikan acara itu sejenak. "Amy, kau wanita berhati
baik. Aku tahu kau rentan terhadap... permohonan. Tetapi semua
yang dia katakan itu bohong."
Nick mengatakan persis yang ingin kudengar. Akhirnya.
Desi pindah sehingga dia menatapku lurus-lurus, menghalangi
pandanganku sepenuhnya. "Nick sedang berakting baik. Dia ingin
kelihatan seperti pria baik yang sudah bertobat. Aku akui dia me?
lakukannya dengan sangat baik. Tapi itu tidak nyata?dia bahkan
belum menyebutkan soal memukulimu, menodaimu. Aku tidak
tahu kendali macam apa yang dimiliki pria ini padamu. Pastinya
ini semacam sindrom Stockholm."
"Aku tahu," kataku. Aku tahu persis apa yang harus kukatakan
kepada Desi. "Kau benar. Kau sepenuhnya benar. Aku belum merasa
begitu aman begitu lama, Desi, tapi aku masih... aku melihatnya...
dan aku melawan ini, tapi dia melukaiku... selama bertahun-tahun."
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mungkin kita sebaiknya tidak menonton ini lagi," katanya, me?
milin rambutku, mencondongkan badan terlalu dekat.
"Tidak, biarkan saja," kataku. "Aku harus menghadapi ini. Ber?
samamu. Aku bisa melakukan ini denganmu." Aku menaruh tangan?
ku di dalam genggaman Desi. Sekarang tutup mulut keparatmu.
Aku hanya ingin Amy pulang agar aku bisa menghabiskan sisa
hidupku menebus kesalahanku kepadanya, memperlakukannya
sesuai dengan yang pantas dia dapatkan.
Nick memaafkanku?aku menghancurkanmu, kau menghancur?
kanku, ayo berbaikan. Bagaimana kalau kodenya memang sung?
guhan? Nick menginginkanku kembali. Nick ingin aku kembali agar
dia bisa memperlakukanku dengan benar. Agar dia bisa menghabis?
kan sisa hidupnya memperlakukanku seperti yang seharusnya dia
lakukan. Kedengarannya cukup bagus. Kami bisa kembali ke New
York. Penjualan buku Amazing Amy akan melonjak tinggi sejak
lenyapnya diriku?tiga generasi pembaca ingat betapa mereka
mencintaiku. Orangtua rakus, bodoh, tidak bertanggung jawabku
akhirnya bisa membayar kembali dana perwalianku. Dengan bunga.
Karena aku ingin kembali ke kehidupan lamaku. Atau kehidupan
lamaku dengan uang lamaku dan Nick Baru-ku. Nick yang Men?
cintai-Menghormati-dan-Patuh. Mungkin dia sudah belajar. Mung?
kin dia akan menjadi seperti dia yang dulu. Karena aku sudah
berkhayal?terperangkap di kabin Ozark-ku, terperangkap di
kompleks istana Desi, aku punya banyak waktu untuk berkhayal
dan yang kukhayalkan adalah Nick pada awal waktu kami bersama.
Aku pikir aku akan mengkhayalkan Nick diperkosa di penjara, tapi
aku tidak melakukannya, tidak sering, akhir-akhir ini. Aku me?
mikirkan awal kebersamaan kami, ketika kami berbaring di tempat
tidur bersebelahan, kulit telanjang di kain katun sejuk, dan dia
menatapku, satu jari menelusuri rahangku dari dagu ke telinga,
membuatku menggeliat, gelitikan di cuping telingaku, kemudian
melewati lekuk-lekuk telingaku dan rambutku, kemudian dia akan
menggamit seikal rambut, seperti yang dia lakukan pertama kali
kami berciuman, dan menariknya hingga ke ujung dan menyentak?
kannya dua kali, dengan lembut, seperti sedang membunyikan bel.
Dan dia akan berkata, "Kau lebih baik daripada cerita apa pun, kau
lebih baik daripada apa pun yang bisa dikarang seseorang."
Nick membuatku menjejak bumi. Nick tidak seperti Desi, yang
membawakanku benda-benda yang kuinginkan (tulip, anggur)
untuk membuatku melakukan yang dia inginkan (mencintainya).
Nick hanya ingin aku bahagia, itu saja, sangat murni. Mungkin aku
salah melihat itu sebagai kemalasan. Aku hanya ingin kau bahagia,
Amy. Berapa kali dia mengatakan itu dan aku menganggapnya se?
bagai: Aku hanya ingin kau bahagia, Amy, karena itu berarti lebih
sedikit usaha untukku. Tapi mungkin aku tidak adil. Yah, bukan
tidak adil tetapi bingung. Tidak ada orang yang kucintai yang tidak
pernah punya agenda. Jadi bagaimana aku bisa tahu?
Memang benar. Harus ada situasi buruk ini bagi kami untuk
menyadarinya. Nick dan aku cocok bersama. Aku sedikit terlalu
banyak dan dia sedikit terlalu kurang. Aku semak berduri, mere?
mang karena perhatian berlebihan dari orangtuaku, dan dia pria
dengan sejuta luka tusuk kecil dari ayahnya, dan duri-duriku masuk
dengan pas dalam luka-luka itu.
Aku harus pulang kepada Nick.
Nick Dunne
Empat belas hari hilang
Aku bangun di sofa saudaraku dengan pengar yang luar biasa dan
keinginan kuat untuk membunuh istriku. Ini cukup umum di harihari sesudah Wawancara Buku Harian dengan para polisi. Aku
membayangkan menemukan Amy bersembunyi di suatu spa di
Pantai Barat, menyesap jus nanas di dipan, kewaspadaannya
mengambang jauh, sangat jauh, di atas langit biru sempurna, dan
aku, kotor, bau karena sudah menyetir amat jauh dengan terburuburu, berdiri di depan Amy, menghalangi sinar matahari hingga
dia menengadah, kemudian tanganku di sekitar leher sempurnanya,
dengan pembuluh nadi dan rongga dan denyut jantung yang awal?
nya berdetak cepat kemudian melambat ketika kami saling me?
natap dan akhirnya saling memahami.
Aku akan ditahan. Kalau tidak hari ini, besok; kalau tidak besok,
keesokan harinya. Aku yakin polisi membiarkanku pergi dari kantor
polisi adalah pertanda baik, tapi Tanner mematikan harapanku:
"Tanpa ada mayat, sulit untuk mendapatkan dakwaan. Mereka
hanya memastikan detailnya. Habiskan hari-hari ini melakukan
apa pun yang harus kaulakukan, karena sesudah kau ditahan, kita
akan sibuk."
***
Tepat di luar jendela, aku bisa mendengar gemuruh kru kamera?
orang-orang saling menyapa selamat pagi, seolah-olah mereka
sedang memasukkan kartu kehadiran di pabrik. Kamera membuat
bunyi klik-klik-klik seperti belalang yang gelisah, merekam bagian
depan rumah Go. Seseorang sudah membocorkan penemuan "gua
lelaki"-ku yang berisi barang-barang di rumah saudaraku, pena?
hananku yang pasti terjadi. Tidak satu pun dari kami yang berani
bahkan sekadar menyingkapkan tirai.
Go berjalan masuk ke ruang duduk mengenakan celana pendek
flanel dan T-shirt SMA Butthole Surfers-nya, laptopnya disangga
lengannya. "Semua orang membencimu lagi," katanya.
"Bangsat keparat."
"Semalam seseorang membocorkan informasi soal gudang, soal
dompet Amy, dan buku harian. Sekarang semuanya: Nick Pem?
bohong, Nick Pembunuh, Nick Pembunuh yang Berbohong. Sharon
Schieber baru saja memberi pernyataan bahwa dia sangat terkejut
dan kecewa dengan arah kasus ini. Oh, dan semua orang tahu soal
DVD porno itu?Bunuh Jalang-Jalang itu."
"Sakiti Jalang itu."
"Oh, maaf," kata Go. "Sakiti Jalang itu. Jadi Nick adalah Pembunuh
yang Berbohong dan juga Penggemar Seks Sadis. Ellen Abbott akan
jadi sinting. Dia wanita antipornografi sungguhan."
"Tentu saja begitu," kataku. "Aku yakin Amy sangat menyadari
itu."
"Nick?" kata Go dengan suara bangun dong. "Ini buruk."
"Go, tidak penting apa yang dipikirkan orang lain, kita harus
ingat itu," kataku. "Yang penting sekarang adalah apa yang di?
pikirkan Amy. Apakah dia melemah kepadaku."
"Nick. Kau benar-benar yakin dia bisa berubah secepat itu dari
amat membencimu menjadi jatuh cinta kepadamu sekali lagi?"
Itu ulang tahun kelima percakapan kami soal topik ini.
"Go, aku yakin. Amy bukan orang yang bisa mendeteksi omong
kosong. Kalau kau berkata dia kelihatan cantik, dia tahu itu fakta.
Kalau kau berkata dia brilian, itu bukan pujian, itu memang harus
dikatakan. Jadi ya, aku pikir sebagian besar dirinya benar-benar
percaya bahwa kalau aku bisa melihat kesalahan dalam diriku,
tentu saja aku akan mencintainya lagi. Karena kenapa tidak, demi
Tuhan?"
"Dan kalau ternyata dia bisa mendeteksi omong kosong?"
"Kau kenal Amy; dia butuh menang. Dia tidak kesal karena aku
berselingkuh, tetapi karena aku memilih orang lain dibandingkan
dia. Dia ingin aku kembali hanya untuk membuktikan dia peme?
nangnya. Tidakkah kau setuju? Hanya melihatku memohon kepada?
nya untuk kembali agar aku bisa memujanya dengan selayaknya,
itu akan sulit untuk dia tolak. Bukankah begitu menurutmu?"
"Kupikir itu ide yang lumayan," katanya dengan cara kau men?
doakan seseorang semoga beruntung di undian lotre.
"Hei, kalau kau punya ide yang lebih baik, silakan katakan."
Kami saling membentak seperti itu sekarang. Kami tidak pernah
begitu sebelumnya. Sesudah polisi menemukan gudang, mereka
mendera Go, dengan keras, seperti yang sudah diprediksi Tanner:
Apakah dia tahu? Apakah dia membantu?
Aku mengharapkan Go pulang malam itu, meluap-luap dengan
kata-kata umpatan dan kemarahan, tetapi yang kudapatkan hanya?
lah senyum malu ketika dia melewatiku masuk ke kamarnya di
rumah yang sudah dia gadaikan dua kali untuk membayar upah
Tanner.
Aku menempatkan saudaraku dalam bahaya finansial dan hukum
karena keputusanku yang buruk. Keseluruhan situasi ini membuat
Go geram dan aku merasa malu, kombinasi mematikan untuk dua
orang yang terjebak di ruangan kecil.
Aku mencoba subjek yang berbeda: "Aku berpikir soal menelepon
Andie karena sekarang?"
"Yah, itu cerdas sekali, Nick. Sesudah itu dia bisa kembali ke
Ellen Abbott?"
"Dia tidak masuk ke Ellen Abbott. Dia membuat konferensi pers
yang ditayangkan Ellen Abbott. Dia tidak jahat, Go."
"Dia membuat konferensi pers itu karena dia marah padamu.
Aku setengah berharap kau terus menidurinya."
"Bagus."
"Apa yang akan kaukatakan kepadanya?"
"Aku menyesal."
"Kau memang menyesal," gumam Go.
"Aku hanya?aku tidak suka bagaimana ini berakhir."
"Kali terakhir kau menemui Andie, dia menggigitmu," kata Go
dengan suara seperti orangtua yang berusaha terlalu sabar. "Kurasa
kalian berdua tidak memiliki hal lain untuk dikatakan. Kau ter?
sangka utama dalam penyelidikan kasus pembunuhan. Kau sudah
melepaskan kesempatan untuk putus hubungan dengan baik-baik.
Yang benar saja, Nick."
Kami mulai merasa muak pada satu sama lain, sesuatu yang
tidak pernah kubayangkan akan bisa terjadi. Ini lebih daripada
sekadar stres, lebih daripada kemarahan yang aku taruh di pintu
masuk Go. Selama sepuluh detik, baru seminggu lalu, ketika aku
membuka pintu gudang, mengharapkan Go untuk membaca pi?
kiranku seperti biasanya, dan yang Go baca adalah bahwa aku
sudah membunuh istriku: Aku tidak bisa melupakan itu, dan dia
pun tidak. Aku terkadang menangkap basah dia sedang menatapku
dengan tatapan dingin keras yang dia gunakan ketika menatap
ayah kami: hanya pria berengsek lain memenuhi ruangan. Aku
yakin aku menatap Go dengan tatapan menderita ayah kami: wanita
cantik lain yang membenciku.
Aku mengembuskan napas, berdiri, dan meremas tangannya,
dan dia balas meremas.
"Kurasa aku harus kembali ke rumah," kataku. Aku merasakan
gelombang rasa mual. "Aku tidak tahan lagi. Menunggu ditangkap,
aku tidak tahan."
Sebelum dia bisa menghentikanku, aku menyambar kunci,
mengayunkan pintu, dan kamera mulai menyala-nyala, teriakan
meledak dari kerumunan yang bahkan lebih besar daripada yang
kutakuti: Hei, Nick, kau membunuh istrimu? Hei, Margo, kau mem?
bantu saudaramu menyembunyikan bukti?
"Keparat kurang ajar," caci Go. Dia berdiri di sebelahku karena
solidaritas, dalam T-shirt Butthole Surfers-nya dan celana pendek.
Beberapa orang membawa poster protes. Seorang wanita dengan
rambut pirang berantakan dan kacamata hitam menggoyanggoyangkan papan poster: Nick, di mana AMY?
Teriakan itu bertambah keras, gila-gilaan, mengarah pada sau?
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
daraku: Margo, apakah saudaramu membunuh istrinya? Apakah
Nick membunuh istri dan bayinya? Margo, apa kau tersangka? Apa?
kah Nick membunuh istrinya? Apakah Nick membunuh bayinya?
Aku berdiri, berusaha bertahan, menolak membiarkan diriku
masuk kembali ke rumah. Tiba-tiba, Go merunduk di belakangku,
memutar keran di dekat anak tangga. Dia menyalakan slang air
dengan kecepatan maksimum?semburan kencang yang teratur?
dan menyiram semua juru kamera dan pengunjuk rasa dan jurnalis
cantik berpakaian setelan TV mereka, menyiram mereka seperti
binatang.
Dia memberiku tembakan perlindungan. Aku berlari ke mobilku
dan pergi, meninggalkan mereka basah kuyup di halaman depan,
Go tertawa nyaring.
***
Butuh sepuluh menit bagiku untuk memajukan mobilku dari jalan
masuk ke dalam garasi, sedikit demi sedikit maju dengan sangat
lambat, memisahkan lautan manusia yang berang?ada setidaknya
dua puluh pengunjuk rasa di depan rumahku, selain kru kamera.
Tetanggaku Jan Teverer adalah salah satu pengunjuk rasa. Dia dan
aku saling memandang, dan dia mengarahkan posternya kepadaku:
DI MANA AMY, NICK?
Akhirnya aku ada di dalam rumah, dan pintu garasi turun dengan
bunyi berdengung. Aku duduk di dalam udara panas ruang beton
itu, bernapas.
Semua tempat sekarang terasa seperti penjara?pintu membuka
dan menutup dan membuka dan menutup, dan aku tidak pernah
merasa aman.
Aku menghabiskan sisa hariku membayangkan bagaimana aku
akan membunuh Amy. Hanya itu yang bisa kupikirkan: mencari
cara untuk membunuhnya. Aku menghantam otak Amy yang selalu
sibuk. Aku harus memuji Amy: Aku mungkin sudah terlelap selama
beberapa tahun terakhir, tapi sekarang aku sangat terjaga. Aku
kembali hidup, seperti dulu pada awal masa pernikahan kami.
Aku ingin melakukan sesuatu, membuat sesuatu terjadi, tapi
tidak ada yang bisa dilakukan. Walaupun malam sudah larut, kru
kamera sudah pergi, aku tidak bisa mengambil risiko pergi dari
rumah. Aku ingin berjalan-jalan. Aku akhirnya hanya mondarmandir. Sarafku terpuntir tegang dan berbahaya.
Andie mengkhianatiku, Marybeth berbalik melawanku, Go ke?
hilangan begitu banyak keyakinan. Boney menjebakku. Amy meng?
hancurkanku. Aku menuangkan minuman. Aku menenggak mi?
numan itu, menguatkan genggaman pada lekukan gelas, kemudian
melontarkan gelas itu ke dinding, memperhatikan gelas pecah se?
perti kembang api, mendengar bunyi kaca hancur dengan nyaring,
menghirup awan bourbon. Amarah di kelima indra. Jalang-jalang
keparat itu.
Aku sudah mencoba seumur hidupku menjadi pria baik, pria
yang mencintai dan menghormati wanita, pria tanpa masalah
emosional. Dan sekarang aku di sini, memikirkan hal-hal buruk
soal saudara kembarku, soal ibu mertuaku, soal simpananku. Aku
membayangkan menghancurkan tengkorak kepala istriku.
Ketukan terdengar di pintu, hantaman duk-duk-duk yang keras
dan berang yang mengguncangku keluar dari otakku yang ber?
mimpi buruk.
Aku membuka pintu, menyentakkannya lebar-lebar, menyambut
kemurkaan dengan kemurkaan.
Ayahku, berdiri di ambang pintu seperti momok mengerikan
yang dipanggil datang oleh kebencianku. Dia bernapas terengah
engah dan bercucuran keringat. Lengan bajunya koyak dan ram?
butnya berantakan, tapi matanya memiliki kewaspadaan kelam
seperti biasa yang membuatnya tampak waras dan keji.
"Wanita itu di sini?" bentaknya.
"Siapa, Dad, yang kaucari?"
"Kau tahu siapa." Dia mendorongku untuk melewatiku, berderap
melintasi ruang duduk, meninggalkan jejak berlumpur, tangannya
terkepal, daya gravitasi menariknya maju, memaksanya untuk terus
berjalan atau terjatuh, menggumamkan jalangjalangjalang. Dia
berbau mint. Mint sungguhan, bukan buatan, dan aku melihat noda
hijau di celana panjangnya, seolah-olah dia baru saja menginjaknginjak kebun seseorang.
Jalang kecil jalang kecil, gumamnya terus. Melintasi ruang makan,
masuk ke dapur, menyalakan lampu. Seekor serangga air merayap
di dinding.
Aku mengikutinya, berusaha untuk menenangkannya, Dad, Dad,
kenapa kau tidak duduk, Dad, kau ingin minum, Dad.... Dia melang?
kah menuruni tangga dengan entakan, gumpalan lumpur rontok
dari sepatunya. Tanganku mengepal membentuk tinju. Tentu saja
bajingan ini akan muncul dan membuat segalanya lebih buruk.
"Dad! Terkutuk, Dad! Tidak ada orang di sini kecuali aku. Hanya
ada aku." Dia menyentakkan pintu kamar tamu hingga terbuka,
kemudian kembali ke ruang duduk, mengabaikanku?"Dad!"
Aku tidak mau menyentuhnya. Aku takut aku akan memukulnya.
Aku takut aku akan menangis.
Aku menghalanginya ketika dia mencoba ke lantai atas, ke kamar
tidur. Aku menaruh satu tangan di dinding, satu tangan di pegangan
tangga?barikade manusia. "Dad! Lihat aku."
Kata-katanya tersembur keluar dengan penuh kemarahan. "Beri?
tahu dia, beritahu jalang jelek kecil itu, ini belum selesai. Dia tidak
lebih baik dariku, kauberitahu dia. Dia tidak terlalu bagus untukku.
Dia tidak bisa punya suara. Jalang jelek itu harus belajar?"
Aku bersumpah melihat warna putih membutakan selama se?
detik, momen kesadaran penuh yang menggelegar. Aku tidak lagi
berusaha menghalangi suara ayahku sekali itu dan membiarkan
suaranya berdenyut di dalam telingaku. Aku bukan pria macam
itu: Aku tidak membenci dan menakuti semua wanita. Aku miso?
ginis kepada satu wanita saja. Jika aku membenci Amy, memfokus?
kan seluruh kemarahan dan kemurkaan dan racunku kepada satu
wanita yang layak mendapatkannya, itu tidak membuatku menjadi
seperti ayahku. Itu membuatku waras.
Jalang keparat jalang keparat.
Aku menyambar lengan ayahku, dengan keras, dan menggiringnya
ke dalam mobil, membanting pintu mobil. Dia mengulang-ulang
mantranya sepanjang jalan ke Comfort Hill. Aku parkir di jalan
masuk ambulans dan berjalan ke sisi di mana ayahku duduk, meng?
ayunkan pintunya hingga terbuka, menyentakkan lengan ayahku
hingga dia keluar dari mobil, dan menuntunnya hanya sampai ke
balik pintu.
Kemudian aku berbalik dan pulang ke rumah.
Jalang keparat jalang keparat.
Tetapi tidak ada yang bisa kulakukan kecuali memohon. Istri
jalangku tidak meninggalkanku apa pun selain penis malangku di
tanganku, memohon kepadanya untuk pulang. Media cetak, inter?
net, TV, apa pun, satu-satunya yang bisa kuharapkan adalah istriku
melihatku berperan sebagai suami yang baik, mengatakan kata-kata
yang selalu dia ingin dengar dariku: penyerahan diri, sepenuhnya.
Kau benar dan aku salah, selalu. Pulanglah kepadaku (kau sundal
keparat). Pulanglah agar aku bisa membunuhmu.
Amy Elliott Dunne
Dua puluh enam hari hilang
Desi di sini lagi. Dia di sini nyaris setiap hari sekarang, tersipu-sipu
di seputar rumah, berdiri di dapur ketika matahari terbenam
menyinari profil tubuhnya sehingga aku bisa mengaguminya, me?
narik tanganku ke ruangan tulip sehingga aku bisa mengucapkan
terima kasih lagi kepadanya, mengingatkanku betapa aman dan
dicintainya diriku.
Desi bilang aku aman dan dicintai sekalipun dia tidak mem?
biarkanku pergi, yang tidak membuatku merasa aman dan dicintai.
Dia tidak meninggalkan kunci mobilnya untukku. Tidak juga kunci
rumah atau kode keamanan pagarnya. Aku benar-benar tawanan?
pagarnya setinggi lebih dari empat meter, dan tidak ada tangga di
rumah ini (aku sudah mencari). Aku bisa, kurasa, menyeret be?
berapa furnitur ke tembok, menumpuk benda-benda itu, dan me?
manjat, menjatuhkan diri ke sisi seberang, terpincang-pincang atau
merangkak menjauh, tapi bukan itu intinya. Intinya, aku adalah
tamu Desi yang dihargai, dicintai, dan seorang tamu se?harusnya
bisa pergi ketika dia ingin pergi. Aku membahas masalah ini
beberapa hari yang lalu. "Bagaimana kalau aku harus pergi. Se?
cepatnya?"
"Mungkin aku harus pindah ke sini," bantah Desi. "Kalau begitu
aku bisa ada di sini setiap saat dan memastikan kau aman, dan
kalau ada yang terjadi, kita bisa pergi bersama."
"Bagaimana jika ibumu curiga dan datang kemari dan kau ke?
tahuan menyembunyikanku? Itu akan jadi buruk sekali."
Ibunya. Aku akan mati jika ibunya datang kemari, karena dia
akan segera melaporkanku. Wanita itu membenciku, semua karena
insiden waktu SMA?sudah begitu lama dan dia masih mendendam.
Aku mencakar wajahku dan memberitahu Desi ibunya menyerangku
(wanita itu begitu posesif dan begitu dingin kepadaku, dia mungkin
saja melakukannya). Mereka tidak bicara selama sebulan. Jelas,
mereka sudah berbaikan.
"Jacqueline tidak tahu kode pagarnya," katanya. "Ini rumah
danauku." Dia berhenti sejenak dan berpura-pura berpikir. "Aku
benar-benar harus pindah kemari. Tidak sehat bagimu untuk sen?
dirian berjam-jam."
Tetapi aku tidak sendirian, tidak sesering itu. Kami memiliki
rutinitas yang terbangun hanya dalam dua minggu. Itu rutinitas
yang dimandatkan oleh Desi, penawanku yang berkelas, pelayanku
yang dimanjakan. Desi tiba tak lama sesudah tengah hari, selalu
beraroma makan siang mahal yang dia santap dengan Jacqueline
di restoran berlinen putih, jenis restoran yang akan dikunjunginya
bersamaku kalau kami pindah ke Yunani. (Ini opsi lain yang ber?
ulang kali dia sebutkan: Kami bisa pindah ke Yunani. Entah kenapa,
dia percaya aku tidak akan pernah dikenali di desa nelayan kecil
di Yunani tempat dia sering berlibur musim panas, dan tempat aku
tahu dia membayangkan kami menyesap anggur, bercinta dengan
malas di senja hari, perut kami penuh hidangan gurita.) Dia ber?
aroma makan siang ketika dia masuk ke rumah, dia menguarkan
aroma itu. Pastinya dia mengoleskan hati angsa di belakang telinga?
nya (sama seperti ibunya yang selalu beraroma sedikit seperti
vagina?makanan dan seks, aroma keluarga Collings, bukan strategi
yang buruk).
Dia masuk ke rumah dan membuat mulutku penuh air liur.
Aroma itu. Dia membawakanku hidangan yang lezat, tapi tidak
selezat yang dia makan: Dia sedang membuatku kurus, dia selalu
lebih senang pacar-pacarnya kurus seperti anak telantar. Jadi dia
membawakanku belimbing hijau yang nikmat dan artichoke yang
berduri dan kepiting yang menyulitkan, makanan apa pun yang
membutuhkan persiapan yang rumit dengan hasil yang tidak se?
berapa. Aku nyaris kembali ke berat badanku yang biasa, dan
rambutku sudah memanjang. Aku mengikatnya dengan ikat rambut
yang dia belikan untukku, dan aku sudah mengecatnya kembali
pirang, berkat cat rambut yang juga dia bawakan untukku: "Kupikir
kau akan merasa lebih baik akan dirimu sendiri ketika kau mulai
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlihat seperti dirimu, Manis," katanya. Ya, ini soal kebaikan diriku,
bukan fakta bahwa dia ingin aku kelihatan persis seperti aku se?
belumnya. Amy sekitar tahun 1987.
Aku menyantap makan siang sembari dibayang-bayangi Desi
yang menunggu pujian. (Tidak ingin harus mengatakan kata-kata
itu?terima kasih?lagi. Aku tidak ingat Nick pernah berhenti untuk
membiarkanku?memaksaku?berterima kasih kepadanya.) Aku
menyelesaikan makan siangku dan dia membereskannya sebaik
yang dia tahu. Kami dua orang yang tidak terbiasa bersih-bersih
sendiri; rumah ini mulai kelihatan seperti sudah ditinggali begitu
lama?noda aneh di permukaan konter, debu di pinggiran jendela.
Makan siang selesai, Desi bermain-main denganku sejenak:
rambutku, kulitku, pakaianku, pikiranku.
"Lihat dirimu," Desi akan berkata, menyelipkan rambutku di
belakang telinga seperti yang dia sukai, membuka satu kancing
dan melonggarkan bagian leher kemejaku sehingga dia bisa me?
natap relung di tulang selangka. Dia menaruh satu jari di dekik
kecil itu, mengisi ruangnya. Ini cabul. "Bagaimana bisa Nick me?
lukaimu, tidak mencintaimu, mengkhianatimu?" Desi terusmenerus membahas poin-poin itu, menusuk-nusuk memarku de?
ngan kata-kata. "Bukankah akan menyenangkan untuk melupakan
Nick, lima tahun mengerikan itu, dan melanjutkan hidup? Kau pu?
nya kesempatan itu, kau tahu, memulai kembali dengan pria yang
tepat. Berapa banyak orang bisa mengatakan itu?"
Aku ingin memulai kembali dengan pria yang tepat, Nick yang
Baru. Keadaannya sekarang buruk bagi Nick, berbahaya. Hanya aku
yang bisa menyelamatkan Nick dari diriku. Tapi aku terjebak.
"Kalau kau pergi dari sini dan aku tidak tahu di mana kau berada,
aku harus melapor polisi," katanya. "Aku tidak akan punya pilihan.
Aku harus memastikan kau aman, bahwa Nick tidak... menyekapmu
di suatu tempat dengan paksaan. Menodaimu."
Ancaman yang disamarkan menjadi perhatian.
Aku menatap Desi dengan rasa jijik terang-terangan sekarang.
Terkadang aku merasa kulitku pasti panas dengan rasa muak dan
usaha untuk menahan kemuakan itu agar tersembunyi. Aku lupa
soal Desi. Manipulasi, persuasi lembutnya, intimidasi yang halus.
Seorang pria yang merasa bersalah itu erotis. Dan jika tidak men?
dapatkan keinginannya, dia akan menarik tuas-tuas kecilnya dan
memulai hukuman. Setidaknya Nick cukup jantan untuk meniduri
wanita lain. Desi akan mendorong dan mendorong dengan jari-jari
lembek dan lentiknya hingga aku memberinya yang dia inginkan.
Kupikir aku bisa mengendalikan Desi, tapi tidak bisa. Aku merasa
sesuatu yang sangat buruk akan terjadi.
Nick Dunne
Tiga puluh tiga hari hilang
Hari-hari terasa gontai dan panjang, kemudian mereka meng?
hantam dinding. Aku keluar untuk membeli bahan makanan pada
satu pagi bulan Agustus, dan aku pulang menemukan Tanner di
ruang dudukku bersama Boney dan Gilpin. Di meja, di dalam kan?
tong plastik barang bukti, ada tongkat panjang tebal dengan le?
kukan rapi untuk pegangan tangan.
"Kami menemukan ini di sungai tak jauh dari rumahmu pada
pencarian pertama itu," kata Boney. "Tidak kelihatan seperti apa
pun pada saat itu, sebenarnya. Hanya benda aneh yang hanyut di
pinggir sungai, tapi kami menyimpan semua hal dalam pencarian
macam itu. Sesudah kau menunjukkan boneka Punch dan Judy-mu,
benda itu terjelaskan. Jadi kami meminta lab untuk memeriksanya."
"Dan?" kataku. Suara datar.
Boney berdiri, menatapku lurus-lurus. Dia kedengaran sedih.
"Kami bisa mendeteksi darah Amy pada benda itu. Kasus ini seka?
rang dianggap sebagai kasus pembunuhan. Dan kami yakin ini
adalah senjata pembunuhnya."
"Rhonda, yang benar saja!"
"Ini saatnya, Nick," katanya. "Ini saatnya."
Bagian selanjutnya sedang dimulai.
Amy Elliott Dunne
Empat puluh hari hilang
Aku menemukan sehelai benang kasur dan botol anggur kosong,
dan aku sudah menggunakan benda itu untuk proyekku. Juga se?
dikit vermouth, tentu saja. Aku siap.
Disiplin. Ini akan membutuhkan disiplin dan fokus. Aku siap
melaksanakan tugas ini.
Aku mendandani diriku dalam tampilan favorit Desi: bunga yang
rapuh. Rambutku bergelombang tergerai, wangi parfum. Kulitku
memucat sesudah sebulan di dalam rumah. Aku nyaris tidak me?
makai riasan: sedikit maskara, pemerah pipi merah muda, dan lip
gloss bening. Aku mengenakan gaun merah muda ketat yang dia
belikan untukku. Tidak memakai bra. Tidak memakai pakaian da?
lam. Tidak bersepatu, sekalipun hawa dingin dari pendingin udara.
Aku menyalakan perapian dan menyemprotkan parfum, dan ketika
dia tiba sesudah makan siang tanpa undangan, aku menyambutnya
dengan rasa senang. Aku memeluk tubuhnya dan membenamkan
wajahku di lehernya. Aku menggosokkan pipiku pada pipinya. Aku
sudah bersikap lebih manis kepadanya beberapa minggu terakhir,
tapi ini baru, ketergantungan ini,
"Kenapa begini, Sayang?" katanya, terkejut dan sangat senang
hingga aku nyaris merasa malu.
"Aku mimpi buruk semalam," bisikku. "Soal Nick. Aku terbangun
dan yang kuinginkan hanyalah kau di sini. Dan di pagi hari... aku
menghabiskan seharian berharap kau ada di sini."
"Aku bisa selalu di sini, kalau kau mau."
"Aku mau," kataku dan memalingkan wajah ke arahnya dan
membiarkannya menciumku. Ciumannya membuatku jijik; ciuman?
nya mengerumit dan ragu-ragu, seperti ikan. Desi sedang menghor?
mati wanita korban perkosaan dan penganiayaannya. Dia menge?
rumit lagi, bibir dingin yang basah, tangannya nyaris tidak menyen?
tuhku, dan aku hanya ingin semua ini berakhir, aku ingin menye?
lesaikannya, jadi aku menarik tubuhnya ke arahku dan memaksa
bibirnya membuka dengan lidahku. Aku ingin menggigitnya.
Dia mundur. "Amy," katanya. "Kau sudah melalui begitu banyak
deraan. Ini terlalu cepat. Aku tidak mau kau melakukannya secepat
ini kalau kau tidak mau. Kalau kau tidak yakin."
Aku tahu dia harus menyentuh payudaraku, tahu dia harus
mendorong tubuhnya di dalamku, dan aku ingin ini selesai, aku
nyaris tidak bisa menahan diri untuk tidak mencakar dirinya: me?
mikirkan melakukan ini lambat-lambat.
"Aku yakin," kataku. "Kurasa aku sudah yakin sejak kita enam
belas tahun. Aku hanya takut."
Ini tidak ada artinya, tapi aku tahu omongan itu akan membuat
Desi bergairah.
Aku menciumnya lagi, kemudian bertanya kepadanya apakah
dia mau membawaku ke kamar tidur kami.
Di kamar tidur, dia mulai menanggalkan pakaianku perlahanlahan, menciumi bagian tubuhku yang tidak berhubungan dengan
seks?bahuku, telingaku?sementara aku dengan hati-hati meng?
arahkan dia menjauhi pergelangan tangan dan kakiku. Setubuhi
aku sajalah, demi Tuhan. Sepuluh menit berlalu dan aku menyambar
tangannya dan menekannya di antara kedua kakiku.
"Kau yakin?" katanya, mundur dariku, wajah merona, seikal
rambutnya jatuh di dahinya, persis seperti masa SMA. Kami sama
saja kembali ke kamar asramaku melihat kemajuan yang Desi buat.
"Ya, Sayang," kataku dan aku meraih penisnya dengan malu-malu.
Sepuluh menit selanjutnya dan dia akhirnya berada di antara
kedua kakiku, mendorong dengan lembut, lambat, lambat, bercinta.
Berhenti sejenak untuk mencium dan membelai hingga aku men?
cengkeram bokongnya dan mulai mendorongnya. "Setubuhi aku,"
bisikku, "setubuhi aku dengan kuat."
Dia berhenti. "Tidak harus seperti itu, Amy. Aku bukan Nick."
Benar sekali. "Aku tahu, Sayang, aku hanya ingin kau... mengisiku.
Aku merasa begitu kosong."
Itu membuatnya bergairah. Aku meringis di balik bahunya ketika
dia mendorong badannya beberapa kali lagi dan selesai, aku me?
nyadarinya nyaris terlambat?Oh, ini suara menyedihkannya ketika
dia selesai?dan berpura-pura mendesah ooh dan aah, suara-suara
lembut seperti anak kucing. Aku berusaha sedikit menangis karena
aku tahu dia membayangkanku menangis dengannya pada kali
pertama kami bercinta.
"Sayang, kau menangis," katanya ketika dia menjauh dariku. Dia
mencium setetes air mata.
"Aku hanya bahagia," kataku. Karena itu yang dikatakan para
wanita.
Aku sudah membuatkan martini, aku mengumumkan?Desi
menyukai minuman sore hari yang dekaden?dan ketika dia ber?
gerak untuk memakai atasannya dan mengambil minuman itu, aku
berkeras dia tetap di tempat tidur.
"Aku ingin melakukan sesuatu untukmu sesekali," kataku.
Jadi aku pergi ke dapur dan mengambil dua gelas martini besar,
dan ke dalam gelasku aku menuangkan gin dan satu buah zaitun.
Ke dalam gelasnya aku menaruh tiga buah zaitun, gin, jus buah
zaitun, vermouth, dan sisa pil tidurku, tiga buah, dihancurkan.
Aku membawakan martini itu dan ada pelukan dan menggosokkan
wajah, dan aku menyesap gin-ku selama ini terjadi. Aku memiliki
kecemasan yang harus dibuat kebas.
"Kau tidak suka martini-ku?" tanyaku ketika dia hanya menyesap
minumannya sekali. "Aku selalu membayangkan menjadi istrimu
dan membuatkanmu martini. Aku tahu itu konyol."
Aku mulai merengut.
"Oh, Sayang, tidak konyol sama sekali. Aku hanya tidak terburuburu, menikmati. Tapi?" Dia menenggak semuanya sekaligus.
"Kalau itu membuatmu merasa lebih baik!"
Desi geli, merasa menang. Penisnya licin dengan penaklukan.
Dia, pada dasarnya, sama seperti semua pria lain. Segera dia me?
ngantuk dan sesudah itu dia mendengkur.
Dan aku bisa memulai.
Bagian Tiga
Si Anak Lelaki Mendapatkan
Si Anak Perempuan Kembali
(atau sebaliknya)
Nick Dunne
Empat puluh hari hilang
Keluar dari penjara dengan uang jaminan, menunggu sidang. Aku
sudah diproses dan dibebaskan?proses masuk-keluar penjara
yang menghilangkan pribadimu, sidang pendahuluan untuk ja?
minan, sidik jari dan foto, rotasi dan pencampuran dan penanganan;
itu tidak membuatku merasa seperti binatang, itu membuatku
merasa seperti produk, sesuatu yang dibuat di jalur perakitan. Yang
mereka buat adalah Nick Dunne, Pembunuh. Akan butuh waktu
berbulan-bulan sebelum mereka memulai sidangku (sidangku: kata
itu masih mengancam akan mengurai diriku sepenuhnya, mengu?
bahku menjadi orang yang terkikik-kikik sendiri, orang sinting).
Aku seharusnya merasa istimewa bisa keluar dari penjara dengan
jaminan: Aku tidak pergi ke mana-mana sekalipun jelas aku akan
ditahan, jadi aku dianggap tidak berisiko akan kabur ke luar kota.
Boney mungkin memberikan rekomendasi untukku juga. Jadi aku
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa tinggal di rumahku sendiri selama beberapa bulan sebelum
dibawa pergi ke penjara dan dibunuh oleh negara.
Ya, aku pria yang amat sangat beruntung.
Saat itu pertengahan Agustus, yang terus terasa aneh bagiku:
Sekarang masih musim panas, pikirku. Bagaimana mungkin begitu
banyak hal terjadi padahal sekarang bahkan belum musim gugur?
Udara saat itu sangat hangat. Cuaca kemeja, begitu cara ibuku
mengistilahkannya, selamanya lebih peduli akan kenyamanan anakanaknya daripada angka suhu sebenarnya. Cuaca kemeja, cuaca
jaket, cuaca mantel, cuaca parka?Tahun dalam Pakaian. Untukku
tahun ini, ini akan menjadi cuaca borgol, kemudian mungkin cuaca
baju tahanan. Atau cuaca setelan pemakaman, karena aku tidak
berencana masuk penjara. Aku akan bunuh diri sebelum itu terjadi.
Tanner mengerahkan tim lima detektif untuk melacak Amy. Se?
jauh ini, tidak ada hasil. Seperti berusaha menangkap air. Setiap
hari selama berminggu-minggu, aku sudah melakukan bagian kecil
usaha menyedihkanku: merekam pesan video untuk Amy dan
mengunggahnya di blog Whodunnit Rebecca muda. (Rebecca, se?
tidaknya, tetap setia.) Di video-video itu, aku memakai baju yang
dibelikan Amy, dan aku menyisir rambutku seperti yang dia sukai,
dan aku berusaha membaca pikirannya. Kemarahanku kepadanya
seperti kawat yang dipanaskan.
Kru kamera parkir di halamanku hampir setiap pagi. Kami se?
perti prajurit yang berperang, berdiam dalam jarak tembak selama
berbulan-bulan, mengawasi satu sama lain di sepanjang tanah tak
bertuan, membentuk semacam persaudaraan yang menyesatkan.
Ada seorang kru kamera dengan suara seperti orang kuat di film
kartun yang rasanya menjadi terikat padaku, tidak terlihat. Dia
mengencani seorang gadis yang amat sangat dia sukai. Setiap pagi
suaranya menggelegar lewat jendelaku ketika dia menganalisis
kencan mereka; sepertinya keadaan berjalan baik. Aku ingin men?
dengar bagaimana ceritanya berakhir.
Aku menyelesaikan rekaman malam hariku untuk Amy. Aku
memakai kemeja hijau yang dia sukai dan aku sudah menceritakan
kisah kali pertama kami bertemu, pesta di Brooklyn, kalimat pem?
bukaku yang mengerikan, cuma satu zaitun, itu membuatku malu
setiap kali Amy menyebutkannya. Aku membahas kami yang me?
larikan diri dari apartemen yang terlalu panas ke udara dingin
yang meretas, dengan tangannya dalam genggamanku, ciuman di
awan gula. Itu salah satu dari sedikit cerita yang kami kisahkan
dengan cara yang sama. Aku mengisahkan semua itu dalam irama
dongeng pengantar tidur: menenangkan, familier, dan repetitif.
Selalu diakhiri dengan Pulanglah kepadaku, Amy.
Aku mematikan kamera dan duduk menyandar di sofa (aku se?
lalu merekam video selagi duduk di sofa di bawah jam kukuk Amy
yang keji, tidak terduga, karena aku tahu kalau aku tidak me?
nunjukkan jam itu kepadanya, dia akan bertanya-tanya apakah aku
akhirnya membuang jam kukuk itu, kemudian dia akan berhenti
bertanya-tanya apakah aku akhirnya membuang jam itu dan per?
caya saja itu benar, kemudian tidak peduli kata manis apa pun yang
keluar dari mulutku, dia akan membantahnya diam-diam dengan:
"Tapi dia membuang jam kukukku"). Jam kukuk itu, sebenarnya,
akan melontarkan burungnya keluar, derakan putaran jam di atas
kepalaku?bunyi yang tak terelakkan membuat rahangku tegang?
ketika kru kamera di luar mengeluarkan suara mendesir seperti
ombak secara bersamaan. Ada seseorang di sini. Aku mendengar
pekikan burung camar dari beberapa pembawa berita wanita.
Ada yang salah, pikirku.
Bel pintu berderak tiga kali berturut-turut: Nick-nick! Nick-nick!
Nick-nick!
Aku tidak ragu-ragu. Aku sudah berhenti bersikap ragu-ragu
selama sebulan terakhir: Bawa kemari masalahnya secepat mung?
kin.
Aku membuka pintu.
Itu istriku.
Kembali.
Amy Elliott Dunne berdiri dengan kaki telanjang di ambang
pintuku dalam gaun merah muda tipis yang menempel ke tubuhnya
seolah-olah gaun itu basah. Pergelangan kakinya bergelang memar
ungu. Dari satu pergelangan tangan yang lemas tergantung se?
berkas benang kasur. Rambutnya pendek dengan ujung-ujung yang
tidak rata, seolah-olah sudah dipangkas sembrono dengan gunting
tumpul. Wajahnya memar, bibirnya bengkak. Dia menangis tersedusedu.
Ketika dia melontarkan lengannya terbuka ke arahku, aku bisa
melihat keseluruhan bagian perutnya ternoda darah kering. Dia
berusaha bicara; mulutnya terbuka, sekali, dua kali, hening, si putri
duyung yang hanyut ke daratan.
"Nick!" dia akhirnya meratap?raungan yang bergema di seluruh
rumah-rumah kosong?dan terenyak ke pelukanku.
Aku ingin membunuhnya.
Jika kami sendirian, kedua tanganku mungkin akan berada di
sekitar lehernya, jari-jariku menemukan lekukan yang sempurna
di kulitnya. Untuk merasakan denyut kuat di bawah jari-jariku...
tapi kami tidak sendiri, kami ada di depan kamera, dan mereka
menyadari siapa wanita asing ini, mereka mulai menyala sepasti
jam kukuk di dalam, beberapa klik, beberapa pertanyaan, kemudian
longsoran bunyi dan cahaya. Kamera meledak menyala ke arah
kami, para reporter merapat dengan mikrofon, semua orang me?
neriakkan nama Amy, menjerit, sungguh-sungguh menjerit. Jadi
aku melakukan hal yang benar, aku memeluknya dan meraungkan
namanya: "Amy! Ya Tuhan! Ya Tuhan! Sayangku!" dan membenamkan
wajahku di lehernya, lenganku memeluknya erat, dan membiarkan
kamera mendapatkan 15 detik mereka, dan aku berbisik ke dalam
telinganya, "Kau jalang keparat." Kemudian aku mengelus rambut?
nya, aku menangkup wajahnya dalam kedua tanganku yang men?
cintainya, dan aku menyentakkan dia masuk ke rumah.
Di luar pintu kami, penonton konser musik rock meminta encore:
Amy! Amy! Amy! Seseorang melemparkan beberapa kerikil ke jen?
dela kami. Amy! Amy! Amy!
Istriku menganggap semua ini karena dirinya, melambai
lambaikan sebelah tangan ke arah keriuhan di luar rumah. Dia
berpaling kepadaku dengan senyum lelah penuh kemenangan?
senyum korban perkosaan, korban penyiksaan yang selamat, yang
menyelesaikan masalah di film-film TV lama, senyum ketika si
bajingan akhirnya menerima keadilan yang tepat dan kita tahu
pahlawan wanita kita akan mampu melanjutkan hidup! Hentikan
adegan.
Aku memberi isyarat ke arah benang kasur, rambut yang di?
pangkas serampangan, darah kering. "Jadi, apa ceritamu, istriku?"
"Aku kembali," rintih Amy. "Aku berhasil kembali kepadamu." Dia
bergerak untuk memelukku. Aku menjauh.
"Apa ceritamu, Amy?"
"Desi," bisik Amy, bibir bawahnya gemetar. "Desi Collings men?
culikku. Saat itu pagi hari. Pagi. Pagi ulang tahun pernikahan kita.
Dan bel pintu berbunyi dan aku pikir... aku tidak tahu, aku pikir
mungkin itu bunga darimu."
Aku tersentak. Tentu saja dia akan menemukan cara untuk mem?
buat kesal: bahwa aku nyaris tidak pernah mengirimkan bunga
kepadanya, sementara ayahnya sudah mengirimkan bunga kepada
ibunya setiap minggu sejak mereka menikah. Itu 2.444 buket bunga
vs. 4.
"Bunga atau... sesuatu," lanjut Amy. "Jadi aku tidak berpikir, aku
hanya membuka pintu. Dan dia berdiri di sana, Desi, dengan
ekspresi berbeda di wajahnya. Bertekad. Seolah-olah dia sudah
menyiapkan dirinya untuk hal ini cukup lama. Dan aku sedang
menggenggam tongkat... boneka Judy. Apakah kau menemukan
bonekanya?" Dia tersenyum kepadaku penuh air mata. Dia ke?
lihatan begitu manis.
"Oh, aku menemukan semua yang kautinggalkan untukku, Amy."
"Aku baru saja menemukan tongkat boneka Judy?benda itu
terjatuh?aku sedang memegangnya ketika membuka pintu dan
aku berusaha memukul Desi, dan kami bergulat, dan dia memu?
kulku dengan benda itu. keras. Dan hal selanjutnya yang kusadari...."
"Kau sudah menjebakku untuk kasus pembunuhan dan meng?
hilang."
"Aku bisa menjelaskan semuanya, Nick."
Aku menatapnya sesaat dengan pandangan tajam. Aku melihat
hari-hari di bawah matahari panas meregang di sepanjang pasir
pantai, tangannya di dadaku, dan aku melihat makan malam ke?
luarga di rumah orangtuanya, dengan Rand selalu mengisi ulang
gelasku dan menepuk-nepuk bahuku, dan aku melihat kami ter?
baring di karpet di apartemen New York-ku yang bobrok, bicara
sementara menatap kipas angin langit-langit yang malas, dan aku
melihat ibu anakku dan kehidupan mengagumkan yang aku ren?
canakan untuk kami dulu. Aku mengalami momen yang bertahan
selama dua detik, satu, dua, ketika aku amat sangat berharap Amy
berkata jujur.
"Aku pikir sebenarnya kau tidak bisa menjelaskan semuanya,"
kataku. "Tapi aku akan dengan senang menonton kau mencoba
melakukannya."
"Uji aku sekarang."
Dia berusaha meraih tanganku dan aku menepis tangannya. Aku
berjalan menjauh darinya, menarik napas, kemudian berbalik untuk
menghadapinya. Istriku harus selalu dihadapi.
"Ayolah, Nick. Uji aku sekarang."
"Oke, tentu. Kenapa semua petunjuk perburuan harta karun
tersembunyi di tempat aku... berhubungan dengan Andie?"
Amy menghela napas, menatap lantai. Pergelangan kakinya lecet.
"Aku bahkan tidak tahu soal Andie hingga melihatnya di TV...
sementara aku terikat di tempat tidur, tersembunyi di rumah tepi
danaunya."
"Jadi semua itu... kebetulan?"
"Semua itu tempat yang bermakna untuk kita," katanya. Air mata
mengalir turun di wajahnya. "Kantormu, di mana kau menyalakan
kembali gairahmu akan jurnalisme."
Aku mendengus.
"Hannibal, di mana aku akhirnya memahami betapa daerah ini
bermakna untukmu. Rumah ayahmu?menghadapi pria yang me?
lukaimu begitu banyak. Rumah ibumu, yang sekarang menjadi
rumah Go, dua orang yang membuatmu menjadi pria yang begitu
baik. Tapi... kurasa itu tidak mengejutkanku bahwa kau ingin mem?
bagi tempat-tempat itu dengan orang yang kau"?dia menunduk?
"cintai. Kau selalu suka pengulangan."
"Kenapa setiap tempat itu berakhir dengan ditemukannya petun?
juk yang melibatkanku dalam pembunuhanmu? Celana dalam
wanita, dompetmu, buku harianmu. Jelaskan soal buku harianmu,
Amy, dengan semua kebohongan itu."
Dia hanya tersenyum dan menggeleng seakan-akan dia kasihan
padaku. "Semuanya, aku bisa menjelaskan semuanya," katanya.
Aku menatap ke wajah manis yang ternoda air mata itu. Kemu?
dian aku menatap ke bawah ke arah semua darahnya. "Amy. Di
mana Desi?"
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia menggeleng lagi, sedikit senyum sedih.
Aku bergerak untuk memanggil polisi, tetapi ketukan di pintu
memberitahuku mereka sudah ada di sini.
Amy Elliott Dunne
Malam Kembalinya
Masih ada air mani Desi di dalam diriku dari terakhir kali dia me?
merkosaku, jadi pemeriksaan medis berjalan lancar. Pergelangan
tanganku yang lecet karena tali, vaginaku yang terluka, memarmemarku?tubuh yang kusajikan kepada mereka sesuai dengan
teori. Dokter laki-laki berusia lebih tua dengan napas lembap dan
jari-jari gemuk melakukan pemeriksaan pelvis?mengerik dan
mencicit bersamaan?sementara Detektif Rhonda Boney meme?
gangi tanganku. Rasanya seperti dicengkeram kuku burung yang
dingin. Sama sekali tidak membuat nyaman. Sekali dia menyeringai
ketika dia pikir aku tidak melihat. Dia jelas senang ternyata Nick
bukan penjahatnya. Ya, wanita se-Amerika mendesah lega ber?
samaan.
Polisi sudah dikirim ke rumah Desi, di sana mereka akan me?
nemukan dia telanjang dan kehabisan darah, ekspresi terenyak di
wajahnya, beberapa helai rambutku dalam genggamannya, tempat
tidur basah oleh darah. Pisau yang kugunakan padanya, dan pada
ikatanku, akan berada di dekat tempat tidur di lantai di mana aku
menjatuhkannya, tertegun, dan berjalan bertelanjang kaki, tidak
membawa apa pun selain kuncinya?kunci mobilnya, ke pagar?
dan naik ke mobil, masih licin akibat darah, ke dalam Jaguar vintage
Desi dan kembali seperti binatang peliharaan setia yang lama
hilang, langsung ke rumah kepada suamiku. Aku sudah dipaksa
menjadi seperti binatang; aku tidak memikirkan hal apa pun selain
kembali kepada Nick.
Si dokter tua memberitahuku kabar baiknya; tidak ada kerusakan
permanen dan tidak harus ada tindakan dilasi dan kuretase?aku
keguguran terlalu dini. Boney terus mencengkeram tanganku dan
bergumam, Ya Tuhan, sesudah yang kaualami, apakah kaupikir kau
bisa menjawab beberapa pertanyaan? Secepat itu, dari ucapan
belasungkawa ke sikap terang-terangan. Aku merasa wanita buruk
rupa biasanya terlalu sopan atau sangat kasar.
Kau Amazing Amy, dan kau selamat dari penculikan brutal yang
melibatkan penyerangan berulang kali. Kau membunuh penculikmu
dan kau berhasil kembali kepada suamimu yang kauketahui sudah
berselingkuh. Kau:
a) Mendahulukan dirimu dan meminta waktu sendiri untuk
menguatkan dirimu.
b) Bertahan sedikit lebih lama sehingga kau bisa membantu polisi.
c) Memutuskan wawancara mana yang harus dilakukan pertama?
kau bisa sekaligus mendapatkan sesuatu dari bencana ini,
seperti kontrak buku.
Jawaban: B. Amazing Amy selalu mendahulukan orang lain.
Aku diperbolehkan membersihkan diriku di ruang pribadi di
rumah sakit dan aku berganti pakaian mengenakan satu set baju
yang dibawakan Nick untukku dari rumah?jins dengan kerutan
karena dilipat terlalu lama, blus cantik yang berbau debu. Boney
dan aku berkendara dari rumah sakit ke kantor polisi dalam ke?
heningan. Aku bertanya soal orangtuaku dengan lemah.
"Mereka menunggumu di kantor polisi," kata Boney. "Mereka
menangis ketika aku memberitahu mereka. Dengan bahagia. Benarbenar bahagia dan lega. Kami akan memberi mereka waktu ber?
samamu sebelum kami mulai bertanya padamu, jangan khawatir."
Kamera-kamera sudah ada di kantor polisi. Tempat parkir kantor
polisi terlihat seperti stadion olahraga yang penuh harapan dan
terlalu terang. Tidak ada tempat parkir bawah tanah, jadi kami
harus berhenti di depan kantor bersamaan dengan kerumunan
menggila yang merapat: Aku melihat bibir basah dan cipratan ludah
ketika semua orang meneriakkan pertanyaan, ledakan lampu kilat
dan kamera. Kerumunan itu mendorong dan menarik bersamaan,
tersentak beberapa senti ke kanan, kemudian ke kiri, ketika semua
orang berusaha menggapaiku.
"Aku tidak bisa melakukan ini," kataku kepada Boney. Telapak
tangan gemuk seorang pria menampar jendela mobil ketika seorang
fotografer berusaha menahan keseimbangannya. Aku menyambar
tangan dingin Boney. "Ini berlebihan."
Dia menepukku dan berkata, tunggu. Pintu kantor polisi mem?
buka dan semua petugas di bangunan itu berbaris di anak tangga
dan membentuk barisan di kedua sisiku, menahan kerumunan
wartawan, membuat penjaga kehormatan untukku, dan Rhonda
dan aku berpegangan tangan seperti kebalikan dari pasangan yang
baru menikah, berlari cepat kembali kepada orangtuaku yang se?
dang menunggu tepat di balik pintu, dan semua orang mendapatkan
foto kami berpelukan dengan ibuku membisikkan anakmanis?
anakmanisanakmanis dan ayahku terisak begitu hebat dia nyaris
tersedak.
Aku ditarik pergi lagi, seolah-olah belum ditarik pergi cukup sering
sekarang ini. Aku ditempatkan di ruangan kecil dengan kursi kantor
murahan tetapi nyaman, jenis yang sepertinya selalu memiliki
sedikit remah makanan terselip di kainnya. Kamera mengedipngedip di sudut ruangan dan tidak ada jendela. Bukan ini yang aku
bayangkan. Ini tidak didesain untuk membuatku merasa aman.
Aku dikelilingi Boney, rekannya, Gilpin, dan dua agen FBI dari
St. Louis yang nyaris tidak berkata-kata. Mereka mem?beriku air,
kemudian Boney memulai.
B: Oke, Amy, pertama-tama kami harus berterima kasih sepenuhnya
karena kau bisa bicara dengan kami sesudah apa yang kauhadapi.
Dalam kasus seperti ini, sangat penting untuk mendapatkan semua
detail selagi ingatannya segar. Kau tidak bisa membayangkan
betapa pentingnya ini. Jadi lebih baik bicara sekarang. Jika bisa
mendapatkan semua detailnya, kami bisa menutup kasus ini, dan
kau dan Nick bisa kembali ke kehidupan kalian.
A: Aku jelas ingin itu.
B: Kau layak mendapatkannya. Jadi jika kau sudah siap mulai, bisakah
kita mulai dengan lini masa: Pukul berapa Desi tiba di rumahmu?
Apa kau ingat?
A: Sekitar jam sepuluh pagi. Sedikit sesudah jam sepuluh karena aku
ingat mendengar keluarga Teverer bicara ketika mereka berjalan
ke mobil untuk pergi ke gereja.
B: Apa yang terjadi ketika kau membuka pintu?
A: Sesuatu terasa salah saat itu juga. Pertama-tama, Desi sudah me?
nulis surat kepadaku sepanjang hidupku. Tetapi obsesinya seperti?
nya menjadi kurang intens sesudah bertahun-tahun. Dia sepertinya
merasa dia hanya teman lama dan karena polisi tidak bisa me?
lakukan apa pun soal itu, aku berdamai dengannya. Aku tidak
merasa dia sungguh berniat mencelakaiku, walaupun aku tidak
suka berada sedekat ini dengannya. Secara geografis. Kurasa itu
yang mendorongnya. Mengetahui aku berada begitu dekat. Dia
berjalan masuk ke rumahku dengan.... Dia berkeringat dan sedikit
gugup tetapi juga penuh tekad. Aku sebelumnya ada di lantai atas,
aku baru akan menyetrika gaun, ketika aku menyadari tongkat
kayu besar boneka Judy ada di lantai?kurasa benda itu terjatuh.
Tidak bagus karena aku sudah menyembunyikan boneka-boneka
itu di gudang. Jadi aku menyambar tongkat kayu itu dan aku sedang
memegangnya ketika membuka pintu.
B: Ingatan yang sangat bagus.
A: Terima kasih.
B: Apa yang terjadi selanjutnya?
A: Desi memaksa masuk dan dia berjalan mondar-mandir di sekitar
ruang duduk, dengan wajah merah padam, dan sedikit panik, dan
dia berkata, Apa yang kaulakukan untuk ulang tahun pernikahanmu?
Itu membuatku takut, bahwa dia tahu hari ini ulang tahun perni?
kahan kami, dan dia kelihatan marah karena itu, kemudian lengan?
nya tersentak dan dia menyambar pergelangan tanganku dan
memutarnya ke arah punggungku, dan kami bergulat. Aku melawan
mati-matian.
B: Apa yang terjadi selanjutnya?
A: Aku menendangnya dan berhasil lepas selama sesaat dan lari ke
dapur, dan kami bergulat lebih lama dan dia memukulku sekali
dengan tongkat kayu besar boneka Judy itu, dan aku terempas,
kemudian dia memukuliku dua atau tiga kali lagi. Aku ingat aku
tidak bisa melihat selama sedetik, hanya merasa pusing, kepalaku
berdenyut dan aku berusaha mengambil tongkat itu dan dia me?
nusuk lenganku dengan pisau lipat yang dia bawa. Masih ada
bekasnya. Lihat?
B: Ya, itu dicatat dalam pemeriksaan medismu. Kau beruntung itu
bukan luka yang dalam.
A: Tidak terasa seperti luka yang dangkal, percayalah padaku.
B: Jadi dia menusukmu? Sudutnya?
A: Aku tidak yakin apakah dia melakukannya dengan sengaja atau
apakah aku tidak sengaja mendorong diriku ke arah pisau itu?aku
tidak punya keseimbangan. Aku ingat tongkat itu jatuh ke lantai
dan aku melihat ke bawah dan melihat darahku dari luka tusuk
berkubang di sekitar tongkat itu. Kurasa aku pingsan sesudah itu.
B: Di mana kau saat kau bangun?
A: Aku bangun dengan tangan dan kaki terikat di punggung di ruang
dudukku.
B: Apakah kau berteriak, berusaha menarik perhatian tetangga?
A: Tentu saja aku berteriak. Maksudku, kau mendengarkanku? Aku
dipukuli, ditusuk, dan diikat oleh pria yang sudah terobsesi pada
diriku selama berdekade-dekade, yang satu kali berusaha bunuh
diri di kamar tidur asramaku.
B: Oke, oke, Amy, aku minta maaf, pertanyaan itu sama sekali tidak
ditujukan agar terdengar seperti kami menyalahkanmu; kami hanya
harus mendapatkan gambaran lengkapnya jadi kami bisa menutup
penyelidikan ini dan kau bisa melanjutkan hidupmu. Apakah kau
ingin air lagi atau kopi atau sesuatu?
A: Minuman hangat rasanya enak. Aku sangat kedinginan.
B: Tidak masalah. Bisakah kau membawakan kopi untuk Amy? Jadi
apa yang terjadi selanjutnya?
A: Kurasa rencana awalnya adalah menundukkanku dan menculikku
dan membuatnya seolah aku melarikan diri karena ketika aku
siuman, dia baru saja selesai mengelap darah di dapur, dan dia
merapikan semua ornamen antik kecil di meja yang terjatuh ketika
aku lari ke dapur. Dia menyingkirkan tongkat kayu itu. Tapi dia
kehabisan waktu dan kurasa yang pastinya terjadi adalah: Dia me?
lihat ruang duduk yang berantakan?dan jadi dia berpikir, Biarkan
saja. Biarkan saja kelihatannya ada kejadian buruk di sini. Jadi dia
membuka pintu depan, kemudian memorakporandakan beberapa
benda di ruang duduk. Membalikkan ottoman. Jadi itu alasannya
kenapa tempat kejadian perkara begitu aneh: Itu setengah benar
dan setengah palsu.
B: Apakah Desi menaruh benda-benda memberatkan di setiap lokasi
perburuan harta karun: kantor Nick, Hannibal, rumah ayahnya,
gudang Go?
A: Aku tidak tahu maksudmu.
B: Ada pakaian dalam wanita, bukan ukuranmu, di kantor Nick.
A: Kurasa itu mungkin punya gadis yang dia... kencani.
B: Bukan milik dia juga.
A: Yah, aku tidak tahu soal itu. Mungkin Nick mengencani lebih dari
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu gadis.
B: Buku harianmu ditemukan di rumah ayahnya. Setengah terbakar
di perapian.
A: Apakah kau membaca buku hariannya? Itu buruk sekali. Aku yakin
Nick ingin menyingkirkannya?aku tidak menyalahkannya, meng?
ingat kalian memfokuskan perhatian padanya begitu cepat.
B: Aku bertanya-tanya kenapa Nick pergi ke rumah ayahnya untuk
membakar buku harian itu.
A: Kau harus bertanya kepadanya. (Jeda.) Nick sering pergi ke sana,
sendirian. Dia suka privasinya. Jadi aku yakin itu tidak aneh untuk?
nya. Maksudku, dia tidak bisa melakukannya di rumah kami, karena
itu TKP?siapa tahu kalian kembali, menemukan sesuatu di antara
abu. Di rumah ayahnya, Nick memiliki kerahasiaan. Aku rasa itu
tindakan yang cerdas, mengingat kalian pada dasarnya mengancam?
nya.
B: Buku harian itu amat sangat mencemaskan. Buku harian itu me?
nuduh Nick menganiaya dan ketakutanmu bahwa Nick tidak meng?
inginkan bayinya, bahwa dia mungkin ingin membunuhmu.
A: Aku benar-benar berharap buku harian itu terbakar. (Jeda.) Biarkan
aku berkata jujur: Buku harian itu mencantumkan perjuangan Nick
dan aku selama beberapa tahun terakhir ini. Buku itu tidak me?
ngisahkan gambaran terbaik pernikahan kami ataupun Nick, tapi
aku harus akui: Aku tidak pernah menulis di buku harian itu kecuali
aku sangat bahagia, atau aku amat sangat tidak bahagia dan ingin
mengomel kemudian... aku bisa menjadi sedikit dramatis ketika
hanya ada aku yang memikirkan berbagai hal. Maksudku, banyak
cerita di buku itu adalah kebenaran yang buruk?dia memang
mendorongku sekali, dan dia tidak ingin bayi itu, dan dia memang
punya masalah dengan uang. Tapi aku takut kepadanya? Aku harus
akui, ini menyakitkan bagiku untuk mengaku, tapi itu sifat dramatis?
ku. Aku rasa masalahnya adalah aku sudah pernah dikuntit be?
berapa kali?itu masalah seumur hidup?orang-orang terobsesi
kepadaku?sehingga aku menjadi sedikit paranoid.
B: Kau berusaha membeli pistol.
A: Aku menjadi sangat paranoid, oke? Maafkan aku. Kalau kau punya
sejarah sepertiku, kau akan mengerti.
B: Ada catatan di buku harian soal satu malam minum-minum ketika
kau terkena sesuatu yang kedengaran secara teori seperti ke?
racunan cairan antibeku.
A: (Hening lama.) Itu aneh. Ya, aku memang sakit.
B: Oke, kembali ke perburuan harta karun. Kau menyembunyikan
boneka Punch dan Judy di gudang?
A: Betul.
B: Kasus kami banyak terpusat pada utang Nick, pembelian lewat
kartu kredit yang berlebihan, dan penemuan semua barang itu di
dalam gudang. Apa yang kaupikirkan ketika kau membuka gudang
dan melihat semua benda ini?
A: Aku sedang berada di properti Go, dan Go dan aku tidak terlalu
dekat, jadi seringnya, aku merasa seperti aku menyelidiki sesuatu
yang bukan urusanku. Aku ingat aku berpikir pada saat itu, itu
semua pasti barang-barangnya dari New York. Kemudian aku me?
lihat berita?Desi membuatku menonton semuanya?bahwa itu
sesuai dengan pembelian yang dilakukan Nick, dan... aku tahu Nick
punya masalah dengan uang, dia boros. Kurasa dia mungkin malu.
Pembelian tanpa berpikir yang tidak bisa dia batalkan, jadi dia
menyembunyikan semua itu dariku hingga dia bisa menjualnya
daring.
B: Boneka Punch dan Judy, agak terlalu mengerikan untuk hadiah
ulang tahun pernikahan.
A: Aku tahu! Aku tahu! Aku tidak ingat keseluruhan cerita Punch dan
Judy. Aku hanya ingat melihat suami dan istri dan bayi, dan mereka
terbuat dari kayu, dan aku sedang hamil. Aku mengecek Internet
dan melihat kalimat Punch: Itu dia caranya! Dan kupikir itu imut?
aku tidak tahu apa maksudnya.
B: Jadi tangan kakimu diikat di punggungmu. Bagaimana cara Desi
membawamu ke mobil?
A: Dia memasukkan mobil ke garasi dan menurunkan pintu garasi,
menyeretku, melemparkanku ke bagasi, dan pergi.
B: Dan apakah kau berteriak saat itu?
A: Ya, aku berteriak, sialan. Dan kalau aku tahu bahwa setiap malam
selama sebulan berikutnya Desi akan memerkosaku, kemudian
merapat di sebelahku dengan segelas martini dan obat tidur agar
dia tidak terbangun oleh isakanku, dan bahwa polisi akan me?
nanyainya dan masih juga tidak tahu, masih duduk dengan jempol
mereka dalam pantat mereka, aku mungkin akan berteriak lebih
keras. Ya, aku mungkin akan melakukannya.
B: Sekali lagi, aku minta maaf. Bisa tolong ambilkan tisu untuk Ms.
Dunne? Dan mana kop?Terima kasih. Oke, kau pergi ke mana dari
sana, Amy?
A: Kami pergi ke arah St. Louis dan aku ingat di jalan dia berhenti di
Hannibal?aku mendengar bunyi peluit kapal uap. Kurasa itu ketika
dia membuang dompetku. Itu salah satu hal lain yang dia lakukan
agar terlihat seperti ada pembunuhan.
The Kite Runner Karya Khaled Hosseini Pendekar Rajawali Sakti 105 Istana Jodoh Rajawali 17 Tengkorak Hitam
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama