Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo Bagian 2
Penduduk desa tersebut terkenal banyak yang kaya dan rumah ta-mah.
Desa Ngrayun termasuk daerah wilajah Kerajaan Pranaragi.
Tetapi sayang desa yang demikian baiknya itu masih belum begitu tera tur.
Kerukunan hampir-hampir tidak dipelihara.
Mereka hidup hanya untuk kepentingan diri sendiri saja.
Kepentingan orang lain ti-dak diperhatikan.
Oleh karenanya kerap kali terjadi pertentangan antara kawan dengan kawan dirialam desa itu.
Pada suatu hari terjadilah pertengkaran di desa itu antara seorang yang nampaknya sangat bengis dan kejam.
Orang tersebut bemama Mahesa Langking dengan seorang yang sudah tua bemama Kuda Sari.
Mahesa Langking terkenal jahat dan kejam di daerah itu.
Ia terkenal, seorang yang buruk tabiatnya dan kejahatannya.
Ia senang sekali membuat heboh dengan perkelahian-perkelahian mencari 67 sebab dan senang sekali berselisih dengan penduduk di desanya.
Ia juga terkenal seorang hidung belang yang suka mengganggu gadis- gadis untuk dijadikan mangsanya.
Boleh dikata dimana saja ia berada, senantiasa ia didampingi oleh tukang pukulnya yang sangat kejam bemama Siwegsirsa.
Siwegsirsa ini memiliki pula kepandaian beberapa ilmu silat yang banyak.
Maka sudah barang tentu ia semakin ditakuti oleh sementara penduduk.
Mahesa Langking pada sebelum terjadinya perkelahian tersebut pada waktu mengetuk-ngetuk pintu rumah Kuda Sari dengan kata-kata yang garang.
Tetapi Kuda Sari tiada juga mau keluar dari rumalmja dan metnbultakan pintunya.
Hal yang demikian itu menjadikan makin marahnya Mahesa Langking yang tidak terkira-kira besamya.
Pintu rumah Kuda Sari ditendangnya sampai roboh.
Cepat cepat ia masuk kedalam sambil memaki-maki.
"Hee, dimanakah Kuda Sari? Apakah Kuda Sari sudah mati? Bila belum ayo lekaslah keluar."
Tiba-tiba muncullah dari belakang, seorang gadis remaja putri yang molek dengan muka penuh kecemasan, karena terkejut melihat pintu rumahnya hancur berantakan. Dan dengan suara yang bergemetar, anak gadis ini bertanya dengan terputus-putus .
"A ...ada a ..pa , ..tuan?"
"Heah, ada apa? Barangkali anak perempuan ini sudah bersepakat dengan bapaknya. Masakan ia pura pura tidak tahu! Ayo katakan terus terang mana ayahmu?"
"Ayah belum ... la .. gi pu ... lang tuan."
Jawab gadis ini terputus-putus karena terkejutnya.
"Kurang ajar! Ajo kita pergi mencari dia, cepat!"
Bentaknya sambil bertolak pinggang dan matanya melotot.
68 Gadis itu semakin takut, sehingga tak tahu apa yang harus diperbuat.
Mukanya nampak pucat lesi, bibimya gemetar, peluh dinginnya membasahi pipinya.
Pada saat itu tiba-tiba dari kejauhan menuju rumah itu, yang mana orang itu kelihatan letih sekali.
Rupa- rupanya ia baru pulang dari bepergian.
Orang itu tidak lain Kuda Sari.
Dani kejauhan ia sudah mengetahui bahwa Mahesa Langking masuk kerumahnya beserta tukang pukulnya.
Tetapi apa hendak dikata lagi ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Setibanya didepan pintu, orang tua itu kemudian memberikan hormat serta menyilahkan duduk kepada kedua orang tersebut dengan sopannya.
"Hee Kuda Sari yang tua bangka! Apakah engkau pura-pura tidak tahu, untuk apa aku datang kemari?"
Bentak Mahesa Langking.
"Manakah hutangmu? Apakah engkau akan ngemplang hutangmu? Hajo mau bajar atau tidak?"
Mendengar bentakan itu Kuda Sari tak berkutik dan hanya berdiam diri saja.
Sebab ia merasa salah.
Padahal ia merasa jangankan untuk membayar hutang, setting untuk makan sehari-hari saja tidak meneukupi.
Tetapi bagi Ran Sumekar anak Kuda Sari, bentakan itu bagaikan balilintar saja didengarnya, karena hal itu merupakan penghinaan yang besar terhadap ayahnya.
Air matanya meleleh sehingga membasahi pipinya yang montok itu, sehingga semakin cantiknya.
Bibimya bergemetar menahan tangisnya.
Melihat Ram Sumekar meneucurkan air matanya, yang kelihatannya makin cantik menawan hatinya, nafsu birahi Mahesa Langking semakin berkobar-kobar, ibarat harimau lapar melihat kijang muda.
Tetapi sebab sesuatu amarahnya kemudian ditumpahkan kepada ayah si gadis.
"Ayo lekas jawab! Sudah beberapa kali aku datang tetapi engkau tidak menghiraukan aku. Bila hari ini belum kau beresi awas! Tahu rasa engkau." 69
"Maaf Tuan, karena saya baru saja sembuh dari sakit, maka uang persediaan untuk mengembalikan pinjaman itu, habis karenanya. Hari ini saya belum bisa membajar hutang."
"Sekarang aku sudah tidak sabar lagi. Pokoknya engkau mau bayar sekarang juga atau memilih kupukul sampai mati?"
"Ya ampun Tuan. Sabarlah, dulu tunggulah sampai beberapa hari lagi tentu kubayar."
Sahut orang tua itu seraya menggigil ketakutan.
Melihat Kuda Sari ketakutan, Mahesa Langking tersenyum bangga.
Tetapi sungguh mengherankan dan tak dapat diriuga-duga bahwa dengan mendadak saja Mahesa Langking mengubah siasatnya dari yang bengis menjadi sifat yang lunak.
Sambil berkata.
"Begini saja pak, sekarang aku punya usul, Hutang Bapak dapat kubebaskan asal Rara Sumekar anakmu diserahkan kepadaku. Akan kujadikan isteriku."
Alangkah terkejutnya Rara Sumekar mendengar jawaban ini. Hatinya berdebar-debar. Sebab dirinya merasa dihina dan dianggap sebagai permainan dianggap seperti barang untuk mengembalikan hutang. Maka kata Rana Sumekar dengan terputus-putus.
"Oh, ayah kasihanilah aku! Aku tak sudi dianggap seperti barang saja untuk membajar hutang."
"Janganlah kuwatir nak, akupun tak sehina itu akan mengorbankan dirimu sebagai pembajar hutang. Sebab hutang uang harus dibajar dengan uang ...... Hai tuan, tuan muda saya tidak dapat menyetujui usul Tuan. Maka sekali lagi saja minta maaf yang sebesar-besamya bahwa saya hari ini belum bisa membajar hutang saya." 70 Mendengar jawaban Kuda Sari, Mahesa Langking bukan main marahnya, karena ia merasa dihina oleh Kuda Sari. Kemudian ia memberikan isyarat kepada tukang pukulnya agar supaya menghajar Kuda Sari. Siwegsirsa sesudah menerima isjarat itu, tidak dengan memikir panjang segera ia meloncat maju kedepan dengan cepatnya, bagakan kilat ia mengajunkan tinyunya mengenai kepala orang tua itu, hingga Kuda Sari jatuh tersungkur sambil mengeluh.
"Aduh ampun! Ma ... mati aku seka ..rang ...!"
Ia lari dengan memegang kepalanya keluar rumah.
Melihat ayahnya jatuh terpelanting, Rara Sumekar segera menyerit dan kemudian ia pergi mengejar ayahnya.
Kuda Sari sudah tidak sadarkan diri lagi.
Rara Sumekar menangis tersedu-sedu.
Kepala Kuda Sari berlumuran darah.
Melihat kejadian yang mengharukan itu, Mahesa Langking tertawa terbahak-bahak.
Mahesa Langking tidak mempunyai betas kasihan sama sekali kepada Kuda Sari.
Agaknya ia belum merasa peas dengan kejadian tersebut.
Ia berkehendak akan menyiksa orang tua yang sudah tidak berdaja ini, disepaknya orang tua itu sampai jatuh terguling-guling.
Sewaktu tendangannya akan diulangani lagi, tiba-tiba muncullah dari belakang Kebo Tandes.
Dengan gerak gerik yang Juan biasa.
Tangannya te!ah menyambar lengan Siwegsirsa lalu dipuntimya.
Siwegsirsa dengan mudahnya diputar-putamya seperti baling baling yang kemudian dilemparkan sampai melayang-layang kemu- dian terpelanting hingga tak dapat bangun lagi.
Setelah Siwegsirsa jatuh, Kebo Tandes menghampiri Mahesa Langking dengan sopannya, seakan-akan tak terjadi apa-apa.
Maka kata Kebo Tandes kepada Mahesa Langking dengan hormatnya .
"Maafkanlah kiranya saudara-saudara, saya berbuat mengganggu kalian. Sebab apakah kalian memukuli orang tua yang sudah tidak berdaya ini hingga tiada sadarkan diri?" 71
"Perduli apa kau keparat Engkau tak perlu ikut campur urusan orang lain. Kalau engkau ingin selamat, lebih baik engkau pergi saja dari sini."
Jawab Mahesa Lang king dengan kasamya.
"Jangan begitu kawan. Kalau kalian itu memang orang baik- baik dan seorang kesatria sejati, tentu saja tidak sampai hati menyakiti orang yang sudah tidak berani melawan. Lebih lebih seperti kawanmu itu, masakan orang setua itu dan sudah pingsan masih ditendangi. Apakah perbuatan itu perbuatan seorang kesatrya? Lebih-lebih kalian itu pemuda yang gagah-gagah, kenapa kalian sampai hati melawan seorang yang sudah lanjut usianya dan tidak berani melawan. Apabila kalian itu memperhhatkan kepandaianmu dan lain sebagainya. Jangan melawan orang tua. Lawanlah aku!"
Walaupun sebenamya hati kecilnya membenarkan kata orang namun dasar Mahesa Langking seorang jahat dan licik, ia merasa marah. Karena diatasi. Napsu amarahnya timbul dan dengan sangat sombongnya ia menyawab.
"Bedebah anak anjing, engkau mengajari aku? Sejak kapan engkau jadi guruku? Kau tahu siapa aku? Inilah Mahesa Langking orang yang kaya dan tak terkalahkan di desa Ngrayun sini."
Kata-nya sambil menepuk-nepuk dada dengan lagaknya.
"Baiklah aku sudah mengerti siapa kamu sekarang. Tetapi ketahuilah kehormatan seseorang tidak tergantung atas kaya dan miskin. Hanya budi pekerti yang luhurlah yang patut dihormati. Dan mungkin saudara ingin mengetahui namaku bukan? Saya seorang pengembara nama saja Kebo Tandes."
"Jangan banyak mulut dan berlagak seperti guru menasehati aku. Ajo enyahlah dad sini, keparat."
Jawab Mahesa Langking dengan kasar dan garangnya, sambil bertolak pinggang. 72
"Janganlah terburu nafsu saudara. Baiknya kita bermusyawarah dahulu. Kata Kebo Tandes dengan sabar walaupun ia dimaki dengan kasar. Selesai berkata demikian ia mendekati orang tua yang telah pingsan dengan maksud menolong orang tua yang telah tiada berdaya. Ia tidak memperdulikan ocehan orang itu. Tetapi dengan tidak terduga sebelumnya, karena dengan tiba-tiba saja ia mendengar tiupan angin keras mengembus kepalanya, Tetapi temyata datangnya dari kaki Mahesa Langking yang dengan liciknya menendang dan menyerang dari belakang. Melihat kejadian tersebut diatas dengan secepat kilat Kebo Tan-des mundur selangkah mengelak, sehingga sepakan itu tidak me-ngenai sasarannya.
"Hai pengecut. Belajarlah sedikit sopan dan terus terang. Jangan membabi-buta menyerang dari belakang!"
Teriak Kebo Tandes yang sudah habis kesabarannya.
Sebenarrja ia masih akan berlaku sabar, tetapi karena ia seorang diserang secara pengecut, terpaksalah ia akan melayaninya.
Dan dengan gerak luar biasa Kebo Tandes menjejak tanah meloncat tinggi sambil menggunakan ilmu Kuntul Lapar Mematuk Udang.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lalu menyambar lawannya.
Mendapat serangan balasan yang mendadak ini, Mahesa Langking merasa ngeri juga.
Tetapi secepat kilat iapun menangkis pula pukulun maut itu, dengan menggunakan ilmunya Naga Hitam Mengajunkan Ekomya.
Setelah beberapa jurus bertarung dan belum ada juga yang kalah atau menang.
tiba-tiba Mahesa Langking menghantam lagi dengan pukulan tangannya yang menggunakan ilmu Kuntul Putih Bentangkan Sajapnya mengarah kedada Kebo Tandes.
Mahesa Langking mengira, bahwa dengan pukulan yang menggunakan ilmu yang sangat mahirnya ini tentu akan dapat merobohkan lawannya.
Tetapi pada kenyataannya memang Kebo Tandes merupakan lawan tangguh dan tak boleh dipandang ringan.
Karena sewaktu ia akan 73 dilawan dengan serangan maut itu dari lawannya begitu pula ia menangkisnya dengan mempergunakan ilmu gaibnya yang bemama Tangan Tunggal penangkis bahaya udara.
Maka dengan demikian gagallah serangan hebat Mahesa Langking Perkelahian ini berjalan seimbang dan telah berlangsung beberapa saat lamanya, namun masing-masing masih dapat bertahan dan tidak mau menyerah kalah pada lawannya.
Setelah be-berapa gebrakan telah berlangsung dan belum ada juga yang roboh, maka kini mereka masing-masing mempergunakan senjatanya, sehingga semakin sengitlah pertandingan itu.
Keempat kaki dan keempat lengannya telah bergumul dan berbelit-belit menjadi satu, tak ubahnya seperti kipas yang se-dang diputar-putar.
Sedangkan kedua kepala saling beradu de-ngan hebatnya, sehingga berdebar-debarlah hatinya bagi siapa yang menyaksikannya.
Pada waktu pertandingan dengan senjata masih berlangsung dengan serunya, namun selama ini masih belum juga ada yang kalah atau menang, masing masing mempertahankan kepandaiannya.
Tetapi tiba-tiba Mahesa Langking berpendapat, bahwa naga- naganya bila pertandingannya dengan Kebo Tandes diteruskan ia akan kalah.
Pikiran yang datangnya dengan tiba-tiba maka cepat- cepat ia melepaskan cengkeramannya terhadap Kebo Tandes, lalu mundurlah ia beberapa langkah.
Tetapi kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Kebo Tandes.
Begitu ia mengetahui lawannya mundur, secepat kilat ia melompat dan mengepung, kemudian punggung Mahesa Langking kena dihajar dua kali oleh tangan besi Kebo Tandes.
Pantatnya disepak tepat mengenai sasarannya, yang mengakibatkan jatuh tersungkur tak bergerak lagi.
74 Melihat Mahesa Langking jatuh Siwegsirsa timbul amarahnya.
Bangunlah ia dan berdiri, walaupun sebenamya badannya masih terasa nyeri.
Dengan menggunakan ilmu "Pukulan palu besi memecah lingkaran"
Ia menyerang lawannya dengan dahsyat.
Tetapi kali ini lawannya bukanlah lawan yang mudah menyerah kalah, sebab begitu ia diserang, kemudian berbalik menyerang dengan tidak kalah pula dahsyatnya.
Jaitu dengan mempergunakan ilmu yang sangat tinggi tingkatannya dan yang terkenal dengan nama Sepuluh Jari Memeliyah Pukul Besi, ia dapat terhindar dari serangan Siwegsirsa yang penuh napsu itu.
Sebenamya ilmu silat yang digunakan oleh Siwegsirsa itu masib belum tinggi sehingga dalam menghadapi Kebo Tandes yang sudah berpengalaman ini, kewalahan dan pontang-panting pada saat menangkis setiap serangan yang dilancarkan dengan tak henti- hentinya oleh lawannya.
Oleh karenanya belum sampai bebera pa jurus, ia sudah dapat dirobohkan untuk yang kedua kalinya oleh lawan yang bukan tandingannya ini.
Setelah ia bangun dari jatuhnya buru-buru ia berdiri.
Tetapi bukannya untuk menyerang lagi, bahkan dengan segera angkat kaki dan lari terbirit-birit mening- galkan arena pertandingan.
Dan tidak lama kemudian, segera ia disusul pula oleh majikannya yang merangkak-rangkak sambil memegangi pantatnya yang kena tendangan itu.
Mereka lari dengan tidak meninggalkan kesan apa apa.
Pada waktu itu Rara Sumekar masih tems tersedu-sedu sambil merangkul tubuh ayahnya yang malang int.
Air matanya meleleh, membasahi baju ayahnya.
Sekonyong-konyong Kebo Tandes ini mendekati gadis tersebut dan mengajak bersama sama mengangkat tubuh si orang tua yang masih pingsan itu.
Setelah Kuda Sari dibaringkan dibalai-balai kemudian Kebo Tandes berkata kepada Rata Sumekar sambil menghibur .
"Janganlah menangis saja Saudari. Diamlah, hapuskanlah air matamu. Karena penjahat- 75 penjahat itu kini sudah pergi dan sini. Apakah ini ayahmu, dan siapakah nama adinda?"
"Oh, terima kasih tuan, atas pertolongan tuan yang sudah berani mengusir penjahat-penjahat itu. Betul tuan, ini ayah saya. Adapun saya bemama Rara Sumekar. Siapakah tuan yang sudi menolong- saya ini?"
Jawab Rara Sumekar sambil tersedu sedu. Kemudian sambungnya lagi.
"Orang-orang bengal itu memang sering datang kemari dan selalu datang kemari. Walaupun wan sudah dapat mengusir jahanam itu, namon hamba inasih merasa ta- kut padanya. Kami yakin bila wan pergi dari sin; tentu lebih dendamlah mereka kepada saya. Saya ..... ta ... kut ... Tuan ... saya takut."
Keluh Rara Sumekar dengan penuh kecemasan.
"Adinda janganlah takut. Aku akan senantiasa menjaga keselainatan keluargamu. Karena aku sudah berani menghajar keparat-keparat itu, jadi aku pulalah yang harus berani bertanggung jawab atas segala akibatnya. Adapun namaku Kebo Tandes berasal dart Jenggala. Aku pergi mengembara karena hendak melakukan tugas. Sekarang jangan banyak yang dinda risaukan. Marilah segera kita rawat ayahma agar lekas sembuh."
Setelah beberapa lama, Kuda Sari sadar kembali.
Sementara itu para tetangganyapun berdatangan untuk menengok dan menanyakan tentang segala apa yang telah terjadi.
Diantaranya pemuka desa Ngrayun juga datang menemui tamunya dan tidak lupa ia mengucapkan diperbarjak terima kasih atas kegagah-beraniannya melawan Mahesa Langking.
Kuda Sari hemudian dirawat oleh Kebo Tandes hingga sembuh sama sekali dari sakitnya.
Setelah Kuda Sari sembuh dari sakit.
la berkata kepada Kebo Tandes demikian.
"Tuan saya merasa sukur kepada dewata yang mana Tuan telah menyambung hidup saya. Mudah-mudahan kebaikan budi Tuan itu mendapat kurnia dari Dewata. Saya tidak dapat membalas pakarti 76 ananda yang luhur itu. Semua ayahnda hanya menyerahkan kepada Dewata saja.
"Bapak Kuda Sari. Saya tidaklah merasa memberikan pertolongan kepada bapak. Tetapi perbuatan yang saya lakukan itu atas perintah Dewata. Saya harus melakukan darma saya, yang harus memberikan bantuan kepada siapapun yang menderita dan memerlukan pertolongan kepada saya. Jadi bila bapak berterima kasih kepada saya itu, tidak boleh dapat dikatakan tepat. Sebab saya hanya menyalankan tugas kuwajiban saya. Saya hanya sebagai lantaran untuk menolong bapak."
"Luhur benar pakarti Tuan itu. Sebenamya Tuan akan pergi kemana dan apakah tujuan Tuan itu?"
"Bapak, saya akan pergi menghadap baginda Dewa Raja di Kerajaan Pranaragi. Konon kabamya baginda Dewa Raja itu seorang raja yang pandai dan bijaksana. Saya bermaksud akan menanyakan sesuatu hal yang bertalian dengan tugas saya."
"Benar kata tuan itu. Memang Baginda Dewa Raja adalah raja yang sakti, kesaktiannya sudah seperti Dewa. Beliau sangat dicintai oleh rakyatnya. Tetapi sayang tuan, babwa Baginda tidak dianugerahi putra atau putri sebagai penyambung keturunan beliau. Hal yang demikian itulah yang menyebabkan sedih baginda. Beliau berulang-ulang mengambil anak pungut. Tetapi anak pungut yang diambilnya itu tidak dapat memenuhi harapan baginda. Tetapi tuan, saya akan merasa sedih dan kecewa amat sangat, bila tuan tergesa- gesa meninggalkan saya. Sebab ancaman dari Mahesa Langking dan Siwegairsa akan mengancam desa Ngrayun pada umumnya dan saya khususnya. Ia tidak sendirian. Karena kekayaannya ia dapat berbuat menurut sekehendak hatinya. Mereka tidak takut akan siapa saja yang menghalang-halangi maksudnya. Dan bagaimana anakku Rara Sumekar selanjutnya. la yang menyebabkan ayahanda merasa tidak aman. Berulang-ulang ia dipinang oleh pemuda-pemuda di 77 Ngrayun sini. Namun tidak seorangpun yang dapat mencocoki hatinya. Rupa-rupanya setelah bertemu dengan tuan, rupanya ia jatuh hati dengan tuan. Bagaimanakah kiranya apabila anaknda kuserahi Rara Sumekar menjadi istri tuan? Sebab bila tidak demikian Mahesa Langking senantiasa akan berbuat yang tidak senonoh terhadap keluarga kami. Apakah kiranya akan matilkonyol? Karena membela kehormatan Rara Sumekar."
Mendengar kata-kata Kuda Sari yang sangat mengibakan hatinya Kebo Tandes tidak dapat menyawabnya.
Air matanya berliang-linang.
la dapat memaklumi akan perasaan orang tua itu.
Sebenamya, Kebo Tandes tertarik kepada Rara Sumekar.
Walaupun ia gadis desa, tetapi mempunyai keaslian wajah yang sangat molek.
Karena wajahnya yang ayu itulah yang senantiasa menjadi rebutan para pemuda-pemuda dari dalam den Ngrayun dan sekitarnya.
Siapa orangnya yang tidak akan tertarik kepada wajah Rara Sumekar yang molek itu.
Rara Sumekar memang dikumiai wajah yang ayu, berbudi bahaca halus dan berperi kelakuan yang aik.
Cinta kepada orang tua dan cinta pula kepada pekerjaannya.
Cinta kepada junjungannya yang memberikan hidup kepadanya.
Rara Sumekar semeneijak ditolong oleh Kebo Tandes, ati kecilnia sangat tertarik kepada ketampanan, kegagah beraniannya, kepandaiannya, kesabarannya, tutur katanya Kebo Tandes.
Kebo Tandes, memang seorang yang tampan dan gagah berani.
Tingkah lakunya, parasnya serba sedap dipandang mata.
Ia adalah orang yang dapat dikatakan bagus lurus luar dalamnya.
Dari pergaulannya sehari selama Kebo Tandes berada di desa Ngrayun dengan Rara Sumekar, rupanya kedua pemuda pemudi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda cinta kasihnya antara kedua belah pihak.
Memang benar bunyi pantun.
Dari mana datangnya lintah dari sawah turun kepadi Dari mana datangnya cinta dari mata turun kehati.
78 Perjalanan cinta antara kedua machluk itu makin hari makin kelihatan tanda-tandanya.
Akhirnya bendungan air cinta yang senantiasa dibendung itu, setelah datang saatnya bendungan cinta itu mengalir tidak ada hentinya, hingga dapat menggenangi hati sanubari kedua orang tersebut.
Akhirnya Rara Sumekar mencintai Kebo Tandes dan sebaiiknya Kebo Tandes kepada Rara Sumekar.
Maka setelah mendengar pertanyaan Kuda Sari kepadanya yang bertalian dengan Rara Sumekar, Kebo Tandes menjawab pertanyaan Kuda Sari.
Jawabnya .
"Bapak, janganlah bapak mengehawatirkan akan Mahesa Langking dan Siwegsirsa. Saya nanti yang akan membantunya. Kepergian saya dari Ngrayun ke Pranara akan kami tangguhkan terlebih dahulu hingga keparat-keparat itu lenyap dari muka bumi, Setidak-tidakuja harus insaf kembali melalui jaIan yang benar. Adapun mengenai dinda Ran Sumekar, sebenamya saya sendiri sangat mencintai kepadanya. Begitu pula adik Rara Sumekar kepada saya. Oleh karena bapak su menyerahkan adik Rara Sumekar kepada saya. Saya akan menerima dengan kedua belah tangan saya. Mudah-mudahan saya dapat menjadi suami yang saling mencintai."
"Alangkah besar hatiku, setelah engkau Mengungkapkan isi hati tuan kepada saya. Mudah mudahan cita-cita taun yang luhur itu mendapatkan kumia Dewata Agung, saya memberikan doa restu agar supaya perwinanmu dengan Rara Sumekar mendapatkan berkat Dewata."
"Terima kasih atas kemurahan hati bapak."
Perkawinan Rara Sumekar dengan Kebo Tandes dilaksanakan dengan sederhana.
Kedua mempelai itu menunyukkan kerukunannya.
79 Mahesa Langking yang menderita kekalahan besar dan memalukan itu, segera pulanglah ia kerumahnya.
Betapa terkejutnya ayah Mahesa Langking, melihat anaknya pulang dengan berlumuran darah, mukanya pucat lesi, begitu pula tukang pukulnya.
Sesudah berhenti sebentar Mahesa Langking meneeriterakan kepada ayahnya apa yang telah terjadi.
Mendengar keterangan anak nya ini, ia bukan main marahnya.
Karena baru kali inilah ia merasa dihina.
Dengan muka yang merah padam, ia menggebrak meja kuat-kuat yang kebetulan berada didepannya.
Sudah barang tentu semua barang- barang yang ada diatas me-ja ini, jatuh berantakan ke lantai.
Kemudian dengan mata melotot ia memanggil pengawalnya.
Dengan tergopoh gopoh, datanglah yang dipanggil menghadap tuannya.
Orang tersebut bemama Mahesa Belang.
Mahesa Belang adalah orang yang banyak mempunyai akal jahat serta licin bagaikan belut.
Maka bertanya.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ada apa Tuan?"
"Ah mestinya kau tak usah bertanya lagi. Tentunya kuping mu telah mendengar sendiri tentang segala apa yang telah dicertterakan anakku tadi."
Kata Mahesa Ronggah ayah Mahesa Langking itu.
"Oo, hanya tentang itu? Janganlah Tuan merasa kuwatir. Serahkanlah saja seluruh persoalan tersebut kepada hamba. Segala sesuatu-nya tentu beres. Masakan membunuh orang demikian tidak dapat."
Jawab Mabesa Belang dengan sombongnya. Mendengar jawaban Mahesa Belang tersebut, Mahesa Ronggah menjadi gembira. Sambil menepuk-nepuk punggung Mahesa Belang ini ia tertawa tetbahak-bahak. Kemudian katanya.
"Bagus, bagus. Jika demikian halnya tidaklah percuma aku memeliharamu. Ketahuilah, apabila persoalan ini sudah Beres, engkau akan diberikan hadiah yang besar. Buat sementara waktu, inilah bekalmu untuk menjalankan tugasnau." 80 Beberapa hari kemudian. Pagi pagi buta Mahesa Belang telah bangun dari tidurnya. Setelah mengenakan pakaiannya pergilah ia ketempat gurunya. Seorang guru silat yang kenamaan bernama Lembu Jati. Setiba dirumah gurunya dan setelah memberi hormat, laju-lab ia menuju keserambi tengah untuk memulai berlatih. Sedangkan diruangan tengah ini telah nampak olehnya dua orang muda bemama Kuda Gede dan Kuda Seta yang pada seat itu Kuda Seta sedang berlatih dalam suatu cabang ilmu silat yang dinamakan Serangan Tinju Didalam Gumpalan Debu. Ilmu ini adalah merupakan suatu cabang ilmu silat yang paling sukar dipelajarinya. Tetapi Kuda Seta telah dapat melakukannya dengan baik dan sempurna baik mengenai segala gerakannya maupun langkahnya. Pendeta Lembu Jati sangat memuji kecakapan dari Kuda Seta, Kuda Seta memang rajin dan sangat memperhatikan nasehat gurunya. Maka kata Lembu Jati kepada muridnya.
"Bagus, bagus. Aku merasa bangga dan memuji atas kemajuan yang kau peroleh selama ini. Hendaknya teruskanlah kerajinanmu. Banyaklah berlatih hingga tercapai apa yang kau tuju dan kau cita- citakan."
"Terima kasih guru, kami senantiasa akan mematuhi segala nasehat bapak. Memang kami kerap kali berlatih. Selain disini dirumahpun kami kerap kali berlatih. Antara lain dengan jalan mengangkat batu-batu besar, supaya tubuh kami bertambah kuat."
Sahut Kuda Seta.
"Memang demikianlah hendaknya. Sekarang kalian berdua boleh beristirahat sebentar. Nanti latihannya boleh dilanjutkan lagi."
Kara guru Kuda Jati.
Setelah kedua orang muda ini beristirahat keduanya lalu duduk- duduk diserambi belakang.
81 Mahesa Belang setelah mengetahui kepandaian dari rekannya itu, ia membujuk kepada Kuda Gede dan Kuda Seta, apakah mereka maui diajak membinasakan Kebo Tandes yang menghajar Mahesa Langking dan sekarang sudah kawin dengan Rara Sumekar.
Tetapi aj akan Mahesa Belang tidak disetujui oleh kedua rekannya tersebut.
Setelah ajakannya ditolak oleh Kebo Gede dan Kebo Seta, Mahesa Belang kemudiau pergi dengan menggunakan ilmu silumannya kemudian menuju ke rumah Kuda Sari di desa Ngrayun.
Matahari hampir silam digaris barat, menyelinap diantara bu- kit-bukit dan gunung-gunung yang menyulang tinggi ke ang-kasa.
Suasana udara jadi lembut dan nyaman, sedaogkan burung burung mulai sibuk mencari tempat berteduh.
Disana sini terdengarlah kacau riangnya, yang seakan-akan mereka meaceritera-kan pergalimannya masing-masing sehari-harian tadi.
Dari jauh nampaklah Kuda Sari berjalan lambat-lambat menuju kerumahnya.
Orang tua ini kelihatan lelah sekali, setelah sehari suntuk memeras tenaganya bekerja disawahnya.
Sesudah membersihkan badan dan makan sore, orang tua ini lalu berbaring diatas balai-balai, untuk melepaskan lelahnya setelah sehari-harian melaksanakan pekerjaannya.
Tidak jauh dari tempat orang tua itu berbaring, duduklah Rara Sumekar bersama-mina suaminya Kebo Tandes.
Wajahnya Rara Sumekar bertambah cantik berseri-seri terkena sinarnya matahari senya yang merah kekuning- kuningan itu.
Kebo Tandes duduk bersanding dengan istrinya, menikmati keindaban paras istrinya dan memperhatikan keadaan disekitamya yang keli-hatan menentramkan itu.
Kuda Sari merasa bangga melihat anak nya dan menantunya kelihatan hidup rukun saling cinta mencintai.
82 Hari telah larut malam, Kuda Sari beserta anak dan menantunya masuk kedalam hendak tidur.
Kedua mempelai itu masuk kedalam peraduannya.
Maka kata Kebo Tandes kepada istrinya.
"Dinda sebentar lagi kanda akan meneruskan perjalananku untuk menunaikan tugasku mencari pusaka kerajaan Jenggala yang bemama Kyai Pulanggeni. Hilangnya Pulanggeni itu ajaib sekali dinda."
"Bagaiinanakah keajaibannya kakanda? Adinda ingin akan mengetabui duduk perkaranya." (Bersambung ke
Jilid II) 0 1 Drs. SOETARNO KEBO TANDES MENCARI PUSAKA
Jilid I TAMAN PUSAKA RAMA Jl.
Yudanegaran 38 SALATIGA Dicetak dan diterbitkan oleh .
2 Hiasan Kulit .
WIBOWO Gambar Dalam .
WIBOWO cerita ini kami gali dari masa silam kami persembahkan untuk masa mendatang TAMAN PUSTAKA RAMA Jl.
Dipanegara 38 SALATIGA HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG Ijin Pemeriksaan Naskah No.
Pol 6 Be.
13/111 Intel/67 Jogja 26 -7-1967 3 Pengantar Kata.
Ceritera ini terjadi pada zaman kerajaan Kediri dan Jenggala disekilar tahun 1049 hingga wafattila prabu Kertajayapada tahun 1222.
Dimulai sejak pembunuhan Dewi Ngreni dengan Keris pusaka Pulanggeni.
Nama- nama yang menjadi peraga dalam ceritera ini ada yang pemah dikenal eleh masyarakat, ada Pula yang belum, karma tidak pemah diucapkan dalam sejarah.
Karena kejadian itu selesai hampir 173 tahun lamanya, maka geritera thi dalam bentuk semi silat akan terdiri dari beberapa jilid.
Sumber dari ceritera-ceritera ini berpedoman pada.
a.
Serat-serat Pauji karja R.
Vg.
Ronggowarsilo.
b.
Sejarah Indonesia Sanusi Pane.
c.
Babad Tanah Jawi sekar
Jilid 11 XXXI Balai Pustaka.
Dari sumber-sumber ini kami olah sedemikian rupa kami sesuaikan dengan keadaan dewasa ini dan diriasarkan atas tujuan nation and character building Indonesia.
Mudah-mudahan buku ini dapat berguna bagi masyarakat.
Tegur sapa dari penggemar karya-karya kami dan para cerdik cendikia sangat kami harapkan.
Surabaja, Pebruari 1967 Penulis Drs.
Soetarno 4 BAGIAN I "Beginilah dinda.
Putera Baginda Jenggala yang bernama Raden Panji Kuda Wanengpati atau Panji Asmarabangun itu sudah dipertunangkan dengan saudara sepupunya sendiri yang bernama Putri Galuh Candrakirana.
Tetapi barangkali rupa-rupanya Raden Panji tidak setuju dengan pertunangan itu.
Maka akhirnya terjadilah keretakan antara Kerajaan Kediri dan Jenggala.
Sri Baginda Jenggala yang tidak senang dan tidak rela perhubungan antara Jenggala dan Kediri retak.
Disebabkan karena beliau tidak senang bertengkar antara sesarna saudara.
Baginda Lembu Amiluhur mencari jalan untuk matngutuhkan perhubungan dan persahabatau itu.
Sebabnya yang utama karena Raden Panji itu sudah terlanjur jatuh cinta dengan putri Patih Kudanawarna yang cantik jelita.
Bernama Dewi Ngreni Dewi Ngreni memang cantik dinda.
Hampir sama dengan wajah adinda pirainya.
"Masakan adinda disamakan dengan Dewi Ngreni kanda. Mungkin saja ini tidak ada seujung rambutnya."
"Sungguh dinda, kanda tidak akan menyombongkan dan memuji adinda. Kanda berkata apa adanya."
"Terus bagaimana kakanda?"
"Karena Raden Panji dianggap mencemarkan nama kerajaan maka percintaannya dengan Dewi Ngreni diputuskan. Dengan jalan Raden Panji dipisahkan dengan Dewi Ngreni. Dewi Ngreni dikenakan hukum bunuh yang diperintahkan untuk mambunuh ialah Raden Brajanata. Saya yang disuruh untuk rnengikutinya. Pusaka yang dipergunakan untuk mernbunuh Dewi Ngreni kyai Pulanggeni itu. Tetapi dinda, Raden Brajanata dan saja tidak sanggup membunuh orang yang tidak berdosa itu. Dewi Ngreni karena rnelasa direnggut ciatanya dengan Raden Panji, ia rela mati dari 5 pada ia hidup barpisah dengan Raden Panji. Maka keris Pulanggeni direbutnya. Beliau sendiri akhirnya bunuh diri bersama-sama dengan dayang-dayangnya Setelah terjadinya kejadian itu terjadilah keelokan yang luar biasa. Gempa bumi angin pujuh dan lain sebagainya menerpa daerah Kediri dan Jenggala. Keris hilang, mayat Dewi Ngreni bagitu juga. Akhirnya kakanda setelah mengalarni bebeaspa kali kesulitan, maka diperintahkan untuk mencari keris pusaka yang hilang itu"
Katanya dengan rasa terharunya. Mendengar ceritera suarninya itu Rara Sumekar senantiasa bercucuran air matanya. Ia menangis tersedu-sedu. Ingat akan kesetiaan Dewi Ngreni untuk membela rasa cinta kasihnya, maka tanya dengan suara yang terputuaputas.
"Kanda, Baja sama-sama wanita seperti Dewi Ngreni .... ti ... dak . re . Ia ... kiranya ... cinta ..... nya direnggut ..... begini sa ... ja kan ... da. Andaikan ... sa ..... ja ... dernikian ... begitu juga ..... saja ..... lebih ba ik ..... mati ..... da ..... ri ..... pa ..... da men ..... derita ..... malu."
"Dinda janganlah adinda menangis. Kanda tidak akan sekejam itu. Kanda tetap hanya akan mencintairnu seorang. Jangan khawatir."
Baru saja keduanya asyik dan masjuk itu barcakap-cakap untuk mengeluarkan isi hatinya dan pengalarnannya, sekonyong-konyong pintunya diketuk dari luar.
Mendengar ketukan pintu itu ia merangkul suaminya takut kalau kalau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Katanya .
"Kanda, jangan keluar, rupa-rupanya ada orang yang hendak berbuat jahat."
Jawab Kebo Tandes .
"Bersiap-siaplah adinda, kanda akan hadapi segala sesuatu yang akan terjadi." 6 Makin lama ketukan pintunya makin mendahsyat. Tetapi tidak seorangpun yang mau membukanya pintu itu. Akhirnya pintunya menjadi jebol. Mahesa Belang kemudian dengan garangnya memasuki rumah itu dengan meugayun-ayunkan goloknya. Seketika itu juga Kebo Tandes keluar dari tempat tidurnya. Keris pusakanya dipegangnya. Kebo Tandes kemudian meloncat, yang akibatnya Mahesa Belang terkejut mengetahui Keho Tandes telah bersiap sedia itu. Ia tidak menduga sama sekali bahwa ia akan mengatami kajadian yang sedemikian itu. Sesaat Mahesa Belang akan menarik pedangnya, secepat kilat juga pargelangan tangannya yang memegang pedang kena pukulan tangannya Kebo Tandes, sehingga prdangnya terlepas dan terpental jauh. Belum ia dapat berdiri tegak, lawannya telah mengirirnkan tendangan kearah tulang rusuk dengan dahsyatnya yang hingga menimbulkan kesiuran angin keras. Tetapi Mahesa Belang ini dapat menghindar kesamping sambil rnenghantam punggung lawannya. Keho Tandes melihat tendangannya gagal dan kini ia ganti diserang, maka pukulan tangan lawannya yang tiba-tiba itu bukannya dihindarinya, melainkan dengan tenanaga malah menangkis dengan kedua belah tangannya yang disilangkan keatas, dan kedua belah tangannya beradu. Akibatnya, Kebo Tandes dengan mempergunakan tipuan ini, selain ia telah dapat menangkis pukulan lawannya, bahkan dapat pula meminjam tenaga musuhnya untuk mernentalkan kembali musuhnya itu, jadi lawannya itu seperti manerjang. biasa saja, layaknya, sehingga kelau lawannya memukul dengan keras, ia akan terpental pula dengan keras. Begitu juga keadaan Mahesa Belang, begitu ia menghantam punggung lawannya dengan sekuat tenaganya, dan begitu pulalah ia terpental jauh kebelakang sampai beberapa langkah, yang akhirnya jatuh terlentang. Belum lagi ia dapat berdiri lurus tiba-tiba 7 punggungnya kena pukul sampai dua kali, sehingga ia terpelanting dan jatuh tersungkur tak berkutik tagi. Tatkala Kebo Tandes akan membalikkan badan hendak menolong istrinya, sekonyong-konyong pintu kamarnya jatuh berantakan roboh kedalam. Dan bersama sama dengan robohnya pintu, muncullah kedua orang kawan Mihesa Belang yang berjaga dituar, sambil masiag-masing memegang pedang yang berkilau- kilauan cahajanya. Daragan secara bersama-sama, kedua orang ini kemudian menyerang barsama sama kearah Kebo Tandes. Menghadapi kedua lawan yang masing-masing bersenjata ini, padahal, seat mana sebetulnya ia sudah sangat lelah setelah bertempur melawan musuhnya yang kalah itu, maka Kebs Tandes agak merasa keripuhan juga. Maka cepat-ccpat ia menghunus kerisanya untuk menangkis serangan itu. Setelah beberapa bentakkan telah berlalu, kini tahulah Kebo Tandes bahwa lawan satunya sebenarnya ilmu silatnya belarn begitu baik. Maka timbullah pikiramaja, bahwa sebaiknya ia ditundukkan lebih dahulu, dengan demikian nantinya hanya tinggal satu lawan satu. Dengan timbulnya pikiran tersebut, segeralah ia mulai menyerang dengan dahsyatnya kearah orang yang be!um mahir ilmu silatnya, maka baru satu gebrakan saja lawannya ini telah dapat dipukul roboh. Kini lawannya tinggal seorang, tetapi kali ini ia menghadapi lawan yang berat, yang sangat tinggi ilmu silatnya. Maka didalam menghadapinya, Kebo Tandes sangat berhati-hati. Pertarungan telah berjalan beberapa jurus lamanya, sedang kini nampak sekali Kebo Tandes dibawah angin, sehingga sekarang saatnya hanya mangertahankan diri saja. 8 Pada suatu ketika. Kebo Tandes mengadakan serangan balasan dation menikamkan kerisnya kearah lambung lawannya. Tetapi Mahesa Belang mendapat serangan tersebut bukannya mangelak, sebaliknya pedangnya kemudian ditempelkan diatas keris Kebo Tandes, yang mana kedua senjata ini mekkat jadi satu seperti ada besi beraninya. Dengan tidak menggerakkan badannya, Mahesa Belang menggerakkan tangan kiri dan kaki kanannya. Tangan kirinya digetar-getarkan dan kaki kanannya di angkat, bersamaan itu pula Kebo Tandes merasakan, bahwa keris yang dipegangnya bertambah berat, sedang ujung pedang lawannya kini menempel tepat pada gagang kerisnya. Kemudian tampak badan Mahesa Belang mendesak maju sambil berjongkok sedikit. Kini Kebo Tandes merasakan seolah-olah keris yang dipegangnya semakin beratnya seakan akan ia sudah tidak kuasa lagi memegang kerisnya. Mata Kebo Tandes berkunang kunang, kemudian keris terlapas dari tangannia. Bersamaan dengan itu, kaki kanan Mahesa Belang telah menyapu betis Kebo Tandes yang hingga jatuh terpelanting kelantai. Selanjutnya Mahesa Belang mengayunkan tinggi-tinggi pedangnya untuk rnemenggal leher lawannya. Saat itu Kebo Tandes berpikir dalam hatinya yang seakan-akan sudah merasa tidak akan dapat hidup, ia mesti mati. Ia telah memejamkan matanya rapat-rapat dan sebentar lagi tentulah pedang lawannya itu telah memenggal lehernya. Tetapi ia menjadi beran, karena belum sampai pedang Mahesa Belang dipenggalkan keleher Kebo Landes, Mahesa Belang jatuh pingsan tidak diketahui apa sebabnya. Kebo Tandes tahu mungkin dari keris pusakanya Kyai Kalanadah. Mungkin dari sebab yang lain. Mahesa Belang berteriak teriak .
"Aduh ... ampun Tuanku ..hamba sudah merasa kalah. Ampunilah hamba. Hamba hanya alat saja." 9 Kebo Tandes segera berdiri sambil berkata, katanya .
"Mahesa Belang, bila engkau akan berbuat baik akan jadi baik. Tetapi bila engkau akan berbuat jahat engkau akan tidak selamat. Pergilah dari tempat ini bila engkau akan selamat."
Mahesa Belang bangun dari pingsannya setelah menjembah kemudian ia lari terbirit-birit.
Setelah kejadian tersebut diatas, maka amanlah desa Ngryun.
**** BAGIAN II KEPAHLAWANAN Kebo Tandes dalam membersihkan pengacau-pengacau didesa Ngrayun, mendapatkan penghargaan.
Ia disanjung-sanjung dan dipuji oleh peoduduk desa Ngrayun dan sekitarnya.
Orang-orang yang membuat kacau sudah ditobatkan.
Akhirnya mereka insaf kembali menuju ke jalan yang benar.
Siapa yang tidak mau berbuat baik dihajar oleh Kebo Tandes.
Oleh penduduk desa Ngrayun Kebo Tandes diminta hendak dijadikan lurah di desa itu.
Tetapi Kebo Tandes menolaknya.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
la akan meneruskan perjalanannya menunaikan tugas yang telah dibebankan kepadarna.
Walaupun Rara Sumekar dengan amat sangat menghalarg-halangi niat suaminya akan pergi meneruskan maksudnya, namun Kebo Tandes tetap pada pendiriannya.
la kemudian dihibur dan diberikan nasehat agar ia untuk sementara tinggal di Ngrayun dahulu.
Sebeb bila ia tidak mengijinkan Kebo Tandes pergi berarti akan menghambat tugas yang dibebankan kepadanya yang berarti diuea ia ingkar akan janji yang telah disanggupi kepada raja.
Hal yang demikian itu berarti memberikan 10 tuntunan yang tidak baik.
Pada hal seorang satria tidak akan berbuat ingkar.
Seorang kesatria harus bertekad teguh, berhati baja, sedkit bi cara banyak bekerja dalam melalukan tugasnya.
la tidak akan berhenti dari usaha dan karyanya sebelurn tercapai tuijuannya.
Setelah diberinya nasehat banyak-banyak barulah istrinya rela melepaskan suaminya.
Kebo Tandes kemudian meneruskan perjalanannya.
Dengan hati yang berat penduduk Ngrajim melepaskan Kebo Tandes.
Seminggu sesudah Kuda Sari ditinggalkan menanturna, hatinya merasa khawatir jangan-jangan ia nanti diganggu oleh orang-orarg jahat lagi.
Walaupun orang-orang jahat yang dahulu telah sadar kembali dan berjanji tidak akan berbuat jahat kembali.
Lebih lebih Rara Sumekar yang menyebabkan hatinya tidak aman ditinggalkan oleh suarninya dalam keadaan hamil.
Untung sekali bahwa Kuda Gede dan Kuda Seta yang sudah terkenal kepandaian silatnya, setelah menolak ajakkan Mahesa Belang untuk memusnahkan keluarga Kuda Sari tidak mau, akhirnya timbullah pikiran kedua teruna ini hendak membantu keluarga Kuda Sari.
Pada saat itu mereka berkenalan dengan Kebo Tandem.
Perkenalannya dengan Kebo Tandes tak ubahnya seperti saudara pada ketika itu.
Akhirnya Kuda Gede dan Kuda Seta bersama sama Kebo Tandes dapat rnengamankan desa Ngrayun.
Ketika Kebo Tandes meninggalkan Ngrayun, meninggalkan pesan agar supaya menjaga keamanannya keluarga Kuda Sari.
Kuda Gede dan Kuda Seta menjanggupinya.
Kembali kepada Mahesa Langking.
Ia merasa gembira sekali setelah mendengar kabar bahwa Kebo Tandes telah meninggalkan Ngrayun.
Ia timbul ingatan jahatnya.
Ia akan kembali meuggoda Rara Sumekar kembali.
Pada suatu malam Mahesa Langking datang kerumah Kuda Sari.
Kebetulan pada saat itu Kuda Sari tidak berada dirumah.
Tentu saja kedatangannya Mahesa Langking tidak menjadikan senang 11 hatinya.
Tetapi untuk menjaga keselamatan dirinya ia berlaku sopan dan sangat waspada.
Mahesa Langking pada saat itu berkata demikian .
"Rara Sumekar, engkau sekarang telah ditinggalkan suamimu. Saya yakin suamimu tidak akan kembali. Sifat suamimu itu adalah seperti sifat kupu-kupu. Habis manis sepah dibuang. Bila sampai demikian apakah yang akan kau harapkan lagi. Siapakah yang akan mengurusimu? Bukankah engkau mengetahui bahwa aku sejak dahulu mencintaimu?"
Rara Surrekar tidak menjahut.
Ia menutup mulutnya tidak mau menjawabnya.
Pada waktu itu ia duduk diatas lantai sambil menyularn.
la tidak mempedulikan kata-kata Mahesa Langking.
Air matanya bereucuran membasahi pipinya teringat akan suaminya yang telah pergi.
Ingat akan anaknya yang masih didalam kandungan.
Mahesa Langking tidak sabar lagi menanti jawaban Rara Sumekar.
Maka berkatalah .
"Bagaimanakah Rara, mengapa engkau tak mau menjawab juga? Inilah kuberikan perhiasan dan mutu-menikam sebagai tanda kasihku kepadamu."
Katanya sambil mendekati Rara Sumekar dengan penuh nafsu.
Rara Sumekar melihat gejala-gejala yang tidak baik itu, dengan segera ia menghunus cundriknya yang diselipkan dipinggangnya.
Rupa-rupanya ketika itu ia telah bersiap sedia.
Katanya dengan geramnya .
"Hai jahanam yang tak tahu diri dan tak tahu malu. Ketahuilah aku ini sudah bersuami. Walaupun aku ini ditinggalkan oleh suamiku, aku tetap mencintainya. Enyahlah hai jahanam dari rumahku ini. Dengan segera, kalau sampai engkau berani menjentub 12 tubuhku maka cundrik ini akan kutikamkan kedadaku. Aku lebih baik mati dari pada aku akan kau jadikan mangsamu."
Melihat kejadian yang demikian itu, ia amat terkejut. Sebab ia tidak menduga sama sekali bahwa Rara Sumekar mempunjai keberanian yang sedemikian nekat. Mahesa Langking kemudian mundur selangkah sambil berpikir demikian.
"Bodoh ... sekali bila aku tidak dapat merebut cundriknya. Aku ini bukan laki-laki bila demikian."
Pikirannya itu kemudian disertai dengan perbuatannya.
Maka dengan sebat yang luar biasa ia menubrut Rara Sumekar.
Tetapi ...
tiba-tiba Mahesa Langking terkena lemparan batu yang besar mengenai dadanya, sehingga Mahesa Langking lantas jatuh terdjerembab Sebelum la bangun kembali, sekonyong- konyong datanglah sesosok bayangan yang datang dart arah jendela.
Tetapi, karena Mahesa Langking memiliki juga ilmu silat yang baik, maka begintu ia diserang lantas mengetakkan dengan jalan mengguling- gulingkan badannya kelantai.
Dan setelah Mahesa Langking bisa berdiri tegak, segera nampaklah didepannya seorang pemuda tampan yang berdiri dengan gagahnya.
la adalah Kuda Seta yang sudah semenjak tadi memang sudah mengintip melalui jendela kamar ini, yang pintunya terbuka sedikit.
Pertarungan berjalan sangat ramainya, dengan waktu yang terIalu lama.
Kuda Seta mengadakan serangan cepat sekali, sehingga Mahesa Langking tidak sempat menghindar.
Dan terpaksalah ia menangkisnya.
Dan terkena tinjunya Kuda Seta Mahesa Langking bergetar dan mundur dua langkah.
Mahesa Langking segera menghunus pedangnya dan kemudian menyerang dengan dahsyatnya.
Pedangnya berkilauan hendak ditikamkannya kelambung lawannya.
13 Dan terpaksalah ia menangkisnya, terkena tinjunya Kuda Seta.
Mahesa Langking bergetar dan mundur dua langkah.
14 Tetapi Kuda Seta memang lawan yang tangguh, karena begitu ia diserang dengan pedang, dengan tenangnya lantas memiringkan tubuhnya sambil menghantam pergelangan tangan lawannya yang memegang pedang.
Kena hantaman ini, pedang Mahesa Langking terpental tinggi keudara dan kemudian jatuh mengenai badan Mahesa Langking, dan mati seketika itu juga.
Setelah tahu kawannya meninggal, Mahesa Belang menyerang dan hendak menuntut bela.
Rara Sumekar segera melawannya.
Cundrik itu ditikamkaa kedada Mahesa Belang.
Ia mati seketika itu juga.
Dengan diiringi oleh perasaan takut kepada musuhaja yang telah ditikamkannya itu.
la tak ada taranya terhadap musuhnya yang dihadapinya itu.
Tetapi karena nafsu dan amarahnya yang menyala nyala itu karena merasa dihinanya sampai berbuat demikian hingga membinasakan lawannya.
Dengan meninggalnya Mahesa Langking dan Mahesa Belang, maka keadaan dirumah Kuda Sari pada waktu itu dalam keadaan hiruk pikuk.
Rara Sumekar karena merasa tidak aman didesa Ngrayun, segera ia lolos dari rumahnya hendak mencari suaminya.
Ia bertekad tebih baik mati dari pada tidak hidup berdampingan dengan suaminya.
Kepergian Rara Sumekar menyebabkaa kesedihan orang tuanya.
Karena sedihnya ia menderita sakit hingga meninggal dunia.
Jenazahnya dirawat dan dikebumikan oleh Kuda Seta dan Kuda Gede beserta penduduk Ngrayun.
Kuda Gede dan Kuda Seta yang baik budi itu, bertekad bulat hendak mencari Kebo Tandes dan Rara Sumekar.
Sebelum ia berangkat mencari Kebo Tandes din Rara Sumekar ia memerlukan menemui gurunya, Empu Lembu Jati.
15 Setelah bertemu dengan gurunya, kedua pemuda itu mengutarakan isi hatinya.
la akan meneruskan darmanya hendak menolong sesama hidupnya.
Empu Lembu Jati memberikan doa restu kepada Kuda Gede dan Kuda Seta.
Sebelum ia berangkat diberikan tambahan ilmu silat lagi, sebegai bekal hidup perjlanan dalam melaksanakan darmanya.
la diberikan ilmu silat yang sangat sakti yang bernarna Kumayan Jati, Ilmu ini mempunial sembilan jurus ilmu silat.
Tetapi mempeiajari gaya jurus ilmu Kumayan Jati bukanlah mudah.
Kuda Seta dan Kuda Gede diajar meloncat tinggi di udara.
Disana ia harus bisa berputar dan turun kebawah dengaa melontarkan serangan.
Menyerang dari atas mempunyai daya tekan dua kali lipat.
Tatkata Empu Lembu Jati memberi contoh, tanab yang jadi sasaran jadi berlubang besar merupakan kubangan sedalam dua langkah seorang laki-laki.
Bisa dibayangkan betapa dahsyat ilmu itu.
Untuk memahami kesembilan jurus ilmu Sakti Kumayan Jati Empu Lembu Jati membutuhkan waktu sepuluh hari lamanya.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kecuali itu, memiliki segi-segi bidikan yang dapat menyekat dan menguasai semua penjuru bidang gerak.
Inilah yang merupakan keistimewaannya.
Sesungguhnya ilmu Kumayan Jati adatah itmu yang merupakan ilmu piningit dari Ernpu Lembu Jati.
Ilmu ini berdasarkan sari-sari dari ilmu .
Kawaskitan, Penglerepan, Pengabaran, Pamapasan, Bandung Bandawasa Leber Saketi, Aji Geneng, Lindu Panon dan Narantaka.
Lima ini diluasai oleh Hyang Wenang, Hyang Tunggal, Manikmaja, Abiyasa, Hanuman, Gandamana, Destarata, Seta, Pandu, Harjuna, Sakipu dan Bima.
Empu Lembu Jati bersama-sama dengan empu Baradah berhasil menjatukan ilmu itu hingga diberi nama Kumayan Jati.
Sebenarnya Rara Sumekar juga metniliki ilmu itu yang diwa- riskan dari neneknya.
Neneknya adatah murid dari Empu Baradah.
16 Tetapi ia baru rnempergunakan bilamana perlu saja.
Datam waktu sebulan saja Kuda Gede dan Kuda Seta telah memiliki ilmu pemberian dari Empu Lembu Jati, Kumayan Jati dan yang lainnya.
Pada suatu hari mereka telah berada didekat dusun Bungkal dalam perjalanannya hendak mencari Rara Sumekar dan Kebo Tandes.
Selama bergaul dengan penduduk dusun itu, mereka senantiasa memberi dan menerimakan petunjuk-petunjuk kepada penduduk didaerah itu yang menuju kearah kesejahteraan rakyat.
Waktu ketika matahari hampir tenggelam dibailk gunung, Kuda Gede mernanggit Kuda Seta.
Kedua saudara ini kemudian berkata Dinda Kuda Seta.
Perjalanan kita sudah jauh.
Dan untuk memenuhi kewajiban kita dalam me1aksarakan darma, sudah tiba waktunya kita berpisah, Kuda Seta terkejut mendeagar kata saudaranya itu.
Maka kata Kuda Seta.
"Kanda. Mengapa kanda hendak meninggalkan dinda, Aku masih memerlukan petunju-petunjuk dari kanda."
"Adikku."
Kata Kuda Gede dengan penuh kasih.
"Ingat ada kalanya datang ada kalanya pergi, bila ada pesta pasti ada waktunya bubar. Kau tahu, biasanya aku tak pernah berkata demikian. Tetapi karena sesuatu hal yang harus kita laksanakan, maka kita harus berpisah. Kita harus membagi tugas."
"Apakah sebabnja?"
Tanya Kuda Seta dengan cemasnya.
"Kita harus membantu Kebo Tandes mencari Kyai Pulanggeni. Bila kita berkerumun saja, tidaklah mungkin akan terdapat yang akan kita cari itu!"
"Ah, kanda kanda. Kanda memang orang yang berbudi. Hati kanda memang mulia dan baik. Kanda, barang siapa menanam pasti akan memetik buahnya. Menanam padi akan tumbuh padi. Kita 17 berbuat baik niscaja kita akan memetik buah yang baik juga. Perbuatan kanda yang baik itu tidak akan dapat dilupakan selama hayat masih dikandung badan."
Kuda Seta adalah pemuda yang kukuh hatinya, ia memiliki banjak sekali ilmu silat yang sakti-sakti, setelah berjabatan tangan dengan kakaknya yang juga memiliki ilmu gaib yang sama.
Ilmu Kumayan Jatinya dipergunakan.
Ia bersemedi sebentar mengucapkan manteranya sambil menjentilkan kedua jarinya sambil berkata.
"Kanda ke barat saya ketimur. Kita nanti bertemu di Kerajaan Kediri setelah selesai menjelesaikan tugas. Selamat berpisah."
Seketika itu juga Kuda Seta tidak kelihatan seakan-akan menghilang.
Kuda Seta berjalan ke sebelah Timur.
Perbuatan adiknya itu kemudian diikuti oleh kakaknya juga.
**** Ran Sumekar sudah sebulan meninggalkan Ngrayun.
Pada suatu hari di suatu tempat ia berdiri setengah berjongkok dengan minta kepada Dawata agar permohonannya dikabulkan.
Sambil bersemedi ia mempergunakan ilmu Kumayan Jati tirggalan neneknya.
Tidak lama kemudian, terdengarlah suara berdengung diudara.
Mendengar suara yang berdengung diudara itu, ia menengadahkan mukanya keudara.
Maka terlihatlah barisan beribu- ribu naga yang tidak lama kemudian datanglah "Hyang Anantaboga' datang menuju ke tempat Rara Sumekar.
Rara Sumekar terkejut kedatangan Hying Anantaboga dengan diiringi oleh ribuan naga yang diikuti dengan bunji tabuh-tabuhan.
Kemudian Rara Sumekar berdiri dengan hikmatnya.
Maka kata 18 Hyang Anantaboga kepada Rara Sumekar .
"Wahai nini Sumekar. Apakah maksudmu sampai-sampai kamu mengucapkan ilmu Kumayan Jati yang mashyur itu hingga mendatargkan kami sekalian?"
Sembah Rara Sumekar .
"Hyang Nagaraja, hamba tertimpa bahaya. Suami hamba meninggalkan hamba, karena hendak mencari Kyai Pulanggeni. Hamba mohon petunjuk dimanakah Pulanggeni berada. Dan kapan kiranya pulanggeni itu dapat dibawa oleh suami hamba?"
Sahut Nagaraja .
"Pulanggeni kini masih disimpan oleh Dewa. Pulanggeni akan dikembalikan ke Kediri nanti pada waktunya. Ia nanti akan kernbali bersama-sama dengan Kalanadah yang sekarang sudah ada ditangan suamimu. Kami akan terkutuk oleh Hyang Jaegatnata bila mendahului menunjukkan letak Pulanggeni. Hanya saja engkau harus segera pergi ke Pranaragi. Suamimu dalam keadaan bahaya. Untuk rnenghindarkan suamimu dari bahaya ini, engkau kuberi pusaka bernama Getah Dewadaru. Getah Dewadaru mempunjai sifat menghisap segala apa yang terjadi dan dapat menolong diri pula. Oleh karenanya begitu mencium binatang hidup, tantas saja bergolak dengan hebatnya. Pergunakan Getah Dewadaru dengan sebaik-baiknya. Dan berangkatlah dengan segera ke Pranaragi. Tetapi hati-hatilah dalam perjalanan nanti kamu akan mendapat berbagai halangan. Walaupun demikian kamu nanti akan menda pat pertolongan."
Rara Sumekar yang mempunjai jiwa pahlawan setelah mendapat pusaka dari Hyang Anantaboga karena berkat khasiat ilmu Kumayan Jati, kemudian meneruskan perjalanannya.
Dalam perjalanannya ia berjumpa dengan gerombolan yang dipimpin oleh seorang yang gagah perkasa.
Gerombolan tersebut pekerjaannya menjadi perampok, Banyaknya gerombolan kira kira terdiri dari dua pulah orang.
Nama gerombolan tersebut Gagak Seta.
Adapun 19 pemimpinnya bernarna Gajah Sura.
Gerombolan Gagak Seta selalu membuat kacau didaerah perbatasaa Bantarangin dengan Pranaragi.
Barang siapa yang melampaui daerah perbatasan tersebut dikenakan bea yang tinggi.
Dan siapa yang tidak mau membayar bea ditawan dan ketnudian dibunuhnya.
Rara Sumakar tidak mengerti bahwa siapa yang melalui perbatasan itu harus melapor kepada kepala gerombolan.
Tetapi pada saat itu ia melalui daerah itu, sama sekali tidak menghiraukan peraturan gerombolan itu.
Maka marahlah anggota gerombolan itu kepada Rara Sumekar katanya dengan bengis .
"Heee, berhenti, bangsat, iblis,"
Katanya dan salah seorang yang datang menghampirinya.
"Apakah kamu tidak mengerti peraturan dan pepali dari peraturan kami? Apakah engkau tudah bosan hidup?"
Mendengar dampratan itu, Rara Sumekar panas hatinya, dengan mulut yang tajam dia membalas dampratan itu.
"Apa katamu? Kau bilang bangsat iblis? Manakah tanda larangan itu. Dan siapakab kalian itu? Punggawakah, penjaga tapal bataskah? Kamu sendiri iblis dan setan, bangsat. Janganlah kalian mengganggu laluku. Apakah kamu sudah bosan hidup?"
Mendengar Rara Sumelear mendamprat orang itu Gajah Sura kelihatan bergembira katanya .
"Ha, ha, ha, memang orang ini molek benar rupanya. Dari pada kamu akan kena denda dan pasti dibinasakan, lebih baik engkau menurut saja manis, menjadi istriku. Engkau akan kujadikan istriku yang keempat. Percajalah manis, kamu tidak akan kekurangan."
"Apa, jadi istrimu?"
Sahut Rara Sumekar.
"Monjongmu yang begitu galak itu pantas ditampar. Kira-kira baru setelah kau mati, aku dapat jadi istrimu."
Kedua puluh orang itu bukan kepalang 20 marahnya.
Salah seorang diantaranya tiba-tiba saja meloncat sambil memukul Rara Stunekar dengan senjatanya.
Ternjata dia bukan seorang sambarangan.
Karena serangannya cepat dan bertenaga.
Rara Sumekar bukan orang sembarangan saja.
Begitu ia di serang, maka dibacanya ilmu pusaka Getah Dewadaru diciumnya.
Mendadak sontak ia diberi kekuatan yang luar biasa dan li-cin sebagai belut.
Orang yang menyerangnya dipukul dengan kaju senjata orang yang menyerang itu jatuh kelabakan.
Dengan mengulum senyum ia menggagalkan serangan sambil memunahkan pula tenaga lawannya.
Penyerang itu terperanjat bukan kepalang.
Mengapa tidak? Sebab serangannya tiba-tiba menjadi kendur.
Seluruh badannya seperti kehilangan urat nadi badannya lemah, seakan-akan kekuatan badannya dihisap oleh sesuatu kekuatan gaib.
Tenaganya habis.
la berusaha menarik senjatanya tetapi tidak dapat.
Badannya lemah lunglai.
Ia sadar akan adanya bahaya.
Maka cepat-cepat ia minta ampun dengan sungguh sungguh.
"Hai ... anjing! Berani benar engkau melawan aku. Aku tidak berdosa tetapi kalian mamah saja. Mungkin buta matamu dan tuli kupingmu. Engkau akan bertingkah dimukaku. Hajo. Minggat!"
Bentak Rara Sumekar dengan menggerakkan tongkatnya.
Orang tersebut tiba-tiba saja terpental diudara dan terlempar sejauh beberapa langkah.
Melihat kejadian tersebut kawan.kawannya keheran-heranan dan tercengang-cengang.
Kesembilan belas kawannya ingin akan menghampiri kawannya.
Tetapi alangkah terkejutnya setelah melihat kejadian yang benar-benar mengagumkan dan aneh.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah tongkat Rara Sumekar dipentalkan diudara, kesembilan betas orang itu jatuh menungging beberapa kali.
Apabila mereka hendak mencoba berdiri, tetapi kembali jatuh terbalik.
Sekali lagi bila hendak berdiri mereka jatuh terbalik kembali.
21 Gajah Sura yang garang juga mengalami nasib seperti kawan- kawan yang lain.
Ia menjaksikan rekan2nya dan dia sendiri berdiungtor batik hanya dengan permainan tongkat Rara Sumekar.
Dengin sekali bentak saja akhirnya mereka terus-terusan menderita.
Oich kare-nanya Gajah Sura tidak berani lagi berlaku gegabah terhadap Rara Sumekar.
Kemudian Rara Sumekar mengambil beberapa ular yang berbisa untuk menggigit penjahat-penjahat yang sombong itu.
Melihat ular-ular berbisa itu datang, menggigit gerombolan Gagak seta, orang-orang itu menggigil ketakutan Sambil berteriak teriak.
"Ampun, ampun Sang Rara. Hamba sudah bertobat. Hamba minta hidup. Aduh .. ampun tuan Puteri ....!"
"Siapakah kau? Dan apakah maksudmu, mengganggu aku?"
Bentak Rara Sumekar. Sahut Gajah Sura.
"Hamba adalah Gajah Sura pemimpin gerombolan Gagak Seta. Hamba adalah kawanan perampok dan perusuh perbatasan Bantarangin Pranaragi. Sudah banyak dosa-dosa hamba. Sebelum hamba bertemu dengan Tuanku hamba tidak ada yang mengalahkan. Tetapi sekarang, karena hamba sudah merasa kalah. Hamba bertobat dengan Tuanku. Mamba barjanji akan membantu tuanku puteri. Dan siapakah Tuan Puteri ini seiungguhnya?"
"Aku adalah istri Tumenggung Kebo Tandes dari Jenggala. Aku hendak mencari suamiku yang pergi ke Pranaragi hendak menghadap baginda Batara Raja."
"Hamba akan mengantarkan apabila Tuanku menghendakinya." 22 Hai minggat! Bentak Rara Sumekar dengan menggerakkan tongkatnya. Orang-orang tersebut tiba-tiba terpental diudara dan terlempar sejauh beberapa langkah. 23
"Bantulah aku. Kalian akan kulepaskan apabila kamu benar- benar sudah bertobat dan akan menuju jalan yang benar. Tinggalkanlah perbuatan jahat yang dapat membuat kalian tidak selamat. Tidak ada sesuatu perbuatan jahat yang dapat muguntungkan. Labih baik kalian berbuat baik. Karena perbuatan baik itu akan mendapatkan pahala Dewata. Barang siapa menanam akan memetik buahuja. Sakali lagi hentikanlah perbuatan jahatmu. Kernballah kejalan yang benar!"
"Tuanku, karena berkat Tuanku hamba bersama-sama dengan kawan hamba garombolan Gagak Seta akan kembali kejalan yang benar."
"Bila demikian halnya, aku bersedia mengampuni kalian. Se- benarnya manusia hidup tak dapat memberikan ampun yang dapat memberikan ampun itu hanyalah Hyang Jagatnata. Jadi perbuatanku ini hanya melantarkan peintah Dewata. Oleh karena itu, bangunlah kalian!"
Katanya sambil membalik tongkatnya, yang pada ketika itu juga terbangunlah mereka dari jatuhnya. Setelah mereka bangun dari jatuhnya, gerombolan Gagak Seta itu kemudian mmjembah lalu Gagak Sura berkata.
"Tuanku baru kali ini hamba mengetahui kesaktian seorang, perempuan seperti kesaktian tuanku. Pada hal kasaktian sernacam kesaktsian Tuanku itu hanya dimiliki oleh Hyang Wenang saja. Oleh karenanya hamba ingin akan berguru dengan tuanku puteri. Karena mungkin tuanku memilikli ilmu Kumayan Jati."
"Gajah Sura, saya tidak dapat mengatakan memiliki ilmu itu atau tidak. Sebab itu saja belum dapat menjanggupi apa yang kau minta itu. Hal tersebut nanti baru akan kusanggupi setelah usahaku tercapai. Kalian harus mengetahui bahwa saya dewasa ini sedang melaksanakan tugas untuk mencari suami saja. Maka dari sebab itu tetaplah kalian ditempatmu dengan memulai lembaran baru, saya 24 tentu akan mengetahui bila kalian akan berbuat jahat lagi. Hanya saja engkau Gajah Sura dan salah seorang yang kau pilih sendiri, kuperintahkan untuk pergi kedesa Ngrayun, menetaplah disana, carilah tempat Kuda Sari. Bila ada orang yang hendak mengganggu dia, dapatlah kau berbuat menurut kehendak hatimu. Dan apabila terjadi hal hal yang tidak menyenangkan, beritakan dengan segera kepada kami. Carilah kami di kerajaan Pranaragi!"
"Atas titah sang Rara akan hamba laksanakan. Keperecayan yang tuanku berikan kepada hamba akan hamba junjung tinggi. Mudah mudahan hamba dapat melaksanakan titah Tuanku itu."
Setelah mereka membagi tugas masing masing, dan melebur gerombolan Gagak Seta maka Rara Sumekar meneruskan parjalanannya ke Pranaragi.
**** Perjalanan Kebo Tandes ke Pranaragi pada waktu itu di- perjalanan tidak mendapat halangan suatu apapun.
Ringkasnya sudah sarnpailah di Pranaragi dengan selamat, Kedatangan Kobo Tandes ke Pranaragi disambut dengan baik oleh Batara Raja.
Setelah Bitara Raja menanyakan keselamatan Raja Hamiluhur dan Raja Amijaya, baginda bersabda.
"Kebo Tandes, kedatanganmu di Pranaragi, sudah katui ketahui maksudmu. Tetapi karena soal hilangnya Kyai Pulanggeni ini sudah ditakdirkan oleh Dewata. Karena ananda Amiluhur terIalu gegabah mempergunakan pusaka kerajaan tidak pada tempatnya. Bukankah Ngreni itu tidak berdosa? Memang cinta yang murni itu mengalami banyak pengorbanan. Ananda Amiluhur telah merenggut cinta kasih puteranya dengan Ngreni. Dewata tidak menghendakinya. Oleh 25 karena ananda Amiluhur mendapat murka. Dewata. Kebo Tandes, memang sudah akan menejadi takdir Dewata bahwa hanya engkau atau setidak-tidaknya anak-anakmu kelak yang akan dapat membawa Jenggala dan Kediri bersatu kembali dan bagaimana nasib Kyai Pulanggeni selanjutnya itu menjadi rahasia Dewata. Tidak seorangpun mahluk didunia ini yang diperkenankan memberi tahukan dimana Kyai Pulanggeni berada. Barang Siapa berani menunjukkan dimana letak Pulanggeni akan mendapatkan kutukan dan siksa dari Dewata. Kebo Tandes, kelak Kediri akan mengalami kejajaan seperti zaman Kaka Prabu Airlangga. Putera Panji nanti yang akan memper satukan Jenggala dan Kediri. Tetapi Kebo Tandes, karena perbuatanmu mengambil Kyai Kalanadah dari Bantarangin itu, nanti kau akan mengalami sedikit halangan. Karena tidak lama kemudian, Patih Buljangganong akan datang kemari hendak menanyakan kepada kami dimana keris pusaka itu berada? Nanti akan terjadi suatu pertempuran denganmu. Engkau akan tertimpa bahaya, tetapi tidak mengapalah. Engkau akan mendapat pertolongan."
Sembah Kebo Tandes .
"Daulat Tuanku, hamba sudah merasa, bahwa perbuatan buruk itu tentu akan berakibat buruk dan akibatnya akan memetik dari buah perbuatannya itu. Tidak mengapalah Tuanku. karena perbuatan hamba tersebut, maka hamba akan menderita. Tetapi tuanku, hamba berbuat demikian tidak karena niat jahat hamba akan tetapi karena hamba ingin akan mempersatukan kembali Pulanggeni dan Kalanadah Karena Kalantdah itupun dahulu juga, milik Kerajaan Kediri. Tetapi akhiraja hilang juga. Jadi sambil menyelam minum air, Kalanadah berada di Bantar Angin hamba ambit itu. Kalanadah adalah milik Kediri / Jenggala. Hamba mengetahui akan hal itu. Maka perbuatan salah harnba itu karena untuk negara." 26
"Kebo Tandes, raja mengetahui apa yang telah kau ucapkan itu. Tadi telah kami ucapkan dan kau telak kami beri tahu, yang mama kaulah dan anak-anakmulah yang akan dapat mempersatukan Jenggala dan Kediri kembali. Jasamu memang besar. Terhadap negara. Tetapi kalian jangan mabuk akan jasa. Barang siapa mabuk akan jasa akhirnya akan hilang keluhuran dan keperwiraan budirnu, Kau lebih baik memberi dari pada menerima. Kau lebih baik dicaci dari pada dipuji karena kau akan mendapat keperwiraan batinmu Karol yakin bahwa engkau memang orang yang pantas mendapat penghargaan. Tetapi Keto Tandes, orang berjalan itu tentu ada sanduugannya. Tetapi sandungan itu tidak akan membahayakan. Sabab itu hanya merupakan pupuk hidupmu, sebagai menambah jalannya riwajat hidupmu. Jangan khawatir hadapilah segala sesuatunya dengan tabah. Ejang akan membantumu dengan sekuat tenaga. Pergilah kebelakang. Kini Patih Bujangganong sudah akan datang. Kebo Tandes kemudian pergi ke belakang, dengan diiringkan oleh dayang dayang pergi keternpat yang telah dicediakan untuk- nya. Tidak lama kemudian masuklah Patih Bujangganong dari Bantar Angin datang menghadap Baginda Dewa Raja. Setelah dipersilahkan duduk oleh Baginda Dewa Raja dan ditanya sebab musababnya kedatangannya mereka. Patih Bujangganong mengatakan bahwa kedatangan ke Pranaragi hendak, menanyakan hilangnya keris pusaka Kalanadah dari Kerajaan Bantar Angin. Baginda Dewa Raja bersabda demikian .
"Bujangganong. Keris pusaka itu dahulu milik Kerajsan Kediri. Jadi sekarang sudah waktunya kembali ke Kediri. Adapun yang mengambil utusan raja Kediri yang kalian sudah mengenalnya karena orang itu dahulu musuhmu. Ialah Klana Sari. Adakah engkau berani melawan kembali Klana Sari atau Kebo Tandes yang segera akan kami datangkan ke Pranaragi ?" 27
"Daulat Tuanku. Sebenarnya hamba senantiasa mengalami kekalahan apabila melawan Klana SAri. Tetapi apa boleh buat hamba akan lawan lagi Kebo Tandes sampai titik darah hamba yang penghabisan."
Baginda Dewa Raja segera mengerlingi biti-biti perwara sebagai isyarat untuk memanggil Kebo Tandes. Tidak lama kemu dian biti-biti perwara itu menghadapkan Kebo Tandes dimuka Baginda. Maka sabda baginda .
"Hai Kebo Tandes, sudah kenalkah engkau dengan orang itu?"
Jawab Kebo Tandes dengan menjembah . ? Hamba sudah mengeral orang tersebut.
"Ia adalah Patih Bujangganong dari kerajaan Bantar Angin, tuanku."
"Bila demikian halnya. Menurut keterangaa dari Bujangganong engkau mengambil pusaka Bantarangia?"
"Betul Tuanku. Karena pusaka tersebut sebenarnya pusaka Kediri juga. Dahulu pusaka itu hilang ketika terjadi pertempuran antara Kediri dan Jenggala persoalan perbatasan. Pada waktu ramai ramainya berperaug pusaka itu hilang. Empu Baradah dahulu memberi tahukan bahwa pusaka itu akan kembali dengan perantaraan seorang raja. Maka pusaka itu hamba ambil Akan hamba kembalikan kepada yang berwajib. Jadi tidaklah ada yang berhak akan pusaka itu, kecuali Baginda Kediri."
Mendengar keterangan Kebo Tandes tersebut, Patih Bayangganong papas hatinya. Ia menyembah sambil menyambung perka-taan Kebo Tandes.
"Ampun tuanku. Ijinkanlah hamba memberikan jawahan akan keterangan Kebo Tandes, Hai Kebo Tandes. Engkau adalah manusia berwatak binatang. Engkau tidak tahu kebaikan. Engkau di Bantar Angin diberi anugerah baginda yang luar biasa. Tetapi 28 akhirnya engkau berbuat pagar makan tanaman. Dasar pencuri berkedok pembesar. Sekali pencuri tetap pencuri. Jadi jangan1ah engkau banyak alasan Ajo lekas kernbalikan pusaka itu. Jika engkau tidak mau ngernbalikan pusaka tersebut akan kubuauh!"
Jawab Kebo Tandes.
"Bujangganong, tutuplah malutmu. Aka bukan anak kecil,. Kaulah barang kali pencurinya. Marilah kita beradu kekuatan lagi. Aku tidak akan takut malawanmu."
Baginda Dewa Raja bersabda untuk memisah pertengkaran mulut itu. Sabdanya.
"Hai Buijangganong dan Kebo Tandes janganlah kalian beradu mulut dibalairung ini. Sekarang kalau mamang kalian itu benar-benar perwira, pergilah kelnar. Saya ingin mengetahui siapa nanti yang menang."
Mendengar perintah tersebut kedua orang itu kemudian menuju ke alun-alun hendak mengadu kekuatan. Keho Tandes menjadi marah sekali. Dengan nada yang tinggi ia berkata hampir menjerit. Katanya .
"Bujangganong. Kau telah menghina kami. Apakah kau kira hahwa kami tak mam pu bertindak. Dengarlah baik-baik. Kami berbuat demikian karena pusaka itu betul-betul milik Prabu Airlangta almarhurn yang diwariskan kepada Prabu Lembu Amiluhur. Jadi janganlah kamu anggap aku ini sebagai pencuri dan pengecut Apakah kau kira bahwa kami tidak berani dengaamu. Ingatlah ketika kami bertempur di Bantar Angin dengannm? Kami tahu bahwa kau hanya akan selalu mencari muka saja. Sekarang katakan kepada kami, apa maksudmu??"
Maka patih Buijangganong menjadi rnenyala-nyata.
Dengan gigi gernertak ia menyahut, Jangan banyak bicara.
Marilah kita meneruskan mengadu kekuatan".
29 ? Diam .--- Akibat kata-kara itu, Kebo Tandes menarik napas, untuk mencari siasat yang sebaik-baiknya.
la berdiri seperti patung.
Tetapi kernudian dengan tiba-tiba dengan tidak berkata apapan Bujngganoig menyerang Keho Tandes dengan hebatnya.
Tangannya dengan deras mengarah kearah rahang sedang tangannya yang lain menjambar leher.
Ia bermaksud melumpuhkan lawanya dengan sekali gerak.
Tetapi teranyaat Kebo Tandes yang berdiri dihadapannya itu benar benar telah rnembinguagkan benaknya.
Dengan gerak yang tangkas Kebo Tandes menggeser tubuhnya sehingga serangan Bujangganong tidak mengenai sasarannya.
Kembali Bujangganong terpaku.
Tetapi hanya sesaat.
la sadar bahwa ia harus menyelamatkan dirinya ketika Kebo Tandes membalas menyerangnya.
Sehingga sekejap kemudian terjadilah pertempuran diantara kedua orang itu.
Namun sudah agak lama Bujangganong masih sangat meremehhkan lawannya.
Ketika para pergawalnya akan membantu, ternyta berkata dengan sombongnya .
"Bujangganong lawanlah. Bujangganong yang sekarang bukan Bujangganong yang dahulu."
Berkata demikian itu dengan meneruskan penyerangannya.
Maka berlangsunglah perkelahian yang sengit Karena Bujang ganong bertempur seorang diri.
Beberapa saat kemudian Bujang ganong diganggu oleh kerisauan hatinya.
Karena sama sekali ia tidak menduga bahwa Kebo Tandes itu mampu melawannya sampai beberapa lama.
Bujangganong semakin mendidihlah darahnya.
Timbullah berbagai dugaan mengenai Kebo Tandes.
Sehingga sambil bertempur berteriaklah ia.
"Hai Kebo Tandes, lebih baik kau menyerahkan Kalanadah dari pada engkau akan kembali namarnu saja. Barangkali engkau akan mati terlebih dahulu sebelum kau membunuhku." 30 Kebo Tandes mernberi kesempatan kepada Bujangganong sarnpai habis bicaranya, Tetapi setelah itu seperti angin ribut menyerang ia dengan dahsyatnya. Sekali lagi Bujangganong terkejut. Dengan agak sibuk. ia berusaha mernbebaskan dirinya. Untunglah bahwa iapun memilikt ilmu silat yang cukup. Sehingga dengan suatu gerakan melingkar dan metoncat ia dapat menghindari serangan Kebo Tandes. Maka dengan kemudian pertetnpuran itu menjadi semakin sengit. Sedang Bujangganong menjadi semakin heran pula melihat tandang lawannya. Perternpuran itu berlangsung-semakin larna semakin dahsyat. Kedua-duanya mempergunakan ihnu silat yang tinggi. Apa yang ablakukan oleh Bujangganong dapat ditangkis pleb Kebo Tandes. Untunglah bahwa Kebo Tandes tidaklah sembarangan saja ilmunya. Kedua-duanya saling mengeluarkan ilmunya masing-ma-sing yang telah dimilikinya, Bujangganong meajadi gelisah. Maka sekail lagi ia berteriak .
"Hai Kebo Tandes yang sornbong. Tidaklah engkau nienyerah ke pada ku?"
Jawab Kebo Tandes dengan marah juga .
"Buat apa aku menierah kepadamu. Sebab sebentar lagi narnamu akan terhapus dari muka bumi ini."
Bujangganong yang sombong itu selama hidupnya selalu dihormat dan dimanjakan.
Ia mabuk kebahagiaan data gila hormat.
Karena itu maka ia tidak lagi berpikir yang lain kecuali membinatakan lawannya.
Ia tidak lagi memperdulikan apakah la- wannya itu sakti atau tidak bersenjata atau tidak.
Cepat seperti kilat tangannya menarik pedangnya dan diputarnya seperti baling-baling.
Ternyata ketangkasannya mengolah senjata tidak mengecewakan pula.
31 Melihat lawannya bermain pedang Kebo Tandes meloneat beberapa langkah mundur, dan dengan gerak yang tidak kalah cepatnia telah memegang sebuah ujung keris.
Itulah Kyai Kala- nadah.
Bujangganong sendiri belum pernah melihat keris itu.
Kare- na itu ia sama sekali tidak terkejut.
Bahkan ia menyerang dengan garangnya.
Namua perlawanan Kebo Tandespun tidak kalah dahsyatnya pula.
Tetapi agaknya salah seorang pernah mengenal keris itu.
Keris yang metnpunjai cahaya yang bersinar kebiru- biruan.
Karena itu dengan gugupnya ia berkata.
"Kyai Patih, hati hatilah itu keris pusaka Kalanadah."
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Meskipun Bujangganong belum pernah melihat Kyai Kalanadah, tetapi ia pernah mendengar namanya.
Karena itu ketika ia mendengar nama tat ditebutkan, iapun menjadi terkejur dan meloncat mundur.
Kebo Tandes kini benar-benar sudah tidak dapat mengemudikan perasaannya lagi.
Maka ketika ia menderngar orang yang menjebut nama keris Kyai Kalanadah ia bertanya demikian.
"Hai Singalodra. Apakah maksudmu menjebut-nyebut nama pusaka itu?"
"Maksudnya agar Kyai Patih berhati-hati. Karena siapa saja yang kena pusaka itu akan mati juga."
Mendengar pereakapan itu Buijangganon menjadi berdebar- debar.
Ia ingat ketika ia bertempur di Bantar Angin.
Dalam saat yang sesingkat itu Bujangganong otaknya berputar keras.
la mencari muslihat bagaimana agar supaya Kebo Tandes dapat dijebaknya.
Ia berniat hendak rnembunuh Kebo Tandes.
Maka diperintahkanlah pengawal-pengawalnya untuk menangkap Kebo Tandes.
"Ajo tangkaplah Kebo Tandes!. Masakan kalian sebanyak itu tidak dapat menangkap seorang saja." 32 Mendengar perintah Bujangganong, Siagalodra beserta kawan- kawannya bagaimanapun juga mereka adalah utusan dari Bantar Angin. Ia harus melakukan tugas. Walaupun Kebo Tandes merne gang pusaka Kyai Kalanadah. Mereka berpedoman harus menangkap gebo Tandes hidup atau mati. Karena itu maka segera mereka berloacat meriyerbu. Kebo Tandes dikerojok oleh beratu-ratus orang prajurit dari Bantar Augin. Mendapat serangan yang tiba-tiba itu Kebo Tandes merasa kewalahan. Suasana menjadi ribut. Mereka berjejal-jejal orang yang hendak menangkap Kebo Tandes. Kuda Cede yang telah memiliki ilmu Kumayan Jati dan bertekad hendak membela Kebo Tandes pada saat itu sudah sampai di Pranaragi. Melihat Kebo Tandes bertempur mati-matian sendirian, ia tidak dapat tinggal diam. Segera iapun manerjunkan dirinya kedalam kekalutan itu. Kuda Gede datangnya dengan tiba- tiba. Melihat Kuda Gede orang yang belum dikenal oleh prajurit Bantarangin turut campur, marahlah mereka, Maka dengan acuh tak acuh Singalodra mendorong Kuda Gede kepinggir. Tetapi betapa terkejutnya, ketika tangannya seakan akan rnenyentuh bentang besi. Ia tidak dapat mendorong Kuda Gede, melainkan Singalodra sendiri terdorong surut. Maka segera Singalodra mengerti bahwa Kuda Gede tidak sembarangan saja. Sama halnya dengan Kebo Tandes. Oleh karena itu maka ia tidak menganggap lagi bahwa musuhnya sudah tidak berarti lagi. Dengan demikian ternaksa ia menyediakan tenaga sepenuhnya untuk melawan Kuda Gede, dengan perhitungan, bah-wa biarlah Bujangganong mendapat bantuan dari orang orang yang telah datang kesitu. Kemudian apabila ia telah dapat menyingkirkan Kuda Gede barulah ia akan menangkap Kebo Tandes. Sesaat kemudian dapat diketahui oleh Para pengawal Bujangganong dengan segera bahwa dugaan akan penangkapan 33 Kebo Tandes jadi meleset. Mereka sama sekali tidak dapat segera menyelesaikan tugasnya. Kebo Tandes ketika harus menghadapi lawannya yang jumlahnya sama sekali tak seimbang menjadi agak terdesak. Tetapi untunglah bahwa ia memiliki keuletan serta ketabahan hati, ditambah pula Kuda Gede datang membantunya dengan terus menerus mendesak lawannya. Sekalian tenaganya telah dapat dipergunakannya untuk mengurangi tekanan pengerojokan terhadap kawannya yang sangat karib itu. Beberapa saat kemudian Bujangganong yang cerdik merasa bahwa akhir dari pertempuran itu tidaklah seperti yang diharapkan. Beberapa orang yang mengerojok akhirnya bertempur melawan kawannya sendiri. Sehingga terpaksa beberapa kali ia harus berteriak-teriak dan memukul-mukul kawannya sendiri. Kelihatannya sangat men- jengkelkan. Karena hal itulah yang akhirnya membuat perhitungan- perhitungan dengan mereka dalam waktu yang dekat harus dapat mengatasi keadaan dan setidak-tidaknya ia harus dapat menjelamatkan diri sendiri. Pertempuran itu semakin lama menjadi semakin ribut dan kacau. Dalam keadaan yang demikian Kebo Tandes dan Kuda Gede menjadi kehilangan pengamatan akan lawan-lawan utamanya. Beberapa orang yang berlari-lari kian kemari itu, sangat mengganggunya. Banyak orang-orang yang mendorong-dorong badannya. Kuda Gede yang segera dapat mengerti dan menguasai masalah tersebut menjadi sangat marah. Ia berniat akan menghajar kepada orang yang hendak mengacau itu. Karena itulah maka dengan sekuat tenaga ia menerjang orang-orang yang menghaiang halanginya. Setelah Bujangganong tidak kelihatan, maka Kebo Tandes segera meloncat dan menyisihkan orang-orang yang sedang kacau itu. Beberapa orang jatuh bergu- lingan dan terinjak kawan-kawannya sendiri. Narnun Kuda Gede 34 dan Kebo Tandes sama sekali tak memperdulikan kepada mereka itu. Perhatiannya terpusat kepada Bujangganong. Tetapi alangkah kecewanya setelah Kuda Cede dan Kebo Tandes sampai dibawah pohon Beringin Kurung dimana Bujangganong mundur tadi sudah tidak kelihatan. Ia sudah melarikan diri dengan naik Kuda. Setelah Bujangganong lari, Singalodra dan pengikut-pengikutnya yang lainpun melarikan diri. Melihat kejadian tersebut Kebo Tandes dan Kuda Gade berpeluk-pelukan. Karena Kebo Tandes tidak mengira sama sekali dapat bertemu dengannya. Ia menanyakan keadaan desa Ngrayun dan istrinya. Maka diceriterakan oleh Kuda Gede bahwa . Kuda Sari telah wafat dan Rara Sumekar pergi mencari Kebo Tandes. Mendengar keterangan tersebut Kebo Tandes merasa sedih, tetapi apa beleh buat memang sudah menjadi suratan takdir Dewata. Harus demikian. Ia hanya berdoa mudah-mudahan arwah mentuanya dapat diterima oleh Dewata dan istrinya selamat dalam perjalanan. Setelah rnusuhnya meninggalkan Pranaragi, Kebo Tandes dan Kuda Gede pergi rnenghadap baginda Batara Raja. Sabda Baginda Raja kepadanya .
"Kebo Tandes dan engkau Kuda Gede, bahagialah engkau yang telah menang perang. Tetapi janganlah engkau tertawa karena mendapat kemeaangan dan kesenangan. Tetapi janganlah sedih apabila mendapat kesedihan. Ingatlah bahwa suka, duka, kaya, miskin dan sebagainya itu tidaklah langgeng. Didunia ini tidak ada yang sempurna. Berdoalah engkau selalu kepada Dewata agar kamu senantiata meudapat perlindungan Dewata. Kebo Tandes, manusia ada kalanya menanals tetapi ada kalania pula akan tertawa. Siapa yang telah mengalami kesusahan, akan mengalami kesenangan. Hujan tidak akan terus menerus, pada waktunya akan berhenti juga. Hai Kebo Tandes, karena engkau sudah banyak darmamu kepada sesama manusia, Ejang akan tambah bergembira lagi apabila kamu 35 memiliki aji Panca Sejati. Aji Panca Sejati itu tidak hanya merupakan tindak perbuatan saja, melainkan harus diamalkan juga. Panca Sejati bersumberkan kepada kebaktian kepada Hyang Maba Agung. Berperi Kemanusian, kepada siaapapun saja. Ingin bersatu kepada seluruh sesama warganya. Artinya kepada seluruh narapraja, narakarya dan kawula seluruhnya. Hingga memujudkan suatu persatuan yang bulat. Bermusjawarat tentang segala sesuatunya agar timbul kata sepakat. Karena pendapat seorang itu tidak akan dapat dikatakan benar bila tidak dimusyawarahkan lebih dahulu dan yang terakhir berlaku adil terbadap siapapun. Inilah Aji Panca Sejati itu. Apabila ilmu itu kau jalankan, kamu akan menemui sari-sarinya. Sarinya ialah . Persatuan atau bergotong royong. Hanya saja Kebo Tandes aku ingin mengetahui lagi kesetianmu dan keteguhan hatimu. Kamu terpaksa harus kami masukkan dalam penjara. Apakah sebabnya kamu kami masukkan dalam penjara, Sebab engkau telah berbuat dosa. Dosamu ialah, karena engkau berbuat melakukan perbuatan mengambil secara tidak syah pusaka Kyai Kalanadah di kerajaan Bantarangin. Walaupun sebenarnya Klana Sewandarapun tidak berhak atas itu. Bukankah orang yang bersalah itu harus dihukum juga? Apabila kami tidak menghukum perbuatanmu, berarti aku tidak mengetahui akan jalannya hukum. Maka laksanakan hukuman ini di Sripenganti. Hai biti-biti perwara serahkan Kebo Tandes ini kepada Singa negara Sripenganti agar dimasukkan dalam penjara, dengan perawatan yang lain dari pada yang lain. Bagimu, Kuda Gede yang telah memiliki ilmu Kumayan Jati. Janganlah ragu-ragu lagi, teruskan darmamu untuk menolong sesama seperti ajaran gurumu Empu Lembu Jati. Kamu kami beri pekerjaan sebagai pemimpin latihau para prajurit kami di Pranaragi sini." 36 Walaupun dengan berat bagaimanapun juga, Kebo Tandes terpaksa menerima cobaan itu. Karena apabila tidak demikian, ia merasa masih mempunjai hutang yang harus dibayarnya Kebo Tandes menerima saja apa yang diputuskan oleh Baginda Batara Raja. Siapa tahu siksa yang diterimanya itu nanti akan menghasilkan sesuatu yang tidak terduga duga. Kebo Tandes dalam penjara sangat sedih sekali. Siapa orangnya yang tidak merasa sedih. Ia sekarang terkurung dikamar yang kukuh dan gelap. Makannya tidak teratur. Lebih-lebih bila ia ingat akan keadaan yang dulu-dulu. Di Jenggala ia adalah bupati yang terpuji dan dekat dengan para putera raja. Di Bantarangin ia diangkat menjadi Klana yang dihormati din disegani. Tetapi sekarang ia berada dalam terungku yang selama hidupnia belum pernah dijalani. Sebenarnya Kebo Tandes bila mau dapat meloloskan diri. Tetapi ia tidak akan berbuat demikian. Ia harus melaksanakan keputusan Baginda Batara Raja. Akhirnya Kebo Tandes didalam penjara senantiasa berdoa minta kepada Dewata agar ia dapat perlindungannya. la tidak tidur siang dan malam. Dan tidak mau diberikan catu. Ia bersemedi terus. Jiwa dan raganya diserahkan kepada Hyang Maha Agung. Baginda Batara Raja benar-benar memuji akan keteguhan dan kelabahan hati Kebo Tandes. Baru nanti setelah sampai pada saatnya Kebo Tandes akan dikeluarkan dari penjara setelah istrinya menjusul. **** BAGIAN III 37 RARA SUMEKAR setelah mengalahkan perampok-perampok yang tergabung dalam gerombolan Gagak Seta rneneruskan per- jalanannya menuju ke Pranaragi. Pada waktu itu ia sudah hamil tua. Sudah waktunya melahirkan bajinya. Rara Sumekar selalu minta kepada Hwang Maha Agung agar dlicurniai kekuatan hatinya. la berdoa mudah-mudahan kelahiran anaknya dapat ditunggui oleh ayahnya. selama dalam perjalanan ia senantiasa memikirkan suaminya. Ia berulang-ulang menjebut suaminya. Hatinya selalu teringat kepadanya. Pada waktu itu perjalanannya sudah sampai diperbatasan Pranaragi. Ia berhenti disebuah pondok seorang tua. Rara Sumekar bertanya kepada orang tua itu katanya.
"Bibi benarkah ini Pranaragi ternpat Keraton Baginda Batara Raja?"
Jawab orang tua itu.
"Betul nak, disini ini ibu kota kerajaan Pranaragi. Sekarang bibi ingin bertanya kepada anak. Siapakah anak itu? Dengan maksud bagaimanakah nanda datang ke kerajaan Pranaragi dan ananda berasal dari mana?"
Sabut Rara Sumekar.
"Bibi saja ini istri Tumenggung Kebo Tandes dari Jengga1a. Adapun saja berasal dari desa Ngrayun anak dari Kuda Sari."
Mendengar kata-kata Kuda Sari dari Ngrayun, orang tua ini terperanjat sekali. Maka diulangilah kernbali pertanjaannya dengaa. agak keheran-beranan.
"Dari Ngrayun? Anak Kuda Sari. Bila benar benar demikian siapakah namamu yang asli nak?"
Jawab Rara Sumekar .
"Saja bernama Rara Sumekar atau Retna Sumekar bibi."
Entah disebabkan karena apa orang tua itu lama sekali memandang Rara Sumekar.
Seakan-akan ada yang dipikirkannya, Ia 38 sebentar-sebentar menunduk, kemudian mengarnat amati, kembali Ran Sumekar.
Rupa-rupanya setelah ia yakin benar, kemudian ia rnengharnpiri Rara Sumekar, kemudian dipeluknya.
Dan diciuminya sepenuh hatinya sambil berkata.
"Duhai anakku. Tidakah aku mengira akan bertemu dengan engkau. Dimanakah ayahmu? Aku inilah iburnu. yang telah lama meninggalkan ayahmu karena perbuatan kejam penjahat-penjahat di Ngrayun yang bernama Mahesa Ronggah. Ia adalah pengecut anakku. Oleh karenanya aku meninggalkan kau masih kecil. Ibu difitnah nak. Sehiugga ayahmu lupa kepadaku. Akhirnya ibu lari, meninggalkan ayahmu yang saya cintai pergi mengembara ke Pranaragi disini menemui pamanmu. Adik ibu. Kemudian aku diserahkan kepada Baginda Batara Raja, aku diangkat menjadi inang pengasuh di Keraton. Sumekar, Sumekar tidaklah kuduga sama sekali aku akan bertemu dengan engkau anakku. Bagaimanakah kabar ayahmu? Rara Sumekar menjawab sambil memeluk ibunya dengan bercucuran air matanya .
"Ibu, mungkin sudah menjadi takdir Dewata ananda di- pertemukan disini. Memang kami telah lama ingin akan mengetahui ibuku. Sering kali nanda bertanya kepada ayah dimana sekarang ibu, dijawabnya oleh ayah katanya ibu telah wafat. Bila saja menanyakan dimana kuburnya dijawab oleh ayah jauh dari sini. Ayah sama sekali tidak mau menerangkan dengan sesungguhnya Tetapi ibu, apabila ayah habis saya tanya perihal ibu, ia menangis ibu. Seakan-akan ada yang dipikirkannya. ayah akhirnya kurus bu. Perihal perbuatan Mahesa Ronggah diterus-teruskan bu. Ia senantiasa berbuat yang tidak senonoh. Mengacau keadaan desa Ngrayun. Perbuatannya dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Mahesa Langking. Untunglah ibu, ananda ditolong oleh menantu ibu yang bernama Kebo Tandes seorang bupati dari Jenggala yang menyalankan tugas. 39 Menantu ibu pergi aku diganggu lagi oleh Mahesa Langking dan kawan-kawannya. Akhirnya karena nanda mangkal saja dapat rnembunuh kawan Mahesa Langking yang bernama Mahesa Be- lang. Karena saja merasa tidak aman lagi, akhirnya ananda pergi mencarisuami nanda yang menurut keterangannya dia berada di Pranaragi sini. lbu, ibu, nanda merasa berbahagia bertemu dengan ibu. Alangkah gembiranya menantu ibu bila dapat bertemu dengan ibu. Hanya sembah bakti nanda saja terhadap ibu."
Kedua makhluk yang telah dipertemukan ini merasa babagia bahwa mereka dapat berkumpul kembali setelah di pisahkan beberapa tahun lamanya. Setelah berceritera mengenai hal yang telah mereka alami, kemudian Nyai Kuda Sari berkata demikian .
"Rara Sumekar, ketahuilah beberapa bulan yang telah lalu Baginda Batara Raja ketamuan seorang yang tampan dan gagah perkasa. Menilik roman rnukanya prijagung tersebut pasti orang yang mempunjai bakat memimpin. Asalnya dari Jenggala tetapi sudah merantau kemana-mana. Tetapi setelah ada utusan dari Bantarangin Prijagung tersebut akhirnya berkelahi melawan utusan Bantarangin. Utusan Bantar Angin kalah. Tetapi entah karena apa priyagung tersebut akhirnya di penjarakan. Nama Prijagung tersebut Kebo Tandes."
Mendengar keterangan ibunya itu, ia tercengang dan kemudian ia bertanya.
"Kebo Tandes? Dibukum? Dipenjarakan oleh Baginda Batara Raja? Apakah saiahnya. Aduh ...kanda ... Aku harus menuntut bela. Ibu ... ijinkanlah ananda menghadap baginda."
"Ananda Sumekar. Sabarlah anakku. Dengarkanlah nasehat janganlah engkau tergesa gesa menghadap baginda. Karena Baginda Batara Raja itu mempunjai sifat dan perangai yang lain dari pada yang lainnya. Beliau berbuat demikian tentu ada sebab-sebabnya. 40 Biasanya beliau kalau mencoba seseorang yang akan menjadi muridnya, tentu melalui jalan yang beraneka macam. Bukankah baginda Itu sudah asalira Batara. Beliau manusia yang berjiwa dewa Beliau selalu arif dan bijaksana. Jadi janganlah nanda tergesa-gesa menghadap baginda. Barang siapa yang kuat akan cobaan cobaan yang diberikan oleh Baginda Batara Raja, akan mendapat anugerahnya. Tetapi yang tidak kuat akan meagalami sesuatu hal yang tidak diinginkan."
"Ibu, walaupun bagaimanapun jua, nanda ingin akan bertemu dengan kanda Kebo Tandes. Kasihan dia, anaknya yang ada dalarn kandungan ini sangat rindu dengan ayahnya."
"Nanda, mana bisa kamu akan menemui suamimu. Karena ia dikurung dalam kamar gelap yang dilingkari oleh tembok yang tinggi."
"Kami sanggup menemuinya ibu. Bukankah ibu mengetahui bahwa nanda dahulu diberi wasiat oleh nenek, Ilmu Kumayan Jati. Dari ilmu itu akan kugunakan untuk menemui kakanda Kebo Tandes."
"Kalau memang begitu kehendaktnu, ibu tidak dapat berbuat apa-apa. Tetapi hati-hatilah. Baginda Batara Raja itu bijaksana dan mengetahui apa yang akan terjadi dan telah terjadi."
"Doa restu ibu nanda minta, mudah-mudahan terkabul apa yang akan nanda lakukan ini. Kasihan kanda Kebo Tan-des "
Katanya sambil bersemedi dengan khidmadnya.
Rara Sumekar yang memang telah dianugerahi kepandaian dan dapat memegang ilmu Kumayan Jati, ia mempergunakan ilmu palimunan.
Dengan demikian ia tidak dapat dilihat dengan mata orang lain.
Segera ia pergi ke penjara dimana Kebo Tandes berada.
Ia masuk ke Sri Penganti dengan mudahnya hingga dapat masuk kedalam penjara.
41 Tetapi eloknya sernua tempat dimasukinya, tidak terdapatiah Kebo Tandes dalarn penjara itu.
Berkali kali tiap hamir gelap dimasukinya, namun Kebo Tandes tidak dapat dijumpai.
Kebo Tandes hilang.
Hal yang demikian itu menyebabkan kepiluan rasa hati Rara Sumekar.
Kemudian ia keluar dari penjara dengan menangis tersedu-sedu.
Rara Sumekar marab, didatangkanlah beribu-ribu naga untuk mencari Kebo Tandes, namun tidak berhasil.
Tetapi anehnya, bersarnaan dengan datangnya berihu-ribu ular naga itu, datanglah juga burung Garuda beribu-ribu juga banyaknya menyambar-nyambar naga tersebut.
Kemudian setelah naga-naga tersebut berlari.larian.
burung Garuda itu menyambara Rara Sumekar.
Rara Sumekar mempergunakan pusaka pemberian Hyang Nagaraja Getah Dewa Daru.
Oleh karenanya, walaupun ia diserbu beribu-ribu burung namun tidak apa apa.
Burung-burung itu akhirrja lari berterhargan diuga.
Rara Surnekar kemudian heran, setelah burung-burung Garuda itu hilang, maka terlihatlah Mahligai kencana.
didalamnya terdapat tiga orang yang wajahnya seperti Kebo Tandes.
Dalam hati keciinya Rara Surnekar sudah mengerti bahwa itu adalab perbuatan Ilmu karang.
Ia tidak akan masuk perangkap itu.
Ia tahu bahwa itu hanya rnerupakan umpan pancingannya.
Rara Sumekar kemudian menggunakan ilrnunp Bayubajra.
Mahligai kencana dan penghuninya kabur kena angin Bajubajra tadi.
Rupanya tidak hanya akan berhenti sampai sekian saja Bayubajra dibaraingi dengan hujan besar.
Disina sini kelihatan air yang melimpah-limpah akan menyahut Rara Surnekar.
Tetapi Rara Sumekar tidak tinggal diam saja.
Air itu dapat dihilangkan dengan aj inya Hendra Sakti.
Kejadian-kediadian pengaharan tersebut dilihat oleh Kebo Tandes dan Baginda Batara Raja.
Baginda Batara Raja sudah marasa cukup cobaannya kepada kedna suami istri itu, 42 Baginda Batara Raja mendekati Rara Sumekar dengan bersama- sama Kebo Tandes.
Sabda Baginda Raja.
"Nini Sumekar, sebenarnya aku sudah mengerti maksudmu itu. Eyang tahu, mamang besar sekali cintamu terhadap suamimu, Tetapi Sumekar, bila belum waktunya engkau akan bertemu dengan suamimu, Dewata belum mengizinkanmu juga. Walaupun kamu sudah memasuki penjara, dan telah masuk keluar kamar kamar gelap untuk mencari suammu. Namun kalau dewata belum mengijinkan. Walaupun segala ilmumu kau pergunakan untuk mencari suamimu. Juga tidak akan berguna. Ingatlah nini. Ilmu dapat dilawan dengan ilmu. Kedigdajan dilawan dengan kedigdajan. Ringkasnya janganlah menyombongkan soal ilmu. Walaupun berilmu tetapi tidak berwatak tiada berguna. Berwatak dan berilmu merupakan dwi tunggal yang dapat dibuat jalam untuk menuju kesempurnaan hidup. Berilmu, berwatak berbudi itulah kewajiban satria dalam melakukan darmanya. Sekarang aku sudah mengetahui keteguhan hati kalian. Maka Eyang mengayubagya sekali agar supaya perkawinan kalian dapat berbahagia. Kebo Tandes, kamu telah mengetahui sendiri betapa kesetiaan istrimu, keuletan dan kepandaian istrimu. Istrimu ini merupakan wadah dari anakmu yang nanti akan menjadi orang yang ternama dan dapat mempersatukan kembali Jenggala dan Kediri sebagai yang telah kuramalkan. Oleh karenanya berbahagiaah kau selalu dalam melaksanakan cita- citamu. Dan pulanglah kalian dahulu ketempat ibumu dahulu. Karena sebentar lagi istrimu akan melahirkan anak laki-laki. Saya nanti akan mengunjungimu."
Baik Rara Sumekar maupun Kelso Tandes beran dan tercengang meiihat kesaktian Baginda Batara Raja. Setelah Baginda Batara Raja tidak kelihatan, kedua suami istri berpeluk-pelukan, menunjukkan rasa rindunya. Kata Kebo Tandes kepada istrinya. 43
"Dinda, ayah Kuda Sari telah wafat. Karena memikirkan adinda meninggalkan Ngrayun. Kabar ini kanda terima dari dinda Kuda Gede yang pada waktu ini sudah menjadi ketua latihan prajurit di Pranaragi sini. Dinda, sebab apakah hingga dinda tidak menurut nasehat kanda?"
"Kanda, rnaafkanlah kiranya, sebab musabab dinda tidak menurut perintah kanda karena dinda takut. Orang-orang yang ketika kanda masih berada di Ngrayun pura-pura tobat dan jera, tetapi akhirnya mereka palsu kanda. Mereka berbuat lain dibibir lain dihati. Mereka berbuat sekehendak hatinya saja. Untung orang- orang itu sudah mati. Jadi persoalannya dinda 1ari hendak mengikuti kemana kakanda pergi. Walaupun dengan rasa berat kita kehilangan ayah kakanda, narnun dari takdir Hyang Maha Agung kita sekarang dipertemukan kembali dengan ibu kandung dinda yang kebetulan juga menjadi inang pengasuh di istana."
"Dinda, keelokan Hyang Maha Agung tidak dapat diduga-duga. Oleh karenanya marilah lekas-lekas menjembah ibu kita dan lekas pulang menaatikan bayi kita yang akan lahir, anak kita berdua."
"Marilah kanda."
Keduanya suami isteri itu kernbali pulang ketempat ibu-nya.
Alangkah gembira hatinya Nyi Kuda Sari setelah melihat anak dan nnenantunya pulang dengan selamat.
Tidak lama kemudian Rara Sumekar merasa sakit perutnya, sebagai pertanda hendak melahirkan.
Ibu dan suamiuja ribut hendak bersiap sedia.
Tetapi tidak disangka-sangka Baginda Dewa Raja sudah berada di tempat Njai Kuda Sari.
Alangkah terkejutnya penghuni-penghuni rumah tersebut.
Mereka kemudiau menyembah dan menunggu perintah.
Baginda Batara Raja kemudian mendekati Rara Sumekar yang sedang kesakitan itu.
Segera ditiuplah oleh baginda ubun-ubun Rara 44 Sumekar.
Dan setelah itu lahirlah jabang bayi laki-laki yang wajahrija bagus seperti ayahnya.
Oleh baginda bayi tersebut kemudiam dipegang-nya dan diperintahkan untuk dimandikan.
Dan setelah bersih baginda Dewa Raja bersabda .
"Kebo Tandes, anaknnu ini kuambil sebagai cucuku. Dan berilah nama Raden Jayawarsa atau Raden Digdaya. Anak ini nanti yang akan menjunjung kamu sekalian, dan anak ini akan kuangkat sebagai penggantiku di Pranaragi sini. Setelah aku wafat nanti. Mendengar sabda Baginda Batara Raja yang demikian itu, keluarga Nyai Kuda Sari beserta Kebo Tandes dan Rara Sumekar sangat besar hatinya, mereka bersyukur terbadap Hyang Maha Agung. Raden Jayawarsa anak Kebo Tandes kemudian diambil keistana Pranaragi untuk dididik oleh Baginda Batara Raja. Baginda Batara Raja besar sekali cintanya kepada anak Kebo Tandes itu. Kebo Tandes kemudian diangkat oleh baginda Batara Raja tebagai Mangkubumi kerajaan Pranaragi. Setahun kemudian Batara Raja memanggil Kebo Tandes, demikian sabda nya .
"Cucuku Kebo Tandes, tidak lama lagi aku akan moksa. Oleh karenanya untuk selanjutnya kalian harus meneruskan jejak neneknda. Digdaya nanti yang harus memegang tahhta kerajaan Pranaragi. Tetapi Sebetum ia dewasa, biarlah ibunya yang ngensbasii. Tetapi sebeluinnya aka muksa, kau harus meneruskan perjalananmu bersansa Kuda Gede mencari Kyai Pulanggeni. Kali ini kau harus menggabungkan diri dengan Kuda Seta yang akan membantu kalian juga tetapi sebelumuja kau harus pergi ke Parana. Engkau harus menemui Prabu Guru Dewasarana. Prabu Guru Dewasarana itu mernpunjai pusaka sakti bernama Gumbalageni. 45 Kedua suami isteri itu kembali pulang ketempat ibunya. Alangkah gembira hati Nyai Kuda Sari setelah melihat anaknya. 46 Keris Gumbalageni itu yang menciptakannya juga bersamaan dengan keris Pulanggeni. Kepada Prabu Guru Dewasarana ini angkau harus berani berternpur. Sebab Prabu Guru Dewasarana itu mempunjai tindakan yang tidak senoaoh terhadap rakyatnya. Ia senang sekali memeras rakyat. Tidak seorangpun yang berani melawan Prabu Guru Dewasarana disebabkan karena kesaktiannya. Tetapi kali ini ia akan mendapat lawan. Prabu Guru Dewasarana itu mempunjai kesaktian yang luar biasa. Ia mempunyai ilmu yang luar biasa. Ilmunya bernama ilmu Pranawa Jati dan Pramanajati. Tetapi ilmunya itu dapat dikalahkan kepada barang siapa yang memiliki ilmu Kumayan Jati. Ilmu Kumayan Jati ini yang memiliki hanyalah Hyang Wenang dan diberikan kepada orang-orang pinilih. Antara lain Empu Baradah data Empu Lembu Jati. Murid-rnurid kinasih dari kedua Empu tersebut memiliki ilmu itu. Antara lain istrimu sendiri dan Kuda Gede dan Kuda Seta serta Ejang sendiri. Kebo Tandes, lekaslah berangkat ke Purana bersarna-sarna dengan Kuda Gede. Musnakankh siangkara murka itu. Sekembalimu dari Purana kalian harus singgah menjenguk anakmu dan istrimu. Mungkin bila aku sudah tidak berada didunia ini, kalian akan dapat menyaksikan kepada apa yang telah kami ucapkan. Hanya kalian barus berhati-hati melawan Prabu Guru Dewasarana itu. Inilah Kebo Tandes kuberia jimat bernama Bayumurti. Azimat bernama Bajumurti itu mempunjai khasiat tidak akan dapat mempan terhadap senjata apapun walau senjata itu ampuhnya bukan main. Pesanku kepadamu, janganlah kamu pergunakan ajimat Bayumurti ini untuk bersombong-sombong. Gunakanlah bila perlu saja. Adapun anak istrimu jangan kau risaukan. Ejanglah yang bertanggung jawab. Bila kau kembali sesudah eyang meninggalkau alam baka ini ke nirwana, maka akan kuserahkan kepada ejangmu puteri. 47 Berangkatlah dengan segera ke negeri Purana dengan mengendarai kuda."
"Segala perintah Baginda Batara Raja dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan diperhatikan oleh kedua saudara yang te. lab mengenaban tugas, melaksanakan kuwajibannya. Kebo Tan-des berkendaraan kuda putih, sedang Kuda Gede berkendaraan kuda hitam. Kuda putih itu tajam sekali perasaannya. Derapnya seperti ki lat. Seakan akan mimis larinya. Bila kuda itu sudah dinaiki bisa kabur segera sampai di tempat yang dituju dengan selamat. Pada waktu itu perjalanannya sudah tiba disuatu tempat. Entah karma apa tiba tiba Kebo Tandes menarik tali kudanja. Kaki kuda yang muka itu diangkatnya. Mulutnya, meringkik keras, hidungnya mengendus-endus. Hal tersebut berarti kuda putih membaui sesuatu. Meringkiknya seakan-akan memberikan petunjuk kepada pengendaranya, bahwa kuda tersebut mengetahui apa-apa. Kebo Tandes dan Kuda Gede yang tenaga dalamuja sudah baik sekali dan pandai melaksanakan segala sesuatu, berbau sesuatu dan pula nafas mereka merasa sesak.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dinda Kuda Gede rasanya ada sesuatu hal dinda ini?"
Kata Kebo Tandes. Kuda Gede sebelum menjawab pertanjaan Kebo Tandes melihat kesekitarnya. Dibarat daya diantara sinar layung matahari, nampak mega yang bergelombang bagaikan kabut. Kuda Gede kemudian menjawab pertanjaan Kebo Tandes .
"Marilah kakanda, kita melihat kesana!"
Katanya sambil melarikan kudanya. 48 Tidak lama kemudian kabut, tersebut diatas telah meluas. Ketika itupun kedua orang tersebut telah bermandikan keringat dam napasnya sudah berangsur-angsur.
"Kanda, kalau mendungnya demikian tebalnya mungkin akan jatuh hujan,"
Kata Kuda Gede.
"Benar kata adinda. Mari lekas kita mencari perlindungan. Belum sampai berhenti kata Kuda Gede, kemudian datanglah angin ribut meniup keras. Turunlah hujan lebat. Airnya berhamburan sehingga basah kuyuplah kedua orang tersebut. Kuda Gede dan Kebo Tandes kemudian turun dari kudanya. Dengan tergopoh- gopoh kudanya ditarik ketempat yang teduh. Hujan makin lama makin besar .."
Kuda Gede dan Kebo Tandes khawatir kalau kalau nanti terjadi banjir besar, yang akibatnya akan rnenghambat perjalanannya.
Hari telah malam, namun hujanpun belum juga reda.
Dibawah pohon Sang besar itu Kuda Gede dan Kebo Tandes ber-tedula Baru setelah Kuda Gede berpikir sejenak, maka ia mulai bereakap-cakap dengan Kebo Tandes .
"Kanda, apabila kita terlalu lama disini akibatnya akan menghambat perjalanan klta. Oleh karenanya kita harus berikhtiar untuk menghindari hujan ini kemudian kita meneruskan per jalanan. Maksudnya agar supaya tempat yang kita tuju itu lekas sampai."
"Dinda, rintangan ini merupakan ujian kita. Bila kita kuat menerima akan jalan untuk menuju kearah cita-cita. Bukankah sabar itu kasihan Hyang Maha Agung."
"Kanda, benarlah kata-kata kanda itu. Tetapi adinda lain pendapatnya dengan kakanda. Adinda disamping kesabaran itu kita harus berusaha. Sabar saja menanti akan mengurangi sermngat kita untuk maju. Tetapi tergesa-gesa juga tidak baik. Karena tergesa- 49 gesa juga bertindak tanpa memperhitungkan segala sesuatunya akibat-nya akan menghasilkan hasi1 yang tidak baik. Jadi dengan hati sabar dan jiwa besar akan tercapailah apa yang kita cita-citakan. Tanpa kemauan keras dan bertekad baja dengan jiwa besar, apa yang kita cita-citakan tidak akan sampai, atau terkabul. Oleh karenanya kanda, adinda mempunjai pendapat demikian. Adinda mempunjai ilmu seperti yang dikatakan oleh Ejang Dewa Raja, yang berasal dari guru dinda Ewpu Lembu Jati, bernama ilmu Kumayan Jati. Ilmu Kumayan Jati itu didalamnya terkumpul beberapa macam ilmu antara lain ilmu penolak atau penawar. Dengan menggunakan ilmu itu, kita tentu akan mendapat pertolongan. Tetapi segala sesuatunya itu tentunya atas berkat dari Hying Maha Agung. Tanpa berkat dari beliau, apa yang kita cita- citakan tidak Akan dapat tercapai. Ilmu itu hanya merupakan sarana dalam melakukan segala sesuatu. Ilrnu tanpa keyakinan juga tidak berarti. Keyakinan tanpa kesanggupan ya tidak ada gunanya. Jadi semuanya harus berjalan bersama sama Ilmu, Keyakinan, Kejujuran, Kepribadian, itu merupakan suatu hal yang harus kita bina bersama. Ilmu saja tanpa kepribadian dan pakarti utama akan ibarat makanan yang kekurangan bumbu. Karena itu kita tidak boleh menyombungkan ilnu kita. Apabila kita menyombongkan ilmu kita, akibatnya akan tidak ada khasiatnya sama sekali ilmu kita Bukankah yang Maha Agung tidak senang kepada tingkah laku sombong?. Cobalah kanda marilah kita bersemedi terlebih dahulu, kita mohon kepada Hyang Maha Agung, agar supaya hujan lebat ini dapat berhenti."
Trio Detektif 55 Bintang Bola Basket Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Joko Sableng 22 Liang Maut Di Bukit
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama