Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo Bagian 4
Tindak sewenang-wenang terhadap se-sama manusia yang tidak mengenal ampun, sudah menjadi darah dan dagingnya.
Persiksaan kejam terhadap sesama manusia, terhadap mereka yang dianggap salah kepadanya, hampir terjadi setiap waktu.
Perbuatan baik tidak mendapatkan tempat dalam kalangan itu, tetapi perbuatan buruk mendapat sokongan dari golongan mereka.
Alat-alat negara sudah tidak berdaya menghadapi keraman tersebut.
Pada suatu hari, ketika Jajagiri sedang asyik-asyiknya berwawan sabda dengan para pengikut-pengikutnya, telah dikejutkan oleh seorang yang tidak dikenalnya memasuki tempat itu.
Jajagiri menjadi keheran-heranan melihat kedatangan orang yang tidak di kenainya itu.
Sebab tidak seorangpun yang mengetahui tempat persembunjiannya.
Ia tercengang dan dengan sombongnya, ia bertanya kepada pendatang Baru itu.
Katanya .
"Hai, siapakah namamu? Apakah maksud kedatanganmu disini? Melalui jalan manakah hingga kamu mengetahui tempat ini?"
Jawab orang itu dengan tenangnya.
"Jajagiri, tidak usahlah engkau mengetahui namaku. Sebab tidak ada gunanya. Adapun maksud kedatanganku kesini ialah, untuk menuntut kebenaran dan keadilan. Aku ingin akan membuka kedokmu. Aku ingin akan meluruskan jalan. Tentunya engkau akan beran, aku mengetahui tempat persembunjianmu yang sangat rahasia ini dengan tiada 34 diketahui oleh pengawalmu. Hal ini berkat dari petunjuk Batara, supaya kami dapat mengadakan perhitungan denganmu. Oleh karena itu, dari pada engkau menemui ajalmu lebih baik engkau menyerah hidup-hidup akan kuserahkan kepada Raja Surawisesa."
"Menyerah, he..!"
Katanya mengejek, serta meneruskan pembicaraannya dengan mata melotot, kemerah-merahan.
"Kaukira aku ini bukan laki-laki apa. Aku baru mau menyerah setelah mati bersama-sama dengan kau."
Kebo Tandes mendengar ucapan Jajagiri yang garang itu, bersiap siaga, boleh jadi kalau Jajagiri akan menyerang mendahulumja.
Dugaan Kebo Tandes tidaklah keliru.
Secepat kilat Jajagiri meloncat kearah Kebo Tandes, membuat suatu lingkaran pertarungan.
Kebo Tandes bersiap sedia.
Pada saat itu ia melihat tangan Jajagiri telah terayun deras sekali, sehingga Kebo Tandes hampir saja kehilangan keseimbangan.
Ia terpaksa jatuh bergulingan, masih belum sempat meloncat berdiri, ia tidak mempunyai kesempatan lagi untuk meloncat mendekati.
Maka satu- satunya kemungkinan ia berusaha menyelamatkan dirinya terlebih dahulu, sambil mencari haluan terlebih dahulu.
Jajagiri menggunakan juru-jurus harimau menerkam hulu hati.
Kebo Tandes setelah mengetahui siasat musuhnya, secepat kilat ia melenting berdiri dan dengan tangkasnya pula ia mengambil keris Kyai Pulanggeni.
Pada saat itu Jajagiri makin kalap.
Ia menggeram dengan hebatnya dan menerkamnya sebagai harimau yang kelaparan.
Walaupun Kebo Tandes tdah memegang pusaka, namun belum juga dapat menerkam musuhnya.
Ia selalu mengalami tekanan-tekanan yang berat.
Kebo Tandes segera melihat Kalpika Rana, di panggilnya keempat hulubalang Karungkala, untuk diminta pertolongannya.
Memang Jajagiri memiliki ilmu yang tinggi.
Tidak lama kemudian datanglah Raksasa jin, Jara-mada, Jarasari, Klenting Mungil dan Klantangmimis dengan tiba-tiba, maka dihajarlah 35 orang-orang yang menjadi pembantu Jajagiri.
Orang-orang pembantu Jajagiri melihat kejadian tersebut menjadi ketakutan, mereka latri tunggang langgang, meninggalkan Jajagiri.
Jajagiri setelah ditinggalkan oleh pembantu-pembantunya in merasa lumpuh.
Perlawanannya dengan Kebo Tandes agak kendor.
Melihat hal tersebut Kebo Tandes meloncat berdiri dan menendangnya dengan tenaga yang lunak, tetapi mempunjai kekuatan yang mendahsyatkan.
Jajagiri walaupun sudah merasa lumpuh, ditinggalkan oleh pembantu-pembantunya, ia masih tetap akan mempertahankan diri.
Ia rela mati untuk mempertahankan kehormatannya.
Tandangnya menjadi semakin garang.
Serangannya datang bergulung-gulung seperti gelombang baru datang.
Walaupun demikian ternyata yang dihadapinya itu tidak sembarang orang yang mudah tundukkan.
Karena itu, maka dengan tiba-tiba Jajagiri itu tidak sabar lagi.
Dengan bentakan yang dahsyat, di rentangkannya kedua belah tangannya, tubuhnya menggetar dengan hebatnya, sikap yang demikian itu menandakan bahwa telah kerasukan hantu yang berasal dari aji yang dimilikinya.
Ia memiliki aji Matengga Kurda.
Melihat kejadian tersebut, Kebo Tandes terkejut.
Ia mengetahui bahwa lawannya menggunakan aji Matengga-Kurda.
Kebo Tandes tidak gentar.
Ia dapat mengimbangi ilmu itu.
Tetapi ia belum man menjombongkan dirinya sebelum ia merasa kalah.
Ia akan melawan dengan menggunakan cara-cara yang sederhana terlebih dahnlu, la mempertahankan ilmu yang dimilikinya dari Baginda Batara Raja di Pranaragi.
murid Empu Baradah yang kenamaan itu.
Ia mempunjai ilmu bisa agal dan bisa halus, ditambah pula dengan pengalaman-pengalaman yang telah didapat selama dalam perjalanannya.
Jayagiri dengan gigih menerkam Kebo Tandes, Kebo Tandes tetap dapatt menguasai dirinya, dengan cermat ia mengetahui gerak lawannya dan akhirnya ia dapat menghindarkan dirinya ketika kedua tangan Jajagiri yang 36 mengembang itu melayang kearahnya.
Ccpat Kubo Tandes menjatuhkan diri dan bertiarap menuju krarah yang berlawanan, lewat dibawah kaki Jajagiri yang pada waktu itu sudah melajang diatas tanah.
Melihat lawanrja loins, Jajagiri bertertak teriak .
"Ajo jangan lari kau jahanam.!"
Kebo Tandes menjawabnya.
"Tidak mungkin aku meninggalkan engkau, lihatlah baru apakah aku he!"
Sesaat sesudah Jajagiri berteriak itu, suara teriakannya terputus- putus, ketika ia melihat Kebo Tandes yang secepat kilat sudah tegak diatas kakinya, kakinya yang lain bertekuk kehadapan, sebuah tangannya menyilang dada dan yang lain diangkatnya tinggi-tinggi Dengan gerak secepat kilat menjambar.
Kebo Tandes meloncat dan menghantamkan sisi telapak tangannya kearah dada Jajagiri yang baru saja berhasil memutar tubuhnya.
Dengan suara yang dahsyat Jajagiri jatuh tersungkur.
Baru akan diulangi lagi untuk kedua kalinya tinju Kebo Tandes kepada Jajagiri.
Jajagiri sudah cepat terbangun dan menghimpun kekuatannya kembali.
Ia meneoba hendak menggunakan ilmu yang lain setelah ilmunya Matengga Kurda tidak berhasil.
Kali ini Jajagiri mempergunakan ilmu Dirada Sasra.
Dirada sasra adalah suatu ilmu yang jarang sekali ada tandingnya.
Segera ia membuka jurusnya Sinar Harapan, Kebo Tandes diserangnya hebat, terpaksa Kebo Tandes mundur selangkah.
Dalam hatinya ia mengakui akan ketinggian ilmu lawannya.
Tetapi Kebo Tandes tidak kalah teguh.
Ilmu Dirada meta yang dimtlikinya dipegunakan untuk melawan ilmu Diradasasra.
Dengan tangkasnya Kebo Tandes melawan serangan Jajagiri.
Kali ini ia me-rubah jurusnya dengan jurus Cikaiong, dan ketika itu kekuatan Kebo Tandes makin kuat.
Ketika Jajagiri terlena sedikit, dapat disepak oleh Kebo Tandes dan jatuh lagi.
Badan Jajagiri yang besar dan jangkung itu dipegangnya, kemudian dilemparkan 37 beberapa langkah dan kemudian seperti sebuah batu terbanting yang bergulingguling, Jajagiri memekik, dan akhirnya mati seketika itu juga.
Habislah riwajat Jajagiri.
Kebo Tandes kemudian berkata.
"Saya kira engkau mernpunjai kepandaian yang luar biasa dan mempuniai kekuatan yang tangguh.Tetapi nyatanya tidak demikian. Kamu mendapat tanding."
Setelah kejadian tersebut diatas, keadaan menjadi he-rring dan sepi.
Kebo Tandes segera pergi ketempat-tempat yang dahulu telah ditempati oleh Jajagiri.
la heran dan tercengang melihat emas mutu manikam bertumpuk-tumpuk hasil rampasan dan jarahan Jajagiri.
Rupa-rupanya emas mutu manikam itu sebagai bekal untuk memberontak.
Tidak jauh dari tempat itu, terlihat beratus-ratus wanita jelita yang dikurungnya.
Wanita wanita itu duduk dengan bermuram durja.
Mereka seakan-akan menunggu nasib.
Rupa- rupanya tempat itu, tempat yang digunakan Jajagiri untuk melampiaskan hawa nafsunya.
Melihat kejadian tersebut Kebo Tandes sangatlah merasa belas kasihan.
Segera ia membuka pintu tempat itu.
Disuruhnya mereka keluar dari tempat itu.
Katanya dengan lemah-lembut.
"Hai saudari. Apakah gerangan kerjamu disini?"
"Siapakah Tuan? Apakah Tuan suruhan dari Jajagiri untuk menjiksa kami?"
Tanya dari salah satu wanita.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukan-bukan, saja bukan suruhan Jajagiri. Jajagiri sudah mati. Jajagiri yang berbuat sewenang-wenang telah mati saya bunuh. Apakah kalian merasa kecewa dengan terbunuhnya Jajagiri?"
"Mati? Jajagiri Mati?"
Tanya wanita yang lainnya ke-heran- heranan.
"Ya. Jajagiri saya bunuh. Ia harus mempertanagguna-jawabkan perbuatannya." 38 Tanpa disadari karena gembiranya para wanita itu bersorak- sorak.
"Hore, Hore Jahanam laknat sudah mati. Kita telah bebas dari cengkeraman setan jahat itu!"
"Hai"
Kata Kebo Tandes.
"Kalian sekarang merasa telah bebas. Apakah sebabnya."
Saut wanita-wanita itu.
"Sebabnya kita terhindar dari perbuatan mesumnya. Kita dipaksa dan dijadikan bulan-bulananan agar melajani hawa nafsunya Jajagiri. Tetapi kita menolaknya. Lebih baik kita mati dari pada dijadikan gundik Jajagiri. Oleh karenanya hamba ditawan ini. Kami sekalian mengucapkan banyak terirna kasih atas pertolongan Tuan yang tidak kami sangka-sangka ini. Sekarang hamba akan bertanya siapakah Tuanku? Dan dari manakah asalnya, tuanku bukanlah orang kerajaan Galuh."
"Benar dugaanmu itu, aku bukan berasal dari kerajaan Galuh. Tetapi berasal dari kerajaan Jenggala. Namaku Kebo Tandes. Aku mendapat tugas untuk memberikan bantuan kepada siapapun yang bertalian dengan kesejahteraan umat manusia."
"Syukurlah Tuanku, hamba ini dapat Tuanku lepaskan dari cengkeraman maut ini. Apakah yang akan hamba balaskan kepada Tuanku? Kemudian apakah yang akan hamba perbuat selanjutnja?"
"Saudari, aku tidak hendak menuntut balas. Aku ini hanyalah seakan-akan merupakan lantaran dari kehendak Batara dalam menyelesaikan sesuatu. Oleh karenanya janganlah kalian berterima kasih kepadaku berterima kasihlah kepada Batara. Adapun untuk selanjutnya, mengenai nasib kalian, akan kukembalikan kepada keluargamu. Bersiap sedialah, tunjukkan dari mana asalmu, biar nanti diantarkan oleh para pembantuku." 39 Baru enak-enaknya berbicara, tidak lama kemudian datanglah menghadap, Jaramada, Jarasari, Klentingmungil dan Klantangmimis sambil berkata.
"Tuanku, para pengikut Jajagiri sudah bertobat, dan berjanji tidak akan berbuat sesuatu kejahatan apapun lagi. Mereka sebaliknya akan membantu Tuanku."
"Jaramada, Jarasari Klentingmungil dan Klantang-mimis, kami mengucapkan diperbanyak terima kasih atas jasa-jasamu yang sedemikian besar itu. Mudah-mudahan Batara senantiasa memberikan rachmat dan kurnia, kepada kalian. Hanya saya masih ada tugas yang bertalian dengan perikemanusiaan yang harus kita laksanakan dengan segera. Oleh karenanya kalian harus dapat membagi waktu dan membagi tenaga. Jaramada dan Jarasari harus mengikuti kami, Klantangmimis dan Klentingmungil, harus mengantarkan wanita-wanita yang dipaksa oleh Jajagiri direnggut dari suami dari orang tuanya kembali ketempat asalnya. Sedangkan kau Jaramada dan Jarasari antarkan emas mutu manikam yang dirampas oleh Jajagiri kepada Baginda Surawisesa dari Galuh, agar supaya kemudian mengembalikannya kepada yang berhak. Saya akan menghadap baginda Surawisesa setelah selesai tugas kami."
"Tuanku, semua titah Tuanku akan hamba junjung tinggi dan hamba laksanakan dengan segera. Apakah adinda Klentingmungil dan Klantangmimis sudah bersiap sedia?"
Tanya Jaramada kepada rekannya.
"Sudah kiraka. Sekarang kami akan mohon diri kepada Tuanku Kebo Tandes"
"Tuanku, setelah persiapan-persiapan selesai hamba mohon diri, dan apakah para wanita sudah bersiap diri? Bila sudah hamba mohon sudilah kiranya Tuanku memerintahkan memejamkan mata kepada wanita-wanita tersebut." 40
"Klantangmimis, Klentingmungil, kami memberikan doa restu selama dalam perjalanan. Hai saudari-saudari pejamkanlah matamu, bila kalian ingin lekas kembali ketempat asalmu, dan katakanlah kepada sanak, saudaramu masing-masing peristiwa ini."
"Baik Tuanku"
Setelah para wanita itu memejamkan matanya.
Klantangmimis dan Klentingmungil meniup-niup tiga kali.
Para wanita itu hilang dari mukanya Kebo Tandes.
Klantangmimis, Klentingmungil menyembah keluar.
Kemudian Jaramada dan Jarasari menyembah keluar untuk menunaikan tugasnya.
Kebo Tandes pergi ketempat lain, ialah ditempat dimana para bekas anggota gerombolan Jajagiri yang telah menanti kedatangan Kebo Tandes.
Setelah melihat Kebo Tandes datang, mereka berjongkok menyembah sambil berkata .
"Dirgahaju, Dirgahaju, Tuanku, pembebas rakyat dari penindasan. Hamba mohon ampun atas segala perbuatan hamba yang telah terlanjur itu. Mohonkanlah ampun hamba sekalian ini pada baginda Surawisesa, tuanku, hamba ingin akan kembali kejalan yang benar. Hamba telah dibujuk oleh Jajagiri yang laknat itu."
"Hai para pengikut Jajagiri yang telah sadar. Bila kalian mau kembali kejalan yang benar, kembali kepada sumbermu, kami yakin kalau kalian akan mendapat ampun dari baginda Surawisesa. Oleh karena baginda masih pula harus membasmi pengacau-pengacau yang berada dibawah pimpinan Jatigati yang bersekutu dengan Jajagiri didaerah Kawali. Maka, marilah kita bersama sama menumpas pengacau pengacau tersebut terlebih dahulu. Sebelum kalian kumintakan ampun kepada baginda Surawisesa."
Kata Keho Tandes.
Setelah berwawan sabda beberapa lamanya dan masing-masing menceritakan riwajatnya dan pengalaman-pengalaman yang mereka 41 peroleh selama mengikuti Keraman Jajagiri kepada Kabo Tandes dan rencana lebih lanjut yang akan dilakukan olehnya, maka Kebo Tandes memerintahkan kepada orang yang diangkat oleh Kebo Tandes bernama Jayasena untuk memimpin laskar bekas gerombolan Jajagiri dengan dikepalai oleh Kebo Tandes, pergi ke daerah Kawali untuk membasmi gerombolan didaerah Kawali.
Laskar laskar Jajasena yang dipimpin oleh Jajasena dan Kebo Tandes menuju kedaerah Kawali.
Selama dalam perjalanan tidak diceriterakan, ringkasnya sudah sampai ditempat yang dituju.
Gerombolan Jatigati setelah mengetahui bahwa yang hendak membasminya itu kawannya sendiri ialah Jajasena bekas pemimpin gerombolan Jajagiri, maka setelah me-reka dibujulz lateh kawannya supaya menjerah saja dari pada nanti mengalami kekalahan besar.
Jajagiri yang su-dab terkenal akan kesaktiannya dapit dkalahkan Kebo Tan-des.
Apalagi Jatigati bila melawannya.
Atas bujukan tersebut, maka gerombolan Jatigati beserta pemimpinnya menjerah dengan tiada suatu pertemuuran.
Mereka takluk kepada Kebo Tandes dan berjanji tidak akan melakukan perbuatannya lagi.
Permintaan Jatigati dikabulkan oleh Kebo Tandes.
Setelah gerombolan Jajagiri dan Jatigati benar-benar sudah tidak melakukan aksinya lagi dan daerah Galuh sudah kelihatan aman, maka Jatigati dan Jajasura diperintahkan oleh Kebo Tandes untuk menghadap ke Galuh menghadap Prabu Surawisesa dan memberi tahukan bahwa ia tidak akan menghadap ke Galuh sebelum kerajaan Purana bersih dari pengacauan Patera Mahkota.
Ia segera kernbali ke pertapaan Giri Meru.
Alangkah suka ria baginda Surawisesa dari Galuh setelah menerirna keterangan dari Jaramada, tentang kembalinya harta benda rakyat yang dijarah rajah oleh Jajagiri dan sekutunya atas usaha Kebo Tandes.
Begitu pula setelah Jatigati dan Jajasura menghadap meneeriterakan akan ketangkasan dan kegagah beran'an Kebo Tandes.
42 Maka sabda baginda kepada para narapraja dan men-teri muka yang pada waktu itu menghadap .
"Hai para narapraja yang menghadap dipasewakan ini. Kalian telah mengetahui sendiri bahwa yang dapat membasmi kekacauan di Kerajaan Galuh ini, adalah se-orang ksatria yang rame ing gawe sepi ing pamrih. Betul-betul ia telah mengorbankan tenaganya untuk kepentingan umum dari pada kepentingan pribadinya. Ia tidak mau menonjolkan dirinya. Lebih baik senang tidak kelihatan dari pada disanjung dan dipuji oleh orang. Pekerti yang demikian itu adalah patut ditiru. Wahai Menteri Muka Ja janugraha, persiapkanlah segala sesuatunya, aku sendiri hendak pergi menemui seorang yang telah besar jasanya terhadap nusa dan bangsaku. Angkatan muda semacam itu lah yang dapat membimbing kearah cita-cita luhur demi keadilan dan kebenaran. Siapakah sebenarnya Kebo Tandes itu? Perbuatannya seperti tidak dapat dimiliki oleh manusia biasa."
Seperti terpaku duduknya Menteri Muka Jajanugraha sambil menunduk, mendengarkan sabda rajanya.
Ia membenarkan apa yang diamanatkan rajanya itu.
Sesudah selesai persidangan, Prabu Surawisesa pergi dari istana, menyamar sebagai seorang resi hendak mencari Kebo Tandes yang dianggapnya mernpunjai Kepribadian yang luhur.
Prabu Surawisesa mengganti namanya Resi Jasawisesa.
**** BAGIAN III REBUTAN PUSAKA kerajaan Purana Dewaniskala lolos dari kepungan.
43 Dewa Serani yang telah dapat mencuri Pusaka Kerajaan Purana merasa girang benar hatinya, walaupun mereka mengalami kekalahan dalam bertanding dengan Kebo Tandes serta Kuda Gede.
Ia berceritera panjang lebar kepada Dewaniskala tentang kecprwiraan Kebo Tandes dan Kuda Gede.
Dewaniskala membenarkan keterangan Dewa Serani.
Alangkah senang rasa hati Dewaniskala dapat merampas kembali Palanggeni dari tangan musuhnya.
Dengan demikian, makin teballah rasa hatinya setelah pusaka ayahnya berada ditangannya.
Ia bertekad bulat merebut kerajaan Purana dari tangan Dewan Mangkubumi.
Dewa Serani, Dewa Ruju, Dewa Kendit dan Dewa Kempul masih bersedia membantu Dewaniskala.
Berkat dari kelihaian Dewaniskala mempengaruhi rakyat yang belum sadar, dan masih menginginkan kemewahan dan tidak senang dengan adanya perubahan-perubahan baru, maka mereka bersedia membantu Dewaniskala untuk merebut kembali kerajaan Purana dari Dewan Mangkubumi.
Kebanyakan yang terbuat demikian itulah orang-orang yang tidak mau hidup menderita dan senantiasa memimpikan hidup enak dan kepenak.
Mereka itu terdiri dari para orang-orang yang tidak puas karena tidak dapat mengikuti perubahan baru.
Dari jalan itulah maka Dewaniskala mendapat pengikut yang banyak.
Ia kemudian mendirikan keraman dan mendirikan pernerintah bayangan.
la mengangkat dirinya sebagai raja Purana dengan gelar Prahu Dewaniskala.
Sebagai Mangkubumi diangkat Dewa Serani dan ketiga orang yang lain diangkat menjadi Menteri peperangan dan Menteri dalam negeri serta menteri Perrbekalan.
Sedangkan para narapraja yang mengikuti jejak Dewaniskala dinaikkan pangkatnya menjadi Bupati.
Mereka tetap bertahan berada disebahagian daerah kerajaan Purana.
44 Perbuatan Dewaniskala yang demikian itu, tercium oleh Dewan Mangkubumi kerajaan Purana beserta para rakyat yang setia kepadanya.
Maka Dewan Mangkubumi memutuskan, mulai mengumumkan perang melawan keraman yang dipimpin oleh putera mahkota.
Alat perlengkapan negara dikerahkan untuk melawan keraman tersebut dengan dipimpin langsung oleb Kuda Gede.
Berita tentang peristiwa merajalelanya pasukan kerajaan yang dengan gigihnya membasrni pemberontak didalam negeri bayangan, segera diterima ditelinga Dewaniskala.
Segera mereka mengadakan rapat kilat, untuk mengatur siasat.
Setelab terdapat kata sepakat dengan berpedoman pada buah pikiran Dewa Serani.
Dikirimkannya beberapa rombongan pasukan untuk melawan perajurit Mangkubumi.
Pasukan Bayangan dibawah pimpinan Dewa Ruju.
Pasukan ini sebagaian besar terdiri dari pasukan yang ben-kuda.
Selanjutnya pasukan-pasukan itu diperintahkan agar dapat mengatur pertempuran begitu rupa, sehingga tidak segera berakhir, agar supaya tentara kerajaan terpaksa mendatangkan lagi bala bantuan dari dalam kota.
Paling tidak, peperangan dilembah Pakwan akan berlangsung beberapa hari lamanya, agar supaya cukup memberi waktu pada para pemberontak menuju ke-Ibukota dan memulai penyerangannya didaerah sana.
Siasat begini adalah mengandung maksud bahwa sementara tentera kerajaan Purana mengalir ke lembah Pakwan, kekuatan terbesar "Pasukan Dewa Ruju? menggempur tentera kerajaan ke jurusan lain.
Dengan demikian menurut pendapat Dewa-Serani tentera kerajaan dapat dikalahkan.
Beberapa saat kemudian bertolaklah pasukan yang dipimpin oleh Dewa Ruju dan cadangannya mulai menyerang dengan gelar 45 supit urang.
Penjambutan Pasukan kerajaan langsung dipimpin Kuda Gede.
Pasukan yang dipimpin Kuda Cede, pada umumnya keiihatan gagah berani.
Mereka termasuk barisan pelopor.
Rupa-rupanya Kuda Cede mengetahui siasat dari Dewa Ruju, pasukannya tidak dikerahkan kedalam lernbah Pakwan seluruhnya, melainkan dipencar-pencar kepelbagai penjuru.
Kuda Gede menempuh jalan lewat pegunungan, sedang sebagian pasukan yang lainnya ada yang menyusur sungai dan ada pula yang memasuki hutan.
yang terakhir pasukan tempur yang menghadapi lawan.
Diatas kuda masing-masing pasukan yang dipimpin oleh Kuda Gede mendaki gunung Samaya dan baru nanti pada petang harinya akan melakukan serangannya.
Hari masih terlalu pagi untuk melakukan penjerbuan.
Me-nurut ketetapan Kuda Cede serangan ditetapkan waktunya se-telah matabari menjinarkan panas segar.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktunya sudah cu-kup untuk beris.tirahat sejenak sambil mempersiapkan diri.
Setelah sampai saatnya, Kuda Gede memerintahkan agar segenap anggauta pasukannya makan terlebih dahulu.
Tepat pada waktunya, sesuai dengan perhitungan mereka mulat mengadakan penyerangan.
Kuda Gede memberikan tanda, dipukulnya canang.
Anak buahnya mendengarkan bunji canang, segera bersiap sedia.
Kata Kuda Gede dengan lantangnya.
"Cepat! Serbu! Pertempuran antara pasukan pemberontak dan pasukan kerajaan mulailah. Dewa Ruju merasa kewalahan bahwa siasatnya rupa-rupanya tidak berhasil. Tetapi walaupun demikian, ia tetap memberikan 46 perintah perlawanan. Ada salah seorang perwira pemberontak melapor kepada Dewa Ruju katanja;
"Tuanku keadaan diseberang sana mengehawatirkan. Mungkin terdesak oleh perkembangan diluar rencana kita, maka penjerbuan terpaksa harus dipercepat!"
Jawab Dewa Ruju.
"Hemm, itupun bisa juga terjadi. Oleh karena itu, siapkan saja pasukan. Sekarang juga kita meninggalkan tempat ini. Kita melihat perkembangannya nanti disana. Cuma suatu hal kukhawatirkan kalau-kalau pertahanan ini kita tinggalkan akan mengalami atau akan terjadi banyak korban yang akhirnya kita telah meleset dari perhitungan kita."
"Korban memang sudah banyak jatuh Tuanku, tetapi dari pada kita lebih mengalami kerugian, lebih baik kita mengatur siasat baru."
Sahut perwira tersebut.
Habis berkata demikian, Dewa Ruju segera mempersiapkan segera menyiapkan diri dengan diikuti oleh perwira pembantunya, pergi menuju ketempat lain.
Pertempuran masih terjadi sangat sengitnya.
Dalam waktu sepetempat jam pasukan Kuda Cede sudah benar-benar hampir memasuki pertahanan musuh di Lembah Pakwan.
Dengan semangat yang menyala-nyala pasukan pelopor bertolak menuju kemedan jaya, sesuai dengan perintah.
Kuda Gede didepan sendiri ialah berangkat rombongan penunjuk jalan sebagai perintis yang memasuki Lembah Pakwan.
Masuknya pasukan pelopor ke Lembah Pakwan berjalan dengan lanearnya dengan mengalami beberapa pertempuran dan dari pihak lawan banyak yang jatuh korban.
Pasukan-pasukan penunggang kuda kaum pemberontak lari meneari tempat perlindungan.
Ada salah seorang yang merasa dapat menanggulangi gerakan pasukan pelopor kerajaan.
Dengan kekuatan yang masih ada padanya, melawan 47 pasukan pelopor tersebut Keruan saja, tidak berada lama ia jatuh menemui ajalnya.
Korban di Lembah Pakwan dapat dibersihkan oleh pasukan pelopor dari kerajaan.
Adapun para perajurit yang Ian; mencari perlidungn setelah mencari jalan berlikuliku menyusupi perkampungan dan hutan- hutan, mereka membuang pakaian seragamnya dan kembali menjadi rakyat biasa saja dan kemudian menyerah kepada pasukan Kerajaan.
Dewa Ruju tidak memperhatikan sama sekali pertahantn Lembah Pakwan, hingga Lembah Pakwan dapat diduduki oleh pasukan Kerajaan.
Kepergian Dewa Ruju dari Induk pasukannya menyebab-kan kelemahan pasukan Keraman tersebut.
Sebaliknya berada-rua Kuda Gede di Induk pasukannya membesarkan hatinya tentera Kerajaan.
Sebahagian besar pasukan pemberontak sudah tidak berdaja lagi.
Namun dernikian Dewa Ruju masih belum merasa kalau kalau kalah, ia baru merasa kalah apabila sudah berperang tanding dengan pimpinan Tentera Kerajaan Purana ia tetap bertahan ada didekat perbatasan Lembah Pakwan yang akan memasuki kota Pejajaran dimana pata pemberontak berada.
Pasukan kerajaan tidak tinggal diam.
Dewajenar seorang perwira pembantu dari dari Kebo Tandes mengerahkan pasukan sayap kanannya untuk menyergap Dewa Ruju.
Panah-panah tentera kerajaan telah terlepas seakan-akan seperti hujan tertuju kearah pasukan Pentberontak.
Banjak para perajurit pemberontak penunggang kuda jatuh terguling kena panah Bersama-sama kudanya, dan ada yang lari tunggang langgang.
Sedang kelompok yang lain ada yang taxi tersesat kedalam tentara kerajaan.
Berdeneingan suara pedang beradu.
Ringkik kuda dan jerit orang yang luka, kedengaran disana-sini.
Tiba-tiba ditengah suara 48 yang hiruk pikuk dan membisingkan telinga itu, terdengarlah suara lantang.
"Hai jahanam-jahanam yang menyerang tentara kerajaan, lebih baik kalian menyerah dari pada membuat onar. Bila tidak akan kusapu bersih kalian!"
Teriak Dewajenar. Suara yang lantang itu disambut oleh Dewa Ruju.
"Hai Dewajenar, engkau adalah kawan lamaku. Dulu pada engkau mengikuti Keho Tandes dan Kuda Gede, lebih-lebih engkau berpihak kepada putera Mahkota."
"Dewa Ruju, mungkin engkau belum sadar, bahwa putera Mahkota itu berehianat terhadap negara dan rakyat. Sadarlah bahwa angkatan muda berada difihak Kebo Tandes dan Dewan Mangkubumi."
"Jangan banyak mulut. Marilah kita bertanding satu lawan satu."
Dengan cara menggunting dalam lipatan, dari arah depan dan samping Dewajenar menjerbu kekubu-kubu musuh yang dipimpin oleh Dewa Ruju.
Kuda Dewajenar dipacunya, benar-benar pasukan pemberontak dibikinnya kewalahan.
Perang tanding satu lawan satu, terjadilah antara mereka.
Dewajenar sendiri bertanding satu lawan dua.
Sekali ia hampir terbacok pundaknya selagi sibuk menangkis lawan yang seorang kudanya ketika itu meringkik-ringkik sambil melonjak tinggi, sehingga serangan musuhnya dari arah samping jadi meleset, karenanya.
Pada kesempatan berikutnya ia sempat menyambar pergelangan tangan musuhnya, yang nyaris membacok pundaknya.
Pedang musuh berderat diatuh terpelanting.
Disaat itu juga, sewaktu musuh yang seorang lagi hendak menusuk dadanya sebelah kanan, 49 Dewajenar sempat mengelakkan, dan menusukan pedangnya kearah lambung kiri orang itu.
Raung kesakitan mengiringi terjatuhnya tubuh lawan.
Dewa Jenar hampir terbawa jatuh, sewaktu ia hendak meneabut pedangnya dari tubuh si korban.
Tiba-tiba terdengar suara siutan yang dahsyat diatas kepalanya.
Rupa-rupanya siutan tersebut, sabetan pedang dari pihak musuh.
Maka segera ia berpaling sambil mengayunkan pedangnya kearah lawannya itu.
Dewa Jenar mengenal bahwa orang yang berbuat dernikian ini tidak lain Dewa Ruju.
Dengan sengitnya kedua lawan itu bertanding mati-matian adu kekuatan dan kelihaian, Dewa.
Ruju mempergunakan ilmunya Gagak seta.
Dewa Jenar tidak tiuggal dram ia mentigunakan ilmu Sastrabaskara.
Dewa Ruju rupa-rupa- nya mendapat lawan yang seimbang.
Dewa Jenar sempat melukai lengan Dewa Ruju.
Tetapi belum sempat ia mengultug untuk kedua kalinya, pedangnya terpenggal tangkainya oleh Dewa Ruju.
Disaat yang sangat berbahaya itu, Dewa Jenar membawa kudanya lari kesamping.
Tetapi sekonyong-konyong ia menyentakkannya maju lagi menjerbu kearah lawannya Dewa kuju kena terpedaya olehnya.
Sebab disaat itulah, orang ini memacu kudanya untuk segera mengejar Dewa Jenar, sedang pedangnya terangkat tinggi-tingg siap untuk memenggal kepala Dewa Jenar dari sampingnya.
Kesempatan baik ini, tidak disia-siakan oleh Dewa Jenar.
Dalam bentakan maju berbalik arahnya begitu tiba- tiba.
Dewa Jenar yang sudah menghunus belatinya, sambil melekatkan tubuh rapat-rapat pada leher kudanya, tangan kanannya menikamkan belati kearah lawan.
Perhitungannya tepat sekali.
Sekali menembus dada lawannya tepat pada hulu hatinya.
Belati dilepaskannya sambil menghentakkan kembali kudanya kedepan.
50 Dewa Jenar yang sudah menghunus belatinya, sambil melekatkan tubuh rapat-rapat pada leher kudanya, tangan kanannya menikamkan belati kearah lawan.
Perhitungannya tepat sekali.
Sekali menembus dada lawannya tepat pada hulu hatinya.
51 Sambil.
menjerit karena tusukan didadanya Dewa Ruju masih sempat mangayunkan pedangnya deras-deras kebawah.
Dewa Ruju masih sempat membacok punggungnya Dewa Jenar, tetapi ia dapat mengelakkan.
Ia selamat, tetapi bacokan tersebut mengenai punggung kudanya.
Pedang Dewa Ruju tertanam kedalam punggung kudanya, Kuda Dewa Jenar, terguling, roboh, badan Dewa Jenar terlempar dari punggungnya.
Akhirnya kudanya mati.
Ia jatuh kedalam semak-semak Pertempuran masih kelihatan sengit dan dahsyat.
Hari berganti malam.
Malam kian larut.
Angin dingin berthip, menusuk menembus tulang-tulang.
Dewa Jenar, pahlawan yang sukar dicari tandingnya, sudah dapat membunuh Dewa Ruju, pembantu utama Dewa Niskala putera mahkota.
Tetapi ia mengalami duka nestapa jatuh terpelanting dari kudanya, tiba-tiba merasakan seolah-olah alam sekitarnya menjadi gelap gulita.
Apakah yang akan dialami Dewa Jenar? Masih belum diketahuinya.
Melihat Dewa Ruju mati, sorak sorailah Para perajurit Kerajaaan ketika mendapat kemenangan.
Kuda Gede, memerintahkan maju, memasuki Pejajaran.
Tetapi alangkah terkejutnya setelah mengetahui, hulubalang Dewa Jenar tidak kelihatan.
Ia hilang dimedan pertempuran.
Diperintahkan para perwira tamtama untuk mencari Dewa Jenar yang hilang itu.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Para perajurit keraman yang sempat melarikan diri, segera menghadap kepada rajanya, memberi tahukan bahwa Dewa Ruju tewas dalam pertempuran, dan banyak para perajurit yang gugur atau tertawan oleh tentera Kerajaan.
Melihat gelagat tersebut Prabu Dewa Niskala merasa ce-mas hatinya, jangan2 nanti akan terjadi sesuatu hal yang ti-dak diinginkan.
Tetapi, karena ia bersembojan pada menang akan berbahagia, kalah akan berbahaya dengan menaruhkan njawanya.
Hanya dua harapannya berbahagia atau mati.
Ia resap akan bertahan 52 sampai titik darahnya yang penghabisan.
Diperintahkan kepada Dewa Serani, bersiap sedia lagi melawan serangan lawannya.
Kuda Gede terus mengadakan pengejaran.
**** Pereljalanari Kebo Tandes setelah menabasmi pengacau kembali ke Ardi Sarnaya, hendak menghadap pada Resi Dewasarana, dalam perjalanan tidak mengalami halangan suatu apapun.
Daun-daun dilereng bukit yang kehujanan itu bergerak- gerak kena lambaian angin.
Seakan-akan memberikan ucapan selamat dating kepada Kebo Tandes.
Tampang muka Kebo Tandes pada waktu itu kelihatan terang bersinar seakan-akan baru mendapatkan wahju.
Perjalanan Kebo Tandes kali ini tidaklah mengalami rintangan seperti ketika ia hendak pergi ke daerah Kawali dan daerah Galuh.
Dalam hati kecilnya, ia senantiasa ingin akan lekas berjumpa dengan Resi Dewasarana di Padepokan Giri Meru.
Disebuah puncak bukit yang mungil digunung Samaya, tampaklah dari jauh pohon besar yang rindang kelihatan menghijau, diantara batu-batu besar.
Disitu kelihatan ada sebuah pertapaan yang indah bangunnannya.
Pertapaan itu tiada lain ialah pertapaan Giri Meru.
Di sinilah Resi Dewasarana mengolah dan mensucikan diri, bertapa dan mesu raga.
Sekarang Resi Dewasarana sudah mendapatkan kekuatan gaib, setelah menyadari akan segala perbuatannya yang lampau.
Sekarang ia menjadi penujuk jalan kepada mereka yang kegelapan.
Tambahan pula ia mernpunjai ilmu yang tinggi tinggalan dari Empu Baradah yang diwariskan melalui murid-muridnya ketika itu.
Bukankah Resi Dewasarana itu murid dari Raja Batara Ra.ja dari Pranaragi? Lambat laun nama Resi Dewasarana termasjur keseluruh penjuru.
Ia 53 benar-benar seorang guru tang dapat memberikan teladan, memberi ilmu kepada mereka yang rremLutuhkan.
Sekarang muridma sudah banyak.
Cantrik-cantriknya terdiri dari orang yang ternama, terdiri para kasatria, para pahlawan dan beberapa lapsan masyarakat.
Resi Dewasarana dalam memberikan ilmunya tidaklah pilih kasih.
Ia tidak membedakan situ dengan lainnya.
Mereka dianggap sama bila sudah mau berguru dengannja.
Resi Dewasarana benar-benar seorang guru yang berpedoman kepada dasar tutwuri handajani.
Maka tidaklah mengherankan, apabila ia sangat disegani dan ditaati oleh beberapa kalangan.
Ia sekarang sudah menernukan kembali kepribadiannya.
Kepribadiannya seorang wiku yang memberikan petunjuk kearah kebersihan rochani dan jasmani dari para umat manusia yang hendak hidup meluruskan cita-citanya.
Ketika Kebo Tandes memasuki jalan ketapak yang menuju ke Pertapaan ia terpesona melihat tanaman-tanaman yang beraneka warna dan berbunga amat asrinya.
Disekitar padepokan tampaklah petarnanan yang asri.
Menur, mawar, dahlia, gambir, melati, mandakaki dan aneka bunga-bunga yang bermahkotakan warna warni menghiasi petamanan itu, makin menjedapkan pemandangan.
Kesemuanya itu dipelihara rapi oleh para cantrik dan sang Jogi sendiri.
Kebo Tandes berjalan diantara keindahan bunga yang warna warni dan ditanam serta dipelihara oleh orang yang mencintai alam.
Beberapa lama kemuculan, tampaklah dua orang cantrik turun dari pertapaan.
Mereka berwajah jernih.
Walaupun mereka berpakaian sangat sederhana, namun menunjukan bahwa mereka itu mempunjai dasar kecerdasan apabila berguru.
Pakaiannya bersih dan sedap dipandang mata; walaupun dalam keadaan sederhana.
Tetapi alangkah terkejutnya melihat ada tamu yang menaiki bukit itu.
Mereka terpaku seperti patung dan agak keheran-heranan melihat tamu yang baru datang dan belum dikenalnya Dengan hati 54 yang keheran-heranan ia melihat Kebo Tandes yang gagah itu berkunjung ke Pertapaan.
Karena mereka belum pernah melihat orang itu Kebo Tandes sudah tang gap sasmitarja, segera ia menganggukkan kepalanya, mem beri hormat kepada cantrik- cantrik itu.
Melihat tamunya menanggapinya.
Dengan ramahnya ia menjongsong kedata-ngan tarnunya sambil berkata .
"Tuan, selamat datang. Apakah keperluan Tuan sampai mengunjungi tempat ini ?"
Jawab Kebo Tandes dengan ramahnya.
"Kisanak kedatangan saya kemari karena terdorong oleh keinginan saya untuk menghadap Sang Resi Dewasarana. Tolong katakan kepada beliau bahwa saya Kebo Tandes yang sangat tindu kepada Sang Resi."
Kedua cantrik itu tersenjum. Salah seorang diantaranya bertanya.
"Tuanku, apakah Tuan ada hubungan saudara dengan Sang Jogi."
"Katakan saja kepada beliau, tentu beliau tidak lupa kepada aku."
"Baiklah, kami sampaikan pesan tuan kepada Sang Jogi. Tunggulah diserambi padepokan, sampai Sang Jogi keluar."
"Baiklalt kisanak.."
Sahut Kebo Tandes, saya sangat menanti dan marindukan beliau."
Setelah memberikan hormat sekali lagi, kedua cantrik itu berlalu untuk menyampaikan pesan tamunya kepada Sang Yogi.
Dengan sangat suka citanya sang Resi Dewasarana satelah mendapatkan berita dari Cantrik, bahwa Kebo Tandes datang untuk menghadap.
Maka keluarlah sang Resi ke serambi Padepokan.
55 Setelah mengetahui Kebo Tandes, maka dipeluk-nya Kebo Tandes dengan dicium ubun-ubunnya sambil berkata.
"Anakku, engkau kembali, mengunjungi ayahmu Rahayulah kedatanganmu ke Giri Meru anakku. Apakah kabarmu?"
"Sang Resi junjungan hamba,"
Katanya menyembah dengan khidmatnja.
"Berkat doa restu paduka, hamba ada dalam keadaan selamat sehat walafiat. Harapan hamba sang Resi disini pun begitu Pula hendaknya. Kedatangan hamba hendak menghaturkan sembah sujud hamba kepada sang Resi junjungan hamba."
"Terima kasih anakku, sembah sujudmu saya terima dengan senang hati. ayahanda bersukur terhadap Batara yang mana ananda benar-benar senantiasa berbuat kebajikan terhadap sesama manusia. ayahanda mengetahui dari jauh. Engkau senantiasa menyembunyikan perbuatanmu yang luhur itu kepada orang lain, lebih baik ananda jangan dikatakan berbuat. Seaantiasa engkau tidak mau menonjolkan diri. Pesan ayahanda selalu nanda pakai. Wanita-wanita ayu rampasan Jajagiri seorangpun tidak ada yang nanda ambil, bahkan kesemuanya nanda kembalikan dengan senang hati kepada keluarganya. Harta benda yang bertumpuk tumpuk tidak nanda miliki pribadi, tetapi nanda kembalikan kepada yang berhak. Itulah nanda bahwa nanda benar-benar telah memiliki wahyu. Walaupun perjalanan nanda masih lama, namun nanda janganlah kecewa. Tetapi nanda harus membantu kepada siapa saja yang memerlukan pertolongan kepada nanda, sepeninggal nanda kerajaan Purina makin kacau. Serangan Desvaniskala terus menerus dilancarkan. Dewaniskala menamakan dirinya Perabu Dewaniskala dan Pahlawan! Ia mendirikan kerajaan dalam kerajaan Purana. Walaupun Kuda Gede sudah memberikan nasehat untuk menentramkan keadaan, namun 56 pemberontakan dapat padam. Oleh karenanya anakku, hanya engkaulah yang dapat menentramkan keadaan. Tolonglah anakku, kerajaan Purana."
"Sang Resi yang budiman,"
Kata Kebo Tandes dengan khidmatnya.
"Hamba akan melaksanakan titah sang Resi. Demi kesejahteraan kerajaan Purana. Hanya saja, hamba-mohon sudilah kiranya paduka resi memohonkan kehadirat Batara, agar hamba dapat menyelesaikan tugas."
"Kebo Tandes, sudah kehendak Batara memang harus demikian kita tidak dapat merubah sesuatu kejadian yang te-lah menjadi suratan dan menjadi keputusan Batara. Me-mang hams demikianlah lakon yang hams terjadi. Engkaulah yang harus menjadi lakon. Dan kau yang hams menempuh perjalanan kehidupan melalui kejadiaa itti. Anakku Kebo Tandes, engkau akan menemui kebahagiaan, pada akhir tugasmu nanti. Engkau adalah pemersatu antara kerajaan Keliri, Jenggala, Pakwan, Singasari Purana. Galuh dan daerah seberang lautan nanti. Maka kalian harus jangan berputus asa. Seorang ksatria tidak boleh berputus asa. Karena putus asa itulah merupakan penghalang dari pada cita-cita. Apabila kalian patuh akan tugasmu. Kamu akan memetik hasil kepanahanmu. Bahagialah bagi keluargamu bila nanda nanti berhasil melaksanakan tugas nanda. Keteguhan hati itulah pangkal melaksanakan segala sesuatu. Sebagai penguat hatimu, anakku, pergilah kemari, nanda akan kuberi suatu ilmu yang memperteguh diri dan hatimu."
Katanya sambil membisikan sesuatu mantera kepada Kebo Tandes. Kebo Tandes menyembah dan memperhatikan bisikan Resi Dewasarana Setelah siap menerima ilmu itu. Kebo Tandes merasa lebih kuat lagi hatinya, segera ia menjembah dan berkata. 57
"Sang Resi setelah sang Resi memberikan kekuatan kepada hamba lahir dan batin, maka hamba makin sadarlah, bahwa kewajiban terhadap negara itu, walaupun bagaimana juga beratnya harus diselesaikan, bila perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadi. Oleh karenanya ijinkanlah kiranya hamba segera meninggalkan Giri Meru, untuk segera nenentramkan Kerajaan Purana"
"Anakku, tugas nanda berat. Pertempuran sekarang, berkobar adalah didaeralt lembah Pakwan. Kuda Cede hampir masuk ke Pejajaran. Nanda harus langsung merebut pusaka kerajaan Purana yang dibawa oleh Dewaniskala yang kebetulan pada saat ini tidak sebegitu terurus. Gunakanlah aji nanda Kumayan Jati agar supaya segala sesuatunya lekas tercapai. Yang penting sekarang ananda harus merebut pusaka Kerajaan Purana dengan segera. Dewa Ruju sudah meninggal, Kekuatan kraman Dewaniskala sekarang hanya terletak pada tiga orang pembantunya, jalah . Dewaseran; Dewa Kendit dan Dewa Kempal. Perjalananmu nanti akan menjumpai seorang resi bernama Resi Jajawisesa. Resi ini sebenarnya adalah raja Galuh Surawisesa. Kedatangannya itu hendak mencariananda, perlu akan mengucapkan ucapan terima kasihnya. Terimalah ucapan terima kasih itu. Bila berkehendak akan membantu ananda. Terimalah bantuan itu, mintalah agar supaya tentera Galuh dikerahkan untuk membantu kerajaan Purana dalam membersihkan keraman."
Mendengar keterangan dari Resi Dewasarana itu, sangat giranglah hatinya, bahwasanya ia akan dapat tambahan pengikut lagi.
Siapa tahu nanti dapat diminta pertolongannya apa bila diperlukan.
Maka segera ia minta diri dan melanjutkan perjalanannya.
Resi Dewasarana mengantarkan kepergian Nebo Tandes sampai ke pinto gerbang pertapaan.
58 Apa yang dikatakan oleh Resi Dewasarana adalah terbukti.
Karena tidak seberapa lama diperjalanan ia berjumpa dengan seorang resi yang sedang berjalan, hendak menuju ke Giri Meru.
Sebelum ia meneruskan tujuannya, di tegurnyalah oleh Kebo Tandes .
"Sang Resi Jajawisesa, hendak kemanakah sang Resi? Apal.ah hendak menemui Sang Resi Dewasarana? Bila demiklan silahkan terus menghadap kesana. Bila Sang Resi akan menanyakan siapakah Kebo Tandes yang membantu Kerajaan Galuh dan kerusuhan didaerah Galuh, Kebo Tandes adalah saya sendiri yang kini kami akan menunaikan tugas kami membasmi gerombolan Putera Mahkota Purana yang hendak mengacau kerajaan Purana."
"Kisanak,"
Jawab Resi Jajawisesa.
"Memang benar aku Resi Jajawisesa yang hendak menemui Kebo Tandes ksatria yang ulung dan banyak jasanya terhadap perikemanusiaan. Tetapi aku belum percaya bahwa, kisanak adalah Kebo Tandes. Karena Kebo Tandes, adalah Kasatria yang bijaksana dan mengetahui apa yang belum terjadi dan akan terjadi. Sekarang, bila kisanak mengaku Kebo Tandes, kisanak berhadapan dengan siapa?"
"Buat hamba sang Resi menjebut Kebo Tandes atau bukan tidak jadi apa. Karena orang yang belum mengetahui sebenarnya kepada diri hamba tentu mereka tidak percaya hamba ini Kebo Tandes. Karena nama Kebo Tandes sangat menonjol, banyak sekali orang yang senang menggunakan nama Kebo Tandes. Tetapi buat hamba, sangatlah berdosa menggunakan nama orang lain untuk kedok. Hamba memang sejak dihutan benar-benar bernama Kebo Tandes, nama pemberian dari almarhum ayah dan ibu kami. Sedangkan hamba sendiri tidaklah merasa pandai seperti apa yang telah sang Resi katakan kepada hamba. Hanya saat ini adalah menjumpai hal yang kebetulan, kami dapat menerka bahwa dewasa ini hamba berhadapan dengan Resi Jayawisesa yang sebenarnya 59 Prabu Surawisesa Maharaja kerajaan Galuh. Apakah keterangan hamba ini keliru Tuanku?"
"Memang benar apa yang tuan katakan itu."
Jawab Raja Surawisesa. Aku kami sekarang sangat mempereajai apa yang Tuan katakan!"
"Baginda, janganlah bertuan kepada hamba. Hamba adalah orang biasa. Sebutkanlah diri hamba Kebo Tandes atau anaknda begitu saja. Sebut ananda bukan karena apa, hamba merasa lebih muda dan sudah sewajarnya bila menjebut bapa pada orang yang lebih tua lagi."
"Luhur benar anak itu budi bahasanya."
Katanya dalam hati, dan kemudian meneruskan pereakapannya.
"Anaknda, kenpa ananda tidak pergi ke Galuh setelah ananda memberikan bantuan membasmi pengacau? sebab apakah ananda hanya suruhan saja?"
"Baginda, hamba rasa tidak ada artinya seseorang yang memberikan pertolongan atau bantuan senantiasa menonjolkan diri. Pertolongan atau bantuan itu, akan berhasil apabila tidak disertai pamrih dan penonjolan diri."
"Hem, baru kali ini aku mengetahui seorang yang tidak mau disanjung dan dipuji. Sudahlah, ananda janganlah engkau menjebut baginda kepadaku. Sebutlah aku ayahnda saja. Dan sekarang setelah kita berternu muka dengan ananda terimalah ucapan terima kasihku atas nama rakyat dari negara aras perbuatan nanda yang mulia itu. Membasmi pengacau, kerajaan Galuh, untuk itu atas nama rakyat dan negara, terimalah tanda terima kasih kami ini."
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Katanya sambil menyerahkan sebilah keris yang indah dan bersarungkan emas mutu manikam. Keris itu adalah keris pusaka dari kerajaan Galuh yang Lernama Sangga Buana. Kebo Tandes menerima pusaka itu dengan gembira. Katanya.
"Pemberian tanda terima kasih ini sebenarnya tidak sepadan, 60 dengan jasa hamba yang sangat tidak berarti itu. Oleh karenanya hamba menghaturkan terima kasih atas pemberian hadiah dari rakyat dan negara Galuh kepada diri hamba. Tetapi setelah hamba terima, hamba mohon titip kembali pusaka ini di Kerajaan Galuh, sebab hamba masih mempunjai tugas yang berat. Kalau hamba bawa keris pusaka ini akan memperberat beban hamba."
Prabu Surawisesa tercengang meiihat kejadian tersebut. Katanya agak keheran-beranan.
"Kenapa ananda, apakah .. !"
"Baginda, jarganlah baginda salah terka. Bukanlah berarti hamba menolak pemberian baginda. Melainkan pusaka ini hamba titipkan dahulu, sebab hamba akan menunaikan tugas, belum tentu kalau hamba dapat berhasil dalam menjelesaikan tugas ini. Bila begitu Pusaka itu akan hilang percuma dimiliki oleh orang lain. Bukankah sangat disajangkan Tuanku?"
"Hmm, sukar amat ramanda akan menduga isi hatimu. Sekarang apakah kehendakmu yang nanda minta?"
"Hamba memohon bantuan tentara untuk membasmi pengacau yang membuat keraman di Kerajaan Parana."
"Bila hanya demikian kehendakmu, sabarlah ananda, nanti tentara Galuh akan membantu usahamu, segera menjusul ke lembah Pakwan dari Pejajaran."
"Terima kasih, bantuan Tuanku, hamba tunggu."
Setelah selesai bercakap-cakap seperlunya maka kedua orang yang sedang bertemu itu berpisahan.
Raja Surawisesa segera menggunakan aji Barat ketiga agar supaya segera dapat sampai ke Istana kerajaan Galuh, yang kemudian memerintahkan Patih Jatisura agar supaya menjerahkan tentara Galuh ke Lembah 61 Pakwan, membantu Kebo Tandes membasmi keraman dan pengacau di Kerajaan Purana.
Adapun Kebo Tandes, mempergunakan aji Kumayan jatinya, agar supaya segera dapat sampai ketempat Dewaniskala.
Dewaniskala yang pada saat itu kelihatan sedih sekali, melihat gelagat yang tidak enak, maka ia berniat akan meloloskan diri.
Ia hendak minta bantuan kepada Tribuanaraja Mauliwarmadewa dari Melaju.
Sementara itu putera Mahkota sedang berkemas-kemas, maka kedengar-anlah suara gemuruh.
"Kebo Tandes datang. Kebo Tandes datarg. Hayo, kita lari saja."
Mendengar teriakan itu Dewaniskala seketika seluruh tubuhnya menggigil.
Ia merasa sudah tidak hidup lagi.
Dengan sekuat tenaganya ia lari.
Senjata Pusaka Kerajaan Purana tertinggal.
Dewaserani mengetahui kejadian itu, segera akan mengambil pusaka tersebut.
Tetapi sebelum sempat mengambilnya ia sudah diterjang oleh Kebo Tandes.
Sehingga terjadi pertarungan yang sangat dahsyatnya.
Maka pertempuran itu semakin lama menjadi bertambah hebat dan cepat.
Dengan serangan itu Dewaserani tidak dapat melawannya lagi.
Segera setelah Dewaserani terlena, ditendanglah kaki Dewaserani hingga jatuh.
Keris Pusaka direbutnya kemba.
Kebo Tandes tidak sabar lagi.
Dewaserani terus dipegang kepalanya, ditinjunya hingga pecah.
Dewaserani mati seketika itu juga.
Dewa Kempul dan Dewa Kendit menuntut bela, Kebo Tandes dikroyok oleh dua orang tersebut.
Tandang Kebo Tandes seperti banteng yang mendapat luka.
Kedua lawannya dihajar habis-habisan dengan kekuatan tenaganya yang luar biasa.
Akhirnya Dewa Kempul dan Dewa Kendit dapat dibinasakan pula oleh Kebo Tandes.
62 Kebo Tandes dapat merebut pusaka kerajaan Purana de-ngan sdamat.
Tidak lama kemudian Kuda Cede datang bersama dengan tentera Kerajaan Purana dart tentera ke-rajaan Galuh yang membersihkan rengacau.
Keraman Kerajaan Purana menjadi padam.
Hanya sayang Dewa-niskala lolos dari kepungan.
Maka berpelukanlah Kebo Tandes dan Kuda Gede setelah bertemu kembali.
Maka kata Kebo Tandes kepada Kuda Gede.
"Dinda, walaupui Dewaniskala lari, namun keraman kerajaan Purana sudah dapat dipadamkan. Pusaka Kerajaau Purana sudah berada ditarigan kita kembali."
"Kanda, marilah kita berdoa mudah-mudahan Batara memberkati usaha-usaha kita yang akan meluruskan jalan kearah kesejahteraan umat manusia. Kebo Tandes tidak menjawab, kecuali menundukkan kepalanya. Ia sependapat dengan ucapan Kuda Gede. Se-telah Kuda Gede mengumpulkan tenteranya, dan mereka disuruhnya bersukaria karena Pakwan dapat direbutnya, Pejajaran dapat didudukinya. Tentara Purana dan Galuh setelah mendapat perintah dari pemimpinnya, kemudian berpesta pora. **** BACIAN IV Perjalanan Panji Sinompradapa beserta Wirun untuk menjelidiki apakah benar Pusaka Pulanggeni berada dinegara yang telah diberitahukan oleh Prabu Lembu Amiluhur, ternjata tidak mendapat hasil suatu apapun. Memang nama pusaka itu hampir 63 menjamai. Tetapi bukanlah Pu-lanvent pusaka Kerajaan Jenggala yang hilang. Dengan Kati yang kecewa dan murung maka kembalilah mereka ke Jenggala. Perjalanan kembalinya melalui jalan lain. hendak melalui daerah kerajaan Purana yang menurut beraa keadaan negaranya sedang dalam keadaan perang. Mereka mempunjai maksud hendak membantu peprangan itu apabila diminta oleh pihak yang benar. Panji Sinom Pradapa pada waktu itu, merasa lelah. Mereka berhenti diteri sungai Kulila. Dan sebelah sana kebetulan ada sebuah perahu yang didayung oleh orang dengan membawa seorang penumpang. Melihat hal tersebut alangkah besar rasa hatinya Panji Sinompradapa dan Wirun. Makin lama, makin dekat perahu itu diseberang dimana Panji Sinom Pradapa dan Wirun berada. Penumpang itu kemudian turun tukang peruhunya mengikuti, sambil berkata;
"Tuanku, selamat jalan. Muda-mudahan usaha Tuanku diseberang akan mendapat bantuan, dan cita-cita Tuanku akan terkabul. Walaupun kita telah kalah. Terapi kami yakin bila kerajaan Purana akan kembali ke tangan Tuanku."
"Dagang, mamusia wajib berichtiar."
Katanya sambil menghela nafas panjang.
"Bila Batara memberikan pertolongan kepada kami, masth ada banyak jalan untuk menyelamatkan kerajaan purana. Hanya engkau saja, sepeninggalku berhati-hatilah. Engkau menghadapi musuh yang tiada bandingnya."
Percakapan kedua orang itu didengar okh Panji Sinom Pradapa dan Wirun. Maka timbullah hasrtanya akan menawarkan pertolongan kepada orang itu. Kata Panji Sinompradapa kepada orang itu dengan lemah lembutnja. 64
"Dari manakah asal Tuanku dan akan berangkat kemanakah Tuanku selanjutnya. Kelihatannya Tuanku sedang bermuram durja. Siapakah Tuanku?"
"Kisanak, saja bernama Prabu Dewaniskala, dahulu putera Prabu Dewasarana raja Purana ini. Karena terjadinya perebutan kekuasaan, kami mendirikan kerajaan di Pakwan. Tetapi akhirnya kerajaan ini dipukul oleh musuh yang bernama Kebo Tandes. Sekarang kami bertanya kepada Kasatria berdua. Siapakah sang Kesatria dan hendak pergi kemana?"
"Tuanku kami bernama Surajanggi dari Kerajaan Jenggala. Adapun adik kami ini bernama Surajangga."
"Dari kerajaan Jenggala?! tanjanya terheran-heran.
"Ya Tuanku."
"Bila demikian satu asal dati musuhku yang berani merebut kekuasaan negara Purana."
"Jadi musuh Tuanku berasal dari Jenggala juga. Mungkin orang ituw bukan dari Jenggala Tuanku. Orang-orang Jenggala tidak ada yang mau merebut kekuasaan orang lain. Umumnya hatinya soleh. Rajanya berbudi dan berjiwa pendeta. Beliau tidak senang bertempur. yang sangat diperhatikan ialah perdamaian ingin akan tambahan persaudaraan. Jadi tidak mungkin ada orang dari Jenggala yang berbuat merebut kekuasaan orang lain. Bukankah almarhum Seri Baginda Maharaja Erlangga mewariskan jiwa semacam itu Tuanku. Padahal Prabu Lembu Amiluhur adalah putera Prabu Erlangga?"
"Bila demikian, tentunya orang ituhanya akan mem-buat jelek nama raja Jenggala-katanya dengan kegirang-girangan. Maka dengan penuh kegembiraan diteruskan lagi cakapnya. 65
"Hai saudara yang budiman. Bila saudara sekalian dapat membantu kami dan dapat memusnahkan musuh kami, anda akan kuberi separuh dari negara Purana.
"Tuanku kami mengucapkan terirna. kasih. Tetapi apakah kiranya kami dapat membasmi musuh itu? Kami tidak dapat memastikan, yang terang kami baru menjanggupi memukul musuh itu, apabila ada kekuatan yang seimbang. Kami baru akan membantu setelah mengetahui duduknya perkara."
Sambung Surajanggi atau Panji Sinom Pradapa.
"Begni saja kisanak. Saja akan meneruskan perja-lananku minta bantuan kepada Raja Tribuana Mauliwarma Dewa dari Tanah Melaju. Kalian pergilah terlebih dahulu ke Purana temuilah musuhku itu, dan bila berani berperang tanding dengannya alangkah lebih baiknya."
"Tuanku, pendapat Tuanku ini memang benar. Sekarang teruskanlah usaha Tuanku itu. Hamba akan melihat dengan mata kepala sendiri, siapakah sebenarnya yang bernama Kebo Tandes."
"Hai Dagang."
Seru Dewaniskala kepada tukang perahu yang setia itu.
"Antarkan kedua orang ini ke kerajaan Pakwan. Kedua orang ini akan memihak kepada kita."
"Daulat Tuanku. Marilah kisanak kuantarkan ke Daerah Pakwan. Dimana Tentera Purana dan Galuh kini sedang berpestapora dapat merebut kota Pejajaran."
"Tuanku, hamba berdua mohon diri, mudah-mudahan usaha Tuanku akan mendapat restu Batara kata Surajangga."
"Terima kasih dan selamat jalan."
Surajangga dan Surajanggi menumpang perahu yang didayung oleh Dagang.
Sungai Kukila, merupakan sungai yang menjadi urat nadi perdagangan Kerajaan Purana dan Galuh.
Maka tidaklah 66 mengherankan apabila disungai itu penuh lalu-lalang perahu-perahu yang hilir mudik untuk membawa dagangannya masing-masing.
Selama dalam perahu Surajanggi dan Surajangga dibakar hatinya oleh Dagang, supaya hatinya panas dan membenci Pemerintah yang dipimpin oleh Dewan Mangkubumi.
Mula-mula Surajangga dan Surajangi masih ragu-ragu dalam akan memberikan bantuan kepada Dewaniskala.
Tetapi setelah mendengar keterangan Dagang, yang dibumbui oleh aneka warna ceritera yang dapat meyakinkan kedua kesatria Jenggala itu, maka ia bertekad bulat akan membasmi musuh itu.
Dalam hati kecilnya kedua kesatria itu amat marah kepada Kebo Tandes.
Kena apa berani demikian? Ia berani menjelewengkan perintah yang diberikan oleh ayahnya.
Bila hal ini tidak lekas diatasi, ia khawatir, jangan-jangan ia akan berani mirang kampuh jingga (memberontak) ke Jenggala.
Ia segera akan melunasi jiwa Kebo Tandes.
Perjalanan disungai Kukila tidak mengalami suatu apapun.
Sampailah Surajanggi dan Surajangga di Pejajaran.
Setelah sampat di Pejajaran kedua bangsawan itu sangat menyombongkan dirinya.
Mereka sangat takabur, setiap ada perajurit dan rakyat yang memuji akan kegagah beranian Kebo Tandes dalam membela rakyat, dihajarnya.
Maka timbullah perkelahian antara Surajangga atau Surajanggi melawan para prajurit Purana dan Galuh.
Kejadian tersebut terjadi berulang kali hampir setiap hari.
Kejadian tersebut dilaporkan kepada Kebo Tandes, maka Kebo Tandes segera bertindak.
Ia sebelum bertindak berrnusjawarah terlebih dahulu dengan warga Dewan Mangkubumi yang lain.
Antara lain Dewalaksana, Dewasakti, Kuda Gede.
Keputusan musjawarah, Dewasakti supaya menemui kedua orang itu dan supaya ditanya apa maksudnya.
Sesudah musjawarah selesai datanglah Dewa Jenar menemui Kebo Tandes mengatakan bahwa lukanya sudah sembuh dan ia minta kepada Kebo Tandes, agar diperkenankan untuk turut menemui kedua orang yang bernama 67 Surajanggi itu.
Permintaannya diluluskan oleh Kebo Tandes.
Tetapi ia dipesan supaya berhati-hati.
Alangkah besar hatinya Dewa Jenar mendapatkan tugas itu.
Maka berangkatlah mereka menemui kedua orang itu.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah sampai ditempat Surajangga dan Surajanggi, De-wasakti dan Dewajenar berkata.
"Hai, kisanak siapakah engkau ini. Datang dikerajaan Purana tidak melaporkan diri kepada narapraja. Lagi pula kalian berdua berbuat yang tidak baik, yang mengakibatkan ketidak tenteraman keadaan. Oleh karenanya, kisanak, dari pada para narapraja bertindak, lebih baik kisanak kembali ke tempat asalnya saja!""
Jawab Surajanggi mengejek.
"Kembali, aku baru mau kernbali ketempat asalku setelah KEADILAN dan KEBENARAN, berada kembali kepada yang berhak memerintah Kerajaan Purana ialah Dewaniskala. Bukankah itu sebagai warisan mahkota? Bukankah Kebo Tandes itu hanya seorang sudra. Berasal dari keturunan sudra dan bukan ksatria, Kebo Tandes berbuat merebut kekuasaan dengan liciknya. Ia pengecut. Ia berbuat menjelewengkan tugas yang dipikulkannya."
"Hai Surajanggi. Sekarang ketahuan belangmu. Engkau sudah dicekoki oleh Dewaniskala. Engkau adalah alatnya Putera mahkota yang nyeleweng. Ketahuilah, Surajanggi, Kebo Tandes adalah pembantu kita. Pembebas rakyat Purana dari perbuatan sewenang- wenang oleh golongan Dewaniskala yang senantiasa mabuk kemewahan, tetapi tidak memikirkan kepada rakyat. Hidup rakyat sangat menderita. Ketahuilah wahai Surajanggi, kita tidak akan menghargai kepada keturunan bangsawan apabila keturunan bangsawan itu berbudi rendah, tidak baik martabatnya dan berbuat sewenang-wenang kepada siapapun. Tetapi kami akan menghargai kepada siapa saja, walaupun ia berasal dari kawula, berketurunan sudra, tetapi mempunjai kepribadian luhur. Kepribadian luhur 68 tidaklah terletak ditangan siapa yang berketurunan bangsawan ataupun keturunan rakyat jelata begitu saja. Tetapi berkepribadian luhur itu timbulnya karena tingkah laku seseorang. Bila memang demikian niatmu, engkau hendak membela Dewaniskala putera mahkota yang tidak diakui para kawula, dengan ini kami nyatakan, engkau adalah musuh dalam selimut. Coba marilah beradu kulit dengan kami. Kami adalah Hulubalang kerajaan Purana Anggota Dewan Mangkubumi kerajaan."
"Cih. Janganlah mengajar kami. Ilmumu tak berlaku bagiku. Bila kalian akan mencoba diriku marilah kulayani."
Katanya mengejek.
Darah Dewasakti menjadi semakin bergelora.
Untuk beberapa saat ia berdiri diatas kedua kakinya yang renggang.
Wajahnya sedikit terangkat.
Ia segera bersiap-siap barangkali Surajanggi akan berbuat yang tidak diinginkan.
Surajanggi panas hatinya, segera ia meloncat kearah Dewasakti.
Sebaliknya Surajangga menyerang Dewa Jenar yang sudah siap sedia juga.
Dewasakti dapat mengelakkan serangan Surajanggi.
Mengetahui pukulannya tid ik berhasil, segera.
Surajanggi menjiapkan serangan beruntun.
Dewasakti dengan tenangnya dapat menghindar.
Surajanggi sekarang sudah insjaf, bahwa serangannya itu tidak berhasil sama sekali.
Dengan demikian hati Surajanggi menjadi makin marah lagi, ia bertekad hendak berkelahi mati matian.
Direnggutnya tubuh lawannya terus di bantinguja dengan menggunakan ilmunya Diradakurda.
Jangankan tubuh orang, pohon-pohon yang ada disekitarnya bisa tumbang oleh renggutan Surajanggi itu.
Dewasakti terangkat tinggi-tinggi itu dibantingkan kearah batu yang tidak jauh dari tempat itu.
Melihat kejadian tersebut diatas Surajangga turut berbesar hati.
Sambil tertawa ia meneruskan meladeni serangan Dewa Jenar.
69 Bantingan Surajanggi alas diri Dewasakti itu tidak menghasilkan suatu apapun.
Dewasakti tidak jatuh terbanting diatas batu, dan tidak hancur.
la malahan berdiri tegak diatas batu itu.
Dengan segera Dewasakti membalas serangan Surajanggi sambil lalu, diambilnya kerikil dijentiknya kearah Surajanggi.
Kerikil itu mengenai mata Surajanggi.
Karena pedihnya Surajanggi menutupi matanya katanya.
"Aduh.. ! Kurang ajar."
Berkata demikian ia Edair dapat menendang pelipis Dewasakti.
Untunglab Dewasakti pada waktu itu telah menutup matanya.
Apabila tidak, kira-kira matanya sudah terkena pukulan itu.
Dengan menutup mata itu Dewasakti masih sempat membalas serangan Surajanggi.
Surajanggi mengetahui bahaya yang mengancamnya.
Segera ia mengubah siasatnya, ia menjatuhkan diri, lalu bergulung dengan ilmu Buaja melanda.
Melihat kecepatan gerak yang luar biasa ini, Dewasakti terpaksa menghindarkan diri, dengan lari pontang-panting.
Surajanggi tertawa sambil sumbar sumbar.
"Ya, Dewa-sakti! Kemana engkau berlari, akan kukejar kau!"
Serunya sambil mengejar Dewasakti.
Dewa Jenar yang masilt ramai berkelahi dengan Surajangga tidak mengetahui bahwa Dewasakti hendak lari.
Mereka mernpunjai kekuatan yang seimbang.
Dewa Jenar membuat siasat seakan-akan ia sudah akan menyerah.
Tetapi setelah musuhnya agak lengah, Dewa Jenar bergerak lebih gesit lagi, dengan mengayunkan tangannya mengenai kepala Surajangga.
Surajangga jatuh tiada sadarkan diri.
Dewa Jenar menunggu musuhnya, setelah siuman ia mengejek.
"Bagaimana sekarang?" 70
"Wahai, keparat! Gerakanmu memang luar biasa. Kaukira memang tak ada ilmuku yang lainnya untuk menjatuhkan engkau, he?"
"Keluarkan semua ilmumu, akan kulajani hingga akhir hajatku."
"Lancang mulut.."
Katanya sambil mempersiapkan diri lagi.
Secepat kilat Surajangga melesat sambil memegang rusuknya dan bak-buk.
Tulang rusuk Dewa Jenar dihantamnya dengan satu jurus Kidang Telangkas.
Dewa Jenar jadi penasaran.
Melihat perangai Surajangga.
Akhirnya timbullah marahnya.
Segera ia mengadakan perlawanan kembali.
"Huh! Itulah ilmu Kidang Telangkas."
Ejek Dewa-Jenar. Kemudian dengan gesitnya ia mengelak dan memukul tulang rusuk Surajangga kembali. Suaranya buk buk. Surajangga heran akan keprigelan dan ketinggian ilmu lawannya.
"Sobat, siapakah yang mengajari jurus ini? Karena jurus semacarn ini hanya diwariskan dari pelajaran Empu Baradah di Watutulis."
"Ini adalah ilmunya orang Purana dan ciptaanku sendiri. Apakah kurang indah dan murahan?"
Jawab Dewa Je-ar tertawa. Sesurlah berkata demikian dengan memutar tubuh ia melancarkan jurus yang ketiga. Melihat gerakannya Surajangga bertambah heran.
"Rupa-rupanya engkau sudah diajari soal guna kawijayan oleh Kebo Tandes!"
"Tentu saja. Sehab dia adalah seorang yang selalu menjerahkan dirinya demi perikemanusiaan dan kesejahteraan Purana. Coba marilah kita lanjutkan wahai sahabat." 71 Dengan tidak memperdulikan keadaan hati Surajangga dia terus menyerang dengan jurus-jurus bertubi-tubi. Sudah barang tentu Surajangga menjadi kecipuhan. Satu, dua kali dia bisa menangkis. Selanjutnya terpaksa mundur. Dewa Jenar terus menghujani pukulan-pukulan dahsyat. Hatinya gemas sekali kepada Surajangga yang sombong itu. Sekaligus ia menyerang dengan derasnya. Sudah barang tentu Surajangga bukan lawannya. Sebentar saja roboh terjerembab.
"Aku tahu Surajangga."
Ujarnya dengan penuh belas kasihan "Bahwa engkau hanya alat yang telah mendapat cekokan dari Dewaniskala.
Tetapi engkau tidak menjaringnya terlebih dahulu.
Akhirnya kalian mengalami hal yang semacam ini.
Sudahlah hentikanlah maksudmu, marilah kita menemui Dewan Mangkubumi, agar engkau tidak akan mengalami kecelakaan."
"Yah, aku telah termakan oleh sesuatu jebakan. Ketahuilah hai sahabat bahwa aku ini hanya mengikuti saja. yang memegang peranan kakakku tadi. Berilah aku kesempatan dulu membujuk kakakku agar mau sadar. Aku yang tidak mempunjai kepentingan sesuatu apapun atas negara ini, akhirnya turut berkorban pula."
"Bila demikianlah halnya, pergilah. Aku juga akan mengejar kakakmu yang sombong itu."
Surajanggi terus mengejar Dewasakti.
Dewasakti tidak dapat melawan Surajanggi yang benar-benar mempunjai ketahanan bertempur dan berperang tanding.
Memang Surajanggi mempunjai wahyu dalam melaksanakan darma kewajiban seorang kasatria.
Ia adalah tulang punggung kerajaan Jenggala, apabila kerajaan Jenggala tertimpa bahaya.
Lari Dewasekti sampailah dihadapan Kebo Tandes yang pada saat itu sedang bereakap-cakap dengan Patih Dewasaraja.
Melihat kedatangan Dewasekti dengan nafasnya yang terengah-engah itu, beranlah ia.
72
"Paman Dewasakti, apakah yang terjadi hingga paman lari? Bagaimanakah orang yang dilaporkan oleh para tamtama itu?"
"Ananda Kebo Tandes, ayahanda merasa kalah melawan pendatang tersebut."
"Paman, beristirahatlah lebih dahulu ananda sendiri yang akan menemui orang itu. Rupa-rupanya ia pergi kemari."
Katanya sambil melihat kedepan, yang tidak lama kemudian kelihatan ada orang yang lari masuk kedalam tempat peristirahatannya.
Alangkah terkejutnya ketika dilihatnya bahwa yang masuk ketempat peristirahatannya, adalah Pangeran Sinom Pradapa atau Panji Sinompradapa putera dari raja yang menjadi junjungannya.
Maka dengan tidak ragu-ragu lagi ia memberikan sembahnya sambil berkata .
"Gusti, gusti Panji Sinompradapa tidak mengira bahwa hamba dapat bertemu dengan Tuanku didaerah ini Tuanku, beribu ribu ampun hamba mahon Tuanku apabila patik bersala terhadap Tuanku, begitu pula para ksatria dan narapraja berikut tamtamanya di kerajaan Purana ini berilah ampun kiranya."
Panji Sinompradapa yang mengganti namanya dengan Surajanggi, tidaklah memperdulikan sambutan Kebo Tandes yang hormat itu. Panji Sinompradapa, malahan marah-marah dan berkata.
"Kebo Tandes. Tidaklah kita duga dan kita sangka. Bahwa tugas yang dipikulkan oleh ramanda baginda untuk mencaripusaka kerajaan. Kau selewengkan. Bukan Pusaka kerajaan yang engkau cari melainkan engkau berbuat hina. merebut negarauja orang lain yang tidak berdosa. Apakah perbuatanmu itu merupakan perbuatan yang utama? Pantaslah perbuatatmu itu menjadi teladan dari para kasatria dari kerajaan Jenggala. Perbuatanmu itu sangat mencemarkan nama nenek moyang kita. 73 Kerajaan Jenggala kau lumpuri dengan keserakahanmu. Untung perbuatanmu yang lancang ini segera saja ketahui. Apabila tidak, mungkin engkau akan berbuat yang tidak baik lagi. Mungkin engkau akan mencoreng kewibawaan rama prabu. Akan mendongkel rama Prabu dari Jenggala. Hai, jahanam yang tidak tahu akan Tugasmu belum selesai. Tetapi engkau alihkan perhatianmu ingin berkuasa Menguasai kaum yang lemah. Tidaklah pantas, engkau itu sebagai duta negara, apabila perbuatan serakahmu tidak kau rubah. Orang seperti engkau ini pantasnya segera dilunasi saja."
Katanya sambil menghunus keris hendak ditikamkan kedada Kebo Tandas.
Kebo Tandes yang tidak merasa dosa dan tidak berbuat dosa.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar ucapan-ucapan yang keji dan pangeran Panji Sinompradapa sangat keheran-heranan mengapa Sinompradapa berbuat demikian.
Kebo Tandes merasa dihina habis-habisan oleh Panji Sinompradapa.
Kebo Tandes yang telah mempunjai pengalarnan pait dan getir itu tidaklah akan man dihina seperti menghina seorang pesakitan.
Maka darah panasnya mengalir kedadanya.
Dengan berpedornan, mati untuk membela kebenaran tidaklah akan ditakuti olehnya.
Ia rela mati untuk keadilan dan kebenaran tetapi ia tidak mau mati konjol.
Maka dengan tidak diulur-ulur waktunya ia menangkis keris yang akan ditikamkan kedadanya itu dari tangan Sinompradapa sambil berkata;
"Gusti sebenarnya hamba ini salah, apabila melawan ratu gustinya. Hamba tidak akan berani melawan keluarga raja yang memelihara diri hamba, yang memberi gelar dan wibawa pada diri hamba. Melainkan hamba akan melawan perbuatan tuanku yang kurang wajar. Karena tuanku sudah tidak pantas lagi hamba hormati, hamba junjung, sebab tuan ku telah memandang hina kepada hamba dan kepada hati nurani rakyat. Maka dengan ini hamba akan melawan perbuatan keji Tuanku. Tuanku tidak akan 74 boleh berbuat sewenang-wenang terhadap hamba. Mulut Tuanku yang lemer itu, bukanlah mulet seorang kasatria keturunan Seri Baginda Erlangga. Bahkan itu mulutnya Calonarang dari Girah yang penuh dengan kedengkian dan iri hati. Seorang kasatria sejati, bila akan berbicara senantiasa difikir terlebih dahulu. Agar supaya jangan sampai tersesat dikemudian hari. Perhatikan, fikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidaklah berguna. Seorang kasatria tidak akan menggunakan perkataan asal berkata seperti Tuanku. Tuanku harus memperhatikan secara bijaksana. Mana-mana yang benar dan mana yang salah, selidikilah terlebth dahulu apabila Tuanku akan menetapkan kesalahan seseorang. Kita ini manusia biasa. Manusia itu tidak akan luput dari kesalahan. Hanya Hyang Widhi Wasalah yang sempurna. Jadi apabila. Tuanku akan berbuat sewenang-wenang kepada orang yang dianggap bawahan atau dianggap menjadi takluknya, o, itu bukan perbuatan kasatria Perbuatan itulah yang akan kita kikis habis. Apabila tuanku mengutik-utik kami menjelewengkan tugas yang hamba pikul, bahkan sebaliknya Tuanku yang menjelewengkan tugas. Tugas Tuanku juga untuk menjelidiki kebenaran nama sesuatu pusaka yang menjerupai Pulanggeni, sebab apakah Tuanku menyeleweng membamu orang yang bersalah. Padahal seharusnya Tuanku harus segera kembali ke Kerajaan Jenggala ? Sebab apakah Tuanku kemudian akan mernberikan pidana kepada hamba? Padahal yang berhak memberikan pidana kepada hamba hanyalah Baginda Lembu Amiluhur dengan melalui Keputusan Perdata. Jadi Tuanku tidak boleh berbuat sewenang-wenang. Orang salah ada, tempatnya. Apabila Tuanku akan meneoba Kebo Tandes, marilah kita adu kekuatan, Bukan Kebo Tandes Bupati penamping Jenggala yang mendapat tugas, dengan putera raja yang berselisih. Tetapi kebenaran dan keadilanlah yang nanti akan brrtempur. Bila hamba dalam membela kebenaran ini mati, hamba akan relakan. Apa artinya hidup apabila hamba tidak berani melawan ke-serakahan 75 dan tindak sewenang-wenang?"
Berkata demi-kian itu sambil merebut keris Sinompradapa dilemparkan jauh-jauh. Sinompradapa berkata dengan geramnya.
"Kau melawan aku hai Bangsawan. Puaskanlah hatimu sekarang, sebentar lagi kau akan maut bertanding dengan aku."
Sinompradapa undur selangkah.
Matanya dengan liar melirik kesegenap tubuh Kebo Tandes.
Sementara itu Sinompradapa telah siap.
Dengan wajah yang menakutkan ia melangkah maju.
Selangkah demi selangkah maju tangannya akan menerkam Kebo Tandes.
Kebo Tandes segera mempersiapkan dirinya.
Ia harus melawan Sinompradapa dan mentobatkan dia.
Sebab ia tahu betul, bahwa Sinompradapa adalah orang yang sakti.
Karena itu Kebo Tandes berpendapat bahwa bila Sinompradapa tidak ditobatkan, niscaya akan terjadi perbuatan sewenang-wenang yang makin hari makin menjadi di kerajaan Jenggala.
Sinompradapa kini sudah dekat berdiri dimukanya.
Giginya gemertak didalam mulutnya yang terkatup rapat.
Te-tapi sesaat kemudian terdengar ia berkata.
"Hai bangsat, marilah kita mengadu kekuatan. Aku akan berguru kepadamu apabila kalah dengan engkau!"
Kebo Tandes tidak menjawab.
Tetapi ia menarik kaki kirinya setengah langkah surut.
Bersamaan dengan itu Sinompradapa meloncat dengan garangnya menyerang dada Sinompradapa.
Cepat-cepat Sinompradapa menekuk lutut sambil membungkukkan tubuhnya.
Sementara itu tangannya menjambar lambung lawannya dengan gerak yang mendatar.
Dalam pada itu Kebo Tandes menjadi terkejut sendiri dengan gerakannya.
Sebab tiba ia merasa seolah-olah ada tenaga kuat yang menelorong dari dalam.
Tenaga yang selama ini seolah-olah tersembunji.
Bahkan dalam gerakannya itu, terasa benar bahwa 76 segala sesuatu didalam tubulmja telah berubah.
Inilah penyempurnaan tata nadi dari kekuatan Kalpika Rana pemberian Karungkala dan dengan demikian geraknya makin menjadi lincah cepat dan kuat.
Sinompradapa terkejut melihat kecepatan gerak Kebo Taneles.
Bahkan ia terkejut pula ketika melihat tangan Kebo Tandes menjarnbar lambungnya.
Karena ia sama sekali tidak menduga bahwa hal demikian itu akan terjadi, maka, iapun kurang mempersiapkan dirinya.
Ia mengira bahwa Kebo Tandes yang sekarang, sama dengan Kebo Tandes bupati penamping yang tidak berdaya.
Dengan adanya ketangkasan yang luar biasa itu, maka Sinompradapa tidak sempat berbuat lain dari pada membentur tangan Kebo Tandes, dengan menarik kaki kanannya, Sinompradapa memutar tubuhnya dan menghantam lengan lawannya.
Kebo Tandes masih.
belum dapat menguasai geraknya, sendiri sebaik-baiknya.
Sebab sejak ia mendapat Kalpika Retna ia mempunjai kekuatan yang luar biasa.
Karena itu ia tidak pasah mendapat benturan tadi.
Benturan antara lengannya dengan kedua tangan Sinompradapa, akibaanya adalah diluar dugaan.
Akhirnya Sinompradapa yang sombong itu tidak mampu mematahkan kekuatannya.
Tenaga tangan Kebo Tandes ternjata besar sekali.
Sehingga Sinompradapa terdorong surut beberapa langkah.
Sedang Kebo Tandes tetap tidak bergetar dari tempatnya.
Mengalami peristiwa itu, dada Sinompradapa seolah-olah menyala karena hatinya yang panas.
Disamping perasaan beran tidak habis-habisnya terhadap kekuatan tenaga Kebo Tandes yang dianggapnya remeh, bertambah malu, dendam dan ma-rahlah Sinompradapa Maka dengan geramnya ia menyerang kembali.
Serangan yang datang bergelornbang dengan dahsyatnya.
Kebo Tandes kemudian melayaninya dengan tangguhnya.
la sudah tidak 77 memperdulikan lagi siapakah lawannya itu, lebih-lebih setelah khasiat dari Cinein Kalpika Retno membantunya maka serangannya dapat disempurnakan.
Dengan demikian Kebo Tandes seolah-olah dapat bertempur seperti burung dang menyambar mangsanya dari udara.
Tandang Kebo Tandes seperti Banteng Ketaton.
Sernentara pertempuran berjalan semakin sengit.
Sinompradapa memuji akan ketangguhan lawannya.
Kebo Tandes dan Sinompradapa sama-sama dapat mempertahankan dirinya Sinompradapa kemudian dalam hati kecilnya mengumpat akan ketangguhan lawannya, Kebo Tandes memiliki keteguhan yang demikian besarnya.
Karena itu ia makin bertambah marah lagi.
Dikerahkannya segenap ilmunya.
Tetapi ia harus menghadapi suatu kenjataar, bahwa setelah ia memeras dirinya namun ia tetap tidak mampu untuk menundukkan lawannya.
Akhirnya ia menjadi gelisah.
Pada saat itu, malam telah mendatang.
Warna merah kekuning- kuningan yang merupakan candik ala telah lenjap disapu oleh warna-warna kelam.
Dewi malam sudah kelihatan cemerlang.
Memang pada waktu itu sedang purnama sidi.
Pertempuran kedua kesatria itu masih berlangsung sangat serunya.
Kebo Tandes semakin mendesak lawannya pula.
Dewi malam yang melihat peristiwa itu seakan-akan bersenjum.
Dari kejauhan kedengaran suara gamelan dari para prajurit yang sedang bersuka ria, merajakan hari direbutnya lembah Pakwan dari tangan musuh.
Seakan-akan geraknya itu diikuti oleh bunyi gamelan.
Sinompradapa benar-benar terdesak.
Tiba- tiba ia menarik keris dari sarungnya.
Pusaka kiai Nagasasra kebesaran Jenggala hendak digunakan melunasi diri Kebo Tandes.
Kebo Tandes tertegun melihat pusaka yang dipegang oleh Sinompradapa.
Ia tahu benar bahwa keris itulah sebagai senjata andalannya.
Dengan demikian ia harus berhati hati.
78 Ketika Sinompradapa menyerang dengan garangnya, kerisnya akan ditikamkan kediri Kebo Tandes.
Kebo Tandes segera menarik Kyai Pulanggeni.
Tidak kalah terkejutnya Sinompradapa ketika melihat Kiai Pulanggeni.
"Hem, Kiai Pulanggeni, sudah berhasilkah dia, hebat."
Desisnya, belum habis berpikir dengan tangkasnya Kebo Tandes mengelakan tikaman kerisna Sinompradapa.
Keris beradu dengan keris.
Maka timbullah api yang beperceikan berhamburan kesana kewari akhirnya pereikan api itu menjadi api besarr yang membakar rerumputan dan tumbuh-tumbuhan yang berada disekitar arena pertempuran.
Sinompradapa bila akan ditusuk Pulanggeni, juga dapat ngelakannya.
Kebo Tandes mengetahui betapa bahaya yang mengancam apabila ia terkena tustikan itu.
Nagasasra memmang pusaka sakti dan ampuh.
Maka ia menjaga jangan sampai ia terkena tusuk oleh Keris Sinompradapa, segera meloncatlah ia kesamping, ia melontar dengan cepatnya maju dekat sekali dengan lawannya.
Dengan sekuat tenaga ia menghantam dada Sinompradapa, Sinompradapa terkejut melihat gerakan cepat dan tak terduga- duga itu.
Dengan tangan kirinya ia meneoba menahan tangan Kebo Tandes, sedang tangan kanannya memutarkan kerisnya.
Kebo Tandes kemudiam menghantam tangan kiri Sinompradapa dengan cepatnya.
Pukulan itu demikian kerasnya ternjata tidak dapat menguasai tekanan lawannya.
Kebo Tandes Mencari Pusaka Karya Soetamo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia semakin terdeak.
Desakan itu demikian beratnya, sehingga ia terlontar mundur dan kemudian jatuh terguling.
Tetapi dalam pada itu, Sinompradapa memang tidak mau menyerah begitu saja.
Ia tidak rela apabila belum dapat membunuh Kebo Tandes.
Disaat-saat kelengahan Kebo Tandes, Sinompradapa dapat menusukkan Kyai Nagasasra kekaki Kebo Tandes, sehingga terasalah belapa nyerinya.
Untunglah Kebo Tandes mernpunjai ilmu penolak bisa yang ampuh.
Jadi tusukan itu tidak membahayakan.
79 Ketika Sinompradapa menyerang dengan tikaman keris Nagasasra kearah Kebo Tandes, maka Kebo Tandes segera menarik keris pusaka Kyai Pulanggeni 80 Kebo Tandes dapat menahan pedih dan nyerinya, walaupun darahnya telah mengalir dikakinya.
Dalam pada itu Sinompradapa segera melenting berdiri, tetapi rupa-rupanya makin sesak rasanya karena hantaman Kebo Tandes.
Pertarungan Kebo Tandes dan Sinompradapa telah mencapai puncak kemarahannya Masing- masing telah merasakan berapa tubuh mereka telah saling disakiti oleh lawannya.
Sinompradapa bertambah sangat dendamnya.
Kebo Tandes semakin bertambah marah.
Jantungnya berdebar keras, sedang tangannya bergetatan, siap untuk menghancurkan lawannya.
Sinompradapa kemudian dapat menguasai dirinya kembali, segera ia melangkah maju.
Ia telah melihat basil serangannya pada kaki lawannya.
Dengan demikian ia menjadi berbesar had.
Menurut pendapatnya luka itulah dapat mengurangi keteguhan hatinya.
Tetapi ia salah terka.
Dengan luka tersebut semangat tempur Kebo Tandes makin berkobar-kobar.
Tangannya mempermainkan Keris Kyai Pulanggeni yang telah lama dipegangnya.
Perternpuran berkobar kembali.
Masing-masing mempermainkan senjatanya.
Ketika pertempuran sedang berkobar antara Kebo Tandes dan Sinompradapa yang hampir-hampir keduanya itu akan tertusuk oleh senjata masing-masing, maka datanglah Wiku Retna Kilisuiji dari Kapucangan dengan tiba-tiba, sambil berkata, dengan penuh seujumnya.
"Hai Sinompradapa dan Kebo Tandes. Berhentikanlah sebentar perangmu. Bila kau teruskan negara Jenggala akan kehilangan sejarah. Ajo berhentilah Apa yang kau ributkan aku sudah mengerti!."
Sinompradapa dan Kebo Tandes akhirnya menjarungkan kerisnya kembali, keduanya menyembah kepada Wiku Rema Kilisuci yang sudah berbadan Batari itu.
Sembah Sinompradapa.
Ampun Siwa Resi apabila Siwa Resi tidak lekas datang, akan bagaimanakah nasib hamba." 81 Kebo Tandes menjembah pula.
Duhai Sang Wiku, kedatangan Sang Wiku berarti memperpanjang nyawa hamba.
Jawab Resi Kilisuci.
"Sinompradapa engkau berbuat dosa besar. Engkau berlaku nyeleweng. Bukan tugasmu kau sambut. Engkau tidak dapat pangestu dari yayi Aji. Perbuatanmu amat nyeleweng. Engkau berbuat sombong. Engkau mengandalkkan keprigelan dan kebagusan tampangmu. Engkau berbuat adigang- adigung. Perbuatanmu yang kurang wajar itu mendapat ajaraa dari perbuatan baik. Ketaltutlah Sinompradapa, Kebagusan, Kebesaran, Kekayaan, Keluhuran itu hanyalah sampiran belaka. Sewaktu-waktu dapat diambil oleh Batara. Engkau yang ingin mendapat puja-puji dan sanjungan, akhirnya membawa namamu kearah kebobrokan. Insjaflah engkau Sinompradapa. Jiwamu tidak lain hanya jiwa seorang pesuruh yang tidak mempunjai daya cipta dan daya karya kearah kesejahteraan umat manusia. Kesenangan pribadirnu kau dahulukan. Tetapi kau tidak memikirkan nasib nusa bangsamu. Perbuatanmu yang lancang itu bila ketahuan yayi prabu engkau akan mendapat pidana. Jangan menganggap kau lebih berkuasa dari pada Kebo Tandes, yang akhirnya engkau terus berbuat sewenang- wenang. Sudahlah wahai anakku perbuatanmu yang jelek itu. Insjaflah, Kembalilah kejalan yang benar. Tirulah perbuatan Kebo Tandes. la betul-betul boleh dikatakan ksatria karena perbuatannya yang tak kenal lelah senantiasa memayu-hayuning bawana. la tidak senang dipuji dan disanjung. Tetapi ia sedikit bicara banyak bekerja. Kebo Tandes tidak bersalah. Sebaliknya engkaulah yang bersalah. Mintalah maaf kepada Kebo Tandes. Karena ia tidak bersalah. Ketahuilah Sinompradapa Kebo Tandes berjuang untuk nama baik Jenggala.
"Siwa Resi. Harnba sudah bersalah. Hamba ingin akan lekas kembali kejalan yang benar. Mamba tersesat Kakang Kebo Tandes, berilah aku maaf kakang. Perbuatanku itu dikarena 82 terdorong oleh nafsuku dan bujukan setan. Anggaplah bahwa perbuatan itu tidak ada."
Ujar Sinompradapa dengan penuh belas kasihan. Kebo Tandes menjawab dengan tenangnya.
"Pangeran Sinompradapa, hamba tidak dapat apa-apa. yang dapat memberikan maaf akan kesalahan-kesalahan manusia hanya Hyang Widi Wasa. Hyang Widi Wasa akan mem berikan maaf kepada setiap makhluk yang telah insjaf dan menyesal akan segala perbuatannya. Mamba hanya seorang yang hina dina. Sudahlah Tuanku, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidaklah berguna. Andaikata Tuanku senantiasa memperhatikan petunjuk hamba, tidaklah mungkin akan terjadi perkelahian yang tidak ada artinya ini. Tetapi walaupun demikian Tuanku. Memang pengalaman itu guru sejati. Dengan adanya pengalaman yang pahit ini, maka dapatlah kita akan harus lebih berhati-hati. Manusia dapat berbahagia dan celaka karena bibirnya. yang sudah ya sudah Tuanku kelak kemudian hari kita akan lebih berhati hati. Begitu pula, berikanlah ampun atas kesalahan-kesalahan hamba Tuanku, hingga hamba berani melawan Tuanku."
Retna Wiku Kilisuci sangat terharu melihat kedua lawan yang tadinya saling bertempur mengadu kekuatan, kini sudah damai kembali.
Retna Wiku Kilisuci.
Percaja akan keaguugan Hyang Widhi Wasa dalam membuat makhluknya tertawa dan menangis.
Tetapi karena berkat dari kewaskitaannya, terharunya tidak diperlihatkan.
Ia betul-betul dapat menguasai dirinya.
Sebagai Wiku titisin Dyah Widawati ia mengerti apa yang akan terjadi dan telah terjadi Maka katanya kepada Kebo Tandes.
"Engkau benar-benar sepi ing pamprih name ing gave. Tugasmu untuk mencari Pusaka sudah selesai. Hanya engkau Sinompradapa ajaklah adikmu pulang dahulu ke Jenggala. Engkau akan diserahi tugas berat menjaga negara. Sebab tentara Bugis dan Raja Seribu Negeri akan 83 memerangi Kediri dan Jenggala. Kakakmu Asmarabangun akan melangsungkan perkawinannya dengan Candrakirana."
Kebo Tandes menjambung.
"Sang Wiku atas doa restu Sang Wiku Puteri, hamba sudah dapat menemukan Keris Pusaka Kiai Pulanggeni. Dan inilah kupersembahkan kepada Sang Wiku sekarang juga. Nanti bagaimana kehendak Sang Wiku terserah, hamba percaya akan kebijaksanaan Sang Wiku."
"Tidak Kebo Tandes, nanti serahkanlah sendiri kepada Rayi Prabu Lembu Amiluhur. Memang sudah takdir Batara hanya engkaulah yang dapat membawa kembali pusaka Jenggala. Dan engkaulah yang mempersatukan kembali Kediri dan Jenggala sehingga menjadi negara yang kuat. Besok keemasan Kediri akan kembali seperti ketika dipegang Ramanda Sri Erlangga, setelah pusaka ini kembali ke Sanggarnya. Pada saat itulah engkau akan menjumpai kepuasan hatimu dalatn melaksanakan tugasmu. Tugasmu itu nanti akan ditiru oleh anak cucumu yang senantiasa setia kepada Sang Prabu."
"Terima kasih Sang Wiku, sebetulnya hamba tidak mengharapkan apa-apa. Hamba sudah sangat merasa bahagia dapat menjalankan tugas yang telah diberikan kepada hamba."
"Begitu luhur budimu Kebo Tandes, meskipun kamu tidak mengharapkan balasan, nanti pasti datang dengan sendirinya. Sekarang anak isterimu telah rindu padamu, tapi tak apalah kelak mereka akan menjusul kemari. Adinda Baginda Batara Raja Pranaragi akan turun dari takhia. Anakmu yang sulung nanti yang akan diserahi memegang takhta kerajaan. Sedang adinda Baginda. Raja akan menjadi Wiku di Gunung Wilis. Tugasmu yang harus segera kau laksanakan ialah mempersatukan kerajaan Purana dan Galuh serta Pejajaran. Dengan Pajajaran yang menjadi Ibukota kerajaan Gala, Purana. Sebaliknya Kuda Gede angkatlah menjadi raja sementara mewakili putera Resi Dewasarana yang masih kecil 84 yang bernama Niskalawastu. Niskalawastu nanti akan kawin dengan Puteri Galuh Dewi Ganawati. Itulah yang pantas kau serahi memimpin kerajaan Pakwan Kebo Tandes."
Karena segala pesan yang telah diberikan kepada Kebo Tandes dan Sinompradapa sudah habis maka pergilah Retna Wika Kilisuci dengan tidak diketabui kemana perginya.
Ia telah menghilang kembali kewukir Kapucangan.
Sinompradapa dan Wirun kembali ke Jenggala setelah mengalami pengalaman-pengalaman yang pahit.
Kebo Tandes setelah mendapatkan Resi Dewasarana dipertapaan Giri Meru meneeriterakan kejadian2 yang bare ter-jadi dan telah tereijadi sejak Kebo Tandes pergi menghadap, hingga mendapat bantuan dari Galuh.
Pesan Rema Wiku Kilisuci disampaikan kepada Resi Dewasarana, Dengan mengangguk-anggukkan kepala Resi Dewasarana berkata.
"Anakku Kebo Tandes tujuh tahun sudah hampir tiba. Dewan Mangkubumi akan mengakhiri tugasnya, berkat bimbingan ananda. Nanda telah dapat memberikan bukti kepada rakyat akan kemakmuran dan keadilan negara Purana. Bahkan antara Galuh dan Parana sekarang sudah bersatu, berkat usaha ananda. Adapun pesan dari Yunda Kilisuci akan kita laksanakan. Nini Niskalawastu sudah berumur enambelas tahun dan Ganawati sedang umur sepuluh tahun. Maka bermufakatlah dahulu dengan dinda Surawisesa agar supaya cita-cita ananda yang luhur itu dapat terkabul. Adapun Dewaniskala jangan nanda hiraukan. Nanti pada saatnya mereka akan insjaf sendiri setelah ia mengalami babak belur hanya harapan ramanda janganlah ananda tergesa-gesa meninggalkan Purana sebelurn keadaan menjadi tenteram dan adikmu Niskalawastu dinobatkan menjadi raja di Pejajaran. Ananda, ramanda nanti juga akan menghadliri penobatan cucuku Raden Digdaja putra mermenjadi Raja di Pranaragi menggantikan kakang Batara Raja. 85 Kebo Tandes sependapat dengan Resi Dewasarana, akhirnya kedua orang ini setelah berwawan cara pergi kesanggar pernujaan, bersemedi, mohon kepada Batara agar terkabul apa yang dicita- citakan. Kedinginan Gunung Samaya mengingatkan kepada para machluk hidup bahwa suasana panas yang dialami kerajaan Purana dalam masa peralihan, akan menjadi dingin setelah terdapat kesatuan pendapat dan kebulatan tekat para narapra-ja rakyat dan para resi. yang senantiasa berpedoman kepada Ing ngarsa sung tulada, hing madya mbangunkarsa. Tut wuri handayani. Rakyat kerajaan Purana yang dahulu mengalami ketidak tentraman, berkat keprigelan dan ketangkasan Kebo Tandes yang gandrung akan kesatuan dan kerukunan, akhirnya terkabul setelah mengalami liku-likunya kejadian yang menimpa diri Kebo Tandes yang penuh dengan suka dan duka. Sekarang, Kebo Tandes mulai rindu akan keluarganya. Akan anak dan isterinya yang sudah lama ditinggalkan. Kerinduan kepada anak isteri itu, merupakan kewajiban kedua setelah ia berhasil menunaikan tugas mencaripusaka pemersatu kerajaan Jenggala dan Kediri. Karena Kebo Tandes merasa sangat rindunya kepada anak dan isterinya, sering-sering ia berkata dalam hatinya sendiri;
"Sedang apakah isteriku sekarang? Sudah berapa besarkah anakku sekarang! Anakku tentu mempunjai kepandaian yang diberikan dari Baginda Batara Raja Pranaragi. Alangkah senangnya apabila anakku dapat menjadi orang yang berguna terhadap sesama manusia dan negara. bila demkian perasaan indah yang digambarkan dalam hatinya, ibarat keadaan tanah yang subur, selalu ditanami apa saja dapat tumbuh dan berbuah dengan memuaskan. Begitu pula fikiran Kebo Tandes bila sudah memfikirkan anaknya. 86 Satu demi satu dihubungkan. Dalam hati kecilnya berkait-kait hubung menghubung sahingga akhirnya menghasilkan kenangan yang indah-indah seakan-akan ada peristiwa yang telah terjadi bahwa anaknya betul menjadi seorang anak yang dapat mendem jero dan mikul duwur. Apabila ia telah berjalan-jalan mengitari pertapaan Giri Meru, yang keiihatan tenang dan tenteram itu, rasanya ingin tetap bertempat tinggal ditempat yang tenang itu. Karena menurut pendapatnya tidak ada kebahagiaan didunia ini untuknya. kecuali ketentraman. Ketentraman dan ketenangan membawa kejernihan fikiran yang akhirnya dapat memutuskan segala sesuatu dengan tepat, dan kejernihan fikiran 1w dapat membawa diri selalu ingat kepada Batara. Memang Kebo Tandes adalah orang yang senantiasa patuh kepada Batara. Ia sangat menjunjung tiuggi kepada Weda. lsi Veda diamalkan benar. Resi Dewasarann. selama Kebo Tandes berada dipertapaan Gunung Meru, diberikan tambahan ilmu yang berguna untuk kesejahteraan manusia menambahkan keteguhan hati Kebo Tandes. Resi Dewasarana juga banyak sekali memberikan pandangan- pandangan kepada Kebo Tandes tentang kesempurnaan hidup didunia ini. Hidup didunia ini harus senantiasa berarnal baik dan berbuat baik. Orang akan berbuat baik harus berani memerangi yang jelek. Orang dapat dikatakan sempurna hidupnya apabila dapat menaklukkan segala kejelekan, segala hawa nafsu yang menimpa dirinya. apabila seseorang telah dapat menaklukkan hawa nafsunya, maka akan menitis ke orang yang suci pula. Sebaliknya orang yang didunia ini senantiasa melakukan perbuatan yang tidak baik, maka ia kecuali akan memetik dari perbuatan yang telah dilakukan itu, ia juga akan kena apa yang dinamakan hukum karma. Jadi sudah sepantasnyalah apabila jelek akan dibalas dengan jelek. Si baik akan berpadu dengan baik. Si jelek adalah musuh si baik. 87 Kedua-duanya senantiasa intai-mengintai. Tetapi akhirnya si baiklah yang menang dalam pertempuran itu. Ranh baik ini ada terdapat dalam had nurani yang suci, dan rock jelek berke-taran mencarimangsa dimana ia akan hinggap. Demikian kala kata Resi Dewasarana dengan pandangan yang mengharukan. Karena pandangan mata yang mengharukan itu, hati Kebo Tandes, seakan-akan menjadi gelisah. Seolah-olah ada sesuatu pengaruh yang aneh pada dirinya. Maka untuk mengatasi kegelisthan itu ia berkata kepada Resi Dewasarana.
"Sang Resi, setelah mendapatkan wejangan dari Sang Resi, maka makin teguhlah hati hamba. Karena hamba berniat baik maka kini minta dengan hormat kepada Sang Resi, ijinkanlah kiranya hamba meninggalkan kerajaan Purana dan Galuh kembali ke Pranaragi sambil menengok anak istri hamba yang telah lama hamba tinggalkan."
"Baiklah ananda Kebo Tandes, sebetuinya sangat berat aku melepaskanmu, tapi karena masih banyak tugas-tugas yang harus kau selesaikan maka kuijinkan kau meninggalkan pertapaan. Doaku selalu mengiringi kemana engkau pergi. Hanya pesanku camkanlah segala yang telah kuberikan kepadamu. Niscaya akan berbahagialah hidupmu kelak. Belum habis Sang Resi berkata-kata datanglah anak istrinya. Betapa rasa haru Kebo Tandes, tak dapat dibayangkan kegernbiraan hatinya. Sang Resi hanya tersenjum-senyum saja. Sete'ah Kebo Tandes bisa melepaskan rindu kepada anak istrinya, dilanjutkaulah nasihat- nasehat Sang Resi.
"Keho Tandes kata, Resi Dewasarana selanjutnya ? Kau adalah seorang Kasatria, bukan seorang brahtnana. Bukankah kuwajiban Kasatria adalah membina kesejahteraan umat manusia, 88 kesejahteraan bangsa dan Tanah airnya. Apa yang akan kau lakukan akan gagal apabila kau mengasingkan dirimu dihutan belantara atau dipuncak gunung. Kebo Tande, janganlah mengikuti jejakku! Bukankah nanda mengetahui bahwa aku dahulu berbuat dosa terhadap narapraja, terhadap rakyatku? Ramanda kini sudah menebus dosa. Kecuali itu, aku sudah tua. Aku adalah merupakan orang yang tidak berarti. Walaupun sebenarnya dalam melaksanakan sesuatu cita-cita kita antara tua dan muda harus bekerja sama. Orang tua menyediakan pikiran dan pendapat- pendapat yang didapat dari pengalamannya. Karena Orang Tua itu sudah banyak makan asam-garam. Orang muda mempunyai daya karsa yang hidup sebagai tenaga penggernpur dalam melaksanakan cita-cita itu. Karena itu haruslah dipupuk antara dwi kekuatan itu. Satu dan lainnya harus saling membantu dan saling membutuhkan. Sesuatu tugas yang meninggalkan orang tua akan berantakan. Sedangkan orang tua meninggalkan orang muda dalam melaksanakan tugasnya akan kacau balau. Anakku, orang tua seakan-akan merupakan garnbaran dari orang yang tidak berarti. Tinggal ditempat yang terpencil jauh dari masadah-masalah yang bertalian dengan masalah bangsa dan tanah air. Aku ini ibarat meneguk air disendang yang ada didekatku apa bila kehausan memetik buah buahan dari pohon-pohon jika aku lapar. Kesemuanya itu hanya untuk mencari ketentraman diri. Dengan demikian ramanda dapat merasa tentram. Masalah yang ananda hadapi dalam membina keluarga besar, tidak akan dapat terselesaikan oleh orang-orang seperti ramanda ini. Angkatan muda seperti engkau harus bangkit. Bangkit untuk membina sesuatu karya yang besar, demi kesejahteraan umat manusia."
Kata-kata Resi Dewasarana memancar kehati Kebo Tandes seperti orang dalam kegelapan mendapatkan pelita. Duduknya masih dalam keadaan terpekur, namun dadanya telah menyala kembali dengan api kesatrianya. 89
"Sudah puaslah anakku, dengan keterangan ramanda?"
Tanya Resi Dewasarana.
"Sudah ramanda. Tetapi hamba tetap akan bertanya dimanakah tempat yang layak bagi hamba ini?"
"Tempatnya berada didalam kekerasan hatimu serta usahamu."
Jawab Resi Dewasarana dengan tersenyum.
Kebo Tandes menundukkan kepadanya.
Dalam hati kecilnya ia mengatakan bahwa tepat benar apa yang telah dibicarakan Resi Dewasarana itu.
Banyak petuah-petuah yang diberikan oleh Sang Resi, setelah cukup berpamitlah sekali lagi Kebo Tandes bersama anak Isterinya.
Akhirnya tidak melesetlah apa yang telah diramalkan oleh Wiku Puteri Kilisuci.
Kebo Tandes menuju Istana Raja Jenggala.
Disana diterimalah Kebo Tandes beserta keluarganya oleh sang Prabu Lembu Amiluhur dengan suatu kehormatan yang setimpal dengan jasa-jasanya.
Semua pengorbanannya tidak disia-siakan.
Mereka hidup berbahagia.
Dengan kembalinya Keris Pusaka Kiai Pulanggeni maka kembalilah Kejajaan kerajaan Jenggala dan Kediri seperti sediakala.
TAMAT 90 Diunggah di .
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Pemilik Pustaka . Aditya Indra Jaya Juru Foto / Scan . Awie Dermawan Pengantar/Juru Arsip . Yon Setiyono
Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Penghisap Darah Karya Abdullah Harahap Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama