Ceritasilat Novel Online

Manusia Atlantis 1

Manusia Atlantis Karya S. Widjadja Bagian 1

MANUSIA ATLANTIS S. Widjadja12 MANUSIA ATLANTIS S. Widjadja Dikompilasi tanpa izin dari publikasi di

https.//www.kompasiana.com/s-widjaja/ xxx /manusia-atlantis-1

https.//www.kompasiana.com/s-widjaja Editor .

D.A.S3 Daftar isi 01.............................................................................................................5 02...........................................................................................................12 03...........................................................................................................16 04...........................................................................................................26 05...........................................................................................................36 06...........................................................................................................45 07...........................................................................................................55 08...........................................................................................................62 09...........................................................................................................68 10...........................................................................................................76 11...........................................................................................................84 12...........................................................................................................92 13.........................................................................................................102 14.........................................................................................................112 15.........................................................................................................119 16.........................................................................................................129 17.........................................................................................................137 18.........................................................................................................144 19.........................................................................................................153 20.........................................................................................................161 21.........................................................................................................168 22.........................................................................................................1764 23.........................................................................................................186 24.........................................................................................................193 25.........................................................................................................200 26.........................................................................................................219 27.........................................................................................................232 28.........................................................................................................242 29.........................................................................................................249 30.........................................................................................................2595 Tetes-tetes air hujan menerpa wajahku.

Membuatku tersadar.

Aku merasakan sekujur tubuhku berat.

Tenagaku sudah habis.

Aku kepayahan.

Rupanya aku terbaring di ruang terbuka.

Di mana ini? Kucoba mengingat-ingat dan merasakan keadaan di sekelilingku.

Ah, ya, sepertinya aku berada di halaman rumahku ? rumah orangtuaku.

Rumah yang sekaligus menjadi laboratorium tempat kerja mereka.

Kucoba mengangkat tubuhku.

Tidak bisa.

Bahkan mengangkat tanganku pun aku tak mampu.

Kucoba menggerakkan kepalaku.

Sulit.

Aku kembali merebahkan tubuhku.

Pasrah.

Terlintas bayangan kejadian yang baru saja kualami.

Aku melihat api.

Suara hiruk pikuk.

Suara orang-orang yang berteriak.

Kekacauan.

Ledakan.

Langit yang biru.

Kemudian gelap.

Sepertinya aku pingsan.6 Sekarang aku berbaring di sini terkena hujan.

Hujan yang mulai mereda.

Aku merasakan sekujur tubuhku basah sekali.

Sepertinya tadi hujan itu deras sekali, cukup lama tetapi deras.

Badanku basah kuyup ? tidak mungkin karena hujan rintik- rintik seperti ini.

Aku mencoba menggerakkan tanganku lagi.

Tak bisa.

Terdengar suara mekanis perlahan, beberapa kali ? sepertinya motor listrik yang terpasang pada lenganku sudah berusaha maksimal.

Aku terdiam.

Sekarang aku hanya perlu menunggu hingga tubuhku pulih ? ya tidak seluruhnya, hanya yang kuperlukan untuk bergerak saja.

"Hei! Sudah sadar?"

Kudengar seseorang menyapaku. Buram. Aku tidak bisa melihat dengan jelas. Air hujan sepertinya menutupi lensa mataku ah bukan. Ada kerusakan pada mataku. Aku merasakan dia bersimpuh di sisi kiriku. Aku mencoba mengingat-ingat suara itu.

"Pretty?"

Panggilku.

"Yeap, who else?"

Balasnya. Aku terdiam. Walaupun aku sadar toh aku tidak bisa melakukan apa pun. Persis seonggok rongsokan tak berguna.7

"Kamu rusak parah maksudku kamu luka parah,"

Katanya lagi.

Rusak? Aku bukan robot ? batinku.

Kucoba untuk tersenyum.

Kaku.

Kurasakan otot-otot bibirku tak mampu bergerak sempurna.

Entah mengapa reaktor nuklir compact itu tidak berfungsi.

Benda yang ditanamkan di jantungku itu merupakan sumber energi "abadi" ? paling tidak disesuaikan dengan usiaku.

Usia rata-rata manusia kurang dari 80 tahun.

Reaktor itu mampu berfungsi, tanpa memerlukan tambahan bahan bakar, selama 200 tahun.

Aku benar-benar tidak habis pikir akan semua ini.

"Tangan dan kakimu patah. Sepertinya tertimpa puing-puing."

Rupanya ketika terjadi ledakan, bangunan rumah itu hancur dan melontarkan puing-puing ke sekitarnya ? termasuk diriku.

Aku ingat aku melayang setinggi 50 meter.

Aku ingat aku menatap angkasa.

Menatap langit yang biru.

Aku terus melayang selama beberapa detik.

Benar-benar ledakan yang sangat dahsyat.

Berapa lama aku pingsan? Cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi hujan deras yang kini mereda.

Tentunya aku pingsan sangat lama.

"Di mana ini?"

Tanyaku.

"Di kebun belakang."

Kebun belakang? Bukan halaman depan rumah?8

"Kamu pingsan cukup lama. Maaf, kami juga baru bisa menemukanmu. Tadi kami mencari-cari di halaman depan. Hujan deras tadi juga turut menyulitkan pencarian."

Aku terdiam.

Entah harus bersyukur atau tidak.

Biasanya keberadaanku selalu dipantau dengan microchip GPS yang ditanamkan di lenganku ? lengan kiri bagian atas.

Ukuran microchip yang "hanya" 10 mikrometer itu menyulitkanku untuk menemukannya ? dan membuangnya.

Terlebih microchip itu selalu mengacak sinyal GPS-nya.

Rumah ini memiliki halaman belakang yang sangat luas ? sekitar 10 hektar, dengan kontur tanah yang menurun.

Ibuku menanaminya dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan untuk keperluan riset.

Kebun ini sudah seperti hutan saking luas dan rimbunnya.

Tidak heran mereka sulit menemukanku.

"Orang-orang yang lain sudah pergi meninggalkan tempat ini,"

Katanya lagi.

"Ayah dan ibuku?"

Tanyaku.

"Mereka membawanya ke rumah sakit,"

Jawab Pretty. Aku termenung, berharap mereka akan baik-baik saja.

"Mereka akan baik-baik saja,"

Kata Pretty seolah menjawab harapanku.

Aku mencoba mengangguk ? tetapi tak ada anggukan ataupun gerakan lainnya.

Aku masih belum bisa bergerak.

Kurasakan keadaan di sekelilingku sepertinya menjadi lebih terang.9 Ah, matahari mulai bersinar kembali.

Aku merasakan hangatnya sinar matahari menerpa sekujur tubuhku.

Aku tersenyum ? masih tanpa ekspresi, hanya mataku yang merefleksikan senyum itu.

"Ada apa?"

Tanya Pretty heran.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak ada apa-apa,"

Jawabku.

Pretty diam.

Aku tahu dia sedang cemberut mendengarkan jawabanku yang asal saja itu.

Entah kenapa aku mempunyai firasat kalau dia sebenarnya tahu apa yang kupikirkan.

Dia selalu begitu ? sepertinya dia memang mampu membaca pikiran orang lain.

Pretty sepertinya belum tahu di bawah kulitku tertanam panel surya yang sangat tipis dan saat ini ketika sinar matahari mengenai kulitku, panel surya yang supersensitif itu mulai menyerap sinar matahari dan mengisi baterai cadanganku.

Sebentar lagi aku akan punya cukup tenaga untuk bergerak.

Aku tidak terlalu merisaukan tangan dan kakiku yang patah.

Nanomachine yang ada di dalam tubuhku akan segera memulihkannya.

Mereka terprogram untuk menemukan apa yang salah pada tubuhku dan mulai melakukan perbaikan atau regenerasi.

Nanomachine yang disuntikkan ayah ke dalam tubuhku itu merupakan robot molekuler berukuran kurang dari1 mikrometer ? jauh lebih kecil dari microchip GPS sialan itu.

Akhirnya aku bisa merasakan bagian tangan yang patah.

Tangan kiriku.

Tepatnya lengan kiri bagian bawah.

Aku juga mulai bisa menggerakkan jari-jari tanganku.10 Kaki kiriku ternyata patah di bagian paha ? seperti yang dikatakan Pretty, selain tanganku, kakiku juga patah.

Akhirnya kucoba untuk bangkit.

Kuangkat bagian atas tubuhku.

Berhasil! Aku menoleh ke samping kiriku.

Kini aku sudah bisa berhadapan dengan Pretty.

Kedua kakiku lurus ke depan tak bisa bergerak.

Rupanya tertimpa puing-puing tembok rumah.

Pantas saja mereka sulit menemukanku yang tertimbun puing-puing bangunan.

Mungkin sama sulitnya seperti mencari korban gempa bumi di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk.

Jika puing-puing sebesar ini bisa terlontar sampai ke kebun belakang, berarti bangunan rumah orangtuaku benar-benar hancur berantakan tak bersisa.

Aku mengerahkan kedua tanganku untuk mengangkat puing itu.

Berat sekali.

Tangan kiriku masih belum berfungsi optimal.

Akhirnya kugunakan tangan kananku mengangkat dan mendorong puing tersebut ke sebelah kiri supaya kedua kakiku terbebas.

Pretty melongo memandangku.

"Kamu bukannya barusan kamu tidak bisa bergerak sama sekali?"

Tanyanya ? kebingungan.

"Ya, anggap saja aku punya healing factor yang menakjubkan itu,"

Jawabku bercanda. Healing factor adalah kemampuan untuk menyembuhkan diri dari luka dengan kecepatan yang menakjubkan ? hanya ada dalam cerita fiksi.11

"Oh, berarti aku tidak perlu membawamu ke bengkel, ya,"

Katanya meledek. Sepertinya dia kecewa melihatku cepat pulih.

"Tidak, toh garansinya juga sudah habis,"

Balasku. Pretty tertawa.

"Bukannya kamu barang BM?"

Ledeknya lagi.

BM maksudnya black market alias barang selundupan yang notabene tidak bergaransi.

Sekarang ganti aku yang tersenyum.

Aku merasakan keadaan sekitarnya jauh lebih terang.

Kerusakan pada mataku tampaknya sudah mulai membaik.

Aku memandang Pretty dan memindai wajah dan tubuhnya.

Tidak ada luka-luka yang serius.

"Kamu tidak apa-apa?"

Tanyaku. Dia menggeleng.

"Aku cuma lecet-lecet saja sedikit,"

Katanya sambil menunjukkan lengan dan kakinya. Bilur-bilur terlihat di sana- sini ? cuma luka luar biasa. Tidak membahayakan jiwanya.12

"Berapa banyak orang yang terluka?"

Tanyaku.

"Tidak banyak,"

Jawab Pretty.

Aku terdiam.

Kenapa aku bisa terlempar begitu jauh sementara tidak banyak orang yang terluka? Padahal puing- puing berukuran besar bertebaran di sekelilingku.

Bagaimana jika puing-puing ini menimpa orang-orang yang sedang berlari meninggalkan lokasi ledakan untuk menyelamatkan diri? Aku mencoba bangkit berdiri.

Bisa.

Nanotech memang hebat! Aku mampu pulih dengan cepat.

Namun demikian aku tidak minta untuk menjadi seperti ini.

Kukira tak seorang pun meminta untuk dijadikan seperti diriku ini.

sesosok cyborg.

Aku memang mempunyai kekuatan yang luar biasa.

Aku juga mampu menyembuhkan diriku sendiri dengan cepat.

Boleh dibilang aku adalah manusia super yang tak terkalahkan.

Ayahku yang menjadikanku cyborg.

Ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diriku.

Sebenarnya aku sendiri tidak ingat peristiwa apa yang menyebabkanku harus menjalani prosedur penyelamatan seperti ini.

Aku hanya ingat malam yang gelap dan kemudian langit menjadi terang benderang.

Aku teringat ada api yang membakar diriku.

Rasa13 kesakitan dan panas yang luar biasa.

Kemudian ketika aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit.

Perlu waktu beberapa minggu untuk beradaptasi ? secara mental dan fisik, pada kemampuanku setelah mengalami upgrade tersebut.

Walaupun sulit untuk menerima kenyataan bahwa aku bukan lagi manusia seutuhnya, aku tidak menyalahkan ayahku.

Tak ada orangtua yang ingin anaknya menderita ? mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk anak- anaknya.

Aku tidak membutuhkan psikolog untuk memulihkan kondisi mentalku.

Internet jauh lebih bermanfaat daripada sekumpulan psikolog yang sangat rewel dan mau tahu urusan pribadiku (padahal sebenarnya itu memang tugas mereka).

Aku mampu mencari informasi dan mempelajarinya ? cara untuk mengembalikan kepercayaan diriku.

Bagusnya aku mampu menyimpan semua hal yang kubaca di internet karena kemampuan otakku meningkat secara drastis ? jauh melebih kapasitas memori otak manusia normal yang mendekati 2,5 petabytes (2.500 terabytes).

Aku tidak perlu menghapal apa pun.

Kecepatan membacaku juga sangat menakjubkan.

Aku juga terhubung dengan internet selama 24 jam setiap hari.

Bahkan di kala tidur pun aku masih bisa mengunduh semua informasi yang kubutuhkan.

Jadi, mengapa aku harus kecewa dan tidak bisa menerima kenyataan? Untuk berkomunikasi pun aku tidak membutuhkan ponsel atau smart phone, mataku bisa menampilkan informasi seperti apa yang diperlihatkan oleh Google Glass ? bahkan lebih canggih.

Ketika aku meng-google peristiwa kecelakaan, yang berkaitan dengan diriku waktu itu, hari-hari sebelum aku harus berbaring di meja operasi, tidak banyak yang14 kutemukan.

Setelah mencoba meng-hack beberapa situs, aku menemukan informasi highly classified ? sangat rahasia, di laman TNI AU mengenai kecelakaan yang melibatkan sesuatu yang mereka sebut (code name) sebagai UFO.

Apakah kecelakaan itu yang membuatku nyaris mati? Aku tak tahu.

Ada sosok yang samar-samar kuingat ? manusia, bukan alien, yang mengendarai wahana canggih yang disebut UFO itu.

Manusia yang sepertinya sempat berbicara, mengatakan sesuatu, menyampaikan pesan.

Sesuatu yang berhubungan dengan diriku.

Hanya sampai di situ.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku tidak mampu mengingat lebih jauh lagi.

Aku menatap Pretty yang saat ini sedang memandangku.

"Kenapa?"

Tanyaku. Ia menggelengkan kepalanya. Terkadang aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa dengan gadis ini. Ia sepertinya mampu membaca pikiran orang lain. Tetapi aku tidak ingin berburuk sangka kepadanya.

"Kamu sudah tidak apa-apa? Sudah oke?"

Tanyanya sambil terus memandangku.

"Ehm sepertinya begitu,"

Jawabku setelah memindai dan mengecek status fisikku. Kaki dan tanganku yang patah sepertinya belum berfungsi dengan normal. Namun hal itu tidak menjadi masalah bagiku, toh aku punya dua tangan dan dua kaki.

"I wish I could see the results of your physical condition checking,"

Katanya.15 Kenapa makhluk ini selalu ingin tahu masalah pribadi orang lain, batinku.

"Dream on,"

Jawabku sekenanya.

Pretty mengangkat kedua bahunya.

Aku lalu mencoba melangkah sambil menjaga keseimbangan tubuhku.

Walaupun belum bisa dikatakan sempurna namun aku mampu melakukannya, perlahan tetapi mampu mengimbangi kecepatan melangkah Pretty.

Kami lalu berjalan bersama-sama menuju rumahku.

Sisa- sisa rumahku.

Aku tak tahu apa yang akan kami temukan di sana.16 Tak ada apa-apa.

Semuanya hancur.

Asap masih mengepul di bekas ledakan yang sekarang membentuk lubang dengan diameter sekitar 3 meter di lantai ruang kerja ayah.

Sebagian besar dinding ruangan hancur.

Aku bahkan bisa menatap langit ? ya atap bangunan ini juga runtuh tak bersisa.

Bagian rumah yang lain hangus terbakar.

Dari lubang itu aku dapat melihat ruang di bawahnya, basement yang difungsikan sebagai garasi oleh ayah.

Kulihat beberapa mobil yang ada di sana dalam kondisi berdebu dan sebagian bodinya penyok tertimpa reruntuhan.

Entah mobil siapa saja yang diparkir di sana.

Pemiliknya sepertinya langsung meninggalkan rumah ini ketika ledakan itu terjadi dan membiarkan kendaraan mereka begitu saja.

Aku berjalan memutari lubang itu.

Aku memeriksa bekas- bekas ledakan dan dampaknya.

Mengherankan, tak ada bercak darah sedikit pun.

Berarti tidak ada seorang pun yang terluka.

Lalu mengapa ayah dan ibuku dibawa ke rumah sakit? Pretty mengatakan tidak banyak yang terluka.

Atau ada orang lain yang sudah "merapikan"

Tempat ini?17 Mereka mengambil dan menyingkirkan bukti-bukti yang berkaitan dengan keberadaan mesin dan kondisi orang- orang yang terluka.

Ini menunjukkan bahwa kecelakaan itu sudah itu diantisipasi.

Atau rekayasa? Bagaimana mungkin tidak ada yang terluka, jika aku saja sampai terlontar keluar rumah akibat ledakan itu? Banyak pertanyaan muncul di benakku.

Aku memeriksa serpihan-serpihan bangunan, rongsokan peralatan ? meja, kursi, dan debu di sekitar tempat itu.

Aku meraba tepian lubang, aku merasakan debu yang sangat halus.

Berapa panas yang dibutuhkan untuk meluluhkan beton hingga menjadi debu? Ledakan tersebut tentunya sangat dahsyat! Ini bukan kecelakaan.

Ini sabotase.

"Mesinnya ? "

"Hancur ? berantakan,"

Jawab Pretty singkat. Tidak mungkin, kuperkirakan jika hancur pun masih ada serpihan-serpihan yang bertebaran di sekitar tempat ini.

"Aku tidak bilang musnah. Aku bilang hancur, berantakan,"

Kata Pretty lagi. Seperti biasa, ia memang bisa membaca pikiranku.

"Dibawa ke mana?"

Tanyaku.

Ia mengangkat kedua bahunya.18 Mesin yang kumaksud ini digunakan untuk membuat suatu benda yang diharapkan bisa menjadi sumber energi baru.

Energi yang bersih ? tidak mengeluarkan emisi ataupun polutan.

Energi yang tidak bakal habis, tercipta terus- menerus seperti energi nuklir.

Kami sudah memiliki purwarupa benda tersebut.

Kami menyebutnya Kristal Atlantis.

Penamaan tersebut didasarkan pada legenda Atlantis yang memiliki sumber energi abadi dalam wujud kristal.

Kristal yang mampu memenuhi kebutuhan energi seluruh penduduk Atlantis.

Setelah menghidupkan generator untuk menyuplai listrik ? ya, sambungan listrik dari PLN langsung diputus pasca- ledakan itu, aku melakukan koneksi virtual dengan sistem keamanan rumah ini.

Tidak ada! Semuanya tidak berfungsi.

Padahal ledakan hanya terjadi di ruangan ini, di bagian lain seharusnya ? paling tidak, ada rekaman CCTV yang masih berfungsi.

Aku lalu memeriksa remote server dan mencari rekaman CCTV tersebut.

Tidak ada.

Sudah dihapus.

Seseorang telah masuk ke dalam sistem komputer di rumah ini, mengambil semua data dan kemudian menghapusnya.

Aku melirik Pretty.

"Bukan aku, ya. Waktu itu aku kan sedang sibuk mencari-cari kamu di kebun belakang rumah,"

Katanya tanpa menoleh.

Ia sedang sibuk memeriksa kertas-kertas yang bertebaran di mana-mana.19 Aku lalu mengecek backup rekaman CCTV yang kusembunyikan di cloud.

Aku memang sengaja menghubungkan CCTV rumah ini dengan internet dan menyimpannya di remote storage (cloud computing) ? tanpa sepengetahuan ayah, sehingga di mana pun aku berada aku bisa memantau keamanan rumah ini.

Ruang terbuka beratapkan langit ini menguntungkanku karena aku bisa terus mengisi baterai cadanganku.

Tanpa sumber energi utama, semua fungsi tubuhku menjadi terbatas.

Aku memeriksa rekaman itu.

Semua gambar rekaman CCTV tampil di depan mataku.

Aku memusatkan perhatianku pada rekaman terakhir sebelum dan sesudah terjadi ledakan.

Aku melihat langit-langit ruangan kerja ayah runtuh.

Orang- orang yang bekerja di sana berlarian menghindari runtuhan tersebut.

Beberapa orang berseragam militer tanpa identitas turun dari atap yang terbuka itu ? dengan menggunakan semacam tali.

Mereka semuanya mengenakan penutup wajah.

Mereka mengarahkan senjata kepada ayah dan orang-orang yang ada di ruangan itu.

Sebagian dari tentara itu menggiring mereka keluar ruangan.

Sisanya memasang tali baja di sekeliling mesin, memindahkannya ke bawah atap yang sudah berlubang.

Mesin itu kemudian terangkat ke atas.

Sepertinya tali baja itu dihubungkan dengan helikopter.

Kaki mesin yang ditanam di lantai patah, beberapa bagian mesin juga berjatuhan karena menghantam langit-langit.

Rupanya lubang yang mereka buat tidak cukup besar untuk mengeluarkan mesin itu.

Mereka semua bergerak tanpa berbicara sama sekali.

Mereka langsung membereskan bagian-bagian mesin yang patah dan berjatuhan itu.20 Aku memfokuskan pandanganku pada seseorang yang sepertinya komandan mereka.

Si komandan itu berdiri mengawasi sambil kedua tangannya berada di atas paha seperti bersiap untuk mencabut senjata manakala diperlukan.

Aku memperhatikan tangan kanannya.

Tepatnya jari telunjuk tangan kanannya.

Jari tersebut terus bergerak seperti mengetuk-ngetuk pahanya.

Kuperhatikan postur orang tersebut.

Tinggi, langsing, berbahu bidang, dan tegap.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku merasakan sesuatu yang familiar.

Aku men-zoom gambar rekaman tersebut dan memfokuskan pada wajah si komandan, kuamati mata orang itu ? satu- satunya bagian wajah yang tidak ditutup.

Matanya berciri khas oriental.

Ketukan jari di paha, postur tubuhnya, dan mata itu Aku mengenalinya! "Winter Sonata"

Kataku ? tanpa kusadari.

"Heh?"

Pretty menoleh ke arahku.

"Kamu lagi menonton serial drama korea?"

Tanyanya. Pretty tersenyum geli mendengar apa yang kuucapkan.

"Tidak,"

Sahutku sambil menggelengkan kepala.

Yon.

Orang itu Gideon, biasa dipanggil Yon.

Ia seorang keturunan Korea ? dari pihak ayah.

Nama lengkapnya Gideon Park atau Park Gi-Yeon.

Yon temanku semasa SMA.

Kami ? aku dan Yon, dengan beberapa kawan yang lain selalu bersama- sama.

Belajar, bermain, jalan-jalan, olahraga, dan lain-lain.21 Yon menyukai komik superhero Amerika ? Marvel dan DC.

Salah satu karakter favoritnya adalah Winter Soldier ? tokoh antagonis dalam komik Captain America yang telah difilmkan.

Yon selalu menyamakan dirinya dengan Winter Soldier yang misterius.

Kebetulan dulu Yon juga berambut panjang seperti karakter tersebut.

Di luar keinginannya, kami malah memanggilnya Winter Sonata ? bukan Winter Soldier.

Winter Sonata adalah serial drama korea yang populer.

Winter Sonata ? panggilan yang culun banget.

Memori olok-olok konyol itu membuatku tersenyum.

Setahuku, sesudah lulus SMA, Yon melanjutkan pendidikannya ke Akabri.

Kabar terakhir yang kudengar, ia menjadi perwira korpaskhas ? pasukan elit TNI AU.

Kebiasaannya berdiri sambil meletakkan kedua tangan di paha dan mengetuk-ngetukkan jari telunjuk kanan ke paha itu mencirikan dirinya.

Sejak dulu ia senang mendengarkan musik dengan earphone sambil mengetuk-ngetukkanjari telunjuknya di paha.

Kebiasaan tersebut terus terbawa bahkan ketika ia tidak mendengarkan musik sekalipun.

Kelihatannya ia merasa nyaman dengan melakukan hal itu.

Aku memiliki profilnya dalam database-ku.

Kenapa korpaskhas ikut campur? Yon tiba-tiba melihat ke arahku.

Menatapku dengan tajam.

Aku terkejut ? ah, ternyata ia memandang ke kamera CCTV yang pada waktu itu sedang mengambil gambarnya.

Yon memalingkan wajahnya lalu memberi instruksi dengan isyarat tangan kepada salah satu anak buahnya.

ia meminta22 si prajurit untuk memeriksa keberadaan CCTV dan memutusnya.

3 detik kemudian, tidak ada gambar apa pun.

Sepertinya mereka sudah memutus koneksi kamera tersebut.

Aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada diriku saat itu ? sebelum aku terlontar ke luar rumah.

Aku tidak bisa mengingatnya.

Tak ada rekaman CCTV yang lain pasca-pemutusan itu.

Aku pernah mendengar cerita ayah mengenai kekhawatiran pihak militer akan proyek ini.

Mereka tidak bisa mempercayai kolega ayah yang kebanyakan merupakan tenaga ahli asing.

Banyak di antara mereka berasal dari negara-negara barat yang disinyalir memiliki kepentingan akan sumber energi ini.

Seorang perwira TNI AU bahkan menawarkan agar proyek tersebut dikerjakan di Divisi Penelitian & Pengembangan Senjata Strategis (P3S2), lembaga yang dulunya merupakan salah satu divisi dari Pindad.

Divisi yang melakukan riset teknologi persenjataan mutakhir ? di antaranya adalah rudal stealth yang memiliki kecepatan 8 mach (8x kecepatan suara).

Karena sifatnya yang sangat rahasia, saat ini divisi tersebut menjadi bagian lembaga riset militer TNI.

Mengapa TNI AU dengan pasukan elitnya melibatkan diri di sini? Aku tidak suka.

Bukankah kami telah bekerja sama dengan LIPI? Mengapa mereka masih ikut campur? Aku yakin riset kami ini ditujukan untuk keperluan sipil, bukan militer, bukankah saat ini kita masih kekurangan energi terutama listrik?23

"Militer yang mengambil mesin itu,"

Kataku tidak senang. Pretty menghampiriku dan tersenyum.

"Heh?"

Kenapa ia malah tersenyum? "Inner skeleton kamu kan juga buatan mereka,"

Katanya ? masih tetap tersenyum.

Inner skeleton merupakan rangka titanium yang berfungsi seperti kerangka manusia.

Sebagian besar tulang yang ada pada tubuhku memang sudah hancur dan digantikan dengan rangka titanium tersebut.

Rangka titanium ini merupakan hasil kerja sama LIPI dan Divisi P3S2 yang saat itu masih di bawah Pindad.

Mereka menamainya inner skeleton.

Ya, biar bagaimanapun aku tetap berpendapat apa yang mereka lakukan pada tubuhku semata-mata untuk kepentingan militer juga.

Siapa tahu TNI mau membentuk kesatuan tempur yang terdiri dari prajurit cyborg? "Tidak semua hasil riset militer tidak bermanfaat untuk masyarakat sipil, lho.

Komunikasi satelit, e-mail, internet, teknologi antariksa, itu semuanya berawal dari riset militer,"

Kata Pretty lagi.

"Aku tahu,"

Jawabku singkat. Aku mengamati hasil kerja "bersih-bersih"

Korpaskhas.

Sangat profesional.

Mereka tidak menyisakan bukti sedikit pun.

Seandainya mereka tahu kalau aku menyimpan rekaman CCTV di cloud, mereka pasti sudah menghapusnya juga.24 Aku lalu bergegas turun menuju ke ruang kerjaku, yang berada di bagian lain basement.

Pretty berjalan mengikuti di belakangku.

Ia mengenakan masker.

Basement tersebut penuh dengan debu namun aku tetap tidak menemukan kepingan-kepingan logam atau apa pun itu yang merupakan bagian dari mesin yang diambil itu.

Kami melewati mobil- mobil berdebu itu.

Aku mengeluarkan anak kunci untuk membuka pintu ruang kerjaku.

Pintu itu pun penuh debu.

Begitu sampai di dalam, aku segera melakukan pemeriksaan terhadap tubuhku.

Aku berbaring di mesin yang menyerupai mesin CT scan.

Selain untuk memeriksa kondisi tubuhku, mesin ini juga berfungsi sebagai penyuplai energi untukku.

Begitu aku masuk ke dalam tabung mesin itu, aku segera menjalankan fungsi pemeriksaan sekaligus pengisian baterai cadangan ? jauh lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan sinar matahari melalui lembaran panel surya di bawah kulitku.

Hanya beberapa detik di dalam tabung, aku merasakan badanku semakin lemah sementara fungsi pemeriksaan tidak berjalan sama sekali.

Aneh.

Aku memeriksa kondisi bateraiku.

Status.

Power draining.

Aku bingung.

Mengapa bukannya mengisi energi malah bateraiku yang dikuras?25 Something?s wrong here.

Aku segera melakukan pengecekan pada mesin tersebut dan menemukan sistem pengoperasian mesin tersebut telah diubah dari otomatis menjadi manual.

Seseorang telah mengambil alih kontrol mesin ini! Untuk mengoperasikan mesin ini diperlukan password.

Hanya aku, ayah, ibu, dan Pretty! Ya, hanya kami berempat yang memiliki akses ? mengetahui password, untuk mengoperasikan mesin ini.

Aku melihat Pretty tertunduk di depan monitor di luar mesin itu.

Ya, pandanganku bisa terhubung ke peralatan di seluruh mesin ini ? aku bisa melihat Pretty, seperti berkomunikasi melalui Skype saja.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pretty mendongakkan wajahnya memandangku lewat monitor itu.

"Pretty? Kenapa?"

Tanyaku ? terkejut.

"Maafkan aku,"

Katanya perlahan. Aku terdiam. Tubuhku terlalu lemah untuk kugerakkan.

"Maafkan aku,"

Katanya lagi sambil kembali menundukkan kepala.

Pandanganku mulai berkunang-kunang.

Aku tidak sadarkan diri.26 Aku terbangun.

Aku melihat ke sekelilingku.

Aku mencoba mengingat-ingat apa yang barusan terjadi padaku.

Rupanya sistemku mati total dan energiku terkuras habis ? termasuk emergency power.

Semua data-data temporer hilang.

Dalam waktu satu hari, sudah dua kali aku pingsan.

Aku ini cyborg yang payah! Jika saja aku berada dalam kondisi fit, aku masih bisa melakukan aktivitas normal ? tanpa kekuatan artifisialku, minim pemakaian energi substitusi.

Aku mengecek status sumber energiku.

charging.

Aku ingat ada ledakan tetapi tidak bisa kuketahui kapan dan bagaimana terjadinya.

Aku tidak menemukan rekaman CCTV atau apa pun yang mendukung informasi tersebut.

Satu-satunya informasi yang kudapat mengenai hal itu adalah perkataan Pretty.

Sensorku menangkap ada orang lain di sekitarku.

Terlalu dekat.

Aku memalingkan wajahku dan melihatnya.

"Susah payah aku membawamu ke sini,"

Kata Pretty.

Rupanya sensorku juga masih lemah.

Seharusnya aku bisa menyadari keberadaan seseorang lebih dini lagi.27 Begitu melihatnya, aku teringat apa yang telah ia lakukan padaku.

Kupaksakan tubuhku untuk bangkit.

Aku ingin menerkamnya! Tak bisa.

Ada sesuatu yang mencegahku melakukan hal itu.

Pretty tersenyum.

"Aku tidak bermaksud jahat,"

Katanya.

Dia mengeluarkan Tablet PC-nya dan memperlihatkannya padaku.

Benda itu terlepas dari genggamannya dan melayang ke arahku dan berhenti persis di depan wajahku.

Telekinesis.

Aku terkejut ? she is a psychic! Tetapi aku menutupi rasa kagetku itu.

Berarti ia yang mengendalikan tubuhku, mencegahku menyerangnya.

"Aku tahu kau terkejut,"

Katanya.

Aku diam ? memfokuskan pandanganku pada display Tablet PC itu.

Aku melihat beberapa aplikasi ditampilkan.

Pengolahan pesan.

Pesan terkirim.

Semuanya ini terjadi secara otomatis.

Bagaimana mungkin? Telekinesis adalah kemampuan menggerakkan atau memindahkan benda secara fisik tanpa menyentuhnya tetapi menjalankan aplikasi di gadget tanpa melihat display-nya dan tanpa ada sentuhan di touch screen tersebut "Aku bisa melakukannya,"

Kata Pretty.28

"Tanpa menggunakan jariku,"

Katanya lagi sambil mengangkat jari telunjuk tangan kanannya yang lalu ditempelkan ke pelipisnya.

"Dengan kekuatan pikiranku."

Pretty menatapku tajam. Lalu ia menyingkirkan Tablet PC itu dari pandanganku ? tanpa menyentuh benda itu.

"Jadi dugaanku selama ini benar. Kau bisa membaca pikiranku."

Aku memandangnya dengan tajam.

"Well, as you can see, I can do more than that,"

Katanya datar ? tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"You should know how powerful our minds are."

Heh.

Aku tersenyum sinis.

Yang paling penting bukanlah seberapa besar kekuatan yang dimiliki seseorang, tetapi bagaimana ia menggunakan kekuatannya itu.

Siapa Pretty ini sebenarnya? Saat ini sulit untuk memperkirakan siapa kawan dan siapa lawan.

Ayah berteman baik dengan banyak petinggi TNI tetapi lihat apa yang terjadi, mereka mengirim prajurit-prajurit yang paling terlatih untuk merampok rumahnya.

Lebih baik aku tetap waspada dan berhati-hati terhadap Pretty.

Untuk sementara ini, mudah-mudahan perkataannya.

"Aku tidak bermaksud jahat." ? bisa kupegang. Aku mendapatkan notifikasi, seseorang mengirimkan pesan kepadaku. Incoming mail. Dari Pretty. Pesan yang barusan dikirimkannya29

"Kenapa kamu tidak langsung bicara saja? Kan tidak perlu mengirimkan e-mail ke aku,"

Kataku sambil membuka e-mail itu.

"Buka juga attachment-nya,"

Katanya singkat.

Ternyata Pretty mengirimkan rekaman CCTV yang memperlihatkan kejadian setelah ia membawaku keluar dari rumah.

Beberapa orang tampak memasuki ruang kerjaku, memeriksa mesin life support-ku yang berbentuk seperti CT scan itu.

Setelah memeriksa sekeliling tempat itu, mereka lalu keluar ruangan.

"Kejadian ini setelah kita keluar dari tempat itu,"

Ia menjelaskan. Ya, kita keluar ? lebih tepatnya kamu mengangkutku keluar dari sana. Sepertinya tim yang pertama kali datang ? korpaskhas, belum memperoleh hasil yang memuaskan sehingga mereka mengirimkan tim berikutnya.

"Bukan cuma kamu yang memasang CCTV di ruangan itu,"

Katanya.

CCTV yang kupasang di ruanganku tidak berfungsi lagi setelah Yon menginstruksikan anak buahnya untuk memutus seluruh sambungan CCTV yang ada di rumah itu.

Untungnya, ruang kerjaku dilengkapi instalasi listrik tersendiri plus beberapa sumber listrik cadangan termasuk panel surya yang kurakit sendiri.30 Pretty memasang CCTV di ruang kerjaku? Aku tidak percaya! "Kamu melanggar privasi orang lain,"

Protesku.

"Kita sama-sama ilmuwan ? berpikir logis tanpa modus. Iya, kan?"

Tanpa modus? Are you sure? "Kalau aku harus menelanjangimu untuk memperbaiki ? mengobati, bagian tubuhmu yang terluka katakanlah di area pribadimu, apakah menurutmu aku memikirkan hal-hal lain di luar prosedur medis tersebut?"

Pretty sepertinya tersinggung. Jelas sekali ia membaca pikiranku lagi.

"Tak perlulah, aku bisa menyembuhkan diriku sendiri. Nanotech,"

Kataku.

"Bagus kalau begitu,"

Katanya ketus.

Bagaimana ia bisa memasang CCTV tanpa diketahui olehku ? tanpa terekam oleh CCTV yang kupasang? Aku kembali memutar ulang rekaman CCTV itu dan mengamati lebih seksama apa yang ditayangkan.

Dari sudut pengambilan gambar tersebut aku bisa memperkirakan letak CCTV yang dipasang Pretty.

"Kau"

Kataku gemas.

"Ya,"
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sahutnya.

Pretty pasti memasang kamera pengintai pada boneka tanuki (raccoon dog) di atas mejaku.

Boneka tersebut merupakan maskot olimpiade terakhir yang kuikuti.

Setelah31 menjadi cyborg aku tidak memenuhi kualifikasi sebagai atlet lagi.

Aku meraih emas di cabang atletik ? marathon, mengalahkan atlet-atlet Afrika.

Semenjak jogging menjadi tren, Indonesia banyak melahirkan pelari jarak jauh yang berbakat.

Banyak kejuaraan marathon berskala internasional diselenggarakan di Indonesia.

Atlet lari jarak jauh tersebut bahkan mampu menyaingi atlet bulutangkis dan angkat besi yang lebih dulu berprestasi di kejuaraan internasional.

"Yang mana?"

Tanyaku dengan sebal.

"Sebelah kiri,"

Jawabnya. Jadi mata sebelah kiri yang diganti dengan kamera.

"Kamu benar-benar keterlaluan."

Aku kan tidak mungkin bisa ikut olimpiade lagi.

Maskot itu satu-satunya kenangan yang kupunya, yang mengingatkanku bahwa sebelum menjadi cyborg aku adalah atlet yang berprestasi internasional.

Fisik dan mentalku prima.

Maskot itu yang selalu menghiburku tiap kali aku menyesali tubuh cyborg-ku ini.

Pretty tertawa terbahak-bahak.

Apanya yang lucu? "Kamu salah.

Aku tidak mengutak-atik boneka tanukimu itu.

Ini buktinya."

Ia masih tertawa.

Pretty lalu kembali memperlihatkan Tablet PC-nya padaku.

Sama seperti sebelumnya, tanpa menyentuh apa pun, aplikasi foto yang ada di sana terbuka.

Tampak beberapa foto dalam tampilan kecil muncul.

Salah satu foto tersebut membesar.32

"Foto ini kuambil setelah aku memasang kamera itu."

Aku melihat foto itu. Ada sesuatu yang sebelumnya tidak ada di mejaku. Sesuatu yang dipasangi kamera pengintai oleh Pretty. boneka perempuan berambut pirang setinggi 12 inchi ? persis di sebelah kiri maskot tanuki.

"Barbie?"

Tanyaku setengah berteriak.

"Kamu menaruh Barbie di meja kerjaku?"

Tanyaku ? berteriak. Pretty mengangguk.

"Cantik kan?"

Tanyanya sambil ikut memandang foto Barbie tersebut.

Aku terdiam menahan amarah.

Sebal banget.

Boneka perempuan di meja kerjaku? How could I miss it? Kenapa aku bisa sampai tidak tahu? Kapan terakhir kali aku bekerja di mejaku itu? Mungkin sekitar seminggu yang lalu.

"Ada Kent juga,"

Katanya sambil menunjuk foto itu. Jarinya mengarah ke boneka pria di sebelah kiri Barbie.

"Aku tidak tanya!"

Teriakku semakin keras. Kent adalah pacar Barbie.

"Barbieku ini bukan boneka biasa lho,"

Katanya. Boneka ya boneka. A doll is a doll, however you see it.

"Limited edition, ya?"

Tanyaku menyindir.

"Ini boneka mata-mata,"

Katanya sambil tertawa. Ia lalu menunjukkan beberapa foto hasil jepretan si Barbie yang ada di ponselnya.33 Memangnya ada yang lucu, ya? "Kamu tidak memasangnya di instagram?"

Tanyaku menyindir. Aku masih menatapnya dengan pandangan sebal. Pretty ini ilmuwan atau "Jangan marah-marah terus. Apalagi sampai berteriak-teriak seperti tadi, kamu menghabiskan bateraimu tahu."

Aku berusaha menahan diriku. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan Pretty, aku harus menghemat pemakaian bateraiku. Aku tak tahu kapan pengisian baterai ini dihentikan olehnya.

"Begitulah, selain menghabiskan banyak energi, amarah juga tidak baik untuk kesehatan. Salah satu organ tubuhmu yang masih asli adalah yang ada di dalam tempurung kepalamu. Otak."

Pretty menjelaskan panjang lebar hal yang sebenarnya sudah kuketahui. Sounds like my mother. Aku terdiam.

"Kalau kamu marah-marah terus tekanan darahmu naik dan pembuluh darah di otakmu pecah, kamu akan kena stroke."

Tak perlu dijelaskan pun semua orang sudah tahu proses terjadinya stroke.

"Aku tidak akan terkena stroke. Nanotech akan memperbaiki pembuluh darahku yang tersumbat."34 Sebenarnya otakku juga sudah mengalami sedikit modifikasi. Ada beberapa microchip dipasang di otakku. Selain untuk meningkatkan kecepatan proses berpikir, kapasitas otakku pun mampu menyimpan data lebih banyak. Tapi itu jika aku berada dalam kondisi operasional penuh, dalam arti tidak kekurangan energi.

"Aku rasa kamu perlu juga untuk melihat ini,"

Katanya.

Ia mengirimkan e-mail lagi.

Aku membuka file yang ia kirimkan.

Ada rekaman video situasi rumahku dari atas.

Aku melihat pesawat militer terbang di atap rumahku.

Pesawat berbaling- baling itu V-22 Osprey yang mempunyai kemampuan lepas landas vertikal seperti helikopter.

Aku tidak tahu TNI mengoperasikan V-22 Osprey.

Beberapa orang menggunakan tali turun dari pesawat itu.

Mereka merusak atap rumah lalu melompat turun ke dalam.

"Drone. Kamu pakai drone?"

Tanyaku mengenai cara ia mengambil video itu.

"Tidaklah. Kalau drone pasti sudah ditembak jatuh."

Aku ingat ia pernah meminta izin pada ayah untuk memasang kamera pengintai di beberapa pohon yang berada di perbukitan dekat rumahku.

Untuk mengawasi keadaan kawasan di luar rumah.

Rupanya kamera itu yang ia gunakan untuk mengambil video ini.

Aku melihat ada seseorang yang terlontar keluar rumah ? ke arah kebun belakang.

Cukup tinggi lontarannya.

"Orang itu aku kan?"

Tanyaku.35

"Who else?"

Pretty balik bertanya.

Aku tidak berada di ruang kerja ayah saat itu.

Aku berada di ruang belakang.

Jadi kenapa aku bisa terlontar.

Aku memang tidak ingat sedikit pun peristiwa itu.

Melihat lokasiku berada saat itu ? sebelum terlontar, bisa kuperkirakan kalau aku bahkan tidak sempat bertemu dengan korpaskhas termasuk Yon.

Berarti aku memang tidak melihat ledakan itu ? hanya suaranya yang kuingat.

Dan aku ingat, aku melihat langit yang biru.

Jangan-jangan "Kau benar,"

Katanya.

"Aku yang melemparmu keluar dari rumah itu,"

Jawab Pretty sambil menatapku dengan tajam.36

"Kenapa terkejut?"

Tanyanya.

"Kau sudah menduganya kan?"

Aku terdiam.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku memang sudah menduga ia adalah pelakunya ? setelah melihat kemampuan telekinesis yang dimilikinya, hanya saja aku tidak mengira ia sekuat itu.

Melemparku keluar rumah sejauh beberapa puluh meter dengan menggunakan kekuatan telekinesisnya! Yang menyebalkan, tidak ada rasa penyesalan pada dirinya ? boro-boro permintaan maaf.

Saat ini pun tubuhku masih di bawah kendalinya.

Mau bergerak seperti apa pun aku tak bisa.

Aku hanya bisa menggerakkan kepalaku, melihat, dan berbicara, boleh dibilang tubuhku dari leher ke bawah sudah tidak bisa kugerakkan.

"Aku yakin aku mendengar ledakan ? tetapi tidak ada ledakan di video itu,"

Kataku ? mengalihkan pembicaraan sambil meneruskan menonton rekaman penyerbuan pasukan korpaskhas ke rumahku.

"Bukan tidak ada, tetapi belum ada."

"Ledakan yang kudengar sebelum aku terlempar"

Kataku meminta klarifikasi.

"Ada, di situ,"

Katanya. Ia menunjuk ke dahiku.37

"Aku menciptakan imajinasi ledakan di pikiranmu."

Masuk akal juga. Halusinasi. Terkadang ilusi menjadi begitu nyata sehingga apa yang kita pikirkan itulah yang kita anggap sebagai realitas.

"Aku juga yang telah merusak GPS-mu itu."

Bagus! Tindakan yang satu ini bisa kuapresiasi.

Namun aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Aku terus menonton video itu.

Aku tahu ia tersenyum.

Kulihat mereka mengangkat mesin itu keluar melalui atap yang sudah rusak itu.

Pasukan penyusup itu menghalau orang-orang keluar rumah lewat pintu depan dan memaksa mereka menaiki kendaraan yang ada di halaman parkir.

Mobil-mobil tampak meninggalkan rumahku.

Pasukan bersenjata lengkap itu semuanya menunggu di rumah berjaga-jaga.

Setelah itu mereka kembali ke pesawat dengan memanjat tali yang sama dengan yang mereka gunakan untuk turun sebelumnya.

Semua proses itu berlangsung kurang dari 5 menit.

V-22 Osprey segera terbang meninggalkan tempat itu.

Ada satu hal yang mengganggu pikiranku.

"Memangnya tak ada yang menelepon, sms, atau apa pun ? menggunakan ponsel?"

Tanyaku.

"Standar operasi militer ? sinyal ponsel dikacaukan. Tak bisa menerima panggilan masuk atau melakukan38 panggilan keluar. 15 menit sebelum operasi berlangsung sampai 15 menit setelah mereka meninggalkan rumahmu. Sambungan listrik dan kabel telepon juga diputus."

Aku terdiam.

Sepertinya aku baru saja menanyakan hal yang bodoh.

Mungkin pikiranku masih belum pulih sepenuhnya.

Sepertinya mereka luput memutus serat optik yang kugunakan untuk koneksi internet sehingga aku masih bisa menyimpan rekaman CCTV di cloud.

Sebenarnya mereka juga memutus aliran listrik ke rumahku, tetapi karena rumahku merupakan tempat kerja ayah sekaligus tempat riset, maka kami memiliki beberapa sumber listrik cadangan ? dari genset hingga panel surya, sehingga mereka harus memutusnya satu per satu.

Itu pun kalau mereka berhasil menemukannya instalasi listrik cadangan tersebut.

Bukan perkara mudah untuk memutus aliran listrik dan komunikasi rumah ini.

Tiba-tiba di tayangan video terlihat ledakan dahsyat yang menyilaukan.

Aku sampai memejamkan mataku.

Rupanya video itu menayangkan ledakan yang menghancurkan ruang kerja ayahku.

Atap bangunan itu runtuh seluruhnya.

Aku yakin ledakan ini juga menghancurkan lantai ruangan itu.

Rekaman video itu pun berakhir.

Mataku yang merasa silau masih belum bisa melihat sempurna ? sekelilingku terasa gelap.

"Nah, itu ledakan yang kau tanyakan. Puas?"

Tanya Pretty.

Brengsek! Kenapa ia tidak memperingatiku lebih dulu? Ketika pandanganku mulai normal.

Aku mencari tahu keberadaan Pretty.39 Ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu di ruangan ini.

Posisi duduknya memunggungiku.

Sementara aku hanya bisa berbaring dan mengamati ruangan ini.

Tempat ini seperti ruang kerja ilmuwan pada umumnya sehingga aku tidak bisa memastikan lokasinya.

Bahkan setelah kucari di database-ku pun, aku masih belum menemukan gambar yang cocok dengan tempat ini.

Aku baru pertama kali berada di sini.

Aku harus bisa membebaskan diriku dari belenggu kekuatan telekinesis Pretty.

Telekinesis itu merupakan kekuatan pikiran, jadi kalau aku bisa mengalihkan pikirannya ? biarpun hanya sesaat, aku akan bebas.

Manusia tidak bisa memikirkan dua hal dalam waktu yang bersamaan ? walaupun cuma 1 detik sekalipun.

Bagaimana caranya melepaskan pengaruh telekinesisnya pada diriku? Apa yang tidak disukai oleh perempuan? Aku tidak berpikir secara spesifik.

apa yang tidak disukai oleh Pretty ? karena ia akan melakukan hal yang lebih buruk lagi padaku, jika tahu aku memikirkan hal itu.

Aku mulai memikirkan hal-hal ini secara berurutan.

hantu ? pocong, kuntilanak, genderuwo, semua gambar dan deskripsi tentang makhluk-makhluk jadian yang menyeramkan tersebut muncul di pikiranku secepat yang bisa kuunduh dari internet.

Berikutnya serangga yang menjijikkan.

dari larva, kepompong, hingga bentuk dewasa terutama ? ah ya, kecoak! Aku berani bertaruh hanya 1 dari 1000 perempuan yang tahan berhadapan dengan kecoak.

Kucari gambar kecoak yang paling "bagus".40 Gagal.

Tubuhku tetap tidak bisa kugerakkan.

"Don?t even try,"

Kudengar suara Pretty. Rupanya ia tetap membaca pikiranku sembari bekerja.

"Kamu mau kubikin stroke, ya?"

Ancamnya tanpa menoleh ke arahku.

Oke, I give up.

Ah, aku teringat.

Sebagai seorang ilmuwan, PhD dalam bidang Biomedical Engineering lulusan Stanford University, Amerika Serikat, ia tentunya memiliki logika yang sangat kuat.

Pertama, Pretty tentu tidak percaya dengan hal-hal mistik seperti hantu, makhluk halus dan sebangsanya itu.

Kedua, kecoak merupakan bahan penelitiannya semasa kuliah dulu.

Ia sudah biasa membedah kecoak, tikus, dan berbagai binatang menjijikkan lainnya.

Ibaratnya, menggunakan tangannya untuk mengaduk-aduk tumpukan tinja pun bisa dia lakukan tanpa menutup hidungnya! "Yang terakhir itu tidak betul, ya.

Jangan sembarangan menilai orang,"

Katanya lagi ? masih tanpa menoleh. Rupanya si jahanam ini masih terus memonitor pikiranku.

"Siapa yang jahanam?"

Tanyanya.

"Bukan siapa-siapa,"

Jawabku yang lalu memilih untuk tidur.

Capek deh Walaupun tubuh beristirahat, terkadang otak masih bekerja di saat kita tidur.

Percaya atau tidak, aku selalu mendapatkan ide-ide ataupun solusi terbaik atas masalah yang kuhadapi sewaktu aku tidur.41 *** Satu jam kemudian aku terbangun.

Aku merasakan tubuhku sangat nyaman.

Kugerakkan tangan dan kakiku.

Bisa! Aku bebas! Aku lalu melakukan pengecekan atas kondisi tubuhku.

Ternyata semua sudah berfungsi dengan sempurna.

Bahkan tenaga utamaku pun sudah kembali.

"Maafkan aku,"

Kata Pretty.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku terkejut.

Aku yakin tidak ada orang di sekitarku.

Apakah sensorku tidak berfungsi? Padahal aku sudah mengeceknya barusan.

Ternyata ia menghubungiku melalui aplikasi videophone.

Wajahnya segera terpampang di depan mataku.

Aku diam saja.

Rasanya aku masih kesal padanya.

"Hei, aku kan sudah bilang aku tidak bermaksud jahat,"

Katanya lagi.

"Oke,"

Sahutku.

"Ayahmu yang memintanya,"

Kata Pretty lagi.

"Ayahku memintamu untuk melemparku ke kebun belakang dan menyanderaku di sini? Sulit kupercaya,"

Kataku.

"He he he,"

Pretty tertawa kecil.42 Ia lalu menceritakan bahwa Ayah pernah berpesan kepadanya, kapan pun ia merasakan ada bahaya yang mengancamku, ia harus segera "mengamankan"

Diriku. Bahaya mengancam, apa maksudnya? Mungkinkah kedatangan para pasukan penyusup itu? "Mungkin ini hanya masalah definisi "mengamankan"

Itu. Ayahmu dan aku memiliki definisi yang sedikit berbeda,"

Katanya lagi ? sambil tersenyum. Apanya yang sedikit berbeda? Itu mah totally different! Ayahku tidak akan pernah menyandera dan melumpuhkan anaknya.

"Satu hal lagi,"

Pretty melanjutkan.

"Sewaktu kamu terbaring pingsan di kebun belakang, aku mengeluarkan apa yang kamu sebut reaktor nuklir compact itu dari jantungmu. Tentunya setelah aku mematikan fungsi pengaman tubuhmu terlebih dahulu."

Aku melihat tampilan gambaran hologram reaktor nuklir itu.

Benda itu memiliki sesuatu di bagian dalamnya, seperti intan ? berbentuk oktahedron.

Tidak, bidang segitiganya jauh lebih banyak.

Sekilas memang terlihat seperti oktahedron.

Aku mengamati benda tersebut.

"Itulah Kristal Atlantis,"

Kata Pretty.

"Tenaga nuklirnya?"

Tanyaku.

"Ya, seperti itulah tenaga yang dihasilkan oleh kristal itu. Seperti tenaga nuklir yang tidak akan pernah habis."

"Kristal itu sudah kukembalikan ke dalam tubuhmu seperti semula."43 Ya, aku bisa merasakannya. Kekuatanku telah kembali.

"Mengenai GPS-nya, apakah kau telah memasangnya juga?"

Tanyaku cemas.

"Tentu saja,"

Jawabnya. Apa? Aku tidak salah dengar? "TIdak. Kau tidak salah dengar. GPS-mu sudah kuaktifkan kembali."

Pretty rupanya masih bisa membaca pikiranku. Sebenarnya ada di mana ia sekarang? Dekat- dekat sini? "Maksudmu, biar mereka bisa menemukanku?"

Tanyaku.

"Kubilang sudah kuaktifkan ? bukannya sudah kupasang di tempat semula. Paham?"

"Lalu, di mana kaupasang GPS-ku itu?"

Aku tidak tahu bagaimana cara ia memasang microchip yang aku sendiri tidak bisa menemukan lokasinya di tubuhku itu.

"Sekarang posisinya sudah di sini,"

Kata Pretty ? ia memperlihatkan gambar satelit kepulauan Indonesia, semakin mendekat dan terlihatlah pulau Jawa, bertambah dekat terlihat kota-kota di pulau Jawa bagian barat, lalu Jakarta, dan suatu tempat langsung terlihat di mataku.

Suatu pasar tradisional.

Berarti bukan di tubuhku? "DI pasar? Kaupasang di mana sebenarnya?"

Tanyaku bingung.

"Anjing kampung."44 Lalu kulihat ada tanda panah yang menunjuk ke arah seekor anjing yang ada di pasar itu.

"Anjing kampung? Apa tidak ada yang lebih mendingan daripada anjing kampung? Begini-begini, aku kan mantan atlet peraih medali emas olimpiade ."

"Mau kupasang di tikus got?? tanyanya sambil melotot.

"Oh, oke, anjing kampung is fine,"

Kataku.

Menyerah.45 Aku kembali ke rumahku.

Malam hari ini gelap sekali.

Tak ada sinar bulan yang menerangi.

Keadaan rumah yang tanpa aliran listrik itu juga sangat mendukung suasana yang gelap gulita itu, menjadikannya tempat yang ideal untuk melakukan penyelidikan.

Aku segera mengubah penglihatanku ? night vision, untuk menyesuaikan dengan keadaan tersebut.

Ternyata Pretty menyembunyikanku tidak jauh-jauh ? dikebun belakang rumah.

Di sebuah bungker.

Kurang lebih dua meter di bawah tanah.

Bungker tersebut merupakan peninggalan zaman Jepang yang dimanfaatkan Ayah, selain untuk tempat perlindungan, juga untuk arsip ? menyimpan hasil riset yang sifatnya sangat rahasia.

Aku tidak pernah tahu mengenai keberadaan bungker tersebut.

Heran juga, kenapa Pretty bisa tahu? Mudah-mudahan ia tidak mengetahuinya dari membaca pikiran Ayah atau Ibu.

Lokasi rumahku memang jauh dari tetangga.

Dengan luas tanah yang lebih dari 10 hektar, gerombolan yang datang dengan helikopter ataupun pesawat pribadi tidak akan dihiraukan oleh para tetangga.

Hingga saat ini pun keadaan di sini masih relatif tenang, tidak ada bekas-bekas kehadiran orang lain setelah kejadian pengeboman itu.46 Aku kini sudah berada di dalam rumahku, tempat kerja Ayah yang sudah tidak memiliki langit-langit.

Lantainya pun berlubang seperti sumur raksasa.

Aku memandang sekeliling tempat itu.

Aku berjalan ke luar rumah dan mencari di mana Pretty memasang kamera pengawas yang merekam kedatangan pasukan penyusup itu.

Kugunakan sensor untuk mendeteksi benda yang menggunakan lensa.

Sensorku akan terpantul kembali jika mengenai lensa sehingga aku bisa mengetahui lokasi serta jarak kamera tersebut.

Sensorku menangkap ada lensa berjarak kurang lebih 1 kilometer dari tempatku berdiri.

Terlalu jauh, sepertinya bukan lensa kamera pengawas yang dipasang Pretty.

Lagipula posisi objek itu jauh lebih rendah.

Namun aku penasaran dengan jenis lensa tersebut.

Kupusatkan penglihatanku pada titik di mana lensa itu terdeteksi.

Aku melakukan zooming dan menemukan seseorang dengan senapan sniper membidik ke arahku! Mengejutkan.

Ternyata lensa yang terdeteksi itu adalah lensa pembidik teleskopis (telescopic sight) sniper.

Tanpa menggunakan sensor, keberadaan penembak jitu itu tidak akan kuketahui karena ia menggunakan penyamaran atau kamuflase.

Sniper atau penembak jitu yang ahli dan berpengalaman bahkan mampu berdiam diri berjam-jam dalam jarak hanya beberapa meter dari posisi musuhnya tanpa terdeteksi.

Aku lalu bersikap biasa-biasa saja.

Menurut perhitunganku, dalam jarak tersebut, peluru sniper itu tidak akan bisa melukaiku ? walaupun beberapa senapan khusus sniper47 dirancang untuk mampu menembus helm baja dalam jarak 1 kilometer.

Aku bukan benda mati yang tidak bisa bergerak dan tidak membalas kalau diserang.

Hm, apa yang harus kulakukan? Let?s have some fun! Ya, aku akan bermain-main sejenak dengan si penembak gelap itu ? dengan laser pointer.

Aku mengeluarkan laser pointer yang berbentuk seperti pena itu.

Kuganti beberapa komponennya untuk menambahkan kekuatan dan jangkauan sinar laser alat tersebut.

Benda itu langsung kuarahkan ke lensa pembidik si sniper.

Kutajamkan telingaku, kupusatkan pendengaranku ke arah tersebut.

Jangkauan pendengaranku sudah ditingkatkan sehingga aku bisa mendengar suara dalam radius "Agh!"

Terdengar suara kesakitan orang itu.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ya, aku bisa mendengar suara sampai sejauh satu kilometer lebih.

Aku tersenyum, untuk sementara waktu ia tidak akan menggangguku.

Kekuatan laser yang dipancarkan dari alat itu telah kuatur.

Sinar laser tersebut memang akan mengganggu penglihatannya tetapi tidak akan menimbulkan kerusakan permanen.

Aku kemudian melanjutkan pencarian kamera pengawas yang dipasang Pretty itu.

Ketika itulah aku mendengar suara seseorang melakukan komunikasi radio.

Rupanya si sniper.

Ia berbicara dengan48 menggunakan kode-kode.

Sedikit banyak aku mengetahui apa yang dia maksudkan dalam percakapan yang menggunakan kode itu, beberapa di antaranya.

penyusup dan panah.

Penyusup ? maksudnya aku? Panah? Panah merupakan senjata jarak jauh.

Di zaman modern ini panah merupakan simbol dari rudal.

Mereka mau menggunakan rudal? Untuk apa? Mungkin mereka mau menghancurkan rumahku.

Aku mendengarkan lebih lanjut.

Mereka telah mengidentifikasi si penyusup sebagai .

si manusia mesin ? cyborg.

Jelas aku yang mereka maksudkan.

Rupanya si sniper berhasil melihat wajahku dan melakukan verifikasi melalui komputer.

Berarti rudal itu tidak ditujukan untuk menghancurkan rumahku tetapi untuk membunuhku.

Mengenai rudal atau panah yang mereka bicarakan itu ? ternyata memiliki code name Pasopati 8.

Pasopati 8 adalah nama yang diberikan untuk .

rudal itu! Ya, rudal berkemampuan stealth ? tidak kasat-radar, yang berkecepatan 8 mach! Kecepatan suara (mach) adalah 340 m/detik.

Delapan kali kecepatan suara berarti sekitar 2,7 km/detik! Rudal tersebut biasanya diluncurkan dari kapal selam.

Menurut perhitunganku, jarak laut yang bisa dilalui kapal selam adalah sekitar 60 km dari tempatku berdiri.

Jarak tersebut bisa ditempuh rudal itu dalam waktu kurang lebih 20 detik lagi ? pasca peluncuran.

Aku terus memonitor komunikasi si sniper dengan kelompoknya.49 Aku mendengar kalau panah telah dilepaskan! Oke, berarti 20 detik dari saat ini rudal itu akan menghantamku.

20 detik cukup bagiku untuk menyelamatkan diri jika aku tahu arah kedatangan rudal itu.

Tetapi bagaimana cara mengetahuinya? Walaupun aku mengetahui tempat peluncuran rudal itu, tetapi rudal itu kan tidak terdeteksi oleh radar.

Aku harus menggunakan kemampuan visualku untuk melihat rudal itu.

Jika benda itu terbang rendah, katakanlah beberapa ratus meter di atas permukaan tanah, maka aku akan habis ? tidak sempat menghindar.

Dari mana? Dari mana rudal itu akan datang? Aku harus bisa memprediksi arah datangnya rudal itu Ah! Aku tahu, aku akan memantaunya via satelit.

Satelit menggunakan kamera berkemampuan tinggi yang tentunya mampu menangkap gambar benda mencurigakan yang bergerak dengan kecepatan tinggi di angkasa.

Aku segera mengecek satelit apa atau satelit milik siapa yang sedang berada di orbit dekat sini.

Tidak ada, semuanya terlalu jauh.

Walaupun bisa kuambil alih dan kugerakkan dalam hitungan detik tetap tidak akan mencapai langit di atasku.

Aku semakin cemas.

Apa lagi yang harus kulakukan? Radio! Aku lalu melakukan penyadapan komunikasi radio militer atau radio apa pun yang memberitakan mengenai50 adanya rudal bergerak dengan kecepatan tinggi di wilayah Indonesia ? khususnya di pulau Jawa.

Dapat.

Aku menemukan percakapan di radio RAAF (Angkatan Udara Australia) mereka mengatakan ada panah dilepaskan dari busurnya.

Panah ? pasti kode ini sama dengan yang digunakan oleh si sniper untuk rudal itu.

Arahnya? Kecepatannya? Aku terus mencatat data-data itu.

Benar.

Kecepatan panah itu mencapai 8 mach.

Mereka mengatakan radar mereka tidak bisa menangkap keberadaan rudal itu tetapi dari pantauan kamera, mereka bisa memperkirakan kecepatan, arah dan tujuannya.

Kamera? Militer Australia memasang kamera di wilayah Indonesia? Ah, tidak.

Mungkin kamera yang dimaksud adalah kamera satelit mata-mata mereka yang tidak berhasil kutemukan lokasinya.

Tetapi hal itu tak perlu kupikirkan.

Saat ini aku lebih memillih untuk menyelamatkan diriku ketimbang masalah kamera mata-mata itu.

Beberapa detik berlalu.

Kedatangan rudal itu semakin dekat.

Aku perkirakan datangnya dari arah utara.

Laut Jawa.

Kemampuan visualku kutingkatkan sampai maksimal.

Aku melihatnya! Kurang lebih 8 kilometer dari tempatku berdiri ? datang dari arah utara.

3 detik, 2 detik, 1 detik, dan ..

*** Tidak mati.

Aku tidak mati.

Rudal itu telak menghantamku, tetapi hulu ledaknya ? warhead-nya, kosong.

Tubuhku tak mampu kugerakkan.

Secara fisik tak ada luka luar karena aku berusaha menangkap, ya menangkap bukan menahan, rudal itu.

Menangkap berarti kita mengikuti arah dan gerakan objek itu tanpa mengkonfrontasinya sehingga aku menghindari tumbukan dengan rudal itu.

Namun demikian daya dorong rudal itu sangat kuat.

Aku yakin tanganku patah dan otot-otot paha dan betisku banyak yang robek atau bahkan putus.

Dadaku juga sesak.

Aku sedikit kesulitan bernapas.

Aku tidak bisa bergerak.

Perlu waktu untuk memulihkan kondisi tubuhku.

Aku berbaring di samping Pasopati 8.

Rudal itu cukup besar juga ukurannya.

Besar dan berat.

Aku berusaha mengatur napasku.

Tiba-tiba sensorku menangkap sesuatu.

Ada orang datang! Tetapi saat ini aku cuma bisa berbaring, tidak akan mampu melakukan perlawanan.

Let?s hope they?re good guys.

Mereka semakin dekat.

Dua orang.

Aku sudah bisa mengindentifikasi keduanya.

Pretty dan Yon! Perkiraanku benar, tidak berapa lama kemudian mereka berdua muncul.52 Yon menghampiriku.

Ia membawa Pretty bersamanya.

Ia menyorotkan senter ke wajahku.

Aku memalingkan wajahku ke samping, menghindari sorotan tersebut.

"Kau masih ingat padaku?"

Tanya Yon? mematikan senter itu dan menyimpannya di pinggang. Senter itu berukuran kecil namun mampu menghasilkan sorot yang terang. Aku bernapas dengan susah payah. Aku menyeringai dan mengangguk.

"Winter Sonata,"

Kataku. Yon tersenyum. Sinis. Rupanya sampai saat ini pun dia tetap membenci panggilan itu.

"Kaulihat siapa yang bersamaku,"

Katanya.

"Pretty, kau"

Mengapa Pretty bisa bersamanya? Apakah Yon telah menemukan bungker tersebut? Atau ia malah menghancurkannya dan memaksa Pretty keluar dari bungker itu? "Let?s get to the point. Langsung saja. Aku minta kau menyerahkan Kristal Atlantis itu atau"

Yon mengancamku.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Atau apa?"

Tantangku.

"Atau Pretty kuhabisi,"

Jawabnya.

Senyum bengis menghias wajahnya.

Ancamannya sangat jelas.

Kulihat Yon mencengkeram leher Pretty.

Pretty tampaknya pasrah ? tidak mengeluarkan53 suara.

Pandangan matanya pun tidak menunjukkan ketakutan.

Yon mengeluarkan pisau komandonya yang lalu ditempelkan di leher Pretty.

"Aku tahu kau tidak akan mati tanpa kristal itu,"

Katanya.

"Kristal Atlantis tidak ada padaku,"

Kataku.

"Kau tidak usah berbohong. Apa perlu kubuka jantungmu?"

Ancam Yon sambil menatapku dengan tajam. Aku mengangkat bahuku. Berat, tetapi bisa kulakukan.

"Silakan, aku toh sudah tidak bisa berbuat apa-apa,"

Kataku. Sebagian besar tubuhku memang belum bisa kugerakkan.

"Baiklah kalau itu maumu,"

Katanya ? tersenyum dingin.

Dengan tangan kirinya Yon membekap mulut Pretty dan tangan kanannya lalu menggoreskan mata pisau komando itu pada lehernya.

Kulihat Pretty membelalakkan matanya dan napasnya terengah-engah.

Darah mengalir dari leher yang terpotong itu.

"Pretty!"

Teriakku.

Kenapa Pretty? Bukankah barusan Yon mengancam mau membuka jantungku? Kejadian itu berlangsung selama beberapa detik.

Yon tetap membekap Pretty dan menahan tubuhnya agar tetap berdiri.

Setelah Pretty kehabisan napas barulah ia melepaskannya.

Pretty jatuh tersungkur ke depan dan menimpa tubuhku.54

"Pretty! Pretty!"

Panggilku.

Pretty sudah tidak bergerak lagi.

Seandainya ia memiliki nanotech.

Aku memindai tubuhnya.

Luka di lehernya cukup dalam sehingga berakibat fatal.

Tak ada tanda-tanda kehidupan yang kutemukan.

She?s dead.55 Tak bisa kupercaya! Yon membunuh Pretty! Yon, orang yang kukenal semenjak SMA .

dia menyembelih Pretty tepat di depan mataku.

Pretty yang begitu kuat dan mampu menaklukkanku, mati dibunuh di depan mataku.

Kenapa ia tidak berdaya menghadapi Yon? Mengapa ia tidak menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk menundukkan Yon? Aku meraba luka di lehernya.

Darah Pretty yang ada di ujung jariku langsung kuperiksa ? ya, aku mampu melakukan semacam lab test hanya dengan sentuhan ujung jariku.

Morfin.

Aku mendeteksi adanya morfin dalam darah Pretty.

Sudah umum bagian medis, dokter, di militer membawa morfin.

Tujuannya untuk menghilangkan rasa sakit prajurit yang terluka di medan perang.

Morfin memang bisa dipergunakan secara legal untuk keperluan medis.

Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan yang kabur.

Rupanya morfin ini yang mengacaukan pikiran Pretty sehingga ia tidak bisa berkonsentrasi dan menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk menghajar Yon.

Morfin yang tidak mempunyai efek apa-apa pada tubuhku ternyata bisa mempengaruhi Pretty sampai sedemikian rupa.

Aku sendiri tak mempan diracun.

Aku mempunyai proteksi56 terhadap zat kimia berbahaya, termasuk racun dan narkoba.

Tubuhku mampu menyeleksi berbagai macam zat kimia yang masuk ? terserap ataupun terkonsumsi.

Obat-obatan bisa kuterima dan diserap tubuhku tetapi racun dan sebagainya yang masuk ke dalam darahku, tertelan ke dalam lambung, terhisap lewat saluran pernapasan, ataupun menyerap lewat kulit akan langsung terisolasi untuk kemudian dibuang keluar tubuhku.

"Bangun!"

Bentak Yon. Kutatap tajam matanya. Yon balas menatapku.

"Aku tahu kau punya semacam healing factor,"

Katanya lagi. Aku mendekap tubuh Pretty yang sudah tidak bernyawa itu. Aku berusaha bangkit berdiri dengan Pretty tetap dalam pelukanku.

"Apa perlu sampai membunuhnya?"

Tanyaku gusar.

"Tindakanmu yang tidak kooperatif itujuga turut mempengaruhi keputusanku ? berarti kau juga berpartisipasi dalam pembunuhan ini,"

Jawabnya dingin.

"Apa pun tindakan yang dilakukan seseorang, selalu ada pembenaran untuk itu,"

Kataku mengejek.

Yon mendelik.

Aku menduga ia akan menendangku ? seperti biasa dilakukan aparat arogan yang bisanya menindas warga sipil.

Tetapi Yon tidak melakukannya.

Ia hanya mendelik.57 Heh, rupanya ia tidak yakin kalau ia mampu melakukannya.

Mau menendang seorang cyborg? Coba saja! Aku menangkap kehadiran orang lain.

Ia berjalan menuju tempat kami.

Seorang prajurit mendekati Yon.

Ia mengenakan penutup wajah.

"Ada apa?"

Tanya Yon sambil menyarungkan kembali pisaunya. Tanpa diduga, si prajurit mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan senjata itu kepada Yon.

"Hei! Apa kau sudah gila?"

Bentak Yon sambil bergerak maju bermaksud menepis pistol itu.

"DOR! DOR! DOR!"

Terlambat. Yon tersungkur setelah tiga kali ditembak. Aku terkejut melihat kejadian itu. Ada apa ini? Pemberontakan? "Ayo, cepat!"

Kata si prajurit kepadaku. Ia segera meraih tanganku. Terhuyung-huyung aku mengikutinya. Pretty masih tetap dalam dekapanku. Aku lalu menggendongnya. Kuamati keadaan Yon. Ia tampak berguling-gulingan. Masih hidup.

"Kami memakai rompi antipeluru,"

Katanya seolah- olah membaca pikiranku.58

"Tetapi ia mengalami kesakitan luar biasa,"

Kataku ? kulihat Yon masih berbaring terlentang, belum bisa bangun.

"Pastinya begitu ? jarak tembaknya terlalu dekat, hanya tiga meter."

Aku mengangguk.

Peluru karet pun bisa membunuh orang dalam jarak sedekat itu.

Kulihat postur tubuh si prajurit dan kuanalisis suaranya.

Tenyata ia seorang wanita.

Memang ada beberapa wanita yang menjadi bagian dari pasukan elit TNI.

Mereka umumnya bertugas untuk mendampingi dan melindungi istri pejabat tinggi, menteri perempuan, dan terutama sekali First Lady ? Ibu Negara.

Tubuhku mulai pulih.

Kerusakan jaringan ototku tampaknya sudah berhasil diperbaiki.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku berlari cepat dan tampaknya si prajurit juga bisa mengimbangi kecepatan lariku.

Luar biasa, pasukan khusus memang beda kekuatan fisiknya.

"Ini aku."

Aku mendengar suara Pretty di otakku. Pretty? Aku memperhatikan Pretty dalam gendonganku. Masa mayat bisa berkomunikasi? "Bukan di situ, di sini,"

Kata si serdadu sambil menunjuk dadanya ? ia menoleh ke arahku sambil terus berlari.

"Oh?"

Aku terkejut.59

"Iya, aku bisa mentransfer pikiranku ke serdadu ini. Tetapi hanya untuk sementara,"

Katanya lagi. Rupanya Pretty berhasil memindahkan pikirannya ? seperti migrasi data pada komputer saja. Tetapi tidak bisa permanen, pikirku.

"Sebenarnya bisa permanen, tetapi kan kasihan. Nona ini juga memiliki kehidupannya sendiri, ia memiliki keluarga, pacar, dan teman-temannya. Tidak seharusnya aku merampas itu semua demi kepentingan diriku."

Aku manggut-manggut. Tumben ia bicara seperti itu. Seperti berfilsafat saja. Jangan-jangan masih belum sadar sepenuhnya.

"Tubuh serdadu ini bebas dari pengaruh morfin jadi pikiranku tidak terganggu,"

Katanya. Aku kembali manggut-manggut.

"Pikiranmu tidak bisa kembali ke tubuh yang kugendong ini?"

Tanyaku.

"Negatif,"

Jawabnya.

"Kalau begitu"

"Nanti saja kujelaskan,"

Katanya lagi. Ia memberi tanda untuk terus mengikutinya.

"Kita ketahuan,"

Kataku. Aku mendengar keributan yang terjadi di tempat Yon ditembak Pretty.

"Hm,"

Pretty mengangguk.60 Aku terus mendengarkan apa yang terjadi di sana. Rupanya Yon menyadari kalau prajuritnya itu "dikendalikan"

Oleh orang lain.

Ada orang yang mempengaruhi pikiran anak buahnya itu.

Prajurit yang tubuhnya dipinjam Pretty ternyata seorang kidal, sedangkan ia tadi menodongkan pistolnya dengan tangan kanan.

Sesuatu yang tidak akan luput dari perhatian Yon ? walaupun ketika menembakkan senjata itu, si prajurit menggunakan kedua tangannya untuk menggenggam pistol.

Prosedur standar agar pistol lebih stabil saat ditembakkan dan arah tembakan tidak berubah adalah dengan menggenggamnya dengan dua tangan.

Yon menginginkan anak buahnya itu berhasil ditangkap hidup-hidup, sedangkan aku ? aku akan dibunuh jika melawan.

"Gideon itu cyborg. Kau tidak tahu?"

Tanya Pretty. Aku terkejut. Yon juga seorang cyborg! Aku memang tidak memindai Yon jadi aku tidak mengetahui kalau Yon juga seorang cyborg.

"Seandainya kaupindai pun, kau tidak akan mengetahuinya,"

Katanya lagi.

"Yon itu cyborg khusus tempur ? battle type, yang banyak menggunakan plastik dan keramik, beda dengan kamu yang "

"Jadi Yon itu cyborg KW 2?"

Tanyaku mencoba melucu.

"Wait till you fight him,"

Kata Pretty. Aku tertawa. Sejujurnya aku tidak takut pada Yon. Plastik dan keramik? Berarti Yon termasuk cyborg keluaran mutakhir. Well, lebih modern belum tentu lebih hebat.61

"Ada berapa cyborg yang dimiliki TNI?"

Tanyaku.

"Aku tak bisa menjawabnya. Rahasia negara,"

Katanya.

Sepertinya Pretty enggan mencari informasi tersebut dan membiarkan si serdadu wanita itu yang menjawabnya.

Menurut dugaanku, di setiap korps pasukan khusus TNI pasti terdapat cyborg.

Kami ternyata menuju ke bungker bawah tanah, tempat aku ditahan oleh Pretty sebelumnya.

Berarti tempat ini masih utuh.

Yon belum mengetahui keberadaan tempat ini.

Ada selokan kering selebar satu meter.

Selokan itu merupakan kamuflase.

Di pertengahan selokan ada persimpangan yang menuju ke pintu masuk bungker tersebut.

Persimpangan tersebut ditutupi tumbuhan yang rimbun sehingga tidak akan terlihat dari luar.62 Kami tiba di dalam bungker itu.

"Kamu ? apa yang kaulakukan sampai Yon berhasil menangkapmu?"

Tanyaku.

"Aku ingin memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mengetahui keberadaan tempat ini,"

Katanya lagi.

"Aku keluar bungker dan mencarimu. Saat itulah mereka menembakku dengan peluru bius ? berisi morfin."

Sepertinya sedikit banyak mereka telah memiliki informasi tentang Pretty, paling tidak mengetahui hal-hal yang penting tentangnya. Bukan tidak mungkin mereka juga tahu kalau Pretty mempunyai kekuatan telekinesis.

"Bersyukurlah alat pelacak yang ada di tubuhmu sudah kupindahkan,"

Kata Pretty. Aku teringat anjing kampung itu.

"Anjingnya"

"Sesudah mereka menemukanmu ? si penembak jitu berhasil mengidentikasi dan memastikan keberadaanmu di sini, mereka langsung menghancurkan wadah tempat microchip GPS itu dengan smart bomb. Binatang itu tewas seketika."

Rupanya mereka juga terus melacak microchip GPS itu.

Mereka tahu bahwa sinyal yang dipancarkan dari microchip63 itu tidak berasal dari tubuhku ? tetapi dari orang atau makhluk hidup lainnya.

Bagaimana jika Pretty menanam microchip itu di tubuh manusia dan bukannya anjing kampung? Pasti orang itu akan terbunuh juga.

"Kamu tadi tidak sedih atau berduka begitu ? waktu aku dibunuh oleh Gideon?"

Tanyanya. Aku merasakan nada suaranya meninggi. Sepertinya Pretty agak disappointed. Aku memikirkan perasaanku waktu itu.

"Maaf"

Kataku.

"Mungkin aku terlalu fokus pada upaya melarikan diri dari tempat itu."

"Hm?"

Pretty ? si prajurit wanita itu, membuka penutup wajahnya dan memandangku. Ternyata prajurit itu cantik sekali. Terlalu imut untuk ukuran seorang pasukan elite.

"Dia ini intel, makanya tampangnya tidak seperti tentara,"

Kata Pretty. Intel berarti intelijen ? jadi si prajurit ini berdinas di bagian intelijen atau dinas rahasia.

"Sudah punya pacar dan sebentar lagi akan menikah,"

Katanya lagi.

"Hei, aku tidak tanya itu kan?"

Tanyaku jengkel. Dia lalu menatap mataku dalam-dalam. Lalu menghela napas panjang.

"Emosimu, sepertinya semenjak banyak organ tubuhmu diganti dengan yang artifisial ? termasuk64 pemasangan microchip di otakmu, kau menjadi kurang peka. Perasaanmu dan emosimu menjadi tidak sesensitif dulu."

Barusan aku merasa jengkel ? apanya yang tidak sensitif? "Marah dan merasa empati itu berbeda,"

Pretty menerangkan.

"Sensitif maksudnya bisa memahami perasaan orang lain atau ikut berempati. Semacam itulah. Bukannya gampang tersinggung, ya."

Aku terdiam. Aku tidak merasakan perbedaan yang mencolok pada diriku. Apa benar aku menjadi kurang sensitif? Entah bagaimana aku harus menyikapinya.

"Ayo kita ke dalam,"

Ajaknya.

"Bersyukurlah mereka menghendaki Kristal Atlantis itu, jadi mereka tidak menghancurkan tubuhmu. Kalau tidak, Pasopati 8 itu pasti sudah dipasangi hulu ledak dengan daya hancur yang lumayan,"

Katanya lagi.

"Tapi kamu masih terlalu kuat untuk bisa dilumpuhkan dengan rudal kosong itu."

Aku terdiam. Apa aku bisa mati kalau tubuhku hancur jika hulu ledak rudal tadi dilengkapi dengan muatan ekplosif berdaya ledak tinggi? "Mati sih tidak, kan kamu punya nanotech. Kecuali ."

Kenapa sih orang ini terus-menerus membaca pikiranku? "Kecuali apa?"
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanyaku.

"Nuklir"

Jawabnya sambil menatapku tajam.

Nuklir? Jangan-jangan isu itu benar ? TNI memiliki senjata nuklir.65 Pretty ? dalam wujud si prajurit cantik, mengangkat kedua bahunya.

Oke, rahasia negara ya? ? aku tahu maksudnya.

Ia lalu mengajakku masuk ke ruangan yang sangat besar.

Rupanya bungker ini luas sekali.

"Letakkan saja tubuhku itu di situ,"

Katanya sambil menunjuk satu tempat ? pembaringan, seperti tempat tidur untuk pasien yang akan menjalani operasi.

Aku pun meletakkan tubuhnya di sana.

Tubuh itu mulai kaku dan terasa lebih dingin.

Pretty mengajakku ke dalam ruangan yang besar itu.

Ia memperlihatkanku sesuatu.

Sesuatu yang membuatku tercengang.

Di hadapanku ada banyak kapsul tidur berisi manusia.

Aku beranjak mendekati salah satu kapsul itu untuk melihat lebih jelas siapa yang ada di dalamnya.

Permukaan kapsul itu bening seperti kaca sehingga aku bisa melihat isinya.

Apa yang kulihat semakin membuatku terkejut.

"Ini kamu?"

Tanyaku. Aku melihat Pretty tertidur di kapsul itu dan di kapsul sebelahnya, sebelahnya lagi, dan seterusnya. Ada puluhan Pretty di dalam ruangan itu. Semuanya dalam kondisi tertidur. Mereka tertidur dalam tabung yang berisi cairan. Ia mengangguk.

"Salah satu rahasia Atlantis,"

Katanya.66 Ia lalu menceritakan mengenai apa yang dilakukan kedua orangtuaku di bungker tersebut.

Ternyata mereka menyimpan puluhan Pretty dalam bungker di bawah tanah di kebun belakang rumah kami itu.

Semua Pretty itu dalam keadaan tertidur namun pikiran mereka tetap menyatu terhubung satu sama lain sehingga apa yang dialami oleh Pretty yang aktif juga akan tertanam di benak mereka yang nonaktif (tertidur).

Begitu Pretty yang aktif meninggal atau terbunuh, maka satu Pretty yang lain akan menggantikannya tanpa perlu beradaptasi lagi karena semua informasi terkini sudah diserapnya.

"Aku tidak tahu apakah yang akan terbangun nanti adalah aku yang sama atau berbeda. Namun satu hal sudah pasti, semua ingatanku, apa yang kualami, apa yang kurasakan, semuanya akan tersimpan di tubuh itu juga dan di tubuh-tubuh yang lain juga. Ia mendekati salah satu tubuhnya yang tertidur itu. Lalu ia menunduk dan berkonsentrasi. Sepertinya ia sedang melakukan koneksi dengan tubuh tersebut. Si prajurit wanita itu tiba-tiba terjatuh ? aku segera menangkap tubuhnya. Aku memandang tabung di depan si prajurit wanita sebelumnya berdiri. Kuperhatikan cairan dalam tabung yang memuat salah satu Pretty yang sedang tertidur itu perlahan-lahan menyurut. Pretty yang berada di dalam tabung itu membuka matanya. Ia terbangun.67 Pretty hidup kembali dalam wujud Pretty yang sama ? namun ia bukanlah Pretty yang sebelumnya. Bagian depan tabung itu, yang berbentuk kaca, bergeser ke samping kiri ? membuka. Aku memperhatikan Pretty yang baru terbangun itu. Tubuhnya mengenakan semacam pakaian khusus yang tahan air. Ia tersenyum dan memandangku dengan tatapan mata yang familiar.

"Efran,"

Panggilnya. Ia mengenaliku.

"Kamu immortal?"

Tanyaku.68 Kami ? aku dan "Pretty yang baru", memindahkan mayat "Pretty yang lama", memasukkannya ke dalam sebuah mesin yang cukup besar, suatu incinerator, lalu mengkremasinya.

Kulihat tak ada ekspresi apa pun pada wajahnya.

Mungkinkah ini bukan yang pertama kalinya? Aku sendiri tidak bisa membayangkan diriku melihat tubuhku atau mayatku sendiri dikremasi.

Akan seperti apa perasaanku itu? "Biasa-biasa saja kali,"

Kata Pretty - nyeletuk. Aku langsung sewot mendengarnya.

"Celetukanmu itu "

"Kenapa?"

Tanyanya "Tidak sensitif,"

Jawabku.

"Heh?"

Ia memandangku sambil menyeringai. Aku terdiam dan berpikir ? kata-kata yang diucapkannya dengan ringan itu ternyata mengusik pikiranku.

"Segala sesuatu hal akan berkesan jika kita memang menginginkannya demikian. Jika tidak, ya tidak akan ada kesan apa pun,"

Katanya lagi.

Aku memandangnya.

Kata-kata itu hanya bisa diucapkan oleh orang yang telah mengalami banyak hal tanpa69 terpengaruh olehnya.

Orang yang sudah berumur.

Sedangkan Pretty? Pretty seorang immortal! Dia akan terus hidup dan tak akan pernah bisa mati.

Aku tertegun.

"Kamu juga immortal,"

Katanya. Aku kembali memandangnya. Bingung.

"Apa itu maksudnya . aku immortal?"

Tanyaku.

"Nanotech,"

Jawabnya singkat ? tanpa mempedulikan raut wajahku yang mengekspresikan kebingungan itu.

"Dengan mesin nano itu di tubuhmu, kamu tidak akan bisa mati,"

Kata Pretty menatapku dengan tajam.

"Tidak,"

Jawabku.

"Aku akan mati kalau di"

"Ugh"

Terdengar suara erangan. Kami berdua langsung menoleh ke asal suara itu. Si prajurit cantik itu sepertinya mulai siuman. Aku tadi membaringkannya di tempat yang sama dengan tempat "Pretty yang lama"

Berbaring sebelum ia kami pindahkan ke incinerator. Tempat si prajurit berbaring itu berupa ranjang atau pembaringan yang dilengkapi dengan roda di keempat kakinya.

"Aku akan mengurusnya. Sebentar ya,"

Kata Pretty. Ia lalu mendorong pembaringan beserta si prajurit cantik itu ke arah incinerator.

"Hei!"

Teriakku ? terkejut.70

"Kenapa?"

Tanyanya. Pretty berhenti mendorong dan memandangku dengan heran. Ia lalu menatap incinerator di hadapannya.

"Oooh"

Katanya. Ia tertawa geli dan melanjutkan mendorong pembaringan itu ? berbelok ke kanan, melewati incinerator. Rupanya ia menuju ke ruangan di sebelahnya. Aku berjalan mengikutinya. Di tengah-tengah ruangan ia berhenti.

"Kau akan mati kalau dibom nuklir. Itu yang tadi ingin kau katakan kan?"

Pretty menegaskan. Aku mengangguk.

"Berapa kans kamu bakalan dinuklir?"

Tanyanya.

Aku terdiam.

Kecil sekali peluang untuk itu ? bahkan boleh dibilang nol.

Siapa yang mau bersusah payah menggunakan senjata nuklir hanya untuk membunuhku? Nobody.

Pretty kembali mengalihkan pandangannya ke si prajurit di pembaringan di hadapannya.

"Apa yang terjadi di sini tidak boleh diketahui oleh pihak ketiga,"

Katanya sambil berjalan ke sisi kanan pembaringan.

Ia mendekati si prajurit yang masih belum sadar sepenuhnya itu.

Pretty meletakkan kedua tangannya di pipi si prajurit.

Jari-jari tangan Pretty menekan pelipisnya ? kecuali kedua ibu jarinya yang menekan daerah di bawah kelopak mata.71 Aku sepertinya pernah mengalami hal yang sama dengan yang saat ini dialami oleh si prajurit.

"Sheva,"

Kata Pretty.

"Apa?"

Tanyaku ? tidak mengerti.

"Sheva, namanya Sheva,"

Katanya lagi sambil menggerakkan dagunya ke depan ? ke arah wajah si prajurit. Oh, maksudnya nama si prajurit cantik itu. Aku memperhatikan apa yang dilakukan Pretty pada Sheva. Benar. Aku pernah mengalaminya.

"Nanti giliranmu,"

Kata Pretty. Pretty tampak penuh konsentrasi. Jari-jari tangannya bergerak-gerak seperti memilah-milah sesuatu. Ia lalu mengangguk ke arahku. Sudah selesai rupanya.

"Ia tidak akan ingat tempat ini, ia juga tidak akan ingat kalau ia sudah menembak Gideon."
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Singkatnya, ingatannya terhenti pada waktu ."

Aku ragu-ragu sejenak.

"Pada waktu kamu masuk ke dalam pikirannya dan mengambil alih tubuhnya,."

"Ya, dan akan berlanjut pada saat kita membawanya keluar dari bungker ini."

Aku melihat Sheva yang tampaknya tidak sadarkan diri lagi itu.72

"Sekarang giliranmu,"

Kata Pretty sambil meraih kursi di dekatnya.

Entah mengapa, aku menurut saja.

Aku juga melakukan hal yang sama.

Kami lalu duduk saling berhadapan.

Pretty meletakkan tangannya di wajahku.

Jari-jarinya menekan kedua pelipisku dan ibu jarinya menekan area di bawah kelopak mataku.

Ia terdiam selama beberapa menit.

"Apa yang kaulihat?"

Tanyanya.

Malam hari.

Aku berada di lapangan yang luas.

Sendirian.

Tak ada seorang pun di sana.

Aku memandang ke atas ? ke langit yang gelap.

Aku melihat api di angkasa.

Aku melihat pesawat itu.

Benda terbang yang mereka sebut UFO.

Pesawat itu sepertinya mengalami kecelakaan dan mendarat darurat di lapangan itu.Bergerak sangat cepat ? ke arahku! Ada ledakan.

Aku terpental dan terbaring kesakitan.

Aku tahu, tubuhku terbakar.

Sakit sekali.

Kulihat seseorang berjalan menghampiriku.

Ia mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.

Tetapi aku mendengar ada suara di pikiranku.

Orang itu ? pilot dari pesawat itu, terluka parah.

Aku melihatnya terbakar.

Tubuh pilot itu lalu berangsur-angsur menjadi rapuh, gosong, dan akhirnya hancur tak bersisa bagaikan debu tertiup angin.

Aku merasakan sekujur tubuhku yang diselimuti api terasa pedih dan seperti meleleh.

Aku merasakan sesuatu dalam genggaman tanganku.

Sesuatu yang diberikan oleh si pilot sebelum ia musnah.

Aku tahu apa yang kugenggam saat itu.

Kristal Atlantis! Aku terbangun.

Keringat bercucuran di wajahku.73 Apa yang barusan kulihat itu? Apakah aku benar-benar mengalaminya atau hanya ilusi belaka? "Kau memang mengalaminya tetapi kau telah melupakan peristiwa itu,"

Kata Pretty.

"Lebih tepatnya lagi, kau dibuat melupakan peristiwa itu,"

Aku menoleh ke arahnya. Pretty lalu menjelaskan lebih lanjut.

"Para pakar kejiwaan TNI telah menutup akses ke ingatan tersebut. Mereka biasanya melakukan itu sebagai terapi untuk memulihkan prajurit yang mengalami goncangan kejiwaan setelah menyaksikan hal-hal yang mengerikan di medan perang. Katakanlah melihat rekan di sebelahnya tertembak mati atau lebih buruk lagi ? melihat rekannya terkena tembakan meriam sehingga kehilangan kepalanya atau bahkan separuh badan bagian atasnya hancur. Melihat secara langsung hal-hal semacam itu bisa membuat seseorang menjadi gila. Orang itu bisa bertindak di luar perkiraan bahkan membahayakan kelompoknya."

Aku menatapnya ? apa aku bisa jadi gila juga? "Kasusmu berbeda. Apa yang kau alami itu sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat umum ? warga sipil maksudnya. Bukan sesuatu yang akan membuatmu mengalami gangguan kejiwaan."

"Tidak boleh diketahui warga sipil ? rahasia negara lagi?"

Cetusku. Terlalu banyak rahasia membuat segala sesuatunya menjadi rumit.74

"Tetapi aku dengan mudah mampu membuka akses ke ingatanmu itu,"

Katanya sambil tersenyum. Bangga. Ia lalu menatapku.

"Kecelakaan itu ? yang kau alami ."

Aku tidak suka tatapan matanya yang seperti mengasihaniku.

"Aku tahu,"

Kataku.

"Kecelakaan itu yang membuatku menjadi seperti ini."

"Ayahmu melakukannya ."

"Ayah melakukannya untuk menyelamatkan nyawaku. Ayah menjadikanku cyborg,"

Kataku tegas.

Aku menyadari betul hal itu.

Aku tidak menyesali keadaanku ini ? ya, walaupun harus kuakui kadang-kadang memang perasaan menyesal itu muncul.

Tetapi aku tidak akan menyalahkan Ayahku.

Tidak akan pernah.

Malah aku harusnya bersyukur dan berterima kasih padanya.

Karena Ayah, aku masih hidup sampai saat ini.

Kecelakaan itu ? berkat bantuan Pretty, aku jadi bisa mengingatnya.

Peristiwa yang menjadi penyebab kecelakaan itu.

Sebelumnya aku pernah meng-google, mencari tahu peristiwa itu, dan ketika informasi yang kudapatkan tidak memuaskanku, aku meng-hack beberapa situs terkait, di antaranya situs milik TNI AU, dan aku berhasil menemukan informasi dengan kategori highly classified ? sangat rahasia, mengenai kecelakaan itu (lihat.

Manusia Atlantis (2)).

Kecelakaan yang menimpaku ? dan nyaris membunuhku.

Kini aku bisa mengingatnya ? walaupun banyak hal yang tidak kupahami.7576 Lorong ini gelap dan panjang.

Kami menggunakan mobil listrik, golf car ? jenis mobil yang biasa digunakan di lapangan golf untuk mengangkut pegolf dan perlengkapan mereka, tetapi mobil ini tidak dilengkapi dengan penutup atau atap.

Kami menyusuri jalan yang panjang tersebut.

Jalan berupa terowongan di bawah tanah yang menghubungkan bungker dengan beberapa jalan raya, tepatnya beberapa saluran air, di sekitar rumah Ayahku.

Luas tanah rumah orangtuaku sekitar 10 hektar, jadi jalan yang berada di bawah tanah ini cukup panjang.

Aku meraba dadaku di bagian kiri.

Kristal Atlantis telah kembali ditempatkan pada posisinya semula ? di jantungku.

Aku melirik ke Sheva yang masih tertidur di belakang.

Aku teringat percakapanku dengan Pretty sebelumnya "Kenapa kamu memilih Sheva?"

Tanyaku.

"Memangnya aku punya pilihan?"

Ia balik bertanya. Aku terdiam. Alasannya memang masuk akal, Pretty pasti memilih orang yang berada di dekatnya saat itu. Orang yang pikirannya bisa ia pengaruhi.

"Kenapa?"

Ia kembali balik bertanya.77

"Orang ini bisa menghancurkan bungker Ayah,"

Jawabku singkat.

"Maksudmu?"

"Aku memeriksa bawaannya. Ada pistol otomatis, senapan mesin ringan yang dapat digenggam dengan satu tangan, pisau komando, NVD (night vision device), 2 buah granat tangan, dan material eksplosif dengan daya ledak tinggi yang mampu menghancurkan beton dengan ketebalan sampai setengah meter. Sepertinya Sheva ini merupakan bagian dari pasukan antiteror. Pasukan tersebut juga memiliki keahlian intelijen dan penyusupan."

Si keparat Yon rupanya benar-benar ingin meratakan rumah orangtuaku dengan tanah. Aku memperlihatkan peralatan itu kepadanya. Pretty melihatnya sekilas. Hanya sekilas. Entah ia tidak tertarik atau tidak memahami benda-benda tersebut.

"Kenapa Gideon tidak meledakkan saja bahan eksplosif itu? Untung-untungan kan, siapa tahu kita juga ikut meninggal,"

Katanya sambil terkekeh. Tidak lucu sama sekali.

"Aku sudah mengecek, tidak ada sinyal telepon dari luar yang bisa sampai ke tempat ini,"

Kataku. Otomatis, pemicu detonator yang menggunakan sinyal ponsel dari jarak jauh (remote) tidak akan berfungsi. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan internet melalui serat optik.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ooh,"

Pretty manggut-manggut. Padahal aku yakin ia sudah tahu. Pertanyaannya hanya guyonan belaka.78

"Menurut simulasi yang kulakukan ? jika Sheva memasang peledak di titik-titik yang tepat, bungker ini bisa ambruk."

"Titik-titik yang tepat. Memangnya dia tahu lokasi titik- titik tersebut."

Aku tersenyum dan menggeleng.

"Sepertinya tidak,"

Kataku.

"Kecuali kalau dia mempunyai penglihatan seorang cyborg yang mampu memindai ketebalan pondasi di sini serta bagian-bagian lain yang rapuh."

Ya, Sheva bukan cyborg. Kami sudah mendekati pintu keluarlorong tersebut. Mobil listrik segera kuparkir.

"Sebaiknya di mal nanti kita berjalan berjauhan,"

Kataku memberi saran sambil menurunkan kursi roda.

Sheva kududukkan di kursi roda itu.

Ia mengenakan jaket yang menutupi seragam militernya.

Sepatu botnya sudah diganti dengan sandal plastik berwarna cerah.

Wajahnya ditutupi dengan masker kain.

Sepintas Sheva terlihat seperti anak laki-laki dengan potongan rambut pendeknya itu.


Mengejutkan Kawan Kawannya Einstein Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Hong In Lima Sekawan 20 Di Pulau Seram

Cari Blog Ini